kajian perbenihan tanaman pangan

6
KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH Ir. Yunizar, MS HP. 085278832006 Balai Pengkajian Teknologi Riau I. PENDAHULUAN Benih merupakan sarana penting dalam produksi pertanian, juga menjadi pembawa perubahan teknologi. Peningkatan produksi tanaman pangan salah satunya disebabkan oleh penggunaan varitas-varitas unggul disertai teknik budidaya yang lebih baik dibandingkan pada masa-masa sebelumnya. Varitas unggul baru diperoleh melalui pemuliaan tanaman, baik yang dilakukan oleh lembaga penelitian pemerintah maupun indusrti benih yang mempunyai devisi litbang. Hasil pemuliaan tanaman berupa varitas baru mempunyai keunggulan yang harus dipertahankan pada generasi berikutnya melalui perbanyakan yang sekaligus mempertahankan kebenaran genetik dan mutu benihnya. Bidang produksi benih dapat dikelompokkan menjadi produksi benih sumber dan produksi benih komersial. Produksi benih komersial perlu didukung dengan program produksi benih sumber secara terus menerus agar dapat menjamin kontinyutas ketersediaan benih bagi petani pengguna. Di Indonesia, untuk benih non hibrida dikenal kelas benih yaitu: Benih Penjenis, Benih Dasar, Benih Pokok dan Benih Sebar. Selama produksi benih dilakukan upaya-upaya agar diperoleh benih dengan mutu yang tinggi. Dalam hal ini tercakup mutu genetik, fisiologis dan fisik. Mutu genetik mencakup keunggulan varitas tersebut dan kemurniannya tinggi. Mutu fisik dicerminkan dengan bentuk, ukuran, kebersihan, keseragaman, warna dan kecerahan. Mutu fisiologis mencakup kadar air benih, viabilitas dan vigor benih. Beberapa faktor yang berperan dalam keberhasilan produksi benih adalah : mutu benih sumber, areal produksi klondisi iklim dan musim yang tepat, teknik memproduksi benih, penanganan panen dan pasca panen. Semua fakltor dan tahap produksi benih perlu dikendalikan agar diperoleh benih berkualitas tinggi dan jumlah maksimal. Untuk itu perlu diketahui faktor faktor yang dapat mempengaruhi mutu dan hasil benih sehingga dapat diterapkan teknik produksi yang tepat. Dalam kegiatan pengadaan benih, diperlukan jaminan mutu agar petani terlindungi dari kemungkinan penggunaan benih yang berkualitas rendah. Sistem pengawasan mutu pada beberapa tahun yang lalu hanya dilakukan oleh Balai Pengawasan dan Sertfikasi Benih (BPSB) yang dikenal sebagai pengawasan eksternal. Mulai tahun 2000, perusahaan benih yang mempunyai laboratorium uji yang sistem produksinya telah memenuhi syarat dapat memperoleh hak untuk memberikan informasi mutu atas produk benihnya, saat ini hak ini telah diperoleh 5 perusahaan benih. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu dan Hasil Benih. Varitas unggul baru yang dihasilkan melalui program pemuliaan hanya akan bermanfaat apabila benihnya tersedia bagi petani. Benih penjenis yang dihasilkan pemulia jumlahnya sangat sedikit sehingga perlu dilipatgandakan agar mencukupi kebutuhan benih untuk sejumlah areal tertentu. Pemulia tanaman bertanggung jawab atas kebenaran mutu benih tersebut. Benih penjenis yang jumlahnya terbatas tersebut dapat diperbanyak menjadi Benih dasar, lalu diperbanyak lagi menjadi benih pokok dan Benih Sebar. Pengawasan mutu ketiga kelas tersebut dilakukan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) terhadap produsen-produsen yang belum mempunyai sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM). 1

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PANGAN

KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH

Ir. Yunizar, MSHP. 085278832006

Balai Pengkajian Teknologi Riau

I. PENDAHULUAN

Benih merupakan sarana penting dalam produksi pertanian, juga menjadi pembawa perubahan teknologi. Peningkatan produksi tanaman pangan salah satunya disebabkan oleh penggunaan varitas-varitas unggul disertai teknik budidaya yang lebih baik dibandingkan pada masa-masa sebelumnya. Varitas unggul baru diperoleh melalui pemuliaan tanaman, baik yang dilakukan oleh lembaga penelitian pemerintah maupun indusrti benih yang mempunyai devisi litbang.

Hasil pemuliaan tanaman berupa varitas baru mempunyai keunggulan yang harus dipertahankan pada generasi berikutnya melalui perbanyakan yang sekaligus mempertahankan kebenaran genetik dan mutu benihnya. Bidang produksi benih dapat dikelompokkan menjadi produksi benih sumber dan produksi benih komersial. Produksi benih komersial perlu didukung dengan program produksi benih sumber secara terus menerus agar dapat menjamin kontinyutas ketersediaan benih bagi petani pengguna. Di Indonesia, untuk benih non hibrida dikenal kelas benih yaitu: Benih Penjenis, Benih Dasar, Benih Pokok dan Benih Sebar.

Selama produksi benih dilakukan upaya-upaya agar diperoleh benih dengan mutu yang tinggi. Dalam hal ini tercakup mutu genetik, fisiologis dan fisik. Mutu genetik mencakup keunggulan varitas tersebut dan kemurniannya tinggi. Mutu fisik dicerminkan dengan bentuk, ukuran, kebersihan, keseragaman, warna dan kecerahan. Mutu fisiologis mencakup kadar air benih, viabilitas dan vigor benih. Beberapa faktor yang berperan dalam keberhasilan produksi benih adalah : mutu benih sumber, areal produksi klondisi iklim dan musim yang tepat, teknik memproduksi benih, penanganan panen dan pasca panen. Semua fakltor dan tahap produksi benih perlu dikendalikan agar diperoleh benih berkualitas tinggi dan jumlah maksimal. Untuk itu perlu diketahui faktor faktor yang dapat mempengaruhi mutu dan hasil benih sehingga dapat diterapkan teknik produksi yang tepat.

Dalam kegiatan pengadaan benih, diperlukan jaminan mutu agar petani terlindungi dari kemungkinan penggunaan benih yang berkualitas rendah. Sistem pengawasan mutu pada beberapa tahun yang lalu hanya dilakukan oleh Balai Pengawasan dan Sertfikasi Benih (BPSB) yang dikenal sebagai pengawasan eksternal. Mulai tahun 2000, perusahaan benih yang mempunyai laboratorium uji yang sistem produksinya telah memenuhi syarat dapat memperoleh hak untuk memberikan informasi mutu atas produk benihnya, saat ini hak ini telah diperoleh 5 perusahaan benih.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu dan Hasil Benih.

Varitas unggul baru yang dihasilkan melalui program pemuliaan hanya akan bermanfaat apabila benihnya tersedia bagi petani. Benih penjenis yang dihasilkan pemulia jumlahnya sangat sedikit sehingga perlu dilipatgandakan agar mencukupi kebutuhan benih untuk sejumlah areal tertentu. Pemulia tanaman bertanggung jawab atas kebenaran mutu benih tersebut. Benih penjenis yang jumlahnya terbatas tersebut dapat diperbanyak menjadi Benih dasar, lalu diperbanyak lagi menjadi benih pokok dan Benih Sebar. Pengawasan mutu ketiga kelas tersebut dilakukan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) terhadap produsen-produsen yang belum mempunyai sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM).

1

Page 2: KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PANGAN

Tujuan memproduksi benih adalah memperoleh benih bermutu tinggi dalam jumlah yang maksimal. Beeberapa faktor yang dapat mempengaruhi mutu dan hasil benih dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal. Dalam prakteknya, beberapa faktor selama memproduksi benih dapat menyebabkan penurunan mutu benih sehingga perlu memperhatikan semua aspek yang berperan. Secara garis besarnya, kegiatan produksi benih perlu memperhatikan prinsip genetik dan prinsip agronomik.

Prinsip genetik.

Selama periode memproduksi benih banyak faktor yang dapat menyebabkan kemunduran genetik benih, sehingga perlu dilakukan pengendalian yang tepat agar diperoleh benih dengan mutu genetik yang tinggi sesuai dengan keunggulan yang dideskripsikan pemulia tanaman ketika varitas tersebut dilepas. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan selama produksi dilapangan adalah :

1. Benih sumber.2. Sejarah lahan3. Isolasi4. roguing5. kontaminasi mekanis6. wilayah adaptif.

1. Benih Sumber.

Dalam kegiatan produksi benih bersetifikat digunakan benih dari kelas yang lebih tinggi dengan mutu yang baik, yaitu memenuhi persyaratan kemurnian, daya berkecambah, bebas dari benih varitas lain, biji gulma dan penyakit yang terbawa benih. Untuk memperoleh benih sebar, digunakan benih sumber, benih Pokok, dan seterusnya untuk kelas benih yang lain.

2. Sejarah lahan.

Lahan yang akan digunakan untuk areal produksi benih perlu diketahui untuk menghindari munculnya tanaman voluntir dan penyebaran penyakit. Tanaman voluntir merupakan tanaman dari varitas lain yang tumbuh dari pertanaman yang telah dipanen sebelumnya. Untuk memproduksi benih padi bersertifikat, lahan yang akan digunakan bekas tanaman padi maka areal tersebut harus dari varitas yang sama atau bekas varitas lain yang sifat sifat fisiknya mudah dibedakan dengan varitas yang akan ditanam dengan persyaratan : a) produsen mau dan mampumengerjakan pengolahan tanah dan melakukan roguing secara intensif, b) sistem tanam harus tandur jajar, dan c) persemaian dilakukan pada areal yang bebas voluntir. Kepastian benih sumber dan sejarah lahan dilakukan pada saat pemeriksaan pendahuluan.

3. Isolasi.

Ketentuan isolasi diterapkan untuk menghindari terjadinya penyerbukan silang dari varitas yang berbeda, menghindari tercampurnya varitas lain pada saat panen, dan penyebaran hama dan penyakit dari tanaman inang yang lain. Beberapa jenis isolasi yaitu isolasi jarak, isolasi waktu dan isolasi fisik.

3.1. Isolasi Jarak : Areal produksi benih suatu varitas perlu mempunyai jarak dengan pertanaman varitas yang lain agar tidak terjadi percampuran. Sifat penyerbukan yang menyebabkan perbedaan jarak isolasi. Tanaman yang menyerbuk sendiri tidak perlu diberi jarak isolasi yang jauh, tetapi tanaman yang menyerbuk silang harus diberi jarak tertentu agar tidak terjadi persilangan.

2

Page 3: KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PANGAN

3.2 Isolasi Waktu. Diterapkan dengan memberikan selang waktu tanaman yang berbeda antara dua varitas dengan blok/areal yang berdampingan sehingga pada saat pembungaan berbeda (misal minimum 30 hari untuk tanaman padi dan jagung). Bila persyaratan isolasi jarak tidak dapat diterapkan, maka dapat dilakukan isolasi waktu. Tabel 1 menampilkan persyaratan isolasi padi sawah.

Tabel 1. Standar Lapangan dalam Produksi Benih padi sawah Bersertifikat

Spesies Kelas Benih

Isolasi Jarak(m)

Isolasi waktu(hari)

CVL& Tipe

Simpang Max (%)

PadiB. Dasar 3 30 0,0B. Pokok 3 30 0,2B. Sebar 3 30 0,5

Hibrida komersial 200 30 3,0 Sumber : Petunjuk Pengawas Benih. Direktorat Jendral. Pertanian Tan. Pangan, 1994 CVL : campuran varitas lain

4. Roguing.

Dalam areal produksi benih bersertifikat, tidak dikehendaki adanya tanaman-tanaman yang tidak diizinkan. Tanaman tersebut dapat berupa tipe simpang, tanaman yang berpenyakit berbahaya dan gulma yang berbahaya. Kegiatan reguing adalah membuang tanaman-tanaman tersebut, yang dapat dilakukan pada fase bibit, fase vegetatif dan fase reproduktif. Tipe simpang dapat muncul karena tanaman memiliki keragaman yang luas dan benih yang digunakan berasal dari hasil persilangan. Hal hal yang perlu diketahui oleh petugas yang melakukan roguing : 1) karakteristik (diskripsi) varitas, 2) karakteristik tipe simpang, 3) penyakit terbawa benih yang sukar dikendalikan dengan perawatan benih, 4) gulma yang berbahaya, 5 ketidak normalan tanaman (stress hara, suhu dan kelembaban tanah), 6) pengambilan contoh dan cara penghitungan untuk sertifikasi. Pemeriksaan lapang dilakukan pada fase vegetatif dan generatif.

5. Pencegahan kontaminasi mekanis.

Hal ini penting dilakukan agar benih tidak tercampur dengan varitas lain melalui percampuran mekanis, misalnya pada saat panen dan pengolahan. Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan panen maupun pengolahan perlu perlu dibersihkan agar tidak terdapat sisa sisa benih dari pengolahan yang lalu.

6. Wilayah adaptif tanaman.

Areal produksi benih hendaknya berada dalam wilayah produksi benih yang sesuai. Hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi perubahan secara genetik yang merugikan. Varitas unggul yang dihasilkan pemulia biasanya memuat diskripsi tempat tumbuh, sehingga anjuran tersebut perlu diikuti.

Prinsip Agronomik

Penerapan teknik budidaya dalam produksi benih merupakan faktor yang penting untuk mendapatkan benih yang bermutu. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam kegiatan produksi benih adalah : :

1. pemilihan dan penyiapan lahan2. persemaian3. penanaman

3

Page 4: KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PANGAN

4. pemeliharaan5. panen6. penanganan calon benih setelah panen

1. Pemilihan dan Penyiapan lahan.

Lahan yang dipilih hendaknya sesuai dengan adaptasi tanaman, memenuhi kelulusan sejarah lahan, bukan daerah banjir dan ada sarana transportasi. Penyiapan lahan dilakukan untuk mendapatkan kondisi yang ideal untuk produksi benih tanaman tertentu.• Areal produksi benih harus bersih, dalam arti bebas dari benih-benih tanaman lain, hama dan

penyakit, terutama penyakit yang ditularkan melalui tanah (soil born deseases), dan terisolasi dari pertanaman padi lainnya.

• Lahan harus subur dan akan lebih baik jika mempunyai system drainase yang baik• Lahan sedapat mungkin mempunyai tingkat homogenitas yang tinggi untuk memperoleh

sinkronisasi pembungaan yang baik• Lahan untuk produksi benih sebaiknya bukan bekas tanaman padi, tetapi lahan bera atau bekas

tanaman lainnya.

Di daerah daerah yang sangat sulit mendapatkan lahan yang bukan bekas tanaman padi, maka perlu dilakukan sanitasi lahan saat pengolahan tanah sebagai berikut :• Tanah diolah (bajak I), digenagi selama 2 hari, kemudian dikeringkan (air dikeluarkan) dan

dibiarkan selama 7 hari.• Tanah diolah untk kedua kalinya (bajak II), digenangi lagi selama 2 hari, kemudian dikeringkan,

kemudian dibiarkan selama 7 hari.• Pengolahan tanah ketiga dilakukan dengan garu, diratakan, dibersihkan dari bibit bibit padi yang

tumbuh liar serta gulma.• Perlakuan sanitasi tersebut dimaksudkan agar tanaman dari gabah yang tercecer pada

pertanaman sebelumnya dapat dibersihkan dari arel pertanaman.• Pertumbuhan gulma ditekan dengan cara menyemprot lahan dengan herbisida pra tumbuh,

minimal 5 hari sebelum tanam atau sesuai dengan anjuran pemakaian herbisida yang bersangkutan.

2. Persemaian• Persemaian harus disiapkan dengan baik, apabila areal untuk persemaian merupakan bekas

tanaman padi maka lakukan pengolahan tanah dan sanitasi seperti yang diuraikan diatas.• Buat bedengan persemaian dengan tinggi 5 – 10 cm, lebar 110 cm dan panjang sesuai

kebutuhan.• Rendam benih selama 24 jam, kemudian tiriskan dan peram selama 24 jam sebelum ditabur.• Lahan persemaian dipupuk dengan 10 g Urea/m2, 5 g SP-36/m2 dan 5 g KCl/m2, dan sebaiknya

ditambah dengan karbofuran 3 G, 2 g/m2• Taburkan benih dengan kerapatan 25 g/m2 atau 1 kg benih/40 m2.

3. Penanaman Benih yang akan ditanam kadang-kadang memerlukan perawatan benih dengan fungisida atau insektisida. Faktor lingkungan yang sangat diperlukan pada fase awal adalah ketersediaan air agar perkecambahan dapat berlangsung dengan baik. Bila curah hujan rendah, maka lahan perlu disiram. Populasi yang ditanam disesuaikan dengan karakteristik varitas/tanaman agar diperoleh hasil yang tinggi.• Jarak tanam 20cm x 20 cm• Umur bibit 21 hari• Kumlah bibit : 2 – 3 tanaman/rumpun.• Penanaman bibit dilakukan pada kedalaman 2 – 3 cm

4

Page 5: KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PANGAN

4. Pemeliharaan tanamanBeberapa kegiatan yang termasuk kegiatan pemeliharaan tanaman adalah penjarangan, pendangiran, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dan gulma, pemangkasan serta memberi ajir atau lanjaran.Tanaman memerlukan hara yang diperoleh dari pemupukan maupun dari yang tersedia di tanah. Unsur unsur hara diketahui sangat mempengaruhi hasil dan mutu benih. Selain pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dan gulma perlu dilaksanakan secara tepat agar hasil dan mutu benih tidak turun.

Pemupukan : • Takaran pupuk sebaiknya berdasarkan kebutuhan tanaman (pupuk berimbang)• Takaran dan waktu pemberian pupuk N (urea) dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman

berdasarkan metode Bagan Warna Daun (BWD).• Untuk takaran pupuk P dan K dtentukan dengan alat bantu PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah)• Pada saat tanam diberikan 60 kg Urea ,semua pupuk Pospor dan, ½ takaran pupuk KCl, • Pada 7 minggu setelah tanam Urea (berdasarkan pengamatan BWD) dan ½ takaran pupuk KCl.

Pengendalian hama dan penyakit juga dilakukan secara intensif dengan mengacu pada metode PHT yang dianjurkan.

Pengaturan air dilakukan sejak penanaman hingga menjelang panen: • Lahan pertanaman produksi benih diairi setinggi sekitar 3 cm selama 3 hari setelah tanam.• Lahan kemudian dikeringkan dan dibiarkan dalam keadaan macak macak selama 10 hari.• Selama fase pembentukan anakan hingga menjelang primordial bunga, lahan digenangi setinggi

3 cm.• Pada fase primordia sampai fase bunting lahan digenagi setinggi sekitar 5 cm untuk mencegah

tumbuhnya anakan baru.• Pada fase bunting hingga fase berbunga lahan dikeringkan dan diairi secara bergantian.• Selesai fase pembungaan hingga fase pengisian bulir lahan diairi setinggi sekitar 3 cm.• Pada fase pengisian bulir hingga 7 hari menjelang panen lahan dikeringkan dan diairi secara

bergantian.

5. PanenKegiatan pemanenan dilakukan pada saat diperoleh benih dalam jumlah dan mutu benih yang tertinggi. Panen harus dilaksanakan pada waktu dan cara yang tepat agar diperoleh benih bervigor yang tinggi. Bila panen dilakukan sebelum benih mencapai masak fisiologi, maka vigornya masih rendah dan tidak diperoleh dalam jumlah yang banyak, demikian pula bila terlambat panen maka akan menghadapi resiko kehilangan benih dilapangan dan penurunan mutu yang lebih besar.

• Waktu panen yang tepat adalah pada tanaman masak fisio;logis atau 90% gabah telah menguning.

• Untuk meningkatkan kemurnian benih, sebelum dipanen dilakukan pengontrolan dan seleksi terhadap tanaman-tanaman yang system pengisiannya normal.

6. Penanganan calon benih setelah panen.Calon benih yang telah dipanen dari lapangan akan melalui proses pengolahan yang terdiri atas pembersihan awal, pengeringan, perontokan, pembersihan kedua, pemilahan, dan pengemasan. Pengujian benih laboratorios dilakukan setelah pengolahan, dan jika memenuhi syarat kelulusan maka produsen benih dapat memperolh sertifikat jaminan mutu atas lot benih tersebut.

• Perontokan gabah dapat dilakukan secara manual yaitu dengan cara memukulkan rumpun pada drum bekas atau benda lain yang permukaannya licin, atau secara mekanik dengan menggunakan alat/mesin perontok.

5

Page 6: KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PANGAN

• Untuk menghindari tercampurnya benih dengan benih lain atau terjadinya kontaminasi, semua peralatan yang digunakan harus bersih dari kotoran dan sisa gabah yang tertinggal.

• Pengeringan benih dapat dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari atau mesin pengering benih. Pengeringan dianggap selesai apabila kadar air benih telah mencapai 13%.

6