kajian pustaka dan hipotesis penelitian ii.pdf · dalam perhitungan pendapatan nasional, pengertian...
TRANSCRIPT
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Investasi
Menurut Sukirno dalam Nizar, dkk (2013) kegiatan investasi yang dilakukan
oleh masyarakat secara terus menerus akan meningkatkan kegiatan ekonomi dan
kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf
kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari
kegiatan investasi, yakni (1) investasi merupakan salah satu komponen dari
pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan
agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja; (2) pertambahan barang modal
sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi; (3) investasi selalu
diikuti oleh perkembangan teknologi.
Dalam perhitungan pendapatan nasional, pengertian investasi adalah seluruh
nilai pembelian para pengusaha atas barang-barang modal dan pembelanjaan untuk
mendirikan industri dan pertambahan dalam nilai stok barang perusahaan yang
berupa bahan mentah barang belum diproses, dan barang jadi. Tujuan pengeluaran
untuk investasi adalah pembelian barang-barang yang memberi harapan
menghasilkan keutungan yang akan datang. Artinya, pertimbangan yang diambil oleh
pengusaha atau perusahaan dalam memutuskan membeli atau tidak membeli barang
17
dan jasa tersebut adalah harapan dari pengusaha atau perusahaan akan kemungkinan
keuntungan yang dapat diperoleh. Harapan keuntungan ini merupakan faktor utama
dalam investasi (Linda, 2007).
Investasi adalah mobilisasi sumber daya untuk menciptakan atau menambah
kapasitas produksi atau pendapatan di masa yang akan datang. Dalam investassi ada
dua tujuan utama yang ingin dicapai yaitu mengganti bagian dari penyediaan modal
yang rusak dan tambahan penyediaan modal yang ada.Gambaran perkembangan
pembangunan daerah tidak lepas dari perkembangan distribusi dan alokasi investasi
anntar daerah. Dalam kaitan itu perlu dipisahkan jenis investasi yang dilakukan oleh
sektor swasta dan pemerintah, mengingat faktor yang menentukan lokasi kedua jenis
investasi tersebut tidak selalu sama.
Menurut Linda (2007), jenis investasi dapat dibedakan atas:
1) Public investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh
pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan sifatnya resmi.
2) Private investment adalah investasi yang dilaksanakan oleh pihak swasta.
3) Domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri.
4) foreign investment adalah penanaman modal asing.
5) Gross investment adalah total seluruh investasi yang dilaksanakan pada suatu
waktu, baik itu autonomous maupun induced atau private maupun public.
6) Net investment adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan.
18
Umumnya pemerintah masih harus memperhatikan beberapa faktor, seperti
pengembangan suatu daerah tertentu karena alasan politis dan strategis, misalnya
daerah perbatasan dan daerah yang mempunyai sejarah serta ciri khusus, sehingga
memerlukan perhatian yang khusus termasuk dalam kebijakan investasi. Namun
demikian, kedua jenis investasi baik yang dilakukan pemerintah maupun swasta pada
akhirnya akan dapat menambah kesempatan kerja dan memberi sumbangan dalam
mengatasi masalah-masalah ekonomi dan social seperti kemiskinan, pengangguran
dan sebaginya. Investasi merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk meningkatkan
atau mempertahankan stok barang-barang modal yang terdiri dari mesin-mesin,
pabrik, kantor dan produk-produk tahan lama lainnyaa yang digunaakan dalam proses
produksi (Linda, 2007).
Teori Keynes mengenai investasi bertumpu pada “marginal efficiency of
capital”. Marginal efficiencyof capital (MEC) merupakan deteminan kunci sekaligus
ukuran tentang tingkat keuntungan yang diharapkan (expected profitability) dari suatu
investasi. Secara singkat MEC adalah suatu tingkat diskonto yang menyamakan the
present value penerimaan investasi di masayang akan datangdengan current supply
price (current replacement cost) investasi tersebut. Di samping itu, Keynes
sependapat dengan Fisher tentang peranan suku bunga dalam mempenngaruhi
investasi.Menurut Keynes bahwa investasi akan berlangsung hingga MEC sama
dengan tingkat bunga yang ada. Perbedaannya dengan Fisher, walaupun sulit
dikuantifikasi, Keynes mengakomodasikan ekspetasi dan ketidakpastian (Mankiew,
2007).
19
Menurut Paul A. Smuelson dan William D. Nordhaus, investasi adalah
pengeluaran yang dilakukan oleh para penanaam modal yang menyangkut
penggunaan sumber-sumber seperti peralatan, gedung, peralatan produksi dan mesin-
mesin baru lainnya atau persediaan yang dharapkan akan memberikan keuntungan
dari investasi tersebut. Investasi menghimpun akumulasi modal dengan membangun
sejumlah gedung dan peralatan yang berguna bagi kegiatan produktif, maka output
potensial suatu bangsa akan bertambah daan pertumbuhan ekonomi jaangka panjang
juga akan meningkat. Investasi memainkan peranan penting dalam menentukan
jumlah output dan pendapatan. Kekuatan ekonomi utama yang menentukan investasi
adalah hasl biaya investasi yang ditentukan oleh kebijakan tingkat bunga da pajak,
serta harapan mengenai masa depan.
Faktor penentu investassi sangat tergantung pada situasi di masa depan yang
sulit untuk diramalkan, maka investasi merupakan komponen yang paling mudah
berubah. Usaha untuk mencatat nilai penanaman modal digolongkan sebagai
investasi, meliputi pengeluaran ataau pembelanjaan untuk :
a. Seluruh pembelian para pengusaha atas barang modal dan membelanjakan
untuk mendirikan industri-industri.
b. Pengeluaran masyarakat untuk mendirikan tempat tinggal.
c. Pertambahan dalam nilai stok barang-barang perusahaan yang berupa bahan
mentah, barang yang belum diproses daan barang jadi.
20
Adam Smith menyatakan bahwa investasi dilakukan karena para pemilik
modal mengharapkan untung dan harapan masa depan keuntungan bergantung pada
iklim investasi pada hari ini dan pada keuntungan nyata. Keuntungan cenderung
menurun dengan adanya kemajuan ekonomi. Pada waktu laju pemupukan modal
meningkat, persaingan yang meningkat antara pemilik modal akan menaikkan upah
sebaliknya menurunkan keuntungan.
2.1.2 Pengangguran
Pengangguran adalah kesempatan yang timpang yang terjadi antara angkatan
kerja dan kesempatan kerja sehingga sebagian angkatan kerja tidak dapat melakukan
kegiatan kerja.Pengangguran tidak hanya disebabkan karena kurangnya lowongan
pekerjaan, tetapi juga disebabkan oleh kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh
pencari kerja.Persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan oleh dunia kerja, tidak dapat
diipenuhi oleh pencari kerja. Menurut Badan Pusat Statistik (2014), Pengangguran
adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja,
bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha
mendapatkan pekerjaan. Bedasarkan tingkat pengangguran dapat kita lihat kondisi
suatu Negara apakah perekonomiannya berkembanng atau lambat dan atau
mengalami kemunduran.Dengan tingkat pengangguran bida dilihat kesenjangan
distribusi pendapatan yang diterima suatu masyarakat tersebut.Pengangguran dapat
terjadi akibat dari tingginya angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan adanya
lapangan pekerjaaan yang luas serta penyerapan tenaga kerja yang perentasenya
21
cenderung kecil.Hal ini terjadi karena rendahnya tingkat pertumbuhan penciptaan
lapangan kerja untuk menampung tenaga kerja yang siap bekerja (Masrianisaidin,
2014).
Menurut Marius dalam Dharmayanti (2011) menyatakan bahwa pengangguran
sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau bekerja secara tidak
optimal. Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengangguran dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu :
1. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment)
Pengangguran terbuka adalah tenaga kerja yang betul-betul tidak mempunyai
pekerjaan.Pengangguran ini terjadi ada yang karena belum mendapat pekerjaan
padahal telah berusaha secara maksimal dan ada juga yang karena malas mencari
pekerjaan atau malas bekerja.
2. Pengangguran Terselubung (Disguessed Unemployment)
Pengangguran terselubung yaitu pengangguran yang terjadi karena terlalu banyaknya
tenaga kerja untuk satu unit pekerjaan padahal dengan mengurangi tenaga kerja
tersebut sampai jumlah tertentu tetap tidak mengurangi jumlah produksi.
Pengangguran terselubung bias juga terjadi karena seseorang yang bekerja tidak
sesuai dengan bakat dan kemampuannya, akhirnya bekerja tidak optimal.
3. Setengah Menganggur (Under Unemployment)
Setengah menganggur ialah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
tidak ada pekerjaan untuk sementara waktu. Ada yang mengatakan bahwa tenaga
kerja setengah menganggur ini adalah tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam
22
dalam seminggu atau kurang dari 7 jam sehari. Misalnya seorang buruh bangunan
yang telah 24 menyelesaikan pekerjaan di suatu proyek, untuk sementara menganggur
sambil menunggu proyek berikutnya.
Menurut Simanjutak dalam Mustika (2010), penganggur adalah orang yang
tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum
pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan. Menurut sebab terjadinya,
pengangguran dapat digolongkan kepada tiga jenis yaitu:
1) Pengangguran friksional
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang terjadi karena kesulitan
temporer dalam mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja yang
ada.Kesulitan temporer ini dapat berbentuk sekedar waktu yang diperlukan
selama prosedur pelamaran dan seleksi, atau terjadi karena faktor jarak atau
kurangnya informasi.
2) Pengangguran struktural
Pengangguran struktural terjadi karena ada problema dalam struktur atau
komposisi perekonomian.Perubahan struktur yang demikian memerlukan
perubahan dalam ketrampilan tenaga kerja yang dibutuhkan sedangkan pihak
pencari kerja tidak mampu menyesuaikan diri dengan ketrampilan baru tersebut.
3) Pengangguran musiman
Pengangguran musiman terjadi karena pergantian musim.Di luar musim panen da
turun ke sawah, banyak orang yang tidak mempunyai kegiatan ekonomis, mereka
23
hanya sekedar menunggu musim yang baru.Selama masa mengunggu tersebut
mereka digolongkan sebagai penganggur musiman.
Yang dimaksud dengan pengangguran adalah seseorang yang sudah
digolongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada
suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkan
(Sukirno, 2000).Menurut Budiani (2007) mendefinisikan pengangguran sebagai
keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja, tidak
memiliki pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan.
Menurut Sukidjo (dalam Sopianti, 2011), ada berbagai penyebab terjadinya
pengangguran, diantaranya adalah:
1) Keterbatasan jumlah lapangan kerja, sehingga tidak mampu menampung seluruh
pencari kerja.
2) Keterbatasan kemampuan yang dimiliki pencari kerja, sehingga pencari kerja
tidak mampu mengisi lowongan kerjanm karena tidak memenuhi persyaratan
kemampuan dan keterampilan yang diperlukan.
3) Keterbatasan informasi, yakni tidak memiliki informasi dunia usaha mana yang
memerlukan tenaga kerja serta persyaratan apa yang diperlukan.
4) Tidak meratanya lapangan kerja. Daerah perkotaan banyak tersedia lapangan
pekerjaan sedangkan di pedesaan sangat terbatas.
5) Kebijakan pemerintah yang tidak tepat, yakni pemerintah tidak mampu
mendorong perluasan dan pertumbuhan sektor modern.
24
6) Rendahnya upaya pemerintah untuk melakukan pelatihan kerja guna
meningkatkan skill pencari kerja.
Pengangguran akan selalu muncul dalam suatu perekonomian karena
beberapa alasan. Alasan pertama adalah adanya prosses pencarian kerja, yaitu
dibutuhkannya waktu untuk mencocokkan para pekerja dan pekerjaan.Alasan kedua
adalah adanya kekakuan upah.Kekakuan upah ini dapat disebabkan oleh tiga hal,
yaitu adanya kebijakan upah minimum, daya tawar kolektif dari serikat pekerja, dan
upah efisiensi.
Tujuan negara membangun adalah untuk kesejahteraan rakyat, maka masalah
pengangguran yang tinggi merupakan kondisi yang sangat tidak dikehendaki oleh
suatu negara di manapun.Inflasi dan pengangguran adalah dua masalah ekonomi yang
utama yang sering dihadapi oleh masyarakat suatu negara.Jika masalah inflasi dan
pengangguran tidak terkendali, maka kedua masalah tersebut dapat mewujudakan
efek buruk baik yang bersifat ekonomi, sosial, politik serta lingkungan dan
budaya.Untuk menghindari berbagai efek buruk yang mungkin ditimbulkan oleh
kedua masalah tersebut, secara sederhana yakni secara ekonomi makro diperlukan
berbagai kebijakan ekonomi yang komprehensif. Dalam teori kurva Phillips,
pengangguran yang tinggi memang akan cenderung mengurangi inflasi. Beberapa
pakar ekonomi menyebutnya sebagai tingkat pengangguran alami.LSUR adalah suatu
tingkat dimana naik turunnya harga dan inflasi upah ada pada titik setimbang. Pada
LSUR, inflasi stabil, tanpa adanya tendensi yang menunjukkan peningkatanatau
25
penurunan. LSUR merupakan tingkatan terendah yang dapat terjadi dalam jangka
panjangtanpa adanya kenaikan pada inflasi.(Ningsih, 2010).
Menurut N. Gregory Mankiw (2006) hukum okun adalah relasi negatif antara
pengangguran dan GDP(Gross Domestic Produc).Hukum okun merupakan pengingat
bahwa faktor-faktor yang menentukan siklus bisnis pada jangka pendek sangat
berbeda dengan faktorfaktor yang membentuk pertumbuhan ekonomi jangka
panjang.Hukum Okun (Okun’s law) merupakan hubungan negatif antara
pengangguran dan GDP, yang mengacu pada penurunan dalam pengangguran sebesar
satu persen dikaitkan dengan pertumbuhan tambahan dalam GDP yang mendekati
dua persen.
2.1.3 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat penting untuk mengentaskan
masyarakat dari kemiskinan, walaupun pertumbuhan ekonomi tidak bisa berdiri
sendiri untuk mengentaskan kemiskinan, tetap pertumbuhan ekonomi menjadi faktor
utama untuk mengentaskan kemiskinan (Yudha, 2013). Menurut Boediono (1999)
Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-
faktor apa yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, dan
penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain,
sehingga terjadi proses pertumbuhan. Para ekonom mempunyai pandangan atau
persepsi yang tidak selalu sama mengenai proses pertumbuhan suatu perekonomian.
26
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting
dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis
tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan suatu negara atau suatu
daerah.Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila produksi barang
dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya.Pertumbuhan ekonomi menunjukkan
sejauh mana aktivitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan pendapatan atau
kesejahteraan masyarakat pada periode tertentu.Pertumbuhan ekonomi suatu negara
atau suatu wilayah yang terus menunjukkan peningkatan, maka itu menggambarkan
bahwa perekonomian negara atau wilayah tersebut berkembang dengan baik.
Menurut Nur Pratama dalam Al Faiz (2011) Pengukuran akan kemajuan sebuah
perekonomian memerlukan alat ukur yang tepat.
2.1.3.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu landasan untuk
menentukan perkembangan pertumbuhan ekonomi. Selain itu teori pertumbuhan
ekonomi juga menjelaskan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan
output per kapita dalam jangka panjang serta bagaimana pengaruh dari faktor-faktor
tersebut. berikut merupakan beberapa teori pertumbuhan ekonomi yaitu :
a. Teori Pertumbuhan Klasik
Adam smithdalam karyanya “ The Wealth of Nation “ menekankan bahwa
pertumbuhan ekonomi terjadi karena disebabakan oleh adanya perpacuan antara
27
perkembangan penduduk dan kemajuan teknologi. Penduduk yang bertambah akan
memperluas pasar, dan perluasan pasar akan mendorong tingkat spesialisasi. Dan
dengan adanya spesialisasi maka akan mempertinggi tingkat kegiatan ekonomi,
karena spesialisasi akan mendorong produktivitas tenaga kerja dan mendorong
tingkat perkembangan teknologi kemudian meningkatkan pendapatan nasional
sampai pada batas tingkat full employment (long run).Hasilahli ekonomi klasik
lainnya seperti David Ricardho dan Robert Malthus lebih pesimis terhadap proses
pembangunan dalam jangka panjang karena menurutnya perekonomian akan
mencapai “Stationary State” yaitu suatu keadaan dimana perkembangan tidak terjadi
lagi sedangkan perkembangan penduduk terjadi dan akn menurunkan kembali tingkat
pembangunan ke tahap yang rendah karena berlaku hukum kenaikan hasil yang
semakin berkurang ( the law of deminishing return). Menurut David Ricardo peranan
teknologi dan akumulasi modal mampu meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan
menghambat bekerjanya hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang. Sehingga
jelas bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan proses tarik-menarik antara dua
kekuatan yaitu hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang dengan kemajuan
teknologi (Riyadi dan Deddy Supriady, 2004:51).
b. Teori Pertumbuhan Neo Klasik
Yoseph Schumpeter dalam karyanya “The Theory of Economics
Development”menekankan tentang peranan pengusaha dalam pembangunan.
Menurutnya pembangunan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-
28
putus dan faktor terpenting dalam pembangunan adalah enterprener. Menurut teori
Neo Klasik bahwa pertumbuhan bukan ditentukan oleh kapital tetapi oleh perbaikan
SDM dan teknologi (Kartasasmita, 1997).
c. Teori Schumpeter
Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha di
dalammewujudkan ekonomi. Dalam teori ini ditunjukkan bahwa para pengusaha
merupakan golongan yang akan terus menerus membuat inovasi dalam
kegiatanekonomi. Inovasi tersebut meliputi memperkenalkan barang baru,
mempertinggi efesiensi produksi barang, memperluas pasar, mengembangkan sumber
bahan mentah yang baru, dan mengadakan perubahan dalam organisasi dengan
menjunjung tinggi keefisienan tingkat produksi. Schumpeter mengemukankan teori
pertumbuhannya dengan memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa
perekonomian sedang dalam keadaantidak berkembang. Tetapi keadaan ini tidak
berlangsung lama, segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai
kemungkinanuntuk mengadakan inovasi yang menguntungkan. Didorong oleh
keinginan mendapatkan keuntungan dari mengadakaninovasi tersebut, mereka akan
meminjam modal dan melakukan penanaman modal. Investasi yang baru ini akan
meningkatkankegiatan ekonomi Negara. Maka pendapatan masyarakat akanbertambah
dan seterusnya konsumsi masyarakat bertambahtinggi. Kenaikan tersebut akan
mendorong perusahaan untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan
penanaman modal baru.
29
Menurut Schumpeter investasi dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
penanaman modal otonomi danpenanaman modal terpengaruh. Menurut Schumpeter
makin tinggi tingkat kemajuan suatu ekonomi semakin terbatas kemungkinan untuk
melakukan inovasi. Pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambahn lambat jalannya.
Pada akhirnya akan tercapai tingkat “keadaan tidak berkembang” atau “stationary
state”.Berbeda dengan pandangan klasik, dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak
berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan tinggi. Pandangan ini berbeda
dengan pandangan klasik yakni tingkat tersebut dipacai ketika perekonomian telah
berada kembali pada tingkat pendapatan subsisten, yaitu pada tingkat pendapatan yang
rendah.
d. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern (Rostow)
Rostow mengartikan pembangunan ekonomi menurutnya bukan saja
menyangkut perubahan dalam struktur ekonomi tetapi juga perubahan dalam struktur
politik, struktur sosial, nilai sosial dan yang lainnya. Rostow mengemukakan ada 5
tahap dalam proses pembangunan yang akan dialami oleh setiap negara pada
umumnya yaitu:
1) The Traditional Society (Masyarakat Tradisional)
Suatu kondisi dimana masyarakatnya masih memiliki cara berproduksi dan
teknologi yang primitif dan masih berpikir irrasional.
30
2) Precondition for take- off (Persyaratan Tinggal Landas )
Masa transisi dimana masyarakatnya mempersiapkan diri atau dipersiapkan
dari luar untuk berkembang.
3) Take – off (Tinggal Landas)
Masa dimana terjadi perubahan yang sangat drastis dalam masyarakat,
terciptnya kemajuan yang pesat dan terbentuknya pasar baru.
4) The Drive to Manurity
Masa dimana suatu masyarakat secara efektif menggunakan teknologi modern
pada sebagian besar faktor-faktor produksi dan kekayaan alam.
5) The Age of High Mess Consumption
Masa dimana perhatian masyarakat lebih menekankan pada masalah konsumsi
dan kesejahteraan masyarakat dan bukan lagi pada masalah produksi sehingga
masyarakat bersaing untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia dan
sokogan politik.
e. Teori Keynes
Teori keynes ini lebih banyak ditujukan untuk negara kapitalis maju
dari pada negara berkembang. Pendapatan total merupakan fungsi dari
pekerjaan total dalam suatu negara. Semakin besar pendapatan nasional,
semakin besar volume pekerjaan yang dihasilkannya demikian pula
sebaliknya.volume pekerjaan tergantung pada permintaan efektif. Permintaan
efektif tergantung pada pertemuan antara barang permintaan dan penawaran
yang terjadi.Permintaan efektif ini terdiri dari permintaan untuk konsumsi dan
31
investasi.Sedang permintaan konsumsi sangat tergantung pada kecenderungan
untuk berkonsumsi yang kenaikannya tidak secepat kenaikan pendapatan.
Dari teori klasik Keynes dan Harrod Domar, laju pertumbuhan
ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh unsur investasi.Perbedaan antara
besarnya pendapatan dan konsumsi dapat diatasi dengan adanya investasi.
Bila jumlah investasi tidak terpenuhi maka harga akan turun. Akibatnya
pendapatan dan pekerjaan akan turun sampai perbedaan tersebut terpenuhi.
Volume investasi ini tergantung pada efisiensi marginal dari modal dan suku
bunga.Hal ini merupakan tingkat hasil yang diharapkan dari aktiva modal
baru. Kenaikan dalam volume investasi akan mengakibatkan naiknya
pendapatan dan selanjutnya akan meningkat konsumsi masyarakat.
Pemikiran Keynes ini ditandai dengan adanya unsur-unsur dinamika
dalam sistem analisis tentang proses dan perkembangan ekonomi sehingga
teori Keynes ini dapat terus berlangsung dan berkembang. Sebagai salah satu
contoh teori yang bersumber dari Keynes ini adalah teori yang dikemukakan
oleh Harrod yang mengacu pada kerangka analisis Keynes, baik dalam
konsepsinya maupun perincian modelnya (Dwi Susilowati, 2010).
f. Teori Harrod
Pokok pikiran Harrod berkisar pada masalah pertumbuhan ekonomi
yang dapat berlangsung secara terus menerus dalam pola keadaan ekuilibrium
yang stabil. Sehubungan dengan hal tersebut Harrod menjelaskan dua konsep
32
pengetian perihal laju pertumbuhan yang menjadi kunci dalam gagasannya,
yaitu :
a. The warranted rate of growth Yaitu masalah laju pertumbuhan produksi
dan pendapatan pada tingkat yang dianggap dari sudut pandang para
pengusaha/ investasi.
b. The naturan rate of growth Yaitu laju pertumbuhan produksi dan
pendapatan yang ditentukan oleh kondisi dasar (fundamental conditions).
Menurut pendapat Harrod, pertumbuhan yang stabil dan berkelanjutan
(pendapatan dan kesempatan kerja penuh) hanya bisa dicapai jika dipenuhi
kedua syarat tersebut di atas, yaitu berlangsungnya laju pertumbuhan yang
warranted maupun laju pertumbuhan yang natural. Dengan kata lain laju
pertumbuhan yang sama dengan laju pertumbuhan yang natural.
Dengan demikian diperlukan adanya intervensi kebijaksanaan untuk
menanggulangi gangguan dan penyimpangan yang merupakan ciri pokok
pertumbuhan itu sendiri. Harrod juga meneliti keadaan-keadaan untuk
perkembangan yang terus menerus, dan menunjukkan sifat/ keadaan dari cara
yang mungkin dapat ditempuh untuk suatu perkembangan ekonomi (Dwi
Susilowati, 2010).
33
2.1.4 Kemiskinan
2.1.4.1 Teori Kemiskinan
Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak
mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan
minimal dari standar hidup tertentu.Kemiskinan sering dipahami sebagai keadaan
kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup.Menurut
Mahsunah (2013) kemiskinan diartikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi
berbagai kebutuhan seperti pangan, perumahan, pakaian, pendidikan, kesehatan, dan
sebagainya.
Tinjauan kemiskinan dari dimensi ekonomi ini diartikan sebagai ketidak
mampuan seseorang untuk menndapatkan mata pencaharian yang mapan dan
memberikan penghasilan yang layak untuk menunjang hidupnya secara
berkesinambungan yang terlihat dari rendahnya gizi makanan, tingkat kesehatan yang
rendah, tingkaat pendidikan yang rendah, pakaian yang tidak layak, dan
sebagainya.Definisi tentang kemiskinan telah mengalami perluasan, seiring dengan
semakin kompleksnya faktor penyebab, indikator maupun permasalahan lainnya yang
melingkupinya.Kemisinan tidak lagi hanya dianggap sebagai dimensi ekonomi
melainkan telah meluas hingga kedimensi sosial, kesehatan, pendidikan, dan politik.
Kemiskinan dalam arti luas dapat diartikan ssebagai keterbatasan yang disandang
oleh seseorang, sebuah keluarga, sebuah komunitas, atau bahkan sebuah Negara yang
menyebabkan terjadinya ketidaknyamanan dalam kehidupan, terancamnya penegakan
hak dan keadilan, terancamnya posisi tawar dalam pergaulan dunia, dan pada jangka
34
yang lebih panjang dapat mengakibatkan hilangnya generasi, serta suramnya masa
depan Bangsa dan Negara (Budhi, 2013).
Ukuran kemiskinan secara sederhana dan yang umum digunakan dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1) Kemiskinan Absolut
Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada
di bawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan kebutuhan dasar
hidupnya.Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan
minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan,
pakaian, dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup.Kesulitan utama
dalam konsep kemiskinan absolut adalah menentukan komposisi dan tingkat
kebutuhan minimum karena kedua hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh adat
kebiasaan saja, tetapi juga iklim, tingkat kemajuan suatu negara, dan faktor-faktor
ekonomi lainnya.Walaupun demikian, untuk dapat hidup layak, seseorang
membutuhkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
sosialnya.
2) Kemiskinan Relatif
Seseorang termasuk golongan miskin relatif apabila telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan
keadaan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan
mengalami perubahan bila tingkat hidup masyarakat berubah sehingga konsep
kemiskinan ini bersifat dinamis atau akan selalu ada. Oleh karena itu, kemiskinan
35
dapat dari aspek ketimpangan sosial yangberarti semakin besar ketimpangan
antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah, maka akan
semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan selalu miskin.
Menurut Sharp (dalam Wijayanto, 2010) terdapat tiga faktor penyebab
kemiskinan jika dipandang dari sisi ekonomi.Pertama, kemiskinan muncul karena
adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi
pendapatan yang timpang.Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya yang
terbatas dan kualitasnya rendah.Kedua kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam
kualitas sumberdaya manusia.Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti
produktifitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah.Rendahnya kualitas
sumberdaya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung,
adanya diskriminasi atau keturunan.ketiga kemiskinan muncul karena perbedaan
akses dalam modal.
2.1.4.2 Mengukur Kemiskinan dan Kedalaman Kemiskinan
Untuk mengukur kemiskinan, Indonesia melalui BPS menggunakan konsep
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) dalam mengukur
kemiskinan. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan
dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan
yang diukur dari sisi pengeluaran.Pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index,
yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.Dengan pendekatan ini,
kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
36
kebutuhan dasar makanan dan bukanmakanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Metode yang digunakan adalah menghitung garis kemiskinan yang terdiri dari dua
komponen yaitu Garis Kemiskinan (GK) makanan dan garis kemiskinan bukan
makanan(GKBM). Perhitungan garis kemiskinan secara terpisah untuk daerah
perkotaan dan perdesaan.Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) merupakan pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disertakan dengan 2100 kalori perkapita perhari. Sedangkan Garis 1 Kemiskinan
Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang,
pendidikan, kesehatan
Garis kemiskinan adalah suatu ukuran yang menyatakan besarnya
pengeluaran (dalam rupiah) untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan
dan kebutuhan non makanan, atau standar yang menyatakan batas seseorang
dikatakan miskin bila dipandang dari sudut konsumsi.Garis kemiskinan digunakan
untuk mengetahui batas seseorang dikatakan miskin atau tidak, sehingga garis
kemiskinan dapat digunakan untuk mengukur dan menentukan jumlah
kemiskinanPersoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase
penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman
dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk
miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat
kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan dan
Indeks Keparahan Kemiskinan di daerah perdesaan masih tetap lebih tinggi daripada
37
perkotaan. Pada September 2014, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan untuk
perkotaan hanya 1,48 sementara di daerah perdesaan mencapai 2,61. Nilai Indeks
Keparahan Kemiskinan untuk perkotaan hanya 0,39 sementara di daerah perdesaan
mencapai 0,68. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan
lebih buruk dari daerah perkotaan.(BPS Provinsi Bali, 2014).
2.1.4.3 Teori Lingkaran Setan Kemiskinan (The Vicious Circle of Poverty)
Penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2000) sebagai berikut:
1) Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan
sumber daya yang menimbulkan ketimpangan distribusi pendapatan, penduduk
miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya
rendah.
2) Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia karena
kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas juga rendah,
upahnya pun rendah.
3) Kemiskinan muncul disebabkan perbedaan akses dan modal.
Ketiga penyebab kemiskinan itu bermuara pada teori lingkaran setan
kemiskinan (vicious circle of poverty) yang digambarkan pada Gambar 2.1.4.3.1
Adanya ketidaksempurnaan pasar, keterbelakangan, ketertinggalan, kurangnya modal
menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas
38
mengakibatkanrendahnya pendapatan yang diterima. Rendahnya pendapatan akan
berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi, rendahnya investasi akan
berakibat pada keterbelakangan dan seterusnya.
Gambar 2.1Lingkaran Setan Kemiskinan
(The Vicious Circle of Poverty)
Sumber : Yudha (2013)
Dalam mengemukakan teorinya tentang lingkaran setan kemiskinan, pada
hakikatnya Nurkse berpendapat bahwa kemiskinan bukan saja disebabkan
olehketiadaan pembangunan masa lalu tetapi juga disebabkan oleh
hambatanpembangunan di masa yang akan datang. Sehubungan dengan hal ini
Nurksemengatakan : “Suatu negara menjadi miskin karena ia merupakan negara
miskin”(A country is poor because it is poor). Menurut pendapatnya, inti dari
Ketidaksempurnaanpasar
Keterbelakangan,Ketertinggalan
Kekurangan Modal
Produktivitas RendahInvestasi rendah
Tabungan Rendah Pendapatan Rendah
39
lingkaransetan kemiskinan adalah keadaan-keadaan yang menyebabkan
timbulnyahambatan terhadap terciptanya tingkat Ketidaksempurnaan pasar,
keterbelakangan, ketertinggalan.Kekurangan Modal Produktivitas Rendah
Pendapatan Rendah Investasi Rendah Tabungan Rendah 20 pembentukan modal yang
tinggi. Di satupihak pembentukan modal ditentukan oleh tingkat tabungan, dan di lain
pihakoleh perangsang untuk menanam modal. Di negara berkembang kedua faktor
itutidak memungkinkan dilaksanakannya tingkat pembentukan modal yang
tinggi.(Yudha, 2013).
2.1.4.4 Penyebab Kemiskinan
Menurut Nursoleh (dalam Suyana, 2010) menyatakan bahwa terdapat tiga
penyebab kemiskinan yaitu sebagai berikut:
1) Kemiskinan alamiah atau natural merupakan kemiskinan yang disebabkan
oleh factor-faktor alamiah dari kehidupan masyarakat itu sendiri yang
meliputi factor usia, kesehatan, geografis tempat tinggal, dimana kondisi ini
ditunjang oleh tidak adanya sumberdaya yang memadai, baik itu sumberdaya
manusia, sumberdaya alam, ataupun sumberdaya pembangunan lain yang
terdapat di suatu wilayah.
2) Kemiskinan kultural merupakan kemiskinan yang disebabkan oleh adat
istiadat, etos kerja, dan lainnya. Selain itu kemiskinan ini terjadi karena pola
hidup atau kebiasaan hidup, serta budaya hidup. Kelompok masyarakat yang
tergolong kedalam kemiskinan kultural sulit untuk diajak berpatisipasi dalam
40
rangka meningkatkan taraf hidupnya serta sulit untuk melakukan perubahan
dan menolak mengikuti perkembangan, yang dimana hal ini terjadi karena
pola hidup dan budaya hidup dari masyarakat.
3) Kemiskinan struktural merupakan kemiskinan yang disebabkan oleh factor-
faktor buatan manusia yang meliputi distribusi aset yang tidak merata,
kebijakan ekonomi yang diskriminatif, korupsi-kolusi, serta tatanan
perekonomian yang hanya menguntungkan kelompok masyarakat atau
golongan tertentu.
Menurut Kartasasmita (dalam Hendra, 2010) secara umum faktor-faktor
penyebab kemiskinan yaitu sebagai berikut :
1) Rendahnya kualitas sumber daya manusia, hal ini ditunjukkan dengan
rendahnya tingkat pendidikan, tingginya angka ketergantungan, rendahnya
tingkat kesehatan, kurangnya pekerjaan alternatif, rendahnya etos kerja,
rendahnya keterampilan dan besarnya jumlah anggota keluarga.
2) Rendahnya sumber daya fisik, hal ini ditunjukkan oleh rendahnya kualitas dan
aset produksi serta modal kerja.
3) Rendahnya penerapan teknologi, ditandai oleh rendahnya penggunaan input
mekanisasi pertanian.
4) Rendahnya potensi wilayah yang ditandai dengan oleh rendahnya potensi fisik
dan infrastruktur wilayah. Universitas Sumatera Utara
41
5) Rendahnya taraf pendidikan. Taraf pendidikan yang rendah mengakibatkan
kemampuan pengembangan diri terbatas dan menyebabkan sempitnya
lapangan kerja yang dapat dimasuki.
6) Rendahnya derajat kesehatan. Taraf kesehatan dan gizi yang rendah
menyebabkan rendahnya daya tahan fisik, daya pikir, dan prakarsa.
7) Terbatasnya lapangan kerja. Keadaan kemiskinan karena kondisi pendidikan
diperberat oleh terbatasnya lapangan pekerjaan. Selama ada lapangan kerja
atau kegiatan usaha, selama itu pula ada harapan untuk memutuskan lingkaran
kemiskinan tersebut.
8) Kondisi keterisolasian. Banyak penduduk miskin, secara ekonomi tidak
berdaya karena terpencil dan terisolasi. Mereka hidup terpencil sehingga sulit
atau tidak dapat terjangkau oleh pelayanan pendidikan, kesehatan, dan gerak
kemajuan yang dinikmati masyarakat lainnya.
Selain itu kemiskinan dapat terjadi akibat sistem ekonomi yang berlaku
karena yang kuat menindas yang lemah, tidak adanya sumber pendapatan yang
memadai bagi golongan yang bersangkutan, struktur pemilikan, dan penggunaan
tanah, pola usaha yang terbelakang, dan pendidikan angkatan kerja yang
rendah.Dengan rendahnya faktor-faktor diatas menyebabkan rendahnya aktivitas
ekonomi yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Dengan rendahnya aktivitas
ekonomi yang dapat dilakukan berakibat terhadap rendahnya produktivitas dan
pendapatan yang diterima, pada gilirannya pendapatan tersebut tidak mampu
42
memenuhi kebutuhan fisik minimun yang menyebabkan terjadinya proses kemiskinan
(Mahsunah,2013).
2.1.5 Hubungan Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu isu paling kontroversial dari
sejarah ekonomi dunia.Sebuah jalur pembangunan yang ramah lingkungan yang
dimulai dengan pertanian diganti penggunaan berlebihan alami sumber daya setelah
revolusi industri.Para ekonom pada umumnya yang menyatakan bahwa investasi
berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi.Terlebih untuk negara berkembang
seperti Indonesia, salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi yang sangat
dominan adalah faktor investasi, di samping faktor konsumsi.Konstribusi investasi
terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi permintaan dan
penawaran.Pada sisi permintaan, peningkatan investasi akan menjadi stimulus
petumbuhan ekonomi dengan menciptakan pertumbuhan yang efektif. Sedangkan dari
sisi penawaran, pertumbuhan investasi akan merangsang pertumbuhan ekonomi
dengan menciptakan lebih banyak cadangan modal yang kemudian berkembang
dalam peningkatan kapasitas produksi.
Menurut teori Klasik bahwa investasi merupakan suatu pengeluaran yang
dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menigkatkan
produksi. Jadi investasi merupakan pengeluaran yang akan menambah jumlah alat-
alat produksi dalam masyarakat dimana pada akhirnya akan menambah pendapatan,
sehingga Pertumbuhan ekonomi meningkat. Sehubungan dengan itu, maka sudah
43
sewajarnya pemerintah melakukan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan
masuknya investasi (Sutawijaya, 2007).
Suatu teori dalam analisa investasi yang pada hakikatnya mengatakan
bahwa perubahan dalam tingkat investasi adalah sepenuhnya ditentukan oleh
perubahan dalam tingkat pendapatan nasional atau regional. Teori di atas menjelaskan
pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap investasi yaitu, apabila suatu daerah
memiliki Pertumbuhan ekonomi yang tinggi maka para investor akan lebih memilih
berinvestasi di daerah tersebut. Sebaliknya semakin banyak investasi yang dilakukan
maka jumlah barang dan jasa yang diproduksi suatu daerah akan semakin menigkat
sehingga meningkatkan Pertumbuhan ekonomi daerah tersebut (Sukirno, 2000).
2.1.6 Hubungan Pengangguran terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak
sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya.
Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan
adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang
sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial
lainnya. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran
konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan.Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek
44
psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.Tingkat pengangguran
yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial
sehingga mengganggu pertumbuhan ekonomi (Wibowo, 2014).
Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dapat diwujudkan dengan kebijakan
perluasan kesempatan kerja (mengurangi tingkat pengangguran).Menurut teori neo
klasik, pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan penyediaan faktor-faktor
produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan
teknologi.Pembentukan modal menghasilkan kemajuan teknik yang menunjang
tercapainya ekonomi produksi skala luas dan meningkatkan spesialisasi.Pembentukan
modal memberikan mesin, alat dan perlengkapan bagi tenaga kerja yang semakin
meningkat.Hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat pengangguran berkorelasi
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.Hal ini berarti bahwa semakin
meningkat tingkat pengangguran, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin
menurun (Jonaidi, 2012).
2.1.7 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat keberhasilan
pembangunan dan merupakan syarat bagi pengurangan tingkat kemiskinan.Syaratnya
adalah hasil dari pertumbuhan ekonomi tersebut menyebar disetiap golongan
masyarakat, termasuk di golongan penduduk miskin. Hermanto Siregar dan Dwi
Wahyuniarti (dalam Achmad Khabhibi, 2010: 46). Penelitian yang dilakukan
45
Wongdesmiwati dalam Adit Agus Prastyo (2009: 24), menemukan bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan.
Kenaikan pertumbuhan ekonomi akan menurunkan tingkat kemiskinan. Hubungan ini
menunjukkan pentingnya mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk menurunkan
tingkat kemiskinan (Yudha, 2013).
Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indicator
yang lazim digunakan oleh suatu Negara untuk melihat kemajuan atau kemampuan
negaranya. Pengentasan kemiskinan telah menjadi tujuan pembangunan yang
fundamental sehingga menjadi sebuah alat untuk menilai efektivitas berbagai jenis
program pembangunan. Pertumbuhan ekonomi dapat menjadi instrument yang sangat
berpengaruh dalam penurunan kemiskinan pendapatan (income poverty), sehingga
dibutuhkan cara-cara yang tepat dalam mengkaji dampak kemiskinan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Kemiskinan adalah suatu situasi dimana pendapatan tahunan individu di suatu
kawasan tidak dapat memenuhi standar pengeluaran minimum yang dibutuhkan
individu untuk dapat hidup layak dikawasan tersebut.Individu yang idup di bawah
standar penngeluaran minimum tersebut tergolong miskin. Ketika perekonomian
berkembang di suatu kawasan (negara atau kawasan tertentu yang lebih kecil),
terdapat lebih banyak pendapatan untuk dibelanjakan, yang jika terdistribusi dengan
baik di antara penduduk kawasan tersebut akan mengurangi kemiskinan. Secara
teoritis, pertumbuhan ekonomi memainkan peranan penting dalam mengatasi masalah
penurunan kemiskinan (Hermanto dan Dwi, 2006).
46
2.1.8 Hubungan Investasi terhadap Kemiskinan
Adanya hubungan yang negatif dan signifikan antara investasi terhadap
penduduk miskin.Investasi memiliki pengaruh yang besar terhadap kemiskinan yang
ada pada suatu Negara. Karena dengan banyaknya investasi dari investor melalui
pengembangan usaha-usaha yang berskala makro atau pun mikro, tentunya akan
memerlukan tenaga kerja untuk mengembangkan usahanya tersebut, sehingga secara
tidak langsung terdapat lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Tentunya hal ini juga
akan berdampak terhadap pengurangan jumlah masyarakat miskin, karena warga
masyarakat telah memiliki pekerjaan yang pada nantinya mereka akan mendapatkan
penghasilan, sehingga kehidupan perekonomian masyarakat dapat sebagai efek
adanya investasi. Hasil estimasi menunjukkan bahwa investasi berkorelasi negatif
terhadap tingkat kemiskinan Indonesia.Hal ini berarti bahwa semakin meningkat nilai
investasi, maka tingkat kemiskinan Indonesia semakin menurun (Jonaidi, 2012).
Menurut hasil penelitian Wahyuni (2010) investasi tidak berpengaruh
terhadap jumlah penduduk miskin yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa investasi yang didominasi oleh pertambangan yang masuk kategori investasi
padat justru berdampak buruk terhadap masyarakat yang mayoritas petani.
2.1.9 Hubungan Pengangguran terhadap Kemiskinan
Jumlah penduduk yang tinggi akan menyebabkan tingginya jumlah
pengangguran dan jumlah kemiskinan menjadi meningkat apabila tidak didukung
47
dengan penyediaan lapangan kerja yang memadai bagi penduduk usia kerja. Apabila
jumlah lapangan kerja semakin banyak akan diikuti dengan banyaknya jumlah tenaga
kerja yang terserap. Apabila tidak tersedia lapangan kerja yang memadai akan
meningkatkan jumlah kemiskinan yang berakibat pada tingkat kesejahteraan
masyarakat menjadi menurun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah
pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap penduduk miskin.Hal ini
berarti jumlah pengangguran meningkatkan jumlah penduduk miskin (Wiradyatmika,
2013).
Lincolind Arsyad (1997) menyatakan bahwa ada hubungan yang erat sekali
antara tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan.Bagi sebagian besar
masyarakat, yang tidak mempunyai pekerjaan tetap selalu berada diantara kelompok
masyarakat yang sangat miskin.Masyarakat yang bekerja dengan bayaran tetap di
sektor pemerintah dan swasta biasanya termasuk diantara kelompok masyarakat kelas
menengah keatas.Setiap orang yang tidak mempunyai pekerjaan adalah miskin,
sedangkan yang bekerja secara penuh adalah orang kaya.Karena kadangkala ada juga
pekerja diperkotaan yang tidak bekerja secara sukarela karena mencari pekerjaan
yang lebih baik dan yang lebih sesuai dengan tingkat pendidikannya.Mereka menolak
pekerjaan-pekerjaan yang mereka rasakan lebih rendah dan mereka bersikap
demikian karena mereka mempunyai sumber-sumber lain yang bisa membantu
masalah keuangan mereka.Orang-orang seperti ini bisa disebut menganggur tetapi
belum tentu miskin.Sama juga halnya adalah, banyaknya induvidu yang mungkin
bekerja secara penuh per hari, tetapi tetap memperoleh pendapatan yang
48
sedikit.Banyak pekerja yang mandiri disektor informal yang bekerja secara penuh
tetapi mereka sering masih tetap miskin.Sebagian rumah tangga di Indonesia
memiliki ketergantungan yang sangat besar atas pendapatan gaji atau upah yang
diperoleh saat ini.Hilangnya lapangan pekerjaan menyebabkan berkurangnya
sebagian besar penerimaan yang digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Lebih jauh, jika masalah pengangguran ini terjadi pada kelompok masyarakat
berpendapatan rendah (terutama kelompok masyarakat dengan tingkat pendapatan
sedikit berada di atas garis kemiskinan), maka insiden pengangguran akan dengan
mudah menggeser posisi mereka menjadi kelompok masyarakat miskin. Semakin
tinggi tingkat pengganguran maka akan meningkatkan kemiskinan.
2.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pokok permasalahan yang akan
diuji kebenarannya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Terdapat pengaruh positif dari investasi secara langsung terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Provinsi Bali.
2) Terdapat pengaruh negatif dari Pengangguran secara langsung terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali.
3) Terdapat pengaruh negatif dari Investasi secara langsung terhadap Kemiskinan di
Provinsi Bali.
4) Terdapat pengaruh positif dari Pengangguran secara langsung terhadap
Kemiskinan di Provinsi Bali.
49
5) Terdapat pengaruh negatif dari Pertumbuhan Ekonomi secara langsung terhadap
Kemiskinan di Provinsi Bali.
6) Terdapat pengaruh dari Investasi terhadap Kemiskinan melalui Pertumbuhan
Ekonomi di Provinsi Bali.
7) Terdapat pengaruh dari Pengangguran terhadap Kemiskinan melalui Pertumbuhan
Ekonomi di Provinsi Bali.