kajian teknis awal

Upload: cipta-riyana

Post on 08-Jan-2016

46 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tambang

TRANSCRIPT

Bab 1

KAJIAN TEKNIS AWAL

RENCANA PENAMBANGAN PASIR DAN Batu

DI SUNGAI PROGOKAJIAN TEKNIS AWAL1 Latar Belakang

Sungai merupakan alur bentukan alam yang keberadaannya membutuhkan pemanfaatan secara optimal. Sebagai sumber air dan sedimen, maka pengelolaan yang baik menjadi hal yang harus dilakukan sedemikian hingga jumlah air dan sedimen tersebut memadai kebutuhan. Dengan adanya berbagai pemanfaatan sungai tersebut diperlukan adanya perencanaan yang baik mengenai sungai yang bersangkutan. Sungai Progo mengalir melalui wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Sungai ini merupakan sungai terbesar di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan panjang keseluruhan 120 km dan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) 2.380 km2, sungai ini memiliki potensi yang besar. Selain potensi sumber daya air, sungai ini juga menyimpan potensi bahan tambang terutama pasir. Aliran sungai yang panjangnya mencapai 120 km ini bermata air di Gunung Sundoro, Provinsi Jawa Tengah dan bermuara di Pantai Pandansimo wilayah selatan Yogyakarta. Disamping potensi Sumber daya alam yang dipunyai, sungai Progo berpotensi tambang mineral seperti pasir, kerikil dan batu perkerasan jalan. Agregat tersebut berasal dari gunung merapi, mengalir melalui Sungai Progo melewati anak sungai yang bermata air di kaki Gunung Merapi.

Kegiatan ekploitasi sumberdaya mineral atau bahan galian seperti pasir merupakan salah satu pendukung sektor pembangunan baik secara fisik, ekonomi maupun sosial. Hasil pertambangan merupakan sumberdaya yang mampu menghasilkan pendapatan yang sangat besar untuk suatu negara. Kebutuhan akan bahan galian konstruksi dan industri seperti pasir tampak semakin meningkat seiring dengan semakin berkembangnya pembangunan berbagai sarana maupun prasarana fisik di berbagai daerah di Indonesia.2 Maksud dan TujuanMaksud dan tujuan pekerjaan ini adalah:

Melaksanakan kegiatan penambangan pasir di Sungai Progo dengan memperhatikan aspek lingkungan yang ada sehingga kegiatan penambangan ini bisa memberikan dampak positif terhadap perubahan lingkungan sekitarnya. Menjadikan kegiatan penambangan pasir ini sebagai kegiatan yang bisa memberikan peningkatan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten setempat. Mengakomondir kepentingan para Stake Holder yang ada di Sungai Progo sehingga tidak terjadi konflik kepentingan yang bisa berujung kepada rusaknya lingkungan di sekitar sungai.3 Lokasi Kegiatan Penambangan

Lokasi pekerjaan penambangan pasir adalah Sungai Progo yang termasuk dalam wilayah Desa Trimurti dan Desa Poncosari, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (X= 415872.56, Y= 9121211.19).4 Gambaran Umum Kabupaten Bantul

4.1 Kondisi GeografisSecara geografis lokasi kegiatan berada di Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Bantul terdiri dari daerah dataran yang terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian timur dan barat, serta kawasan pantai di sebelah selatan. Kondisi bentang alam tersebut relatif membujur dari utara ke selatan. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 0744'04" 0800'27" Lintang Selatan dan 11012'34" - 11031'08" Bujur Timur. Kabupaten Bantul berbatasan dengan:

Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul,

Sebelah utara berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman,

Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, dan

Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. 4.2 Kondisi Administrasi

Kabupaten Bantul secara administratif terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa dan 933 pedukuhan. Desa-desa di Kabupaten Bantul dibagi lagi berdasarkan statusnya menjadi desa pedesaan (rural area) dan desa perkotaan (urban area).

Kecamatan Dlingo mempunyai wilayah paling luas, yaitu 55,87 km2. Sedangkan jumlah desa dan pedukuhan yang terbanyak terdapat di Kecamatan Imogiri dengan delapan desa dan 72 pedukuhan. Berdasarkan RDTRK dan Perda mengenai batas wilayah kota, maka status desa dapat dipisahkan sebagai desa perdesaan dan perkotaan. Secara umum jumlah desa yang termasuk dalam wilayah perkotaan sebanyak 41 desa, sedangkan desa yang termasuk dalam kawasan perdesaan sebanyak 34 desa.Tabel 1 Jumlah Desa, Dusun dan Luas kecamatan di Kabupaten Bantul

NoKecamatanJumlah DesaJumlah DusunLuas (km2)

1.Srandakan24318,32

2.Sanden46223,16

3.Kretek55226,77

4.Pundong34924,30

5.Bambanglipuro34522,70

6.Pandak44924,30

7.Pajangan35533,25

8.Bantul55021,95

9.Jetis46421,47

10.Imogiri87254,49

11.Dlingo65855,87

12.Banguntapan85728,48

13.Pleret54722,97

14.Piyungan36032,54

15.Sewon46327,16

16.Kasihan45332,38

17.Sedayu45434,36

Jumlah75933504,47

Sumber : www.bantulkab.go.id tahun 2013

Gambar 1 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Bantul.4.3 Kondisi KependudukanDalam database ini untuk Kepadatan Penduduk dibedakan menjadi beberapa kategori. Kepadatan penduduk geografis menunjukkan jumlah penduduk pada suatu daerah setiap kilometer persegi. Kepadatan penduduk geografis menunjukkan penyebaran penduduk dan tingkat kepadatan penduduk di suatu daerah. Daerah yang mempunyai kepadatan penduduk geografis tinggi terletak di Kecamatan Sewon, Banguntapan dan kasihan sedangkan kepadatan penduduk geografis rendah terletak di Kecamatan Dlingo, Pajangan, dan Pleret.Tabel 2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Bantul Tahun 2012

NoKecamatanLuas (km2)Jumlah PendudukKepadatan / km2

1.Srandakan18,3228.5821.560

2.Sanden23,1629.6361.280

3.Kretek27,7729.1351.088

4.Pundong23,6831.6031.335

5.Bambanglipuro22,737.3111.644

6.Pandak24,346.6741.962

7.Bantul21,9559.2342.699

8.Jetis24,4751.9272.284

9.Imogiri54,4956.1511.030

10.Dlingo55,8735.542636

11.Pleret22,9743.1851.880

12.Piyungan32,5448.6461.495

13.Banguntapan28,48120.1234.218

14.Sewon27,16104.1683.835

15.Kasihan32,38110.4273.410

16.Pajangan33,2532.810987

17.Sedayu33,3644.4181.293

Jumlah506,85910.5721.910

Sumber : www.bantulkab.go.id tahun 20134.4 Kondisi Hidrologi

Kabupaten Bantul terdapat tiga daerah aliran sungai ( DAS ) yaitu DAS Progo, DAS Opak, dan DAS Oya. DAS Oya mempunyai satu sub-DAS yaitu sub-DAS Oya. Untuk DAS Opak mempunyai 12 sub-DAS yaitu sub-DAS Opak, Gawe, Buntung, Tepus, Kuning, Mruwe, Kedung Semerengan, Code, Gajah Wong, Winongo, Bulus, Belik, dan Plilan. DAS Progo mempunyai satu sub-DAS yaitu sub-DAS Bedog. Secara keseluruhan DAS di wilayah Kabupaten Bantul menempati lahan seluas 45.387,00 Ha. Sungai sungai tersebut merupakan sungai yang berair sepanjang tahun (permanen), meskipun untuk sungai yang kecil pada musim kemarau debit airnya relatif sedikit.

Salah satu fungsi dari masing masing DAS adalah untuk mengairi areal pertanian. Untuk DAS Opak luas lahan yang diairi adalah 3.380,30 Ha dan untuk DAS Progo luas lahan yang diairi adalah 4.595,29 Ha. Di samping itu air sungai juga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.Tabel 3 Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Bantul

NoNama DAS Nama Sub-DASLuas (Ha)Luas Lahanyang diairi (Ha)

1.OyaOya57,0015

2.OpakKali Opak 3,380,30

Kali Gawe178,00178,00

Kali Buntung108,18119,70

Kali Kuning68,1474,10

Kali Mruwe642,51653,90

Kali Kedung Semerengan278,25382,60

Kali Code277,96865,40

Kali Gajah Wong287,00246,80

Kali Winongo910,582110,50

Kali Bulus185,3096,30

Kali Belik133,82117,40

Kali Plilan97,5897,34

3.ProgoKali Bedog1454,401528,44

Jumlah 14 Sub Das4819,83 6617,58

Sumber : www.bantulkab.go.id tahun 20134.5 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BantulDalam pelaksanakan pembangunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sangat diperlukan di Kabupaten Bantul. Hal tersebut merupakan salah satu upaya perencanaan program pembangunan yang memperhatikan suatu tatanan wilayah yang terpadu dan teratur. Secara garis besar arah pengembangan dan pembangunan daerah mengacu pada RTRW Kabupaten Bantul yang terbagi menjadi enam Satuan Wilayah Pengembangan (SWP). Sedangkan peta Satuan Wilayah Pengembangan adalah sebagai berikut:1. Srandakan a. Jalur Panselab. Pengembangan Wisata Bahari di Sepanjang Pantai Selatanc. Pengembangan Pesisir dan Pengelolaan Hasil Laut d. Pengembangan Energi Terbarukan dan Konversi energi e. Pengembangan Desa Mandiri energi

2. Sanden a. Jalur Panselab. Pengembangan Wisata Bahari di Sepanjang Pantai Selatanc. Pengembangan Pesisir dan Pengelolaan Hasil Laut d. Pengembangan Agrowisata 3. Kretek a. Jalur Panselab. Pengembangan Destinasi wisatac. Pengembangan Wisata Bahari di Sepanjang Pantai Selatand. Pengembangan Pesisir dan Pengelolaan Hasil Laut e. Konversi Gumuk Pasir 4. Pundong a. Kawasan Rawan Gempa Bumi, Tanah Longsor dan Kekeringanb. Pengembangan Destinasi Wisatac. Peningkatan Pelayanan Fasilitas Wisata dan Akomodasi 5. Bambanglipuro a. Pengembangan Pertanian / lahan pertanian berkelanjutan b. Pengembangan Bio Energic. Pengembangan Bio Arang / Bio Sampah 6. Pandak a. Pengembangan Kawasan Minapolitan b. Pengembangan Pertanian /Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan c. Mengendalikan Kegiatan pada Cagar Budayad. Pengembangan Bio Energi 7. Bantul a. Pengembangan Desa Wisata berbasis Budaya dan Kerajinan pada Desa Wisata Gabusan - Manding - Tembi (GMT)b. Permasalahan Sanitasi Perkotaan c. Pengembangan Bio Arang / Bio Sampah8. Jetis a. Kawasan Rawan Gempa Bumi, Tanah Longsor dan Kekeringanb. Pengembangan Pertanian /Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan c. Pengembangan Microhydrod. Pengembangan Destinasi Wisata 9. Imogiri a. Kawasan Rawan Gempa Bumi, Tanah Longsor dan Kekeringanb. Pengembangan Microhydroc. Mengendalikan Kegiatan Pada Cagar Budaya d. Pengembangan Destinasi Wisata 10. Dlingo a. Pengembangan Agrowisata b. Kawasan Rawan Gempa Bumi, Tanah Longsor dan Kekeringan11. Pleret a. Mengendalikan Kegiatan Pada Cagar Budaya b. Pengembangan Destinasi Wisata c. Kawasan Rawan Gempa Bumi, Tanah Longsor dan Kekeringan12. Piyungan a. Pengembangan dan Peningkatan Kawasan Industrib. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan Regional Lintas Kab/Kotac. Kawasan Rawan Gempa Bumi, Tanah Longsor dan Kekeringand. Pengembangan Desa Mandiri Energi 13. Banguntapan a. Kawasan Strategis Kawasan Perkotaan yogyakarta / KPY (Kaw. Strategis Ekonomis)b. Perubahan Penggunaan Lahan (Konversi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian)c. Permasalahan Perbatasan dan Sanitasi Perkotaan 14. Sewon a. Kawasan Strategis Kawasan Perkotaan yogyakarta / KPY (Kaw. Strategis Ekonomis)b. Perubahan Penggunaan Lahan (Konversi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian)c. Pengolah Air Limbah (IPAL) Sewon Regional Lintas Kab/Kotad. Pengembangan Desa Wisata berbasis Budaya dan Kerajinan Pada desa Gabusan - Manding -Tembu (GMT)e. Permasalahan Perbatasan dan Sanitasi Perkotaan 15. Kasihan a. Kawasan Strategis Kawasan Perkotaan yogyakarta / KPY (Kaw. Strategis Ekonomis)b. Perubahan Penggunaan Lahan (Konversi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian)c. Pengembangan Desa Wisata Cluster Kajigelem (Kasongan, Jipangan, Gendeng, Lemahdadi)d. Permasalahan Perbatasan dan Sanitasi Perkotaan 16. Pajangan a. Pengembangan Bantul Kota Mandiri b. Mengendalikan Kegiatan Pada Cagar Budaya 17. Sedayu a. Pengembangan Desa Mandiri Energi b. Pengembangan Bio arang / Bio sampah c. Pengembangan dan Peningkatan Kawasan Industri

Untuk mendukung program kecamatan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru, maka tiga kecamatan telah dijadikan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru, yaitu Kecamatan Piyungan, Pundong, dan Srandakan. Selain penataan wilayah seperti tersebut di atas, pembangunan di Kabupaten Bantul juga mengacu pada Perda No. 01 tahun 1994 tentang Rencana Umum Tata Ruang Daerah Kabupaten Bantul yang menunjukkan pemanfaatan ruang wilayah. Pembagian pemanfaatan ruang di Kabupaten Bantul secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu:1. Budidaya Pertanian, terdiri dari:a. Kawasan Lahan Basah Non Irigasi;b. Kawasan Lahan Basah Irigasi;c. Kawasan Pertanian Lahan Kering.2. Budidaya Non Pertanian, terdiri dari:a. Kawasan Industri;b. Kawasan Perumahan Baru;c. Kawasan Perkotaan;d. Kawasan Pariwisata.

Gambar 2 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Bantul.5 Aspek Teknis SungaiDalam aktifitas penambangan nantinya, faktor kelestarian lingkungan akan menjadi aspek yang sangat diperhatikan mengingat posisi Sungai Progo ini berada di tengah antara 2 Kabupaten yaitu Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo. Untuk bisa mengelola kegiatan penambangan yang berwawasan lingkungan maka sangat penting untuk mengetahui aspek teknis dari sungai itu sendiri. Oleh karena itu dibawah ini akan diuraikan beberapa aspek teknis sungai yang akan menjadi bahan pertimbangan utama dalam melaksanakan kegiatan penambangan pasir.5.1 Struktur Sungai

Morfologi pada hakekatnya merupakan bentuk luar, yang secara rinci digambarkan sebagai berikut:Gambar 3 Bentuk Potongan Sungai

Keterangan :

A = Bantaran sungai,

B = tebing/jering sungai,

C = badan sungai,

D = batas tinggi air semu,

E = dasar sungai,

F = vegetasi riparian.Bagian dari bentuk luar sungai secara rinci dapat dipelajari melalui bagian-bagian dari sungai, yang sering disebut dengan istilah struktur sungai. Struktur sungai dapat dilihat dari tepian aliran sungai (tanggul sungai), alur sungai, bantaran sungai dan tebing sungai, yang secara rinci diuraikan sebagai berikut:

Alur dan Tanggul Sungai

Alur sungai adalah bagian dari muka bumi yang selalu berisi air yang mengalir yang bersumber dari aliran limpasan, aliran sub surface run-off, mata air dan air bawah tanah (base flow). Lebih jauh Sandy (1985) menyatakan bahwa alur sungai dibatasi oleh bantuan keras, dan berfungsi sebagai tanggul sungai.

Dasar dan Gradien sungai

Dasar sungai sangat bervariasi, dan sering mencerminkan batuan dasar yang keras. Jarang ditemukan bagian yang rata, kadangkala bentuknya bergelombang, landai atau dari bentuk keduanya; sering terendapkan matrial yang terbawa oleh aliran sungai (endapan lumpur). Tebal tipisnya dasar sungai sangat dipengaruhi oleh batuan dasarnya. Dasar sungai dari hulu ke hilir memperlihatkan perbedaan tinggi (elevasi), dan pada jarak tertentu atau keseluruhan sering disebut dengan istilah gradien sungai yang memberikan gambaran berapa presen rataan kelerengan sungai dari bagian hulu kebagian hilir. Besaran nilai gradien berpengaruh besar terhadap laju aliran air.

Bantaran sungai

Bantaran sungai merupakan bagian dari struktur sungai yang sangat rawan. Terletak antara badan sungai dengan tanggul sungai, mulai dari tebing sungai hingga bagian yang datar. Peranan fungsinya cukup efektif sebagai penyaring (filter) nutrien, menghambat aliran permukaan dan pengendali besaran laju erosi. Bantaran sungai merupakan habitat tetumbuhan yang spesifik (vegetasi riparian), yaitu tetumbuhan yang komunitasnya tertentu mampu mengendalikan air pada saat musim penghujan dan kemarau.

Tebing sungai

Bentang alam yang menghubungkan antara dasar sungai dengan tanggul sungai disebut dengan tebing sungai. Tebing sungai umumnya membentuk lereng atau sudut lereng, yang sangat tergantung dari bentuk medannya. Semakin terjal akan semakin besar sudut lereng yang terbentuk. Tebing sungai merupakan habitat dari komunitas vegetasi riparian, kadangkala sangat rawan longsor karena batuan dasarnya sering berbentuk cadas. Palung sungai

Palung sungai berfungsi sebagai ruang wadah air mengalir dan sebagai tempat berlangsungnya kehidupan ekosistem sungai. membentuk jaringan pengaliran air, baik yang mengalir secara menerus maupun berkala. Palung Sungai ditentukan berdasarkan topografi terendah alur sungai5.2 Kerapatan sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS), adalah bagian dari muka bumi yang dibatasi oleh topografi dan semua air yang jatuh mengalir kedalam sungai, dan keluar pada satu outlet. Sedangkan kerapan sungai yang dimaksudkan adalah ratio (perbandingan) jumlah panjang sungai dalam (km) terhadap luas Daerah Aliran Sungai.5.3 Karakteristik sungai

Karakteristik sungai memberikan gambaran atas profil sungai, pola aliran sungai dan genetis sungai, yang secara rinci diuraikan sebagai berikut;

Profil sungai

Berdasarkan perkembangan profil sungai, dalam proses pengembangnnya mengalami tiga taraf yaitu: Periode muda, terdapat di daerah hulu sungai, yang mempunyai ketinggian relief yang cukup besar. Ciri spesifiknya terdapatnya sayatan sungai yang dalam, disebabkan oleh penorehan air yang kuat dari air yang mengalir cepat dan daya angku yang besar. Erosi tegak sering dijumpai, sehingga lebah curam berbentuk huruf (V) sering juga ditemukan.

Contoh yang jelas di hulu Sungai Cipeles sekitar Cadas Pangeran. Periode dewasa, dijumpai di bagian tengah sungai, yang dicirikan dengan pengurangan kecepatan aliran air, karena ketinggian relief yang berkurang. Daya angkut berkurang, dan mulai timbul pengendapan di beberapa tempat yang relatif datar. Keseimbangan antara kikisan dan pengendapat mulai tampak, sehingga di beberapa tempat mulai terjadi akumulasi material, arus akan berbelok-belok, karena endapan yang mengeras, dan di tempat endapan inilah yang sering terjadi meander. Periode tua, di daerah hilir dengan ketinggian rendah, yang dicirikan tidak terjadi erosi tegak, dan daya angkut semakin berkurang, sehingga merupakan pusat-pusat pengendapan. Tekanan air laut di bagian muara sungai sering menyebabkan delta.

Pola Aliran

Letak, bentuk dan arah aliran sungai, dipengaruhi antara lain oleh lereng dan ketinggian, perbedaan erosi, struktur jenis batuan, patahan dan lipatan, merupakan faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan bentuk genetik dan pola sungai.

Pola sungai adalah kumpulan dari sungai yang mempunyai bentuk yang sama, yang dapat menggambarkan keadaan profil dan genetik sungainya. Lebih jauh dikemukakan bahwa ada empat pola aliran sungai yaitu:

a. Pola denditrik, bentuknya menyerupai garis-garis pada penampang daun, terdapat di struktur batuan beku, pada pengunungan dewasa.

b. Pola retangular, umumnya terdapat di struktur batuan beku, biasanya lurus mengikuti struktur patahan, dimana sungainya saling tegak lurus

c. Pola trellis, pola ini berbentuk kuat mengikuti lipatan batuan sedimen.

d. Pola radial, pola ini berbentuk mengikuti suatu bentukan muka bumi yang cembung, yang merupakan asal mula sungai.5.4 Pengertian Sempadan Sungai

Beberapa pengertian menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No, 38 Tahun 2011 tentang Sungai yaitu sebagai berikut:

1. Bantaran sungai adalah ruang antara tepi palung sungai dengan kaki tanggul sebelah dalam yang terletak di kiri dan atau kanan palung sungai.

2. Garis sempadan adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai.

3. Sempadan sungai berfungsi sebagai ruang penyangga antara ekosistem sungai dengan daratan, agar fungsi sungai dan kegiatan manusia tidak saling terganggu.

4. Dalam hal di dalam sempadan sungai terdapat tanggul untuk mengendalikan banjir, ruang antara tepi palung sungai dan tepi dalam kaki tanggul merupakan bantaran sungai.

5. Garis sempadan sungai ditentukan pada sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditentukan paling sedikit berjarak 10 m dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai dengan kedalaman kurang atau sama dengan 3 m,

6. Jika sungai mempunyai kedalaman antara 3 sampai dengan 20 m, maka garis sempadan sungai paling sedikut berjarak 15 m dan jika kedalaman lebih dari 20 m mempunyai garis sempadan paling sedikit 30 m.7. Sempadan sungai juga ditentukan oleh luasan daerah aliran sungai, pada sungai besar sebesar 100 m sementara pada sungai kecil sebesar 50 m.

8. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan paling sedikit 3 m dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai.

9. Garis sempadan sungai bertanggung di luar kawasan perkotaan paling sedikit 5 m dari luar kaki tanggul sepanjang alur sungai.

Gambar 4 Sketsa Sungai menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No, 38 Tahun 20115.5 Fungsi Sempadan Sungai

Fungsi dari sempadan sungai menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No, 38 Tahun 2011 adalah sebagai berikut :

1. Karena dekat dengan air tempat ini sangat kaya dengan keaneka-ragaman hayati flora dan fauna. Keaneka-ragaman hayati adalah asset lingkungan yang sangat berharga bagi kehidupan manusia dan alam.

2. Semak dan rerumputan yang tumbuh di sempadan sungai berfungsi sebagai filter yang sangat efektif terhadap polutan seperti pupuk, obat anti hama, pathogen dan logam berat sehingga kualitas air sungai terjaga dari pencemaran.

3. Tetumbuhan juga dapat menahan erosi karena system perakarannya yang masuk ke dalam memperkuat struktur tanah sehingga tidak mudah tererosi dan tergerus aliran air.

4. Rimbunnya dedaunan dan sisa-sisa tetumbuhan yang mati menyediakan tempat berlindung, berteduh dan sumber makanan bagi berbagai jenis spesies binatang akuatik dan satwa liar lainnya.

5. Kawasan tepi sungai yang sempadannya tertata asri menjadikan properti bernilai tinggi karena terjalinnya kehidupan yang harmonis antara manusia dan alam. Lingkungan yang teduh dengan tetumbuhan, ada burung berkicau didekat air jernih yang mengalir menciptakan rasa nyaman dan tenteram tersendiri.6 Metodologi Pelaksanaan Penambangan Berdasarkan PP Sungai No. 38 Tahun 2011 Untuk melakukan kegiatan penambangan pasir dan kerikil yang ada pada aliran Sungai Progo, maka kegiatan ini harus mengikuti aturan yang dalam hal ini adalah Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2011 Tentang Sungai. Dalam PP ini ada beberapa penjabaran yang ditafsirkan untuk diaplikasikan dalam kegiatan penambangan nantinya. Beberapa tafsiran tersebut diantaranya adalah:6.1 Izin Kegiatan Penambangan

1. Izin pengambilan komoditas tambang diberikan oleh bupati/walikota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setelah mendapat rekomendasi teknis dari pengelola sumber daya air sesuai kewenangannya.

2. Apabila lokasi pengambilan komoditas tambang yang dimohonkan terletak di sungai pada wilayah sungai lintas propinsi, lintas negara atau strategis nasional, rekomendasi diberikan oleh Menteri Pekerjaan Umum c.q Kepala Balai Wilayah sungai yang bersangkutan.

3. Apabila lokasi pengambilan komoditas tambang yang dimohonkan terletak di sungai pada wilayah sungai lintas kabupaten, rekomendasi teknis diberikan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Daerah Tingkat I pada wilayah sungai yang bersangkutan.4. Pengusaha pertambangan yang akan melakukan kegiatan pengambilan komoditas tambang di sungai wajib mengajukan permohonan izin kepada bupati/walikota dan pada waktu yang bersamaan juga wajib menyampaikan tembusan permohonan surat izin tersebut kepada pemberi rekomendasi teknis sebagai mana dimaksud pada Pasal 3 ayat (2), (3) dan (4).

5. Rekomendasi teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada Tatacara Perlindungan Sungai Dalam Kaitannya Dengan Pengambilan Komoditas Tambang sebagaimana tercantum dalam lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri ini6.2 Syarat Pengambilan Komoditas TambangPengambilan komoditas tambang paling sedikit harus memenuhi persyaratan:

1. Lokasi pengambilan terletak di ruas sungai yang mengalami kenaikan dasar sungai (agradasi);

2. Kapasitas pengambilan tidak boleh melebihi kemampuan sungai mengisi sedimen kembali;

3. Tidak mengakibatkan pencemaran;

4. Tidak mengakibatkan mengakibatkan luapan banjir;

5. Mengikuti ketentuan rekomendasi teknis perizinan yang telah ditetapkan mengenai batas maksimum pengambilan, lokasi, frekuensi dan kapasitas pengambilan, serta cara pengambilan;

6.3 Teknis Kegiatan PenambanganSyarat dan ketentuan umum untuk pengambilan komoditas tambang di sungai adalah sebagai berikut:1. Pengambilan pasir dan kerikil di sungai diizinkan hanya dalam rangka mengurangi laju pendangkalan di ruas sungai tertentu. Bagian sungai yang mengalami pendangkalan atau kenaikan dasar (agradasi) harus diidentifikasi terlebih dahulu.

2. Untuk menghindari terjadinya eksternalitas yang merugikan, harus diupayakan agar manfaat (benefit) penambangan pasir dan kerikil terhubung dengan kerugian (cost) yang timbul karenanya.3. Dalam hal di tikungan sungai terbentuk pulau, pengambilan pasir dan kerikil dapat dilakukan pada bagian hilir pulau tersebut. Untuk menjaga kestabilan alur sungai, sepertiga sampai dua per tiga panjang pulau bagian hulu dan tetumbuhan yang terdapat di sana harus tetap dipertahankan tidak diusik.

4. Pasir dan kerikil tidak diijinkan ditambang di lokasi yang terjadi gerusan, misalnya di tikungan luar sungai.

5. Tidak boleh ada pengambilan pasir dan kerikil dalam jarak 1 km dari bangunan sungai yang dapat terpengaruh oleh akibat pengambilan tersebut.

6. Pengambilan pasir dan kerikil dapat dilakukan dalam rangka mempertahankan kapasitas palung sungai di lokasi bangunan air yang mengalami pendangkalan.

7. Pastikan tidak terjadi gangguan terhadap pekerjaan operasi dan pemeliharaan sungai.

8. Pastikan tidak terjadi gangguan terhadap pemanfaatan sungai yang telah ada, misalnya intake irigasi, air baku, transportasi, kegiatan olah raga dan wisata dll

9. Pastikan tidak terjadi pencemaran lingkungan dan gangguan aliran yang mengakibatkan banjir.10. Tetumbuhan tepi sungai mempunyai beberapa fungsi penting untuk menjaga proses biologi dan geomrrphologi sungai. Tetumbuhan berfungsi sebagai perisai terhadap erosi.

11. Selain itu, tetumbuhan tepi sungai, termasuk akar pohon dan sisa2 pohon yang rubuh, berfungsi sebagai pelindung tempat berteduh dan sumber makanan bagi ikan, juga bekerja sebagai filter terhadap masukan sedimen dan membantu berlangsungnya siklus nutrient. Lebih luas lagi zona tepi sungai diperlukan untuk menjaga integritas ekosistem sungai yang menyediakan habitat bagi invertebrata, burung dan satwa liar lainnya.6.4 Lokasi Pengambilan Bahan TambangPengambilan di bagian endapan/pendangkalan di tikungan dalam.

1. Permukaan pengambilan harus diratakan agar membantu aliran sungai menjadi lancar. Pengambilan dapat dilakukan berulang pada musim kemarau jika di lokasi tersebut setelah beberapa tahun terjadi pendangkalan kembali. Pengambilan di tikungan dalam dibatasi sampai elevasi muka air pada saat musim kemarau.

2. Pengambilan dapat juga dilakukan pada bagian pendangkalan di sungai yang lurus, dengan membatasi pengambilan hanya pada dua pertiga bagian hilir pendangkalan saja. Sepertiga pendangkalan bagian hulu dijaga tidak terusik agar tidak terjadi perubahan drastis karakter aliran dan habitat lingkungan sungai.Pengambilan di dalam sungai pada kondisi kering

1. Pengambilan pada kondisi sungai kering adalah dengan membuat galian di dalam sungai untuk sungai intermitten dan ephemeral dengan alat berat konvensional seperti bulldozer, scraper, dan loader, Pada saat musim hujan galian ini akan terisi kembali.

2. Pengambilan dibatasi agar tidak terlalu dalam, dibatasi sampai muka air pada musim kemarau. Penggalian kering umumnya meninggalkan batas yang tegak di bagian hulu yang mengakibatkan terjadinya gerusan (headcutting) yang bergerak ke arah hulu.Pengambilan di sungai pada kondisi basah

1. Pengambilan dilakukan pada palung sungai perenial atau di bawah muka air tanah. Alat yang digunakan umumnya berupa hydraulic excavator, dragline untuk mengambil pasir dan kerikil dari bawah muka air sungai.2. Harus dijaga agar pengambilan tidak sampai menyentuh batas terrendah pengambilan yaitu 1 m di atas dasar palung sungai.

Pengambilan pasir dan kerikil dari bagian hilir pendangkalan

Penggalian di bagian hilir pendangkalan sepanjang 2/3 nya dan membiarkan yang 1/3 tetap tak terusik. Hasil galiannya bisa ditampung di bagian hilir galian yang 1/3 nya yang paling lebar. Sebaliknya jika penggalian dilakukan pada seluruh bagian pendangkalan, sungai akan berpotensi melebar dan berjalin (braided).

Jaga Kapasitas Pengaliran Banjir

Pada saat menjelang musim penghujan kapasitas mengalirkan banjir di lokasi pengambilan pasir dan kerikil harus dijaga agar tidak berkurang. Apalagi jika di dekat lokasi tersebut terdapat bangunan air dengan kemampuan rencana tertentu, jangan sampai kemampuannya diganggu sehingga dapat menimbulkan bahaya resiko banjir.

Gambar 5 Ilustrasi pengambilan sedimen di sungai yang berwawasan lingkungan.7 Lokasi Penambangan Pasir dan Batuan di Sungai ProgoLokasi penambangan yang akan dipilih adalah lokasi yang berada di Desa Trimurti dan Desa Poncosari Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Lokasi kegiatan penambangan ini akan ditampilkan pada peta dan foto-foto dibawah ini.

Gambar 6 Peta lokasi penambangan berdasarkan Peta Bakosurtanal 1:25.000.

Gambar 7 Peta lokasi penambangan berdasarkan Peta Google Earth.

Gambar 8 Ilustrasi pengambilan deposit pasir pada penampang melintang sungai

Gambar 9 Ilustrasi pengambilan deposit pasir pada penampang melintang sungai

Gambar 10 Ilustrasi pengambilan deposit pasir pada tampak atas sungai8 Metoda pengambilan pasir dan batu1. Pengambilan material atau deposit hanya akan dilakukan pada daerah sungai yang mengalami agradasi atau kenaikan permukaan akibat penumpukan sedimen, hal ini sesuai dengan aturan pada PP Sungai No 38 Tahun 2011.2. Lokasi yang akan dipilih dari bagian agradasi sungai ini adalah pada bagian tengah sungai atau palung sungai.

3. Lokasi penambangan berdasarkan PP Sungai No 38 Tahun 2011 akan dipilih dari jarak bangunan sungai yang ada dalam hal ini sudah terdapat Groundsill di Sungai Progo sejauh 1000 m untuk mengindari kerusakan pada bangunan.

4. Dengan dilaksanakan metoda kerja seperti ini maka secara langsung juga penampang basah sungai akan bertambah sehingga menambah kapasitas tampung air.

5. Dengan bertambahnya kapasitas tampung pada bagian palung sungai maka resiko banjir dapat dihindari.

6. Pengambilan deposit pasir akan dilakukan dengan cara menyimpan satu set mesin penyedot pasir pada palung sungai yang mengalami agradasi. Hasil penyedotan pasir ini selanjutnya langsung disimpan di stock pile yang selanjutnya akan diangkut ke truck dengan menggunakan excavator.

7. Untuk bagian bantaran sungai akan dilakukan proses perkuatan tebing dengan cara menanam vegetasi keras sehingga tidak akan terjadi erosi tebing sungai.

8. Lokasi Stock Pile akan dipilih dan ditempatkan di pinggir sungai setelah sebelumnya menarik garis sempadan sungai dari tebing kiri dan kanan palung sungai. Hal ini disebabkan karena pada section itu Sungai Progo termasuk ke dalam sungai Perkotaan Tidak Bertanggul sehingga garis sempadannya mempunyai lebar kurang lebih 15 m ( PP Sungai No 38 Tahun 2011).9 Kajian Aspek Sosial

Kegiatan penambangan pasir di Sungai Progo tentunya akan membawa konsekuensi baik dari aspek lingkungan maupun dari aspek sosial. Untuk menghindari dampak terhadap lingkungan maka Pemohon Izin Penambangan akan selalu memperhatikan aspek-aspek teknis sungai dalam kegiatan di lapangan.

Oleh karena itu Pemohon sudah berkomitmen dan berkeyakinan bahwa dengan adanya kegiatan penambangan pasir di Sungai Progo tidak akan membawa dampak negatif yang sangat besar sebaliknya Pemohon akan melakukan kegiatan penghijauan di sekitar bantaran sungai sehingga posisi bantaran tidak akan bergeser lagi akibat erosi.

Sedangkan untuk aspek sosial, Pemohon Izin telah merencanakan beberapa hal sebagai berikut untuk menghindari konflik kepentingan antara warga dan Pemohon, yaitu:

1. Semua kegiatan penambangan tradisional akan diakomondir dan tetap berjalan meskipun Pemohon nantinya akan masuk sebagai Penambang Resmi yang akan menggunakan alat berat.

2. Penambang tradisional akan diperbolehkan untuk menambang pasir di sekitar sungai dengan syarat tidak menggunakan alat berat dan mesin pompa.

3. Penambang tradisional akan diperbolehkan untuk menambang pasir selama hasil tambang pasir tersebut dijual kepada Pemohon selaku pemegang izin resmi.

4. Sebagai bagian komitmen Pemohon terhadap lingkungan maka di daerah bantaran sungai akan dilakukan penghijauan dengan melakukan penanaman pohon yang bisa mendatangkan nilai ekonomis yang cukup tinggi. Pohon-pohon ini selain berfungsi sebagai penangkap sedimen dan pelindung bantaran sungai juga harus bisa dimanfaatkan warga untuk dibudidayakan. Sebagai contohnya adalah penanaman pohon mangga, sirsak, kelapa, jambu mete, dimana dalam waktu 2 sampai 3 tahun bisa dipanen dan mendatangkan devisa bagi masyarakat sekitar.

5. Sebagai penambang tradisional tentunya akan selalu mengandalkan kekuatan fisik, hal inilah yang perlu ditekankan kepada para penambang tradisional bahwa aktivitas seperti ini tidak akan lama dan tentunya tidak setiap hari kondisi fisik para penambang akan fit untuk melakukan pekerjaannya. Oleh karena itu Pemohon Izin akan menawarkan kompensasi berupa alih profesi bagi para penambang tradisional menjadi pengelola usaha sendiri, yaitu:

Dengan memanfaatkan lahan desa yang tidak terpakai, Pemohon akan memberikan bantuan untuk pembuatan kolam dan pengadaan bibit ikan yang nantinya akan dikelola oleh para bekas penambang.

Bentuk kolam ikan ini bisa berbentuk budidaya ikan atau berupa pemancingan umum yang nantinya akan melibatkan aspek lainnya seperti pengadaan restoran, jasa parkir dan lain sebagainya.

6. Kegiatan ini apabila bisa berjalan akan mendatangkan nilai ekonomi yang cukup tinggi dan bisa menggantikan pendapatan yang didapatkan dari kegiatan penambangan pasir di Sungai Progo.10 PenutupLaporan Kajian Awal ini disusun untuk memberikan gambaran mengenai rencana kerja dari kegiatan penambangan pasir dan batu yang akan dilaksanakan di wilayah Sungai Progo. Pada dasarnya semua kegiatan penambangan yang akan dilaksanakan selalu berpedoman pada PP Sungai No 38 Tahun 2011, sehingga kegiatan ini bisa sinkron dengan kegiatan konservasi sungaiPenyusun berharap dengan adanya laporan ini semua pihak yang terlibat bisa memahami secara jelas mengenai visi dan misi dari Pemohon Ijin Penambangan. Visi dan misi dari Pemohon secara umum akan selalu memperhatikan semua aspek kepentingan dari semua Stake Holder yang akan terlibat pada proses kegiatan ini. Dan yang paling penting adalah mengenai komitmen dari Pemohon mengenai kegiatan penambangan yang berwawasan lingkungan sehingga kegiatan ini selain bisa memberikan kontribusi pada Pendapatan Asli Daerah secara resmi juga bisa ikut merawat lingkungan di sekitar sungai supaya tetap terjaga. Penyusun juga adalah seorang Konsultan Teknis Perencanaan yang banyak terlibat pada perencanaan sungai yang ada di Indonesia. Untuk sungai di Daerah Istimewa Yogyakarta ini Penyusun juga pernah terlibat dalam pekerjaan Kajian Sedimen Transport & Detail Desain Rehabilitasi Jetty Muara Sungai Progo sebagai Tenaga Ahli Hidro-Oseanografi pada PT Wahana Krida Konsultindo pada tahun 2012. Selain itu juga Penyusun pernah terlibat sebagai Tenaga Ahli Hidro-Oseanografi pada PT Bhawana Prasasta pada Pekerjaan Studi dan Review Desain Jetty dan Tanggul Muara Sungai Opak pada tahun 2013. Semua keterlibatan Penyusun dalam pekerjaan tersebut semuanya berada di bawah naungan Bapak H. Umar Syamsudin sebagai Pembina.

Sebagai referensi Bapak Haji Umar Syamsudin mempunyai SIPD di lokasi DAS Cimanuk Indramayu sejak tahun 2001 sampai sekarang.*Penyusun

(Ir. Cipta Riyana)Pemohon

( H. Umar Syamsudin )

LAMPIRAN

KAJIAN TEKNIS AWAL Rencana Penambangan Pasir di Sungai Progo22KAJIAN TEKNIS AWAL Rencana Penambangan Pasir di Sungai Progo21