kajian tematik tentang hadis-hadis tertawa...
TRANSCRIPT
KAJIAN TEMATIK TENTANG HADIS-HADIS TERTAWA
DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh
ZULHUZAY IBNU NEDIH
NIM: 1113034000038
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H./ 2018 M.
i
PEDOMAN TRANSLITERASI
Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b Be ب
t Te ت
ts Te dan es ث
j Je ج
h h dengan garis bawah ح
kh Ka dan ha خ
d De د
dz de dan zet ذ
r Er ر
z Zet ز
s Es س
sy es dan ye ش
s es dengan garis di bawah ص
d de dengan garis di bawah ض
t t dengan garis di bawah ط
z z dengan garis di bawah ظ
koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع
gh ge dan ha غ
f Ef ف
q Ki ق
k Ka ك
l El ل
m Em م
n En ن
w We و
h Ha ه
Apostrof ` ء
y Ye ي
ii
Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal
tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
A fathah
I Kasrah
U dammah و
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ai a dan i ي
Au a dan u و
Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harkat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal Latin Keterangan
â a dengan topi di atas ىا
î i dengan topi di atas ىي
û u dengan topi di atas ىو
iii
Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu ال, dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah
maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-
dîwân.
Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal
ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata رورة tidak الض
ditulis ad-darûrah melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.
Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata
yang bersiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat
nomor 1). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata
sifat (na’t) (lihat nomor 2). Namun jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata
benda (ism), maka huruf tersebut doalihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat nomor
3). Contoh:
No Kata Arab Alih Aksara
tarîqah طريقة 1
al-jâmi’ah al-islâmiyyah الجامعة اإلسالمية 2
wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3
iv
Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan
yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara
lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,
nama diri dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata
sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî
bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)
atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak
miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal
dari dunia nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar
katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani,
tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (harf)
ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-
kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di
atas:
v
Kata Arab Alih Aksara
dzahaba al-ustâdzu ذهب األستاذ
tsabata al-ajru ثبت األجر
al-harakah al-‘asriyyah الحركة العصرية
asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh أشهد أن ل إله إل هللا
Maulânâ Mâlik al-Sâlih مولنا مالك الصالح
yu`atstsirukum Allâh يؤثركم هللا
رورة تبيح المحظورات al-darûrah tubîhu al-mahzûrât الض
vi
ABSTRAK
Tertawa merupakan aktivitas yang sering banyak dijumpai di dalam
berbagai situasi dan kondisi, terlebih dalam suatu pertemuan dan perkumpulan
dalam hubungan sosial. Hal ini dikarenakan tabiat manusia yang cenderung
terhadap kebahagiaan dan kesenangan yang merupakan pendorong timbulnya
ekspresi tawa tersebut. Hampir tidak ada seorangpun yang menginginkan hari-
harinya selalu diliputi oleh kesedihan dan kecemasan. Hal itu dibuktikan dengan
hasil survei terhadap perfilman yang paling banyak disukai oleh masyarakat
Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa film yang bergenre komedi masih
menempati peringkat paling atas. Selain itu juga, dewasa ini marak bermunculan
program-program televisi yang menayangkan adegan-adegan aneh dan lucu yang
ampuh mebuat tertawa penontonnya. Bila dilihat dari kacamata psikologi, tentu hal
ini dibenarkan dan sangat dianjurkan mengingat tertawa yang kaya akan manfaat
menurut hasil penelitian para ahli dalam bidang ini. Akan tetapi sepatutnya bagi
seorang Muslim, harus memperhatikan juga pesan-pesan tersirat maupun tersurat
yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. di dalam hadisnya.
Berdasarkan penelusuran penulis terhadap hadis-hadis tertawa melalui
metode takhrij al-Hadist, tertawa ternyata cukup menjadi perhatian di dalam hadis.
Penulis menemukan banyak sekali hadis-hadis yang berbicara tentang tertawa,
mulai dari seputar tertawa dalam kehidupan Nabi Saw., hingga hadis-hadis yang
terkesan melarang dan memandang negatif aktivitas tertawa.
Setelah penulis teliti dan analisis lebih dalam hadis-hadis tertawa dengan
menggunakan pendekatan dalam bidang psikologi. Ternyata keduanya saling
mendukung dan memiliki korelasi. Hadis sebagai wahyu memberikan informasi
tertawa secara metafisika, sedangkan psikologi memberikan informasi berdasarkan
hasil penelitian yang bersifat empiris.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tertawa merupakan fitrah
sekaligus anugerah dari Allah swt. bagi manusia. Keberadaannya tidak bisa dicegah
dan dilarang, karena pada hakikatnya aktivitas tertawa itu sendiri di luar pengaturan
manusia. Oleh karena itu, hukum asal tertawa dibolehkan. Namun harus tetap
waspada terhadap tertawa yang dikhawatirkan melanggar batas ajaran agama Islam
sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam hadis. Caranya dapat dilakukan dengan
mencontoh humor dan gaya tertawa yang Rasulullah Saw., sering lakukan di dalam
banyak kesempatan. Tertawa beliau hanya sekedar tersenyum lebar hingga terlihat
gigi-gigi beliau. Tertawa seperti ini selain tidak melampaui batas ajaran agama, juga
dipandang menyehatkan dalam psikologi.
Kata kunci: Hadis, Psikologi, dan Tertawa
vii
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرمحن الرحيم
Segala puji beserta syukur kepada Allah Swt., Tuhan semesta alam yang
telah melimpahkan rahmat, kurnia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul KAJIAN
TEMATIK TENTANG HADIS-HADIS TERTAWA DENGAN
PENDEKATAN PSIKOLOGI. Salawat dan salam bagi baginda Rasulullah
Saw., sebagai sebaik-baik contoh dan teladan bagi seluruh umatnya.
Sebagai karya tulis hamba yang jauh dari kata sempurna. Tentunya di
dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kekeliruan. Segala
kesalahan tersebut tak lain adalah bukti keterbatasan penulis di dalam melakukan
penelitian ini.
Penelitian ini merupakan wujud keingintahuan penulis terhadap beberapa
objek yang kelihatannya terkesan sepele namun penting untuk dikaji, sebagai
usaha mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam terkait “Hadis-hadis
tertawa dengan pendekatan psikologi”. Penulis sangat bersyukur karena pada
akhirnya dapat menyelesaikan tugas akhir dalam jenjang pendidikan Strata Satu
(S1). Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca umumnya. Tak lupa pula penulis ucapkan rasa
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung, mendorong dan
mendo`akan penulis sehingga dapat terselesaikannya karya ilmiah ini. Ungkapan
terima kasih ini penulis sampaikan kepada:
viii
1. Segenap civitas akademika Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta: Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
jajarannya; Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, M.Ag, selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Dr. Lilik Ummi
Kaltsum, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Ilmu al-Qur`an dan Tafsir
(IQTAF) dan Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd, selaku sekretaris
Program Studi Ilmu al-Qur`an dan Tafsir (IQTAF).
2. Bapak Dr. M. Isa HA. Salam, M.Ag selaku pembimbing skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktu serta memberikan arahan, saran serta
dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Mohon
maaf yang sebesar-besarnya jika selama bimbingan penulis banyak
merepotkan. Semoga Bapak selalu sehat, diberi kelancaran dalam segala
urusan dan selalu berada dalam lindungan Allah SWT. amin.
3. Bapak Dr. Bustamin, S.E, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang
telah ikut membimbing penulis selama menimba ilmu di kampus tercinta
ini. Semoga Bapak selalu sehat, diberi kelancaran dalam segala urusan dan
selalu berada dalam lindungan Allah SWT. amin.
4. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin khususnya di Program Studi Ilmu al-
Qur`an dan Tafsir yang telah memberikan ilmu serta motivasi, bimbingan
dan pengalamannya kepada penulis. Dan tidak lupa pula kepada seluruh
staff dan karyawan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Umum dan Perpustakaan
Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
6. Kepada orang tua tercinta, bapak Nedih. S dan Ibu Nuriyah yang tiada
henti-hentinya memanjatkan do’a, membiayai, merawat, membesarkan,
memotivasi, memberi semangat, mendidik serta memberikan dukungan
untuk penulis. Terima kasih atas segala bentuk pengorbanan kalian yang
tidak mungkin terbalaskan dengan sesuatu apapun. Untuk saat ini hanya
ini yang mampu anakmu persembahkan. Dan tidak lupa pula kepada
kakak-kakak penulis yang telah memberikan dukungan, motivasi serta
nasehat-nasehatnya. Selanjutnya kepada kedua adik penulis yang sangat
diharapkan menjadi generasi yang terbaik untuk agama, bangsa, dan
negara.
7. Kepada seluruh rekan-rekan Angkatan Muda Remaja Masjid Nurul Falah
(AMAR MA’RUF) terutama Bambang, Agus Salim, Gopur, Ayat, Habib,
Aldi. M, Chofifah, Firda, dan lainnya yang tiada henti-hentinya berjuang
untuk memakmurkan masjid. Yakinlah apa yang kita semua kerjakan
mendapatkan keridhoan Allah Swt. Terikasih saya ucapkan atas motivasi
dan bantuannya kepada penulis. Semoga kebersamaan dan canda tawa
yang sejak kecil hingga sekarang terjalin terus dikenang.
8. Teman-teman seperjuangan, seluruh teman-teman Jurusan Tafsir Hadis
angkatan 2013, khususnya TH A. Andrian, Rino, Salman, Nasrul, Faris,
Halim, Mukhlis, Fatih, Faruq, Kastubi, Ozan Bewok, Nida, Aini, dan lain-
lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu seluruh nama-nama kalian
seangkatan, tetapi percayalah pertemanan kita akan selalu dikenang.
Semoga kita semua menjadi orang yang sukses dan bermanfaat bagi orang
banyak. Amin.
x
9. Kepada Ahli Qur’an keluarga besar LTTQ Masjid Fathullah UIN Jakarta,
terutama Faiz Nasrullah, Aldi Syarifullah, Mukhlis, Alam, Amirullah
Syaputra, dan yang lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan namanya
semua. Penulis ucapkan terima kasih atas dorongan, semangat, bantuan,
serta ilmunya. Jazâkumullâh ahsan al-jazâ`. Amin. Semoga kita semua
nanti kelak dipertemukan kembali di surganya Allah Swt.
10. Kepada segenap kawan-kawan satu perjuangan, alumni PM. Ummul Quro
al-Islami yang tergabung ke dalam IKAPMI UIN JKT: Ade .S, Jawa,
Mubin, Cepot, dan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis ucapkan terima kasih atas kebersamaan, dan persaudaraannya.
11. Terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu atas bantuan moril, materil dan doa sehingga dapat
terselesaikannya penulisan skripsi ini.
Jakarta, Mei 2018
Zulhuzay Ibnu Nedih
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN
PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................. i
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 8
D. Kajian Pustaka ......................................................................... 9
E. Metodologi Penelitian ............................................................. 11
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 14
BAB II : TINJAUAN PSIKOLOGI SEPUTAR TAWA
A. Definisi Tertawa
1. Menurut Bahasa .................................................................. 15
2. Menurut Istilah .................................................................. 15
B. Faktor-faktor yang Menimbulkan Tertawa ............................. 19
C. Macam-macam Tertawa .......................................................... 24
D. Seputar Terapi Tawa ................................................................ 26
1. Teori Dasar dan Tahapan Terapi Tawa ............................ 27
2. Manfaat Terapi Tawa ....................................................... 30
BAB III: HADIS-HADIS TERTAWA
A. Term-term Tertawa Dalam Hadis ............................................ 37
1. Dahika .............................................................................. 37
2. Tabassum .......................................................................... 39
B. Analisis Hadis-hadis Tertawa Dengan Pendekatan
Psikologi .................................................................................. 41
xii
1. Sebab-sebab Larangan dan Indikasi Negatif Tarhadap
Tertawa ............................................................................. 41
a. Tertawa Mematikan Hati ............................................. 41
b. Sedikit Tertawa Banyak Menangis .............................. 47
c. Menertawakan Sesuatu Yang Keluar Dari
Orang Lain ................................................................... 53
2. Tertawa Dalam Kehidupan Nabi Saw .............................. 57
a. Faktor-faktor Penyebab Nabi Saw Tertawa ................ 57
b. Nabi Saw Tertawa dan Tersenyum ............................. 64
c. Gaya Tertawa Nabi Saw .............................................. 72
d. Nabi Saw Menyuruh Seseorang Agar Membuat Tertawa
Kedua Orang tuanya .................................................... 78
BAB IV: PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 81
B. Saran-saran .............................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hadis atau sunnah1 menempati urutan kedua setelah al-Qur’an dalam sistem
sumber-sumber hukum Islam. Seperti halnya al-Qur’an, ia merupakan wahyu dari
Allah Swt. yang penampilannya muncul dalam bentuk redaksi atau perilaku Nabi
Muhammad Saw. sebagai utusannya. Hal ini berdasarkan firman Allah Swt:
ض ع اب ن ي ل ع ل و ق ت و ل و (٤٤)ل ي او ق ال م ي ل ب ه ن ن ذ خ ل ت و ال ه ن ا ن ع ط ق ل ث (٤٤)ي ام ف (٤٤)ي (٤٤)ن ي ز اج ح ه ن ع د ح أ ن م ك ن
“Dan sekiranya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan
atas (nama) kami. Pasti Kami pegang dia pada tangan kananya. Kemudian Kami
potong pembuluh jantungnya. Maka tidak seorang pun dari kamu yang dapat
menghalangi (Kami untuk menghukumnya).” (QS. al-Hâqqah/69: 44-47).
Secara fungsional hadis merupakan penjelasan terhadap al-Qur’an dan
menetapkan hukum yang belum nyata disebutkan di dalamnya, sekaligus sebagai
pengamalan al-Qur’an secara menyeluruh. Mengingat kedudukan hadis yang
sangat penting itu, maka hadis haruslah benar-benar valid dan dapat
dipertanggungjawabkan keabsahannya berasal dari Nabi Saw.2
1 Menurut mayoritas ulama, terutama dari angkatan baru, memandang hadis dan sunnah
memiliki pengertian yang sama, yaitu ucapan, perbuatan, atau penetapan Nabi Saw. Lihat Subhi ash-
Salih, Membahas Ilmu-ilmu Hadis. Penerjemah Tim Pustaka Firdaus (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus,
2013), h. 21. Menurut ulama hadis, esensi hadis adalah segala berita yang berkenaan dengan sabda,
perbuatan, taqrir, dan hal ihwal Nabi Muhammad Saw. Yang dimaksud hal ihwal adalah segala sifat
dan keadaan pribadi Nabi Saw. Lihat M. Agus Solahudin dan Agus Suryadi, ed., Ulumul hadis
(Jakarta: Pustaka Setia, 2015), h. 17. 2 Kaizal Bay, Metode Penyelesaian Hadis-hadis Mukhtalif Menurut al-Syafi’i, Jurnal
Ushuluddin XVII, no. 2 (Juli 2011): h. 183.
2
Jika ditinjau dari isi kandungannya hadis mencakup banyak aspek, tidak
hanya berkaitan dengan ajaran-ajaran Islam berupa akidah, ibadah, muamalah, dan
akhlak. Tapi ia juga berkenaan dengan fitrah atau kebiasaan dalam kehidupan
manusia sehari-hari. Hal ini dikarenakan hadis tidak hanya terdiri dari wahyu Allah
Swt., melainkan juga berkaitan erat dengan kemanusiaan Rasulullah Saw. itu
sendiri. Berbeda dengan al-Qur’an yang murni merupakan wahyu secara
keseluruhannya.3 Salah satu fitrah atau kebiasaan manusia yang disinggung di
dalam hadis, sekaligus ada kaitannya dengan objek kajian ilmu psikologi ialah
ekspresi tawa.4
Pada umumnya jiwa manusia memang lebih cenderung pada kebahagiaan
dan kesenangan, karena tidak ada satu pun seseorang yang mengiginkan dirinya
dihantui oleh rasa sedih dan takut. Oleh sebab itu, aktivitas tertawa sebagai bentuk
ekspresi dari emosi tersebut lebih sering dijumpai dalam berbagai situasi dan kodisi
dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hubungan sosial.
Di Indonesia, kecenderungan itu dapat dibuktikan melalui hasil survei yang
dilakukan oleh Kompas terhadap perfilman Indonesia. Hasilnya menunjukkan
bahwa film yang paling banyak diidolakan oleh masyarakat adalah film yang
bertemakan komedi sebanyak 33,4 persen mengalahkan film bertema drama
percintaan dan horor.5 Fakta lain yang menguatkan hasil survei di atas, maraknya
3 Benny Afwadzi, Hadis di Mata Para Pemikir Modern (Telaah Buku Rethinking Karya
Daniel Brown). Jurnal Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an dan Hadis 15, no. 2 (Juli 2014): h. 228. 4 Dikatakan sebagai objek kajian psikologi, hal ini berdasarkan pada pengertian ilmu
psikologi itu sendiri yaitu ilmu yang mempelajari jiwa, dan jiwa sebagai dasar dari tingkah laku
dalam hal ini tertawa. Lihat Singgih D. Gunarsa dan Ny. Singgih. Psikologi Perawatan (Jakarta: PT.
BPK Gunung Mulia, 1986), h. 3. 5 http://www.tribunnews.com/seleb/2014/09/15/komedi-cinta-action-tiga-besar-genre-film
-paling-disukai-orang-indonesia, artikel diakses pada 24 Maret 2018.
3
dewasa ini program televisi yang memang sengaja dibuat untuk menghibur dan
membuat tawa pemirsanya. Salah satunya program Stand Up Comedy yang sudah
tidak asing lagi di kalangan mahasiswa, dengan cerita unik dan lucu, program
tersebut mampu membuat tertawa penontonnya. Tak kalah ramainya juga, melalui
berbagai jaringan Media Sosial di era global ini banyak bermunculan tayangan yang
mengandung humor sehingga dapat merangsang ekspresi tawa.
Dalam bidang psikologi, hal di atas memang dianggap sesuatu yang
memiliki dampak positif dan sangat dianjurkan. Melalui penelitian para ahli dalam
bidang ini, tertawa terbukti sangat kaya manfaat. William Foy dari Universitas
Stanford berpendapat bahwa “...Tertawa terbahak-bahak amat bermanfaat bagi
orang sakit. Hasil penelitiannya tersebut menunjukan bahwa tertawa terbahak-
bahak akan menggoyang-goyangkan otot perut, dada, bahu, serta pernafasan
sehingga membuat tubuh seakan-akan sedang joging di tempat, dan setelah tertawa
tubuh akan terasa rileks, segar, dan tenang...”.6Pendapat ini didukung oleh Dr. Lee
S. Berk, peneliti dari Universitas California Amerika Serikat yang mengakatan
bahwa “...Tertawa bisa mengurangi tingkat hormon stres di dalam tubuh sekaligus
meningkatkan imunitas sehingga kekebalan tubuh akan bertambah...”.7
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, tertawa kemudian menjadi sebuah
terapi yang menyehatkan dan efektif menghilangkan berbagai penyakit khususnya
yang disebabkan stres. Terapi ini dikenal dengan sebutan terapi tawa. Terapi tawa
adalah metode terapi dengan menggunakan humor dan tawa untuk membantu
6 Esterina Fitri Lestari, “Pengaruh Pelatihan Tawa Terhadap Penurunan Tingkat Stres Pada
Lanjut Usia (LANSIA) Yang Tinggal Di Panti Werdha Hargo Dedali,” Jurnal Psikologi Universitas
Airlangga Surabaya 6, no. 1 (April 2011): h. 342. 7 Lestari, “Pengaruh Pelatihan Tawa Terhadap Penurunan Tingkat Stres Pada Lanjut Usia
(LANSIA) Yang Tinggal Di Panti Werdha Hargo Dedali,” h. 340.
4
individu menyelesaikan masalah, baik dalam bentuk gangguan fisik maupun
gangguan mental.8
Berbeda jauh dengan apa yang telah dijelaskan oleh para ahli di atas, hadis
nampaknya lebih cenderung memandang negatif ekspresi tawa. Berdasarkan
penelurusan penulis, belum ditemukan satupun hadis yang menjelaskan manfaat
dan anjuran tertawa secara eksplisit. Bahkan hadis lebih cenderung melarang dan
berindikasi untuk meminimalkan ekspresi tersebut karena berdampak negatif. Salah
satunya dapat menyebabkan matinya hati. Rasulullah Saw. bersabda:
ث ن ا ر أ ب وح د ج ب ك ب ن ال م يد ث ن اع ب د ح د ال ن ف ي ر ث ن اأ ب وب ك ح د خ ل ف ب ن ب ن إ ب ر اه يم ع ف ر ،ع ن الل ص ر س ول :ق ال ه ر ي ر ة ،ق ال ك ع ل ي ه و س ل م :ل ىللا ع ب د الل ب ن ح ن ي ،ع ن أ ب الض ح ث ر وا ت ك ،ل
ث ر ك ال ق ل ب ف إ ن ت يت ك )رواهابناجه(ة الض ح “Telah menceritakan kepada kami Abû Bakar bin Khalaf, telah
menceritakan kepada kami Abû Bakar al-Hanafi, telah menceritakan kepada
kami ‘Abdul Hamîd bin Ja’far dari Ibrâhîm bin ‘Abdullah bin Hunain dari
Abû Hurairah dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Janganlah kalian
banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati.”9
Hadis ini secara eksplisit melarang seluruh umat Islam untuk banyak
tertawa, karena akan berdampak negatif yang berakibat matinya hati. Bila hati telah
mati, maka sulit bagi siapapun untuk menerima kebenaran atau hidayah sehingga
akan menjauhkan dirinya dari Allah Swt.
Hadis tersebut didukung oleh riwayat Âisyah yang mengatakan bahwa Nabi
Saw. tidak pernah tertawa, melainkan beliau hanya tersenyum.
8 Anggun Resdasari Prasetyo dan Harliana Nurtjahjanti, “Pengaruh Penerapan Terapi Tawa
Terhadap Penurunan Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api,” Jurnal Psikologi Undip 11, no.
1 (April 2012): h. 65. 9 Ibnu Mâjah, Sunan Ibnu Mâjah, Jilid 2 (T.tp.: Dâr Ahyâ al-Kitab al-‘Arabiyyah, t.t.), h.
1403
5
ب ن س ل ي م ان ق ال ث ن اي ي الن ض :ح د روأ ن أ ب ع م ب ر ن أ خ اب ن و ه ب ح د ث ن س ل ي م ان ب ن ر ح د ث ه ع ن ت س ع ل ي ه و س ل م الن ب ص ل ىالل ار أ ي ت ق ال ت ا ه ع ن ي الل ر ض اي س ار ع ن ع ائ ش ة كا ق ض اح م عاا ج
ن أ ر ى ك ان ي ت ب س م ح ت البخاري()رواه.ه ل و ات ه إ ن ا
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaimân, ia berkata;
telah menceritakan kepadaku Ibnu Wahb, telah mengabarkan kepada kami
‘Amr bahwasanya Abu al-Nadr telah menceritakannya dari Sulaimân bin
Yasâr, dari Âisyah r.a. dia mengatakan, “Aku tidak pernah melihat Nabi
Saw. tertawa dengan terbahak-bahak sampai aku melihat elak-elakannya
(daging di bagian atas ujung tenggorokan pada mulut paling dalam). Akan
tetapi, beliau hanya tersenyum.”10
Hadis-hadis di atas secara tekstual terkesan bertolakbelakang dengan hasil
penelitian dalam bidang psikologi. Karena ilmu psikologi itu sendiri memang hanya
berpijak pada hasil penelitian yang bersifat empiris, sementara manusia merupakan
makhluk yang sangat kompleks terdiri dari dua sisi yaitu jasmani dan rohani atau
mental spiritual. Sisi yang kedua itulah yang belum banyak terungkap dalam ilmu
ini. Karena pada umumnya ilmu bersandar pada hasil eksperimen dan observasi
pada sesuatu yang tampak nyata.11 Sedangkan hadis merupakan wahyu yang di
dalamnya memuat informasi-informasi yang berkaitan dengan kedua sisi di atas,
bahkan hadis juga sudah memprediksi kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa
depan. Dengan demikian, terdapat dua informasi yang dapat digunakan sebagai
bahan untuk menganalisis dan meneliti lebih tajam tertawa dalam dua bidang kajian
tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, penulis
merasa tertarik untuk menjadikan pembahasan tersebut dalam sebuah karya ilmiah
10 Abû ‘Abdullah Muhammad bin Ismâ’îl bin Ibrâhîm al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî (Riyad:
Maktabah al-Rusyd, 2006), h. 849 11 M. Darwis Hude, Emosi Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia Di
dalam Al-Qur’an (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 2.
6
berupa skripsi yang berjudul Kajian Tematik Tentang Hadis-hadis Tertawa
Dengan Pendekatan Psikologi.
B. Identifiksi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi
Adapun identifikasi masalah dalam skripsi ini sebagai berikut:
a. Tertawa yang merupakan fitrah manusia sering dijumpai diberbagai
situasi dan kondisi. Terlebih lagi dewasa ini banyak bermunculan
film-film bertema komedi yang sangat mudah merangsang tertawa.
Dalam hadis Nabi Saw., penjelasan tertawa terbilang cukup banyak,
mulai dari tertawa Nabi Saw., sahabat, orang-orang kafir Quraisy,
sampai tertawanya Tuhan dan Iblis.
b. Dalam bidang kajian psikologi tertawa terbukti memiliki banyak
manfaat untuk kesehatan salah satunya dapat mengurangi stres.
Namun dalam kajian hadis, tertawa justru memiliki dampak yang
negatif salah satunya dapat mematikan hati. Antara kedua bidang
kajian di atas memiliki perbedaan yang sangat bertolakbelakang.
Sehingga perlu diteliti keduanya dengan menganalisis dan
mengetahui bagaimana pendapat para ahli dalam dua bidang kajian
tersebut.
c. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Âisyah mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. tidak pernah tertawa sampai terlihat daging pada
bagian atas ujung tenggorokannya, melainkan beliau hanya
tersenyum. Sedangkan di dalam hadis lain dijelaskan bahwa beliau
7
tertawa hingga terlihat gigi-gigi beliau. Hadis-hadis tersebut
terkesan berlawanan, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih
intensif agar mendapatkan pemahaman yang tepat dalam
menggambarkan tertawa Nabi Saw.
2. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan pada identifikasi masalah yang telah penulis sebutkan di atas,
maka untuk menghindari pembahasan yang berbelit-belit dan kabur dari tujuan
penelitan yang dimaksud, Sekiranya perlu dibuat pembatasan masalah. Mengingat
pembahasan tertawa di dalam hadis Nabi cukup banyak dan beragam, maka dalam
skripsi ini penulis hanya akan mengkaji hadis-hadis tertawa yang terkesan
berlawanan dan bertolak belakang dengan hasil penelitian dalam bidang psikologi,
serta hadis-hadis tertawanya Nabi Saw. sebagai solusi yang penulis tawarkan.
Hadis-hadis yang penulis teliti ialah hadis-hadis yang terdapat dalam kitab standar
yang enam (al-Kutub al-Sittah)12 saja. Pembatasan pada enam kitab ini diperlukan
untuk memudahkan dalam pelacakan terhadap hadis yang dikaji, hal ini karena
banyaknya kitab-kitab hadis yang ada.
Dari batasan masalah tersebut, sampailah penulis pada rumusan masalah
yang menjadi inti pembahasan utama di dalam skripsi ini, yaitu “Bagaimana
pemahaman tertawa perspektif hadis dengan pendekatan psikologi?”
12 Istilah Kutub al-Sittah dikenal pada abad ke-6 saat kutub al-Khamsah yang sebelumnya
terdiri dari kitab Sahîh al-Bukhârî, Sahîh Muslim, Sunan Abû Dâwud, Sunan al-Nasâ’î dan Sunan
al-Turmudzî mengalami perkembangan dengan masuknya kitab Sunan Ibnu Mâjah yang dipelopori
oleh Abu al-Fadl ibn Tahir al-Maqdisi (w. 507 H). Lihat Bustamin dan Hasanuddin, Membahas
Kitab Hadis (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 9.
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam setiap penelitian pasti mempunyai tujuan. Adapun tujuan yang ingin
dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pemahaman yang tepat terhadap hadis-hadis yang
terkesan melarang dan berindikasi negatif terhadap tertawa.
2. Untuk mengetahui pandangan hadis terhadap tertawa dengan pendekatan
psikologi.
3. Untuk mengetahui kadar tertawa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad
Saw.
4. Untuk mendapatkan pemahaman yang tepat terhadap hadis-hadis tertawa
yang terkesan saling berlawanan.
5. untuk mengetahui term-term apa saja yang digunakan oleh hadis dalam
menjelaskan tertawa.
Adapun manfaat penelitian ini diklasifikasi menjadi dua bagian, yakni:
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan yang
komprehensif tentang tertawa dalam pandangan hadis dengan menggunakan
pendekatan psikologi. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menambah
cakrawala dan khazanah ilmu pengetahuan dalam ruang lingkup hadis.
2. Kegunaan Praktis
Selain kegunaan teoritis, penelitian ini juga mempunyai kegunaan praktis
yakni untuk memberikan kontribusi positif dalam sebuah pertimbangan untuk
melakukan pengkajian dan relevansi secara mendalam terhadap hadis- hadis Nabi
9
Saw. dengan berbagai hasil penemuan di zaman modern ini yang kadang terkesan
ada kontradiktif. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan pengetahuan
kepada masyarakat bahwa meskipun tertawa memiliki banyak manfaat dalam ilmu
psikologi, namun terdapat rambu-rambu di dalam hadis. Terlebih sekarang ini
diberbagai media banyak sekali tayangan-tayangan yang mudah mengundang tawa.
dan juga semoga penelitian ini menambah database perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta karena selama pencarian yang penulis lakukan belum
ditemukan pembahasan ini di tempat tersebut.
D. Kajian Pustaka
Sepanjang penelusuran penulis terhadap kajian pustaka yang berkaitan
dengan pembahasan dalam skripsi ini, terdapat tiga skripsi yang setema yaitu:
Pertama, skripsi yang ditulis oleh Damanhuri dari Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007 dengan judul
“Studi Kualitas Sanad dan Matan Hadis Dalam Kitab Nasaih al-Ibad Pada Bab
al-Suba’iy Tentang Larangan Memperbanyak Tertawa.” Fokus skripsi ini
hanya membahas dan meneliti kualitas salah satu hadis tentang tertawa, yaitu hadis
melarang memperbanyak tertawa yang terdapat di dalam kitab Nasaih al-Ibad.
Sedangkan penulis membahasnya dengan metode tematik dengan cara
menggumpulkan seluruh hadis tentang tertawa, kemudian dibahas dan dianalisa
hadis-hadisnya dengan pendekatan psikologi.
Kedua, Muhammad Nasrullah Asnawi Ihsan dari Fakultas Ushuluddin
Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang tahun 2014 dengan judul
“Tertawa Dalam Al-Qur’an (Studi Tematik dengan Pendekatan Psikologi).”
10
Karya ini membahas tertawa dalam bidang kajian al-Qur’an. Sedangkan penulis
mencoba membahasnya dalam bidang kajian yang berbeda yaitu hadis.
Sepengetahuan penulis setelah membaca karya ini, tertawa dalam al-Qur’an masih
bersifat umum dan terbatas, hanya ada sepuluh ayat yang membicarakannya.
Sedangkan di dalam hadis, terdapat banyak sekali riwayat yang menceritakan
tertawa.
Skripsi yang ketiga ditulis oleh Muhammad Sholihuddin Zuhdi dari
Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2011
yang berjudul “Tertawa Sebagai Media Terapi Depresi Pada Lanjut Usia”.
Karya ini hanya menjelaskan tertawa dalam satu bidang kajian saja yaitu psikologi.
Adapun kajian pustaka lainnya hanya membahas tertawa dalam bidang
kajian psikologi saja yang banyak termuat dalam artikel berupa jurnal, antaralain:
Esterina Fitri Lestari, “Pengaruh Pelatihan Tawa Terhadap Penurunan Tingkat Stres
Pada Lanjut Usia (Lansia) yang Tinggal di Panti Werdga Hargo Dedali,” Jurnal
Psikologi 6, No. 1 (April 2011), Anggun Resdasari Prasetya dan Harlina
Nurtjahjanti, “Pengaruh Penerapan Terapi Tawa Terhadap Penurunan Tingkat Stres
Kerja Pada Pegawai Kereta Api,” Jurnal Psikologi Undip 11, No. 1 (April 2012),
Sheni Desinta dan Neila Ramadhani, “Terapi Tawa Untuk Menurunkan Stres Pada
Penderita Hipertensi,” Jurnal Psikologi 40, No. 1 (Juni 2013), Risma Hayati, dkk.,
“Terapi Tawa Untuk Menurunkan Kecenderungan Burnout Pada Gutu Pendamping
Anak Berkebutuhan Khusus,” Humanitas 12, No. 1, Nandhini H. Anggarasari, dkk.,
“Terapi Tawa Untuk Mengurangi Emosi Marah Pada Caregiver Lansia Laughter
Therapy To Reduce Anger Emotion In Ageing Caregiver,” Jurnal Intervensi
Psikologi 6, No. 1 (Juni 2014), Christina Samodara, dkk., “Pengaruh Terapi
11
Tertawa Terhadap Stres Psikologis Pada Lanjut Usia Di Panti Werdha Kota
Manado,” eJournal Keperawatan 3, No. 2 (Mei 2015), Anggun Resdasari Prasetyo,
dkk., “Penurunan Tingkat Stres Kerja Pada Penerbang Militer Melalui Penerapan
Terapi Yoga Tawa,” Jurnal Psikologi Undip 15, No. 1 (April 2016)
Demikian beberapa karya yang setema mengenai pembahasan tentang
tertawa, guna sebagai pelengkap dan pembanding dengan skripsi ini.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif13 deskriptif atau bisa
disebut juga dengan metode dokumentasi. Penelitian ini juga tergolong ke dalam
penelitian kepustakaan (Library Research), dimana penulis akan menggunakan dan
memanfaatkan sumber data berupa literatur-literatur yang berkaitan dengan
pembahasan dalam skripsi ini.
2. Sumber Data
Data penelitian ini bersumber dari kepustakaan yang penulis klasifikasi
menjadi dua yaitu, sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer yang
merupakan rujukan utama dalam skripsi ini ialah kitab-kitab hadis yang termuat
dalam Kutub al-Sittah beserta kitab-kitab syarah-nya. Kemudian untuk mengolah
data primer dan mempertajam analisis, penulis menggunakan sumber sekunder
13 Menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang
diamati. Lihat Suharsimi Arikunto, Metode Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 37.
12
berupa buku, kitab, artikel, tulisan ilmiah dan lain sebagainya yang mendukung
pembahasan yang diteliti.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini dengan cara menelaah terlebih
dahulu data-data yang dibutuhkan dalam pembahasan skripsi ini dari berbagai
literatur primer maupun sekunder dengan menggunakan metode dokumentasi.
Dalam mengumpulkan hadis-hadis yang akan diteliti dalam skripsi ini,
penulis menggunakan metode Takhrij al-Hadîts14 melalui petunjuk kamus hadis
seperti Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî dan Miftâh kunûz al-
Sunnah. Disamping itu untuk lebih memudahkan dalam mencari hadis, penulis juga
memanfaatkan beberapa aplikasi berbasis elektronik seperti Maktabah Syamilah.
Namun dalam mengutip hadis penulis tetap mengacu pada kitab aslinnya.
Selain itu, dalam hal ini penulis juga menggunakan metode tematik atau
juga dikenal dengan metode maudû’î. Menurut Abd al-Hayy al-Farmawi, metode
tematik atau maudû’î adalah metode yang menghimpun ayat-ayat al-Qur’an yang
mempunyai maksud yang sama, dengan artian membicarakan satu topik masalah
yang sama dengan penyusunan berdasarkan pada kronologi serta sebab turunnya
ayat tersebut.15 Pendekatan tematik pada hadis tidak jauh berbeda dengan
pendekatan tematik pada al-Qur’an, yakni dengan cara menghimpun hadis-hadis
14 Menurut istilah yang sudah lumrah di kalangan ulama hadis, kata at-Takhrij mempunyai
beberapa arti. Salah satunya adalah menunjukan atau mengemukakan letak asal hadis pada
sumbernya yang asli, yakni berbagai kitab hadis, yang di dalamnya dikemukakan hadis itu secara
lengkap dengan sanadnya. Lihat M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: PT
Bulan Bintang, 2007), h. 39-40. 15 Abd al-Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir al-Qur’an Dibutuhkan, (Semarang: Wicaksana,
t.th), h. 119.
13
yang membicarakan satu topik yang sama kemudian memberikan penjelasan
terhadapnya. Dalam penelitian ini penulis mencoba mengumpulkan hadis-hadis
tertawa yang terdapat di dalam kutub al-Sittah, dengan menarik kesimpulan dan
memberi penjelasan terhadap hadis-hadis tersebut.
Adapun langkah-langkah pengkajian hadis dengan metode tematik antara
lain:
a. Menentukan tema atau masalah yang akan dibahas
b. Menghimpun atau mengumpulkan hadis-hadis yang terkait dalam satu
tema, baik secara lafal maupun secara makna dengan menggunakan
metode takhrij al-hadist
c. Menjelaskan asbâb al-wurûd al-hadist dengan memperhatikan
kemungkinan adanya perbedaan latarbelakang sebuah hadis dan
perbedaan periwayatan hadis
d. Melakukan kegiatan i’tibar dengan melengkapi seluruh sanad
e. Melakukan penelitian sanad yang meliputi penelitian kualitas pribadi
perawi, kapasitas intelektualnya dan metode periwayatan yang
digunakan
f. Melakukan penelitian matan yang meliputi kemungkinan adanya illat
(cacat) dan syadz (kejanggalan)
g. Mempelajari term-term yang mengandung arti serupa
h. Membandingkan berbagai syarah hadis
i. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis atau ayat-ayat pendukung
14
j. Menyusun hasil penelitian menurut kerangka besar konsep.16
4. Analisis Data
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisa data-data
tersebut yang bertujuan untuk menjawab pokok masalah yang telah diuraikan di
atas. Dalam menganalisa data, penulis menggunakan penelitian deskriptif17
analisis. Pendekatan seperti ini diperlukan untuk memaparkan hadis-hadis yang
terkait dengan etika analisa-analisa yang komprehensif terhadap masalah yang
dibahas. Dalam hal ini data yang ada berupa hadis-hadis tentang tertawa. Hadis-
hadis tersebut nantinya akan penulis analisa dengan pendekatan psikologi yang
disertai juga pandangan para ulama dan psikolog.
5. Teknik Penulisan
Secara teknik penulisan, skripsi ini merujuk pada buku “Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang disusun oleh tim
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.18
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan pembahasan yang utuh dan terarah, maka diperlukan
adanya sistematika penulisan. Dalam sistematika penulisan ini dibagi menjadi
empat bab, dan masing-masing bab memiliki sub pokok bahasan.
16 Hani Hilyati Ubaidah, “Kajian Hadis Tematik Seputar Bersin: Perspektif Ilmu Medis,”
(Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 9. 17 Menurut Sugiyono, metode deskriptif adalah metode yang diarahkan untuk
mendeskripsikan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas. Lihat Yomart Dago Pakar, “Metode Penelitian,” (2003), h. 49. 18 Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi),
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: CeQda, 2007), cet. Ke-1.
15
Bab pertama adalah pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, kajian pustaka dan sistematika penulisan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui bagaimana latar belakang masalah tentang judul yang penulis bahas
dan metodologi penulisan yang digunakan dalam penelitian ini.
Bab kedua memaparkan penjelasan yang berkaitan dengan tertawa, yang
meliputi definisi tertawa menurut bahasa dan istilah, sebab-sebab yang
menimbulkan tawa, dan macam-macam tertawa. Kemudian dilanjuti dengan
pembahasan seputar terapi tawa yang mencakup pengertiannya, teori dasar dan
tahapan terapi tawa, serta manfaat terapi tawa. Pada bab ini upaya untuk
memperdalam semua yang berkaitan dengan tawa yang menjadi topik pembahasan
dalam penelitian ini.
Bab ketiga adalah mengkaji hadis-hadis tertawa. Pada bab ini penulis akan
menjawab pertanyaan yang terdapat pada perumusan masalah dengan menganalisis
semua hadis-hadis tentang tertawa dengan pendekatan psikologi. Namun sebelum
itu penulis menjelaskan term-term tertawa dan term yang mendekatinya. Dalam
pembahasan ini juga penulis lengkapi dengan takhrij hadîs dan pendapat-pendapat
para ahli dalam kedua bidang tersebut.
Bab keempat adalah kesimpulan dari seluruh uraian yang telah
dikemukakan jawaban atas permasalahan yang diteliti disertai dengan saran-saran
yang dapat disumbangkan sebagai rekomendasi untuk kajian lebih lanjut dari
penelitian ini, sekaligus merupakan penutup rangkaian dari pembahasan ini.
15
BAB II
TINJAUAN UMUM PSIKOLOGI SEPUTAR TAWA
A. Definisi Tertawa
1. Menurut Bahasa
Berdasarkan metode pemenggalan baku bahasa Indonesia, kata tertawa
terdiri dari dua kata yaitu ter-tawa. Jadi kata dasar dari tertawa adalah tawa, yang
berkedudukan sebagai kata benda. Ketika kata tawa diimbuhi awalan ter-, maka
merubah kedudukannya menjadi kata kerja.
2. Menurut Istilah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tawa adalah ungkapan
rasa gembira, senang, geli, dan sebagainya dengan mengeluarkan suara pelan,
sedang dan keras dengan melalui alat ucap. Sedangkan tertawa ialah kegiatan
melahirkan rasa gembira, senang, geli dan sebagainya dengan suara berderai.1
Dalam bidang psikologi tawa didefinisikan sebagai suatu gejala reaksi fisik
seseorang yang menerima rangsangan batin (lucu), badaniah (gelitik), dan faal
(penyakit) atau bisa juga dampak dari rangsangan kimiawi.2 Menurut Muhammad,
tawa adalah ekspresi jiwa atau emosional yang diperlihatkan melalui raut wajah dan
bunyi-bunyian tertentu. Berangkat dari definisi yang telah dikemukakan di atas,
tawa kemudian dapat dilihat secara fisiologis terbagi menjadi dua, yaitu satu set
gerakan dan produk suara.3 Pendapat tersebut sejalan dengan pengertian simulasi
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi
ke-4 (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1412. 2 Nandhini H. Anggarasari, dkk., “Terapi Tawa Untuk Mengurangi Emosi Marah Pada
Caregiver Lansia,” Jurnal Intervensi Psikologi 6, no. 1 (Juni 2014): h. 73. 3 Anggun Resdasari Prasetyo dan Harliana Nurtjahjanti, “Pengaruh Penerapan Terapi Tawa
Terhadap Penurunan Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api,” Jurnal Psikologi Undip 11, no.
1 (April 2012): h. 64.
16
tawa, yaitu suatu bentuk tawa untuk mencapai kebahagiaan di dalam hati yang
dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa atau senyuman yang menghias
wajahnya, perasaan hati yang lepas dan bahagia, dada yang lapang, peredaran yang
lancar, yang bisa mencegah penyakit dan memelihara kesehatan.4
Hasil-hasil penelitian ilmiah terbaru membuktikan bahwa emosi bahagia
bukan hanya terletak dalam pikiran, tetapi juga terkandung dalam otot-otot dan
hormon. Tindakan menggerakkan otot-otot wajah membentuk ekspresi yang
berkaitan dengan kesukacitaan (tertawa atau tersenyum) dapat menghasilkan efek
positif yang berdampak pada sistem saraf. Paul Ekman seorang peneliti utama
dalam bidang ini meyakini bahwa “...mekanika gerakan otot-otot wajah sangat
berkaitan dengan sistem saraf otonom, yang mengatur denyut jantung, pernafasan,
dan fungsi-fungsi yang tidak bisa dikendalikan secara sadar...”.5
Sistem saraf otonom mempunyai dua subsistem yang bekerja dalam cara
yang berlawanan, yaitu: (a) Sistem saraf simpatetis, yang bekerja memacu kerja
organ-organ tubuh, misal mempercepat denyut jantung, mengakibatkan
penyempitan pembuluh darah perifer dan pembesaran pembuluh darah pusat. (b)
Sistem saraf parasimpatetis, yang bekerja mengurangi aktivitas organ-organ yang
dipacu oleh sistem saraf simpatetis dan memacu aktivitas organ-organ yang
dihambat oleh sistem saraf simpatetis.6 Sistem saraf simpatetis bekerja pada saat
seseorang dalam keadaan tegang atau takut, sebaliknya sistem saraf parasimpatetis
4 Anggarasari, dkk., “Terapi Tawa Untuk Mengurangi Emosi Marah Pada Caregiver
Lansia,” h. 73. 5 Prasetyo dan Nurtjahjanti, “Pengaruh Penerapan Terapi Tawa Terhadap Penurunan
Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api,” h. 65. 6 Nida Ul Hasanat dan Subandi, “Pengembangan Modul Untuk Meningkatkan Emosi
Positif Pasien Di Rumah Sakit,” Buletin Psikologi IX, no. 2 (Desember 2001): h. 65.
17
bekerja pada saat dalam keadaan rileks.7 Menurut Sofro kondisi rileks tersebut akan
diperoleh setelah melakukan tawa, karena tawa akan meningkatkan kerja sistem
saraf parasimpatetis.8
Waynbaum seorang fisiolog dari perancis yang terkenal dengan teori The
Vascular Theory of Emotional efferance menyatakan bahwa “...Ketika otot wajah
bergerak, maka akan terjadi mekanisme hormonal di otak, selanjutnya otot-otot
wajah berperan sebagai pengikat pada pembuluh dan mengatur aliran darah ke otak.
Aliran darah ini mempengaruhi temperatur di otak dan perubahan temperatur di
otak ini berhubungan dengan perasaan subyektif yang dialami seseorang...”.9 Hal
ini dikarenakan aspek-aspek emosi seperti tertawa diatur oleh pusat emosi di dalam
struktur otak yang dinamakan sistem limbik (limbic system). Sistem limbik berasal
dari kata “limbus” yang berarti “batas”. Limbik dibentuk oleh beberapa komponen
otak, antara lain hippocampus, gyrus limbic, dan amiygdale. Sistem limbik yang
terbentuk seperti lingkaran ini memainkan peranan dalam mengatur emosi manusia
baik itu emosi positif ataupun negatif. Ketika inti dari lingkaran dirusak, maka
individu yang bersangkutan akan menunjukkan suatu emosi yang tidak tepat atau
kacau. Orang yang mengalami hal ini secara tidak sengaja akan mudah marah, tetapi
gampang tertawa terbahak-bahak meskipun tidak lucu. Itu disebabkan lingkaran
yang sekaligus merupakan pusat emosi manusia itu terputus.10
7 Hasanat dan Subandi, “Pengembangan Modul Untuk Meningkatkan Emosi Positif Pasien
Di Rumah Sakit,” h. 66. 8 Risna Hayati, dkk., “Terapi Tawa Untuk Menurunkan Kecenderungan Burnout Pada Guru
Pendamping Anak Berkebutuhan Khusus,” Humanitis 12, no. 1, (t.t.): h. 63. 9 Ruspawan dan Desi Wulandari, “Pengaruh Pemberian Terapi Tertawa Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Lanjut Usia di PSTW Wana Seraya Denpasar,” Jurnal Skala Husada 9, no. 1 (April
2012): h. 7. 10 Prasetyo dan Nurtjahjanti, “Pengaruh Penerapan Terapi Tawa Terhadap Penurunan
Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api,” h. 64.
18
Senada dengan pendapat Waynbaum di atas, Darwin sebagai orang pertama
yang menyatakan bahwa gerakan otot zygomatic mayor (otot yang dapat menarik
sudut bibir ke atas sampai tulang pipi) merupakan pusat ekspresi pengalaman emosi
positif.11 Otot inilah menurut Waynbaum yang akan meningkatkan aliran darah ke
otak, sehingga semua sel dan jaringan tubuh menerima oksigen dan hal lain
menyebabkan perasaan gembira.12
Berdasarkan teori tersebut, dapat dipahami bahwa Waynbaum memandang
emosi yang mengikuti wajah dan bukan mendahuluinya. Dalam kata lain seseorang
bahagia karena tertawa atau tersenyum bukan tertawa atau tersenyum karena
bahagia. Dia juga menyimpulkan bahwa bahagia karena tersenyum merupakan obat
untuk semua penyakit. Seseorang yang membuat dirinya tersenyum akan merasa
lebih bahagia dan hal ini jelas lebih baik untuk dikerjakan daripada menunggu
sampai merasa bahagia agar dapat tersenyum.13
Teori Waynbaum dan Darwin di atas diperkuat kembali oleh Zajonc yang
menjelaskan dengan lebih rinci. Menurutnya, pada saat tertawa 15 otot muka
berkontraksi dan mendapatkan rangsangan efektif pada sebagian besar otot mulut.
Saat mulut terbuka dan tertutup, ada suatu dorongan untuk mengisap udara yang
cukup, sehingga dapat menangkap lebih banyak oksigen. Oksigen ini akan dialirkan
ke seluruh tubuh dalam jumlah yang lebih banyak. Jumlah oksigen yang cukup
banyak dalam sistem peredaran darah memberikan dampak pada pengaturan
11 Nida Ul Hasanat, “Anda Sedang Bersedih? Cobalah Tersenyum Atau Tertawa (Suatu
Bukti dari Facial Feedback Hypothesis),” Buletin Psikologi V, no. 2 (Desember 1997): h. 29. 12 Hasanat dan Subandi, “Pengembangan Modul Untuk Meningkatkan Emosi Positif Pasien
Di Rumah Sakit,” h. 67. 13 Hasanat, “Anda Sedang Bersedih? Cobalah Tersenyum Atau Tertawa (Suatu Bukti dari
Facial Feedback Hypothesis),” h. 29.
19
temperatur di otak yaitu dapat mendinginkan otak.14 Otak yang dialiri darah
beroksigen tinggi akan bekerja lebih baik daripada saat kekurangan oksigen.15 Hal
ini juga dapat mempengaruhi pengeluaran neurotransmitter yakni hormon
serotonin, endorphine16 dan metanonin yang membawa keadaan emosi dan
perasaan keseluruh bagian tubuh.17
B. Faktor-faktor yang Menimbulkan Tertawa
Berdasarkan pengertian tawa dalam bidang psikologi dan Kamus Besar
Bahasa Indonesia di atas, maka dapat diketahui bahwa sebab-sebab yang
menimbulkan tawa antara lain:
1. Rangsangan Batin
Yaitu perasaan senang atau bahagia yang disebabkan hal lucu yang dapat
menimbulkan respon tawa atau senyum. Salah satu pemicu besar timbulnya
rangsangan ini adalah humor. Sebagaimana diungkapkan oleh Marten yang
mengartikan humor sebagai reaksi emosi ketika sesuatu terjadi tidak sesuai dengan
yang diharapkan dan reaksi emosi itu membawa kesenangan atau kebahagiaan.18
Lippman dan Dunn juga mengatakan humor adalah segala sesuatu yang dapat
meningkatkan rangsangan dan mengarahkan pada perasaan senang dan nyaman.19
14 Ruspawan dan Wulandari, “Pengaruh Pemberian Terapi Tertawa Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Lanjut Usia di PSTW Wana Seraya Denpasar,” h. 7. 15 Prasetyo dan Nurtjahjanti, “Pengaruh Penerapan Terapi Tawa Terhadap Penurunan
Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api,” h. 64. 16 Endorfin adalah endogenous opioid peptida yang berfungsi sebagai neurotransmitter.
Endorfin dapat memberikan rasa santai, gembira pada seseorang. Fungsi endorfin seperti zat morfin
yang berasal dari dalam tubuh. Lihat Anggarasari, dkk., “Terapi Tawa Untuk Mengurangi Emosi
Marah Pada Caregiver Lansia,” h. 72. 17 Christina Samodara, dkk., “Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Stres Psikologi Pada
Lanjut Usia di Panti Werdha Kota Manado,” Jurnal Keperawatan 3, no. 2 (Mei 2015): h. 7. 18 Prasetyo dan Nurtjahjanti, “Pengaruh Penerapan Terapi Tawa Terhadap Penurunan
Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api,” h. 80. 19 Listya Istiningtyas, “Humor Dalam Kajian Psikologi Islam,” Jurnal Ilmu Agama 15, no.
1 (2014): h. 2.
20
Humor juga sangat berkaitan dengan respon tertawa. Hal ini dinyatakan oleh
Driver, bahwa humor merupakan sifat dari sesuatu atau suatu situasi yang kompleks
yang menimbulkan keinginan untuk tertawa. Secara sederhana humor didefinisikan
sebagai sesuatu yang lucu. Sesuatu yang bersifat humor adalah sesuatu yang dapat
membuat tertawa.20 Pendapat ini sejalan dengan Saper yang mengartikan humor
sebagai aspek kognitif, efektif, dan estetik pada individu, stimulus, ataupun
peristiwa yang dapat membangkitkan rasa senang dan respon seperti tertawa
ataupun tersenyum.21 Oleh karena itu humor dipandang sangat penting dalam
kehidupan manusia, karena humor dapat merangsang seseorang untuk tertawa dan
tawa sangat bermanfaat untuk kesehatan jiwa manusia.
Dari pendapat yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa
humor adalah segala sesuatu yang lucu atau menggelikan baik berupa perbuatan
atau perkataan yang dapat membangkitkan rasa senang dan bahagia sehingga
menimbulkan respon seperti tertawa atau tersenyum.
Berdasarkan telaah teoritis mengenai humor, Suyasa menjelaskan bahwa
definisi humor dapat dibagi menjadi tiga, yaitu humor sebagai stimulus (humor
stimulus), humor sebagai respon (sense of humor) dan humor sebagai istilah. Humor
sebagai stimulus dapat diartikan sebagai humor objek (kata-kata atau perilaku
dalam bentuk audio dan visual), baik dalam bentuk konkret maupun imajinasi
(abstrak) yang berpotensi menimbulkan perilaku tersenyum atau tertawa. Humor
sebagai respon, artinya adalah kecenderungan individu untuk bersikap positif pada
20 Ayu Fitriani dan Nurul Hidayah, “Kepekaan Humor Dengan Depresi Pada Remaja
Ditinjau Dari Jenis Kelamin,” Humanitas IX, no 1 (Januari 2012): h. 80. 21 Istiningtyas, “Humor Dalam Kajian Psikologi Islam,” h. 3.
21
lingkungan maupun individu lain, dengan menampilkan perilaku tersenyum dan
tertawa. Ia menyimpulkan definisi ini sebagai kecenderungan individu untuk tampil
ceria. Humor sebagai istilah, sebagaimana dikatakan Martin yaitu istilah untuk
mendefinisikan perilaku tersenyum atau tertawa yang terjadi karena hal positif.
Adapun perilaku tertawa yang terjadi karena hal negatif, misalnya menghina,
merendahkan orang lain, menggoda adalah bukan humor.22
Dalam bidang psikologi, perhatian terhadap fenomena humor ternyata
cukup besar. Ia merupakan salah satu cabang kajian ilmu dalam dunia psikologi
manusia. Hal ini terlihat dari adanya berbagai teori dan penelitian tentang humor
dalam kaitannya dengan kehidupan manusia. Teori penelitian humor berkembang
sebagai bagian dari teori-teori positive psychology yang saat ini sedang marak
dibicarakan di kalangan ilmuwan psikologi, sebab positive psychology dipandang
sebagai hal yang membangkitkan keberadaan manusia.23
Hasanat dan Subandi menjelaskan bahwa humor dapat dinilai menimbulkan
emosi postif, sebab humor menjadikan seseorang dapat tersenyum ataupun tertawa
dan memunculkan ekspresi wajah positif. Emosi positif yang ditimbulkan dari
humor merupakan salah satu upaya coping yang berfokus pada emosi.24 Untuk
mewujudkan hal tersebut, seseorang memerlukan kepekaan terhadap humor agar
dapat mengamati, merasakan dan mengungkapkan humor, apabila seseorang tidak
cukup peka, maka kejadian seperti apapun akan terasa biasa dan tidak
meninggalkan kesan lucu.
22 Iwan Marwan, “Rasa Humor Dalam Perspektif Agama,” (t.t): h. 164. 23 Istiningtyas, “Humor Dalam Kajian Psikologi Islam,” h. 3-4 24 Fitriani dan Hidayah, “Kepekaan Humor Dengan Depresi Pada Remaja Ditinjau Dari
Jenis Kelamin,” h. 80.
22
Menurut Hughes kepekaan humor merupakan kemampuan setiap orang
dalam mempersepsikan, mengekspresikan dan menikmati humor. Kepekaan
tersebut menghasilkan hal-hal yang positif tidak hanya terbatas pada coping
masalah, ataupun konsep diri yang positif. Martin dan Lefcourt juga menyatakan
bahwa kepekaan humor menunjukkan frekuensi seseorang ketika tersenyum,
tertawa, dan merespon hal-hal yang berkaitan dengan hiburan dalam berbagai
situasi.25
2. Rangsangan badaniah (gelitik)
Yaitu perasaan hendak tertawa karena dikitik-kitik bagian anggota tubuh
tertentu seperti ketiak, perut dan leher sehingga menimbulkan rasa geli. Menurut
Stearns, sensasi geli tersebut terjadi akibat adanya rangsangan pada reseptor
sentuhan dan reseptor nyeri di kulit. Namun meskipun diperantarai oleh sentuhan,
bukan berarti bahwa area yang paling sensitif terhadap sentuhan merupakan area
yang paling sensitif terhadap geli.
Pada tahun 1897, psikolog G. Stanley Hall dan Arthur Alin membedakan
geli menjadi dua jenis, yaitu:
Gargalesis: Kondisi ini adalah dimana seseorang merasakan geli
yang sangat hebat, sehingga akhirnya tertawa. Titik sensitif pada
tubuh yang memiliki potensi merasakan rasa geli yang hebat adalah
ketiak dan perut.
Knismesis: Rasa geli ini cenderung ringan, yang lebih memicu rasa
gatal daripada tawa.
25 Fitriani dan Hidayah, “Kepekaan Humor Dengan Depresi Pada Remaja Ditinjau Dari
Jenis Kelamin,” h. 81.
23
Respon seseorang yang tertawa saat digelitik dipengaruhi oleh faktor sosial.
Seseorang akan tertawa jika yang menggelitik adalah orang yang dikenal. Namun,
jika yang melakukannya adalah orang lain dan dilakukan secara tiba-tiba, maka
respon yang timbul bukanlah tertawa, melainkan bisa menjadi respon menarik diri,
tidak suka, bahkan marah.26
3. Faal (penyakit) dan rangsangan kimiawi
Tertawa yang disebabkan penyakit ini pernah terjadi pada tahun 1962 di
desa Kashasha, pantai barat danau Victoria, Tanzania yang dahulu dikenal sebagai
Tanganyika. Wabah tawa tanganyika bermula di sebuah asrama mahasiswa pada 30
Januari 1962. Wabah ini mulanya menjangkiti tiga orang siswi yang kemudian
menyebar kepada 95 hingga 159 siswa lainnya. Wabah tawa itu berjangkit selama
berjam-jam hingga 16 hari. Sehingga menganggu konsentrasi belajar, yang
akhirnya pihak sekolah memutuskan untuk menutup sekolah pada 18 Maret 1962.
Wabah tawa tanganyika justru semakin meluas setelah siswa dipulangkan ke
rumahnya masing-masing dengan membawa wabah tersebut. Wabah itu menulari
saudara, keluarga, dan penduduk desa setempat. Sehingga memakan banyak
korban. Baru setelah enam hingga delapan bulan sejak wabah itu muncul, fenomena
itu pun menghilang dengan menyisakan symptom yang membuat korban menderita.
Symptom yang disebabkan wabah tawa tanganyika antara lain pingsan, kesakitan,
sesak napas, gatal-gatal hingga histeris.27
26 Dissy Pramudita, “Mengenali Respon Tubuh Saat Digelitik,” artikel diakses pada 2
Desember 2017 dari http://m.klikdokter.com/info-sehat/read/2859640/mengenali-respon-tubuh-saa
t-digelitik 27 Bams al-Badrany, “Wabah Tawa di Tanzania Tahun 1962: Misteri Terjangkitnya
Penyakit Tertawa Tanpa Henti Yang Memakan 1000 Orang Korban,” diakses pada 2 Desember
2017 dari https://bamssatria22.wordpress.com/2015/04/19/wabah-tawa-1962/
24
Selain itu tertawa juga dapat disebabkan oleh rangsangan kimiawi, salah
satunya disebabkan oleh benda-benda yang mengandung alkohol yang dapat
memabukkan, sehingga membuat seseorang tertawa tanpa sadar.
C. Macam-macam Tertawa
Kata tawa memiliki beberapa macam perubahan bentuk. Diantaranya adalah
kata tertawa sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Adapun yang lainnya
seperti kata menertawai, menertawakan, tertawaan, penertawaan, dan ketawa. Kata
menertawai dan menertawakan berkedudukan sebagai kata kerja yang berarti
tertawa terhadap sesuatu. Bisa terhadap tingkah laku seseorang, kesalahan orang
lain, dan sebagainya. Kata ini dapat digunakan untuk menghina atau mengejek, juga
bisa berarti menjadikan atau menyebabkan tertawa. kata tertawaan berposisi
sebagai kata benda yang berarti bahan untuk ditertawakan. Kata penertawaan
merupakan kata benda yang berarti proses, cara dan perbuatan menertawai atau
menertawakan. Yang terakhir adalah kata ketawa yang merupakan ragam kata lain
dari tertawa yang berkedudukan sebagai kata kerja.28
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ada beberapa macam
gaya tertawa, diantaranya:
1. Tertawa bergumam, yaitu tertawa yang tertahan.29 Tawa ini disebabkan
oleh sesuatu yang sangat lucu dan sebagainya, namun sengaja ditahan
untuk menjaga wibawa atau sifat galak yang sudah dibentuk. Walaupun
28 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi
ke-4, h. 1412. 29 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi
ke-4, h. 1412.
25
senyum memperlihatkan gigi-giginya, namun suara tawa lebih
terkikik.30
2. Tertawa terbahak-bahak, yaitu tertawa dengan suara besar dan keras.31
Tertawa seperti ini terkadang membuat orang disekitarnya terganggu.
Suaranya terdengar mulai dari nada yang rendah dan seketika meninggi.
Gaya tertawa ini biasanya dilakukan agar dirinya didengar atau
dikagumi oleh orang lain.32
3. Tertawa kecil, yaitu tersenyum.33 Tertawa macam ini hanya
mengembangkan bibir sedikit tanpa suara untuk menunjukkan rasa
senang, gembira, suka, dan sebagainya.34
4. Tertawa pahit, yaitu tertawa kecil karena tidak suka.35 Gaya tertawa ini
biasanya disebabkan oleh perkataan atau perilaku seseorang yang tidak
ia sukai diiringi dengan maksud meremehkan atau menghina.
5. Tertawa terkekeh-kekeh, yaitu tertawa dengan suara terpingkal-
pingkal.36 Tertawa model ini akan membuat perut bergetar, wajah
berkerut, dan gestur sedikit membungkuk ke depan. Orang yang tertawa
seperti ini biasanya malu-malu atau mencoba jaga harga diri atau
30 Hestianingsih,“Delapan Gaya Tertawa Yang Bisa Dipakai untuk Menebak Isi Pikiran
Orang,” artikel diakses pada 2 Desember 2017 dari http://m.detik.com/wolipop/read/ 2013/05/08/
183856/2241505/852/8-gaya-tertawa-yang-bis a-dipakai-untuk-menebak-isi-pikiran-orang 31 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi
ke-4, h. 1412. 32 http://m.detik.com/wolipop/read/2013/05/08/183856/2241505/852/8-gaya-tertawa-yang
-bisa-dipakai-untuk-menebak-isi-pikiran-orang, diakses pada 2 Desember 2017. 33 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi
ke-4, h. 1412. 34Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi
ke-4, h. 1277. 35 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi
ke-4, h. 1412. 36 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi
ke-4,h. 1412.
26
wibawa. Pada dasarnya tertawa yang terkekeh-kekeh ingin
menunjukkan bahwa dirinya masih empati atau menjaga perasaan orang
atau sesuatu yang ditertawakan.37
D. Seputar Terapi Tawa
Terapi tawa adalah metode terapi dengan menggunakan humor dan tawa,
yang dikombinasikan dengan yoga dan meditasi, untuk membantu individu
menyelesaikan masalah, baik dalam bentuk gangguan fisik maupun gangguan
mental. Penggunaan tawa dalam terapi akan menghasilkan perasaan lega pada
individu.38 Penelitian Middleton menjelaskan bahwa tawa merupakan humor yang
menjadi warisan budaya dan dapat berperan dalam proses psikoterapi dalam
membangun terapeutik aliansi.39
Terapi tawa diperkenalkan pertama kali oleh Dr. Mahdan Kataria dari india
yang merupakan pendiri dari gerakan klub tawa dunia. Terapi ini merupakan sebuah
program yang bertujuan menurunkan tingkat stres dengan menerapkan metode sesi
tawa yang dijelaskan dalam bukunya yang berjudul “Laugh For No Reason.”40
Sebelumnya, terapi tawa modern pernah terjadi sekitar tahun 1930-an. Dimana
beberapa rumah sakit pada saat itu mengundang badut untuk menghibur anak-anak
penderita polio.41
37 http://m.detik.com/wolipop/read/2013/05/08/183856/2241505/852/8-gaya-tertawa-yang
-bisa-dipakai-untuk-menebak-isi-pikiran-orang, diakses pada 2 Desember 2017. 38 Prasetyo dan Nurtjahjanti, “Pengaruh Penerapan Terapi Tawa Terhadap Penurunan
Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api,” h. 60. 39 Anggarasari, dkk., “Terapi Tawa Untuk Mengurangi Emosi Marah Pada Caregiver
Lansia,” h. 71. 40 Esterina Fitri Lestari, “Pengaruh Pelatihan Tawa Terhadap Penurunan Tingkat Stres Pada
Lanjut Usia (LANSIA) Yang Tinggal Di Panti Werdha Hargo Dedali,” Jurnal Psikologi Universitas
Airlangga Surabaya 6, no. 1 (April 2011): h. 339. 41 Prasetyo dan Nurtjahjanti, “Pengaruh Penerapan Terapi Tawa Terhadap Penurunan
Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api,” h. 65.
27
Meskipun metode ini tidak dijamin berhasil untuk semua kasus, dan
keberhasilannya tergantung pada seberapa lama gangguan itu dialami, akan tetapi
setidaknya dengan melakukan terapi ini akan membuat penderita lebih riang dan
sementara terbebas dari masalah.
Pemberian stimulasi humor dalam pelaksaan terapi tawa diperlukan untuk
membantu beberapa orang yang mengalami kesulitan memulai tertawa tanpa
adanya alasan yang jelas. Hal ini diberikan dalam bentuk berbagai media, seperti
VCD, notes, komik, dan badut. Namun demikian, humor bukanlah satu-satunya
stimulus untuk menghasilkan tawa dalam penerapan terapi. Harus ada hal-hal lain
yang dikombinasikan untuk menciptakan tawa secara alami (Misalnya yoga atau
meditasi). Jadi dalam pelaksanaanya, terapi tawa melibatkan proses humor, tawa,
yoga tawa, relaksasi, dan meditasi. Apabila untuk menghasilkan tawa hanya
menggunakan stimulus humor saja, maka hal itu tidak dikatakan sebagai terapi
tawa, melainkan terapi humor.42
1. Teori Dasar dan Tahapan Terapi Tawa
Terapi tawa dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) tertawa melalui
stimulasi misalnya membaca bacaan yang mengandung humor, melihat film atau
gambar humor, dan lainnya, (2) sengaja berlatih tertawa.43
Adapun tahapan terapi tawa terdiri dari tiga tahap utama yang disusun
berdasarkan prinsip-prinsip psikologi yang dapat berfungsi menurunkan gejala-
gejala stres.
42 Prasetyo dan Nurtjahjanti, “Pengaruh Penerapan Terapi Tawa Terhadap Penurunan
Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api,” h. 65. 43 Hasanat, “Anda Sedang Bersedih? Cobalah Tersenyum Atau Tertawa (Suatu Bukti dari
Facial Feedback Hypothesis),” h. 29.
28
a. Tahap Persiapan atau Pemanasan Yang Meliputi: Breathing
(Pernapasan) dan Physical Relaxation.
1. Breathing (Pernapasan)
Pernapasan penting untuk kehidupan. Pernapasan yang tepat
merupakan penawar stres. Dalam bernapas, diafragma ikut mengambil
peranan yang cukup penting. Diafragma memisahkan antara dada dan perut.
Ketika manusia mengalami stres mengakibatkan proses bernapas yang cepat
dan terburu-buru, untuk melepaskan kondisi stres dapat dilakukan dengan
cara menghirup udara sebanyak-banyaknya dan menghembuskan secara
perlahan. Di dalam sesi klub tawa, pernapasan ini disebut sebagai
pranayama44. Pranayama memiliki dampak menenangkan pikiran dan
memberikan lebih banyak oksigen untuk jaringan tubuh, serta
meningkatkan kapasitas untuk tertawa.
2. Physical Relaxation
Physical Relaxation merupakan bagian terpenting dari beberapa
gerakan tawa yoga, yaitu pada gerakan tepuk tangan berirama dan teknik-
teknik tawa yoga. Gerakan tepuk tangan berirama dilakukan di awal
sebelum masuk ke sesi utama tawa yoga. Gerakan ini merupakan latihan
pemanasan yang merangsang titik-titik acupressure (pijat ala akupunktur)
di telapak tangan dan membantu menciptakan rasa nyaman serta
meningkatkan energi. Pada langkah ketiga yaitu latihan bahu, leher dan
peregangan juga merupakan salah satu bentuk relaksasi fisik yang dilakukan
44 Pranayama adalah teknik-teknik pernapasan yang pelan dan berirama dengan gerakan
lengan yang membantu terciptanya relaksasi fisik dan mental. Lihat Prasetyo dan Nurtjahjanti,
“Pengaruh Penerapan Terapi Tawa Terhadap Penurunan Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta
Api,” h.66.
29
sebelum gerakan tawa. latihan ini dapat memberikan penyegaran fisik dan
stamina tambahan.
b. Tahap Inti, Meliputi: Physical Relaxation, Mengembangkan
Kemampuan Komunikasi, dan Mencari Sosial Support.
1. Physical Relaxation, Masih tergolong tahapan inti yang sudah
dijelaskan di atas.
a. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi
Tawa menyatukan orang dan memperbaiki hubungan
interpersonal.
b. Mencari Sosial Support
Sosial Support merupakan salah satu teknik melakukan coping
terhadap stres. Seluruh gerakan tawa melibatkan interaksi dari orang
lain. Gerakan yang khusus mencari Sosial Support muncul pada
beberapa langkah yaitu tawa sapaan, tawa penghargaan, tawa hening
tanpa suara, tawa bersenandung dengan mulut tertutup, tawa
mengayun, tawa singa, tawa ponsel, tawa memaafkan dan keakraban.
c. Tahap Penutup, yaitu Mental Relaxation
Mental Relaxation adalah meneriakkan dua slogan dan saat teduh
dengan mengangkat kedua tangan ke atas dan memejamkan mata dalam
beberapa menit. Gerakan teknik penutupan ini berdasarkan kepada prinsip
dasar Hasya Yoga dimana Mental Relaxation dilakukan untuk
menyelaraskan antara tubuh, pikiran dan jiwa sehingga dapat menekan
kecemasan atau stres.45
45 Prasetyo dan Nurtjahjanti, “Pengaruh Penerapan Terapi Tawa Terhadap Penurunan
Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api,” h. 66-67.
30
2. Manfaat Terapi Tawa
Tertawa yang kelihatannya kecil dan hanya berlangsung sesaat ternyata
sangat bermanfaat dalam kehidupan. Hal ini berdasarkan pada hasil penelitian para
ahli dalam bidang ini. Berikut beberapa manfaat tertawa:
a. Obat Terbaik Untuk Menyembuhkan Penyakit
Mathew menyatakan bahwa tertawa merupakan obat yang terbaik.46 Serupa
dengan Mathew, Amin mengatakan bahwa seandainya seseorang mengetahui akan
manfaat tertawa, niscaya mereka tidak memerlukan tiga perempat obat-obatan yang
ada di apotik.47
Pendapat tersebut pernah terbukti pada tahun 1964, Norman Cousin melalui
bukunya Anatomy of an Illness mendokumentasikan kasus nyata tentang dampak
positif tertawa terhadap penyakit yang dialaminya. Pada waktu itu, Norman
Cousins didiagnosa menderita penyakit yang mematikan. Menurut dokter harapan
untuk sembuh dari penyakitnya sangat tipis. Mengetahui hal itu, ia memutuskan
untuk melakukan terapi humor yang akhirnya menemukan bahwa 15 menit tertawa
terbahak-bahak dapat menghasilkan tidur tanpa rasa sakit selama dua jam. Setelah
melakukan hal itu sampel darahnya menunjukan tingkat penyebaran penyakit telah
menurun. Pada akhirnya, Cousins benar-benar sembuh dari penyakitnya.48
b. Mencegah dan Meredakan Stres
Menurut Riggio stres adalah suatu reaksi fisiologis terhadap kejadian-
kejadian yang terjadi di lingkungan yang dirasa mengancam. Reaksi fisiologis
46 Hayati, dkk., “Terapi Tawa Untuk Menurunkan Kecenderungan Burnout Pada Guru
Pendamping Anak Berkebutuhan Khusus,” h. 63. 47 Iwan Marwan, “Rasa Humor Dalam Perspektif Agama.” h. 164. 48 Prasetyo dan Nurtjahjanti, “Pengaruh Penerapan Terapi Tawa Terhadap Penurunan
Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api,” h. 65-66.
31
tersebut seperti meningkatnya kerja jantung, tekanan darah dan meningkatnya
pengeluaran keringat dari tubuh. Stres disebabkan oleh banyak hal yang dapat
menimbulkan reaksi psikologis yang meliputi kecemasan, ketakutan, dan frustasi.49
Hal ini apabila dibiarkan akan berbahaya dan menimbulkan berbagai penyakit
seperti kesehatan yang menurun, masalah jantung, sakit kepala, dan tulang sendi
nyeri.
Salah satu upaya penanganannya dengan melakukan terapi tawa, karena
selain bermanfaat untuk menurunkan tingkat stres, terapi tawa juga bermanfaat
untuk menjauhkan stres dari orang yang belum atau tidak mengalami stres. Ini
disebabkan tawa secara alami menghasilkan pereda stres dan rasa sakit.50 Pendapat
ini dipegang oleh Kaur, Walia, dan Desinta.
Terapi ini juga merupakan cara alami untuk menghadapi sakit mental dan
perasaan tertekan. Karena tertawa dapat membuat rileks dan merangsang berbagai
bagian otak untuk menghambat aliran hormon kortisol.51
Ketika seseorang mengalami stres, akan keluar hormon adrenalin yang
mempengaruhi tekanan darah dan mengakibatkan jantung berdebar keras. Pada saat
tertawa, tubuh akan melepaskan hormon adrenalin dan secara otomatis tercipta efek
antiadrenalin dan menghambat kerja hormon adrenalin dalam aliran darah,
sehingga ketegangan mereda dan tekanan darah menurun.52
49 Prasetyo dan Nurtjahjanti, “Pengaruh Penerapan Terapi Tawa Terhadap Penurunan
Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api,” h. 65. 50 Prasetyo dan Nurtjahjanti, “Pengaruh Penerapan Terapi Tawa Terhadap Penurunan
Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api,” h. 65. 51 Lestari, “Pengaruh Pelatihan Tawa Terhadap Penurunan Tingkat Stres Pada Lanjut Usia
(Lansia) Yang Tinggal Di Panti Werdha Hargo Dedali,” h. 341. 52 Lestari, “Pengaruh Pelatihan Tawa Terhadap Penurunan Tingkat Stres Pada Lanjut Usia
(Lansia) Yang Tinggal Di Panti Werdha Hargo Dedali,” h. 342.
32
Muhammad juga menerangkan bahwa pada saat tertawa, perut dan
pernapasan akan bergerak serentak, saat itu akan terjadi peregangan otot,
peningkatan denyut nadi, dan penyebaran oksigen ke semua jaringan dalam tubuh,
aktivitas inilah yang akan melancarkan darah pada seluruh tubuh.53
Zajonc menyampaikan bahwa terapi tawa dapat digunakan untuk membantu
pasien yang mengalami gangguan psikosomatis dan kondisi-kondisi negatif seperti
depresi dan kecemasan.54 Karena tertawa dapat menyingkirkan energi-energi
negatif tersebut menjadi energi positif, seperti tertawa dapat melarutkan kesedihan,
kecemasan, kemarahan, serta dengan tertawa dapat mengeluarkan hormon
bahagia.55
Shahidi dan Nugraheni juga menjelaskan bahwa terapi tawa memiliki
dampak yang sangat signifikan untuk mengurangi depresi.56 Penjelasan ini sejalan
dengan penelitian Danzer, Dale dan Herbert yang menunjukkan bahwa peningkatan
suasana hati dan tertawa atau tersenyum dapat menurunkan tingkat depresi
seseorang.57 Dalam buku terapi tertawa, Harold Bloomfield, M.D, penulis Healing
Anxiety Naturally menyarankan untuk melakukan terapi tertawa sebagai alat untuk
menghilangkan rasa takut dan kecemasan.58
53 Hayati, dkk., “Terapi Tawa Untuk Menurunkan Kecenderungan Burnout Pada Guru
Pendamping Anak Berkebutuhan Khusus,” h. 68. 54 Prasetyo dan Nurtjahjanti, “Pengaruh Penerapan Terapi Tawa Terhadap Penurunan
Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api,” h. 65. 55 Hayati, dkk., “Terapi Tawa Untuk Menurunkan Kecenderungan Burnout Pada Guru
Pendamping Anak Berkebutuhan Khusus,” h. 64. 56 Anggarasari, dkk., “Terapi Tawa Untuk Mengurangi Emosi Marah Pada Caregiver
Lansia,” h. 77. 57 Fitriani dan Hidayah, “Kepekaan Humor Dengan Depresi Pada Remaja Ditinjau Dari
Jenis Kelamin,” h. 86. 58 Ruspawan dan Wulandari, “Pengaruh Pemberian Terapi Tertawa Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Lanjut Usia di PSTW Wana Seraya Denpasar,” h. 2.
33
c. Menyehatkan dan Memperkuat Sistem Kekebalan Tubuh
Menurut Palma tertawa selain dapat menimbulkan keadaan emosional yang
lebih positif, tawa juga memiliki kualitas sebagai media katarsis yang memberikan
efek positif bagi kesehatan.59 Dr. Lee Berk, seorang imunolog dari Universitas
Loma Linda California Amerika Serikat, menemukan bahwa tertawa bisa
mengurangi peredaran dua hormon dalam tubuh yaitu efinefrin dan kortisol yang
dikeluarkan oleh hipotalamus, jika kedua hormon tersebut dikeluarkan maka bisa
menghalangi proses penyembuhan penyakit.60 Jadi dalam keadaan bahagia ataupun
tertawa, maka hipotalamus akan mengeluarkan hormon endorpine untuk
mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kekebalan tubuh.61
Disamping itu, Hasil penelitian Dr. Lee Berk dan Dr. Stanley Tan
Mengungkapkan bahwa tertawa memiliki pengaruh terhadap sistem kekebalan
tubuh diantaranya: Meningkatkan jumlah dan kemampuan sel-sel imun yang
bertugas memerangi sel virus yang menyerang tubuh, meningkatkan jumlah
antibodi S-IgA (imunoglobin A) yang memerangi infeksi pada saluran napas atas,
meningkatkan aktivitas diafragma seperti apabila melakukan aerobik, sehingga
menambah kemampuan tubuh untuk menggunakan oksigen.62 Hasil penelitian ini
serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lefcourt. Pendapat ini juga
diperkuat oleh tarigan yang menguraikan bahwa terapi tertawa bermanfaat
59 Hayati, dkk., “Terapi Tawa Untuk Menurunkan Kecenderungan Burnout Pada Guru
Pendamping Anak Berkebutuhan Khusus,” h. 68. 60 Samodara, dkk., “Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Stres Psikologi Pada Lanjut Usia
di Panti Werdha Kota Manado,” h. 6. 61 Prasetyo dan Nurtjahjanti, “Pengaruh Penerapan Terapi Tawa Terhadap Penurunan
Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api,” h. 65. 62 Istiningtyas, “Humor Dalam Kajian Psikologi Islam,” h. 5.
34
menguatkan system kekebalan tubuh, sebagai latihan aerobic terbaik, sebagai
jogging internal, dan membantu terlihat lebih muda dari usia sebenarnya.63
d. Menghasilkan Perasaan Rileks, Bahagia, dan Tenang
Menurut Muhammad tertawa dapat membangkitkan energi positif seperti
perasaan rileks, pandangan mata dan pendengaran menjadi jernih, dan pikiran
menjadi lebih optimal. Pada saat tertawa individu akan menghirup oksigen yang
lebih banyak, sehingga membuat tubuh menjadi lebih rileks dan dapat menurunkan
hormon adrenalin dan epinephrine.64
Amin menerangkan bahwa satu tawa lebih baik dari seribu kali aspirin dan
pil penenang.65 Ini berarti tawa lebih ampuh mendatangkan ketenangan atau
kenyamanan dibandingkan aspirin dan pil penenang. Mathofani dan Wahyuni juga
berpendapat bahwa tertawa dapat merilekskan otot-otot yang tegang.66
Sejalan dengan pendapat di atas, William Foy dari Universitas Stanford
mengatakan bahwa tertawa terbahak-bahak amat bermanfaat bagi orang sakit. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa tertawa terpingkal-pingkal akan menggoyang-
goyangkan otot perut, dada, bahu, serta pernafasan, sehingga membuat tubuh akan
terasa rileks, segar dan tenang.67
Pendapat para ahli di atas juga diperkuat oleh President Director dari
Institute for Cognitive Research, dr. H. Yul Iskandar, Ph.D, psikiater dari Rumah
63 I Gede Widjanegara, dkk., “Terapi Terhadap Pasien Gangguan Jiwa Dengan Depresi,”
(t.t.): h. 2. 64 Hayati, dkk., “Terapi Tawa Untuk Menurunkan Kecenderungan Burnout Pada Guru
Pendamping Anak Berkebutuhan Khusus,” h. 64. 65 Iwan Marwan, “Rasa Humor Dalam Perspektif Agama.” h. 164. 66 Hayati, dkk., “Terapi Tawa Untuk Menurunkan Kecenderungan Burnout Pada Guru
Pendamping Anak Berkebutuhan Khusus,” h. 68. 67 Lestari, “Pengaruh Pelatihan Tawa Terhadap Penurunan Tingkat Stres Pada Lanjut Usia
(Lansia) Yang Tinggal Di Panti Werdha Hargo Dedali,” h. 340.
35
Sakit Khusus Dharma Graha Jakarta, ia menyatakan bahwa ketika seseorang
tertawa maka tubuhnya akan menghasilkan zat baik seperti melatonin, endorfin dan
serotonin yang menekan kortisol68, adrenalin69 serta radikal bebas. Serotonin
menimbulkan efek vasodilatasi pembuluh darah yang akhirnya akan meningkatkan
peredaran oksigen ke seluruh tubuh. Serotonin normalnya menimbulkan dorongan
bagi sistem limbik untuk meningkatkan perasaan seseorang terhadap rasa nyaman,
menciptakan rasa bahagia, rasa puas, nafsu makan yang baik, dorongan seksual
yang sesuai, dan keseimbangan psikomotor.70
e. Menjalin Hubungan Sosial
Muhammad menjelaskan bahwa tertawa banyak sekali memberikan
manfaat pada psikis maupun sosial, dimana saat tertawa dapat berpengaruh
terhadap keseimbangan emosi, terutama dalam hubungan dengan orang lain dapat
menjadi penjalin persahabatan apabila sesuai pada tempat yang semestinya. Tawa
merupakan pendekatan holistik yang mempunyai dampak positif bagi kesehatan
individu, seperti meningkatkan konsentrasi, meningkatkan rasa percaya diri, dan
memperbaiki hubungan antar pribadi.71 Menurut Ryff dan singer tertawa memiliki
makna interaksi positif yang dapat merekatkan antar individu.72
68 Yaitu hormon stres yang meningkatkan tekanan darah. Lihat Lestari, “Pengaruh
Pelatihan Tawa Terhadap Penurunan Tingkat Stres Pada Lanjut Usia (Lansia) Yang Tinggal Di Panti
Werdha Hargo Dedali,” h. 339. 69 Hormon yang mempengaruhi tekanan darah dan mengakibatkan jantung berdebar keras.
lihat Lestari, “Pengaruh Pelatihan Tawa Terhadap Penurunan Tingkat Stres Pada Lanjut Usia
(Lansia) Yang Tinggal Di Panti Werdha Hargo Dedali,” h. 342. 70 Ruspawan dan Wulandari, “Pengaruh Pemberian Terapi Tertawa Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Lanjut Usia di PSTW Wana Seraya Denpasar,” h. 7. 71 Hayati, dkk., “Terapi Tawa Untuk Menurunkan Kecenderungan Burnout Pada Guru
Pendamping Anak Berkebutuhan Khusus,” h. 68. 72 Sheni Desinta dan Neila Ramadhani, “Terapi Tawa untuk Menurunkan Stres pada
Penderita Hipertensi,” Jurnal Psikologi 40, No. 1 (Juni 2013): h. 19.
36
Pendapat di atas telah terbukti oleh hasil penelitian Kataria yang
menunjukkan ada pengaruh yang sangat signifikan pada karyawan yang telah
melakukan intervensi tawa di tempat kerja, antara lain membangun optimisme,
emosi positif, dan meningkatkan hubungan sosial antar sesama.73
73 Hayati, dkk., “Terapi Tawa Untuk Menurunkan Kecenderungan Burnout Pada Guru
Pendamping Anak Berkebutuhan Khusus,” h. 68.
37
BAB III
HADIS-HADIS TERTAWA
Pada bab ini, penulis akan menguraikan jawaban atas rumusan masalah yang
telah dipertanyakan pada bab sebelumnya. Yakni dengan cara menganalisis hadis-
hadis yang berbicara tentang tertawa dengan pendekatan psikologi, serta
menyajikan beberapa pendapat para ahli dalam kedua bidang kajian tersebut. Dalam
penelusuran hadis-hadis berdasarkan tema yang diangkat, penulis menggunakan
metode takhrij al-Hadîts melalui pencarian kata dan tema.
A. Term-term Tertawa Dalam Hadis
Sebelum mengkaji hadis-hadis tertawa, penulis terlebih dahulu akan
menerangkan term-term yang digunakan oleh hadis dalam menjelaskan tertawa
serta term yang mendekati makna tertawa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
pengertian, persamaan, dan perbedaan dari masing-masing kedua hal tersebut.
Berdasarkan penelusuran penulis, kata yang jelas mempunyai makna tertawa dalam
hadis-hadis yang diteili adalah kata كضح , adapun kata yang memiliki makna yang
dekat dengan tertawa adalah kata متبس .
1. Dahika (ك (ضح
Kata dahika memiliki banyak bentuk sesuai dengan pengunaannya. Dahika
itu sendiri merupakan fi’il mâdî yang digunakan untuk menjelaskan kata kerja
lampau. Sedangkan fi’il mudâri’i (kata kerja kini atau mendatang)-nya adalah
yadhaku ( حك Kata ini memiliki empat macam bentuk masdar, yakni dahkan .(يض
كا) كا) dihkan ,(ضح ح كا) dihikan ,(ض ح كا) dan dahikan ,(ض Semuanya itu adalah .(ضح
antonim dari kata بكى (menangis). Bentuk pelaku tunggal untuk jenis laki-laki
38
adalah dâhik (ك ك ون) dan bentuk jamaknya dâhikûn (ضاح sedangkan untuk ,(ضاح
jenis perempuan bentuk tunggalnya adalah dâhikah (كة ك) dan dawâhik (ضاح (ضواح
untuk bentuk jamak. Orang yang ditertawai oleh orang lain disebut al-Duhkah
كة) Sedangkan orang yang menertawai orang lain diberi gelar al-Duhakah .)الض ح
كة) Adapun penggunaan kata al-Duhukkah .(الض حكة) اك) al-Dahhak ,(الض ح -al ,(الضح
Dahûk (الضح وك), dan al-Midhâk (حاك ض (الم dinisbatkan kepada seseorang yang
banyak tertawa.1
Dari segi makna secara bahasa dan istilah, menurut Ibnu Faris kata dahik
terdiri dari tiga huruf, yakni huruf ح ,ض, dan ك yang berarti menunjukkan terbuka
dan tampaknya sesuatu. Kata al-Dahiku yang berarti penampakkan gigi (seri) ketika
bahagia, adakalanya juga disebut al-Dahku yang memiliki banyak arti seperti العسل
(madu), dan الثغراالبيض (gigi putih), akan tetapi menurutnya kata al-Dahiku lebih
fasih. Kata al-Dâhikah memiliki arti seluruh gigi yang tampak dari gigi-gigi yang
berada di bagian depan dan geraham (belakang) ketika tertawa.2 Maksudnya ialah
gigi yang berada di antara gigi taring dan gigi geraham, yakni empat gigi yang
tampak ketika tertawa (ك ) Di dalam hadis, kata bidâhikah .(ضواح كة bisa (ب ضاح
bermakna tabassam (senyum). Hal ini karena al-Dawahik (gigi yang tampak ketika
tertawa) tidak hanya terlihat ketika tertawa saja, melainkan juga dapat terlihat
ketika tersenyum.3 Sedangkan menurut Ibnu Duraid kata al-Dâhiku diartikan
dengan batu keras berkilau (putih) yang tampak di atas gunung. Kata al-Dahûk
diartikan oleh Ibnu al-‘Arâbi sebagai jalan yang tampak jelas.4
1 Louwis bin Naqula Dahir al-Ma’luf, Al-Munjid, (Beirut: Dâr al-Masyriq, 1977), h. 446 2 Abu al-Husain Ahmad, Mu’jam Maqâyîs al-Lughah (Beirut: Dâr al-Fikr, t.t.), h. 393-394. 3 Ibnu Manzur, Lisân al-‘Arab (Kairo: Dâr al-Ma’ârif, 1119), h. 2558. 4 Abu al-Husain Ahmad, Mu’jam Maqâyîs al-Lughah h. 394.
39
Bila ditinjau dari kegunaannya, kata dahik dapat digunakan untuk beberapa
hal, di antaranya; digunakan untuk mengejek atau menghina seseorang, yakni
apabila kata tersebut bersambung dengan huruf min, bi, atau ‘ala, digunakan ketika
seseorang dalam keadaan bahagia, dan digunakan untuk menunjukkan rasa heran
dan takjub.5
2. Tabassum (تبس م)
Tabassum adalah isim masdar, yang diartikan ke dalam bahasa Indonesia
dengan senyum. Kata Tabassum berasal dari kata basama (بسم), yang kemudian
mengikuti wazan tafa’ala (تفع ل) sehingga merubahnya menjadi tabassama (تبس م)
yatabassamu ( م) Orang yang tersenyum disebut bâsim 6.(تبس ما) tabassuman (يتبس م (باس
atau al-Mubtasim (م ب تس -Sementara orang yang gemar tersenyum dijuluki al .(الم
Bassâm (البس ام) atau bisa juga al-Mibsâm (ب سام .untuk jenis laki-lakinya (الم
Sedangkan untuk jenis perempuan disebut al-Bassamah (البس امة).7
Kata basama terdiri dari tiga huruf, yakni huruf س ,ب, dan م. Menurut Ibnu
Faris, rangkaian tiga huruf tersebut memiliki pengertian menampakkan bagian
depan mulut karena bahagia.8 Bila melihat pengertian ini, maka ditemukan adanya
persamaan dengan pengertian kata dahika, yakni sama-sama menampakkan sesuatu
yang berada pada bagian depan mulut dalam hal ini gigi yang disebabkan oleh
perasaan bahagia. Namun pada kata dahika mensyaratkan adanya keterbukaan,
5 Muhammad Nasrullah Asnawi Ihsan, “Tertawa Dalam al-Qur’an (Studi Tematik dengan
Pendekatan Psikologi).” (Skripsi S1 Fakulstas Ushuluddin, Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Semarang, 2014), h. 37. 6 Achmad Warson Munawwir dan Muhammad Fairuz, Kamus al-Munawwir (Surabaya:
Pustaka Progressif, 2007), h. 793. 7 Louwis bin Naqula Dahir al-Ma’luf, Al-Munjid, h. 38. 8 Abu al-Husain Ahmad, Mu’jam Maqâyîs al-Lughah, h. 249.
40
sehingga seseorang yang tertawa akan terlihat gigi-giginya mulai dari gigi bagian
depan sampai bagian belakang.
Di dalam Kamus al-Munjid, kata tabassum diartikan dengan sedikit tertawa
yang tanpa disertai suara.9 Pengertian ini kemudian diperkuat oleh Ibnu Manzur, ia
mengatakan bahwa yang di maksud kata tabassum di sini adalah tertawa yang
paling sedikit dan paling baik. Al-Laits berkata bahwa kata basama, yabsimu,
basman itu ketika seseorang membuka kedua bibirnya seakan orang yang
memperlihatkan gigi-giginya atau bisa diartikan juga seakan tertawa, namun tidak
sampai dikatakan tertawa. Sebagaimana contoh yang terdapat di dalam al-Qur’an
dan hadis kalimat ضاح كافتبس م . Al-Zujjâj menerangkan mengenai kalimat tersebut
bahwa tertawa yang paling banyak dilakukan oleh para Nabi adalah tersenyum.
Begitu juga apa yang telah disifati terhadap tertawanya Nabi Muhammad Saw.,
yakni hanya sekedar tersenyum.10
Makna senyum memang sangat dekat dengan tawa, karena memang senyum
itu sendiri merupakan salah satu jenis dari tawa. Senyum juga bisa dikatakan
sebagai tahap awal tawa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, senyum
didefinisikan dengan gerak tawa ekspresif yang tidak bersuara untuk menunjukkan
rasa senang, gembira, suka dan sebagainya dengan mengembangkan bibir sedikit.11
Dari definisi tersebut jelaslah bahwa di dalam senyum mengandung unsur tawa.
Ada beberapa jenis senyum, pertama yaitu senyum manis. Senyum yang
menarik hati dan menimbulkan rasa gembira bagi yang melihatnya. Kedua senyum
buaya atau senyum palsu, yaitu senyuman yang bermaksud jahat. Ketiga, senyum
9 Louwis bin Naqula Dahir al-Ma’luf, Al-Munjid, h. 38. 10 Ibnu Manzur, Lisân al-‘Arab, h. 286. 11 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi
ke-4 (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1277.
41
hampa. Senyuman yang lahir dari perasaan kecewa . Keempat, senyum kasih
sayang atau senyum mesra, yakni senyum yang menunjukkan rasa kemesraan.
Kelima, senyum simpul, optimis, harapan, dan kabar gembira. Yaitu senyum yang
menunjukkan kesenangan, kesayangan, dan kegembiraan hati.12
B. Analisis Hadis-hadis Tertawa Dengan Pendekatan Psikologi
Setelah menjelaskan term-term tertawa di dalam hadis, maka selanjutnya
penulis akan menganalisis hadis-hadis tertawa dengan pendekatan psikologi yang
telah disimpulkan menjadi beberapa poin, sebagai berikut:
1. Sebab-sebab Larangan dan Indikasi Negatif Terhadap Tertawa
Menurut hasil penelusuran penulis di dalam kitab takhrij, terdapat empat
poin yang menjadi penyebab larangan dan indikasi negatif terhadap tertawa, yaitu:
a. Tertawa Mematikan Hati
Takhrij al-Hadîst
Penulishanya menemukan tiga hadis yang membahas hal ini dalam bentuk
redaksi yang sedikit berbeda namun tetap memiliki kandungan yang sama, yakni di
dalam Sunan al-Tirmidzî kitab; zuhud bab 2, Sunan Ibnu Mâjah kitab; zuhud bab
1913, dan bab 2414.15 Dari ketiga redaksi hadis tersebut, penulis hanya menyebutkan
hadis yang terdapat di dalam kitab Sunan al-Tirmidzî kitab; zuhud bab 2.
12 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi
ke-4, h. 1277. 13 Hadis dalam kitab ini menggunakan redaksi القلب ك ر ك ر ر الح ر ح ر ااالح ك ر Hadis .لك
ini tergolong ke dalam hadis sahîh. Al-Bûsîrî berkomentar bahwa isnad hadis ini sahîh. Lihat Ibnu
Mâjah, Sunan Ibnu Mâjah (Jordan: Bayt al-Afkâr al-Dauliyyah, t.t.), h. 453. 14 Hadis dalam kitab ini menggunakan redaksi القلب ك ر ك ر ر الح ر ح ر Hadis ini .اأقرلحالح
termasuk hadis sahîh. Al-Bûsîrî berkomentar bahwa isnad hadis ini hasan. Lihat Ibnu Mâjah, Sunan
Ibnu Mâjah, h. 455. 15 A. J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî (Leiden: E. J. Brill,
1943), Jil. III, h. 486.
42
ث نا جعفر بن سليمان عن أب طارق عن اف البصري حد ث نا بشر بن هالل الصو حدء سن عن أب هري رة قال: قال رسول هللا صلى الل عليه وسلم: من يخذ عن هؤل ال
؟ ف قال أبو هري رة ف قلت: أن ي رسول هللا الكلمات ف ي عمل بن أو ي علم من ي عمل بنبيدي ف عد خسا وقال: اتق المحارم تكن أعبد الناس وارض با قسم الل لك فأخذ
تكن أغن الناس وأحسن إل جارك تكن مؤمنا وأحب للناس ما تب لن فسك تكن ة الضحك تيت القلب.الضحك فإن كث ر ول تكثر مسلما
Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Hilâl al-Sawwâf al-Basri,
telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Sulaimân, dari Abu Târiq, dari
al-Hasan, dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Siapa yang mau mengambil kalimat-kalimat itu dariku lalu
mengamalkannya atau mengajarkan pada orang yang mengamalkannya?.”
Abu Hurairah menjawab saya, wahai Rasulullah. Beliau meraih tanganku
lalu menyebut lima hal “Jagalah dirimu dari segala sesuatu yang diharamkan
niscaya kamu menjadi orang yang paling ahli ibadah, terimalah pemberian
Allah dengan rela niscaya kamu menjadi orang terkaya, berbuat baiklah
terhadap tetanggamu niscaya kamu menjadi orang mukmin, cintailah orang-
orang seperti kamu mencintai dirimu sendiri niscaya kamu menjadi muslim,
dan janganlah kamu banyak tertawa karena banyak tertawa itu mematikan
hati.”16
حك حك فإن كث رة الض تيت القلب وال تكثر الض , mengenai kalimat tersebut al-
Mubârakfûrî menjelaskan bahwa tertawa dengan terbahak-bahak atau berlebihan
akan menjadikan hati tenggelam dalam kegelapan. Keadaan hati yang seperti ini
menjadikan seseorang bagaikan mayat yang tidak bisa memberikan manfaat
terhadap dirinya dan tidak bisa menolak sesuatu yang dibenci olehnya.17 Sedangkan
menurut al-Sindî kalimat تيت القلب di sini maksudnya adalah, hatinya akan menjadi
keras sehingga tidak berpengaruh diberikan nasihat, sama halnya seperti mayat.18
16 Muhammad bin ‘Isa al-Tirmidzî, Jâmi’ al-Tirmidzî (Riyad: Bayt al-Afkâr al-Dauliyyah,
t.t.), Kitab 33: Zuhud, Bab 2, Hadis no. 2305, h. 381. Muhammad Nâsir al-Dîn al-Bânî telah
memberikan penilaian hasan terhadap hadis ini. Lihat Muhammad ‘Abdurrahman al-Mubârakfûrî,
Tuhfatul Ahwadzî Syarh Jâmi’ al-Tirmidzî (Riyad: Bayt al-Afkâr al-Dauliyyah, t.t.), Jilid 1 h. 1843. 17 Al-Mubârakfûrî, Tuhfatul Ahwadzî Syarh Jâmi’ al-Tirmidzî, h. 1844. 18 Jalâl al-Dîn al-Suyûtî, Misbâh al-Zujâjah, dalam Abû al-Hasan al-Sindî, Kifâyah al-
Hâjah fî Syarh Sunan Ibnu Mâjah, dalam ‘Abdul Ghonî al-Dahlawî, Injâhu al-Hâjah, dalam al-
43
Untuk mengetahui tertawa seperti apa yang dimaksud dalam hadis ini,
penulis mengutip penjelasan Ahmad Mustofa Bisri di dalam sebuah karya tulis.
Beliau yang lebih dikenal dengan panggilan Gus Mus menjelaskan pandangannya
terhadap hadis di atas. Dia mengatakan bahwa yang dimaksud tertawa yang dapat
mematikan hati adalah tertawa yang menyebabkan adanya perasaan aman. Artinya
seseorang tersebut tidak merasa harus waspada dan berhati-hati (takwa). Padahal
Allah dan Rasul-Nya telah menjelaskan dahsyatnya Hari Kiamat, Padang Mahsyar,
neraka dan lain-lain. Menurutnya sering banyaknya tertawa juga diyakini akan
melupakan seseorang dari kematian, alam kubur, dan akhirat. Sehingga hal itulah
yang membuat seseorang akan merasa aman, dan rasa aman itu dikhawatirkan akan
menjerumuskannya pada kelalaian terhadap perintah-perintah Allah Swt. dan
Rasul-Nya.19
Senada dengan penjelasan ulama hadis di atas, dia juga mengatakan bahwa
hati adalah tempat bersemayamnya ketakwaan. Dan kepada hati inilah, Rasulullah
Saw. menyuruh agar senantiasa meminta nasihat. Seseorang yang sering banyak
tertawa hatinya akan mati. Hati yang mati, adalah hati yang tidak mampu lagi
berfungsi sebagaimana untuk apa ia diciptakan. Dia tidak mampu berkomunikasi
dengan Allah Swt. dan tidak lagi mampu membedakan mana yang benar dan mana
yang salah. 20
Berdasarkan keterangan di atas, maka menurut penulis yang menjadi sebab
matinya hati dalam hadis di atas adalah tertawa yang dilakukan secara berlebihan
Fakhru al-Hasan al-Katskawî, Mâ Yâlîqu Min Halli al-Lughât wa Syarh al-Mutskilât, dalam al-
Nu’mânî, Mukhtasar Mâ Tamassu Ilayhi al-Hâjah (Jordan: Bayt al-Afkâr al-Dauliyyah, 2007), h.
1542. 19 Ahmad Mustofa Bisri, ed., Fikih Keseharian Gus Mus, (Surabaya: Khalista, 2006), h.
408. 20 Mustofa Bisri, ed., Fikih Keseharian Gus Mus, (Surabaya: Khalista, 2006), h. 407.
44
atau terbahak-bahak. Bila dilihat dari psikologi hal ini cukup beralasan, karena
menurutnya salah satu penyebab tertawa adalah emosi gembira. Jadi, seseorang
yang tertawa berlebihan sehingga terbahak-bahak menunjukkan bahwa dirinya
sedang dalam kegembiraan yang sangat mengebu-gebu. Kegembiraan seperti itu
akan cenderung melupakan seseorang terhadap kematian, siksa kubur, dan
kedahsyatan api neraka yang seharusnya menurut ajaran agama ditafakuri agar
menjadi motivasi bagi dirinya untuk lebih takwa kepada Allah Swt. karena pada
dasarnya ketika seseorang tertawa
Bila dilihat pada macam-macam tertawa pada bab sebelumnya, tertawa yang
terbahak-bahak juga dikhawatirkan dapat menganggu ketenangan orang di
sekitarnya pada situasi dan kondisi tertentu. Karena tertawa seperti ini dapat
mengeluarkan suara nada yang keras dan tinggi. Tentu hal ini tidak dibenarkan di
dalam ajaran agama Islam.
Selain itu, hadis di atas juga sejalan dengan al-Qur’an surah al-A’raf/7: 31
yang berbunyi:
ل ه ن إ ي ف ر س م ال ب
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”
Sesuatu apapun itu, tidak hanya tertawa, apabila dilakukan secara
berlebihan maka menjadi tidak baik.
Seorang penyair terkenal, Abu al-Fath al-Busti juga pernah mengatakan
yang artinya:
“Berikanlah istirahat pada tabiat kerasmu yang serius
Dirilekskan dulu dan hiasilah dengan sedikit canda
Tetapi jika engkau berikan canda kepadanya,
45
Jadikan ia seperti kadar engkau memasukkan garam pada makanan.”
Syair di atas mengibaratkan layaknya makanan, apabila tidak diberi garam
maka dia akan terasa hambar. Akan tetapi apabila terlalu banyak, maka tidak akan
sedap dimakan. Segala sesuatu yang berlebih-lebihan, kebanyakan akan
mendatangkan dampak keburukan. Seperti halnya tertawa, apabila dilakukan secara
berlebihan akan mengakibatkan banyak keburukan.21
Berbeda dengan hadis di atas, di dalam bidang psikologi justru terdapat satu
pendapat yang sangat bertolakbelakang. Yakni sebagaimana yang diungkapkan
oleh William Foy dari Universitas Stanford, dia mengatakan bahwa tertawa
terbahak-bahak amat bermanfaat bagi orang sakit. Hasil penelitiannya
menunjukkan tertawa terpingkal-pingkal akan menggoyang-goyangkan otot perut,
dada, bahu, serta pernafasan, sehingga membuat tubuh akan terasa rileks, segar dan
tenang.22
Namun hasil peneltian tersebut dibantah oleh Septianto, menurutnya tertawa
yang dapat berpengaruh positif bagi kesehatan apabila tertawa tersebut dilakukan
secara teratur dan tidak berlebihan.23 Sebaliknya apabila tertawa dilakukan secara
berlebihan, maka dikhawatirkan dapat menganggu kesehatan.24
Pendapatnya itu didukung oleh Haryadi yang merupakan salah seorang
Fasilitator Klub Tawa Ceria Sehat dan Manajer Neo Self Enpowerment, dia pernah
mengatakan bahwa tertawa terlalu lebar bisa membuat rahang bergeser atau lepas.
21 Iwan Marwan, “Rasa Humor Dalam Perspektif Agama,” (t.t.): h. 169. 22 Esterina Fitri Lestari, “Pengaruh Pelatihan Tawa Terhadap Penurunan Tingkat Stres Pada
Lanjut Usia (Lansia) Yang Tinggal Di Panti Werdha Hargo Dedali,” Jurnal Psikologi Universitas
Airlangga Surabaya 6, no. 1, (April 2011): h. 340. 23 Risna Hayati, dkk., “Terapi Tawa Untuk Menurunkan Kecenderungan Burnout Pada
Guru Pendamping Anak Berkebutuhan Khusus,” Humanitis 12, no. 1, (t.t.): h. 68. 24 Lestari, “Pengaruh Pelatihan Tawa Terhadap Penurunan Tingkat Stres Pada Lanjut Usia
(Lansia) Yang Tinggal Di Panti Werdha Hargo Dedali,” h. 341.
46
Ia menjelaskan, rahang mempunyai kait yang diibaratkan seperti engsel pintu.
Apabila membuka mulut terlalu lebar saat tertawa, bisa membuat rahang bergeser
jika kait tersebut tidak kuat menahannya.
Pendapat senada juga disampaikan oleh Roslan Yusni al-Imam Hasan yang
merupakan seorang dokter saraf dari RS Bethsaida, Serpong. Menurutnya, lepas
atau bergesernya rahang sangat mungkin terjadi saat seseorang tertawa terlalu
lepas.25
Tertawa yang berlebihan juga akan mengakibatkan pelakunya terkecing-
kencing dan bahkan menangis. Roslan Yusni al-Imam Hasan menyatakan saraf
pada sistem parasimpatik jika terangsang akan mengakibatkan tangisan dan rasa
ingin kencing. Praktisi neurosains terapan Anne Gracia dari Smart Brain Energy
menambahkan bahwa saat tertawa tidak terkendali, dorongan terhadap urine sangat
kuat dan memaksanya keluar melewati otot yang menahan kantung kencing.
Sehingga tak heran seseorang yang tertawa berlebihan bisa mengompol.
Tidak hanya itu, menurut Haryadi tertawa dengan terbahak-bahak akan
mengakibatkan perut terasa sakit, dikarenakan otot perut ikut bergetar ketika
tertawa sehingga organ di dalam perut terpijat dan akhirnya terasa sakit.26 Lebih
daripada itu, bahkan tertawa yang berlebihan karena efek dari perasaan yang sangat
ekstrem dapat mengakibatkan kematian. Karena pada dasarnya tertawa
mengaktifkan bagian otak yang dapat berpengaruh kepada pernapasan. Pendapat
25 Radian Nyi Sukmasari dan Andara Nila Kresna, “Awa! Tertawa Terlalu Heboh, Rahang
Lepas Kalau Sendinya Lemah,” Artikel diakses pada 13 Maret 2018 dari https: //health.detik.
com/ulasan-khas/2913924/awas-tertawa-terlalu-heboh-rahang-lepas-kalau-sen dinya-lemah 26 Radian Nyi Sukmasari dan Andara Nila Kresna, “Perut Sakit Hingga Menular, Ini Hal
Unik Yang Bisa Terjadi Saat Tertawa,” artikel diakses pada 13 Maret 2018 dari
https://health.detik.com/ulasan-khas/2913719/perut-sakit-hingga-menular-ini-hal-unik-yang-bisa-
terjadi-saat-tertawa
47
itu dikemukakan oleh Martin Samuels selaku profesor bidang neurologi di Harvard
Medical School.27
Berdasarkan keterangan kedua bidang di atas, tertawa yang dilakukan secara
berlebihan terbukti berdampak negatif, baik dari segi lahir maupun batin. Jadi,
terdapat dua informasi yang saling mendukung mengenai pembahasan ini, yakni
hadis memberikan informasi yang bersifat metafisika, sedangkan psikologi
memberikan informasi berdasarkan pengetahuan yang bersifat empiris. Hal ini
cukup menarik, karena apa yang telah disampaikan Nabi Muhammad Saw. melalui
sabdanya di atas, sejalan dengan hasil penelitian di dalam bidang psikologi.
b. Sedikit Tertawa Banyak Menangis
Takhrij al-Hadîst
Hadis yang menjelaskan hal ini terbilang cukup banyak, diantaranya
terdapat dalam Sahîh al-Bukhârî kitab; al-Kusûf bab 2, tafsir surah ke- 5 bab 11,
nikah bab 107, al-Riqâq bab 27, al-Ayman wa al-Nudzûr bab 3, Sahîh Muslim kitab;
salat bab 25 no. 112, salat gerhana no. 1, al-Fadâil bab 37 no. 134, Sunan al-
Tirmidzî kitab; zuhud bab 9, Sunan Ibnu Mâjah kitab; zuhud bab 19, Sunan al-
Nasâ’î kitab; sahwi bab 102, al-Kusûf bab 11, dan 23.28 Dari beberapa hadis
27 Novita Joseph, “Benarkah Tertawa Berlebihan Bisa Menyebabkan Kematian,” artikel
diakses pada 14 Maret 2018 dari https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/efek-tertawa-
berlebihan/ 28 Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, Jil. I, h. 211.
Berdasarkan penelusuran penulis, hadis seperti ini yang terdapat di dalam kitab-kitab hadis di atas
sebagian besar memiliki redaksi yang sama, hanya dalam kitab Muslim dan al-Nasâ’î yang
menggunakan redaksi رأي ك ما رأيتكم لو هر در بر د ح مك ىنفسك ااالحذر ر تكم الب قلرال تكم ر ل . Selain itu juga ada
beberapa penambahan yang berbeda-beda dalam menjelaskan latar belakang hadis tersebut. Penulis
juga mendapatkan bahwa hadis ini sejalan dengan al-Qur’an surah al-Taubah ayat 82. Redaksi
ayatnya pun hampir serupa dengan hadis di atas.
48
tersebut, penulis akan menyebutkan salah satunya yakni yang terdapat dalam Sahîh
al-Bukhârî29 kitab; al-Kusûf bab 2.
ث نا عبد الل بن مسلمة عن مالك عن هشام ا قالت: بن عروة عن أبيه عن عائ حد شة أن د رسول الل صلى هللا عليه وسلم فصلى رسول الل صلى هللا مس ف ع خسفت الش
ام فأطال القيام وهو الركوع ث ق عليه وسلم بلناس ف قام فأطال القيام ث ركع فأطال جو د دون القيام األول ث ركع فأطال الركوع وهو دون الركوع األول ث سجد فأطال الس
مس فخطب انصرف وقد ا ث ف عل ف الركعة الثانية مثل ما ف عل ف األول ث نلت الشمس والقمر آي تان من آيت الل ل ي نخس وأث ن عليه ث قال: إن الش فان الناس فحمد الل
وا وصلوا وت لموت أحد ول لياته فإذا رأي تم ذلك فادعوا الل قوا. ث قال: ي وكب صدد والل ما من أحد أغي ر من الل أن ي زن عبده أو ت زن أمته، ي أمة د والل لو م أمة مم م
تم كثريات علمون ما أعلم لضحكتم قليال ول .بكي Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Maslamah, dari
Mâlik, dari Hisyâm bin ‘Urwah, dari bapaknya, dari ‘Aisyah bahwasanya
dia berkata: Pada masa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam pernah terjadi
gerhana matahari, kemudian Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam
mengimami orang-orang salat gerhana. Beliau berdiri lama, kemudian ruku’
lama, lalu berdiri lama namun lebih pendek daripada ruku’ sebelumnya,
kemudian beliau bersujud dengan lama. Pada rakaat kedua Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wasallam berbuat seperti apa yang beliau perbuat pada
rakaat pertama. Seusai salat beliau berpaling, sementara matahari sudah
terang kembali, lalu beliau berkhotbah. Sesudah mengagungkan dan memuji
Allah beliau bersabda: “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah sebagian
tanda kebesaran Allah, keduanya tidaklah mengalami gerhana karena
kematian/kelahiran seseorang. Apabila kalian melihat gerhana matahari
maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, salatlah, dan bersedekahlah.”
Kemudian beliau melanjutkan: “Hai umat Muhammad! Demi Allah, tidak
ada yang lebih dibenci daripada Allah saat Dia melihat hambanya atau
hamba perempuannya berzina.” “Hai umat Muhammad! Demi Allah,
29 Hadis-hadis yang terdapat di dalam kitab ini tergolong ke dalam hadis sahîh. Adapun
kritikan yang disampaikan oleh Dâr al-Qutni yang mengatakan bahwa ada beberapa hadis yang
mu’allaq bahkan munqati’ di dalam kitab ini. Kritikan tersebut disanggah oleh Ibnu Hajar al-
‘Asqalânî bahwa setelah mengadakan penelitian yang lebih mendalam, ternyata hadis-hadis dalam
kitab ini semuanya marfu’ dan muttasil. Hanya saja Imam Bukhari sering mengulang beberapa
hadis, memenggal dan meringkasnya dalam beberapa bab yang berbeda sesuai dengan kebutuhan
yang diperoleh dari hadis tersebut atau disesuaikan dengan judul bab tertentu. Hal ini dilakukan
karena adanya kebutuhan tertentu yang terdapat pada sanad atau matan hadis tersebut. Salah satu
manfaat mengulang hadis pada beberapa tempat adalah untuk memperbanyak atau menunjukkan
adanya sanad atau perbedaan lafal. Lihat Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, ed., Studi Kitab Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2003), h. 51-52.
49
Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui pasti kalian sedikit
tertawa dan banyak menangis.”30
Hadis ini terjadi pada masa akhir kehidupan Nabi Saw. Ketika itu terjadi
peristiwa gerhana matahari yang merupakan salah satu tanda kebesaran Allah Swt.
Nabi Saw. beserta para sahabatnya kemudian mengerjakan salat gerhana matahari
yang dilanjuti dengan khotbah. Lalu dalam isi khotbahnya Nabi Saw.
menyampaikan hadis di atas.
Dalam riwayat Muslim dari jalur al-Nadr bin Syumail, dari Syu’bah terdapat
tambahan yang menunjukkan latar belakang khotbah ini pada bagian awal hadis.31
Bagaian awal tersebut menjelaskan bahwa pada hari itu terlihat nampak dalam
pandangan beliau surga dan neraka.32 Di dalam riwayat ini juga diceritakan bahwa
pada hari itu merupakan hari yang sangat berat bagi para sahabat sehingga mereka
menutupi wajah-wajah mereka.33
Dalam sabdanya ini, Rasulullah Saw. memulai dengan sumpah untuk
mempertegas berita yang disampaikan, meskipun kejujuran beliau tidak
diragukan.34 Mengenai kalimat لو ت علمون ما أعلم banyak ulama yang
menafsirkannya. Ibnu Hajar al-‘Asqalani di dalam Syarah Fath al-Bâri menjelaskan
bahwa maksud mengetahui di sini ialah mengetahui akan besarnya kekuasaan Allah
dan siksaan-Nya terhadap orang-orang yang melakukan perbuatan dosa serta
30 Abû ‘Abdullah Muhammad bin Ismâ’îl bin Ibrâhîm al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî,
(Riyad: Maktabah al-Rusyd, 2006), Kitab al-Kusuf, Bab 2, Hadis no. 1044, h. 142. 31 Ibnu Hajar al-‘Asqalânî, Fath al-Bârî: Syarah Sahîh al-Bukhârî, Penerjemah Amiruddin
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), Jilid 22, h. 458. 32 Imam an-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, Penerjemah Agus Ma’mun, dkk., (Jakarta:
Darus Sunnah Press, 2014), Jilid 11, h. 40. 33 Al-‘Asqalânî, Fathul Bâri Syarah Sahîh al-Bukhârî, Jilid 22, h. 458. 34 Al-‘Asqalânî, Fathul Bâri Syarah Sahîh al-Bukhârî, Jilid 6, h. 18-20.
50
kedahsyatan yang akan terjadi ketika sakaratul maut, di dalam kubur, dan pada Hari
Kiamat.35 Penjelasannya itu serupa dengan pendapat Imam al-Nawawi di dalam
kitab syarah Muslim.36
Pendapat senada juga disampaikan oleh al-Mubârakfûrî, ia menjelaskan
bahwa yang dimaksud adalah mengetahui akan siksaan Allah terhadap pelaku
maksiat dan beratnya proses pengadilan pada hari hisab yang disebabkan karena
tertawaan mereka.37 Untuk memperkuat pendapatnya di atas, Ibnu Hajar al-
‘Asqalani dan al-Mubârakfûrî mengutip perkataan yang diriwayatkan dari Hasan
al-Basri yang berkata: “Barangsiapa yang mengetahui bahwa kematian adalah
batasnya, kiamat adalah waktu yang dijanjikan kepadanya, dan berdiri di hadapan
Allah adalah kesaksiannya, maka pasti dia akan memanjangkan kesedihannya di
dunia.”38 Pernyataan Hasan al-Basri di atas dipertegas juga oleh al-Nawawi bahwa
apabila seseorang mengetahui kebesaran Allah, dahsyatnya siksaannya, huru hara
Hari Kiamat, dan melihat neraka sebagaimana yang telah ditampakkan Allah
kepada Rasulullah Saw., maka tentu ia akan banyak menangis dan sedikit tertawa.39
Pendapat lain mengatakan, maksudnya adalah mengetahui keluasan rahmat Allah
serta kesantunan-Nya sebagaimana yang Nabi Saw. ketahui, niscaya manusia akan
menangis karena tidak dapat mengetahui dan mendapatkannya.40
Peristiwa yang Nabi Muhammad Saw. saksikan di atas merupakan
pengetahuan beliau yang berkesinambungan dan akan berlangsung terus-menerus,
35 Al-‘Asqalânî, Fathul Bâri Syarah Sahîh al-Bukhârî, Jilid 31, h. 305. 36 An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, Jilid 4, h. 793. 37 Al-Mubârakfûrî, Tuhfatul Ahwadzî Syarh Jâmi’ al-Tirmidzî, h. 1848. 38 Al-‘Asqalânî, Fathul Bâri Syarah Sahîh al-Bukhârî, Jilid 31, h. 306. 39 Jalâl al-Dîn al-Suyûtî dan al-Sindî, Sunan al-Nasâ’î, (Beirut: Dâr al-Fikr, 2005), Jilid 3-
4, h. 133. 40 Al-‘Asqalânî, Fathul Bâri Syarah Sahîh al-Bukhârî, Jilid 6, h. 19.
51
berbeda dengan pengetahuan orang lain pada umumnya. Hal ini menunjukkan
kekhususan Nabi Saw. yang mengetahui sesuatu yang konkret dan abstrak secara
terperinci.41 Pendapat senada juga disampaikan oleh al-Bâjî di dalam kitab Syarah
Sunan al-Nasâ’i.42
ada pendapat yang mengatakan bahwa makna ‘sedikit” di sini لضحكتم قليل
adalah “tidak sama sekali”. Artinya, kalian tidak akan tertawa kecuali hanya sedikit.
Hal ini dikarenakan rasa takut dan sedih.43
تم كثريا maksudnya adalah banyaknya menangis atau akan menangis ولبكي
sepanjang masa yang disebabkan oleh rasa takut kepada Allah Swt dan takut akan
mati dalam keadaan sû’ul khâtimah. Dalam penjelasannya itu Ibnu al-Mubârakfûrî
dan Ibnu Hajar al-‘Asqalani menegaskan hubungan antara banyaknya menangis
dengan sedikitnya tertawa dalam perihal ini sudah jelas, dengan maksud menakut-
nakuti.44
Ibnu Battal meriwayatkan dari al-Muhallab bahwa penyebab itu semua
adalah kebiasaan orang-orang Anshar yang senang bersenda gurau dan bernyanyi.
Beliau membahas panjang lebar untuk mengukuhkan hal tersebut, namun semuanya
tidak berlandaskan dalil yang kuat. Bagaimana dapat diketahui bahwa ucapan itu
ditujukan kepada orang-orang Anshar, sedangkan kisah ini terjadi pada akhir masa
kehidupan Nabi Saw., di mana kota Madinah telah dipenuhi oleh orang-orang
41 Al-‘Asqalânî, Fathul Bâri Syarah Sahîh al-Bukhârî, Jilid 32, h. 176. 42 Jalâl al-Dîn al-Suyûtî dan al-Sindî, Sunan al-Nasâ’î, Jilid 3-4, h. 133. 43 Al-‘Asqalânî, Fathul Bâri Syarah Sahîh al-Bukhârî, Jilid 6, h. 19-20. 44 Al-Mubârakfûrî, Tuhfatul Ahwadzî Syarh Jâmi’ al-Tirmidzî, h. 1848.
52
Makkah serta para utusan suku-suku Arab. Pertanyaan ini telah dibantah oleh Ibnu
al-Munayyar dan tidak perlu dibahas kembali. 45
Terlepas dari kuat atau tidaknya dalil di atas. Bila ditinjau dari segi
psikologi, maka pernyataan Ibnu Battal tersebut sejalan. Dalam bidang psikologi
tertawa dipandang sangat identik dengan senda gurau dan hura-hura. Sebagaimana
menurut Provine bahwa humor atau senda gurau adalah sesuatu yang sangat
berkaitan dengan respon tertawa. Menurut Marten hal ini dikarenakan humor atau
senda gurau akan membawa seseorang kepada kesenangan atau kebahagiaan.46
Kesenangan di dalam senda gurau terkadang menciptakan berbagai macam
tawa, bahkan tertawaan di dalam senda gurau cenderung berlebihan dan melampaui
batas. Hal inilah yang dikhawatirkan oleh Rasulullah Saw., karena biasanya
seseorang yang tertawa akan dilengahkan dari hal-hal penting dan lupa untuk
memikirkan sesuatu yang membahayakan dirinya sendiri.47 Sehingga hal itu akan
melupakan dan menutupi dirinya dari rasa takut terhadap apa yang telah di saksikan
langsung oleh beliau di atas. Padahal apabila mereka mengetahui hal tersebut, tentu
mereka tidak akan tertawa sedikitpun dan justru akan menangis sepanjang masa.
Karena ketawa itu tidak akan dilakukan bagi orang yang banyak takutnya kepada
Allah Swt.
Bila dikaji lebih mendalam makna hadis ini dengan memperhatikan
pandangan ulama hadis di atas, penulis berpersepsi bahwa hadis ini adalah bentuk
peringatan bagi seluruh umat muslim agar lebih berhati-hati dan meminimalkan
45 Al-‘Asqalânî, Fathul Bâri Syarah Sahîh al-Bukhârî, Jilid 6, h. 20. 46 Listya Istiningtyas, “Humor Dalam Kajian Psikologi Islam,” Jurnal Ilmu Agama 15, no.
1, (2014): h. 2- 3. 47 Ali al-Mawardi, Mutiara Akhlak al-Karimah, (Jakarta: Pustaka Amani, 1993), h. 247.
53
aktivitas tertawa yang cenderung membawa kepada kelalaian sehingga lupa
kehidupan akhirat, serta harus lebih memperhatikan terhadap apa yang menjadi
tujuannya hidup di dunia ini. Yang tak lain adalah beribadah kepada Allah Swt.,
sebagaimana firmannya:
واإلنس إل لي عبدون وما خلقت الن “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepadaku.”48
Hadis ini juga masih memiliki korelasi dengan hadis sebelumnya, sekaligus
sebagai penguat terhadap larangan tertawa secara berlebihan sebagaimana yang
telah diutarakan sebelumnya.
c. Menertawakan Sesuatu yang Keluar Dari Orang Lain
Takhrij al-Hadîst
Dalam pembahasan ini, penulis menemukan dua hadis dengan redaksi yang
berbeda namun semakna dan satu periwayat, yaitu diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin
Zam’ah. Hadis pertama hanya terdapat di dalam Sahîh al-Bukhârî kitab; adab bab
43.49 Sedangkan hadis kedua terdapat di dalam tiga kitab hadis yakni, Sahîh al-
Bukhârî kitab; tafsir surah ke- 91, Sahîh Muslim kitab; surga bab 13 no. 85, dan
Sunan al-Tirmidzî kitab; tafsir al-Qur’an bab 91.50 Redaksi ketiga hadis tersebut
hampir serupa, hanya berbeda pada kalimat ل ضضحك. Di dalam kitab Sahîh Muslim
dan Sunan al-Tirmidzî menggunakan kata المإ ضضحك . Dari hadis-hadis tersebut,
48 Lihat al-Qur’an surah al-Dzâriyât/51: 56. 49 Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, h. 484. 50 Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, h. 486.
54
penulis hanya menyebutkan satu hadis yang terdapat di dalam Sahîh al-Bukhârî
kitab; tafsir surah ke- 91.
ث ث نا سفيان عن هشام عن أبيه نا علي بن حد قال: بد الل بن زمعة ن ع ع عبد الل حدى النب صلى هللا عليه وسلم أن يضحك الرجل ب يضرب وقال: .فس ما يرج من األن ن
اأحدكم امرأته عن هشام: أبومعاوية وقال الث وري ووهيب و . ضرب الفحل، ث لعله ي عانق .جلد العبد
Telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin ‘Abdillah, telah
menceritakan kepada kami Sufyân, dari Hisyâm, dari bapaknya, dari
‘Abdillah bin Zam’ah, dia berkata, “Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam
melarang seseorang menertawakan apa yang keluar dari diri seseorang.”
Beliau bersabda, “Dengan sebab apa seseorang di antara kalian memukul
isterinya seperti memukul kuda jantan, kemudian barangkali dia
merangkulnya. Dan berkata al-Tsauriy, Wuhaib, dan Abû Mu’âwiyah dari
riwayat Hisyâm yakni memukul budak.51
ث نا ث نا هشام عن أبيه أنه أخب ره عبد الل حد ث نا وهيب حد بن زمعة موسى بن إساعيل حدع النب صلى هللا عليه وسلم لى قال رسول الل ص يطب وذكر الناقة والذي عقر ف أنه س
هطه. مثل أب ان ب عث لا رجل عزيز عارم منيع ف ر (إذ ان ب عث أشقاها)هللا عليه وسلم: ا من خر آزمعة وذكر النساء ف قال: ي عمد أحدكم يلد امرأته جلد العبد ف لعله يضاجع
م من الض م ف ضحك ؟. وقال أبو رطة وقال: ل يضحك أحدكم ما ي فعل ي ومه.ث وعظث نا هشام عن أبيه عن عبد الل بن زمعة لى هللا عليه وسلم: مثل ص قال النب معاوية: حد
ا .م أب زمعة عم الزب ري بن العو
Telah menceritakan kepada kami Mûsa bin Ismâ’îl, telah
menceritakan kepada kami Wuhaib, telah menceritakan kepada kami
Hisyâm dari bapaknya bahwa ia mendengar Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam
menyampaikan khutbah lalu menyebutkan unta dan orang yang melukainya
(maksudnya dari kaum Tsamud). Kemudian Rasulullah sallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Muncul dari kalangan mereka seorang laki-laki
terhormat, perangainya jahat dan mempunyai banyak pendukung di
kalangannya, laki-laki itu seperti Abî Zam’ah.” Kemudian beliau juga
menyebut tentang wanita. Beliau bersabda: “Apakah layak salah seorang
dari kalian memukul isterinya sebagaimana ia memukul seorang budak,
namun di akhir petang malah menggaulinya?.” Beliau kemudian memberi
nasihat kepada mereka terhadap kebiasaan tertawa karena kentut. Setelah
51 Al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Kitab 78: Adab, Bab 43, Hadis no. 6042, h. 843.
55
itu, beliau bersabda: “Kenapa salah seorang dari kalian tertawa terhadap apa
yang ia lakukan?.” Abû Mu’âwiyah berkata; telah menceritakan kepada
kami Hisyâm dari bapaknya dari ‘Abdullah bin Zam’ah bahwa Nabi
sallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa laki-laki Tsamud tersebut
Abî Zam’ah paman al-Zubair bin al-‘Awwâm.52
Hadis pertama, berkaitan dengan firman Allah dalam surah al-Hujurât/49:
11. Dalam menjelaskan ayat tersebut, Imam al-Bukhârî menyebutkan dua hadis,
salah satunya hadis di ini. Hadis ini berkaitan dengan larangan mengejek dan
mencemooh. Kata sukhriyah (memperolok-olok) di dalam al-Qur’an adalah
pelecehan secara khusus dan juga menuntun sesuatu kepada maksud tertentu secara
paksa. Dengan demikian, larangan ini disebutkan berkenaan dengan ejekan
seseorang terhadap orang lain untuk merendahkannya, sementara orang yang diejek
itu mungkin lebih baik daripada yang mengejek. 53
Fenomena ini pernah terjadi pada masa jahiliyah, di mana apabila ada
seseorang dari sahabat dalam suatu majelis kentut, maka para sahabat yang berada
dalam majelis tersebut menertawakan sahabat yang kentut tersebut.54 Maka Nabi
Saw. melarang mereka menertawakan hal itu, karena tertawa atas apa yang terjadi
kepada seseorang bukan termasuk akhlak yang terpuji.55 Imam al-Ghazali juga
menyatakan dalam keterangan hadis sebelumnya bahwa candaan atau tertawaan
yang dapat menyakiti orang lain tidak diperbolehkan.
Kisah ini merupakan latar belakang Nabi Saw. menasehati para sahabat
yang terbiasa tertawa karena kentut sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis yang
kedua di atas. Hal ini menunjukkan bahwa kedua hadis di atas memiliki korelasi
52 Al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Kitab Tafsir al-Qur’an, Bab 91, Hadis no. 4942, h. 707. 53 Al-‘Asqalânî, Fathul Bâri Syarah Sahih al-Bukhârî, Jilid 29, h. 217-218. 54 Al-Mubârakfûrî, Tuhfatul Ahwadzî Syarh Jâmi’ al-Tirmidzî, Jilid 1, h. 2406. 55 ‘Iyâd bin Mûsa al-Yasabî, Ikmâl al-Mu’allim, (T.tp.: Dâr al-Wafâ’, 1998), Jilid 8, h. 385.
56
dan saling menguatkan. Hadis pertama semakin jelas dengan disebutkannya latar
belakang hadis kedua.
Adapun kalimat ل ضضحك أحدكم ما ض فعل merupakan pertanyaan kepada para
sahabat yang tertawa pada waktu itu, yakni tertawa atas tingkah laku seseorang. 56
Kisah di atas merupakan salah satu contoh kecil dalam pembahasan ini.
Pada dasarnya tertawa atas apa yang keluar dari diri seseorang dalam bentuk apapun
itu, baik perilaku, ucapan, karakter, rupa, dan kebiasaan. Apabila hal itu dapat
menyakitkan dan merendahkan orang lain, maka tidak diperkenankan sebagaimana
yang telah diterangkan di atas. Karena tertawaan seperti itu tanpa disadari akan
menjelma menjadi sebuah hinaan bagi orang yang diterawai.
Selain dilarang menurut hadis, tertawa seperti di atas juga bertolakbelakang
dengan prinsip tertawa yang positif dan menyehatkan di dalam bidang psikologi.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Hageseth, ia mengungkapkan bahwa tertawa
merupakan humor yang positif, yang menyebabkan seseorang menjadi optimis.
Sedangkan humor yang negatif lebih mengekspresikan ejekan, sindiran halus,
bahkan sindiran yang tajam, ataupun humor dari sisi kekurangan pada diri
seseorang. Humor negatif seperti ini tidak semua orang dapat menerimanya,57
bahkan akan berdampak fatal terutama dalam hubungan sosial.
Di dalam bidang ini juga dijelaskan bahwa tertawa seharusnya dapat
membuat manusia sehat, baik bagi fisik, mental, maupun suasana komunikasi.
56 Al-Mubârakfûrî, Tuhfatul Ahwadzî Syarh Jâmi’ al-Tirmidzî, Jilid 1, h. 2406. 57 Nandhini H. Anggarasari, dkk., “Terapi Tawa Untuk Mengurangi Emosi Marah Pada
Caregiver Lansia,” Jurnal Intervensi Psikologi 6, no. 1 (Juni 2014): h. 72.
57
Akan tetapi dapat pula tidak sehat bahkan berbahaya dan menganggu hubungan
antar manusiaapabila tertawa tidak pada tempatnya.58
Jika dilihat secara keseluruhan hadis-hadis yang terdapat pada poin pertama
ini, hadis-hadisnya sahîh dan hasan. Jadi, keseluruhan hadisnya tergolong ke dalam
hadis yang diterima atau maqbul dan bisa dijadikan hujjah.
2. Tertawa Dalam Kehidupan Nabi Saw
Nabi Muhammad Saw. dipilih oleh Allah Swt. sebagai manusia yang paling
mulia. Hal ini dibuktikan dengan dijadikannya perkataan, perbuatan, dan apa yang
keluar dari beliau sebagai sumber ajaran agama kedua setelah al-Qur’an. Selain itu
Allah Swt. juga menjadikannya sebagai suri teladan yang patut dicontoh oleh
seluruh umat manusia. Sebagaimana firman Allah Swt:
ار ي ث ك هللا ر ك ذ و ر خ أل ا م و لي ا و هللا واج ر ي ان ك ن م ل ة ن س ح ة و س أ هللا ل و س ر ف م ك ل ان ك د ق ل “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari
Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”59
Oleh karena itu dalam pembahasan ini penulis akan membahas seputar
tertawa Nabi Saw. yang bertujuan untuk melihat seperti apa kadar tertawa yang
beliau contohkan. Pembahasan ini juga sebagai solusi penulis agar terhindar dari
tertawa yang berdampak negatif baik dari segi agama maupun psikologi.
a. Faktor-faktor Penyebab Nabi Saw. Tertawa
Menurut pencarian penulis di dalam kitab takhrij, hadis yang menjelaskan
hal ini terbilang cukup banyak yaitu sebanyak 35 hadis dengan redaksi yang
berbeda-beda. Oleh karena itu penulis hanya akan mencantumkan tiga hadis saja,
58 Anggarasari, dkk., “Terapi Tawa Untuk Mengurangi Emosi Marah Pada Caregiver
Lansia,” h. 73. 59 Lihat al-Qur’an surah al-Ahzâb/33: 21.
58
sesuai dengan kebutuhan dalam pembahasan ini dan juga yang berkaitan dengan
psikologi.
Takhrij al-Hadîst
Hasil takhrij menunjukkan hadis ini termuat di dalam kitab: Sahîh al-
Bukhârî kitab; tafsir al-Qur’an surah ke- 39, Sahîh al-Bukhârî kitab; tauhid bab 19
dan 36, Sahîh Muslim kitab; sifat kiamat, surga dan neraka no. 6940, 6941 dan
6942, dan Sunan al-Tirmidzî kitab; tafsir al-Qur’an ke- 39.60 Dari sekian hadis yang
terdapat dalam kitab-kitab tersebut, penulis hanya menyebutkan salah satunya
yakni yang terdapat di dalam Sahîh al-Bukhârî, kitab tafsir al-Qur’an surah ke- 39.
ث بان عن منصور حد ث نا شي د عن عب إب راهيم، عن عبيدة ن ع نا آدم، حد الل رضي اللد عنه ر من األحبار إل رسول الل صلى هللا عليه وسلم ف قال: ي مم إن ،قال: جاء حب موات على إصبع ند جر ع واأل ،أن الل يعل الس لى إصبع، رضي على إصبع، والش
فضحك النب .مللك أن ا :واملاء والث رى على إصبع، وسائر اخلالئق على إصبع، ف ي قول ، ث صلى هللا عليه وسلم حت بدت ن واجذه تصديقا لقول ال ق رأ رسول الل صلى هللا ب
حق قدره وما )عليه وسلم: .(قدروا الل Telah menceritaklan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada
kami Syaibân, dari Mansûr, dari Ibrâhîm, dari ‘Abîdah, dari ‘Abdillah
radiyallahu ‘anhu dia berkata: Seorang rahib datang kepada Nabi sallallahu
‘alaihi wasallam lalu dia berkata: “Ya Muhammad, kami mendapatkan
bahwa Allah memegang langit, bumi, pohon-pohon, air, binatang-binatang,
dan seluruh makhluk dengan jari-Nya seraya berkata; Akulah Raja
(Penguasa)!,” maka Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam pun tertawa
hingga nampak gigi gerahamnya sebagai pembenaran terhadap perkataan
rahib tersebut, kemudian beliau membaca ayat: “Dan mereka tidak
mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya.” (al-Zumar:
67).61
60 Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, Jil. III, h. 483. 61 Al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Kitab 65: Tafsir al-Qur’an, surah ke 39, Hadis no. 4811,
h. 1218.
59
Hadis ini ditemukan di dalam Sahîh al-Bukhârî, kitab: Puasa bab 30, nafkah
bab 13 dan adab bab 95, Sahîh Muslim kitab; puasa bab 14 no. 84 dan no. 86, Sunan
al-Tirmidzî kitab; puasa bab 28, Sunan Abû Dâwud kitab; puasa bab 38.62 Dari
sekian hadis yang terdapat dalam kitab-kitab tersebut, penulis hanya menyebutkan
salah satunya yakni yang terdapat di dalam Sahîh al-Bukhârî, kitab: Puasa bab 30.
ث نا أن يد بن عبد الرحن قال: أخب رن ح أخب رن شعيب عن الزهري قال: أبو اليمان حد عنه أب هري رة نما نن جلوس عند النب رضي الل إذ جاءه هللا عليه وسلم صلىقال: ب ي
!أن صائم لى امرأت و قال: وق عت ع هلكت. قال: ما لك؟ !جل ف قال: ي رسول الل ر ا؟ قال: ل ه لى هللا عليه وسلم: ف قال رسول الل ص ل تستطيع قال: .ل تد رق بة ت عتق ف
رين مت تابعي أن تصوم ل تد ف قال: .قال: ل ؟ش .سكينا قال: ل إطعام ستي م ف نا نن على ذلك أت الن لى هللا عليه وسلم قال: فمكث النب ص ب صلى هللا عليه ف ب ي
ا تر وسلم بعرق في ائل؟ ق .ف قال: أن والعرق املكتل قال: أين الس قال: خذها، ف تصدا به ؟ ف والل ما ب ي لب ت ي -يريد الرت ي -ف قال الرجل: أعلى أف قر من ي رسول الل
ث بدت أن يابه فضحك النب صلى هللا عليه وسلم حت !من أهل ب يت ت أف قر أهل ب ي .عمه أهلك أط قال:
Telah menceritakan kepada kami Abû al-Yamân, telah mengabarkan
kepada kami Syu’aib, dari al-Zuhriy berkata, telah mengabarkan kepada
saya Humaid bin ‘Abdurrahman bahwa Abû Hurairah radiyallahu ‘anhu
berkata: “Ketika kami sedang duduk bermajelis bersama Nabi sallallahu
‘alaihi wasallam tiba-tiba datang seorang laki-laki lalu berkata: “Wahai
Rasulullah, binasalah aku.” Beliau bertanya: “Ada apa denganmu?.” Orang
itu menjawab: “Aku telah berhubungan dengan isteriku sedangkan aku
sedang berpuasa.” Maka Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bertanya:
“Apakah kamu memiliki budak, sehingga kamu harus membebaskannya?.”
Orang itu menjawab: “Tidak.” Lalu beliau bertanya lagi: “Apakah kamu
sanggup bila harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut?.” Orang itu
menjawab: “Tidak.” Lalu beliau bertanya lagi: “Apakah kamu memiliki
makanan untuk diberikan kepada enam puluh orang miskin?.” Orang itu
menjawab: “Tidak.” Sejenak Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam terdiam.
Ketika kami masih dalam keadaan tadi, Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam
diberikan satu keranjang berisi kurma, lalu beliau bertanya: “Mana orang
yang bertanya tadi?.” Orang itu menjawab: “Aku.” Maka beliau berkata:
62 Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, h. 484.
60
“Ambillah kurma ini lalu bersedekahlah dengannya.” Orang itu berkata:
“Apakah ada orang yang lebih fakir dariku?, wahai Rasulullah. Demi Allah,
tidak ada keluarga yang tinggal di antara dua perbatasan – yang dia maksud
adalah dua gurun pasir – yang lebih fakir daripada keluargaku.” Mendengar
itu Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam tertawa hingga nampak gigi taring
beliau. Kemudian beliau berkata: “Kalau begitu berilah makan keluargamu
dengan kurma ini.”63
Hadis ini terdapat di dalam kitab: Sahîh al-Bukhârî, kitab; al-Jihâd wa al-Sîr
bab 3 dan 74, al-Isti’dzân bab 41, al-Ta’bîr bab 12, Sahîh Muslim, kitab; al-Imârah,
no. 160, 161, 162, Sunan al-Tirmidzî, kitab; fadâ’il al-Jihâd bab 15, Sunan Abû
Dâwud, kitab; jihad bab 9, Sunan Ibnu Mâjah kitab; jihad bab 10, dan Sunan al-
Nasâ’î kitab; jihad bab 40.64 Dari sekian hadis yang terdapat dalam kitab-kitab
tersebut, penulis hanya menyebutkan salah satunya yakni yang terdapat di dalam
Sahîh al-Bukhârî, kitab; al-Jihâd wa al-Sîr bab 3.
ث ن ة عن أنس بن عن إسحاق بن عبد الل بن أب طلح ا عبد الل بن يوسف عن مالك حدعه ي قول: كان رسول الل صلى هللا عليه وسلم يدخل ع لى مالك رضي الل عنه، أنه س
ا ،ت عبادة بن الصامت م حرام ت وكانت أ ،بنت ملحان ف تطعمه أم حرام فدخل علي نام رسول الل صلى هللا ف ه وجعلت ت فلي رأسه فأطعمت صلى هللا عليه وسلم رسول الل
قظ وهو يضحك، قالت: لم عليه وس ؟ قال: ف قلت: وما يضحكك ي رس ث است ي ول الل، ي ركبون ث بج هذا البحر ملوكا على األس رة نس من أمت عرضوا علي غزاة ف سبيل الل
أن ا لت: ي رسول الل : ف ق قالت .شك إسحاق - ك على األسرة مثل امللو أو - دع اللقظ وهو ع رأسه ث وض .صلى هللا عليه وسلم يعلن منم، فدعا لا رسول الل ث است ي
؟ قال: يضحك، ف قلت: وما يضحك ي غزاة ف ل ت عرضوا ع نس من أم ك ي رسول اللم ع ااد !قالت: ف قلت: ي رسول الل -كما قال ف األول - سبيل الل أن يعلن من .لل
ف عاوية بن أب سفيان ف ركبت البحر ف زمان م .قال: أنت من األولي ا صرعت عن دابتلكت حي خرجت من البحر .ف
63 Al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Kitab 30: Puasa, Bab 30, Hadis no. 1936, h. 257. 64 Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, Jil. III, h. 485-486.
61
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yûsuf, dari Mâlik,
dari Ishâq bin ‘Abdullah bin Abî Talhah, dari Anas bin Mâlik radiyallahu
‘anhu bahwa dia mendengarnya berkata: “Rasulullah sallallahu ‘alaihi
wasallam pernah datang kepada Ummu Harâm binti Milhân, lalu dia
memberi makan beliau. Dimana saat itu Ummu Harâm berada pada
tanggung jawab (istri) ‘Ubâdah bin al-Sâmit. Lalu Rasulullah sallallahu
‘alaihi wasallam mendatanginya, kemudian dia memberi makan beliau dan
Ummu Harâm kemudian menyisir rambut kepala beliau hingga Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wasallam tertidur. Kemudian beliau terbangun sambil
tertawa. Ummu Harâm berkata; aku tanyakan : “Apa yang membuat tuan
tertawa wahai Rasulullah.” Beliau menjawab: “Ada orang-orang dari
umatku yang diperlihatkan kepadaku sebagai pasukan perang di jalan Allah
dimana mereka mengarungi lautan sebagai raja-raja di atas singgasana atau
seperti bagaikan raja-raja di atas singgasana.” Ishâq ragu dalam kalimat ini.
Ummu Harâm berkata; aku katakan: “Wahai Rasulullah, doakanlah agar
Allah menjadikan aku salah seorang dari mereka.” Maka Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wasallam berdoa untuknya. Kemudian beliau meletakkan
kepalanya (tertidur) lalu terbangun sambil tertawa. Ummu Harâm berkata;
aku tanyakan: “Apa yang membuat tuan tertawa wahai Rasulullah.” Beliau
menjawab: ‘Ada orang-orang dari umatku yang diperlihatkan kepadaku
sebagai pasukan perang di jalan Allah.” Sebagaimana ucapan beliau yang
pertama tadi. Ummu Harâm berkata; aku katakan: “Wahai Rasulullah,
doakanlah kepada Allah agar Dia menjadikan aku salah seorang dari
mereka.” Beliau berkata: “Kamu akan menjadi diantara orang-orang yang
pertama kali.” Maka Ummu Harâm mengarungi lautan pada zaman
Mu’âwiyah bin Abî Sufyân. Setelah keluar dari (mengarungi) lautan dia
dilempar oleh hewan tunggangannya hingga menewaskannya.65
وسلم حت بدت ن واجذه فضحك النب صلى هللا عليه (maka Nabi Saw tertawa hingga
tampak gigi gerahamnya). Syaibân bin ‘Abdurrahman dalam riwayatnya
menjelaskan alasan Nabi Saw tertawa dengan menambahkan kalimat تصدضقا لقول
.yang berarti tertawanya beliau karena membenarkan perkataan pendeta di atas احلب
Sementara dalam riwayat Fudail, tertawanya Nabi Saw. karena takjub dan
membenarkannya, begitu juga dengan hadis riwayat Imam Muslim.66 Menurut
65 Al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Kitab 56: Al-Jihâd wa al-Sîr, Bab 3, Hadis no. 2788/
2789, h. 683. 66 Al-‘Asqalânî, Fathul Bâri Syarah Sahîh al-Bukhârî, Jilid 36, h. 519.
62
Imam al-Nawawi dalam kitab syarahnya, penjelasan di atas berdasarkan hasil
pemahaman perawi hadis tersebut. Sedangkan menurutnya, pendapat yang tepat
ialah yang telah diungkapkan oleh sebagian ulama kalam yang menjelaskan bahwa
maksud tertawanya Nabi Saw. bukanlah karena kekagumannya atau membenarkan
perkataan pendeta tersebut, melainkan justru sebagai bantahan dan pengingkaran
atas pendapatnya, serta keheranan Nabi Saw. atas pemahamannya yang buruk
dalam hal itu. Karena golongan orang-orang Yahudi adalah materialistik
membendakan segala sesuatu.67
.mengenai tertawa Nabi Saw ,فضحك النب صلى هللا عليه وسلم حت بدت أن يابه
dalam hadis ini, para ulama berbeda pendapat dalam menyikapi faktor yang
menyebabkan beliau tertawa. Sebagian ulama mengatakan bahwa Nabi Saw. tidak
tertawa kecuali dalam urusan akhirat. Sedangkan dalam masalah dunia, maka beliau
cukup tersenyum. Namun, sebenarnya tidak demikian, karena ada kemungkinan
penyebab Nabi tertawa adalah kondisi laki-laki tersebut yang berubah secara
drastis, di mana pada awalnya ia datang dalam keadaan takut dan ingin menebus
kesalahannya. Namun, ketika mendapatkan keringanan, maka timbul keinginan
untuk memakan apa yang diberikan kepadanya sebagai kafarat. Ada pula yang
mengatakan bahwa Nabi Saw. tertawa karena laki-laki tersebut telah memotong
pembicaraan beliau, kebaikan bahasanya, kelembutan ucapannya, dan kelihaiannya
mencari perantara untuk mencapai maksudnya.68
67 An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, Jilid 12, h. 226. 68 Al-‘Asqalânî, Fathul Bâri Syarah Sahîh al-Bukhârî, Jilid 11, h. 228.
63
Hadis terakhir, قظ وهو ضضحك .(lalu beliau terbangun sambil tertawa) ث است ي
Menurut al-Mubârafûrî, tertawanya Nabi Saw. dalam hadis ini disebabkan perasaan
bahagia dan senang karena melihat umatnya yang tetap menegakkan jihad sampai
mengarungi lautan.69 Pendapat ini serupa dengan penjelasan di dalam kitab ‘Aunul
Ma’bud.70 Pendapat lain juga mengatakan tertawanya Nabi Saw. tertawa ketika
melihat umfgatnya yang berperang di lautan. Tertawanya tersebut karena perasaan
senang terhadap sesuatu yang telah Allah berikan bagi mereka di dunia, dan
memberikan balasan di akhirat.71
Ketiga hadis di atas merupakan sebagian riwayat tertawanya Nabi Saw., hal
ini menunjukkan bahwa Nabi Saw. sama halnya dengan manusia pada umumnya
yang menyukai humor. Bahkan di dalam beberapa riwayat, beliau dikenal memiliki
sifat humoris. Seperti dalam hadis riwayat Tabrani dan Baihaqî diceritakan bahwa
Nabi Saw. pernah mencandai seorang nenek. Ketika nenek itu bertanya apakah
dirinya akan masuk surga, Rasulullah Saw. menjawab bahwa nenek tidak akan
masuk surga. Sang nenek kemudian menangis. Rasulullah Saw. lantas mengutus
seseorang kepada nenek tersebut untuk memberitahukan bahwa ia akan masuk
surga, hanya saja dalam bentuk seorang gadis. Rasulullah Saw. menjelaskan
memang di surga tidak ada nenek-nenek karena semuanya disulap menjadi gadis-
gadis muda yang berstatus bidadari. Dari penjelasan di atas, dapat diambil pelajaran
penting bahwa Islam dapat disampaikan dengan cara yang fleksibel dan humoris.
Namun, humor Rasulullah Saw. tidak pernah berlebihan dan mengandung unsur
69 Al-Mubârakfûrî, Tuhfatul Ahwadzî Syarh Jâmi’ al-Tirmidzî, Jilid 1, h. 1468 70 Syaraf al-Haq, ‘Aunul Ma’bûd, h. 1086 71 Al-Yasabî, Ikmâl al-Mu’allim, Jilid 6, h. 338.
64
kebohongan, semua yang beliau sampaikan merupakan sebuah kebenaran.
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Para ahli hadis menilai humor
Rasulullah Saw., selain mengundang tawa dan senyum arif juga mengandung kabar
gembira.72
Bila hadis ini dilihat dari segi penyebab tertawanya Nabi Saw. di atas.
Nampaknya sebab-sebab tertawa di dalam hadis lebih beragam dibandingkan
dengan yang telah disebutkan di dalam bidang psikologi . Sebagaimana dijelaskan
oleh Ibnu Hajar al-‘Asqalânî bahwa tertawa atau tersenyum di dalam hadis
disebabkan banyak hal di antaranya: Rasa heran, kagum, kelembutan, dan kasih
sayang.73 Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya penyebab tertawa sangat
beragam, tidak hanya terbatas karena disebabkan perasaan gembira saja
sebagaimana asumsi kebanyakan orang pada umumnya.
b. Nabi Saw Tertawa dan Tersenyum
Dalam pembahasan ini penulis klasifikasi menjadi dua bagian, yakni:
1. Hadis yang mengatakan bahwa tertawanya Nabi Saw. hanya
tersenyum
Takhrij al-Hadîst
Terdapat tiga hadis dengan redaksi dan jalur periwayatan yang
berbeda yang menjelaskan hal ini, diantaranya: Hadis riwayat ‘Âisyah yang
terdapat di dalam Sahîh al-Bukhârî kitab; adab bab 68, tafsir surah ke- 46,
Sahîh Muslim kitab; salat istisqa no. 16, dan Sunan Abû Dâwud kitab; adab
bab 104.74 Dari masing-masing kitab hadis tersebut, penulis menemukan
72 Listya Istiningtyas, “Humor Dalam Kajian Psikologi Islam,” h. 12. 73 Al-‘Asqalânî, Fathul Bâri Syarah Sahîh al-Bukhârî, jilid 29, h. 352. 74 Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, h. 485.
65
redaksi yang sedikit berbeda mengenai kata قط. Di dalam kitab Sahîh
Muslim kata itu tidak disebutkan yakni احت أرى منه لواته إن مستجمعا ضاحكا
م Sedangkan di dalam kitab Sunan Abû Dâwud menggunakan .كان ض ت بس
redaksi م مستجمعا ضاحكا ا كان ض ت بس حت أرى منه لواته إن Dari sekian redaksi .قط
tersebut, penulis hanya mencantumkan hadis yang terdapat di dalam Sahîh
al-Bukhârî kitab; adab bab 68.
ثن ابن وهب أخب رن عمروحد ي بن سليمان قال: حد ثه أن أب ث نا عن النضر حدا قالت: عن ع سليمان بن يسار عن عليه وسلم ى هللا ما رأيت النب صل ائشة رضي الل
م حت أرى منه لوات مستجمعا قط ضاحكا ا كان ي ت بس . ه، إن Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaimân dia berkata;
telah menceritakan kepadaku Ibnu Wahb, telah mengabarkan kepada kami
‘Amr bahwa Abu al-Nadr telah menceritakan kepadanya dari Sulaimân bin
Yasâr, dari ‘Aisyah radiyallahu ‘anha dia berkata: “Saya tidak pernah
melihat Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam tertawa terbahak-bahak
hingga terlihat elak-elakannya (daging di bagian atas ujung tenggorokan
pada mulut paling dalam), beliau hanya biasa tersenyum.”75
Hadis riwayat ‘Abdullah bin al-Hârits yang hanya ditemukan di dalam
Sunan al-Tirmidzî kitab; al-Manâqib bab 10.76
ث نا بذلك اذ ه ل ث م ء ز ج ن ب ث ار ال ن ب هللا د ب ع ن ع ب ي ب ح ب أ ن ب د ي ز ي ن ع ي و ر د ق و حدي حد بن خالد اخلالل أ ث نا ث نا الليث بن سعد ح بن إسحاق حد ن يزيد بن أب ع د
عليه رسول هللا ص جزء قال: ما كان ضحك بن الارث بن عن عبد هللا .حبيب لى اللما. وسلم إل ت بس
75 Al-Bukhari, Sahîh al-Bukhârî, Kitab 78: Adab, Bab 68, Hadis no. 6092, h. 849. 76 Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, h. 486.
66
Dan telah diriwayatkan dari Yazîd bin Abî Habîb, dari ‘Abdullah bin
al-Hârits bin Jaz’i seperti ini, telah menceritakan kepada kami seperti itu
Ahmad bin Khâlid al-Khallâl, telah menceritakan kepada kami Yahya bin
Ishâq, telah menceritakan kepada kami al-Laits bin Sa’d, dari Yazîd bin Abî
Habîb. Dari ‘Abdillah bin al-Hârits bin Jaz’i dia berkata: “Tertawanya
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam hanya sekedar senyum.”77
Hadis riwayat Jâbir bin Samurah yang termuat di dalam Sahîh
Muslim kitab; al-Fadâil no. 69 dan al-Masâjid wa mawâdi’u al-Salâh78 serta
di dalam Sunan al-Nasâ’î kitab; Sahwi bab 9979.80 Dari ketiga kitab tersebut,
penulis hanya menyebutkan salah satunya yakni hadis yang terdapat di
dalam kitab Sahîh Muslim kitab; al-Fadâil no. 69.
ث نا أحد ث نا ساك حد ر حد ث نا زهي ي ح و . بن عبد هللا بن يونس حد ي بن ث نا - حدثمة عن ساك بن حرب قال - واللفظ له ابر بن سرة: قال: ق لت ل : أخب رن أبو خي
ه ك لم؟ قال: ن عم كثريا،هللا صلى هللا عليه وس أكنت تالس رسول ان ل ي قوم من مصالم مس، فإذا طلعت الش وكانوا قام س الذي يصلي فيه الصبح، أو الغداة، حت تطلع الش
ثون، ف يأخذون ف أم م ي تحد .ر الاهلية، ف يضحكون وي ت بسTelah menceritakan kepada kami Ahmad bin ‘Abdullah bin Yûnus,
telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami
Simâk (dan diriwayatkan dari jalur lain), telah menceritakan kepada kami
Yahya bin Yahya - dan lafal ada padanya - dia berkata; telah mengabarkan
kepada kami Abû Khaitsamah, dari Simâk bin Harb dia berkata; aku
bertanya kepada Jâbir bin Samurah: “Apakah anda pernah duduk-duduk
bersama Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam?.” Dia menjawab: “Ya, dan
itu banyak kesempatan, beliau tidak pernah beranjak dari tempat salatnya
ketika subuh atau pagi hari hingga matahari terbit, apabila matahari telah
terbit maka beliau beranjak pergi. Para sahabat seringkali bercerita-cerita
dan berkisah-kisah semasa jahiliyahnya, lantas mereka pun tertawa, namun
beliau hanya tersenyum.”81
77 Al-Tirmidzî mengatakan bahwa hadis ini tergolong ke dalam hadis sahîh ghorîb. Lihat
al-Tirmidzî, Jami’ al-Tirmidzî, Kitab 45, Bab 10, Hadis no. 3642, h. 571-572. 78 Dalam kitab ini keduanya memiliki redaksi yang sama seperti yang telah disebutkan. 79 Dalam kitab ini menggunakan redaksi كو ايتبسحمك Hadis ini tergolong ke dalam hadis .اي
sahîh. Lihat Abû ‘Abdurrahman Ahmad al-Nasâ’î, Sunan al-Nasâ’î, (Riyad: Maktabah al-Ma’ârif li
al-Nasri wa al-Tauzî’, t.t.), kitab 13, Bab 99, Hadis no. 1358, h. 222. 80 Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, h. 485. 81 Abû al-Husain Muslim bin al-Hajjâj, Sahîh Muslim, (Beirut: Dârul Kitab al-‘Ilmiyyah,
1991), Jilid 1, Kitab 5: Masjid dan Tempat-tempat Shalat, Bab 52, Hadis no. 286, h. 463.
67
Kalimat مستجمعا قط ضاحكا dalam riwayat al-Kasymîhanî disebutkan,
yaitu tertawa dengan berlebihan. Maksudnya ialah, aku tidak مستجمعا ضاحكا
pernah melihat Nabi Saw. tertawa secara berlebih-lebihan atau terbahak-bahak.
Adapun kata lahawât adalah jamak dari kata lahât, yaitu daging di bagian atas ujung
tenggorokan pada mulut paling dalam.82 Pendapat ini serupa dengan penjelasan
yang terdapat di dalam kitab ‘Aunul Ma’bud. 83
Menurut al-Asma’i, kata mustajmi’ di atas maksudnya adalah bangga dan
gembira karena mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Beliau juga menjelaskan
makna kata lahawât yang merupakan bentuk jamak dari lahât yaitu daging
berwarna merah yang menempel pada langit-langit mulut (anak lidah).84
م ا كان ض ت بس Hal ini menunjukkan .(hanya saja beliau biasa tersenyum) إن
bahwa hadis ini tidak menafikan keterangan dalam hadis lain yang mengatakan
Nabi Saw tertawa hingga tampak gigi depannya”. Sebab hal ini tidak mengharuskan
terlihatnya lahwât.85
ما ما كان ضحك رسول هللا صلى الل عليه وسلم إال ت بس yakni, Nabi Saw. tidaklah
berlebihan melainkan hanya sekedar tersenyum. Tertawa beliau hanya sekedar
terlihat gigi yang terdapat di depan bibir yang disebut dengan dawâhik di antaranya,
gigi seri, gigi taring, dan disebelahnya terdapat gigi geraham. Hadis ini menjelaskan
82 Al-‘Asqalânî, Fathul Bâri Syarah Sahîh al-Bukhârî, Jilid 29, h. 357-358 83 Syaraf al-Haq, ‘Aunul Ma’bûd, h. 2178. 84 An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, Jilid 4, h. 777. 85 Ibnu Hajar al-‘Asqalânî, Fathul Bâri Syarah Sahih al-Bukhârî, Jilid 24, h. 56
68
bahwa seorang yang tersenyum bertanda sempurna kepribadiannya, karena
seseorang yang tersenyum akan menunjukkan dalam dirinya kebahagian yang dapat
membuat orang lain ikut bahagia.86
Hadis ini juga sejalan dengan anjuran Nabi Muhammad Saw. di dalam hadis
lain yang diriwayatkan oleh Abu Dzar. Beliau menyeru untuk menebarkan senyum
kepada sesama Muslim, karena hal itu bernilai sedekah baginya.
ث نا عباس بن عبد بي حد د العظيم العن ث نا النضر بن مم ث نا ع لرشي اليمامي ا حد كرمة بن حدث نا أبو زميل عن ار حد عليه ال رسول الل صل عن أب ذر قال: ق مالك بن مرثد عن أبيه عم ى الل
مك ف وسلم: يك عن امل وجه أخيك لك صدقة ت بس نكر صدقة وإرشادك وأمرك بملعروف ون وإماطتك الجر وبصرك للرجل الرديء البصر لك صدقة الضالل لك صدقة الرجل ف أرض وكة والعظم وف الباب خيك لك صدقة دلو أ وإف راغك من دلوك ف عن الطريق لك صدقة والش
هذا حديث حسن غريب سىأبو عي قال وعائشة، وأب هري رة عن ابن مسعود، وجابر، وحذي فة، .في وأبو زميل اسه ساك بن الوليد الن
Telah menceritakan kepada kami ‘Abbâs bin ‘Abdi al-‘Azîm al-‘Anbariy,
telah menceritakan kepada kami al-Nadr bin Muhammad al-Jurasyi al-Yamâmi,
telah menceritakan kepada kami ‘Ikrimah bin ‘Ammâr, telah menceritakan kepada
kami Abû Zumail, dari Mâlik bin Martsad, dari bapaknya dari Abî Dzar ia berkata:
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Senyummu kepada saudaramu
merupakan sedekah, engkau berbuat kebaikan dan melarang dari kemungkaran juga
sedekah, engkau menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat juga sedekah,
engkau menuntun orang yang berpenglihatan kurang juga sedekah, menyingkirkan
batu, duri dan tulang dari jalan merupakan sedekah, dan engkau menuangkan air
dari embermu ke ember saudaramu juga sedekah.” Hadis semakna diriwayatkan
dari Ibnu Mas’ud, Jâbir, Hudzaifah, ‘Âisyah, dan Abû Hurairah. Berkata Abû ‘Îsa:
Ini merupakan hadis hasan gharîb dan Abu Zumail bernama Simâk bin Walîd al-
Hanafi.87
Dalam kitab syarah Muslim, Imam al-Nawawi mengatakan bahwa hadis
ketiga di atas mengisyaratkan bolehnya tertawa dan tersenyum. Dalam hadis
tersebut terdapat beberapa pelajaran penting, salah satunya adalah bolehnya
86 Al-Mubârakfûrî, Tuhfatul Ahwadzî Syarh Jâmi’ al-Tirmidzî, Jilid 1, h. 2551. 87 Al-Tirmidzî, Jami’ al-Tirmidzî, Kitab 24, Bab 36, Hadis no. 1956, h. 328.
69
tertawa, namun lebih baik dan utama tersenyum seperti yang sering dilakukan oleh
Nabi disebagian besar waktu beliau.88
2. Hadis yang menerangkan bahwa Nabi Saw. tertawa dan
tersenyum.
Takhrij al-Hadîst
Penulis hanya menemukan dua hadis pada bagian ini, yaitu: Hadis
yang diriwayatkan oleh Anas bin Mâlik di dalam Sahîh al-Bukhârî kitab;
azan bab 46 dan 94, al-‘Amalu fî al-Salâh bab 6, al-Maghâzî bab 83 dan
Sahîh Muslim kitab; salat bab 98. 89
ي بن بكري ح ث نا ث نا ا د لل قال: حد خب رن قال: أ اب يث بن سعد عن عقيل عن ابن شنما املسلمون ف صالة الفجر ل ي فجأهم إل رسول الل ص مالك أنس بن ى هللا ل قال: ب ي
ر حجرة عائشة ك عليه وسلم م وهم صفوف ف ن شف ست م يضحك، ف ت ظر إلي ونكص بس، فظن أنه يريد اخلروج أبو بكر رضي الل وهم املسلمون عنه على عقب يه ليصل له الصف
م أن ي فتتنوا ف صالتم من آخر :فأشار إلي ر وت وف ت ذلك أتوا صالتكم، فأرخى الس .الي وم
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair, dia berkata; telah
menceritakan kepada kami Laits bin Sa’ad, dari ‘Uqail, dari Ibnu Syihâb dia
berkata; telah mengabarkan kepadaku Anas bin Mâlik berkata: “Ketika
kaum muslimin melaksanakan salat fajar tidak ada sesuatu yang
mengagetkan mereka kecuali Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam yang
tiba-tiba membuka tabir kamar ‘Âisyah sambil memandang ke arah mereka.
Saat itu mereka sudah berbaris dalam shaf, beliau tersenyum dengan
tertawa. Maka Abu Bakar radiyallahu ‘anhu berniat mundur ke belakang
untuk mempersilahkan beliau masuk dalam shaf, karena menduga beliau
akan keluar. Dan kaum muslimin hampir saja terfitnah (berpaling dan
memutus) dalam salat mereka. Namun ternyata beliau memberi isyarat
kepada mereka: “Teruskanlah salat kalian.” Beliau kemudian menutup tabir,
dan setelah itu beliau wafat pada hari itu juga.”90
88 An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, Jilid 4, h. 51. 89 Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, h. 485. 90 Al-Bukhari, Sahîh al-Bukhârî, Kitab 10: Azan, Bab 94, Hadis no. 754, h. 105.
70
Hadis yang diriwayatkan oleh Abî Rimtsah yang hanya terdapat di
dalam Sunan Abû Dâwud kitab; diyat bab 2.91
ث نا أحد بن يونس ح ث نا عب يد د ث ن الل ي عن ابن إيد حد قال: عن أب رمثة . يد ا إ حدهللا عليه وسلم صلى ث إن رسول الل صلى هللا عليه وسلم انطلقت مع أب نو النب
م رسول اب نك هذا؟ قال: إي ورب الكعبة قال: حقا؟ قال ألب: الل صلى قال: ف ت بسي ف أب ا من ث بت هللا عليه وسلم ضاحك ا إنه ل أم ي ث قال:عل ومن حلف أب شب
تزر وازرة وزر ول )لى هللا عليه وسلم: وق رأ رسول الل ص ين عليك ول تن عليه (.٤٦١األنعام:) (أخرى
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yûnus, telah
menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah, yakni ‘Ubaidullah bin Iyâd, telah
menceriatakan kepada kami Iyâd, dari Abî Rimtsah ia berkata; aku dan
bapakku berangkat menemui Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam, lalu
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada bapakku: “Apakah
ini anakmu?,” bapakku menjawab, “benar, demi Tuhannya Ka’bah.” Beliau
bertanya lagi: “Apakah itu benar?,” bapakku menjawab, “aku bersaksi
atasnya.” Abu Rimtsah berkata, “Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam lalu
tersenyum karena aku mirip dengan bapakku dan karena sumpah yang
dilakukannya atas diriku. Kemudian beliau bersabda: “Ketahuilah, dia tidak
akan memikul dosamu dan kamu tidak akan memikul dosanya.” Lalu beliau
membaca ayat: “(Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang
lain).” (QS: Al-An’am/6: 164).92
م رسول الل صلى هللا عليه وسلم ضاحكا maksud kalimat ini adalah Nabi Saw ف ت بس
di dalam tertawa selalu membatasinya hingga tidak berlebihan sampai terlihat
lahawât seperti yang telah dijelaskan di atas.93
91 Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîtsal-Nabawî, h. 485. 92 Abû Dâwud Sulaiman, Sunan Abu Daud, Kitab 38: Diyat, Bab 2, Hadis no. 4495, h. 492.
Imam al-Nasaiburi telah menilai sahîh hadis ini. Sedangkan menurut Imam Tirmidzi, hadis ini
tergolong hadis hasan ghorîb. Lihat Syaraf al-Haq, ‘Aunul Ma’bûd, h. 1959. 93 Syaraf al-Haq, ‘Aunul Ma’bûd, h. 1959.
71
Kedua hadis tersebut menyebutkan kata م yang iringi dengan kata ف ت بس
-dalam satu kalimat. Redaksi seperti itu juga dapat ditemukan di dalam al ضاحكا
Qur’an surah al-Naml ayat 19. Bila dilihat sekilas, kalimat tersebut memang sulit
dipahami. Karena antara tertawa dan tersenyum secara praktek memiliki perbedaan.
Bagaimana mungkin seseorang yang tersenyum dikatakan tertawa pula. Namun bila
kalimat ini dipahami lebih dalam, tidak ada perbedaan yang tampak antara
keduanya.
Menurut M. Quraisy Shihab, tertawa lebih umum dibandingkan tersenyum.
Ia menjelaskan senyum adalah gerak tawa ekpresif tanpa suara untuk menunjukkan
rasa senang atau gembira dengan mengembangkan bibir ala kadarnya. Sedang tawa
bermula dari senyum yang disertai suara dari yang kecil sampai kepada suara keras
yang meledak-ledak melalui alat ucap. Karena itu setiap tawa mengandung
senyum.94 Pendapatnya tersebut senada dengan para ahli bahasa, mereka
mengatakan bahwa senyum adalah awal mula tertawa. Adapun tertawa adalah
keceriaan wajah hingga tampak rasa gembira dari seseorang. Jika disertai suara
yang didengar dari jauh disebut terbahak-bahak, tetapi bila tidak, maka disebut
tertawa. Apabila tidak diiringi suara, maka disebut senyum.95
Dalam konteks hadis ini, yang dimaksud kalimat di atas adalah gambaran
tertawa Nabi Saw. Tertawa beliau tidak disertai suara, tetapi hampir saja
senyumnya itu disertai dengan suara. Tentu saja bukan suara yang meledak-ledak,
karena senyum tersebut baru akan sampai pada tahap tawa. Seperti itulah
94 M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 206. 95 Ibnu Hajar al-‘Asqalânî, Fathul Bâri Syarah Sahîh al-Bukhârî, jilid 29, h. 352.
72
tertawanya para Nabi Allah Swt. Sebagaimana tertawanya Nabi Sulaiman yang
dijelaskan dalam al-Qur’an surah al-Naml ayat 19.
c. Gaya Tertawa Nabi Saw
Takhrij al-Hadîst
Menurut hasil penelusuran di dalam kitab takhrij, penulis menemukan dua
kata yang digunakan hadis dalam menjelaskan hal ini, yaitu:
1. Kata ن واجذه. Hadis yang menggunakan kata ini cukup banyak dengan
redaksi yang beragam, diantaranya terdapat di dalam Sahîh al-
Bukhârî kitab; tafsir surah ke- 39, tauhid bab 1996 dan 36,97 kafârât
al-Aymân bab 2, adab bab 68, al-Riqâq bab 44 dan 51, Sahîh Muslim
kitab; keutamaan sahabat no. 31, orang-orang munafik no. 20, 21,
dan 30, iman bab 82 no. 308, 309, dan 314, jihad no. 132, sifat
kiamat, surga, dan neraka no. 41 dan 42, Sunan al-Tirmidzî kitab;
sifat jahanam bab 10, 35, dan tafsir al-Qur’an bab 40, Sunan Abû
Dâwud kitab; talak bab 32 dan istisqa bab 2, Sunan Ibnu Mâjah
kitab; zuhud bab 39, al-Ahkam bab 20, dan Sunan al-Nasâ’î kitab;
talak bab 50.98
اب عن حيد بن عبد الرحن أن أب هري ر ث نا إب راهيم أخب رن ابن ش ث نا موسى حد ة حدوق عت على !هلكت :أتى رجل النب صلى الل عليه وسلم ف قال :رضي الل عنه قال
رين مت :قال .ليس ل :قال .أعتق رق بة :قال .أهلي ف رمضان ل :تابعي قال فصم ش :قال إب راهيم -ل أجد فأت بعرق فيه تر :كينا قال فأطعم ستي مس :قال .أستطيع
96 Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, Jil. III, h. 484. 97 Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, h. 484. 98 Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, h. 483.
73
ائل :ف قال – العرق المكتل ق با قال ؟أين الس ا على أف قر من و :تصد الل ما ب ي لب ت ي صلى الل عليه وسلم حت بدت ن واجذه قال فأن تم أهل ب يت أف قر منا فضحك النب
.إذاTelah menceritakan kepada kami Mûsa, telah menceritakan kepada
kami Ibrâhîm, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Syihâb, dari Humaid
bin ‘Abdurrahman bahwa Abû Hurairah radiyallahu ‘anhu dia berkata;
“seorang laki-laki datang kepada Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam sambil
berkata; “celaka aku, aku telah menyetubuhi isteriku di (siang) bulan
Ramadhan.” Beliau lalu bersabda: “Merdekakanlah seorang budak.” Laki-
laki itu berkata; “aku tidak mampu untuk itu.” Beliau bersabda:
“Berpuasalah dua bulan berturut-turut.” Ia berkata, “aku tidak sanggup,”
beliau bersabda: “Berilah makan enam puluh orang miskin.” Ia berkata,
“aku tidak mampu,” lalu beliau memberinya keranjang yang berisi kurma.”-
Ibrahim berkata; al-‘Araq adalah al-Miktal (sebanding antara lima belas
hingga dua puluh sha’)- Beliau lalu bersabda: “Dimanakah laki-laki yang
bertanya tadi?, pergi dan bersedekahlah dengan ini.” Ia menjawab, “demi
Allah, antara dua lembah ini tidak ada keluarga yang lebih membutuhkan
ini kecuali kami.” Lalu Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam tertawa hingga
kelihatan gigi gerahamnya, lalu beliau bersabda: “Kalau begitu, berilah
makan kepada keluargamu.”99
2. Kata أن ياب ه. Hadis yang menggunakan kata ini termuat di dalam Sahîh
al-Bukhârî kitab; puasa bab 30, nafkah bab 13 dan adab bab 95,
Sahîh Muslim kitab; puasa no. 84 dan no. 85, Sunan al-Tirmidzî
kitab; puasa bab 28, dan Sunan Abû Dâwud kitab; puasa bab 38.100
د ث نا سفيان قال مسد د بن عيسى المعن قال: حد د ومم ث نا مسد ث نا الزهري ح حد د صلى هللا عليه وسلم ف قال: النب : أتى رجل يد بن عبد الرحن عن أب هري رة قال عن ح
ل تد ما ت عتق :على امرأت ف رمضان قال : وق عت هلكت ف قال: ما شأنك؟ قال ف ل تستطيع أن تص : ف ل، قال ؟ قال:رق بة رين مت تابعي ل ؟ قال: ل، قال وم ش : ف
النب صلى هللا عليه وسلمفأت ن تطعم ستي مسكينا؟ قال: ل، قال: اجلس تستطيع أ ق به ف قال: ي ف قال بعرق فيه تر اما ب رسول هللا : تصد أهل ب يت أف قر منا ي لب ت ي
99 Al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Kitab 78: Adab, Bab 68, Hadis no. 6087, h. 1542. 100 Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, h. 484.
74
هم وسلم حت بدت ث نايه قال: فأطع فضحك رسول هللا صلى هللا عليه وقال مه إيد ف موضع آخر أن يابه .مسد
Telah menceritakan kepada kami Musaddad dan Muhammad bin
‘Îsa secara makna, mereka berkata: Telah menceritakan kepada kami
Sufyân, Musaddad berkata; telah menceritakan kepada kami al-Zuhri, dari
Humaid bin ‘Abdirrahman, dari Abî Hurairah, ia berkata: Seorang laki-laki
datang kepada Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata; aku telah
binasa. kemudia beliau berkata: “Ada apa denganmu?,” ia berkata; aku telah
menggauli isteriku pada Bulan Ramadhan. Beliau berkata: “Apakah engkau
mendapatkan sesuatu untuk membebaskan budak?.” Ia berkata; tidak.
Beliau berkata: “Apakah engkau mampu untuk melakukan puasa dua bulan
berturut-turut?.” Ia berkata; tidak. Beliau berkata: “Apakah engkau mampu
untuk memberi makan enam orang miskin?.” Ia berkata; tidak. Beliau
berkata: “Duduklah.” Kemudian diberikan kepada Nabi sallallahu ‘alaihi
wasallam satu keranjang berisi kurma, kemudian beliau berkata;
bersedekahlah dengan ini. Lalu orang tersebut berkata; wahai Rasulullah,
tidak ada di antara dua daerah yang berbatu hitam (yaitu Madinah) keluarga
yang lebih fakir daripada kami. Kemudian Rasulullah sallallahu ‘alaihi
wasallam tertawa hingga terlihat gigi-gigi serinya, beliau bersabda:
“Berikanlah makan mereka dengannya.” Musaddad berkata pada tempat
yang lain gigi-gigi taring beliau.101
ذ ه نواج بدت kata nawâjidz adalah bentuk jamak dari kata nâjidz, yang حت ى
artinya gigi taring yang tampak ketika tertawa. Pendapat lain mengatakan gigi
taring bagian dalam hingga pangkal tenggorokan.102 Gigi ini tidak terlihat kecuali
ketika seseorang tertawa lebar. Ibnu ‘Abbas berkata: Tsa’lab dan Jamâhîr yang
merupakan ulama ahli bahasa dan ahli hadis Gharib dan yang lainnya menjelaskan
maksud dari kata nawâjidz di sini adalah al-Anyâb (gigi taring),103 sedangkan Ibnu
Hajar al-‘Asqalânî berasumsi bahwa mungkin maksud nawâjidz (gigi geraham) di
sini adalah gigi taring dalam konteks majaz.104 Nawâjidz di sini merupakan salah
satu bagian dari al-Dawâhik yaitu gigi yang terlihat ketika tertawa. 105
101 Hadis ini tergolong ke dalam hadis sahih. Lihat Abû Dâwud Sulaiman, Sunan Abu
Dâwud, Kitab 14: Puasa, Bab 38, Hadis no. 2390, h. 271 102 Al-‘Asqalânî, Fathul Bâri Syarah Sahih al-Bukhârî, Jilid 36, h. 519. 103 Al-Mubârakfûrî, Tuhfatul Ahwadzî Syarh Jâmi’ al-Tirmidzî, Jilid 1, h. 1988. 104 Al-‘Asqalânî, Fathul Bâri Syarah Sahîh al-Bukhârî, Jilid 29, h. 354. 105 Al-Mubârakfûrî, Tuhfatul Ahwadzî Syarh Jâmi’ al-Tirmidzî, Jilid 1, h. 1988.
75
Sebagian ulama lain mengatakan nawâjidz di sini adalah al-Adrâs (gigi
geraham), Kata adrâs ialah gigi geraham selain empat gigi seri. Kebanyakan para
ulama mengartikannya dengan gigi yang paling ujung. Ada pendapat ulama juga
yang mengatakan bahwa yang dimaksud gigi geraham tersebut hanya gigi yang
berada paling ujung.106 Menurut Jalâl al-Dîn al-Suyûtî pendapat itu yang paling
tepat, karena seperti yang sudah diketahui bahwa gigi geraham itu letaknya ada di
gigi bagian paling belakang.107 Dan pendapat ini juga yang paling populer dalam
mengartikan di dalam bahasa Arab. Akan tetapi yang lebih mendekati kebenaran
menurut mayoritas ulama seperti penjelasan di atas. 108
Selain itu, di dalam kitab syarah Ibnu Majah juga diterangkan bahwa
kalimat بدت ن واجذه berarti ujung geraham, yakni empat gigi taring atau sebelah gigi
taring atau bisa disebut juga gigi geraham. Kesemuanya itu bentuk jamak dari kata
nâjidz seperti yang terdapat di dalam kamus.109 Berdasarkan penjelasan tersebut
kata nawâjidz pada hadis di atas bisa diartikan sebagai gigi taring dan juga gigi
geraham. Kedua gigi tersebut baru tampak apabila tertawa lebar, karena keduanya
berada paling ujung selain gigi seri.
106 Syaraf al-Haq, ‘Aunul Ma’bûd, h. 1003. Pendapat serupa juga dijelasan di dalam kitab
syarah Ibnu Majah. Lihat Jalâl al-Dîn al-Suyûtî, Misbâh al-Zujâjah, dalam Abû al-Hasan al-Sindî,
Kifâyah al-Hâjah fî Syarh Sunan Ibnu Mâjah, dalam ‘Abdul Ghonî al-Dahlawî, Injâhu al-Hâjah,
dalam al-Fakhru al-Hasan al-Katskawî, Mâ Yâlîqu Min Halli al-Lughât wa Syarh al-Mutskilât,
dalam al-Nu’mânî, Mukhtasar Mâ Tamassu Ilayhi al-Hâjah, Jilid 2, h. 1599. 107 Jalâl al-Dîn al-Suyûtî dan al-Sindî, Sunan al-Nasâ’î, Jilid 5-6, h. 182. 108 Al-Mubârakfûrî, Tuhfatul Ahwadzî Syarh Jâmi’ al-Tirmidzî, Jilid 1, h. 1988. 109 Jalâl al-Dîn al-Suyûtî, Misbâh al-Zujâjah, dalam Abû al-Hasan al-Sindî, Kifâyah al-
Hâjah fî Syarh Sunan Ibnu Mâjah, dalam ‘Abdul Ghonî al-Dahlawî, Injâhu al-Hâjah, dalam al-
Fakhru al-Hasan al-Katskawî, Mâ Yâlîqu Min Halli al-Lughât wa Syarh al-Mutskilât, dalam al-
Nu’mânî, Mukhtasar Mâ Tamassu Ilayhi al-Hâjah, Jilid 1, h. 903.
76
Dalam hadis kedua di atas, Musaddad menyebutkan namun , ه حت بدت ث ناي
dijelaskan juga bahwa dalam riwayat lain Musaddad menggunakan حت بدت أن يابه.
Ibnu hajar ragu dalam menyikapi hal ini, ia mengatakan barangkali lafadz
“tsanâyahâhu” merupakan perubahan dari lafadz “anyâbuhu”, sebab gigi taring
pada umumnya sudah terlihat meskipun hanya dengan tersenyum, sementara makna
dzahir konteks hadis tersebut adalah hendak memberi gambaran yang lebih
daripada sekedar tersenyum. Oleh karena itu tidak dapat dipahami berdasarkan
keterangan yang menyebutkan sifat “tertawa”, karena secara umum yang dimaksud
adalah tersenyum.
Terlepas dari perbedaan pendapat para ulama di atas, hadis ini
menggambarkan lebih detail tentang contoh tertawa Nabi Saw. yang telah
disinggung di atas. Menurut Syaraf al-Haq didalam kitab syarahnya menjelaskan
bahwa tertawanya Nabi Saw. di dalam hadis ini tidak berlebihan sehingga nampak
seluruh gigi gerahamnya, kebanyakan tertawa beliau hanya tersenyum.110 Pendapat
tersebut diperkuat dengan penjelasan di dalam kitab al-Nihâyah, bahwa tertawa
Nabi Saw. tidak berlebihan sampai terlihat gigi geraham beliau yang paling ujung.
Ada pendapat yang menyifati bahwa tertawa beliau sekedar tersenyum.
Penjelasan tersebut tidak ada pertentangan dengan hadis ‘Âisyah yang
mengatakan “Aku tidak pernah melihat Nabi Saw. tertawa lebar hingga terlihat
lahawât,” karena hadis yang menetapkan lebih diutamakan daripada hadis yang
menafikan. Demikian menurut Ibnu Battal. Namun, yang lebih baik adalah bahwa
110 Syaraf al-Haq, ‘Aunul Ma’bûd, h. 1003.
77
yang dinafikan ‘Âisyah bukan yang ditetapkan oleh Abû Hurairah. Namun yang
tampak jelas dari keseluruhan hadis, bahwa Nabi Saw. pada sebagian besar
keadaanya tidak lebih dari sekedar tersenyum, tetapi sesekali beliau juga tertawa.
Adapun yang tidak disukai adalah terlalu sering tertawa secara berlebihan, karena
hal itu bisa menghilangkan kewibawaan. Ibnu Battal berkata: “Yang patut dicontoh
dari perbuatan Nabi Saw. adalah yang sering beliau lakukan.”111
Selain itu, hadis ini masih memiliki korelasi dengan hadis sebelumnya,
yakni menerangkan tentang bolehnya tertawa, bukan sebuah kemakruhan
disebagian tempat dan tidak mengurangi wibawa seseorang seandainya tidak
berlebihan pada kondisi tertentu.112 Sebagaimana digambarkan di atas bahwa Nabi
Saw. pun tertawa, tertawanya Nabi Saw. hingga tampak gigi-gigi beliau.
Apa yang telah dicontohkan oleh Nabi di atas sebenarnya memiliki banyak
manfaat di dalam bidang psikologi, Karena dalam bidang ini, manfaatnya tertawa
disebabkan otot-otot wajah yang bergerak ketika tertawa. Maka, senyumpun
demikian, karena perbedaan tertawa dengan senyum secara fisiologis hanya pada
produk suara.
Menurut Waynbaum seorang fisiolog dari perancis yang terkenal dengan
teori The Vascular Theory of Emotional efferance menyatakan bahwa ketika otot
wajah bergerak, maka akan terjadi mekanisme hormonal di otak, selanjutnya otot-
otot wajah berperan sebagai pengikat pada pembuluh dan mengatur aliran darah ke
111 Al-‘Asqalânî, Fathul Bâri Syarah Sahîh al-Bukhârî, Jilid 29, h. 354. 112 Al-Mubârakfûrî, Tuhfatul Ahwadzî Syarh Jâmi’ al-Tirmidzî, Jilid 1, h. 1988.
78
otak. Aliran darah ini mempengaruhi temperatur di otak dan perubahan temperatur
di otak ini berhubungan dengan perasaan subyektif yang dialami seseorang.113
Hal itu serupa dengan pernyataan Darwin sebagai orang pertama yang
menyatakan bahwa gerakan otot zygomatic mayor (otot yang dapat menarik sudut
bibir ke atas sampai tulang pipi) merupakan pusat ekspresi pengalaman emosi
positif.114 Otot inilah menurut Waynbaum yang akan meningkatkan aliran darah ke
otak, sehingga semua sel dan jaringan tubuh menerima oksigen dan hal lain
menyebabkan perasaan gembira.115
Berdasarkan pemaparan di atas, terdapat pelajaran penting yang dapat
diambil dari pembahasan ini, bahwa sekecil apapun sunnah Rasulullah Saw ternyata
mengandung banyak hikmah dan manfaat baik dari segi rohani maupun jasmani.
d. Nabi Saw Menyuruh Seseorang Agar Membuat Tertawa Kedua
Orang tuanya
Takhrij al-Hadîst
Hadis ini terdapat di dalam Sunan Abû Dâwud kitab; jihad bab 31, Sunan
Ibnu Mâjah kitab; jihad bab 12, dan Sunan al-Nasâ’î kitab; al-Ba’iah bab 10.116
د بن كثري ح ث نا مم ائب عن أبيه حد ان أخب رن سفي د عن عبد الل بن ث نا عطاء بن السبيعك على أ عمرو قال: جاء رجل إل رسول الل صلى هللا عليه وسلم ف قال: جئت
ف قال: وت ركت أب وي ي بكيان، الجرة ماارجع علي ما ما فأضحك ت .كما أبكي Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsîr, telah
113 Ruspawan dan Desi Wulandari, “Pengaruh Pemberian Terapi Tertawa Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Lanjut Usia di PSTW Wana Seraya Denpasar,” Jurnal Skala Husada 9, no. 1 (April
2012): h. 7. 114 Nida Ul Hasanat, “Anda Sedang Bersedih? Cobalah Tersenyum Atau Tertawa (Suatu
Bukti dari Facial Feedback Hypothesis),” Buletin Psikologi V, no. 2 (Desember 1997): h. 29. 115 Nida Ul Hasanat dan Subandi, “Pengembangan Modul Untuk Meningkatkan Emosi
Positif Pasien Di Rumah Sakit,” Buletin Psikologi IX, no. 2, (Desember 2001): h. 67. 116 Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, h. 486.
79
mengabarkan kepada kami Sufyân, telah menceritakan kepada kami ‘Atâ’
bin al-Sâ’ib, dari bapaknya, dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata; terdapat
seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam
dan berkata; aku datang membaiat engkau untuk berhijrah, dan aku telah
meninggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis. Kemudian
beliau berkata: “Kembalilah kepada mereka berdua dan buatlah mereka
tertawa sebagaimana engkau membuat mereka menangis.”117
Asbabul wurud hadis ini berkenaan dengan seorang laki-laki yang datang
menemui Rasulullah Saw. dengan maksud berbaiat untuk hijrah. Akan tetapi laki-
laki tersebut meninggalkan kedua orang tuanya dalam keadaan menangis karena
sedih ditingalkannya. Oleh karena itu Rasulullah Saw. bersabda sebagaimana di
atas.
menurut al-Sindî kalimat tersebut mengisyaratkan akan ارجع عليهما
gugurnya kewajiban hijrah bagi laki-laki tersebut. Di dalam kitab Dâr Al-Mukhtar
disebutkan bahwa berhijrah bagi seorang anak yang mempunyai kedua orang tua
tidak wajib karena ketaatan kepada keduanya merupakan fardhu ‘ain.118
Kata فأضحكهما di sini berasal dari kata al-Idhâk. Maksudnya adalah agar
laki-laki tersebut selalu menemani dan bersama kedua orang tuanya.ت هما كما أبكي
ialah kesedihan tersebut disebabkan laki-laki yang memisahkan dirinya dari
keduanya.119
117 Muhammad bin Sâlih al-Rajihî menilai bahwa hadis ini tergolong ke dalam hadis sahîh.
Lihat Abû Dâwud Sulaiman, Sunan Abû Dâwud, Kitab 15: Jihad, Bab 31, Hadis no. 2528, h. 287. 118 Jalâl al-Dîn al-Suyûtî, Misbâh al-Zujâjah, dalam Abû al-Hasan al-Sindî, Kifâyah al-
Hâjah fî Syarh Sunan Ibnu Mâjah, dalam ‘Abdul Ghonî al-Dahlawî, Injâhu al-Hâjah, dalam al-
Fakhru al-Hasan al-Katskawî, Mâ Yâlîqu Min Halli al-Lughât wa Syarh al-Mutskilât, dalam al-
Nu’mânî, Mukhtasar Mâ Tamassu Ilayhi al-Hâjah, Jilid 1, h. 160. 119 Jalâl al-Dîn al-Suyûtî dan al-Sindî, Sunan al-Nasâ’î, Jilid 7-8, h. 151.
80
Berdasarkan pendapat di atas, menurut penulis Kata فأضحكهما merupakan
bentuk kiasan dari perasaan bahagia dan senang. Karena di dalam bidang psikologi
tertawa sangat identik dengan kedua emosi tersebut. Jadi, maksudnya adalah Nabi
Saw. di dalam hadis di atas menyuruh laki-laki tersebut agar kembali dan menemani
kedua orang tuanya dalam rangka membahagiakan keduanya yang sebelumnya
menangis karena sedih ditinggalkan olehnya. Terlepas apakah kedua orang tuanya
tersebut tertawa atau hanya sekedar tersenyum.
81
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mengkaji dan menganalisis terhadap hadis-hadis tertawa dengan
pendekatan psikologi, maka menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Tertawa menurut perspektif hadis bukanlah hal yang tabu yang harus
dihindarkan. Karena pada dasarnya hadis dan psikologi sepakat bahwa
tertawa merupakan fitrah sekaligus anugerah dari Allah Swt. yang tidak
bisa dilarang eksistensinya. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya
hadis-hadis yang menceritakan tertawanya Nabi Saw. dalam banyak
kesempatan dan peristiwa.
2. Setelah mengkaji hadis-hadis tertawa dengan pendekatan psikologi,
tertawa di dalam hadis ternyata memiliki korelasi dan relevan dengan hasil-
hasil penelitian di dalam psikologi, bahkan keduanya saling mendukung
satu sama lain berdasarkan perannya masing-masing. Hadis memberikan
informasi yang bersifat metafisika, sedangkan psikologi memberikan
informasi hanya berdasarkan hasil penelitian yang bersifat empiris.
3. Menurut ulama hadis, hadis-hadis yang terkesan melarang aktivitas tertawa
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
a. Tertawa tersebut dilakukan secara berlebihan dan melampaui batas
sehingga menimbulkan rasa aman yang dikhawatirkan akan
melalaikannya terhadap perintah-perintah Allah Swt. dan melupakan
kehidupan akhirat.
82
b. Tertawa terhadap sesuatu yang keluar dari orang lain. Hal ini
dikarenakan tertawa semacam ini akan menjelma menjadi sebuah
hinaan atau celaan terhadap orang lain. Bisa jadi tertawaan seseorang
terhadap orang lain dapat membuat orang tersebut tersakiti, malu, dan
tidak suka sehingga berdampak fatal dan memicu pertengkaran.
4. Tertawa di dalam hadis tidak hanya digunakan untuk menjelaskan perasaan
bahagia saja, tapi juga digunakan sebagai bantahan terhadap suatu
argumen, sebagai ungkapan rasa takjub, sebagai bentuk ejekan atau hinaan,
ungkapan rasa heran akan seseorang, dan lain sebagainya.
5. Dalam menjelaskan makna tertawa, hadis lebih banyak dan jelas
menggunakan term dahik. Sementara term yang paling dekat dengan
makna tertawa adalah tabassum.
6. Hadis telah memberikan contoh tertawa yang paling baik dan patut diikuti
oleh seluruh umatnya, yakni tertawanya Nabi Muhammad Saw.
Tertawanya beliau di sebagian besar keadaan tidak lebih hanya sebatas
tersenyum lebar hingga terlihat gigi-gigi beliau. Seperti itu juga tertawanya
para Nabi Allah Swt.
B. Saran-saran
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan, semoga menjadi
pertimbangan dan masukan yang berarti, yaitu:
1. Bagi para pengkaji hadis, jangan pernah bosan untuk mengkaji lebih
dalam lagi hadis-hadis Nabi Saw. Karena masih banyak hadis-hadis
yang perlu dikaji dan diteliti. Penelitian hadis juga sepatutnya tidak
hanya berkutik pada persoalan agama saja, melainkan juga dikaitkan
83
dengan ilmu pengetahuan yang kontemporer agar hadis semakin
terbukti keotentikannya dan juga dapat diaplikasikan sepanjang masa.
Hal ini juga akan membuktikan keakuratan hadis yang bisa diterima
dengan logika, sehingga diharapkan dapat lebih membumikan hadis di
kalangan masyarakat luas.
2. Bagi masyarakat pada umumnya, penulis menyarankan agar memahami
hadis secara keseluruhan dengan melihat pendapat-pendapat para ulama
yang mejelaskan hadis tersebut. Tujuannya agar tidak gagal paham
dalam memahami hadis, sehingga mudah menyalahkan orang lain.
3. Selain itu penulis juga menyarankan agar tertawa tidak hanya dilihat
dari sudut pandang psikologi saja, terlebih harus memperhatikan pesan-
pesan yang disampaikan oleh hadis agar terhindar dari batas-batas yang
dilarang dalam agama. Dengan cara mengikuti gaya tertawa yang telah
dicontohkan Nabi Muhammad Saw. karena selain menyehatkan, tertawa
model beliau juga aman dari kerugian-kerugian di dalam agama maupun
psikologi.
DAFTAR PUSTAKA
Abû al-Husain Muslim, bin Al-Hajjâj. Sahîh Muslim. Beirut: Dâr al-Kitab al-
‘Ilmiyyah, 1991.
Afwadzi, Benny. “Hadis di Mata Para Pemikir Modern (Telaah Buku Rethinking
Karya Daniel Brown).” Jurnal Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an dan Hadis 15, no.
2. Juli 2014.
Ahmad, Abu al-Husain. Mu’jam Maqâyîs al-Lughah. Beirut: Dâr al-Fikr, t.t.
Anggarasari, Nandhini H. dkk. “Terapi Tawa Untuk Mengurangi Emosi Marah
Pada Caregiver Lansia.” Jurnal Intervensi Psikologi 6, no. 1. Juni 2014.
Arikunto, Suharsimi. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Al-‘Asqalânî, Ibnu Hajar. Fath al-Bârî: Syarah Sahîh al-Bukhârî. Penerjemah
Amiruddin. Jakarta: Pustaka Azzam. 2008.
Al-Badrany, Bams. “Wabah Tawa di Tanzania Tahun 1962: Misteri Terjangkitnya
Penyakit Tertawa Tanpa Henti Yang Memakan 1000 Orang Korban.”
Diakses pada 2 Desember 2017 dari https://bamssatria 22.wordpress.com/2
015/04/19/wabah-tawa-1962/
Al-Bani, Muhammad Nashiruddin. Shahih at-Targhib wa at-Tarhib. Jakarta: Darul
Haq, 2015.
Bay, Kaizal. “Metode Penyelesaian Hadis-hadis Mukhtalif Menurut al-Syafi’i.”
Jurnal Ushuluddin XVII, no. 2. Juli 2011.
Bisri, Ahmad Mustofa, ed. Fikih Keseharian Gus Mus. Surabaya: Khalista, 2006.
Al-Bukhârî, Abû ‘Abdullah Muhammad bin Ismâ’îl bin Ibrâhîm. Sahîh al-Bukhârî.
Riyad: Maktabah al-Rusyd, 2006.
Bustamin dan Hasanuddin. Membahas Kitab Hadis. Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah, 2010.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
edisi ke-4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Desinta, Sheni dan Ramadhani, Neila. “Terapi Tawa Untuk Menurunkan Stres Pada
Penderita Hipertensi.” Jurnal Psikologi 40, no. 1. Juni 2013.
D. Gunarsa, Singgih dan Singgih, Ny. Psikologi Perawatan. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1986.
Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, ed.
Studi Kitab Hadis. Yogyakarta: Teras, 2003.
Al-Farmawi, Abd al-Hayy. Metode Tafsir al-Qur’an Dibutuhkan. Semarang:
Wicaksana, t.th.
Fitriani, Ayu dan Hidayah, Nurul. “Kepekaan Humor Dengan Depresi Pada Remaja
Ditinjau Dari Jenis Kelamin.” Humanitas IX, no 1. Januari 2012.
Al-Haq, Abû ‘Abdurrahman Syaraf. ‘Aunul Ma’bûd. Jordan: Bayt al-Afkâr al-
Dauliyyah.
Hasanat, Nida Ul. “Anda Sedang Bersedih? Cobalah Tersenyum Atau Tertawa
(Suatu Bukti dari Facial Feedback Hypothesis).” Buletin Psikologi V, no.
2. Desember 1997.
Hasanat, Nida Ul dan Subandi. “Pengembangan Modul Untuk Meningkatkan
Emosi Positif Pasien Di Rumah Sakit.” Buletin Psikologi IX, no. 2.
Desember 2001.
Hayati, Risna. dkk. “Terapi Tawa Untuk Menurunkan Kecenderungan Burnout
Pada Guru Pendamping Anak Berkebutuhan Khusus.” Humanitas 12, no. 1.
Hestianingsih.“Delapan Gaya Tertawa Yang Bisa Dipakai untuk Menebak Isi
Pikiran Orang.” Diakses pada 2 Desember 2017 dari http://m.detik.com/wo
lipop/read/2013/05/08/183856/2241505/852/8-gaya-tertawa-yang-bisa-dip
akai-untuk-menebak-isi-pikiran-orang
http://www.tribunnews.com/seleb/2014/09/15/komedi-cinta-action-tiga-besar-
genre-film -paling-disukai-orang-indonesia
Hude, M. Darwis. Emosi Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia
Di dalam Al-Qur’an. Jakarta: Erlangga, 2008.
Ihsan, Muhammad Nasrullah Asnawi. “Tertawa Dalam al-Qur’an (Studi Tematik
dengan Pendekatan Psikologi).” Skripsi S1 Fakulstas Ushuluddin, Institut
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2014.
Ismail, M. Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang,
2007.
Istiningtyas, Listya. “Humor Dalam Kajian Psikologi Islam.” Jurnal Ilmu Agama
15, no. 1. 2014.
Joseph, Novita. “Benarkah Tertawa Berlebihan Bisa Menyebabkan Kematian,”
artikel diakses pada 14 Maret 2018 dari https://hellosehat.com/hidup-
sehat/fakta-unik/efek-tertawa-berlebihan/
Lestari, Esterina Fitri. “Pengaruh Pelatihan Tawa Terhadap Penurunan Tingkat
Stres Pada Lanjut Usia (LANSIA) Yang Tinggal Di Panti Werdha Hargo
Dedali.” Jurnal Psikologi Universitas Airlangga Surabaya 6, no. 1. April
2011.
Mâjah, Ibnu. Sunan Ibnu Mâjah. Jordan: Bayt al-Afkar ad-Dauliyah, t.t.
___________. Sunan Ibnu Mâjah. T.tp.: Dâr Ahyâ al-Kitab al-‘Arabiyyah, t.t.
Al-Ma’luf, Louwis bin Naqula Dahir. Al-Munjid. Beirut: Dâr al-Masyriq, 1977.
Manzur, Ibnu. Lisân al-‘Arab. Kairo: Dâr al-Ma’ârif, 1119.
Marwan, Iwan. “Rasa Humor Dalam Perspektif Agama.”
Al-Mawardi, Ali. Mutiara Akhlak al-Karimah. Jakarta: Pustaka Amani, 1993.
Al-Mubârakfûrî, Muhammad ‘Abdurrahman. Tuhfatul Ahwadzî Syarh Jâmi’ al-
Tirmidzî. Riyad: Bayt al-Afkâr al-Dauliyyah.
Munawwir, Achmad Warson dan Fairuz, Muhammad. Kamus al-Munawwir.
Surabaya: Pustaka Progressif, 2007.
Al-Nasâ’î, Abû ‘Abdurrahman Ahmad. Sunan al-Nasâ’î. Riyad: Maktabah al-
Ma’ârif li al-Nasri wa al-Tauzî’.
Nasuhi, Hamid. dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: CeQda, 2007.
An-Nawawi, Imam. Syarah Shahih Muslim. Penerjemah Agus Ma’mun, dkk.
Jakarta: Darus Sunnah Press. 2015.
Pakar, Yomart Dago. Metode Penelitian. (2003).
Pramudita, Dissy. “Mengenali Respon Tubuh Saat Digelitik.” Diakses pada 2
Desember 2017 dari http://m.klikdokter.com/info-sehat/read/2859640/m
engenali-respon-tubuh-saat-digelitik
Prasetyo, Anggun Resdasari dan Nurtjahjanti, Herlina. “Pengaruh Penerapan
Terapi Tawa Terhadap Penurunan Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta
Api.” Jurnal Psikologi Undip 11, no. 1 (April 2012).
Ruspawan dan Wulandari, Desi. “Pengaruh Pemberian Terapi Tertawa Terhadap
Tingkat Kecemasan Pada Lanjut Usia di PSTW Wana Seraya Denpasar.”
Jurnal Skala Husada 9, no. 1. April 2012.
Ash-Salih, Subhi. Membahas Ilmu-ilmu Hadis. Penerjemah Tim Pustaka Firdaus.
Jakarta: Pustaka Firdaus, 2013.
Samodara, Christina. dkk. “Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Stres Psikologi
Pada Lanjut Usia di Panti Werdha Kota Manado.” Jurnal Keperawatan 3,
no. 2. Mei 2015.
Shihab, M. Quraisy. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Solahudin, M. Agus dan Suryadi, Agus, ed. Ulumul hadis. Jakarta: Pustaka Setia,
2015.
Sulaiman, Abû Dâud. Sunan Abû Dâud. Jordan: Bayt al-Afkar al-Dauliyyah.
Sukmasari, Radian Nyi dan Kresna, Andara Nila. “Awa! Tertawa Terlalu Heboh,
Rahang Lepas Kalau Sendinya Lemah,” Artikel diakses pada 13 Maret 2018
dari https://health.detik.com/ulasan-khas/2913924/awas-tertawa-terlalu-h e
boh-rah ang-lepas-kalau-sen dinya-lemah.
___________. “Perut Sakit Hingga Menular, Ini Hal Unik Yang Bisa Terjadi Saat
Tertawa,” artikel diakses pada 13 Maret 2018 dari http s://hea lth.detik .co
m/ulasan-khas/2913719/perut-sakit-hingga-menular-ini-hal-unik-yang-bis
a-terjadi-saat-tertawa.
Al-Suyûtî, Jalâl al-Dîn, Misbâh al-Zujâjah. Dalam Abû al-Hasan al-Sindî, Kifâyah
al-Hâjah fî Syarh Sunan Ibnu Mâjah. Dalam ‘Abdul Ghonî al-Dahlawî,
Injâhu al-Hâjah. Dalam al-Fakhru al-Hasan al-Katskawî, Mâ Yâlîqu Min
Halli al-Lughât wa Syarh al-Mutskilât. Dalam al-Nu’mânî, Mukhtasar Mâ
Tamassu Ilayhi al-Hâjah. Jordan: Bayt al-Afkâr al-Dauliyyah, 2007.
Al-Suyûtî, Jalâl al-Dîn dan al-Sindî. Sunan al-Nasâ’î. Beirut: Dâr al-Fikr, 2005.
Al-Tirmidzî, Muhammad bin ‘Isa. Jâmi’ al-Tirmidzî. Riyad: Bayt al-Afkâr al-
Dauliyyah.
Ubaidah, Hani Hilyati. “Kajian Hadis Tematik Seputar Bersin: Perspektif Ilmu
Medis.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2014.
Wensinck, A. J. Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî. Leiden: E.
J. Brill, 1943.
Widjanegara, I Gede. dkk. “Terapi Terhadap Pasien Gangguan Jiwa Dengan
Depresi.”
Al-Yasabî, ‘Iyâd bin Mûsa. Ikmâl al-Mu’allim. T.tp.: Dâr al-Wafâ’, 1998.
LAMPIRAN : HADIS-HADIS TERTAWA
A. Sebab-sebab Larangan dan Indikasi Negatif Terhadap Tertawa
1. Tertawa Mematikan Hati
H. R. Ibnu Mâjah, hadis no. 4193
ث نا أبو بكر ث نا بكر بن خلف حد ث نا عبد الم يد بن جعفر عن إ ب حد بن عبد هلل بن النف ي حد ي راك فإ ن كث ر ال تكث روا الضح ري رة قال: قال رسول هلل صلى هلل عليه وسل ك حن ي عن أب ة الضح
.ت يت القلب
Hadis no. 4217
نان عن مكحول عن ث نا أبو معاو ية عن أب رجاء عن ب رد بن س ث نا عل ي بن ممد حد واث لة بن حدري رة كن ور عا تكن أعب األسقع : ي أب ري رة قال: قال رسول هلل صلى هلل عليه وسل د النا عن أب
وا ن ج نا وأحس ك تكن مؤم ب ل لنا ما ت ب ل ن فس من جاور تكن ر وكن قن عا تكن أشكر النا وأح ك ت يت القلب. ك فإ ن كث رة الضح مسل ما وأق ل الضح
2. Sedikit Tertawa Banyak Menangis
H. R. Bukhârî, hadis no. 4621
ث نا ث نا شعبة عن موسى بن أنس حد ث نا أب حد ن أنس ع منذ ر بن الول يد بن عبد الرحن الارود ي حد عنه قال ي الل ث لها ق :رض عت م خطبة ما س عليه وسل لو ت علمون : قال ط خطب رسول الل صلى الل
كث ريا قال ت قل يل ولبكي كت لضح ف غطى أصحاب رسول الل صلى الل : ما أعل ه وجو عليه وسلذ ه الي :قال ؟ل خن ي ف قال رجل من أب ال تسألوا عن أشي ) :ة فلن ف ن زلت تسؤك اء إ ن ت بد لك
.رواه النضر وروح بن عبادة عن شعبة (
Hadis no. 5221
ث نا عبد الل بن ي الل عن حد شام عن أب يه عن عائ شة رض ها أن رسول الل مسلمة عن مال ك عن قال ة ممد و أمته ت زن ي أم ي أمة ممد ما أحد أغي ر م ن الل أن ي رى عبده أ :صلى الل عليه وسل
كث ريا ت قل يل ولبكي كت لضح .لو ت علمون ما أعل
Hadis no. 6485
هاب عن سع يد بن المسيب ث نا الليث عن عقيل عن ابن ش ث نا يي بن بكري حد ري رة حد أن أب ي :الل عنه كان ي قول رض قل يل :قال رسول الل صلى الل عليه وسل كت لضح لو ت علمون ما أعل
كث ريا ت .ولبكي Hadis no. 6486
ث نا شعبة عن موسى بن ث نا سليمان بن حرب حد ي حد : الل عنه قال أنس عن أنس رض قال النب عليه وسل كث ري :صلى الل ت قل يل ولبكي كت لضح .الو ت علمون ما أعل
Hadis no. 6631
شام بن عر ها ع حدثن ممد أخب رن عبدة عن عن ي الل وة عن أب يه عن عائ شة رض ن النب صلى الل أنه قال ق :عليه وسل كت كث ريا ولضح ت لبكي .ل يل ي أمة ممد والل لو ت علمون ما أعل
H. R. Muslim, hadis no. 847
بة وعل ى بن حجر واللفظ ألب بكر قال ابن حجر أخب ر ث نا أبو بكر بن أب شي ن وقال أبو بكر حدر عن المختار بن ف لفل عن أنس قال ث نا عل ى بن مسه صلى ب نا رسول الل صلى هلل عليه وسل :حد
نا ب وجه ه ف قال لر » :ذات ي وم ف لما قضى الصلة أق بل علي فل تسب قون ب كو أي ها النا إ ن إ مامكراف نص ال لق يام وال ب لسجود وال ب أمام ى وم ن خلف ى وال ب والذ ى ن فس ممد :ث قال « فإ ن أراك
كث ريا قالوا ت قل يل ولبكي كت ما رأيت لضح رأيت النة » :قال ؟وما رأيت ي رسول الل :ب يد ه لو رأي ت «.والنار
Hadis no. 1973
شام بن عروة، عن أب يه ، عن عائ شة بة بن سع يد، عن مال ك بن أنس، عن ث نا ق ت ي ث نا .وحد )ح( وحدشام، عن أ ث نا ث نا عبد هلل بن نري، حد بة، واللفظ له ، قال: حد ب يه ، عن عائ شة، أبو بكر بن أب شي
ف ق عليه وسل ام رسول قالت: خسفت الشمس ف عهد رسول هلل صلى الل عليه وسل هلل صلى اللا، ث رفع رأسه فأطال الق يام د ا، ث ركع فأطال الركو ج د و دون - داج يصل ي ، فأطال الق يام ج و
ا ث ركع فأطال الركو -الق يام األول د و دون الركو األول -ج ث قام فأطال الق يام .ث سجد -وو دون الق يام األول - و دون الركو األول - ث ركع فأطال الركو -و رفع رأسه ، ف قام ث -و
و دون الق يام األول - فأطال الق يام و دون الركو - ث ركع فأطال الركو -و ث سجد - األول و وقد تلت الشمس، فخطب النا فحم د الل ن عليه وأث ث انصرف رسول هلل صلى الل عليه وسل
يات ، وإ ن هما ال والقمر م ن آيت هلل ث قال : إ ن الشمس فان ل موت أحد وال ل ا رأي تموها ، فإ ذ ه ي نخس
وا وص فكب قوا، وادعوا الل أمته هلل أ د أغي ر م ن ي أمة ممد إ ن م ن أح .لوا وتصد عبده أو ت زن .ن ي زن قل يل ي أمة ممد والل لو ت علمون ما أعل كت كث ريا ولضح ت ل ب لغت لبكي ، أال
؟.
Hadis no. 6013
ث نا ممود بن غيلن وممد بن قدامة السلم ي ويي بن ممد اللؤلؤ ي مت قار .حد بة، قال وألفاظهث نا النضر بن شيل : أخب رن النضر، أخب رن شعبة، ح .ممود: حد ث نا موسى بن أنس، وقال الخران د
عن أصحاب شيء فخطب ف قال: ه عن أنس بن مال ك، قال: ب لغ رسول هلل صلى الل عليه وسل لض أر كالي وم ف الري والشر ، ولو ت علمون ما أعل عر ضت علي النة والنار، ف ل ت قل يل ولبكي كت ح
ي كث ريا، قال : فما أتى على أصحاب رسول هلل صلى الل نه عليه وسل قال : غطوا .وم أشد م ول خن ي سلم د ينا، وب .رؤوسه إل ، وب لل رب ينا ب قال: ف قام .حمد نب ياقال: ف قام عمر ف قال: رض
؟ قا الرجل ف قال: من أب فلن ذا تسألوا عن أشياء إ ن ف ن زلت: }ي أي ها الذ ين آمنوا ال .ل: أبو.} تسؤك ت بد لك
H. R. Al-Tirmidzî, hadis no. 2312
ث نا ث نا أبو أحد الزب ري ي حد ث نا أحد بن من يع حد ب حد ي د عن إ سرائ يل عن إ ب را ا ر عن هاج ن ام
: إ ن أرى ما ال ت رون، وأ عليه وسل سع ما ال تسمعون مور ق عن أب ذر قال: قال رسول الل صلى اللدا لل أطت السماء وحق لا أ هته ساج ع جب ع أربع أصاب ع إ ال وملك واض ، والل ن تئ ط ما ف يها موض
لن ساء على الفرش و ذت ب كث ريا وما ت لذ ت قل يل ولبكي كت لضح إ ل لو ت علمون ما أعل الصعدات لرجتذا حد يث حسن غر يب. وي روى م ن .تأرون إ ل الل لود دت أن كنت شجرة ت عضد ذا الوجه غري
، قال: . «لود دت أن كنت شجرة ت عضد »أن أب ذر
Hadis no. 2313
ث نا أبو حفص ع ي الفل حدث نا عبد الواب الث قف ي مرو بن عل عن أب ن ممد بن عمروع حد
ري رة سلمة قل يل : ل عليه وسل : قال رسول هلل صلى الل قال عن أب كت لضح و ت علمون ما أعل كث ريا. ت يح. ولبكي ذا حد يث صح
H. R. Ibnu Mâjah, hadis no. 4190
بة أن بأن عب يد هلل بن موسى ث نا أبو بكر بن أب شي ر إ أن بأن حد بن مهاج ي سرائ يل عن إ ب را ا د عن ي عن أب ذر قال
:عن مور ق الع جل وأسع ن أرى ما ال ت رون إ : قال رسول هلل صلى هلل عليه وسل
ع أربع أصا لا أن تئ ط ما ال تسمعون إ ن السماء أطت وحق هته ب ع إ ال وملك واض ما ف يها موض ع جب دا لل ساج قل يل ، والل لو ت علمون ما أعل كت ك ولبكي لضح ذت ب ث ريات لن ساء على الفرشات وما ت لذ
إ ل الصعدات تأرون إ ل هلل ول عضد.والل لود دت أن كنت شجرة ت رجتHadis no. 4191
ث نا هام عن ق تادة ع ث نا عبد الصمد بن عبد الوار ث حد ث نا ممد بن المث ن حد بن مال ك ن أنس حدت قل يل ولبكي كت لضح : لو ت علمون ما أعل كث ريا.قال: قال رسول هلل صلى هلل عليه وسل
H. R. Al-Nasâ’î, hadis no. 1359
ر ث نا عل ي بن مسه ل عن أنس بن مال ك قال: عن المختار ابن ف لف أخب رن عل ي بن حجر قال: حدنا ب وجه ه ف قال: إ ن إ ما فل ت باد رون صلى ب نا رسول هلل صلى هلل عليه وسل ذات ي وم ث أق بل علي مك
لق يا لسجود وال ب لركو وال ب ن أمام ي وم ن خ ب م راف فإ ن أراك نص ال لف ي ث قال: والذ ي م وال ب كث ريا ق لنا: ما رأيت ي رس ت قل يل ولبكي كت ما رأيت لضح ي ب يد ه لو رأي ت ول هلل ؟ قال: رأيت ن فس
والنار.النة Hadis no. 1470
شام بن عروة عن أب يه عن عائ شة بة عن مال ك عن ت: خسفت الشمس ف عهد قال أخب رن ق ت ي لن فصلى رسول هلل صلى هلل سول هلل صلى هلل عليه وسلر ث ال الق يام ا ف قام فأط عليه وسل ب
و دون الركو كع فأطال الركو و ث ر و دون الق يام األول ث قام فأطال الق يام و ركع فأطال الركو ث ث ف عل ذل ك ف الر األول ث رفع فسجد ف وقد تلت الشمس فخطب انصر ث ل ذل ك كعة األخرى م
فان ل مو : إ ن الشمس والقمر آي تان م ن آيت هلل د الل وأث ن عليه ث قال فحم النا س ت أحد ال يات ه ذل ك فاد وال ل قوا ث عوا الل عز و فإ ذا رأي ت وا وتصد ما م ن أحد أغي ر قال: ي أمة ممد جل وكب
أمته م ن هلل عز وجل أن ي زن ك ، ي أمة ممد والل لو ت عبده أو ت زن لضح قل يل علمون ما أعل ت كث ريا. ت ولبكي
Hadis no. 1496
شام بن عروة عن أب يه عن ث نا ث نا عبدة قال: حد قال: حد ي قالت: ائ شة ع أخب رن إ سحاق بن إ ب راا ث ركع د خسفت الشمس على عهد رسول هلل صلى هلل عليه وسل ف قام فصلى فأطال الق يام ج
و دون الق يام األول ث ركع فأطال ا و د ا ث رفع فأطال الق يام ج د و دون ا فأطال الركو ج لركو وو دون الق يام األول ث ركع ف و دون الركو األول ث سجد ث رفع رأسه فأطال الق يام و أطال الركو و
و دون الق و دون الركو األول يام األول ث ركع فأطال الركو و الركو األول ث رفع فأطال الق يام و
قال: إ ن ث سجد ف فرغ م ن صلت ه وقد جل ي عن الشمس فخطب النا فحم د الل وأث ن عليه ث قوا واذكر الشمس والقمر ال ي نك ذل ك فصلوا وتصد يات ه فإ ذا رأي ت فان ل موت أحد وال ل وا الل عز س
عبده أو أ أمة ممد لو مته، ي وجل، وقال: ي أمة ممد إ نه ليس أحد أغي ر م ن هلل عز وجل أن ي زن كث ريا. ت قل يل ولبكي كت لضح ت علمون ما أعل
3. Menertawakan Sesuatu yang Keluar Dari Orang Lain
H. R. Muslim, hadis no. 7085
ث نا أبو بكر بة وأبو كريب حد شام بن عروة عن أب يه عن ع .بن أب شي ث نا ابن نري عن بد قاال حدا ف قال فذكر الناقة وذ قال خطب رسول الل صلى هلل عليه وسل .الل بن زمعة إ ذ :كر الذ ى عقر
اا ثل أب زمعة. ث ذك :ن ب عث أشقا ط ه م ا رجل عز يز عار م من يع ف ر ر الن ساء ف وعظ ف يه ن ان ب عث ب امرأته إ الم ي :ث قال جلد » واية أب كريب . وف ر «جلد األمة » . ف ر واية أب بكر ؟ل د أحدك
ر ي وم ه عها م ن آخ م ن الضرط «. العبد ولعله يضاج ك ه ف ضح ك إ الم يضح : ف قال ة ث وعظه م ا ي فعل .؟أحدك
H. R. Al-Tirmidzî, hadis no. 3343
ارون ث نا شام بن عروة عن أب يه حد ث نا عبدة عن حد ن عبد هلل بن زمعة ع بن إ سحاق المدان ي وما يذكر الناقة قال صلى الل عليه وسل عت النب ا ف قال والذ ي : س ا{ : }إ ذ ان ب عث عقر أشقا
عته يذكر الن ساء ف ثل أب زمعة ث س ط ه م قال ان ب عث لا رجل عار م عز يز من يع ف ر د أحدك : إ الم ي عم ر ي وم ف يجل د امرأته جلد العبد ولعله أن يضاج م ن الضرطة : ث ه قال عها م ن آخ ك ه ف ضح وعظه
م ا ي فعل.ف قال يح. : إ الم يضحك أحدك ذا حد يث حسن صح
B. Tertawa Dalam Kehidupan Nabi Saw
1. Faktor-faktor Penyebab Nabi Saw Tertawa
Hadis pertama
H. R. Bukhârî, hadis no. 7414
ع ي ع يي بن سع يد عن سفيان حدثن منصور وسليمان عن إ ب را ث نا مسدد س ن عب يدة عن عبد حد ف قال عليه وسل ك السموات على إ صبع :الل أن ي هود ي جاء إ ل النب صلى الل ي ممد إ ن الل يس
ي على إ صبع وال بال على إ صبع والشجر على إ صبع واللئ ق على إ صبع ث أن المل ك : ي قول واألرض
عل ك رسول الل صلى الل ذه ث ق رأ } ومافضح حت بدت ن واج حق قدر ه { يه وسل قال .قدروا الل عن عب يدة عن عب ي ك يي بن سع يد وزاد ف يه فضيل بن ع ياض عن منصور عن إ ب را د الل فضح
با وتصد يقا له رسول الل صل ت عج عليه وسل ى اللHadis no. 7415
قال ي عت إ ب را ث نا األعمش س ث نا أب حد ث نا عمر بن حفص بن غ ياث حد عت علقمة ي قول :حد :س ل الك تاب ف قال ن أ م إ ن الل :قال عبد الل جاء رجل إ ل النب صلى الل عليه وسل ي أب القاس ي على إ صبع والشجر والث رى على إ صبع ك السموات على إ صبع واألرض اللئ ق على إ صبع ث و يس
ك حت بدت ن وا ضح عليه وسل صلى الل ذه ث ق رأ }وما ي قول أن المل ك أن المل ك ف رأيت النب ج {قدروا الل حق قدر ه
Hadis no. 7513
ث نا عثمان عن عب يدة عن ع حد ي ث نا جر ير عن منصور عن إ ب را بة حد عنه بن أب شي ي الل بد الل رض ن الي هود :قال ر م جاء حب إ نه إ ذا كان ي وم الق :ف قال إ ل النب صلى الل عليه وسل يامة جعل الل
ي على إ صبع والماء والث رى على إ صبع واللئ ق على إ ص ن السموات على إ صبع واألرض بع ث ي هز صلى الل :ث ي قول ذه عليه أن المل ك أن المل ك ف لقد رأيت النب يضحك حت بدت ن واج وسل
ص با وتصد يقا ل قول ه ث قال النب ت عج إ ل ق ول ه {وما قدروا الل حق قدر ه }:لى الل عليه وسل .{}يشر كون
H. R. Muslim, hadis no. 6940
ث نا فضيل ث نا أحد بن عبد الل بن يونس حد عن - ي عن ابن ع ياض -حد ي عن منصور عن إ ب رار إ ل :عب يدة السلمان عن عبد الل بن مسعود قال علي الن جاء حب صلى الل مد ي م :ف قال ه وسل
ي على ك السموات ي وم الق يامة على إ صبع واألرض إ ن الل ت عال يس إ صبع وال بال أو ي أب القاس ن ف ي قول اللق على إ صب والشجر على إ صبع والماء والث رى على إ صبع وسائ ر أن المل ك :ع ث ي هز
ك رسول الل أن المل ك. فضح عليه وسل ر تصد يقا له ث ق رأ ت عجبا م ا قال صلى الل وا )وما قدر :الب ين ه س الل حق قدر ه واأل ت ب يم يعا ق بضته ي وم الق يامة والسموات مطو ي بحانه وت عال عما رض م
.يشر كون(Hadis no. 6941
ك لها عن جر ير عن منصور ي بة وإ سحاق بن إ ب را ث نا عثمان بن أب شي سناد قال ب حد جاء :ذا اإل ن الي هود إ ل رسول الل ر م حب ن.فضيل ول ب ثل حد يث صلى الل عليه وسل :وقال يذكر ث ي هز
ف لقد رأيت رسول الل ك صلى الل عليه وسل با ل ما قال تصد يقا له ث حت بدت ن وا ضح ذه ت عج ج قال رسول الل عليه وسل وتل الية. .()وما قدروا الل حق قدر ه :صلى الل
Hadis no. 6942
ث نا ث نا عمر بن حفص بن غ ياث حد ث نا األعمش قال حد ي قول :أب حد ي عت إ ب را عت علقمة :س س ل الك تاب إ ل رسول الل :قال عبد الل :ي قول ن أ صلى الل عليه و جاء رجل م ي أب :ف قال سل
ي إ ن الل ي على إ صبع والشجر والث رىالقاس ك السموات على إ صبع واألرض على إ صبع واللئ ق س :أن المل ك أن المل ك. قال :على إ صبع ث ي قول ف رأيت الن عليه وسل ك حت ض صلى الل بدت ح
ذه ث ق رأ .)وما قدروا الل حق قدر ه ( :ن واج H. R. Al-Tirmidzî, hadis no. 3238
ث نا سفيان حدثن منصور ث نا يي بن سع يد حد ث نا ممد بن بشار حد عن و حد ي سليمان عن إ ب را لى الل عليه وس قال: جاء ي هود ي إ ل النب ص عب يدة عن عبد الل ك ل ف قال: ي ممد إ ن الل يس
ي على إ ص إ صبع ث ي قول: أن لئ ق على وال بع وال بال على إ صبع السماوات على إ صبع واألرض صلى الل عليه وس ك النب ل ك. قال: فضح
ذه ام حت بدت ن واج ال:}وما قدروا الل حق قدر ه { ق ل
يح قال .[19]األنعام: ذا حد يث حسن صح . Hadis no. 3240
ث نا عبد ث ناالل بن عبد الرحن أخب رن ممد بن الصلت حد أبو كدي نة عن عطاء بن السائ ب عن حد ف أب الضحى عن ابن عبا عليه وسل لنب صلى الل صل قال له الن قال: مر ي هود ي ب عليه ب ى الل
: ي ي هود ي حد ث نا إ ذا وضع الل السموات وسل ، واألرض على ذ ه ف قال: كيف ت قول ي أب القاس الصلت أبو جعفر ممد بن وأشار اء على ذ ه، وال بال على ذ ه، وسائ ر اللق على ذ ه على ذ ه، وامب هام فأن زل الل }وما قدروا الل حق قدر ه ب نصر ه أوال ذا حد يث حسن .{ث تبع حت ب لغ اإل
هلبذا الوجه ، وأبو كدي نة اسه: يي بن ام ن يح غر يب ال ن عر فه إ ال م ت ممد بن رأي قال .صح
ذا الد إ ساع يل .عن ممد بن الصلت يث عن السن بن شجا روى Hadis Kedua
H. R. Bukhârî, hadis no. 5368
هاب عن حيد بن عبد الر ث نا ابن ش بن سعد حد ي ث نا إ ب را ث نا أحد بن يونس حد حن عن أب حدي الل عنه قال ري رة رض رجل ف قال : صلى الل عليه وسل لكت قال :أتى النب وق عت :قال ؟ول :
ل ي ف رمضان قال ش :ليس ع ند ي قال :فأعت ق رق بة قال :على أ ع ال أستط ي : هرين مت تاب عي قالفص
ت ي م سك ينا قال :قال س صلى الل عليه وسل :فأطع النب د فأت أين : ب عرق ف يه تر ف قال ال أج ا أن ذا قال :السائ ل قال ذا قال : نا ي رسول الل ف و :تصدق ب لق ما الذ على أحوج م ي ب عثك ب
حت بدت عليه وسل صلى الل ك النب نا فضح ل ب يت أحوج م ها أ إ ذا : أن يابه قال ب ي الب ت ي .فأن ت
Hadis no. 6164
ث نا ممد بن مقات ل أبو السن أخب هاب عن حيد :رن عبد الل أخب رن األوزاع ي قال حد حدثن ابن ش ي الل عنه أن رجل أتى رسول الل صلى الل عل ري رة رض ف قالبن عبد الرحن عن أب ي : يه وسل
لكت قال رسول ل ي ف رمضان قال :قال ؟ويك :الل ا :أعت ق رق بة قال :وق عت على أ د ما أج شهرين مت تاب عي قال :قال ت ي م س :ال أستط يع قال :فص س ب ع :ك ينا قال فأطع د فأت رق ما أج
ل ي :خذه ف تصدق ب ه ف قال :ف قال ي ب يد ه ما ب ي طن ب المد ينة ف وا ؟ي رسول الل أعلى غري أ لذ ي ن فس حت بدت أن يابه قال عليه وسل صلى الل ك النب : قال ث ) خذه :أحوج م ن فضح لك فأطع (.أ
H. R. Muslim, hadis no. 2484
ع ر بن حرب وابن نري كله ي بة وز ث نا يي بن يي وأبو بكر بن أب شي نة حد قال يي .ن ابن عي ي ري رة رضى هلل ر ى عن حيد بن عبد الرحن عن أب نة عن الز جاء : عنه قال أخب رن سفيان بن عي ي
لكت ي رسول الل . قال :صلى هلل عليه وسل ف قال رجل إ ل الن : ( وق عت :قال ؟(لكك وما أل ) :على امرأت ى ف رمضان. قال وم شهرين ف هل تستط يع أن تص ) :ال. قال :قال (ت د ما ت عت ق رق بة
ت ي م سك ينا) :ال. قال :. قال (مت تاب عي س : قال .ال :قال (ف هل ت د ما تطع ث جلس فأت ى الن ذا) :ف قال ب عرق ف يه تر صلى هلل عليه وسل ل ب يت ؟ناأف قر م :قال (تصدق ب ها أ فما ب ي الب ت ي
ناأحوج إ لي ه م ك الن لك ) :ه ث قال أن ياب صلى هلل عليه وسل حت بدت فضح ب فأطع مه أ .(اذ
Hadis no. 2486
ث نا لي بة حد ث نا ق ت ي ث نا يي بن يي وممد بن رمح قاال أخب رن الليث ح وحد هاب حد ث عن ابن ش مرأت ه ف رم عن حيد بن عبد ري رة رضى هلل عنه أن رجل وقع ب ضان الرحن بن عوف عن أب ل ت د رق بة ) :صلى هلل عليه وسل عن ذل ك ف قال فاست فت رسول الل ل ) :ال. قال :ال ق ؟( و
يام ت ي م سك ينا) :قال ال. قال ؟(شهرين تستط يع ص س .(فأطع
H. R. Al-Tirmidzî, hadis no. 724
ث نا نص حدي الهضم ي وأبو عمار وام
د واللف ر بن عل : أخب رن سفيان مار قاال ع ظ لفظ أب عن واح ر ي نة عن الز ري رة قال: أته رجل ف قال: ي عن ح بن عي ي رسول هلل يد بن عبد الرحن عن أب
لكت لكك؟ قال ؟ ل تس مضان قال على امرأت ف ر : وق عت قال: وما أ أن ت عت ق رق بة؟ تط يع : ت ي : ف هل ت قال: ال قال وم شهرين مت تاب عي ؟: ف هل تستط يع أن تص قال: ال قال س ستط يع أن تطع
؟ قال: ال قال: اجل س فجلس م سك ينا النب ب عرق ف يفأت كتل ه تر وا صلى الل عليه وسل لعرق الم قال: تصدق ب ه ف قال نا: ما ب ي الب الضخ ها أحد أف قر م ك القال ؟ت ي صلى الل عليه : فضح نب
حت ب لك. ه قال: فخذه دت أن ياب وسل فأطع مه أ H. R. Abû Dâud, hadis no. 2390
د ث نا مسد ث نا سفيان وممد بن ع يسى، المعن حد ر ي دد مس :قال قاال: حد ث نا الز يد بن عن ح حد عبد الرحن ري رة قال: أتى رجل النب لكت صلى هلل عليه وسل عن أب ما شأنك؟ ف قال: ؟ ف قال:
ف هل تستط يع أن ال: ال، قال:ق ت د ما ت عت ق رق بة؟ ف هل على امرأت ف رمضان قال: قال: وق عت ت ي م رين مت تاب عي ؟ قال: ال، قال:تصوم شه س ؟ قال: ال، قال: اجل س سك يناف هل تستط يع أن تطع
صلى هلل عليه و النب ب عرق ف يه تر فأت ل ما ب ي الب ت ي ه لل ف قال: ي رسول ا دق ب ه ص ت قال: ف سل ا أنا ك رسول الل صلى هلل عليه وس ب يت أف قر م حت بدت فضح ل وقال ث نايه قال: فأطع مه إ ي
ع آخر أ مسدد .ن يابه ف موض Hadis Ketiga
H. R. Bukhârî, hadis no. 2894
ث نا حاد بن زيد عن يي عن ممد بن يي بن حبان عن أن ث نا أبو الن عمان حد ي حد س بن مال ك رض عنه قال قال :الل عليه وسل صلى الل ث تن أم حرام أن النب و يضحك ي :حد قظ و وما ف ب يت ها فاست ي
كك :قالت ن أمت ي ركبون البحر كالمل :قال ؟ي رسول الل ما يضح ن ق وم م بت م رة و عج على األس ف قال :ف قلت ه ن ث نم فاست ي :ي رسول الل اد الل أن يعلن م ه ن و يضحك ف قال أنت م قظ و
ثل ذل ك مرت ي أو ثلث ق لت أن ي :م ف ي ق ي رسول الل اد الل ه ن ن األول ي ف ت زوج :ول علن م أنت م ا إ ل الغزو ف لما رجعت ق ر بت دابة ل ت ركب ها ف وق عت ا عبادة بن الصام ت فخرج ب . اندقت عن قهاف ب
Hadis no. 6282
ث نا إ سا ي الل حد عنه ع يل حدثن مال ك عن إ سحاق بن عبد الل بن أب طلحة عن أنس بن مال ك رض عه ي قول ب إ ل ق باء يدخل على أم :أنه س إ ذا ذ رام ب نت ح كان رسول الل صلى الل عليه وسل
لحان ف تطع مه وكانت تت عبادة بن الصام ت فدخل ي وما فأطعمته ف نام رسول الل صل عليه م ى اللقظ يضحك قالت ث است ي كك ي رسول الل :ف قلت :وسل ن م ن أمت عر ضوا :قال ف ؟ما يضح
رة أو قال ذا البحر ملوكا على األس رة :علي غزاة ف سب يل الل ي ركبون ث بج ثل الملو على األس م قظ يضحك :ق لت .شك إ سحاق فدعا ث وضع رأسه ف نام ث است ي ه ن : ف قلت اد الل أن يعلن م
كك ي رسول الل ذا البح ن م ن أمت عر ضوا علي غزاة ف سب يل الل ي ركبون ث :قال ؟ما يضح ر بج قال ه ن رة ف قلت اد الل أن يعلن م ثل الملو على األس رة أو م أنت م ن األول ي :ملوكا على األس
ن البحر ف ي خرجت م . لكت ه ف رك بت البحر زمان معاو ية فصر عت عن دابت ها ح
H. R. Muslim, hadis no. 4827
ث نا يي بن يي قال طلحة عن أنس بن مال ك ق رأت على مال ك عن إ سحاق بن عبد الل بن أب :حدلحان ف تط صلى هلل عليه وسل كان يدخل أن رسول الل ع مه وكانت أم حرام على أم حرام ب نت م
ها رسول الل ما فأطعمته ث جلست ت فل ى صلى هلل عليه وسل ي و تت عبادة بن الصام ت فدخل علي و يضحك قالت رأسه ف نام رسول الل صلى هلل عليه قظ و كك ي :ف قلت :وسل ث است ي ما يضح
ذ :قال ؟رسول الل رة ن م ن أمت عر ضوا على غزاة ف سب يل الل ي ركبون ث بج ا البحر ملوكا على األس ثل رة أو م ي رسول الل :ف قلت :يشك أي هما قال قالت .الملو على األس ه ن اد الل أن يعلن م
كك ي رس و يضحك قالت ف قلت ما يضح قظ و : قال ؟الل ول فدعا لا ث وضع رأسه ف نام ث است ي ي رسول الل اد الل :ف قلت :الت ق .كما قال ف األول غزاة ف سب يل الل ن م ن أمت عر ضوا على
قال ه ن ن البحر ف زمن معاو ية فصر عت اف رك بت أم حرام ب نت م لح أنت م ن األول ي : أن يعلن م ن البحر ف هلكت. ي خرجت م عن دابت ها ح
Hadis no. 4828
ث نا حاد بن زيد عن يي بن سع يد عن ممد بن يي ب شام حد ث نا خلف بن ن أنس ن حبان ع حد صلى هلل عليه وسل :ى خالة أنس قالت مال ك عن أم حرام و بن ع ندن :وما ف قال ي أتن الن
و يضحك ف قلت قظ و ب أنت وأم ى :فاست ي كك ي رسول الل ب ق وما م ن أمت أر يت :قال ؟ما يضح رة ي ركبون ظهر البحر ك أن يعلن :ف قلت .الملو على األس قال اد الل ه ن : م ه ن ث :قالت فإ نك م
ثل مقالت ه و يضحك فسألته ف قال م قظ أيضا و اد الل :ت ف قل نم فاست ي ه ن أنت :قال أن يعلن م ف لما أن جاءت ق ر بت ف ت زوجها عبادة بن الصام ت ب عد ف غزا ف البحر فحملها معه :قال .م ن األول ي
ها ها فصرعت فاندقت عن قها.لا ب غلة ف رك ب ت Hadis no. 4829
ث ناه ممد ر ويي بن يي قاال: أخب رن الليث عن يي بن سع وحد يد عن ابن بن رمح بن المهاج لحان حبان عن أنس بن مال ك صلى الل عليه : نم رسول هلل أن ها قالت عن خالت ه أم حرام ب نت م
قالت: ف قلت ي رسول هلل وس قظ ي ت بس ي وما قر يبا م ن ث است ي م ن أمت : ن ؟ قال ا أضحكك م لذا البحر األخضر ... ، ث ذكر نو حد يث حاد بن زيد ضوا علي عر .ي ركبون ظهر
H. R. Al-Tirmidzî, hadis no. 1645 ث نا معن ح ث نا إ سحاق بن موسى األنصار ي حد ث نا مال ك حد د الل بن أب طلحة بن عب عن إ سحاق د
يدخل ع مال ك عن أنس بن عه ي قول: كان رسول الل صلى الل عليه وسل ب نت لى أم حرام أنه س لحان ف تطع مه ها رس وكانت أم حرام تت عب م عليه و ادة بن الصام ت فدخل علي سل ول الل صلى الل
ث ف نام رسول الل صلى الل عليه وس ي وما فأطعمته وجلست ت فل ي رأسه و يضحك ل قظ و است ي كك ي رسول الل قالت: ف قلت ما ي ركبون غزاة ف سب يل الل ي ن م ن أمت عر ضوا عل ؟ قال:يضح
ذا الب رة ث بج لو على حر ملو على األس ثل ام رة أو م علن أن ي اد الل رسول الل ق لت: ي األس
فدعا لا ه ن و يضحك ث ه ف نام ث وضع رأس م قظ و كك ي رسول قالت است ي : ف قلت: ما يضح : ف قلت: ي رسول لت قا األول نو ما قال ف ي غزاة ف سب يل الل ن م ن أمت عر ضوا عل ؟ قال:الل قال:اد الل الل ه ن عاو ية بن أب رام البحر ف زمان م قال: ف رك بت أم ح أنت م ن األول ي أن يعلن م
ي خ سفيان ذا حد ي .ف هلكت رجت م ن البحر فصر عت عن دابت ها ح يح وأم حرام ث حسن صح ي خالة أنس بن مال ك و ي أخت أم سلي لحان .ب نت م
H. R. Abû Dâud, hadis no. 2490
ث نا سلي ث ن مان بن داود العتك ي حد عن ممد بن يي بن ي بن سع يد عن ي د ا حاد ي عن ابن زي حدث تن لحان حبان عن أنس بن مال ك قال: حد أن رسول الل صلى هلل أخت أم س أم حرام ب نت م لي
قظ و عل فاست ي قال ع ند و يضحك يه وسل رأيت ك؟ قال:ما أضحك ل الل : ف قلت: ي رسو قالت رة ذا البحر كالملو على األس أن يعلن اد الل سول الل ت: ق لت: ي ر قال ق وما م ن ي ركب ظهر
قال: ه ن م ه ن قظ وو يض فإ نك م ما أضحكك؟ قلت: ي رسول الل قالت: ف حك قالت: ث نم فاست ي ثل مقالت ه ن ه اد الل ت: ق لت: ي رسول الل قال ف قال م قال: ي أنت م ن األول قال: أن يعلن م
ها ع ع ق ر بت لا ب غلة ل ت ركب ها فصر ف لما رج البحر فحملها معه ف غزا ف جها عبادة بن الصام ت ف ت زو ت .فاندقت عن قها فماتت
H. R. Ibnu Mâjah, hadis no. 2776
ث نا م و مم عن ابن حب الليث عن يي بن سع يد أن ب رمح أن مد بن حد د بن يي بن حبان عن ان لحان أن ها قالت عن خالت ه أنس بن مال ك : نم رسول هلل ص أم حرام ب نت م ي وما لى هلل عليه وسل
ف قلت قر يبا م ن قظ ي ت بس ن م ن أمت عر ضوا علي ي ركبون :سول هلل ما أضحكك؟ قال : ي ر ث است ي رة ذا البحر كالملو على األس قال: فدعا لا ث نم الثان ية م أن يعلن : فاد الل . قالت ظهر ه ن
ث لهاف فع ا ل م ثل ق ول ثل جواب ه األول فأجاب ث قالت م قال ت: فاد الل قال ها م ه ن نت : أ أن يعلن م ها عبادة بن الصام ت غاز ية أول ما رك ب المس : فخرجت مع زو قال م ن األول ي. ل مون البحر مع ج
قاف ل ي ف ن زلوا الشام ف لما انصرف عاو ية بن أب سفيان م ها ف وا م ن غزات ها دابة ل ت ركب فصرعت قر بت إ لي ت.فمات
H. R. Al-Nasâ’î, hadis no. 3168
ابن ال اءة عليه وأن أسع عن ق ر لار ث بن م سك ي وا ب رن ممد بن سلمة أخ قال: حدثن مال ك قاس قال: كان رسول الل صل مال ك د الل بن أب طلحة عن أنس بن ق بن عب اعن إ سح ى هلل عليه وسل
ب إ ل ق باء إ لحان ف تطع مه يدخل على أم حرام ذا ذ لحان ت وكانت أم حرام ب نت ب نت م ت عبادة م ها رسول بن الصام ت ي وماالل صلى هلل فدخل علي ف نام لست ت فل ي رأسه ج فأطعمته و عليه وسل
رسول الل و يضحك ث صلى هلل عليه وسل قظ و ك قالت: ف قلت: ما ي است ي ك ي رسول الل ؟ ضح ن أ ن قال: ذا البحر غزاة ف سب يل الل ي ركبو مت عر ضوا علي م رة م ن ث بج ثل لو على األس أو م
رة أن يعلن م اد الل ف قلت: ي رسول الل -ق اشك إ سح - الملو على األس ه ا رسول فدعا ل ن الل ك ث صلى هلل عليه وسل قظ فضح ك ف نم وقال الار ث: ف نام ث است ي ك ي قلت له: ما يضح
رة ا ن م ن أمت عر ضوا علي غزاة ف سب يل الل ملو على رسول الل ؟ قال: ثل الملو على ألس أو م رة اد الل ف قلت: ي رسول الل كما قال ف األول األس ه ن ف رك بت أنت م ن األول ي ال: ق أن يعلن م
ي خرجت م ن البحر ه البحر ف زمان معاو ية، فصر عت عن دابت .ف هلكت ا ح Hadis no. 3169
ث نا حاد أخب رن ي قال: حد د بن يي بن حبان عن ع يد عن مم عن يي بن س ي بن حب يب بن عرب لحان عن أنس بن مال ك وقال ع ند قالت: أتن رسول الل صلى هلل علي أم حرام ب نت م ن ه وسل
و يضحك ف قلت: ي رسول الل ب قظ و رأيت ق وما م ن أمت ال: أم ي ما أضحكك؟ ق ب و فاست ي رة ي رك ذا البحر كالملو على األس ن ق لت: اد الل بون أن يعلن م ث نم ه ه ن ث قال: فإ نك م
و يضحك فسألته قظ و ثل مقالت ه :ف قال است ي قال: أن يع الل ق لت: اد ي عن م ه ن ن لن م أنت م ها ف ب البحر ورك بت معه ف رك ها عبادة بن الصام ت األول ي ف ت زوج لما خرجت قد مت لا ب غلة ف رك ب ت
ها فاندقت عن قها .فصرعت
2. Nabi Saw. Tertawa dan Tersenyum
a. Hadis yang mengatakan bahwa tertawanya Nabi Saw. hanya
tersenyum
Hadis Riwayat ‘Âisyah
H. R. Bukhârî, hadis no. 4828
ثه عن سليمان ب أخب رن عمرو أن أب النضر حد ث نا ابن و ث نا أحد بن ع يسى حد عن ن يسار ب حد قالت عليه وسل ها زوج النب صلى الل عن ي الل :عائ شة رض عليه وسل ما رأيت رسول الل صلى الل
نه لوات ه إ ن كا حت أرى م ضاح .ا كان ي ت بس H. R. Muslim, hadis no. 1970
ر أ ب عن عمر و بن الار ث ح وحدثن أبو الطا ث نا ابن و ارون بن معروف حد خب رن عبد وحدثن ثه عن سليمان بن ي ب أخب رن عمرو بن الار ث أن أب النضر حد ن عائ شة زوج الن ار ع س الل بن و
كا حت م سول الل صلى هلل عليه وسلما رأيت ر :أن ها قالت صلى هلل عليه وسل عا ضاح ستجم نه لوات ه أرى م ا كان ي ت بس ي :ل ك ف وجه ه . ف قالت وكان إ ذا رأى غيما أو ر يا عر ف ذ :قالت .إ ن
فر حوا رسول الل أرى النا إ ذا رأوا إ ذ الغي ا رأي ته عرفت ف وجه ك رجاء أن يكون ف يه المطر وأراية قالت لر يح وقد رأى ق وم ي عائ شة ما ي ؤم نن أن يكون ف يه عذاب قد عذ ب ق وم ب : ف قال :الكراذا عار ض مط رن : العذاب ف قالوا .
H. R. Abû Dâud, hadis no. 5098
ث نا أحد بن صال ح ح ب أخب رن عمرو أن أب النضر ث نا عبد هلل حد د ثه ح بن و عن سليمان بن دى هلل عليه وسل : ما رأيت رسول هلل صلسل أن ها قالت زوج النب صلى هلل عليه و يسار عن عائ شة
كا حت أرى م ن عا ضاح ه لوات ه قط مستجم ا كان ي ت بس ا عر ف ذل ك ف ا أو ر ي وكان إ ذا رأى غيم إ ن فر حوا رجاء : ي رسول هلل وجه ه ف قلت إ ذا رأي ته عر ف و أن يكون ف يه المطر النا إ ذا رأوا الغي ت أرا
ية ف قال: ي عائ شة ف ن وجه ك الكرا لر يح قد عذ ب ق ن أن يكون ف يه عذاب ما ي ؤم د رأى وق وم ب ذا عار ض مط رن :قالواق وم العذاب ف .
Hadis riwayat Jâbir bin Samurah
H. R. Al-Nasâ’î, hadis no. 1354
ر وذكر آخ :ن أحد بن سليمان قال أخب ر ي ث نا ز ث نا يي بن آدم قال: حد بن حرب حد ا ر عن س اب ر بن س قال سول هلل صلى هلل عليه وسل؟ قال:ال س ر : كنت ت رة : ق لت ل ، كان رسول هلل ن ع
رون ي تحدث أصحابه يذك ف ه حت تطلع الشمس صلى هلل عليه وسل إ ذا صلى الفجر جلس ف مصل ل ية عر و حد يث الا دون الش صلى هلل عليه وسل ضحكون ي وي نش .وي ت بس
b. Hadis yang menerangkan bahwa Nabi Saw. tertawa dan tersenyum
Hadis riwayat Anas bin Mâlik
H. R. Bukhârî, hadis no. 680
ر ي قال ح ث نا أبو اليمان قال: أخب رن شعيب عن الز وكان تب ع بن مال ك األنصار ي س أن : أخب رن دبه أن صلى هلل عليه وسل وخدمه وصح ف وجع النب صلى هلل عليه أب بكر كان يصل ي ب النب
ص ث ن ي و ف يه حت إ ذا كان ي وم اال صلى هلل عليه فوف ف الص وسل الذ ي ت وف لة فكشف النب يضحك ف و قائ كأن وجهه ورقة مصحف ث ت بس نا و جرة ي نظر إ لي ر ال ت وسل س هممنا أن ن فتت
ن الفرح ب رؤية النب صلى هلل عليه وسل ف نكص أبو بكر على عق ب يه م ل الصف وظن أن النب ل يص صلى هلل عليه وسل أن أت وا صل نا النب وأرخى صلى هلل عليه وسل خار ج إ ل الصلة فأشار إ لي تك
ن ي وم ه . م ر ف ت وف ت الس Hadis no. 1205
ث نا ب شر بن ممد أخب رن عبد الل قال يونس ر ي :حد أخب رن أنس بن مال ك أن المسل م ي :قال الزن ي الل م ب ي ث ن ي وأبو بكر رض ف الفجر ي وم اال عليه وس أ ف فج ب عنه يصل ي ا صلى الل النب ل يضح و صفوف ف ت بس و ها ف نظر إ ليه ي الل عن ر حجرة عائ شة رض ت ك ف نكص أبو قد كشف س
عنه على عق ب يه وظن أن ي الل عليه و بكر رض رسول الل صلى الل رج إ ل الصلة و ير يد أن سلي رأوه ح لنب صلى الل عليه وسل ف رحا ب فأشار ب يد ه أن أت وا ث المسل مون أن ي فتت نوا ف صلت
ذل ك الي وم ر وت وف ت جرة وأرخى الس .دخل ال3. Gaya Tertawa Nabi Saw.
a. Menggunakan kata ذه ن واج
H. R. Bukhârî, hadis no. 4811
عن عب يدة عن عبد الل ي بان عن منصور عن إ ب را ث نا شي ث نا آدم حد ي الل عنه قال ر حد جاء : ض ف قال ن األحبار إ ل رسول الل صلى الل عليه وسل ر م د أن الل يعل السموات ي ممد إ ن ن :حب
ي على إ صبع والشجر على إ صبع والماء والث رى على إ صبع وسائ ر الل ئ ق على على إ صبع واألرض ك النب ذه إ صبع ف ي قول أن المل ك فضح حت بدت ن واج عليه وسل تصد يقا ل قول الب ث صلى الل
عليه وسل حق قدر ه {}:ق رأ رسول الل صلى الل وما قدروا الل
Hadis no. 6709
ر ي قال حد ث نا سفيان عن الز عته م ن ف يه عن :ث نا عل ي بن عبد الل حد حيد بن عبد الرحن عن س ري رة قال ف قال :أب عليه وسل لكت ق :جاء رجل إ ل النب صلى الل وق عت :وما شأنك قال : ال
ت تاب عي م على امرأت ف رمضان قال تستط يع ت عت ق رق بة قال ال قال ف هل تستط يع أن تصوم شهرين ت ي م سك ينا قال ال ق س قال ال قال ف هل تستط يع أن تطع عليه ال اجل س فجلس فأت صلى الل النب
ذا ف تصدق ب ه قال أعلى أف قر م قال خذ ب عرق ف يه تر والعرق الم كتل الضخ ن وسل ك النب ا فضح حت عليه وسل ذه قال أطع مه ع يالك صلى الل . بدت ن واج
Hadis no. 6520
لل عن زيد بن أس ث نا الليث عن خال د عن سع يد بن أب ث نا يي بن بكري حد عن عطاء بن حد ل يسار صلى الل عليه وسل دة ت :عن أب سع يد الدر ي قال النب زة واح كون األرض ي وم الق يامة خب
ل النة زته ف السفر ن زال أل خب ا البار ب يد ه كما يكفأ أحدك ن الي هود ف قال ف ي تكفؤ :أتى رجل م ل النة ي وم الق يامة ب ن زل أ أال أخب تكون األرض :ب لى قال :قال ؟بر الرحن عليك ي أب القاس
علي صلى الل دة كما قال النب زة واح صلىخب ف نظر النب ك حت ه وسل نا ث ضح إ لي عليه وسل الل ب دام ه ذه ث قال أال أخب بالم ونون قالوا :قال ؟بدت ن واج ذا :إ دامه ث ور ونون :قال ؟وما
عون ألفا ا سب .يكل م ن زائ دة كب د ه Hadis no. 6571
عن عب يدة عن عبد ا ي ث نا جر ير عن منصور عن إ ب را بة حد ث نا عثمان بن أب شي عنه حد ي الل لل رض صل قال النب ها وآ :ى الل عليه وسل ن ل النار خروجا م ر أ آخ ل النة دخوال رجل إ ن ألعل ر أ خ
وا ف ي قول الل ن النار كب ب فادخل :رج م ع ف ي قول ل إ ليه أن ها مل النة ف يأت يها ف يخي اذ ي :ى ف ي رج ب فادخل النة ف يأت يها ف يخيل إ ليه أن ها مل :رب وجدت ها ملى ف ي قول ع ف ي قولاذ ي رب : ى ف ي رج
ث :وجدت ها ملى ف ي قول ب فادخل النة فإ ن لك م ن يا وعشرة أ اذ ثل عشرة ل الد ا أو إ ن لك م مثال ن يا ف ي قول الل صلى الل عليه تسخر م ن أو تضحك م ن وأنت المل ك ف لقد رأيت رسول :أمثال الد
ذ ك حت بدت ن واج ضح ل النة منز لة :ه وكان ي قول وسل أدن أ .ذا H. R. Muslim, hadis no. 6131
ث نا حات ث نا ممد بن عباد حد عن أب يه ن م سمار عن عام ر بن سعد عن بكري ب ي عن ابن إ ساع يل حد ن المشر ك ي قد أحرق المسل م ي كان رجل م :قال له أب ويه ي وم أحد مع صلى هلل عليه وسل أن الن صلى هلل عليه وسل ف قال له أب وأم ى: الن ه ليس ف يه نصل فأصبت له ب س ف ن زعت :قال ارم ف دا
به فسقط فانكشفت عور ك رسول الل صلى هلل عليه وسلجن ذ ه .ح ته فضح ت نظرت إ ل ن واج
Hadis no. 349
ث نا بة حد وإ سحاق ب عثمان بن أب شي ي ث نا جر ير النظل ي ك لها عن ن إ ب را جر ير قال عثمان: حد عن عب يدة ي سول هلل ص : قال ر ن عبد هلل بن مسعود قال ع عن منصور عن إ ب را عليه وسل :لى الل
ر أ آخ ل النار إ ن ألعل ها ن ل خروجا م ر أ وا ل رج النة دخوال النة وآخ ن النار حب ف ي قول رج م ب فاد ت بار وت عال له الل ع ف ي قول: ي رب ها ملىف يأت يها ف يخيل إ ليه أن خل النة : اذ ها وجدت ف ي رج
ب فادخل النة قال: ف يأت يهاف ي قول الل ملى ع يخيل إ ليه أن هاف ت بار وت عال له: اذ ملى ف ي رج ب فادخل النة ثل الد ف ف ي قول: ي رب وجدت ها ملى ف ي قول الل له: اذ اإ ن لك م ن يا وعشرة أمثال
ن يا قال ف ي قول أو إ ن لك : لقد رأيت ؟ قال أنت المل ك و ب أو أتضحك ب : أتسخر عشرة أمثال الدك حت ضح ذه رسول هلل صلى الل عليه وسل ل النة : ف ال ق بدت ن واج أدن أ كان ي قال: ذا
.منز لة Hadis no. 350
ث نا أبو بكر بن بة وأبو كريب واللفظ ألب كريب وحد ث نا أبو معاو ية عن األعمش عن اال ق أب شي : حد عن عب يدة عن عبد هلل قال إ ب ي عليه و : قال رسول هلل ص را لى الل ل اسل لنار : إ ن ألعر ف آخر أ
ن النار ها زحفا ف ي قال له ر خروجا م ن رج م ب ف يدخل النة ي : ف ال انطل ق فادخل النة ق : جل ذد الن ، ف ي قال له: تن ي قول ف لزمان الذ ي كنت ف يه : أتذكر اا قد أخذوا المناز ل ف ي قال له ف يج : ن ع
ن يا قال: ف عشرة أضعاف : لك الذ ي تن يت و ف ي تمن ف ي قال له تسخر ب وأنت المل ك؟ : أ ي قول الدذه.قال ك حت بدت ن واج ضح عليه وسل : ف لقد رأيت رسول هلل صلى الل
Hadis no. 355
ث نا ممد ب ث نا أب ح حد ث نا األعمش ن عبد هلل بن نري حد : المعرور بن سويد عن أب ذر قال عن د قال رسول هلل ص ل لى الل عليه وسل ر أ آخ ر أ وال النة النة دخ : إ ن ألعل ل النار خروجا وآخ
ها ن غار ذنوب ه : اعر ض وم الق يامة ف ي قال ؤتى ب ه ي رجل ي م ا ارف عوا عنه و وا عليه ص رض عليه ف ت ع ك بارغار ذنوب ه ف ي قال لت ي و ص لت ي و م كذا وكذا كذا وكذا: عم م كذا وك وعم ، ال ذا كذا وكذا ف ي قول: ن ع
و مشف ق م ن ك بار ذنوب ه أن كان كل سي ئة : فإ ن لك م له ت عرض عليه ف ي قال يستط يع أن ي نك ر ونا. حسنة ف ي قول: رب ا ا لت أشياء ال أرا صلى ف لقد رأيت رسول هلل قد عم الل عليه وسل
ك حت ذه. بدت ضح ن واج
H. R. Al-Tirmidzî, hadis no. 2595
حد ي ث نا أبو معاو ية عن األعمش عن إ ب را ناد حد ن عبد هلل بن مسعود لمان ع عن عب يدة الس ث نا قال رسول هلل ص : قال ل النار خرو لى الل عليه وسل ر أ : إ ن ألعر ف آخ ها زحفا جا رجل ن رج م
ب ل يدخل : ف يذ نة قال انطل ق فادخل ال :ذ النا المناز ل قال: ف ي قال له : ي رب قد أخ ف ي قول د الن ع ف ي ا قد أخذوا المناز ل ف يج : أتذكر : ف ي قال له ل قال : ي رب قد أخذ النا المناز قول ف ي رج
، ف ي قال له: تن قال: ف ي تمن : فإ ن لك ما تن يت وعشرة ي قال له ف الزمان الذ ي كنت ف يه ؟ ف ي قول: ن عن يا قال: ف ي قول أضع : ف لقد رأيت سخر ب وأنت المل ك قال : أت اف الد عليه وسل رسول هلل صلى الل
ذه. ك حت بدت ن واج ذا حد يث حسن ضح يح. صح H. R. Abû Dâud, hadis no. 1173
ا ث نا ث نا خال د بن ن زار ح رون بن سع يد األيل ي حد ب حد د رور عن يونس ثن القاس شام ن مب عن ها قالت ي الل عن عليه وسل ول هلل صلى هللشكا النا إ ل رس : بن عروة عن أب يه عن عائ شة رض
ع له ف المصلى ب ف وض ووعد الن قحوط المطر فأمر ب ن : فخرج رجون ف يه قالت عائ شة ا ي وما ب الشمس ر ي بدا حاج ب ف سول هلل صلى هلل عليه وسل ح ن كب ر صلى هلل عليه وسلف قعد على الم
د الل عز وجل ث قال وح : إ نك طر ع واست ئخار الم شكوت جدب د ير ك ن زمان ه عنك وقد ن إ ب الل وع و عز وجل أن تدعوه أمرك يب لك أن يستج ي ح لمد لل رب العالم ي الرحن الر ا :ث قال دك
أنت الل ونن الفق ال إ ل مل ك ي وم الد ين ال إ له إ ال الل ي فعل ما ير يد الله راء أنز ل ه إ ال أنت الغن نا الغيث ي ث رفع يديه واجعل ما أن زلت لنا علي ي زل ف الرفع ح ف ق وة وبلغا إ ل ح ت بدا ب ياض ل
ق بل على النا ون زل فصلى ث أ يه راف ع يد ول إ ل النا ظهره وق لب أو حول ر داءه وو ث ح إ ب طيه س ركعت ي يت مسج ف أمطرت ب ذن هلل ث حابة ف رعدت وب رقت فأنشأ الل ده حت سالت السيول ل
إ ل الك ن ك صف لما رأى سرعت ه ذ لى هلل عليه وسلضح : أشهد أن الل ف قال ه حت بدت ن واج ذا حد يث غر ي وأن عبد هلل ورسوله. على كل شيء قد ير ل أ ب إ سناده جي د قال أبو داود: و
. الد ين ( ي وم مل ك المد ينة ي قرءون ) ذا الد يث حجة ل وإ ن
H. R. Ibnu Mâjah, hadis no. 4339
ث نا عن عب يدة حد ي ث نا جر ير عن منصور عن إ ب را بة حد ن عبد هلل بن مسعود ع عثمان بن أب شي صلى هلل ع : قال رسول هلل قال ر أ ليه وسل آخ ل النار خر : إ ن ألعل ها ن ل وجا م ر أ النة وآخ
ب فادخل النة رجل دخوال النة وا ف ي قال له: اذ ن النار حب ى ل ا م يأت يها ف يخيل إ ليه أن ه ف رج م ب فادخل النة : اذ ع ف ي قول: ي رب وجدت ها ملى ف ي قول الل يل إ ليه أن ها ملى يأت يها ف يخ ف ف ي رج
ع ف ي قول: ي رب وجدت ها ملى ف ي قول الل سبحانه ف ي رج يه يل إ ل ف يأت يها ف يخ النة ادخل ب ف : اذب فادخل النة فإ ن لك : اذ ع ف ي قول: ي رب إ ن ها ملى ف ي قول الل ن يا م أن ها ملى ف ي رج ثل الد
ا ثل وعشرة أمثال ن يا ف ي قول: أتسخر ب أو أ عشرة أمثال أو إ ن لك م .تضحك ب وأنت المل ك الدذه.قال ك حت بدت ن واج ضح : ف لقد رأيت رسول هلل صلى هلل عليه وسل
Hadis no. 2348
ث نا عبد حد عبد عن مدان عن الشعب الرزاق أخب رن الث ور ي عن صال ح ال ث نا إ سحاق بن منصور حد قال عل ي بن أ خري الضرم ي عن زيد بن أرق ل : أت ى امرأة ف ثلثة قد وق عوا عل يمن ب طال ب وو ب
د فسأل اث ن ي ف قال ف طه لولد ؟ قاال : أ ر واح ذا ب ذا : أ ف قال سأل اث ن ي : ال ، ث تق ران ل تق ران ل لولد لولد : أ عل كلما سأل اث ن ي ، فج قاال: ال ؟ ب ذا ب : ال، فأق ر ؟ قاال تق ران ل ن ه فألق الولد ب ي
صلىفذك ر ذل ك ل لنب ل عليه ث لثي الد ية وجع لذ ي أصاب ته القرعة ب ك حت هلل عليه وسل فضح ذه. بدت ن واج
H. R. Al-Nasâ’î, hadis no. 3487
ث نا يي عن األجلح عن الشعب عمرو بن أخب رن ي حد عن عب عل د هلل بن أب الل يل عن زيد بن أرق
ي الل قال وعل ي رض ليمن فأته رجل ف قاعنه ي ومئ : كنت ع ند النب صلى هلل عليه وسل : شه دت ل ذ ب ف ثلثة ن ف : تدعه ل :ف قال ر ادعوا ولد امرأة عل يا أت ذا؟ ؟ فأب وقال ل ذاعل ي ألحد ذا: تدعه ل
ذا؟ فأب ذا: تدعه ل ي الل عنه :قال فأب وقال ل شركاء متشا أن ت :عل ي رض نك ك سون وسأق ر ب ي أصاب ته القرعة ف هو له وعليه ث لثا الد ية ك رسول هلل فأيك صلى هلل عليه وسل حت بدت فضح
ذه .ن واج b. Menggunakan kata أن يابه H. R. Bukhârî, hadis no. 1936
ر ي أخب رن حيد بن عبد الرحن أن أب ث نا أبو اليمان أخب رن شعيب عن الز ي الل عنه حد ري رة رض إ ذ جاءه رجل ف قال :قال نما نن جلو ع ند النب صلى الل عليه وسل لكت :ب ي ي رسول الل ل ت د رق بة : وق عت على امرأت وأن صائ ف قال رسول الل صلى الل عليه وسل :ما لك قال :قال
ت ي : قالال ف :ف هل تستط يع أن تصوم شهرين مت تاب عي قال :ال قال :ت عت قها قال ف هل ت د إ طعام س ف ب ي :ال قال :م سك ينا قال عليه وسل صلى الل عليه نا نن على ذ فمكث النب صلى الل النب ل ك أت
ب عرق ف يها تر والعرق الم كتل قال :أن قال :أين السائ ل ف قال :وسل :ا ف تصدق ب ه ف قال الرجل خذل ب يت أف ق أعلى أف قر م ن ي رسول الل ها ير يد الرت ي أ ك ف والل ما ب ي الب ت ي ل ب يت فضح ن أ ر م
حت بدت أن يابه ث قال عليه وسل صلى الل لك :النب أطع مه أ
H. R. Muslim, hadis no. 2485
ذا ا ر ى ب أخب رن جر ير عن منصور عن ممد بن مسل الز ي ث نا إ سحاق بن إ ب را ثل سناد .إل حد م نة وقال و الز نب يل :ر واية ابن عي ي يذكر ف ول ب عرق ف يه تر و ك الن حت وسلصلى هلل عليه ضح
بدت أن يابه.4. Nabi Saw. Menyuruh Seseorang Agar Membuat Tertawa Kedua
Orangtuanya
H. R. Ibnu Mâjah, hadis no. 2782
ث نا أبو كر حد ث نا المحار ب عبد هلل بن عن ائ ب عن أب يه عن عطاء بن الس يب ممد بن العلء حد عمرو قال ئت أر يد ال هاد معك إ ن ج : ي رسول هلل ف قال : أتى رجل رسول هلل صلى هلل عليه وسلرة أب تغ ي وج ار الخ ماإ ن وال دي لي بك يان قال: فار أت يت و ولقد ه هلل والد ع إ ليه كهما كما ج فأضح ت هما. أبكي
H. R. Al-Nasâ’î, hadis no. 4169
قال أخب رن يي ث نا حاد بن زيد عن عطاء ب : ح بن حب يب بن عرب عن عبد هلل السائ ب عن أب يه ن د بن عمرو ئت أبي صلى هلل عليه وسل ف قال أن رجل أتى النب ت ولقد ت رك رة عك على ال ج : إ ن ج
ت أب وي ي بك يان قال كهما كما أبكي ما فأضح ع إ ليه هما.: ارج