kajian terhadap implementasi program proteksi …papers.sttn-batan.ac.id/prosiding/2010/62.pdf ·...

12
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 Budi Prayitno 515 STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PROTEKSI RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Budi Prayitno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir – BATAN, kawasan Puspiptek, Serpong, 15312 Abstrak KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PROTEKSI RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL. Kajian Terhadap Implementasi Program Proteksi Radiasi di Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE) telah dilakukan. Kajian pelaksanaan program dilakukan berdasarkan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran dan SK. Kepala BAPETEN No.01/KA- BAPETEN/V-1999, tentang Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi. Kajian ini bertujuan untuk mempelajari apakah program proteksi radiasi yang dilaksanakan di IEBE telah sesuai dengan aturan dari badan pengawas (BAPETEN). Metoda yang dilakukan ialah dengan mempelajari kegiatan dan hasil yang dilakukan dalam mengimplementasikan kegiatan proteksi radiasi berdasarkan acuan Laporan Analisis Keselamatan (LAK) di IEBE. Hasilnya menunjukkan, kegiatan pemantauan radiasi dan kontaminasi baik terhadap pekerja radiasi dan kegiatan laboratorium telah dilakukan sesuai dengan aturan BAPETEN, hal ini ditunjukkan dengan dosis ekivalent seluruh tubuh (DEST) yang diterima pekerja radiasi dari tahun 1991 hingga tahun 2009 berada di bawah 50 mSv/tahun. Prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) telah diberlakukan di laboratorium IEBE, sehingga dosis radiasi yang diterima pekerja radiasi di IEBE jauh dibawah batas dosis yang ditentukan. Kata kunci : keselamatan radiasi, instalasi nuklir, program proteksi radiasi. Abstract ASSESSMENT ON THE IMPLEMENTATION OF RADIATION PROTECTION PROGRAMS AT THE EXPERIMENTAL FUEL ELEMENT INSTALLATION. Assessment on the implementation of radiation protection program at the Experimental Fuel Element Installation (EFEI) has been done. Review on implementation of the program has been conducted according to UU No. 10 year 1997 about nuclear power and by the Decree of President of BAPETEN No. 01/Ka.BAPETEN/V-1999 about safety against radiation. The purpose of this assessment, is to learn the implementation radiation protection program in EFEI in accordance with the rules of the regulatory body (BAPETEN). The method is performed by analysis the activities and results of activities undertaken in implementing radiation protection based on reference Safety Analysis Report (SAR) of EFEI. The results show that radiation and contamination monitoring the activities of both radiation workers and laboratory activities have been carried out in accordance with the rules BAPETEN. It is indicated by equivalent dose of whole body (DEST) received by radiation workers were less than 50 mSv/ year from 1991 until 2009. ALARA Principle (As Low As Reasonably Achievable) has been effective in laboratory EFEI, thus the radiation dose received by radiation workers in EFEI are less than the regulated dose limits. Key words : radiation safety, nuclear installations, radiation protection programs.

Upload: lynga

Post on 06-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PROTEKSI …papers.sttn-batan.ac.id/prosiding/2010/62.pdf · desain, konstruksi, komisioning, operasi rutin, dan tahap dekomisioning selalu memperhatikan

SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176

Budi Prayitno 515 STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PROTEKSI RADIASI

DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

Budi Prayitno

Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir – BATAN, kawasan Puspiptek, Serpong, 15312

Abstrak

KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PROTEKSI RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL. Kajian Terhadap Implementasi Program Proteksi Radiasi di Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE) telah dilakukan. Kajian pelaksanaan program dilakukan berdasarkan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran dan SK. Kepala BAPETEN No.01/KA-BAPETEN/V-1999, tentang Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi. Kajian ini bertujuan untuk mempelajari apakah program proteksi radiasi yang dilaksanakan di IEBE telah sesuai dengan aturan dari badan pengawas (BAPETEN). Metoda yang dilakukan ialah dengan mempelajari kegiatan dan hasil yang dilakukan dalam mengimplementasikan kegiatan proteksi radiasi berdasarkan acuan Laporan Analisis Keselamatan (LAK) di IEBE. Hasilnya menunjukkan, kegiatan pemantauan radiasi dan kontaminasi baik terhadap pekerja radiasi dan kegiatan laboratorium telah dilakukan sesuai dengan aturan BAPETEN, hal ini ditunjukkan dengan dosis ekivalent seluruh tubuh (DEST) yang diterima pekerja radiasi dari tahun 1991 hingga tahun 2009 berada di bawah 50 mSv/tahun. Prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) telah diberlakukan di laboratorium IEBE, sehingga dosis radiasi yang diterima pekerja radiasi di IEBE jauh dibawah batas dosis yang ditentukan.

Kata kunci : keselamatan radiasi, instalasi nuklir, program proteksi radiasi.

Abstract

ASSESSMENT ON THE IMPLEMENTATION OF RADIATION PROTECTION PROGRAMS AT THE EXPERIMENTAL FUEL ELEMENT INSTALLATION. Assessment on the implementation of radiation protection program at the Experimental Fuel Element Installation (EFEI) has been done. Review on implementation of the program has been conducted according to UU No. 10 year 1997 about nuclear power and by the Decree of President of BAPETEN No. 01/Ka.BAPETEN/V-1999 about safety against radiation. The purpose of this assessment, is to learn the implementation radiation protection program in EFEI in accordance with the rules of the regulatory body (BAPETEN). The method is performed by analysis the activities and results of activities undertaken in implementing radiation protection based on reference Safety Analysis Report (SAR) of EFEI. The results show that radiation and contamination monitoring the activities of both radiation workers and laboratory activities have been carried out in accordance with the rules BAPETEN. It is indicated by equivalent dose of whole body (DEST) received by radiation workers were less than 50 mSv/ year from 1991 until 2009. ALARA Principle (As Low As Reasonably Achievable) has been effective in laboratory EFEI, thus the radiation dose received by radiation workers in EFEI are less than the regulated dose limits.

Key words : radiation safety, nuclear installations, radiation protection programs.

Page 2: KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PROTEKSI …papers.sttn-batan.ac.id/prosiding/2010/62.pdf · desain, konstruksi, komisioning, operasi rutin, dan tahap dekomisioning selalu memperhatikan

SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR

YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176

STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA 516 Budi Prayitno

PENDAHULUAN.

Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE) merupakan salah satu fasilitas laboratorium yang dibangun di Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (PUSPIPTEK) Serpong. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Kepala BATAN No.123/KA/VIII/2007, IEBE mempunyai tugas dan fungsi pokok yaitu : memproses yellow cake menjadi serbuk UO2 nuclear grade, dan memproduksi elemen bakar reaktor air berat (heavy water reactor, HWR) jenis cirene dengan menggunakan bahan baku utama uranium alam. Untuk mendukung Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) IEBE akan dikembangkan untuk memproduksi elemen bakar reaktor daya. Disain IEBE mampu menggunakan uranium diperkaya hingga 5 %.

Sesuai dengan UU no. 10 tahun 1997 tentang ketenaganukliran pasal 16 yang berbunyi : Setiap kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan tenaga nuklir wajib memperhatikan keselamatan, keamanan, dan ketentraman, kesehatan pekerja dan anggota masyarakat serta perlindungan terhadap lingkungan hidup. Dengan adanya UU no. 10 tahun 1997 ini, segala hal mengenai ketentuan di atas diatur lebih lanjut oleh peraturan-peraturan Pemerintah dan ditetapkan oleh surat keputusan Ka. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), diantaranya tentang ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi. Didalam pelaksanaan kegiatan di laboratorium IEBE sangat dimungkinkan timbulnya kontaminasi zat radioaktif, paparan radioaktif dan limbah radioaktif [1] . Adanya aturan pembatasan dosis yang diterima oleh pekerja radiasi, maka diperlukan suatu Program Proteksi Radiasi di IEBE. Implementasi Program Proteksi Radiasi di IEBE bertujuan untuk membatasi dosis radiasi bagi pekerja radiasi yang bekerja di IEBE agar pekerja radiasi menerima dosis penyinaran seluruh tubuh tidak melebihi 50 mSv/tahun dan terhindar dari bahaya radiasi interna serta beroperasinya IEBE tidak memberikan dampak radiologi ke lingkungan [1]. Hal ini sesuai dengan UU no. 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran khususnya pasal 16 dan aturan lain seperti SK. Ka. BAPETEN no. 01/KA-BAPETEN/V-1999, tentang Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi. Tujuan dari kajian ini mempelajari apakah dalam pelaksanaan program proteksi radiasi yang diacu dalam Laporan Analisis Keselamatan (LAK) di IEBE telah sesuai dengan aturan dari badan pengawas (BAPETEN). Metoda yang dilakukan dalam pengkajian ini dengan mempelajari kegiatan dan hasil yang dilakukan dalam mengimplementasikan aturan LAK–IEBE

dalam penanganan kegiatan proteksi radiasi di IEBE.

TEORI. Dalam pelaksanaan kegiatan operasi-onal di Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE) menangani bahan nuklir uranium yang bersifat radioaktif. Oleh sebab itu di IEBE perlu dilakukan kegiatan proteksi radiasi yang bertujuan untuk menjaga atau menjamin agar paparan radiasi eksterna dan interna terhadap personel instalasi (pekerja radiasi), masyarakat umum dan lingkungan diupayakan serendah mungkin sebagaimana prinsip dari ALARA (As Low As Reasonably Achievable). Untuk mencapai tujuan tersebut, selama tahap desain, konstruksi, komisioning, operasi rutin, dan tahap dekomisioning selalu memperhatikan aturan proteksi radiasi atau keselamatan radiasi. Kebijakan proteksi radiasi yang diterapkan di IEBE berdasarkan ketentuan berikut ini:

1. Undang Undang No. 10 tahun 1997, yaitu

tentang Ketenaganukliran. 2. Keputusan Kepala BAPETEN No. 01/KA-

BAPETEN/V-1999, tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi.

3. Keputusan Kepala BAPETEN No. 02/KA-BAPETEN/V-1999, tentang Baku Radioaktivitas di Lingkungan.

4. Basic Safety Standards for Radiation Protection, IAEA Safety Saries No. 9, tahun 1982.

5. Technical Note on Risk Evaluation for BATAN Safety Assessment of the Fuel Fabrication Development Laboratory (PCP and FFL Processes in EFEI Building), NIRA, 1984.

Program Proteksi Radiasi Menurut Sk. Kepala Bapeten No. 01/Ka-Bapeten/V-1999 [1, 2]. Menurut UU no. 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran dan SK Ka. BAPETEN no. 01/KA/V-1999, Pengusaha Instalasi Nuklir (PIN) mempunyai tanggung-jawab tertinggi terhadap keselamatan personel dan anggota masyarakat lain di dekat instalasi dibawah pengawasannya, maka didalam melaksanakan tanggung-jawabnya PIN harus melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai berikut : 1. Membentuk Organisai Proteksi Radiasi (OPR)

dan atau menunjuk Petugas Proteksi Radiasi (PPR) dan bila perlu Petugas Proteksi Pengganti.

2. Hanya mengizinkan seseorang bekerja dengan sumber radiasi setelah memperhatikan

Page 3: KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PROTEKSI …papers.sttn-batan.ac.id/prosiding/2010/62.pdf · desain, konstruksi, komisioning, operasi rutin, dan tahap dekomisioning selalu memperhatikan

SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176

Budi Prayitno 517 STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

pendidikan dan pengalaman kerja dengan sumber radiasi.

3. Memberitahukan kepada semua Pekerja Radiasi tentang adanya potensi bahaya yang terkandung dalam tugas mereka dan memberikan latihan proteksi radiasi.

4. Menyediakan aturan keselamatan radiasi yang berlaku dalam lingkungan sendiri, termasuk aturan tentang Penanggulangan Kedaruratan Nuklir.

5. Menyediakan Prosedur Kerja yang diperlukan. 6. Menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan bagi

siswa magang dan Pekerja Radiasi serta pelayanan kesehatan bagi Pekerja Radiasi.

7. Menyediakan fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk bekerja dengan sumber radiasi.

8. Memberitahukan kepada instansi yang berwenang bila terjadi bahaya radiasi atau keadaan darurat lainnya (contoh : BAPETEN, Kepolisian dan dinas Pemadam Kebakaran)

Setelah Pengusaha Instalasi Nuklir (PIN) membentuk Organisasi Proteksi Radiasi (OPR) yang dipimpinnya, PIN menugaskan dan memberi tanggung-jawab serta kewajiban terhadap orang-orang yang terlibat dalam OPR. Minimal organisasi tersebut terdiri dari PIN, Petugas Proteksi Radiasi (PPR) dan Pekerja Radiasi (PR).

Program Proteksi Radiasi di Instalasi Elemen Bakar Eksperimental [1, 2, 3, 4, 5, ,6] . Kegiatan di IEBE hanya akan menggunakan uranium yang memancarkan paparan radiasi-, oleh sebab itu potensi dosis radiasi eksterna relatif lebih rendah bila dibandingkan banyaknya uranium yang ditangani berpotensi untuk memberikan dosis radiasi interna. Bahan U dalam bentuk serbuk yang berpotensi terhambur ke lingkungan dan dapat menyebabkan bahaya radiasi interna terhadap personel menjadi pertimbangan desain perlindungan keamanan di IEBE. Untuk mencegah bahaya radiasi

interna, desain peralatan pemroses U, khususnya proses yang dapat menyebabkan kontaminasi U, dikungkung di dalam suatu perisai kontaminasi yang berventilasi seperti glove-box dan fume-hood, atau terkungkung di dalam wadah/tangki pemroses seperti di fasilitas konversi dan pemurnian. Bilamana diperlukan pemindahan bahan U dari suatu tempat ke tempat lain atau pada saat penyimpanan, untuk mengurangi atau mencegah kontaminasi bahan tersebut ditempatkan di dalam wadah yang tertutup. Dalam hal penggunaan U-alam, bahaya kekritisan nuklir dan bahaya radiasi yang menyertai kecelakaan kekritisan dapat diabaikan.

Air buangan dekontaminasi dari ruang kerja dialirkan ke tangki pengumpulan limbah radioaktif cair melalui lubang penampung air dalam ruang kerja. Guna mencegah penyebaran kontaminasi dari ruang kerja yang berpotensi sebagai sumber penyebaran uranium maka ruangan tersebut mempunyai tekanan udara lebih negatif dari ruang lain. Sebelum udara dari ruang kerja dilepas kelingkungan, udara tersebut dialirkan ke ruang filter dan disaring dengan menggunakan filter High Efficiency Particulate Air (HEPA filter).

Ketentuan tentang Nilai Batas Dosis (NBD) yang diizinkan dimaksudkan untuk mengatur dengan lebih tegas nilai penyinaran dan dosis radiasi tertinggi yang masih diizinkan untuk diterima oleh personel dalam menjalankan pekerjaannya. Dosis yang diizinkan untuk diterima oleh pekerja radiasi didasarkan pada jumlah dosis yang berasal dari radiasi ekterna dan radiasi interna, tetapi tidak termasuk dosis yang diterima dari keperluan medis atau diluar dinas. NBD yang diizinkan yang dianut adalah sesuai dengan SK. Kepala BAPETEN No.01/Ka-BAPETEN/V-1999 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja terhadap Radiasi, yaitu sebesar 50 mSv/tahun. Berdasarkan risiko bahaya radiasi, IEBE dibagi dalam tiga daerah kerja atau zona seperti pada Tabel -1.

Tabel 1. Pembagian daerah kerja dan fungsi ruangan di IEBE [3].

ZONA KODE FUNGSI RUANGAN KETERANGAN

Zona I CR

Daerah kerja perkantoran/administrasi bebas radiasi dan kontaminasi

Zona II CR

Daerah kerja menangani U tertutup seperti ruang fabrikasi atau perakitan bahan bakar.

bahaya radiasi dan bebas kontaminasi

Zona III HR

Daerah kerja menangani U terbuka seperti ruang konversi dan pemurnian, ruang peletisasi, ruang kontrol kualitas, gudang U dan lainnya

bahaya radiasi dan kontaminasi

Keterangan : CR = Cold Room, HR = Hot Room

Page 4: KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PROTEKSI …papers.sttn-batan.ac.id/prosiding/2010/62.pdf · desain, konstruksi, komisioning, operasi rutin, dan tahap dekomisioning selalu memperhatikan

SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR

YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176

STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA 518 Budi Prayitno

Batasan keselamatan radiologi pada setiap zona menurut prosedur dan metoda operasi ditunjukkan

pada Tabel-2.

Tabel 2. Batasan keselamatan radiologi di zona kerja IEBE [3].

Zona Paparan-γ Kontaminasi-α

Keterangan Permukaan Udara

I Alamiah Bebas Bebas Permukaan: lantai, meja kerja, baju, sandal kerja dan lainnya. Permukaan kulit dibatasi 0,18 Bq/cm2.

II < 25 µSv/jam Bebas Bebas

III < 25 µSv/jam 3,7 Bq/cm2 20 Bq/m3

Tabel 3. Data nuklida dalam uranium alam [3].

Nuklida Tipe peluruhan Waktu paro Energi (MeV)

Alpha Beta Gamma U-238 Alpha 4,5E9 tahun 4,19 - 0,048 U-235 Alpha 7,41E8 tahun 4,18 ; 4,56 - 0,074; 0,38

U-234 Alpha 2,5E5 tahun 4,71 (28%) 4,77 (72%)

- 0,051

Th-234 Beta 24,1 hari - 0,10 (35%) 0,19 (65%) 0,029; 0,091

Th-231 Beta 25,6 jam - 0,30 0,017; 0,031

Pa-234 m Beta 1,18 menit - 2,31 (90%) 1,50 (9%) 0,043; 1,83

Berdasarkan batasan keselamatan tersebut di atas, personel yang mengoperasikan IEBE selama satu tahun dalam waktu kerja 8 jam per hari, 5 hari per minggu, tidak akan menerima dosis melampaui NBD. Zona II dan III berisiko terhadap bahaya radiasi eksterna sehingga ke-dua zona tersebut dibatasi tingkat paparan radiasi-γ yang sama sesuai NBD, yaitu < 25 µSv/jam. Sumber radiasi yang dikelola oleh IEBE untuk kegiatan pengembangan bahan bakar nuklir adalah bahan U (deplesi, alam dan diperkaya hingga 5%) dalam berbagai bentuk fisik dan kimia. Mengenai data nuklida yang terdapat dalam uranium alam ditabelkan pada Tabel 3. Dalam proses pengembangan dan penelitian yang dilakukan saat ini menggunakan bahan U-alam dalam jumlah besar, sedangkan U-deplesi dan U-diperkaya digunakan terbatas (dalam kuantitas sangat kecil) dan merupakan bahan standar. Peralatan Fasilitas Proteksi Radiasi IEBE [3, 5].

Fasilitas proteksi radiasi IEBE yang permanen adalah glove-box dan fume-hood dengan segala sistem yang ada pada fasilitas tersebut. Peralatan dan fasilitas proteksi radiasi IEBE yang permanen lainnya adalah sistem ventilasi, termasuk didalamnya filter HEPA. Dengan sistem ini, bahaya terhadap radiasi interna dapat dikurangi atau

dicegah. Selain itu disediakan juga ruang ganti dengan segala perlengkapan proteksi radiasi yang tersedia. Ruang ganti ini merupakan pintu gerbang untuk mencegah penyebaran kontaminan radioaktif ke daerah yang lebih bersih. Untuk itu di ruang ganti dilakukan pemeriksaan kontaminasi dan fasilitas dekontaminasi personel. Personel dan barang yang terkontaminasi melebihi batasan keselamatan yang diizinkan dilarang untuk dibawa ke daerah bersih.

Selain hal yang sifatnya permanen yang didesain saat konstruksi IEBE, tersedia juga peralatan dan perlengkapan proteksi radiasi baik untuk personel, daerah kerja dan lingkungan. Pemantauan dosis radiasi eksterna personel digunakan dosimeter personel thermoluminesence detector (TLD) dan dosimeter pena/saku yang dapat dipakai personel pada saat memasuki medan radiasi (daerah kerja). Untuk pemantauan dosis interna dilakukan kegiatan analisis in-vitro dan in-vivo terhadap personel. Analisis ini diselenggarakan oleh PTLR–BATAN dengan menyediakan alat Whole Body Counter (WBC) dan fasilitas analisis urine.

Untuk pemantauan paparan radiasi di daerah kerja tersedia alat surveymeter-γ yang berkemampuan deteksi dari nSv/jam sampai ratusan Sv/jam dan dapat memberikan sinyal

Page 5: KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PROTEKSI …papers.sttn-batan.ac.id/prosiding/2010/62.pdf · desain, konstruksi, komisioning, operasi rutin, dan tahap dekomisioning selalu memperhatikan

SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176

Budi Prayitno 519 STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

alarm. Untuk memantau kontaminasi α permukaan di daerah kerja tersedia surveymeter kontaminasi atau dengan cara mengambil cuplikan (smear test). Tingkat kontaminasi udara ditentukan dengan cara pencuplikan udara menggunakan media pengumpul kontaminan berupa kertas filter, kemudian dianalisis dengan pencacah radiasi α. Adapun untuk memantau kontaminasi permukaan kulit, tersedia hand-foot monitor yang terpasang di ruang ganti.

Selain peralatan atau instrumen radiasi, untuk bekerja dengan bahan radioaktif U disediakan perlengkapan proteksi radiasi, seperti: baju, sepatu, sandal kerja, sarung tangan (kain/karet), masker (half/full), bahan dekontaminasi dan lain sebagainya.

Sistem Ventilasi [2, 3, 4, 5].

Sistem ventilasi IEBE adalah salah satu fasilitas pencegah bahaya radiasi interna terhadap personel, masyarakat dan pencemaran lingkungan. Sistem ventilasi berfungsi untuk mengontrol tingkat kontaminasi udara di daerah kerja dengan cara mengalirkan udara dari daerah-daerah yang tidak berpotensial terkontaminasi menuju ke daerah kerja yang paling berpotensial terkontaminasi. Untuk mempertahankan paparan radiasi interna sesuai aturan yang berlaku agar tidak berbahaya bagi personel, sistem ventilasi menyediakan udara segar dan menghisap udara terkontaminasi dengan laju pergantian udara yang telah ditetapkan. Untuk daerah kerja tempat personel melaksanakan pekerjaan, konsentrasi radioaktif udara dibatasi hanya 20 Bq/m3 untuk radiasi-α. Bila terjadi tingkat radioaktif udara melampaui batas tersebut, personel diharuskan menggunakan masker atau laju pergantian udara diperbesar. Bila hal ini tidak terpenuhi, proses harus dihentikan. Ventilasi tetap diaktifkan, sedangkan personel harus mening-galkan ruangan kerja.

Pencegahan penyebaran kontaminan udara dapat dilakukan dengan adanya tekanan negatif dari sistem ventilasi. Untuk fasilitas yang dapat mengungkung bahan radioaktif seperti glove-box, tersedia saluran ventilasi yang dihubungkan dengan ducting ventilasi ruang kerja. Pada saat lubang terbuka atau adanya pembatas yang rusak (misal sarung tangan atau plastik penutup yang bolong), tekanan negatif yang ada di bagian dalam pengungkung (glove-box) akan menyebabkan aliran udara menuju ke bagian ruangan pengungkung dan tidak menyebar ke ruangan kerja. Pada fume-hood, pencegahan penyebaran kontaminan juga menggunakan sistem tekanan negatif dengan menarik udara di bagian dalam fume-hood atau dengan menutup jendelanya.

Untuk melindungi masyarakat dari bahaya

radiasi yang dilepas melalui cerobong, radioaktivitas udara cerobong selalu terpantau dengan cara mencuplik udara dan mencacah radiasi-α aerosol monitor. Udara yang berasal dari dalam laboratorium setelah disaring dengan HEPA filter dari sistem ventilasi, dilepas ke lingkungan pada tingkat radiasi yang aman untuk masyarakat. Batasan radioaktivitas udara buang dari cerobong adalah 10% dari batasan untuk keradioaktifan udara di dalam laboratorium, yaitu 2 Bq/m3 untuk radiasi-α. Batasan ini sangat kecil untuk penerimaan radiasi masyarakat umum karena setelah titik pembuangan dari cerobong terjadi pengenceran nuklida oleh udara yang sangat besar.

Sistem Exhaust Filter dilengkapi dengan HEPA filter berefisiensi penangkapan partikel debu sebesar 99,97% untuk partikel berdiameter 0,3 µm. Beda tekanan awal normal adalah 250 Pa dan jika sudah jenuh dengan beda tekanan melampaui 650 Pa maka dilakukan penggantian filter. Pemeriksaan beda tekanan dilakukan satu kali dalam seminggu.

Sistem Pemantauan Radioaktivitas Udara dan Radiasi Ruangan [3, 6, 7]. Pemantauan radioaktivitas udara terdiri dari pemantauan udara daerah kerja, ducting sistem ventilasi dan cerobong. Dari segi cara pemantauan, udara dipantau secara diskrit dengan pencuplik udara (air sampler). Pemantauan udara daerah kerja dilaksanakan dengan cara air sampler pada posisi sekitar 1,5 m dari lantai atau daerah pernapasan (breathing area). Pencuplikan udara dengan cara ini representatif dengan kemungkinan hisapan kontaminasi oleh personel pada saat bernafas. Cuplikan kontaminan radioaktif di udara yang terkumpul pada kertas filter kemudian dicacah dengan pencacah radiasi α secara total (gross counting). Dengan suatu perumusan yang membandingkan antara hasil cacahan terhadap volume udara yang tercuplik akan memberikan konsentrasi keradioaktifan udara di daerah kerja. Ruangan kerja yang secara rutin dipantau adalah ruangan yang sering dipakai untuk bekerja yang memungkinkan terjadinya kontaminasi atau yang sering dilalui personel. Pemantauan tidak rutin juga dilakukan di ruang penampungan limbah padat dan ruang filter.

Titik pemantauan cerobong adalah pada saluran cerobong setelah melalui filter HEPA. Dilakukan dengan menangkap pengotor menggunakan filter dari pemompaan sampel udara, kemudian dilakukan pencacahan radioaktivitas dalam filter tersebut. Alat pemantau paparan radiasi secara permanen tidak tersedia di IEBE. Pemantauan paparan radiasi- dilakukan dengan menggunakan surveymeter-. Alat surveymeter-

Page 6: KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PROTEKSI …papers.sttn-batan.ac.id/prosiding/2010/62.pdf · desain, konstruksi, komisioning, operasi rutin, dan tahap dekomisioning selalu memperhatikan

SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR

YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176

STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA 520 Budi Prayitno

dikalibrasi secara eksternal di PTKMR – BATAN. Alat surveymeter gamma mempunyai rentang pengukuran dari nSv/jam sampai 999 Sv/jam. Pemantauan kontaminasi permukaan juga dilakukan di IEBE. Cara pemantauan adalah pengukuran langsung dengan surveymeter α atau secara cuplikan (smear test). Daerah yang dipantau secara rutin adalah ruangan kerja yang berpotensi terjadinya kontaminasi, seperti di ruangan laboratorium kimia, daerah kerja dan ruang penampungan limbah. Pemantauan kontaminasi permukaan juga dilakukan terhadap personel di ruang ganti dan terhadap kantong atau drum limbah radioaktif. Organisasi Fisika Kesehatan [3]. Organisasi fisika kesehatan untuk mendukung operasional IEBE adalah BK yang secara struktural berada pada tingkat eselon-III di PTBN. BK membawahi tiga Subbidang atau eselon-IV di PTBN. Ke-tiga Subbidang tersebut adalah Subbidang Pengendalian Personel (SB-PP), Subbidang Pengendalian Daerah Kerja (SB-PDK) dan Subbidang Akuntansi Bahan Nuklir dan Pengelolaan Limbah (SB-ABNPL). Dalam hal yang terkait langsung dengan fisika kesehatan adalah tugas-tugas pada SB-PP dan SB-PDK. Berikut adalah lingkup tugas utama masing-masing SB: 1. Subbidang Pengendalian Personel:

a. Melakukan pengendalian dosis radiasi personel.

b. Melakukan koordinasi pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi

c. Melakukan perencanaan program dan pelaksanaan penanggulangan kedaruratan nuklir dan non nuklir berkoordinasi dengan PKTN

2. Subbidang Pengendalian Daerah Kerja: a. Melakukan pengendalian daerah kerja. b. Melakukan pemetaan radiasi daerah kerja.

3. Subbidang Akuntansi Bahan Nuklir dan Pengelolaan Limbah: a. Melakukan pengelolaan bahan nuklir dan

akuntansi bahan nuklir b. Melakukan penyiapan permohonan

perizinan penggunaan bahan nuklir c. Melakukan pengelolaan limbah radioaktif

dan limbah B3 sebelum dikirim ke instalasi pengolahan akhir di PTLR.

Selain organisasi struktural yang kegiatannya terkait dengan fisika kesehatan, suatu organisasi proteksi radiasi juga dibentuk. Organisasi ini secara langsung di bawah perintah kepala PTBN, namun kegiatannya berada di bawah koordinasi BK. Petugas Proteksi Radiasi (PPR)

pada umumnya adalah juga personel di BK, namun tidak menutup untuk menerima personel dari bidang/unit kerja di PTBN sebagai cara untuk memperluas kerjasama keselamatan di bidang/unit lain di PTBN. PPR adalah personel yang memiliki SIB yang dikeluarkan oleh BAPETEN. Prosedur Pemantauan Radiasi [3, 4]. Pemantauan radiasi eksterna bagi personel disediakan TLD atau dosimeter personel. Setiap personel yang akan masuk ke daerah kerja IEBE melalui satu pintu akses masuk yang dalam pengawasan personel oleh SB-PP. Pada koridor pintu masuk personel dapat mengabil TLD miliknya pada rak TLD dan mengisi buku/lembar kerja pekerjaan apa yang akan dilakukan. Bila tidak tersedia TLD, dosimeter pena/saku dapat diminta pada SB-PP. TLD atau dosimeter harus dipakai saat bekerja dan selalu menyertai personel tersebut. Pemantauan paparan radiasi di daerah kerja dilakukan dengan mengukur tingkat paparan di daerah yang terdapat sumber radiasi. Tingkat paparan tersebut dicatat pada lembar data dan dievaluasi. Jika ditemukan paparan radiasi yang tinggi dan tidak biasa, dilakukan pemagaran, diberi tanda bahaya radiasi dan dilarang masuk. Hal yang sama berlaku untuk pemantauan tingkat kontaminasi permukaan, baik secara langsung maupun dengan cara smear test. Pemonitoran radiasi interna bagi personel diperlukan karena adanya resiko masuknya zat radioaktif melalui pernafasan, mulut dan kulit pada personel. Selain itu, data radiasi internal diperlukan untuk melengkapi perhitungan dosis akumulasi total pada tubuh setiap personel. Pemonitoran radiasi internal bagi personel dilakukan dengan cara mengirim personel untuk melakukan poemeriksaan dosis internal dengan alat WBC dan mengirimkan contoh urine. Pemeriksaan dijadwalkan setiap satu tahun di PTLR. Pemonitoran kontaminasi pada tubuh dan pakaian personel secara langsung dapat dilaksanakan dengan menggunakan alat hand-foot monitor. Pemonitoran ini diperlukan agar tidak terjadi penyebaran kontaminasi zat radioaktif ke luar daerah aktif. Pemonitoran kontaminasi pada permukaan daerah dan peralatan kerja, peralatan, dll. Dilakukan dengan sesuai Prosedur Pemantauan daerah Kerja (No dok. KK12 D11 001) dengan frekuensi 1minggu sekali. Pemantauan kontaminasi udara dengan air sampler dilakukan di ruangan kerja yang memungkinkan terjadinya kontaminasi udara. Udara dicuplik dan kemudian dicacah secara total terhadap radiasi α. Bilamana tingkat kontaminasi dapat membahayakan personel, seluruh proses kerja dihentikan. Ventilasi tetap berfungsi untuk menurunkan tingkat kontaminasi udara. Agar

Page 7: KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PROTEKSI …papers.sttn-batan.ac.id/prosiding/2010/62.pdf · desain, konstruksi, komisioning, operasi rutin, dan tahap dekomisioning selalu memperhatikan

SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176

Budi Prayitno 521 STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

kegiatan pemantauan tersebut sesuai dengan yang diinginkan, disediakan beberapa prosedur pemantauan yang diberlakukan di IEBE. Prosedur pemantauan tersebut adalah Prosedur Pemantauan Radioaktivitas Daerah Kerja dan Prosedur Pemantauan Dosis Personel.

Pemonitoran Efluen Gas, Limbah Cair dan Limbah Padat [3,4,5].

Udara buangan (gas/aerosol) yang berasal dari daerah kerja dan fasilitas kerja IEBE selalu dipantau dengan cara pencuplikan udara pada stack. Udara buangan tersebut telah mengalami penyaringan pre-filter dan filter HEPA dan dilepas ke lingkungan pada ketinggian cerobong 30 m dengan diameter cerobong 3,5 m dan laju pembuangan sebesar 244.850 m3/jam. Pelepasan Cairan [3, 4].

Cairan sisa proses kegiatan dalam laboratorium dilakukan sesuai dengan pengelolaan limbah radioaktif cair. Pelepasannya dari IEBE tidak ke lingkungan luar tapak, tetapi ditampung dan diolah di PTLR. Limbah non radioaktif cair adalah limbah yang bukan berasal dari laboratorium dan secara langsung terbuang ke sistem pembuangan limbah cair Puspiptek. IEBE tidak memiliki menara pendingin dan tidak melakukan pencucian (laundry) terhadap benda terkontaminasi zat radioaktif. Pencucian terhadap pakaian yang terkontaminasi (jas lab.) dilakukan oleh PTLR. Adapun pakaian kerja yang bebas kontaminasi dicuci sendiri dan limbahnya dibuang ke sistem pembuangan limbah biasa. Sistem Pembatasan Dosis [1, 2, 3].

Agar seseorang baik pekerja radiasi maupun anggota masyarakat di sekitar Instalasi Nuklir dilindungi terhadap kemungkinan terjadinya akibat efek biologi yang merugikan dari radiasi, maka perlu ditetapkan Nilai Batas Dosis (NBD). Untuk itu ditetapkan suatu aturan pembatasan dosis sebagai berikut :

a. Setiap pemakai zat radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya hanya didasarkan pada azas manfaat dan harus lebih dulu memperoleh persetujuan dari Instansi BAPETEN.

b. Penyimpanan yang berasal dari pemakaian zat radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya harus digunakan serendah-rendahnya dengan mempertim-bangkan faktor ekonomi dan sosial.

c. Dosis yang diterima oleh seseorang tidak boleh melebihi nilai batas dosis yang ditentukan dalam ketentuan ini.

Nilai batas dosis (NBD) pekerja radiasi untuk seluruh tubuh ditetapkan 50 mSv/tahun. NBD untuk wanita dalam usia subur ditetapkan tidak lebih dari 13 mSv dalam jangka waktu 13 minggu dan tidak melebihi NBD untuk pekerja radiasi. NBD untuk wanita hamil terhitung sejak dinyatakan mengandung hingga saat melahirkan diusahakan serendah-rendahnya dan sama sekali tidak boleh melebihi dari 10 mSv. Nilai Batas Dosis yang ditetapkan dan dalam ketentuan ini bukan batas tertinggi yang apa bila dilampaui, seseorang akan mengalami akibat merugikan yang nyata. Meskipun demikian setiap penyinaran mengandung resiko tertentu, setiap penyinaran yang tidak perlu harus dihindari dari penerimaan dosis penerimaan harus diusahakan serendah-rendahnya (As Low As Reasonably Achievable, ALARA). Nilai Bastas Dosis dalam ketentuan ini adalah penyinaran dosis yang tidak boleh dilampaui oleh seseorang pekerja radiasi selama jangka waktu tertentu, tidak tergantung pada laju dosis baik dari penyinaran [2, 5]. Pembatasan dosis untuk anggota masyrakat secara keseluruhan serendah mungkin dan tidak boleh melebihi 1/10 dari NBD pekerja radiasi. Pada prinsipnya NBD untuk pekerja radiasi berasal dari penyinaran eksterna dan interna yang diterima oleh pekerja radiasi tersebut selama 1 tahun bekerja di instalasi nuklir. Penyinaran interna ini berasal dari radioaktif yang berada di udara dan masuk melalui saluran pernapasan ataupun tertelan secara tak sengaja melalui mulut selama pekerja radiasi tersebut bekerja di Instalasi Nuklir. METODE

Metodologi dalam pelaksanaan kajian program proteksi radiasi di IEBE, dilakukan dengan mempelajari tentang program proteksi radiasi di Laporan Analisis Keselamatan (LAK) revisi 6 IEBE dan implementasinya dalam pengelolaan proteksi radiasi di lapangan. Kemudian dari kajian ini dilakukan analisis apakah implementasi di lapangan sudah sesuai dengan ketentuan/aturan yang terdapat di LAK. Revisi 6 IEBE. Apabila terdapat suatu ketidaksesuaian dilakukan pemecahan permasalahan yang ada. Langkah Kerja

Untuk mempelajari pelaksanaan program proteksi radiasi dilapangan dilakukan evaluasi data pantauan yang berkaitan dengan radiasi selama satu tahun, yaitu tahun 2009. Dipilihnya data pantauan ini dengan pertimbangan karena data ini merupakan data terakhir dalam satu tahun (Data pantauan radiasi tahun 2010 saat ini belum berakhir) Data pantauan yang berhubungan dengan radiasi tersebut

Page 8: KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PROTEKSI …papers.sttn-batan.ac.id/prosiding/2010/62.pdf · desain, konstruksi, komisioning, operasi rutin, dan tahap dekomisioning selalu memperhatikan

SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR

YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176

STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA 522 Budi Prayitno

meliputi data pantauan radioaktivitas α di udara, data pantauan paparan radiasi γ dan pantauan radioaktivitas α di permukaan. Untuk data Dosis Ekivalent Seluruh Tubuh (DEST) yang diterima pekerja radiasi dievaluasi sejak tahun 1991 hingga tahun 2009. Hal ini mengingat DEST menggambarkan apakah pekerja radiasi yang bekerja di IEBE menerima dampak radiologi dari pekerjaannya, oleh sebab itu DEST ini dievalusi sejak awal beroperasinya IEBE yaitu tahun 1991 hingga tahun 2009. Data pantauan radioaktivitas α di udara, pantauan paparan radiasi γ dan pantauan radioaktivitas α di permukaan diambil dari laporan triwulan I, II, III dan IV tahun 2009 Bidang Keselamatan dan diwakili oleh ruang Peletisasi HR-

05. Untuk radionuklida yang terdapat di udara laboratorium dianalis dengan spektrometer Gamma (Multi channel Analyzer = MCA) dan diwakili oleh ruang Peletisasi HR-05. Data DEST diambil dari rata-rata tahunan laporan triwulan sejak tahun 1991 hingga tahun 2009. Denah Lokasi IEBE.

Pemantauan terhadap bahaya radiasi pada laboratorium IEBE diutamakan di ruang HR-05, hal ini disebabkan kegiatan pembuatan pelet elemen bakar nuklir dilaksanakan di HR-05. Kemungkinan terbesar bahaya kontaminasi oleh zat radioaktif terjadi di ruang HR-05 ini.

Gambar 1. Denah lantai dasar laboratorium IEBE. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari uraian mengenai program proteksi radiasi yang digariskan oleh BAPETEN (SK Kepala BAPETEN no; 01/KA-BAPETEN/V-1999, Tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi) dan juga dibuat oleh PTBN, Tentang Program Proteksi Radiasi di IEBE, yaitu : Pengusaha Instalasi Nuklir (PIN) mempunyai tanggung-jawab tertinggi terhadap keselamatan personel dan anggota masyarakat lain di dekat instalasi dibawah pengawasannya, oleh karena itu PIN PTBN wajib dan telah melaksanakan kewajiban-kewajiban diantaranya :

1. Membentuk Organisai Proteksi Radiasi (OPR), 2. Hanya mengizinkan seseorang bekerja dengan

sumber radiasi setelah memperhatikan pendidikan dan pengalaman kerjanya,

3. Memberitahukan kepada semua pekerja radiasi tentang potensi bahaya radiasi dan memberikan latihan proteksi radiasi,

4. Menyediakan aturan keselamatan radiasi seperti prosedur yang berlaku dalam lingkungan sendiri dan termasuk aturan tentang Penanggulangan Kedaruratan Nuklir,

5. Menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan bagi siswa magang dan pekerja radiasi,

Page 9: KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PROTEKSI …papers.sttn-batan.ac.id/prosiding/2010/62.pdf · desain, konstruksi, komisioning, operasi rutin, dan tahap dekomisioning selalu memperhatikan

SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176

Budi Prayitno 523 STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

6. Menyediakan fasilitas dan peralatan untuk bekerja dengan sumber radiasi,

7. Memberitahukan kepada instansi yang berwenang bila terjadi keadaan darurat.

Selanjutnya tanggung-jawab dari PPR dalam hal pengawasan ini diimplementasikan terhadap bahaya radiasi yang terdapat di IEBE. Implementasi tersebut dinyatakan dalam bentuk pengawasan bahaya radiasi yaitu, pantauan radioaktivitas α di udara, pantauan paparan radiasi γ dan pantauan radioaktivitas α di permukaan. Tujuan akhirnya dari pelaksanaan program proteksi radiasi ini agar DEST yang diterima pekerja radiasi berada dibawah batasan yang diperbolehkan, yaitu dibawah 50 mSv/tahun. Data pada Tabel 4. adalah merupakan implementasi dalam pelaksanaan pengawasan terdapatnya radioaktivitas α di udara, pantauan paparan radiasi di IEBE ruang HR-05 dan

radioaktivitas di permukaan. Hasil Pantauan radioaktivitas α rerata tahun 2009 sebesar (3,957±2,145) Bq/m3, untuk pantauan paparannya sebesar (2,957±1,626) µSv/jam dan radioaktivitas α di permukaan sebesar (0,092±0,124) Bq/cm2. Hasil ini seluruhnya berada dibawah batasan yang diizinkan, untuk masing masing batasan adalah sebagai berikut : 20 Bq/m3, < 25 µSv/jam dan 3,7 Bq/cm2 (lihat Tabel 2). Walaupun data tersebut hanya merupakan data selama tahun 2009, namun untuk tahun tahun sebelumnya tidak jauh berbeda dengan keadaan di tahun 2009. Keadaan ini dapat dibuktikan dari DEST yang diterima oleh pekerja radiasi sejak beroperasinya IEBE hingga tahun 2009, yaitu ditampilkan pada Tabel 5. Untuk kepentingan dan memperjelas dalam pembahasan ini, maka dari Tabel 5 ditampilkan dalam bentuk Gambar 2.

Tabel 4. Radioaktivitas α di udara dan paparan γ untuk di IEBE ruang HR-05 tahun 2009 [8].

Bulan (Tahun 2009)

Radioaktivitas α di udara (Bq/m3)

PAPARAN γ (µSv/jam)

Radioaktivitas α di permukaan (Bq/cm2)

Januari 3,17 3,330 0,04 Februari 2,33 2,700 0,07 Maret 2,16 4,810 0,08 April 2,41 4,680 0,47 Mai 5,26 3,490 0,14 Juni 2,11 4,320 0,05 Juli 6,86 3,200 0,03

Agustus 4,36 4,070 0,01 September 2,98 3,500 0,09 Oktober 3,9 0,450 0,02

Nopember 2,89 0,350 0,04 Desember 9,05 0,580 0,06

Rerata (3,957±2,145) (2,957±1,626) (0,092±0,124)

Pada Tabel 5, DEST tertinggi untuk pekerja radiasi di IEBE terjadi di tahun 1977 yaitu sebesar (1,00±0,12) mSv/tahun. Ralat dari DEST sebesar 0,12 mSv/tahun atau 12% ini menunjukkan bahwa nilai DEST yang terjadi tidak begitu berfluktuasi atau dengan pengertian dari jumlah 63 pekerja radiasi yang bekerja di IEBE menerima DEST mendekati sama. Dari Tabel 5 atau Gambar 2 terlihat bahwa ada kecenderungan terjadinya penurunan DEST pekerja radiasi dari tahun 2004 hingga tahun 2009, hal ini kemungkinan disebabkan menurunnya kegiatan pembuatan pelet di IEBE. Pantauan DEST sejak tahun 1991-2009 di IEBE menunjukkan tidak ada pekerja radiasi yang menerima DEST melebihi batasan 50 mSv/tahun

Pemantauan DEST ini meliputi dosis eksterna dan interna,. Namun selama beroperasinya IEBE tidak pernah terjadi pekerja radiasi terkena/menerima dosis interna. Pemantauan radiasi selain dilakukan secara kuantitatif juga dilakukan secara kualitatf, yaitu melihat radionuklida yang yang terdapat di udara laboratorium IEBE. Sebagai contoh ditampilkan spektrum tenaga Gamma dari radionuklida yang terdapat di udara Laboratorium IEBE ruang HR-05 pada Gambar 3. Pada Gambar 3, puncak spektrum untuk radionuklida tersebut diantaranya : Pb-212, Bi-214 dan K-40. Hasil penelusuran lebih lanjut menunjukkan radionuklida tersebut berumur pendek dan berasal dari alam (Tabel 6).

Page 10: KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PROTEKSI …papers.sttn-batan.ac.id/prosiding/2010/62.pdf · desain, konstruksi, komisioning, operasi rutin, dan tahap dekomisioning selalu memperhatikan

SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR

YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176

STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA 524 Budi Prayitno

Tabel 5. Dosis Ekivalen Seluruh Tubuh (DEST) pekerja radiasi di IEBE tahun 1991 hingga tahun 2009 [9].

Tahun Jumlah DEST

terendah DEST rerata DEST

tertinggi TLD (mSv/tahun) (mSv/tahun) (mSv/tahun)

1991 34 0,30 0,46 ± 0,09 0,89 1992 49 0,42 0,72 ± 0,11 1,07 1993 56 0,36 0,53 ± 0,05 0,69 1994 56 0,21 0,53 ± 0,05 0,72 1995 54 0,14 0,68 ± 0,18 1,14 1996 59 0,25 0,50 ± 0,07 1,17 1997 63 0,37 1,00 ± 0,12 1,53 1998 63 0,35 0,79 ± 0,07 1,40 1999 68 0,15 0.52 ± 0,07 0,77 2000 70 0,39 0,59 ± 0,08 0,94 2001 70 0,19 0,74 ± 0,08 1,02 2002 73 0,17 0,73 ± 0,08 1,28 2003 74 0,27 0,97 ± 0,07 1,67 2004 76 0,00 0,01 ± 0,01 0,62 2005 84 0,00 0,02 ± 0,01 0,56 2006 84 0,00 0,01 ± 0,01 0,18 2007 84 0,00 0,03 ± 0,01 0,35 2008 91 0,00 0,03 ± 0,01 0,27 2009 91 0,00 0,03 ± 0,01 0,19

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

1.80

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

Tahun

DEST

(mSv

)

DEST terendah DEST rerata DEST tertinggi

Gambar 2. DEST per- tahun tertinggi, rerata dan terendah dari tahun 1991 hingga tahun 2009 [9].

Page 11: KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PROTEKSI …papers.sttn-batan.ac.id/prosiding/2010/62.pdf · desain, konstruksi, komisioning, operasi rutin, dan tahap dekomisioning selalu memperhatikan

SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176

Budi Prayitno 525 STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

Gambar 3. Spektrum tenaga gamma dan radionuklida di HR-05.

Tabel 6. Data radionuklida yang terdapat di udara ruang HR-05 IEBE

NO RADIONUKLIDA ENERGI (KeV) ASAL INDUK UMUR PARO

1. Pb-212 238,63 Th-232 3 menit 3. Pb-214 351,92 U-238 26,8 menit 4. Bi-214 609,31 U-238 19, 7 menit 5. K-40 1460,75 Np-239 1,28.109 tahun

Pemantauan/pemonitoran bertujuan agar pekerja radiasi terhindar dari bahaya radiasi eksterna maupun interna, dengan demikian dosis yang diterima selama IEBE beroperasi tidak pernah melebihi dari 50 mSv/tahun. Untuk pemonitoran eksterna dilakukan dilakukan dengan mengukur paparan radiasi ditempat bekerja dan untuk interna dilakukan pemonitoran kondisi udara setiap saat ditempat bekerja baik dari segi negatif presure maupun jenis radionuklida yang terdapat di udara. Pemonitoran lebih lanjut dari bahaya radiasi interna ini setiap pekerja radiasi diperiksa dengan Wole Body Counter (WBC) setiap satu kali dalam setahun. Hasil dari pemonitoran ini dicatat dalam kartu dosis radiasi perorangan. Pengawasan kesehatan Pekerja Radiasi dalam satu tahun sekali dilakukan pemeriksaan medical chek up atau sewaktu-waktu diperlukan. Pemeriksana ini dilakukan di klinik BATAN Serpong dibawah Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir.

Pelaksanaan program proteksi radiasi di IEBE telah diuraikan secara jelas di teori dan jika dibandingkan dengan persyaratan atau ketentuan program proteksi radiasi yang digariskan oleh BAPETEN, pelaksanaan program proteksi radiasi di IEBE telah sesuai dengan aturan BAPETEN. Implementasi dalam pengawasan mengenai radiasi

dilapangan juga telah dilakukan oleh PIN cq. Bidang Keselamatan PTBN. Dari seluruh Implementasi Program Proteksi Radiasi yang dilakukan oleh Bidang Keselamatan, diharapkan dapat membatasi dosis radiasi eksterna dan interna yang diterima oleh pekerja radiasi yang bekerja di IEBE. Berdasaran aturan keselamatan tentang radiasi batas dosis radiasi yang diijinkan 50 mSv/tahun, namum kenyataannya dosis radiasi yang diterima pekerja radiasi di IEBE jauh di bawah batas yang diizinkan. Hal ini disebabkan prinsip ALARA tetap diberlakukan di laboratorium IEBE. Pemantauan rutin udara buang yang dilepaskan melalui cerobong buang IEBE selalu dipantau berdasarkan peraturan yang ada. Audit rutin dari BAPETEN selalui dilakukan minimal satu kali dalam satu tahun, dengan demikian diharapkan pekerja radiasi dan masyarakat disekitar IEBE tidak akan menerima dampak radiologi dari beroperasinya IEBE.

KESIMPULAN Dari kajian terhadap implementasi program proteksi radiasi di Instalasi Elemen Bakar Eksperimental disimpulkan sebagai berikut, Implementasi program proteksi radiasi telah memenuhi persyaratan aturan

Page 12: KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PROTEKSI …papers.sttn-batan.ac.id/prosiding/2010/62.pdf · desain, konstruksi, komisioning, operasi rutin, dan tahap dekomisioning selalu memperhatikan

SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176

STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA Budi Prayitno 526

yang berlaku, yaitu UU no. 10 tahun 1997 Tentang Ketenaganukliran dan SK Kepala BAPETEN no.01/KA-BAPETEN/V-1999, tentang Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi, diantaranya : 1. Membentuk Organisai Proteksi Radiasi (OPR), 2. Hanya mengizinkan seseorang bekerja dengan

sumber radiasi setelah memperhatikan pendidikan dan pengalaman kerjanya,

3. Memberitahukan kepada semua pekerja radiasi tentang potensi bahaya radiasi dan memberikan latihan proteksi radiasi,

4. Menyediakan aturan keselamatan radiasi seperti prosedur yang berlaku dalam lingkungan sendiri dan termasuk aturan tentang Penanggulangan Kedaruratan Nuklir,

5. Menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan bagi siswa magang dan pekerja radiasi,

6. Menyediakan fasilitas dan peralatan untuk bekerja dengan sumber radiasi,

7. Memberitahukan kepada instansi yang berwenang bila terjadi keadaan darurat.

Implementasi Program Proteksi Radiasi dilaksanakan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku, dengan demikian pantauan radioaktivitas α di udara, pantauan paparan radiasi γ, pantauan radioaktivitas α di permukaan. dan DEST pekerja radiasi tidak melebihi dari batasan yang diizinkan, dengan demikian tidak ada dampak radiologi dari beroperasinya laboratorium IEBE. DAFTAR PUSTAKA 1. BAPETEN, Undang-undang no. 10 tahun 1997

Tentang Ketenaganukliran, Jakarta, (1997).

2. BAPETEN, Keputusan Kepala BAPETEN No. 01/KA-BAPETEN/V-1999, tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi, Jakarta, (1999).

3. TIM REVISI LAPORAN ANALISIS KESELAMATAN-PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR, Laporan Analisis Keselamatan Instalasi Elemen Bakar Eksperimental, Revisi 6, Serpong, (2006).

4. BAPETEN, Keputusan Kepala BAPETEN No. 02/KA-BAPETEN/V-1999, tentang Baku Radioaktivitas di Lingkungan, Jakarta, (1999).

5. IAEA, “Basic Safety Standards For Radiation Protection”, ( Safety Series no. 9), IAEA, Vienna (1982).

6. NIRA, “Technical Note on Risk Evaluation For BATAN Safety Assessment of The Fuel Fabrication Development Laboratory”, PCP and FFL Processess in EFEI Building, No. IND 00000S0376, Serpong, (1984).

7. IAEA, “Manual On Safety Aspects On The Design And Equipment Of Hot Laboratories” ( Safety Series no. 30), IAEA, Vienna (1981).

8. ANONIM, Laporan Triwulan I, II, III dan IV, Bidang Keselamatan, Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN, Serpong, (2009).

9. SULIYANTO, BUDI PRAYITNO, Prediksi Dosis Pembatas Untuk Pekerja Radiasi Di Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE), Majalah Ilmiah Pengelolaan Instalasi Nuklir, ISSN 1979-2409, No.05/Tahun III April 2010, Serpong, (2010)

TANYA JAWAB Pertanyaan: 1. Dosis rata-rata pekerja di Instalasi tersebut

kecil, Apakah potensi bahaya radisi eksterna dan interna di instalasi tersebut memang kecil? ( M. Khoiri)

2. Untuk menunjang pemantauan kesehatan pekerja radiasi jika diperlukan bisa dilakukan pemeriksaan aberasi kromosom di PTKMR – BATAN terutama bagi pekerja yang resiko terpapar radiasi tinggi. (M. Syaifudin)

Jawaban: 1. Potensi bahaya radiasi di instalasi tersebut

memang kecil, hal ini disebabkan karena bahan baku yang dipakai adalah uranium alam dengan pengkayaan rendah ( maksimum 5 %) sehingga paparan radiasi kecil (eksterna) dan disamping itu penanganan uranium dalam keadaan terbuka selalu dilakukan di dalam glove box (interna).

2. Terimakasih atas sarannya