kamis, 27 april 2017 utama e-budgeting mengunci mafia...

1
3 Suara Pembaruan Kamis, 27 April 2017 Utama [JAKARTA] Penerapan perencanaan penganggaran berbasis elektronik (e-bud- geting ) di Provinsi DKI Jakarta, dinilai mampu me- ngunci ruang gerak mafia anggaran, dan menutup ce- lah masuknya anggaran si- luman. Dengan demikian, penyusunan dan pengelola- an anggaran di daerah, be- nar-benar terarah pada ke- giatan yang telah disepakati bersama oleh Pemprov dan DPRD. Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok mengungkapkan, pa- da awalnya, e-budgeting hendak diterapkan pada pe- nyusunan APBD Perubahan 2014. Namun, rencana ter- sebut ditolak SKPD. Tahun berikutnya, pene- rapan e-budgeting terganjal sikap DPRD. “Kami perba- iki lagi. Hingga akhirnya APBD 2016 sudah mema- kai template (e-budgeting) lebih baik,” ungkapnya, di Balai Kota, Rabu (26/4). Terkait penerapan e- budgeting tersebut, lanjut Ahok, pihaknya sudah be- kerja sama dengan Indonesian Corruption Watch (ICW) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk ikut menga- wasi pengelolaan dan peng- gunaan anggaran. “Ibaratnya, harga satu botol minuman pun yang ada di DKI, orang lain bisa me- ngetahuinya. Makanya itu kenapa saya paksa transaksi nontunai. Kalau nontunai kita bisa lihat uang ke ma- na, dari siapa ke siapa,” tan- dasnya. Basuki menjelaskan, e- budgeting hanyalah sistem yang sewaktu-waktu bisa diubah, atau tidak diguna- kan. Untuk itu, dia mengi- ngatkan, sistem ini tidak ada gunanya jika gubernur tunduk oleh tekanan. “Kemarin, pada 2015, kalau saya takut dipecat, pasti saya ikutin versi mere- ka (DPRD). Bisa dimasuk- kan semua ke e-budgeting. Semua belanja yang Rp 12,1 triliun yang ada UPS (proyek pengadaan uninter- ruptible power supply) itu,” jelasnya. Membatasi Akses Senada dengan itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat me- ngatakan, dalam sistem e- budgeting hanya beberapa pihak yang memiliki akses, dengan menggunakan user ID dan password. Hal itu se- lain mempersempit akses, juga para pihak tersebut bisa saling mengawasi. Apabila ada perubahan, langsung di- ketahui pemegang password yang melakukan perubahan dan kapan perubahan itu ter- jadi. Dengan begitu, pro- gram yang tidak ada dalam pembahasan dan disepakati bersama, tidak bisa masuk seenaknya dalam APBD DKI. E-budgeting ada supa- ya (program yang dianggar- kan) enggak gampang diu- bah-ubah. Sehingga tidak ada program-program yang tidak dibahas masuk ke situ. Sehingga enggak kebobol- an lagi seperti yang lalu-la- lu. Nah kalau mau diubah harus melalui proses dan dilakukan bersama-sama antara eksekutif dan ekse- kutif,” kata Djarot. Setelah disepakati peru- bahan tersebut, maka akan dibuat berita acara pemba- hasan yang ditandatangani eksekutif dan legislatif. Lalu nanti perubahan akan dilakukan dalam rapat itu juga dengan tiga password bersamaan dari eksekutif dan legislatif. “Jadi enggak bisa sem- barangan diubah. Karena password hanya diketahui masing-masing pengguna anggaran. Dengan cara se- perti itu, APBD Jakarta ter- kunci. DPRD juga ada pas- sword, tapi dia enggak bisa mengubah, hanya bisa meli- hat. Sehingga ada check dan recheck,” jelasnya. Djarot menerangkan, adanya akses terbatas terse- but bukan berarti APBD DKI bersifat rahasia. Justru dengan adanya e-budge- ting, semua masyarakat bisa melihat penggunaan ang- garan daerah yang berasal dari pajak mereka. Secara terpisah, Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta, Tuty Kusumawati meng- ungkapkan, Pemprov DKI baru menerapkan e-budge- ting secara utuh pada APBD 2016. Penerapannya dila- kukan karena pihaknya ber- cermin dari temuan Tim Koordinasi Supervisi Pencegahan (Korsubgah) dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) da- lam tiga tahun berturut-tu- rut, 2012-2014. Di tahun tersebut ditemukan anggar- an yang tidak dibahas, teta- pi muncul di SKPD. “Temuan itu lantas disi- kapi dengan memulai e- budgeting di tahun 2015 awalnya. Namun di tahun itu semacam uji coba masih pada sistemnya yang masih belum full dan belum bisa dioperasikan mekanisme- nya seperti yang sekarang dilaksanakan,” ujar Tuty. Dari pengalaman, kata- nya, saat pembahasan RAPBD 2016, teknologi in- formasi untuk e-budgeting dirancang khusus sehingga hanya ada satu sistem saja, yakni e-budgeting yang di- dalamnya sudah terdapat fase perencanaan, yakni Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Kebijakan Umum Anggaran Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUAPPAS). Dia mengungkapkan, gubernur, wakil gubernur, dan sekretaris daerah me- miliki user ID dan pass- word. “Yang bisa mengu- bah hanya mereka yang me- miliki password dan peng- guna. Tapi kapan dia bisa input adalah pada tahap memang harus input,” te- gasnya. Tuty menerangkan, saat RAPBD disepakati DPRD, sistem akan terkunci, sehing- ga tidak ada pihak yang bisa membukanya. “Saat ini sis- tem dibuka untuk menyusun RKPD 2018 dan akan dibu- ka kembali untuk menyusun RAPBD Perubahan 2017,” terangnya. Sedangkan, DPRD juga diberi akses oleh Bappeda, te- tapi mereka tidak bisa meng- input data. “Sebab input ha- nya dilakukan oleh SKPD,” jelasnya. [LEN/D-14] E-Budgeting Mengunci Mafia Anggaran [JAKARTA] Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih, Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno memastikan pemerintah- annya lima tahun menda- tang akan tetap mengguna- kan e-budgeting. Hal itu dilakukan untuk memasti- kan APBD DKI Jakarta yang mereka kelola dapat bermanfaat sepenuhnya untuk kepentingan warga, serta untuk menghindari anggaran siluman dari ma- fia anggaran. “Kami akan lanjutkan dan teruskan program yang sudah baik pelaksa- nannya selama pemerin- tahan Pak Basuki dan Pak Djarot, salah satunya e- budgeting ini yang me- mang menjadi tuntutan masyarakat untuk transpa- ransi pemerintahan,” ujar Sandiaga Uno, Rabu (26/4). Sandi menegaskan, bersama Anies akan meng- utamakan konsep open go- vernment yang berbasis transparansi, partisipasi publik, serta efisiensi pro- ses. Terkait pengadaan ba- rang dan jasa, pihaknya berencana mengubah prak- tik pengadaan barang dan jasa secara terkonsolidasi. Hal ini dimaksudkan agar tidak mematikan supplier dari kalangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sementara itu, Anies Baswedan bertekad akan meningkatkan daya serap APBD DKI agar bisa diop- timalkan untuk kepenting- an warga. “E-Budgeting harus tetap diarahkan oleh keberpihakan anggaran untuk kepentingan dan ke- maslahatan warga, namun tetap mengutamakan akun- tabilitas serta transparan- si,” kata Anies. Mantan menteri pendi- dikan dan kebudayaan di Kabinet Kerja tersebut me- nekankan, pihaknya tidak hanya melanjutkan, tetapi juga menyempurnakan sis- tem E-Budgeting, dalam rangka tata kelola peme- rintahan yang baik. Menurut Juru Bicara Anies Sandi, Naufal Firman Yusak, perbaikan tata kelola antara lain juga mengarah agar terwujud sistem yang baik dan efek- tif, sehingga tidak bergan- tung pada figur. “Selama ini dikesan- kan seolah-olah e-budge- ting tidak jalan kalau gu- bernur tidak berani lawan DPRD. Padahal DPRD itu mitra penyelenggaraan pe- merintahan. Kalau sa- ma-sama untuk tujuan ke- baikan, DPRD juga setuju. Tinggal bagaimana cara komunikasinya,” kata Firman. [C-7] Anies-Sandi Akan Pertahankan E-Budgeting FOTO-FOTO: DOK SP Anies Rasyid Baswedan Sandiaga Salahuddin Uno

Upload: buitu

Post on 10-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

3Sua ra Pem ba ru an Kamis, 27 April 2017 Utama

[JAKARTA] Penerapan perencanaan penganggaran berbasis elektronik (e-bud-geting) di Provinsi DKI Jakarta, dinilai mampu me-ngunci ruang gerak mafia anggaran, dan menutup ce-lah masuknya anggaran si-luman. Dengan demikian, penyusunan dan pengelola-an anggaran di daerah, be-nar-benar terarah pada ke-giatan yang telah disepakati bersama oleh Pemprov dan DPRD.

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok mengungkapkan, pa-da awalnya, e-budgeting hendak diterapkan pada pe-nyusunan APBD Perubahan 2014. Namun, rencana ter-sebut ditolak SKPD.

Tahun berikutnya, pene-rapan e-budgeting terganjal sikap DPRD. “Kami perba-iki lagi. Hingga akhirnya APBD 2016 sudah mema-kai template (e-budgeting) lebih baik,” ungkapnya, di Balai Kota, Rabu (26/4).

Terkait penerapan e-budgeting tersebut, lanjut Ahok, pihaknya sudah be-k e r j a s a m a d e n g a n Indonesian Corruption Watch (ICW) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk ikut menga-wasi pengelolaan dan peng-g u n a a n a n g g a r a n . “Ibaratnya, harga satu botol minuman pun yang ada di DKI, orang lain bisa me-ngetahuinya. Makanya itu kenapa saya paksa transaksi nontunai. Kalau nontunai kita bisa lihat uang ke ma-na, dari siapa ke siapa,” tan-dasnya.

Basuki menjelaskan, e-budgeting hanyalah sistem yang sewaktu-waktu bisa diubah, atau tidak diguna-kan. Untuk itu, dia mengi-ngatkan, sistem ini tidak ada gunanya jika gubernur tunduk oleh tekanan.

“Kemarin, pada 2015, kalau saya takut dipecat, pasti saya ikutin versi mere-ka (DPRD). Bisa dimasuk-kan semua ke e-budgeting. Semua belanja yang Rp 12,1 triliun yang ada UPS (proyek pengadaan uninter-ruptible power supply) itu,” jelasnya.

Membatasi AksesSenada dengan itu, Wakil

Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat me-ngatakan, dalam sistem e-budgeting hanya beberapa pihak yang memiliki akses, dengan menggunakan user ID dan password. Hal itu se-lain mempersempit akses, juga para pihak tersebut bisa saling mengawasi. Apabila ada perubahan, langsung di-ketahui pemegang password yang melakukan perubahan dan kapan perubahan itu ter-

jadi. Dengan begitu, pro-gram yang tidak ada dalam pembahasan dan disepakati bersama, tidak bisa masuk seenaknya dalam APBD DKI.

“E-budgeting ada supa-ya (program yang dianggar-kan) enggak gampang diu-bah-ubah. Sehingga tidak ada program-program yang tidak dibahas masuk ke situ. Sehingga enggak kebobol-an lagi seperti yang lalu-la-lu. Nah kalau mau diubah harus melalui proses dan dilakukan bersama-sama antara eksekutif dan ekse-kutif,” kata Djarot.

Setelah disepakati peru-bahan tersebut, maka akan dibuat berita acara pemba-hasan yang ditandatangani eksekutif dan legislatif. Lalu nanti perubahan akan dilakukan dalam rapat itu juga dengan tiga password bersamaan dari eksekutif dan legislatif.

“Jadi enggak bisa sem-barangan diubah. Karena password hanya diketahui masing-masing pengguna anggaran. Dengan cara se-perti itu, APBD Jakarta ter-kunci. DPRD juga ada pas-sword, tapi dia enggak bisa mengubah, hanya bisa meli-hat. Sehingga ada check dan recheck,” jelasnya.

Djarot menerangkan, adanya akses terbatas terse-but bukan berarti APBD DKI bersifat rahasia. Justru dengan adanya e-budge-ting, semua masyarakat bisa

melihat penggunaan ang-garan daerah yang berasal dari pajak mereka.

Secara terpisah, Ketua B a d a n P e r e n c a n a a n Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta, Tuty Kusumawati meng-ungkapkan, Pemprov DKI

baru menerapkan e-budge-ting secara utuh pada APBD 2016. Penerapannya dila-kukan karena pihaknya ber-cermin dari temuan Tim Koord inas i Supe rv i s i Pencegahan (Korsubgah) dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) da-lam tiga tahun berturut-tu-rut, 2012-2014. Di tahun tersebut ditemukan anggar-an yang tidak dibahas, teta-pi muncul di SKPD.

“Temuan itu lantas disi-kapi dengan memulai e-

budgeting di tahun 2015 awalnya. Namun di tahun itu semacam uji coba masih pada sistemnya yang masih belum full dan belum bisa dioperasikan mekanisme-nya seperti yang sekarang dilaksanakan,” ujar Tuty.

Dari pengalaman, kata-nya, saat pembahasan RAPBD 2016, teknologi in-formasi untuk e-budgeting dirancang khusus sehingga hanya ada satu sistem saja, yakni e-budgeting yang di-dalamnya sudah terdapat fase perencanaan, yakni Rencana Kerja Pemerintah D a e r a h ( R K P D ) d a n Kebijakan Umum Anggaran Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUAPPAS).

Dia mengungkapkan, gubernur, wakil gubernur, dan sekretaris daerah me-miliki user ID dan pass-word. “Yang bisa mengu-bah hanya mereka yang me-miliki password dan peng-guna. Tapi kapan dia bisa input adalah pada tahap memang harus input,” te-gasnya.

Tuty menerangkan, saat RAPBD disepakati DPRD, sistem akan terkunci, sehing-ga tidak ada pihak yang bisa membukanya. “Saat ini sis-tem dibuka untuk menyusun RKPD 2018 dan akan dibu-ka kembali untuk menyusun RAPBD Perubahan 2017,” terangnya.

Sedangkan, DPRD juga diberi akses oleh Bappeda, te-tapi mereka tidak bisa meng-input data. “Sebab input ha-nya dilakukan oleh SKPD,” jelasnya. [LEN/D-14]

E-Budgeting Mengunci Mafia Anggaran

[JAKARTA] Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih, Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno memastikan pemerintah-annya lima tahun menda-tang akan tetap mengguna-kan e-budgeting. Hal itu dilakukan untuk memasti-kan APBD DKI Jakarta yang mereka kelola dapat bermanfaat sepenuhnya untuk kepentingan warga, serta untuk menghindari anggaran siluman dari ma-fia anggaran.

“Kami akan lanjutkan dan teruskan program yang sudah baik pelaksa-nannya selama pemerin-tahan Pak Basuki dan Pak Djarot, salah satunya e-budgeting ini yang me-mang menjadi tuntutan masyarakat untuk transpa-ransi pemerintahan,” ujar Sandiaga Uno, Rabu (26/4).

Sandi menegaskan, bersama Anies akan meng-

utamakan konsep open go-vernment yang berbasis transparansi, partisipasi publik, serta efisiensi pro-ses.

Terkait pengadaan ba-rang dan jasa, pihaknya berencana mengubah prak-tik pengadaan barang dan jasa secara terkonsolidasi. Hal ini dimaksudkan agar tidak mematikan supplier dari kalangan usaha mikro,

keci l , dan menengah (UMKM).

Sementara itu, Anies Baswedan bertekad akan meningkatkan daya serap APBD DKI agar bisa diop-timalkan untuk kepenting-an warga. “E-Budgeting harus tetap diarahkan oleh keberpihakan anggaran untuk kepentingan dan ke-maslahatan warga, namun tetap mengutamakan akun-

tabilitas serta transparan-si,” kata Anies.

Mantan menteri pendi-dikan dan kebudayaan di Kabinet Kerja tersebut me-nekankan, pihaknya tidak hanya melanjutkan, tetapi juga menyempurnakan sis-tem E-Budgeting, dalam rangka tata kelola peme-rintahan yang baik.

Menurut Juru Bicara Anies Sandi , Naufa l Firman Yusak, perbaikan tata kelola antara lain juga mengarah agar terwujud sistem yang baik dan efek-tif, sehingga tidak bergan-tung pada figur.

“Selama ini dikesan-kan seolah-olah e-budge-ting tidak jalan kalau gu-bernur tidak berani lawan DPRD. Padahal DPRD itu mitra penyelenggaraan pe-merintahan. Kalau sa-ma-sama untuk tujuan ke-baikan, DPRD juga setuju. Tinggal bagaimana cara komunikasinya,” kata Firman. [C-7]

Anies-Sandi Akan Pertahankan E-Budgeting

FOTO-FOTO: DOK SP

Anies Rasyid Baswedan Sandiaga Salahuddin Uno