kanopi paprika #1

10
An authentic tale by Naroo, visualized by Glanz Inilah hidup ;) Jelajah Inspirasi dalam Opini 1st Issue | September 17th, 2014 | Kanopi :Paprika © Minimagz Inspire

Upload: wahid-abdul

Post on 15-Apr-2016

264 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Paprika

TRANSCRIPT

Page 1: Kanopi Paprika #1

An authentic tale by Naroo, visualized by Glanz

Inilah hidup ;)

Jelajah Inspirasi dalam Opini 1st Issue | September 17th, 2014 | Kanopi :Paprika © Minimagz Inspire

Page 2: Kanopi Paprika #1

Denganmu, Hidup Jadi Lebih Berwarna..bagian 1 dari 3 cerita

Page 3: Kanopi Paprika #1
Page 4: Kanopi Paprika #1

"Piaaan, help me!! Ban motorku bocor. Huuuaaaa", Paprika hectic malam-malam menelpon Alvian.

Namanya Paprika. Gadis kelas XI SMA TARUNA BAKTI Yogyakarta. Anak perempuan berkacamata itu terpaksa pulang jam setengah sem-bilan malam, karena harus cek ter-akhir jumlah sembako untuk bakti sosial lustrum sekolah lusa. Ia ber-jalan gontai ke arah parkiran motor. Tanpa berpikir panjang ia pun segera melaju mengendarai sepeda motor-nya keluar pintu gerbang sekolah. Suasana benar-benar sepi, tinggal Pak Bona yang bersiap-siap me-ngunci pagar sekolah.

Apes. Kira-kira sepuluh menit Paprika perjalanan, ban sepeda motornya bocor.

1Hormatilah Paklik sama Bulik se-bagaimana kamu menghormati orang tuamu. Sekolah yang bener, boleh ikut kegiatan lain tapi harus ingat waktu. Jangan sampai kesehat-anmu terganggu, dan jangan sampai pulang larut malam. Ga baik buat anak perempuan. Apalagi angin malam jahat. Kau tau kan? Kau pasti sakit kalau habis kena angin malam?"

Paprika berkali-kali menyeka air matanya. Ia merasa menyesal de-ngan kejadian malam itu. Mengapa ia tidak mengikuti nasihat orang tua-nya. Dulu ia yang ngotot ingin me-lanjutkan sekolah menengah atas di Yogyakarta, jauh dari orang tuanya yang tinggal di Sumatra tapi malam ini... maafkan Paprika, Ayah.

satu-dua kendaraan yang melintas di jalan. Rumah penduduk pun masih jarang. Meskipun ada beberapa warung kecil penjual bensin, atau tukang tambal ban. Itupun sudah pada tutup.

"Ya udah kamu tunggu situ aja. Aku ke situ. Ga usah pergi-pergi. Sete-ngah jam lagi aku sampai. Klik", Alvian menutup telepon.

Setengah jam berlalu namun Alvian belum juga terlihat. Paprika mulai khawatir. Apalagi saat itu per-tama kalinya ia pulang larut malam. Bayangan orang tuanya mulai mun-cul. Air matanya mulai meleleh. Ia teringat petuah orang tuanya, "Kalau kamu memang niat mau sekolah di Yogyakarta, kamu harus kuat.

"Lho? Lha emang kamu di mana sekarang?", tanya Alvian –tetangga, sahabat sekaligus teman sekolah-nya– heran. Maklum, Alvian tidak ikut serta dalam kepanitiaan acara tersebut. "Aku habis cek terakhir sembako buat acara baksos lusa. Besok dah mau diangkut ke lokasi. Malah ban-ku bocor. Aku sekarang di tempat Pak Sardi, tambal ban deket sekolah. Tapi udah tutup. Masak aku nuntun sampai rumah?", keluh Paprika ber-nada cemas.

Jarak tempuh sekolah dari rumah Paprika sekitar 10 km. Jika ditempuh dengan sepeda motor sekitar empat puluh menit. Keadaannya pun cukup sepi. Kanan-kiri jalan terhampar areal persawahan. Sesekali terlihat

Page 5: Kanopi Paprika #1

geser untuk membukageser untuk membuka

"Jam segini sekolah pasti dah di-kunci, mana lagi ya yang bisa dititip-in?" Alvian pun terlihat mengingat-ingat sesuatu. "Oh iya aku punya kenalan Pak Maman, yang jualan di kedai bajigur samping sekolah. Itu lho seberang kantin. Semoga aja masih buka. Kita titipkan aja motor-mu di sana. Besok pulang sekolah baru diambil. Kamu bisa berangkat bareng Crenata kan besok? Dah ayo, aku yang tuntun motornya, kamu bawa motorku.""Oh iya aku tahu", sahut Paprika.

Paprika pun terdiam sejenak. Ha? Berarti aku nanti pulangnya bon-cengan sama Pian dong!? Duh. Masak gitu sih? Gimana kalo jalan kaki? Jauh eh! Apa ga ada pilihan lain? Yah, mau gimana lagi. Dari-pada aku ga bisa pulang.

“Tadinya aku mau nelpon Paklik, Bulik, atau Crenata. Tapi mereka semua takziyah ke Semarang sejak kamis sore. Pulang mungkin besok pagi. Lagian aku ga mau mereka malah tambah khawatir", papar Paprika menjelaskan alasannya menghubungi Alvian. Alvian hanya diam tanpa sedikit pun komentar.

"Terus gimana nih, Pian??""Aku juga masih mikir nih. Sekarang kan udah jam sembilan lebih. Se-tahuku daerah sini tambal ban ya cuma sini. Lainnya ada, dekat rumahmu. Tapi tadi aku lewat dah tutup."

Paprika terlihat mulai menginggit jari, kebiasaan kalau dia mulai kha-watir.

Sayup-sayup terdengar suara khas sepeda motor milik Alvian.

Perasaan lega mulai menjalar. Ia pun segera menghapus air matanya, ia malu kalau sampai Alvian tahu. Masak Paprika yang biasanya (sok) tegar nangis gegara ban bocor.

Alvian memarkir motornya dan berjalan menghampiri Paprika. Ia lantas melepas jaket dan mengulur-kannya ke Paprika. Paprika meman-dang Alvian dengan ekspresi ragu-ragu."Dah pake aja. Angin malam itu jahat lho", terpancar ketulusan di mata Alvian.

Paprika pun menerima jaket Alvian dan memakainya. Alvian berjalan ke arah motor Paprika, kemudian me-ngecek kondisi ban.

Page 6: Kanopi Paprika #1

10

Alvian pun tersenyum kecut. Ah melihatmu tersenyum seperti itu saja sudah berarti kemenangan, bagiku.

Untung saja mereka ga terlambat datang. Pak Maman terlihat tengah bersiap-siap mengunci kedai bajigur-nya. Alvian meminta izin pada Pak Maman untuk menitipkan sepeda motor Paprika di kedainya. Beliau dengan senang hati mau membuka kembali kedainya dan mempersila-kan Alvian menitipkan motor Paprika. Terima kasih Pak Maman.

Tak ada pilihan lain, Paprika dan Alvian pulang berboncengan.

Alvian terlihat menggeleng-geleng-kan kepala. "Kamu ngapain kok geleng-geleng gitu? Kamu ga kesurupan kan?", tanya Paprika.

Alvian menoleh ke arah samping, ke arah Paprika yang mengendarai pelan sepeda motornya. Kamu imut juga ya #eh.

"Engga kok, cuma kayaknya kok ada yang ngikutin kita di belakang", sahut Alvian mulai usil. "Satu, dua, tiga... lariii!!", Alvian pun lari sambil tergopoh-gopoh menuntun sepeda motor. Paprika sontak menambah kecepatan sepeda motor yang ia kendarai.

Walhasil Paprika sampai di kedai bajigur Pak Maman lebih dulu. Di-susul Alvian di belakang Paprika sambil terengah-engah dan ber-cucuran keringat."Horeee aku duluan. Salah sendiri kamu nakut-nakutin", Paprika me-ngangkat kedua tangannya ke udara dengan senyum penuh kemenangan.

Setelah beberapa saat menimbang baik-buruknya, ia pun mengiyakan dan bergegas menghampiri motor Alvian. Alvian pun mulai menuntun motor Paprika.

Sepanjang perjalanan mereka tak banyak cakap. Hanyut dalam pikiran masing-masing.

Malam ini, kau terlihat seperti anak gadis lainnya Paprika. Kau lemah. Iya, kau lemah. Aku tahu kau habis nangis kan? Haha, matamu aja merah gitu. Tapi aku tak sampai hati mengolok-olokmu seperti biasa. Apakah kau tahu? Melihatmu sen-dirian dengan wajah pucat penuh rona kekhawatiran, membuat hatiku seolah teriris. Aku akan menjadi orang pertama yang tidak bisa me-maafkan diri sendiri jika terjadi apa-apa padamu. Hmm.. Perasaan apa ini? Hufht..

Page 7: Kanopi Paprika #1

Alvian. Laki-laki kedua terdekat se-telah ayahku. Kami berteman sejak lama. Kalau ada yang bertanya sia-pa laki-laki terbaik yang pernah aku kenal? Aku bakalan ucap namanya yang kedua setelah ayahku. Penam-pilannya memang terbilang 'nyle-neh'. Ia lebih suka memakai celana jeans 'belel' dipadu kaos usang. Tapi dia tetep aja terlihat cakep #eh. Yeah aku akui itu. Namun hal yang membuatku nyaman bersahabat dengannya bukan karena dia cakep. Melainkan karena dia selalu ber-usaha keras membantu ketika aku membutuhkan pertolongan. Kejadi-an "superhero ban bocor" malam itu bukan yang pertama kali dia mem-bantuku di saat genting. Banyak hal yang sudah ia lakukan untukku. Namun.. ah sudahlah.

Paprika tertawa renyah melihat kelakuan dua sahabatnya."Ngomong-ngomong kamu ga ngapa-apain saudaraku kan?", tanya Crenata dengan rupa penuh selidik."Ya ga lah, masak sama orang yang disukai menyakiti. Ga mungkin lah!", ceplos Alvian.

6Sontak Crenata keselek dan spon-tan menyambar gelas minum Paprika. "Icikiwiiir, there is a little truth behind the 'keceplosan'", celetuk Crenata.

Paprika senyam-senyum sembari mencomot mendoan.

7"Piye Paprika? Ditompo ra kui? ”, Crenata mulai heboh.

Paprika tersenyum penuh arti.

"Kepepet. Lha mau gimana lagi? Masak aku ga pulang?", ucap Paprika membela diri.

Alvian cuma senyam-senyum sem-bari menikmati mendoan buatan Bu Irma –ibu Crenata sekaligus Bulik Paprika–.

4"Kowe gagah tenan Pian, malam-malam rela nuntun motor demi Paprika."

Yang dipuji cuma nyengir dan de-ngan sengaja menyeruput es jeruk milik Crenata.

5"Usil banget ah kowe !", Crenata langsung menjitak kepala Alvian. "Baru juga dipuji malah langsung selonong aja minum punya orang lain.""Lha pedes banget je cabe rawitnya. Mana aku belum diambilin minum lagi", bela Alvian.

Sabtu pagi Crenata, Paklik, dan Bulik pulang dari Semarang. Mereka terkejut mendapati Paprika demam. Akhirnya Paklik menelpon sekolah untuk mengabarkan bahwa ke-ponakannya –Paprika– tidak bisa mengikuti pelajaran seperti biasa.

Sore harinya Alvian datang men-jenguk Paprika. Crenata turut mene-mani mereka.

2"Wuedyan , kalian berdua bonceng-3an? Ra umum tenan ", Crenata

heboh mendengar cerita 'ban bocor' Paprika. "Biasanya kamu ga mau boncengan sama cowok je. Aku jadi keinget pas kamu sama Pian mau beli buku bareng. Kamunya ga mau dibonceng malah naik bis", Crenata nampak masih belum percaya.

Page 8: Kanopi Paprika #1

ber-sam-bung...

Maafkan aku Alvian, aku mengerti bahwa kau menyukaiku. Bahkan sejak lama. Tapi ada garis batas yang aku buat, bukan hanya padamu tapi bagi laki-laki manapun. Setidaknya untuk saat ini. Entah sampai kapan. Kau tahu kan apa yang aku maksud? Bantu aku. Bantu aku menjaga hati dan tetaplah.. menjadi sahabat baikku. Sekarang dan nanti.

"Aku ngerti kowe kok Pian, senyum-senyum gitu hatimu remuk. Iya sih memang, menertawakan kekonyolan diri sendiri pascagagal itu adalah cara terbaik untuk move on. Kowe kudu kuat”, papar Crenata sok bijak.

8"Ceile, bahasamu ngawu-awu Cren", Paprika menyahut dengan meniru logat khas Njawani Crenata.

Adzan maghrib berkumandang. Alvian undur diri untuk bergegas ke masjid. Crenata dan Paprika juga se-gera memberesi makanan di meja, lalu mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat maghrib ber-jama'ah.

"Ahh, Pian cuma bercanda Cren. Forever Friendship. Iya kan Pian?", ungkap Paprika santai. Alvian malah cengar-cengir."Pfttt, sabar ya Pian. Kamu kayaknya ditolak", komentar Crenata sembari memandang Alvian dengan ekspresi kasihan."Biasa wae ahh", sahut Alvian tetap dengan ekspresi cengar-cengir. Ah setidaknya aku sudah lega menyam-paikannya padamu Paprika. Walau kau memandangnya sebagai gurau-an. Tak masalah bagiku. Yang jelas, aku akan tetap menjadi yang terbaik untukmu, sebagai.. sahabat. Seperti maumu. Walau hati ini.. ah sudah-lah.

Page 9: Kanopi Paprika #1

VISUALIZER AUTHOR :PAPRIKA

ALHAMDULILLAHi Robb al-’Alamin.Segala puji dan syukur hanya ke hadirat Alloh SWT. Tanpa karunia dan nikmatNya, ‘perjuangan’ merilis edisi perdana Inspire’s KANOPI [Kan-vas Opini] ini hanya akan berasa sia-sia.

Kanopi perdana kali ini menyajikan kisah :Paprika. Mungkin beberapa di antara teman-teman ada yang per-nah menyimak kisah ini di Minimagz Inspire (reguler). Untuk ke depan-nya, serial :Paprika akan terbit via Kanopi, setiap 3 bulan sekali (ber-gantian dengan Kreatifrenzy & Ai-phoria Chronicle).

:Paprika tetap akan hadir di Mini-magz Inspire, hanya saja akan ber-bentuk special feature. Mirip versi movie dari sebuah anime.

Setelah edisi ini, akan rilis Kanopi Kreatifrenzy yang mengulas sosok-sosok Muslim (muda) Kreatif. Pena-saran siapa yang akan kami tampil-kan? Tetap bersabar menunggu ya? :D

Radiance Glanz | supervisor Kanopi

THANKSUDAH BACA

Jelajah Inspirasi dalam Opini

Email: [email protected]

Mobile: 0856-4319-2772

saran/kritik

Page 10: Kanopi Paprika #1

Glossaria

1. Paklik (bapak cilik) = om/paman Bulik (ibu cilik) = tante/bibi

2. Wuedyan = edan = gila3. Ra umum tenan = tidak biasa-

nya, luar biasa4. Kowe gagah tenan = kamu gagah

bener5. Kowe = kamu6. Keselek = tersedak7. Piye Paprika, ditompo ora kui? =

Gimana Paprika, diterima nggak itu?

8. Ngawu-awu = melangit

Kisah :Paprika mengambil setting di Daerah Istimewa Yogyakarta, karena itu di dalamnya memuat beberapa kosakata/kalimat dalam bahasa Jawa. Berikut kami sajikan terjemah/ artinya:

© Minimagz Inspire, 2014