kap) - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/28766/1/jurnal_skripsi.pdf · standar umum, standar...
TRANSCRIPT
1
Pengaruh Pengalaman kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas, Kompetensi dan Etika terhadap Kualitas Audit
Nungky Nurmalita Sari
Herry Laksito, SE., M. Adv., Acc., Akt
ABSTRACT
The research aims to determine the influence job experience, independency, objectivity, integrity, competency and ethics, a positive influence on audit quality. In This research, researchers examined the quality of audit in Public Accounting Firm (KAP) in Semarang by using independent variables, that is job experience, independency, objectivity, integrity, competency and ethics.
The population in This research are all auditors who worked on the KAP in the city of Semarang. Sampling was conducted using a purposive sampling method and number of samples of 75 respondents. Primary data collection method used is questionnaire method. The data analysis technique used in This research is the technique of multiple regression analysis.
Results from testing the hypothesis in this study indicate that work experience, independence, objectivity, integrity, competence and ethics have a positive and significant influence on audit quality. Simultaneously, all independent variables have a positive and significant influence on audit quality. Researchers suggest for future research in order to add more variable and than to extend the population. Keyword : job experience, independency, objectivity, integrity, competency, ethic, quality of audit.
2
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Setiap Kantor Akuntan Publik menginginkan untuk memiliki auditor yang dapat
bekerja dengan baik dalam melakukan audit. Salah satu yang merupakan pekerjaan auditor
adalah melakukan audit yang tujuannya terdiri dari tindakan mencari keterangan tentang
apa yang dilaksanakan dalam suatu entitas yang diperiksa, membandingkan hasil dengan
kriteria yang ditetapkan, serta menyetujui atau menolak hasil dengan memberikan
rekomendasi tentang tindakan-tindakan perbaikan.
Tidak semua auditor dapat melakukan tugasnya dengan baik, dan masih ada beberapa
akuntan publik yang melakukan kesalahan. Sebagai contoh, terdapat kasus keuangan dan
manajerial perusahaan publik yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan publik yang
menyebabkan perusahaan didenda oleh Bapepam (Winarto, 2002 dalam Christiawan, 2003).
Guna menunjang profesionalismenya, auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus
berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yakni
standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Standar umum merupakan
cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh seorang auditor yang mengharuskan
auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan
prosedur audit.
Pengalaman seorang auditor sangat berperan penting dalam meningkatkan keahlian
sebagai perluasan dari pendidikan formal yang telah diperoleh auditor. Dalam melaksanakan
audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapatan, auditor harus senantiasa bertindak
sebagai seorang yang ahli dalam bidang akuntan dan bidang auditing. Pencapaian keahlian
tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya yang diperluas melalui pengalaman-
pengalaman selanjutnya dalam praktik audit (SPAP, 2001 dalam Asih 2006).
Audit independen didefinisikan sebagai sikap mental yang tidak bias auditor dalam
membuat keputusan audit dan pelaporan keuangan (Bartlett, 1993 dalam Baotham et al.
2009). Atribut independensi adalah sebuah konsep yang sangat khusus untuk auditor.
Mempertahankan standar etika tertinggi untuk profesi akuntansi, independensi mengacu pada
kualitas yang bebas dari pengaruh, persuasi atau bias (Maury, 2000). Selain itu, auditor
independen diharapkan akan tanpa bias terhadap klien yang diaudit dan harus objektif kepada
mereka yang mengandalkan hasil audit (Maury, 2000). Demikian pula, independensi auditor
3
mengacu pada kemampuan auditor untuk mempertahankan sikap mental yang objektif dan
tidak memihak (Sridharan et al, 2002 dalam Baotham et al. 2009).
Objektivitas merupakan suatu keyakinan, kualitas yang memberikan nilai bagi jasa
atau pelayanan auditor (Arens dan Loebbecke, 2003 dalam Ibrani, 2007). Lebih lanjut
dijelaskan bahwa prinsip objektivitas menetapkan suatu kewajiban bagi auditor untuk tidak
memihak, jujur secara intelektual dan bebas dari konflik kepentingan. Walaupun prinsip ini
tidak dapat diukur secara pasti, namun prinsip obyektivitas merupakan suatu keharusan,
artinya bahwa setiap anggota profesi wajib melaksanakan dan mengusahakannya.
Integritas juga merupakan komponen profesionalisme auditor. Integritas adalah
kepatuhan tanpa kompromi untuk kode nilai-nilai moral, dan menghindari penipuan,
kemanfaatan, kepalsuan, atau kedangkalan apapun. Pentingnya integritas berasal dari ide
bahwa profesi adalah "panggilan" dan membutuhkan profesional untuk fokus pada gagasan
bahwa mereka melakukan pelayanan publik. Integritas mempertahankan standar prestasi
yang tinggi dan melakukan kompetensi yang berarti memiliki kecerdasan, pendidikan, dan
pelatihan untuk dapat nilai tambah melalui kinerja (Mutchler, 2003).
Auditor membutuhkan sebuah kompetensi, termasuk pelatihan yang memadai dan
pengalaman dalam semua aspek pekerjaan seorang auditor. Lebih lanjut, saat ini profesi
auditor juga telah menempatkan peningkatan pada audit dan program pendidikan akuntansi
profesional untuk auditor untuk memastikan bahwa mereka tetap mengikuti ide-ide terbaru
dan teknik di bidang audit dan akuntansi. Secara umum etika didefinisikan sebagai nilai-nilai
tingkah laku atau aturan-aturan tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh suatu
golongan tertentu atau individu (Sukamto , 1991 : 1 dalam Suraida, 2005). Menurut Suseno
Magnis (1989) dan Sony Keraf (1991) bahwa untuk memahami etika perlu dibedakan dengan
moralitas. Moralitas adalah suatu sistem nilai tentang bagaimana seseorang harus hidup
sebagai manusia.
Kualitas audit yang baik pada prinsipnya dapat dicapai jika auditor menerapkan
standar-standar dan prinsip-prinsip audit, bersikap bebas tanpa memihak (Independent), patuh
kepada hukum serta mentaati kode etik profesi. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
adalah pedoman yang mengatur standar umum pemeriksaan akuntan publik, mengatur segala
hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental.
Terkait dengan topik penelitian ini, beberapa penelitian mengenai pengalaman auditor
telah banyak dilakukan peneliti sebelumnya. Penelitian Budi dkk. (2004) dan Oktavia (2006)
tentang pengalaman kerja memberikan hasil bahwa tidak terdapat pengaruh pengalaman kerja
terhadap pengambilan keputusan auditor, sementara dari penelitian Suraida (2005)
4
menyatakan bahwa pengalaman audit dan kompetensi berpengaruh terhadap ketepatan
pemberian opini auditor akuntan publik. Penelitian mengenai independensi yang dilakukan
oleh Christiawan (2002) dan Alim dkk., (2007) menunjukkan Independensi berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit bersumber. Berbeda dengan penelitian tersebut, hasil dari
penelitian Sukriah dkk., (2009) menunjukkan hasil bahwa independensi tidak berpengaruh
terhadap kualitas audit.
Penelitian terdahulu banyak yang lebih menekankan pada pengalaman kerja,
independensi, serta kompetensi auditor pada kantor akuntan publik, selain ketiga faktor atau
variabel tersebut, dalam penelitian Sukriah dkk., (2009) ditambahkan dua variabel lain yaitu
objektivitas dan integritas. Dalam penelitian ini, penulis menambahkan satu variabel yaitu
etika auditor untuk dianalisa pengaruhnya terhadap kualitas audit yang dilakukan auditor
pada Kantor Akuntan Publik. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
mengenai “Pengaruh Pengalaman kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas,
Kompetensi dan Etika terhadap Kualitas Audit”
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut:
1. Apakah pengalaman kerja auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit?
2. Apakah independensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit?
3. Apakah objektivitas auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit?
4. Apakah integritas auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit?
5. Apakah kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit?
6. Apakah etika auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit?
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengalaman kerja, independensi,
objektivitas, integritas, kompetensi dan etika auditor memiliki pengaruh yang positif terhadap
kualitas audit.
5
B. TELAAH PUSTAKA
1. Landasan Teori
a. Auditing
Auditing adalah proses sistematis untuk mempelajari dan mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan
(Mulyadi, 2002). Menurut Arens & Leobbecke ; 1998 dalam Sofyan, 2009 mengatakan
auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang
dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seseorang yang kompeten dan
independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan .
b. Kualitas Audit
Kualitas audit didefinisikan sebagai probabilitas bahwa auditor akan baik dan benar
menemukan laporan kesalahan material, keliru, atau kelalaian dalam laporan materi keuangan
klien (DeAngelo, 1981 dalam Baotham et al., 2009). Audit kualitas telah didefinisikan dalam
berbagai cara. Beberapa definisi tentang kualitas audit meliputi 1) Probabilitas bahwa auditor
akan baik dan benar menemukan laporan kesalahan material, keliru, atau kelalaian dalam
laporan keuangan yang material, 2) Probabilitas bahwa auditor tidak akan mengeluarkan
laporan wajar tanpa pengecualian untuk laporan yang mengandung kesalahan material (Lee et
al, 1999 dalam Baotham et al., 2009), 3) Ketepatan pelaporan informasi auditor (Davidson
dan Neu, 1993), dan 4) Mengukur kemampuan audit untuk mengurangi kebisingan dan bias
dan meningkatkan ketelitian dalam data akuntansi (Wallace, 1980 dalam Baotham et al.,
2009).
c. Pengalaman Kerja
Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan
potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan
sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih
tinggi. Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang
diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek (Knoers & Haditono, 1999 dalam Asih,
2006). Purnamasari (2005) dalam Asih (2006) memberikan kesimpulan bahwa seorang
karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam
beberapa hal diantaranya: 1) mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan dan 3) mencari
penyebab munculnya kesalahan.
6
d. Independensi
Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan publik tidak
dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak
hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak
lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Christiawan, 2002 dalam
Elfarini, 2007). Independensi dapat juga diartikan adanya kejujuran dalam diri auditor dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri
auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi, 1998: 52 dalam Purba,
2009).
e. Objektivitas
Objektivitas adalah suatu keyakinan, kualitas yang memberikan nilai bagi jasa atau
pelayanan auditor. Objektivitas merupakan salah satu ciri yang membedakan profesi akuntan
dengan profesi yang lain. Prinsip objektivitas menetapkan suatu kewajiban bagi auditor
(akuntan publik) untuk tidak memihak, jujur secara intelektual, dan bebas dari konflik
kepentingan (Wayan, 2005). Menurut Wibowo (2006) auditor menunjukkan objektivitas
profesional pada tingkat yang tertinggi ketika mengumpulkan, mengevaluasi, dan melaporkan
informasi kegiatan atau proses yang sedang diuji.
f. Integritas
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan
patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan seorang
auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan untuk membangun kepercayaan dan
memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal (Sukriah, 2009). Kemudian
Wibowo (2006) menyebutkan integritas auditor internal menguatkan kepercayaan dan
karenanya menjadi dasar bagi pengandalan atas judgment mereka.
g. Kompetensi
Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melaksanakan audit dengan benar (Rai, 2008 dalam Sukriah dkk., 2009). Dalam melakukan
audit, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai,
serta keahlian khusus di bidangnya. Kompetensi berkaitan dengan keahlian profesional yang
dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun
keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium (Suraida, 2005). Lee dan Stone (1995),
7
mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian yang cukup yang secara eksplisit dapat
digunakan untuk melakukan audit secara objektif. Adapun Bedard (1986) dalam Sri lastanti
(2005:88) mengartikan keahlian atau kompetensi seseorang yang memiliki pengetahuan dan
ketrampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit.
h. Etika
Secara umum etika didefinisikan sebagai nilai-nilai tingkah laku atau aturan-aturan
tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh suatu golongan tertentu atau individu
(Sukamto , 1991 : 1dalam Suraida, 2005). Etika auditor merupakan ilmu tentang penilaian hal
yang baik dan hal yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Guna
meningkatkan kinerja auditor, maka auditor dituntut untuk selalu menjaga standar perilaku
etis.
2. Kerangka Pemikiran
Secara diagramatis, kerangka pemikiran teoritis dapat dilihat pada gambar sebagai
berikut :
Kerangka Pemikiran Teoritis
(+) (+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
3. Pengembangan Hipotesis
a. Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Kualitas Audit
Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik bahwa auditor
disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta
dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam bidang industri yang
digeluti kliennya (Arens dkk., 2004 dalam Sukriah dkk., 2009). Kemudian penelitian
Christiawan (2002) dalam Sukriah dkk., (2009) mengatakan pengalaman akuntan publik akan
Pengalaman Kerja (X1)
Independensi (X2)
Objektivitas (X3)
Integritas (X4)
Kompetensi (X5)
Etika (X6)
Kualitas Audit (Y)
8
terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas
transaksi keuangan perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas
pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing. Pengetahuan ini bisa didapat dari
pendidikan formal yang diperluas dan ditambah antara lain melalui pelatihan dan
pengalaman-pengalaman dalam praktek audit. Oleh karena itu, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
H1 : Pengalaman Kerja auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
b. Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit
Standar Profesional Akuntan Publik (IAI, 2001) menekankan betapa esensialnya
kepentingan publik yang harus dilindungi sifat independensi dan kejujuran seorang auditor
dalam berprofesi. Hasil penelitian Trisnaningsih (2007) mengindikasikan bahwa auditor yang
hanya memahami good governance tetapi dalam pelaksanaan pemeriksaan tidak menegakkan
independensinya maka tidak akan berpengaruh terhadap kinerjanya. Cristiawan (2002) dan
Alim dkk (2007) menemukan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit. Auditor harus dapat mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam
pengambilan keputusan audit dimana hal tersebut harus didukung dengan sikap independen
(Sukriah dkk., 2009). Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis yang dibangun adalah:
H2 : Independensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
c. Pengaruh Objektivitas terhadap Kualitas Audit
Penelitian yang dilakukan Mutchler (2003) menyatakan objektivitas berpengaruh
dalam membuat penilaian dan mengambil sebuah keputusan. Kemudian penelitian Wibowo
(2006) menyebutkan auditor yang memiliki objektivitas yaitu auditor yang dapat melakukan
penilaian yang seimbang atas semua kondisi yang relevan dan tidak terpengaruh oleh
kepentingannya sendiri atau kepentingan orang lain dalam membuat keputusannya. Mabruri
dan Winarna (2010) menyatakan semakin tinggi objektivitas auditor, maka semakin baik
kualitas auditnya. Hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi objektivitas dan
dapat mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa objektivitas auditor tidak dapat
dipertahankan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis yang dibangun adalah:
H3 : Objektivitas auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
d. Pengaruh Integritas terhadap Kualitas Audit
Mabruri dan Winarna (2010) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dicapai jika
auditor memiliki integritas yang baik dan hasil penelitiannya menemukan bahwa integritas
berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas audit
9
harus senantiasa meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki agar penerapan pengetahuan
dapat maksimal dalam praktiknya. Sunarto (2003) menyatakan bahwa integritas dapat
menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak
dapat menerima kecurangan prinsip. Wibowo (2006) mengemukakan integritas auditor
menguatkan kepercayaan dan karenanya menjadi dasar bagi pengandalan atas keputusan
mereka. Oleh karena itu, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H4 : Integritas auditor berpengaruh positif terhapah kualitas audit.
e. Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit
Kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan pengalamannya yang
cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama. Penelitian
Christiawan (2002) dan Alim dkk. (2007) dalam Sukriah dkk. (2009) menyatakan bahwa
semakin tinggi kompetensi auditor akan semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya.
Kemudian Ermayanti (2009) mengemukakan setiap auditor harus melaksanakan jasa
profesionalnya dengan hati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban
untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan professional. Oleh karena itu, maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H5 : Kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
f. Pengaruh Etika terhadap Kualitas Audit
Etika auditor merupakan ilmu tentang penilaian hal yang baik dan hal yang buruk,
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Profesional dalam etika profesi mengisyaratkan
suatu kebanggaan, komitmen pada kualitas, dedikasi pada kepentingan klien dan keinginan
tulus dalam membantu permasalahan yang dihadapi klien sehingga profesi tersebut dapat
menjadi kepercayaan masyarakat (Purba, 2009). Larkin (2000) dalam Nugrahiningsih (2005)
menyatakan bahwa kemampuan untuk dapat mengidentifikasi perilaku etis dan tidak etis
sangat berguna bagi semua profesi termasuk auditor. Oleh karena itu, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
H6 : Etika auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
10
C. METODE PENELITIAN
1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti
(Sekaran, 2006) Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah kualitas audit.
Kualitas audit adalah kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan
menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya.
Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas
pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada
independensi auditor. (De Angelo, 1981 dalam Elfarini, 2007). Variabel Independen (bebas)
merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain baik secara positif maupun negatif
(Sekaran, 2006). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengalaman kerja, indepensensi,
objektivitas,integritas, kompetensi dan etika.
a. Kualitas Audit
Kualitas audit merupakan kerja auditor dalam memeriksa laporan keuangan dengan
benar dan mematuhi standar yang telah ditetapkan. Kualitas audit ini ditunjukkan dengan
indikator yaitu laporan hasil pemeriksaan yang dapat diandalkan berdasarkan standar yang
telah ditetapkan. Variabel ini diukur dengan skala Likert 5 poin dengan menggunakan
pengembangan pertanyaan dari masing-masing indikator.
b. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja auditor merupakan sikap auditor yang semakin lama menjadi
auditor akan membuat auditor memiliki kemampuan untuk memperoleh informasi yang
relevan, mendeteksi kesalahan dan mencari penyebab munculnya kesalahan. Indikator yang
dapat diukur dari pengalaman kerja adalah dilihat dari segi lamanya bekerja sebagai auditor,
Banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan. Variabel ini diukur dengan skala Likert
5 poin dengan menggunakan pengembangan pertanyaan dari masing-masing indikator.
b. Independensi
Independensi merupakan proses penyusunan program yang bebas dari campur tangan
dan pengaruh baik dari pimpinan maupun pihak lain. Indikator yang digunakan untuk
mengukur independensi adalah Independensi penyusunan program, pelaksanaan
pekerjaan,dan pelaporan. Variabel ini diukur dengan skala Likert 5 poin dengan
menggunakan pengembangan pertanyaan dari masing-masing indikator.
11
c. Objektivitas
Objektivitas merupakan sikap auditor untuk dapat bertindak adil, tidak terpengaruh
oleh hubungan kerjasama dan tidak memihak kepentingan siapapun sehingga auditor dapat
diandalkan dan dipercaya. Indikator yang digunakan untuk mengukur objektivitas adalah
Bebas dari benturan kepentingan, dan Pengungkapan kondisi sesuai fakta. Variabel ini diukur
dengan skala Likert 5 poin dengan menggunakan pengembangan pertanyaan dari masing-
masing indikator.
d. Integritas
Integritas merupakan sikap jujur, berani, bijaksana dan tanggung jawab auditor dalam
melaksanakan audit. Auditor dituntut untuk jujur dengan taat pada peraturan, tidak
menambah atau mengurangi fakta dan tidak menerima segala sesuatau dalam bentuk apapun.
Indikator yang digunakan untuk mengukur integritas adalah kejujuran, keberanian,sikap
bijaksana dan tanggungjawab auditor. Variabel ini diukur dengan skala Likert 5 poin dengan
menggunakan pengembangan pertanyaan dari masing-masing indikator.
e. Kompetensi
Kompetensi adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan
audit dengan benar (Sukriah dkk., 2009). Kompetensi diharapkan memiliki kemampuan
untuk menangani ketidakpastian, menemukan solusi dan mampu bekerjasama dalam tim.
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel kompetensi adalah mutu personal,
pengetahuan umum dan keahlian khusus. Variabel ini diukur dengan skala Likert 5 poin
dengan menggunakan pengembangan pertanyaan dari masing-masing indikator.
f. Etika
Etika auditor merupakan nilai tingkah laku auditor untuk menumbuhkan kepercayaan
publik terhadap organisasi dengan selalu berperilaku etis dan memegang prinsip etika yang
baik. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel etika adalah organisasional, imbalan
yang diterima dan posisi atau kedudukan. Variabel ini diukur dengan skala Likert 5 poin
dengan menggunakan pengembangan pertanyaan dari masing-masing indikator.
12
2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor
Akuntan Publik yang ada di kota Semarang. Pemilihan populasi di kota Semarang karena
kota Semarang merupakan tempat yang strategis. Selain itu, jumlah KAP di kota Semarang
lebih banyak dari pada kota-kota lain di Jawa Tengah. Jumlah populasi dalam penelitian ini
adalah 266 orang, yang terdiri dari partner, manajer, auditor senior dan auditor yunior.
Jumlah 266 orang tersebut didapatkan dengan cara bertanya langsung kepada orang yang
bekerja pada 18 Kantor Akuntan Publik yang ada di Semarang. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling yaitu
menentukan sampel dengan kriteria tertentu. Kriteria tersebut adalah seluruh auditor yang
telah mengikuti pendidikan dan pelatihan sebagai auditor.
3. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji Validitas Data dilakukan untuk menguji keakurasian pertanyaan-pertanyaan yang
digunakan dalam suatu instrument dalam pengukuran variabel. Kuesioner dikatakan valid
apabila pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner itu sendiri (Ghozali,2006).
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah suatu alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari suatu variabel atau konstruk. Pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan
bantuan program SPSS, dengan cara menghitung item to total correlation masing-masing
indikator dan koefisien cronbach’s alpha dari masing-masing indikator. Aturan umum yang
dipakai Cronbach’s Alpha ≥ 0,60 sudah mencerminkan yang reliable (Ghozali, 2006).
1. Metode Analisis Data
Analisis data adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memproses dan
menganalisa data yang telah terkumpul. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis
Kuantitatif dimana merupakan suatu bentuk analisis yang diperuntukkan bagi data yang besar
yang dapat dikelompokkan ke dalam kategori-kategori yang berwujud angka-angka. Metode
analisis dalam bagian ini metode menganalisis data ada 3 tahapan yaitu, Statistik Deskriptif,
Uji Asumsi Klasik, dan Uji Regresi Berganda.
a. Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif digunakan untuk memberi gambaran mengenai responden
penelitian dan deskripsi mengenai variabel penelitian.
13
b. Uji Asumsi Klasik
Pengujian model regresi dalam menguji hipotesis haruslah menghindari kemungkinan
terjadinya penyimpangan asumsi klasik. Dalam penelitian ini asumsi klasik yang dianggap
penting (Ghozali, 2006) adalah tidak terjadi multikolinieritas antarvariabel independen, tidak
terjadi heteroskedastisitas dan memiliki distribusi normal. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengujian-pengujian sebagai berikut:
1. Uji Multikolinieritas.
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variable bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variable bebas.
2. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain jika variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan
jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
3. Uji Normalitas Data
Uji ini untuk menguji apakah dalam model regresi variable terikat dan variabel bebas
memiliki distribusi data normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal.
c. Uji Regresi Berganda
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis dari penelitian metode
regresi berganda antara variabel dependen dalam hal ini adalah kualitas audit dan variabel
independen yaitu pengalam kerja, independensi, objektivitas, integritas, kompetensi dan
etika.
Hubungan antar variabel:
Dimana: Y : Kualitas Audit X4 : Integritas Auditor
a : Konstanta X5 : Kompetensi Auditor
b : Koefisien arah regresi X6: Etika Auditor
X1 : Pengalaman Kerja Auditor e : error
X2 : Independensi Auditor
X3 : Obyektifitas Auditor
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 +e
14
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Responden
Sebagai mana telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode purposive sampling. Dengan
menggunakan metode purposive sampling ini berarti menentukan sampel dengan kriteria
tertentu. Jumlah populasi dari penelitian ini adalah 266 orang. Kuesioner yang disebar
berjumlah 82 kuesioner pada sebelas KAP. Banyaknya kuesioner yang disebar sejumlah 82
kuesioner berdasarkan permintaan masing-masing KAP yang menerima kuesioner. Kemudian
KAP yang menerima hanya 11 KAP disebabkan oleh banyak KAP yang tidak mau menerima
kuesioner karena sedang sibuk dan juga ada beberapa KAP yang tidak menerima kuesioner
dengan alasan auditor sedang tidak ada di tempat. Dari jumlah tersebut kuesioner yang
kembali berjumlah 75 kuesioner dan yang kembali, semua responden memenuhi kriteria yaitu
sudah mengikuti pendidikan dan pelatihan sebagai auditor.
1. Statistik Deskriptif
Tabel D.1 berikut ini menyajikan statistik deskriptif variabel yang akan diuji dalam
penelitian ini:
Tabel D.1
Variabel Kisaran
Teoritis Kisaran Empiris
Mean Median Std. Deviation
Pengalaman Kerja
8-40 19-38 31,35 24 3,667
Independensi 9-45 20-42 33,24 27 4,204
Objektivitas 8-40 22-39 30,43 24 3,050
Integritas 14-70 37-68 54,04 42 5,612
Kompetensi 10-50 27-50 37,91 30 4,205
Etika 9-45 26-45 33,79 27 3,450
Kualitas Audit 10-50 30-50 37,41 30 4,259 Sumber: Data primer diolah, 2011
Tabel D.1 di atas menunjukkan bahwa pada kenyataannya, variabel pengalaman kerja,
independensi, objektivitas, integritas, kompetensi dan etika memiliki nilai rata-rata empiris
atau niali Mean yang lebih besar dari nilai median. Kemudian dengan membandingkan angka
rata-rata empiris dengan angka median dari ketujuh variable diketahui bahwa angka rata-rata
empiris lebih besar dari angka median. Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa
15
auditor yang bekerja pada KAP di Semarang sudah cukup banyak memiliki pengalaman
kerja, memiliki independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi yang tinggiserta
memiliki etika yang baik.
3.Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Tabel D.2
Variabel Item Nilai Pearson Correlation
Keterangan
Pengalaman Kerja
PK 1 0,563 Valid PK 2 0,569 Valid PK 3 0,407 Valid PK 4 0,565 Valid PK 5 0,550 Valid PK 6 0,538 Valid PK 7 0,628 Valid PK 8 0,543 Valid
Independensi
ID 1 0,554 Valid ID 2 0,587 Valid ID 3 0,528 Valid ID 4 0,568 Valid ID 5 0,700 Valid ID 6 0,693 Valid ID 7 0,546 Valid ID 8 0,732 Valid ID 9 0,721 Valid
Objektivitas
O 1 0,525 Valid O 2 0,451 Valid O 3 0,647 Valid O 4 0,465 Valid O 5 0,605 Valid O 6 0,593 Valid O 7 0,572 Valid O 8 0,573 Valid
Integritas
IT 1 0,526 Valid IT 2 0,518 Valid IT 3 0,675 Valid IT 4 0,510 Valid IT 5 0,681 Valid IT 6 0,708 Valid IT 7 0,437 Valid IT 8 0,471 Valid
16
IT 9 0,331 Valid IT 10 0,573 Valid IT 11 0,728 Valid IT 12 0,610 Valid IT 13 0,543 Valid IT 14 0,369 Valid
Kompetensi
K 1 0,444 Valid K 2 0,554 Valid K 3 0,475 Valid K 4 0,592 Valid K 5 0,531 Valid K 6 0,613 Valid K 7 0,550 Valid K 8 0,585 Valid K 9 0,649 Valid
K 10 0,719 Valid
Etika
E 1 0,647 Valid E 2 0,675 Valid E 3 0,622 Valid E 4 0,678 Valid E 5 0,633 Valid E 6 0,512 Valid E 7 0,589 Valid E 8 0,465 Valid E 9 0,583 Valid
Kualitas Audit
KA 1 0,565 Valid KA 2 0,669 Valid KA 3 0,688 Valid KA 4 0,587 Valid KA 5 0,630 Valid KA 6 0,651 Valid KA 7 0,603 Valid KA 8 0,629 Valid KA 9 0,662 Valid
KA 10 0,628 Valid Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk
degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini adalah jumlah sampel. Pada penelitian ini, jumlah
sampel (n) = 75 dan besarnya df dapat dihitung 75-2 = 73 dan signifikansi 5 % didapat r tabel
= 0,2272 (lihat r tabel pada df = 73 dengan uji dua sisi). Berdasarkan tabel 4.3 di atas nilai r
hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif, maka dapat disimpulkan semua indicator
variabel independen dan dependen valid.
17
b. Hasil Uji Reliabilitas
Tabel D.3
Variabel Item Cronbach
Alpha Keterangan Pengalaman Kerja PK1 s.d PK8 0,664 Reliabel
Independensi ID1 s.d ID9 0,806 Reliabel
Objektivitas O1 s.d O8 0,68 Reliabel Integritas IT1 s.d IT14 0,822 Reliabel
Kompetensi K1 s.d K10 0,771 Reliabel Etika E1 s.d E9 0,779 Reliabel
Kualitas Audit KA1 s.d KA10 0,833 Reliabel Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Uji reliabilitas kuesioner dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi
derajat ketergantungan dan stabilitas dari alat ukur. Kuesioner dikatakan reliabel jika nilai
dari Cronbach Alpha diatas 0,60 (sekaran, 2006). Hasil uji reliabilitas yang dilakukan dengan
program statistic SPSS didapat bahwa koefisien Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60 untuk
tujuh variabel penelitian yaitu pengalaman kerja 0,664, independensi 0,806, objektivitas
0,680, integritas 0,822, kompetensi 0,771, etika 0,779 dan kualitas auditor 0,833.
4. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolonieritas
Tabel D.4
Variabel Uji
Tolerance VIF Pengalaman
Kerja 0,388 2,575 Independensi 0,419 2,386 Objektivitas 0,499 2,005
Integritas 0,393 2,543 Kompetensi 0,387 2,584
Etika 0,574 1,742 Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Hasil perhitungan nilai toleransinya tidak menunjukkan bahwa ada variabel bebas
yang memiliki nilai tolerance kurang dari 10% dan tidak ada satupun variabel independen
18
yang memiliki variance inflation factor (VIF) lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa
tidak ada korelasi antar variabel bebas atau tidak terjadi multikolinieritas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Gambar D.1
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Pada grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar
baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk
memprediksi kualitas audit berdasarkan variabel independen pengalaman kerja, independensi,
objektivitas, integritas, kompetensi dan etika.
c. Uji Normalitas Data
Gambar D.2
19
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Pada grafik histogram diatas terlihat bahwa residual secara normal dan berbentuk
simetris tidak memenceng ke kanan atau ke kiri. Pada grafik normal probability dapat
disimpulkan pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar berhimpit di sekitar garis
diagonal dan hal ini menunjukkan bahwa residual berdistribusi normal. Kedua grafik ini
menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
5. Analisis Regresi
a. Uji Koefisien Determinasi
Tabel D.5 Koefisien Determinasi Model Regresi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .881a .775 .755 2.106
a. Predictors: (Constant), E, ID, IT, O, PK, K
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Tabel D.6 menunjukkan tampilan output SPSS model summary besarnya adjusted ��
adalah 0,755 dan bernilai positif, hal ini berarti 75,5% variabel kualitas audit dapat
dijelaskan oleh keenam variabel pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas,
kompetensi dan etika. Sedangkan sisanya (100% - 77,5% = 24,5%) dijelaskan oleh sebab-
sebab lain di luar model. Standard Error of Estimate (SEE) sebesar 2,106, semakin kecil nilai
SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
20
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Tabel D.7 Pengujian Model Regresi
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1040.581 6 173.430 39.102 .000a
Residual 301.606 68 4.435
Total 1342.187 74
a. Predictors: (Constant), E, ID, IT, O, PK, K
b. Dependent Variable: KA
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Dari uji ANOVA atau F test diperoleh nilai F hitung sebesar 39,102 dengan
probabilitas 0,000. Kerena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi kualitas audit atau dapat dikatakan bahwa pengalaman kerja,
independensi, objektivitas, integritas, kompetensi dan etika secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kualitas audit. Dengan demikian, persamaan model regresi bersifat fit
atau layak digunakan.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Tabel D.8
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -8.044 3.038 -2.647 .010
PK .225 .107 .193 2.096 .040
ID .196 .090 .194 2.183 .032
O .259 .114 .186 2.283 .026
IT .142 .070 .187 2.041 .045
K .253 .094 .250 2.708 .009
E .199 .094 .161 2.121 .038
a. Dependent Variable: KA
21
Berdasarkan unstandardized beta coefficients, diperoleh hasil bahwa keenam
variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi signifikan pada 0,010. Dari
semua nilai probabilitas signifikansi dari enam variable bebas tersebut di bawah angka 0,05.
Dari sini, dapt disimpulkan bahwa kualitas audit dipengaruhi oleh pengalaman kerja,
independensi, objektivitas, integritas, kompetensi dan etika dengan persamaan sistematis
sebagai berikut:
KA : -8,044+ 0.225PK+ 0,196ID+ 0,259 O+ 0,142IT+ 0,253K+ 0,199E+ e
d. Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Kualitas Audit
Hasil output regresi menunjukkan nilai koefisien regresi pengalaman kerja sebesar
0,225 serta nilai t-hitung sebesar 2, 096 dan nilai signifikansi sebesar 0,040 (ρ<0,05),
sehingga menunjukkan bahwa semakin lama menjadi auditor akan semakin mengerti
bagaimana menghadapi entitas atau objek pemeriksaan dalam memperoleh data dan
informasi yang relevan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan serta dapat mendeteksi
kesalahan dan mencari penyebab munculnya kesalahan sehingga dapat memberikan
rekomendasi yang tepat bagi entitas atau objek yang diperiksa.
e. Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit
Hasil output regresi menunjukkan nilai koefisien regresi independensi sebesar 0,196
serta nilai t-hitung sebesar 2, 183 dan nilai signifikansi sebesar 0,032 (ρ<0,05), sehingga
menunjukkan auditor dalam melakukan penyusunan program audit bebas dari campur tangan
pimpinan, intervensi pimpinan dan usaha-usaha pihak lain untuk menentukan subjek
pekerjaan.
f. Pengaruh Objektivitas terhadap Kualitas Audit
Hasil output regresi menunjukkan nilai koefisien regresi objektivitas sebesar 0,259
serta nilai t-hitung sebesar 2, 283 dan nilai signifikansi sebesar 0,026 (ρ<0,05), sehingga
menunjukkan bahwa auditor dapat bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan
pihak tertentu yang berkepentingan atas hasil pemeriksaan dan tidak memihak kepada
siapapun yang mempunyai kepentingan.
g. Pengaruh Integritas terhadap Kualitas Audit
Hasil output regresi menunjukkan nilai koefisien regresi integritas sebesar 0,142 serta
nilai t-hitung sebesar 2, 041 nilai signifikansi sebesar 0,045 (ρ<0,05), sehingga menunjukkan
22
bahwa auditor bersikap jujur pada peraturan-peraturan, bekerja sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya dan tidak menerima segala sesuatu yang bukan haknya.
h. Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit
Hasil output regresi menunjukkan nilai koefisien regresi kompetensi sebesar 0,253
serta nilai t-hitung sebesar 2,708 dan nilai signifikansi sebesar 0,009 (ρ<0,05), sehingga
menunjukkan bahwa auditor memiliki mutu personal yaitu mampu berpikir luas dan
menangani ketidakpastian serta mampu bekerjasama dalam tim. Kemudian auditor memiliki
pengetahuan tentang struktur organisasi un tuk memahami organisasi dan auditor memiliki
pengetahuan tentang akuntansi yang akan membantu dalam mengolah angka atau data.
i. Pengaruh Etika terhadap Kualitas Audit
Hasil output regresi menunjukkan nilai koefisien regresi etika sebesar 0,199 serta
nilai t-hitung sebesar 2,121 dan nilai signifikansi sebesar 0,038 (ρ<0,05), sehingga
menunjukkan bahwa etika auditor dapat menumbuhkan kepercayaan publik terhadap
organisasi dan pimpinan sering mengajak berperilaku etis, serta memegang prinsip-prinsip
etika yang baik. Dalam melaksanakan tugas, imbalan yang diterima tidak mempengaruhi
hasil pemeriksaan serta tanggungjawab atas semua pekerjaan yang dilakukan. Tidak hanya
dari imbalan yang diterima, tetapi semakin tinggi posisi atau kedudukan auditor semakin
bertanggungjawab atas semua pekerjaan yang dilakukan.
23
E. SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
Variabel pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, kompetensi dan
etika auditor melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
terhadap kualitas audit dan memiliki arah positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh positif antara variabel pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas,
kompetensi dan etika auditor terhadap kualitas audit.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu:
1. Pernyataan kuesioner yang diajukan pada responden menunjukkan yang seharusnya
terjadi, bukan yang sesungguhnya terjadi. Sehingga hasil yang diperoleh belum tentu
menunjukkan keadaan yang sebenarnya pada auditor.
2. Belum semua KAP-KAP yang ada di kota Semarang menjadi responden dalam
penelitian ini. Hal tersebut dikarenakan beberapa KAP tidak bisa menerima kuesioner
dengan alasan masih banyak tugas yang harus dikerjakan. Selain itu tidak semua
kuesioner yang telah disebar di KAP diisi oleh reponden.
3. Masih terdapat variabel independen lain yang mempengaruhi variasi dalam variabel
kualitas audit yang belum tergali pada penelitian ini.
Saran yang diajukan dalam penelitian ini:
1. Untuk mendapatkan kualitas audit yang baik, sebaiknya auditor pada Kantor Akuntan
publik dapat memperbanyak pengalaman kerja, memiliki sikap independensi,
objektivitas, integritas dan kompetensi yang tinggi, serta memiliki etika yang baik.
2. Dalam mengumpulkan data, sebaiknya dilakukan pada saat auditor sedang tidak sibuk
melakukan tugas. Hal ini disebabkan, banyak Kantor Akuntan Publik yang pada
bulan-bulan tertentu tidak bisa menerima kuesioner dikarenakan masih banyak tugas
yang harus dikerjakan.
3. Selain itu, peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel-variabel independen
lainnya untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Selain itu,
peneliti selanjutnya juga dapat melakukan penelitian dengan memperluas
pengambilan sampel tidak hanya pada Kantor Akuntan Publik di kota Semarang.
24
DAFTAR PUSTAKA
Agusto, Jon. 2010. Bagaimana menjadi Auditor Independen. The Global Source for Summaries and Reviews.
Alim, M. Nizarul. Trisni Hapsari dan Lilik Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar.
Anitaria, Mikha. 2011. Persepsi Akuntan terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia dalam meningkatkan Independensi, Integritas dan Objektivitas Akuntan Publik.
Ariyanto, Dodik dan Ardani Mutia Jati. 2007. Pengaruh Independensi, Kompetensi dan Sensitivitas etika Profesi terhadap Produktivitas Kerja Auditor Eksternal (Studi Kasus pada Auditor Perwkilan BPK di Pulau Bali).
Asih, Dwi Ananing Tyas. 2006. Pengaruh Pengalaman terhadap Peningkatan Keahlian Auditor dalam Bidang Auditing.
Baotham, Sumintorn dan Phapruke Ussahawanitchakit. 2009. Audit independence, quality, and credibility: effects on reputation and sustainable success of CPAs in Thailand. International Journal of Business Research.
Brown, Helen L. 2003. The Effects of Engagement Risk and Experience in Auditor-Client Negotiations.
Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.4, No. 2
Elfarini, Eunike Christina. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap kualitas Audit ( Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah).
Ermayanti, Dwi. 2009. Batas Waktu Audit, Pengetahuan Akuntansi dan Audit dan Pengalaman pada Kualitas Audit. Jurnal Ekonomi-Audit Keuangan.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegroro.
Herlina, Ni Made Anita. 2011. Pengaruh Kompetensi dan Independensiterhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi.
Ibrani, EY. 2007. Pengaruh Identifikasi Auditor atas Klien terhadap Objektivitas Auditor dengan Auditor Tenure, Client Importance dan Client Image sebagai Variabel Anteseden.
Jaafar, Redwan dan Sumiyati. 2008. Kode Etik dan Standar Audit. Pusdiklatwas BPKP.
Josoprijonggo, Maya D. 2005. Pengaruh Batasan Waktu Audit terhadap Kualitas Audit dan Kepuasan Kerja Auditor. Disertasi. Salatiga : Fakultas Ekonomi Satya Wacana.
25
Kasidi. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor.
Keraf, Sonny. 1998. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. Kanisius: Jogjakarta.
Kusumah, I. 2008. Pengaruh Peranan, Independensi dan objektivitas terhadap Evaluasi kegiatan Organisasi.
Lasmahadi, A. 2000. Sistem Manajemen SDM Berbasis Kompetensi. www.e-psikologi.com
Mabruri, Havids dan Jaka Winarna. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hasil audit di lingkungan Pemerintah Daerah. Simposium Nasional Akuntansi XIII.
Mansouri, Ali. Reza Pirayesh dan Mahdi Salehi. 2009. Audit Competence and Audit Quality: Case in Emerging Economy. International Journal of Business and management Vol. 4.
Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
Mutchler, Jane F. 2003. Independence and Objectivity : A Framework for Research Opportunities in Internal Auditing. The Institute of Internal Auditors.
Nugrahiningsih, Putri. 2005. Analisis Perbedaan Perilaku Etis Auditor di KAP dalam Etika Profesi (Studi terhadap Peran Faktor-Faktor Individual : Locus of Control, Lama Pengalaman Kerja, Gender dan Equity Sensitivity). Simposium Nasional Akuntansi VIII.
Pratiwi, Intan. 2011. Kasus Audit Sumalindo memasuki babak Akhir. Bisnis Indonesia.
Purba, Desy Hamidarwaty. 2009. Analisis Pengaruh Independensi Auditor, Etika Auditor, dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Auditor di Kantor Akuntan Publik kota Surakarta.
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business. John Wiley and Sons, Inc.
Sofyan, Yusuf. 2009. Filosofi Audit. Jurnal Dunia Akuntansi dan Manajemen.
Sukriah, Ika. Akram dan Biana Adha Inapty. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektivitas, Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. Simposium Nasional Akuntansi XII.
Sunarto, 2003. Auditing. Edisi Revisi Cetakan Pertama. Panduan : Yogyakarta.
Suraida, Ida. 2005. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik. Jurnal Sosiohumaniora Vol. 7.
Wibowo, Setyo. 2006. Prinsip-Prinsip Dasar Kode Etik Auditor Inte