karakteristik buruh industri dan preferensi terhadap ...lib.unnes.ac.id/31746/1/3211412021.pdf ·...
TRANSCRIPT
i
KARAKTERISTIK BURUH INDUSTRI DAN PREFERENSI TERHADAP PEMILIHAN RUMAH KOST DI KELURAHAN
NGEMPON KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si.)
Oleh:
Dwiga Selly Madyaratri
NIM 3211412021
JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
� Bersabarlah, karena yang terbaik itu butuh perjuangan dan waktu
yang tidak sebentar.
� Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya (Al-Baqarah: 286).
� Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Al-Inshirah: 06).
Persembahan
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, skripsi ini saya persembahkan untuk:
� Orang tuaku, Ayah Saiful Imron dan Ibu Umi Salamah yang selalu memberikan doa, dorongan, dan kasih sayang yang tak pernah henti.
� Kakakku tersayang, Mbak Eky dan Mas Anang yang tak pernah lelah memberikan semangat.
� Sahabat-sahabat Albanath, terutama Yuni, Mia, dan Ais yang telah banyak membantu dalam kelancaran penelitian.
� Sahabat terbaik saya, Ika Rosalina dan Ali Yafi, terimakasih untuk motivasi, semangat dan kesabarannya.
� Sahabat seperjuangan, Avionita, Sunia, Meiliana, Otty, dan Maol, terimakasih telah membuat hari-hariku indah di Semarang.
� Teman-teman Geografi 2012
vi
PRAKATA
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi
dengan judul “Karakteristik Buruh Industri dan Preferensi Terhadap
Pemilihan Rumah Kost di Kelurahan Ngempon Kecamatan Bergas
Kabupaten Semarang Tahun 2016” dapat diselesaikan sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) pada Universitas Negeri Semarang. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati
penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat
Bapak/Ibu sebagai berikut.
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang atas
kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di
Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M,A., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Semarang beserta para pembantu dekan dan staffnya yang telah
memberikan kemudahan administrasi dalam perijinan pelaksanaan penelitian.
3. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si, Ketua Jurusan Geografi yang telah
memberikan arahan dan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi.
4. Drs. Hariyanto, M.Si, Dosen Wali yang telah membimbing penulis dari awal
sampai akhir dalam melaksanakan belajar di Program Studi Geografi Jurusan
Geografi Fakultas Ilmu Sosial di Universitas Negeri Semarang.
vii
5. Dr. Puji Hardati, M.Si, sebagai Pembimbing Skripsi I dan Drs. Moch. Arifien,
M.Si, sebagai Pembimbing Skripsi II yang telah meluangkan waktu,
memberikan bimbingan, masukan dan arahan dengan sabar selama proses
penulisan skripsi.
6. Drs. Sriyono, M.Si, Dosen Penguji I yang telah memberikan bimbingan dan
saran dalam memperbaiki skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Geografi, terima kasih atas segala ilmu yang
telah diberikan selama pendidikan.
8. Staff tata usaha Jurusan Geografi, terima kasih atas bantuannya dalam urusan
administrasi.
9. Drs. Suryandaru, Lurah Ngempon yang telah memberikan ijin dan bantuan
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di Kelurahan Ngempon.
10. Masyarakat Ngempon khususnya para pemilik dan penghuni kost yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner guna melengkapi
data penelitian.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Semarang, Maret 2017
Dwiga Selly Madyaratri
NIM. 3211412021
viii
SARI
Madyaratri, Dwiga Selly. 2017. Karakteristik Buruh Industri dan Preferensi Terhadap Pemilihan Rumah Kost di Kelurahan Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2016. Skripsi. Jurusan Geografi. Fakultas Ilmu
Sosial. Universitas Negeri Semarang. Dr. Puji Hardati, M.Si dan Drs. Moch.
Arifien, M.Si. 193 halaman.
Kata Kunci : Karakteristik Buruh Industri, Rumah kost, Preferensi Pemilihan
Rumah kost.
Industri yang berada di Kelurahan Ngempon menyebabkan penyerapan
buruh industri yang berdampak pada peningkatan pemenuhan kebutuhan akan
tempat tinggal. Hal ini akan meyebabkan berkembangnya rumah kost di kawasan
industri. Setiap buruh industri memiliki preferensi yang berbeda-beda terhadap
kebutuhan akan tempat tinggalnya. Perbedaan preferensi ini dipengaruhi oleh
perbedaan latar belakang buruh industri dan perbedaan karakteristik buruh
industri. Tujuan penelitian ini mengetahui persebaran rumah kost di Kelurahan
Ngempon, karakteristik buruh industri, faktor yang mempengaruhi preferensi
pemilihan rumah kost, dan preferensi pemilihan rumah kost bagi buruh industri di
Kelurahan Ngempon.
Sampel penelitian ini adalah buruh industri penghuni rumah kost yang
berjumlah 84 orang. Variabel penelitian ini adalah persebaran rumah kost,
karakteristik buruh industri, faktor yang mempengaruhi preferensi pemilihan
rumah kost, dan preferensi pemilihan rumah kost bagi buruh industri. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah angket, dokumentasi dan pengukuran
lapangan. Teknik analisis menggunakan analisis keruangan dan analisis deskriptif
persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persebaran rumah kost di Kelurahan
Ngempon berada pada wilayah yang banyak terdapat industri, yaitu di RW 01,
RW 04, RW 05, dan RW 06. Persebaran rumah kost yang paling banyak berada di
RW 01. Karakteristik buruh industri dibedakan menjadi tiga aspek yaitu aspek
demografi, aspek sosial dan budaya serta aspek ekonomi. Berdasarkan aspek
demografi, buruh industri di Kelurahan Ngempon merupakan buruh yang berusia
antara 21 – 25 tahun, berjenis kelamin perempuan dan berstatus belum menikah.
Berdasarkan aspek sosial dan budaya, buruh industri di Kelurahan Ngempon
merupakan buruh industri berstatus buruh tetap yang menempati posisi sebagai
operator/helper, berpendidikan terakhir SMK/SMA dan berasal dari wilayah Jawa
Tengah di luar wilayah Kedungsepur. Sedangkan berdasarkan aspek ekonominya,
buruh industri di Kelurahan Ngempon merupakan buruh dengan penghasilan
antara Rp. 1.450.000 – Rp. 2.712.500 per bulan dan pengeluaran sebesar Rp.
580.000 – Rp. 1.397.000 per bulan. Faktor yang mempengaruhi preferensi
pemilihan rumah kost adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
adalah karakteristik buruh industri, sedangkan faktor eksternalnya dibedakan
menjadi empat faktor yaitu faktor fisik, faktor aksesbilitas, faktor lingkungan, dan
fasilitas rumah kost. Preferensi pemilihan rumah kost bagi buruh industri ada
ix
empat antara lain a) kemudahan aksesbilitas ke lokasi kerja dan sarana prasarana
yang merupakan alasan utama buruh industri memilih rumah kost; b) lingkungan
rumah kost yang bersih, aman dan nyaman, yang menjadi alasan kedua; c) biaya
sewa kost yang murah, merupakan alasan ketiga; dan d) kelengkapan fasilitas
umum rumah kost, yang merupakan alasan terakhir buruh industri dalam memilih
rumah kost.
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian untuk pemilik kost
adalah lebih memperhatikan minat buruh industri dalam memilih rumah kost agar
dapat menambah nilai akan rumah kost yang ditawarkan. Saran untuk buruh
industri penghuni rumah kost adalah diharapkan dapat menggabungkan beberapa
hal yang merupakan minat dalam memilih rumah kost yang akan ditempati.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iii
PERNYATAAN.............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
PRAKATA ...................................................................................................... vi
SARI ................................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 4
E. Penegasan Istilah ........................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Kajian Geografi ............................................................................. 8
B. Karakteristik Buruh Industri.......................................................... 9
C. Tempat Tinggal Buruh Industri..................................................... 13
D. Preferensi Pemilihan Tempat Tinggal........................................... 16
E. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 22
F. Kerangka Berpikir ......................................................................... 36
xi
BAB III METODE PENELITIANA. Lokasi Penelitian ........................................................................... 39
B. Populasi Penelitian ........................................................................ 39
C. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel..................................... 40
D. Unit Analisis.................................................................................. 42
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................... 43
F. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................. 44
G. Sumber Data Penelitian................................................................. 45
H. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 45
I. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ............................ 46
J. Teknik Analisis Data..................................................................... 50
K. Prosedur Penelitian........................................................................ 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Gambaran Umum Daerah Penelitian............................................. 57
B. Hasil Penelitian ............................................................................. 59
1. Persebaran Rumah kost di Kelurahan Ngempon........................... 59
2. Karakteristik Buruh Industri.......................................................... 64
3. Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Pemilihan Tempat
Tinggal….. .................................................................................... 83
4. Preferensi Pemilihan Rumah kost Bagi Buruh Industri ................ 93
C. Pembahasan ................................................................................... 96
BAB V PENUTUP
A. Simpulan........................................................................................ 106
B. Saran .............................................................................................. 108
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 109
LAMPIRAN - LAMPIRAN .......................................................................... 113
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................... 29
Tabel 3.1 Jumlah Populasi Rumah kost dan Penghuni Rumah kost........... 40
Tabel 3.2 Penentuan Sampel Kost di Kelurahan Ngempon........................ 41
Tabel 3.3 Sampel Rumah kost dan Sampel Buruh Industri di Kelurahan
Ngempon..................................................................................... 42
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Untuk Pemilik Kost ................ 49
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Untuk Penghuni Kost.............. 49
Tabel 3.6 Kriteria Deskriptif Persentase ..................................................... 53
Tabel 4.1 Jumlah Rumah kost per desa/kelurahan di Kecamatan Bergas .. 57
Tabel 4.2 Penggunaan Lahan di Kelurahan Ngempon Tahun 2016 ........... 59
Tabel 4.3 Jumlah Rumah kost di Kelurahan Ngempon .............................. 60
Tabel 4.4 Karakteristik Buruh Industri Berdasarkan Aspek Demografi di
Kelurahan Ngempon ................................................................... 65
Tabel 4.5 Karakteristik Buruh Industri Berdasarkan Aspek Sosial dan
Budaya di Kelurahan Ngempon.................................................. 67
Tabel 4.6 Karakteristik Buruh Industri Berdasarkan Aspek Ekonomi di
Kelurahan Ngempon ................................................................... 68
Tabel 4.7 Karakteristik Buruh Industri Berdasarkan Aspek Demografi di
RW 01 ......................................................................................... 69
Tabel 4.8 Karakteristik Buruh Industri Berdasarkan Aspek Sosial dan
Budaya di RW 01 ........................................................................ 71
Tabel 4.9 Karakteristik Buruh Industri Berdasarkan Aspek Ekonomi di
RW 01 ......................................................................................... 73
Tabel 4.10 Karakteristik Buruh Industri Berdasarkan Aspek Demografi di
RW 04 ......................................................................................... 74
Tabel 4.11 Karakteristik Buruh Industri Berdasarkan Aspek Sosial dan
Budaya di RW 04 ........................................................................ 75
Tabel 4.12 Karakteristik Buruh Industri Berdasarkan Aspek Ekonomi di
RW 04 ......................................................................................... 76
xiii
Tabel 4.13 Karakteristik Buruh Industri Berdasarkan Aspek Demografi di
RW 05 ......................................................................................... 77
Tabel 4.14 Karakteristik Buruh Industri Berdasarkan Aspek Sosial dan
Budaya di RW 05 ........................................................................ 78
Tabel 4.15 Karakteristik Buruh Industri Berdasarkan Aspek Ekonomi di
RW 05 ......................................................................................... 80
Tabel 4.16 Karakteristik Buruh Industri Berdasarkan Aspek Demografi di
RW 06 ......................................................................................... 81
Tabel 4.17 Karakteristik Buruh Industri Berdasarkan Aspek Sosial dan
Budaya di RW 06 ........................................................................ 82
Tabel 4.18 Karakteristik Buruh Industri Berdasarkan Aspek Ekonomi di
RW 06 ......................................................................................... 83
Tabel 4.19 Faktor Fisik yang Mempengaruhi Preferensi Pemilihan Rumah
kost .............................................................................................. 85
Tabel 4.20 Faktor Aksesbilitas ke Rumah kost ............................................ 86
Tabel 4.21 Aksesbilitas Buruh Industri ke Sarana dan Prasarana ................ 88
Tabel 4.22 Kebersihan Rumah kost di Kelurahan Ngempon ....................... 89
Tabel 4.23 Keamanan Lingkungan Kost di Kelurahan Ngempon ................ 90
Tabel 4.24 Kenyamanan Rumah kost di Kelurahan Ngempon ..................... 91
Tabel 4.25 Fasilitas Rumah kost di Kelurahan Ngempon ............................ 92
Tabel 4.26 Preferensi Pemilihan Rumah kost di Kelurahan Ngempon ........ 93
Tabel 4.27 Preferensi Pemilihan Rumah kost Per RW di Kelurahan
Ngempon .................................................................................... 95
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir....................................................................... 38
Gambar 4.1 Peta Penggunaan Lahan Kelurahan Ngempon ............................ 61
Gambar 4.2 Peta Persebaran Kost di Kelurahan Ngempon ............................ 62
Gambar 4.3 Peta Titik Sampel Penelitian ....................................................... 63
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta Administrasi Kelurahan Ngempon ................................... 114
Lampiran 2 Data Sampel Rumah kost ......................................................... 115
Lampiran 3 Kuesioner untuk Pemilik Rumah Kost ..................................... 117
Lampiran 4 Kuesioner untuk Penghuni Rumah kost (buruh industri) ......... 123
Lampiran 5 Perhitungan dan Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ............... 129
Lampiran 6 Rekapitulasi Data Kuesioner Untuk Pemilik Rumah kost ....... 141
Lampiran 7 Rekapitulasi Data Kuesioner Untuk Penghuni Rumah kost ..... 151
Lampiran 8 Preferensi Pemilihan Rumah kost Berdasarkan Karakteristik
Buruh Industri ........................................................................... 187
Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian ............................................................ 189
Lampiran 10 Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................ 191
Lampiran 11 Surat Keterangan Penelitian ..................................................... 193
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan bagian yang sangat penting dalam susunan skripsi
karena didalam pendahuluan memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan penegasan istilah. Semua komponen tersebut
digunakan sebagai dasar dan patokan dalam penyusunan skripsi. Penjelasan
mengenai komponen pendahuluan adalah sebagai berikut.
A. Latar Belakang
Sektor industri merupakan sektor unggulan di Kabupaten Semarang dan
menjadi prioritas utama pembangunan ekonomi tanpa mengabaikan
pembangunan di sektor lain. Sektor industri memberikan sumbangan PDRB
terbesar yaitu Rp. 14.782.211 juta (Kabupaten Semarang dalam angka Tahun
2016, halaman 359). Industri di Kabupaten Semarang lebih didominasi oleh
industri-industri besar yang tersebar di beberapa wilayah. Kecamatan Bergas
merupakan kecamatan di wilayah Kabupaten Semarang yang memiliki
perkembangan cukup pesat dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lain
(Abdullah, 2010:5). Sifat industri yang ada di Kecamatan Bergas sebagian
besar merupakan industri besar dan industri menengah. Berdasarkan data
industri, 58 dari 182 industri besar terdapat di Kecamatan Bergas. Industri di
Kecamatan Bergas tersebar di 9 desa/kelurahan dan yang terbanyak terdapat
di Kelurahan Ngempon yaitu 21 industri (Kecamatan Bergas dalam angka
Tahun 2016, halaman 42).
2
Kelurahan Ngempon yang memiliki industri yang banyak juga diikuti
oleh banyaknya penyerapan tenaga kerja, baik yang berasal dari dalam daerah
maupun dari luar daerah (buruh pendatang). Buruh industri sebagian besar
merupakan buruh pendatang yang belum memiliki tempat tinggal. Buruh
pendatang digolongkan sebagai kelompok pekerja berpenghasilan rendah
yang masih kurang diperhatikan dalam pemenuhan kebutuhan tempat tinggal
dan sangat tergantung dengan kondisi lokasi dan pendapatannya
(Widipratamanti, 2001:43).
Jumlah buruh industri yang terserap membawa dampak pada
peningkatan pemenuhan akan tempat tinggal. Pemilihan tempat tinggal
disekitar kawasan industri akan menyebabkan timbulnya fenomena,
penduduk yang tinggal di sekitar kawasan industri mendirikan kamar-kamar
sewa (kost) atau mengontrakkan rumahnya untuk para buruh industri (Sofyan,
2006:01). Rumah kost merupakan bangunan dalam bentuk rumah atau kamar
atau ruang atau bedeng yang disediakan untuk tempat tinggal dalam jangka
waktu tertentu oleh orang pribadi atau badan. Rumah kost bagi buruh industri
merupakan rumah atau kamar yang disewakan oleh pemilik lahan didekat
kawasan industri dimana infrastruktur yang ada tidak memadai karena
pengembangan pondokan tidak diakomodasikan oleh pemerintah (Peraturan
Bupati Semarang Nomor 7 Tahun 2012 dan Koalisi untuk Perumahan Sosial,
2002:49-51).
Para buruh industri yang memiliki latar belakang berbeda dan
karakteristik yang berbeda menyebabkan timbulnya perbedaan dalam
3
memilih tempat tinggal. Mereka dihadapkan pada berbagai pilihan
(preferensi) bermukim ditempat-tempat yang menurut mereka sesuai dengan
keinginan mereka Buruh industri akan mencari tempat tinggal yang sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan finansial. Kemampuan finansial yang
terbatas menyebabkan adanya prioritas dalam pemilihan tempat tinggal.
Semakin rendah penghasilan seseorang maka preferensi utama dalam
memilih tempat tinggal adalah kedekatan dengan lokasi kerja
(Widipratamanti, 2001:45).
Setiap individu atau keluarga memiliki pilihan (preferensi) masing-
masing terhadap kebutuhan akan tempat tinggalnya. Preferensi bertempat
tinggal bagi seseorang atau keluarga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain aksesbilitas ke pusat kota, karakteristik fisik, fasilitas dan
pelayanan, lingkungan sosial, karakteristik site rumah, lingkungan yang
nyaman, dan faktor harga tanah atau rumah yang murah (Abdullah, 2010:2).
Faktor-faktor preferensi bertempat tinggal tidak sama nilainya bagi semua
rumah tangga. Rumah tangga yang tidak dapat membuat pilihan
(berpendapatan rendah), akan memilih perumahan murah yang tersedia dan
mampu membayarnya. Rumah tangga yang memiliki banyak pilihan
(berpendapatan tinggi), akan meningkatkan status sosial lingkungan
bermukim yang dipilih dan juga bentuk khusus rumah tempat tinggalnya
tersebut (Abdullah, 2010:1). Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui
faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap preferensi memilih tempat
tinggal dan bagaimana preferensi buruh industri dalam memilih tempat
4
tinggal di kawasan industri Kelurahan Ngempon. Oleh karena itu, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Kelurahan Ngempon yang
banyak memiliki jumlah rumah kost dengan judul “Karakteristik Buruh
Industri dan Preferensi Terhadap Pemilihan Rumah Kost di Kelurahan
Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2016”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana persebaran rumah kost di Kelurahan Ngempon?
2. Bagaimana karakteristik buruh industri di Kelurahan Ngempon?
3. Faktor apa yang mempengaruhi preferensi pemilihan rumah kost di
Kelurahan Ngempon?
4. Bagaimana preferensi pemilihan rumah kost bagi buruh industri di
Kelurahan Ngempon?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui persebaran kost di Kelurahan Ngempon.
2. Mengetahui karakteristik buruh industri di Kelurahan Ngempon
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi preferensi pemilihan rumah kost
di Kelurahan Ngempon
4. Mengetahui preferensi pemilihan rumah kost bagi buruh industri di
Kelurahan Ngempon.
5
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan penelitian yang sejenis
dan sebagai pengembangan penelitian lebih lanjut, serta dapat menambah
ilmu pengetahuan bagi penulis maupun bagi para pembaca dan pihak yang
memerlukan informasi tentang lokasi tempat tinggal di sekitar industri di
Kecamatan Bergas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi buruh industri, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran serta informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
preferensi dalam memilih rumah kost bagi kalangan buruh industri.
Sehingga para buruh dapat memilih rumah kost sesuai dengan
keinginannya.
b. Bagi pemilik kost, memberikan informasi yang dijadikan acuan dan
bahan untuk menentukan kebijakan yang akan diambil pemilik kost
dalam hal menarik perhatian konsumen yang akan bertempat tinggal di
kost tersebut.
c. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan, informasi
dan mengembangkan pengetahuan terkait masalah preferensi dalam
memilih tempat kost dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya
6
serta dapat dijadikan referensi bagi pihak-pihak terkait dalam penelitian
selanjutnya pada bidang yang sejenis.
E. Penegasan Istilah
Pada penelitian ini perlu diberikan batasan istilah mengenai hal-hal
yang diteliti untuk mempermudah pemahaman dan menghindari
kesalahpahaman dalam mengartikan atau menafsirkan serta untuk membatasi
permasalahan yang ada. Penegasan istilah merupakan definisi istilah yang
terkait dengan judul penelitian. Penegasan istilah dalam penelitian dalah
sebagai berikut.
1. Karakteristik Buruh industri
Karakteristik Buruh industri adalah ciri yang ada pada buruh industri
yang dikaji melalui aspek demografi yaitu umur, jenis kelamin, status
pernikahan dan jumlah anggota keluarga, aspek social dan budaya
meliputi status dan posisi buruh industri, pendidikan terakhir dan daerah
asal buruh industri, serta aspek ekonomi yang meliputi penghasilan dan
pengeluaran buruh industri yang diukur dengan rupiah setiap bulannya.
2. Buruh
Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menggunakan tenaganya
untuk mendapat balasan berupa upah atau imbalan dalam bentuk lain
(UU Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan).
3. Industri
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
baku, barang setengah jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi
7
untuk penggunaannya, temasuk kegiatan rancang bangunan perekayasaan
industri (UU Nomor 03 Tahun 2014 tentang Perindustrian)
4. Preferensi
Preferensi adalah suatu keadaan yang disukai atau sikap memilih yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Preferensi dapat
melahirkan dua sikap yang sama yaitu menerima atau menolak
didasarkan pilihan-pilihannya terhadap suatu objek atau keadaan yang
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Gunawan 2006 dalam
Muna 2009:56).
5. Rumah kost
Peraturan Bupati Semarang Nomor 7 tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pemondokan, rumah kost yang selanjutnya disebut
pemondokan adalah bangunan dalam bentuk rumah atau kamar atau
ruang atau badeng yang disediakan untuk tempat tinggal dalam jangka
waktu tertentu oleh orang pribadi atau badan.
6. Preferensi pemilihan rumah kost bagi buruh industri
Preferensi pemilihan rumah kost bagi buruh industri adalah minat atau
kecenderungan buruh industri untuk memilih rumah kost yang mereka
sukai yang sesuai dengan kondisi yang dialami buruh industri
berdasarkan status dan posisi buruh industri, usia buruh industri, jenis
kelamin buruh industri, status pernikahan, pendidikan terakhir, besarnya
penghasilan dan pengeluaran buruh industri, dan daerah asal buruh
industri.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka bertujuan untuk membantu memberi gambaran mengenai
deskripsi teoritis terkait variabel penelitian yang meliputi objek studi geografi,
persebaran rumah kost, karakteristik buruh industri, faktor yang memepengaruhi
preferensi pemilihan rumah kost dan preferensi pemilihan rumah kost bagi buruh
industri, serta hasil penelitian terdahulu dan kerangka berpikir. Berikut ini adalah
penjelasan mengenai deskripsi teoritis terkait variabel dan kerangka berpikir.
A. Kajian Geografi
Geografi adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji bumi dan segala
sesuatu yang ada di atasnya, seperti penduduk, flora dan fauna, iklim, udara,
dan segala interaksinya. Menurut Seminar dan Lokakarya Ikatan Geograf
Indonesia, geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang persamaan dan
perbedaan fenomena geosfer dalam sudut pandang kelingkungan dan
kewilayahan dalam konteks kelingkungan (Mulyo dan Suhandini, 2007:3).
Menurut Richard Hartshone, geografi adalah sebuah ilmu yang menafsirkan
realisme diferensiasi area muka bumi seperti apa adanya, tidak hanya dalam
arti perbedaan-perbedaan dalam hal tertentu saja, tetapi juga dalam arti
kombinasi keseluruhan fenomena pada setiap tempat yang berbeda keadaannya
dengan tempat lain (Hardati, dkk. 2010:65).
Penelitian ini merupakan penelitian geografi karena menggunakan
pendekatan keruangan dan prinsip persebaran. Keterkaitan keruangan
menunjukkan derajat keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena
9
lain di suatu tempat atau ruang (Hartono, 2007:4). Keterkaitan keruangan
dalam penelitian ini dapat dilihat dari semakin banyaknya jumlah buruh
industri yang disertai dengan semakin banyaknya jumlah rumah kost. Hal
tersebut akan menyebabkan munculnya fenomena para penduduk sekitar
membangun rumah kost dan menyewakannya kepada para buruh industri,
sehingga rumah kost akan tumbuh di sekitar kawasan industri di Kelurahan
Ngempon dan tersebar di seluruh wilayah Kelurahan Ngempon.
Objek studi geografi dibedakan menjadi dua yaitu objek material
geografi dan objek formal geografi. Objek material geografi mengkaji segala
fenomena geosfer baik fisik maupun sosial. Objek material fisik meliputi iklim,
tanah, dan air, sedangkan objek material sosial adalah persebaran penduduk,
mobilitas penduduk dan pola permukiman. Objek formal geografi adalah sudut
pandang atau cara berfikir mengenai gejala geosfer sebagai objek material
geografi. Objek formal merupakan metode atau pendekatan objek formal
geografi yang meliputi berbagai macam pendekatan yaitu pendekatan
keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan (Hartono,
2007:6).
B. Karakteristik Buruh Industri
Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakarjaan
menetapkan bahwa penggunaan istilah pekerja selalu dibarengi dengan istilah
buruh, yang menandakan bahwa kedua istilah ini memiliki arti harfiah yang
sama. Pasal 1 ayat 3 menyebutkan pengertian dari pekerja/buruh adalah setiap
orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
10
Sedangkan menurut UU Nomor 03 Tahun 2014 tentang Perindustrian,
industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, temasuk kegiatan rancang bangunan perekayasaan industri.
Berarti, buruh industri adalah orang yang bekerja dan menerima upah dalam
suatu kegiatan pemrosesan/ pengolahan bahan baku menjadi barang jadi.
Buruh industri sebagian besar merupakan buruh pendatang yang belum
memiliki tempat tinggal. Buruh pendatang digolongkan sebagai kelompok
pekerja berpenghasilan rendah yang masih kurang diperhatikan dalam
pemenuhan kebutuhan tempat tinggal dan sangat tergantung dengan kondisi
lokasi dan pendapatannya (Widipratamanti, 2001:43). Karakteristik buruh
industri dibedakan menjadi beberapa aspek antara lain 1) aspek demografi; 2)
aspel sosial dan budaya; dan 3) aspek ekonomi meliputi penghasilan dan
pengeluaran buruh industri dalam sebulan.
1. Aspek demografi
Aspek demografi meliputi tiga indikator. Pertama, usia buruh industri.
Setiap kelompok usia memiliki perbedaan dalam memilih tempat tinggal.
Kelompok usia dewasa sudah memilih tempat tinggal yang mampu mewadahi
aktivitas, memberikan rasa nyaman, besosialisasi, berinvestasi, dan
memberikan kemudahan aksesbilitas. Sedangkan kelompok usia muda
memilih tempat tinggal dengan keamanan yang tinggi, bisa dirancang sesuai
keinginan, memungkinkan interaksi sosial dan memiliki privasi yang tinggi
(Andoni dan Kusuma, 2016:134).
11
Kedua, jenis kelamin. Jenis kelamin merupakan karakteristik khusus
yang dimiliki oleh individu sekaligus menjadi identitas diri secara seksualitas
yang dapat dikategorikan sebagai laki-laki dan perempuan. Kategori laki-laki
dan perempuan ini akan melahirkan perbedaan sikap, termasuk perbedaan
sikap mengenai pemilihan suatu tempat tinggal (Purwaningsih, 2011:16).
Ketiga, status pernikahan dan jumlah anggota keluarga. Status
pernikahan pada buruh industri mempengaruhi dalam pemilihan rumah kost,
dibandingkan dengan buruh industri yang belum menikah, buruh industri
yang telah menikah akan lebih mempertimbangkan kondisi fisik rumah kost.
Hal tersebut berlaku bagi buruh yang mengajak serta keluarga untuk
bertempat tinggal di rumah kost. Jumlah anggota keluarga merupakan hal
yang perlu diperhatikan dalam hal penyediaan tempat tinggal karena
berkaitan dengan luasan ideal yang akan dihuni oleh buruh industri (Muna,
2009:76).
2. Aspek Sosial dan Budaya
Aspek sosial dan budaya meliputi tiga indikator. Pertama, status buruh
industri. Status buruh industri dibedakan menjadi dua yaitu buruh tetap dan
buruh kontrak. Jaminan berkelanjutan pekerjaan bagi buruh tetap lebih besar
dan bersifat mengikat secara hukum, sedangkan buruh kontrak dipekerjakan
berdasarkan kontrak kerja yang tidak memberikan kepastian pekerjaan,
kepastian upah, jaminan sosial, jaminan kesehatan dan pesangon jika di PHK.
Hal tersebut menyebabkan para buruh kontrak dapat dengan mudah
diberhentikan dan tidak menerima upah apabila tidak masuk dengan alasan
12
apapun, atau dengan kata lain jika karena sesuatu hal perusahaan mengambil
kebijakan untuk melakukan pengurangan jumlah buruh, maka buruh kontrak
lebih beresiko mengalami pemutusan hubungan kerja (Muna, 2009:74).
Kedua, pendidikan terakhir buruh industri. Buruh industri dengan tingkat
pendidikan yang tinggi memiliki wawasan yang lebih luas dan standar hidup
yang lebih tinggi dari pada tingkat pendidikan dibawahnya. Golongan buruh
industri dengan tingkat pendidikan tinggi biasanya tidak hanya memikirkan
ketersediaan fasilitas perumahan semata, tetapi juga menuntut adanya
kenyamanan dan kelengkapan fasilitas (Gameswari, 2014:190).
Ketiga, daerah asal buruh industri. Dinamika dalam bertempat tinggal
oleh penduduk didorong oleh berbagai faktor salah satunya adalah kelancaran
menuju tempat kerja. Faktor tersebut berpengaruh pada mobilitas tempat
tinggal, terutama bagi penduduk yang berasal dari luar daerah. Buruh industri
yang berasal dari luar daerah akan cenderung memilih bertempat tinggal di
sekitar lokasi tempat kerjanya unruk menghemat biaya transportasi (Muna,
2009:40).
3. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi karakteristik buruh industri terdiri penghasilan dan
pengeluaran buruh industri. Tingkat penghasilan buruh ditentukan oleh
kemampuan dan lama bekerja buruh industri itu sendiri, disamping itu dari
masing-masing perusahaan juga memiliki ketentuan yang berbeda-beda
tentang upah buruhnya. Pendapatan minimum yang diterima oleh buruh
industri adalah sebesar Upah Minimum Regional (UMR). Pendapatan diluar
13
gaji pokok yang diterima oleh buruh industri adalah tunjangan transportasi,
uang lembur, dan insentif (Widipratamanti, 2001:59).
Penghasilan buruh industri juga mempengaruhi fungsi sebuah tempat
tinggal. Ada tiga fungsi tempat tinggal yang berbeda yang sesuai dengan
tingkat pendapatan, yaitu identity, opportunity, dan security. Bagi buruh
industri, fungsi tempat tinggal yang dominan adalah opportunity yang
diterjemahkan sebagai pemenuhan kebutuhan sosial dan kemudahan ke
tempat kerja. Berdasarkan fungsi tersebut, maka fungsi tempat tinggal bagi
buruh industri yaitu sebagai sarana keluarga untuk berkembang dalam
kehidupan sosial, budaya dan ekonomi. Buruh industri yang sebagian
merupakan pendatang yang tidak memiliki tempat tinggal, mereka memilih
untuk menyewa rumah atau kamar di sekitar lokasi industri. Oleh karenanya,
disamping digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sebagian
pendapatan yang mereka terima digunakan untuk keperluan tempat tinggal
(Muna 2009:96).
C. Tempat Tinggal Buruh Industri
Perkembangan industri di kota-kota besar menjadikan industri sebagai
suatu kegiatan ekonomi yang utama seperti yang terjadi di Kabupaten
Semarang. Industri dengan kategori industri menengah dan industri besar
tentunya memiliki jumlah pekerja yang besar dan membutuhkan banyak
tempat tinggal bagi para buruh industri. Keberadaan kawasan industri yang
umumnya berada di daerah pinggiran meningkatkan biaya transportasi, waktu
tempuh, dan pada akhirnya akan menurunkan mobilitas dan produktivitas
14
bagi para buruh industri yang tinggal di kawasan pusat kota (Djamaris,
2009:16). Daerah pinggiran sebagai daerah yang berada dalam proses transisi
atau peralihan dari daerah pedesaan menjadi perkotaan dijadikan sebagai
sasaran yang paling dinamis. Keadaan ini mendorong adanya pembangunan
tempat tinggal sewa yang mengakomodasikan kebutuhan tempat tinggal bagi
buruh industri oleh para penduduk sekitar (Hapsari, 2013:405).
Peningkatan jumlah buruh industri membuat kebutuhan akan tempat
tinggal semakin meningkat, sementara ketersediaan lahan yang strategis
menjadi semakin langka. Kelangkaan ini menyebabkan semakin mahalnya
harga lahan, sehingga mendorong para buruh industri yang merupakan
pekerja berpenghasilan menengah-bawah memilih tinggal di tempat tinggal
sewa. Pengembangan kawasan industri, pertumbuhan industri, karakteristik
buruh industri, kondisi ekonomi, sosial budaya, dan lainnya merupakan
indikasi adanya potensi tempat tinggal sewa. Buruh industri yang banyak,
lokasi antara tempat kerja dengan tempat tinggalnya di kota juga memberikan
kontribusi pada permintaan tempat tinggal sewa/rumah kost (Djamaris,
2009:41).
Tempat tinggal buruh industri umumnya berbentuk kamar sewa atau
indekos, rumah kontrakan, asrama, dan rumah pribadi yang dibeli dengan
cara angsuran. Bentuk lain dari hunian sewa bagi karyawan perusahaan atau
pekerja lainnya adalah rumah pekerja atau karyawan bergabung dengan
pabrik, rumah karyawan yang disewa perusahaan untuk dihuni pekerjanya
dan kamar sewa di rumah kecil ataupun berupa asrama. Tempat tinggal bagi
15
buruh industri dibagi menjadi 5 tipe antara lain sebagai berikut (Sheng, 1992
dalam Muna, 2009:43).
1. Work place site houses, didirikan atas ijin pemberi kerja dengan
menggunakan sebagian lahan pabrik, biasanya dibuat dari kayu dan
bahan material bekas, dibangun untuk pekerja dan keluarganya.
2. Factory site dormitories, biasanya berupa permukiman padat yang dihuni
oleh pekerja yang belum berkeluarga dengan ruang dan privasi yang
terbatas.
3. Staff and servant quarters, disediakan bagi pekerja seperti pembantu
rumah tangga, satpam, tukang kebun padat permukiman kalangan
menengah dan kalangan atas atau pada institusi umum dan lokasi bisnis
sebagai salah satu fasilitas yang disediakan oleh pemberi kerja.
4. Institutional housing, berupa barak tempat tinggal tentara atau pekerja
kereta api dan keluarganya.
5. Itinerant construction worker’s housing, merupakan bangunan sementara
bagi pekerja bangunan yang dibangun dari material bangunan di lokasi
tersebut untuk mereka huni bersama keluarganya.
Menurut Koalisi untuk Perumahan Sosial (2002:49-51) ada 2 bentuk
penyediaan rumah sewa bagi buruh industri yaitu pondokan dan asrama
buruh. Pondokan merupakan rumah atau kamar yang disewakan oleh pemilik
lahan didekat kawasan industri dimana infrastruktur yang ada tidak memadai
karena pengembangan pondokan tidak diakomodasikan oleh pemerintah.
16
Sedangkan asrama buruh adalah tempat tinggal sewa yang disediakan oleh
pengusaha kawasan industri dengan bantuan subsidi.
Peraturan Bupati Semarang Nomor 7 Tahun 2012 menyatakan pendokan
yang selanjutnya disebut rumah kost adalah bangunan dalam bentuk rumah
atau kamar atau ruang atau bedeng yang disediakan untuk tempat tinggal
dalam jangka waktu tertentu oleh orang pribadi atau badan. Sedangkan
menurut Dinas Perumahan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2002, rumah kost
adalah rumah yang penggunaannya sebagian atau seluruhnya dijadikan
sumber pendapatan oleh pemiliknya dengan jalan menerima penghuni
pemondokan minimal satu bulan dengan memungut uang pemondokan.
Pemilik rumah kost biasanya merupakan penduduk setempat ataupun pemilik
aset yang besar.
Penyediaan tempat tinggal buruh industri secara garis besar ditinjau
menjadi dua sudut pandang, yaitu ditinjau berdasarkan kepemilikan dan sifat
bangunan. Tempat tinggal yang ditinjau dari kepemilikan dikenal dengan
tempat tinggal milik dan tempat tinggal sewa. Sedangkan tempat tinggal yang
ditinjau dari sifat bangunannya, ada tempat tinggal bersama seperti asrama
(Muna, 2002:44).
D. Preferensi Pemilihan Tempat Tinggal
Preferensi digunakan untuk mengganti kata preference dengan arti yang
sama atau minat terhadap sesuatu. Preferensi merupakan kecenderungan
untuk memilih sesuatu yang lebih disukai dari pada yang lain. Menurut
Porteus (1997), preferensi merupakan bagian dari komponen pembuat
17
keputusan yang saling mempengaruhi seseorang dalam mengambil
keputusan. Komponen tersebut meliputi persepsi, sikap, nilai dan
kecenderungan (Nursusandhari, 2009:14).
Preferensi sesorang dalam menentukan lokasi tempat tinggal
dipengaruhi oleh keberadaan lingkungan permukiman yang mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda. Sebuah tempat tinggal akan dipilih
berdasarkan kriteria tertentu yang disesuaikan dengan kondisi individu.
Beberapa kriteria yang dijadikan pertimbangan untuk memilih tempat tinggal
adalah harga, fasilitas yang disediakan, aksesbilitas, dan kesesuaian tata
ruangnya. Harga tempat tinggal tidak menjadi faktor utama karena harga
ditentukan dengan fasilitas yang ada, aksesbilitas serta kesesuaian tata
ruangnya. Semakin lengkap fasilitas yang ditawarkan di suatu tempat tinggal,
maka seseorang cenderung akan memilih tempat tinggal tersebut
(Nursusandhari, 2009:14).
Koestoer (1997) menyatakan bahwa aksesbilitas merupakan pengaruh
utama dalam pemilihan tempat tinggal, yaitu kemudahan transportasi dan
kedekatan jarak. Seseorang akan memperhitungkan antara nilai tempat tinggal
yang ada dengan kebutuhan masing-masing individu yang meliputi prosedur,
barang dan pelayanan. Hal yang paling pentig adalah tentang lokasi dan akses
kepada masyarakat dan tempat-tempat lain, biaya sewa dan kemudahan untuk
dipindahtangankan, serta privasi dan kenyamanan (Ani, dkk 2012:02).
Pertimbangan lain yang mempengaruhi seseorang dalam menentukan
tempat tinggal adalah variabel-variabel berikut 1) pendapat tentang kondisi
18
permukiman saat ini; 2) keindahan suatu permukiman; 3) kondisi
permukiman yang dianaggap relatif; 4) faktor-faktor pada lokasi permukiman
saat ini yang dianggap menyenangkan; 5) transportasi; dan 6) lapangan
pekerjaan. Penduduk kota memerlukan semua variabel tersebut, tetapi ada
kemungkinan para penduduk cenderung menyukai satu saja, karena para
penduduk ini dapat memenuhi kebutuhan akan variabel lainnya dari kota inti
atau kota besar. Dalam hal ini, faktor jarak ke kota inti dan kemudahan
transportasi akan sangat mempengaruhi (Hutapea, 2008:15).
Faktor lain yang juga menentukan seseorang untuk memilih tempat
tinggal adalah faktor lingkungan yang meliputi kebersihan dan kenyamanan
tempat tinggal. Kebersihan tempat tinggal ditunjukkan dengan bersih dari
polusi, baik udara maupun air. Sedangkan kenyamanan ditunjukkan dengan
terbebasnya dari keramaian dan kebisingan. Kenyamanan tempat tinggal juga
ditunjukkan dengan kondisi udara yang sehat. (http://www.jembatan4.com ,
diunduh 28 Desember 2015).
Menurut Hutapea (2008:16), hal-hal yang dapat meningkatkan daya
tarik dari suatu kawasan adalah 1) harga atau sewa rumah yang relatif murah,
meskipun kondisi perumahan umum sama dengan lokasi lain; 2) biaya
transportasi ke tempat pekerjaan lebih murah, karena jaraknya relatif dekat
dengan perumahan; dan 3) adanya lapangan pekerjaan yang sesuai dengan
keahlian penduduk yang ingin bermukim di lokasi perumahan. Turner (1969)
dalam Yunus (2000:189) mengemukakan bahwa ada empat macam dimensi
yang bergerak paralel dengan mobilitas tempat tinggal antara lain.
19
1. Dimensi Lokasi, mengacu pada lokasi tertentu pada suatu kota yang
dianggap paling cocok untuk tempat tinggal sesuai dengan kondisi diri.
Kondisi diri ini lebih ditekankan pada penghasilan dan siklus kehidupan,
sehingga lokasi dalam konteks ini berkaitan dengan jarak terhadap
tempat kerja.
2. Dimensi Perumahan, dikaitkan dengan aspirasi terhadap macam/tipe
perumahan. Turner membatasi aspek perumahan ini pada aspek
“penguasaan” yang juga selalu dikaitkan dengan penghasilan dan siklus
kehidupan. Masyarakat yang berpenghasilan rendah akan memilih
menyewa atau mengontrak dari pada memiliki rumah, karena
kemampuan itulah yang paling sesuai dengan tingkat penghasilannya.
3. Dimensi Siklus Kehidupan, membahas tahap-tahap peningkatan
kemandirian dalam kehidupan, dimana semua kebutuhan hidup ditopang
oleh penghasilan sendiri. Secara umum, makin lanjut tahap siklus
kehidupan maka makin tinggi penghasilan, sehingga kaitannya dengan
dimensi lokasi dan dimensi perumahan menjadi semakin jelas.
4. Dimensi Penghasilan, menekankan pembahasan pada besar kecilnya
penghasilan yang diperoleh per satuan waktu, dengan asumsi bahwa
makin lama menetap di kota maka makin mantap pekerjaanya sehingga
makin tinggi pula penghasilan yang diperoleh per satuan waktu tertentu.
Turner (1976) dalam Yunus (2000:193-198), mereka yang
berpenghasilan tinggi telah mempertimbangkan lingkungan sekitar sebagai
salah satu atribut penentu pilihan bertempat tinggal. Sedangkan mereka yang
20
penghasilannya rendah, terdapat tiga prioritas kebutuhan perumahan yaitu (1)
faktor jarak menjadi prioritas utama, (2) faktor status lahan dan rumah
menjadi prioritas kedua dan (3) faktor bentuk dan kualitas rumah menjadi
prioritas ketiga. Faktor lokasi sangatlah penting bagi kelompok
berpenghasilan rendah. Pertimbangan lokasi adalah kemudahan untuk
mencapai tempat kerja dan tempat-tempat lain. Kemudahan dapat dilakukan
dengan sarana transportasi dan komunikasi. Faktor lain yang mempengaruhi
adalah kelengkapan sarananya. Lokasi yang tidak mempunyai sarana
pendukung akan menyulitkan penduduk. Sarana tersebut meliputi sarana
kesehatan, sarana sosial, sarana ekonomi, sarana pendidikan, sarana
peribadatan, dan lain-lain.
Amos Rapoport (1977) dalam Wiwaha (2013) menyatakan bahwa
keputusan terhadap lokasi seringkali terkait dengan karakteristik hunian,
status, prestige, homogenitas sosial, penghijauan, topografi, dan pandangan,
keamanan, sekolah yang baik, serta ide tentang kombinasi penggunaan dan
penerapan karakter lingkungan dan hubungan sosial yang berkaitan erat
dengan tingkatan dan status sosialnya. Pada masyarakat berpenghasilan
menengah ke atas, aspek non-fisik seperti prestige dan karakter sosial
merupakan dasar dalam bermukim yang apabila dikaitkan dengan hierarki
kebutuhan Maslow, rumah bukan lagi hanya sekedar pemenuhan kebutuhan
pokok tetapi merupakan pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri
(http://studyandlearninghow.com/2013/01/kajian-teori-preferensi-bermukim-
html, 28 Desember 2015).
21
Preferensi memilih tempat tinggal juga dipengaruhi oleh gaya hidup
penghuni. Menurut Rapoport (1977) dalam Wiwaha (2013), terdapat empat
gaya hidup antara lain.
1. Consumption Oriented; berhubungan dengan kenyamanan hidup yang
diinginkan, umumnya memilih hunian pada pusat kota karena memiliki
fasilitas lengkap.
2. Sosial Prestige Oriented; berhubungan dengan pekerjaan dan kedudukan
penghuni alam masyarakat, umunya memilih lokasi pada daerah
pinggiran kota yang memiliki nilai gengsi.
3. Family Oriented; terutama memilih lingkungan yang tepat bagi
perkembangan dan pertumbuhan anak-anak, ukuran rumah dan halaman
seluas mungkin serta fasilitas keluarga yang lainnya.
4. Community Oriented; mengutamakan interaksi dengan pihak lain yang
dianggap perlu, antara lain permukiman bagi jenis pekerjaan tertentu dan
etnis tertentu.
Penghasilan yang diperoleh penduduk berbeda besar dan jenisnya,
sehingga secara sosial ekonomi dapat terjadi strata sosial. Hal ini akan
mempengaruhi preferensi permukiman penduduk di suatu wilayah, seperti
yang diungkapkan oleh Drakakis-Smith, bahwa masyarakat berpenghasilan
rendah pada umumnya menempatkan pemilihan lokasi dekat dengan tempat
kerja sebagai preferensi utama, kemudian kejelasan status kepemilikan rumah
tempat tinggal dan terakhir adalah penyediaan fasilitas sosial dan
kenyamanan (Fadoli, 2014:17).
22
Faktor yang mempengaruhi preferansi bermukim antara lain sebagai
berikut (Banowati, 2006:49).
1. Faktor psikologis,berkaitan dengan rasa suka/puas, estetika dan prestise
terhadap tempat tinggal yang ditempati.
2. Faktor sosial ekonomi, berkaitan dengan tingkat kemampuan
pengetahuan atau sumber daya manusia dan tingkat pendapatan
pemukimnya.
3. Faktor kultural-historis, berkaitan erat dengan nilai-nilai, adat istiadat,
pandangan hidup, religi yang dimiliki dan sejarah atau riwayat rumah
yang ditempati.
Variabel karakteristik rumah kost, karakteristik buruh industi dan
preferensi pemilihan rumah kost bagi buruh industri di lokasi penelitian dapat
diketahui dari hasil pengisian kuesioner/angket dan observasi. Hasil pengisian
kuesioner dikelompokkan berdasarkan variabelnya, kemudian dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis deskriptif persentase untuk mengetahui
karakteristik rumah kost, karakteristik buruh industri dan preferensi pemilihan
rumah kost, kemudian dideskripsikan ke dalam kalimat untuk memberikan
gambaran umum tiap-tiap variabel tersebut.
E. Penelitian Terdahulu
Preferensi pemilihan tempat tinggal disebabkan oleh perbedaan tiap
individu. Hal tersebut disebabkan minat/kecenderungan tiap individu dalam
memilih dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor yang sesuai dengan kondisi
23
tiap individu. Penelitian tentang preferensi memilih tempat tinggal telah
dilakukan oleh beberapa peneliti.
Widipratamanti (2001:109) menjelaskan bahwa buruh industri Terboyo
Semarang tidak membutuhkan perumahan formal, tetapi mereka hanya
membutuhkan fasilitas asrama karena sebagian besar buruh industri telah
mempunyai rumah di daerah asal. Fasilitas tempat tinggal yang sesuai dengan
keinginan buruh industri adalah tempat tinggal yang biaya sewanya dapat
dikondisikan dengan pendapatan buruh industri. Penelitian ini menggunakan
metode analisis kuantitatif dan kualitatif dan bertujuan untuk mengetahui
tingkat kepentingan atau kebutuhan nyata perumahan buruh di sekitar
kawasan industri.
Muna (2009:163-164) memfokuskan pada strategi penyediaan tempat
tinggal bagi buruh industri. Strategi yang dilakukan adalah dengan cara
memperbaiki kelemahan stakeholder internal dengan memanfaatkan peluang
stakeholder eksternal. Penyediaan tempat tinggal bagi buruh industri disini
dibedakan menjadi dua bentuk yaitu tempat tinggal berupa rumah berstatus
rumah milik dan tempat tinggal berupa rusunawa. Penelitian ini dilakukan
dengan beberapa tahapan analisis. Tahapan pertama adalah dengan
mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik buruh industri dan peran
stakeholder. Tahapan kedua dengan analisis SWOT dan tahapan terakhir
adalah penilaian IFAS dan EFAS berdasarkan klasifikasi rating bobot yang
ditinjau dari keterkaitan faktor dengan penyediaan tempat tinggal, dan
24
klasifikasi nilai yang didasarkan pada sisi strategis faktor dalam
mempengaruhi usaha penyediaan tempat tinggal.
Hajar, dkk (2012:30) menjelaskan bahwa terdapat tujuh faktor yang
mempengaruhi keputusan mahasiswa memilih rumah kost yaitu faktor
lingkungan rumah kost, faktor harga sewa rumah kost, faktor fasilitas, faktor
referensi, faktor lokasi, faktor keamanan, dan faktor pelayanan. Penelitian ini
menggunakan metode analisis faktor yang merupakan salah satu metode
statistika multivariate yang bertujuan untuk mendefinisikan struktur pada
suatu matrik data.
Resmi dan Adi (2011:88) menjelaskan bahwa terdapat 10 faktor yang
terbentuk yang mempengaruhi anak kost memilih tempat pemondokan yaitu
perhatian, fasilitas, harga, promosi, produk, perorangan, lokasi, sistem
pembayaran, tidak ada tuan rumah, dan rumah tidak bertingkat. Satu diantara
sepuluh faktor tersebut adalah yang paling dominan yaitu faktor perhatian
yang memiliki nilai varian terbesar yaitu 15.28%. Penelitian ini menggunakan
analisis faktor dengan memilah-milah variabel yang layak, proses factoring,
hingga melakukan uji keakuratan model.
Gameswari (2014:197) menjelaskan bahwa terdapat dua bentuk
perumahan yang sesuai dengan preferensi pekerja industri di Kecamatan
Cikande yaitu perumahan formal dan perumahan informal. Metode analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) tabulasi silang, untuk
menentukan besarnya hubungan antar variabel dan menampilkan data
ringkasan yang terkait dengan dua atau lebih variabel yang akan digunakan
25
untuk memperlihatkan karakteristik pekerja dan keterkaitan dengan
kebutuhan pemenuhannya; 2) Uji Chi Square, untuk mengetahui hubungan
atau pengaruh dua variabel satu dengan yang lain; dan 3) Uji
Multikolinearitas, untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
keterjangkauan dan kepemilikan rumah.
Irfiyanti dan Manafi (2014:72) memfokuskan pada karakteristik hunian
dan lingkungan hunian buruh industri Wijayakusuma Kota Semarang.
Penelitian ini menggunakan metode analisis campuran antara metode
kualitatif dengan metode kuantitatif dan dapat diketahui hasilnya bahwa
buruh lebih memilih untuk menjadi commuter jika dibandingkan harus
tinggal di hunian sewa ataupun memilih untuk menetap di Kota Semarang.
Buruh industri menilai lingkungan hunian yang dihuni saat ini sudah
memenuhi kebutuhan, hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat interaksi sosial
masyarakat di lingkungan hunian buruh industri yang tinggi. Hanya 2% buruh
industri yang memilih untuk menetap tinggal di Kota Semarang.
Sofyan (2006:193) memfokuskan pada pengadaan rumah susun sewa
dan hunian di sekitar rumah susuan sewa. Penelitian ini menggunakan metode
analisis kualitatif yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar.
Hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa dalam penyediaan rusun sewa
dibutuhkan suatu perencanaan yang komprehensif dan partisipatif dengan
melibatkan segenap stakeholders (pemodal, pemerintah, masyarakat dan
serikat pekerja). Faktor keterlibatan semua unsur dapat meningkatkan kualitas
hunian dengan pertimbangan jarak lokasi dengan perumahan serta kondisi
26
sosial-budaya, ekonomi lemah serta persyaratan sarana dan prasarana yang
mendukung para pekerja industri lebih produktif, sehat dan nyaman.
Pradipta (2014:114) lebih memfokuskan pada hunian yang memadai di
kawasan industri yang sesuai dengan kemampuan finansial para pekerja.
Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah penyediaan lapak komersial yang
dapat disewa penghuni itu penting untuk menunjang perekonomian, area
komersial yang dijadikan satu dengan ruang komunal bermanfaat dalam
mengakomodasi interaksi sosial antar penghuni, terutama penghuni lajang
dan penghuni yang sudah menikah, serta ruang komunal tersebut dilengkapi
dengan fasilitas komersial berupa lapak-lapak usaha atau tempat makan.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan perencanaan dengan cara
pemilihan tapak, perhitungan program ruang, penentuan sistem struktur,
material, dan sistem utilitas dan pendekatan perancangan dengan cara
mengidentifikasi problem desain yang mungkin akan muncul.
Arifien (2001:06) lebih memfokuskan pada preferensi atau
kecenderungan penduduk pendatang memilih lokasi permukiman di daerah
banjir sehubungan dengan kemampuan sosial ekonominya. Hasil yang
didapat dari penelitian adalah kecenderungan penduduk pendatang memilih
lokasi permukiman lebih banyak dipengaruhi oleh pekerjaan, kemampuan
ekonomi, harga lahan serta aksesbilitas atau kemudahan yang dapat diperoleh
penduduk dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi r dengan menghubungkan
27
indikator kondisi sosial ekonomi penduduk pendatang dengan pemilihan
lokasi permukiman didaerah banjir.
Madyaratri (2017:117-118) lebih memfokuskan pada karakteristik
buruh, faktor yang mempengaruhi preferensi pemilihan rumah kost dan
preferensi pemilihan rumah kost bagi buruh industri. Penelitian ini
menggunakan metode analisis keruangan dan analisis deskriptif persentase.
Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah persebaran tempat tinggal
cenderung berada di wilayah yang terdapat industri yaitu RW 01, RW 04,
RW 05, dan RW 06, sedangkan karakteristik buruh industri dibedakan
menjadi tiga aspek yaitu aspek demografi, aspek sosial dan budaya serta
aspek ekonomi.
Faktor yang mempengaruhi preferensi pemilihan rumah kost adalah
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah karakteristik buruh
industri, sedangkan faktor eksternalnya dibedakan menjadi empat faktor yaitu
faktor fisik, faktor aksesbilitas, faktor lingkungan, dan fasilitas rumah kost.
Preferensi pemilihan rumah kost bagi buruh industri ada empat antara lain a)
kemudahan aksesbilitas ke lokasi kerja dan sarana prasarana yang merupakan
alasan utama buruh industri memilih rumah kost; b) lingkungan rumah kost
yang bersih, aman dan nyaman, yang menjadi alasan kedua; c) biaya sewa
kost yang murah, merupakan alasan ketiga; dan d) kelengkapan fasilitas
umum rumah kost, yang merupakan alasan terakhir buruh industri dalam
memilih rumah kost. Penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.1 pada
halaman 29.
29
29
Tab
el 2
.1 P
enel
itian
Ter
dahu
lu
No.
Penu
lis /
Judu
lT
ujua
nM
etod
e A
nalis
isH
asil
1.A
nn
y
Wid
ipra
tam
anti
,
20
01.
Stu
di
Keb
utu
han
Fas
ilit
as
Per
um
ahan
Bu
ruh
di
Kaw
asan
Indust
ri
Ter
bo
yo
Sem
aran
g.
�M
enget
ahui
tingk
at
kep
enti
ngan
at
au
keb
utu
han
n
yat
a
per
um
ahan
bu
ruh
di
sekit
ar k
awas
an i
ndust
ri.
�M
enem
ukan
m
odel
pen
yed
iaan
fa
sili
tas
per
um
ahan
yan
g
sesu
ai
den
gan
kar
akte
rist
ik b
uru
h
di
Kaw
asan
In
dust
ri
Ter
bo
yo
.
a.M
etode
kuan
tita
tif
: d
alam
ben
tuk
mul
tiple
re
gres
sion
untu
k m
endap
atkan
hu
bu
ngan
hubungan
an
tara
v
aria
ble
beb
as d
engan
var
iable
ter
ikat
.
b.
Met
ode
kual
itat
if;
men
ggun
akan
dua
cara
yai
tu
des
kri
pti
f d
an k
om
par
atif
.
a.B
uru
h
indust
ri
tidak
m
emer
lukan
per
um
ahan
fo
rmal
, te
tap
i h
anya
mem
bu
tuh
kan
fa
sili
tas
tem
pat
tinggal
ber
upa
asra
ma
kar
ena
sebag
ian
bes
ar
bu
ruh
tela
h
mem
pun
yai
rum
ah d
i dae
rah a
sal.
b.
Fas
ilit
as t
empat
tin
ggal
yan
g s
esuai
den
gan
kar
akte
rist
ik
buru
h
adal
ah
asra
ma,
den
gan
kel
ebih
an-k
eleb
ihan
seper
ti
efis
iensi
w
aktu
dan
bia
ya,
bia
ya
sew
a yan
g d
apat
dik
ondis
ikan
den
gan
pen
dap
atan
buru
h.
2.F
aizu
l M
una.
2009
Str
ateg
i P
enyed
iaan
Tem
pat
T
inggal
Bag
i B
uru
h
Ind
ust
ri
di
Kaw
asan
In
dust
ri
Ber
gas
K
abupat
en
Sem
aran
g.
�M
erum
usk
an
stra
tegi
pen
yed
iaan
tem
pat
tin
ggal
bag
i bu
ruh
indust
ri
di
Kaw
asan
In
du
stri
Ber
gas
�M
erum
usk
an
ben
tuk
pen
yed
iaan
tem
pat
tin
ggal
bag
i buru
h i
ndust
ri.
a.Id
enti
fikas
i dan
an
alis
is
kar
akte
rist
ik b
uru
h i
ndust
ri
b.
Iden
tifi
kas
i dan
an
alis
is
per
an
stak
ehold
er
c.A
nal
isis
S
WO
T;
terh
adap
stak
ehold
er
ber
das
ark
an
has
il
anal
isis
kar
akte
rist
ik
buru
h
indust
ri
dan
an
alis
is
per
an
stak
ehold
er.
d.
Pen
ilai
an
IFA
S
dan
E
FA
S
ber
das
arkan
kla
sifi
kas
i ra
ting
bobot
yan
g
dit
inja
u
dar
i
ket
erkai
tan
fa
kto
r den
gan
a.S
trat
egi
yan
g
dil
akukan
dal
am
pen
yed
iaan
te
mpat
ti
nggal
bag
i
buru
h
indust
ri
adal
ah
den
gan
ca
ra
mem
per
bai
ki
kel
emah
an s
takeh
old
er
inte
rnal
(b
uru
h
indust
ri)
den
gan
mem
anfa
atk
an
pel
uan
g
stak
ehold
er
ekst
ernal
.
b.
Ada
2
ben
tuk
pen
yed
iaan
te
mpat
tinggal
b
agi
buru
h
ind
ust
ri
yai
tu
pen
yed
iaan
te
mp
at
tin
ggal
b
eru
pa
rum
ah
ber
stat
us
rum
ah
mil
ik
dan
tem
pat
ti
nggal
ber
up
a ru
mah
su
sun
seder
han
a se
wa
(rusu
naw
a).
30
pen
yed
iaan
tem
pat
tin
ggal
, dan
kla
sifi
kas
i nil
ai
yan
g
did
asar
kan
pad
a si
si
stra
tegis
fakto
r dal
am
mem
pen
gar
uhi
usa
ha
pen
yed
iaan
te
mpat
tinggal
.
3.S
itti
H
ajar
, d
kk
.
20
12.
Fak
tor-
fakto
r yan
g
Mem
pen
gar
uhi
Kep
utu
san
Mah
asis
wa
Dal
am
Mem
ilih
R
um
ah
Ko
st.
�M
enget
ahui
fakto
r-fa
kto
r
apa
saja
yang
mem
pen
gar
uhi
kep
utu
san
mah
asis
wa
dal
am m
emil
ih
rum
ah k
ost
.
An
alis
is
fak
tor
yan
g
mer
up
akan
sala
h
satu
m
etode
stat
isti
ka
mult
ivar
iate
yan
g b
ertu
juan
untu
k
men
def
inis
ikan
st
ruk
tur
pad
a
suat
u m
atri
k d
ata.
Ter
dap
at
tuju
h
fakto
r yan
g
mem
engar
uhi
kep
utu
san
mah
asis
wa
dal
am m
emil
ih r
um
ah k
ost
, an
tara
lai
n
fak
tor
lin
gk
un
gan
k
ost
, fa
kto
r h
arga,
fakto
r fa
sili
tas,
fak
tor
refe
rensi
, gak
tor
lokas
i,
fakto
r kea
man
an,
dan
fa
kto
r
pel
ayan
an.
4.N
N.
Res
mi
dan
NK
.
Adi
Mek
arsa
ri,
20
11.
Fak
tor-
fakto
r yan
g
Mem
pen
gar
uhi
Per
ilak
u
Anak
K
os
dal
am
Pem
ilih
an
Ru
mah
Pem
on
do
kan
di
Kota
Sin
gar
aja.
�M
enget
ahui
fakto
r-fa
kto
r
yan
g
mem
pen
gar
uhi
dan
yan
g
pal
ing
dom
inan
mem
pen
gar
uhi
per
ilak
u
anak
kos
dal
am
mem
ilih
rum
ah p
emondokan
.
Anal
isis
fa
kto
r yan
g
dil
akukan
den
gan
b
eber
apa
tahap
an
yai
tu
mem
ilih
var
iabel
yan
g
layak
,
pro
ses
fact
ori
ng,
men
amak
an
mas
ing-m
asin
g f
akto
r-fa
kto
r yan
g
terb
entu
k
dan
uji
kea
kura
tan
mo
del
.
a.D
ari
33
indik
ator,
te
rben
tuk
10
fak
tor
yai
tu
per
hat
ian
, fa
sili
tas,
har
ga,
pro
mosi
, pro
duk,
per
ora
ngan
,
lokas
i, s
iste
m p
embay
aran
, ti
dak
ada
tuan
ru
mah
, dan
ru
mah
ti
dak
ber
tingk
at.
b.
Fak
tor
yan
g p
alin
g d
om
inan
adal
ah
fak
tor
per
hat
ian
m
emil
iki
nil
ai
var
ian t
erb
esar
yai
tu 1
5,2
8%
.
5.S
ri
Indah
Gam
esw
ari,
20
14
.
Pem
enuhan
Keb
utu
han
Per
um
ahan
P
eker
ja
�M
erum
usk
an
ben
tuk
pem
enuhan
keb
utu
han
per
um
ahan
yan
g
sesu
ai
den
gan
pre
fere
nsi
p
eker
ja
indust
ri
di
Kec
amat
an
a.T
abula
si
Sil
ang;
men
entu
kan
bes
arn
ya
hubun
gan
an
tar
var
iabel
dan
men
ampil
kan
dat
a
ringkas
an yan
g te
rkai
t den
gan
dua
atau
le
bih
var
iab
el
yan
g
Ada
2 b
entu
k p
erum
ahan
di
Kec
amat
an
Cik
and
e yai
tu.
a.P
erum
ahan
Fo
rmal
yai
tu P
erum
ahan
Per
mai
, P
erum
ahan
, C
ikan
de
Gri
ya
Asr
i,
Per
um
ahan
B
um
i C
ikan
de
31
Ind
ust
ri
di
Kec
amat
an
Cik
ande
Kab
upat
en S
eran
g.
Cik
and
e se
bag
ai
bag
ian
dar
i kaw
asan
per
untu
kan
ind
ust
ri S
eran
g T
imu
r.
akan
dig
un
akan
untu
k
mem
per
lihat
kan
kar
akte
rist
ik
pek
erja
dan
ket
erk
aita
n d
engan
keb
utu
han
pem
enuh
ann
ya.
b.
Uji
Chi
Sq
uare
; m
enget
ahu
i
hubungan
at
au
pen
gar
uh
dua
var
iabel
sat
u d
engan
yan
g l
ain.
c.U
ji
Mult
ikoli
nea
rita
s;
men
gid
enti
fikas
i fa
kto
r-fa
kto
r
yan
g
mem
pen
gar
uh
i
ket
erja
ngkau
an
dan
kep
emil
ikan
rum
ah.
Ind
ah,
Per
um
ahan
P
uri
M
as,
dan
Per
um
ahan
Puri
ter
atai
.
b.
Per
um
ahan
In
form
al
terd
iri
dar
i
per
kam
pun
gan
-per
kam
pungan
as
li
yan
g t
elah
ad
a se
bel
um
per
indust
rian
tum
buh
di
Kec
amat
an C
ikan
de.
6.Z
uli
nar
Irf
iyan
ti d
an
Asn
awi
Man
afi,
20
14.
Kar
akte
rist
ik H
unia
n
Bu
ruh
In
du
stri
d
i
Kaw
asan
In
du
stri
Wij
ayak
usu
ma.
�M
engid
enti
fikas
i
kar
akte
rist
ik
hu
nia
n
dan
lin
gk
un
gan
h
un
ian
b
uru
h
indust
ri
yag
dih
uni
saat
ini.
Met
ode
cam
pura
n
(mix
met
hod)
;
pen
ggab
un
gan
m
etod
e dar
i
par
adig
ma
yan
g
ber
bed
a yai
tu
anta
ra
met
ode
kual
itat
if
den
gan
met
ode
kuan
tita
tif.
Bu
ruh
in
du
stri
le
bih
m
emil
ih
un
tuk
men
jadi
com
mute
r ji
ka
dib
andin
gkan
har
us
tin
ggal
di
hunia
n
sew
a at
aupun
mem
ilih
u
ntu
k
men
etap
d
i K
ota
Sem
aran
g.
Bu
ruh
in
du
stri
m
enil
ai
lin
gk
un
gan
hu
nia
n y
ang
dih
un
i sa
at i
ni
sudah
mem
enuhi
keb
utu
han
. S
elai
n i
tu
juga
dip
engar
uhi
ole
h t
ingkat
inte
raksi
sosi
al m
asyar
akat
di
lingkungan
hunia
n
bu
ruh
in
du
stri
yan
g t
ing
gi.
Han
ya
2%
buru
h i
ndust
ri y
ang m
emil
ih
un
tuk
men
etap
ti
nggal
d
i K
ota
Sem
aran
g.
7.M
. Y
onni
Sofy
an,
20
06.
Pen
gad
aan
R
usu
n
�M
embah
as
pen
gad
aan
rum
ah s
usu
n s
ewa
indust
ri
dan
hunia
n
sew
a di
Met
ode
des
kri
pti
f kual
itat
if;
dat
a
yan
g t
erkum
pul
dia
nal
isis
den
gan
dat
a kual
itat
if
yan
g
din
yat
akan
Untu
k
mem
enuhi
keb
utu
han
hunia
n
bag
i pek
erja
in
dust
ri dib
utu
hkan
su
atu
per
enca
naa
n
yan
g
ko
mpre
hen
sif
dan
32
Sew
a S
ebag
ai
Alt
ernat
if
Per
mukim
an P
eker
ja
Ind
ust
ri
Di
Des
a
War
ugu
nu
ng K
aran
g
Pil
ang S
ura
baya.
kam
pung se
kit
ar k
awas
an
rum
ah s
usu
n.
dal
am
ben
tuk
kat
a,
kal
imat
, dan
gam
bar
.
par
tisi
pat
if d
engan
mel
ibat
kan
seg
enap
stak
ehold
ers
( P
emo
dal
,Pem
erin
tah,
Mas
yar
akat
dan
Ser
ikat
Pek
erja
) fa
kto
r
ket
erli
bat
ah
sem
ua
un
sur
dap
at
men
ingkat
kan
kual
itas
hunia
n
den
gan
per
tim
ban
gan
ja
rak
lokas
i den
gan
per
um
ahan
ser
ta k
ondis
i so
sial
-bud
aya,
ekonom
i le
mah
ser
ta p
ersy
arat
an s
aran
a
dan
pra
sara
na
yan
g
men
dukung
par
a
pek
erja
in
dust
ri
lebih
p
rodukti
f,
sehat
dan
nyam
an.
8.D
emas
P
radip
ta,
dk
k,
2014.
Rusu
naw
a P
eker
ja
Ind
ust
ri
di
Kec
amat
an
Ber
gas
Kab
upat
en
Sem
aran
g.
Pen
yed
iaan
fas
ilit
as h
unia
n
yan
g
mem
adai
di
kaw
asan
ind
ust
ri.
Tem
pat
tin
ggal
ters
ebut
dap
at
ber
up
a ru
mah
susu
nse
der
han
a se
wa
(ru
sun
awa)
ag
ar
sesu
ai
den
gan
kem
ampuan
fin
ansi
al
par
a pek
erja
ind
ust
ri.
Mel
aku
kan
w
awan
cara
d
an
pen
gam
atan
te
rhad
ap
pek
erja
indust
ri
men
gen
ai
kar
akte
rist
ik
dan
keb
utu
han
m
erek
a untu
k
men
emukan
keb
utu
han
ruan
g d
an
sert
a pote
nsi
per
mas
alah
an
yan
g
mungkin
akan
mun
cul.
Pen
yed
iaan
lap
ak k
om
ersi
al y
ang d
apat
dis
ewa
pen
ghuni
itu
pen
ting
untu
k
men
unja
ng
per
ekon
om
ian,
area
kom
ersi
al
yan
g
dij
adik
an
satu
den
gan
ruan
g
kom
unal
ber
man
faat
d
alam
men
gak
om
odas
i in
tera
ksi
32so
sial
anta
r
pen
ghuni,
ter
uta
ma
pen
ghuni
laja
ng d
an
pen
ghuni
yan
g
sudah
m
enik
ah,
sert
a
ruan
g
kom
unal
te
rseb
ut
dil
engkap
i
den
gan
fas
ilit
as k
om
ersi
al b
erupa
lapak
-
lapak
usa
ha
atau
tem
pat
mak
an.
9.M
och
. A
rifi
en, 2001.
Pen
gar
uh
K
on
dis
i
So
sial
E
ko
no
mi
Pen
duduk P
endat
ang
Ter
had
ap
Pem
ilih
an
Lokas
i P
erm
ukim
an
Men
gk
aji
pre
fere
nsi
at
au
kec
end
erun
gan
p
end
uduk
pen
dat
ang
mem
ilih
lo
kas
i
per
mukim
an d
i dae
rah b
anji
r
seh
ub
un
gan
d
engan
kem
ampuan
so
sial
Uji
kore
lasi
r
den
gan
men
ghubun
gk
an i
ndik
ator
kondis
i
sosi
al
ekonom
i pen
duduk
pen
dat
ang
(tin
gkat
pen
did
ikan
,
pek
erja
an,
pen
gh
asil
an
dan
pen
gel
uar
an,
sert
a kem
ampuan
a.K
ecen
der
un
gan
pen
dudu
k p
endat
ang
mem
ilih
lo
kas
i per
mukim
an
lebih
ban
yak
dip
engar
uhi
ole
h pek
erja
an,
kem
ampuan
ek
onom
i,
har
ga
lahan
sert
a ak
sesb
ilit
as
atau
kem
udah
an
yan
g
dap
at
dip
erole
h
pen
duduk
33
di
Dae
rah
Ban
jir
Kec
amat
an
Gayam
sari
K
ota
Sem
aran
g.
ekonom
inya.
men
gu
asi
lahan
dan
kual
itas
rum
ah)
den
gan
in
dik
ator
lokas
i
per
mu
kim
an d
idae
rah
ban
jir
yan
g
mel
ipu
ti
po
ten
si
ban
jir,
kem
udah
an a
kse
sbil
itas
ke
tem
pat
bek
erja
dan
sar
ana
pra
sara
na,
dan
har
ga
lahan
yan
g d
apat
dij
angkau
ole
h p
enduduk p
endat
ang.
dal
am
mem
enuhi
keb
utu
han
hid
up
nya.
b.
Po
ten
si
ban
jir
yan
g
men
imb
ulk
an
ber
bag
ai
per
mas
alah
an
ada
kec
end
erun
gan
se
dik
it
dia
bai
kan
kar
ena
mer
asa
mas
ih m
ampu u
ntu
k
men
ang
gu
lan
gin
ya
atau
mem
inim
alkan
ker
ugia
n
yan
g
akan
dit
anggun
g.
10.
Dw
iga
Sel
ly
Mad
yar
atri
, 2
01
7.
Kar
akte
rist
ik
Bu
ruh
Indust
ri
dan
Pre
fere
nsi
T
erh
adap
Pem
ilih
an
Ru
mah
kost
di
Kel
ura
han
Ng
empon
Kec
amat
an
Ber
gas
Kab
upat
en
Sem
aran
g
Tah
un
20
16.
�M
enget
ahui
per
seb
aran
rum
ah k
ost
�M
enget
ahui
kar
akte
rist
ik
buru
h i
ndust
ri
�M
enget
ahui
fakto
r yang
mem
pen
gar
uhi
pre
fere
nsi
pem
ilih
an r
um
ah k
ost
.
�M
enget
ahui
pre
fere
nsi
pem
ilih
an r
um
ah k
ost
bag
i
buru
h i
ndust
ri.
a.A
nal
isis
ker
uan
gan
untu
k
men
get
ahui
per
sebra
n
rum
ah
ko
stden
gan
yan
g
dit
entu
kan
den
gan
pro
ses
anal
isis
S
IG
dar
i dat
a sp
asia
l d
alam
ben
tuk
dig
ital
yan
g d
iper
ole
h m
elal
ui
pen
guku
ran
la
pan
gan
d
engan
men
ggun
akan
GP
S.
b.
An
alis
is
des
kri
pti
f p
erse
nta
se
un
tuk
men
get
ahu
i k
arak
teri
stik
bu
ruh
in
du
stri
, fa
kto
r yan
g
mem
pen
gar
uhi
dan
pre
fere
nsi
pem
ilih
an
rum
ah
kost
bag
i
buru
h
indust
ri
den
gan
men
amp
ilk
an
dat
a-dat
a
kuan
tita
tif
(an
gka)
dan
has
il
per
hit
ungan
nya
ke
dal
am
kal
imat
.
�P
erse
bar
an
rum
ah
kost
cender
un
g
ber
ada
di
wil
ayah
yan
g
terd
apat
ind
ust
ri y
aitu
RW
01
, R
W 0
4,
RW
05
, d
an R
W 0
6.
�K
arak
teri
stik
buru
h
indust
ri
dib
edak
an m
enja
di
tiga
aspek
yai
tu
aspek
dem
ogra
fi,
aspek
so
sial
dan
buday
a se
rta
asp
ek
ekonom
i.
Ber
das
ark
an a
spek
dem
ogra
fi,
buru
h
indust
ri
di
Kel
ura
han
N
gem
pon
mer
upak
an
bu
ruh
yang
ber
usi
a
anta
ra
21
–
25
tahu
n,
ber
jenis
kel
amin
per
empuan
dan
ber
stat
us
bel
um
m
enik
ah.
Ber
das
arkan
as
pek
sosi
al d
an b
ud
aya,
bu
ruh
in
du
stri
di
Kel
ura
han
N
gem
pon
m
erupak
an
buru
h i
ndust
ri b
erst
atus
buru
h t
etap
yan
g
men
emp
ati
po
sisi
se
bag
ai
oper
ator
/hel
per,
ber
pen
did
ikan
34
tera
khir
SM
K/S
MA
dan
ber
asal
dar
i
wil
ayah
Ja
wa
Ten
gah
d
i lu
ar
wil
ayah
K
edun
gse
pur.
S
edan
gkan
ber
das
arkan
as
pek
ek
onom
inya,
buru
h
indust
ri
di
Kel
ura
han
Ngem
pon m
erup
akan
buru
h d
engan
pen
gh
asil
an a
nta
ra R
p.
1.4
50
.00
0 –
Rp
. 2
.71
2.5
00
per
bula
n
dan
pen
gel
uar
an se
bes
ar R
p.
58
0.0
00
–
Rp. 1.3
97.0
00 p
er b
ula
n.
�F
akto
r yan
g
mem
pen
gar
uh
i
pre
fere
nsi
p
emil
ihan
ru
mah
kost
adal
ah
fakto
r in
tern
al
dan
fa
kto
r
ekst
ernal
. F
akto
r in
tern
al
adal
ah
kar
akte
rist
ik
bu
ruh
in
du
stri
,
sedan
gkan
fa
kto
r ek
ster
nal
nya
dib
edak
an
men
jad
i em
pat
fa
kto
r
yai
tu f
akto
r fi
sik
, fa
kto
r ak
sesb
ilit
as,
fak
tor
lin
gk
un
gan
, d
an
fasi
lita
s
rum
ah k
ost
.
�P
refe
rensi
pem
ilih
an
rum
ah
kost
bag
i buru
h i
ndust
ri a
da
empat
anta
ra
lain
a)
kem
udah
an
akse
sbil
itas
ke
lokas
i ker
ja
dan
sa
ran
a pra
sara
na
yan
g m
erupak
an a
lasa
n u
tam
a buru
h
ind
ust
ri
mem
ilih
ru
mah
k
ost
;b)
lin
gk
un
gan
ru
mah
ko
styan
g b
ersi
h,
aman
dan
n
yam
an,
yang
men
jadi
35
alas
an
ked
ua;
c)
bia
ya
sew
a kost
yan
g
mura
h,
mer
upak
an
alas
an
ket
iga;
dan
d)
kel
engk
apan
fas
ilit
as
um
um
rum
ah k
ost
, yan
g m
erupak
an
alas
an t
erak
hir
buru
h i
ndust
ri d
alam
mem
ilih
rum
ah k
ost
.
Su
mb
er:
Wid
ipra
tam
anti
(2001:1
09
), M
un
a (2
009:1
63-1
64),
Haj
ar,
dkk (
20
12:3
0),
Res
mi
dan
Adi
(2011:8
8),
Gam
esw
ari
(20
14:1
97),
Irfi
yan
ti d
an M
anaf
i (2
01
4:7
2),
Sofy
an (
2006:
193
), P
radip
ta, dkk
(2014:
113),
Ari
fien
(2001:0
6),
dan
Mad
yar
atri
(2017:
63
-
98).
36
F. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tantang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah penting (Sugiyono, 2010:91). Kerangka berpikir adalah bentuk
kerangka yang dianalogikan oleh peneliti untuk melakukan penelitian
berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai, serta berfungsi
sebagai peta konsep dalam penelitian ini.
Industri menjadi sektor unggulan di Kabupaten Semarang dan menjadi
prioritas utama pembangunan ekonomi tanpa mengabaikan pembangunan di
sektor lain. Industri di Kabupaten Semarang lebih didominasi oleh industri-
industri besar yang tersebar di beberapa wilayah. Jumlah industri pada suatu
wilayah berimbas pada peningkatan penyerapan tenaga kerja, baik tenaga
kerja lokal maupun tenaga kerja yang berasal dari luar daerah (buruh
pendatang). Peningkatan tenaga kerja dari luar daerah berdampak pada
peningkatan permintaan tempat tinggal, termasuk di Kelurahan Ngempon
yang memiliki industri cukup banyak. Hal ini menimbulkan fenomena yaitu
warga sekitar kawasan industri mendirikan kamar-kamar sewa (rumah kost)
yang tersebar di beberapa wilayah di Kelurahan Ngempon.
Setiap individu atau keluarga memiliki pilihan (preferensi) masing-
masing terhadap kebutuhan akan tempat tinggalnya. Peneliti ingin
mengetahui bagaimana preferensi buruh industri dalam memilih rumah kost
tersebut yang didasarkan pada perbedaan karakteristik taip buruh industri.
Pengumpulan data dilakukan terhadap para pemilik rumah kost dan buruh
37
industri penghuni rumah kost di Kelurahan Ngempon. Teknik pengumpulan
data yang dilakukan adalah dokumentasi, kuesioner/angket dan pengukuran
lapangan. Pengumpulan data tersebut bertujuan untuk memperoleh data
terkait variabelkarakteristik buruh industri, faktor yang mempengaruhi
preferensi memilih rumah kost, preferensi pemilihan rumah kost bagi buruh
industri, serta lokasi absolut rumah kost guna mengetahui persebaran rumah
kost di Kelurahan Ngempon.
Lokasi absolut rumah kost tersebut diperoleh dengan cara pengukuran
lapangan menggunakan GPS yang kemudian diolah menggunakan software
ArcGis 10.1 dan dianalisis dengan teknik analisis keruangan. Sedangkan data
karakteristik buruh industri dan faktor yang mempengaruhi preferensi
memilih rumah kost, dianalisis menggunakan analisis deskriptif persentase
yang akhirnya akan diketahui hasil akhir yaitu preferensi pemilihanrumah
kost bagi buruh industri dan persebaran rumah kost di Kelurahan Ngempon.
Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 pada
halaman 38.
38
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
Industri merupakan Leading Sector di
Kabupaten Semarang
Penyerapan Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
Lokal
Tenaga Kerja
Pendatang
Perkembangan Rumah Kost
Data Sekunder Jumlah Rumah Kost
Meningkatnya Pemenuhan
Kebutuhan Tempat Tinggal
Pengumpulan Data
Persebaran Tempat
Tinggal Kost
Preferensi Pemilihan Rumah Kost
Bagi Buruh Industri
Dokumentasi Kuesioner Pengukuran
Lapangan
Karakteristik
Buruh
Industri
Faktor yang
Mempengaruhi
Preferensi
Pemilihan Rumah
Kost
106
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa
hal yang dapat disimpulkan, diantaranya sebagai berikut.
1. Persebaran rumah kost diketahui dari peta persebaran rumah kost yang
dipetakan dari hasil pengukuran lapangan dengan menggunakan software
ArcGis. Persebaran rumah kost di Kelurahan Ngempon berada pada
wilayah yang banyak terdapat industri, yaitu di RW 01, RW 04, RW 05,
dan RW 06. Persebaran rumah kost yang paling banyak berada di RW
01.
2. Karakteristik buruh industri di Kelurahan Ngempon dibedakan menjadi
tiga aspek yaitu aspek demografi, aspek sosial dan budaya serta aspek
ekonomi. Berdasarkan aspek demografi, buruh industri di Kelurahan
Ngempon merupakan buruh yang berusia antara 21 – 25 tahun, berjenis
kelamin perempuan dan berstatus belum menikah. Berdasarkan aspek
sosial dan budaya, buruh industri di Kelurahan Ngempon merupakan
buruh industri berstatus buruh tetap yang menempati posisi sebagai
operator/helper, berpendidikan terakhir SMK/SMA dan berasal dari
wilayah Jawa Tengah di luar wilayah Kedungsepur. Sedangkan
berdasarkan aspek ekonominya, buruh industri di Kelurahan Ngempon
merupakan buruh dengan penghasilan antara Rp. 1.450.000 – Rp.
107
2.712.500 per bulan dan pengeluaran sebesar Rp. 580.000 – Rp.
1.397.000 per bulan.
3. Faktor yang mempengaruhi preferensi pemilihan rumah kost adalah
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah karakteristik
buruh industri, sedangkan faktor eksternalnya dibedakan menjadi empat
faktor yaitu faktor fisik, faktor aksesbilitas, faktor lingkungan, dan
fasilitas rumah kost. Berdasarkan faktor fisik, rumah kost di Kelurahan
Ngempon merupakan tempat tinggal kost berdasarkan jenis kelamin atau
kost putra/putri dan bangunannya bersifat permanen. Berdasarkan faktor
aksesbilitas, rumah kost dapat diakses dengan kendaraan roda empat
serta dapat menjangkau sarana prasarana baik sarana prasarana
kesehatan, ekonomi, pemerintahan, pelayanan public, maupun sarana
prasara sosial. Berdasarkan faktor lingkungan, rumah kost merupakan
tempat tinggal yang cukup bersih, sangat aman dan sangat nyaman.
Sedangkan berdasarkan fasilitasnya, rumah kost di Kelurahan Ngempon
memiliki fasilitas halaman parkir, ruang cuci jemur, ruang bersama,
dapur, TV serta kompor.
4. Preferensi pemilihan rumah kost bagi buruh industri ada empat antara
lain a) kemudahan aksesbilitas ke lokasi kerja dan sarana prasarana yang
merupakan alasan utama buruh industri memilih rumah kost; b)
lingkungan rumah kost yang bersih, aman dan nyaman, yang menjadi
alasan kedua; c) biaya sewa kost yang murah, merupakan alasan ketiga;
108
dan d) kelengkapan fasilitas umum rumah kost, yang merupakan alasan
terakhir buruh industri dalam memilih rumah kost.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan simpulan, maka penulis
mengemukakan beberapa saran sebagai berikut.
1. Pihak pemilik kost sebagai penyedia rumah kost, sebaiknya lebih melihat
atau memperhatikan minat buruh industri dalam memilih rumah kost,
agar dapat menambah nilai akan rumah kost yang ditawarkan, seperti
memberikan beberapa fasilitas yang cukup memadai sehingga menambah
kenyamanan bagi penghuni kost. Hal ini terkait dengan semakin
banyaknya pesaing yang muncul di sekitar kawasan industri. Pemilik
kost harus menyesuaikan biaya sewa kost dengan fasilitas yang
ditawarkan, karena hal tesebut berpengaruh terhadap minat penghuni
kost.
2. Buruh industri diharapkan menggabungkan beberapa hal yang
merupakan minat dalam memilih rumah kost yang akan ditempati. Selain
itu, buruh industri yang merupakan reponden dalam penelitian ini,
diharapkan mengisi angket dengan benar agar hasil penelitian bisa lebih
akurat.
109
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2010. Pengaruh Perkembangan Industri Terhadap Pola Pemanfaatan
Lahan di Wilayah Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Tesis.Semarang: Universitas Diponegoro.
Andoni, Hari dan Hanson Kusuma. 2016. Preferensi Hunian yang Ideal Bagi
Pekerja dan Mahasiswa pada Kelompok Umur Dewasa Awal / Early Adulthood. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016, halaman 129-134.
Ani, Gayantri Fendya, dkk. 2012. Preferensi Masyarakat Dalam Menentukan
Lokasi Hunian di Kecamatan Mapanget Kota Manado. Jurnal Perencanaan Wilayah. Volume 2 No 1, halaman 1-4.
Arifien, Moch. 2001. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk Pendatang
Terhadap Pemilihan Lokasi Permukiman di Daerah Banjir Kecamatan
Gayamsari Kota Semarang. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Banowati, Eva. 2006. Geografi Permukiman. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Badan Pusat Statistik. 2015. Data Strategis Kabupaten Semarang 2015.
Semarang: BPS
Badan Pusat Statistik. 2016. Kabupaten Semarang dalam Angka 2016. Semarang:
BPS.
Badan Pusat Statistik. 2016. Kecamatan Bergas dalam Angka 2016. Semarang:
BPS.
Daldjoeni, N. 1999. Geografi Kota dan Desa. Bandung: Penerbit Alumni.
Djamaris, Aurino. 2009. Analisis Potensi Pembangunan Rusunawa di Kawasan Industri di 10 Kota Besar Indonesia.
http://faculty.aurino.com (8 April 2016).
Fadoli, Ahmad. 2014. Pola Persebaran Permukiman dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Preferensi Bermukim di Kecamatan Gombong
Kabupaten Kebumen. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Gameswari, Sri Indah. 2014. Pemenuhan Kebutuhan Perumahan Pekerja Industri
di Kecamatan Cikande Kabupaten Serang. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Volume 1 No. 2, halaman 1-16.
110
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 1.9. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hajar, Siti, dkk. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Mahasiswa
dalam Memilih Rumah Kost. e-Jurnal Matematika. Volume 1 No. 2,
halaman 25-31.
Hardati, Puji. 2002. Geografi Transportasi dan Industri. Semarang: Universitas
Negeri Semarang.
-----------------. 2001. Kontribusi Angkatan Kerja Perempuan Yang Bekerja Pada
Industri Pedesaan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga. Forum Ilmu Sosial. Volume 26 No. 2, halaman 1-15.
----------------. 2002. Kontribusi Industri Rumah Tangga Bahan Bangunan
Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Boyolali. Jurnal Litbang Propinsi Jawa Tengah. Volume 5 No. 4, halaman 21-29.
----------------. 2010. Pengantar Ilmu Sosial Edisi Revisi. Semarang: Widya Karya.
----------------. 2014. Pola Keruangan Keterkaitan Sektor Pertanian dengan Non
Pertanian dan Konsekuensinya pada Strategi Penghidupan Rumahtangga
di Kabupaten Semarang. Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Hartono. 2007. Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Bandung: Citra Praya.
Hutapea, Rumata Christella. 2008. Preferensi Bermukim Penduduk di Wilayah
Pinggiran Barat Kota Medan. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
Irfiyanti, Zulinar dan Manafi. 2014. Karakteristik Hunian Buruh Industri di
Kawasan Industri Wijayakusuma. Jurnal Pengembangan Kota. Volume 2
No. 2, halaman 62-73.
Jawatankuasa Standard dan Kost. 2015. Garis Panduan dan Peraturan bagi Perancangan Bangunan Tahun 2015.
http://www.epu.gov.my (4 Maret 2016)
Jayadinata, Johara. 1986. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan, dan Wilayah. Bandung: ITB.
Koalisi untuk Perumahan Sosial. 2002. Sistem Perumahan Sosial di Indonesia.
Jakarta: Pusat Studi Perkotaan Universitas Indonesia.
111
Landoala, Tasrif. 2013. Preferensi Permukiman.http://www.jembatan4.co.id (28 Desember 2015)
Mulyo dan Suhandini. 2007. Kompetensi Dasar Geografi 1. Solo: PT. Tiga
Serangka Pustaka Mandiri.
Muna, Faizul. 2009. Strategi Penyediaan Tempat Tinggal Bagi Buruh Industri di
Kawasan Industri Bergas Kabupaten Semarang. Tesis. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Nursusandhari, Eva. 2009. Persepsi, Preferensi dan Willingness To PayMasyarakat Terhadap Lingkungan Pemukiman Sekitar Kawasan Industri.
Jurnal Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Volume 3 No. 1, halaman
1-14.
Peraturan Bupati Semarang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pemondokan. Semarang: Diperbanyak oleh Kecamatan Bergas.
Pradipta, Demas, dkk. 2014. Rusunawa Pekerja Industri di Kecamatan Bergas
Kabupaten Semarang. Jurnal Ilmiah. Volume 3 No. 3, halaman 114.
Purwaningsih, Indriyati Eko. 2011. Sikap Terhadap Rumah Kos Tanpa Induk
Semang Ditinjau dari Jenis Kelamin dan Asal Daerah Pada Mahasiswa
UST. Jurnal SPIRITS. Volume 1 No. 2, halaman 97-224.
Purwanto. 2007. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Putri, Harlini. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi
Perumahan di Kota Banda Aceh. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik Indonesia. Volume 1 No. 2, halaman 55-61.
Resmi, Ni Nyoman dan Adi. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Anak Kost dalam Pemilihan Rumah Pemondokan di Kota Singaraja.Jurnal Sains dan Teknologi. Volume 11 No. 1, halaman 88.
Singarimbun, M. 1992. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Sofyan, M. Yanny. Pengadaan Rusun Sewa Sebagai Alternatif Permukiman
Pekerja Industri di Desa Warugunung Karang Pilang Surabaya. Jurnal Sipil, Mesin, Arsitektur dan Elektro. Volume 4 No. 3, halaman 193.
Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
112
Sumaatmadja, Nursid. 1981. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni.
Tika, Moh. Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Jakarta:
Departemen Ketenagakerjaan.
Undang-undang Nomor 03 Tahun 2014 tentang Perindustrian. Jakarta:
Departemen Industri dan Perdagangan.
Widipratamanti, Anny. 2001. Studi Kebutuhan Fasilitas Perumahan Buruh di
Kawasan Industri Terboyo Semarang. Tesis. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Wiwaha, Arjuna. 2013. Kajian Teori Preferensi Bermukim.
http://studyandlearninghow.com (28 Desember 2015)
Yunus, Hadi Sabari. 2000. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Zamrowi, M. Taufik. 2007. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri
Kecil. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.