karakteristik manajemen pendidikan profetik

17
13 KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN PROFETIK Rima Umaimah Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Pacitan [email protected] Abstract: The purpose of this study is to understand and determine the characteristics of Islamic education management. The method used by the writer in this research is literature, through primary data reading primary books. This study involved colleagues, namely Islamic education lecturers from various campuses with the following steps: testing the manuscript through discussion, criticism, suggestions, improvement, and finalization. Based on the results of the study it can be concluded: The characteristics of Islamic education management are holistic, meaning that the management strategy of Islamic education management is carried out by combining learning resources and taking into account the involvement of human culture, both political, economic, intellectual and theological. Keywords: Characteristics, Educational Management, Prophetic PENDAHULUAN Pendidikan adalah fenomena utama dalam kehidupan manusia untuk membantu perkembangan dan pertumbuhan peserta didik menjadi dewasa.Sesuai dengan visi dan misi pendidikan nasional, tujuan pendidikan haruslah mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagai tuntutan sekaligus tantangan zaman dengan berbagai fenomena sosial yang mengikutinya. Secara umum pendidikan harus mampu menghasilkan manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat yang sehat dan cerdas dengan (1) kepribadian yang kuat dan religius serta mampu menjunjung tinggi budaya luhur bangsa, (2) kesadaran demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, (3) kesadaran moral hukum yang tinggi dan (4) kehidupan yang makmur dan sejahtera. 1 1 Jalal & Supriyadi, Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah (Yogyakarta: Adi Citra Karya Nusa, 2001), 67.

Upload: others

Post on 15-Nov-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN PROFETIK

13

KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN

PROFETIK

Rima Umaimah

Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Pacitan

[email protected]

Abstract: The purpose of this study is to understand and determine the

characteristics of Islamic education management. The method used by the

writer in this research is literature, through primary data reading primary

books. This study involved colleagues, namely Islamic education lecturers

from various campuses with the following steps: testing the manuscript

through discussion, criticism, suggestions, improvement, and finalization.

Based on the results of the study it can be concluded: The characteristics of

Islamic education management are holistic, meaning that the management

strategy of Islamic education management is carried out by combining

learning resources and taking into account the involvement of human culture,

both political, economic, intellectual and theological.

Keywords: Characteristics, Educational Management, Prophetic

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah fenomena utama dalam kehidupan manusia untuk

membantu perkembangan dan pertumbuhan peserta didik menjadi dewasa.Sesuai

dengan visi dan misi pendidikan nasional, tujuan pendidikan haruslah

mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi

berbagai tuntutan sekaligus tantangan zaman dengan berbagai fenomena sosial

yang mengikutinya. Secara umum pendidikan harus mampu menghasilkan

manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat yang sehat dan cerdas

dengan (1) kepribadian yang kuat dan religius serta mampu menjunjung tinggi

budaya luhur bangsa, (2) kesadaran demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara, (3) kesadaran moral hukum yang tinggi dan (4)

kehidupan yang makmur dan sejahtera.1

1 Jalal & Supriyadi, Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah (Yogyakarta:

Adi Citra Karya Nusa, 2001), 67.

Page 2: KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN PROFETIK

14

Persoalan pendidikan pada hakikatnya merupakan persoalan yang

berhubungan langsung dengan kehidupan manusia dan mengalami perubahan

serta perkembangan sesuai dengan kehidupan térsebut baik teori maupun konsep

operasionalnya. Problem-problem yang dihadapi oleh manusia sering dicari

pemecahannya dalam dunia pendidikan. Dalam hal ini mungkin orang akan

mempertanyakan konsep filosofik yang melandasi sistem pendidikan yang sedang

dilaksanakan atau mungkin juga konsep-konsep operasional ditinjau dan

diperbarui agar tetap relevan dengan tuntutan perubahan dan perkembangan

kehidupan manusia.

Dewasa ini manusia sedang menghadapi perubahan yang begitu cepat yang

timbul sebagai dampak dan kewajiban ilmu pengetahuan. Apalagi jika didasarkan

pada asumsi bahwa segala problem itu berpangkal dan suatu penerapan konsep

pendidikan yang merangsang serta mendorong progresivitas ilmu pengetahuan

dan teknologi yang tak terkendali.

Di kalangan Islam juga muncul berbagai isu tentang krisis pendidikan serta

problem lainya yang dengan sangat mendesak menuntut suatu pemecahan berupa

terwujudnya suatu sistem pendidikan yang didasarkan atas konsep Islam. Salah

satu solusi pemecahannya adalah pembenahan manajemen dalam pendidikan.

Selain dari dunia bisnis, negara maupun organisasi manajemen mempunyai peran

penting untuk mengantarkan kemajuan pendidikan. Kalau manajemen negara

mengejar kesuksesan pembangunan sedangkan manajemen pendidikan (sekolah)

mengejar kesuksesan perkembangan anak manusia melalui pelayanan-pelayanan

pendidikan yang memadai.

Akhir-akhir ini manajemen sebagai ilmu begitu populer sehingga banyak

kajian yang difokuskan pada manajemen baik berupa pelatihan, seminar, kuliah,

maupun pembukaan program studi. Program studi manajemen meliputi

manajemen ekonomi, manajemen sumber daya manusia, manajemen pendidikan,

dan sebagainya. Awal mulanya, tema manajemen hanya populer dalam dunia

perusahaan atau bisnis. Kemudian, tema ini digunakan dalam profesi lainnya,

termasuk oleh pendidikan, baik itu pendidikan umum maupun pendidikan Islam

(keagamaan).

Page 3: KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN PROFETIK

15

Optimisme dalam mengembangkan Sekolah/Madrasah Model sebagai

bentuk upaya meningkatkan mutu pendidikan, selain implementasi melalui

peningkatan fasilitas belajar juga dilakukan dengan meningkatkan manajemen.

Dengan begitu, manajemen dijadikan resep dalam mengatasi masalah dan

kemudian mengembangkan lembaga pendidikan, khususnya dalam konteks ini,

lembaga pendidikan Islam (madrasah).2

Gambaran tentang manajemen pendidikan berbasis profetik yang

membedakan dengan manajemen secara umum adalah terletak pada karakteristik

dari manajemen pendidikan profetik itu sendiri. Perlu diketahui bahwa

manajemen secara sumum, sasaran ataupun obyek yang dikelola adalah dalam

suatu organisasi atau perusahaan. Sedangkan manajemen lembaga pendidikan

profetik, sasaran yang dikelola adalah semua SDM dan SDA yang ada dan terlibat

dalam suatu proses pendidikan. Dalam manajemen pendidikan profetik ini,

manajemen fokus adalah terletak pada kepala madrasah/sekolah dan guru. Hal ini

disebabkan karena madrasah/sekolah dan guru merupakan ujung tombak dari

pelaksanaan pembelajaran, karena madrasah/sekolah dan guru merupakan

pemeran utama proses pendidikan yang sangat menentukan tercapai tidaknya

tujuan pendidikan. Maka madrasah/sekolah dan guru merupakan jiwa dari

sekolah. Namun demikian tidak menafikan peran yang lain, sperti karyawan,

ketua, wali murid dan siswa itu sendiri. Sehingga memang terdapat karakteristik

dan ketentuan normatif manajemen pendidikan profetik jika dibandingkan dengan

manajemen secara umum.

PEMBAHASAN

Profetik berasal dari kata prophet (nabi).3 Profetik yang mempunyai makna

Kenabian atau sifat yang ada dalam diri seorang nabi. Yaitu sifat nabi yang

mempunyai ciri sebagai manusia yang ideal secara spiritual-individual, tetapi juga

menjadi pelopor perubahan, membimbing masyarakat ke arah perbaikan dan

melakukan perjuangan tanpa henti melawan penindasan.

2 Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Malang: PT. Gelora Aksara Pratama,

2007), 2-4.

3 . Dwi Budiyanto, Prophetic Learning, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2009),168 .

Page 4: KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN PROFETIK

16

Sifat pada nabi ini, diterapkan dalam suatu gagasan ilmu sosial yang mana

menjadi 3 pilar nilai-nilai profetik yakni humanisasi (menegakkan kebaikan), liberasi

(mencegah kemunkaran), dan transendensi (beriman kepada Allah SWT). Suatu cita-

cita profetik yang mana terkandung dalam QS. Ali Imran ayat 110: “Engkau adalah

umat terbaik yang diturunkan di tengah manusia untuk menegakkan kebaikan,

mencegah kemungkaran (kejahatan) dan beriman kepada Allah.”4 Jadi, devinisi

pembelajaran profetik adalah suatu proses pembelajaran tentang adopsi spritual

pembelajaran dari pencerahan-pencerahan batin yang pernah dilakukan para nabi

terhadap manusia di zaman dahulu.

Pada dasarnya pendidikan saat ini mengabaikan idealisme yang mencerminkan

proses-proses pemenuhan tugas-tugas kemanusiaan. Pendidikan yang berwawasan

kemanusiaan harus memandang manusia menjadi subjek pendidikan. Proses

pendidikan berawal dari pemahaman teologis-filosofis tentang manusia, yang pada

akhirnya manusia diperkenalkan akan keberadaan dirinya sebagai khalifah Allah

dimuka bumi ini. Pendidikan yang lepas dari dasar-dasar inilah akhirnya

memunculkan tatacara hidup yang tidak lagi konstruktif bagi tegaknya nilai-nilai

kemanusiaan.

Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum

agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran

Islam.5 Tanpa mengabaikan beberapa konsep pendidikan Islam yang terformulasi

dalam definisi yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan Islam, Khoiron Rosyadi

dalam bukunya Pendidikan Profetik juga berpendapat bahwa melihat pendidikan

Islam itu suatu ikhtiar menanamkan nilai-nilai Islami yang tidak terlepas dari

landasan organik (Al-Qu’an dan Al-Sunnah) yang sebagai tujuan akhirnya adalah

manusia taqwa.6

Distingsi antara Manajemen Pendidikan Profetik Dengan Manajemen

Pendidikan

Awal mulanya, tema manajemen hanya popular dalam dunia perusahaan

dan bisnis, kemudian digunakan dalam profesi lainnya. Manajemen sebagai ilmu

4 Al-Qur’an., 3., 110. Lihat: Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu Epistemologi, Metodologi,

dan Etika. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), 87.

5 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Al-

Ma‟arif,1962) 1.23.

6 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 303.

Page 5: KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN PROFETIK

17

yang baru dikenal pada pertengahan abad ke 19, dewasa ini sangat populer,

bahkan dianggap sebagai kunci keberhasilan pengelola sekolah atau lembaga

pendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan islam. Bahkan ada yang

menganggap manajemen pendidikan Islam sebagai suatu “ciri” dari lembaga

pendidikan modern, karena dengan adanya manajeman pendidikan Islam maka

lembaga pendidikan Islam diharapkan akan berkembang dan berhasil.

Secara sederhana alur keilmuan manajemen pendidikan Islam adalah

bermula dari ilmu manajemen yang kemudian di adaptasi oleh ilmu manajemen

pendidikan dan kemudian di adaptasi oleh kalangan muslim menjadi ilmu

manajemen pendidikan islam. Meskipun seolah Islam “mengekor” ilmu

manajemen yang notabene “kebarat-baratan” tetapi Islam memiliki sikap selektif

terhadap suatu kebudayaan baru. Ada sebagian kalangan yang mengatakan bahwa

ilmu manajemen pendidikan Islam hanyalah adaptasi dari ilmu manajemen

pendidikan. Saya tidak sependapat dengan hal itu karena menskipun ilu

manajemen pendidikan Islam lahir belakangan dan memang sedikit banyak

mengambi prinsip keilmuan manajemen pendidikan tetapi jelas melalui sikap

selektif yang ketat sehingga sesuai degan ajaran dan nilai-nilai Islam. Sebenarnya

tidak sedikit juga ulama dan cendekiawan muslim yang telah meletakkan dasar-

dasar manajemen, tetapi masih berserrakan dan belum menjadi satu keilmuan

yang padu dan utuh.

Manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan

yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang

tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang

telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien.7 Sementara itu manajemen

pendidikan Islam diartikan sebagai suatu proses penataan atau pengelolaan

lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumber daya musilm dan non manusia

dalam menggerakkannnya untuk mencapai tujuan pendidika islam secara efektif

dan efisien.8

Sementara itu Mujamil Qomar mengartikan sebagai suatu proses

pengelolaan lembaga pendidikan Islam secara Islami dengan cara menyiasati

7 Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam (Surabaya: elKAF, 2006), 13. 8 Ibid., 14.

Page 6: KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN PROFETIK

18

sumber-sumber balajar dan hal-hal lain yang terkait untuk mencapai tujuan

pendidikan Islam secara efektif dan efisien.9 Manajemen harus mengutamakan

pengelolaan secara Islami, sebab disinilah yang membedakan antara manajemen

Islam dengan menejemen umum.

Beberapa perbedaan antara manajemen pendidikan Islam dengan

manajemen pendidikan:10

1. MPI. (a) Sasaran: Lembaga pendidikan Islam. (b) Sifat: Inklusif dan

eksklusif. (c) Tujuan: Proses pendidikan berjalan sesuai dengan prinsip

pendidikan yang Islami, sesuai dengan nilai-nilai Islam, berjala efektif dan

efisien sesuai dengan rumusan dan pandangan pendidikan Islam. (d) Sumber

keilmuan: Teks-teks wahyu, baik al-Qur’an maupun hadits sahih sebagai

pengendali bangunan rumusan kaidah-kaidah teoritis manajemen pendidikan

Islam; Aqwal (perkataan-perkataan) para sahabat Nabi, ulama, cendekiawan

muslim sebagai pijakan logis argumentative dalam menjelaskan kaidah-

kaidah teoritis manajemen pendidikan Islam; Perkembangan lembaga

pendidika islam sebagai pijakan empiris dalam mendasari perumusan kaidah-

kaidah teoritis manajemen pendidikan Islam; Kultur komunitas (pimpinan

dan pegawai) dalam lembaga pendidikan Islam sebagai pijakan empiris dalam

merumuskan kemungkinan strategi yang khas dalam mengelola lembaga

pendidikan Islam; Ketentuan kaidah- kaidah manajemen pendidikan sebagai

pijakan teoritis dalam mengelola lembaga pendidikan Isalm, dengan tetap

melkukan kritik jika terdapat ketentuan-ketentuan atau prinsip-prinsip yang

tidak relevan supaya sesuai dengan kondisi budaya yang terjadi dalam

lembaga pendidikan Islam.

2. MPU. (a) Sasaran: Lembaga pendidikan umum dan bisa diterapkan di

lembaga pendidikan Islam; Inklusif; Proses pendidikan berjalan sesuai

dengan prinsip umum pendidikan, sesuai dengan kultur dan budaya sekolah

yang bersangkutan; Sumber keilmuan

9 Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam (Jakarta: Erlangga, 2008), 10. 10 Ibid., 37.

Page 7: KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN PROFETIK

19

Prinsip Dasar Manajemen Pendidikan Profetik

Prinsip efisiensi dan efektivitas. Efisiensi dan efektivitas merupakan bagian

dari prinsip-prinsip manajemen. Titik tolak pelaksanaan manajemen dalam

organisasi memanfaatkan semua sumber, tenaga, dana, dan fasilitas yang ada

secara efisien. Fungsi-fungsi manajemen dioperasionalisasikan dengan

mempertimbangkan sarana dan prasarana yang seirama dengan keadaan dan

kemapuan organisasi, artinya dengan menghemat biaya dan memperpendek waktu

pelaksaan kegiatan, tetapi hasil yang diperoleh tetap optimal.11

Prinsip pengelolaan. Manajer yang baik adalah manajer yang bekerja

dengan langkah-langkah manajemen yang fungsional, yaitu merencanakan,

mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengontrol. Dengan demikian, target yang

dituju dengan mudah dapat dicapai dengan baik. Perencanaan yang dilakukan

berpijak pada visi dan misi yang jelas sehingga program-program yang

dijadwalkan dibuat secara hierarkis atau sistematis dan mendahulukan skala

prioritas sebagaimana mengatur dan menjadwalnya program jangka panjang,

jangka menengah, dan jangka pendek. Program jangka pendek dilaksanakan

sekaligus sebagai awal dari program jangka menengah, sedangkan pelaksanaan

program jangka menengah dilaksanakan sebagai awal menuju program jangka

panjang. Dengan demikian, semua pelaksanaan program terdapat saling

memengaruhi dan menunjang dalam mencapai target.12

Prinsip pengutamaan tugas pengelolaan. Manajer adalah orang yang

bertanggung jawab penuh dalam pelaksanaan organisasi, baik secara internal

maupun eksternal. Internal artinya melaksanakan proses pengadministrasian

semua aktivitas organisasi yang merupakan tugas utama manajer, sedangkan

eksternal adalah pelayanan manajerial terhadap semua kepentingan public yang

berkaitan dengan aktivitas manajemen di luar kelembagaan.13

Prinsip kepemimpinan yang efektif. Pemimpin yang baik adalah pemimpin

yang tidak menyalahkan bawahan, melainkan mengingatkan dan menyarankan,

11 Hikmat, Manajemen Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), 41. 12 Ibid., 42 13 Ibid., 43.

Page 8: KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN PROFETIK

20

demikian pula bawahan yang baik tidak pernah menggugat dan gusar kepada

atasan, melainkan meluruskan dan menyadarkan sepanjang masih dalam konteks

profesionalitas yang ada di atas aturan yang disepakati.

Prinsip kerja sama. Prinsip kerja sama didasarkan pada pengorganisasian

dalam manajemen. Semua tugas dan kewajiban manajer tidak diborong oleh satu

orang, melainkan dikerjakan menurut keahlian dan tugasnya masing-masing.

Dengan demikian, beban kerjanya tidak menumpuk di satu tempat, sedangkan

ditempat lain tidak ada yang harus dikerjakan. Pembagian tugas, wewenang, dan

tanggung jawab seharusnya dipolarisasi berdasarkan prinsip profesionalitas

sehingga kerja sama yang dibangun tidak berbelit-belit. Kerja sama diantara

karyawan berjalan sinergis dan mempermudah pelaksanaan tugas organisasi.14

Kemudian Fayol mengemukakan sejumlah prinsip dasar manajemen,

yaitu: pembagian kerja, kejelasan wewenang dan tanggung jawab, disiplin,

kesatuan komando, kesatuan arah, lebih memprioritaskan kepentingan

umum/organisasi daripada kepentingan pribadi, pemberian kontra persepsi,

sentralisasi, rantai skalar, tertib, pemerataan, stabilitas dalam menjabat, inisiatif,

dan semangat kelompok.15

Douglas sebagaimana yang dikutip Nanang Fatah merumuskan prinsip-

prinsip manajemen pendidikan sebagai berikut: (a) Memprioritaskan tujuan di atas

kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme kerja; (b) Mengkoordinasi

wewenang dan tanggung jawab; (c) Memberikan tanggung jawab pada personil

sekolah hendaknya sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuannya; (d) Mengenal

secara baik faktor-faktor psikologis manusia; (e) Relativitas nilai-nilai.16

Karakteristik Manajemen Pendidikan Profetik

Manajemen pendidikan islam memiliki obyek bahasan yang cukup

kompleks.17

Berbagai objek bahasan tersebut dapat dijadikan bahan yang

14 Ibid., 43-44. 15 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2009), 12. 16 Engkoswari dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: CV Alfabeta, 2010),

91. 17 Mujamil Qomar, Manajemen…,15

Page 9: KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN PROFETIK

21

kemudian diintegrasikan untuk mewujudkan manajemen pendidikan Islam yang

berciri khas Islam.

Manajemen pendidikan Islam merupakan manajemen kelembagaan Islam

yang bertujuan untuk menunjang perkembangan dan penyelenggaraan pengajaran

dan pembelajaran.18

Dengan demikian manajemen pendidikan Islam berkaitan erat

dengan penerapan jasil berfikir rasional untuk mengorganisasikan kegiatan yang

menunjang pembelajaran. Kegiatan-kegiatan pembelajaran perlu direncanakan

dan dikelola dengan sebaik-baiknya dan seefektif mungkin.

Secara umum manajemen dapat diidentifikasikan sebagai kemampuan atas

ketrampilan memperoleh sesuatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui

kegiatan-kegiatan orang lain. Dan orang yang mengatur tatalaksana kegiatan

orang-orang yang terlibat dalam pencapaian tujuan itu disebut manager. Adapun

secara khusus dalam dunia pendidikan, manajemen diartikan sebagai memadukan

sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tuuan

pendudukan yang telah ditentukan sebelumnya.

Sistem manajemen dalam pendidikan Islam merupakan proses yang

koordinatif, sistematik, dan integratif. Proses itu dimulai dari perencanaan.

Pengorganisasian, penggerakan, sampai pada pengawasan yang semuanya selalu

didasari oleh nilai-nilai Islam agar system tersebut dapat sekaligus mempunyai

nilai-nilai yang material dan sprituil

Menurut Sulistyorini bahwa manajemen pendidikan Islam adalah suatu

proses penataan/pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang melibatkan

sumberdaya manusia muslim dan non manusia dalam menggerakkannya untuk

mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.19

Sementara itu

Mujamil Qomar mengartikan sebagai suatu proses pengelolaan lembaga

pendidikan Islam secara Islami dengan cara menyiasati sumber-sumber balajar

dan hal-hal lain yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara

efektif dan efisien.20

Manajemen harus mengutamakan pengelolaan secara Islami,

sebab disinilah yang membedakan antara manajemen Islam dengan menejemen

umum.

18 Sulistyorini, Manajemen…, 34 19 Ibid., 14. 20 Qomar, Manajemen…, 10.

Page 10: KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN PROFETIK

22

Islam, sebagai dasar manajemen sebenarnya telah menerangkan kaidah-

kaidah manajemen melaui al-Qur’an dan al-Hadits serta pemikiran ulama-ulama

yang berkaitan dengan pendidikan. Hanya saja keilmuan akan manajemen

pendidikan Islam masih baru di kalangan umat islam sendiri, khususnya di dunia

pendidikan islam di Indonesia.

Pendidikan dalam Islam sebenarnya berumur sama tuanya dengan islam itu

sendiri. Wahyu pertama yang turun kepada Nabi saw sangat erat berhubungan

dengan dunia pendidikan dimana umat Islam diperintah untuk membaca, membaa

ayat-ayat Allah dimuka bumi, al-Qur’an khususnya. Rumah al-Arqam adalah

sebagai tempat pendidikan yang pertama dalam Islam. Rumah yang sederhana itu

menjadi tempat untuk menggebleng beberapa sahabat Nabi yag pertama (awwal

al-muslimin) yang nantinya membawa kejayaan yang sangat besar bagi dunia

islam dan bahkan mampu merubah tatanan dunia yang saat itu berada dalam alam

kejahiliyahan.

Di tempat itu Rasulullah saw menjadi guru pertama bagi kedua belas murid

pertamanya. Selama 3 tahun beliau melakukan pendidikan semacam ini dengan

sembunyi karena keadaan belum memungkinkan untuk melakukan dakwah secara

terang-terangan. Disimpulkan bahwa di rumah al-Arqam inilah, kegiatan

pendidikan islam yang pertama kali.

Setelah Islam berkembang dan mampu melakukan dakwah secara terang-

terangan, Rasulullah saw justru mendapat tekanan yang luar biasa dari kaum kafir

Qurays. Karena itulah ada perintah untuk berhijrah ke sebuah kota yang bernama

Yastrib yang kemudian berganti nama menjadi Madinatul Munawaroh. Disanalah

Rasulullah saw mendirikan lembaga pendidikan Islam yang pertama yaitu

pendidikan yang berlangsung di dalam Masjid. Masjid selain sebagai tempat

beribadah juga digunakan sebagai tempat pengajaran dan penggemblengan kaum

muslimin. Memang saat itu pendidikan masih berlangsung sangat sederhana,

tetapi berjalan sangat baik dan menghasilkan orang-orang yang berperan besar

bagi paradaban dunia. Rasulullah saw sebagai manager pendidikan benar-benar

mampu melaksanakan pendidikan dengan baik.

Sementara itu, pendidikan Islam di Indonesia memiliki sejarah yang

panjang, bahkan sejak pertama muncul sebagai agama pendatang, Islam sudah

Page 11: KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN PROFETIK

23

membawa prinsip pendidikan yang berbentuk pesantren klasik. Syeh Maulana

Malik Ibrahim sebagai penyebar dan pembuka jalan masuknya Islam di tanah

Jawa telah membentuk sebuah tempat pendidikan berupa pesantren. Memang

sistem pendidikan pesantren yang dijalankan syeh Maulana Ibrahim ini masih

belum jelas dan dianggap masih spekulatif dan diragukan, namun yang pasti

adanya sebuah pendidikan Islam yang muncul seiring dengan datangnya islam di

tanah Nusantara.

Mengenai teka-teki siapa pendiri pesantren pertama kali di Jawa khususnya

ada pendapat yang mengatakan bahwa Maulana Malik Ibrahim sebagai peletak

dasar pertama sendi-sendi berdirinya pesantren, sedang Imam Rahmatullah

(Raden Rahmat atau Sunan Ampel) sebagai wali pembina pertama di Jawa Timur.

Jika benar pesantren telah dirintis oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim

sebagai penyebar Islam pertama di tanah Jawa maka isa diahami apabila para

peneliti sejarah dengan cepat mengambil kesimpula bahwa pesantren adalah suatu

model pendidikan yang sama tuanya dengan islam di Indonesia.21

Karena

pesantren adalah sebuah isntitusi pendidikan, maka sesungguhnya di dalamnya

adalah sebuah lembaga pendidikan, meskipun sangat bersifat sederhana.

Islam, menurut Mujamil Qomar dapat dimaknai sebagai Islam wahyu dan

Islam budaya. Isalm wahyu meliputi al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi, baik hadis

Nabawi maupun hadis Qudsi.22

Sementara itu, Islam budaya meliputi ungkapan

sahabat Nabi, pemhaman ulama, pemahaman cendekiawan Muslim dan budaya

umat Islam. Kata Islam yang menjadi identitas manajemen pendidikan ini

dimaksudkan dapat mencangkup makna keduanya, yakni Islam wahyu dan Islam

budaya.

Karena itu, pembahasan dalam manajemen melibatkan wahyu dan budaya

kaum muslimin ditambah dengan kaidah-kaidah manajemen pendidikan secara

umum. Bahan-bahan keilmuan dalam manajemen pendidikan profetik meliputi:

(a) Teks-teks wahyu, baik al-Qur’an maupun hadits sahih sebagai pengendali

bangunan rumusan kaidah-kaidah teoritis manajemen pendidikan Islam; (b) Aqwal

(perkataan-perkataan) para sahabat Nabi, ulama, cendekiawan muslim sebagai

21 Mujamil Qomar, Pesantren, dari Transformasi Metodologi menuju Demokrasi Institusi,

(Jakarta: Erlangga, 2007), 19. 22 Qomar, Manajemen…, 15.

Page 12: KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN PROFETIK

24

pijakan logis argumentative dalam menjelaskan kaidah-kaidah teoritis manajemen

pendidikan Islam; (c) Perkembangan lembaga pendidikan Islam sebagai pijakan

empiris dalam mendasari perumusan kaidah-kaidah teoritis manajemen

pendidikan Islam; (d) Kultur komunitas (pimpinan dan pegawai) dalam lembaga

pendidikan Islam sebagai pijakan empiris dalam merumuskan kemungkinan

strategi yang khas dalam mengelola lembaga pendidikan Islam; (e) Ketentuan

kaidah- kaidah manajemen pendidikan sebagai pijakan teoritis dalam mengelola

lembaga pendidikan Islam, dengan tetap melkukan kritik jika terdapat ketentuan-

ketentuan atau prinsip-prinsip yang tidak relevan supaya sesuai dengan kondisi

budaya yang terjadi dalam lembaga pendidikan Islam.23

Mekanisme ini mempertegas sikap bahwa dalam wilayah keilmuan pun,

Islam melalui wahyu hadir untuk memberikan inspirasi-kreatif dalam membangun

konsep ilmiah. Tetapi juga harus ada sikap adaptif-selektif terhadap kaidah-kaidah

manajemen pendidikan yang terdapat dalam berbagai literature dan dipengaruhi

oleh pemikiran dan pendapat dari orang-orng barat. Sikap adaptif ini didasarkan

pada pemikiran bahwa secara umum kaidah-kaidah manajemen pendidikan itu

bersifat general dan bias diterapkan dalam mengelola lembaga pendidikan Islam.

Tetapi mungkin ada kaidah tertentiu yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan

kulktur Islam, karena itu perlu adanya sikap selektif.

Dari hal di atas dapat ditarik satu benang merah karakteristik manajemen

pendidikan Islam yaitu Islam itu sendiri, baik Islam yang berbentuk wahyu

maupun budaya. Islam itulah yang menjadi warna dasar (corak) dari manajemen

pendidikan Islam. Pendidikan Islam yang berlangsung sejak jaman Rasulullah saw

dan kedudukan beliau sebagai guru pertama adalah bentuk dasar dari pendidikan

Islam yang bertemakan religiusitas yang bertujuan kepada pendidikan tauhid. Di

Indonesia, pesantren adalah model pendidikan Islam yang sudah melembaga dan

melalui mekanisme manajemen.

Sistem manajemen dalam pendidikan Islam merupakan proses yang

koordinatif, sistematik, dan integratif. Proses itu dimulai dari perencanaan.

Pengorganisasian, penggerakan, sampai pada pengawasan yang semuanya selalu

23 Ibid., 37.

Page 13: KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN PROFETIK

25

didasari oleh nilai-nilai Islam agar system tersebut dapat sekaligus mempunyai

nilai-nilai yang material dan sprituil.

Prinsip manajemen pendidikan islam baik secara implisit maupun eksplisit

dapat ditemukan dalam sebuah hadits, dimana hadists tersebut menekankan betapa

besarnya tanggung jawab seorang pemimpin. Kepemimpinan merupakan inti

dalam Sebuah manajemen organisasi. Karena itu secara secara implisit hadits

Rasulullah saw tersebut juga berkaitan dengan masalah manajemen pendidikan.

Sebab, lembaga pendidikan Islam tidak akan dapat berjalan tanpa adanya

kepemimpinan yang mencerminkan manager.

Selanjutnya, penerapan manajemen pendidikan profetik dalam pengelolaan

lembaga pendidikan juga menghadapi berbagai kendala/hambatan, baik yang

bersifat politis, ekonomik-finansial, intelektual, maupun dakwah. Hambatan-

hambatan tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

1. Ideologi, politik, dan tekanan (pressure) kelompok-kelompok kepentingan.

Dalam lembaga-lembaga pendidikan Islam terutama yang berstatus negeri,

acap kali terjadi pertentangan ideologi antarorganisasi sosial keagamaan

utamanya, misalnya antara Muhammadiyah dan NU, atau antarorganisasi

kemahasiswaan, terutama antara HMI dengan PMII, HMI dengan IMM, atau

IMM dengan PMII. Lantaran pertentangan-pertentangan ini, akhirnya politik

kepentingan memasuki arena lembaga pendidikan dengan memberikan

tekanan-tekanan tertentu.

Mantan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama, Yahya

Umar, pernah mencoba mengamati dan menyelami kehidupan kampus UIN,

IAIN, maupun STAIN di seluruh Indonesia. Pengamatan tersebut akhirnya

menghasilkan suatu kesimpulan yang singkat tetapi penuh makna, bahwa di

kalangan PTAIN tidak ada civitas akademika, sebaliknya yang ada justru

civitas politika. Kesimpulan ini tampaknya memang benar karena nuansa

politik di kalangan dosen, mahasiswa, bahkan karyawan sangat dominan,

mengalahkan nuansa akademik. Oleh karenanya, kegiatan di lingkungan

Page 14: KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN PROFETIK

26

kampus lebih mengarah pada gerakan-gerakan politik daripada pemberdayaan

intelektual.24

Dengan demikian, menguatnya ideologi dari organisasi menyebabkan

kecenderungan ini memasuki wilayah pendidikan. Alhasil, proses pendidikan

yang semestinya diniatkan untuk membangun sumber daya manusia peserta

didik agar pandai, berakhlak, dan terampil pada akhirnya justru bergeser

karena mereka dibentuk untuk menjadi anak-anak yang militant dan fanatik

dalam mengikuti organisasi sosial keagamaan. Kasus ini telah melenceng

jauh dari substansi misi pendidikan Islam.

Berbagai kasus ideologi, politik, organisasi, dan tekanan-tekanan kelompok

kepentingan tersebut sangat mewarnai lembaga pendidikan Islam negeri

sehingga membuat lembaga pendidikan Islam negeri berbeda dengan lembaga

pendidikan umum. Jika dilihat dari segi problem dan konsekuensinya,

dibutuhkan strategi khusus untuk mengatasi dan menyelesaikan masalah ini.25

2. Kondisi sosio-ekonomik masyarakat dan animo-finansial lembaga

Masyarakat santri di Indonesia secara sosio-ekonomik rata-rata berada dalam

kategori kelas menengah ke bawah. Ekonomi orangtua siswa lemah. Ini

merupakan kendala serius bagi lembaga pendidikan Islam untuk memacu

kemajuan yang signifikan.

Ekonomi orangtua siswa yang lemah menyebabkan pendapatan keuangan

pada lembaga pendidikan Islam sangat minim, sebab mayoritas kehidupan

lembaga pendidikan Islam swasta hanya mengandalkan keuangan dari SPP,

sumbangan uang gedung, dan iuran lainnya yang kesemuanya berasal dari

orangtua siswa atau mahasiswa. Ketergantungan sumber keuangan yang

hanya berasal dari siswa atau mahasiswa ini tergolong sumber keuangan yang

lemah sekali. Sebab, mestinya sebuah lembaga pendidikan didukung sumber

dana yang lebih kuat, misalnya donator tetap, pengusaha, pengembangan

bisnis, dan lain-lain.

3. Komposisi status kelembagaan dan diskriminasi kebijakan pemerintah

24 Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam (Malang: PT. Gelora Aksara Pratama,

2007), 17-18. 25 Ibid., 18-20.

Page 15: KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN PROFETIK

27

Diskriminasi kebijakan pemerintah terhadap lembaga pendidikan Islam

ternyata bukan hanya terjadi pada lembaga pendidikan Islam swasta, tetapi

juga pada lembaga pendidikan Islam negeri. Pada zaman Orde Baru,

anggaran untuk empat belas IAIN di seluruh Indonesia sama dengan anggaran

satu IKIP Negeri. Sekarang, zaman sudah berganti menjadi Orde Reformasi,

tetapi saying kebijakan pemerintah tentang anggaran keseimbangan itu belum

juga tereformasi. Anggaran untuk lembaga pendidikan Islam masih tetap jauh

di bawah lembaga pendidikan umum, meskipun ada sedikit peningkatan. Hal

ini berdampak negatif pada seluruh komponen lembaga pendidikan Islam,

baik pada guru/dosen, siswa/mahasiswa, maupun fasilitas yang dibutuhkan

untuk memajukan lembaga pendidikan Islam.

4. Keadaan potensi intelektual siswa/mahasiswa

Di samping secara ekonomi siswa/mahasiswa dalam lembaga pendidikan

Islam berada dalam kategori kelas menengah ke bawah, secara intelektual,

potensi mereka juga lemah. Rata-rata siswa/mahasiswa mendaftar di berbagai

lembaga pendidikan Islam karena merasa tidak mungkin diterima di lembaga

pendidikan umum yang maju dan terutama berstatus negeri. Sebagian dari

mereka yang telah gagal masuk di lembaga pendidikan umum negeri

kemudian memilih lembaga pendidikan Islam. Dengan demikian, lembaga

pendidikan Islam menjadi tempat pelarian siswa/mahasiswa yang gagal

masuk lembaga pendidikan umum negeri.26

5. Keberadaan motif dakwah pada pendidirian lembaga pendidikan Islam

Keberadaan lembaga pendidikan Islam kebanyakan berangkat dari bawah,

berawal dari inisiatif tokoh-tokoh agama yang kemudian didukung oleh

masyarakat sekitar. Mereka mendirikan lembaga pendidikan tersebut dengan

motif dakwah, upaya sosialisasi, dan penanaman ajaran-ajaran Islam ke

tengah-tengah masyarakat.

Dengan adanya motif dakwah tersebut, timbullah konsekuensi-konsekuensi

yang menjadi akibat. Misalnya, lembaga tersebut didirikan asal-asalan dan

tanpa melalui perencanaan matang untuk memenuhi berbagai komponen

pendukungnya. Layaknya gerakan dakwah yang senantiasa berangkat dari

26 Ibid., 24.

Page 16: KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN PROFETIK

28

bawah, dengan menggunakan pendekatan pahala dan konsep lillahi ta’ala

sehingga terkadang mengabaikan kesejahteraan pegawai dan menerima

semua pendaftar tanpa seleksi.27

Berdasarkan lima macam hambatan tersebut, maka karakteristik manajemen

pendidikan Islam bersifat holistik, artinya strategi pengelolaan manajemen

pendidikan Islam dilakukan dengan memadukan sumber-sumber belajar dan

mepertimbangkan keterlibatan budaya manusianya, baik budaya yang bercorak

politis, ekonomis, intelektual, maupun teologis.

SIMPULAN

Karakteristik manajemen pendidikan Islam bersifat holistik, artinya strategi

pengelolaan manajemen pendidikan Islam dilakukan dengan memadukan sumber-

sumber belajar dan mepertimbangkan keterlibatan budaya manusianya, baik

budaya yang bercorak politis, ekonomis, intelektual, maupun teologis.

Berdasarkan contoh-contoh ayat al-Qur’an, hadits Nabi, maupun perkataan

sahabat Nabi, prinsip-prinsip dasar manajemen pendidikan Islam, yaitu adanya

perencanaan, pengorganisasian, seorang manajer/pengelola lembaga pendidikan

Islam harus amanah dan professional, pemberian penghargaan kepada pegawai

yang berprestasi, adanya mediator/penengah setiap ada konflik dalam organisasi,

dan prinsip dasar yang terakhir seorang manajer harus konsisten dalam setiap

perkataan dan tindakannya.

27 Ibid., 27.

Page 17: KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN PROFETIK

29

DAFTAR RUJUKAN

Budiyanto., Dwi, Prophetic Learning.Yogyakarta: Pro-U Media, 2009. Engkoswari dan Komariah., Aan. Administrasi Pendidikan. Bandung: CV

Alfabeta, 2010.

Fattah., Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2009.

Fauzi., Imron. Manajemen Pendidikan Islam Ala Rasulullah. Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media, 2012.

Hikmat. Manajemen Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia, 2009

Jalal & Supriyadi. Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah.

Yogyakarta: Adi Citra Karya Nusa, 2001.

Kuntowijoyo. Islam Sebagai Ilmu Epistemologi, Metodologi, dan Etika.

Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006.

Marimba., Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT Al-

Ma‟arif,1962.

Qomar., Mujammil. Pesantren, dari Transformasi Metodologi menuju Demokrasi

Institusi, Jakarta: Erlangga, 2007.

Qomar., Mujammil. Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: Erlangga, 2008

Qomar., Mujammil. Manajemen Pendidikan Islam. Malang: PT. Gelora Aksara

Pratama, 2007.

Rosyadi,, Khoiron. Pendidikan Profetik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Sulistyorini. Manajemen Pendidikan Islam. Surabaya: elKAF, 2006.