karya tulis

71
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial yang komplek. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan menjadi pilihan yang menyenangkan. Tidak ada anak yang ingin terlahirkan sebagai anak jalanan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah” bagi banyak pihak, seperti keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum begitu jelas dan solutif. Padahal mereka adalah saudara kita. Mereka adalah amanah Allah SWT. yang harus dilindungi, dijamin hak-haknya sehingga tumbuh-kembang menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah. 1

Upload: rusli-siman

Post on 25-Jul-2015

53 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Karya Tulis

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan

persoalan sosial yang komplek. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan

menjadi pilihan yang menyenangkan. Tidak ada anak yang ingin terlahirkan

sebagai anak jalanan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa

depan jelas dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah” bagi banyak

pihak, seperti keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib

anak jalanan tampaknya belum begitu jelas dan solutif. Padahal mereka adalah

saudara kita. Mereka adalah amanah Allah SWT. yang harus dilindungi, dijamin

hak-haknya sehingga tumbuh-kembang menjadi manusia dewasa yang

bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah.

Menurut UUD 1945 Pasal 34, “anak terlantar itu dipelihara oleh

negara”. Artinya pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan

dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak jalanan. Hak-hak asasi anak

jalanan dan anak terlantar, pada hakekatnya sama dengan hak-hak asasi

manusiapada umumnya, seperti halnya tercantum dalam UU No. 39 tahun 1999

tentang hak asasi manusia dan keputusan Presiden RI No. 36 Tahun 1990 tentang

Pengesahan Convention on the Right of the Child (Konvensi tentang hak-hak

1

Page 2: Karya Tulis

Anak). Mereka perlu mendapatkan hak-haknya secara normal sebagaimana

layaknya anak, yaitu hak sipil dan kemerdekaan (civil right and freedoms),

lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan (family environment and

alternative care), kesehatan dasar dan kesejahteraan (basic health and welfare),

pendidikan, rekreasi dan budaya (education, laisure and culture activites), dan

perlindungan khusus (special protection).

Sebagai suatu negara yang berdasarkan pada hukum dan keperimanusiaan

tinggi, Indonesia mengakui keberadaan anak-anak jalanan tesebut. Bagaimanapun

juga mereka adalah warga negara Indonesia seperti halnya yang lain.

Bentuk pengakuan ini terdapat jelas dalam UUD 1945 dan UU No. 4 /

1979 tentang Kesejahteraan Anak.

Dalam UUD 1945 dijelaskan sebagai berikut :

Pasal 27 (ayat 1) : Segala warga negara bersamaan kedudukannya di

dalam hukum dan pemerintahan dan wajib

menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan

tidak ada kecualinya.

Pasal 27 (ayat 2) : Tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak kemanusiaan.

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Badan Pusat Statistik

Republik Indonesia tahun 1998 memperlihatkan bahwa anak jalanan secara

nasional berjumlah sekitar 2,8 juta anak. Dua tahun kemudian, tahun 2000, angka

2

Page 3: Karya Tulis

tersebut mengalami kenaikan sekitar 5,4%, sehingga jumlahnya menjadi 3,1 juta

anak. Pada tahun yang sama, anak yang tergolong arwan menjadi anak jalanan

berjumlah 10,3 juta anak atau 17,6% dari populasi anak di Indonesia, yaitu 58,7

juta anak (Soewignyo 2002). Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa kualitas

hidup dan masa depan anak-anak sangat memprihatikankan, padahal mereka

adalah aset, investasi SDM dan sekaligus tumpuan masa depan bangsa. Jika

kondisi dan kualitas hidup anak kita memprihatinkan, berarti masa depan bangsa

dan negara juga kurang menggembirakan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan,

sebagian dari anak bangsa kita mengalami lost generation (generasi yang hilang).

SUSENAS tahun 2000 juga menunjukkan bahwa salah satu faktor

ketidakberhasilan pembangunan nasional dalam berbagai bidang itu, antara lain

disebabkan oleh minimnya perhatian pemerintah dan semua pihak terhadap

eksistensi keluarga. Perhatian dan treatment yang terfokus pada “keluarga sebagai

basis dan sistem pemberdayaan” yang menjadi pilar utama kehidupan berbangsa

dan bernegara relatif belum menjadi komitmen bersama dan usaha yang serius

dari banyak pihak. Padahal, masyarakat dan negara yang sehat, kuat, cerdas dan

berkualitas dipastikan karena tumbuh dan berkembang dari dan dalam lingkungan

keluarga yang sehat, kuat, cerdas dan berkualitas. Dengan demikian, masalah anak

termasuk anak jalanan perlu adanya penanganan yang berbasis keluarga, karena

keluarga adalah penanggung jawab pertama dan utama masa depan anak-anak

mereka.

Menurut pengamatan kami, penanganan anak jalanan di seluruh wilayah

Indonesia pada umumnya belum mempunyai model dan pendekatan yang tepat 3

Page 4: Karya Tulis

dan efektif. Keberadaan rumah singgah misalnya, menurut hasil penelitian Badan

Pelatihan dan Pengembangan Sosial Depsos (2003), dinilai kurang efektif karena

tidak menyentuh akar persoalan, yaitu kemisikinan dalam keluarga “(Kompas, 26

Februari 2003). Pembinaan dan pemberdayaan pada lingkungan keluarga tempat

mereka tinggal tampaknya belum banyak dilakukan, sehingga penanganannya

selama ini cenderung “tambal sulam” dan tidak efektif. Sementara itu, keluarga

merupakan “pusat pendidikan, pembinaan dan pemberdayaan pertama” yang

memungkinkan anak-anak itu tumbuh dan berkembang dengan baik, sehat dan

cerdas. Pemberdayaan keluarga dari anak jalanan, terutama dari segi ekonomi,

pendidikan dan agamanya, diasumsikan merupakan basis utama dan model yang

efektif untuk penanganan dan pemberdayaan anak jalanan.

Anak jalanan di DKI Jakarta, sebagai salah satu contoh kasus, berjumlah

31.304 anak, sedangkan Panti Pemerintah yang memberikan pelayanan sosial

terhadap mereka hanya berjumlah 9 panti, yaitu : 4 panti balita terlantar, 4 panti

anak jalanan dan 1 panti remaja putus sekolah. Daya tampung keseluruhannya

adalah 2.370 anak. Sementara itu, Panti Sosial Asuhan Anak yang

diselenggarakan masyarakat berjumlah 58 Panti dengan daya tampung 3.338 anak

dan pelayanan sosial kepada anak di luar panti sebanyak 3.200 anak. Seecara

akumulatif jumlah yang mendapat pelayanan panti dan non-panti adalah 8.908

anak dan yang belum tersentuh pelayanan pemerintah maupun organisasi sosial

atau LSM adalah 22.396 anak (Profil Dinas Bina Mental Spiritual dan

Kesejahteraan Sosial Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, 2002).

4

Page 5: Karya Tulis

Persebaran anak jalanan di DKI Jakarta juga cukup merata. Data yang

diterbitkan oleh Dinas Bina Mental dan Kesejahteraan Sosial DKI Jakarta

menyebutkan bahwa setidaknya ada 18.777 orang anak jalanan di DKI pada tahun

2003 ini.

Data tersebut cukup memprihatinkan kita semua, karena idealnya sebagai

“kota percontohan” DKI dapat bebas dari masalah anak jalanan atau setidak-

tidaknya jumlah anak jalanan tergolong rendah di seluruh propinsi di Indonesia.

Selama ini, penanganan anak jalanan melalui panti-panti asuhan dan rumah

singgah dinilai tidak efektif. Hal ini diantara lain terlihat dari “pola asuh” yang

cenderung konsumtif, tidak produktif karena yang ditangani adalah anak-anak,

sementara keluarga mereka tidak di berdayakan.

Mengingat jumlah anak jalanan yang meningkat dari tahun ke tahun perlu

kiranya segera dipikirkan pemecahannya. Tentu saja pemecahan yang dimaksud

adalah suatu pemecahan yang manusiawi dan baik bagi mereka.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah maka secara spesifik

penulis merumuskan masalah-masalah dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Permasalahan apa yang dihadapi anak jalanan dalam kehidupannya ?

2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan munculnya anak jalanan ?

3. Bagaimana cara menangani masalah anak jalanan ?

5

Page 6: Karya Tulis

C. Tujuan Penelitian

Searah dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi anak

jalanan.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab munculnya anak jalanan.

3. Untuk mengetahui cara penanganan masalah anak jalanan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini sebagai

berikut :

1. Bagi pemerintah, agar pemerintah mengetahui permasalahan yang

dialami anak jalanan dan menjadi bahan pertimbangan untuk membuat

kebijakan penanganan permasalahan anak jalanan.

2. Bagi masyarakat, agar masyarakat tidak meremehkan anak jalanan

lagi dan dapat membantu mereka serta memperlakukan anak jalanan

dengan layak setelah mengetahui banyak informasi mengenai anak

jalanan.

3. Bagi peneliti, agar peneliti bisa lebih memahami permasalahan anak

jalanan yang terjadi di kota Makassar serta menjadi dasar untuk

peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan

dengan judul karya ilmiah ini.

6

Page 7: Karya Tulis

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Anak

Konsep “anak” didefinisikan dan dipahami secara bervariasi dan berbeda,

sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan yang beragam. Menurut, UU No.4

Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, anak adalah seseorang yang berusia di

bawah 21 tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut UU No. 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun,

termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Untuk kebutuhan penelitian ini, anak didefinisikan sebagai seorang

manusia yang masih kecil yang berkisar usianya antara 5 – 16 yang mempunyai

ciri-ciri fisik yang masih berkembang dan masih membutuhkan dukungan dari

lingkungannya.

Seperti manusia pada umumnya, anak juga mempunyai berbagai

kebutuhan, diantaranya : jasmani, rohani dan sosial. Menurut Abraham H.

Maslow, kebutuhan manusia itu mencakup : kebutuhan fisik (udara, air, makan),

kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk menyayangi dan disayang, kebutuhan

untuk penghargaan, kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dan bertumbuh.

Sebagai manusia yang tengah tumbuh-kembang, anak memiliki

keterbatasan untuk mendapatkan sejumlah kebutuhan tersebut yang merupakan

7

Page 8: Karya Tulis

hak anak. Orang dewasa termasuk orang tuanya, masyarakat dan pemerintah

berkewajiban untuk memenuhi hak anak tersebut. Permasalahannya adalah orang

yang berada disekitarnya termasuk keluarganya seringkali tidak mampu

memberikan hak-hak tersebut. Seperti misalnya pada keluarga miskin, keluarga

yang pendidikan orang tua rendah, perlakuan salah pada anak, presepsi orang tua

akan keberadaan anak, dan sebagainya. Pada anak jalanan, kebutuhan dan hak-hak

anak tersebut tidak dapat terpenuhi dengan baik. Untuk itulah menjadi kewajiban

orang tua, masyarakat dan manusia dewasa lainnya untuk mengupayakan upaya

perlindungannya agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi secara optimal.

Berbagai upaya telah dilakukan dalam merumuskan hak-hak anak. Respon

ini telah menjadi komitmen dunia internasional dalam melihat hak-hak anak. Ini

terbukti dari lahirnya konvensi internasional hak-hak anak. Indonesiapun sebagai

bagian dunia telah meratifikasi konvensi tersebut. Keseriusan Indonesia melihat

persoalan hak anak juga telah dibuktikan dengan lahirnya Undang-Undang RI

Nomor. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Tanpa terkecuali, siapapun

yang termasuk dalam kategori anak Indonesia berhak mendapatkan hak-haknya

sebagai anak.

B. Konsep Anak Jalanan

Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya berada di jalanan

atau di tempat-tempat umum. Anak jalanan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran di

8

Page 9: Karya Tulis

jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus dan

mobilitasnya tinggi.

Sumber Wikipedia Indonesia, anak jalanan atau sering disingkat anjal

adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai

kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan

keluarganya.

Adapun pengelompokan anak jalanan berdasarkan hubungan mereka

dengan keluarga. Pada mulanya ada dua kategori anak jalanan, yaitu anak-anak

yang turun ke jalanan dan anak-anak yang ada di jalanan. Namun, pada

perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu anak-anak dari keluarga yang

ada di jalanan.

Pengertian untuk kategori pertama adalah anak-anak yang mempunyai

kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga.

Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu :

1. Anak-anak yang tinggal bersama orang-tuanya dan senantiasa pulang

ke rumah setiap hari.

2. Anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal di jalanan

namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan

cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang tidak rutin atau

tidak menentu.

9

Page 10: Karya Tulis

Kategori kedua adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau

sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia

memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya.

Kategori ketiga adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di

jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan.

Kategori keempat adalah anak berusia 5-17 tahun yang rentan bekerja di

jalanan, anak yang bekerja di jalanan, dan/atau yang bekerja dan hidup di jalanan

yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup

sehari-hari.

C. Konsep Keluarga

Keluarga berasal dari bahasa sansekerta, yaitu “kulawarga”, “ras”, dan

“warga” yang berarti “anggota” adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang

yang masih memiliki hubungan darah.

Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau

lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan

perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga,

berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan

menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

Sumber Wikipedia Indonesia, keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul

10

Page 11: Karya Tulis

dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling

ketergantungan.

Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki

hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara

individu tersebut.

Keluarga adalah sejumlah orang yang bertempat tinggal dalam satu atap

rumah dan diikat oleh tali pernikahan yang satu dengan lainnya memiliki saling

ketergantungan. Secara umum keluarga memiliki fungsi, yaitu : fungsi reproduksi,

sosialisasi, edukasi, rekreasi, afeksi dan proteksi.

D. Konsep Pemberdayaan

Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang lahir sebagai

bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan Barat

utamanya Eropa. Secara umum pemberdayaan keluarga dipahami sebagai usaha

menciptakan gabungan dari aspek kekuasaan distributif maupun generatif

sehingga keluarga memiliki kemampuan untuk melaksanakan fungsi-fungsinya.

11

Page 12: Karya Tulis

E. Kerangka Pikir

12

Faktor Penyebab Munculnya Anak Jalanan

Profil Anak Jalanan dan Keluarganya

Pandangan Masyarakat Tentang Anak Jalanan

Alternatif Pemecahannya

Masalah Anak Jalanan

Page 13: Karya Tulis

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Makassar tepatnya di daerah Pantai

Losari, daerah TPA Perumnas Antang, dan jalan Perintis Kemerdekaan (di sekitar

kampus Universitas Hasanuddin). Wilayah ini dipilih karena penulis melihat

banyaknya anak jalanan yang sering berkeliaran di daerah tersebut. Maka tempat

ini akan mempermudah penulis dalam melakukan penelitian, sehingga hasil yang

didapat lebih akurat. Penelitian di mulai pada tanggal 27 April 2012 sampai

dengan 03 Mei 2012.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak jalanan di kota

Makassar. Sedangkan sampel penelitian akan diambil secara acak dari anak-anak

jalanan serta keluarga. Sampel yang aka diambil sebanyak 30 orang anak jalanan

dan 15 keluarga anak jalanan.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif, partisipatif, dan

kepustakaan dengan tujuan untuk mengetahui secara mendalam dan menyeluruh

mengenai permasalahn-permasalahan yang diteliti di lapangan. Deskriptif adalah

13

Page 14: Karya Tulis

metode yang berusaha menggambarkan secara detail melalui berbagai cara

tentang ciri-ciri suatu fenomena. Partisipatif adalah metode observasi dimana si

pengamat atau peneliti ikut terlibat dalam kegiatan yang sedang diamatinya.

Sedangkan metode kepustakaan adalah metode yang berasal dari data yang

diperoleh dari beberapa sumber referensi tertulis atau tercetak, yaitu dari buku-

buku yang berkaitan dengan maksud dan tujuan si peneliti, tulisan atau artikel

yang terkait di internet, maupun data-data yang diambil yang berasal dari

Departemen Sosial (Depsos).

D. Jenis dan Sumber Penelitian

1. Data Primer yaitu, data empiris yang diperoleh dan dikumpulkan

secara langsung melalui wawancara yang berisi daftar pertanyaan

berdasarkan sampel penelitian.

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui penelusuran bahan

tertulis/ dokumen serta sumber-sumber lain yang relevan dengan

masalah objek penelitian yang akan diteliti misalnya buku-buku

pendukung serta informasi melalui tulisan-tulisan di internet.

14

Page 15: Karya Tulis

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah :

1. Pengumpulan data primer, dilakukan menggunakan wawancara.

Wawancara adalah sebuah aktivitas dialog antara dua pihak atau lebih

untuk membahas sebuah tema dimana pewawancara memiliki daftar

pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber dan narasumber

akan menjawab daftar pertanyaan tersebut sesuai dengan yang telah

diajukan oleh si pewawancara. Wawancara digunakan oleh periset

untuk memperoleh data dari sumbernya secara langsung melalui proses

komunikasi dengan mengajukan pertanyaan, sehingga mendapatkan

jawabannya secara langsung dan lebih akurat.

2. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan

dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan anak

jalanan di kota Makassar baik melalui studi kepustakaan dan

mengambil tulisan-tulisan melalui internet.

A. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah menata secara sistematis untuk memanfaatkan

pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan

bagi orang lain (Bungin, 2008)

15

Page 16: Karya Tulis

1. Pengorganisasian Data

Pengorganisasian data dilakukan dengan mengumpulkan semua data

yang sudah ada agar memudahkan pengecekan apakah semua data

yang dibutuhkan sudah terekap semua. Pengorganisasian data

dilakukan dengan memilih data yang berhubungan dengan penelitian

dan benar-benar otentik.

2. Penyajian data

Setelah diorganisasikan dan diolah selanjutnya data disajikan dalam

bentuk uraian singkat. Hal terpenting dari penyajian data adalah

memberikan kemudahan bagi siapapun untuk memahami segala

informasi yang terdapat pada data yang dikumpulkan di lapangan.

Selanjutnya, dilakukan penarikan kesimpulan.

16

Page 17: Karya Tulis

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

A) Profil Anak Jalanan

a. Kegiatan yang Dilakukan Anak Jalanan di Jalan

Nama Kegiatan

Menggunakan

Jalan Sebagai

Tempat Tinggal

dan Hidup

Menggunakan

Jalan Sebagai

Tempat Bermain

Menggunakan

Jalan Untuk

Mencari Uang

Jumlah 8 orang 3 orang 19 orang

b. Tempat Tinggal Anak Jalanan

Nama Tempat Lapangan Segitiga

Di Pinggir Jalan

Trotoar atau Di

Emperan Toko

(Tidak Menentu)

Di Rumah

Jumlah 6 orang 2 orang 22 orang

17

Page 18: Karya Tulis

c. Sumber Memperoleh Makanan

Sumber Membeli Sendiri

Meminta-minta

atau Mengemis

Makanan

Uluraan Tangan

Dari Dermawan

Jumlah 15 orang 10 orang 5 orang

d. Lama Anak Jalanan Tinggal di Jalan

Waktu yang

Dihabiskan Di

Jalan

Kurang Dari 12

JamLebih Dari 1 Jam 24 Jam

Jumlah 10 orang 12 orang 8 orang

e. Sumber Mendapatkan Uang

Sumber Meminta-minta Berjualan Mengamen

Jumlah 10 orang 8 orang 12 orang

f. Penggunaan Pendapatan

Penggunaan

Pendapatan

Membantu

Keluarga

Digunakan

SendiriDitabung

Jumlah 18 orang 7 orang 5 orang

18

Page 19: Karya Tulis

g. Pertemuan Dengan Orang Tua

Waktu

Pertemuan

Dengan Orang

Tua

Sering Bertemu

Degan Orang

Tua

Jarang Bertemu

Dengan Orang

Tua

Tidak Pernah

Bertemu Dengan

Orang Tua

Jumlah 22 orang 6 orang 2 orang

h. Kebetahan Tinggal di Rumah

Waktu

Dapat dikemukakan bahwa anak jalanan di kota Makassar,

seluruhnya kurang betah tinggal di rumah.

i. Pihak yang Diminta Tolong Ketika Mengalami Kesulitan

Dapat dikemukakan bahwa anak jalanan di kota Makassar, 15

orang menyatakan pihak yang dimintai tolong ketika mengalami

kesulitan adalah saudaranya, 10 orang meminta tolong kepada

orang tuanya, dan 5 orang meminta tolong kepada pihak lain.

j. Pihak yang Dinilai Paling Dekat Dengan Anak Jalanan

19

Page 20: Karya Tulis

Dapat dikemukakan bahwa anak jalanan di kota Makassar, 10

orang menyatakan pihak yang dinilai paling dekat dengan anak

jalanan adalah orang tuanya, 15 orang adalah dengan

saudaranya, dan 5 orang adalah dengan pihak lain.

B) Profil Keluarga Anak Jalanan

a. Status Pernikahan Orangtua

Dapat dikemukakan bahwa keluarga anak jalanan di Kota

Makassar, 10 orang status pernikahan orangtuanya menikah

dengan sah, 3 orang tidak menikah, dan 2 orang kumpul kebo.

b. Jumlah Anaknya yang Bekerja di Jalan

Dapat dikemukakan bahwa keluarga anak jalanan di Kota

Makassar, 3 orang jumlah anaknya yang bekerja di jalanan

sebanyak 1-2 orang, 8 orang anaknya yang bekerja di jalanan

sebanyak 3-4 orang dan 4 orang anaknya yang bekerja di jalanan

sebanyak 5-6 orang.

c. Sikap Mendukung Anaknya Bekerja di Jalan

Dapat dikemukakan bahwa orang tua anak jalanan di Kota

Makassar, 8 orang mendukung anaknya bekerja di jalan, 4 orang

kadang-kadang mendukung anaknya bekerja di jalan dan 3

orang tidak mendukung anaknya bekerja di jalan.

20

Page 21: Karya Tulis

d. Sikap Mendukung Bila Anaknya Bersekolah

Dapat dikemukakan bahwa orang tua anak jalanan di Kota

Makassar, seluruhnya mendukung bila anaknya bersekolah atau

mendapatkan pendidikan yang layak.

e. Pekerjaan Orang Tua

Dapat dikemukakan bahwa orang tua anak jalanan di Kota

Makassar, seluruhnya bekerja di sektor non-formal atau tidak

memiliki pekerjaan yang tetap.

f. Status Rumah Tinggal Keluarga

Dapat dikemukakan bahwa orang tua anak jalanan di Kota

Makassar, 2 orang memiliki rumah sendiri, 10 orang menempati

rumah sewa, dan 3 orang menempati tanah negara.

g. Pendapatan Keluarga

Dapat dikemukakan bahwa orang tua anak jalanan di Kota

Makassar, seluruhnya tidak mempunyai pendapatan yang tetap.

C) Permasalahan yang Dialami Oleh Anak Jalanan

Anak jalanan pada umumnya mempunyai keluarga yang berada di

lingkungannya yang biasanya keluarganya adalah keluarga dari golongan

yang kurang mampu secara materi, sehingga anak-anak mereka berusaha

untuk memenuhi kebutuhan keluarga akan tetapi sesungguhnya peran

orang tua anak jalanan tidak berperan secara maksimal, hal ini dapat

dilihat manakala orang tua sangat mendukung untuk anaknya bekerja.

21

Page 22: Karya Tulis

Berdasarkan dari hasil penelitian yang kami lakukan, anak jalanan

baik yang berada di Kota Makassar dapat dipetakan permasalahannya

sebagai berikut :

a) Anak jalanan turun ke jalan karena adanya desakan ekonomi

keluarga sehingga justru orang tua menyuruh anaknya untuk turun

ke jalan guna mencari tambahan untuk keluarga. Hal ini terjadi

karena ketidak berfungsian keluarga dalam memenuhi kebutuhan

keluarga.

b) Rumah tinggal yang kumuh membuat ketidak betahan anak berada

di rumah, sehingga perumahan kumuh menjadi salah satu faktor

pendorong untuk anak turun ke jalan dan menjadi anak jalanan.

c) Rendahnya pendidikan orang tua anak jalanan sehingga mereka

tidak mengetahui fungsi dan peran sebagai orang tua dan juga

ketidaktahuannya mengenai hak-hak anak.

d) Belum adanya payung kebijakan mengenai anak yang turun ke

jalan baik kebijakan dari kepolisian, Pemda, maupun Departemen

Sosial.

e) Belum optimalnya sosial control di dalam masyarakat.

f) Belum berperan secara efektifnya lembaga-lembaga organisasi

sosial, serta belum adanya penanganan yang efektif dan berfungsi

sesuai fungsinya.

22

Page 23: Karya Tulis

g) Di samping itu rendahnya kontrol sosisal terhadap permasalahan

anak jalanan juga menyebabkan permasalahan anak jalanan

semakin manjur,dan di perparah oleh adanya eksploitasi anak oleh

pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

D) Faktor Penyebab Munculnya Anak Jalanan

Berdasarkan data yang diperoleh dapat dikemukakan bahwa

sesungguhnya faktor penyebab anak turun ke jalan di Kota Makassar

adalah sebagai berikut : untuk mencari uang, main-main, hidup di jalan.

Lebih jelasnya, faktor-faktor yang menyebabkan munculnya anak

jalanan antara lain:

a). Rendahnya pendapatan keluarga

b).Keluarga disharmonis

c).Rendahnya pendidikan orang tua

d).Keluarga urban yang tidak memperoleh sumber-sumber ekonomi

di daerah asalnya

e).Persepsi orang tua yang keliru tentang kedudukan anak dalam

keluarga.

E) Pandangan Tokoh Masyarakat Terhadap Penanganan Anak Jalanan

dan Keluarga Anak Jalanan

23

Page 24: Karya Tulis

a. Aparat Keamanan

Pandangan aparat keamanan mengenai anak jalanan di kota

Makassar dinilai bahwa selama ini anak jalanan tidak pernah

melakukan tindak kriminal. Pada siang hari mereka pergi

mengamen mengikuti jalur bus sedangkan hasil wawancara dengan

penegak hukum sebagai berikut: bahwa kejahatan yang paling

sering dilakukan oleh anak jalanan yaitu berkelahi diantara mereka

karena meributkan daerah operasi atau mencuri tetapi yang paling

banyak adalah berkelahi diantara mereka. Selaku penegak hokum,

kami hanya melakukan penahanan sesuai dengan Undang-undang

yang berlaku karena belum ada hukum khusus mengenai anak-anak

jalanan, dengan demikian masih dirasa cukup sulit untuk

mengadakan pencegahan agar anak-anak tersebut tidak melakukan

kejahatan, adapun yang saat ini telah dilakukan adalah dengan cara

membatasi areal operasi anak jalanan atau jalur-jalur yang

diperbolehkan untuk menjadi daerah operasinya. Sedang pada

malam hari mereka berkumpul dan tidur di taman kota. Kemudian

aparat keamanan mengadakan beberapa upaya untuk mengentaskan

anak jalanan dengan cara merazia anak jalanan untuk diberi

penyuluhan akan tetapi cara ini tidak berhasil karena anak jalanan

kemudian banyak yang melarikan diri.

24

Page 25: Karya Tulis

Selain itu juga upaya yang telah dilakukanoleh aparat

keamanan selain merazia adalah mengawasi secara terus menerus,

jangan sampai anak jalanan melakukan tindak kriminal atau

tersangkut dengan penyalahgunaan narkoba.

b. Tokoh Agama

Partisipasi tokoh agama sangat berperan dalam pengentasan

anak jalanan. Sesungguhnya Islam memiliki konsep pembinaan

keluarga. Islam mengajarkan betapa besar tanggung jawab orang

tua dan mendidik anak.Maka kalau anak-anak disibukkan dengan

pendidikan, mereka tidak turun ke jalan.

Tentang pandangan agama (islam) terhadap perilaku anak jalanan

adalah bahwa sesungguhnya setiap orang itu mulia kecuali jika ia

telah berperilaku tidak baik. Nah, selama mereka berprilaku baik,

tidak mencuri, menodong, maka mereka tetap orang baik dimata

agama.

Sedang model yang dapat digunakan untuk meningkatkan

pendapatan keluarga anak jalanan adalah perlu diperbanyak

lembaga-lembaga sosial yang dapat menampung mereka.

Kemudian untuk keluarganya perlu diberikan penyuluhan

mengenai peningkatan mengenai peningkatan penghasilan

(ekonomi keluarga).

25

Page 26: Karya Tulis

Mengenai perlibatan tokoh agama dalam rangka

perberdayaan ekonomi keluarganya menurut kami tokoh agama

harus ikut mendorong mereka melalui penyuluhan dan pengajian

akan pentingnya peningkatan ekonomi keluarga melalui usaha

produktif.

Dukungan yang dapat diberikan dalam rangka mendorong

pemberdayaan ekonomi keluarga anak jalanan menurut kami

adalah pengucuran modal yang berbunga rendah dan sistem

pengembalian yang ringan.

Hasil wawancara dengan tokoh agama tentang bagaimana

penanganan anak jalanan yang baik. Menurutnya, paling tidak

harus ada wadah yang dikelola secar profesional dan didukung

oleh pendanaan yang cukup. Adapun bentuk wadah itu bisa saja

berupa pesantren yang diintegrasikan dengan kegiatan belajar

didalamnya.

Hal ini menjadi penting karena anak itu memiliki tugas

utama yaitu belajar. Selain itu, si anak dan orang tua harus

disadarkan dengan tugas dan kewajibannya masing-masing yaitu si

anak belajar dan orang tua mencari nafkah untuk anak istrinya.

Pihak masyarakat, masyarakat, lembaga pendidikan,

pondok pesantren, takmir masjid yang punya akses pada

kemasyarakatan semuanya harus aktif, turut mengontrol proses

pembinaan serta perkembangan anak jalanan. Selain itu,

26

Page 27: Karya Tulis

pembinaan juga bukan saja dari sisi moral, akan tetapi juga harus

bersifat jangka panjang. Misalnya, mereka seyogyanya diberi bekal

keterampilan agama, ke depan mereka dapat mandiri dan hidup

terarah sesuai cita-citanya masing-masing.

Selain itu, pemerintah seharusnya memiliki data konkrit

mengenai anak jalanan ini, sehingga mudah ketika akan melakukan

penataan serta penanganan. Jadi intinya, untuk menangani anak

jalanan ini perlu organisasi yang kuat dengan menyediakan fasilitas

yang memadai seperti perlengkapan sarana pendidikan, lembaga

ekonomi umat, balai latihan kerja dan lain sebagainya. Bahkan jika

perlu, libatkan pondok pesantren yang yang tersebar disetiap

daerah atau mungkin perlu bekerjasama dengan takmir masjid

kemudian tugasnya bukan hanya ritual menyelenggarakan ibadah,

tetapi memiliki fungsi pembinaan yang bersifat sosial seperti anak

jalanan ini.

c. Tokoh akademis

Dalam penanganan akademis penanganan anak jalanan baik

yang dilakukan pemerintah maupun pemerintah belum

memperhatikan akar persoalan sesungguhnya, program-program

yang dilakukan bersifat parsial bahkan tumpang tindih, hampir

semua Departemen mempunyai program untuk pengentasan anak

27

Page 28: Karya Tulis

jalanan tetapi tidak didasari oleh satu jaringan kerjasama yang

terkoodinir dengan baik.

Polisi misalnya tidak berani mengambil tindakan pada

perilaku anak jalanan karena memandang tidak memiliki dasar

hukum yang kuat padahal tugas mereka adalah menjaga ketertiban

lalu lintas. Jika ada koordinasi yang baik dengan kepolisian maka

dari sisi ketertiban lalu lintas seharusnya di jalan tidak ada

bertebaran anak jalanan.

Departemen Sosial sebagai ujung tombak penanganan

masalah ini juga tidak memperhatikan faktor-faktor struktural yang

menyebabkan anak jalanan. Secara lebih tegas persoalan struktural

itu dapat dilihat pada ketiadaan koordinasi antara pemerintah

daerah di perkotaan dengan daerah penyangga. Masalah anak

jalanan di kota Makassar misalnya,sebetulnya adalah persoalan

ekonomi di daerah-daerah penyangga seandainya daerah

penyangga Makassar dapat memenuhi kebutuhan ekonomi

masyarakatnya maka sangat kecil kemungkinannya mereka lari ke

kota untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Jadi sesungguhnya diperlukan suatu networking diantara

semua institusi yang menangani kesejahteraan masyarakat. Pemda

Makassar dapat saja mengalokasikan anggarannya untuk

pembangunan ekonomi penduduk di daerah-daerah penyangga.

28

Page 29: Karya Tulis

d. Tokoh Masyarakat

Salah satu tokoh masyarakat di Kota Makassar ini

berpendapat bahwa kurangnya perhatian dari orang tua merupakan

penyebab utama timbulnya anak jalanan. Di samping itu, perlu

dibangun tempat khusus untuk mereka berkumpul agar mereka

sibuk dan tidak berkeliaran. Tentu di tempat khusus ini dilakukan

pembinaan mental dan keterampilan sehingga mereka memiliki

kegiatan yang positif.

Beliau juga berpendapat bahwa kuncinya tetap pada orang

tua. Jika orang tua memberi perhatian dan memenuhi kebutuhan

mereka, mereka tidak akan hidup di jalanan seperti sekarang ini.

Hanya saja yang menjadi persoalan, para orang tua itu juga

menghadapi kendala ekonomi.

Bagi beliau, di samping keluarga, wadah yang tepat

menampung mereka adalah pemerintah, dan termasuk juga LSM

bidang anak. “Saya dengar sudah ada rumah singgah yang

dibangun LSM-LSM. Menurut saya, tempat seperti itu perlu

ditambah dan ditingkatkan mutunya”, demikian tuturnya.

Tentang pandangan masyarakat sekitar menurut saya, ya

biasa saja. Mungkin karena himpitan ekonomi, sehingga mereka

terpaksa hidup seperti itu. Tetapi mereka bersikap biasa saja.

Sedang tentang pelibatan warga dalam peningkatan

ekonomi keluarga anak jalanan saat ini, memang belum ada.

29

Page 30: Karya Tulis

Mungkin mereka berpendapat yang paling bertanggung-jawab

terhadap anak jalanan itu adalah pihak pemerintah, di samping

orang tua.

Meski demikian, upaya yang perlu dilakukan oleh warga

dalam membantu ekonomi anak jalanan menurut saya adalah

warga harus memberi kesempatan kepada mereka untuk membuka

usaha produktif. Sedangkan dukungan yang perlu diberikan kepada

keluarga anak jalanan adalah dukungan modal usaha.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana telah diungkap pada bagian

sebelumnya dapat dikemukakan pembahasan sebagai berikut :

Pertama, dilihat dari profil anak jalanan terdapat beberapa kecenderungan, yaitu :

a) Sebagian besar anak jalanan melakukan aktifitas berjualan di jalan

b) Tempat tinggal mereka di rumah

c) Memperoleh makanan dengan cara membeli sendiri

d) Lama tinggal di jalan dalam satu hari di atas 12jam

e) Memperoleh uang dari hasil mengamen dan berjualan

f) Uang yang diperoleh digunakan untuk membantu keluarga

g) Jarang bertemu orang tua

h) Sering mendapat kesulitan di rumah

i) Kurang betah tinggal di rumah

30

Page 31: Karya Tulis

j) Meminta tolong pada saudaranya ketika mengalami kesulitan sebagai

pihak yang dianggap paling dekat.

Kedua, dilihat dari profil keluarga anak jalanan, terdapat beberapa kecenderungan,

yaitu :

a) Sebagian besarkeluarga anak jalanan menikah

b) Jumlah anaknya 3-4 orang

c) Bersikap mendukung anaknya bekerja di jalan

d) Bersikap mendukung bila anaknya bersekolah

e) Bekerja di sektor non-formal atau tidak tetap

f) Menempati rumah dengan status sewa atau tanah negara

Ketiga, Peta permasalahan anak jalanan di kota Makassar dapat dikategorikan

menjadi enam, yaitu :

1. Anak jalanan turun ke jalan karena adanya desakan ekonomi keluarga

sehingga justru orang tua menyuruh anaknya untuk turun ke jalan guna

mencari tambahan ekonomi keluarga

2. Rumah tinggal yang kumuh membuat ketidakbetahan anak berada di

rumah sehingga perumahan kumuh menjadi salah satu faktor pendorong

untuk anak turun ke jalan

3. Rendahnya pendidikan orang tua menyebabkan mereka tidak mengetahui

fungsi dan peran sebagai orang tua dan juga tidak mengetahui hak-hak

anak.

31

Page 32: Karya Tulis

4. Belum adanya kebijakan mengenai anak yang turun ke jalan baik dari

kepolisian, Pemda maupun Departemen Sosial menyebabkan penanganan

anak jalanan tidak terkoordinasi dengan baik

5. Peran masyarakat dalam memberikan kontrol sosial masih sangat rendah,

dan

6. Lembaga-lembaga organisasi sosial belum berperan dalam mendorong

partisipasi masyarakat menangani masalah anak jalanan.

Keempat, Secara umum masyarakat memandang bahwa masalah anak jalanan

merupakan masalah yang sangat kompleks bahkan ia membentuk sebuah

lingkaran yang berujung yang sulit dilihat ujung pangkalnya. Kalangan aparat

hukum, polisi misalnya, memandang bahwa payung kebijakan yang dapat

digunakan untuk menangani anak jalanan belum ada. Mereka sulit untuk

melakukan tindakan hukum berhubung tidak adanya undang-undang khusus

mengenai anak jalanan seperti misalnya Perda, Perpu atau yang lainnya sehingga

dirasa sulit untuk mengadakan pencegahan agar anak-anak tidak berada di jalan.

Selanjutnya tokoh agama berpendangan bahwa munculnya masalah anak jalanan

merupakan wujud dari tidak optimalnya pengelolaan zakat baik zakat mal, zakat

fitrah, dan lainnya. Mereka mengharapkan agar dana zakat dapat dikelola sebaik

mungkin agar disalurkan kepada mustahik dan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya

oleh mereka. Terakhir, aktifis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) memandang

bahwa penanganan anak jalanan harus dilakukan dengan melibatkan institusi

sekolah, rumah singgah, dan pemberdayaan keluarga dengan memberikan modal

usaha keluarga.

32

Page 33: Karya Tulis

Kelima,alternatif model penanganan anak jalan mengarah kepeda 3 jenis model

yaitu, pendekatan keluarga, pendekatan social dan pendekatan gabungan.

1. Pendekatan keluarga, adalah model dengan memberdayakan keluarga anak

jalanan melalui beberapa metode yaitu melalui pemberian model

usaha,memberikan tambahan makanan ,dan memberikan penyuluhan

berupa penyuluhan tentang keberfungsian keluarga. Dalam model ini di

upayakan peran aktif keluarga membina dan menumbuh kembangkan anak

jalanan.

2. Pendekatan sosial, adalah model pemberdayaan melalui pemberdayaan

lembaga–lembaga sosial masyarakat dengan menjalin networking berbagai

insitusi baik lembaga pemerintahan maupun lembaga sosial masyarakat.

3. Pendekatan gabungan, adalah model pemberdayaan melalui jaringan

sistem yang ada mulai dari anak jalanan itu sendiri,keluarga anak

jalanan,masyarakat,para pemerhati anak,akademisi,aparat penegak hukum

serta instansi terkait lainnya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

33

Page 34: Karya Tulis

Berdasarkan dari hasil penelitian “Permasalahan Anak Jalanan di

Kota Makassar” maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

A) Permasalahan anak jalanan dapat di kategorikan menjadi 6 yaitu:

a). Desakan ekonomi keluarga

b). Tinggal di rumah yang kubuh membuat anak tidak betah di

rumah

c). Rendahnya pendidikan orang tua

d). Tidak adanya payung kebijakan penanganan anak jalanan

e). Lemahnya kontrol sosisal

f). Tidak berperannya lembaga-lembaga sosial.

B) Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya anak jalanan antara lain:

a). Rendahnya pendapatan keluarga

b). Keluarga disharmonis

c). Rendahnya pendidikan orang tua

d). Keluarga urban yang tidak memperoleh sumber-sumber ekonomi

di daerah asalnya

34

Page 35: Karya Tulis

e). Persepsi orang tua yang keliru tentang kedudukan anak dalam

keluarga.

f). Di samping itu rendahnya kontrol sosisal terhadap permasalahan

anak jalanan juga menyebabkan permasalahan anak jalanan semakin

manjur,dan di perparah oleh adanya eksploitasi anak oleh pihak-

pihak yang tidak bertanggung jawab.

C) Alternatif model penanganan anak jalan mengarah kepeda 3 jenis

model yaitu pendekatan keluarga, pendekatan social dan pendeekatan

gabungan.

a) Pendekatan keluarga, adalah model dengan memberdayakan

keluarga anak jalanan melalui beberapa metode yaitu melalui

pemberian model usaha,memberikan tambahan makanan dan

memberikan penyuluhan berupa penyuluhan tentang

keberfungsian keluarga.

b) Pendekatan sosial, adalah model pemberdayaan melalui

pemberdayaan lembaga –lembaga sosial masyarakat dengan

menjalin networking berbagai insitusi baik lembaga pemerintahan

maupun lembaga sosial masyarakat.

c) Pendekatan gabungan, adalah model pemberdayaan melalui

jaringan sistem yang ada mulai dari anak jalanan itu

sendiri,keluarga anak jalanan,masyarakat,para pemerhati

35

Page 36: Karya Tulis

anak,akademisi,aparat penegak hukum serta instansi terkait

lainnya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas di ajukan saran sebagai berikut:

a) Bagi anak jalanan, mereka perlu di libatkan dalam program

pendidikan khusus yang dapat membuka wawasan mereka mengenai

masa depan.

b) Bagi keluarga, terutama orang tua, perlu di berikan penyuluhan yang

dapat meluruskan presepsi mereka mengenai kedudukan anak di

dalam keluarga, lingkungan dan masyarakat.

c) Untuk masyarakat, lebih memperhatikan dan menghargai anak jalanan

dan keluarganya seperti layaknya manusia biasa yang memiliki derajat

yang sama serta bias memanfaatkan dana dari ZIS untuk membantu

anak jalanan.

d) Bagi peneliti, agar setelah mengetahui permasalahan anak jalanan

maka lebih memiliki rasa simpati yang tinggi dalam membantu upaya

untuk mengatasi permasalahan anak jalanan dan dapat membantu

kehidupan sosial-ekonomi keluarganya.

e) Untuk pemerintah, sebaiknya dapat memberikan payung hukum

terhadap penanganan anak jalanan, perlu di kembangkan model

pengembangan penanganan anak jalanan yang bermanfaat, perlu

36

Page 37: Karya Tulis

dilakukan uji coba secara efektif dan efisien dari salah satu dari ketiga

model pemecahan permasalahan anak jalanan tersebut.

LAMPIRAN

37

Page 38: Karya Tulis

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA KEPADA ORANGTUA ANAK JALANAN

1. Apa alasan anda berkeluarga dan bagaimana kehidupan sosial-ekonomi keluarga anda?

38

Page 39: Karya Tulis

2. Apakah anda setuju apabila anak anda mendapatkan pendidikan yang layak ? jelaskan!

3. Apakah anda setuju apabila anak anda bekerja di jalanan ? Jelaskan ! Jika ya, berapa jumlah anak anda yang bekerja di jalanan ?

4. Apa persoalan yang sering menjadi masalah ?

5. Bagaimana cara penyelesaian masalah tersebut ?

6. Bagaimana pola pengasuhan dan pendidikan anak anda ?

7. Bagaimana pola interaksi sosial anda terhadap masyarakat ?

8. Bagaimana status rumah yang anda tinggali bersama keluarga anda ?

9. Bagaimana cara anda menghidupi keluarga anda ? apakah pendapatan anda cukup untuk menghidupi keluarga anda sehari-hari ?

10. Upaya apa saja yang anda lakukan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi ?

11. Apa cita-cita atau masa depan yang anda harapkan terhadap keluarga anda ?

12. Apa yang anda harapkan dari pemerintah dan masyarakat ?

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA KEPADA ANAK JALANAN

1. Kegiatan apa saja yang anda lakukan di jalanan ?

39

Page 40: Karya Tulis

2. Dimana kah tempat tinggal anda ? Apakah bersama keluarga anda atau tidak ?

3. Dari mana sumber anda mendapatkan makanan dan uang ?

4. Berapa lama kira-kira anda menghabiskan waktu di jalanan dalam sehari ?

5. Masalah apa yang sering terjadi dikehidupan anda ? baik di jalanan, maupun dalam keluarga anda !

6. Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut ?

7. Apakah anda betah tinggal di rumah ? dan Bagaimana hubungan anda dengan orangtua anda ?

8. Pihak siapa yang sering anda mintai tolong ketika mengalami kesulitan ? dan Pihak siapa yang menurut anda paling dekat dengan anda ?

9. Apa cita-cita atau masa depan yang anda harapkan terhadap diri anda dan keluarga anda ?

10. Apa yang anda harapkan dari pemerintah dan masyarakat ?

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA KEPADA TOKOH MASYARAKAT

1. Bagaimana pandangan anda terhadap anak jalanan dan keluarganya ?

40

Page 41: Karya Tulis

2. Menurut anda, apakah mereka layak diberi bantuan atau tidak ? Apa alasan anda ?

3. Upaya apa saja kah yang pernah anda lakukan untuk menangani masalah anak jalanan?

4. Menurut anda, perlukah anak jalanan dan keluarganya mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang layak ? Apa alasan anda ?

5. Menurut anda, tindakan apa yang harus dilakukan masyarakat sekitar untuk membantu anak jalanan yang hidup di sekitar mereka ?

6. Menurut anda, bagaimana cara penanganan anak jalanan yang tepat dan efektif ?

7. Menurut anda, tindakan atau upaya apa yang efektif dan efisien yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah anak jalanan ?

8. Apa harapan anda terhadap masa depan anak jalanan dan keluarganya ?

DOKUMENTASI

41

Page 42: Karya Tulis

“Pada gambar ini terlihat peneliti sedang mendekati keluarga anak jalanan dan

mencoba mengajak mereka untuk berbicara.”

“Pada gambar ini terlihat peneliti sedang berbicara dengan salah satu keluarga anak jalanan demi mendapatkan informasi yang dibutuhkan.”

42

Page 43: Karya Tulis

“Pada gambar ini terlihat peneliti sedang menemani atau turut langsung merasakan bagaimana pengemis tersebut mencari uang dengan duduk seharian di tempat itu dengan mengaharapkan belas kasih para dermawan.”

43

Page 44: Karya Tulis

”Pada gambar ini terlihat anak jalan yang sedang menjual koran di siang hari, dan

terdapat salah satu anak perempuan yang menjual koran dengan masih

menggunakan seragam sekolahnya.”

44

Page 45: Karya Tulis

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Anakjalanan

Koran Fajar : Anak Jalanan Adalah Anak Kita, Makassar: 2012,28-05

Arief,Armai, “Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan Dalam Rangka Mewujudkan

Kesejahteraan Sosial dan Stabilitas Nasional”, Dalam Jurnal Fajar, LPM UIN

Jakarta, Edisi 4, No. 1, November 2012.

Basoeki, Badjuri< Modul 1: Pelatihan Pelatih Pemberdayaan Anak Jalanan

Melalui Rumah Singga, Jakarta: Depsos bekerjasama dengan Yayasan

Kesejahteraan Anak Indonesia, 1999.

----------, Modul 2: Pelatihan Pelatih Pendampingan Orang Tua Anak Jalanan,

Jakarta: Depsos bekerjasama dengan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia,

1999.

----------, Pelatihan Pelatih Monitoring dan Evaluasi Pemberdayaan Anak

Jalanan dan Orang Tua, Jakarta: Depsos bekerjasama dengan Yayasan

Kesejahteraan Anak Indonesia, 1999.

Direktorat Pemberdayaan Peran Keluarga Dirjen Pemberdayaan Sosial,

Standarisasi

Pemberdayaan Peran Keluarga, Jakarta: Depsos, 2002.

45

Page 46: Karya Tulis

----------, Pedoman Bimbingan Keluarga Melalui Kelompok Usaha Keluarga

Muda Bina Mandiri (KUBE-KMM), Jakarta: Depso 2002.

Endang WD, BM, Kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta dalam

Penanganan Anak Terlantar, Makalah dalam seminar Nasional “Penanganan

Anak Terlantar Berbasis Keluarga”, Jakarta: UMJ, 12 April 2003.

Goode, William J, Sosiologi Keluarga, Jakarta: Bumi Aksara, Cet IV, 1995.

Kencana, Gita dkk, Baseline Survei Untuk Program Dukungan dan

Pemberdayaan Anak Jalanan di Perkotaan, Medan: Warung Sahiva USU 2012.

Moleong, Alex, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,

1995.

Pramono, dkk, Baseline Survei Untuk Program Dukungan dan Pemberdayaan

Anak Jalanan di Perkotaan (Jakarta), Jakarta: Pusat Kajian Pembangunan

Masyarakat UNIKA Atma Jaya, 2001.

Sarmanu, dkk, Baseline Survei Untuk Program Dukungan dan Pemberdayaan

Anak Jalanan di Perkotaan (Surabaya), Surabaya: Lembaga Penelitian

Universitas Airlangga, 2001.

Sunarto, Agus, dkk, Buku Pedoman Pelaksanaan Santunan Keluarga, Asuhan

Keluarga dan Panti Asuhan di Lingkungan Persyarikatan

Muhammdiyah/A’isyiah, Jakarta: PP Muhammadiyah Majelis Pembinaan

Kesejahteraan Umat (PKU), 1989.

46

Page 47: Karya Tulis

Sunusi, Makmur, Anak Terlantar Dalam Perspektif Pekerjaan Sosial, Endang Wd

BM, Kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta Dalam Penanganan

Anak Terlantar, Makalah Dalam Seminar Nasional “Penanganan Anak Terlantar

Berbasis Keluarga”, Jakarta: UMJ, 12 April 2003.

Zaedah, LA, From Computing With Numbers To Computing With Words-From

Manipulation Of Measurements To Manipulation Of Perceptions. Berkeley

Initiative In Soft Computing (BISC), University Of California, Berkeley, CA

94720-1776, U.S.A, 2002.

47

Page 48: Karya Tulis

RIWAYAT HIDUP

Ulfah Rusli, begitulah nama gadis yang biasa di sapa Ipeh oleh teman-temanya saat masih bersekeloh di SMAN 5 Makassar. Baru saja dia menamatkan pendidikannya yang setara SMA di tahun 2012 ini. Dia ingin melanjutkan pendidikannya di Universitas Negeri Makassar jurusan akuntansi (non-pendidikan). Dia dahulu bersekolah di SD.Inpres.Bert. Mamajang II dan SMP Ummul Mukminin. Dia lahir di Ujung Pandang, 28 September 1994 dan merupakan anak pertama dari enam bersaudara, yaitu dari pasangan suami isteri Drs.Rusli M.si

dan Dra. Hastuty Musa M.si

Pengalaman organisasi penulis dimulai sejak dia menduduki bangku sekolah, tepatnya disaat SD dia mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PASKIBRA, pada saat SMP dia mengikuti ekstrakurikuler PRAMUKA dan sewaktu SMA dia mengikuti ekstrakurikuler PMR. Dia sering meningkatkan bakatnya dengan mengikuti serangkaian kegiatan positif yang berbeda.

48

Page 49: Karya Tulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang mempunyai nama lengkap Dian Trianty Fausiah biasa disapa Dian. Penulis dilahirkan di Makassar pada tanggal 29 Oktober 1994 sebagai anak ke- 3 dari empat bersaudara dari pasangan B.Baharuddin dan Muliati. Saat ini penulis bertempat tinggal di Jl. Bangkala 16 No. 184 Makassar. Penulis memulai pendidikannya pada tahun 1999 di tingkat Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II dan tamat pada tahun 2006 kemudian lanjut di tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri 17 Makassar dan tamat pada tahun 2009 dan penulis baru saja

menamatkan pendidikannya di tingkat Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Makassar pada tahun 2012.

Pengalaman organisasi penulis dimulai sejak menduduki bangku Sekolah Dasar yaitu mengikuti ekstrakurikuler Pramuka kemudian di tingkat Sekolah Menengah Pertama dengan mengikuti ekstrakurikuler Palang Merah Remaja hingga di tingkat Sekolah Menengah Atas. Penulis juga bergabung dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah di tingkat Sekolah Menengah Atas.

49

Page 50: Karya Tulis

RIWAYAT HIDUP

Sudirman Uce begitulah nama aslinya biasa juga di sapa dengan Dirman oleh teman-temannya , dia bersekolah di SMA Negeri 5 Makassar dan baru saja dia menematkan pendidikannya yang setara SMA di tahun 2012 ini. Setelah tamat SMA dia ingin melanjutkan pendidikannya di Akademi Polisi.

Dahulu dia bersekolah di SD.Inpres Bertingkat layang dan SMP Negeri 5 Makassar. Dia lahir di Ternate, 12-Januari-1994 dan merupakan anak ke 3 dari 6 bersaudara, yaitu dari pasangan suami istri Abd. Azis Uce dan Musdalifah.

Pengalaman yang dia dapatkan pada saat SMA yaitu mengikuti organisasi Paskibra dan meningkatkan bakatnya dengan mengikuti seleksi Paskibraka indonesia, dan akhirnya dia pun lulus sebagai anggota Paskibraka Indonesia kota Makassar dan mengibar di lapangan karebosi serta dilantik sebagai Purna Paskibraka Indonesia (PPI).

50