karya tulis ilmiah uji efektifitas ekstrak daun …
TRANSCRIPT
KARYA TULIS ILMIAH
UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa
oleifera) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Candida
albicans
DINDA FITRI AYUNANI
171310012
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020
i
EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleifera
lamk) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR
Candida albicans
(Studi di Laboratorium Mikrobiologi STIKes ICMe Jombang)
KARYA TULIS ILMIAH
DINDA FITRI AYUNANI
171310012
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020
ii
UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa
oleifera) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Candida
albicans
(Studi di Laboratorium Mikrobiologi STIKes ICMe Jombang)
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai satu syarat memenuhi persyaratan menyelesaikan
studi program Diploma III Analis Kesehatan.
Dinda Fitri Ayunani
171310012
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020
iii
ABSTRACT
TESTING EFFECTIVENESS OF Moringa Leaves (moringa
oleifera) EXTRACT ON THE GROWTH OF candida albicans fungi
By:
Dinda Fitri Ayunani
Moringa leaves can be used to treat fungal infections. This study aims to
determine the extract of moringa leaves (moringa oleifera) against the inhinition
of growth of the Candida albicans fungus. Moringa leaves were extracted by
marecations method using 96% ethanol solvent. The research was divided into 5
treatments, namely positive control using ketoconazole, negative control, and
various concentrations of moringa leaf extracts of 30%, 50% and 75%. Teasting
the inhibitions of fungal growth using disc diffusion. The result of teasting the
effectiveness of moringa leaf extract (moringa oleifera) on the growth of the
Candida albicans fungus at all concentrations did nit form an inhibition zone. The
conclucion of this study, moringa leaf extract (moringa oleifera) could not inhibit
the growth of the Candida albicans fungus.
Keyword: Candida albicans, anti fungi, Moringa leaves (moringa oleifera)
iv
ABSTRAK
UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN KELOR (moringa
oleifera) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Candida
albicans
Oleh: Dinda Fitri Ayunani
Daun kelor dapat digunakan untuk mengobati infeksi jamur. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui ekstrak daun kelor ( moringa oleifera) terhadap daya
hambat pertumbuhan jamur Candida albicans. Daun kelor diekstraksi dengan
metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Penelitian dibagi dalam 5 kali
perlakuan yaitu kontrol positif mengunakan ketoconazole, kontrol negatif, dan
berbagai konsentrasi ekstrak daun kelor 30%, 50% dan 75%. Pengujian daya
hambat pertumbuhan jamur dilakukan dengan. Metode difusi cakram. Hasil uji
efektivitas eksatrak daun kelor (moringa oleifera) terhadap pertumbuhan jamur
Candida albicans pada semua konsentrasi tidak membentuk zona hambat.
Kesimpulan pada penelitian ini ekstrak daun kelor (moringa oleifera) tidak
menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.
Kata kunci : Candida albicans, anti fungi daun kelor (moringa oleifera)
v
vi
vii
viii
ix
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bojonegoro pada tanggal 17 Februari 1997 dari pasangan
Bapak Kasim dan Ibu Samilah, anak ke-dua dari dua bersaudara. Pada tahun 2010
penulis lulus pendidikan TK BHAYANGKARI. Tahun 2013 penulis lulus dari
SMP NEGRI 2 PADANGAN. Tahun 2016 penulis lulus dari SMA NEGERI 1
PADANGAN. Tahun 2017 penulis lulus seleksi masuk STIKes Insan Cendekia
Medika Jombang lulus pada tahun 2020. Penulis memilih program studi Diploma
III Analis Kesehatan dari lima pilihan program studi yang ada di STIKes Insan
Cendekia Medika Jombang.
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Jombang, 18 Agustus 2020
Dinda Fitri Ayunani
x
MOTTO
SUKSES ADALAH SAAT PERSIAPAN DAN KESEMPATAN BERTEMU
(BOBBY UNSE)
xi
LEMBAR PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan kemudahannya dan karunia-NYAyang diberikan Allah SWT,
Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Ku perasembahkan Karya Tulis Ilmiah
ini untuk :
1. “Bapak dan Ibuku” yang telah mendoakan, menyayangi, membimbing dan
senantiasa mendukung setiap langkahku.Inilah hasil karya yang mampu
anakmu persembahkan untuk membuatmu tersenyum bangga.
2. “Kakak, dan teman-teman ku dirumah” Muslikotim, Nisa, Indy, Fuzanul,
Andini, Devita.Terimakasih telah menyemangti memotivasi dan
membuatku tidak patah semangat ketika ku mulai tidak semangat lagi dan
mengeluh serta terimakasih dukungan yang tiada habisnya.
3. Pembimbing utama dan pembimbing anggota (Bapak H. Imam Fatoni, S.KM.,
MM., Ibu Ucik Indrawati, S.Kep., Ns., M.Kep) yang telah memberi
bimbingan dengan penuh kesabaran.
4. Seluruh Dosen-Dosen STIKes ICMe Jombang, terutama Dosen-Dosen D3-
Analis Kesehatan yang telah memberi bimbingan dengan penuh
kesabaran.
5. Teman-teman kos yang sudah menemani hari-hariku, atas kebersamaan
dan kekompakan kita tidak akan aku lupakan.
xii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala limpahan berkat dan karunia-Nya, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini berhasil
diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Judul dalam penelitian ini
adalah “Efektifitas Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera lamk) Terhadap
Pertumbuhan Jamur Candida albicans”. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan
sebagai salah satu syarat dalam penelitian yang dilakukan penulis untuk
menyelesaikan program studi Diploma III Analis Kesehatan STIKes ICMe
Jombang. Penulis menyadari sepenuhnya tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka
Karya Tulis Ilmiah ini tidak bisa terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak H. Imam Fatoni, S.KM., MM selaku Ketua STIKes ICMe Jombang,
2. Ibu Sri Sayekti, S.si., M.Ked selaku Koprodi D-III Analis Kesehatan,
3. Bapak H. Imam Fathoni, S.KM., MM selaku pembimbing utama dan
4. Ibu Ucik Indrawati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing anggota.
Penulis menyadari bawah Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna, oleh sebab
itu kritik dan saran sangat penulis perlukan guna menambah pengetahuan dan
manfaat bagi perkembangan ilmu kesehatan.
Jombang, 18 Agustus 2020
Dinda Fitri Ayunani
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
ABSTRACT ..................................................................................................... iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. v
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................ vii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ............................................ viii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... ix
MOTTO ........................................................................................................... x
PERSEMBAHAN ............................................................................................ xi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... xii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................... 3
1.3Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
1.4Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5
2.1 Tujuan Umum Tentang Daun Kelor ( Moringa oleifera ) ........................ 5
2.1.1 Daun kelor .................................................................................... 5
2.1.2 Tanaman multiguna berkhasiat obat ............................................. 5
2.1.3 Kandungan daun kelor .................................................................. 6
2.1.4 Manfaat daun kelor ....................................................................... 7
2.1.5 Khasiat penyembuhan daun kelor ................................................. 8
2.2 Tujuan Umum Tentang Candida albicans ................................................. 10
2.2.1 Klasifikasi Candida albicans ........................................................ 10
xiv
2.2.2 Morfologi Candida albicans ........................................................ 10
2.2.3 Patogenitas Candida. albicans ..................................................... 11
2.2.4 Metode ekstraksi ............................................................................ 11
2.2.5 Pengujian antifungi ........................................................................ 13
2.2.6 Faktor pengaruh pertumbuhan jamur Candida albicans ............... 13
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ......................................................... 16
3.1 Kerangka Konseptual ................................................................................ 16
3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual .............................................................. 17
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................. 18
4.1 Jenis dan Rancangan penelitian ................................................................. 18
4.2 Waktu dan Tempat penelitian ................................................................... 18
4.3 Populasi Penelitian, Sampling, dan Sampel ............................................... 18
4.4 Kerangka Kerja ......................................................................................... 19
4.5 Variabel Definisi Oprasional ..................................................................... 20
4.6 Pengumpulan Data .................................................................................... 21
4.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ............................................... 27
4.8 Etika Penelitian ......................................................................................... 28
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 29
5.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 29
5.2 Pembahasan ................................................................................................ 30
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 33
6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 33
6.2 Saran ........................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 34
xv
DAFTAR TABEL
Table 4.1 Definisi oprasional variabel peneliti ...................................................... 24
Table 4.6.1 Alat Penelitian ..................................................................................... 25
Tabel 4.4 Bahan Penelitian .................................................................................... 25
Table 4.2 komposisi Ekstrak Daun Kelor Moringa oleifera dan Etanol ............... 26
Table 5.2 Hasil Penelitian ...................................................................................... 37
xvi
DAFTAR GAMBAR
2.1 Tanaman Daun Kelor (moringa oleifera) .......................................................... 7
3.1 Kerangka Konseptual ....................................................................................... 19
4.4 Kerangka Kerja ................................................................................................ 22
5.1 pengamatan zona hambat anti jamur ................................................................ 34
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 gambar hasil penelitian
Lampiran 2 dokumentasi penelitian
Lampiran 3 lembar konsultasi
Lampiran 4 keterangan penelitian
xviii
DAFTAR SINGKATAN
BaCl22H2O : Barium klorida
BHIB : Brian heart infusion broth
CFU : Colony forming units
H2SO4 : Asam sulfat
KBM : Kadar bunuh minimum
KHM : Kadar hambat minimum
MBC : Minimum bactericidal concentration
NaCL : Natrium klorida
PDA : Potato dextrose agar
PH : Power of hydrogen
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagian besar tumbuhan di Indonesia bisa digunakan bagaikan tumbuhan
obat. Salah satu contoh tumbuhan obat Indonesia telah lama digunakan
merupakan tumbuhan kelor. Kelor merupakan spesies family moringaceae yang
sangat banyak ditanam bagian tumbuhan kelor sudah teruji bagaikan bahan
antimikroba antara lain daun, biji, bunga, akar dan kulit kayu. Daun kelor
mengandung prerigospermin yang bersifat merangsang kulit sehingga bisa
menyembuhkan kelemahan anggota tubuh semacam tangan serta kaki bila daun
kelor dilumatkan, hingga bisa menguriangi rasa perih karena bersifat analgesik.
Buahnya efektif bagi anti mikroba, antinflamasi, melindungi kesehatan reproduksi
kelor pula kaya akan sumber antioksidan yang baik sebab memiliki bermacam tipe
senyawa semacam asam askorbar, flavonoid, phenolic dan karotenoid.
Tingginya konsentersi asam askorbat, zat estrogen, dan β-sitosterol, besi,
kalsium, fosfor, tembaga, vitamin A, B dan C, α-tokoferol, riboflavin, nikotin,
asam folat, piridoksin, β-karoten, protein, dan khususnya asam amino esensial
semacam metionin, sistin, triptofan serta lisin terdapat dalam daun serta polong
membuatnya menjadi suplemen makanan yang nyaris sempurna. Pada penelitian
sebelumnya juga dipapakan kalau daun kelor memiliki senyawa metabolit
sekunder flavonoid, alkaloid, fenol yang pula membatasi kegiatan kuman
(Pandey, dkk. 2012). Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme di
jaringan menimbulkan reaksi pertahanan tubuh penjamu. salah satu infeksi yang
2
sering terjadi adalah infeksi jamur, seperti Candida albicans yang merupakan
flora normal dalam tubuh manusia. Infeksi Candida albicans dapat bersifat primer
maupun sekunder, tergantung faktor predisposisi dari penjamu itu sendiri.
Infeksi Candida albicans pada manusia biasanya disebut kandidiasis.
Kandidiasis terjadi di seluruh dunia dan menyerang segala usia, baik pria
maupun wanita. Candida dapat pempengaruhi area kelamin, mulut, kulit, dan
darah. Jamur merupakan salah satu pemicu infeksi pada penyakit paling utama di
negara tropis. Hawa tropis dengan kelembapan yang tinggi di Indonesia sangat
mendukung perkembangan jamur. Salah satu jamur patogen pada manusia adalah
Candida albicans. Jamur Candida albicans hidup bagaikan saprofit pada selaput
lendir mulut, vagina dan saluran pencernaan kondisi tertentu dapat menyebabkan
Candida albicans menjadi pathogen akibat melemahnya sistem kekebalan tubuh
dengan tumbuh terlalu cepat dan membebaskan zat berbahaya (Campbell et al.,
2013).
Ketika kondisi inang Candida albicans jadi lemah sebab sesuatu penyakit
semacam pneumonia ataupun bila kuman saingannya tertekan semacam
penyembuhan antibiotik yang berlanjut Candida albicans bisa menimbulkan
infeksi. Candida albicans menimbulkan suatu peradangan yang disebut
kandidiasis. Infeksi yang lebih gawat bisa menyerang jantung (endokarditis) darah
(septisemia) serta otak (meningitis) (Pelczar dan Chan, 2005). Berdasarkan uraian
dalam latar belakang perlu melakukan penelitian untuk mengetahui daya hambat
ekstrak daun kelor (moringa oleifera) sebagai antifungi Candida albicans.
3
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana ektrak daun kelor (moringa oleifera lamk) terhadap pertumbuhan
jamur Candida albicans pada konsentrasi (30%, 50% dan 75%)
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui efektivitas ekstrak daun kelor (moringa oleifera lamk) pada
pertumbuhan candida albicans
1.3.2 Tujuan khusus
Untuk mengetahui uji efektivitas ekstrak daun kelor (moringa oleifera)
terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans dengan berbagai konsentrasi yaitu
30%, 50% dan 75%.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat teoritis
Mengetahui efektivitas ekstrak daun kelor (moringa oleifera) pada
pertumbuhan Candida albicans yang tumbuh di Laboratorium Mikrobiologi
STIkes ICMe Jombang.
1.4.2 Manfaat praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini bisa jadi acuan, bahan rujukan serta dasar riset lebih lanjut
mengenai efektivitas ekstrak daun kelor (moringa oleifera) terhadap pertumbuhan
jamur Candida albicans di Laboraturium Mikrobiologi STIkes ICMe Jombang.
b. Bagi Instansi Pendidikan
4
Penelitian ini dapat dijadikan bagian penunjang pendidikan dalam praktikum
mengenai efektivitas ekstrak daun kelor (moringa oleifera) terhadap Candida
albican.
c. Bagi Masyarakat
Sebagai masukkan bagi masyarakat bahwa Candida albicans merupakan
jamur penyebab penyakit sehingga diharapkan masyarakat meningkatkan sanitasi
dan menjaga kebersihan lingkungan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelor (Moringa oleifera lamk)
2.1.1 Deskripsi/ taksonomi (tumbuhan kelor)
Kigdom : Plantae
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Brassicales
Family : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : moringa oleifera lamk.
2.1.2 Daun kelor
Daun kelor (Moringa oleifera) merupakan tumbuhan multiguna serta efektif,
daun kelor memiliki senyawa alami yang lebih banyak serta beragam
dibandingkan jenis tumbuhan yang lainnya. Tumbuhan kelor sudah diketahui
sepanjang abad sebagai tumbuhan multiguna, padat nutrisi serta berkhasiat obat.
Memiliki senyawa alami yang lebih banyak dan beragam dibanding tipe
tumbuhan lain yang terdapat. Tumbuhan kelor memiliki 46 anti oksidan kuat yang
melindungi tubuh dari radikal bebas, memiliki 18 asam amino (8 antara lain
esensial) yang diperlukan tubuh untuk membangun sel baru, 36 senyawa anti
inflamasi, serta 90 nutrisi alami seperti vitamin dan mineral. Tumbuhan kelor
6
sudah jadi salah satu herbal yang paling banyak dipelajari di Filipina, India,
Afrika, Eropa, dan Amerika Serikat (Krisnadi, 2015).
Gambar 2.1 daun kelor (moringa oleifera)
2.1.3 Manfaat daun kelor
Tanaman kelor (moringa oleifera), selain dimanfaatkan sebagai bahan pangan
juga selain bahan pengobatan karena mengandung senyawa antioksidan alami
seperti asam fenol dan flavonoid (Bhanger and Shahid, 2006). Beberapa penelitian
secara in vitro mempublikasikan pengobatan ekstrak daun dan biji (moringa
oleifera), sebagai obat herbal. Ekstrak daun dan biji (moringa oleifera)
mengandung minyak esensial dan kandungan senyawa utama sebagai antijamur
(Ping-Hsien et al., 2005). Daunnya yang kaya akan nutrisi merupakan sumber
beta karoten, vitamin C, besi, dan potassium. Umumnya masyarakat yang rajin
mengkonsumsi kelor (moringa oleifera) dapat memenuhi kekurangan gizi dalam
tubuh (Krisnadi, 2015).
2.1.4 Manfaat daun kelor
Dari kandungan yang terdapat dari daun kelor ada beberapa manfaat yang
terdapat pada daun kelor diantaranya adalah:
7
1. Anti inflamasi: Kelor memiliki fungsi penyembuhan karena memiliki
kalsium serta fosfor kandungan mineral serta vitamin sangat besar dibandingkan
dengan sayuran lainnya.
2. Menurunkan kolestrol jahat: Kelebihan kolestrol bisa memicu berbagai
penyakit, tingginya kandungan kolestrol dipicu oleh pola makan yang kurang
sehat serta ditambah faktor psikologis seperti lelah. Hormon adrenalin serta
kostisol bisa merangsang produksi kolestrol dalam tubuh daun kelor memiliki
pterigospermin yang memicu kulit sehingga bisa berperan menghangatkan badan.
Bila daun kelor dilumat serta dibalur akan mengurangi rasa perih (Krisnadi, 2015)
3. Menyembuhkan penyakit hepatitis: Hepatitis ataupun radang hati dapat
berbentuk kelinan peoses akut dan kronis hepatitis akut bila peradangan hanya
berlangsung pendek serta dianggap kronis apabila hingga lebih dari 6 bulan proses
masih terus berlangsung baik berbentuk peradangan. Hepatitis dapat berlanjut
menjadi sirosis hati, hepatoma atau karsinoma hati primer gagal hati (Wahyuni,
2013). Hepatitis dapat dipulihkan dengan ekstrak daun kelor (moringa oleifera
lmak). Daun kelor (moringa oleifera lmak) memiliki zat kimia, semacam minyak
behen, minyak terbang, emulsion, alkalorida, pahit tidak beracun serta vitamin A,
B1, B2, serta C. tidak hanya itu kelor pula memiliki lebih dari 90 nutrisi 48 tipe
antioksidan alami terbaik, mempunyai sumber serat terbaik, kandungan
betakarotine 4 kali lipat lebih besar dari wortel juga terdapat bahan minyak omega
3 dan klorofil (Wahyuni, 2013).
2.1.5 Khasiat penyembuhan daun kelor
8
Menurut Fahey (2005) Seluruh bagian dari tumbuhan kelor diketahui
mempunyai dampak pengobatan ataupun bisa menangulangi permasalahan
kesehatan berikut ini:
1. Anti-bakteri
2. Infeksi
3. Peradangan saluran kemih
4. Epstien-bar virus (EBV)
5. Herpes simplex virus (HSV-1)
6. Human Immunodeficiency Virus (HIV)
7. Cacingan
8. Trypanosomes
9. Bronchitis
10. Cidera luar ataupun borok
11. Demam
12. Hati
13. Anti-tumor
14. Prostat
15. Pelindung hati serta ginjal
16. Anti-Anemia
17. Anti- hipertensi
18. Diabet/hypogclycemia
19. Diuretik
20. Rematik
9
Begitu banyak laporan hasil riset yang menampilkan bahwa tumbuhan kelor
memanglah teruji secara ilmiah mempunyai kaisat pengobatan.
2.2 Candida albicans
2.2.1 Klasifikasi Candida albicans
Divisio : Thallophyta
Subdivisio : Fungi
Classis : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Familia : Cryptococcaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans
(Frobisher dan Fuerst’s, 1983)
2.2.2 Morfologi Candida albicans
Candida albicans merupakan jamur yang memiliki karakteristik oval atau
lonjong (yeast), dimensi 2-3x4-6µm, bertunas serta menciptakan pseudomicelium
baik dalam biakan ataupun dalam jaringan serta eksudat. Pada media agar
sabouraud yang ditaruh di temperatur kamar, membentuk koloni halus berwarna
coklat berbau semacam ragi. Bagian permukaan terdiri atas sel bertunas lonjong
serta bagian bawahnya terdiri atas pseudomiselium yang terdiri atas pseudohifa
berupa blastoconidia pada ujungnya. Ragi ini ialah flora normal selaput mukosa
yang masih hidup di saluran pernafasan ( Jawetz, et al.,1996)
2.2.3 Patogenitas Candida. Albicans
10
Berbentuk blastospora dari Candida yang tumbuh ke selaput mukosa atau
lapisan epitel kulit adalah gejala terjadi adanya infeksi, sebelum terbentuknya
pseudohifa dan filament. Penyebaran Candida albicans ke organ visceral terjadi
secara merata (Seodarmo, et al., 2008). Candida dapat masuk ke banyak organ
seperti selaput otak melalui aliran darah, selain itu faktor imunitas yang menurun
memicu cepatnya pertumbuhan jamur tersebut seperti pada pasien dengan
penderita kanker (Jawetz, et al., 1996).
2.2.4 Metode Ekstrak
Ekastraksi adalah penyairan zat yang efektif ataupun zat aktif tumbuhan obat
hewan serta sebagian tipe tercantum biota laut. Zat aktif disebut di dalam sel,
tetapi sel tumbuhan serta hewan berbeda demikian pula dengan ketebalannya,
hingga diperlukan tata cara ekstraksi serta pelarut dalam mengestraksikan
(Rusmiati, 2010). Sebagian dasar tata cara ekstraksi yang dipaparkan dalam harian
sebagai berikut:
1. Infundasi
Infundasi merupakan proses pencairan umum digunakan untuk mencari bahan
nabati yang aktif terkandung larut dalam air.
2. Maserasi
Proses ekstrakan simplisia dengan memakai pelarut dengan sebagian kali
pengadukkan agar menarik menarik zat efektif tahan pemanasan ataupun yang
tidak tahan panas. Teknologi meserasi dengan prinsip tata cara pencapaian
konsentrasi pada penyeimbang. Maserasi dicoba dalam sebagian kali pengocokan
ataupun pengadukkan pada temperatur ruangan ataupun kamar. Pengerjaan yang
lama serta penyairan kurang sempurna merupakan kerugiannya. Secara teknologi
11
tercantum ekstraksi dengan prinsip tata cara pencapaian konsentrasi pada
penyeimbang. Meserasi kinetik berarti dicoba pengulangan akumulasi pelarut
sehabis dicoba pencairan maserasi awal, serta seterusnya.
3. Prelokasi
Ekstrak dengan pelarut yang baru serta sempurna biasanya dilakukan dengan
temperatur ruang. Prinsip prekolasi merupakan menempatkan serbuk simplisia
pada suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori.
4. Refluksi
Ekstrak dengan pelarut pada temperatur buat didihannya sepanjang waktu
tertentu dalam jumlah pelarut yang terbats relative konsentrasi dengan terdapatnya
pendingin dinding biasanya penanggulangan dicoba pada proses residu awal
sampai 3-5 kali sehingga bisa tercantum proses ekstraksi sempurna.
5. Sokletasi
Ekstraksi dengan memakai pelarut yang baru biasanya dicoba dengan alat
khusus sehingga terjadi ekstrasi selanjutnya dengan jumlah pelarut yang relativ
konstan dengan adanya pendingin bilik.
2.2.5 Pengujian anti fungi
Uji anti jamur bertujuan untuk mengukur perkembangan pertumbuhan jamur
terhadap agen mikroba, sehingga tujuan dari uji ini merupakan bisa dikenal sistem
penyembuhan yang efisien serta efektif terdapat bermacam bagian uji metode
dilusi (Pratiwi, 2008).
1. Difusi Agar
Media yang dipakai adalah PDA (potato dextrose agar) dan Nutrient Agar.
Pada metode difusi ini ada beberapa metode yaitu:
12
a. Metode Kirby Bauer
Sebagian koloni jamur dari pertumbuhan 24 jam diambil disuspensikan ke
dalam 0,5 ml BHIB, diinkubasikan 5-8 jam pada 37oC. Suspensi ditambahkan
aquades steril hingga kekeruhan tertentu sesuai dengan standart konsentrasi jamur
108CFU/ml. Kapas lidi steril dicelupkan ke dalam suspensi jamur kemudian
ditekan pada didinding tabung sampai kapasnya tidak terlalu basah, kemudian
dioleskan pada permukaan media supaya rata. Kemudian diletakkan kertas Samir
(disk) yang memiliki antijamur di antaranya, diinkubasikan pada 37oC selama 18-
24 jam. Hasilnya dibaca pada Zona Radikal yaitu suatu wilayah disekitar disk di
mana pertumbuhan bakteri diukur dengan mengukur diameter dari zona radikal.
Zona radikal yaitu suatu daerah disekitar disk dimana perkembangan jamur
dihambat oleh antijamur, namun tidak dimatikan.
b. Metode Sumuran
Bebarapa koloni jamur dari perkembangan` 24 jam pada media agar diambil,
disuspensikan ke dalam 0,5 ml BHIB, diinkubasikan 5-8 jam pada 37oC. Suspensi
ditambah akuades steril sehingga kekruhan sesuai dengan standar konsentrasi
bakteri 108 CFU/ml. Kapas lidi steril dicelupkan ke dalam suspensi jamur lalu
ditekan pada dinding tabung hingga kapasnya tidak terlalu basah, setelah
dioleskan pada permukaan media agar hingga rata. Media agar dibuat sumuran
diteteskan larutan antijamur, diinkubasi pada 37oC selama 18-24 jam. Hasilnya
dibaca seperti cara Kirby Bauer.
c. Metode Pour Plate
Beberapa koloni jamur dari perkembangan 24 jam pada media supaya
diambil, disuspensikan ke dalam 0,5 ml BHIB, diinkubasikan 4-8 jam pada 37oC.
13
Susupensi ditambah akuadest steril hingga kekeruhan tertentu sesuai dengan
standart konsentrasi jamur
2. Metode dilusi
a. Dilusi cair
Metode dilakukan untuk mengukur MIC (minimum inhibitory concentration)
atau KHM (kadar hambat minimum) dan MBC (minimum bactericidal
concentration) atau KBM (kadar bunuh minumim). Caranya dengan membuat
variasi pengenceran agen antimokroba pada media cair yang ditambahkan dengan
jamur uji larutan uji agen mikroba dengan kadar terkecil digunakan sebagai KHM.
Larutan tersebut kemudian dikultur pada media cair tanpa jamur uji kemudian di
inkubsi media cair bening yang telah diinkubasi ditetapkan sebagai KBM.
b. Dilusi padat
Metode ini sama dengan metode dilusi cair namun menggunakan media
padat. Keuntungan merupakan salah satu konsentrasi media antijamur dapat
digunakan untuk menguji beberapa jamur uji (Pratiwi, 2008).
2.5.6 Faktor yang mempengarui pertumbuhan jamur Candida albicans
Jamur Candida albicans tumbuh dengan cepat pada medium agar sederhana
yang mengandung peptone, dextrose, maltose atau sucrose dan dalam media
mengandung karbohidrat yang dapat difermentasikan dan sedikit suasana aerob
dengan penambahan nitrogen yang berlebih dalam media, pseudohifa, blastospora,
dan chlamidospora pada kondisi tertentu dapat tumbuh dengan baik. (Bhavan et
al., 2010; Böttcher et al., 2016).
Selain tercukupinya nutrien, pertumbuhan dan perkembangan jamur juga
membutuhkan faktor lingkungan yang sesuai, seperti pH dan suhu. Pada pH asam
14
jamur Candida albicans tumbuh secara optimal, meskipun kondisi pH netral
pertumbuhannya juga masih baik hal ini diperlukan untuk virulensi dari jamur
Candida albicans itu sendiri. Jamur dapat tumbuh optimal dalam perbenihan pada
suhu kisaran 25˚C dan masih dapat tumbuh pada suhu 40˚C (Karam et al., 2012;
Nadeem et al., 2013; Mukaremera, 2017).
Selain itu, waktu inkubasi dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur Candida
albicans. Waktu inkubasi selama 16 jam akan diperoleh pertumbuhan maksimal
dari jamur Candida albicans dan jamur masih dapat tumbuh sampai 56 jam
pengeraman (Karam et al., 2012). Kelembaban juga juga mempengaruhi
pertumbuhan jamur Candida albicans. Penelitain Böttcher et al., (2016) bahwa
suhu 27 ° C selama 7 hari dalam kegelapan merangsang pembentukan
klamidospora jamur Candida albicans.
15
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual efektivitas ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) terhadap
pertumbuhan jamur Candida albicans
Keterangan:
Variable diteliti :
Variable tidak diteliti :
3.2 Penjelasan Kerangka Konsep
Daun kelor (Moringa oleifera lamk) adalah salah satu tanaman obat Indonesia
yang sudah lama digunakan karena tanaman daun kelor telah terbukti sebagai
Daun kelor (moringa oliefera lamk)
daun bunga
batang buah akar
ekstraksi
difusi
Candida
albicans
daya hambat
Tidak
terbentuk zona
hambat
Terbentuk zona
hambat
filtrat
Kandungan daun kelor
(moringa oliefera
lamk):
1. Tannin
2. Saponoid
3. Flavonoid
dilusi
16
bahan anti mikroba diantaranya daun, biji, bunga, akar, dan kulit kayu.
Kandungan kimia daun kelor (Moringa oleifera lamk) mengandung fenol,
flavonoid, steroid, triterpen, fenolik, dan minyak adsiri, asam anankardat dan
tatrol, saponin, tannin, alkaloid, steroid, triterpenoid dan glikosida. Berdasarkan
senyawa terdapat pada daun kelor (Moringa oleifera lamk) seperti tannin,
saponin, dan flavonoid yang telah banyak ditemukan. Daun kelor (Moringa
oleifera lmak) diambil dijadikan ekstraksi kemudian difiltrasi mengandung
senyawa tannin, saponin, dan flavonoid.
17
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
4.1.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yakni mengambarkan atau
memaparkan suatu keadaan fenomena penelitian yang ada dengan prosedur ilmiah
dalam menjawab masalah.
4.1.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan bangun eksperimental sederhana
menggunakan metode maserasi untuk membuat ekstrak daun kelor konsentrasi
30%, 50% dan 75%, bertujuan untuk mengetahui ada zona hambat terhadap
Candida albicans.
4.2 Waktu dan Tempat penelitian
4.2.1 Waktu penelitian
Penelitian ini mulai dilaksanakan di awali dari perencanaan penyusunan
laporan akhir sejak bulan Januari 2020 sampai dengan bulan Agustus 2020.
4.2.2 Tempat penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di laboraturium mikrobiologi program studi
D3 Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang Jalan Halmahera no.33 Kaliwungu
Kabupaten Jombang Propinsi Jawa Timur.
4.3 Populasi Penelitian, Sampling Dan Sampel
18
4.3.1 Sampel
Sampel disini adalah daun kelor (moringa oleifera) yang akan digunakan
dengan mengambil dari satu pohon kemudian di timbang kemudian dikeringkan
dan ditumbuk hingga halus, setelah halus ditimbang dan dilarutkan dengan etanol
selama 3 hari.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur Candida albicans
yang di peroleh dari Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya, dan untuk
sampel daun kelor (moringa oleifera) yang di ambil dari satu pohon
4.3.2 Sampling
Penelitian ini menggunakan 1 sampling pohon saja kemudian ditimbang daun
kelor (moringa oleifera) sebanyak 1000 gram keringkan selama 2 hari kemudian
ditumbuk hingga halus, timbang sebanyak 13 gram larutkan dalam etanol 96%
sebanyak 500 ml maserasi selama 3 hari lakukan pengecekan setelah 24 jam.
4.3.3 Besar sampel
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian dilakukan dengan 3 kali
pengulangan pemeriksaan, dengan menggunakan rumus (r-1) (t-1) ≥ 15
4.4 Kerangka Kerja (Frame work)
Kerangka kerja merupakan uraisn dalam melakukan penelitian dimulai dari
penentuan masalah hingga penyusunan laporan akhir:
19
4.5 Variabel Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Variabel penelitian
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini terbagai menjadi dua yaitu
variabel bebas, ekstrak daun kelor (moringa oleifera) dengan konsentrasi 30%,
50% dan 75% dan variabel terikat pertumbuhan jamur Candida albicans dengan
metode difusi cakram.
4.5.2 Definisi operasional
Definisi operasional merupakan uraian rinci variabel yang akan diteliti oleh
peneliti secara operasional di lapangan. Definisi operasional bermanfaat untuk
mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel yang akan
Penarikan kesimpulan dan saran
Penentuan
penyusunan
Jamur (candida
albicans)
Laboraturium
Mikrobologi Stikes
Icme
Jenis
penelitian Pengolahan data dan
analisis data tabulating,
editing
Penyusunan
laporan akhir
Penarikan kesimpulan
dan saran
20
diteliti serta pengembangan instrument (alat ukur), sehingga pengertian variable
yang diteliti menjadi terbatas dan peneliti lebih fokus.
Definisi operasional, instrument penelitian, cara mengukur, hasil pengukuran,
dan skala data setiap variable pada penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 4.1 Definisi Oprasional variabel penelitian
No Variable Definisi
oprasional
Hasil Metode
pengukuran
Kriteria
1 Ekstrak daun
kelor
(moringa
oleifera)
Ekstrak daun
kelor (moringa
oleifera)
merupakan
komponen aktif
yang
terkandung
dalam tanaman
dan daun kelor
(moringa
oleifera)
melalui
pengolahan
dengan pelarut
etanol 96%
Konsentrasi
ekstrak 30%,
50% dan
75%
Metode
pengukuran yang
digunakan untuk
mendapatkan
konsentrasi 30%,
50%, dan 75%
dengan
menggunakan
rumus
perhitungan
M1.V1=V2.M2
Rasio
2 Uji daya
hambat
ekstrak daun
kelor
(moringa
oleifera)
terhadap
pertumbuhan
jamur
Candida
albicans
Pertumbuhan
jamur
Positif (+)
membentuk
zona hambat
Negatif (-)
tidak
membentuk
zona hambat
Metode biakan
PDA (potato
dextrose agar)
untuk
pertumbuhan
jamur dan
mengamati ada
tidaknya daya
hambat dengan
kontrol positif
dan negatif,
pengukuran
mengunakan
pengaris mm atau
yang lain.
Nominal
21
4.6 Pengumpulan Data
4.6.1 Instrumen penelitian
Instrument penelitian merupakan alat yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data (Notoatmodjo, 2010). Pada uji efektivitas ekstrak daun kelor
(moringa oleifera) terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans mengunakan
metode difusi cakram dengan alat dan bahan yang digunakan:
1. Alat dan bahan
a. Alat:
1. Cawan petri
2. Tabung reaksi
3. Autoclave
4. Incubator
5. Pipet volume
6. Bunsen
7. Blender
8. Baker glas
9. Gelas ukur
b. Bahan:
1. Ekstrak daun kelor (moringa oleifera lamk)
2. Isolate jamur Candida albicans
3. Ethanol 96%
4. Aquadest steril
5. Alkohol
6. Media PDA
22
7. Kertas cakram
8. Antifungi tablet
4.6.3 Prosedur penelitian
a. Sterilisasi alat
Semua alat yang akan digunakan untuk penelitian sebelum digunakan harus dicuci
terlebih dahulu, kemudian dikeringkan setelah itu dibungkus dengan kertas lalu
dioven dengan suhu 180oC selama 1 jam
a. Pembuatan ekstrak daun kelor
(moringa oleifera lmak) dengan cara ekstraksi meserasi. Sebanyak 1000gram
daun kelor (moringa oleifera lamk) bersih dianginkan selama 2 hari hingga layu,
kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 50oC selama 48 jam. Daun yang
telah kering dihancurkan dengan blender sehingga diperoleh serbuk daun kelor.
Metode ekstraksi yang digunakan yaitu metode maserasi dengan pelarut etanol.
Serbuk daun kelor 13 gr dimasukkan ke dalam wadah tertutup dan direndam
etanol 96% sebanyak 500 ml selama 72 jam pada suhu kamar. Kemudian setelah
diinkubasi disaring dengan kain kasa dan kapas kemudian dipanaskan dengan
hotplate dengan suhu 60 0C sehingga diperoleh ekstrak kental dengan konsentrasi
yang efektif untuk menghambat Candida albicans.
b. Perlakuan potensi antibiotik secara difusi
Media PDA (potato dextrose agar) kurang lebih 10-15 ml dituang pada cawan
petri didiamkan sampai membeku. Kemudian biakan murni jamur 24 jam
disuspensikan dalam NaCl steril. Kemudian biakan murni diambil dan digoreskan
pada cawan petri sampai merata kertas cakram yang sudah dieramkan pada
antibiotik daun kelor (moringa oleifera lamk) yang sudah ditentukan
23
konsentrasinya (30%, 50% dan 75%) kertas cakram diletakkan pada media PDA
(potato dextrose agar) tersebut. Kemudian media tersebut diinkubasi selama 24
jam dengan suhu 37oC. Setelah 24 jam dihitung zona hambat disekitar paper disk.
c. Pembuatan media PDA (potato dextrose agar) untuk pertumbuhan jamur
Candida albicans
1) Menimbang media PDA (potato dextrose agar) sebanyak 5,85 gr
2) Memasukkan kedalam beaker glass
3) Menambahkan 150 ml aquades
4) Memindahkan ke erlenmeyer
5) Menghomogenkan dengan bantuan pemanasan dan pengandukkan
6) Menyesuaikan PH sesuai pentunjuk media (5,6±0,2) pada suhu 25oC
7) Melakukan strilisasi dengan autoclave ±121oC selama 15 menit
8) Menunggu suhu ± 50oC ( hangat kuku)
9) Menuangkan ke dalam capet atau erlenmeyer simpan kedalam kulkas
d. Pembuatan paper disk
Paper disk dibuat dengan kertas whatman, kemudian di sterilkan di oven dengan
suhu 180oC selama 1 jam.
e. Pembuatan suspensi jamur indikator
Suspensi jamur Candida. albicans dibuat dengan cara isolat khamir pada agar
miring diambil dengan menggunakan ose kemudian disuspensikan ke dalam
larutan NaCl 0,85% (b/v) lalu divortex dan disamakan kekeruhannya dengan
standar kekeruhan Mc Farland 1,0.
f. Pembuatan Standart Kekeruhan Larutan (larutan Mc farland)
24
Larutan H2SO4 0,36 N 9,95 ml dicampurkan dengan larutan BaCl22H2O 1,17%
sebanyak 0,05 ml dalam erlenmeyer. Kemudian dikocok sampai terbentuk larutan
yang keruh. Kekeruhan ini dipakai sebagai standart kekeruhan sespensi jamur uji
g. Pembuatan Konsentrasi Larutan
Cara pembuatan variasi konsentrasi ekstrak daun kelor (moringa oleifera lamk)
adalah dengan mencampurkan ekstrak kental hasil maserasi dan aquades steril
perbandingan volume ekstrak. Daun kelor (moringa oleifera) ditimbang lagi
sebanyak 13 gram dan dilarutkan dengan etanol 96% sebanyak 500ml selama 72
jam pada suhu kamar. Pemisahan residu dan filtrat dilakukan setiap 1 X 24 jam
selama 3 hari diselangi pengantian pelarut yang sama. Filtrat dikumpulkan dan
dipekatkan dengan menggunakan hot plate pada suhu 1000C dapat diperoleh
ekstrak kental. (Widyowati dkk., 2014).
V1.M1=V2.M2
25
Keterangan:
V1 = volume ekstrak daun kelor (Moringa oleifera lamk) yang digunakan
M1 = konsentrasi ekstrak daun kelor (Moringa oleifera lamk) yang akan dibuat.
V2 = volume ekstrak daun kelor (Moringa oleifera lamk) yang akan dibuat
M2 = konsentrasi ekstrak daun kelor (Moringa oleifera lamk) yang akan
diencerkan.
Tabel 4.2 Komposisi ekstrak daun kelor (Moringa oleifera lamk) dan aquadest
pada konsentrasi 30%, 50%,75% Konsentrasi (%) Jumlah Ekstrak (ml) Volume aquadest (ml)
75% 0.7 9,3 ml
50% 0,5 9,5 ml
30% 0,3 9,7 ml
1. Prosedur pengujian Uji Efektivitas Ekstrak Daun Kelor
2. Media PDA (potato dextrose agar) pada cawan petri sebanyak 10-15 ml
ditunggu sampai memadat.
3. Siapkan suspensi jamur Candida albicans
4. Menggoreskan suspensi jamur dengan menggunakan kapas lidi steril,
diratakan dan dibiarkan 5-10 menit sehingga suspensi meresap
5. Celupkan paper disk pada ekstrak daun kelor (moringa oleifera lamk) pada
konsentrasi 75%, 50%, dan 30%
6. Meletakkan kertas cakram (paper disk) dengan pinset steril atur jarak pada
paper disk.
7. Lakukan kontrol negatif: kontrol Negatif = media potato dextrose agar +
aquadest
8. Lakukan kontrol Positif : Media potato dextrose agar + suspensi bakteri
kemudian digoreskan.
26
9. Bungkus cawan petri dengan menggunakan warp, kemudian inkubasi pada
suhu 37oC selama 24 jam
10. Amati ada tidaknya zona bening pada daerah sekitar paper disk.
1. Pencatatan hasil penelitian
1. Dokumentasi penelitian
2. Pelaporan hasil penelitian
4.7 Teknik Pengolahan Dan Analisis Data
4.7.1 Teknik pengolahan data
Teknik pengolahan data yang digunakan yaitu:
a. Editing
Peninjauan ulang hasil penelitian dan pengamatan meliputi cara
b. Tabulating
Mengubah data tulis dalam bentuk table sebagai salah satu upaya dalam
mempermudah penyajian data.
c. Coding
Merupakan mengubah data dalam bentuk kalimat atau huruf menjadi angka
atau bilangan (Notoatmodjo, 2010).
Cakram 1 C1
Cakram 2 C2
Cakram 3 C3
4.7.2 Analisis data
27
Aktivitas ilmiah untuk melakukan penelitian (analisis data) dilakukan dengan
mengukur variabel, indikator masalah apaabila fakta yang terjadi tidak sesuai
dengan fakta yang diharapkan. Hasil analisis deskriftif kemudian dijadikan dasar
untuk mengambil keputusan. Analisa data dilakukan setelah diharapkan hasil
terjadi atau tidaknya daya hambat dari ekstrak daun kelor. Teknik yang digunakan
yaitu analisis data secara deskriptif.
4.7 Etika Penelitian
Pemutusan rantai penularan infeksi dari peralatan mikrobiologi merupakn
salah satu kewajiban. Setelah peneliti menggunakan alat mikrobiologi kemudian
dilakukan dekontaminasi, pencucian dan pembilasan baik secara fisik maupun
kimia. Dekontaminasi merupakan salah satu cara menghilangkan kontaminasi
dengan desinfeksi dan streilisasi. Berikut ulasannya:
1) Menggunakan alat pelindung diri
2) Merendam seluruh peralatan dengan klorin 0,5% selama 20 menit
3) Mencuci dengan larutan detergent
4) Membilas dengan air dan diangin-anginkan samppai kering
5) Mendesinfeksi dengan alkohol kemudian di autoclave. (Irma S dan
Aryati,2017)
28
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi STIKes ICMe
Jombang dengan penguajian ekstrak daun kelor (moringa oleifera) terhadap
pertumbuhan jamur Candida albicans dengan metode difusi dan ekstraksi
meserasi. Di Laboratorium ini dilengkapi dengan alat dan bahan pendukung
praktikum mikologi diantranya yang dibutuhkan yaitu alat yang digunakan untuk
penanaman jamur dengan steril, Bunsen sebagai penanaman media PDA (Potato
dextrose agar) harus steril.
5.1.2 Hasil penelitian
Pengamatan daya hambat dilakukan dengan membaca zona bening yang
terbentuk di sekeliling cakram. Hasil uji daya hambat dapat dilihat pada tabel. 5.1
Tabel 5.1 Hasil pengamatan uji efektivitas ekstrak daun kelor (moringa oleifera)
terhadap pertumbuhan jamur candida albicans No
Konsentrasi % Pengamatan
waktu (jam)
Hasil pengamatan Interpretasi hasil
1 75 3 x 24 jam Terjadi pertumbuhan
jamur
Tidak mrmbentuk
zona hambat
2. 50 3 x 24 jam Terjadi pertumbuhan
jamur
Tidak membentuk
zona hambat
3 30 3 x 24 jam Terjadi pertumbuhan
jamur
Tidak membentuk
zona hambat
4 Kontrol positif 3 x 24 jam Membentuk zona
hambat
24 mm
5 Kontrol negatif 3 x 24 jam Terjadi pertumbuhan
jamur
Tidak membentuk
zona hambat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diatas pada tanggal 13-18 juli 2020 di
Laboratorium Mikrobiologi STIKes ICMe Jombang dengan konsentrasi ekstrak
etanol daun kelor (moringa oleifera) terhadap pertumbuhan jamur Candida
29
albicans konsentrasi 30%, 50% dan 75% tidak menunjukkan adanya zona hambat
(Tabel. 5.1)
5.1.3 Pembahasan
Daun kelor (Moringa oleifera lamk) merupakan tumbuhan multiguna dapat
digunakan untuk makanan, pengobatan dan keperluan industri. Secara khusus,
daunnya bisa dimakan segar dalam salad, dimasak, atau disimpan sebagai bubuk
kering selama beberapa bulan tanpa kehilangan nilai gizinya. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa daun kelor dapat menghambat aktivitas jamur, diantaranya
jamur Candida albicans (Oluduro, 2012; Al_husnan et al., 2016; Bhagwat et al.,
2017), meskipun belum didapatkan nilai konsentrasi hambat minimum diduga
karena variasi genetik dari tanaman kelor (Al husnan et al., 2016), Krisnadi,D.
(2015). Kelor Super Nutrisi, Kelorina.Com, Blora
Hasil penelitian pada ekstrak etanol daun kelor (moringa oleifera) konsentrasi
30%, 50% dan 75% didapatkan pertumbuhan jamur Candida albicans setelah di
inkubasi selama 24 jam, hal ini di duga karena sampel penelitian hanya
menggunakan satu pohon kelor. Penelitian Al husnan et al., (2016) bahwa ekstrak
air kelor dapat menghambat aktivitas jamur Candida albicans pada kategori
sedang dan belum didapatkan nilai konsentrasi hambat minimum diduga karena
variasi genetik dari tanaman kelor. Menurut Oluduro (2012) metode pengenceran
cairan adalah cara terbaik untuk menentukan potensi nyata dari senyawa murni,
hal ini dikarenakan kelarutan merupakan persyaratan yang jelas untuk menguji
efektivitas dari organisme jamur yang di uji.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur Candida albicans
(tidak terjadi zona hambat) diantaranya pembuatan ekstrak daun kelor. Penelitian
30
Al_husnan et al., (2016), sebelum digunakan ekstrak disaring dengan sistem
filtrasi menggunakan filter membran (ukuran pori 0,45 μm). Pada penelitian
ekstrak disaring dengan kain kasa dan kapas, hal ini kemungkinan banyak filtrat
tertinggal pada kapas yang dapat menyebabkan kadar konsentrat berkurang.
Suhu inkubasi berkorelasi kuat terhadap zona hambat jamur. Penelitain
Böttcher et al., (2016), suhu 27°C selama 7 hari dalam kegelapan merangsang
pembentukan klamidospora jamur Candida albicans, suasana gelap lama akan
merangsang perubahan nilai pH, tingkat oksigen, dan ketersediaan nutrisi
sehingga memicu transisi morfologi jamur Candida albicans. Suhu lebih dari 37
˚C mempunyai daya hambat lebih besar dari pada suhu kurang dari 37˚C (Karam
et al., 2012; Nadeem et al., 2013). Hal ini dikarenakan Candida albicans memiliki
kemampuan untuk merespon kondisi lingkungan dan merubah morfologi sel
dimana tiga bentuk morfologi utama Candida albicans adalah jamur uniseluler,
pseudohyphae dan hifa (Nadeem et al., 2013). Pada penelitian suhu tidak dipantau
secara optimal, hal ini menjadi salah satu penyebab tidak terjadi zona hambat
pertumbuhan jamur Candida albicans.
Selain suhu, derajat keasaman (pH) yang sesuai merupakan faktor kritis
dalam aktivitas daya hambat Candida albicans. Penelitian Karam et al., (2012),
bahwa pada pH basa pertumbuhan jamur Candida albicans lebih kecil dari pada
pH asam, hal ini karena enzim tertentu hanya akan mengurai suatu substrat sesuai
dengan aktivitasnya pada pH tertentu. Pada penelitian pH tidak dipantau secara
optimal, hal ini juga menjadi salah satu penyebab tidak terjadi zona hambat
pertumbuhan jamur Candida albicans.
31
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Tidak terjadi zona hambat pertumbuhan jamur candida albicans pada
penelitian ini diduga karena sampel daun kelor, cara ekstrak daun kelor,
pemantauan suhu inkubasi dan pengukuran pH kurang memenuhi syarat.
6.2 Saran
Bagi peneliti selanjutnya untuk penelitian menggunakan lebih dari satu pohon
kelor dan memperhatikan faktor teknis mulai dari pre analitik, analitik sampai
post analitik karena hal ini dapat mempengaruhi hasil penelitian.
32
DAFTAR PUSTAKA
Al_husnan, L. A. dan Alkahtani, M. D. F. 2016. “Impact of Moringa aqueous
extract on pathogenic bacteria and fungi in vitro,” Annals of Agricultural
Sciences, 61, hal. 247-250.
Anggarani, MA., Baktir, A., Wahyuningsih, SPA. 2014. Identifikasi protein
spesifik biofilm Candida albicans sebagai target penentu protein spesifik
antigenik. Prosiding Seminar Nasional Kimia. Pp. 49-60.
Bhagwat, K., Amar, L., Sourabh, J. 2017. Antifungal activity of petrolium and
ethanol extract of Moringa oleifera leaves against Candida albicans and
Aspergillus niger. Asian Journal of Research in Biological and
Pharmaceutical Sciences. 5(2), hal. 86-90.
Bhanger MI and Shahid I. 2006. Effect season and productions locations on
antioxidant activity of moringa oleifera leaves grown in Pakistan. Journal
of food Compositions and analysis. Vol (19): 554-551.
Bhavan, P. S., Rajkumar, R., Radhakrishnan, S., Seenivasan, C., dan Kannan, S.
2010. Culture and Identification of Candida Albicans from Vaginal Ulcer
and Separation of Enolase on SDS-PAGE. International Journal of
Biology, 2 (1), hal.84-93.
Böttcher, B., Pöllath, C., Staib, P., Hube, B., dan Brunke, S. 2016. Candida
species rewired hyphae developmental programs for chlamydospore
formation. Frontiers in Microbiology, 7, hal.1-17.
Campbell, C. K. dan Johnson, E. M. 2013. Identification of pathogenic fungi. John
Wiley dan Sons.
Cappucino, J. G., dan Sherman, N. 2013, Manual laboratorium
mikrobiologi. Edisi 8. Jakarta: EGC. Hal, 111, 112-11.
Dhayanti, P.Y. Aneke., Trisunuwati, P., Murwani, S. 2012. Efek antimikroba
ekstrak n- Heksana daun kelor (Moringa oleifera Lamk.) terhadap
Esherichia coli secara in vitro. Journal of pure an applied sciences, . 3(1) ,
hal.43-48.
Endah, T., Winanta, T., dan Susantina, S. 2006. Hubungan antra sifat dan
metabolit Candida sp dengan Patogenitas Kandidiasis. JKM, 6 (1), hal 52-
67.
Fahey, J. 2005. Moringa oleifera: a Review of the Medical Evidence for its
Nutritional, Therapeutic, and Prophylactic Properties. Part 1., “Trees for
life Journal.
Forbisher and Fuerst’s. 1983. Microbiology in Health and Disease, 15th edition,
Igaku Shoin, Sounders International Edition. Hal 560-566
Jawetz, E., Melnick, J., dan Adelberg, E. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi
20. Jakarta: EGC hal 213
Karam El-Din, A.-Z. A., Al-Basri, H. M., dan El-Naggar, M. Y. 2012. Critical
factors affecting the adherence of Candida albicans to the vaginal
epithelium. Journal of Taibah University for Science, 6, hal.10-18.
33
Kurniawan, D. 2015 “Uji aktivitas antijamur ekstrak etanol daun kelor (Moringa
oleifera Lamk.) terhadap Candida albicans secara in vitro,” Tesis.Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak.
Krisnadi, A.D. 2015. Kelor Super Nutrisi, Moringa oleifera. Com, Blora
Mukaremera, L., Lee, K. K., Mora-Montes, H. M., dan Gow, N. A. R. 2017.
Candida albicans yeast, pseudohyphal, and hyphal morphogenesis
differentially affects immune recognition. Frontiers in Immunology, 8,
hal.1-12.
Nadeem, S. G., Shafiq, A., Hakim, S. T., Anjum, Y., dan U. Kazm, S. 2013.
Effect of Growth Media, pH and Temperature on Yeast to Hyphal
Transition in Candida albicans. Open Journal of Medical Microbiology, 3,
hal. 185-192
Notoadmodjo, S. 2013. Metodology Penelitian Kesehatan, Jakarta.PT,Rineka
Cipta. Hal 85
Nurcahyati, E. 2014. Khasiat Dahsyat Daun Kelor. Jakarta: Jendela Sehat.
Nursalam, 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis
Edisi 3. Jakarta. Salemba Medika .
Nuryanti, S., Mustapa, K., dan Sudarmo, I. G. 2016. Uji daya hambat ekstrak
buah kelor (Moringa oleifera Lamk) terhadap pertumbuhan jamur Candida
albicans. Jurnal Akademika Kimia, 5(4), 178-184.
Oluduro, A. O. 2012. “Evaluation of antimicrobial properties and nutritional
potentials of Moringa oleifera Lam. leaf in South-Western Nigeria,”
Malaysian Journal of Microbiology. 8(2), hal. 59-67
Pandey, A., Pandey, R. D., Tripathi, P., Gupta, P. P., Haider, J., Bhatt, S., dan
Singh, A. V. 2012. Moringa oleifera Lam. Sahijan)-A Plant with a
Plethora of Diverse Therapeutic Benefits: An Updated Retrospection.
Medicinal and Aromatic Plants, 1(1), 1-8.
Patel, P., Patel, N., Patel, D., Desai, S., dan Meshram, D. 2014. Phytochemical
analysis and antifungal activity of Moringa oleifera. International Journal
of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 6(5), 144-147.
Pelczar, MJ., dan Chan, ECS. 2015. Dasar mikrobiologi. Jakarta: Press.
Ping-Hsien C, Chi-Wei L, Jia-Yang C, Murugan M, Bor-Jinn S, dan Hueih-Min
C. 2007. Antifungal activity of crude extracts and essential oil of Moringa
oleifera. Bioresource tech. 98:232-236
Pratiwi, A. P. 2016. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Singkong (Manihot
esculenta Crantz.) terhadap Shigella sp. Jurnal Kesehatan, 7(1), 161-164.
Rusmiati. 2010. Pengaruh metode ekstrak terhadap aktivitas antimikroba Ekstrak
Metanol Daun Mimba,” Skripsi . Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin
Makasar
Soedarmo, S.H. 2008. Buku ajar infeksi dan pediatri tropis. Edisi 2. IDAI.
Jakarta. Hal 79-84
Syahruramadhan, M., Yanti, N. A. dan Darlian, L. 2016. Aktivitas anti-jamur
ekstrak daun kelor (Moringa oleifera Lamck.) dan daun kirinyuh
(Chromolaena odorata L.) terhadap Candida albicans dan Aspergillus
flavus,” Jurnal AMPIBI, 1 (2), hal.7-12
34
Utami, Praptiningtyas. 2013. The Miracel of herbs. Edisi ke-1 Jakarta: Agromedia
Pustaka.
Wahyuni, S., Asrikan, M. A., Sabana, M. C. U., Sahara, S. W. N., Murtiningsih,
T., dan Putriningrum, R. (2013). Uji Manfaat Daun Kelor (Moringa
aloifera Lamk) Untuk Mengobati Penyakit Hepatitis B. Jurnal Kesehatan
Kusuma Husada. Hal 100-103
Widowati, I., Efiyati, S., dan Wahyuningtyas, S. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Daun Kelor (moringa oleifera) terhadap Bakteri Pembusuk Ikan
Segar (Pseudoonas Aeruginosa). Pelita-Jurnal Penelitian Mahasiswa
UNY, 9(02). Hal 146-157
35
Lampiran 1
Kontrol positif (+) Kontrol negatif (-)
Konsentrasi 30% Konsentrasi 50%
Konsentrasi 75%
Perendaman ekstrak dengan etanol
36
Pembuatan ekstrak Pembuatan konsentrasi
Lampiran 2
37
Pengambilan jamur
Penanaman jamur
Penanaman cakram
Sterilisasi alat
Streilisasi media
Jamur candida albicans
Penghalusan ketoconazole
38
Isolat candida albicans
39
40
41
42
43