kata pengantar - bi.go.id · kata pengantar kata pengantar ... c. ekspor - impor 10 1.3 sisi...
TRANSCRIPT
Pertama-tama kam
atas rahmat dan hidayah-
Triwulan I 2013 dapat dise
disusun untuk memenuhi
internal yang berkaitan de
pembayaran di Jawa Timur
Analisa pada kajian
Provinsi Jawa Timur didasa
pihak seperti perbankan da
swasta. Atas seluruh bant
kasih yang sebesar-besarny
ini dapat lebih ditingkatk
masukan dan saran unt
memberikan kemanfaatan
Semoga Tuhan Y
kemudahan kepada kita
peningkatan kesejahteraan
umumnya.
i
KATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTAR
mi panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan
-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional Provi
iselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian
hi kebutuhan informasi bagi stakeholders eks
dengan perkembangan perekonomian, perban
ur baik pada triwulan dimaksud maupun prospe
ian ini menggambarkan perkembangan pereko
sarkan pada data dan informasi yang diperole
dan instansi di lingkungan pemerintah daerah,
ntuan tersebut kami mengucapkan pengharga
nya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang
tkan di masa yang akan datang. Kami juga
ntuk lebih meningkatkan kualitas kajian s
n yang maksimal.
Yang Maha Pemurah selalu memberikan
a semua dalam memberikan kontribusi yan
n masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan
Surabaya, 8 Mei
KEPALA PERWAKILAN BAN
WILAYAH IV (JAWA
Mohamad Isha Direktur Ekseku
n Yang Maha Esa
vinsi Jawa Timur
ian triwulanan ini
ksternal maupun
nkan dan sistem
ek ke depan.
konomian daerah
leh dari berbagai
, BUMN maupun
gaan dan terima
g terjalin selama
a mengharapkan
sehingga dapat
kekuatan dan
ng terbaik bagi
n Indonesia pada
2013
ANK INDONESIA
A TIMUR)
hak kutif
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GRAFIK iv
RINGKASAN EKSEKUTIF ix
INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR xiii
INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR xiv
DAFTAR ISTILAH xv
DAFTAR SINGKATAN xviii
BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1
1.1 KONDISI UMUM 1
1.2 SISI PERMINTAAN 3
a. Konsumsi 4
b. Investasi 7
c. Ekspor - Impor 10
1.3 SISI PENAWARAN 13
a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 15
b. Sektor Industri Pengolahan 17
c. Pertanian 18
d. Keuangan, Persewaan dan Jasa 20
e. Bangunan 21
f. Pengangkutan dan Komunikasi 22
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 26
2.1 KONDISI UMUM 26
2.2 INFLASI BULANAN (mtm) 27
2.3 INFLASI TRIWULAN (qtq) 39
2.4 INFLASI TAHUNAN (yoy) 44
2.5 INFLASI MENURUT KOTA 45
2.6 DISAGREGASI INFLASI 48
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN &SISTEM PEMBAYARAN 43
3.1 PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM 44
3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF 46
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) 47
3.1.3. KREDIT 49
3.1.4 KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) 52
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN 69
3.2.1. RISIKO KREDIT 70
DAFTAR ISI
3.3 PERBANKAN SYARIAH 72
3.4 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 75
3.5 BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA 77
3.6 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 82
3.6.1 TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI 82
a. Aliran Uang Masuk/Keluar (inflow/Outflow) 82
b. Uang Kartal Tidak Layak Edar 84
3.6.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI 85
a. Transaksi RTGS (Real Time Gross settlement) 85
b. Transaksi Kliring 87
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 89
4.1 UMUM 89
4.2 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR 89
4.2.1 Pendapatan Daerah 90
4.2.2 Belanja Daerah 91
4.3 EVALUASI REALISASI APBD 93
BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 95
5.1 UMUM 95
5.2 KETENAGAKERJAAN 95
5.2.1 Data Ketenagakerjaan Jawa Timur 95
5.2.2 Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) 99
5.3 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN 100
5.3.1 Kesejahteraan Petani 100
5.3.2 Kesejahteraan Nelayan 102
5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR 103
BAB 6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA 107
6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR 107
6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR 108
6.3 PROSPEK PERBANKAN JAWA TIMUR 108
6.4 PROSPEK EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2013 109
6.5 PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2013 110
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Provinsi Jawa Timur 3
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Jawa Timur Sisi Penawaran 13
Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian 18
Tabel 2.1 Inflasi Triwulan IV Tahun 2012 & Triwulan I 2013 di Jawa Timur (mtm) 26
Tabel 2.2 Perbandingan 10 Besar Inflasi & Deflasi Tertinggi Jatim vs Nasional 32
Tabel 2.3 Perbandingan 10 Besar Inflasi & Deflasi Tertinggi Jatim vs Nasional 35
Tabel 2.4 Perbandingan 10 Besar Inflasi & Deflasi Tertinggi Jatim vs Nasional 37
Tabel 2.5 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq) 40
Tabel 2.6 Penyerapan Bulog di Kawasan Jawa 43
Tabel 2.7 Perkembangan Produksi dan Konsumsi Sentra Produksi di Kawasan Jawa 43
Tabel 2.8 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang 44
Tabel 2.9 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur (%yoy) 46
Tabel 2.10 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan I - 2013 (%yoy) 47
Tabel 2.11Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan I-2013
(%yoy)47
Tabel 2.12 Perkembangan Kapasitas Utilisasi Industri Pengolhan 51
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan ( Bank Umum & BPR ) di Jawa Timur 55
Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur 56
Tabel 3.3 Perkembangan NPL per Kelompok Bank 70
Tabel 3.4 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur 75
Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat Di Surabaya 79
Tabel 3.6 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow) Kantor Bank Indonesia 83
Tabel 3.7 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw.I - 2013 87
Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Daerah Prop. Jatim Triwulan I - 2013 (Juta Rupiah) 90
Tabel 4.2 Anggaran Belanja Daerah Prov.Jatim Triwulan I - 2013 (Rp juta) 91
Tabel 4.3 Realisasi Belanja Daerah Prov.Jawa Timur Triwulan I - 2013 93
Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2008 - 2012) (dalam ribuan) 96
Tabel 5.2 Survei Kegiatan Dunia Usaha SKDU Jawa Timur 100
Tabel 5.3 Daya beli per kapita petani & nelayan 103
Tabel 5.4 Garis Kemiskinan, Jumlah & Presentase Penduduk Miskin Menurut Daerah 105
Tabel 6.1 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Resiko 109
DAFTAR TABEL
Grafik 1.1 Kontribusi PDRB Sektoral Prov. Jawa Timur 2
Grafik 1.2 Kontribusi PDRB Sisi Permintaan Prov. Jawa Timur 2
Grafik 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Prov. Jawa Timur 3
Grafik 1.4 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur 3
Grafik 1.5 Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur 4
Grafik 1.6 Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur 4
Grafik 1.7 Indeks Penjualan Eceran 5
Grafik 1.8 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 5
Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Konsumsi 6
Grafik 1.10 Dana Simpanan Perbankan Perorangan 6
Grafik 1.11 Indeks keyakinan Konsumen Wilayah Jawa Timur 6
Grafik 1.12 Survei Konsumen Keyakinan Konsumen 7
Grafik 1.13 Survei Konsumen - Kondisi Erkonomi Saat ini 7
Grafik 1.14 Perkembangan PMTB 7
Grafik 1.15 InfraStruktur Transportasi Jawa Timur 7
Grafik 1.16 Infrastruktur Pendukung Sektor Industri Pengolahan 7
Grafik 1.17 Perkembangan Jumlah Proyeksi Investasi 8
Grafik 1.18 Perkembangan Nilai Proyek Investasi 8
Grafik 1.19 Perkembangan Kredit Investasi 9
Grafik 1.20 Perkembangan Volume Penjualan semen 10
Grafik 1.21 Perkembangan Impor Barang Modal 10
Grafik 1.22 Perkembangan Kinerja Ekspor Jatim 11
Grafik 1.23 Perkembangan Kinerja Ekspor Luar negeri Jatim 11
Grafik 1.24 Perkembangan Nilai Ekspor per Jenis Barang 11
Grafik 1.25 Pertumbuhan Ekspor per jenis barang 11
Grafik 1.26 Perkembangan Nilai Ekspor 11
Grafik 1.27 Perkembangan Nilai Impor 11
Grafik 1.28 Nilai Impor per Jenis Barang 12
Grafik 1.29 Pertumbuhan Impor per jenis Barang 12
Grafik 1.30 Pertumbuhan tiga sektor utama 12
Grafik 1.31 Pertumbuhan Sektor pendukung 12
Grafik 1.32 Pertumbuhan Sektor pendukung 13
Grafik 1.33 Utilisasi kapasitas produksi 14
Grafik 1.34 Utilisasi kapasitas produksi sektoral 14
Grafik 1.35 Indeks realisasi Usaha 14
Grafik 1.36 Indeks realisasi Usaha Sektoral 14
Grafik 1.37 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim 15
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.38 Lama Tinggal tamu di Hotel Berbintang di Jatim 15
Grafik 1.39 Jumlah Wisatawan Asing Melalui bandara Juanda 16
Grafik 1.41 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan 17
Grafik 1.42 Pertumbuhan Produksi Pengolahan 17
Grafik 1.43 Perkembngan Pertumbuhan Impor barang Bahan Baku 17
Grafik 1.44 Konsumsi Listrik Golongan industri 17
Grafik 1.45 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi 19
Grafik 1.46 Luas Lahan Tanam dan PanenJagung di Jatim 19
Grafik 1.47 Luas Lahan Puso di Jatim 19
Grafik 1.48 Pertumbuhan Kredit & DPK Perbankan Jatim 20
Grafik 1.49 Perkembngan NIM Perbankan Jatim 20
Grafik 1.50 Perkembangan Fee Based Incame 20
Grafik 1.51 Perkembangan Interest Based Income 20
Grafik 1.52 Perkembangan Pendapatan Biaya Operasional Bank Umum 20
Grafik 1.53 Pertumbuhan Sektor Pendukung 21
Grafik 1.54 Volume Penjualan semen di jatim 21
Grafik 1.55 Rata-Rata Pembangunan Properti Residensial 21
Grafik 1.56 Rata-Rata Penjualan Properti Residensial 21
Grafik 1.57 Arus Penumpang di Tanjung Perak 22
Grafik 1.58 Arus Barang di tanjung Perak 22
Grafik 1.59 Penumpang Domestik di Bandara Juanda 23
Grafik 1.60 Penumpang Internasional di Bandara Juanda 23
Grafik 2.1 Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) 25
Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Jawa Timur 25
Grafik 2.3 Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy) 25
Grafik 2.4 Rata-Rata Inflasi per Kelompok Barang (mtm) 27
Grafik 2.5 Inflasi Januari 2013 per Kelompok Barang 27
Grafik 2.6 Inflasi Februari 2013 per Kelompok Barang 27
Grafik 2.7 Inflasi Maret 2013 per Kelompok Barang 27
Grafik 2.8 Perbandingan Inflasi per Kelompok Barang 29
Grafik 2.9 Inflasi per Kelompok Barang (dalam %) 29
Grafik 2.10 Perkembangan - Disagregasi Inflasi (mtm) Jawa Timur 30
Grafik 2.11 Disagregasi Inflasi (mtm) Jawa Timur 30
Grafik 2.12 Inflasi Kelompok Volatile Food 31
Grafik 2.13 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan 31
Grafik 2.14Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
(mtm) 31
Grafik 2.15Sub Kelompok Bahan Makanan yang mengalami Inflasi Tertinggi
pada Januari 2013 (mtm) 31
Grafik 2.16 Inflasi Bulanan (mtm) per Kelompok Barang 33
Grafik 2.17 Perbandingan Inflasi per Kelompok Barang (mtm) 33
Grafik 2.18 Perbandingan - Disagregasi Inflasi (mtm) 34
Grafik 2.19 Disagregasi Inflasi (mtm) 34
Grafik 2.20 Perbandingan Inflasi per Kelompok Barang 35
Grafik 2.21 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan 37
Grafik 2.22 Disagregasi Inflasi (mtm) Jawa Timur 37
Grafik 2.23 Perkembangan Inflasi Kelompok Volatile Food (mtm) 37
Grafik 2.24 Inflasi Sub Kelompok Hortikultura (mtm) 37
Grafik 2.25 Inflasi Sub Kelompok Hortikultura (yoy) 38
Grafik 2.26 Inflasi Sub Kelompok Daging (mtm) 38
Grafik 2.27 Inflasi Sub Kelompok Daging (yoy) 39
Grafik 2.28 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan 39
Grafik 2.29 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan Tw. IV-2012 & Tw.I-2013 39
Grafik 2.30 Pergerakan Harga Beras di Surabaya 39
Grafik 2.31 Pergerakan Harga Beras Internasional 40
Grafik 2.32 Luas Panen dan Produksi Padi Prov. Jawa Timur 41
Grafik 2.33 Produksi vs Harga Beras Kawasan Jawa 41
Grafik 2.34 Pasokan Beras di Kawasan Jawa 41
Grafik 2.35 Inflasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok Tahun 2012 - 2013 41
Grafik 2.36 Inflasi (yoy) Kelompok Makanan Jadi, Minuman & Tembakau 42
Grafik 2.37Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun 2012 - 2013 42
Grafik 2.38 Inflasi (yoy) Kelompok Makanan Jadi, Minuman & Tembakau 42
Grafik 2.39 Perbandingan Inflasi Year on Year (yoy) 7 kota di Jawa Timur 42
Grafik 2.40 Inflasi Jatim per Komponen (yoy) 42
Grafik 2.41 Perbandingan Inflasi Jatim & Rata-Ratanya (yoy) 42
Grafik 2.42 Perbandingan - Disagregasi Inflasi Jawa Timur 49
Grafik 2.43 Disagregasi Inflasi (mtm) Jawa Timur 49
Grafik 2.44 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 50
Grafik 2.45 Perkembangan Capacity Utilization 50
Grafik 2.46 Perkembangan Harga Minyak Internasional 50
Grafik 2.47 Perkembangan Harga CPO 50
Grafik 2.48 Perkembangan Batu Bara 51
Grafik 2.49 Perkembangan Harga Karet 51
Grafik 2.50 Perkembangan Komponen Inflasi Inti 52
Grafik 2.51 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable 52
Grafik 2.52 Perkembangan Inflasi Inti - Exclude Gold Price 52
Grafik 2.53 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable - Food & Non Food 53
Grafik 2.54 Perkembangan Inflasi Inti - Exclude Gold Price 53
Grafik 2.55 Perkembangan Inflasi Traded - Konstruksi dan Non Kontruksi 53
Grafik 2.56 Perkembangan Inflasi Non Traded - Konstruksi dan Non Konstruksi 53
Grafik 2.57 Indeks Keyakinan & Ekspetasi Konsumen 54
Grafik 2.58 Indeks Ketepatan Waktu Membeli Barang Tahan Lama 54
Grafik 2.59 Kapasita Produksi Terpakai & Kegiatan Usaha 54
Grafik 2.60 Eksktasi Harga yang Akan Datang 54
Grafik 3.1 Perkembangan LDR 45
Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank 45
Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy) 46
Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq) 46
Grafik 3.5 Perkembangan Total Aset Bank Umum 46
Grafik 3.6 Proporsi Aset Bank Umum 46
Grafik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y) 47
Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y) 48
Grafik 3.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq) 48
Grafik 3.10 Perkembangan DPK per Jenis Simpanan 48
Grafik 3.11 Komposisi DPK Bank Umum (%) 48
Grafik 3.12 Perbandingan Suku Bunga Simpanan - BI Rate 48
Grafik 3.13 Pertumbuhan Kredit (yoy) 49
Grafik 3.14 Pertumbuhan Kredit (qtq) 49
Grafik 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 50
Grafik 3.16 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank 50
Grafik 3.17 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan(y-o-y) 51
Grafik 3.18 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (q-t-q) 51
Grafik 3.19 Proporsi Kredit Sektoral 51
Grafik 3.20 Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy) 52
Grafik 3.21 Perbandingan Suku Bunga Kredit & BI Rate 52
Grafik 3.22 Perkembangan Kredit UMKM 53
Grafik 3.23 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank 53
Grafik 3.24 5 Besar Provinsi Penyalur KUR 55
Grafik 3.25 Perkembangan Penyaluran KUR di Jatim 55
Grafik 3.26 Perkembangan NPL Bank Umum 57
Grafik 3.27 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan 57
Grafik 3.28 Sektor dengan Penyaluran Kredit Terbesar (Juta Rupiah) 57
Grafik 3.29 Perkembangan indikator Perbankan Syariah (qtq) 58
Grafik 3.30 Perkembangan indikator Perbankan Syariah (yoy) 58
Grafik 3.31 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jatim 59
Grafik 3.32 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy) 59
Grafik 3.33 Perkembangan Pembiayaan Syariah per jenis pengunaan 59
Grafik 3.34 Pangsa Pembiayaan Syariah per jenis pengunaan 60
Grafik 3.35Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio
(FDR) Perbankan Syariah di Jawa Timur 62
Grafik 3.36 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-yoy) 62
Grafik 3.37 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-qtq) 62
Grafik 3.38 Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan (yoy) 63
Grafik 3.39 Proporsi Kredit BPR PerJenis Penggunaan 63
Grafik 3.40 Perkembangan LDR & NPL BPR 64
Grafik 3.41 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy) 64
Grafik 3.42 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) 65
Grafik 3.43 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya 65
Grafik 3.44Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di
Surabaya (qtq) 66
Grafik 3.45Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di
Surabaya (qtq) 66
Grafik 3.46 Proporsi Kredit Perjenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya 66
Grafik 3.47 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di Surabaya 69
Grafik 3.48 Perkembangan Arus Uang Tunai (inflow - out flow) dalam juta rupia 69
Grafik 3.49 Perkembangan Net Flow Jawa Timur 69
Grafik 3.50 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) 70
Grafik 3.51 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur 71
Grafik 3.52 Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur 71
Grafik 3.536 Kota Dengan Aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw I -
2013 71
Grafik 3.546 Kota Dengan Aktivitas Transaksi Incoming RTGS Terbesar Tw I
2013 73
Grafik 3.55 Perkembangan Transaksi Kliring di Jatim 73
Grafik 3.56 Tolakan Transaksi Kliring di Jatim 88
Grafik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Jatim 90
Grafik 4.2 Komposisi Pendapatan Asli Daerah Prov. Jatim 91
Grafik 4.3 Komposisi Belanja Tidak langsung Prov. Jatim 92
Grafik 4.4 Komposisi Belanja Langsung Prov. Jatim 92
Grafik 5.1 Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral 92
Grafik 5.2 Penyerapan Tenaga Kerja 86
Grafik 5.3 Komposisi Tenaga Kerja Formal 86
Grafik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal 86
Grafik 5.5 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama 88
Grafik 5.6 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral 88
Grafik 5.7 NTP Nasional & Jawa Timur 91
Grafik 5.8 NTP dan Pertumbuhan (Nasional & Jatim) 91
Grafik 5.9 lt Serta Pertumbuhan Nasional & Jatim 91
Grafik 5.10 lb dan Pertumbuhanan Nasional & Jatim 91
Grafik 5.11 NTN Nasional & Jawa Timur 92
Grafik 5.12 NTN Serta Pertumbuhan (Nasional & Jatim) 92
Grafik 5.13 Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur (%) 93
Grafik 6.1 Indeks Ekspetasi Konsumen (IEK) 107
Grafik 6.2 Indeks Ekspetasi Penghasilan 107
Grafik 6.3 Estimasi realisasi usaha Tw.II-2013 108
Grafik 6.4 Esttimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw.II-2013 108
Grafik 6.5 Ekspetasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Surabaya 109
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan I-2013
x
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
RINGKASAN RINGKASAN RINGKASAN RINGKASAN EKSEKUTIFEKSEKUTIFEKSEKUTIFEKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)
TRIWULAN ITRIWULAN ITRIWULAN ITRIWULAN I –––– 2012012012013333
AssesmenAssesmenAssesmenAssesmen Perkembangan Makro EkonomiPerkembangan Makro EkonomiPerkembangan Makro EkonomiPerkembangan Makro Ekonomi
Pada triwulan I-2013, perekonomian Jawa Timur (Jatim)
triwulan IV-2012 tumbuh 6,62% (yoy) sedikit lebih rendah
dari perkiraan KPwBI Wilayah IV (Jawa Timur) sebelumnya
yang berada pada kisaran 7,00% - 7,25% (yoy). Kinerja
ekonomi Jatim mengalami perlambatan dibandingkan
triwulan sebelumnya yaitu sebesar 7,09% (yoy). Namun
demikian, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada periode
laporan masih berada pada level yang lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat
sebesar 6,02%.
Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan
investasi swasta (Pembentukan Modal Tetap Bruto – PMTB)
menjadi sumber pendorong pertumbuhan. Meningkatnya
kegiatan konsumsi rumah tangga Jatim utamanya didorong
oleh belanja kelompok non makanan terutama pembelian
barang tahan lama sejenis barang elektronika dan kendaraan
bermotor. Selain itu, adanya kenaikan Upah Minimum Kota
(UMK) di awal tahun dan tersedianya berbagai alternatif
sumber pembiayaan dengan suku bunga kompetitif turut
berkontribusi pada meningkatnya daya beli kelompok low
income, khususnya pada jenis belanja produk transportasi dan
komunikasi. Masih tingginya minat investor asing melalui
Penanaman Modal Asing (PMA) turut mengkonfirmasi relatif
stabilnya kinerja investasi Jatim di atas level 8% (yoy).
Sementara itu ditinjau dari sisi penawaran, sektor
Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR), sektor Industri
Kinerja ekonomi Jatim mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 7,09% (yoy)
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan I-2013
xi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
Pengolahan dan sektor Pertanian masih menjadi sektor utama
pendorong pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Ketiga
sektor tersebut, secara berurutan menyumbang pertumbuhan
ekonomi masing-masing sebesar 2,96%, 1,24% dan 0,33%.
Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan
sektor Pertanian sedikit meningkat, yaitu dari 1,95% (yoy)
menjadi 1,96%.
.
Assesmen Inflasi
Tekanan inflasi IHK di sepanjang triwulan I-2013 mengalami
tekanan cukup tinggi sehingga secara tahunan mencapai 6,75%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan nasional (5,90%). Secara
triwulanan, inflasi di Jatim mencapai 2,87% (qtq), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya (0,91% - qtq) serta inflasi
nasional (2,98% - qtq).
Pasca pelaksanaan pengendalian kebijakan hortikultura oleh
Pemerintah, tingkat harga komoditas pada kelompok ini mengalami
kenaikan harga, khususnya sub kelompok bumbu-bumbuan, buah-
buahan dan sayur-sayuran. Dengan adanya panen padi pada
triwulan ini, tingkat harga kelompok ini relatif stabil, namun
tekanan inflasi komoditas hortikultura secara keseluruhan
mendorong kenaikan harga kelompok bahan makanan hingga
mencapai 14,98% (yoy). Selanjutnya, sebagai dampak lanjutan dari
kenaikan harga bahan makanan maka tingkat harga pada
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pun
meningkat 1% lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2012.
Meningkatnya ekspektasi pelaku usaha pasca penetapan
Upah Minimum Kota (UMK) dan Tarif Tenaga Listrik (TTL) di awal
tahun turut mempengaruhi level harga pada kelompok lainnya
meliputi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
(4,75% - yoy), kelompok kesehatan (3,10%) serta kelompok
pendidikan, rekreasi dan olahraga (4,50%) dengan rata-rata
peningkatan masih di bawah 1%. Dari 7 (tujuh) kelompok, hanya
sandang yang mengalami penurunan tekanan inflasi dari level
Kenaikan IHK di 7 (tujuh) kota pada periode laporan mengalami peningkatan sehingga secara tahunan mencapai 6,75%.
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan I-2013
xii
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
4,53% (yoy) menjadi 1,72%. Melemahnya harga emas dunia turut
mempengaruhi harga emas perhiasan lokal sehingga secara
keseluruhan menyebabkan inflasi pada kelompok sandang
melemah.
Berdasarkan faktor-faktor penyebabnya (disagregasi),
meningkatnya tekanan inflasi terutama didorong oleh kenaikan
harga pada kelompok volatile food (20,32% - yoy). Melampaui
rata-rata inflasi dalam 5 (lima) tahun terakhir, sebagaimana
diuraikan sebelumnya berkurangnya pasokan di tengah masih
minimnya produksi/panen dalam negeri turut mempengruhi level
harga kelompok ini. Selanjutnya, tekanan inflasi pada kelompok
administered price sedikit meningkat didorong oleh kenaikan harga
pada sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air sebagai
respon atas kebijakan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) di awal
tahun. Penurunan harga emas perhiasan turut mempengaruhi
inflasi kelompok core inflation yang tertahan pada level
4,54% (yoy).
Assesmen Perbankan
Pada Triwulan I - 2013, kinerja perbankan di Jawa Timur
baik bank umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih
menunjukkan perkembangan yang positif. Secara tahunan (yoy)
aset perbankan (bank umum dan BPR) tumbuh sebesar 19,18%
hingga mencapai Rp 370,9 triliun, kredit tumbuh cukup tinggi
sebesar 27,03% hingga mencapai angka Rp 251,4 triliun dan Dana
Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar 13,94% menjadi Rp 292,8
triliun. Pertumbuhan aset dan DPK secara tahunan sedikit
melambat, sedangkan kredit tumbuh lebih ekspansif dibandingkan
triwulan sebelumnya.
Sementara fungsi intermediasi perbankan yang tercermin
dari angka LDR (Loan to Deposit Ratio) bank umum dan BPR
tercatat sebesar 85,86%, meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 84,56%. Hal tersebut
menunjukan peran perbankan dalam menopang perekonomian
Kinerja perbankan di Jawa Timur bank umum dan BPR menunjukkan perkembangan yang positif.
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan I-2013
xiii
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
Jawa Timur, dengan risiko kredit yang masih cukup baik di level
2,29%.
Prospek Ekonomi, Inflasi dan Perbankan Tw II 2013
Pada triwulan II-2013, pertumbuhan ekonomi Jatim
diproyeksikan tumbuh pada rentang pertumbuhan 6,90%–
7,10% (yoy). Perekonomian Jawa Timur triwulan ini
diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencatat pertumbuhan pada level 6,62%
(yoy).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian
Jawa Timur masih ditopang oleh tingkat konsumsi
masyarakat, sebagaimana tercermin pada hasil survei
konsumen. Pertumbuhan konsumsi periode ini didorong oleh
tibanya tahun ajaran baru pada akhir triwulan. Namun
pertumbuhan ini diwarnai kekhawatiran akan kebijakan
pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang
berpotensi menekan daya beli masyarakat pada triwulan II
2013. Komponen terbesar selanjutnya, yaitu investasi swasta
(PMTB) diproyeksikan tumbuh stabil meskipun tantangan
kenaikan biaya produksi akibat kebijakan penetapan TTL dan
gas industri serta masih berlanjutnya pelemahan
perekonomian global akan mempengaruhi kebijakan
perusahaan untuk berproduksi, ekspansi atau membuka
usaha baru.
Di sisi penawaran, kinerja sektor PHR diperkirakan
masih cukup stabil dengan didukung tingginya transaksi
perdagangan antar pulau/daerah, serta peranan subsektor
hotel dan restoran yang semakin meningkat seiring
membaiknya daya beli masyarakat ekonomi menengah ke
bawah. Menghadapi momen tahun ajaran baru di bulan Juni,
diperkirakan tingkat produksi sektor industri pengolahan
Ekonomi Jatim pada Tw II-2013 diperkirakan tumbuh pada rentang pertumbuhan 6,90%–7,10%
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan I-2013
xiv
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
mengalami perbaikan, ditambah dengan potensi membaiknya
perdagangan luar negeri Jatim seiring tercapainya
pertumbuhan positif pada triwulan I 2013. Hingga
pertengahan triwulan II 2013 diperkirakan curah hujan
memiliki intensitas sedang. Kondisi ini mendorong
peningkatan produksi tanaman bahan makanan di Jatim.
Dengan telah diselesaikannya beberapa proyek irigasi serta
tersedianya debit air di waduk pada level tinggi diharapkan
kinerja sektor pertanian kembali tumbuh lebih tinggi.
Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking
beberapa indikator harga, maka inflasi kota Jawa Timur pada
triwulan II 2013 diperkirakan secara tahunan berada di kisaran
5,50% s/d 5,75%. Namun jika kebijakan pengurangan subsidi
Bahan Bakar Minyak (BBM) diberlakukan pada pertengahan
Mei 2013, maka inflasi tahunan Jatim diperkirakan berada
pada kisaran 6%.
Menurunnya tekanan inflasi pada triwulan II 2013
diperkirakan banyak dipengaruhi oleh kelompok volatile food
yang berpotensi mengalami penurunan harga, khususnya
pada sub kelompok aneka bumbu, sayur, ikan dan padi.
Tibanya musim panen kelompok tanaman bahan makanan
sejak April 2013 diperkirakan turut mendorong rendahnya
inflasi di wilayah Jatim. Namun di sisi lain, terdapat potensi
risiko inflasi sebagai dampak dari ekspektasi masyarakat
terhadap rencana kenaikan harga BBM dan rencana realisasi
kenaikan dan rapel gaji PNS di bulan Mei sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2013.
Dari sisi fundamental, potensi dorongan inflasi inti
diperkirakan berasal dari kelompok non tradeable seiring
meningkatnya kebutuhan di bidang pendidikan. Sedangkan
dari sisi kelompok tradeable, tekanan inflasi diperkirakan
kembali melandai searah dengan tren pelemahan harga emas
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan I-2013
xv
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
dunia. Pergerakan kurs rupiah diperkirakan relatif stabil
sehingga mengurangi tekanan kelompok ini pada periode
laporan. Sementara itu kondisi output gap yang
menggambarkan kesenjangan antara sisi permintaan dan
penawaran diperkirakan masih berada pada kondisi yang
cukup baik dan tidak memberikan dorongan yang signifikan
terhadap kenaikan harga, meskipun pada triwulan II 2013
diperkirakan akan terjadi dorongan pada sisi permintaan dan
penawaran seiring dengan peningkatan aktivitas ekonomi di
Jawa Timur. Namun peningkatan tersebut masih dapat
dipenuhi mengingat masih terdapat ruang untuk
mengoptimalkan penggunaan kapasitas terpasang pada
sektor produksi. Ekspektasi masyarakat atas tingkat inflasi
mendatang diperkirakan sedikit melandai. Ekspektasi kenaikan
harga 3 bulan yang akan datang berdasarkan hasil Survei
Konsumen (SK) dan Survei Pedagang Eceran (SPE)
menunjukkan penurunan baik dari sisi konsumen maupun
produsen.
Selanjutnya dorongan dari sisi administered price pada
triwulan II 2013 diperkirakan mengalami peningkatan.
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya potensi dampak
kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Tenaga Listrik
(TTL) diperkirakan menjadi faktor pendorong utama kelompok
ini.
Pada triwulan II 2013, kinerja industri perbankan di
Jawa Timur diperkirakan sedikit mengalami perbaikan.
Struktur dan pondasi sistem perbankan yang cukup baik
diperkirakan masih dapat terjaga terutama ditopang oleh
peningkatan fungsi intermediasi oleh perbankan. Pelonggaran
suku bunga disertai penyusunan strategi pengembangan
usaha yang tepat oleh perbankan diharapkan mampu
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan I-2013
xvi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
meningkatkan peran sektor perbankan untuk mendorong
perekonomian daerah.
Selanjutnya, pertumbuhan kredit oleh perbankan pada
triwulan II 2013 diperkirakan mengalami peningkatan, bahkan
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya.
Tren penurunan suku bunga perbankan diharapkan mampu
mendorong pertumbuhan kredit, khususnya pada sektor
produktif, namun dalam batas pertumbuhan yang terjaga.
Sektor ekonomi andalan Jatim seperti sektor perdagangan,
sektor industri pengolahan, sektor konstruksi serta sektor
transportasi dan komunikasi pertanian masih menjadi sektor
unggulan bagi perbankan untuk dibiayai. Disamping itu,
kredit konsumsi juga diperkirakan masih tetap tumbuh stabil.
Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 2013
Di sepanjang tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Jatim
diproyeksikan tumbuh pada batas bawah dari rentang 7,00%
s.d 7,25% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan 2012.
Masih tingginya konsumsi masyarakat seiring
meningkatnya proporsi usia produktif di Jawa Timur masih
menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Jatim.
Selain itu, adanya momentum PILKADA pada Agustus 2013
diperkirakan turut mendorong pertumbuhan ekonomi Jatim
baik dari konsumsi rumah tangga maupun pemerintah.
Namun demikian, konsumsi barang tahan lama khususnya
kendaraan bermotor roda empat akan sedikit tertahan jika
kebijakan pengurangan subsidi BBM jadi diberlakukan pada
tahun ini. Sementara itu, berbagai upaya pemerintah melalui
perbaikan infrastruktur, penyederhanaan birokrasi pengajuan
izin usaha serta upaya peningkatan kerjasama investasi
melalui kunjungan antar negara/daerah diharapkan dapat
terus mendorong minat investor asing dan dalam negeri.
Ekonomi Jatim Tahun 2013 diperkirakan tumbuh 7,00% s.d 7,25% (yoy)
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan I-2013
xvii
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
Selanjutnya, optimisme pengusaha akan perbaikan kinerja
ekspor luar negeri Jatim dengan berbagai strategi perusahaan
dan pemerintah diharapkan terus mengalami perbaikan.
Secara keseluruhan, transaksi perdagangan luar negeri
diperkirakan kembali mencatat nilai net ekspor. Indikator
berikutnya yaitu belanja modal pemerintah berdasarkan data
rencana APBD 2013 diperkirakan mengalami peningkatan
dengan didukung membaiknya awareness pemerintah daerah
tingkat kab/kota.
Di sisi penawaran, dengan strategi penambahan
Kantor Perwakilan Dagang oleh Pemprov Jatim ke seluruh
Indonesia, diperkirakan kinerja subsektor perdagangan
mengalami perbaikan. Meningkatnya kebutuhan masyarakat
dalam kegiatan wisata turut mendorong kinerja subsektor
hotel dan restoran, ditambah dengan meningkatnya peranan
Kota Surabaya sebagai sub hub ke Indonesia Timur yang
terindikasi dari bertambahnya jumlah hotel kelas bisnis di
Surabaya. Optimisme pelaku usaha sektor industri pengolahan
yang tercermin melalui berbagai survei diharapkan terus
berlanjut hingga akhir tahun, dengan didorong berbagai
insentif pemerintah melalui peningkatan peran serta usaha
mikro, kecil dan menengah di Jatim. Adanya pergeseran
musim diharapkan tidak signifikan mempengaruhi kinerja
sektor pertanian dengan didukung telah diselesaikannya
beberapa proyek irigasi serta tersedianya debit air di waduk
pada level tinggi diharapkan mendorong kinerja sektor
pertanian tahun ini. Sementara itu, secara keseluruhan
pertumbuhan sektor lainnya relatif stabil.
Tingginya tekanan harga komoditas hortikultura pada
triwulan I 2013 diharapkan kembali pada level normalnya
pada periode berikutnya. Dengan demikian diharapkan level
inflasi kota Jawa Timur pada tahun 2013 diperkirakan secara
Inflasi Jatim Tahun 2013 diperkirakan mencapai berada di kisaran 4,5% + 1%. Namun jika terjadi kenaikan BBM, inflasi tahunan dapat
berada pada level atas kisaran 5% + 1%
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan I-2013
xviii
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
tahunan berada di kisaran 4,5% + 1%. Namun jika kebijakan
pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) diberlakukan
di tahun ini, maka inflasi tahunan Jatim diperkirakan berada
pada level atas kisaran 5% + 1%.
Tibanya musim panen diiringi dengan upaya
pembenahan regulasi pemerintah pada komoditas
hortikultura dan daging sapi diharapkan dapat
mengembalikan harga menuju level normalnya, meskipun di
sepanjang triwulan II dan III terjadi peningkatan permintaan
seiring meningkatnya momentum perayaan hari keagamaan.
Namun demikian, sebagaimana diuraikan sebelumnya masih
terdapat potensi risiko inflasi dari faktor ekspektasi
masyarakat terhadap rencana kenaikan harga BBM dan
rencana realisasi kenaikan dan rapel gaji PNS di bulan Mei
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2013.
Dari sisi fundamental, potensi dorongan inflasi inti
diperkirakan berasal dari kelompok tradeable yang berasal
dari kelompok perumahan dan pendidikan, meskipun di sisi
lain tren pelemahan harga emas dunia dapat menahan laju
inflasi di kelompok ini. Relatif stabilnya pergerakan kurs rupiah
diharapkan dapat mengurangi tekanan kelompok ini pada
periode laporan. Sementara itu kondisi output gap yang
menggambarkan kesenjangan antara sisi permintaan dan
penawaran diperkirakan masih berada pada kondisi yang
cukup baik dan tidak memberikan dorongan yang signifikan
terhadap kenaikan harga.
Selanjutnya dorongan dari sisi administered price pada
tahun 2013 diperkirakan mengalami peningkatan.
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, adanya kenaikan
UMK, TTL serta potensi kenaikan gas industri dan Bahan Bakar
Minyak (BBM) diperkirakan menjadi faktor pendorong utama
kelompok ini.
2013
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK)
JAWA TIMUR 130,58 131,75 134,29 135,50 139,39
- Kota Surabaya 130,32 131,39 133,80 135,02 138,95
- Kota Malang 130,51 131,63 134,34 135,89 139,65
- Kota Kediri 129,34 130,90 134,04 134,62 138,00
- Kota Jember 131,12 132,22 134,39 135,86 139,66
- Kota Probolinggo 133,59 135,90 139,28 140,56 144,54
- Kota Madiun 134,42 135,20 137,51 138,20 142,52
- Kota Sumenep 128,26 129,81 132,63 133,44 137,77
LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y)
JAWA TIMUR 3,97 4,63 4,50 4,50 6,75
- Kota Surabaya 4,19 4,69 4,29 4,37 6,63
- Kota Malang 3,80 4,44 4,58 4,60 7,01
- Kota Kediri 4,34 5,06 5,26 4,63 6,70
- Kota Jember 2,46 4,12 4,40 4,49 6,51
- Kota Probolinggo 3,19 4,66 5,55 5,88 8,20
- Kota Madiun 3,36 3,93 3,91 3,51 6,04
- Kota Sumenep 5,10 5,46 6,06 5,06 7,42
PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) 95.330.557 98.085.149 100.427.099 99.823.633 101.637.322
- Pertanian 15.982.668 14.177.715 13.591.281 10.712.279 16.295.361
- Pertambangan dan Penggalian 1.893.917 2.120.466 2.160.927 2.225.952 1.944.490
- Industri Pengolahan 23.409.626 23.871.800 24.936.426 25.799.205 24.587.026
- Listrik, gas, dan air bersih 1.257.835 1.320.473 1.310.535 1.349.589 1.324.308
- Bangunan 2.893.702 3.224.522 3.314.209 3.408.133 3.132.579
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 30.081.571 31.799.848 32.958.742 33.535.338 32.903.774
- Pengangkutan dan komunikasi 6.945.037 7.627.427 7.949.406 8.119.044 7.707.809
- Keuangan, persewaan, dan jasa 5.156.525 5.439.472 5.544.158 5.662.313 5.594.390
- Jasa 2.145.164 8.503.427 8.661.415 2.996.662 2.239.473
Pertumbuhan (yoy)
- Pertanian 2,76 4,68 4,36 1,95 1,96
- Pertambangan dan Penggalian 5,09 1,66 1,01 1,11 2,67
- Industri Pengolahan 6,23 5,74 7,21 6,17 5,03
- Listrik, gas, dan air bersih 7,07 6,69 5,25 5,90 5,28
- Bangunan 10,18 5,58 6,84 6,10 8,26
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 9,69 10,61 9,79 10,13 9,38
- Pengangkutan dan komunikasi 13,17 8,05 8,79 9,10 10,98
- Keuangan, persewaan, dan jasa 7,76 8,92 8,18 7,20 8,49
- Jasa 4,75 4,96 4,63 4,97 4,40
Pertumbuhan PDRB (yoy ) 7,27 7,31 7,41 7,09 6,62
LAMPIRAN
INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR
INDIKATOR2012
xviii
A. Perbankan
2013
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Bank Umum :
Total Asset (Rp. Triliun) 304,22 322,89 342,66 353,60 362,32
DPK (Rp. Triliun) 252,81 262,25 273,66 289,09 287,82
- Tabungan (Rp. Triliun) 109,95 116,20 122,89 134,22 130,08
- Giro (Rp. Triliun) 42,85 43,54 46,07 47,67 46,57
- Deposito (Rp. Triliun) 100,00 102,50 104,70 107,20 111,16
Kredit (Rp. Triliun) - Bank Pelapor 192,75 210,06 223,51 239,48 245,21
- Modal Kerja 112,31 123,45 129,66 139,52 142,72
- Investasi 26,13 28,75 31,21 33,72 33,43
- Konsumsi 54,32 57,86 62,64 66,25 69,06
Non Performing Loan (NPL-Gross) 2,96 2,73 2,64 2,60 2,26
Loan to Deposit Ratio - LDR (%) 76,25% 80,10% 85,07% 82,84% 85,20%
Kredit UMKM (Triliun Rp)-Bank Pelapor 63,21 68,87 63,65 68,53 70,40
NPL UMKM Gross (%) 4,22 3,82 3,68 3,63 3,89
BPR :
Total Asset (Rp. Triliun) 6,98 7,35 8,01 8,33 8,57
DPK (Rp. Triliun) 4,18 4,39 4,74 4,89 4,98
- Tabungan (Rp. Triliun) 1,33 1,35 1,47 1,57 1,61
- Deposito (Rp. Triliun) 2,85 3,03 3,27 3,32 3,38
Kredit (Rp. Triliun) 5,15 5,57 5,81 5,94 6,19
- Modal Kerja 3,36 3,63 3,78 3,80 4,11
- Investasi 0,16 0,17 0,20 0,28 0,20
- Konsumsi 1,64 1,77 1,83 1,85 1,88
Non Performing Loan (NPL-Gross) 4,29% 4,14% 4,24% 3,39% 3,84%
Loan to Deposit Ratio - (LDR) % 123,38% 127,08% 123% 121% 124%
-
SYARIAH : -
Total Asset (Rp. Triliun) 12,01 13,14 14,08 16,57 17,27
DPK (Rp. Triliun) 9,32 9,88 10,59 12,39 13,13
- Giro (Rp. Triliun) 0,84 0,88 0,88 1,39 1,22
- Tabungan (Rp. Triliun) 4,90 5,08 5,43 4,83 4,95
- Deposito (Rp. Triliun) 3,58 3,92 4,28 6,18 6,97
Pembiayaan (Rp. Triliun) 8,93 10,03 10,68 11,99 12,46
- Modal Kerja 3,60 4,16 4,54 5,08 5,24
- Investasi 1,51 1,75 1,89 2,29 2,30
- Konsumsi 3,83 4,12 4,25 4,61 4,92
Non Performance Financing (NPF) % 1,36 1,43 1,63 1,43 1,91
Financing to Deposit Ratio (FDR) % 95,77 101,59 100,80 96,72 94,84
B. SISTEM PEMBAYARAN
2013
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Inflow (Rp. Triliun) 12,70 20,08 14,91 9,99 15,99
Outflow (Rp. Triliun) 6,52 12,08 14,30 11,53 8,16
Pemusnahan Uang (Rp- Triliun) 4,76 5,10 0,29 0,88 0,93
Nominal Transaksi RTGS 122,21 182,77 185,10 197,88 126,58
Volume Transaksi RTGS 141.322 172.750 146.738 189.920 79.223
Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) 44,05 46,32 38,59 46,11 36,69
Volume Kliring Kredit (juta lembar) 1,40 1,40 1,28 1,29 1,12
Tolakan Kliring (Rp. Juta) 632.814 638.541 637.615 979.293 964.720
Tolakan Kliring (lembar) 20.065 19.361 23.280 21.770 25.418
xix
LAMPIRAN
INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR
2012
2012INDIKATOR
INDIKATOR
1
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional ProvinProvinProvinProvinsi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timur Triwulan I – 2013
1111 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1.1.1.1.1.1.1.1. KONDISI UMUMKONDISI UMUMKONDISI UMUMKONDISI UMUM
Pada triwulan I-2013, perekonomian Jawa Timur (Jatim) tumbuh 6,62% (yoy) sedikit
lebih rendah dari perkiraan KPwBI Wilayah IV (Jawa Timur) sebelumnya yang berada pada
kisaran 7,00% - 7,25% (yoy). Kinerja ekonomi Jatim mengalami perlambatan dibandingkan
triwulan sebelumnya yaitu sebesar 7,09% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Jawa
Timur pada periode laporan masih berada pada level yang lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 6,02%.
Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan investasi swasta (Pembentukan Modal
Tetap Bruto – PMTB) menjadi sumber pendorong pertumbuhan. Meningkatnya kegiatan
konsumsi rumah tangga Jatim utamanya didorong oleh belanja kelompok non makanan
terutama pembelian barang tahan lama sejenis barang elektronika dan kendaraan bermotor.
Selain itu, adanya kenaikan Upah Minimum Kota (UMK) di awal tahun dan tersedianya
berbagai alternatif sumber pembiayaan dengan suku bunga kompetitif turut berkontribusi pada
meningkatnya daya beli kelompok low income, khususnya pada jenis belanja produk
transportasi dan komunikasi. Masih tingginya minat investor asing melalui Penanaman Modal
Asing (PMA) turut mengkonfirmasi relatif stabilnya kinerja investasi Jatim di atas level 8% (yoy).
Selain itu minat investor dalam negeri pun relatif stabil di atas nilai Rp. 9 T per triwulannya.
Mengingat pola historis kinerja investasi yang cenderung fluktuatif, maka untuk pertama
kalinya kinerja investasi Jatim terjaga stabil pada level tinggi atau melebihi rata-rata investasi
PMDN di kisaran Rp. 1,7 T per triwulan. Selanjutnya, kegiatan belanja pemerintah tumbuh
membaik (0,25% - yoy) meskipun masih rendah dibandingkan komponen penyusun PDRB
lainnya. Dari pertumbuhan periode ini, yang perlu dicermati adalah melambatnya kinerja
ekspor-impor Jatim yang dipicu oleh menurunnya transaksi ekspor dalam negeri. Analisis lebih
lanjut mengindikasikan bahwa pelemahan ekonomi Kawasan Timur Indonesia (KTI) menjadi
pemicu melemahnya pertumbuhan ekspor dalam negeri (antar daerah), mengingat lebih dari
80% ekspor antar daerah bertujuan ke kawasan ini. Tercatat pertumbuhan ekonomi KTI pada
triwulan I 2013 melemah dari 6,0% (yoy) menjadi 5,6%. Selain itu, melambatnya kinerja impor
luar negeri, khususnya barang bahan baku patut diwaspadai sebagai salah satu indikator
melemahnya Sektor Industri Pengolahan, dikarenakan untuk pertama kalinya setelah triwulan
IV 2009, impor barang bahan baku mengalami pertumbuhan negatif sebesar -5% (yoy).
2
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional ProvinProvinProvinProvinsi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timur Triwulan I – 2013
Grafik 1.1Grafik 1.1Grafik 1.1Grafik 1.1 Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral
Prov.Jawa Timur
Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2 Kontribusi PDRB Sisi Permintaan
Prov.Jawa Timur
Sementara itu ditinjau dari sisi penawaran, sektor Perdagangan Hotel dan Restoran
(PHR), sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertanian masih menjadi sektor utama pendorong
pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Ketiga sektor tersebut, secara berurutan menyumbang
pertumbuhan ekonomi masing-masing sebesar 2,96%, 1,24% dan 0,33%. Jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan sektor Pertanian sedikit meningkat, yaitu dari
1,95% (yoy) menjadi 1,96%. Sementara kedua sektor lainnya cenderung mengalami
perlambatan, yaitu sektor PHR dari sebelumnya 10,13% (yoy) menjadi 9,38% dan sektor
industri pengolahan dari 6,17% menjadi 5,03% (yoy). Proporsi ketiga sektor utama pada
perekonomian Jawa Timur Triwulan I 2013 masih stabil dengan pangsa mencapai 74,43%,
sedikit lebih tinggi apabila dibandingkan dengan proporsi ketiganya pada Triwulan IV 2012
yang tercatat sebesar 71,45%. Namun demikian jika dianalisis secara mendalam terjadi
perubahan proporsi pada ketiga sektor utama tersebut. Perubahan ini dipicu oleh penurunan
kinerja sektor industri pengolahan (25,9%) di bawah nilai terendahnya selama 5 (lima) tahun
terakhir sebesar 26,5%. Melemahnya kinerja subsektor makanan, minuman dan tembakau,
subsektor barang kayu serta subsektor logam dasar, besi dan baja menjadi faktor penyebab
menurunnya kinerja sektor industri pengolahan. Bahkan tercatat penurunan pertumbuhan
subsektor makanan, minuman dan tembakau merupakan yang terendah pertama kalinya sejak
triwulan III 2010. Mengingat pangsa pasar utama ketiga sektor ini adalah pasar dalam negeri,
maka dugaan faktor pelemahan ekonomi Kawasan Timur Indonesia sebagai pemicu
melambatnya ekonomi Jatim turut mengkonfirmasi fenomena ini.
70,66
0,64
6,02
20,72
1,87
23,71
-23,62
-80,00 -50,00 -20,00 10,00 40,00 70,00
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba
Konsumsi Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap Bruto
Perubahan Stok
Ekspor
Impor
q1-2012
q4-2012
q1-2013
Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah
12,43
2,09
28,05
1,32
4,71
30,97
6,01
5,21
9,21
0 5 10 15 20 25 30 35
1. PERTANIAN
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
5. BANGUNAN
6. PERDAGANGAN, HOTEL & …
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. …
9. JASA-JASATw I 2012
Tw IV 2012
Tw I 2013
3
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional ProvinProvinProvinProvinsi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timur Triwulan I – 2013
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.4 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur
1.2. SISI PERMINTAAN1.2. SISI PERMINTAAN1.2. SISI PERMINTAAN1.2. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini masih didorong oleh kinerja
konsumsi rumah tangga dan investasi (PMTB), yang masing-masing menyumbang
pertumbuhan ekonomi sebesar 4,73% (yoy) dan 1,44%. Sebagaimana diinformasikan pada
tabel 1.1, tingkat pertumbuhan keduanya mencapai 6,80% (yoy) dan 8,20%. Selanjutnya,
kinerja ekspor impor Jatim turut mendorong pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan
ekspor sebesar 8,47% (yoy) dan impor (6,64%) atau secara keseluruhan menyumbang sebesar
1,83% (yoy). Berbeda dengan triwulan sebelumnya, komponen konsumsi pemerintah
mengalami pertumbuhan sebesar 0,25% (yoy) atau menyumbang 0,01% dari 6,62% (yoy)
pertumbuhan ekonomi.
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Provinsi Jawa Timur
2013
I II III IV I II III IV I
Konsumsi 6,52 5,88 7,54 6,45 5,82 6,03 5,15 5,45 6,31
Konsumsi Rumah Tangga 7,93 6,34 7,44 6,97 5,95 6,40 5,66 6,57 6,80
Konsumsi Pemerintah (8,40) 1,16 8,65 2,02 4,14 2,59 0,02 (4,06) 0,25
Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 5,39 10,54 6,26 8,95 6,48 3,77 8,36 4,49 4,34
Investasi (PMBT) 6,21 7,97 13,96 10,61 2,41 5,32 4,84 8,80 8,20
Ekspor 9,70 10,11 12,30 12,19 11,71 10,44 11,00 12,97 8,47
Eksport (Luar Negeri) 9,34 12,26 15,08 10,52 9,42 1,50 1,42 2,32 2,94
Eksport (Dalam Negeri) 10,06 8,01 9,62 13,86 13,98 19,48 20,74 23,32 13,73
Impor 5,59 6,11 8,83 9,52 8,56 10,37 9,93 10,36 6,64
Impor (Luar Negeri) 5,34 8,34 12,47 11,11 10,06 12,33 13,12 14,65 6,72
Impor (Dalam Negeri) 5,83 4,12 5,58 8,09 7,22 8,55 6,89 6,35 6,56
PDRB 7,17 7,29 7,29 7,15 7,27 7,31 7,41 7,09 6,62
Sumber : BPS Jatim (diolah)
2011 2012
5,79 5,89
6,32
6,44
6,41 6,53
5,87 5,83
4,33
5,01
5,28 5,42
5,81
6,53
7,14 7,20
7,17
7,29 7,29
7,11
7,27 7,31 7,41
7,09
6,62
6,03
6,64 6,58
5,85
6,25 6,42 6,40
5,18
4,37
4,00
4,20
4,58
5,70
6,17
5,80
6,90
6,50 6,50 6,50 6,50 6,40
6,50
6,11 6,02
3
4
5
6
7
8
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jawa Timur Indonesia Tren-Jawa Timur
%
y
o
y
Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012 2013
9. JASA-JASA
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
5. BANGUNAN
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
1. PERTANIAN
4
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional ProvinProvinProvinProvinsi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timur Triwulan I – 2013
a. Konsumsia. Konsumsia. Konsumsia. Konsumsi
Pada triwulan I 2013, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong
utama pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Tercatat pertumbuhan komponen ini mengalami
peningkatan dari 6,57% (yoy) menjadi 6,80%. Tibanya panen raya di beberapa wilayah turut
mendorong konsumsi rumah tangga khususnya kelompok non makanan di beberapa sentra
produksi sektor pertanian, sebagaimana terindikasi dari meningkatnya pembelian barang tahan
lama semisal barang elektronika dan kendaraan bermotor. Sementara itu, di wilayah perkotaan
tingkat konsumsi masyarakat cenderung didominasi oleh pembelian properti residensial,
dengan didukung tren penurunan suku bunga perbankan sebagai salah satu sumber
pembiayaan.
Membaiknya konsumsi rumah tangga Jatim pada triwulan ini turut dikonfirmasi oleh
meningkatnya beberapa indikator konsumsi, seperti hasil survei penjualan eceran, survey
konsumsi, jumlah konsumsi listrik rumah tangga, kredit konsumsi dan simpanan perorangan.
Sebagaimana dapat dilihat pada grafik 1.7, salah satu indikator konsumsi rumah tangga Jatim
yaitu indeks omset penjualan relatif stabil di atas indeks 110. Khusus untuk penjualan
kelompok barang tahan lama meningkat didorong oleh kenaikan penjualan suku cadang
(indeks 69,9) serta kelompok pakaian dan perlengkapannya (indeks 124,25). Pola ini
mengkonfirmasi meningkatnya konsumsi kelompok non makanan seiring membaiknya daya
beli masyarakat pasca kenaikan UMK di awal tahun.
Sementara itu, indikator konsumsi listrik rumah tangga mengalami perlambatan (lihat
grafik 1.8), yaitu dari 906,7 juta Kwh menjadi 816,8 juta Kwh atau setara dengan penurunan
Kwh per pelanggan dari 115,4 menjadi 102,02. Meskipun jumlah pelanggan rumah tangga
yang dilayani mengalami peningkatan sebesar 4,40% (yoy), namun pertumbuhan ini masih
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.5555 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.6666 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur
-600,00
-400,00
-200,00
0,00
200,00
400,00
600,00
800,00
-6
-4
-2
0
2
4
6
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Net Ekspor Antar Pulau Net Ekspor
g_Net Ekspor (rhs-%yoy) g_Net Ekspor Antar Pulau (rhs-%yoy)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Triliun Rupiah
0
10
20
30
40
50
60
70
80
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pembentukan Modal Tetap Bruto
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Pemerintah
Sumber : BPS Jatim (diolah)
% yoy
5
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional ProvinProvinProvinProvinsi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timur Triwulan I – 2013
Grafik 1.7Grafik 1.7Grafik 1.7Grafik 1.7 Indeks Penjualan Eceran Indeks Penjualan Eceran Indeks Penjualan Eceran Indeks Penjualan Eceran
lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2012 (10,65% - yoy). Kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL)
per tanggal 1 Januari 2013 pada kelompok konsumen rumah tangga hanya berlaku pada
golongan pelanggan Rumah Tangga Besar (R3 daya 6600 VA ke atas). Besaran populasi
kelompok ini relatif kecil namun memiliki konsumsi cukup besar sehingga menyebabkan
perlambatan pertumbuhan konsumsi. Konsumen golongan daya tersambung 450 VA dan 900
VA tidak mengalami kenaikan TTL sehingga pertumbuhan jumlah pelanggan rumah tangga
masih cukup tinggi mengingat besarnya permintaan layanan sambungan listrik khususnya di
daerah terpencil. Dengan mekanisme kenaikan secara bertahap diharapkan kebijakan ini tidak
memberikan efek kejut pada tingkat konsumsi masyarakat namun dapat mengurangi biaya
subsidi pemerintah yang tidak tepat guna.
Sebagai salah satu sumber pembiayaan belanja rumah tangga, indikator simpanan
perorangan terindikasi tumbuh melambat yaitu dari 15,34% (yoy) menjadi 14,43%. Arah
perlambatan indikator ini turut mengkonfirmasi meningkatnya konsumsi rumah tangga dengan
didorong oleh penurunan pertumbuhan simpanan jenis tabungan (dari 21,64% menjadi
18,72%) dan giro (dari 16,68% menjadi 8,69%), sedangkan deposito meningkat dari 6,58%
menjadi 9,36%. Meningkatnya pertumbuhan deposito dipicu oleh pelemahan harga emas
dunia, sehingga masyarakat cenderung meningkatkan kembali investasi konvensionalnya.
Sebagai sumber pembiayaan lainnya, kondisi serupa tercermin pula pada terjaganya
stabilitas pertumbuhan kredit konsumsi Bank Umum pada level tinggi, yaitu 27% (yoy).
Konsistennya pertumbuhan kredit ini turut mendukung pembiayaan konsumsi masyarakat pada
triwulan laporan. Ke depan diperkirakan kinerja kredit konsumsi berpotensi mengalami
peningkatan menyusul pemberlakuan Kebijakan Bank Indonesia yang mengatur batas
maksimum suku bunga kartu kredit sebesar 2,95% per bulan dalam rangka meningkatkan
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.8888 KonsumKonsumKonsumKonsumsi Listrik Rumah Tanggasi Listrik Rumah Tanggasi Listrik Rumah Tanggasi Listrik Rumah Tangga
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
-
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012 2013
Indeks Omset Riil Peralatan Rumah Tangga
Pakaian & Perlengkapannya Makanan, Minuman, TembakauPeralatan dan Komunikasi Barang Budaya dan Rekreasi
Sumber: Survei PenjualanEceran BI (diolah)
INDEKS INDEKS
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
20%
80
180
280
380
480
580
680
780
880
980
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Konsumsi Listrik Rumah Tangga Pertumbuhan (rhs)
Sumber : PLN (diolah)
Kwh %
6
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional ProvinProvinProvinProvinsi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timur Triwulan I – 2013
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.9999 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Kredit KonsumsiKredit KonsumsiKredit KonsumsiKredit Konsumsi
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11111111 Indeks Keyakinan Konsumen Wil. Jawa TimurIndeks Keyakinan Konsumen Wil. Jawa TimurIndeks Keyakinan Konsumen Wil. Jawa TimurIndeks Keyakinan Konsumen Wil. Jawa Timur
aspek perlindungan konsumen dan mendukung praktek pemberian Kartu Kredit yang lebih
memperhatikan manajemen risiko pemberian kredit.
Peningkatan konsumsi masyarakat dikonfirmasi berbeda oleh hasil survei konsumsi, yang
mengindikasikan stabilnya tingkat keyakinan konsumen (IKK) di atas indeks 120, dengan
komposisi meningkatnya ekspektasi konsumen (IEK), sedangkan kepercayaan konsumen pada
kondisi ekonomi saat ini (IKE) sedikit melambat. Menurunnya tingkat kepercayaan konsumen
pada kondisi ekonomi saat ini (IKE) terjadi sejak Januari 2013, yang diduga disebabkan oleh
meningkatnya kekhawatiran responden pekerja atas kinerja dunia usaha pasca kenaikan Upah
Minimum Kota (UMK) dan Tarif Tenaga Listrik (TTL). Berdasarkan indikator penyusunnya,
menurunnya nilai IKE dipicu oleh melemahnya tingkat keyakinan masyarakat atas ketersediaan
lapangan kerja saat ini. Di lain sisi, dengan meningkatnya UMK, konsumen menyakini indikator
tingkat penghasilan mengalami perbaikan, dari indeks 130 menjadi 135.
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11110000 Dana Simpanan Perbankan PeroranganDana Simpanan Perbankan PeroranganDana Simpanan Perbankan PeroranganDana Simpanan Perbankan Perorangan
0
5
10
15
20
25
30
35
-
10.000.000
20.000.000
30.000.000
40.000.000
50.000.000
60.000.000
70.000.000
80.000.000
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Rp
Ju
ta
Konsumsi gKonsumsi (yoy) - rhs
%
y
o
y
(10)
-
10
20
30
40
50
60
-
5
10
15
20
25
30
35
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
gDPK Perorangan
gGiro Perorangan (rhs)
gTab Perorangan (rhs)
gDep Perorangan (rhs)
90,0
100,0
110,0
120,0
130,0
140,0
150,0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar
2012 2013
Surabaya Jember
Malang JATIM
Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia
7
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional ProvinProvinProvinProvinsi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timur Triwulan I – 2013
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11113333 Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen –––– Kondisi Ekonomi Saat IniKondisi Ekonomi Saat IniKondisi Ekonomi Saat IniKondisi Ekonomi Saat Ini
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11112222 Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen –––– Keyakinan KonsKeyakinan KonsKeyakinan KonsKeyakinan Konsumenumenumenumen
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11116666 Infrastruktur Pendukung Sektor Industri PengolahanInfrastruktur Pendukung Sektor Industri PengolahanInfrastruktur Pendukung Sektor Industri PengolahanInfrastruktur Pendukung Sektor Industri Pengolahan
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11115555 Infrastruktur TrInfrastruktur TrInfrastruktur TrInfrastruktur Transportasi Jawa Timuransportasi Jawa Timuransportasi Jawa Timuransportasi Jawa Timur
b. Investasib. Investasib. Investasib. Investasi
Kinerja investasi Jawa Timur yang tercermin
pada tingkat pertumbuhan investasi
(Pembentukan Modal Tetap Bruto – PMTB)
pada triwulan I 2013 terjaga relatif stabil pada
level 8%. Namun, jika diukur berdasarkan
proporsinya terindikasi mulai mengalami
penurunan sejak triwulan I-2012. Telah
dijelaskan sebelumnya pula bahwa indikator
konsumsi rumah tangga cenderung meningkat
proporsinya, sehingga patut diwaspadai
dampak lanjutannya di masa mendatang atas kinerja pertumbuhan ekonomi Jatim, mengingat
pentingnya investasi guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang sustainable.
Turut men
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.11.11.11.14444 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan PMTBPMTBPMTBPMTB
Sumber: BPS Jawa Timur, diolah
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia
INDEX
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Penghasilan Saat Ini
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
Sumber: Survei Konsumen BI (diolah)
Indeks
Sumber: BPM Jatim, diolah Sumber: BPM Jatim, diolah
-0,06
-0,04
-0,02
0,00
0,02
0,04
0,06
0,08
0,10
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pembentukan Modal Tetap Bruto
gPMTB (rhs)
Triliun Rp
Sumber : BPS Jatim (diolah)
8
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional ProvinProvinProvinProvinsi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timur Triwulan I – 2013
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11117777 Perkembangan Jumlah Proyek InvestasiPerkembangan Jumlah Proyek InvestasiPerkembangan Jumlah Proyek InvestasiPerkembangan Jumlah Proyek Investasi
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11118888 Perkembangan Nilai Proyek InvestasiPerkembangan Nilai Proyek InvestasiPerkembangan Nilai Proyek InvestasiPerkembangan Nilai Proyek Investasi
Masih tingginya minat investasi ke wilayah Jawa Timur turut dikonfirmasi dari hasil
kegiatan Liaison, salah satunya pada sektor industri pengolahan yang diperkirakan mengalami
peningkatan investasi. Dari sisi investasi bangunan, beberapa proyek pembangunan di Jawa
Timur diantaranya pembangunan pabrik Semen di Kabupaten Tuban dan pembangunan
fasilitas infrastruktur pabrik semen di area pelabuhan. Selain itu adanya pembangunan pabrik
untuk produksi plastik daur ulang di Malang, pembangunan pabrik yang memproduksi Gula,
etanol dan listrik serta pembangunan area pelabuhan Teluk Lamong hingga berkapasitas 2,5
juta teus. Kegiatan investasi lainnya juga terjadi di sektor industri pengolahan berupa pembelian
mesin-mesin dan peremajaan alat angkut transportasi di sektor jasa angkutan laut. Di subsektor
industri makanan dan minuman investasi berupa pembelian mesin/alat produksi tambak yang
berlokasi di Tulungagung dan Malang sebagai laboratorium budidaya.
Informasi lainnya yang patut dicermati karena dapat mempengaruhi kinerja investasi
pada subsektor perhotelan di tahun 2013 adalah kebijakan Pemerintah Kota Batu yang
memutuskan untuk tidak memberikan investasi baru untuk sub sektor perhotelan di Kota Batu.
Peniadaan izin ini berlaku untuk pendirian hotel dan ruko di kawasan Kota Batu. Hal ini
dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat persaingan yang tidak sehat, kerusakan
lingkungan dan melindungi investasi yang sudah ada. Kebijakan ini juga mendorong misi Kota
Batu yang akan menjadi kawasan percontohan wisata internasional berbasis pertanian organik.
Sumber: BKPM Sumber: BKPM
-400%
-200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
1200%
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
9.000
10.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Nilai Proyek PMA (USD million) Nilai Proyek PMDN (Rp miliar)
g Nilai Proyek PMA g Nilai Proyek PMDN
-100%
0%
100%
200%
300%
-
50
100
150
200
250
300
350
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah Proyek PMA Jumlah Proyek PMDN
Perubahan Jumlah Proyek PMA Perubahan Jumlah Proyek PMDN
9
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional ProvinProvinProvinProvinsi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timur Triwulan I – 2013
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.19191919 Perkembangan Kredit InvestasiPerkembangan Kredit InvestasiPerkembangan Kredit InvestasiPerkembangan Kredit Investasi
Peningkatan kinerja investasi terutama disebabkan oleh prospek perekonomian
domestik yang dipersepsikan masih cukup baik disertai dengan iklim usaha yang kondusif.
Sedikit berbeda dengan kinerja investasi yang meningkat, pertumbuhan penyaluran kredit
investasi diperkirakan mengalami perlambatan dari 36,28% (yoy) menjadi 27,96%.
Berdasarkan pola historisnya, terdapat kecenderungan penurunan kinerja penyaluran kredit
perbankan di awal tahun jika dibandingkan dengan posisi pada triwulan IV tahun sebelumnya.
Sementara itu, perlambatan investasi barang modal (mesin, peralatan, dll) diperkirakan
telah berlalu terutama karena kebijakan pemerintah membebaskan bea impor mesin dan
barang untuk pengembangan industri, dalam rangka mendukung peningkatan investasi dan
program industri kendaraan bermotor nasional. Hal ini kemudian mendorong peningkatan
investasi terutama oleh industri kendaraan bermotor, sebagaimana diindikasikan oleh
peningkatan impor barang modal (Grafik 1.21).
Selanjutnya, indikator kinerja impor barang modal mengindikasikan adanya
pertumbuhan transaksi dari -12,41% (yoy) menjadi 0,96% atau senilai USD 498 Juta. Tren ini
turut mengkonfirmasi membaiknya iklim investasi di Jatim, selain faktor upaya penambahan
investasi berupa lahan atau pabrik baru. Hasil kegiatan Liaison yang dilakukan oleh Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV pun mengindikasikan hal serupa dengan bertambahnya
jumlah investor baru baik dari dalam dan luar negeri di wilayah Jatim. Meskipun beberapa
pelaku usaha dengan produk yang memiliki tujuan ekspor masih melakukan aksi “wait and
see”, karena masih belum membaiknya permintaan global. Indikator investasi lainnya, yaitu
volume penjualan semen di wilayah Jatim relatif stabil terjaga pada level pertumbuhan
di atas 10% (yoy).
Sumber: Bank Indonesia, diolah
0
5
10
15
20
25
30
35
40
-
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
25.000.000
30.000.000
35.000.000
40.000.000
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Rp
Ju
ta
Investasi gInvestasi (yoy) - rhs
%
y
o
y
10
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional ProvinProvinProvinProvinsi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timur Triwulan I – 2013
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.1.1.1.20202020 Perkembangan Volume Penjualan SemenPerkembangan Volume Penjualan SemenPerkembangan Volume Penjualan SemenPerkembangan Volume Penjualan Semen
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.1.1.1.21212121 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Impor Barang ModalImpor Barang ModalImpor Barang ModalImpor Barang Modal
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
c. Eksporc. Eksporc. Eksporc. Ekspor----ImporImporImporImpor
Mengawali tahun 2013, tercatat transaksi perdagangan Jatim sedikit melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya dengan mencatatkan kinerja net ekspor sebesar
Rp. 3,55 trilyun, masih melanjutkan tren positif net ekspor sejak triwulan II-2010. Membaiknya
kinerja ekspor impor Jatim utamanya didorong oleh peningkatan nilai net ekspor perdagangan
antar pulau (Rp. 2,69 triliun) dengan didukung tercapainya net ekspor dari transaksi luar negeri
sebesar Rp. 0,85 triliun.
Sedikit berbeda dengan pencatatan transaksi perdagangan luar negeri yang dilakukan
oleh BPS Jawa Timur, berdasarkan Laporan Aplikasi Permohonan Ekspor Barang (PEB) dan
Permohonan Impor Barang (PIB) dengan sumber Bea Cukai Jawa Timur, kembali mencatatkan
kondisi net impor sebesar USD 877,98 juta. Transaksi ini didorong oleh penurunan kinerja
impor untuk pertama kalinya yang menyentuh level pertumbuhan 4,70 % (yoy) sejak
triwulan III 2009. Di sisi lain, transaksi ekspor luar negeri mengalami pertumbuhan yang relatif
stabil terjaga di atas level 10% (yoy) atau sebesar USD 3.359 juta.
Menurunnya transaksi impor utamanya didorong oleh penurunan impor bahan baku dan
konsumsi, masing-masing sebesar -5% (yoy) dan -9,3%. Pertumbuhan negatif ini merupakan
yang pertama kalinya sejak triwulan III-2009, akibat menurunnya impor kelompok bahan
makanan dan minuman ( -23% - yoy) dan bahan baku utama industri lainnya ( -30% ).
Sedangkan penurunan impor barang konsumsi didorong oleh berkurangnya transaksi impor
kelompok makanan dan minuman (-37% - yoy) serta kelompok barang semi durable (-19%).
Perlambatan impor bahan baku perlu diwaspadai mengingat lebih dari 70% komponen bahan
baku industri berasal dari impor. Adanya tren perlambatan sektor industri pengolahan menjadi
tambahan warning indicator dalam menganalisis arah pertumbuhan ekonomi Jatim. Jika
Sumber: Bank Indonesia
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Penjualan Semen g_Penjualan Semen (rhs)(sak) (%, yoy)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
120
140
160
0
100
200
300
400
500
600
700
800
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Capital Goods g_Capital Goods (rhs)
11
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional ProvinProvinProvinProvinsi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timur Triwulan I – 2013
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.1.1.1.22222222 Perkembangan KinerjaPerkembangan KinerjaPerkembangan KinerjaPerkembangan Kinerja Ekspor JatimEkspor JatimEkspor JatimEkspor Jatim
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.21.21.21.23333 Perkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri JatimPerkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri JatimPerkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri JatimPerkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri Jatim
fenomena ini masih terus berlanjut, maka dibutuhkan suplemen kebijakan dari pemerintah
daerah sebagai insentif bagi dunia usaha, khususnya sektor industri pengolahan.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.27777 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan NilaiNilaiNilaiNilai ImporImporImporImpor
Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.25555 Pertumbuhan Ekspor Per Jenis BarangPertumbuhan Ekspor Per Jenis BarangPertumbuhan Ekspor Per Jenis BarangPertumbuhan Ekspor Per Jenis Barang
Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.24444 Perkembangan Nilai Perkembangan Nilai Perkembangan Nilai Perkembangan Nilai EksporEksporEksporEkspor Per Jenis BarangPer Jenis BarangPer Jenis BarangPer Jenis Barang
Sumber: BPS Jatim Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.26666 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan NilaiNilaiNilaiNilai EksporEksporEksporEkspor
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Total Impor
g_Total Impor (rhs)
(USD Juta) (%, yoy)
(100)
(50)
-
50
100
150
200
250
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
60
70
80
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
g_Total Ekspor
g_Capital Goods (rhs)
g_Intermediate Goods (rhs)
g_Consumption Goods (rhs)
(%, yoy)
Sumber: Bank Indonesia
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Consumption Goods
Intermediate Goods
Capital Goods
(USD Juta)
(1.500)
(1.000)
(500)
-
500
1.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
NET EKSPOR Net Capital Goods
Net Intermediate Goods Net Consumption Goods
(USD Juta)
(2.000.000)
(1.000.000)
-
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012 2013
Net Ekspor Net Ekspor Antar Pulau(Rp Juta)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Total Ekspor
g_Total Ekspor
(%, yoy)(USD Juta)
12
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional ProvinProvinProvinProvinsi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timur Triwulan I – 2013
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.22228888 NiNiNiNilai Impor per Jenis Baranglai Impor per Jenis Baranglai Impor per Jenis Baranglai Impor per Jenis Barang
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.21.21.21.29999
Pertumbuhan Impor per Jenis BarangPertumbuhan Impor per Jenis BarangPertumbuhan Impor per Jenis BarangPertumbuhan Impor per Jenis Barang
1.3. SISI PENAWARAN1.3. SISI PENAWARAN1.3. SISI PENAWARAN1.3. SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan I-2013 secara
keseluruhan masih didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran, Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Pertanian, dengan rincian kontribusi 30,55%
(Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran), 25,87% (Industri Pengolahan), dan 18,01% (Sektor
Pertanian). Secara umum, jumlah kontribusi ketiga sektor utama tersebut mencapai 74,43%.
Tabel.1.Tabel.1.Tabel.1.Tabel.1.2 2 2 2 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Sisi Penawaran
2013
I II III IV I II III IV I
Pertanian 2,82 3,35 2,06 1,64 2,76 4,68 4,36 1,95 1,96
Pertambangan 10,3 5,4 4,5 4,9 5,1 1,7 1,0 1,1 2,7
Industri Pengolahan 6,66 6,08 5,60 5,96 6,23 5,74 7,21 6,17 5,03
Listrik, Gas & Air Bersih 7,22 7,05 5,17 5,65 7,07 6,69 5,25 5,90 5,28
Bangunan 7,42 10,98 8,90 8,99 10,18 5,58 6,84 6,10 8,26
Perdagangan, Hotel & Restoran 9,60 9,47 10,44 9,69 9,69 10,61 9,79 10,13 9,38
Pengangkutan & Komunikasi 12,37 12,14 11,61 9,85 13,17 8,05 8,79 9,10 10,98
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 8,21 8,50 8,17 7,87 7,76 8,92 8,18 7,20 8,49
Jasa-jasa 1,41 4,48 5,96 4,81 4,75 4,96 4,63 4,97 4,40
PDRB 7,17 7,29 7,29 7,11 7,27 7,31 7,41 7,09 6,62
Sumber : BPS Jatim (diolah)
2011 2012
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.30000 Pertumbuhan Tiga Sektor UtamaPertumbuhan Tiga Sektor UtamaPertumbuhan Tiga Sektor UtamaPertumbuhan Tiga Sektor Utama
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.31111 Pertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor Pendukung
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Consumption Goods
Intermediate Goods
Capital Goods
J
U
T
A
U
S
D
(
C
I
F)
-60,0
-40,0
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
140,0
160,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
g_Total Impor (rhs) g_Capital Goods (rhs)
g_Intermediate Goods (rhs) g_Consumption Goods (rhs)
%
y
o
y
0
2
4
6
8
10
12
14
-
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
I II III IV I II III IV I II III IV I*
2010 2011 2012 2013
gPertanian (rhs)
gIndustri Pengolahan(rhs)
gPerdagangan, Hotel & Restoran (rhs)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
(%, yoy)
0
2
4
6
8
10
12
14
(80)
(70)
(60)
(50)
(40)
(30)
(20)
(10)
-
10
20
I II III IV I II III IV I II III IV I*
2010 2011 2012 2013
gPengangkutan & Komunikasi (rhs)
gJasa-jasa (rhs)
gKeuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan (rhs)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
(%, yoy)
13
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional ProvinProvinProvinProvinsi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timur Triwulan I – 2013
Berbeda dengan triwulan sebelumnya,sektor Pengangkutan dan Komunikasi mengalami
pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 10,98% (yoy), yang diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel
& Restoran (PHR) yang sedikit melambat ke level 9,38%. Selanjutnya, secara berurutan
pertumbuhan di atas 8% terjadi pada sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
dengan pertumbuhan meningkat mencapai 8,49% (yoy) serta sektor Bangunan (8,26%). Patut
dicermati pertumbuhan tinggi pada sektor tersier dari suatu struktur ekonomi dapat berdampak
pula pada kondisi ketenagakerjaan mengingat minimnya serapan tenaga kerja sektor ini
dibandingkan sektor primer (pertanian) dan sekunder (industri). Harapan tingginya
pertumbuhan ekonomi searah dengan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat menjadi
semakin sulit dicapai jika pertumbuhan sektor primer dan sekunder masih lebih rendah
dibandingkan sektor tersiernya.
Salah satu indikator perkembangan kegiatan usaha di Jawa Timur, yaitu hasil Survei
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
menunjukkan adanya peningkatan tingkat utilisasi kapasitas produksi dari 75,66% menjadi
76,91%. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya utilisasi sektor pertambangan (7,62%),
pertanian (1,75%) serta industri (0,53%). Sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih
mengalami perlambatan sebesar -2,52% dibandingkan triwulan IV 2012. Secara keseluruhan
tingkat utilisasi kapasitas produksi sektor utama Jatim masih berada di atas 70%, hanya sektor
LGA yang berada pada level 69%.
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.32222 Pertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor Pendukung
0
2
4
6
8
10
12
-
2
4
6
8
10
12
I II III IV I II III IV I II III IV I*
2010 2011 2012 2013
gBangunan (rhs) gPertambangan dan Penggalian
gListrik, Gas & Air Bersih (rhs)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
(%, yoy)
14
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional ProvinProvinProvinProvinsi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timur Triwulan I – 2013
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.33333 Utilisasi Kapasitas ProduksiUtilisasi Kapasitas ProduksiUtilisasi Kapasitas ProduksiUtilisasi Kapasitas Produksi
Melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2013 turut dikonfirmasi oleh
indeks realisasi usaha hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang mengalami penurunan
dari 12,71 menjadi 2,60. Secara sektoral, tingkat pertumbuhannya sektor utama pun searah
dengan indeks realisasi usaha. Tercatat, dengan adanya panen beberapa kelompok bahan
makanan turut mendorong indeks realisasi usaha sektor pertanian mencapai 1,05, sedangkan
sektor industri dan PHR mencatatkan nilai negatif.
a.a.a.a. Sektor Perdagangan, Hotel & RestoranSektor Perdagangan, Hotel & RestoranSektor Perdagangan, Hotel & RestoranSektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR(PHR(PHR(PHR))))
Masih sama dengan pola historisnya, pertumbuhan sektor PHR termasuk dalam 2 (dua)
besar sektor dengan pertumbuhan tertinggi dalam struktur ekonomi Jatim. Pada
triwulan I-2013, Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran mencatat pertumbuhan kedua
tertinggi yaitu mencapai 9,38% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan
triwulan sebelumnya. Perlambatan ini dipicu melemahnya pertumbuhan sub sektor
perdagangan besar dan eceran dari 10,52% (yoy) menjadi 9,39%. Sedangkan kedua sub
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.35555 Indeks Realisasi UsahaIndeks Realisasi UsahaIndeks Realisasi UsahaIndeks Realisasi Usaha
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.36666 Indeks Realisasi Usaha SektoralIndeks Realisasi Usaha SektoralIndeks Realisasi Usaha SektoralIndeks Realisasi Usaha Sektoral
GrafGrafGrafGrafik 1.3ik 1.3ik 1.3ik 1.34444 Utilisasi Kapasitas Produksi SektoralUtilisasi Kapasitas Produksi SektoralUtilisasi Kapasitas Produksi SektoralUtilisasi Kapasitas Produksi Sektoral
69,8
75,1 77,773,8
73,2
74,9
69,3
69,5
70,7
73,9 74,373,6
74,578,1 77,173,7
75,7
76,9
30
40
50
60
70
80
90
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha BI (diolah)
0
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Total Pertanian
Pertambangan Industri Pengolahan
Listrik Gas Air Bersih
%, SBT
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha BI (diolah)
-10,00
-5,00
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012 2013
TOTAL PERTANIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (diolah)
(SBT)
-27,23
7,05
22,1
-0,45
-18,91
11,35
22,32
25,86
-1,85
21,623,29
4,15
1,1
19,5518,54
6,47
-1,46
20,88
11,6
15,81
6,43
26,35
8,49
35,87
12,65
31,82
16,30
12,71
2,60
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Realisasi Usaha
S
B
T
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (diolah)
15
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional ProvinProvinProvinProvinsi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timur Triwulan I – 2013
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.37777
Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di JatimTingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di JatimTingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di JatimTingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.38383838
Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang JatimLama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang JatimLama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang JatimLama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim
sektor lainnya yaitu hotel dan restoran masing-masing meningkat menjadi 8,13% (yoy) dan
9,56%. Perlambatan sub sektor perdagangan besar dan eceran dipicu oleh melemahnya
kinerja transaksi perdagangan dalam negeri/antar daerah sebagaimana telah diinformasikan
sebelumnya bahwa kinerja ekspor antar daerah mengalami penurunan dari 23,32% (yoy)
menjadi 13,73%. Selain itu, dari kegiatan perdagangan luar negeri dapat diinformasikan
bahwa sumber penurunan kegiatan perdagangan berasal dari transaksi impor luar negeri dari
14,65% (yoy) menjadi 6,72%. Melambatnya ekspor antar daerah diduga berasal dari
penurunan permintaan penjualan ke Kawasan Timur Indonesia (KTI), khususnya wilayah
Kalimantan yang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi dari 3,7% (yoy) menjadi
2,6% serta wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua.
Meningkatnya kinerja subsektor hotel di Jawa Timur dikonfirmasi oleh peningkatan
pertumbuhan beberapa indikator seperti Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan lama tinggal
tamu di Hotel Berbintang. TPK Hotel Berbintang tercatat stabil tumbuh tinggi di atas
level 45%. Demikian pula dengan rata-rata lama menginap tamu mengalami peningkatan
baik dari jumlah tamu asing maupun domestik, sehingga secara keseluruhan mencapai 1,78
hari per tamu. Meningkatnya rata-rata lama menginap terbesar berasal dari tamu asing dari
2,18 hari menjadi 3,12. Sedangkan tamu domestik meningkat dari 1,69 hari menjadi 1,7 hari.
Pencanangan Jawa Timur sebagai salah satu tujuan favorit wisata mancanegara melalui
pameran dan kerjasama maskapai penerbangan turut mendorong peningkatan jumlah
wisatawan mancanegara hingga mencapai 17,57% (yoy) atau mencapai 19.113 orang, yang
merupakan angka tertinggi selama 12 (dua belas) tahun terakhir. Selain itu, meredanya
ancaman bencana pada beberapa tujuan wisata favorit seperti Bromo dan Kelud menjadi daya
tarik bagi wisatawan asing.
0
1
2
3
4
5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Asing Indonesia Total
H
A
R
I
Sumber : BPS Jatim (diolah)
30%
35%
40%
45%
50%
55%
60%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
TPK Hotel Berbintang Jatim
Sumber : BPS Jatim (diolah)
%
16
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional ProvinProvinProvinProvinsi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timur Triwulan I – 2013
Berbeda dengan ketiga indikator sebelumnya, indikator konsumsi listrik bisnis di Jawa
Timur pada triwulan ini mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan konsumsi listrik golongan bisnis/industri mencatat perlambatan dari
268,5 juta Kwh menjadi 255,8 juta Kwh atau sama dengan penurunan pertumbuhan dari
sebesar 28,21% (yoy) pada triwulan IV 2012 menjadi 10,38%. Kenaikan Tarif Tenaga Listrik
(TTL) per tanggal 1 Januari 2013 pada kelompok bisnis menengah (B-2 daya 6600 VA s.d 200
kVA) dan bisnis besar (R-3 daya 6600 VA ke atas) turut mempengaruhi konsumsi listrik, berupa
penggiatan kegiatan penghematan khususnya pada jenis usaha perhotelan dan shopping mall
segmen bawah.
b. Sektor Industri Pengolahanb. Sektor Industri Pengolahanb. Sektor Industri Pengolahanb. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 5,03% (yoy), lebih rendah
apabila dibandingkan dengan pertumbuhan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar
6,17% (yoy). Level pertumbuhan ini merupakan yang terendah sejak triwulan III 2010 yang
cenderung memiliki tren meningkat hingga triwulan lalu. Melambatnya sektor industri
pengolahan terutama dipicu oleh penurunan pertumbuhan tahunan sub sektor industri logam
dasar, besi dan baja (turun -9,06% dibandingkan triwulan IV 2012), sub sektor industri kertas
(-4,56%), sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau (-1,89%) serta sub sektor
industri alat angkutan, mesin dan peralatannya sebesar -1,31%. Namun demikian, kinerja
sektor industri masih mampu tumbuh tinggi di atas 5% (yoy), yang didorong oleh
meningkatnya kinerja sub sektor semen dan barang galian bukan logam sebesar 11,42% (yoy)
serta sub sektor tekstil, barang kulit dan alas kaki (7,35%).
Sebagai informasi, perlambatan sub sektor makanan, minuman dan tembakau
disebabkan oleh penurunan produksi industri tembakau pada triwulan ini, sedangkan industri
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.39393939
Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara JuandaJumlah Wisatawan Asing melalui Bandara JuandaJumlah Wisatawan Asing melalui Bandara JuandaJumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.44440000
Konsumsi Listrik Golongan BisnisKonsumsi Listrik Golongan BisnisKonsumsi Listrik Golongan BisnisKonsumsi Listrik Golongan Bisnis
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
gJumlah Wisman Melalui Juanda
Rata-Rata Lama Menginap Tamu (rhs)
(
%)
Sumber : BPS, diolah
(
H
A
R
I)
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
280
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Konsumsi Listrik Bisnis Pertumbuhan (rhs)
Sumber : PLN (diolah)
(Kwh) (%)
17
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional ProvinProvinProvinProvinsi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timur Triwulan I – 2013
makanan dan minuman masih mampu tumbuh tinggi di atas level 10%. Berdasarkan informasi
dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha, perlambatan pertumbuhan ini dipicu oleh
meningkatnya kekhawatiran pengusaha pasca kenaikan tarif UMK dan TTL pada kinerja usaha
khususnya tingkat marjin. Selain itu adanya isu kenaikan BBM dengan mengamati tren
kenaikan harga minyak dunia turut mempengaruhi ekspektasi pengusaha yang dikhawatirkan
mempengaruhi omset penjualan usaha.
Perlambatan kinerja sektor industri pengolahan turut dikonfirmasi oleh ketiga
indikatornya, yaitu impor bahan baku dan modal serta konsumsi listrik sektor industri.
Meskipun impor bahan baku mengalami penurunan, namun impor barang modal masih relatif
stabil. Kondisi ini merefleksikan masih tingginya minat investasi para pelaku usaha untuk
mengganti maupun menambah mesin produksi di wilayah Jawa Timur. Namun demikian,
melambatnya kinerja impor luar negeri, khususnya bahan baku patut diwaspadai sebagai salah
satu indikator melemahnya Sektor Industri Pengolahan, dikarenakan untuk pertama kalinya
setelah triwulan IV 2009, impor barang bahan baku tumbuh negatif sebesar -5% (yoy).
GraGraGraGrafik 1.4fik 1.4fik 1.4fik 1.43333 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan PertumbuhanPertumbuhanPertumbuhanPertumbuhan Impor Impor Impor Impor
Impor Impor Impor Impor Barang Bahan BakuBarang Bahan BakuBarang Bahan BakuBarang Bahan Baku
Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.44444
Konsumsi Listrik Golongan IndustriKonsumsi Listrik Golongan IndustriKonsumsi Listrik Golongan IndustriKonsumsi Listrik Golongan Industri
Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.42222 Pertumbuhan Produksi Industri PengolahanPertumbuhan Produksi Industri PengolahanPertumbuhan Produksi Industri PengolahanPertumbuhan Produksi Industri Pengolahan
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.41.41.41.41111 Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Sektor Indusri PengolahanSektor Indusri PengolahanSektor Indusri PengolahanSektor Indusri Pengolahan
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0
200
400
600
800
1000
1200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Konsumsi Listrik Industri Pertumbuhan (rhs)
Sumber : PLN (diolah)
(Kwh) (%)
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
I II III IV I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012 2013
gMakanan Minuman dan Tembakau
gKertas dan Barang Cetakan
gPupuk, Kimia dan Barang dari Karet
gLogam dasar besi dan baja
Sumber : BPS Jatim (diolah)
(%, yoy)
-60,0
-40,0
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
140,0
160,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
g_Total Impor (rhs) g_Capital Goods (rhs)
g_Intermediate Goods (rhs) g_Consumption Goods (rhs)
%
y
o
y
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
IV 2012 I 2013
Sumber : BPS Jatim (diolah)
18
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional ProvinProvinProvinProvinsi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timur Triwulan I – 2013
c. Pertanianc. Pertanianc. Pertanianc. Pertanian
Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian Jawa Timur sedikit meningkat dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 1,96% (yoy), yang didorong oleh meningkatnya
produksi sub sektor tanaman bahan makanan (0,94% - yoy) dan tanaman
perkebunan (3,52%).
Tabel 1.3
Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian
Sumber : BPS Jawa Timur
Berdasarkan hasil pengumpulan data di wilayah Jawa Timur, diindikasikan adanya
peningkatan produksi padi tahun 2013 sebesar 20% s.d 30% yang tersebar di masing-masing
sentra produksi. Selain itu tanaman hortikultura (sayur, bumbu dan buah) di wilayah Jawa
Timur juga mengalami peningkatan produksi baik berupa peningkatan lahan maupun
mekanisme pemeliharaan melalui sistem organik. Hasil tanaman perkebunan (teh, tebu dan
kopi) pun sudah mulai mengalami panen pada triwulan I-2013. Berdasarkan konfirmasi pada
Dinas Pertanian Jatim bahwa meskipun terinformasi di media massa bahwa target produksi
padi Jatim tahun 2013 menurun dari 6,25% menjadi 4,51% atau setara sekitar 72,06 juta ton
Gabah Kering Giling (GKG), namun pihaknya menyakini bahwa realisasi produksi dapat
melampaui target seiring membaiknya produktivitas padi dengan penanaman bibit unggul,
teknik penanaman organik, pemanfaatan air tanah sebagai irigasi serta peningkatan intensitas
penanaman. Sebagai informasi, jumlah produksi padi tahun 2012 mencapai angka 67,82 juta
ton GKG dari lahan 1,15 juta hektar. Sebagaimana terkonfirmasi pada grafik di bawah ini,
pertumbuhan luas panen padi dan jagung meningkat, sebagai salah satu indikator
meningkatnya panen kelompok tanaman bahan makanan pada triwulan ini. Sementara itu, luas
lahan puso padi dan jagung mengalami penurunan telah redanya curah hujan di wilayah
Jawa Timur sejak Maret 2013.
2013
I II III IV I II III IV I*
Konsumsi Rumah Tangga 2,82 3,35 2,06 1,64 2,76 4,68 4,36 1,95 1,96
- Tanaman Bahan Makanan 1,88 2,18 2,43 0,90 1,91 5,09 4,94 (1,49) 0,94
- Tanaman Perkebunan 3,76 3,97 (1,53) 9,36 3,94 2,82 1,02 2,81 3,52
- Peternakan 5,91 6,40 4,42 0,61 3,34 3,42 3,24 4,68 3,39
- Kehutanan 4,60 4,83 7,62 8,04 23,03 16,52 40,51 26,89 9,83
- Perikanan 3,92 4,28 3,00 (2,78) 4,02 4,55 5,10 4,12 4,08
Penggunaan2011 2012
19
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional ProvinProvinProvinProvinsi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timur Triwulan I – 2013
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.45454545 Luas Lahan Luas Lahan Luas Lahan Luas Lahan Tanam dan Panen PTanam dan Panen PTanam dan Panen PTanam dan Panen Padiadiadiadi
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.46464646 Luas Lahan Luas Lahan Luas Lahan Luas Lahan Tanam & Panen JagungTanam & Panen JagungTanam & Panen JagungTanam & Panen Jagung di Jawa Timurdi Jawa Timurdi Jawa Timurdi Jawa Timur
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.47474747 Luas Lahan Puso di Jawa TimurLuas Lahan Puso di Jawa TimurLuas Lahan Puso di Jawa TimurLuas Lahan Puso di Jawa Timur
d. Keuangan, Persewaan, dan Jasad. Keuangan, Persewaan, dan Jasad. Keuangan, Persewaan, dan Jasad. Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Pada periode laporan, kinerja Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
mengalami peningkatan dari 7,20% (yoy) menjadi 8,49%. Kenaikan ini didorong oleh
pertumbuhan seluruh sub sektornya yaitu sub sektor bank (9,10% - yoy), lembaga keuangan
(10,48%), jasa penunjang keuangan (8,72%), sewa bangunan (6,10%) serta jasa
perusahaan (5,68%). Meningkatnya kredit penyaluran perbankan dengan tingkat risiko yang
terjaga rendah mendorong pertumbuhan subsektor ini pada periode laporan. Demikian pula
dengan indikator perbankan lainnya, seperti pertumbuhan laba net interest margin dan fee
based income. Sementara itu, Rasio Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan
Operasional sedikit meningkat sebagai konsekwensi atas menurunnya pendapatan bunga.
(80)
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
-
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
800.000
900.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Luas Panen Jagung (Ha) Luas Tanam Jagung (Ha)
gLuas Panen Jagung (%) gLuas Tanam Jagung (%)
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
(Ha)
(%)
(100)
(50)
-
50
100
150
200
-
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Luas Panen Padi (Ha) Luas Tanam Padi (Ha)
gLuas Panen Padi (%) gLuas Tanam Padi (%)
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
(%)(Ha)
(2.000)
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Luas Puso Padi (Ha) Luas Puso Jagung (Ha)
gLuas Puso Padi (%) gLuas Puso Jagung (%)
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
(Ha)
(%)
20
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional ProvinProvinProvinProvinsi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timur Triwulan I – 2013
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.49494949
Perkembangan NIM Perbankan Jawa TimurPerkembangan NIM Perbankan Jawa TimurPerkembangan NIM Perbankan Jawa TimurPerkembangan NIM Perbankan Jawa Timur
Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.50000
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan FeeFeeFeeFee----Based IncomeBased IncomeBased IncomeBased Income Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.51111
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan InterestInterestInterestInterest----BaBaBaBased Incomesed Incomesed Incomesed Income
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.48484848
Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa TimurPertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa TimurPertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa TimurPertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur
Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.52222
Perkembangan Pendapatan Perkembangan Pendapatan Perkembangan Pendapatan Perkembangan Pendapatan –––– Biaya Biaya Biaya Biaya Operasional Bank UmumOperasional Bank UmumOperasional Bank UmumOperasional Bank Umum
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
20%
I II III IV I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012 2013
gDana Pihak Ketiga gKredit
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
120,00%
140,00%
160,00%
-
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I
2010 2011 2012 2013
Nilai Net Interest Margin (NIM) gNet Interest Margin (NIM)
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
-
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012 2013
Fee Based Income
g.Fee Based Income
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
7.000.000
8.000.000
9.000.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012 2013
Interest Based Income
g.Interest Based Income
0,60
20,60
40,60
60,60
80,60
100,60
120,60
140,60
(2.000.000)
(1.000.000)
-
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
I2009
II III IV I2010
II III IV I2011
II III IV I2012
II III IV I2013
Pendapatan Operasional - Biaya Operasional
BO/PO
21
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional ProvinProvinProvinProvinsi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timur Triwulan I – 2013
Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.54444 Volume Penjualan Semen dVolume Penjualan Semen dVolume Penjualan Semen dVolume Penjualan Semen diiii Jawa TimurJawa TimurJawa TimurJawa Timur
Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.53333 Pertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor Pendukung
e. Bangunane. Bangunane. Bangunane. Bangunan
Kinerja sektor bangunan di awal tahun 2013 meningkat dari sebelumnya 6,1% (yoy)
menjadi 8,26%. Beberapa indikator yang mengkonfirmasi perlambatan kinerja sektor
bangunan antara lain data penjualan semen, pembangunan dan penjualan properti residensial
di Jawa Timur. Meskipun pertumbuhan volume penjualan semen berdasarkan nilainya masih
lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2012, namun masih berada pada level pertumbuhan
yang sama. Indikator lainnya yaitu Survei Harga Properti Residensial menginformasikan adanya
peningkatan pada rata-rata jumlah pembangunan dan penjualan properti residensial,
khususnya pada kelompok kecil, yang kemudian diikuti peningkatan kelompok sedang dan
besar. Beberapa faktor yang diperkirakan menahan pertumbuhan kinerja sektor bangunan
antara lain kenaikan harga bahan bangunan, kenaikan upah pekerja, mahalnya biaya perizinan
serta kebutuhan penambahan fasilitas umum pada perumahan.
Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.55555
RataRataRataRata----Rata PemRata PemRata PemRata Pembangunan Properti Residensial bangunan Properti Residensial bangunan Properti Residensial bangunan Properti Residensial
Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.56666
RataRataRataRata----Rata Penjualan Properti Residensial Rata Penjualan Properti Residensial Rata Penjualan Properti Residensial Rata Penjualan Properti Residensial
Sumber: Asosisasi Semen Indonesia
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Penjualan Semen g_Penjualan Semen (rhs)(sak) (%, yoy)
0
2
4
6
8
10
12
-
2
4
6
8
10
12
I II III IV I II III IV I II III IV I*
2010 2011 2012 2013
gBangunan (rhs) gPertambangan dan Penggalian
gListrik, Gas & Air Bersih (rhs)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
(%, yoy)
Sumber: BPS Jatim (diolah)
43
26 24
16
21
30
1412
15,9
23
30
27
40
15
7 9 8 9 10 6 9
9,8
17 17 18
23
5 3 4 4 4 3 4 3
5,8 9
8 710
17
9 10 89
12
7 6 10,0
14 17 16
24
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2010 2011 2012 2013
KECIL MENENGAH
BESAR Grand Total
(unit)
41
25 23
21
35
27
13 12
14 10
25
21
30
14
6 9 7 7 8 7 9
9 9 9 10
14
4 2 3 4 3 2 3 3
5 5
5 5 6
16
8 9 8 10
10
7 7 9 8
12 11
16
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2010 2011 2012 2013
KECIL MENENGAH
BESAR Grand Total
(unit)
22
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional ProvinProvinProvinProvinsi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timur Triwulan I – 2013
Grafik Grafik Grafik Grafik 1.1.1.1.58585858
Arus Barang di Tanjung PerakArus Barang di Tanjung PerakArus Barang di Tanjung PerakArus Barang di Tanjung Perak
f. f. f. f. Pengangkutan dan KomunikasiPengangkutan dan KomunikasiPengangkutan dan KomunikasiPengangkutan dan Komunikasi
Kinerja sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada periode laporan menunjukkan
peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 9,10% (yoy)
menjadi 10,98%. Hal tersebut didorong oleh pertumbuhan seluruh sub sektor yaitu sub sektor
pengangkutan dan komunikasi. Sub sektor pengangkutan kembali tumbuh lebih tinggi yaitu
sebesar 8,70% (yoy). Pada sub sektor ini, pertumbuhan tertinggi adalah pada angkutan udara
sebesar 12,29% (yoy), dan angkutan laut (9,63%). Pertumbuhan strategi pemasaran maskapai
penerbangan yang cukup baik antara lain dengan penerapan efisiensi biaya penerbangan,
kemudahan pembelian tiket secara on line tanpa harus melalui agen, serta promosi penjualan
tiket dengan harga promo masih menjadi faktor pendorong peningkatan jumlah penumpang
moda transportasi udara. Tren peningkatan tersebut dapat dijadikan alasan tingginya
pertumbuhan industri transportasi udara di Indonesia, yaitu mencapai 20% dalam 5 (lima)
tahun terakhir.
Sub sektor komunikasi juga mencatat pertumbuhan dari sebesar 10,65% menjadi sebesar
13,28%. Hal tersebut ditunjukkan oleh tingginya promo yang dilakukan oleh beberapa
operator komunikasi di sepanjang triwulan. Selain itu, dapat diinformasikan pula bahwa salah
satu operator telekomunikasi terbesar telah menerapkan strategi promo akhir tahun di wilayah
Jawa Timur melalui bonus volume layanan baik untuk voice, sms maupun data. Promo
dimaksud pada akhirnya akan mendorong operator lain untuk melakukan promo serupa yang
semakin mendorong peningkatan penggunaan fasilitas komunikasi di Jawa Timur.
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.51.51.51.57777
ArArArArus Penumpang di Tanjung Perakus Penumpang di Tanjung Perakus Penumpang di Tanjung Perakus Penumpang di Tanjung Perak
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Vol Barang g Jml Barang (rhs)
Ribu Ton % yoy
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-20
30
80
130
180
230
280
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jml Penumpang g Jml Penumpang (rhs)
Ribu Orang % yoy
Sumber : BPS Provinsi Jatim
23
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional ProvinProvinProvinProvinsi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timursi Jawa Timur Triwulan I – 2013
Grafik Grafik Grafik Grafik 1.1.1.1.59595959
Penumpang Domestik di Bandara JuandaPenumpang Domestik di Bandara JuandaPenumpang Domestik di Bandara JuandaPenumpang Domestik di Bandara Juanda
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.61.61.61.60000
Penumpang Internasional di Bandara JuandaPenumpang Internasional di Bandara JuandaPenumpang Internasional di Bandara JuandaPenumpang Internasional di Bandara Juanda
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jml Penumpang Domestik g Jml Penumpang Domestik (rhs)
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
% yoyRibu Orang
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jml Penumpang Intl gPenumpang Intl (rhs)
Ribu Orang% yoy
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
24
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
2222 PERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASI
2.12.12.12.1 KONDISI KONDISI KONDISI KONDISI UMUUMUUMUUMUMMMM
Tekanan inflasi IHK di sepanjang triwulan I-2013 mengalami tekanan cukup tinggi
sehingga secara tahunan mencapai 6,75% (yoy), lebih tinggi dibandingkan nasional
(5,90%). Secara triwulanan, inflasi di Jatim mencapai 2,87% (qtq), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya (0,91% - qtq) serta inflasi nasional (2,98% - qtq).
Pasca pelaksanaan pengendalian kebijakan hortikultura oleh Pemerintah, tingkat
harga komoditas pada kelompok ini mengalami kenaikan harga, khususnya sub kelompok
bumbu-bumbuan, buah-buahan dan sayur-sayuran. Dengan adanya panen padi pada
triwulan ini, tingkat harga kelompok ini relatif stabil, namun tekanan inflasi komoditas
hortikultura secara keseluruhan mendorong kenaikan harga kelompok bahan makanan
hingga mencapai 14,98% (yoy). Selanjutnya, sebagai dampak lanjutan dari kenaikan harga
bahan makanan maka tingkat harga pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau pun meningkat 1% lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2012.
Meningkatnya ekspektasi pelaku usaha pasca penetapan Upah Minimum Kota (UMK)
dan Tarif Tenaga Listrik (TTL) di awal tahun turut mempengaruhi level harga pada kelompok
lainnya meliputi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (4,75% - yoy),
kelompok kesehatan (3,10%) serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (4,50%)
dengan rata-rata peningkatan masih di bawah 1%. Dari 7 (tujuh) kelompok, hanya sandang
yang mengalami penurunan tekanan inflasi dari level 4,53% (yoy) menjadi 1,72%.
Melemahnya harga emas dunia turut mempengaruhi harga emas perhiasan lokal sehingga
secara keseluruhan menyebabkan inflasi pada kelompok sandang melemah.
Berdasarkan faktor-faktor penyebabnya (disagregasi), meningkatnya tekanan inflasi
terutama didorong oleh kenaikan harga pada kelompok volatile food (20,32% - yoy).
Melampaui rata-rata inflasi dalam 5 (lima) tahun terakhir, sebagaimana diuraikan
sebelumnya berkurangnya pasokan di tengah masih minimnya produksi/panen dalam negeri
turut mempengruhi level harga kelompok ini. Selanjutnya, tekanan inflasi pada kelompok
administered price sedikit meningkat didorong oleh kenaikan harga pada sub kelompok
bahan bakar, penerangan dan air sebagai respon atas kebijakan kenaikan Tarif Tenaga
Listrik (TTL) di awal tahun. Penurunan harga emas perhiasan turut mempengaruhi inflasi
kelompok core inflation yang tertahan pada level 4,54% (yoy).
25
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
Serupa dengan tingginya laju inflasi nasional, inflasi Jatim pun mengindikasikan pola
yang sama. Jika dibandingkan dengan provinsi lain di inflasi kawasan Jawa, inflasi
2.22.22.22.2 INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)
Secara bulanan, rata-rata realisasi inflasi Jatim lebih tinggi dari data historis 5 (lima)
tahun terakhir, akibat kenaikan harga pada kelompok bahan makanan di atas 2% (lihat
tabel 2.1). Tercatat, inflasi bulanan Jawa Timur di triwulan I-2013 secara rata-rata mencapai
0,95% (mtm) atau meningkat dibandingkan rata-rata dari triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 0,30%, dengan pola melandai setelah Februari 2013. Pada triwulan
pertama inflasi Jatim biasanya memiliki pola melandai, utamanya pasca lonjakan permintaan
saat Natal dan Tahun Baru serta mulai tibanya panen beberapa tanaman bahan makanan
pada Februari s.d Maret 2013. Namun adanya kebijakan pengendalian impor hortikultura
turut mempengaruhi pasokan beberapa komoditas, sehingga mendorong inflasi pada
kelompok bahan makanan secara rata-rata bulanan mencapai 3,02% yang memberi
kontribusi inflasi terbesar mencapai 0,72%, khususnya yang berasal dari sub kelompok
aneka bumbu (22,23% dengan sumbangan 0,57%), buah (2,53% dengan sumbangan
0,06%) dan sayur (6,24% dengan sumbangan 0,12%).
Grafik 2.1. Grafik 2.1. Grafik 2.1. Grafik 2.1. Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy)
Grafik 2.2Grafik 2.2Grafik 2.2Grafik 2.2.... Perkembangan Inflasi Jawa Timur
Jatim pada triwulan I-2013 tercatat sebagai
yang tertinggi (Grafik 2.3). Realisasi inflasi
tahunan (yoy) provinsi-provinsi di Pulau
Jawa hingga akhir tahun 2012 berdasarkan
urutan realisasi inflasi dari yang terendah
yaitu Jawa Barat (5,81%), Jawa Tengah
(6,24%), Daerah Istimewa Yogyakarta
(6,36%) Banten (6,82%) dan Jawa Timur
(6,75%), sedangkan inflasi nasional tercatat
sebesar 5,90% (yoy).
Grafik 2.3Grafik 2.3Grafik 2.3Grafik 2.3 Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy)
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2010 2011 2012 2013
% Inflasi Bulanan (mtm) inflasi Tahunan (yoy)
Inflasi Triwulanan (qtq)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
0
2
4
6
8
Tw I-2010
Tw II-2010
Tw III-
2010
Tw IV-
2010
Tw I-2011
Tw II-2011
Tw III-
2011
Tw IV-
2011
Tw I-2012
Tw II-2012
Tw III-
2012
Tw IV-
2012
Tw I-2013
Jawa Timur
Jawa Barat
Jawa Tengah
DIY
Banten
Nasional
26
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
Sebagai dampak lanjutannya, mendorong pergerakan harga ke atas meskipun masih
dalam batas normal di kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau di level
0,57%. Tren ini juga turut dipengaruhi oleh kenaikan tarif UMK (Upah Minimum
Kabupaten/Kota) dan TTL (Tarif Tenaga Listrik) yang juga diyakini turut mendorong kenaikan
harga rata-rata bulanan di kelompok makanan jadi dari 0,26% (Trw.IV-2012) menjadi
0,64%. Tercatat, inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, turut
mengalami kenaikan harga dari rata-rata bulanan sebesar 0,32% menjadi 0,61% (mtm),
terutama berasal dari kenaikan harga dari sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air
dari 0,02% menjadi 0,52%. Sedangkan perubahan harga rata-rata bulanan di kelompok
kesehatan dan kelompok pendidikan relatif stabil. Sementara di kelompok sandang
mencatatkan angka deflasi dengan rata-rata sebesar -0,55% (mtm) dari triwulan
sebelumnya inflasi 0,10%, didorong penurunan harga dari sub kelompok Barang Pribadi
dan Sandang Lain terutama dari emas perhiasan dampak penurunan tren harga emas dunia.
Pola bulanan inflasi mengindikasikan adanya peningkatan sejak Desember 2013,
dengan dorongan tertinggi berasal dari kelompok bahan makanan. Tekanan inflasi bulanan
mulai mereda sejak Maret 2013 dengan terurainya masalah penumpukan kontainer berisi
bawang putih dan bawang merah impor di Tanjung Perak. Selain itu, tibanya panen
kelompok tanaman bahan makanan turut mempengaruhi level harga sehingga mengurangi
tekanan inflasi di bulan Maret.
Berdasarkan kelompok barang, rata-rata laju inflasi bulanan sepanjang triwulan
I-2013 ditandai dengan inflasi yang berada di atas rata-rata inflasi bulanannya, kecuali
untuk kelompok sandang dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, beberapa kebijakan pemerintah di sepanjang triwulan
I-2013 turut mempengaruhi level harga di wilayah Jatim, meliputi kebijakan pengendalian
impor hortikultura, Upah Minimum Kota (UMK) dan Tarif Tenaga Listrik (TTL). Faktor
Oct Nov Dec Jan Feb Mar
UMUM 0,15 0,21 0,55 0,30 0,97 0,97 0,89 0,95
1 BAHAN MAKANAN -0,34 0,44 1,52 0,54 3,73 2,71 2,63 3,02
2 MAMIN, ROKOK & TEMBAKAU 0,17 0,37 0,25 0,26 0,22 0,49 1,00 0,57
3PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB
0,50 0,16 0,31 0,32 0,40 1,37 0,06 0,61
4 SANDANG 0,66 -0,05 -0,30 0,10 0,32 -1,04 -0,94 -0,55
5 KESEHATAN 0,27 0,15 0,26 0,23 0,39 0,26 0,33 0,33
6PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH
RAGA 0,27 0,05 0,01 0,11 0,13 0,11 0,07 0,10
7 TRANSPOR,KOMUNIKASI 0,05 0,16 0,58 0,26 -0,39 0,06 0,59 0,09
No Rata-rataTw I-2013
Rata-rataTw IV-2012
Kelompok Barang
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.1111 Inflasi Triwulan IV Tahun 2012 & Triwulan I Tahun 2013 di Jawa Timur (mtm)
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
27
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
ekspektasi terindikasi turut mempengaruhi kenaikan harga komoditas di Jawa Timur.
Dengan semakin berperannya faktor ekspektasi dalam penentuan harga di daerah, peran
serta Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) semakin penting dalam membentuk ekspektasi
masyarakat khususnya di saat momentum perubahan kebijakan pemerintah yang dapat
mempengaruhi level harga komoditas.
Berdasarkan grafik inflasi (Januari, Februari & Maret 2013) per kelompok barang di
atas, mencerminkan bahwa pendorong inflasi bulanan di sepanjang triwulan I-2013
memiliki sumber yang sama berdasarkan kelompok barangnya. Secara konsisten, inflasi
bulanan berasal dari kelompok bahan makanan, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan
bahan bakar, serta inflasi makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada level di atas
0,5% (mtm). Pola yang berbeda dapat ditemukan di kelompok sandang serta kelompok
transpor, komunikasi dan jasa keuangan.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.4444. . . . Inflasi per Kelompok Barang(mtm)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.5.5.5.5. Inflasi Januari 2013 per Kelompok Barang
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.6.6.6.6. Inflasi Februari 2013 per Kelompok Barang
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.7.7.7.7. Inflasi Maret 2013 per Kelompok Barang
3,73
0,22
0,40
0,32
0,39
0,13
-0,39
2,71
0,49
1,37
-1,04
0,26
0,11
0,06
-2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00
Bahan Makanan
Mamin, Rokok & Tbakau
Perumahan,LGBB
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
TransportasiMar-13
Februari 2013
Januari 2013
Sumber : BPS Jatim (diolah) (%, mtm)
-0,50
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
3,73
0,220,40 0,32 0,32
0,13
-0,39
Inflasi mtm (%)
BAHAN MAKANAN
MAMIN, ROKOK & TEMBAKAU
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB
SANDANG
SANDANG
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA
TRANSPOR,KOMUNIKASI
Inf. Jatim :
0,97%
Sumber : BPS Jatim (diolah)
-1,00
-0,50
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
2,63
1,00
0,06
-0,94
0,33
0,07
0,59
BAHAN MAKANAN
MAMIN, ROKOK & TEMBAKAU
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB
SANDANG
KESEHATAN
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA
TRANSPOR,KOMUNIKASI Inf. Jatim :
0,89%
Sumber : BPS Jatim (diolah)
IInflasi mtm
(%)
-1,50
-1,00
-0,50
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
2,71
0,49
1,37
-1,04
0,260,11 0,06
BAHAN MAKANAN
MAMIN, ROKOK & TEMBAKAU
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB
SANDANG
KESEHATAN
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA
TRANSPOR,KOMUNIKASI Inf. Jatim :
0,97%
Sumber : BPS Jatim (diolah)
IInflasi mtm
(%)
28
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
2.3.2.3.2.3.2.3. INFLASI TRIWULANAN INFLASI TRIWULANAN INFLASI TRIWULANAN INFLASI TRIWULANAN (qtq)(qtq)(qtq)(qtq)
Pada triwulan I-2013, laju inflasi Jatim secara triwulanan mencapai 2,87% (qtq),
atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,91% (qtq). Tercatat
beberapa kelompok mengalami peningkatan signifikan, meliputi kelompok bahan makanan,
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, serta kelompok perumahan, air,
listrik, gas dan bahan bakar. Minimnya pasokan beberapa komoditas yang termasuk dalam
jenis komoditas hortikultura secara signifikan, mempengaruhi inflasi pada kelompok bahan
makanan hingga mengalami peningkatan laju inflasi pada level lebih dari 9,34% (qtq).
Selanjutnya, kebijakan pemerintah atas kenaikan UMK dan TTL pun turut mempengaruhi
level harga barang yang termasuk dalam sub kelompok makanan jadi, minuman,
perumahan, listrik dan kesehatan pada kisaran 0,3% s.d 1,84%.
Relatif stabilnya harga barang pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga
serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan, menjadi faktor penahan laju inflasi
pada periode laporan, disamping deflasi yang terjadi pada kelompok sandang.
Berbeda dengan pola sebelumnya di tahun 2012, harga emas dunia mengalami
penurunan yang turut mempengaruhi emas perhiasan lokal, sehingga mendorong
terjadinya deflasi pada kelompok sandang pada level -1,66% (qtq). Meningkatnya
persaingan pada subsektor jasa pengiriman dan komunikasi menjadi salah satu pemicu
menurunnya harga jasa pada kedua subsektor ini, sehingga mendorong turunnya tekanan
inflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada periode laporan. Selain
itu relatif stabilnya jasa transpor dan keuangan turut berkontribusi pada penurunan tekanan
inflasi di sepanjang triwulan I-2013.
Berdasarkan sumbangannya, masing-masing kelompok memiliki pola berbeda.
Semisal untuk kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.5555 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq)
Sumber : BPS, data diolah
2013201320132013 2013201320132013
Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I
UMUM 0,70 0,89 1,93 0,91 2,87 0,68 0,89 1,93 0,91 2,87
BAHAN MAKANAN 0,56 0,90 2,55 1,62 9,34 0,13 0,06 0,87 0,24 2,28
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 1,28 1,90 2,59 0,79 1,73 0,23 0,25 0,56 0,17 0,31
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 0,67 1,18 0,68 0,97 1,84 0,14 0,18 0,23 0,19 0,38
SANDANG 1,06 -0,48 3,61 0,32 -1,66 0,07 -0,06 0,16 0,13 -0,10
KESEHATAN 0,50 0,54 0,86 0,68 0,98 0,02 0,02 0,04 0,04 0,04
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 0,25 0,27 3,56 0,32 0,32 0,02 0,00 0,34 0,03 0,03
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 0,42 0,40 0,80 0,79 0,25 0,07 0,06 0,20 0,09 0,04
2012201220122012 2012201220122012
INFLASI QTQ SUMBANGAN INFLASI QTQ
KELOMPOKKELOMPOKKELOMPOKKELOMPOK
29
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
tembakau serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami
peningkatan dalam kisaran 0,1% s.d 2% (qtq). Sumbangan kelompok bahan makanan
periode ini jauh melampaui pola umumnya, bahkan untuk rata-rata sumbangan dalam
5 (lima) tahun terakhir. Selanjutnya teridentifikasi bahwa sub kelompok aneka bumbu,
sayur, buah dan sub kelompok ikan diawetkan signifikan mendorong kelompok bahan
makanan sebagai akibat terbatasnya pasokan khususnya pasca implementasi kebijakan
pengendalian impor hortikultura.
Relatif stabilnya kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga turut menahan laju
inflasi. Demikian pula dengan sumbangan deflasi kelompok sandang akibat menurunnya
harga emas perhiasan lokal serta melambatnya tekanan inflasi kelompok transpor,
komunikasi dan jasa keuangan pada periode laporan. Perlambatan ini mengikuti pola inflasi
periodikal umum seiring minimnya permintaan kelompok ini pada triwulan I-2013.
Sebagai komoditas utama makanan pokok masyarakat Jawa Timur, bobot dari sub
kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya memiliki proporsi terbesar pada
kelompok bahan makanan. Pada triwulan I-2013, komoditas beras mengalami deflasi
sebesar - 1,32% (qtq) searah dengan hasil Survei Pemantauan Harga untuk se-Jawa Timur.
Sebagaimana ditunjukkan pada grafik berikut, dimana harga beras internasional mengalami
peningkatan pada Maret 2013. Analisis lebih lanjut mengindikasikan bahwa tren ini tidak
mempengaruhi harga beras domestik karena minimnya penggunaan impor beras dengan
adanya kesiapan Bulog sebagai lembaga berwenang dalam stabilisator harga beras di
Indonesia.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.22228888 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.22229999 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan
Tw IV-2012 & Tw I-2013
Sumber : BPS, data diolah Sumber : BPS, data diolah
-30,00
-25,00
-20,00
-15,00
-10,00
-5,00
0,00
5,00
10,00
15,00
Pa
di-
pa
dia
n, u
mb
i-u
mb
ian
Da
gin
g d
an
Ha
sil
-ha
sil
nya
Ika
n S
eg
ar
Ika
n D
iaw
etk
an
Te
lur,
Su
su d
an
Ha
sil
2n
ya
Sa
yu
r-s
ayu
ra
n
Ka
ca
ng
-ka
ca
ng
an
Bu
ah
-b
ua
ha
n
Bu
mb
u -
bu
mb
ua
n
Le
ma
k d
an
Min
ya
k
Ba
ha
n M
aka
na
n L
ain
nya
2,65
-1,92 1,05
0,76-0,16
12,56
1,38 1,43
-1,25
-0,15 0,33
% (qtq)
-5,00
0,00
5,00
10,00
15,00Padi-padian, umbi-umbian
Daging dan Hasil-hasilnya
Ikan Segar
Ikan Diawetkan
Telur, Susu dan Hasil2nya
Sayur-sayuranKacang - kacangan
Buah - buahan
Bumbu - bumbuan
Lemak dan Minyak
Bahan Makanan Lainnya
Tw IV-2012 Tw I-2013
30
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.30303030 Pergerakan Harga Beras di Surabaya
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.31313131 Pergerakan Harga Beras Internasional
Berdasarkan hasil pengumpulan data di wilayah Jawa Timur, diindikasikan adanya
peningkatan produksi padi tahun 2013 sebesar 20% s.d 30% yang tersebar di masing-
masing sentra produksi. Selaras dengan informasi dari Dinas Pertanian Jatim yang meyakini
bahwa realisasi produksi dapat melampaui target seiring membaiknya produktivitas padi
dengan penanaman bibit unggul, teknik penanaman organik, pemanfaatan air tanah
sebagai irigasi serta peningkatan intensitas penanaman. Sebagai informasi, jumlah produksi
padi tahun 2012 mencapai angka 67,82 juta ton GKG dari lahan 1,15 juta hektar.
Dampak banjir pada tahun ini tidak jauh berbeda dengan periode sebelumnya,
dengan total luasan sebesar 18 ribu ha meliputi Bojonegoro, Tuban, Lamongan,
Probolinggo, Jember, Gresik, Mojokerto dan beberapa kabupaten di Madura. Sehingga
secara keseluruhan, kinerja produksi padi masih sesuai dengan target. Selain itu, seiring
tibanya musim kemarau yang diperkirakan sejak minggu ke-3 April 2013, diharapkan
kembali meningkatkan produksi padi dengan didukung infrastruktur irigasi yang membaik
sejalan dengan telah diselesaikannya beberapa proyek terkait. Sebagaimana dikemukakan
Dinas Pertanian Jatim bahwa seluruh debit air di waduk telah mencapai ketinggian
optimum, sehingga diharapkan petani tidak akan kesulitan air jika pada musim tanam MK II
(Juli-September).
Kelangkaan solar di beberapa daerah dikhawatirkan menghambat kinerja produksi
padi di Jawa Timur. Hal ini dimungkinkan mengingat masih tingginya penggunaan bahan
bakar tersebut pada alat pompa air untuk irigasi di saat musim kemarau. Keluhan
kelangkaan solar ini juga terjadi pada subsektor perikanan. Ketegasan pelaksanaan
kebijakan oleh pemerintah dituntut berbagai pihak guna mengurai permasalahan ini
(khususnya pada kasus penimbunan) yang pada akhirnya berpotensi mendorong kenaikan
harga komoditas.
Meskipun pada triwulan I-2013 tanaman padi mengalami panen raya, namun
beberapa Bulog tingkat kabupaten/kota kesulitan mengumpulkan padi dari petani. Pada
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4
2010 2011 2012 2013
Beras DomestikRp/Kg
Sumber : Survei Pemantauan Harga BI (diolah)
-
100,00
200,00
300,00
400,00
500,00
600,00
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4
2010 2011 2012 2013
Harga Beras InternasionalUSD/mt
Sumber : Bloomberg
31
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.32323232 Luas Panen dan Produksi Padi Prov. Jawa Timur
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.33333333 Produksi vs Harga Beras Kawasan Jawa
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.34343434 Pasokan Beras di Kawasan Jawa
Tabel 2.6Tabel 2.6Tabel 2.6Tabel 2.6 Penyerapan Bulog di Kawasan Jawa
salah satu daerah, padi yang terkumpul baru mencapai 15% dari total target. Beberapa hal
yang menyebabkan tidak tercapainya target antara lain :
1. Gapoktan mitra kerja Bulog belum aktif menampung padi kepada Bulog.
2. Adanya gangguan hama potong leher yang mengakibatkkan petani gagal panen juga
menjadi penyebab petani tidak dapat memenuhi permintaan Bulog.
3. Harga pasaran beras saat ini berada di bawah harga pembelian pemerintah (HPP)
sebesar Rp 6.600,00
Meskipun target penyerapan beras dari petani tidak tercapai, namun stok beras saat
ini cukup untuk kebutuhan 2 tahun kedepan. Bahkan, stok beras di Jatim saat ini juga
digunakan untuk memenuhi kebutuhan wilayah Indonesia Timur (Papua dan Maluku).
Secara keseluruhan produksi beras di Jawa masih surplus dan memiliki pangsa di kisaran
61% dari produksi nasional (40,05 juta ton – ASEM). Tercukupinya pangan tersebut
mendorong terjaganya inflasi komoditas beras di kawasan Jawa.
2012 2013*
Jabar* 542,000 500,000
Jabagteng 842,983 785,000
Jabagtim 1,097,493 1,100,000
Total 2,484,488 2,385,000
Sumber : Bulog
Penyerapan Bulog (ton)Wilayah
(100)
(50)
-
50
100
150
200
-
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Luas Panen Padi (Ha) Luas Tanam Padi (Ha)
gLuas Panen Padi (%) gLuas Tanam Padi (%)
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
%
Ha
32
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
2.4.2.4.2.4.2.4. INFLASI TAHUNAN INFLASI TAHUNAN INFLASI TAHUNAN INFLASI TAHUNAN (yoy)(yoy)(yoy)(yoy)
Tren meningkatnya tekanan inflasi bulanan di sepanjang triwulan I-2013 membentuk
level inflasi tahunan Jatim di atas 6% (yoy). Jika dicermati pola inflasi tahunan pada triwulan
awal ini cenderung mirip dengan tahun 2008, 2009 dan 2011. Kesamaan antara
keempatnya adalah adanya pelaksanaan kebijakan pemerintah yang turut mendorong
ekspektasi dan pasokan komoditas pada kelompok bahan makanan. Selain itu, relatif
tingginya pertumbuhan ekonomi di Jatim dengan didorong masih minimnya kapasitas
produksi sektor pertanian sehingga mengharuskan pemerintah untuk mengimpor turut
mempengaruhi mekanisme pembentukan harga di pasar.
Secara historis, pola inflasi tahunan Jatim pada triwulan pertama cenderung lebih
rendah dibandingkan nasional. Tercatat pola tahunan ini memiliki kemiripan dengan tahun
2009 yang memiliki pola lebih tinggi dibanding inflasi tahunan nasional. Kemiripan antar
keduanya berupa adanya dorongan pertumbuhan ekonomi sehingga turut mempengaruhi
sisi permintaan. Kekhawatiran akan krisis ekonomi global serta adanya implementasi
kebijakan baru pemerintah turut mempengaruhi sisi penawaran dengan berkurangnya
pasokan barang sehingga secara keseluruhan turut mendorong kenaikan harga barang
pada periode laporan.
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.7777 Perkembangan Produksi dan Konsumsi Sentra Produksi di Kawasan Jawa
2010 2011 2012* 2013**
JAWA 23,719,846 22,760,796 24,561,929 25,411,756
- Jawa Barat* 6,889,773 7,299,103 7,071,965 7,272,049
- Jabagteng 6,010,061 5,633,408 6,154,278 6,337,617
- Jabagtim 10,820,012 9,828,285 11,335,686 11,802,089
JAWA 17,142,115 15,118,467 15,310,053 15,857,295
- Jawa Barat* 6,889,773 4,134,180 4,207,728 4,282,585
- Jabagteng 3,219,334 3,714,395 3,759,553 4,071,473
- Jabagtim 7,033,008 7,269,893 7,342,773 7,503,237
JAWA 6,577,731 7,642,329 9,251,876 9,554,461
- Jawa Barat* - 3,164,923 2,864,237 2,989,465
- Jabagteng 2,790,727 1,919,013 2,394,725 2,266,144
- Jabagtim 3,787,004 2,558,392 3,992,913 4,298,852
Sumber : BPS dan data diolah * Belum termasuk Banten
SURPLUS
PRODUKSI
KONSUMSI
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.8888 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang
Sumber: BPS, data diolah
2013201320132013 2013201320132013
Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I
UMUM 3,97 4,63 4,50 4,50 6,75 3,97 4,63 4,50 4,50 6,75
BAHAN MAKANAN 4,00 6,14 6,65 5,74 14,98 0,91 1,39 1,53 1,32 3,66
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 5,09 6,32 6,69 6,71 7,18 0,92 1,16 1,24 1,24 1,31
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 2,74 3,29 3,18 3,54 4,75 0,57 0,70 0,67 0,74 0,99
SANDANG 8,95 6,27 3,99 4,53 1,72 0,61 0,42 0,27 0,31 0,11
KESEHATAN 2,76 1,83 2,43 2,60 3,10 0,13 0,08 0,11 0,12 0,14
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 6,35 6,26 4,51 4,43 4,50 0,58 0,56 0,41 0,40 0,39
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 1,62 1,86 1,87 2,43 2,26 0,29 0,33 0,32 0,42 0,38
2012201220122012
SUMBANGAN INFLASI YOY
KELOMPOKKELOMPOKKELOMPOKKELOMPOK
INFLASI YOY
2012201220122012
33
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
Pendorong inflasi pada triwulan ini adalah tingginya kenaikan harga pada kelompok
bahan makanan (14,98% - yoy) serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau (7,18%). Sedangkan beberapa kelompok mengalami inflasi dalam batas normal,
meliputi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (4,75%), kelompok
kesehatan (3,10%) serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga (4,50%).
Melemahnya harga emas perhiasan lokal di sepanjang triwulan ini mendorong turunnya
tekanan inflasi pada kelompok sandang. Selain itu, relatif minimnya faktor pendorong inflasi
pada sub kelompok transpor dan jasa keuangan dari sisi permintaan menjadi faktor
pembentuk rendahnya inflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.
Selama triwulan laporan, perkembangan dua kelompok barang utama penyumbang
inflasi di Jawa Timur menunjukkan pola searah, dengan inflasi lebih tinggi pada kelompok
bahan makanan dibandingkan makanan jadi. Dari sub kelompok pembentuknya rata-rata
mengalami inflasi tahunan di atas 6% kecuali sub kelompok padi dan telur serta sub
kelompok lemak dan minyak. Rendahnya inflasi pada ketiga sub kelompok ini terbentuk
dari meningkatnya pasokan padi pada periode laporan seiring tibanya musim panen pada
bulan Februari s.d Maret 2013 dan berkurangnya permintaan untuk sub kelompok telur,
minak dan lemak. Menyerupai pola bulanannya, kenaikan inflasi tertinggi berasal dari sub
kelompok aneka bumbu, buah, sayur dan daging pada periode laporan. Tercatat kenaikan
aneka bumbu mencapai hingga 95,48% (yoy), diikuti kenaikan aneka buah, sayur dan
daging pada kisaran 17%.
GrafikGrafikGrafikGrafik 2.2.2.2.35353535 Inflasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok Tahun 2012 - 2013
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.33336666 Inflasi (yoy) Kelompok Makanan Jadi, Minuman &
Tembakau
0,00
4,00
8,00
12,00
16,00
20,00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2010 2011 2012 2013
Inflasi yoy (%) BAHAN MAKANAN
MAKANAN JADI, MINMAN, ROKOK & TEMB
Sumber: BPS (diolah)
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
BAHAN MAKANAN
MAKANAN JADI
PERUMAHAN
SANDANGKESEHATAN
PENDIDIKAN
TRANSPORTASI
Inflasi (yoy) Tahun 2012
Inflasi (yoy) Tahun 2013Sumber: BPS (diolah)
34
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
2.5.2.5.2.5.2.5. INFLASI INFLASI INFLASI INFLASI MENURUT KOTAMENURUT KOTAMENURUT KOTAMENURUT KOTA
Pada triwulan I-2013, 7 (tujuh) kota di Jatim yang masuk dalam perhitungan inflasi
nasional secara umum mengalami peningkatan laju inflasi triwulanan. Tercatat, inflasi
tertinggi pada periode laporan terjadi di kota Sumenep dengan inflasi sebesar 3,26% (qtq)
sedangkan terendah terjadi di kota Kediri (2,51%). Ke tujuh kota se-Jatim yang mengalami
inflasi di atas level 2% (qtq), melampaui rata-rata pola historisnya dalam 5 (lima) tahun yang
hanya berada di kisaran 0,2% s.d 1,2%.
Kenaikan harga yang terjadi di beberapa kota di Jawa Timur terutama didorong oleh
beberapa komoditas utama yang tergabung dalam kelompok bahan makanan yaitu sub
kelompok bumbu-bumbuan, sayur-sayuran, buah-buahan, serta daging dan hasil-hasilnya.
Sementara itu, secara berurutan, inflasi tahunan (yoy) tertinggi dialami oleh Probolinggo
(8,20%), disusul kemudian oleh Sumenep (7,42%), Malang (7,01%), Kediri (6,70%),
Surabaya (6,63%), Jember (6,51%) dan Madiun (6,04
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.9999 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur (yoy)
Sumber: BPS, Data diolah.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.33337777 Inflasi Tahunan (yoy)
Kelompok Bahan Makanan Tahun 2012-2013
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.33338888 Inflasi (yoy)
Kelompok Makanan Jadi, Minuman & Tembakau
-50,00
0,00
50,00
100,00
Padi-padian
Daging & hasilnya
Ikan Segar
Ikan Diawetkan
Telur, Susu
Sayur-sayuranKacang - kacangan
Buah - buahan
Bumbu - bumbuan
Lemak dan Minyak
Bahan Makanan Lainnya
Inflasi (yoy)Tahun 2012
Inflasi (yoy)Tahun 2013Sumber: BPS (diolah)
0,00
5,00
10,00
15,00Makanan Jadi
Minuman yang
Tidak Beralkohol
Tembakau dan
Minuman
Beralkohol
Inflasi (yoy) Tahun Maret 2012
Inflasi (yoy) Tahun Maret 2013Sumber: BPS (diolah)
2013 2013
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Jawa Timur 0,68 0,89 1,93 0,91 2,87 3,97 4,63 4,50 4,50 6,75
Surabaya 0,73 0,82 1,83 0,91 2,90 4,19 4,69 4,29 4,37 6,63
Malang 0,46 0,86 2,05 1,15 2,78 3,80 4,44 4,58 4,60 7,01
Kediri 0,53 1,20 2,40 0,43 2,51 4,34 5,06 5,26 4,63 6,70
Jember 0,84 0,84 1,65 1,09 2,81 2,46 4,12 4,40 4,49 6,51
Sumenep 0,97 1,21 2,17 0,61 3,26 5,10 5,46 6,06 5,06 7,42
Probolinggo 0,63 1,73 2,49 0,92 2,83 3,19 4,66 5,55 5,88 8,20
Madiun 0,68 0,58 1,71 0,50 3,14 3,36 3,93 3,91 3,51 6,04
WILAYAH 2012 2012
Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Triwulanan (qtq)
35
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
Di sisi lain, rendahnya inflasi di kota Madiun dibandingkan kota-kota lainnya di Jatim
terutama disebabkan rendahnya inflasi kelompok bahan makanan dan kelompok makanan
jadi, minuman, rokok dan tembakau dibandingkan kota lainnya. Informasi yang diperoleh
dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kediri, terkait beberapa hal yang mendorong
rendahnya inflasi tersebut adalah karena minimnya tekanan dari sisi penawaran yang
didukung kelancaran arus distribusi barang serta meningkatnya produksi komoditas
tanaman pangan dibandingkan tahun 2012.
Sumber utama inflasi di 7 (tujuh) kab/kota Jatim masih berasal dari kelompok bahan
makanan pada kisaran 15% (yoy), diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok
dan tembakau (6%) serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (5%).
Selanjutnya, tekanan inflasi pada kelompok sandang, kesehatan, pendidikan dan transpor
relatif bervariasi pada besaran yang lebih rendah.
Sementara itu, berdasarkan kelompok barang penyumbang inflasi, sumber tekanan
inflasi di ketujuh kota cenderung beragam (tabel 2.11), namun didonominasi kelompok
Sumber inflasi tertinggi di Kota Probolinggo
memiliki kesamaan dengan keenam kota
lainnya, namun besarannya berada pada
level yang lebih tinggi, khususnya untuk sub
kelompok daging, ikan segar, kacang dan
aneka buah. Sedangkan tekanan inflasi pada
sub kelompok aneka bumbu berada pada
batas tengah yaitu di kisaran 90% (yoy),
masih lebih rendah dibandingkan Madiun
(99,93%), Surabaya (109,59%) dan
Sumenep (141,09%).
Grafik 2.3Grafik 2.3Grafik 2.3Grafik 2.39999 Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy)
7 Kota di Jawa Timur
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.10101010 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa
Triwulan I -2013 (% yoy)
Sumber : BPS, data diolah.
KELOMPOK BARANG JATIM Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo MadiunUMUM 6,75 6,63 7,01 6,70 6,51 7,42 8,20 6,04
BAHAN MAKANAN 13,63 15,33 15,75 13,83 9,98 15,38 16,65 14,60
MAKANAN JADI, MINUMAN,ROKOK 6,67 7,93 5,47 5,66 7,80 5,25 8,16 4,86
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 4,37 4,79 3,11 5,39 9,05 4,59 3,29 4,07
SANDANG 0,77 0,88 3,26 2,29 1,28 5,11 2,72 4,94
KESEHATAN 3,21 3,43 1,43 4,30 1,50 5,81 4,70 1,89
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 4,55 2,92 6,91 5,21 4,05 4,17 17,74 4,14
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 2,15 2,42 3,44 1,99 1,04 -0,07 0,79 0,83
Jatim 6,75
Surabaya 6,63Malang 7,01
Kediri 6,70
Jember 6,51
Probolinggo 8,20
Madiun 6,04
Sumenep 7,42
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00
% (yoy)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
36
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
bahan makanan, disusul kelompok makanan jadi, minuman dan rokok memberikan
sumbangan inflasi tertinggi kedua selain Kota Jember.
2.52.52.52.5 DISAGREGASIDISAGREGASIDISAGREGASIDISAGREGASI INFLASIINFLASIINFLASIINFLASI
a. Disagregasi Inflasi Umum
Berdasarkan disagregasinya, inflasi Jatim utamanya didorong oleh peningkatan
harga kelompok volatile foods pada level 20,32% (yoy), sedangkan kelompok core inflation
dan administered price mengalami inflasi pada level yang lebih rendah yaitu 4,54% dan
3,80%. Bila dibandingkan dengan rata-rata (lima) tahun terakhir, kelompok inflasi volatile
food dan core inflation di Jawa Timur mencapai level yang lebih tinggi. Sub kelompok aneka
bumbu menjadi penyumbang utama kenaikan inflasi pada kelompok volatile food dan
disusul oleh sub kelompok daging dan aneka buah. Rendahnya pasokan komoditas lokal
serta masih tertahannya komoditas impor hortikultura di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya
menjadi penyebab utama kelangkaan komoditas aneka bumbu, buah dan sayur di
masyarakat sehingga mendorong kenaikan harga merata di wilayah Jatim.
Kelompok inflasi inti pun mengalami tekanan yang signifikan. Meskipun harga emas
mengalami deflasi, namun penurunan terbesar hanya terjadi di Kota Surabaya, sedangkan
wilayah lainnya mengalami penurunan harga dalam level kecil. Selain itu, sub kelompok
makanan jadi turut mendorong inflasi kelompok ini sebagai dampak lanjut dari tingginya
inflasi kelompok bahan makanan pada volatile food.
Inflasi kelompok administered price tercatat lebih tinggi dibandingkan rata-rata
5 (lima) tahun terakhir dikarenakan berlakunya beberapa kebijakan pemerintah pada tahun
2013 yaitu peningkatan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dan tarif listrik yang telah
dimulai bertahap pada Tw I-2013. Peningkatan cukai rokok juga masih menjadi salah satu
pendorong inflasi pada periode ini. Meskipun demikian, diperkirakan masih terdapat potensi
Sumber : BPS, data diolah.
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.11111111 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa
Triwulan I-2013 (% yoy)
KELOMPOK BARANG JATIM Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo MadiunUMUM 6,75 6,63 7,01 6,70 6,51 7,42 8,20 6,04
BAHAN MAKANAN 3,29 3,50 3,73 3,95 2,71 4,19 3,44 4,00
MAKANAN JADI, MINUMAN,ROKOK 1,23 1,46 0,91 0,94 1,23 0,89 1,51 0,68
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 0,92 1,02 0,60 0,93 1,48 0,86 0,62 0,84
SANDANG 0,05 0,06 0,16 0,05 0,01 0,35 0,17 0,36
KESEHATAN 0,14 0,16 0,08 0,17 0,08 0,23 0,20 0,07
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 0,40 0,26 0,68 0,42 0,28 0,23 1,22 0,23
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 0,36 0,43 0,53 0,32 0,12 -0,04 0,09 0,12
37
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.41414141 Perbandingan Inflasi Jatim & Rata-Ratanya (yoy)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.43434343 Disagregasi Inflasi (mtm) Jawa Timur
peningkatan yang lebih tinggi pada inflasi kelompok ini karena disetujuinya penangguhan
penyesuaian UMK untuk 24 perusahaan di Jawa Timur.
Selanjutnya, berdasarkan disagregasinya, rata-rata inflasi bulanan Jatim terutama
didorong oleh peningkatan harga kelompok volatile foods pada level 3,58% (mtm),
sedangkan kelompok core inflation dan administered price masing-masing mengalami
inflasi 0,34% dan 0,31%. Namun demikian bila dibandingkan dengan rata-ratanya,
pencapaian level kelompok inflasi core inflation pada Maret 2013 sedikit lebih rendah
dibandingkan rata-rata inflasi selama 5 (lima) tahun terakhir (grafik 2.42), yang berada pada
level 0,22% (mtm). Sedangkan dua kelompok lainnya, yaitu kelompok inflasi volatile food
dan kelompok administered price lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi selama 5 (lima)
tahun terakhir (grafik 2.42), yang berada pada level 4,11% (mtm) dan 0,63%. Tercatat
sepanjang triwulan I-2013, pendorong inflasi bulanan berasal dari kelompok aneka bumbu,
sayur dan buah sebagai respon atas berkurangnya pasokan di pasar dampak dari
implementasi kebijakan pengendalian impor hortikultura. Sedangkan penurunan harga
emas perhiasan pada periode laporan sedikit menahan laju inflasi di kelompok inflasi inti
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.40404040 Inflasi Jatim per Komponen (yoy)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.42424242 Perbandingan – Disagregasi Inflasi Jawa Timur
-5,00
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2009 2010 2011 2012 2013
% (yoy)
umum Volatile food Adm Price Core Inflation
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Volatile Food (yoy)
Administered Price (yoy)Core Inflation (yoy)
Tw I-2012 Tw I-2013
Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah
38
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
pada periode laporan, meskipun masih berada pada level yang cukup tinggi dibandingkan
kelompok administered price.
Masih sama dengan periode sebelumnya, fluktuasi harga pada kelompok volatile food
dominan mendorong laju inflasi Jatim. Namun sedikit berbeda dengan data historisnya
(2008 – 2012), tekanan inflasi kali ini berasal dari komoditas hortikultura sebagai respon
pasar atas berkurangnya pasokan di pasar dampak dari implementasi kebijakan
pengendalian impor hortikultura. Umumnya pendorong utama kelompok volatile food
berasal dari sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya, serta sub kelompok
telur, susu dan hasil-hasilnya.
Pada triwulan I-2013, tekanan inflasi di Jatim yang berasal dari faktor fundamental
atau inflasi inti mencapai 4,44% (yoy), atau sedikit meningkat dibandingkan triwulan I-2012
yang tercatat sebesar 4,19%. Secara umum tekanan inflasi inti pada triwulan I-2013 berasal
dari faktor eksternal maupun internal. Ketidakpastian ekonomi Amerika dan Eropa
mempengaruhi ekspektasi pelaku ekonomi. Hal ini mendorong fluktuasi harga komoditas
internasional sebagai respon atas arah kebijakan pemerintah Amerika Serikat untuk
mengetatkan anggaran belanja dan kenaikan pajak (fiscal cliff). Sementara itu kondisi
output gap yang menunjukkan kesenjangan antara sisi permintaan dan penawaran pada
periode laporan diestimasikan berada pada kondisi yang cukup baik. Pasca meningkatnya
permintaan pada perayaan Natal, respon permintaan masyarakat Jawa Timur diperkirakan
mengalami perlambatan, yang kemudian direspon dengan baik oleh sisi penawaran/sektor
produksi. Hal ini turut dikonfirmasi oleh membaiknya tingkat kapasitas utilisasi dunia usaha
berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jatim pada Tw I-2013 yang
meningkat dari 79,43% menjadi 81,18% dari kapasitas terpasangnya.
63.4
56.9
67.2
71.5
63.3
64.2
70.0
69.8
75.1
80.1
77.7
73.2
74.9
69.370.7
73.974.3
73.3
74.5
78.178.5
30
40
50
60
70
80
90
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
%
8400
8600
8800
9000
9200
9400
9600
9800
10000
2-J
an
-12
2-F
eb
-12
2-M
ar-
12
2-A
pr-1
2
2-M
ay
-12
2-J
un
-12
2-J
ul-
12
2-A
ug-1
2
2-S
ep
-12
2-O
ct-
12
2-N
ov
-12
2-D
ec-1
2
2-J
an
-13
2-F
eb
-13
2-M
ar-
13
Kurs Tukar Rupiah
Rp/ 1 USD
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.44445555 Perkembangan Capacity Utilization
Sumber Survei Kegiatan Dunia Usaha Sumber: Kurs Tengah Bank Indonesia
Grafik 2.44Grafik 2.44Grafik 2.44Grafik 2.44 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
39
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.44446666 Perkembangan Harga Minyak Internasional
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.44447777 Perkembangan Harga CPO
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.44448888 Perkembangan Batu Bara
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.44449999 Perkembangan Harga Karet
102.24
94.65
95.30
93.12
30
40
50
60
70
80
90
100
110
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2012 2013
USD/Barel
1,036.38
735.56
775.00
755.53
30
230
430
630
830
1,030
1,230
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2012 2013
USD/Barel
73.70
68.15 68.07
66.66
40
45
50
55
60
65
70
75
80
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2012 2013
USD / Metrik Ton
360.65
303.62 334.25
327.52
150
200
250
300
350
400
450
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2012 2013
USD Cent / Kg
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.11112222 Perkembangan Kapasitas Utilisasi Industri Pengolahan
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha
2013
IIII IIIIIIII IIIIIIIIIIII IVIVIVIV IIII IIIIIIII IIIIIIIIIIII IVIVIVIV IIII IIIIIIII IIIIIIIIIIII IVIVIVIV I
REALISASIREALISASIREALISASIREALISASI
PERTANIANPERTANIANPERTANIANPERTANIAN 72,84 69,66 79,71 74,69 74,47 72,17 74,82 80,32 84,38 79,20 70,71 79,43 81,18
A. Tanaman Pangan 84,75 71,56 73,61 73,33 81,56 68,00 71,94 69,00 91,47 78,93 69,24 81,33 81,09
B. Tanaman Perkebunan 55,92 62,22 88,75 72,50 59,44 70,47 74,38 85,08 72,50 69,57 62,01 67,17 78,87
C. Peternakan dan Hasil - hasilnya 87,50 88,33 85,63 86,67 75,88 83,75 85,86 86,88 88,40 89,44 83,89 92,22 92,50
D. Kehutanan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
E. Perikanan 79,49 67,61 76,43 72,62 77,93 83,22 66,94 87,84 86,25 86,96 76,00 80,01 73,50
PERTAMBANGANPERTAMBANGANPERTAMBANGANPERTAMBANGAN 70,00 55,13 75,00 75,00 78,33 68,33 61,67 100,00 91,43 92,14 86,25 81,67 89,29
A. Minyak dan gas bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
B. Pertambangan tanpa migas 50,00 0,50 100,00 75,00 75,00 80,00 80,00 100,00 80,00 70,00 80,00 75,00 75,00
C. Penggalian 80,00 73,33 50,00 0,00 80,00 62,50 52,50 0,00 93,33 95,83 87,14 83,00 91,67
INDUSTRI PENGOLAHANINDUSTRI PENGOLAHANINDUSTRI PENGOLAHANINDUSTRI PENGOLAHAN 68,16 71,51 73,29 74,41 73,80 74,85 74,26 77,32 74,44 76,54 73,56 74,22 74,57
A. Industri Non Migas
1. Makanan, minuman dan tembakau 64,84 70,88 73,79 71,00 73,98 75,38 74,40 77,40 76,06 71,82 76,11 71,93 72,46
2. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 81,53 74,19 77,03 74,26 80,11 74,37 78,37 78,98 77,94 85,15 77,59 75,43 82,12
3. Barang kayu dan hasil hutan lainnya 53,07 63,23 58,15 61,79 59,67 65,81 56,73 59,91 65,45 71,25 60,44 73,90 76,78
4. Kertas dan barang cetakan 67,80 76,38 83,57 89,56 83,63 86,38 71,63 84,14 77,57 84,67 74,00 85,86 70,00
5. Kimia dan barang dari karet 73,24 78,47 76,13 87,11 80,91 83,54 83,86 87,23 80,29 81,31 81,23 82,45 80,96
6. Semen dan barang galian bukan logam 98,50 73,00 100,00 80,00 90,00 99,00 92,33 80,00 75,50 90,00 63,33 90,00 90,00
7. Logam dasar, besi dan baja 63,93 68,23 69,71 76,45 73,17 68,67 74,29 77,64 68,00 71,97 52,50 57,78 60,57
8. Alat angkutan, mesin dan peralatannya 78,00 76,25 76,67 72,50 64,63 73,13 73,57 80,00 73,57 80,00 79,43 81,13 76,88
9. Barang Lainnya 64,18 66,00 72,13 73,57 67,13 68,00 69,55 71,88 67,80 67,92 71,73 70,00 65,20
B. Industri Migas
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIHLISTRIK, GAS DAN AIR BERSIHLISTRIK, GAS DAN AIR BERSIHLISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 83,82 68,71 61,36 72,29 64,56 64,83 78,49 76,06 82,99 67,69 79,08 72,01 69,49
A. Listrik 0,00 67,50 26,67 82,50 35,00 45,00 46,50 66,25 95,00 44,31 75,00 44,25 38,50
B. Gas 0,00 75,00 100,00 0,00 80,00 0,00 81,67 72,00 75,00 69,33 82,00 72,00 100,00
C. Air bersih 83,82 67,75 70,71 69,74 70,99 69,79 86,27 81,78 81,99 72,33 79,67 78,18 73,99
TOTAL SELURUH SEKTORTOTAL SELURUH SEKTORTOTAL SELURUH SEKTORTOTAL SELURUH SEKTOR 69,49 70,71 73,89 74,31 73,26 73,64 74,47 78,14 78,53 78,53 78,53 78,53 77,09 77,09 77,09 77,09 73,73 73,73 73,73 73,73 75,66 75,66 75,66 75,66 76,91 76,91 76,91 76,91
SEKTORSEKTORSEKTORSEKTOR2010 20122011
Sumber Bloomberg Sumber: Bloomberg
Sumber Bloomberg Sumber: Bloomberg
40
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
b. Disagregasi Inflasi Umum
Berdasarkan komponen pembentuknya, inflasi inti sedikit meningkat yang
disebabkan kenaikan harga komoditas pada kelompok inflasi inti tradeable (barang).
Sedangkan inflasi inti non tradeable (jasa) meningkat pada level yang lebih rendah.
Meningkatnya inflasi inti tradeable didorong oleh sub kelompok makanan jadi sebagai
dampak lanjutan dari meningkatnya harga komoditas bahan makanan. Namun demikian,
pergerakan inflasi inti ini relatif kecil dibandingkan inflasi kelompok volatile food namun
sedikit lebih besar dibandingkan kelompok administered price.
Meningkatnya tekanan inflasi kelompok inti pada periode laporan menjadi salah
satu faktor pendorong inflasi Jatim pada level yang lebih tinggi. Tercatat inflasi inti selama
periode laporan berada pada level 0,9% (mtm). Jika dibandingkan antara komponen
pembentuknya, terdapat peningkatan sumbangan imported inflation yang tercermin pada
laju inflasi barang lebih tinggi dibandingkan inflasi jasa. Namun demikian, besaran inflasi
masih lebih besar didorong oleh faktor kenaikan harga sub kelompok makanan jadi.
Klasifikasi inflasi kelompok inti berdasarkan pengelompokan barang pabrik (kelompok inti -
manufacturing good) dan jasa (kelompok inti - services) pada grafik 2.54 mengindikasikan
bahwa tekanan inflasi kelompok jasa lebih rendah dibandingkan kelompok barang pabrik,
yang dipicu oleh kenaikan UMK dan TTL di awal tahun 2013.
Selanjutnya, klasifikasi kelompok inflasi barang untuk makanan (Core Inflation
Traded – Food) dan selain makanan (Core Inflation Traded – Non Food) menunjukkan
bahwa inflasi kelompok food lebih tinggi dibandingkan non food. Sebagaimana telah
diuraikan sebelumnya, kenaikan harga pada sub kelompok makanan jadi meningkat karena
kenaikan harga komoditas bahan makanan terutama jenis aneka bumbu, sayur dan buah.
Di sisi lain, minimnya tekanan harga emas perhiasan pada periode laporan turut
mendukung terbentuknya level inflasi inti yang lebih rendah dibandingkan kelompok inflasi
inti selain komoditas emas.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.50505050 Perbandingan Komponen Infasi Inti
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2012 2013
INTI Inti - Tradeable (Barang)
Inti - Non Tradeable (Jasa) Core -Exc. Gold
Sumber: BPS (diolah)
(%, yoy)
41
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
Kenaikan harga pada sektor konstruksi dapat dianalisis dari kelompok pembentuknya
pada inflasi inti, yang terbagi atas inflasi inti barang dan jasa. Data historis menunjukkan
bahwa pergerakan harga kedua kelompok ini relatif sama kecuali jika terjadi faktor pemicu
tertentu semisal kelangkaan barang atau kenaikan tarif UMK di awal tahun. Tercatat, rata-
rata inflasi kelompok barang dan jasa konstruksi periode 2011 s.d 2012 berada pada level
0.45% s.d 0,50% (mtm).
Pada triwulan I-2013, kenaikan harga jasa pada sektor konstruksi lebih tinggi
dibandingkan kelompok barang. Kenaikan UMK di awal tahun diindikasikan sebagai faktor
pendorong meningkatnya upah tukang bukan mandor di atas level normalnya yaitu pada
kisaran 2,6% s.d 3,5% (mtm). Inflasi kelompok ini hanya terjadi pada Jan s.d Feb,
sedangkan Maret mengalami deflasi. Sementara itu, kenaikan harga pada kelompok barang
hanya terjadi pada Januari 2013 yang kembali melandai pada periode berikutnya.
Komoditas pendorong inflasi kelompok ini terdiri dari kaca (2,46%) dan barang dari kayu
seperti daun pintu (5,11%), kayu balokan (1,58%), dan kusen (1,01%).
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.51515151 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.52525252 Perkembangan Inflasi Inti – Exclude Gold Price
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2011 2012 2013
INTI Inti - Tradeable
Inti - Non Tradeable Core -Exc. Gold
Sumber: BPS (diolah)
(%, mtm)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.53535353 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable - Food & Non Food
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.54545454 Perkembangan Inflasi Inti – Exclude Gold Price
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2011 2012 2013
TRADED Food Non Food
Sumber: BPS (diolah)
(%, mtm)
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2011 2012 2013
MANUFACTURING GOOD SERVICES
Sumber: BPS (diolah)
(%, mtm)
42
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
Ekspektasi inflasi masyarakat (yang tercermin dari hasil survei konsumen) juga masih
menjadi faktor pendorong inflasi inti, baik pada ekspektasi harga 3 (tiga) dan 6 (enam)
bulan yang akan datang (lihat grafik 2.60). Di sisi lain, kapasitas produksi terpakai
diperkirakan relatif stabil dan berada pada level yang moderat yang menunjukkan adanya
dukungan dari sisi penawaran.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.55555555 Perkembangan Inflasi
Traded – Konstruksi dan Non Konstruksi
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.55556666 Perkembangan Inflasi
Non Traded – Konstruksi dan Non Konstruksi
Sumber : BPS, data diolah. Sumber : BPS, data diolah.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.55557777 Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.55558888 Indeks Ketepatan Waktu Membeli
Barang Tahan Lama
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia
INDEX
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Penghasilan Saat In i
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
Sumber: Survei Konsumen BI (diolah)
Indeks
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.55559999 Kapasitas Produksi Terpakai & Kegiatan Usaha
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.60606060 Ekspektasi Harga yang Akan Datang
-4
1
6
11
16
21
26
31
36
41
64
66
68
70
72
74
76
78
80
I II III IV I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012 2013
% SBTKapasitas Produksi Terpakai (rhs) Perkembangan Kegiatan Usaha
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha BI (diolah)
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
180,00
200,00
220,00
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011123 6 91011121 2 3 4
2008 2009 2010 2011 2013
Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datang Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yang akan datang
Sumber: Hasil Survei Konsumen BI (diolah)
Indeks
43
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
3333 PERKEMBANGAN PERBANKANPERKEMBANGAN PERBANKANPERKEMBANGAN PERBANKANPERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM & SISTEM & SISTEM & SISTEM
PEMBAYARANPEMBAYARANPEMBAYARANPEMBAYARAN
Pada Pada Pada Pada TTTTriwulanriwulanriwulanriwulan IIII 2013201320132013, k, k, k, kinerja perbankaninerja perbankaninerja perbankaninerja perbankan di Jawa Timurdi Jawa Timurdi Jawa Timurdi Jawa Timur baik bank umum baik bank umum baik bank umum baik bank umum
maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih masih masih masih menunjukkan perkembangan yang menunjukkan perkembangan yang menunjukkan perkembangan yang menunjukkan perkembangan yang
positifpositifpositifpositif.... Secara tahunan (yoy) aset perbankan (bank umum dan BPR) tumbuh sebesar
19,18% hingga mencapai Rp 370,9 triliun, kredit tumbuh cukup tinggi sebesar 27,03%
hingga mencapai angka Rp 251,4 triliun dan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat
sebesar 13,94% menjadi Rp 292,8 triliun. Pertumbuhan aset dan DPK secara tahunan
sedikit melambat, sedangkan kredit tumbuh lebih ekspansif dibandingkan triwulan
sebelumnya.
Sementara fungsi intermediasi perbankan yang tercermin dari angka LDR (Loan
to Deposit Ratio) bank umum dan BPR tercatat sebesar 85,86%, meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 84,56%. Hal tersebut
menunjukan peran perbankan dalam menopang perekonomian Jawa Timur, dengan
risiko kredit yang masih cukup baik di level 2,29%.
Tabel 3.1Tabel 3.1Tabel 3.1Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
2013
III IV I II III IV I
Total Aset (Miliar Rupiah) 287,124.56 299,629.93 311,206.26 330,235.29 350,677.74 361,922.83 370,892.76
Pertumbuhan (%yoy) 16.43 17.33 18.65 19.47 22.13 20.79 19.18
Pertumbuhan (%qtq) 3.88 4.36 3.86 6.11 6.19 3.21 2.48
Dana Pihak Ketiga (Miliar Rupiah) 235,871.20235,871.20235,871.20235,871.20 252,420.27252,420.27252,420.27252,420.27 256,985.03256,985.03256,985.03256,985.03 266,634.97266,634.97266,634.97266,634.97 278,400.34278,400.34278,400.34278,400.34 293,979.22293,979.22293,979.22293,979.22 292,804.92292,804.92292,804.92292,804.92
Pertumbuhan (%yoy) 14.70 16.37 17.60 16.77 18.03 16.46 13.94
Pertumbuhan (%qtq) 3.29 7.02 1.81 3.76 4.41 5.60 (0.40)
Kredit (Miliar Rupiah) 184,365.66184,365.66184,365.66184,365.66 194,496.32194,496.32194,496.32194,496.32 197,908.02197,908.02197,908.02197,908.02 215,635.55215,635.55215,635.55215,635.55 229,312.65229,312.65229,312.65229,312.65 245,419.66245,419.66245,419.66245,419.66 251,401.19251,401.19251,401.19251,401.19
Pertumbuhan (%yoy) 20.45 22.07 19.65 22.26 24.38 26.18 27.03
Pertumbuhan (%qtq) 4.53 5.49 1.75 8.96 6.34 7.02 2.44
LDR (%)LDR (%)LDR (%)LDR (%) 78.16 77.05 77.01 80.87 82.37 83.48 85.86
NPL (%)NPL (%)NPL (%)NPL (%) 3.50 2.92 3.00 2.77 2.68 2.62 2.29
2011 2012INDIKATOR BANK UMUM DAN BPR
44
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
Dukungan sistem pembayaran pada perekonomian Jatim juga tercermin dari
pelaksanaan kegiatan Sistem Pembayaran baik tunai maupun non tunai yang berjalan
dengan baik selama Triwulan I 2013. Hal tersebut terkait dengan komitmen Bank
Indonesia dalam menjamin kelancaran sistem pembayaran serta pemenuhan kebutuhan
uang masyarakat, baik dalam jumlah maupun pecahan yang cukup.
Pada Triwulan I 2013 Jawa Timur mencatat posisi net inflow sebesar Rp 7,83 triliun.
Jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan mencapai Rp 1,67 triliun meningkat
89,46% (qtq). Kenaikan jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan seiring tingginya
jumlah uang yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) di triwulan ini. Sementara itu,
transaksi masyarakat yang menggunakan sistem pembayaran non tunai yaitu kliring dan
RTGS pada Triwulan I 2013 menunjukkan sedikit penurunan pasca tingginya transaksi non
tunai di akhir tahun.
3.1.3.1.3.1.3.1. PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM
Kinerja Bank Umum di Jawa Timur sampai dengan Triwulan I – 2013 masih tetap
menunjukkan perkembangan positif dan mencerminkan pelaksanaan fungsi
intermediasi yang berjalan dengan baik. Peningkatan kinerja Bank Umum di Jawa
Timur tersebut tercermin dari pertumbuhan total aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan
kredit masing-masing sebesar 19,10%, 13,85% dan 27,21% (yoy). Namun sesuai
polanya di sepanjang triwulan awal tahun berjalan, secara triwulanan pertumbuhan
ketiga indikator utama tersebut relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Peningkatan penyaluran kredit bank umum yang tidak diikuti peningkatan Dana
Pihak Ketiga, mendorong peningkatan rasio LDR dari sebesar 82,84% pada Triwulan IV
2012 menjadi 85,20% pada Triwulan I 2013. Baiknya penyaluran kredit tersebut
ditopang oleh rasio Non Performance Loan (NPL) dapat ditekan menjadi 2,26% atau
turun dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 2,6%.
45
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
Secara umum kinerja bank umum di Jawa Timur menunjukkan kinerja yang
konsisten dan terus meningkat selama kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir.
Secara umum tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum selama periode
2010 hingga Triwulan I - 2013 masih terus menunjukkan tren yang meningkat (grafik
3.1). Peningkatan ini terutama didorong oleh rata-rata pertumbuhan kredit yang lebih
tinggi daripada DPK. Berdasarkan kelompok bank, rasio LDR terbesar masih didominasi
oleh kelompok Bank Pemerintah dengan LDR sebesar 106,24%, diikuti oleh kelompok
Bank Asing sebesar 92,62% dan Bank Swasta sebesar 67,89% (grafik 3.2).
Berdasarkan nominal, proporsi penyaluran kredit masing-masing kelompok
bank terhadap total kredit perbankan di Jawa Timur masih didominasi oleh Bank
Pemerintah sebesar Rp 126,95 triliun atau 51,77%, Bank Swasta sebesar Rp 103,35 atau
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1 Perkembangan LDR
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Tabel 3.2Tabel 3.2Tabel 3.2Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Total Aset (Jt Rp) 304,224,004.00 322,889,656.00 342,663,960.00 353,595,712.00 362,320,071.28
Pertumbuhan (yoy %) 18.64 19.48 22.05 20.75 19.10
Pertumbuhan (qtq %) 3.89 6.14 6.12 3.19 2.47
Dana Pihak Ketiga (Jt Rp) 252,807,903.00 262,249,932.00 273,662,910.00 289,087,210.00 287,820,030.32
Pertumbuhan (yoy %) 17.62 16.75 17.94 16.39 13.85
Pertumbuhan (qtq) 1.78 3.73 4.35 5.64 (0.44)
Kredit (Jt Rp) 192,754,345.00 210,063,135.00 223,506,097.00 239,483,201.00 245,211,529.00
Pertumbuhan (yoy %) 19.63 22.30 24.49 26.28 27.21
Pertumbuhan (qtq) 1.64 8.98 6.40 7.15 2.39
LDR (%) 76.25% 80.10% 81.67% 82.84% 85.20%
NPL (%) 3.03 2.73 2.64 2.60 2.26
20132012INDIKATOR BANK UMUM
0
20
40
60
80
100
I II III IV I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012 2013
LDR (%)
0
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012 2013
LDR (%) Bank Pemerintah
Bank Swasta Bank Asing
46
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
42,14%, dan sisanya Bank Asing dengan penyaluran kredit sebesar Rp 14,9 triliun atau
6,08%. Peningkatan proporsi Bank Asing dari periode sebelumnya yang tercatat
sebesar 5,67% menjadi 6,08% pada Triwulan I 2013 menunjukkan peningkatan
partisipasi bank asing dalam pelaksanaan fungsi intermediasi di Jawa Timur.
3.1.1.3.1.1.3.1.1.3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIFASET DAN AKTIVA PRODUKTIFASET DAN AKTIVA PRODUKTIFASET DAN AKTIVA PRODUKTIF
Total aset bank umum pada Triwulan I - 2013 menunjukkan peningkatan
sebesar 19,10% (yoy), sedikit lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan
pada akhir tahun 2012 yang tercatat sebesar 20,5% (yoy). Namun demikian,
pertumbuhan dimaksud lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya (Triwulan I 2012) yang tercatat sebesar 18,64% (yoy).
Tingginya pertumbuhan aset bank umum mengindikasikan terjadinya
peningkatan aktivitas perekonomian di Jawa Timur, sehingga mendukung perbankan
untuk mencapai kinerja yang optimal dalam menjalankan fungsi intermediasinya.
Grafik 3.3 Grafik 3.3 Grafik 3.3 Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy)
0
5
10
15
20
25
30
-
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
250,000,000
300,000,000
350,000,000
400,000,000
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Rp
Ju
ta
Aset Kredit Dana
G Aset (yoy) G Kredit (yoy) G DPK (yoy)
%
y
o
y
Grafik 3.4 Grafik 3.4 Grafik 3.4 Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq)
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
%
Aset Kredit DPK
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.5555 Perkembangan Total Aset Bank Umum
0
5
10
15
20
25
-
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
250,000,000
300,000,000
350,000,000
400,000,000
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Rp
Ju
ta
Aset G Aset (yoy) rhs
%
y
o
y
%
y
o
y
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.6666 Proporsi Aset Bank Umum
45%
49%
6%
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
47
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)
Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum di Jawa Timur pada Triwulan I - 2013 terus
menunjukkan pertumbuhan yang positif. Tercatat jumlah DPK adalah sebesar Rp
287,82 triliun, atau tumbuh sebesar 13,85% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya.
Pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 17,62% (yoy).
Secara triwulanan, pertumbuhan DPK berfluktuasi dengan siklus yang hampir
sama yaitu cenderung melambat setiap awal tahun dan kembali meningkat pada
triwulan selanjutnya. Dengan mempertimbangkan siklus musiman tersebut serta
melihat prospek daya beli masyarakat yang masih meningkat, diprediksi sepanjang
tahun 2013 pertumbuhan DPK masih tetap meningkat sebagaimana tahun-tahun
sebelumnya.
Struktur DPK Bank Umum di Jawa Timur masih didominasi oleh tabungan
dengan proporsi sebesar 45,20%, diikuti dengan deposito 38,62% dan giro 16,18%.
Demikian pula apabila ditinjau dari sisi pertumbuhan, tabungan mencatatkan angka
pertumbuhan tertinggi dengan prosentase pertumbuhan sebesar 18,31% (yoy) disusul
oleh deposito dan giro dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 11,16% (yoy) dan
8,68% (yoy), dengan pola cenderung menurun di triwulan awal tahun berjalan, kecuali
deposito yang cenderung meningkat.
GrafikGrafikGrafikGrafik 3.3.3.3.7777 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy)
-5
0
5
10
15
20
-
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
250,000,000
300,000,000
350,000,000
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Rp
Ju
ta
Dana G DPK (yoy) G DPK (qtq)
%
y
o
y
BAB III – PERKEMBANGAN PERB
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.10101010 Perkembangan (Rp. Mi
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.8888 Pertumbuhan D
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw
2011
% y
oy
Giro Deposito
- 20,000,000 40,000,000 60,000,000 80,000,000
100,000,000 120,000,000 140,000,000 160,000,000
I II III IV
2011
Rp
Ju
ta
Tabungan
Grafik
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
%
BANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Region
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.11111 Komposisin DPK Per Jenis Simpanan ilyar)
Dana Pihak Ketiga (yoy)))) Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.9999 Pertumbuhan D
(5.00)
0.00
5.00
10.00
15.00
I II III IV
2011
% q
tq
Giro Deposi
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012 2013
Tabungan
I II III IV I
2012 2013
Giro Deposito
%
y
o
y
ik 3.12 Perbandingan Suku Bunga Simpanan – BI Rate
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2011 2012 2013
Giro Tabungan Deposito BI Rate
48
onal ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur
Triwulan I – 2013
isi DPK Bank Umum (%)
Dana Pihak Ketiga (qtq)
IV I II III IV I
2012 2013
posito Tabungan
16%
39%
45%
Tw I 2013
giro deposito tabungan
w I
013
49
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
Dari sisi tingkat bunga simpanan, tabungan dan giro masih menunjukan tren
menurun dengan rata-rata tertimbang berada di level 1,69% dan 1,75%, kecuali
deposito yang mulai cenderung meningkat dari 5,23% (tw.IV-2012) menjadi 5,26%
(grafik 3.12). Kenaikan tingkat bunga deposito mulai mengerek suku bunga pinjaman
terutama kredit investasi dan kredit konsumsi dari rata-rata tertimbang di level 11,25%
menjadi 11,33% dan dari 12,43% menjadi 12,56%. Sementara untuk tingkat bunga
kredit modal kerja masih menunjukan tren menurun yaitu dari 11,03% menjadi
10,95%. Hal tersebut merupakan cerminan bahwa sumber dana jangka pendek
cenderung dialokasikan perbankan pada pinjaman jangka pendek. Oleh karena itu,
penting bagi perbankan di Jawa Timur khususnya bank umum untuk mendorong
kegiatan operasionalnya dengan lebih efisien agar suku bunga kredit yang diberikan
dapat lebih kompetitif dan semakin meningkatkan fungsi intermediasi perbankan.
3.1.3.3.1.3.3.1.3.3.1.3. KREDIT KREDIT KREDIT KREDIT
Pada triwulan I 2013, penyaluran kredit oleh bank umum di Jawa Timur
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Kredit tumbuh sebesar 27,21% (yoy)
dan 2,39% (qtq) hingga mencapai Rp 245,21 triliun pada periode laporan.
Pertumbuhan kredit tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
(26,28% yoy) dan periode yang sama tahun sebelumnya (Triwulan I 2012) yang
tercatat sebesar 19,63% (yoy). Hal tersebut mencerminkan baiknya kinerja bank umum
Jawa Timur dalam melaksanakan fungsi intermediasi dengan penyaluran kredit kepada
masyarakat.
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.13333 Pertumbuhan Kredit (yoy)
0
5
10
15
20
25
30
-
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
250,000,000
300,000,000
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Rp
Ju
ta
Kredit G Kredit (yoy)
%
y
o
y
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
250,000,000
300,000,000
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Rp
Ju
ta
Kredit G Kredit (qtq)
%
y
o
y
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.14444 Pertumbuhan Kredit (qtq)
50
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
Berdasarkan jenisnya, kredit di Jawa Timur pada periode laporan masih
didominasi oleh kredit produktif dengan proporsi mencapai 71,84% dari total kredit
yaitu kredit modal kerja dengan jumlah mencapai Rp 142,72 triliun dengan proporsi
58,2% dan kredit investasi sebesar Rp 33,43 triliun dengan proporsi 13,63%. Disusul
kemudian kredit konsumsi dengan jumlah mencapai Rp 69,05 triliun atau dengan
proporsi 28,16% dari total kredit.
Pada Triwulan I 2013, ke-tiga jenis kredit bank umum dimaksud mencatat
pertumbuhan yang hampir sama yaitu dikisaran 27% (yoy) dengan tren meningkat
untuk kredit modal kerja, sedangkan kredit konsumsi cenderung stabil kecuali kredit
investasi yang cenderung tumbuh melambat. Indikasi perlambatan pertumbuhan
kredit investasi diduga pelaku usaha cenderung "wait and see" menyikapi kondisi
pasar global yang relatif masih belum stabil.
Berdasarkan kelompok bank, Bank Pemerintah masih menjadi penyalur kredit
terbesar dengan proporsi 51,77% dari total kredit, disusul oleh Bank Swasta sebesar
42,15% dan Bank Asing sebesar 6,08%. Ditinjau dari kinerja pertumbuhan kredit, bank
asing mencatat pertumbuhan tahunan tertinggi yaitu mencapai 38,189% (yoy), disusul
bank swasta dan bank pemerintah yang masing-masing tumbuh sebesar 27,07% dan
26,16%.
Tingginya pertumbuhan penyaluran kredit tersebut menunjukkan baiknya
kinerja bank umum di Jawa Timur dalam meningkatkan fungsi intermediasinya.
Tingkat persaingan yang semakin kondusif antara kelompok bank diharapkan dapat
mendorong peningkatan kualitas penyaluran kredit kepada masyarakat.
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.16666 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
52% 42%
6%
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.15555 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
58% 14%
28%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
51
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
3%
0% 1%
28%
0%
3%
24%
1%
4%
1%
3%
0% 0%
0%
1%
0%
0%
2%
28%
0%
1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN
2. PERIKANAN
3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
4. INDUSTRI PENGOLAHAN
5. LISTRIK, GAS DAN AIR
6. KONSTRUKSI
7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM
9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
10. PERANTARA KEUANGAN
12. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN
13. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN
SOSIAL WAJIB
14. JASA PENDIDIKAN
14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL
15. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN
PERORANGAN LAINNYA
16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA
17. BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL
LAINNYA
18. KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA
19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA
20. Lain-lain
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.17 7 7 7 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy)
- 5.00
10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2011 2012 2013
% y
oy
Modal Kerja Investasi Konsumsi
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.18888 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (qtq)
(5.00)
0.00
5.00
10.00
15.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
% q
tq
Modal Kerja Investasi Konsumsi
GrafikGrafikGrafikGrafik 3.3.3.3.19191919 Proporsi Kredit Sektoral
52
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit bank umum paling besar
disalurkan kepada sektor-sektor yang mendominasi struktur perekonomian di Jatim,
terutama untuk sektor Industri Pengolahan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran
dengan proporsi masing-masing sebesar 27,69% dan 24,04% dari total kredit.
Sementara penyaluran kredit untuk leading sector lainnya yaitu sektor pertanian,
perburuan dan kehutanan masih memperoleh proporsi kredit yang lebih kecil yaitu
hanya sebesar 2,6%. Proporsi peningkatan penyaluran proporsi kredit kepada sektor
pertanian penting untuk menjadi perhatian berbagai pihak terutama upaya terobosan
menghubungkan perbankan dengan sektor pertanian yang merupakan sektor terbesar
menyerap tenaga kerja di Jawa Timur, meskipun saat ini pertumbuhan kredit di sektor
ini secara tahunan sudah mencapai angka 40% (yoy).
Disisi lain, angka pertumbuhan penyaluran kredit tertinggi ditempati sektor jasa
perorangan yang melayani rumah tangga, sektor pertambangan dan penggalian, serta
sektor penyediaan akomodasi dan makan minum dengan pertumbuhan masing-masing
mencapai sebesar 111,08%, 64,7% dan 55,07% (yoy)..
3.1.4 3.1.4 3.1.4 3.1.4 KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAHKREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAHKREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAHKREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH ((((UUUUMMMMKM)KM)KM)KM)
Sejalan dengan komitmen untuk meningkatkan peranan UMKM dalam
mendukung perekonomian daerah, perbankan juga turut mengambil peranan dengan
meningkatkan penyaluran kredit pada sektor tersebut. Peluang perbankan dalam
pengembangan kredit UMKM masih terbuka lebar mengingat tingginya jumlah UMKM
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.20202020 Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy)
(5,000.00)
-
5,000.00
10,000.00
15,000.00
20,000.00
25,000.00
30,000.00
(100.00)
(50.00)
-
50.00
100.00
150.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN
2. PERIKANAN
3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
4. INDUSTRI PENGOLAHAN
6. KONSTRUKSI
7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN
MINUM
9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
10. PERANTARA KEUANGAN
16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH
TANGGA (rhs)
19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA
20. Lain-lain
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.21111 Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BI rate
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2011 2012 2013
%
Kredit Modal kerja Investasi
Konsumsi BI Rate
53
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
di Jawa Timur. Selain itu, berbagai fasilitas dan kebijakan yang disediakan oleh Bank
Indonesia dan Pemerintah Daerah seperti pembentukan PT. Jamkrida (lembaga
penjaminan kredit daerah), penyaluran kredit linkage, pemberian bantuan
teknis/pelatihan dan pendampingan kepada UMKM untuk memperoleh pembiayaan
dari perbankan dengan mengoptimalkan fungsi Konsultan Keuangan Mitra Bank
(KKMB), pengembangan klaster komoditas potensial, serta Program Kerjasama
Sertifikasi Tanah antara Bank Indonesia dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk
meningkatkan aksesibilitas kredit UMKM diharapkan mampu menjadi sweetener yang
mendorong industri perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit UMKM.
Perkembangan kredit UMKM yang disalurkan oleh perbankan di Jawa Timur
secara umum terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Tercatat pada
Triwulan I 2013 jumlah kredit UMKM mencapai angka Rp 70,4 triliun atau meningkat
sebesar 11,48% (yoy) atau 2,72% (qtq) dibandingkan periode sebelumnya.
Pertumbuhan kredit UMKM Jawa Timur diperkirakan akan terus tumbuh positif sejalan
dengan kondusifnya perekonomian Jawa Timur.
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.22222 Perkembangan Kredit UMKM
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
-
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
60,000,000
70,000,000
80,000,000
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
Kredit UMKM Juta Rupiah Growth % (yoy)
R
p
J
u
t
a
%
y
o
y
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
-
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
60,000,000
70,000,000
80,000,000
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I
2010 2011 2012 2013
Kredit UMKM Juta Rupiah NPL (%) Skala Kanan
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.23333 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank
56%
42%
2%
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
54
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
Proporsi penyaluran kredit UMKM oleh Bank Umum di Jawa Timur masih
didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar 56% dengan jumlah nominal mencapai Rp
39,45 triliun. Disusul kemudian oleh Bank Swasta dan Bank Asing dengan nominal dan
prosentase terhadap total kredit UMKM masing-masing sebesar Rp 29,75 triliun
(29,75%) dan Rp1,19 triliun (1,69%). Peningkatan jumlah penyaluran kredit UMKM
ketiga jenis bank dimaksud menunjukkan bahwa perbankan di Jawa Timur telah
merespon kebijakan Pemerintah Daerah dan menjadikan UMKM sebagai salah satu
pasar potensial.
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)1111
Hingga akhir Triwulan I 2013, perkembangan penyaluran Kredit Usaha Rakyat
(KUR) di Jawa Timur terus menunjukkan perkembangan yang baik. Berdasarkan data
Kementerian Koordinator Perekonomian RI, realisasi penyaluran KUR di Jawa Timur
hingga periode laporan mencapai Rp 16,32 triliun dengan jumlah debitur sebanyak
1,42 juta nasabah. Plafon KUR yang disalurkan tersebut tumbuh 50,58% (yoy) dan
10,46% (qtq).
Berdasarkan wilayahnya, pada Triwulan I 2013 Provinsi Jawa Timur berada pada
urutan kedua daerah penyalur KUR dengan plafon tertinggi secara nasional setelah
Jawa Tengah, dengan jumlah plafon KUR yaitu Jawa Tengah sebesar Rp 16,57 triliun
(15,24%) dan Jawa Timur sebesar Rp 16,32 triliun (28,55%). Jawa Barat menempati
posisi selanjutnya dengan jumlah penyaluran KUR sebesar Rp 13,81 triliun atau 12,71%
dari total plafon KUR nasional.
Tercatat outstanding atau baki debet KUR di Jatim pada periode laporan adalah
sebesar Rp 6,11 triliun, meningkat sebesar 22,32% (yoy) dan 2,85% (qtq). Penurunan
jumlah outstanding kredit KUR dimaksud diperkirakan disebabkan oleh adanya
pelunasan kredit pada akhir tahun 2012.
1 KUR merupakan kredit/pembiayaan kepada kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam
bentuk pemberian kredit modal kerja dan kredit investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif.
55
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
3.2.3.2.3.2.3.2. STABILITAS SISTEM PERBANKAN STABILITAS SISTEM PERBANKAN STABILITAS SISTEM PERBANKAN STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Stabilitas sistem perbankan yang merupakan bagian dari stabilitas sistem
keuangan memegang peranan penting untuk mewujudkan perekonomian yang kuat
dan stabil. Hasil penilaian terhadap kondisi sistem keuangan nasional menunjukkan
bahwa stabilitas sistem keuangan tetap terjaga di tengah dinamika perkembangan
perekonomian global. Baiknya kondisi sistem keuangan didukung oleh kinerja
perbankan yang cukup menggembirakan. Kinerja positif perbankan antara lain
tercermin dari aspek permodalan dan profitabilitas yang semakin kuat. Di samping itu,
kualitas intermediasi juga semakin baik yang ditunjukkan dari meningkatnya
penyaluran kredit produktif.
Stabilitas industri perbankan yang tercermin dari berbagai risiko yang dihadapi
dalam pelaksanaan transaksi perbankan selama Triwulan I - 2013 relatif stabil dan
terjaga. Peningkatan DPK bank umum sebesar 13,85% (yoy) diimbangi dengan
kecukupan alat likuid bank berupa giro BI, penempatan pada Bank Indonesia dan
penempatan pada bank lain untuk mengantisipasi adanya penarikan likuiditas.
Sementara potensi risiko kredit yang tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPL)
masih cukup baik dengan angka sebesar 2,26%. Peningkatan penyaluran kredit yang
diimbangi dengan terjaganya rasio NPL mengindikasikan adanya peningkatan stabilitas
sistem perbankan yang didukung oleh kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam
melaksanakan kewajibannya sebagai debitur.
Sementara itu, risiko lain yang masih harus diwaspadai adalah adanya risiko
operasional yang terkait dengan mekanisme proses internal, kesalahan manusia,
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.24 4 4 4 5 Besar Provinsi Penyalur KUR
23%
22%
19%
18%
18%
KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TIMUR
BALI BANTEN
LAMPUNG
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.25555 PerkembanganPenyaluran KUR di Jatim
0
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
1.400.000
1.600.000
0,00
2.000.000,00
4.000.000,00
6.000.000,00
8.000.000,00
10.000.000,00
12.000.000,00
14.000.000,00
16.000.000,00
18.000.000,00
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2011 2012 2013
Debitur (Jt Rp) Skala Kanan Plafon (Jt Rp) Outstanding (Jt Rp)
56
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
kegagalan sistem dan atau kejadian–kejadian yang mempengaruhi operasional bank.
Untuk itu, perlu adanya optimalisasi fungsi pengawasan atas kegiatan operasional
perbankan baik oleh internal bank melalui fungsi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI)
maupun oleh pihak eksternal dalam hal ini Bank Indonesia sebagai regulator dan
masyarakat sebagai pengguna jasa perbankan.
Beberapa program peningkatan perlindungan dan pemberdayaan nasabah yang
terdiri atas Transparansi Produk, Penyelesaian Pengaduan, Mediasi Perbankan, dan
Edukasi Konsumen masih menjadi upaya yang terus dilakukan oleh Bank Indonesia
untuk mendorong terciptanya iklim perbankan yang kondusif dengan cara mendorong
peningkatan kualitas pelayanan perbankan maupun perlindungan konsumen.
3.2.1. RISIKO KREDIT3.2.1. RISIKO KREDIT3.2.1. RISIKO KREDIT3.2.1. RISIKO KREDIT
Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap
total kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur secara umum terus
menunjukkan perbaikan. Pada periode laporan, tercatat NPL membaik dibandingkan
periode sebelumnya yaitu dari sebesar 2,6% pada Triwulan IV 2012 menjadi 2,26%
pada Triwulan I 2013. Penurunan NPL ini disebabkan pertumbuhan kredit yang lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan nominal kredit bermasalah.
Berdasarkan kelompok bank, angka NPL tertinggi terjadi pada kelompok bank
pemerintah yaitu sebesar 2,74%, disusul bank asing dan bank swasta yang masing-
masing sebesar 2,01% dan 1,7%.
Berdasarkan jenis penggunaannya, NPL kredit tertinggi terjadi pada kredit
investasi dengan prosentase sebesar 2,78%, disusul oleh kredit modal kerja sebesar
2,53% dan kredit konsumsi sebesar 1,44%. Penurunan angka nominal NPL terbesar
terjadi pada kredit modal kerja yang menurun sebesar -21,07% (qtq) dari sebesar Rp
4,57 triliun pada akhir tahun 2012 menjadi sebesar Rp 3,6 triliun pada Triwulan I 2013.
Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.4444 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan NPL NPL NPL NPL perperperper----Kelompok BankKelompok BankKelompok BankKelompok Bank
Sumber: Bank Indonesia
2013
IIII I II II II I I I II I II I II I I IVIVIVIV IIII I II II II I I I II I II I II I I IVIVIVIV IIII
NP L Bank Umum (%)NP L Bank Umum (%)NP L Bank Umum (%)NP L Bank Umum (%) 3.363.363.363.36 3.553.553.553.55 3.473.473.473.47 2.892.892.892.89 3.033.033.033.03 2.732.732.732.73 2.642.642.642.64 2.602.602.602.60 2.262.262.262.26
a. Bank P emerintah 3.77 4.10 4.37 3.69 3.90 3.62 3.37 3.46 2.74
b. Bank S was ta 2.57 2.64 2.13 1.71 1.66 1.51 1.69 1.64 1.70
c. Bank As ing 5.18 4.88 4.46 4.18 4.12 3.87 3.05 1.98 2.01
2011KE TE R ANGANKE TE R ANGANKE TE R ANGANKE TE R ANGAN
2012
57
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
Sementara itu NPL kredit investasi dan kredit konsumsi tumbuh dengan besaran yang
hampir sama, yaitu sebesar 17,45% dan 14,73% (qtq). Penurunan NPL kredit modal
kerja diperkirakan disebabkan oleh pembayaran kredit setelah adanya pelunasan biaya
proyek pada akhir tahun, menyebabkan rasio NPL turun dari 3,27% menjadi 2,53%.
Secara aggregat perbankan, kredit konsumsi memiliki tingkat risiko yang lebih
rendah dibandingkan kredit lainnya karena risiko kredit tersebar pada banyak debitur
sehingga dapat meminimalkan signifikansi default debitur kredit konsumsi.
Secara sektoral, penyaluran kredit dengan NPL terbesar adalah sektor
"perikanan", sektor "pertanian, perburuan dan kehutanan" serta sektor
"pertambangan dan penggalian" dengan NPL masing-masing sebesar 5,18%,
4,45% dan 3,65%. Tingginya NPL sejalan dengan tingginya komposisi
penyaluran kredit perbankan kepada sektor dimaksud.
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.26666 Perkembangan NPL Bank Umum
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
05,000,000
10,000,00015,000,00020,000,00025,000,00030,000,00035,000,00040,000,00045,000,000
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
Pemerintah (Jt Rp) Swasta (Jt Rp) Asing (Jt Rp)
NPL Pemerintah (%) NPL Swasta (%) NPL Asing (%)
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.27777 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
%
NPL Bank Umum (%) Modal Kerja Investasi Konsumsi
GrafikGrafikGrafikGrafik 3.3.3.3.28282828 NPL per Sektor Ekonomi
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
I II III IV I
2012 2013
% N
PL
1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN
KEHUTANAN
2. PERIKANAN
3. PERTAMBANGAN DAN
PENGGALIAN
4. INDUSTRI PENGOLAHAN
5. LISTRIK, GAS DAN AIR
6. KONSTRUKSI
7. PERDAGANGAN BESAR DAN
ECERAN
58
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
Secara umum NPL kredit dari sektor utama mengalami tren menurun. Meskipun
kredit sektor pertanian dan perikanan sempat mengalami peningkatan di akhir tahun
2012, namun pada awal tahun 2013 NPL kredit keduanya kembali mengalami
penurunan. Hal tersebut diperkirakan disebabkan oleh berlalunya musim penghujan di
akhir tahun, dan berganti dengan datangnya musim panen di awal tahun.
3.3.3.3.3.3.3.3. PERBANKAN SYARIAH PERBANKAN SYARIAH PERBANKAN SYARIAH PERBANKAN SYARIAH
Terus tumbuh dan berkembangnya kegiatan usaha perbankan syariah di
Provinsi Jawa Timur didukung oleh pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang terus
menunjukkan perkembangan positif, serta masih terbukanya potensi pengembangan
pasar perbankan syariah di Jawa Timur. Selain itu, peningkatan kinerja perbankan
syariah di Jawa Timur juga dapat menjadi indikasi meningkatnya kepercayaan
masyarakat terhadap Bank Syariah.
Secara tahunan, indikator kinerja utama Perbankan Syariah di Jawa Timur yang
terdiri atas aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan mencatat pertumbuhan
dibandingkan periode sebelumnya. Aset tumbuh sebesar 39,51% (yoy) dan 4,22% (qtq)
dari Rp 16,57 triliun pada Triwulan IV - 2012 menjadi Rp 17,27 triliun pada Triwulan I -
2013. Sementara itu, dana masyarakat yang disimpan pada Bank Syariah di Jawa Timur
tumbuh 40,87% (yoy) dan 5,96% (qtq) dari sebesar Rp 12,39 triliun menjadi Rp 13,13
triliun.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.29292929 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq)
Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.30000 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy)
0
20
40
60
80
100
120
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
16,000,000
18,000,000
20,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2011 2012 2013
Rp
Ju
ta
Aset Pembiayaan Dana
G DPK (yoy) G Aset (yoy) G Kredit (yoy)
%
y
o
y
0
5
10
15
20
25
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
16,000,000
18,000,000
20,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2011 2012 2013
Rp
Ju
ta
Aset Pembiayaan Dana
G Aset (qtq) G Kredit (qtq) G DPK (qtq)
%
q
t
q
59
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
Berdasarkan komposisinya, peningkatan dana masyarakat didorong oleh cukup
tingginya pertumbuhan ketiga jenis simpanan yaitu giro, tabungan dan deposito yang
masing–masing secara tahunan tumbuh sebesar 44,04%, 38,27% dan 42,22% (yoy).
Secara triwulanan, pertumbuhan dari masing-masing Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank
Syariah di Jawa Timur adalah sebesar 12,82% (qtq) untuk tabungan, dan sebesar 2,41%
(qtq) untuk deposito. Sementara giro pada periode laporan mencatat penurunan
sebesar -12,24% (qtq) dibandingkan Triwulan IV 2012.
Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah di Jawa Timur selama Tw I 2013
tumbuh sebesar 3,91% (qtq) atau 39,51% (yoy) dengan baki debet sebesar Rp 12,45
triliun. Berdasarkan jenisnya, penyaluran pembiayaan modal kerja memperoleh porsi
tertinggi dengan prosentase sebesar 42,05% dibandingkan dengan total pembiayaan.
Sementara kredit konsumsi dan investasi memperoleh prosentase yang lebih kecil yaitu
masing-masing sebesar 39,45% dan 18,49%.
Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.31111 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur
9%
38% 53%
Giro Tabungan Deposito
Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.32222 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy)
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
% y
oy
GIRO DEPOSITO TABUNGAN
Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.33333 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
% y
oy
Modal Kerja Konsumsi Investasi
Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.34444 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
42%
19%
39%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
60
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
Beralihnya komposisi terbesar penyaluran pembiayaan dari konsumsi ke modal
kerja menunjukkan bahwa masyarakat telah mulai mempercayai perbankan syariah
sebagai mitra bisnis, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Hal ini
tercermin dari pertumbuhan pembiayaan modal kerja dan investasi yang masing-
masing tumbuh sebesar 45,66% (yoy) dan 52,98% (yoy) jauh di atas pertumbuhan
pembiayaan konsumsi yang hanya mencapai 28,44%. Dengan demikian, perbankan
syariah juga secara bertahap mendukung pengembangan sektor produktif di Jawa
Timur.
Kinerja penyaluran pembiayaan yang baik tersebut didukung dengan kualitas
pembiayaan yang terjaga, tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) sebesar
1,91%.
Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan proporsi penyaluran
pembiayaan dibandingkan dengan dana yang dihimpun secara umum menunjukkan
pertumbuhan yang stabil di kisaran 94,84%.
3.4.3.4.3.4.3.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
Indikator kinerja utama BPR di Jawa Timur pada Triwulan I - 2013 menunjukkan
peningkatan yang cukup baik. Secara tahunan, total aset pada periode laporan
tumbuh sebesar 22,78% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.33335555 Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR)
Perbankan Syariah Jawa Timur
90.00
92.00
94.00
96.00
98.00
100.00
102.00
104.00
106.00
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2011 2012 2013
%
FDR (%) NPF (%)
61
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
tercatat tumbuh sebesar 22,31% (yoy). Penghimpunan dana meningkat dari sebesar
19,34% (yoy) pada periode laporan, sedikit lebih rendah dibandingkan periode
sebelumnya yang tercatat sebesar 21,07%. Demikian pula penyaluran kredit BPR yang
tumbuh sebesar 20,10% (yoy), menurun dibandingkan dengan Triwulan IV 2012 yang
tercatat sebesar 22,42%.
Sampai dengan Triwulan I 2013, total dana masyarakat yang disimpan pada BPR
di Jawa Timur mencapai Rp 4,98 triliun. Berdasarkan jenisnya, pertumbuhan tertinggi
dicapai oleh tabungan yang tumbuh sebesar 21,16% (yoy) dibandingkan periode
sebelumnya. Sementara deposito tumbuh di level yang sedikit lebih rendah yaitu
18,49% (yoy).
Stabilnya peningkatan dana masyarakat dalam bentuk deposito dan tabungan
yang disimpan di BPR hingga Triwulan I - 2013, selain menunjukkan tingginya
kepercayaan masyarakat juga terkait dengan besarnya suku bunga simpanan BPR yang
secara rata-rata berada di atas tingkat suku bunga deposito bank umum. Walaupun
BPR memiliki daya saing dalam penghimpunan dana karena pemberian suku bunga
deposito yang lebih tinggi dibandingkan Bank Umum (komposisi deposito terhadap
total penghimpunan dana sebesar 68%), namun secara bertahap juga mulai
meningkatkan penghimpunan dana murah. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan
tabungan yang melebihi pertumbuhan deposito pada periode laporan. LPS juga secara
Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.5555 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
I II III IV I
1111 Total As s etT otal As s etT otal As s etT otal As s et 6,982,253 7,345,638 8,013,778 8,327,121 8,572,689
2222 KreditKreditKreditKredit
P er J enis P enggunaanP er J enis P enggunaanP er J enis P enggunaanP er J enis P enggunaan 5,153,678 5,572,413 5,806,554 5,936,457 6,189,661
- Modal Kerja 3,355,165 3,631,661 3,781,188 3,801,754 4,105,148
- Inves tas i 156,005 171,126 195,048 284,088 202,962
- Konsums i 1,642,508 1,769,626 1,830,319 1,850,615 1,881,551
3333 4.29% 4.14% 4.24% 3.39% 3.84%
4444 4,177,128 4,385,038 4,737,430 4,892,009 4,984,885
- Depos ito 2,850,360 3,032,046 3,271,589 3,319,944 3,377,435
- Tabungan 1,326,767.86 1,352,992.08 1,465,841.86 1,572,064 1,607,450
4444 123.38% 127.08% 122.57% 121.35% 124.17%
20132012
NP L (%)NP L (%)NP L (%)NP L (%)
Dana (dpk)Dana (dpk)Dana (dpk)Dana (dpk)
LDRLDRLDRLDR
BPR (Juta Rupiah)
62
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
bertahap menurunkan suku bunga penjaminannya sehingga menjadi acuan oleh BPR
untuk menentukan komposisi pendanaan dan meningkatkan efisiensi.
Pertumbuhan penyaluran kredit modal kerja yang memiliki proporsi terbesar
dalam penyaluran kredit BPR (mencapai 66,32% dari total kredit) meningkat sebesar
22,35% (yoy) menjadi sebesar Rp 4,1 triliun pada Triwulan I - 2013. Sementara kredit
investasi tumbuh sebesar 30,1% (yoy), dan kredit konsumsi tumbuh sebesar 14,55%
(yoy) pada periode laporan. Tingginya pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja
yang disalurkan mengindikasikan bahwa BPR mulai meningkatkan penyaluran
kreditnya pada sektor produktif sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
masyarakat di sekitarnya.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.36363636 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% - yoy)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
% y
oy
DEPOSITO TABUNGAN DPK
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.37373737 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-qtq)
(2.00)
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2,013%
qtq
DPK Deposito Tabungan
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.38383838 Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan (yoy)
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
% y
oy
Kredit Modal Kerja Investasi Konsumsi
63
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari pertumbuhan DPK selama 2 (dua)
periode terakhir menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat dari 121,35%
pada Triwulan IV - 2012 menjadi sebesar 124,17% pada Triwulan I - 2013. Tingginya
pertumbuhan kredit tersebut didukung dengan relatif terjaganya kualitas kredit yang
tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) sebesar 3,84%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa fungsi intermediasi BPR telah berjalan dengan cukup baik dan
menjadi salah satu indikasi peningkatan kinerja BPR dalam menghadapi resiko kredit.
3.5.3.5.3.5.3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYBANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYBANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYBANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYAAAA
Kinerja 6 (enam)2 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya pada triwulan
laporan menunjukkan tren pertumbuhan yang stabil dan cenderung meningkat.
Tercatat pertumbuhan total aset Bank Berkantor Pusat di Jawa Timur yang sempat
anjlok di triwulan IV 2012 kembali menunjukkan peningkatan dibandingkan periode
sebelumnya, baik secara tahunan maupun triwulanan yang masing-masing sebesar
12,56% (yoy) dan 14,81% (qtq).
2 ) 6 Bank BerkantorPusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank Maspion, Bank Antardaerah (Bank Anda),
Bank Anglomas Internasional (Bank Amin), Bank Centratama Nasional Bank (CNB) dan Bank Prima Master.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.39393939 Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan
Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.40000 Perkembangan LDR & NPL BPR
66%
3%
31%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
105.00%
110.00%
115.00%
120.00%
125.00%
130.00%
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
%
LDR NPL Skala Kanan
64
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
Sumber utama pertumbuhan aset bank berkantor pusat di Surabaya adalah
peningkatan dana pihak ketiga yang pada triwulan ini meningkat hingga 4,91% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya. Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
dihimpun dari masyarakat terdiri atas giro, tabungan dan deposito dengan proporsi
masing-masing sebesar 39,41%, 29,41% dan 31,19%. Pertumbuhan terbesar DPK
didominasi oleh peningkatan simpanan dalam bentuk tabungan yang pada Triwulan I -
2013 ini mencapai 13,73% (yoy). Sementara giro dan deposito menurun masing-masing
sebesar -14,95% (yoy) dan -3,92% (yoy).
Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.6666 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya
Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.41111 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)
(10.00)
(5.00)
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
%
Aset Kredit DPK
Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.42222 Perumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
(20.00)
(15.00)
(10.00)
(5.00)
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
%
Aset Kredit DPK
2013
I II III IV I
Total Aset (Juta Rupiah) 36,657,865.00 38,361,025.00 42,254,532.00 35,941,107.00 41,263,366.55
Pertumbuhan (yoy %) 36.85 29.30 35.28 17.61 12.56
Pertumbuhan (qtq %) 19.95 4.65 10.15 (14.94) 14.81
Dana Pihak Ketiga (Juta Rupiah) 26,344,525.00 26,605,346.00 27,931,448.00 23,996,099.00 25,173,780.01
Pertumbuhan (yoy %) 29.74 15.66 16.60 10.30 (4.44)
Pertumbuhan (qtq) 21.09 0.99 4.98 (14.09) 4.91
Kredit (Juta Rupiah) 17,436,071.00 18,919,553.00 19,726,756.00 19,805,245.00 20,175,683.58
Pertumbuhan (yoy %) 22.19 21.83 18.26 16.79 15.71
Pertumbuhan (qtq) 2.82 8.51 4.27 0.40 1.87
LDR (%) 66.18% 71.11% 70.63% 82.54% 80.15%
NPL (%) 2.65% 3.56% 4.74% 5.55% 5.99%
2012Bank KP di Jatim
65
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
Penyaluran kredit Bank Umum yang berkantor pusat di Surabaya tumbuh
sebesar 15,71% (yoy) dan 2,82% (qtq), meningkat dari sebesar Rp 19,8 triliun pada
Triwulan IV-2012 menjadi Rp 20,17 triliun pada periode laporan. Berdasarkan jenis
kreditnya, kredit konsumsi masih memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 61,86%,
disusul kemudian oleh kredit modal kerja dan Investasi dengan proporsi masing-masing
sebesar 32,16% dan 5,98%.
Tren pertumbuhan kredit modal kerja berfluktuasi dan membentuk pola
tertentu yaitu sedikit melambat pada akhir tahun dan meningkat kembali di awal
tahun, namun masih memiliki tren meningkat. Sedangkan kredit konsumsi walaupun
secara komposisi mendominasi, namun tren pertumbuhannya terus menurun
dibandingkan periode sebelumnya. Dengan demikian diharapkan perpaduan dua
kondisi tersebut akan tetap meningkatkan penyaluran kredit produktif kepada
masyarakat.
Kinerja penyaluran kredit Bank Umum Berkantor Pusat di Surabaya pada Triwulan
I - 2013 didukung oleh terjaganya kualitas kredit yang ditunjukkan oleh rasio NPL yang
cukup rendah, yaitu sebesar 2,03%. Rasio NPL tersebut lebih kecil dibandingkan
dengan NPL pada akhir tahun 2012 yang tercatat ebesar 2,06%.
Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.43333 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya
Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.44444 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
40%
31%
29%
Giro Deposito Tabungan
(45.00)
(40.00)
(35.00)
(30.00)
(25.00)
(20.00)
(15.00)
(10.00)
(5.00)
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
% q
tq
Giro Deposito Tabungan
66
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, Bank Umum
Berkantor Pusat di Jawa Timur menunjukkan perkembangan kinerja positif yang
terlihat dari terjaganya Loan to Deposit Ratio (LDR) di kisaran 80,15% pada periode
laporan atau dibawah level LDR Bank Umum di Jatim yang tercatat sebesar 85,20%,
sehingga masih cukup ruang bagi Bank Umum Berkantor Pusat di Jawa Timur untuk
lebih meningkatkan eksposure kreditnya terutama untuk sektor produktif di Jawa
Timur. Dari sisi risiko kredit yang tercermin dari angka NPL cenderung menunjukkan
tren meningkat, meskipun dengan angka yang relatif kecil di level 2,03%.
3.6 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen terintegrasi dengan fungsi
Bank Indonesia lainnya yaitu moneter dan perbankan. Dimana kebijakan dan pelaksanaan
kegiatan Sistem Pembayaran mempunyai keterkaitan dengan efektivitas pengendalian
moneter dan pengawasan perbankan.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.44445555 Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.46464646 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.47474747 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di
(30.00)
(25.00)
(20.00)
(15.00)
(10.00)
(5.00)
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
% q
tq
Modal Kerja Investasi Konsumsi
32%
6%
62%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013
LDR NPL ( rhs)
67
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
Sampai dengan awal tahun 2013, kegiatan Sistem Pembayaran di Jawa Timur baik
tunai maupun non tunai berjalan dengan baik. Hal tersebut tidak terlepas dari tingginya
komitmen Bank Indonesia dalam menjamin kelancaran sistem pembayaran dan
pemenuhan kebutuhan uang masyarakat, baik dalam jumlah maupun pecahan yang
cukup.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan kinerja
Sistem Pembayaran di Jawa Timurantara lain peningkatan jumlah transaksi keuangan
tunai yang terdiri atas aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow) dan
aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow), transaksi keuangan non
tunai (BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank
Indonesia (SKNBI)), serta jumlah temuan uang palsu di Wilayah Jawa Timur.
3.6.1 Transaksi Keuangan Tunai
Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan,
antara lain: jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow),jumlah
aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow), serta kegiatan pemusnahan
Uang Tidak Layak Edar (UTLE) atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB).
a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)
Pada Triwulan I 2013, jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di
wilayah Jawa Timur yang meliputi KPwBI Wilayah IV (Surabaya), Malang, Kediri, dan
Jember secara kumulatif menunjukkan posisi net inflow.Hal tersebut dapat diartikan bahwa
jumlah aliran uang yang masuk ke Bank Indonesia dari perbankan (inflow) lebih besar
dibandingkan dengan jumlah aliran uang yang keluar dari Bank Indonesia kepada
perbankan (outflow).
68
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
Angka net inflow pada periode laporan tercatat sebesar Rp 7,83 triliun. Kondisi
tersebut berbeda apabila dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu Triwulan IV 2012 yang
mencatat net outflow sebesar Rp 1,53 triliun.Net inflow yang terjadi disebabkan oleh
peningkatan inflow yang cukup tinggi hingga mencapai 60% (qtq), yaitu dari sebesar Rp
9,99 triliun pada Triwulan IV 2012 menjadi Rp 15,99 triliun pada Triwulan I 2013. Di lain sisi,
terjadi penurunan outflow sebesar -29,27% (qtq) yaitu dari Rp 11,53 triliun pada triwulan
akhir tahun 2012 menjadi Rp 8,16 triliun.
Peningkatan jumlah uang yang masuk ke Bank Indonesia dari perbankan (inflow) pada
periode laporan merupakan arus balik dari tingginya jumlah uang keluar dari Bank Indonesia
ke perbankan (outflow) pada periode sebelumnya. Momen hari libur natal dan tahun baru
menyebabkan transaksi ekonomi masyarakat yang menggunakan uang kartal meningkat
pada akhir tahun. Pada awal tahun 2013 (periode laporan), uang kartal yang beredar
tersebut kembali masuk ke Bank Indonesia sehingga menyebabkan posisi arus uang kartal
menjadi net inflow.
Tabel 3.7 PerkembanganArusUangTunai (Inflow –Outflow)
Kantor Perwakilan Bank Indonesia dalam miliar rupiah
2013
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
OUTFLOW 3.350,88 6.080,74 6.803,54 6.192,91 4.728,70
INFLOW 6.422,70 5.078,72 8.120,04 4.776,87 7.502,76
NET FLOW 3.071,82 (1.002,03) 1.316,50 (1.416,04) 2.774,06
OUTFLOW 1.546,42 3.027,60 3.585,98 2.561,01 1.657,39
INFLOW 1.851,00 1.113,18 2.309,86 1.269,90 2.194,90
NET FLOW 304,59 (1.914,42) (1.276,12) (1.291,11) 537,51
OUTFLOW 875,65 1.359,03 1.996,30 1.417,27 826,44
INFLOW 3.105,34 2.181,97 2.823,32 2.792,64 4.205,10
NET FLOW 2.229,69 822,93 827,02 1.375,38 3.378,66
OUTFLOW 845,27 1.518,28 1.915,09 1.359,02 943,13
INFLOW 1.249,74 1.331,97 1.654,95 1.154,19 2.088,87
NET FLOW 404,48 (186,30) (260,14) (204,83) 1.145,75
OUTFLOW 6.618,21 11.985,65 14.300,91 11.530,20 8.155,66
INFLOW 12.628,79 9.705,83 14.908,16 9.993,60 15.991,64
NET FLOW 6.010,57 (2.279,82) 607,25 (1.536,60) 7.835,97
Keterangan :
Net Flow (+) : Net Inflow
Net Flow (-) : Net outflow
JEMBER
JAWA TIMUR
2012
SURABAYA
KEDIRI
MALANG
Wilayah Keterangan
69
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
b. Uang Kartal Tidak Layak Edar
Salah satu upaya yang dilakukan Bank Indonesia dalam memelihara kualitas uang
kartal yang diedarkan kepada masyarakat (Clean Money Policy) adalah pelaksanaan
kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) atau Pemberian Tanda Tidak
Berharga (PTTB) secara rutin.
Selama Triwulan I 2013, jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan mencapai
Rp 1,67 triliun. Jumlah tersebut meningkat sebesar 89,46% (qtq) apabila dibandingkan
dengan periode sebelumnyayang tercatat sebesarRp 882,95 miliar.Kenaikan jumlah uang
tidak layak edar yang dimusnahkan seiring tingginya jumlah uang yang masuk ke Bank
Indonesia (inflow) di triwulan ini.
Gambar 3.49
Perkembangan Net Flow JawaTimur
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Gambar 3.50 PemusnahanUangTidakLayakEdar (PTTB)
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Gambar 3.48 PerkembanganArusUangTunai (Inflow –Outflow)
DalamJuta Rupiah
0,00
2.000.000,00
4.000.000,00
6.000.000,00
8.000.000,00
10.000.000,00
12.000.000,00
14.000.000,00
16.000.000,00
18.000.000,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012 2013
Juta
Ru
pia
h
OUTFLOW INFLOW
(4.000.000,00)
(2.000.000,00)
-
2.000.000,00
4.000.000,00
6.000.000,00
8.000.000,00
10.000.000,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2011 2012 2013
Juta
Ru
pia
h
NETFLOW
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
-
1.000.000,00
2.000.000,00
3.000.000,00
4.000.000,00
5.000.000,00
6.000.000,00
7.000.000,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2011 2012 2013
Juta
Ru
pia
h
PTTB Rasio PTTB thdp Inflow (%) rhs
70
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
Namun demikian, secara keseluruhan tren perkembangan jumlah nominal angka
PTTB di Jawa Timur masih menunjukkan penurunan. Tren penurunan jumlah uang kartal
tidak layak edar tersebut terkait dengan upaya Bank Indonesia yang terus melakukan
sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang
kartal, antara lain melalui brosur, pamflet, serta edukasi perbankan. Dengan demikian
diharapkan usia edar uang kartal dapat lebih panjang sehingga mengurangi besarnya
volume PTTB yang pada akhirnya mengurangi biaya percetakan uang baru.
3.6.2 Transaksi Keuangan Non Tunai
Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan
transaksi non tunai masyarakat melalui perbankan dengan menggunakan sistem BI-Real
Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
Secara umum perkembangan keduanya jenis sistem pembayaran tersebut di Jawa
Timurterus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu dengan dominasi terbesar
transaksi RTGS.
a. Transaksi BI-RTGS ( Real Time Gross Settlement)
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dikembangkan
sebagai upaya mitigasi risiko dalam sistem pembayaran antar bank yang bernilai besar
(high-value payment system).
Gambar 3.51
PerkembanganTransaksi Non Tunai Di JawaTimur
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012 2013
Kliring (Rp triliun) RTGS (Rp triliun)
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012 2013
Share Kliring Share RTGS
71
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
Transaksi keuangan dengan menggunakan sistem RTGS di Jawa Timur pada
Triwulan I- 2013 menunjukkan tren yang sedikit menurun dibandingkan dengan periode
sebelumnya. Tercatat volume transaksi RTGS (outgoing) dari 30 kota di Jawa Timur pada
periode laporan adalah sebanyak 79.223 transaksi dengan nominal mencapai Rp 126,58
triliun. Nominal tersebutmenurun-36,03% (qtq)dibandingkan periode sebelumnya.
Sementara apabila ditinjau dari volume transaksi, menurun dengan posentase yang lebih
besar yaitu -58,29% (qtq).
Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa Timur,
besar transaksi RTGS di tingkat kota/kabupaten masih menunjukkan terpusatnya kegiatan
perekonomian pada wilayah–wilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya, pada Triwulan I
2013transaksi RTGS baik outgoing maupun incomingmasih didominasi oleh
kota/kabupaten dengan karakteristik perekonomian yang cukup menonjol. Kota Surabaya
sebagai Ibu Kota provinsi Jawa Timur masih mendominasi besarnya transaksi.
Gambar 3.52
Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Gambar 3.53 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS
Terbesar Tw I 2013
Gambar 3.54 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Incoming
RTGS Terbesar Tw I 2013
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
1.00
10.00
100.00
1,000.00
10,000.00
100,000.00
1,000,000.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012 2013
Volume Nominal (Rp Triliun) rhs
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
SURABAYA MALANG KEDIRI GRESIK BATU SIDOARJO
Nilai (Miliar Rp) Volume
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
SURABAYA MALANG KEDIRI GRESIK BATU SIDOARJO
Nilai (Miliar Rp) Volume
72
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
Tercatat transaksi RTGS pada Triwulan I- 2013 dari kota Surabaya ke kota lainnya
(outgoing) mencapai Rp 114,83 triliun dengan volume sebanyak 24.688
transaksi.Sementara itu transaksi RTGS yang masuk ke rekening perbankan di Surabaya
(incoming) tercatat sebanyak 39.375 transaksi dengan nilai mencapai Rp 132,52 triliun.
Kota lain di Jawa Timur yang memiliki transaksi RTGS cukup tinggi, baik outgoing
maupun incoming adalahMalang, Kediri, Gresik, Batu dan Sidoarjo.
b. Transaksi Kliring
Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui
transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), kegiatan kliring di Jawa Timur
diikuti oleh 460 kantor/bank umum peserta kliring baik langsung maupun tidak langsung
yang tersebar di 38 kabupaten/kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4
(empat) Kantor Perwakilan Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur yaitu Surabaya,
Malang, Kediri dan Jember.
Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jawa Timur yang berlangsung
pada Triwulan I 2013 menunjukkan tren yang sedikit menurun. Tercatat sebanyak 1,12
juta warkat keuangan (cek, bilyet giro, nota kredit dan nota debet perbankan)
ditransaksikan melalui kliring dengan nominal mencapai Rp 36,69 triliun.Jumlah nominal
tersebut menurun-20,44% (qtq) dibandingkan periode sebelumnya. Menurunnya jumlah
transaksi kliring masih terkait dengan tidak adanya momen spesial seperti libur dan hari
raya keagamaan di awal tahun.
2013201320132013
Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I
KL IR INGKL IR INGKL IR INGKL IR ING
Nominal (Rp triliun) 41.00 44.33 44.05 46.32 44.68 46.11 36.69
Warkat (juta lembar) 1.23 1.37 1.40 1.40 1.28 1.29 1.12
Tolakan Kliring (Rp juta) 518,985.33 596,757.00 632,814.00 638,541.00 637,615.00 979,293.40 964,719.78
Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-S kala Kanan 17,900.00 48,249.00 20,065.00 19,361.00 23,280.00 21,770.00 25,418.00
KE TE R ANGANKE TE R ANGANKE TE R ANGANKE TE R ANGAN20122012201220122011201120112011
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Tabel 3.8
PerputaranKliringdanTolakanCek, BilyetGiro Tw I - 2013
73
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
Sementara itu tolakan kliring secara nominal juga menunjukkan penurunan
sebesar -1,49% (qtq)dibandingkan periode sebelumnya.Namun demikian jumlah warkat
kliring yang ditolak menunjukkan peningkatan sebesar 16,76% (qtq).
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Gambar 3.55
PerkembanganTransaksiKliringdi JawaTimur
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Gambar 3.56
TolakanTransaksiKliringdi JawaTimur
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2011 2012 2013
Nominal (Rp triliun) Warkat (juta lembar)
0.00
10,000.00
20,000.00
30,000.00
40,000.00
50,000.00
60,000.00
0.00
200,000.00
400,000.00
600,000.00
800,000.00
1,000,000.00
1,200,000.00
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2011 2012 2013
Tolakan Kliring (Rp juta) Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan
74
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4.1. UMUM
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu gambaran
atau tolok ukur pentingnya keberhasilan suatu daerah dalam meningkatkan potensi
perekonomian daerah. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan berdampak positif
terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya penerimaan pajak
daerah.
APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui
oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah (UU No.17 tahun 2003). APBD
memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi dan stabilisasi.
Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa Perda tentang APBD menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi
perencanaan berarti bahwa APBD menjadi pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. Sedangkan fungsi pengawasan
terlihat dari digunakannya APBD sebagai standar dalam penilaian penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
Kebijakan desentralisasi fiskal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
Daerah bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya
keuangan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada
masyarakat. Oleh sebab itu, proses pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah dalam
pelaksanaannya mengacu kepada prinsip transparansi dan akuntabilitas.
4.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur
Secara umum alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi
Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Tercatat anggaran
pendapatan daerah meningkat sebesar 1,83% dari Rp 14,73 triliun pada tahun 2012
menjadi Rp 14,99 triliun pada tahun 2013. Demikian pula dengan anggaran belanja daerah
yang meningkat dari sebesar Rp 15,15 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp 15,36 triliun
pada tahun 2013. Peningkatan tersebut merupakan hal yang wajar seiring dengan
peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah.
75
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
4.2.1 Pendapatan Daerah
Peningkatan anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur dibandingkan
dengan APBD 2012 sebelum perubahan adalah sebesar 1,83%, yaitu dari sebesar Rp
14,73 triliun pada tahun 2012 menjadi sebesar Rp 14,99 triliun pada tahun 2013. Pendorong
utama peningkatan tersebut adalah pada pos Pendapat Asli Daerah (PAD) dengan
prosentase kenaikan terbesar, yaitu sebesar 5,03%. Sementara Dana Perimbangan dan
Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah dialokasikan sedikit lebih kecil dibandingkan tahun
sebelumnya dengan prosentase perubahan masing-masing sebesar -6,4% dan -0,28%.
APBD 2013
Sebelum
Perubahan
Setelah Perubahan Sebelum Perubahan Sebelum
Perubahan
Setelah
Perubahan
4 PENDAPATAN DAERAH 14,727,475.36 15,094,257.88 14,996,873.94 1.83 -0.65
4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 9,068,160.05 9,385,804.03 9,523,901.97 5.03 1.47
4.1.1 PAJAK DAERAH 7,502,400.00 7,733,400.00 7,863,719.63 4.82 1.69
4.1.2 RETRIBUSI DAERAH 123,663.97 110,984.72 126,405.76 2.22 13.89
4.1.3 HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG 320,317.07 352,883.86 328,891.60 2.68 -6.80
4.1.4 LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH 1,121,779.01 1,188,535.45 1,204,884.98 7.41 1.38
4.2 DANA PERIMBANGAN 2,785,080.97 2,832,022.38 2,606,703.36 -6.40 -7.96
4.2.1 DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK 1,240,732.16 1,287,673.56 888,410.65 -28.40 -31.01
4.2.2 DANA ALOKASI UMUM 1,491,561.14 1,491,561.14 1,632,648.29 9.46 9.46
4.2.3 DANA ALOKASI KHUSUS 52,787.68 52,787.68 85,644.43 62.24 62.24
4.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 2,874,234.34 2,876,431.47 2,866,268.61 -0.28 -0.35
4.3.1 PENDAPATAN HIBAH 23,300.00 25,380.13 10,615.70 -54.44 -58.17
4.3.4 DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS 2,850,934.34 2,851,051.34 2,855,652.92 0.17 0.16
Selisih APBD 2013 APBD 2012
No Uraian
Tabel 1.1
Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013
(Juta Rupiah)
Grafik 4.1
Perkembangan APBD Provinsi Jawa Timur
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
2010 2011 2012 2013
Mili
ar
Ru
pia
h
Pendapatan Belanja
Sumber : DJPK (diolah)
Sumber : DJPK (diolah)
76
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
Apabila ditinjau berdasarkan komposisinya, secara umum tidak terdapat perubahan yang
signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Pajak daerah masih memiliki proporsi terbesar dalam
membentuk PAD Jawa Timur (83%). Proporsi terbesar selanjutnya secara berurutan adalah lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah (13%), hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan (4%), dan
retribusi daerah (1%).
4.2.2 Belanja Daerah
APBD 2013
Sebelum
Perubahan
Setelah Perubahan Sebelum Perubahan Sebelum
Perubahan
Setelah
Perubahan
5 BELANJA DAERAH 15,153,689.10 16,007,745.52 15,356,564.20 1.34 -4.07
5.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 9,436,506.40 10,088,960.10 9,340,218.71 -1.02 -7.42
5.1.1 BELANJA PEGAWAI 1,668,623.32 1,557,539.37 1,725,859.32 3.43 10.81
5.1.2 BELANJA BUNGA 6,139.01 6,139.01 5,516.77 -10.14 -10.14
5.1.4 BELANJA HIBAH 3,895,673.77 4,092,242.77 4,193,687.85 7.65 2.48
5.1.5 BELANJA BANTUAN SOSIAL 31,358.00 46,900.50 77,198.00 146.18 64.60
5.1.6 BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA
DAN PEMERINTAHAN DESA 2,292,840.28 2,810,071.50 2,372,920.51 3.49 -15.56
5.1.7 BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/
KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA1,490,172.03 1,516,532.03 903,036.26 (39.40) (40.45)
5.1.8 BELANJA TIDAK TERDUGA 51,700.00 59,534.92 62,000.00 19.92 4.14
5.2 BELANJA LANGSUNG 5,717,182.70 5,918,785.42 6,016,345.49 5.23 1.65
5.2.1 BELANJA PEGAWAI 969,382.98 1,010,963.88 1,081,354.81 11.55 6.96
5.2.2 BELANJA BARANG DAN JASA 3,685,777.30 3,767,460.63 3,942,848.12 6.97 4.66
5.2.3 BELANJA MODAL 1,062,022.42 1,140,360.91 992,142.56 -6.58 -13.00
Selisih APBD 2013 APBD 2012
No Uraian
Tabel 4.2
Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013
(Juta Rupiah)
83%
1%
4% 12%
PAD 2012
83%
1%
3% 13%
PAD 2013
PAJAK DAERAH
RETRIBUSI DAERAH
HASIL PENGELOLAAN
KEKAYAAN DAERAH YANG
DIPISAHKAN
LAIN-LAIN PENDAPATAN
ASLI DAERAH YANG SAH
Grafik 4.2
Komposisi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur
Sumber : DJPK (diolah)
Sumber : DJPK (diolah)
77
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
Anggaran belanja daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang dialokasikan tahun
2013 adalah sebesar Rp15,34 triliun, lebih besar 1,34% dibandingkan alokasi anggaran
tahun 2012 yang tercatat sebesar Rp 15,15 triliun. Peningkatan alokasi terbesar adalah
kepada belanja langsung yang meningkat sebesar 5,23% dengan kenaikan tertinggi pada
belanja pegawai sebesar 11,55%. Belanja barang dan jasa juga meningkat dengan
prosentase yang lebih kecil yaitu sebesar 6,97%. Sementara belanja modal yang menjadi
salah satu indikator kegiatan investasi pemerintah menurun sebesar -6,58%.
Sebagaimana periode-periode sebelumnya, komposisi Belanja Tidak Langsung
(BTL) Provinsi Jawa Timur masih didominasi oleh Belanja Hibah dengan prosentase
sebesar 45%. Sementara belanja bagi hasil, belanja pegawai dan belanja bantuan
keuangan dengan porsi yang lebih kecil, yaitu masing-masing sebesar 25%, 19% dan 10%.
18% 0%
42%
0%
24%
16%
BTL 2012
19% 0%
45%
1%
25%
10%
BTL 2013 BELANJA PEGAWAI
BELANJA BUNGA
BELANJA HIBAH
BELANJA BANTUAN SOSIAL
BELANJA BAGI HASIL KEPADA
PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESABELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA
PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA
Grafik 4.3
Komposisi Belanja Tidak Langsung Provinsi Jawa Timur
17%
64%
19%
BL 2012
18%
66%
16%
BL 2013
BELANJA PEGAWAI
BELANJA BARANG DAN JASA
BELANJA MODAL
Grafik 4.4
Komposisi Belanja Langsung Provinsi Jawa Timur
Sumber : DJPK (diolah)
Sumber : DJPK (diolah)
78
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
Komposisi belanja langsung masih didominasi oleh belanja barang dan jasa dengan
prosentase terhadap total belanja langsung yang meningkat dari 64% pada tahun 2012
menjadi sebesar 66% pada tahun 2013. Peningkatan proporsi anggaran juga terjadi pada
alokasi untuk belanja langsung pegawai dari sebesar 17% pada tahun 2012 menjadi
sebesar 18% pada tahun 2013. Sementara itu, proporsi alokasi anggaran untuk belanja
modal yang mencerminkan kegiatan investasi pemerintah menurun dari sebesar 19% pada
tahun 2012 menjadi sebesar 16% pada tahun 2013.
4.3 Evaluasi Realisasi APBD
Realisasi belanja daerah tahun 2013 secara agregrat sampai dengan Triwulan I
2013 diperkirakan sebesar 16,2% atau meningkat dari 11,85% pada posisi Triwulan I-2012.
Sementara penyerapan belanja daerah bulan Januari dan Februari 2013 masih sama
dengan tahun 2011 dan 2012. Realisasi belanja daerah Provinsi Jawa Timur Triwulan I
2013 mencapai Rp 2,49 triliun dari total alokasi anggaran belanja daerah yang dianggarkan
sebesar Rp 15,36 triliun. Realisasi belanja tidk langsung dan belanja langsung pada periode
laporan masing-masing diperkirakan sebesar Rp 1,51 triliun dan Rp 974 miliar.
Masih relatif rendahnya prosentasi realisasi anggaran, salah satunya disebabkan
oleh masih belum berjalannya kegiatan dan proyek pemerintah di awal tahun berjalan.
5 BELANJA DAERAH 15,153,689.10 1,796,353.17 11.85 15,356,564.20 2,487,763.40 16.20
5.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 9,436,506.40 1,235,904.64 9,340,218.71 1,513,115.43
5.1.1 BELANJA PEGAWAI 1,668,623.32 298,351.55 1,725,859.32 279,589.21
5.1.2 BELANJA BUNGA 6,139.01 2,309.95 5,516.77 893.72
5.1.4 BELANJA HIBAH 3,895,673.77 797,434.14 4,193,687.85 679,377.43
5.1.5 BELANJA BANTUAN SOSIAL 31,358.00 590.00 77,198.00 12,506.08
5.1.6 BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/
KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA
2,292,840.28 0.00 2,372,920.51 384,413.12
5.1.7 BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/
KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA
1,490,172.03 137,219.00 903,036.26 146,291.87
5.1.8 BELANJA TIDAK TERDUGA 51,700.00 0.00 62,000.00 10,044.00
5.2 BELANJA LANGSUNG 5,717,182.70 560,448.54 6,016,345.49 974,647.97
5.2.1 BELANJA PEGAWAI 969,382.98 159,204.01 1,081,354.81 175,179.48
5.2.2 BELANJA BARANG DAN JASA 3,685,777.30 328,095.21 3,942,848.12 638,741.40
5.2.3 BELANJA MODAL 1,062,022.42 73,149.31 992,142.56 160,727.10
*) Proxy DJPK
No. Uraian
Anggaran
Sebelum
Perubahan 2012
(Rp)
Realisasi TwI
2012%
Anggaran
Sebelum
Perubahan 2013
(Rp)
Realisasi TwI
2013 *)%
Tabel 4.3
Realisasi Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013
(Juta Rupiah)
79
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2013
Sementara, pembayaran kegiatan dan proyek pada umumnya akan dilakukan mendekati
akhir tahun anggaran. Realisasi APBD Provinsi Jawa Timur diyakini akan terus meningkat
hingga akhir tahun seiring dengan pelaksanaan kegiatan Pemerintah Provinsi yang teratur
dan akuntabel.
80
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5555 KESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5555.1. UMUM .1. UMUM .1. UMUM .1. UMUM
Kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Timur yang tercermin pada kondisi
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan menunjukkan kondisi
perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Indikator ketenagakerjaan dari data Badan
Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim) menunjukan adanya peningkatan
penyerapan jumlah tenaga kerja. Namun kondisi ini agak berbeda arah dengan hasil
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada Triwulan I-2013 di Jawa Timur yang
mengindikasikan adanya sedikit penurunan penyerapan jumlah tenaga kerja terutama
dari sektor industri pengolahan.
Kondisi kesejahteraaan masyarakat pedesaan di Jawa Timur yang tercermin dari
Nilai Tukar Petani (NTP) relatif turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Terlambatnya musim panen akibat pergeseran musim karena perubahan cuaca di awal
tahun 2013, menyebabkankan NTP Jawa Timur sedikit menurun dibandingkan triwulan
IV-2012. Disisi lain, Nilai Tukar Nelayan Jawa Timur pada triwulan I-2013 mengalami
peningkatan yang didorong oleh pertumbuhan indeks harga yang diterima nelayan lebih
tinggi dibandingkan dengan indeks harga yang harus dibayarkan.
5.25.25.25.2. KETENAGAKERJAAN. KETENAGAKERJAAN. KETENAGAKERJAAN. KETENAGAKERJAAN
Seiring dengan terus berkembangnya perbaikan perekonomian Jawa Timur,
memberikan dampak positif pada kondisi ketenagakerjaan hingga di awal tahun 2013.
5555.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur
Pada triwulan I-2013, situasi ketenagakerjaan di Jawa Timur menunjukkan
adanya perbaikan dibandingkan periode sebelumnya (Agustus 2012). Jumlah angkatan
kerja di Jawa Timur per Februari 2013 sebanyak 20,1 juta orang, meningkat
dibandingkan data ketenagakerjaan di bulan Agustus 2012 (19,90 juta). Peningkatan
ini menyebabkan menurunnya rasio penduduk yang menganggur dengan jumlah
angkatan kerja yang biasa disebut dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari
4,12% menjadi sebesar 4,00%.
81
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Sementara itu, perbaikan perekonomian Jawa Timur yang sedang berlansung
juga diyakini menjadi faktor pendorong terjadinya peningkatan penyerapan tenaga
kerja. Tercatat terjadi peningkatan jumlah penduduk yang bekerja, dari 19,08 juta
menjadi 19,29 juta jiwa.
Tabel Tabel Tabel Tabel 5555.1.1.1.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2008 – 2013)
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
GrafikGrafikGrafikGrafik 5555.1 .1 .1 .1 Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral
Secara sektoral struktur penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur pada triwulan
laporan tidak banyak mengalami perubahan yang berarti. Distribusi penyerapan tenaga
kerja terbesar masih didominasi oleh ketiga sektor unggulannya, yaitu pertanian
dengan proporsi sebesar 38,81% yang diikuti oleh sektor perdagangan dengan
proporsi sebesar 21,08% kemudian disusul oleh sektor industri yang menyerap sebesar
15,00%. Dibandingkan posisi Agustus 2012, peningkatan jumlah tenaga kerja
didorong oleh kenaikan jumlah tenaga kerja pada sektor industri, sektor perdagangan
dan sektor Jasa. Kenaikan jumlah tenaga kerja pada sektor-sektor ini seiring dengan
2013
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb
Total
Angkatan Kerja 20.117.245 20.178.590 20.316.773 20.338.568 20.623.490 19.527.051 20.251.672 19.761.885 19.831.685 19.901.558 20.095.752
Bekerja 18.861.360 18.882.277 19.123.221 19.305.056 19.611.540 19.698.108 19.406.025 18.940.340 19.012.225 19.081.995 19.291.374
Menganggur 1.255.885 1.296.313 1.193.552 1.033.512 1.011.950 828.943 845.647 821.546 819.460 819.563 804.378
TPAK (%) 69,69% 69,32% 69,36% 69,25% 69,77% 69,08% 71,39% 69,49% 69,55% 69,62% 70,12%
TPT (%) 6,24% 6,42% 5,87% 5,08% 4,91% 4,25% 4,18% 4,16% 4,14% 4,12% 4,00%
2011 20122010
Kegiatan
20092008
46% 45% 43% 43% 43% 43% 43% 42% 42% 40% 40% 39% 38%
19% 20%19% 20% 20% 20% 20% 20% 20%
21% 20% 20% 21%
14% 13%13% 13% 13% 12% 13% 13% 13% 14% 14% 15% 15%
11% 11%12% 11%
14%12%
14% 13% 13% 13% 14% 13% 14%
17.000
17.500
18.000
18.500
19.000
19.500
20.000
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pertanian Perdagangan Industri Jasa Kemasyarakatan TOTAL
Sumber : BPS Jatim (diolah)
82
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
membaiknya kinerja yang sedang berlangsung pada sektor-sektor tersebut. Sebaliknya
penurunan terbesar terjadi pada sektor pertanian dampak penurunan lahan pertanian
produktif akibat konversi lahan untuk pemukiman dan industri. Hal ini diyakini akan
berdampak pada penurunan tenaga kerja di sektor ini dan beralih pada sektor lainnya.
GGGGrafikrafikrafikrafik 5555.2 .2 .2 .2 GGGGrafikrafikrafikrafik 5555.3.3.3.3
Penyerapan Tenaga Kerja Komposisi Tenaga Kerja Formal
Grafik Grafik Grafik Grafik 5555.4 .4 .4 .4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal
Berdasarkan komposisinya, karakteristik tenaga kerja di Jawa Timur masih
didominasi oleh penyerapan tenaga kerja di sektor informal. Komposisi terbesar pada
kelompok berusaha dibantu buruh dan posisi berikutnya diduduki oleh kelompok
pekerja tak dibayar. Dibandingkan dengan periode sebelumnya, pekerja yang berusaha
sendiri, pekerja dibantu buruh tidak tetap serta pekerja bebas non pertanian mengalami
peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor informal. Di sisi lain, yang mengalami
penurunan adalah pekerja bebas pertanian dan pekerja keluarga/tidak dibayar.
Tingginya penyerapan tenaga kerja sektor informal kiranya menjadi perhatian berbagai
5,29 5,12 5,02 5,19 5,50 5,44 5,70 6,11 6,15 6,45 6,62
13,58 13,76 14,10 14,12 14,11 13,26 12,84 12,84 12,86 12,63 12,67
-12%
-8%
-4%
0%
4%
8%
12%
16%
-
5
10
15
20
25
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Informal Formal G Formal G Informal
Sumber : BPS Jatim (diolah)
0,48 0,58 0,49 0,55 0,51 0,56 0,60 0,62 0,65 0,65 0,70
4,80 4,54 4,53 4,64 4,99 4,88 5,10 5,49 5,50 5,81 5,92
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
-
1
2
3
4
5
6
7
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Buruh/Karyawan Berusaha d ibantu buruh tetap g berusaha dibantu buruh tetap g buruh/karyawan
Sumber : BPS Jatim (diolah)
3,33 3,45 3,40 3,42 3,29 3,02 2,89 2,89 2,67 2,76 2,83
4,26 4,25 4,34 4,46 4,36 4,10 3,85 3,85 3,99 3,61 3,82
1,48 1,50 1,57 1,51 1,46 1,47 1,43 1,43 1,41 1,39 1,17
0,86 1,00 0,94 1,04 1,01 0,91 1,05 1,05 1,13 1,19 1,21
3,65 3,56 3,85 3,69 3,99 3,77 3,62 3,62 3,67 3,69 3,64
-
2
4
6
8
10
12
14
16
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pekerja Tak Dibayar Pekerja Bebas Non Pertanian Pekerja Bebas di Pertanian
Berusaha dibantu buruh tdk tetap Berusaha sendiri
Sumber : BPS Jatim (diolah)
83
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
pihak termasuk jajaran pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas kesejahteraan
masyarakat Jawa Timur. Berbagai kebijakan pemberdayaan perekonomian masyarakat
dilaksanakan guna mendorong kapasitas masyarakat dalam meningkatkan taraf
hidupnya. Pemerintah daerah di Jawa Timur berupaya meningkatkan kualias
kesejahteraan masyarakat dengan menerapkan strategi pengembangan usaha makro
dan kecil, meningkatkan pendapatan, mengurangi beban pengeluaran masyarakat,
penguatan kelembagaan masyarakat desa serta mensinergikan kebijakan dan
penggulangan kemiskinan.
Sementara itu, perkembangan tenaga kerja di sektor formal mengalami
peningkatan sebesar 2,67% yaitu dari 6,45 juta menjadi 6,62 juta pekerja yang
didominiasi oleh tenaga buruh/karyawan (89,43%), sedangkan selebihnya merupakan
tenaga kerja yang masuk dalam kategori berusaha dibantu buruh tetap (wirausaha).
5555.2..2..2..2.2222. . . . Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)1111
Berbeda dengan indikator ketenagakerjaan dari BPS Provinsi Jawa Timur,
indikator ketenagakerjaan hasil Survei Kegiatan Usaha (SKDU) di wilayah kerja Jawa
Timur menunjukkan penurunan, tercermin dari nilai Saldo Bersih Terimbang (SBT)2
sebesar -6.95% atau turun sebanyak 4,97 poin dibandingkan triwulan sebelumnya.
Penurunan tertinggi terjadi pada sektor Industri Pengolahan sebesar 8,16% yang diikuti
oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 1,86% serta sektor
Pengangkutan dan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan masing-masing
sebesar 0,92% dan 0,20%. Perlambatan kinerja sektor-sektor ini pada triwulan I-2013
menyebabkan menurunnya nilai SBT Penggunaan Tenaga Kerja.
Dilain pihak, membaiknya kinerja sektor lainnya turut mempengaruhi
penggunaan tenaga kerja pada sektor terkait, yang ditunjukkan dengan meningkatnya
nilai SBT sektor tersebut dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan nilai
SBT tertinggi terjadi pada sektor Jasa yang diikuti oleh sektor Pertanian dan sektor
Pertambangan.
Meskipun telah terjadi kenaikan upah minimum karyawan (UMK), tarif dasar
listrik (TDL) dan rencana penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersudsidi,
1 SKDU (Survei Kegiatan Dunia Usaha) adalah survei yang dilakukan Bank Indonesia secara triwulan yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi dini mengenai indikasi perkembangan kegiatan ekonomi (sisi penwaran) di sektor riil pada triwulan
sedang berjalan maupun perkiraan triwulan yang akan datang. 2 Diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang
bersangkutan sebagai penimbangnya.
84
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
pelaku kegiatan usaha diperkirakan masih optimis akan terjadi peningkatan
penggunaan tenaga kerja pada triwulan yang akan datang.
Tabel Tabel Tabel Tabel 5555....2222 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (diolah)
Grafik Grafik Grafik Grafik 5555....5555 Grafik Grafik Grafik Grafik 5555....6666 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral
5555....3333. . . . KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAANKESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAANKESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAANKESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN
Tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jawa Timur pada triwulan I-2013
mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pola yang mirip ini,
cenderung diakibatkan oleh faktor cuaca yang masih dalam fase musim penghujan sejak
akhir tahun 2012. Sebaliknya Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang mengindikasikan kondisi
kejahteraan nelayan menunjukkan adanya peningkatan.
IIII IIIIIIII IIIIIIIIIIII IVIVIVIV IIII IIIIIIII IIIIIIIIIIII IVIVIVIV IIII II*II*II*II*
REALISASIREALISASIREALISASIREALISASI
2,89 -0,79 -0,82 -0,94 1,54 -0,62 -0,39 -0,15 0,68 1,82
PERTAMBANGAN 0,00 0,04 -0,94 0,04 0,03 -0,21 -0,21 0,37 0,35 0,52
INDUSTRI PENGOLAHAN -3,18 -0,46 -1,66 0,28 -3,50 3,44 -1,69 -4,33 -8,16 4,28
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 0,07 0,61 -0,08 -0,05 -0,77 -0,82 -0,03 -0,02 0,01 -0,03
BANGUNAN 1,64 1,32 -0,37 0,35 0,26 0,49 0,00 0,24 0,00 0,34
PHR -0,58 1,65 0,63 -1,38 3,23 3,67 7,30 0,84 -1,86 5,03
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI -0,60 -0,54 0,19 0,33 -1,52 0,46 -1,93 -0,64 -0,92 -0,18
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 2,13 1,72 1,67 1,36 0,32 0,71 -0,21 0,34 -0,20 1,21
JASA - JASA 0,79 0,90 0,84 0,00 -0,42 0,42 -1,82 1,36 3,13 4,00
TOTALTOTALTOTALTOTAL 3,163,163,163,16 4,444,444,444,44 -0,54-0,54-0,54-0,54 -0,02-0,02-0,02-0,02 -0,83-0,83-0,83-0,83 7,547,547,547,54 2,702,702,702,70 -1,99-1,99-1,99-1,99 -6,95-6,95-6,95-6,95 16,9916,9916,9916,99
*) Ekpektasi Penyerapan Teanaga Kerja
2013
PERTANIAN
SEKTORSEKTORSEKTORSEKTOR2011 2012
-10
-5
0
5
10
15
20
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2008 2009 2010 2011 2012 2013
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indoneisa (diolah)
%, SBT
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011 2012 2013
PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN
PHR PERTAMBANGAN
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH BANGUNAN
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN
JASA - JASA
%, SBT
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indoneisa (diolah)
85
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5555....3333.1. Kesejahteraan Petani.1. Kesejahteraan Petani.1. Kesejahteraan Petani.1. Kesejahteraan Petani
Pada triwulan I-2013, Nilai Tukar Petani (NTP) di provinsi Jawa Timur mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat NTP provinsi Jawa
Timur pada periode laporan sebesar 101,51 menurun dibandingkan triwulan IV 2012
yang tercatat sebesar sebesar 103,28. Angka NTP Jatim pada periode pelaporan telah
melampaui level 100 yang mengindikasikan bahwa kesejahteraan petani di Jawa Timur
berada pada level yang cukup baik, meskipun lebih rendah dari NTP Nasional (104,53).
Turunnya NTP Jawa Timur didorong oleh indeks harga yang dibayarkan petani (lb)
yaitu sebesar 3,13 (qtq), lebih tinggi dibandingkan indeks harga yang diterima petani (lt)
yaitu sebesar 1,37 (qtq).
Kondisi ini terjadi karena di awal tahun 2013, sektor pertanian masih berada pada
musim tanam sebagai akibat pergeseran musim karena perubahan cuaca. Hal ini
mengakibatkan menurunnya nilai imbal jasa petani dibandingkan dengan biaya produksi
dan konsumsi hidup yang tetap harus dikeluarkan.
GrGrGrGrafikafikafikafik 5555....7777 GrGrGrGrafikafikafikafik 5555....8888 NTP Nasional & Jawa Timur NTP dan Pertumbuhan (Nasional & Jatim)
GrGrGrGrafik afik afik afik 5555....9999 GrGrGrGrafik afik afik afik 5.5.5.5.10101010
It serta Pertumbuhan Nasional & Jatim Ib dan Pertumbuhan Nasional & Jatim
90
92
94
96
98
100
102
104
106
108
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012 2013
NTP Nasional NTP Jawa Timur
Sumber : BPS Jatim (diolah)
-4%
-3%
-2%
-1%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
90
92
94
96
98
100
102
104
106
108
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012 2013
Nasional Jatim g NTP Nasional g NTP Jatim
Sumber : BPS Jatim (diolah)
-1
-0,5
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012 2013
lt Nasional lt Jatim g lt Nasional g lt Jatim
Sumber : BPS Jatim (diolah)
-1
-0,5
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012 2013
Ib Nasional Ib Jatim g Ib Nasional g Ib Jatim
Sumber : BPS Jatim (diolah)
86
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5555....3333.2. .2. .2. .2. Kesejahteraan NelayanKesejahteraan NelayanKesejahteraan NelayanKesejahteraan Nelayan
Pada triwulan I-2013 Nilai Tukar Nelayan (NTN) Provinsi Jawa Timur yang
mencerminkan kondisi kesejahteraan nelayan, mengalami peningkatan dibandingkan
triwulan sebelumnya. Tercatat Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada triwulan IV-2012 sebesar
153,79 meningkat menjadi 156,15 pada triwulan I-2013. Karakteristik Nilai Tukar
Nelayan (NTN) berbeda dengan Nilai Tukar Petani (NTP), Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa
Timur memiliki nilai lebih baik dibandingkan nasional atau cenderung berada di atas level
nasional, dengan kisaran nilai berada di level 150. Hal ini menunjukkan tingkat
kesejahteraan nelayan di Jatim lebih baik dibandingkan petani. Biaya operasional yang
relatif lebih rendah, serta faktor risiko kegagalan yang tidak setinggi di sektor pertanian
menjadi penyebab tingginya nilai NTN dibandingkan NTP. Selain itu, kuantitas tangkapan
yang baik dan respon harga pasar yang menguntungkan faktor pendukung peningkatan
Nilai Tukar Nelayan (NTN).
Sementara itu, berdasarkan komposisinya peningkatan indeks harga yang
diterima nelayan pada periode ini disebabkan oleh kenaikan harga ikan tongkol, udang
putih dan kepiting. Sedangkan kenaikan indeks harga yang dibayar oleh nelayan dipicu
oleh kenaikan indeks harga konsumsi rumah tangga yaitu bawang merah, bawang putih
dan cabe rawit. Sedangkan indeks harga biaya produksi dan penambahan barang modal
yaitu biaya buruh dan biaya sewa.
GrGrGrGrafikafikafikafik 5.5.5.5.11112222 GrGrGrGrafikafikafikafik 5.15.15.15.13333
NTN Nasional & Jawa Timur NTN serta Pertumbuhan (Nasional & Jatim)
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012 2013
Nasional Jatim g NTN Nasional g NTN Jatim
Sumber : BPS Jatim (diolah)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012 2013
NTN Nasional NTN Jawa Timur
Sumber : BPS Jatim (diolah)
87
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Tabel Tabel Tabel Tabel 5555....3333 Daya beli per kapita petani & nelayan3
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
5555....4444. . . . PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMURPROFIL KEMISKINAN JAWA TIMURPROFIL KEMISKINAN JAWA TIMURPROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR
Perbaikan perekonomian Jawa Timur yang terus berlangsung pada beberapa tahun
terakhir memberikan dampak positif pada kondisi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu indikator kesejahteraan tercermin dari angka kemiskinan dari tahun ke tahun yang
menunjukkan penurunan. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), jumlah
penduduk Jawa Timur yang berada di bawah garis kemiskinan (penduduk miskin)4 pada
September 2012 sebanyak 4,96 juta orang atau 13,08% dari total penduduk di Jawa Timur,
turun dibandingkan dengan tahun 2011 yang mencapai 5,23 juta orang (13,85%).
GrGrGrGrafikafikafikafik 5.15.15.15.14444
Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur (%)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Penurunan angka kemiskinan seperti tercermin pada grafik di atas, tidak terlepas dari
komitmen dan konsistensi melaksanakan berbagai program pengentasan kemiskinan yang
dilakukan pemerintah pusat dan pemerintah daerah sehingga dapat menekan angka
3 Daya beli petani & nelayan dihitung berdasarkan PDRB sub sektor pertanian & jumlah tenaga kerja di sektor pertanian 4 Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis
Kemiskinan.
2007 2008 2009 2010 2011 2012
1.145.335 1.186.965 1.222.999 1.302.092 1.397.310 1.433.618 Daya beli petani & nelayan (Rp)
Tahun
0
5
10
15
20
25
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
19,9521,09
19,98
18,51
16,68
15,2613,85
13,08
%
88
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
kemiskinan. Di Jawa Timur program-program penganggulangan dan pengentasan kemiskinan
dimaksudkan untuk meningkatkan dan mengembangkan peran masyarakat serta fungsi
lembaga-lembaga Desa guna mendorong kesadaran kaum miskin dalam memperbaiki
nasibnya. Salah satu contoh program yang dilaksanakan adalah Program Pemberdayaan
Potensi Desa/Kelurahan (P3D/K) yang telah dialokasikan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat
(Bapemas) Provinsi Jawa Timur sejak tahun 2011 dan sekarang ini telah memasuki tahap
penguatan.
TTTTabel abel abel abel 5555....4444 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah
Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Penghitungannya tidak lepas dari besaran garis kemiskinan yang telah ditetapkan. Garis
kemiskinan pada bulan September 2012 sebesar Rp 243.783,- atau meningkat sebesar 4,54%
dari garis kemiskinan Maret 2012. Peningkatan angka garis kemiskinan tersebut salah satunya
dipengaruhi oleh laju inflasi di Jawa Timur. Komoditas makanan yang berpengaruh besar
terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah beras, rokok filter, gula pasir, tempe dan tahu. Disisi
lain, komoditas bukan makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan
adalah perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan dan transportasi. Sementara itu, untuk
MakananBukan
MakananTotal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Perkotaan
Maret 2008 131.487 51.921 183.408 2.438,76 13,15
Maret 2009 145.676 56.948 202.624 2.148,51 12,17 -0,98
Maret 2010 152.965 60.418 213.383 1.873,55 10,58 10,58
Maret 2011 169.242 65.303 234.546 1.768,23 9,87 -0,71
Sept 2011 174.210 68.193 242.403 1.734,31 9,66 -0,21
Maret 2012 175.806 69.499 245.305 1.630,63 9,06 -0,81
Sept 2012 182.073 71.874 253.947 1.605,96 8,90 -0,16
Pedesaan
Maret 2008 118.971 36.461 155.432 4.581,19 23,64
Maret 2009 131.522 43.106 174.628 3.874,07 21,00 -2,64
Maret 2010 139.806 46.073 185.879 3.655,76 19,74 19,74
Maret 2011 155.457 50.818 206.275 3.587,98 18,19 -1,55
Sept 2011 161.141 53.025 214.166 3.493,00 17,66 -0,53
Maret 2012 167.352 54.864 222.216 3.440,34 17,35 -0,84
Sept 2012 176.674 57.882 234.556 3.354,58 16,88 -0,47
Kota + Desa
Maret 2008 125.091 44.020 169.112 7.019,95 18,51 -1,47
Maret 2009 138.440 49.874 188.317 6.022,59 16,68 -1,83
Maret 2010 146.240 53.087 199.327 5.529,30 15,26 -1,42
Maret 2011 162.017 57.711 219.727 5.365,21 14,23 -1,03
Sept 2011 167.360 60.243 227.603 5.227,31 13,85 -0,38
Maret 2012 171.375 61.827 233.202 5.070,98 13,40 -0,83
Sept 2012 179.244 64.540 243.783 4.960,54 13,08 -0,32
Sumber : BPS Jatim
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
Daerah/ tahun
Jumlah
Penduduk Miskin
(Ribu)
Persentase
Penduduk Miskin
Perubahan
Persentase
Penduduk Miskin
(%)
89
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2013
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
daerah perkotaan kontributor terbesar terhadap garis kemiskinan non makanan adalah
perumahan, pendidikan, bensin, pakaian perempuan dewasa dan pakaian jadi. Sedangkan di
pedesaan komoditasnya adalah perumahan, kayu bakar, pakaian jadi anak-anak, listrik dan
pakaian jadi laki-laki dewasa.
Kemiskinan tidak hanya mencakup persentase penduduk miskin, tetapi juga
menyangkut seberapa besar jarak dan keragaman pengeluaran penduduk miskin terhadap
garis kemiskinan. Indikator tersebut dapat dihat dari (P1) dan (P2). Dari data kemiskinan rilis
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim) digambarkan bahwa indeks kedalaman
kemiskinan (P1) mengalami peningkatan sebesar 0,12 poin. Tercatat pada Maret 2012 sebesar
1,81 menjadi 1.93 pada September 2012. Peningkatan Indeks Kedalaman Kemiskinan terjadi di
perkotaan (0,04 poin) dan pedesaan (0,2 poin). Disisi lain, Indeks Keparahan Kemiskinan juga
mengalami kenaikan 0,06 poin atau menjadi 0,44 pada September 2012. Peningkatan
keduanya mengindikasikan rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis
kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar.
Tabel Tabel Tabel Tabel 5555....5555 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
di Jawa Timur Menurut Daerah
Tahun Kota Desa Kota + Desa
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 )
Maret 2008 2,34 4,38 3,38
Maret 2009 2,18 3,54 2,88
Maret 2010 1,53 3,18 2,38
Maret 2011 1,51 2,96 2,27
September 2011 1,25 2,67 2
Maret 2012 1,25 2,32 1,81
September 2012 1,29 2,52 1,93
Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 )
Maret 2008 0,61 1,23 0,93
Maret 2009 0,6 0,91 0,76
Maret 2010 0,37 0,79 0,59
Maret 2011 0,35 0,72 0,54
September 2011 0,28 0,63 0,46
Maret 2012 0,27 0,48 0,38
September 2012 0,30 0,57 0,44
Sumber : BPS Jatim
90
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.1111 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.2222 Indeks Indeks Indeks Indeks Ekspektasi Ekspektasi Ekspektasi Ekspektasi PenghasilanPenghasilanPenghasilanPenghasilan
6666 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGAPERKIRAAN EKONOMI DAN HARGAPERKIRAAN EKONOMI DAN HARGAPERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6.16.16.16.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMURPERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMURPERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMURPERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR
Pada triwulan II 2013, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada
rentang pertumbuhan 6,90%–7,10% (yoy). Perekonomian Jawa Timur triwulan ini
diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat
pertumbuhan pada level 6,62% (yoy).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih ditopang oleh
tingkat konsumsi masyarakat, sebagaimana tercermin pada hasil survei konsumen.
Pertumbuhan konsumsi periode ini didorong oleh tibanya tahun ajaran baru pada akhir
triwulan. Namun pertumbuhan ini diwarnai kekhawatiran akan kebijakan pengurangan
subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berpotensi menekan daya beli masyarakat pada
triwulan II 2013. Komponen terbesar selanjutnya, yaitu investasi swasta (PMTB)
diproyeksikan tumbuh stabil meskipun tantangan kenaikan biaya produksi akibat kebijakan
penetapan TTL dan gas industri serta masih berlanjutnya pelemahan perekonomian global
akan mempengaruhi kebijakan perusahaan untuk berproduksi, ekspansi atau membuka
usaha baru.
Selanjutnya, dengan membaiknya indikator ekspor luar negeri Jatim pada
triwulan I 2013, diharapkan tren ini masih berlanjut seiring meningkatnya permintaan di
negara tujuan baru seperti Asia, Timur Tengah dan Afrika. Selain itu, semakin dikenalnya
beragam produk unggulan Jatim, seperti bahan kimia organik, buah – buahan tropis,
furnitur dan alas kaki, turut mempengaruhi tingkat permintaan dunia internasional, selain
permintaan untuk bahan baku industri, seperti bahan kimia cair, timah dan baja juga terus
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Sumber: Hasil Survei Konsumen BI (diolah)
INDEKS
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Penghasilan Saat Ini
Indeks Ekspektasi Penghasilan Saat Ini
Sumber: Hasil Survei Konsumen BI (diolah)
INDEKS
91
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
mengalami peningkatan. Namun, perlambatan impor bahan baku perlu diwaspadai
mengingat arahnya yang serupa dengan kinerja sektor industri pengolahan. Hingga saat ini
ketersediaan bahan baku lokal diyakini masih belum dapat menggantikan kualitas bahan
baku impor. Secara keseluruhan, transaksi perdagangan luar negeri diperkirakan kembali
mencatat nilai net ekspor. Hal yang sama diyakini selaras dengan peningkatan
perdagangan antar pulau Jatim untuk memenuhi permintaan tibanya tahun ajaran baru
terutama untuk Indonesia Bagian Timur. Selanjutnya, belanja pemerintah di awal tahun
terindikasi mengalami peningkatan mengikuti pola belanja umumnya yang terus
meningkat hingga akhir tahun, di samping faktor pendukung berupa membaiknya
awareness pemerintah daerah tingkat kab/kota.
Di sisi penawaran, kinerja sektor PHR diperkirakan masih cukup stabil dengan didukung
tingginya transaksi perdagangan antar pulau/daerah, serta peranan subsektor hotel dan
restoran yang semakin meningkat seiring membaiknya daya beli masyarakat ekonomi
menengah ke bawah. Menghadapi momen tahun ajaran baru di bulan Juni, diperkirakan
tingkat produksi sektor industri pengolahan mengalami perbaikan, ditambah dengan
potensi membaiknya perdagangan luar negeri Jatim seiring tercapainya pertumbuhan
positif pada triwulan I 2013. Hingga pertengahan triwulan II 2013 diperkirakan curah
hujan memiliki intensitas sedang. Kondisi ini mendorong peningkatan produksi tanaman
bahan makanan di Jatim. Dengan telah diselesaikannya beberapa proyek irigasi serta
tersedianya debit air di waduk pada level tinggi diharapkan kinerja sektor pertanian
kembali tumbuh lebih tinggi. Sementara itu, sektor lainnya relatif stabil. Kondisi sektoral
pada triwulan II 2013 ini searah dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Surabaya
yang menunjukkan optimisme pelaku usaha yang dituangkan dalam nilai indeks estimasi
realisasi usaha dan penggunaan tenaga kerja sektoral tiga sektor utama.
Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.3333 Estimasi Realisasi Usaha TwEstimasi Realisasi Usaha TwEstimasi Realisasi Usaha TwEstimasi Realisasi Usaha Tw IIIII I I I 2012012012013333
Grafik 6.4Grafik 6.4Grafik 6.4Grafik 6.4 Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw IIIII I I I 2012012012013333
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2008 2009 2010 2011 2012 2013
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (diolah)
-10
-5
0
5
10
15
20
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2008 2009 2010 2011 2012 2013
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indoneisa (diolah)
92
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6666.2 .2 .2 .2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMURPERKIRAAN INFLASI JAWA TIMURPERKIRAAN INFLASI JAWA TIMURPERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR
Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator harga, maka
inflasi kota Jawa Timur pada triwulan II 2013 diperkirakan secara tahunan berada di kisaran
5,50% s/d 5,75%. Namun jika kebijakan pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM)
diberlakukan pada pertengahan Mei 2013, maka inflasi tahunan Jatim diperkirakan berada
pada kisaran 6%.
Tabel 6.1 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko
Menurun Meningkat Stabil
Menurunnya tekanan inflasi pada triwulan II 2013 diperkirakan banyak dipengaruhi
oleh kelompok volatile food yang berpotensi mengalami penurunan harga, khususnya pada sub
kelompok aneka bumbu, sayur, ikan dan padi. Tibanya musim panen kelompok tanaman bahan
makanan sejak April 2013 diperkirakan turut mendorong rendahnya inflasi di wilayah Jatim.
Namun di sisi lain, terdapat potensi risiko inflasi sebagai dampak dari ekspektasi masyarakat
terhadap rencana kenaikan harga BBM dan rencana realisasi kenaikan dan rapel gaji PNS di
bulan Mei sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2013.
Tw I-13 Tw II-13 Faktor Risiko
Volatile Food
Tw II-13 : Periode Panen Raya
Beras (April s.d Mei)Administered
Price
Tw II-13 : Kenaikan harga BBM dan
Rokok
Tw II-13 : - Fluktuasi Harga
Komoditas Internasional (Minyak
Bumi)
- Cenderung stabilnya nilai rupiahCore Inflation
Grafik 6.5 Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang
& Jasa Di Surabaya
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
180,00
200,00
220,00
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011123 6 91011121 2 3 4
2008 2009 2010 2011 2013
Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datang Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yang akan datang
Sumber: Hasil Survei Konsumen BI (diolah)
Indeks
120
130
140
150
160
170
180
190
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 3 6 9 101112 1 2 3 4
2010 2011 2013
Perubahan harga umum 3 bulan yad
Perubahan harga umum 6 bulan yad
Sumber: Hasil Survei Konsumen BI (diolah)
Indeks
93
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Dari sisi fundamental, potensi dorongan inflasi inti diperkirakan berasal dari kelompok
non tradeable seiring meningkatnya kebutuhan di bidang pendidikan. Sedangkan dari sisi
kelompok tradeable, tekanan inflasi diperkirakan kembali melandai searah dengan tren
pelemahan harga emas dunia. Pergerakan kurs rupiah diperkirakan relatif stabil sehingga
mengurangi tekanan kelompok ini pada periode laporan. Sementara itu kondisi output gap
yang menggambarkan kesenjangan antara sisi permintaan dan penawaran diperkirakan masih
berada pada kondisi yang cukup baik dan tidak memberikan dorongan yang signifikan
terhadap kenaikan harga, meskipun pada triwulan II 2013 diperkirakan akan terjadi dorongan
pada sisi permintaan dan penawaran seiring dengan peningkatan aktivitas ekonomi di Jawa
Timur. Namun peningkatan tersebut masih dapat dipenuhi mengingat masih terdapat ruang
untuk mengoptimalkan penggunaan kapasitas terpasang pada sektor produksi. Ekspektasi
masyarakat atas tingkat inflasi mendatang diperkirakan sedikit melandai. Ekspektasi kenaikan
harga 3 bulan yang akan datang berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) dan Survei Pedagang
Eceran (SPE) menunjukkan penurunan baik dari sisi konsumen maupun produsen.
Selanjutnya dorongan dari sisi administered price pada triwulan II 2013 diperkirakan
mengalami peningkatan. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya potensi dampak kenaikan
Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Tenaga Listrik (TTL) diperkirakan menjadi faktor
pendorong utama kelompok ini.
6.6.6.6.3333 PROSPEK PERBANKANPROSPEK PERBANKANPROSPEK PERBANKANPROSPEK PERBANKAN JAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMUR
Pada triwulan II 2013, kinerja industri perbankan di Jawa Timur diperkirakan sedikit
mengalami perbaikan. Struktur dan pondasi sistem perbankan yang cukup baik diperkirakan
masih dapat terjaga terutama ditopang oleh peningkatan fungsi intermediasi oleh perbankan.
Pelonggaran suku bunga disertai penyusunan strategi pengembangan usaha yang tepat oleh
perbankan diharapkan mampu meningkatkan peran sektor perbankan untuk mendorong
perekonomian daerah.
Selanjutnya, pertumbuhan kredit oleh perbankan pada triwulan II 2013 diperkirakan
mengalami peningkatan, bahkan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya.
Tren penurunan suku bunga perbankan diharapkan mampu mendorong pertumbuhan kredit,
khususnya pada sektor produktif, namun dalam batas pertumbuhan yang terjaga. Sektor
ekonomi andalan Jatim seperti sektor perdagangan, sektor industri pengolahan, sektor
konstruksi serta sektor transportasi dan komunikasi pertanian masih menjadi sektor unggulan
94
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
bagi perbankan untuk dibiayai. Disamping itu, kredit konsumsi juga diperkirakan masih tetap
tumbuh stabil.
6.6.6.6.4444 PROSPEK PROSPEK PROSPEK PROSPEK EKONOMIEKONOMIEKONOMIEKONOMI JAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMUR TAHUN 20TAHUN 20TAHUN 20TAHUN 2013131313
Di sepanjang tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada
batas bawah dari rentang 7,00% s.d 7,25% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan 2012.
Namun demikian, pertumbuhan ini diperkirakan masih yang tertinggi dibandingkan provinsi
lainnya di Pulau Jawa maupun nasional.
Masih tingginya konsumsi masyarakat seiring meningkatnya proporsi usia produktif di
Jawa Timur masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Jatim. Selain itu, adanya
momentum PILKADA pada Agustus 2013 diperkirakan turut mendorong pertumbuhan
ekonomi Jatim baik dari konsumsi rumah tangga maupun pemerintah. Namun demikian,
konsumsi barang tahan lama khususnya kendaraan bermotor roda empat akan sedikit tertahan
jika kebijakan pengurangan subsidi BBM jadi diberlakukan pada tahun ini. Sementara itu,
berbagai upaya pemerintah melalui perbaikan infrastruktur, penyederhanaan birokrasi
pengajuan izin usaha serta upaya peningkatan kerjasama investasi melalui kunjungan antar
negara/daerah diharapkan dapat terus mendorong minat investor asing dan dalam negeri.
Selanjutnya, optimisme pengusaha akan perbaikan kinerja ekspor luar negeri Jatim dengan
berbagai strategi perusahaan dan pemerintah diharapkan terus mengalami perbaikan,
khususnya dengan adanya insentif pemerintah untuk mengembangkan produk hortikultura dan
pertanian organik di beberapa sentra produksi Jatim. Mencermati perkembangan sektor
industri pengolahan yang diperkirakan akan membaik pada triwulan II dan III, yang dipicu oleh
meningkatnya konsumsi domestik dengan berbagai momentum perayaan keagamaan akan
mempengaruhi perbaikan transaksi impor luar negeri terutama untuk intermediate goods yang
menjadi bahan baku sektor industri pengolahan. Secara keseluruhan, transaksi perdagangan
luar negeri diperkirakan kembali mencatat nilai net ekspor. Indikator berikutnya yaitu belanja
modal pemerintah berdasarkan data rencana APBD 2013 diperkirakan mengalami peningkatan
dengan didukung membaiknya awareness pemerintah daerah tingkat kab/kota.
Di sisi penawaran, dengan strategi penambahan Kantor Perwakilan Dagang oleh
Pemprov Jatim ke seluruh Indonesia, diperkirakan kinerja subsektor perdagangan mengalami
perbaikan. Meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam kegiatan wisata turut mendorong
kinerja subsektor hotel dan restoran, ditambah dengan meningkatnya peranan Kota Surabaya
sebagai sub hub ke Indonesia Timur yang terindikasi dari bertambahnya jumlah hotel kelas
95
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
bisnis di Surabaya. Optimisme pelaku usaha sektor industri pengolahan yang tercermin melalui
berbagai survei diharapkan terus berlanjut hingga akhir tahun, dengan didorong berbagai
insentif pemerintah melalui peningkatan peran serta usaha mikro, kecil dan menengah di Jatim.
Adanya pergeseran musim diharapkan tidak signifikan mempengaruhi kinerja sektor pertanian
dengan didukung telah diselesaikannya beberapa proyek irigasi serta tersedianya debit air di
waduk pada level tinggi diharapkan mendorong kinerja sektor pertanian tahun ini. Sementara
itu, secara keseluruhan pertumbuhan sektor lainnya relatif stabil.
6.6.6.6.5555 PROSPEK PROSPEK PROSPEK PROSPEK INFLASIINFLASIINFLASIINFLASI JAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMUR TAHUN 2013TAHUN 2013TAHUN 2013TAHUN 2013
Tingginya tekanan harga komoditas hortikultura pada triwulan I 2013 diharapkan
kembali pada level normalnya pada periode berikutnya. Dengan demikian diharapkan level
inflasi kota Jawa Timur pada tahun 2013 diperkirakan secara tahunan berada di kisaran 4,5% +
1%. Namun jika kebijakan pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) diberlakukan di
tahun ini, maka inflasi tahunan Jatim diperkirakan berada pada level atas kisaran
5% + 1%
Tabel 6.1 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko
Menurun Meningkat Stabil
Tibanya musim panen diiringi dengan upaya pembenahan regulasi pemerintah pada
komoditas hortikultura dan daging sapi diharapkan dapat mengembalikan harga menuju level
normalnya, meskipun di sepanjang triwulan II dan III terjadi peningkatan permintaan seiring
meningkatnya momentum perayaan hari keagamaan. Namun demikian, sebagaimana diuraikan
Th. 2012 Th. 2013 Faktor Risiko
Volatile Food
Th. 2013 : Kenaikan Produk
Hortikultura di sepanjang Tw.I-
2013.
Administered
Price
Tahun 2013 : Kebijakan
Pengurangan Subsidi BBM,
Kenaikan Harga UMK, TTL dan
Gas Industri
Tahun 2013 : - Tren
penurunan harga komoditas
internasional (Batu Bara, CPO
& Emas)
- Cenderung stabilnya nilai
rupiahCore Inflation
96
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
sebelumnya masih terdapat potensi risiko inflasi dari faktor ekspektasi masyarakat terhadap
rencana kenaikan harga BBM dan rencana realisasi kenaikan dan rapel gaji PNS di bulan Mei
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2013.
Dari sisi fundamental, potensi dorongan inflasi inti diperkirakan berasal dari kelompok
tradeable yang berasal dari kelompok perumahan dan pendidikan, meskipun di sisi lain tren
pelemahan harga emas dunia dapat menahan laju inflasi di kelompok ini. Relatif stabilnya
pergerakan kurs rupiah diharapkan dapat mengurangi tekanan kelompok ini pada periode
laporan. Sementara itu kondisi output gap yang menggambarkan kesenjangan antara sisi
permintaan dan penawaran diperkirakan masih berada pada kondisi yang cukup baik dan tidak
memberikan dorongan yang signifikan terhadap kenaikan harga.
Selanjutnya dorongan dari sisi administered price pada tahun 2013 diperkirakan
mengalami peningkatan. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, adanya kenaikan UMK, TTL
serta potensi kenaikan gas industri dan Bahan Bakar Minyak (BBM) diperkirakan menjadi faktor
pendorong utama kelompok ini.
xix
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
DAFTAR ISTILAHDAFTAR ISTILAHDAFTAR ISTILAHDAFTAR ISTILAH
Administered priceAdministered priceAdministered priceAdministered price
Harga barang yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan
tarif dasar listrik
APBDAPBDAPBDAPBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah yang dibahas dan setujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan
ditetapkan dengan peraturan daerah
BI RateBI RateBI RateBI Rate
Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan
Gubernur setiap bulannya
BIBIBIBI----RTGSRTGSRTGSRTGS
Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian
kewajiban bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika
untuk setiap instruksi transfer dana
Bobot inflasiBobot inflasiBobot inflasiBobot inflasi
Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komodias terhadap tingkat inflasi secara
keseluruhan yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat
terhadap komoditas tersebut
Dana Pihak Ketiga (DPK)Dana Pihak Ketiga (DPK)Dana Pihak Ketiga (DPK)Dana Pihak Ketiga (DPK)
Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan
berjangka
EkspoEkspoEkspoEkspor dan Imporr dan Imporr dan Imporr dan Impor
Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara
dan antar provinsi
Faktor FundamentalFaktor FundamentalFaktor FundamentalFaktor Fundamental
Faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni
interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksernal serta ekspektasi inflasi
masyarakat
Fakor NonFakor NonFakor NonFakor Non FundamentalFundamentalFundamentalFundamental
Faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni
produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods) serta harga barang/jasa yang
ditentukan oleh pemerintah (adminisered price)
Financing tto Deposit Ratio (FDR) aau Loan to Deposit Ratio (LDR)Financing tto Deposit Ratio (FDR) aau Loan to Deposit Ratio (LDR)Financing tto Deposit Ratio (FDR) aau Loan to Deposit Ratio (LDR)Financing tto Deposit Ratio (FDR) aau Loan to Deposit Ratio (LDR)
Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank,
baik dalam rupiah dan valas. Terminologi FDR unuk bank syariah, sedangkan LDR
untuk bank konvensional
Imported inflationImported inflationImported inflationImported inflation
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan
harga di luar negeri (eksternal)
xx
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
Indeks Ekspektasi KonsumenIndeks Ekspektasi KonsumenIndeks Ekspektasi KonsumenIndeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang dengan skala 1 – 100
Indeks Kondisi EkonomiIndeks Kondisi EkonomiIndeks Kondisi EkonomiIndeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
terhadap kondisi ekonomi saa ini dengan skala 1 – 100
Indeks Keyakinan KonsumenIndeks Keyakinan KonsumenIndeks Keyakinan KonsumenIndeks Keyakinan Konsumen
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat
ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang dengan skala 1 – 100
Inflasi IHKInflasi IHKInflasi IHKInflasi IHK
Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode yang diukur dengan perubahan
indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa
yang dikonsumsi oleh masyarakat luas
Inflasi IntiInflasi IntiInflasi IntiInflasi Inti
Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices
InflowInflowInflowInflow
Uang yang diedarkan aliran masuk uang kartal ke Bank Indonesia
InvestasiInvestasiInvestasiInvestasi
Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi
KreditKreditKreditKredit
Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertenttu dengan
pemberian bunga, termasuk
• Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase
agreement (NPA)
• Pengambilan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang
LiaisonLiaisonLiaisonLiaison
Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku
ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang
sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan
mmmmtmtmtmtm
Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya
Net InflowNet InflowNet InflowNet Inflow
Uang yang diedarkan inflow lebih besar dari outflow
Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)
Rasio pembiayaan atau kredit macet terhadap otal penyaluran pembiayaan atau kredit
oleh bank, baik dalam rupiah dan valas, Terminologi NPF dan pembiayaan untuk bank
syariah, sedangkan NPL dan kredit untuk bank konvensional.Kriteria NPF atau NPL
adalah (1) kurang lancar, (2) diragukan dan (3) macet
OmsetOmsetOmsetOmset
xxi
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi
OutflowOutflowOutflowOutflow
Aliran keluar uang kartal dari Bank Indonesia
Pendapatan Asli Daerah (PAD)Pendapatan Asli Daerah (PAD)Pendapatan Asli Daerah (PAD)Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak
daerah, restribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah
qqqqtqtqtqtq
Quarter to quarter. Perbandingan anara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya
Sektor Ekonomi DominanSektor Ekonomi DominanSektor Ekonomi DominanSektor Ekonomi Dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh
dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan
Volatile FoodVolatile FoodVolatile FoodVolatile Food
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya
sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu
yyyyoyoyoyoy
Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya
lxxii
DAFTAR SINGKATAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
DAFTAR DAFTAR DAFTAR DAFTAR SINGKATANSINGKATANSINGKATANSINGKATAN
APBDAPBDAPBDAPBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BBMBBMBBMBBM
Bahan Bakar Minyak
BOPOBOPOBOPOBOPO
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
BPSBPSBPSBPS
Badan Pusat Statistik
IHKIHKIHKIHK
Indeks Harga Konsumen
IKKIKKIKKIKK
Indeks Keyakinan Konsumen
KPRKPRKPRKPR
Kredit Pemilikan Rumah
LDRLDRLDRLDR
Loan to Deposit Ratio
LTVLTVLTVLTV
Loan to Value
NIMNIMNIMNIM
Net Interest Margin
NPFNPFNPFNPF
Non Performing Financing
NPLNPLNPLNPL
Non Performing Loan
PHRPHRPHRPHR
Perdagangan, Hotel dan Restoran
PLNPLNPLNPLN
Perusahaan Listrik Negara
PMAPMAPMAPMA
Penanaman Modal Asing
lxxiii
DAFTAR SINGKATAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan I – 2013
PMDNPMDNPMDNPMDN
Penanaman Modal Dalam Negeri
PMTBPMTBPMTBPMTB
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
qqqq----tttt----qqqq
Quarter to quarter
RBBRBBRBBRBB
Rencana Bisnis Bank
SKDUSKDUSKDUSKDU
Survei Kegiatan Dunia Usaha
yyyyoyoyoyoy
Year on year