kata pengantar - disbun.jatimprov.go.id · komoditi unggulan tebu, tembakau, kopi dan kakao adalah...
TRANSCRIPT
i
KATA PENGANTAR
Dokumen Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perkebunan Provinsi
Jawa Timur Tahun 2014 – 2019 ini disusun sebagai acuan pelaksanaan kegiatan
pembangunan di bidang perkebunan di Jawa Timur.
Penyusunan Rencana Strategis Dinas Perkebunan Provinsi Jawa
Timur ini mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Jawa Timur Tahun 2014-2019.
Dengan tersusunnya dokumen Rencana Strategis ini, dapat dijadikan
pijakan dalam pelaksanaan Pembangunan Perkebunan periode Tahun 2014 –
2019, baik oleh aparat selaku Pembina bidang perkebunan, para pelaku usaha
perkebunan maupun berbagai institusi yang terkait dengan pembangunan
perkebunan di Jawa Timur.
Surabaya, Pebruari 2014
KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR
Ir. MOCH. SAMSUL ARIFIEN, MMA Pembina Utama Muda
NIP. 19570812 198303 1 010
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................
DARTAR ISI .............................................................................
I. PENDAHULUAN .....................................................................
i
ii - iii
1
II. GAMBARAN PELAYANAN SKPD .......................................... 11
1. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perkebunan ................... 11
1.1. Tugas Pokok .......................................................... 11
1.2. Fungsi ..................................................................... 11
2. Kinerja Pembangunan Perkebunan ................................ 12
2.1. Pelayanan terhadap Areal Perkebunan .................. 13
2.2. Pelayanan terhadap Produksi Perkebunan ............. 15
2.3. Pelayanan terhadap Peningkatan Produktivitas ....... 17
III. ISUE – ISUE STRATEGIS ....................................................... 18
1. Produktivitas dan mutu yang masih rendah ........................ 18
2. Semakin terbatasnya lahan yang subur untuk budidaya perkebunan .....................................................................
3. Rendahnya bahan organik tanah ........................................
4. Masih terbatasnya sarana prasarana perkebunan................
5. Masih Tingginya serangan hama penyakit dan gangguan usaha komoditi perkebunan...................................................
6. Rendahnya kemampuan kelembagaan petani dalam akses teknologi, informasi pasar, permodalan dan kemitraan........
19
19
20
20
21
IV. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. STRATEGI DAN KEBIJAKAN ............................................................................
23
1. Visi ................................................................................ 23
2. Misi ................................................................................ 26
3. Tujuan dan Sasaran ..................................................... 28
3.1. Tujuan .................................................................. 28
3.2. Sasaran ............................................................. 28
4. Strategi dan Kebijakan .................................................... 30
4.1. Strategi .................................................................
4.1.1 Strategi untuk mencapai sasaran meningkatkan produksi perkebunan...............
27
iii
4.1.2 Strategi untuk mencapai sasaran meningkatnya nilai tambah hasil produksi perkebunan.....................................................
4.1.3 Strategi untuk mencapai sasaran meningkatnya pemberdayaan petani perkebunan.....................................................
34
34
4.2. Kebijakan ............................................................
4.2.1 Kebijakan Peningkatan Produksi Produktivitas....................................................
4.2.2 Kebijakan Peningkatan mutu produk perkebunan untuk nilai tambah .....................
35
37
V. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, DAN PENDANAAN INDIKATIF ................................................
42
1. Rencana Program dan Kegiatan ....................................... 42
1.1. Program Peningkatan Produksi Perkebunan ......... 42
1.2. Program Pengembangan Agribis ............................ 43
1.3. Program Peningkatan Kapasitas SDM Non Aparatur perkebunan................................................................
43
2. Indikator Kinerja ............................................................. 44
2.1. Meningkatnya Produksi Perkebunan ..... 44
2.2. Meningkatnya Nilai Tambah Komoditi Perkebunan 45
2.3. Meningkatnya Pemberdayaan Petani Perkebunan 45
3. Pendanaan Indikatif ........................................................ 47
VI. PENUTUP ................................................................................ 52
BBAABB II.. PPEENNDDAAHHUULLUUAANN
1.1 Latar Belakang
Areal perkebunan Jawa Timur saat ini lebih dari 1,025 juta hektar
atau sekitar 37 % dari total areal pertanian seluas 2,8 juta hektar. Lebih
dari 85 % areal tersebut diusahakan langsung oleh petani, berperan
penting sebagai sumber pendapatan petani, penyerapan lapangan kerja
dan sumber pendapatan bagi daerah . Pada tahun 2013 keterlibatan
tenaga kerja pada sub sektor perkebunan sebesar 4,2 juta secara
langsung. Selain itu masih banyak tenaga kerja yang terlibat pada sektor
pendukung perkebunan seperti pengolahan, angkutan, pasca panen,
perdagangan sarana produksi, industri makanan dan minuman serta jasa
– jasa lainnya. Sentra perkebunan di Jawa Timur telah menjadi magnet
bagi masyarakat sekitar untuk melakukan aktivitas ekonomi sehingga
peran sektor perkebunan di Jawa Timur sangat signifikan dalam
menggerakkan ekonomi masyarakat.
Sumbangan sektor perkebunan bagi perekonomian Jawa Timur
tercermin pada Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) bidang
perkebunan. PDRB perkebunan (ADHK) tahun 2013 di Jawa Timur sebesar
Rp 7,72 trilyun atau memberikan kontribusi sebesar 1,94 % kepada PDRB
Jawa Timur pada tahun yang sama. Sedangkan PDRB perkebunan
(ADHB) sebesar Rp 20,06 trilyun atau berkontribusi sebesar 2,03 %.
Dengan kontribusi dan peran besar bagi pembangunan Jawa Timur, sub
sektor perkebunan perlu terus dikembangkan dan dikelola dengan baik.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
2015 – 2019 Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan meningkatkan
pembangunan ekonomi yang inklusif, mandiri, dan berdaya saing berbasis
agrobisnis/agroindustri dan industrialisasi. Sementara dalam Rencana
2
Strategis Perkebunan 2015 – 2019, mengacu pada RPJMD Jawa Timur dan
isue strategis pembangunan perkebunan saat ini. Ada 6 (enam) isue
strategis dalam pembangunan perkebunan, yaitu : Produkivitas dan mutu
yang masih rendah; Semakin terbatasnya lahan yang subur untuk
budidaya perkebunan; Rendahnya bahan organik tanah; Masih
terbatasnya sarana prasarana perkebunan; Masih tingginya serangan
hama penyakit dan gangguan usaha komoditi perkebunan; dan
Rendahnya kemampuan kelembagaan petani dalam akses teknologi,
informasi pasar, permodalan dan kemitraan
Sehubungan dengan hal tersebut, maka kebijakan pada sub sektor
perkebunan akan ditempuh dengan program yang secara langsung dapat
meningkatkan kesejahteraan petani perkebunan melalui peningkatan
produksi perkebunan, peningkatan nilai tambah hasil produk perkebunan
dan peningkatan pemberdayaan petani perkebunan terhadap faktor
produksi, teknologi, informas pemasaran dan permodalan sehingga
memiliki daya saing tinggi.
1.2 Kinerja pembangunan perkebunan
Hasil evaluasi kinerja sub sektor perkebunan utamanya pada
komoditi unggulan tebu, tembakau, kopi dan kakao adalah seperti berikut:
Komoditi tebu mengalami penurunan rendemen dari 8,05 % pada
tahun 2012 menjadi 7,09 % pada tahun giling 2013 oleh karena
adanya anomali iklim. Namun demikan produksi hanya mengalami
penurunan tipis 0,68 % dari 1.252.788 ton menjadi 1.244.284 ton. Hal
tersebut karena pada tahun 2013 areal meningkat tajam dari 198.287
ha menjadi 217.915 ha dan merupakan rekor tertinggi terhadap
capaian areal tebu di Jawa Timur selama ini.
Komoditi tembakau pada tahun 2013, luas areal tanam sebesar 95.651
ha dengan produksi 74.113 ton, turun tajam dibanding tahun 2012
3
dengan areal 154.141 ha dan produksi 136.620 ton karena adanya
anomali iklim yaitu hujan yang berkepanjangan yang mengakibatkan
tanaman tembakau mengalami gagal tanam dan gagal panen.
Disamping produktivitasnya turun, mutu yang dihasilkan juga tidak
sebaik pada tahun 2012, tetapi harganya masih baik hampir sama
dengan tahun 2012 sehingga petani tidak sampai rugi, hanya
pendapatannya menurun.
Untuk komoditi kopi, tahun 2013 luas areal mencapai 102.162 ribu
hektar yang terdiri dari kopi arabika seluas 21.340 ha dan kopi robusta
seluas 80.768 ha, dengan produksi sebesar 56.466 ribu ton yang terdiri
dari kopi arabika sebesar 9.634 ton dan kopi robusta 46.832 ton. Total
produksi mengalami peningkatan sebesar 4,10 % atau 2.227 ton yang
dikarenakan adanya pertambahan tanaman menghasilkan (TM).
Sedangkan produktivitas tanaman kopi relatif sama seperti tahun
sebelumnya. Anomali iklim pada tahun 2013 tidak berpengaruh banyak
terhadap produktivitas tanaman kopi oleh karena pembungaan kopi
sudah terbentuk pada akhir tahun 2012 sebelum terjadi anomali, akan
tetapi biji kopi yang dihasilkan kualitasnya sedikit menurun karena
pengeringan biji tidak sempurna.
Areal kakao di Jawa Timur pada tahun 2013 seluas 65.125 ha yang
terdiri dari kakao rakyat seluas 35.095 ha dan perkebunan besar
(swasta dan negara) seluas 30.030 ha. Sedangkan untuk produksi
meningkat sebesar 13,19 % menjadi 37.255 ton yang terdiri dari
17.643 ton kakao rakyat dan perkebunan besar (swasta dan negara)
sebesar 19.582 ton. Peningkatan produksi tersebut juga dipengaruhi
oleh adanya pergeseran tanaman belum menghasilkan (TBM) menjadi
tanaman menghasilkan (TM) terutama pada kakao rakyat.
Kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2013 seluas 66.704 ha
berupa pengembangan komoditi kakao sepanjang Jawa Timur bagian
4
selatan seluas 5.050 ha, pengembangan jambu mete seluas 2.700 ha di
pantai utara Madura, peremajaan kelapa seluas 3.965 ha, perluasan kopi
arabika pada ketinggian di atas 800 mdpl seluas 2.050 ha, rehabiltasi kopi
robusta seluas 265 ha, rehabilitasi dan peremajaan cengkeh 6.425 ha
dan pengembangan cabe jamu 125 ha. Untuk tanaman tebu dilakukan
kegiatan bongkar ratoon yang terealisasi secara keseluruhan melampaui
target nasional seluas 28.400 hektar, yaitu mencapai 39.977 hektar atau
140 %. Secara rinci capaian realisasi tersebut terdiri dari : Bongkar ratoon
bibit dari dana APBN (rekanan) 14.463 hektar; Bongkar ratoon bibit
swadaya petani dari dana KKPE, PKBL dan PMUK seluas 18.168 hektar;
serta Bongkar ratoon lahan milik pabrik gula (HGU dan tebu sewa) seluas
7.366 hektar. Disamping itu terdapat anggaran directive presiden untuk
pengembangan tebu di Madura (Bangkalan dan Sampang) seluas 4.000
ha.
Pembangunan perkebunan lain yang juga dilakukan berupa
intensifikasi dan denfarm pemupukan tembakau seluas 9.500 ha,
diversifikasi perkebunan untuk peningkatan pendapatan petani
perkebunan serta pemberdayaan petani perkebunan sebanyak 25.800
orang petani.
Untuk mendukung produksi dan produktivitas komoditi
perkebunan, juga dilakukan pemberian bantuan sarana dan prasarana
berupa 2.632 unit alat pengolahan hasil yang terdiri dari (pengolah kopi
basah, sangrai, pembubuk, pengolah kopi espresso, pengupas kulit,
pengolah bubuk, pendingin hasil sangrai, pengemas kopi; pengolah bubuk
kakao, pengolah biji kering, penjemur, dryer, kotak fermentasi kakao;
penyuling nilam; pengolah gula merah tebu dan kelapa; terpal; rehab
oven dan gudang), 1 unit alat pengukur kadar air kakao, 31 unit APPO,
136 unit pompa air, 26 unit cultivator tembakau, 26 unit handtractor, 118
unit handsprayer dan 20 unit mistblower, 28 unit powersprayer, 1.100 unit
gunting dan gergaji pangkas, 52 unit chainshaw, pembuat lubang biopori
5
7 unit, penakar hujan 7 unit, crane timbangan tebu, serta 3.000 unit setup
lebah madu.
Pada tahun 2014 dilakukan kegiatan pembangunan perkebunan
seluas 84.120 ha yang terdiri dari pengembangan kebun kakao sepanjang
Jawa Timur bagian selatan (Cocoa Belt) seluas 5.050 ha dan intensifikasi
seluas 1.750 ha, pengembangan jambu mete seluas 2.660 ha di
sepanjang pantai utara Madura (Cashew belt) yang dilakukan dengan cara
diversifikasi, peremajaan kelapa seluas 3.750 ha, perluasan kopi arabika
seluas 2.150 ha dan rehabilitasi kopi robusta seluas 250 ha, rehabilitasi
cengkeh seluas 1.500 ha, pengembangan cabe jamu seluas 175 ha,
Intensifikasi dan denfarm pemupukan tanaman tembakau seluas 12.000
ha. Untuk komoditi tebu dialokasikan perluasan areal sebesar 6.800 ha,
bongkar ratoon 3.900, rawat ratoon 41.395 ha dan KBD seluas 1.545 ha,
serta pemberdayaan petani perkebunan setara 27.500 orang petani.
Sedangkan untuk mendukung produksi, produktivitas dan mutu
produk komoditi perkebunan, juga dilakukan pemberian bantuan sarana
dan prasarana yaitu alat pengolahan hasil sebanyak 4.083 unit (alat
pengolah kopi basah, sangrai dan pembubuk kopi, pengolah kopi
esspreso, pengupas kulit kopi kering, pengolah bubuk kopi, UPH kopi,
pengering biji kakao, kotak fermentasi, pendingin hasil sangrai, kacip,
penyuling nilam, pengolah gula merah tebu, pengolah gula merah kelapa,
terpal, rehab oven dan rehab gudang) dan alat penunjang kegiatan
lainnya yaitu gunting pangkas 300 buah, gergaji pangkas 300 buah, 160
unit power sprayer, 202 unit hand sprayer, 58 unit hand tractor, 237 unit
pompa air, APPO sebanyak 38 unit, 83 buah chainsaw, cultivator 50 unit
serta mist blower sebanyak 150 unit.
6
1.3 Landasan Hukum
Landasan hukum penyusunan Rencana Strategis Dinas
Perkebunan Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut :
1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional;
2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 Tentang Pemerintahan Daerah;
3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
4) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang;
5) Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah;
6) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota;
7) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Struktur
Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah;
8) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
9) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2009 tentang
Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan;
10) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi
Jawa Timur;
7
11) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Provinsi Jawa Timur Tahun 2005-2025;
12) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011 -
2031;
1.4 Maksud dan Tujuan
a. Maksud penyusunan Renstra
Dokumen Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur
disusun sebagai penjabaran dari RPJMD Provinsi Jawa Timur
Tahun 2014-2019 dan sebagai pedoman dalam melaksanakan
urusan pilihan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi
daerah dan tugas pembantuan di bidang Perkebunan yang
akan dilaksanakan secara bertahap tiap tahun untuk lima tahun
kedepan.
b. Tujuan penyusunan Renstra
Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur adalah
dokumen perencanaan pembangunan subsektor perkebunan
dalam periode 2015 - 2019, ditetapkan dengan tujuan :
1) Tersusunnya visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan
kebijakan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsinya selama periode tahun
2015-2019;
2) Teridentifikasinya program dan indikasi kegiatan dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi Dinas Perkebunan
Provinsi Jawa Timur selama periode tahun 2015-2019;
3) Tersusunnya acuan dan pedoman dalam penyusunan
Rencana Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur
(rencana kerja tahunan) dalam periode lima tahun ke depan;
8
4) Tersusunnya dokumen perencanaan yang merupakan dasar
dalam pengendalian dan evaluasi rencana pembangunan
Dinas Perkebunan Jawa Timur baik tahunan maupun lima
tahunan.
1.4. Sistematika Penulisan
Dokumen Rencana Strategis Dinas Perkebunan Provinsi Jawa
Timur tahun 2015 – 2019 disusun dengan sistematika sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Kinerja Pembangunan Perkebunan
1.3 Landasan Hukum
1.4 Maksud dan Tujuan
BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS
PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR
1. Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas
Perkebunan
1.1 Tugas Pokok
1.2 Fungsi
2. Kinerja Pemangunan Perkebunan
2.1. Pelayanan Terhadap Areal Perkebunan
2.2. Pelayanan Terhadap Produksi
Perkebunan Pelayanan Terhadap
Peningkatan Produktivitas
9
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS
POKOK DAN FUNGSI
1. Produkivitas dan mutu yang masih rendah
2. Semakin terbatasnya lahan yang subur untuk
budidaya perkebunan
3. Rendahnya bahan organik tanah
4. Masih terbatasnya sarana prasarana perkebunan
5. Masih tingginya serangan hama penyakit dan
gangguan usaha komoditi perkebunan
6. Rendahnya kemampuan kelembagaan petani
dalam akses teknologi, informasi pasar,
permodalan dan kemitraan
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI
DAN KEBIJAKAN
1. Visi
2. Misi
3. Tujuan Dan Sasaran
3.1. Tujuan
3.2. Sasaran
4. Strategi Dan Kebijakan
4.1. Strategi
4.1.1. Strategi untuk mencapai sasaran
meningkatkan produksi
4.1.2. Strategi untuk mencapai sasaran
meningkatnya nilai tambah hasil
produksi perkebunan
10
4.1.3. Strategi untuk mencapai sasaran
meningkatnya pemberdayaan petani
perkebunan terhadap faktor produksi,
teknologi, informasi, pemasaran dan
permodalan sehingga memiliki daya saing
tinggi
4.2. Kebijakan
4.2.1. Kebijakan Peningkatan Produksi dan
Produktivitas
4.2.2. Kebijakan Peningkatan mutu produk
perkebunan untuk meningkatkan nilai tambah
4.2.3. Kebijakan Peningkatan pemberdayaan
kelembagaan petani perkebunan
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN,
INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN,
DAN PENDANAAN INDIKATIF
BAB VI PENUTUP
11
BBAABB IIII
GGAAMMBBAARRAANN PPEELLAAYYAANNAANN SSKKPPDD
1. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perkebunan
Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur merupakan unsur
pelaksana otonomi daerah yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah di bidang perkebunan, sesuai
dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008
tanggal 20 Agustus 2008, tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah Provinsi Jawa Timur. Tugas pokok dan fungsi Dinas Perkebunan
Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut:
1.1. Tugas Pokok
Dinas Perkebunan mempunyai tugas melaksanakan urusan
pemerintah daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di
bidang perkebunan.
1.2. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas tersebut di atas, Dinas Perkebunan
Provinsi Jawa Timur mempunyai fungsi:
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang perkebunan;
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di
bidang perkebunan;
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup
tugasnya;
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur.
12
Susunan organisasi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur
sebagaimana dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur dimaksud
terinci dalam Gambar 1 berikut.
GGaammbbaarr 11 SSttrruukkttuurr OOrrggaanniissaassii DDiinnaass PPeerrkkeebbuunnaann PPrroovviinnssii JJaawwaa TTiimmuurr
2. Kinerja Pembangunan Perkebunan
Kinerja umum pembangunan perkebunan di Jawa Timur kurun
waktu lima tahun terahir secara langsung ataupun tidak langsung
merupakan gambaran dari pelayanan Satuan Kerja Perangkat Daerah
pada Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur
13
Bentuk pelayanan yang telah dilakukan :
Pada kurun waktu 2009 - 2013, luas total areal perkebunan di Jawa
Timur bertambah hampir 48 ribu ha, total produksi komoditas naik 200
ribu ton, dan produktivitas beberapa komoditas perkebunan utama
rata-rata tumbuh 5 % setiap tahun. Sektor perkebunan Jawa Timur
setiap tahun terus memberikan kontribusi bagi PDRB Jawa Timur.
Untuk PDRB (ADHK) rata-rata menyumbang sebesar 7,84 trilyun
rupiah dan PDRB (ADHB) memberikan kontribusi sebesar 18,26 trliyun
rupiah terhadap PDRB Jawa Timur.
Pada kurun 2009 – 2013 kelembagaan petani tetap stabil dan
konsisten yang merupakan dampak positip dari era reformasi serta
berkembang di berbagai sentra komoditas perkebunan. Dinamika
koperasi dan asosiasi petani komoditas perkebunan berkembang
pesat. Ini menunjukkan program pemberdayaan petani dan
kelompoknya mengalami perkembangan signifikan dan hal ini
berpengaruh terhadap akses teknologi, informasi, pasar dan modal.
Sektor perkebunan juga menyediakan lapangan kerja yang terus
bertambah. Pertambahan tenaga kerja diperkebunan dapat diartikan
sebagai seberapa banyak orang yang terlibat di bidang perkebunan.
Semakin bertambahnya luas areal perkebunan di Jawa Timur
berbanding lurus dengan keterlibatan tenaga kerja didalamnya.
Sehingga selama kurun waktu 5 tahun (2009-2013) terjadi
pertumbuhan keterlibatan tenaga kerja rata-rata sebesar 1,39%.
2.1. Pelayanan Terhadap Areal Perkebunan
Luas areal tanaman perkebunan di Jawa Timur kurun 2009-2013
bertambah dari semula 975 ribu ha menjadi 1.024 ribu ha atau bertambah
luas rata-rata 1,25 % per tahun.
14
Tabel 1. Perkembangan Areal Komoditas Perkebunan di Jawa Timur, 2009-
2013
NO KOMODITI REALISASI LUAS AREAL (HA)
2009 2010 2011 2012 2013*
1 Tebu 186.025 203.484 197.762 203.484 223.150
- Gula Kristal 186.025 192.970 192.587 198.278 217.915
- Gula Merah 0 0 5.175 5.206 5.235
2 Tembakau 112.007 109.250 130.824 154.141 95.651
3 Kopi 95.216 95.266 99.122 100.847 102.162
- Kopi Arabika 15.887 15.950 18.370 20.086 21.340
- Kopi Robusta 79.329 79.316 80.752 80.761 80.768
4 Kakao 54.007 54.657 61.169 63.040 65.125
5 Kelapa 293.644 293.750 297.207 297.632 298.540
6 Jambu Mete 48.284 48.284 51.234 52.903 54.062
7 Cengkeh 41.474 42.007 43.876 46.902 47.226
8 Lain-lain 145.233 147.931 147.514 141.623 143.649
JUMLAH 975.890 984.115 1.028.708 1.060.572 1.029.511
Komoditas dengan areal yang luas seperti tebu, kelapa,
tembakau, kopi dan kakao umumnya dimiliki oleh petani. Fakta ini
menunjukkan bahwa perkebunan di Jawa Timur merupakan agribisnis
berbasis rakyat, sehingga sangat mengakar di masyarakat. Perubahan
harga, baik input produksi maupun produk, akan berpengaruh nyata
terhadap perubahan area perkebunan rakyat.
Pada kurun waktu 2009-2013, kenaikan areal hampir terjadi
untuk semua komoditas perkebunan (lihat Gambar 2). Peningkatan areal
yang cukup tajam terjadi pada komoditas tebu, kapas, jarak dan kakao.
Sebaliknya areal tembakau, kapok randu, teh, karet dan kopi pada kurun
yang sama cenderung menyusut. Kenaikan areal tanaman ini tidak lepas
15
dari peran Dinas yang hampir setiap tahunnya melakukan pengembangan
tanaman berdasarkan zona pembangunan perkebunan yang cocok untuk
tiap-tiap komoditi. Komoditi kakao setiap tahun dikembangkan hampir
5.000 ha di sepanjang pantai selatan Jawa Timur, kopi arabika rata-rata
dikembangkan sebanyak 2.000 ha di sekitar lereng pegunungan yang
memiliki ketinggian diatas 800 mdpl, sedangkan untuk kopi robusta
dilakukan rehabilitasi tanaman hampir 500 ha tiap tahunnya untuk
meningkatkan produktivitas tanaman oleh karena banyaknya tanaman
yang sudah tua/rusak.
GGaammbbaarr 22.. PPeerrkkeemmbbaannggaann AArreeaall BBeebbeerraappaa KKoommooddiittaass PPeerrkkeebbuunnaann ddii
JJaawwaa TTiimmuurr,, 22000099--22001133
2.2. Pelayanan terhadap Produksi Perkebunan
Pada 2009-2013 produksi perkebunan Jawa Timur menunjukkan
peningkatan. Secara agregat peningkatan produksi perkebunan naik rata-
rata 3,57 % per tahun. Gambaran ini menunjukkan suatu kecenderungan
yang positip dari perbaikan kualitas komoditas, karena pada 2009-2013
luas total areal perkebunan hanya bertambah sedikit (1,25% per tahun).
Artinya peningkatan produksi lebih banyak disumbangkan oleh kenaikan
produktivitas tanaman.
16
Pertumbuhan produksi komoditi perkebunan cenderung
meningkat seiring dengan bertambahnya luas areal perkebunan. Selain
itu, terdapat pergeseran sifat tanaman dari tanaman belum menghasilkan
berubah menjadi tanaman menghasilkan. Pada tahun 2010 dan tahun
2013 terjadi penurunan produksi dari tahun sebelumnya, hal ini
diakibatkan anomali iklim yang cukup panjang pada tahun tersebut. Hujan
yang tinggi mengakibatkan tanaman tahunan banyak yang mengalami
keterlambatan pembungaan, dan untuk tanaman semusim hampir
dipastikan banyak mengalami gagal panen sehingga produksi mengalami
penurunan.
Produksi secara keseluruhan pada tahun 2013 sebesar 1.856.286 ton dan
mengalami peningkatan sebesar 252.581 ton apabila dibandingkan
dengan tahun 2009 sebesar 1.603.705 ton.
TTaabbeell 22.. PPeerrkkeemmbbaannggaann PPrroodduukkssii KKoommooddiittaass PPeerrkkeebbuunnaann ddii JJaawwaa TTiimmuurr,,
22000099--22001133,, ((ddaallaamm ttoonn))
NO KOMODITI REALISASI PRODUKSI (TON)
2009 2010 2011 2012 2013*
1 Tebu 1.079.236 1.014.272 1.088.188 1.289.138 1.280.796
- Gula Kristal 1.079.236 1.014.272 1.051.872 1.252.788 1.244.284
- Gula Merah 0 0 36.316 36.350 36.512
2 Tembakau 80.661 53.695 114.816 136.620 74.113
3 Kopi 54.019 56.200 37.397 54.239 56.466
- Kopi Arabika 7.205 7.456 5.307 8.811 9.634
- Kopi Robusta 46.814 48.744 32.090 45.427 46.832
4 Kakao 22.677 24.200 27.522 32.912 37.225
5 Kelapa 250.391 257.891 268.328 277.119 278.540
6 Jambu Mete 14.907 10.500 12.360 12.719 13.260
7 Cengkeh 10.808 10.340 6.807 11.699 12.500
8 Lain-lain 91.006 99.822 107.945 105.326 103.386
JUMLAH 1.603.705 1.526.920 1.663.363 1.919.771 1.856.286
17
2.3. Pelayanan Tehadap Peningkatan Produktivitas
Pada 2009-2013 hampir semua komoditas perkebunan di Jawa
Timur mengalami peningkatan produktivitas, walaupun masih adanya
fluktuasi produktivitas akibat pengaruh iklim tahunan. Secara umum
beberapa produktivitas dari komoditi perkebunan Jawa Timur masih
dibawah standar optimal. Komoditi tembakau, kopi, kakao dan cengkeh
produktivitasnya masih dibawah standard optimal dan ke depan akan
dilakukan upaya-upaya peningkatan produktivitas komoditi seperti
optimalisasi budidaya tanaman, penanganan gangguan hama serta
penyakit tanaman dan penanganan pasca panen tanaman. Berikut
perkembangan produktivitas tanaman perkebunan.
TTaabbeell 33.. PPeerrkkeemmbbaannggaann PPrroodduukkttiivviittaass KKoommooddiittaass PPeerrkkeebbuunnaann ddii JJaawwaa
TTiimmuurr,, 22000099--22001133,, ((ddaallaamm kkgg//hhaa//ttaahhuunn))
NO KOMODITI REALISASI PRODUKTIVITAS (Kg/Ha/Th)
2009 2010 2011 2012 2013*
1 Tebu 5.802 5.245 6.240 6.651 6.344
- Gula Kristal 5.802 5.245 5.462 6.318 5.710
- Gula Merah 7.018 6.983 6.977
2 Tembakau 720 697 878 940 775
3 Kopi 724 751 526 752 747
- Kopi Arabika 660 682 496 746 742
- Kopi Robusta 787 819 556 759 751
4 Kakao 839 884 547 898 870
5 Kelapa 1.388 1.428 853 1.456 1.440
6 Jambu Mete 739 692 725 708 705
7 Cengkeh 390 373 252 396 390
Pada kondisi wilayah seperti Jawa Timur di mana persaingan
penggunaan lahan relatif ketat, terutama dengan pemukiman dan industri,
areal perkebunan umumnya mulai tergeser ke wilayah-wilayah yang
kurang produktif. Pergeseran ini umumnya akan diikuti oleh penurunan
produktivitas. Pada kondisi seperti ini peningkatan produktivitas
memerlukan usaha yang sungguh-sungguh dari berbagai pihak.
18
BBAABB IIIIII
IISSUUEE -- IISSUUEE SSTTRRAATTEEGGIISS BBEERRDDAASSAARRKKAANN
TTUUGGAASS PPOOKKOOKK DDAANN FFUUNNGGSSII
Pembangunan perkebunan tidak terlepas dari pengaruh isue –
isue strategis yang ada, baik lingkungan internal yaitu pada tingkat
regional Jawa Timur maupun lingkungan eksternal yaitu pada tingkat
nasional bahkan sampai pada tingkat internasional. Pada tingkat regional,
lingkungan strategis yang dominan mempengaruhi perubahan
pembangunan perkebunan meliputi kelangkaan dan degradasi kualitas
Sumber Daya Alam (SDA), pengembangan IPTEK dan permintaan
terhadap energi terbarukan serta permintaan terhadap produk organik.
Kondisi Sub Sektor Perkebunan saat ini yang menjadi dasar
prioritas pembangunan perkebunan, terdapat 6 isue strategis, yaitu :
Produkivitas dan mutu yang masih rendah; Semakin terbatasnya lahan
yang subur untuk budidaya perkebunan; Rendahnya bahan organik tanah;
Masih tingginya serangan hama penyakit dan gangguan usaha komoditi
perkebunan; dan Rendahnya kemampuan kelembagaan petani dalam
akses teknologi, informasi pasar, permodalan dan kemitraan
1. Produkivitas dan mutu yang masih rendah
Produktivitas tanaman perkebunan, yaitu produksi yang dicapai per
satuan luas, masih dibawah standar yang diharapkan. Hal tesebut
disebabkan karena beberapa hal terkait dengan aspek budidaya,
yaitu penggunaan benih/bibit yang tidak unggul dan bermutu, cara
penanaman yang belum sesuai teknologi dan pemeliharaan
tanaman yang belum intensif, serta belum adanya teknologi yang
efektif jika terjadi anomali cuaca. Disamping produktivitas, mutu
produk yang dihasilkan oleh petani juga masih dibawah standar
atau belum sesuai dengan permintaan konsumen, karena masih
19
terbatasnya kemampuan petani dalam menerapkan teknologi pasca
panen dan pengolahan hasil yang baik.
2. Semakin terbatasnya lahan yang subur untuk budidaya
perkebunan.
Pada awalnya sentra pengembangan komoditi perkebunan pada
lokasi lahan yang subur, yang sering dikenal sebagai lahan historis
pengembangan komoditi perkebunan. Namun seiring dengan
kebutuhan pangan, khususnya beras yang makin besar, maka
pemerintah mengambil kebijakan lahan-lahan subur tersebut lebih
diprioritaskan untuk tanaman pangan (padi). Sehubungan dengan
hal tersebut, maka pengembangan tanaman perkebunan bergeser
dengan memanfaatkan lahan pekarangan, lahan-lahan yang belum
termanfaatkan dengan optimal,lahan marginal dan lahan tidur yang
secara teknis masih memenuhi persyaratan untuk dikembangkan
komoditi perkebunan.
3. Rendahnya bahan organik tanah
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
tanaman adalah sifat fisik tanah, kimia dan biologi tanah.Sifat kimia
tanah meliputi kadar unsur hara dalam tanah,baik makro maupun
mikro, kejenuhan basah, kapasitas pertukaran kation, pH dan kadar
bahan oganik tanah. Kadar bahan organik tanah sebenarnya relatif
lebih mudah untuk diperbaiki dengan teknologi yang ada, antara
lain dengan menambahkan bahan organik atau pupuk organik
kedalam tanah. Namun kenyataannnya, kondisi saat ini bahan
organik tanah di Jawa Timur sangat rendah, rata-rata kurang dari 2
%, bahkan ada yang kurang dari 1 %. Sementara tanaman
perkebunan membutuhkan tanah berkadar bahan organik tinggi
yaitu diatas 3 %. Kadar bahan organic yang tinggi, akan
memperbaiki struktur tanah, biologi tanah dan juga kemampuan
absorpsi hara maupun daya simpan lengas tanah. Tigginya
20
kemampuan absorpsi berarti daya pegang tanah terhadap unsure-
unsur hara tinggi dan selanjutnya melepaskannya untuk diserap
akar tananam.
4. Masih terbatasnya sarana prasarana perkebunan
Dalam rangka peningkatan produksi dan nilai tambah produk
perkebunan, maka diperlukan dukungan sarana dan prasarana
yang memadai. Untuk peningkatan produksi, sarana dan prasarana
yang dibutuhkan, antara lain jalan produksi, alat pengolah tanah,
alat pemutus akar, alat pemeliharaan tanaman, alat pengendali
hama penyakit dan lain-lain. Sementara sarana dan prasarana
yang diperlukan dalam rangka peningkatan nilai tambah, antara lain
: alat panen, alat pengolahan hasil, dan lain-lain. Sarana dan
prasarana yang dimiliki petani pada saat ini masih sangat kurang,
sementara kemampuan petani untuk mengadakan secara swadaya
masih belum mampu sepenuhnya. Terlebih saat ini, minat tenaga
kerja muda di pedesaan untuk berkerja di sector pertanian sangat
kecil, mereka lebih senang bekerja di industri, sehingga di
pedesaan mulai kekurangan tenaga kerja yang mau bekerja di
lahan/sawah. Oleh karena itu, peralatan pertanian modern (traktor,
alat tebang muat, dan lain-lain) sudah sangat dibutuhkan.
5. Masih tingginya serangan hama penyakit dan gangguan usaha
komoditi perkebunan
Pengendalian hama/penyakit dan upaya menekan gangguan usaha
komiditi perkebunan, tidak dimaksudkan untuk meningkatkan
produksi, tetapi untuk memperkecil kehilangan produksi, karena
serangan hama penyakit tanaman dan adanya gangguan usaha,
berpotensi untuk mengurangi produktivitas, sehingga perlu
dikendalikan. Pada saat ini, beberapa jenis hama dan penyakit,
masih menyerang tanaman perkebunan dengan intensitas tinggi,
antara lain : Hama kwang wung ( Oryctes rhinoceros) pada kelapa,
21
yang banyak mengakibatkan kematian tanaman dan dapat memicu
potensi kehilangan produksi hingga 26 %; hama penggerek buah
(Conomorpha cramerella), penyakit busuk buah (Phytopthora sp),
kepik buah (Hellopeltis sp) pada kakao yang dapat menyebabkan
potensi kehilangan produksi hingga 10 - 30 %, Penggerek buah
kopi (Hypotenemus hampai) yang berpotensi menghilangkan
produksi hingga 20 %.
6. Rendahnya kemampuan kelembagaan petani dalam akses
teknologi, informasi pasar, permodalan dan kemitraan
Di Jawa Timur, telah berkembang kelembagaan petani dengan
cukup banyak, baik dalam bentuk Kelompok Tani, Gabungan
Kelompok Tani (Gapoktan), Koperasi berbasis komoditi
perkebunan, antara lain Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR),
Koperasi Petani Kopi, Kakao, Kapas dan asosiasi petani berbasis
komoditi perkebunan, antara lain APTR (Asosiasi Petani Tebu
Rayat), APTI (Asosiasi Petani Tembakau Indonesia), Asosiasi
Petani Cengkeh, Kopi, Kakao dan lain-lain. Ada kelembagaan
petani perkebunan yang sudah memiliki akses teknologi, informasi
pasar, permodalan dan kemitraan dengan baik, tetapi sebagaian
besar masih perlu untuk ditingkatkan kemampuannya. Harapan
kita, kelembagaan petani perkebunan mampu menjadi agen
pembangunan perkebunan yang dapat mengakses berbagai aspek
teknologi modern dan pasar yang berkembang sangat dinamis.
Pada saat ini, sudah ada kelompok tani atau Gapoktan yang telah
melakukan kemiraan dengan eksportir, dan menghasilkan produk
dengan kualitas ekspor, sehingga petani anggotanya dapat
menikmati harga produk yang dihasilkan dengan standar harga
konsumen dalam negeri. Pada kondisi demikian, maka petani akan
dapat menikmati nilai tambah dari usaha taninya dengan nilai yang
sepadan dengan resiko yang ada.
22
Tabel. 4 Identifikasi Isu-Isu Strategis (Lingkungan Eksternal)
Dinamika Internasional Dinamika Nasional Dinamika Regional
Pertumbuhan penduduk dunia semakin pesat yang diikuti makin besarnya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, berdampak pada makin terbatasnya ketersediaan pangan dunia
Impor komoditi pangan nasional cenderung meningkat. Impor gula relative stabil pada angka sekitar 3 juta ton. Dalam hal ini, pemerintah mencanangkan program swa sembada gula
Masih rendahnya produksi dan produksi serta flukuatif produksi perkebunan
Makin terbatasnya lahan subur, sementara lahan subur lebih diprioritaskan untuk pangan (beras)
Masih tingginya serangan hama penyakit pada beberapa hama penyakit pada komoditi perkebunan, berdampak terjadinya kehilangan produksi
Gejolak perekonomian global, berdampak pada ketidakpastian perkembangan harga komoditas, termasuk komoditi ekspor perkebunan
Daya saing komoditas ekspor semakin ketat, dengan makin terbukanya perdagangan internasional.
Mutu produk perkebunan rakyat, masih belum sepenuhnya memenuhi konsumsi luar negeri yang maskin selektif terhadap mutu produk
Untuk memproduksi produk berkualitas, diperlukan sarana yang memadai
Sumberdaya manusia pada petani pekebun, belum sepenuhnya siap dalam persaingan global yang makin ketat
23
BBAABB IIVV
VVIISSII,, MMIISSII,, TTUUJJUUAANN DDAANN SSAASSAARRAANN,, SSTTRRAATTEEGGII
DDAANN KKEEBBIIJJAAKKAANN
1. VISI
Visi pembangunan perkebunan di Jawa Timur periode
pembangunan 2015-2019 adalah : “ Jawa Timur sebagai provinsi
agrobisnis perkebunan yang tangguh, berdaya saing dan
berkelanjutan ”.
Berpijak pada visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Jawa Timur 2005 – 2025, yaitu terwujudnya Jawa
Timur sebagai “Pusat Agribisnis Terkemuka, Berdaya Saing Global,
dan Berkelanjutan, melalui lima tahapan periodesasi, maka periode
2015 – 2019 merupakan pembangunan jangka menengah tahap
ketiga. Pembangunan tahap ketiga ini dengan berlandaskan
pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan pembangunan
tahap pertama dan kedua, ditujukan lebih memantapkan
pembangunan secara menyeluruh di pelbagai bidang berlandaskan
keunggulan sumberdaya alam, dan sumberdaya manusia berkualitas,
serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.
Visi pembangunan Jawa Timur yang ingin diwujudkan pada
periode 2015 – 2019 adalah “Jawa Timur lebih sejahtera, Berkeadilan,
Mandir, Berdaya Saing dan Berakhlak”. Sub Sektor Perkebunan
merupakan salah satu sumber perekonomian potensial di Jawa Timur,
memiliki peran strategis untuk mewujudkan visi pembangunan Jawa
Timur. Berpijak pada visi pembangunan Jawa Timur, maka visi Dinas
Perkebunan Provinsi Jawar pada periode pembangunan 2015 -2019
24
“Jawa Timur sebagai provinsi agrobisnis perkebunan yang
tangguh, berdaya saing dan berkelanjutan” dengan penjelasan
sebagai berikut :
Jawa Timur sebagai Provinsi Agrobisnis Perkebunan
Adalah terwujudnya Provinsi Jawa Timur sebagai pusat
agrobisnis dan agroindustri, termasuk agrobisnis dan agroindustri
komoditi perkebunan. Agrobisnis perkebunan adalah bisnis berbasis
usaha perkebunan atau bidang lain yang mendukungnya, baik sektor
hulu maupun di hilir. Agrobisnis pekebunan adalah cara pandang
ekonomi bagi usaha penyediaan produk perkebunan, yang meliputi
aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pasca panen, proses
pengolahan hingga tahap pemasaran. Ruang lingkup agrobisnis
perkebunan dapat mencakup bisnis dalam produksi benih, produksi
produk perkebunan, produksi bahan baku industri, alat pertanian,
penanganan pasca panen dan pengolahan hasil perkebunan, produksi
biodiesel, hingga wisata perkebunan.
Perkebunan yang Tangguh
Adalah terwujudnya perkebunan tangguh, yaitu proses
menghasilkan produk perkebunan dengan cara memanfaatkan
sumberdaya perkebunan secara alami dan mandiri, melibatkan
sekumpulan unsur yang terlibat dalam kegiatan usaha perkebunan,
para pekebun tangguh, ilmuwan tangguh, aparatur perkebunan
tangguh serta pihak-pihak lain yang terlibat dalam proses produksi
komoditi perkebunan. Usaha perkebunan tangguh memiliki
sumberdaya manusia yang terlibat, dengan ciri-ciri penting, antara lain
: Berani dan optimis terhadap usaha perkebunan yang sedang
dilakukan; Mau belajar tentang inovasi teknologi perkebunan yang
efektif; Acuh dan cuek terhadap apa kata orang; Mampu menjalin
25
kerjasama dengan berbagai mitra usaha; Mempunyai komunitas untuk
berkebun bersama-sama dalam rangka mewujudkan pertanian
terpadu; Berkomunikasi secara baik dan profesional; serta Bekerja
dengan keras dan cerdas.
Perkebunan Berdaya Saing
Adalah terwujudnya pembangunan perkebunan di Jawa Timur
yang memiliki daya saing tinggi, bukan hanya keunggulan komparatif
(comparative advantage), tetapi terutama keunggulan kompetitif
(competitive advantage), menyangkut kualitas produk, manejemen
produksi, pemasaran dan akses permodalan.
Hanya dengan daya saing yang tinggi, komoditi perkebunan
dapat berkembang, mensejahterakan pekebun, sumber/penyedia
bahan baku yang kompetitif, menjadi komoditi ekspor sebagai
pendulang devisa dan pesaing komoditi impor di pasar dalam negeri.
Perkebunan Berkelanjutan
Adalah terwujudnya pembangunan perkebunan yang
berkelanjutan di Jawa Timur. Pembangunan perkebunan
berkelanjutan adalah proses pembangunan perkebunan yang
berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan
pemenuhan kebutuhan generasi masa depan, mencakup tiga lingkup
kebijakan, yakni pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan
perlindungan lingkungan.
Pengembangan komoditi perkebunan, tidak boleh hanya
mengedepankan kepentingan aspek ekonomi semata, tetapi harus
memperhatikan aspek kelestarian lingkungan, hal tersebut menjadi
lebih penting, karena komoditi perkebunan banyak yang
dikembangkan di lereng pegunungan yang rawan terjadinya
26
kerusakan lingkungan, jika tidak memperhatikan kaidah konservasi
tanah.
2. MISI
Untuk mencapai harapan yang terkandung dalam visi
pembangunan perkebunan, maka ditetapkan misi pembangunan
perkebunan periode tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut : “
Meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu hasil yang
berdaya saing tinggi dan berkelanjutan, melalui sistem
agrobisnis untuk kesejahteraan petani perkebunan ”. Misi ini
merupakan kesinambungan , sekaligus sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas pembangunan perkebunan dari misi
sebelumnya (2009 – 2014), yaitu Meningkatkan produksi,
produktivitas dan kualitas komoditas perkebunan yang berdaya saing
tinggi dan berkelanjutan, melalui pengembangan sistem agroindustri
untuk kesejahteraan petani.
Misi “Meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu hasil yang
berdaya saing tinggi dan berkelanjutan, melalui sistem agrobisnis
untuk kesejahteraan petani perkebunan”, adalah sebagai berikut :
Misi Pertama : Meningkatkan Produksi.
Misi ini untuk mewujudkan peningkatan produksi perkebunan,
yang merupakan bentuk produk yang dihasilkan dari usaha tani
komoditi perkebunan. Nilai produksi perkebunan berperan
memberikan kontribusi bagi peningkatan PDRB, sumber penerimaan
devisa bagi negara, pensuplly bahan baku industri pengolahan dan
sumber pendapatan bagi pekebun. Penimgkatan produksi
perkebunan, dapat mendorong aktivitas usaha di hilir, sehingga dapat
menjadi lapangan usaha dan menyerap tenaga kerja. Produksi
27
perkebunan merupakan salah satu instrumen penting bagi
peningkatan kesejahateraan pekebun.
Peningkatan produksi perkebunan dapat diperoleh melalui
peningkatan areal atau ekstensifikasi dan peningkatan produktivitas
komoditi perkebunan.
Misi Kedua : Meningkatkan Produktivitas.
Misi ini untuk mewujudkan peningkatan produktivitas komoditi
perkebunan, yaitu produksi yang diperoleh pekebun/pengusaha
perkebunan per satuan luas, dinyatakan dalam satuan (kg atau kw
atau ton per ha). Makin tinggi tingkat produktivitas yang diperoleh,
maka usaha tani tersebut akan makin efisien. Oleh karena itu,
produktivitas yang tinggi, akan berpengaruh positif terhadap daya
saing komoditi perkebunan.
Misi Ketiga : Meningkatkan Mutu Produk.
Misi ini untuk mewujudkan peningkatan mutu produk komoditi
perkebunan, yaitu tingkat mutu yang diperoleh dari produk
perkebunan. Makin tinggi tingkat mutu yang diperoleh, maka
pekebun/pengusaha perkebunan akan memperoleh harga produk
yang lebih tinggi. Bagi komoditi ekspor, mutu tinggi merupakan
persyaratan yang harus dipenuhi, karena konsusmen luar negeri
dikenal sangat ketat dalam menilai mutu produk, termasuk produk
perkebunan. Disamping produktivitas yang tinggi, tingginya mutu
produk perkebunan, juga dapat memberikan pengaruh positif terhadap
daya saing serta berkelanjutan. Komoditi perkebunan yang
dikembangkan haruslah memiliki daya saing, baik daya saing
terhadap komoditi pertanian maupun komoditi perkebunan lainnya,
tetapi yang lebih penting haruslah memiliki daya saing terhadap
komoditi yang sama dari daerah lain dan terutama dengan sesama
28
komoditi dari negara lain. Namun demikian, dalam pembangunan
perkebunan di Jawa Timur, tidak boleh hanya mempertimbangkan
aspek ekonomis semata, tetapi harus tetap memperhatikan aspek
lingkunganh hidup, agar pembangunan perkebunan dapat
berkelanjutan. Muara dari semua misi adalah untuk mewujudkan
kesejahteraan petani perkebunan melalui peningkatan pendapatan
yang diperoleh dari usaha tani komoditi perkebunan.
3. TUJUAN DAN SASARAN
3.1. Tujuan
Berdasarkan visi dan misi pembangunan perkebunan serta
memperhatikan potensi perkebunan rakyat merupakan bagian terbesar
dari seluruh areal perkebunan di Jawa Timur, maka pembangunan
perkebunan diarahkan kepada pencapaian tujuan meningkatkan produksi,
produktivitas dan mutu hasil perkebunan
3.2. Sasaran
Dengan mengacu kepada misi dan tujuan pengembangan sistem
dan usaha agribisnis berbasis perkebunan, maka sasaran yang ingin
dicapai pada akhir 2019 adalah :
1. Meningkatnya produksi perkebunan
2. Meningkatnya produktivitas perkebunan
3. Meningkatnya nilai tambah hasil produk perkebunan
4. Meningkatnya pemberdayaan petani perkebunan terhadap faktor
produksi, teknologi, informasi, pemasaran dan permodalan sehingga
memiliki daya saing tinggi
29
Tabel. 5 Matriks Hubungan antara Tujuan dan Sasaran
Tujuan Sasaran Indikator Sasaran
Tahun Dasar
Target Kinerja Sasaran Pada Tahun (%)
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu hasil perkebunan
1 Meningkatkan produksi perkebunan
Meningkatnya produksi tanaman perkebunan Prosentase (%) capaian peningkatan produksi - (%) Tanaman Semusim - (%) Tanaman Tahunan
1.428.487 ton
437.939 ton
1,30 %
0,97 %
1,35 %
0,98 %
1,40 %
1,07 %
1,48 %
1,16 %
1,59 %
1,25 %
2 Meningkatkan produktivitas perkebunan
Meningkatnya produktivitas tanaman perkebunan Prosentase (%) capaian peningkatan produktivitas - (%) Tebu
5.753 kg/ha/th
0,21 %
0,24 %
0,35 %
0,36 %
0,46 %
- (%) Tembakau 912 kg/ha/th 1,10 % 1,19 % 1,29 % 1,36 % 1,46 %
- (%) Kopi 754 kg/ha/th 3,32 % 4,49 % 4,91 % 5,27 % 5,56 %
- (%) Kakao 1.078 kg/ha/th 0,93 % 1,38 % 1,90 % 2,22 % 2,44 %
- (%) Cengkeh 406 kg/ha/th 2,46 % 3,61 % 4,64 % 5,54% 6,30 %
- (%) Kelapa 1.337 kg/ha/th 0,75 % 0,89 % 1,10 % 1,24 % 1,44 %
3
Meningkatnya nilai tambah hasil produk perkebunan
prosentase (%) capaian peningkatan nilai tambah komoditi perkebunan
Kopi Arabika 500 ton yang ditangani
3,47 6,94 10,42 13,89 17,36
Kakao 800 ton yang ditangani
1,59 3,17 4,76 6,35 7,94
30
4 Meningkatnya pemberdayaan petani perkebunan terhadap faktor produksi, teknologi, informasi, pemasaran dan permodalan sehingga memiliki daya saing tinggi
prosentase (%) peningkatan pemberdayaan petani perkebunan yang ditingkatkan kapasitasnya
1400 petani 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
4. Strategi dan Kebijakan
Untuk mewujudkan visi dan misi serta tujuan dan sasaran yang
telah dirumuskan, maka diperlukan penetapan mengenai upaya
mencapai tujuan dan sasaran misi tersebut dalam bentuk strategi dan
arah kebijakan pembangunan perkebunan di Jawa Timur 2015 –
2019. Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan
komperhensif tentang bagaimana mencapai tujuan dan sasaran
dengan efektif dan efisien. Rumusan strategi merupakan pernyataan
yang menjelaskan bagaimana tujuan dan sasaran akan dicapai, yang
selanjutnya diperjelas dengan serangkaian arah kebijakan. Strategi
dan arah kebijakan pencapaian tujuan dan sasaran masing-masing
misi dilaksanakan berpedoman pada “payung besar” stretegi umum
yang menjadi landasan utama pembangunan perkebunan Jawa Timur
2015-2019.
Strategi umum pembangunan Jawa Timur 2015 – 2019, adalah :
1. Pembangunan berkelanjutan berpusat pada rakyat (people
centered development) yang inklusif, dan mengedepankan
partisipasi rakyat (participatory based development).
2. Pertumbuhan ekonomi yang berpihak kepada masyarakat miskin
(pro-poor growth), yang di dalamnya secara implisit termasuk
strategi pro-poor, pro-job, pro-growth, dan pro-environment.
31
3. Pengarusutamaan gender ( pro-gender)
Ketiga strategi umum tersebut merupakan landasan
pembangunan Jawa Timur 2015 – 2019, sebagai kelanjutan dari
pembangunan periode 2009 – 2014 dengan penegasan mengenai
inklusivitas pembangunan yang berpusat pada rakyat (people
centered development).
Ketiga strategi utama Pembangunan perkebunan di Jawa Timur
periode 2015 – 2019 tersebut, menjadi pijakan utama penetapan dan
pelaksanaan strategi dan arah kebijakan pencapaian tujuan dan
sasaran pada misi pembangunan perkebunan Jawa Timur 2015 –
2019.
Arah masa depan bidang perkebunan Jawa Timur pada dasarnya
mencakup seberapa besar peran dan posisi perkebunan dalam
kehidupan sosial-ekonomi masyarakat dan pembangunan wilayah
Jawa Timur. Dengan memposisikan bidang perkebunan dalam
kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan pembangunan wilayah
akan menemukan strategi dan prioritas pengembangan komoditas
strategi yang diharapkan dapat mendukung perbaikan kondisi petani-
pekebun, kondisi sumberdaya perkebunan Jawa Timur; serta
perbaikan kondisi produk dan kegiatan usaha berbasis komoditas
perkebunan Jawa Timur di masa depan.
Dalam proses pembangunan perkebunan Jawa Timur, harus
tercermin proses perubahan kondisi dari ciri dan citra kemiskinan,
kegureman, serta menghadapi berbagai keterbatasan faktor produksi,
khususnya lahan, modal, teknologi, dan kemampuan pemasaran;
menjadi petani-pekebun yang berdaya, bermartabat dan sejahtera.
Sehubungan dengan hal tersebut harapan terhadap kondisi
petani-pekebun dan usaha perkebunan Jawa Timur adalah:
32
Petani-pekebun Jawa Timur memiliki akses untuk turut melakukan
dan menguasai kegiatan hulu, tengah dan hilir dalam sistem
produksi-distribusi perkebunan (sistem agribisnis perkebunan).
Petani-pekebun memiliki akses sepenuhnya terhadap layanan dan
sumberdaya produktif, seperti lahan, pembiayaan, informasi,
teknologi, dan pasar.
Petani-pekebun Jawa Timur dilindungi dalam melakukan kegiatan
usahanya, sehingga memiliki kemampuan dan keberdayaan untuk
mengembangkan kegiatan yang dilakukannya. Demikian pula
pelaku usaha perkebunan mendapat perlindungan dan kepastian
hukum terhadap kegiatan usaha yang dilakukan.
Petani-pekebun memiliki tingkat pendidikan, status gizi dan
ketahanan pangan, serta kesetaraan gender yang baik.
Pelaku usaha bidang perkebunan memperoleh kondisi lingkungan
usaha, khususnya berbagai peraturan yang terkait dengan kegiatan
usaha; yang dapat mendorong peningkatan daya saing, dan
produktivitas usaha.
Pelaku usaha bidang perkebunan memiliki akses terhadap
dukungan pembiayaan, informasi, dan teknologi yang aktual dan
sesuai dengan perkembangan usaha dan dinamika bisnis yang
terjadi.
Masa depan produk dan agribisnis perkebunan Jawa Timur harus
dapat mengembalikan serta mengembangkan produk-produk
perkebunan unggulan dan strategis yang (pernah) memiliki kinerja
yang baik dan berdaya saing tinggi, baik di pasar domestik maupun di
pasar internasional. Namun beberapa kondisi produk dan bisnis
perkebunan Jawa Timur masih menghadapi berbagai permasalahan
dalam hal daya saing, efisiensi, profitabilitas, nilai tambah, dan
praktek-praktek usaha yang belum memperhatikan aspek lingkungan.
33
Dalam produksi dan distribusi juga masih terdapat banyak kelemahan
dalam integrasi komponen-komponen sistem agribisnisnya, termasuk
posisi asimetrik antar sub-sistem baik dalam posisi tawar, informasi,
maupun kemampuan mengakses berbagai faktor produktif. Dengan
menetapkan harapan tersebut, masa depan produk dan bisnis
perkebunan Jawa Timur diharapkan mampu mengatasi berbagai
permasalahan di atas dan memiliki kemampuan untuk menyandarkan
keunggulan produksi dan distribusinya pada kekuatan dan kehandalan
kegiatan luar usahatani, khususnya agroindustri dan agroservices
dalam satu sistem yang integratif.
Kegiatan pengolahan akhir dan eceran diarahkan untuk lebih
mendekati dan melayani konsumen, dan konsumen (termasuk petani)
juga memiliki akses untuk menguasai sekaligus mendapatkan manfaat
dari kegiatan eceran tersebut. Kegiatan usaha perkebunan
mengembangkan jenis-jenis produk dengan mengedepankan optimal-
value dari produk yang bersangkutan, membangun merek (brand)
yang menghasilkan citra (image) positif, termasuk merek bersama
(collective brand) dan merek wilayah (regional brand), yang
mendukung pengembangan merek Indonesia (Indonesian brand).
Skala usaha perkebunan menuju kepada skala keekonomian
yang mampu memberikan kinerja yang bersaing, bermutu, dan
produktif. Bagi petani-pekebun yang berskala kecil, skala
keekonomian dan pengembangan kinerja diperoleh melalui
konsolidasi dan pengelolaan serta kelembagaan yang sesuai seperti
koperasi pertanian. Kegiatan agribisnis perkebunan terhindar dari
berbagai peraturan dan kewajiban yang tidak perlu dan menimbulkan
ekonomi biaya tinggi. Pelaku agribisnis perkebunan harus
membangun integrasi vertikal yang lebih kuat, termasuk membangun
asosiasi usaha yang mewadahi pelaku-pelaku usaha dalam satu
sistem rantai nilai bisnis. Keunggulan kegiatan agribisnis bidang
perkebunan Jawa Timur juga harus didukung oleh kemitraan
34
(partnership) antara pemerintah, dunia usaha, perguruan
tinggi/akademi, dan lembaga/kelompok swadaya masyarakat.
4.1 Strategi
4.1.1 Strategi untuk mencapai sasaran meningkatkan produksi
perkebunan adalah :
a. Meningkatkan intensifikasi, rehabilitasi dan
diversifikasi tanaman perkebunan
b. Mengoptimalkan pengembangan perkebunan di
lahan marginal
c. Mempertahankan existing lahan historys perkebunan
d. Meningkatkan sarana dan prasarana budidaya
e. Mengoptimalkan pengendalian hama penyakit dan
gangguan usaha perkebunan
f. Meningkatkan pengawasan pemakaian dan
peredaran benih perkebunan
g. Meningkatkan ketersediaan benih perkebunan
unggul dan bermutu
4.1.2 Strategi untuk mencapai sasaran meningkatnya nilai
tambah hasil produksi perkebunan adalah :
a. Meningkatkan sarana prasarana pasca panen dan
pengolahan hasil perkebunan
b. Meningkatkan kapasitas SDM dalam proses pasca
panen Perkebunan
4.1.3 Strategi untuk mencapai sasaran meningkatnya
pemberdayaan petani perkebunan terhadap faktor
produksi, teknologi, informasi, pemasaran dan
permodalan sehingga memiliki daya saing tinggi adalah :
a. Meningkatkan pemberdayaan kelembagaan petani
perkebunan secara berkelanjutan
b. Meningkatkan Sekolah Lapang Perkebunan
35
c. Meningkatkan fasilitasi kelembagaan petani
perkebunan.
4.2 Kebijakan
Kebijakan umum pembangunan perkebunan adalah
memberdayakan di hulu dan memperkuat di hilir guna
menciptakan nilai tambah dan daya saing usaha perkebunan,
melalui pemberian insentif, penciptaan iklim usaha yang kondusif
dan meningkatkan partisipasi masyarakat perkebunan serta
penerapan organisasi modern yang berlandaskan kepada
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penerapan kebijakan umum tersebut selanjutnya
dijabarkan dalam kebijakan teknis yang meliputi Peningkatan
Produksi dan produktivitas perkebunan untuk meningkatkan
produksi tebu, kopi, kakao, tembakau, cengkeh, kelapa, jambu
mete untuk memenuhi konsumsi bahan baku industri pengolahan
(agroindustri), meningkatkan partisipasi pekebun dan pelesatrian
lingkungan hidup; Peningkatan mutu produk perkebunan untuk
meningkatkan nilai tambah; serta Peningkatan pemberdayaan
kelembagaan petani perkebunan untuk meningkatkan akses
terhadap faktor produksi, teknologi, informasi pasar maupun
akses permodalan dan kemitraan usaha
4.2.1. Kebijakan Peningkatan Produksi dan Produktivitas
Upaya yang ditempuh dalam operasional kebijakan
peningkatan produksi dan produktivitas komoditi
perkebunan adalah sebagai berikut :
Dilakukan terhadap komoditi perkebunan secara
umum dengan prioritas pada komoditi tebu, kopi,
kakao, tembakau, cengkeh, kelapa, jambu mete,
tetapi tetap memperhatikan komoditi lain yang
36
berkembang di Jawa Timur, baik komoditi unggulan
lainnya maupun komoditi minor dan spesifik lokasi
Upaya peningkatan produksi, dilakukan melalui
pelestarian terhadap existing areal perkebunan; dan
pengembangan areal baru pada lahan yang belum
termanfaatkan secara optimal, lahan-lahan
pekarangan, lahan tidur dan lahan marginal; serta
peningkatan produktivitas kebun.
Peningkatan produktivitas, yakni produksi yang
dihasilkan per satuan luas (kg/ha), dilakukan melalui
intensifikasi, rehabilitasi dan diversifikasi.
Menerapkan paket teknologi budidaya tanaman
perkebunan melalui intensifikasi, rehabilitasi,
ekstensifikasi dan diversifikasi;
Pengembangan kebun demplot sebagai media
percontohan bagi petani dengan penerapan
teknologi budidaya yang baik dan sesuai anjuran
teknis
Fasilitasi terhadap kebutuhan sarana dan prasarana
produksi
Penyiapan benih/bibit unggul dan bermutu, melalui
kegiatan pembenihan dan pembibitan serta
penggunaan benih/bibit bersertifikat
Memperkecil kehilangan produksi akibat gangguan
usaha, utamanya serangan hama penyakit, anomali
iklim, melalui upaya pengendalian hama penyakit,
informasi prakiraan cuaca dan teknologi budidaya
pada keadaan cuaca basah dan kering.
Mendorong pengembangan komoditas unggulan
nasional dan regional Jawa Timur sesuai dengan
peluang pasar, karakteristik dan potensi wilayah
37
dengan penerapan teknologi budidaya yang baik dan
benar;
Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan, seperti
lahan pekarangan, lahan yang sesuai untuk tanaman
pangan, dengan pengembangan cabang usaha tani
lain yang sesuai;
Memfasilitasi pengembangan usaha budidaya
tanaman perkebunan untuk mendukung
penumbuhan sentra-sentra kegiatan ekonomi di
daerah;
Penerapan sistem pertanian konservasi pada
wilayah-wilayah perkebunan sesuai dengan kaidah
konservasi tanah dan air;
Meningkatkan penerapan teknologi pemanfaatan
limbah usaha perkebunan yang ramah lingkungan;
4.2.2 Kebijakan Peningkatan mutu produk perkebunan untuk
meningkatkan nilai tambah
Penerapan kebijakan peningkatan mutu produk
perkebunan untuk meningkaatkan nilai tambah adalah
sebagai berikut:
Peningkatan mutu produk, melalui penerapan
teknologi budidaya yang baik dan penanganan
pasca panen (GAP dan GHP)
Fasilitasi sarana dan prasarana pasca panen dan
pengolahan hasil perkebunan
Fasilitasi terhadap terbentuknya perlindungan
kawasan komoditi yang memiliki kekhasan tertentu,
untuk mendapatkan sertifikat indikasi geografis (IG)
38
Fasilitasi, advokasi dan bimbingan memperoleh
kemudahan akses penanganan pasca panen dan
pengolahan hasil perkebunan;
Mengembangkan sistem pelayanan prima, jaminan
kepastian dan keamanan berusaha;
Mendorong pengembangan aneka produk (products
development) perkebunan dan upaya peningkatan
mutu untuk memperoleh nilai tambah;
4.2.3 Kebijakan Peningkatan pemberdayaan kelembagaan
petani perkebunan
Penerapan kebijakan peningkatan pemberdayaan
kelembagaan petani perkebunan sebagai berikut:
Meningkatkan kemampuan dan kemandirian petani
untuk mengoptimalkan usaha secara berkelanjutan;
Memfasilitasi dan mendorong kemampuan petani
untuk dapat mengakses berbagai peluang usaha dan
sumberdaya dalam memperkuat dan
mempertangguh usaha taninya;
Menumbuhkan kebersamaan dan mengembangkan
kemampuan petani dalam mengelola kelembagaan
petani dan kelembagaan usaha serta menjalin
kemitraan.
Mengembangkan sistem informasi, mencakup
kemampuan memperoleh dan menyebarluaskan
informasi mengenai peluang usaha perkebunan
untuk mendorong dan menumbuhkan minat petani
dan masyarakat;
Mengembangkan sistem pelayanan prima, jaminan
kepastian dan keamanan berusaha;
39
Memfasilitasi peningkatan kemampuan dan
kemandirian kelembagaan petani untuk menjalin
kerjasama usaha dengan mitra terkait;
Mendorong terbentuknya kelembagaan komoditas
perkebunan yang tumbuh dari bawah;
Mendorong kemitraan yang saling menguntungkan,
saling menghargai, saling bertanggung jawab, saling
memperkuat dan saling ketergantungan antara
petani, pengusaha, karyawan dan masyarakat
sekitar perkebunan.
40
Tabel 6. MATRIK HUBUNGAN TUJUAN, SASARAN, SRATEGI, KEBIJAKAN
Visi Jawa Timur sebagai provinsi agrobisnis perkebunan yang tangguh, berdaya saing dan berkelanjutan
Misi Meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu hasil yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan, melalui sistem agrobisnis
untuk kesejahteraan petani perkebunan
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
Meningkatkan
produksi,
produktivitas dan
mutu hasil
perkebunan
1 Meningkatkan
produksi
perkebunan
1.1 Meningkatkan intensifikasi,
rehabilitasi dan diversifikasi
tanaman perkebunan
1.1 Peningkatan Produksi dan produktivitas perkebunan untuk
meningkatkan produksi tebu, kopi, kakao, tembakau, cengkeh,
kelapa, jambu mete untuk memenuhi konsumsi bahan baku industri
pengolahan (agroindustri), meningkatkan partisipasi pekebun dan
pelesatrian lingkungan hidup.
1.2 Mengoptimalkan
pengembangan perkebunan di
lahan marginal
1.3 Mempertahankan existing lahan
historys perkebunan
1.4 Meningkatkan sarana dan
prasarana budidaya
1.5 Mengoptimalkan pengendalian
hama penyakit dan gangguan
usaha perkebunan
1.6 Meningkatkan pengawasan
pemakaian dan peredaran benih
perkebunan
1.7 Meningkatkan ketersediaan
benih perkebunan unggul dan
bermutu
41
Tujuan
Sasaran
Strategi
Kebijakan
2 Meningkatnya
nilai tambah
hasil produk
perkebunan
2.1 Meningkatkan sarana prasarana
pasca panen dan pengolahan
hasil perkebunan
2.1 Peningkatan mutu produk perkebunan untuk meningkatkan nilai
tambah.
2.2 Meningkatkan kapasitas SDM
dalam proses pasca panen
Perkebunan
3 Meningkatnya
pemberdayaan
petani
perkebunan
terhadap faktor
produksi,
teknologi,
informasi,
pemasaran dan
permodalan
sehingga
memiliki daya
saing tinggi
3.1 Meningkatkan pemberdayaan
kelembagaan petani
perkebunan secara
berkelanjutan
3.1 Peningkatan pemberdayaan kelembagaan petani perkebunan untuk
meningkatkan akses terhadap faktor produksi, teknologi, informasi
pasar maupun akses permodalan dan kemitraan usaha
3.2 Meningkatkan Sekolah Lapang
Perkebunan
3.1 Meningkatkan fasilitasi
kelembagaan petani
perkebunan.
42
BBAABB.. VV
RREENNCCAANNAA PPRROOGGRRAAMM,, KKEEGGIIAATTAANN,, IINNDDIIKKAATTOORR
KKIINNEERRJJAA DDAANN PPEENNDDAANNAAAANN IINNDDIIKKAATTIIFF
1. Rencana Program dan Kegiatan
Program dan kegiatan pembangunan perkebunan Tahun 2015-
2019 disusun dengan mengacu kepada Program prioritas yang tercantum
pada rancangan awal RPJMD Provinsi Jawa Timur. Terdapat tiga program
prioritas yang mendukung tiga indikator sasaran program bidang
perkebunan, Adapun program dan ruang lingkup kegiatan yang
direncanakan meliputi :
1.1. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan
Program ini merupakan wadah kegiatan on farm sebagai usaha
peningkatan produksi perkebunan melalui pengembangan, Intensifikasi,
rehabilitasi, peremajaan dan diversifikasi dengan pola penyediaan bahan
tanaman yang unggul dan bersertifikat, penerapan teknologi budidaya
serta penanganan serangan hama penyakit perkebunan secara kontinyu
dan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya secara
optimal.
Adapun kegiatan-kegiatan pokok dari Program Peningkatan
Produksi Pertanian/ Perkebunan meliputi :
1. Pengembangan komoditi unggulan perkebunan melalui intensifikasi,
rehabilitasi, peremajaan, diversifikasi dan perluasan ;
2. Fasilitasi pengembangan sarana dan prasarana on farm;
3. Pengamatan, Pengendalian OPT dan gangguan usaha perkebunan;
4. Fasilitasi dan pengembangan sertifikasi, pengawasan dan penyediaan
benih tanaman perkebunan ;
5. Pengembangan dan penerapan teknologi perkebunan ;
6. Pengamanan pelaksanaan pembangunan perkebunan.
43
1.2. Program Pengembangan Agribisnis
Program ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan pendapatan
petani perkebunan secara berkeadilan melalui berbagai kegiatan untuk
meningkatkan nilai tambah hasil komoditi perkebunan yang dititik beratkan
pada penanganan off farm secara efisien, efektif dan berkelanjutan.
Adapun kegiatan-kegiatan pokok dari Program Pengembangan
Agribisnis Perkebunan meliputi:
1. Peningkatan mutu dan nilai tambah produk perkebunan melalui
fasilitasi sarana dan prasaranan panen dan pasca panen ;
2. Fasilitasi pengawalan dan sertifikasi mutu produk perkebunan ;
3. Pengembangan promisi produk dan informasi pasar ;
4. Fasilitasi pengembangan agribisnis malalui kemitraan masyarakat
petani dan perdagangan antar wilayah.
1.3. Program Peningkatan Kapasitas SDM Non Aparatur perkebunan
Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup petani
pekebun melalui berbagai bentuk pemberdayaan Sumber Daya Manusia
(SDM), penguatan kelembagaan dan akses sumberdaya produktif.
Adapun kegiatan-kegiatan pokok dari Program Peningkatan
Kesejahteraan petani meliputi:
1. Pemberdayaan dan penguatan kelembagaan petani perkebunan ;
2. Peningkatan sumberdaya petani melalui sekolah lapang sebagai
upaya pendukung optimalisasi kegiatan on farm dan off farm ;
44
2. Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah alat ukur spesifik secara kuantitatif
dan/atau kualitatif untuk menggambarkan keberhasilan penyelenggaraan
urusan Dinas Perkebunan. Indikator kinerja sasaran yang menjadi target
Dinas Perkebunan tahun 2015-2019 adalah:
2.1. Meningkatnya Produksi Perkebunan
Meningkatnya produksi perkebunan dengan indikator prosentase
(%) capaian peningkatan produksi komoditi perkebunan merupakan
indikator kinerja utama yang merupakan hasil dari pelaksanaan
program kegiatan Dinas Perkebunan dengan target sebagai mana
data target di tabel.6
Indikator Kinerja
Tahun Dasar (Ton)
Target Peningkatan Produksi (%)
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Prosentase (%) capaian peningkatan produksi tanaman semusim perkebunan per tahun
1.428.487
1,30 1,35 1,40 1,48 1,59
Prosentase (%) capaian peningkatan produksi tanaman tahunan perkebunan per tahun
437.939 0,97 0,98 1,07 1,16 1,25
2.2. Meningkatnya Produktivitas Perkebunan
Meningkatnya produktivitas perkebunan dengan indikator
prosentase (%) capaian peningkatan produktivitas komoditi
perkebunan merupakan indikator kinerja utama yang merupakan
hasil dari pelaksanaan program kegiatan Dinas Perkebunan
dengan target sebagai mana data target di tabel.6a
45
Indikator Kinerja
Tahun Dasar
(Kg/Ha/Th) Target Peningkatan Produktivitas (%)
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Prosentase (%) capaian peningkatan produktivitas tanaman perkebunan per tahun
Tebu 5.753 0,21 0,24 0,35 0,36 0,46
Tembakau 912 1,10 1,19 1,29 1,38 1,46
Kopi 754 3,32 4,49 4,91 5,27 5,56
Kakao 1.078 0,93 1,38 1,90 2,22 2,44
Cengkeh 406 2,46 3,61 4,64 5,54 6,30
Kelapa 1.337 0,75 0,89 1,10 1,24 1,44
2.3. Meningkatnya Nilai Tambah Komoditi Perkebunan
Meningkatnya nilai tambah komoditi perkebunan dengan indikator
prosentase capaian peningkatan nilai tambah komoditi perkebunan.
Hasil produksi komoditi perkebunan yang akan didukung
peningkatan nilai yaitu komoditi kopi arabika dan kakao, keduanya
merupakan komoditi unggulan perkebunan di Jawa Timur yang
mempunyai potensi sangat besar sebagai produk ekspor. Target
capaian sebagaimana data tabel.7
Indikator Kinerja
Tahun Dasar Target Peningkatan Nilai Tambah (%)
2014 2015 2016 2017 2018 2019
(prosentase capaian peningkatan nilai tambah komoditi perkebunan)
Kopi Arabika 500 ton yang ditangani 3,47 6,94 10,42 13,89 17,36
Kakao 800 ton yang ditangani 1,59 3,17 4,76 6,35 7,94
46
a. Perhitungan pencapaian target % capaian peningkatan nilai
tambah komoditi kopi arabika sebagai berikut :
Produksi kopi arabika Tahun 2014 sebesar 8.000 ton ( diambil
sebagai titik nol). Untuk target proses pengolahan basah di
Bondowoso, Situbondo, Jember, Probolinggo dan Pasuruan.
Langkah Disbun untuk menaikan nilai tambah melalui proses
pengolahan yang baik dan benar (Good Handling Praktices)
menargetkan tiap tahun naik sebesar 500 ton (10%) dengan
asumsi bantuan alat pengolahan basah type 3 silinder tiap
tahun 10 unit , per unit mengolah kurang lebih 50 ton per tahun.
Tahun pertama (2015) ditargetkan sebesar 500 ton (6,25%)
tahun ke dua (2016) nambah sebesar 500 ton menjadi yang
tertangani sebesar 1.000 ton (12,50%), 2017 nambah 500 ton
menjadi 1.500 (18,75%), 2018 menjadi 2.000 ton (25%) dan
seterusnya sampai dengan tahun 2019 akan tertangani
sebanyak 2.500 ton (31,25%). Penambahan tonase produksi
kopi arabika yang tertangani pengolahan basah per tahun
dapat meningkatkan prosentasi peningkatan nilai tambah
produksi kopi arabika dengan hitungan prosentase peningkatan
nilai tambah terlampir.
b. Perhitungan pencapaian target % capaian peningkatan nilai
tambah komoditi kopi arabika sebagai berikut :
Produksi kakao Tahun 2014 sebesar 14.000 ton ( diambil
sebagai titik nol). Untuk target proses pengolahan fermentasi di
wilayah Pantai Selatan Jawa Timur. Langkah Disbun untuk
menaikan nilai tambah melalui proses pengolahan yang baik
dan benar (Good Handling Praktices) menargetkan tiap tahun
naik sebesar 800 ton (5,71%) dengan asumsi bantuan alat
pengolahan kotak fermentasi biji kakao sebanyak 1.140 unit
dan alat pengering tiap tahun 32 unit. Tahun pertama (2015)
ditargetkan sebesar 800 ton (5,71%) tahun ke dua (2016)
47
nambah sebesar 800 ton menjadi yang tertangani sebesar
1.600 ton (11,43%), 2017 nambah 800 ton menjadi 2.400
(17,14%), 2018 menjadi 3.200 ton (22,86%) dan seterusnya
sampai dengan tahun 2019 akan tertangani sebanyak 4.000 ton
(28,57%). Penambahan tonase produksi kakao yang tertangani
pengolahan fermentasi per tahun dapat meningkatkan
prosentasi peningkatan nilai tambah produksi kakao dengan
hitungan prosentase peningkatan nilai tambah terlampir.
2.4. Meningkatnya Pemberdayaan Petani Perkebunan
Di sini, yang dimaksud dengan meningkatnya pemberdayaan petani
perkebunan adalah meningkatkan sumberdaya petani terhadap
faktor produksi, teknologi, informasi, pemasaran dan permodalan
sehingga memiliki daya saing tinggi. Meningkatnya pemberdayaan
petani perkebunan dengan indikator prosentase peningkatan
pemberdayaan petani perkebunan yang ditingkatkan kapasitasnya,
secara rinci sesuai dengan tabel. 8
Indikator per Komoditi
Tahun Dasar Pemberdayaan Petani Perkebunan (%)
2014 2015 2016 2017 2018 2019
(prosentase peningkatan pemberdayaan petani perkebunan yang ditingkatkan kapasitasnya)
1400 petani 5 5 5 5 5
3. Pendanaan Indikatif
Untuk mencapai target kinerja perlu dukungan pendanaan, yang
dialokasikan di setiap program. Untuk rencana pendanaan selama 5 tahun
ke depan dapat dirinci sebagai mana tabel dibawah ini
3. Pendanaan Indikatif
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Meningkatkan
produksi,
produktivitas dan
mutu hasil
perkebunan
Meningkatkan
produksi
perkebunan
Program peningkatan
Produksi pertanian /
Perkebunan
89.000.000.000 97.620.000.000 107.093.600.000 117.505.908.000 128.950.535.240 540.170.043.240
Meningkatnya produksi
tanaman perkebunan
Prosentase (%) capaian
peningkatan produksi- (%) Tanaman Semusim 1.428.487 ton 1,30% 1,35% 1,40% 1,48% 1,59%
- (%) Tanaman Tahunan 437.939 ton 0,97% 0,98% 1,07% 1,16% 1,25%
Meningkatnya produktivitas
tanaman perkebunan
Prosentase (%) capaian
peningkatan produktivitas
- (%) Tebu 5.753 kg/ha/th 0,21% 0,24% 0,35% 0,36% 0,46%
- (%) Tembakau 912 kg/ha/th 1,10% 1,19% 1,29% 1,36% 1,46%
- (%) Kopi 754 kg/ha/th 3,32% 4,49% 4,91% 5,27% 5,56%
- (%) Kakao 1.078 kg/ha/th 0,93% 1,38% 1,90% 2,22% 2,44%
- (%) Cengkeh 406 kg/ha/th 2,46% 3,61% 4,64% 5,54% 6,30%
- (%) Kelapa 1.337 kg/ha/th 0,75% 0,89% 1,10% 1,24% 1,44%
1. Pengembangan komoditi
unggulan perkebunan
melalui intensifikasi,
rehabilitasi, diversifikasi dan
perluasan ;
(Hektar capaian
luas areal tanaman
semusim
perkebunan)
333.798 345.325 352.350 359.400 366.450 373.500 373.500
2. Fasilitasi pengembangan
sarana dan prasarana on
farm;
Tebu 214.872 222.000 224.000 226.000 228.000 230.000 230.000
3. Pengamatan,
Pengendalian OPT dan
gangguan usaha
perkebunan;
Tembakau 95.651 100.000 105.000 110.000 115.000 120.000 120.000
4. Fasilitasi dan
pengembangan sertifikasi,
pengawasan dan
penyediaan benih tanaman
perkebunan ;
Lain-Lain 23.275 23.325 23.350 23.400 23.450 23.500 23.500
5. Pengembangan dan
penerapan teknologi
perkebunan ;
(Hektar capaian
luas areal tanaman
tahunan
perkebunan)
690.424 710.000 719.125 728.240 737.360 745.730 745.730
6. Pengamanan
pelaksanaan pembangunan
perkebunan
Kopi 102.162 105.750 107.250 108.750 110.250 112.000 112.000
Tabel. 8
Tujuan Program / Kegiatan
Data Capain
pada Tahun
Awal
Perencanaan
RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Kondisi Kinerja pada akhir
periode RPJMD
Indikator
Kinerja Program
(Outcome)
SasaranIndikator
Sasaran
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Tujuan Program / Kegiatan
Data Capain
pada Tahun
Awal
Perencanaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Kondisi Kinerja pada akhir
periode RPJMD
Indikator
Kinerja Program
(Outcome)
SasaranIndikator
Sasaran
Kakao 65.125 71.000 74.500 78.000 81.500 85.000 85.000
Cengkeh 47.228 47.400 47.500 47.600 47.700 47.800 47.800
Jambu Mete 54.062 55.500 56.000 56.500 57.000 57.500 57.500
Kelapa 298.540 307.000 310.500 314.000 317.500 320.000 320.000
Lain-Lain 123.307 123.350 123.375 123.390 123.410 123.430 123.430
Meningkatnya
produktivitas
tanaman
perkebunan
(kg/ha/th capaian
produktivitas per
tanaman unggulan
perkebunan)
Tebu 6.082 6.081 6.250 6.416 6.579 6.739 6.739
Kopi 750 770 780 790 800 810 810
Kakao 870 880 885 890 895 900 900
Tembakau 775 800 810 818 870 917 917
Cengkeh 390 410 420 430 440 450 450
Jambu Mete 705 715 720 725 730 735 735
Kelapa 1.440 1.460 1.470 1.480 1.490 1.500 1.500
Meningkatnya
nilai tambah hasil
produk
perkebunan
Program Pengembangan
Agribisnis
20.000.000.000 22.700.000.000 24.970.000.000 27.467.000.000 30.213.700.000 125.350.700.000
prosentase (%) capaian
peningkatan nilai tambah
komoditi perkebunan
- Kopi 3,47 6,94 10,42 13,89 17,35 17,35
- Kakao 1,59 3,17 4,76 6,35 7,94 7,94
1. Peningkatan mutu dan
nilai tambah produk
perkebunan melalui fasilitasi
sarana dan prasaranan
panen dan pasca panen ;
Jumlah unit
fasilitasi
peningkatan mutu
dan nilai tambah
per tahun
235 1.182 1.182 1.182 1.182 1.182 5.910
2. Fasilitasi pengawalan
dan sertifikasi mutu produk
perkebunan ;
3. Pengembangan promisi
produk dan informasi pasar ;
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Tujuan Program / Kegiatan
Data Capain
pada Tahun
Awal
Perencanaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Kondisi Kinerja pada akhir
periode RPJMD
Indikator
Kinerja Program
(Outcome)
SasaranIndikator
Sasaran
4. Fasilitasi pengembangan
agribisnis malalui kemitraan
masyarakat petani dan
perdagangan antar wilayah.
Meningkatnya
pemberdayaan
petani
perkebunan
terhadap faktor
produksi,
teknologi,
informasi,
pemasaran dan
permodalan
sehingga memiliki
daya saing tinggi
Program peningkatan
Kapasitas SDM Non
Aparatur Perkebunan
5.000.000.000 5.500.000.000 6.771.000.000 8.190.730.000 9.774.711.900 35.236.441.900
prosentase (%) peningkatan
pemberdayaan petani
perkebunan per tahun
5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
1. Pemberdayaan dan
penguatan kelembagaan
petani perkebunan ;
Jumlah orang
peserta
pemberdayaan
kelembagaan
petani per tahun
1.400 2.890 3.040 3.200 3.200 3.500 15.830
2. Peningkatan sumberdaya
petani melalui sekolah
lapang sebagai upaya
pendukung optimalisasi
kegiatan on farm dan off
farm
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Tujuan Program / Kegiatan
Data Capain
pada Tahun
Awal
Perencanaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Kondisi Kinerja pada akhir
periode RPJMD
Indikator
Kinerja Program
(Outcome)
SasaranIndikator
Sasaran
Program Pelayanan
Administrasi Perkantoran
Pelayanan
administrasi
perkantoran
3.607.266.000 3.715.483.980 3.826.948.499 3.941.756.954 4.060.009.663 19.151.485.097
Program Peningkatan Kapasitas
Kelembagaan Pemerintah
Daerah
Peningkatan
Kapasitas
Kelembagaan
Pemerintah Daerah
184.800.000 203.280.000 209.378.400 215.659.752 222.129.549 1.035.247.697
Program Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi
Dokumen Penyelenggaraan
Pemerintahan
Dokumen Renstra,
Renja, Lakip, Sakip,
evaluasi, monitoring
dan pengawalan
pembangunan
perkebunan
6.000.000.000 6.180.000.000 6.385.400.000 6.558.362.000 6.759.052.860 31.854.814.850
- - - -