kata pengantar - bmkghangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/09/17092019175553_sept... ·...
TRANSCRIPT
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] i
KATA PENGANTAR
Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan
hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika
mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi,
politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah
satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program
pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan
Barelang (Batam, Rempang, Galang), Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya
menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.
Buletin Meteorologi edisi September 2019 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan
iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Agustus 2019, prakiraan hujan serta prakiraan pasang surut
bulan September 2019. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi
meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.
Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak
kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin
ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai
isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I
HANG NADIM BATAM
ttd
I WAYAN MUSTIKA, S.Si, M.Si.
NIP. 19670305 199102 1 005
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] ii
TIM REDAKSI
Pelindung : I Wayan Mustika, S.Si, M.Si.
Penanggung Jawab : Suratman, S.Kom.
Editor : Hana Solihah, S.Si.
Tim Pengumpulan Data : Heritan, S.E.
Aprilia Susilowati, S.Tr.
Tim Analisis dan Prakiraan : Pande Made Rony Kurniawan, SST.
Ibnu Susilo, S.Tr.
Tim Distribusi : Suryanti Agustina, S.P., M.Ling.
Sri Rameiyana, S.E.
Desain : M. Taufiq, S.SI.
Teknisi : Kuswito
Alamat Redaksi
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
Jalan Batu Besar, Bandara Hang Nadim Batam
Batu Besar, Batam 29466
Telpon : 0778-761415
Fax : 0778-761401
Website : hangnadim.kepri.bmkg.go.id
Email : [email protected]
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] iii
DAFTAR ISI
Kata pengantar .............................................................................................................................................................. i
Tim Redaksi .................................................................................................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................................................................................... iii
I. RINGKASAN ....................................................................................................................................................... 1
II. PENGERTIAN ...................................................................................................................................................... 1
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM AGUSTUS 2019 ...................................................................................... 2
IV. PRAKIRAAN CUACA SEPTEMBER 2019 ................................................................................................ 11
V. PRAKIRAAN PASANG SURUT SEPTEMBER 2019 ................................................................................ 16
VI. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI SEPTEMBER 2019 ...................... 19
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................................................................... 22
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] 1
RINGKASAN
1. Berdasarkan data curah hujan bulan Agustus 2019 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang
Nadim, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Agustus 2019 adalah sebagai berikut:
a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam yaitu berada pada kondisi di bawah normal terhadap rata
– ratanya. Sedangkan kondisi angin dilaporkan dominan bertiup dari arah Tenggara hingga
Selatan dari dasarian I hingga dasarian III pada kecepatan rata – rata 10 km/jam.
b. Pada bulan Agustus wilayah Indonesia dilalui oleh perambatan MJO sehingga memberikan
pengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya di wilayah
Kepulauan Riau hal ini dapat terlihat juga dari nilai OLR yang besar, namun nilai IOD berada
pada kondisi positif yang sehingga secara umum memberikan pengaruh dalam mengurangi
peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.
II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian
mulai September 2019 hingga Agustus 2020. Data masukan yang digunakan adalah data
series hujan dasarian Hang Nadim periode Agustus 1998 s.d Agustus 2019. Dengan
membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-
2012 diperoleh nilai korelasi 0.86069 dan RMSE (error) 12.1562 yang menunjukkan bahwa
curah hujan di bulan Agustus 2019 pada dasarian I, II dan III diprakirakan berada pada kisaran
di bawah normalnya.
PENGERTIAN
A. SIFAT HUJAN
Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan
dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:
1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.
2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.
3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.
B. NORMAL CURAH HUJAN
1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.
3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1
Agustus 1901 s/d 31 Agustus 1930, 1 Agustus 1931 s/d 31 Agustus 1960, 1 Agustus 1961 s/d 31
Agustus 1990, dan seterusnya.
C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)
KRITERIA CH CH/hari CH/Jam
Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm
Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm
Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm
Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] 2
ANALISA CUACA DAN IKLIM AGUSTUS 2019
A. KERAGAMAN HUJAN
Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati
garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua
Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional
(Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai
Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan
matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun
mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman
iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan
kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan.
Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis.
Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar
pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke
tahun.
El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan
menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia.
Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan
equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole)
hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.
Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern
Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi
intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Septemberan Oscillation) juga mempengaruhi
keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya
variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya
dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Agustus-September) dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan curah hujan sekitar 200%.
Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase.
Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-
3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia (
100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah (
160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB).
Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit
mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan
memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah
pada satelit.
B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN AGUSTUS 2019
1. Monsun
Pada bulan Agustus, matahari berada pada bumi bagian utara kemudian menuju equator dan
mengalami pergerakan semu sejauh kurang lebih 9.3° yaitu dari 18.8°LU menuju 9.5°LU. Hal ini
berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah sekitar ekuator dan BBU yang memicu terbentuknya
pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Agustus 2019 tercatat ada 3 kejadian Typhoon dan 3 badai
tropis. Dimana hal ini cukup berpengaruh terhadap bertambah maupun berkurangnya jumlah curah hujan
di wilayah Kepulauan Riau.
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia pada bulan Agustus 2019
berkisar antara 26.00 - 30.00C (Gambar.1) dengan anomali -2.50 hingga +0.50C (Gambar.2). Di wilayah
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] 3
Kepulauan Riau, anomali suhu muka laut berkisar antara -0.50C hingga +0.50C yang menunjukkan
suhu muka laut masih dalam kondisi yang cukup hangat sehingga memberi banyak pasokan uap air di
udara. Suhu muka laut yang hangat serta anomali suhu muka laut yang positif di wilayah Kepulauan
Riau cukup mendukung untuk proses pertumbuhan awan-awan yang berpotensi menjadi hujan.
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png
Gambar 1. Peta Rata-rata Suhu Muka Laut Agustus 2019
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png
Gambar 2. Peta Anomali Suhu Muka Laut Bulan Agustus 2019
Pada bulan Agustus 2019, tekanan udara di BBS secara umum lebih tinggi dari pada BBS dan
sekitar equator karena matahari telah berada di wilayah BBU. Hal ini menyebabkan massa udara
bergerak dari BBS (bertekanan tinggi) menuju BBU (bertekanan rendah) dan ekuator sehingga
membentuk pola belokan angin (shearline) di sekitar wilayah Kepulauan Riau. Pada daerah belokan
angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga
terjadi pengangkatan massa udara yang berpotensi dalam pembentukan awan–awan konvektif yang
dapat menghasilkan hujan.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] 4
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=mslp&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Agustus 2019
Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG
Gambar 4. Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan Agustus 2019
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=850wind&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 5. Pola Angin 850mb Bulan Agustus 2019
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] 5
Berdasarkan hasil analisis (Gambar.4 dan 5), pada daerah Kepulauan Riau angin pada bulan
Agustus umumnya bertiup dari arah Tenggara hingga Barat Daya dengan kecepatan rata-rata 3 hingga
8 knot (Gambar. 5).
2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation)
ENSO berada pada kondisi netral yaitu antara −0.8 °C sampai +0.8 °C. Pada akhir bulan
Agustus 2019, nilai anomali SST Nino 3.4 yaitu sebesar -0.08 dan nilai rata-rata harian SOI (Southern
Oscillation Index) selama bulan Juni sebesar -3.4. Hal tersebut mengindikasikan tidak adanya pengaruh
terhadap penambahan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia khususnya
Indonesia bagian timur.
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 6. Grafik indeks SST Nino3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar 7. Grafik indeks ENSO / SOI
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] 6
3. MJO (Madden-Agustusan Oscillation)
a. OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 8. Rata-rata OLR Agustus 2019
OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa.
Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa. Awan-awan
konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang tersebut. Suatu
wilayah di permukaan bumi yang terdapat tutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang
kecil/rendah. Pada bulan Agustus 2019, nilai OLR terendah di wilayah Indonesia terdapat di wilayah
utara Pulau Sumatera bagian Utara, Kalimantan bagian Utara dan Papua yaitu berkisar antara 200 –
240 W/m2, sementara untuk wilayah Kepulauan Riau secara keseluruhan, nilai OLR seperti yang
ditunjukkan pada gambar 8 berada pada kisaran 220 - 260 W/m2. Hal ini mengindikasikan bahwa
tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Agustus 2019 sangat sedikit.
b. Fase MJO
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Gambar 9. Fase MJO
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] 7
MJO selama bulan Agustus 2019 berada pada fase 1 sampai 4 dengan sifat yang lemah pada
perambatannya pada awal dan pertengahan bulan dan memasuki sifat kuat pada akhir bulan. Wilayah
Indonesia berada pada fase 3 sampai 5. Pada gambar (9) terlihat bahwa pada awal hingga pertengahan
bulan Agustus wilayah Indonesia terlewati oleh perambatan MJO. Secara teori, kondisi MJO ini
memberikan cukup pengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk juga
untuk wilayah Kepulauan Riau.
4. IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada
kisaran normal dengan kondisi netral (-0.4 s.d 0.4). Pada akhir bulan Agustus 2019 nilai IOD berada
pada kondisi positif yang bernilai +0.98. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan Agustus 2019
secara umum IOD berpengaruh dalam mengurangi peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia
bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 10. Grafik IOD
C. ANALISIS HUJAN BULAN AGUSTUS 2019
Berdasarkan data curah hujan bulan Agustus 2019 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang
Nadim di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan
sifat hujan bulan Agustus 2019 adalah sebagai berikut:
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] 8
D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN AGUSTUS 2019
a. Hujan
Hujan bulan Agustus 2019 Barelang bersifat Bawah Normal (BN) dengan curah hujan selama
satu bulan berkisar 12,0 mm – 88,4 mm atau antara 4,8 % - 35,1 %. Curah hujan terendah terjadi di
Pagoda dan tertinggi di Nongsa. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Agustus 2019 terdapat 4 hari hujan
terukur dan 4 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 43,9 mm atau berkisar
17,4% dari rata-rata, yang berarti sifat hujan Bawah Normal (BN). Pada dasarian I terjadi 1 hari hujan
terukur dengan jumlah curah hujan 1,0 mm, pada dasarian II terjadi 1 hari hujan tidak terukur, dan pada
dasarian III terjadi 3 hari hujan tidak terukur dan 3 hari hujan terukur dengan jumlah curah hujan 42,9
mm. Curah hujan tertinggi 32,6 mm terjadi pada tanggal 27 Agustus 2019.
Gambar 12. Grafik Curah Hujan bulan Agustus 2019 di Hang Nadim
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] 9
c. Suhu Udara
Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 25,6 °C - 29,5 °C. Suhu udara terendah dalam bulan
Agustus 2019 adalah 22,6°C terjadi pada tanggal 11 Agustus 2019 pagi hari dan suhu udara tertinggi
34,2 °C terjadi pada tanggal 25 Agustus 2019 siang hari.
Gambar.13 Grafik Suhu Udara bulan Agustus 2019 di Hang Nadim
d. Kelembapan Udara
Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 68% - 91%. Kelembaban udara terendah
mutlak 46% terjadi pada tanggal 1 Agustus 2019 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 97%
terjadi pada tanggal 27 Agustus 2019 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan Agustus
2019 lebih kering dibandingkan bulan Juli 2019.
Gambar.14 Grafik Kelembaban Udara Bulan Agustus 2019 di Hang Nadim
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] 10
e. Angin Permukaan
Selama periode dasarian I – III Agustus 2019, angin permukaan secara umum didominasi dari
Tenggara hingga Selatan dengan kecepatan rata-rata 8 km/jam. Arah dan kecepatan maksimum dari
Tenggara dengan kecepatan 25,9 km/jam terjadi pada tanggal 17 Agustus 2019.
Windrose Bulan Agustus 2019
WRPLOT View - Lakes Environmental Software
WIND ROSE PLOT:
COMMENTS: COMPANY NAME:
MODELER:
DATE:
13/09/2019
PROJECT NO.:
NORTH
SOUTH
WEST EAST
12,1%
24,2%
36,3%
48,4%
60,5%
WIND SPEED
(m/s)
>= 11,10
8,80 - 11,10
5,70 - 8,80
3,60 - 5,70
2,10 - 3,60
0,50 - 2,10
Calms: 16,29%
TOTAL COUNT:
743 hrs.
CALM WINDS:
16,29%
DATA PERIOD:
Start Date: 01/08/2019 - 00:00End Date: 31/08/2019 - 23:00
AVG. WIND SPEED:
2,22 m/s
DISPLAY:
Wind SpeedDirection (blowing from)
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] 11
PRAKIRAAN CUACA SEPTEMBER 2019
A. DINAMIKA ATMOSFER
1. Tekanan Udara dan Angin
Pada bulan September, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBU (Belahan Bumi
Utara) dan kembali menuju equator atau BBS (Bumi Bagian Selatan) dengan pergerakan semu sejauh
kurang lebih 14.5° yaitu dari 9.5°LU menuju 5.0°LS (http://www.physicalgeography.net). Sehingga,
dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada bulan September 2019 diprakirakan masih
akan banyak berada di wilayah Bumi Bagian Utara (BBU) dan equator.
Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode September 2019 Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan September 2019
Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html?L=2.5
http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html
Gambar 15. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan September 2019
Pola angin rata-rata bulan September secara dominan akan bertiup dari Bumi Bagian Selatan
(BBS) menuju Bumi Bagian Utara (BBU) dan membentuk belokan angin di sekitar ekuator.
Berdasarkan gambar 16, terdapat daerah belokan angin (shearline) di sekitar wilayah Kepulauan Riau
yang menyebabkan perlambatan kecepatan angin yang memupuk massa udara serta mendukung
dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.
Sumber: Meteo Publik, BMKG
Gambar 16. Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan September 2019
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] 12
2. ENSO (EL-NinoSouthern Oscillation)
ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan
curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di wilayah Indonesia.
Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu BMKG, JMA (Japan Meteorology Agency), NCEP,
ECMWF dan BOM/ POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) menyatakan bahwa
pada bulan September 2019 dalam kondisi Netral. Secara umum, ENSO diprediksi akan tidak
memberi pengaruh terhadap penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah
Indonesia khusunya wilayah timur.
Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG
Gambar 17. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of
Meteorology Australia) hingga akhir Agustus 2019 menunjukkan nilai SOI sebesar -3.4, sehingga tidak
memberikan pengaruh terhadap penambahan maupun pengurangan curah hujan di wilayah
Indonesia khususnya bagian timur.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar 18. Grafik SOI Bulan Januari 2017 s.d. Awal September 2019
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] 13
3. MJO (Madden-Agustusan Oscillation)
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Gambar 19. Grafik Fase MJO pada Bulan Agustus 2019 dan prakiraan Bulan September 2019
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif
Gambar 20. Anomali OLR sampai dengan 02 September 2019 dan prakiraan 15 hari kedepan
Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia,
khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO. Menurut
NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan September 2019 dengan sifat lemah hingga
kuat dan berada pada fase 4 hingga 6 sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap penambahan
curah hujan di wilayah Indonesia (Gambar 19). Nilai anomali OLR bernilai negatif berada di wilayah
Indonesia, khususnya bagian utara wilayah Indonesia (Gambar 20) pada awal bulan September. Hal
tersebut mengindikasikan tutupan awan konvektif di wilayah tersebut cukup banyak termasuk di
wilayah Kepulauan Riau pada awal bulan September.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] 14
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya
Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM dan BMKG (gambar 21) bulan
September 2019 DMI akan berada pada kondisi posistif sehingga dapat memberikan pengaruh dalam
pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia, khususnya bagian barat.
Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg
Gambar 21. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
5. Tinjauan Klimatologis
Kondisi cuaca bulan September di Batam berdasarkan data klimatologis selama 25 tahun
(1993-2017) diketahui:
Secara klimatologis selama 16 tahun (1996 – 2011) jumlah curah hujan dibagi menjadi tiga
bagian di Pulau Batam selama Bulan Agustus. Batam bagian Timur sekitar 200 – 300 mm, sedangkan
Batam bagian Tengah sekitar 200 – 250 mm dan Batam bagian Barat dan Selatan jumlahnya sekitar
150 – 200 mm.
Kesimpulan:
Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam
pada bulan September 2019 tidak jauh berbeda dibandingkan dari bulan Agustus 2019,
sehingga peluang curah hujannya juga hampir sama bila dibandingkan dengan bulan Agustus
2019.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] 15
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN SEPTEMBER 2019
1. Prakiraan Hujan Dasarian
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai
September 2019 hingga Agustus 2020. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan
dasarian Hang Nadim periode September 1998 s.d Agustus 2019.
Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian
periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.86069 dan RMSE (error) 12.1562. Hasilnya
menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Agustus 2019 diprakirakan:
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I dan II
berada pada kisaran bawah normalnya serta pada dasarian III berada pada kisaran bawah normalnya.
2. Prakiraan Hujan Bulanan
Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil
prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan September 2019 di wilayah Barelang sebagai berikut:
Tabel Prakiraan Curah Hujan Bulan September 2019
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan September di Barelang dapat
diprakirakan sebagai berikut:
Tabel Prakiraan Sifat Hujan Bulan September 2019
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] 16
PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) SEPTEMBER 2019
A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan
angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun
terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air.
Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan
gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.
B. Pola Pasang Surut
Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya.
Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide
(air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut
mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda
dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.
Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air
untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam
jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata
ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.
C. Paras Pasang Surut.
Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt
Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide.
Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang
surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti
bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini
kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten
Kota sebagai berikut :
1. KOTA BATAM
i. BATU AMPAR
ii. SEKUPANG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] 17
2. KABUPATEN BINTAN
i. TANJUNG UBAN
3. KABUPATEN KARIMUN
i. TANJUNG BALAI KARIMUN
ii. TANJUNG PINANG
4. KABUPATEN LINGGA
i. DABO SINGKEP
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] 18
5. KABUPATEN ANAMBAS
i. SELAT PENINTING
6. KABUPATEN NATUNA
i. SEDANAU
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] 19
PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM
BULAN DAN MATAHARI SEPTEMBER 2019
1. BATAM
Location : E104 07, N01 07, September 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm Hm hm hm
1 0600 1808 0735 2001
2 0559 1807 0829 2053
3 0559 1807 0922 2145
4 0559 1807 1014 2236
5 0559 1806 1106 2328
6 0558 1806 1159 0000
7 0558 1806 1251 0020
8 0558 1805 1342 0112
9 0557 1805 1433 0203
10 0557 1804 1522 0253
11 0557 1804 1609 0342
12 0556 1804 1654 0428
13 0556 1803 1737 0513
14 0556 1803 1819 0556
15 0555 1803 1900 0638
16 0555 1802 1941 0720
17 0555 1802 2022 0801
18 0554 1801 2106 0845
19 0554 1801 2151 0930
20 0554 1801 2240 1017
21 0553 1800 2332 1108
22 0553 1800 0000 1202
23 0553 1759 0028 1259
24 0552 1759 0125 1357
25 0552 1759 0225 1456
26 0552 1758 0324 1554
27 0552 1758 0421 1650
28 0551 1758 0518 1745
29 0551 1757 0613 1838
30 0551 1757 0707 1931
2. TANJUNGPINANG
Location : E104 32, N00 55, September 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm Hm hm hm
1 0558 1806 0734 2000
2 0558 1806 0827 2052
3 0558 1805 0920 2143
4 0557 1805 1012 2235
5 0557 1805 1104 2327
6 0557 1804 1157 0000
7 0556 1804 1249 0019
8 0556 1803 1340 0111
9 0556 1803 1431 0202
10 0555 1803 1520 0252
11 0555 1802 1607 0340
12 0555 1802 1652 0427
13 0554 1802 1735 0511
14 0554 1801 1817 0554
15 0554 1801 1858 0636
16 0553 1800 1939 0718
17 0553 1800 2021 0800
18 0553 1800 2104 0843
19 0552 1759 2150 0928
20 0552 1759 2239 1015
21 0552 1759 2331 1106
22 0551 1758 0000 1200
23 0551 1758 0026 1257
24 0551 1757 0124 1355
25 0550 1757 0223 1454
26 0550 1757 0322 1552
27 0550 1756 0420 1648
28 0550 1756 0516 1743
29 0549 1756 0611 1836
30 0549 1755 0705 1929
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] 20
3. RANAI
Location : E108 24, N03 55, September 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0541 1752 0717 1944
2 0541 1752 0812 2035
3 0541 1751 0906 2125
4 0540 1751 0959 2216
5 0540 1751 1052 2307
6 0540 1750 1145 2358
7 0540 1750 1238 0000
8 0539 1749 1330 0050
9 0539 1749 1420 0141
10 0539 1748 1509 0231
11 0539 1748 1555 0320
12 0538 1747 1639 0407
13 0538 1747 1722 0453
14 0538 1747 1802 0536
15 0538 1746 1843 0619
16 0537 1746 1923 0702
17 0537 1745 2003 0745
18 0537 1745 2046 0829
19 0537 1744 2130 0915
20 0536 1744 2218 1003
21 0536 1743 2310 1055
22 0536 1743 0000 1149
23 0536 1742 0005 1246
24 0535 1742 0103 1344
25 0535 1741 0202 1442
26 0535 1741 0302 1539
27 0535 1741 0401 1634
28 0535 1740 0458 1728
29 0534 1740 0555 1820
30 0534 1739 0650 1912
4. TANJUNG BALAI KARIMUN
Location : E103 23, N01 03, September 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0603 1811 0739 2004
2 0602 1810 0832 2057
3 0602 1810 0925 2148
4 0602 1810 1017 2240
5 0601 1809 1109 2331
6 0601 1809 1201 0000
7 0601 1808 1254 0023
8 0601 1808 1345 0115
9 0600 1808 1436 0206
10 0600 1807 1525 0257
11 0600 1807 1612 0345
12 0559 1807 1657 0431
13 0559 1806 1740 0516
14 0559 1806 1822 0559
15 0558 1805 1903 0641
16 0558 1805 1944 0723
17 0558 1805 2026 0804
18 0557 1804 2109 0848
19 0557 1804 2155 0933
20 0557 1804 2243 1020
21 0556 1803 2335 1111
22 0556 1803 0000 1205
23 0556 1802 0031 1302
24 0555 1802 0129 1400
25 0555 1802 0228 1459
26 0555 1801 0327 1557
27 0554 1801 0424 1653
28 0554 1801 0521 1748
29 0554 1800 0616 1841
30 0554 1800 0710 1934
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] 21
5. DABO SINGKEP
Location : E104 34, S00 28, September 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0558 1806 0734 1959
2 0558 1805 0827 2052
3 0558 1805 0920 2144
4 0557 1805 1012 2235
5 0557 1804 1104 2327
6 0557 1804 1156 0000
7 0556 1804 1248 0019
8 0556 1803 1339 0111
9 0556 1803 1430 0202
10 0555 1802 1519 0253
11 0555 1802 1606 0341
12 0555 1802 1651 0427
13 0554 1801 1735 0512
14 0554 1801 1817 0554
15 0554 1801 1858 0636
16 0553 1800 1939 0718
17 0553 1800 2021 0759
18 0553 1800 2105 0842
19 0552 1759 2150 0927
20 0552 1759 2239 1015
21 0552 1758 2331 1105
22 0551 1758 0000 1159
23 0551 1758 0027 1256
24 0551 1757 0125 1354
25 0550 1757 0224 1453
26 0550 1757 0323 1551
27 0550 1756 0420 1647
28 0549 1756 0516 1742
29 0549 1756 0611 1836
30 0549 1755 0705 1930
6. TAREMPA
Location : E106 15, N03 12, September 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm Hm
1 0550 1800 0726 1953
2 0550 1800 0821 2044
3 0549 1800 0914 2135
4 0549 1759 1007 2225
5 0549 1759 1100 2316
6 0549 1758 1153 0000
7 0549 1758 1246 0008
8 0548 1758 1337 0100
9 0548 1757 1428 0151
10 0548 1757 1517 0241
11 0547 1756 1603 0330
12 0547 1756 1648 0417
13 0547 1755 1730 0502
14 0547 1755 1811 0546
15 0546 1755 1851 0628
16 0546 1754 1932 0711
17 0546 1754 2013 0753
18 0546 1753 2055 0837
19 0545 1753 2140 0923
20 0545 1752 2228 1011
21 0545 1752 2320 1102
22 0545 1751 0000 1156
23 0544 1751 0015 1254
24 0544 1751 0113 1352
25 0544 1750 0212 1450
26 0543 1750 0312 1547
27 0543 1749 0410 1642
28 0543 1749 0508 1736
29 0543 1748 0604 1829
30 0542 1748 0659 1921
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.069] 22
DAFTAR ISTILAH
Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang
membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan
angin kencang.
Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia
bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
Dasarian : Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD
(Indian Ocean Dipole)
: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera
Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.
DMI
(Dipole Mode Index)
: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang
bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera,
sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak
menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy,
maka cenderung banyak hujan.
El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum
menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO
(El Nino-Shouthern Oscillation)
: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.
Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas
ITCZ (Intertropical
Convergence Zone) : Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya
daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan
hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan
curah hujan di Indonesia meningkat.
MJO (Madden-Agustusan
Oscillation)
: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah)
di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai
pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari
barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur
dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing
Longwave Radiation)
Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode
(minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia
dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun
Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia
berkaitan dengan musim kemarau.
Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang
tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave
Radiation) : Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR
yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan
nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980, 1976-
1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara
tiba-tiba.
SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.
Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang
sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-
1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan
fenomena cuaca