kata pengantar · web view(csr). kerangka pendanaan meliputi peningkatan pendanaan dan efektifitas...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

iRencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
RENCANA AKSI
2020-2024

KATA PENGANTAR
DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nya Rencana Aksi Program (RAP) Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan ini
dapat tersusun.
Dengan berakhirnya pembangunan nasional jangka panjang tahap ke-3 tahun
2015-2019 dan berakhirnya Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan tahun 2015-2019, Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana
Strategis tahun 2020-2024 dengan menetapkan visi sesuai visi Pemerintah
tahun 2020-2024 yaitu “Terwujudnya Indonesia Maju Yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian, Berlandaskan Gotong royong”.
Berdasarkan potensi dan tantangan yang telah dan akan dihadapi, Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan telah menyusun Rencana Aksi Program 2020-
2024 sebagai penjabaran dalam melaksanakan Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan. Dalam Rencana Aksi Program ini telah ditetapkan Tujuan Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024 yaitu “Terwujudnya Akses dan
Mutu Pelayanan Kesehatan dasar dan Rujukan yang Berkuaalitas”.
Rencana Aksi Program merupakan acuan (guidance) di tingkat unit eselon I
dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian Program Pembinaan Pelayanan
Kesehatan dalam kurun waktu lima tahun ke depan, sehingga hasil
pencapaiannya terukur dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan
kinerja tahunan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.
Dalam Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024 ini
terdapat berbagai sasaran strategis dan ukuran keberhasilan kunci yang tujuan
utamanya untuk penyempurnaan (penguatan) mutu kelembagaan Direktorat
iiRencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

Jenderal Pelayanan Kesehatan. Tantangan dalam penguatan mutu kelembagaan
di periode tahun 2020-2024 adalah kemampuan untuk mengintegrasikan
Rencana Aksi Program Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, pengendalian
kinerja, anggaran dan manajemen kinerja di berbagai lapisan dan fungsi
organisasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.
Seiring dengan perubahan struktur organisasi di lingkungan Kementerian
Kesehatan, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan mempunyai peran yang
sangat strategis dan sekaligus merupakan tugas berat yang harus kita pikul
bersama. Perencanaan yang matang dan tidak asal-asalan harus tercermin
dalam dokumen Rencana Aksi ini. Berbagai permasalahan, dinamika perubahan
dan strategi pelaksanaan kegiatan harus tertata dengan baik sehingga target
yang ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan harapan kita bersama. Jangan
sampai terjadi perbedaan antara yang tertuang dalam Rencana Aksi dengan
pelaksanaan di lapangan. Kita sendiri yang merencanakan dan membuat target-
target kinerja, maka kita pula yang bertanggung jawab untuk melaksanakannya.
Kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu tersusunnya Rencana Aksi ini. Semoga Tuhan
meridhoi niat baik kita.
Jakarta, Agustus 2020
Plt. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan
Prof. dr. Abdul Kadir, So. THT-KL(K), PhD, MARS
NIP 196205231989031001
iiiRencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
I.1. Kondisi Umum..............................................................................................................................1
I.2. Potensi dan Permasalahan......................................................................................................5
BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS...........................................................8
2.1. Visi Direktorat jenderal pelayanan kesehatan...............................................................8
2.2. Misi Direktorat jenderal pelayanan kesehatan..............................................................9
2.3. Tujuan Direktorat jenderal pelayanan kesehatan........................................................9
2.4. Sasaran Stategis........................................................................................................................10
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN......................................................................................................................................11
3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional............................................................................11
3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.........13
3.3. Kerangka Regulasi...................................................................................................................16
3.4. Kerangka Kelembagaan.........................................................................................................16
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN...............................................18
4.1. Target Kinerja............................................................................................................................18
4.2. Kerangka Pendanaan..............................................................................................................24
BAB V PENUTUP.................................................................................................................................. 26
LAMPIRAN................................................................................................................................................ 27
MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN........................................................................................28
MATRIKS FORMULASI INDIKATOR KINERJA...........................................................................36
MATRIKS PEMBAGIAN WEWENANG...........................................................................................54
MATRIKS KERANGKA REGULASI...................................................................................................74
ivRencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Kondisi Umum
Program pembinaan pelayanan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
akses pelayanan kesehatan dasar primer dan rujukan yang berkualitas.
Jumlah Puskesmas di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2015
sampai dengan tahun 2018, yang semula berjumlah 9.754 menjadi 9.993
Puskesmas. Dari 9.993 Puskesmas tersebut, 6.370 Puskesmas (63,7%)
diantaranya adalah Puskesmas Non Rawat Inap dan sisanya 3.623
Puskesmas (36,3%) adalah Puskesmas Rawat Inap (Puskesmas dengan
tempat tidur). Berdasarkan SK Dirjen Yankes No. HK.02.02/II/0373/2019
tentang Penetapan Pusat Kesehatan Masyarakat dengan Kategori Kawasan
Terpencil dan Sangat Terpencil pada Kabupaten/Kota sebagai Sasaran
Program Pelayanan Kesehatan Primer yang ditetapkan mengacu pada SK
Bupati/Walikota terkait kategori kawasan Puskesmas sebanyak 2.105
Puskesmas terletak di kawasan terpencil dan sangat terpencil yang
tersebar di 238 kabupaten/kota.
Telah terjadi peningkatan jumlah Puskesmas non rawat inap dan
Puskesmas rawat inap yang memberikan pelayanan sesuai standar
Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
dari 848 Puskesmas di tahun 2015 menjadi 5.720 Puskesmas di tahun
2018.
Berdasarkan data yang diperoleh melalui website RS online tahun 2018
tentang kondisi Rumah Sakit di Indonesia saat ini menunjukan, adanya
pertumbuhan yang sangat pesat pada perkembangan Rumah Sakit Publik
di bandingkan dengan Rumah Sakit Privat. Adapun RS Publik berjumlah
1530 Rumah Sakit dan RS Privat 1283 Rumah Sakit. Sampai dengan tahun
2018, tercatat terdapat 2813 rumah sakit di Indonesia, terdiri dari 2269
rumah sakit umum dan 544 rumah sakit khusus. Sebanyak 1787 rumah
1Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

sakit adalah milik swasta, selebihnya milik Pemerintah (Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota), TNI/POLRI, dan BUMN. Seperti halnya puskesmas, pada
kurun waktu tahun 2014 – 2018 juga terjadi peningkatan jumlah rumah
sakit umum (RSU) dari 1855 RSU di tahun 2014 menjadi 2269 RSU pada
tahun 2018. Kenaikan terbesar terjadi pada RSU milik swasta. Tidak
terdapat peningkatan yang bermakna dalam hal jumlah RS Khusus pada
kurun waktu yang sama, dari 551 pada tahun 2014 menjadi 544 pada
tahun 2018. Lebih dari separuh (50.4%) RS berlokasi di Pulau Jawa.
Sebanyak 1970 RS (70%) telah terakreditasi (Pusdatin, Profil Kesehatan
Indonesia 2018)
Namun demikian, pesatnya perkembangan Rumah Sakit Publik masih
terdapat sisi lain yang menjadi perhatian yakni tingginya jumlah Rumah
Sakit dengan status kelas C dibandingkan dengan kelas A maupun B yakni
sebanyak 708 Rumah Sakit. Sejak ditetapkannya 110 Rumah Sakit sebagai
Rujukan Regional pada tahun 2014, beberapa diantaranya merupakan RS
dengan kelas C sebesar 44 Rumah Sakit. Dengan demikian, terhitung 5
tahun sejak ditetapkannya sebagai rumah sakit rujukan regional belum
seluruhnya berstatus kelas B seperti yang distandarkan dalam peraturan.
Pada tahun 2018, sebagian besar RSU adalah milik swasta sebanyak 53%,
sedangkan RSU milik Pemerintah Kabupaten/Kota sebesar 30,4%. RSK
juga berkembang pesat, yakni dari 321 RSK dengan 22.877 TT pada tahun
2009 menjadi 503 RSK dengan 33.110 TT pada tahun 2013. Pada tahun
2013, lebih dari separuh (51,3%) RSK itu adalah rumah sakit (RS) Bersalin
dan RS Ibu dan Anak. Data Oktober 2014 menunjukkan bahwa saat ini
terdapat 2.368 RS dan diprediksikan jumlah RS akan menjadi 2.809 pada
tahun 2017, dengan laju pertumbuhan jumlah RS rata-rata 147 per tahun.
Sebagai bentuk dukungan yang tertuang pada Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 131 tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal
Tahun 2015–2019, maka pelayanan kesehatan rujukan yang ada di
seluruh provinsi/kabupaten/kota turut dilakukan pembangunan dan
pengembangan guna meningkatkan optimalisasi pelayanan kesehatan. Hal
2Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

tersebut juga didukung oleh Permenkes No 24 Tahun 2014 Tentang RS
Kelas D Pratama. Kondisi ini membuktikan keseriusan pemerintah dalam
hal ini Kementerian Kesehatan, dimana pembangunan RS Pratama dan
pelayanan telemedicine sertakesiapan akses pelayanan rujukan,
merupakan salah satu upaya pemerataan akses pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Namun begitu, capaian program masih menunjukan angka
sebesar 65% pada pelayanan kesehatan rujukan sesuai standar di tahun
2018. Pada peraturan lain yang mendasari terhadap pendekatan akses
pelayanan kesehatan rujukan salah satunya yakni Permenkes No 19
Tahun 2016 Tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu,
sampai dengan tahun 2018 terdapat 184 PSC yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia dan PSC yang sudah terintegrasi dengan NCC 119
sebanyak 54 PSC.
Pada tahun 2015, Puskesmas yang terakreditasi di 93 Kecamatan dengan
kategori kelulusan tingkat Paripurna sebanyak 2 Puskesmas (0,2%) dari
Puskesmas yang disurvei, dari kategori kelulusan tersebut menunjukan
bahwa Puskesmas yang sudah memberikan pelayanan sesuai standar
khususnya terkait dengn mutu baru 0,2%. Dengan demikian dapat
disimpulkan sementara mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas masih
rendah. Periode 2015-2018 lebih mengedepankan pada tahap pengenalan,
sosialisasi dan pemahaman serta sosialisasi budaya mutu dan
keselamatan, dan pengenalan tata kelola yang baik (manajemen
Puskesmas) dan tata kelola klinisnya. Untuk peningkatan mutu dan status
kelulusan akreditasi Puskesmas, diperlukan kerjasama dari semua
pemangku kepentingan, mengingat saat ini dari 9987 Puskesmas, baru
7518 Puskesmas (75,3%) yang telah terakreditasi, dengan status
kelulusan Dasar 32%, Madya 56,4%, Utama 10,5 % dan Paripurna 1%.
Dalam rangka upaya peningkatan mutu secara berkelanjutan, pada
periode 2109 - 2024 diharapkan sudah muncul kesadaran bagi Dinkes dan
Puskesmas bahwa akreditasi adalah kebutuhan dalam upaya
3Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

meningkatkan mutu dan keselamatan pasien yang bertahap dan
berkesinambungan.
Sedangkan untuk Rumah sakit, sejak tahun 1995 pemerintah juga telah
melakukan inisiasi untuk melakukan upaya peningkatan mutu pelayanan
RS melalui akreditasi. Akreditasi dilaksanakan oleh lembaga Komisi
Akreditasi RS dan sarana kesehatan lainnya (KARS) di bawah koordinasi
Ditjen Pelayanan Medik. Secara bertahap KARS menerapkan standar
akreditasi: 5 pelayanan, 12 pelayanan dan 16 pelayanan dengan orientasi
pada input dan dokumen yang berlaku sampai dengan Juni 2012. Sejak
tahun 2012 KARS menerapkan standar versi 2012 yang diadopsi dari JCI
edisi 4. Dalam standar Versi 2012 sudah menerapkan input, proses, dan
output secara terintegrasi. Pada tahun 2015 KARS menjadi lembaga
independen dan mendapatkan Sertifikasi ISQUA yaitu lembaga
internasional yang melaksanakan akreditasi lembaga akreditasi secara
kelembagaan dan pelatihan surveyor, dan pada tahun 2019 KARS
mendapatkan sertifikasi dari ISQUA untuk standar akreditasi. Pencapaian
akreditasi RS di indonesia sampai dengan 2018 sebanyak 1970 dari 2813
Rumah Sakit (70% dari jumlah seluruh Rumah Sakit) dan dinyatakan lulus
Paripurna 40%, Utama 10%, Madya 6%, Dasar 3%, Perdana 41% dari
seluruh Rumah Sakit di Indonesia. Dengan demikian masih perlu
ditingkatkan pelayanan mutu dan keselamatan pasien agar dapat
memenuhi standar akreditasi akreditasi dengan kelulusan Paripurna.
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan lainnya, termasuk
peningkatan mutu laboratorium kesehatan telah mulai dilakukan sejak
tahun 2012 setelah pembentukan Komisi Akreditasi Laboratorium
Kesehatan dengan pedoman standar berdasarkan Kepmenkes 298 tahun
2008 tentang akreditasi laboratorium kesehatan. Hingga saat ini jumlah
laboratorium kesehatan yang terakreditasi baru mencapai 203
laboratorium kesehatan dari 1271 laboratorium kesehatan (16%).
4Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

Selain upaya pelayanan kuratif dan rehabilitatif telah juga dilakukan upaya
penguatan promotif, preventif dan pemberdayaan masyarakat utk
mendukung paradigma sehat. Pelayanan kesehatan tradisional
dilaksanakan dengan mengutamakan pendekatan preventif, promotif dan
pemberdayaan masyarakat melalui asuhan mandiri kesehatan tradisional.
Perkembangan pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional di
masyarakat dalam bentuk pemberdayaan asuhan mandiri kesehatan
tradisional melalui pemanfaatan TOGA dan Akupresure dapat dilihat pada
hasil Riskesdas Tahun 2018, dimana proporsi nasional pemanfaatan
Taman Obat Keluarga (TOGA) sebesar 24,6% dengan proporsi tertinggi di
Provinsi Sulawesi Utara sebesar 55,6%. Upaya pelayanan kesehatan
tradisional yang dimanfaatkan oleh masyarakat terbanyak dalam bentuk
ramuan jadi (48%), ramuan buatan sendiri (31,8%), keterampilan manual
(65,3), keterampilan olah pikir (1,9%), keterampilan energi (2,1%).
Sedangkan pemberi pelayanan kesehatan tradisional masih didominasi
oleh penyehat tradisional sebanyak 98,5% dan oleh Nakestrad masih
terbatas sebesar 2,7%. Berdasarkan data proporsi rumah tangga yang
memanfatkan upaya kesehatan tradisional, sudah 31,4% rumah tangga
yang memanfaatkan Yankestrad, 12,9% rumah tangga yang melakukan
upaya sendiri dan 55,7% rumah tangga yang tidak memanfaatkan
yankestrad.
I.2. Potensi dan Permasalahan
a. Layanan kesehatan primer
Dalam kurun waktu tahun 2014 – 2018, tercatat pertumbuhan
jumlah puskesmas di Indonesia dari 9731 di tahun 2014 menjadi 9993
puskesmas pada tahun 2018 (naik 2,7%). Ratio puskesmas
berbanding kecamatan secara Nasional adalah 1,39 artinya rata-rata
dalam 1 kecamatan terdapat 1,39 puskesmas, provinsi dengan ratio
tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta (7,3), dan yang terendah Provinsi
Papua dan Papua Barat (masing-masing 0,73). Sebanyak 3623
5Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

puskesmas merupakan puskesmas rawat inap, dan 6.370 non rawat
inap. Sekitar 75,23 % puskesmas telah terakreditasi sampai dengan
akhir tahun 2018, namun hanya 73 puskesmas yang tercatat
terakreditasi Paripurna (0,73%), terbanyak terakreditasi Madya 4242
puskesmas (42,45%), selebihnya terakreditasi Dasar 2405 puskesmas
(24,1%) dan Utama 798 puskesmas (8,0%). Dalam hal pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh klinik, baru 14 klinik yang tercatat
telah terakreditasi (Komisi Akreditasi FKTP, 2019). Dalam konteks
peningkatan mutu pelayanan kesehatan, dan juga terkait persyaratan
kontrak dengan BPJS kesehatan (credentialing), masih perlu upaya
yang lebih keras untuk meningkatkan cakupan dan tingkatan
akreditasi FKTP (puskesmas dan klinik).
Dalam konteks pencapaian standar pelayanan minimal bidang
kesehatan dan penurunan AKI/AKB, puskesmas adalah
kooordinator/komando dalam sistem pelayanan kesehatan primer di
wilayah kerjanya, yang juga mencakup jejaringnya, yakni pustu,
polindes, posyandu, posbindu, dan fasyankes swasta yang ada dalam
wilayah kerjanya (klinik swasta, dokter praktik mandiri, bidan
praktuk mandiri). Sesuai dengan deklarasi Astana tahun 2018, maka
fungsi puskesmas adalah menjalankan pelayanan kesehatan dasar
(essential health care) yang komprehensif (promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif), pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan
(community involvement and empowerment), dan pelibatan
multistakeholder dalam rangka aksi bersama (multistakeholder
involvement and action). Selain itu, untuk percepatan penurunan
AKI/AKB, puskesmas juga harus memenuhi dan melaksanakan
PONED. Untuk menurunkan underweight, stunting, dan wasting,
puskesmas juga harus mampu melaksanakan surveilans gizi dengan
benar dan mampu melakukan manajemen balita gizi buruk atau balita
sangat kurus.
6Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

b. Layanan Kesehatan Sekunder dan Tersier
Sa mpai dengan tahun 2018, tercatat terdapat 2813 rumah sakit
di Indonesia, terdiri dari 2269 rumah sakit umum dan 544 rumah
sakit khusus. Sebanyak 1787 rumah sakit adalah milik swasta,
selebihnya milik Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota,
TNI/POLRI dan BUMN. Seperti halnya puskesmas, pada kurun waktu
tahun 2014 – 2018 juga terjadi peningkatan jumlah rumah sakit
umum (RSU) dari 1855 RSU di tahun 2014 menjadi 2269 RSU pada
tahun 2018 (naik 22,3%). Kenaikan terbesar terjadi pada RSU milik
swasta. Untuk rumah sakit khusus, dalam periode yang sama justru
terjadi sedikit penurunan, yakni dari 551 pada tahun 2014 menjadi
544 pada tahun 2018. Lebih dari separuh (50.4%) RS berlokasi di
Pulau Jawa. Sebanyak 1970 RS (70%) telah terakreditasi (Pusdatin,
Profil Kesehatan Indonesia 2018). Bila dilihat jenjang akreditasinya,
akreditasi perdana 47%, dasar 2%, madya 6%, utama 9%, dan
paripurna 36%. Peran rumah sakit diarahkan tidak hanya berfokus
pada pelayanan kuratif dan rehabilitatif untuk mengejar revenue,
tetapi harus mempunyai peran dalam program prioritas, seperti
penurunan kematian maternal, penurunan kematian bayi, penurunan
stunting, penurunan wasting, dan juga pengendalian penyakit.
7Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

BAB II
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS
2.1. Visi Direktorat jenderal pelayanan kesehatan
Periode tahun 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025,
sehingga menjadi sangat penting dan strategis. RPJMN 2020-2024 akan
menjadi penentu keberhasilan dan pencapaian target pembangunan
dalam RPJPN, dimana pendapatan perkapita Indonesia akan mencapai
tingkat kesejahteraan setara dengan negara-negara berpenghasilan
menengah atas (upper-middle income country/MIC) yang memiliki kondisi
infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, layanan publik, serta
kesejahteraan rakyat yang lebih baik. Sesuai dengan RPJPN 2005-2025,
sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan
masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui
percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan
terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber
daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil,
dan makmur sesuai dengan RPJPN 2005-2025, maka Pemerintah (Kabinet
Indonesia Maju) telah menetapkan, Visi Pemerintah 2020-2024:
“Terwujudnya Indonesia Maju Yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian, Berlandaskan Gotong royong”
Mengacu pada visi pemerintah dan visi Kementerian Kesehatan,
maka Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan menetapkan Visi
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024: “Terwujudnya
Masyarakat Sehat, Produktif, Mandiri dan Berkeadilan untuk menuju
Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong”.
8Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

2.2. Misi Direktorat jenderal pelayanan kesehatan
Dalam rangka mencapai terwujudnya Visi Kementerian Kesehatan
yakni: Terwujudnya Masyarakat Sehat, Produktif, Mandiri dan Berkeadilan
untuk menuju Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka telah ditetapkan 4
(empat) Misi Kementerian Kesehatan 2020-2024, yakni:
1. Memperkuat upaya kesehatan yang bermutu dan menjangkau seluruh
penduduk Indonesia
2. Memberdayakan masyarakat dan pembangunan berwawasan
kesehatan
3. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan mutu sumberdaya
kesehatan
4. Memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif
Guna memperkuat upaya kesehatan yang bermutu dan menjangkau
seluruh penduduk Indonesia, maka Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan menetapkan misi sebagai berikut:
Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya
upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.
Menyelenggarakan tata kelola yang baik.
2.3. Tujuan Direktorat jenderal pelayanan kesehatan
a. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang
berkualitas.
c. Sebagai acuan bagi penanggung jawab/pelaksana program di
lingkungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan dan menggerakan
semua pemangku kepentingan dalam pelaksanaan Program Pelayanan
Kesehatan.
d. Menjamin agar program Pelayanan Kesehatan yang dilakukan oleh
penanggung jawab/pelaksana kegiatan di lingkungan Direktorat
9Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

Jenderal Pelayanan Kesehatan dan semua pemangku kepentingan dapat
berkembang secara dinamis dan bersinergi, serta saling melengkapi
dan saling mendukung.
2.4. Sasaran Stategis
Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan adalah:
a. Terwujudnya dukungan terhadap upaya promotif preventif
b. Terwujudnya penguatan mutu pelayanan fasyankes
c. Terwujudnya pemenuhan pelayanan kesehatan di daerah khusus
d. Terwujudnya penguatan fasilitas penunjang fasyankes
e. Terwujudnya inovasi pelayanan kesehatan
f. Terwujudnya optimalisasi fungsi fasyankes
g. Terwujudnya ketepatan alokasi anggaran
h. Terwujudnya penguatan sistem rujukan
i. Terwujudnya optimalisasi peran UPT Vertikal
j. Terwujudnya sistem manajemen kinerja fasyankes
k. Terwujudnya penguatan advokasi, pembinaan dan pengawasan
l. Terwujudnya sistem perencanaan yang terintegrasi
m. Terwujudnya penguatan mutu organisasi
10Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN
A. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional
Arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2020-2024
merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang
bidang Kesehatan (RPJPK) 2005-2025. Pembangunan Indonesia 2020-2024
ditujukan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan
berdaya saing, yaitu sumber daya manusia yang sehat dan cerdas, adaptif,
inovatif, terampil, dan berkarakter. Untuk mencapai tujuan tersebut,
kebijakan pembangunan manusia diarahkan pada pengendalian penduduk
dan penguatan tata kelola kependudukan, pemenuhan pelayanan dasar dan
perlindungan sosial, peningkatan kualitas anak, perempuan dan pemuda,
pengentasan kemiskinan, serta peningkatan produktivitas dan daya saing
angkatan kerja. Kebijakan pembangunan manusia tersebut dilakukan
berdasarkan pendekatan siklus hidup, dan inklusif termasuk
memperhatikan kebutuhan penduduk usia lanjut maupun penduduk
penyandang disabilitas, dan pengelolaan SDM bertalenta.
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025
adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukkan oleh
meningkatnya Umur Harapan Hidup, menurunnya Angka Kematian Bayi,
menurunnya Angka Kematian Ibu, menurunnya prevalensi gizi kurang pada
balita.
Dalam RPJMN 2020-2024, sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan
derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial
dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pembangunan kesehatan
11Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

pada RPJMN 2020-2024 yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jendeal
Pelayanan Kesehatan sebagai berikut:
Indikator Sasaran Strategis RPJMN 2020-2024
yang Menjadi Tanggung Jawab Ditjen Pelayanan Kesehatan
No. Indikator Baseline Target
2024
1 Persentase fasilitas kesehatan
tingkat pertama terakreditasi
40%
(Kemkes,
2018)
100
2 Persentase rumah sakit
terakreditasi
63%
(Kemkes,
2018)
100
1. Arah Kebijakan Nasional Pembangunan Kesehatan
Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada peningkatan
pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama
penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan
mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif, didukung inovasi
dan pemanfaatan teknologi.
Arah kebijakan nasional tersebut dicapai melalui lima strategi,
yaitu peningkatan kesehatan ibu, anak dan kesehatan reproduksi;
percepatan perbaikan gizi masyarakat untuk pencegahan dan
penanggulangan permasalahan gizi ganda; peningkatan pencegahan dan
pengendalian penyakit; pembudayaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS); dan penguatan sistem kesehatan.
2. Strategi Nasional Pembangunan Nasional
Penguatan pelayanan Kesehatan dasar dan rujukan difokuskan pada:
a) Penguatan fungsi puskesmas dan jaringannya dalam upaya
kesehatan masyarakat yang berkualitas dan didukung peningkatan
kapasitas tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, serta
pembiayaan;
12Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

b) Optimalisasi penguatan pelayanan kesehatan dasar melalui
pendekatan keluarga;
c) Revitalisasi posyandu dan upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat lainnya;
d) Pengembangan kebijakan khusus untuk pelayanan kesehatan di
daerah terpencil, sangat terpencil dan daerah dengan karakteristik
geografis tertentu (kepulauan) termasuk sistem rujukan, pola
pembiayaan, regulasi dan kelembagaan;
e) Pengembangan pelayanan kesehatan lanjut usia;
f) Penyempurnaan sistem akreditasi pelayanan kesehatan pemerintah
dan swasta;
g) Pemenuhan dan pemerataan penyediaan sarana, prasarana, dan alat
kesehatan yang mengacu rencana induk penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan;
h) Inovasi dan pemanfaatan teknologi dalam pelayanan kesehatan
meliputi perluasan sistem rujukan online termasuk integrasi fasilitas
kesehatan swasta dalam sistem rujukan, perluasan cakupan dan
pengembangan jenis layanan telemedicine, digitalisasi rekam medis
dan rekam medis online;
i) Perluasan pelayanan kesehatan bergerak (flying dan sailing health
care) dan gugus pulau;
j) Pengembangan dan peningkatan kualitas RS khusus;
k) Penyediaan pengelolaan limbah medis fasilitas pelayanan kesehatan
dan pengendalian bahan berbahaya dan beracun (B3).
B. Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan
Arah kebijakan dan strategi Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan didasarkan pada arah kebijakan dan strategi nasional
sebagaimana tercantum di dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dan Rencana Strategi (Renstra)
13Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

Kementerian Kesehatan 2020-2024. Untuk menjamin dan mendukung
pelaksanaan berbagai upaya kesehatan yang efektif dan efisien maka arah
pengembangan upaya kesehatan, bergerak dari kuratif rehabilitatif
menuju ke arah preventif dan promotif. Upaya kesehatan yang dianggap
sebagai upaya prioritas dan mempunyai daya ungkit besar di dalam
pencapaian hasil pembangunan kesehatan dilakukan secara terintegrasi
dalam lokus dan fokus kegiatan dalam ruang lingkup Sistem Kesehatan
Nasional.
1. Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Untuk mendukung kebijakan nasional pembangunan kesehatan, yakni
meningkatkan pelayanan kesehatan guna mencapai derajat kesehatan
setinggi-tingginya dengan penguatan pelayanan kesehatan dasar
(primary health care) dan mendorong peningkatan upaya promotif
dan preventif, didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi,
maka ditetapkan arah kebijakan Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan sebagai berikut:
a. Penguatan pelayanan kesehatan primer dengan mengutamakan
UKM tanpa meninggalkan UKP, serta mensinergikan FKTP
pemerintah dan FKTP swasta.
b. Penguatan sistem kesehatan di semua level pemerintahan
menjadi responsif dan tangguh, guna mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dengan didukung inovasi
teknologi.
c. Peningkatan sinergisme lintas sektor, pusat dan daerah, untuk
menuju konvergensi dalam intervensi sasaran prioritas dan
program prioritas, termasuk integrasi lintas program
2. Strategi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Meningkatnya ketersediaan dan mutu fasyankes dasar dan rujukan
dilaksanakan melalui strategi:
a) Peningkatan ketersediaan fasyankes dasar dan rujukan (FKTP dan
FKRTL) yang difokuskan pada daerah yang akses secara fisik
14Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

masih terkendala (DTPK), di mana untuk wilayah perkotaan lebih
didorong peran swasta;
b) Pengembangan dan pelaksanaan rencana induk nasional
penyediaan fasilitas pelayanan Kesehatan;
c) Penyempurnaan standar pelayanan kesehatan;
d) Pemanfaatan inovasi teknologi dalam pelayanan kesehatan
termasuk laboratorium kesehatan meliputi perluasan sistem
rujukan online termasuk integrasi fasilitas kesehatan swasta
dalam sistem rujukan, sistem rujukan khusus untuk daerah
dengan karakteristik geografis tertentu (kepulauan dan
pegunungan);
e) Perluasan cakupan dan pengembangan jenis layanan
telemedicine, digitalisasi rekam medis dan rekam medis online;
perluasan pelayanan kesehatan bergerak (flying health care) dan
gugus pulau;
f) Penguatan Health Technology Assessment (HTA), dewan
pertimbangan klinis, dan tim kendali mutu dan kendali biaya,
pengembangan dan penerapan clinical pathway;
g) Penguatan kemampuan RS Khusus;
h) Penguatan pelayanan kesehatan primer sebagai sebuah sistem,
melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, penguatan
sistem koordinasi jejaring dan jaringan puskesmas, penguatan
promotif, preventif dan penemuan dini kasus melalui penguatan
UKBM, praktek mandiri, klinik pratama, penguatan aksi
multisektoral melalui pelibatan seluruh stakeholder, dan
penguatan konsep wilayah kerja;
i) Penguatan kepemimpinan dan manajemen di dinas kesehatan
kabupaten/kota dan puskesmas dalam rangka penguatan
pelayanan kesehatan primer sebagai sebuah sistem;
j) Perbaikan pengelolaan limbah medis fasilitas pelayanan
kesehatan dan pengendalian Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
15Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

C. Kerangka Regulasi
Agar pelaksanaan program dan kegiatan dapat berjalan dengan baik maka
perlu didukung dengan regulasi yang memadai. Perubahan dan penyusunan
regulasi disesuaikan dengan tantangan global, regional dan nasional.
Kerangka regulasi diarahkan untuk: 1) penyediaan regulasi dari turunan
Undang-Undang yang terkait dengan kesehatan; 2) meningkatkan kualitas
fasilitas pelayanan kesehatan; 3) meningkatkan akses dan kualitas
pelayanan kesehatan dasar; 4) meningkatkan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan rujukan; 5) meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
memenuhi persyaratan survei akreditasi; 6) meningkatkan akses pelayanan
kesehatan tradisional yang berkualitas.
Kerangka regulasi yang akan disusun antara lain adalah perumusan
peraturan pemerintah, peraturan presiden, dan peraturan Menteri yang
terkait, termasuk dalam rangka menciptakan sinkronisasi, integrasi
penyelenggaraan pembangunan kesehatan antara pusat dan daerah.
D. Kerangka Kelembagaan
Desain organisasi yang dibentuk memperhatikan mandat konstitusi dan
berbagai peraturan perundang-undangan, perkembangan dan tantangan
lingkungan strategis di bidang pembangunan kesehatan, Sistem Kesehatan
Nasional, pergeseran dalam wacana pengelolaan kepemerintahan
(governance issues), kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, dan
prinsip reformasi birokrasi (penataan kelembagaan yang efektif dan
efisien).
Fungsi pemerintahan yang paling mendasar adalah melayani kepentingan
rakyat. Kementerian Kesehatan akan membentuk pemerintahan yang
efektif melalui desain organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right
sizing), menghilangkan tumpang tindih tugas dan fungsi dengan adanya
kejelasan peran, tanggung jawab dan mekanisme koordinasi (secara
horisontal dan vertikal) dalam menjalankan program-program Renstra
16Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

2020-2024. Kerangka kelembagaan terdiri dari: 1) sinkronisasi
nomenklatur kelembagaan dengan program Pembinaan Pelayanan
Kesehatan; 2) penguatan kebijakan kesehatan untuk mendukung NSPK
dan pengarusutamaan pembangunan berwawasan kesehatan; 3)
penguatan pemantauan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi program
Pembinaan Pelayanan Kesehatan; 4) penguatan bisnis internal
Kementerian Kesehatan yang meliputi pembenahan SDM Kesehatan,
pembenahan manajemen, regulasi dan informasi kesehatan; 5) penguatan
peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan; 6) penguatan
sinergitas pembangunan kesehatan; 7) penguatan program prioritas
pembangunan kesehatan; dan 8) penapisan teknologi kesehatan.
17Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
Memperhatikan Rencana Strategi (Renstra) Kementerian Kesehatan
2020-2024, visi dan misi, tujuan, strategi dan sasaran strategis sebagaimana
diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, maka disusunlah target kinerja dan
kerangka pendanaan kegiatan-kegiatan 2020-2024.
Adapun Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan mempunyai 2 (dua)
program yaitu:
1. Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
2. Program Dukungan Manajemen
Pada Program Pembinaan Pelayanan Kesehatan dan JKN terdapat
beberapa kegiatan, meliputi:
1. Kegiatan Pembinaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
2. Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Dasar
3. Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Rujukan
4. Kegiatan Pembinaan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
5. Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Tradisional
A. Target Kinerja
Target kinerja merupakan penilaian dari pencapaian kegiatan yang diukur
secara berkala dan dievaluasi pada akhir tahun 2024. Sasaran kinerja
dihitung secara kumulatif selama lima tahun dan berakhir pada tahun 2024.
Adapun uraian Indikator Kinerja Sasaran Strategis, indikator Kinerja
Program (IKP)dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) adalah sebaga berikut:
1. Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Visi Presiden 2020-2024, yakni: “Terwujudnya Indonesia Maju
yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong
Royong” yang diterjemahkan ke dalam delapan misi. Salah satu misinya
adalah meningkatkan SDM Indonesia yang Berkualitas. Untuk menuju
SDM Indonesia yang berkualitas, maka Direktorat Jenderal Pelayanan
18Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

Kesehatan haruslah mencapai Tujuan Strategis, yang telah dijabarkan
dalam Sasaran Strategis “Meningkatnya ketersediaan dan mutu
fasyankes dasar dan rujukan”, dengan Indikator Sasaran Strategis,
sebagai berikut:
a) Seluruh kecamatan memiliki minimal 1 puskesmas
b) Persentase kabupaten/kota yang memenuhi rasio TT 1:1.000
sebesar 100%
c) Persentase FKTP sesuai standar sebesar 100%
d) Persentase RS terakreditasi sebesar 100%
e) Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan lain yang memenuhi
persyaratan survei akreditasi sebanyak 500 fasyankes lain.
2. Sasaran, Indikator Kinerja Program dan Kegiatan
Dalam rangka menjamin tercapainya Tujuan Strategis, Sasaran
Strategis, dan Indikator Sasaran Strategis, maka ditetapkan Sasaran
Program, Indikator Kinerja Program, Sasaran Kegiatan dan Indikator
Kinerja Kegiatan Rencana Aksi Program Direktorat Jenderal pelayanan
Kesehatan 2020-2024.
a. Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN).
Sasaran Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) pada Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan adalah meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar
dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat.
Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:
1. Persentase Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sesuai
standar sebesar 100%
2. Persentase rumah sakit terakreditasi sebesar 100%
Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka kegiatan
yang akan dilakukan adalah:
19Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

a) Pembinaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya kualitas fasilitas
pelayanan kesehatan.
Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:
1) Persentase FKTP yang memenuhi Sarana, Prasarana dan
Alat (SPA) sesuai standar sebesar 100%.
2) Persentase RS milik pemerintah daerah yang memenuhi
Sarana Prasarana dan Alat (SPA) sesuai standar sebanyak
100%.
3) Jumlah RS UPT Vertikal di kawasan timur Indonesia yang
dikembangkan sebanyak 10 RS.
4) Jumlah rencana induk nasional pengembangan fasilitas
pelayanan kesehatan sebanyak 2 rencana induk sampai
dengan tahun 2021.
5) Jumlah RSUD di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan,
Kepulauan (DTTPK) yang dibina sebanyak 35 RSUD.
6) Jumlah puskesmas Daerah Tertinggal, Perbatasan,
Kepulauan (DTPK) yang ditingkatkan SPA sesuai standar
termasuk pemenuhan 1 puskesmas 1 kecamatan sebanyak
300 puskesmas.
7) Jumlah Unit Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan
Regional/Regional Maintanance Center yang dikembangkan
dinas Kesehatan propinsi/kabupaten/kota sebanyak 37 unit.
8) Persentase RS Rujukan dan RS Vertikal yang ditingkatkan
sarana prasarananya sebesar 100%.
9) Jumlah RS UPT Vertikal yang mendapatkan peningkatan
sarana prasarana sebanyak 30 RS.
10) Jumlah Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan/Institusi Penguji
Fasilitas Kesehatan yang mampu memberikan pelayanan
sesuai standar sebanyak 38 fasilitas Kesehatan.
11) Persentase fasyankes lainnya yang memenuhi Sarana
Prasarana dan Alat (SPA) sesuai standar sebesar 100%.
20Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

b) Pembinaan Pelayanan Kesehatan Primer
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya akses
dan kualitas pelayanan kesehatan dasar.
Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:
1) Jumlah Pelayanan Kesehatan Bergerak (PKB) yang dilakukan
di daerah terpencil dan sangat terpencil sesuai standar
sebanyak 150 PKB.
2) Jumlah kabupaten/kota yang telah melaksanakan PIS-PK
dengan 100% intervensi keluarga sebanyak 514
kabupaten/kota.
3) Persentase FKTP dengan rasio rujukan non spesialistik
kurang dari sama dengan 2% sebesar 100% FKTP.
4) Persentase puskesmas dengan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut yang optimal sebesar 100%.
5) Persentase kabupaten/kota yang memiliki puskesmas
sebagai percontohan dan telah menerapkan Sistem Rujukan
Terpadu (SISRUTE) sebesar 100%.
6) Persentase kabupaten/kota yang melakukan pembinaan
praktik mandiri dokter atau dokter gigi sesuai standar
sebesar 100%.
7) Jumlah puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan
kedokteran keluarga layanan primer sebanyak 400
puskesmas.
8) Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan pembinaan
dan bimtek terhadap klinik di wilayah kerjanya agar sesuai
dengan standar sebesar 100%.
9) Jumlah UTD yang mendapatkan pembinaan sesuai
standar pelayanan transfusi darah sebanyak 294
UTD.
c) Pembinaan Pelayanan Kesehatan Rujukan
21Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya akses
dan kualitas pelayanan kesehatan rujukan.
Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:
1) Persentase RS yang menerapkan Rekam Medis Elektronik
(RME) terintegrasi sebesar 100%.
2) Jumlah fasyankes yang diampu dalam melaksanakan
telemedicine sebanyak 335 fasyankes.
3) Jumlah provinsi yang menerapkan Sistem Rujukan
Terintegrasi (SISRUTE) sebanyak 34 provinsi.
4) Jumlah RS yang melaksanakan respon time pelayanan
operasi sectio sesarea darurat dalam waktu ≤ 30 menit
sebanyak 331 RS.
5) Persentase RS Kelas A dan B yang telah melakukan
surveilans AMR sesuai standar sebesar 100%.
6) Persentase RS Rujukan dan RS Vertikal dengan pelayanan
sesuai standar sebesar 90%.
7) Persentase RS milik pemerintah dengan pelayanan sesuai
standar sebesar 90%.
8) Jumlah kabupaten/kota yang mengimplementasikan Public
Safety Center (PSC) 119 sebanyak 461 kabupaten/kota.
9) Jumlah RS yang menyelenggarakan Pendidikan dan
ditetapkan sebagai RS Pendidikan sebanyak 100 RS.
10) Jumlah RS kelas A dan B Pendidikan yang memiliki pedoman
antibiotic RS dan menerapkan sesuai standar sebanyak 82
RS.
11) Persentase rumah sakit yang terintegrasi pelayanan
kegawatdarutannya dengan NCC/PSC 119 sebesar 100%.
12) Persentase RS yang melakukan pencatatan dan pelaporan
kematian ibu sebesar 100%.
d) Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
22Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya fasilitas
pelayanan Kesehatan yang memenuhi persaratan survei
akreditasi.
Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:
1) Jumlah fasilitas pelayanan Kesehatan tingkat pertama yang
memenuhi persyaratan survei akreditasi sebanyak 5.706
FKTP.
2) Jumlah fasilitas pelayanan Kesehatan rujukan yang
memenuhi persyaratan survei akreditasi sebanyak 991
fasilitas pelayanan kesehatan rujukan.
3) Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang memenuhi
persyaratan survei akreditasi sebanyak 500 fasilitas
pelayanan Kesehatan lan.
4) Persentase fasyankes melakukan pengukuran mutu
pelayanan Kesehatan sebesar 70%.
e) Pembinaan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya akses
pelayanan kesehatan tradisional yang berkualitas.
Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:
1) Jumlah puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kesehatan tradisional sebanyak 475 puskesmas.
2) Jumlah RS pemerintah yang menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kesehatan tradisional terintegrasi sebanyak 30
RS.
3) Jumlah griya sehat di kabupaten/kota sebanyak 60 griya
sehat.
b. Program Dukungan Manajemen.
Sasaran Program Dukungan Manajemen pada Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan adalah meningkatnya koordinasi
23Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan
manajemen Kementerian Kesehatan.
Indikator pencapaian sasaran adalah nilai Reformasi
Birokrasi Kementerian Kesehatan sebesar 80,58.
Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka dilakukan
kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan program.
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya dukungan
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya.
Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:
1) Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan adalah 53.
2) Persentase kinerja RKAKL pada lingkup Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan sebesar 90%.
4.1. Kerangka Pendanaan
Guna memenuhi kebutuhan pendanaan secara keseluruhan untuk
mencapai target Sasaran Strategis K/L, Sasaran Program, dan Sasaran
Kegiatan sebagaimana tersebut diatas dapat bersumber dari APBN baik
yang bersumber dari Rupiah Murni, Pendapatan Nasional Bukan Pajak
(PNBP), Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (PHLN), serta
sumber/skema lainnya seperti Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha
(KPBU) dan Corporate Social Responsibility (CSR).
Kerangka pendanaan meliputi peningkatan pendanaan dan
efektifitas pendanaan. Peningkatan pendanaan kesehatan dilakukan
melalui peningkatan proporsi anggaran kesehatan secara signifikan
seingga mencapai 5% dari APBN pada tahun 2024. Peningkatan
pendanaan kesehatan juga melalui dukungan dana dari Pemerintah
daerah, swasta dan masyarakat serta sumber dari tarif/pajak maupun
cukai. Guna meningkatkan efektifitas pendanaan pembangunan
kesehatan maka perlu mengefektifkan peran dan kewenangan Pusat-
24Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

daerah, sinergitas pelaksanaan pembangunan kesehatan Pusat-Daerah
dan pengelolaan DAK yang lebih tepat sasaran.
Dalam upaya meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan
maka pendanaan kesehatan diutamakan untuk peningkatan akses dan
mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan bagi masyarakat melalui
kegiatan peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan, penguatan
kesehatan dasar dan rujukan pada masyarakat yang tinggal di daerah
terpencil, kepulauan dan perbatasan, peningkatan pelayanan kesehatan
tradisional untuk mendukung program prioritas pemerintah dalam
upaya penurunan Angka Kematian Ibu, Bayi, Balita, penurunan Angka
Stunting dan pengendalian penyakit.
Untuk mendukung upaya kesehatan di daerah, Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan memberikan porsi anggaran lebih besar bagi
daerah melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), Dekonsentrasi dan kegiatan
lain yang diperuntukkan bagi daerah.
25Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

BAB V
PENUTUP
Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024 ini
disusun untuk menjadi acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
upaya Direktorat Jenderal pelayanan Kesehatan dalam kurun waktu lima tahun
ke depan. Dengan demikian, Unit Kerja di lingkup Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan mempunyai target kinerja yang telah ditetapkan dan akan dievaluasi
pada pertengahan (2022) dan akhir periode 5 tahun (2024) sesuai ketentuan
yang berlaku.
Jika di kemudian hari diperlukan adanya perubahan pada Rencana Aksi
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024 ini, maka akan dilakukan
penyempurnaan sebagaimana mestinya.
Plt. DIREKTUR JENDERAL
PELAYANAN KESEHATAN,
ABDUL KADIR
26Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

LAMPIRAN
1. Matriks Kinerja dan Pendanaan
2. Matriks Formulasi Indikator Kinerja
3. Matriks Pembagian Wewenang
4. Matriks Kerangka Regulasi
27Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

LAMPIRAN 1
MATRIKS KINERJA DAN PENDANAANPROGRAM PEMBINAAN PELAYANAN KESEHATAN
TAHUN 2020-2024
Program/ KegiatanSasaran Program
(Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
LokasiTarget Alokasi (dalam juta rupiah)
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Sasaran Strategis 2:Meningkatnyaketersediaan dan mutu fasyankes dasar dan rujukan
Seluruh kecamatanmemiliki minimal 1puskesmas
- 43 43 43 42
Persentasekabupaten/kota yangmemenuhi rasioTT 1:1.000
- 50 65 80 100
Persentase FKTPsesuai standar
46 60 75 90 100
Persentase RSterakreditasi
80 85 90 95 100
Jumlah fasilitaspelayanan kesehatanlain yang memenuhipersyaratan surveyakreditasi
151 228 307 399 500
Program Pelayanan Kesehatan & JKN pada Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
422.644 477.018 509.744 543.958 583.624
Meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukanyang berkualitas bagi masyarakat
1 Persentase fasilitas kesehatan tingkat
46 60 75 90 100
28Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

Program/ KegiatanSasaran Program
(Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
LokasiTarget Alokasi (dalam juta rupiah)
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
pertama (FKTP) sesuai standar
2 Persentase rumah sakit terakreditasi
80 85 90 95 100
Kegiatan Pembinaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan 260.507 266.700 276.550 287.550 299.410
Meningkatnya kualitas fasilitas pelayanan kesehatan1 Persentase FKTP yang
memenuhi sarana, prasarana dan alat (SPA) sesuai standar
75 83 90 95 100
2 Persentase RS milik Pemerintah Daerah yang memenuhi sarana prasarana dan alat (SPA) sesuai standar
80 85 90 95 100
3 Jumlah rumah sakit UPT Vertikal di Kawasan Timur Indonesia yang dikembangkan
2 2 2 2 2
4 Jumlah rencana induk nasional pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan
1 1 - - -
5 Jumlah RSUD di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan, Kepulauan (DTTPK) yang dibina
7 14 21 28 35
6 Jumlah puskesmas Daerah Tertinggal, Perbatasan, Kepulauan (DTPK) yang
300 300 300 300 300
29Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

Program/ KegiatanSasaran Program
(Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
LokasiTarget Alokasi (dalam juta rupiah)
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
ditingkatkan SPA sesuai standar
7 Jumlah Unit Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan Regional/Regional Maintanance Center yang dikembangkan Dinas Kesehatan Propinsi/Kab/Kota
17 22 27 32 37
8 Persentase RS Rujukan dan RS Vertikal yang ditingkatkan sarana prasarananya
100 100 100 100 100
9 Jumlah Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan / Institusi Penguji Fasilitas Kesehatan yang Mampu Memberikan Pelayanan Sesuai Standar
22 26 30 34 38
10
Persentase Fasyankes lainnya yang memenuhi Sarana Prasarana dan Alat (SPA) sesuai standar
- 45 60 80 100
Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Primer 39,275 47,311 57,996 68,984 81,431
Meningkatnya aksesdan kualitas pelayanan kesehatan dasar
1 Jumlah Pelayanan Kesehatan Bergerak (PKB) yang dilakukan di daerah terpencil dan sangat terpencil sesuai standar
18 51 84 117 150
2 Jumlah kabupaten/kota 105 200 300 400 514
30Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

Program/ KegiatanSasaran Program
(Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
LokasiTarget Alokasi (dalam juta rupiah)
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
yang telah melaksanakan PIS-PK dengan 100% intervensi keluarga
3 Persentase FKTP dengan rasio rujukan non spesialistik kurang dari sama dengan 2%
40 50 60 80 100
4 Persentase Puskesmas dengan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang optimal
50 60 70 80 100
5 Persentase kabupaten/kota yang memiliki Puskesmas sebagai Percontohan dan telah menerapkan Sistem Rujukan Terpadu (SISRUTE)
15 30 75 90 100
6 Persentase Kab/Kota yang melakukan pembinaan praktik mandiri dokter atau dokter gigi sesuai standar
50 60 70 80 100
7 Jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran keluarga layanan primer
50 138 225 313 400
8 Persentase Kab/Kota yang melaksanakan pembinaan dan bimtek terhadap klinik di wilayah kerjanya agar sesuai dengan standar
20 50 75 90 100
9 Jumlah UTD yang mendapatkan pembinaan sesuai standar pelayanan Transfusi Darah
42 126 210 252 294
Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Rujukan69.121 76.033 83.636 92.000 101.200
31Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

Program/ KegiatanSasaran Program
(Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
LokasiTarget Alokasi (dalam juta rupiah)
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
Meningkatnya aksesdan kualitas pelayanan kesehatan rujukan
1 Persentase rumah sakit yang menerapkan Rekam Medis Elektronik (RME) terintegrasi
20 40 60 80 100
2 Jumlah fasyankes yang diampu dalam melaksanakan telemedicine
67 134 201 268 335
3 Jumlah provinsi yang menerapkan Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE)
34 34 34 34 34
4 Jumlah RS yang Melaksanakan Respon Time Pelayanan Operasi Sectio Sesarea Darurat dalam waktu ≤ 30 menit
66 132 198 264 331
5 Persentase RS Kelas A dan B yang telah melakukan surveilans AMR sesuai standar
20 40 60 80 100
6 Persentase RS Rujukan dan RS Vertikal dengan pelayanan sesuai standar
70 75 80 85 90
7 Persentase RS milik Pemerintah dengan pelayanan sesuai standar
70 75 80 85 90
8 Jumlah Kabupaten/Kota yang mengimplementasikan Public Safety Center (PSC) 119
250 305 357 409 461
9 Jumlah RS yang menyelenggarakan
20 40 60 80 100
32Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

Program/ KegiatanSasaran Program
(Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
LokasiTarget Alokasi (dalam juta rupiah)
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
pendidikan dan ditetapkan sebagai RS Pendidikan
10
Jumlah rs kelas A dan B Pendidikan yang memiliki pedoman antibiotic RS dan menerapkan sesuai standar
16 32 50 65 82
11
Persentase Rumah Sakit yang terintegrasi pelayanan kegawatdarutannya dengan NCC/PSC 119
20 40 60 80 100
12
Persentase RS yang melakukan pencataan dan pelaporan kematian ibu
40 50 60 80 100
Kegiatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan 36.431 37.524 38.650 39.809 41.004
Meningkatnya Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang memenuhi persyaratan survei akreditasi
1 Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memenuhi persyaratan survei akreditasi
4.478
4.009
4.720
6.110
5.706
2 Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan rujukan yang memenuhi persyaratan survei akreditasi
1.028
851
1.195
1.169
991
3 Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang memenuhi persyaratan survei akreditasi
151 228 307 399 500
4 Persentase Fasyankes melakukan pengukuran mutu pelayanan kesehatan
20 40 50 60 70
33Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

Program/ KegiatanSasaran Program
(Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
LokasiTarget Alokasi (dalam juta rupiah)
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Tradisional 17.310 49.450 52.912 55.615 60.579
Meningkatnya akses pelayanan kesehatan tradisional yang berkualitas
1 Jumlah puskesmasyang menyelenggarakankegiatan pelayanan Kesehatan tradisional
175 250 325 400 475
2 Jumlah RS pemerintah yangmenyelenggarakankegiatan pelayanan Kesehatan tradisional integrasi
10 15 20 25 30
3 Jumlah griya sehat di kabupaten/kota
4 11 26 42 60
Program Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
16.167.779 19.216.175 20.046.579 22.563.430 26.817.711
Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya
1 Nilai reformasi birokrasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
50 51 52 53 53
2 Persentase kinerja RKA-K/L Kementerian Kesehatan yang efektif dan efisien pada program pembinaan pelayanan kesehatan
80 82,5 85 87,5 90
34Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

LAMPIRAN 2
MATRIKS FORMULASI INDIKATOR KINERJA
NOProgram/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Baseline Data
(Capaian 2018)
TargetDefinisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data
Unit Organisasi Pelaksana
2020 2021 2022 2023 2024
IProgram Pelayanan Kesehatan & JKN pada Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Persentase Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sesuai standar
46 60 75 90 100 Puskesmas dan klinik pratama yang memenuhi standar akreditasi
¿
Jumlah puskesmasdanklinik pratama terakreditasi
pada tahunberjalanjumlah seluruh puskesmasdanklinik pratama
(sesuai baseline=16.536)
x100 %
1. Menggunakan baseline
data tahun 2018 (Jumlah
puskesmas 9993, jumlah
klinik yang bekerjasama
dengan BPJS 6543)
2. Tidak menghitung angka
pertumbuhan Puskesmas
maupun klinik
Persentase rumah sakit terakreditasi
2818 RS
(0%)
80 85 90 95 100 Persentase RS yang terakreditasi oleh Lembaga Independen Penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan
Jumlah Kumulatif RS yang terakreditasi / Jumlah seluruh RS yang teregistrasi di Kementerian Kesehatan x 100%
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
a).Kegiatan Pembinaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Meningkatnya kualitas fasilitas pelayanan kesehatan
Direktorat Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
35Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NOProgram/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Baseline Data
(Capaian 2018)
TargetDefinisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data
Unit Organisasi Pelaksana
2020 2021 2022 2023 2024
Persentase FKTP yang memenuhi Sarana, Prasarana dan Alat (SPA) sesuai standar
41 75 83 90 95 100 Persentase Puskesmas dan Klinik Pratama yang memiliki SPA sesuai standar
Jumlah SPA Puskesmas + Klinik Pratama dengan SPA lebih besar sama dengan 60% sesuai data SAPAK dibagi Jumlah total Puskesmas + Klinik Pratama (dengan data tahun 2020).PKM = 10060Klinik = 7000
Sistem Informasi Laporan
Persentase RS milik Pemerintah Daerah yang memenuhi Sarana Prasarana dan Alat (SPA) sesuai standar
75 80 85 90 95 100 Persentase RSUD yang memiliki SPA sesuai standar
perhitungan Persentase jumlah RSUD yang memiliki SPA lebih besar sama dengan 60% kelengkapan ASPAK
-
Jumlah Rumah Sakit UPT Vertikal di kawasan timur Indonesia yang dikembangkan
1 2 2 2 2 2 Jumlah RS UPT Vertikal di Wilayah Timur yang didirikan/dibangun dan di lengkapi peralatan kesehatannya sehingga dapat beroperasional sebagai mestinya
Jumlah RS UPT Vertikal di Wilayah Timur yang didirikan/dibangun (akumulasi)
real data
Jumlah rencana induk nasional pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan
0 1 1 - - - Jumlah rencana induk nasional pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan baik untuk pelayanan Primer maupun Rujukan yang telah disusun
Jumlah rencana induk nasional pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan yang telah disusun
-
Jumlah RSUD di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan, Kepulauan (DTTPK) yang dibina
0 7 14 21 28 35 Jumlah RSUD di Kabupaten/Kota Perbatasan yang dilakukan rehabilitasi/renovasi/pembangunan baru sebagian
Jumlah RSUD di Kabupaten/Kota Perbatasan yang dilakukan rehabilitasi/renovasi/pembangunan baru sebagian (akumulasi)
-
36Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NOProgram/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Baseline Data
(Capaian 2018)
TargetDefinisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data
Unit Organisasi Pelaksana
2020 2021 2022 2023 2024
Jumlah puskesmas Daerah Tertinggal, Perbatasan, Kepulauan (DTPK) yang ditingkatkan SPA sesuai standar termasuk pemenuhan 1 puskesmas 1 Kecamatan
564 300 300 300 300 300 Jumlah Puskesmas DTPK yang ditingkatkan SPA nya sesuai standar
Jumlah Puskesmas DTPK yan melaksanakan pembangunan Puskesmas
Data real
Jumlah unit pemeliharaan fasilitas kesehatan regional/regional maintanance center yang dikembangkan dinas kesehatan propinsi/kabupaten/kota
6 17 22 27 32 37 RMC yang dibentuk oleh Dinkes Prop./Kab./Kota
RMC yang dibentuk oleh Dinkes Prop./Kab./Kota (akumulasi)
-
Persentase RS Rujukan dan RS Vertikal yang ditingkatkan sarana prasarananya
70 100 100 100 100 100 14 RS Rujukan Nasional melalui ketetapan Menkes (Kepmenkes No. HK. 02.02/MENKES/390/2014) dan Rumah sakit UPT Vertikal yang mendapatkan dana APBN /DAK dan ditunjukkan adanya peningkatan kualitas sarana prasarananya (tidak kumulatif)
Perhitungan Presentasi RSU Rujukan Nasional non Vertikal dan RSUPT Vertikal yang telah meningkatkan SPA nya sesuai standar (tidak kumulatif)- RSU Rujukan Nasional non Vertikal = 4- RSUPT Vertikal = 34
ASPAK
Jumlah RS UPT Vertikal yang mendapatkan peningkatan sarana prasarana
0 6 6 6 6 6 Jumlah Rumah sakit UPT Vertikal yang mendapatkan dana PHLN dan ditunjukkan adanya peningkatan kualitas sarana prasarananya (tidak kumulatif)
Jumlah Rumah sakit UPT Vertikal yang mendapatkan dana PHLN dan ditunjukkan adanya peningkatan kualitas sarana prasarananya
Laporan Pelaksanaan Kegiatan PHLN
37Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NOProgram/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Baseline Data
(Capaian 2018)
TargetDefinisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data
Unit Organisasi Pelaksana
2020 2021 2022 2023 2024
(tidak kumulatif)
Jumlah Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan/ Institusi Penguji Fasilitas Kesehatan yang mampu memberikan pelayanan sesuai standar
21 22 26 30 34 38 BPFK /Institusi Penguji yang memiiki izin operasional dan sertifikasi akreditasi minimal 3 parameter dasar
jumlah BPFK /Institusi Penguji yang memiiki izin operasional dan sertifikasi akreditasi minimal 3 parameter dasar (akumulasi)
-
Persentase fasyankes lainnya yang memenuhi Sarana Prasarana dan Alat (SPA) sesuai standar
0 - 45 60 80 100 Persentase Fasyankes lainnya (UTD dan Labkes) milik pemerintah yang memiliki SPA sesuai standar
Jumlah fasyankes lainnya (UTD + Labkes) milik pemerintah yang memiliki kelengkapan SPA lebih besar sama dengan 60% dari standar dibagi dengan jumlah total fasyankes lainnya (UTD + Labkes) milik pemerintah-> UTD = 3-> Labkes = 245
ASPAK
b). Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Primer
Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar
Direktorat Pelayanan Kesehatan
Primer
Jumlah Pelayanan Kesehatan Bergerak (PKB) yang dilakukan di daerah terpencil dan sangat terpencil sesuai standar
0 18 51 84 117 150 Jumlah pelaksanaan PKB sesuai Permenkes Nomor 90 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kawasan Terpencil dan Sangat Terpencil, serta Pedoman Peningkatan Akses
Jumlah kumulatif PKB yang dilaksanakan sesuai standar di akhir tahun berjalan pada kabupaten/kota
1. Sumber data berasal dari:a. laporan dinas kesehatan kabupaten/kotab. laporan dinas kesehatan provinsi; c. SK Bupati/Walikota tentang penetapan kategori Puskesmas di kawasan terpencil/sangat terpencil
38Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NOProgram/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Baseline Data
(Capaian 2018)
TargetDefinisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data
Unit Organisasi Pelaksana
2020 2021 2022 2023 2024
Pelayanan Kesehatan di Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK) yaitu:1. PKB dilaksanakan di wilayah Puskesmas terpencil dan sangat terpencil yang membutuhkan PKB dengan prioritas di kawasan sangat terpencil; dan2. Frekuensi PKB minimal 4 kali di wilayah yang sama, dalam tahun berjalan.
yang disampaikan kepada Kementerian Kesehatan, periode Januari 2019. 2. Cara pengumpulan data: Dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan PKB kepada Kementerian Kesehatan.
Jumlah kabupaten/kota yang telah melaksanakan PIS-PK dengan 100% intervensi keluarga
0 105 200 300 400 514 Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dengan cakupan kunjungan keluarga dan intervensi 100% keluarga di wilayahnya, pada akhir tahun berjalan
Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dengan cakupan kunjungan keluarga dan intervensi 100% keluarga di wilayahnya, pada akhir tahun berjalan
1. Data jumlah keluarga yang dikunjungi dan intervensi awal diperoleh dari Aplikasi Keluarga Sehat
2. Data jumlah keluarga diperoleh dari e monev STBM atau data hasil sensus/survei terbaru
3. Persentase cakupan kunjungan keluarga diperoleh dari jumlah keluarga yang dikunjungi dan intervensi awal di tiap kabupaten/kota dibagi jumlah keluarga di kabupaten/kota tersebut dikali 100%
Persentase FKTP dengan rasio rujukan non spesialistik kurang dari sama dengan 2%
20 40 50 60 80 100 Adalah persentase Puskesmas yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan melaksanakan PKBK (Pembiayaan Kapitasi Berbasis Kinerja) dengan Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik ≤ 2% pada akhir tahun berjalan. Yang dimaksud Rasio Rujukan Non Spesialistik adalah Rasio Rujukan Rawat
(Jumlah Puskesmas yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan melaksanakan PKBK dengan Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik kurang dari sama dengan 2% pada akhir tahun berjalan dibagi dengan Jumlah seluruh Puskesmas yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan
Data Puskesmas di Kementerian KesehatanHasil pencatatan rujukan peserta ke FKRTL pada aplikasi P care
Laporan Dinas Kesehatan kab/Kota/Provinsi Hasil Monitoring evaluasi ke provinsi/kabupaten/kota
39Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NOProgram/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Baseline Data
(Capaian 2018)
TargetDefinisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data
Unit Organisasi Pelaksana
2020 2021 2022 2023 2024
Jalan Kasus Non Spesialistik, yaitu: Jumlah rujukan rawat jalan kasus non spesialistik yang termasuk kompetensi FKTP dibandingkan dengan total kasus rujukan di rawat jalan x 100% di akhir tahun berjalan. Rujukan kasus non spesialistik dengan kriteria TACC tidak diperhitungkan dalam jumlah rujukan rawat jalan kasus non spesialistik
melaksanakan PKBK pada akhir tahun berjalan) dikali 100%
Persentase puskesmas dengan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang optimal
30 50 60 70 80 100 Persentase Puskesmas dengan pelayanan kesehatan gigi dan mulut optimal pada akhir tahun berjalan. Puskesmas dengan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang optimal yaitu Puskesmas yang: 1. Memiliki SDM, sarana, prasarana dan alat sesuai standar 2.Melaksanakan Program UKGS sesuai standar di 75% SD/MI dalam wilayah kerja Puskesmas3. Melaksanakan program UKGM di 60% desa/kelurahan dalam wilayah kerja puskesmas4. Melaksanakan pelayanan kuratif kesehatan gigi dan mulut sesuai standar
Jumlah Puskesmas dengan pelayanan kesehatan gigi & mulut yang optimal pada akhir tahun berjalan dibagi dengan jumlah seluruh Puskesmas diakhir tahun berjalan, dikali 100%
Data Fasyankes Tk.I yang diperoleh dari Dinkes Kab/Kota/Provinsi Hasil Monitoring Evaluasi
Persentase kabupaten/kota yang memiliki puskesmas sebagai percontohan dan telah menerapkan
0 15 30 75 90 100 Persentase kumulatif kabupaten/kota yang memiliki Puskesmas sebagai Percontohan dan telah menerapkan SISRUTE sesuai ketentuan yang berlaku
Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang memiliki Puskesmas sebagai Percontohan yang telah menerapkan SISRUTE dibagi dengan
Sumber data berasal dari ntibiotic monitoring dan evaluasi pembentukan Puskesmas sebagai Percontohan dan dashboard aplikasi SISRUTE.
40Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NOProgram/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Baseline Data
(Capaian 2018)
TargetDefinisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data
Unit Organisasi Pelaksana
2020 2021 2022 2023 2024
Sistem Rujukan Terpadu (SISRUTE)
jumlah seluruh kabupaten/kota, dan dikali 100% persen, di tahun berjalan
Persentase
kabupaten/kota
yang melakukan
pembinaan praktik
mandiri dokter
atau dokter gigi
sesuai standar
19 50 60 70 80 100 Adalah persentase Kab/Kota yang melakukan pembinaan tempat praktik mandiri dokter ntibiot dokter gigi dari segi standar SDM, Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan, agar dapat sesuai standar, pada akhir tahun berjalan
Jumlah kumulatif Kab/Kota yang melakukan pembinaan tempat praktik mandiri dokter ntibiot dokter gigi pada akhir tahun berjalan / dibagi Jumlah seluruh Kab/Kota di Indonesia dikali 100%
Data Kab/Kota yang diperoleh dari Laporan pembinaan di akhir tahun berjalan dan hasil Monitoring Evaluasi di lapangan
Jumlah puskesmas
yang
menyelenggarakan
pelayanan
kedokteran
keluarga layanan
primer
29 50 138 225 313 400 Jumlah Puskesmas yang: 1. Memiliki dokter dengan kompetensi kedokteran keluarga layanan primer 2. Memiliki sarana prasarana dan alat kesehatan untuk menunjang pelayanan sesuai kompetensi
Jumlah kumulatif Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran keluarga layanan primer pada akhir tahun berjalan
Data Puskesmas yang
diperoleh dari Dinkes
Kab/Kota/Provinsi
Hasil Monitoring Evaluasi
Persentase
kabupaten/kota
yang
melaksanakan
pembinaan dan
bimbingan teknis
terhadap klinik di
wilayah kerjanya
agar sesuai dengan
standar
0 20 50 75 90 100 Persentase Kab/Kota yang melakukan pembinaan dan Bimtek terhadap klinik di wilayah kerjanya agar sesuai dengan standar pada akhir tahun berjalan
Kabupaten/kota melaksanakan pembinaan dan bimtek secara rutin, sehingga didapat jumlah riil klinik yang ada di wilayah kerjanya, melakukan bimtek agar seluruh klinik tersebut dapat memenuhi standar
Jumlah kumulatif Kab/Kota yang melakukan pembinaan dan Bimtek terhadap klinik di wilayah kerjanya agar sesuai dengan standar pada akhir tahun berjalan dikalikan 100%
- Data klinik yang ada di Kab/Kota- Cara pengumpulan data : Langsung dengan monev,bimtek,pertemuan,koordinasi LS/LP, tidak langsung dengan surat menyurat dan email- workshop
41Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NOProgram/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Baseline Data
(Capaian 2018)
TargetDefinisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data
Unit Organisasi Pelaksana
2020 2021 2022 2023 2024
Jumlah UTD yang
mendapatkan
pembinaan sesuai
standar pelayanan
ntibioti darah
0 42 126 210 252 294 Jumlah UTD yang mendapatkan pembinaan sesuai dengan Permenkes No. 91 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah
Jumlah kumulatif UTD yang mendapatkan pembinaan sesuai dengan standar pelayanan ntibioti darah di akhir tahun berjalan
Sumber data berasal dari hasil monitoring dan evaluasi pelayanan darah di UTD, workshop/pertemuan pembinaan, Sistem Informasi Pelayanan Darah (SIPDAH), laporan dari dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota yang melakukan pembinaan pelayanan darah di UTD
c).Kegiatan Pembinaan Pelayanan
Kesehatan Rujukan
Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan rujukan
Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan
Persentase rumah sakit yang menerapkan Rekam Medis Elektronik (RME) terintegrasi
45 RS Rujukan Nasional/Rujukan Provinsi/Rujukan Regional (8%)
20 40 60 80 100 Persentase Rumah Sakit Rujukan, Rumah Sakit Kelas A dan RS Kelas B dan RS Prioritas KIA yang menerapkan Rekam Medis Elektronik (RME) pada minimal 3 dari 6 unit layanan yaitu pendaftaran, rawat jalan, igd, rawat inap, pelayanan penunjang dan farmasi serta tersedianya Resume Medis Elektronik yang terintegrasi dengan SISRUTE, n = 575 RS
Jumlah kumulatif Rumah Sakit Rujukan, Rumah Sakit Kelas A dan RS Kelas B dan RS Prioritas KIA yang menerapkan Rekam Medis Elektronik (RME) pada minimal 3 dari 6 unit layanan yaitu pendaftaran, rawat jalan, igd, rawat inap, pelayanan penunjang dan farmasi serta tersedianya Resume Medis Elektronik yang terintegrasi dengan SISRUTE dibagi seluruh jumlah Rumah Sakit Rujukan, Rumah Sakit Kelas A dan RS Kelas B dan RS Prioritas KIA (N= 575) dikali 100%
Sumber data berasal dari hasil monitoring dan evaluasi, Laporan dari RS pada lokus RME terintegrasi
42Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NOProgram/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Baseline Data
(Capaian 2018)
TargetDefinisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data
Unit Organisasi Pelaksana
2020 2021 2022 2023 2024
Jumlah fasyankes yang diampu dalam melaksanakan telemedicine
23% RS Pengampu Telemedicine (30 RS Rujukan Provinsi dan Rujukan Regional)
67 134 201 268 335 Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan Diampu yang mampu melakukan konsultasi jarak jauh dalam penegakan diagnosis dan/atau tindakan medis melalui fasilitas telemedicine.
Jumlah kumulatif fasilitas pelayanan kesehatan Diampu yang mampu melakukan konsultasi jarak jauh dalam penegakan diagnosis dan/atau tindakan medis melalui fasilitas telemedicine pada akhir tahun berjalan.
Sumber data berasal dari hasil monitoring dan evaluasi, Sistem Informasi, Laporan dari Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota tentang pelayanan telemedicine pada lokus yang telah ditetapkan
Jumlah provinsi yang menerapkan Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE)
0 34 34 34 34 34 Jumlah kumulatif provinsi yang memiliki lebih dari atau sama dengan 65% kab/kota yang memiliki 60% Fasyankesnya yang telah menerapkan ntibi rujukan terintegrasi (SISRUTE)
Jumlah kumulatif provinsi yang memiliki lebih dari atau sama dengan 65% kab/kota yang memiliki 60% Fasyankesnya yang telah menerapkan ntibi rujukan terintegrasi (SISRUTE) pada akhir tahun berjalan
Sumber data berasal dari hasil monev dan laporan Dinas Kesehatan Provinsi terhadap penerapaan SISRUTE
Jumlah RS yang Melaksanakan respon time pelayanan operasi ntibio sesarea darurat dalam waktu ≤ 30 menit
0 66 132 198 264 331 Jumlah RS yang melaksanakan operasi Sectio Caesaria darurat dengan waktu tanggap ≤ 30 menit sebesar 60%dengan kriteria inklusi1. RS Umum Publik kelas A dan B serta RSIA kelas A, B, C2. SC darurat dengan status kesehatan fisik pre operasi ASA 1 dan 2
Jumlah kumulatif RS yang melaksanakan operasi Sectio Caesaria darurat dengan waktu tanggap ≤ 30 menit sebesar 60%dengan kriteria inklusi1. RS Umum Publik kelas A dan B serta RSIA kelas A, B, C2. SC darurat dengan status kesehatan fisik pre operasi ASA 1 dan 2 pada akhir tahun berjalan
Sumber data berasal dari hasil monitoring dan evaluasi pelayanan operasi SC darurat di RS Umum Publik Kelas A dan B serta RSIA kelas A, B, C. Laporan pelayanan operasi SC darurat dari RS Umum Publik Kelas A dan B serta RSIA kelas A,B,C
Persentase RS Kelas A dan B yang telah melakukan surveilans AMR sesuai standar
0 20 40 60 80 100 Persentase RS kelas A dan B Pendidikan yang telah melakukan surveilans AMR Sesuai standar.
- RS kelas A adalah RS Umum
Jumlah kumulatif RS kelas A dan B Pendidikan yang telah melakukan surveilans AMR Sesuai standar dibagi total jumlah RS kelas A dan RS Kelas B
Sumber data berasal dari hasil monev, laporan dan hasil penilaian pada pelaksanaan Surveilans AMR di RS Kelas A dan B Pendidikan
43Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NOProgram/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Baseline Data
(Capaian 2018)
TargetDefinisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data
Unit Organisasi Pelaksana
2020 2021 2022 2023 2024
dan Khusus Ibu anak, paru, infeksi, jantung, kanker, ortopedi kelas A- RS kelas B Pendidikan adalah dan RSU kelas B yang telah ditetapkan menjadi RS Pendidikan utama dari Fakultas Kedokteran oleh Menteri Kesehatan- surveilans AMR sesuai standar adalah surveilans AMR sesuai standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan- Denominator 82 RS (Kelas A 34 RS, Kelas B Pendidikan 48 RS)
Pendidikan dikali 100%
Persentase RS Rujukan dan RS Vertikal dengan pelayanan sesuai standar
40 RS (24%)
70 75 80 85 90 Persentase kumulatif RS Rujukan dan RS Vertikal yang sesuai standar kelas RS, RS Pendidikan, Akreditasi dan layanan unggulan.
Rujukan Nasional : RS yang sesuai standar kelas A, RS Pendidikan, akreditasi internasional dan memiliki layanan unggulanRujukan Provinsi : RS yang sesuai standar kelas A, RS Pendidikan, akreditasi paripurna dan memiliki layanan unggulanRujukan Regional : RS yang sesuai standar kelas B, RS Pendidikan, akreditasi utama dan memiliki layanan unggulan
Jumlah kumulatif RS Rujukan dan RS Vertikal yang sesuai standar kelas RS, RS Pendidikan, Akreditasi dan layanan unggulan pada tahun berjalan dibagi dengan jumlah seluruh RS Rujukan dan RS Vertikal dikali 100%
Sumber data berasal dari RS Online, Monev dan hasil penilaian RS Rujukan dan RS Vertikal yang sesuai standar kelas RS, RS Pendidikan, Akreditasi dan layanan unggulan
44Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NOProgram/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Baseline Data
(Capaian 2018)
TargetDefinisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data
Unit Organisasi Pelaksana
2020 2021 2022 2023 2024
RS Vertikal : RS yang sesuai standar kelas A, RS Pendidikan, akreditasi paripurna dan memiliki layanan unggulan Denominator : 167 RS (144 RS Rujukan dan 23 RS Vertikal Non Rujukan Nasional)
Persentase RS milik Pemerintah dengan pelayanan sesuai standar
0 70 75 80 85 90 Persentase kumulatif RS umum dan khusus milik Pemerintah Daerah Provinsi, PemKab, PemKot dengan standar pelayanan dan SDM yang sesuai kelasnya.Denominator : 760 RS Pemerintah (Kepemilikan Provinsi dan Kabupaten/Kota)
Jumlah kumulatif RS umum dan khusus milik Pemda dengan standar pelayanan dan SDM yang sesuai kelas pada tahun berjalan dibagi dengan jumlah total 760 RS Pemerintah Daerah dikali 100%
Sumber data berasal dari RS Online, Monev dan hasil penilaian RS umum dan khusus milik Pemda dengan standar pelayanan dan SDM yang sesuai kelas
Jumlah kabupaten/kota yang mengimplementasikan Public Safety Center (PSC) 119
184 250 305 357 409 461 Jumlah Kabupaten/Kota yang mengimplementasikan Public Safety Center (PSC) 119
Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang mengimplementasikan PSC 119 di tahun berjalan
Sumber data berasal hasil monev dan laporan dari Dinkes Kab/Kota tentang implementasi PSC 119 di Kab/kota tersebut
Jumlah RS yang menyelenggarakan pendidikan dan ditetapkan sebagai RS Pendidikan
51 RS 20 40 60 80 100 RS yang menyelenggarakan pendidikan kedokteran dan ditetapkan statusnya sebagai rs pendidikan
Jumlah kumulatif RS yang menyelenggarakan pendidikan kedokteran dan ditetapkan statusnya sebagai rs pendidikan pada tahun berjalan
Sumber data berasal dari hasil penilaian RS yang mengajukan untuk ditetapkan sebagai RS Pendidikan
Jumlah RS kelas A dan B Pendidikan yang memiliki pedoman antibiotic RS dan menerapkan sesuai standar
0 16 32 50 65 82 1. Jumlah RS kelas A dan B Pendidikan yang telah memilki pedoman ntibiotic RS dan menerapkan sesuai standar yang telah ditetapkan Kementerian
Jumlah kumulatif RS kelas A dan B Pendidikan yang telah memilki pedoman ntibiotic RS dan menerapkan sesuai standar yang telah
Sumber data berasal dari hasil monev, laporan dan hasil penilaian pada penerapan Pedoman Antibiotik di RS Kelas A dan B Pendidikan
45Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NOProgram/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Baseline Data
(Capaian 2018)
TargetDefinisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data
Unit Organisasi Pelaksana
2020 2021 2022 2023 2024
Kesehatan.2. RS kelas A adalah RS
Umum dan Khusus Ibu anak, paru, infeksi, jantung, kanker, ortopedi kelas A
3. RS kelas B Pendidikan adalah dan RSU kelas B yang telah ditetapkan menjadi RS Pendidikan utama dari Fakultas Kedokteran oleh Menteri Kesehatan
4. Pedoman ntibiotic adalah pedoman penggunaan ntibiotic sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan
Target 82 RS (Kelas A 34 RS, Kelas B Pendidikan 48 RS)
ditetapkan Kementerian Kesehatan pada tahun berjalan.
Persentase rumah sakit yang terintegrasi pelayanan kegawatdarutannya dengan NCC/PSC 119
0 20 40 60 80 100 RS yang memberikan pelayanan kegawatdaruratan yang sudah terintegrasi dengan pelayanan NCC atau PSC 119
Jumlah kumulatif RS yang memberikan pelayanan kegawatdaruratan yang sudah terintegrasi dengan pelayanan NCC atau PSC 119 pada tahun berjalan
Sumber data berasal hasil monev dan laporan dari RS memberikan pelayanan kegawatdaruratan yang sudah terintegrasi dengan pelayanan PSC 119
Persentase RS yang melakukan pencatatan dan pelaporan kematian Ibu
- 40 50 60 80 100 Persentase RSU Kls A, Kls B dan RSIA yang melakukan pelaporan kematian ibu
Jumlah RSU Kelas A, RSU Kelas B, dan RSIA yang melaporkan kematian ibu dibagi Jumlah RSU Kelas A, RSU Kelas B, dan RSIA pada tahun baseline dikali 100%Tahun baseline = tahun 2019Jumlah RSU Kelas A, RSU
Sistem Informasi RS
46Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NOProgram/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Baseline Data
(Capaian 2018)
TargetDefinisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data
Unit Organisasi Pelaksana
2020 2021 2022 2023 2024
Kelas B, dan RSIA = 750 RSd). Kegiatan Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan
Meningkatnya Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang memenuhi persyaratan survei akreditasi
Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan
Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memenuhi persyaratan survei akreditasi
4478 4009 4720 6110 5706 Jumlah Puskesmas dan Klinik Pratama yang mendapatkan rekomendasi dari Direktorat yang bertanggung jawab pada bidang mutu dan akreditasi (Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan) setelah memenuhi persyaratan untuk disurvei akreditasi oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Jumlah Puskesmas dan Klinik Pratama yang mendapatkan rekomendasi survei akreditasi dari Direktorat yang bertanggung jawab pada bidang mutu dan akreditasi (Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan) pada tahun berjalan
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan dan Lembaga Penyelenggara Akreditasi FKTP
Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan rujukan yang memenuhi persyaratan survei akreditasi
1028 851 1195 1169 991 Jumlah RS dan Klinik Utama yang mendapatkan rekomendasi dari Direktorat yang bertanggung jawab pada bidang mutu dan akreditasi (Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan) setelah memenuhi persyaratan untuk disurvei akreditasi oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Jumlah RS dan Klinik Utama yang mendapatkan rekomendasi survei akreditasi dari Direktorat yang bertanggung jawab pada bidang mutu dan akreditasi (Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan) pada tahun berjalan
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan dan Lembaga Penyelenggara Akreditasi RS
47Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NOProgram/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Baseline Data
(Capaian 2018)
TargetDefinisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data
Unit Organisasi Pelaksana
2020 2021 2022 2023 2024Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang memenuhi persyaratan survei akreditasi
151 228 307 399 500 Jumlah Laboratorium Kesehatan dan UTD yang mendapatkan rekomendasi dari Direktorat yang bertanggung jawab pada bidang mutu dan akreditasi (Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan) setelah memenuhi persyaratan untuk disurvei akreditasi oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Jumlah Laboratorium Kesehatan dan UTD yang mendapatkan rekomendasi survei akreditasi dari Direktorat yang bertanggung jawab pada bidang mutu dan akreditasi (Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan) pada tahun berjalan
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan dan Lembaga Penyelenggara Akreditasi Fasyankes Lain
Persentase Fasyankes melakukan pengukuran mutu pelayanan kesehatan
20 40 50 60 70 Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Laboratorium Kesehatan, dan Unit Transfusi Darah (UTD)) yang sudah melakukan pengukuran mutu pelayanan kesehatan serta melaporkan hasil pengukuran mutu pelayanan kesehatan tersebut kepada Kementerian Kesehatan secara berkala
Persentase Fasyankes melakukan pengukuran mutu pelayanan kesehatan = Jumlah Fasyankes yang telah melakukan pengukuran mutu melalui Sistem Informasi/ Jumlah seluruh Fasyankes yang teregister/terdata di Kementeriaan Kesehatan pada tahun 2018 x 100%
- Jumlah seluruh Puskesmas yang teregistrasi di Kementerian Kesehatan dan Klinik Pratama yang Bekerja sama dengan BPJS per 31 Des 2018 (16.536 FKTP)- Jumlah seluruh Rumah Sakit dan Klinik Utama yang teregistrasi di Kementerian Kesehatan per 31 Des 2018 (............ Fasyankes rujukan)- Jumlah seluruh Laboratorium dan UTD yang teregistrasi terdata di Kementerian Kesehatan per 31 Des 2018 (1.691 fasyankes lain)
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
e).Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Tradisional
48Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NOProgram/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Baseline Data
(Capaian 2018)
TargetDefinisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data
Unit Organisasi Pelaksana
2020 2021 2022 2023 2024
Meningkatnya akses pelayanan kesehatan tradisional yang berkualitas
Jumlah puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tradisional
50 175 250 325 400 475 Jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tradisional yang memenuhi kriteria:a. Melakukan pelayanan
kesehatan tradisionalb. Melakukan pembinaan
kelompok asuhan mandiri kesehatan tradisional
c. Melakukan pendataan penyehat tradisional
d. Memiliki RTH dalam bentuk Taman Obat Keluarga (TOGA)
Jumlah kumulatif Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional sesuai dengan kriteria
1. Laporan Pelaksanaan Kegiatan
2. Laporan dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota/ Puskesmas yang melakukan pembinaan pelayanan kesehatan tradisional
Sistem Informasi Puskesmas
Jumlah RS pemerintah yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tradisional integrasi
4 10 15 20 25 30 Jumlah Rumah sakit pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional dan memiliki Ruang Terbuka Hijau untuk taman obat sebagai media edukasi
Jumlah kumulatif Rumah sakit pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional dan memiliki Ruang Terbuka Hijau untuk taman obat sebagai media edukasi
1. Hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional integrasi di RS
2. Laporan dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota yang melakukan pembinaan pelayanan kesehatan tradisional
3. Sistem Informasi RS
Jumlah griya sehat di kabupaten/kota
- 4 11 26 42 60 Jumlah Griya Sehat di Kabupaten/Kota
Jumlah kumulatif Griya Sehat di Kabupaten/Kota
1. Hasil monitoring dan evaluasi Griya Sehat
2. Laporan dari dinas kesehatan provinsi yang melakukan pembinaan pelayanan kesehatan
49Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NOProgram/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Baseline Data
(Capaian 2018)
TargetDefinisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data
Unit Organisasi Pelaksana
2020 2021 2022 2023 2024
tradisional di Griya SehatII Program Dukungan
Manajemenmeningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya
Sekretariat Ditjen Pelayanan Kesehatan
Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
50 51 52 53 53 Hasil penilaian mandiri terkait pelaksanaan 8 area perubahan pada Reformasi Birokrasi di lingkup Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Hasil PMPRB lingkup Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan dibagi nilai maksimal unit eselon I dikali 100%(N/36,30) x100%
Hasil penilaian Reformasi Birokrasi lingkup Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Persentase kinerja RKAKL pada lingkup Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
80 82,5 85 87,5 90 Persentase kinerja RKA-K/L Program Pembinaan Pelayanan Kesehatan yang efektif dan efisien adalah hasil penilaian kinerja RKA-KL dengan menggunakan tools aplikasi SMART DJA Kementerian Keuangan
Menggunakan hasil penilaian kinerja dari SMART DJA Kementerian Keuangan untuk masing-masing satker
SMART DJA Kementerian Keuangan
50Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

LAMPIRAN 3
MATRIKS PEMBAGIAN WEWENANG
NO Program/Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
TargetPembagian Kewenangan Pelaksanaan (Diisi dengan kegiatan spesifik untuk
mencapai terget sesuai kewenangan) Unit Organisasi Pelaksana2020 2021 2022 2023 2024 Pusat Provinsi Kabupaten/Kota
IProgram Pelayanan Kesehatan & JKN pada Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat
Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan
Persentase fasilitas kesehatan tingkat pertama terakreditasi
65 70 80 90 100 A. Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan:
1. Penyusunan Kebijakan Penjaminan Mutu Internal, Penjaminan Mutu Eksternal, Manajemen Risiko, Keselamatan Pasien-Masyarakat dan Pengukuran Indikator Mutu di Fasilitas Pelayanan kesehatan Primer
2. Pengalokasian anggaran dukungan penyelenggaran Penjaminan Mutu Internal, Penjaminan Mutu Eksternal, Manajemen Risiko, Keselamatan Pasien-Masyarakat dan Pengukuran Indikator Mutu di Fasilitas Pelayanan
1. Penyusunan Kebijakan Penjaminan Mutu Internal, Penjaminan Mutu Eksternal, Manajemen Risiko, Keselamatan Pasien-Masyarakat dan Pengukuran Indikator Mutu di Fasilitas Pelayanan kesehatan Primer di tingkat provinsi
2. Pembinaan Penjaminan Mutu Fasilitas, Pelayanan dan Program Kesehatan, Manajemen Risiko serta Keselamatan Pasien-Masyarakat di Fasilitas Pelayanan kesehatan Primer di tingkat provinsi
3. Fasilitasi Penyelenggaraan Kebijakan Penjaminan Mutu Internal, Penjaminan Mutu Eksternal, Manajemen Risiko, Keselamatan
1. Penyiapan Kebijakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di FKTP sesuai standar dan akreditasi FKTP di tingkat kab/kota
2. Pengalokasian anggaran pendukungan penyelenggaraan akreditasi FKTP dan penyelenggaran pelayanan kesehatan di FKTP sesuai standar melalui APBD
3. Melaksanakan Penjaminan Mutu Internal
4. Melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan akreditasi FKTP dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di FKTP sesuai standar di tingkat kab/kota
Melakukan bimbingan teknis akreditasi FKTP dan pelayanan kesehatan di FKTP sesuai standar di
51Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NO Program/Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
TargetPembagian Kewenangan Pelaksanaan (Diisi dengan kegiatan spesifik untuk
mencapai terget sesuai kewenangan) Unit Organisasi Pelaksana2020 2021 2022 2023 2024 Pusat Provinsi Kabupaten/Kota
Kesehatan Primer melalui mekanisme APBN, dana dekosentrasi, Dana Alokasi Khusus Non Fisik, dan atau sumber lain yang sah
3. Pembinaan Penjaminan Mutu Fasilitas, Pelayanan dan Program Kesehatan, Manajemen Risiko serta Keselamatan Pasien-Masyarakat di Fasilitas Pelayanan kesehatan Primer
4. Fasilitasi Pelaksanaan Penjaminan Mutu Internal, Penjaminan Mutu Eksternal, Manajemen Risiko, Keselamatan Pasien-Masyarakat dan Pengukuran Indikator Mutu
5. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Penjaminan Mutu Internal, Penjaminan Mutu Eksternal, Manajemen Risiko, Keselamatan Pasien-Masyarakat dan Pengukuran Indikator Mutu
Pasien-Masyarakat dan Pengukuran Indikator Mutu di tingkat provinsi
4. Monitoring dan Evaluasi Penjaminan Mutu Internal, Penjaminan Mutu Eksternal, Manajemen Risiko, Keselamatan Pasien-Masyarakat dan Pengukuran Indikator Mutu di tingkat provinsi
tingkat kab/kota
52Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NO Program/Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
TargetPembagian Kewenangan Pelaksanaan (Diisi dengan kegiatan spesifik untuk
mencapai terget sesuai kewenangan) Unit Organisasi Pelaksana2020 2021 2022 2023 2024 Pusat Provinsi Kabupaten/Kota
B. Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer:
1. Penyusunan Kebijakan Pelayanan Fasilitas Kesehatan Primer sesuai standar
2. Pembinaan pelayanan Fasilitas Kesehatan Primer sesuai standar
3. Monitoring dan evaluasi pelayanan fasilitas kesehatan primer sesuai standar
C. Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan
1. Penyusunan kebijakan standar sarana, prasarana, dan peralatan Fasilitas Kesehatan Primer
2. Pembinaan pemenuhan sarana, prasarana, dan peralatan Fasilitas Kesehatan Primer sesuai standar
3. Monitoring dan evaluasi pemenuhan sarana, prasarana, dan peralatan Fasilitas Kesehatan Primer sesuai standar
Persentase rumah sakit terakreditasi
80 85 90 95 100 Penyusunan regulasi mutu dan akreditasi RS dan klinik utama
Sosialisasi dan
Pemantauan dan evaluasi mutu dan akreditasi RS kelas B
Pemantauan adan evaluasi mutu dan akreditasi RS kelas C, D dan klinik utama
53Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NO Program/Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
TargetPembagian Kewenangan Pelaksanaan (Diisi dengan kegiatan spesifik untuk
mencapai terget sesuai kewenangan) Unit Organisasi Pelaksana2020 2021 2022 2023 2024 Pusat Provinsi Kabupaten/Kota
advokasi regulasi akreditasi RS dan klinik utama
Pelatihan Dinkes dalam pemantauan dan evaluasi mutu dan akreditasi RS dan klinik utama
Pemberian rekomendasi akreditasi kepada RS dan klinik utama
Koordinasi hasil rekomendasi akreditasi dengan lembaga penyelenggara akreditasi
a).Kegiatan Pembinaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Meningkatnya kualitas fasilitas pelayanan kesehatan
Direktorat Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
Persentase FKTP yang memenuhi sarana, prasarana dan alat (SPA) sesuai standar
75 83 90 95 100 Penyusunan NSPK Untuk Mendukung Pemenuhan SPA Fasyankes FKTP
Peningkatan kapasitas tenaga pengelola SPA di FKTP
Evaluasi pemenuhan SPA di FKTP
Monev pemenuhan SPA di Fasyankes Prioritas
Pelatihan Pemeliharaan SPA Puskesmas (DEKONSENTRASI)
Persentase RS milik Pemerintah Daerah yang memenuhi sarana prasarana dan alat (SPA) sesuai standar
80 85 90 95 100 Kegiatan Penilaian Implementasi Green Hospital
Pertemuan Koordinasi Teknis Bidang SPA RS Rujukan Provinsi dan
Pertemuan teknis pengelolaan SPA dalam rangka pemenuhan standar dan Akreditasi RS (Dekonsentrasi)
Pertemuan teknis
54Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NO Program/Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
TargetPembagian Kewenangan Pelaksanaan (Diisi dengan kegiatan spesifik untuk
mencapai terget sesuai kewenangan) Unit Organisasi Pelaksana2020 2021 2022 2023 2024 Pusat Provinsi Kabupaten/Kota
Regional (sosialisasi prototype)
Pertemuan teknis MFK sarana prasarana di Rumah Sakit Rujukan Regional dan Propinsi
Bimbingan Teknis sarana prasarana dan alat RS Rujukan Regional dan Propinsi- Penyusunan NSPK
Rapat Konsultasi Teknis RS Daerah
penyusunan kebutuhan SPA berbasis ASPAK (Dekonsentrasi)
Jumlah rumah sakit UPT Vertikal di Kawasan Timur Indonesia yang dikembangkan
2 2 2 2 2 Penyediaan Sarana Prasarana Fasilitas Rujukan di Kawasan Indonesia Timur
Penyediaan Peralatan Fasilitas Rujukan di kawasan Indonesia Timur
Jumlah rencana induk nasional pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan
1 1 - - - Pertemuan teknis MFK standar internasional dalam rangka mendukung akreditasi
Bimbingan Teknis Pemenuhan Sarana Prasarana dan Alat RS Rujukan Nasional dan RS UPT Vertikal
Penyusunan NSPK dalam rangka Pemenuhan SPA RS Rujukan Nas. dan Vertikal
Langganan Jurnal Bidang Fasilitas/SPA Kesehatan dan Pembelian Buku Referensi
55Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NO Program/Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
TargetPembagian Kewenangan Pelaksanaan (Diisi dengan kegiatan spesifik untuk
mencapai terget sesuai kewenangan) Unit Organisasi Pelaksana2020 2021 2022 2023 2024 Pusat Provinsi Kabupaten/Kota
Jumlah RSUD di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan, Kepulauan (DTTPK) yang dibina
7 14 21 28 35 Monev penguatan pemenuhan SPA Puskesmas DTPK
Pertemuan teknis penguatan pemenuhan SPA Puskesmas DTPK
Jumlah puskesmas Daerah Tertinggal, Perbatasan, Kepulauan (DTPK) yang ditingkatkan SPA sesuai standar
300 300 300 300 300 Monev penguatan pemenuhan SPA Puskesmas DTPK
Pertemuan teknis penguatan pemenuhan SPA Puskesmas DTPK
Jumlah Unit Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan Regional/Regional Maintanance Center yang dikembangkan Dinas Kesehatan Propinsi/Kab/Kota
17 22 27 32 37 Penyusunan NSPK Implementasi
Kebijakan Bidang Fasyankes Lainnya
Workshop ASPAK Fasyankes Lainnya
Bimtek/Monev di Fasyankes lainnya
Koordinasi Teknis Regional Maintenance Center (RMC) sebagai Sistem Rujukan Pemeliharaan SPA di Fasyankes (Dekonsentrasi)
Persentase RS Rujukan dan RS Vertikal yang ditingkatkan sarana prasarananya
100 100 100 100 100 Pertemuan teknis MFK standar internasional dalam rangka mendukung akreditasi
Bimbingan Teknis Pemenuhan Sarana Prasarana dan Alat RS Rujukan Nasional dan RS UPT Vertikal
Penyusunan NSPK dalam rangka Pemenuhan SPA RS Rujukan Nas. dan Vertikal
Langganan Jurnal Bidang Fasilitas/SPA Kesehatan dan Pembelian Buku Referensi
56Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NO Program/Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
TargetPembagian Kewenangan Pelaksanaan (Diisi dengan kegiatan spesifik untuk
mencapai terget sesuai kewenangan) Unit Organisasi Pelaksana2020 2021 2022 2023 2024 Pusat Provinsi Kabupaten/Kota
Jumlah Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan / Institusi Penguji Fasilitas Kesehatan yang Mampu Memberikan Pelayanan Sesuai Standar
22 26 30 34 38 Peningkatan Akses Pelayanan Pengujian dan Kalibrasi
Bimtek/Monev Pelayanan Pengujian dan Kalibrasi
Penyusunan NSPK Pelayanan Pengujian dan Kalibrasi
Persentase Fasyankes lainnya yang memenuhi Sarana Prasarana dan Alat (SPA) sesuai standar
- 45 60 80 100 Penyusunan NSPK Workshop Fasyankes
Lainnya Bimtek/Monev SPA di
Fasyankes Lainnya
Jumlah RS UPT Vertikal yang mendapatkan peningkatan sarana prasarana
6 6 6 6 6 Rapat Koordinasi Perencanaan PHLN, Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan PHLN
- -
b). Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Primer
Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar
Direktorat Pelayanan Kesehatan
PrimerJumlah Pelayanan Kesehatan Bergerak (PKB) yang dilakukan di daerah terpencil dan sangat terpencil sesuai standar
18 51 84 117 150 Pertemuan Koordinasi Program Prioritas Pelayanan Kesehatan Bergerak (PKB)
Pemantauan dan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Bergerak
Pelayanan Kesehatan Bergerak dalam peningkatan akses pelayanan kesehatan di DTPK (DEKONSENTRASI)
Jumlah kabupaten/kota yang telah melaksanakan PIS-PK dengan 100% intervensi keluarga
105 200 300 400 514 Penyusunan NSPK terkait Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK)
Workshop Program
Pembinaan Teknis Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (DEKONSENTRASI)
57Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NO Program/Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
TargetPembagian Kewenangan Pelaksanaan (Diisi dengan kegiatan spesifik untuk
mencapai terget sesuai kewenangan) Unit Organisasi Pelaksana2020 2021 2022 2023 2024 Pusat Provinsi Kabupaten/Kota
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Pemantauan dan Pembinaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Persentase FKTP dengan rasio rujukan non spesialistik kurang dari sama dengan 2%
40 50 60 80 100 Sosialisasi Rujukan Non Spesialistik di FKTP
Pemantauan dan Pembinaan Kompetensi FKTP
Workshop Tata Laksana Kasus Rujukan Non Spesialistik di FKTP (DEKONSENTRASI)
Persentase Puskesmas dengan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang optimal
50 60 70 80 100 Pertemuan Koordinasi Program Kesehatan Gigi dan Mulut
Workshop Program Kesehatan Gigi dan Mulut bagi Puskesmas
Pemantauan dan Pembinaan Program Kesehatan Gigi dan Mulut
Persentase kabupaten/kota yang memiliki Puskesmas sebagai Percontohan dan telah menerapkan Sistem Rujukan Terpadu (SISRUTE)
15 30 75 90 100 Penyusunan NSPK Pelayanan Primer di Puskesmas
Pertemuan LP/LS Pelayanan Kesehatan Primer dalam Penguatan Puskesmas Percontohan
Pemantauan dan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Primer
Persentase Kab/Kota yang melakukan pembinaan praktik mandiri dokter atau dokter gigi sesuai standar
50 60 70 80 100 Penyusunan Pedoman tentang Praktik Perorangan
Koordinasi LP/LS dalam pembinaan Praktik Perorangan
58Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NO Program/Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
TargetPembagian Kewenangan Pelaksanaan (Diisi dengan kegiatan spesifik untuk
mencapai terget sesuai kewenangan) Unit Organisasi Pelaksana2020 2021 2022 2023 2024 Pusat Provinsi Kabupaten/Kota
Koordinasi LP/LS dalam pembinaan Praktik Perorangan
Workshop Praktik Perorangan Tenaga Kesehatan
Jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran keluarga layanan primer
50 138 225 313 400 Lokakarya pelayanan kedokteran keluarga layanan primer
Pertemuan Koordinasi Tim Pokja DLP dan Lintas Sektor
Persentase Kab/Kota yang melaksanakan pembinaan dan bimtek terhadap klinik di wilayah kerjanya agar sesuai dengan standar
20 50 75 90 100 Penyusunan NSPK Klinik
Workshop pelayanan kesehatan di Klinik
Pemantauan dan pembinaan klinik
Pertemuan LP/LS Klinik
Jumlah UTD yang mendapatkan pembinaan sesuai standar pelayanan Transfusi Darah
42 126 210 252 294 Penyusunan Regulasi Pelayanan Darah
Pemantauan dan Pembinaan terkait Pelayanan Darah
Pelaksanaan koordinasi Komite Pelayanan Darah
Workshop Pelayanan Darah
c).Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Rujukan
Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan rujukan
Direktorat Pelayanan Kesehatan
Rujukan
Persentase rumah sakit yang menerapkan Rekam Medis Elektronik (RME) terintegrasi
20 40 60 80 100 Peningkatan Implementasi Rekam Medik Elektronik
Pembinaan teknis rekam medik elektronik (RME) (Dekonsentrasi)
59Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NO Program/Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
TargetPembagian Kewenangan Pelaksanaan (Diisi dengan kegiatan spesifik untuk
mencapai terget sesuai kewenangan) Unit Organisasi Pelaksana2020 2021 2022 2023 2024 Pusat Provinsi Kabupaten/Kota
Jumlah fasyankes yang diampu dalam melaksanakan telemedicine
67 134 201 268 335 Pengembangan dan Implementasi Telemedicine Non Papua
Pengembangan Jejaring Pelayanan Telemedicine Papua dan Papua Barat
Pembinaan Teknis Penyelenggaraan Telemedicine (DEKONSENTRASI)
Jumlah provinsi yang menerapkan Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE)
34 34 34 34 34 Pertemuan koordinasi, diseminasi dan advokasi pembinaan provinsi yang menerapkan SISRUTE
Pembinaan, bimtek dan monev provinsi yang menerapkan SISRUTE
Penyusunan NSPK provinsi yang menerapkan SISRUTE
Workshop Provinsi yang menerapkan SISRUTE
Pembinaan Teknis Pengembangan Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE) (DEKONSENTRASI)
Jumlah RS yang Melaksanakan Respon Time Pelayanan Operasi Sectio Sesarea Darurat dalam waktu ≤ 30 menit
66 132 198 264 331 Pertemuan Koordinasi, Diseminasi, Advokasi Emergency Respon Time di IGD RS sesuai standar
Pembinaan, Bimtek dan Monev Emergency Respon Time di IGD RS sesuai standar
Workshop Emergency Respon Time di IGD RS sesuai standar
60Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NO Program/Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
TargetPembagian Kewenangan Pelaksanaan (Diisi dengan kegiatan spesifik untuk
mencapai terget sesuai kewenangan) Unit Organisasi Pelaksana2020 2021 2022 2023 2024 Pusat Provinsi Kabupaten/Kota
Persentase RS Kelas A dan B yang telah melakukan surveilans AMR sesuai standar
20 40 60 80 100 Pertemuan Koordinasi, Diseminasi, Advokasi RS Rujukan dan Vertikal yang telah melakukan surveilan AMR sesuai standar
Pembinaan, Bimtek dan Monev RS Rujukan dan Vertikal yang telah melakukan surveilan AMR sesuai standar
Workshop RS Rujukan dan Vertikal yang telah melakukan surveilan AMR sesuai standar
Dukungan Operasional Komite RS Rujukan dan Vertikal yang telah melakukan surveilan AMR sesuai standar
PeRSentase RS Rujukan dan RS Vertikal dengan pelayanan sesuai standar
70 75 80 85 90 Pertemuan koordinasi, diseminasi, dan advokasi pembinaan RS rujukan dan RS vertikal dengan pelayanan sesuai standar
Pembinaan, Bimtek dan Monev RS Rujukan dan RS Vertikal dengan pelayanan sesuai standar
Workshop Pembinaan RS Rujukan dan RS Vertikal dengan pelayanan sesuai standar
Penyusunan NSPK RS Rujukan dan RS Vertikal dengan Pelayanan Sesuai Standar
61Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NO Program/Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
TargetPembagian Kewenangan Pelaksanaan (Diisi dengan kegiatan spesifik untuk
mencapai terget sesuai kewenangan) Unit Organisasi Pelaksana2020 2021 2022 2023 2024 Pusat Provinsi Kabupaten/Kota
Persentase RS milik Pemerintah dengan pelayanan sesuai standar
70 75 80 85 90 Pertemuan Koordinasi, Diseminasi, Advokasi RS Pemerintah dengan pelayanan sesuai standar
Pembinaan, bimtek dan monev rs pemerintah dengan pelayanan sesuai standar
Penyusunan NSPK RS pemerintah dengan pelayanan sesuai standar
Workshop RS Pemerintah dengan pelayanan sesuai standar
Pembinaan Badan Pengawas Rumah Sakit (BPRS)
Layanan kesehatan kasus emergency, reemergency, KIPI, TKIB dan Korban terdampak bencana dan aksi teror
Pembinaan Teknis PRA di RS (Dekonsentrasi)
Jumlah Kabupaten/Kota yang mengimplementasikan Public Safety Center (PSC) 119
250 305 357 409 461 Pertemuan Koordinasi integrasi pelayanan kegawatdaruratan dengan NCC/PSC 119
Jasa Operasional Pusat komando nasional SPGDT call center 119
Monitoring Pelaksanaan SPGDT melalui PSC 119 Kab/Kota
Menyelenggarakan SPGDT pada major event
Pembinaan Teknis Pengembangan SPGDT Pra-Hospital di RS (Dekonsentrasi)
62Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NO Program/Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
TargetPembagian Kewenangan Pelaksanaan (Diisi dengan kegiatan spesifik untuk
mencapai terget sesuai kewenangan) Unit Organisasi Pelaksana2020 2021 2022 2023 2024 Pusat Provinsi Kabupaten/Kota
Jumlah RS yang menyelenggarakan pendidikan dan ditetapkan sebagai RS Pendidikan
20 40 60 80 100 Pertemuan Koordinasi, Diseminasi, Advokasi RS yang menyelenggarakan pendidikan
Pembinaan, bimtek dan monev RS yang menyelenggarakan pendidikan dan ditetapkan sebagai rs pendidikan
Workshop RS yang menyelenggarakan pendidikan dan ditetapkan sebagai rs pendidikan
Dukungan Operasional Komite pada Pembinaan RS yang menyelenggarakan pendidikan dan ditetapkan sebagai rs pendidikan
Pembinaan Teknis Standar RS Pendidikan (Dekonsentrasi)
Jumlah rs kelas A dan B Pendidikan yang memiliki pedoman antibiotic RS dan menerapkan sesuai standar
16 32 50 65 82 Pertemuan koordinasi, diseminasi, advokasi rs rujukan dan vertikal yang telah memiliki pedoman antibiotik rs sesuai standar
Pembinaan, Bimtek dan Monev RS Rujukan dan vertikal yang telah memiliki pedoman antibiotik RS sesuai standar
Penyusunan NSPK RS Rujukan dan Vetikal yang telah memiliki pedoman antibiotik RS sesuai standar
Workshop RS Rujukan dan Vetikal yang telah memiliki pedoman
63Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NO Program/Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
TargetPembagian Kewenangan Pelaksanaan (Diisi dengan kegiatan spesifik untuk
mencapai terget sesuai kewenangan) Unit Organisasi Pelaksana2020 2021 2022 2023 2024 Pusat Provinsi Kabupaten/Kota
antibiotik RS sesuai standar
Persentase Rumah Sakit yang terintegrasi pelayanan kegawatdarutannya dengan NCC/PSC 119
20 40 60 80 100 Workshop terkait integrasi pelayanan kegawatdaruratan dengan NCC/PSC 119 di RS
Pertemuan teknis registrasi ambulance
Persentase RS yang melakukan pencataan dan pelaporan kematian ibu
40 50 60 80 100 Sosialisasi, Rapat Koordinasi, Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi
d). Kegiatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
Meningkatnya Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang memenuhi persyaratan survei akreditasi
Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan
Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memenuhi persyaratan survei akreditasi
4478 4009 4720 6110 5706 Penyusunan Kebijakan Penjaminan Mutu Internal, Penjaminan Mutu Eksternal, Manajemen Risiko, Keselamatan Pasien-Masyarakat dan Pengukuran Indikator Mutu di Fasilitas Pelayanan kesehatan Primer
Pengalokasian anggaran dukungan penyelenggaran Penjaminan Mutu Internal, Penjaminan Mutu Eksternal, Manajemen Risiko, Keselamatan Pasien-Masyarakat dan Pengukuran Indikator
Melakukan pengawasan teknis terhadap pelaksanaan kebijakan Penjaminan Mutu Internal, Penjaminan Mutu Eksternal, Manajemen Risiko, Keselamatan Pasien-Masyarakat dan Pengukuran Indikator Mutu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
Pembinaan Penjaminan Mutu Fasilitas, Pelayanan dan Program Kesehatan, Manajemen Risiko serta Keselamatan Pasien-Masyarakat di Fasilitas Pelayanan kesehatan
Pembinaan Penjaminan Mutu Fasilitas, Pelayanan dan Program Kesehatan, Manajemen Risiko serta Keselamatan Pasien-Masyarakat di Fasilitas Pelayanan kesehatan Primer di tingkat kab/kota
Melaksanakan Penjaminan Mutu Internal, Penjaminan Mutu Eksternal, Manajemen Risiko, Keselamatan Pasien-Masyarakat dan Pengukuran Indikator Mutu di tingkat kab/kota
Monitoring dan
64Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NO Program/Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
TargetPembagian Kewenangan Pelaksanaan (Diisi dengan kegiatan spesifik untuk
mencapai terget sesuai kewenangan) Unit Organisasi Pelaksana2020 2021 2022 2023 2024 Pusat Provinsi Kabupaten/Kota
Mutu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer melalui mekanisme APBN, dana dekosentrasi, Dana Alokasi Khusus Non Fisik, dan atau sumber lain yang sah
Pembinaan Penjaminan Mutu Fasilitas, Pelayanan dan Program Kesehatan, Manajemen Risiko serta Keselamatan Pasien-Masyarakat di Fasilitas Pelayanan kesehatan Primer
Fasilitasi Pelaksanaan Penjaminan Mutu Internal, Penjaminan Mutu Eksternal, Manajemen Risiko, Keselamatan Pasien-Masyarakat dan Pengukuran Indikator Mutu
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Penjaminan Mutu Internal, Penjaminan Mutu Eksternal, Manajemen Risiko, Keselamatan Pasien-Masyarakat dan Pengukuran Indikator Mutu
Primer di tingkat provinsi
Fasilitasi Penyelenggaraan Penjaminan Mutu Internal, Penjaminan Mutu Eksternal, Manajemen Risiko, Keselamatan Pasien-Masyarakat dan Pengukuran Indikator Mutu di tingkat provinsi
Monitoring dan Evaluasi Penjaminan Mutu Internal, Penjaminan Mutu Eksternal, Manajemen Risiko, Keselamatan Pasien-Masyarakat dan Pengukuran Indikator Mutu di tingkat provinsi
Pengalokasian anggaran dukungan pelaksanaan Penjaminan Mutu Internal, Penjaminan Mutu Eksternal, Manajemen Risiko, Keselamatan Pasien-Masyarakat dan Pengukuran Indikator Mutu di Fasilitas Pelayanan kesehatan Primer di tingkat provinsi
Evaluasi Penjaminan Mutu Internal, Penjaminan Mutu Eksternal, Manajemen Risiko, Keselamatan Pasien-Masyarakat dan Pengukuran Indikator Mutu di tingkat kab/kota
Pengalokasian anggaran dukungan pelaksanaan Penjaminan Mutu Internal, Penjaminan Mutu Eksternal, Manajemen Risiko, Keselamatan Pasien-Masyarakat dan Pengukuran Indikator Mutu di Fasilitas Pelayanan kesehatan Primer di tingkat kab/kota
Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan rujukan yang memenuhi persyaratan survei akreditasi
1028 851 1195 1169 991 Penyusunan regulasi mutu dan akreditasi RS dan klinik utama
Sosialisasi dan advokasi regulasi akreditasi RS dan
Pemantauan dan evaluasi mutu dan akreditasi RS kelas B
Pemantauan adan evaluasi mutu dan akreditasi RS kelas C, D dan klinik utama
65Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NO Program/Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
TargetPembagian Kewenangan Pelaksanaan (Diisi dengan kegiatan spesifik untuk
mencapai terget sesuai kewenangan) Unit Organisasi Pelaksana2020 2021 2022 2023 2024 Pusat Provinsi Kabupaten/Kota
klinik utama Pelatihan Dinkes dalam
pemantauan dan evaluasi mutu dan akreditasi RS dan klinik utama
Pemberian rekomendasi akreditasi kepada RS dan klinik utama
Koordinasi hasil rekomendasi akreditasi dengan lembaga penyelenggara akreditasi
Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang memenuhi persyaratan survei akreditasi
151 228 307 399 500
Persentase Fasyankes melakukan pengukuran mutu pelayanan kesehatan
20 40 50 60 70 Menerima rekap laporan hasil pengukuran mutu dan mengolahnya menjadi data nasional, menentukan intervensi dan dasar penyusunan regulasi.
Provinsi melakukan pembinaan terhadap fasyankes agar dapat melakukan pengukuran indikator mutu di wilayah binaannya. Kemudian melakukan monitoring dan evaluasi terhadap hasil pengukuran indikator mutu serta menentukan rencana tindak lanjut langkah pembinaan. Rekap pelaporan indikator mutu ditembuskan ke Pusat.
Kabupaten/Kota melakukan pembinaan terhadap fasyankes agar dapat melakukan pengukuran indikator mutu di wilayah binaannya. Kemudian melakukan monitoring dan evaluasi terhadap hasil pengukuran indikator mutu serta menentukan rencana tindak lanjut langkah pembinaan. Rekap pelaporan indikator mutu ditembuskan ke Provinsi dan Pusat.
e).Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Tradisional
66Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NO Program/Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
TargetPembagian Kewenangan Pelaksanaan (Diisi dengan kegiatan spesifik untuk
mencapai terget sesuai kewenangan) Unit Organisasi Pelaksana2020 2021 2022 2023 2024 Pusat Provinsi Kabupaten/Kota
Meningkatnya akses pelayanan kesehatan tradisional yang berkualitas
Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional
Jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tradisional
175 250 325 400 475 Penyusunan NSPK Peningkatan kapasitas
ke Provinsi Bimtek kepada
Prov/Kab/Kota /Puskesmas
Monev Kepada Prov/Kab/Kota /Puskesmas
Sosialisasi dan advokasi
Peningkatan kapasitas ke Kab/Kota
Bimtek kepada Kab/Kota /Puskesmas
Monev Kepada Kab/Kota /Puskesmas
Rekapitulasi laporan penyelenggaraan yankestrad di puskesmas
Sosialisasi dan advokasi
Peningkatan kapasitas ke Puskesmas
Bimtek kepada Puskesmas
Monev Kepada Puskesmas
Rekapitulasi laporan penyelenggaraan yankestrad Puskesmas
Sosialisasi dan advokasi
Jumlah RS pemerintah yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tradisional terintegrasi
10 15 20 25 30 Penyusunan NSPK Yankestrad Integrasi
Kegiatan fasilitasi penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional integrasi di RS
Bimbingan teknis yankestrad integrasi di RS
Bimbingan teknis yankestrad integrasi di RS
Rekapitulasi laporan penyelenggaraan yankestrad integrasi di RS
Bimbingan teknis yankestrad integrasi di RS
Rekapitulasi laporan penyelenggaraan yankestrad integrasi di RS
Jumlah Griya Sehat di Kabupaten/Kota
4 11 26 42 60 Penyusunan NSPK Yankestrad Komplementer
Pembinaan dan Pendampingan Teknis calon Griya Sehat
Bimbingan Teknis dan Monitoring Evaluasi Griya Sehat
Rekapitulasi laporan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional Komplementer di Griya Sehat
Pembinaan dan Pendampingan Teknis calon Griya Sehat
Bimbingan Teknis dan Monitoring Evaluasi Griya Sehat
Rekapitulasi laporan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional Komplementer di Griya Sehat
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional komplementer di Griya Sehat
Laporan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional di Griya Sehat
67Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

NO Program/Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/
Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
TargetPembagian Kewenangan Pelaksanaan (Diisi dengan kegiatan spesifik untuk
mencapai terget sesuai kewenangan) Unit Organisasi Pelaksana2020 2021 2022 2023 2024 Pusat Provinsi Kabupaten/Kota
II Program Dukungan Manajemen
Meningkatnya Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Sekretariat Ditjen Pelayanan Kesehatan
Nilai reformasi birokrasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
50 51 52 53 53 Sosialisasi, Rapat Koordinasi, Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi
Persentase kinerja RKA-K/L Kementerian Kesehatan yang efektif dan efisien pada program pembinaan pelayanan kesehatan
80 82,5 85 87,5 90 Sosialisasi, Rapat Koordinasi, Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi
68Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

LAMPIRAN 4
MATRIKS KERANGKA REGULASI
No
Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
Unit Penanggungjawab
Unit Tekait/InstitusiTarget
Penyelesaian
RUU, RPP, PERPRES, INPRES
1 Revisi Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
perizinan rumah sakit saat ini dilaksanakan melalui sistem OSS berdasarkan PP 24 Tahun 2018, dan juga organisasi rumah sakit harus disesuaikan dengan UU pemerintah Daerah
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
2024
2 Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Bedah Plastik dan rekonstruksi
delegasi pada UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 69 ayat (3)
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
2020
3 Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar Mutu Pelayanan Kesehatan
delegasi UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 55 ayat (2)
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
2021
4 Revisi PMK No 9 Tahun 2016 tentang Upaya Pengembangan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Melalui Pemanfaatan TOGA dan Keterampilan(Tahun 2020)
Delegasi dari PP No. 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional
Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional
Kemendagri, Kementan 2020
5 Revisi PMK 61 Tahun 2016 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris
Delegasi dari PP No. 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional
Ditjen YankesDityankestrad
Kemendagri, Kemenkumham
2020
6 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Taman Obat sebagai bagian dari Taman Penyembuhan
konsisten dengan PP No. 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan dan Kepmenkes No. HK.02.02/Menkes/455/2016 ttg Pokja Kantor Hijau dan Sehat (Green Office) Kemenkes
Ditjen YankesDityankestrad
KemenPu & PR, Kemen KLH, Kementan
2020
69Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

No
Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
Unit Penanggungjawab
Unit Tekait/InstitusiTarget
Penyelesaian
7 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Menggunakan Obat Tradisional Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Delegasi dari PP No. 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional sekaligus untuk merevisi Kepmenkes No.121/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Medik Herbal
Ditjen YankesDityankestrad
Kementerian Perindustrian dan
Perdagangan
2021
8 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Yankestrad dalam Penanggulangan Masalah Kejiwaan dan NAPZA
Ditjen Yankes-Dityankestrad
Kemenkumham, BNN 2021
9 Revisi PMK 37 tahun 2017 tentang Yankestrad Integrasi
Delegasi dari PP No. 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional
Ditjen YankesDityankestrad
Kemendagri 2020
10 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan Akupressur
Delegasi dari PP No. 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional bahwa pelayanan kesehatan tradisional dilaksanakan sesuai standar pelayanan, SOP dan standar profesi
Ditjen YankesDityankestrad
Kemendagri, Kemenkumham
2021
11 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan Pelayanan Pijat Baduta oleh Nakes di Fasyankes
Delegasi dari PP No. 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional bahwa pelayanan kesehatan tradisional dilaksanakan sesuai standar pelayanan, SOP dan standar profesi
Ditjen YankesDityankestrad
Kemendagri, Kemenkumham
2021
12 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan Akupunktur
Ditjen YankesDityankestrad
Kemendagri, Kemenkumham
2021
13 Revisi Permenkes No. 15 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan dan Modalitas Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer
Ditjen YankesDityankestrad
2023
70Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

No
Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
Unit Penanggungjawab
Unit Tekait/InstitusiTarget
Penyelesaian
14 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Klasifikasi dan Penyelenggaraan Griya Sehat(Tahun 2021)
Ditjen YankesDityankestrad
2021
15 Revisi PMK No.8 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan SPA(Tahun 2021)
Delegasi dari PP No. 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional
Ditjen YankesDityankestrad
2021
16 Revisi PMK No.90 Tahun 2013 tentang Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T)(Tahun 2020)
Delegasi dari PP No. 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional
Ditjen YankesDityankestrad
2020
17 Revisi Permenkes 2052 Tahun 2011 tentang Izin dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
disesuaikan dengan UU Praktik Kedokteran
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
2020
18 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Dokter Layanan Primer
akan disesuaikan dengan Perpres mengenai DLP
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
2021
19 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan di Rutan dan Lapas
klinik yang ada di lapas tidak mampu memenuhi persyaratan minimal tentang klinik
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Menko PMK, KemenkumHAM.
2021
20 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Jasa Kesehatan Pemukiman (Residential Health Services)
untuk melaksanakan Perpres no. 44 tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal (matriks no. 342, KBLI : 86109)
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Kemensos, Kemenko PMK 2022
21 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Flying Health Care (FHC)
tenaga yang memberikan pelayanan kesehatan tidak sesuai dengan SIP
2022
22 Revisi Permenkes Pelayanan Darah Turunan dari PP No.7 Tahun 2011 tentang Pelayanan Darah
2021
23 Kebijakan dan Strategi Peningkatan Mutu Kebijakan dan Strategi Peningkatan Ditjen Yankes Kemenkes (Ditjen Yankes, 2020
71Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

No
Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
Unit Penanggungjawab
Unit Tekait/InstitusiTarget
Penyelesaian
Pelayanan Kesehatan (NQPS) Mutu Pelayanan Kesehatan (NQPS) ini akan menjadi payung hukum bagi implementasi kebijakan dan strategi semua upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan
(DIREKTORAT MUTU & AKREDITASI
YANKES)
Ditjen Kesmas, BPPSDM, Ditjen P2P, Badan
Litbangkes), Kemendagri, Kemenko PMK, Kemenpan
RB, Kemenristek Dikti, kememensos, Bappenas,
Kemenkeu, kemendes PDTT
24 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Indikator Mutu di Fasyankes
Permenkes Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan akan menjadi acuan Pengukuran mutu dalam mengawal upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan
Ditjen Yankes (DIREKTORAT MUTU
& AKREDITASI YANKES)
Kemenkes (Ditjen Yankes, Ditjen Kesmas, BPPSDM,
Ditjen P2P, Badan Litbangkes), Kemendagri, Kemenko PMK, Kemenpan
RB, Kemenristek Dikti, kememensos, Bappenas,
Kemenkeu, kemendes PDTT
2020
25 Revisi PMK 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi
Revisi regulasi ini sejalan dengan revisi pedoman pelaksanaan JKN
DIREKTORAT MUTU & AKREDITASI
YANKES
Kemenkes (Ditjen Yankes, Ditjen Kesmas, BPPSDM,
Ditjen P2P, Badan Litbangkes), Kemendagri, Kemenko PMK, Kemenpan
RB, Kemenristek Dikti, kememensos, Bappenas,
Kemenkeu, kemendes PDTT
2020
26 Revisi PMK 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
Revisi regulasi ini sejalan dengan revisi pedoman pelaksanaan JKN
DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI
YANKES
Kemenkes (Ditjen Yankes, Ditjen Kesmas, BPPSDM,
Ditjen P2P, Badan Litbangkes),
2020
72Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

No
Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
Unit Penanggungjawab
Unit Tekait/InstitusiTarget
Penyelesaian
27 Standar Akreditasi Laboatorium Kesehatan Revisi standar akreditasi labkes mengikuti perkembangan regulasi lain yang ada
DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI
YANKES
Kemenkes (Ditjen Yankes, Ditjen Kesmas, BPPSDM,
Ditjen P2P, Badan Litbangkes),
2021
28 Pengukuran Indikator Mutu Pelayanan Laboratorium
Turunan dari PMK No. 411 tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik dan PMK No. 43 th 2013 ttg Penyelenggaraan Lab Klinik yang Baik, PMK 298 Tahun 2008 tentang Akreditasi Lab Kes
DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI
YANKES
Kemenkes (Ditjen Yankes, Ditjen Kesmas, BPPSDM,
Ditjen P2P, Badan Litbangkes),
2023
29 Pengukuran Indikator Mutu Pelayanan Unit Transfusi Darah
Turunan dari Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pelayanan Darah., Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 83 tahun 2014 tentang Unit Transfusi Darah, Bank Darah Rumah Sakit dan Jejaring Pelayanan Transfusi Darah, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 91 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI
YANKES
Kemenkes (Ditjen Yankes, Ditjen Kesmas, BPPSDM,
Ditjen P2P, Badan Litbangkes),
2023
30 Pengukuran Indikator Mutu Pelayanan Institusi Pengijian dan / Kalibrasi Alat Kesehatan
Turunan dari Undang-Undang Nomor 54 Tahun 2009 tentang Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan Institusi Pengujian Fasilitas Kesehatan
DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI
YANKES
2022
31 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pelayanan Gizi di RS (Revisi PMK 78 Tahun 2013)
revisi PMK no 78 tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi RS
Dit. Yankes Rujukan 2020
73Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

No
Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
Unit Penanggungjawab
Unit Tekait/InstitusiTarget
Penyelesaian
32 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pelayanan Reproduksi dengan Bantuan atau Kehamilan di Luar Cara Alamiah (Revisi PMK No. 43 Tahun 2015)
delegasi dari PP no 61 tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi
Dit. Yankes Rujukan 2022
33 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Sistem Rujukan Perorangan (Revisi PMK No. 001 Tahun 2012)
merupakan delegasi UU Rumah Sakit pasal 42 ayat (3)
Dit. Yankes Rujukan 2020
34 revisi KMK No 772 Tahun 2002 tentang Peraturan Internal Rumah Sakit
UU No 44 tahun 2009 tentang RS pasal 29 ayat (3) huruf r tentang kewajiban RS menyusun Peraturan Internal RS
Dit. Yankes Rujukan 2022
35 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan Penyelenggaraan Pelayanan Kardiocerebrovaskular di Fasyankes
mengatur bagaimana pelayanan kardiovascular dan otak di Faskes
Dit. Yankes Rujukan 2020
36 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Tata Kelola Klinis dan manajemen di Rumah Sakit
merupakan perintah dari UU No 44 tahun 2009 tentang RS pasal 36
Dit. Yankes Rujukan 2021
37 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan Peraturan Pelaksana PP 93 Tahun 2015 tentang Rumah Sakit Pendidikan
pengaturan yang lebih mendetail dari aturan di atasnya
Dit. Yankes Rujukan 2020
38 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik
Dit. Yankes Rujukan 2022
39 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan Pedoman Laboratorium Kalibrasi di RS
Dit. Fasyankes 2023
40 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan Bangunan Aman Terhadap Bencana dan Situasi Darurat lainnya
Dit. Fasyankes 2020
74Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

No
Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
Unit Penanggungjawab
Unit Tekait/InstitusiTarget
Penyelesaian
41 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan Pedoman Penyelenggaraan Penilaian Teknologi Kesehatan (HTA) di RS
Dit. Yankes Rujukan 2022
42 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan Penyelenggaraan Radiologi Diagnostik, Radioterapi, dan Kedokteran Nuklir (Revisi PMK No. 780 Tahun 2008 dan KMK No. 1014 Tahun 2008)
Dit. Yankes Rujukan 2020
43 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan Pelayanan Laundri Fasyankes
Dit Yankes Rujukan 2023
44 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan E-Resep pemanfaatan teknologi untuk peresepan
Dit Yankes Rujukan Dit.Farmalkes 2021
45 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan Pelayanan Terapi Oksigen Hiperbarik
mengatur standar pelayanan hiperbarik
Dit Yankes Rujukan 2020
46 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan Pelayanan Konsultasi Elektronik
merupakan regulasi baru mengatur pemanfaatan teknologi
Dit Yankes Rujukan 2022
47 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan RS Bergerak Revisi PMK 058 Th. 2009
hanya mengatur rumah sakit bergerak berbentuk kontainer. Ada RS bergerak bentuk kapal, kereta dll
Dit Yankes Rujukan 2020
48 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan Pelayanan Kesehatan Kanker
standar pelayanan kanker di Fasyankes
Dit Yankes Rujukan 2020
49 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan Penyelenggaraan Transplantasi Organ (Revisi PMK No. 38 Tahun 2017)
merupakan turunan dari PP Transplantasi Organ
Dit Yankes Rujukan 2021
50 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan Standar pelayanan Keperawatan
menjalankan amanat UU No.36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
Dit Yankes Rujukan 2020
75Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

No
Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
Unit Penanggungjawab
Unit Tekait/InstitusiTarget
Penyelesaian
51 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan Penyelenggaraan Pelayanan di RS
mengatur seluruh standar penyelenggaraan RS dari rawat jalan, rawat inap dll
Dit Yankes Rujukan 2021
52 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan Pedoman HCU/ICU
mengatur seluruh standar penyelenggaraan HCU dan ICU
Dit Yankes Rujukan 2021
53 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan Pedoman Rawat Inap
mengatur standar rawat inap Dit Yankes Rujukan 2021
54 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan Pedoman Penyelenggaraan PSC dan Pemanfaatan Sisrute oleh PSC (Revisi PMK No. 19 Tahun 2018)
perlu beberapa revisi untuk mengatur interoperabilitas dengan sisrute
Dit Yankes Rujukan 2020
55 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit (Revisi PMK No. 24 Tahun 2016)
Regulasi tentang standar bangunan RS merupakan turunan dari undang - undang no 44 tentang RS
Ditjen Yankes/ Dit. Fasyankes
Kemen PUPR, Bappeten, Batan, KLH
2021
56 Revisi Permenkes No 4 Tahun 2016, gas medis dan vakum medik
Regulasi merupakan turunan dari undang - undang no 44 tentang RS
Ditjen Yankes/ Dit. Fasyankes
ESDM, KemenPerin 2021
57 Revisi Permenkes No 2306 Tahun 2011, Persyaratan Teknis Prasarana Instalasi Elektrikal RS
Regulasi merupakan turunan dari undang - undang no 44 tentang RS
Ditjen Yankes/ Dit. Fasyankes
ESDM, KemenPerin 2022
58 Rencana Induk Pengembangan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Regulasi merupakan amanah dari undang - undang Kesehatan nomor 36 Tahun 2009
Ditjen Yankes/ Dit. Fasyankes
Bappenas, Kemenkeu 2022
59 Revisi PMK No. 54 Tahun 2015 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatan
Regulasi merupakan amanah dari undang - undang Kesehatan nomor 36 Tahun 2009
Ditjen Yankes/ Dit. Fasyankes
Batan, Bappeten 2020
60 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang tentang Persyaratan Studi Kelayakan dan Masterplan Rumah Sakit
Regulasi merupakan amanah dari undang - undang Kesehatan nomor 44 tentang Rumah Sakit dan Permenkes
Ditjen Yankes/ Dit. Fasyankes
2020
76Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

No
Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
Unit Penanggungjawab
Unit Tekait/InstitusiTarget
Penyelesaian
2461 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Pengelolaan Peralatan Medis di RSRegulasi merupakan amanah dari undang - undang Kesehatan nomor 44 tentang Rumah Sakit dan Permenkes 24
Ditjen Yankes/ Dit. Fasyankes
Batan, Bappeten 2021
62 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan IPS RS
Regulasi merupakan amanah dari undang - undang Kesehatan nomor 44 tentang Rumah Sakit dan Permenkes 24
Ditjen Yankes/ Dit. Fasyankes
2021
63 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang tentang Persyaratan Teknis Ambulans
Regulasi merupakan amanah dari undang - undang Kesehatan nomor 44 tentang Rumah Sakit, Permenkes 75 dan Permenkes 24
Ditjen Yankes/ Dit. Fasyankes
2021
64 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang tentang Persyaratan Teknis Bangunan, Prasarana dan Alat Kestrad
Regulasi merupakan amanah dari undang - undang Kesehatan
Ditjen Yankes/ Dit. Fasyankes
2022
65 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang tentang Persyaratan teknis Bangunan, Prasarana dan Alat Klinik
Regulasi merupakan amanah dari Permenkes no 9 Tahun 2014
Ditjen Yankes/ Dit. Fasyankes
2021
66 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang tentang Persyaratan teknis Bangunan, Prasarana dan Alat Optical
Regulasi merupakan amanah dari undang - undang Kesehatan
Ditjen Yankes/ Dit. Fasyankes
2023
67 Rpermenkes tentang Persyaratan Teknis Bangunan, Prasarana dan Alat Puskesmas
Regulasi merupakan tindak lanjut Permenkes Puskesmas
Ditjen Yankes/ Dit. Fasyankes
2022
68 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang tentang Persyaratan Teknis Bangunan, Prasarana dan Alat Rumah Sakit Lapangan
Regulasi merupakan amanah dari undang - undang Kesehatan nomor 44 tentang Rumah Sakit dan Permenkes 24
Ditjen Yankes/ Dit. Fasyankes
2024
77Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

No
Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
Unit Penanggungjawab
Unit Tekait/InstitusiTarget
Penyelesaian
69 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang tentang Persyaratan Teknis Bangunan, Prasarana dan Alat Pos Kesehatan
Regulasi merupakan amanah dari undang - undang Kesehatan
Ditjen Yankes/ Dit. Fasyankes
2023
70 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang tentang Sistem tata Udara di RS
Regulasi merupakan amanah dari undang - undang Kesehatan nomor 44 tentang Rumah Sakit dan Permenkes 24
Ditjen Yankes/ Dit. Fasyankes
2022
71 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang tentang Persyaratan Teknis BSL 2,3 di Rumah Sakit
Regulasi merupakan amanah dari undang - undang Kesehatan nomor 44 tentang Rumah Sakit dan Permenkes 24
Ditjen Yankes/ Dit. Fasyankes
2023
72 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang 411 Tahun 2010 ttg Laboratorium klinik 2010 (Merujuk PMK 364 th 2003)
Seiring dinamisnya tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan hidup sehat semakin mendesak pemerintah untuk dapat terus memperbaharui berbagai upaya preventif diantaranya dengan melakukan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium melalui pemeriksaan yang semakin kompleks dibutuhkan, untuk itu dengan mengacu pada PMK terdahulu no 364 th 2003 dan PMK 411 th 2010 menjadikan dasar untuk pengembangan diusulkannya regulasi ini karena dianggap memiliki nilai keterkaitan yang erat.
Ditjen YANKES Organisasi Profesi Kedokteran
2020
73 Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang tentang Pelaksanaan Tata Kelola Manajemen RS
Pendekatan sistematis dan terintegrasi untuk menjamin dan
DITJEN YANKES 2021
78Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

No
Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
Unit Penanggungjawab
Unit Tekait/InstitusiTarget
Penyelesaian
menilai tanggung jawab dan tanggung gugat klinis melalui peningkatan mutu serta penerapan fungsi manajemen klinis yang mampu memberikan pelayanan kesehatan secara profesional. (UU RS th 44 2009)
79Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024