katakan al haq walaupun pahit rasanya
DESCRIPTION
Dengan ni’mat dan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Dia telah limpahkan kepada kami, sehingga Alhamdulillah kami bisa menulis suatu permasalahan yang sedang dibicarakan oleh banyak pihak. Pada tulisan ini kami fokuskan hanya pada permasalahan manhaj yang berkaitan dengan fitnah Surury, dimana pihak-pihak yang memiliki kemiripan (baca: ciri) dengan Syaikh Muhammad Surur Zainal Abidin ini tidak mau dilabeli dengan Surury. Mereka lebih suka menyandang nama Salafi, walaupun mereka harus memaksakan diri untuk melekatkan “label” tersebut pada diri mereka, namun dalam keadaan mereka terus-menerus melakukan penyelisihan terhadap manhaj Salafush Shalih. Bahkan sangat aneh bahwa sebagian dari mereka membenci tahdzir karena menurut anggapan mereka, tahdzir identik dengan kekerasan atau razia. Tapi sangat disayangkan ternyata mereka [Surury] justru mengaplikasikan tahdzir ini terhadap para ulama Ahlussunnah dalam artian mereka memperingatkan umat agar menjauh dari para ulama tersebut. Tidak sekedar itu, namun sebagian mereka juga berani mencaci, mencela dan memboikot para ulama Ahlussunnah dan menghalang-halangi umat supaya tidak datang menimba ilmu di markaznya para ‘Ulama Ahlussunnah.Maka disini kami sengaja “menggoreskan tinta hitam di atas putih” ini sebagai nasehat dan peringatan, untuk kami khususnya dan Surury beserta kelompok sesat, serta kaum muslimin pada umumnya agar memposisikan ulama Ahlussunnah wal Jama’ah sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wassallam memposisikan mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا“Wahai orang-orang yang beriman ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul[Nya] serta Ulil ‘Amr (‘Ulama) diantara kamu. Kemudian jika kamu berselisih (berbeda) pendapat tentang [hukum] sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul[Nya] (As-Sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir, yang demikian itu lebih utama [bagimu] dan lebih baik akibatnya.” (An-Nisa’: 59). Sudah menjadi sifat bagi manusia apabila mendapati atau ketika membaca suatu masalah tentu akan ada tanggapan, baik yang nantinya dengan memberi saran, kritik atau berupa komentar dan ada pula yang mendiamkannya. Maka jauh-jauh hari sebelumnya kami sebutkan bahwa tulisan ini kami susun dengan keterbatasan yang ada. Permasalahan ini kami tulis ketika sedang berada di Cikarang, apabila ditemukan satu kata atau satu hurufpun yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya maka kami minta maaf yang sebesar-besarnya dan mohon kiranya untuk dimaklumi. Ada satu yang paling penting untuk kami ungkapkan disini, dimana ketika kami pernah menjelaskan tentang permasalahan manhaj yang kaitannya dengan tahdzir seperti ini, muncul beberapa komentar mulai dari sebagian pegiat dakwah yang dengan bangga dan penuh percaya diri menyatakan tidaklah pantas orang yang membuat penjelasan masalah tahdzir itu, karena orang itu tingkat rendah baik dalam belajar maupun pengalaman, penulisnya tidak berilmu dan ... Maka dengan penuh penghormatan, kami katakan bahwa justru dengan dijelaskannya permasalahan ini, insya Allah akan tampak jelas siapa sebenarnya yang tingkat rendah? Sebagai renungan dan nasehat atas pernyataan mereka itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ “Dan janganlah memalingkan muka dari manusia (karena bangga) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Luqman: 18). Kalau kami sudah jelas tingkat rendah –sebagaimana dikatakan- jadi kami tidak berani mentahdzir para ‘Ulama Ahlussunnah apalagi sampai mencela mereka. KamTRANSCRIPT
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
1 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
2 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
Judul Buku : Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
Penulis : Abul ‘Abbas Khodhir bin Nữrussalim
Editor : Tim Darus Sholah
Desain Cover : Tim Dãrus Sholãh
Lay-out : Tim Dãrus Sholãh
Penerbit : Dãrus Sholãh [Limboro, Kec. Seram Barat
Kab. Seram bagian Barat
Maluku-Indonesia Timur]
Bekerja sama dengan:
Forum Da’wah Salafiyah Cikarang
Perum. Telaga Murni Cikarang Barat
Email : [email protected]
Cetakan : I / 13 Juli 2008 – 9 Rajab 1429 H
Copyright © 2008. Bebas disalin untuk kepentingan dakwah
Khusus untuk kalangan sendiri
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
3 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
DAFTAR ISI
Lembar Judul…………………………………………………………….1
Copy Right ………………………………………………………………2
Daftar Isi ………………………………………………………………...3
Muqaddimah …………………………………………………………….4
I. Katakan Yang Haq Walaupun Pahit Rasanya .......................................8
II. Tahdzir Adalah Perkara Disyari’atkan ...............................................11
III. Perbedaan Tahdzir Dan Razia ................................................... ........13
IV. NABI Shallallahu ‘alaihi wassallam, dari Awal - Akhir Dakwahnya
dengan Mentahdzir? ................................................................................14
V. Kenapa Ada Yang Harus Dikatakan Sesat? .............................. .........21
VI. Tanggapan Terhadap Ucapan Keji Terhadap Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wassalam ....................................................................................39
a) Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam dan para rasul adalah
pendusta ............................................................................................39
b) Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam dan para rasul adalah
tukang sihir.................................................................................... ....40
c) Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam dan para rasul adalah
orang sesat ........................................................................................46
d) Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam dan para rasul adalah
orang gila ....... ...................................................................................48
e) Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam dan para Rasul tidak ada
apa-apanya, sama saja dengan kaumnya ...........................................51
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
4 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
VII. Tanggapan Atas Ucapan Keji Itu! ...................................................58
1) Hati-hati dari orang yang bernama Dr. Rabi’!...................................58
2) Itu kan hanya fatwa ulama! ...............................................................60
3) Mereka [ulama] adalah rijal kami juga rijal.......................................61
4) Mereka kan hanya ulama biasa bukan ulama kibar...........................62
5) Kami masih tunggu ulama kibar dan ulama senior............................62
6) Syaikh Rabi’ tidak termasuk ulama paling senior di Saudi...............62
7) Itu kan hanya masalah khilafiyah ijtihadiyyah..................................63
8) Kami memperbaiki Yayasan dan Ma’had hizbiyyah dari dalam .....63
9) Jangan kalian seperti orang yang tidak punya rasa syukur, gurunya
saja ditahdzir habis-habisan...............................................................66
10) Tidak usah tahdzir-tahdziran lah! Semangat saja belajar dan ibadah
biar masuk Surga! Itu tujuan kita, kan? ............................................66
11) Biarkan [yang ditahdzir itu], dia juga punya jasa! Semua orang bisa
salah dan bisa benar ..........................................................................67
12) Walau sudah jadi da’i tetap saja sedikit karakter premanismenya tidak
hilang................. .......................... ......................................................67
VIII. Seruan Untuk Taubat! ....................................................................69
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
5 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
MUQADDIMAH
بسم اهللا الرمحن الرحيمإن احلمد هللا، حنمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ باهللا من شرور أنفسنا، وسيئات أعمالنا، من يهده اهللا فال
مضل له، ومن يضلل فال هادي له، وأشهد أن ال إله إال اهللا وحده ال شريك له، وأشهد أن حممدا عبده .ورسوله
وا اتنآم ينا الذها أيون يملسم متأنإال و نوتمال تو هقاتت قح قوا الله . لقكمي خالذ كمبقوا رات اسا النها أييالذ قوا اللهاتاء ونسا ورياال كثا رجمهنث مبا وهجوا زهنم لقخو ةداحفس ون نإن م امحاألرو اءلون بهسي ت
الله كان عليكم رقيبا يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ومن يطع الله . يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قوال سديدا
فاز فقد ولهسراويمظا عزفو . فإن أصدق احلديث كتاب اهللا، وأحسن اهلدي هدي حممد صلى اهللا عليه وسلم وشر األمور حمدثاا، : أما بعد
.وكل حمدثة بدعة، وكل بدعة ضاللة، وكل ضاللة يف النار Dengan ni’mat dan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
Dia telah limpahkan kepada kami, sehingga Alhamdulillah kami bisa
menulis suatu permasalahan yang sedang dibicarakan oleh banyak pihak.
Pada tulisan ini kami fokuskan hanya pada permasalahan manhaj yang
berkaitan dengan fitnah Surury, dimana pihak-pihak yang memiliki
kemiripan (baca: ciri) dengan Syaikh Muhammad Surur Zainal Abidin ini
tidak mau dilabeli dengan Surury. Mereka lebih suka menyandang nama
Salafi, walaupun mereka harus memaksakan diri untuk melekatkan
“label” tersebut pada diri mereka, namun dalam keadaan mereka terus-
menerus melakukan penyelisihan terhadap manhaj Salafush Shalih.
Bahkan sangat aneh bahwa sebagian dari mereka membenci tahdzir
karena menurut anggapan mereka, tahdzir identik dengan kekerasan atau
razia. Tapi sangat disayangkan ternyata mereka [Surury] justru
mengaplikasikan tahdzir ini terhadap para ulama Ahlussunnah dalam
artian mereka memperingatkan umat agar menjauh dari para ulama
tersebut. Tidak sekedar itu, namun sebagian mereka juga berani mencaci,
mencela dan memboikot para ulama Ahlussunnah dan menghalang-
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
6 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
halangi umat supaya tidak datang menimba ilmu di markaznya para
‘Ulama Ahlussunnah.
Maka disini kami sengaja “menggoreskan tinta hitam di atas
putih” ini sebagai nasehat dan peringatan, untuk kami khususnya dan
Surury beserta kelompok sesat, serta kaum muslimin pada umumnya agar
memposisikan ulama Ahlussunnah wal Jama’ah sebagaimana Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wassallam
memposisikan mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
يا أيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي األمر منكم فإن تنازعتم في شيء فردوه إلى الالله والرسول إن كنتم تؤمنون بالله واليوم اآلخر ذلك خير وأحسن تأوي
“Wahai orang-orang yang beriman ta’atilah Allah dan ta’atilah
Rasul[Nya] serta Ulil ‘Amr (‘Ulama) diantara kamu. Kemudian jika
kamu berselisih (berbeda) pendapat tentang [hukum] sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul[Nya] (As-
Sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir,
yang demikian itu lebih utama [bagimu] dan lebih baik akibatnya.” (An-
Nisa’: 59).
Sudah menjadi sifat bagi manusia apabila mendapati atau ketika
membaca suatu masalah tentu akan ada tanggapan, baik yang nantinya
dengan memberi saran, kritik atau berupa komentar dan ada pula yang
mendiamkannya. Maka jauh-jauh hari sebelumnya kami sebutkan bahwa
tulisan ini kami susun dengan keterbatasan yang ada. Permasalahan ini
kami tulis ketika sedang berada di Cikarang, apabila ditemukan satu kata
atau satu hurufpun yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya maka kami
minta maaf yang sebesar-besarnya dan mohon kiranya untuk dimaklumi.
Ada satu yang paling penting untuk kami ungkapkan disini,
dimana ketika kami pernah menjelaskan tentang permasalahan manhaj
yang kaitannya dengan tahdzir seperti ini, muncul beberapa komentar
mulai dari sebagian pegiat dakwah yang dengan bangga dan penuh
percaya diri menyatakan tidaklah pantas orang yang membuat penjelasan
masalah tahdzir itu, karena orang itu tingkat rendah baik dalam belajar
maupun pengalaman, penulisnya tidak berilmu dan ... Maka dengan
penuh penghormatan, kami katakan bahwa justru dengan dijelaskannya
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
7 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
permasalahan ini, insya Allah akan tampak jelas siapa sebenarnya yang
tingkat rendah? Sebagai renungan dan nasehat atas pernyataan mereka
itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وال تصعر خدك للناس وال تمش في األرض مرحا إن الله ال يحب كل مختال فخور “Dan janganlah memalingkan muka dari manusia (karena bangga) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh, sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
(Luqman: 18).
Kalau kami sudah jelas tingkat rendah –sebagaimana dikatakan- jadi
kami tidak berani mentahdzir para ‘Ulama Ahlussunnah apalagi sampai
mencela mereka. Kamipun memposisikan mereka sebagaimana Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wassallam
memposisikan. Adapun mereka yang mencaci dan mentahdzir para
‘Ulama Ahlussunnah? Maka mereka sudah memaksa-maksakan diri
mereka untuk setingkat dengan ‘ulama, sehingga mereka menganggap
‘Ulama Ahlussunnah pantas untuk dijadikan mainan bibir. Mereka
tahdzir ‘Ulama Ahlussunnah dan mereka hinakan di hadapan orang-
orang yang tingkatannya masih rendah, maka jangan kemudian
tersinggung dan marah kalau orang tingkat rendah tersebut bangkit dan
bersikap karena didasari rasa cemburu yang tinggi –karena Allah
Subhanahu wa Ta’ala -. Bagaimana tidak, tumpuan harapan dan cita-
citanya untuk meraih ilmu para ‘Ulama Ahlussunnah ternyata dihalang-
halangi oleh orang-orang yang sok merasa lebih tinggi daripada para
Ulama Ahlussunnah dan berani mengangkat suara melebihi suara para
‘Ulama Ahlussunnah. Teringatlah kami dengan firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala :
واقصد في مشيك واغضض من صوتك إن أنكر األصوات لصوت الحمري “Dan sederhanalah kamu ketika berjalan dan lunakkanlah suaramu,
sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai.” (Luqman:
19).
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
8 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
Ringkasnya pada muqaddimah ini, kami katakan:
Disaat-saat fitnah semakin mencekam, disaat itu pula manusia
terombang-ambing, orang yang mengetahui kebenaranpun ikut diam dan
bahkan terkadang bersikap seperti orang yang tidak tahu-menahu,
padahal keadaan menuntutnya untuk berani mengatakan yang haq,
walaupun pahit rasanya. Bahkan terkadang supaya tetap tenar dan
terhormat, berani menjelekkan saudaranya di hadapan manusia apabila
saudaranya terjatuh pada sebuah kesalahan manusiawi dalam mengkritik
orang-orang yang memusuhi ‘Ulama Ahlussunnah.
Sebagai penutup muqaddimah, kami haturkan terima kasih
kepada Ikhwan Salafy Cikarang, khususnya yang senantiasa hadir dalam
majlis ta’lim di Sekretariat Ikhwan Salafy Perum Telaga Murni Cikarang
Barat, yang telah banyak membantu kami selama penantian
pemberangkatan ke Yaman –semoga Allah membalas mereka semua
dengan kebaikan dan barakah serta menjaga mereka dari fitnah-fitnah-,
tak lupa pula ucapan terima kasih kepada Abul Husain ‘Umair Al-
Limbory yang telah menyisihkan waktunya untuk mengajar atau
memberikan beberapa faidah ilmu syar’i kepada Ikhwan Salafy Cikarang
–semoga Allah menjaganya-.
Sebagai manusia tentu tidak luput dari salah dan keliru maka
dengan itu kami menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun,
dan harapan kami semoga dengan kehadiran tulisan yang sederhana ini
sebagai wacana baru -yang dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala -
mampu terbedakan antara yang haq dan yang bathil. Semoga apa yang
kami upayakan ini ikhlas semata-mata karena mengharap wajah-Nya.
.وصلى اهللا على حممد وعلى آله وصحبه أمجعني
Cikarang, 1 Juli 2008
Hamba yang faqir atas ampunan Robbnya
Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
9 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
BAB I Katakan Yang Haq Walaupun Pahit Rasanya
:بعد.احلمد هللا والصالة والسالم على النيب األمي حممد وعلى آله وصحبه Prinsip “Katakan yang Haq walaupun Pahit Rasanya” dalam
menyikapinya manusia terbagi tiga golongan;
Golongan pertama, Mereka langsung merealisasikannya tanpa
peduli resiko apa yang nanti diterimanya, mereka tegas dalam masalah
ini, dan ini didasari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
قل أفغير الله تأمروني أعبد أيها الجاهلون “Katakanlah; Apakah kalian menyuruh aku menyembah selain Allah?
Wahai orang-orang bodoh!” (Az-Zumar: 64)
Juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
ذين تدعون من دون اللهقل إني نهيت أن أعبد ال “Katakanlah; Sesungguhnya aku dilarang menyembah sesembahan yang
kalian sembah selain Allah.” (Al-Ghofir: 66).
Golongan kedua, Mereka yang diam, tidak mengatakan yang haq
dan yang bathil, ini terkadang didasari karena rasa takut atau karena
berbagai macam pertimbangan dan kemungkinan yang lain mereka
merasa belum pantas atau ragu-ragu. Maka sebagai peringatan Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman
: ختول وسالرو وا اللهونخوا ال تنآم ينا الذها أيونيلمعت متأنو كماتانوا أمون “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah
dan Rasul-Nya dan (juga) janganlah kalian mengkhianati amanat-
amanat yang dipercayakan kepada kalian, sedang kalian mengetahui.”
(Al-Anfal: 27).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
مذبذبني بين ذلك ال إلى هؤالء وال إلى هؤالء ومن يضلل الله فلن تجد له سبيال“Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau
kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan
tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir), maka kamu sekali-
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
10 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.” (An-
Nisa’: 143).
Juga peringatan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam,
dari dari Sahabat Rasulullah yang mulia, Abu Malik al-Haarits bin ‘Aashim al-Asy’ary radiyallahu ‘anhu : “Al-Qur-an adalah hujjah yang akan
membelamu atau (boleh jadi) yang akan melawanmu. Semua manusia
berangkat di pagi hari untuk berusaha, ada yang menjual dirinya
(kepada Allah) sehingga ia terbebas (dari adzab), atau (kepada setan)
sehingga ia binasa.” (HR. Muslim 223)
Golongan ketiga, Mereka yang mengganti al-haq dengan al-
bathil, mereka membeli petunjuk dengan kesesatan, Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman :
Mereka itulah.yang membeli kesesatan dengan“ أولئك الذين اشتروا الضاللة بالهدى
petunjuk” (Al-Baqarah: 16).
Berkata ahli tafsir: أخذوا الضاللة وتركوا اهلدى “Mereka mengambil kesesatan dan meninggalkan petunjuk”.
Lantas Allah Subhanahu wa Ta’ala perjelas lagi :
يريدون ليطفئوا نور الله بأفواههم والله متم نوره ولو كره الكافرون “Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut
(ucapan-ucapan) mereka dan tetap Allah mengokohkan cahaya-Nya
meskipun orang-orang yang kufur itu membencinya.” (Ash-Shaf: 8).
Untuk menyatakan al-haq, walaupun pahit rasanya, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wassallam telah memberikan ketegasan sebagaimana
sabdanya :
و مسعهأو شهده أه أذا ر إن يقول يف حقأحدكم هيبة النا س أال مينعن “Janganlah rasa segan salah seorang kalian kepada manusia,
menghalanginya untuk mengucapkan kebenaran jika melihatnya,
menyaksikannya, atau mendengarnya.” (HR. Ahmad, 3/50, At-Tirmidzi,
no. 2191, Ibnu Majah no. 4007. Dishahihkan oleh Al-Albani
rahimahullahu dalam Silsilah Ash-Shahihah, 1/322).
Pada penerapan hadits ini memiliki beberapa ketentuan dan
aturan-aturan yang perlu diperhatikan:
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
11 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
Pertama, Hendaklah apa yang dikatakan adalah benar adanya
[pasti kebenarannya] dan bertujuan baik, jika tidak demikian maka harus
diam. Dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wassallam bersabda : ““Barang siapa beriman kepada Allah dan
hari Akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Al-
Imam Al-Bukhari hadits no. 6089 dan Al-Imam Muslim hadits no. 46
dari Abu Hurairah) .
Kedua, Setiap apa yang akan dikatakan harus diteliti terlebih
dahulu, apakah sesuatu itu sudah pasti kebenarannya ataukah hanya
sangkaan? Maka dari sini perlu penyeleksian suatu khabar, apabila
khabar itu datang kepada kita, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
نيمادن ملتا فعلى موا عبحصفت الةها بجموا قويبصوا أن تنيبإ فتببن قفاس اءكموا إن جنآم ينا الذها أيي “Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian orang
fasiq yang membawa suatu khabar, maka periksalah dengan teliti, agar
kaliantidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tana
mengetahui (hakekat sebenarnya) yang menyebabkan kalian menyesal
dengan perbuatan itu.” (Al-Hujurat: 6).
Juga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda : Cukuplah
seseorang dikatakan sebagai pendusta manakala menyampaikan setiap
khabar yang dia dengar” (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Al-
Albani dalam Ash-Shahihah, dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu).
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
12 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
BAB II Tahdzir Adalah Perkara Disyari’atkan
Tahdzir merupakan suatu pemberian peringatan yang diserukan
oleh individu atau kelompok, dalam rangka untuk menjauhi suatu perkara
yang dinilai sebagai kejelekan atau kemudharatan.
Telah kita maklumi bersama bahwa berpegang teguh dengan As-
Sunnah adalah suatu keharusan, maka dengan itu sebagai keharusan pula
mengajak manusia untuk kembali kepadanya. Disamping itu, mentahdzir
dari semua yang menyelisihi As-Sunnah adalah disyari’atkan bahkan
sangat perlu, apabila keadaan menuntut yang demikian itu. Hal ini
berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
فذكر إن نفعت الذكرى “Oleh sebab itu berilah peringatan karena peringatan itu bermanfaat.”
(Al-A’la: 9).
Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan langsung kepada Rasul-Nya
Shallallahu ‘alaihi wassallam:
ذكرم تا أنمإن فذكر “Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah
pemberi peringatan.” (Al-Ghosiyah: 21).
Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam mentahdzir
langsung terhadap kesesatan ketika beliau Shallallahu ‘alaihi wassallam
khutbah Jum’at, sebagaimana hadits dari Jabir bin ‘Abdillah radiyallahu
‘anhu, dia berkata: “Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam
apabila berkhutbah, matanya memerah, suaranya meninggi, dan
memuncak kemarahan baliau, hingga seakan-akan baliau sedang
memberikan peringatan kepada pasukan perang, kemudian beliau
bersabda, ‘Pasukan musuh akan menyerang kalian setiap saat’!”. Beliau
bersabda :
فإن أصدق احلديث كتاب اهللا، وأحسن اهلدي هدي حممد صلى اهللا عليه وسلم وشر األمور حمدثاا، : أما بعد ،وكل حمدثة بدعة، وكل بدعة ضاللة
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
13 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
“Sesungguhnya, sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, dan sebaik-
baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, dan sejelek-jelek perkara
adalah perkara baru yang diada-adakan (dalam agama) dan seluruh
bid’ah adalah sesat.” (HR. Muslim 867).
Amirul Mu’minin ‘Umar bin Al-Khaththab Radiyallahu ‘anhu
berkata: “Hati-hatilah dan jauhilah oleh kalian orang-orang yang
menggunakan ra`yunya. Karena sesungguhnya mereka adalah musuh-
musuh As-Sunnah. Mereka dilemahkan oleh hadits-hadits, hingga tidak
mampu menghafalnya. Akhirnya mereka berbicara dengan ra`yu mereka,
maka mereka tersesat dan menyesatkan (orang lain).” (Diriwayatkan oleh
Ad-Daruquthni rahimahullah dalam Sunan dan Al-Lalikai rahimahullah
dalam Syarhu Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah)
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: Para pembela
Islam dan para Imam pembawa petunjuk tidak akan pernah berhenti
mentahdzir umat di seluruh pelosok dunia agar menjauhi orang yang
menyimpang. Mereka mentahdzir supaya meninggalkan dan tidak
mengikuti jejak mereka”.
Demikianlah beberapa untaian dari Al-Qur’an, As-Sunnah dan
Atsar Salafush Shalih yang menjadi bukti tentang disyari’atkannya
tahdzir. Insya Allah akan datang penjelasan masalah ini pada
pembahasan Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam di awal hingga akhir
dakwahnya dipenuhi dengan peringatan/tahdzir.
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
14 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
BAB III Perbedaan Tahdzir dan Razia
Dari penjelasan yang lalu telah kita ketahui tentang permasalahan
mengenai tahdzir, adapun razia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah penangkapan beramai-ramai; penggerebekan penjahat yang
berbahaya bagi keamanan. Dan pelaksanaan razia ini adalah wewenang
penguasa atau pihak yang ditunjuk oleh penguasa, jika dilaksanakan oleh
setiap individu maka mudharatnya lebih besar dibanding maslahatnya.
Adapun razia dalam bahasa Arab adalah رزء- رز يئة-رز ية (ruz’un-raziiatun-raziyyatun) yaitu bahaya yang besar.
Razia dalam istilah Indonesia bertujuan untuk amar ma’ruf nahi
munkar, dan ini sama dengan tujuan tahdzir. Hanya saja terkadang
tahdzir disalahgunakan oleh orang-orang yang dalam hatinya terdapat
penyimpangan dan penyakit sehingga mereka jadikan untuk menjauhkan
al-haq dan mendatangkan al-bathil. Insya Allah akan datang penjelasan
berikut contoh-contohnya.
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
15 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
BAB IV NABI Shallallahu ‘alaihi wassallam, dari Awal - Akhir
Dakwahnya dengan Mentahdzir?
Pada pembahasan berikut ini kami lebih banyak menggunakan
hujjah dari Al-Qur’an dalam menjelaskan tentang permasalahan tahdzir.
Ini mengingatkan kami dengan perkataan Asy-Syaikh Al-‘Allamah
Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin rahimahullah: “Tidak diragukan lagi
bahwa yang paling baik disampaikan adalah Kitabullah (Al-Qur’an) dan
Sunnah Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wassalam, karena sesungguhnya
Al-Qur’an adalah penasehat yang paling mulia bagi umat manusia.”
Wahyu pertama kali turun pada Lailatul Qadar di bulan
Ramadhan, wahyu kemudian terhenti berhari-hari, dan pada bulan
Syawal turunlah wahyu yang kedua, Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman :
رجفاه زجالرو رفطه كابيثو رفكب كبرو رذفأن قم ثردا المها أيي “Hai orang yang berselimut, bangkitlah dan berilah peringatan dan
Robbmu agungkanlah, pakaianmu bersihkanlah dan perbuatan dosa
tinggalkanlah!” (Al-Mudatstsir: 1-5).
Lafadzرذفأن قم adalah bentuk perintah dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala kepada Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wassallam untuk bangun
dari tempat tidurnya supaya mentahdzir (memberi peringatan kepada)
manusia untuk meninggalkan kesesatan dan kesyirikan serta perbuatan
dosa yang lainnya, sehingga mereka selamat dari adzab Allah Subhanahu
wa Ta’ala . Dan bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala tegaskan dengan
lebih jelas:
رينلى الكافل عالقو قحيا ويكان ح نم رذنيل “Supaya dia (Muhammad) mentahdzir orang-orang yang hidup dan
supaya pastilah [ketetapan azab] bagi orang-orang kafir.” (Yaasin: 70).
Demikianlah ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menerangkan
adanya tahdzir, dan semua itu penuh dengan hikmah, Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman :
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
16 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
ذلك نتلوه عليك من اآليات والذكر الحكيم
“Demikianlah, Kami bacakan kepada kamu sebagian dari ayat-ayat dan
peringatan yang penuh hikmah.” (Ali Imron: 58).
Telah diketahui bahwa para Rasul diutus untuk memberi kabar
gembira dan untuk mentahdzir (memberi peringatan) dari berbagai
kejelekkan, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala nyatakan :
فأعرض أكثرهم . بشريا ونذيرا. كتاب فصلت آياته قرآنا عربيا لقوم يعلمون.ترتيل من الرحمن الرحيم. حم .فهم ال يسمعون
“Haamiiim. Diturunkan dari Robb yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam
bahasa Arob, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita
gembira dan membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling
[darinya] maka mereka tidak [mau] mendengarkan.” (Fushshilat: 1-)
Dan ketika manusia berpaling, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wassallam terus menerus mentahdzir mereka dengan azab-azab yang
pernah Allah Subhanahu wa Ta’ala timpakan kepada kaum terdahulu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
ودثمو ادع قةاعثل صقة ماعص كمتذروا فقل أنضرفإن أع “Jika mereka berpaling, maka katakanlah; Aku telah memperingatkan
kalian dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Ad dan Tsamud.”
(Fushshilat: 13)
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi
wassallam mentahdzir manusia dari neraka serta menjelaskan bahwa
yang akan masuk ke dalam neraka adalah orang yang mendustakan
kebenaran, Allah Subhanahu wa Ta’ala tegaskan:
فأنذرتكم نارا تلظى ها إال األشقىال يصال الذي كذب وتولى “Maka Kami peringatkan kalian dengan neraka yang menyala-nyala,
tidak ada yang masuk di dalamnya kecuali orang yang celaka, yang
mendustakan kebenaran dan berpaling (dari keimanan).” (Al-Lail: 14-
16).
Jadi, berbicara tentang tahdzir adalah pembicaraan yang tidak
bisa diingkari dikalangan kaum muslimin, bahkan kaum musyrikin
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
17 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
sekalipun telah memahami masalah tahdzir ini, sampai Allah Subhanahu
wa Ta’ala kisahkan dengan jelas dalam Al-Qur’an tentang pernyataan
mereka:
لوال أنزل إليه ملك فيكون معه نذيرا“Mengapa tidak diturunkan kepadanya satu malaikat supaya malaikat
itu memberikan tahdzir bersama dengan dia (Muhammad)”. (Al-
Furqan: 7).
Bahkan di dalam Al-Quran sangat banyak ayat-ayat yang
menjelaskan tentang adanya syaria’at tahdzir ini, nabi dan rasul diutus
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tujuan untuk memberi kabar
gembira dan mentahdzir (memberi peringatan). Berikut ini kami
sebutkan diantara ayat-ayat yang menjelaskan tentang tahdzir tersebut:
أوعجبتم أن جاءكم ذكر من ربكم على رجل منكم لينذركم ولتتقوا ولعلكم ترحمون “Dan herankah kalian bahwa ada peringatan datang dari Robb kalian
melalui seorang laki-laki dari kalangan kalian sendiri, untuk mentahdzir
kalian dan supaya kalian bertaqwa sehingga [dengan itu] kalian
mendapat rahmat.” (Al-A’raf: 63).
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman juga :
بنيم يرذن هنم ي لكمإن را آخإله الله علوا معجال تو “Dan janganlah kalian mengadakan
sesembahan-sesembahan selain Allah, sungguh aku pemberi peringatan
yang jelas dari Allah untuk kalian.” (Adz-Dzariyat: 51). Dan tujuan dari
tahdziran tersebut adalah supaya tidak menyekutukan Allah Subhanahu
wa Ta’ala .
Al-Hafidz Ibnu Katsir menjelaskanرا آخإله الله علوا معجال تو yaitu ال تشركوا به artinya : “Janganlah kalian menyekutukan dengan-Nya sesuatu شيئ
apapun”.
Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan dalam Al-Qur’an tentang
masalah tahdzir ini, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala terangkan
keadaan mereka ketika ditahdzir:
جيدالم آنالقرق و .جيبء عيذا شون هرفقال الكاف مهنم رذنم ماءهوا أن ججبل عب.
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
18 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
“Qaaf. Demi Al Quran yang sangat mulia. (Mereka tidak menerimanya)
bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang
pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah
orang-orang kafir: "Ini adalah suatu yang amat ajaib". (Qaaf: 1-2).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman lagi tentang mereka itu:
ع ما لهفمنيرضعم ةرذكة. ن الترفنتسم رمح مهكأن .ةروقس نم تى . فرتؤأن ي مهنرئ مكل ام ريدل يب .كال إنه تذكرة. كال بل ال يخافون اآلخرة. صحفا منشرة
“Maka mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan
(Allah)? seakan-akan mereka itu keledai liar yang lari terkejut, lari dari
singa. Bahkan tiap-tiap orang dari mereka berkehendak supaya
diberikan kepadanya lembaran-lembaran yang terbuka. Sekali-kali tidak.
Sebenarnya mereka tidak takut kepada negeri akhirat. Sekali-kali tidak
demikian halnya. Sesungguhnya Al Quran itu adalah peringatan.” (Al-
Muddatstsir: 49-54)
ملى آثارها عإنو ةلى أما عاءنا آبندجا وا إنفوهرتير إال قال مذن نم ةيي قرف كلقب نا ملنسا أرم ككذلو ا بما أرسلتم به كافرونقال أولو جئتكم بأهدى مما وجدتم عليه آباءكم قالوا إن. مقتدون
“Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi
peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup
mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-
bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah
pengikut jejak-jejak mereka". (Rasul itu) berkata: "Apakah (kalian akan
mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untuk kalian (agama) yang
lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kalian dapati dari
bapak-bapak kalian menganutnya?" Mereka menjawab: "Sesungguhnya
kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya."
(Az-Zukhruf: 23-24).
Dengan sikap mereka tidak mau menyambut peringatan dan mereka
senantiasa mengingkari rasul itu, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
فأعرض عن من تولى عن ذكرنا ولم يرد إال الحياة الدنيا
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
19 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
“Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari
peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi.”
(An-Najm: 29).
Dengan sebab perbuatan mereka seperti itu, di akhirat mereka
mendapatkan balasannya, mereka akhirnya menyesal. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman :
ريصالم بئسو منهج ذابع همبوا بركفر ينلذلو .ا سيهإذا ألقوا ففورت يههيقا وا شوا لهعم . نم زيمت كادتيرذن كمأتي ا ألمهتنزخ مألهس جا فويهف يا ألقكلم ظيالغ . نم ا نزل اللها مقلنا ونفكذب يرذا ناءنج لى قدقالوا ب
متء إن أنيالل كبريشي ضري. إال فعاب السحي أصا فا كنل مقعن أو عمسا نكن قالوا لوو . بهمفوا بذنرتفاع .فسحقا ألصحاب السعري
“Dan orang-orang yang kafir kepada Robbnya, memperoleh azab
Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. Apabila mereka
dilemparkan ke dalamnya, mereka mendengar suara neraka yang
mengerikan, sedang neraka itu menggelegak, hampir-hampir (neraka)
itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya
sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya
kepada mereka: "Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia)
seorang pemberi peringatan?" Mereka menjawab: "Benar ada",
sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan,
maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: "Allah tidak
menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan
yang besar". Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau
memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-
penghuni neraka yang menyala-nyala". Mereka mengakui dosa mereka.
Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-
nyala.” (Al-Mulk: 6-11).
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tegaskan lagi (untuk lebih
memperjelas tentang masalah tahdzir ini):
إنا أرسلناك شاهدا ومبشرا ونذيرا “Sungguh Kami mengutus engkau (wahai Muhammad) sebagai saksi,
pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.” (Al-Fath: 8).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam mentahdzir dengan tujuan
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
20 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
supaya orang yang ditahdzir itu beriman dan bagi yang sudah beriman
supaya semakin kokoh keimanannya, sehingga dengan izin Allah
Subhanahu wa Ta’ala mereka punya kemampuan untuk menolong
agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
ياللأصة وكرب وهحبستو وهقروتو وهرزعتو هولسرو وا باللهنمؤت “Agar kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan
(agama)Nya, membesarkan-Nya dan bertasbih kepada-Nya di pagi dan
petang.” (Al-Fath: 9).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Thaahaa, Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu
menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada
Allah).” (Thaahaa: 1-3).
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
نزل عليه آيات من ربه قل إنما اآليات عند الله وإنما أنا نذير مبنيوقالوا لوال أ“Dan orang-orang kafir Mekkah berkata: "Mengapa tidak diturunkan
kepadanya mukjizat-mukjizat dari Robbnya?" Katakanlah:
"Sesungguhnya mukjizat- mukjizat itu terserah kepada Allah. Dan
sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata". (Al-
‘Ankabut: 50).
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman :
ل هو الحق من ربك لتنذر قوما ما أتاهم من أم يقولون افتراه ب. ترتيل الكتاب ال ريب فيه من رب العالمني. امل .نذير من قبلك لعلهم يهتدون
“Alif Laam Miim, Turunnya Al-Quran yang tidak ada keraguan di
dalamnya, (adalah) dari Robb semesta alam. Tetapi mengapa mereka
(orang kafir) mengatakan: "Dia (Muhammad) mengada-adakannya."
Sebenarnya Al-Quran itu adalah kebenaran dari Robbmu, agar kamu
memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka
orang yang memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka
mendapat petunjuk.” (As-Sajdah: 1-3).
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman :
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
21 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
لتنذر قوما ما أنذر . ترتيل العزيز الرحيم. على صراط مستقيم. إنك لمن المرسلني. والقرآن الحكيم. يس لقد حق القول على أكثرهم فهم ال يؤمنون. آباؤهم فهم غافلون
“Yaa siin. Demi Al Quran yang penuh hikmah, Sesungguhnya kamu
salah seorang dari rasul-rasul, yang berada diatas jalan yang lurus,
(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha
Penyayang, Agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-
bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.
Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap
kebanyakan mereka, kerena mereka tidak beriman.” (Yaasiin: 1-7).
Para rasul terus menerus mentahdzir kaumnya, namun kaumnya
selalu berpaling bahkan berani menuduh dan mengatakan kepada para
rasul sebagai tukang sihir dan orang gila. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman :
بنيم يرذن هنم ي لكمإن وا إلى اللهرإ. فف را آخإله الله علوا معجال تى وا أتم ككذل بنيم يرذن هنم ي لكمنفتول عنهم فما أنت . أتواصوا به بل هم قوم طاغون. الذين من قبلهم من رسول إال قالوا ساحر أو مجنون
.المؤمننيوذكر فإن الذكرى تنفع . بملوم“Maka bersegeralah kembali kepada Allah, sungguh aku pemberi
peringatan yang jelas dari Allah untuk kalian. Dan janganlah kalian
mengadakan sesembahan yang lain selain Allah. Sungguh aku seorang
pemberi peringatan yang jelas dari Allah. Demikianlah disetiap kali
seorang rasul yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka,
mereka [kaumnya] pasti mengatakan; “Dia itu tukang sihir atau orang
gila”. Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu.
Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampui batas. Maka
berpalinglah kamu dari mereka dan engkau sama sekali tidak tercela.
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu
bermanfaat untuk orang-orang yang beriman.” (Ath-Thur: 50-55).
Dengan keberadaan para rasul yang senantiasa memberi kabar
gembira dan mentahdzir kaumnya supaya nantinya kaum itu tidak punya
alasan lagi di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana firman-
Nya :
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
22 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
ة بجح لى اللهاس علنكون لئال يل رينذنمو رينشبال مساريمكا حزيزع كان اللهل وسالر دع “(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia
membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (An-Nisa’: 165).
Dan semua rasul diutus mempunyai tujuan yang sama, sebagaimana
Allah Subhanahu wa Ta’ala nyatakan :
مو قالح هذي هف اءكجو كادفؤ به تثبا نل مساء الربأن نم كليع قصكال نوننيمؤلمى لكرذظة وعو. “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah
kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini
telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman.” (Huud: 120).
Setiap tahdziran/peringatan dalam Al-Qur’an selalu bertujuan
kemaslahatan dunia dan akhirat berupa perintah supaya mentauhidkan
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjauhi kesyirikan, Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
.أال تعبدوا إال الله إنني لكم منه نذير وبشري. ب أحكمت آياته ثم فصلت من لدن حكيم خبريكتا. الر“Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan
rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah)
Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu, agar kamu tidak menyembah
selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi
peringatan dan pembawa khabar gembira kepadamu dari-Nya.” (Huud:
1-2).
Juga Allah Subhanahu wa Ta’ala tegaskan:
ذبنيعالم نكون مفت را آخإله الله عم عدفال ت .بنياألقر كتريشع رذأنو. “Maka janganlah kamu menyeru (menyembah) sesembahan yang lain
selain Allah, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang
di'azab. Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat.” (Asy-Syu’ara’: 213-214).
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman :
وأنذرهم يوم الحسرة إذ قضي األمر وهم في غفلة وهم ال يؤمنون
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
23 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
“Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika
segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka
tidak (pula) beriman.” (Maryam: 39).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Kamu (Muhammad) hanyalah pemberi peringatan“ إنما أنت منذر من يخشاها
bagi siapa yang takut kepadanya (hari berbangkit).” (An-Naazi’at: 45).
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
24 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
BAB V KENAPA ADA YANG HARUS DIKATAKAN SESAT?
Al-haq dan al-bathil akan terus berseteru -sejak Iblis
membangkang dari perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk sujud
kepada Adam ‘alaihissalam hingga hari akhir nanti- dengan perseteruan
yang begitu sengit, dan tipu daya akan terus-menerus dilakukan oleh
balatentara Iblis untuk mengaburkan al-haq dari al-bathil, namun Allah
Subhanahu wa Ta’ala tidak akan membiarkan tipu daya itu berlangsung
berkepanjangan. Allah Subhanahu wa Ta’ala tetap akan tampakkan
suatu pembeda yang jelas tentang hakekat keduanya:
تبارك الذي نزل الفرقان على عبده ليكون للعالمني نذيرا“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada
hamba-Nya, agar menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”
(Al-Furqan: 1).
Upaya pengaburan terhadap al-haq dan al-bathil akan terus gencar
hingga sampai waktu yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tentukan,
namun di tengah adanya pengaburan tersebut Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah mempersiapkan orang-orang yang adil yang akan tampil
untuk menjelaskan mana al-haq dan mana pula al-bathil, sebagaimana
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda : “Ilmu agama ini
akan terus dibawa oleh orang yang adil dari tiap-tiap generasi yang
senantiasa berjuang menjaga agama ini dari pemutar balikan fakta,
kedustaan atas nama agama dan penta’wilan orang-orang bodoh.”
(Hadits ini dishohihkan oleh Asy-Syaikh Al-Bani dalam Al-Misykah).
Dahulu di zaman jahiliyah, ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi
wassallam belum diangkat sebagai nabi dan belum diutus sebagai rasul,
beliau Shallallahu ‘alaihi wassallam dikenal jujur, amanah,
menyambung silaturrahmi, sopan santun, memuliakan tamu, dan
perbuatan terpuji ada padanya, beliau Shallallahu ‘alaihi wassallam
diakui oleh kaumnya, mereka memberikan gelar kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wassallam sebagai Al-Amin. Namun di saat Nabi
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
25 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
Shallallahu ‘alaihi wassallam diangkat sebagai nabi dan diutus sebagai
rasul, dan beliau Shallallahu ‘alaihi wassallam mulai menda’wahkan
tauhid dan mentahdzir kaumnya dari kesyirikan dan peribadahan kepada
selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, akhirnya keadaanpun berbalik,
tadinya mereka [kaum musyrikin] senang dan memuji Nabi Shallallahu
‘alaihi wassalam, kemudian mereka mencela, menghina dan bahkan
sampai berusaha menghabisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam.
Diantara ucapan keji yang keluar dari mulut-mulut mereka terhadap Nabi
Shallallahu ‘alaihi wassallam khususnya dan para nabi umumnya,
yaitu:
- Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam dan para rasul adalah
pendusta
- Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam dan para rasul adalah
tukang sihir
- Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam dan para rasul adalah
orang gila
- Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam dan para rasul adalah
orang sesat
- Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam dan para rasul tidak ada
apa-apanya, sama saja dengan kaumnya
- Dan berbagai ucapan keji yang mereka [musyrikin] lontarkan kepada
Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam dan para shahabatnya, dan
mereka tetap tidak mau mengikuti Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam.
Apakah dengan sikap mereka seperti itu kemudian kita katakan
mereka sebagai mu’min? Muslim saja mereka tidak, apalagi sampai
dikatakan mu’min. [Tanggapan terhadap ucapan mereka ini akan
kami sebutkan pada pembahasan TANGGAPAN TERHADAP
UCAPAN KEJI TERHADAP RASULULLAH Shallallahu ‘alaihi
wassallam]
Merupakan suatu perkara yang sangat mengherankan ketika ada
dari orang-orang yang berupaya menjelaskan antara al-haq dan al-bathil
serta mentahdzir manusia dari al-bathil, tiba-tiba muncul suatu kelompok
yang menghalanginya bahkan berupaya memeranginya, apalagi kalau
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
26 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
penjelasan dan tahdziran tersebut menyangkut mereka, merekapun
menantang dan mengumumkan permusuhan.
Jadi tidak heran apabila ada di sekitar kita, sebagian orang ketika
mentahdzir suatu kelompok dan melabeli kelompok tersebut dengan
label-label yang dinilai -- oleh orang yang tidak faham hakekatnya --
tidak pantas. Sebagaimana label sururi, turotsi, hizbi atau yang
semisalnya mereka pun akan membantah bukan sururi, turotsi, atau hizbi.
Padahal bukti-bukti kejelasan perbuatan dan ucapan mereka bagaikan
matahari di siang hari, diantara perkataan keji sekaligus sebagai bentuk
tahdzir mereka terhadap Ahlussunnah dan para ‘Ulamanya adalah:
1. “Hati-hati dengan orang yang bernama Duktur Rabi’ bin Hadi
Al-Madkhali!”)
2. Sepulangnya dari Saudi, di Magelang Muhammad Wujud
“memberikan oleh-oleh” tentang Syaikh Rabi’:“Kalau di Indonesia
dia (Syaikh Rabi’) diulamakan, kalau di Saudi banyak yang
seperti dia.”
3. Abdullah Taslim –semoga Allah meluruskan lisannya- berkata:
“Adapun tentang syaikh Robi’ bin Hadi –semoga Allah Azza wa
Jalla menjaganya- beliau tidak termasuk ulama yang paling
senior di Saudi, karena ulama-ulama lain yang lebih tua dan lebih
lama belajar dibanding beliau banyak di Saudi…” (Konsultasi
Ustadz: Memahami Kaidah Al Jarhul Mufassar Muqaddamun
Alatta’diil dan Sikap Kita di Tengah Kerasnya Gelombang Fitnah
(UPDATE), artikel ke 338, Muslim)
4. Murid besar Syarif Hazza’ si kaki tangan Ihya’ut Turots, Abu Mus’ab
menyatakan:“Syaikh Rabi’ yang membantah Syarif Hazza’ adalah
Shighar ulama (ulama kecil)”
5. Abu Nida’ Chamsaha Safwan, Lc, petinggi yayasan Majelis At-
Turots al-Islamy yang berkata tentang kitab-kitab dan kaset karya
para Ulama Salafiyyin: “Adapun tentang kitab-kitab dan kaset-kaset
yang pada dasarnya ditujukan kepada kami (yang secara khusus kami
belum menerimanya dari antum) Pada Dasarnya Adalah Barang-
Barang Yang Pasif yang kami tidak bisa bertanya dan bertabayyun
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
27 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
secara langsung, hanya sebatas kepada kitab dan kaset” (Dinukil dari
selebaran Yayasan At-Turots yang dikeluarkan pada tanggal 4
Jumadil Akhir 1417H/17 Oktober 1996)
6. Itu kan hanya fatwa ulama!
7. Mereka [ulama] adalah rijal, kami juga rijal (laki-laki)
8. Mereka kan hanya ulama biasa bukan ulama kibar (besar)
9. Kami tidak mau perkataan ulama itu! Kami masih tunggu ulama
kibar dan ulama senior.
10. Syaikh Rabi’ tidak termasuk ulama paling senior di Saudi
11. Itu kan hanya masalah khilafiyah ijtihadiyyah
12. Kami memperbaiki Yayasan dan Ma’had hizbiyyah dari dalam.
13. Jangan kalian seperti orang yang tidak punya rasa syukur, gurunya
saja ditahdzir habis-habisan
14. Tidak usah tahdzir-tahdziran lah! Semangat saja belajar dan ibadah
biar masuk Surga! Itu tujuan kita, kan?
15. Ga usah ngomongin tahdzir-tahdziran…
16. Ahli tahdzir picisan bermanhaj salafi extreme berkelakar
17. Biarkan [yang ditahdzir itu], dia juga punya jasa! Semua orang bisa
salah dan bisa benar.
18. Ahlussunnah [atau Salafy] itu keras-keras karena kebanyakan
mantan-mantan preman, jadi watak kepremanannya itu masih terus
ada.
Apalagi ucapan yang begitu garang dan ganas pada tahun 2005 mengirim
email (setelah pembubaran LJ) dan memvonis ex-LJ sebagai bajingan-
bajingan Khawarij! Berikut nukilan email ganasnya: “From Forum
Konsultasi Terpadu Al-Islam Sun Sep 25 23:53:13 2005
ass.wr.wb, kalian memang orang-orang Berkepala Batu Dan Tahu Malu
(???!-peny). serta Tidak Punya Muka And Muka Tembok(???!-peny).
…JADI RENUNGKANLAH BAJINGAN-BAIJNGAN KHAWARIJ.
sebelum Allah membuka borok-borok kalian yang menjijikkan.
Atau KALO KALIAN MASIH PUNYA NYALI DAN JANTAN MANA
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
28 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
PEMBESAR-PEMBESAR KALIAN, YA BAJINGAN KHAWARIJ
YANG MENGAKU SALAFY, INILAH TANTANGAN RANDI
FIDAYANTO, jika kalian memang orang-orang yang benar.
…JANGAN KALIAN WAHAI PEMBESAR-PEMBESAR KHAWARIJ
YANG BISANYA MENIPU DAN MENDOKTRIN BEBEK-BEBEK
YANG TIDAK PUNYA DALIL. Randi Fidayanto, Lc Purwokerto” 1
Dan berbagai ucapan keji semakna yang keluar dari mulut-mulut
mereka terhadap Ahlussunnah dan para ‘Ulamanya yang jelas-jelas
menyelisihi Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan mereka tetap tidak mau
beradab terhadap ‘Ulama Ahlussunnah, apakah dengan sikap mereka
seperti itu terhadap Ulama Ahlussunnah menjadikan mereka sebagai
Ahlussunnah? Berapa banyak ayat dan hadits serta perkataan salafush
shalih yang dipaparkan oleh para ‘Ulama Ahlussunnah ketika mentahdzir
kesesatan dan penyimpangan, namun malah mereka berani nantang
Ulama Ahlussunnah. Subhanallah! [Insya Allah tanggapan atas ucapan
keji tersebut akan ada pada pembahasan INI TANGGAPAN ATAS
UCAPAN KEJI ITU]
Apa lagi ucapan super kasar yang dihindari sendiri oleh pakar
bahasa Halus, Abduh Zulfidar Akaha, Lc seperti di footnote berikut ini,2
1 http://nyata.wordpress.com/2008/04/21/superman-dan-dakwah-dari-dalam/
2 Saya makin benci salafi... Ketika mereka yang baru menyatakan diri salafilangsung
main menyalahkan orang; itu salah, itu bid'ah, itu sururi, itusesat, itu kafir…. Saya
makin benci salafi... Ketika mereka merenggut orang terdekat dalam keluarga saya, dan
mereka mencekokinya dengan doktrin-doktrin murahan beriming-iming surga. Saya
makin benci salafi... Ketika mereka sibuk menggembar-gemborkan musibah yang
terjadi di Indonesia adalah akibat kesesatan dan bid'ah yang dikerjakan rakyat negeri ini.
Saya makin benci salafi... Ketika mereka sangat antusias membela bangsa lain
ketimbang bangsa negeri sendiri. Saya makin benci salafi... Ketika mereka
bersinggungan dengan saya, mereka halalkan darah saya, mereka mengejar saya. Saya
makin benci salafi... Tapi saya bisa apa...!!! Bangsat kau salafi!!!
Kupretist<[email protected]> Sat, Jun 21, 2008 at 11:33 AM
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
29 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
atau sumpah serapah seperti ini.3 Tak terhitung ucapan, hujatan, bahkan
ancaman fisik, pembunuhan juga terlontar pada Ahlussunnah. Seperti
ucapan di bawah topik "Ane kesal ama SALAFY", ada postingan salaf
pada 03 Mei 2006, 14:07:17 : "ane ingin ngumpulin salafiyun trus tak
sembelih satu-satu. biar kapok. setuju nggak ente-ente?"
(http://myquran.org/forum/index.php/topic,2418.msg35330/topicseen.ht
ml#msg35330). Di bawah topik "Siapa yang Menaungi Manhaj ‘Killer’
?", ada postingan tuingtuing pada 29 April 2008, 16:51:12 : "wah, di-hajr
3 SALAFUSHOLEH TIDAK SEPERTI "SALAFI" ADA TIGA JULUKAN BAGUS UNTUK
ORANG-ORANG "SALAFI": 1. SALAFI BERMULUT ANJING 2. SALAFI BAJINGAN 3.
SALAFI AHLI MENGGONGGONG http://hidupsalafusholeh.blogspot.com/
Minggu, 2008 Juni 01 : “DIMANA-MANA ORANG DENGAN BAJU KEARAB-ARABAN
PLUS JENGGOT, CELANA CINGKRANG, YANG HOBINYA BILANG BIT’AH-BIT’AH
MENUDUH ORANG SEMBARANGAN. MEREKA INILAH YANG DINAMAKAN ORANG-
ORANG SALAFI. SALAFI MEMANG ANJING, MELIHAT WAJAHNYA SAJA SUDAH
LANGSUNG TERBAYANG WAJAH ANJING YANG SUKA MENGGOGONG. SEKALI
LAGI SALAFI TERBUKTI BERMULUT SEPERTI ANJING SENANG SEKALI LIHAT
ORANG SALAFI DIBUNUH DAN DIRENDAHKAN AKIBAT DARI KELAUANNYA YANG
SUKA MEM-BIT’AHKAN DAN MENGKAFIRKAN KELOMPOK ISLAM YANG LAIN.
PADAHAL KELOMPOK ISLAM INI TELAH TERBUKTI BERPEGANG TEGUH PADA
AJARAN ISLAM. SALAFI MEMANG
ANJING…ANJING…BAJINGAN….ASU…BABI…DAN HEWAN TERCELA LAINNYA.
DIMANA-MANA ORANG DENGAN BAJU KEARAB-ARABAN PLUS JENGGOT,
CELANA CINGKRANG, YANG HOBINYA BILANG BIT’AH-BIT’AH MENUDUH ORANG
SEMBARANGAN. MEREKA INILAH YANG DINAMAKAN ORANG-ORANG SALAFI.
(8x) http://hidupsalafusholeh.blogspot.com/2008/06/salafi-asu-
bajingan.html
Rabu, 2008 April 09. Salafi memang BAJINGAN, suka mengkritik kelompok Islam yang lain.
Padahal golongan yang dikritik oleh salafi jauh lebih baik daripada Salafi. Justru kelompok yang
dikritik malah lebih berakhlak seperti akhlaknya para Salafusholeh. Sekali lagi, salafi memang
bukan Salafusholeh.
Salafusholeh selalu menghormati perbedaan pendapat. Sedangkan"salafi" TIDAK. Sehingga
wajar bila disebut ORANG-ORANG SALAFI MULUTNYA SEPERTI MULUT ANJING, suka
menggonggong GUK...GUK...GUK...KAING..KAING... http://hidupsalafusholeh.blogspot.com/2008/04/salafi-memang-anjing.html
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
30 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
masih mending pak. DI HAJAR AJA SEKALIAN.
http://myquran.org/forum/index.php/topic,38160.msg1056622.html
Tak luput juga dari ucapan Abu Abdirrahman Al Thalibi alias
Joko Waskito yang menghina ma’had Darul Hadits Yaman, di bawah
topik "Beda Salafus Shalih dengan Khawarij Modern" pada 03 Mei 2008
11:51:57 : "Namun di tangan Khawarij jaman modern, segalanya jadi
berubah. Mereka membenci urusan dunia, mendoktrin pengikut-
pengikutnya untuk “belajar din saja”, tidak mau tahu urusan masyarakat,
membenci masalah politik, tidak tahu perkembangan ekonomi, informasi,
budaya, dst. Bahkan di Ma’had Daarul Hadits Syaikh Muqbil di
Yaman, disana tidak ada listrik, rumah-rumah dari tembok tanah,
tidak tersentuh teknologi.” Inilah ejekan, hinaan, celaan, pada
Ahlussunnah dan Ulamanya dari hizbiyyun itu.
Maka sebagai peringatan dan nasehat Al Imam Al Hafidz Abul
Qasim Ibnu ‘Asakir rahimahullah dalam dalam kitab Tabyiinu Kadzbil
Mufari (halaman 29-30) berkata: “Ketahuilah, wahai saudaraku [semoga
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi petunjuk kepada kita semua ke
dalam keridhaan-Nya dan memasukkan kita ke dalam golongan orang-
orang yang takut kepada-Nya dan bertaqwa dengan sebenar-benarnya
taqwa] bahwa daging para ulama itu beracun, sebagaimana diketahui
bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyingkap penutup orang-
orang yang menghinakan mereka dan siapa saja yang melepaskan
lidahnya untuk menjelekkan dan menghinakan para ulama, maka Allah
Subhanahu wa Ta’ala akan ditimpakan kepada orang tersebut berupa
hati yang mati sebelum kematian dirinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman :
يمأل ذابع مهيبصي ة أونتف مهيبصأن ت رهأم نفون عالخي ينذر الذحفلي “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah rasul
takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih” (An Nur:
63)
Walaupun mereka [yang mengucapkan kata-kata keji tersebut]
mengatakan: “Kami adalah ahlussunnah wal Jama’ah, kami tidak pernah
mencela atau menjelek-jelekan penguasa apalagi sampai memberontak
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
31 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
kepada penguasa muslim, karena sifat mencela dan menjelek-jelekan
penguasa muslim adalah sifatnya Muhammad Surur Zainal Abidin [dan
orang-orang yang sefaham dengannya] bukan kami. Dan kami tidak pula
mengkafirkan ahlu kiblat dari kaum muslimin.” Namun ucapan mereka
ini tidak ubahnya hanya permainan kata-kata dusta yang penuh hiasan.
Maka kami tegaskan: “Memang mereka tidak pernah
memberontak kepada penguasa dan tidak mengkafirkan kaum muslimin,
namun ini hanya satu sifat Surury yang terbebas [yang tidak ada] pada
mereka dan juga kelompok mereka. Namun perlu diketahui, bahwa
“Seseorang yang terbebas dari satu sifat, bukan suatu jaminan ia terbebas
dari semua sifat”. Maka kami tegaskan lagi bahwa mereka adalah Surury
atau minimalnya mereka adalah saudara-saudaranya Surury, karena sifat
kesururiyahan lebih dominan pada mereka, dan kami tidak menyalahkan
orang-orang menyatakan mereka adalah Hizbi!
Catatan penting, Abdurrahman bin Abdul Karim at Tamimi Abu
Auf adalah guru di Ma’had ‘Ali Al Irsyad Surabaya, yang sekarang
menjadi STAI Ali bin Abi Thalib. Ma’had Abdurrahman at Tamimi ini
berada di bawah DPW Al Irsyad Jawa Timur yang dipimpin Chalid
Bawazir. Ketua PP Al Irsyad yang membawahi Chalid Bawazir adazlah
Ir. Farouk Zein Badjabir. Chalid adalah sebagai sponsor utama daurah-
daurah masyayikh Yordan dan Saudi, ternyata juga terbukti melakukan
pembangkangan massal terhadap keputusan pemerintah yang meng-
illegal-kan PP Al Irsyad versi mereka.
Setelah tanggal 1 Juli 2005 dikabarkan adanya
“PENGUMUMAN PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK
INDONESIA” di situs www.alirsyad.org, isinya “Mahkamah Agung
Republik Indonesia akhirnya mengeluarkan Putusannya yang
BERKEKUATAN HUKUM TETAP tetap dalam perkara No.
1702/K/PDT/2004 Jo. No. 31/PDT/2004/PT. DKI Jo. No.
PDT.G/2002/PN.JKT.TIM...Menyatakan menurut hukum bahwa
Pimpinan Pusat Al-Irsyad Al-Islamiyyah dengan Ketua Umum Ir.
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
32 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
FAROUK ZEIN BAJABIR termasuk semua Personalia dan
Fungsionarisnya yang diangkat dan Tawangmangu pada tanggal 16-17
Oktober 1999 maupun Muktamar Luar Biasa di Cilacap pada tanggal 03
sampai dengan Juli 2002 adalah cacat hukum, tidak sah dan batal demi
hukum.”4
Lantas pejabat PP Al Irsyad, Ketua Majelis Organisasi &
Kelembagaan, Husen Maskati, dalam artikel bertajuk “Tabayyun”,
diposting di www.alirsyad.or.id pada tanggal 11 Juli 2005 pukul 02.41
pm, menuliskan : “Sebenarnya lebih afdhal lagi yang harus menjawab
dan memberikan penilaian adalah Tim Mediator; Fuad Bawazier, Yusuf
Thalib dan Sulaiman Ganis bukan Mahkamah Agung dan Kejaksaan
Agung, sebab kita tahu siapa Bagirmanan dan siapa Abdurrahman
Saleh serta bagaimana kondisi obyektif peradilan di Indonesia
tercinta ini. Dengan demikian akan jelas siapa sebenarnya yang
melanggar kesepakatan atau khianat dengan kesepakatan bersama yang
telah dinyatakan secara lisan maupun tulisan dalam suatu keputusan yang
sah dan disaksikan bersama oleh banyak orang.”5 Inilah penentangan
yang jelas pada keputusan Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung,
lantaran keputusan yang tidak menyenangkan mereka, organisasinya
dianggap ilegal. Hal ini terekam dalam catatan kami sejak tahun 2005.6
Pejabat Al Irsyad ini langsung menyebut nama pejabat negara waktu itu,
Bagir Manan (Ketua MA) dan Abdurrahman Saleh (Jaksa Agung) tidak
obyektif alias tidak adil.
4 http://alirsyad.net/index.php?option=com_content&task=view&id=45&Itemid=2
5 Nampak tulisan Husen Maskati di screen shot yang diambil pada tanggal 11 Juni 2006
kami rekam pada situs berikut
http://img120.imageshack.us/img120/8438/ppalirsyadmenentangma11vz9.jpg. Judul
artikel Tabayyun nampak di halaman utama situs Al Irsyad www.alirsyad.or.id pada 25
Desember tahun 2005.
http://img71.imageshack.us/img71/8118/ppalirsyadmenentangma25jx8.jpg 6 http://img71.imageshack.us/img71/8118/ppalirsyadmenentangma25jx8.jpg
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
33 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
Gambar 1. Bukti penentangan PP Al Irsyad pimpinan Ir. Farouk Zein
Badjabir, rekan Abdurrahman Abu Auf at Tamimi (Surabaya), Drs.
Chalid Bawazeer, penyelenggara daurah masyayikh Yordania dan Saudi
beberapa tahun terakhir. Dipampangkan di situs www.alirsyad.or.id,
rekaman yang ada versi 11 Mei 2006. Sekarang situs www.alirsyad.or.id
diambil alih oleh PP Al Irsyad yang dimenangkan Mahkamah Agung RI.
Jika mereka tidak mau dikatakan Surury [atau minimalnya
saudara-saudaranya Surury], maka kami akan ceritakan sebuah kisah
yang diriwayatkan oleh Al-Imam Bukhari, Imam Muslim dan Imam
Ahmad dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu : “Ada dua wanita dari
Hudzail bertengkar, satu dari keduanya melemparkan batu kepada yang
lain hingga meninggal dunia dan meninggal pula janin dalam perutnya”,
maka dua wanita tersebut tadi, perkaranya diadukan kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wassallam, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
34 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
wassallam putuskan bahwa wanita yang melemparkan batu sehingga
menggugurkan janin dalam kandungan itu harus membayar diat seorang
budak laki-laki atau seorang budak perempuan. Maka berkatalah Hamal
bin Malik bin An-Naabighoh Al-Hudzaliy: Bagaimana dimintai
membayar diat [orang menggugurkan janin], yang janin tersebut tidak
minum, tidak makan, tidak berucap dan tidak pula menangis/tertawa?
Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam menyatakan:
“Sesungguhnya dia (Hamal) termasuk saudara-saudaranya dukun”.
Coba cermati, Hamal Al-Hudzaliy hanya melantunkan sajak,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam dengan tegas nyatakan dia
termasuk saudara-saudaranya dukun, karena sajak seperti itu biasanya
adalah lantunan para dukun, lagi pula sajaknya mengandung makna
penentangan terhadap hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sekarang
coba bandingkan dengan mereka yang tidak mau dikatakan Surury atau
saudara-saudaranya Surury, bukankan kemiripan mereka terhadap Syaikh
mereka Muhammad Surur sangat banyak [dan lebih mendominasi],
sedangkan Hamal Al-Hudzaliy mengucapkan sajak hanya sekali saja
yang keluar dari mulutnya langsung dikatakan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wassallam sebagai saudara-saudaranya dukun.
Sangat bertolak-belakang-kan? Mereka hanya satu sifat yang tidak sama
dengan Muhammad Surur yaitu tidak mencela atau memberontak kepada
penguasa muslim dan tidak mengkafirkan kaum muslimin, sedangkan
Hamal Al-Hudzaliy mengucapkan sajak hanya sekali ucapan saja
dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam sebagai
saudara-saudaranya dukun, bukankah lebih pas dan cocok kalau mereka
menyandang gelar Surury karena lebih mendominasi kemiripan mereka
dengan Syaikh Muhammad Surur?
Adapun ketersinggungan mereka terhadap kami karena
membantah ucapan keji yang keluar dari mulut mereka terhadap ‘Ulama
Ahlussunnah itu, sehingga mereka menyatakan: “Memang itu kebiasaan
dia mentahdzir kami, menuduh kami adalah Surury ketika di belakang
kami, apakah begini cara yang hikmah ?”
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
35 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
Maka kami katakan: “Tidak salah kalau kami atau ada sebagian
orang menyikapi mereka seperti itu, bukankah hujjah telah sampai
kepada mereka jauh-jauh hari sebelumnya, namun kini mereka mau
bersikap masa bodoh. Sekali lagi, tidaklah salah apabila mereka disikapi
seperti itu. Bukankah dahulu di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi
wassallam selepas pembagian harta rampasan perang, dan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wassallam adalah orang yang sangat berlaku adil
dan menginginkan orang-orang yang baru masuk Islam bertambah
senang dan cinta terhadap Islam sehingga mereka mendapatkan hasil
pembagian yang menyenangkan hati mereka, tiba-tiba Dzul Khuwaisirah
at Tamimi yang nampak bijak dengan berjubah “Keadilan untuk
kesejahteraan para pejuang”, mengangkat suara : “Wahai Rasulullah,
berbuat adillah!”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam menjawab:
“Celakalah engkau! Siapa lagi yang berbuat adil jika aku tidak berbuat
adil? Benar-benar merugi jika aku tidak berbuat adil”. Maka Umar bin
Al-Khaththab [dalam riwayat lain, Khalid bin Al-Walid] menyatakan:
“Wahai Rasulullah, ijinkanlah aku untuk memenggal lehernya!”.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam menjawab “Biarkanlah ia,
sesungguhnya ia akan mempunyai pengikut yang salah seorang dari
kalian merasa bahwa shalat dan puasanya tidak ada apa-apanya
dibandingkan shalat dan puasa mereka, mereka selalu membaca Al
Qur’an namun tidaklah melewati kerongkongan mereka, mereka keluar
dari Islam sebagaimana keluarnya anak panah dari ar-ramiyyah2, dilihat
nashl-nya (besi pada ujung anak panah) maka tidak didapati bekasnya.
Kemudian dilihat rishaf-nya (tempat masuknya nashl pada anak panah)
maka tidak didapati bekasnya, kemudian dilihat nadhiy-nya (batang anak
panah) maka tidak didapati bekasnya, kemudian dilihat qudzadz-nya
(bulu-bulu yang ada pada anak panah) maka tidak didapati pula
bekasnya. Anak panah itu benar-benar dengan cepat melewati/menembus
lambung dan darah (hewan buruan itu). Ciri-cirinya, (di tengah-tengah
mereka) ada seorang laki-laki hitam, salah satu lengannya seperti
payudara wanita atau seperti potongan daging yang bergoyang-goyang,
mereka akan muncul di saat terjadi perpecahan di antara kaum
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
36 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
muslimin.”. Dan perkataan Rasululah Shallallahu ‘alaihi wassallam ini
tidak diperdengarkan langsung kepada penggagas faham khawarij tadi.
Maka apakah mereka akan menyalahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wassallam karena beliau Shallallahu ‘alaihi wassallam tidak bicara
langsung didepannya?
Dan ketika mereka ditahdzir oleh sebagian mantan teman-teman
atau mantan mad’u-nya, ditahdzir dengan ayat-ayat Allah Subhanahu wa
Ta’ala atau hadits-hadits atau dengan ucapan salafush sholih supaya
mereka sadar dan mau bertaubat untuk tidak lagi duduk atau mencari
ilmu di pangkuan ahlu bid’ah atau ahlu ahwa’, mereka dengan lisan yang
ringan menjawab: “Biarkanlah ahlu tahdzir itu mentahdzir, tidak perlu
kita tersibukkan dengan mereka, biarkan! Nantinya juga –kalau sudah
capek atau bosan- akan berhenti dan diam dengan sendirinya.”
Subhanallah.
Maka perlu digaris-atasi bahwa ucapan seperti ini merupakan
bentuk tidak beradabnya mereka terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala ,
padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman :
وأنزلنا إليك الذكر لتبين للناس ما نزل إليهم ولعلهم يتفكرون “Dan Kami turunkan kepadamu (wahai Nabi) Adz-Dzikr, agar kamu
menjelaskan kepada manusia apa-apa yang telah diturunkan kepada
mereka. Semoga mereka mau berfikir.” (An-Nahl: 44).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam menjelaskan Al-
Qur’an kemudian sepeninggal beliau Shallallahu ‘alaihi wassallam
diteruskan oleh pewarisnya yaitu para ulama. Para ulama-pun
merealisasikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : الذكر كا إليأنزلنو yaitu
pada Al-Qur’an tersebut telah ada penyebutan tentang apa saja yang
dibutuhkan oleh hamba berupa penjelasan atau keterangan tentang urusan
mereka yang kaitannya dengan perkara dien (agama) atau perkara dunia
mereka, yang zhahir atau yang bathin.
Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam juga diperintahkan
untuk menjelaskan kepada manusia pada umumnya serta mentahdzir
mereka dari kesesatan berupa syirik, maksiat dan bid’ah. Sedangkan
firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala :
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
37 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
لهما نزل إلياس ملنل نيبت [supaya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam menjelaskan kepada
manusia apa-apa yang diturunkan kepada mereka berupa Adz-Dzikr]
yang mencakup penjelasan dari segi lafadznya ataupun menjelaskan dari
segi maknanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam memberikan
pengajaran atau tahdzir supaya kita mengikutinya, sebagaimana
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam ketika mempraktekkan sholat
di hadapan para shahabat tepatnya di atas mimbar, beliau Shallallahu
‘alaihi wassallam bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya tadi aku
lakukan hal itu agar kalian mengikuti aku dan kalian dapat belajar
tentang salatku.” (HR. Bukhari, jilid 1, hal 106, HR Muslim) Dan dalam beberapa hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wassallam mentahdzir langsung dengan lisan, seperti tahdzir terhadap
Khawarij : “Anjing-anjing neraka. Mereka adalah sejelek-jelek bangkai
di bawah naungan langit, dan sebaik-baik orang yang terbunuh adalah
orang yang dibunuh oleh mereka.” (Hadits hasan, diriwayatkan oleh Al-
Ajurri dalam Asy-Syari’ah hal. 156)].
Terkadang pula dengan perbuatan, seperti tahdzir atas sahabat Ka’ab bin
Malik Radiyallahu ‘anhu lantaran tidak ikut jihad pada perang Tabuk,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam dan para shahabat tidak
mengajaknya bicara. Terkadang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wassallam mengumpulkan keduanya yakni tahdzir dengan perkataan
dan perbuatan, seperti tahdzir terhadap penggagas faham Khawarij.
Lantas kenapa mereka kemudian mau bermasa bodoh atau berpura-pura
bodoh dengan masalah tahdzir?
Apakah mereka tidak mau tahu di balik keasyikan bergaul dengan
ahlu bid’ah, bermesraan dengan kesesatan dan penyimpangan Allah
Subhanahu wa Ta’ala akan palingkan mereka dari kebaikan dan rahmat-
Nya menuju kejelekkan dan kehinaan, Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman :
سأصرف عن آياتي الذين يتكبرون في األرض بغير الحق وإن يروا كل آية ال يؤمنوا بها وإن يروا بيال وس ذوهختال ي دشبيل الرسنيلا غافهنوا عكانا وناتوا بآيكذب مهبأن كبيال ذلس ذوهختي يبيل الغا سورإن ي
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
38 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan
dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda
kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat (Ku), mereka tidak
beriman kepadanya. Dan jika melihat jalan yang membawa petunjuk,
mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat kesesatan,
mereka terus menempuhnya. Yang demikian itu karena mereka
mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai daripadanya.” (Al-
A’raf: 146).
Memang mereka [Surury] ada kebanggaan tersendiri ketika
dikatakan mereka adalah Surury, mungkin mereka akan berkata: “Tidak,
kami bukan Surury, tidakkah kalian lihat bahwa kami mengajarkan kitab-
kitab ulama Ahlussunnah? Lihatlah pula bahwa kami sudah banyak
memperkenalkan dakwah Ahlussunnah ini kepada orang awam, dan
berapa banyak yang menerima dakwah Ahlussunnah wal Jama’ah dari
kami?”
Maka kami katakan: Dengan adanya andil dan peran mereka
seperti itu, sehingga masyarakat tahu tentang aqidah Ahlussunnah dari
mereka, atau mengerti adab Islami dari mereka dan faham hukum-hukum
Islam dari mereka, maka yang demikian itu adalah bukti kebenaran sabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam : “Sesungguhnya Allah
menguatkan agama ini dengan [sebab] orang yang fajir (pembuat
dosa)”. (Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)
Dengan pernyataan yang tegas dan kokoh tersebut kemudian bisa
menimbulkan kritikan dari berbagai pihak termasuk dari pihak Surury
sendiri, kenapa harus dibeda-bedakan? Bukankah ada kesamaan
walaupun, beberapa sisi ada perbedaan, lagi pula lebih mendominasi
pada ciri Salafi dan sedikit pada sifat Sururi ? Kenapa masih ada
penyebutan pihak sana dikatakan Surury, Turotsi, yang pihak lain
dikatakan Salafy [Ahlussunnah]?
Maka sebagai jawaban bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
berfirman :
أم نجعل الذين آمنوا وعملوا الصالحات كالمفسدين في األرض أم نجعل المتقني كالفجار
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
39 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
“Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat
kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-
orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat ma'siat?”
(Shaad: 28).
Demikianlah pernyataan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka
kamipun nyatakan: Patutkah kami menganggap orang-orang yang
mencela, mencaci dan menghina ‘Ulama Ahlussunnah sama dengan
Salafy [Ahlussunnah]? Patutkah kami menganggap orang-orang yang
berteman dengan ahlu bid’ah serta ahlu ahwa’ sama dengan berteman
dengan Salafy? Wallahu a’la wa a’lam.
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
40 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
BAB VI Tanggapan Terhadap Ucapan Keji Terhadap Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wassalam
VI.a. Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam dan para rasul
adalah Pendusta?
Kaum musyrikin memiliki andil yang sangat besar dalam
menjelek-jelekkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam , ketika
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam mentahdzir mereka dengan
firman Allah (Al-Qur’an), mereka balik mengatakan: Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wassallam dan para rasul adalah pendusta. Allah
Subhanahu wa Ta’ala kisahkan tentang perkataan mereka:
إن هذا إال إفك افتراه وأعانه عليه قوم آخرون “(Al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan
[oleh Muhammad], dan dia dibantu oleh suatu kaum yang lainnya.” (Al-
Furqan: 4).
Dan tidak ketinggalan pula kaum munafiqin ikut mengucapkan
perkataan keji kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya,
Allah Subhanahu wa Ta’ala kisahkan:
وإذ يقول المنافقون والذين في قلوبهم مرض ما وعدنا الله ورسوله إال غرورا “Dan ketika orang-orang munafiq yang di dalam hati mereka ada
penyakit, mereka berkata; Allah dan Rasul-Nya tidak pernah janjikan
kepada kami melainkan hanya tipuan.” (Al-Ahzab: 12).
Dan sama pula pada umat-umat terdahulu ketika nabi Hud
‘alaihissalam mentahdzir mereka supaya beribadah kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala semata dan tidak menyekutukan-Nya, mereka
balik mentahdzir, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala ceritakan :
بنيالكاذ نم كظنا لنإنو ةفاهي سف اكرا لنإن همقو نوا مكفر ينأل الذقال الم “Pemuka-pemuka orang-orang yang kafir dari kaumnya berkata:
“Sesungguhnya kami memandang kamu benar-benar kurang waras dan
kami menyangka kamu adalah pendusta.” (Al-A’rof: 66). Nabi Hud
‘alaihissalam membantah mereka dan mengingatkan mereka tentang azab
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
41 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
Allah Subhanahu wa Ta’ala namun tidaklah membuat mereka sadar.
Allah Subhanahu wa Ta’ala kisahkan:
ولكني رسول من رب العالمني أبلغكم رساالت ربي وأنا لكم ناصح أمنيقال يا قوم ليس بي سفاهة“Dia [Hud] menjawab: “Wahai kaumku! Bukannya aku kurang waras,
tetapi aku ini adalah Rasul dari Robb seluruh alam, aku menyampaikan
amanat Robbku dan pemberi nasehat terpercaya kepada kalian.” (Al-
A’rof: 67-68).
Bahkan Fir’aun, Hamman dan Qarun ketika didatangi oleh Musa
‘alaihissalam dalam mentahdzir mereka, mereka berkata Musa
‘alaihissalam tukang sihir dan pendusta, sebagaimana Allah Subhanahu
wa Ta’ala firmankan :
ذلك بأنهم كانت تأتيهم رسلهم بالبينات فكفروا فأخذهم الله إنه قوي شديد العقاب ولقد أرسلنا موسى ابإلى فرعون وهامان وقارون فقالوا ساحر كذ. بآياتنا وسلطان مبني
“Yang demiklan itu adalah karena telah datang kepada mereka rosul-
rosul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata lalu mereka kafir;
maka Allah mengazab mereka. Sesungguhnya Dia Maha Kuat lagi Maha
Keras hukuman-Nya. Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan
membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, kepada Fir'aun,
Hamman dan Qarun; maka mereka berkata: "(Ia) adalah seorang tukang
sihir yang pendusta". (Ghaafir: 22-24).
VI.b. Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam dan Para Rasul
adalah Tukang Sihir atau Terkena Sihir?
Adalah bukti yang sangat jelas ketika Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wassallam dengan tegas mentahdzir kaum musyrikin dari
kesyirikan dan kesesatan mereka balik mantahdzir manusia agar tidak
seperti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam yang mereka katakan
sebagai tukang sihir. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengisahkan ucapan
mereka:
وقال الظالمون إن تتبعون إال رجال مسحورا
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
42 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
“Dan orang-orang yang zholim itu berkata: Kalian tidak lain hanyalah
mengikuti seorang laki-laki yang terkena sihir.” (Al-Furqan: 8). Allah
Subhanahu wa Ta’ala tegaskan pula tentang sikap mereka itu:
بنيول مسرو قالح ماءهى جتح ماءهآبالء وؤه تعتل مب .قالوا ه قالح ماءها جلمو ا بهإنو رحذا س .كافرون
“Bahkan Aku telah memberikan kenikmatan hidup kepada mereka dan
bapak-bapak mereka sehingga datanglah kepada mereka kebenaran (Al
Quran) dan seorang rasul yang memberi penjelasan. Dan tatkala
kebenaran (Al Quran) itu datang kepada mereka, mereka berkata: "Ini
adalah sihir dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
mengingkarinya". (Az-Zukhruf: 29-30).
Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala tampakkan tanda-tanda
kalau Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam adalah benar seorang
rasul dan diutus untuk memberi peringatan mereka balik mengingkari
tanda-tanda tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
رمتسم رحقولوا سيوا ورضعة يا آيورإن يو “Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda
(mukjizat), mereka berpaling dan berkata: "(Ini adalah) sihir yang terus
menerus". (Al-Qomar: 2).
Disaat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam mentahdzir
kaum musyrikin agar mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala ,mereka
balik menuduh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam sebagai
tukang sihir yang banyak berdusta. Allah Subhanahu wa Ta’ala
kisahkan:
أجعل اآللهة إلها واحدا إن هذا لشيء . ءهم منذر منهم وقال الكافرون هذا ساحر كذابوعجبوا أن جاابجع .ادرء ييذا لشإن ه كمتهلى آلوا عبراصوا وشام أن مهنأل مالم طلقانو .ا بهنعما سم لةي المذا ف
القتذا إال اخإن ه ةراآلخ “Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi
peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir
berkata: "Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta". Mengapa
ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu Sesembahan Yang Satu saja?
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
43 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.
Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata): "Pergilah
kalian dan tetaplah (menyembah) sesembahan-sesembahan kalian,
sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki. Kami tidak
pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (mengesakan
Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan.” (Shaad: 4-7).
Dengan perlakuan kaum musyrikin tersebut, tidaklah kemudian
membuat syari’at tahdzir terhapus atau terhenti, bahkan Allah
Subhanahu wa Ta’ala terus memerintahkan kepada rosul-Nya
Shallallahu ‘alaihi wassallam untuk tetap mentahdzir mereka. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قل تربصوا فإني . أم يقولون شاعر نتربص به ريب المنون. نعمة ربك بكاهن وال مجنونفذكر فما أنت ب نيصبرتالم نم كمعطاغون.م مقو مه ذا أمبه مهالمأح مهرأمت أم . لهقوقولون تي ونأمنمؤل ال يب.
“Maka tetaplah memberi peringatan, dan karena disebabkan nikmat
Robbmu kamu (Muhammad) bukanlah seorang dukun dan bukan pula
seorang gila. Bahkan mereka mengatakan: "Dia adalah seorang penyair
yang kami tunggu-tunggu kecelakaan menimpanya". Katakanlah:
"Tunggulah, maka sesungguhnya akupun termasuk orang yang
menunggu (pula) bersama kalian". Apakah mereka diperintah oleh
pikiran-pikiran mereka untuk mengucapkan tuduhan-tuduhan ini ataukah
mereka kaum yang melampaui batas? Ataukah mereka mengatakan:
"Dia (Muhammad) membuat-buatnya". Sebenarnya mereka tidak
beriman.” (Ath-Thur: 29-33).
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengkisahkan nabi Syu’aib
‘alaihissalam ketika mentahdzir kaumnya:
وما أسألكم عليه من أجر إن أجري . فاتقوا الله وأطيعون. إني لكم رسول أمني. إذ قال لهم شعيب أال تتقون نيالمالع بلى رإال ع.سرينخالم نوا مكونال تل وفوا الكيأو .زنيموقتسطاس المسوا . وا بالقسخبال تو
ينفسدض مي األرا فثوعال تو ماءهيأش اسالن. نم تا أنمقالوا إن نيلالجبلة األوو لقكمي خقوا الذاتورينحسإ. الما وثلنم رشإال ب تا أنموبنيالكاذ نلم كظنن ن.
“Ketika Syu'aib berkata kepada mereka: "Mengapa kalian tidak
bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
44 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
diutus) kepada kalian. maka bertakwalah kepada Allah dan taatilah aku;
dan aku sekali-kali tidak minta upah kepada kalian atas ajakan itu;
upahku tidak lain hanyalah dari Robb semesta alam. Sempurnakanlah
takaran dan janganlah kalian termasuk orang-orang yang merugikan;
dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kalian
merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kalian merajalela di
muka bumi dengan membuat kerusakan; dan bertakwalah kepada Allah
yang telah menciptakan kalian dan umat-umat yang dahulu". Mereka
berkata: "Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang
yang terkena sihir, dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia
seperti kami, dan sesungguhnya kami yakin bahwa kamu benar-benar
termasuk orang-orang yang berdusta.” (Asy-Syu’ara’: 177-186).
Diantara sekian bukti bahwa tahdzir akan terus ada, dan di zaman
dahulu juga senantiasa diserukan oleh para rasul hingga rasul-rasul
tersebut dikatakan tukang sihir, diantara mereka adalah nabi Musa
‘alaihissalam, beliau mentahdzir Fir’aun dan para tukang sihirnya,
sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala tegaskan:
فلنأتينك بسحر مثله . ولقد أريناه آياتنا كلها فكذب وأبى قال أجئتنا لتخرجنا من أرضنا بسحرك يا موسى قال موعدكم يوم الزينة وأن يحشر الناس . فاجعل بيننا وبينك موعدا ال نخلفه نحن وال أنت مكانا سوى
قال لهم موسى ويلكم ال تفتروا على الله كذبا فيسحتكم بعذاب . ضحى فتولى فرعون فجمع كيده ثم أتىقالوا إن هذان لساحران يريدان أن يخرجاكم . أمرهم بينهم وأسروا النجوىفتنازعوا . وقد خاب من افترى
استعلى فأجمعوا كيدكم ثم ائتوا صفا وقد أفلح اليوم من . من أرضكم بسحرهما ويذهبا بطريقتكم المثلىقال بل ألقوا فإذا حبالهم وعصيهم يخيل إليه من . قالوا يا موسى إما أن تلقي وإما أن نكون أول من ألقى
وألق ما في يمينك تلقف . خف إنك أنت األعلىقلنا ال ت. فأوجس في نفسه خيفة موسى. سحرهم أنها تسعىفألقي السحرة سجدا قالوا آمنا برب هارون . ما صنعوا إنما صنعوا كيد ساحر وال يفلح الساحر حيث أتى
أن آذن لكم إنه لكبريكم الذي علمكم السحر فألقطعن أيديكم وأرجلكم من وموسى قال آمنتم له قبل .خالف وألصلبنكم في جذوع النخل ولتعلمن أينا أشد عذابا وأبقى
“Dan sesungguhnya Kami telah perlihatkan kepadanya (Fir'aun) tanda-
tanda kekuasaan Kami semuanya maka ia mendustakan dan enggan
(menerima kebenaran). Berkata Fir'aun: "Adakah kamu datang kepada
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
45 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
kami untuk mengusir kami dari negeri kami (ini) dengan sihirmu, hai
Musa? Dan kamipun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir
semacam itu, maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami
dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) kamu di
suatu tempat yang pertengahan (letaknya). Berkata Musa: "Waktu untuk
pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah
dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik". Maka
Fir'aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya,
kemudian dia datang, Berkata Musa kepada mereka: "Celakalah kamu,
janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia
membinasakan kamu dengan siksa". Dan sesungguhnya telah merugi
orang yang mengada-adakan kedustaan. Maka mereka berbantah-
bantahan tentang urusan mereka di antara mereka dan mereka
merahasiakan percakapan (mereka). Mereka berkata: "Sesungguhnya
dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu
dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan
kamu yang utama, Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu
sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris. dan sesungguhnya
beruntunglah orang yang menang pada hari ini, (Setelah mereka
berkumpul) mereka berkata: "Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang
melemparkan (dahulu) ataukah kami orang yang melemparkan dahulu?"
Berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian melemparkan". Maka tiba-tiba
tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-
akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut
dalam hatinya. Kami berkata: "janganlah kamu takut, sesungguhnya
kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada
ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat.
"Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang
sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia
datang". Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud,
seraya berkata: "Kami telah percaya kepada Robb Harun dan Musa".
Berkata Fir'aun: "Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa)
sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
46 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka
sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kalian dengan
bersilang secara bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib
kalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kalian akan
mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal
siksanya". (Thahaa: 56-71).
Dan juga pernyataan kaum Nasrani terhadap Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wassallam bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi
wassallam adalah tukang sihir, sebagaimana Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
وإذ قال عيسى ابن مريم يا بني إسرائيل إني رسول الله إليكم مصدقا لما بين يدي من التوراة ومبشرا برسول حذا سقالوا ه اتنيبالب ماءها جفلم دمأح همي اسدعب ني مأتيبنيم ر
“Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil,
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab
sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan
(datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya
Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka
dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah
sihir yang nyata." (Ash-Shaff: 6).
Allah Subhanahu wa Ta’ala kisahkan pula tentang nabi
Sulaiman ‘alaihissalam yang tertuduh sebagai tukang sihir. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
واتبعوا ما تتلو الشياطني على ملك سليمان وما كفر سليمان ولكن الشياطني كفروا يعلمون الناس السحر وما ى يتح دأح نم انلمعا يمو وتارمو وتارابل هن ببلكيلى المون أنزل علمعتفي كفرة فال تنتف نحا نمقوال إن
منهما ما يفرقون به بين المرء وزوجه وما هم بضارين به من أحد إال بإذن الله ويتعلمون ما يضرهم وال .من اشتراه ما له في اآلخرة من خالق ولبئس ما شروا به أنفسهم لو كانوا يعلمونينفعهم ولقد علموا ل
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada
masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu
mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan
sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka
mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
47 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya
tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan:
"Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu
kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang
dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami)
dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat
dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan
mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya
dan tidak memberi manfaat. Dan sesungguhnya mereka telah meyakini
bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu,
tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan
mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (Al-
Baqarah: 102).
VI.c. Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam dan para rasul
adalah orang-orang Sesat?
Dengan berbagai macam upaya yang dilakukan oleh kaum
musyrikin untuk menghentikan dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wassallam namun tetap tidak berhasil, merekapun akhirnya mentahdzir
manusia agar menjauhi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam
dengan mereka tegaskan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wassallam adalah termasuk orang yang sesat. Allah Subhanahu wa
Ta’ala bantah tuduhan keji itu sebagaimana perkataan-Nya:
.إن هو إال وحي يوحى. وما ينطق عن الهوى. ما ضل صاحبكم وما غوى. والنجم إذا هوى“Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan
tidak pula keliru. dan tidaklah dia berucap menurut kemauan hawa
nafsunya.” (An-Najm: 1-3).
Sudah menjadi perkara yang tidak bisa diingkari lagi, bahwa
setiap yang mentahdzir pasti akan dikatakan dengan kata-kata keji atau
sesat, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala terangkan:
إنا أرسلنا عليهم رحيا صرصرا . ن للذكر فهل من مدكر كذبت عاد فكيف كان عذابي ونذرولقد يسرنا القرآرمتسس محم نوي ير. فقعنل مخن ازجأع مهكأن اسالن رتعذر. تنذابي وكان ع ففكي .آن وا القرنرسي لقد
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
48 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
أؤلقي الذكر . فقالوا أبشرا منا واحدا نتبعه إنا إذا لفي ضالل وسعر. للذكر فهل من مدكر كذبت ثمود بالنذررأش كذاب ول ها بننيب نم هليع .عيسراألش ن الكذابا مون غدلم.
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran,
maka adakah orang yang mengambil pelajaran? Kaum 'Aad pun
mendustakan(pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-
ancaman-Ku. Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka
angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus, yang
menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok korma yang
tumbang. Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-
Ku. Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran,
maka adakah orang yang mengambil pelajaran? Kaum Tsamudpun telah
mendustakan ancaman-ancaman (itu). Maka mereka berkata:
"Bagaimana kita akan mengikuti seorang manusia (biasa) di antara
kita?" Sesungguhnya kalau kita begitu benar-benar berada dalam
keadaan sesat dan gila". Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di
antara kita? Sebenarnya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi
sombong. Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya
amat pendusta lagi sombong.” (Al-Qomar: 17-26).
Tidak hanya berhenti tuduhan mereka kepada para rasul, namun
mereka juga menuduh orang-orang yang beriman sebagai orang sesat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وإذا رأوهم قالوا إن هؤالء لضالون “Dan apabila mereka melihat orang-orang mu’min, mereka
mengatakan: "Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang
sesat." (Al-Muthaffifin: 32).
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
49 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
VI.d. Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam dan para rasul
adalah orang-orang gila?
Para rasul terus menerus mentahdzir kaumnya supaya mereka
kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan mentauhidkannya,
namun kaumnya selalu berpaling dan bahkan menuduh dan mengatakan
kepada para rasul tersebut sebagai tukang sihir atau orang gila. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
فقال المأل الذين كفروا . ولقد أرسلنا نوحا إلى قومه فقال يا قوم اعبدوا الله ما لكم من إله غيره أفال تتقون لوو كمليل عفضتأن ي ريدي ثلكمم رشذا إال با هم همقو نا منائي آبذا فا بهنعما سكة مالئألنزل م اء اللهش
نيلني. األوى حتح وا بهصبرة فتجن ل بهجإال ر وإن ه “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, (karena) sekali-kali tidak ada
sesembahan bagi kalian selain Dia. Maka mengapa kalian tidak
bertakwa (kepada-Nya)?" Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di
antara kaumnya menjawab: "Orang ini tidak lain hanyalah manusia
seperti kamu, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih tinggi
dari kamu. Dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa
orang malaikat. Belum pernah kami mendengar (seruan yang seperti) ini
pada masa bapak-bapak kami yang dahulu. la tidak lain hanyalah
seorang laki-laki yang berpenyakit gila, maka tunggulah (sabarlah)
terhadapnya sampai suatu waktu." (Al-Mu’minun: 23-25).
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga mengisahkan:
وقالوا يا أيها الذي نزل عليه الذكر إنك لمجنون “Mereka berkata: Hai orang yang diturunkan Al Quran kepadanya,
sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila.” (Al-Hijr: 6). Allah
Subhanahu wa Ta’ala juga kisahkan:
بنيم يرذن هنم ي لكمإن وا إلى اللهرفف .هنم ي لكمإن را آخإله الله علوا معجال تى وا أتم ككذل بنيم يرذن فتول عنهم فما أنت . أتواصوا به بل هم قوم طاغون. الذين من قبلهم من رسول إال قالوا ساحر أو مجنون
.وذكر فإن الذكرى تنفع المؤمنني. بملوم“Maka bersegeralah kembali kepada Allah, Sungguh aku pemberi
peringatan yang jelas dari Allah untuk kalian. Dan janganlah kalian
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
50 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
mengadakan sesembahan yang lain selain Allah. Sungguh aku seorang
pemberi peringatan yang jelas dari Allah. Demikianlah disetiap kali
seorang rasul yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka,
mereka [kaumnya] pasti mengatakan; “Dia itu tukang sihir atau orang
gila”. Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu.
Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampui batas. Maka
berpalinglah kamu dari mereka dan engkau sama sekali tidak tercela.
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu
bermanfaat untuk orang-orang yang beriman.” (Ath-Thur: 50-55).
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
ذا تتلى عليهم آياتنا بينات قالوا ما هذا إال رجل يريد أن يصدكم عما كان يعبد آباؤكم وقالوا ما هذا إال وإوما آتيناهم من كتب يدرسونها وما . نيإفك مفترى وقال الذين كفروا للحق لما جاءهم إن هذا إال سحر مب
وكذب الذين من قبلهم وما بلغوا معشار ما آتيناهم فكذبوا رسلي فكيف كان . أرسلنا إليهم قبلك من نذيردة أن تقوموا لله مثنى وفرادى ثم تتفكروا ما بصاحبكم من جنة إن هو إال نذير قل إنما أعظكم بواح.نكري
يددذاب شع يدي نيب لكم. “Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang,
mereka berkata: "Orang ini tiada lain hanyalah seorang laki-laki yang
ingin menghalangi kalian dari apa yang disembah oleh bapak-bapak
kalian", dan mereka berkata: "(Al Quran) ini tidak lain hanyalah
kebohongan yang diada-adakan saja". Dan orang-orang kafir berkata
terhadap kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka: "Ini
tidak lain hanyalah sihir yang nyata". Dan Kami tidak pernah
memberikan kepada mereka kitab-kitab yang mereka baca dan sekali-
kali tidak pernah (pula) mengutus kepada mereka sebelum kamu seorang
pemberi peringatanpun. Dan orang-orang yang sebelum mereka telah
mendustakan sedang orang-orang kafir Mekah itu belum sampai
menerima sepersepuluh dari apa yang telah Kami berikan kepada orang-
orang dahulu itu lalu mereka mendustakan rosul-rosul-Ku. Maka
alangkah hebatnya akibat kemurkaan-Ku. Katakanlah: Sesungguhnya
aku hendak memperingatkan kepada kalian satu hal saja, yaitu supaya
kaalian menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-
sendiri; kemudian kalian pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
51 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
penyakit gila sedikitpun pada kawan kalian itu. Dia tidak lain hanyalah
pemberi peringatan bagi kalian sebelum (menghadapi) azab yang
keras.” (Saba’: 43-45).
Yang dimaksud dalam ayat tersebut pada lafadz بكماحبص yaitu nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam, yang mereka [kaum
musyrikin] katakan sebagai orang yang gila. Padahal Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wassallam bukanlah orang gila bahkan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wassallam adalah orang yang paling berakal dan
makhluk yang paling berakal serta paling berilmu dan paling baik
ahklaknya. Itulah perlakuan kaum musyrikin terhadap Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wassallam, mereka ditahdzir agar tidak berbuat syirik
dan supaya mereka mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala, namun mereka membalas tahdzir dengan ucapan
keji. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
نيب لكم يرذإال ن وإن ه ةجن نم بكماحا بصوا مفكرتت ى ثمادفرى وثنم لهوا لقومأن ت ةداحبو ظكما أعمقل إندييددذاب شع ي.
Katakanlah: Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepada kalian
suatu hal saja, yaitu supaya kalian menghadap Allah (dengan ikhlas)
berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kalian pikirkan (tentang
Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawan kalian itu.
Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kalian sebelum
(menghadapi) azab yang keras.” (Saba’: 45).
Dengan ucapan keji yang kaum musyrikin selalu lontarkan
kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bahwa beliau
Shallallahu ‘alaihi wassallam adalah orang yang gila, maka itu sebagai
bentuk mendustakan ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
أولم يتفكروا ما . وأملي لهم إن كيدي متني. والذين كذبوا بآياتنا سنستدرجهم من حيث ال يعلمونبنيم يرذإال ن وإن ه ةجن نم بهماحبص
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan
menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan
cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku memberi tangguh kepada
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
52 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh. Apakah (mereka lalai)
dan tidak memikirkan bahwa teman mereka (Muhammad) tidak
berpenyakit gila. Dia (Muhammad itu) tidak lain hanyalah seorang
pemberi peringatan lagi pemberi penjelasan.” (Al-A’raf: 182-184).
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
وننجبم كبر ةمبنع تا أنون مطرسا يمالقلم ون و
“Nun, demi qalam dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat Robbmu
kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila.” (Al-Qalam: 1-2)
VI.e. Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam dan para Rasul itu
tidak ada apa-apanya, sama saja dengan kaumnya?
Disaat para nabi dan rasul mentahdzir kaumnya dari kejelekan,
kaumnya enggan dan merasa bangga dengan diri-diri mereka, sampai-
sampai mereka nyatakan bahwa para nabi dan rasul itu tidak ada apa-
apanya atau sama saja dengan kaumnya. Mereka ingkar terhadap para
nabi dan rasul, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala terangkan:
قالوا إن أنتم إال بشر مثلنا“Mereka berkata: “Kalian tidak lain hanyalah manusia seperti kami”.”
(Ibrahim: 11). Allah telah terangkan bahwa para rasul menjawab ucapan
keji mereka:
ثلكمم رشإال ب نحإن ن ملهسر مله قالتهادبع ناء مشي نلى مع نمي الله نلكو “Berkata Rosul-rosul itu kepada mereka; [benar] kami tidak lain
hanyalah manusia seperti kalian, akan tetapi Allah memberi karunia
kepada siapa yang dikehendaki di antara hamba-hamba-Nya.”
(Ibrahim: 12).
Inilah keinginan mereka agar Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengutus rasul dari kalangan malaikat bukan dari manusia, dan sikap
mereka ini kemudian diikuti oleh Surury. Mereka [Surury] mau
menerima fatwa kecuali dari ulama kibar atau ulama senior saja, adapun
selain itu mereka enggan dan menolaknya. Apakah benar mereka siap
menerima kalau fatwa itu datangnya dari ulama senior atau ulama kibar
walaupun menyelisihi hawa nafsu mereka? Ternyata tidak, mereka tidak
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
53 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
mungkin mau menerima fatwa tersebut karena menyelisihi hawa nafsu
mereka. Telah banyak fatwa ulama senior dan fatwa ulama kibar yang
mereka terlantarkan, sekadar contoh Samahatusy Syaikh Abdul ‘Aziz bin
Baz rahimahullah [yang Ahlussunnah akui juga Surury akui bahwa
beliau adalah ulama kibar di zamannya] ketika ditanya tentang Asy-
Syaikh Prof. DR. Rabi’ bin Hadi hafizhahullah: Maka beliau
rahimahullah memuji Syaikh Rabi’ dan beliau rahimahullah
menasehatkan agar mengambil ilmu darinya. “Saudara-saudara kami
para masyayikh yang terpandang di Madinah ini, tidak lagi kami
ragukan. Mereka adalah para penganut akidah yang baik dan mereka
adalah Ahlus Sunnah wal jama’ah, seperti Syaikh Muhammad
Amman bin ‘Ali, Syaikh Rabi’ bin Hadi...” (kaset Taudlihul Bayan).
Bahkan Syaikh Bin Baz telah mengizinkan Syaikh Rabi’ untuk
mengajar di masjid beliau beberapa bulan sebelum beliau meninggal,
yang mana hal ini menunjukkan bahwa Syaikh meninggal dalam
keadaan ridla kepada Syaikh Rabi’. (Syaikh Abu ‘Abdillah Khalid bin
Dlahwi Adz-Dzufairi, Mengenal Lebih Dekat Asy Syaikh Rabi’)
Apa dengan fatwa ulama kibar ini kemudian mereka berani
katakan bahwa Syaikh Rabi’ tidak pantas diambil fatwanya karena bukan
ulama kibar? Anggaplah –kalau benar- beliau bukan ulama kibar maka
bukankah fatwa ulama kibar seperti Syaikh Bin Baz yang telah
merekomendasikan mengambil ilmu dari Syaikh Rabi’ sepantasnya
mereka terima? Tidak kemudian mereka nyatakan bahwa Syaikh Rabi’
bukan ulama kibar, dan lebih jahat lagi pernyataan “Hati-hati dengan
orang yang bernama Duktur Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali!” Itulah
“tahdzir” dan peringatan Aunur Rafiq Ghufran kepada Ustadz Haryadi-
Surabaya (mantan muridnya) menjelang keberangkatan beliau untuk
studi di Universitas Islam Madinah pada sekitar tahun 1998-1999
sebagaimana yang terungkap dalam sesi dialog tentang “Bahaya Sururi
Bagi Kaum Muslimin” di kota Pasuruan Jawa Timur yang diisi oleh
Ustadz Zainul Arifin).
Jadi mereka [Surury] mengikuti sikap kaum terdahulu dari
kalangan kaum musyrikin, yang mereka menginginkan rasul dari
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
54 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
malaikat [bukan dari manusia] sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman :
ولو جعلناه ملكا لجعلناه رجال وللبسنا عليهم ما يلبسون “Dan kalau Kami jadikan rasul itu (dari malaikat), tentulah kami
jadikan dia berwujud seorang laki-laki [dan jika Kami jadikan dia
seorang laki-laki], kami pun akan jadikan mereka [musyrikin] itu tetap
ragu sebagaimana sekarang mereka ragu.” (Al-An’am: 9).
Bagaimana pula dengan bukti buku PP Al Irsyad yang mencerca ulama
Ahlussunnah yang mempertahankan metode nabawiyah dalam
rukyah/hilal, bukan hisab? “Sebenarnya yang bertanggung jawab
tentang perbedaan dan perselisihan yang memalukan ini (antara
ru’yah dan hisab-pen) adalah ulama. Para ulama sendirilah yang
memikul beban dosanya, bukan umat yang awam. Karena ulama yang
berstatus sebagai pewaris para nabi, telah lengah dalam mengemban
tugas yang dipikulnya.. Para ulama tidak mengulurkan kepada umat
apa yang wajib untuk diulurkan, seperti nasehat yang semestinya, amar
ma’ruf nahi mungkar dan memperbaiki hubungan antar umat.
Sesungguhnya agama itu adalah nasehat, justru mereka diam tidak
mengambil tindakan penyelamatan, ironisnya lagi kebanyakan orang
yang menulis dalam masalah ini semakin menambah keruhnya masalah
dan memperluas perbedaan di masyarakat” (Himpunan Tiga Risalah,
PP Al Irsyad)
“Seandainya mereka (ulama, pen) bekerja untuk Allah dalam
mendamaikan umat ini dan mengerahkan potensi mereka untuk
mengatasi keadaan ini serta melakukan usahanya untuk mempertemukan
antara kedua kubu yang berseteru ini dengan cara menggabungkan
nash-nash (dalil-dalil) yang datang dalam masalah ru’yah dan hisab dan
mengkompromikan antara keduanya, akan tetapi sangat disayangkan,
mereka tidak mendapatkan taufiq untuk itu, dan ini benar-benar nasib
sial bagi umat islam dan kaum muslimin.” (Himpunan Tiga Risalah,
Majelis Ifta’ dan Tarjih Jam’iyyah Al-Irsyad, Diterjemahkan oleh Agus
Hasan Bashari, Lc, Sya’ban 1425H/Oktober 2004M, hal.104-105).
Apakah buku di atas juga merupakan bukti yang menunjukkan bahwa
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
55 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
Surury menjunjung tinggi kemuliaan dan kehormatan para ulama pewaris
para nabi atau sebaliknya ?
Salah seorang pentolan Surury, Abdurrazzaq bin Khalifah Asy
Syaiji –semoga Allah memberikan ampunan untuk kita dan dia- ternyata
juga memiliki kemiripan dengan “saudara-saudaranya” di sini, di negeri
ini, sama-sama membenci dan memusuhi Syaikh Rabi' hafidhahullah.
Cukuplah komentar dari Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi
rahimahullah untuk membungkamnya: “Dia menyebarkan kasetnya
yang penuh dengan racun syubhat dan kebohongan-kebohongan
terhadap Fadhilatusy Syaikh Rabi’ yang berjudul “Rabi’ bin Hadi Al-
Madkhali fi al Mizan Haqaaiq wa Waqaaiq”. “
Tulisan-tulisan Sayyid Quthb juga penuh dengan tikaman
terhadap Nabi Musa, shahabat ‘Utsman bin Affan, Mu’awiyah bin Abi
Sufyan, dan ‘Amr bin Al-‘Ash. (Lihat Adhwa Islamiyah ‘Ala ‘Aqidati
Sayyid Quthb Wa Fikrihi dan Matha’in Sayyid Quthb Fi Ash-habi
Rasulillah, karya Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali). Demikian
pula goresan-goresan pena Abu Rayyah sarat akan pelecehan terhadap
para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Lihat Al-
Anwarul Kasyifah, karya Asy-Syaikh Al-Mu’allimi)
Muhammad Al-Ghazali juga sangat tajam tikamannya terhadap
ulama sunnah (lihat Al-Irhab, karya Asy-Syaikh Zaid bin Muhammad
Al-Madkhali, hal. 132-133). Adapun Abdurrahman Abdul Khaliq, maka
ia termasuk kreator penikaman terhadap ulama sunnah abad ini
(sebagaimana dalam kitabnya Khuthuth Ra’isiyyah Liba’tsil Ummatil
Islamiyyah). “Dan saat ini sangat disayangkan kita tidak mempunyai
ulama kecuali orang-orang yang memahami Islam dengan
pemahaman tradisional…” Dan juga perkataannya: “Kita tidak
inginkan barisan dari ulama mummi (jasadnya ada, namun pola
pikirnya kuno, pen).” Adapun pelecehannya terhadap ulama besar Muhammad Al-Amin Asy-
Syinqithi rahimahullah adalah: “Dia ibarat perpustakaan berjalan,
namun cetakan lama yang perlu direvisi.” Dan juga perkataannya:
“Orang ini tidak mampu menjawab syubhat yang dilancarkan oleh
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
56 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
musuh-musuh Allah, bahkan tidak ada kesiapan untuk mendengarkan
syubhat tersebut.” (Dinukil dari Jama’ah Wahidah Laa Jama’at, karya
Asy-Syaikh Dr. Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali, hal. 119-120).
Tak kalah pula pelecehan terhadap ulama sunnah (abad ini) yang
dilakukan oleh Salman bin Fahd Al-‘Audah dalam kasetnya Waqafaat
Ma’a Imami Daril Hijrah dan tanya jawabnya dengan majalah Al-Ishlah
Emirat. Salman Al-‘Audah berkata: “Di dunia Islam saat ini sangat
banyak lembaga-lembaga yang jauh dari agama, dan terkadang
lembaga tersebut bertanggungjawab tentang fatwa atau urusan agama
namun yang dilakukan sebatas pengumuman masuk dan keluarnya
bulan Ramadhan.” Dia juga berkata: “Berbagai insiden yang terjadi di
teluk (Arab) semakin membongkar berbagai macam penyakit
tersembunyi yang diidap oleh kaum muslimin ….. -hingga
perkataannya- dan membongkar pula tentang tidak adanya referensi
ilmiah (ulama) yang benar dan dapat dipercaya oleh kaum muslimin.” (Dinukil dari Al-Quthbiyyah Hiyal Fitnah Fa’rifuha, hal. 98).
‘Aidh Al-Qarni dalam Qashidah “Da’il Hawasyi Wakhruj” yang
terdapat dalam kitabnya Lahnul Khulud hal. 46-473, Nashir Al-‘Umar
dalam kitabnya Fiqhul Waqi’. Aidh Al-Qarni bersyair tentang para ulama
Ahlussunnah yang tinggal di kota Riyadh, Saudi Arabia:
“Shalat dan puasalah sekehendakmu,
Agama tidak mengenal “Aabid” hanya dengan sekedar shalat dan
puasa.
Engkau hanyalah ahli ibadah dari kalangan pendeta,
Bukan dari umat Muhammad, cukuplah ini sebagai celaan.
hingga perkataannya: Karya tulismu hanya untuk membicarakan
orang-orang yang telah mati. Tidak lain engkau orang yang sekarat
dan banyak omong. Karya tulismu hanya untuk membicarakan orang-
orang yang telah mati, Tidak lain engkau orang yang sekarat dan
banyak omong,
Tiap hari kau syarah matan dengan madzhab taqlid, sungguh kau
telah menambah noda-noda hitam Engkau pun nampak sibuk dengan
masalah-masalah sampingan ketika engkau takut dengan seorang
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
57 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
yang jahat lagi ganas. Jangan berkata sepatah kata pun wahai Syaikh!
Dan tunggulah usia fatwa orang sejenismu hanya 50 tahun saja.” (Dinukil dari kitab Al-Quthbiyyah Hiyal Fitnah Fa’rifuha, hal. 99)
Safar Hawali dalam kasetnya Fafirruu Ilallah. Safar Hawali
berkata: “Ulama kita wahai ikhwan!!! Semoga Allah menjaga
mereka… Semoga Allah menjaga mereka!!! (sebagai ungkapan
kekecewaan, pen), kita tidak bisa membenarkan segala sesuatu dari
mereka, mereka tidak ma’shum (terjaga dari kesalahan)!!… Kita
nyatakan: “Ya! Mereka kurang di dalam memahami waqi’ (fenomena
kekinian), mereka punya sekian banyak kekurangan yang harus kita
lengkapi!! Bukan kita lebih utama dari mereka, tetapi kita hidup dan
bergelut dengan berbagai macam persoalan kekinian, sedangkan
mereka menyikapi persoalan-persoalan tersebut dengan hukum yang
tidak sesuai dengan zaman yang mereka hidup padanya!” -hingga
perkataannya- “Dan sebagian dari ulama tersebut mulai menerima
kritikan ini, karena mereka sudah jompo! atau telah memasuki fase
……!?” (Dinukil dari Madarikun Nazhar Fis Siyasah, hal. 351 footnote
no.1)
Lebih-lebih lagi yang dilakukan oleh Muhammad Surur bin
Nayef Zainal Abidin dalam majalah “As-Sunnah”-nya (yang lebih pantas
disebut Al-Bid’ah). Muhammad Surur berkata tentang para ulama besar
Ahlussunnah yang ada di Saudi Arabia: “Dan jenis lain adalah orang-
orang yang berbuat tanpa ada rasa takut, yang selalu menyesuaikan
sikap-sikapnya dengan sikap para tuannya… Ketika para tuan ini
meminta bantuan (pasukan) dari Amerika (untuk menghadapi Saddam
Husain sosialis, pen), dengan sigap para budak tersebut
mempersiapkan dalil-dalil yang membolehkan perbuatan itu, dan
ketika para tuan berseteru dengan Iran (yang berpaham sesat Syi’ah
Rafidhah, pen) maka para budak itu pun selalu menyebut-nyebut
kejahatan dan kesesatan Syi’ah Rafidhah …” (Majalah As-Sunnah, edisi
23, hal. 29-30).
Dia juga berkata tentang para ulama tersebut: “Perbudakan di masa lalu
cukup sederhana, karena si budak hanya mempunyai tuan (secara
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
58 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
langsung). Adapun hari ini, perbudakan cukup rumit, dan rasa
heranku tak pernah sirna terhadap orang-orang yang berbicara
tentang tauhid namun mereka budak budak budak budaknya budak,
dan tuan terakhir mereka adalah seorang nashrani (yakni George
Bush, pen).” (Majalah As-Sunnah, edisi. 26). (Lihat kitab Al-
Quthbiyyah Hiyal Fitnah Fa’rifuha, hal. 89).
Juga Muhammad bin Abdillah Al-Mas’ari. Betapa kasar dan
arogannya pelecehan mereka itu. Muhammad Al-Mas’ari berkata tentang
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah: “Adapun pendapatku
secara pribadi sesungguhnya Asy-Syaikh Ibn Baz telah sampai pada
tingkat pikun, dungu serta lemah yang sangat.” Adapun pelecehannya
terhadap shahabat Mu’awiyah: “Sesungguhnya aku menganggap
Mu’awiyah sebagai seorang perampas kekuasaan.”
Sedangkan pelecehannya terhadap Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab : “Bahwasanya dia adalah seorang yang polos (biasa-biasa
saja) dan bukan seorang yang ‘alim.” (Lihat kitab Al-Quthbiyyah Hiyal
Fitnah Fa’rifuha, hal. 115). (Dikutip dari
http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=226)
Ditambah lagi, tulisan nan kasar bertajuk “Syaikh Rabii’ Al-
Madkhali::"Penyimpangan, Skandal, Kesesatan dan Kebodohannya” di
forum myQuran.
Inilah sekian bukti yang menunjukan mereka Hizbi, Sururi,
Turotsi, hanya pandai bermain kata-kata, dan menjadikan agama ini
sebagai permainan dalam kehidupan dunia mereka, maka kami ingatkan
dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
الذين اتخذوا دينهم لهوا ولعبا وغرتهم الحياة الدنيا فاليوم ننساهم كما نسوا لقاء يومهم هذا وما كانوا بآياتنا يجحدون
“[Yaitu] orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan
dan senda gurau, dan mereka telah tertipu dengan kehidupan dunia.
Maka pada hari [kiamat] ini, Kami lupakan mereka pertemuan hari ini
[sebagaimana mereka dahulu] dan karena mereka mengingkari ayat-
ayat Kami.” (Al-A’rof: 51).
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
59 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
BAB VII Tanggapan Atas Ucapan Keji Itu!
VII.a. “Hati-hati dengan orang yang bernama DR. Rabi’!”
Peringatan atau tahdziran kepada umat yang keluar dari mulut-mulut
surury dan hizbi dengan lafadz “Hati-hati dengan orang yang bernama
DR. Rabi’!” adalah bukan suatu contoh yang baru, namun contoh seperti
itu sudah pernah terjadi di zaman dahulu. Peringatan [tahdziran tersebut]
merupakan warisan dari Bani Israil, dahulu ada seorang tukang sihir yang
dia hidup di sisi sang raja. Ketika semakin tua usianya dia meminta
kepada sang raja agar dicarikan seorang pemuda yang dia akan
mewariskan ilmu sihirnya, sang raja pun memenuhi permintaannya.
Maka diutuslah seorang pemuda untuk menimba ilmu sihir, namun di
tengah perjalanan pemuda tadi melewati seorang rahib, diapun mampir
dan mendengarkan ilmu dan nasehat dari rahib tersebut dan dia sangat
kagum terhadapnya. Dan ketika sampai di tempat tukang sihir, tukang
sihir memukulnya dan mentahdzirnya....... [hingga akhir kisah].
Juga kisah Salman Al-Farisy ketika suatu saat bapaknya
memerintahkannya untuk ke ladang, Salman melewati gereja dan dia
kagum dengan orang yang beribadah didalamnya. Kemudian
sesampainya di rumah dia ditanyai oleh bapaknya. Dia ceritakan
kekagumannya terhadap kebagusan ajaran yang dibawa oleh Nabi ‘Isa
‘alaihissalam, lalu bapaknya mentahdzirnya; bahwa tidak ada agama
yang benar di muka bumi ini kecuali agama mereka........ [hingga akhir
kisah].
Jadi janganlah seseorang terheran-heran kemudian sampai tertipu
dengan perbuatan seorang da’i yang memperingatkan seorang mad’u-nya
agar menjauh dari ‘Ulama Ahlussunnah. Mungkin mereka itu sedang
kehausan akan ilmu tidak “syar’i”, hingga mereka ingin mempraktekkan
ilmunya dengan meneladani perbuatan Bani Israil yang selalu benci
terhadap orang-orang shalih di kalangan mereka, sebagaimana kisah
Juraij sang ahli ibadah yang mereka ingin merusak dan menjelekkannya,
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
60 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
dan kini hadir pula mereka yang terus gencar mengumumkan kebencian
terhadap para ‘ulama Ahlussunnah. Wallahul musta’an.
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
61 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
Gambar 2. Daftar nama peserta Daurah Mahad Al Irsyad tanggal 6 – 10
Desember 2004. Lihat nomor 72 & 73, Abdurrahman At Tamimi selaku
panitia daurah mengundang Muzayyin dan Mustaqim.
Lihat gambar 2, nampak nama Muzayyin yang merupakan
perwakilan Pondok Pesantren Al-Mukmin Solo atau yang lebih dikenal
kehebohannya sebagai pesantren yang didirikan dan dikelola oleh
“teroris” Abubakar Ba’asyir-Ngruki dengan haluan NII-nya!! Adapun
nomor 72 diisi nama Mustaqim yang menjadi utusan dari Ponpes Dar
Asy-Syahadah Boyolali. Secara historis dan manhaj, pondok ini memiliki
kaitan dengan Al-Mukmin-Solo, karena itulah tidak mengherankan jika
Dar Asy-Syahadah ini salah satu hasil didikannya terlibat dalam kasus
bom Bali II ! Jelas pemahaman Sururi, Khawarij, pengeboman tergambar
jelas disana dan mereka saling berangkulan di acara daurah itu.
VII.b. Itu kan hanya fatwa ulama! Tidak hanya sekedar penyimpangan manhaj, berangkulan dengan
hizbi, disaat-saat pelampiasan hawa nafsu hizbiyyahnya, mereka
bermudah-mudahan dalam bergaul, duduk dan menjalin kerjasama
dengan ahlu bid’ah dan ahlu ahwa’. Bahkan dari jaringan teroris
Khawarij sebagaimana bukti daftar nama peserta Daurah Masyayikh
tahun 2004 yang diselenggarakan Al Irsyad Surabaya. Sebagian ulama
yang tahu kondisi Al Irsyad seperti Syaikh Uba’id al Jabiri
hafidhahullah, dan Syaikh Ahmad bin Yahya an Najmi rahimahullah
tentang perbuatan mereka itu kemudian memberikan fatwa, “...
organisasi Al-Irsyad yang didirikan oleh seorang yang disebut Ahmad
bin Muhammad As-Surkati As-Sudani Al-Anshari adalah organisasi
Ikhwaniyyah Siyasiyyah dan bukan di atas Sunnah sama sekali. Namun
dia dibangun diatas manhaj organisasi Ikhwanul Muslimin...”
Akhirnya tim pembela Ahmad Surkati/PP Al Irsyad Al Islamiyah, ketua
Lajnah Dakwah PC Al Irsyad Surabaya, Abu Salma Muhammad Rachdie
Pratama, S.Si berfatwa: “Adapun jawaban dua masyaikh yang mulia
maka jawaban tersebut berangkat dari kebatilan dan talbis bukti
dokumen yang diajukan.“ Atau kilah yang tak bermutu, “Itu kan
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
62 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
hanya fatwa ulama!” Subhanallah, apakah mereka [Surury] itu akan
menentang firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
يا أيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي األمر منكم فإن تنازعتم في شيء فردوه إلى الالله والرسول إن كنتم تؤمنون بالله واليوم اآلخر ذلك خير وأحسن تأوي
“Wahai orang-orang yang beriman ta’atilah Allah dan ta’atilah
Rasul[Nya] serta Ulil ‘Amr (‘Ulama) di antara kamu. Kemudian jika
kamu berselisih (berbeda) pendapat tentang [hukum] sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul[Nya] (As-
Sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir,
yang demikian itu lebih utama [bagimu] dan lebih baik akibatnya.” (An-
Nisa’: 59). Para ahli tafsir menerangkan lafaz ري األمأول mencakup ‘Ulama
dan penguasa, namun pada pembahasan ini kami maksudkan adalah
‘Ulama. Jelas sekali bahwa Syaikh Uba’id Al Jabiri, mantan profesor di
Universitas Islam Madinah dan Ahmad bin Yahya an Najmi, mufti dari
Jizan, Saudi Arabia dikenal luas sebagai ulama Ahlussunnah masa kini.
Inilah bukti nyata manhaj mereka yang sesungguhnya.
VII.c. Mereka [ulama] adalah rijal, kami juga rijal Apabila terus dipaparkan fatwa beserta hujjah-hujjah yang kokoh,
mereka balik berkata: “Mereka [ulama] adalah rijal, kami juga rijal”,
kenapa mereka [Surury dan Hizbi] itu tidak sekalian katakan : “Nabi
dan Rasul rijal, kami juga rijal? sehingga tidak perlu mengambil
bimbinganya”. Apakah ketika membaca Al-Qur’an mereka tidak
melewati firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut ini:
اال نإال رج كلقب نا ملنسا أرمونولمعال ت متل الذكر إن كنألوا أهفاس همي إليوح “Dan tidaklah kami mengutus sebelummu, kecuali orang-orang [dari
kalangan] laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka
bertanyalah kepada Ahla Dzikr (‘Ulama) jika kamu tidak mengetahui.”
(An-Nahl: 43) sehingga mereka bisa memposisikan diri mereka seperti
Ahlu Dzikr (‘ulama Ahlussunnah) atau bahkan merasa lebih tinggi
darinya?
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
63 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
VII.d. Mereka [ulama itu] kan hanya ulama biasa bukan ulama kibar Inilah ucapan mereka [surury dan hizbi], ketika terus dibantah akhirnya
mereka kehabisan alasan, mungkin mereka berkata: “Mereka [ulama itu]
kan hanya ulama biasa bukan ulama kibar”.
VII.e. Kami masih tunggu ulama kibar dan ulama senior
ketika tampak kekuatan hujjah ada pada pihak yang mentahdzir mereka,
berkata lagi dari mereka: “Kami tidak mau perkataan ulama itu! Kami
masih tunggu ulama kibar”.
VII.f. Syaikh Rabi’ tidak termasuk ulama paling senior di Saudi
Dan ketika dikatakan kepada mereka [surury] apa ada dasarnya memilah-
milah fatwa ‘Ulama, Syaikh Rabi’ sudah fatwakan demikian dan
demikian, diantara mereka menjawab lagi: “Syaikh Rabi’ tidak
termasuk ulama paling senior di Saudi”.
Sangat aneh dan lucu! kenapa mereka [Surury dan Hizbi] itu
bersusah-payah menghafal, menulis dan membaca hadits? Bukankah
yang paling banyak meriwayatkan hadits adalah Abu Hurairah
Radiyallahu ‘anhu dan beliau adalah bukan termasuk golongan yang
pertama-tama masuk Islam [atau bukan senior dari kalangan shahabat
yang masuk Islam dan bukan pula shahabat yang pertama kali
meriwayatkan hadits, tetapi sudah ada yang mendahului meriwayatkan
hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam]? Dan telah disepakati bahwa
shahabat yang pertama kali masuk Islam dari kalangan laki-laki adalah
Abu Bakar dan ‘Ali sekaligus mereka berdua termasuk shahabat kibar,
apakah Surury hanya mau mengambil hadits dan fatwa dari Khalifah Abu
Bakar Ash-Shiddiq Radiyallahu ‘anhu dan Amirul Mu’minin ‘Ali
Radiyallahu ‘anhu saja dan mengabaikan hadits dan fatwa shahabat yang
lain semisal Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu dan shahabat radiyallahu
‘anhum ajma’in yang tidak senior lainnya?
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
64 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
VII.g. Itu kan hanya masalah khilafiyah ijtihadiyyah
Dengan banyaknya argumen dan alasan yang mereka buat-buat
maka dipaparkan fatwa berikut hujjah dari Al-Qur’an dan As-Sunnah
yang melarang mereka agar tidak menjalin hubungan dengan Yayasan
Hizbi, lalu mereka, yakni Firanda Andirja ibnu Abidin Abu Abdil
Muhsin as Sonronji, Lc berkata lagi: “... permasalahan khilafiyah
ijtihadiyah”.
VII.h. Kami memperbaiki Yayasan dan Ma’had Hizbi dari dalam
Ketika terus diingatkan kenapa mereka [Surury] tidak mau keluar
meninggalkan Yayasan dan Ma’had yang diatur oleh hizbi itu, mereka
dengan gagah perkasa dan penuh percaya diri menjawab: “Kami
memperbaiki Yayasan dan Ma’had Hizbi dari dalam”.
Al Ustadz Muhammad Wildan pada tanggal 17 Dzulhijjah 1423/
19 February 2003 bertanya pada syaikh Khalid ar- Raddadi : "Apa
bantahan anda terhadap perkataan sebagian da’i tentang bolehnya bergaul
dengan firqah-firqah atau jama’ah-jama’ah yang ada dengan alasan untuk
memperbaiki dari dalam ?" Syaikh Khalid menjawabnya : "Yang
pertama, perbaikan dari dalam bukan berarti bahwa engkau tetap
bersamanya. bentuk pengingkaran paling kecil adalah tindakanmu
memisahkan diri darinya. Pengingkaran terkecil itu adalah tindakanmu
memisahkan diri darinya, tidak bergaul dengannya. Adapun apabila
engkau tetap bersama mereka, bergaul dengan mereka, mendiamkan
kemungkaran-kemungkaran mereka, maka tidak akan terjadi perbaikan
pada diri mereka dan tidak pula pada dirimu.
Jadi, perkataan seperti itu adalah perkataan yang tidak benar.
Khususnya jika disana ada saudara-saudara salafiyyun, hendaknya
saudara-saudara kita yang salafiyun tersebut menyeru, menda’wahi
mereka dan menasehati mereka dari/dalam keadaan jauh dari mereka.
Apabila mereka menerima nasehat tersebut, Dan juga apabila diantara
mereka ada yang menerima kebenaran, Alhamdulillah …(ada perkataan
yg tidak jelas)… bahwa bentuk pengingkaran yang paling kecil adalah
memisahkan diri dari mereka. Tidak bersama mereka dan tidak bermajlis
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
65 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
dengan mereka sebab tidak akan tercapai bentuk pengingkaran apabila
seseorang itu tetap bersama mereka, mereka/kaum muslimin tidak
memahami ketika seseorang tetap bersama suatu kelompok yang
mempunyai penyimpangan, bahwa orang tersebut mengingkari
manhajnya.
Ketika meninggal Abu Rawwaad, manusia pada waktu itu melihat
Sufyan ats-Tsawry, mereka mengatakan "Sufyan (Sufyan ats-Tsawry)
akan menyolatkan orang tersebut". Kemudian ketika Sufyan tidak
menyolatkan orang tersebut ditanyakan kepada beliau, "mengapa kamu
tidak menyolatkannya". beliau menjawab, "agar manusia tahu bahwa ia
seorang mubtadi’".
Jadi, agar manusia tahu bahwa ia seorang mubtadi’, terutama
apabila orang yang tidak menyolatkan tersebut adalah seorang yang
mempunyai kedudukan dan derajad yang tinggi di tengah-tengah
masyarakat. "
Syaikh juga menjelaskan, "Masyaa Allah, ada seseorang yang
berani pergi bersama ahlul bid’ah/orang-orang yang menyimpang,
bermajelis dengan mereka dengan mengatakan, "Saya akan
menasihatinya" dan ia merasa aman terhadap dirinya dari fitnah. Ini
adalah termasuk musibah paling besar dan termasuk pintu yang dijadikan
oleh Syaithan untuk menjerumuskan banyak manusia. Dimana banyak
dari kalangan manusia yang berhujjah bahwa mereka ingin menasihati
dengan bergabung dengan mereka atau dengan alasan untuk
memperbaiki dari dalam seperti yang telah disebutkan sebelum ini atau
yang semisalnya, yang pada akhirnya akan menjadikan ia seorang
pentolan dari kalangan pentolan mereka (yaitu ahlul bid’ah).
Dan telah diriwayatkan dari Imran bin Hithaan dan ia adalah seorang
rawi yang telah dikeluarkan oleh Imam Al-Bukhaary dalam shahihnya.
Dan Imran bin Hithaan ini pada akhirnya menjadi salah seorang
pimpinan dari al-Khawaarij padahal sebelumnya dia adalah pemimpin
Ahlus Sunnah. Imran bin Hithaan mempunyai seorang sepupu
perempuan dan sepupu perempuannya ini adalah seorang pentolan dari
kalangan khawaarij. Imran bin Hithaan berkata, "Saya menikahi sepupu
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
66 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
perempuan saya tsb agar saya bisa mengembalikannya kepada sunnah".
Maka Imraan bin Hithaan menikahi sepupunya tsb kemudian akhirnya ia
berubah menjadi salah seorang pemimpin al-Khawaarij.
Jadi seseorang itu jangan merasa aman dari fitnah thd dirinya dengan
bergaul dengan ahlul bid’ah, bermajelis dengan mereka, mendengarkan
kajian2 mereka dan bergaul dengan mereka. Bagaimana mungkin ia
merasa aman dari fitnah thd dirinya dan ini merupakan suatu keberanian,
yaitu keberanian yang besar dari kalangan pemuda saat ini. Seseorang
yang merasa percaya diri dan tidak khawatir fitnah akan menimpa
dirinya. Dan di dalam sebuah hadits yang disebutkan oleh Ibnu Bathah
dalam kitabnya al-Ibaanah, Dan ini adalah hadits shahih dari sabda Nabi
‘Alayhi Shallaatu Wasallam, " Barang siapa diantara kalian yang
mendengar ttg kedatangan Dajjal maka janganlah ia mendatanginya."
Demikian hadits ini disebutkan oleh Ibnu Bathah dalam kitabnya al-
Ibaanah. Dan Ibnu Bathah berdalil dengan hadits ini ttg tidak bolehnya
mendatangi ahlul bid’ah dan bermajelis dengannya. Hendaknya ia jangan
pergi sekalipun ia tahu bahwa itu adalah dajjal bahwa ia adalah seorang
yang kadzab/pendusta. Sekalipun ia mendengar kedatangannya dan ia
yakin itu adalah dajjal tapi hendaklah ia tidak pergi karena dikhawatirkan
ia akan tertimpa fitnah." (Dikutip dari
http://tazhimussunnah.files.wordpress.com/2008/01/dialog-ustadz-
wildan-dengan-as-syaikh-abu-yasir-khalid-ar-raddadiy.pdf)
Tidakkah mereka [Surury] juga mau mengambil pelajaran dari
pengalaman Asy-Syaikh Prof. DR. Robi yang sekian lama bergabung
dengan Ikhwanul Muslimin dalam rangka untuk menasehati dengan
memberikan syarat-syarat namun tidak ada perubahan sehingga beliau –
hafizhahullah- menjauh dan berlepas diri dari Ikhwanul Muslimin,
bahkan gigih menerangkan bukti bukti penyimpangannya dan
penyimpangan tokoh-tokohnya sebagai wujud kecintaan beliau kepada
umat agar tidak terjerumus ke dalam kesesatan? Apakah mereka [Surury]
merasa lebih pandai dan lebih lincah dan lebih “kebal manhaj” dari pada
Asy-Syaikh Prof. Dr. Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali? Masya Allah.
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
67 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
VII.i. “Jangan kalian seperti orang yang tidak punya rasa syukur,
gurunya saja ditahdzir habis-habisan”
Inilah mereka [Surury] ketika kehabisan alasan, untuk menutupi
rasa malu berkatalah diantara mereka yang pernah mendidik orang-orang
yang membantah mereka tadi, mereka berkata dihadapan mad’u-nya:
“Jangan kalian seperti orang yang tidak punya rasa syukur, gurunya
saja ditahdzir habis-habisan”, karena khawatir ucapan tersebut akan
terus dipermasalahkan, maka sebagai ralat ucapannya itu dan berlanjut.
VII. j Tidak usah tahdzir-tahdziran lah! Semangat saja belajar dan
ibadah biar masuk Surga! Itu tujuan kita, kan?
Merekapun mungkin akan berkata lagi: “Tidak usah tahdzir-
tahdziran lah! Semangat saja belajar dan ibadah biar masuk Surga! Itu
tujuan kita, kan?”. Inilah lagu lama yang kini disenandungkan lagi.
Kalau seperti itu, apa bedanya dengan Jama’atut Tabligh, yang mana
apabila telah dikumandangkan jihad karena kaum muslimin telah
dibantai, bahkan dari kalangan mereka sendiri juga dibantai tetapi
mereka tetap enggan untuk berjihad dengan alasan tidak perlu perang
dengan senjata, cukup dengan do’a yang dengannya orang-orang kafir itu
akan binasa dengan sendirinya. Dan kalau terus kita berperang melawan
orang kafir tentu akan menjadikan orang kafir terhalangi untuk
mengetahui kelembutan dan keindahan Islam!?
Maka perlu diingat lagi, apakah ketika Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wassallam mengutus Mu’adz Radiyallahu ‘anhu ke Yaman
hanya memerintahkan cukup kamu ajarkan Sholat, puasa dan haji? Tidak
demikian! Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam memerintahkan
yang pertama-tama diserukan adalah tauhid atau kalimat Laa Ilaha
Illallah yang tentu konsekwensinya mengajarkan tauhid dan mentahdzir
lawannya yaitu syirik. Dan bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wassallam pertama kali menyerukan tauhid dan mentahdzir lawannya
yaitu syirik Hal ini bisa kita saksikan dalam Kitab Sittatu Mawadhi’
minas Siroh buah karya dari Syaikhul Islam Muhammad Abdul Wahhab
–rahimahullah-. Dari sini kita ketahui, sangatlah salah jika ada sebagian
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
68 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
da’i hanya senang mengkaji fiqih dan terus sibuk dengan masalah fiqh
dan menjauh dari masalah manhaj serta menutup mata dengan masalah
tahdzir.
VII. k Biarkan [yang ditahdzir itu], dia juga punya jasa! Semua
orang bisa salah dan bisa benar
Ketika tahdziran terhadap kelompok dan pimpinan kelompok yang
mereka bela mati-matian selama ini, karena beberapa hadits nabi ditolak
dengan alasan menyelisihi akal atau tidak masuk akal. Dan ketika heboh
istilah Wahabi dengan gemetar dan merintih badannya takut dikatakan
Wahabi, dengan penuh menghinakan diri menegaskan dakwah mereka
bukan dakwah Wahabi dan mereka tidak kenal siapa Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahhab. Ketika demikian gencar bantahan terhadap mereka,
dengan lisan ringan mereka [surury dan hizbi] berkata: “Biarkan [yang
ditahdzir itu], dia juga punya jasa! Semua orang bisa salah dan bisa
benar”. Sampai ada dari mereka berani mengatakan “Kenapa ahli
tahdzir itu tidak mentahdzir Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar yang juga
salah? Bukankah dia juga salah dalam Aqidah”. Subhanallah! Mereka
mau menyamakan pimpinan kelompok mereka dengan Al-Hafidz Ibnu
Hajar, apa Al-Hafidz Ibnu Hajar menolak hadits Shohih? Beliau –
rahimahullah- salah hanya dalam masalah memahami bukan menolak
nash, dan lagi pula beliau seorang mujtahid [yang telah diakui
keilmuannya oleh para ‘Ulama sezamannya dan ‘Ulama setelahnya], dan
apabila mujtahid salah dalam ijtihadnya maka dia mendapat satu pahala
namun apabila benar dia mendapat dua pahala.
VII.l. Walau sudah jadi da’i tetap saja sedikit karakter
premanismenya tidak hilang
Sudah menjadi kebiasaan mereka [Surury dan Hizbi] yang selalu
menjelekan Ahlussunnah dan bahkan para ‘Ulama Ahlussunnah mereka
hinakan, tidak heran kalau kemudian salah satu dari mereka (Abu Salma
Muhammad Rachdie Pratama, S.Si murid Abdurrahman Abu Auf at-
Tamimi, pengajar STAI Ali bin Abi Thalib alias Ma’had Ali Al Irsyad as
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
69 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
Salafi, Surabaya) berkata: “… sebelum jadi da’i dia ini adalah
preman… jadi walau sudah jadi da’i tetap saja sedikit karakter
premanismenya tidak hilang…". “Biasanya yang bisa menerima
ucapan-2 Abu Masud ini adl org yg serupa atau juga mantan preman.
Jadi cocoklah preman ketemu preman.” (Sumber dari buku tamunya
buku tamunya nomor 122 pada Mei 8th, 2007 pada 2:03 pm).
Mereka berani mengatakan seperti itu, lalu bagaimana dengan
‘Amirul Mu’minin Umar bin Al-Khaththab Radiyallahu ‘anhu yang
sangat tegas dan keras sampai setiap orang yang membawa syubhat dan
yang memiliki pemikiran sesat langsung dipukul dengan pelepah korma
hingga berlumuran darah, apakah mereka [surury dan hizbi] itu akan
mengatakan: “Amirul Mu’minin Umar bin Al-Khaththab Radiyallahu
‘anhu sebelum jadi shahabat dia ini adalah preman… jadi walau
sudah jadi shahabat tetap saja sedikit karakter premanismenya tidak
hilang….” Kita berlindung kepada Allah dari ucapan dan keyakinan keji
terhadap para shahabat radhiyallahu 'anhum.
Demikianlah sebagian ucapan keji mereka terhadap para ‘Ulama
Ahlussunnah, seolah-olah para ‘Ulama Ahlussunnah adalah pembuat
dosa, sehingga mereka dengan gampang berkata kepeda mereka dengan
perkataan keji, tidakkah mereka mau merenungi firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala :
ومن يكسب خطيئة أو إثما ثم يرم به بريئا فقد احتمل بهتانا وإثما مبينا
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian
dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya
ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata.” (An-Nisa’:
112).
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
70 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
BAB VIII Seruan Untuk Taubat!
Subhanallah! Dari sebagian ucapan keji yang kami kutipkan
tersebut menunjukkan kalau mereka [surury dan hizbi] tenyata tidak
pernah lelah dan letih, mereka terus gencar membuat permusuhan
terhadap Ahlussunnah. Apakah mereka akan membenci Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wassallam yang terus mentahdzir kesesatan, dan
mentahdzir kaum musyrikin sampai kemudian kaum musyrikin
mentahdzir balik dan kemudian membuat tuduhan keji dan bahkan
berupaya melakukan makar sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala
tegaskan:
ريخ اللهو الله كرميون وكرميو وكرجخي أو لوكقتي أو وكثبتيوا لكفر ينالذ بك كرمإذ يوريناكالم
“Dan ketika orang-orang kafir melakukan [daya dan upaya] terhadapmu
untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau
mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan
tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya” (Al-Anfal:
30).
Tidakkah mereka seharusnya menyikapi tahdziran itu dengan baik
sangka, apakah mereka lupa dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
هيدش وهو عمألقى الس أو قلب كان له نمى لكرلذ كي ذلإن ف “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang
menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (Qaf: 37).
Ataukah mereka [surury dan hizbi] menginginkan tahdziran
lenyap supaya kesesatan, penyimpangan dan kebatilan bercampur dengan
al-haq? Apakah tidak sampai kepada mereka firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala :
ا إميانهم بظلم أولئك لهم األمن وهم مهتدونالذين آمنوا ولم يلبسو
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
71 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
“Dan orang-orang yang beriman, [mereka] tidak mencampur adukkan
iman mereka dengan kezholiman, mereka itulah yang mendapat
keamanan dan mendapat petunjuk” (Al-An’am: 82).
Tidakkah mereka [surury dan hizbi] mau meninggalkan perbuatan jelek
itu supaya mereka mendapat keamanan dan petunjuk?
Tidakkah mereka [surury] dan kelompok-kelompok sesat itu, mau
mengambil pelajaran supaya mau bertaubat? Kami mengajak mereka
untuk beradab terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dan segera
bertaubat dan kembali kepada al-haq serta bergabung dengan
Ahlussunnah semoga mereka dapat petunjuk, Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah perintahkan:
واتبع سبيل من أناب إلي
“Dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku”
(Luqman: 15).
Perhatikanlah bahwa setiap nash apabila datang dengan bentuk perintah
maka itu berfaedah wajib dan segera untuk dilaksanakan, para ulama
ushul menegaskan masalah ini dengan berdalil hadits Abu Hurairah
Radiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam, Beliau
Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda :
لاةكل ص دنع اكوبالس مهتري لأمتلى أمع قلا أن أشلو "Kalaulah tidak memberatkan umatku, sungguh aku akan perintahkan
mereka untuk bersiwak setiap akan shalat. "
Jumhur Ulama berpendapat: “Hadits tersebut adalah dalil atas
bahwasanya setiap perintah itu berfaedah wajib, dan ini adalah madzhab
mayoritas fuqaha”. Ditambah lagi kejelasannya dalam Al-Qur’an
sebagaimana perkataan Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Sholih Al-
Utsaimin rahimahullah: “Dan dalil atas bahwasanya setiap perintah itu
berfaidah wajib, adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
يمأل ذابع مهيبصي ة أونتف مهيبصأن ت رهأم نفون عالخي ينذر الذحفلي ".....maka hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintah Rasul takut
ditimpa fitnah atau ditimpa azab yang pedih.” Segi pengambilan dalil
adalah: Bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memperingatkan
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
72 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
orang-orang yang menyelisihi perintah Ar-Rasul akan ditimpakan kepada
mereka fitnah.”
Kalau mereka [surury dan kelompok sesat] mau bertaqwa
kemudian mau bertaubat maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan
tampakkan kepada mereka furqan dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan
ampuni kesalahan-kesalahan mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
يا أيها الذين آمنوا إن تتقوا الله يجعل لكم فرقانا ويكفر عنكم سيئاتكم ويغفر لكم والله ذوالفضل العظيم“Hai orang-orang beriman, jika kalian bertaqwa kepada Allah, Kami
akan memberikan kepada kalian Furqaan. Dan kami akan jauhkan diri
kalian dari kesalahan-kesalahan kalian, dan mengampuni (dosa-dosa)
kalian. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Al-Anfal: 29).
Dari ayat tersebut terdapat beberapa keterangan dari ahli tafsir,
yang perlu kita ketahui, yaitu:
Pertama, Al-Furqan adalah pembeda, yang membedakan antara
petunjuk dengan kesesatan, membedakan al-haq dan al-bathil,
membedakan al-halal dan al-harom. Lafadz يجعل لكم فرقانا yaitu niscaya
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan kepada kalian furqan
yang akan membedakan antara al-haq dengan al-bathil, antara yang
membahayakan dengan yang memberikan manfaat.
Kedua, Penghapusan kejelekan dan terampuninya dosa yaitu
dengan sebab ketaqwaan kalian yang kemudian Allah Subhanahu wa
Ta’ala berikan furqan sehingga kemudian terhapuslah kejelekan dan
terampunilah dosa kalian.
Ketiga, Pahala yang besar yakni ketika kalian telah bertaqwa
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala maka Allah Subhanahu wa Ta’ala
akan memberikan furqan kepada kalian kemudian Allah Subhanahu wa
Ta’ala hapus kesalahan kalian dan Allah Subhanahu wa Ta’ala ampuni
dosa-dosa kalian maka disaat itulah kalian mendapatkan balasan [pahala]
yang besar.
Tidakkah mereka kemudian mau merenungkan firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala berikut ini:
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
73 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
تون وليست التوبة للذين يعملون السيئات حتى إذا حضر أحدهم الموت قال إني تبت اآلن وال الذين يموكفار مهو
“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang
mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada
seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: "Sesungguhnya
saya bertaubat sekarang". Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang
yang mati sedang mereka di dalam kekafiran.” (An-Nisa’: 18).
Apakah mereka tidak ingin merealisasikan perkataan Allah
Subhanahu wa Ta’ala :
اتهم حسنات وكان الله غفورا رحيمإال من تاب وآمن وعمل عمال صالحا فأولئك يبدل الله سيئ “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal
sholih; maka kejahatan mereka diganti oleh Allah dengan kebaikan. Dan
adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Furqan:
70)?
Janganlah mengira bahwa taubat [atau kembali kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala ] adalah suatu aib atau cela, tapi justru itulah
alamat keberhasilan dan kesuksesan.
Tidakkah kita ingat Wahsyi seorang pembunuh panglima perang
Uhud; Hamzah bin Abdil Muththolib Radiyallahu ‘anhu [paman Nabi
Shallallahu ‘alaihi wassallam yang dicintai] berani bertaubat, karena
merasa dirinya telah banyak memudharatkan Islam di masa-masa
kekufurannya. Beliau Radiyallahu ‘anhupun berupaya dan menghabiskan
sisa hidupnya untuk Islam dan berjihad membela Islam, Wahsyi
Radiyallahu ‘anhu bersabda : “Sesungguhnya tidak ada yang dapat
membersihkan aku dari dosa-dosaku kecuali dengan membela Islam
habis-habisan sebagaimana dahulu aku menghinakan Islam habis-
habisan.” Sampai akhirnya beliau Radiyallahu ‘anhu berhasil membunuh
dengan melemparkan tombaknya ke perut Musailamah Al-Kadzdzab
sang nabi palsu, yang tombak tersebut dahulunya dia lemparkan ke perut
Hamzah bin Abdil Muththolib Radiyallahu ‘anhu.
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
74 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah
Tidakkah kita mau mengambil pelajaran?.
.وصلى اهللا على حممد وعلى آله وصحبه أمجعني
Cikarang, Senin Dhuha 10 Juli 2008
Hamba yang faqir atas ampunan Robbnya
Abul ‘Abbas Khidhir Al-Limbory
Katakan al-Haq walaupun Pahit Rasanya
Tahdzir ≠ Razia
Surury Berkamuflase Salafy
75 Abul ‘Abbas Khodhir bin Nurussalim Al-Limbory
Darus Sholah