keanekaragaman jenis semut (hymenoptera: formicidae) di
TRANSCRIPT
BIOCOLONY Vol. 2 No. 2 , Desember 2019. Hal: 12-22 12
Keanekaragaman Jenis Semut (Hymenoptera: Formicidae) di Area Kebun Kelapa
Sawit STKIP YPM Kabupaten Merangin Provinsi Jambi
Diversity of Ant Species (Hymenoptera: Formicidae) in Palm Oil Garden Area of
STKIP YPM Merangin Regency Jambi Province
Jesi Mustika sari, Pitri Handayani, Andriyanto
Pendidikan Biologi STKIP YPM Bangko
Koresponden: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui data keanekaragaman jenis semut di
Area Kebun Kelapa Sawit. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2019, dalam tiga
tahapan. Tahap pertama yaitu pengoleksian sampel yang dilakukan di Area Kebun
Kelapa Sawit STKIP YPM. Pengoleksian sampel semut dilakukan dengan teknik line
transect, yaitu dengan metode transek garis dengan menggunakan metode lubang
perangkap (pitfall trap); metode pengambilan langsung (hand collecting); dan metode
umpan ikan sarden (bait trap). Tahap kedua yaitu identifikasi semut yang dilaksanakan
di Laboratorium Biologi STKIP YPM mengunakan buku Identification Guide to the Ant
Genera of the World (Bolton, 1994) dan dicocokkan dengan kunci determinasi. Tahap
ketiga adalah tahap analisis data. Sampel yang terkumpul dianalisis dengan indeks
keragaman Shannon-Wiener (H’), indeks kekayaan jenis (DMg), dan indeks kemerataan
jenis (E). Hasil penelitian yaitu terdapat 1630 individu semut yang tersebar dalam 10
genus dan 4 subfamili. Hasil analisis data nilai indeks keragaman Shannon-Wiener (H’)
adalah 1,8032 (kriteria sedang), indeks kekayaan jenis (DMg) adalah 1,2168 (kriteria
rendah), dan indeks kemerataan spesies (E) adalah 0,3642 (kriteria stabil).
Kata kunci: Keanekaragaman jenis, semut Formicidae, Area Kebun Kelapa Sawit
Abstract
This research is aimed to know the variety kinds of ants in Palm Oil Garden
Area. The kinds of this research was descriptive research by qualitative approach. This
research was conducted on June 2019 in three steps. The first step was collecting the
sample in Palm Oil Garden Area of STKIP YPM. The collecting of ants samples
weredone by line transect technique, that are by using pitfall trap, hand collecting, and
bait trap. The second step was ants identification that was done in Biology
Laboratorium of STKIP YPM by following Identification Guide to the Ant Genera of the
World (Bolton, 1994) and it was matched woth the determination key. The last step is
the data analysis. The collected samples were analyzed by Shannon-Wiener diversity
index (H’), index of richeness (DMg), and Evennes index (E). The result showed the
ants with 1630 individuals were classified in to consisting of 10 genera and 4
subfamilies. The result of data analysis showed the value of the Shannon-Wiener
diversity index (H’) is 1,8032 (medium criteria), index of richeness (DMg) is 1,2168
(low criteria), and Evennes index (E) is 0,3642 (stabil criteria)
Key words: Species diversity, Formicidae ants, Palm Oil Garden Area
BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X
BIOCOLONY Vol. 2 No. 2 , Desember 2019. Hal: 12-22 13
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang
memiliki keanekaragaman jenis hewan
yang sangat tinggi, salah satunya adalah
serangga. Organisme ini memiliki ±
12.000 jenis yang tersebar di dunia dan
sebagian besar terdapat di kawasan
tropis (Suhara, 2009). Di Indonesia,
terdapat ± 250.000 jenis serangga
(Sahabuddin dkk., 2005 dalam Sari,
2014).
Semut merupakan salah satu
kelompok serangga yang termasuk ke
dalam ordo Hymenoptera dan famili
Formicidae. Semut ini dikenal dengan
sarang dan koloni yang beraturan. Ciri
morfologi semut sama dengan serangga
lain. Perbedaan semut ini sangat jelas
daripada serangga lain yaitu mempunyai
antena, kelenjar metapleural, dan bagian
perut kedua yang terhubung dengan
tangkai semut membentuk pinggang
sempit (pedikel) di antara mesosoma
(bagian rongga dada dan daerah perut)
dan metasoma (perut yang kurang
abdominal segmen dalam petiole)
(Suhara, 2009).
Semut merupakan serangga yang
ditemukan hampir pada setiap tipe
ekosistem selain kutub. Semut adalah
kelompok hewan yang sangat penting
berdasarkan total keanekaragaman jenis,
ciri biologi, dan ekologinya. Semut
merupakan kelompok hewan terestrial
sangat dominan yang terdapat di
wilayah tropis dan sudah berkembang
menjadi makhluk yang sangat dominan
pada ekosistem teresterial (Kurniawan,
2017).
Semut juga memiliki peranan
ekologis yaitu membantu tumbuhan
dalam menebarkan biji, menyuburkan
tanah, dan sebagai pemangsa serangga
lain (Schultz and McGlyinn, 2000; Dun,
2005; Sitthicharoenchai, 2006 dalam
Falahuddin, 2008).
Di habitat kebun kelapa sawit,
semut dapat berperan sebagai
penyeimbang ekosistem dimana
semakin tinggi kualitas
keanekaragaman semut maka rantai
makanan dan proses ekologis dengan
faktor biotik lainnya semakin seimbang
(Alamsari, 2014). Pada ekosistem
kebun kelapa sawit, semut juga
memiliki peran sebagai penyerbuk,
predator, pengurai dan herbivor ( Sari,
2014).
Kampus STKIP YPM yang terletak
di area kebun kelapa sawit dengan luas
± 7 hektar yang terdapat di daerah
Talang Kawo, Kelurahan Dusun
Bangko. Kebun kelapa sawit terdapat di
bagian gerbang kampus, dan di sekitar
kampus. Adanya kebun kelapa sawit
merupakan habitat untuk semut. Sampai
sekarang belum diperoleh informasi
mengenai keanekaragaman jenis-jenis
semut di Area Kebun Kelapa Sawit
STKIP YPM.
Mengingat pentingnya peran semut
di Area Kebun Kelapa Sawit, maka
penelitian mengenai keanekaragaman
jenis -jenis semut
(Hymenoptera:Formicidae) di Area
Kebun Kelapa Sawit STKIP YPM ini
perlu dilakukan. Untuk itu peneliti telah
melakukan penelitian tentang
“Keanekaragaman Semut (Hymenoptera
: Formicidae) di Area Kebun Kelapa
Sawit STKIP YPM Kabupaten
Merangin Provinsi Jambi”.
MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada
bulan Juni 2019. Pengambilan sampel
dilakukan di Area Kebun Kelapa Sawit
STKIP YPM Kabupaten Merangin
Provinsi Jambi, sedangkan identifikasi
BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X
BIOCOLONY Vol. 2 No. 2 , Desember 2019. Hal: 12-22 14
semut dilakukan di Laboratorium
Biologi STKIP YPM Bangko.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mikroskop stereo,
mikroskop binokuler, kamera
handphone, alat tulis, tabung eppendrof,
aplikasi Cuaca, aplikasi altimeter,
gunting, meteran, piring plastik,
kalkulator, dan pinset. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah sarden, larutan
gula, tali rafia, alkohol 70%, kertas
label, kawat, kapas, benang, dan gelas
plastik.
Metode Pengumpulan Data
1. Penentuan dan desain plot
Plot pengamatan dibuat di Area
Kebun Kelapa Sawit menggunakan
metode line transect dengan
mempertimbangkan lokasi penelitian
merupakan hutan homogen.
Pengambilan sampel semut dilakukan
dengan cara membuat tiga stasiun
transek, masing-masing stasiun transek
dibuat garis transek sepanjang 100 m
yang terbagi ke dalam lima plot dengan
posisi zig-zag. Setiap plot berukuran
10m x 10m dengan jarak antarplot 10m.
Jarak antar stasiun berukuran 30m. Pada
stasiun 1 dan stasiun 3, perangkap
diletakkan pada setiap sudut dan tengah
di dalam plot sehingga berjumlah 9
perangkap umpan. Sedangkan stasiun
kedua digunakan untuk metode
pengkapan langsung (Hand collecting)
(Sari, 2017).
2. Pengukuran parameter habitat
dan lingkungan
Menurut Putra (2017), faktor
lingkungan mempengaruhi keberadaan
semut pada suatu habitat. Dalam
penelitian ini, keadaan lingkungan yang
diukur adalah suhu lingkungan,
kelembaban udara dan ketinggian. Suhu
dan kelembaban udara diukur
menggunakan aplikasi Prediksi Cuaca,
sedangkan ketinggian diukur dengan
aplikasi Altimeter Offline. Lokasi pada
aplikasi Perediksi Cuaca diatur sesuai
dengan lokasi dilaksanakannya
penelitian.
3. Pengambilan sampel
Koleksi sampel semut dilakukan
dalam waktu 3 hari. Metode yang
digunakan dalam pengambilan sampel
semut adalah penangkapan langsung
(hand collecting) lubang perangkap
(pitfall trap), dan pemberian umpan
(Bait Trap).
Lubang perangkap (Pitfall trap)
Menurut Heong et al.,
1991;Schoenly et al.,1998; Yaherwandi
et al., 2006 (dalam Ikbal, dkk., 2014),
lubang perangkap (pitfall trap)
digunakan untuk merangkap semut yang
aktif di permukaan tanah. Teknik ini
dapat digunakan dengan menggunakan
umpan atau tanpa menggunakan umpan
(Hashimoto & Rahman, 2003).
BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X
BIOCOLONY Vol. 2 No. 2 , Desember 2019. Hal: 12-22 15
Perangkap dibuat dengan bibir
gelas ditanam dalam lubang perangkap
dan sejajar dengan permukaan tanah.
Masing-masing jebakan dalam lubang
perangkap diisi alkohol 70 %
secukupnya (Sari, dkk., 2014). Pada
perangkap ini juga diberi umpan berupa
kapas yang telah dicelupkan kedalam
larutan gula, kemudian diikat pada
ujung kawat didalam gelas aqua.
Pengambilan sampel semut yang
dilakukan pada hari berikutnya pada
jam yang sama dan dimasukkan
kedalam botol sampel dan diberi label
(Putra, dkk., 2017).
Penangkapan langsung (Hand
collecting)
Pengambilan sampel semut secara
langsung dengan mencari dan
mengumpulkan sebanyak-banyaknya
jenis semut yang berada pada area plot,
yaitu di serasah daun, tumbuhan yang
rendah, diantara batu-batuan,
permukaan tanah, gundukan tanah,
patahan kayu dan disekitar pohon
kelapa sawit dan dikoleksi
menggunakan pinset. Sampel semut
yang ditemukan dimasukkan ke dalam
plastik es lilin yang telah diisi alkohol
70%.
Jebakan Umpan (Bait Trap)
Pengambilan sampel semut yang
ada di pohon dan permukaan tanah
dilakukan dengan menggunakan umpan
ikan sarden. Umpan ikan sarden
dimasukkan kedalam botol aqua gelas
yang telah dipotong dan diletakkan di
atas piring pada tiap plot. Pengamatan
dilakukan selama 2,5 jam yang dimulai
pada pukul 11.00 – 13.30 WIB. Semut
yang masuk kedalam umpan
dimasukkan kedalam plastik es lilin
yang telah berisikan alkohol 70 % dan
di beri label.
4. Identifikasi Spesimen
Identifikasi semut dilakukan di
Laboratorium Biologi STKIP YPM
Bangko hingga tingkat genus
menggunakan buku Identification Guide
to the Ant Genera of the World (Bolton,
1994) dan dicocokkan dengan kunci
determinasi.
Teknik Analisis Data
1. Indeks Keragaman Spesies (H’)
Indeks keragaman spesies dapat
dihitung dengan menggunakan
Shannon-Wiener Index (Ludwig &
Reynold, 1988 dalam Haneda, 2015),
yaitu:
𝐻′ = − ∑(𝑃𝑖 ln 𝑃𝑖)
𝑆
𝑖=1
Nilai Pi diperoleh dengan menggunakan
rumus:
𝑃𝑖 =𝑛𝑖
𝑁
Keterangan:
𝐻′ = Indeks keanekaragaman
𝑛𝑖 = Jumlah individu setiap spesies
N = Jumlah individu seluruh spesies
2. Indeks Kekayaan Jenis (DMg)
Nilai kekayaan jenis digunakan
untuk mengetahui keanekaragaman
jenis berdasarkan jumlah jenis pada
suatu ekosistem. Indeks yang digunakan
adalah indeks kekayaan jenis Margalef
(Haneda, 2015):
DMg =(𝑆 − 1)
ln N
Keterangan:
DMg = Indeks kekayaan jenis Margalef
S = Jumlah jenis yang ditemukan
N = Jumlah individu seluruh jenis
3. Indeks Kemerataan Spesies (E)
Derajat kemerataan kelimpahan
individu antara setiap spesies dapat
ditentukan dengan menggunakan Indeks
Kemerataan Spesies (Magguran, 2004
dalam Haneda, 2015):
BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X
BIOCOLONY Vol. 2 No. 2 , Desember 2019. Hal: 12-22 16
𝐸 =𝐻′
ln 𝑆
Keterangan:
E = Indeks kemerdataan
H′ = Indeks keanekaragaman spesies
S = Jumlah spesies
Kriteria komunitas lingkungan
berdasarkan indeks kemerataan spesies
menurut Hill (1973) dalam Ismawan,
dkk (2015) yaitu:
E < 0,20 menunjukkan kondisi
penyebaran jenis tidak
stabil
0,21 ≤ E < 1 menunjukkan kondisi
penyebaran jenis
stabil
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Temuan
1. Identifikasi Jenis Semut
Hasil koleksi jenis semut
(Hymenoptera:Formicidae) di Area
Kebun Kelapa Sawit STKIP YPM,
didapatkan total jenis semut
(Formicidae) 1630 individu yang
tersebar dalam 10 genus dan 4 subfamili.
Secara rinci disajikan dalam tabel 3
berikut :
Tabel 3. Sebaran Semut yang ditemukan
di Area Kebun Kelapa Sawit STKIP
YPM Bangko dengan Metode Pitfall
Trap, Hand Collecting, dan Bait Trap
No
Genus
Pitfall Trap Hand Collecting Bait Trap
∑
(plot) Plot Plot Plot
I
II
III
IV
V
I
II
III
IV
V
I
II
III
IV
V
Cerapachyinae
Cerapachys 1
Dolichoderinae
Dolichderus 11
Formicinae
1 Anoplolepis 7
2 Camponotus 10
3 Formica 2
4 Oecophylla 10
5 Plagiolepis 2
6 Paratrechina 4
7 Polyrhachis 7
Ponerinae
Odontomachus 6
Keterangan :
: Ditemukan semut : Tidak ditemukan semut
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat
bahwa semut yang dikoleksi dan
diidentifikasi memiliki pola sebaran yang
berbeda. Pada stasiun 1 menggunakan
metode pitfall trap, semut yang paling
banyak sebarannya adalah genus
Polyrhachis. Kemudian pada stasiun 2
menggunakan metode hand collecting,
semut yang paling banyak sebarannya
adalah genus Camponotus. Pada stasiun ini,
juga didapat genus semut Cerapachys,
Formica dan Plagiolepis. Semut ini
ditemukan di sekitar buah dan tandan
kelapa sawit. Selanjutnya metode bait trap
digunakan pada stasiun 3, pada stasiun ini
ditemukan jenis semut yang tidak
ditemukan pada stasiun penelitian
sebelumnya yaitu genus Paratrechina
BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X
BIOCOLONY Vol. 2 No. 2 , Desember 2019. Hal: 12-22 17
Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4
berikut.
Tabel 4. Jumlah semut yang ditemukan di
Area Kebun Kelapa Sawit STKIP YPM
Bangko dengan Metode Pitfall Trap,
Hand Collecting, dan Bait Trap
No Subfamili Genus Pitfall trap Hand Collecting Bait Trap ∑
1 Cerapachyinae Cerapachys 0 18 0 18
2 Dolichoderinae Dolichoderus 13 14 19 46
3 Formicinae Anoplolepis 273 72 165 510
Camponotus 119 116 46 281
Formica 0 32 0 32
Oecopylla 127 18 296 441
Plagiolepis 0 35 0 35
Paratrechina 0 0 69 69
Polyrhachis 100 2 0 102
4 Ponerinae Odontomachus 89 7 0 96
Berdasarkan tabel 4 diatas bisa dilihat
bahwa pada stasiun 1 menggunakan
metode lubang perangkap (pitfall trap).
Metode ini adalah metode yang paling
banyak diperolehnya jumlah semut yaitu
721 individu. Semut yang paling banyak
ditemukan adalah Anoplolepis dengan
jumlah 273 individu, sedangkan semut
yang paling sedikit ditemukan adalah
genus Dolichoderus dengan jumlah 13
individu. Stasiun 2 menggunakan metode
penangkapan langsung (hand collecting).
Metode ini adalah metode yang paling
sedikit didapatkan sampel semut yaitu 314.
Jenis semut Camponotus adalah semut
yang paling banyak ditemukan dengan
jumlah 116 individu. Stasiun ketiga
menggunakan metode umpan (bait trap),
sampel semut yang didapat yaitu 595
individu. Pada metode ini, semut yang
paling banyak didapatkan adalah jenis
semut Oecophylla dengan jumlah 296
individu.
Semut dari genus Dolichoderus,
Anoplolepis, Camponotus, dan Oecophylla
merupakan jenis yang dapat dikoleksi
dengan metode bait trap, pitfall trap, dan
hand collecting. Hal ini karena semut
tertarik dengan umpan yang digunakan,
sehingga semut-semut tersebut mendatangi
umpan. Selain itu, semut dari genus
Dolichoderus, Anoplolepis, Camponotus,
dan Oecophylla kebanyakan lebih banyak
menghabiskan waktu di atas permukaan
tanah, ranting daun, di sekitar serasah
daun, dan kanopi kelapa sawit.
Ada jenis semut yang hanya ditemukan
pada stasiun 2 dengan menggunakan
metode hand collecting. Jenis semut yang
ditemukan adalah Cerapachys, Formica
dan Plagiolepis. Menurut Fitria (2013),
ketiga genus semut tersebut merupakan
genus semut yang biasanya ditemukan
disekitaran tandan kelapa sawit dan
membantu proses penyerbukan silang pada
kelapa sawit.
Kemudian ada genus semut yang hanya
ditemukan pada stasiun 3 dengan
menggunakan metode bait trap. Genus
semut yang ditemukan adalah genus
Paratrechina. Menurut Latumahina,
dkk.,(2014), Paratrechina merupakan
genus semut yang ditemukan di hutan
dengan kondisinya kering, semak, dan
hutan hujan. Semut ini dikenal dapat
membuat sarang dengan mudah. Pada
penelitian ini, Paratrechina hanya
ditemukan pada stasiun 3 karena pada plot
ini berada disekitar kelapa sawit sudah
mulai ditumbuhi semak yang merupakan
habitat bagi jenis semut Paratrechina.
Jumlah individu genus semut secara rinci
dapat dilihat pada diagram dibawah ini :
BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X
BIOCOLONY Vol. 2 No. 2 , Desember 2019. Hal: 12-22 18
Gambar 10. Diagram jumlah individu jenis semut (Hymenoptera:Formicidae)
di Area Kebun Kelapa Sawit STKIP YPM
2. Keanekaragaman Jenis Semut di Area Kebun Kelapa Sawit
Hasil analisis data menggunakan
rumus, yaitu Indeks Keanekaragaman
Shannon-Wiener, Indeks Kekayaan Jenis
Margalef dan Indeks Kemerataan
Magguran. Data disajikan dalam tabel 5
sebagai berikut.
Tabel 5. Keanekaragaman Semut
(Hymenoptera:Formicidae) di Area Kebun
Kelapa Sawit
Kode Keterangan Total Kriteria
S Jumlah jenis 10 -
SF Jumlah subfamili 4 -
N Jumlah individu 1630 -
H’ Indeks keragaman 1,8032 Sedang
DMg Indeks kekayaan 1,2168 Rendah
E Indeks kemerataan 0,3642 Stabil
Dari hasil analisis data diperoleh indeks
keragaman jenis yaitu 1,8032 dengan
kriteria sedang, indeks kekayaan jenis
1,2168 dengan kriteria rendah, dan indeks
kemerataan jenis 0,3642 dengan kriteria
stabil.
3. Hasil Pengukuran Faktor
Lingkungan Hasil pengukuran faktor lingkungan,
diperoleh data yang disajikan pada
Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Hasil pengukuran faktor
lingkungan pada tiap plot
Faktor Lingkungan Area Pengamatan
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Ketinggian tempat 142 m dpl 141 m dpl 358 m dpl
Koordinat 2 2o 6’ 22”S
1102o 17’1”E
2 2o 6’23” S
1 102o 17’2”E
22 o 6’ 25” S
1 102o 17’3”E
Temperatur udara 32oC 27 oC 30 oC
Kelembaban udara 60% 73% 65%
Dari hasil pengukuran faktor
lingkungan diperoleh data yaitu ketinggian
tempat pada stasiun 1 rata-rata ketinggian
142 m dpl, stasiun 2 rata-rata ketinggian
141 m dpl, dan stasiun 3 rata-rata
ketinggian 358 m dpl. Hasil pengukuran
temperatur udara diperoleh rentang suhu
berkisar antara 27oC - 32oC, data
kelembaban udara berkisar antara 60%-
73%.
B. Pembahasan
1846
510
281
32
441
35
69102
96
Jumlah Individu (N)
Cerapachys
Dolichoderus
Anoplolepis
Camponotus
Formica
BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X
BIOCOLONY Vol. 2 No. 2 , Desember 2019. Hal: 12-22 19
1. Deskripsi Genus Semut
(Hymenoptera:Formicidae) di Area
Kebun Kelapa Sawit STKIP YPM
a) Cerapachys
Cerapachys memiliki ciri-ciri antenna
10 segmen, kepala seperti persegi lebih
lebar dari thoraks; mata kecil berwarna
hitam; mandibula berbentuk segitiga
memanjang (tetriangular) terletak disisi
depan kepala; petiole dengan 1 nodus
runcing seperti duri; memiliki sengat yang
besar dan mengembang di ujung abdomen;
panjang tubuh 12 mm; tekstur tubuh kasar,
keras dan tebal.
b) Dolichoderus
Dolichoderus memiliki ciri-ciri
antenna 12 segmen, kepala berbentuk
seperti persegi dan lebih lebar dari thoraks
serta melebar kebagian belakang; mata
besar berwarna hitam dan menonjol;
mandibula berbentuk segitiga panjang
(elonga tetriangular) ditengah sisi kepala;
petiole dengan 1 nodus tegak dan runcing;
sengat ada dan berfungsi , tetapi tidak
terdeteksi; panjang tubuh 10 mm.
c) Anoplolepis
Anoplolepis memiliki ciri-ciri antenna
12 segmen, kepala oval lebih besar dan
lebar dari thoraks; mata majemuk besar
berwarna hitam dan menonjol; mandibula
berbentuk segitiga (triangular); petiole
dengan 1 nodus membulat dan pendek;
panjang tubuh 5 mm; tektur tubuh rapuh,
mudah hancur; seluruh tubuh berwarna
Coklat gelap.
d) Camponotus
Camponotus memiliki ciri-ciri
antenna 12 segmen, kepala bulat dan
melebar kebagian belakang; mata kecil
berwarna hitam; mandibula berbentuk
segitiga (triangular); petiole dengan 1
nodus, berbentuk kerucut dan kecil; tidak
memiliki sengat.
e) Formica
Formica memiliki ciri-ciri antenna 11
segmen, kepala besar dan membulat; mata
kecil berwarna hitam; mandibula
berbentuk segitiga (triangular) terletak
ditengah-tengah kepala dan panjang;
petiole dengan 1 nodus, besar dan
membulat; tidak memiliki sengat;
memiliki 3 ruas kaki; tungkai kecil dan
panjang.
f) Oceophylla
Oecophylla memiliki ciri-ciri antenna
11 segmen, kepala bulat ; mata kecil
berwarna hitam terletak di samping kepala;
mandibula berbentuk segitiga panjang
(elonga tetriangular); pronotum lurus dan
lebar, posisi pronotum lebih tinggi dari
mesonotum; mesonotum melegkung ,
posisi lebih rendah dari pronotum;
propodeum segitiga pendek, posisi ,lebih
rendah dari bagian dada; tidak memiliki
sengat;seluruh tubuh berwarna coklat
mengkilat.
g) Plagiolepis
Plagiolepis memiliki ciri-ciri dari
antenna 12 segmen, kepala bulat ; mata
besar berwarna hitam; mandibula
berbentuk segitiga (triangular); petiole
dengan 1 nodus, kecil dan runcing seperti
duri; abdomen membulat dan pendek;
tidak memiliki sengat; panjang tubuh 5
mm; seluruh tubuh berwarna hitam dan
memiliki warna abu-abu mengkilat pada
bagian dorsal tubuh semut.
h) Paratrechina
Paratrechina memiliki ciri-ciri
antenna 12 segmen, kepala bulat; mata
besar berwarna hitam; mandibula
berbentuk lurus memanjang (linear)
terletak disisi samping kepala; pronotum
lebar dan sempit; mesonotum lurus;
propodeum cembung, petiole dengan 1
nodus, berbentuk kerucut dan besar;
abdomen terdiri atas 5 tergit berbentuk
oval; tidak memiliki sengat; tekstur tubuh
kasar dan keras.
i) Polyrhachis
BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X
BIOCOLONY Vol. 2 No. 2 , Desember 2019. Hal: 12-22 20
Polyrhachis memiliki ciri-ciri antenna
12 segmen, kepala seperti segitiga dan
melebar; mata besar berwarna hitam;
mandibula berbentuk segitiga (triangular);
pronotum cembung dan lebar; mesonotum
lurus dan menyempit; propodeum lurus;
petiole dengan 1 nodus, kecil dan runcing;
panjang dan membulat seperti telur; tidak
memiliki sengat; panjang tubuh 12 mm;
seluruh tubuh berwarna hitam.
j) Odontomachus
Odontomachus memiliki cirri-ciri
antenna 12 segmen, kepala besar dan
melebar; mata kecil berwarna hitam
terletak disisi samping kepala; mandibula
berbentuk lurus memanjang terletak
ditengah-tengah kepala dan panjang;
petiole dengan 1 nodus, besar dan runcing
seperti duri; pada ujung abdomen seperti
segitiga dan tumpul; Memiliki sengat yang
mudah terdeteksi di ujung; tekstur tubuh
kasar dan keras; seluruh tubuh berwarna
hitam kemerahan.
2. Keanekaragaman Jenis Semut di
Area Kebun Kelapa Sawit STKIP
YPM
Keanekaragaman yang diamati dalam
penelitian ini adalah :
Indeks keragaman (H’)
Indeks keanekaragaman jenis diukur
dengan menggunakan rumus Indeks
Shannon-Wiener. Hasil analisis data
diperoleh nilai indeks keanekaragaman
semut yang ada di area Kebun Kelapa
Sawit STKIP YPM yang telah disajikan
dalam tabel 4 tergolong dalam kriteria
sedang, dengan H’ = 1,8032.
Faktor yang menyebabkan
keanekaragaman jenis dalam kategori
sedang adalah iklim terutama suhu dan
kelembaban (Lach et al (2010) dalam
Ikbal (2015). Selain itu, kondisi
lingkungan dan beberapa faktor lainnya
juga mempengaruhi tinggi rendahnya
indeks keanekaragaman semut. Suhu pada
saat penelitian kira-kira antara 27o – 32oC.
Suhu tertinggi terdapat di stasiun I yaitu
32oC dan suhu terendah di stasiun 2 yaitu
27oC.
Pendapat diatas didukung oleh
Riyanto (2007), suhu antara 25oC32oC
merupakan suhu yang optimal dan toleran
untuk aktifitas semut yang ada pada
wilayah tropis. Semut yang hidup di area
hutan homogen seperti kebun kelapa sawit
hanya mampu bertahan hidup pada suhu
27oC – 32oC, pada suhu tersebut semut
masih banyak dijumpai pada masing-
masing stasiun pengamatan, sehingga pada
beberapa genus semut ditemukan jumlah
individu tinggi karena pada suhu tersebut
semut masih aktif melakukan aktifitas.
Keberadaan semut pada suatu habitat
dipengaruhi oleh kesesuaian suhu, habitat
yang mendukung untuk pembuatan sarang,
sumber makanan dan daerah jelajah yang
mendukung. Adanya aktivitas dan
keberadaan manusia di perkebunan kelapa
sawit menyebabkan rendahnya
keanekaragaman semut yang ditemukan
(Anderso (2000) dalam Ikbal (2014).
Indeks Kekayaan Jenis (DMg)
Kekayaan jenis merupakan ukuran
nilai yang sebabkan oleh banyaknya jenis
dan total individu di suatu tempat.
Semakin banyak jenis dan individu pada
suatu tempat maka nilai indeks kekayaan
jenis akan semakin tinggi (Syaputra, 2015
dalam Rahmawaty, 2018). Hasil analisis
data penelitian diketahui nilai indeks
kekayaan jenis semut di area Kebun
Kelapa Sawit STKIP YPM tergolong
dalam kriteria rendah, dengan DMg =
1,2168.
Rendahnya kekayaan jenis pada
lokasi penelitian disebabkan oleh kondisi
habitat semut yang terganggu oleh aktifitas
di sekitarnya. Area Kebun Kelapa Sawit
STKIP YPM merupakan hutan homogen
yang di dalamnya terdapat aktifitas dari
manusia. Kondisi tersebut bukan kondisi
optimum bagi semut untuk beraktivitas,
BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X
BIOCOLONY Vol. 2 No. 2 , Desember 2019. Hal: 12-22 21
baik dalam kegiatan mencari makan,
membuat sarang dan berkembang biak.
Selain itu ketersediaan makanan,
tempat bersarang, dan iklim mikro juga
memengaruhi keberadaan spesies semut
tertentu. Kelembaban dan makanan yang
berbeda pada setiap stasiun di lokasi
penelitian menjadi faktor rendahnya
kekayaan jenis semut (Andersen, 2000).
Indeks Kemerataan Spesies (E)
Nilai indeks kemerataan diukur
dengan menggunakan rumus Indeks
Magguran. Hasil data analisis diketahui
nilai indeks kemerataan spesies semut di
area Kebun Kelapa Sawit STKIP YPM
yang telah disajikan pada tabel 4 tergolong
dalam kriteria stabil, dengan E = 0,3642.
Nilai indeks kemerataan genus semut
pada lokasi penelitian menggambarkan
stabilnya suatu komunitas, yaitu bila angka
nilai kemerataan yang diperoleh 0,21
berarti kemerataan genus semut pada
lokasi penelitian tersebut hampir sama rata.
Menurut Ruslan (2009), pada hutan
homogen indeks kemerataan spesies lebih
stabil dibanding hutan heterogen.
Stabilnya indeks kemerataan pada hutan
homogen disebabkan oleh vegetasi yang
hampir sama. Vegetasi ini bisa sebagai
tempat hidup dan sumber makanan bagi
semut. Pada hutan homogen tutupan
kanopi dari vegetasi kurang rapat sehingga
penetrasi sinar matahari lebih banyak dan
vegetasi yang membutuhkan sinar
matahari untuk kehidupan dapat terpenuhi.
(Ranny, 2015).
KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, jenis semut
(Hymenoptera:Formicidae) di Area
Kebun Kelapa sawit teridentifikasi
1630 individu yang tersebar dalam 10
genus; dan 4 subfamili. Pada stasiun I
didominasi oleh genus Anoplolepis,
stasiun II didominasi oleh genus
Camponotus, dan stasiun III
didominasi oleh Oecophylla. Sebanyak
721 individu semut yang tertangkap
menggunakan metode lubang
perangkap (pitfall trap), 314 individu
semut dengan metode penangkapan
langsung (hand collecting), serta 595
individu semut dengan metode umpan
jebakan (bait trap).
2. Area Kebun Kelapa Sawit STKIP
YPM Bangko memiliki tingkat
keanekaragaman jenis semut dari ordo
Hymenoptera dan famili Formicidae
yang ada di Area Kebun Kelapa Sawit
STKIP YPM Bangko Kabupaten
Merangin Provinsi Jambi dengan nilai
indeks keragaman (H’)= 1,8032
(kriteria sedang), indeks kekayaan
jenis (DMg) = 1,2168 (kriteria rendah),
dan indeks kemerataan spesies (E)
= 0,3642 (kriteria stabil).
UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada
berbagai pihak, terutama kepada : Ibu
Pitri Handayani, S.Si,. M.Si selaku
pembimbing I, Bapak Andriyanto, S.Pd,.
M.Sc selaku pembimbing II, Ibu Rivo
Yulse Viza, S.Si., M.P selaku Anggota
Tim Penguji, Ibu Leni Marlina, S.Si, M.Si
selaku ketua Program Stui Pendidikan
Biologi dan Anggota Tim Penguji, Bapak
Dr. Endang Solichin, M.Si selaku ketua
STKIP YPM Bangko, Bapak Uying Hapid
Alatas, M.Pd selaku Kepala LP3M STKIP
YPM Bangko, Bapak dan Ibu Dosen yang
telah memberikan sumbangan ilmu yang
berharga kepada penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, F. 2018. Studi keanekaragaman
jenis semut
(Hymenoptera:Formicidae) di Hutan
Adat Guguk, Kabupaten Merangin,
BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X
BIOCOLONY Vol. 2 No. 2 , Desember 2019. Hal: 12-22 22
Provinsi Jambi. Skripsi. Bangko :
Prodi Pendidikan Biologi STKIP
YPM
Alamsari, W. 2014. Keaneragaman Semut
pada Berbagai Tipe Penggunaan
Lahan di Jambi. Skripsi. Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Falahuddin, I. 2008. Peranan Semut
Rangrang (Oecophylla smaragdina)
Dalam Pengendalian Biologis Pada
Perkebunan Kelapa sawit.
Konferensi Prossiding.
Fitria, N. 2013. Komunitas Semut pada
Bunga Jantan Kelapa Sawit di
Kebun Cimulang di PTPN VIII
Bogor, Jawa Barat. Skripsi.
Departemen Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Institut Pertanian Bogor.
Haneda, N.F. dan Nisfi Y. 2015.
Komunitas Semut
(Hymenoptera:Formicidae) pada
Empat Tipe Ekosistem yang Berbeda
di Desa Bungku Provinsi Jambi.
Jurnal Silvikultur Tropika. Vol.6 (3)
: 203-209.
Kurniawan, A. 2017. Keanekaragaman
Semut (Subfamili:Myrmicinae) di
UIN Raden Intan Lampung dan
kehidupan social semut serta
kajiannya di dalam Al-Qur’an.
Skripsi. Lampung : Universitas Islam
Negeri Raden Intan
Rahmawaty, R. 2018. Keanekaragaman
dan Kelimpahan Spesies Lepidoptera
(Subordo Rhopalocera) pada Daerah
Penyangga di Kawasan Hutan Adat
Guguk Kabupaten Merangin.
Skripsi. Bangko:Prodi Pendidikan
Biologi STKIP YPM.
Ranny, Henry H dan Dahelmi. 2015.
Inventarisasi Semut yang Ditemukan
pada Perkebunan Buah Naga Lubuk
Minturun. UNAN. 4(1) : 57 64
Suhara. 2009. Semut Rangrang
(Oceophylla smaradigna). Ppt-
Entomologi. Jurusan Pendidikan
Biologi, FPMIPA, Universitas
Pendidikan Indonesia
Sari, WS., Refiza Y dan Arief A.P. 2014.
Jenis-jenis Semut
(Hymenoptera:Formicidae) pada
Perkebunan Kelapa Sawit di Sekitar
Kampus Universitas Pasir
Pengaraian. Program Studi
Pendidikan Biologi, FKIP.
Universitas Pasir Pengairan