keanekaragaman jenis semut (hymenoptera: formicidae) di

11
BIOCOLONY Vol. 2 No. 2 , Desember 2019. Hal: 12-22 12 Keanekaragaman Jenis Semut (Hymenoptera: Formicidae) di Area Kebun Kelapa Sawit STKIP YPM Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Diversity of Ant Species (Hymenoptera: Formicidae) in Palm Oil Garden Area of STKIP YPM Merangin Regency Jambi Province Jesi Mustika sari, Pitri Handayani, Andriyanto Pendidikan Biologi STKIP YPM Bangko Koresponden: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui data keanekaragaman jenis semut di Area Kebun Kelapa Sawit. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2019, dalam tiga tahapan. Tahap pertama yaitu pengoleksian sampel yang dilakukan di Area Kebun Kelapa Sawit STKIP YPM. Pengoleksian sampel semut dilakukan dengan teknik line transect, yaitu dengan metode transek garis dengan menggunakan metode lubang perangkap (pitfall trap); metode pengambilan langsung (hand collecting); dan metode umpan ikan sarden (bait trap). Tahap kedua yaitu identifikasi semut yang dilaksanakan di Laboratorium Biologi STKIP YPM mengunakan buku Identification Guide to the Ant Genera of the World (Bolton, 1994) dan dicocokkan dengan kunci determinasi. Tahap ketiga adalah tahap analisis data. Sampel yang terkumpul dianalisis dengan indeks keragaman Shannon-Wiener (H’), indeks kekayaan jenis (DMg), dan indeks kemerataan jenis (E). Hasil penelitian yaitu terdapat 1630 individu semut yang tersebar dalam 10 genus dan 4 subfamili. Hasil analisis data nilai indeks keragaman Shannon-Wiener (H’) adalah 1,8032 (kriteria sedang), indeks kekayaan jenis (DMg) adalah 1,2168 (kriteria rendah), dan indeks kemerataan spesies (E) adalah 0,3642 (kriteria stabil). Kata kunci: Keanekaragaman jenis, semut Formicidae, Area Kebun Kelapa Sawit Abstract This research is aimed to know the variety kinds of ants in Palm Oil Garden Area. The kinds of this research was descriptive research by qualitative approach. This research was conducted on June 2019 in three steps. The first step was collecting the sample in Palm Oil Garden Area of STKIP YPM. The collecting of ants samples weredone by line transect technique, that are by using pitfall trap, hand collecting, and bait trap. The second step was ants identification that was done in Biology Laboratorium of STKIP YPM by following Identification Guide to the Ant Genera of the World (Bolton, 1994) and it was matched woth the determination key. The last step is the data analysis. The collected samples were analyzed by Shannon-Wiener diversity index (H’), index of richeness (DMg), and Evennes index (E). The result showed the ants with 1630 individuals were classified in to consisting of 10 genera and 4 subfamilies. The result of data analysis showed the value of the Shannon-Wiener diversity index (H’) is 1,8032 (medium criteria), index of richeness (DMg) is 1,2168 (low criteria), and Evennes index (E) is 0,3642 (stabil criteria) Key words: Species diversity, Formicidae ants, Palm Oil Garden Area

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Keanekaragaman Jenis Semut (Hymenoptera: Formicidae) di

BIOCOLONY Vol. 2 No. 2 , Desember 2019. Hal: 12-22 12

Keanekaragaman Jenis Semut (Hymenoptera: Formicidae) di Area Kebun Kelapa

Sawit STKIP YPM Kabupaten Merangin Provinsi Jambi

Diversity of Ant Species (Hymenoptera: Formicidae) in Palm Oil Garden Area of

STKIP YPM Merangin Regency Jambi Province

Jesi Mustika sari, Pitri Handayani, Andriyanto

Pendidikan Biologi STKIP YPM Bangko

Koresponden: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui data keanekaragaman jenis semut di

Area Kebun Kelapa Sawit. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2019, dalam tiga

tahapan. Tahap pertama yaitu pengoleksian sampel yang dilakukan di Area Kebun

Kelapa Sawit STKIP YPM. Pengoleksian sampel semut dilakukan dengan teknik line

transect, yaitu dengan metode transek garis dengan menggunakan metode lubang

perangkap (pitfall trap); metode pengambilan langsung (hand collecting); dan metode

umpan ikan sarden (bait trap). Tahap kedua yaitu identifikasi semut yang dilaksanakan

di Laboratorium Biologi STKIP YPM mengunakan buku Identification Guide to the Ant

Genera of the World (Bolton, 1994) dan dicocokkan dengan kunci determinasi. Tahap

ketiga adalah tahap analisis data. Sampel yang terkumpul dianalisis dengan indeks

keragaman Shannon-Wiener (H’), indeks kekayaan jenis (DMg), dan indeks kemerataan

jenis (E). Hasil penelitian yaitu terdapat 1630 individu semut yang tersebar dalam 10

genus dan 4 subfamili. Hasil analisis data nilai indeks keragaman Shannon-Wiener (H’)

adalah 1,8032 (kriteria sedang), indeks kekayaan jenis (DMg) adalah 1,2168 (kriteria

rendah), dan indeks kemerataan spesies (E) adalah 0,3642 (kriteria stabil).

Kata kunci: Keanekaragaman jenis, semut Formicidae, Area Kebun Kelapa Sawit

Abstract

This research is aimed to know the variety kinds of ants in Palm Oil Garden

Area. The kinds of this research was descriptive research by qualitative approach. This

research was conducted on June 2019 in three steps. The first step was collecting the

sample in Palm Oil Garden Area of STKIP YPM. The collecting of ants samples

weredone by line transect technique, that are by using pitfall trap, hand collecting, and

bait trap. The second step was ants identification that was done in Biology

Laboratorium of STKIP YPM by following Identification Guide to the Ant Genera of the

World (Bolton, 1994) and it was matched woth the determination key. The last step is

the data analysis. The collected samples were analyzed by Shannon-Wiener diversity

index (H’), index of richeness (DMg), and Evennes index (E). The result showed the

ants with 1630 individuals were classified in to consisting of 10 genera and 4

subfamilies. The result of data analysis showed the value of the Shannon-Wiener

diversity index (H’) is 1,8032 (medium criteria), index of richeness (DMg) is 1,2168

(low criteria), and Evennes index (E) is 0,3642 (stabil criteria)

Key words: Species diversity, Formicidae ants, Palm Oil Garden Area

Page 2: Keanekaragaman Jenis Semut (Hymenoptera: Formicidae) di

BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X

BIOCOLONY Vol. 2 No. 2 , Desember 2019. Hal: 12-22 13

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang

memiliki keanekaragaman jenis hewan

yang sangat tinggi, salah satunya adalah

serangga. Organisme ini memiliki ±

12.000 jenis yang tersebar di dunia dan

sebagian besar terdapat di kawasan

tropis (Suhara, 2009). Di Indonesia,

terdapat ± 250.000 jenis serangga

(Sahabuddin dkk., 2005 dalam Sari,

2014).

Semut merupakan salah satu

kelompok serangga yang termasuk ke

dalam ordo Hymenoptera dan famili

Formicidae. Semut ini dikenal dengan

sarang dan koloni yang beraturan. Ciri

morfologi semut sama dengan serangga

lain. Perbedaan semut ini sangat jelas

daripada serangga lain yaitu mempunyai

antena, kelenjar metapleural, dan bagian

perut kedua yang terhubung dengan

tangkai semut membentuk pinggang

sempit (pedikel) di antara mesosoma

(bagian rongga dada dan daerah perut)

dan metasoma (perut yang kurang

abdominal segmen dalam petiole)

(Suhara, 2009).

Semut merupakan serangga yang

ditemukan hampir pada setiap tipe

ekosistem selain kutub. Semut adalah

kelompok hewan yang sangat penting

berdasarkan total keanekaragaman jenis,

ciri biologi, dan ekologinya. Semut

merupakan kelompok hewan terestrial

sangat dominan yang terdapat di

wilayah tropis dan sudah berkembang

menjadi makhluk yang sangat dominan

pada ekosistem teresterial (Kurniawan,

2017).

Semut juga memiliki peranan

ekologis yaitu membantu tumbuhan

dalam menebarkan biji, menyuburkan

tanah, dan sebagai pemangsa serangga

lain (Schultz and McGlyinn, 2000; Dun,

2005; Sitthicharoenchai, 2006 dalam

Falahuddin, 2008).

Di habitat kebun kelapa sawit,

semut dapat berperan sebagai

penyeimbang ekosistem dimana

semakin tinggi kualitas

keanekaragaman semut maka rantai

makanan dan proses ekologis dengan

faktor biotik lainnya semakin seimbang

(Alamsari, 2014). Pada ekosistem

kebun kelapa sawit, semut juga

memiliki peran sebagai penyerbuk,

predator, pengurai dan herbivor ( Sari,

2014).

Kampus STKIP YPM yang terletak

di area kebun kelapa sawit dengan luas

± 7 hektar yang terdapat di daerah

Talang Kawo, Kelurahan Dusun

Bangko. Kebun kelapa sawit terdapat di

bagian gerbang kampus, dan di sekitar

kampus. Adanya kebun kelapa sawit

merupakan habitat untuk semut. Sampai

sekarang belum diperoleh informasi

mengenai keanekaragaman jenis-jenis

semut di Area Kebun Kelapa Sawit

STKIP YPM.

Mengingat pentingnya peran semut

di Area Kebun Kelapa Sawit, maka

penelitian mengenai keanekaragaman

jenis -jenis semut

(Hymenoptera:Formicidae) di Area

Kebun Kelapa Sawit STKIP YPM ini

perlu dilakukan. Untuk itu peneliti telah

melakukan penelitian tentang

“Keanekaragaman Semut (Hymenoptera

: Formicidae) di Area Kebun Kelapa

Sawit STKIP YPM Kabupaten

Merangin Provinsi Jambi”.

MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada

bulan Juni 2019. Pengambilan sampel

dilakukan di Area Kebun Kelapa Sawit

STKIP YPM Kabupaten Merangin

Provinsi Jambi, sedangkan identifikasi

Page 3: Keanekaragaman Jenis Semut (Hymenoptera: Formicidae) di

BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X

BIOCOLONY Vol. 2 No. 2 , Desember 2019. Hal: 12-22 14

semut dilakukan di Laboratorium

Biologi STKIP YPM Bangko.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah mikroskop stereo,

mikroskop binokuler, kamera

handphone, alat tulis, tabung eppendrof,

aplikasi Cuaca, aplikasi altimeter,

gunting, meteran, piring plastik,

kalkulator, dan pinset. Sedangkan bahan

yang digunakan adalah sarden, larutan

gula, tali rafia, alkohol 70%, kertas

label, kawat, kapas, benang, dan gelas

plastik.

Metode Pengumpulan Data

1. Penentuan dan desain plot

Plot pengamatan dibuat di Area

Kebun Kelapa Sawit menggunakan

metode line transect dengan

mempertimbangkan lokasi penelitian

merupakan hutan homogen.

Pengambilan sampel semut dilakukan

dengan cara membuat tiga stasiun

transek, masing-masing stasiun transek

dibuat garis transek sepanjang 100 m

yang terbagi ke dalam lima plot dengan

posisi zig-zag. Setiap plot berukuran

10m x 10m dengan jarak antarplot 10m.

Jarak antar stasiun berukuran 30m. Pada

stasiun 1 dan stasiun 3, perangkap

diletakkan pada setiap sudut dan tengah

di dalam plot sehingga berjumlah 9

perangkap umpan. Sedangkan stasiun

kedua digunakan untuk metode

pengkapan langsung (Hand collecting)

(Sari, 2017).

2. Pengukuran parameter habitat

dan lingkungan

Menurut Putra (2017), faktor

lingkungan mempengaruhi keberadaan

semut pada suatu habitat. Dalam

penelitian ini, keadaan lingkungan yang

diukur adalah suhu lingkungan,

kelembaban udara dan ketinggian. Suhu

dan kelembaban udara diukur

menggunakan aplikasi Prediksi Cuaca,

sedangkan ketinggian diukur dengan

aplikasi Altimeter Offline. Lokasi pada

aplikasi Perediksi Cuaca diatur sesuai

dengan lokasi dilaksanakannya

penelitian.

3. Pengambilan sampel

Koleksi sampel semut dilakukan

dalam waktu 3 hari. Metode yang

digunakan dalam pengambilan sampel

semut adalah penangkapan langsung

(hand collecting) lubang perangkap

(pitfall trap), dan pemberian umpan

(Bait Trap).

Lubang perangkap (Pitfall trap)

Menurut Heong et al.,

1991;Schoenly et al.,1998; Yaherwandi

et al., 2006 (dalam Ikbal, dkk., 2014),

lubang perangkap (pitfall trap)

digunakan untuk merangkap semut yang

aktif di permukaan tanah. Teknik ini

dapat digunakan dengan menggunakan

umpan atau tanpa menggunakan umpan

(Hashimoto & Rahman, 2003).

Page 4: Keanekaragaman Jenis Semut (Hymenoptera: Formicidae) di

BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X

BIOCOLONY Vol. 2 No. 2 , Desember 2019. Hal: 12-22 15

Perangkap dibuat dengan bibir

gelas ditanam dalam lubang perangkap

dan sejajar dengan permukaan tanah.

Masing-masing jebakan dalam lubang

perangkap diisi alkohol 70 %

secukupnya (Sari, dkk., 2014). Pada

perangkap ini juga diberi umpan berupa

kapas yang telah dicelupkan kedalam

larutan gula, kemudian diikat pada

ujung kawat didalam gelas aqua.

Pengambilan sampel semut yang

dilakukan pada hari berikutnya pada

jam yang sama dan dimasukkan

kedalam botol sampel dan diberi label

(Putra, dkk., 2017).

Penangkapan langsung (Hand

collecting)

Pengambilan sampel semut secara

langsung dengan mencari dan

mengumpulkan sebanyak-banyaknya

jenis semut yang berada pada area plot,

yaitu di serasah daun, tumbuhan yang

rendah, diantara batu-batuan,

permukaan tanah, gundukan tanah,

patahan kayu dan disekitar pohon

kelapa sawit dan dikoleksi

menggunakan pinset. Sampel semut

yang ditemukan dimasukkan ke dalam

plastik es lilin yang telah diisi alkohol

70%.

Jebakan Umpan (Bait Trap)

Pengambilan sampel semut yang

ada di pohon dan permukaan tanah

dilakukan dengan menggunakan umpan

ikan sarden. Umpan ikan sarden

dimasukkan kedalam botol aqua gelas

yang telah dipotong dan diletakkan di

atas piring pada tiap plot. Pengamatan

dilakukan selama 2,5 jam yang dimulai

pada pukul 11.00 – 13.30 WIB. Semut

yang masuk kedalam umpan

dimasukkan kedalam plastik es lilin

yang telah berisikan alkohol 70 % dan

di beri label.

4. Identifikasi Spesimen

Identifikasi semut dilakukan di

Laboratorium Biologi STKIP YPM

Bangko hingga tingkat genus

menggunakan buku Identification Guide

to the Ant Genera of the World (Bolton,

1994) dan dicocokkan dengan kunci

determinasi.

Teknik Analisis Data

1. Indeks Keragaman Spesies (H’)

Indeks keragaman spesies dapat

dihitung dengan menggunakan

Shannon-Wiener Index (Ludwig &

Reynold, 1988 dalam Haneda, 2015),

yaitu:

𝐻′ = − ∑(𝑃𝑖 ln 𝑃𝑖)

𝑆

𝑖=1

Nilai Pi diperoleh dengan menggunakan

rumus:

𝑃𝑖 =𝑛𝑖

𝑁

Keterangan:

𝐻′ = Indeks keanekaragaman

𝑛𝑖 = Jumlah individu setiap spesies

N = Jumlah individu seluruh spesies

2. Indeks Kekayaan Jenis (DMg)

Nilai kekayaan jenis digunakan

untuk mengetahui keanekaragaman

jenis berdasarkan jumlah jenis pada

suatu ekosistem. Indeks yang digunakan

adalah indeks kekayaan jenis Margalef

(Haneda, 2015):

DMg =(𝑆 − 1)

ln N

Keterangan:

DMg = Indeks kekayaan jenis Margalef

S = Jumlah jenis yang ditemukan

N = Jumlah individu seluruh jenis

3. Indeks Kemerataan Spesies (E)

Derajat kemerataan kelimpahan

individu antara setiap spesies dapat

ditentukan dengan menggunakan Indeks

Kemerataan Spesies (Magguran, 2004

dalam Haneda, 2015):

Page 5: Keanekaragaman Jenis Semut (Hymenoptera: Formicidae) di

BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X

BIOCOLONY Vol. 2 No. 2 , Desember 2019. Hal: 12-22 16

𝐸 =𝐻′

ln 𝑆

Keterangan:

E = Indeks kemerdataan

H′ = Indeks keanekaragaman spesies

S = Jumlah spesies

Kriteria komunitas lingkungan

berdasarkan indeks kemerataan spesies

menurut Hill (1973) dalam Ismawan,

dkk (2015) yaitu:

E < 0,20 menunjukkan kondisi

penyebaran jenis tidak

stabil

0,21 ≤ E < 1 menunjukkan kondisi

penyebaran jenis

stabil

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Temuan

1. Identifikasi Jenis Semut

Hasil koleksi jenis semut

(Hymenoptera:Formicidae) di Area

Kebun Kelapa Sawit STKIP YPM,

didapatkan total jenis semut

(Formicidae) 1630 individu yang

tersebar dalam 10 genus dan 4 subfamili.

Secara rinci disajikan dalam tabel 3

berikut :

Tabel 3. Sebaran Semut yang ditemukan

di Area Kebun Kelapa Sawit STKIP

YPM Bangko dengan Metode Pitfall

Trap, Hand Collecting, dan Bait Trap

No

Genus

Pitfall Trap Hand Collecting Bait Trap

(plot) Plot Plot Plot

I

II

III

IV

V

I

II

III

IV

V

I

II

III

IV

V

Cerapachyinae

Cerapachys 1

Dolichoderinae

Dolichderus 11

Formicinae

1 Anoplolepis 7

2 Camponotus 10

3 Formica 2

4 Oecophylla 10

5 Plagiolepis 2

6 Paratrechina 4

7 Polyrhachis 7

Ponerinae

Odontomachus 6

Keterangan :

: Ditemukan semut : Tidak ditemukan semut

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat

bahwa semut yang dikoleksi dan

diidentifikasi memiliki pola sebaran yang

berbeda. Pada stasiun 1 menggunakan

metode pitfall trap, semut yang paling

banyak sebarannya adalah genus

Polyrhachis. Kemudian pada stasiun 2

menggunakan metode hand collecting,

semut yang paling banyak sebarannya

adalah genus Camponotus. Pada stasiun ini,

juga didapat genus semut Cerapachys,

Formica dan Plagiolepis. Semut ini

ditemukan di sekitar buah dan tandan

kelapa sawit. Selanjutnya metode bait trap

digunakan pada stasiun 3, pada stasiun ini

ditemukan jenis semut yang tidak

ditemukan pada stasiun penelitian

sebelumnya yaitu genus Paratrechina

Page 6: Keanekaragaman Jenis Semut (Hymenoptera: Formicidae) di

BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X

BIOCOLONY Vol. 2 No. 2 , Desember 2019. Hal: 12-22 17

Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4

berikut.

Tabel 4. Jumlah semut yang ditemukan di

Area Kebun Kelapa Sawit STKIP YPM

Bangko dengan Metode Pitfall Trap,

Hand Collecting, dan Bait Trap

No Subfamili Genus Pitfall trap Hand Collecting Bait Trap ∑

1 Cerapachyinae Cerapachys 0 18 0 18

2 Dolichoderinae Dolichoderus 13 14 19 46

3 Formicinae Anoplolepis 273 72 165 510

Camponotus 119 116 46 281

Formica 0 32 0 32

Oecopylla 127 18 296 441

Plagiolepis 0 35 0 35

Paratrechina 0 0 69 69

Polyrhachis 100 2 0 102

4 Ponerinae Odontomachus 89 7 0 96

Berdasarkan tabel 4 diatas bisa dilihat

bahwa pada stasiun 1 menggunakan

metode lubang perangkap (pitfall trap).

Metode ini adalah metode yang paling

banyak diperolehnya jumlah semut yaitu

721 individu. Semut yang paling banyak

ditemukan adalah Anoplolepis dengan

jumlah 273 individu, sedangkan semut

yang paling sedikit ditemukan adalah

genus Dolichoderus dengan jumlah 13

individu. Stasiun 2 menggunakan metode

penangkapan langsung (hand collecting).

Metode ini adalah metode yang paling

sedikit didapatkan sampel semut yaitu 314.

Jenis semut Camponotus adalah semut

yang paling banyak ditemukan dengan

jumlah 116 individu. Stasiun ketiga

menggunakan metode umpan (bait trap),

sampel semut yang didapat yaitu 595

individu. Pada metode ini, semut yang

paling banyak didapatkan adalah jenis

semut Oecophylla dengan jumlah 296

individu.

Semut dari genus Dolichoderus,

Anoplolepis, Camponotus, dan Oecophylla

merupakan jenis yang dapat dikoleksi

dengan metode bait trap, pitfall trap, dan

hand collecting. Hal ini karena semut

tertarik dengan umpan yang digunakan,

sehingga semut-semut tersebut mendatangi

umpan. Selain itu, semut dari genus

Dolichoderus, Anoplolepis, Camponotus,

dan Oecophylla kebanyakan lebih banyak

menghabiskan waktu di atas permukaan

tanah, ranting daun, di sekitar serasah

daun, dan kanopi kelapa sawit.

Ada jenis semut yang hanya ditemukan

pada stasiun 2 dengan menggunakan

metode hand collecting. Jenis semut yang

ditemukan adalah Cerapachys, Formica

dan Plagiolepis. Menurut Fitria (2013),

ketiga genus semut tersebut merupakan

genus semut yang biasanya ditemukan

disekitaran tandan kelapa sawit dan

membantu proses penyerbukan silang pada

kelapa sawit.

Kemudian ada genus semut yang hanya

ditemukan pada stasiun 3 dengan

menggunakan metode bait trap. Genus

semut yang ditemukan adalah genus

Paratrechina. Menurut Latumahina,

dkk.,(2014), Paratrechina merupakan

genus semut yang ditemukan di hutan

dengan kondisinya kering, semak, dan

hutan hujan. Semut ini dikenal dapat

membuat sarang dengan mudah. Pada

penelitian ini, Paratrechina hanya

ditemukan pada stasiun 3 karena pada plot

ini berada disekitar kelapa sawit sudah

mulai ditumbuhi semak yang merupakan

habitat bagi jenis semut Paratrechina.

Jumlah individu genus semut secara rinci

dapat dilihat pada diagram dibawah ini :

Page 7: Keanekaragaman Jenis Semut (Hymenoptera: Formicidae) di

BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X

BIOCOLONY Vol. 2 No. 2 , Desember 2019. Hal: 12-22 18

Gambar 10. Diagram jumlah individu jenis semut (Hymenoptera:Formicidae)

di Area Kebun Kelapa Sawit STKIP YPM

2. Keanekaragaman Jenis Semut di Area Kebun Kelapa Sawit

Hasil analisis data menggunakan

rumus, yaitu Indeks Keanekaragaman

Shannon-Wiener, Indeks Kekayaan Jenis

Margalef dan Indeks Kemerataan

Magguran. Data disajikan dalam tabel 5

sebagai berikut.

Tabel 5. Keanekaragaman Semut

(Hymenoptera:Formicidae) di Area Kebun

Kelapa Sawit

Kode Keterangan Total Kriteria

S Jumlah jenis 10 -

SF Jumlah subfamili 4 -

N Jumlah individu 1630 -

H’ Indeks keragaman 1,8032 Sedang

DMg Indeks kekayaan 1,2168 Rendah

E Indeks kemerataan 0,3642 Stabil

Dari hasil analisis data diperoleh indeks

keragaman jenis yaitu 1,8032 dengan

kriteria sedang, indeks kekayaan jenis

1,2168 dengan kriteria rendah, dan indeks

kemerataan jenis 0,3642 dengan kriteria

stabil.

3. Hasil Pengukuran Faktor

Lingkungan Hasil pengukuran faktor lingkungan,

diperoleh data yang disajikan pada

Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Hasil pengukuran faktor

lingkungan pada tiap plot

Faktor Lingkungan Area Pengamatan

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Ketinggian tempat 142 m dpl 141 m dpl 358 m dpl

Koordinat 2 2o 6’ 22”S

1102o 17’1”E

2 2o 6’23” S

1 102o 17’2”E

22 o 6’ 25” S

1 102o 17’3”E

Temperatur udara 32oC 27 oC 30 oC

Kelembaban udara 60% 73% 65%

Dari hasil pengukuran faktor

lingkungan diperoleh data yaitu ketinggian

tempat pada stasiun 1 rata-rata ketinggian

142 m dpl, stasiun 2 rata-rata ketinggian

141 m dpl, dan stasiun 3 rata-rata

ketinggian 358 m dpl. Hasil pengukuran

temperatur udara diperoleh rentang suhu

berkisar antara 27oC - 32oC, data

kelembaban udara berkisar antara 60%-

73%.

B. Pembahasan

1846

510

281

32

441

35

69102

96

Jumlah Individu (N)

Cerapachys

Dolichoderus

Anoplolepis

Camponotus

Formica

Page 8: Keanekaragaman Jenis Semut (Hymenoptera: Formicidae) di

BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X

BIOCOLONY Vol. 2 No. 2 , Desember 2019. Hal: 12-22 19

1. Deskripsi Genus Semut

(Hymenoptera:Formicidae) di Area

Kebun Kelapa Sawit STKIP YPM

a) Cerapachys

Cerapachys memiliki ciri-ciri antenna

10 segmen, kepala seperti persegi lebih

lebar dari thoraks; mata kecil berwarna

hitam; mandibula berbentuk segitiga

memanjang (tetriangular) terletak disisi

depan kepala; petiole dengan 1 nodus

runcing seperti duri; memiliki sengat yang

besar dan mengembang di ujung abdomen;

panjang tubuh 12 mm; tekstur tubuh kasar,

keras dan tebal.

b) Dolichoderus

Dolichoderus memiliki ciri-ciri

antenna 12 segmen, kepala berbentuk

seperti persegi dan lebih lebar dari thoraks

serta melebar kebagian belakang; mata

besar berwarna hitam dan menonjol;

mandibula berbentuk segitiga panjang

(elonga tetriangular) ditengah sisi kepala;

petiole dengan 1 nodus tegak dan runcing;

sengat ada dan berfungsi , tetapi tidak

terdeteksi; panjang tubuh 10 mm.

c) Anoplolepis

Anoplolepis memiliki ciri-ciri antenna

12 segmen, kepala oval lebih besar dan

lebar dari thoraks; mata majemuk besar

berwarna hitam dan menonjol; mandibula

berbentuk segitiga (triangular); petiole

dengan 1 nodus membulat dan pendek;

panjang tubuh 5 mm; tektur tubuh rapuh,

mudah hancur; seluruh tubuh berwarna

Coklat gelap.

d) Camponotus

Camponotus memiliki ciri-ciri

antenna 12 segmen, kepala bulat dan

melebar kebagian belakang; mata kecil

berwarna hitam; mandibula berbentuk

segitiga (triangular); petiole dengan 1

nodus, berbentuk kerucut dan kecil; tidak

memiliki sengat.

e) Formica

Formica memiliki ciri-ciri antenna 11

segmen, kepala besar dan membulat; mata

kecil berwarna hitam; mandibula

berbentuk segitiga (triangular) terletak

ditengah-tengah kepala dan panjang;

petiole dengan 1 nodus, besar dan

membulat; tidak memiliki sengat;

memiliki 3 ruas kaki; tungkai kecil dan

panjang.

f) Oceophylla

Oecophylla memiliki ciri-ciri antenna

11 segmen, kepala bulat ; mata kecil

berwarna hitam terletak di samping kepala;

mandibula berbentuk segitiga panjang

(elonga tetriangular); pronotum lurus dan

lebar, posisi pronotum lebih tinggi dari

mesonotum; mesonotum melegkung ,

posisi lebih rendah dari pronotum;

propodeum segitiga pendek, posisi ,lebih

rendah dari bagian dada; tidak memiliki

sengat;seluruh tubuh berwarna coklat

mengkilat.

g) Plagiolepis

Plagiolepis memiliki ciri-ciri dari

antenna 12 segmen, kepala bulat ; mata

besar berwarna hitam; mandibula

berbentuk segitiga (triangular); petiole

dengan 1 nodus, kecil dan runcing seperti

duri; abdomen membulat dan pendek;

tidak memiliki sengat; panjang tubuh 5

mm; seluruh tubuh berwarna hitam dan

memiliki warna abu-abu mengkilat pada

bagian dorsal tubuh semut.

h) Paratrechina

Paratrechina memiliki ciri-ciri

antenna 12 segmen, kepala bulat; mata

besar berwarna hitam; mandibula

berbentuk lurus memanjang (linear)

terletak disisi samping kepala; pronotum

lebar dan sempit; mesonotum lurus;

propodeum cembung, petiole dengan 1

nodus, berbentuk kerucut dan besar;

abdomen terdiri atas 5 tergit berbentuk

oval; tidak memiliki sengat; tekstur tubuh

kasar dan keras.

i) Polyrhachis

Page 9: Keanekaragaman Jenis Semut (Hymenoptera: Formicidae) di

BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X

BIOCOLONY Vol. 2 No. 2 , Desember 2019. Hal: 12-22 20

Polyrhachis memiliki ciri-ciri antenna

12 segmen, kepala seperti segitiga dan

melebar; mata besar berwarna hitam;

mandibula berbentuk segitiga (triangular);

pronotum cembung dan lebar; mesonotum

lurus dan menyempit; propodeum lurus;

petiole dengan 1 nodus, kecil dan runcing;

panjang dan membulat seperti telur; tidak

memiliki sengat; panjang tubuh 12 mm;

seluruh tubuh berwarna hitam.

j) Odontomachus

Odontomachus memiliki cirri-ciri

antenna 12 segmen, kepala besar dan

melebar; mata kecil berwarna hitam

terletak disisi samping kepala; mandibula

berbentuk lurus memanjang terletak

ditengah-tengah kepala dan panjang;

petiole dengan 1 nodus, besar dan runcing

seperti duri; pada ujung abdomen seperti

segitiga dan tumpul; Memiliki sengat yang

mudah terdeteksi di ujung; tekstur tubuh

kasar dan keras; seluruh tubuh berwarna

hitam kemerahan.

2. Keanekaragaman Jenis Semut di

Area Kebun Kelapa Sawit STKIP

YPM

Keanekaragaman yang diamati dalam

penelitian ini adalah :

Indeks keragaman (H’)

Indeks keanekaragaman jenis diukur

dengan menggunakan rumus Indeks

Shannon-Wiener. Hasil analisis data

diperoleh nilai indeks keanekaragaman

semut yang ada di area Kebun Kelapa

Sawit STKIP YPM yang telah disajikan

dalam tabel 4 tergolong dalam kriteria

sedang, dengan H’ = 1,8032.

Faktor yang menyebabkan

keanekaragaman jenis dalam kategori

sedang adalah iklim terutama suhu dan

kelembaban (Lach et al (2010) dalam

Ikbal (2015). Selain itu, kondisi

lingkungan dan beberapa faktor lainnya

juga mempengaruhi tinggi rendahnya

indeks keanekaragaman semut. Suhu pada

saat penelitian kira-kira antara 27o – 32oC.

Suhu tertinggi terdapat di stasiun I yaitu

32oC dan suhu terendah di stasiun 2 yaitu

27oC.

Pendapat diatas didukung oleh

Riyanto (2007), suhu antara 25oC32oC

merupakan suhu yang optimal dan toleran

untuk aktifitas semut yang ada pada

wilayah tropis. Semut yang hidup di area

hutan homogen seperti kebun kelapa sawit

hanya mampu bertahan hidup pada suhu

27oC – 32oC, pada suhu tersebut semut

masih banyak dijumpai pada masing-

masing stasiun pengamatan, sehingga pada

beberapa genus semut ditemukan jumlah

individu tinggi karena pada suhu tersebut

semut masih aktif melakukan aktifitas.

Keberadaan semut pada suatu habitat

dipengaruhi oleh kesesuaian suhu, habitat

yang mendukung untuk pembuatan sarang,

sumber makanan dan daerah jelajah yang

mendukung. Adanya aktivitas dan

keberadaan manusia di perkebunan kelapa

sawit menyebabkan rendahnya

keanekaragaman semut yang ditemukan

(Anderso (2000) dalam Ikbal (2014).

Indeks Kekayaan Jenis (DMg)

Kekayaan jenis merupakan ukuran

nilai yang sebabkan oleh banyaknya jenis

dan total individu di suatu tempat.

Semakin banyak jenis dan individu pada

suatu tempat maka nilai indeks kekayaan

jenis akan semakin tinggi (Syaputra, 2015

dalam Rahmawaty, 2018). Hasil analisis

data penelitian diketahui nilai indeks

kekayaan jenis semut di area Kebun

Kelapa Sawit STKIP YPM tergolong

dalam kriteria rendah, dengan DMg =

1,2168.

Rendahnya kekayaan jenis pada

lokasi penelitian disebabkan oleh kondisi

habitat semut yang terganggu oleh aktifitas

di sekitarnya. Area Kebun Kelapa Sawit

STKIP YPM merupakan hutan homogen

yang di dalamnya terdapat aktifitas dari

manusia. Kondisi tersebut bukan kondisi

optimum bagi semut untuk beraktivitas,

Page 10: Keanekaragaman Jenis Semut (Hymenoptera: Formicidae) di

BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X

BIOCOLONY Vol. 2 No. 2 , Desember 2019. Hal: 12-22 21

baik dalam kegiatan mencari makan,

membuat sarang dan berkembang biak.

Selain itu ketersediaan makanan,

tempat bersarang, dan iklim mikro juga

memengaruhi keberadaan spesies semut

tertentu. Kelembaban dan makanan yang

berbeda pada setiap stasiun di lokasi

penelitian menjadi faktor rendahnya

kekayaan jenis semut (Andersen, 2000).

Indeks Kemerataan Spesies (E)

Nilai indeks kemerataan diukur

dengan menggunakan rumus Indeks

Magguran. Hasil data analisis diketahui

nilai indeks kemerataan spesies semut di

area Kebun Kelapa Sawit STKIP YPM

yang telah disajikan pada tabel 4 tergolong

dalam kriteria stabil, dengan E = 0,3642.

Nilai indeks kemerataan genus semut

pada lokasi penelitian menggambarkan

stabilnya suatu komunitas, yaitu bila angka

nilai kemerataan yang diperoleh 0,21

berarti kemerataan genus semut pada

lokasi penelitian tersebut hampir sama rata.

Menurut Ruslan (2009), pada hutan

homogen indeks kemerataan spesies lebih

stabil dibanding hutan heterogen.

Stabilnya indeks kemerataan pada hutan

homogen disebabkan oleh vegetasi yang

hampir sama. Vegetasi ini bisa sebagai

tempat hidup dan sumber makanan bagi

semut. Pada hutan homogen tutupan

kanopi dari vegetasi kurang rapat sehingga

penetrasi sinar matahari lebih banyak dan

vegetasi yang membutuhkan sinar

matahari untuk kehidupan dapat terpenuhi.

(Ranny, 2015).

KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan, jenis semut

(Hymenoptera:Formicidae) di Area

Kebun Kelapa sawit teridentifikasi

1630 individu yang tersebar dalam 10

genus; dan 4 subfamili. Pada stasiun I

didominasi oleh genus Anoplolepis,

stasiun II didominasi oleh genus

Camponotus, dan stasiun III

didominasi oleh Oecophylla. Sebanyak

721 individu semut yang tertangkap

menggunakan metode lubang

perangkap (pitfall trap), 314 individu

semut dengan metode penangkapan

langsung (hand collecting), serta 595

individu semut dengan metode umpan

jebakan (bait trap).

2. Area Kebun Kelapa Sawit STKIP

YPM Bangko memiliki tingkat

keanekaragaman jenis semut dari ordo

Hymenoptera dan famili Formicidae

yang ada di Area Kebun Kelapa Sawit

STKIP YPM Bangko Kabupaten

Merangin Provinsi Jambi dengan nilai

indeks keragaman (H’)= 1,8032

(kriteria sedang), indeks kekayaan

jenis (DMg) = 1,2168 (kriteria rendah),

dan indeks kemerataan spesies (E)

= 0,3642 (kriteria stabil).

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terimakasih kepada

berbagai pihak, terutama kepada : Ibu

Pitri Handayani, S.Si,. M.Si selaku

pembimbing I, Bapak Andriyanto, S.Pd,.

M.Sc selaku pembimbing II, Ibu Rivo

Yulse Viza, S.Si., M.P selaku Anggota

Tim Penguji, Ibu Leni Marlina, S.Si, M.Si

selaku ketua Program Stui Pendidikan

Biologi dan Anggota Tim Penguji, Bapak

Dr. Endang Solichin, M.Si selaku ketua

STKIP YPM Bangko, Bapak Uying Hapid

Alatas, M.Pd selaku Kepala LP3M STKIP

YPM Bangko, Bapak dan Ibu Dosen yang

telah memberikan sumbangan ilmu yang

berharga kepada penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, F. 2018. Studi keanekaragaman

jenis semut

(Hymenoptera:Formicidae) di Hutan

Adat Guguk, Kabupaten Merangin,

Page 11: Keanekaragaman Jenis Semut (Hymenoptera: Formicidae) di

BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X

BIOCOLONY Vol. 2 No. 2 , Desember 2019. Hal: 12-22 22

Provinsi Jambi. Skripsi. Bangko :

Prodi Pendidikan Biologi STKIP

YPM

Alamsari, W. 2014. Keaneragaman Semut

pada Berbagai Tipe Penggunaan

Lahan di Jambi. Skripsi. Departemen

Proteksi Tanaman, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Falahuddin, I. 2008. Peranan Semut

Rangrang (Oecophylla smaragdina)

Dalam Pengendalian Biologis Pada

Perkebunan Kelapa sawit.

Konferensi Prossiding.

Fitria, N. 2013. Komunitas Semut pada

Bunga Jantan Kelapa Sawit di

Kebun Cimulang di PTPN VIII

Bogor, Jawa Barat. Skripsi.

Departemen Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Institut Pertanian Bogor.

Haneda, N.F. dan Nisfi Y. 2015.

Komunitas Semut

(Hymenoptera:Formicidae) pada

Empat Tipe Ekosistem yang Berbeda

di Desa Bungku Provinsi Jambi.

Jurnal Silvikultur Tropika. Vol.6 (3)

: 203-209.

Kurniawan, A. 2017. Keanekaragaman

Semut (Subfamili:Myrmicinae) di

UIN Raden Intan Lampung dan

kehidupan social semut serta

kajiannya di dalam Al-Qur’an.

Skripsi. Lampung : Universitas Islam

Negeri Raden Intan

Rahmawaty, R. 2018. Keanekaragaman

dan Kelimpahan Spesies Lepidoptera

(Subordo Rhopalocera) pada Daerah

Penyangga di Kawasan Hutan Adat

Guguk Kabupaten Merangin.

Skripsi. Bangko:Prodi Pendidikan

Biologi STKIP YPM.

Ranny, Henry H dan Dahelmi. 2015.

Inventarisasi Semut yang Ditemukan

pada Perkebunan Buah Naga Lubuk

Minturun. UNAN. 4(1) : 57 64

Suhara. 2009. Semut Rangrang

(Oceophylla smaradigna). Ppt-

Entomologi. Jurusan Pendidikan

Biologi, FPMIPA, Universitas

Pendidikan Indonesia

Sari, WS., Refiza Y dan Arief A.P. 2014.

Jenis-jenis Semut

(Hymenoptera:Formicidae) pada

Perkebunan Kelapa Sawit di Sekitar

Kampus Universitas Pasir

Pengaraian. Program Studi

Pendidikan Biologi, FKIP.

Universitas Pasir Pengairan