keberadaan tungau hama dan predatornya pada tanaman...

17
KEBERADAAN TUNGAU HAMA DAN PREDATORNYA PADA TANAMAN STROBERI (Fragaria vesca L.) DI KAWASAN DATARAN TINGGI SEMBALUN EXISTENCE OF MITES AND PREDATORS ON STROBERRY PLANTS (Fragaria vesca L.) IN HIGH LAND SEMBALUN JURNAL Oleh Handri C1M014067 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MATARAM 2018

Upload: dangdang

Post on 02-Jul-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEBERADAAN TUNGAU HAMA DAN PREDATORNYA PADA TANAMAN ...eprints.unram.ac.id/4340/1/jurnal.tungau.pdf · yaitu dengan memilih tanaman sempel secara acak sistematis pada setiap lokasi

KEBERADAAN TUNGAU HAMA DAN PREDATORNYA PADA TANAMAN STROBERI (Fragaria vesca L.) DI KAWASAN DATARAN

TINGGI SEMBALUN

EXISTENCE OF MITES AND PREDATORS ON STROBERRY PLANTS (Fragaria vesca L.) IN HIGH LAND SEMBALUN

JURNAL

Oleh Handri

C1M014067

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MATARAM

2018

Page 2: KEBERADAAN TUNGAU HAMA DAN PREDATORNYA PADA TANAMAN ...eprints.unram.ac.id/4340/1/jurnal.tungau.pdf · yaitu dengan memilih tanaman sempel secara acak sistematis pada setiap lokasi
Page 3: KEBERADAAN TUNGAU HAMA DAN PREDATORNYA PADA TANAMAN ...eprints.unram.ac.id/4340/1/jurnal.tungau.pdf · yaitu dengan memilih tanaman sempel secara acak sistematis pada setiap lokasi

ARTIKEL UNTUK JURNAL

KEBERADAAN TUNGAU HAMA DAN PREDATORNYA PADA TANAMAN STROBERI (Fragaria vesca L.) DI KAWASAN DATARAN

TINGGI SEMBALUN

EXISTENCE OF MITES AND PREDATORS ON STROBERRY PLANTS (Fragaria vesca L.) IN HIGH LAND SEMBALUN

Handri1, M. Sarjan2 dan Bambang Supeno2 1) Mahasiswa, Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Jln. Majapahit No. 62 Mataram

2) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Jln. Majapahit No. 62 Mataram Korespondensi: [email protected]

Page 4: KEBERADAAN TUNGAU HAMA DAN PREDATORNYA PADA TANAMAN ...eprints.unram.ac.id/4340/1/jurnal.tungau.pdf · yaitu dengan memilih tanaman sempel secara acak sistematis pada setiap lokasi

Crop agro vol 2018... Page 1

Keberadaan Tungau Hama dan Predatornya pada Tanaman Stroberi (Fragaria Vesca L.) di Kawasan Dataran Tinggi Sembalun

Existence of Mites and Predators on Stroberry Plants

(Fragaria Vesca L.) in High Land Sembalun

Handri1, M. Sarjan2 dan Bambang Supeno2 1) Mahasiswa, Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Jln. Majapahit No. 62 Mataram

2) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Jln. Majapahit No. 62 Mataram

Korespondensi: [email protected]

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan tungau hama dan

predatornya pada tanaman stroberi di kawasan Sembalun. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan November sampai Februari 2018 pada dua desa sentral produksi stroberi yaitu desa Sembalun Bumbung dan Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survei serta pengumpulan data di lapangan. Di temukan dua spesies tungau hama (Brevipalpus phoenicis Geijskes, Tetranychus kanzawai Kishida) dengan rerata populasi 0,9±2,9 tungau/tanaman dan dua jenis tungau predator (Anystis sp, Neoseiulus sp) dengan rerata populasi 0,1±0,4 tungau/tanaman. Indeks keragaman tungau hama 0,239. Indeks dominasi serta kelimpahan tertinggi dimiliki Tetranychus kanzawai senilai 0,875 dan 93,55%. Indeks keragaman predator 0,468. Indeks dominasi serta kelimpahan tertinggi dimiliki Neoseiulus sp sebesar 0,676 dan 82,22 %.

Kata kunci : Stroberi, Brevipalpus phoenicis Geijskes, Tetranychus kanzawai Kishida, Anystis sp, Neoseiulus sp

ABSTRACK This study aimed to find out the existence of pest mites and their predators in

strawberry plants in the area Sembalun. The study was conducted from November to February 2018 in two central villages of strawberry production, namely Sembalun Bumbung and Sembalun Lawang villages, Sembalun sub-district, East Lombok regency, West Nusa Tenggara province. The method used in this research is descriptive method with survey techniques and data collection in the field. There was found two species of mites (Brevipalpus phoenicis Geijskes, Tetranychus kanzawai Kishida) with the average population 0,9±2,9 tail/plant and two kind of predators (Anystis sp, Neoseiulus sp) with the average population of 0,1±0,4 tail/plant. The diversity index of pest mite 0.239. The highest dominance and abundance index is owned by Tetranychus kanzawai worth 0.875 and 93.55%. The predator diversity index is 0.468. The highest dominance and abundance index is Neoseiulus sp of 0.676 and 82.22%.

Keywords: Strawberry, Brevipalpus phoenicis Geijskes, Tetranychus kanzawai Kishida, Anystis sp, Neoseiulus sp.

PENDAHULUAN

Stroberi (Fragaria vesca L.) adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi baik

di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17-200C dan disertai curah hujan 600-

700 mm/tahun. Stroberi tumbuh baik pada tanah lempung berpasir dengan pH 5,8-6,5

Page 5: KEBERADAAN TUNGAU HAMA DAN PREDATORNYA PADA TANAMAN ...eprints.unram.ac.id/4340/1/jurnal.tungau.pdf · yaitu dengan memilih tanaman sempel secara acak sistematis pada setiap lokasi

Crop agro vol 2018... Page 2

dengan kondisi drainase yang baik (Jayadi, 2017). Tanaman stroberi membutuhkan

kelembaban udara berkisar antara 80-90 % dan lama penyinaran sekitar 8-10 jam perhari

untuk pertumbuhannya.

Perkembangan stroberi di Indonesia berjalan cukup pesat. Hal ini didukung oleh

introduksi bibit stroberi yang dapat tumbuh dan bereproduksi baik pada kondisi iklim

khususnya dataran tinggi. Akan tetapi pada tahun 2012 Data Badan Pusat Statistik (BPS)

mencatat impor stroberi di Indonesia mencapai 210 ton dengan nilai $ 480.602 (Hanif dan

Ashari, 2013). Dari data tersebut dapat dikatakan Indonesia belum dapat mencukupi

kebutuhan stroberi dalam negeri.

Tungau hama dilaporkan menyerang stroberi pada stadia vegetatif hingga generatif.

Di Hawai terjadi peningkatan biaya pengendalian tungau akibat penggunaan pestisida yang

secara terus menerus (Constantinides dan McHugh, 2008). Menurut Chang dan Huang cit.

Dina (2017) di daerah Taiwan telah terjadi peningkatan biaya pengendalian Tetranychus

kanzawai hingga mencapai $233/Ha pada tanaman stroberi. Knapp et al. (2003)

melaporkan kehilangan hasil panen mencapai 90% akibat serangan Tetranychus evansi

pada tanaman tomat di Zimbabwe. Hasil penelitian yang telah dilakukan di rumah kaca

Balitkabi Malang melaporkan bahwa serangan tungau merah yang parah akan

mengakibatkan kehilangan hasil ubikayu sampai 95% (Indiati, 2010).

Tungau hama dan predator memiliki hubungan yang erat dalam ekosistem, di mana

tungau berperan sebagai pakan atau makanan bagi predator untuk melanjutkan eksistensi

kehidupan dari predator. Mengurangi penggunaan pestisida dan meningkatkan

pemanfaatan musuh alami dapat mencegah terjadinya ledakan populasi tungau hama.

Musuh alami seperti tungau predator diketahui efektif menekan populasi tungau hama

(Dina, 2017). Namun belum banyak informasi yang tersedia terkait jenis tungau hama dan

predator yang berasosiasi pada tanaman stroberi dikawasan Sembalun.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan tungau hama dan

predatornya pada tanaman stroberi (Fragaria vesca L.) di dataran tinggi Sembalun.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan November sampai Februari 2018 pada

dua desa sentral produksi tanaman stroberi. Lokasi tersebut adalah desa Sembalun

Bumbung dan Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur,

Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Page 6: KEBERADAAN TUNGAU HAMA DAN PREDATORNYA PADA TANAMAN ...eprints.unram.ac.id/4340/1/jurnal.tungau.pdf · yaitu dengan memilih tanaman sempel secara acak sistematis pada setiap lokasi

Crop agro vol 2018... Page 3

Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan

teknik survei dan pengumpulan data di lapangan.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan antara lain : tanaman stroberi, hasil koleksi tungau hama,

hasil koleksi predator, alkohol 70 %, cat kuku bening, media Hoyer’s, minyak imersi,

plastik bening (zip lock), plastik besar dan kertas label. Sedangkan alat yang digunakan

pada penelitian ini adalah mikroskop coumpound (Nikon SMZ 745T) , mikroskop Stereo

(Nikon eclipse E400), hand counter, hot plate, cover glass, obyek glass, tabung effendof,

jarum serangga, kuas kecil, gunting, spidol, dan petridish.

Pelaksanaan Penelitian

Penentuan petak contoh

Petak contoh di tentukan dengan cara berjalan mengukur jarak antara petak contoh

satu dengan petak contoh lainnya. Jarak petak contoh satu dengan yang lainnya berkisar

500 hingga 1000 meter. Jarak antar lokasi petak contoh akan dihitung menggunakan

Spidometer. Kriteria petak contoh yang akan digunakan adalah lahan stroberi dengan

luasan minimal 1 are dengan kondisi 80 % ditanami stroberi.

Penentuan Tanaman Sampel

Penentuan tanaman sampel dilakukan dengan teknik sistematik random sampling

yaitu dengan memilih tanaman sempel secara acak sistematis pada setiap lokasi atau titik

pengamatan. Setiap petak contoh diambil 10 % tanaman sampel dari keseluruhan populasi

tanaman stroberi.

Pengambilan Sampel Tungau

Sampel tungau di ambil dari daun tanaman stroberi yang menunjukkan gejala

serangan. Daun beserta tungau dimasukkan kedalam plastik bening yang diberikan label

lokasi dan nomor tanaman sampel. Platik bening yang berisi sampel dibawa ke

Laboratorium Karantina Tumbuhan Kelas 1 Mataram untuk dihitung populasinya. Setiap

tungau yang ditemukan dikoleksi dalam tabung effendof yang diberikan alkohol untuk

bahan identifikasi morfologi tungau.

Pengambilan Sampel Predator

Setiap tungau predator yang ditemukan pada sampel daun stroberi diambil dan

dipelihara di Laboratorium Karantina Tumbuhan Kelas 1 Mataram. Uji daya makan

dilakukan pada setiap tungau predator yang ditemukan pada wadah toples atau petridish.

Page 7: KEBERADAAN TUNGAU HAMA DAN PREDATORNYA PADA TANAMAN ...eprints.unram.ac.id/4340/1/jurnal.tungau.pdf · yaitu dengan memilih tanaman sempel secara acak sistematis pada setiap lokasi

Crop agro vol 2018... Page 4

Tungau predator yang telah selesai diuji dikoleksi dalam tabung efendof berisi alkohol

sebagai bahan identifikasi morfologi.

Uji Predasi Predator

Sampel predator yang telah dipelihara selanjutnya diuji daya makannya. Pengujian

daya makan dilakukan dengan cara memasukkan predator dan pakan berupa tungau hama

pada toples atau petridish pengujian. Uji daya makan dilakukan pada setiap spesies

predator.

Identifikasi Tungau Hama

Sampel tungau dari lapangan diidentifikasi di Laboratorium Karantina Tumbuhan

Kelas 1 Mataram. Pengamatan karakter morfologi tungau hama dilakukan menggunakan

mikroskop compound (Nikon eclipse E400). Hasil pengamatan karakter morfologi tersebut

dibandingkan dengan karakteristik morfologi tungau yang ada pada kunci determinasi

tungau hama (Keifer et al. 1982; Welbourne et al. 2003; Zhang 2003; Vacante 2010;

Seeman dan Beard 2011).

Identifikasi Predator

Sampel predator dari lapangan diidentifikasi di Laboratorium Karantina Tumbuhan

Kelas 1 Mataram. Pengamatan karakter morfologi predator dilakukan menggunakan

mikroskop compound (Nikon eclipse E400). Hasil pengamatan karakter morfologi tersebut

dibandingkan dengan karakteristik morfologi predator yang ada pada kunci determinasi

predator (Rhodes and Liburd, 2005; Cavalcante et al. 2017).

Parameter Pengamatan

Populasi Tungau Hama dan Predator

Untuk mendapatkan data populasi tungau hama dilakukan perhitungan terhadap

jumlah daun terserang pertanaman sampel, jumlah populasi tungau perdaun sampel dan

jumlah populasi tungau pertanaman sampel. Populasi tungau hama dihitung mengguanakan

hand counter pada 10 % dari keseluruhan jumlah daun terserang yang dipilih secara acak.

Populasi tungau hama dihitung di Laboratorium.

Musuh Alami Tungau Hama (Predator)

Musuh alami yang berasosiasi dan ditemukan pada tanaman stroberi diambil dan

dikoleksi. Uji daya makan dilakukan pada setiap jenis predator pada wadah petridish atau

toples. Hasil koleksi yang terkumpul diidentifikasi untuk mengetahui karakter morfologi

dan jenis dari masing-masing predator.

Indeks Keragaman Tungau Hama dan Predator

Page 8: KEBERADAAN TUNGAU HAMA DAN PREDATORNYA PADA TANAMAN ...eprints.unram.ac.id/4340/1/jurnal.tungau.pdf · yaitu dengan memilih tanaman sempel secara acak sistematis pada setiap lokasi

Crop agro vol 2018... Page 5

Keragaman jenis tungau dan predator ditentukan dari hasil koleksi spesimen yang

diperoleh selama penelitian. Koleksi spesimen tersebut diidentifikasi sehingga diketahui

status biologi dalam sistematika serta status fungsinya (hama atau predator). Setelah

diketahui keragaman tungau dan predator yang ditemukan, kemuudian dihitung nilai

indeks keragamannya dengan rumus keragaman Shannon-Wiener (Michael, 1988):

�′ = − � �� ln �� dan �� = ��/N

���

Ketarangan :

pi = jumlah individu spesies ke-i/jumlah seluruh individu spesies H’ = indeks keragaman Shannon-Wiener ni = jumlah individu spesies ke-i N = jumlah total seluruh spesies ln = logaritma natural Kisaran nilai perhitungan indeks keragaman (H’) menunjukkan bahwa jika: H>3 = keragaman spesies tinggi, 1<H<3 = keragaman spesies sedang dan H<1 = keragaman spesies rendah

Indeks Kelimpahan Tungau Hama dan Predator

Indeks kelimpahan dihitung setalah diketahui tinggi rendahnya populasi tungau

hama dan predator persatuan waktu. Dihitung dengan rumus Michael (1995):

�������ℎ�� (�) =∑ �����ℎ �������� ������� �� − �

∑ �����ℎ �������� ������ℎ ������� × 100 %

Indeks Dominasi Tungau Hama dan Predator

Untuk mengetahui adanya dominasi suatu tungau hama dan predator tertentu

dipertanaman stroberi dapat dihitung menggunakan indeks dominasi simpson’s (odum,

1998) dengan rumus :

� = �(��/N)^2

Keterangan: D = nilai indeks dominasi simpson’s in = jumlah total individu suatu spesies N = jumlah total individu seluruh spesies Jika nilai dominasi mendekati 0 (<0,5), maka tidak ada spesies yang mendominasi dan jika nilai dominasi mendekati 1 (≥0,5), maka ada spesies yang mendominasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan dua spesies tungau hama

(Brevipalpus phoenicis Geijskes, Tetranychus kanzawai Kishida) dan dua spesies predator

(Anystis sp, Neoseiulus sp) yang berasosiasi pada tanaman stroberi di Sembalun.

Karakter Morfologi Tungau Hama

Brevipalpus phoenicis Geijskes

Page 9: KEBERADAAN TUNGAU HAMA DAN PREDATORNYA PADA TANAMAN ...eprints.unram.ac.id/4340/1/jurnal.tungau.pdf · yaitu dengan memilih tanaman sempel secara acak sistematis pada setiap lokasi

Crop agro vol 2018...

B. phoenicis merupakan tungau dari

dan stylet berada pada bagian gnathosoma dan termasuk

penciri terdapat pola seperti sisik pada bagian propodosoma dan celah pada bagian tungkai

tepatnya antara trokochenter

Menurut Dina (2017)

dengan panjang 250 – 300 µm.

histerosoma, tarsus tungkai II memiliki 1

histerosoma memiliki 6 pasang seta dorsolateral (c3, d3, e3, f3, h2 dan

f2), kutikula pada area e1-e1 hingg

Tungau jenis ini temukan pada 8 lokasi yaitu lokasi 1, lokasi 4, lokasi 5, lokasi 6,

lokasi 8, lokasi 12, lokasi 17, dan lokasi 18 dengan jumlah 22 ekor.

atau B. yothersi Baker atau

(Welbourne 2003). Tungau jenis ini bersifat

diantaranya jeruk, teh, kopi,peach, pepaya, kelapa, apel, pir, jambu, zaitun, dan anggur.

Tungau B. phoenicis dilaporkan telah terdapat hampir di seluruh Dunia (Welbourne

2003).

Gambar 1. Ciri-Ciri Morfologi B. phoeniciskerutan berulang pada bagian idiosoma. D.Seta histerosoma pada bagian opistosoma. G. kutikula dengan pola “V”

Tetranychus kanzawai Kishida

T. kanzawai kishida atau

dengan penciri clicera, palpi dan stylet berada pada bagian gnatoshoma dan termasuk

famili Tetranychidae dengan penciri empodium berbentuk cakar tanpa spur

spur absent). Pada bagian tarsus terdapat solenidia yang memanjang dengan

meruncing serta terdapat seta tectil dan

A B

D

E

F

merupakan tungau dari ordo Prostigmata dengan penciri clicera, palpi

dan stylet berada pada bagian gnathosoma dan termasuk famili Tenuipalpidae

penciri terdapat pola seperti sisik pada bagian propodosoma dan celah pada bagian tungkai

trokochenter dengan coxa (gambar 1. D)

Menurut Dina (2017) B. phoenicis berbentuk pipih, berwarna merah kehitaman

300 µm. Imago betina bagian dorsal memiliki sepasang pori

tarsus tungkai II memiliki 1 solenidia pendek dengan ujung tumpul

histerosoma memiliki 6 pasang seta dorsolateral (c3, d3, e3, f3, h2 dan

e1 hingga h1-h1 dengan pola kerutan lebar membentuk pola “V”

Tungau jenis ini temukan pada 8 lokasi yaitu lokasi 1, lokasi 4, lokasi 5, lokasi 6,

lokasi 8, lokasi 12, lokasi 17, dan lokasi 18 dengan jumlah 22 ekor. B. phoenicis

Baker atau B. papayensis Baker, dikenal dengan nama umum

03). Tungau jenis ini bersifat polifag dengan kisaran inang

diantaranya jeruk, teh, kopi,peach, pepaya, kelapa, apel, pir, jambu, zaitun, dan anggur.

dilaporkan telah terdapat hampir di seluruh Dunia (Welbourne

B. phoenicis. A. bagian tubuh dorsal dewasa. B. bagian gnatoshoma. C. pola

bagian idiosoma. D. legs narrowed pada tungkai 1 dan 2. E. solenidia histerosoma pada bagian opistosoma. G. kutikula dengan pola “V”

Kishida

kishida atau Carmine spider mite termasuk dalam ordo

dengan penciri clicera, palpi dan stylet berada pada bagian gnatoshoma dan termasuk

dengan penciri empodium berbentuk cakar tanpa spur

. Pada bagian tarsus terdapat solenidia yang memanjang dengan

meruncing serta terdapat seta tectil dan seta duplex yang paling pendek (gambar 2. E)

G

C

F

Page 6

rostigmata dengan penciri clicera, palpi

famili Tenuipalpidae dengan

penciri terdapat pola seperti sisik pada bagian propodosoma dan celah pada bagian tungkai

berbentuk pipih, berwarna merah kehitaman

Imago betina bagian dorsal memiliki sepasang pori

pendek dengan ujung tumpul,

histerosoma memiliki 6 pasang seta dorsolateral (c3, d3, e3, f3, h2 dan h1, tidak memiliki

lebar membentuk pola “V”

Tungau jenis ini temukan pada 8 lokasi yaitu lokasi 1, lokasi 4, lokasi 5, lokasi 6,

B. phoenicis Geijskes

dengan nama umum False mite

inang yang cukup luas

diantaranya jeruk, teh, kopi,peach, pepaya, kelapa, apel, pir, jambu, zaitun, dan anggur.

dilaporkan telah terdapat hampir di seluruh Dunia (Welbourne et al.

bagian gnatoshoma. C. pola legs narrowed pada tungkai 1 dan 2. E. solenidia tarsus 2. F.

termasuk dalam ordo Prostigmata

dengan penciri clicera, palpi dan stylet berada pada bagian gnatoshoma dan termasuk

dengan penciri empodium berbentuk cakar tanpa spur (like claw with

. Pada bagian tarsus terdapat solenidia yang memanjang dengan ujung

(gambar 2. E)

Page 10: KEBERADAAN TUNGAU HAMA DAN PREDATORNYA PADA TANAMAN ...eprints.unram.ac.id/4340/1/jurnal.tungau.pdf · yaitu dengan memilih tanaman sempel secara acak sistematis pada setiap lokasi

Crop agro vol 2018...

Gambar 2. Ciri-Ciri Morfologi empodium tungkai 1. D. empodium tungkai 2. E.garis pregenetial. G. Aedaegus

Menurut Seeman dan Beard

rambut proximoventral, tanpa spur, tarsus I dengan 4 seta takti

proximal dupleks. Garis-garis bagian dorsal seta e1

garis-garis antara seta e1 dan f1 membentuk pola seperti prisma/berlian. Garis pregenital

putus-putus seperti titik-titik

knob/ujung membesar (lebih dari dua kali lebar leher

dan belakang yang jelas, bagian dorsalnya

T. kanzawai di temukan pada semua lokasi penelitian dengan jum

tinggi yaitu 319 ekor. Tungau ini

Sia, selain itu diketahui menyerang

merupakan tungau hama penting di Cina, Hongkong, Taiwan, Korea,

Okinawa, India, Thailand, Malaysia, Indonesia, Philipina, Australia, Papua New Guinea,

Afrika selatan, Kolombia, Meksiko, USA dan Yunani

Karakter Morfologi Predator

Anystis sp

Anystis sp merupakan tungau dari ordo

berada pada bagian gnatoshoma

berbentuk cakar. Bagian tungkai dipenuhi dengan seta yang cukup rapat. Ujung empodium

pada semua tungakai agak lebar. Tungau predator ini memiliki

Menurut Murchie et al.

bagian belakang yang semakin membesar. Pada bagian

sensilla. Terdapat sepasang mata pada bagian lateral

E F

B A

Ciri Morfologi T. kanzawai. A. dorsal bagian tubuh betina. B. bagian gnatoshoma. C.

D. empodium tungkai 2. E. Solenidia, duplex seta dan tectile seta

Seeman dan Beard (2011) T. kanzawai betina memiliki empodia dengan 6

tanpa spur, tarsus I dengan 4 seta taktil sejajar dengan seta

garis bagian dorsal seta e1-e1 dan f1-f1 mendatar dan berjajar,

antara seta e1 dan f1 membentuk pola seperti prisma/berlian. Garis pregenital

titik halus terutama di bagian tengah. Aedeagus jantan memiliki

ujung membesar (lebih dari dua kali lebar leher aedeagus) dengan sudut bagian depan

dan belakang yang jelas, bagian dorsalnya cenderung membulat/cembung

di temukan pada semua lokasi penelitian dengan jum

tinggi yaitu 319 ekor. Tungau ini telah dilaporkan sebagai hama utama pada tanaman teh di

ia, selain itu diketahui menyerang Mulberry dan tanaman di pembibitan.

penting di Cina, Hongkong, Taiwan, Korea,

Thailand, Malaysia, Indonesia, Philipina, Australia, Papua New Guinea,

selatan, Kolombia, Meksiko, USA dan Yunani

Karakter Morfologi Predator

merupakan tungau dari ordo Prostigmata dengan penciri clicer

berada pada bagian gnatoshoma dan famili Anystidae dengan penciri

berbentuk cakar. Bagian tungkai dipenuhi dengan seta yang cukup rapat. Ujung empodium

pada semua tungakai agak lebar. Tungau predator ini memiliki tubuh yang cukup besar.

et al. (2014) prodorsal hampir berbentuk bulat

bagian belakang yang semakin membesar. Pada bagian idiosoma terdapat

Terdapat sepasang mata pada bagian lateral prodorsal. Semua tu

G

D C

Page 7

bagian gnatoshoma. C. tectile seta tarsus 1. F. garis-

betina memiliki empodia dengan 6

l sejajar dengan seta

f1 mendatar dan berjajar,

antara seta e1 dan f1 membentuk pola seperti prisma/berlian. Garis pregenital

tengah. Aedeagus jantan memiliki

aedeagus) dengan sudut bagian depan

cenderung membulat/cembung.

di temukan pada semua lokasi penelitian dengan jumlah yang paling

sebagai hama utama pada tanaman teh di

Mulberry dan tanaman di pembibitan. T. kanzawai

penting di Cina, Hongkong, Taiwan, Korea, Jepang, Kepulauan

Thailand, Malaysia, Indonesia, Philipina, Australia, Papua New Guinea,

penciri clicera dan palp

dengan penciri palpi yang panjang

berbentuk cakar. Bagian tungkai dipenuhi dengan seta yang cukup rapat. Ujung empodium

tubuh yang cukup besar.

ulat dengan pola tubuh

soma terdapat sepasang

Semua tungkai dari tungkai

Page 11: KEBERADAAN TUNGAU HAMA DAN PREDATORNYA PADA TANAMAN ...eprints.unram.ac.id/4340/1/jurnal.tungau.pdf · yaitu dengan memilih tanaman sempel secara acak sistematis pada setiap lokasi

Crop agro vol 2018...

1 sampai dengan tungakai 4 d

setiap tungkai memiliki sepasang

bagian gnathosoma memiliki tiga cakar dan palptarsus me

banyak seta bergerigi yang terdapat di seluruh bagaian tubuh.

masing berisi dua seta dan berbentuk cakar.

Gambar 3. Ciri-Ciri Morfologi gnathosoma dan idiosoma. D. tungkai 2, 3 tungkai 1

Anystis sp temukan pada 2 lokasi yaitu lokasi 1 dan

Anystis sp dikenal dengan nama umum

berpindah yang cepat dan ukuran tubuh yang besar mencapai 1,35 mm (Murchie

2014). Tungau predator ini memiliki inang utama yaitu pohon apel.

alternatif dari tungau predator ini antara lain teh, kopi, anggur,

perkebunan lainnya. Tungau predator ini telah banyak dimanfaatkan di beberapa Negara

sebagai kontrol biologi tungau hama yaitu di china, inggris dan Selandia Baru

Neoseiulus sp

Neoseiulus sp berasal dari ordo

pada bagian idiosoma. Bagian gnathosoma dilengkapi dengan palpi dan chelicerae dengan

ujung berbentuk gunting besar. Pada bagian histerosom

(gambar 4. D).

Menurut Cavalcante

dengan panjang 230-255 µm dan lebar 150

berukuran besar dengan tiga

dipenuhi dengan seta-seta yang berukuran besar dengan bagian empodium ujung berbentuk

D

A B

1 sampai dengan tungakai 4 ditutup rapat dengan setae halus pendek. Setiap tarsus

setiap tungkai memiliki sepasang cakar (claw) pada bagian empodium. Palptibia pada

memiliki tiga cakar dan palptarsus memiliki empat s

banyak seta bergerigi yang terdapat di seluruh bagaian tubuh. Dua chelicera

masing berisi dua seta dan berbentuk cakar.

Ciri Morfologi Anystis sp. A. anytsis sp yang masih hidup. B. bagian dorsal. C. bagian

dan idiosoma. D. tungkai 2, 3 dan 4. E. bagian mata pada bagian idiosoma. F. empodium

temukan pada 2 lokasi yaitu lokasi 1 dan lokasi 5 dengan jumlah 8

sp dikenal dengan nama umum Whirligig Mite dengan kemampuan berjalan atau

berpindah yang cepat dan ukuran tubuh yang besar mencapai 1,35 mm (Murchie

014). Tungau predator ini memiliki inang utama yaitu pohon apel.

dari tungau predator ini antara lain teh, kopi, anggur, blackcurrant

perkebunan lainnya. Tungau predator ini telah banyak dimanfaatkan di beberapa Negara

sebagai kontrol biologi tungau hama yaitu di china, inggris dan Selandia Baru

sp berasal dari ordo Mesostigmata dengan penciri periterm terdapat

Bagian gnathosoma dilengkapi dengan palpi dan chelicerae dengan

ujung berbentuk gunting besar. Pada bagian histerosoma terdapat dua pasang solenidia

Cavalcante et al, (2017) Pada bagaian Dorsum betina terdapat perisai

255 µm dan lebar 150-171 µm. Dilengapi dengan chelicerae yang

dengan tiga pasang gigi yang mengarah ke bagian dalam. Bagian tungkai

seta yang berukuran besar dengan bagian empodium ujung berbentuk

Sensile Seta

E F

C

Page 8

itutup rapat dengan setae halus pendek. Setiap tarsus pada

pada bagian empodium. Palptibia pada

solenidia kecil. Ada

Dua chelicerae masing-

bagian dorsal. C. bagian idiosoma. F. empodium

dengan jumlah 8 ekor.

dengan kemampuan berjalan atau

berpindah yang cepat dan ukuran tubuh yang besar mencapai 1,35 mm (Murchie et al.

014). Tungau predator ini memiliki inang utama yaitu pohon apel. Kisaran inang

blackcurrant dan tanaman

perkebunan lainnya. Tungau predator ini telah banyak dimanfaatkan di beberapa Negara

sebagai kontrol biologi tungau hama yaitu di china, inggris dan Selandia Baru

esostigmata dengan penciri periterm terdapat

Bagian gnathosoma dilengkapi dengan palpi dan chelicerae dengan

a terdapat dua pasang solenidia.

Dorsum betina terdapat perisai

Dilengapi dengan chelicerae yang

yang mengarah ke bagian dalam. Bagian tungkai

seta yang berukuran besar dengan bagian empodium ujung berbentuk

Page 12: KEBERADAAN TUNGAU HAMA DAN PREDATORNYA PADA TANAMAN ...eprints.unram.ac.id/4340/1/jurnal.tungau.pdf · yaitu dengan memilih tanaman sempel secara acak sistematis pada setiap lokasi

Crop agro vol 2018...

kenop untuk menunjang pergerakannya. Pada bagain hysteriosoma terdapat 2 pasang

selonidia yang memanjang pada bagian ujung m

Gambar 4. Ciri-Ciri Morfologi Neoseiuluschelicerae pada bagian gnathosoma. D.tarsu tungkai 1

Neoseiulus sp di temukan pada 10 lokasi yaitu lokasi 1, lokasi 5, lokasi 8, lokasi 9,

lokasi 13, lokasi 14, lokasi 15, lokasi 17, lokasi 18 dan lokasi 19 dengan jumlah

keseluruhan adalah 37 ekor.

memakan tungau dari genus

mengkonsumsi tungau lainnya, serangga kecil,

utama tidak tersedia. Populasi alami dari predator ini ditemukan di Argentina, California,

Cile, Florida, Jepang, Afrika Selatan, Texas, bagian selatan Eropa.

ditemukan dibanyak tanaman termasuk alpukat, jeruk

dan beberapa tanaman sayuran da

Populasi, Keragaman, Kelimpahan dan

Tabel 1. Populasi, keragaman, kelimpahan dan dominasi tungau di kawasan sembalun yang diperoleh selama 4 kali pengamatan

Tungau

Brevipalpus phoenicis Tetranychus kanzawai

Total

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rerata nilai populasi tungau/tanaman

bervariasi. Rerata populasi tertinggi dimiliki oleh

ekor/tanaman. Sedangkan Brevipalpus phoenicis

Tingginya tingkat rerata populasi

sebabkan karena family Tetranychidae (

F

A

D

B

untuk menunjang pergerakannya. Pada bagain hysteriosoma terdapat 2 pasang

selonidia yang memanjang pada bagian ujung meruncing (Cavalcante et al

Neoseiulus sp. A. Neoseiulus sp hidup. B. Dorsal tubuh

chelicerae pada bagian gnathosoma. D. solenidia pada bagian idiosoma. E. periterm pada bagian idiosoma. F.

sp di temukan pada 10 lokasi yaitu lokasi 1, lokasi 5, lokasi 8, lokasi 9,

lokasi 13, lokasi 14, lokasi 15, lokasi 17, lokasi 18 dan lokasi 19 dengan jumlah

keseluruhan adalah 37 ekor. Neoseiulus sp merupakan pemangsa generalis

gau dari genus Tetranychidae sebagai makanan, tapi juga akan

mengkonsumsi tungau lainnya, serangga kecil, thrips, dan bahkan serbuk sari saat

utama tidak tersedia. Populasi alami dari predator ini ditemukan di Argentina, California,

epang, Afrika Selatan, Texas, bagian selatan Eropa.

anyak tanaman termasuk alpukat, jeruk, singkong, jagung, anggur, stroberi,

dan beberapa tanaman sayuran dan tanaman hias (Rhodes, 2005).

Populasi, Keragaman, Kelimpahan dan Dominasi Tungau

Populasi, keragaman, kelimpahan dan dominasi tungau di kawasan sembalun yang diperoleh selama 4 kali pengamatan

Rerata populasi/ tanaman

Keragaman (H’)

Kelimpahan (K)

Dominasi

0,1 0,239

6,45 0,8 93,55

0,9 0,239 100 %

tabel di atas dapat dilihat bahwa rerata nilai populasi tungau/tanaman

bervariasi. Rerata populasi tertinggi dimiliki oleh Tetranycus kanzawai

Brevipalpus phoenicis dengan rerata populasi 0,1 ekor/tanaman.

Tingginya tingkat rerata populasi T. kanzawai dibandingkan dengan

family Tetranychidae (T. kanzawai) memiliki daya reproduksi yang

Perisai

F

C

Page 9

untuk menunjang pergerakannya. Pada bagain hysteriosoma terdapat 2 pasang

et al, 2017).

tubuh Neoseiulus sp. C. idiosoma. E. periterm pada bagian idiosoma. F.

sp di temukan pada 10 lokasi yaitu lokasi 1, lokasi 5, lokasi 8, lokasi 9,

lokasi 13, lokasi 14, lokasi 15, lokasi 17, lokasi 18 dan lokasi 19 dengan jumlah

sp merupakan pemangsa generalis yang lebih suka

Tetranychidae sebagai makanan, tapi juga akan

thrips, dan bahkan serbuk sari saat mangsa

utama tidak tersedia. Populasi alami dari predator ini ditemukan di Argentina, California,

epang, Afrika Selatan, Texas, bagian selatan Eropa. Predator ini telah

singkong, jagung, anggur, stroberi,

Populasi, keragaman, kelimpahan dan dominasi tungau di kawasan sembalun yang

Dominasi (D)

0,004 0,875 0,879

tabel di atas dapat dilihat bahwa rerata nilai populasi tungau/tanaman

etranycus kanzawai dengan nilai 0,8

dengan rerata populasi 0,1 ekor/tanaman.

dibandingkan dengan B. phoenicis di

memiliki daya reproduksi yang

Page 13: KEBERADAAN TUNGAU HAMA DAN PREDATORNYA PADA TANAMAN ...eprints.unram.ac.id/4340/1/jurnal.tungau.pdf · yaitu dengan memilih tanaman sempel secara acak sistematis pada setiap lokasi

Crop agro vol 2018... Page 10

tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian El-Wahed dan El-Halawany (2012)

yang mengatakan bahwa reproduksi family tetranychidae mencapai 108,3-156,8

telur/betina dengan proporsi betina lebih banyak. Sedangkan reproduksi telur dari family

tenuipalpidae sangat rendah. Oomen (1982) menyatakan bahwa selama perkawinan B.

phoenicis, transfer sperma tidak efektif yang menyababkan sedikitnya telur yang terbentuk.

Dari segi adaptasi juga T. kanzawai lebih mampu beradaptasi dibandingkan dengan B.

phoenicis. Hal tersebut dibuktikan dengan pernyataan Zhang (2003) yang mengatakan

bahwa tungau family (Tetranychidae) memencar menggunakan benang-benang halus yang

dibuatnya. Deciyanto et al. (1991) mengatakan bahwa jaring yang halus (webbing) yang

dibuat tungau family Tetranychidae (T. kanzawai) disekeliling daun sebagai tempat untuk

menambatkan telur dan juga sebagai pelindung agar kelompok tungau ini dapat makan

tanpa gangguan predator. Sehingga kolonisasi T. kanzawai memiliki perlindungan dari

predator berupa jaring, sedangkan B. phoenicis tidak mampu membentuk jaring untuk

perlindungan kolonisasainya dari predator (Carrillo et al. 2012). Pergerakan B. phoenicis

sangat lambat dibandingkan dengan T. kanzawai sehingga cenderung predator yang ada

akan lebih mudah untuk memakan B. phoenicis.

Dari hasil perhitungan indeks keragaman menggunakan rumus Shannon-Wiener

diperoleh nilai indeks keragaman sebesar 0,239. Nilai ini tergolong rendah yang berarti

bahwa indeks keragaman tungau hama pada kawasan dataran tinggi sembalun pada

tanaman stroberi rendah. Hal ini disebabkan karena di kawasan persawahan sembalun

sering kali melakukan pergantian tanaman, pengolahan tanah dimana hal tersebut dapat

mengubah susunan ekosistem dan memutuskan siklus hidup dari tungau hama itu sendiri

karena inangnya telah di musnahkan. Selain itu di kawasan persawahan sembalun telah

banyak melakukan aplikasi pestisida untuk perlindungan tanaman dari gangguan OPT. Hal

tersebut didukung oleh hasil penelitian Dina (2017) yang mengatakan bahwa pengendalian

hama dan penyakit tanaman menggunakan pestisida juga dapat menjadi penyebab

rendahnya keanekaragaman spesies. Oka (1995) mengatakan semakin tinggi tingkat

keanekaragaman komunitasnya, maka semakin banyak spesies yang ditemukan di suatu

area. Apabila ekosistem berlangsung alami maka keanekaragaman cenderung tinggi,

sedangkan keanekaragaman akan cenderung rendah apabila ekosistem terkendali secara

fisik oleh kegiatan budidaya petani.

Nilai dominasi dari masing-masing spesies tungau berbeda. Dominasi tertinggi

dimiliki oleh T. kanzawai sebesar 0,875 dengan nilai kelimpahan 93,55%. Sedangkan B.

Page 14: KEBERADAAN TUNGAU HAMA DAN PREDATORNYA PADA TANAMAN ...eprints.unram.ac.id/4340/1/jurnal.tungau.pdf · yaitu dengan memilih tanaman sempel secara acak sistematis pada setiap lokasi

Crop agro vol 2018... Page 11

phoenicis sebesar 0,004 dengan nilai kelimpahan 6,45 %. T. kanzawai lebih mendominasi

dan melimpah ketersediaannya pada tanaman stroberi di kawasan sembalun dari pada B.

phoenicis. Spesies yang mendominasi pada suatu wilayah akan diikuti dengan kelimpahan

yang tinggi. Karena cenderung spesies yang mendominasi tersebut memiliki daya adaptasi

yang tinggi pada wilayah tempat tinggalnya sehingga mampu bereproduksi dengan baik.

Menurut Zhang (2003) yang mengatakan bahwa tungau family Tetranychidae (T.

kanzawai) memencar menggunakan benang-benang halus yang dibuatnya untuk

beradaptasi dan berlindung dari predator. El-Wahed dan El-Halawany (2012) mengatakan

bahwa reproduksi family tetranychidae mencapai 108,3-156,8 telur/betina dengan proporsi

betina lebih banyak.

Populasi, Keragaman, Kelimpahan dan Dominasi Predator

Tabel 2. Populasi, keragaman, kelimpahan dan dominasi predator di kawasan sembalun yang diperoleh selama 4 kali pengamatan

Predator Rerata

Populasi/ Tanaman

Keragaman (H’)

Kelimpahan (K)

Dominasi (D)

Anytsis sp 0,02 0,468

17,78 0,032 Neoseiulus sp 0,09 82,22 0,676

Total 0,11 0,468 100 % 0,708

Di lihat dari tabel diatas, rerata populasi Neoseiulus sp ditemukan dengan nilai 0,09

ekor/tanaman. Sedangkan rerata populasi Anytsis sp ditemukan hanya 0,02 ekor/tanaman

saja, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai rerata populasi Neoseiulus sp lebih tinggi

dibandingkan Anytsis sp. Tingginya tingkat rerata populasi dari Neoseiulus sp ini

disebabkan karena reproduksi tungau predator ini lebih tinggi dibandingkan dengan Anytsis

sp. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Rhodes (2005) yang mengatakan bahwa

jumlah reproduksi telur dari Neoseiulus sp betina mencapai 40 butir telur selama siklus

hidupnya. Sedangkan betina Anytsis sp hanya mampu memproduksi telur hanya 22 butir

telur selama siklus hidupnya (Cuthbertson et al. 2004). Dari segi keragaman inang,

Neoseiulus sp merupakan predator asli pada tanaman stroberi dan raspberi sesuai dengan

penelitian Rhodes (2005) bahwa predator ini telah banyak ditemukan termasuk pada

alpukat, jeruk, singkong, jagung, anggur, stroberi, dan beberapa tanaman sayuran dan

tanaman hias. Sedangkan Anytsis sp merupakan predator asli pada tanaman perkebunan

sesuai dengan penelitian Murchie et al. (2014) yang mengatakan predator ini memiliki

inang utama yaitu apel, jeruk dan tanaman perkebunan lainnya. Neoseiulus sp aktif

bergerak mencari mangsa pada suhu 7,80C sampai 380C dengan kelembaban (RH) 40%-80

Page 15: KEBERADAAN TUNGAU HAMA DAN PREDATORNYA PADA TANAMAN ...eprints.unram.ac.id/4340/1/jurnal.tungau.pdf · yaitu dengan memilih tanaman sempel secara acak sistematis pada setiap lokasi

Crop agro vol 2018... Page 12

%. Kondisi suhu dan kelembaban tersebut sesuai dengan kondisi dilokasi penelitian 200C

sampai 300C dengan kelembaban udara (RH) 81 %-91 %. Sedangkan untuk Anytsis sp

perkembangannya akan sangat optimum pada kelembaban (RH) 47 %-75 %. Kelembaban

udara yang lebih dan kurang dari kisaran tersebut akan menurunkan perkembangannya

(Wohltmann, 1998). Kondisi tersebut tidak sesuai dengan kondisi dilapangan sehingga

menyababkan populasi Anytsis sp rendah.

Nilai indeks keragaman predator yang diperolah adalah sebesar 0,468. Dari angka

indeks keragaman tersebut berarti indeks keragaman predator pada tanaman stroberi

dikawasan dataran tinggi sembalun masih rendah. Aktifitas pertanian yang intensif seperti

pengolahan lahan dan pergantian komoditas yang dibudidayakan petani dapat

mempengaruhi keberadaan predator. Ketika inang utama telah dimusnahkan, maka akan

berpengaruh terharap berkurangnya ketersediaan pakan dari predator. Cenderung predator

yang akan bertahan adalah predator yang memiliki kisaran inang yang luas seperti

Neoseiulus sp yang memiliki kisaran inang yang lebih luas dari pada Anystis sp. sesuai

dengan hasil penelitian (Rhodes, 2005) mengatakan predator ini telah ditemukan dibanyak

tanaman termasuk alpukat, jeruk, singkong, jagung, anggur, stroberi, dan beberapa

tanaman sayuran dan tanaman hias. Penggunaan pestisida yang terlalu intensif terlebih

pestisida yang tidak selektif juga dapat menurunkan keanekaragaman predator yang berada

pada suatu tanaman seperti pernyataan (Godfrey, 2011) yang menyatakan bahwa

penggunaan insektisida dalam spektrum luas sering menyebabkan predator tungau mati,

dan berakibat pada munculnya wabah tungau, sehingga penggunaan pestisida perlu

dikurangi.

Dominasi dari masing-masing jenis predator memiliki nilai yang berbeda. Dominasi

tertinggi dimiliki oleh Neoseiulus sp sebesar 0,676 dengan nilai kelimpahan sebesar 82,22

%. Sedangkan Anystis sp sebesar 0,032 dengan nilai kelimpahan 17,78 %. Neoseiulus sp

lebih mendominasi dan melimpah ketersediaannya dibandingkan dengan Anystis sp.

Spesies yang mendominasi pada suatu daerah akan diikuti dengan kelimpahan yang tinggi.

Rendahnya nilai dominasi dan kelimpahan Anystis sp disebabkan karna kisaran inang yang

dimiliki jenis predator ini tidak luas. Inang asli dari Anystis sp adalah tanaman perkebunan

seperti apel serta tanaman perkebunan lainnya (Murchie et al. 2014). Semakin luas

kiasaran inangnya maka akan meningkatkan jumlah pakan untuk predator, memperbanyak

tempat untuk bertelur dan berlindung. Dari segi reproduksi telur, betina Anystis sp hanya

mampu memproduksi 22 butir telur selama masa hidupnya, dibandingkan dengan

Page 16: KEBERADAAN TUNGAU HAMA DAN PREDATORNYA PADA TANAMAN ...eprints.unram.ac.id/4340/1/jurnal.tungau.pdf · yaitu dengan memilih tanaman sempel secara acak sistematis pada setiap lokasi

Crop agro vol 2018... Page 13

Neoseiulus sp yang betinanya mampu memproduksi telur dua kali lipat dengan jumlah 40

butir telur selama masa hidupnya. Kemampuan memproduksi telur merupakan salah satu

upaya untuk menjaga populasinya di alam. Semakin tinggi kemampuan memproduksi telur

maka akan semakin tinggi populasinya dan kelimpahannya di alam.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dua spesies tungau hama ditemukan pada tanaman stroberi di kawasan dataran

tinggi Sembalun yaitu Brevipalpus phoenicis Geijskes, Tetranychus kanzawai Kishda. Di

temukan dua spesies predator yaitu Neoseiulus sp, Anystis sp yang berasosiasi pada

tanaman stroberi di kawasan dataran tinggi Sembalun. Indeks keragaman spesies tungau

hama sebesar 0,239 dengan indeks dominasi sebesar 0,879. Indeks keragaman spesies

predator sebesar 0,468 dengan indeks dominasi sebesar 0,708. Perlu adanya pengkajian

lebih lanjut terkait dengan preferensi inang alternatif tungau hama yang kedepannya dapat

digunakan sebagai teknik pengendalian sistem tanaman perangkap (crop trapping) serta

perlu dilakukan pengujian kemampuan predasi dan preferensi dari masing-masing spesies

predator.

DAFTAR PUSTAKA

Carrillo. 2012. Brevipalpus phoenicis. Ecofriendly Pest Management for Food Security. https:/ /www.cabi.org/isc/datasheet/10178. [Akses pada 19 Februari 2018].

Cavalcante, C.A., R. Peterson., S.R. Felipe., C. Antonio., B. Lofego., J. Gilberto, and D. Moraes. 2017. Complementary description of Neoseiulus tunus (DeLeon) (Acari: Mesostig ata: Phytoseiidae) and observation on its reproductive strategy. Labex Ag ro:AN-10LA BX-0001-01. Acarologia 57(3): 591–599 (2017).

Chang, C.P., S.C. Huang. 1995. Evaluation of Effectiveness of Releasing Green Lacewing Mallada Basalis (Walker) for the Control of Tetranychid Mites on Stroberi (Abstract). Plant Protection Bulletin (Taipei) 37 (1): 41 58.

Constantinides, L.N., J.J. McHugh. 2008. Pest Management Strategic Plan for Papaya Productonin Hawai. Komohana Research and Extension Center University of Hawai. Www/ipmcenters.org/pmsp/ pdf/HIPapaya PMSP.pdf. [Akses pada 20 September 2017].

Cuthbertson, A.G.S., A.K. Murchie. 2004. The Phenology, Oviposition and Feeding Rate of Anystis Baccarum, a Predatory Mite in Bramley Apple Orchards in Northern Ireland. Exp. Appl. Acarol. Vol. 34, 367–373.

Deciyanto, S., I.M. Trisawa., R.R. Adriani. 1991. Studi Beberapa Inang Hama Tungau (Tetranychus sp.) Asal Tanaman Mentha sp. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 17:48–55.

Page 17: KEBERADAAN TUNGAU HAMA DAN PREDATORNYA PADA TANAMAN ...eprints.unram.ac.id/4340/1/jurnal.tungau.pdf · yaitu dengan memilih tanaman sempel secara acak sistematis pada setiap lokasi

Crop agro vol 2018... Page 14

Dina, W.M. 2017. Persebaran dan Keanekaragaman Spesies Tungau Hama pada Tanaman Pepaya di Pulau Lombok. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Bogor

El-Wahed, N.M.A., A.S. El-Halawany. 2012. Effect of Temperature Degrees on the Biology and Life Table Parameters of Tetranychus Urticae Koch on Two Pear Varieties. Egypt. Acad. J. Biolog. Sci. 4(1): 103–109.

Indiati, S.W., N. Saleh. 2010. Tungau hama Merah Tetranychus urticae Pada Tanaman Ubi kayu dan Upaya Pengendaliannya. Diterbitkan di Buletin Palawija No. 20:72 79 (2010)

Knapp, M., B. Wagener, and M. Navajas. 2003. Molecular Discrimination Between The Spider Mite Tetranychus Evansi Baker & Pritchard, An Important Pest of Tomatoes In Southern Africa, and The Closely Related Species T. Urticae Koch (Acarina: Tetranychidae). Report of A Pest Risk Analysis for Tetranychus Evansi. https://www.e ppo.int/QUARANTINE/Pest_Risk_Analysis PRAintro. [Akses pada 22 September 2017].

Oka, I.N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. 255 hlm.

Oomen, P.A. 1982. Studies on Population Dynamics of the Scarlet Mite, Brevipalpus phoenicis, a Pest of Tea in Indonesia. Mededelingen Landbouwhoge School

Rhodes, E.M., and O.E. Liburd. 2005. Distribution and Decription of Neoseiulus sp (Acari; Mesostigmata). Entomology and Nematology Unversity of Floridina

Rodrigues, J.C.V., and C.C. Childers. 2013. Brevipalpus Mites (Acari: Tenuipalpidae): Vectors of Invasive, Non-Systemic Cytoplasmic and Nuclear Viruses in lants. Experimental and Applied Acarology 59:165 175.

Zhang, Z.Q. 2003. Mites of Greenhouses, Identification, Biology and Control. Wallingford (GB): CABI Publishing Division of CABI International. Hlm12110.