keberdayaan kelompok tani dan hubungannya

Upload: andreaspolinsitumorang

Post on 01-Mar-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    1/37

    LAPORAN PENELITIANPENELITIAN PENELITI MUDA (LITMUD) UNPAD

    KEBERDAYAAN KELOMPOKTANI DAN HUBUNGANNYA

    DENGAN KEBERHASILAN USAHATANI ANGGOTA(Kasus pada Kelompoktani Ternak Sapi Perah di Kabupaten Sumedang)

    Oleh :Unang Yunasaf

    Sugeng WinaryantoSyahirul Al im

    Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Padjadjaran

    Tahun Anggaran 2007

    Berdasarkan SPK No. 265/J06.14/LP/PL/2007

    Tanggal 3 April 2007

    LEMBAGA PENELITIAN

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS PADJADJARAN

    NOVEMBER, 2007

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    2/37

    LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

    LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA (LITMUD) UNPADSUMBER DANA DIPA UNPAD

    TAHUN ANGGARAN 2007

    1. a. Judul Penelitian : Keberdayaan Kelompoktani dan Hubungannya de-ngan Keberhasilan Usahatani Anggota (Kasus pada

    Kelompoktani Ternak Sapi Perah di KabupatenSumedang)

    b. Bidang Ilmu : Menunjang Pembangunanc. Kategori Penelitian : II

    2. Pelaksana Penelitian :

    a. Nama lengkap dengangelar : Unang Yunasaf,Ir., MSi.

    b. Jenis kelamin : Laki-lakic. Pangkat/Golongan/NIP : Pembina/IVa/131872368

    d. Jabatan fungsional : Lektor Kepalae. Fakultas/Jurusan : Peternakan/Sosial Ekonomi

    f. Bidang Ilmu yang diteliti : Penyuluhan Pembangunan Peternakan

    3. Jumlah Tim Peneliti : 2 oranga. Nama Anggota Peneliti 1 : Sugeng Winaryanto Ir., MS. (Nip. 131 287 330)

    b. Nama Anggota Peneliti 2 : Syahirul Alim SPt. (Nip. 132 303 754)

    4. Lokasi Penelitian : Kabupaten Sumedang

    5. Jangka Waktu Penelitian : 8 (delapan) bulan

    6. Biaya Penelitian : Rp. 5. 000 000,- (lima juta rupiah)

    Mengetahui: Jatinangor, 5 November 2007A.n Dekan Ketua Peneliti,

    Pembantu Dekan IFakultas Peternakan

    Dr. Iwan Setiawan, Ir., DEA. Unang Yunasaf, Ir., MSi.

    NIP. 131 621 448 NIP. 131 872 368

    MenyetujuiKetua Lembaga Penelitian

    Universitas Padjadjaran

    Prof. Oekan S. Abdoellah, MA., Ph.D.

    NIP. 130 937 900

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    3/37

    iv

    DAFTAR ISI.

    BAB Halaman

    ABSTRAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

    KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii

    DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v

    DAFTAR LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vi

    I.

    PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

    1.2. Perumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

    II. TINJAUAN PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

    2.1. Keberdayaan Kelompoktani . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

    2.2. Keberhasilan Usaha . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

    III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN . . . .. . . . . . . . . . . . . . .. 8

    3.1. Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8

    3.2. Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8

    IV. METODE PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

    4.1. Rancangan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

    4.2. Unit Analisis dan Sampel Responden . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

    4.3 Operasionalisasi Variabel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

    4.4 Cara Pengukuran dan Teknik Analisis Keeratan Hubungan . . . 10

    V HASIL DAN PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11

    5.1. Keadaan Umum Kelompok . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11

    5.2. Karakteristik Peternak Responden . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    4/37

    v

    BAB Halaman

    5.3. Keberdayaan Kelompok Peternak Sapi Perah . . . . . . . . . . . . . 145.4. Keberhasilan Usaha Anggota . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18

    5.5. Hubungan Keberdayaan Kelompok Peternak Sapi Perah dengan

    Keberhasilan Usaha Sapi Perah Anggota . . . . . . . . . . . . .. . . . . 19

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22

    6.1. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22

    6.2. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22

    DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

    LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    5/37

    vi

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    6/37

    vii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Luas Tanah Pangonan dan Potensi Pakan Ternak. . . . . . . . . . . . 9

    2. Kapasitas Tampung dan Pemanfaatan Potensi Pakan . . . . . . . . . 10

    3. Kebutuhan Biaya Investasi Usaha Sapi Potong . . . . . . . . . . . . . 20

    4. Keragaan Usaha Penggemukan Sapi Potong Produksi 4 Kali

    Setahun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    7/37

    viii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengembangan

    Usaha Sapi Potong . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    8/37

    I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Sampai saat ini kelompoktani masih digunakan sebagai pendekatan utama dalam

    kegiatan penyuluhan (Deptan, 2000). Pendekatan kelompok dipandang lebih efisien

    dan dapat menjadi media untuk terjadinya proses belajar dan berinteraksi dari para

    petani, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku petani ke arah yang lebih baik

    atau berkualitas (Margono, 2001). Dengan demikian kelompoktani memiliki

    kedudukan strategis di dalam mewujudkan petani yang berkualitas. Petani yang

    berkualitas dicirikan oleh adanya kemandirian dan ketangguhan dalam berusahatani.

    Untuk mencapai petani yang berkualitas tersebut, maka menjadi suatu keharusan

    bahwa kelompoktani yang ada harus memiliki gerak atau kekuatan yang dapat

    menentukan dan mempengaruhi perilaku kelompok dan anggota-anggota dalam

    mencapai tujuan-tujuan secara efektif.

    Tuntutan pentingnya petani yang berkualitas sudah sangat mendesak sekali.

    Asean Free Trade Area (AFTA) sudah mulai diberlakukan pada tahun 2003,

    kemudian perdagangan bebas dunia diperhitungkan akan mulai pada tahun 2010.

    Dengan memasuki era perdagangan bebas tersebut, maka hanya negara-negara yang

    petaninya berkualitas saja yang akan menikmati keuntungan dari situasi tersebut.

    Sebaliknya, untuk petani yang tidak memiliki kemampuan memadai dalam merespon

    tuntutan pasar dan tidak memiliki kemandirian akan terpinggirkan.

    Dengan jumlah kelompoktani yang ada, secara teoritis seharusnya kelompoktani

    dapat menjadi media transformasi (group transformation) untuk terjadinya

    peningkatan kualitas petani di Indonensia. Namun dilihat dari kelas

    kemampuannya, sebagian besar kelompoktani (67,37%) masih merupakan kelompok

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    9/37

    2

    kelas pemula dan lanjut (Deptan, 2000). Hal ini mencerminkan bahwa kelompoktani

    yang ada belum berdaya atau berfungsi efektif sebagai media interaksi petani dalam

    meningkatkan kesejahteraannya. Aida (2000) mensinyalir kelompoktani dari kelas

    madya dan utama yang adapun, yang berjumlah sekitar 104. 964 buah (29,60%)

    belum berfungsi optimal sebagai media penguatan anggotanya, malahan ada indikasi

    kelas kemampuannya terus menurun.

    Karena ketidakberdayaan itulah, maka dalam realitasnya sering suatu

    kelompoktani tidak dapat menjaga keberadaan atau eksistensinya. Kelompok yang

    demikian biasanya adalah kelompok yang dalam proses penumbuhannya tidak

    berdasarkan kepentingan dan kebutuhan petani, kepemimpinan kelompoktani yang

    tidak efektif, dan strategi pembinaan yang tidak tepat. Akibatnya banyak

    kelompoktani yang tidak dapat menjaga kemajuan atau kedinamisan yang telah

    dicapainya, sehingga akan ditinggalkan oleh para anggotanya. Sebaliknya,

    kelompoktani yang tetap hidup adalah kelompok yang dapat menjaga tingkat

    kemajuan atau kedinamisan dari kelompoknya, sehingga kelompoktani dapat menjadi

    media terbaik untuk terjadinya peningkatan kualitas petani anggota-anggotanya.

    Sampai saat ini perhatian pengkajian terhadap kelompoktani yang ada lebih

    banyak memfokuskan pada kelompoktani komoditas tanaman pangan, sedangkan

    komoditas lainnya, khususnya kelompoktani ternak masih kurang. Di sub sektor

    peternakan, keberadaan kelompoktani yang menarik untuk diamati adalah

    kelompoktani ternak sapi perah. Selama ini yang terlihat cukup ajeg dan dipandang

    lebih memiliki peluang untuk berdaya adalah kelompoktani ternak sapi perah.

    Dengan diketahuinya faktor-faktor atau unsur yang menjadikan kelompoktani

    tersebut berdaya atau dinamis akan memberikan alternatif untuk peningkatan

    keberdayaan pada kelompoktani ternak komoditas lainnya.

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    10/37

    3

    1.2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian sebelumnya dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

    (1)

    Seberapa jauh tingkat keberdayaan kelompoktani dilihat dari faktor atau unsur

    yang mempengaruhinya?

    (2) Seberapa jauh pencapaian keberhasilan usahatani dari para anggota

    kelompoktani?

    (3) Seberapa jauh derajat hubungan antara keberdayaan kelompoktani dengan

    keberhasilan usahatani para anggota?

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    11/37

    II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Keberdayaan Kelompoktani

    Inti dari konsep keberdayaan menurut Page dan Czuba (1999) adalah kekuatan

    (power), yakni kekuatan untuk berubah. Dilihat dari konteks tersebut maka

    keberdayaan memiliki kesamaan makna dengan kedinamisan atau kedinamikaan,

    yang makna generiknya berarti gerak atau kekuatan untuk mencapai tujuan. Dengan

    demikian keberdayaan kelompoktani adalah tingkat kekuatan kelompoktani sebagai

    akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, atau dapat diartikan sebagai gerak

    dari suatu kelompoktani yang disebabkan oleh segala kekuatan yang terdapat dalam

    kelompok yang menentukan atau memperngaruhi perilaku kelompok dan anggotanya

    dalamupaya mencapai tujuan-tujunnya secara efektif. Oleh karenanya, tercapainya

    keberdayaan kelompoktani akan sangat kondusif untuk terjadinya peningkatan

    kualitas kehidupan para anggota, khususnya tercapainya keberhasilan usahatani dari

    para anggota sebagaimana yang diharapkannya.

    Menurut Aida (2000) tidak berdaya atau berkualitasnya petani karena tidak

    berdayanya kelembagaan petani, yaitu kelompoktani. Tidak berdayanya

    kelompoktani dapat disebabkan antara lain oleh: (1) strategi dan orientasi

    pembangunan pertanian belum ditujukan pada upaya mensejahterakan dan

    meningkatkan pendapatan petani. Petani sering disuruh berproduksi, tetapi manakala

    menjual hasil, petani tidak diberi kemampuan untuk menetapkan harga jual.

    Kelompoktanipun belum mampu berfungsi sebagai kekuatan untuk meningkatkan

    posisi tawar (bargaining); (2) politik pemberdayaan petani yang diluncurkan oleh

    pemerintah bersifat tidak lengkap. Prioritas pembinaan lebih diarahkan pada tanaman

    pangan, khususnya padi, petani lain masih terabaikan. Kelompoktani yang ada

    berfungsi tidak lebih sebagai wadah penyalur sarana produksi atau sebatas sebagai

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    12/37

    5

    objek kebijakan; (3) pola dan arah pembinaan kelompoktani lebih banyak menjadikan

    petani sebagai kelompok binaan pencapaian target produksi. Kelompok dipandang

    hanya sebagai wadah untuk memudahkan pekerjaan penyuluh mendifusikan inovasi.

    Tidak ada prioritas strategi pembinaan agar kelompoktani menjadi dinamis dan

    mandiri; dan (4) pembinaan kelompoktani lebih banyak diarahkan pada pencapaian

    target kuantitas bukan kualitas. Pencapaian kuantitas telah melupakan pembinaan

    dinamika kelembagaan petani yang dinamis, produktif dan mandiri. Kelompoktani

    yang muncul atas dasar dan kebutuhan petani sangat kecil. Falsafah pemberdayaan

    melalui dinamika kelompok belum menjadi prioritas penyuluhan, termasuk

    kepemimpinan, komunikasi dan organisasi. Akibatnya petani tidak dapat mengelola

    kelompok secara profesional

    Beberapa unsur yang mempengaruhi keberdayaan kelompok dua diantaranya

    yang penting adalah kepemimpinan dalam kelompok dan keefektifan kelompok.

    Kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi dapat berasal dari kekuatan yang

    bersifat imbalan (reward), paksaaan (coersive), rujukan (referens), keahalian (expert),

    dan keabsahan (legitime) (Frech dan Reven dalam Pierce dan Newstrom, 1995).

    Keefektifan kelompok menurut Mardikanto (1993) adalah keberhasilan kelompok

    untuk mencapai tujuan, yang dapat dilihat dari tercapainya keadaan atau perubahan

    yang memuaskan anggota-anggotanya. Menurut Margono (1978) efektivitas

    kelompok harus dilihat dari segi produktivitas kelompok, yaitu keberhasilan

    mencapai tujuan kelompok dan moral kelompok, yaitu berupa semangat dan sikap

    para anggotanya

    2.2. Keberhasilan Usahatani

    Secara sederhana usahatani dapat diartikan sebagai kesatuan organisasi antara

    kerja, modal dan pengelolaan yang ditujukan untuk memperoleh produksi di lapangan

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    13/37

    6

    pertanian (Hernanto, 1988). Usahatani menurut CGIAR yang dikutip Reijntjes et.al.

    (1999) bukanlah sekadar kumpulan tanaman dan hewan, di mana orang bisa

    memberikan input apa saja dan kemudian mengharapkan hasil langsung, namun

    merupakan suatu jalinan yang kompleks yang terdiri dari tanah, tumbuhan, hewan,

    peralatan, tenaga kerja, input lain dan pengaruh-pengaruh lingkungan yang dikelola

    oleh seseorang yang disebut petani sesuai dengan kemampuan dan aspirasinya. Petani

    tersebut mengupayakan output dari input dan teknologi yang ada.

    Menurut Reijntjes et.al. (1999) suatu usahatani merupakan agroekosistem yang

    unik: suatu kombinasi sumberdaya fisik dan biologis seperti bentuk-bentuk lahan,

    tanah, air, tumbuhan dan hewan. Dengan mempengaruhi komponen-komponen

    agroekosistem ini dan interaksinya, rumahtangga petani mendapatkan hasil atau

    produk dari hasil usahataninya. Selanjutnya Reijntjes et.al. (1999) mengemukakan

    bahwa dalam mengkaji keberhasilan suatu usahatani tidak akan terlepas dari

    pengkajian sistem pengembangan usahatani, khususnya dengan memperhatikan

    tujuan dari rumah tangga berkenaan dengan proses dan hasil usahatani. Secara umum

    rumah tangga petani secara bersama memiliki berbagai macam tujuan yang dapat

    mencakup: (1) Produktivitas (hasil persatuan lahan atau input lainnya), yakni ada

    pasar yang menyerap hasil produksi, memiliki nilai manfaat lainnya: pemanfaatan

    tenaga kerja dll; (2) Keamanan (meminimalkan risiko), yakni: kepastian pendapatan

    (ada jaminan pasar dan harga jual), akses terhadap sumberdaya berupa kepastian

    lahan, kepastian usaha; (3) Kesinambungan (mempertahankan produksi), yakni:

    adanya modal biofisik berupa kelayakan usaha/rasio pemilikan ternak, kemampuan

    mengelola berupa teknologi budidaya, manajerial usaha, yang lainnya adalah

    hubungan dengan masyarakat berupa dukungan sistem sosial, prasarana usaha tani

    (ketersediaan input), modal uang, dan pengaruh politik berupa dukungan kebijakan

    lokal; dan (4) Identitas (selaras dengan budaya dan visi masyarakat), yakni: memberi

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    14/37

    7

    kehidupan yang layak, yaitu dapat memberi: sumbangan terhadap pendapatan, dan

    mewujudkan komunitas mandiri agar dapat mengorganisasikan diri dalam kelompok.

    Untuk keberlanjutan suatu usahatani, termasuk mencapai keberhasilan usahatani

    maka usahatani tersebut, harus dapat (1) menghasilkan tingkat produksi yang

    memenuhi, yaitu dapat kebutuhan material (produktivitas), dan kebutuhan sosial

    (identitas, keamanan, kesinambungan); (2) perlu dicari produktivitas yang optimal

    (Reijntjes et.al., 1999)

    Dalam penelitian ini keberhasilan usahatani sapi perah akan ditelaah dari dua

    aspek, yaitu pencapaian tingkat produksi, terutama dilihat dari tingkat harga susu

    yang diterima peternak, dan pencapaian efisiensi usaha. Salah satu cara untuk

    mengetahui efisiensi usaha adalah dengan menggunakan tetapan revenue cost ratio

    (RC ratio), yaitu menghitung perbandingan antara penerimaan dengan pengeluran

    (Kadarsan, 1995). RC ratio diperoleh dari semua kegiatan yang mencakup

    pengeluaran dan penerimaan dalam jangka waktu satu tahun dengan cara

    membandingkan antara semua nilai penerimaan dengan semua nilai pengeluaran.

    Apabila RC ratio > 1, maka usaha tersebut efisien, bila RC ratio < 1, maka usaha

    tersebut tidak efisien, dan bila RC ratio = 1, usaha tersebut berada dalam titik impas

    (break even point).

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    15/37

    8

    III

    TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

    3.1. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari:

    (1)Potensi sumberdaya lokal dalam mendukung pengembangan peternakan sapi

    potong di Wilayah Selatan Kabupaten Tasikmalaya.

    (2)Model pemberdayaan masyarakat di wilayah Selatan Kabupaten Tasikmalaya

    melalui pengembangan peternakan sapi potong.

    (3)Kelayakan usaha ternak sapi potong berbasis sumberdaya lokal di Wilayah

    Selatan Kabupaten Tasikmalaya.

    3.2. Manfaat Penelitian

    (1) Memberikan kontribusi yang berarti untuk diperolehnya pemahaman yang lebih

    akurat tentang permasalahan yang dihadapi masyarakat wilayah Selatan

    Kabupaten Tasikmalaya dalam upaya mengembangkan usaha ternak berbasis

    sumberdaya lokal.

    (2) Diperolehnya model pengembangan peternakan berbasis sumberdaya lokal dalam

    memberdayakan masyarakat.

    (3) Menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan

    ilmu Penyuluhan Pembangunan, Sosiologi Pedesaan dan ekonomi peternakan.

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    16/37

    IV

    METODE PENELITIAN

    4.1. Rancangan Penelitian

    Penelitian dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif.

    4.2. Unit Analisis dan Contoh Responden

    Unit analisis dari penelitian ini adalah kelompoktani sapi perah yang ada di

    Kabupaten Sumedang, khususnya yang tergabung dalam Koperasi Tandangsari

    Kabupaten Sumedang. Dipilihnya Koperasi tersebut, karena merupakan koperasipeternak sapi perah di Kabupaten Sumedang yang keberadaan kelompoktani cukup

    menonjol. Untuk keperluan penelitian ini dari seluruh kelompoktani yang ada,

    sekurang-kurangnya akan diambil tiga kelompok, yang masing-masing mewakili

    kelompok yang belum berkembang, cukup berkembang, dan maju (berkembang).

    Contoh (sample) responden adalah para anggota kelompok dari kelompoktani

    terpilih, yang berjumlah 30 orang yang diambil secara proposional dari jumlah

    seluruh anggota kelompok dari 4 kelompoktani terpilih.

    4.3. Operasionalisasi Variabel

    Variabel yang ditelaah meliputi keberdayaan kelompoktani sebagai variabel

    bebas, dan keberhasilan usahatani sebagai variabel terikat.

    Variabel keberdayaan kelompoktani meliputi:

    1. Kepemimpinan kelompok, yaitu tingkat kekuatan ketua kelompok di dalam

    mempengaruhi anggota dan kelompok dalam rangka mencapai tujuan..Indikatornya terdiri: (1) kekuatan keahlian, (2) kekuatan rujukan, dan (3)

    pembawa aspirasi, dan (4) patner agen pembaharu.

    2. Keefektifan kelompok, yaitu tingkat pencapaian kelompok di dalam mencapai

    tujuannya. Indikatornya terdiri: (1) keberhasilan kelompok, (2) moral kelompok.

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    17/37

    2

    Variabel Keberhasilan usahatani anggota meliputi:

    1. Tingkat harga susu, yaitu tingkat harga susu yang dicapai.

    2. Tingkat efisiensi usaha, yaitu tingkat perbandingan penerimaan dengan

    pengeluaran dalam jangka waktu satu tahun.

    4.4. Cara Pengukuran dan Teknik Analisis Keeratan Hubungan

    Cara pengukuran untuk masing-masing indikator variabel dilakukan dengan

    skala ordinal.

    Teknik analisis yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan variabel

    adalah dengan uji korelasi peringkat Spearman, dengan rumus:N

    6dirs=

    N3 N

    Keterangan:

    rs = Koefisien korelasi peringkat spearman

    di = perbandingan peringkat

    N = banyaknya subyek

    Untuk menginterpretasikan hasil korelasi uji rank Spearman (rs) digunakan

    aturan Guilford (Rakhmat, 2001) sebagai berikut:

    < 0,20 : hubungan rendah sekali

    0,20 0,40 : hubungan rendah tapi pasti

    0,40 0,70 : hubungan yang cukup berarti

    0,70 0,90 : hubungan yang tinggi; kuat

    > 0,90 : hubungan sangat tinggi; kuat sekali

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    18/37

    V

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1.Keadaan Umum Kelompok

    Kelompok peternak sapi perah yang ada di Kabupaten Sumedang hampir

    sebagian besar terkonsentrasi pada Kecamatan Tanjungsari, dan sebagiannya lagi

    pada Kecamatan Sukasari, Pamulihan, Cimanggung, Rancakalong dan Situraja.

    Semua wilayah tersebut merupakan wilayah kerja dari Koperasi Serba Usaha (KSU)

    Tandangsari, karena kelompok peternak sapi perah seluruhnya berada di dalam

    naungan koperasi tersebut.

    Penumbuhan dan pembentukan kelompok peternak sapi perah yang ada di

    Kabupaten Sumedang tidak terlepas dari perjalanan perkembangan sapi perah di

    wilayah tersebut, yang pararel dengan perjalanan dan perkembangan dari KSU

    Tandangsari. KSU Tandangsari berdiri sejak tahun 1981, yang sebelumnya bernama

    KUD Tanjungsari. Seiring dengan cakupan wilayah kerjanya yang terus meluas,

    maka sesuai dengan Rapat Anggota tanggal 2 Maret 2002 berubah namanya menjadi

    KSU Tandangsari. Wilayah kerja KSU Tandangsari selain mencakup Kecamatan

    Tanjungsari, meliputi pula Kecamatan Sukasari, Pamulihan, Cimanggung,

    Rancakalong, dan Situraja.

    Awal berdirinya koperasi tersebut bertepatan dengan bergulirnya kredit sapi

    perah dari pemerintah di Kecamatan Tanjungsari, sehingga dalam perkembangannya

    unit usaha sapi perah ini menjadi tulang punggung KSU Tandangsari dalam

    memajukan koperasi. Jumlah peternak anggota KSU Tandangsari sampai akhir 2005

    berjumlah 1500 orang dengan populasi sapi 4.441 ekor.

    Kelompok peternak sapi perah semuanya berjumlah 37 kelompok, dengan

    jumlah keanggotaan rata-rata 40 anggota per kelompok. Tiap kelompok ini dipimpin

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    19/37

    12

    oleh seorang ketua kelompok, dan dibantu oleh beberapa orang peternak anggota di

    dalam kepengurusan kelompok. Namun demikian kelengkapan kepengurusan dari

    tiap kelompok cukup bervariasi, dari yang hanya ketuanya saja sampai yang relatif

    struktur kelompoknya lebih lengkap, selain ada ketua dilengkapi pula dengan

    sekretaris, bendahara dan seksi-seksi.

    Kecenderungan yang terjadi menurut versi KSU Tandangsari keberadaan

    kelompok ini dapat dipilah menjadi tiga kategori, yaitu kelompok yang maju

    (berkembang), cukup maju atau berkembang dan kelompok yang kurang berkembang

    atau belum maju. Kelompok peternak yang relatif berkembang dicirikan oleh rata-

    rata kualitas susunya yang relatif lebih baik dibandingkan dengan kelompok lainnya.

    Di samping aspek dinamika atau kekuatan dari kelompok tersebut yang relatif lebih

    baik, seperti kepemimpinan ketua kelompok yang relatif baik, dan tingkat pemilikan

    asset kelompok yang lebih banyak serta kegiatan kelompok yang relatif lebih

    berjalan.

    5.2.

    Karakteristik Peternak Responden

    Karakteristik peternak responden secara umum menunjukkan dilihat dari segi

    umur sebagian besar berada dalam usia produktif, dari segi pendidikan sebagian besar

    hanya tamatan sekolah dasar, dari pemilikan sapi perahnya sebagian besar didominasi

    oleh skala pemilikan yang rendah (1-3 ekor ternak), dan dari segi lamanya masuk

    anggota kelompok sebagian besar sudah menjadi anggota lebih dari 10 tahun. Secara

    lengkap karakteristik responden ditampilkan pada Tabel 1.

    Dari segi umur, peternak responden sebagian besar berada dalam usia produktif,

    yaitu sebanyak 96,66 persen dan hanya 3,33 persen yang berada dalam usia tidak

    produktif. Dengan keadaan tersebut, maka peternak dapat didorong untuk

    meningkatkan produktivitasnya di dalam meningkatkan keberhasilan usaha sapi

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    20/37

    13

    perahnya, baik melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan maupun penyediaan

    fasilitas dan sarana di dalam memperlancar kegiatan usahaternaknya.

    Tabel 1. Karakterisitik Responden

    No. Uraian Jumlah

    Orang ..%.......

    1. Umur (Tahun)

    a. 15-45 16 53,33b. >45-65 13 43,33

    c. >65 1 3,33

    2. Tingkat Pendidikana. SD 26 86,67

    b. SLTP 1 3,33c. SLTA 3 10,00

    3. Pemilikan Sapi (Ekor)

    a. 1-3 15 50,00b. 4-7 13 43,33

    c. >7 2 6,67

    4.

    Lama keanggotan (Tahun)a. 10 16 53,33

    Untuk tingkat pendidikan formal dari responden keadaannya masih

    memprihatinkan, yaitu hanya sebanyak 13,33 persen saja yang telah lepas dari

    jenjang pendidikan dasar. Sisanya sebanyak 86,67 persen baru hanya mampu

    bersekolah sampai sekolah dasar saja. Hal ini menunjukkan pula pentingnya

    pendidikan alternatif sebagai bagian dari upaya peningkatkan kualitas sumberdaya

    peternak misalnya melalui kegiatan pendidikan non formal atau penyuluhan seperti

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    21/37

    14

    kegiatan penyuluhan yang berkesinambungan maupun pelatihan-pelatihan yang

    disertai dengan pemagangan atau demonstrasi plot (percontohan).

    Dilihat dari tingkat pemilikan ternak sapi perah, yang sebagian besar masih

    didominasi oleh skala pemilikan yang rendah menunjukkan masih besarnya tantangan

    yang dihadapi di dalam rangka mencapai peternak sapi perah yang diidealkan atau

    memiliki kelayakan usaha. Dengan hanya memiliki ternak sapi berkisar 3-4 ekor

    menjadikan usaha sapi perah belum dapat mencapai tingkat kelayakan usaha yang

    memadai. Karena untuk diperolehnya kelayakan atau keuntungan yang memadai,

    idealnya peternak dapat memiliki skala usaha 10-15 ekor atau rata-rata 7-8 ekor sapi

    produktif (Sjahir, 2003).

    Dari segi pengalaman beternak, yang terlihat dari lamanya menjadi anggota

    kelompok sebenarnya relatif sudah cukup lama, yaitu sebagian besar sebanyak 53,33

    persen sudah menjadi anggota kelompok lebih dari 10 tahun. Hal ini berarti pula

    responden relatif cukup berpengalaman di dalam melakukan usaha sapi perahnya.

    Hal ini menjadi suatu kekuatan dari peternak untuk lebih meningkatkan keberhasilan

    usahanya, karena relatif sudah tahu tantangan dan kendala yang dihadapi di dalam

    menjalankan usaha sapi perahnya.

    5.3.Keberdayaan Kelompok Peternak Sapi Perah

    Keberdayaan kelompok peternak merupakan kekuatan-kekuatan yang ada dalam

    kelompok yang akan mempengaruhi kelompok dan anggota di dalam rangka

    mencapai tujuan secara efektif. Ada dua unsur penting yang mempengaruhi

    berdayanya kelompok, yaitu kepemimpinan dari ketua kelompok dan efektivitas

    kelompok. Dari hasil penelitian terungkap bahwa tingkat keberdayaan kelompok

    peternak sapi perah yang diteliti berkisar dari rendah sampai tinggi. Namun demikian

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    22/37

    15

    sebagian besar hanya berada dalam tingkatan yang cukup, dan hanya sebagian kecil

    saja yang tingkat keberdayaannya tergolong tinggi.

    Gambaran lengkap mengenai keberdayaan peternak sapi perah di Kabupaten

    Sumedang ditampilkan pada Tabel 2.

    Tabel 2. Keragaan Keberdayaan Kelompok Tani Ternak Sapi Perah

    No. Uraian Kategori Keberdayaan

    Tinggi Cukup Rendah

    .....%...........................

    1.

    Kepemimpinan 13,33 46,67 40,002. Efektivitas 10,00 50,00 40,00

    Keberdayaan kelompok 6,67 53,33 40,00

    Tingkat keberdayaan kelompok peternak sapi perah yang diteliti sebagian besar

    yaitu sebanyak 53,33 persen tergolong cukup. Sisanya sebanyak 40,00 persen

    tergolong rendah dan hanya 6,67 persen tergolong tinggi. Tingkat keberdayaan

    kelompok yang tergolong cukup terlihat dari tingkat kepemimpinan ketua kelompok

    dan tingkat keefektifan kelompok yang cenderung masih tergolong cukup. Tingkat

    kepemimpinan ketua kelompok sebagian besar (46,67%), masih tergolong cukup.

    Sisanya sebanyak 40,00 persen tergolong rendah, dan sebanyak 13,33 persen

    tergolong tinggi. Secara umum kepemimpinan ketua kelompok peternak sapi perah

    menunjukkan bahwa ketua kelompok peternak dipandang cukup memiliki daya di

    dalam mempengaruhi anggota dan kelompok di dalam rangka mencapai tujuannya,

    terutama di dalam hal daya keahlian dan daya rujukan. Di samping cukup mampu

    untuk membawa aspirasi anggota dan cukup berperan sebagai patner agen

    pembaharu. Ketua kelompokpun dipandang cukup memiliki pengalaman di dalam

    memimpin kelompok. Hal ini berkaitan dengan posisinya yang cukup ditokohkan

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    23/37

    16

    oleh para anggotanya. Ketua kelompokini cukup sering dijadikan tempat bertanya,

    khususnya menyangkut permasalahan yang berhubungan dengan koperasinya.

    Untuk kepemimpinan ketua kelompok yang rendah, yaitu sebanyak 40,00 persen

    merujuk pada ketua kelompok yang kepemimpinannya belum begitu optimal di

    dalam mempengaruhi kelompok dan anggotanya dalam rangka mencapai tujuan

    kelompok dan anggota secara efektif. Ketua kelompok yang tergolong rendah

    kepemimpinannya ini terlihat dari masih kurangnya di dalam memerankan sebagai

    patner agen pembaharu. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya ketua kelompok

    berhubungan atau belum bertindak proaktif dengan agen pembaharu di luar koperasi

    seperti dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten atau lembaga lainnya. Ketua

    kelompok baru berperan sebatas sebagai penyampai pesan atau informasi yang

    datangnya dari koperasi.

    Pada kepemimpinan ketua kelompok yang tergolong tinggi, yaitu sebanyak 13,33

    persen. Hal ini merujuk pada ketua kelompok yang relatif sudang tergolong baik dari

    segi daya kemampuan mempengaruhi anggota dan kelompok di dalam mencapai

    tujuannya. Ketua kelompok yang tergolong tinggi kepemimpinannya ini dicirikan

    oleh daya keahliaan, daya rujukan, dan perannya sebagai patner agen pembaharu

    yang tergolong tinggi. Ketua kelompok inipun memiliki etos kerja yang tinggi untuk

    memajukan usaha sapi perahnya, di samping didukung oleh beragam pengalamannya

    mengikuti pelatihan atau kursus, baik yang diselenggarakan di tingkat koperasi

    maupun dengan di luar koperasi seperti yang dilaksanakan oleh Dekopinda

    Kabupaten Sumedang dan Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang.

    Dari segi efektivitas kelompok, yaitu tingkat keberhasilan kelompok di dalam

    mencapai tujuan, yang dilihat dari segi keberhasilan dan moral kelompok

    menunjukkan sebagian besar kelompok, yaitu sebanyak 50,00 persen tergolong

    cukup. Sisanya sebanyak 40,00 persen tergolong rendah, dan sebanyak 10,00 persen

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    24/37

    17

    tergolong tinggi. Pada kelompok yang efektivitasnya tergolong cukup, dicirikan oleh

    oleh telah dilakukannya pertemuan rutinan bulanan di kelompok. Kelompok cukup

    berupaya di dalam melakukan usaha pemupukan modal sendiri, seperti penyisihan

    dari susu yang disetorkan ke koperasi untuk menutupi biaya operasional kelompok.

    Untuk kelompok yang efektivitasnya tergolong tinggi selain ciri-ciri di atas ada

    beberapa hal lainnya yang menonjol seperti kelompok sudah memiliki pola

    pembinaan sendiri di dalam mendorong munculnya partisipasi dari para anggota.

    Kelompok telah secara rutin melakukan kegiatan pertemuan 2 mingguan, bulanan dan

    tahunan. Kelompokpun telah memiliki target-target tertentu yang harus dicapai baik

    oleh anggota maupun kelompok. Kelompokpun telah berupaya untuk memiliki

    fasilitas secara swadaya, di samping kelompok telah melengkapi dengan aturan atau

    norma-norma kelompok.

    Pada kelompok peternak sapi perah yang efektivitasnya tergolong rendah relatif

    tingkat keberhasilan dan moral kelompok lebih rendah. Pada kelompok ini umumnya

    indikasi untuk efektifnya suatu kelompok belum berjalan, karenanya kelompok belum

    bisa menampilkan keberhasilan sebagaimana yang seharusnya. Kemampuan

    kelompok untuk memunculkan partisipasi dari para anggotanya belum bisa optimal.

    Hal ini berkaitan dengan tingkat fasilitas dan dukungan norma dari kelompok yang

    masih kurang. Demikian pula keadaan moral kelompok masih lemah, sehingga

    belum dapat mendukung efektinya kelompok.

    Dari gambaran di atas dapat disebutkan bahwa tingkat keberdayaan kelompok

    peternak sapi perah yang diteliti cenderung masih berada dalam keadaan tingkatan

    cukup. Dengan melihat masih adanya yang tergolong rendah berarti tantangan di

    dalam meningkatkan keberdayaan kelompok peternak sapi perah masih cukup besar.

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    25/37

    18

    5.4.Keberhasilan Usaha Anggota

    Keberhasilan usaha ternak sapi perah anggota adalah tingkatan pencapaian

    efisiensi dan kualitas atau harga susu anggota. Dari hasil penelitian sebagaimana

    pada Tabel 3 terungkap bahwa sebagian besar sebanyak 40,00 persen tingkat

    keberhasilan usaha sapi perah anggota tergolong cukup, sedangkan sisanya sebanyak

    33,33 persen tergolong tinggi dan sebanyak 26,67 persen tergolong rendah.

    Tabel 3. Keragaan Keberhasilan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota

    No. Uraian Kategori Keberdayaan

    Tinggi Cukup Rendah

    .....%...........................

    1. Tingkat Efisiensi 16,67 50,00 30,002. Tingkat Harga Susu 53,33 16,67 33,33

    Keberhasilan Usaha 33,33 40,00 26,67

    Tingkat keberhasilan usaha ternak sapi perah dari para anggota kelompok yang

    sebagian besar (40,00%) tergolong cukup, terlihat terutama dari tingkatan

    efisiensinya, yaitu sebagian besar sebanyak 50,00 persen tergolong cukup. Untuk

    tingkat keberhasilan yang tergolong tinggi (33,33%), banyak ditentukan oleh

    tercapainya harga susu yang di atas rata-rata, yaitu sebesar 53,33 persen, sedang

    untuk yang tingkat keberdayaannya yang rendah, kedua indikatornya yang dilihat dari

    tingkat efisiensi dan tingkat harga susu relatif memberikan kontribusi yang sama,

    yaitu sebesar 30,00 dan 33,33 persen.

    Tingkat efisiensi merupakan nisbah antara penerimaan total dengan biaya total

    yang dikeluarkan yaitu dengan memperhitungkan biaya tersamar, yang berada dalam

    kisaran 0,58 sampai dengan 1,56 dengan nilai rata-rata sebesar 1,09 atau dari setiap

    biaya produksi yang dikeluarkan akan menghasilkan 9 persen keuntungan. Apabila

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    26/37

    19

    dibandingkan dengan tingkat suku bunga sebesar 18 persen per tahun, usaha sapi

    perah tersebut belum dikategorikan memadai. Secara kualitatatif tingkat efisiensi

    tersebut mencerminkan keadaan dari usaha sapi perah peternak dari kondisi kurang

    efisien, mencapai titik impas atau telah diperolehnya keuntungan. Dari data yang ada

    menunjukkan bahwa hampir sebagian besar usaha sapi perah anggota berada dalam

    kondisi kurang efisien dan cukup. Hanya sebagian kecil saja dari peternak anggota

    kelompok tersebut yang usaha sapi perahnya masuk dalam kategori tinggi tingkat

    efisiensinya. Umumnya adalah mereka yang memiliki ternak sapi perah produktif

    lebih dari empat ekor.

    Dari segi tingkat harga para peternak dari kelompok yang diteliti, umumnya

    sudah relatif di atas harga rata-rata koperasi, yaitu sebanyak 53,33 persen, sedang

    yang di bawah harga rata-rata mencapai 30,00 persen, dan yang mendekati harga rata-

    rata sebesar 16,67 persen. Tingkat harga susu rata-rata yang dicapai saat penelitian

    adalah sebesar Rp. 1638,58 per liter. Tingkat harga susu ini berkaitan dengan

    kandungan fat dan total solid, semakin meningkat kandungan dari kedua hal tersebut,

    maka harga susu akan semakin tinggi. Hal ini memberikan indikasi bahwa dilihat dari

    kualitas susu yang dihasilkan peternak, umumnya sudah melampaui harga dasar yang

    ditetapkan oleh koperasi.

    5.5.Hubungan Keberdayaan Kelompok Peternak Sapi Perah dengan Keberhasilan

    Usaha Sapi Perah Anggota

    Berdasarkan nilai koefisien korelasi rank Spearman (rs) hubungan antara

    keberdayaan kelompok peternak dan keberhasilan usaha sapi perah anggota sebesar

    0,578 menunjukkan bahwa terdapat cukup hubungan antara kedua variabel tersebut.

    Hal ini memberikan indikasi bahwa semakin kelompok peternak berdaya, maka

    cenderung semakin lebih berhasil usaha sapi perah dari para anggota kelompok

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    27/37

    20

    tersebut. Hubungan keberdayaan kelompok peternak sapi perah dengan keberhasilan

    usaha sapi perah anggota ditampilkan pada Tabel 4.

    Tabel 4. Nilai Koefisien Korelasi Hubungan Keberdayaan Kelompok

    dengan Keberhasilan Usaha Sapi Perah Anggota

    No. Uraian Nilai Koefisien Korelasi(rs)

    1. Kepemimpinan Kelompok 0,5192. Keefektifan Kelompok 0,583

    Keberdayaan Kelompok 0,578

    Dari Tabel 4 terungkap bahwa keberdayaan kelompok memiliki hubungan yang

    positif atau searah dengan keberhasilan usaha sapi perah anggota. Hal ini dapat

    diartikan bahwa dengan berdayanya kelompok peternak, yakni kelompok tersebut

    memiliki kekuatan, terutama dari segi kepemimpinan di kelompok dan tingkat

    keefektifan kelompok, akan memberikan peluang untuk semakin lebih berhasilnya

    usaha sapi perah dari para anggota kelompok.

    Kepemimpinan sebagai suatu proses mempengaruhi anggota atau pengikut

    merupakan hal penting di kelompok. Ketua kelompok sebagai pemimpin kelompok

    dengan kepemimpinannya dapat menjadi pendorong bagi anggota di dalam mencapai

    tujuannya. Dengan sumber-sumber kekuatan atau daya yang dimiliki ketua

    kelompok, maka ketua kelompok dapat mempengaruhi para anggota lainnya di dalam

    menunjang keberhasilan usaha sapi perah anggota. Daya atau sumber kekuatan yang

    dimiliki ketua kelompok dapat mencakup kekuatan keahlian, kekuatan rujukan

    kekuatan legitimasi ataupun dapat berperan sebagai agen pembaharu. Dengan

    kekuatan keahlian, maka ketua kelompok dapat memiliki pengaruh kepada para

    anggota lainnya, karena ketua kelompok dipandang mampu untuk memimpin

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    28/37

    21

    kelompok. Melalui kekuatan rujukan, ketua kelompok dipandang orang yang relatif

    dijadikan contoh, baik dalam ketokohan keseharian maupun di dalam pelaksanaan

    usaha sapi perahnya. Ketua kelompokpun dipandang sangat kuat keabsahannya,

    karena dipilih langsung oleh para anggota kelompok, sedang ketua kelompokpun

    dapat berperan penting di dalam menerima dan menyebarkan informasi maupun

    inovasi dari agen pembaharu untuk disampaikan kepada para anggota kelompok.

    Dengan hal-hal tersebut menjadikan kepemimpinan ketua kelompok amat

    dipentingkan untuk kuatnya suatu kelompok, sehingga dengan semakin baiknya

    kepemimpinan ketua kelompok maka akan semakin lebih berhasil pula usaha sapi

    perah dari para anggotanya.

    Keefektifan kelompok merupakan cerminan dari berfungsi tidaknya suatu

    kelompok, karena hal ini berhubungan dengan semakin efektifnya suatu kelompok.

    Hal ini berarti kelompok tersebut telah memiliki keberhasilan di dalam memunculkan

    partisipasi maupun semangat atau moral dari kelompok. Hal ini biasanya akan

    berkaitan dengan kemampuan kelompok di dalam mendorong munculnya fasilitas di

    kelompok maupun jelasnya norma yang ada di kelompok. Dengan semakin

    memadainya fasilitas di kelompok dan semakin jelasnya norma di dalam kelompok

    akan memungkinan kelompok berfungsi dengan baik.

    Dari hasil lapangan menunjukkan bahwa pada kelompok yang lebih baik tingkat

    keberdayaannya tingkat keberhasilan usaha sapi perah anggota-anggota relatif lebih

    baik, terutama dilihat dari segi pencapaian harga susu yang diterima. Pada kelompok

    yang lebih berdaya cenderung tingkat pencapaian harga susu yang diterima peternak

    lebih tinggi. Dengan hal ini menjadi jelas bahwa untuk lebih berhasilnya usaha sapi

    perah anggota, maka faktor kepemimpinan ketua kelompok dan tingkat keefektifan

    kelompok dapat menjadi pintu masuk di dalam mendorong keberhasilan usaha sapi

    perah anggota, sehingga perlu diperhatikan lebih baik lagi.

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    29/37

    22

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    30/37

    VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1Kesimpulan

    Berdasarkan atas hasil dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

    berikut:

    (1) Tingkatan fungsi-fungsi koperasi dari koperasi yang diteliti secara kumulatif

    berkisar dari yang tergolong rendah sampai dengan yang tergolong cukup,

    dengan skornya berkisar dari 39,71 sampai 61,43 persen dari skor harapan

    maksimum. Secara keseluruhan tingkatan fungsi-fungsi koperasi rata-rata

    tergolong rendah, dengan skor mencapai 50,29 persen dari skor harapan

    maksimum.

    (2) Pada umumnya dari koperasi yang diteliti belum melakukan fungsi-fungsinya

    sebagaimana yang seharusnya dilakukan oleh suatu koperasi secara optimal. Hal

    ini terutama terlihat dari masih rendahnya koperasi di dalam melakukan: (1)

    fungsi pengembangan keanggotaan, (2) fungsi pengembangan kelompok, dan (3)

    fungsi pengembangan partisipasi.

    (3) Rendahnya fungsi pengembangan keanggotaan tercermin dari: belum

    dilakukannya penerapan sistem seleksi oleh koperasi, kegiatan pemberian

    informasi dan pendidikan serta kegiatan penyuluhan yang cenderung masih

    terbatas. Rendahnya fungsi pengembangan kelompok terlihat dari: lemahnya

    dukungan koperasi di dalam mengefektifkan kepemimpinan di kelompok,

    rendahnya dukungan di dalam memfasilitasi kelompok, dan kurangnya dukungan

    di dalam menunjang keberadaan kelompok. Rendahnya fungsi pengembangan

    partisipasi terlihat dari kurangnya koperasi di dalam upaya penumbuhan hak-hak

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    31/37

    23

    23

    anggota, khususnya di dalam hak dialog (voice), hak memilih dan dipilih (vote)

    maupun hak keluar (exit).

    6.2. Saran

    Saran yang dapat dikemukakan sesuai dengan hasil penelitian dan pembahasan

    adalah:

    (1) Koperasi agar dapat meningkatkan fungsi-fungsinya, , terutama di dalamPada

    umumnya dari koperasi yang diteliti belum melakukan fungsi-fungsinya

    sebagaimana yang seharusnya dilakukan oleh suatu koperasi secara optimal. Hal

    ini terutama terlihat dari masih rendahnya koperasi di dalam melakukan: (1)

    fungsi pengembangan keanggotaan, (2) fungsi pengembangan kelompok, dan (3)

    fungsi pengembangan partisipasi.

    (2) K

    (3) Rendahnya fungsi pengembangan keanggotaan tercermin dari: belum

    dilakukannya penerapan sistem seleksi oleh koperasi, kegiatan pemberian

    informasi dan pendidikan serta kegiatan penyuluhan yang cenderung masih

    terbatas. Rendahnya fungsi pengembangan kelompok terlihat dari:

    lemahnya dukungan koperasi di dalam mengefektifkan kepemimpinan di

    kelompok, rendahnya dukungan di dalam memfasilitasi kelompok, dan

    kurangnya dukungan di dalam menunjang keberadaan kelompok.

    Rendahnya fungsi pengembangan partisipasi terlihat dari kurangnya

    koperasi di dalam upaya penumbuhan hak-hak anggota, khususnya di dalam

    hak dialog (voice), hak memilih dan dipilih (vote) maupun hak keluar (exit).

    (4)

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    32/37

    24

    24

    (5) Untuk mendorong munculnya keberdayaan kelompok, maka faktor

    kepemimpinan dan keefektifan kelompok perlu lebih diperhatikan lagi.

    (6)

    Untuk mencapai kepemimpinan kelompok yang baik, maka diperlukan dorongan

    agar ketua kelompok dapat memiliki sumber-sumber kekuatan atau daya, yang

    mencakup daya keahlian, daya rujukan, dan dapat bertindak sebagai patner agen

    pembaharu.

    (7) Untuk mencapai keefektifan kelompok, maka kelompok perlu didorong untuk

    dapat memfasilitasi dirinya dan memiliki norma-norma yang memadai yang

    dapat menjadi pedoman kelompok dan anggotanya di dalam mencapai tujuannya.

    (8) Dalam mendorong keberhasilan usaha sapi perah anggota selain faktor

    keberdayaan kelompok, diperlukan pula bentuk-bentuk fasilitasi agar peternak

    dapat memiliki sapi produktif yang memadai sehingga mencapai kelayakan

    usahanya baik oleh pihak koperasi, pemerintah maupun lembaga lainnya.

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    33/37

    24

    DAFTAR PUSTAKA

    Abbas, S. 1995. 90 Tahun Penyuluhan Pertanian di Indonesia. Departemen Per-

    tanian. Jakarta.

    Aida Vitayala S. Hubeis. 2000. Suatu Pikiran Tentang Kebijakan Pemberdaya-

    an Kelembagaan Petani. Deptanhut. Jakarta.

    Anonymous. 2000. Kebijakan Pemberdayaan Kelembagaan Tani. Biro Perencana-an dan KLN Departemen Pertanian. Jakarta

    Anonymous. 2002. Pengembangan Kelembagaan Peternak Di Kawasan Agribisnis

    Berbasis Peternakan. Direktorat Pengembangan Peternakan, Dirjen Bina ProduksiPeternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.

    Hernanto, F. 1988. Ilmu Usahatani. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian,

    Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

    Kadarsan. H.W. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis.Gramedia Pustka Utama. Jakarta.

    Page, N., dan Czuba C.E. 1999. Empowerment: What is it?. Journal of Extension,

    Vol. 37 Number 5.

    Margono Slamet. 1978. Beberapa Catatan tentang Pengembangan Organisasi

    Kumpulan Bahan Bacaan Penyuluhan Pertanian. Institut Pertanian Bogor.Bogor.

    ____________. 2001. Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian Di Era OtonomiDaerah. Disajikan pada Seminar Perhiptani 2001. Tasikmalaya.

    Reijntjes, C., Haverkort, B, dan Bayer W.A. 1999. Pertanian Masa Depan.

    Kanisius Jakarta.

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    34/37

    25

    Lampiran 1. Identitas Responden

    No.Res. NamaUmur(Th) Pend.

    NamaKelompok

    LamaAnggota

    PemilikanSapi Prod.(Ekor)

    1 Yayat B. 35 SLTA Sri Mukti 5 4

    2 Wikarma 75 SR/SD Sri Mukti 24 2

    3 Edi S. 28 SLTA Sri Mukti 3 2

    4 Entang 55 SD Sri Mukti 16 5

    5 Adin 50 SD Sri Mukti 10 4

    6 Eme 63 SR/SD Sri Mukti 20 20

    7 Rahmat 59 SD Sri Mukti 9 6

    8 Enju B. 60 SD Sri Mukti 9 49 Maryati 25 SD Silih Asih 12 3

    10 Dudung 35 SD Silih Asih 15 5

    11 Dede 24 SD Silih Asih 0.5 2

    12 Bubun 47 SD Silih Asih 7 5

    13 Rasidi 50 SD Silih Asih 10 5

    14 Undang 65 SD Silih Asih 12 6

    15 Dana 40 SD Silih Asih 8 4

    16 Danah 29 SD Harapan Jaya 9 1

    17 Adang 45 SD Harapan Jaya 3 2

    18 Bahri 73 SD Harapan Jaya 14 1

    19 Uyo 35 SD Harapan Jaya 6 3

    20 Eno 60 SD Harapan Jaya 16 221 Entin 34 SD Harapan Jaya 14 1

    22 Rohman 40 SD Harapan Jaya 5 3

    23 Mamat 40 SD Harapan Jaya 8 13

    24 Elim S. 57 SLTP Wibawa Mekar 16 5

    25 Totong 34 SLTA Wibawa Mekar 8 3

    26 Junaedi 41 SLTA Wibawa Mekar 14 3

    27 Aan 36 SD Wibawa Mekar 14 2

    28 Rohmat 37 SD Wibawa Mekar 16 3

    29 Anan 48 SD Wibawa Mekar 11 4

    30 Yana 25 SD Wibawa Mekar 15 4

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    35/37

    26

    Lampiran 2. Nilai Keberdayaan Kelompok dan Keberhasilan Usaha Sapi PerahAnggota

    2.1. Nilai Keberdayaan Kelompok

    NoResp. Kepemim Keefektif Total

    1 31 35 66

    2 24 27 51

    3 24 28 52

    4 29 26 55

    5 24 29 53

    6 24 27 517 25 27 52

    8 24 26 50

    9 24 32 56

    10 29 28 57

    11 26 29 55

    12 24 27 51

    13 27 33 60

    14 25 36 61

    15 32 30 62

    16 34 37 71

    17 33 38 71

    18 41 38 7919 40 45 85

    20 33 38 71

    21 33 38 71

    22 34 37 71

    23 32 37 69

    24 32 45 77

    25 31 35 66

    26 25 32 57

    27 40 29 69

    28 32 38 70

    29 33 35 68

    30 40 45 85

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    36/37

    27

    Lampiran 2 (Lanjutan)

    2.1. Nilai Keberhasilan Usaha Sapi Perah Anggota

    NoResp.

    HargaSusu Efisiensi Total

    1 1 2 3

    2 1 1 2

    3 1 1 2

    4 1 2 3

    5 1 2 3

    6 1 3 4

    7 1 3 4

    8 1 2 39 1 1 2

    10 2 2 4

    11 2 1 3

    12 2 2 4

    13 2 2 4

    14 2 3 5

    15 3 2 5

    16 3 1 4

    17 3 1 4

    18 3 1 4

    19 3 2 5

    20 3 1 421 3 1 4

    22 3 2 5

    23 3 3 6

    24 3 3 6

    25 3 2 5

    26 3 2 5

    27 3 1 4

    28 3 2 5

    29 3 3 6

    30 3 2 5

  • 7/25/2019 Keberdayaan Kelompok Tani Dan Hubungannya

    37/37

    28