kebijakan pengembangan pariwisata maluku …
TRANSCRIPT
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU(Paparan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku)
GAMBARAN UMUMPropinsi Maluku merupakan daerah kepulauan dengan luas
wilayah 714.480 km2 terdiri atas 92,4 % Lautan dan 7,6 % daaratan dengan panjang agris pantai 11.000 km
Perairan wilayah Maluku terdiri dari 3 (tiga) Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) dan secara administratif terbagi atas 8 kabupaten/kota, 57 kecamatan dan 931 desa/kelurahan.
Berbatasan dengan 3 (tiga) Negara tetangga, Australia, Timor Leste dan Papua New Guinea
Jumlah penduduk 1,3 juta jiwa (tahun 2004), konsentrasi penduduk kota Ambon dan Kabupaten Maluku Tengah dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 2,41 % diatas pertumbuhan nasional
POTENSI PARIWISATA MALUKUWisata alam : Obyek wisata Bahari hampir tersebar di seluruh Maluku
antara lain : pantai, taman laut, pulau-pulau kecilObyek wiata alam : kawasan hutan lindung, suaka alam
(cagar alam, taman nasional), 11 danau, 113 sungai dan lain-lain
Flora dan fauna dengan dua karakter berbeda, satu karakter asia dan yang satu berkarakter Australia Misalnya, 10 spesies mamalia darat, 780 spesies di perairan ambon dan sekitarnya, 256 spesies burung terutama Kep. Aru, dan lain-lain
Wisata budaya Dari aspek nilai antara lain : panas Pela dan gandong, kinbela,
kalwedo, masohi, sasi dan lain-lain Dari aspek atraktif antara lain : seni tari, upacara adapt,
kesenian, maatenu, pukul sapu, bamboo gila, dan lain-lainDari aspek bahasa, 117 jenis bahasa lokal yang masih aktif
dipergunakan dari 152 rumpun bahasa Austronesia yang pernah ada
Kapata Arkeologi Edisi Khusus / Mei 2007Balai Arkeologi Ambon
140
Pola hidup masyarakat tradisional. Nualulu, Alifuru dan lain-lain
Wisata sejarah :Dari aspek arkeologi terdapat peninggalan benda cagar
budaya, seperti piring tua dan ini merupakan kebudayaan neolitik yang berkembang di China Barat Daya terutama di dataran Yuan
Era perdagangan rempah-rempah (cengkeh dan pala) yang menjadi rebutan bangsa Eropa pada saat itu
Era kerajan Islam yang berpengaruh dari Maluku Utara sampai tanah Hitu dengan peninggalan masjid tua Mappaue pada abad XV (1414 M)
Era penjajahan dengan peninggalan benteng antara lain benteng Duurstede, Amsterdam, Belgica dan lain-lain
Era PD II; situs peninggalan jepang, Tugu Dolland, kuburan Australia dan lain-lain
KONDISI TERKINIKunjungan wisatawan Kunjungan wisman :
Akhir 2005 sebanyak 2.142 orang dengan rata-rata kenaikan periode 2003-2005 sebesar 36 %
Wisatawan nusantara : Akhir 2005 sebanyak 18.645 orang, dengan rata-rata kenaikan periode yang sama sebesar 17,5 %
Jumlah wisatawan masih didominasi pasar Eropa terutama Eropa Barat.
Yang menggunakan kapal pesiar/yacht sebanyak 391 orang.
Akomodasi Jumlah akomodasi 2005, 146 hotel terdiri dari kelas bintang 15
unit, dengan kapasitas 527 kamar dan melati 131 unit dengan kapasitas kamar 1393 dan pertumbuhan rata-rata tiga tahun terakhir sebesar 5,77 %
Occupancy rate hotel bintang 33,66 % dan non bintang 19,48 %
Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Jumlah obyek yang telah teridentifikasi sebanyak 318 buah dengan kompoisisi sebagai berikut :Obyek wisata alam 63, 8 %Obyek wisata sejarah 34,3 % dan Obyek wisata budaya 1,8 %
PERMASALAHAN Citra pariwisata maluku yang belum pulihTerbatasnya infrastruktur terutama infrastruktur pendukung
pariwisataTerbatasnya SDM pariwisata baik secara kuantitas maupun
kualitasTerbatasnya pelaku pariwisata, terutama pada wilayah
pemekaranRendahnya minat investor di bidang pariwisataMasih terjadi konflik pemanfaatan ruang antar sektor
KEBIJAKANMenciptakan dan menggerakkan iklim investasi di bidang
PariwisataMeningkatkan kwalitras SD yang professional yang memiliki
standarisasi, sertifikasi dan akreditasiMemberdayakan pengembangan produk dan pemasaran
pariwisata terpadu
STRATEGIPeningkatan promosi baik didalam maupun diluar negeriPemberian insentif kepada calon investor Kerjasama dengan perguruan tinggi dalam rangka peningkatan
kualitas aparaturPeningkatan aksesibilitas menuju obyek wisataPenataan kembali ODTW yang rusak akibat konflik sekaligus
peningkatan daya tarik obyek wisata.
Lampiran, Kebijakan Pengembangan Pariwisata Maluku Lampiran, Kebijakan Pengembangan Pariwisata Maluku
141 Kapata Arkeologi Edisi Khusus / Mei 2007Balai Arkeologi Ambon
Kapata Arkeologi Edisi Khusus / Mei 2007Balai Arkeologi Ambon
142
PROGRAM Program pengembangan Destinasi dengan Pokok Kegiatan :Peningkatan ODTWPeningkatan sarana dan prasarana wisataPembinaan operasional usaha pariwisataPerencanaan kawasanPemberdayaan masyarakat
Program pengembangan kemitraan dengan pokok kegiatan : Peningkatan SDM pariwisataPeningkatan koordinasiPeningkatan investasi
Program Pengembangan Promosi dengan pokok kegiatan :Pemanfaatan teknologi informasiPromosi dalam dan luar negeriSurvey potensi pasar pariwisata Maluku
VISI
TERWUJUDNYA PARIWISATA SEBAGAI SALAH SATU ANDALAN PEMBANGUNAN DAERAH YANG BERTUMPU PADA BUDAYA DAN
EKONOMI BERBASIS KERAKYATAN SERTA BERORIENTASI GLOBAL DEMI TERWUJUDNYA MALUKU
SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA YANG MAMPU MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Lampiran, Kebijakan Pengembangan Pariwisata Maluku Lampiran, Kebijakan Pengembangan Pariwisata Maluku
143 Kapata Arkeologi Edisi Khusus / Mei 2007Balai Arkeologi Ambon
Kapata Arkeologi Edisi Khusus / Mei 2007Balai Arkeologi Ambon
144
Kapata Arkeologi Edisi Khusus / Mei 2007Balai Arkeologi Ambon
145
Situs-situs gua di beberapa daerah telah dikembangkan menjadi obyek wisata. Situs gua dengan berbagai lukisan dinding ditambah panorama alam yang menarik di sekitarnya layak
dikembangkan sebagai obyek wisata
Situs-situs bekas kerajaan di Maluku, yang masih menampakkan bangunan berarsitektur tradisional seperti baeleo, potensial dikembangkan sebagai obyek
wisata budaya dan minat khusus
146 Kapata Arkeologi Edisi Khusus / Mei 2007Balai Arkeologi Ambon
Kepulauan Banda telah dikenal sebagai daerah Wisata di Maluku, karena banyak terdapat bangunan-bangunan peninggalan Kolonial. Namun untuk pengembangan sebagai salah satu
destinasi wisata, pemerintah perlu memperhatikan pelestarian, perbaikan serta perawatan dan pengelolaan obyek-obyek wisata tersebut dengan tetap mempertahankan keasliannya.
Masyarakat adalah subyek utama pembangunan sumberdaya arkeologi untuk pariwisata, karena dari mereka sesungguhnya ini semua berawal dan untuk mereka
pula pada akhirnya. Para peneliti arkeologi diharapkan bisa mengidentifikasi berbagai kepentingan terhadap sumberdaya yang ada