kebutuhan bermain

36
Kebutuhan Bermain Aini Alifatin, SKp Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa memahami pengetahuan tentang Kebutuhan bermain bagi Anak Tujuan Instruksional Khusus : 1. Mahasiswa memahami tentang pengertian, klasifikasi berdasarkan isi dan karakteristik social bermain, dan fungsi bermain. 2. Mahasiswa memahami tentang Kecenderungan usia anak dalam karakteristik bermain 3. Mahasiswa memahami tentang pemilihan alat permainan edukatif 4. Mahasiswa memahami tentang kebutuhan bermain di Rumah Sakit dan manfaatnya 5. Mahasiswa memahami tentang terapi bermain PENDAHULUAN Anak tidak memisahkan antara bermain dan bekerja. Bagi anak bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja, kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dll. Anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk 1

Upload: sugenkgenk

Post on 19-Oct-2015

91 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Kebutuhan Bermain

Kebutuhan BermainAini Alifatin, SKpTujuan Instruksional Umum :

Mahasiswa memahami pengetahuan tentang Kebutuhan bermain bagi AnakTujuan Instruksional Khusus :

1. Mahasiswa memahami tentang pengertian, klasifikasi berdasarkan isi dan karakteristik social bermain, dan fungsi bermain.

2. Mahasiswa memahami tentang Kecenderungan usia anak dalam karakteristik bermain3. Mahasiswa memahami tentang pemilihan alat permainan edukatif4. Mahasiswa memahami tentang kebutuhan bermain di Rumah Sakit dan manfaatnya5. Mahasiswa memahami tentang terapi bermainPENDAHULUAN

Anak tidak memisahkan antara bermain dan bekerja. Bagi anak bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja, kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dll. Anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya. Melalui bermain , anak tidak hanya menstimulasi perkembangan otot-ototnya, tetapi lebih dari itu. Anak tidak sekedar melompat, melempar dan berlari, tetapi mereka bermain dengan menggunakan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya. Kesenangan merupakan salah satu elemen pokok dalam bermain. Anak akan bermain sepanjang aktifitas tersebut menghiburnya.

Menurut Miller, setiap anak memiliki insting untuk bermain, yaitu kebutuhan untuk berkreatifitas dalam pola tertentu yang sangat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan, bermain juga merupakan sarana belajar, sebab bagi mereka bermain dan belajar merupakan suatu kesatuan dan suatu proses yang terus menerus terjadi dalam kehidupannya, Spock, Rothenberg atau Bruner mengatakan bahwa bermain merupakan sesuatu yang sangat serius karena merupakan cara meniru perilaku orang dewasa dan berusaha menguasai untuk mencapai kematangan, sementara Gross berpendapat bahwa bermain merupakan kenyataan indah yang dijumpai pada kehidupan hampir semua anak di dunia, Frank mengatakan bahwa bermain adalah cara terbaik bagi anak untuk mempelajari sesuatu yang baru, karena mereka hampir tidak menemukan cara lain untuk melakukannya, Jean Piaget mengemukakan bahwa bermain sangat membantu meningkatkan perkembangan kognitif

Menurut Garvey ada 5 karakteristik bermain : pertama bermain merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif bagi anak, kedua : bermain didasari motivasi yang muncul dari dalam, ketiga bermain sifatnya spontanitas dan sukarela, bukan kewajiban, keempat : bermain senantiasa melibatkan peran aktif dari anak dan kelima bermain memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain (kemampuan kreatif, memecahkan masalah, kemampuan bahasa, kemampuan memperoleh teman sebanyak mungkin dsb)

PENGERTIAN

Pengertian bermain belum bisa didefinisikan dengan pasti menurut beberapa ilmuwan, namun yang bisa di amati adalah beberapa pengertian yang disampaikan oleh beberapa ilmuwan diantaranya Seto Mulyadi yang mengatakan bahwa kegiatan apapun yang apabila dilakukan menimbulkan suasana yang menyenangkan dan disukai oleh anak, disebut bermain.PERANAN BERMAIN DALAM PERKEMBANGAN

Melalui bermain anak belajar tentang sesuatu yang tidak bisa diajarkan oranng lain padanya. Anak belajar tentang dunianya dan tentang dirinya yang berada dalam duania itu- apa yang bisa mereka lakukan, cara mengaitkan sesuatu terhadap situasi dan cara beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat terhadap dirinya. Bermain merupakan pekerjaan anak. Dengan bermain anak secara berkesinambungan menjalani proses kehidupan yang rumit dan stresful, berkomunikasi dan menjalin hubungan yang menyenangkan dengan orang lain.

KLASIFIKASI BERMAINBila dikaitkan dengan perkembangan anak, pola anak bermain bisa dikategorikan sesuai aspek isi dan aspek sosialnya. Pada kedua pola bermain ini ada efek akumulatifnya yang terbina berdasarkan pencapaian sebelumnya dan beberapa komponennya akan menetap selama hidup. Setiap tahapan bermain merupakan landasan permainan selanjutnya.

ISI BERMAINKandungan utama bermain adalah aspek fisik dan hubungan sosial. Isi bermain mengikuti trend terarah yaitu dari sederhana ke rumit.

Bermain dimulai dengan bermain afektif sosial (Social affective play) dimana bayi merasa senang /bahagia berhubungan dengan orang sekitarnya. Bermain dimulai ketika orang tua berbicara, memeluk, bersenandung dan bayi/anak memberikan respon dengan tersenyum, mendengkur, bermain dan beraktifitas. Tipe dan intensitas perilaku hubungan orang tua dengan anak sangat beragam sesuai kultur.

Bermain untuk senang-senang / sense - pleasure play merupakan pengalaman tanpa stimulasi sosial yang timbul begitu saja. Objek dilingkungan (seperti cahaya , warna, rasa , bau, tekstur dan konsistensi) menarik perhatian anak, menstimulasi inderanya dan memberi kesenangan. Pengalaman yang menyenangkan bisa diperoleh dari merasakan benda alam (air, pasir, makanan) gerakan tubuh (mengayun, melempar, menggendong) dan dari penggunaan indera dan kemampuan lain.

Ketika telah terbina ketrampilan meraih dan memanipulasi, anak berulang kali melatih dan melakukan kemampuan yang baru saja didapatnya dengan bermain ketrampilan /skill. Bermain-main untuk senang-senang seringkali terlihat ketika anak mempraktekkanketrampilan baru, tetapi seringkali keinginan untuk mendapatkan ketrampilan ini menimbulkan nyeri dan frustasi (misalnya belajar naik sepeda)

Pada perilaku bermalas-malasan/unoccupied behavior anak tidak bermain tetapi memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang menarik perhatiannya. Anak melamun, sibuk dengan bajunya atau benda lain, berjalan tanpa tujuan. Peran ini berbeda dibandingkan dengan anlooker, dimana anak aktif memperhatikan aktifitas anak lain.

Salah satu elemen penting dalam proses identifikasi anak adalah bermain dramatik, atau disebut juga permainan simbolik atau pura-pura.Permainan ini dimulai pada akhir masa bayi (usia 11 - 13 bulan) ketika anak mulai berpura-pura melakukan kegiatan keluarga seperti makan, tidur, minum dari mangkok. Pada anak toddler kegiatan masih berupa hal yang dikenalnya. Pada usia pra sekolah, permainan anak bukan lagi berupa kegiatan sehari-hari, tetapi permainan yang lebih rumit. Permainan dramatik merupakan bentuk permainan utama anak prasekolah.

Dengan memerankan kejadian sehari-hari, anak mempelajari dan melakukan peran dan identitas yang dicontohkan oleh anggota keluarga dan masyarakatnya. Bermain pura-pura merupakan acuan untuk mengujikan dan mengasimilasikan perilaku dewasa (Connoly, Doyle dan Reznick, 1998)

Permainan anak merupakan replika/peniruan dari alat di masyarakat, merupakan media untuk mempelajari peran dan aktifitas dewasa yang membingungkan anak. Berinteraksi dengan dunia merupakan salah satu cara anak untuk mengenalnya. Permainan dramatik, imitatif, sederhana yang dilakukan anak toddler seperti penggunaan/memakai telepon, menyopir mobil, menimang boneka berkembang menjadi permainan drama yang lebih rumit yang dilakukan anak prasekolah yang akhirnya meluas diluar kebiasaandomestik ke aspek yang lebih luas di dunia dan masyarakat seperti main polisi, pedagang, guru, perawat. Anak yang lebih besar bermain dengan tema yang lebih rinci dengan memerankan cerita dan permaian yang diirencanakan sebelumnya.

Anak , apapun kulturnya, melakukan permainan/games sendiri atau bersama teman. Beermain soliter termasuk game yang dimulai ketika bayi kecil melakukan kegiatan, mengulangnya dan berlanjut ke games yang lebih rumit. Games yang rumit, menantang ketramopilan kemandirian anak, misalnya menyelesaikan teka-teki (Puzzle) soliter dan berlanjut dengan komputer games dan video. Games dilakukan oleh anak-anak yang sama tingkat perkembangannya. Anak kecil berperan serta dalam permainan imitatif sederhana seperti cilukba (bayi)

Anak prasekolah belajar dan mulai menyukai permainan formal yang dimulai dengan ritual, permainan yang dipelajari sendiri seperti permainan bak benteng. Anak prasekolah tidak bermain games yang sifatnya kompetitif. Mereka mencoba permainan kompetitif tetapi sukar untuk tidak bersaing. Anak prasekolah tidak bisa (sukar)menerima kekalahan, mencoba menipu dan mengubah aturan atau menuntut pengecualian dan kesempatan untuk mengubah aturan main. Permainan kompetitif merupakan permainan anak sekolah dan remaja yang menyukai berbagai permainan termasuk permainan kartu, catur, halma dan permainan fisik lain, misalnya kasti.

KARAKTER SOSIAL DARI BERMAINPada masa bayi, interaksi bermain terjadi antara anak dengan orang dewasa. Selanjutnya anak tetap menyukai keberadaan orang dewasa tetapi kemampuan untuk bermain sendiri meningkat. Dengan peningkatan usia, interaksi sebaya merupakan bagian penting prosessosialisasi. Dengan berinteraksi, bayi yang sangat egosentris dan tidak mampu mentoleransi penundaan atau gangguan lain, akhirnya peduli akanorang lain dan mampu menunda/menolak pemuasan yang memerlukan pengorbanan orang lain. Sepasang toddler bisa berkelahi hebat karenamasing-masing tidak mampu bertoleransi terhadap penundaan kebutuhan personalnya. Ketika anak mencapai usia 5 atau 6 tahun, anak bisa berkompromi atau menerima batasan/aturan, biasanya tercapai setelah masing-masing anak mencoba dan gagal untuk menerapkan caranya sendiri. Dengan interaksi berkesinambungan dengan sebaya, dan dengan meningkatnya kemampuan konseptual dan ketrampilan sosial, anak mampu meningkatkan peran sertanya dengan yang lain.

Selama bermain Anlooker/lihat-lihat/mengamati anak meklihat yang dilakukan anak lain tetapi tidak ada usaha untuk ikut bermain.. Contohnya menonton televisi.

Anak yang bermain soliter / mandiri / sendiri ,menyukai kehadiran anak lain tapi tidak ada usaha untuk mendekat atau berbicara. Perhatian anak terpusat pada permainannya / aktifitanya sendiri.

Selama bermain paralel, anak bermain mandiri /sendiri, anak bermain mandiri diten gah anak lain. Mereka bermain dengan permainan yang serupa dengan mainan anak di sekitarnya, selama anak cocok dengan lingkungannya, tidak ada yang terpengaruh atau dipengaruhi anak lain. Anak bermain berdampingan tetapi tidak bersama anak lain. Tidak ada asosiasi kelompok. Bermain paralel merupakan ciri bermain anak toddler, walaupun kelompok usia lain bisa juga bermain paralel. Misalnya yang terlibat dalam kegiatan membuat kerajianan tangankreatif dimana masing-masing mengerjakan proyeknya sendiri.

Bila anak bermain dan melakukan aktifitasnya serupa, tetapi tidak ada aturan atau pembgian kerja, pemimopin atau tujuan bersama maka permainban ini disebut bermain assosiatif. Anak saling meminjamkan alat permainan, saling mengikuti dengan sepeda roda tiga dan kadang -kadang menentukan siapa yang boleh ikut dalam kelompok . Setiap anak melakukan apa saja yang dimauinya, tidak ada tujuan kelompok. Misalnya 2 anak bermain boneka, saling meminjamkan baju/peralatan boneka, berbicara dalam bahasa yang sama, tetapi tidak ada yang membuat aturan permainan. Pada bermain assosiatip ada penularan perilaku, bila satu anak memulai satu kegiatan, seluruh anak akan mengikuti contoh tersebut.

Bermain kooperatif terorganisir, anak bermain dalam kelompok dengan anak lain. Anak membahas dan merencanakan kegiatan dengan tujuan mencapai sesuatu, membu- at sesuatu, bersaing, mendramatisasi situasi kehidupan dewasa atau melakukan permainan formasi. Kelompok tidak terlalu ketat , tetapi ada perasaan kebersamaan atau ketidakbersamaan. Tujuan dan pencapaiannyamemerlukan pengaturan aktifitas, pemba- gian tugas, dan pelaksanaan peran. Dalam bermain kooperatif akan terbentuk hubungan peminpin-pengikut, dan aktifitas dikontrol oleh 1 atau 2 anggota yang menentukan peran dan mengarahkan kegiatan anggota lainnya. Aktifitas diatur sedemikian rupa dan memberi kesempatan pada seorang anak untuk menggantikan fungsi anak lain agar tujuan bisa tercapai.

KECENDERUNGAN UMUM SELAMA MASA KANANK-KANAK

uSIAkARAKTERISTIK SOSIALISITIPE PALING LAZIMKARAKT AKTIVITAS SPONTANTUJUAN BERMAIN DRAMATIKPERKEMBANGAN RASA ETIK

BAYISOLITER (SENDDIIRI)AFEKTIF-SOSIALSENSORIMOTORKESENANGANIDENTITAS DIRI-

TODLERpARALELIMITATIFGERAKAN TUBUHPENILAIAN INTUITIFMEMPELAAJARI PERAN JENDERMEMULAI NILAI-NILAI MORAL

PRESCHOOLASOSIATIFIMAJINATIFFANTASI, PERMAINAN INFORMALPEMBENTUKAN KONSEP, IDE KONSTAN YANG BERALASANMENIRU KEHIDUOPAN SOSIAL DAN MEMPELAJARI PERAN SOSIALMENGEMBANGKAN PERHATIAN PD TEMAN-TEMAN BERMAIN, BELAJAR UNTUK BERBAGI DAN BEKERJA SAMA

SCHOOLKOOPERATIFKOMPETITIF DAN KONTES FANTASIAKTIFITAS FISIK, AKTIFITASKELOMPOK, PERMAINAN FORMAL, BERMAIN PERANMENGUJI SITUASI KONGKRET DAN PEMECAHAN MASALAH, MENAMBAHKAN INFORMASI BARUPENGUASAAN PENGALAMAN ORANG LAINLOYALITAS SEBAYA, BERMAIN DENGAN ATURAN , KEPAHLAWANAN

ADOLESCENTKERJA SAMAKOMPETITIF DAN KONTESINTERAKSI SOSIALPEMEVCAHAN MASALAH ABSTRAKMENUNJUKKAN IDE-IDEPENYEBAB DAN PROYEK

FUNGSI BERMAIN

bermanfaat untuk perkembangan sensorik - motorik, intelektual, sosialisasi, kreatifitas, kesadaran diri dan nilai terapetik dan bermain pada anak sangat moral.

PERKEMBANGAN SENSORIK MOTORIK

Aktifitas sensorik motorik merupakan komponen utama bermain pada anak (semua tingkat usia) terutama bayi. Bermain aktif penting untuk perkembangan otot dan merupakan cara terbaik untuk mengeluarkan energi yang berlebihan. Melalui aktifitas sensorik motorik ini, anbak mengeksplorasi alam sekitarnya. Bayi mendapatkan kesan tentang dirinya dan dunianya melalui stimulasi taktil (sentuhan), audio (pendengaran), visual(penglihatan)dan kinetik. Anak toddler dan prasekolah senang dengan gerakan tubuh dan eksplorasi lingkungan. Anak tetap bermain sensorik motorik, walaupun dengan meningkatnya maturitas, permainan menjadi lebih berdiferensiasi. Anak kecil mendapatkan kesenangan dengan gerakan tubuh, anak yang lebih besar memodifikasi gerakan tubuh menjadi aktifitas yang lebih terkoordinasi dan rumit seperti berlomba lari, permainan, beroda luncur atau bersepeda.

PERKEMBANGAN INTELEKTUAL

Melalui eksplorasi dan manipulasi anak belajar warna, bentuk ukuran dan manfaat benda. Anak belajar tentang manfaat angka dan cara menggunakannya, mengaitkan kata dengan benda, membina konsep abstrak, membina hubungan ruang seperti di atas, dibawah, kebawah dan melewati. Aktifitas seperti puzzle ( teka-teki ) dan games membantu anak membina ketrampilan menyelesaikan masalah. Buku cerita , film dan koleksi akan meluaskan pengetahuan anak, sekaligus menimbulkan kesenangan. Bermain juga merupakan cara untuk mempraktekan dan meningkatkan ketrampilan berbahasa. Melalui bermain, anak juga sevcara berkesinambungan mengulangi pengalaman lalu dan menerapkannya ke dalam persepsi dan hubungan yang baru. Bermain membantu anak memahami dunia tempat tinggalnya dan membedakan khayalan dan kenyataan.

SOSIALISASI

Semenjak bayi anak menunjukkan perhatian dan rasa senangnya akan kehadiran orang lain.Kontak sosial anak pertama anaka adalah dengan figur ibu, tetapi dengan bermain bersama anak lain, anak belajar membina hubungan sosial dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hubungan sosial ini..

Pada 5 tahun pertama, anak melewati 4 tahapan berbeda sdalam membina kemampuan sosial bermain. Sampai berusia 1 tahun, bayi memeriksa bayi lain dengan cara yang sama dengan cara mereka memeriksa obyek lain di lingkungan. Anak berusia 2 - 3 tahun umumnya melakukan permainan pura-pura dengan peran saling tergantung seperti ibu dan anak, dokter dan pasien, penjual dan pembeli. Siklus sosial anak meluas, ada teman sementara dan teman permanen. Ketika anak berusia pra sekolah, anak sangat menyadari keberadaan kelompok teman sebaya dan bisa ,mengidentifikasi ciri yang ada dari setiap teman bermainnya. Anak mempunyai 1 atau 2 teman bermain yang disukainya. Anak mampu saling melakukan penilaian dan merasakan beda antara kawan-kawan baik dengan satu-satunya teman yang setia.

Dengan bermain anak belajar memberi dan menerima. Hal ini lebih banyak dipelajari anak melalui kritik temannya dibandingkan dengan yang dipelajarinya dari orang dewasa yang lebih toleran. Anak belajar peran gender, pola perilaku dan tindakan yang disetujui dan diharapkan dari masyarakat darinya. Perkembangan nilai moral dan etik sangat terkait dengan sosialisasi. Anak belajar membedakan yang benar dari yang salah, niorma masyarakat dan memahami tanggung jawab dari tindakannya.

KREATIFITAS

Elkind (1991) menyatakan bahwa hebatnya tekanan akademik yang ditimpakan pada anak , meningkatnya perceraian orang tuia, orang tua tunggal dan keluarga dengan kedua orang tua bekerja trelah meningkatkan tangggung jawab yang dibebankan pada anak dan mengurangi kesempatan anak untuk bermain spontan dan berkhayal.

Tidak ada satupun situasi diimana lebih banyak kesempatan untuk kreatif dibandingkan ketika bermain. Anak bisa mencoba dan melatih idenya dalam bermain melalui setiap medium pada disposal anak termasuk material mentah, fantasi dan eksplorasi.Kreatifitas terutama merupakan nproduk dari aktifitas soliter, walaupun demikian berfikir kreatif seringkali dikuatkan pada tatanan kelompok dimana mendengar pada ide orang lain menstimulasi eksplorasi lebih jauh tentang idemnya sendiri. Begitu anak merasa opuas karena menhasilkan sesuatu yang baru dan berbeda, mereka menstransfer interest kreatif pada situasi di luar dunia bermain.

KESADARAN DIRI

Dimulai dengan eksplorasi aktif tubuh dan kesadaran bahwa dirinya terpisah dari pengasuh, proses identitas diri difasilitasi melalui kegiatan bermain. Anak belajar siapa dirinya dan dimana tempatnya di dunia ini.Kemampuan anak akan meningkat hebat untuk mengatur perilakunya sendiri, belajar sejauh mana kemampuannya dan untuk membandingkan kemampuannya memahami dan mencoba berbagai peran dan belajar tetang efek perilakunya pada orang lain.

NILAI TERAPEUTIK

Bemain bersifat terapeutik pada usia berapapun. Bemain memberi cara untuk melepaskan ketegangan dan stress yang ditemukan pada lingkungan. Ketika bermain anak bisa mencurahkan emosinya dan melepaskan impuls yang tidak bisa diterima dalam gaya yang bisa diterima, secara sosial. Anak mampu mencoba dan menguji situasi yang menakutkan dan bisa memahami dan berpura-pura menguasai peran dan posisi yang mereka tidak mampu melakukannya dalam dunia nyata. Anak mengungkapkan banak tentang dirnya ketika bermain . Anak mampu mengkomunikaskan kebutuhan rasa takut, dan keinginannya pada pengamat yang waspada melalui bermain yang tidak mampu diungkapkannya dengan keterbatasan kerampilan bahasanya. Sepanjang permai- nannya anak butuh kehadiran dan permainan orang dewasa untuk membantunya mengontrol agresi dan menyalurkan tendensi destruktifnya.

NILAI MORAL

Walaupun anak belajar di rumah dan disekolah perilaku yang dianggap bsik / benar dan salah pada kultur, interaksi dengan sebaya selama barmain sangat besar kontribusinya bagi pelatihan moral anak. Tidak dimanapun tekanan standard moral sedemikian kakunya seperti pada situasi barmain. Bila mereka ingin deterima sebagai anggota kelompok, anak harus mematuhui kode perilaku yang diterima secara kultur - adil, jujur, kendali diri dan mempertimbangkan kepentingan orang lain, anak segera belajar bahwa sebayanya kurang toleran pada violatian dibandingkan dewasa dan bahwa untuk mepertahankan tempat pada kelompok barmain, anak harus mematuhi standard kelompok.

KARAKTERISTIK BERMAIN

Ada beberapa aspek bermain yang menampakkan dan bahwa untuk mempertahankan tempat pada kelompok barmain, anak harus mematuhi standard kelompok.

TRADISI

Secara umum permainan anak kecil bervariasi sedikit dari generasi ke generasi dalam kultur. Setiap generasi anak meniru permainan generasi sebelumnya secara ini bentuk permainan yang lebih memuaskan dilanjutkan. Banyak tipe permainan merupakan ksrskteristik semua kultur (main bola, boneka atau tipe permainan berjalan untuk membantu anak yang baru mulai berjalan mempertahankan keseimbangan.

WAKTU DAN USIA

Jumlah waktu yang digunakan anak dalam bermain berkurang sesuai usia. Anak yang lebih besar mempunyai lebih sedikit waktu yang tersedia untuk bermain karena meningkatnya tugas sekolah dan tanggung jawab lain. Dengan meningkatnya usia dan perkembangan, jumlah dan ragamaktifitas bermain berkurang dan bermain mrnjadi kurang aktif secara fisik, tetapi waktu yang digunakan aktifitas spesifik meningkat sementara perhatian menyempit. Jumalh teman bermain berkurang sesuai usia ketika anak maju dari bermain dengan siapa saja yang tersedia untuk bermain dengan sedikit pilihan dan usia bermain yang spesifik.

Permainan anak bisa dibagi atas 4 kategori berikut : 1. imitatif / peniruan, 2 . eksplorasi, 3. menguji dan 4. model bangunban. Pada semua usia tipe ini nyata pada permainan anak, tetapi satu tipe akan mendominasi atas yang lain pada usia spesifik. Misalnya, bermain imitatif bisa terlihat pada bayi yang bermain ciluk ba, tetapi mencapai puncaknya pada permainan dramatik pada prasekolah yang bermain rumahan atau sekolah-sekolahan.

Ketika anak tumbuh besar, aktifitas bermain menjadi kurang spontan, lebih formal dan terstruktur dan meningkat kepatutan seksnya. Sementara bayi dan anak kecil dari kedua jenis kelamin bermain dengan cara yang sama. Ketika mereka masuk sekolah, kebanyakan anak ikut dalam kegiatan yang dianggap sesuai untuk jenis kelaminnya. Dibalik usaha untuk memecah aturan stereotipe peran seks yang kaku, banyak anak laki-laki kecil jelas menyadari bahwa mereka tidak bermain dengan mainan tertentu dan menghindari teman bermain wanita.

POLA PERKEMBANGAN

Selama kanak-kanak kegiatan bermain ytertentu populer pada usia tertentu dan tidak pada usia lain. Aktifitas ini dsangat konsisten dan bisa diramal bahwa anak kadang-kadang dibagi atas tahapan usia sesuai tipe karakteristikbermain dari setiap fase perkembangan khusus.

Ketika anak bertambah besar, anak juga menggunakan material dalam cara yang lebih bermakna, misalnya bayi atau anak kecil pertama kali menggunakan balok sebagai sesuatu untuk dipegang, dilempar dan kemudian sebagai sesuatu yang mewakili benda lain seperti kapal terbang atau mobil. Bagi anak lebih besar balok merupakan meterial bangunan dengan mana mereka bisa membangun struktur yang lebih komplek, selain sebagai objek representatif, mereka memerlukan replika dari mobil dan kapal terbang yang akhirnya material ini dibuang semua.

HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM BERMAIN

Agar anak bisa bermain diperlukan hal-hal seperti ini :

1. Ekstra energi

Untuk bermain diperlukan ekstra energi. Anak yang sakit , kecil keinginanya untuk bermain.

2. Waktu

Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain

3. Alat permainan

Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan usia dan taraf perkembangan

4. Ruangan untuk bermain.

Ruangan tidak usah terlalu lebar dan tidak perlu ruangan khusus untuk bermain. Anak bisa bermain di ruang tamu, halaman, bahkan di ruang tidurnya

5. Pengetahuan cara bermain

Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru tamannya atau diberitahu caranya oleh orang lain. Cara terakhir adalah yang terbaik, karena anak tidak terbatas pengetahuannya dalam menggunakan alatpermainannya dan anak-anak akan mendapatkan keuntungan lain lebih banyak.

6. Teman bermain

Anak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman bermain kalau ia memerlukan, apakah itu saudaranya, orang tuanya atau temanya. Karena kalau anak bermain sendiri maka ia akan kehilangan kesempatan belajar adri teman-temannya. Sebaliknya kalau terlalu banyak bermain dengan anak lain, maka dapat mengakibatkan anak tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur diri sendiri dan menemukan kebutuhan sendiri. Bila kegiatan bermain dilakukan bersama orang tuanya, maka hubungan orang tua dengan anak menjadi akrab, dan ibu/ayah akan segera mengetahui setiap kelainan yang terjadi pada anak mereka secara dini.

VARIASI DAN KESEIMBANGAN DALAM AKTIFITAS BERMAINAnak memerlukan alat permainan yang bervariasi, sehingga bila dia bosan dengan permainan yang satu, dapat memillih permainan lainnya. Misalnya anak-anak tidak hanya menghabiskan waktunya untuk bermain dengan pasir, balok ataupun krayon saja, tetapi dia harus punya waktu walaupun sedikit untuk pertumbuhan ototnya dengan berm,ain tali, naik sepeda dll.

Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif dan bermain pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif kesenangan diperoleh dari apa yang di perbuat oleh mereka sendiri. sedangkan bermain pasif kesenangan diperoleh dari orang lain

1. Bermain aktif

a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory play)Perhatian pertama anak pada alat permainan adalah memeriksa alat permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang berusaha membiongkar.

b. Bermain konstruksi (Construction play)

Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan, dll.

c. Bermain drama (Dramatic play)Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-saudaranya atau dengan teman-temannya.

d. Bermain bola, tali dsb.

2. Bermain pasif

Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat/mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanannya dan keletihan.

contohny : melihat gambar di buku/majalah, mendengarkan cerita/musik, menonton televisi dll.

Keseimbangan bermain kadang-kadang tidak tercapai apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini:

1. Kesehatan anak menurun, karena anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif bermain

2. Tidak ada variasi dari alat permainan

3. Tidak ada kesempatan belajar dari alatpermainannya

Meskipun anak mempunyai banyak alat permainan, tetapi tidak banyak manfaatnya, kalau mereka tidak tahu bagaimana cara menggunakannya

4. Tidak mempunyai teman bermain

Kalau tidak mempunyai teman bermain, maka aktifitas bermain yang dapat dikerjakan sendiri akan terbatas.

ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)

Yang dimaksud dengan APE adalah alat permnaian yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untyuk :

- Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak.

- Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar.

- Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran bentuk, warna dll.

- Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi antara ibu dan anak, keluarga dan masyarakat.

APE tidak harus yang bagus dan dibeli di toko, tetapi buatan sendiri/alat permainan tradisional pun dapat digolongkan APE asalkan memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Aman

Alat permainan anak di bawah usia 2 tahun, tidak boleh terlalu kecil, catnya tidak boleh mengandung racun, tidak ada bagian yang tajam, dan tidak adabagian yang mudah pecah. Karena pada umur tersebut anak mengenal bendadi sekitarnya dengan memegang, mencengkeram,memasukkan ke mulut.

2. Ukuran dan berat APE harus sesuai dengan usia anak

Bila ukurannya terlalu besar akan sukar dijangkau anak, sebaliknya kalau terlalu kecil akan berbahaya karena dapat dengan mudah tertelan oleh anak. Sedangkan kalau APE terlalu berat, maka anak akan sulit memindahkan serta akan membahayakan bila APE tersebut jatuh dan mengenai anak.

3. Desainnya harus jelas

APE harus mempunyai ukuran-ukuran, susunan dan warna tertentu, serta jelas maksyud dan tujuannya.

4. APE harus mempunyai fungsi untuk mengembangkanberbagai aspek perkembangan anak, seperti motorik, bahasa , kecerdasan dan sosialisasi

5. Harus dapat dimainak dengan berbagai variasi, tetapi jangan terlalu sulit sehingga membuat anak frustasi atau terlalu mudah sehingga membuat anak cepat bosan.

6. Walaupun sederhana harus tetap menarik baik warna maupun bentuknya. Bila bersuara, suaranya harus jelas.

7. APE harus mudah diterima oleh semua kebudayaan karena bentuknya sangat umum

8. APE harus tidak mudah rusak. Kalau ada bagian-bagian yang rusak harus mudah diganti. Pemekliharaannya mudah, terbuat dari bahan yang mudajh didapat, harganya terjangkau oleh masyarakat luas.

Contoh alat permainan balita dan perkembangan yang distimuli :

1. Pertumbuhan fisik/motorik kasar: sepeda roda tiga/dua,bola mainan yang ditarik dan didorong, tali dll.

2. Motorik halus: gunting, pensil, bola, balok, lilin dll

3. Kecerdasan / kognitif: buku gambar, buku cerita, puzle, lego, boneka, pensil warna, radio dll.

4. Bahas: buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.

5. Menolong diri sendiri: gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki dll.

6. Tingkah laku sosial: Alat permainan yang dapat dipakai bersama, misalnya congklak, kotak pasir, bola, tali dll.

KESALAHAN - KESALAHAN DIDALAM MEMILIH ALAT PERMAINAN

7 (Tujuh) Kesalahan yang sering dilakukan dalam memilih alat permainan:

1. Orang tua memberikan sekaligus banyak macam alat permainan

Padahal pada umumnya anak-anak suka mengulang - ulang alat permainan yang sama untuk beberapa waktu lamanya

2. Banyak orang tua membeli alat permainan yang mereka pikir indah dan menarik.

Tetapi mereka tidak berfikir apa yang akan dikerjakan anak terhadap alat permainan tersebut

3. Banyak orang tua membayar terlalu mahal untuk alat permainan

Mereka lupa bahwa alat permainan yang dibuat sendiri atau dari barang bekas sering menyenangkan pula

4. Alat permainan yang terlalu lengkap/sempurna , sehingga sedikit peluang bagi anak untuk eksplorasi dan konstruksi. Sekali anak melihatnya, hanya sedikit tersisa untuk memainkannya

5. Alat permainan tidak sesuai dengan umur anak, anak terlalu tua atau terlalu muda terhadap alat permainannya. Sehingga maksud dan tujuan dari alat permainan itu tidak tercapai

6. Memberikan terlalu banyak alat mainan dengan tipe yang sama

7. Banyak orang tua yang tidak meneliti keamanan dari alat permainan yang dibelinya.

CIRI ALAT PERMAINAN UNTUK ANAK DIBAWAH USIA 5 TAHUN

0-12 BULAN

Tujuan :

Melatih refleks-refleks (untuk anak berumur 1 bulan), misalnya mengisap, menggenggam. Melatih kerja sama mata dan tangan Melatih kerja sama mata dan telinga Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan Melatih mengenal sumber asal suara

Melatih kepekkaan perabaan Melatih ketrampilan dengan gerakan yang berulang-ulangAlat permainan yang dianjurkan:

1. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang2. Alat permainan berupa gambar atau bentuk muka3. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang4. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan bersuara5. Alat permainan berupa selimut dan boneka6. Giring-giring12-24 bulanTujuan:

Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara Memperkenalkan sumber suara Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik Melatih imajinasinya Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan yang menarikAlat permainan yang dianjurkan:

1. Genderang, bola dengan giring-giring di dalamnya2. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik3. Alat permainan yang terdiri dari : alat rumah tangga (misalnya : cangkir yang tidak mudah pecah, sendok , botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas-kertas untuk dicoret, krayon/pensil berwarna.

25 - 36 bulan

Tujuan :

Menyalurkan emosi/perasaan anak Mengembangkan ketrampilan berbahasa Melatih motorik halus dan kasar Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan membedakan warna) Melatih kerja sama mata dan tangan Melatih daya imajinasi Kemampuan membedakan permukaan dan warna bendaAlat permainan yang dianjurkan :

1. Lilin yang dapat dibentuk2. Alat-alat untuk menggambar3. Pasel sederhana4. Manik-manik ukuran besar5. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda6. bola32 - 72 bulanTujuan :

Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan

Mengembangkan kemamopuan berbahasa

Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menbambah, mengurangi

Merangsang daya imajinasi dengan bernbagai cara bermain pura-pura (sandiwara)

Membedakan benda dengan perabaan

Menumbuhkan sportifitas

Mengembangkan kepercayaan diri

Mengembangkan kreatifitas

Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari dll)

Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar

Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar rumahnya

Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan misalnya pengertian mengenai terapung dan tenggelam

Memperkenalkan suasana kompetisi, gotong royong

Alat permainan yang dianjurkan :

1. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air dll

2. Teman-teman bermain: anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.

BERMAIN PADA ANAK YANG DIRAWAT

Tujuan :

Menjalankan tugas perkembangan

Membantu mengekspresikan rasa cemas ,takut,stress, frustasi dan marah pada RS dan penyakit.

Anak sakit Bermain Tahu tentang : sakit, obat dan lingkungan

dirawat: Pengalaman belajar

Interaksi dengan tim kesehatan

KooperatifFUNGSI BERMAIN DI RUMAH SAKIT

Mengalihkan dan hiburan serta relaksasi Membuat anak merasa aman di lingkungan asing Membantu menurunkan stress terhadap perpisahan dan rindu rumah Memberikan arti untuk menurunkan ketegangan dan mengekspresikan perasaan Untuk menyelesaikan tujuan terapi Membuat anak berperan aktif dan memberikan kesempatan untuk membuat keputusan memperbaiki konsep yang salah tentang penggunaan da tujuan peralatan dan prosedur medis membantu anak mempelajari bagian-bagian tubuh, fungsi dan kecacatannya/penyakitMAINAN Memilih mainan

Keamanan mainan

Gibbon dan Boren menyatakan ada 3 tipe bermain untuk mengurangi stress

1. Bermain rekreasi (untuk senang-senang)/rekreational play

Permainan bersifat spontan dan tidak terstruktur, isi dan bentuk permainan dipengaruhi tingkat perkembangan.

2. Bermain terapetik/ Therapetic play

Orang dewasa menstruktur aktifitas untuk tujuan tertentu baik sebelum maupun selama terapi

3. Terapi bermain / play therapi

Suatu kegiatan bermain yang menginterpretasikan permainan anak dan merekomendasikan intervensi yang sesuai. Terapist menggunakan terapi bermain untuk membantu anak memahami perilakunya sendiri dan mengubah yang tidak pantas.

Contoh-conytoh bermain di RS terkait dengan beberapa prosedur.

1. Bermain bahasa

Sebutkan kata kerja yang ditemukan di RS dan apa yang mereka lakukan atau bagaimana mereka digunaklan, kenali gambar dan kata peralatan rumah sakit dan atau cocokan kata kerja tersebut.

Susun kata kerja RS (kata2 pada kartu) ke dalam orang, tempat dan barang

Sebutkan peralatan yang ditemukan di RS. Salah satu anak memberi gambaran penggunaannya dan anak yang lain menebak alat mana yang digambarkan

Minta anak menulis, mengilustrasikan cerita :bunyi di malam hari , nasihat untuk dokter, RS di masa depan,sesuatu yang saya suka dan tidak suka di RS

Simpan jurnal dengan gambar (hanya dengan keterangan atau cerita ) saya di RS, bagian tubuh saya yang sakit,dokter saya,perawat saya,ruangan saya, saya di rumah dengan keluarga saya, teman sekamar saya, sebelum saya sakit, setelah saya sakit.

2. Ilmiah

Pelajari tentang sistem tubuh, Sebutkan , urutkan berdasarkan abjad, buat sebuah gambar, buat organ dari tanah lempung atau lilin mainan, minta anak untuk mengidentifikasi bagian sistem tubuh mana yang terlibat dalam masalah meids

Pelajari tentang nutrisi secara umum dan alasan untuk diet khusus.

Diskusikan bagaimana cara kerja obat, traksi dan gips, bagaimana kesembuhan itu memerlukan waktu.

3. Ilmu sosial

Berapa banyak jumlah pekerjaan yang ada di RS, anak yang lebih tua dapat menjelaskan dengan sangat detail tentang keahlian dan pendidikan yang diperlukan untuk pekerjaan-pekerjaan tersebut

4. Geografi

Buat peta tentang unit atau rumah sakit

Buat peta tentang apa yang dilihat dari jendela rumah sakit- cari pada peta letak kota/ desa/propinsi

5. Interaksi denngan lingkungan RS

Lakukan kunjunan lapangan ke kafetaria, dapur, laboratorium, ruang tindakan perawatan, kantor catatan medis dll

Minta karyawan RS untuk bercerita tentang oprofesi mereka (insinyur listrik, keamanan, rumah tangga, perawat, dokter, tehnisi, humas, pekerja sosial, ahli farmasi, ahli terapi okupasi dan fisik)

Minta staf mengajarkan bagian dari pelajaran ( tehnisi mengajarkan cara kerja sinar X, perawat atau dokter mengajarkan cara kerja obat dan tindakan perawatan, ahli diet menjelaskan tentang manfaat nutrisi)

5. Masukan cairan

Buat es lolipop dengan menggunakan jus kesukaan anak, potong agar-agar menjadi bentuik yang lucu ( gunakan air untuk membuat agar-agar setengah dari yang dianjurkan)

Buat pesta teh, lakukan di meja kecil

Minta anak mengisi spuit dan menyemprotkan ke mulut atau untuk mengisi cangkir kecil yang didekorasi

Gunakan cangkir obat kecil, gambari cangkir tersebut, warnai air dengan pewarna makanan atau campuran bubuk minuman

potong sedotan menjadi dua dan tempatkan pada wadah kecil ( agar anak mudah menghisap cairan)

Hiasi sedotan, rancang dengan disambung atau dibuat beberapa lubang sebagai variasi dan disambung dengan sedotan lain (sedotan unik)

berikan pujian bila anak mau minum sesuai dengan jumlah yang ditentukan.

6. Nafas dalam

Tiup gelembung dengan peniup gelembung

Tiup gelembung dengan sedotan (tanpa sabun)

Tiup bulu, peluit, harmonika, balon, terompet mainan, peniup pesta

Lakukan kontes meniup dengan menggunakan balon. kapal, bola kapas, bulu, kelereng, bola pingpong, selembar kertas, tiup suatu obyek di permukaan meja, air, melalui lubang, ke udara, terhadap penahan, atau ke atas dan ke bawah suatu benang

Hisap kertas atau kain dari suatu wadah ke wadah lain dengan menggunakan sedotan

Gunakan botol tiupan dengan air berwarna untuk memindahkan air dari satu sisi ke sisi lain

lakukan menggambar dengan tiuopan sedotan

Tarik nafas dalam dan tiup lilin agak jauh pada acara pesta ulang tahun

Gunakan kuas kecil untuk mengecat kuku dengan air dan tiup kuku sampai kering.

7. Rentang gerak dan penggunaan ekstremitas

Lemparkan kantong kacang pada target diam atau dapat bergerak, gulung kertas ke dalam keranjang sampah

Sentuh atau tendang balon Mylar yang digantung atau dipegang dalam posisi yang berbeda (bila anak memakai traksi, balon digantung pada trapeze)

Mainkan permainan pura0pura memanjat dinding seperti laba-laba

lakukan permainan menendang dan melempar bola dengan bola busa yang lembut ditempat yang aman

lakukan lomba balap kursi roda

Berpura-pura mengajarkan dansa aerobik atau latihan . anjurkan untuk berenang.

Posisikan tempat tidur sehingga anak harus memutar badannya jika ingin melihat televisi atau pintu keluar

permainan petak umpet, sembunyikan mainan di mana saja di tempat tidur dan minta anak untuk mencarinya dengan tangan atau kaki

bermain malam atau tanah liat dengan jari-tangan atau kaki.

PENUTUP

Bila melihat uraian di atas, maka sangat disayangkan bila anak-anak kehilangan masa bermainnya, padahal dengan bermain bisa diperoleh berbagai tujuan serta menunjang perkembangan seorang anak. Tidak terkecuali di RS, segala bentuk terapi bisa dilakukan dengan cara bermain, sehingga anak tidak kehilangan kegembiraannya dan proses kesembuhan dapat segera tercapai..

DAFTAR BACAANDona L. Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, Fifth edition, Mosby, Toronto

Soetjiningsih, DSAK.1998, Tumbuh Kembang Anak, Bagian Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Univ. Udayana, EGC, Jakarta..

Dona L. Wong, alih banasa Monica Ester, S.Kp, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, 2004, EGC, jakarta

10