kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik …eprints.unram.ac.id/9111/1/jurnal.pdfpenelitian...

19
KECERNAAN IN-VIVO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK CAMPURAN PAKAN LAMTORO DAN JAGUNG YANG DIBERI PADA SAPI BALI DAN SAPI PERSILANGAN SUMBAL PUBLIKASI ILMIAH untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan pada PROGRAM STUDI PETERNAKAN Oleh KICKY MAULIA FIRMANSYAH B1D 011 133 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2018

Upload: vuque

Post on 06-Mar-2019

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KECERNAAN IN-VIVO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK …eprints.unram.ac.id/9111/1/JURNAL.pdfPenelitian kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik campuran ... energi, protein, lemak,

KECERNAAN IN-VIVO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK CAMPURAN PAKAN LAMTORO DAN JAGUNG YANG DIBERI

PADA SAPI BALI DAN SAPI PERSILANGAN SUMBAL

PUBLIKASI ILMIAH

untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan pada

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

Oleh

KICKY MAULIA FIRMANSYAH

B1D 011 133

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM 2018

Page 2: KECERNAAN IN-VIVO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK …eprints.unram.ac.id/9111/1/JURNAL.pdfPenelitian kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik campuran ... energi, protein, lemak,

KECERNAAN IN-VIVO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK CAMPURAN PAKAN LAMTORO DAN JAGUNG YANG DIBERI

PADA SAPI BALI DAN SAPI PERSILANGAN SUMBAL

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh;

KICKY MAULIA FIRMANSYAH

B1D 011 133

untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan pada

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

Disetujui Pembimbing Utama

Prof. Ir. Yusuf Akhyar Sutaryono, Ph.D NIP : 19611025 198503 1003

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM 2018

Page 3: KECERNAAN IN-VIVO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK …eprints.unram.ac.id/9111/1/JURNAL.pdfPenelitian kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik campuran ... energi, protein, lemak,

KECERNAAN IN-VIVO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK CAMPURAN PAKAN LAMTORO DAN JAGUNG YANG DIBERI

PADA SAPI BALI DAN SAPI PERSILANGAN SUMBAL

INTISARI

Oleh

KICKY MAULIA FIRMANSYAH B1D 011 133

Penelitian kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik campuran pakan lamtoro dan jagung yang diberi pada sapi Bali dan sapi persilangan Sumbal telah dilaksanakan di Sumbawa pada bulan September sampai November 2017, menggunakan 10 ekor sapi Bali dan 10 ekor sapi Sumbal. Data yang diperoleh dianalisis statistik berdasarkan nilai rata-rata, standar deviasi menggunakan computer Microsoft Exel dan uji T-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecernaan bahan kering pakan sapi persilangan Sumbal lebih tinggi (66,54 % ± 1,5) dibandingkan dengan kecernaan bahan kering sapi Bali (59,83 % ± 2,2) demikian juga dengan kecernaan bahan organik pakan pada sapi persilanagan Sumbal lebih tinggi (66,68 % ± 1,6) dibandingkan dengan kecernaan bahan organik sapi Bali (60,46 % ± 2,2). Dapat disimpulkan bahwa sapi Sumbal lebih efisien dalam mencerna pakan dibanding sapi Bali.

Kata kunci : Kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik, lamtoro, jagung, sapi Sumbal, sapi Bali.

Page 4: KECERNAAN IN-VIVO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK …eprints.unram.ac.id/9111/1/JURNAL.pdfPenelitian kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik campuran ... energi, protein, lemak,

DIGESTIBILITY IN-VIVO DRY MATTER AND ORGANIC MATTER MIX LAMTORO AND CORN MAIZE OF

BALI CATTLE AND CROSS-BREED SUMBAL CATTLE

ABSTRACT

By

KICKY MAULIA F B1D011133

Research of in-vivo digestibility of dry matter and organic matter mix feed and corn feed Leucaena leucocephala on Bali cattle and the crosses Sumbal cattle has been implemented on Sumbawa in September to November 2017, using 10 Bali cattle and 10 tails Sumbal cattle. The data obtained were analyzed statistics based on the average value, standard deviation using Microsoft Excel computer test and T-test. The results showed that the digestibility of dry matter feed a crosses higher Sumbal cattle (66.54 % ± 1.5) compared with digestibility of dry matter Bali cattle (59.83 % ± 2.2) as well as organic matter digestibility of feed on cross Sumbal cattle is higher (66.68 % ± 1.6) the digestibility of organic matter compared to the Bali cattle (60.46 % ± 2.2). It can be concluded that the Sumbal cattle more efficient in digesting the feed than Bali cattle.

Keywords: In-Vivo Digestibility of Dry Matter And Organic Matter, Leucaena

Leucocephala, Corn, Beef Sumbal, Bali Cattle.

Page 5: KECERNAAN IN-VIVO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK …eprints.unram.ac.id/9111/1/JURNAL.pdfPenelitian kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik campuran ... energi, protein, lemak,

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ketersediaan bahan pakan secara kontinyu sangat penting dalam

menentukan keberhasilan proses produksi ternak. Untuk memenuhi kebutuhan

tersebut, Peternak berhadapan dengan masalah ketersediaan hijauan pakan yang

mengikuti pola iklim tropis yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada musim

hujan produksi hijauan di Indonesia meningkat melebihi kebutuhan ternak,

Sedangkan pada musim kemarau peternak mengalami kesulitan dalam

penyediaan pakan. Permasalahan ini terjadi hampir di semua daerah di Indonesia.

Pakan sapi bervariasi dari bahan pakan berserat tinggi asal rerumputan

dan leguminosa hingga produk samping pertanian, yaitu jerami sampai pakan

kandungan serat rendah baik bijian maupun produk samping pengolahan pabrik.

Dengan adanya variasi kualitas pakan yang cukup besar, maka nilai nutrisi pakan

beragam, untuk itu diperlukan suatu cara mengukur kualitas pakan yang akurat.

Cara mengukur kualitas pakan sapi selalu berkembang. Saat ini cara mengukur

bahan pakan selalu digunakan untuk mengetahui ketersediaan nutrisi pakan untuk

produksi ternak. Metode yang dilakukan pada umumnya in-vitro, in situ (in-

sacco), dan in-vivo. Adopsi ketiga metode tersebut di Indonesia sangat tinggi.

Selain metode konvensional, saat ini mulai dilakukan evaluasi pakan berdasarkan

sifat anthelmintika, artinya selain pertimbangan ketersediaan nutrisi untuk ternak,

pada saat yang bersamaan bahan pakan tersebut mempunyai sifat sebagai anti

cacing/anti parasit.

Evaluasi pakan berserat maupun bijian selalu dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui nilai nutrisi dan ketersediaannya untuk ternak. Evaluasi yang

mendeskripsikan pakan yang dilengkapi dengan informasi konsumsi pakan, nilai

energi, protein, lemak, komposisi karbohidrat, struktur fisik, kandungan mineral-

vitamin, dan kandungan komponen anti nutrisi.

Kecernaan merupakan suatu gambaran mengenai kemampuan ternak

untuk memanfaatkan pakan. Kemampuan ternak untuk mencerna suatu bahan

pakan berbeda-beda tergantung jenis dan umur ternak. Nilai kecernaan yang

tinggi menunjukkan bahwa ternak efektif memanfaatkan bahan pakan yang

Page 6: KECERNAAN IN-VIVO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK …eprints.unram.ac.id/9111/1/JURNAL.pdfPenelitian kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik campuran ... energi, protein, lemak,

diberikan.Ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing, domba) merupakan ternak

herbivora yang memiliki empat kompartemen lambung yaitu rumen, reticulum,

omasum dan abomasums. Rumen dan reticulum merupakan alat pencernaan

fermentative yang didalamnya sangat banyak terdapat mikroorganisme seperti

bakteri, protozoa, dan fungi. Didalam rumen, zat-zat makanan akan

disederhanakan melalui fermentasi mikroba menjadi produk yang mudah

dimanfaatkan oleh induk semang yaitu asam-asam lemak volatile.

Ada berbagai cara untuk mengetahui daya cerna pakan yang diberikan

kepada ternak, diantaranya adalah secara in-vitro, in-vivo dan in-sacco. Metode

in-vitro relative murah dan mudah dilakukan, sedangkan metode in-vivo dan in-

sacco relative mahal dan sulit dilakukan karena ada beberapa kendala

diantaranya membutuhkan ternak. Metode in-vivo merupakan metode penentuan

kecernaan pakan menggunakan hewan percobaan dengan menganalisa pakan dan

feses. Dengan metode in-vivo dapat diketahui kencernaan bahan pakan yang

terjadi di dalam seluruh saluran pencernaan ternak, sehingga nilai kecernaan

pakan yang diperoleh mendekati nilai sebenarnya. Koefisien cerna yang

ditentukan secara in-vivo biasanya 1% sampai 2% lebih rendah dari pada nilai

kecernaan yang diperoleh secara in-vitro.

Lamtoro (Leucaena leuchepala) termasuk legume pohon yang memiliki

banyak keunggulan nilai nutrisi dan produksi biomassa yang tinggi (Ghost dan

Bandyyopadhyay, 2007). Lamtoro memiliki kandungan protein kasar yang tinggi

yaitu sekitar 17-36% dengan kandungan asam amino yang lengkap. Memiliki

daya cerna yang tinggi antara 50-70% (Meulen et al., 1979), mampu bertahan

dan berproduksi dilahan kering yang marjinal pada musim hujan maupun musim

kering, tahan terhadap pemangkasan, dan telah banyak dimanfaatkan secara luas

di Indonesia bagian timur (Haliday et al., 2014). Di samping itu, dapat

meningkatkan produktivitas lahan yang kurang produktif (Dahlanuddin et al.,

2011), karena adanya bakteri rhizobium pada akarnya yang dapat mengikat

nitrogen bebas di atmosfir. Fakta ini menunujukkan bahwa lamtoro dapat

menjadi alternatif sumber protein pakan ruminansia yang berkualitas tinggi,

murah dan tersedia sepanjang tahun.

Page 7: KECERNAAN IN-VIVO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK …eprints.unram.ac.id/9111/1/JURNAL.pdfPenelitian kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik campuran ... energi, protein, lemak,

Bagaimanapun penggunaan lamtoro sebagai pakan ternak ruminansia

tidak berarti tanpa persoalan. Dibalik keunggulannya, lamtoro juga mengandung

komponen sekunder yakni mimosine yang dapat menjadi pembatas penggunaan

lamtoro sebagai pakan (Graham et al.,2014) dan berdampak negatif terhadap

produksi ternak ruminansia (Haliday et al., 2014). Beberapa strategi yang

dilakukan untuk mengurangi dampak negative mimosine, salah satunya melalui

pengeringan. Kemudian penambahan jagung selain sebagai sumber energi untuk

menyeimbangkan rasio protein: energy juga diharapkan dapat mengurangi

dampak negative mimosin pada ternak ruminansia. Kombinasi antara lamtoro

yang diberikan dalam bentuk kering dan tepung jagung sebagai pakan sapi lokal

diharapkan dapat memperbaiki performan dan produktivitas sapi.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian lamtoro dan jagung terhadap

kecernaan in-vivo bahan kering dan organik sapi Bali dan sapi persilangan

Sumbal.

2. Untuk mengetahui perbedaan kecernaan in-vivo bahan kering dan organik

sapi Bali dan sapi persilangan Sumbal yang diberi pakan lamtoro dan

jagung.

Kegunaan penelitian

1. Mendapatkan data tentang perbedaan kecernaan in-vivo bahan kering dan

bahan organik pakan campuran lamtoro dan jagung yang diberikan pada

sapi Bali dan sapi persilangan Sumbal.

2. Sebagai sumber informasi dan sebagai data pembanding untuk penelitian

selanjutnya.

Page 8: KECERNAAN IN-VIVO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK …eprints.unram.ac.id/9111/1/JURNAL.pdfPenelitian kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik campuran ... energi, protein, lemak,

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - November 2016 di

Kandang Kelompok Tani Ternak Buin Pedi Dusun Raberas Kelurahan Seketeng

Kecamatan Sumbawa Besar dan kemudian dianalisis kecernaan in-vivo bahan

kering dan bahan organik pakan lamtoro dan jagung di Laboratorium Ilmu

Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram.

Materi Penelitian

Bahan penelitian Bahan penelitian dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Sapi Bali jantan 10 ekor dan sapi persilangan Sumbal jantan 10 ekor

2. Pakan Lamtoro kering

3. Jagung giling

4. Dua puluh sampel feces

5. Sampel pakan

Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitianini terdiri dari:

1. Baskom sebagai tempat menampung feces.

Cepang sebagai alat pengambilan feces.

2. Kantong plastik sebagai tempat sampel feces.

3. Timbangan merk Ohaus kapasitas 50 kg dengan kepekaan 10 gr untuk

menimbang sampel feces.

4. Timbangan analitik merk Sartorius kapasitas 200 gr dengan kepekaan

0,1 mg untuk menimbang sampel feces.

5. Tray aluminium sebagai wadah tempat sampel feces.

6. Timbangan analitik merk Sartorius kapasitas 200 gr

7. Oven pengering

8. Mortal dan pastle untuk menumbuk sampel feces yang sudah kering.

9. Plastik klip ukuran 15 x 10 cm sebagai tempat sampel feces.

Page 9: KECERNAAN IN-VIVO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK …eprints.unram.ac.id/9111/1/JURNAL.pdfPenelitian kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik campuran ... energi, protein, lemak,

10. Cawan porselin

11. Oven merk NVC (thermologic)

12. Desikator untuk mendinginkan sample.

13. Oven merk Nabertherm suhu 600⁰C untuk memperoleh abu.

Metode penelitian.

Penelitian Lapangan

1. Periode Adaptasi

a. Semua sapi ditimbang pada pagi hari sebelum diberi pakan

b. Sapi diadaptasikan dengan lamtoro dan lamtoro diberikan 1 kg hari

pertama dan jumlah pemberian ditingkatkan menjadi adlibitum setelah

adaptasi 1 minggu

c. Sapi diadaptasikan dengan jagung giling: diberikan 500 gram pada

hari pertama dan ditingkatkan setiap hari sehingga menjadi 1% BK

dari berat badan setelah adaptasi 1 minggu.

d. Pemberian obat cacing (Wormzol)

e. Butox untuk menghindari kutu, caplak, lalat dan nyamuk.

2. Periode Koleksi sampel

a. Baskom ditimbang berat kosongnya kemudian mencatat berat

menggunakan tipe x

b. Ternak dikontrol selama 24 jam

c. Kemudian koleksi feces ke dalam baskom dari masing-masing ternak

d. Pagi hari berikutnya feces + bak ditimbang.

e. Diambil 5 % sub sampel dari total feces.

f. Bak dibersihkan kembali dengan air sampai benar-benar bersih.

g. Kemudian kembalikan posisi baskom ke tempat semula

h. Diakhir pengukuran kecernaan, sub sampel harian masing-masing

ternak dicampur menjadi satu dan diambil sampel sebanyak ± 1 kg

i. Sample dimasukkan ke dalam lemari es sebelum analisa pengukuran

kecernaan in-vivo diamati.

Page 10: KECERNAAN IN-VIVO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK …eprints.unram.ac.id/9111/1/JURNAL.pdfPenelitian kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik campuran ... energi, protein, lemak,

Penelitian Laboratorium

1. Pengukuran Kadar Bahan Kering Feces

a. Tray aluminium disiapkan sebanyak 20 buah

b. Dari koleksi sub sampel harian masing-masing ternak dicampur

menjadi satu dan diambil sampel sebanyak ± 1 kg yang digunakan

untuk pengukuran kadar bahan kering sebanyak 200 g

c. Menimbang dan mencatat berat tray aluminium kosong

d. Kemudian mencatat dan menimbang berat tray + sampel

e. Semua sampel dimasukkan kedalam oven untuk dikeringkan pada

suhu 65⁰C hingga berat konstan

f. Mencatat berat konstan dari masing-masing sampel

g. Menggiling atau menumbuk sampel hingga halus, setelah itu

menimbang berat kosong cawan porselin kemudian masukkan sampel

kedalam cawan.

h. Cawan + sampel dimasukkan ke oven suhu 105⁰C untuk memperoleh

bahan kering. Kemudian cawan + sampel dimasukkan kedalam

desikator untuk mendinginkan sampel sebelum ditimbang

i. Untuk mengetahui kadar BO yaitu dengan membakar sampel bahan

kering didalam oven suhu 600⁰C untuk memperoleh abu.

Variabel yang Diamati

Variabel yang diamati meliputi kecernaan bahan kering pakan (Kc. BK) dan

kecernaan bahan organik pakan (Kc. BO). Kecernaan bahan kering dan bahan

organik dihitung dengan menggunakan rumus:

Kec.BK = (Jumlah konsumsi BK – Jumlah BK feces) x 100 %

Jumlah konsumsi BK

Kec.BO =(Jumlah konsumsi BO – JumlahBO feces) x 100 %

Jumlah konsumsi BO

Keterangan :

Konsumsi BK = Kadar BK pakan (%) x jumlah pakan yang dikonsumsi (kg)

Page 11: KECERNAAN IN-VIVO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK …eprints.unram.ac.id/9111/1/JURNAL.pdfPenelitian kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik campuran ... energi, protein, lemak,

Ekskresi BK = Kadar BK feces (%) x jumlah feces yang di ekskresi (kg)

Konsumsi BO = Kadar BO pakan (%) x jumlah pakan yang dikonsumsi (kg)

Ekskresi BO = Kadar BO feces (%) x jumlah feces yang di ekskresi (kg)

Variabel penunjang menghitung konsumsi bahan kering (BK) dan

konsumsi bahan organik (BO) dengan cara membagi total konsumsi dengan berat

badan sapi perminggu, dihitung demikian karena kedua jenis sapi tersebut

memiliki berat badan yang berbeda.

Analisa Data

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Data kec.BK dan kec.

BO yang diperoleh dihitung nilai rata-ratanya, standar deviasi dan dilakukan uji

T-test.

Page 12: KECERNAAN IN-VIVO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK …eprints.unram.ac.id/9111/1/JURNAL.pdfPenelitian kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik campuran ... energi, protein, lemak,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi bahan kering (BK) dan bahan organik (BO) pakan

Sapi Bali ataupun persilangan sapi Sumbawa x Bali yang digunakan

dalam penelitian ini, pada awal penelitian diadaptasikan dengan pakan lamtoro

dan juga jagung giling. Selain itu, kedua jenis sapi percobaan ini umumnya sudah

familiar dengan pakan lamtoro, sehingga tingkat kesukaan (palatabilitas) sapi -

sapi yang digunakan dalam percobaan ini cukup tinggi terhadap lamtoro maupun

terhadap jagung giling. Palatabilitas merupakan faktor penting dalam

menentukan tingkat konsumsi pakan. Palatabilitas ransum ditentukan oleh rasa,

bau dan warna dari hijauan pakan (Prawirokusumo, 1994; Mc.Donald et al.,

2002) yang semuanya itu sangat dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia ransum

serta dapat berubah oleh perbedaan fisiologis dari individu ternak yang

bersangkutan (Grovum, 1988).

Hasil pengukuran terhadap konsumsi BK pada sapi persilangan Sumbawa x

Bali (sapi Sumbal) diketahui lebih tinggi (24.74 ± 0.45 g/kgBB/hari) dibanding

dengan konsumsi BK pada sapi Bali (21,40 ± 0.58g/kg BB/hari). Demikian pula

konsumsi bahan organik pada sapi Sumbal diketahui lebih tinggi (23.08 ± 0.41)

dibanding konsumsi BO pada sapi Bali(19.97 ± 0.53) sebagaimana tertera pada

Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Konsumsi BK dan BO sapi persilangan Sumbal dan sapi Bali.

Parameter diamati Sapi Sumbal Sapi Bali

Konsumsi BK (g BK/kg BB/ hari) 24.74 ±0.45a 21.40 ± 0.58b

Konsumsi BO (g BO/kg BB/ hari) 23.08 ± 0.41 a 19.97 ± 0.53 b

Sumber : Data primer diolah ( 2017). Superskrif yang berbeda pada baris yang

sama menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P ˂0.05).

Tingginya konsumsi BK maupun BO pada sapi Sumbal disebabkan oleh

adanya perbedaan daya cerna pakan pada kedua jenis sapi percobaan, dimana

Page 13: KECERNAAN IN-VIVO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK …eprints.unram.ac.id/9111/1/JURNAL.pdfPenelitian kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik campuran ... energi, protein, lemak,

kecernaan BK pakan yang diberikan pada sapi Sumbal sebesar (66,54% ± 1,5)

nyata lebih tinggi dibanding kecernaan BK pakan pada sapi Bali (59,83% ± 2,2).

Selain pengaruh kecernaan pakan, faktor breed (bangsa) sapi percobaan

juga berpengaruh. Breed sapi Bali adalah bos Sondaicus tergolong breed sapi

yang memiliki tubuh berukuran sedang, sedangkan breed sapi Sumbal adalah

bos Indicus yang umumnya memiliki kerangka tubuh lebih besar dibanding sapi

breed bos sondaicus. Ukuran rangka tubuh ini berpengaruh terhadap kapasitas

saluran pencernaan untuk menampung pakan yang dikonsumsi. Semakin besar

ukuran kerangka tubuh sapi, semakin banyak jumlah pakan yang dikonsumsi.

Umur ternak juga berpengaruh terhadap jumlah konsumsi pakan. Ternak-

ternak yang berusia muda, jumlah konsumsi pakannya relative lebih banyak

dibanding ternak dewasa, disebabkan ternak berusia muda sedang dalam taraf

pertumbuhan sehingga membutuhkan pakan yang lebih banyak. Sapi Sumbal

yang digunakan pada penelitian ini tergolong masih muda dibanding sapi Bali

sehingga konsumsi pakannya menjadi lebih tinggi karena digunakan untuk

pertumbuhan. Hal ini sesuai pendapat Parakkasi (1999) yang mengatakan bahwa

tingkat konsumsi ransum sapi berbeda-beda bergantung pada status fisiologinya,

sapi dewasa dapat mengkonsumsi bahan kering minimal 1,4% dari bobot

tubuh/hari, sedangkan sapi kebiri umur 1 tahun dengan hijauan berkualitas baik

dapat mengkonsumsi pakan sebanyak 3% dari bobot tubuh.

Kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik

Nilai kecernaan bahan kering pakan pada sapi persilangan Sumbawa x

Bali (Sumbal) lebih tinggi (66.54 ± 1.50%) dibandingkan dengan nilai kecernaan

pakan pada sapi Bali (59.83 ± 2.20%). Demikian pula dengan kecernaan bahan

organik pakan pada sapi persilangan Sumbawa x Bali (Sumbal) lebih tinggi

(66.68 ± 1.56%) dibandingkan dengan kecernaan pakan pada sapi Bali (60.46 ±

2.17%). Hasil analisis laboratorium yang dilakukan mulai tanggal 26 September

sampai 20 November 2016 diperoleh hasil kecernaan in-vivo bahan kering dan

bahan organik sebagai mana yang ditampilkan dalam Tabel 3.

Page 14: KECERNAAN IN-VIVO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK …eprints.unram.ac.id/9111/1/JURNAL.pdfPenelitian kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik campuran ... energi, protein, lemak,

Tabel 3. Kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik pakan pada sapi Bali

dan sapi persilangan Sumbal.

Item Sapi Sumbal Sapi Bali

Kecernaan bahan kering (%) 66,54% ± 1,5a 59,83%± 2,2b

Kecernaan bahan organic (%) 66,68% ± 1,6a 60,46 ± 2,2 b

Sumber : Data primer diolah ( 2017). superskrif yang berbeda pada baris yang

sama menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P ˂0.05).

Kecernaan BK pakan pada sapi Sumbal tergolong tinggi dibanding

kecernaan BK pada sapi Bali, mengingat kisaran normal kecernaan bahan kering

pakan yaitu 50,7-59,7% (Tillman dkk., 1991). Menurut Tillman dkk., (1991; dan

Anggorodi, (1994) faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan kering

meliputi jumlah ransum sapi yang dikonsumsi, laju perjalanan makanan di

saluran pencernaan dan jenis kandungan gizi yang terkandung dalam ransum

tersebut. Nilai kecernaan bahan organik berkaitan erat dengan bahan kering,

sebab sebagian besar komponen dari bahan kering ransum terdiri dari bahan

organik (Tillman, 1989) sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi

rendahnya kecernaan bahan kering akan mempengaruhi tinggi rendahnya

kecernaan bahan organik (Sutardi, 1980).

Kecernaan pakan juga sangat berhubungan dengan konsumsi, artinya :

semakin tinggi nilai kecernaan suatu bahan pakan, ada kecendrungan konsumsi

semakin banyak atau sebaliknya, pakan dengan nilai cerna rendah kecendrungan

lebih rendah nilai konsumsinya (Sudirman, 2013). Menurut Reksohadiprojo,

(1981) peningkatan kecernaan bahan organik ini disebabkan karena

meningkatnya kecernaan bahan kering, sebab secara proporsional laju keluarnya

bahan kering selalu diikuti oleh keluarnya bahan organik, sehingga dengan

semakin meningkatnya kecernaan bahan kering akan meningkatkan kecernaan

bahan organik. Bertambahnya serat kasar sebesar 1% pada tanaman

Page 15: KECERNAAN IN-VIVO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK …eprints.unram.ac.id/9111/1/JURNAL.pdfPenelitian kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik campuran ... energi, protein, lemak,

menyebebkan peningkatan kecernaan bahan organik sekitar 0,7 sampai 1,0 unit

pada ruminansia (Tillman et al., 1986).

Page 16: KECERNAAN IN-VIVO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK …eprints.unram.ac.id/9111/1/JURNAL.pdfPenelitian kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik campuran ... energi, protein, lemak,

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulan bahwa:

Kecernaan in-vivo bahan kering pakan sapi persilangan Sumbal lebih

tinggi (66.54 ± 1.50%) dibandingkan dengan kecernaan bahan kering pakan pada

sapi Bali (59.83 ± 2.20%). Demikian pula halnya dengan kecernaan bahan

organik pakan pada sapi persilangan Sumbawa x Bali (Sumbal) lebih tinggi

(66.68 ± 1.56% ) dibandingkan dengan kecernaan bahan organik pakan pada sapi

Bali (60.46 ± 2.17%).

Saran

Perlu ditingkatkan pengamatan atau ketelitian pengumpulan feces dengan

cara membuat sekat pemisah dari masing - masing ternak agar tidak tercampur,

selain itu juga memudahkan dalam pengoleksian feces.

Page 17: KECERNAAN IN-VIVO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK …eprints.unram.ac.id/9111/1/JURNAL.pdfPenelitian kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik campuran ... energi, protein, lemak,

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, 1981. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gedia. Jakarta. Anonim,1988. Hijauan Makanan Ternak Potong dan Kerja.

Kanisius.Yogyakarta. Anonim, 2012. Mengenal sapi Bali. http://andiwawan tonra.blogspot.com/2012/

08/mengenal -sapi-bali. html. diakses tanggal 4 Oktober 2016. Anonim, 2013. Nutrisi Pakan Ternak Sapi. http://www. Tanijogonegoro.

Com/2013/06/pakan-ternak.html. diakses tanggal 7 November 2016. Dahlanuddin, K. Puspadi, Y. A. Sutaryono, C. Mc Donald And M. Van

Wensveen. 2011. Perceepatan Adopsi Model Pembibitan Sapi Bali Berbasis Kandang Kelompok Di Pulau Lombok . Universitas Mataram.

Darmaja, S .G .N .D., 1980. Setengah Abad Peternakan Sapi Tradisional Dalam

Ekosistim Pertanian Di Bali.Thesis UNPAD. Dilaga, S.H., 2001. Beternak Sapi Hissar. Penerbit Akademi Pressindo. Jakarta. Dilaga, S.H. 2011. Padang Penggembalaan Sebagai Tempat Pemeliharaan Ternak

Dan Sumber Pakan. Info Feed. Volume 1 No. 2 Juli 2011. Dilaga, S.H. 2014. Sapi Sumbawa Sumber Daya Genetik Ternak Indonesia.

Pustaka Reka Cipta. Bandung. Dixon, R.M.,1989. Ruminan Feeding System Utilizing Fibrous Agricultural

Residual, IDP of Australia University and Coll LTD, Canbera. Egan, A.R., 1982. Physiology ruminant and Bionergy.AUIDP Universitas

Mataram. Garaham S.R., Dalzell S.A., Kerven G.L., And Shelton H.M. 2014. Detection Of

Toxicity In Ruminats Consuming Leucaena (Leucaena Leuccephala) Using A Urin Colometric Test. Tropical Grasslands. Volume 2: 63-65.

Ghost M.K And Bandyopadhay, S. 207. Mimosine Toxicity-A Problem Of

Leucena Fedding In Ruminants. Asian Jurnal Of Animal And Veterinary Advances 2 (2): 63-73.

Guntoro, S. 2002. Membudidayakan Sapi Bali. Kanisius. Yogyakarta. Haliday M.J., Panjaitan T, J. Nulik, Dahlanuddin, Padmanabha, J., Mcsweenwy.,

Depamede, S., Hau, D.K, Kurniawan, Fauzan M., Sutartha, Yuliana, B.T, Pakereng, C., Putrid Ara, Liubana, D., Edison, R.G And Shekton,

Page 18: KECERNAAN IN-VIVO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK …eprints.unram.ac.id/9111/1/JURNAL.pdfPenelitian kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik campuran ... energi, protein, lemak,

M. 2014. Prevalence Of Dhp Toxicity And Detection Of Synergstes Jonessi In Ruminant Consuming Leucena Leucephala In Easten Indonesia. Trofical Grassland. Volume 2- 71-73.

Hartadi, H., Reksohadiprojo, S dan Tillman, A.D. 2015. Tabel Komposisi Pakan

Untuk Indonesia. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Haryanto, B. Dan A. Djajanegara. 1993 . Pemenuhan Kebutuhan Zat-Zat

Makanan Ternak Ruminansia Kecil . Sebelas Maret University Press. Hal 192-194.

Harris, L. E. 1970. Nutrition Research Techniques for Domestic and Wild

Animals, Volume 1. An International Record System and Procedure For Analyzing sampel. Animal Science Departement Utah State University, logan.

Haryanto, B. Dan A. Djajanegara. 1993 .Pemenuhan Kebutuhan Zat-Zat

Makanan Ternak Ruminansia Kecil .Sebelas Maret University Press. Hal 192-194.

Jones, R.J. 1979. The Value Of Leucaena Leucocephala As A Feed For

Ruminants In Tropics . World Anim .Rev ., No . 31 . Hal 13-23 . Kamal, M., 1994.Nutrisi Ternak I. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah

Mada, Yogyakarta. Lowry, J .B . 1982. Detoxification of leucaena by enzymatic or microbial

processes .in Proc. Leucaena Research in the Asian-Pacific Region . IDRC, 211-e . Hal 49-54 .

Manurung, T. 1996 . Penggunaan hijauan leguminosa pohon sebagai sumber

protein ransum sapi potong. Jumal Ilmu Ternak dan Veteriner . 1(3) : 143-147 .

Martojo. 1998. Beternak Sapi Potong. Kanisius .Yogyakarta.hal 104. Mc Donald,P.,1988. The Biochemistry of Silage.Longman Jhon Wiley and Son,

Ltd. New York. Merchen., N.R. 1988. Digestion, absorption, and excretion in ruminant. In: D.C.

Church (ed.), The Ruminant Animal: Digestive physiology and Nutrition. Wafelan press, Inc. Illinois, USA. Pp. 172-201.

Meulen U., Struck S., Schulke, E., And Harith, E.A.E. 1979. A Review On The

Nutritive Value And Toxic Aspects Of Leucaena Leucephala . Trop. Anim. Prod. 4:2

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Indonesia, Jakarta.

Page 19: KECERNAAN IN-VIVO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK …eprints.unram.ac.id/9111/1/JURNAL.pdfPenelitian kecernaan in-vivo bahan kering dan bahan organik campuran ... energi, protein, lemak,

Plucknett, D.L., 1970. Productivity Of Tropical Pasture In Hawaii. Proc. 11th

Intern. Grassland Congres, Brisbane. Reksohadiprojo, S.,1981. Produksi Hijauan Makan Ternak Tropik. Balai Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta. Siahaan, M.S. 1982. Lamtoro. Direktorat Jendral Peternakan, Jakarta. 22-38 Suprayitno,1981. Lamtoro Gung dan Manfaatnya. Bharatara Karya Aksara,

Jakarta. Siregar, B.S. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya : Jakarta. Siregar, S.B. 1983. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta Sudirman, 2013. Evaluasi Pakan Tropis dari Konsep ke Aplikasi ( Metode in-

vitro Feces). Penerbit Pustaka Reka Cipta: Bandung . Soetardi, T.,1980. Landasan ilmu nutrisi ternak . Fakultas Peternakan Institute

Pertanian Bogor. Tillman, A.D., Harihartadi, Soedomo Reksohadiprojo, Soeharto Prawirokusomo

dan Soekanto Labdosoekojo, 1986. Ilmu Makanan Ternak Dasar .Gadjah Mada University Press. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.: Yogyakarta.

Tampubolon. 1982. Marga Lamtoro. Departemen Pertanian, Gedong Johor,

Medan. Utomo, R. 2012. Evaluasi Pakan dengan Metode Noninvasif. PT. Citra Aji

Parama: Yogyakarta. Van Soest, P. J. 1994. The Nutritional Ecologyof The Ruminant. O and B. Books,

Corvallis. Oregon. Vietmeyer, 1977. Leucaena promising Forage and Tree Crup For The Tropics.

National Academi Of Science. Washington. D.C. Williamsons, G.I., Payne,W J A.,1995. Pengantar Peternakan Didaerah Tropic.

Gadjah Mada University Press .Yogyakarta.