kegiatan hafalan al-quran juz 30 pada siswa di mi ...eprints.ums.ac.id/77719/11/naskah...
TRANSCRIPT
KEGIATAN HAFALAN AL-QURAN JUZ 30 PADA SISWA DI MI
MUHAMMADIYAH PUCANGAN KARTASURA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Oleh :
DIAN PRISCA APRIYANI
A 510 150 038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
1
KEGIATAN HAFALAN AL-QURAN JUZ 30 PADA SISWA DI MI
MUHAMMADIYAH PUCANGAN KARTASURA
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan : 1) Pelaksanaan kegiatan hafalan Al-
Quran Juz 30 di MI Muhammadiyah Pucangan. 2) Faktor pendukung dan faktor
penghambat dalam pelaksanaan kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 yang dihadapi
oleh MI Muhammadiyah Pucangan. 3) Solusi yang dilakukan oleh MI
Muhammadiyah Pucangan untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan kegiatan
hafalan Al-Quran Juz 30. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan
desain fenomenologi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara
dan dokumentasi. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan
triangulasi teknik. Analisis data penelitian ini menggunakan model interaktif. Hasil
penelitian ini adalah : 1) Pelaksanaan kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 setiap pagi
hari sebelum pembelajaran dimulai. 2) Faktor pendukung kegiatan ini adalah
prestasi, motivasi dan semangat dari siswa serta seluruh elemen sekolah dan orangtua
siswa yang sangat mendukung dengan adanya program ini. Faktor penghambat
kegiatan ini adalah keterbatasan waktu, masih ada siswa yang belum bisa membaca
dan kesulitan dalam menghafal, siswa yang sudah hafal namun terkadang lupa
dengan hafalan yang telah dihafalnya. 3) Solusi yang dilakukan adalah memberikan
jam tambahan, memberikan bimbingan dan pengarahan, sema’an membaca dan
hafalan dengan teman, bekerjasama dengan orangtua tetap memantau hafalan anak
ketika dirumah.
Kata Kunci: Hafalan, Al-Quran, Juz’amma
Abstract
This research aims to describe: 1) Activity implementation of Juz 30 Al Quran
memorization in MI Muhammadiyah Pucangan. 2) Supporting factors and inhibitor
factors within activity implementation of Juz 30 Al Quran which faced by MI
Muhammadiyah Pucangan. 3) Solution which done by MI Muhammdiyah Pucangan
to overcome the obstacles within implementation of Juz 30 Al Quran memorization
activity. This type of research is qualitative research with phenomenology design.
Technique of collecting data uses observation, interview and documentation.
Technique of data validity uses source and technique triangulation. Analyzing data in
this research uses interactive model. The result of this research is 1) Implementation
of Juz 30 Al Quran memorization activity every morning before the lesson begins. 2)
Supporting factor of this activity is achievement, motivation and enthusiasm from
student and all of school elements and students’ parents who are very supportive of
this program. Inhibitor factor of this activity is time limitation, there are some
students who cannot recite and difficult in memorizing, students who have
memorized however they sometimes forget the memorization that has been
memorized. 3) solution which done is giving extra time, giving guidance and
direction, scrutinizing the recitation, memorizing with friends and cooperating with
parents keep monitoring children’s memorization at home.
Keywords : memorization, Al-Quran, Juz’amma
2
1. PENDAHULUAN
Di zaman yang telah modern pendidikan sangat penting dan dibutuhkan oleh semua
orang yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan serta potensi masing-
masing peserta didik. Pendidikan menjadi modal yang utama dan penting bagi
kehidupan manusia dimasa mendatang, pendidikan sendiri terdiri dari berbagai
macam. Mengajarkan sejak dini kepada anak untuk belajar membaca Al-Quran yang
mana Al-Quran adalah pedoman untuk seluruh umat Islam. Tidak hanya dibaca saja,
memahami serta menghafalkan Al-Quran sangat bagus untuk pendidikan anak. Al-
Quran merupakan kitab suci yang dijadikan sebagai pedoman hidup bagi seluruh
umat Islam dimanapun berada di seluruh dunia untuk menjadikan hidup lebih tenang
dengan berpedoman Al-Quran, yang mana di dalamnya sudah dijelaskan tentang
kehidupan manusia. Hal ini selaras dengan pendapat Al Hafizah, (2004:2-3) Al-
Quran merupakan upaya untuk mengakrabkan orang beriman dengan kitab sucinya,
sehingga mereka tidak buta akan kitab suci yang selama ini ia percayai, terbukti
dengan masih jarangnya nilai-nilai Al-Quran yang berbudaya dan menyatu di dalam
kehidupan mereka. Untuk mereka harus belajar bahkan untuk menghafalkannya serta
meyakinkan bahwa itulah satu-satunya pedoman hidup yang terbaik untuk umat
Islam yang berada diseluruh dunia.
Belajar Al-Quran dapat dimulai dari yang termudah dahulu mulai dari
mendengarkan, melihat, membaca serta menulis dan yang lebih baik lagi dengan
menghafalnya. Untuk mewujudkan generasi muda yang Qurani tidaklah mudah,
banyak yang harus di ditingkatkan secara perlahan dan bertahap agar dapat
terwujudnya generasi muda yang pandai membaca Al-Quran, alangkah lebih baik
lagi jika setiap ilmu Al-Quran yang telah didapatkan diamalkan dan dihafalkan.
Generasi Qurani tidak lahir dengan sendirinya, melainkan dimulai dari pembiasaan
dan pendidikan dalam keluarga di mulai sejak dini dengan bantuan orangtua.
Menurut Kusmawati (2016:103), orang tua harus terus memberikan motivasi yang
kuat baik secara moral maupun spiritual untuk putranya yang memberikan perawatan
sesuai dengan situasi anak-anak dan memberikan peluang bagi anak hiperaktif untuk
mendapatkan pendidikan dan perawatan yang baik sehingga setiap anak dapat
bangun dan memiliki kesempatan untuk mencapai cita-cita. Banyak keutaman serta
3
keuntungan menghafalkan ayat-ayat suci Al-Quran mulai sejak dini dimana
konsentrasi belajar anak masih terfokus serta daya ingat anak masih sangat kuat dan
bagus dapat dengan mudah untuk menghafalkannya. Hal ini sejalan dengan pendapat
Al Hafiz, dkk (2016:84) menghafal Al-Quran telah memberikan dampak besar pada
mereka yang menghafal Al-Quran. Hasil dari ketekunan, tekad dan ketulusan siswa
dalam mendapatkan pengetahuan dan menghafal Al-Quran.
Pada dunia pendidikan, penanaman ilmu keagamaan harus ditanamkan sejak
masih kecil saat berada dikelas rendah. Untuk lebih meningkatkan ilmu keagamaan
yang terutama tentang belajar membaca Al-Quran serta hafalan Al-Quran Juz 30
pada siswa yang harus dimulai sejak masih kelas rendah dan ditingkatkan pada kelas
tinggi. Dimulai dari yang termudah agar tidak terbebani dan merasa kesulitan pada
siswa di saat harus menghafalkan banyak surat-suratan dalam Juz 30. Untuk generasi
muda yang lebih maju dalam meningkatkan pembelajaran hafalan Al-Quran harus
banyak berlatih serta belajar agar konsentrasi belajar tetap berfokus tidak hanya
sekedar belajar namun bisa memaknai arti yang terkandung di dalam Al-Quran Juz
30. Harapan guru dengan membaca ayat suci Al-Quran setiap hari akan dapat
mempermudah siswa untuk mengingat menghafalnya serta dapat mengerti arti dan
makna yang terkandung dalam setiap ayat yang telah dibacanya. Hal ini sejalan
dengan pendapat Mudjiman, dkk (2016:213) bahwa model menghafal sorongan bil
ghaib dapat membantu siswa untuk mempercepat hafalan mereka sehingga guru
dapat meningkatkan konsentrasi siswa untuk mempercepat hafalan dan dapat
disimpan dalam memori jangka panjang.
Pada saat berada di kelas rendah siswa diberikan hafalan Al-Quran Juz 30
dari surat yang terpendek atau termudah terlebih dahulu, untuk menjaga hafalannya
siswa diberikan kartu sampai mana hafalannya agar selalu mengingat setiap hari
sebelum dimulai pembelajaran selalu membaca Al-Quran terlebih dahulu. Setelah
naik ke kelas tinggi siswa menghafal Al-Quran Juz 30 pada tingkatan yang lebih
tinggi atau surat yang sudah mulai panjang untuk kelas tinggi juga di berikan kartu
hafalan, tidak lupa juga pada siswa kelas tinggi harus kembali hafalan Juz 30 dari
surat awal agar dapat di wisuda hafalan Al-Quran Juz 30. Seperti halnya pada kelas
tinggi juga harus menjaga hafalannya pada setiap pagi hari sebelum pembelajaran
4
dimulai seluruh siswa membaca bersama Al-Quran yang sudah di tentukan pada
setiap harinya.
Dengan memberikan kartu hafalan kepada seluruh siswa, siswa dapat dengan
mudah mengingat apa yang akan dihafal dan yang telah di hafalnya. Kartu hafalan
yang dimiliki setiap siswa dapat di ketahui oleh orangtua yang berada dirumah,
dengan demikian orangtua dapat memantau sampai mana hafalan anak-anaknya serta
bisa memberikan bimbingan pada siswa saat berada dirumah. Dapat dilihat banyak
keuntungan menghafalkan ayat-ayat suci Al-Quran, dengan dimulai dari sejak dini
dimana konsentrasi belajar anak masih terfokus serta daya ingat anak masih sangat
kuat dan bagus dengan demikian dapat dengan mudah menghafalkan ayat-ayat suci
Al-Quran.
Pada kenyataanya di MIM Pucangan sudah menerapkan metode pada masing-
masing kelas setiap wali kelas mempunyai metode tersendiri agar siswanya dengan
mudah menghafalkan Al-Quran Juz 30. Salah satu metode umum yang digunakan
oleh guru di MIM Pucangan ialah metode sering mendengarkan Al-Quran melalui
kaset atau orang yang ahli dan fasih membaca Al-Quran, sering mendengarkan Al-
Quran melalui kaset, CD, atau mendengarkan guru atau senior yang fasih membaca
Al-Quran akan mempengaruhi dan membantu untuk mempercepat dalam
menghafalkan Al-Quran. Sebab apabila sering menggunakan metode diatas mampu
mempermudah dalam menghafal Al-Quran. Bukan hanya itu, metode ini juga dapat
membantu bagi seseorang yang sedang menjalani proses mengulang hafalan. Jika
terdapat ayat yang lupa, dengan mengikuti bacaan dan mendengarkan dari kaset,
maka seseorang akan ingat kembali dengan hafalan yang lupa (Wahid, 2015:102).
Salah satu metode ini yang digunakan di MIM Pucangan, metode ini dilaksanakan
setiap pagi sebelum pembelajaran dimulai dengan setiap hari di dengarkannya ayat-
ayat suci Al-Quran siswa siswi akan dengan mudah untuk mengingatnya kembali.
Selaras dengan hal itu, Pasaribu, (2018: 184) mengatakan bahwa metode
menghafalkan Al-Qur’an yang dilakukan secara terus menerus dan diulang-ulang
dapat mempengaruhi menghafal siswa. Proses menghafal Al-Qur’an tersebut
digunakan untuk latihan siswa dalam berkonsentrasi.
5
Dengan menggunakan metode yang tepat siswa akan merasa nyaman pada
saat melaksanakan kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 yang telah dilaksanakan di
MIM Pucangan Kartasura ini,metode mendengarkan sangat cocok untuk anak-anak
pada saat proses menghafal khususnya surah-surah pendek, alangakah lebih baik
dimulai dari sekarang meskipun sang anak belum bisa membaca Al-Quran namun
sudah bisa mendengarkan. Kegiatannya bisa dilakukan langsung oleh orangtua, guru
ataupun orang yang diserahi amanat untuk mendidiknya dapat juga dibantu dengan
pemuataran kaset murattal secara berulang-ulang dan teratur. Makhyaruddin
(2016:52-52). Metode ini sangat cocok apabila diberikan pada kelas rendah yang
mana masih banyak siswa masih merasa kesulitan dalam membaca Al-Quran.
Upaya yang dapat dilakukan terhadap siswa agar tidak bermalas-malasan dan
bosan saat kegiatan hafalan ialah setiap pagi sebelum pembelajaran dimulai siswa
membaca Al-Quran bersama, membaca bergilir secara acak atau keliling. Dengan di
acak atau keliling siswa tidak akan merasa bosan dan mampu menumbuhkan rasa
semangat untuk mendengarkan siapa yang akan bergiliran. Memberikan pengertian
kepada seluruh siswa bahwa dengan membaca serta menghafal Al-Quran akan
memberikan banyak keuntungan serta kenikmatan baik di dunia dan di akhirat kelak
serta siswa terbekali dengan ilmu yang mulia.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti mengambil judul “ Kegiatan
Hafalan Al-Quran Juz 30 Pada Siswa di MI Muhammadiyah Pucangan Kartasura “
pada MI Muhammadiyah Pucangan Kartasura penelitian diatas tersebut sebelumnya
belum pernah diteliti sama sekali oleh karena itu peneliti mengambil judul “Kegiatan
Hafalan Al-Quran Juz 30 Pada Siswa Di MI Muhammadiyah Pucangan Kartasura”
untuk melihat pelaksaan kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 yang ada di MI
Muhammadiyah Pucangan Kartasura.
2. METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Desain penelitian ini adalah
Fenomenologi. Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, dan
siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan teknik
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pada penelitian kualitatif triangulasi
6
diartikan sebagai pengujian keabsahan data saat yang diperoleh melalui triangulasi
sumber dan triangulasi teknik. Teknik analisis data menggunakan model interaktif
yaitu Data collection (pengumpulan data), Data reduction (reduksi data), Data
Display (penyajian data), dan Conclusion drawing/verification(penarikan kesimpulan
atau Verifikasi).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pelaksanaan Kegiatan Hafalan Al-Quran Juz 30 pada Siswa di MIM
Pucangan
3.1.1 Perencanaan Kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30
Kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 di MIM Pucangan merupakan salah satu kegiatan
pendukung pembelajaran serta menjadi program unggulan di MIM Pucangan. Hal
yang melatarbelakangi kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 yaitu untuk meningkatkan
mutu lulusan yang dapat dijadikan bekal oleh seluruh siswa setelah lulus sekolah.
Selain itu, hal ini menjadi pembuktian kepada masyarakat sehingga masyarakat luar
dapat mengetahui program unggulan yang ada di MIM Pucangan guna meningkatkan
pemahaman siswa terhadap ajaran agama dan kegiatan keagamaan siswa. Pihak
sekolah mengembangkan program tersebut bertujuan untuk membentuk karakter
siswa berkepribadian Islam yang tercermin dalam pola pikir dan perilaku dalam
kehidupan bermasyarakat sopan santun dan berkepribadian yang baik. Hal ini sejalan
dengan pendapat Prihatin, Rifai & Chotimah, (2018:41) bahwa menghafal dapat
menjadikan siswa percaya diri dan pada saat mereka keluar berada di masjid
mengetahui banyak hafalan Juz 30 dan tidak hanya surat-surat yang pendek saja.
Siswa terbekali dengan ilmu agama yang bagus dan memiliki tutur kata perilaku dan
sopan santun yang baik di lingkungan sekolah serta lingkungan masyarakat.
3.1.2 Pelaksanaan kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 di MIM Pucangan.
Kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 di MIM Pucangan di wajibkan untuk seluruh
siswa kelas 1 sampai kelas 6 karena kegiatan hafalan Al-Quran ini juga sebagai salah
satu syarat kelulusan siswa. Adapun tempat pelaksanaannya di setiap kelas masing-
masing bersama wali kelas. Setelah di kelas 6 dan memasuki akhir semseter siswa
kelas 6 akan di uji oleh tim penguji seluruh hafalan diulang dari awal sampai akhir
7
kemudian jika sudah di uji semua dan di nyatakan lulus siswa akan di adakan wisuda
kelulusan hafalan Al-Quran Juz 30.
Setiap wali kelas mempunyai metode sendiri untuk seluruh siswanya agar
dapat membaca dan menghafalkan Al-Quran Juz 30 secara baik dan benar agar dapat
naik kelas sesuai target. Adapun metode khusus yang diterapkan di MIM Pucangan
selain metode yang telah diberikan oleh wali kelas masing-masing yaitu metode pada
setiap pagi hari selalu mendengarkan musik melalui kaset CD yang setiap pagi hari
sebelum pembelajaran dimulai selalu diputarkan untuk seluruh siswa. Dengan setiap
hari di putarkan ayat-ayat suci Al-Quran melalui kaset lama kelamaan siswa akan
dapat menangkap melalu pendengarannya dan bisa lebih cepat dengan
menghafalnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Wahid (2015:102) bahwa
sering mendengarkan Al-Quran melalui kaset, CD, atau mendengarkan guru atau
senior seseorang yang fasih membaca Al-Quran akan mempengaruhi dan membantu
seseorang untuk mempercepat dalam menghafalkannya Al-Quran karena pikiran
seseorang akan familier dengan ayat-ayat Al-Quran.
3.1.3 Pengorganisasian kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 pada siswa di MIM
Pucangan
Pengorganisasian pada kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 ini sendiri dipimpin oleh
Kepala Sekolah MIM Pucangan untuk yang bertanggung jawab dengan kegiatan
hafalan ini ialah seluruh guru yang bertugas baik Kepala Sekolah, Guru Tahfidz, dan
Wali Kelas masing-masing. Mereka mempunyai peran yang penting di setiap
bagiannya. Untuk Kepala Sekolah yang selalu memantau jalannya kegiatan hafalan
serta selalu memberikan metode khusus kepada seluruh siswa setiap pagi sebelum
masuk kelas, untuk Guru Tahfidz sendiri memiliki tanggung jawab sampai akhir
kegiatan hafalan sampai selesai siswa lulus dan di wisuda Guru Tahfidz juga sebagai
tim penguji untuk siswa. Sedangkan untuk wali kelas sendiri sangat berperan penting
untuk seluruh siswa, karena setiap pagi hari selama 1 jam sebelum pembelajaran
dimulai seluruh siswa membaca dan mengaji bersama degan wali kelas masing-
masing kemudian siswa dapat menyetorkan hafalannya kepada wali kelas masing-
masing.
8
3.1.4 Keuntungan dan manfaat dalam kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 pada siswa
di MIM Pucangan
Keuntungan dan manfaat sendiri dari kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 pada siswa di
MIM Pucangan ialah, menjadikan siswa dapat menghafal Al-Quran Juz 30 sebagai
bekal di masa yang akan mendatang keuntungannya sendiri untuk sekolah ialah
menjadi program unggulan di MIM Pucangan, dengan program ini dapat menarik
minat masyarakat untuk mempercayai MIM Pucangan mendidik putra putrinya di
sekolah. Adapun manfaat dari kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 ini sendiri ialah,
dapat memberikan rasa percaya diri yang lebih kepada siswa ketika berada di luar
sekolah, ketika siswa berada di masjid merea akan mempunyai rasa percaya diri yang
tinggi. Kemudian siswa akan mendapat pujian dan menjadi kebanggan orangtua dan
masyarakat, pada diri siswa juga mempunyai rasa kebanggaan sendiri. Hal ini sejalan
dengan pendapat Ansari, (2017:4) bahwa keutamaan atau keunggulan dari
menghafal Al-Qur’an, baik itu keutamaan di akhirat sebagaimana yang diterangkan
dari berbagai hadits nabi Muhammad saw., atau keutamaan di dunia sebagaimana
diutarakan oleh ahli pendidikan anak di Kalimantan Selatan, Karyono Ibnu Ahmad,
bahwa anak yang menghafal Al-Qur’an niscaya prestasinya akan meningkat.
Hal ini sejalan dengan pendapat dari, Al Hafizah (2004:24-25) bahwa
kegiatan tersebut dapat meningkatnya kualitas ulama pada masa yang akan datang.
Kalau seorang anak sejak dini sudah menguasai Al-Quran dengan baik, tidak
mustahil di akan menjadi mussafir yang handal, karena perhatiannya ketika sudah
dewasa tidak lagi tercurah pada hal-hal yang terkait dengan teknis tilawah, namun
akan lebih banyak menggali kandungannya. Maka dari ini mendidik anak sejak dini
sangatah penting baik buat diri sendiri orangtua dan masyarakat. Sepertihalnya
pendapat tersebut, Wahid (2015:145-146) menyatakan para penghafal Al-Quran telah
dijanjikan derajat yang tinggi di sisi Allah Swt. Pahalanya yang besar, serta
penghormatan di antara sesama manusia. Al-Quran menjadi hujjah atau pembela
bagi pembacanya serta sebagai pelindung dari siksaan api neraka. Kegiatan hafalan
Al-Quran Juz 30 yang mempunyai banyak keuntungan dan manfaat, selalu
memberikan motivasi kepada seluruh peserta didik agar tetap selalu bersemangat
dalam menghafal Al-Quran Juz 30.
9
3.1.5 Evaluasi kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30
Pada MIM Pucangan sendiri melaksanakan evaluasi mengenai kegiatan hafalan Al-
Quran Juz 30 setiap hari ketika sedang istirahat pada saat seluruh guru berapa di
kantor. Biasanya seluruh guru akan mencurahkan keluh kesahnya ketika sedang
istirahat di kantor, guru akan berbincang-bincang mengenai kekurangan yang ada di
setiap masing-masing kelas yang mana tentunya ada saja peserta didik yang sulit di
kendalikan. Seluruh guru saling memberikan masukan untuk guru yang mempunyai
siswa yang bermasalah. Adapun tujuan dengan di adakannya evaluasi mengenai
kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 ialah agar dapat mengetahui sejauh mana
perkembangan kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 serta sudah berjalan dengan baik
atau tidaknya adakah masalah yang tengah di hadapi oleh wali kelas masing-masing
saat sedang berjalannya kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 ketika di kelas. Tujuan
adanya kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 ialah salah satunya untuk memberikan
bekal kepada seluruh siswa ketika sudah lulus dari MIM Pucangan.
3.2 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Kegiatan
Hafalan Al-Quran Juz 30
3.2.1 Faktor Pendukung
a. Adanya dukungan dari semua pihak baik kepala sekolah, wali kelas dan orangtua
wali murid.
Pelaksanaan kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 di MIM Pucanga sejauh ini masih
berjalan dengan lancar sampai saat ini karena mendapat dukungan dari berbagai
pihak orang tua wali murid dan masyarakat. Orangtua siswa sangat mendukung
dengan adanya kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 di MIM Pucangan terlihat jelas
dari antusias orangtua siswa terhadap kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 karena
banyak memberikan bekal untuk putra putrinya kelak setelah lulus dan
menjadikan kebanggan tersendiri untuk orangtua dan siswanya sendiri. Sejalan
dengan pendapat Muslimin, (2015:56) Tahfidz merupakan program unggulan,
maka sekolah serius memperhatikan beberapa faktor yang mampu mempengaruhi
keberhasilannya. Mulai faktor intern, psikologis dan ekstern. Salah satu faktor
10
yang mempengaruhi adalah lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun
sekolah.
b. Memiliki penanggung jawab (wali kelas), Guru Tafidz dan Tim Penguji sebagai
pengurus kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 di MIM Pucangan.
Penanggung jawab (wali kelas), disini wali kelas mempunyai tanggung jawab
kepada seluruh siswa yang mana siswanya harus hafal sesuai target pada setiap
kelas masing-masing. Wali kelas mempunyai metode berbeda-beda dalam
menerapkan kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 untuk dapat membantu dan
mempermudah dalam menghafal siswa serta seluruh siswa daapat mencapai
target sesuai waktu yang telah diberikan. Hal ini selaras dengan pendapat Anwar
& Hafiyana, (2018:185) bahwa metode tidak boleh diabaikan dalam proses
pelaksanaan menghafal al-Qur’an, karena metode akan ikut menentukan berhasil
atau tidaknya tujuan menghafal alQur’an. Semakin baik metode yang digunakan,
maka semakin efektif dan efisien dalam menggapai keberhasilan dan tujuan
mengahafal. Dalam menghafal al-Quran terdapat banyak metode yang dapat
digunakan, bahkan disetiap negara memiliki metode menghafal al-Quran masing-
masing. Guru Tafidz di sekolah tersebut, mempunyai tanggung jawab dalam
memantau hafalan seluruh siswa untuk kelas 6 ada jam tambahan sendiri bersama
Guru Tafidz dan akan di adakan pengulangan hafalan dari kelas 1 sampai kelas 6.
Ketika sudah hafal semua dan sampai dengan akhir semester siswa akan di uji
oleh guru atau Tim Penguji untuk kelayakan dimana siswa di tes bacaannya oleh
Tim Penguji yang berjumlah 3 orang. Ketika sudah di uji oleh Tim Penguji Guru
Tafidz tetap memantaunya dan memperhatikan apakah masih ada
kekuranggannya.
c. Siswa sangat aktif dan berantusias dalam mengikuti kegiatan hafalan Al-Quran
Juz 30 di MIM Pucangan.
Kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 di MIM Pucangan sudah berjalan dengan
lancar. Siswa yang sangat berantusias serta sangat aktif dalam kegiatan hafalan
Al-Quran 30 ini sendiri membuat kegiatan menjadi semakin lancar. Hal ini
sejalan dengan pendapat Utami & Maharani, (2018:188) yaitu berdasarkan
observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran kegiatan hafalan dengan
11
menggunakan metode, dapat dilihat bahwa siswa terlihat sangat senang karena
ada guru tahfidz yang mengajar dalam menghafalkan Al-Qur’an dengan cara
yang mudah, sehingga siswa mudah mengerti dan memahami materi yang
diajarkan. Walaupun terkadang masih ada beberapa siswa yang membuat gaduh
di kelas namun wali kelas sudah bisa menanganinya dengan metode yang di
terapkan di kelas saat kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 berlangsung.
3.2.2 Faktor Penghambat
a. Peserta Didik yang belum begitu lancar dalam membaca dan menghafalkan Al-
Quran Juz 30
Membaca dan menghafalkan setiap ayat Al-Quran tidak semudah yang orang
fikirkan siswa masih ada yang memiliki kendala dalam menghafal. Banyak faktor
yang membuat menghambat hafalan, untuk kelas rendah terkadang masih suka
bermain, mengobrol sendiri dari situlah siswa kurang terfokuskan dalam hafalan
Al-Quran Juz 30. Untuk faktor penghambat di kelas tinggi terkadang apa yang
sudah di hafalnya menjadi lupa karena harus menghafal ayat baru yang lebih
panjang dan tidak sering mengulang hafalan yang telah di hafalnya. Terkadang
masih ada siswa yang belum begitu lancar dalam membaca Al-Quran jadi bisa
menghambat kelancaran siswa yang lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat
Arifin, (2015:96), Faktor penghambat dalam menghafal Al-Qur’an adalah
kemampuan siswa dalam membaca al-Qur'an masih minim, belum ada budaya
membaca al-Qur'an, siswa memiliki banyak kegiatan lain selain program
Tahfidzul Qur'an.
b. Kurangnya waktu untuk kegiatan membaca dan menghafalan Al-Quran Juz 30
Untuk berjalan lebih lancar kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 ini memerlukan
waktu yang lumayan panjang atau banyak dan di MIM Pucangan ini belum
mempunyai waktu khusus untuk kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 hanya waktu
di pagi hari 1 jam sebelum pembelajaran dimulai. Itupun masih banyak
kekurangan waktu dan wali kelas mempunyai caranya sendiri agar siswanya tetap
dapat menghafal Al-Quran Juz 30 dengan lancar dan mudah menggunakan
metodenya dari wali kelas masing-masing.
12
3.3 Solusi yang dilakukan oleh MI Muhammadiyah Pucangan kartasura untuk
mengatasi kendala dalam pelaksanaan kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30
a. Meminta bantuan orangtua untuk tetap memantau hafalan putra putrinya ketika
dirumah dengan cara membaca atau mengecek kartu hafalan yang telah di
berikan oleh MIM Pucangan. Agar orangtua juga dapat mengetahui sejauh mana
kemampuan hafalan putra putrinya
b. Memberikan jam tambahan kepada peserta didik yang masih kurang dalam
hafalan Al-Quran Juz 30. Wali kelas mempunyai sendiri untuk memberikan jam
tambahan kepada peserta didik.
4. PENUTUP
Hasil penelitian ini adalah : 1) Pelaksanaan kegiatan hafalan Al-Quran Juz 30 setiap
pagi hari sebelum pembelajaran dimulai. 2) Faktor pendukung kegiatan ini adalah
prestasi, motivasi dan semangat dari siswa serta seluruh elemen sekolah dan orangtua
siswa yang sangat mendukung dengan adanya program ini. Faktor penghambat
kegiatan ini adalah keterbatasan waktu, masih ada siswa yang belum bisa membaca
dan kesulitan dalam menghafal, siswa yang sudah hafal namun terkadang lupa
dengan hafalan yang telah dihafalnya. 3) Solusi yang dilakukan adalah memberikan
jam tambahan, memberikan bimbingan dan pengarahan, sema’an membaca dan
hafalan dengan teman, bekerjasama dengan orangtua tetap memantau hafalan anak
ketika dirumah.
DAFTAR PUSTAKA
Al Hafizah, A. A. A. R. 2004. Kiat Sukses Menjadi Hfizh Qur’an Da’iyah. Bandung:
PT Syaamil Cipta Media.
Ansari, M. I. (2017). Pelaksanaan Karantina Tahfidzh Al-Quran 30 Hari untuk Siswa
Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah di Banjarmasin. Jurnal Madrasah
Ibtidaiyah, 18. Diakses pada 25 Maret 2019, dari http://ojs.uniska-
bjm.ac.id/index.php/muallimuna
Anwar, K., & Hafiyana, M. (2018). Implementasi Metode ODOA (One Day One
Ayat) Dalam Meningkatkan Kemampuan Menghfala Al-Quran. Jurnal
Pendidikan Islam Indonesia, 18. Diakses pada 25 Maret 2019, dari
http://www.ojs.pps-ibrahimy.ac.id/index.php/jpii/article/view/71
13
Arifin, Z. 2015. Tahfidzul Qur’an Program at SDIT Fajrul Islam Wiradesa
Pekalongan Centre Of Java Indonesia. Jurnal of Social Sciences and
Humanities, 6. Diakses pada 26 Maret 2019, dari
http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/
Chotimah, C. Rifai, A., & R. Prihatin, T. (2018). The Management of the Tahfidz Al
Qur’an Education Program in Children Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Islamic
Boarding School Kudus. Jurnal Education Management, 7. Diakses pada 26
Maret 2019, dari http://journal.unnes.ac.id/siu/index.php/edumn
Al Hafiz, M. M. A., dkk. (2016). Descriptive Qualitative Teaching Method of
Memorization in the Institution of Tahfiz Al-Quran Wal Qiraat Pulai
Condong and the Students’ Level of Academic Excellence. Mediterranean
Journal of Social Sciences, 7. Diakses pada 26 Maret 2016, dari
http://10.5901/mjss.2016.v7n1s1p79
Kusmawati, A. (2016). Tahsin Method of Al-Quran and Parenting for Children
Hyperactive in Kingdergarten School Orange, Ciputat Timurr, Tangerang
Selatan, Indonesia. Advances in Social, Education and Humanities Research
(ASSEHR), 8. Diakses pada 29 Maret 2019, dari
http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4/4.0/
Makhyaruddin, D. M. 2016. Rahasia Nikmatnya Menghafal Al-Quran. Jakarta: PT
Mizan Publika.
Malikah, N. Mudjiman, H. Anitah, S., & Hidayatullah, F.m(2016). Bifilar
Cooperative Learning Model for Hadis Memorizing Skill in AlQuran–Hadis
in Madrasah Ibtidaiyah Ponorogo Recency, Indonesia. International Journal
of Education and Research, 10. Diakses pada 29 Maret 2019, dari
www.ijern.com
Muslimin, A. (2015). Implementasi Metode Halaqah dan Resitasi dalam Tahfidz Al-
Quran di SDIT El-Haq Banjarsari Buduran Sidoarjo. Jurnal Pendidikan
Islam, 8. Diakses pada 25 Maret 2019, dari
https://doi.org/10.21070/ja.v1i1.164
Pasaribu, R. (2018). Pengaruh Hafalan Al-Quran Terhadap Kedisiplinan Belajar dan
Prestasi Belajar pada Siswa SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta.
Jurnal Bimbingan dan Konseling, 15. Diakses pada 26 Maret 2019, dari
http://ojs.upy.ac.id/ojs/index.php/gjbk/article/view/1305
Utami, R. D., & Maharai, Y. (2018). Kelebihan dan Kekurangan Metode Talaqqi
dalam Program Tahfidz Al-Quran Juz 29 dan 30 Pada Siswa Kelas Atas
Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah. Jurnal Profesi Pendidikan Dasar, 8.
Diakses pada 25 Maret 2019, dari https://doi.org/10.23917/ppd.v1i2.7353
14
Wahid, W. A. 2015. Panduan Menghafal Al-Quran Super Kilat Step by Step dan
Berdasarkan Pengalaman. Yogyakarta: Diva Press (Anggota IKAPI).