kegiatan penabatan/penutupan paritwetlands.or.id/pdf/flyers/sop cb puning.pdf · pelaksanaan...

4
Standard Operational Procedure (SOP) atau Prosedur Operasional Standar (POS) ini berisi langkah-langkah pokok yang harus dilakukan dan diikuti dalam melaksanakan kegiatan penutupan/ penabatan parit (ditch blocking) pada kawasan ekosistem air hitam (EAH) Sungai Puning. POS merupakan pedoman umum kegiatan penutupan kanal yang meliputi penentuan jenis konstruksi, pra-konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi tabat (pemeliharaan, monitoring - evaluasi dan pelaporan). KEGIATAN PENABATAN/PENUTUPAN PARIT DI EKOSISTEM AIR HITAM SUNGAI PUNING PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) ISI: ! Jenis konstruksi ! Metode pelaksanaan ! Langkah-langkah pokok dalam penabatan parit ! Tahap pra- konstruksi ! Tahap konstruksi ! Tahap pasca konstruksi 1 Dengan adanya Prosedur Operasional Standar (POS) diharapkan tujuan, sasaran dan manfaat yang ingin diperoleh dari kegiatan penutupan/penabatan parit dapat dicapai secara optimal dan implementasi kegiatan di lapangan tidak terlalu jauh menyimpang dari prosedur standar yang sudah ditetapkan. Tata urutan dari POS ini adalah jenis konstruksi, langkah-langkah kegiatan pra- konstruksi, tahapan kegiatan konstruksi dan tahapan kegiatan pasca konstruksi tabat. Jenis konstruksi Ada 2 jenis konstruksi tabat yang dapat dipergunakan dalam melakukan kegiatan penutupan parit di Sungai Puning, yaitu plank dam dan composite dam. Plank dam adalah tabat dengan konstruksi satu lapis yang bahan dasarnya dapat berupa papan atau balok kayu bulat (gambar1). Sedangkan composite dam adalah jenis tabat dengan kontruksi dua lapis (sheet piles) yang bahan dasarnya juga dapat berupa papan atau balok kayu (gambar 2). Parit di Sungai Puning, Kalimantan Tengah

Upload: others

Post on 30-Jul-2020

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Standard Operational Procedure (SOP) atau Prosedur Operasional

    Standar (POS) ini berisi langkah-langkah pokok

    yang harus dilakukan dan diikuti dalam melaksanakan

    kegiatan penutupan/ penabatan parit (ditch

    blocking) pada kawasan ekosistem air hitam (EAH)

    Sungai Puning. POS merupakan pedoman

    umum kegiatan penutupan kanal yang meliputi

    penentuan jenis konstruksi, pra-konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi tabat (pemeliharaan, monitoring - evaluasi dan pelaporan).

    4

    KEGIATAN PENABATAN/PENUTUPAN PARITDI EKOSISTEM AIR HITAM SUNGAI PUNING

    PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

    ISI:

    ! Jenis konstruksi! Metode pelaksanaan ! Langkah-langkah

    pokok dalam penabatan parit! Tahap pra-

    konstruksi! Tahap konstruksi! Tahap pasca

    konstruksi

    1

    Dengan adanya Prosedur Operasional Standar (POS) diharapkan tujuan, sasaran dan manfaat yang ingin diperoleh dari kegiatan penutupan/penabatan parit dapat dicapai secara optimal dan implementasi kegiatan di lapangan tidak terlalu jauh menyimpang dari prosedur standar yang sudah ditetapkan.

    Tata urutan dari POS ini adalah jenis konstruksi, langkah-langkah kegiatan pra-konstruksi, tahapan kegiatan konstruksi dan tahapan kegiatan pasca konstruksi tabat.

    Jenis konstruksi

    Ada 2 jenis konstruksi tabat yang dapat dipergunakan dalam melakukan kegiatan penutupan parit di Sungai Puning, yaitu plank dam dan composite dam. Plank dam adalah tabat dengan konstruksi satu lapis yang bahan dasarnya dapat berupa papan atau balok kayu bulat (gambar1). Sedangkan composite dam adalah jenis tabat dengan kontruksi dua lapis (sheet piles) yang bahan dasarnya juga dapat berupa papan atau balok kayu (gambar 2).

    Tim Produksi:

    Penyusun : Alue DohongFoto : Ed Wicken, Alue Dohong,

    Yus Rusila Noor & Faizal ParishDesain/Tata Letak : Vidya Fitrian

    Parit di Sungai Puning, Kalimantan Tengah

    PRA-KONSTRUKSI

    Sosialisasi

    Identifikasi parit

    Klarifikasi & persetujuan pemilik

    Pengukuran dimensi parit

    Penentuan desain dan jumlah tabat

    Bahan & materi konstruksi

    Perhitungan bahan, alat dan tenaga kerja

    KONSTRUKSI

    Mobilisasi alat, bahan dan tenaga kerja

    Kegiatan konstruksi tabat

    Penimbunan/reklamasi tabat

    PASCA KONSTRUKSI

    Pemeliharaan tabat

    Monitoring & koleksi data

    Pelaporan & penyajian data

    Head Office:Wetlands International-Indonesia Programme

    Jl. Ahmad Yani No 53-Bogor 16161PO. Box 254/BOO-Bogor 16002

    Tel:+62-251-312189; Fax: +62-251-325755 [email protected] OR [email protected]

    Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia (CCFPI), merupakan proyek yang berkaitan dengan serapan karbon (carbon sequestration) dan dibiayai melalui Dana Pembangunan dan Perubahan Iklim Kanada. Proyek ini dirancang untuk meningkatkan pengelolaan berkelanjutan pada hutan dan lahan gambut di Indonesia agar kapasitasnya dalam menyimpan dan menyerap karbon meningkat serta mata pencaharian masyarakat di sekitarnya menjadi lebih baik. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam proyek ini, baik di tingkat lokal maupun nasional, dikaitkan dengan usaha-usaha perlindungan dan rehabilitasi hutan dan lahan gambut. Dalam pelaksanaannya di lapangan, proyek ini menerapkan pendekatan-pendekatan yang bersifat kemitraan dengan berbagai pihak terkait (multi stakeholders) dan dengan keterlibatan yang kuat dari masyarakat setempat.

    The Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia (CCFPI) Project is undertaken with the financial support of the Government of Canada provided through

    The Canadian International Development Agency (CIDA)

    Canadian International Agence canadienne deDevelopment Agency développement international

    Sumatra Office:Jl. H. Samsoe Bahroem No. 28

    RT 24/VIII-Jambi 36135Tel/Fax: +62-741-64445

    [email protected] [email protected]

    Kalimantan Office:Jl. Teuku Umar No 45

    Palangka Raya 73111 - Kal TengTel/Fax: +62-536-38268

    [email protected] [email protected]

    Bagan Prosedur Operasional Standar (POS) kegiatan penabatan parit di EAH Sungai Puning

    Kegiatan penutupan parit di Muara Puning, Kalimantan Tengah

  • Metode pelaksanaan

    Metode pelaksanaan dalam pembuatan tabat seluruhnya dilakukan dengan cara konvensional (manual) dimana alat bantu yang akan digunakan cukup dibuat di lokasi pada saat pelaksanaan pekerjaan.

    Langkah-langkah pokok dalam penabatan parit

    Tahap pra-konstruksi

    Kegiatan pokok yang harus dilaksanakan pada tahap pra-konstruksi sebagai berikut:

    a. Kegiatan sosialisasiTujuan sosialisasi adalah agar masyarakat, termasuk didalamnya para pemilik parit, memahami tujuan dan manfaat kegiatan penabatan parit. Dalam kegiatan sosialisasi juga dijelaskan tipe konstruksi tabat, tahapan kegiatan dan mekanisme penabatan serta kegiatan pemeliharaan dan monitoring (bila diperlukan).

    b. Identifikasi parit yang akan ditabatKegiatan ini diawali dengan mengidentifikasi para pemilik parit, status penggunaan parit (aktif atau sudah tidak aktif), klarifikasi dimensi/ukuran parit dan letak/lokasi parit.

    c. Klarifikasi status kepemilikan dan persetujuan pemilik paritSetelah proses identifikasi selesai, langkah berikutnya adalah klarifikasi atas kepemilikan parit. Berdasarkan informasi penduduk setempat, satu parit biasanya dimiliki oleh lebih dari satu orang, sehingga seluruh pemilik wajib untuk didekati dan meminta persetujuan tertulis mereka atas rencana penabatan tersebut.

    d. Pengukuran dimensi paritKegiatan pengukuran fisik meliputi ukuran panjang, lebar dan dalam, sedangkan pengukuran non-fisik meliputi kecepatan arus, ketinggian muka air, jumlah debit

    32

    air, elevasi, kontur tanah dan kualitas air (bila dibutuhkan).

    e. Penentuan desain tabat dan jumlah tabat yang akan dibangunHasil pengukuran dimensi parit dan kondisi bio-fisik lapangan akan menentukan jenis tabat yang akan dipakai apakah plank atau composite dam.

    f. Identifikasi bahan dan materi konstruksiDalam memilih jenis bahan konstruksi, hendaknya diperhatikan faktor-faktor seperti ketersediaan bahan, kemudahan aksesibilitas (angkutan) dan bahan yang dipakai tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Untuk konstruksi tabat parit tradisional seperti di Sungai Puning, disarankan menggunakan kayu lokal yang cukup banyak tersedia di daerah tersebut seperti Belangiran.

    g. Perhitungan biaya bahan, alat dan jumlah kebutuhan tenaga kerjaPerhitungan kebutuhan bahan seperti papan, balok kayu dan tanah timbunan (composite dam). Alat-alat yang dibutuhkan antara lain gergaji, parang, cangkul, kampak dan palu. Jumlah pekerja sangat ditentukan oleh besar kecilnya tabat yang akan dibuat, namun untuk membuat tabat kecil setidaknya dibutuhkan 2-3 orang untuk satu tabat dengan durasi waktu kerja satu hari.

    Tahap konstruksi

    Kegiatan pokok yang harus diikuti adalah sebagai berikut:

    a. Mobilisasi bahan, alat dan tenaga kerjaSebelum konstruksi tabat dilaksanakan, maka perlu dipastikan bahwa semua alat-alat, bahan dan tenaga kerja sudah tersedia cukup di lapangan.

    b. Kegiatan kontruksi tabatProsedur dasar pengerjaan tabat adalah: (i) pembersihan lokasi tempatan tabat; (ii) pemasangan pondasi dasar; (iii) pemasangan

    papan/balok tabat; (iv) pemasangan pengancing (brancing) tabat.

    c. Kegiatan penimbunan/reklamasi tabatUntuk memperkuat daya tahan tabat, untuk jenis tabat composite, perlu dilakukan pengisian (refill) diantara dua lapis tabat yang dibangun. Agar tabat keberadaannya lebih permanen dapat dilakukan penanaman vegetasi di atas timbunan tabat.

    Tahap pasca konstruksi

    Kegiatan pasca konstruksi meliputi:

    a. Kegiatan pemeliharan tabatPemeliharaan tabat sangat diperlukan agar daya tahan tabat yang dibangun dapat lebih lama. Arahan penabatan ditujukan pada bahan konstruksi yang mengalami pelapukan atau kerusakan.

    b. Kegiatan monitoring dan koleksi dataUntuk kepentingan ilmiah, di lokasi parit yang ditabat dapat dilakukan koleksi data seperti data hidrologi, kualitas air, kebakaran hutan, biodiversitas dan lain-lain. Untuk kepentingan pengumpulan data tersebut dapat dilakukan pemasangan stasiun monitoring sesuai dengan jenis dan spesifikasi data yang dibutuhkan.

    c. Kegiatan pelaporan dan penyajian dataData yang diperoleh dianalisa dan dilaporkan serta disebarkan kepada berbagai pihak terkait.

    Penyangga horisontal Plank vertikal pertama

    Tinggi muka air

    Profil parit

    Gambar 1. Sketsa tabat dengan konstruksi satu lapis (plank dam)

    Gambar 2. Sketsa tabat dengan konstruksi dua lapis (composite dam)

    Kegiatan penutupan parit di Muara Puning, Kalimantan Tengah

    Level dasar

    Profil parit

    Level permukaan

    Pipa aliran

    Leher pipa

    Pipa aliran

    Level dasar

    Level permukaan

    Leher pipa

    Profil parit

  • Metode pelaksanaan

    Metode pelaksanaan dalam pembuatan tabat seluruhnya dilakukan dengan cara konvensional (manual) dimana alat bantu yang akan digunakan cukup dibuat di lokasi pada saat pelaksanaan pekerjaan.

    Langkah-langkah pokok dalam penabatan parit

    Tahap pra-konstruksi

    Kegiatan pokok yang harus dilaksanakan pada tahap pra-konstruksi sebagai berikut:

    a. Kegiatan sosialisasiTujuan sosialisasi adalah agar masyarakat, termasuk didalamnya para pemilik parit, memahami tujuan dan manfaat kegiatan penabatan parit. Dalam kegiatan sosialisasi juga dijelaskan tipe konstruksi tabat, tahapan kegiatan dan mekanisme penabatan serta kegiatan pemeliharaan dan monitoring (bila diperlukan).

    b. Identifikasi parit yang akan ditabatKegiatan ini diawali dengan mengidentifikasi para pemilik parit, status penggunaan parit (aktif atau sudah tidak aktif), klarifikasi dimensi/ukuran parit dan letak/lokasi parit.

    c. Klarifikasi status kepemilikan dan persetujuan pemilik paritSetelah proses identifikasi selesai, langkah berikutnya adalah klarifikasi atas kepemilikan parit. Berdasarkan informasi penduduk setempat, satu parit biasanya dimiliki oleh lebih dari satu orang, sehingga seluruh pemilik wajib untuk didekati dan meminta persetujuan tertulis mereka atas rencana penabatan tersebut.

    d. Pengukuran dimensi paritKegiatan pengukuran fisik meliputi ukuran panjang, lebar dan dalam, sedangkan pengukuran non-fisik meliputi kecepatan arus, ketinggian muka air, jumlah debit

    32

    air, elevasi, kontur tanah dan kualitas air (bila dibutuhkan).

    e. Penentuan desain tabat dan jumlah tabat yang akan dibangunHasil pengukuran dimensi parit dan kondisi bio-fisik lapangan akan menentukan jenis tabat yang akan dipakai apakah plank atau composite dam.

    f. Identifikasi bahan dan materi konstruksiDalam memilih jenis bahan konstruksi, hendaknya diperhatikan faktor-faktor seperti ketersediaan bahan, kemudahan aksesibilitas (angkutan) dan bahan yang dipakai tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Untuk konstruksi tabat parit tradisional seperti di Sungai Puning, disarankan menggunakan kayu lokal yang cukup banyak tersedia di daerah tersebut seperti Belangiran.

    g. Perhitungan biaya bahan, alat dan jumlah kebutuhan tenaga kerjaPerhitungan kebutuhan bahan seperti papan, balok kayu dan tanah timbunan (composite dam). Alat-alat yang dibutuhkan antara lain gergaji, parang, cangkul, kampak dan palu. Jumlah pekerja sangat ditentukan oleh besar kecilnya tabat yang akan dibuat, namun untuk membuat tabat kecil setidaknya dibutuhkan 2-3 orang untuk satu tabat dengan durasi waktu kerja satu hari.

    Tahap konstruksi

    Kegiatan pokok yang harus diikuti adalah sebagai berikut:

    a. Mobilisasi bahan, alat dan tenaga kerjaSebelum konstruksi tabat dilaksanakan, maka perlu dipastikan bahwa semua alat-alat, bahan dan tenaga kerja sudah tersedia cukup di lapangan.

    b. Kegiatan kontruksi tabatProsedur dasar pengerjaan tabat adalah: (i) pembersihan lokasi tempatan tabat; (ii) pemasangan pondasi dasar; (iii) pemasangan

    papan/balok tabat; (iv) pemasangan pengancing (brancing) tabat.

    c. Kegiatan penimbunan/reklamasi tabatUntuk memperkuat daya tahan tabat, untuk jenis tabat composite, perlu dilakukan pengisian (refill) diantara dua lapis tabat yang dibangun. Agar tabat keberadaannya lebih permanen dapat dilakukan penanaman vegetasi di atas timbunan tabat.

    Tahap pasca konstruksi

    Kegiatan pasca konstruksi meliputi:

    a. Kegiatan pemeliharan tabatPemeliharaan tabat sangat diperlukan agar daya tahan tabat yang dibangun dapat lebih lama. Arahan penabatan ditujukan pada bahan konstruksi yang mengalami pelapukan atau kerusakan.

    b. Kegiatan monitoring dan koleksi dataUntuk kepentingan ilmiah, di lokasi parit yang ditabat dapat dilakukan koleksi data seperti data hidrologi, kualitas air, kebakaran hutan, biodiversitas dan lain-lain. Untuk kepentingan pengumpulan data tersebut dapat dilakukan pemasangan stasiun monitoring sesuai dengan jenis dan spesifikasi data yang dibutuhkan.

    c. Kegiatan pelaporan dan penyajian dataData yang diperoleh dianalisa dan dilaporkan serta disebarkan kepada berbagai pihak terkait.

    Penyangga horisontal Plank vertikal pertama

    Tinggi muka air

    Profil parit

    Gambar 1. Sketsa tabat dengan konstruksi satu lapis (plank dam)

    Gambar 2. Sketsa tabat dengan konstruksi dua lapis (composite dam)

    Kegiatan penutupan parit di Muara Puning, Kalimantan Tengah

    Level dasar

    Profil parit

    Level permukaan

    Pipa aliran

    Leher pipa

    Pipa aliran

    Level dasar

    Level permukaan

    Leher pipa

    Profil parit

  • Standard Operational Procedure (SOP) atau Prosedur Operasional

    Standar (POS) ini berisi langkah-langkah pokok

    yang harus dilakukan dan diikuti dalam melaksanakan

    kegiatan penutupan/ penabatan parit (ditch

    blocking) pada kawasan ekosistem air hitam (EAH)

    Sungai Puning. POS merupakan pedoman

    umum kegiatan penutupan kanal yang meliputi

    penentuan jenis konstruksi, pra-konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi tabat (pemeliharaan, monitoring - evaluasi dan pelaporan).

    4

    KEGIATAN PENABATAN/PENUTUPAN PARITDI EKOSISTEM AIR HITAM SUNGAI PUNING

    PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

    ISI:

    ! Jenis konstruksi! Metode pelaksanaan ! Langkah-langkah

    pokok dalam penabatan parit! Tahap pra-

    konstruksi! Tahap konstruksi! Tahap pasca

    konstruksi

    1

    Dengan adanya Prosedur Operasional Standar (POS) diharapkan tujuan, sasaran dan manfaat yang ingin diperoleh dari kegiatan penutupan/penabatan parit dapat dicapai secara optimal dan implementasi kegiatan di lapangan tidak terlalu jauh menyimpang dari prosedur standar yang sudah ditetapkan.

    Tata urutan dari POS ini adalah jenis konstruksi, langkah-langkah kegiatan pra-konstruksi, tahapan kegiatan konstruksi dan tahapan kegiatan pasca konstruksi tabat.

    Jenis konstruksi

    Ada 2 jenis konstruksi tabat yang dapat dipergunakan dalam melakukan kegiatan penutupan parit di Sungai Puning, yaitu plank dam dan composite dam. Plank dam adalah tabat dengan konstruksi satu lapis yang bahan dasarnya dapat berupa papan atau balok kayu bulat (gambar1). Sedangkan composite dam adalah jenis tabat dengan kontruksi dua lapis (sheet piles) yang bahan dasarnya juga dapat berupa papan atau balok kayu (gambar 2).

    Tim Produksi:

    Penyusun : Alue DohongFoto : Ed Wicken, Alue Dohong,

    Yus Rusila Noor & Faizal ParishDesain/Tata Letak : Vidya Fitrian

    Parit di Sungai Puning, Kalimantan Tengah

    PRA-KONSTRUKSI

    Sosialisasi

    Identifikasi parit

    Klarifikasi & persetujuan pemilik

    Pengukuran dimensi parit

    Penentuan desain dan jumlah tabat

    Bahan & materi konstruksi

    Perhitungan bahan, alat dan tenaga kerja

    KONSTRUKSI

    Mobilisasi alat, bahan dan tenaga kerja

    Kegiatan konstruksi tabat

    Penimbunan/reklamasi tabat

    PASCA KONSTRUKSI

    Pemeliharaan tabat

    Monitoring & koleksi data

    Pelaporan & penyajian data

    Head Office:Wetlands International-Indonesia Programme

    Jl. Ahmad Yani No 53-Bogor 16161PO. Box 254/BOO-Bogor 16002

    Tel:+62-251-312189; Fax: +62-251-325755 [email protected] OR [email protected]

    Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia (CCFPI), merupakan proyek yang berkaitan dengan serapan karbon (carbon sequestration) dan dibiayai melalui Dana Pembangunan dan Perubahan Iklim Kanada. Proyek ini dirancang untuk meningkatkan pengelolaan berkelanjutan pada hutan dan lahan gambut di Indonesia agar kapasitasnya dalam menyimpan dan menyerap karbon meningkat serta mata pencaharian masyarakat di sekitarnya menjadi lebih baik. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam proyek ini, baik di tingkat lokal maupun nasional, dikaitkan dengan usaha-usaha perlindungan dan rehabilitasi hutan dan lahan gambut. Dalam pelaksanaannya di lapangan, proyek ini menerapkan pendekatan-pendekatan yang bersifat kemitraan dengan berbagai pihak terkait (multi stakeholders) dan dengan keterlibatan yang kuat dari masyarakat setempat.

    The Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia (CCFPI) Project is undertaken with the financial support of the Government of Canada provided through

    The Canadian International Development Agency (CIDA)

    Canadian International Agence canadienne deDevelopment Agency développement international

    Sumatra Office:Jl. H. Samsoe Bahroem No. 28

    RT 24/VIII-Jambi 36135Tel/Fax: +62-741-64445

    [email protected] [email protected]

    Kalimantan Office:Jl. Teuku Umar No 45

    Palangka Raya 73111 - Kal TengTel/Fax: +62-536-38268

    [email protected] [email protected]

    Bagan Prosedur Operasional Standar (POS) kegiatan penabatan parit di EAH Sungai Puning

    Kegiatan penutupan parit di Muara Puning, Kalimantan Tengah