kekayaan, pelestarian dan pemanfaatan jenis flora di · pdf filekeragaman jenis flora di papua...

20
1 ABSTRAK Hutan hujan tropis Papua merupakan salah satu formasi hutan hujan tropis Indomalaya yang dikenal dengan sebutan Papuasia dan kaya akan jenis, genera dan famili yang khas dan tidak dijumpai di daerah lain di Indonesia. Jumlah flora Papua diperkirakan 20.000 25.000 jenis (Jhons, 1997) dengan 1.465 marga dan paling sedikit 142 marga bersifat endemik, dimana 50 90% merupakan jenis endemik (De Fretes, 2000), baik endemik dalam skala terbatas maupun luas. Kekayaan flora tersebut baru dimanfaatkan dalam skala kecil dan belum dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat di Tanah Papua. Penelitian etnobotani di Tanah Papua sudah dimulai sejak 73 tahun yang lalu, namun penelitian dan pendokumentasian serta hasil kajian etnobotani tersebut khususnya bahan obat-obatan dan bahan pangan yang berasal dari biji dan buah-buah hutan tidak mendapat perhatian dan tindaklanjut oleh pemerintah saat ini. Disisi lain ancaman terhadap kejayaan flora tersebut di alam terus meningkat akibat adanya pembukaan hutan untuk lahan pertanian, pemukiman dan pemekaran wilayah serta pemanenan hasil hutan kayu oleh HPH. Pelestarian keanekaragaman jenis flora di Tanah Papua dapat dipertahankan dengan meningkatkan perlindungan dan perluasan kawasan konservasi, rehabilitasi lahan, mencegah pembukaan hutan secara besar-besaran dan illegal logging. Kata kunci : Flora, kekayaan, pelestarian, pemanfaatan, Papua I. PENDAHULUAN Hutan tropis Indonesia merupakan salah satu hutan alam tropika basah yang terbesar dan terkaya akan keragaman flora dan fauna. Sekitar 25.000 30.000 jenis (spesies) tumbuhan berbunga atau berbiji menghuni hutan alam Indonesia dan sekitar 4.000 jenis berupa pohon, yakni tumbuhan berkayu yang memiliki batang utama yang jelas terpisah dari tajuknya. Keragaman flora lainnya adalah lumut, ganggang, paku- pakuan, epifit, palem, bambu dan tumbuhan bawah. Kekayaan tersebut disebabkan oleh biogeografi Indonesia yang membentang diantara 2 kawasan biogeorafi utama yaitu Indomalaya dan Australasia. Dari sekian banyak flora tersebut diperkirakan sekitar 30 % flora belum diberi nama ilmiah (Sastrapradja dkk, 1989). Untuk mengerjakan tugas tersebut, Indonesia membutuhkan paling sedikit 60 taksonom yang bekerja “full time” selama 30 tahun untuk menginventarisasi flora Indonesia. Hutan hujan tropis Papua merupakan salah satu formasi hutan hujan tropis Indomalaya yang kaya akan jenis, genera dan famili yang khas dan tidak dijumpai di daerah lain di Indonesia. Jumlah flora Papua diperkirakan 20.000 25.000 jenis (Jhons, 1997) dengan 1.465 marga dan paling sedikit 142 marga bersifat endemik, dimana KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI TANAH PAPUA Oleh : Krisma Lekitoo

Upload: doancong

Post on 01-Feb-2018

252 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI · PDF fileKeragaman jenis flora di Papua juga sangat ... (sesuatu yang tidak diketahui) terakhir di dunia yang ... 1950 dalam

1

ABSTRAK

Hutan hujan tropis Papua merupakan salah satu formasi hutan hujan tropis Indomalaya yang dikenal

dengan sebutan Papuasia dan kaya akan jenis, genera dan famili yang khas dan tidak dijumpai di daerah

lain di Indonesia. Jumlah flora Papua diperkirakan 20.000 – 25.000 jenis (Jhons, 1997) dengan 1.465

marga dan paling sedikit 142 marga bersifat endemik, dimana 50 – 90% merupakan jenis endemik (De

Fretes, 2000), baik endemik dalam skala terbatas maupun luas. Kekayaan flora tersebut baru

dimanfaatkan dalam skala kecil dan belum dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat

di Tanah Papua. Penelitian etnobotani di Tanah Papua sudah dimulai sejak 73 tahun yang lalu, namun

penelitian dan pendokumentasian serta hasil kajian etnobotani tersebut khususnya bahan obat-obatan

dan bahan pangan yang berasal dari biji dan buah-buah hutan tidak mendapat perhatian dan

tindaklanjut oleh pemerintah saat ini. Disisi lain ancaman terhadap kejayaan flora tersebut di alam terus

meningkat akibat adanya pembukaan hutan untuk lahan pertanian, pemukiman dan pemekaran wilayah

serta pemanenan hasil hutan kayu oleh HPH. Pelestarian keanekaragaman jenis flora di Tanah Papua

dapat dipertahankan dengan meningkatkan perlindungan dan perluasan kawasan konservasi, rehabilitasi

lahan, mencegah pembukaan hutan secara besar-besaran dan illegal logging.

Kata kunci : Flora, kekayaan, pelestarian, pemanfaatan, Papua

I. PENDAHULUAN

Hutan tropis Indonesia merupakan salah satu hutan alam tropika basah yang

terbesar dan terkaya akan keragaman flora dan fauna. Sekitar 25.000 – 30.000 jenis

(spesies) tumbuhan berbunga atau berbiji menghuni hutan alam Indonesia dan sekitar

4.000 jenis berupa pohon, yakni tumbuhan berkayu yang memiliki batang utama yang

jelas terpisah dari tajuknya. Keragaman flora lainnya adalah lumut, ganggang, paku-

pakuan, epifit, palem, bambu dan tumbuhan bawah. Kekayaan tersebut disebabkan oleh

biogeografi Indonesia yang membentang diantara 2 kawasan biogeorafi utama yaitu

Indomalaya dan Australasia. Dari sekian banyak flora tersebut diperkirakan sekitar 30

% flora belum diberi nama ilmiah (Sastrapradja dkk, 1989). Untuk mengerjakan tugas

tersebut, Indonesia membutuhkan paling sedikit 60 taksonom yang bekerja “full time”

selama 30 tahun untuk menginventarisasi flora Indonesia.

Hutan hujan tropis Papua merupakan salah satu formasi hutan hujan tropis

Indomalaya yang kaya akan jenis, genera dan famili yang khas dan tidak dijumpai di

daerah lain di Indonesia. Jumlah flora Papua diperkirakan 20.000 – 25.000 jenis (Jhons,

1997) dengan 1.465 marga dan paling sedikit 142 marga bersifat endemik, dimana

KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI TANAH PAPUA

Oleh :

Krisma Lekitoo

Page 2: KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI · PDF fileKeragaman jenis flora di Papua juga sangat ... (sesuatu yang tidak diketahui) terakhir di dunia yang ... 1950 dalam

2

50 – 90% merupakan jenis endemik (De Fretes, 2000), baik endemik dalam skala

terbatas maupun luas.

Menurut Primak (1998), Keragaman flora yang terdapat pada suatu daerah

dipengaruhi oleh faktor biogeografi pulau yang khas serta faktor-faktor fisik lainnya,

misalnya ketinggian tempat, curah hujan serta garis lintang dan jauh dekatnya suatu

daerah atau pulau dari pulau lainnya. Menurut Hope (1982), yang dikutip oleh Petocz

(1987), hutan Papua kaya akan jenis, genera (marga) dan famili yang bersifat khas,

namun masih sedikit yang diketahui manfaatnya bagi masyarakat Papua, baik sebagai

bahan makanan, industri maupun obat-obatan.

Menurut Van Bolgooy (1976) dalam Petocz (1987), bahwa tipe hutan Papua

mengandung banyak jenis flora yang dapat dijadikan tanaman berguna bagi manusia.

Namun sampai saat ini Kekayaan flora tersebut belum diketahui dengan pasti, dikenal

dan diketahui informasi botani, biologis dan penyebarannya. Demikian pula

pemanfaatan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat masih dalam skala

kecil dan bersifat tradisional.

Hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor pembatas berupa bentangan

lahan yang sangat luas, topografi yang cukup berat dan kurangnya penelitian atau

ekspedisi dibidang taksonomi serta faktor politik dan keamanan. Faktor pembatas

lainnya adalah kurangnya sumberdaya manusia dibidang taksonomi, waktu dan biaya

yang disebabkan kurangnya perhatian pemerintah akan pentingnya data base

keanekaragaman hayati flora di Tanah Papua. Pepatah “tak kenal maka tak sayang”

mempunyai makna tertentu. Tanpa mengenal jenis-jenis tumbuhan yang ada, kita tak

mungkin mengetahui potensi, keanekaragaman maupun sifat-sifat lainnya

Perubahan lingkungan hutan menjadi perladangan, pertanian, industri,

pemukiman, jalan, padang alang-alang dan sebagainya mengakibatkan berkurang atau

makin kecilnya populasi jenis-jenis tertentu. Beberapa jenis endemik dan langka

mungkin sudah punah di habitat aslinya sebelum diketahui potensinya.

II. KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA DI PAPUA

Sejarah Geologi pembentukan Pulau Papua yang rumit serta pengaruh ciri

fisiografi mengakibatkan Tanah Papua memiliki lingkungan habitat dengan zona-zona

vegetasi terlengkap di Asia-Pasifik mulai dari daerah pantai hingga alpin. Karena

adanya pengaruh adaptasi, mengakibatkan flora Papua memiliki karakter-karakter yang

Page 3: KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI · PDF fileKeragaman jenis flora di Papua juga sangat ... (sesuatu yang tidak diketahui) terakhir di dunia yang ... 1950 dalam

3

sangat unik, keadaan ini telah menciptakan kekayaan flora yang sangat tinggi di Tanah

Papua

Menurut Pigram dan Davis (1987), faktor penyebab utama tingginya keragaman

hayati dan endemisitas flora dan fauna di Papua adalah sejarah pembentukan pulau

tersebut. Pulau New Guinea memiliki 32 lempengan tektonik, setiap lempengan

memiliki karakteristik khusus sehingga mempengaruhi jenis flora yang hadir diatasnya.

Selain itu wilayah geografis Papua yang berbentuk pulau menyebabkan daerah ini

memiliki keragaman jenis flora yang tidak dimiliki oleh daerah lain di Indonesia karena

adanya isolasi geografi berupa jarak (hamparan dataran), gunung dan laut yang cukup

luas. Keragaman jenis flora di Papua juga sangat dipengaruhi oleh faktor biogeografi

pulau yang khas serta faktor-faktor fisik lainnya.

Tanah Papua (Provinsi Papua dan Papua Barat) memiliki hutan dataran rendah

terbesar di Asia Tenggara yang masih murni dan mengandung kekayaan dan

keanekaragaman kehidupan yang tidak ada taranya. Tanah Papua juga merupakan salah

satu misteri (sesuatu yang tidak diketahui) terakhir di dunia yang paling besar…. Yang

menantang untuk dipahami, merangsang untuk dijelajahi dan menantang pula untuk

dikembangkan (Petocz, 1987).

Secara umum lingkungan flora Tanah Papua dikenal dengan sebutan ”Papuasia”.

Beberapa ahli yang pernah menyampaikan atau bercerita soal kekayaan flora di Tanah

Papua adalah :

1. Paijsman (1976), marga Angiospermae sebanyak 1.465 telah tercatat di Pulau

Papua, dengan perkiraan 9.000 spesies

2. Hope (1978, pemberitaan pribadi) dalam Petocz (1987), jumlah flora di Tanah

Papua diperkirakan 16.000 spesies

3. Womersly (1978) dalam Petocz (1987), keanekaragaman flora seluruh Papuasia

(semua famili) diduga melampaui 20.000 spesies

4. Jhons (1997), Keanekaragaman flora seluruh Papuasia sangat tinggi 20.000-

25.000 spesies.

Perbandingan tingkat keanekaragaman jenis flora Tanah Papua (Papuasia) dengan

beberapa daerah di kawasan di Indonesia secara singkat dapat ditampilkan sbb:

Page 4: KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI · PDF fileKeragaman jenis flora di Papua juga sangat ... (sesuatu yang tidak diketahui) terakhir di dunia yang ... 1950 dalam

4

1. Sumatera (Andalas) : antara 8.000-10.000 spesies

2. Kalimantan (Borneo) : antara 10.000-15.000 spesies namun berbeda dari sumber

lainnya yang memperkirakan 25.000 jenis tumbuhan berpembuluh

3. Jawa (Java) : diperkirakan mencapai 4.500 spesies tumbuhan ber-pembuluh

4. Sulawesi (Celebes) : diperkirakan 5.000 spesies tumbuhan tinggi dan 2.100 jenis

diantaranya tumbuhan berkayu.

5. Maluku (Moluccas) : belum dapat diperkirakan jumlahnya hanya tercatat 15.000

koleksi yang berasal dari maluku dan 2.900 berasal dari Maluku Utara

6. Kepulauan sunda kecil : belum dapat diperkirakan jumlahnya

Perbandingan jumlah koleksi herbarium di Tanah Papua dan beberapa daerah di

Indonesia pada masa penjajahan kolonial Belanda tahun 1817 - 1950 (Steenis-

Kruseman, Cyclopedia of Botanical Exploration in Malesia, Flora Malesia I (1). 1950)

dan masa pemerintahan Indonesia tahun 1950-2008 (Flora Malesiana Bulletin 1–13.

1951– 2008), secara lengkap disajikan pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Perbandingan Jumlah Koleksi Herbarium di Tanah Papua dan Beberapa

Daerah di Indonesia

TAHUN 1817 - 1950 TAHUN 1951 - 2008

PULAU LUAS

(KM2)

JUMLAH

NOMOR

KOLEKSI

HERBARIUM

RATA-RATA

NOMOR

KOLEKSI PER

100 KM2

JUMLAH

NOMOR

KOLEKSI

HERBARIUM

JUMLAH

NOMOR

KOLEKSI

HIDUP

Papua

(New Guinea) 2.980.155 196.755 3,6

2.150

(Papua)

946

(Papua)

Maluku

(Moluccas) 63.575 27.525 43 22.216 1.173

Sulawesi

(Celebes) 182.870 32.350 18 15.420 1.834

Nusa Tenggara 98.625 24.546 25 4.365 3.638

Kalimantan

(Borneo) 739.175 91.550 12

28.820

(Kalimantan)

2.739

(Kalimantan)

Jawa

(Java) 132.474 247.522 25 4.363 3.638

Sumatera

(Andalas) 479.513 87.900 18

26.966

(Sumatera)

3.357

(Sumatera)

Sumber : Steenis-Kruseman, 1950 dalam Flora Malesiana I dan Flora Malesiana Bulletin 1-13, 1950-2008 dalam

Kartawinata, 2010

Berdasarkan tingkat kekayaan relatif dan keendemikan spesies tumbuhan, maka

Papua menempati posisi paling tinggi dibandingkan dengan wilayah biogeografi

Page 5: KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI · PDF fileKeragaman jenis flora di Papua juga sangat ... (sesuatu yang tidak diketahui) terakhir di dunia yang ... 1950 dalam

5

lainnya, diikuti Kalimantan dan Sumatera. Perbandingan tersebut secara lengkap

disajikan pada Tabel 2. Perbandingan tersebut akan berubah sejalan dengan laju

perkembangan penelitian taksonomi di masing-masing daerah di Indonesia.

Tabel 2. Kekayaan dan Keendemikan Flora di Tanah Papua dan Beberapa Daerah di

Indonesia

Wilayah Kekayaan spesies

Persentase spesies

endemik

(%)

Sumatera (Andalas) 820 11

Jawa (Java) 630 5

Kalimantan (Borneo) 900 33

Sulawesi (Celebes) 520 7

Sunda kecil 150 3

Maluku (Moluccas) 380 6

Papua (Papuasia) 1030 55 Sumber : FAO/Mackinnon (1981) dalam Kusmana dan Hikmat 2005

Hampir setengah abad Papua berintegrasi dengan RI, belum banyak penelitian

mengenai keanekaragaman jenis flora dan potensi lokal masyarakat adat sehubungan

dengan pemanfaatan tumbuhan hutan. Padahal hasil penelitian ini adalah inti dari

keterlibatan masyarakat adat dalam pengelolaan hutan, sumber informasi bagi

pemanfaatan dan pengembangan sumberdaya baru yang masih potensial.

A. Fitogeografi Flora di Tanah Papua

Pada umumnya jenis flora di Tanah Papua tumbuh pada habitat hutan primer dan

sekunder dengan tipe ekologi adalah hutan yang dipengaruhi oleh faktor edafis dan

faktor iklim baik penyebaran hutan secara horisontal maupun vertikal.

Penyebaran flora di Tanah Papua secara umum sangat berkaitan dengan

penyebaran flora di wilayah lainnya di Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara.

Khusus untuk wilayah Indonesia, berdasarkan geografi wilayah, penyebaran flora di

Indonesia terbagi menjadi :

1. Flora Jawa (Java)

2. Flora Kalimantan (Borneo)

3. Flora Sumatra (Andalas)

4. Flora sulawesi (Celebes)

5. Flora Bali dan Nusa Tenggara (Kepulauan Sunda kecil)

6. Flora Maluku (Moluccas)

7. Flora Papua (Papuasia)

Page 6: KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI · PDF fileKeragaman jenis flora di Papua juga sangat ... (sesuatu yang tidak diketahui) terakhir di dunia yang ... 1950 dalam

6

Penyebaran flora di berbagai wilayah di Indonesia telah menciptakan berbagai

tipe hutan. Tipe hutan merupakan suatu istilah yang digunakan bagi kelompok tegakan

yang mempunyai ciri-ciri yang sama dalam susunan jenis dan perkembangannya.

Umumnya tipe hutan dibedakan berdasarkan sebaran di setiap negara sesuai dengan

kawasannya.

Penyebaran flora di Papua sangat dipengaruhi oleh isolasi geografi berupa lautan

yang sangat luas, pegunungan yang sangat tinggi dan bentangan alam lainnya seperti

sungai, lembah yang luas, tebing yang curam dan patahan-patahan geologi yang

ekstrim. Faktor lainnya yang juga sangat mempengaruhi penyebaran flora adalah

lingkungan. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap penyebaran tumbuh-

tumbuhan pada suatu wilayah adalah :

1. Faktor Iklim yang meliputi ; Curah hujan, Suhu, Kelembaban atmosfer, angin,

cahaya dan kesetimbangan energi

2. Faktor Fisiografi dan edafik yang meliputi ; Topografi, Faktor edafik (tanah dan

lapis alas geologi)

Faktor-faktor lingkungan yaitu iklim, edafik (tanah), topografi dan biotik antara

satu dengan yang lain sangat berkaitan erat dan sangat menentukan kehadiran suatu

jenis tumbuhan di tempat tertentu, namun cukup sulit mencari penyebab terjadinya

kaitan yang erat tersebut (Syafei, 1994). Selanjutnya Marsono (1977) menyebutkan

bahwa kehadiran suatu jenis pada suatu tempat atau areal ditentukan oleh beberapa

faktor antara lain ; habitat, dimana habitat akan mengadakan seleksi terhadap jenis yang

mampu beradaptasi dengan lingkungan setempat, waktu yang diperlukan untuk

mengatasi hal ini, dimana dengan berjalannya waktu vegetasi akan berkembang ke arah

yang stabil dan kehadiran satu jenis dapat ditentukan juga oleh vegetasi yang berada

disekitarnya.

Akibat dari sejarah geologi dan faktor lingkungan, Papua terbagi menjadi empat

wilayah utama keragaman hayati yaitu : daerah utara, daerah selatan, daerah kepala

burung (Vogelkop) dan daerah dataran tinggi (Muller, 2005) . Pada daerah-daerah

tersebut, sejarah geologis yang berbeda menghasilkan vegetasi yang berbeda dan pada

tingkat tertentu jenis hewannyapun berbeda. Keadaan lingkungan yang spesifik dan

adanya penghalang (isolasi geografi) untuk menyebar, maka kebanyakan jenis

Page 7: KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI · PDF fileKeragaman jenis flora di Papua juga sangat ... (sesuatu yang tidak diketahui) terakhir di dunia yang ... 1950 dalam

7

tumbuhan dan hewan mempunyai wilayah penyebaran yang terbatas yang

menyebabkan tingginya keendemikan.

B. Potensi Tumbuhan Endemik di Papua

Spesies endemik merupakan gejala alami sebuah biota untuk menjadi unik pada

suatu wilayah geografi tertentu. Sebuah spesies bisa disebut endemik jika spesies

tersebut merupakan spesies asli yang hanya bisa ditemukan di sebuah tempat tertentu

dan tidak ditemukan di wilayah lain. Wilayah di sini dapat berupa pulau, negara, atau

zona tertentu. Perbedaan yang harus diperhatikan adalah spesies asli belum tentu spesies

endemik. Namun spesies endemik pastilah spesies asli wilayah tersebut.

1. Tumbuhan Berkayu Tingkat Pohon

Menurut Whitemore, Tantra dan Sutisna (1997), Berdasarkan hasil kompilasi

spesimen dari BO dan BZG, laporan penelitian Badan Litbang Kehutanan, penelusuran

monograf, publikasi ilmiah dan hasil revisi serta masukan dari beberapa ahli taksonomi

tumbuhan, di ketahui bahwa di Tanah Papua untuk tumbuhan berkayu dengan kriteria

diameter 10 cm up dan tinggi lebih dari 5 m, terdapat 86 Famili tumbuhan berkayu yang

terdiri dari 359 genus dan 2.323 spesies.

Hasil kompilasi tumbuhan berkayu tingkat pohon tersebut belum lengkap, hal ini

disebabkan karena spesimen yang ada sangat terbatas sehingga untuk beberapa famili

seperti Lauraceae, Myrtaceae, Rubiaceae dan Rutaceae yang merupakan famili dengan

genus dan spesies yang jumlahnya sangat banyak tidak dapat diselesaikan dengan baik.

Sehingga hasil ini bukanlah hasil akhir dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan

dan kemajuan penelitian di bidang taksonomi tumbuhan khususnya tumbuhan berkayu

tingkat pohon.

Berdasarkan hasil kompilasi tersebut, diketahui bahwa jenis tumbuhan berkayu

tingkat pohon yang endemik di Pulau New Guinea atau Tanah Papua (Papua Barat yang

termasuk wilayah Negara Republik Indonesia dan Papua Timur yang termasuk wilayah

Negara Papua New Guinea) adalah 53 famili yang terdiri dari 175 genus dan 1205

spesies. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa penyebaran tumbuhan tidak

mengenal batas negara sehingga untuk tumbuhan berkayu tingkat pohon endemik di

New Guinea dianggap sama untuk wilayah Republik Indonesia dan Papua New Guinea.

Hasil ini masih perlu dibuktikan lagi, namun lambatnya penelitian taksonomi yang

disebabkan oleh faktor pembatas sumberdaya manusia, waktu dan biaya dikhawatirkan

Page 8: KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI · PDF fileKeragaman jenis flora di Papua juga sangat ... (sesuatu yang tidak diketahui) terakhir di dunia yang ... 1950 dalam

8

akan mengakibatkan beberapa jenis endemik akan punah sebelum sempat diketahui dan

dibuktikan.

Gambar 1. Beberapa Jenis Tumbuhan Berkayu Endemik Terbatas dan Luas di Tanah

Papua : 1. Diospyros papuana; 2. Alstonia beatricis; 3. Campthostemon

schultzii; 4. Intsia acuminata; 5. Eucalyptus pelita; 6. Avicennia

eucalyptifolia

Sebagai contoh adalah jenis Manilkara napali van Royen yang penyebarannya di

Teluk Yotefa Kota Jayapura, ketika tahun 2008 BPK Manokwari melakukan kerjasama

penelitian dengan Royal Botanical Garden Kew Inggris, jenis ini sudah tidak ditemukan

lagi karena lokasi terdapatnya jenis ini berdasarkan catatan Flora Malesiana, kini sudah

dijadikan Pasar Yotefa.

2.Tumbuhan Non Kayu

Belum banyak Informasi tentang tumbuhan non kayu (non woody plant) endemik

untuk wilayah Tanah Papua. Hal ini disebabkan karena kurangnya penelitian taksonomi

di wilayah ini, khususnya untuk tumbuhan non kayu. Hal ini menyebabkan hanya jenis-

jenis vegetasi non kayu tertentu saya yang telah diketahui dengan baik oleh masyarakat

karena jenis-jenis tersebut sering dimanfaatkan dan bernilai ekonomis.

Secara umum tumbuhan non kayu yang endemik di Papua belum banyak

diketahui. Jenis-jenis yang baru diketahui adalah jenis yang sudah dimanfaatkan secara

budaya oleh masyarakat adat Papua dan jenis-jenis yang dikerjakan oleh ahli taksonomi,

dalam hal ini, jenis-jenis tersebut dapat terungkap karena ahlinya memang ada dan

pernah melakukan penelitian di wilayah Papua. Hasil penelusuran sementara diketahui

bahwa sekitar 120 jenis tumbuhan non kayu adalah jenis endemik di Tanah Papua.

Sama halnya dengan tumbuhan berkayu, jenis-jenis tumbuhan non kayu endemik Tanah

5 6

1

2 3

4

Page 9: KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI · PDF fileKeragaman jenis flora di Papua juga sangat ... (sesuatu yang tidak diketahui) terakhir di dunia yang ... 1950 dalam

9

Papua akan berubah seiring dengan laju perkembangan penelitian taksonomi di daerah

ini.

Gambar 2. Beberapa Jenis Tumbuhan Non Kayu Endemik Terbatas dan Luas di Tanah

Papua : 1. Grammatophyllum speciosum; 2. Borassus heineanus; 3.

Pandanus browsimus; 4. Sararanga sinuoas; 5. Sommieria leucophylla; 6.

Mucuna novoguinensis

C. Kondisi Saat ini dan Permasalahannya

Saat ini jenis-jenis tumbuhan endemik (kayu dan non kayu) tersebut, belum semua

dikenal dan diketahui dengan baik oleh ilmuwan lokal maupun nasional. Hal ini

disebabkan karena laju penelitian taksonomi yang sangat lambat di daerah Papua.

Disisi lain banyak kawasan konservasi yang arealnya telah dimanfaatkan untuk

pemekaran kabupaten, sebagai contoh Kabupaten Tamrau yang wilayahnya sebagian

besar merupakan Cagar Alam Pegunungan Tamrau Utara. Tidak berlebihan jika ada

jenis-jenis flora dan fauna yang terlanjur punah sebelum diketahui dan dimanfaatkan

secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat di Tanah Papua.

III. PEMANFAATAN JENIS FLORA

Flora Tanah Papua dimasukkan ke dalam subdivisi timur dari pembagian daerah

flora Indo-Malesiana dan merupakan daerah yang paling kaya akan tanaman berguna

bagi umat manusia (Van Bolgooy, 1976) dalam Petocz (1987). Beberapa jenis

diantaranya menghasilkan buah yang dapat dimakan, beberapa jenis daun yang setelah

dikeringkan dengan bermacam-macam cara, dipakai sebagai atap bangunan, bungkus

rokok atau dianyam menjadi tudung hujan dan tikar. Selain itu ada ratusan daftar nama

tanaman yang dimanfaatkan oleh penduduk asli Tanah Papua untuk tujuan macam-

macam, termasuk pengobatan, perangsang dan narkotik, keagamaan dan ilmu sihir,

2 3

4 5

6

1

Page 10: KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI · PDF fileKeragaman jenis flora di Papua juga sangat ... (sesuatu yang tidak diketahui) terakhir di dunia yang ... 1950 dalam

10

senjata dan peralatan, bangunan rumah dan perahu, bahan pakaian dan baju upacara atau

penghias biasa (Powell, 1976). Bahkan ada diantara beberapa spesies yang baru sedikit

diketahui ini yang dipakai oleh orang modern.

A. Status Pemanfaatan Oleh Etnik Papua

Jumlah bahasa-bahasa asli Papua adalah 2761, jika merujuk pada bahasa

menunjukkan suku bangsa maka ada 276 suku bangsa asli di Papua. Dari 276 suku

bangsa dan bahasa tersebut, 5 diantara bahasa-bahasa asli tersebut sudah tidak ada lagi

(punah), karena sudah tidak ada penutur bahasanya. Ini berarti tinggal 271 suku bahasa

di Tanah Papua.

Pengetahuan dan pemanfaatan sumberdaya alam tumbuhan oleh masyarakat

tradisional di Papua telah dilakukan secara turun temurun. Pada umumnya dalam

lingkup kehidupan tradisional masyarakat, ketergantungan hidup terhadap sumberdaya

alam tumbuhan yang tersedia tercermin dari berbagai bentuk Budaya dan tatanan adat

istiadat yang kuat. Ketergantungan masyarakat tersebut terlihat dari berbagai usaha

dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan mencari tumbuhan untuk

sumber pangan, bahan sandang, bahan bangunan, obat-obatan, perkakas dan lain-lain.

Sistem pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tentang alam tumbuh-tumbuhan,

merupakan pengetahuan dasar yang amat penting dalam mempertahankan kelangsungan

hidupnya. Pengetahuan tentang pemanfaatan vegetasi ini merupakan warisan budaya

bangsa berdasarkan pengalaman, yang secara turun temurun telah diwariskan oleh

generasi yang satu kepada generasi berikutnya termasuk generasi saat ini dan generasi

yang akan datang. Oleh karena itu warisan tersebut sangat perlu dijaga dan

dimanfaatkan dengan hati-hati. Masih banyak jalan atau alternatif yang dapat ditempuh

untuk mencapai tujuan agar kita dapat dikatakan sebagai generasi yang bertanggung

jawab karena menjamin keberadaan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.

B. Perkembangan Penelitian Etnobotani

Penelitian etnobotani di Tanah Papua sudah dimulai sejak 73 tahun yang lalu.

Powell (1976), mencatat bahwa Whiting dan Reed pada Tahun 1939 melakukan

penelitian etnobotani di Jayapura dan sekitarnya, Brass pada Tahun 1941, melakukan

penelitian etnobotani di daerah Pegunungan Tengah (Paniai dan sekitarnya), Kaberry

1 Data Summer institute of Linguistik, tahun 2011

Page 11: KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI · PDF fileKeragaman jenis flora di Papua juga sangat ... (sesuatu yang tidak diketahui) terakhir di dunia yang ... 1950 dalam

11

pada tahun yang sama juga melakukan penelitian di Jayapura dan sebagian wilayah

Papua New Guinea, Luyken dan Koning pada Tahun 1955 di Mappi, Held pada Tahun

1957 di Waropen, Oomen dan Malcolm Tahun 1958 di Kepala Burung, Biak dan

Waropen, Oosterwal pada Tahun 1961 di wilayah Mamberamo dan sekitarnya, Couvee

et al pada Tahun 1962 di Pegunungan Tengah (Paniai dan sekitarnya), Kooijman dan

Reynders pada Tahun yang sama di Wamena dan sekitarnya dan Pospisil pada Tahun

1963 di Pegunungan Tengah (Paniai dan sekitarnya)

Setelah Papua resmi masuk dalam pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI), penelitian etnobotani selanjutnya dilakukan oleh Serpenti pada Tahun 1965 di

Pulau Kimam, Lea Tahun 1965 dan 1966 di Jayapura, Helder Tahun 1971 di Paniai dan

sekitarnya, Barth Tahun 1971 di Wamena dan sekitarnya serta Hatanaka dan Bragge

Tahun 1973 di daerah yang sama.

Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa terdapat 225 jenis tumbuhan hutan

yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, 63 jenis diantaranya berupa biji dan

buah-buah hutan. 115 jenis tumbuhan sering dimanfaatkan untuk ritual dan magic, 39

jenis dimanfaatkan untuk pembuatan perahu dan rakit, 26 jenis dimanfaatkan sebagai

obat luka, 8 jenis dimanfaatkan sebagai obat luka bakar, 49 jenis dimanfaatkan sebagai

obat sakit kepala, 38 jenis dimanfaatkan sebagai obat batuk dan pilek, 22 jenis

dimanfaatkan sebagai obat sakit gigi dan infeksi mulut, 57 jenis dimanfaatkan sebagai

obat diare dan sakit perut dan 25 jenis dimanfaatkan sebagai obat malaria.

Penelitian dan pendokumentasian serta hasil kajian etnobotani tersebut khususnya

bahan pangan yang berasal dari biji dan buah-buah hutan tidak mendapat perhatian dan

tindaklanjut oleh pemerintah saat ini, baik pemerintah pusat maupun daerah. Disisi lain

ancaman terhadap keberadaan jenis tersebut di alam terus meningkat akibat adanya

pembukaan hutan untuk lahan pertanian, pemukiman dan pemekaran wilayah serta

pemanenan hasil hutan kayu oleh HPH.

Kekayaan flora tersebut merupakan salah satu tantangan terbesar bagi para

ilmuwan untuk membuka tabir kerumitan yang dikandungnya, dan suatu tanggung

jawab besar dari pemerintah untuk melindungi kekayaan alami tersebut, hingga dapat

diteliti dan dimengerti, untuk kepentingan umat manusia khususnya masyarakat di

Tanah Papua.

Page 12: KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI · PDF fileKeragaman jenis flora di Papua juga sangat ... (sesuatu yang tidak diketahui) terakhir di dunia yang ... 1950 dalam

12

C. Kondisi Saat Ini dan Permasalahannya

Saat ini bentuk pemanfaatan jenis flora oleh pemerintah khususnya untuk

tumbuhan berkayu tingkat pohon adalah dengan melakukan eksploitasi besar-besaran

terhadap jenis tumbuhan berkayu yang bernilai ekonomis (komersil) untuk tujuan utama

ekonomi tanpa memperhatikan aspek ekologi dan sosial.

Hal ini semakin menimbulkan kesan bahwa pemerintah telah melupakan aspek

ekologi dan sosial dalam pengelolaan hutan produksi di Papua, pemerintah terkesan

hanya mengejar ekonomi saja. Hasil-hasil penelitian sebelumnya tentang HHBK dan

etnobotani semakin dilupakan untuk dikembangkan bahkan tidak digubris sama sekali.

Namun jika dicermati secara baik, Surat Keputusan Menteri Kehutanan NOMOR

: 163/KPTS-II/2003 Tentang Pengelompokan Jenis Kayu Sebagai Dasar Pengenaan

Iuran Kehutanan, nampak jelas bahwa pengelompokan jenis kayu tersebut hanya

berlaku untuk wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Pengelompokan jenis

kayu tersebut tidak berlaku untuk wilayah Papua. Sebagai contoh :

1. Pengelompokan jenis kayu Meranti atau Komersil Satu, pengelompokan ini

sebenarnya tidak berlaku untuk Wilayah Papua, hal ini disebabkan karena

kelompok meranti umumnya merupakan nama perdagangan untuk jenis Shorea

spp., sementara di Papua tidak terdapat jenis Shorea spp.

2. Banyak jenis kayu di Papua yang telah lama dieksploitasi sebagai jenis kayu

komersil tetapi jenis tersebut belum terdaftar atau terdapat dalam Surat

Keputusan Menteri Kehutanan NOMOR : 163/KPTS-II/2003 Tentang

Pengelompokan Jenis Kayu Komersil tersebut. Sebagai contoh jenis Flindersia

pimentelliana dan Rhus taitensis, kedua jenis ini belum terdapat pada surat

keputusan tersebut.

3. Dasar dalam pengelompokan jenis tersebut belum jelas sehingga perlu adanya

pengelompokan ulang dengan dasar yang lebih ilmiah. Hal ini untuk

menghindari kerugian bagi negara, karena ada jenis-jenis tertentu yang

seharusnya dimasukan sebagai kayu indah namun karena keterbatasan

pengetahuan maka jenis tersebut dimasukan sebagai Kelompok Komersil Satu

atau Kelompok Komersil Dua.

Page 13: KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI · PDF fileKeragaman jenis flora di Papua juga sangat ... (sesuatu yang tidak diketahui) terakhir di dunia yang ... 1950 dalam

13

IV. Pelestarian (Konservasi) Flora di Papua

Tanah Papua merupakan salah satu daerah yang memilki keanekaragaman jenis

flora tertinggi di Indonesia. Hal ini sesuai dengan pendapat Petocz (1987) yang

menyatakan bahwa dengan penelitian taksonomi lanjutan, pasti jumlah keanekaragaman

jenis flora di Tanah Papua akan bertambah lagi sampai melampaui 10.000 dalam tahun-

tahun mendatang. Jika dibandingkan dengan daerah tropik lainnya jumlah tumbuhan di

Papua mencapai 246 famili dari kurang lebih 1.500 marga. Paling sedikit 124 marga

tanaman berbunga di Tanah Papua ternyata endemis (dibandingkan dengan 59 marga

endemis di Kalimantan, 17 marga di Sumatera dan 10 marga di Jawa). Meskipun

kebanyakan tanaman mewakili suku dan marga yang sudah terkenal, dan keendemikan

marga dan keluarga flora sangat rendah, tetapi keendemikan spesies di Tanah Papua,

luar biasanya tingginya dan sangat menakjubkan, kira-kira 90% (Hope, 1982) dalam

Petocz (1987). Ekosistem hutan hujan tropis basah dataran rendah merupakan ekosistem

yang paling kaya (memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi), tetapi kepadatan pohon

tiap hektarnya sangat kecil. Untuk itu sangat diperlukan adanya tindakan konservasi

berupa perlindungan untuk memantapkan demografi dan populasi jenis. Selanjutnya

dikatakan bahwa makin tinggi letak suatu tempat di atas permukaan laut,

keanekaragaman jenis tumbuh-tumbuhan semakin menurun tetapi keendemikan jenis

tumbuh-tumbuhan semakin tinggi.

Meskipun Tanah Papua mengandung banyak jenis flora yang dapat dijadikan

tanaman berguna bagi manusia. Namun sampai saat ini kekayaan flora tersebut belum

diketahui dengan pasti. Menurut Conservation International (CI), di Papua belum

banyak ilmuwan yang memiliki kemampuan untuk secara cepat mengumpulkan,

menganalisa dan menyebarluaskan informasi keanekaragaman hayati yang sangat

penting untuk membuat rekomendasi konservasi yang memadai. Menyadari bahwa

konservasi di Tanah Papua terhambat oleh kurangnya informasi dasar tentang

keragaman, distribusi dan kelimpahan keanekaragaman hayati (flora dan fauna), maka

Lokakarya Penentuan Prioritas Konservasi Irian Jaya (sekarang Papua dan Papua Barat)

pada tahun 1997 menyimpulkan bahwa pengembangan kapasitas ilmuwan lokal dan

pengumpulan informasi biologi adalah sangat diperlukan untuk memastikan pemberian

rekomendasi yang tepat bagi Tanah Papua (Propinsi Papua dan Papua Barat). Khusus

untuk tumbuhan rendahnya pengetahuan mengenai taksonomi dan distribusi vegetasi

Page 14: KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI · PDF fileKeragaman jenis flora di Papua juga sangat ... (sesuatu yang tidak diketahui) terakhir di dunia yang ... 1950 dalam

14

menjadi hambatan utama untuk menentukan status konservasi dari sebagian besar

spesies yang ditemukan dalam setiap penelitian di Tanah Papua (de Fretes, 2000).

Di era otonomi khusus saat ini merupakan waktu yang tepat untuk

menginventarisasi kembali semua potensi sumber daya alam, khususnya potensi

tumbuhan guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah yang akhirnya bermuara bagi

kesejahteraan rakyat. Pemanfaatan tumbuhan yang berdaya guna dan pencegahan

terhadap dampak-dampak negatif yang mengancam kelestarian jenis-jenis tumbuhan

tersebut di masa yang datang. Guna mendukung hal tersebut, perlu upaya peningkatan

SDM maupun upaya pengenalan, pengembangan dan peningkatan sumber daya

tumbuhan itu, disamping pemahaman yang mendalam tentang arti dan peranannya bagi

kehidupan dan kesejahteraan umat manusia, sehingga pembangunan yang dijalankan

akan lebih bijaksana dalam mengelola kekayaan sumber daya alam hayati tersebut.

Saat ini mungkin kita masih terlena dengan adanya euforia otonomi khusus di

Tanah Papua yang notabene secara implisit menyebabkan dana tersedia cukup banyak

bagi kegiatan pembangunan di daerah ini. Adanya dana yang banyak tersebut

mengakibatkan kita lupa akan sumber-sumber pendapatan lainnya yang dapat

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), sehingga ada kesan bahwa kita

cenderung melupakan pundi-pundi tersebut dan bahkan kita bingung dalam menentukan

kegiatan prioritas karena begitu banyak dana yang tersedia. Akan sangat ironis sekali

jika kita mengetahui bahwa suatu tumbuhan di Tanah Papua bernilai ekonomis tetapi

ketersediaannya di hutan telah habis karena adanya kegiatan pembangunan.

Kita hanya sebatas bangga dan tahu saja bahwa daerah kita “Tanah Papua”

memiliki keanekaragaman jenis yang sangat tinggi. Namun kebanggaan kita akan

lenyap dan pupus seketika begitu ada orang atau pihak lain yang bertanya tentang

kekayaan flora apa saja yang ada di dalam hutan kita yang tercinta ini. Mungkin ada

jenis-jenis flora tertentu (sedikit, banyak atau sangat banyak) yang kita tidak akan tahu

dan kenal sampai akhir hidup kita. Oleh karena itu kadang-kadang muncul ungkapan

yang bersifat ironis tetapi sangat perlu untuk dimaklumi yaitu “lebih baik Belanda

menjajah kita 20 tahun lagi, supaya kita tidak perlu bekerja keras mengungkapkan

kekayaan keanekaragaman hayati flora kita secara Nasional dan khususnya di

Tanah Papua yang tercinta ini”.

Page 15: KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI · PDF fileKeragaman jenis flora di Papua juga sangat ... (sesuatu yang tidak diketahui) terakhir di dunia yang ... 1950 dalam

15

A. Ancaman Terhadap Keanekaragaman Flora

Beberapa penyebab penurunan keanekaragaman hayati flora di Papua adalah :

penurunan kualitas habitat akibat campur tangan manusia, (perambahan hutan, okupasi

lahan dan perladangan berpindah), pemekaran daerah, pembukaan lahan yang

berlebihan untuk pengembangan pemukiman, introduksi jenis, polusi udara, perubahan

iklim global, perluasan areal pertanian dan industri kehutanan. Penurunan

keanekaragaman hayati dapat diakibatkan oleh faktor langsung dan tidak langsung.

Ancaman utama bagi keanekaragaman hayati adalah penyusutan akibat

kepunahan. Penyebab penyusutan keanekaragaman hayati adalah kegiatan manusia

yang mengubah dan merusak habitat alam untuk tujuan kepentingannya.

Aspek yang sangat serius dari penyusutan keanekaragaman hayati adalah

kepunahan spesies. Komunitas dapat mengalami degradasi dan reduksi luas areal

persebaran, tetapi selama spesies asalnya masih bertahan dan tingkat kemampuan

reproduksi belum terancam, komunitas tersebut berpotensi untuk pulih kembali. Sejalan

dengan itu keanekaragaman genetik dalam spesies dapat tereduksi karena penyusutan

ukuran populasi. Spesies berpotensi untuk menimbulkan keragaman genetik melalui

mutasi, seleksi alam dan kombinasi baru. Sekali suatu spesies tersingkir dan punah,

keunikan informasi genetik yang terkandung di dalam DNA dan kombinasi khusus

karakter-karakter yang dimiliki sulit untuk dipulihkan dan diperoleh kembali. Sekali

suatu spesies punah, hilanglah kesempatan untuk berevolusi secara berlanjut, komunitas

hayati semakin miskin dan kandungan nilai pentingnya bagi umat manusia yang belum

terungkap tak akan pernah dimanfaatkan.

1. Kepunahan Global dan Kepunahan Lokal

Kata punah (”extinct”) dapat beragam artinya tergantung pada konteks

pembahasan. Satu spesies dinyatakan punah apabila tidak satupun individu dari spesies

tersebut masih ditemukan hidup di bumi. Istilah punah di alam digunakan untuk

menyatakan suatu spesies yang sudah tidak ditemukan lagi di lingkungan alami, tetapi

masih dibudidayakan atau dipelihara di kebun binatang atau kebun raya. Kedua tipe

kepunahan tersebut dinyatakan sebagai punah global untuk membedakan dari istilah

punah lokal. Suatu spesies dinyatakan punah lokal apabila spesies tersebut tidak lagi

ditemukan di daerah dimana diketahui pernah ada, tetapi masih ditemukan di daerah

lain. Banyak spesies yang telah mengalami kepunahan lokal di lingkungan

Page 16: KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI · PDF fileKeragaman jenis flora di Papua juga sangat ... (sesuatu yang tidak diketahui) terakhir di dunia yang ... 1950 dalam

16

persebarannya. Spesies-spesies yang sebelumnya menempati suatu wilayah persebaran

yang luas, kini hanya menempati kantong wilayah persebaran yang sempit dan terbatas.

Istilah punah ekologi atau punah lokal banyak digunakan oleh biologiwan konservasi

untuk menggambarkan penyusutan jumlah spesies yang sangat mempengaruhi

keseimbangan komunitas.

2. Laju Kepunahan di Pulau

Sepanjang sejarah kehidupan, telah dibuktikan bahwa kecepatan kepunahan

spesies terjadi di Pulau. Tidak kurang dari 90% tumbuhan endemik yang hidup di pulau

telah punah atau dalam keadaan rawan untuk punah. Spesies-spesies di pulau sangat

rentan terhadap kepunahan karena pada umumnya sebagai spesies endemik. Suatu

spesies dinyatakan endemik apabila persebarannya di alam pada wilayah tertentu.

Sebetulnya suatu spesies dapat endemik pada daerah persebaran yang luas, namum

istilah endemik lebih sering digunakan untuk spesies yang persebarannya terbatas pada

daerah yang sempit. Banyak spesies endemik hanya ditemukan atau terdapat di suatu

pulau tertentu saja dan tidak ditemukan di pulau-pulau lain. Bila komunitas di pulau

tersebut dirusak dan dihancurkan atau diburu dan dipanen secara intensif, spesies

tersebut terancam punah. Sebaliknya, spesies di daratan (pengertian daratan mencakup

benua atau pulau dengan luas wilayah lebih dari 1 juta km2.) pada umumnya memiliki

banyak populasi dengan daerah persebaran luas sehingga apabila kehilangan suatu

populasi tidak terjadi malapetaka bagi spesies tersebut.

B. Konservasi

Pada umumnya tumbuhan endemik baik tumbuhan berkayu (tingkat pohon)

maupun non kayu sudah dikategorikan pada jenis flora yang dilindungi. Dengan

kurangnya pengetahuan dan sosialisasi jenis-jenis endemik tersebut dan dampak

pemanfaatan hutan dan habitat flora endemik tersebut menyebabkan kelangkaan

populasi dan upaya penanggulangannya belum teratasi dengan baik.

Salah satu strategi dalam pelestarian tumbuhan endemik di Tanah Papua adalah

dengan penetapan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) jenis endemik Tanah Papua

berdasarkan Surat Keputusan (SK) Penetapan Jenis Endemik baik di Papua maupun di

Papua Barat untuk selanjutnya diterbitkan Peraturan Daerah (PERDA) Perlindungan

Terhadap Jenis-Jenis Tumbuhan Endemik tersebut.

Page 17: KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI · PDF fileKeragaman jenis flora di Papua juga sangat ... (sesuatu yang tidak diketahui) terakhir di dunia yang ... 1950 dalam

17

C. Penetapan Kawasan Konservasi

Salah satu cara yang efektif bagi perlindungan jenis dan populasi flora endemik

adalah dengan cara penetapan habitatnya sebagai kawasan konservasi. Namun dengan

terkonsentrasinya jenis-jenis endemik di Pulau atau di habitat tertentu di Tanah Papua

yang spesifik menyebabkan belum semua areal sebaran jenis endemik dapat terwakili

sebagai kawasan konservasi.

Tabel 3. Luas (ha) Kawasan Konservasi di Papua (Dephut, 2010)

Kawasan Konservasi Provinsi

Papua Papua Barat

Cagar Alam 654.295,00 1.808.482, 93

Suaka Marga Satwa 2.514.000,00 65.170, 53

Taman Nasional 2.919.410,00 1.453.500,00

Taman Wisata Alam 1.750,00 22.848,27

Total 6.089.455,00 3.350.001,73

Apabila dibandingkan dengan luas tutupan lahan kawasan hutan di Papua

23.000.0000 ha (sebelumnya pada awal tahun 2000-an kawasan hutan di Papua seluas

31,5 juta ha) dan Papua Barat 9.769.686,81 ha, maka luas kawasan konservasi di Papua

26, 48% dan luas kawasan konservasi di Papua Barat adalah 34,29. Meskipun secara

nominal luas kawasan konservasi di Papua dan Papua Barat cukup terwakili, namun

apakah penetapan kawasan konservasi tersebut sudah bersifat representatif untuk semua

habitat spesies flora endemik di Tanah Papua.

Tak dapat disangkal lagi, kalau pemekaran wilayah kabupaten baru di Tanah

Papua justru mempercepat proses pengoyakan hutan dan kawasan konservasi. Pasalnya

wilayah baru membutuhkan ruang untuk membangun sarana dan prasaranan dan ruang

yang tersedia luas di Tanah Papua adalah hutan.

Dalam tiga tahun terakhir, dari sembilan kabupaten hasil pemekaran di Provinsi

Papua, tujuh di antaranya terletak di kawasan Pegunungan Tengah Papua, yakni

Puncak, Nduga, Yalimo, Mamberamo Tengah, Dogiyai, Lanny Jaya, dan Intan Jaya.

Dari jumlah itu, lima kabupaten bersentuhan dengan Taman Nasional Lorentz, yakni

Puncak, Nduga, Yalimo, Memberemo Tengah, dan Lanny Jaya (Tabloid Jubi, 10 Maret

2010). Sedangkan di Provinsi Papua Barat dari empat kabupaten hasil pemekaran yakni

Meybrat, Tamrau, Pegunungan Arfak dan Manokwari Selatan, tiga kabupaten

bersentuhan dengan kawasan konservasi yaitu Kabupaten Tamrau dengan Cagar Alam

Pegunungan Tamrau, Kabupaten Pegunungan Arfak dan Manokwari Selatan dengan

Page 18: KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI · PDF fileKeragaman jenis flora di Papua juga sangat ... (sesuatu yang tidak diketahui) terakhir di dunia yang ... 1950 dalam

18

Cagar Alam Pegunungan Arfak. Kondisi ini telah menciptakan ancaman terhadap

kawasan konservasi di Papua.

D. Kawasan Perlindungan Khusus

Penetapan kawasan lindung yang ada masih didominasi atas dasar perlindungan

dan pelestarian tata air, seperti sempadan sungai dan kawasan pantai. Penetapan

sempadan sungai selebar 100 m sebagai kawasan lindung belum memadai sebagai

habitat. Berdasarkan penelitian kawasan sempadan sungai dan pantai akan berfungsi

sebagai habitat satwa arboreal dan terestrial endemik minimal selebar 500 m (Bismarck,

1997).

E. Pengembangan Daerah Penyangga Taman Nasional

Daerah sekitar taman nasional merupakan daerah penyangga. Fungsi daerah

penyangga terhadap pelestarian taman nasional dan populasi flora serta faunanya dapat

terlihat apabila ada sinkronisasi penggunaan lahan yang dapat memperbaiki lingkungan

dan ekonomi masyarakat. Dalam pengelolaannya, daerah yang berbatasan dengan taman

nasional (daerah ekoton) tetap dikelola sebagai kawasan hutan dalam fungsi jalur hijau.

Jalur ini dapat berupa hutan atau hutan kemasyarakatan dengan lebar minimal 750 m.

Hal ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan bagi habitat dan populasi flora

serta fauna di perbatasan taman nasional dan sebagai penyangga bagi areal budidaya

pertanian masyarakat dari gangguan satwa liar (Bismarck, 2002).

Pembangunan daerah penyangga dengan kombinasi hutan kemasyarakatan, hutan

rakyat, perkebunan rakyat dan areal pertanian akan memberikan dampak pada

peningkatan populasi flora dan fauna endemik yang mudah beradaptasi dengan hutan

sekunder dan hutan tanaman.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Sejarah pembentukan geologi yang rumit menyebabkan Tanah Papua memiliki

keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dan zone-zone vegetasi yang lengkap.

Keanekaragaman (kekayaan) hayati flora di Tanah Papua 20.000 – 25.000 spesies

(Jhons, 1997).

2. Papua memiliki 271 suku bangsa, pemanfaatan jenis flora oleh masyarakat

tradisional masih bersifat skala kecil untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka

Page 19: KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI · PDF fileKeragaman jenis flora di Papua juga sangat ... (sesuatu yang tidak diketahui) terakhir di dunia yang ... 1950 dalam

19

3. Papua memiliki keanekaragaman jenis flora endemik yang sangat tinggi. Salah satu

strategi untuk pelestarian jenis-jenis tersebut adalah dengan penetapan kawasan

konservasi

4. Lingkungan habitat flora yang sangat bervariasi dengan kondisi geografis yang

ekstrim akan sangat mudah untuk terjadi kepunahan secara ekologi

5. Perlu dilakukan pengelompokan ulang jenis kayu komersil serta dasar

pengelompokan jenis kayu tersebut sehingga tidak menimbulkan kerugian negara

B. Saran

1. Diperlukan adanya tindakan konservasi baik konservasi in-situ maupun eks-situ

terhadap jenis-jenis flora endemik yang memiliki tingkat keterancaman yang tinggi

terhadap kepunahan

2. Perlu adanya pembinaan taksonomi terhadap ilmuwan lokal agar dapat

mengungkapkan keanekaragaman jenis flora endemik serta jenis-jenis flora lainnya

yang bermanfaat bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat di Tanah Papua

DAFTAR PUSTAKA

Bismarck, M. 1997. Parameter Penetapan Lebar Zona Sempadan Sungai untuk

Pelestarian Keanekaragaman Jenis Satwaliar di Hutan Pantai. Prosiding Hasil

Penelitian. Peran Hutan dalam Pemenuhan Kebutuhan Manusia dan Antisipasi

Isu Global. P3HKA Bogor.

Bismarck, M. 2002. Integrasi Kepentingan Konservasi dan Kebutuhan Sumber

Penghasilan Masyarakat dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi. Prosiding

Diskusi Hasil-Hasil Litbang Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Hutan.

P3HKA, Bogor.

de Fretes, Y. 2000. Laporan Rapid Assessment Program (RAP) CI-IP dan Uncen di

Yongsu, Jayapura. Conservation International-Indonesian Program. Jayapura.

Tidak dipublikasikan.

Departemen Kehutanan. 2003. SK Menteri Kehutanan NOMOR : 163/KPTS-II/2003

Tentang Pengelompokan Jenis Kayu Sebagai Dasar Pengenaan Iuran

Kehutanan.

Departemen Kehutanan. 2008. Data Strategis Departemen Kehutanan. Jakarta.

John, R. 1997. Common Forest Trees of Irian Jaya Papua – Indonesia. Royal Botanical

Garden, Kew. Inggris.

Kartawinata, K. 2010. Dua Abad Mengungkap Kekayaan Flora dan Ekosistem di

Indonesia. Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture X, 23 Agustus 2010,

Jakarta. Tidak diterbitkan.

Page 20: KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI · PDF fileKeragaman jenis flora di Papua juga sangat ... (sesuatu yang tidak diketahui) terakhir di dunia yang ... 1950 dalam

20

Kusmana, C dan Agus Hikmat. 2005. Keanekaragaman Hayati Flora di Indonesia. Tidak

dipublikasikan.

Marsono, D. 1977. Deskripsi Vegetasi dan Tipe-tipe Vegetasi Tropika. Yayasan

Pembina Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.

Muller, K. 2005. Keanekaragaman Hayati Tanah Papua. Editor : Frans Wanggai, A.

Sumule; Alih Bahasa : Fenny Ismoyo, A. Killmaskossu, Sintje Lumatauw,

Doan Nainggolan, M. St. E. Kilmaskossu, Saraswati Prabawardani. Universitas

Negeri Papua, Manokwari.

Petocz, R. 1987. Konservasi Alam dan Pembangunan Irian Jaya. PT. Gramedia.

Jakarta.

Pigram, C.J. and H.L. Davies. 1987. Terranes and the Accreation History of the New

Guinea Orogen. Bureau of Mineral Resources, J. Aust. Geol. Geophys. 10:193-

211.

Powell, J. M. 1976. Ethnobotany. In K. Paijmans (Editor). New Guinea Vegetation:

106-170. The Australian National University Press. Canberra.

Primack, R. B. 1998. Biologi Konservasi. Penerbit Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Sastrapradja, D.S. Adisoemarto, K. Kartawinata, S. Sastrapradja dan M.A. Rifai., 1989.

Keanekaragaman Hayati Untuk Kelangsungan Hidup bangsa. Puslitbang

Bioteknologi – LIPI. Bogor.

Sirami E.V., Krisma Lekitoo, Alfredo O Wanma dan Victor I. Simbiak. 2009.

Inventarisasi Hutan Pada Distrik Koweda Kabupaten Waropen. Tidak

diterbitkan.

Steenis-kruseman MJ van & CGGJ van Steenis,, 1950. Malaysian Plant Collectors nd

Collections, being a Cyclopedia of Botanical Exploration in Malaysia and a

Guide to the Concerned Literature up to the year 1950. Hal. i-clii & 1-639

dalam CGGJ van Steenis (Ed.), Flora Malesiana, I, 19. Noordhoff-Kolff NV,

Djakarta

Syafei, E. S. 1994. Pengantar Ekologi Tumbuhan. FMIPA Institut Teknologi Bandung.

Bandung

Tabloid Jubi 10 Maret 2010. Tata Kelola Kehutanan di Papua.

Whitmore, T. C., I. G. M. Tantra dan U. Sutisna. 1997. Tree Flora Of Indonesia.

Check List For Irian Jaya. Ministry Of Forestry. Forestry Research And

Development Agency. Bogor.