kekejaman herodes agung (studi sosio-politik terhadap...

41
Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap Rivalitas Herodes Agung dengan Mesias dalam Matius 2:1-18) Oleh Albert Josua Putra Maliogha 71 2009 038 Tugas Akhir Diajukan Kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi Guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi Program Studi Teologi Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, 2015

Upload: truongkien

Post on 06-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

Kekejaman Herodes Agung

(Studi Sosio-politik terhadap Rivalitas Herodes Agung dengan Mesias dalam Matius

21-18)

Oleh

Albert Josua Putra Maliogha

71 2009 038

Tugas Akhir

Diajukan Kepada Program Studi Teologi Fakultas Teologi

Guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains

Teologi

Program Studi Teologi

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2015

ii

iii

iv

v

Kata Pengantar

Manakala kekuasaan dipegang oleh orang-orang bangsat selama periode itu sinisme

cenderung tumbuh dengan cepat - Bertrand Russell

Perkataan Russell yang penulis kutip pada titik tertentu mencapai kebenaran Teks

Matius yang penulis teliti melalui proses penafisran ternyata menunjukan kebenaran itu

Akan tetapi sinisme pada teks Matius tak hanya diam sebagai sebuah -isme namun bergerak

menjadi sebuah seruan yang mendorong hadirnya praxis dalam menentang kekuasaan yang

dipegang oleh orang-orang yang disebut Russell sebagai ldquopara bangsatrdquo Redaktur Matius

yang hidup dalam konteks tertentu dan dalam pergumulan yang khas mencoba mengatakan

sesuatu hal yang penting dari apa-apa yang ia dan komunitasnya alami

Gaya berpikir sinis yang muncul dalam teks Matius bukan suatu tindakan seseorang

atau kelompok orang kurang kerja Sinisme yang muncul tersebut tak datang begitu saja dari

ruang kosong Ada dorongan yang khas dari konteks yang membuat redaktur Matius memilih

sinisme sebagai caranya menanggapi kenyataan Dalam tulisan ini penulis mencoba

merekonstruksikan bagaimana sinisme itu coba diketengahkan oleh redaktur Matius dalam

teks Matius 21-18

Tulisan ini penulis ajukan bukan pertama-tama demi mencapai gelar sarjana teologi ndash

suatu upaya melanggengkan pragmatisme- seperti yang dituliskan dalam format administrasi

Universitas (nampak pada halaman cover tugas akhir ini) Akan tetapi tulisan ini penulis

ajukan sebagai realisasi kecintaan terhadap studi hermeneutik dan latihan diri Maka tentu

tulisan ini memuat banyak kelemahan sebab ia adalah langkah awal dari proses belajar

Atas rampungnya tugas akhir ini maka puji syukur tak terbilang penulis haturkan bagi

Tuhan Yang Maha Kuasa Sebab penulis sadar bila tanpa ijin-Nya tentu tulisan ini tak akan

pernah terselesaikan dan bahkan ada sekalipun Akan tetapi penulis juga sadar bahwa

pencapaian ini dapat terwujud juga berkat bantuan banyak pihak Untuk itu penulis ingin

menghaturkan rasa terima kasih dan hormat kepada seluruh pihak yang telah membantu dan

mendukung sehingga tugas akhir ini boleh terselesaikan Kepada Orang tua dan keluarga

yang rela menderita demi kebahagiaan yang sekarang penulis rasakan kepada merekalah rasa

terima kasih dan hormat terbesar penulis berikan Kemudian tak kurang juga ungkapan

terima kasih penulis sampaikan kepada Pdt Yusak Setyawan PhD yang ialah pembimbing

utama penulis dalam menyusun tugas akhir ini Penulis mengucapkan terima kasih atas

vi

dorongan Bapak yang membuat penulis bekerja keras dan sekaligus melakukan dua proses

tafsir yaitu menafsir keinginan Bapak sebagai pembimbing serta menafsir teks Matius 21-18

sebagai bahan penelitian penulis Ketiga penulis memberikan penghargaan kepada Ibu Ira D

Mangililo PhD dan Bapak Pdt Dr Eben Nuban Timo selaku reviewer tugas akhir ini

Terkhusus Ibu Ira Mangililo PhD penulis haturkan terima kasih yang sangat besar atas dua

poin kritik yang sangat substansial terhadap tugas akhir ini Kritik ibu tentang adanya gap

antara locus sosio-politik Komunitas Yahudi dan Komunitas Matius dengan tafsir terhadap

resistensi Komunitas Matius terhadap Kubu Status Quo Sinanoge dan Imperium Romanum

serta kencederungan penulis yang anakronistik melakukan simplifikasi terhadap konteks

Komunitas Matius dengan kondisi Indonesia dewasa ini sangat membantu penulis

membenahi tulisan ini Meski begitu dua kritik tersebut baru akan penulis akomodir lebih

jauh dalam pengembangan tulisan ini sebab secara jujur harus penulis kemukakan bahwa

waktu yang sempit dan energi yang tak lagi memadai membuat penulis tak dapat mengubah

tulisan ini secara signifikan Kepada kolega yang banyak membantu membentuk saya dalam

mengarahkan diri pada hasrat episteme ucapan terima kasih juga penulis berikan Kepada

kelompok diskusi Bona Fide Ladies Club mahasiswa kelas-kelas Filsafat kepada kalian

semua penulis ucapkan terima kasih atas ruang diskusi dan kesempatan untuk mengenal

berbagai pemikir-pemikir besar yang membantu penulis mengubah cara memandang

kehidupan ini Kepada mentor Filsafat penulis Bapak Gusti Menoh MHum penulis

mengucapkan terima kasih atas diskusi dan keterbukaan untuk mengajak penulis keluar dari

Goa sehingga penulis kembali memercayai Tuhan dan sekaligus sadar bahwa Filsafat

Hermeneutik a la Schleiermacher dan Dilthey termasuk positivisme Comte tak lagi pantas

untuk di- idola- kan oleh karena kelemahan epistemologi mereka juga karena kenyataan

jaman terus berkembang tak pernah stagnan serta lebih-lebih kesadaran untuk tak

memperlakukan ilmu apapun sebagai ideologi

Semoga tulisan ini dapat berguna bagi mereka yang membacanya Kritik dan saran

dari siapapun yang membaca tulisan ini sangat penulis harapkan guna perbaikan kualitas

penulisan Tuhan kiranya memberkati kita

Salatiga 18 Februari 2015

Albert Josua Putra Maliogha

vii

Daftar Isi

Cover

Lembar Pengesahan

Pernyataan Tidak Plagiat

Persetujuan Akses

Kata Pengantar

Daftar Isi

Abstrak

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

12 Rumusan Masalah amp Tujuan Penelitian

13 Metode amp Teknik Pengumpulan Data

14 Manfaat Penelitian

15 Sistematika Penulisan

2 Injil Matius dalam Konteks Sosi-politiknya

21 Anthiokhia

22 Komunitas Sinagoge di Anthiokhia

3 Memahami Kembali Matius 21-18

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan

terhadap dominasi status quo

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan

melawan dominasi status quo

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status

Quo menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

5 Penutup

51 Kesimpulan

Daftar Pustaka

i

ii

iii

iv

vi

vii

1

1

3

3

4

4

4

5

7

10

10

16

21

24

24

26

28

29

29

31

viii

Abstrak

Injil Matius merupakan bentuk counter narrative terhadap kekuasaan Imperium

Romanum dan Aristokrasi Sinagoge yang mempraktekan dominasi dalam pranata sosio-

politik sebagai tujuan kekuasaan Pax Romana yang universal ialah yang terbaik menurut

Imperium Romanum Teologi Sosial Millitary Messiah menjadi penuntun pemberontakan

orang Yahudi melawan si kafir Romawi Namun keduanya dituduh secara sinis oleh

redaktur Matius sebagai model kekuasaan politik yang haus dominasi manipulatif

menindas dan tak mencerminkan kehendak Allah itulah mengapa Herodes Agung

digambarkan ingin membunuh Mesias Untuk itu pranata sosio-politik Mesias Yang

Terselamatkan sebagai model yang visioner dan melawan arus utama diajukan sebagai

ganti dua model pertama yang sama-sama palsu dan rentan pelanggengan status quo

Prinsip normatif sebagaimana yang diajukan redaktur Matius dalam menyikapi

carut marut pranata sosio-politik dari awal abad pertama ternyata menembus jauh hingga

masa Indonesia pasca reformasi Sebagai negara yang baru lepas dari otokrasi dan

bergerak lambat dalam demokrasi Indonesia tengah terengah-engah mengatasi

cengkraman oligarki (dekadensi aristokrasi) yang bertopeng demokrasi Melalui

pengalaman komunitas Matius yang mengajukan pranata sosial Mesias Yang

Terselamatkan rupanya demokrasi di Indonesia yang hampir kehilangan daya dapat

diperkuat kembali sehingga mampu melawan oligark yang menguasai dua preferensi

politik utama di Indonesia fundamentalisme pasar dan fundamantalisme agama Pranata

Mesianik ini dapat menjadi basis moral religius bagi pembaca Matius di Indonesia sebab

prinsip mesianik inheren dalam prinsip demokrasi Pembaca Matius di Indonesia dapat

menengok dasar biblis untuk mewujudkan gerakan Demokrasi yaitu dari uncivil society

menjadi civil society yang dididam-idamkan

Kata-kata Kunci Herodes Agung Mesias Status Quo Demokrasi Oligarki

1

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

Kitab-kitab injil dalam tradisi kekristenan umumnya diterima sebagai sumber

primer serta terpercaya oleh orang Kristen guna memahami dan mengetahui ragam hal

tentang Yesus Kristus Meski demikian secara faktual injil-injil tersebut kerap kali

menunjukan beberapa jejak yang justru menghadirkan persoalan dalam upaya memahami

dan mengetahui perihal Sang Mesias Secara khusus sebagai contoh kisah seputar

kelahiran Yesus dalam kaitan dengan upaya pembunuhan diri-Nya oleh Herodes Agung

hanya ada pada injil Matius 21-18

Mengenai ketiadaan kisah pembunuhan bayi-bayi pada injil lain sebenarnya telah

mengundang berbagai tanggapan para ahli Misalnya saja pendapat Drewes yang

menyatakan bahwa merujuk teori 4 sumber maka kisah ini merupakan cerita yang berasal

dari Sumber M sehingga memang secara eksklusif hanya ada di Matius saja1 Stefan

Leeks pada satu bagian dalam bukunya menyatakan bahwa penulis injil Matius ingin

menyampaikan suatu pesan tertentu melalui kisah yang menghubungkan Raja Herodes

Agung dengan Yesus2 Sedangkan RT France secara meyakinkan menulis bahwa kisah

pembunuhan anak-anak ditambahkan oleh redaktur Matius sebagai bentuk folklore yang

umum dalam berbagai tradisi bahwa kelahiran seseorang yang hebat sudah selalu diikuti

oleh ancaman karena kecemburuan para penguasa3

Namun pendapat John Drane terhadap narasi Matius 21-18 ialah yang paling

signifikan tetapi sekaligus melahirkan problem serius Terkait historisitas Matius 216

Drane justru berpendapat bahwa tidak ada catatan sejarah dalam dokumen-dokumen lain

tentang cerita ini meskipun cerita ini bersesuaian dengan tabiat kejam Herodes Agung4

Artinya John Drane meyakini bahwa kisah ini tak faktual secara historis

Surip Stanislaus menegaskan bahwa kisah itu tak perlu dilihat dalam kerangka

historisnya sekalipun informasi-informasi dalam narasi tersebut telah coba diuji secara

1 Stefan Leeks Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007) 38

2 B F Drewes Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000) 32

3France membandingkan Matius 213-18 dengan cerita masa kanak-kanak Sargon Gilgamesh dan bahkan kisah

dua bersaudara pendiri Roma yaitu Romulus dan Remus sebagai bentuk folklore yang umum muncul dalam

masyarakat kala itu Lih R T France ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL

XXI No 2 (1979) 98 4 John Drane Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung Mulia 2005) 39

Perihal tabiat Herodes Agung ia adalah seorang raja sekaligus politisi yang licik hebat dalam pembangunan

dan kejam Herodes Agung ialah seorang paranoid yang selalu curiga terhadap siapapun yang dianggapnya

mengancam kedudukanya sebagai raja Hirkanus (mertuanya) Mariame (istrinya) dan Aleksander Aristobulus

dan Antipater (ketiga anaknya) dibunuh oleh Herodes Agung karena dicurigai ingin mengkudeta kedudukanya

Bnd Jona Lendering King Herod the Great Acient Warfare Magazine

2

saintifik5 Rekonstruksi yang melibatkan astronomi dalam menyelidiki Matius 2 hanya

berhasil sampai pada kesimpulan yang tak determinan berkaitan dengan historisitas

Matius 21-18 Pandangan semacam ini didukung kuat oleh ahli lainya Misalnya

menyebut bahwa penjelasan yang menyebut supernova Kepler komet Heley dan

hipotesis Konjugasi Planet-planet yang secara historis terjadi berdekatan dengan masa

kelahiran Yesus dan kematian Herodes Agung tetap saja kesemuanya itu tak memiliki

relasi logis langsung dengan kisah pembunuhan anak-anak di bawah usia dua tahun oleh

Herodes Agung6

Keraguan tentang aspek historis dari Matius 2 membuat pernyataan Leeks menjadi

kuat Anjuran Leeks untuk memperlakukan kisah ini sebagai ldquoyang mewakili suatu

keadaan sebenarnyardquo jauh lebih masuk akal daripada menerima narasi ini sebagai sebuah

laporan pandangan mata Sebab perbedaan mencolok kisah kelahiran Yesus dalam Matius

dan Lukas7 membuat logika internal dari ide bahwa kisah ini ialah laporan pandangan

mata menjadi tak konsisten sehingga secara epistemologis runtuh dengan sendirinya

Antonhy Saldarini menulis satu esai menarik tentang ciri khas Matius sebagai

sebuah kitab yang memperlihatkan banyak jejak konflik antara kelompok Kristen dengan

Yahudi Untuk itulah alasan mengapa Yesus berulang kali digambarkan berada dalam

posisi tegang yang vis-a-vis dengan para penguasa termasuk sejak kelahiran-Nya dalam

Matius 21-18 Bila saya mencoba menafsirkan kisah ini dalam kerangka konflik antar

kelompok maka persoalan historisitas seperti apakah benar secara faktual Herodes Agung

pernah menggerakan pasukanya untuk memburu bayi Yesus dan membantai anak-anak

tak berdosa tak lagi bermasalah Akan tetapi sebagai sebuah narasi tentang konflik antar

kelompok maka pola konflik itu menjadi menarik untuk dibahas Fenomena ini

merupakan gesekan antara Komunitas Matius dengan Penguasa Sinagoge yang oleh

Saldarini disebut sebagai upaya melawan Yudaisme demi sebuah ldquoYudaisme Barurdquo

melalui perjuangan dalam nama Yesus8

Selain teks ini bicara pada konteksnya tentu ia juga dapat berbicara lintas waktu

bagi pembaca di masa kini Dengan memperhatikan nuansa sosio-politik yang kuat pada

teks Matius 213-18 baik berkaitan dengan konteks dalam teks maupun konteks dari teks

5 Surip Stanislaus Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012) 72-74

6 Howard W Clarke The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the First Gospel

(Indiana Indiana University Press 2008) 18 7 Kesimpulan bahwa Kisah Kelahiran Yesus berdasarkan Injil Sinoptik ialah faktual secara induktif bermasalah

Kedua Injil itu membuat kisah kelahiran yang bertolak belakang (Matius 118-223 amp Lukas 21-7) yang mana

tentu tak dapat diterima prinsip logika Bnd Stanislaus Rahasia 29-30 8 Anthony Saldarini ldquoThe Gospel of Matthew and Jewish-Christian Conflictrdquo dalam David Balch (eds) Social

History of the Matthean Community Cross Disciplinary Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995) 42-

43

3

saya menduga bahwa gerakan pembaharuan dalam narasi Matius dapat menjadi sangat

aktual bagi pembacanya di Indonesia Konteks Indonesia yang tengah dalam transisi

negara otoritarian a la orde baru kepada negara demokratis pasca reformasi ternyata

masih diselubungi skandal oligarki9 sehingga sebuah gerakan pembahuruan seperti

dengungan Revolusi Mental Jokowian sebagai model normatif yang dikampanyekan

untuk mengubah mental bangsa muncul kuat Menurut hemat saya fenomena ini mungkin

dapat diteropong dari model perlawanan komunitas Matius pada sistem lama yang tak

berjalan semestinya seperti apa yang coba ditulis dalam Matius 21-18

12 Rumusan Masalah amp Tujuan Penelitian

Dua rumusan masalah coba diketengahkan yaitu Pertama bagaimana kisah

pembantaian anak di bawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung dalam

Matius 21-18 ditinjau dari konteks sosio-politiknya Kedua bagaimana benang merah

kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung

dalam Matius 21-18 dengan kehidupan pembacanya di Indonesia pasca reformasi

Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah Pertama menjelaskan bagaimana

kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung

dalam Matius 21-18 ditinjau dari konteks sosio-politiknya Kemudian kedua

menjelaskan bagaimana benang merah kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun

yang dilakukan oleh Herodes Agung dalam Matius 21-18 dengan kehidupan pembacanya

di Indonesia pasca reformasi

13 Metode amp Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Dalam penelitian ini saya akan menggunakan metode hermeneutik yang berfungsi

untuk menguak makna dari suatu teks10

Metode ini digunakan dengan memperhatikan

nuansa sosio-politik dari teks Melalui upaya ini penafsir diandaikan dapat

merekonstruksi teks Matius 21-18 sehingga paling tidak tenunan sosio-politiknya dapat

terurai kembali Sementara itu teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi

kepustakaan dan menafsirkan teks Matius 21-18 Baik hasil tafsir teks Matius 21-18 dan

sumber-sumber pustaka relevan inilah yang menjadi data-data yang kemudian saya

kelolah dan analisa Hasil pengelolahan dan analisa terhadap data tersebut diharapkan

mampu menjawab masalah yang diteliti

9 Lih Budi Hardiman Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta Kanisius

2014) 53

10

Yusak B Setyawan Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga Fakultas

Teologi UKSW 2010) 4

4

14 Manfaat Penelitian

Saya berharap tulisan pada akhirnya dapat digunakan guna pengembangan ilmu

teologi yang mencakup terhadap studi Hermeneutik Perjanjian Baru serta studi Agama

dan Politik bagi Fakultas Teologi UKSW secara khusus dan dunia teologi di Indonesia

pada umumnya Selain itu juga melalui studi terhadap Matius 21-18 saya berharap agar

penelitian ini dapat memberikan sumbangsih gagasan bagi paham tentang kondisi

normatif kehidupan sosio-politik orang Kristen di Indonesia dewasa ini

15 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam kajian ini akan saya tulis dalam lima bagian Pada

bagian pertama berisikan pendahuluan Bagian kedua dari tulisan ini akan memuat

informasi terkait konteks sosio-politik Injil Matius Selanjutnya pada bagian ketiga saya

akan memberikan pemaparan tentang pemahaman ulang terhadap teks Matius 21-18

Bagian keempat berisi mengenai refleksi terhadap teks Matius 21-18 yaitu aktualisasinya

bagi kehidupan pembaca Matius di Indonesia Terakhir bagian kelima akan memuat

penutup daripada tulisan ini

2 Injil Matius dalam Konteks Sosio-Politiknya

Banyak ahli menduga kuat bahwa injil Matius ditulis di Anthiokhia di wilayah

Siria Injil Matius menunjukan nuansa-nuansa yang mendukung pemahaman tersebut

seperti disebutkanya mata uang dirham (mata uang Siria) diperlunaknya hukum tahir

dan najis (bagi non Yahudi) serta ada nuasa ketegangan antara pimpinan Yahudi dengan

jemaat11

Dugaan ini diperkuat melalui fakta bahwa naskah injil Matius ditulis dalam

bahasa Yunani dengan menyertakan nuansa semitis pada berbagai ungkapan yang kualitas

bahasanya bukan terjemaham dari bahasa Ibrani ataupun bahasa Aram Dengan

memperhatikan penggunaan bahasa semacam itu patut diduga bahwa tujuan tulisan ini

untuk mereka yang menggunakan bahasa Yunani Lagipula penggunaan bahasa Yunani

berlaku luas terutama di kota-kota Romawi

Penulis dan waktu penulisan injil Matius dipercayai dilakukan oleh seseorang

dalam kurun waktu tahun 70-90 ZB Perkiraan waktu tersebut memberikan gambaran

penulisan Injil terjadi pasca penghancuran Bait Allah di Yerusalem pada tahun 70 ZB

Gambaran itu dipercayai oleh para ahli dinarasikan implisit dalam bagian teks Matius

227 Meski begitu dugaan yang didasarkan menurut teks Matius 227 itu sendiri belum

menyelesaikan variasi pendapat para ahli tentang kapan persisnya penulisan dilakukan

11

C Groenen Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006) 88-89

5

Hal yang sama juga terjadi pada upaya untuk melacak identitas asli dari penulis injil ini

Siapa persisnya yang menulis tak dapat diketahui secara pasti Ada yang menyebutnya

sebagai seorang pembina jemaat seorang Yahudi yang menjadi Kristen yang berani

mengecam orang Yahudi yang tak mau mengikut Yesus seorang pelarian dari

Yerusalem ataupun seorang dari generasi Kristen kedua yang misioner yang berbahasa

Yunani12

Tidak ada satupun dari pendapat tadi yang menegaskan secara pasti siapa yang

menjadi penulis injil Matius Akan tetapi pada saat yang sama bermacam pendapat itu

juga tidak meneguhkan pandangan Papias bahwa penulis injil ini ialah Matius salah satu

Rasul Yesus13

Melalui upaya rekonstruksi yang cermat para ahli juga mencoba merumuskan

tujuan penulisan injil Matius Sama seperti analisis sebelumnya tujuan penulisan didapat

melalui telaah terhadap karakteristik dari teks itu sendiri Salah satu hasil telaah itu

dikemukakan oleh De Heer Menurut De Heer injil ini ada demi tiga tujuan utama yaitu

(1) Maksud Apologetis menyatakan bahwa nubuatan di dalam Perjanjian Lama telah

terpenuhi dan sekaligus membela status Yesus sebagai Mesias (2) Maksud Katekesis

merujuk pada Grundmman bahwa injil ini bertujuan untuk menyampaian pokok-pokok

ajaran Kristen agar dimengerti dan demi mengajarkanya kepada orang lain Hal itu

nampak dari begitu banyak teladan Yesus yang dimuat oleh penulis injil (3) Maksud

Parenetis untuk menegur jemaat Matius di Siria yang yang hidup tidak harmonis (kasih

diantara mereka telah dingin)14

21 Anthiokhia

Para ahli menduga cukup kuat bahwa teks Matius ditulis di Anthiokhia Kota ini

ialah ketiga terbesar di kekaisaran Romawi yang berpopulasi lebih dari 500000 jiwa

terdiri dari orang Siria Yunani-Romawi juga minoritas Yahudi yang Pada tahun 300

SZB Anthiokhia didirikan oleh Seleukus I di dekat sungai Orontes (berada jauh dari laut

dan terlindungi benteng alami yaitu Gunung Silpius) untuk menghormati ayahnya

sekaligus menampung para veteran perang Makedonia serta berfungsi guna menguasai

12

Para ahli umumnya bersepakat bahwa sangat sulit mempercayai Rasul Matius yang menulis injil ini Alasan-

alasan yang dikemukakan seperti Jika benar Matius yang menulis maka ia tentu saksi mata lalu mengapa

seorang saksi mata perlu merujuk kepada teks Markus yang penulisnya bukan saksi mata Juga bahasa yang

Matius gunakan ialah Bahasa Aram bukan Bahasa Yunani padahal injil ini ditulis dalam bahasa Yunani Lih

Drewes Satu Injil 176 Bnd Drane Memahami 219 Rudolf Schnackenburg The Gospel of Matthew (Wm B

Eerdmans Publishing Co Michigan 2007) 6-7 13

Pandangan bahwa Matius sang Rasul sebagai penulis Injil Matius baru muncul belakangan pada abad II

setelah injil Matius ditulis Ialah Papias seorang penulis dari Hireapolis yang menyatakan hal ini Lih Jakob

van Bruggen Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh penulis-penulis sezaman

(Jakarta Gunung Mulia 2004) 63-65 14

J De Heer Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia) 6-7

6

jalur-jalur darat yang menghubungkan Asia Kecil Mesir tak ketinggalan Eufrat15

Dewi

Tikhe (Fortuna Keberuntungan) dipercaya menguasai nasib semua kerajaan Helenis

menguasai kesuburan tanah dan menguasai keamanan kota atas banjir serta gempa

dijadikan dewi kota oleh penduduk di sana Anthiokhia ialah pusat intelektual yang besar

serta menjadi pusat perjalanan dan perdagangan yang sangat makmur serta merupakan

ibu kota Provinsi Romawi gabungan Suriah dan Kilikia sehingga pada jaman Romawi

mendapat perlindungan langsung dari Kaisar16

Seorang Gubernur Romawi menjadi perwakilan Kaisar memerintah atas

Anthiokhia Ia bertugas menegakan hukum dan memelihara ketertiban umum masyarakat

Namun ketertiban umum yang diupayakan berlangsung di Antiokhia berada dalam

bayang-bayang (1) tatanan masyarakat hirarkis17

dan (2) demografi penduduk yang

beragam budaya18

Dua hal ini sebenarnya membawa ancaman persoalan sosial bagi

Gubernur Romawi di Antokhia Pertama potensi ancaman terletak pada pola piramida

kekuasaan politik terpusat pada golongan elit yang jumlahnya lebih sedikit dibanding

masyarakat kebanyakan yang berada di luar golongan itu Golongan elit itu menguasai

sendi-sendi ekonomi hukum dan mengatur kesejaterahaan yang akibatnya sendi-sendi

itu (terutama politik) diatur menurut kepentingan mereka19

Dalam hal ini tercipta suatu

tatanan sosial dalam bentuk kelas sosial yang tidak adil golongan elit dan golongan

nonelit Persoalanya ialah kondisi sosial ini melahirkan rasa saling benci antara kedua

kelas sosial itu Kedua sebagai kota yang mempertemukan beragam identitas dan etnis

Anthiokhia menyimpan potensi gesekan sosial manakala terjadi pertemuan dua atau lebih

entitas yang saling bertolak belakang Ner Dah mengutip Streeter menyebut kondisi itu

sebagai ldquoAntagonisme Etnisrdquo yang mana kota itu diliputi ancaman kejahatan dan konflik

akibat percampuran orang-orang dari latar belakang etnis berbeda20

Akan tetapi meski menyimpan potensi konflik rupaya gubernur romawi mampu

mengatasi gesekan sosial tersebut Piramid kekuasaan itu menempatkan ia berada pada

puncak kelas sosial sedangkan dasar terendah ada pada golongan kecil termasuk budak

15

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013) 43 Bnd John Staumbaugh dan David

Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung Mulia 2008) 179 16

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial180 Bnd David J Bosch Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi

misi yang mengubah dan berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006) 67 Robert Coote dan Mary Coote Kuasa

Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004) 164 17

Warren Carter Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York Orbis Book

2000) 20 18

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial183 19

Carter Matthew amp The Margins 18 20

Streeter The Four Gospel dalam Ner Dah Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of

Myanmar PhD diss 2009 Menurut hemat saya apa yang dikemukakan Streeter tidak berlebihan sebab

masalah sosial itu kemudian termanifestasi dalam gerakan pembasmian orang Yahudi di Diaspora

7

Kekuasaan itu membuka peluang baginya untuk mendapatkan ldquodukunganrdquo dari golongan

di bawahnya demi tujuan yang ingin ia capai Cara gubernur romawi mengatasi

kerusuhan yang terjadi dikemudian hari khususnya berkaitan dengan isu sektarian di

Anthiokhia menunjukan betapa ldquotangan besirdquo romawi efektif meminimalisir konflik

terbuka21

Bersama para pejabat romawi dan anggota senat gubernur selain memimpin

legiun juga mendapat dukungan dari para imam di kuil para pegawai kekaisaraan

pengumpul pajak dll dalam relasi patron-klien22

Kenyataan itu menunjukan hubungan

transaksional yang sarat kepentingan politik sudah merupakan hal lumrah terjadi di

golongan masyarakat atas di Antiokhia Pola relasi yang sangat rapuh karena didasarkan

pada loyalitas semu yang dapat dibeli oleh kekuasaan

22 Komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Orang Yahudi yang telah tinggal di Anthiokhia sama tuanya dengan kota tersebut

hidup dalam situasi sosial masyarakat hirarkis Menurut Warren Carter argumen para ahli

menunjukan dimensi-dimensi penting yang menunjukan kelas sosial orang Yahudi di kota

ini seperti (1) pendapat Kingsbury bahwa bahasa Yunani yang digunakan penulis Matius

mengindikasikan masyarakat ini ialah komunitas urban (2) penggunaan kata Kota

dilakukan 26 kali dibandingkan Desa (3) jemaat Matius diasumsikan tidak asing dengan

kekayaan hal itu ditunjukan oleh misalnya letak perbandingan identitas Yusuf orang

Arimatea yang pada Markus dan Lukas ia dikenal sebagai anggota dewan tinggi namun

pada Matius ia disebut sebagai Si Orang Kaya (4) penggunaan sebutan emas perak dan

talenta dilakukan sebanyak 26 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan Markus yang

hanya sekali menyebut perak dan Lukas hanya empat kali lebih banyak dari Markus23

Argumen-argumen itu menguatkan dugaan bahwa komunitas Matius terdiri dari mereka

yang hidup kaya artinya ada jejak dari mereka berada pada golongan elit Akan tetapi

sebagai ganti keengganan Carter untuk secara deterministik menentukan kedudukan

orang Yahudi itu ia memberi anjuran yang secara probabilistik menempatkan orang

Yahudi ada di kedua kelas sosial (Cross section) sebab selain karakteristik teks

menunjukan nuansa orang terdidik (golongan elit) teks ini juga bernafaskan tindakan

untuk menjangkau orang-orang yang dimarjinalkan24

21

Upaya untuk merayakan Perbedaan Kultur dan Toleransi pernah dilakukan di Anthiokhia Lih Trudy Ring amp

Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London WIPIDE 1995) 40 22

Carter Matthew amp The Margins 19 23

Carter Matthew amp The Margins 25 24

Carter Matthew amp The Margins 26

8

Dugaan Carter tentang Cross section itu dapat diperkuat melalui laporan Josephus

bahwa orang Yahudi yang tinggal di Anthiokhia hidup tentram dan secara ekonomi cukup

kaya25

Menurut Staumbaugh dan Balch kunjungan Herodes Agung beberapa kali ke

Anthiokhia diduga kuat yang memicu naiknya gengsi pengaruh dan kedudukan orang

Yahudi di sana26

Laporan betapa kayanya orang Yahudi di Anthiokhia nampaknya bukan

hisapan jempol belaka Sebab berdasarkan catatan Josephus orang Yahudi di Anthiokhia

mampu mengirimkan persembahan yang mahal ke Yerusalem27

Tidak hanya itu pada

masa pemerintahan Klaudius tatkala Yudea dilanda kelaparan bantuan dari Anthiokhia

datang untuk menanggulangi bencana tersebut28

Lalu bagaimana dapat diandaikan bahwa selain jejak keberadaan orang Yahudi

dalam lingkaran elit terdapat pula informasi yang menunjukan bahwa ada orang Yahudi

hidup dalam kelas non elit Hal itu dapat dijelaskan melalui identifikasi pekerjaan

mereka Orang Yaudi nonelit di Antiokhia ada yang hidup bekerja sebagai tukang dan

budak yang mana secara kasat mata sudah cukup menunjukan bahwa mereka ialah

golongan kecil yang dimarjinalkan29

Mereka ialah kelompok yang hidup bekerja demi

memenuhi kesejaterahaan hidup para elit

Kondisi kehidupan yang baik dalam aspek sosial ekonomi religius bahkan akses

politik terhadap kekuasaan memang dinikmati oleh sebagian orang Yahudi di Anthiokhia

untuk kurun waktu yang cukup lama Sisanya meski dipinggirkan namun cukup untuk

melanjutkan kehidupan dengan bekerja bagi para elit Kehidupan yang tentram dan

mapan di Anthiokhia bahkan telah dinikmati orang Yahudi sejak jaman Hasmonean yang

dipicu oleh banyaknya orang baru yang hidup menyatu dengan penduduk tertarik masuk

ke dalam komunitas sinagoge30

Selain bahwa pengaruh Hasmonean yang mendahului

kunjungan Herodes Agung yang berdampak signifikan itu perilaku sosio-politik orang

Yahudi yang menunjukan loyalitas membuat mereka mendapatkan perlindungan31

Akan tetapi keadaan berbalik dan semakin memburuk bagi mereka sejak tahun 40

ZB Mulai saat itu hubungan sosio-politik antara orang Yahudi dengan orang Antiokhia

25

Josephus Jewish War 713 Bnd Walker In Steps 44 26

Nama besar Herodes Agung yang dikenal sebagai sekutu dekat Kaisar Agustus dan juga sebagai The Great

Builder lewat pembangunan luar biasa misalnya Bait Allah berbagai benteng hebat termasuk Masada kota-

kota Helenis seperti Sebaste dan Kaisera yang terkenal dengan pelabuhannya tersiar ke luar Yudea bahkan

sampai Anthiokhia Hal itu menempatkan Herodes Agung sebagai orang yang cukup penting sehingga tidak

heran apabila kunjungan tersebut membawa keuntungan bagi kedudukan sosio-politik orang Yahudi di

Anthiokhia Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial Bnd F F Bruce New Testament History (London

Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969) 27

Josephus Jewish War 745 28

Walker In Steps 47 29

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 181 30

Justin Taylor Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012) 156 31

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial49-51

9

berada dibawah ketegangan hebat Permusuhan yang timbul bahkan tidak bisa menahan

mereka untuk berhadapan dalam konflik terbuka yang berdarah-darah Sejak terjadi

pogrom32

dan dekrit Kaisar Kaligula yang memuat perintah penempatan patung dirinya di

Bait Allah di Yerusalem bentrok pecah di Antiokhia33

Pembunuhan terhadap orang

Yahudi di Anthiokhia terjadi dan sinagoge-sinagoge mereka dibakar Mulai saat itu

sentimen anti semit kian meninggi dan tak berhenti hingga kira-kira tahun 48 ZB Puncak

konflik terjadi tatkala pemberontakan Yudea melawan Romawi terjadi hingga tahun 70

ZB

Konflik di Yudea turut menyeret keterlibatan Anthiokhia karena kota itu menjadi

basis dukungan pasukan militer yang dikirim untuk menumpas pemberontakan di

Yudea34

Ketegangan perang itu merembes sampai ke Anthiokhia terutama bagi orang

Yahudi di sana Ikut terseretnya Antiokhia dalam tensi perang Yudea membuat beberapa

orang Yahudi di sana tidak mampu menahan diri Beberapa anggota dari penguasa

Yahudi merencanakan perlawanan Komunitas Yahudi di Anthiokhia dituduh

merencanakan membakar kota Akibatnya Gubernur Romawi menyerang mereka dan

mencabut hak-hak istimewa orang Yahudi

Penaklukan Yudea membawa dampak tidak saja pada memburuknya hubungan

sosial antara orang Yahudi dengan orang Anthiokhia dan sekaligus melemahkan pengaruh

32

Sebab terjadinya Pogrom diduga karena muncul kecemburuan sosial terhadap orang Yahudi yang melalui lobi

politik mendapat hak istimewa yang mana telah berlangsung sejak jaman Koresh lalu terus menguat ketika

Romawi menjadi sekutu keluarga Hasmonean Orang yahudi dibenci oleh orang Yunani-Romawi sebab mereka

dapat mengakses fasilitas dan hidup layak sama seperti orang Yunani-Romawi tanpa perlu melakukan

kewajiban yang sama Ditambah dengan kecenderungan Kaisar-kaisar Romawi yang meski berganti-ganti tetap

saja membela orang yahudi membuat kebencian orang yunani semakin menjadi-jadi Hak istimewa itu meliputi

diperbolehkan melaksanakan hukum Sabat tidak melakukan kegiataan keagamaan kekaisaraan boleh

membayar pajak kepada Bait Allah di Yerusalem dan bahkan mendapatkan otonomi terbatas untuk menegakan

hukum (politeuma) Yudaisme di Sinagoge Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 50-51

33 Bentrokan ini terjadi jelas dalam dua aspek yang berkaitan yaitu Sosio-politik dan Sosio-religius

Kecemburuan sosial nyata dalam pogrom dan resistensi keagamaan nampak dalam perlawanan dekrit Kaligula

yang sangat ldquomenyakitirdquo hati orang Yahudi Menurut saya motivasi perlawanan terhadap pogrom yang jelas

muncul sebagai reaksi mempertahankan ldquopemberian Romawirdquo sebagai keberhasilan lobi politik tentu berbeda

dengan perlawanan terhadap dekrit Kaligula Identitas keagamaan Yudaisme bukan ldquopemberian Romawirdquo

Namun resistensi itu juga bukan hanya soal ortodoksi Ia merupakan peneguhan kemerdekaan politik secara

religius yang saya kategorikan sebagai Hak Milik Mengapa hak milik kemerdekaan politik secara religius

sangat penting Sebab orang Yahudi begitu percaya bahwa YHWH tidak mengijinkan mereka dipimpin oleh

orang Kafir Penjajahan atas mereka hanyalah teguran YHWH karena mereka lalai menjalankan hukum Tuhan

Dalam pada itu kemerdekaan religius berkaitan erat dengan dinantikanya ldquoHari YHWHrdquo atau datangnya Mesias

untuk membebaskan mereka dari teguran Ortodoksi bukan tujuan pada dirinya sebab jika mereka tidak mampu

menjaga kemerdekaan religius maka sama saja melepaskan peluang hidup bebas untuk kembali mendirikan

kedigdayaan kerajaan Daud Gagasan untuk menjaga ortodoksi sebagai implikasi teguran YHWH itu sangat

ditekankan oleh golongan Parisi yang ternyata ialah pemimpin sinagoge Anthiokhia Bnd Jeffrey J Butz The

Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the Just to the founding fathers(Inner

TraditionBear amp Co 2009) 281 F F Bruce History Alan Richardson Political Christ (Philadelpia

Westminster Press 1973) 34

Walker In steps 44

10

mereka secara politik tetapi juga memberikan pengaruh kepada tatanan beragama dalam

komunitas mereka sendiri Melalui kejatuhan dengan demikian berakhir juga otoritas Bait

Allah di Yerusalem Pasca penghancuran yang dilakukan oleh Titus pada 70 ZB membuat

kekuasaan dalam urusan keagamaan komunitas Yahudi di diaspora menjadi wewenang

sektoral di masing-masing Sinagoge

Perlu dicatat bahwa pergeseran otoritas keagamaan ke sinagoge sesungguhnya

secara terbatas membuat mereka tetap memiliki kekuasaanya sendiri meskipun pada

masyarakat kota Anthiokhia mereka tidak lagi menikmati keleluasaan Atas otoritas itu

perselisihan dengan orang Yunani-Romawi di Anthiokhia terus berlanjut namun lebih

banyak terjadi di dalam sinagoge Perselisihan tersebut nampak ketika orang-orang

Yunani mulai masuk ke dalam komunitas Terjadi perdebatan apakah mereka harus

menjalankan hukum Yahudi terutama sunat dan makanan halal atau tidak Akan tetapi hal

terpenting dari pergeseran itu bukan terletak pada bagaimana orang Yahudi mulai

menerapkan standar tegas terhadap hukum mereka namun terletak pada apa motif dari

kekuasaan itu mereka pergunakan Merujuk pada Groenen ia menegaskan bahwa akibat

dari bergesernya otoritas keagamaan tersebut membawa dampak yang tidak

menyenangkan bagi orang Kristen di Antiokhia yaitu penindasan oleh Sinagoge terhadap

mereka35

3 Memahami Kembali Matius 21-18

Melalui bantuan pendekatan hermeneutik yang secara khusus menyoroti teks

dalam kerangka sosio-politiknya maka narasi Matius 21-18 memberikan sekurang-

kurangnya tiga pemahaman teologis yang memperluas horizon berpikir pembacanya

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan terhadap

dominasi status quo

Gelar Mesias yang redaktur Matius tempelkan pada mulut Herodes di ayat ke-4

menjadi kata kunci yang menunjukan posisi komunitas Matius yang berbeda dengan

kelompok status quo Yahudi Teks secara eksplisit menunjukan bahwa Para Majus

sebagai tokoh yang muncul pertama menyinggung perihal kelahiran Yesus (ayat 1-3)

justeru tak sekalipun menyebut gelar Sang Bayi sebagai Mesias (ayat 2) Sebutan dalam

ayat 2 yang para Majus berikan ialah ldquoRaja Orang Yahudi itu ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν

Ἰ οσδαί ωνrdquo (βαζιλεὺ ς menjadi penanda identitas khusus bayi Yesus)36

Istilah Mesias

35

Groenen Pengantar 90 36

Kalimat dalam ayat ini lengkapnya λέ γονηεςmiddot ποῦ ἐ ζηιν ὁ ηετθεὶ ς βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων εἴ δομεν

γὰ ρ αὐ ηοῦ ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ἐ ν ηῇ ἀ ναηολῇ καὶ ἤ λθομεν προζκσνῆ ζαι αὐ ηῷ LAI nampaknya keliru

11

sendiri baru kemudian muncul manakala Herodes menanyakan perihal kelahiran Yesus

kepada pemuka agama Yahudi (ayat 4)

Pemilihan gelar ὁ βαζιλεὺ ς yang ditempelkan ke mulut Para Majus oleh

redaktur Matius ialah jelas berbeda dengan ὁ τριζηὸ ς yang ditempelkan ke mulut

Herodes Agung meskipun merujuk pada subjek yang sama yaitu Yesus Terma ὁ

βαζιλεὺ ς ialah istilah Yunani bagi Raja tetapi tak memiliki nuansa berarti dalam

kosmologi Yudaisme Berkebalikan dari itu ὁ τριζηὸ ς37

justru memiliki makna spesifik

dan sarat nuansa dalam Yudaisme Ada hal penting yang coba disampaikan oleh redaktur

Matius dari distingsi ini

Yosephus memberikan catatan yang sangat berharga perihal gelar ldquoraja orang

Yahudi (ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων)rdquo Menurutnya gelar raja orang Yahudi ialah tanda

yang diberikan oleh Senat Romawi kepada Herodes Agung ketika mereka

mengangkatnya sebagai raja pada tahun 40 SZB38

Craig Evans menafsirkan bahwa

tindakan para majus menyebut Yesus sebagai raja orang yahudi (ayat 2) ialah tindakan

sewajarnya sebab mereka hanya ingin menanyakan perihal suksesi Herodes Agung39

Akan tetapi persoalan yang serius ialah narasi ini sulit dipercayai sungguh-sungguh

faktual secara historis40

Dengan memperhatikan distingsi antara gelar raja orang yahudi

dengan gelar mesias yang muncul dalam tokoh-tokoh pada teks maka saya justeru

melihat kencederungan lain Redaktur Matius secara sengaja ingin menunjukan bahwa

Herodes Agung bersama para Pemuka Agama Yahudi yang berhasil merumuskan perihal

identitas Yesus secara tepat sebagai Mesias merupakan personifikasi status quo Yahudi

Tidak hanya menjadikan Herodes Agung dan Pemuka Agama Yahudi sebagai

personifikasi kelompok status quo melalui narasi ini penulis Matius sekaligus

menyerang mereka

Gelar raja orang Yahudi seharusnya milik Herodes Agung tetapi dengan

munculnya gelar itu disebut oleh para majus maka hal ini menurut saya jelas merupakan

sebuah sinisme Hal tersebut saya argumentasikan sebab penulis Matius menempatkan

Herodes Agung dalam posisi yang sangat ironis Berdasarkan tafsir Evans maka Herodes

lah yang jelas-jelas bergelar raja orang Yahudi sehingga seharusnya ia dapat langsung

memberikan klarifikasi kepada para majus perihal suksesinya Tetapi yang nampak ialah

menerjemahkan λέ γονηεςmiddot dengan ldquobertanya-tanyardquo Kata yang sesuai dengan bahasa Yunani λέ γονηεςmiddot ialah

ldquoberkata (to speak) Maka sebenarnya para majus lebih cenderung mendeklarasikan kelahiran Raja Yahudi 37

Dalam terjemahan Ibraninya yaitu Mesias (Massiah dari bentuk Massah) keduanya berarti Yang Diurapi 38

Yosephus Jewish War 1282 39

Craig Evans Matthew (New York Cambridge University Press 2012) 53 40

R T France menegaskan bahwa tak ada laporan sekunder di luar injil yang dapat mengkonfirmasikan

historisitas kunjungan itu Lih R T France The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing

Co 2012) Kindle Version

12

justru Herodes Agung seperti seorang bodoh yang tak menyadari bahwa dia sendiri yang

adalah raja orang Yahudi itu Herodes Agung digambarkan seperti tak punya petunjuk

apakah benar ada pengganti dirinya yang baru saja lahir

Warren Carter mengajukan pendapat bahwa respon Herodes Agung yang begitu

saja rela mencarikan informasi lebih jauh bagi para majus (ayat 1-6) perlu dilihat dalam

kerangka pikir bahwa para majus ialah astrolog yang biasa diminta menjelaskan arti

kemunculan tanda alam (seperti bintang) dan relasinya dengan kekuasaan41

Pandangan

Carter itu bersesuaian dengan Craig Keneer yang secara eksplisit berani mengatakan

bahwa para majus ialah astrolog kerajaan Persia yang memiliki peran politik sangat

penting42

Ada tafsiran yang menyebut para majus ialah raja-raja yang bangsa kafir

sehingga dimengerti sebagai jalan soteriologi untuk menjangkau bangsa-bangsa di luar

Yahudi Namun tanda bahwa mereka melihat bintang ialah petunjuk lebih jelas mengenai

tujuan disebutkannya tokoh ini oleh redaktur Matius

Persoalanya apakah bintang raja orang Yahudi itu (ayat 2) ialah bintang per se

Anggapan tersebut dipersoalkan oleh Howard Clarke dengan mengatakan bahwa jika

benar bintang tersebut muncul lalu tidak masuk akal jika Herodes Agung tak

melihatnya43

Umumnya para pakar memandang bahwa bintang (ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ayat 2)

dikutip redaktur Matius dari Bilangan 2417 dan menautkan kisah penglihatan Bileam

tentang bintang Daud pada kisah kelahiran Yesus Hal ini menunjukan indikasi bahwa

terjadi pemenuhan dari apa yang dikisahkan dalam perjanjian lama

Namun hal yang saya catat ialah redaktur Matius sedang dalam perjuangan

mendapatkan pengaruh melawan pihak yang merasa secara yuridis berwenang atas

penetapan ajaran Yudaisme Pemenuhan kisah perjanjian lama dalam rentang waktu

ketika komunitas Matius hidup baru dapat dikonfirmasikan bukan oleh sekte ini tetapi

oleh otoritas Yahudi di Sinagoge yang notabene lawan mereka44

Maka dari itu saya

mengira bahwa redaktur Matius ingin menelanjangi posisi penguasa Sinagoge yang tak

benar-benar paham tradisi Yudaisme melalui upaya menegaskan status Yesus sebagai

Mesias45

41

Warren Carter Matthew and the Margins74 42

Craig S Keener A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2013) 100 43

Clarke The Gospel of Matthew 18 44

Pasca penghancuran Bait Allah ketika terjadi penumpasan pemberontakan Yerusalem otoritas Yudaisme

berpindah ke masing-masing Sinagoge Akan tetapi Saldarini menunjukan bahwa Komunitas Matius tidak

menerima otoritas itu bahkan menganggap bahwa model di masing-masing Sinagoge perlu diatur ulang Lih

Saldarini The Gospel 52 45

Masa pasca Bait Allah (Post Temple) ialah masa dimana para Rabi Yahudi di Sinagoge-sinagoge mulai

menafsir ulang Yudaisme agar sesuai dengan kondisi kehidupan mereka Dalam paham itu saya menduga bahwa

Redaktur Matius sedang berupaya sekuat tenaga melawan tafsir baru para Rabi (mungkin sekali dari Golonga

13

Dengan menautkan tradisi Yudaisme tentang kisah bintang Daud seperti yang

para ahli katakan dan dengan menempelkan gelar raja orang yahudi pada mulut para

majus maka apa yang saya sebut sebagai sinisme menjadi lebih jelas Redaktur Matius

menempatkan para majus yang ialah personifikasi komunitas Matius sebagai pihak di

luar status quo Sinagoge yang justru lebih ketat dan peka terhadap tradisi Yudaisme

dalam hal melihat pentingnya kehadiran Yesus yang sudah terjadi di dunia46

Perihal kelahiran Mesias ke bumi apabila merujuk pada teks rupanya bukanlah

suatu kabar gembira bagi kelompok status quo Pemilihan kata ἐ ηαρά τθη47

yang

muncul di ayat ke-3 oleh redaktur memberikan kesan kuat bahwa Yesus yang sudah lahir

ialah sebuah masalah bagi kelompok status quo Anggapan bahwa Yesus menimbulkan

masalah oleh kelompok status quo dipertegas melalui keengganan mereka untuk

mengakui bahwa Mesias telah lahir Redaktur Matius menggunakan kata γεννᾶ ηαι48

yang menunjukan kelompok status quo tak setuju dengan klaim kelompok Matius

tentang ke-mesias-an Yesus

Ketidaksetujuan itu juga nampak dari disebutkannya Bethlehem (ayat 1) sebagai

tempat kelahiran Yesus dan Yerusalem (ayat 3) sebagai tempat yang menolak kelahiran

Yesus Seisi Yerusalem menanggapi kabar bahwa Yesus Sang Mesias sudah hadir di

dunia sebagai masalah Yerusalem ialah pusat kekuasan atau dalam hal ini menjadi

lambang sistem kekuasaan status quo yang mana enggan mengakui bahwa Yesus benar

Mesias Melalui pengecekan tradisi Yudaisme dalam diri Herodes Agung dan para

pemuka agama Yahudi (4-6) redaktur Matius sekaligus menyerang mereka sebagai

pemegang otoritas keagamaan yang tidak paham mengenai tradisi Yudaisme itu sendiri

Pharisi) untuk menjadi pegangan bersama Komunitas Yahudi di Anthiokhia Tradisi tentang Midrash membantu

membentuk pemahaman ini Lih Brian M Nolan The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in

the Setting of the Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979) 52-58 Bnd Robert M Prince New

Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm diakses 8 November 2014 46

γεννηθέ νηος ialah kata kerja aoris geniitif pasif yang tak hanya menunjukan penegasan tetapi juga sekaligus

menujukan tindakan yang sudah pernah terjadi Artinya penegasan bahwa Raja orang Yahudi sudah pernah

dilahirkan Kata ini juga menjadi penegasan tentang status kemesiasan Yesus 47

Kata ἐ ηαρά τθη dari bentuk kata ηαρά ζζω kurang tepat jika diterjemahkan dengan ldquoterkejutrdquo Kata itu

berarti meresahkan mengacaukan menganggu atau menakutkan Terjemahan King James Version (KJV)

ldquotroubled (menyusahkan)rdquo menurut saya jauh lebih memadai dibandingkan terjemahan dalam TB-LAI Untuk

keperluan tulisan ini maka saya menggunakan kata ldquomengganggurdquo sebagai ganti kata ldquoterkejutrdquo 48

Kata γεννᾶ ηαι (kata kerja present indikatif pasif untuk orang ketiga tunggal dari bentuk γεννά ω) berarti

ldquosedang dilahirkanrdquo Dalam narasi Matius pasal 2 kata ini berbeda kasusnya dengan kata yang sama di ayat 1

Kata ini menunjukan pemahaman bahwa kegiatan Mesianik masa terus berlangsung Berbeda dengan kelompok

Matius yang percaya nubuatan mesianik sudah terjadi dalam diri Yesus kelompok Yahudi status quo

menunjukan bahwa mesias bukan seperti yang dipikirkan kelompok matius Saya menduga ini adalah jejak

tentang model kubu status quo mendukung teologi Millitary Mesiah sebab disekitar tahun 70-132 ZB model

Millitary Mesiah muncul kuat sebagai gerakan pemberontakan

14

Dengan menempatkan berturut-turut gelar mesias di mulut Herodes Agung

kontras antara Bethlehem dengan Yerusalem penyelidikan dan afirmasi perihal kelahiran

Mesias dari tradisi Yudaisme di mulut para pemuka agama Yahudi maka hal ini jelas

menunjukan apa yang saya sebut di atas sebagai ironi Upaya ini menunjukan bahwa

redaktur Matius menganggap kelompok status quo di Sinagoge tak lagi memiliki

legitimasi Hal tersebut didasarkan pada ironi kelompok status quo yang tidak benar-

benar memahami isi ajaran Yudaisme manakala mereka tak mengakui Yesus sebagai

Mesias padahal mereka ialah pemimpin agama

Perseteruan antara kelompok Matius dengan kelompok status quo tentang

pengakuan Yesus sebagai Mesias sebenarnya merupakan masalah yang sentral Bagi

kelompok status quo mengakui Yesus sebagai Mesias ialah sama dengan memberi

pengakuan akan kehadiran kelompok Yahudi yang menyimpang (Deviant Jews)49

Sedangkan pengkuan akan kelompok yang menyimpang ialah sama dengan membuka

celah bagi perubahan yang radikal dalam diri komunitas Yahudi Artinya memberikan

ruang secara sosio-politik bagi komunitas Matius untuk hidup ialah pilihan yang

membunuh kelompok status quo Maka tentu konsekuensi logisnya ialah dominasi atas

Yudaisme harus terus dilakukan

Persoalan semakin rumit sebab komunitas Matius tidak merasa dirinya ialah

bagian luar dari kelompok Yahudi Mereka tetap yakin jika dirinya merupakan bagian

dari kelompok itu Dalam kesadaran semacam ini mereka berpretensi melakukan

perubahan atas praktek lama yang tak benar Anthony Saldarini menegaskan apabila

komunitas Matius tidak sedang mencoba menciptakan sebuah masyarakat Agama Baru

tetapi tengah berupaya medelegitimasi kelompok status quo dengan membongkar

praktek Yudaisme mereka yang keliru50

Kekeliruan kelompok status quo sebenarnya bukan semata berkaitan dengan

persoalan perbedaan pandangan antara mereka dengan komunitas Matius mengenai

status Yesus sebagai Mesias Akan tetapi juga terletak pada persengkongkolan kelompok

status quo untuk menghancurkan komunitas Matius Sebab secara sosio-politik kehadiran

komunitas Matius ibarat duri dalam daging Maka daripada duri itu terus melukai diri

sendiri lebih baik segera disingkirkan Jejak ini muncul kuat disepanjang ayat 4 dan 7

pada narasi Tindakan Herodes Agung melakukan pertemuan terpisah dengan pemuka

49

Perihal telaah tentang Deviant Jews lihat Kai Ericson Wayward Puritans A Study in the Sociology of

Deviance (New York Wiley 1966) 3-5 50

Saldarini The Gospel 46-47

15

yahudi dan lalu melaksanakan pertemuan rahasia51

dengan para majus ialah bentuk

persengkongkolan demi dominasi status quo Poin yang redaktur Matius angkat ialah

pendekatan kelompok status quo identik dengan sikap penguasa yang manipulatif dan

menindas

Para majus setelah ayat 7 digambarkan sebagai pihak yang awalnya mengikuti

gerak manipulasi kekuasaan ala kelompok status quo dalam diri Herodes Agung Sang

raja yang seolah memberikan ruang pada para majus dan mendengarkan pendapat

mereka sebenarnya hanya tindakan manipulasi untuk menggali informasi guna

menghancurkan Yesus dan para majus sendiri Richard T France menyebut peran para

majus dalam ayat 7-9 sebagai alat spionase sang raja52

Artinya tujuan Herodes Agung

bertemu dengan para majus bukan pertama-tama demi mendengarkan apa yang para

majus itu inginkan tetapi justru untuk memperalat mereka

Ujaran Saldarini dan penjelasan France menurut saya sangat penting dalam

memahami posisi komunitas Matius dalam konteks tidak ingin mengganti Yudaisme

dengan suatu agama baru Melalui kisah kelahiran Yesus komunitas Matius menegaskan

bahwa bentuk dominasi dalam kehidupan bersama tidak dapat diterima Mereka tidak

sedang bicara ortodoksi Agama Yahudi Agama Yahudi yang dalam hal ini hanya

menjadi locus bagi suatu kehidupan bersama atau menjadi arena perebutan pengaruh

Dengan ketiadaan tendensi membentuk locus baru maka komunitas Matius sebenarnya

tengah mencoba mempertahankan diri sebagai bagian dari kesatuan komunitas Yahudi

umunya Akan tetapi dengan suatu harapan bahwa hidup bersama itu dilakukan tidak

dalam penindasan

Penolakan paham tentang dominasi ini menurut saya muncul dalam suatu

pernyataan teologis di sepanjang ayat 10-12 Hal yang sangat menarik ialah upaya

persekongkolan untuk memperalat para majus agar dominasi dapat dilanggengkan justru

digagalkan oleh Tuhan melalui mimpi para majus dan penyataan malaikat kepada Yusuf

Dalam kepolosanya para majus terjebak pada permainan kekuasaan Herodes Agung

tetapi permainan itu tidak sampai selesai sebab Tuhan menggagalkannya di tengah jalan

Pada titik ini saya menduga redaktur Matius menegaskan bahwa Tuhan justru tidak

menghendaki model dominasi status quo yang menghalalkan praktek kekuasaan

manipulatif seperti yang dipraktekan kelompok status quo dalam diri Herodes Agung

51

Ada dua kata kunci dalam pertemuan rahasia ini yaitu ldquoSecara rahasia (λά θρᾳ )rdquo dan ldquomemastikan secara

tepat (ἠ κρί βωζεν)rdquo Pertemuan ini terpisah dan tertutup bersifat rahasia antara Herodes Agung dengan para

majus apa tujuan pertemuan ini Untuk memastikan dengan tepat apakah Yesus Mesias Dalam hal ini untuk

memastikan dampak dari status Yesus sebagai Mesias 52

Frnce The Gospel Kindle Version

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 2: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

ii

iii

iv

v

Kata Pengantar

Manakala kekuasaan dipegang oleh orang-orang bangsat selama periode itu sinisme

cenderung tumbuh dengan cepat - Bertrand Russell

Perkataan Russell yang penulis kutip pada titik tertentu mencapai kebenaran Teks

Matius yang penulis teliti melalui proses penafisran ternyata menunjukan kebenaran itu

Akan tetapi sinisme pada teks Matius tak hanya diam sebagai sebuah -isme namun bergerak

menjadi sebuah seruan yang mendorong hadirnya praxis dalam menentang kekuasaan yang

dipegang oleh orang-orang yang disebut Russell sebagai ldquopara bangsatrdquo Redaktur Matius

yang hidup dalam konteks tertentu dan dalam pergumulan yang khas mencoba mengatakan

sesuatu hal yang penting dari apa-apa yang ia dan komunitasnya alami

Gaya berpikir sinis yang muncul dalam teks Matius bukan suatu tindakan seseorang

atau kelompok orang kurang kerja Sinisme yang muncul tersebut tak datang begitu saja dari

ruang kosong Ada dorongan yang khas dari konteks yang membuat redaktur Matius memilih

sinisme sebagai caranya menanggapi kenyataan Dalam tulisan ini penulis mencoba

merekonstruksikan bagaimana sinisme itu coba diketengahkan oleh redaktur Matius dalam

teks Matius 21-18

Tulisan ini penulis ajukan bukan pertama-tama demi mencapai gelar sarjana teologi ndash

suatu upaya melanggengkan pragmatisme- seperti yang dituliskan dalam format administrasi

Universitas (nampak pada halaman cover tugas akhir ini) Akan tetapi tulisan ini penulis

ajukan sebagai realisasi kecintaan terhadap studi hermeneutik dan latihan diri Maka tentu

tulisan ini memuat banyak kelemahan sebab ia adalah langkah awal dari proses belajar

Atas rampungnya tugas akhir ini maka puji syukur tak terbilang penulis haturkan bagi

Tuhan Yang Maha Kuasa Sebab penulis sadar bila tanpa ijin-Nya tentu tulisan ini tak akan

pernah terselesaikan dan bahkan ada sekalipun Akan tetapi penulis juga sadar bahwa

pencapaian ini dapat terwujud juga berkat bantuan banyak pihak Untuk itu penulis ingin

menghaturkan rasa terima kasih dan hormat kepada seluruh pihak yang telah membantu dan

mendukung sehingga tugas akhir ini boleh terselesaikan Kepada Orang tua dan keluarga

yang rela menderita demi kebahagiaan yang sekarang penulis rasakan kepada merekalah rasa

terima kasih dan hormat terbesar penulis berikan Kemudian tak kurang juga ungkapan

terima kasih penulis sampaikan kepada Pdt Yusak Setyawan PhD yang ialah pembimbing

utama penulis dalam menyusun tugas akhir ini Penulis mengucapkan terima kasih atas

vi

dorongan Bapak yang membuat penulis bekerja keras dan sekaligus melakukan dua proses

tafsir yaitu menafsir keinginan Bapak sebagai pembimbing serta menafsir teks Matius 21-18

sebagai bahan penelitian penulis Ketiga penulis memberikan penghargaan kepada Ibu Ira D

Mangililo PhD dan Bapak Pdt Dr Eben Nuban Timo selaku reviewer tugas akhir ini

Terkhusus Ibu Ira Mangililo PhD penulis haturkan terima kasih yang sangat besar atas dua

poin kritik yang sangat substansial terhadap tugas akhir ini Kritik ibu tentang adanya gap

antara locus sosio-politik Komunitas Yahudi dan Komunitas Matius dengan tafsir terhadap

resistensi Komunitas Matius terhadap Kubu Status Quo Sinanoge dan Imperium Romanum

serta kencederungan penulis yang anakronistik melakukan simplifikasi terhadap konteks

Komunitas Matius dengan kondisi Indonesia dewasa ini sangat membantu penulis

membenahi tulisan ini Meski begitu dua kritik tersebut baru akan penulis akomodir lebih

jauh dalam pengembangan tulisan ini sebab secara jujur harus penulis kemukakan bahwa

waktu yang sempit dan energi yang tak lagi memadai membuat penulis tak dapat mengubah

tulisan ini secara signifikan Kepada kolega yang banyak membantu membentuk saya dalam

mengarahkan diri pada hasrat episteme ucapan terima kasih juga penulis berikan Kepada

kelompok diskusi Bona Fide Ladies Club mahasiswa kelas-kelas Filsafat kepada kalian

semua penulis ucapkan terima kasih atas ruang diskusi dan kesempatan untuk mengenal

berbagai pemikir-pemikir besar yang membantu penulis mengubah cara memandang

kehidupan ini Kepada mentor Filsafat penulis Bapak Gusti Menoh MHum penulis

mengucapkan terima kasih atas diskusi dan keterbukaan untuk mengajak penulis keluar dari

Goa sehingga penulis kembali memercayai Tuhan dan sekaligus sadar bahwa Filsafat

Hermeneutik a la Schleiermacher dan Dilthey termasuk positivisme Comte tak lagi pantas

untuk di- idola- kan oleh karena kelemahan epistemologi mereka juga karena kenyataan

jaman terus berkembang tak pernah stagnan serta lebih-lebih kesadaran untuk tak

memperlakukan ilmu apapun sebagai ideologi

Semoga tulisan ini dapat berguna bagi mereka yang membacanya Kritik dan saran

dari siapapun yang membaca tulisan ini sangat penulis harapkan guna perbaikan kualitas

penulisan Tuhan kiranya memberkati kita

Salatiga 18 Februari 2015

Albert Josua Putra Maliogha

vii

Daftar Isi

Cover

Lembar Pengesahan

Pernyataan Tidak Plagiat

Persetujuan Akses

Kata Pengantar

Daftar Isi

Abstrak

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

12 Rumusan Masalah amp Tujuan Penelitian

13 Metode amp Teknik Pengumpulan Data

14 Manfaat Penelitian

15 Sistematika Penulisan

2 Injil Matius dalam Konteks Sosi-politiknya

21 Anthiokhia

22 Komunitas Sinagoge di Anthiokhia

3 Memahami Kembali Matius 21-18

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan

terhadap dominasi status quo

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan

melawan dominasi status quo

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status

Quo menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

5 Penutup

51 Kesimpulan

Daftar Pustaka

i

ii

iii

iv

vi

vii

1

1

3

3

4

4

4

5

7

10

10

16

21

24

24

26

28

29

29

31

viii

Abstrak

Injil Matius merupakan bentuk counter narrative terhadap kekuasaan Imperium

Romanum dan Aristokrasi Sinagoge yang mempraktekan dominasi dalam pranata sosio-

politik sebagai tujuan kekuasaan Pax Romana yang universal ialah yang terbaik menurut

Imperium Romanum Teologi Sosial Millitary Messiah menjadi penuntun pemberontakan

orang Yahudi melawan si kafir Romawi Namun keduanya dituduh secara sinis oleh

redaktur Matius sebagai model kekuasaan politik yang haus dominasi manipulatif

menindas dan tak mencerminkan kehendak Allah itulah mengapa Herodes Agung

digambarkan ingin membunuh Mesias Untuk itu pranata sosio-politik Mesias Yang

Terselamatkan sebagai model yang visioner dan melawan arus utama diajukan sebagai

ganti dua model pertama yang sama-sama palsu dan rentan pelanggengan status quo

Prinsip normatif sebagaimana yang diajukan redaktur Matius dalam menyikapi

carut marut pranata sosio-politik dari awal abad pertama ternyata menembus jauh hingga

masa Indonesia pasca reformasi Sebagai negara yang baru lepas dari otokrasi dan

bergerak lambat dalam demokrasi Indonesia tengah terengah-engah mengatasi

cengkraman oligarki (dekadensi aristokrasi) yang bertopeng demokrasi Melalui

pengalaman komunitas Matius yang mengajukan pranata sosial Mesias Yang

Terselamatkan rupanya demokrasi di Indonesia yang hampir kehilangan daya dapat

diperkuat kembali sehingga mampu melawan oligark yang menguasai dua preferensi

politik utama di Indonesia fundamentalisme pasar dan fundamantalisme agama Pranata

Mesianik ini dapat menjadi basis moral religius bagi pembaca Matius di Indonesia sebab

prinsip mesianik inheren dalam prinsip demokrasi Pembaca Matius di Indonesia dapat

menengok dasar biblis untuk mewujudkan gerakan Demokrasi yaitu dari uncivil society

menjadi civil society yang dididam-idamkan

Kata-kata Kunci Herodes Agung Mesias Status Quo Demokrasi Oligarki

1

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

Kitab-kitab injil dalam tradisi kekristenan umumnya diterima sebagai sumber

primer serta terpercaya oleh orang Kristen guna memahami dan mengetahui ragam hal

tentang Yesus Kristus Meski demikian secara faktual injil-injil tersebut kerap kali

menunjukan beberapa jejak yang justru menghadirkan persoalan dalam upaya memahami

dan mengetahui perihal Sang Mesias Secara khusus sebagai contoh kisah seputar

kelahiran Yesus dalam kaitan dengan upaya pembunuhan diri-Nya oleh Herodes Agung

hanya ada pada injil Matius 21-18

Mengenai ketiadaan kisah pembunuhan bayi-bayi pada injil lain sebenarnya telah

mengundang berbagai tanggapan para ahli Misalnya saja pendapat Drewes yang

menyatakan bahwa merujuk teori 4 sumber maka kisah ini merupakan cerita yang berasal

dari Sumber M sehingga memang secara eksklusif hanya ada di Matius saja1 Stefan

Leeks pada satu bagian dalam bukunya menyatakan bahwa penulis injil Matius ingin

menyampaikan suatu pesan tertentu melalui kisah yang menghubungkan Raja Herodes

Agung dengan Yesus2 Sedangkan RT France secara meyakinkan menulis bahwa kisah

pembunuhan anak-anak ditambahkan oleh redaktur Matius sebagai bentuk folklore yang

umum dalam berbagai tradisi bahwa kelahiran seseorang yang hebat sudah selalu diikuti

oleh ancaman karena kecemburuan para penguasa3

Namun pendapat John Drane terhadap narasi Matius 21-18 ialah yang paling

signifikan tetapi sekaligus melahirkan problem serius Terkait historisitas Matius 216

Drane justru berpendapat bahwa tidak ada catatan sejarah dalam dokumen-dokumen lain

tentang cerita ini meskipun cerita ini bersesuaian dengan tabiat kejam Herodes Agung4

Artinya John Drane meyakini bahwa kisah ini tak faktual secara historis

Surip Stanislaus menegaskan bahwa kisah itu tak perlu dilihat dalam kerangka

historisnya sekalipun informasi-informasi dalam narasi tersebut telah coba diuji secara

1 Stefan Leeks Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007) 38

2 B F Drewes Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000) 32

3France membandingkan Matius 213-18 dengan cerita masa kanak-kanak Sargon Gilgamesh dan bahkan kisah

dua bersaudara pendiri Roma yaitu Romulus dan Remus sebagai bentuk folklore yang umum muncul dalam

masyarakat kala itu Lih R T France ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL

XXI No 2 (1979) 98 4 John Drane Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung Mulia 2005) 39

Perihal tabiat Herodes Agung ia adalah seorang raja sekaligus politisi yang licik hebat dalam pembangunan

dan kejam Herodes Agung ialah seorang paranoid yang selalu curiga terhadap siapapun yang dianggapnya

mengancam kedudukanya sebagai raja Hirkanus (mertuanya) Mariame (istrinya) dan Aleksander Aristobulus

dan Antipater (ketiga anaknya) dibunuh oleh Herodes Agung karena dicurigai ingin mengkudeta kedudukanya

Bnd Jona Lendering King Herod the Great Acient Warfare Magazine

2

saintifik5 Rekonstruksi yang melibatkan astronomi dalam menyelidiki Matius 2 hanya

berhasil sampai pada kesimpulan yang tak determinan berkaitan dengan historisitas

Matius 21-18 Pandangan semacam ini didukung kuat oleh ahli lainya Misalnya

menyebut bahwa penjelasan yang menyebut supernova Kepler komet Heley dan

hipotesis Konjugasi Planet-planet yang secara historis terjadi berdekatan dengan masa

kelahiran Yesus dan kematian Herodes Agung tetap saja kesemuanya itu tak memiliki

relasi logis langsung dengan kisah pembunuhan anak-anak di bawah usia dua tahun oleh

Herodes Agung6

Keraguan tentang aspek historis dari Matius 2 membuat pernyataan Leeks menjadi

kuat Anjuran Leeks untuk memperlakukan kisah ini sebagai ldquoyang mewakili suatu

keadaan sebenarnyardquo jauh lebih masuk akal daripada menerima narasi ini sebagai sebuah

laporan pandangan mata Sebab perbedaan mencolok kisah kelahiran Yesus dalam Matius

dan Lukas7 membuat logika internal dari ide bahwa kisah ini ialah laporan pandangan

mata menjadi tak konsisten sehingga secara epistemologis runtuh dengan sendirinya

Antonhy Saldarini menulis satu esai menarik tentang ciri khas Matius sebagai

sebuah kitab yang memperlihatkan banyak jejak konflik antara kelompok Kristen dengan

Yahudi Untuk itulah alasan mengapa Yesus berulang kali digambarkan berada dalam

posisi tegang yang vis-a-vis dengan para penguasa termasuk sejak kelahiran-Nya dalam

Matius 21-18 Bila saya mencoba menafsirkan kisah ini dalam kerangka konflik antar

kelompok maka persoalan historisitas seperti apakah benar secara faktual Herodes Agung

pernah menggerakan pasukanya untuk memburu bayi Yesus dan membantai anak-anak

tak berdosa tak lagi bermasalah Akan tetapi sebagai sebuah narasi tentang konflik antar

kelompok maka pola konflik itu menjadi menarik untuk dibahas Fenomena ini

merupakan gesekan antara Komunitas Matius dengan Penguasa Sinagoge yang oleh

Saldarini disebut sebagai upaya melawan Yudaisme demi sebuah ldquoYudaisme Barurdquo

melalui perjuangan dalam nama Yesus8

Selain teks ini bicara pada konteksnya tentu ia juga dapat berbicara lintas waktu

bagi pembaca di masa kini Dengan memperhatikan nuansa sosio-politik yang kuat pada

teks Matius 213-18 baik berkaitan dengan konteks dalam teks maupun konteks dari teks

5 Surip Stanislaus Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012) 72-74

6 Howard W Clarke The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the First Gospel

(Indiana Indiana University Press 2008) 18 7 Kesimpulan bahwa Kisah Kelahiran Yesus berdasarkan Injil Sinoptik ialah faktual secara induktif bermasalah

Kedua Injil itu membuat kisah kelahiran yang bertolak belakang (Matius 118-223 amp Lukas 21-7) yang mana

tentu tak dapat diterima prinsip logika Bnd Stanislaus Rahasia 29-30 8 Anthony Saldarini ldquoThe Gospel of Matthew and Jewish-Christian Conflictrdquo dalam David Balch (eds) Social

History of the Matthean Community Cross Disciplinary Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995) 42-

43

3

saya menduga bahwa gerakan pembaharuan dalam narasi Matius dapat menjadi sangat

aktual bagi pembacanya di Indonesia Konteks Indonesia yang tengah dalam transisi

negara otoritarian a la orde baru kepada negara demokratis pasca reformasi ternyata

masih diselubungi skandal oligarki9 sehingga sebuah gerakan pembahuruan seperti

dengungan Revolusi Mental Jokowian sebagai model normatif yang dikampanyekan

untuk mengubah mental bangsa muncul kuat Menurut hemat saya fenomena ini mungkin

dapat diteropong dari model perlawanan komunitas Matius pada sistem lama yang tak

berjalan semestinya seperti apa yang coba ditulis dalam Matius 21-18

12 Rumusan Masalah amp Tujuan Penelitian

Dua rumusan masalah coba diketengahkan yaitu Pertama bagaimana kisah

pembantaian anak di bawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung dalam

Matius 21-18 ditinjau dari konteks sosio-politiknya Kedua bagaimana benang merah

kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung

dalam Matius 21-18 dengan kehidupan pembacanya di Indonesia pasca reformasi

Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah Pertama menjelaskan bagaimana

kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung

dalam Matius 21-18 ditinjau dari konteks sosio-politiknya Kemudian kedua

menjelaskan bagaimana benang merah kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun

yang dilakukan oleh Herodes Agung dalam Matius 21-18 dengan kehidupan pembacanya

di Indonesia pasca reformasi

13 Metode amp Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Dalam penelitian ini saya akan menggunakan metode hermeneutik yang berfungsi

untuk menguak makna dari suatu teks10

Metode ini digunakan dengan memperhatikan

nuansa sosio-politik dari teks Melalui upaya ini penafsir diandaikan dapat

merekonstruksi teks Matius 21-18 sehingga paling tidak tenunan sosio-politiknya dapat

terurai kembali Sementara itu teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi

kepustakaan dan menafsirkan teks Matius 21-18 Baik hasil tafsir teks Matius 21-18 dan

sumber-sumber pustaka relevan inilah yang menjadi data-data yang kemudian saya

kelolah dan analisa Hasil pengelolahan dan analisa terhadap data tersebut diharapkan

mampu menjawab masalah yang diteliti

9 Lih Budi Hardiman Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta Kanisius

2014) 53

10

Yusak B Setyawan Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga Fakultas

Teologi UKSW 2010) 4

4

14 Manfaat Penelitian

Saya berharap tulisan pada akhirnya dapat digunakan guna pengembangan ilmu

teologi yang mencakup terhadap studi Hermeneutik Perjanjian Baru serta studi Agama

dan Politik bagi Fakultas Teologi UKSW secara khusus dan dunia teologi di Indonesia

pada umumnya Selain itu juga melalui studi terhadap Matius 21-18 saya berharap agar

penelitian ini dapat memberikan sumbangsih gagasan bagi paham tentang kondisi

normatif kehidupan sosio-politik orang Kristen di Indonesia dewasa ini

15 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam kajian ini akan saya tulis dalam lima bagian Pada

bagian pertama berisikan pendahuluan Bagian kedua dari tulisan ini akan memuat

informasi terkait konteks sosio-politik Injil Matius Selanjutnya pada bagian ketiga saya

akan memberikan pemaparan tentang pemahaman ulang terhadap teks Matius 21-18

Bagian keempat berisi mengenai refleksi terhadap teks Matius 21-18 yaitu aktualisasinya

bagi kehidupan pembaca Matius di Indonesia Terakhir bagian kelima akan memuat

penutup daripada tulisan ini

2 Injil Matius dalam Konteks Sosio-Politiknya

Banyak ahli menduga kuat bahwa injil Matius ditulis di Anthiokhia di wilayah

Siria Injil Matius menunjukan nuansa-nuansa yang mendukung pemahaman tersebut

seperti disebutkanya mata uang dirham (mata uang Siria) diperlunaknya hukum tahir

dan najis (bagi non Yahudi) serta ada nuasa ketegangan antara pimpinan Yahudi dengan

jemaat11

Dugaan ini diperkuat melalui fakta bahwa naskah injil Matius ditulis dalam

bahasa Yunani dengan menyertakan nuansa semitis pada berbagai ungkapan yang kualitas

bahasanya bukan terjemaham dari bahasa Ibrani ataupun bahasa Aram Dengan

memperhatikan penggunaan bahasa semacam itu patut diduga bahwa tujuan tulisan ini

untuk mereka yang menggunakan bahasa Yunani Lagipula penggunaan bahasa Yunani

berlaku luas terutama di kota-kota Romawi

Penulis dan waktu penulisan injil Matius dipercayai dilakukan oleh seseorang

dalam kurun waktu tahun 70-90 ZB Perkiraan waktu tersebut memberikan gambaran

penulisan Injil terjadi pasca penghancuran Bait Allah di Yerusalem pada tahun 70 ZB

Gambaran itu dipercayai oleh para ahli dinarasikan implisit dalam bagian teks Matius

227 Meski begitu dugaan yang didasarkan menurut teks Matius 227 itu sendiri belum

menyelesaikan variasi pendapat para ahli tentang kapan persisnya penulisan dilakukan

11

C Groenen Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006) 88-89

5

Hal yang sama juga terjadi pada upaya untuk melacak identitas asli dari penulis injil ini

Siapa persisnya yang menulis tak dapat diketahui secara pasti Ada yang menyebutnya

sebagai seorang pembina jemaat seorang Yahudi yang menjadi Kristen yang berani

mengecam orang Yahudi yang tak mau mengikut Yesus seorang pelarian dari

Yerusalem ataupun seorang dari generasi Kristen kedua yang misioner yang berbahasa

Yunani12

Tidak ada satupun dari pendapat tadi yang menegaskan secara pasti siapa yang

menjadi penulis injil Matius Akan tetapi pada saat yang sama bermacam pendapat itu

juga tidak meneguhkan pandangan Papias bahwa penulis injil ini ialah Matius salah satu

Rasul Yesus13

Melalui upaya rekonstruksi yang cermat para ahli juga mencoba merumuskan

tujuan penulisan injil Matius Sama seperti analisis sebelumnya tujuan penulisan didapat

melalui telaah terhadap karakteristik dari teks itu sendiri Salah satu hasil telaah itu

dikemukakan oleh De Heer Menurut De Heer injil ini ada demi tiga tujuan utama yaitu

(1) Maksud Apologetis menyatakan bahwa nubuatan di dalam Perjanjian Lama telah

terpenuhi dan sekaligus membela status Yesus sebagai Mesias (2) Maksud Katekesis

merujuk pada Grundmman bahwa injil ini bertujuan untuk menyampaian pokok-pokok

ajaran Kristen agar dimengerti dan demi mengajarkanya kepada orang lain Hal itu

nampak dari begitu banyak teladan Yesus yang dimuat oleh penulis injil (3) Maksud

Parenetis untuk menegur jemaat Matius di Siria yang yang hidup tidak harmonis (kasih

diantara mereka telah dingin)14

21 Anthiokhia

Para ahli menduga cukup kuat bahwa teks Matius ditulis di Anthiokhia Kota ini

ialah ketiga terbesar di kekaisaran Romawi yang berpopulasi lebih dari 500000 jiwa

terdiri dari orang Siria Yunani-Romawi juga minoritas Yahudi yang Pada tahun 300

SZB Anthiokhia didirikan oleh Seleukus I di dekat sungai Orontes (berada jauh dari laut

dan terlindungi benteng alami yaitu Gunung Silpius) untuk menghormati ayahnya

sekaligus menampung para veteran perang Makedonia serta berfungsi guna menguasai

12

Para ahli umumnya bersepakat bahwa sangat sulit mempercayai Rasul Matius yang menulis injil ini Alasan-

alasan yang dikemukakan seperti Jika benar Matius yang menulis maka ia tentu saksi mata lalu mengapa

seorang saksi mata perlu merujuk kepada teks Markus yang penulisnya bukan saksi mata Juga bahasa yang

Matius gunakan ialah Bahasa Aram bukan Bahasa Yunani padahal injil ini ditulis dalam bahasa Yunani Lih

Drewes Satu Injil 176 Bnd Drane Memahami 219 Rudolf Schnackenburg The Gospel of Matthew (Wm B

Eerdmans Publishing Co Michigan 2007) 6-7 13

Pandangan bahwa Matius sang Rasul sebagai penulis Injil Matius baru muncul belakangan pada abad II

setelah injil Matius ditulis Ialah Papias seorang penulis dari Hireapolis yang menyatakan hal ini Lih Jakob

van Bruggen Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh penulis-penulis sezaman

(Jakarta Gunung Mulia 2004) 63-65 14

J De Heer Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia) 6-7

6

jalur-jalur darat yang menghubungkan Asia Kecil Mesir tak ketinggalan Eufrat15

Dewi

Tikhe (Fortuna Keberuntungan) dipercaya menguasai nasib semua kerajaan Helenis

menguasai kesuburan tanah dan menguasai keamanan kota atas banjir serta gempa

dijadikan dewi kota oleh penduduk di sana Anthiokhia ialah pusat intelektual yang besar

serta menjadi pusat perjalanan dan perdagangan yang sangat makmur serta merupakan

ibu kota Provinsi Romawi gabungan Suriah dan Kilikia sehingga pada jaman Romawi

mendapat perlindungan langsung dari Kaisar16

Seorang Gubernur Romawi menjadi perwakilan Kaisar memerintah atas

Anthiokhia Ia bertugas menegakan hukum dan memelihara ketertiban umum masyarakat

Namun ketertiban umum yang diupayakan berlangsung di Antiokhia berada dalam

bayang-bayang (1) tatanan masyarakat hirarkis17

dan (2) demografi penduduk yang

beragam budaya18

Dua hal ini sebenarnya membawa ancaman persoalan sosial bagi

Gubernur Romawi di Antokhia Pertama potensi ancaman terletak pada pola piramida

kekuasaan politik terpusat pada golongan elit yang jumlahnya lebih sedikit dibanding

masyarakat kebanyakan yang berada di luar golongan itu Golongan elit itu menguasai

sendi-sendi ekonomi hukum dan mengatur kesejaterahaan yang akibatnya sendi-sendi

itu (terutama politik) diatur menurut kepentingan mereka19

Dalam hal ini tercipta suatu

tatanan sosial dalam bentuk kelas sosial yang tidak adil golongan elit dan golongan

nonelit Persoalanya ialah kondisi sosial ini melahirkan rasa saling benci antara kedua

kelas sosial itu Kedua sebagai kota yang mempertemukan beragam identitas dan etnis

Anthiokhia menyimpan potensi gesekan sosial manakala terjadi pertemuan dua atau lebih

entitas yang saling bertolak belakang Ner Dah mengutip Streeter menyebut kondisi itu

sebagai ldquoAntagonisme Etnisrdquo yang mana kota itu diliputi ancaman kejahatan dan konflik

akibat percampuran orang-orang dari latar belakang etnis berbeda20

Akan tetapi meski menyimpan potensi konflik rupaya gubernur romawi mampu

mengatasi gesekan sosial tersebut Piramid kekuasaan itu menempatkan ia berada pada

puncak kelas sosial sedangkan dasar terendah ada pada golongan kecil termasuk budak

15

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013) 43 Bnd John Staumbaugh dan David

Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung Mulia 2008) 179 16

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial180 Bnd David J Bosch Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi

misi yang mengubah dan berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006) 67 Robert Coote dan Mary Coote Kuasa

Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004) 164 17

Warren Carter Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York Orbis Book

2000) 20 18

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial183 19

Carter Matthew amp The Margins 18 20

Streeter The Four Gospel dalam Ner Dah Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of

Myanmar PhD diss 2009 Menurut hemat saya apa yang dikemukakan Streeter tidak berlebihan sebab

masalah sosial itu kemudian termanifestasi dalam gerakan pembasmian orang Yahudi di Diaspora

7

Kekuasaan itu membuka peluang baginya untuk mendapatkan ldquodukunganrdquo dari golongan

di bawahnya demi tujuan yang ingin ia capai Cara gubernur romawi mengatasi

kerusuhan yang terjadi dikemudian hari khususnya berkaitan dengan isu sektarian di

Anthiokhia menunjukan betapa ldquotangan besirdquo romawi efektif meminimalisir konflik

terbuka21

Bersama para pejabat romawi dan anggota senat gubernur selain memimpin

legiun juga mendapat dukungan dari para imam di kuil para pegawai kekaisaraan

pengumpul pajak dll dalam relasi patron-klien22

Kenyataan itu menunjukan hubungan

transaksional yang sarat kepentingan politik sudah merupakan hal lumrah terjadi di

golongan masyarakat atas di Antiokhia Pola relasi yang sangat rapuh karena didasarkan

pada loyalitas semu yang dapat dibeli oleh kekuasaan

22 Komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Orang Yahudi yang telah tinggal di Anthiokhia sama tuanya dengan kota tersebut

hidup dalam situasi sosial masyarakat hirarkis Menurut Warren Carter argumen para ahli

menunjukan dimensi-dimensi penting yang menunjukan kelas sosial orang Yahudi di kota

ini seperti (1) pendapat Kingsbury bahwa bahasa Yunani yang digunakan penulis Matius

mengindikasikan masyarakat ini ialah komunitas urban (2) penggunaan kata Kota

dilakukan 26 kali dibandingkan Desa (3) jemaat Matius diasumsikan tidak asing dengan

kekayaan hal itu ditunjukan oleh misalnya letak perbandingan identitas Yusuf orang

Arimatea yang pada Markus dan Lukas ia dikenal sebagai anggota dewan tinggi namun

pada Matius ia disebut sebagai Si Orang Kaya (4) penggunaan sebutan emas perak dan

talenta dilakukan sebanyak 26 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan Markus yang

hanya sekali menyebut perak dan Lukas hanya empat kali lebih banyak dari Markus23

Argumen-argumen itu menguatkan dugaan bahwa komunitas Matius terdiri dari mereka

yang hidup kaya artinya ada jejak dari mereka berada pada golongan elit Akan tetapi

sebagai ganti keengganan Carter untuk secara deterministik menentukan kedudukan

orang Yahudi itu ia memberi anjuran yang secara probabilistik menempatkan orang

Yahudi ada di kedua kelas sosial (Cross section) sebab selain karakteristik teks

menunjukan nuansa orang terdidik (golongan elit) teks ini juga bernafaskan tindakan

untuk menjangkau orang-orang yang dimarjinalkan24

21

Upaya untuk merayakan Perbedaan Kultur dan Toleransi pernah dilakukan di Anthiokhia Lih Trudy Ring amp

Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London WIPIDE 1995) 40 22

Carter Matthew amp The Margins 19 23

Carter Matthew amp The Margins 25 24

Carter Matthew amp The Margins 26

8

Dugaan Carter tentang Cross section itu dapat diperkuat melalui laporan Josephus

bahwa orang Yahudi yang tinggal di Anthiokhia hidup tentram dan secara ekonomi cukup

kaya25

Menurut Staumbaugh dan Balch kunjungan Herodes Agung beberapa kali ke

Anthiokhia diduga kuat yang memicu naiknya gengsi pengaruh dan kedudukan orang

Yahudi di sana26

Laporan betapa kayanya orang Yahudi di Anthiokhia nampaknya bukan

hisapan jempol belaka Sebab berdasarkan catatan Josephus orang Yahudi di Anthiokhia

mampu mengirimkan persembahan yang mahal ke Yerusalem27

Tidak hanya itu pada

masa pemerintahan Klaudius tatkala Yudea dilanda kelaparan bantuan dari Anthiokhia

datang untuk menanggulangi bencana tersebut28

Lalu bagaimana dapat diandaikan bahwa selain jejak keberadaan orang Yahudi

dalam lingkaran elit terdapat pula informasi yang menunjukan bahwa ada orang Yahudi

hidup dalam kelas non elit Hal itu dapat dijelaskan melalui identifikasi pekerjaan

mereka Orang Yaudi nonelit di Antiokhia ada yang hidup bekerja sebagai tukang dan

budak yang mana secara kasat mata sudah cukup menunjukan bahwa mereka ialah

golongan kecil yang dimarjinalkan29

Mereka ialah kelompok yang hidup bekerja demi

memenuhi kesejaterahaan hidup para elit

Kondisi kehidupan yang baik dalam aspek sosial ekonomi religius bahkan akses

politik terhadap kekuasaan memang dinikmati oleh sebagian orang Yahudi di Anthiokhia

untuk kurun waktu yang cukup lama Sisanya meski dipinggirkan namun cukup untuk

melanjutkan kehidupan dengan bekerja bagi para elit Kehidupan yang tentram dan

mapan di Anthiokhia bahkan telah dinikmati orang Yahudi sejak jaman Hasmonean yang

dipicu oleh banyaknya orang baru yang hidup menyatu dengan penduduk tertarik masuk

ke dalam komunitas sinagoge30

Selain bahwa pengaruh Hasmonean yang mendahului

kunjungan Herodes Agung yang berdampak signifikan itu perilaku sosio-politik orang

Yahudi yang menunjukan loyalitas membuat mereka mendapatkan perlindungan31

Akan tetapi keadaan berbalik dan semakin memburuk bagi mereka sejak tahun 40

ZB Mulai saat itu hubungan sosio-politik antara orang Yahudi dengan orang Antiokhia

25

Josephus Jewish War 713 Bnd Walker In Steps 44 26

Nama besar Herodes Agung yang dikenal sebagai sekutu dekat Kaisar Agustus dan juga sebagai The Great

Builder lewat pembangunan luar biasa misalnya Bait Allah berbagai benteng hebat termasuk Masada kota-

kota Helenis seperti Sebaste dan Kaisera yang terkenal dengan pelabuhannya tersiar ke luar Yudea bahkan

sampai Anthiokhia Hal itu menempatkan Herodes Agung sebagai orang yang cukup penting sehingga tidak

heran apabila kunjungan tersebut membawa keuntungan bagi kedudukan sosio-politik orang Yahudi di

Anthiokhia Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial Bnd F F Bruce New Testament History (London

Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969) 27

Josephus Jewish War 745 28

Walker In Steps 47 29

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 181 30

Justin Taylor Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012) 156 31

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial49-51

9

berada dibawah ketegangan hebat Permusuhan yang timbul bahkan tidak bisa menahan

mereka untuk berhadapan dalam konflik terbuka yang berdarah-darah Sejak terjadi

pogrom32

dan dekrit Kaisar Kaligula yang memuat perintah penempatan patung dirinya di

Bait Allah di Yerusalem bentrok pecah di Antiokhia33

Pembunuhan terhadap orang

Yahudi di Anthiokhia terjadi dan sinagoge-sinagoge mereka dibakar Mulai saat itu

sentimen anti semit kian meninggi dan tak berhenti hingga kira-kira tahun 48 ZB Puncak

konflik terjadi tatkala pemberontakan Yudea melawan Romawi terjadi hingga tahun 70

ZB

Konflik di Yudea turut menyeret keterlibatan Anthiokhia karena kota itu menjadi

basis dukungan pasukan militer yang dikirim untuk menumpas pemberontakan di

Yudea34

Ketegangan perang itu merembes sampai ke Anthiokhia terutama bagi orang

Yahudi di sana Ikut terseretnya Antiokhia dalam tensi perang Yudea membuat beberapa

orang Yahudi di sana tidak mampu menahan diri Beberapa anggota dari penguasa

Yahudi merencanakan perlawanan Komunitas Yahudi di Anthiokhia dituduh

merencanakan membakar kota Akibatnya Gubernur Romawi menyerang mereka dan

mencabut hak-hak istimewa orang Yahudi

Penaklukan Yudea membawa dampak tidak saja pada memburuknya hubungan

sosial antara orang Yahudi dengan orang Anthiokhia dan sekaligus melemahkan pengaruh

32

Sebab terjadinya Pogrom diduga karena muncul kecemburuan sosial terhadap orang Yahudi yang melalui lobi

politik mendapat hak istimewa yang mana telah berlangsung sejak jaman Koresh lalu terus menguat ketika

Romawi menjadi sekutu keluarga Hasmonean Orang yahudi dibenci oleh orang Yunani-Romawi sebab mereka

dapat mengakses fasilitas dan hidup layak sama seperti orang Yunani-Romawi tanpa perlu melakukan

kewajiban yang sama Ditambah dengan kecenderungan Kaisar-kaisar Romawi yang meski berganti-ganti tetap

saja membela orang yahudi membuat kebencian orang yunani semakin menjadi-jadi Hak istimewa itu meliputi

diperbolehkan melaksanakan hukum Sabat tidak melakukan kegiataan keagamaan kekaisaraan boleh

membayar pajak kepada Bait Allah di Yerusalem dan bahkan mendapatkan otonomi terbatas untuk menegakan

hukum (politeuma) Yudaisme di Sinagoge Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 50-51

33 Bentrokan ini terjadi jelas dalam dua aspek yang berkaitan yaitu Sosio-politik dan Sosio-religius

Kecemburuan sosial nyata dalam pogrom dan resistensi keagamaan nampak dalam perlawanan dekrit Kaligula

yang sangat ldquomenyakitirdquo hati orang Yahudi Menurut saya motivasi perlawanan terhadap pogrom yang jelas

muncul sebagai reaksi mempertahankan ldquopemberian Romawirdquo sebagai keberhasilan lobi politik tentu berbeda

dengan perlawanan terhadap dekrit Kaligula Identitas keagamaan Yudaisme bukan ldquopemberian Romawirdquo

Namun resistensi itu juga bukan hanya soal ortodoksi Ia merupakan peneguhan kemerdekaan politik secara

religius yang saya kategorikan sebagai Hak Milik Mengapa hak milik kemerdekaan politik secara religius

sangat penting Sebab orang Yahudi begitu percaya bahwa YHWH tidak mengijinkan mereka dipimpin oleh

orang Kafir Penjajahan atas mereka hanyalah teguran YHWH karena mereka lalai menjalankan hukum Tuhan

Dalam pada itu kemerdekaan religius berkaitan erat dengan dinantikanya ldquoHari YHWHrdquo atau datangnya Mesias

untuk membebaskan mereka dari teguran Ortodoksi bukan tujuan pada dirinya sebab jika mereka tidak mampu

menjaga kemerdekaan religius maka sama saja melepaskan peluang hidup bebas untuk kembali mendirikan

kedigdayaan kerajaan Daud Gagasan untuk menjaga ortodoksi sebagai implikasi teguran YHWH itu sangat

ditekankan oleh golongan Parisi yang ternyata ialah pemimpin sinagoge Anthiokhia Bnd Jeffrey J Butz The

Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the Just to the founding fathers(Inner

TraditionBear amp Co 2009) 281 F F Bruce History Alan Richardson Political Christ (Philadelpia

Westminster Press 1973) 34

Walker In steps 44

10

mereka secara politik tetapi juga memberikan pengaruh kepada tatanan beragama dalam

komunitas mereka sendiri Melalui kejatuhan dengan demikian berakhir juga otoritas Bait

Allah di Yerusalem Pasca penghancuran yang dilakukan oleh Titus pada 70 ZB membuat

kekuasaan dalam urusan keagamaan komunitas Yahudi di diaspora menjadi wewenang

sektoral di masing-masing Sinagoge

Perlu dicatat bahwa pergeseran otoritas keagamaan ke sinagoge sesungguhnya

secara terbatas membuat mereka tetap memiliki kekuasaanya sendiri meskipun pada

masyarakat kota Anthiokhia mereka tidak lagi menikmati keleluasaan Atas otoritas itu

perselisihan dengan orang Yunani-Romawi di Anthiokhia terus berlanjut namun lebih

banyak terjadi di dalam sinagoge Perselisihan tersebut nampak ketika orang-orang

Yunani mulai masuk ke dalam komunitas Terjadi perdebatan apakah mereka harus

menjalankan hukum Yahudi terutama sunat dan makanan halal atau tidak Akan tetapi hal

terpenting dari pergeseran itu bukan terletak pada bagaimana orang Yahudi mulai

menerapkan standar tegas terhadap hukum mereka namun terletak pada apa motif dari

kekuasaan itu mereka pergunakan Merujuk pada Groenen ia menegaskan bahwa akibat

dari bergesernya otoritas keagamaan tersebut membawa dampak yang tidak

menyenangkan bagi orang Kristen di Antiokhia yaitu penindasan oleh Sinagoge terhadap

mereka35

3 Memahami Kembali Matius 21-18

Melalui bantuan pendekatan hermeneutik yang secara khusus menyoroti teks

dalam kerangka sosio-politiknya maka narasi Matius 21-18 memberikan sekurang-

kurangnya tiga pemahaman teologis yang memperluas horizon berpikir pembacanya

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan terhadap

dominasi status quo

Gelar Mesias yang redaktur Matius tempelkan pada mulut Herodes di ayat ke-4

menjadi kata kunci yang menunjukan posisi komunitas Matius yang berbeda dengan

kelompok status quo Yahudi Teks secara eksplisit menunjukan bahwa Para Majus

sebagai tokoh yang muncul pertama menyinggung perihal kelahiran Yesus (ayat 1-3)

justeru tak sekalipun menyebut gelar Sang Bayi sebagai Mesias (ayat 2) Sebutan dalam

ayat 2 yang para Majus berikan ialah ldquoRaja Orang Yahudi itu ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν

Ἰ οσδαί ωνrdquo (βαζιλεὺ ς menjadi penanda identitas khusus bayi Yesus)36

Istilah Mesias

35

Groenen Pengantar 90 36

Kalimat dalam ayat ini lengkapnya λέ γονηεςmiddot ποῦ ἐ ζηιν ὁ ηετθεὶ ς βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων εἴ δομεν

γὰ ρ αὐ ηοῦ ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ἐ ν ηῇ ἀ ναηολῇ καὶ ἤ λθομεν προζκσνῆ ζαι αὐ ηῷ LAI nampaknya keliru

11

sendiri baru kemudian muncul manakala Herodes menanyakan perihal kelahiran Yesus

kepada pemuka agama Yahudi (ayat 4)

Pemilihan gelar ὁ βαζιλεὺ ς yang ditempelkan ke mulut Para Majus oleh

redaktur Matius ialah jelas berbeda dengan ὁ τριζηὸ ς yang ditempelkan ke mulut

Herodes Agung meskipun merujuk pada subjek yang sama yaitu Yesus Terma ὁ

βαζιλεὺ ς ialah istilah Yunani bagi Raja tetapi tak memiliki nuansa berarti dalam

kosmologi Yudaisme Berkebalikan dari itu ὁ τριζηὸ ς37

justru memiliki makna spesifik

dan sarat nuansa dalam Yudaisme Ada hal penting yang coba disampaikan oleh redaktur

Matius dari distingsi ini

Yosephus memberikan catatan yang sangat berharga perihal gelar ldquoraja orang

Yahudi (ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων)rdquo Menurutnya gelar raja orang Yahudi ialah tanda

yang diberikan oleh Senat Romawi kepada Herodes Agung ketika mereka

mengangkatnya sebagai raja pada tahun 40 SZB38

Craig Evans menafsirkan bahwa

tindakan para majus menyebut Yesus sebagai raja orang yahudi (ayat 2) ialah tindakan

sewajarnya sebab mereka hanya ingin menanyakan perihal suksesi Herodes Agung39

Akan tetapi persoalan yang serius ialah narasi ini sulit dipercayai sungguh-sungguh

faktual secara historis40

Dengan memperhatikan distingsi antara gelar raja orang yahudi

dengan gelar mesias yang muncul dalam tokoh-tokoh pada teks maka saya justeru

melihat kencederungan lain Redaktur Matius secara sengaja ingin menunjukan bahwa

Herodes Agung bersama para Pemuka Agama Yahudi yang berhasil merumuskan perihal

identitas Yesus secara tepat sebagai Mesias merupakan personifikasi status quo Yahudi

Tidak hanya menjadikan Herodes Agung dan Pemuka Agama Yahudi sebagai

personifikasi kelompok status quo melalui narasi ini penulis Matius sekaligus

menyerang mereka

Gelar raja orang Yahudi seharusnya milik Herodes Agung tetapi dengan

munculnya gelar itu disebut oleh para majus maka hal ini menurut saya jelas merupakan

sebuah sinisme Hal tersebut saya argumentasikan sebab penulis Matius menempatkan

Herodes Agung dalam posisi yang sangat ironis Berdasarkan tafsir Evans maka Herodes

lah yang jelas-jelas bergelar raja orang Yahudi sehingga seharusnya ia dapat langsung

memberikan klarifikasi kepada para majus perihal suksesinya Tetapi yang nampak ialah

menerjemahkan λέ γονηεςmiddot dengan ldquobertanya-tanyardquo Kata yang sesuai dengan bahasa Yunani λέ γονηεςmiddot ialah

ldquoberkata (to speak) Maka sebenarnya para majus lebih cenderung mendeklarasikan kelahiran Raja Yahudi 37

Dalam terjemahan Ibraninya yaitu Mesias (Massiah dari bentuk Massah) keduanya berarti Yang Diurapi 38

Yosephus Jewish War 1282 39

Craig Evans Matthew (New York Cambridge University Press 2012) 53 40

R T France menegaskan bahwa tak ada laporan sekunder di luar injil yang dapat mengkonfirmasikan

historisitas kunjungan itu Lih R T France The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing

Co 2012) Kindle Version

12

justru Herodes Agung seperti seorang bodoh yang tak menyadari bahwa dia sendiri yang

adalah raja orang Yahudi itu Herodes Agung digambarkan seperti tak punya petunjuk

apakah benar ada pengganti dirinya yang baru saja lahir

Warren Carter mengajukan pendapat bahwa respon Herodes Agung yang begitu

saja rela mencarikan informasi lebih jauh bagi para majus (ayat 1-6) perlu dilihat dalam

kerangka pikir bahwa para majus ialah astrolog yang biasa diminta menjelaskan arti

kemunculan tanda alam (seperti bintang) dan relasinya dengan kekuasaan41

Pandangan

Carter itu bersesuaian dengan Craig Keneer yang secara eksplisit berani mengatakan

bahwa para majus ialah astrolog kerajaan Persia yang memiliki peran politik sangat

penting42

Ada tafsiran yang menyebut para majus ialah raja-raja yang bangsa kafir

sehingga dimengerti sebagai jalan soteriologi untuk menjangkau bangsa-bangsa di luar

Yahudi Namun tanda bahwa mereka melihat bintang ialah petunjuk lebih jelas mengenai

tujuan disebutkannya tokoh ini oleh redaktur Matius

Persoalanya apakah bintang raja orang Yahudi itu (ayat 2) ialah bintang per se

Anggapan tersebut dipersoalkan oleh Howard Clarke dengan mengatakan bahwa jika

benar bintang tersebut muncul lalu tidak masuk akal jika Herodes Agung tak

melihatnya43

Umumnya para pakar memandang bahwa bintang (ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ayat 2)

dikutip redaktur Matius dari Bilangan 2417 dan menautkan kisah penglihatan Bileam

tentang bintang Daud pada kisah kelahiran Yesus Hal ini menunjukan indikasi bahwa

terjadi pemenuhan dari apa yang dikisahkan dalam perjanjian lama

Namun hal yang saya catat ialah redaktur Matius sedang dalam perjuangan

mendapatkan pengaruh melawan pihak yang merasa secara yuridis berwenang atas

penetapan ajaran Yudaisme Pemenuhan kisah perjanjian lama dalam rentang waktu

ketika komunitas Matius hidup baru dapat dikonfirmasikan bukan oleh sekte ini tetapi

oleh otoritas Yahudi di Sinagoge yang notabene lawan mereka44

Maka dari itu saya

mengira bahwa redaktur Matius ingin menelanjangi posisi penguasa Sinagoge yang tak

benar-benar paham tradisi Yudaisme melalui upaya menegaskan status Yesus sebagai

Mesias45

41

Warren Carter Matthew and the Margins74 42

Craig S Keener A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2013) 100 43

Clarke The Gospel of Matthew 18 44

Pasca penghancuran Bait Allah ketika terjadi penumpasan pemberontakan Yerusalem otoritas Yudaisme

berpindah ke masing-masing Sinagoge Akan tetapi Saldarini menunjukan bahwa Komunitas Matius tidak

menerima otoritas itu bahkan menganggap bahwa model di masing-masing Sinagoge perlu diatur ulang Lih

Saldarini The Gospel 52 45

Masa pasca Bait Allah (Post Temple) ialah masa dimana para Rabi Yahudi di Sinagoge-sinagoge mulai

menafsir ulang Yudaisme agar sesuai dengan kondisi kehidupan mereka Dalam paham itu saya menduga bahwa

Redaktur Matius sedang berupaya sekuat tenaga melawan tafsir baru para Rabi (mungkin sekali dari Golonga

13

Dengan menautkan tradisi Yudaisme tentang kisah bintang Daud seperti yang

para ahli katakan dan dengan menempelkan gelar raja orang yahudi pada mulut para

majus maka apa yang saya sebut sebagai sinisme menjadi lebih jelas Redaktur Matius

menempatkan para majus yang ialah personifikasi komunitas Matius sebagai pihak di

luar status quo Sinagoge yang justru lebih ketat dan peka terhadap tradisi Yudaisme

dalam hal melihat pentingnya kehadiran Yesus yang sudah terjadi di dunia46

Perihal kelahiran Mesias ke bumi apabila merujuk pada teks rupanya bukanlah

suatu kabar gembira bagi kelompok status quo Pemilihan kata ἐ ηαρά τθη47

yang

muncul di ayat ke-3 oleh redaktur memberikan kesan kuat bahwa Yesus yang sudah lahir

ialah sebuah masalah bagi kelompok status quo Anggapan bahwa Yesus menimbulkan

masalah oleh kelompok status quo dipertegas melalui keengganan mereka untuk

mengakui bahwa Mesias telah lahir Redaktur Matius menggunakan kata γεννᾶ ηαι48

yang menunjukan kelompok status quo tak setuju dengan klaim kelompok Matius

tentang ke-mesias-an Yesus

Ketidaksetujuan itu juga nampak dari disebutkannya Bethlehem (ayat 1) sebagai

tempat kelahiran Yesus dan Yerusalem (ayat 3) sebagai tempat yang menolak kelahiran

Yesus Seisi Yerusalem menanggapi kabar bahwa Yesus Sang Mesias sudah hadir di

dunia sebagai masalah Yerusalem ialah pusat kekuasan atau dalam hal ini menjadi

lambang sistem kekuasaan status quo yang mana enggan mengakui bahwa Yesus benar

Mesias Melalui pengecekan tradisi Yudaisme dalam diri Herodes Agung dan para

pemuka agama Yahudi (4-6) redaktur Matius sekaligus menyerang mereka sebagai

pemegang otoritas keagamaan yang tidak paham mengenai tradisi Yudaisme itu sendiri

Pharisi) untuk menjadi pegangan bersama Komunitas Yahudi di Anthiokhia Tradisi tentang Midrash membantu

membentuk pemahaman ini Lih Brian M Nolan The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in

the Setting of the Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979) 52-58 Bnd Robert M Prince New

Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm diakses 8 November 2014 46

γεννηθέ νηος ialah kata kerja aoris geniitif pasif yang tak hanya menunjukan penegasan tetapi juga sekaligus

menujukan tindakan yang sudah pernah terjadi Artinya penegasan bahwa Raja orang Yahudi sudah pernah

dilahirkan Kata ini juga menjadi penegasan tentang status kemesiasan Yesus 47

Kata ἐ ηαρά τθη dari bentuk kata ηαρά ζζω kurang tepat jika diterjemahkan dengan ldquoterkejutrdquo Kata itu

berarti meresahkan mengacaukan menganggu atau menakutkan Terjemahan King James Version (KJV)

ldquotroubled (menyusahkan)rdquo menurut saya jauh lebih memadai dibandingkan terjemahan dalam TB-LAI Untuk

keperluan tulisan ini maka saya menggunakan kata ldquomengganggurdquo sebagai ganti kata ldquoterkejutrdquo 48

Kata γεννᾶ ηαι (kata kerja present indikatif pasif untuk orang ketiga tunggal dari bentuk γεννά ω) berarti

ldquosedang dilahirkanrdquo Dalam narasi Matius pasal 2 kata ini berbeda kasusnya dengan kata yang sama di ayat 1

Kata ini menunjukan pemahaman bahwa kegiatan Mesianik masa terus berlangsung Berbeda dengan kelompok

Matius yang percaya nubuatan mesianik sudah terjadi dalam diri Yesus kelompok Yahudi status quo

menunjukan bahwa mesias bukan seperti yang dipikirkan kelompok matius Saya menduga ini adalah jejak

tentang model kubu status quo mendukung teologi Millitary Mesiah sebab disekitar tahun 70-132 ZB model

Millitary Mesiah muncul kuat sebagai gerakan pemberontakan

14

Dengan menempatkan berturut-turut gelar mesias di mulut Herodes Agung

kontras antara Bethlehem dengan Yerusalem penyelidikan dan afirmasi perihal kelahiran

Mesias dari tradisi Yudaisme di mulut para pemuka agama Yahudi maka hal ini jelas

menunjukan apa yang saya sebut di atas sebagai ironi Upaya ini menunjukan bahwa

redaktur Matius menganggap kelompok status quo di Sinagoge tak lagi memiliki

legitimasi Hal tersebut didasarkan pada ironi kelompok status quo yang tidak benar-

benar memahami isi ajaran Yudaisme manakala mereka tak mengakui Yesus sebagai

Mesias padahal mereka ialah pemimpin agama

Perseteruan antara kelompok Matius dengan kelompok status quo tentang

pengakuan Yesus sebagai Mesias sebenarnya merupakan masalah yang sentral Bagi

kelompok status quo mengakui Yesus sebagai Mesias ialah sama dengan memberi

pengakuan akan kehadiran kelompok Yahudi yang menyimpang (Deviant Jews)49

Sedangkan pengkuan akan kelompok yang menyimpang ialah sama dengan membuka

celah bagi perubahan yang radikal dalam diri komunitas Yahudi Artinya memberikan

ruang secara sosio-politik bagi komunitas Matius untuk hidup ialah pilihan yang

membunuh kelompok status quo Maka tentu konsekuensi logisnya ialah dominasi atas

Yudaisme harus terus dilakukan

Persoalan semakin rumit sebab komunitas Matius tidak merasa dirinya ialah

bagian luar dari kelompok Yahudi Mereka tetap yakin jika dirinya merupakan bagian

dari kelompok itu Dalam kesadaran semacam ini mereka berpretensi melakukan

perubahan atas praktek lama yang tak benar Anthony Saldarini menegaskan apabila

komunitas Matius tidak sedang mencoba menciptakan sebuah masyarakat Agama Baru

tetapi tengah berupaya medelegitimasi kelompok status quo dengan membongkar

praktek Yudaisme mereka yang keliru50

Kekeliruan kelompok status quo sebenarnya bukan semata berkaitan dengan

persoalan perbedaan pandangan antara mereka dengan komunitas Matius mengenai

status Yesus sebagai Mesias Akan tetapi juga terletak pada persengkongkolan kelompok

status quo untuk menghancurkan komunitas Matius Sebab secara sosio-politik kehadiran

komunitas Matius ibarat duri dalam daging Maka daripada duri itu terus melukai diri

sendiri lebih baik segera disingkirkan Jejak ini muncul kuat disepanjang ayat 4 dan 7

pada narasi Tindakan Herodes Agung melakukan pertemuan terpisah dengan pemuka

49

Perihal telaah tentang Deviant Jews lihat Kai Ericson Wayward Puritans A Study in the Sociology of

Deviance (New York Wiley 1966) 3-5 50

Saldarini The Gospel 46-47

15

yahudi dan lalu melaksanakan pertemuan rahasia51

dengan para majus ialah bentuk

persengkongkolan demi dominasi status quo Poin yang redaktur Matius angkat ialah

pendekatan kelompok status quo identik dengan sikap penguasa yang manipulatif dan

menindas

Para majus setelah ayat 7 digambarkan sebagai pihak yang awalnya mengikuti

gerak manipulasi kekuasaan ala kelompok status quo dalam diri Herodes Agung Sang

raja yang seolah memberikan ruang pada para majus dan mendengarkan pendapat

mereka sebenarnya hanya tindakan manipulasi untuk menggali informasi guna

menghancurkan Yesus dan para majus sendiri Richard T France menyebut peran para

majus dalam ayat 7-9 sebagai alat spionase sang raja52

Artinya tujuan Herodes Agung

bertemu dengan para majus bukan pertama-tama demi mendengarkan apa yang para

majus itu inginkan tetapi justru untuk memperalat mereka

Ujaran Saldarini dan penjelasan France menurut saya sangat penting dalam

memahami posisi komunitas Matius dalam konteks tidak ingin mengganti Yudaisme

dengan suatu agama baru Melalui kisah kelahiran Yesus komunitas Matius menegaskan

bahwa bentuk dominasi dalam kehidupan bersama tidak dapat diterima Mereka tidak

sedang bicara ortodoksi Agama Yahudi Agama Yahudi yang dalam hal ini hanya

menjadi locus bagi suatu kehidupan bersama atau menjadi arena perebutan pengaruh

Dengan ketiadaan tendensi membentuk locus baru maka komunitas Matius sebenarnya

tengah mencoba mempertahankan diri sebagai bagian dari kesatuan komunitas Yahudi

umunya Akan tetapi dengan suatu harapan bahwa hidup bersama itu dilakukan tidak

dalam penindasan

Penolakan paham tentang dominasi ini menurut saya muncul dalam suatu

pernyataan teologis di sepanjang ayat 10-12 Hal yang sangat menarik ialah upaya

persekongkolan untuk memperalat para majus agar dominasi dapat dilanggengkan justru

digagalkan oleh Tuhan melalui mimpi para majus dan penyataan malaikat kepada Yusuf

Dalam kepolosanya para majus terjebak pada permainan kekuasaan Herodes Agung

tetapi permainan itu tidak sampai selesai sebab Tuhan menggagalkannya di tengah jalan

Pada titik ini saya menduga redaktur Matius menegaskan bahwa Tuhan justru tidak

menghendaki model dominasi status quo yang menghalalkan praktek kekuasaan

manipulatif seperti yang dipraktekan kelompok status quo dalam diri Herodes Agung

51

Ada dua kata kunci dalam pertemuan rahasia ini yaitu ldquoSecara rahasia (λά θρᾳ )rdquo dan ldquomemastikan secara

tepat (ἠ κρί βωζεν)rdquo Pertemuan ini terpisah dan tertutup bersifat rahasia antara Herodes Agung dengan para

majus apa tujuan pertemuan ini Untuk memastikan dengan tepat apakah Yesus Mesias Dalam hal ini untuk

memastikan dampak dari status Yesus sebagai Mesias 52

Frnce The Gospel Kindle Version

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 3: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

iii

iv

v

Kata Pengantar

Manakala kekuasaan dipegang oleh orang-orang bangsat selama periode itu sinisme

cenderung tumbuh dengan cepat - Bertrand Russell

Perkataan Russell yang penulis kutip pada titik tertentu mencapai kebenaran Teks

Matius yang penulis teliti melalui proses penafisran ternyata menunjukan kebenaran itu

Akan tetapi sinisme pada teks Matius tak hanya diam sebagai sebuah -isme namun bergerak

menjadi sebuah seruan yang mendorong hadirnya praxis dalam menentang kekuasaan yang

dipegang oleh orang-orang yang disebut Russell sebagai ldquopara bangsatrdquo Redaktur Matius

yang hidup dalam konteks tertentu dan dalam pergumulan yang khas mencoba mengatakan

sesuatu hal yang penting dari apa-apa yang ia dan komunitasnya alami

Gaya berpikir sinis yang muncul dalam teks Matius bukan suatu tindakan seseorang

atau kelompok orang kurang kerja Sinisme yang muncul tersebut tak datang begitu saja dari

ruang kosong Ada dorongan yang khas dari konteks yang membuat redaktur Matius memilih

sinisme sebagai caranya menanggapi kenyataan Dalam tulisan ini penulis mencoba

merekonstruksikan bagaimana sinisme itu coba diketengahkan oleh redaktur Matius dalam

teks Matius 21-18

Tulisan ini penulis ajukan bukan pertama-tama demi mencapai gelar sarjana teologi ndash

suatu upaya melanggengkan pragmatisme- seperti yang dituliskan dalam format administrasi

Universitas (nampak pada halaman cover tugas akhir ini) Akan tetapi tulisan ini penulis

ajukan sebagai realisasi kecintaan terhadap studi hermeneutik dan latihan diri Maka tentu

tulisan ini memuat banyak kelemahan sebab ia adalah langkah awal dari proses belajar

Atas rampungnya tugas akhir ini maka puji syukur tak terbilang penulis haturkan bagi

Tuhan Yang Maha Kuasa Sebab penulis sadar bila tanpa ijin-Nya tentu tulisan ini tak akan

pernah terselesaikan dan bahkan ada sekalipun Akan tetapi penulis juga sadar bahwa

pencapaian ini dapat terwujud juga berkat bantuan banyak pihak Untuk itu penulis ingin

menghaturkan rasa terima kasih dan hormat kepada seluruh pihak yang telah membantu dan

mendukung sehingga tugas akhir ini boleh terselesaikan Kepada Orang tua dan keluarga

yang rela menderita demi kebahagiaan yang sekarang penulis rasakan kepada merekalah rasa

terima kasih dan hormat terbesar penulis berikan Kemudian tak kurang juga ungkapan

terima kasih penulis sampaikan kepada Pdt Yusak Setyawan PhD yang ialah pembimbing

utama penulis dalam menyusun tugas akhir ini Penulis mengucapkan terima kasih atas

vi

dorongan Bapak yang membuat penulis bekerja keras dan sekaligus melakukan dua proses

tafsir yaitu menafsir keinginan Bapak sebagai pembimbing serta menafsir teks Matius 21-18

sebagai bahan penelitian penulis Ketiga penulis memberikan penghargaan kepada Ibu Ira D

Mangililo PhD dan Bapak Pdt Dr Eben Nuban Timo selaku reviewer tugas akhir ini

Terkhusus Ibu Ira Mangililo PhD penulis haturkan terima kasih yang sangat besar atas dua

poin kritik yang sangat substansial terhadap tugas akhir ini Kritik ibu tentang adanya gap

antara locus sosio-politik Komunitas Yahudi dan Komunitas Matius dengan tafsir terhadap

resistensi Komunitas Matius terhadap Kubu Status Quo Sinanoge dan Imperium Romanum

serta kencederungan penulis yang anakronistik melakukan simplifikasi terhadap konteks

Komunitas Matius dengan kondisi Indonesia dewasa ini sangat membantu penulis

membenahi tulisan ini Meski begitu dua kritik tersebut baru akan penulis akomodir lebih

jauh dalam pengembangan tulisan ini sebab secara jujur harus penulis kemukakan bahwa

waktu yang sempit dan energi yang tak lagi memadai membuat penulis tak dapat mengubah

tulisan ini secara signifikan Kepada kolega yang banyak membantu membentuk saya dalam

mengarahkan diri pada hasrat episteme ucapan terima kasih juga penulis berikan Kepada

kelompok diskusi Bona Fide Ladies Club mahasiswa kelas-kelas Filsafat kepada kalian

semua penulis ucapkan terima kasih atas ruang diskusi dan kesempatan untuk mengenal

berbagai pemikir-pemikir besar yang membantu penulis mengubah cara memandang

kehidupan ini Kepada mentor Filsafat penulis Bapak Gusti Menoh MHum penulis

mengucapkan terima kasih atas diskusi dan keterbukaan untuk mengajak penulis keluar dari

Goa sehingga penulis kembali memercayai Tuhan dan sekaligus sadar bahwa Filsafat

Hermeneutik a la Schleiermacher dan Dilthey termasuk positivisme Comte tak lagi pantas

untuk di- idola- kan oleh karena kelemahan epistemologi mereka juga karena kenyataan

jaman terus berkembang tak pernah stagnan serta lebih-lebih kesadaran untuk tak

memperlakukan ilmu apapun sebagai ideologi

Semoga tulisan ini dapat berguna bagi mereka yang membacanya Kritik dan saran

dari siapapun yang membaca tulisan ini sangat penulis harapkan guna perbaikan kualitas

penulisan Tuhan kiranya memberkati kita

Salatiga 18 Februari 2015

Albert Josua Putra Maliogha

vii

Daftar Isi

Cover

Lembar Pengesahan

Pernyataan Tidak Plagiat

Persetujuan Akses

Kata Pengantar

Daftar Isi

Abstrak

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

12 Rumusan Masalah amp Tujuan Penelitian

13 Metode amp Teknik Pengumpulan Data

14 Manfaat Penelitian

15 Sistematika Penulisan

2 Injil Matius dalam Konteks Sosi-politiknya

21 Anthiokhia

22 Komunitas Sinagoge di Anthiokhia

3 Memahami Kembali Matius 21-18

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan

terhadap dominasi status quo

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan

melawan dominasi status quo

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status

Quo menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

5 Penutup

51 Kesimpulan

Daftar Pustaka

i

ii

iii

iv

vi

vii

1

1

3

3

4

4

4

5

7

10

10

16

21

24

24

26

28

29

29

31

viii

Abstrak

Injil Matius merupakan bentuk counter narrative terhadap kekuasaan Imperium

Romanum dan Aristokrasi Sinagoge yang mempraktekan dominasi dalam pranata sosio-

politik sebagai tujuan kekuasaan Pax Romana yang universal ialah yang terbaik menurut

Imperium Romanum Teologi Sosial Millitary Messiah menjadi penuntun pemberontakan

orang Yahudi melawan si kafir Romawi Namun keduanya dituduh secara sinis oleh

redaktur Matius sebagai model kekuasaan politik yang haus dominasi manipulatif

menindas dan tak mencerminkan kehendak Allah itulah mengapa Herodes Agung

digambarkan ingin membunuh Mesias Untuk itu pranata sosio-politik Mesias Yang

Terselamatkan sebagai model yang visioner dan melawan arus utama diajukan sebagai

ganti dua model pertama yang sama-sama palsu dan rentan pelanggengan status quo

Prinsip normatif sebagaimana yang diajukan redaktur Matius dalam menyikapi

carut marut pranata sosio-politik dari awal abad pertama ternyata menembus jauh hingga

masa Indonesia pasca reformasi Sebagai negara yang baru lepas dari otokrasi dan

bergerak lambat dalam demokrasi Indonesia tengah terengah-engah mengatasi

cengkraman oligarki (dekadensi aristokrasi) yang bertopeng demokrasi Melalui

pengalaman komunitas Matius yang mengajukan pranata sosial Mesias Yang

Terselamatkan rupanya demokrasi di Indonesia yang hampir kehilangan daya dapat

diperkuat kembali sehingga mampu melawan oligark yang menguasai dua preferensi

politik utama di Indonesia fundamentalisme pasar dan fundamantalisme agama Pranata

Mesianik ini dapat menjadi basis moral religius bagi pembaca Matius di Indonesia sebab

prinsip mesianik inheren dalam prinsip demokrasi Pembaca Matius di Indonesia dapat

menengok dasar biblis untuk mewujudkan gerakan Demokrasi yaitu dari uncivil society

menjadi civil society yang dididam-idamkan

Kata-kata Kunci Herodes Agung Mesias Status Quo Demokrasi Oligarki

1

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

Kitab-kitab injil dalam tradisi kekristenan umumnya diterima sebagai sumber

primer serta terpercaya oleh orang Kristen guna memahami dan mengetahui ragam hal

tentang Yesus Kristus Meski demikian secara faktual injil-injil tersebut kerap kali

menunjukan beberapa jejak yang justru menghadirkan persoalan dalam upaya memahami

dan mengetahui perihal Sang Mesias Secara khusus sebagai contoh kisah seputar

kelahiran Yesus dalam kaitan dengan upaya pembunuhan diri-Nya oleh Herodes Agung

hanya ada pada injil Matius 21-18

Mengenai ketiadaan kisah pembunuhan bayi-bayi pada injil lain sebenarnya telah

mengundang berbagai tanggapan para ahli Misalnya saja pendapat Drewes yang

menyatakan bahwa merujuk teori 4 sumber maka kisah ini merupakan cerita yang berasal

dari Sumber M sehingga memang secara eksklusif hanya ada di Matius saja1 Stefan

Leeks pada satu bagian dalam bukunya menyatakan bahwa penulis injil Matius ingin

menyampaikan suatu pesan tertentu melalui kisah yang menghubungkan Raja Herodes

Agung dengan Yesus2 Sedangkan RT France secara meyakinkan menulis bahwa kisah

pembunuhan anak-anak ditambahkan oleh redaktur Matius sebagai bentuk folklore yang

umum dalam berbagai tradisi bahwa kelahiran seseorang yang hebat sudah selalu diikuti

oleh ancaman karena kecemburuan para penguasa3

Namun pendapat John Drane terhadap narasi Matius 21-18 ialah yang paling

signifikan tetapi sekaligus melahirkan problem serius Terkait historisitas Matius 216

Drane justru berpendapat bahwa tidak ada catatan sejarah dalam dokumen-dokumen lain

tentang cerita ini meskipun cerita ini bersesuaian dengan tabiat kejam Herodes Agung4

Artinya John Drane meyakini bahwa kisah ini tak faktual secara historis

Surip Stanislaus menegaskan bahwa kisah itu tak perlu dilihat dalam kerangka

historisnya sekalipun informasi-informasi dalam narasi tersebut telah coba diuji secara

1 Stefan Leeks Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007) 38

2 B F Drewes Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000) 32

3France membandingkan Matius 213-18 dengan cerita masa kanak-kanak Sargon Gilgamesh dan bahkan kisah

dua bersaudara pendiri Roma yaitu Romulus dan Remus sebagai bentuk folklore yang umum muncul dalam

masyarakat kala itu Lih R T France ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL

XXI No 2 (1979) 98 4 John Drane Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung Mulia 2005) 39

Perihal tabiat Herodes Agung ia adalah seorang raja sekaligus politisi yang licik hebat dalam pembangunan

dan kejam Herodes Agung ialah seorang paranoid yang selalu curiga terhadap siapapun yang dianggapnya

mengancam kedudukanya sebagai raja Hirkanus (mertuanya) Mariame (istrinya) dan Aleksander Aristobulus

dan Antipater (ketiga anaknya) dibunuh oleh Herodes Agung karena dicurigai ingin mengkudeta kedudukanya

Bnd Jona Lendering King Herod the Great Acient Warfare Magazine

2

saintifik5 Rekonstruksi yang melibatkan astronomi dalam menyelidiki Matius 2 hanya

berhasil sampai pada kesimpulan yang tak determinan berkaitan dengan historisitas

Matius 21-18 Pandangan semacam ini didukung kuat oleh ahli lainya Misalnya

menyebut bahwa penjelasan yang menyebut supernova Kepler komet Heley dan

hipotesis Konjugasi Planet-planet yang secara historis terjadi berdekatan dengan masa

kelahiran Yesus dan kematian Herodes Agung tetap saja kesemuanya itu tak memiliki

relasi logis langsung dengan kisah pembunuhan anak-anak di bawah usia dua tahun oleh

Herodes Agung6

Keraguan tentang aspek historis dari Matius 2 membuat pernyataan Leeks menjadi

kuat Anjuran Leeks untuk memperlakukan kisah ini sebagai ldquoyang mewakili suatu

keadaan sebenarnyardquo jauh lebih masuk akal daripada menerima narasi ini sebagai sebuah

laporan pandangan mata Sebab perbedaan mencolok kisah kelahiran Yesus dalam Matius

dan Lukas7 membuat logika internal dari ide bahwa kisah ini ialah laporan pandangan

mata menjadi tak konsisten sehingga secara epistemologis runtuh dengan sendirinya

Antonhy Saldarini menulis satu esai menarik tentang ciri khas Matius sebagai

sebuah kitab yang memperlihatkan banyak jejak konflik antara kelompok Kristen dengan

Yahudi Untuk itulah alasan mengapa Yesus berulang kali digambarkan berada dalam

posisi tegang yang vis-a-vis dengan para penguasa termasuk sejak kelahiran-Nya dalam

Matius 21-18 Bila saya mencoba menafsirkan kisah ini dalam kerangka konflik antar

kelompok maka persoalan historisitas seperti apakah benar secara faktual Herodes Agung

pernah menggerakan pasukanya untuk memburu bayi Yesus dan membantai anak-anak

tak berdosa tak lagi bermasalah Akan tetapi sebagai sebuah narasi tentang konflik antar

kelompok maka pola konflik itu menjadi menarik untuk dibahas Fenomena ini

merupakan gesekan antara Komunitas Matius dengan Penguasa Sinagoge yang oleh

Saldarini disebut sebagai upaya melawan Yudaisme demi sebuah ldquoYudaisme Barurdquo

melalui perjuangan dalam nama Yesus8

Selain teks ini bicara pada konteksnya tentu ia juga dapat berbicara lintas waktu

bagi pembaca di masa kini Dengan memperhatikan nuansa sosio-politik yang kuat pada

teks Matius 213-18 baik berkaitan dengan konteks dalam teks maupun konteks dari teks

5 Surip Stanislaus Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012) 72-74

6 Howard W Clarke The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the First Gospel

(Indiana Indiana University Press 2008) 18 7 Kesimpulan bahwa Kisah Kelahiran Yesus berdasarkan Injil Sinoptik ialah faktual secara induktif bermasalah

Kedua Injil itu membuat kisah kelahiran yang bertolak belakang (Matius 118-223 amp Lukas 21-7) yang mana

tentu tak dapat diterima prinsip logika Bnd Stanislaus Rahasia 29-30 8 Anthony Saldarini ldquoThe Gospel of Matthew and Jewish-Christian Conflictrdquo dalam David Balch (eds) Social

History of the Matthean Community Cross Disciplinary Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995) 42-

43

3

saya menduga bahwa gerakan pembaharuan dalam narasi Matius dapat menjadi sangat

aktual bagi pembacanya di Indonesia Konteks Indonesia yang tengah dalam transisi

negara otoritarian a la orde baru kepada negara demokratis pasca reformasi ternyata

masih diselubungi skandal oligarki9 sehingga sebuah gerakan pembahuruan seperti

dengungan Revolusi Mental Jokowian sebagai model normatif yang dikampanyekan

untuk mengubah mental bangsa muncul kuat Menurut hemat saya fenomena ini mungkin

dapat diteropong dari model perlawanan komunitas Matius pada sistem lama yang tak

berjalan semestinya seperti apa yang coba ditulis dalam Matius 21-18

12 Rumusan Masalah amp Tujuan Penelitian

Dua rumusan masalah coba diketengahkan yaitu Pertama bagaimana kisah

pembantaian anak di bawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung dalam

Matius 21-18 ditinjau dari konteks sosio-politiknya Kedua bagaimana benang merah

kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung

dalam Matius 21-18 dengan kehidupan pembacanya di Indonesia pasca reformasi

Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah Pertama menjelaskan bagaimana

kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung

dalam Matius 21-18 ditinjau dari konteks sosio-politiknya Kemudian kedua

menjelaskan bagaimana benang merah kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun

yang dilakukan oleh Herodes Agung dalam Matius 21-18 dengan kehidupan pembacanya

di Indonesia pasca reformasi

13 Metode amp Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Dalam penelitian ini saya akan menggunakan metode hermeneutik yang berfungsi

untuk menguak makna dari suatu teks10

Metode ini digunakan dengan memperhatikan

nuansa sosio-politik dari teks Melalui upaya ini penafsir diandaikan dapat

merekonstruksi teks Matius 21-18 sehingga paling tidak tenunan sosio-politiknya dapat

terurai kembali Sementara itu teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi

kepustakaan dan menafsirkan teks Matius 21-18 Baik hasil tafsir teks Matius 21-18 dan

sumber-sumber pustaka relevan inilah yang menjadi data-data yang kemudian saya

kelolah dan analisa Hasil pengelolahan dan analisa terhadap data tersebut diharapkan

mampu menjawab masalah yang diteliti

9 Lih Budi Hardiman Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta Kanisius

2014) 53

10

Yusak B Setyawan Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga Fakultas

Teologi UKSW 2010) 4

4

14 Manfaat Penelitian

Saya berharap tulisan pada akhirnya dapat digunakan guna pengembangan ilmu

teologi yang mencakup terhadap studi Hermeneutik Perjanjian Baru serta studi Agama

dan Politik bagi Fakultas Teologi UKSW secara khusus dan dunia teologi di Indonesia

pada umumnya Selain itu juga melalui studi terhadap Matius 21-18 saya berharap agar

penelitian ini dapat memberikan sumbangsih gagasan bagi paham tentang kondisi

normatif kehidupan sosio-politik orang Kristen di Indonesia dewasa ini

15 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam kajian ini akan saya tulis dalam lima bagian Pada

bagian pertama berisikan pendahuluan Bagian kedua dari tulisan ini akan memuat

informasi terkait konteks sosio-politik Injil Matius Selanjutnya pada bagian ketiga saya

akan memberikan pemaparan tentang pemahaman ulang terhadap teks Matius 21-18

Bagian keempat berisi mengenai refleksi terhadap teks Matius 21-18 yaitu aktualisasinya

bagi kehidupan pembaca Matius di Indonesia Terakhir bagian kelima akan memuat

penutup daripada tulisan ini

2 Injil Matius dalam Konteks Sosio-Politiknya

Banyak ahli menduga kuat bahwa injil Matius ditulis di Anthiokhia di wilayah

Siria Injil Matius menunjukan nuansa-nuansa yang mendukung pemahaman tersebut

seperti disebutkanya mata uang dirham (mata uang Siria) diperlunaknya hukum tahir

dan najis (bagi non Yahudi) serta ada nuasa ketegangan antara pimpinan Yahudi dengan

jemaat11

Dugaan ini diperkuat melalui fakta bahwa naskah injil Matius ditulis dalam

bahasa Yunani dengan menyertakan nuansa semitis pada berbagai ungkapan yang kualitas

bahasanya bukan terjemaham dari bahasa Ibrani ataupun bahasa Aram Dengan

memperhatikan penggunaan bahasa semacam itu patut diduga bahwa tujuan tulisan ini

untuk mereka yang menggunakan bahasa Yunani Lagipula penggunaan bahasa Yunani

berlaku luas terutama di kota-kota Romawi

Penulis dan waktu penulisan injil Matius dipercayai dilakukan oleh seseorang

dalam kurun waktu tahun 70-90 ZB Perkiraan waktu tersebut memberikan gambaran

penulisan Injil terjadi pasca penghancuran Bait Allah di Yerusalem pada tahun 70 ZB

Gambaran itu dipercayai oleh para ahli dinarasikan implisit dalam bagian teks Matius

227 Meski begitu dugaan yang didasarkan menurut teks Matius 227 itu sendiri belum

menyelesaikan variasi pendapat para ahli tentang kapan persisnya penulisan dilakukan

11

C Groenen Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006) 88-89

5

Hal yang sama juga terjadi pada upaya untuk melacak identitas asli dari penulis injil ini

Siapa persisnya yang menulis tak dapat diketahui secara pasti Ada yang menyebutnya

sebagai seorang pembina jemaat seorang Yahudi yang menjadi Kristen yang berani

mengecam orang Yahudi yang tak mau mengikut Yesus seorang pelarian dari

Yerusalem ataupun seorang dari generasi Kristen kedua yang misioner yang berbahasa

Yunani12

Tidak ada satupun dari pendapat tadi yang menegaskan secara pasti siapa yang

menjadi penulis injil Matius Akan tetapi pada saat yang sama bermacam pendapat itu

juga tidak meneguhkan pandangan Papias bahwa penulis injil ini ialah Matius salah satu

Rasul Yesus13

Melalui upaya rekonstruksi yang cermat para ahli juga mencoba merumuskan

tujuan penulisan injil Matius Sama seperti analisis sebelumnya tujuan penulisan didapat

melalui telaah terhadap karakteristik dari teks itu sendiri Salah satu hasil telaah itu

dikemukakan oleh De Heer Menurut De Heer injil ini ada demi tiga tujuan utama yaitu

(1) Maksud Apologetis menyatakan bahwa nubuatan di dalam Perjanjian Lama telah

terpenuhi dan sekaligus membela status Yesus sebagai Mesias (2) Maksud Katekesis

merujuk pada Grundmman bahwa injil ini bertujuan untuk menyampaian pokok-pokok

ajaran Kristen agar dimengerti dan demi mengajarkanya kepada orang lain Hal itu

nampak dari begitu banyak teladan Yesus yang dimuat oleh penulis injil (3) Maksud

Parenetis untuk menegur jemaat Matius di Siria yang yang hidup tidak harmonis (kasih

diantara mereka telah dingin)14

21 Anthiokhia

Para ahli menduga cukup kuat bahwa teks Matius ditulis di Anthiokhia Kota ini

ialah ketiga terbesar di kekaisaran Romawi yang berpopulasi lebih dari 500000 jiwa

terdiri dari orang Siria Yunani-Romawi juga minoritas Yahudi yang Pada tahun 300

SZB Anthiokhia didirikan oleh Seleukus I di dekat sungai Orontes (berada jauh dari laut

dan terlindungi benteng alami yaitu Gunung Silpius) untuk menghormati ayahnya

sekaligus menampung para veteran perang Makedonia serta berfungsi guna menguasai

12

Para ahli umumnya bersepakat bahwa sangat sulit mempercayai Rasul Matius yang menulis injil ini Alasan-

alasan yang dikemukakan seperti Jika benar Matius yang menulis maka ia tentu saksi mata lalu mengapa

seorang saksi mata perlu merujuk kepada teks Markus yang penulisnya bukan saksi mata Juga bahasa yang

Matius gunakan ialah Bahasa Aram bukan Bahasa Yunani padahal injil ini ditulis dalam bahasa Yunani Lih

Drewes Satu Injil 176 Bnd Drane Memahami 219 Rudolf Schnackenburg The Gospel of Matthew (Wm B

Eerdmans Publishing Co Michigan 2007) 6-7 13

Pandangan bahwa Matius sang Rasul sebagai penulis Injil Matius baru muncul belakangan pada abad II

setelah injil Matius ditulis Ialah Papias seorang penulis dari Hireapolis yang menyatakan hal ini Lih Jakob

van Bruggen Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh penulis-penulis sezaman

(Jakarta Gunung Mulia 2004) 63-65 14

J De Heer Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia) 6-7

6

jalur-jalur darat yang menghubungkan Asia Kecil Mesir tak ketinggalan Eufrat15

Dewi

Tikhe (Fortuna Keberuntungan) dipercaya menguasai nasib semua kerajaan Helenis

menguasai kesuburan tanah dan menguasai keamanan kota atas banjir serta gempa

dijadikan dewi kota oleh penduduk di sana Anthiokhia ialah pusat intelektual yang besar

serta menjadi pusat perjalanan dan perdagangan yang sangat makmur serta merupakan

ibu kota Provinsi Romawi gabungan Suriah dan Kilikia sehingga pada jaman Romawi

mendapat perlindungan langsung dari Kaisar16

Seorang Gubernur Romawi menjadi perwakilan Kaisar memerintah atas

Anthiokhia Ia bertugas menegakan hukum dan memelihara ketertiban umum masyarakat

Namun ketertiban umum yang diupayakan berlangsung di Antiokhia berada dalam

bayang-bayang (1) tatanan masyarakat hirarkis17

dan (2) demografi penduduk yang

beragam budaya18

Dua hal ini sebenarnya membawa ancaman persoalan sosial bagi

Gubernur Romawi di Antokhia Pertama potensi ancaman terletak pada pola piramida

kekuasaan politik terpusat pada golongan elit yang jumlahnya lebih sedikit dibanding

masyarakat kebanyakan yang berada di luar golongan itu Golongan elit itu menguasai

sendi-sendi ekonomi hukum dan mengatur kesejaterahaan yang akibatnya sendi-sendi

itu (terutama politik) diatur menurut kepentingan mereka19

Dalam hal ini tercipta suatu

tatanan sosial dalam bentuk kelas sosial yang tidak adil golongan elit dan golongan

nonelit Persoalanya ialah kondisi sosial ini melahirkan rasa saling benci antara kedua

kelas sosial itu Kedua sebagai kota yang mempertemukan beragam identitas dan etnis

Anthiokhia menyimpan potensi gesekan sosial manakala terjadi pertemuan dua atau lebih

entitas yang saling bertolak belakang Ner Dah mengutip Streeter menyebut kondisi itu

sebagai ldquoAntagonisme Etnisrdquo yang mana kota itu diliputi ancaman kejahatan dan konflik

akibat percampuran orang-orang dari latar belakang etnis berbeda20

Akan tetapi meski menyimpan potensi konflik rupaya gubernur romawi mampu

mengatasi gesekan sosial tersebut Piramid kekuasaan itu menempatkan ia berada pada

puncak kelas sosial sedangkan dasar terendah ada pada golongan kecil termasuk budak

15

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013) 43 Bnd John Staumbaugh dan David

Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung Mulia 2008) 179 16

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial180 Bnd David J Bosch Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi

misi yang mengubah dan berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006) 67 Robert Coote dan Mary Coote Kuasa

Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004) 164 17

Warren Carter Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York Orbis Book

2000) 20 18

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial183 19

Carter Matthew amp The Margins 18 20

Streeter The Four Gospel dalam Ner Dah Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of

Myanmar PhD diss 2009 Menurut hemat saya apa yang dikemukakan Streeter tidak berlebihan sebab

masalah sosial itu kemudian termanifestasi dalam gerakan pembasmian orang Yahudi di Diaspora

7

Kekuasaan itu membuka peluang baginya untuk mendapatkan ldquodukunganrdquo dari golongan

di bawahnya demi tujuan yang ingin ia capai Cara gubernur romawi mengatasi

kerusuhan yang terjadi dikemudian hari khususnya berkaitan dengan isu sektarian di

Anthiokhia menunjukan betapa ldquotangan besirdquo romawi efektif meminimalisir konflik

terbuka21

Bersama para pejabat romawi dan anggota senat gubernur selain memimpin

legiun juga mendapat dukungan dari para imam di kuil para pegawai kekaisaraan

pengumpul pajak dll dalam relasi patron-klien22

Kenyataan itu menunjukan hubungan

transaksional yang sarat kepentingan politik sudah merupakan hal lumrah terjadi di

golongan masyarakat atas di Antiokhia Pola relasi yang sangat rapuh karena didasarkan

pada loyalitas semu yang dapat dibeli oleh kekuasaan

22 Komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Orang Yahudi yang telah tinggal di Anthiokhia sama tuanya dengan kota tersebut

hidup dalam situasi sosial masyarakat hirarkis Menurut Warren Carter argumen para ahli

menunjukan dimensi-dimensi penting yang menunjukan kelas sosial orang Yahudi di kota

ini seperti (1) pendapat Kingsbury bahwa bahasa Yunani yang digunakan penulis Matius

mengindikasikan masyarakat ini ialah komunitas urban (2) penggunaan kata Kota

dilakukan 26 kali dibandingkan Desa (3) jemaat Matius diasumsikan tidak asing dengan

kekayaan hal itu ditunjukan oleh misalnya letak perbandingan identitas Yusuf orang

Arimatea yang pada Markus dan Lukas ia dikenal sebagai anggota dewan tinggi namun

pada Matius ia disebut sebagai Si Orang Kaya (4) penggunaan sebutan emas perak dan

talenta dilakukan sebanyak 26 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan Markus yang

hanya sekali menyebut perak dan Lukas hanya empat kali lebih banyak dari Markus23

Argumen-argumen itu menguatkan dugaan bahwa komunitas Matius terdiri dari mereka

yang hidup kaya artinya ada jejak dari mereka berada pada golongan elit Akan tetapi

sebagai ganti keengganan Carter untuk secara deterministik menentukan kedudukan

orang Yahudi itu ia memberi anjuran yang secara probabilistik menempatkan orang

Yahudi ada di kedua kelas sosial (Cross section) sebab selain karakteristik teks

menunjukan nuansa orang terdidik (golongan elit) teks ini juga bernafaskan tindakan

untuk menjangkau orang-orang yang dimarjinalkan24

21

Upaya untuk merayakan Perbedaan Kultur dan Toleransi pernah dilakukan di Anthiokhia Lih Trudy Ring amp

Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London WIPIDE 1995) 40 22

Carter Matthew amp The Margins 19 23

Carter Matthew amp The Margins 25 24

Carter Matthew amp The Margins 26

8

Dugaan Carter tentang Cross section itu dapat diperkuat melalui laporan Josephus

bahwa orang Yahudi yang tinggal di Anthiokhia hidup tentram dan secara ekonomi cukup

kaya25

Menurut Staumbaugh dan Balch kunjungan Herodes Agung beberapa kali ke

Anthiokhia diduga kuat yang memicu naiknya gengsi pengaruh dan kedudukan orang

Yahudi di sana26

Laporan betapa kayanya orang Yahudi di Anthiokhia nampaknya bukan

hisapan jempol belaka Sebab berdasarkan catatan Josephus orang Yahudi di Anthiokhia

mampu mengirimkan persembahan yang mahal ke Yerusalem27

Tidak hanya itu pada

masa pemerintahan Klaudius tatkala Yudea dilanda kelaparan bantuan dari Anthiokhia

datang untuk menanggulangi bencana tersebut28

Lalu bagaimana dapat diandaikan bahwa selain jejak keberadaan orang Yahudi

dalam lingkaran elit terdapat pula informasi yang menunjukan bahwa ada orang Yahudi

hidup dalam kelas non elit Hal itu dapat dijelaskan melalui identifikasi pekerjaan

mereka Orang Yaudi nonelit di Antiokhia ada yang hidup bekerja sebagai tukang dan

budak yang mana secara kasat mata sudah cukup menunjukan bahwa mereka ialah

golongan kecil yang dimarjinalkan29

Mereka ialah kelompok yang hidup bekerja demi

memenuhi kesejaterahaan hidup para elit

Kondisi kehidupan yang baik dalam aspek sosial ekonomi religius bahkan akses

politik terhadap kekuasaan memang dinikmati oleh sebagian orang Yahudi di Anthiokhia

untuk kurun waktu yang cukup lama Sisanya meski dipinggirkan namun cukup untuk

melanjutkan kehidupan dengan bekerja bagi para elit Kehidupan yang tentram dan

mapan di Anthiokhia bahkan telah dinikmati orang Yahudi sejak jaman Hasmonean yang

dipicu oleh banyaknya orang baru yang hidup menyatu dengan penduduk tertarik masuk

ke dalam komunitas sinagoge30

Selain bahwa pengaruh Hasmonean yang mendahului

kunjungan Herodes Agung yang berdampak signifikan itu perilaku sosio-politik orang

Yahudi yang menunjukan loyalitas membuat mereka mendapatkan perlindungan31

Akan tetapi keadaan berbalik dan semakin memburuk bagi mereka sejak tahun 40

ZB Mulai saat itu hubungan sosio-politik antara orang Yahudi dengan orang Antiokhia

25

Josephus Jewish War 713 Bnd Walker In Steps 44 26

Nama besar Herodes Agung yang dikenal sebagai sekutu dekat Kaisar Agustus dan juga sebagai The Great

Builder lewat pembangunan luar biasa misalnya Bait Allah berbagai benteng hebat termasuk Masada kota-

kota Helenis seperti Sebaste dan Kaisera yang terkenal dengan pelabuhannya tersiar ke luar Yudea bahkan

sampai Anthiokhia Hal itu menempatkan Herodes Agung sebagai orang yang cukup penting sehingga tidak

heran apabila kunjungan tersebut membawa keuntungan bagi kedudukan sosio-politik orang Yahudi di

Anthiokhia Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial Bnd F F Bruce New Testament History (London

Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969) 27

Josephus Jewish War 745 28

Walker In Steps 47 29

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 181 30

Justin Taylor Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012) 156 31

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial49-51

9

berada dibawah ketegangan hebat Permusuhan yang timbul bahkan tidak bisa menahan

mereka untuk berhadapan dalam konflik terbuka yang berdarah-darah Sejak terjadi

pogrom32

dan dekrit Kaisar Kaligula yang memuat perintah penempatan patung dirinya di

Bait Allah di Yerusalem bentrok pecah di Antiokhia33

Pembunuhan terhadap orang

Yahudi di Anthiokhia terjadi dan sinagoge-sinagoge mereka dibakar Mulai saat itu

sentimen anti semit kian meninggi dan tak berhenti hingga kira-kira tahun 48 ZB Puncak

konflik terjadi tatkala pemberontakan Yudea melawan Romawi terjadi hingga tahun 70

ZB

Konflik di Yudea turut menyeret keterlibatan Anthiokhia karena kota itu menjadi

basis dukungan pasukan militer yang dikirim untuk menumpas pemberontakan di

Yudea34

Ketegangan perang itu merembes sampai ke Anthiokhia terutama bagi orang

Yahudi di sana Ikut terseretnya Antiokhia dalam tensi perang Yudea membuat beberapa

orang Yahudi di sana tidak mampu menahan diri Beberapa anggota dari penguasa

Yahudi merencanakan perlawanan Komunitas Yahudi di Anthiokhia dituduh

merencanakan membakar kota Akibatnya Gubernur Romawi menyerang mereka dan

mencabut hak-hak istimewa orang Yahudi

Penaklukan Yudea membawa dampak tidak saja pada memburuknya hubungan

sosial antara orang Yahudi dengan orang Anthiokhia dan sekaligus melemahkan pengaruh

32

Sebab terjadinya Pogrom diduga karena muncul kecemburuan sosial terhadap orang Yahudi yang melalui lobi

politik mendapat hak istimewa yang mana telah berlangsung sejak jaman Koresh lalu terus menguat ketika

Romawi menjadi sekutu keluarga Hasmonean Orang yahudi dibenci oleh orang Yunani-Romawi sebab mereka

dapat mengakses fasilitas dan hidup layak sama seperti orang Yunani-Romawi tanpa perlu melakukan

kewajiban yang sama Ditambah dengan kecenderungan Kaisar-kaisar Romawi yang meski berganti-ganti tetap

saja membela orang yahudi membuat kebencian orang yunani semakin menjadi-jadi Hak istimewa itu meliputi

diperbolehkan melaksanakan hukum Sabat tidak melakukan kegiataan keagamaan kekaisaraan boleh

membayar pajak kepada Bait Allah di Yerusalem dan bahkan mendapatkan otonomi terbatas untuk menegakan

hukum (politeuma) Yudaisme di Sinagoge Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 50-51

33 Bentrokan ini terjadi jelas dalam dua aspek yang berkaitan yaitu Sosio-politik dan Sosio-religius

Kecemburuan sosial nyata dalam pogrom dan resistensi keagamaan nampak dalam perlawanan dekrit Kaligula

yang sangat ldquomenyakitirdquo hati orang Yahudi Menurut saya motivasi perlawanan terhadap pogrom yang jelas

muncul sebagai reaksi mempertahankan ldquopemberian Romawirdquo sebagai keberhasilan lobi politik tentu berbeda

dengan perlawanan terhadap dekrit Kaligula Identitas keagamaan Yudaisme bukan ldquopemberian Romawirdquo

Namun resistensi itu juga bukan hanya soal ortodoksi Ia merupakan peneguhan kemerdekaan politik secara

religius yang saya kategorikan sebagai Hak Milik Mengapa hak milik kemerdekaan politik secara religius

sangat penting Sebab orang Yahudi begitu percaya bahwa YHWH tidak mengijinkan mereka dipimpin oleh

orang Kafir Penjajahan atas mereka hanyalah teguran YHWH karena mereka lalai menjalankan hukum Tuhan

Dalam pada itu kemerdekaan religius berkaitan erat dengan dinantikanya ldquoHari YHWHrdquo atau datangnya Mesias

untuk membebaskan mereka dari teguran Ortodoksi bukan tujuan pada dirinya sebab jika mereka tidak mampu

menjaga kemerdekaan religius maka sama saja melepaskan peluang hidup bebas untuk kembali mendirikan

kedigdayaan kerajaan Daud Gagasan untuk menjaga ortodoksi sebagai implikasi teguran YHWH itu sangat

ditekankan oleh golongan Parisi yang ternyata ialah pemimpin sinagoge Anthiokhia Bnd Jeffrey J Butz The

Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the Just to the founding fathers(Inner

TraditionBear amp Co 2009) 281 F F Bruce History Alan Richardson Political Christ (Philadelpia

Westminster Press 1973) 34

Walker In steps 44

10

mereka secara politik tetapi juga memberikan pengaruh kepada tatanan beragama dalam

komunitas mereka sendiri Melalui kejatuhan dengan demikian berakhir juga otoritas Bait

Allah di Yerusalem Pasca penghancuran yang dilakukan oleh Titus pada 70 ZB membuat

kekuasaan dalam urusan keagamaan komunitas Yahudi di diaspora menjadi wewenang

sektoral di masing-masing Sinagoge

Perlu dicatat bahwa pergeseran otoritas keagamaan ke sinagoge sesungguhnya

secara terbatas membuat mereka tetap memiliki kekuasaanya sendiri meskipun pada

masyarakat kota Anthiokhia mereka tidak lagi menikmati keleluasaan Atas otoritas itu

perselisihan dengan orang Yunani-Romawi di Anthiokhia terus berlanjut namun lebih

banyak terjadi di dalam sinagoge Perselisihan tersebut nampak ketika orang-orang

Yunani mulai masuk ke dalam komunitas Terjadi perdebatan apakah mereka harus

menjalankan hukum Yahudi terutama sunat dan makanan halal atau tidak Akan tetapi hal

terpenting dari pergeseran itu bukan terletak pada bagaimana orang Yahudi mulai

menerapkan standar tegas terhadap hukum mereka namun terletak pada apa motif dari

kekuasaan itu mereka pergunakan Merujuk pada Groenen ia menegaskan bahwa akibat

dari bergesernya otoritas keagamaan tersebut membawa dampak yang tidak

menyenangkan bagi orang Kristen di Antiokhia yaitu penindasan oleh Sinagoge terhadap

mereka35

3 Memahami Kembali Matius 21-18

Melalui bantuan pendekatan hermeneutik yang secara khusus menyoroti teks

dalam kerangka sosio-politiknya maka narasi Matius 21-18 memberikan sekurang-

kurangnya tiga pemahaman teologis yang memperluas horizon berpikir pembacanya

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan terhadap

dominasi status quo

Gelar Mesias yang redaktur Matius tempelkan pada mulut Herodes di ayat ke-4

menjadi kata kunci yang menunjukan posisi komunitas Matius yang berbeda dengan

kelompok status quo Yahudi Teks secara eksplisit menunjukan bahwa Para Majus

sebagai tokoh yang muncul pertama menyinggung perihal kelahiran Yesus (ayat 1-3)

justeru tak sekalipun menyebut gelar Sang Bayi sebagai Mesias (ayat 2) Sebutan dalam

ayat 2 yang para Majus berikan ialah ldquoRaja Orang Yahudi itu ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν

Ἰ οσδαί ωνrdquo (βαζιλεὺ ς menjadi penanda identitas khusus bayi Yesus)36

Istilah Mesias

35

Groenen Pengantar 90 36

Kalimat dalam ayat ini lengkapnya λέ γονηεςmiddot ποῦ ἐ ζηιν ὁ ηετθεὶ ς βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων εἴ δομεν

γὰ ρ αὐ ηοῦ ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ἐ ν ηῇ ἀ ναηολῇ καὶ ἤ λθομεν προζκσνῆ ζαι αὐ ηῷ LAI nampaknya keliru

11

sendiri baru kemudian muncul manakala Herodes menanyakan perihal kelahiran Yesus

kepada pemuka agama Yahudi (ayat 4)

Pemilihan gelar ὁ βαζιλεὺ ς yang ditempelkan ke mulut Para Majus oleh

redaktur Matius ialah jelas berbeda dengan ὁ τριζηὸ ς yang ditempelkan ke mulut

Herodes Agung meskipun merujuk pada subjek yang sama yaitu Yesus Terma ὁ

βαζιλεὺ ς ialah istilah Yunani bagi Raja tetapi tak memiliki nuansa berarti dalam

kosmologi Yudaisme Berkebalikan dari itu ὁ τριζηὸ ς37

justru memiliki makna spesifik

dan sarat nuansa dalam Yudaisme Ada hal penting yang coba disampaikan oleh redaktur

Matius dari distingsi ini

Yosephus memberikan catatan yang sangat berharga perihal gelar ldquoraja orang

Yahudi (ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων)rdquo Menurutnya gelar raja orang Yahudi ialah tanda

yang diberikan oleh Senat Romawi kepada Herodes Agung ketika mereka

mengangkatnya sebagai raja pada tahun 40 SZB38

Craig Evans menafsirkan bahwa

tindakan para majus menyebut Yesus sebagai raja orang yahudi (ayat 2) ialah tindakan

sewajarnya sebab mereka hanya ingin menanyakan perihal suksesi Herodes Agung39

Akan tetapi persoalan yang serius ialah narasi ini sulit dipercayai sungguh-sungguh

faktual secara historis40

Dengan memperhatikan distingsi antara gelar raja orang yahudi

dengan gelar mesias yang muncul dalam tokoh-tokoh pada teks maka saya justeru

melihat kencederungan lain Redaktur Matius secara sengaja ingin menunjukan bahwa

Herodes Agung bersama para Pemuka Agama Yahudi yang berhasil merumuskan perihal

identitas Yesus secara tepat sebagai Mesias merupakan personifikasi status quo Yahudi

Tidak hanya menjadikan Herodes Agung dan Pemuka Agama Yahudi sebagai

personifikasi kelompok status quo melalui narasi ini penulis Matius sekaligus

menyerang mereka

Gelar raja orang Yahudi seharusnya milik Herodes Agung tetapi dengan

munculnya gelar itu disebut oleh para majus maka hal ini menurut saya jelas merupakan

sebuah sinisme Hal tersebut saya argumentasikan sebab penulis Matius menempatkan

Herodes Agung dalam posisi yang sangat ironis Berdasarkan tafsir Evans maka Herodes

lah yang jelas-jelas bergelar raja orang Yahudi sehingga seharusnya ia dapat langsung

memberikan klarifikasi kepada para majus perihal suksesinya Tetapi yang nampak ialah

menerjemahkan λέ γονηεςmiddot dengan ldquobertanya-tanyardquo Kata yang sesuai dengan bahasa Yunani λέ γονηεςmiddot ialah

ldquoberkata (to speak) Maka sebenarnya para majus lebih cenderung mendeklarasikan kelahiran Raja Yahudi 37

Dalam terjemahan Ibraninya yaitu Mesias (Massiah dari bentuk Massah) keduanya berarti Yang Diurapi 38

Yosephus Jewish War 1282 39

Craig Evans Matthew (New York Cambridge University Press 2012) 53 40

R T France menegaskan bahwa tak ada laporan sekunder di luar injil yang dapat mengkonfirmasikan

historisitas kunjungan itu Lih R T France The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing

Co 2012) Kindle Version

12

justru Herodes Agung seperti seorang bodoh yang tak menyadari bahwa dia sendiri yang

adalah raja orang Yahudi itu Herodes Agung digambarkan seperti tak punya petunjuk

apakah benar ada pengganti dirinya yang baru saja lahir

Warren Carter mengajukan pendapat bahwa respon Herodes Agung yang begitu

saja rela mencarikan informasi lebih jauh bagi para majus (ayat 1-6) perlu dilihat dalam

kerangka pikir bahwa para majus ialah astrolog yang biasa diminta menjelaskan arti

kemunculan tanda alam (seperti bintang) dan relasinya dengan kekuasaan41

Pandangan

Carter itu bersesuaian dengan Craig Keneer yang secara eksplisit berani mengatakan

bahwa para majus ialah astrolog kerajaan Persia yang memiliki peran politik sangat

penting42

Ada tafsiran yang menyebut para majus ialah raja-raja yang bangsa kafir

sehingga dimengerti sebagai jalan soteriologi untuk menjangkau bangsa-bangsa di luar

Yahudi Namun tanda bahwa mereka melihat bintang ialah petunjuk lebih jelas mengenai

tujuan disebutkannya tokoh ini oleh redaktur Matius

Persoalanya apakah bintang raja orang Yahudi itu (ayat 2) ialah bintang per se

Anggapan tersebut dipersoalkan oleh Howard Clarke dengan mengatakan bahwa jika

benar bintang tersebut muncul lalu tidak masuk akal jika Herodes Agung tak

melihatnya43

Umumnya para pakar memandang bahwa bintang (ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ayat 2)

dikutip redaktur Matius dari Bilangan 2417 dan menautkan kisah penglihatan Bileam

tentang bintang Daud pada kisah kelahiran Yesus Hal ini menunjukan indikasi bahwa

terjadi pemenuhan dari apa yang dikisahkan dalam perjanjian lama

Namun hal yang saya catat ialah redaktur Matius sedang dalam perjuangan

mendapatkan pengaruh melawan pihak yang merasa secara yuridis berwenang atas

penetapan ajaran Yudaisme Pemenuhan kisah perjanjian lama dalam rentang waktu

ketika komunitas Matius hidup baru dapat dikonfirmasikan bukan oleh sekte ini tetapi

oleh otoritas Yahudi di Sinagoge yang notabene lawan mereka44

Maka dari itu saya

mengira bahwa redaktur Matius ingin menelanjangi posisi penguasa Sinagoge yang tak

benar-benar paham tradisi Yudaisme melalui upaya menegaskan status Yesus sebagai

Mesias45

41

Warren Carter Matthew and the Margins74 42

Craig S Keener A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2013) 100 43

Clarke The Gospel of Matthew 18 44

Pasca penghancuran Bait Allah ketika terjadi penumpasan pemberontakan Yerusalem otoritas Yudaisme

berpindah ke masing-masing Sinagoge Akan tetapi Saldarini menunjukan bahwa Komunitas Matius tidak

menerima otoritas itu bahkan menganggap bahwa model di masing-masing Sinagoge perlu diatur ulang Lih

Saldarini The Gospel 52 45

Masa pasca Bait Allah (Post Temple) ialah masa dimana para Rabi Yahudi di Sinagoge-sinagoge mulai

menafsir ulang Yudaisme agar sesuai dengan kondisi kehidupan mereka Dalam paham itu saya menduga bahwa

Redaktur Matius sedang berupaya sekuat tenaga melawan tafsir baru para Rabi (mungkin sekali dari Golonga

13

Dengan menautkan tradisi Yudaisme tentang kisah bintang Daud seperti yang

para ahli katakan dan dengan menempelkan gelar raja orang yahudi pada mulut para

majus maka apa yang saya sebut sebagai sinisme menjadi lebih jelas Redaktur Matius

menempatkan para majus yang ialah personifikasi komunitas Matius sebagai pihak di

luar status quo Sinagoge yang justru lebih ketat dan peka terhadap tradisi Yudaisme

dalam hal melihat pentingnya kehadiran Yesus yang sudah terjadi di dunia46

Perihal kelahiran Mesias ke bumi apabila merujuk pada teks rupanya bukanlah

suatu kabar gembira bagi kelompok status quo Pemilihan kata ἐ ηαρά τθη47

yang

muncul di ayat ke-3 oleh redaktur memberikan kesan kuat bahwa Yesus yang sudah lahir

ialah sebuah masalah bagi kelompok status quo Anggapan bahwa Yesus menimbulkan

masalah oleh kelompok status quo dipertegas melalui keengganan mereka untuk

mengakui bahwa Mesias telah lahir Redaktur Matius menggunakan kata γεννᾶ ηαι48

yang menunjukan kelompok status quo tak setuju dengan klaim kelompok Matius

tentang ke-mesias-an Yesus

Ketidaksetujuan itu juga nampak dari disebutkannya Bethlehem (ayat 1) sebagai

tempat kelahiran Yesus dan Yerusalem (ayat 3) sebagai tempat yang menolak kelahiran

Yesus Seisi Yerusalem menanggapi kabar bahwa Yesus Sang Mesias sudah hadir di

dunia sebagai masalah Yerusalem ialah pusat kekuasan atau dalam hal ini menjadi

lambang sistem kekuasaan status quo yang mana enggan mengakui bahwa Yesus benar

Mesias Melalui pengecekan tradisi Yudaisme dalam diri Herodes Agung dan para

pemuka agama Yahudi (4-6) redaktur Matius sekaligus menyerang mereka sebagai

pemegang otoritas keagamaan yang tidak paham mengenai tradisi Yudaisme itu sendiri

Pharisi) untuk menjadi pegangan bersama Komunitas Yahudi di Anthiokhia Tradisi tentang Midrash membantu

membentuk pemahaman ini Lih Brian M Nolan The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in

the Setting of the Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979) 52-58 Bnd Robert M Prince New

Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm diakses 8 November 2014 46

γεννηθέ νηος ialah kata kerja aoris geniitif pasif yang tak hanya menunjukan penegasan tetapi juga sekaligus

menujukan tindakan yang sudah pernah terjadi Artinya penegasan bahwa Raja orang Yahudi sudah pernah

dilahirkan Kata ini juga menjadi penegasan tentang status kemesiasan Yesus 47

Kata ἐ ηαρά τθη dari bentuk kata ηαρά ζζω kurang tepat jika diterjemahkan dengan ldquoterkejutrdquo Kata itu

berarti meresahkan mengacaukan menganggu atau menakutkan Terjemahan King James Version (KJV)

ldquotroubled (menyusahkan)rdquo menurut saya jauh lebih memadai dibandingkan terjemahan dalam TB-LAI Untuk

keperluan tulisan ini maka saya menggunakan kata ldquomengganggurdquo sebagai ganti kata ldquoterkejutrdquo 48

Kata γεννᾶ ηαι (kata kerja present indikatif pasif untuk orang ketiga tunggal dari bentuk γεννά ω) berarti

ldquosedang dilahirkanrdquo Dalam narasi Matius pasal 2 kata ini berbeda kasusnya dengan kata yang sama di ayat 1

Kata ini menunjukan pemahaman bahwa kegiatan Mesianik masa terus berlangsung Berbeda dengan kelompok

Matius yang percaya nubuatan mesianik sudah terjadi dalam diri Yesus kelompok Yahudi status quo

menunjukan bahwa mesias bukan seperti yang dipikirkan kelompok matius Saya menduga ini adalah jejak

tentang model kubu status quo mendukung teologi Millitary Mesiah sebab disekitar tahun 70-132 ZB model

Millitary Mesiah muncul kuat sebagai gerakan pemberontakan

14

Dengan menempatkan berturut-turut gelar mesias di mulut Herodes Agung

kontras antara Bethlehem dengan Yerusalem penyelidikan dan afirmasi perihal kelahiran

Mesias dari tradisi Yudaisme di mulut para pemuka agama Yahudi maka hal ini jelas

menunjukan apa yang saya sebut di atas sebagai ironi Upaya ini menunjukan bahwa

redaktur Matius menganggap kelompok status quo di Sinagoge tak lagi memiliki

legitimasi Hal tersebut didasarkan pada ironi kelompok status quo yang tidak benar-

benar memahami isi ajaran Yudaisme manakala mereka tak mengakui Yesus sebagai

Mesias padahal mereka ialah pemimpin agama

Perseteruan antara kelompok Matius dengan kelompok status quo tentang

pengakuan Yesus sebagai Mesias sebenarnya merupakan masalah yang sentral Bagi

kelompok status quo mengakui Yesus sebagai Mesias ialah sama dengan memberi

pengakuan akan kehadiran kelompok Yahudi yang menyimpang (Deviant Jews)49

Sedangkan pengkuan akan kelompok yang menyimpang ialah sama dengan membuka

celah bagi perubahan yang radikal dalam diri komunitas Yahudi Artinya memberikan

ruang secara sosio-politik bagi komunitas Matius untuk hidup ialah pilihan yang

membunuh kelompok status quo Maka tentu konsekuensi logisnya ialah dominasi atas

Yudaisme harus terus dilakukan

Persoalan semakin rumit sebab komunitas Matius tidak merasa dirinya ialah

bagian luar dari kelompok Yahudi Mereka tetap yakin jika dirinya merupakan bagian

dari kelompok itu Dalam kesadaran semacam ini mereka berpretensi melakukan

perubahan atas praktek lama yang tak benar Anthony Saldarini menegaskan apabila

komunitas Matius tidak sedang mencoba menciptakan sebuah masyarakat Agama Baru

tetapi tengah berupaya medelegitimasi kelompok status quo dengan membongkar

praktek Yudaisme mereka yang keliru50

Kekeliruan kelompok status quo sebenarnya bukan semata berkaitan dengan

persoalan perbedaan pandangan antara mereka dengan komunitas Matius mengenai

status Yesus sebagai Mesias Akan tetapi juga terletak pada persengkongkolan kelompok

status quo untuk menghancurkan komunitas Matius Sebab secara sosio-politik kehadiran

komunitas Matius ibarat duri dalam daging Maka daripada duri itu terus melukai diri

sendiri lebih baik segera disingkirkan Jejak ini muncul kuat disepanjang ayat 4 dan 7

pada narasi Tindakan Herodes Agung melakukan pertemuan terpisah dengan pemuka

49

Perihal telaah tentang Deviant Jews lihat Kai Ericson Wayward Puritans A Study in the Sociology of

Deviance (New York Wiley 1966) 3-5 50

Saldarini The Gospel 46-47

15

yahudi dan lalu melaksanakan pertemuan rahasia51

dengan para majus ialah bentuk

persengkongkolan demi dominasi status quo Poin yang redaktur Matius angkat ialah

pendekatan kelompok status quo identik dengan sikap penguasa yang manipulatif dan

menindas

Para majus setelah ayat 7 digambarkan sebagai pihak yang awalnya mengikuti

gerak manipulasi kekuasaan ala kelompok status quo dalam diri Herodes Agung Sang

raja yang seolah memberikan ruang pada para majus dan mendengarkan pendapat

mereka sebenarnya hanya tindakan manipulasi untuk menggali informasi guna

menghancurkan Yesus dan para majus sendiri Richard T France menyebut peran para

majus dalam ayat 7-9 sebagai alat spionase sang raja52

Artinya tujuan Herodes Agung

bertemu dengan para majus bukan pertama-tama demi mendengarkan apa yang para

majus itu inginkan tetapi justru untuk memperalat mereka

Ujaran Saldarini dan penjelasan France menurut saya sangat penting dalam

memahami posisi komunitas Matius dalam konteks tidak ingin mengganti Yudaisme

dengan suatu agama baru Melalui kisah kelahiran Yesus komunitas Matius menegaskan

bahwa bentuk dominasi dalam kehidupan bersama tidak dapat diterima Mereka tidak

sedang bicara ortodoksi Agama Yahudi Agama Yahudi yang dalam hal ini hanya

menjadi locus bagi suatu kehidupan bersama atau menjadi arena perebutan pengaruh

Dengan ketiadaan tendensi membentuk locus baru maka komunitas Matius sebenarnya

tengah mencoba mempertahankan diri sebagai bagian dari kesatuan komunitas Yahudi

umunya Akan tetapi dengan suatu harapan bahwa hidup bersama itu dilakukan tidak

dalam penindasan

Penolakan paham tentang dominasi ini menurut saya muncul dalam suatu

pernyataan teologis di sepanjang ayat 10-12 Hal yang sangat menarik ialah upaya

persekongkolan untuk memperalat para majus agar dominasi dapat dilanggengkan justru

digagalkan oleh Tuhan melalui mimpi para majus dan penyataan malaikat kepada Yusuf

Dalam kepolosanya para majus terjebak pada permainan kekuasaan Herodes Agung

tetapi permainan itu tidak sampai selesai sebab Tuhan menggagalkannya di tengah jalan

Pada titik ini saya menduga redaktur Matius menegaskan bahwa Tuhan justru tidak

menghendaki model dominasi status quo yang menghalalkan praktek kekuasaan

manipulatif seperti yang dipraktekan kelompok status quo dalam diri Herodes Agung

51

Ada dua kata kunci dalam pertemuan rahasia ini yaitu ldquoSecara rahasia (λά θρᾳ )rdquo dan ldquomemastikan secara

tepat (ἠ κρί βωζεν)rdquo Pertemuan ini terpisah dan tertutup bersifat rahasia antara Herodes Agung dengan para

majus apa tujuan pertemuan ini Untuk memastikan dengan tepat apakah Yesus Mesias Dalam hal ini untuk

memastikan dampak dari status Yesus sebagai Mesias 52

Frnce The Gospel Kindle Version

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 4: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

iv

v

Kata Pengantar

Manakala kekuasaan dipegang oleh orang-orang bangsat selama periode itu sinisme

cenderung tumbuh dengan cepat - Bertrand Russell

Perkataan Russell yang penulis kutip pada titik tertentu mencapai kebenaran Teks

Matius yang penulis teliti melalui proses penafisran ternyata menunjukan kebenaran itu

Akan tetapi sinisme pada teks Matius tak hanya diam sebagai sebuah -isme namun bergerak

menjadi sebuah seruan yang mendorong hadirnya praxis dalam menentang kekuasaan yang

dipegang oleh orang-orang yang disebut Russell sebagai ldquopara bangsatrdquo Redaktur Matius

yang hidup dalam konteks tertentu dan dalam pergumulan yang khas mencoba mengatakan

sesuatu hal yang penting dari apa-apa yang ia dan komunitasnya alami

Gaya berpikir sinis yang muncul dalam teks Matius bukan suatu tindakan seseorang

atau kelompok orang kurang kerja Sinisme yang muncul tersebut tak datang begitu saja dari

ruang kosong Ada dorongan yang khas dari konteks yang membuat redaktur Matius memilih

sinisme sebagai caranya menanggapi kenyataan Dalam tulisan ini penulis mencoba

merekonstruksikan bagaimana sinisme itu coba diketengahkan oleh redaktur Matius dalam

teks Matius 21-18

Tulisan ini penulis ajukan bukan pertama-tama demi mencapai gelar sarjana teologi ndash

suatu upaya melanggengkan pragmatisme- seperti yang dituliskan dalam format administrasi

Universitas (nampak pada halaman cover tugas akhir ini) Akan tetapi tulisan ini penulis

ajukan sebagai realisasi kecintaan terhadap studi hermeneutik dan latihan diri Maka tentu

tulisan ini memuat banyak kelemahan sebab ia adalah langkah awal dari proses belajar

Atas rampungnya tugas akhir ini maka puji syukur tak terbilang penulis haturkan bagi

Tuhan Yang Maha Kuasa Sebab penulis sadar bila tanpa ijin-Nya tentu tulisan ini tak akan

pernah terselesaikan dan bahkan ada sekalipun Akan tetapi penulis juga sadar bahwa

pencapaian ini dapat terwujud juga berkat bantuan banyak pihak Untuk itu penulis ingin

menghaturkan rasa terima kasih dan hormat kepada seluruh pihak yang telah membantu dan

mendukung sehingga tugas akhir ini boleh terselesaikan Kepada Orang tua dan keluarga

yang rela menderita demi kebahagiaan yang sekarang penulis rasakan kepada merekalah rasa

terima kasih dan hormat terbesar penulis berikan Kemudian tak kurang juga ungkapan

terima kasih penulis sampaikan kepada Pdt Yusak Setyawan PhD yang ialah pembimbing

utama penulis dalam menyusun tugas akhir ini Penulis mengucapkan terima kasih atas

vi

dorongan Bapak yang membuat penulis bekerja keras dan sekaligus melakukan dua proses

tafsir yaitu menafsir keinginan Bapak sebagai pembimbing serta menafsir teks Matius 21-18

sebagai bahan penelitian penulis Ketiga penulis memberikan penghargaan kepada Ibu Ira D

Mangililo PhD dan Bapak Pdt Dr Eben Nuban Timo selaku reviewer tugas akhir ini

Terkhusus Ibu Ira Mangililo PhD penulis haturkan terima kasih yang sangat besar atas dua

poin kritik yang sangat substansial terhadap tugas akhir ini Kritik ibu tentang adanya gap

antara locus sosio-politik Komunitas Yahudi dan Komunitas Matius dengan tafsir terhadap

resistensi Komunitas Matius terhadap Kubu Status Quo Sinanoge dan Imperium Romanum

serta kencederungan penulis yang anakronistik melakukan simplifikasi terhadap konteks

Komunitas Matius dengan kondisi Indonesia dewasa ini sangat membantu penulis

membenahi tulisan ini Meski begitu dua kritik tersebut baru akan penulis akomodir lebih

jauh dalam pengembangan tulisan ini sebab secara jujur harus penulis kemukakan bahwa

waktu yang sempit dan energi yang tak lagi memadai membuat penulis tak dapat mengubah

tulisan ini secara signifikan Kepada kolega yang banyak membantu membentuk saya dalam

mengarahkan diri pada hasrat episteme ucapan terima kasih juga penulis berikan Kepada

kelompok diskusi Bona Fide Ladies Club mahasiswa kelas-kelas Filsafat kepada kalian

semua penulis ucapkan terima kasih atas ruang diskusi dan kesempatan untuk mengenal

berbagai pemikir-pemikir besar yang membantu penulis mengubah cara memandang

kehidupan ini Kepada mentor Filsafat penulis Bapak Gusti Menoh MHum penulis

mengucapkan terima kasih atas diskusi dan keterbukaan untuk mengajak penulis keluar dari

Goa sehingga penulis kembali memercayai Tuhan dan sekaligus sadar bahwa Filsafat

Hermeneutik a la Schleiermacher dan Dilthey termasuk positivisme Comte tak lagi pantas

untuk di- idola- kan oleh karena kelemahan epistemologi mereka juga karena kenyataan

jaman terus berkembang tak pernah stagnan serta lebih-lebih kesadaran untuk tak

memperlakukan ilmu apapun sebagai ideologi

Semoga tulisan ini dapat berguna bagi mereka yang membacanya Kritik dan saran

dari siapapun yang membaca tulisan ini sangat penulis harapkan guna perbaikan kualitas

penulisan Tuhan kiranya memberkati kita

Salatiga 18 Februari 2015

Albert Josua Putra Maliogha

vii

Daftar Isi

Cover

Lembar Pengesahan

Pernyataan Tidak Plagiat

Persetujuan Akses

Kata Pengantar

Daftar Isi

Abstrak

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

12 Rumusan Masalah amp Tujuan Penelitian

13 Metode amp Teknik Pengumpulan Data

14 Manfaat Penelitian

15 Sistematika Penulisan

2 Injil Matius dalam Konteks Sosi-politiknya

21 Anthiokhia

22 Komunitas Sinagoge di Anthiokhia

3 Memahami Kembali Matius 21-18

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan

terhadap dominasi status quo

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan

melawan dominasi status quo

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status

Quo menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

5 Penutup

51 Kesimpulan

Daftar Pustaka

i

ii

iii

iv

vi

vii

1

1

3

3

4

4

4

5

7

10

10

16

21

24

24

26

28

29

29

31

viii

Abstrak

Injil Matius merupakan bentuk counter narrative terhadap kekuasaan Imperium

Romanum dan Aristokrasi Sinagoge yang mempraktekan dominasi dalam pranata sosio-

politik sebagai tujuan kekuasaan Pax Romana yang universal ialah yang terbaik menurut

Imperium Romanum Teologi Sosial Millitary Messiah menjadi penuntun pemberontakan

orang Yahudi melawan si kafir Romawi Namun keduanya dituduh secara sinis oleh

redaktur Matius sebagai model kekuasaan politik yang haus dominasi manipulatif

menindas dan tak mencerminkan kehendak Allah itulah mengapa Herodes Agung

digambarkan ingin membunuh Mesias Untuk itu pranata sosio-politik Mesias Yang

Terselamatkan sebagai model yang visioner dan melawan arus utama diajukan sebagai

ganti dua model pertama yang sama-sama palsu dan rentan pelanggengan status quo

Prinsip normatif sebagaimana yang diajukan redaktur Matius dalam menyikapi

carut marut pranata sosio-politik dari awal abad pertama ternyata menembus jauh hingga

masa Indonesia pasca reformasi Sebagai negara yang baru lepas dari otokrasi dan

bergerak lambat dalam demokrasi Indonesia tengah terengah-engah mengatasi

cengkraman oligarki (dekadensi aristokrasi) yang bertopeng demokrasi Melalui

pengalaman komunitas Matius yang mengajukan pranata sosial Mesias Yang

Terselamatkan rupanya demokrasi di Indonesia yang hampir kehilangan daya dapat

diperkuat kembali sehingga mampu melawan oligark yang menguasai dua preferensi

politik utama di Indonesia fundamentalisme pasar dan fundamantalisme agama Pranata

Mesianik ini dapat menjadi basis moral religius bagi pembaca Matius di Indonesia sebab

prinsip mesianik inheren dalam prinsip demokrasi Pembaca Matius di Indonesia dapat

menengok dasar biblis untuk mewujudkan gerakan Demokrasi yaitu dari uncivil society

menjadi civil society yang dididam-idamkan

Kata-kata Kunci Herodes Agung Mesias Status Quo Demokrasi Oligarki

1

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

Kitab-kitab injil dalam tradisi kekristenan umumnya diterima sebagai sumber

primer serta terpercaya oleh orang Kristen guna memahami dan mengetahui ragam hal

tentang Yesus Kristus Meski demikian secara faktual injil-injil tersebut kerap kali

menunjukan beberapa jejak yang justru menghadirkan persoalan dalam upaya memahami

dan mengetahui perihal Sang Mesias Secara khusus sebagai contoh kisah seputar

kelahiran Yesus dalam kaitan dengan upaya pembunuhan diri-Nya oleh Herodes Agung

hanya ada pada injil Matius 21-18

Mengenai ketiadaan kisah pembunuhan bayi-bayi pada injil lain sebenarnya telah

mengundang berbagai tanggapan para ahli Misalnya saja pendapat Drewes yang

menyatakan bahwa merujuk teori 4 sumber maka kisah ini merupakan cerita yang berasal

dari Sumber M sehingga memang secara eksklusif hanya ada di Matius saja1 Stefan

Leeks pada satu bagian dalam bukunya menyatakan bahwa penulis injil Matius ingin

menyampaikan suatu pesan tertentu melalui kisah yang menghubungkan Raja Herodes

Agung dengan Yesus2 Sedangkan RT France secara meyakinkan menulis bahwa kisah

pembunuhan anak-anak ditambahkan oleh redaktur Matius sebagai bentuk folklore yang

umum dalam berbagai tradisi bahwa kelahiran seseorang yang hebat sudah selalu diikuti

oleh ancaman karena kecemburuan para penguasa3

Namun pendapat John Drane terhadap narasi Matius 21-18 ialah yang paling

signifikan tetapi sekaligus melahirkan problem serius Terkait historisitas Matius 216

Drane justru berpendapat bahwa tidak ada catatan sejarah dalam dokumen-dokumen lain

tentang cerita ini meskipun cerita ini bersesuaian dengan tabiat kejam Herodes Agung4

Artinya John Drane meyakini bahwa kisah ini tak faktual secara historis

Surip Stanislaus menegaskan bahwa kisah itu tak perlu dilihat dalam kerangka

historisnya sekalipun informasi-informasi dalam narasi tersebut telah coba diuji secara

1 Stefan Leeks Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007) 38

2 B F Drewes Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000) 32

3France membandingkan Matius 213-18 dengan cerita masa kanak-kanak Sargon Gilgamesh dan bahkan kisah

dua bersaudara pendiri Roma yaitu Romulus dan Remus sebagai bentuk folklore yang umum muncul dalam

masyarakat kala itu Lih R T France ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL

XXI No 2 (1979) 98 4 John Drane Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung Mulia 2005) 39

Perihal tabiat Herodes Agung ia adalah seorang raja sekaligus politisi yang licik hebat dalam pembangunan

dan kejam Herodes Agung ialah seorang paranoid yang selalu curiga terhadap siapapun yang dianggapnya

mengancam kedudukanya sebagai raja Hirkanus (mertuanya) Mariame (istrinya) dan Aleksander Aristobulus

dan Antipater (ketiga anaknya) dibunuh oleh Herodes Agung karena dicurigai ingin mengkudeta kedudukanya

Bnd Jona Lendering King Herod the Great Acient Warfare Magazine

2

saintifik5 Rekonstruksi yang melibatkan astronomi dalam menyelidiki Matius 2 hanya

berhasil sampai pada kesimpulan yang tak determinan berkaitan dengan historisitas

Matius 21-18 Pandangan semacam ini didukung kuat oleh ahli lainya Misalnya

menyebut bahwa penjelasan yang menyebut supernova Kepler komet Heley dan

hipotesis Konjugasi Planet-planet yang secara historis terjadi berdekatan dengan masa

kelahiran Yesus dan kematian Herodes Agung tetap saja kesemuanya itu tak memiliki

relasi logis langsung dengan kisah pembunuhan anak-anak di bawah usia dua tahun oleh

Herodes Agung6

Keraguan tentang aspek historis dari Matius 2 membuat pernyataan Leeks menjadi

kuat Anjuran Leeks untuk memperlakukan kisah ini sebagai ldquoyang mewakili suatu

keadaan sebenarnyardquo jauh lebih masuk akal daripada menerima narasi ini sebagai sebuah

laporan pandangan mata Sebab perbedaan mencolok kisah kelahiran Yesus dalam Matius

dan Lukas7 membuat logika internal dari ide bahwa kisah ini ialah laporan pandangan

mata menjadi tak konsisten sehingga secara epistemologis runtuh dengan sendirinya

Antonhy Saldarini menulis satu esai menarik tentang ciri khas Matius sebagai

sebuah kitab yang memperlihatkan banyak jejak konflik antara kelompok Kristen dengan

Yahudi Untuk itulah alasan mengapa Yesus berulang kali digambarkan berada dalam

posisi tegang yang vis-a-vis dengan para penguasa termasuk sejak kelahiran-Nya dalam

Matius 21-18 Bila saya mencoba menafsirkan kisah ini dalam kerangka konflik antar

kelompok maka persoalan historisitas seperti apakah benar secara faktual Herodes Agung

pernah menggerakan pasukanya untuk memburu bayi Yesus dan membantai anak-anak

tak berdosa tak lagi bermasalah Akan tetapi sebagai sebuah narasi tentang konflik antar

kelompok maka pola konflik itu menjadi menarik untuk dibahas Fenomena ini

merupakan gesekan antara Komunitas Matius dengan Penguasa Sinagoge yang oleh

Saldarini disebut sebagai upaya melawan Yudaisme demi sebuah ldquoYudaisme Barurdquo

melalui perjuangan dalam nama Yesus8

Selain teks ini bicara pada konteksnya tentu ia juga dapat berbicara lintas waktu

bagi pembaca di masa kini Dengan memperhatikan nuansa sosio-politik yang kuat pada

teks Matius 213-18 baik berkaitan dengan konteks dalam teks maupun konteks dari teks

5 Surip Stanislaus Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012) 72-74

6 Howard W Clarke The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the First Gospel

(Indiana Indiana University Press 2008) 18 7 Kesimpulan bahwa Kisah Kelahiran Yesus berdasarkan Injil Sinoptik ialah faktual secara induktif bermasalah

Kedua Injil itu membuat kisah kelahiran yang bertolak belakang (Matius 118-223 amp Lukas 21-7) yang mana

tentu tak dapat diterima prinsip logika Bnd Stanislaus Rahasia 29-30 8 Anthony Saldarini ldquoThe Gospel of Matthew and Jewish-Christian Conflictrdquo dalam David Balch (eds) Social

History of the Matthean Community Cross Disciplinary Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995) 42-

43

3

saya menduga bahwa gerakan pembaharuan dalam narasi Matius dapat menjadi sangat

aktual bagi pembacanya di Indonesia Konteks Indonesia yang tengah dalam transisi

negara otoritarian a la orde baru kepada negara demokratis pasca reformasi ternyata

masih diselubungi skandal oligarki9 sehingga sebuah gerakan pembahuruan seperti

dengungan Revolusi Mental Jokowian sebagai model normatif yang dikampanyekan

untuk mengubah mental bangsa muncul kuat Menurut hemat saya fenomena ini mungkin

dapat diteropong dari model perlawanan komunitas Matius pada sistem lama yang tak

berjalan semestinya seperti apa yang coba ditulis dalam Matius 21-18

12 Rumusan Masalah amp Tujuan Penelitian

Dua rumusan masalah coba diketengahkan yaitu Pertama bagaimana kisah

pembantaian anak di bawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung dalam

Matius 21-18 ditinjau dari konteks sosio-politiknya Kedua bagaimana benang merah

kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung

dalam Matius 21-18 dengan kehidupan pembacanya di Indonesia pasca reformasi

Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah Pertama menjelaskan bagaimana

kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung

dalam Matius 21-18 ditinjau dari konteks sosio-politiknya Kemudian kedua

menjelaskan bagaimana benang merah kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun

yang dilakukan oleh Herodes Agung dalam Matius 21-18 dengan kehidupan pembacanya

di Indonesia pasca reformasi

13 Metode amp Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Dalam penelitian ini saya akan menggunakan metode hermeneutik yang berfungsi

untuk menguak makna dari suatu teks10

Metode ini digunakan dengan memperhatikan

nuansa sosio-politik dari teks Melalui upaya ini penafsir diandaikan dapat

merekonstruksi teks Matius 21-18 sehingga paling tidak tenunan sosio-politiknya dapat

terurai kembali Sementara itu teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi

kepustakaan dan menafsirkan teks Matius 21-18 Baik hasil tafsir teks Matius 21-18 dan

sumber-sumber pustaka relevan inilah yang menjadi data-data yang kemudian saya

kelolah dan analisa Hasil pengelolahan dan analisa terhadap data tersebut diharapkan

mampu menjawab masalah yang diteliti

9 Lih Budi Hardiman Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta Kanisius

2014) 53

10

Yusak B Setyawan Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga Fakultas

Teologi UKSW 2010) 4

4

14 Manfaat Penelitian

Saya berharap tulisan pada akhirnya dapat digunakan guna pengembangan ilmu

teologi yang mencakup terhadap studi Hermeneutik Perjanjian Baru serta studi Agama

dan Politik bagi Fakultas Teologi UKSW secara khusus dan dunia teologi di Indonesia

pada umumnya Selain itu juga melalui studi terhadap Matius 21-18 saya berharap agar

penelitian ini dapat memberikan sumbangsih gagasan bagi paham tentang kondisi

normatif kehidupan sosio-politik orang Kristen di Indonesia dewasa ini

15 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam kajian ini akan saya tulis dalam lima bagian Pada

bagian pertama berisikan pendahuluan Bagian kedua dari tulisan ini akan memuat

informasi terkait konteks sosio-politik Injil Matius Selanjutnya pada bagian ketiga saya

akan memberikan pemaparan tentang pemahaman ulang terhadap teks Matius 21-18

Bagian keempat berisi mengenai refleksi terhadap teks Matius 21-18 yaitu aktualisasinya

bagi kehidupan pembaca Matius di Indonesia Terakhir bagian kelima akan memuat

penutup daripada tulisan ini

2 Injil Matius dalam Konteks Sosio-Politiknya

Banyak ahli menduga kuat bahwa injil Matius ditulis di Anthiokhia di wilayah

Siria Injil Matius menunjukan nuansa-nuansa yang mendukung pemahaman tersebut

seperti disebutkanya mata uang dirham (mata uang Siria) diperlunaknya hukum tahir

dan najis (bagi non Yahudi) serta ada nuasa ketegangan antara pimpinan Yahudi dengan

jemaat11

Dugaan ini diperkuat melalui fakta bahwa naskah injil Matius ditulis dalam

bahasa Yunani dengan menyertakan nuansa semitis pada berbagai ungkapan yang kualitas

bahasanya bukan terjemaham dari bahasa Ibrani ataupun bahasa Aram Dengan

memperhatikan penggunaan bahasa semacam itu patut diduga bahwa tujuan tulisan ini

untuk mereka yang menggunakan bahasa Yunani Lagipula penggunaan bahasa Yunani

berlaku luas terutama di kota-kota Romawi

Penulis dan waktu penulisan injil Matius dipercayai dilakukan oleh seseorang

dalam kurun waktu tahun 70-90 ZB Perkiraan waktu tersebut memberikan gambaran

penulisan Injil terjadi pasca penghancuran Bait Allah di Yerusalem pada tahun 70 ZB

Gambaran itu dipercayai oleh para ahli dinarasikan implisit dalam bagian teks Matius

227 Meski begitu dugaan yang didasarkan menurut teks Matius 227 itu sendiri belum

menyelesaikan variasi pendapat para ahli tentang kapan persisnya penulisan dilakukan

11

C Groenen Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006) 88-89

5

Hal yang sama juga terjadi pada upaya untuk melacak identitas asli dari penulis injil ini

Siapa persisnya yang menulis tak dapat diketahui secara pasti Ada yang menyebutnya

sebagai seorang pembina jemaat seorang Yahudi yang menjadi Kristen yang berani

mengecam orang Yahudi yang tak mau mengikut Yesus seorang pelarian dari

Yerusalem ataupun seorang dari generasi Kristen kedua yang misioner yang berbahasa

Yunani12

Tidak ada satupun dari pendapat tadi yang menegaskan secara pasti siapa yang

menjadi penulis injil Matius Akan tetapi pada saat yang sama bermacam pendapat itu

juga tidak meneguhkan pandangan Papias bahwa penulis injil ini ialah Matius salah satu

Rasul Yesus13

Melalui upaya rekonstruksi yang cermat para ahli juga mencoba merumuskan

tujuan penulisan injil Matius Sama seperti analisis sebelumnya tujuan penulisan didapat

melalui telaah terhadap karakteristik dari teks itu sendiri Salah satu hasil telaah itu

dikemukakan oleh De Heer Menurut De Heer injil ini ada demi tiga tujuan utama yaitu

(1) Maksud Apologetis menyatakan bahwa nubuatan di dalam Perjanjian Lama telah

terpenuhi dan sekaligus membela status Yesus sebagai Mesias (2) Maksud Katekesis

merujuk pada Grundmman bahwa injil ini bertujuan untuk menyampaian pokok-pokok

ajaran Kristen agar dimengerti dan demi mengajarkanya kepada orang lain Hal itu

nampak dari begitu banyak teladan Yesus yang dimuat oleh penulis injil (3) Maksud

Parenetis untuk menegur jemaat Matius di Siria yang yang hidup tidak harmonis (kasih

diantara mereka telah dingin)14

21 Anthiokhia

Para ahli menduga cukup kuat bahwa teks Matius ditulis di Anthiokhia Kota ini

ialah ketiga terbesar di kekaisaran Romawi yang berpopulasi lebih dari 500000 jiwa

terdiri dari orang Siria Yunani-Romawi juga minoritas Yahudi yang Pada tahun 300

SZB Anthiokhia didirikan oleh Seleukus I di dekat sungai Orontes (berada jauh dari laut

dan terlindungi benteng alami yaitu Gunung Silpius) untuk menghormati ayahnya

sekaligus menampung para veteran perang Makedonia serta berfungsi guna menguasai

12

Para ahli umumnya bersepakat bahwa sangat sulit mempercayai Rasul Matius yang menulis injil ini Alasan-

alasan yang dikemukakan seperti Jika benar Matius yang menulis maka ia tentu saksi mata lalu mengapa

seorang saksi mata perlu merujuk kepada teks Markus yang penulisnya bukan saksi mata Juga bahasa yang

Matius gunakan ialah Bahasa Aram bukan Bahasa Yunani padahal injil ini ditulis dalam bahasa Yunani Lih

Drewes Satu Injil 176 Bnd Drane Memahami 219 Rudolf Schnackenburg The Gospel of Matthew (Wm B

Eerdmans Publishing Co Michigan 2007) 6-7 13

Pandangan bahwa Matius sang Rasul sebagai penulis Injil Matius baru muncul belakangan pada abad II

setelah injil Matius ditulis Ialah Papias seorang penulis dari Hireapolis yang menyatakan hal ini Lih Jakob

van Bruggen Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh penulis-penulis sezaman

(Jakarta Gunung Mulia 2004) 63-65 14

J De Heer Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia) 6-7

6

jalur-jalur darat yang menghubungkan Asia Kecil Mesir tak ketinggalan Eufrat15

Dewi

Tikhe (Fortuna Keberuntungan) dipercaya menguasai nasib semua kerajaan Helenis

menguasai kesuburan tanah dan menguasai keamanan kota atas banjir serta gempa

dijadikan dewi kota oleh penduduk di sana Anthiokhia ialah pusat intelektual yang besar

serta menjadi pusat perjalanan dan perdagangan yang sangat makmur serta merupakan

ibu kota Provinsi Romawi gabungan Suriah dan Kilikia sehingga pada jaman Romawi

mendapat perlindungan langsung dari Kaisar16

Seorang Gubernur Romawi menjadi perwakilan Kaisar memerintah atas

Anthiokhia Ia bertugas menegakan hukum dan memelihara ketertiban umum masyarakat

Namun ketertiban umum yang diupayakan berlangsung di Antiokhia berada dalam

bayang-bayang (1) tatanan masyarakat hirarkis17

dan (2) demografi penduduk yang

beragam budaya18

Dua hal ini sebenarnya membawa ancaman persoalan sosial bagi

Gubernur Romawi di Antokhia Pertama potensi ancaman terletak pada pola piramida

kekuasaan politik terpusat pada golongan elit yang jumlahnya lebih sedikit dibanding

masyarakat kebanyakan yang berada di luar golongan itu Golongan elit itu menguasai

sendi-sendi ekonomi hukum dan mengatur kesejaterahaan yang akibatnya sendi-sendi

itu (terutama politik) diatur menurut kepentingan mereka19

Dalam hal ini tercipta suatu

tatanan sosial dalam bentuk kelas sosial yang tidak adil golongan elit dan golongan

nonelit Persoalanya ialah kondisi sosial ini melahirkan rasa saling benci antara kedua

kelas sosial itu Kedua sebagai kota yang mempertemukan beragam identitas dan etnis

Anthiokhia menyimpan potensi gesekan sosial manakala terjadi pertemuan dua atau lebih

entitas yang saling bertolak belakang Ner Dah mengutip Streeter menyebut kondisi itu

sebagai ldquoAntagonisme Etnisrdquo yang mana kota itu diliputi ancaman kejahatan dan konflik

akibat percampuran orang-orang dari latar belakang etnis berbeda20

Akan tetapi meski menyimpan potensi konflik rupaya gubernur romawi mampu

mengatasi gesekan sosial tersebut Piramid kekuasaan itu menempatkan ia berada pada

puncak kelas sosial sedangkan dasar terendah ada pada golongan kecil termasuk budak

15

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013) 43 Bnd John Staumbaugh dan David

Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung Mulia 2008) 179 16

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial180 Bnd David J Bosch Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi

misi yang mengubah dan berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006) 67 Robert Coote dan Mary Coote Kuasa

Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004) 164 17

Warren Carter Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York Orbis Book

2000) 20 18

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial183 19

Carter Matthew amp The Margins 18 20

Streeter The Four Gospel dalam Ner Dah Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of

Myanmar PhD diss 2009 Menurut hemat saya apa yang dikemukakan Streeter tidak berlebihan sebab

masalah sosial itu kemudian termanifestasi dalam gerakan pembasmian orang Yahudi di Diaspora

7

Kekuasaan itu membuka peluang baginya untuk mendapatkan ldquodukunganrdquo dari golongan

di bawahnya demi tujuan yang ingin ia capai Cara gubernur romawi mengatasi

kerusuhan yang terjadi dikemudian hari khususnya berkaitan dengan isu sektarian di

Anthiokhia menunjukan betapa ldquotangan besirdquo romawi efektif meminimalisir konflik

terbuka21

Bersama para pejabat romawi dan anggota senat gubernur selain memimpin

legiun juga mendapat dukungan dari para imam di kuil para pegawai kekaisaraan

pengumpul pajak dll dalam relasi patron-klien22

Kenyataan itu menunjukan hubungan

transaksional yang sarat kepentingan politik sudah merupakan hal lumrah terjadi di

golongan masyarakat atas di Antiokhia Pola relasi yang sangat rapuh karena didasarkan

pada loyalitas semu yang dapat dibeli oleh kekuasaan

22 Komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Orang Yahudi yang telah tinggal di Anthiokhia sama tuanya dengan kota tersebut

hidup dalam situasi sosial masyarakat hirarkis Menurut Warren Carter argumen para ahli

menunjukan dimensi-dimensi penting yang menunjukan kelas sosial orang Yahudi di kota

ini seperti (1) pendapat Kingsbury bahwa bahasa Yunani yang digunakan penulis Matius

mengindikasikan masyarakat ini ialah komunitas urban (2) penggunaan kata Kota

dilakukan 26 kali dibandingkan Desa (3) jemaat Matius diasumsikan tidak asing dengan

kekayaan hal itu ditunjukan oleh misalnya letak perbandingan identitas Yusuf orang

Arimatea yang pada Markus dan Lukas ia dikenal sebagai anggota dewan tinggi namun

pada Matius ia disebut sebagai Si Orang Kaya (4) penggunaan sebutan emas perak dan

talenta dilakukan sebanyak 26 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan Markus yang

hanya sekali menyebut perak dan Lukas hanya empat kali lebih banyak dari Markus23

Argumen-argumen itu menguatkan dugaan bahwa komunitas Matius terdiri dari mereka

yang hidup kaya artinya ada jejak dari mereka berada pada golongan elit Akan tetapi

sebagai ganti keengganan Carter untuk secara deterministik menentukan kedudukan

orang Yahudi itu ia memberi anjuran yang secara probabilistik menempatkan orang

Yahudi ada di kedua kelas sosial (Cross section) sebab selain karakteristik teks

menunjukan nuansa orang terdidik (golongan elit) teks ini juga bernafaskan tindakan

untuk menjangkau orang-orang yang dimarjinalkan24

21

Upaya untuk merayakan Perbedaan Kultur dan Toleransi pernah dilakukan di Anthiokhia Lih Trudy Ring amp

Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London WIPIDE 1995) 40 22

Carter Matthew amp The Margins 19 23

Carter Matthew amp The Margins 25 24

Carter Matthew amp The Margins 26

8

Dugaan Carter tentang Cross section itu dapat diperkuat melalui laporan Josephus

bahwa orang Yahudi yang tinggal di Anthiokhia hidup tentram dan secara ekonomi cukup

kaya25

Menurut Staumbaugh dan Balch kunjungan Herodes Agung beberapa kali ke

Anthiokhia diduga kuat yang memicu naiknya gengsi pengaruh dan kedudukan orang

Yahudi di sana26

Laporan betapa kayanya orang Yahudi di Anthiokhia nampaknya bukan

hisapan jempol belaka Sebab berdasarkan catatan Josephus orang Yahudi di Anthiokhia

mampu mengirimkan persembahan yang mahal ke Yerusalem27

Tidak hanya itu pada

masa pemerintahan Klaudius tatkala Yudea dilanda kelaparan bantuan dari Anthiokhia

datang untuk menanggulangi bencana tersebut28

Lalu bagaimana dapat diandaikan bahwa selain jejak keberadaan orang Yahudi

dalam lingkaran elit terdapat pula informasi yang menunjukan bahwa ada orang Yahudi

hidup dalam kelas non elit Hal itu dapat dijelaskan melalui identifikasi pekerjaan

mereka Orang Yaudi nonelit di Antiokhia ada yang hidup bekerja sebagai tukang dan

budak yang mana secara kasat mata sudah cukup menunjukan bahwa mereka ialah

golongan kecil yang dimarjinalkan29

Mereka ialah kelompok yang hidup bekerja demi

memenuhi kesejaterahaan hidup para elit

Kondisi kehidupan yang baik dalam aspek sosial ekonomi religius bahkan akses

politik terhadap kekuasaan memang dinikmati oleh sebagian orang Yahudi di Anthiokhia

untuk kurun waktu yang cukup lama Sisanya meski dipinggirkan namun cukup untuk

melanjutkan kehidupan dengan bekerja bagi para elit Kehidupan yang tentram dan

mapan di Anthiokhia bahkan telah dinikmati orang Yahudi sejak jaman Hasmonean yang

dipicu oleh banyaknya orang baru yang hidup menyatu dengan penduduk tertarik masuk

ke dalam komunitas sinagoge30

Selain bahwa pengaruh Hasmonean yang mendahului

kunjungan Herodes Agung yang berdampak signifikan itu perilaku sosio-politik orang

Yahudi yang menunjukan loyalitas membuat mereka mendapatkan perlindungan31

Akan tetapi keadaan berbalik dan semakin memburuk bagi mereka sejak tahun 40

ZB Mulai saat itu hubungan sosio-politik antara orang Yahudi dengan orang Antiokhia

25

Josephus Jewish War 713 Bnd Walker In Steps 44 26

Nama besar Herodes Agung yang dikenal sebagai sekutu dekat Kaisar Agustus dan juga sebagai The Great

Builder lewat pembangunan luar biasa misalnya Bait Allah berbagai benteng hebat termasuk Masada kota-

kota Helenis seperti Sebaste dan Kaisera yang terkenal dengan pelabuhannya tersiar ke luar Yudea bahkan

sampai Anthiokhia Hal itu menempatkan Herodes Agung sebagai orang yang cukup penting sehingga tidak

heran apabila kunjungan tersebut membawa keuntungan bagi kedudukan sosio-politik orang Yahudi di

Anthiokhia Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial Bnd F F Bruce New Testament History (London

Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969) 27

Josephus Jewish War 745 28

Walker In Steps 47 29

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 181 30

Justin Taylor Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012) 156 31

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial49-51

9

berada dibawah ketegangan hebat Permusuhan yang timbul bahkan tidak bisa menahan

mereka untuk berhadapan dalam konflik terbuka yang berdarah-darah Sejak terjadi

pogrom32

dan dekrit Kaisar Kaligula yang memuat perintah penempatan patung dirinya di

Bait Allah di Yerusalem bentrok pecah di Antiokhia33

Pembunuhan terhadap orang

Yahudi di Anthiokhia terjadi dan sinagoge-sinagoge mereka dibakar Mulai saat itu

sentimen anti semit kian meninggi dan tak berhenti hingga kira-kira tahun 48 ZB Puncak

konflik terjadi tatkala pemberontakan Yudea melawan Romawi terjadi hingga tahun 70

ZB

Konflik di Yudea turut menyeret keterlibatan Anthiokhia karena kota itu menjadi

basis dukungan pasukan militer yang dikirim untuk menumpas pemberontakan di

Yudea34

Ketegangan perang itu merembes sampai ke Anthiokhia terutama bagi orang

Yahudi di sana Ikut terseretnya Antiokhia dalam tensi perang Yudea membuat beberapa

orang Yahudi di sana tidak mampu menahan diri Beberapa anggota dari penguasa

Yahudi merencanakan perlawanan Komunitas Yahudi di Anthiokhia dituduh

merencanakan membakar kota Akibatnya Gubernur Romawi menyerang mereka dan

mencabut hak-hak istimewa orang Yahudi

Penaklukan Yudea membawa dampak tidak saja pada memburuknya hubungan

sosial antara orang Yahudi dengan orang Anthiokhia dan sekaligus melemahkan pengaruh

32

Sebab terjadinya Pogrom diduga karena muncul kecemburuan sosial terhadap orang Yahudi yang melalui lobi

politik mendapat hak istimewa yang mana telah berlangsung sejak jaman Koresh lalu terus menguat ketika

Romawi menjadi sekutu keluarga Hasmonean Orang yahudi dibenci oleh orang Yunani-Romawi sebab mereka

dapat mengakses fasilitas dan hidup layak sama seperti orang Yunani-Romawi tanpa perlu melakukan

kewajiban yang sama Ditambah dengan kecenderungan Kaisar-kaisar Romawi yang meski berganti-ganti tetap

saja membela orang yahudi membuat kebencian orang yunani semakin menjadi-jadi Hak istimewa itu meliputi

diperbolehkan melaksanakan hukum Sabat tidak melakukan kegiataan keagamaan kekaisaraan boleh

membayar pajak kepada Bait Allah di Yerusalem dan bahkan mendapatkan otonomi terbatas untuk menegakan

hukum (politeuma) Yudaisme di Sinagoge Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 50-51

33 Bentrokan ini terjadi jelas dalam dua aspek yang berkaitan yaitu Sosio-politik dan Sosio-religius

Kecemburuan sosial nyata dalam pogrom dan resistensi keagamaan nampak dalam perlawanan dekrit Kaligula

yang sangat ldquomenyakitirdquo hati orang Yahudi Menurut saya motivasi perlawanan terhadap pogrom yang jelas

muncul sebagai reaksi mempertahankan ldquopemberian Romawirdquo sebagai keberhasilan lobi politik tentu berbeda

dengan perlawanan terhadap dekrit Kaligula Identitas keagamaan Yudaisme bukan ldquopemberian Romawirdquo

Namun resistensi itu juga bukan hanya soal ortodoksi Ia merupakan peneguhan kemerdekaan politik secara

religius yang saya kategorikan sebagai Hak Milik Mengapa hak milik kemerdekaan politik secara religius

sangat penting Sebab orang Yahudi begitu percaya bahwa YHWH tidak mengijinkan mereka dipimpin oleh

orang Kafir Penjajahan atas mereka hanyalah teguran YHWH karena mereka lalai menjalankan hukum Tuhan

Dalam pada itu kemerdekaan religius berkaitan erat dengan dinantikanya ldquoHari YHWHrdquo atau datangnya Mesias

untuk membebaskan mereka dari teguran Ortodoksi bukan tujuan pada dirinya sebab jika mereka tidak mampu

menjaga kemerdekaan religius maka sama saja melepaskan peluang hidup bebas untuk kembali mendirikan

kedigdayaan kerajaan Daud Gagasan untuk menjaga ortodoksi sebagai implikasi teguran YHWH itu sangat

ditekankan oleh golongan Parisi yang ternyata ialah pemimpin sinagoge Anthiokhia Bnd Jeffrey J Butz The

Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the Just to the founding fathers(Inner

TraditionBear amp Co 2009) 281 F F Bruce History Alan Richardson Political Christ (Philadelpia

Westminster Press 1973) 34

Walker In steps 44

10

mereka secara politik tetapi juga memberikan pengaruh kepada tatanan beragama dalam

komunitas mereka sendiri Melalui kejatuhan dengan demikian berakhir juga otoritas Bait

Allah di Yerusalem Pasca penghancuran yang dilakukan oleh Titus pada 70 ZB membuat

kekuasaan dalam urusan keagamaan komunitas Yahudi di diaspora menjadi wewenang

sektoral di masing-masing Sinagoge

Perlu dicatat bahwa pergeseran otoritas keagamaan ke sinagoge sesungguhnya

secara terbatas membuat mereka tetap memiliki kekuasaanya sendiri meskipun pada

masyarakat kota Anthiokhia mereka tidak lagi menikmati keleluasaan Atas otoritas itu

perselisihan dengan orang Yunani-Romawi di Anthiokhia terus berlanjut namun lebih

banyak terjadi di dalam sinagoge Perselisihan tersebut nampak ketika orang-orang

Yunani mulai masuk ke dalam komunitas Terjadi perdebatan apakah mereka harus

menjalankan hukum Yahudi terutama sunat dan makanan halal atau tidak Akan tetapi hal

terpenting dari pergeseran itu bukan terletak pada bagaimana orang Yahudi mulai

menerapkan standar tegas terhadap hukum mereka namun terletak pada apa motif dari

kekuasaan itu mereka pergunakan Merujuk pada Groenen ia menegaskan bahwa akibat

dari bergesernya otoritas keagamaan tersebut membawa dampak yang tidak

menyenangkan bagi orang Kristen di Antiokhia yaitu penindasan oleh Sinagoge terhadap

mereka35

3 Memahami Kembali Matius 21-18

Melalui bantuan pendekatan hermeneutik yang secara khusus menyoroti teks

dalam kerangka sosio-politiknya maka narasi Matius 21-18 memberikan sekurang-

kurangnya tiga pemahaman teologis yang memperluas horizon berpikir pembacanya

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan terhadap

dominasi status quo

Gelar Mesias yang redaktur Matius tempelkan pada mulut Herodes di ayat ke-4

menjadi kata kunci yang menunjukan posisi komunitas Matius yang berbeda dengan

kelompok status quo Yahudi Teks secara eksplisit menunjukan bahwa Para Majus

sebagai tokoh yang muncul pertama menyinggung perihal kelahiran Yesus (ayat 1-3)

justeru tak sekalipun menyebut gelar Sang Bayi sebagai Mesias (ayat 2) Sebutan dalam

ayat 2 yang para Majus berikan ialah ldquoRaja Orang Yahudi itu ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν

Ἰ οσδαί ωνrdquo (βαζιλεὺ ς menjadi penanda identitas khusus bayi Yesus)36

Istilah Mesias

35

Groenen Pengantar 90 36

Kalimat dalam ayat ini lengkapnya λέ γονηεςmiddot ποῦ ἐ ζηιν ὁ ηετθεὶ ς βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων εἴ δομεν

γὰ ρ αὐ ηοῦ ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ἐ ν ηῇ ἀ ναηολῇ καὶ ἤ λθομεν προζκσνῆ ζαι αὐ ηῷ LAI nampaknya keliru

11

sendiri baru kemudian muncul manakala Herodes menanyakan perihal kelahiran Yesus

kepada pemuka agama Yahudi (ayat 4)

Pemilihan gelar ὁ βαζιλεὺ ς yang ditempelkan ke mulut Para Majus oleh

redaktur Matius ialah jelas berbeda dengan ὁ τριζηὸ ς yang ditempelkan ke mulut

Herodes Agung meskipun merujuk pada subjek yang sama yaitu Yesus Terma ὁ

βαζιλεὺ ς ialah istilah Yunani bagi Raja tetapi tak memiliki nuansa berarti dalam

kosmologi Yudaisme Berkebalikan dari itu ὁ τριζηὸ ς37

justru memiliki makna spesifik

dan sarat nuansa dalam Yudaisme Ada hal penting yang coba disampaikan oleh redaktur

Matius dari distingsi ini

Yosephus memberikan catatan yang sangat berharga perihal gelar ldquoraja orang

Yahudi (ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων)rdquo Menurutnya gelar raja orang Yahudi ialah tanda

yang diberikan oleh Senat Romawi kepada Herodes Agung ketika mereka

mengangkatnya sebagai raja pada tahun 40 SZB38

Craig Evans menafsirkan bahwa

tindakan para majus menyebut Yesus sebagai raja orang yahudi (ayat 2) ialah tindakan

sewajarnya sebab mereka hanya ingin menanyakan perihal suksesi Herodes Agung39

Akan tetapi persoalan yang serius ialah narasi ini sulit dipercayai sungguh-sungguh

faktual secara historis40

Dengan memperhatikan distingsi antara gelar raja orang yahudi

dengan gelar mesias yang muncul dalam tokoh-tokoh pada teks maka saya justeru

melihat kencederungan lain Redaktur Matius secara sengaja ingin menunjukan bahwa

Herodes Agung bersama para Pemuka Agama Yahudi yang berhasil merumuskan perihal

identitas Yesus secara tepat sebagai Mesias merupakan personifikasi status quo Yahudi

Tidak hanya menjadikan Herodes Agung dan Pemuka Agama Yahudi sebagai

personifikasi kelompok status quo melalui narasi ini penulis Matius sekaligus

menyerang mereka

Gelar raja orang Yahudi seharusnya milik Herodes Agung tetapi dengan

munculnya gelar itu disebut oleh para majus maka hal ini menurut saya jelas merupakan

sebuah sinisme Hal tersebut saya argumentasikan sebab penulis Matius menempatkan

Herodes Agung dalam posisi yang sangat ironis Berdasarkan tafsir Evans maka Herodes

lah yang jelas-jelas bergelar raja orang Yahudi sehingga seharusnya ia dapat langsung

memberikan klarifikasi kepada para majus perihal suksesinya Tetapi yang nampak ialah

menerjemahkan λέ γονηεςmiddot dengan ldquobertanya-tanyardquo Kata yang sesuai dengan bahasa Yunani λέ γονηεςmiddot ialah

ldquoberkata (to speak) Maka sebenarnya para majus lebih cenderung mendeklarasikan kelahiran Raja Yahudi 37

Dalam terjemahan Ibraninya yaitu Mesias (Massiah dari bentuk Massah) keduanya berarti Yang Diurapi 38

Yosephus Jewish War 1282 39

Craig Evans Matthew (New York Cambridge University Press 2012) 53 40

R T France menegaskan bahwa tak ada laporan sekunder di luar injil yang dapat mengkonfirmasikan

historisitas kunjungan itu Lih R T France The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing

Co 2012) Kindle Version

12

justru Herodes Agung seperti seorang bodoh yang tak menyadari bahwa dia sendiri yang

adalah raja orang Yahudi itu Herodes Agung digambarkan seperti tak punya petunjuk

apakah benar ada pengganti dirinya yang baru saja lahir

Warren Carter mengajukan pendapat bahwa respon Herodes Agung yang begitu

saja rela mencarikan informasi lebih jauh bagi para majus (ayat 1-6) perlu dilihat dalam

kerangka pikir bahwa para majus ialah astrolog yang biasa diminta menjelaskan arti

kemunculan tanda alam (seperti bintang) dan relasinya dengan kekuasaan41

Pandangan

Carter itu bersesuaian dengan Craig Keneer yang secara eksplisit berani mengatakan

bahwa para majus ialah astrolog kerajaan Persia yang memiliki peran politik sangat

penting42

Ada tafsiran yang menyebut para majus ialah raja-raja yang bangsa kafir

sehingga dimengerti sebagai jalan soteriologi untuk menjangkau bangsa-bangsa di luar

Yahudi Namun tanda bahwa mereka melihat bintang ialah petunjuk lebih jelas mengenai

tujuan disebutkannya tokoh ini oleh redaktur Matius

Persoalanya apakah bintang raja orang Yahudi itu (ayat 2) ialah bintang per se

Anggapan tersebut dipersoalkan oleh Howard Clarke dengan mengatakan bahwa jika

benar bintang tersebut muncul lalu tidak masuk akal jika Herodes Agung tak

melihatnya43

Umumnya para pakar memandang bahwa bintang (ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ayat 2)

dikutip redaktur Matius dari Bilangan 2417 dan menautkan kisah penglihatan Bileam

tentang bintang Daud pada kisah kelahiran Yesus Hal ini menunjukan indikasi bahwa

terjadi pemenuhan dari apa yang dikisahkan dalam perjanjian lama

Namun hal yang saya catat ialah redaktur Matius sedang dalam perjuangan

mendapatkan pengaruh melawan pihak yang merasa secara yuridis berwenang atas

penetapan ajaran Yudaisme Pemenuhan kisah perjanjian lama dalam rentang waktu

ketika komunitas Matius hidup baru dapat dikonfirmasikan bukan oleh sekte ini tetapi

oleh otoritas Yahudi di Sinagoge yang notabene lawan mereka44

Maka dari itu saya

mengira bahwa redaktur Matius ingin menelanjangi posisi penguasa Sinagoge yang tak

benar-benar paham tradisi Yudaisme melalui upaya menegaskan status Yesus sebagai

Mesias45

41

Warren Carter Matthew and the Margins74 42

Craig S Keener A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2013) 100 43

Clarke The Gospel of Matthew 18 44

Pasca penghancuran Bait Allah ketika terjadi penumpasan pemberontakan Yerusalem otoritas Yudaisme

berpindah ke masing-masing Sinagoge Akan tetapi Saldarini menunjukan bahwa Komunitas Matius tidak

menerima otoritas itu bahkan menganggap bahwa model di masing-masing Sinagoge perlu diatur ulang Lih

Saldarini The Gospel 52 45

Masa pasca Bait Allah (Post Temple) ialah masa dimana para Rabi Yahudi di Sinagoge-sinagoge mulai

menafsir ulang Yudaisme agar sesuai dengan kondisi kehidupan mereka Dalam paham itu saya menduga bahwa

Redaktur Matius sedang berupaya sekuat tenaga melawan tafsir baru para Rabi (mungkin sekali dari Golonga

13

Dengan menautkan tradisi Yudaisme tentang kisah bintang Daud seperti yang

para ahli katakan dan dengan menempelkan gelar raja orang yahudi pada mulut para

majus maka apa yang saya sebut sebagai sinisme menjadi lebih jelas Redaktur Matius

menempatkan para majus yang ialah personifikasi komunitas Matius sebagai pihak di

luar status quo Sinagoge yang justru lebih ketat dan peka terhadap tradisi Yudaisme

dalam hal melihat pentingnya kehadiran Yesus yang sudah terjadi di dunia46

Perihal kelahiran Mesias ke bumi apabila merujuk pada teks rupanya bukanlah

suatu kabar gembira bagi kelompok status quo Pemilihan kata ἐ ηαρά τθη47

yang

muncul di ayat ke-3 oleh redaktur memberikan kesan kuat bahwa Yesus yang sudah lahir

ialah sebuah masalah bagi kelompok status quo Anggapan bahwa Yesus menimbulkan

masalah oleh kelompok status quo dipertegas melalui keengganan mereka untuk

mengakui bahwa Mesias telah lahir Redaktur Matius menggunakan kata γεννᾶ ηαι48

yang menunjukan kelompok status quo tak setuju dengan klaim kelompok Matius

tentang ke-mesias-an Yesus

Ketidaksetujuan itu juga nampak dari disebutkannya Bethlehem (ayat 1) sebagai

tempat kelahiran Yesus dan Yerusalem (ayat 3) sebagai tempat yang menolak kelahiran

Yesus Seisi Yerusalem menanggapi kabar bahwa Yesus Sang Mesias sudah hadir di

dunia sebagai masalah Yerusalem ialah pusat kekuasan atau dalam hal ini menjadi

lambang sistem kekuasaan status quo yang mana enggan mengakui bahwa Yesus benar

Mesias Melalui pengecekan tradisi Yudaisme dalam diri Herodes Agung dan para

pemuka agama Yahudi (4-6) redaktur Matius sekaligus menyerang mereka sebagai

pemegang otoritas keagamaan yang tidak paham mengenai tradisi Yudaisme itu sendiri

Pharisi) untuk menjadi pegangan bersama Komunitas Yahudi di Anthiokhia Tradisi tentang Midrash membantu

membentuk pemahaman ini Lih Brian M Nolan The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in

the Setting of the Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979) 52-58 Bnd Robert M Prince New

Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm diakses 8 November 2014 46

γεννηθέ νηος ialah kata kerja aoris geniitif pasif yang tak hanya menunjukan penegasan tetapi juga sekaligus

menujukan tindakan yang sudah pernah terjadi Artinya penegasan bahwa Raja orang Yahudi sudah pernah

dilahirkan Kata ini juga menjadi penegasan tentang status kemesiasan Yesus 47

Kata ἐ ηαρά τθη dari bentuk kata ηαρά ζζω kurang tepat jika diterjemahkan dengan ldquoterkejutrdquo Kata itu

berarti meresahkan mengacaukan menganggu atau menakutkan Terjemahan King James Version (KJV)

ldquotroubled (menyusahkan)rdquo menurut saya jauh lebih memadai dibandingkan terjemahan dalam TB-LAI Untuk

keperluan tulisan ini maka saya menggunakan kata ldquomengganggurdquo sebagai ganti kata ldquoterkejutrdquo 48

Kata γεννᾶ ηαι (kata kerja present indikatif pasif untuk orang ketiga tunggal dari bentuk γεννά ω) berarti

ldquosedang dilahirkanrdquo Dalam narasi Matius pasal 2 kata ini berbeda kasusnya dengan kata yang sama di ayat 1

Kata ini menunjukan pemahaman bahwa kegiatan Mesianik masa terus berlangsung Berbeda dengan kelompok

Matius yang percaya nubuatan mesianik sudah terjadi dalam diri Yesus kelompok Yahudi status quo

menunjukan bahwa mesias bukan seperti yang dipikirkan kelompok matius Saya menduga ini adalah jejak

tentang model kubu status quo mendukung teologi Millitary Mesiah sebab disekitar tahun 70-132 ZB model

Millitary Mesiah muncul kuat sebagai gerakan pemberontakan

14

Dengan menempatkan berturut-turut gelar mesias di mulut Herodes Agung

kontras antara Bethlehem dengan Yerusalem penyelidikan dan afirmasi perihal kelahiran

Mesias dari tradisi Yudaisme di mulut para pemuka agama Yahudi maka hal ini jelas

menunjukan apa yang saya sebut di atas sebagai ironi Upaya ini menunjukan bahwa

redaktur Matius menganggap kelompok status quo di Sinagoge tak lagi memiliki

legitimasi Hal tersebut didasarkan pada ironi kelompok status quo yang tidak benar-

benar memahami isi ajaran Yudaisme manakala mereka tak mengakui Yesus sebagai

Mesias padahal mereka ialah pemimpin agama

Perseteruan antara kelompok Matius dengan kelompok status quo tentang

pengakuan Yesus sebagai Mesias sebenarnya merupakan masalah yang sentral Bagi

kelompok status quo mengakui Yesus sebagai Mesias ialah sama dengan memberi

pengakuan akan kehadiran kelompok Yahudi yang menyimpang (Deviant Jews)49

Sedangkan pengkuan akan kelompok yang menyimpang ialah sama dengan membuka

celah bagi perubahan yang radikal dalam diri komunitas Yahudi Artinya memberikan

ruang secara sosio-politik bagi komunitas Matius untuk hidup ialah pilihan yang

membunuh kelompok status quo Maka tentu konsekuensi logisnya ialah dominasi atas

Yudaisme harus terus dilakukan

Persoalan semakin rumit sebab komunitas Matius tidak merasa dirinya ialah

bagian luar dari kelompok Yahudi Mereka tetap yakin jika dirinya merupakan bagian

dari kelompok itu Dalam kesadaran semacam ini mereka berpretensi melakukan

perubahan atas praktek lama yang tak benar Anthony Saldarini menegaskan apabila

komunitas Matius tidak sedang mencoba menciptakan sebuah masyarakat Agama Baru

tetapi tengah berupaya medelegitimasi kelompok status quo dengan membongkar

praktek Yudaisme mereka yang keliru50

Kekeliruan kelompok status quo sebenarnya bukan semata berkaitan dengan

persoalan perbedaan pandangan antara mereka dengan komunitas Matius mengenai

status Yesus sebagai Mesias Akan tetapi juga terletak pada persengkongkolan kelompok

status quo untuk menghancurkan komunitas Matius Sebab secara sosio-politik kehadiran

komunitas Matius ibarat duri dalam daging Maka daripada duri itu terus melukai diri

sendiri lebih baik segera disingkirkan Jejak ini muncul kuat disepanjang ayat 4 dan 7

pada narasi Tindakan Herodes Agung melakukan pertemuan terpisah dengan pemuka

49

Perihal telaah tentang Deviant Jews lihat Kai Ericson Wayward Puritans A Study in the Sociology of

Deviance (New York Wiley 1966) 3-5 50

Saldarini The Gospel 46-47

15

yahudi dan lalu melaksanakan pertemuan rahasia51

dengan para majus ialah bentuk

persengkongkolan demi dominasi status quo Poin yang redaktur Matius angkat ialah

pendekatan kelompok status quo identik dengan sikap penguasa yang manipulatif dan

menindas

Para majus setelah ayat 7 digambarkan sebagai pihak yang awalnya mengikuti

gerak manipulasi kekuasaan ala kelompok status quo dalam diri Herodes Agung Sang

raja yang seolah memberikan ruang pada para majus dan mendengarkan pendapat

mereka sebenarnya hanya tindakan manipulasi untuk menggali informasi guna

menghancurkan Yesus dan para majus sendiri Richard T France menyebut peran para

majus dalam ayat 7-9 sebagai alat spionase sang raja52

Artinya tujuan Herodes Agung

bertemu dengan para majus bukan pertama-tama demi mendengarkan apa yang para

majus itu inginkan tetapi justru untuk memperalat mereka

Ujaran Saldarini dan penjelasan France menurut saya sangat penting dalam

memahami posisi komunitas Matius dalam konteks tidak ingin mengganti Yudaisme

dengan suatu agama baru Melalui kisah kelahiran Yesus komunitas Matius menegaskan

bahwa bentuk dominasi dalam kehidupan bersama tidak dapat diterima Mereka tidak

sedang bicara ortodoksi Agama Yahudi Agama Yahudi yang dalam hal ini hanya

menjadi locus bagi suatu kehidupan bersama atau menjadi arena perebutan pengaruh

Dengan ketiadaan tendensi membentuk locus baru maka komunitas Matius sebenarnya

tengah mencoba mempertahankan diri sebagai bagian dari kesatuan komunitas Yahudi

umunya Akan tetapi dengan suatu harapan bahwa hidup bersama itu dilakukan tidak

dalam penindasan

Penolakan paham tentang dominasi ini menurut saya muncul dalam suatu

pernyataan teologis di sepanjang ayat 10-12 Hal yang sangat menarik ialah upaya

persekongkolan untuk memperalat para majus agar dominasi dapat dilanggengkan justru

digagalkan oleh Tuhan melalui mimpi para majus dan penyataan malaikat kepada Yusuf

Dalam kepolosanya para majus terjebak pada permainan kekuasaan Herodes Agung

tetapi permainan itu tidak sampai selesai sebab Tuhan menggagalkannya di tengah jalan

Pada titik ini saya menduga redaktur Matius menegaskan bahwa Tuhan justru tidak

menghendaki model dominasi status quo yang menghalalkan praktek kekuasaan

manipulatif seperti yang dipraktekan kelompok status quo dalam diri Herodes Agung

51

Ada dua kata kunci dalam pertemuan rahasia ini yaitu ldquoSecara rahasia (λά θρᾳ )rdquo dan ldquomemastikan secara

tepat (ἠ κρί βωζεν)rdquo Pertemuan ini terpisah dan tertutup bersifat rahasia antara Herodes Agung dengan para

majus apa tujuan pertemuan ini Untuk memastikan dengan tepat apakah Yesus Mesias Dalam hal ini untuk

memastikan dampak dari status Yesus sebagai Mesias 52

Frnce The Gospel Kindle Version

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 5: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

v

Kata Pengantar

Manakala kekuasaan dipegang oleh orang-orang bangsat selama periode itu sinisme

cenderung tumbuh dengan cepat - Bertrand Russell

Perkataan Russell yang penulis kutip pada titik tertentu mencapai kebenaran Teks

Matius yang penulis teliti melalui proses penafisran ternyata menunjukan kebenaran itu

Akan tetapi sinisme pada teks Matius tak hanya diam sebagai sebuah -isme namun bergerak

menjadi sebuah seruan yang mendorong hadirnya praxis dalam menentang kekuasaan yang

dipegang oleh orang-orang yang disebut Russell sebagai ldquopara bangsatrdquo Redaktur Matius

yang hidup dalam konteks tertentu dan dalam pergumulan yang khas mencoba mengatakan

sesuatu hal yang penting dari apa-apa yang ia dan komunitasnya alami

Gaya berpikir sinis yang muncul dalam teks Matius bukan suatu tindakan seseorang

atau kelompok orang kurang kerja Sinisme yang muncul tersebut tak datang begitu saja dari

ruang kosong Ada dorongan yang khas dari konteks yang membuat redaktur Matius memilih

sinisme sebagai caranya menanggapi kenyataan Dalam tulisan ini penulis mencoba

merekonstruksikan bagaimana sinisme itu coba diketengahkan oleh redaktur Matius dalam

teks Matius 21-18

Tulisan ini penulis ajukan bukan pertama-tama demi mencapai gelar sarjana teologi ndash

suatu upaya melanggengkan pragmatisme- seperti yang dituliskan dalam format administrasi

Universitas (nampak pada halaman cover tugas akhir ini) Akan tetapi tulisan ini penulis

ajukan sebagai realisasi kecintaan terhadap studi hermeneutik dan latihan diri Maka tentu

tulisan ini memuat banyak kelemahan sebab ia adalah langkah awal dari proses belajar

Atas rampungnya tugas akhir ini maka puji syukur tak terbilang penulis haturkan bagi

Tuhan Yang Maha Kuasa Sebab penulis sadar bila tanpa ijin-Nya tentu tulisan ini tak akan

pernah terselesaikan dan bahkan ada sekalipun Akan tetapi penulis juga sadar bahwa

pencapaian ini dapat terwujud juga berkat bantuan banyak pihak Untuk itu penulis ingin

menghaturkan rasa terima kasih dan hormat kepada seluruh pihak yang telah membantu dan

mendukung sehingga tugas akhir ini boleh terselesaikan Kepada Orang tua dan keluarga

yang rela menderita demi kebahagiaan yang sekarang penulis rasakan kepada merekalah rasa

terima kasih dan hormat terbesar penulis berikan Kemudian tak kurang juga ungkapan

terima kasih penulis sampaikan kepada Pdt Yusak Setyawan PhD yang ialah pembimbing

utama penulis dalam menyusun tugas akhir ini Penulis mengucapkan terima kasih atas

vi

dorongan Bapak yang membuat penulis bekerja keras dan sekaligus melakukan dua proses

tafsir yaitu menafsir keinginan Bapak sebagai pembimbing serta menafsir teks Matius 21-18

sebagai bahan penelitian penulis Ketiga penulis memberikan penghargaan kepada Ibu Ira D

Mangililo PhD dan Bapak Pdt Dr Eben Nuban Timo selaku reviewer tugas akhir ini

Terkhusus Ibu Ira Mangililo PhD penulis haturkan terima kasih yang sangat besar atas dua

poin kritik yang sangat substansial terhadap tugas akhir ini Kritik ibu tentang adanya gap

antara locus sosio-politik Komunitas Yahudi dan Komunitas Matius dengan tafsir terhadap

resistensi Komunitas Matius terhadap Kubu Status Quo Sinanoge dan Imperium Romanum

serta kencederungan penulis yang anakronistik melakukan simplifikasi terhadap konteks

Komunitas Matius dengan kondisi Indonesia dewasa ini sangat membantu penulis

membenahi tulisan ini Meski begitu dua kritik tersebut baru akan penulis akomodir lebih

jauh dalam pengembangan tulisan ini sebab secara jujur harus penulis kemukakan bahwa

waktu yang sempit dan energi yang tak lagi memadai membuat penulis tak dapat mengubah

tulisan ini secara signifikan Kepada kolega yang banyak membantu membentuk saya dalam

mengarahkan diri pada hasrat episteme ucapan terima kasih juga penulis berikan Kepada

kelompok diskusi Bona Fide Ladies Club mahasiswa kelas-kelas Filsafat kepada kalian

semua penulis ucapkan terima kasih atas ruang diskusi dan kesempatan untuk mengenal

berbagai pemikir-pemikir besar yang membantu penulis mengubah cara memandang

kehidupan ini Kepada mentor Filsafat penulis Bapak Gusti Menoh MHum penulis

mengucapkan terima kasih atas diskusi dan keterbukaan untuk mengajak penulis keluar dari

Goa sehingga penulis kembali memercayai Tuhan dan sekaligus sadar bahwa Filsafat

Hermeneutik a la Schleiermacher dan Dilthey termasuk positivisme Comte tak lagi pantas

untuk di- idola- kan oleh karena kelemahan epistemologi mereka juga karena kenyataan

jaman terus berkembang tak pernah stagnan serta lebih-lebih kesadaran untuk tak

memperlakukan ilmu apapun sebagai ideologi

Semoga tulisan ini dapat berguna bagi mereka yang membacanya Kritik dan saran

dari siapapun yang membaca tulisan ini sangat penulis harapkan guna perbaikan kualitas

penulisan Tuhan kiranya memberkati kita

Salatiga 18 Februari 2015

Albert Josua Putra Maliogha

vii

Daftar Isi

Cover

Lembar Pengesahan

Pernyataan Tidak Plagiat

Persetujuan Akses

Kata Pengantar

Daftar Isi

Abstrak

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

12 Rumusan Masalah amp Tujuan Penelitian

13 Metode amp Teknik Pengumpulan Data

14 Manfaat Penelitian

15 Sistematika Penulisan

2 Injil Matius dalam Konteks Sosi-politiknya

21 Anthiokhia

22 Komunitas Sinagoge di Anthiokhia

3 Memahami Kembali Matius 21-18

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan

terhadap dominasi status quo

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan

melawan dominasi status quo

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status

Quo menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

5 Penutup

51 Kesimpulan

Daftar Pustaka

i

ii

iii

iv

vi

vii

1

1

3

3

4

4

4

5

7

10

10

16

21

24

24

26

28

29

29

31

viii

Abstrak

Injil Matius merupakan bentuk counter narrative terhadap kekuasaan Imperium

Romanum dan Aristokrasi Sinagoge yang mempraktekan dominasi dalam pranata sosio-

politik sebagai tujuan kekuasaan Pax Romana yang universal ialah yang terbaik menurut

Imperium Romanum Teologi Sosial Millitary Messiah menjadi penuntun pemberontakan

orang Yahudi melawan si kafir Romawi Namun keduanya dituduh secara sinis oleh

redaktur Matius sebagai model kekuasaan politik yang haus dominasi manipulatif

menindas dan tak mencerminkan kehendak Allah itulah mengapa Herodes Agung

digambarkan ingin membunuh Mesias Untuk itu pranata sosio-politik Mesias Yang

Terselamatkan sebagai model yang visioner dan melawan arus utama diajukan sebagai

ganti dua model pertama yang sama-sama palsu dan rentan pelanggengan status quo

Prinsip normatif sebagaimana yang diajukan redaktur Matius dalam menyikapi

carut marut pranata sosio-politik dari awal abad pertama ternyata menembus jauh hingga

masa Indonesia pasca reformasi Sebagai negara yang baru lepas dari otokrasi dan

bergerak lambat dalam demokrasi Indonesia tengah terengah-engah mengatasi

cengkraman oligarki (dekadensi aristokrasi) yang bertopeng demokrasi Melalui

pengalaman komunitas Matius yang mengajukan pranata sosial Mesias Yang

Terselamatkan rupanya demokrasi di Indonesia yang hampir kehilangan daya dapat

diperkuat kembali sehingga mampu melawan oligark yang menguasai dua preferensi

politik utama di Indonesia fundamentalisme pasar dan fundamantalisme agama Pranata

Mesianik ini dapat menjadi basis moral religius bagi pembaca Matius di Indonesia sebab

prinsip mesianik inheren dalam prinsip demokrasi Pembaca Matius di Indonesia dapat

menengok dasar biblis untuk mewujudkan gerakan Demokrasi yaitu dari uncivil society

menjadi civil society yang dididam-idamkan

Kata-kata Kunci Herodes Agung Mesias Status Quo Demokrasi Oligarki

1

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

Kitab-kitab injil dalam tradisi kekristenan umumnya diterima sebagai sumber

primer serta terpercaya oleh orang Kristen guna memahami dan mengetahui ragam hal

tentang Yesus Kristus Meski demikian secara faktual injil-injil tersebut kerap kali

menunjukan beberapa jejak yang justru menghadirkan persoalan dalam upaya memahami

dan mengetahui perihal Sang Mesias Secara khusus sebagai contoh kisah seputar

kelahiran Yesus dalam kaitan dengan upaya pembunuhan diri-Nya oleh Herodes Agung

hanya ada pada injil Matius 21-18

Mengenai ketiadaan kisah pembunuhan bayi-bayi pada injil lain sebenarnya telah

mengundang berbagai tanggapan para ahli Misalnya saja pendapat Drewes yang

menyatakan bahwa merujuk teori 4 sumber maka kisah ini merupakan cerita yang berasal

dari Sumber M sehingga memang secara eksklusif hanya ada di Matius saja1 Stefan

Leeks pada satu bagian dalam bukunya menyatakan bahwa penulis injil Matius ingin

menyampaikan suatu pesan tertentu melalui kisah yang menghubungkan Raja Herodes

Agung dengan Yesus2 Sedangkan RT France secara meyakinkan menulis bahwa kisah

pembunuhan anak-anak ditambahkan oleh redaktur Matius sebagai bentuk folklore yang

umum dalam berbagai tradisi bahwa kelahiran seseorang yang hebat sudah selalu diikuti

oleh ancaman karena kecemburuan para penguasa3

Namun pendapat John Drane terhadap narasi Matius 21-18 ialah yang paling

signifikan tetapi sekaligus melahirkan problem serius Terkait historisitas Matius 216

Drane justru berpendapat bahwa tidak ada catatan sejarah dalam dokumen-dokumen lain

tentang cerita ini meskipun cerita ini bersesuaian dengan tabiat kejam Herodes Agung4

Artinya John Drane meyakini bahwa kisah ini tak faktual secara historis

Surip Stanislaus menegaskan bahwa kisah itu tak perlu dilihat dalam kerangka

historisnya sekalipun informasi-informasi dalam narasi tersebut telah coba diuji secara

1 Stefan Leeks Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007) 38

2 B F Drewes Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000) 32

3France membandingkan Matius 213-18 dengan cerita masa kanak-kanak Sargon Gilgamesh dan bahkan kisah

dua bersaudara pendiri Roma yaitu Romulus dan Remus sebagai bentuk folklore yang umum muncul dalam

masyarakat kala itu Lih R T France ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL

XXI No 2 (1979) 98 4 John Drane Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung Mulia 2005) 39

Perihal tabiat Herodes Agung ia adalah seorang raja sekaligus politisi yang licik hebat dalam pembangunan

dan kejam Herodes Agung ialah seorang paranoid yang selalu curiga terhadap siapapun yang dianggapnya

mengancam kedudukanya sebagai raja Hirkanus (mertuanya) Mariame (istrinya) dan Aleksander Aristobulus

dan Antipater (ketiga anaknya) dibunuh oleh Herodes Agung karena dicurigai ingin mengkudeta kedudukanya

Bnd Jona Lendering King Herod the Great Acient Warfare Magazine

2

saintifik5 Rekonstruksi yang melibatkan astronomi dalam menyelidiki Matius 2 hanya

berhasil sampai pada kesimpulan yang tak determinan berkaitan dengan historisitas

Matius 21-18 Pandangan semacam ini didukung kuat oleh ahli lainya Misalnya

menyebut bahwa penjelasan yang menyebut supernova Kepler komet Heley dan

hipotesis Konjugasi Planet-planet yang secara historis terjadi berdekatan dengan masa

kelahiran Yesus dan kematian Herodes Agung tetap saja kesemuanya itu tak memiliki

relasi logis langsung dengan kisah pembunuhan anak-anak di bawah usia dua tahun oleh

Herodes Agung6

Keraguan tentang aspek historis dari Matius 2 membuat pernyataan Leeks menjadi

kuat Anjuran Leeks untuk memperlakukan kisah ini sebagai ldquoyang mewakili suatu

keadaan sebenarnyardquo jauh lebih masuk akal daripada menerima narasi ini sebagai sebuah

laporan pandangan mata Sebab perbedaan mencolok kisah kelahiran Yesus dalam Matius

dan Lukas7 membuat logika internal dari ide bahwa kisah ini ialah laporan pandangan

mata menjadi tak konsisten sehingga secara epistemologis runtuh dengan sendirinya

Antonhy Saldarini menulis satu esai menarik tentang ciri khas Matius sebagai

sebuah kitab yang memperlihatkan banyak jejak konflik antara kelompok Kristen dengan

Yahudi Untuk itulah alasan mengapa Yesus berulang kali digambarkan berada dalam

posisi tegang yang vis-a-vis dengan para penguasa termasuk sejak kelahiran-Nya dalam

Matius 21-18 Bila saya mencoba menafsirkan kisah ini dalam kerangka konflik antar

kelompok maka persoalan historisitas seperti apakah benar secara faktual Herodes Agung

pernah menggerakan pasukanya untuk memburu bayi Yesus dan membantai anak-anak

tak berdosa tak lagi bermasalah Akan tetapi sebagai sebuah narasi tentang konflik antar

kelompok maka pola konflik itu menjadi menarik untuk dibahas Fenomena ini

merupakan gesekan antara Komunitas Matius dengan Penguasa Sinagoge yang oleh

Saldarini disebut sebagai upaya melawan Yudaisme demi sebuah ldquoYudaisme Barurdquo

melalui perjuangan dalam nama Yesus8

Selain teks ini bicara pada konteksnya tentu ia juga dapat berbicara lintas waktu

bagi pembaca di masa kini Dengan memperhatikan nuansa sosio-politik yang kuat pada

teks Matius 213-18 baik berkaitan dengan konteks dalam teks maupun konteks dari teks

5 Surip Stanislaus Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012) 72-74

6 Howard W Clarke The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the First Gospel

(Indiana Indiana University Press 2008) 18 7 Kesimpulan bahwa Kisah Kelahiran Yesus berdasarkan Injil Sinoptik ialah faktual secara induktif bermasalah

Kedua Injil itu membuat kisah kelahiran yang bertolak belakang (Matius 118-223 amp Lukas 21-7) yang mana

tentu tak dapat diterima prinsip logika Bnd Stanislaus Rahasia 29-30 8 Anthony Saldarini ldquoThe Gospel of Matthew and Jewish-Christian Conflictrdquo dalam David Balch (eds) Social

History of the Matthean Community Cross Disciplinary Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995) 42-

43

3

saya menduga bahwa gerakan pembaharuan dalam narasi Matius dapat menjadi sangat

aktual bagi pembacanya di Indonesia Konteks Indonesia yang tengah dalam transisi

negara otoritarian a la orde baru kepada negara demokratis pasca reformasi ternyata

masih diselubungi skandal oligarki9 sehingga sebuah gerakan pembahuruan seperti

dengungan Revolusi Mental Jokowian sebagai model normatif yang dikampanyekan

untuk mengubah mental bangsa muncul kuat Menurut hemat saya fenomena ini mungkin

dapat diteropong dari model perlawanan komunitas Matius pada sistem lama yang tak

berjalan semestinya seperti apa yang coba ditulis dalam Matius 21-18

12 Rumusan Masalah amp Tujuan Penelitian

Dua rumusan masalah coba diketengahkan yaitu Pertama bagaimana kisah

pembantaian anak di bawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung dalam

Matius 21-18 ditinjau dari konteks sosio-politiknya Kedua bagaimana benang merah

kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung

dalam Matius 21-18 dengan kehidupan pembacanya di Indonesia pasca reformasi

Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah Pertama menjelaskan bagaimana

kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung

dalam Matius 21-18 ditinjau dari konteks sosio-politiknya Kemudian kedua

menjelaskan bagaimana benang merah kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun

yang dilakukan oleh Herodes Agung dalam Matius 21-18 dengan kehidupan pembacanya

di Indonesia pasca reformasi

13 Metode amp Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Dalam penelitian ini saya akan menggunakan metode hermeneutik yang berfungsi

untuk menguak makna dari suatu teks10

Metode ini digunakan dengan memperhatikan

nuansa sosio-politik dari teks Melalui upaya ini penafsir diandaikan dapat

merekonstruksi teks Matius 21-18 sehingga paling tidak tenunan sosio-politiknya dapat

terurai kembali Sementara itu teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi

kepustakaan dan menafsirkan teks Matius 21-18 Baik hasil tafsir teks Matius 21-18 dan

sumber-sumber pustaka relevan inilah yang menjadi data-data yang kemudian saya

kelolah dan analisa Hasil pengelolahan dan analisa terhadap data tersebut diharapkan

mampu menjawab masalah yang diteliti

9 Lih Budi Hardiman Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta Kanisius

2014) 53

10

Yusak B Setyawan Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga Fakultas

Teologi UKSW 2010) 4

4

14 Manfaat Penelitian

Saya berharap tulisan pada akhirnya dapat digunakan guna pengembangan ilmu

teologi yang mencakup terhadap studi Hermeneutik Perjanjian Baru serta studi Agama

dan Politik bagi Fakultas Teologi UKSW secara khusus dan dunia teologi di Indonesia

pada umumnya Selain itu juga melalui studi terhadap Matius 21-18 saya berharap agar

penelitian ini dapat memberikan sumbangsih gagasan bagi paham tentang kondisi

normatif kehidupan sosio-politik orang Kristen di Indonesia dewasa ini

15 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam kajian ini akan saya tulis dalam lima bagian Pada

bagian pertama berisikan pendahuluan Bagian kedua dari tulisan ini akan memuat

informasi terkait konteks sosio-politik Injil Matius Selanjutnya pada bagian ketiga saya

akan memberikan pemaparan tentang pemahaman ulang terhadap teks Matius 21-18

Bagian keempat berisi mengenai refleksi terhadap teks Matius 21-18 yaitu aktualisasinya

bagi kehidupan pembaca Matius di Indonesia Terakhir bagian kelima akan memuat

penutup daripada tulisan ini

2 Injil Matius dalam Konteks Sosio-Politiknya

Banyak ahli menduga kuat bahwa injil Matius ditulis di Anthiokhia di wilayah

Siria Injil Matius menunjukan nuansa-nuansa yang mendukung pemahaman tersebut

seperti disebutkanya mata uang dirham (mata uang Siria) diperlunaknya hukum tahir

dan najis (bagi non Yahudi) serta ada nuasa ketegangan antara pimpinan Yahudi dengan

jemaat11

Dugaan ini diperkuat melalui fakta bahwa naskah injil Matius ditulis dalam

bahasa Yunani dengan menyertakan nuansa semitis pada berbagai ungkapan yang kualitas

bahasanya bukan terjemaham dari bahasa Ibrani ataupun bahasa Aram Dengan

memperhatikan penggunaan bahasa semacam itu patut diduga bahwa tujuan tulisan ini

untuk mereka yang menggunakan bahasa Yunani Lagipula penggunaan bahasa Yunani

berlaku luas terutama di kota-kota Romawi

Penulis dan waktu penulisan injil Matius dipercayai dilakukan oleh seseorang

dalam kurun waktu tahun 70-90 ZB Perkiraan waktu tersebut memberikan gambaran

penulisan Injil terjadi pasca penghancuran Bait Allah di Yerusalem pada tahun 70 ZB

Gambaran itu dipercayai oleh para ahli dinarasikan implisit dalam bagian teks Matius

227 Meski begitu dugaan yang didasarkan menurut teks Matius 227 itu sendiri belum

menyelesaikan variasi pendapat para ahli tentang kapan persisnya penulisan dilakukan

11

C Groenen Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006) 88-89

5

Hal yang sama juga terjadi pada upaya untuk melacak identitas asli dari penulis injil ini

Siapa persisnya yang menulis tak dapat diketahui secara pasti Ada yang menyebutnya

sebagai seorang pembina jemaat seorang Yahudi yang menjadi Kristen yang berani

mengecam orang Yahudi yang tak mau mengikut Yesus seorang pelarian dari

Yerusalem ataupun seorang dari generasi Kristen kedua yang misioner yang berbahasa

Yunani12

Tidak ada satupun dari pendapat tadi yang menegaskan secara pasti siapa yang

menjadi penulis injil Matius Akan tetapi pada saat yang sama bermacam pendapat itu

juga tidak meneguhkan pandangan Papias bahwa penulis injil ini ialah Matius salah satu

Rasul Yesus13

Melalui upaya rekonstruksi yang cermat para ahli juga mencoba merumuskan

tujuan penulisan injil Matius Sama seperti analisis sebelumnya tujuan penulisan didapat

melalui telaah terhadap karakteristik dari teks itu sendiri Salah satu hasil telaah itu

dikemukakan oleh De Heer Menurut De Heer injil ini ada demi tiga tujuan utama yaitu

(1) Maksud Apologetis menyatakan bahwa nubuatan di dalam Perjanjian Lama telah

terpenuhi dan sekaligus membela status Yesus sebagai Mesias (2) Maksud Katekesis

merujuk pada Grundmman bahwa injil ini bertujuan untuk menyampaian pokok-pokok

ajaran Kristen agar dimengerti dan demi mengajarkanya kepada orang lain Hal itu

nampak dari begitu banyak teladan Yesus yang dimuat oleh penulis injil (3) Maksud

Parenetis untuk menegur jemaat Matius di Siria yang yang hidup tidak harmonis (kasih

diantara mereka telah dingin)14

21 Anthiokhia

Para ahli menduga cukup kuat bahwa teks Matius ditulis di Anthiokhia Kota ini

ialah ketiga terbesar di kekaisaran Romawi yang berpopulasi lebih dari 500000 jiwa

terdiri dari orang Siria Yunani-Romawi juga minoritas Yahudi yang Pada tahun 300

SZB Anthiokhia didirikan oleh Seleukus I di dekat sungai Orontes (berada jauh dari laut

dan terlindungi benteng alami yaitu Gunung Silpius) untuk menghormati ayahnya

sekaligus menampung para veteran perang Makedonia serta berfungsi guna menguasai

12

Para ahli umumnya bersepakat bahwa sangat sulit mempercayai Rasul Matius yang menulis injil ini Alasan-

alasan yang dikemukakan seperti Jika benar Matius yang menulis maka ia tentu saksi mata lalu mengapa

seorang saksi mata perlu merujuk kepada teks Markus yang penulisnya bukan saksi mata Juga bahasa yang

Matius gunakan ialah Bahasa Aram bukan Bahasa Yunani padahal injil ini ditulis dalam bahasa Yunani Lih

Drewes Satu Injil 176 Bnd Drane Memahami 219 Rudolf Schnackenburg The Gospel of Matthew (Wm B

Eerdmans Publishing Co Michigan 2007) 6-7 13

Pandangan bahwa Matius sang Rasul sebagai penulis Injil Matius baru muncul belakangan pada abad II

setelah injil Matius ditulis Ialah Papias seorang penulis dari Hireapolis yang menyatakan hal ini Lih Jakob

van Bruggen Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh penulis-penulis sezaman

(Jakarta Gunung Mulia 2004) 63-65 14

J De Heer Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia) 6-7

6

jalur-jalur darat yang menghubungkan Asia Kecil Mesir tak ketinggalan Eufrat15

Dewi

Tikhe (Fortuna Keberuntungan) dipercaya menguasai nasib semua kerajaan Helenis

menguasai kesuburan tanah dan menguasai keamanan kota atas banjir serta gempa

dijadikan dewi kota oleh penduduk di sana Anthiokhia ialah pusat intelektual yang besar

serta menjadi pusat perjalanan dan perdagangan yang sangat makmur serta merupakan

ibu kota Provinsi Romawi gabungan Suriah dan Kilikia sehingga pada jaman Romawi

mendapat perlindungan langsung dari Kaisar16

Seorang Gubernur Romawi menjadi perwakilan Kaisar memerintah atas

Anthiokhia Ia bertugas menegakan hukum dan memelihara ketertiban umum masyarakat

Namun ketertiban umum yang diupayakan berlangsung di Antiokhia berada dalam

bayang-bayang (1) tatanan masyarakat hirarkis17

dan (2) demografi penduduk yang

beragam budaya18

Dua hal ini sebenarnya membawa ancaman persoalan sosial bagi

Gubernur Romawi di Antokhia Pertama potensi ancaman terletak pada pola piramida

kekuasaan politik terpusat pada golongan elit yang jumlahnya lebih sedikit dibanding

masyarakat kebanyakan yang berada di luar golongan itu Golongan elit itu menguasai

sendi-sendi ekonomi hukum dan mengatur kesejaterahaan yang akibatnya sendi-sendi

itu (terutama politik) diatur menurut kepentingan mereka19

Dalam hal ini tercipta suatu

tatanan sosial dalam bentuk kelas sosial yang tidak adil golongan elit dan golongan

nonelit Persoalanya ialah kondisi sosial ini melahirkan rasa saling benci antara kedua

kelas sosial itu Kedua sebagai kota yang mempertemukan beragam identitas dan etnis

Anthiokhia menyimpan potensi gesekan sosial manakala terjadi pertemuan dua atau lebih

entitas yang saling bertolak belakang Ner Dah mengutip Streeter menyebut kondisi itu

sebagai ldquoAntagonisme Etnisrdquo yang mana kota itu diliputi ancaman kejahatan dan konflik

akibat percampuran orang-orang dari latar belakang etnis berbeda20

Akan tetapi meski menyimpan potensi konflik rupaya gubernur romawi mampu

mengatasi gesekan sosial tersebut Piramid kekuasaan itu menempatkan ia berada pada

puncak kelas sosial sedangkan dasar terendah ada pada golongan kecil termasuk budak

15

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013) 43 Bnd John Staumbaugh dan David

Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung Mulia 2008) 179 16

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial180 Bnd David J Bosch Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi

misi yang mengubah dan berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006) 67 Robert Coote dan Mary Coote Kuasa

Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004) 164 17

Warren Carter Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York Orbis Book

2000) 20 18

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial183 19

Carter Matthew amp The Margins 18 20

Streeter The Four Gospel dalam Ner Dah Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of

Myanmar PhD diss 2009 Menurut hemat saya apa yang dikemukakan Streeter tidak berlebihan sebab

masalah sosial itu kemudian termanifestasi dalam gerakan pembasmian orang Yahudi di Diaspora

7

Kekuasaan itu membuka peluang baginya untuk mendapatkan ldquodukunganrdquo dari golongan

di bawahnya demi tujuan yang ingin ia capai Cara gubernur romawi mengatasi

kerusuhan yang terjadi dikemudian hari khususnya berkaitan dengan isu sektarian di

Anthiokhia menunjukan betapa ldquotangan besirdquo romawi efektif meminimalisir konflik

terbuka21

Bersama para pejabat romawi dan anggota senat gubernur selain memimpin

legiun juga mendapat dukungan dari para imam di kuil para pegawai kekaisaraan

pengumpul pajak dll dalam relasi patron-klien22

Kenyataan itu menunjukan hubungan

transaksional yang sarat kepentingan politik sudah merupakan hal lumrah terjadi di

golongan masyarakat atas di Antiokhia Pola relasi yang sangat rapuh karena didasarkan

pada loyalitas semu yang dapat dibeli oleh kekuasaan

22 Komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Orang Yahudi yang telah tinggal di Anthiokhia sama tuanya dengan kota tersebut

hidup dalam situasi sosial masyarakat hirarkis Menurut Warren Carter argumen para ahli

menunjukan dimensi-dimensi penting yang menunjukan kelas sosial orang Yahudi di kota

ini seperti (1) pendapat Kingsbury bahwa bahasa Yunani yang digunakan penulis Matius

mengindikasikan masyarakat ini ialah komunitas urban (2) penggunaan kata Kota

dilakukan 26 kali dibandingkan Desa (3) jemaat Matius diasumsikan tidak asing dengan

kekayaan hal itu ditunjukan oleh misalnya letak perbandingan identitas Yusuf orang

Arimatea yang pada Markus dan Lukas ia dikenal sebagai anggota dewan tinggi namun

pada Matius ia disebut sebagai Si Orang Kaya (4) penggunaan sebutan emas perak dan

talenta dilakukan sebanyak 26 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan Markus yang

hanya sekali menyebut perak dan Lukas hanya empat kali lebih banyak dari Markus23

Argumen-argumen itu menguatkan dugaan bahwa komunitas Matius terdiri dari mereka

yang hidup kaya artinya ada jejak dari mereka berada pada golongan elit Akan tetapi

sebagai ganti keengganan Carter untuk secara deterministik menentukan kedudukan

orang Yahudi itu ia memberi anjuran yang secara probabilistik menempatkan orang

Yahudi ada di kedua kelas sosial (Cross section) sebab selain karakteristik teks

menunjukan nuansa orang terdidik (golongan elit) teks ini juga bernafaskan tindakan

untuk menjangkau orang-orang yang dimarjinalkan24

21

Upaya untuk merayakan Perbedaan Kultur dan Toleransi pernah dilakukan di Anthiokhia Lih Trudy Ring amp

Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London WIPIDE 1995) 40 22

Carter Matthew amp The Margins 19 23

Carter Matthew amp The Margins 25 24

Carter Matthew amp The Margins 26

8

Dugaan Carter tentang Cross section itu dapat diperkuat melalui laporan Josephus

bahwa orang Yahudi yang tinggal di Anthiokhia hidup tentram dan secara ekonomi cukup

kaya25

Menurut Staumbaugh dan Balch kunjungan Herodes Agung beberapa kali ke

Anthiokhia diduga kuat yang memicu naiknya gengsi pengaruh dan kedudukan orang

Yahudi di sana26

Laporan betapa kayanya orang Yahudi di Anthiokhia nampaknya bukan

hisapan jempol belaka Sebab berdasarkan catatan Josephus orang Yahudi di Anthiokhia

mampu mengirimkan persembahan yang mahal ke Yerusalem27

Tidak hanya itu pada

masa pemerintahan Klaudius tatkala Yudea dilanda kelaparan bantuan dari Anthiokhia

datang untuk menanggulangi bencana tersebut28

Lalu bagaimana dapat diandaikan bahwa selain jejak keberadaan orang Yahudi

dalam lingkaran elit terdapat pula informasi yang menunjukan bahwa ada orang Yahudi

hidup dalam kelas non elit Hal itu dapat dijelaskan melalui identifikasi pekerjaan

mereka Orang Yaudi nonelit di Antiokhia ada yang hidup bekerja sebagai tukang dan

budak yang mana secara kasat mata sudah cukup menunjukan bahwa mereka ialah

golongan kecil yang dimarjinalkan29

Mereka ialah kelompok yang hidup bekerja demi

memenuhi kesejaterahaan hidup para elit

Kondisi kehidupan yang baik dalam aspek sosial ekonomi religius bahkan akses

politik terhadap kekuasaan memang dinikmati oleh sebagian orang Yahudi di Anthiokhia

untuk kurun waktu yang cukup lama Sisanya meski dipinggirkan namun cukup untuk

melanjutkan kehidupan dengan bekerja bagi para elit Kehidupan yang tentram dan

mapan di Anthiokhia bahkan telah dinikmati orang Yahudi sejak jaman Hasmonean yang

dipicu oleh banyaknya orang baru yang hidup menyatu dengan penduduk tertarik masuk

ke dalam komunitas sinagoge30

Selain bahwa pengaruh Hasmonean yang mendahului

kunjungan Herodes Agung yang berdampak signifikan itu perilaku sosio-politik orang

Yahudi yang menunjukan loyalitas membuat mereka mendapatkan perlindungan31

Akan tetapi keadaan berbalik dan semakin memburuk bagi mereka sejak tahun 40

ZB Mulai saat itu hubungan sosio-politik antara orang Yahudi dengan orang Antiokhia

25

Josephus Jewish War 713 Bnd Walker In Steps 44 26

Nama besar Herodes Agung yang dikenal sebagai sekutu dekat Kaisar Agustus dan juga sebagai The Great

Builder lewat pembangunan luar biasa misalnya Bait Allah berbagai benteng hebat termasuk Masada kota-

kota Helenis seperti Sebaste dan Kaisera yang terkenal dengan pelabuhannya tersiar ke luar Yudea bahkan

sampai Anthiokhia Hal itu menempatkan Herodes Agung sebagai orang yang cukup penting sehingga tidak

heran apabila kunjungan tersebut membawa keuntungan bagi kedudukan sosio-politik orang Yahudi di

Anthiokhia Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial Bnd F F Bruce New Testament History (London

Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969) 27

Josephus Jewish War 745 28

Walker In Steps 47 29

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 181 30

Justin Taylor Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012) 156 31

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial49-51

9

berada dibawah ketegangan hebat Permusuhan yang timbul bahkan tidak bisa menahan

mereka untuk berhadapan dalam konflik terbuka yang berdarah-darah Sejak terjadi

pogrom32

dan dekrit Kaisar Kaligula yang memuat perintah penempatan patung dirinya di

Bait Allah di Yerusalem bentrok pecah di Antiokhia33

Pembunuhan terhadap orang

Yahudi di Anthiokhia terjadi dan sinagoge-sinagoge mereka dibakar Mulai saat itu

sentimen anti semit kian meninggi dan tak berhenti hingga kira-kira tahun 48 ZB Puncak

konflik terjadi tatkala pemberontakan Yudea melawan Romawi terjadi hingga tahun 70

ZB

Konflik di Yudea turut menyeret keterlibatan Anthiokhia karena kota itu menjadi

basis dukungan pasukan militer yang dikirim untuk menumpas pemberontakan di

Yudea34

Ketegangan perang itu merembes sampai ke Anthiokhia terutama bagi orang

Yahudi di sana Ikut terseretnya Antiokhia dalam tensi perang Yudea membuat beberapa

orang Yahudi di sana tidak mampu menahan diri Beberapa anggota dari penguasa

Yahudi merencanakan perlawanan Komunitas Yahudi di Anthiokhia dituduh

merencanakan membakar kota Akibatnya Gubernur Romawi menyerang mereka dan

mencabut hak-hak istimewa orang Yahudi

Penaklukan Yudea membawa dampak tidak saja pada memburuknya hubungan

sosial antara orang Yahudi dengan orang Anthiokhia dan sekaligus melemahkan pengaruh

32

Sebab terjadinya Pogrom diduga karena muncul kecemburuan sosial terhadap orang Yahudi yang melalui lobi

politik mendapat hak istimewa yang mana telah berlangsung sejak jaman Koresh lalu terus menguat ketika

Romawi menjadi sekutu keluarga Hasmonean Orang yahudi dibenci oleh orang Yunani-Romawi sebab mereka

dapat mengakses fasilitas dan hidup layak sama seperti orang Yunani-Romawi tanpa perlu melakukan

kewajiban yang sama Ditambah dengan kecenderungan Kaisar-kaisar Romawi yang meski berganti-ganti tetap

saja membela orang yahudi membuat kebencian orang yunani semakin menjadi-jadi Hak istimewa itu meliputi

diperbolehkan melaksanakan hukum Sabat tidak melakukan kegiataan keagamaan kekaisaraan boleh

membayar pajak kepada Bait Allah di Yerusalem dan bahkan mendapatkan otonomi terbatas untuk menegakan

hukum (politeuma) Yudaisme di Sinagoge Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 50-51

33 Bentrokan ini terjadi jelas dalam dua aspek yang berkaitan yaitu Sosio-politik dan Sosio-religius

Kecemburuan sosial nyata dalam pogrom dan resistensi keagamaan nampak dalam perlawanan dekrit Kaligula

yang sangat ldquomenyakitirdquo hati orang Yahudi Menurut saya motivasi perlawanan terhadap pogrom yang jelas

muncul sebagai reaksi mempertahankan ldquopemberian Romawirdquo sebagai keberhasilan lobi politik tentu berbeda

dengan perlawanan terhadap dekrit Kaligula Identitas keagamaan Yudaisme bukan ldquopemberian Romawirdquo

Namun resistensi itu juga bukan hanya soal ortodoksi Ia merupakan peneguhan kemerdekaan politik secara

religius yang saya kategorikan sebagai Hak Milik Mengapa hak milik kemerdekaan politik secara religius

sangat penting Sebab orang Yahudi begitu percaya bahwa YHWH tidak mengijinkan mereka dipimpin oleh

orang Kafir Penjajahan atas mereka hanyalah teguran YHWH karena mereka lalai menjalankan hukum Tuhan

Dalam pada itu kemerdekaan religius berkaitan erat dengan dinantikanya ldquoHari YHWHrdquo atau datangnya Mesias

untuk membebaskan mereka dari teguran Ortodoksi bukan tujuan pada dirinya sebab jika mereka tidak mampu

menjaga kemerdekaan religius maka sama saja melepaskan peluang hidup bebas untuk kembali mendirikan

kedigdayaan kerajaan Daud Gagasan untuk menjaga ortodoksi sebagai implikasi teguran YHWH itu sangat

ditekankan oleh golongan Parisi yang ternyata ialah pemimpin sinagoge Anthiokhia Bnd Jeffrey J Butz The

Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the Just to the founding fathers(Inner

TraditionBear amp Co 2009) 281 F F Bruce History Alan Richardson Political Christ (Philadelpia

Westminster Press 1973) 34

Walker In steps 44

10

mereka secara politik tetapi juga memberikan pengaruh kepada tatanan beragama dalam

komunitas mereka sendiri Melalui kejatuhan dengan demikian berakhir juga otoritas Bait

Allah di Yerusalem Pasca penghancuran yang dilakukan oleh Titus pada 70 ZB membuat

kekuasaan dalam urusan keagamaan komunitas Yahudi di diaspora menjadi wewenang

sektoral di masing-masing Sinagoge

Perlu dicatat bahwa pergeseran otoritas keagamaan ke sinagoge sesungguhnya

secara terbatas membuat mereka tetap memiliki kekuasaanya sendiri meskipun pada

masyarakat kota Anthiokhia mereka tidak lagi menikmati keleluasaan Atas otoritas itu

perselisihan dengan orang Yunani-Romawi di Anthiokhia terus berlanjut namun lebih

banyak terjadi di dalam sinagoge Perselisihan tersebut nampak ketika orang-orang

Yunani mulai masuk ke dalam komunitas Terjadi perdebatan apakah mereka harus

menjalankan hukum Yahudi terutama sunat dan makanan halal atau tidak Akan tetapi hal

terpenting dari pergeseran itu bukan terletak pada bagaimana orang Yahudi mulai

menerapkan standar tegas terhadap hukum mereka namun terletak pada apa motif dari

kekuasaan itu mereka pergunakan Merujuk pada Groenen ia menegaskan bahwa akibat

dari bergesernya otoritas keagamaan tersebut membawa dampak yang tidak

menyenangkan bagi orang Kristen di Antiokhia yaitu penindasan oleh Sinagoge terhadap

mereka35

3 Memahami Kembali Matius 21-18

Melalui bantuan pendekatan hermeneutik yang secara khusus menyoroti teks

dalam kerangka sosio-politiknya maka narasi Matius 21-18 memberikan sekurang-

kurangnya tiga pemahaman teologis yang memperluas horizon berpikir pembacanya

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan terhadap

dominasi status quo

Gelar Mesias yang redaktur Matius tempelkan pada mulut Herodes di ayat ke-4

menjadi kata kunci yang menunjukan posisi komunitas Matius yang berbeda dengan

kelompok status quo Yahudi Teks secara eksplisit menunjukan bahwa Para Majus

sebagai tokoh yang muncul pertama menyinggung perihal kelahiran Yesus (ayat 1-3)

justeru tak sekalipun menyebut gelar Sang Bayi sebagai Mesias (ayat 2) Sebutan dalam

ayat 2 yang para Majus berikan ialah ldquoRaja Orang Yahudi itu ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν

Ἰ οσδαί ωνrdquo (βαζιλεὺ ς menjadi penanda identitas khusus bayi Yesus)36

Istilah Mesias

35

Groenen Pengantar 90 36

Kalimat dalam ayat ini lengkapnya λέ γονηεςmiddot ποῦ ἐ ζηιν ὁ ηετθεὶ ς βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων εἴ δομεν

γὰ ρ αὐ ηοῦ ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ἐ ν ηῇ ἀ ναηολῇ καὶ ἤ λθομεν προζκσνῆ ζαι αὐ ηῷ LAI nampaknya keliru

11

sendiri baru kemudian muncul manakala Herodes menanyakan perihal kelahiran Yesus

kepada pemuka agama Yahudi (ayat 4)

Pemilihan gelar ὁ βαζιλεὺ ς yang ditempelkan ke mulut Para Majus oleh

redaktur Matius ialah jelas berbeda dengan ὁ τριζηὸ ς yang ditempelkan ke mulut

Herodes Agung meskipun merujuk pada subjek yang sama yaitu Yesus Terma ὁ

βαζιλεὺ ς ialah istilah Yunani bagi Raja tetapi tak memiliki nuansa berarti dalam

kosmologi Yudaisme Berkebalikan dari itu ὁ τριζηὸ ς37

justru memiliki makna spesifik

dan sarat nuansa dalam Yudaisme Ada hal penting yang coba disampaikan oleh redaktur

Matius dari distingsi ini

Yosephus memberikan catatan yang sangat berharga perihal gelar ldquoraja orang

Yahudi (ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων)rdquo Menurutnya gelar raja orang Yahudi ialah tanda

yang diberikan oleh Senat Romawi kepada Herodes Agung ketika mereka

mengangkatnya sebagai raja pada tahun 40 SZB38

Craig Evans menafsirkan bahwa

tindakan para majus menyebut Yesus sebagai raja orang yahudi (ayat 2) ialah tindakan

sewajarnya sebab mereka hanya ingin menanyakan perihal suksesi Herodes Agung39

Akan tetapi persoalan yang serius ialah narasi ini sulit dipercayai sungguh-sungguh

faktual secara historis40

Dengan memperhatikan distingsi antara gelar raja orang yahudi

dengan gelar mesias yang muncul dalam tokoh-tokoh pada teks maka saya justeru

melihat kencederungan lain Redaktur Matius secara sengaja ingin menunjukan bahwa

Herodes Agung bersama para Pemuka Agama Yahudi yang berhasil merumuskan perihal

identitas Yesus secara tepat sebagai Mesias merupakan personifikasi status quo Yahudi

Tidak hanya menjadikan Herodes Agung dan Pemuka Agama Yahudi sebagai

personifikasi kelompok status quo melalui narasi ini penulis Matius sekaligus

menyerang mereka

Gelar raja orang Yahudi seharusnya milik Herodes Agung tetapi dengan

munculnya gelar itu disebut oleh para majus maka hal ini menurut saya jelas merupakan

sebuah sinisme Hal tersebut saya argumentasikan sebab penulis Matius menempatkan

Herodes Agung dalam posisi yang sangat ironis Berdasarkan tafsir Evans maka Herodes

lah yang jelas-jelas bergelar raja orang Yahudi sehingga seharusnya ia dapat langsung

memberikan klarifikasi kepada para majus perihal suksesinya Tetapi yang nampak ialah

menerjemahkan λέ γονηεςmiddot dengan ldquobertanya-tanyardquo Kata yang sesuai dengan bahasa Yunani λέ γονηεςmiddot ialah

ldquoberkata (to speak) Maka sebenarnya para majus lebih cenderung mendeklarasikan kelahiran Raja Yahudi 37

Dalam terjemahan Ibraninya yaitu Mesias (Massiah dari bentuk Massah) keduanya berarti Yang Diurapi 38

Yosephus Jewish War 1282 39

Craig Evans Matthew (New York Cambridge University Press 2012) 53 40

R T France menegaskan bahwa tak ada laporan sekunder di luar injil yang dapat mengkonfirmasikan

historisitas kunjungan itu Lih R T France The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing

Co 2012) Kindle Version

12

justru Herodes Agung seperti seorang bodoh yang tak menyadari bahwa dia sendiri yang

adalah raja orang Yahudi itu Herodes Agung digambarkan seperti tak punya petunjuk

apakah benar ada pengganti dirinya yang baru saja lahir

Warren Carter mengajukan pendapat bahwa respon Herodes Agung yang begitu

saja rela mencarikan informasi lebih jauh bagi para majus (ayat 1-6) perlu dilihat dalam

kerangka pikir bahwa para majus ialah astrolog yang biasa diminta menjelaskan arti

kemunculan tanda alam (seperti bintang) dan relasinya dengan kekuasaan41

Pandangan

Carter itu bersesuaian dengan Craig Keneer yang secara eksplisit berani mengatakan

bahwa para majus ialah astrolog kerajaan Persia yang memiliki peran politik sangat

penting42

Ada tafsiran yang menyebut para majus ialah raja-raja yang bangsa kafir

sehingga dimengerti sebagai jalan soteriologi untuk menjangkau bangsa-bangsa di luar

Yahudi Namun tanda bahwa mereka melihat bintang ialah petunjuk lebih jelas mengenai

tujuan disebutkannya tokoh ini oleh redaktur Matius

Persoalanya apakah bintang raja orang Yahudi itu (ayat 2) ialah bintang per se

Anggapan tersebut dipersoalkan oleh Howard Clarke dengan mengatakan bahwa jika

benar bintang tersebut muncul lalu tidak masuk akal jika Herodes Agung tak

melihatnya43

Umumnya para pakar memandang bahwa bintang (ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ayat 2)

dikutip redaktur Matius dari Bilangan 2417 dan menautkan kisah penglihatan Bileam

tentang bintang Daud pada kisah kelahiran Yesus Hal ini menunjukan indikasi bahwa

terjadi pemenuhan dari apa yang dikisahkan dalam perjanjian lama

Namun hal yang saya catat ialah redaktur Matius sedang dalam perjuangan

mendapatkan pengaruh melawan pihak yang merasa secara yuridis berwenang atas

penetapan ajaran Yudaisme Pemenuhan kisah perjanjian lama dalam rentang waktu

ketika komunitas Matius hidup baru dapat dikonfirmasikan bukan oleh sekte ini tetapi

oleh otoritas Yahudi di Sinagoge yang notabene lawan mereka44

Maka dari itu saya

mengira bahwa redaktur Matius ingin menelanjangi posisi penguasa Sinagoge yang tak

benar-benar paham tradisi Yudaisme melalui upaya menegaskan status Yesus sebagai

Mesias45

41

Warren Carter Matthew and the Margins74 42

Craig S Keener A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2013) 100 43

Clarke The Gospel of Matthew 18 44

Pasca penghancuran Bait Allah ketika terjadi penumpasan pemberontakan Yerusalem otoritas Yudaisme

berpindah ke masing-masing Sinagoge Akan tetapi Saldarini menunjukan bahwa Komunitas Matius tidak

menerima otoritas itu bahkan menganggap bahwa model di masing-masing Sinagoge perlu diatur ulang Lih

Saldarini The Gospel 52 45

Masa pasca Bait Allah (Post Temple) ialah masa dimana para Rabi Yahudi di Sinagoge-sinagoge mulai

menafsir ulang Yudaisme agar sesuai dengan kondisi kehidupan mereka Dalam paham itu saya menduga bahwa

Redaktur Matius sedang berupaya sekuat tenaga melawan tafsir baru para Rabi (mungkin sekali dari Golonga

13

Dengan menautkan tradisi Yudaisme tentang kisah bintang Daud seperti yang

para ahli katakan dan dengan menempelkan gelar raja orang yahudi pada mulut para

majus maka apa yang saya sebut sebagai sinisme menjadi lebih jelas Redaktur Matius

menempatkan para majus yang ialah personifikasi komunitas Matius sebagai pihak di

luar status quo Sinagoge yang justru lebih ketat dan peka terhadap tradisi Yudaisme

dalam hal melihat pentingnya kehadiran Yesus yang sudah terjadi di dunia46

Perihal kelahiran Mesias ke bumi apabila merujuk pada teks rupanya bukanlah

suatu kabar gembira bagi kelompok status quo Pemilihan kata ἐ ηαρά τθη47

yang

muncul di ayat ke-3 oleh redaktur memberikan kesan kuat bahwa Yesus yang sudah lahir

ialah sebuah masalah bagi kelompok status quo Anggapan bahwa Yesus menimbulkan

masalah oleh kelompok status quo dipertegas melalui keengganan mereka untuk

mengakui bahwa Mesias telah lahir Redaktur Matius menggunakan kata γεννᾶ ηαι48

yang menunjukan kelompok status quo tak setuju dengan klaim kelompok Matius

tentang ke-mesias-an Yesus

Ketidaksetujuan itu juga nampak dari disebutkannya Bethlehem (ayat 1) sebagai

tempat kelahiran Yesus dan Yerusalem (ayat 3) sebagai tempat yang menolak kelahiran

Yesus Seisi Yerusalem menanggapi kabar bahwa Yesus Sang Mesias sudah hadir di

dunia sebagai masalah Yerusalem ialah pusat kekuasan atau dalam hal ini menjadi

lambang sistem kekuasaan status quo yang mana enggan mengakui bahwa Yesus benar

Mesias Melalui pengecekan tradisi Yudaisme dalam diri Herodes Agung dan para

pemuka agama Yahudi (4-6) redaktur Matius sekaligus menyerang mereka sebagai

pemegang otoritas keagamaan yang tidak paham mengenai tradisi Yudaisme itu sendiri

Pharisi) untuk menjadi pegangan bersama Komunitas Yahudi di Anthiokhia Tradisi tentang Midrash membantu

membentuk pemahaman ini Lih Brian M Nolan The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in

the Setting of the Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979) 52-58 Bnd Robert M Prince New

Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm diakses 8 November 2014 46

γεννηθέ νηος ialah kata kerja aoris geniitif pasif yang tak hanya menunjukan penegasan tetapi juga sekaligus

menujukan tindakan yang sudah pernah terjadi Artinya penegasan bahwa Raja orang Yahudi sudah pernah

dilahirkan Kata ini juga menjadi penegasan tentang status kemesiasan Yesus 47

Kata ἐ ηαρά τθη dari bentuk kata ηαρά ζζω kurang tepat jika diterjemahkan dengan ldquoterkejutrdquo Kata itu

berarti meresahkan mengacaukan menganggu atau menakutkan Terjemahan King James Version (KJV)

ldquotroubled (menyusahkan)rdquo menurut saya jauh lebih memadai dibandingkan terjemahan dalam TB-LAI Untuk

keperluan tulisan ini maka saya menggunakan kata ldquomengganggurdquo sebagai ganti kata ldquoterkejutrdquo 48

Kata γεννᾶ ηαι (kata kerja present indikatif pasif untuk orang ketiga tunggal dari bentuk γεννά ω) berarti

ldquosedang dilahirkanrdquo Dalam narasi Matius pasal 2 kata ini berbeda kasusnya dengan kata yang sama di ayat 1

Kata ini menunjukan pemahaman bahwa kegiatan Mesianik masa terus berlangsung Berbeda dengan kelompok

Matius yang percaya nubuatan mesianik sudah terjadi dalam diri Yesus kelompok Yahudi status quo

menunjukan bahwa mesias bukan seperti yang dipikirkan kelompok matius Saya menduga ini adalah jejak

tentang model kubu status quo mendukung teologi Millitary Mesiah sebab disekitar tahun 70-132 ZB model

Millitary Mesiah muncul kuat sebagai gerakan pemberontakan

14

Dengan menempatkan berturut-turut gelar mesias di mulut Herodes Agung

kontras antara Bethlehem dengan Yerusalem penyelidikan dan afirmasi perihal kelahiran

Mesias dari tradisi Yudaisme di mulut para pemuka agama Yahudi maka hal ini jelas

menunjukan apa yang saya sebut di atas sebagai ironi Upaya ini menunjukan bahwa

redaktur Matius menganggap kelompok status quo di Sinagoge tak lagi memiliki

legitimasi Hal tersebut didasarkan pada ironi kelompok status quo yang tidak benar-

benar memahami isi ajaran Yudaisme manakala mereka tak mengakui Yesus sebagai

Mesias padahal mereka ialah pemimpin agama

Perseteruan antara kelompok Matius dengan kelompok status quo tentang

pengakuan Yesus sebagai Mesias sebenarnya merupakan masalah yang sentral Bagi

kelompok status quo mengakui Yesus sebagai Mesias ialah sama dengan memberi

pengakuan akan kehadiran kelompok Yahudi yang menyimpang (Deviant Jews)49

Sedangkan pengkuan akan kelompok yang menyimpang ialah sama dengan membuka

celah bagi perubahan yang radikal dalam diri komunitas Yahudi Artinya memberikan

ruang secara sosio-politik bagi komunitas Matius untuk hidup ialah pilihan yang

membunuh kelompok status quo Maka tentu konsekuensi logisnya ialah dominasi atas

Yudaisme harus terus dilakukan

Persoalan semakin rumit sebab komunitas Matius tidak merasa dirinya ialah

bagian luar dari kelompok Yahudi Mereka tetap yakin jika dirinya merupakan bagian

dari kelompok itu Dalam kesadaran semacam ini mereka berpretensi melakukan

perubahan atas praktek lama yang tak benar Anthony Saldarini menegaskan apabila

komunitas Matius tidak sedang mencoba menciptakan sebuah masyarakat Agama Baru

tetapi tengah berupaya medelegitimasi kelompok status quo dengan membongkar

praktek Yudaisme mereka yang keliru50

Kekeliruan kelompok status quo sebenarnya bukan semata berkaitan dengan

persoalan perbedaan pandangan antara mereka dengan komunitas Matius mengenai

status Yesus sebagai Mesias Akan tetapi juga terletak pada persengkongkolan kelompok

status quo untuk menghancurkan komunitas Matius Sebab secara sosio-politik kehadiran

komunitas Matius ibarat duri dalam daging Maka daripada duri itu terus melukai diri

sendiri lebih baik segera disingkirkan Jejak ini muncul kuat disepanjang ayat 4 dan 7

pada narasi Tindakan Herodes Agung melakukan pertemuan terpisah dengan pemuka

49

Perihal telaah tentang Deviant Jews lihat Kai Ericson Wayward Puritans A Study in the Sociology of

Deviance (New York Wiley 1966) 3-5 50

Saldarini The Gospel 46-47

15

yahudi dan lalu melaksanakan pertemuan rahasia51

dengan para majus ialah bentuk

persengkongkolan demi dominasi status quo Poin yang redaktur Matius angkat ialah

pendekatan kelompok status quo identik dengan sikap penguasa yang manipulatif dan

menindas

Para majus setelah ayat 7 digambarkan sebagai pihak yang awalnya mengikuti

gerak manipulasi kekuasaan ala kelompok status quo dalam diri Herodes Agung Sang

raja yang seolah memberikan ruang pada para majus dan mendengarkan pendapat

mereka sebenarnya hanya tindakan manipulasi untuk menggali informasi guna

menghancurkan Yesus dan para majus sendiri Richard T France menyebut peran para

majus dalam ayat 7-9 sebagai alat spionase sang raja52

Artinya tujuan Herodes Agung

bertemu dengan para majus bukan pertama-tama demi mendengarkan apa yang para

majus itu inginkan tetapi justru untuk memperalat mereka

Ujaran Saldarini dan penjelasan France menurut saya sangat penting dalam

memahami posisi komunitas Matius dalam konteks tidak ingin mengganti Yudaisme

dengan suatu agama baru Melalui kisah kelahiran Yesus komunitas Matius menegaskan

bahwa bentuk dominasi dalam kehidupan bersama tidak dapat diterima Mereka tidak

sedang bicara ortodoksi Agama Yahudi Agama Yahudi yang dalam hal ini hanya

menjadi locus bagi suatu kehidupan bersama atau menjadi arena perebutan pengaruh

Dengan ketiadaan tendensi membentuk locus baru maka komunitas Matius sebenarnya

tengah mencoba mempertahankan diri sebagai bagian dari kesatuan komunitas Yahudi

umunya Akan tetapi dengan suatu harapan bahwa hidup bersama itu dilakukan tidak

dalam penindasan

Penolakan paham tentang dominasi ini menurut saya muncul dalam suatu

pernyataan teologis di sepanjang ayat 10-12 Hal yang sangat menarik ialah upaya

persekongkolan untuk memperalat para majus agar dominasi dapat dilanggengkan justru

digagalkan oleh Tuhan melalui mimpi para majus dan penyataan malaikat kepada Yusuf

Dalam kepolosanya para majus terjebak pada permainan kekuasaan Herodes Agung

tetapi permainan itu tidak sampai selesai sebab Tuhan menggagalkannya di tengah jalan

Pada titik ini saya menduga redaktur Matius menegaskan bahwa Tuhan justru tidak

menghendaki model dominasi status quo yang menghalalkan praktek kekuasaan

manipulatif seperti yang dipraktekan kelompok status quo dalam diri Herodes Agung

51

Ada dua kata kunci dalam pertemuan rahasia ini yaitu ldquoSecara rahasia (λά θρᾳ )rdquo dan ldquomemastikan secara

tepat (ἠ κρί βωζεν)rdquo Pertemuan ini terpisah dan tertutup bersifat rahasia antara Herodes Agung dengan para

majus apa tujuan pertemuan ini Untuk memastikan dengan tepat apakah Yesus Mesias Dalam hal ini untuk

memastikan dampak dari status Yesus sebagai Mesias 52

Frnce The Gospel Kindle Version

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 6: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

vi

dorongan Bapak yang membuat penulis bekerja keras dan sekaligus melakukan dua proses

tafsir yaitu menafsir keinginan Bapak sebagai pembimbing serta menafsir teks Matius 21-18

sebagai bahan penelitian penulis Ketiga penulis memberikan penghargaan kepada Ibu Ira D

Mangililo PhD dan Bapak Pdt Dr Eben Nuban Timo selaku reviewer tugas akhir ini

Terkhusus Ibu Ira Mangililo PhD penulis haturkan terima kasih yang sangat besar atas dua

poin kritik yang sangat substansial terhadap tugas akhir ini Kritik ibu tentang adanya gap

antara locus sosio-politik Komunitas Yahudi dan Komunitas Matius dengan tafsir terhadap

resistensi Komunitas Matius terhadap Kubu Status Quo Sinanoge dan Imperium Romanum

serta kencederungan penulis yang anakronistik melakukan simplifikasi terhadap konteks

Komunitas Matius dengan kondisi Indonesia dewasa ini sangat membantu penulis

membenahi tulisan ini Meski begitu dua kritik tersebut baru akan penulis akomodir lebih

jauh dalam pengembangan tulisan ini sebab secara jujur harus penulis kemukakan bahwa

waktu yang sempit dan energi yang tak lagi memadai membuat penulis tak dapat mengubah

tulisan ini secara signifikan Kepada kolega yang banyak membantu membentuk saya dalam

mengarahkan diri pada hasrat episteme ucapan terima kasih juga penulis berikan Kepada

kelompok diskusi Bona Fide Ladies Club mahasiswa kelas-kelas Filsafat kepada kalian

semua penulis ucapkan terima kasih atas ruang diskusi dan kesempatan untuk mengenal

berbagai pemikir-pemikir besar yang membantu penulis mengubah cara memandang

kehidupan ini Kepada mentor Filsafat penulis Bapak Gusti Menoh MHum penulis

mengucapkan terima kasih atas diskusi dan keterbukaan untuk mengajak penulis keluar dari

Goa sehingga penulis kembali memercayai Tuhan dan sekaligus sadar bahwa Filsafat

Hermeneutik a la Schleiermacher dan Dilthey termasuk positivisme Comte tak lagi pantas

untuk di- idola- kan oleh karena kelemahan epistemologi mereka juga karena kenyataan

jaman terus berkembang tak pernah stagnan serta lebih-lebih kesadaran untuk tak

memperlakukan ilmu apapun sebagai ideologi

Semoga tulisan ini dapat berguna bagi mereka yang membacanya Kritik dan saran

dari siapapun yang membaca tulisan ini sangat penulis harapkan guna perbaikan kualitas

penulisan Tuhan kiranya memberkati kita

Salatiga 18 Februari 2015

Albert Josua Putra Maliogha

vii

Daftar Isi

Cover

Lembar Pengesahan

Pernyataan Tidak Plagiat

Persetujuan Akses

Kata Pengantar

Daftar Isi

Abstrak

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

12 Rumusan Masalah amp Tujuan Penelitian

13 Metode amp Teknik Pengumpulan Data

14 Manfaat Penelitian

15 Sistematika Penulisan

2 Injil Matius dalam Konteks Sosi-politiknya

21 Anthiokhia

22 Komunitas Sinagoge di Anthiokhia

3 Memahami Kembali Matius 21-18

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan

terhadap dominasi status quo

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan

melawan dominasi status quo

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status

Quo menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

5 Penutup

51 Kesimpulan

Daftar Pustaka

i

ii

iii

iv

vi

vii

1

1

3

3

4

4

4

5

7

10

10

16

21

24

24

26

28

29

29

31

viii

Abstrak

Injil Matius merupakan bentuk counter narrative terhadap kekuasaan Imperium

Romanum dan Aristokrasi Sinagoge yang mempraktekan dominasi dalam pranata sosio-

politik sebagai tujuan kekuasaan Pax Romana yang universal ialah yang terbaik menurut

Imperium Romanum Teologi Sosial Millitary Messiah menjadi penuntun pemberontakan

orang Yahudi melawan si kafir Romawi Namun keduanya dituduh secara sinis oleh

redaktur Matius sebagai model kekuasaan politik yang haus dominasi manipulatif

menindas dan tak mencerminkan kehendak Allah itulah mengapa Herodes Agung

digambarkan ingin membunuh Mesias Untuk itu pranata sosio-politik Mesias Yang

Terselamatkan sebagai model yang visioner dan melawan arus utama diajukan sebagai

ganti dua model pertama yang sama-sama palsu dan rentan pelanggengan status quo

Prinsip normatif sebagaimana yang diajukan redaktur Matius dalam menyikapi

carut marut pranata sosio-politik dari awal abad pertama ternyata menembus jauh hingga

masa Indonesia pasca reformasi Sebagai negara yang baru lepas dari otokrasi dan

bergerak lambat dalam demokrasi Indonesia tengah terengah-engah mengatasi

cengkraman oligarki (dekadensi aristokrasi) yang bertopeng demokrasi Melalui

pengalaman komunitas Matius yang mengajukan pranata sosial Mesias Yang

Terselamatkan rupanya demokrasi di Indonesia yang hampir kehilangan daya dapat

diperkuat kembali sehingga mampu melawan oligark yang menguasai dua preferensi

politik utama di Indonesia fundamentalisme pasar dan fundamantalisme agama Pranata

Mesianik ini dapat menjadi basis moral religius bagi pembaca Matius di Indonesia sebab

prinsip mesianik inheren dalam prinsip demokrasi Pembaca Matius di Indonesia dapat

menengok dasar biblis untuk mewujudkan gerakan Demokrasi yaitu dari uncivil society

menjadi civil society yang dididam-idamkan

Kata-kata Kunci Herodes Agung Mesias Status Quo Demokrasi Oligarki

1

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

Kitab-kitab injil dalam tradisi kekristenan umumnya diterima sebagai sumber

primer serta terpercaya oleh orang Kristen guna memahami dan mengetahui ragam hal

tentang Yesus Kristus Meski demikian secara faktual injil-injil tersebut kerap kali

menunjukan beberapa jejak yang justru menghadirkan persoalan dalam upaya memahami

dan mengetahui perihal Sang Mesias Secara khusus sebagai contoh kisah seputar

kelahiran Yesus dalam kaitan dengan upaya pembunuhan diri-Nya oleh Herodes Agung

hanya ada pada injil Matius 21-18

Mengenai ketiadaan kisah pembunuhan bayi-bayi pada injil lain sebenarnya telah

mengundang berbagai tanggapan para ahli Misalnya saja pendapat Drewes yang

menyatakan bahwa merujuk teori 4 sumber maka kisah ini merupakan cerita yang berasal

dari Sumber M sehingga memang secara eksklusif hanya ada di Matius saja1 Stefan

Leeks pada satu bagian dalam bukunya menyatakan bahwa penulis injil Matius ingin

menyampaikan suatu pesan tertentu melalui kisah yang menghubungkan Raja Herodes

Agung dengan Yesus2 Sedangkan RT France secara meyakinkan menulis bahwa kisah

pembunuhan anak-anak ditambahkan oleh redaktur Matius sebagai bentuk folklore yang

umum dalam berbagai tradisi bahwa kelahiran seseorang yang hebat sudah selalu diikuti

oleh ancaman karena kecemburuan para penguasa3

Namun pendapat John Drane terhadap narasi Matius 21-18 ialah yang paling

signifikan tetapi sekaligus melahirkan problem serius Terkait historisitas Matius 216

Drane justru berpendapat bahwa tidak ada catatan sejarah dalam dokumen-dokumen lain

tentang cerita ini meskipun cerita ini bersesuaian dengan tabiat kejam Herodes Agung4

Artinya John Drane meyakini bahwa kisah ini tak faktual secara historis

Surip Stanislaus menegaskan bahwa kisah itu tak perlu dilihat dalam kerangka

historisnya sekalipun informasi-informasi dalam narasi tersebut telah coba diuji secara

1 Stefan Leeks Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007) 38

2 B F Drewes Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000) 32

3France membandingkan Matius 213-18 dengan cerita masa kanak-kanak Sargon Gilgamesh dan bahkan kisah

dua bersaudara pendiri Roma yaitu Romulus dan Remus sebagai bentuk folklore yang umum muncul dalam

masyarakat kala itu Lih R T France ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL

XXI No 2 (1979) 98 4 John Drane Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung Mulia 2005) 39

Perihal tabiat Herodes Agung ia adalah seorang raja sekaligus politisi yang licik hebat dalam pembangunan

dan kejam Herodes Agung ialah seorang paranoid yang selalu curiga terhadap siapapun yang dianggapnya

mengancam kedudukanya sebagai raja Hirkanus (mertuanya) Mariame (istrinya) dan Aleksander Aristobulus

dan Antipater (ketiga anaknya) dibunuh oleh Herodes Agung karena dicurigai ingin mengkudeta kedudukanya

Bnd Jona Lendering King Herod the Great Acient Warfare Magazine

2

saintifik5 Rekonstruksi yang melibatkan astronomi dalam menyelidiki Matius 2 hanya

berhasil sampai pada kesimpulan yang tak determinan berkaitan dengan historisitas

Matius 21-18 Pandangan semacam ini didukung kuat oleh ahli lainya Misalnya

menyebut bahwa penjelasan yang menyebut supernova Kepler komet Heley dan

hipotesis Konjugasi Planet-planet yang secara historis terjadi berdekatan dengan masa

kelahiran Yesus dan kematian Herodes Agung tetap saja kesemuanya itu tak memiliki

relasi logis langsung dengan kisah pembunuhan anak-anak di bawah usia dua tahun oleh

Herodes Agung6

Keraguan tentang aspek historis dari Matius 2 membuat pernyataan Leeks menjadi

kuat Anjuran Leeks untuk memperlakukan kisah ini sebagai ldquoyang mewakili suatu

keadaan sebenarnyardquo jauh lebih masuk akal daripada menerima narasi ini sebagai sebuah

laporan pandangan mata Sebab perbedaan mencolok kisah kelahiran Yesus dalam Matius

dan Lukas7 membuat logika internal dari ide bahwa kisah ini ialah laporan pandangan

mata menjadi tak konsisten sehingga secara epistemologis runtuh dengan sendirinya

Antonhy Saldarini menulis satu esai menarik tentang ciri khas Matius sebagai

sebuah kitab yang memperlihatkan banyak jejak konflik antara kelompok Kristen dengan

Yahudi Untuk itulah alasan mengapa Yesus berulang kali digambarkan berada dalam

posisi tegang yang vis-a-vis dengan para penguasa termasuk sejak kelahiran-Nya dalam

Matius 21-18 Bila saya mencoba menafsirkan kisah ini dalam kerangka konflik antar

kelompok maka persoalan historisitas seperti apakah benar secara faktual Herodes Agung

pernah menggerakan pasukanya untuk memburu bayi Yesus dan membantai anak-anak

tak berdosa tak lagi bermasalah Akan tetapi sebagai sebuah narasi tentang konflik antar

kelompok maka pola konflik itu menjadi menarik untuk dibahas Fenomena ini

merupakan gesekan antara Komunitas Matius dengan Penguasa Sinagoge yang oleh

Saldarini disebut sebagai upaya melawan Yudaisme demi sebuah ldquoYudaisme Barurdquo

melalui perjuangan dalam nama Yesus8

Selain teks ini bicara pada konteksnya tentu ia juga dapat berbicara lintas waktu

bagi pembaca di masa kini Dengan memperhatikan nuansa sosio-politik yang kuat pada

teks Matius 213-18 baik berkaitan dengan konteks dalam teks maupun konteks dari teks

5 Surip Stanislaus Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012) 72-74

6 Howard W Clarke The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the First Gospel

(Indiana Indiana University Press 2008) 18 7 Kesimpulan bahwa Kisah Kelahiran Yesus berdasarkan Injil Sinoptik ialah faktual secara induktif bermasalah

Kedua Injil itu membuat kisah kelahiran yang bertolak belakang (Matius 118-223 amp Lukas 21-7) yang mana

tentu tak dapat diterima prinsip logika Bnd Stanislaus Rahasia 29-30 8 Anthony Saldarini ldquoThe Gospel of Matthew and Jewish-Christian Conflictrdquo dalam David Balch (eds) Social

History of the Matthean Community Cross Disciplinary Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995) 42-

43

3

saya menduga bahwa gerakan pembaharuan dalam narasi Matius dapat menjadi sangat

aktual bagi pembacanya di Indonesia Konteks Indonesia yang tengah dalam transisi

negara otoritarian a la orde baru kepada negara demokratis pasca reformasi ternyata

masih diselubungi skandal oligarki9 sehingga sebuah gerakan pembahuruan seperti

dengungan Revolusi Mental Jokowian sebagai model normatif yang dikampanyekan

untuk mengubah mental bangsa muncul kuat Menurut hemat saya fenomena ini mungkin

dapat diteropong dari model perlawanan komunitas Matius pada sistem lama yang tak

berjalan semestinya seperti apa yang coba ditulis dalam Matius 21-18

12 Rumusan Masalah amp Tujuan Penelitian

Dua rumusan masalah coba diketengahkan yaitu Pertama bagaimana kisah

pembantaian anak di bawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung dalam

Matius 21-18 ditinjau dari konteks sosio-politiknya Kedua bagaimana benang merah

kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung

dalam Matius 21-18 dengan kehidupan pembacanya di Indonesia pasca reformasi

Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah Pertama menjelaskan bagaimana

kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung

dalam Matius 21-18 ditinjau dari konteks sosio-politiknya Kemudian kedua

menjelaskan bagaimana benang merah kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun

yang dilakukan oleh Herodes Agung dalam Matius 21-18 dengan kehidupan pembacanya

di Indonesia pasca reformasi

13 Metode amp Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Dalam penelitian ini saya akan menggunakan metode hermeneutik yang berfungsi

untuk menguak makna dari suatu teks10

Metode ini digunakan dengan memperhatikan

nuansa sosio-politik dari teks Melalui upaya ini penafsir diandaikan dapat

merekonstruksi teks Matius 21-18 sehingga paling tidak tenunan sosio-politiknya dapat

terurai kembali Sementara itu teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi

kepustakaan dan menafsirkan teks Matius 21-18 Baik hasil tafsir teks Matius 21-18 dan

sumber-sumber pustaka relevan inilah yang menjadi data-data yang kemudian saya

kelolah dan analisa Hasil pengelolahan dan analisa terhadap data tersebut diharapkan

mampu menjawab masalah yang diteliti

9 Lih Budi Hardiman Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta Kanisius

2014) 53

10

Yusak B Setyawan Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga Fakultas

Teologi UKSW 2010) 4

4

14 Manfaat Penelitian

Saya berharap tulisan pada akhirnya dapat digunakan guna pengembangan ilmu

teologi yang mencakup terhadap studi Hermeneutik Perjanjian Baru serta studi Agama

dan Politik bagi Fakultas Teologi UKSW secara khusus dan dunia teologi di Indonesia

pada umumnya Selain itu juga melalui studi terhadap Matius 21-18 saya berharap agar

penelitian ini dapat memberikan sumbangsih gagasan bagi paham tentang kondisi

normatif kehidupan sosio-politik orang Kristen di Indonesia dewasa ini

15 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam kajian ini akan saya tulis dalam lima bagian Pada

bagian pertama berisikan pendahuluan Bagian kedua dari tulisan ini akan memuat

informasi terkait konteks sosio-politik Injil Matius Selanjutnya pada bagian ketiga saya

akan memberikan pemaparan tentang pemahaman ulang terhadap teks Matius 21-18

Bagian keempat berisi mengenai refleksi terhadap teks Matius 21-18 yaitu aktualisasinya

bagi kehidupan pembaca Matius di Indonesia Terakhir bagian kelima akan memuat

penutup daripada tulisan ini

2 Injil Matius dalam Konteks Sosio-Politiknya

Banyak ahli menduga kuat bahwa injil Matius ditulis di Anthiokhia di wilayah

Siria Injil Matius menunjukan nuansa-nuansa yang mendukung pemahaman tersebut

seperti disebutkanya mata uang dirham (mata uang Siria) diperlunaknya hukum tahir

dan najis (bagi non Yahudi) serta ada nuasa ketegangan antara pimpinan Yahudi dengan

jemaat11

Dugaan ini diperkuat melalui fakta bahwa naskah injil Matius ditulis dalam

bahasa Yunani dengan menyertakan nuansa semitis pada berbagai ungkapan yang kualitas

bahasanya bukan terjemaham dari bahasa Ibrani ataupun bahasa Aram Dengan

memperhatikan penggunaan bahasa semacam itu patut diduga bahwa tujuan tulisan ini

untuk mereka yang menggunakan bahasa Yunani Lagipula penggunaan bahasa Yunani

berlaku luas terutama di kota-kota Romawi

Penulis dan waktu penulisan injil Matius dipercayai dilakukan oleh seseorang

dalam kurun waktu tahun 70-90 ZB Perkiraan waktu tersebut memberikan gambaran

penulisan Injil terjadi pasca penghancuran Bait Allah di Yerusalem pada tahun 70 ZB

Gambaran itu dipercayai oleh para ahli dinarasikan implisit dalam bagian teks Matius

227 Meski begitu dugaan yang didasarkan menurut teks Matius 227 itu sendiri belum

menyelesaikan variasi pendapat para ahli tentang kapan persisnya penulisan dilakukan

11

C Groenen Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006) 88-89

5

Hal yang sama juga terjadi pada upaya untuk melacak identitas asli dari penulis injil ini

Siapa persisnya yang menulis tak dapat diketahui secara pasti Ada yang menyebutnya

sebagai seorang pembina jemaat seorang Yahudi yang menjadi Kristen yang berani

mengecam orang Yahudi yang tak mau mengikut Yesus seorang pelarian dari

Yerusalem ataupun seorang dari generasi Kristen kedua yang misioner yang berbahasa

Yunani12

Tidak ada satupun dari pendapat tadi yang menegaskan secara pasti siapa yang

menjadi penulis injil Matius Akan tetapi pada saat yang sama bermacam pendapat itu

juga tidak meneguhkan pandangan Papias bahwa penulis injil ini ialah Matius salah satu

Rasul Yesus13

Melalui upaya rekonstruksi yang cermat para ahli juga mencoba merumuskan

tujuan penulisan injil Matius Sama seperti analisis sebelumnya tujuan penulisan didapat

melalui telaah terhadap karakteristik dari teks itu sendiri Salah satu hasil telaah itu

dikemukakan oleh De Heer Menurut De Heer injil ini ada demi tiga tujuan utama yaitu

(1) Maksud Apologetis menyatakan bahwa nubuatan di dalam Perjanjian Lama telah

terpenuhi dan sekaligus membela status Yesus sebagai Mesias (2) Maksud Katekesis

merujuk pada Grundmman bahwa injil ini bertujuan untuk menyampaian pokok-pokok

ajaran Kristen agar dimengerti dan demi mengajarkanya kepada orang lain Hal itu

nampak dari begitu banyak teladan Yesus yang dimuat oleh penulis injil (3) Maksud

Parenetis untuk menegur jemaat Matius di Siria yang yang hidup tidak harmonis (kasih

diantara mereka telah dingin)14

21 Anthiokhia

Para ahli menduga cukup kuat bahwa teks Matius ditulis di Anthiokhia Kota ini

ialah ketiga terbesar di kekaisaran Romawi yang berpopulasi lebih dari 500000 jiwa

terdiri dari orang Siria Yunani-Romawi juga minoritas Yahudi yang Pada tahun 300

SZB Anthiokhia didirikan oleh Seleukus I di dekat sungai Orontes (berada jauh dari laut

dan terlindungi benteng alami yaitu Gunung Silpius) untuk menghormati ayahnya

sekaligus menampung para veteran perang Makedonia serta berfungsi guna menguasai

12

Para ahli umumnya bersepakat bahwa sangat sulit mempercayai Rasul Matius yang menulis injil ini Alasan-

alasan yang dikemukakan seperti Jika benar Matius yang menulis maka ia tentu saksi mata lalu mengapa

seorang saksi mata perlu merujuk kepada teks Markus yang penulisnya bukan saksi mata Juga bahasa yang

Matius gunakan ialah Bahasa Aram bukan Bahasa Yunani padahal injil ini ditulis dalam bahasa Yunani Lih

Drewes Satu Injil 176 Bnd Drane Memahami 219 Rudolf Schnackenburg The Gospel of Matthew (Wm B

Eerdmans Publishing Co Michigan 2007) 6-7 13

Pandangan bahwa Matius sang Rasul sebagai penulis Injil Matius baru muncul belakangan pada abad II

setelah injil Matius ditulis Ialah Papias seorang penulis dari Hireapolis yang menyatakan hal ini Lih Jakob

van Bruggen Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh penulis-penulis sezaman

(Jakarta Gunung Mulia 2004) 63-65 14

J De Heer Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia) 6-7

6

jalur-jalur darat yang menghubungkan Asia Kecil Mesir tak ketinggalan Eufrat15

Dewi

Tikhe (Fortuna Keberuntungan) dipercaya menguasai nasib semua kerajaan Helenis

menguasai kesuburan tanah dan menguasai keamanan kota atas banjir serta gempa

dijadikan dewi kota oleh penduduk di sana Anthiokhia ialah pusat intelektual yang besar

serta menjadi pusat perjalanan dan perdagangan yang sangat makmur serta merupakan

ibu kota Provinsi Romawi gabungan Suriah dan Kilikia sehingga pada jaman Romawi

mendapat perlindungan langsung dari Kaisar16

Seorang Gubernur Romawi menjadi perwakilan Kaisar memerintah atas

Anthiokhia Ia bertugas menegakan hukum dan memelihara ketertiban umum masyarakat

Namun ketertiban umum yang diupayakan berlangsung di Antiokhia berada dalam

bayang-bayang (1) tatanan masyarakat hirarkis17

dan (2) demografi penduduk yang

beragam budaya18

Dua hal ini sebenarnya membawa ancaman persoalan sosial bagi

Gubernur Romawi di Antokhia Pertama potensi ancaman terletak pada pola piramida

kekuasaan politik terpusat pada golongan elit yang jumlahnya lebih sedikit dibanding

masyarakat kebanyakan yang berada di luar golongan itu Golongan elit itu menguasai

sendi-sendi ekonomi hukum dan mengatur kesejaterahaan yang akibatnya sendi-sendi

itu (terutama politik) diatur menurut kepentingan mereka19

Dalam hal ini tercipta suatu

tatanan sosial dalam bentuk kelas sosial yang tidak adil golongan elit dan golongan

nonelit Persoalanya ialah kondisi sosial ini melahirkan rasa saling benci antara kedua

kelas sosial itu Kedua sebagai kota yang mempertemukan beragam identitas dan etnis

Anthiokhia menyimpan potensi gesekan sosial manakala terjadi pertemuan dua atau lebih

entitas yang saling bertolak belakang Ner Dah mengutip Streeter menyebut kondisi itu

sebagai ldquoAntagonisme Etnisrdquo yang mana kota itu diliputi ancaman kejahatan dan konflik

akibat percampuran orang-orang dari latar belakang etnis berbeda20

Akan tetapi meski menyimpan potensi konflik rupaya gubernur romawi mampu

mengatasi gesekan sosial tersebut Piramid kekuasaan itu menempatkan ia berada pada

puncak kelas sosial sedangkan dasar terendah ada pada golongan kecil termasuk budak

15

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013) 43 Bnd John Staumbaugh dan David

Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung Mulia 2008) 179 16

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial180 Bnd David J Bosch Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi

misi yang mengubah dan berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006) 67 Robert Coote dan Mary Coote Kuasa

Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004) 164 17

Warren Carter Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York Orbis Book

2000) 20 18

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial183 19

Carter Matthew amp The Margins 18 20

Streeter The Four Gospel dalam Ner Dah Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of

Myanmar PhD diss 2009 Menurut hemat saya apa yang dikemukakan Streeter tidak berlebihan sebab

masalah sosial itu kemudian termanifestasi dalam gerakan pembasmian orang Yahudi di Diaspora

7

Kekuasaan itu membuka peluang baginya untuk mendapatkan ldquodukunganrdquo dari golongan

di bawahnya demi tujuan yang ingin ia capai Cara gubernur romawi mengatasi

kerusuhan yang terjadi dikemudian hari khususnya berkaitan dengan isu sektarian di

Anthiokhia menunjukan betapa ldquotangan besirdquo romawi efektif meminimalisir konflik

terbuka21

Bersama para pejabat romawi dan anggota senat gubernur selain memimpin

legiun juga mendapat dukungan dari para imam di kuil para pegawai kekaisaraan

pengumpul pajak dll dalam relasi patron-klien22

Kenyataan itu menunjukan hubungan

transaksional yang sarat kepentingan politik sudah merupakan hal lumrah terjadi di

golongan masyarakat atas di Antiokhia Pola relasi yang sangat rapuh karena didasarkan

pada loyalitas semu yang dapat dibeli oleh kekuasaan

22 Komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Orang Yahudi yang telah tinggal di Anthiokhia sama tuanya dengan kota tersebut

hidup dalam situasi sosial masyarakat hirarkis Menurut Warren Carter argumen para ahli

menunjukan dimensi-dimensi penting yang menunjukan kelas sosial orang Yahudi di kota

ini seperti (1) pendapat Kingsbury bahwa bahasa Yunani yang digunakan penulis Matius

mengindikasikan masyarakat ini ialah komunitas urban (2) penggunaan kata Kota

dilakukan 26 kali dibandingkan Desa (3) jemaat Matius diasumsikan tidak asing dengan

kekayaan hal itu ditunjukan oleh misalnya letak perbandingan identitas Yusuf orang

Arimatea yang pada Markus dan Lukas ia dikenal sebagai anggota dewan tinggi namun

pada Matius ia disebut sebagai Si Orang Kaya (4) penggunaan sebutan emas perak dan

talenta dilakukan sebanyak 26 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan Markus yang

hanya sekali menyebut perak dan Lukas hanya empat kali lebih banyak dari Markus23

Argumen-argumen itu menguatkan dugaan bahwa komunitas Matius terdiri dari mereka

yang hidup kaya artinya ada jejak dari mereka berada pada golongan elit Akan tetapi

sebagai ganti keengganan Carter untuk secara deterministik menentukan kedudukan

orang Yahudi itu ia memberi anjuran yang secara probabilistik menempatkan orang

Yahudi ada di kedua kelas sosial (Cross section) sebab selain karakteristik teks

menunjukan nuansa orang terdidik (golongan elit) teks ini juga bernafaskan tindakan

untuk menjangkau orang-orang yang dimarjinalkan24

21

Upaya untuk merayakan Perbedaan Kultur dan Toleransi pernah dilakukan di Anthiokhia Lih Trudy Ring amp

Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London WIPIDE 1995) 40 22

Carter Matthew amp The Margins 19 23

Carter Matthew amp The Margins 25 24

Carter Matthew amp The Margins 26

8

Dugaan Carter tentang Cross section itu dapat diperkuat melalui laporan Josephus

bahwa orang Yahudi yang tinggal di Anthiokhia hidup tentram dan secara ekonomi cukup

kaya25

Menurut Staumbaugh dan Balch kunjungan Herodes Agung beberapa kali ke

Anthiokhia diduga kuat yang memicu naiknya gengsi pengaruh dan kedudukan orang

Yahudi di sana26

Laporan betapa kayanya orang Yahudi di Anthiokhia nampaknya bukan

hisapan jempol belaka Sebab berdasarkan catatan Josephus orang Yahudi di Anthiokhia

mampu mengirimkan persembahan yang mahal ke Yerusalem27

Tidak hanya itu pada

masa pemerintahan Klaudius tatkala Yudea dilanda kelaparan bantuan dari Anthiokhia

datang untuk menanggulangi bencana tersebut28

Lalu bagaimana dapat diandaikan bahwa selain jejak keberadaan orang Yahudi

dalam lingkaran elit terdapat pula informasi yang menunjukan bahwa ada orang Yahudi

hidup dalam kelas non elit Hal itu dapat dijelaskan melalui identifikasi pekerjaan

mereka Orang Yaudi nonelit di Antiokhia ada yang hidup bekerja sebagai tukang dan

budak yang mana secara kasat mata sudah cukup menunjukan bahwa mereka ialah

golongan kecil yang dimarjinalkan29

Mereka ialah kelompok yang hidup bekerja demi

memenuhi kesejaterahaan hidup para elit

Kondisi kehidupan yang baik dalam aspek sosial ekonomi religius bahkan akses

politik terhadap kekuasaan memang dinikmati oleh sebagian orang Yahudi di Anthiokhia

untuk kurun waktu yang cukup lama Sisanya meski dipinggirkan namun cukup untuk

melanjutkan kehidupan dengan bekerja bagi para elit Kehidupan yang tentram dan

mapan di Anthiokhia bahkan telah dinikmati orang Yahudi sejak jaman Hasmonean yang

dipicu oleh banyaknya orang baru yang hidup menyatu dengan penduduk tertarik masuk

ke dalam komunitas sinagoge30

Selain bahwa pengaruh Hasmonean yang mendahului

kunjungan Herodes Agung yang berdampak signifikan itu perilaku sosio-politik orang

Yahudi yang menunjukan loyalitas membuat mereka mendapatkan perlindungan31

Akan tetapi keadaan berbalik dan semakin memburuk bagi mereka sejak tahun 40

ZB Mulai saat itu hubungan sosio-politik antara orang Yahudi dengan orang Antiokhia

25

Josephus Jewish War 713 Bnd Walker In Steps 44 26

Nama besar Herodes Agung yang dikenal sebagai sekutu dekat Kaisar Agustus dan juga sebagai The Great

Builder lewat pembangunan luar biasa misalnya Bait Allah berbagai benteng hebat termasuk Masada kota-

kota Helenis seperti Sebaste dan Kaisera yang terkenal dengan pelabuhannya tersiar ke luar Yudea bahkan

sampai Anthiokhia Hal itu menempatkan Herodes Agung sebagai orang yang cukup penting sehingga tidak

heran apabila kunjungan tersebut membawa keuntungan bagi kedudukan sosio-politik orang Yahudi di

Anthiokhia Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial Bnd F F Bruce New Testament History (London

Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969) 27

Josephus Jewish War 745 28

Walker In Steps 47 29

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 181 30

Justin Taylor Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012) 156 31

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial49-51

9

berada dibawah ketegangan hebat Permusuhan yang timbul bahkan tidak bisa menahan

mereka untuk berhadapan dalam konflik terbuka yang berdarah-darah Sejak terjadi

pogrom32

dan dekrit Kaisar Kaligula yang memuat perintah penempatan patung dirinya di

Bait Allah di Yerusalem bentrok pecah di Antiokhia33

Pembunuhan terhadap orang

Yahudi di Anthiokhia terjadi dan sinagoge-sinagoge mereka dibakar Mulai saat itu

sentimen anti semit kian meninggi dan tak berhenti hingga kira-kira tahun 48 ZB Puncak

konflik terjadi tatkala pemberontakan Yudea melawan Romawi terjadi hingga tahun 70

ZB

Konflik di Yudea turut menyeret keterlibatan Anthiokhia karena kota itu menjadi

basis dukungan pasukan militer yang dikirim untuk menumpas pemberontakan di

Yudea34

Ketegangan perang itu merembes sampai ke Anthiokhia terutama bagi orang

Yahudi di sana Ikut terseretnya Antiokhia dalam tensi perang Yudea membuat beberapa

orang Yahudi di sana tidak mampu menahan diri Beberapa anggota dari penguasa

Yahudi merencanakan perlawanan Komunitas Yahudi di Anthiokhia dituduh

merencanakan membakar kota Akibatnya Gubernur Romawi menyerang mereka dan

mencabut hak-hak istimewa orang Yahudi

Penaklukan Yudea membawa dampak tidak saja pada memburuknya hubungan

sosial antara orang Yahudi dengan orang Anthiokhia dan sekaligus melemahkan pengaruh

32

Sebab terjadinya Pogrom diduga karena muncul kecemburuan sosial terhadap orang Yahudi yang melalui lobi

politik mendapat hak istimewa yang mana telah berlangsung sejak jaman Koresh lalu terus menguat ketika

Romawi menjadi sekutu keluarga Hasmonean Orang yahudi dibenci oleh orang Yunani-Romawi sebab mereka

dapat mengakses fasilitas dan hidup layak sama seperti orang Yunani-Romawi tanpa perlu melakukan

kewajiban yang sama Ditambah dengan kecenderungan Kaisar-kaisar Romawi yang meski berganti-ganti tetap

saja membela orang yahudi membuat kebencian orang yunani semakin menjadi-jadi Hak istimewa itu meliputi

diperbolehkan melaksanakan hukum Sabat tidak melakukan kegiataan keagamaan kekaisaraan boleh

membayar pajak kepada Bait Allah di Yerusalem dan bahkan mendapatkan otonomi terbatas untuk menegakan

hukum (politeuma) Yudaisme di Sinagoge Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 50-51

33 Bentrokan ini terjadi jelas dalam dua aspek yang berkaitan yaitu Sosio-politik dan Sosio-religius

Kecemburuan sosial nyata dalam pogrom dan resistensi keagamaan nampak dalam perlawanan dekrit Kaligula

yang sangat ldquomenyakitirdquo hati orang Yahudi Menurut saya motivasi perlawanan terhadap pogrom yang jelas

muncul sebagai reaksi mempertahankan ldquopemberian Romawirdquo sebagai keberhasilan lobi politik tentu berbeda

dengan perlawanan terhadap dekrit Kaligula Identitas keagamaan Yudaisme bukan ldquopemberian Romawirdquo

Namun resistensi itu juga bukan hanya soal ortodoksi Ia merupakan peneguhan kemerdekaan politik secara

religius yang saya kategorikan sebagai Hak Milik Mengapa hak milik kemerdekaan politik secara religius

sangat penting Sebab orang Yahudi begitu percaya bahwa YHWH tidak mengijinkan mereka dipimpin oleh

orang Kafir Penjajahan atas mereka hanyalah teguran YHWH karena mereka lalai menjalankan hukum Tuhan

Dalam pada itu kemerdekaan religius berkaitan erat dengan dinantikanya ldquoHari YHWHrdquo atau datangnya Mesias

untuk membebaskan mereka dari teguran Ortodoksi bukan tujuan pada dirinya sebab jika mereka tidak mampu

menjaga kemerdekaan religius maka sama saja melepaskan peluang hidup bebas untuk kembali mendirikan

kedigdayaan kerajaan Daud Gagasan untuk menjaga ortodoksi sebagai implikasi teguran YHWH itu sangat

ditekankan oleh golongan Parisi yang ternyata ialah pemimpin sinagoge Anthiokhia Bnd Jeffrey J Butz The

Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the Just to the founding fathers(Inner

TraditionBear amp Co 2009) 281 F F Bruce History Alan Richardson Political Christ (Philadelpia

Westminster Press 1973) 34

Walker In steps 44

10

mereka secara politik tetapi juga memberikan pengaruh kepada tatanan beragama dalam

komunitas mereka sendiri Melalui kejatuhan dengan demikian berakhir juga otoritas Bait

Allah di Yerusalem Pasca penghancuran yang dilakukan oleh Titus pada 70 ZB membuat

kekuasaan dalam urusan keagamaan komunitas Yahudi di diaspora menjadi wewenang

sektoral di masing-masing Sinagoge

Perlu dicatat bahwa pergeseran otoritas keagamaan ke sinagoge sesungguhnya

secara terbatas membuat mereka tetap memiliki kekuasaanya sendiri meskipun pada

masyarakat kota Anthiokhia mereka tidak lagi menikmati keleluasaan Atas otoritas itu

perselisihan dengan orang Yunani-Romawi di Anthiokhia terus berlanjut namun lebih

banyak terjadi di dalam sinagoge Perselisihan tersebut nampak ketika orang-orang

Yunani mulai masuk ke dalam komunitas Terjadi perdebatan apakah mereka harus

menjalankan hukum Yahudi terutama sunat dan makanan halal atau tidak Akan tetapi hal

terpenting dari pergeseran itu bukan terletak pada bagaimana orang Yahudi mulai

menerapkan standar tegas terhadap hukum mereka namun terletak pada apa motif dari

kekuasaan itu mereka pergunakan Merujuk pada Groenen ia menegaskan bahwa akibat

dari bergesernya otoritas keagamaan tersebut membawa dampak yang tidak

menyenangkan bagi orang Kristen di Antiokhia yaitu penindasan oleh Sinagoge terhadap

mereka35

3 Memahami Kembali Matius 21-18

Melalui bantuan pendekatan hermeneutik yang secara khusus menyoroti teks

dalam kerangka sosio-politiknya maka narasi Matius 21-18 memberikan sekurang-

kurangnya tiga pemahaman teologis yang memperluas horizon berpikir pembacanya

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan terhadap

dominasi status quo

Gelar Mesias yang redaktur Matius tempelkan pada mulut Herodes di ayat ke-4

menjadi kata kunci yang menunjukan posisi komunitas Matius yang berbeda dengan

kelompok status quo Yahudi Teks secara eksplisit menunjukan bahwa Para Majus

sebagai tokoh yang muncul pertama menyinggung perihal kelahiran Yesus (ayat 1-3)

justeru tak sekalipun menyebut gelar Sang Bayi sebagai Mesias (ayat 2) Sebutan dalam

ayat 2 yang para Majus berikan ialah ldquoRaja Orang Yahudi itu ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν

Ἰ οσδαί ωνrdquo (βαζιλεὺ ς menjadi penanda identitas khusus bayi Yesus)36

Istilah Mesias

35

Groenen Pengantar 90 36

Kalimat dalam ayat ini lengkapnya λέ γονηεςmiddot ποῦ ἐ ζηιν ὁ ηετθεὶ ς βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων εἴ δομεν

γὰ ρ αὐ ηοῦ ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ἐ ν ηῇ ἀ ναηολῇ καὶ ἤ λθομεν προζκσνῆ ζαι αὐ ηῷ LAI nampaknya keliru

11

sendiri baru kemudian muncul manakala Herodes menanyakan perihal kelahiran Yesus

kepada pemuka agama Yahudi (ayat 4)

Pemilihan gelar ὁ βαζιλεὺ ς yang ditempelkan ke mulut Para Majus oleh

redaktur Matius ialah jelas berbeda dengan ὁ τριζηὸ ς yang ditempelkan ke mulut

Herodes Agung meskipun merujuk pada subjek yang sama yaitu Yesus Terma ὁ

βαζιλεὺ ς ialah istilah Yunani bagi Raja tetapi tak memiliki nuansa berarti dalam

kosmologi Yudaisme Berkebalikan dari itu ὁ τριζηὸ ς37

justru memiliki makna spesifik

dan sarat nuansa dalam Yudaisme Ada hal penting yang coba disampaikan oleh redaktur

Matius dari distingsi ini

Yosephus memberikan catatan yang sangat berharga perihal gelar ldquoraja orang

Yahudi (ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων)rdquo Menurutnya gelar raja orang Yahudi ialah tanda

yang diberikan oleh Senat Romawi kepada Herodes Agung ketika mereka

mengangkatnya sebagai raja pada tahun 40 SZB38

Craig Evans menafsirkan bahwa

tindakan para majus menyebut Yesus sebagai raja orang yahudi (ayat 2) ialah tindakan

sewajarnya sebab mereka hanya ingin menanyakan perihal suksesi Herodes Agung39

Akan tetapi persoalan yang serius ialah narasi ini sulit dipercayai sungguh-sungguh

faktual secara historis40

Dengan memperhatikan distingsi antara gelar raja orang yahudi

dengan gelar mesias yang muncul dalam tokoh-tokoh pada teks maka saya justeru

melihat kencederungan lain Redaktur Matius secara sengaja ingin menunjukan bahwa

Herodes Agung bersama para Pemuka Agama Yahudi yang berhasil merumuskan perihal

identitas Yesus secara tepat sebagai Mesias merupakan personifikasi status quo Yahudi

Tidak hanya menjadikan Herodes Agung dan Pemuka Agama Yahudi sebagai

personifikasi kelompok status quo melalui narasi ini penulis Matius sekaligus

menyerang mereka

Gelar raja orang Yahudi seharusnya milik Herodes Agung tetapi dengan

munculnya gelar itu disebut oleh para majus maka hal ini menurut saya jelas merupakan

sebuah sinisme Hal tersebut saya argumentasikan sebab penulis Matius menempatkan

Herodes Agung dalam posisi yang sangat ironis Berdasarkan tafsir Evans maka Herodes

lah yang jelas-jelas bergelar raja orang Yahudi sehingga seharusnya ia dapat langsung

memberikan klarifikasi kepada para majus perihal suksesinya Tetapi yang nampak ialah

menerjemahkan λέ γονηεςmiddot dengan ldquobertanya-tanyardquo Kata yang sesuai dengan bahasa Yunani λέ γονηεςmiddot ialah

ldquoberkata (to speak) Maka sebenarnya para majus lebih cenderung mendeklarasikan kelahiran Raja Yahudi 37

Dalam terjemahan Ibraninya yaitu Mesias (Massiah dari bentuk Massah) keduanya berarti Yang Diurapi 38

Yosephus Jewish War 1282 39

Craig Evans Matthew (New York Cambridge University Press 2012) 53 40

R T France menegaskan bahwa tak ada laporan sekunder di luar injil yang dapat mengkonfirmasikan

historisitas kunjungan itu Lih R T France The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing

Co 2012) Kindle Version

12

justru Herodes Agung seperti seorang bodoh yang tak menyadari bahwa dia sendiri yang

adalah raja orang Yahudi itu Herodes Agung digambarkan seperti tak punya petunjuk

apakah benar ada pengganti dirinya yang baru saja lahir

Warren Carter mengajukan pendapat bahwa respon Herodes Agung yang begitu

saja rela mencarikan informasi lebih jauh bagi para majus (ayat 1-6) perlu dilihat dalam

kerangka pikir bahwa para majus ialah astrolog yang biasa diminta menjelaskan arti

kemunculan tanda alam (seperti bintang) dan relasinya dengan kekuasaan41

Pandangan

Carter itu bersesuaian dengan Craig Keneer yang secara eksplisit berani mengatakan

bahwa para majus ialah astrolog kerajaan Persia yang memiliki peran politik sangat

penting42

Ada tafsiran yang menyebut para majus ialah raja-raja yang bangsa kafir

sehingga dimengerti sebagai jalan soteriologi untuk menjangkau bangsa-bangsa di luar

Yahudi Namun tanda bahwa mereka melihat bintang ialah petunjuk lebih jelas mengenai

tujuan disebutkannya tokoh ini oleh redaktur Matius

Persoalanya apakah bintang raja orang Yahudi itu (ayat 2) ialah bintang per se

Anggapan tersebut dipersoalkan oleh Howard Clarke dengan mengatakan bahwa jika

benar bintang tersebut muncul lalu tidak masuk akal jika Herodes Agung tak

melihatnya43

Umumnya para pakar memandang bahwa bintang (ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ayat 2)

dikutip redaktur Matius dari Bilangan 2417 dan menautkan kisah penglihatan Bileam

tentang bintang Daud pada kisah kelahiran Yesus Hal ini menunjukan indikasi bahwa

terjadi pemenuhan dari apa yang dikisahkan dalam perjanjian lama

Namun hal yang saya catat ialah redaktur Matius sedang dalam perjuangan

mendapatkan pengaruh melawan pihak yang merasa secara yuridis berwenang atas

penetapan ajaran Yudaisme Pemenuhan kisah perjanjian lama dalam rentang waktu

ketika komunitas Matius hidup baru dapat dikonfirmasikan bukan oleh sekte ini tetapi

oleh otoritas Yahudi di Sinagoge yang notabene lawan mereka44

Maka dari itu saya

mengira bahwa redaktur Matius ingin menelanjangi posisi penguasa Sinagoge yang tak

benar-benar paham tradisi Yudaisme melalui upaya menegaskan status Yesus sebagai

Mesias45

41

Warren Carter Matthew and the Margins74 42

Craig S Keener A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2013) 100 43

Clarke The Gospel of Matthew 18 44

Pasca penghancuran Bait Allah ketika terjadi penumpasan pemberontakan Yerusalem otoritas Yudaisme

berpindah ke masing-masing Sinagoge Akan tetapi Saldarini menunjukan bahwa Komunitas Matius tidak

menerima otoritas itu bahkan menganggap bahwa model di masing-masing Sinagoge perlu diatur ulang Lih

Saldarini The Gospel 52 45

Masa pasca Bait Allah (Post Temple) ialah masa dimana para Rabi Yahudi di Sinagoge-sinagoge mulai

menafsir ulang Yudaisme agar sesuai dengan kondisi kehidupan mereka Dalam paham itu saya menduga bahwa

Redaktur Matius sedang berupaya sekuat tenaga melawan tafsir baru para Rabi (mungkin sekali dari Golonga

13

Dengan menautkan tradisi Yudaisme tentang kisah bintang Daud seperti yang

para ahli katakan dan dengan menempelkan gelar raja orang yahudi pada mulut para

majus maka apa yang saya sebut sebagai sinisme menjadi lebih jelas Redaktur Matius

menempatkan para majus yang ialah personifikasi komunitas Matius sebagai pihak di

luar status quo Sinagoge yang justru lebih ketat dan peka terhadap tradisi Yudaisme

dalam hal melihat pentingnya kehadiran Yesus yang sudah terjadi di dunia46

Perihal kelahiran Mesias ke bumi apabila merujuk pada teks rupanya bukanlah

suatu kabar gembira bagi kelompok status quo Pemilihan kata ἐ ηαρά τθη47

yang

muncul di ayat ke-3 oleh redaktur memberikan kesan kuat bahwa Yesus yang sudah lahir

ialah sebuah masalah bagi kelompok status quo Anggapan bahwa Yesus menimbulkan

masalah oleh kelompok status quo dipertegas melalui keengganan mereka untuk

mengakui bahwa Mesias telah lahir Redaktur Matius menggunakan kata γεννᾶ ηαι48

yang menunjukan kelompok status quo tak setuju dengan klaim kelompok Matius

tentang ke-mesias-an Yesus

Ketidaksetujuan itu juga nampak dari disebutkannya Bethlehem (ayat 1) sebagai

tempat kelahiran Yesus dan Yerusalem (ayat 3) sebagai tempat yang menolak kelahiran

Yesus Seisi Yerusalem menanggapi kabar bahwa Yesus Sang Mesias sudah hadir di

dunia sebagai masalah Yerusalem ialah pusat kekuasan atau dalam hal ini menjadi

lambang sistem kekuasaan status quo yang mana enggan mengakui bahwa Yesus benar

Mesias Melalui pengecekan tradisi Yudaisme dalam diri Herodes Agung dan para

pemuka agama Yahudi (4-6) redaktur Matius sekaligus menyerang mereka sebagai

pemegang otoritas keagamaan yang tidak paham mengenai tradisi Yudaisme itu sendiri

Pharisi) untuk menjadi pegangan bersama Komunitas Yahudi di Anthiokhia Tradisi tentang Midrash membantu

membentuk pemahaman ini Lih Brian M Nolan The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in

the Setting of the Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979) 52-58 Bnd Robert M Prince New

Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm diakses 8 November 2014 46

γεννηθέ νηος ialah kata kerja aoris geniitif pasif yang tak hanya menunjukan penegasan tetapi juga sekaligus

menujukan tindakan yang sudah pernah terjadi Artinya penegasan bahwa Raja orang Yahudi sudah pernah

dilahirkan Kata ini juga menjadi penegasan tentang status kemesiasan Yesus 47

Kata ἐ ηαρά τθη dari bentuk kata ηαρά ζζω kurang tepat jika diterjemahkan dengan ldquoterkejutrdquo Kata itu

berarti meresahkan mengacaukan menganggu atau menakutkan Terjemahan King James Version (KJV)

ldquotroubled (menyusahkan)rdquo menurut saya jauh lebih memadai dibandingkan terjemahan dalam TB-LAI Untuk

keperluan tulisan ini maka saya menggunakan kata ldquomengganggurdquo sebagai ganti kata ldquoterkejutrdquo 48

Kata γεννᾶ ηαι (kata kerja present indikatif pasif untuk orang ketiga tunggal dari bentuk γεννά ω) berarti

ldquosedang dilahirkanrdquo Dalam narasi Matius pasal 2 kata ini berbeda kasusnya dengan kata yang sama di ayat 1

Kata ini menunjukan pemahaman bahwa kegiatan Mesianik masa terus berlangsung Berbeda dengan kelompok

Matius yang percaya nubuatan mesianik sudah terjadi dalam diri Yesus kelompok Yahudi status quo

menunjukan bahwa mesias bukan seperti yang dipikirkan kelompok matius Saya menduga ini adalah jejak

tentang model kubu status quo mendukung teologi Millitary Mesiah sebab disekitar tahun 70-132 ZB model

Millitary Mesiah muncul kuat sebagai gerakan pemberontakan

14

Dengan menempatkan berturut-turut gelar mesias di mulut Herodes Agung

kontras antara Bethlehem dengan Yerusalem penyelidikan dan afirmasi perihal kelahiran

Mesias dari tradisi Yudaisme di mulut para pemuka agama Yahudi maka hal ini jelas

menunjukan apa yang saya sebut di atas sebagai ironi Upaya ini menunjukan bahwa

redaktur Matius menganggap kelompok status quo di Sinagoge tak lagi memiliki

legitimasi Hal tersebut didasarkan pada ironi kelompok status quo yang tidak benar-

benar memahami isi ajaran Yudaisme manakala mereka tak mengakui Yesus sebagai

Mesias padahal mereka ialah pemimpin agama

Perseteruan antara kelompok Matius dengan kelompok status quo tentang

pengakuan Yesus sebagai Mesias sebenarnya merupakan masalah yang sentral Bagi

kelompok status quo mengakui Yesus sebagai Mesias ialah sama dengan memberi

pengakuan akan kehadiran kelompok Yahudi yang menyimpang (Deviant Jews)49

Sedangkan pengkuan akan kelompok yang menyimpang ialah sama dengan membuka

celah bagi perubahan yang radikal dalam diri komunitas Yahudi Artinya memberikan

ruang secara sosio-politik bagi komunitas Matius untuk hidup ialah pilihan yang

membunuh kelompok status quo Maka tentu konsekuensi logisnya ialah dominasi atas

Yudaisme harus terus dilakukan

Persoalan semakin rumit sebab komunitas Matius tidak merasa dirinya ialah

bagian luar dari kelompok Yahudi Mereka tetap yakin jika dirinya merupakan bagian

dari kelompok itu Dalam kesadaran semacam ini mereka berpretensi melakukan

perubahan atas praktek lama yang tak benar Anthony Saldarini menegaskan apabila

komunitas Matius tidak sedang mencoba menciptakan sebuah masyarakat Agama Baru

tetapi tengah berupaya medelegitimasi kelompok status quo dengan membongkar

praktek Yudaisme mereka yang keliru50

Kekeliruan kelompok status quo sebenarnya bukan semata berkaitan dengan

persoalan perbedaan pandangan antara mereka dengan komunitas Matius mengenai

status Yesus sebagai Mesias Akan tetapi juga terletak pada persengkongkolan kelompok

status quo untuk menghancurkan komunitas Matius Sebab secara sosio-politik kehadiran

komunitas Matius ibarat duri dalam daging Maka daripada duri itu terus melukai diri

sendiri lebih baik segera disingkirkan Jejak ini muncul kuat disepanjang ayat 4 dan 7

pada narasi Tindakan Herodes Agung melakukan pertemuan terpisah dengan pemuka

49

Perihal telaah tentang Deviant Jews lihat Kai Ericson Wayward Puritans A Study in the Sociology of

Deviance (New York Wiley 1966) 3-5 50

Saldarini The Gospel 46-47

15

yahudi dan lalu melaksanakan pertemuan rahasia51

dengan para majus ialah bentuk

persengkongkolan demi dominasi status quo Poin yang redaktur Matius angkat ialah

pendekatan kelompok status quo identik dengan sikap penguasa yang manipulatif dan

menindas

Para majus setelah ayat 7 digambarkan sebagai pihak yang awalnya mengikuti

gerak manipulasi kekuasaan ala kelompok status quo dalam diri Herodes Agung Sang

raja yang seolah memberikan ruang pada para majus dan mendengarkan pendapat

mereka sebenarnya hanya tindakan manipulasi untuk menggali informasi guna

menghancurkan Yesus dan para majus sendiri Richard T France menyebut peran para

majus dalam ayat 7-9 sebagai alat spionase sang raja52

Artinya tujuan Herodes Agung

bertemu dengan para majus bukan pertama-tama demi mendengarkan apa yang para

majus itu inginkan tetapi justru untuk memperalat mereka

Ujaran Saldarini dan penjelasan France menurut saya sangat penting dalam

memahami posisi komunitas Matius dalam konteks tidak ingin mengganti Yudaisme

dengan suatu agama baru Melalui kisah kelahiran Yesus komunitas Matius menegaskan

bahwa bentuk dominasi dalam kehidupan bersama tidak dapat diterima Mereka tidak

sedang bicara ortodoksi Agama Yahudi Agama Yahudi yang dalam hal ini hanya

menjadi locus bagi suatu kehidupan bersama atau menjadi arena perebutan pengaruh

Dengan ketiadaan tendensi membentuk locus baru maka komunitas Matius sebenarnya

tengah mencoba mempertahankan diri sebagai bagian dari kesatuan komunitas Yahudi

umunya Akan tetapi dengan suatu harapan bahwa hidup bersama itu dilakukan tidak

dalam penindasan

Penolakan paham tentang dominasi ini menurut saya muncul dalam suatu

pernyataan teologis di sepanjang ayat 10-12 Hal yang sangat menarik ialah upaya

persekongkolan untuk memperalat para majus agar dominasi dapat dilanggengkan justru

digagalkan oleh Tuhan melalui mimpi para majus dan penyataan malaikat kepada Yusuf

Dalam kepolosanya para majus terjebak pada permainan kekuasaan Herodes Agung

tetapi permainan itu tidak sampai selesai sebab Tuhan menggagalkannya di tengah jalan

Pada titik ini saya menduga redaktur Matius menegaskan bahwa Tuhan justru tidak

menghendaki model dominasi status quo yang menghalalkan praktek kekuasaan

manipulatif seperti yang dipraktekan kelompok status quo dalam diri Herodes Agung

51

Ada dua kata kunci dalam pertemuan rahasia ini yaitu ldquoSecara rahasia (λά θρᾳ )rdquo dan ldquomemastikan secara

tepat (ἠ κρί βωζεν)rdquo Pertemuan ini terpisah dan tertutup bersifat rahasia antara Herodes Agung dengan para

majus apa tujuan pertemuan ini Untuk memastikan dengan tepat apakah Yesus Mesias Dalam hal ini untuk

memastikan dampak dari status Yesus sebagai Mesias 52

Frnce The Gospel Kindle Version

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 7: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

vii

Daftar Isi

Cover

Lembar Pengesahan

Pernyataan Tidak Plagiat

Persetujuan Akses

Kata Pengantar

Daftar Isi

Abstrak

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

12 Rumusan Masalah amp Tujuan Penelitian

13 Metode amp Teknik Pengumpulan Data

14 Manfaat Penelitian

15 Sistematika Penulisan

2 Injil Matius dalam Konteks Sosi-politiknya

21 Anthiokhia

22 Komunitas Sinagoge di Anthiokhia

3 Memahami Kembali Matius 21-18

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan

terhadap dominasi status quo

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan

melawan dominasi status quo

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status

Quo menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

5 Penutup

51 Kesimpulan

Daftar Pustaka

i

ii

iii

iv

vi

vii

1

1

3

3

4

4

4

5

7

10

10

16

21

24

24

26

28

29

29

31

viii

Abstrak

Injil Matius merupakan bentuk counter narrative terhadap kekuasaan Imperium

Romanum dan Aristokrasi Sinagoge yang mempraktekan dominasi dalam pranata sosio-

politik sebagai tujuan kekuasaan Pax Romana yang universal ialah yang terbaik menurut

Imperium Romanum Teologi Sosial Millitary Messiah menjadi penuntun pemberontakan

orang Yahudi melawan si kafir Romawi Namun keduanya dituduh secara sinis oleh

redaktur Matius sebagai model kekuasaan politik yang haus dominasi manipulatif

menindas dan tak mencerminkan kehendak Allah itulah mengapa Herodes Agung

digambarkan ingin membunuh Mesias Untuk itu pranata sosio-politik Mesias Yang

Terselamatkan sebagai model yang visioner dan melawan arus utama diajukan sebagai

ganti dua model pertama yang sama-sama palsu dan rentan pelanggengan status quo

Prinsip normatif sebagaimana yang diajukan redaktur Matius dalam menyikapi

carut marut pranata sosio-politik dari awal abad pertama ternyata menembus jauh hingga

masa Indonesia pasca reformasi Sebagai negara yang baru lepas dari otokrasi dan

bergerak lambat dalam demokrasi Indonesia tengah terengah-engah mengatasi

cengkraman oligarki (dekadensi aristokrasi) yang bertopeng demokrasi Melalui

pengalaman komunitas Matius yang mengajukan pranata sosial Mesias Yang

Terselamatkan rupanya demokrasi di Indonesia yang hampir kehilangan daya dapat

diperkuat kembali sehingga mampu melawan oligark yang menguasai dua preferensi

politik utama di Indonesia fundamentalisme pasar dan fundamantalisme agama Pranata

Mesianik ini dapat menjadi basis moral religius bagi pembaca Matius di Indonesia sebab

prinsip mesianik inheren dalam prinsip demokrasi Pembaca Matius di Indonesia dapat

menengok dasar biblis untuk mewujudkan gerakan Demokrasi yaitu dari uncivil society

menjadi civil society yang dididam-idamkan

Kata-kata Kunci Herodes Agung Mesias Status Quo Demokrasi Oligarki

1

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

Kitab-kitab injil dalam tradisi kekristenan umumnya diterima sebagai sumber

primer serta terpercaya oleh orang Kristen guna memahami dan mengetahui ragam hal

tentang Yesus Kristus Meski demikian secara faktual injil-injil tersebut kerap kali

menunjukan beberapa jejak yang justru menghadirkan persoalan dalam upaya memahami

dan mengetahui perihal Sang Mesias Secara khusus sebagai contoh kisah seputar

kelahiran Yesus dalam kaitan dengan upaya pembunuhan diri-Nya oleh Herodes Agung

hanya ada pada injil Matius 21-18

Mengenai ketiadaan kisah pembunuhan bayi-bayi pada injil lain sebenarnya telah

mengundang berbagai tanggapan para ahli Misalnya saja pendapat Drewes yang

menyatakan bahwa merujuk teori 4 sumber maka kisah ini merupakan cerita yang berasal

dari Sumber M sehingga memang secara eksklusif hanya ada di Matius saja1 Stefan

Leeks pada satu bagian dalam bukunya menyatakan bahwa penulis injil Matius ingin

menyampaikan suatu pesan tertentu melalui kisah yang menghubungkan Raja Herodes

Agung dengan Yesus2 Sedangkan RT France secara meyakinkan menulis bahwa kisah

pembunuhan anak-anak ditambahkan oleh redaktur Matius sebagai bentuk folklore yang

umum dalam berbagai tradisi bahwa kelahiran seseorang yang hebat sudah selalu diikuti

oleh ancaman karena kecemburuan para penguasa3

Namun pendapat John Drane terhadap narasi Matius 21-18 ialah yang paling

signifikan tetapi sekaligus melahirkan problem serius Terkait historisitas Matius 216

Drane justru berpendapat bahwa tidak ada catatan sejarah dalam dokumen-dokumen lain

tentang cerita ini meskipun cerita ini bersesuaian dengan tabiat kejam Herodes Agung4

Artinya John Drane meyakini bahwa kisah ini tak faktual secara historis

Surip Stanislaus menegaskan bahwa kisah itu tak perlu dilihat dalam kerangka

historisnya sekalipun informasi-informasi dalam narasi tersebut telah coba diuji secara

1 Stefan Leeks Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007) 38

2 B F Drewes Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000) 32

3France membandingkan Matius 213-18 dengan cerita masa kanak-kanak Sargon Gilgamesh dan bahkan kisah

dua bersaudara pendiri Roma yaitu Romulus dan Remus sebagai bentuk folklore yang umum muncul dalam

masyarakat kala itu Lih R T France ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL

XXI No 2 (1979) 98 4 John Drane Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung Mulia 2005) 39

Perihal tabiat Herodes Agung ia adalah seorang raja sekaligus politisi yang licik hebat dalam pembangunan

dan kejam Herodes Agung ialah seorang paranoid yang selalu curiga terhadap siapapun yang dianggapnya

mengancam kedudukanya sebagai raja Hirkanus (mertuanya) Mariame (istrinya) dan Aleksander Aristobulus

dan Antipater (ketiga anaknya) dibunuh oleh Herodes Agung karena dicurigai ingin mengkudeta kedudukanya

Bnd Jona Lendering King Herod the Great Acient Warfare Magazine

2

saintifik5 Rekonstruksi yang melibatkan astronomi dalam menyelidiki Matius 2 hanya

berhasil sampai pada kesimpulan yang tak determinan berkaitan dengan historisitas

Matius 21-18 Pandangan semacam ini didukung kuat oleh ahli lainya Misalnya

menyebut bahwa penjelasan yang menyebut supernova Kepler komet Heley dan

hipotesis Konjugasi Planet-planet yang secara historis terjadi berdekatan dengan masa

kelahiran Yesus dan kematian Herodes Agung tetap saja kesemuanya itu tak memiliki

relasi logis langsung dengan kisah pembunuhan anak-anak di bawah usia dua tahun oleh

Herodes Agung6

Keraguan tentang aspek historis dari Matius 2 membuat pernyataan Leeks menjadi

kuat Anjuran Leeks untuk memperlakukan kisah ini sebagai ldquoyang mewakili suatu

keadaan sebenarnyardquo jauh lebih masuk akal daripada menerima narasi ini sebagai sebuah

laporan pandangan mata Sebab perbedaan mencolok kisah kelahiran Yesus dalam Matius

dan Lukas7 membuat logika internal dari ide bahwa kisah ini ialah laporan pandangan

mata menjadi tak konsisten sehingga secara epistemologis runtuh dengan sendirinya

Antonhy Saldarini menulis satu esai menarik tentang ciri khas Matius sebagai

sebuah kitab yang memperlihatkan banyak jejak konflik antara kelompok Kristen dengan

Yahudi Untuk itulah alasan mengapa Yesus berulang kali digambarkan berada dalam

posisi tegang yang vis-a-vis dengan para penguasa termasuk sejak kelahiran-Nya dalam

Matius 21-18 Bila saya mencoba menafsirkan kisah ini dalam kerangka konflik antar

kelompok maka persoalan historisitas seperti apakah benar secara faktual Herodes Agung

pernah menggerakan pasukanya untuk memburu bayi Yesus dan membantai anak-anak

tak berdosa tak lagi bermasalah Akan tetapi sebagai sebuah narasi tentang konflik antar

kelompok maka pola konflik itu menjadi menarik untuk dibahas Fenomena ini

merupakan gesekan antara Komunitas Matius dengan Penguasa Sinagoge yang oleh

Saldarini disebut sebagai upaya melawan Yudaisme demi sebuah ldquoYudaisme Barurdquo

melalui perjuangan dalam nama Yesus8

Selain teks ini bicara pada konteksnya tentu ia juga dapat berbicara lintas waktu

bagi pembaca di masa kini Dengan memperhatikan nuansa sosio-politik yang kuat pada

teks Matius 213-18 baik berkaitan dengan konteks dalam teks maupun konteks dari teks

5 Surip Stanislaus Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012) 72-74

6 Howard W Clarke The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the First Gospel

(Indiana Indiana University Press 2008) 18 7 Kesimpulan bahwa Kisah Kelahiran Yesus berdasarkan Injil Sinoptik ialah faktual secara induktif bermasalah

Kedua Injil itu membuat kisah kelahiran yang bertolak belakang (Matius 118-223 amp Lukas 21-7) yang mana

tentu tak dapat diterima prinsip logika Bnd Stanislaus Rahasia 29-30 8 Anthony Saldarini ldquoThe Gospel of Matthew and Jewish-Christian Conflictrdquo dalam David Balch (eds) Social

History of the Matthean Community Cross Disciplinary Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995) 42-

43

3

saya menduga bahwa gerakan pembaharuan dalam narasi Matius dapat menjadi sangat

aktual bagi pembacanya di Indonesia Konteks Indonesia yang tengah dalam transisi

negara otoritarian a la orde baru kepada negara demokratis pasca reformasi ternyata

masih diselubungi skandal oligarki9 sehingga sebuah gerakan pembahuruan seperti

dengungan Revolusi Mental Jokowian sebagai model normatif yang dikampanyekan

untuk mengubah mental bangsa muncul kuat Menurut hemat saya fenomena ini mungkin

dapat diteropong dari model perlawanan komunitas Matius pada sistem lama yang tak

berjalan semestinya seperti apa yang coba ditulis dalam Matius 21-18

12 Rumusan Masalah amp Tujuan Penelitian

Dua rumusan masalah coba diketengahkan yaitu Pertama bagaimana kisah

pembantaian anak di bawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung dalam

Matius 21-18 ditinjau dari konteks sosio-politiknya Kedua bagaimana benang merah

kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung

dalam Matius 21-18 dengan kehidupan pembacanya di Indonesia pasca reformasi

Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah Pertama menjelaskan bagaimana

kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung

dalam Matius 21-18 ditinjau dari konteks sosio-politiknya Kemudian kedua

menjelaskan bagaimana benang merah kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun

yang dilakukan oleh Herodes Agung dalam Matius 21-18 dengan kehidupan pembacanya

di Indonesia pasca reformasi

13 Metode amp Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Dalam penelitian ini saya akan menggunakan metode hermeneutik yang berfungsi

untuk menguak makna dari suatu teks10

Metode ini digunakan dengan memperhatikan

nuansa sosio-politik dari teks Melalui upaya ini penafsir diandaikan dapat

merekonstruksi teks Matius 21-18 sehingga paling tidak tenunan sosio-politiknya dapat

terurai kembali Sementara itu teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi

kepustakaan dan menafsirkan teks Matius 21-18 Baik hasil tafsir teks Matius 21-18 dan

sumber-sumber pustaka relevan inilah yang menjadi data-data yang kemudian saya

kelolah dan analisa Hasil pengelolahan dan analisa terhadap data tersebut diharapkan

mampu menjawab masalah yang diteliti

9 Lih Budi Hardiman Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta Kanisius

2014) 53

10

Yusak B Setyawan Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga Fakultas

Teologi UKSW 2010) 4

4

14 Manfaat Penelitian

Saya berharap tulisan pada akhirnya dapat digunakan guna pengembangan ilmu

teologi yang mencakup terhadap studi Hermeneutik Perjanjian Baru serta studi Agama

dan Politik bagi Fakultas Teologi UKSW secara khusus dan dunia teologi di Indonesia

pada umumnya Selain itu juga melalui studi terhadap Matius 21-18 saya berharap agar

penelitian ini dapat memberikan sumbangsih gagasan bagi paham tentang kondisi

normatif kehidupan sosio-politik orang Kristen di Indonesia dewasa ini

15 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam kajian ini akan saya tulis dalam lima bagian Pada

bagian pertama berisikan pendahuluan Bagian kedua dari tulisan ini akan memuat

informasi terkait konteks sosio-politik Injil Matius Selanjutnya pada bagian ketiga saya

akan memberikan pemaparan tentang pemahaman ulang terhadap teks Matius 21-18

Bagian keempat berisi mengenai refleksi terhadap teks Matius 21-18 yaitu aktualisasinya

bagi kehidupan pembaca Matius di Indonesia Terakhir bagian kelima akan memuat

penutup daripada tulisan ini

2 Injil Matius dalam Konteks Sosio-Politiknya

Banyak ahli menduga kuat bahwa injil Matius ditulis di Anthiokhia di wilayah

Siria Injil Matius menunjukan nuansa-nuansa yang mendukung pemahaman tersebut

seperti disebutkanya mata uang dirham (mata uang Siria) diperlunaknya hukum tahir

dan najis (bagi non Yahudi) serta ada nuasa ketegangan antara pimpinan Yahudi dengan

jemaat11

Dugaan ini diperkuat melalui fakta bahwa naskah injil Matius ditulis dalam

bahasa Yunani dengan menyertakan nuansa semitis pada berbagai ungkapan yang kualitas

bahasanya bukan terjemaham dari bahasa Ibrani ataupun bahasa Aram Dengan

memperhatikan penggunaan bahasa semacam itu patut diduga bahwa tujuan tulisan ini

untuk mereka yang menggunakan bahasa Yunani Lagipula penggunaan bahasa Yunani

berlaku luas terutama di kota-kota Romawi

Penulis dan waktu penulisan injil Matius dipercayai dilakukan oleh seseorang

dalam kurun waktu tahun 70-90 ZB Perkiraan waktu tersebut memberikan gambaran

penulisan Injil terjadi pasca penghancuran Bait Allah di Yerusalem pada tahun 70 ZB

Gambaran itu dipercayai oleh para ahli dinarasikan implisit dalam bagian teks Matius

227 Meski begitu dugaan yang didasarkan menurut teks Matius 227 itu sendiri belum

menyelesaikan variasi pendapat para ahli tentang kapan persisnya penulisan dilakukan

11

C Groenen Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006) 88-89

5

Hal yang sama juga terjadi pada upaya untuk melacak identitas asli dari penulis injil ini

Siapa persisnya yang menulis tak dapat diketahui secara pasti Ada yang menyebutnya

sebagai seorang pembina jemaat seorang Yahudi yang menjadi Kristen yang berani

mengecam orang Yahudi yang tak mau mengikut Yesus seorang pelarian dari

Yerusalem ataupun seorang dari generasi Kristen kedua yang misioner yang berbahasa

Yunani12

Tidak ada satupun dari pendapat tadi yang menegaskan secara pasti siapa yang

menjadi penulis injil Matius Akan tetapi pada saat yang sama bermacam pendapat itu

juga tidak meneguhkan pandangan Papias bahwa penulis injil ini ialah Matius salah satu

Rasul Yesus13

Melalui upaya rekonstruksi yang cermat para ahli juga mencoba merumuskan

tujuan penulisan injil Matius Sama seperti analisis sebelumnya tujuan penulisan didapat

melalui telaah terhadap karakteristik dari teks itu sendiri Salah satu hasil telaah itu

dikemukakan oleh De Heer Menurut De Heer injil ini ada demi tiga tujuan utama yaitu

(1) Maksud Apologetis menyatakan bahwa nubuatan di dalam Perjanjian Lama telah

terpenuhi dan sekaligus membela status Yesus sebagai Mesias (2) Maksud Katekesis

merujuk pada Grundmman bahwa injil ini bertujuan untuk menyampaian pokok-pokok

ajaran Kristen agar dimengerti dan demi mengajarkanya kepada orang lain Hal itu

nampak dari begitu banyak teladan Yesus yang dimuat oleh penulis injil (3) Maksud

Parenetis untuk menegur jemaat Matius di Siria yang yang hidup tidak harmonis (kasih

diantara mereka telah dingin)14

21 Anthiokhia

Para ahli menduga cukup kuat bahwa teks Matius ditulis di Anthiokhia Kota ini

ialah ketiga terbesar di kekaisaran Romawi yang berpopulasi lebih dari 500000 jiwa

terdiri dari orang Siria Yunani-Romawi juga minoritas Yahudi yang Pada tahun 300

SZB Anthiokhia didirikan oleh Seleukus I di dekat sungai Orontes (berada jauh dari laut

dan terlindungi benteng alami yaitu Gunung Silpius) untuk menghormati ayahnya

sekaligus menampung para veteran perang Makedonia serta berfungsi guna menguasai

12

Para ahli umumnya bersepakat bahwa sangat sulit mempercayai Rasul Matius yang menulis injil ini Alasan-

alasan yang dikemukakan seperti Jika benar Matius yang menulis maka ia tentu saksi mata lalu mengapa

seorang saksi mata perlu merujuk kepada teks Markus yang penulisnya bukan saksi mata Juga bahasa yang

Matius gunakan ialah Bahasa Aram bukan Bahasa Yunani padahal injil ini ditulis dalam bahasa Yunani Lih

Drewes Satu Injil 176 Bnd Drane Memahami 219 Rudolf Schnackenburg The Gospel of Matthew (Wm B

Eerdmans Publishing Co Michigan 2007) 6-7 13

Pandangan bahwa Matius sang Rasul sebagai penulis Injil Matius baru muncul belakangan pada abad II

setelah injil Matius ditulis Ialah Papias seorang penulis dari Hireapolis yang menyatakan hal ini Lih Jakob

van Bruggen Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh penulis-penulis sezaman

(Jakarta Gunung Mulia 2004) 63-65 14

J De Heer Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia) 6-7

6

jalur-jalur darat yang menghubungkan Asia Kecil Mesir tak ketinggalan Eufrat15

Dewi

Tikhe (Fortuna Keberuntungan) dipercaya menguasai nasib semua kerajaan Helenis

menguasai kesuburan tanah dan menguasai keamanan kota atas banjir serta gempa

dijadikan dewi kota oleh penduduk di sana Anthiokhia ialah pusat intelektual yang besar

serta menjadi pusat perjalanan dan perdagangan yang sangat makmur serta merupakan

ibu kota Provinsi Romawi gabungan Suriah dan Kilikia sehingga pada jaman Romawi

mendapat perlindungan langsung dari Kaisar16

Seorang Gubernur Romawi menjadi perwakilan Kaisar memerintah atas

Anthiokhia Ia bertugas menegakan hukum dan memelihara ketertiban umum masyarakat

Namun ketertiban umum yang diupayakan berlangsung di Antiokhia berada dalam

bayang-bayang (1) tatanan masyarakat hirarkis17

dan (2) demografi penduduk yang

beragam budaya18

Dua hal ini sebenarnya membawa ancaman persoalan sosial bagi

Gubernur Romawi di Antokhia Pertama potensi ancaman terletak pada pola piramida

kekuasaan politik terpusat pada golongan elit yang jumlahnya lebih sedikit dibanding

masyarakat kebanyakan yang berada di luar golongan itu Golongan elit itu menguasai

sendi-sendi ekonomi hukum dan mengatur kesejaterahaan yang akibatnya sendi-sendi

itu (terutama politik) diatur menurut kepentingan mereka19

Dalam hal ini tercipta suatu

tatanan sosial dalam bentuk kelas sosial yang tidak adil golongan elit dan golongan

nonelit Persoalanya ialah kondisi sosial ini melahirkan rasa saling benci antara kedua

kelas sosial itu Kedua sebagai kota yang mempertemukan beragam identitas dan etnis

Anthiokhia menyimpan potensi gesekan sosial manakala terjadi pertemuan dua atau lebih

entitas yang saling bertolak belakang Ner Dah mengutip Streeter menyebut kondisi itu

sebagai ldquoAntagonisme Etnisrdquo yang mana kota itu diliputi ancaman kejahatan dan konflik

akibat percampuran orang-orang dari latar belakang etnis berbeda20

Akan tetapi meski menyimpan potensi konflik rupaya gubernur romawi mampu

mengatasi gesekan sosial tersebut Piramid kekuasaan itu menempatkan ia berada pada

puncak kelas sosial sedangkan dasar terendah ada pada golongan kecil termasuk budak

15

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013) 43 Bnd John Staumbaugh dan David

Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung Mulia 2008) 179 16

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial180 Bnd David J Bosch Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi

misi yang mengubah dan berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006) 67 Robert Coote dan Mary Coote Kuasa

Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004) 164 17

Warren Carter Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York Orbis Book

2000) 20 18

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial183 19

Carter Matthew amp The Margins 18 20

Streeter The Four Gospel dalam Ner Dah Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of

Myanmar PhD diss 2009 Menurut hemat saya apa yang dikemukakan Streeter tidak berlebihan sebab

masalah sosial itu kemudian termanifestasi dalam gerakan pembasmian orang Yahudi di Diaspora

7

Kekuasaan itu membuka peluang baginya untuk mendapatkan ldquodukunganrdquo dari golongan

di bawahnya demi tujuan yang ingin ia capai Cara gubernur romawi mengatasi

kerusuhan yang terjadi dikemudian hari khususnya berkaitan dengan isu sektarian di

Anthiokhia menunjukan betapa ldquotangan besirdquo romawi efektif meminimalisir konflik

terbuka21

Bersama para pejabat romawi dan anggota senat gubernur selain memimpin

legiun juga mendapat dukungan dari para imam di kuil para pegawai kekaisaraan

pengumpul pajak dll dalam relasi patron-klien22

Kenyataan itu menunjukan hubungan

transaksional yang sarat kepentingan politik sudah merupakan hal lumrah terjadi di

golongan masyarakat atas di Antiokhia Pola relasi yang sangat rapuh karena didasarkan

pada loyalitas semu yang dapat dibeli oleh kekuasaan

22 Komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Orang Yahudi yang telah tinggal di Anthiokhia sama tuanya dengan kota tersebut

hidup dalam situasi sosial masyarakat hirarkis Menurut Warren Carter argumen para ahli

menunjukan dimensi-dimensi penting yang menunjukan kelas sosial orang Yahudi di kota

ini seperti (1) pendapat Kingsbury bahwa bahasa Yunani yang digunakan penulis Matius

mengindikasikan masyarakat ini ialah komunitas urban (2) penggunaan kata Kota

dilakukan 26 kali dibandingkan Desa (3) jemaat Matius diasumsikan tidak asing dengan

kekayaan hal itu ditunjukan oleh misalnya letak perbandingan identitas Yusuf orang

Arimatea yang pada Markus dan Lukas ia dikenal sebagai anggota dewan tinggi namun

pada Matius ia disebut sebagai Si Orang Kaya (4) penggunaan sebutan emas perak dan

talenta dilakukan sebanyak 26 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan Markus yang

hanya sekali menyebut perak dan Lukas hanya empat kali lebih banyak dari Markus23

Argumen-argumen itu menguatkan dugaan bahwa komunitas Matius terdiri dari mereka

yang hidup kaya artinya ada jejak dari mereka berada pada golongan elit Akan tetapi

sebagai ganti keengganan Carter untuk secara deterministik menentukan kedudukan

orang Yahudi itu ia memberi anjuran yang secara probabilistik menempatkan orang

Yahudi ada di kedua kelas sosial (Cross section) sebab selain karakteristik teks

menunjukan nuansa orang terdidik (golongan elit) teks ini juga bernafaskan tindakan

untuk menjangkau orang-orang yang dimarjinalkan24

21

Upaya untuk merayakan Perbedaan Kultur dan Toleransi pernah dilakukan di Anthiokhia Lih Trudy Ring amp

Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London WIPIDE 1995) 40 22

Carter Matthew amp The Margins 19 23

Carter Matthew amp The Margins 25 24

Carter Matthew amp The Margins 26

8

Dugaan Carter tentang Cross section itu dapat diperkuat melalui laporan Josephus

bahwa orang Yahudi yang tinggal di Anthiokhia hidup tentram dan secara ekonomi cukup

kaya25

Menurut Staumbaugh dan Balch kunjungan Herodes Agung beberapa kali ke

Anthiokhia diduga kuat yang memicu naiknya gengsi pengaruh dan kedudukan orang

Yahudi di sana26

Laporan betapa kayanya orang Yahudi di Anthiokhia nampaknya bukan

hisapan jempol belaka Sebab berdasarkan catatan Josephus orang Yahudi di Anthiokhia

mampu mengirimkan persembahan yang mahal ke Yerusalem27

Tidak hanya itu pada

masa pemerintahan Klaudius tatkala Yudea dilanda kelaparan bantuan dari Anthiokhia

datang untuk menanggulangi bencana tersebut28

Lalu bagaimana dapat diandaikan bahwa selain jejak keberadaan orang Yahudi

dalam lingkaran elit terdapat pula informasi yang menunjukan bahwa ada orang Yahudi

hidup dalam kelas non elit Hal itu dapat dijelaskan melalui identifikasi pekerjaan

mereka Orang Yaudi nonelit di Antiokhia ada yang hidup bekerja sebagai tukang dan

budak yang mana secara kasat mata sudah cukup menunjukan bahwa mereka ialah

golongan kecil yang dimarjinalkan29

Mereka ialah kelompok yang hidup bekerja demi

memenuhi kesejaterahaan hidup para elit

Kondisi kehidupan yang baik dalam aspek sosial ekonomi religius bahkan akses

politik terhadap kekuasaan memang dinikmati oleh sebagian orang Yahudi di Anthiokhia

untuk kurun waktu yang cukup lama Sisanya meski dipinggirkan namun cukup untuk

melanjutkan kehidupan dengan bekerja bagi para elit Kehidupan yang tentram dan

mapan di Anthiokhia bahkan telah dinikmati orang Yahudi sejak jaman Hasmonean yang

dipicu oleh banyaknya orang baru yang hidup menyatu dengan penduduk tertarik masuk

ke dalam komunitas sinagoge30

Selain bahwa pengaruh Hasmonean yang mendahului

kunjungan Herodes Agung yang berdampak signifikan itu perilaku sosio-politik orang

Yahudi yang menunjukan loyalitas membuat mereka mendapatkan perlindungan31

Akan tetapi keadaan berbalik dan semakin memburuk bagi mereka sejak tahun 40

ZB Mulai saat itu hubungan sosio-politik antara orang Yahudi dengan orang Antiokhia

25

Josephus Jewish War 713 Bnd Walker In Steps 44 26

Nama besar Herodes Agung yang dikenal sebagai sekutu dekat Kaisar Agustus dan juga sebagai The Great

Builder lewat pembangunan luar biasa misalnya Bait Allah berbagai benteng hebat termasuk Masada kota-

kota Helenis seperti Sebaste dan Kaisera yang terkenal dengan pelabuhannya tersiar ke luar Yudea bahkan

sampai Anthiokhia Hal itu menempatkan Herodes Agung sebagai orang yang cukup penting sehingga tidak

heran apabila kunjungan tersebut membawa keuntungan bagi kedudukan sosio-politik orang Yahudi di

Anthiokhia Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial Bnd F F Bruce New Testament History (London

Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969) 27

Josephus Jewish War 745 28

Walker In Steps 47 29

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 181 30

Justin Taylor Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012) 156 31

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial49-51

9

berada dibawah ketegangan hebat Permusuhan yang timbul bahkan tidak bisa menahan

mereka untuk berhadapan dalam konflik terbuka yang berdarah-darah Sejak terjadi

pogrom32

dan dekrit Kaisar Kaligula yang memuat perintah penempatan patung dirinya di

Bait Allah di Yerusalem bentrok pecah di Antiokhia33

Pembunuhan terhadap orang

Yahudi di Anthiokhia terjadi dan sinagoge-sinagoge mereka dibakar Mulai saat itu

sentimen anti semit kian meninggi dan tak berhenti hingga kira-kira tahun 48 ZB Puncak

konflik terjadi tatkala pemberontakan Yudea melawan Romawi terjadi hingga tahun 70

ZB

Konflik di Yudea turut menyeret keterlibatan Anthiokhia karena kota itu menjadi

basis dukungan pasukan militer yang dikirim untuk menumpas pemberontakan di

Yudea34

Ketegangan perang itu merembes sampai ke Anthiokhia terutama bagi orang

Yahudi di sana Ikut terseretnya Antiokhia dalam tensi perang Yudea membuat beberapa

orang Yahudi di sana tidak mampu menahan diri Beberapa anggota dari penguasa

Yahudi merencanakan perlawanan Komunitas Yahudi di Anthiokhia dituduh

merencanakan membakar kota Akibatnya Gubernur Romawi menyerang mereka dan

mencabut hak-hak istimewa orang Yahudi

Penaklukan Yudea membawa dampak tidak saja pada memburuknya hubungan

sosial antara orang Yahudi dengan orang Anthiokhia dan sekaligus melemahkan pengaruh

32

Sebab terjadinya Pogrom diduga karena muncul kecemburuan sosial terhadap orang Yahudi yang melalui lobi

politik mendapat hak istimewa yang mana telah berlangsung sejak jaman Koresh lalu terus menguat ketika

Romawi menjadi sekutu keluarga Hasmonean Orang yahudi dibenci oleh orang Yunani-Romawi sebab mereka

dapat mengakses fasilitas dan hidup layak sama seperti orang Yunani-Romawi tanpa perlu melakukan

kewajiban yang sama Ditambah dengan kecenderungan Kaisar-kaisar Romawi yang meski berganti-ganti tetap

saja membela orang yahudi membuat kebencian orang yunani semakin menjadi-jadi Hak istimewa itu meliputi

diperbolehkan melaksanakan hukum Sabat tidak melakukan kegiataan keagamaan kekaisaraan boleh

membayar pajak kepada Bait Allah di Yerusalem dan bahkan mendapatkan otonomi terbatas untuk menegakan

hukum (politeuma) Yudaisme di Sinagoge Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 50-51

33 Bentrokan ini terjadi jelas dalam dua aspek yang berkaitan yaitu Sosio-politik dan Sosio-religius

Kecemburuan sosial nyata dalam pogrom dan resistensi keagamaan nampak dalam perlawanan dekrit Kaligula

yang sangat ldquomenyakitirdquo hati orang Yahudi Menurut saya motivasi perlawanan terhadap pogrom yang jelas

muncul sebagai reaksi mempertahankan ldquopemberian Romawirdquo sebagai keberhasilan lobi politik tentu berbeda

dengan perlawanan terhadap dekrit Kaligula Identitas keagamaan Yudaisme bukan ldquopemberian Romawirdquo

Namun resistensi itu juga bukan hanya soal ortodoksi Ia merupakan peneguhan kemerdekaan politik secara

religius yang saya kategorikan sebagai Hak Milik Mengapa hak milik kemerdekaan politik secara religius

sangat penting Sebab orang Yahudi begitu percaya bahwa YHWH tidak mengijinkan mereka dipimpin oleh

orang Kafir Penjajahan atas mereka hanyalah teguran YHWH karena mereka lalai menjalankan hukum Tuhan

Dalam pada itu kemerdekaan religius berkaitan erat dengan dinantikanya ldquoHari YHWHrdquo atau datangnya Mesias

untuk membebaskan mereka dari teguran Ortodoksi bukan tujuan pada dirinya sebab jika mereka tidak mampu

menjaga kemerdekaan religius maka sama saja melepaskan peluang hidup bebas untuk kembali mendirikan

kedigdayaan kerajaan Daud Gagasan untuk menjaga ortodoksi sebagai implikasi teguran YHWH itu sangat

ditekankan oleh golongan Parisi yang ternyata ialah pemimpin sinagoge Anthiokhia Bnd Jeffrey J Butz The

Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the Just to the founding fathers(Inner

TraditionBear amp Co 2009) 281 F F Bruce History Alan Richardson Political Christ (Philadelpia

Westminster Press 1973) 34

Walker In steps 44

10

mereka secara politik tetapi juga memberikan pengaruh kepada tatanan beragama dalam

komunitas mereka sendiri Melalui kejatuhan dengan demikian berakhir juga otoritas Bait

Allah di Yerusalem Pasca penghancuran yang dilakukan oleh Titus pada 70 ZB membuat

kekuasaan dalam urusan keagamaan komunitas Yahudi di diaspora menjadi wewenang

sektoral di masing-masing Sinagoge

Perlu dicatat bahwa pergeseran otoritas keagamaan ke sinagoge sesungguhnya

secara terbatas membuat mereka tetap memiliki kekuasaanya sendiri meskipun pada

masyarakat kota Anthiokhia mereka tidak lagi menikmati keleluasaan Atas otoritas itu

perselisihan dengan orang Yunani-Romawi di Anthiokhia terus berlanjut namun lebih

banyak terjadi di dalam sinagoge Perselisihan tersebut nampak ketika orang-orang

Yunani mulai masuk ke dalam komunitas Terjadi perdebatan apakah mereka harus

menjalankan hukum Yahudi terutama sunat dan makanan halal atau tidak Akan tetapi hal

terpenting dari pergeseran itu bukan terletak pada bagaimana orang Yahudi mulai

menerapkan standar tegas terhadap hukum mereka namun terletak pada apa motif dari

kekuasaan itu mereka pergunakan Merujuk pada Groenen ia menegaskan bahwa akibat

dari bergesernya otoritas keagamaan tersebut membawa dampak yang tidak

menyenangkan bagi orang Kristen di Antiokhia yaitu penindasan oleh Sinagoge terhadap

mereka35

3 Memahami Kembali Matius 21-18

Melalui bantuan pendekatan hermeneutik yang secara khusus menyoroti teks

dalam kerangka sosio-politiknya maka narasi Matius 21-18 memberikan sekurang-

kurangnya tiga pemahaman teologis yang memperluas horizon berpikir pembacanya

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan terhadap

dominasi status quo

Gelar Mesias yang redaktur Matius tempelkan pada mulut Herodes di ayat ke-4

menjadi kata kunci yang menunjukan posisi komunitas Matius yang berbeda dengan

kelompok status quo Yahudi Teks secara eksplisit menunjukan bahwa Para Majus

sebagai tokoh yang muncul pertama menyinggung perihal kelahiran Yesus (ayat 1-3)

justeru tak sekalipun menyebut gelar Sang Bayi sebagai Mesias (ayat 2) Sebutan dalam

ayat 2 yang para Majus berikan ialah ldquoRaja Orang Yahudi itu ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν

Ἰ οσδαί ωνrdquo (βαζιλεὺ ς menjadi penanda identitas khusus bayi Yesus)36

Istilah Mesias

35

Groenen Pengantar 90 36

Kalimat dalam ayat ini lengkapnya λέ γονηεςmiddot ποῦ ἐ ζηιν ὁ ηετθεὶ ς βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων εἴ δομεν

γὰ ρ αὐ ηοῦ ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ἐ ν ηῇ ἀ ναηολῇ καὶ ἤ λθομεν προζκσνῆ ζαι αὐ ηῷ LAI nampaknya keliru

11

sendiri baru kemudian muncul manakala Herodes menanyakan perihal kelahiran Yesus

kepada pemuka agama Yahudi (ayat 4)

Pemilihan gelar ὁ βαζιλεὺ ς yang ditempelkan ke mulut Para Majus oleh

redaktur Matius ialah jelas berbeda dengan ὁ τριζηὸ ς yang ditempelkan ke mulut

Herodes Agung meskipun merujuk pada subjek yang sama yaitu Yesus Terma ὁ

βαζιλεὺ ς ialah istilah Yunani bagi Raja tetapi tak memiliki nuansa berarti dalam

kosmologi Yudaisme Berkebalikan dari itu ὁ τριζηὸ ς37

justru memiliki makna spesifik

dan sarat nuansa dalam Yudaisme Ada hal penting yang coba disampaikan oleh redaktur

Matius dari distingsi ini

Yosephus memberikan catatan yang sangat berharga perihal gelar ldquoraja orang

Yahudi (ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων)rdquo Menurutnya gelar raja orang Yahudi ialah tanda

yang diberikan oleh Senat Romawi kepada Herodes Agung ketika mereka

mengangkatnya sebagai raja pada tahun 40 SZB38

Craig Evans menafsirkan bahwa

tindakan para majus menyebut Yesus sebagai raja orang yahudi (ayat 2) ialah tindakan

sewajarnya sebab mereka hanya ingin menanyakan perihal suksesi Herodes Agung39

Akan tetapi persoalan yang serius ialah narasi ini sulit dipercayai sungguh-sungguh

faktual secara historis40

Dengan memperhatikan distingsi antara gelar raja orang yahudi

dengan gelar mesias yang muncul dalam tokoh-tokoh pada teks maka saya justeru

melihat kencederungan lain Redaktur Matius secara sengaja ingin menunjukan bahwa

Herodes Agung bersama para Pemuka Agama Yahudi yang berhasil merumuskan perihal

identitas Yesus secara tepat sebagai Mesias merupakan personifikasi status quo Yahudi

Tidak hanya menjadikan Herodes Agung dan Pemuka Agama Yahudi sebagai

personifikasi kelompok status quo melalui narasi ini penulis Matius sekaligus

menyerang mereka

Gelar raja orang Yahudi seharusnya milik Herodes Agung tetapi dengan

munculnya gelar itu disebut oleh para majus maka hal ini menurut saya jelas merupakan

sebuah sinisme Hal tersebut saya argumentasikan sebab penulis Matius menempatkan

Herodes Agung dalam posisi yang sangat ironis Berdasarkan tafsir Evans maka Herodes

lah yang jelas-jelas bergelar raja orang Yahudi sehingga seharusnya ia dapat langsung

memberikan klarifikasi kepada para majus perihal suksesinya Tetapi yang nampak ialah

menerjemahkan λέ γονηεςmiddot dengan ldquobertanya-tanyardquo Kata yang sesuai dengan bahasa Yunani λέ γονηεςmiddot ialah

ldquoberkata (to speak) Maka sebenarnya para majus lebih cenderung mendeklarasikan kelahiran Raja Yahudi 37

Dalam terjemahan Ibraninya yaitu Mesias (Massiah dari bentuk Massah) keduanya berarti Yang Diurapi 38

Yosephus Jewish War 1282 39

Craig Evans Matthew (New York Cambridge University Press 2012) 53 40

R T France menegaskan bahwa tak ada laporan sekunder di luar injil yang dapat mengkonfirmasikan

historisitas kunjungan itu Lih R T France The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing

Co 2012) Kindle Version

12

justru Herodes Agung seperti seorang bodoh yang tak menyadari bahwa dia sendiri yang

adalah raja orang Yahudi itu Herodes Agung digambarkan seperti tak punya petunjuk

apakah benar ada pengganti dirinya yang baru saja lahir

Warren Carter mengajukan pendapat bahwa respon Herodes Agung yang begitu

saja rela mencarikan informasi lebih jauh bagi para majus (ayat 1-6) perlu dilihat dalam

kerangka pikir bahwa para majus ialah astrolog yang biasa diminta menjelaskan arti

kemunculan tanda alam (seperti bintang) dan relasinya dengan kekuasaan41

Pandangan

Carter itu bersesuaian dengan Craig Keneer yang secara eksplisit berani mengatakan

bahwa para majus ialah astrolog kerajaan Persia yang memiliki peran politik sangat

penting42

Ada tafsiran yang menyebut para majus ialah raja-raja yang bangsa kafir

sehingga dimengerti sebagai jalan soteriologi untuk menjangkau bangsa-bangsa di luar

Yahudi Namun tanda bahwa mereka melihat bintang ialah petunjuk lebih jelas mengenai

tujuan disebutkannya tokoh ini oleh redaktur Matius

Persoalanya apakah bintang raja orang Yahudi itu (ayat 2) ialah bintang per se

Anggapan tersebut dipersoalkan oleh Howard Clarke dengan mengatakan bahwa jika

benar bintang tersebut muncul lalu tidak masuk akal jika Herodes Agung tak

melihatnya43

Umumnya para pakar memandang bahwa bintang (ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ayat 2)

dikutip redaktur Matius dari Bilangan 2417 dan menautkan kisah penglihatan Bileam

tentang bintang Daud pada kisah kelahiran Yesus Hal ini menunjukan indikasi bahwa

terjadi pemenuhan dari apa yang dikisahkan dalam perjanjian lama

Namun hal yang saya catat ialah redaktur Matius sedang dalam perjuangan

mendapatkan pengaruh melawan pihak yang merasa secara yuridis berwenang atas

penetapan ajaran Yudaisme Pemenuhan kisah perjanjian lama dalam rentang waktu

ketika komunitas Matius hidup baru dapat dikonfirmasikan bukan oleh sekte ini tetapi

oleh otoritas Yahudi di Sinagoge yang notabene lawan mereka44

Maka dari itu saya

mengira bahwa redaktur Matius ingin menelanjangi posisi penguasa Sinagoge yang tak

benar-benar paham tradisi Yudaisme melalui upaya menegaskan status Yesus sebagai

Mesias45

41

Warren Carter Matthew and the Margins74 42

Craig S Keener A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2013) 100 43

Clarke The Gospel of Matthew 18 44

Pasca penghancuran Bait Allah ketika terjadi penumpasan pemberontakan Yerusalem otoritas Yudaisme

berpindah ke masing-masing Sinagoge Akan tetapi Saldarini menunjukan bahwa Komunitas Matius tidak

menerima otoritas itu bahkan menganggap bahwa model di masing-masing Sinagoge perlu diatur ulang Lih

Saldarini The Gospel 52 45

Masa pasca Bait Allah (Post Temple) ialah masa dimana para Rabi Yahudi di Sinagoge-sinagoge mulai

menafsir ulang Yudaisme agar sesuai dengan kondisi kehidupan mereka Dalam paham itu saya menduga bahwa

Redaktur Matius sedang berupaya sekuat tenaga melawan tafsir baru para Rabi (mungkin sekali dari Golonga

13

Dengan menautkan tradisi Yudaisme tentang kisah bintang Daud seperti yang

para ahli katakan dan dengan menempelkan gelar raja orang yahudi pada mulut para

majus maka apa yang saya sebut sebagai sinisme menjadi lebih jelas Redaktur Matius

menempatkan para majus yang ialah personifikasi komunitas Matius sebagai pihak di

luar status quo Sinagoge yang justru lebih ketat dan peka terhadap tradisi Yudaisme

dalam hal melihat pentingnya kehadiran Yesus yang sudah terjadi di dunia46

Perihal kelahiran Mesias ke bumi apabila merujuk pada teks rupanya bukanlah

suatu kabar gembira bagi kelompok status quo Pemilihan kata ἐ ηαρά τθη47

yang

muncul di ayat ke-3 oleh redaktur memberikan kesan kuat bahwa Yesus yang sudah lahir

ialah sebuah masalah bagi kelompok status quo Anggapan bahwa Yesus menimbulkan

masalah oleh kelompok status quo dipertegas melalui keengganan mereka untuk

mengakui bahwa Mesias telah lahir Redaktur Matius menggunakan kata γεννᾶ ηαι48

yang menunjukan kelompok status quo tak setuju dengan klaim kelompok Matius

tentang ke-mesias-an Yesus

Ketidaksetujuan itu juga nampak dari disebutkannya Bethlehem (ayat 1) sebagai

tempat kelahiran Yesus dan Yerusalem (ayat 3) sebagai tempat yang menolak kelahiran

Yesus Seisi Yerusalem menanggapi kabar bahwa Yesus Sang Mesias sudah hadir di

dunia sebagai masalah Yerusalem ialah pusat kekuasan atau dalam hal ini menjadi

lambang sistem kekuasaan status quo yang mana enggan mengakui bahwa Yesus benar

Mesias Melalui pengecekan tradisi Yudaisme dalam diri Herodes Agung dan para

pemuka agama Yahudi (4-6) redaktur Matius sekaligus menyerang mereka sebagai

pemegang otoritas keagamaan yang tidak paham mengenai tradisi Yudaisme itu sendiri

Pharisi) untuk menjadi pegangan bersama Komunitas Yahudi di Anthiokhia Tradisi tentang Midrash membantu

membentuk pemahaman ini Lih Brian M Nolan The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in

the Setting of the Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979) 52-58 Bnd Robert M Prince New

Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm diakses 8 November 2014 46

γεννηθέ νηος ialah kata kerja aoris geniitif pasif yang tak hanya menunjukan penegasan tetapi juga sekaligus

menujukan tindakan yang sudah pernah terjadi Artinya penegasan bahwa Raja orang Yahudi sudah pernah

dilahirkan Kata ini juga menjadi penegasan tentang status kemesiasan Yesus 47

Kata ἐ ηαρά τθη dari bentuk kata ηαρά ζζω kurang tepat jika diterjemahkan dengan ldquoterkejutrdquo Kata itu

berarti meresahkan mengacaukan menganggu atau menakutkan Terjemahan King James Version (KJV)

ldquotroubled (menyusahkan)rdquo menurut saya jauh lebih memadai dibandingkan terjemahan dalam TB-LAI Untuk

keperluan tulisan ini maka saya menggunakan kata ldquomengganggurdquo sebagai ganti kata ldquoterkejutrdquo 48

Kata γεννᾶ ηαι (kata kerja present indikatif pasif untuk orang ketiga tunggal dari bentuk γεννά ω) berarti

ldquosedang dilahirkanrdquo Dalam narasi Matius pasal 2 kata ini berbeda kasusnya dengan kata yang sama di ayat 1

Kata ini menunjukan pemahaman bahwa kegiatan Mesianik masa terus berlangsung Berbeda dengan kelompok

Matius yang percaya nubuatan mesianik sudah terjadi dalam diri Yesus kelompok Yahudi status quo

menunjukan bahwa mesias bukan seperti yang dipikirkan kelompok matius Saya menduga ini adalah jejak

tentang model kubu status quo mendukung teologi Millitary Mesiah sebab disekitar tahun 70-132 ZB model

Millitary Mesiah muncul kuat sebagai gerakan pemberontakan

14

Dengan menempatkan berturut-turut gelar mesias di mulut Herodes Agung

kontras antara Bethlehem dengan Yerusalem penyelidikan dan afirmasi perihal kelahiran

Mesias dari tradisi Yudaisme di mulut para pemuka agama Yahudi maka hal ini jelas

menunjukan apa yang saya sebut di atas sebagai ironi Upaya ini menunjukan bahwa

redaktur Matius menganggap kelompok status quo di Sinagoge tak lagi memiliki

legitimasi Hal tersebut didasarkan pada ironi kelompok status quo yang tidak benar-

benar memahami isi ajaran Yudaisme manakala mereka tak mengakui Yesus sebagai

Mesias padahal mereka ialah pemimpin agama

Perseteruan antara kelompok Matius dengan kelompok status quo tentang

pengakuan Yesus sebagai Mesias sebenarnya merupakan masalah yang sentral Bagi

kelompok status quo mengakui Yesus sebagai Mesias ialah sama dengan memberi

pengakuan akan kehadiran kelompok Yahudi yang menyimpang (Deviant Jews)49

Sedangkan pengkuan akan kelompok yang menyimpang ialah sama dengan membuka

celah bagi perubahan yang radikal dalam diri komunitas Yahudi Artinya memberikan

ruang secara sosio-politik bagi komunitas Matius untuk hidup ialah pilihan yang

membunuh kelompok status quo Maka tentu konsekuensi logisnya ialah dominasi atas

Yudaisme harus terus dilakukan

Persoalan semakin rumit sebab komunitas Matius tidak merasa dirinya ialah

bagian luar dari kelompok Yahudi Mereka tetap yakin jika dirinya merupakan bagian

dari kelompok itu Dalam kesadaran semacam ini mereka berpretensi melakukan

perubahan atas praktek lama yang tak benar Anthony Saldarini menegaskan apabila

komunitas Matius tidak sedang mencoba menciptakan sebuah masyarakat Agama Baru

tetapi tengah berupaya medelegitimasi kelompok status quo dengan membongkar

praktek Yudaisme mereka yang keliru50

Kekeliruan kelompok status quo sebenarnya bukan semata berkaitan dengan

persoalan perbedaan pandangan antara mereka dengan komunitas Matius mengenai

status Yesus sebagai Mesias Akan tetapi juga terletak pada persengkongkolan kelompok

status quo untuk menghancurkan komunitas Matius Sebab secara sosio-politik kehadiran

komunitas Matius ibarat duri dalam daging Maka daripada duri itu terus melukai diri

sendiri lebih baik segera disingkirkan Jejak ini muncul kuat disepanjang ayat 4 dan 7

pada narasi Tindakan Herodes Agung melakukan pertemuan terpisah dengan pemuka

49

Perihal telaah tentang Deviant Jews lihat Kai Ericson Wayward Puritans A Study in the Sociology of

Deviance (New York Wiley 1966) 3-5 50

Saldarini The Gospel 46-47

15

yahudi dan lalu melaksanakan pertemuan rahasia51

dengan para majus ialah bentuk

persengkongkolan demi dominasi status quo Poin yang redaktur Matius angkat ialah

pendekatan kelompok status quo identik dengan sikap penguasa yang manipulatif dan

menindas

Para majus setelah ayat 7 digambarkan sebagai pihak yang awalnya mengikuti

gerak manipulasi kekuasaan ala kelompok status quo dalam diri Herodes Agung Sang

raja yang seolah memberikan ruang pada para majus dan mendengarkan pendapat

mereka sebenarnya hanya tindakan manipulasi untuk menggali informasi guna

menghancurkan Yesus dan para majus sendiri Richard T France menyebut peran para

majus dalam ayat 7-9 sebagai alat spionase sang raja52

Artinya tujuan Herodes Agung

bertemu dengan para majus bukan pertama-tama demi mendengarkan apa yang para

majus itu inginkan tetapi justru untuk memperalat mereka

Ujaran Saldarini dan penjelasan France menurut saya sangat penting dalam

memahami posisi komunitas Matius dalam konteks tidak ingin mengganti Yudaisme

dengan suatu agama baru Melalui kisah kelahiran Yesus komunitas Matius menegaskan

bahwa bentuk dominasi dalam kehidupan bersama tidak dapat diterima Mereka tidak

sedang bicara ortodoksi Agama Yahudi Agama Yahudi yang dalam hal ini hanya

menjadi locus bagi suatu kehidupan bersama atau menjadi arena perebutan pengaruh

Dengan ketiadaan tendensi membentuk locus baru maka komunitas Matius sebenarnya

tengah mencoba mempertahankan diri sebagai bagian dari kesatuan komunitas Yahudi

umunya Akan tetapi dengan suatu harapan bahwa hidup bersama itu dilakukan tidak

dalam penindasan

Penolakan paham tentang dominasi ini menurut saya muncul dalam suatu

pernyataan teologis di sepanjang ayat 10-12 Hal yang sangat menarik ialah upaya

persekongkolan untuk memperalat para majus agar dominasi dapat dilanggengkan justru

digagalkan oleh Tuhan melalui mimpi para majus dan penyataan malaikat kepada Yusuf

Dalam kepolosanya para majus terjebak pada permainan kekuasaan Herodes Agung

tetapi permainan itu tidak sampai selesai sebab Tuhan menggagalkannya di tengah jalan

Pada titik ini saya menduga redaktur Matius menegaskan bahwa Tuhan justru tidak

menghendaki model dominasi status quo yang menghalalkan praktek kekuasaan

manipulatif seperti yang dipraktekan kelompok status quo dalam diri Herodes Agung

51

Ada dua kata kunci dalam pertemuan rahasia ini yaitu ldquoSecara rahasia (λά θρᾳ )rdquo dan ldquomemastikan secara

tepat (ἠ κρί βωζεν)rdquo Pertemuan ini terpisah dan tertutup bersifat rahasia antara Herodes Agung dengan para

majus apa tujuan pertemuan ini Untuk memastikan dengan tepat apakah Yesus Mesias Dalam hal ini untuk

memastikan dampak dari status Yesus sebagai Mesias 52

Frnce The Gospel Kindle Version

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 8: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

viii

Abstrak

Injil Matius merupakan bentuk counter narrative terhadap kekuasaan Imperium

Romanum dan Aristokrasi Sinagoge yang mempraktekan dominasi dalam pranata sosio-

politik sebagai tujuan kekuasaan Pax Romana yang universal ialah yang terbaik menurut

Imperium Romanum Teologi Sosial Millitary Messiah menjadi penuntun pemberontakan

orang Yahudi melawan si kafir Romawi Namun keduanya dituduh secara sinis oleh

redaktur Matius sebagai model kekuasaan politik yang haus dominasi manipulatif

menindas dan tak mencerminkan kehendak Allah itulah mengapa Herodes Agung

digambarkan ingin membunuh Mesias Untuk itu pranata sosio-politik Mesias Yang

Terselamatkan sebagai model yang visioner dan melawan arus utama diajukan sebagai

ganti dua model pertama yang sama-sama palsu dan rentan pelanggengan status quo

Prinsip normatif sebagaimana yang diajukan redaktur Matius dalam menyikapi

carut marut pranata sosio-politik dari awal abad pertama ternyata menembus jauh hingga

masa Indonesia pasca reformasi Sebagai negara yang baru lepas dari otokrasi dan

bergerak lambat dalam demokrasi Indonesia tengah terengah-engah mengatasi

cengkraman oligarki (dekadensi aristokrasi) yang bertopeng demokrasi Melalui

pengalaman komunitas Matius yang mengajukan pranata sosial Mesias Yang

Terselamatkan rupanya demokrasi di Indonesia yang hampir kehilangan daya dapat

diperkuat kembali sehingga mampu melawan oligark yang menguasai dua preferensi

politik utama di Indonesia fundamentalisme pasar dan fundamantalisme agama Pranata

Mesianik ini dapat menjadi basis moral religius bagi pembaca Matius di Indonesia sebab

prinsip mesianik inheren dalam prinsip demokrasi Pembaca Matius di Indonesia dapat

menengok dasar biblis untuk mewujudkan gerakan Demokrasi yaitu dari uncivil society

menjadi civil society yang dididam-idamkan

Kata-kata Kunci Herodes Agung Mesias Status Quo Demokrasi Oligarki

1

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

Kitab-kitab injil dalam tradisi kekristenan umumnya diterima sebagai sumber

primer serta terpercaya oleh orang Kristen guna memahami dan mengetahui ragam hal

tentang Yesus Kristus Meski demikian secara faktual injil-injil tersebut kerap kali

menunjukan beberapa jejak yang justru menghadirkan persoalan dalam upaya memahami

dan mengetahui perihal Sang Mesias Secara khusus sebagai contoh kisah seputar

kelahiran Yesus dalam kaitan dengan upaya pembunuhan diri-Nya oleh Herodes Agung

hanya ada pada injil Matius 21-18

Mengenai ketiadaan kisah pembunuhan bayi-bayi pada injil lain sebenarnya telah

mengundang berbagai tanggapan para ahli Misalnya saja pendapat Drewes yang

menyatakan bahwa merujuk teori 4 sumber maka kisah ini merupakan cerita yang berasal

dari Sumber M sehingga memang secara eksklusif hanya ada di Matius saja1 Stefan

Leeks pada satu bagian dalam bukunya menyatakan bahwa penulis injil Matius ingin

menyampaikan suatu pesan tertentu melalui kisah yang menghubungkan Raja Herodes

Agung dengan Yesus2 Sedangkan RT France secara meyakinkan menulis bahwa kisah

pembunuhan anak-anak ditambahkan oleh redaktur Matius sebagai bentuk folklore yang

umum dalam berbagai tradisi bahwa kelahiran seseorang yang hebat sudah selalu diikuti

oleh ancaman karena kecemburuan para penguasa3

Namun pendapat John Drane terhadap narasi Matius 21-18 ialah yang paling

signifikan tetapi sekaligus melahirkan problem serius Terkait historisitas Matius 216

Drane justru berpendapat bahwa tidak ada catatan sejarah dalam dokumen-dokumen lain

tentang cerita ini meskipun cerita ini bersesuaian dengan tabiat kejam Herodes Agung4

Artinya John Drane meyakini bahwa kisah ini tak faktual secara historis

Surip Stanislaus menegaskan bahwa kisah itu tak perlu dilihat dalam kerangka

historisnya sekalipun informasi-informasi dalam narasi tersebut telah coba diuji secara

1 Stefan Leeks Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007) 38

2 B F Drewes Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000) 32

3France membandingkan Matius 213-18 dengan cerita masa kanak-kanak Sargon Gilgamesh dan bahkan kisah

dua bersaudara pendiri Roma yaitu Romulus dan Remus sebagai bentuk folklore yang umum muncul dalam

masyarakat kala itu Lih R T France ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL

XXI No 2 (1979) 98 4 John Drane Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung Mulia 2005) 39

Perihal tabiat Herodes Agung ia adalah seorang raja sekaligus politisi yang licik hebat dalam pembangunan

dan kejam Herodes Agung ialah seorang paranoid yang selalu curiga terhadap siapapun yang dianggapnya

mengancam kedudukanya sebagai raja Hirkanus (mertuanya) Mariame (istrinya) dan Aleksander Aristobulus

dan Antipater (ketiga anaknya) dibunuh oleh Herodes Agung karena dicurigai ingin mengkudeta kedudukanya

Bnd Jona Lendering King Herod the Great Acient Warfare Magazine

2

saintifik5 Rekonstruksi yang melibatkan astronomi dalam menyelidiki Matius 2 hanya

berhasil sampai pada kesimpulan yang tak determinan berkaitan dengan historisitas

Matius 21-18 Pandangan semacam ini didukung kuat oleh ahli lainya Misalnya

menyebut bahwa penjelasan yang menyebut supernova Kepler komet Heley dan

hipotesis Konjugasi Planet-planet yang secara historis terjadi berdekatan dengan masa

kelahiran Yesus dan kematian Herodes Agung tetap saja kesemuanya itu tak memiliki

relasi logis langsung dengan kisah pembunuhan anak-anak di bawah usia dua tahun oleh

Herodes Agung6

Keraguan tentang aspek historis dari Matius 2 membuat pernyataan Leeks menjadi

kuat Anjuran Leeks untuk memperlakukan kisah ini sebagai ldquoyang mewakili suatu

keadaan sebenarnyardquo jauh lebih masuk akal daripada menerima narasi ini sebagai sebuah

laporan pandangan mata Sebab perbedaan mencolok kisah kelahiran Yesus dalam Matius

dan Lukas7 membuat logika internal dari ide bahwa kisah ini ialah laporan pandangan

mata menjadi tak konsisten sehingga secara epistemologis runtuh dengan sendirinya

Antonhy Saldarini menulis satu esai menarik tentang ciri khas Matius sebagai

sebuah kitab yang memperlihatkan banyak jejak konflik antara kelompok Kristen dengan

Yahudi Untuk itulah alasan mengapa Yesus berulang kali digambarkan berada dalam

posisi tegang yang vis-a-vis dengan para penguasa termasuk sejak kelahiran-Nya dalam

Matius 21-18 Bila saya mencoba menafsirkan kisah ini dalam kerangka konflik antar

kelompok maka persoalan historisitas seperti apakah benar secara faktual Herodes Agung

pernah menggerakan pasukanya untuk memburu bayi Yesus dan membantai anak-anak

tak berdosa tak lagi bermasalah Akan tetapi sebagai sebuah narasi tentang konflik antar

kelompok maka pola konflik itu menjadi menarik untuk dibahas Fenomena ini

merupakan gesekan antara Komunitas Matius dengan Penguasa Sinagoge yang oleh

Saldarini disebut sebagai upaya melawan Yudaisme demi sebuah ldquoYudaisme Barurdquo

melalui perjuangan dalam nama Yesus8

Selain teks ini bicara pada konteksnya tentu ia juga dapat berbicara lintas waktu

bagi pembaca di masa kini Dengan memperhatikan nuansa sosio-politik yang kuat pada

teks Matius 213-18 baik berkaitan dengan konteks dalam teks maupun konteks dari teks

5 Surip Stanislaus Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012) 72-74

6 Howard W Clarke The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the First Gospel

(Indiana Indiana University Press 2008) 18 7 Kesimpulan bahwa Kisah Kelahiran Yesus berdasarkan Injil Sinoptik ialah faktual secara induktif bermasalah

Kedua Injil itu membuat kisah kelahiran yang bertolak belakang (Matius 118-223 amp Lukas 21-7) yang mana

tentu tak dapat diterima prinsip logika Bnd Stanislaus Rahasia 29-30 8 Anthony Saldarini ldquoThe Gospel of Matthew and Jewish-Christian Conflictrdquo dalam David Balch (eds) Social

History of the Matthean Community Cross Disciplinary Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995) 42-

43

3

saya menduga bahwa gerakan pembaharuan dalam narasi Matius dapat menjadi sangat

aktual bagi pembacanya di Indonesia Konteks Indonesia yang tengah dalam transisi

negara otoritarian a la orde baru kepada negara demokratis pasca reformasi ternyata

masih diselubungi skandal oligarki9 sehingga sebuah gerakan pembahuruan seperti

dengungan Revolusi Mental Jokowian sebagai model normatif yang dikampanyekan

untuk mengubah mental bangsa muncul kuat Menurut hemat saya fenomena ini mungkin

dapat diteropong dari model perlawanan komunitas Matius pada sistem lama yang tak

berjalan semestinya seperti apa yang coba ditulis dalam Matius 21-18

12 Rumusan Masalah amp Tujuan Penelitian

Dua rumusan masalah coba diketengahkan yaitu Pertama bagaimana kisah

pembantaian anak di bawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung dalam

Matius 21-18 ditinjau dari konteks sosio-politiknya Kedua bagaimana benang merah

kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung

dalam Matius 21-18 dengan kehidupan pembacanya di Indonesia pasca reformasi

Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah Pertama menjelaskan bagaimana

kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung

dalam Matius 21-18 ditinjau dari konteks sosio-politiknya Kemudian kedua

menjelaskan bagaimana benang merah kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun

yang dilakukan oleh Herodes Agung dalam Matius 21-18 dengan kehidupan pembacanya

di Indonesia pasca reformasi

13 Metode amp Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Dalam penelitian ini saya akan menggunakan metode hermeneutik yang berfungsi

untuk menguak makna dari suatu teks10

Metode ini digunakan dengan memperhatikan

nuansa sosio-politik dari teks Melalui upaya ini penafsir diandaikan dapat

merekonstruksi teks Matius 21-18 sehingga paling tidak tenunan sosio-politiknya dapat

terurai kembali Sementara itu teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi

kepustakaan dan menafsirkan teks Matius 21-18 Baik hasil tafsir teks Matius 21-18 dan

sumber-sumber pustaka relevan inilah yang menjadi data-data yang kemudian saya

kelolah dan analisa Hasil pengelolahan dan analisa terhadap data tersebut diharapkan

mampu menjawab masalah yang diteliti

9 Lih Budi Hardiman Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta Kanisius

2014) 53

10

Yusak B Setyawan Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga Fakultas

Teologi UKSW 2010) 4

4

14 Manfaat Penelitian

Saya berharap tulisan pada akhirnya dapat digunakan guna pengembangan ilmu

teologi yang mencakup terhadap studi Hermeneutik Perjanjian Baru serta studi Agama

dan Politik bagi Fakultas Teologi UKSW secara khusus dan dunia teologi di Indonesia

pada umumnya Selain itu juga melalui studi terhadap Matius 21-18 saya berharap agar

penelitian ini dapat memberikan sumbangsih gagasan bagi paham tentang kondisi

normatif kehidupan sosio-politik orang Kristen di Indonesia dewasa ini

15 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam kajian ini akan saya tulis dalam lima bagian Pada

bagian pertama berisikan pendahuluan Bagian kedua dari tulisan ini akan memuat

informasi terkait konteks sosio-politik Injil Matius Selanjutnya pada bagian ketiga saya

akan memberikan pemaparan tentang pemahaman ulang terhadap teks Matius 21-18

Bagian keempat berisi mengenai refleksi terhadap teks Matius 21-18 yaitu aktualisasinya

bagi kehidupan pembaca Matius di Indonesia Terakhir bagian kelima akan memuat

penutup daripada tulisan ini

2 Injil Matius dalam Konteks Sosio-Politiknya

Banyak ahli menduga kuat bahwa injil Matius ditulis di Anthiokhia di wilayah

Siria Injil Matius menunjukan nuansa-nuansa yang mendukung pemahaman tersebut

seperti disebutkanya mata uang dirham (mata uang Siria) diperlunaknya hukum tahir

dan najis (bagi non Yahudi) serta ada nuasa ketegangan antara pimpinan Yahudi dengan

jemaat11

Dugaan ini diperkuat melalui fakta bahwa naskah injil Matius ditulis dalam

bahasa Yunani dengan menyertakan nuansa semitis pada berbagai ungkapan yang kualitas

bahasanya bukan terjemaham dari bahasa Ibrani ataupun bahasa Aram Dengan

memperhatikan penggunaan bahasa semacam itu patut diduga bahwa tujuan tulisan ini

untuk mereka yang menggunakan bahasa Yunani Lagipula penggunaan bahasa Yunani

berlaku luas terutama di kota-kota Romawi

Penulis dan waktu penulisan injil Matius dipercayai dilakukan oleh seseorang

dalam kurun waktu tahun 70-90 ZB Perkiraan waktu tersebut memberikan gambaran

penulisan Injil terjadi pasca penghancuran Bait Allah di Yerusalem pada tahun 70 ZB

Gambaran itu dipercayai oleh para ahli dinarasikan implisit dalam bagian teks Matius

227 Meski begitu dugaan yang didasarkan menurut teks Matius 227 itu sendiri belum

menyelesaikan variasi pendapat para ahli tentang kapan persisnya penulisan dilakukan

11

C Groenen Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006) 88-89

5

Hal yang sama juga terjadi pada upaya untuk melacak identitas asli dari penulis injil ini

Siapa persisnya yang menulis tak dapat diketahui secara pasti Ada yang menyebutnya

sebagai seorang pembina jemaat seorang Yahudi yang menjadi Kristen yang berani

mengecam orang Yahudi yang tak mau mengikut Yesus seorang pelarian dari

Yerusalem ataupun seorang dari generasi Kristen kedua yang misioner yang berbahasa

Yunani12

Tidak ada satupun dari pendapat tadi yang menegaskan secara pasti siapa yang

menjadi penulis injil Matius Akan tetapi pada saat yang sama bermacam pendapat itu

juga tidak meneguhkan pandangan Papias bahwa penulis injil ini ialah Matius salah satu

Rasul Yesus13

Melalui upaya rekonstruksi yang cermat para ahli juga mencoba merumuskan

tujuan penulisan injil Matius Sama seperti analisis sebelumnya tujuan penulisan didapat

melalui telaah terhadap karakteristik dari teks itu sendiri Salah satu hasil telaah itu

dikemukakan oleh De Heer Menurut De Heer injil ini ada demi tiga tujuan utama yaitu

(1) Maksud Apologetis menyatakan bahwa nubuatan di dalam Perjanjian Lama telah

terpenuhi dan sekaligus membela status Yesus sebagai Mesias (2) Maksud Katekesis

merujuk pada Grundmman bahwa injil ini bertujuan untuk menyampaian pokok-pokok

ajaran Kristen agar dimengerti dan demi mengajarkanya kepada orang lain Hal itu

nampak dari begitu banyak teladan Yesus yang dimuat oleh penulis injil (3) Maksud

Parenetis untuk menegur jemaat Matius di Siria yang yang hidup tidak harmonis (kasih

diantara mereka telah dingin)14

21 Anthiokhia

Para ahli menduga cukup kuat bahwa teks Matius ditulis di Anthiokhia Kota ini

ialah ketiga terbesar di kekaisaran Romawi yang berpopulasi lebih dari 500000 jiwa

terdiri dari orang Siria Yunani-Romawi juga minoritas Yahudi yang Pada tahun 300

SZB Anthiokhia didirikan oleh Seleukus I di dekat sungai Orontes (berada jauh dari laut

dan terlindungi benteng alami yaitu Gunung Silpius) untuk menghormati ayahnya

sekaligus menampung para veteran perang Makedonia serta berfungsi guna menguasai

12

Para ahli umumnya bersepakat bahwa sangat sulit mempercayai Rasul Matius yang menulis injil ini Alasan-

alasan yang dikemukakan seperti Jika benar Matius yang menulis maka ia tentu saksi mata lalu mengapa

seorang saksi mata perlu merujuk kepada teks Markus yang penulisnya bukan saksi mata Juga bahasa yang

Matius gunakan ialah Bahasa Aram bukan Bahasa Yunani padahal injil ini ditulis dalam bahasa Yunani Lih

Drewes Satu Injil 176 Bnd Drane Memahami 219 Rudolf Schnackenburg The Gospel of Matthew (Wm B

Eerdmans Publishing Co Michigan 2007) 6-7 13

Pandangan bahwa Matius sang Rasul sebagai penulis Injil Matius baru muncul belakangan pada abad II

setelah injil Matius ditulis Ialah Papias seorang penulis dari Hireapolis yang menyatakan hal ini Lih Jakob

van Bruggen Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh penulis-penulis sezaman

(Jakarta Gunung Mulia 2004) 63-65 14

J De Heer Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia) 6-7

6

jalur-jalur darat yang menghubungkan Asia Kecil Mesir tak ketinggalan Eufrat15

Dewi

Tikhe (Fortuna Keberuntungan) dipercaya menguasai nasib semua kerajaan Helenis

menguasai kesuburan tanah dan menguasai keamanan kota atas banjir serta gempa

dijadikan dewi kota oleh penduduk di sana Anthiokhia ialah pusat intelektual yang besar

serta menjadi pusat perjalanan dan perdagangan yang sangat makmur serta merupakan

ibu kota Provinsi Romawi gabungan Suriah dan Kilikia sehingga pada jaman Romawi

mendapat perlindungan langsung dari Kaisar16

Seorang Gubernur Romawi menjadi perwakilan Kaisar memerintah atas

Anthiokhia Ia bertugas menegakan hukum dan memelihara ketertiban umum masyarakat

Namun ketertiban umum yang diupayakan berlangsung di Antiokhia berada dalam

bayang-bayang (1) tatanan masyarakat hirarkis17

dan (2) demografi penduduk yang

beragam budaya18

Dua hal ini sebenarnya membawa ancaman persoalan sosial bagi

Gubernur Romawi di Antokhia Pertama potensi ancaman terletak pada pola piramida

kekuasaan politik terpusat pada golongan elit yang jumlahnya lebih sedikit dibanding

masyarakat kebanyakan yang berada di luar golongan itu Golongan elit itu menguasai

sendi-sendi ekonomi hukum dan mengatur kesejaterahaan yang akibatnya sendi-sendi

itu (terutama politik) diatur menurut kepentingan mereka19

Dalam hal ini tercipta suatu

tatanan sosial dalam bentuk kelas sosial yang tidak adil golongan elit dan golongan

nonelit Persoalanya ialah kondisi sosial ini melahirkan rasa saling benci antara kedua

kelas sosial itu Kedua sebagai kota yang mempertemukan beragam identitas dan etnis

Anthiokhia menyimpan potensi gesekan sosial manakala terjadi pertemuan dua atau lebih

entitas yang saling bertolak belakang Ner Dah mengutip Streeter menyebut kondisi itu

sebagai ldquoAntagonisme Etnisrdquo yang mana kota itu diliputi ancaman kejahatan dan konflik

akibat percampuran orang-orang dari latar belakang etnis berbeda20

Akan tetapi meski menyimpan potensi konflik rupaya gubernur romawi mampu

mengatasi gesekan sosial tersebut Piramid kekuasaan itu menempatkan ia berada pada

puncak kelas sosial sedangkan dasar terendah ada pada golongan kecil termasuk budak

15

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013) 43 Bnd John Staumbaugh dan David

Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung Mulia 2008) 179 16

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial180 Bnd David J Bosch Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi

misi yang mengubah dan berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006) 67 Robert Coote dan Mary Coote Kuasa

Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004) 164 17

Warren Carter Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York Orbis Book

2000) 20 18

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial183 19

Carter Matthew amp The Margins 18 20

Streeter The Four Gospel dalam Ner Dah Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of

Myanmar PhD diss 2009 Menurut hemat saya apa yang dikemukakan Streeter tidak berlebihan sebab

masalah sosial itu kemudian termanifestasi dalam gerakan pembasmian orang Yahudi di Diaspora

7

Kekuasaan itu membuka peluang baginya untuk mendapatkan ldquodukunganrdquo dari golongan

di bawahnya demi tujuan yang ingin ia capai Cara gubernur romawi mengatasi

kerusuhan yang terjadi dikemudian hari khususnya berkaitan dengan isu sektarian di

Anthiokhia menunjukan betapa ldquotangan besirdquo romawi efektif meminimalisir konflik

terbuka21

Bersama para pejabat romawi dan anggota senat gubernur selain memimpin

legiun juga mendapat dukungan dari para imam di kuil para pegawai kekaisaraan

pengumpul pajak dll dalam relasi patron-klien22

Kenyataan itu menunjukan hubungan

transaksional yang sarat kepentingan politik sudah merupakan hal lumrah terjadi di

golongan masyarakat atas di Antiokhia Pola relasi yang sangat rapuh karena didasarkan

pada loyalitas semu yang dapat dibeli oleh kekuasaan

22 Komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Orang Yahudi yang telah tinggal di Anthiokhia sama tuanya dengan kota tersebut

hidup dalam situasi sosial masyarakat hirarkis Menurut Warren Carter argumen para ahli

menunjukan dimensi-dimensi penting yang menunjukan kelas sosial orang Yahudi di kota

ini seperti (1) pendapat Kingsbury bahwa bahasa Yunani yang digunakan penulis Matius

mengindikasikan masyarakat ini ialah komunitas urban (2) penggunaan kata Kota

dilakukan 26 kali dibandingkan Desa (3) jemaat Matius diasumsikan tidak asing dengan

kekayaan hal itu ditunjukan oleh misalnya letak perbandingan identitas Yusuf orang

Arimatea yang pada Markus dan Lukas ia dikenal sebagai anggota dewan tinggi namun

pada Matius ia disebut sebagai Si Orang Kaya (4) penggunaan sebutan emas perak dan

talenta dilakukan sebanyak 26 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan Markus yang

hanya sekali menyebut perak dan Lukas hanya empat kali lebih banyak dari Markus23

Argumen-argumen itu menguatkan dugaan bahwa komunitas Matius terdiri dari mereka

yang hidup kaya artinya ada jejak dari mereka berada pada golongan elit Akan tetapi

sebagai ganti keengganan Carter untuk secara deterministik menentukan kedudukan

orang Yahudi itu ia memberi anjuran yang secara probabilistik menempatkan orang

Yahudi ada di kedua kelas sosial (Cross section) sebab selain karakteristik teks

menunjukan nuansa orang terdidik (golongan elit) teks ini juga bernafaskan tindakan

untuk menjangkau orang-orang yang dimarjinalkan24

21

Upaya untuk merayakan Perbedaan Kultur dan Toleransi pernah dilakukan di Anthiokhia Lih Trudy Ring amp

Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London WIPIDE 1995) 40 22

Carter Matthew amp The Margins 19 23

Carter Matthew amp The Margins 25 24

Carter Matthew amp The Margins 26

8

Dugaan Carter tentang Cross section itu dapat diperkuat melalui laporan Josephus

bahwa orang Yahudi yang tinggal di Anthiokhia hidup tentram dan secara ekonomi cukup

kaya25

Menurut Staumbaugh dan Balch kunjungan Herodes Agung beberapa kali ke

Anthiokhia diduga kuat yang memicu naiknya gengsi pengaruh dan kedudukan orang

Yahudi di sana26

Laporan betapa kayanya orang Yahudi di Anthiokhia nampaknya bukan

hisapan jempol belaka Sebab berdasarkan catatan Josephus orang Yahudi di Anthiokhia

mampu mengirimkan persembahan yang mahal ke Yerusalem27

Tidak hanya itu pada

masa pemerintahan Klaudius tatkala Yudea dilanda kelaparan bantuan dari Anthiokhia

datang untuk menanggulangi bencana tersebut28

Lalu bagaimana dapat diandaikan bahwa selain jejak keberadaan orang Yahudi

dalam lingkaran elit terdapat pula informasi yang menunjukan bahwa ada orang Yahudi

hidup dalam kelas non elit Hal itu dapat dijelaskan melalui identifikasi pekerjaan

mereka Orang Yaudi nonelit di Antiokhia ada yang hidup bekerja sebagai tukang dan

budak yang mana secara kasat mata sudah cukup menunjukan bahwa mereka ialah

golongan kecil yang dimarjinalkan29

Mereka ialah kelompok yang hidup bekerja demi

memenuhi kesejaterahaan hidup para elit

Kondisi kehidupan yang baik dalam aspek sosial ekonomi religius bahkan akses

politik terhadap kekuasaan memang dinikmati oleh sebagian orang Yahudi di Anthiokhia

untuk kurun waktu yang cukup lama Sisanya meski dipinggirkan namun cukup untuk

melanjutkan kehidupan dengan bekerja bagi para elit Kehidupan yang tentram dan

mapan di Anthiokhia bahkan telah dinikmati orang Yahudi sejak jaman Hasmonean yang

dipicu oleh banyaknya orang baru yang hidup menyatu dengan penduduk tertarik masuk

ke dalam komunitas sinagoge30

Selain bahwa pengaruh Hasmonean yang mendahului

kunjungan Herodes Agung yang berdampak signifikan itu perilaku sosio-politik orang

Yahudi yang menunjukan loyalitas membuat mereka mendapatkan perlindungan31

Akan tetapi keadaan berbalik dan semakin memburuk bagi mereka sejak tahun 40

ZB Mulai saat itu hubungan sosio-politik antara orang Yahudi dengan orang Antiokhia

25

Josephus Jewish War 713 Bnd Walker In Steps 44 26

Nama besar Herodes Agung yang dikenal sebagai sekutu dekat Kaisar Agustus dan juga sebagai The Great

Builder lewat pembangunan luar biasa misalnya Bait Allah berbagai benteng hebat termasuk Masada kota-

kota Helenis seperti Sebaste dan Kaisera yang terkenal dengan pelabuhannya tersiar ke luar Yudea bahkan

sampai Anthiokhia Hal itu menempatkan Herodes Agung sebagai orang yang cukup penting sehingga tidak

heran apabila kunjungan tersebut membawa keuntungan bagi kedudukan sosio-politik orang Yahudi di

Anthiokhia Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial Bnd F F Bruce New Testament History (London

Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969) 27

Josephus Jewish War 745 28

Walker In Steps 47 29

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 181 30

Justin Taylor Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012) 156 31

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial49-51

9

berada dibawah ketegangan hebat Permusuhan yang timbul bahkan tidak bisa menahan

mereka untuk berhadapan dalam konflik terbuka yang berdarah-darah Sejak terjadi

pogrom32

dan dekrit Kaisar Kaligula yang memuat perintah penempatan patung dirinya di

Bait Allah di Yerusalem bentrok pecah di Antiokhia33

Pembunuhan terhadap orang

Yahudi di Anthiokhia terjadi dan sinagoge-sinagoge mereka dibakar Mulai saat itu

sentimen anti semit kian meninggi dan tak berhenti hingga kira-kira tahun 48 ZB Puncak

konflik terjadi tatkala pemberontakan Yudea melawan Romawi terjadi hingga tahun 70

ZB

Konflik di Yudea turut menyeret keterlibatan Anthiokhia karena kota itu menjadi

basis dukungan pasukan militer yang dikirim untuk menumpas pemberontakan di

Yudea34

Ketegangan perang itu merembes sampai ke Anthiokhia terutama bagi orang

Yahudi di sana Ikut terseretnya Antiokhia dalam tensi perang Yudea membuat beberapa

orang Yahudi di sana tidak mampu menahan diri Beberapa anggota dari penguasa

Yahudi merencanakan perlawanan Komunitas Yahudi di Anthiokhia dituduh

merencanakan membakar kota Akibatnya Gubernur Romawi menyerang mereka dan

mencabut hak-hak istimewa orang Yahudi

Penaklukan Yudea membawa dampak tidak saja pada memburuknya hubungan

sosial antara orang Yahudi dengan orang Anthiokhia dan sekaligus melemahkan pengaruh

32

Sebab terjadinya Pogrom diduga karena muncul kecemburuan sosial terhadap orang Yahudi yang melalui lobi

politik mendapat hak istimewa yang mana telah berlangsung sejak jaman Koresh lalu terus menguat ketika

Romawi menjadi sekutu keluarga Hasmonean Orang yahudi dibenci oleh orang Yunani-Romawi sebab mereka

dapat mengakses fasilitas dan hidup layak sama seperti orang Yunani-Romawi tanpa perlu melakukan

kewajiban yang sama Ditambah dengan kecenderungan Kaisar-kaisar Romawi yang meski berganti-ganti tetap

saja membela orang yahudi membuat kebencian orang yunani semakin menjadi-jadi Hak istimewa itu meliputi

diperbolehkan melaksanakan hukum Sabat tidak melakukan kegiataan keagamaan kekaisaraan boleh

membayar pajak kepada Bait Allah di Yerusalem dan bahkan mendapatkan otonomi terbatas untuk menegakan

hukum (politeuma) Yudaisme di Sinagoge Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 50-51

33 Bentrokan ini terjadi jelas dalam dua aspek yang berkaitan yaitu Sosio-politik dan Sosio-religius

Kecemburuan sosial nyata dalam pogrom dan resistensi keagamaan nampak dalam perlawanan dekrit Kaligula

yang sangat ldquomenyakitirdquo hati orang Yahudi Menurut saya motivasi perlawanan terhadap pogrom yang jelas

muncul sebagai reaksi mempertahankan ldquopemberian Romawirdquo sebagai keberhasilan lobi politik tentu berbeda

dengan perlawanan terhadap dekrit Kaligula Identitas keagamaan Yudaisme bukan ldquopemberian Romawirdquo

Namun resistensi itu juga bukan hanya soal ortodoksi Ia merupakan peneguhan kemerdekaan politik secara

religius yang saya kategorikan sebagai Hak Milik Mengapa hak milik kemerdekaan politik secara religius

sangat penting Sebab orang Yahudi begitu percaya bahwa YHWH tidak mengijinkan mereka dipimpin oleh

orang Kafir Penjajahan atas mereka hanyalah teguran YHWH karena mereka lalai menjalankan hukum Tuhan

Dalam pada itu kemerdekaan religius berkaitan erat dengan dinantikanya ldquoHari YHWHrdquo atau datangnya Mesias

untuk membebaskan mereka dari teguran Ortodoksi bukan tujuan pada dirinya sebab jika mereka tidak mampu

menjaga kemerdekaan religius maka sama saja melepaskan peluang hidup bebas untuk kembali mendirikan

kedigdayaan kerajaan Daud Gagasan untuk menjaga ortodoksi sebagai implikasi teguran YHWH itu sangat

ditekankan oleh golongan Parisi yang ternyata ialah pemimpin sinagoge Anthiokhia Bnd Jeffrey J Butz The

Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the Just to the founding fathers(Inner

TraditionBear amp Co 2009) 281 F F Bruce History Alan Richardson Political Christ (Philadelpia

Westminster Press 1973) 34

Walker In steps 44

10

mereka secara politik tetapi juga memberikan pengaruh kepada tatanan beragama dalam

komunitas mereka sendiri Melalui kejatuhan dengan demikian berakhir juga otoritas Bait

Allah di Yerusalem Pasca penghancuran yang dilakukan oleh Titus pada 70 ZB membuat

kekuasaan dalam urusan keagamaan komunitas Yahudi di diaspora menjadi wewenang

sektoral di masing-masing Sinagoge

Perlu dicatat bahwa pergeseran otoritas keagamaan ke sinagoge sesungguhnya

secara terbatas membuat mereka tetap memiliki kekuasaanya sendiri meskipun pada

masyarakat kota Anthiokhia mereka tidak lagi menikmati keleluasaan Atas otoritas itu

perselisihan dengan orang Yunani-Romawi di Anthiokhia terus berlanjut namun lebih

banyak terjadi di dalam sinagoge Perselisihan tersebut nampak ketika orang-orang

Yunani mulai masuk ke dalam komunitas Terjadi perdebatan apakah mereka harus

menjalankan hukum Yahudi terutama sunat dan makanan halal atau tidak Akan tetapi hal

terpenting dari pergeseran itu bukan terletak pada bagaimana orang Yahudi mulai

menerapkan standar tegas terhadap hukum mereka namun terletak pada apa motif dari

kekuasaan itu mereka pergunakan Merujuk pada Groenen ia menegaskan bahwa akibat

dari bergesernya otoritas keagamaan tersebut membawa dampak yang tidak

menyenangkan bagi orang Kristen di Antiokhia yaitu penindasan oleh Sinagoge terhadap

mereka35

3 Memahami Kembali Matius 21-18

Melalui bantuan pendekatan hermeneutik yang secara khusus menyoroti teks

dalam kerangka sosio-politiknya maka narasi Matius 21-18 memberikan sekurang-

kurangnya tiga pemahaman teologis yang memperluas horizon berpikir pembacanya

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan terhadap

dominasi status quo

Gelar Mesias yang redaktur Matius tempelkan pada mulut Herodes di ayat ke-4

menjadi kata kunci yang menunjukan posisi komunitas Matius yang berbeda dengan

kelompok status quo Yahudi Teks secara eksplisit menunjukan bahwa Para Majus

sebagai tokoh yang muncul pertama menyinggung perihal kelahiran Yesus (ayat 1-3)

justeru tak sekalipun menyebut gelar Sang Bayi sebagai Mesias (ayat 2) Sebutan dalam

ayat 2 yang para Majus berikan ialah ldquoRaja Orang Yahudi itu ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν

Ἰ οσδαί ωνrdquo (βαζιλεὺ ς menjadi penanda identitas khusus bayi Yesus)36

Istilah Mesias

35

Groenen Pengantar 90 36

Kalimat dalam ayat ini lengkapnya λέ γονηεςmiddot ποῦ ἐ ζηιν ὁ ηετθεὶ ς βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων εἴ δομεν

γὰ ρ αὐ ηοῦ ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ἐ ν ηῇ ἀ ναηολῇ καὶ ἤ λθομεν προζκσνῆ ζαι αὐ ηῷ LAI nampaknya keliru

11

sendiri baru kemudian muncul manakala Herodes menanyakan perihal kelahiran Yesus

kepada pemuka agama Yahudi (ayat 4)

Pemilihan gelar ὁ βαζιλεὺ ς yang ditempelkan ke mulut Para Majus oleh

redaktur Matius ialah jelas berbeda dengan ὁ τριζηὸ ς yang ditempelkan ke mulut

Herodes Agung meskipun merujuk pada subjek yang sama yaitu Yesus Terma ὁ

βαζιλεὺ ς ialah istilah Yunani bagi Raja tetapi tak memiliki nuansa berarti dalam

kosmologi Yudaisme Berkebalikan dari itu ὁ τριζηὸ ς37

justru memiliki makna spesifik

dan sarat nuansa dalam Yudaisme Ada hal penting yang coba disampaikan oleh redaktur

Matius dari distingsi ini

Yosephus memberikan catatan yang sangat berharga perihal gelar ldquoraja orang

Yahudi (ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων)rdquo Menurutnya gelar raja orang Yahudi ialah tanda

yang diberikan oleh Senat Romawi kepada Herodes Agung ketika mereka

mengangkatnya sebagai raja pada tahun 40 SZB38

Craig Evans menafsirkan bahwa

tindakan para majus menyebut Yesus sebagai raja orang yahudi (ayat 2) ialah tindakan

sewajarnya sebab mereka hanya ingin menanyakan perihal suksesi Herodes Agung39

Akan tetapi persoalan yang serius ialah narasi ini sulit dipercayai sungguh-sungguh

faktual secara historis40

Dengan memperhatikan distingsi antara gelar raja orang yahudi

dengan gelar mesias yang muncul dalam tokoh-tokoh pada teks maka saya justeru

melihat kencederungan lain Redaktur Matius secara sengaja ingin menunjukan bahwa

Herodes Agung bersama para Pemuka Agama Yahudi yang berhasil merumuskan perihal

identitas Yesus secara tepat sebagai Mesias merupakan personifikasi status quo Yahudi

Tidak hanya menjadikan Herodes Agung dan Pemuka Agama Yahudi sebagai

personifikasi kelompok status quo melalui narasi ini penulis Matius sekaligus

menyerang mereka

Gelar raja orang Yahudi seharusnya milik Herodes Agung tetapi dengan

munculnya gelar itu disebut oleh para majus maka hal ini menurut saya jelas merupakan

sebuah sinisme Hal tersebut saya argumentasikan sebab penulis Matius menempatkan

Herodes Agung dalam posisi yang sangat ironis Berdasarkan tafsir Evans maka Herodes

lah yang jelas-jelas bergelar raja orang Yahudi sehingga seharusnya ia dapat langsung

memberikan klarifikasi kepada para majus perihal suksesinya Tetapi yang nampak ialah

menerjemahkan λέ γονηεςmiddot dengan ldquobertanya-tanyardquo Kata yang sesuai dengan bahasa Yunani λέ γονηεςmiddot ialah

ldquoberkata (to speak) Maka sebenarnya para majus lebih cenderung mendeklarasikan kelahiran Raja Yahudi 37

Dalam terjemahan Ibraninya yaitu Mesias (Massiah dari bentuk Massah) keduanya berarti Yang Diurapi 38

Yosephus Jewish War 1282 39

Craig Evans Matthew (New York Cambridge University Press 2012) 53 40

R T France menegaskan bahwa tak ada laporan sekunder di luar injil yang dapat mengkonfirmasikan

historisitas kunjungan itu Lih R T France The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing

Co 2012) Kindle Version

12

justru Herodes Agung seperti seorang bodoh yang tak menyadari bahwa dia sendiri yang

adalah raja orang Yahudi itu Herodes Agung digambarkan seperti tak punya petunjuk

apakah benar ada pengganti dirinya yang baru saja lahir

Warren Carter mengajukan pendapat bahwa respon Herodes Agung yang begitu

saja rela mencarikan informasi lebih jauh bagi para majus (ayat 1-6) perlu dilihat dalam

kerangka pikir bahwa para majus ialah astrolog yang biasa diminta menjelaskan arti

kemunculan tanda alam (seperti bintang) dan relasinya dengan kekuasaan41

Pandangan

Carter itu bersesuaian dengan Craig Keneer yang secara eksplisit berani mengatakan

bahwa para majus ialah astrolog kerajaan Persia yang memiliki peran politik sangat

penting42

Ada tafsiran yang menyebut para majus ialah raja-raja yang bangsa kafir

sehingga dimengerti sebagai jalan soteriologi untuk menjangkau bangsa-bangsa di luar

Yahudi Namun tanda bahwa mereka melihat bintang ialah petunjuk lebih jelas mengenai

tujuan disebutkannya tokoh ini oleh redaktur Matius

Persoalanya apakah bintang raja orang Yahudi itu (ayat 2) ialah bintang per se

Anggapan tersebut dipersoalkan oleh Howard Clarke dengan mengatakan bahwa jika

benar bintang tersebut muncul lalu tidak masuk akal jika Herodes Agung tak

melihatnya43

Umumnya para pakar memandang bahwa bintang (ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ayat 2)

dikutip redaktur Matius dari Bilangan 2417 dan menautkan kisah penglihatan Bileam

tentang bintang Daud pada kisah kelahiran Yesus Hal ini menunjukan indikasi bahwa

terjadi pemenuhan dari apa yang dikisahkan dalam perjanjian lama

Namun hal yang saya catat ialah redaktur Matius sedang dalam perjuangan

mendapatkan pengaruh melawan pihak yang merasa secara yuridis berwenang atas

penetapan ajaran Yudaisme Pemenuhan kisah perjanjian lama dalam rentang waktu

ketika komunitas Matius hidup baru dapat dikonfirmasikan bukan oleh sekte ini tetapi

oleh otoritas Yahudi di Sinagoge yang notabene lawan mereka44

Maka dari itu saya

mengira bahwa redaktur Matius ingin menelanjangi posisi penguasa Sinagoge yang tak

benar-benar paham tradisi Yudaisme melalui upaya menegaskan status Yesus sebagai

Mesias45

41

Warren Carter Matthew and the Margins74 42

Craig S Keener A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2013) 100 43

Clarke The Gospel of Matthew 18 44

Pasca penghancuran Bait Allah ketika terjadi penumpasan pemberontakan Yerusalem otoritas Yudaisme

berpindah ke masing-masing Sinagoge Akan tetapi Saldarini menunjukan bahwa Komunitas Matius tidak

menerima otoritas itu bahkan menganggap bahwa model di masing-masing Sinagoge perlu diatur ulang Lih

Saldarini The Gospel 52 45

Masa pasca Bait Allah (Post Temple) ialah masa dimana para Rabi Yahudi di Sinagoge-sinagoge mulai

menafsir ulang Yudaisme agar sesuai dengan kondisi kehidupan mereka Dalam paham itu saya menduga bahwa

Redaktur Matius sedang berupaya sekuat tenaga melawan tafsir baru para Rabi (mungkin sekali dari Golonga

13

Dengan menautkan tradisi Yudaisme tentang kisah bintang Daud seperti yang

para ahli katakan dan dengan menempelkan gelar raja orang yahudi pada mulut para

majus maka apa yang saya sebut sebagai sinisme menjadi lebih jelas Redaktur Matius

menempatkan para majus yang ialah personifikasi komunitas Matius sebagai pihak di

luar status quo Sinagoge yang justru lebih ketat dan peka terhadap tradisi Yudaisme

dalam hal melihat pentingnya kehadiran Yesus yang sudah terjadi di dunia46

Perihal kelahiran Mesias ke bumi apabila merujuk pada teks rupanya bukanlah

suatu kabar gembira bagi kelompok status quo Pemilihan kata ἐ ηαρά τθη47

yang

muncul di ayat ke-3 oleh redaktur memberikan kesan kuat bahwa Yesus yang sudah lahir

ialah sebuah masalah bagi kelompok status quo Anggapan bahwa Yesus menimbulkan

masalah oleh kelompok status quo dipertegas melalui keengganan mereka untuk

mengakui bahwa Mesias telah lahir Redaktur Matius menggunakan kata γεννᾶ ηαι48

yang menunjukan kelompok status quo tak setuju dengan klaim kelompok Matius

tentang ke-mesias-an Yesus

Ketidaksetujuan itu juga nampak dari disebutkannya Bethlehem (ayat 1) sebagai

tempat kelahiran Yesus dan Yerusalem (ayat 3) sebagai tempat yang menolak kelahiran

Yesus Seisi Yerusalem menanggapi kabar bahwa Yesus Sang Mesias sudah hadir di

dunia sebagai masalah Yerusalem ialah pusat kekuasan atau dalam hal ini menjadi

lambang sistem kekuasaan status quo yang mana enggan mengakui bahwa Yesus benar

Mesias Melalui pengecekan tradisi Yudaisme dalam diri Herodes Agung dan para

pemuka agama Yahudi (4-6) redaktur Matius sekaligus menyerang mereka sebagai

pemegang otoritas keagamaan yang tidak paham mengenai tradisi Yudaisme itu sendiri

Pharisi) untuk menjadi pegangan bersama Komunitas Yahudi di Anthiokhia Tradisi tentang Midrash membantu

membentuk pemahaman ini Lih Brian M Nolan The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in

the Setting of the Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979) 52-58 Bnd Robert M Prince New

Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm diakses 8 November 2014 46

γεννηθέ νηος ialah kata kerja aoris geniitif pasif yang tak hanya menunjukan penegasan tetapi juga sekaligus

menujukan tindakan yang sudah pernah terjadi Artinya penegasan bahwa Raja orang Yahudi sudah pernah

dilahirkan Kata ini juga menjadi penegasan tentang status kemesiasan Yesus 47

Kata ἐ ηαρά τθη dari bentuk kata ηαρά ζζω kurang tepat jika diterjemahkan dengan ldquoterkejutrdquo Kata itu

berarti meresahkan mengacaukan menganggu atau menakutkan Terjemahan King James Version (KJV)

ldquotroubled (menyusahkan)rdquo menurut saya jauh lebih memadai dibandingkan terjemahan dalam TB-LAI Untuk

keperluan tulisan ini maka saya menggunakan kata ldquomengganggurdquo sebagai ganti kata ldquoterkejutrdquo 48

Kata γεννᾶ ηαι (kata kerja present indikatif pasif untuk orang ketiga tunggal dari bentuk γεννά ω) berarti

ldquosedang dilahirkanrdquo Dalam narasi Matius pasal 2 kata ini berbeda kasusnya dengan kata yang sama di ayat 1

Kata ini menunjukan pemahaman bahwa kegiatan Mesianik masa terus berlangsung Berbeda dengan kelompok

Matius yang percaya nubuatan mesianik sudah terjadi dalam diri Yesus kelompok Yahudi status quo

menunjukan bahwa mesias bukan seperti yang dipikirkan kelompok matius Saya menduga ini adalah jejak

tentang model kubu status quo mendukung teologi Millitary Mesiah sebab disekitar tahun 70-132 ZB model

Millitary Mesiah muncul kuat sebagai gerakan pemberontakan

14

Dengan menempatkan berturut-turut gelar mesias di mulut Herodes Agung

kontras antara Bethlehem dengan Yerusalem penyelidikan dan afirmasi perihal kelahiran

Mesias dari tradisi Yudaisme di mulut para pemuka agama Yahudi maka hal ini jelas

menunjukan apa yang saya sebut di atas sebagai ironi Upaya ini menunjukan bahwa

redaktur Matius menganggap kelompok status quo di Sinagoge tak lagi memiliki

legitimasi Hal tersebut didasarkan pada ironi kelompok status quo yang tidak benar-

benar memahami isi ajaran Yudaisme manakala mereka tak mengakui Yesus sebagai

Mesias padahal mereka ialah pemimpin agama

Perseteruan antara kelompok Matius dengan kelompok status quo tentang

pengakuan Yesus sebagai Mesias sebenarnya merupakan masalah yang sentral Bagi

kelompok status quo mengakui Yesus sebagai Mesias ialah sama dengan memberi

pengakuan akan kehadiran kelompok Yahudi yang menyimpang (Deviant Jews)49

Sedangkan pengkuan akan kelompok yang menyimpang ialah sama dengan membuka

celah bagi perubahan yang radikal dalam diri komunitas Yahudi Artinya memberikan

ruang secara sosio-politik bagi komunitas Matius untuk hidup ialah pilihan yang

membunuh kelompok status quo Maka tentu konsekuensi logisnya ialah dominasi atas

Yudaisme harus terus dilakukan

Persoalan semakin rumit sebab komunitas Matius tidak merasa dirinya ialah

bagian luar dari kelompok Yahudi Mereka tetap yakin jika dirinya merupakan bagian

dari kelompok itu Dalam kesadaran semacam ini mereka berpretensi melakukan

perubahan atas praktek lama yang tak benar Anthony Saldarini menegaskan apabila

komunitas Matius tidak sedang mencoba menciptakan sebuah masyarakat Agama Baru

tetapi tengah berupaya medelegitimasi kelompok status quo dengan membongkar

praktek Yudaisme mereka yang keliru50

Kekeliruan kelompok status quo sebenarnya bukan semata berkaitan dengan

persoalan perbedaan pandangan antara mereka dengan komunitas Matius mengenai

status Yesus sebagai Mesias Akan tetapi juga terletak pada persengkongkolan kelompok

status quo untuk menghancurkan komunitas Matius Sebab secara sosio-politik kehadiran

komunitas Matius ibarat duri dalam daging Maka daripada duri itu terus melukai diri

sendiri lebih baik segera disingkirkan Jejak ini muncul kuat disepanjang ayat 4 dan 7

pada narasi Tindakan Herodes Agung melakukan pertemuan terpisah dengan pemuka

49

Perihal telaah tentang Deviant Jews lihat Kai Ericson Wayward Puritans A Study in the Sociology of

Deviance (New York Wiley 1966) 3-5 50

Saldarini The Gospel 46-47

15

yahudi dan lalu melaksanakan pertemuan rahasia51

dengan para majus ialah bentuk

persengkongkolan demi dominasi status quo Poin yang redaktur Matius angkat ialah

pendekatan kelompok status quo identik dengan sikap penguasa yang manipulatif dan

menindas

Para majus setelah ayat 7 digambarkan sebagai pihak yang awalnya mengikuti

gerak manipulasi kekuasaan ala kelompok status quo dalam diri Herodes Agung Sang

raja yang seolah memberikan ruang pada para majus dan mendengarkan pendapat

mereka sebenarnya hanya tindakan manipulasi untuk menggali informasi guna

menghancurkan Yesus dan para majus sendiri Richard T France menyebut peran para

majus dalam ayat 7-9 sebagai alat spionase sang raja52

Artinya tujuan Herodes Agung

bertemu dengan para majus bukan pertama-tama demi mendengarkan apa yang para

majus itu inginkan tetapi justru untuk memperalat mereka

Ujaran Saldarini dan penjelasan France menurut saya sangat penting dalam

memahami posisi komunitas Matius dalam konteks tidak ingin mengganti Yudaisme

dengan suatu agama baru Melalui kisah kelahiran Yesus komunitas Matius menegaskan

bahwa bentuk dominasi dalam kehidupan bersama tidak dapat diterima Mereka tidak

sedang bicara ortodoksi Agama Yahudi Agama Yahudi yang dalam hal ini hanya

menjadi locus bagi suatu kehidupan bersama atau menjadi arena perebutan pengaruh

Dengan ketiadaan tendensi membentuk locus baru maka komunitas Matius sebenarnya

tengah mencoba mempertahankan diri sebagai bagian dari kesatuan komunitas Yahudi

umunya Akan tetapi dengan suatu harapan bahwa hidup bersama itu dilakukan tidak

dalam penindasan

Penolakan paham tentang dominasi ini menurut saya muncul dalam suatu

pernyataan teologis di sepanjang ayat 10-12 Hal yang sangat menarik ialah upaya

persekongkolan untuk memperalat para majus agar dominasi dapat dilanggengkan justru

digagalkan oleh Tuhan melalui mimpi para majus dan penyataan malaikat kepada Yusuf

Dalam kepolosanya para majus terjebak pada permainan kekuasaan Herodes Agung

tetapi permainan itu tidak sampai selesai sebab Tuhan menggagalkannya di tengah jalan

Pada titik ini saya menduga redaktur Matius menegaskan bahwa Tuhan justru tidak

menghendaki model dominasi status quo yang menghalalkan praktek kekuasaan

manipulatif seperti yang dipraktekan kelompok status quo dalam diri Herodes Agung

51

Ada dua kata kunci dalam pertemuan rahasia ini yaitu ldquoSecara rahasia (λά θρᾳ )rdquo dan ldquomemastikan secara

tepat (ἠ κρί βωζεν)rdquo Pertemuan ini terpisah dan tertutup bersifat rahasia antara Herodes Agung dengan para

majus apa tujuan pertemuan ini Untuk memastikan dengan tepat apakah Yesus Mesias Dalam hal ini untuk

memastikan dampak dari status Yesus sebagai Mesias 52

Frnce The Gospel Kindle Version

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 9: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

1

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

Kitab-kitab injil dalam tradisi kekristenan umumnya diterima sebagai sumber

primer serta terpercaya oleh orang Kristen guna memahami dan mengetahui ragam hal

tentang Yesus Kristus Meski demikian secara faktual injil-injil tersebut kerap kali

menunjukan beberapa jejak yang justru menghadirkan persoalan dalam upaya memahami

dan mengetahui perihal Sang Mesias Secara khusus sebagai contoh kisah seputar

kelahiran Yesus dalam kaitan dengan upaya pembunuhan diri-Nya oleh Herodes Agung

hanya ada pada injil Matius 21-18

Mengenai ketiadaan kisah pembunuhan bayi-bayi pada injil lain sebenarnya telah

mengundang berbagai tanggapan para ahli Misalnya saja pendapat Drewes yang

menyatakan bahwa merujuk teori 4 sumber maka kisah ini merupakan cerita yang berasal

dari Sumber M sehingga memang secara eksklusif hanya ada di Matius saja1 Stefan

Leeks pada satu bagian dalam bukunya menyatakan bahwa penulis injil Matius ingin

menyampaikan suatu pesan tertentu melalui kisah yang menghubungkan Raja Herodes

Agung dengan Yesus2 Sedangkan RT France secara meyakinkan menulis bahwa kisah

pembunuhan anak-anak ditambahkan oleh redaktur Matius sebagai bentuk folklore yang

umum dalam berbagai tradisi bahwa kelahiran seseorang yang hebat sudah selalu diikuti

oleh ancaman karena kecemburuan para penguasa3

Namun pendapat John Drane terhadap narasi Matius 21-18 ialah yang paling

signifikan tetapi sekaligus melahirkan problem serius Terkait historisitas Matius 216

Drane justru berpendapat bahwa tidak ada catatan sejarah dalam dokumen-dokumen lain

tentang cerita ini meskipun cerita ini bersesuaian dengan tabiat kejam Herodes Agung4

Artinya John Drane meyakini bahwa kisah ini tak faktual secara historis

Surip Stanislaus menegaskan bahwa kisah itu tak perlu dilihat dalam kerangka

historisnya sekalipun informasi-informasi dalam narasi tersebut telah coba diuji secara

1 Stefan Leeks Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007) 38

2 B F Drewes Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000) 32

3France membandingkan Matius 213-18 dengan cerita masa kanak-kanak Sargon Gilgamesh dan bahkan kisah

dua bersaudara pendiri Roma yaitu Romulus dan Remus sebagai bentuk folklore yang umum muncul dalam

masyarakat kala itu Lih R T France ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL

XXI No 2 (1979) 98 4 John Drane Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung Mulia 2005) 39

Perihal tabiat Herodes Agung ia adalah seorang raja sekaligus politisi yang licik hebat dalam pembangunan

dan kejam Herodes Agung ialah seorang paranoid yang selalu curiga terhadap siapapun yang dianggapnya

mengancam kedudukanya sebagai raja Hirkanus (mertuanya) Mariame (istrinya) dan Aleksander Aristobulus

dan Antipater (ketiga anaknya) dibunuh oleh Herodes Agung karena dicurigai ingin mengkudeta kedudukanya

Bnd Jona Lendering King Herod the Great Acient Warfare Magazine

2

saintifik5 Rekonstruksi yang melibatkan astronomi dalam menyelidiki Matius 2 hanya

berhasil sampai pada kesimpulan yang tak determinan berkaitan dengan historisitas

Matius 21-18 Pandangan semacam ini didukung kuat oleh ahli lainya Misalnya

menyebut bahwa penjelasan yang menyebut supernova Kepler komet Heley dan

hipotesis Konjugasi Planet-planet yang secara historis terjadi berdekatan dengan masa

kelahiran Yesus dan kematian Herodes Agung tetap saja kesemuanya itu tak memiliki

relasi logis langsung dengan kisah pembunuhan anak-anak di bawah usia dua tahun oleh

Herodes Agung6

Keraguan tentang aspek historis dari Matius 2 membuat pernyataan Leeks menjadi

kuat Anjuran Leeks untuk memperlakukan kisah ini sebagai ldquoyang mewakili suatu

keadaan sebenarnyardquo jauh lebih masuk akal daripada menerima narasi ini sebagai sebuah

laporan pandangan mata Sebab perbedaan mencolok kisah kelahiran Yesus dalam Matius

dan Lukas7 membuat logika internal dari ide bahwa kisah ini ialah laporan pandangan

mata menjadi tak konsisten sehingga secara epistemologis runtuh dengan sendirinya

Antonhy Saldarini menulis satu esai menarik tentang ciri khas Matius sebagai

sebuah kitab yang memperlihatkan banyak jejak konflik antara kelompok Kristen dengan

Yahudi Untuk itulah alasan mengapa Yesus berulang kali digambarkan berada dalam

posisi tegang yang vis-a-vis dengan para penguasa termasuk sejak kelahiran-Nya dalam

Matius 21-18 Bila saya mencoba menafsirkan kisah ini dalam kerangka konflik antar

kelompok maka persoalan historisitas seperti apakah benar secara faktual Herodes Agung

pernah menggerakan pasukanya untuk memburu bayi Yesus dan membantai anak-anak

tak berdosa tak lagi bermasalah Akan tetapi sebagai sebuah narasi tentang konflik antar

kelompok maka pola konflik itu menjadi menarik untuk dibahas Fenomena ini

merupakan gesekan antara Komunitas Matius dengan Penguasa Sinagoge yang oleh

Saldarini disebut sebagai upaya melawan Yudaisme demi sebuah ldquoYudaisme Barurdquo

melalui perjuangan dalam nama Yesus8

Selain teks ini bicara pada konteksnya tentu ia juga dapat berbicara lintas waktu

bagi pembaca di masa kini Dengan memperhatikan nuansa sosio-politik yang kuat pada

teks Matius 213-18 baik berkaitan dengan konteks dalam teks maupun konteks dari teks

5 Surip Stanislaus Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012) 72-74

6 Howard W Clarke The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the First Gospel

(Indiana Indiana University Press 2008) 18 7 Kesimpulan bahwa Kisah Kelahiran Yesus berdasarkan Injil Sinoptik ialah faktual secara induktif bermasalah

Kedua Injil itu membuat kisah kelahiran yang bertolak belakang (Matius 118-223 amp Lukas 21-7) yang mana

tentu tak dapat diterima prinsip logika Bnd Stanislaus Rahasia 29-30 8 Anthony Saldarini ldquoThe Gospel of Matthew and Jewish-Christian Conflictrdquo dalam David Balch (eds) Social

History of the Matthean Community Cross Disciplinary Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995) 42-

43

3

saya menduga bahwa gerakan pembaharuan dalam narasi Matius dapat menjadi sangat

aktual bagi pembacanya di Indonesia Konteks Indonesia yang tengah dalam transisi

negara otoritarian a la orde baru kepada negara demokratis pasca reformasi ternyata

masih diselubungi skandal oligarki9 sehingga sebuah gerakan pembahuruan seperti

dengungan Revolusi Mental Jokowian sebagai model normatif yang dikampanyekan

untuk mengubah mental bangsa muncul kuat Menurut hemat saya fenomena ini mungkin

dapat diteropong dari model perlawanan komunitas Matius pada sistem lama yang tak

berjalan semestinya seperti apa yang coba ditulis dalam Matius 21-18

12 Rumusan Masalah amp Tujuan Penelitian

Dua rumusan masalah coba diketengahkan yaitu Pertama bagaimana kisah

pembantaian anak di bawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung dalam

Matius 21-18 ditinjau dari konteks sosio-politiknya Kedua bagaimana benang merah

kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung

dalam Matius 21-18 dengan kehidupan pembacanya di Indonesia pasca reformasi

Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah Pertama menjelaskan bagaimana

kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung

dalam Matius 21-18 ditinjau dari konteks sosio-politiknya Kemudian kedua

menjelaskan bagaimana benang merah kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun

yang dilakukan oleh Herodes Agung dalam Matius 21-18 dengan kehidupan pembacanya

di Indonesia pasca reformasi

13 Metode amp Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Dalam penelitian ini saya akan menggunakan metode hermeneutik yang berfungsi

untuk menguak makna dari suatu teks10

Metode ini digunakan dengan memperhatikan

nuansa sosio-politik dari teks Melalui upaya ini penafsir diandaikan dapat

merekonstruksi teks Matius 21-18 sehingga paling tidak tenunan sosio-politiknya dapat

terurai kembali Sementara itu teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi

kepustakaan dan menafsirkan teks Matius 21-18 Baik hasil tafsir teks Matius 21-18 dan

sumber-sumber pustaka relevan inilah yang menjadi data-data yang kemudian saya

kelolah dan analisa Hasil pengelolahan dan analisa terhadap data tersebut diharapkan

mampu menjawab masalah yang diteliti

9 Lih Budi Hardiman Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta Kanisius

2014) 53

10

Yusak B Setyawan Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga Fakultas

Teologi UKSW 2010) 4

4

14 Manfaat Penelitian

Saya berharap tulisan pada akhirnya dapat digunakan guna pengembangan ilmu

teologi yang mencakup terhadap studi Hermeneutik Perjanjian Baru serta studi Agama

dan Politik bagi Fakultas Teologi UKSW secara khusus dan dunia teologi di Indonesia

pada umumnya Selain itu juga melalui studi terhadap Matius 21-18 saya berharap agar

penelitian ini dapat memberikan sumbangsih gagasan bagi paham tentang kondisi

normatif kehidupan sosio-politik orang Kristen di Indonesia dewasa ini

15 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam kajian ini akan saya tulis dalam lima bagian Pada

bagian pertama berisikan pendahuluan Bagian kedua dari tulisan ini akan memuat

informasi terkait konteks sosio-politik Injil Matius Selanjutnya pada bagian ketiga saya

akan memberikan pemaparan tentang pemahaman ulang terhadap teks Matius 21-18

Bagian keempat berisi mengenai refleksi terhadap teks Matius 21-18 yaitu aktualisasinya

bagi kehidupan pembaca Matius di Indonesia Terakhir bagian kelima akan memuat

penutup daripada tulisan ini

2 Injil Matius dalam Konteks Sosio-Politiknya

Banyak ahli menduga kuat bahwa injil Matius ditulis di Anthiokhia di wilayah

Siria Injil Matius menunjukan nuansa-nuansa yang mendukung pemahaman tersebut

seperti disebutkanya mata uang dirham (mata uang Siria) diperlunaknya hukum tahir

dan najis (bagi non Yahudi) serta ada nuasa ketegangan antara pimpinan Yahudi dengan

jemaat11

Dugaan ini diperkuat melalui fakta bahwa naskah injil Matius ditulis dalam

bahasa Yunani dengan menyertakan nuansa semitis pada berbagai ungkapan yang kualitas

bahasanya bukan terjemaham dari bahasa Ibrani ataupun bahasa Aram Dengan

memperhatikan penggunaan bahasa semacam itu patut diduga bahwa tujuan tulisan ini

untuk mereka yang menggunakan bahasa Yunani Lagipula penggunaan bahasa Yunani

berlaku luas terutama di kota-kota Romawi

Penulis dan waktu penulisan injil Matius dipercayai dilakukan oleh seseorang

dalam kurun waktu tahun 70-90 ZB Perkiraan waktu tersebut memberikan gambaran

penulisan Injil terjadi pasca penghancuran Bait Allah di Yerusalem pada tahun 70 ZB

Gambaran itu dipercayai oleh para ahli dinarasikan implisit dalam bagian teks Matius

227 Meski begitu dugaan yang didasarkan menurut teks Matius 227 itu sendiri belum

menyelesaikan variasi pendapat para ahli tentang kapan persisnya penulisan dilakukan

11

C Groenen Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006) 88-89

5

Hal yang sama juga terjadi pada upaya untuk melacak identitas asli dari penulis injil ini

Siapa persisnya yang menulis tak dapat diketahui secara pasti Ada yang menyebutnya

sebagai seorang pembina jemaat seorang Yahudi yang menjadi Kristen yang berani

mengecam orang Yahudi yang tak mau mengikut Yesus seorang pelarian dari

Yerusalem ataupun seorang dari generasi Kristen kedua yang misioner yang berbahasa

Yunani12

Tidak ada satupun dari pendapat tadi yang menegaskan secara pasti siapa yang

menjadi penulis injil Matius Akan tetapi pada saat yang sama bermacam pendapat itu

juga tidak meneguhkan pandangan Papias bahwa penulis injil ini ialah Matius salah satu

Rasul Yesus13

Melalui upaya rekonstruksi yang cermat para ahli juga mencoba merumuskan

tujuan penulisan injil Matius Sama seperti analisis sebelumnya tujuan penulisan didapat

melalui telaah terhadap karakteristik dari teks itu sendiri Salah satu hasil telaah itu

dikemukakan oleh De Heer Menurut De Heer injil ini ada demi tiga tujuan utama yaitu

(1) Maksud Apologetis menyatakan bahwa nubuatan di dalam Perjanjian Lama telah

terpenuhi dan sekaligus membela status Yesus sebagai Mesias (2) Maksud Katekesis

merujuk pada Grundmman bahwa injil ini bertujuan untuk menyampaian pokok-pokok

ajaran Kristen agar dimengerti dan demi mengajarkanya kepada orang lain Hal itu

nampak dari begitu banyak teladan Yesus yang dimuat oleh penulis injil (3) Maksud

Parenetis untuk menegur jemaat Matius di Siria yang yang hidup tidak harmonis (kasih

diantara mereka telah dingin)14

21 Anthiokhia

Para ahli menduga cukup kuat bahwa teks Matius ditulis di Anthiokhia Kota ini

ialah ketiga terbesar di kekaisaran Romawi yang berpopulasi lebih dari 500000 jiwa

terdiri dari orang Siria Yunani-Romawi juga minoritas Yahudi yang Pada tahun 300

SZB Anthiokhia didirikan oleh Seleukus I di dekat sungai Orontes (berada jauh dari laut

dan terlindungi benteng alami yaitu Gunung Silpius) untuk menghormati ayahnya

sekaligus menampung para veteran perang Makedonia serta berfungsi guna menguasai

12

Para ahli umumnya bersepakat bahwa sangat sulit mempercayai Rasul Matius yang menulis injil ini Alasan-

alasan yang dikemukakan seperti Jika benar Matius yang menulis maka ia tentu saksi mata lalu mengapa

seorang saksi mata perlu merujuk kepada teks Markus yang penulisnya bukan saksi mata Juga bahasa yang

Matius gunakan ialah Bahasa Aram bukan Bahasa Yunani padahal injil ini ditulis dalam bahasa Yunani Lih

Drewes Satu Injil 176 Bnd Drane Memahami 219 Rudolf Schnackenburg The Gospel of Matthew (Wm B

Eerdmans Publishing Co Michigan 2007) 6-7 13

Pandangan bahwa Matius sang Rasul sebagai penulis Injil Matius baru muncul belakangan pada abad II

setelah injil Matius ditulis Ialah Papias seorang penulis dari Hireapolis yang menyatakan hal ini Lih Jakob

van Bruggen Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh penulis-penulis sezaman

(Jakarta Gunung Mulia 2004) 63-65 14

J De Heer Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia) 6-7

6

jalur-jalur darat yang menghubungkan Asia Kecil Mesir tak ketinggalan Eufrat15

Dewi

Tikhe (Fortuna Keberuntungan) dipercaya menguasai nasib semua kerajaan Helenis

menguasai kesuburan tanah dan menguasai keamanan kota atas banjir serta gempa

dijadikan dewi kota oleh penduduk di sana Anthiokhia ialah pusat intelektual yang besar

serta menjadi pusat perjalanan dan perdagangan yang sangat makmur serta merupakan

ibu kota Provinsi Romawi gabungan Suriah dan Kilikia sehingga pada jaman Romawi

mendapat perlindungan langsung dari Kaisar16

Seorang Gubernur Romawi menjadi perwakilan Kaisar memerintah atas

Anthiokhia Ia bertugas menegakan hukum dan memelihara ketertiban umum masyarakat

Namun ketertiban umum yang diupayakan berlangsung di Antiokhia berada dalam

bayang-bayang (1) tatanan masyarakat hirarkis17

dan (2) demografi penduduk yang

beragam budaya18

Dua hal ini sebenarnya membawa ancaman persoalan sosial bagi

Gubernur Romawi di Antokhia Pertama potensi ancaman terletak pada pola piramida

kekuasaan politik terpusat pada golongan elit yang jumlahnya lebih sedikit dibanding

masyarakat kebanyakan yang berada di luar golongan itu Golongan elit itu menguasai

sendi-sendi ekonomi hukum dan mengatur kesejaterahaan yang akibatnya sendi-sendi

itu (terutama politik) diatur menurut kepentingan mereka19

Dalam hal ini tercipta suatu

tatanan sosial dalam bentuk kelas sosial yang tidak adil golongan elit dan golongan

nonelit Persoalanya ialah kondisi sosial ini melahirkan rasa saling benci antara kedua

kelas sosial itu Kedua sebagai kota yang mempertemukan beragam identitas dan etnis

Anthiokhia menyimpan potensi gesekan sosial manakala terjadi pertemuan dua atau lebih

entitas yang saling bertolak belakang Ner Dah mengutip Streeter menyebut kondisi itu

sebagai ldquoAntagonisme Etnisrdquo yang mana kota itu diliputi ancaman kejahatan dan konflik

akibat percampuran orang-orang dari latar belakang etnis berbeda20

Akan tetapi meski menyimpan potensi konflik rupaya gubernur romawi mampu

mengatasi gesekan sosial tersebut Piramid kekuasaan itu menempatkan ia berada pada

puncak kelas sosial sedangkan dasar terendah ada pada golongan kecil termasuk budak

15

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013) 43 Bnd John Staumbaugh dan David

Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung Mulia 2008) 179 16

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial180 Bnd David J Bosch Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi

misi yang mengubah dan berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006) 67 Robert Coote dan Mary Coote Kuasa

Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004) 164 17

Warren Carter Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York Orbis Book

2000) 20 18

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial183 19

Carter Matthew amp The Margins 18 20

Streeter The Four Gospel dalam Ner Dah Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of

Myanmar PhD diss 2009 Menurut hemat saya apa yang dikemukakan Streeter tidak berlebihan sebab

masalah sosial itu kemudian termanifestasi dalam gerakan pembasmian orang Yahudi di Diaspora

7

Kekuasaan itu membuka peluang baginya untuk mendapatkan ldquodukunganrdquo dari golongan

di bawahnya demi tujuan yang ingin ia capai Cara gubernur romawi mengatasi

kerusuhan yang terjadi dikemudian hari khususnya berkaitan dengan isu sektarian di

Anthiokhia menunjukan betapa ldquotangan besirdquo romawi efektif meminimalisir konflik

terbuka21

Bersama para pejabat romawi dan anggota senat gubernur selain memimpin

legiun juga mendapat dukungan dari para imam di kuil para pegawai kekaisaraan

pengumpul pajak dll dalam relasi patron-klien22

Kenyataan itu menunjukan hubungan

transaksional yang sarat kepentingan politik sudah merupakan hal lumrah terjadi di

golongan masyarakat atas di Antiokhia Pola relasi yang sangat rapuh karena didasarkan

pada loyalitas semu yang dapat dibeli oleh kekuasaan

22 Komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Orang Yahudi yang telah tinggal di Anthiokhia sama tuanya dengan kota tersebut

hidup dalam situasi sosial masyarakat hirarkis Menurut Warren Carter argumen para ahli

menunjukan dimensi-dimensi penting yang menunjukan kelas sosial orang Yahudi di kota

ini seperti (1) pendapat Kingsbury bahwa bahasa Yunani yang digunakan penulis Matius

mengindikasikan masyarakat ini ialah komunitas urban (2) penggunaan kata Kota

dilakukan 26 kali dibandingkan Desa (3) jemaat Matius diasumsikan tidak asing dengan

kekayaan hal itu ditunjukan oleh misalnya letak perbandingan identitas Yusuf orang

Arimatea yang pada Markus dan Lukas ia dikenal sebagai anggota dewan tinggi namun

pada Matius ia disebut sebagai Si Orang Kaya (4) penggunaan sebutan emas perak dan

talenta dilakukan sebanyak 26 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan Markus yang

hanya sekali menyebut perak dan Lukas hanya empat kali lebih banyak dari Markus23

Argumen-argumen itu menguatkan dugaan bahwa komunitas Matius terdiri dari mereka

yang hidup kaya artinya ada jejak dari mereka berada pada golongan elit Akan tetapi

sebagai ganti keengganan Carter untuk secara deterministik menentukan kedudukan

orang Yahudi itu ia memberi anjuran yang secara probabilistik menempatkan orang

Yahudi ada di kedua kelas sosial (Cross section) sebab selain karakteristik teks

menunjukan nuansa orang terdidik (golongan elit) teks ini juga bernafaskan tindakan

untuk menjangkau orang-orang yang dimarjinalkan24

21

Upaya untuk merayakan Perbedaan Kultur dan Toleransi pernah dilakukan di Anthiokhia Lih Trudy Ring amp

Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London WIPIDE 1995) 40 22

Carter Matthew amp The Margins 19 23

Carter Matthew amp The Margins 25 24

Carter Matthew amp The Margins 26

8

Dugaan Carter tentang Cross section itu dapat diperkuat melalui laporan Josephus

bahwa orang Yahudi yang tinggal di Anthiokhia hidup tentram dan secara ekonomi cukup

kaya25

Menurut Staumbaugh dan Balch kunjungan Herodes Agung beberapa kali ke

Anthiokhia diduga kuat yang memicu naiknya gengsi pengaruh dan kedudukan orang

Yahudi di sana26

Laporan betapa kayanya orang Yahudi di Anthiokhia nampaknya bukan

hisapan jempol belaka Sebab berdasarkan catatan Josephus orang Yahudi di Anthiokhia

mampu mengirimkan persembahan yang mahal ke Yerusalem27

Tidak hanya itu pada

masa pemerintahan Klaudius tatkala Yudea dilanda kelaparan bantuan dari Anthiokhia

datang untuk menanggulangi bencana tersebut28

Lalu bagaimana dapat diandaikan bahwa selain jejak keberadaan orang Yahudi

dalam lingkaran elit terdapat pula informasi yang menunjukan bahwa ada orang Yahudi

hidup dalam kelas non elit Hal itu dapat dijelaskan melalui identifikasi pekerjaan

mereka Orang Yaudi nonelit di Antiokhia ada yang hidup bekerja sebagai tukang dan

budak yang mana secara kasat mata sudah cukup menunjukan bahwa mereka ialah

golongan kecil yang dimarjinalkan29

Mereka ialah kelompok yang hidup bekerja demi

memenuhi kesejaterahaan hidup para elit

Kondisi kehidupan yang baik dalam aspek sosial ekonomi religius bahkan akses

politik terhadap kekuasaan memang dinikmati oleh sebagian orang Yahudi di Anthiokhia

untuk kurun waktu yang cukup lama Sisanya meski dipinggirkan namun cukup untuk

melanjutkan kehidupan dengan bekerja bagi para elit Kehidupan yang tentram dan

mapan di Anthiokhia bahkan telah dinikmati orang Yahudi sejak jaman Hasmonean yang

dipicu oleh banyaknya orang baru yang hidup menyatu dengan penduduk tertarik masuk

ke dalam komunitas sinagoge30

Selain bahwa pengaruh Hasmonean yang mendahului

kunjungan Herodes Agung yang berdampak signifikan itu perilaku sosio-politik orang

Yahudi yang menunjukan loyalitas membuat mereka mendapatkan perlindungan31

Akan tetapi keadaan berbalik dan semakin memburuk bagi mereka sejak tahun 40

ZB Mulai saat itu hubungan sosio-politik antara orang Yahudi dengan orang Antiokhia

25

Josephus Jewish War 713 Bnd Walker In Steps 44 26

Nama besar Herodes Agung yang dikenal sebagai sekutu dekat Kaisar Agustus dan juga sebagai The Great

Builder lewat pembangunan luar biasa misalnya Bait Allah berbagai benteng hebat termasuk Masada kota-

kota Helenis seperti Sebaste dan Kaisera yang terkenal dengan pelabuhannya tersiar ke luar Yudea bahkan

sampai Anthiokhia Hal itu menempatkan Herodes Agung sebagai orang yang cukup penting sehingga tidak

heran apabila kunjungan tersebut membawa keuntungan bagi kedudukan sosio-politik orang Yahudi di

Anthiokhia Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial Bnd F F Bruce New Testament History (London

Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969) 27

Josephus Jewish War 745 28

Walker In Steps 47 29

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 181 30

Justin Taylor Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012) 156 31

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial49-51

9

berada dibawah ketegangan hebat Permusuhan yang timbul bahkan tidak bisa menahan

mereka untuk berhadapan dalam konflik terbuka yang berdarah-darah Sejak terjadi

pogrom32

dan dekrit Kaisar Kaligula yang memuat perintah penempatan patung dirinya di

Bait Allah di Yerusalem bentrok pecah di Antiokhia33

Pembunuhan terhadap orang

Yahudi di Anthiokhia terjadi dan sinagoge-sinagoge mereka dibakar Mulai saat itu

sentimen anti semit kian meninggi dan tak berhenti hingga kira-kira tahun 48 ZB Puncak

konflik terjadi tatkala pemberontakan Yudea melawan Romawi terjadi hingga tahun 70

ZB

Konflik di Yudea turut menyeret keterlibatan Anthiokhia karena kota itu menjadi

basis dukungan pasukan militer yang dikirim untuk menumpas pemberontakan di

Yudea34

Ketegangan perang itu merembes sampai ke Anthiokhia terutama bagi orang

Yahudi di sana Ikut terseretnya Antiokhia dalam tensi perang Yudea membuat beberapa

orang Yahudi di sana tidak mampu menahan diri Beberapa anggota dari penguasa

Yahudi merencanakan perlawanan Komunitas Yahudi di Anthiokhia dituduh

merencanakan membakar kota Akibatnya Gubernur Romawi menyerang mereka dan

mencabut hak-hak istimewa orang Yahudi

Penaklukan Yudea membawa dampak tidak saja pada memburuknya hubungan

sosial antara orang Yahudi dengan orang Anthiokhia dan sekaligus melemahkan pengaruh

32

Sebab terjadinya Pogrom diduga karena muncul kecemburuan sosial terhadap orang Yahudi yang melalui lobi

politik mendapat hak istimewa yang mana telah berlangsung sejak jaman Koresh lalu terus menguat ketika

Romawi menjadi sekutu keluarga Hasmonean Orang yahudi dibenci oleh orang Yunani-Romawi sebab mereka

dapat mengakses fasilitas dan hidup layak sama seperti orang Yunani-Romawi tanpa perlu melakukan

kewajiban yang sama Ditambah dengan kecenderungan Kaisar-kaisar Romawi yang meski berganti-ganti tetap

saja membela orang yahudi membuat kebencian orang yunani semakin menjadi-jadi Hak istimewa itu meliputi

diperbolehkan melaksanakan hukum Sabat tidak melakukan kegiataan keagamaan kekaisaraan boleh

membayar pajak kepada Bait Allah di Yerusalem dan bahkan mendapatkan otonomi terbatas untuk menegakan

hukum (politeuma) Yudaisme di Sinagoge Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 50-51

33 Bentrokan ini terjadi jelas dalam dua aspek yang berkaitan yaitu Sosio-politik dan Sosio-religius

Kecemburuan sosial nyata dalam pogrom dan resistensi keagamaan nampak dalam perlawanan dekrit Kaligula

yang sangat ldquomenyakitirdquo hati orang Yahudi Menurut saya motivasi perlawanan terhadap pogrom yang jelas

muncul sebagai reaksi mempertahankan ldquopemberian Romawirdquo sebagai keberhasilan lobi politik tentu berbeda

dengan perlawanan terhadap dekrit Kaligula Identitas keagamaan Yudaisme bukan ldquopemberian Romawirdquo

Namun resistensi itu juga bukan hanya soal ortodoksi Ia merupakan peneguhan kemerdekaan politik secara

religius yang saya kategorikan sebagai Hak Milik Mengapa hak milik kemerdekaan politik secara religius

sangat penting Sebab orang Yahudi begitu percaya bahwa YHWH tidak mengijinkan mereka dipimpin oleh

orang Kafir Penjajahan atas mereka hanyalah teguran YHWH karena mereka lalai menjalankan hukum Tuhan

Dalam pada itu kemerdekaan religius berkaitan erat dengan dinantikanya ldquoHari YHWHrdquo atau datangnya Mesias

untuk membebaskan mereka dari teguran Ortodoksi bukan tujuan pada dirinya sebab jika mereka tidak mampu

menjaga kemerdekaan religius maka sama saja melepaskan peluang hidup bebas untuk kembali mendirikan

kedigdayaan kerajaan Daud Gagasan untuk menjaga ortodoksi sebagai implikasi teguran YHWH itu sangat

ditekankan oleh golongan Parisi yang ternyata ialah pemimpin sinagoge Anthiokhia Bnd Jeffrey J Butz The

Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the Just to the founding fathers(Inner

TraditionBear amp Co 2009) 281 F F Bruce History Alan Richardson Political Christ (Philadelpia

Westminster Press 1973) 34

Walker In steps 44

10

mereka secara politik tetapi juga memberikan pengaruh kepada tatanan beragama dalam

komunitas mereka sendiri Melalui kejatuhan dengan demikian berakhir juga otoritas Bait

Allah di Yerusalem Pasca penghancuran yang dilakukan oleh Titus pada 70 ZB membuat

kekuasaan dalam urusan keagamaan komunitas Yahudi di diaspora menjadi wewenang

sektoral di masing-masing Sinagoge

Perlu dicatat bahwa pergeseran otoritas keagamaan ke sinagoge sesungguhnya

secara terbatas membuat mereka tetap memiliki kekuasaanya sendiri meskipun pada

masyarakat kota Anthiokhia mereka tidak lagi menikmati keleluasaan Atas otoritas itu

perselisihan dengan orang Yunani-Romawi di Anthiokhia terus berlanjut namun lebih

banyak terjadi di dalam sinagoge Perselisihan tersebut nampak ketika orang-orang

Yunani mulai masuk ke dalam komunitas Terjadi perdebatan apakah mereka harus

menjalankan hukum Yahudi terutama sunat dan makanan halal atau tidak Akan tetapi hal

terpenting dari pergeseran itu bukan terletak pada bagaimana orang Yahudi mulai

menerapkan standar tegas terhadap hukum mereka namun terletak pada apa motif dari

kekuasaan itu mereka pergunakan Merujuk pada Groenen ia menegaskan bahwa akibat

dari bergesernya otoritas keagamaan tersebut membawa dampak yang tidak

menyenangkan bagi orang Kristen di Antiokhia yaitu penindasan oleh Sinagoge terhadap

mereka35

3 Memahami Kembali Matius 21-18

Melalui bantuan pendekatan hermeneutik yang secara khusus menyoroti teks

dalam kerangka sosio-politiknya maka narasi Matius 21-18 memberikan sekurang-

kurangnya tiga pemahaman teologis yang memperluas horizon berpikir pembacanya

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan terhadap

dominasi status quo

Gelar Mesias yang redaktur Matius tempelkan pada mulut Herodes di ayat ke-4

menjadi kata kunci yang menunjukan posisi komunitas Matius yang berbeda dengan

kelompok status quo Yahudi Teks secara eksplisit menunjukan bahwa Para Majus

sebagai tokoh yang muncul pertama menyinggung perihal kelahiran Yesus (ayat 1-3)

justeru tak sekalipun menyebut gelar Sang Bayi sebagai Mesias (ayat 2) Sebutan dalam

ayat 2 yang para Majus berikan ialah ldquoRaja Orang Yahudi itu ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν

Ἰ οσδαί ωνrdquo (βαζιλεὺ ς menjadi penanda identitas khusus bayi Yesus)36

Istilah Mesias

35

Groenen Pengantar 90 36

Kalimat dalam ayat ini lengkapnya λέ γονηεςmiddot ποῦ ἐ ζηιν ὁ ηετθεὶ ς βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων εἴ δομεν

γὰ ρ αὐ ηοῦ ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ἐ ν ηῇ ἀ ναηολῇ καὶ ἤ λθομεν προζκσνῆ ζαι αὐ ηῷ LAI nampaknya keliru

11

sendiri baru kemudian muncul manakala Herodes menanyakan perihal kelahiran Yesus

kepada pemuka agama Yahudi (ayat 4)

Pemilihan gelar ὁ βαζιλεὺ ς yang ditempelkan ke mulut Para Majus oleh

redaktur Matius ialah jelas berbeda dengan ὁ τριζηὸ ς yang ditempelkan ke mulut

Herodes Agung meskipun merujuk pada subjek yang sama yaitu Yesus Terma ὁ

βαζιλεὺ ς ialah istilah Yunani bagi Raja tetapi tak memiliki nuansa berarti dalam

kosmologi Yudaisme Berkebalikan dari itu ὁ τριζηὸ ς37

justru memiliki makna spesifik

dan sarat nuansa dalam Yudaisme Ada hal penting yang coba disampaikan oleh redaktur

Matius dari distingsi ini

Yosephus memberikan catatan yang sangat berharga perihal gelar ldquoraja orang

Yahudi (ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων)rdquo Menurutnya gelar raja orang Yahudi ialah tanda

yang diberikan oleh Senat Romawi kepada Herodes Agung ketika mereka

mengangkatnya sebagai raja pada tahun 40 SZB38

Craig Evans menafsirkan bahwa

tindakan para majus menyebut Yesus sebagai raja orang yahudi (ayat 2) ialah tindakan

sewajarnya sebab mereka hanya ingin menanyakan perihal suksesi Herodes Agung39

Akan tetapi persoalan yang serius ialah narasi ini sulit dipercayai sungguh-sungguh

faktual secara historis40

Dengan memperhatikan distingsi antara gelar raja orang yahudi

dengan gelar mesias yang muncul dalam tokoh-tokoh pada teks maka saya justeru

melihat kencederungan lain Redaktur Matius secara sengaja ingin menunjukan bahwa

Herodes Agung bersama para Pemuka Agama Yahudi yang berhasil merumuskan perihal

identitas Yesus secara tepat sebagai Mesias merupakan personifikasi status quo Yahudi

Tidak hanya menjadikan Herodes Agung dan Pemuka Agama Yahudi sebagai

personifikasi kelompok status quo melalui narasi ini penulis Matius sekaligus

menyerang mereka

Gelar raja orang Yahudi seharusnya milik Herodes Agung tetapi dengan

munculnya gelar itu disebut oleh para majus maka hal ini menurut saya jelas merupakan

sebuah sinisme Hal tersebut saya argumentasikan sebab penulis Matius menempatkan

Herodes Agung dalam posisi yang sangat ironis Berdasarkan tafsir Evans maka Herodes

lah yang jelas-jelas bergelar raja orang Yahudi sehingga seharusnya ia dapat langsung

memberikan klarifikasi kepada para majus perihal suksesinya Tetapi yang nampak ialah

menerjemahkan λέ γονηεςmiddot dengan ldquobertanya-tanyardquo Kata yang sesuai dengan bahasa Yunani λέ γονηεςmiddot ialah

ldquoberkata (to speak) Maka sebenarnya para majus lebih cenderung mendeklarasikan kelahiran Raja Yahudi 37

Dalam terjemahan Ibraninya yaitu Mesias (Massiah dari bentuk Massah) keduanya berarti Yang Diurapi 38

Yosephus Jewish War 1282 39

Craig Evans Matthew (New York Cambridge University Press 2012) 53 40

R T France menegaskan bahwa tak ada laporan sekunder di luar injil yang dapat mengkonfirmasikan

historisitas kunjungan itu Lih R T France The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing

Co 2012) Kindle Version

12

justru Herodes Agung seperti seorang bodoh yang tak menyadari bahwa dia sendiri yang

adalah raja orang Yahudi itu Herodes Agung digambarkan seperti tak punya petunjuk

apakah benar ada pengganti dirinya yang baru saja lahir

Warren Carter mengajukan pendapat bahwa respon Herodes Agung yang begitu

saja rela mencarikan informasi lebih jauh bagi para majus (ayat 1-6) perlu dilihat dalam

kerangka pikir bahwa para majus ialah astrolog yang biasa diminta menjelaskan arti

kemunculan tanda alam (seperti bintang) dan relasinya dengan kekuasaan41

Pandangan

Carter itu bersesuaian dengan Craig Keneer yang secara eksplisit berani mengatakan

bahwa para majus ialah astrolog kerajaan Persia yang memiliki peran politik sangat

penting42

Ada tafsiran yang menyebut para majus ialah raja-raja yang bangsa kafir

sehingga dimengerti sebagai jalan soteriologi untuk menjangkau bangsa-bangsa di luar

Yahudi Namun tanda bahwa mereka melihat bintang ialah petunjuk lebih jelas mengenai

tujuan disebutkannya tokoh ini oleh redaktur Matius

Persoalanya apakah bintang raja orang Yahudi itu (ayat 2) ialah bintang per se

Anggapan tersebut dipersoalkan oleh Howard Clarke dengan mengatakan bahwa jika

benar bintang tersebut muncul lalu tidak masuk akal jika Herodes Agung tak

melihatnya43

Umumnya para pakar memandang bahwa bintang (ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ayat 2)

dikutip redaktur Matius dari Bilangan 2417 dan menautkan kisah penglihatan Bileam

tentang bintang Daud pada kisah kelahiran Yesus Hal ini menunjukan indikasi bahwa

terjadi pemenuhan dari apa yang dikisahkan dalam perjanjian lama

Namun hal yang saya catat ialah redaktur Matius sedang dalam perjuangan

mendapatkan pengaruh melawan pihak yang merasa secara yuridis berwenang atas

penetapan ajaran Yudaisme Pemenuhan kisah perjanjian lama dalam rentang waktu

ketika komunitas Matius hidup baru dapat dikonfirmasikan bukan oleh sekte ini tetapi

oleh otoritas Yahudi di Sinagoge yang notabene lawan mereka44

Maka dari itu saya

mengira bahwa redaktur Matius ingin menelanjangi posisi penguasa Sinagoge yang tak

benar-benar paham tradisi Yudaisme melalui upaya menegaskan status Yesus sebagai

Mesias45

41

Warren Carter Matthew and the Margins74 42

Craig S Keener A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2013) 100 43

Clarke The Gospel of Matthew 18 44

Pasca penghancuran Bait Allah ketika terjadi penumpasan pemberontakan Yerusalem otoritas Yudaisme

berpindah ke masing-masing Sinagoge Akan tetapi Saldarini menunjukan bahwa Komunitas Matius tidak

menerima otoritas itu bahkan menganggap bahwa model di masing-masing Sinagoge perlu diatur ulang Lih

Saldarini The Gospel 52 45

Masa pasca Bait Allah (Post Temple) ialah masa dimana para Rabi Yahudi di Sinagoge-sinagoge mulai

menafsir ulang Yudaisme agar sesuai dengan kondisi kehidupan mereka Dalam paham itu saya menduga bahwa

Redaktur Matius sedang berupaya sekuat tenaga melawan tafsir baru para Rabi (mungkin sekali dari Golonga

13

Dengan menautkan tradisi Yudaisme tentang kisah bintang Daud seperti yang

para ahli katakan dan dengan menempelkan gelar raja orang yahudi pada mulut para

majus maka apa yang saya sebut sebagai sinisme menjadi lebih jelas Redaktur Matius

menempatkan para majus yang ialah personifikasi komunitas Matius sebagai pihak di

luar status quo Sinagoge yang justru lebih ketat dan peka terhadap tradisi Yudaisme

dalam hal melihat pentingnya kehadiran Yesus yang sudah terjadi di dunia46

Perihal kelahiran Mesias ke bumi apabila merujuk pada teks rupanya bukanlah

suatu kabar gembira bagi kelompok status quo Pemilihan kata ἐ ηαρά τθη47

yang

muncul di ayat ke-3 oleh redaktur memberikan kesan kuat bahwa Yesus yang sudah lahir

ialah sebuah masalah bagi kelompok status quo Anggapan bahwa Yesus menimbulkan

masalah oleh kelompok status quo dipertegas melalui keengganan mereka untuk

mengakui bahwa Mesias telah lahir Redaktur Matius menggunakan kata γεννᾶ ηαι48

yang menunjukan kelompok status quo tak setuju dengan klaim kelompok Matius

tentang ke-mesias-an Yesus

Ketidaksetujuan itu juga nampak dari disebutkannya Bethlehem (ayat 1) sebagai

tempat kelahiran Yesus dan Yerusalem (ayat 3) sebagai tempat yang menolak kelahiran

Yesus Seisi Yerusalem menanggapi kabar bahwa Yesus Sang Mesias sudah hadir di

dunia sebagai masalah Yerusalem ialah pusat kekuasan atau dalam hal ini menjadi

lambang sistem kekuasaan status quo yang mana enggan mengakui bahwa Yesus benar

Mesias Melalui pengecekan tradisi Yudaisme dalam diri Herodes Agung dan para

pemuka agama Yahudi (4-6) redaktur Matius sekaligus menyerang mereka sebagai

pemegang otoritas keagamaan yang tidak paham mengenai tradisi Yudaisme itu sendiri

Pharisi) untuk menjadi pegangan bersama Komunitas Yahudi di Anthiokhia Tradisi tentang Midrash membantu

membentuk pemahaman ini Lih Brian M Nolan The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in

the Setting of the Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979) 52-58 Bnd Robert M Prince New

Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm diakses 8 November 2014 46

γεννηθέ νηος ialah kata kerja aoris geniitif pasif yang tak hanya menunjukan penegasan tetapi juga sekaligus

menujukan tindakan yang sudah pernah terjadi Artinya penegasan bahwa Raja orang Yahudi sudah pernah

dilahirkan Kata ini juga menjadi penegasan tentang status kemesiasan Yesus 47

Kata ἐ ηαρά τθη dari bentuk kata ηαρά ζζω kurang tepat jika diterjemahkan dengan ldquoterkejutrdquo Kata itu

berarti meresahkan mengacaukan menganggu atau menakutkan Terjemahan King James Version (KJV)

ldquotroubled (menyusahkan)rdquo menurut saya jauh lebih memadai dibandingkan terjemahan dalam TB-LAI Untuk

keperluan tulisan ini maka saya menggunakan kata ldquomengganggurdquo sebagai ganti kata ldquoterkejutrdquo 48

Kata γεννᾶ ηαι (kata kerja present indikatif pasif untuk orang ketiga tunggal dari bentuk γεννά ω) berarti

ldquosedang dilahirkanrdquo Dalam narasi Matius pasal 2 kata ini berbeda kasusnya dengan kata yang sama di ayat 1

Kata ini menunjukan pemahaman bahwa kegiatan Mesianik masa terus berlangsung Berbeda dengan kelompok

Matius yang percaya nubuatan mesianik sudah terjadi dalam diri Yesus kelompok Yahudi status quo

menunjukan bahwa mesias bukan seperti yang dipikirkan kelompok matius Saya menduga ini adalah jejak

tentang model kubu status quo mendukung teologi Millitary Mesiah sebab disekitar tahun 70-132 ZB model

Millitary Mesiah muncul kuat sebagai gerakan pemberontakan

14

Dengan menempatkan berturut-turut gelar mesias di mulut Herodes Agung

kontras antara Bethlehem dengan Yerusalem penyelidikan dan afirmasi perihal kelahiran

Mesias dari tradisi Yudaisme di mulut para pemuka agama Yahudi maka hal ini jelas

menunjukan apa yang saya sebut di atas sebagai ironi Upaya ini menunjukan bahwa

redaktur Matius menganggap kelompok status quo di Sinagoge tak lagi memiliki

legitimasi Hal tersebut didasarkan pada ironi kelompok status quo yang tidak benar-

benar memahami isi ajaran Yudaisme manakala mereka tak mengakui Yesus sebagai

Mesias padahal mereka ialah pemimpin agama

Perseteruan antara kelompok Matius dengan kelompok status quo tentang

pengakuan Yesus sebagai Mesias sebenarnya merupakan masalah yang sentral Bagi

kelompok status quo mengakui Yesus sebagai Mesias ialah sama dengan memberi

pengakuan akan kehadiran kelompok Yahudi yang menyimpang (Deviant Jews)49

Sedangkan pengkuan akan kelompok yang menyimpang ialah sama dengan membuka

celah bagi perubahan yang radikal dalam diri komunitas Yahudi Artinya memberikan

ruang secara sosio-politik bagi komunitas Matius untuk hidup ialah pilihan yang

membunuh kelompok status quo Maka tentu konsekuensi logisnya ialah dominasi atas

Yudaisme harus terus dilakukan

Persoalan semakin rumit sebab komunitas Matius tidak merasa dirinya ialah

bagian luar dari kelompok Yahudi Mereka tetap yakin jika dirinya merupakan bagian

dari kelompok itu Dalam kesadaran semacam ini mereka berpretensi melakukan

perubahan atas praktek lama yang tak benar Anthony Saldarini menegaskan apabila

komunitas Matius tidak sedang mencoba menciptakan sebuah masyarakat Agama Baru

tetapi tengah berupaya medelegitimasi kelompok status quo dengan membongkar

praktek Yudaisme mereka yang keliru50

Kekeliruan kelompok status quo sebenarnya bukan semata berkaitan dengan

persoalan perbedaan pandangan antara mereka dengan komunitas Matius mengenai

status Yesus sebagai Mesias Akan tetapi juga terletak pada persengkongkolan kelompok

status quo untuk menghancurkan komunitas Matius Sebab secara sosio-politik kehadiran

komunitas Matius ibarat duri dalam daging Maka daripada duri itu terus melukai diri

sendiri lebih baik segera disingkirkan Jejak ini muncul kuat disepanjang ayat 4 dan 7

pada narasi Tindakan Herodes Agung melakukan pertemuan terpisah dengan pemuka

49

Perihal telaah tentang Deviant Jews lihat Kai Ericson Wayward Puritans A Study in the Sociology of

Deviance (New York Wiley 1966) 3-5 50

Saldarini The Gospel 46-47

15

yahudi dan lalu melaksanakan pertemuan rahasia51

dengan para majus ialah bentuk

persengkongkolan demi dominasi status quo Poin yang redaktur Matius angkat ialah

pendekatan kelompok status quo identik dengan sikap penguasa yang manipulatif dan

menindas

Para majus setelah ayat 7 digambarkan sebagai pihak yang awalnya mengikuti

gerak manipulasi kekuasaan ala kelompok status quo dalam diri Herodes Agung Sang

raja yang seolah memberikan ruang pada para majus dan mendengarkan pendapat

mereka sebenarnya hanya tindakan manipulasi untuk menggali informasi guna

menghancurkan Yesus dan para majus sendiri Richard T France menyebut peran para

majus dalam ayat 7-9 sebagai alat spionase sang raja52

Artinya tujuan Herodes Agung

bertemu dengan para majus bukan pertama-tama demi mendengarkan apa yang para

majus itu inginkan tetapi justru untuk memperalat mereka

Ujaran Saldarini dan penjelasan France menurut saya sangat penting dalam

memahami posisi komunitas Matius dalam konteks tidak ingin mengganti Yudaisme

dengan suatu agama baru Melalui kisah kelahiran Yesus komunitas Matius menegaskan

bahwa bentuk dominasi dalam kehidupan bersama tidak dapat diterima Mereka tidak

sedang bicara ortodoksi Agama Yahudi Agama Yahudi yang dalam hal ini hanya

menjadi locus bagi suatu kehidupan bersama atau menjadi arena perebutan pengaruh

Dengan ketiadaan tendensi membentuk locus baru maka komunitas Matius sebenarnya

tengah mencoba mempertahankan diri sebagai bagian dari kesatuan komunitas Yahudi

umunya Akan tetapi dengan suatu harapan bahwa hidup bersama itu dilakukan tidak

dalam penindasan

Penolakan paham tentang dominasi ini menurut saya muncul dalam suatu

pernyataan teologis di sepanjang ayat 10-12 Hal yang sangat menarik ialah upaya

persekongkolan untuk memperalat para majus agar dominasi dapat dilanggengkan justru

digagalkan oleh Tuhan melalui mimpi para majus dan penyataan malaikat kepada Yusuf

Dalam kepolosanya para majus terjebak pada permainan kekuasaan Herodes Agung

tetapi permainan itu tidak sampai selesai sebab Tuhan menggagalkannya di tengah jalan

Pada titik ini saya menduga redaktur Matius menegaskan bahwa Tuhan justru tidak

menghendaki model dominasi status quo yang menghalalkan praktek kekuasaan

manipulatif seperti yang dipraktekan kelompok status quo dalam diri Herodes Agung

51

Ada dua kata kunci dalam pertemuan rahasia ini yaitu ldquoSecara rahasia (λά θρᾳ )rdquo dan ldquomemastikan secara

tepat (ἠ κρί βωζεν)rdquo Pertemuan ini terpisah dan tertutup bersifat rahasia antara Herodes Agung dengan para

majus apa tujuan pertemuan ini Untuk memastikan dengan tepat apakah Yesus Mesias Dalam hal ini untuk

memastikan dampak dari status Yesus sebagai Mesias 52

Frnce The Gospel Kindle Version

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 10: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

2

saintifik5 Rekonstruksi yang melibatkan astronomi dalam menyelidiki Matius 2 hanya

berhasil sampai pada kesimpulan yang tak determinan berkaitan dengan historisitas

Matius 21-18 Pandangan semacam ini didukung kuat oleh ahli lainya Misalnya

menyebut bahwa penjelasan yang menyebut supernova Kepler komet Heley dan

hipotesis Konjugasi Planet-planet yang secara historis terjadi berdekatan dengan masa

kelahiran Yesus dan kematian Herodes Agung tetap saja kesemuanya itu tak memiliki

relasi logis langsung dengan kisah pembunuhan anak-anak di bawah usia dua tahun oleh

Herodes Agung6

Keraguan tentang aspek historis dari Matius 2 membuat pernyataan Leeks menjadi

kuat Anjuran Leeks untuk memperlakukan kisah ini sebagai ldquoyang mewakili suatu

keadaan sebenarnyardquo jauh lebih masuk akal daripada menerima narasi ini sebagai sebuah

laporan pandangan mata Sebab perbedaan mencolok kisah kelahiran Yesus dalam Matius

dan Lukas7 membuat logika internal dari ide bahwa kisah ini ialah laporan pandangan

mata menjadi tak konsisten sehingga secara epistemologis runtuh dengan sendirinya

Antonhy Saldarini menulis satu esai menarik tentang ciri khas Matius sebagai

sebuah kitab yang memperlihatkan banyak jejak konflik antara kelompok Kristen dengan

Yahudi Untuk itulah alasan mengapa Yesus berulang kali digambarkan berada dalam

posisi tegang yang vis-a-vis dengan para penguasa termasuk sejak kelahiran-Nya dalam

Matius 21-18 Bila saya mencoba menafsirkan kisah ini dalam kerangka konflik antar

kelompok maka persoalan historisitas seperti apakah benar secara faktual Herodes Agung

pernah menggerakan pasukanya untuk memburu bayi Yesus dan membantai anak-anak

tak berdosa tak lagi bermasalah Akan tetapi sebagai sebuah narasi tentang konflik antar

kelompok maka pola konflik itu menjadi menarik untuk dibahas Fenomena ini

merupakan gesekan antara Komunitas Matius dengan Penguasa Sinagoge yang oleh

Saldarini disebut sebagai upaya melawan Yudaisme demi sebuah ldquoYudaisme Barurdquo

melalui perjuangan dalam nama Yesus8

Selain teks ini bicara pada konteksnya tentu ia juga dapat berbicara lintas waktu

bagi pembaca di masa kini Dengan memperhatikan nuansa sosio-politik yang kuat pada

teks Matius 213-18 baik berkaitan dengan konteks dalam teks maupun konteks dari teks

5 Surip Stanislaus Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012) 72-74

6 Howard W Clarke The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the First Gospel

(Indiana Indiana University Press 2008) 18 7 Kesimpulan bahwa Kisah Kelahiran Yesus berdasarkan Injil Sinoptik ialah faktual secara induktif bermasalah

Kedua Injil itu membuat kisah kelahiran yang bertolak belakang (Matius 118-223 amp Lukas 21-7) yang mana

tentu tak dapat diterima prinsip logika Bnd Stanislaus Rahasia 29-30 8 Anthony Saldarini ldquoThe Gospel of Matthew and Jewish-Christian Conflictrdquo dalam David Balch (eds) Social

History of the Matthean Community Cross Disciplinary Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995) 42-

43

3

saya menduga bahwa gerakan pembaharuan dalam narasi Matius dapat menjadi sangat

aktual bagi pembacanya di Indonesia Konteks Indonesia yang tengah dalam transisi

negara otoritarian a la orde baru kepada negara demokratis pasca reformasi ternyata

masih diselubungi skandal oligarki9 sehingga sebuah gerakan pembahuruan seperti

dengungan Revolusi Mental Jokowian sebagai model normatif yang dikampanyekan

untuk mengubah mental bangsa muncul kuat Menurut hemat saya fenomena ini mungkin

dapat diteropong dari model perlawanan komunitas Matius pada sistem lama yang tak

berjalan semestinya seperti apa yang coba ditulis dalam Matius 21-18

12 Rumusan Masalah amp Tujuan Penelitian

Dua rumusan masalah coba diketengahkan yaitu Pertama bagaimana kisah

pembantaian anak di bawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung dalam

Matius 21-18 ditinjau dari konteks sosio-politiknya Kedua bagaimana benang merah

kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung

dalam Matius 21-18 dengan kehidupan pembacanya di Indonesia pasca reformasi

Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah Pertama menjelaskan bagaimana

kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung

dalam Matius 21-18 ditinjau dari konteks sosio-politiknya Kemudian kedua

menjelaskan bagaimana benang merah kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun

yang dilakukan oleh Herodes Agung dalam Matius 21-18 dengan kehidupan pembacanya

di Indonesia pasca reformasi

13 Metode amp Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Dalam penelitian ini saya akan menggunakan metode hermeneutik yang berfungsi

untuk menguak makna dari suatu teks10

Metode ini digunakan dengan memperhatikan

nuansa sosio-politik dari teks Melalui upaya ini penafsir diandaikan dapat

merekonstruksi teks Matius 21-18 sehingga paling tidak tenunan sosio-politiknya dapat

terurai kembali Sementara itu teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi

kepustakaan dan menafsirkan teks Matius 21-18 Baik hasil tafsir teks Matius 21-18 dan

sumber-sumber pustaka relevan inilah yang menjadi data-data yang kemudian saya

kelolah dan analisa Hasil pengelolahan dan analisa terhadap data tersebut diharapkan

mampu menjawab masalah yang diteliti

9 Lih Budi Hardiman Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta Kanisius

2014) 53

10

Yusak B Setyawan Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga Fakultas

Teologi UKSW 2010) 4

4

14 Manfaat Penelitian

Saya berharap tulisan pada akhirnya dapat digunakan guna pengembangan ilmu

teologi yang mencakup terhadap studi Hermeneutik Perjanjian Baru serta studi Agama

dan Politik bagi Fakultas Teologi UKSW secara khusus dan dunia teologi di Indonesia

pada umumnya Selain itu juga melalui studi terhadap Matius 21-18 saya berharap agar

penelitian ini dapat memberikan sumbangsih gagasan bagi paham tentang kondisi

normatif kehidupan sosio-politik orang Kristen di Indonesia dewasa ini

15 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam kajian ini akan saya tulis dalam lima bagian Pada

bagian pertama berisikan pendahuluan Bagian kedua dari tulisan ini akan memuat

informasi terkait konteks sosio-politik Injil Matius Selanjutnya pada bagian ketiga saya

akan memberikan pemaparan tentang pemahaman ulang terhadap teks Matius 21-18

Bagian keempat berisi mengenai refleksi terhadap teks Matius 21-18 yaitu aktualisasinya

bagi kehidupan pembaca Matius di Indonesia Terakhir bagian kelima akan memuat

penutup daripada tulisan ini

2 Injil Matius dalam Konteks Sosio-Politiknya

Banyak ahli menduga kuat bahwa injil Matius ditulis di Anthiokhia di wilayah

Siria Injil Matius menunjukan nuansa-nuansa yang mendukung pemahaman tersebut

seperti disebutkanya mata uang dirham (mata uang Siria) diperlunaknya hukum tahir

dan najis (bagi non Yahudi) serta ada nuasa ketegangan antara pimpinan Yahudi dengan

jemaat11

Dugaan ini diperkuat melalui fakta bahwa naskah injil Matius ditulis dalam

bahasa Yunani dengan menyertakan nuansa semitis pada berbagai ungkapan yang kualitas

bahasanya bukan terjemaham dari bahasa Ibrani ataupun bahasa Aram Dengan

memperhatikan penggunaan bahasa semacam itu patut diduga bahwa tujuan tulisan ini

untuk mereka yang menggunakan bahasa Yunani Lagipula penggunaan bahasa Yunani

berlaku luas terutama di kota-kota Romawi

Penulis dan waktu penulisan injil Matius dipercayai dilakukan oleh seseorang

dalam kurun waktu tahun 70-90 ZB Perkiraan waktu tersebut memberikan gambaran

penulisan Injil terjadi pasca penghancuran Bait Allah di Yerusalem pada tahun 70 ZB

Gambaran itu dipercayai oleh para ahli dinarasikan implisit dalam bagian teks Matius

227 Meski begitu dugaan yang didasarkan menurut teks Matius 227 itu sendiri belum

menyelesaikan variasi pendapat para ahli tentang kapan persisnya penulisan dilakukan

11

C Groenen Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006) 88-89

5

Hal yang sama juga terjadi pada upaya untuk melacak identitas asli dari penulis injil ini

Siapa persisnya yang menulis tak dapat diketahui secara pasti Ada yang menyebutnya

sebagai seorang pembina jemaat seorang Yahudi yang menjadi Kristen yang berani

mengecam orang Yahudi yang tak mau mengikut Yesus seorang pelarian dari

Yerusalem ataupun seorang dari generasi Kristen kedua yang misioner yang berbahasa

Yunani12

Tidak ada satupun dari pendapat tadi yang menegaskan secara pasti siapa yang

menjadi penulis injil Matius Akan tetapi pada saat yang sama bermacam pendapat itu

juga tidak meneguhkan pandangan Papias bahwa penulis injil ini ialah Matius salah satu

Rasul Yesus13

Melalui upaya rekonstruksi yang cermat para ahli juga mencoba merumuskan

tujuan penulisan injil Matius Sama seperti analisis sebelumnya tujuan penulisan didapat

melalui telaah terhadap karakteristik dari teks itu sendiri Salah satu hasil telaah itu

dikemukakan oleh De Heer Menurut De Heer injil ini ada demi tiga tujuan utama yaitu

(1) Maksud Apologetis menyatakan bahwa nubuatan di dalam Perjanjian Lama telah

terpenuhi dan sekaligus membela status Yesus sebagai Mesias (2) Maksud Katekesis

merujuk pada Grundmman bahwa injil ini bertujuan untuk menyampaian pokok-pokok

ajaran Kristen agar dimengerti dan demi mengajarkanya kepada orang lain Hal itu

nampak dari begitu banyak teladan Yesus yang dimuat oleh penulis injil (3) Maksud

Parenetis untuk menegur jemaat Matius di Siria yang yang hidup tidak harmonis (kasih

diantara mereka telah dingin)14

21 Anthiokhia

Para ahli menduga cukup kuat bahwa teks Matius ditulis di Anthiokhia Kota ini

ialah ketiga terbesar di kekaisaran Romawi yang berpopulasi lebih dari 500000 jiwa

terdiri dari orang Siria Yunani-Romawi juga minoritas Yahudi yang Pada tahun 300

SZB Anthiokhia didirikan oleh Seleukus I di dekat sungai Orontes (berada jauh dari laut

dan terlindungi benteng alami yaitu Gunung Silpius) untuk menghormati ayahnya

sekaligus menampung para veteran perang Makedonia serta berfungsi guna menguasai

12

Para ahli umumnya bersepakat bahwa sangat sulit mempercayai Rasul Matius yang menulis injil ini Alasan-

alasan yang dikemukakan seperti Jika benar Matius yang menulis maka ia tentu saksi mata lalu mengapa

seorang saksi mata perlu merujuk kepada teks Markus yang penulisnya bukan saksi mata Juga bahasa yang

Matius gunakan ialah Bahasa Aram bukan Bahasa Yunani padahal injil ini ditulis dalam bahasa Yunani Lih

Drewes Satu Injil 176 Bnd Drane Memahami 219 Rudolf Schnackenburg The Gospel of Matthew (Wm B

Eerdmans Publishing Co Michigan 2007) 6-7 13

Pandangan bahwa Matius sang Rasul sebagai penulis Injil Matius baru muncul belakangan pada abad II

setelah injil Matius ditulis Ialah Papias seorang penulis dari Hireapolis yang menyatakan hal ini Lih Jakob

van Bruggen Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh penulis-penulis sezaman

(Jakarta Gunung Mulia 2004) 63-65 14

J De Heer Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia) 6-7

6

jalur-jalur darat yang menghubungkan Asia Kecil Mesir tak ketinggalan Eufrat15

Dewi

Tikhe (Fortuna Keberuntungan) dipercaya menguasai nasib semua kerajaan Helenis

menguasai kesuburan tanah dan menguasai keamanan kota atas banjir serta gempa

dijadikan dewi kota oleh penduduk di sana Anthiokhia ialah pusat intelektual yang besar

serta menjadi pusat perjalanan dan perdagangan yang sangat makmur serta merupakan

ibu kota Provinsi Romawi gabungan Suriah dan Kilikia sehingga pada jaman Romawi

mendapat perlindungan langsung dari Kaisar16

Seorang Gubernur Romawi menjadi perwakilan Kaisar memerintah atas

Anthiokhia Ia bertugas menegakan hukum dan memelihara ketertiban umum masyarakat

Namun ketertiban umum yang diupayakan berlangsung di Antiokhia berada dalam

bayang-bayang (1) tatanan masyarakat hirarkis17

dan (2) demografi penduduk yang

beragam budaya18

Dua hal ini sebenarnya membawa ancaman persoalan sosial bagi

Gubernur Romawi di Antokhia Pertama potensi ancaman terletak pada pola piramida

kekuasaan politik terpusat pada golongan elit yang jumlahnya lebih sedikit dibanding

masyarakat kebanyakan yang berada di luar golongan itu Golongan elit itu menguasai

sendi-sendi ekonomi hukum dan mengatur kesejaterahaan yang akibatnya sendi-sendi

itu (terutama politik) diatur menurut kepentingan mereka19

Dalam hal ini tercipta suatu

tatanan sosial dalam bentuk kelas sosial yang tidak adil golongan elit dan golongan

nonelit Persoalanya ialah kondisi sosial ini melahirkan rasa saling benci antara kedua

kelas sosial itu Kedua sebagai kota yang mempertemukan beragam identitas dan etnis

Anthiokhia menyimpan potensi gesekan sosial manakala terjadi pertemuan dua atau lebih

entitas yang saling bertolak belakang Ner Dah mengutip Streeter menyebut kondisi itu

sebagai ldquoAntagonisme Etnisrdquo yang mana kota itu diliputi ancaman kejahatan dan konflik

akibat percampuran orang-orang dari latar belakang etnis berbeda20

Akan tetapi meski menyimpan potensi konflik rupaya gubernur romawi mampu

mengatasi gesekan sosial tersebut Piramid kekuasaan itu menempatkan ia berada pada

puncak kelas sosial sedangkan dasar terendah ada pada golongan kecil termasuk budak

15

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013) 43 Bnd John Staumbaugh dan David

Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung Mulia 2008) 179 16

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial180 Bnd David J Bosch Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi

misi yang mengubah dan berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006) 67 Robert Coote dan Mary Coote Kuasa

Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004) 164 17

Warren Carter Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York Orbis Book

2000) 20 18

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial183 19

Carter Matthew amp The Margins 18 20

Streeter The Four Gospel dalam Ner Dah Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of

Myanmar PhD diss 2009 Menurut hemat saya apa yang dikemukakan Streeter tidak berlebihan sebab

masalah sosial itu kemudian termanifestasi dalam gerakan pembasmian orang Yahudi di Diaspora

7

Kekuasaan itu membuka peluang baginya untuk mendapatkan ldquodukunganrdquo dari golongan

di bawahnya demi tujuan yang ingin ia capai Cara gubernur romawi mengatasi

kerusuhan yang terjadi dikemudian hari khususnya berkaitan dengan isu sektarian di

Anthiokhia menunjukan betapa ldquotangan besirdquo romawi efektif meminimalisir konflik

terbuka21

Bersama para pejabat romawi dan anggota senat gubernur selain memimpin

legiun juga mendapat dukungan dari para imam di kuil para pegawai kekaisaraan

pengumpul pajak dll dalam relasi patron-klien22

Kenyataan itu menunjukan hubungan

transaksional yang sarat kepentingan politik sudah merupakan hal lumrah terjadi di

golongan masyarakat atas di Antiokhia Pola relasi yang sangat rapuh karena didasarkan

pada loyalitas semu yang dapat dibeli oleh kekuasaan

22 Komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Orang Yahudi yang telah tinggal di Anthiokhia sama tuanya dengan kota tersebut

hidup dalam situasi sosial masyarakat hirarkis Menurut Warren Carter argumen para ahli

menunjukan dimensi-dimensi penting yang menunjukan kelas sosial orang Yahudi di kota

ini seperti (1) pendapat Kingsbury bahwa bahasa Yunani yang digunakan penulis Matius

mengindikasikan masyarakat ini ialah komunitas urban (2) penggunaan kata Kota

dilakukan 26 kali dibandingkan Desa (3) jemaat Matius diasumsikan tidak asing dengan

kekayaan hal itu ditunjukan oleh misalnya letak perbandingan identitas Yusuf orang

Arimatea yang pada Markus dan Lukas ia dikenal sebagai anggota dewan tinggi namun

pada Matius ia disebut sebagai Si Orang Kaya (4) penggunaan sebutan emas perak dan

talenta dilakukan sebanyak 26 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan Markus yang

hanya sekali menyebut perak dan Lukas hanya empat kali lebih banyak dari Markus23

Argumen-argumen itu menguatkan dugaan bahwa komunitas Matius terdiri dari mereka

yang hidup kaya artinya ada jejak dari mereka berada pada golongan elit Akan tetapi

sebagai ganti keengganan Carter untuk secara deterministik menentukan kedudukan

orang Yahudi itu ia memberi anjuran yang secara probabilistik menempatkan orang

Yahudi ada di kedua kelas sosial (Cross section) sebab selain karakteristik teks

menunjukan nuansa orang terdidik (golongan elit) teks ini juga bernafaskan tindakan

untuk menjangkau orang-orang yang dimarjinalkan24

21

Upaya untuk merayakan Perbedaan Kultur dan Toleransi pernah dilakukan di Anthiokhia Lih Trudy Ring amp

Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London WIPIDE 1995) 40 22

Carter Matthew amp The Margins 19 23

Carter Matthew amp The Margins 25 24

Carter Matthew amp The Margins 26

8

Dugaan Carter tentang Cross section itu dapat diperkuat melalui laporan Josephus

bahwa orang Yahudi yang tinggal di Anthiokhia hidup tentram dan secara ekonomi cukup

kaya25

Menurut Staumbaugh dan Balch kunjungan Herodes Agung beberapa kali ke

Anthiokhia diduga kuat yang memicu naiknya gengsi pengaruh dan kedudukan orang

Yahudi di sana26

Laporan betapa kayanya orang Yahudi di Anthiokhia nampaknya bukan

hisapan jempol belaka Sebab berdasarkan catatan Josephus orang Yahudi di Anthiokhia

mampu mengirimkan persembahan yang mahal ke Yerusalem27

Tidak hanya itu pada

masa pemerintahan Klaudius tatkala Yudea dilanda kelaparan bantuan dari Anthiokhia

datang untuk menanggulangi bencana tersebut28

Lalu bagaimana dapat diandaikan bahwa selain jejak keberadaan orang Yahudi

dalam lingkaran elit terdapat pula informasi yang menunjukan bahwa ada orang Yahudi

hidup dalam kelas non elit Hal itu dapat dijelaskan melalui identifikasi pekerjaan

mereka Orang Yaudi nonelit di Antiokhia ada yang hidup bekerja sebagai tukang dan

budak yang mana secara kasat mata sudah cukup menunjukan bahwa mereka ialah

golongan kecil yang dimarjinalkan29

Mereka ialah kelompok yang hidup bekerja demi

memenuhi kesejaterahaan hidup para elit

Kondisi kehidupan yang baik dalam aspek sosial ekonomi religius bahkan akses

politik terhadap kekuasaan memang dinikmati oleh sebagian orang Yahudi di Anthiokhia

untuk kurun waktu yang cukup lama Sisanya meski dipinggirkan namun cukup untuk

melanjutkan kehidupan dengan bekerja bagi para elit Kehidupan yang tentram dan

mapan di Anthiokhia bahkan telah dinikmati orang Yahudi sejak jaman Hasmonean yang

dipicu oleh banyaknya orang baru yang hidup menyatu dengan penduduk tertarik masuk

ke dalam komunitas sinagoge30

Selain bahwa pengaruh Hasmonean yang mendahului

kunjungan Herodes Agung yang berdampak signifikan itu perilaku sosio-politik orang

Yahudi yang menunjukan loyalitas membuat mereka mendapatkan perlindungan31

Akan tetapi keadaan berbalik dan semakin memburuk bagi mereka sejak tahun 40

ZB Mulai saat itu hubungan sosio-politik antara orang Yahudi dengan orang Antiokhia

25

Josephus Jewish War 713 Bnd Walker In Steps 44 26

Nama besar Herodes Agung yang dikenal sebagai sekutu dekat Kaisar Agustus dan juga sebagai The Great

Builder lewat pembangunan luar biasa misalnya Bait Allah berbagai benteng hebat termasuk Masada kota-

kota Helenis seperti Sebaste dan Kaisera yang terkenal dengan pelabuhannya tersiar ke luar Yudea bahkan

sampai Anthiokhia Hal itu menempatkan Herodes Agung sebagai orang yang cukup penting sehingga tidak

heran apabila kunjungan tersebut membawa keuntungan bagi kedudukan sosio-politik orang Yahudi di

Anthiokhia Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial Bnd F F Bruce New Testament History (London

Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969) 27

Josephus Jewish War 745 28

Walker In Steps 47 29

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 181 30

Justin Taylor Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012) 156 31

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial49-51

9

berada dibawah ketegangan hebat Permusuhan yang timbul bahkan tidak bisa menahan

mereka untuk berhadapan dalam konflik terbuka yang berdarah-darah Sejak terjadi

pogrom32

dan dekrit Kaisar Kaligula yang memuat perintah penempatan patung dirinya di

Bait Allah di Yerusalem bentrok pecah di Antiokhia33

Pembunuhan terhadap orang

Yahudi di Anthiokhia terjadi dan sinagoge-sinagoge mereka dibakar Mulai saat itu

sentimen anti semit kian meninggi dan tak berhenti hingga kira-kira tahun 48 ZB Puncak

konflik terjadi tatkala pemberontakan Yudea melawan Romawi terjadi hingga tahun 70

ZB

Konflik di Yudea turut menyeret keterlibatan Anthiokhia karena kota itu menjadi

basis dukungan pasukan militer yang dikirim untuk menumpas pemberontakan di

Yudea34

Ketegangan perang itu merembes sampai ke Anthiokhia terutama bagi orang

Yahudi di sana Ikut terseretnya Antiokhia dalam tensi perang Yudea membuat beberapa

orang Yahudi di sana tidak mampu menahan diri Beberapa anggota dari penguasa

Yahudi merencanakan perlawanan Komunitas Yahudi di Anthiokhia dituduh

merencanakan membakar kota Akibatnya Gubernur Romawi menyerang mereka dan

mencabut hak-hak istimewa orang Yahudi

Penaklukan Yudea membawa dampak tidak saja pada memburuknya hubungan

sosial antara orang Yahudi dengan orang Anthiokhia dan sekaligus melemahkan pengaruh

32

Sebab terjadinya Pogrom diduga karena muncul kecemburuan sosial terhadap orang Yahudi yang melalui lobi

politik mendapat hak istimewa yang mana telah berlangsung sejak jaman Koresh lalu terus menguat ketika

Romawi menjadi sekutu keluarga Hasmonean Orang yahudi dibenci oleh orang Yunani-Romawi sebab mereka

dapat mengakses fasilitas dan hidup layak sama seperti orang Yunani-Romawi tanpa perlu melakukan

kewajiban yang sama Ditambah dengan kecenderungan Kaisar-kaisar Romawi yang meski berganti-ganti tetap

saja membela orang yahudi membuat kebencian orang yunani semakin menjadi-jadi Hak istimewa itu meliputi

diperbolehkan melaksanakan hukum Sabat tidak melakukan kegiataan keagamaan kekaisaraan boleh

membayar pajak kepada Bait Allah di Yerusalem dan bahkan mendapatkan otonomi terbatas untuk menegakan

hukum (politeuma) Yudaisme di Sinagoge Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 50-51

33 Bentrokan ini terjadi jelas dalam dua aspek yang berkaitan yaitu Sosio-politik dan Sosio-religius

Kecemburuan sosial nyata dalam pogrom dan resistensi keagamaan nampak dalam perlawanan dekrit Kaligula

yang sangat ldquomenyakitirdquo hati orang Yahudi Menurut saya motivasi perlawanan terhadap pogrom yang jelas

muncul sebagai reaksi mempertahankan ldquopemberian Romawirdquo sebagai keberhasilan lobi politik tentu berbeda

dengan perlawanan terhadap dekrit Kaligula Identitas keagamaan Yudaisme bukan ldquopemberian Romawirdquo

Namun resistensi itu juga bukan hanya soal ortodoksi Ia merupakan peneguhan kemerdekaan politik secara

religius yang saya kategorikan sebagai Hak Milik Mengapa hak milik kemerdekaan politik secara religius

sangat penting Sebab orang Yahudi begitu percaya bahwa YHWH tidak mengijinkan mereka dipimpin oleh

orang Kafir Penjajahan atas mereka hanyalah teguran YHWH karena mereka lalai menjalankan hukum Tuhan

Dalam pada itu kemerdekaan religius berkaitan erat dengan dinantikanya ldquoHari YHWHrdquo atau datangnya Mesias

untuk membebaskan mereka dari teguran Ortodoksi bukan tujuan pada dirinya sebab jika mereka tidak mampu

menjaga kemerdekaan religius maka sama saja melepaskan peluang hidup bebas untuk kembali mendirikan

kedigdayaan kerajaan Daud Gagasan untuk menjaga ortodoksi sebagai implikasi teguran YHWH itu sangat

ditekankan oleh golongan Parisi yang ternyata ialah pemimpin sinagoge Anthiokhia Bnd Jeffrey J Butz The

Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the Just to the founding fathers(Inner

TraditionBear amp Co 2009) 281 F F Bruce History Alan Richardson Political Christ (Philadelpia

Westminster Press 1973) 34

Walker In steps 44

10

mereka secara politik tetapi juga memberikan pengaruh kepada tatanan beragama dalam

komunitas mereka sendiri Melalui kejatuhan dengan demikian berakhir juga otoritas Bait

Allah di Yerusalem Pasca penghancuran yang dilakukan oleh Titus pada 70 ZB membuat

kekuasaan dalam urusan keagamaan komunitas Yahudi di diaspora menjadi wewenang

sektoral di masing-masing Sinagoge

Perlu dicatat bahwa pergeseran otoritas keagamaan ke sinagoge sesungguhnya

secara terbatas membuat mereka tetap memiliki kekuasaanya sendiri meskipun pada

masyarakat kota Anthiokhia mereka tidak lagi menikmati keleluasaan Atas otoritas itu

perselisihan dengan orang Yunani-Romawi di Anthiokhia terus berlanjut namun lebih

banyak terjadi di dalam sinagoge Perselisihan tersebut nampak ketika orang-orang

Yunani mulai masuk ke dalam komunitas Terjadi perdebatan apakah mereka harus

menjalankan hukum Yahudi terutama sunat dan makanan halal atau tidak Akan tetapi hal

terpenting dari pergeseran itu bukan terletak pada bagaimana orang Yahudi mulai

menerapkan standar tegas terhadap hukum mereka namun terletak pada apa motif dari

kekuasaan itu mereka pergunakan Merujuk pada Groenen ia menegaskan bahwa akibat

dari bergesernya otoritas keagamaan tersebut membawa dampak yang tidak

menyenangkan bagi orang Kristen di Antiokhia yaitu penindasan oleh Sinagoge terhadap

mereka35

3 Memahami Kembali Matius 21-18

Melalui bantuan pendekatan hermeneutik yang secara khusus menyoroti teks

dalam kerangka sosio-politiknya maka narasi Matius 21-18 memberikan sekurang-

kurangnya tiga pemahaman teologis yang memperluas horizon berpikir pembacanya

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan terhadap

dominasi status quo

Gelar Mesias yang redaktur Matius tempelkan pada mulut Herodes di ayat ke-4

menjadi kata kunci yang menunjukan posisi komunitas Matius yang berbeda dengan

kelompok status quo Yahudi Teks secara eksplisit menunjukan bahwa Para Majus

sebagai tokoh yang muncul pertama menyinggung perihal kelahiran Yesus (ayat 1-3)

justeru tak sekalipun menyebut gelar Sang Bayi sebagai Mesias (ayat 2) Sebutan dalam

ayat 2 yang para Majus berikan ialah ldquoRaja Orang Yahudi itu ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν

Ἰ οσδαί ωνrdquo (βαζιλεὺ ς menjadi penanda identitas khusus bayi Yesus)36

Istilah Mesias

35

Groenen Pengantar 90 36

Kalimat dalam ayat ini lengkapnya λέ γονηεςmiddot ποῦ ἐ ζηιν ὁ ηετθεὶ ς βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων εἴ δομεν

γὰ ρ αὐ ηοῦ ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ἐ ν ηῇ ἀ ναηολῇ καὶ ἤ λθομεν προζκσνῆ ζαι αὐ ηῷ LAI nampaknya keliru

11

sendiri baru kemudian muncul manakala Herodes menanyakan perihal kelahiran Yesus

kepada pemuka agama Yahudi (ayat 4)

Pemilihan gelar ὁ βαζιλεὺ ς yang ditempelkan ke mulut Para Majus oleh

redaktur Matius ialah jelas berbeda dengan ὁ τριζηὸ ς yang ditempelkan ke mulut

Herodes Agung meskipun merujuk pada subjek yang sama yaitu Yesus Terma ὁ

βαζιλεὺ ς ialah istilah Yunani bagi Raja tetapi tak memiliki nuansa berarti dalam

kosmologi Yudaisme Berkebalikan dari itu ὁ τριζηὸ ς37

justru memiliki makna spesifik

dan sarat nuansa dalam Yudaisme Ada hal penting yang coba disampaikan oleh redaktur

Matius dari distingsi ini

Yosephus memberikan catatan yang sangat berharga perihal gelar ldquoraja orang

Yahudi (ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων)rdquo Menurutnya gelar raja orang Yahudi ialah tanda

yang diberikan oleh Senat Romawi kepada Herodes Agung ketika mereka

mengangkatnya sebagai raja pada tahun 40 SZB38

Craig Evans menafsirkan bahwa

tindakan para majus menyebut Yesus sebagai raja orang yahudi (ayat 2) ialah tindakan

sewajarnya sebab mereka hanya ingin menanyakan perihal suksesi Herodes Agung39

Akan tetapi persoalan yang serius ialah narasi ini sulit dipercayai sungguh-sungguh

faktual secara historis40

Dengan memperhatikan distingsi antara gelar raja orang yahudi

dengan gelar mesias yang muncul dalam tokoh-tokoh pada teks maka saya justeru

melihat kencederungan lain Redaktur Matius secara sengaja ingin menunjukan bahwa

Herodes Agung bersama para Pemuka Agama Yahudi yang berhasil merumuskan perihal

identitas Yesus secara tepat sebagai Mesias merupakan personifikasi status quo Yahudi

Tidak hanya menjadikan Herodes Agung dan Pemuka Agama Yahudi sebagai

personifikasi kelompok status quo melalui narasi ini penulis Matius sekaligus

menyerang mereka

Gelar raja orang Yahudi seharusnya milik Herodes Agung tetapi dengan

munculnya gelar itu disebut oleh para majus maka hal ini menurut saya jelas merupakan

sebuah sinisme Hal tersebut saya argumentasikan sebab penulis Matius menempatkan

Herodes Agung dalam posisi yang sangat ironis Berdasarkan tafsir Evans maka Herodes

lah yang jelas-jelas bergelar raja orang Yahudi sehingga seharusnya ia dapat langsung

memberikan klarifikasi kepada para majus perihal suksesinya Tetapi yang nampak ialah

menerjemahkan λέ γονηεςmiddot dengan ldquobertanya-tanyardquo Kata yang sesuai dengan bahasa Yunani λέ γονηεςmiddot ialah

ldquoberkata (to speak) Maka sebenarnya para majus lebih cenderung mendeklarasikan kelahiran Raja Yahudi 37

Dalam terjemahan Ibraninya yaitu Mesias (Massiah dari bentuk Massah) keduanya berarti Yang Diurapi 38

Yosephus Jewish War 1282 39

Craig Evans Matthew (New York Cambridge University Press 2012) 53 40

R T France menegaskan bahwa tak ada laporan sekunder di luar injil yang dapat mengkonfirmasikan

historisitas kunjungan itu Lih R T France The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing

Co 2012) Kindle Version

12

justru Herodes Agung seperti seorang bodoh yang tak menyadari bahwa dia sendiri yang

adalah raja orang Yahudi itu Herodes Agung digambarkan seperti tak punya petunjuk

apakah benar ada pengganti dirinya yang baru saja lahir

Warren Carter mengajukan pendapat bahwa respon Herodes Agung yang begitu

saja rela mencarikan informasi lebih jauh bagi para majus (ayat 1-6) perlu dilihat dalam

kerangka pikir bahwa para majus ialah astrolog yang biasa diminta menjelaskan arti

kemunculan tanda alam (seperti bintang) dan relasinya dengan kekuasaan41

Pandangan

Carter itu bersesuaian dengan Craig Keneer yang secara eksplisit berani mengatakan

bahwa para majus ialah astrolog kerajaan Persia yang memiliki peran politik sangat

penting42

Ada tafsiran yang menyebut para majus ialah raja-raja yang bangsa kafir

sehingga dimengerti sebagai jalan soteriologi untuk menjangkau bangsa-bangsa di luar

Yahudi Namun tanda bahwa mereka melihat bintang ialah petunjuk lebih jelas mengenai

tujuan disebutkannya tokoh ini oleh redaktur Matius

Persoalanya apakah bintang raja orang Yahudi itu (ayat 2) ialah bintang per se

Anggapan tersebut dipersoalkan oleh Howard Clarke dengan mengatakan bahwa jika

benar bintang tersebut muncul lalu tidak masuk akal jika Herodes Agung tak

melihatnya43

Umumnya para pakar memandang bahwa bintang (ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ayat 2)

dikutip redaktur Matius dari Bilangan 2417 dan menautkan kisah penglihatan Bileam

tentang bintang Daud pada kisah kelahiran Yesus Hal ini menunjukan indikasi bahwa

terjadi pemenuhan dari apa yang dikisahkan dalam perjanjian lama

Namun hal yang saya catat ialah redaktur Matius sedang dalam perjuangan

mendapatkan pengaruh melawan pihak yang merasa secara yuridis berwenang atas

penetapan ajaran Yudaisme Pemenuhan kisah perjanjian lama dalam rentang waktu

ketika komunitas Matius hidup baru dapat dikonfirmasikan bukan oleh sekte ini tetapi

oleh otoritas Yahudi di Sinagoge yang notabene lawan mereka44

Maka dari itu saya

mengira bahwa redaktur Matius ingin menelanjangi posisi penguasa Sinagoge yang tak

benar-benar paham tradisi Yudaisme melalui upaya menegaskan status Yesus sebagai

Mesias45

41

Warren Carter Matthew and the Margins74 42

Craig S Keener A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2013) 100 43

Clarke The Gospel of Matthew 18 44

Pasca penghancuran Bait Allah ketika terjadi penumpasan pemberontakan Yerusalem otoritas Yudaisme

berpindah ke masing-masing Sinagoge Akan tetapi Saldarini menunjukan bahwa Komunitas Matius tidak

menerima otoritas itu bahkan menganggap bahwa model di masing-masing Sinagoge perlu diatur ulang Lih

Saldarini The Gospel 52 45

Masa pasca Bait Allah (Post Temple) ialah masa dimana para Rabi Yahudi di Sinagoge-sinagoge mulai

menafsir ulang Yudaisme agar sesuai dengan kondisi kehidupan mereka Dalam paham itu saya menduga bahwa

Redaktur Matius sedang berupaya sekuat tenaga melawan tafsir baru para Rabi (mungkin sekali dari Golonga

13

Dengan menautkan tradisi Yudaisme tentang kisah bintang Daud seperti yang

para ahli katakan dan dengan menempelkan gelar raja orang yahudi pada mulut para

majus maka apa yang saya sebut sebagai sinisme menjadi lebih jelas Redaktur Matius

menempatkan para majus yang ialah personifikasi komunitas Matius sebagai pihak di

luar status quo Sinagoge yang justru lebih ketat dan peka terhadap tradisi Yudaisme

dalam hal melihat pentingnya kehadiran Yesus yang sudah terjadi di dunia46

Perihal kelahiran Mesias ke bumi apabila merujuk pada teks rupanya bukanlah

suatu kabar gembira bagi kelompok status quo Pemilihan kata ἐ ηαρά τθη47

yang

muncul di ayat ke-3 oleh redaktur memberikan kesan kuat bahwa Yesus yang sudah lahir

ialah sebuah masalah bagi kelompok status quo Anggapan bahwa Yesus menimbulkan

masalah oleh kelompok status quo dipertegas melalui keengganan mereka untuk

mengakui bahwa Mesias telah lahir Redaktur Matius menggunakan kata γεννᾶ ηαι48

yang menunjukan kelompok status quo tak setuju dengan klaim kelompok Matius

tentang ke-mesias-an Yesus

Ketidaksetujuan itu juga nampak dari disebutkannya Bethlehem (ayat 1) sebagai

tempat kelahiran Yesus dan Yerusalem (ayat 3) sebagai tempat yang menolak kelahiran

Yesus Seisi Yerusalem menanggapi kabar bahwa Yesus Sang Mesias sudah hadir di

dunia sebagai masalah Yerusalem ialah pusat kekuasan atau dalam hal ini menjadi

lambang sistem kekuasaan status quo yang mana enggan mengakui bahwa Yesus benar

Mesias Melalui pengecekan tradisi Yudaisme dalam diri Herodes Agung dan para

pemuka agama Yahudi (4-6) redaktur Matius sekaligus menyerang mereka sebagai

pemegang otoritas keagamaan yang tidak paham mengenai tradisi Yudaisme itu sendiri

Pharisi) untuk menjadi pegangan bersama Komunitas Yahudi di Anthiokhia Tradisi tentang Midrash membantu

membentuk pemahaman ini Lih Brian M Nolan The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in

the Setting of the Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979) 52-58 Bnd Robert M Prince New

Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm diakses 8 November 2014 46

γεννηθέ νηος ialah kata kerja aoris geniitif pasif yang tak hanya menunjukan penegasan tetapi juga sekaligus

menujukan tindakan yang sudah pernah terjadi Artinya penegasan bahwa Raja orang Yahudi sudah pernah

dilahirkan Kata ini juga menjadi penegasan tentang status kemesiasan Yesus 47

Kata ἐ ηαρά τθη dari bentuk kata ηαρά ζζω kurang tepat jika diterjemahkan dengan ldquoterkejutrdquo Kata itu

berarti meresahkan mengacaukan menganggu atau menakutkan Terjemahan King James Version (KJV)

ldquotroubled (menyusahkan)rdquo menurut saya jauh lebih memadai dibandingkan terjemahan dalam TB-LAI Untuk

keperluan tulisan ini maka saya menggunakan kata ldquomengganggurdquo sebagai ganti kata ldquoterkejutrdquo 48

Kata γεννᾶ ηαι (kata kerja present indikatif pasif untuk orang ketiga tunggal dari bentuk γεννά ω) berarti

ldquosedang dilahirkanrdquo Dalam narasi Matius pasal 2 kata ini berbeda kasusnya dengan kata yang sama di ayat 1

Kata ini menunjukan pemahaman bahwa kegiatan Mesianik masa terus berlangsung Berbeda dengan kelompok

Matius yang percaya nubuatan mesianik sudah terjadi dalam diri Yesus kelompok Yahudi status quo

menunjukan bahwa mesias bukan seperti yang dipikirkan kelompok matius Saya menduga ini adalah jejak

tentang model kubu status quo mendukung teologi Millitary Mesiah sebab disekitar tahun 70-132 ZB model

Millitary Mesiah muncul kuat sebagai gerakan pemberontakan

14

Dengan menempatkan berturut-turut gelar mesias di mulut Herodes Agung

kontras antara Bethlehem dengan Yerusalem penyelidikan dan afirmasi perihal kelahiran

Mesias dari tradisi Yudaisme di mulut para pemuka agama Yahudi maka hal ini jelas

menunjukan apa yang saya sebut di atas sebagai ironi Upaya ini menunjukan bahwa

redaktur Matius menganggap kelompok status quo di Sinagoge tak lagi memiliki

legitimasi Hal tersebut didasarkan pada ironi kelompok status quo yang tidak benar-

benar memahami isi ajaran Yudaisme manakala mereka tak mengakui Yesus sebagai

Mesias padahal mereka ialah pemimpin agama

Perseteruan antara kelompok Matius dengan kelompok status quo tentang

pengakuan Yesus sebagai Mesias sebenarnya merupakan masalah yang sentral Bagi

kelompok status quo mengakui Yesus sebagai Mesias ialah sama dengan memberi

pengakuan akan kehadiran kelompok Yahudi yang menyimpang (Deviant Jews)49

Sedangkan pengkuan akan kelompok yang menyimpang ialah sama dengan membuka

celah bagi perubahan yang radikal dalam diri komunitas Yahudi Artinya memberikan

ruang secara sosio-politik bagi komunitas Matius untuk hidup ialah pilihan yang

membunuh kelompok status quo Maka tentu konsekuensi logisnya ialah dominasi atas

Yudaisme harus terus dilakukan

Persoalan semakin rumit sebab komunitas Matius tidak merasa dirinya ialah

bagian luar dari kelompok Yahudi Mereka tetap yakin jika dirinya merupakan bagian

dari kelompok itu Dalam kesadaran semacam ini mereka berpretensi melakukan

perubahan atas praktek lama yang tak benar Anthony Saldarini menegaskan apabila

komunitas Matius tidak sedang mencoba menciptakan sebuah masyarakat Agama Baru

tetapi tengah berupaya medelegitimasi kelompok status quo dengan membongkar

praktek Yudaisme mereka yang keliru50

Kekeliruan kelompok status quo sebenarnya bukan semata berkaitan dengan

persoalan perbedaan pandangan antara mereka dengan komunitas Matius mengenai

status Yesus sebagai Mesias Akan tetapi juga terletak pada persengkongkolan kelompok

status quo untuk menghancurkan komunitas Matius Sebab secara sosio-politik kehadiran

komunitas Matius ibarat duri dalam daging Maka daripada duri itu terus melukai diri

sendiri lebih baik segera disingkirkan Jejak ini muncul kuat disepanjang ayat 4 dan 7

pada narasi Tindakan Herodes Agung melakukan pertemuan terpisah dengan pemuka

49

Perihal telaah tentang Deviant Jews lihat Kai Ericson Wayward Puritans A Study in the Sociology of

Deviance (New York Wiley 1966) 3-5 50

Saldarini The Gospel 46-47

15

yahudi dan lalu melaksanakan pertemuan rahasia51

dengan para majus ialah bentuk

persengkongkolan demi dominasi status quo Poin yang redaktur Matius angkat ialah

pendekatan kelompok status quo identik dengan sikap penguasa yang manipulatif dan

menindas

Para majus setelah ayat 7 digambarkan sebagai pihak yang awalnya mengikuti

gerak manipulasi kekuasaan ala kelompok status quo dalam diri Herodes Agung Sang

raja yang seolah memberikan ruang pada para majus dan mendengarkan pendapat

mereka sebenarnya hanya tindakan manipulasi untuk menggali informasi guna

menghancurkan Yesus dan para majus sendiri Richard T France menyebut peran para

majus dalam ayat 7-9 sebagai alat spionase sang raja52

Artinya tujuan Herodes Agung

bertemu dengan para majus bukan pertama-tama demi mendengarkan apa yang para

majus itu inginkan tetapi justru untuk memperalat mereka

Ujaran Saldarini dan penjelasan France menurut saya sangat penting dalam

memahami posisi komunitas Matius dalam konteks tidak ingin mengganti Yudaisme

dengan suatu agama baru Melalui kisah kelahiran Yesus komunitas Matius menegaskan

bahwa bentuk dominasi dalam kehidupan bersama tidak dapat diterima Mereka tidak

sedang bicara ortodoksi Agama Yahudi Agama Yahudi yang dalam hal ini hanya

menjadi locus bagi suatu kehidupan bersama atau menjadi arena perebutan pengaruh

Dengan ketiadaan tendensi membentuk locus baru maka komunitas Matius sebenarnya

tengah mencoba mempertahankan diri sebagai bagian dari kesatuan komunitas Yahudi

umunya Akan tetapi dengan suatu harapan bahwa hidup bersama itu dilakukan tidak

dalam penindasan

Penolakan paham tentang dominasi ini menurut saya muncul dalam suatu

pernyataan teologis di sepanjang ayat 10-12 Hal yang sangat menarik ialah upaya

persekongkolan untuk memperalat para majus agar dominasi dapat dilanggengkan justru

digagalkan oleh Tuhan melalui mimpi para majus dan penyataan malaikat kepada Yusuf

Dalam kepolosanya para majus terjebak pada permainan kekuasaan Herodes Agung

tetapi permainan itu tidak sampai selesai sebab Tuhan menggagalkannya di tengah jalan

Pada titik ini saya menduga redaktur Matius menegaskan bahwa Tuhan justru tidak

menghendaki model dominasi status quo yang menghalalkan praktek kekuasaan

manipulatif seperti yang dipraktekan kelompok status quo dalam diri Herodes Agung

51

Ada dua kata kunci dalam pertemuan rahasia ini yaitu ldquoSecara rahasia (λά θρᾳ )rdquo dan ldquomemastikan secara

tepat (ἠ κρί βωζεν)rdquo Pertemuan ini terpisah dan tertutup bersifat rahasia antara Herodes Agung dengan para

majus apa tujuan pertemuan ini Untuk memastikan dengan tepat apakah Yesus Mesias Dalam hal ini untuk

memastikan dampak dari status Yesus sebagai Mesias 52

Frnce The Gospel Kindle Version

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 11: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

3

saya menduga bahwa gerakan pembaharuan dalam narasi Matius dapat menjadi sangat

aktual bagi pembacanya di Indonesia Konteks Indonesia yang tengah dalam transisi

negara otoritarian a la orde baru kepada negara demokratis pasca reformasi ternyata

masih diselubungi skandal oligarki9 sehingga sebuah gerakan pembahuruan seperti

dengungan Revolusi Mental Jokowian sebagai model normatif yang dikampanyekan

untuk mengubah mental bangsa muncul kuat Menurut hemat saya fenomena ini mungkin

dapat diteropong dari model perlawanan komunitas Matius pada sistem lama yang tak

berjalan semestinya seperti apa yang coba ditulis dalam Matius 21-18

12 Rumusan Masalah amp Tujuan Penelitian

Dua rumusan masalah coba diketengahkan yaitu Pertama bagaimana kisah

pembantaian anak di bawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung dalam

Matius 21-18 ditinjau dari konteks sosio-politiknya Kedua bagaimana benang merah

kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung

dalam Matius 21-18 dengan kehidupan pembacanya di Indonesia pasca reformasi

Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah Pertama menjelaskan bagaimana

kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun yang dilakukan oleh Herodes Agung

dalam Matius 21-18 ditinjau dari konteks sosio-politiknya Kemudian kedua

menjelaskan bagaimana benang merah kisah pembantaian anak dibawah usia dua tahun

yang dilakukan oleh Herodes Agung dalam Matius 21-18 dengan kehidupan pembacanya

di Indonesia pasca reformasi

13 Metode amp Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Dalam penelitian ini saya akan menggunakan metode hermeneutik yang berfungsi

untuk menguak makna dari suatu teks10

Metode ini digunakan dengan memperhatikan

nuansa sosio-politik dari teks Melalui upaya ini penafsir diandaikan dapat

merekonstruksi teks Matius 21-18 sehingga paling tidak tenunan sosio-politiknya dapat

terurai kembali Sementara itu teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi

kepustakaan dan menafsirkan teks Matius 21-18 Baik hasil tafsir teks Matius 21-18 dan

sumber-sumber pustaka relevan inilah yang menjadi data-data yang kemudian saya

kelolah dan analisa Hasil pengelolahan dan analisa terhadap data tersebut diharapkan

mampu menjawab masalah yang diteliti

9 Lih Budi Hardiman Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta Kanisius

2014) 53

10

Yusak B Setyawan Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga Fakultas

Teologi UKSW 2010) 4

4

14 Manfaat Penelitian

Saya berharap tulisan pada akhirnya dapat digunakan guna pengembangan ilmu

teologi yang mencakup terhadap studi Hermeneutik Perjanjian Baru serta studi Agama

dan Politik bagi Fakultas Teologi UKSW secara khusus dan dunia teologi di Indonesia

pada umumnya Selain itu juga melalui studi terhadap Matius 21-18 saya berharap agar

penelitian ini dapat memberikan sumbangsih gagasan bagi paham tentang kondisi

normatif kehidupan sosio-politik orang Kristen di Indonesia dewasa ini

15 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam kajian ini akan saya tulis dalam lima bagian Pada

bagian pertama berisikan pendahuluan Bagian kedua dari tulisan ini akan memuat

informasi terkait konteks sosio-politik Injil Matius Selanjutnya pada bagian ketiga saya

akan memberikan pemaparan tentang pemahaman ulang terhadap teks Matius 21-18

Bagian keempat berisi mengenai refleksi terhadap teks Matius 21-18 yaitu aktualisasinya

bagi kehidupan pembaca Matius di Indonesia Terakhir bagian kelima akan memuat

penutup daripada tulisan ini

2 Injil Matius dalam Konteks Sosio-Politiknya

Banyak ahli menduga kuat bahwa injil Matius ditulis di Anthiokhia di wilayah

Siria Injil Matius menunjukan nuansa-nuansa yang mendukung pemahaman tersebut

seperti disebutkanya mata uang dirham (mata uang Siria) diperlunaknya hukum tahir

dan najis (bagi non Yahudi) serta ada nuasa ketegangan antara pimpinan Yahudi dengan

jemaat11

Dugaan ini diperkuat melalui fakta bahwa naskah injil Matius ditulis dalam

bahasa Yunani dengan menyertakan nuansa semitis pada berbagai ungkapan yang kualitas

bahasanya bukan terjemaham dari bahasa Ibrani ataupun bahasa Aram Dengan

memperhatikan penggunaan bahasa semacam itu patut diduga bahwa tujuan tulisan ini

untuk mereka yang menggunakan bahasa Yunani Lagipula penggunaan bahasa Yunani

berlaku luas terutama di kota-kota Romawi

Penulis dan waktu penulisan injil Matius dipercayai dilakukan oleh seseorang

dalam kurun waktu tahun 70-90 ZB Perkiraan waktu tersebut memberikan gambaran

penulisan Injil terjadi pasca penghancuran Bait Allah di Yerusalem pada tahun 70 ZB

Gambaran itu dipercayai oleh para ahli dinarasikan implisit dalam bagian teks Matius

227 Meski begitu dugaan yang didasarkan menurut teks Matius 227 itu sendiri belum

menyelesaikan variasi pendapat para ahli tentang kapan persisnya penulisan dilakukan

11

C Groenen Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006) 88-89

5

Hal yang sama juga terjadi pada upaya untuk melacak identitas asli dari penulis injil ini

Siapa persisnya yang menulis tak dapat diketahui secara pasti Ada yang menyebutnya

sebagai seorang pembina jemaat seorang Yahudi yang menjadi Kristen yang berani

mengecam orang Yahudi yang tak mau mengikut Yesus seorang pelarian dari

Yerusalem ataupun seorang dari generasi Kristen kedua yang misioner yang berbahasa

Yunani12

Tidak ada satupun dari pendapat tadi yang menegaskan secara pasti siapa yang

menjadi penulis injil Matius Akan tetapi pada saat yang sama bermacam pendapat itu

juga tidak meneguhkan pandangan Papias bahwa penulis injil ini ialah Matius salah satu

Rasul Yesus13

Melalui upaya rekonstruksi yang cermat para ahli juga mencoba merumuskan

tujuan penulisan injil Matius Sama seperti analisis sebelumnya tujuan penulisan didapat

melalui telaah terhadap karakteristik dari teks itu sendiri Salah satu hasil telaah itu

dikemukakan oleh De Heer Menurut De Heer injil ini ada demi tiga tujuan utama yaitu

(1) Maksud Apologetis menyatakan bahwa nubuatan di dalam Perjanjian Lama telah

terpenuhi dan sekaligus membela status Yesus sebagai Mesias (2) Maksud Katekesis

merujuk pada Grundmman bahwa injil ini bertujuan untuk menyampaian pokok-pokok

ajaran Kristen agar dimengerti dan demi mengajarkanya kepada orang lain Hal itu

nampak dari begitu banyak teladan Yesus yang dimuat oleh penulis injil (3) Maksud

Parenetis untuk menegur jemaat Matius di Siria yang yang hidup tidak harmonis (kasih

diantara mereka telah dingin)14

21 Anthiokhia

Para ahli menduga cukup kuat bahwa teks Matius ditulis di Anthiokhia Kota ini

ialah ketiga terbesar di kekaisaran Romawi yang berpopulasi lebih dari 500000 jiwa

terdiri dari orang Siria Yunani-Romawi juga minoritas Yahudi yang Pada tahun 300

SZB Anthiokhia didirikan oleh Seleukus I di dekat sungai Orontes (berada jauh dari laut

dan terlindungi benteng alami yaitu Gunung Silpius) untuk menghormati ayahnya

sekaligus menampung para veteran perang Makedonia serta berfungsi guna menguasai

12

Para ahli umumnya bersepakat bahwa sangat sulit mempercayai Rasul Matius yang menulis injil ini Alasan-

alasan yang dikemukakan seperti Jika benar Matius yang menulis maka ia tentu saksi mata lalu mengapa

seorang saksi mata perlu merujuk kepada teks Markus yang penulisnya bukan saksi mata Juga bahasa yang

Matius gunakan ialah Bahasa Aram bukan Bahasa Yunani padahal injil ini ditulis dalam bahasa Yunani Lih

Drewes Satu Injil 176 Bnd Drane Memahami 219 Rudolf Schnackenburg The Gospel of Matthew (Wm B

Eerdmans Publishing Co Michigan 2007) 6-7 13

Pandangan bahwa Matius sang Rasul sebagai penulis Injil Matius baru muncul belakangan pada abad II

setelah injil Matius ditulis Ialah Papias seorang penulis dari Hireapolis yang menyatakan hal ini Lih Jakob

van Bruggen Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh penulis-penulis sezaman

(Jakarta Gunung Mulia 2004) 63-65 14

J De Heer Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia) 6-7

6

jalur-jalur darat yang menghubungkan Asia Kecil Mesir tak ketinggalan Eufrat15

Dewi

Tikhe (Fortuna Keberuntungan) dipercaya menguasai nasib semua kerajaan Helenis

menguasai kesuburan tanah dan menguasai keamanan kota atas banjir serta gempa

dijadikan dewi kota oleh penduduk di sana Anthiokhia ialah pusat intelektual yang besar

serta menjadi pusat perjalanan dan perdagangan yang sangat makmur serta merupakan

ibu kota Provinsi Romawi gabungan Suriah dan Kilikia sehingga pada jaman Romawi

mendapat perlindungan langsung dari Kaisar16

Seorang Gubernur Romawi menjadi perwakilan Kaisar memerintah atas

Anthiokhia Ia bertugas menegakan hukum dan memelihara ketertiban umum masyarakat

Namun ketertiban umum yang diupayakan berlangsung di Antiokhia berada dalam

bayang-bayang (1) tatanan masyarakat hirarkis17

dan (2) demografi penduduk yang

beragam budaya18

Dua hal ini sebenarnya membawa ancaman persoalan sosial bagi

Gubernur Romawi di Antokhia Pertama potensi ancaman terletak pada pola piramida

kekuasaan politik terpusat pada golongan elit yang jumlahnya lebih sedikit dibanding

masyarakat kebanyakan yang berada di luar golongan itu Golongan elit itu menguasai

sendi-sendi ekonomi hukum dan mengatur kesejaterahaan yang akibatnya sendi-sendi

itu (terutama politik) diatur menurut kepentingan mereka19

Dalam hal ini tercipta suatu

tatanan sosial dalam bentuk kelas sosial yang tidak adil golongan elit dan golongan

nonelit Persoalanya ialah kondisi sosial ini melahirkan rasa saling benci antara kedua

kelas sosial itu Kedua sebagai kota yang mempertemukan beragam identitas dan etnis

Anthiokhia menyimpan potensi gesekan sosial manakala terjadi pertemuan dua atau lebih

entitas yang saling bertolak belakang Ner Dah mengutip Streeter menyebut kondisi itu

sebagai ldquoAntagonisme Etnisrdquo yang mana kota itu diliputi ancaman kejahatan dan konflik

akibat percampuran orang-orang dari latar belakang etnis berbeda20

Akan tetapi meski menyimpan potensi konflik rupaya gubernur romawi mampu

mengatasi gesekan sosial tersebut Piramid kekuasaan itu menempatkan ia berada pada

puncak kelas sosial sedangkan dasar terendah ada pada golongan kecil termasuk budak

15

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013) 43 Bnd John Staumbaugh dan David

Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung Mulia 2008) 179 16

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial180 Bnd David J Bosch Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi

misi yang mengubah dan berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006) 67 Robert Coote dan Mary Coote Kuasa

Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004) 164 17

Warren Carter Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York Orbis Book

2000) 20 18

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial183 19

Carter Matthew amp The Margins 18 20

Streeter The Four Gospel dalam Ner Dah Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of

Myanmar PhD diss 2009 Menurut hemat saya apa yang dikemukakan Streeter tidak berlebihan sebab

masalah sosial itu kemudian termanifestasi dalam gerakan pembasmian orang Yahudi di Diaspora

7

Kekuasaan itu membuka peluang baginya untuk mendapatkan ldquodukunganrdquo dari golongan

di bawahnya demi tujuan yang ingin ia capai Cara gubernur romawi mengatasi

kerusuhan yang terjadi dikemudian hari khususnya berkaitan dengan isu sektarian di

Anthiokhia menunjukan betapa ldquotangan besirdquo romawi efektif meminimalisir konflik

terbuka21

Bersama para pejabat romawi dan anggota senat gubernur selain memimpin

legiun juga mendapat dukungan dari para imam di kuil para pegawai kekaisaraan

pengumpul pajak dll dalam relasi patron-klien22

Kenyataan itu menunjukan hubungan

transaksional yang sarat kepentingan politik sudah merupakan hal lumrah terjadi di

golongan masyarakat atas di Antiokhia Pola relasi yang sangat rapuh karena didasarkan

pada loyalitas semu yang dapat dibeli oleh kekuasaan

22 Komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Orang Yahudi yang telah tinggal di Anthiokhia sama tuanya dengan kota tersebut

hidup dalam situasi sosial masyarakat hirarkis Menurut Warren Carter argumen para ahli

menunjukan dimensi-dimensi penting yang menunjukan kelas sosial orang Yahudi di kota

ini seperti (1) pendapat Kingsbury bahwa bahasa Yunani yang digunakan penulis Matius

mengindikasikan masyarakat ini ialah komunitas urban (2) penggunaan kata Kota

dilakukan 26 kali dibandingkan Desa (3) jemaat Matius diasumsikan tidak asing dengan

kekayaan hal itu ditunjukan oleh misalnya letak perbandingan identitas Yusuf orang

Arimatea yang pada Markus dan Lukas ia dikenal sebagai anggota dewan tinggi namun

pada Matius ia disebut sebagai Si Orang Kaya (4) penggunaan sebutan emas perak dan

talenta dilakukan sebanyak 26 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan Markus yang

hanya sekali menyebut perak dan Lukas hanya empat kali lebih banyak dari Markus23

Argumen-argumen itu menguatkan dugaan bahwa komunitas Matius terdiri dari mereka

yang hidup kaya artinya ada jejak dari mereka berada pada golongan elit Akan tetapi

sebagai ganti keengganan Carter untuk secara deterministik menentukan kedudukan

orang Yahudi itu ia memberi anjuran yang secara probabilistik menempatkan orang

Yahudi ada di kedua kelas sosial (Cross section) sebab selain karakteristik teks

menunjukan nuansa orang terdidik (golongan elit) teks ini juga bernafaskan tindakan

untuk menjangkau orang-orang yang dimarjinalkan24

21

Upaya untuk merayakan Perbedaan Kultur dan Toleransi pernah dilakukan di Anthiokhia Lih Trudy Ring amp

Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London WIPIDE 1995) 40 22

Carter Matthew amp The Margins 19 23

Carter Matthew amp The Margins 25 24

Carter Matthew amp The Margins 26

8

Dugaan Carter tentang Cross section itu dapat diperkuat melalui laporan Josephus

bahwa orang Yahudi yang tinggal di Anthiokhia hidup tentram dan secara ekonomi cukup

kaya25

Menurut Staumbaugh dan Balch kunjungan Herodes Agung beberapa kali ke

Anthiokhia diduga kuat yang memicu naiknya gengsi pengaruh dan kedudukan orang

Yahudi di sana26

Laporan betapa kayanya orang Yahudi di Anthiokhia nampaknya bukan

hisapan jempol belaka Sebab berdasarkan catatan Josephus orang Yahudi di Anthiokhia

mampu mengirimkan persembahan yang mahal ke Yerusalem27

Tidak hanya itu pada

masa pemerintahan Klaudius tatkala Yudea dilanda kelaparan bantuan dari Anthiokhia

datang untuk menanggulangi bencana tersebut28

Lalu bagaimana dapat diandaikan bahwa selain jejak keberadaan orang Yahudi

dalam lingkaran elit terdapat pula informasi yang menunjukan bahwa ada orang Yahudi

hidup dalam kelas non elit Hal itu dapat dijelaskan melalui identifikasi pekerjaan

mereka Orang Yaudi nonelit di Antiokhia ada yang hidup bekerja sebagai tukang dan

budak yang mana secara kasat mata sudah cukup menunjukan bahwa mereka ialah

golongan kecil yang dimarjinalkan29

Mereka ialah kelompok yang hidup bekerja demi

memenuhi kesejaterahaan hidup para elit

Kondisi kehidupan yang baik dalam aspek sosial ekonomi religius bahkan akses

politik terhadap kekuasaan memang dinikmati oleh sebagian orang Yahudi di Anthiokhia

untuk kurun waktu yang cukup lama Sisanya meski dipinggirkan namun cukup untuk

melanjutkan kehidupan dengan bekerja bagi para elit Kehidupan yang tentram dan

mapan di Anthiokhia bahkan telah dinikmati orang Yahudi sejak jaman Hasmonean yang

dipicu oleh banyaknya orang baru yang hidup menyatu dengan penduduk tertarik masuk

ke dalam komunitas sinagoge30

Selain bahwa pengaruh Hasmonean yang mendahului

kunjungan Herodes Agung yang berdampak signifikan itu perilaku sosio-politik orang

Yahudi yang menunjukan loyalitas membuat mereka mendapatkan perlindungan31

Akan tetapi keadaan berbalik dan semakin memburuk bagi mereka sejak tahun 40

ZB Mulai saat itu hubungan sosio-politik antara orang Yahudi dengan orang Antiokhia

25

Josephus Jewish War 713 Bnd Walker In Steps 44 26

Nama besar Herodes Agung yang dikenal sebagai sekutu dekat Kaisar Agustus dan juga sebagai The Great

Builder lewat pembangunan luar biasa misalnya Bait Allah berbagai benteng hebat termasuk Masada kota-

kota Helenis seperti Sebaste dan Kaisera yang terkenal dengan pelabuhannya tersiar ke luar Yudea bahkan

sampai Anthiokhia Hal itu menempatkan Herodes Agung sebagai orang yang cukup penting sehingga tidak

heran apabila kunjungan tersebut membawa keuntungan bagi kedudukan sosio-politik orang Yahudi di

Anthiokhia Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial Bnd F F Bruce New Testament History (London

Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969) 27

Josephus Jewish War 745 28

Walker In Steps 47 29

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 181 30

Justin Taylor Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012) 156 31

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial49-51

9

berada dibawah ketegangan hebat Permusuhan yang timbul bahkan tidak bisa menahan

mereka untuk berhadapan dalam konflik terbuka yang berdarah-darah Sejak terjadi

pogrom32

dan dekrit Kaisar Kaligula yang memuat perintah penempatan patung dirinya di

Bait Allah di Yerusalem bentrok pecah di Antiokhia33

Pembunuhan terhadap orang

Yahudi di Anthiokhia terjadi dan sinagoge-sinagoge mereka dibakar Mulai saat itu

sentimen anti semit kian meninggi dan tak berhenti hingga kira-kira tahun 48 ZB Puncak

konflik terjadi tatkala pemberontakan Yudea melawan Romawi terjadi hingga tahun 70

ZB

Konflik di Yudea turut menyeret keterlibatan Anthiokhia karena kota itu menjadi

basis dukungan pasukan militer yang dikirim untuk menumpas pemberontakan di

Yudea34

Ketegangan perang itu merembes sampai ke Anthiokhia terutama bagi orang

Yahudi di sana Ikut terseretnya Antiokhia dalam tensi perang Yudea membuat beberapa

orang Yahudi di sana tidak mampu menahan diri Beberapa anggota dari penguasa

Yahudi merencanakan perlawanan Komunitas Yahudi di Anthiokhia dituduh

merencanakan membakar kota Akibatnya Gubernur Romawi menyerang mereka dan

mencabut hak-hak istimewa orang Yahudi

Penaklukan Yudea membawa dampak tidak saja pada memburuknya hubungan

sosial antara orang Yahudi dengan orang Anthiokhia dan sekaligus melemahkan pengaruh

32

Sebab terjadinya Pogrom diduga karena muncul kecemburuan sosial terhadap orang Yahudi yang melalui lobi

politik mendapat hak istimewa yang mana telah berlangsung sejak jaman Koresh lalu terus menguat ketika

Romawi menjadi sekutu keluarga Hasmonean Orang yahudi dibenci oleh orang Yunani-Romawi sebab mereka

dapat mengakses fasilitas dan hidup layak sama seperti orang Yunani-Romawi tanpa perlu melakukan

kewajiban yang sama Ditambah dengan kecenderungan Kaisar-kaisar Romawi yang meski berganti-ganti tetap

saja membela orang yahudi membuat kebencian orang yunani semakin menjadi-jadi Hak istimewa itu meliputi

diperbolehkan melaksanakan hukum Sabat tidak melakukan kegiataan keagamaan kekaisaraan boleh

membayar pajak kepada Bait Allah di Yerusalem dan bahkan mendapatkan otonomi terbatas untuk menegakan

hukum (politeuma) Yudaisme di Sinagoge Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 50-51

33 Bentrokan ini terjadi jelas dalam dua aspek yang berkaitan yaitu Sosio-politik dan Sosio-religius

Kecemburuan sosial nyata dalam pogrom dan resistensi keagamaan nampak dalam perlawanan dekrit Kaligula

yang sangat ldquomenyakitirdquo hati orang Yahudi Menurut saya motivasi perlawanan terhadap pogrom yang jelas

muncul sebagai reaksi mempertahankan ldquopemberian Romawirdquo sebagai keberhasilan lobi politik tentu berbeda

dengan perlawanan terhadap dekrit Kaligula Identitas keagamaan Yudaisme bukan ldquopemberian Romawirdquo

Namun resistensi itu juga bukan hanya soal ortodoksi Ia merupakan peneguhan kemerdekaan politik secara

religius yang saya kategorikan sebagai Hak Milik Mengapa hak milik kemerdekaan politik secara religius

sangat penting Sebab orang Yahudi begitu percaya bahwa YHWH tidak mengijinkan mereka dipimpin oleh

orang Kafir Penjajahan atas mereka hanyalah teguran YHWH karena mereka lalai menjalankan hukum Tuhan

Dalam pada itu kemerdekaan religius berkaitan erat dengan dinantikanya ldquoHari YHWHrdquo atau datangnya Mesias

untuk membebaskan mereka dari teguran Ortodoksi bukan tujuan pada dirinya sebab jika mereka tidak mampu

menjaga kemerdekaan religius maka sama saja melepaskan peluang hidup bebas untuk kembali mendirikan

kedigdayaan kerajaan Daud Gagasan untuk menjaga ortodoksi sebagai implikasi teguran YHWH itu sangat

ditekankan oleh golongan Parisi yang ternyata ialah pemimpin sinagoge Anthiokhia Bnd Jeffrey J Butz The

Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the Just to the founding fathers(Inner

TraditionBear amp Co 2009) 281 F F Bruce History Alan Richardson Political Christ (Philadelpia

Westminster Press 1973) 34

Walker In steps 44

10

mereka secara politik tetapi juga memberikan pengaruh kepada tatanan beragama dalam

komunitas mereka sendiri Melalui kejatuhan dengan demikian berakhir juga otoritas Bait

Allah di Yerusalem Pasca penghancuran yang dilakukan oleh Titus pada 70 ZB membuat

kekuasaan dalam urusan keagamaan komunitas Yahudi di diaspora menjadi wewenang

sektoral di masing-masing Sinagoge

Perlu dicatat bahwa pergeseran otoritas keagamaan ke sinagoge sesungguhnya

secara terbatas membuat mereka tetap memiliki kekuasaanya sendiri meskipun pada

masyarakat kota Anthiokhia mereka tidak lagi menikmati keleluasaan Atas otoritas itu

perselisihan dengan orang Yunani-Romawi di Anthiokhia terus berlanjut namun lebih

banyak terjadi di dalam sinagoge Perselisihan tersebut nampak ketika orang-orang

Yunani mulai masuk ke dalam komunitas Terjadi perdebatan apakah mereka harus

menjalankan hukum Yahudi terutama sunat dan makanan halal atau tidak Akan tetapi hal

terpenting dari pergeseran itu bukan terletak pada bagaimana orang Yahudi mulai

menerapkan standar tegas terhadap hukum mereka namun terletak pada apa motif dari

kekuasaan itu mereka pergunakan Merujuk pada Groenen ia menegaskan bahwa akibat

dari bergesernya otoritas keagamaan tersebut membawa dampak yang tidak

menyenangkan bagi orang Kristen di Antiokhia yaitu penindasan oleh Sinagoge terhadap

mereka35

3 Memahami Kembali Matius 21-18

Melalui bantuan pendekatan hermeneutik yang secara khusus menyoroti teks

dalam kerangka sosio-politiknya maka narasi Matius 21-18 memberikan sekurang-

kurangnya tiga pemahaman teologis yang memperluas horizon berpikir pembacanya

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan terhadap

dominasi status quo

Gelar Mesias yang redaktur Matius tempelkan pada mulut Herodes di ayat ke-4

menjadi kata kunci yang menunjukan posisi komunitas Matius yang berbeda dengan

kelompok status quo Yahudi Teks secara eksplisit menunjukan bahwa Para Majus

sebagai tokoh yang muncul pertama menyinggung perihal kelahiran Yesus (ayat 1-3)

justeru tak sekalipun menyebut gelar Sang Bayi sebagai Mesias (ayat 2) Sebutan dalam

ayat 2 yang para Majus berikan ialah ldquoRaja Orang Yahudi itu ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν

Ἰ οσδαί ωνrdquo (βαζιλεὺ ς menjadi penanda identitas khusus bayi Yesus)36

Istilah Mesias

35

Groenen Pengantar 90 36

Kalimat dalam ayat ini lengkapnya λέ γονηεςmiddot ποῦ ἐ ζηιν ὁ ηετθεὶ ς βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων εἴ δομεν

γὰ ρ αὐ ηοῦ ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ἐ ν ηῇ ἀ ναηολῇ καὶ ἤ λθομεν προζκσνῆ ζαι αὐ ηῷ LAI nampaknya keliru

11

sendiri baru kemudian muncul manakala Herodes menanyakan perihal kelahiran Yesus

kepada pemuka agama Yahudi (ayat 4)

Pemilihan gelar ὁ βαζιλεὺ ς yang ditempelkan ke mulut Para Majus oleh

redaktur Matius ialah jelas berbeda dengan ὁ τριζηὸ ς yang ditempelkan ke mulut

Herodes Agung meskipun merujuk pada subjek yang sama yaitu Yesus Terma ὁ

βαζιλεὺ ς ialah istilah Yunani bagi Raja tetapi tak memiliki nuansa berarti dalam

kosmologi Yudaisme Berkebalikan dari itu ὁ τριζηὸ ς37

justru memiliki makna spesifik

dan sarat nuansa dalam Yudaisme Ada hal penting yang coba disampaikan oleh redaktur

Matius dari distingsi ini

Yosephus memberikan catatan yang sangat berharga perihal gelar ldquoraja orang

Yahudi (ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων)rdquo Menurutnya gelar raja orang Yahudi ialah tanda

yang diberikan oleh Senat Romawi kepada Herodes Agung ketika mereka

mengangkatnya sebagai raja pada tahun 40 SZB38

Craig Evans menafsirkan bahwa

tindakan para majus menyebut Yesus sebagai raja orang yahudi (ayat 2) ialah tindakan

sewajarnya sebab mereka hanya ingin menanyakan perihal suksesi Herodes Agung39

Akan tetapi persoalan yang serius ialah narasi ini sulit dipercayai sungguh-sungguh

faktual secara historis40

Dengan memperhatikan distingsi antara gelar raja orang yahudi

dengan gelar mesias yang muncul dalam tokoh-tokoh pada teks maka saya justeru

melihat kencederungan lain Redaktur Matius secara sengaja ingin menunjukan bahwa

Herodes Agung bersama para Pemuka Agama Yahudi yang berhasil merumuskan perihal

identitas Yesus secara tepat sebagai Mesias merupakan personifikasi status quo Yahudi

Tidak hanya menjadikan Herodes Agung dan Pemuka Agama Yahudi sebagai

personifikasi kelompok status quo melalui narasi ini penulis Matius sekaligus

menyerang mereka

Gelar raja orang Yahudi seharusnya milik Herodes Agung tetapi dengan

munculnya gelar itu disebut oleh para majus maka hal ini menurut saya jelas merupakan

sebuah sinisme Hal tersebut saya argumentasikan sebab penulis Matius menempatkan

Herodes Agung dalam posisi yang sangat ironis Berdasarkan tafsir Evans maka Herodes

lah yang jelas-jelas bergelar raja orang Yahudi sehingga seharusnya ia dapat langsung

memberikan klarifikasi kepada para majus perihal suksesinya Tetapi yang nampak ialah

menerjemahkan λέ γονηεςmiddot dengan ldquobertanya-tanyardquo Kata yang sesuai dengan bahasa Yunani λέ γονηεςmiddot ialah

ldquoberkata (to speak) Maka sebenarnya para majus lebih cenderung mendeklarasikan kelahiran Raja Yahudi 37

Dalam terjemahan Ibraninya yaitu Mesias (Massiah dari bentuk Massah) keduanya berarti Yang Diurapi 38

Yosephus Jewish War 1282 39

Craig Evans Matthew (New York Cambridge University Press 2012) 53 40

R T France menegaskan bahwa tak ada laporan sekunder di luar injil yang dapat mengkonfirmasikan

historisitas kunjungan itu Lih R T France The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing

Co 2012) Kindle Version

12

justru Herodes Agung seperti seorang bodoh yang tak menyadari bahwa dia sendiri yang

adalah raja orang Yahudi itu Herodes Agung digambarkan seperti tak punya petunjuk

apakah benar ada pengganti dirinya yang baru saja lahir

Warren Carter mengajukan pendapat bahwa respon Herodes Agung yang begitu

saja rela mencarikan informasi lebih jauh bagi para majus (ayat 1-6) perlu dilihat dalam

kerangka pikir bahwa para majus ialah astrolog yang biasa diminta menjelaskan arti

kemunculan tanda alam (seperti bintang) dan relasinya dengan kekuasaan41

Pandangan

Carter itu bersesuaian dengan Craig Keneer yang secara eksplisit berani mengatakan

bahwa para majus ialah astrolog kerajaan Persia yang memiliki peran politik sangat

penting42

Ada tafsiran yang menyebut para majus ialah raja-raja yang bangsa kafir

sehingga dimengerti sebagai jalan soteriologi untuk menjangkau bangsa-bangsa di luar

Yahudi Namun tanda bahwa mereka melihat bintang ialah petunjuk lebih jelas mengenai

tujuan disebutkannya tokoh ini oleh redaktur Matius

Persoalanya apakah bintang raja orang Yahudi itu (ayat 2) ialah bintang per se

Anggapan tersebut dipersoalkan oleh Howard Clarke dengan mengatakan bahwa jika

benar bintang tersebut muncul lalu tidak masuk akal jika Herodes Agung tak

melihatnya43

Umumnya para pakar memandang bahwa bintang (ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ayat 2)

dikutip redaktur Matius dari Bilangan 2417 dan menautkan kisah penglihatan Bileam

tentang bintang Daud pada kisah kelahiran Yesus Hal ini menunjukan indikasi bahwa

terjadi pemenuhan dari apa yang dikisahkan dalam perjanjian lama

Namun hal yang saya catat ialah redaktur Matius sedang dalam perjuangan

mendapatkan pengaruh melawan pihak yang merasa secara yuridis berwenang atas

penetapan ajaran Yudaisme Pemenuhan kisah perjanjian lama dalam rentang waktu

ketika komunitas Matius hidup baru dapat dikonfirmasikan bukan oleh sekte ini tetapi

oleh otoritas Yahudi di Sinagoge yang notabene lawan mereka44

Maka dari itu saya

mengira bahwa redaktur Matius ingin menelanjangi posisi penguasa Sinagoge yang tak

benar-benar paham tradisi Yudaisme melalui upaya menegaskan status Yesus sebagai

Mesias45

41

Warren Carter Matthew and the Margins74 42

Craig S Keener A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2013) 100 43

Clarke The Gospel of Matthew 18 44

Pasca penghancuran Bait Allah ketika terjadi penumpasan pemberontakan Yerusalem otoritas Yudaisme

berpindah ke masing-masing Sinagoge Akan tetapi Saldarini menunjukan bahwa Komunitas Matius tidak

menerima otoritas itu bahkan menganggap bahwa model di masing-masing Sinagoge perlu diatur ulang Lih

Saldarini The Gospel 52 45

Masa pasca Bait Allah (Post Temple) ialah masa dimana para Rabi Yahudi di Sinagoge-sinagoge mulai

menafsir ulang Yudaisme agar sesuai dengan kondisi kehidupan mereka Dalam paham itu saya menduga bahwa

Redaktur Matius sedang berupaya sekuat tenaga melawan tafsir baru para Rabi (mungkin sekali dari Golonga

13

Dengan menautkan tradisi Yudaisme tentang kisah bintang Daud seperti yang

para ahli katakan dan dengan menempelkan gelar raja orang yahudi pada mulut para

majus maka apa yang saya sebut sebagai sinisme menjadi lebih jelas Redaktur Matius

menempatkan para majus yang ialah personifikasi komunitas Matius sebagai pihak di

luar status quo Sinagoge yang justru lebih ketat dan peka terhadap tradisi Yudaisme

dalam hal melihat pentingnya kehadiran Yesus yang sudah terjadi di dunia46

Perihal kelahiran Mesias ke bumi apabila merujuk pada teks rupanya bukanlah

suatu kabar gembira bagi kelompok status quo Pemilihan kata ἐ ηαρά τθη47

yang

muncul di ayat ke-3 oleh redaktur memberikan kesan kuat bahwa Yesus yang sudah lahir

ialah sebuah masalah bagi kelompok status quo Anggapan bahwa Yesus menimbulkan

masalah oleh kelompok status quo dipertegas melalui keengganan mereka untuk

mengakui bahwa Mesias telah lahir Redaktur Matius menggunakan kata γεννᾶ ηαι48

yang menunjukan kelompok status quo tak setuju dengan klaim kelompok Matius

tentang ke-mesias-an Yesus

Ketidaksetujuan itu juga nampak dari disebutkannya Bethlehem (ayat 1) sebagai

tempat kelahiran Yesus dan Yerusalem (ayat 3) sebagai tempat yang menolak kelahiran

Yesus Seisi Yerusalem menanggapi kabar bahwa Yesus Sang Mesias sudah hadir di

dunia sebagai masalah Yerusalem ialah pusat kekuasan atau dalam hal ini menjadi

lambang sistem kekuasaan status quo yang mana enggan mengakui bahwa Yesus benar

Mesias Melalui pengecekan tradisi Yudaisme dalam diri Herodes Agung dan para

pemuka agama Yahudi (4-6) redaktur Matius sekaligus menyerang mereka sebagai

pemegang otoritas keagamaan yang tidak paham mengenai tradisi Yudaisme itu sendiri

Pharisi) untuk menjadi pegangan bersama Komunitas Yahudi di Anthiokhia Tradisi tentang Midrash membantu

membentuk pemahaman ini Lih Brian M Nolan The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in

the Setting of the Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979) 52-58 Bnd Robert M Prince New

Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm diakses 8 November 2014 46

γεννηθέ νηος ialah kata kerja aoris geniitif pasif yang tak hanya menunjukan penegasan tetapi juga sekaligus

menujukan tindakan yang sudah pernah terjadi Artinya penegasan bahwa Raja orang Yahudi sudah pernah

dilahirkan Kata ini juga menjadi penegasan tentang status kemesiasan Yesus 47

Kata ἐ ηαρά τθη dari bentuk kata ηαρά ζζω kurang tepat jika diterjemahkan dengan ldquoterkejutrdquo Kata itu

berarti meresahkan mengacaukan menganggu atau menakutkan Terjemahan King James Version (KJV)

ldquotroubled (menyusahkan)rdquo menurut saya jauh lebih memadai dibandingkan terjemahan dalam TB-LAI Untuk

keperluan tulisan ini maka saya menggunakan kata ldquomengganggurdquo sebagai ganti kata ldquoterkejutrdquo 48

Kata γεννᾶ ηαι (kata kerja present indikatif pasif untuk orang ketiga tunggal dari bentuk γεννά ω) berarti

ldquosedang dilahirkanrdquo Dalam narasi Matius pasal 2 kata ini berbeda kasusnya dengan kata yang sama di ayat 1

Kata ini menunjukan pemahaman bahwa kegiatan Mesianik masa terus berlangsung Berbeda dengan kelompok

Matius yang percaya nubuatan mesianik sudah terjadi dalam diri Yesus kelompok Yahudi status quo

menunjukan bahwa mesias bukan seperti yang dipikirkan kelompok matius Saya menduga ini adalah jejak

tentang model kubu status quo mendukung teologi Millitary Mesiah sebab disekitar tahun 70-132 ZB model

Millitary Mesiah muncul kuat sebagai gerakan pemberontakan

14

Dengan menempatkan berturut-turut gelar mesias di mulut Herodes Agung

kontras antara Bethlehem dengan Yerusalem penyelidikan dan afirmasi perihal kelahiran

Mesias dari tradisi Yudaisme di mulut para pemuka agama Yahudi maka hal ini jelas

menunjukan apa yang saya sebut di atas sebagai ironi Upaya ini menunjukan bahwa

redaktur Matius menganggap kelompok status quo di Sinagoge tak lagi memiliki

legitimasi Hal tersebut didasarkan pada ironi kelompok status quo yang tidak benar-

benar memahami isi ajaran Yudaisme manakala mereka tak mengakui Yesus sebagai

Mesias padahal mereka ialah pemimpin agama

Perseteruan antara kelompok Matius dengan kelompok status quo tentang

pengakuan Yesus sebagai Mesias sebenarnya merupakan masalah yang sentral Bagi

kelompok status quo mengakui Yesus sebagai Mesias ialah sama dengan memberi

pengakuan akan kehadiran kelompok Yahudi yang menyimpang (Deviant Jews)49

Sedangkan pengkuan akan kelompok yang menyimpang ialah sama dengan membuka

celah bagi perubahan yang radikal dalam diri komunitas Yahudi Artinya memberikan

ruang secara sosio-politik bagi komunitas Matius untuk hidup ialah pilihan yang

membunuh kelompok status quo Maka tentu konsekuensi logisnya ialah dominasi atas

Yudaisme harus terus dilakukan

Persoalan semakin rumit sebab komunitas Matius tidak merasa dirinya ialah

bagian luar dari kelompok Yahudi Mereka tetap yakin jika dirinya merupakan bagian

dari kelompok itu Dalam kesadaran semacam ini mereka berpretensi melakukan

perubahan atas praktek lama yang tak benar Anthony Saldarini menegaskan apabila

komunitas Matius tidak sedang mencoba menciptakan sebuah masyarakat Agama Baru

tetapi tengah berupaya medelegitimasi kelompok status quo dengan membongkar

praktek Yudaisme mereka yang keliru50

Kekeliruan kelompok status quo sebenarnya bukan semata berkaitan dengan

persoalan perbedaan pandangan antara mereka dengan komunitas Matius mengenai

status Yesus sebagai Mesias Akan tetapi juga terletak pada persengkongkolan kelompok

status quo untuk menghancurkan komunitas Matius Sebab secara sosio-politik kehadiran

komunitas Matius ibarat duri dalam daging Maka daripada duri itu terus melukai diri

sendiri lebih baik segera disingkirkan Jejak ini muncul kuat disepanjang ayat 4 dan 7

pada narasi Tindakan Herodes Agung melakukan pertemuan terpisah dengan pemuka

49

Perihal telaah tentang Deviant Jews lihat Kai Ericson Wayward Puritans A Study in the Sociology of

Deviance (New York Wiley 1966) 3-5 50

Saldarini The Gospel 46-47

15

yahudi dan lalu melaksanakan pertemuan rahasia51

dengan para majus ialah bentuk

persengkongkolan demi dominasi status quo Poin yang redaktur Matius angkat ialah

pendekatan kelompok status quo identik dengan sikap penguasa yang manipulatif dan

menindas

Para majus setelah ayat 7 digambarkan sebagai pihak yang awalnya mengikuti

gerak manipulasi kekuasaan ala kelompok status quo dalam diri Herodes Agung Sang

raja yang seolah memberikan ruang pada para majus dan mendengarkan pendapat

mereka sebenarnya hanya tindakan manipulasi untuk menggali informasi guna

menghancurkan Yesus dan para majus sendiri Richard T France menyebut peran para

majus dalam ayat 7-9 sebagai alat spionase sang raja52

Artinya tujuan Herodes Agung

bertemu dengan para majus bukan pertama-tama demi mendengarkan apa yang para

majus itu inginkan tetapi justru untuk memperalat mereka

Ujaran Saldarini dan penjelasan France menurut saya sangat penting dalam

memahami posisi komunitas Matius dalam konteks tidak ingin mengganti Yudaisme

dengan suatu agama baru Melalui kisah kelahiran Yesus komunitas Matius menegaskan

bahwa bentuk dominasi dalam kehidupan bersama tidak dapat diterima Mereka tidak

sedang bicara ortodoksi Agama Yahudi Agama Yahudi yang dalam hal ini hanya

menjadi locus bagi suatu kehidupan bersama atau menjadi arena perebutan pengaruh

Dengan ketiadaan tendensi membentuk locus baru maka komunitas Matius sebenarnya

tengah mencoba mempertahankan diri sebagai bagian dari kesatuan komunitas Yahudi

umunya Akan tetapi dengan suatu harapan bahwa hidup bersama itu dilakukan tidak

dalam penindasan

Penolakan paham tentang dominasi ini menurut saya muncul dalam suatu

pernyataan teologis di sepanjang ayat 10-12 Hal yang sangat menarik ialah upaya

persekongkolan untuk memperalat para majus agar dominasi dapat dilanggengkan justru

digagalkan oleh Tuhan melalui mimpi para majus dan penyataan malaikat kepada Yusuf

Dalam kepolosanya para majus terjebak pada permainan kekuasaan Herodes Agung

tetapi permainan itu tidak sampai selesai sebab Tuhan menggagalkannya di tengah jalan

Pada titik ini saya menduga redaktur Matius menegaskan bahwa Tuhan justru tidak

menghendaki model dominasi status quo yang menghalalkan praktek kekuasaan

manipulatif seperti yang dipraktekan kelompok status quo dalam diri Herodes Agung

51

Ada dua kata kunci dalam pertemuan rahasia ini yaitu ldquoSecara rahasia (λά θρᾳ )rdquo dan ldquomemastikan secara

tepat (ἠ κρί βωζεν)rdquo Pertemuan ini terpisah dan tertutup bersifat rahasia antara Herodes Agung dengan para

majus apa tujuan pertemuan ini Untuk memastikan dengan tepat apakah Yesus Mesias Dalam hal ini untuk

memastikan dampak dari status Yesus sebagai Mesias 52

Frnce The Gospel Kindle Version

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 12: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

4

14 Manfaat Penelitian

Saya berharap tulisan pada akhirnya dapat digunakan guna pengembangan ilmu

teologi yang mencakup terhadap studi Hermeneutik Perjanjian Baru serta studi Agama

dan Politik bagi Fakultas Teologi UKSW secara khusus dan dunia teologi di Indonesia

pada umumnya Selain itu juga melalui studi terhadap Matius 21-18 saya berharap agar

penelitian ini dapat memberikan sumbangsih gagasan bagi paham tentang kondisi

normatif kehidupan sosio-politik orang Kristen di Indonesia dewasa ini

15 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam kajian ini akan saya tulis dalam lima bagian Pada

bagian pertama berisikan pendahuluan Bagian kedua dari tulisan ini akan memuat

informasi terkait konteks sosio-politik Injil Matius Selanjutnya pada bagian ketiga saya

akan memberikan pemaparan tentang pemahaman ulang terhadap teks Matius 21-18

Bagian keempat berisi mengenai refleksi terhadap teks Matius 21-18 yaitu aktualisasinya

bagi kehidupan pembaca Matius di Indonesia Terakhir bagian kelima akan memuat

penutup daripada tulisan ini

2 Injil Matius dalam Konteks Sosio-Politiknya

Banyak ahli menduga kuat bahwa injil Matius ditulis di Anthiokhia di wilayah

Siria Injil Matius menunjukan nuansa-nuansa yang mendukung pemahaman tersebut

seperti disebutkanya mata uang dirham (mata uang Siria) diperlunaknya hukum tahir

dan najis (bagi non Yahudi) serta ada nuasa ketegangan antara pimpinan Yahudi dengan

jemaat11

Dugaan ini diperkuat melalui fakta bahwa naskah injil Matius ditulis dalam

bahasa Yunani dengan menyertakan nuansa semitis pada berbagai ungkapan yang kualitas

bahasanya bukan terjemaham dari bahasa Ibrani ataupun bahasa Aram Dengan

memperhatikan penggunaan bahasa semacam itu patut diduga bahwa tujuan tulisan ini

untuk mereka yang menggunakan bahasa Yunani Lagipula penggunaan bahasa Yunani

berlaku luas terutama di kota-kota Romawi

Penulis dan waktu penulisan injil Matius dipercayai dilakukan oleh seseorang

dalam kurun waktu tahun 70-90 ZB Perkiraan waktu tersebut memberikan gambaran

penulisan Injil terjadi pasca penghancuran Bait Allah di Yerusalem pada tahun 70 ZB

Gambaran itu dipercayai oleh para ahli dinarasikan implisit dalam bagian teks Matius

227 Meski begitu dugaan yang didasarkan menurut teks Matius 227 itu sendiri belum

menyelesaikan variasi pendapat para ahli tentang kapan persisnya penulisan dilakukan

11

C Groenen Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006) 88-89

5

Hal yang sama juga terjadi pada upaya untuk melacak identitas asli dari penulis injil ini

Siapa persisnya yang menulis tak dapat diketahui secara pasti Ada yang menyebutnya

sebagai seorang pembina jemaat seorang Yahudi yang menjadi Kristen yang berani

mengecam orang Yahudi yang tak mau mengikut Yesus seorang pelarian dari

Yerusalem ataupun seorang dari generasi Kristen kedua yang misioner yang berbahasa

Yunani12

Tidak ada satupun dari pendapat tadi yang menegaskan secara pasti siapa yang

menjadi penulis injil Matius Akan tetapi pada saat yang sama bermacam pendapat itu

juga tidak meneguhkan pandangan Papias bahwa penulis injil ini ialah Matius salah satu

Rasul Yesus13

Melalui upaya rekonstruksi yang cermat para ahli juga mencoba merumuskan

tujuan penulisan injil Matius Sama seperti analisis sebelumnya tujuan penulisan didapat

melalui telaah terhadap karakteristik dari teks itu sendiri Salah satu hasil telaah itu

dikemukakan oleh De Heer Menurut De Heer injil ini ada demi tiga tujuan utama yaitu

(1) Maksud Apologetis menyatakan bahwa nubuatan di dalam Perjanjian Lama telah

terpenuhi dan sekaligus membela status Yesus sebagai Mesias (2) Maksud Katekesis

merujuk pada Grundmman bahwa injil ini bertujuan untuk menyampaian pokok-pokok

ajaran Kristen agar dimengerti dan demi mengajarkanya kepada orang lain Hal itu

nampak dari begitu banyak teladan Yesus yang dimuat oleh penulis injil (3) Maksud

Parenetis untuk menegur jemaat Matius di Siria yang yang hidup tidak harmonis (kasih

diantara mereka telah dingin)14

21 Anthiokhia

Para ahli menduga cukup kuat bahwa teks Matius ditulis di Anthiokhia Kota ini

ialah ketiga terbesar di kekaisaran Romawi yang berpopulasi lebih dari 500000 jiwa

terdiri dari orang Siria Yunani-Romawi juga minoritas Yahudi yang Pada tahun 300

SZB Anthiokhia didirikan oleh Seleukus I di dekat sungai Orontes (berada jauh dari laut

dan terlindungi benteng alami yaitu Gunung Silpius) untuk menghormati ayahnya

sekaligus menampung para veteran perang Makedonia serta berfungsi guna menguasai

12

Para ahli umumnya bersepakat bahwa sangat sulit mempercayai Rasul Matius yang menulis injil ini Alasan-

alasan yang dikemukakan seperti Jika benar Matius yang menulis maka ia tentu saksi mata lalu mengapa

seorang saksi mata perlu merujuk kepada teks Markus yang penulisnya bukan saksi mata Juga bahasa yang

Matius gunakan ialah Bahasa Aram bukan Bahasa Yunani padahal injil ini ditulis dalam bahasa Yunani Lih

Drewes Satu Injil 176 Bnd Drane Memahami 219 Rudolf Schnackenburg The Gospel of Matthew (Wm B

Eerdmans Publishing Co Michigan 2007) 6-7 13

Pandangan bahwa Matius sang Rasul sebagai penulis Injil Matius baru muncul belakangan pada abad II

setelah injil Matius ditulis Ialah Papias seorang penulis dari Hireapolis yang menyatakan hal ini Lih Jakob

van Bruggen Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh penulis-penulis sezaman

(Jakarta Gunung Mulia 2004) 63-65 14

J De Heer Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia) 6-7

6

jalur-jalur darat yang menghubungkan Asia Kecil Mesir tak ketinggalan Eufrat15

Dewi

Tikhe (Fortuna Keberuntungan) dipercaya menguasai nasib semua kerajaan Helenis

menguasai kesuburan tanah dan menguasai keamanan kota atas banjir serta gempa

dijadikan dewi kota oleh penduduk di sana Anthiokhia ialah pusat intelektual yang besar

serta menjadi pusat perjalanan dan perdagangan yang sangat makmur serta merupakan

ibu kota Provinsi Romawi gabungan Suriah dan Kilikia sehingga pada jaman Romawi

mendapat perlindungan langsung dari Kaisar16

Seorang Gubernur Romawi menjadi perwakilan Kaisar memerintah atas

Anthiokhia Ia bertugas menegakan hukum dan memelihara ketertiban umum masyarakat

Namun ketertiban umum yang diupayakan berlangsung di Antiokhia berada dalam

bayang-bayang (1) tatanan masyarakat hirarkis17

dan (2) demografi penduduk yang

beragam budaya18

Dua hal ini sebenarnya membawa ancaman persoalan sosial bagi

Gubernur Romawi di Antokhia Pertama potensi ancaman terletak pada pola piramida

kekuasaan politik terpusat pada golongan elit yang jumlahnya lebih sedikit dibanding

masyarakat kebanyakan yang berada di luar golongan itu Golongan elit itu menguasai

sendi-sendi ekonomi hukum dan mengatur kesejaterahaan yang akibatnya sendi-sendi

itu (terutama politik) diatur menurut kepentingan mereka19

Dalam hal ini tercipta suatu

tatanan sosial dalam bentuk kelas sosial yang tidak adil golongan elit dan golongan

nonelit Persoalanya ialah kondisi sosial ini melahirkan rasa saling benci antara kedua

kelas sosial itu Kedua sebagai kota yang mempertemukan beragam identitas dan etnis

Anthiokhia menyimpan potensi gesekan sosial manakala terjadi pertemuan dua atau lebih

entitas yang saling bertolak belakang Ner Dah mengutip Streeter menyebut kondisi itu

sebagai ldquoAntagonisme Etnisrdquo yang mana kota itu diliputi ancaman kejahatan dan konflik

akibat percampuran orang-orang dari latar belakang etnis berbeda20

Akan tetapi meski menyimpan potensi konflik rupaya gubernur romawi mampu

mengatasi gesekan sosial tersebut Piramid kekuasaan itu menempatkan ia berada pada

puncak kelas sosial sedangkan dasar terendah ada pada golongan kecil termasuk budak

15

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013) 43 Bnd John Staumbaugh dan David

Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung Mulia 2008) 179 16

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial180 Bnd David J Bosch Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi

misi yang mengubah dan berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006) 67 Robert Coote dan Mary Coote Kuasa

Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004) 164 17

Warren Carter Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York Orbis Book

2000) 20 18

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial183 19

Carter Matthew amp The Margins 18 20

Streeter The Four Gospel dalam Ner Dah Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of

Myanmar PhD diss 2009 Menurut hemat saya apa yang dikemukakan Streeter tidak berlebihan sebab

masalah sosial itu kemudian termanifestasi dalam gerakan pembasmian orang Yahudi di Diaspora

7

Kekuasaan itu membuka peluang baginya untuk mendapatkan ldquodukunganrdquo dari golongan

di bawahnya demi tujuan yang ingin ia capai Cara gubernur romawi mengatasi

kerusuhan yang terjadi dikemudian hari khususnya berkaitan dengan isu sektarian di

Anthiokhia menunjukan betapa ldquotangan besirdquo romawi efektif meminimalisir konflik

terbuka21

Bersama para pejabat romawi dan anggota senat gubernur selain memimpin

legiun juga mendapat dukungan dari para imam di kuil para pegawai kekaisaraan

pengumpul pajak dll dalam relasi patron-klien22

Kenyataan itu menunjukan hubungan

transaksional yang sarat kepentingan politik sudah merupakan hal lumrah terjadi di

golongan masyarakat atas di Antiokhia Pola relasi yang sangat rapuh karena didasarkan

pada loyalitas semu yang dapat dibeli oleh kekuasaan

22 Komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Orang Yahudi yang telah tinggal di Anthiokhia sama tuanya dengan kota tersebut

hidup dalam situasi sosial masyarakat hirarkis Menurut Warren Carter argumen para ahli

menunjukan dimensi-dimensi penting yang menunjukan kelas sosial orang Yahudi di kota

ini seperti (1) pendapat Kingsbury bahwa bahasa Yunani yang digunakan penulis Matius

mengindikasikan masyarakat ini ialah komunitas urban (2) penggunaan kata Kota

dilakukan 26 kali dibandingkan Desa (3) jemaat Matius diasumsikan tidak asing dengan

kekayaan hal itu ditunjukan oleh misalnya letak perbandingan identitas Yusuf orang

Arimatea yang pada Markus dan Lukas ia dikenal sebagai anggota dewan tinggi namun

pada Matius ia disebut sebagai Si Orang Kaya (4) penggunaan sebutan emas perak dan

talenta dilakukan sebanyak 26 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan Markus yang

hanya sekali menyebut perak dan Lukas hanya empat kali lebih banyak dari Markus23

Argumen-argumen itu menguatkan dugaan bahwa komunitas Matius terdiri dari mereka

yang hidup kaya artinya ada jejak dari mereka berada pada golongan elit Akan tetapi

sebagai ganti keengganan Carter untuk secara deterministik menentukan kedudukan

orang Yahudi itu ia memberi anjuran yang secara probabilistik menempatkan orang

Yahudi ada di kedua kelas sosial (Cross section) sebab selain karakteristik teks

menunjukan nuansa orang terdidik (golongan elit) teks ini juga bernafaskan tindakan

untuk menjangkau orang-orang yang dimarjinalkan24

21

Upaya untuk merayakan Perbedaan Kultur dan Toleransi pernah dilakukan di Anthiokhia Lih Trudy Ring amp

Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London WIPIDE 1995) 40 22

Carter Matthew amp The Margins 19 23

Carter Matthew amp The Margins 25 24

Carter Matthew amp The Margins 26

8

Dugaan Carter tentang Cross section itu dapat diperkuat melalui laporan Josephus

bahwa orang Yahudi yang tinggal di Anthiokhia hidup tentram dan secara ekonomi cukup

kaya25

Menurut Staumbaugh dan Balch kunjungan Herodes Agung beberapa kali ke

Anthiokhia diduga kuat yang memicu naiknya gengsi pengaruh dan kedudukan orang

Yahudi di sana26

Laporan betapa kayanya orang Yahudi di Anthiokhia nampaknya bukan

hisapan jempol belaka Sebab berdasarkan catatan Josephus orang Yahudi di Anthiokhia

mampu mengirimkan persembahan yang mahal ke Yerusalem27

Tidak hanya itu pada

masa pemerintahan Klaudius tatkala Yudea dilanda kelaparan bantuan dari Anthiokhia

datang untuk menanggulangi bencana tersebut28

Lalu bagaimana dapat diandaikan bahwa selain jejak keberadaan orang Yahudi

dalam lingkaran elit terdapat pula informasi yang menunjukan bahwa ada orang Yahudi

hidup dalam kelas non elit Hal itu dapat dijelaskan melalui identifikasi pekerjaan

mereka Orang Yaudi nonelit di Antiokhia ada yang hidup bekerja sebagai tukang dan

budak yang mana secara kasat mata sudah cukup menunjukan bahwa mereka ialah

golongan kecil yang dimarjinalkan29

Mereka ialah kelompok yang hidup bekerja demi

memenuhi kesejaterahaan hidup para elit

Kondisi kehidupan yang baik dalam aspek sosial ekonomi religius bahkan akses

politik terhadap kekuasaan memang dinikmati oleh sebagian orang Yahudi di Anthiokhia

untuk kurun waktu yang cukup lama Sisanya meski dipinggirkan namun cukup untuk

melanjutkan kehidupan dengan bekerja bagi para elit Kehidupan yang tentram dan

mapan di Anthiokhia bahkan telah dinikmati orang Yahudi sejak jaman Hasmonean yang

dipicu oleh banyaknya orang baru yang hidup menyatu dengan penduduk tertarik masuk

ke dalam komunitas sinagoge30

Selain bahwa pengaruh Hasmonean yang mendahului

kunjungan Herodes Agung yang berdampak signifikan itu perilaku sosio-politik orang

Yahudi yang menunjukan loyalitas membuat mereka mendapatkan perlindungan31

Akan tetapi keadaan berbalik dan semakin memburuk bagi mereka sejak tahun 40

ZB Mulai saat itu hubungan sosio-politik antara orang Yahudi dengan orang Antiokhia

25

Josephus Jewish War 713 Bnd Walker In Steps 44 26

Nama besar Herodes Agung yang dikenal sebagai sekutu dekat Kaisar Agustus dan juga sebagai The Great

Builder lewat pembangunan luar biasa misalnya Bait Allah berbagai benteng hebat termasuk Masada kota-

kota Helenis seperti Sebaste dan Kaisera yang terkenal dengan pelabuhannya tersiar ke luar Yudea bahkan

sampai Anthiokhia Hal itu menempatkan Herodes Agung sebagai orang yang cukup penting sehingga tidak

heran apabila kunjungan tersebut membawa keuntungan bagi kedudukan sosio-politik orang Yahudi di

Anthiokhia Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial Bnd F F Bruce New Testament History (London

Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969) 27

Josephus Jewish War 745 28

Walker In Steps 47 29

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 181 30

Justin Taylor Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012) 156 31

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial49-51

9

berada dibawah ketegangan hebat Permusuhan yang timbul bahkan tidak bisa menahan

mereka untuk berhadapan dalam konflik terbuka yang berdarah-darah Sejak terjadi

pogrom32

dan dekrit Kaisar Kaligula yang memuat perintah penempatan patung dirinya di

Bait Allah di Yerusalem bentrok pecah di Antiokhia33

Pembunuhan terhadap orang

Yahudi di Anthiokhia terjadi dan sinagoge-sinagoge mereka dibakar Mulai saat itu

sentimen anti semit kian meninggi dan tak berhenti hingga kira-kira tahun 48 ZB Puncak

konflik terjadi tatkala pemberontakan Yudea melawan Romawi terjadi hingga tahun 70

ZB

Konflik di Yudea turut menyeret keterlibatan Anthiokhia karena kota itu menjadi

basis dukungan pasukan militer yang dikirim untuk menumpas pemberontakan di

Yudea34

Ketegangan perang itu merembes sampai ke Anthiokhia terutama bagi orang

Yahudi di sana Ikut terseretnya Antiokhia dalam tensi perang Yudea membuat beberapa

orang Yahudi di sana tidak mampu menahan diri Beberapa anggota dari penguasa

Yahudi merencanakan perlawanan Komunitas Yahudi di Anthiokhia dituduh

merencanakan membakar kota Akibatnya Gubernur Romawi menyerang mereka dan

mencabut hak-hak istimewa orang Yahudi

Penaklukan Yudea membawa dampak tidak saja pada memburuknya hubungan

sosial antara orang Yahudi dengan orang Anthiokhia dan sekaligus melemahkan pengaruh

32

Sebab terjadinya Pogrom diduga karena muncul kecemburuan sosial terhadap orang Yahudi yang melalui lobi

politik mendapat hak istimewa yang mana telah berlangsung sejak jaman Koresh lalu terus menguat ketika

Romawi menjadi sekutu keluarga Hasmonean Orang yahudi dibenci oleh orang Yunani-Romawi sebab mereka

dapat mengakses fasilitas dan hidup layak sama seperti orang Yunani-Romawi tanpa perlu melakukan

kewajiban yang sama Ditambah dengan kecenderungan Kaisar-kaisar Romawi yang meski berganti-ganti tetap

saja membela orang yahudi membuat kebencian orang yunani semakin menjadi-jadi Hak istimewa itu meliputi

diperbolehkan melaksanakan hukum Sabat tidak melakukan kegiataan keagamaan kekaisaraan boleh

membayar pajak kepada Bait Allah di Yerusalem dan bahkan mendapatkan otonomi terbatas untuk menegakan

hukum (politeuma) Yudaisme di Sinagoge Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 50-51

33 Bentrokan ini terjadi jelas dalam dua aspek yang berkaitan yaitu Sosio-politik dan Sosio-religius

Kecemburuan sosial nyata dalam pogrom dan resistensi keagamaan nampak dalam perlawanan dekrit Kaligula

yang sangat ldquomenyakitirdquo hati orang Yahudi Menurut saya motivasi perlawanan terhadap pogrom yang jelas

muncul sebagai reaksi mempertahankan ldquopemberian Romawirdquo sebagai keberhasilan lobi politik tentu berbeda

dengan perlawanan terhadap dekrit Kaligula Identitas keagamaan Yudaisme bukan ldquopemberian Romawirdquo

Namun resistensi itu juga bukan hanya soal ortodoksi Ia merupakan peneguhan kemerdekaan politik secara

religius yang saya kategorikan sebagai Hak Milik Mengapa hak milik kemerdekaan politik secara religius

sangat penting Sebab orang Yahudi begitu percaya bahwa YHWH tidak mengijinkan mereka dipimpin oleh

orang Kafir Penjajahan atas mereka hanyalah teguran YHWH karena mereka lalai menjalankan hukum Tuhan

Dalam pada itu kemerdekaan religius berkaitan erat dengan dinantikanya ldquoHari YHWHrdquo atau datangnya Mesias

untuk membebaskan mereka dari teguran Ortodoksi bukan tujuan pada dirinya sebab jika mereka tidak mampu

menjaga kemerdekaan religius maka sama saja melepaskan peluang hidup bebas untuk kembali mendirikan

kedigdayaan kerajaan Daud Gagasan untuk menjaga ortodoksi sebagai implikasi teguran YHWH itu sangat

ditekankan oleh golongan Parisi yang ternyata ialah pemimpin sinagoge Anthiokhia Bnd Jeffrey J Butz The

Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the Just to the founding fathers(Inner

TraditionBear amp Co 2009) 281 F F Bruce History Alan Richardson Political Christ (Philadelpia

Westminster Press 1973) 34

Walker In steps 44

10

mereka secara politik tetapi juga memberikan pengaruh kepada tatanan beragama dalam

komunitas mereka sendiri Melalui kejatuhan dengan demikian berakhir juga otoritas Bait

Allah di Yerusalem Pasca penghancuran yang dilakukan oleh Titus pada 70 ZB membuat

kekuasaan dalam urusan keagamaan komunitas Yahudi di diaspora menjadi wewenang

sektoral di masing-masing Sinagoge

Perlu dicatat bahwa pergeseran otoritas keagamaan ke sinagoge sesungguhnya

secara terbatas membuat mereka tetap memiliki kekuasaanya sendiri meskipun pada

masyarakat kota Anthiokhia mereka tidak lagi menikmati keleluasaan Atas otoritas itu

perselisihan dengan orang Yunani-Romawi di Anthiokhia terus berlanjut namun lebih

banyak terjadi di dalam sinagoge Perselisihan tersebut nampak ketika orang-orang

Yunani mulai masuk ke dalam komunitas Terjadi perdebatan apakah mereka harus

menjalankan hukum Yahudi terutama sunat dan makanan halal atau tidak Akan tetapi hal

terpenting dari pergeseran itu bukan terletak pada bagaimana orang Yahudi mulai

menerapkan standar tegas terhadap hukum mereka namun terletak pada apa motif dari

kekuasaan itu mereka pergunakan Merujuk pada Groenen ia menegaskan bahwa akibat

dari bergesernya otoritas keagamaan tersebut membawa dampak yang tidak

menyenangkan bagi orang Kristen di Antiokhia yaitu penindasan oleh Sinagoge terhadap

mereka35

3 Memahami Kembali Matius 21-18

Melalui bantuan pendekatan hermeneutik yang secara khusus menyoroti teks

dalam kerangka sosio-politiknya maka narasi Matius 21-18 memberikan sekurang-

kurangnya tiga pemahaman teologis yang memperluas horizon berpikir pembacanya

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan terhadap

dominasi status quo

Gelar Mesias yang redaktur Matius tempelkan pada mulut Herodes di ayat ke-4

menjadi kata kunci yang menunjukan posisi komunitas Matius yang berbeda dengan

kelompok status quo Yahudi Teks secara eksplisit menunjukan bahwa Para Majus

sebagai tokoh yang muncul pertama menyinggung perihal kelahiran Yesus (ayat 1-3)

justeru tak sekalipun menyebut gelar Sang Bayi sebagai Mesias (ayat 2) Sebutan dalam

ayat 2 yang para Majus berikan ialah ldquoRaja Orang Yahudi itu ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν

Ἰ οσδαί ωνrdquo (βαζιλεὺ ς menjadi penanda identitas khusus bayi Yesus)36

Istilah Mesias

35

Groenen Pengantar 90 36

Kalimat dalam ayat ini lengkapnya λέ γονηεςmiddot ποῦ ἐ ζηιν ὁ ηετθεὶ ς βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων εἴ δομεν

γὰ ρ αὐ ηοῦ ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ἐ ν ηῇ ἀ ναηολῇ καὶ ἤ λθομεν προζκσνῆ ζαι αὐ ηῷ LAI nampaknya keliru

11

sendiri baru kemudian muncul manakala Herodes menanyakan perihal kelahiran Yesus

kepada pemuka agama Yahudi (ayat 4)

Pemilihan gelar ὁ βαζιλεὺ ς yang ditempelkan ke mulut Para Majus oleh

redaktur Matius ialah jelas berbeda dengan ὁ τριζηὸ ς yang ditempelkan ke mulut

Herodes Agung meskipun merujuk pada subjek yang sama yaitu Yesus Terma ὁ

βαζιλεὺ ς ialah istilah Yunani bagi Raja tetapi tak memiliki nuansa berarti dalam

kosmologi Yudaisme Berkebalikan dari itu ὁ τριζηὸ ς37

justru memiliki makna spesifik

dan sarat nuansa dalam Yudaisme Ada hal penting yang coba disampaikan oleh redaktur

Matius dari distingsi ini

Yosephus memberikan catatan yang sangat berharga perihal gelar ldquoraja orang

Yahudi (ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων)rdquo Menurutnya gelar raja orang Yahudi ialah tanda

yang diberikan oleh Senat Romawi kepada Herodes Agung ketika mereka

mengangkatnya sebagai raja pada tahun 40 SZB38

Craig Evans menafsirkan bahwa

tindakan para majus menyebut Yesus sebagai raja orang yahudi (ayat 2) ialah tindakan

sewajarnya sebab mereka hanya ingin menanyakan perihal suksesi Herodes Agung39

Akan tetapi persoalan yang serius ialah narasi ini sulit dipercayai sungguh-sungguh

faktual secara historis40

Dengan memperhatikan distingsi antara gelar raja orang yahudi

dengan gelar mesias yang muncul dalam tokoh-tokoh pada teks maka saya justeru

melihat kencederungan lain Redaktur Matius secara sengaja ingin menunjukan bahwa

Herodes Agung bersama para Pemuka Agama Yahudi yang berhasil merumuskan perihal

identitas Yesus secara tepat sebagai Mesias merupakan personifikasi status quo Yahudi

Tidak hanya menjadikan Herodes Agung dan Pemuka Agama Yahudi sebagai

personifikasi kelompok status quo melalui narasi ini penulis Matius sekaligus

menyerang mereka

Gelar raja orang Yahudi seharusnya milik Herodes Agung tetapi dengan

munculnya gelar itu disebut oleh para majus maka hal ini menurut saya jelas merupakan

sebuah sinisme Hal tersebut saya argumentasikan sebab penulis Matius menempatkan

Herodes Agung dalam posisi yang sangat ironis Berdasarkan tafsir Evans maka Herodes

lah yang jelas-jelas bergelar raja orang Yahudi sehingga seharusnya ia dapat langsung

memberikan klarifikasi kepada para majus perihal suksesinya Tetapi yang nampak ialah

menerjemahkan λέ γονηεςmiddot dengan ldquobertanya-tanyardquo Kata yang sesuai dengan bahasa Yunani λέ γονηεςmiddot ialah

ldquoberkata (to speak) Maka sebenarnya para majus lebih cenderung mendeklarasikan kelahiran Raja Yahudi 37

Dalam terjemahan Ibraninya yaitu Mesias (Massiah dari bentuk Massah) keduanya berarti Yang Diurapi 38

Yosephus Jewish War 1282 39

Craig Evans Matthew (New York Cambridge University Press 2012) 53 40

R T France menegaskan bahwa tak ada laporan sekunder di luar injil yang dapat mengkonfirmasikan

historisitas kunjungan itu Lih R T France The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing

Co 2012) Kindle Version

12

justru Herodes Agung seperti seorang bodoh yang tak menyadari bahwa dia sendiri yang

adalah raja orang Yahudi itu Herodes Agung digambarkan seperti tak punya petunjuk

apakah benar ada pengganti dirinya yang baru saja lahir

Warren Carter mengajukan pendapat bahwa respon Herodes Agung yang begitu

saja rela mencarikan informasi lebih jauh bagi para majus (ayat 1-6) perlu dilihat dalam

kerangka pikir bahwa para majus ialah astrolog yang biasa diminta menjelaskan arti

kemunculan tanda alam (seperti bintang) dan relasinya dengan kekuasaan41

Pandangan

Carter itu bersesuaian dengan Craig Keneer yang secara eksplisit berani mengatakan

bahwa para majus ialah astrolog kerajaan Persia yang memiliki peran politik sangat

penting42

Ada tafsiran yang menyebut para majus ialah raja-raja yang bangsa kafir

sehingga dimengerti sebagai jalan soteriologi untuk menjangkau bangsa-bangsa di luar

Yahudi Namun tanda bahwa mereka melihat bintang ialah petunjuk lebih jelas mengenai

tujuan disebutkannya tokoh ini oleh redaktur Matius

Persoalanya apakah bintang raja orang Yahudi itu (ayat 2) ialah bintang per se

Anggapan tersebut dipersoalkan oleh Howard Clarke dengan mengatakan bahwa jika

benar bintang tersebut muncul lalu tidak masuk akal jika Herodes Agung tak

melihatnya43

Umumnya para pakar memandang bahwa bintang (ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ayat 2)

dikutip redaktur Matius dari Bilangan 2417 dan menautkan kisah penglihatan Bileam

tentang bintang Daud pada kisah kelahiran Yesus Hal ini menunjukan indikasi bahwa

terjadi pemenuhan dari apa yang dikisahkan dalam perjanjian lama

Namun hal yang saya catat ialah redaktur Matius sedang dalam perjuangan

mendapatkan pengaruh melawan pihak yang merasa secara yuridis berwenang atas

penetapan ajaran Yudaisme Pemenuhan kisah perjanjian lama dalam rentang waktu

ketika komunitas Matius hidup baru dapat dikonfirmasikan bukan oleh sekte ini tetapi

oleh otoritas Yahudi di Sinagoge yang notabene lawan mereka44

Maka dari itu saya

mengira bahwa redaktur Matius ingin menelanjangi posisi penguasa Sinagoge yang tak

benar-benar paham tradisi Yudaisme melalui upaya menegaskan status Yesus sebagai

Mesias45

41

Warren Carter Matthew and the Margins74 42

Craig S Keener A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2013) 100 43

Clarke The Gospel of Matthew 18 44

Pasca penghancuran Bait Allah ketika terjadi penumpasan pemberontakan Yerusalem otoritas Yudaisme

berpindah ke masing-masing Sinagoge Akan tetapi Saldarini menunjukan bahwa Komunitas Matius tidak

menerima otoritas itu bahkan menganggap bahwa model di masing-masing Sinagoge perlu diatur ulang Lih

Saldarini The Gospel 52 45

Masa pasca Bait Allah (Post Temple) ialah masa dimana para Rabi Yahudi di Sinagoge-sinagoge mulai

menafsir ulang Yudaisme agar sesuai dengan kondisi kehidupan mereka Dalam paham itu saya menduga bahwa

Redaktur Matius sedang berupaya sekuat tenaga melawan tafsir baru para Rabi (mungkin sekali dari Golonga

13

Dengan menautkan tradisi Yudaisme tentang kisah bintang Daud seperti yang

para ahli katakan dan dengan menempelkan gelar raja orang yahudi pada mulut para

majus maka apa yang saya sebut sebagai sinisme menjadi lebih jelas Redaktur Matius

menempatkan para majus yang ialah personifikasi komunitas Matius sebagai pihak di

luar status quo Sinagoge yang justru lebih ketat dan peka terhadap tradisi Yudaisme

dalam hal melihat pentingnya kehadiran Yesus yang sudah terjadi di dunia46

Perihal kelahiran Mesias ke bumi apabila merujuk pada teks rupanya bukanlah

suatu kabar gembira bagi kelompok status quo Pemilihan kata ἐ ηαρά τθη47

yang

muncul di ayat ke-3 oleh redaktur memberikan kesan kuat bahwa Yesus yang sudah lahir

ialah sebuah masalah bagi kelompok status quo Anggapan bahwa Yesus menimbulkan

masalah oleh kelompok status quo dipertegas melalui keengganan mereka untuk

mengakui bahwa Mesias telah lahir Redaktur Matius menggunakan kata γεννᾶ ηαι48

yang menunjukan kelompok status quo tak setuju dengan klaim kelompok Matius

tentang ke-mesias-an Yesus

Ketidaksetujuan itu juga nampak dari disebutkannya Bethlehem (ayat 1) sebagai

tempat kelahiran Yesus dan Yerusalem (ayat 3) sebagai tempat yang menolak kelahiran

Yesus Seisi Yerusalem menanggapi kabar bahwa Yesus Sang Mesias sudah hadir di

dunia sebagai masalah Yerusalem ialah pusat kekuasan atau dalam hal ini menjadi

lambang sistem kekuasaan status quo yang mana enggan mengakui bahwa Yesus benar

Mesias Melalui pengecekan tradisi Yudaisme dalam diri Herodes Agung dan para

pemuka agama Yahudi (4-6) redaktur Matius sekaligus menyerang mereka sebagai

pemegang otoritas keagamaan yang tidak paham mengenai tradisi Yudaisme itu sendiri

Pharisi) untuk menjadi pegangan bersama Komunitas Yahudi di Anthiokhia Tradisi tentang Midrash membantu

membentuk pemahaman ini Lih Brian M Nolan The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in

the Setting of the Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979) 52-58 Bnd Robert M Prince New

Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm diakses 8 November 2014 46

γεννηθέ νηος ialah kata kerja aoris geniitif pasif yang tak hanya menunjukan penegasan tetapi juga sekaligus

menujukan tindakan yang sudah pernah terjadi Artinya penegasan bahwa Raja orang Yahudi sudah pernah

dilahirkan Kata ini juga menjadi penegasan tentang status kemesiasan Yesus 47

Kata ἐ ηαρά τθη dari bentuk kata ηαρά ζζω kurang tepat jika diterjemahkan dengan ldquoterkejutrdquo Kata itu

berarti meresahkan mengacaukan menganggu atau menakutkan Terjemahan King James Version (KJV)

ldquotroubled (menyusahkan)rdquo menurut saya jauh lebih memadai dibandingkan terjemahan dalam TB-LAI Untuk

keperluan tulisan ini maka saya menggunakan kata ldquomengganggurdquo sebagai ganti kata ldquoterkejutrdquo 48

Kata γεννᾶ ηαι (kata kerja present indikatif pasif untuk orang ketiga tunggal dari bentuk γεννά ω) berarti

ldquosedang dilahirkanrdquo Dalam narasi Matius pasal 2 kata ini berbeda kasusnya dengan kata yang sama di ayat 1

Kata ini menunjukan pemahaman bahwa kegiatan Mesianik masa terus berlangsung Berbeda dengan kelompok

Matius yang percaya nubuatan mesianik sudah terjadi dalam diri Yesus kelompok Yahudi status quo

menunjukan bahwa mesias bukan seperti yang dipikirkan kelompok matius Saya menduga ini adalah jejak

tentang model kubu status quo mendukung teologi Millitary Mesiah sebab disekitar tahun 70-132 ZB model

Millitary Mesiah muncul kuat sebagai gerakan pemberontakan

14

Dengan menempatkan berturut-turut gelar mesias di mulut Herodes Agung

kontras antara Bethlehem dengan Yerusalem penyelidikan dan afirmasi perihal kelahiran

Mesias dari tradisi Yudaisme di mulut para pemuka agama Yahudi maka hal ini jelas

menunjukan apa yang saya sebut di atas sebagai ironi Upaya ini menunjukan bahwa

redaktur Matius menganggap kelompok status quo di Sinagoge tak lagi memiliki

legitimasi Hal tersebut didasarkan pada ironi kelompok status quo yang tidak benar-

benar memahami isi ajaran Yudaisme manakala mereka tak mengakui Yesus sebagai

Mesias padahal mereka ialah pemimpin agama

Perseteruan antara kelompok Matius dengan kelompok status quo tentang

pengakuan Yesus sebagai Mesias sebenarnya merupakan masalah yang sentral Bagi

kelompok status quo mengakui Yesus sebagai Mesias ialah sama dengan memberi

pengakuan akan kehadiran kelompok Yahudi yang menyimpang (Deviant Jews)49

Sedangkan pengkuan akan kelompok yang menyimpang ialah sama dengan membuka

celah bagi perubahan yang radikal dalam diri komunitas Yahudi Artinya memberikan

ruang secara sosio-politik bagi komunitas Matius untuk hidup ialah pilihan yang

membunuh kelompok status quo Maka tentu konsekuensi logisnya ialah dominasi atas

Yudaisme harus terus dilakukan

Persoalan semakin rumit sebab komunitas Matius tidak merasa dirinya ialah

bagian luar dari kelompok Yahudi Mereka tetap yakin jika dirinya merupakan bagian

dari kelompok itu Dalam kesadaran semacam ini mereka berpretensi melakukan

perubahan atas praktek lama yang tak benar Anthony Saldarini menegaskan apabila

komunitas Matius tidak sedang mencoba menciptakan sebuah masyarakat Agama Baru

tetapi tengah berupaya medelegitimasi kelompok status quo dengan membongkar

praktek Yudaisme mereka yang keliru50

Kekeliruan kelompok status quo sebenarnya bukan semata berkaitan dengan

persoalan perbedaan pandangan antara mereka dengan komunitas Matius mengenai

status Yesus sebagai Mesias Akan tetapi juga terletak pada persengkongkolan kelompok

status quo untuk menghancurkan komunitas Matius Sebab secara sosio-politik kehadiran

komunitas Matius ibarat duri dalam daging Maka daripada duri itu terus melukai diri

sendiri lebih baik segera disingkirkan Jejak ini muncul kuat disepanjang ayat 4 dan 7

pada narasi Tindakan Herodes Agung melakukan pertemuan terpisah dengan pemuka

49

Perihal telaah tentang Deviant Jews lihat Kai Ericson Wayward Puritans A Study in the Sociology of

Deviance (New York Wiley 1966) 3-5 50

Saldarini The Gospel 46-47

15

yahudi dan lalu melaksanakan pertemuan rahasia51

dengan para majus ialah bentuk

persengkongkolan demi dominasi status quo Poin yang redaktur Matius angkat ialah

pendekatan kelompok status quo identik dengan sikap penguasa yang manipulatif dan

menindas

Para majus setelah ayat 7 digambarkan sebagai pihak yang awalnya mengikuti

gerak manipulasi kekuasaan ala kelompok status quo dalam diri Herodes Agung Sang

raja yang seolah memberikan ruang pada para majus dan mendengarkan pendapat

mereka sebenarnya hanya tindakan manipulasi untuk menggali informasi guna

menghancurkan Yesus dan para majus sendiri Richard T France menyebut peran para

majus dalam ayat 7-9 sebagai alat spionase sang raja52

Artinya tujuan Herodes Agung

bertemu dengan para majus bukan pertama-tama demi mendengarkan apa yang para

majus itu inginkan tetapi justru untuk memperalat mereka

Ujaran Saldarini dan penjelasan France menurut saya sangat penting dalam

memahami posisi komunitas Matius dalam konteks tidak ingin mengganti Yudaisme

dengan suatu agama baru Melalui kisah kelahiran Yesus komunitas Matius menegaskan

bahwa bentuk dominasi dalam kehidupan bersama tidak dapat diterima Mereka tidak

sedang bicara ortodoksi Agama Yahudi Agama Yahudi yang dalam hal ini hanya

menjadi locus bagi suatu kehidupan bersama atau menjadi arena perebutan pengaruh

Dengan ketiadaan tendensi membentuk locus baru maka komunitas Matius sebenarnya

tengah mencoba mempertahankan diri sebagai bagian dari kesatuan komunitas Yahudi

umunya Akan tetapi dengan suatu harapan bahwa hidup bersama itu dilakukan tidak

dalam penindasan

Penolakan paham tentang dominasi ini menurut saya muncul dalam suatu

pernyataan teologis di sepanjang ayat 10-12 Hal yang sangat menarik ialah upaya

persekongkolan untuk memperalat para majus agar dominasi dapat dilanggengkan justru

digagalkan oleh Tuhan melalui mimpi para majus dan penyataan malaikat kepada Yusuf

Dalam kepolosanya para majus terjebak pada permainan kekuasaan Herodes Agung

tetapi permainan itu tidak sampai selesai sebab Tuhan menggagalkannya di tengah jalan

Pada titik ini saya menduga redaktur Matius menegaskan bahwa Tuhan justru tidak

menghendaki model dominasi status quo yang menghalalkan praktek kekuasaan

manipulatif seperti yang dipraktekan kelompok status quo dalam diri Herodes Agung

51

Ada dua kata kunci dalam pertemuan rahasia ini yaitu ldquoSecara rahasia (λά θρᾳ )rdquo dan ldquomemastikan secara

tepat (ἠ κρί βωζεν)rdquo Pertemuan ini terpisah dan tertutup bersifat rahasia antara Herodes Agung dengan para

majus apa tujuan pertemuan ini Untuk memastikan dengan tepat apakah Yesus Mesias Dalam hal ini untuk

memastikan dampak dari status Yesus sebagai Mesias 52

Frnce The Gospel Kindle Version

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 13: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

5

Hal yang sama juga terjadi pada upaya untuk melacak identitas asli dari penulis injil ini

Siapa persisnya yang menulis tak dapat diketahui secara pasti Ada yang menyebutnya

sebagai seorang pembina jemaat seorang Yahudi yang menjadi Kristen yang berani

mengecam orang Yahudi yang tak mau mengikut Yesus seorang pelarian dari

Yerusalem ataupun seorang dari generasi Kristen kedua yang misioner yang berbahasa

Yunani12

Tidak ada satupun dari pendapat tadi yang menegaskan secara pasti siapa yang

menjadi penulis injil Matius Akan tetapi pada saat yang sama bermacam pendapat itu

juga tidak meneguhkan pandangan Papias bahwa penulis injil ini ialah Matius salah satu

Rasul Yesus13

Melalui upaya rekonstruksi yang cermat para ahli juga mencoba merumuskan

tujuan penulisan injil Matius Sama seperti analisis sebelumnya tujuan penulisan didapat

melalui telaah terhadap karakteristik dari teks itu sendiri Salah satu hasil telaah itu

dikemukakan oleh De Heer Menurut De Heer injil ini ada demi tiga tujuan utama yaitu

(1) Maksud Apologetis menyatakan bahwa nubuatan di dalam Perjanjian Lama telah

terpenuhi dan sekaligus membela status Yesus sebagai Mesias (2) Maksud Katekesis

merujuk pada Grundmman bahwa injil ini bertujuan untuk menyampaian pokok-pokok

ajaran Kristen agar dimengerti dan demi mengajarkanya kepada orang lain Hal itu

nampak dari begitu banyak teladan Yesus yang dimuat oleh penulis injil (3) Maksud

Parenetis untuk menegur jemaat Matius di Siria yang yang hidup tidak harmonis (kasih

diantara mereka telah dingin)14

21 Anthiokhia

Para ahli menduga cukup kuat bahwa teks Matius ditulis di Anthiokhia Kota ini

ialah ketiga terbesar di kekaisaran Romawi yang berpopulasi lebih dari 500000 jiwa

terdiri dari orang Siria Yunani-Romawi juga minoritas Yahudi yang Pada tahun 300

SZB Anthiokhia didirikan oleh Seleukus I di dekat sungai Orontes (berada jauh dari laut

dan terlindungi benteng alami yaitu Gunung Silpius) untuk menghormati ayahnya

sekaligus menampung para veteran perang Makedonia serta berfungsi guna menguasai

12

Para ahli umumnya bersepakat bahwa sangat sulit mempercayai Rasul Matius yang menulis injil ini Alasan-

alasan yang dikemukakan seperti Jika benar Matius yang menulis maka ia tentu saksi mata lalu mengapa

seorang saksi mata perlu merujuk kepada teks Markus yang penulisnya bukan saksi mata Juga bahasa yang

Matius gunakan ialah Bahasa Aram bukan Bahasa Yunani padahal injil ini ditulis dalam bahasa Yunani Lih

Drewes Satu Injil 176 Bnd Drane Memahami 219 Rudolf Schnackenburg The Gospel of Matthew (Wm B

Eerdmans Publishing Co Michigan 2007) 6-7 13

Pandangan bahwa Matius sang Rasul sebagai penulis Injil Matius baru muncul belakangan pada abad II

setelah injil Matius ditulis Ialah Papias seorang penulis dari Hireapolis yang menyatakan hal ini Lih Jakob

van Bruggen Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh penulis-penulis sezaman

(Jakarta Gunung Mulia 2004) 63-65 14

J De Heer Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia) 6-7

6

jalur-jalur darat yang menghubungkan Asia Kecil Mesir tak ketinggalan Eufrat15

Dewi

Tikhe (Fortuna Keberuntungan) dipercaya menguasai nasib semua kerajaan Helenis

menguasai kesuburan tanah dan menguasai keamanan kota atas banjir serta gempa

dijadikan dewi kota oleh penduduk di sana Anthiokhia ialah pusat intelektual yang besar

serta menjadi pusat perjalanan dan perdagangan yang sangat makmur serta merupakan

ibu kota Provinsi Romawi gabungan Suriah dan Kilikia sehingga pada jaman Romawi

mendapat perlindungan langsung dari Kaisar16

Seorang Gubernur Romawi menjadi perwakilan Kaisar memerintah atas

Anthiokhia Ia bertugas menegakan hukum dan memelihara ketertiban umum masyarakat

Namun ketertiban umum yang diupayakan berlangsung di Antiokhia berada dalam

bayang-bayang (1) tatanan masyarakat hirarkis17

dan (2) demografi penduduk yang

beragam budaya18

Dua hal ini sebenarnya membawa ancaman persoalan sosial bagi

Gubernur Romawi di Antokhia Pertama potensi ancaman terletak pada pola piramida

kekuasaan politik terpusat pada golongan elit yang jumlahnya lebih sedikit dibanding

masyarakat kebanyakan yang berada di luar golongan itu Golongan elit itu menguasai

sendi-sendi ekonomi hukum dan mengatur kesejaterahaan yang akibatnya sendi-sendi

itu (terutama politik) diatur menurut kepentingan mereka19

Dalam hal ini tercipta suatu

tatanan sosial dalam bentuk kelas sosial yang tidak adil golongan elit dan golongan

nonelit Persoalanya ialah kondisi sosial ini melahirkan rasa saling benci antara kedua

kelas sosial itu Kedua sebagai kota yang mempertemukan beragam identitas dan etnis

Anthiokhia menyimpan potensi gesekan sosial manakala terjadi pertemuan dua atau lebih

entitas yang saling bertolak belakang Ner Dah mengutip Streeter menyebut kondisi itu

sebagai ldquoAntagonisme Etnisrdquo yang mana kota itu diliputi ancaman kejahatan dan konflik

akibat percampuran orang-orang dari latar belakang etnis berbeda20

Akan tetapi meski menyimpan potensi konflik rupaya gubernur romawi mampu

mengatasi gesekan sosial tersebut Piramid kekuasaan itu menempatkan ia berada pada

puncak kelas sosial sedangkan dasar terendah ada pada golongan kecil termasuk budak

15

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013) 43 Bnd John Staumbaugh dan David

Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung Mulia 2008) 179 16

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial180 Bnd David J Bosch Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi

misi yang mengubah dan berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006) 67 Robert Coote dan Mary Coote Kuasa

Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004) 164 17

Warren Carter Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York Orbis Book

2000) 20 18

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial183 19

Carter Matthew amp The Margins 18 20

Streeter The Four Gospel dalam Ner Dah Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of

Myanmar PhD diss 2009 Menurut hemat saya apa yang dikemukakan Streeter tidak berlebihan sebab

masalah sosial itu kemudian termanifestasi dalam gerakan pembasmian orang Yahudi di Diaspora

7

Kekuasaan itu membuka peluang baginya untuk mendapatkan ldquodukunganrdquo dari golongan

di bawahnya demi tujuan yang ingin ia capai Cara gubernur romawi mengatasi

kerusuhan yang terjadi dikemudian hari khususnya berkaitan dengan isu sektarian di

Anthiokhia menunjukan betapa ldquotangan besirdquo romawi efektif meminimalisir konflik

terbuka21

Bersama para pejabat romawi dan anggota senat gubernur selain memimpin

legiun juga mendapat dukungan dari para imam di kuil para pegawai kekaisaraan

pengumpul pajak dll dalam relasi patron-klien22

Kenyataan itu menunjukan hubungan

transaksional yang sarat kepentingan politik sudah merupakan hal lumrah terjadi di

golongan masyarakat atas di Antiokhia Pola relasi yang sangat rapuh karena didasarkan

pada loyalitas semu yang dapat dibeli oleh kekuasaan

22 Komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Orang Yahudi yang telah tinggal di Anthiokhia sama tuanya dengan kota tersebut

hidup dalam situasi sosial masyarakat hirarkis Menurut Warren Carter argumen para ahli

menunjukan dimensi-dimensi penting yang menunjukan kelas sosial orang Yahudi di kota

ini seperti (1) pendapat Kingsbury bahwa bahasa Yunani yang digunakan penulis Matius

mengindikasikan masyarakat ini ialah komunitas urban (2) penggunaan kata Kota

dilakukan 26 kali dibandingkan Desa (3) jemaat Matius diasumsikan tidak asing dengan

kekayaan hal itu ditunjukan oleh misalnya letak perbandingan identitas Yusuf orang

Arimatea yang pada Markus dan Lukas ia dikenal sebagai anggota dewan tinggi namun

pada Matius ia disebut sebagai Si Orang Kaya (4) penggunaan sebutan emas perak dan

talenta dilakukan sebanyak 26 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan Markus yang

hanya sekali menyebut perak dan Lukas hanya empat kali lebih banyak dari Markus23

Argumen-argumen itu menguatkan dugaan bahwa komunitas Matius terdiri dari mereka

yang hidup kaya artinya ada jejak dari mereka berada pada golongan elit Akan tetapi

sebagai ganti keengganan Carter untuk secara deterministik menentukan kedudukan

orang Yahudi itu ia memberi anjuran yang secara probabilistik menempatkan orang

Yahudi ada di kedua kelas sosial (Cross section) sebab selain karakteristik teks

menunjukan nuansa orang terdidik (golongan elit) teks ini juga bernafaskan tindakan

untuk menjangkau orang-orang yang dimarjinalkan24

21

Upaya untuk merayakan Perbedaan Kultur dan Toleransi pernah dilakukan di Anthiokhia Lih Trudy Ring amp

Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London WIPIDE 1995) 40 22

Carter Matthew amp The Margins 19 23

Carter Matthew amp The Margins 25 24

Carter Matthew amp The Margins 26

8

Dugaan Carter tentang Cross section itu dapat diperkuat melalui laporan Josephus

bahwa orang Yahudi yang tinggal di Anthiokhia hidup tentram dan secara ekonomi cukup

kaya25

Menurut Staumbaugh dan Balch kunjungan Herodes Agung beberapa kali ke

Anthiokhia diduga kuat yang memicu naiknya gengsi pengaruh dan kedudukan orang

Yahudi di sana26

Laporan betapa kayanya orang Yahudi di Anthiokhia nampaknya bukan

hisapan jempol belaka Sebab berdasarkan catatan Josephus orang Yahudi di Anthiokhia

mampu mengirimkan persembahan yang mahal ke Yerusalem27

Tidak hanya itu pada

masa pemerintahan Klaudius tatkala Yudea dilanda kelaparan bantuan dari Anthiokhia

datang untuk menanggulangi bencana tersebut28

Lalu bagaimana dapat diandaikan bahwa selain jejak keberadaan orang Yahudi

dalam lingkaran elit terdapat pula informasi yang menunjukan bahwa ada orang Yahudi

hidup dalam kelas non elit Hal itu dapat dijelaskan melalui identifikasi pekerjaan

mereka Orang Yaudi nonelit di Antiokhia ada yang hidup bekerja sebagai tukang dan

budak yang mana secara kasat mata sudah cukup menunjukan bahwa mereka ialah

golongan kecil yang dimarjinalkan29

Mereka ialah kelompok yang hidup bekerja demi

memenuhi kesejaterahaan hidup para elit

Kondisi kehidupan yang baik dalam aspek sosial ekonomi religius bahkan akses

politik terhadap kekuasaan memang dinikmati oleh sebagian orang Yahudi di Anthiokhia

untuk kurun waktu yang cukup lama Sisanya meski dipinggirkan namun cukup untuk

melanjutkan kehidupan dengan bekerja bagi para elit Kehidupan yang tentram dan

mapan di Anthiokhia bahkan telah dinikmati orang Yahudi sejak jaman Hasmonean yang

dipicu oleh banyaknya orang baru yang hidup menyatu dengan penduduk tertarik masuk

ke dalam komunitas sinagoge30

Selain bahwa pengaruh Hasmonean yang mendahului

kunjungan Herodes Agung yang berdampak signifikan itu perilaku sosio-politik orang

Yahudi yang menunjukan loyalitas membuat mereka mendapatkan perlindungan31

Akan tetapi keadaan berbalik dan semakin memburuk bagi mereka sejak tahun 40

ZB Mulai saat itu hubungan sosio-politik antara orang Yahudi dengan orang Antiokhia

25

Josephus Jewish War 713 Bnd Walker In Steps 44 26

Nama besar Herodes Agung yang dikenal sebagai sekutu dekat Kaisar Agustus dan juga sebagai The Great

Builder lewat pembangunan luar biasa misalnya Bait Allah berbagai benteng hebat termasuk Masada kota-

kota Helenis seperti Sebaste dan Kaisera yang terkenal dengan pelabuhannya tersiar ke luar Yudea bahkan

sampai Anthiokhia Hal itu menempatkan Herodes Agung sebagai orang yang cukup penting sehingga tidak

heran apabila kunjungan tersebut membawa keuntungan bagi kedudukan sosio-politik orang Yahudi di

Anthiokhia Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial Bnd F F Bruce New Testament History (London

Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969) 27

Josephus Jewish War 745 28

Walker In Steps 47 29

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 181 30

Justin Taylor Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012) 156 31

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial49-51

9

berada dibawah ketegangan hebat Permusuhan yang timbul bahkan tidak bisa menahan

mereka untuk berhadapan dalam konflik terbuka yang berdarah-darah Sejak terjadi

pogrom32

dan dekrit Kaisar Kaligula yang memuat perintah penempatan patung dirinya di

Bait Allah di Yerusalem bentrok pecah di Antiokhia33

Pembunuhan terhadap orang

Yahudi di Anthiokhia terjadi dan sinagoge-sinagoge mereka dibakar Mulai saat itu

sentimen anti semit kian meninggi dan tak berhenti hingga kira-kira tahun 48 ZB Puncak

konflik terjadi tatkala pemberontakan Yudea melawan Romawi terjadi hingga tahun 70

ZB

Konflik di Yudea turut menyeret keterlibatan Anthiokhia karena kota itu menjadi

basis dukungan pasukan militer yang dikirim untuk menumpas pemberontakan di

Yudea34

Ketegangan perang itu merembes sampai ke Anthiokhia terutama bagi orang

Yahudi di sana Ikut terseretnya Antiokhia dalam tensi perang Yudea membuat beberapa

orang Yahudi di sana tidak mampu menahan diri Beberapa anggota dari penguasa

Yahudi merencanakan perlawanan Komunitas Yahudi di Anthiokhia dituduh

merencanakan membakar kota Akibatnya Gubernur Romawi menyerang mereka dan

mencabut hak-hak istimewa orang Yahudi

Penaklukan Yudea membawa dampak tidak saja pada memburuknya hubungan

sosial antara orang Yahudi dengan orang Anthiokhia dan sekaligus melemahkan pengaruh

32

Sebab terjadinya Pogrom diduga karena muncul kecemburuan sosial terhadap orang Yahudi yang melalui lobi

politik mendapat hak istimewa yang mana telah berlangsung sejak jaman Koresh lalu terus menguat ketika

Romawi menjadi sekutu keluarga Hasmonean Orang yahudi dibenci oleh orang Yunani-Romawi sebab mereka

dapat mengakses fasilitas dan hidup layak sama seperti orang Yunani-Romawi tanpa perlu melakukan

kewajiban yang sama Ditambah dengan kecenderungan Kaisar-kaisar Romawi yang meski berganti-ganti tetap

saja membela orang yahudi membuat kebencian orang yunani semakin menjadi-jadi Hak istimewa itu meliputi

diperbolehkan melaksanakan hukum Sabat tidak melakukan kegiataan keagamaan kekaisaraan boleh

membayar pajak kepada Bait Allah di Yerusalem dan bahkan mendapatkan otonomi terbatas untuk menegakan

hukum (politeuma) Yudaisme di Sinagoge Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 50-51

33 Bentrokan ini terjadi jelas dalam dua aspek yang berkaitan yaitu Sosio-politik dan Sosio-religius

Kecemburuan sosial nyata dalam pogrom dan resistensi keagamaan nampak dalam perlawanan dekrit Kaligula

yang sangat ldquomenyakitirdquo hati orang Yahudi Menurut saya motivasi perlawanan terhadap pogrom yang jelas

muncul sebagai reaksi mempertahankan ldquopemberian Romawirdquo sebagai keberhasilan lobi politik tentu berbeda

dengan perlawanan terhadap dekrit Kaligula Identitas keagamaan Yudaisme bukan ldquopemberian Romawirdquo

Namun resistensi itu juga bukan hanya soal ortodoksi Ia merupakan peneguhan kemerdekaan politik secara

religius yang saya kategorikan sebagai Hak Milik Mengapa hak milik kemerdekaan politik secara religius

sangat penting Sebab orang Yahudi begitu percaya bahwa YHWH tidak mengijinkan mereka dipimpin oleh

orang Kafir Penjajahan atas mereka hanyalah teguran YHWH karena mereka lalai menjalankan hukum Tuhan

Dalam pada itu kemerdekaan religius berkaitan erat dengan dinantikanya ldquoHari YHWHrdquo atau datangnya Mesias

untuk membebaskan mereka dari teguran Ortodoksi bukan tujuan pada dirinya sebab jika mereka tidak mampu

menjaga kemerdekaan religius maka sama saja melepaskan peluang hidup bebas untuk kembali mendirikan

kedigdayaan kerajaan Daud Gagasan untuk menjaga ortodoksi sebagai implikasi teguran YHWH itu sangat

ditekankan oleh golongan Parisi yang ternyata ialah pemimpin sinagoge Anthiokhia Bnd Jeffrey J Butz The

Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the Just to the founding fathers(Inner

TraditionBear amp Co 2009) 281 F F Bruce History Alan Richardson Political Christ (Philadelpia

Westminster Press 1973) 34

Walker In steps 44

10

mereka secara politik tetapi juga memberikan pengaruh kepada tatanan beragama dalam

komunitas mereka sendiri Melalui kejatuhan dengan demikian berakhir juga otoritas Bait

Allah di Yerusalem Pasca penghancuran yang dilakukan oleh Titus pada 70 ZB membuat

kekuasaan dalam urusan keagamaan komunitas Yahudi di diaspora menjadi wewenang

sektoral di masing-masing Sinagoge

Perlu dicatat bahwa pergeseran otoritas keagamaan ke sinagoge sesungguhnya

secara terbatas membuat mereka tetap memiliki kekuasaanya sendiri meskipun pada

masyarakat kota Anthiokhia mereka tidak lagi menikmati keleluasaan Atas otoritas itu

perselisihan dengan orang Yunani-Romawi di Anthiokhia terus berlanjut namun lebih

banyak terjadi di dalam sinagoge Perselisihan tersebut nampak ketika orang-orang

Yunani mulai masuk ke dalam komunitas Terjadi perdebatan apakah mereka harus

menjalankan hukum Yahudi terutama sunat dan makanan halal atau tidak Akan tetapi hal

terpenting dari pergeseran itu bukan terletak pada bagaimana orang Yahudi mulai

menerapkan standar tegas terhadap hukum mereka namun terletak pada apa motif dari

kekuasaan itu mereka pergunakan Merujuk pada Groenen ia menegaskan bahwa akibat

dari bergesernya otoritas keagamaan tersebut membawa dampak yang tidak

menyenangkan bagi orang Kristen di Antiokhia yaitu penindasan oleh Sinagoge terhadap

mereka35

3 Memahami Kembali Matius 21-18

Melalui bantuan pendekatan hermeneutik yang secara khusus menyoroti teks

dalam kerangka sosio-politiknya maka narasi Matius 21-18 memberikan sekurang-

kurangnya tiga pemahaman teologis yang memperluas horizon berpikir pembacanya

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan terhadap

dominasi status quo

Gelar Mesias yang redaktur Matius tempelkan pada mulut Herodes di ayat ke-4

menjadi kata kunci yang menunjukan posisi komunitas Matius yang berbeda dengan

kelompok status quo Yahudi Teks secara eksplisit menunjukan bahwa Para Majus

sebagai tokoh yang muncul pertama menyinggung perihal kelahiran Yesus (ayat 1-3)

justeru tak sekalipun menyebut gelar Sang Bayi sebagai Mesias (ayat 2) Sebutan dalam

ayat 2 yang para Majus berikan ialah ldquoRaja Orang Yahudi itu ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν

Ἰ οσδαί ωνrdquo (βαζιλεὺ ς menjadi penanda identitas khusus bayi Yesus)36

Istilah Mesias

35

Groenen Pengantar 90 36

Kalimat dalam ayat ini lengkapnya λέ γονηεςmiddot ποῦ ἐ ζηιν ὁ ηετθεὶ ς βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων εἴ δομεν

γὰ ρ αὐ ηοῦ ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ἐ ν ηῇ ἀ ναηολῇ καὶ ἤ λθομεν προζκσνῆ ζαι αὐ ηῷ LAI nampaknya keliru

11

sendiri baru kemudian muncul manakala Herodes menanyakan perihal kelahiran Yesus

kepada pemuka agama Yahudi (ayat 4)

Pemilihan gelar ὁ βαζιλεὺ ς yang ditempelkan ke mulut Para Majus oleh

redaktur Matius ialah jelas berbeda dengan ὁ τριζηὸ ς yang ditempelkan ke mulut

Herodes Agung meskipun merujuk pada subjek yang sama yaitu Yesus Terma ὁ

βαζιλεὺ ς ialah istilah Yunani bagi Raja tetapi tak memiliki nuansa berarti dalam

kosmologi Yudaisme Berkebalikan dari itu ὁ τριζηὸ ς37

justru memiliki makna spesifik

dan sarat nuansa dalam Yudaisme Ada hal penting yang coba disampaikan oleh redaktur

Matius dari distingsi ini

Yosephus memberikan catatan yang sangat berharga perihal gelar ldquoraja orang

Yahudi (ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων)rdquo Menurutnya gelar raja orang Yahudi ialah tanda

yang diberikan oleh Senat Romawi kepada Herodes Agung ketika mereka

mengangkatnya sebagai raja pada tahun 40 SZB38

Craig Evans menafsirkan bahwa

tindakan para majus menyebut Yesus sebagai raja orang yahudi (ayat 2) ialah tindakan

sewajarnya sebab mereka hanya ingin menanyakan perihal suksesi Herodes Agung39

Akan tetapi persoalan yang serius ialah narasi ini sulit dipercayai sungguh-sungguh

faktual secara historis40

Dengan memperhatikan distingsi antara gelar raja orang yahudi

dengan gelar mesias yang muncul dalam tokoh-tokoh pada teks maka saya justeru

melihat kencederungan lain Redaktur Matius secara sengaja ingin menunjukan bahwa

Herodes Agung bersama para Pemuka Agama Yahudi yang berhasil merumuskan perihal

identitas Yesus secara tepat sebagai Mesias merupakan personifikasi status quo Yahudi

Tidak hanya menjadikan Herodes Agung dan Pemuka Agama Yahudi sebagai

personifikasi kelompok status quo melalui narasi ini penulis Matius sekaligus

menyerang mereka

Gelar raja orang Yahudi seharusnya milik Herodes Agung tetapi dengan

munculnya gelar itu disebut oleh para majus maka hal ini menurut saya jelas merupakan

sebuah sinisme Hal tersebut saya argumentasikan sebab penulis Matius menempatkan

Herodes Agung dalam posisi yang sangat ironis Berdasarkan tafsir Evans maka Herodes

lah yang jelas-jelas bergelar raja orang Yahudi sehingga seharusnya ia dapat langsung

memberikan klarifikasi kepada para majus perihal suksesinya Tetapi yang nampak ialah

menerjemahkan λέ γονηεςmiddot dengan ldquobertanya-tanyardquo Kata yang sesuai dengan bahasa Yunani λέ γονηεςmiddot ialah

ldquoberkata (to speak) Maka sebenarnya para majus lebih cenderung mendeklarasikan kelahiran Raja Yahudi 37

Dalam terjemahan Ibraninya yaitu Mesias (Massiah dari bentuk Massah) keduanya berarti Yang Diurapi 38

Yosephus Jewish War 1282 39

Craig Evans Matthew (New York Cambridge University Press 2012) 53 40

R T France menegaskan bahwa tak ada laporan sekunder di luar injil yang dapat mengkonfirmasikan

historisitas kunjungan itu Lih R T France The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing

Co 2012) Kindle Version

12

justru Herodes Agung seperti seorang bodoh yang tak menyadari bahwa dia sendiri yang

adalah raja orang Yahudi itu Herodes Agung digambarkan seperti tak punya petunjuk

apakah benar ada pengganti dirinya yang baru saja lahir

Warren Carter mengajukan pendapat bahwa respon Herodes Agung yang begitu

saja rela mencarikan informasi lebih jauh bagi para majus (ayat 1-6) perlu dilihat dalam

kerangka pikir bahwa para majus ialah astrolog yang biasa diminta menjelaskan arti

kemunculan tanda alam (seperti bintang) dan relasinya dengan kekuasaan41

Pandangan

Carter itu bersesuaian dengan Craig Keneer yang secara eksplisit berani mengatakan

bahwa para majus ialah astrolog kerajaan Persia yang memiliki peran politik sangat

penting42

Ada tafsiran yang menyebut para majus ialah raja-raja yang bangsa kafir

sehingga dimengerti sebagai jalan soteriologi untuk menjangkau bangsa-bangsa di luar

Yahudi Namun tanda bahwa mereka melihat bintang ialah petunjuk lebih jelas mengenai

tujuan disebutkannya tokoh ini oleh redaktur Matius

Persoalanya apakah bintang raja orang Yahudi itu (ayat 2) ialah bintang per se

Anggapan tersebut dipersoalkan oleh Howard Clarke dengan mengatakan bahwa jika

benar bintang tersebut muncul lalu tidak masuk akal jika Herodes Agung tak

melihatnya43

Umumnya para pakar memandang bahwa bintang (ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ayat 2)

dikutip redaktur Matius dari Bilangan 2417 dan menautkan kisah penglihatan Bileam

tentang bintang Daud pada kisah kelahiran Yesus Hal ini menunjukan indikasi bahwa

terjadi pemenuhan dari apa yang dikisahkan dalam perjanjian lama

Namun hal yang saya catat ialah redaktur Matius sedang dalam perjuangan

mendapatkan pengaruh melawan pihak yang merasa secara yuridis berwenang atas

penetapan ajaran Yudaisme Pemenuhan kisah perjanjian lama dalam rentang waktu

ketika komunitas Matius hidup baru dapat dikonfirmasikan bukan oleh sekte ini tetapi

oleh otoritas Yahudi di Sinagoge yang notabene lawan mereka44

Maka dari itu saya

mengira bahwa redaktur Matius ingin menelanjangi posisi penguasa Sinagoge yang tak

benar-benar paham tradisi Yudaisme melalui upaya menegaskan status Yesus sebagai

Mesias45

41

Warren Carter Matthew and the Margins74 42

Craig S Keener A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2013) 100 43

Clarke The Gospel of Matthew 18 44

Pasca penghancuran Bait Allah ketika terjadi penumpasan pemberontakan Yerusalem otoritas Yudaisme

berpindah ke masing-masing Sinagoge Akan tetapi Saldarini menunjukan bahwa Komunitas Matius tidak

menerima otoritas itu bahkan menganggap bahwa model di masing-masing Sinagoge perlu diatur ulang Lih

Saldarini The Gospel 52 45

Masa pasca Bait Allah (Post Temple) ialah masa dimana para Rabi Yahudi di Sinagoge-sinagoge mulai

menafsir ulang Yudaisme agar sesuai dengan kondisi kehidupan mereka Dalam paham itu saya menduga bahwa

Redaktur Matius sedang berupaya sekuat tenaga melawan tafsir baru para Rabi (mungkin sekali dari Golonga

13

Dengan menautkan tradisi Yudaisme tentang kisah bintang Daud seperti yang

para ahli katakan dan dengan menempelkan gelar raja orang yahudi pada mulut para

majus maka apa yang saya sebut sebagai sinisme menjadi lebih jelas Redaktur Matius

menempatkan para majus yang ialah personifikasi komunitas Matius sebagai pihak di

luar status quo Sinagoge yang justru lebih ketat dan peka terhadap tradisi Yudaisme

dalam hal melihat pentingnya kehadiran Yesus yang sudah terjadi di dunia46

Perihal kelahiran Mesias ke bumi apabila merujuk pada teks rupanya bukanlah

suatu kabar gembira bagi kelompok status quo Pemilihan kata ἐ ηαρά τθη47

yang

muncul di ayat ke-3 oleh redaktur memberikan kesan kuat bahwa Yesus yang sudah lahir

ialah sebuah masalah bagi kelompok status quo Anggapan bahwa Yesus menimbulkan

masalah oleh kelompok status quo dipertegas melalui keengganan mereka untuk

mengakui bahwa Mesias telah lahir Redaktur Matius menggunakan kata γεννᾶ ηαι48

yang menunjukan kelompok status quo tak setuju dengan klaim kelompok Matius

tentang ke-mesias-an Yesus

Ketidaksetujuan itu juga nampak dari disebutkannya Bethlehem (ayat 1) sebagai

tempat kelahiran Yesus dan Yerusalem (ayat 3) sebagai tempat yang menolak kelahiran

Yesus Seisi Yerusalem menanggapi kabar bahwa Yesus Sang Mesias sudah hadir di

dunia sebagai masalah Yerusalem ialah pusat kekuasan atau dalam hal ini menjadi

lambang sistem kekuasaan status quo yang mana enggan mengakui bahwa Yesus benar

Mesias Melalui pengecekan tradisi Yudaisme dalam diri Herodes Agung dan para

pemuka agama Yahudi (4-6) redaktur Matius sekaligus menyerang mereka sebagai

pemegang otoritas keagamaan yang tidak paham mengenai tradisi Yudaisme itu sendiri

Pharisi) untuk menjadi pegangan bersama Komunitas Yahudi di Anthiokhia Tradisi tentang Midrash membantu

membentuk pemahaman ini Lih Brian M Nolan The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in

the Setting of the Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979) 52-58 Bnd Robert M Prince New

Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm diakses 8 November 2014 46

γεννηθέ νηος ialah kata kerja aoris geniitif pasif yang tak hanya menunjukan penegasan tetapi juga sekaligus

menujukan tindakan yang sudah pernah terjadi Artinya penegasan bahwa Raja orang Yahudi sudah pernah

dilahirkan Kata ini juga menjadi penegasan tentang status kemesiasan Yesus 47

Kata ἐ ηαρά τθη dari bentuk kata ηαρά ζζω kurang tepat jika diterjemahkan dengan ldquoterkejutrdquo Kata itu

berarti meresahkan mengacaukan menganggu atau menakutkan Terjemahan King James Version (KJV)

ldquotroubled (menyusahkan)rdquo menurut saya jauh lebih memadai dibandingkan terjemahan dalam TB-LAI Untuk

keperluan tulisan ini maka saya menggunakan kata ldquomengganggurdquo sebagai ganti kata ldquoterkejutrdquo 48

Kata γεννᾶ ηαι (kata kerja present indikatif pasif untuk orang ketiga tunggal dari bentuk γεννά ω) berarti

ldquosedang dilahirkanrdquo Dalam narasi Matius pasal 2 kata ini berbeda kasusnya dengan kata yang sama di ayat 1

Kata ini menunjukan pemahaman bahwa kegiatan Mesianik masa terus berlangsung Berbeda dengan kelompok

Matius yang percaya nubuatan mesianik sudah terjadi dalam diri Yesus kelompok Yahudi status quo

menunjukan bahwa mesias bukan seperti yang dipikirkan kelompok matius Saya menduga ini adalah jejak

tentang model kubu status quo mendukung teologi Millitary Mesiah sebab disekitar tahun 70-132 ZB model

Millitary Mesiah muncul kuat sebagai gerakan pemberontakan

14

Dengan menempatkan berturut-turut gelar mesias di mulut Herodes Agung

kontras antara Bethlehem dengan Yerusalem penyelidikan dan afirmasi perihal kelahiran

Mesias dari tradisi Yudaisme di mulut para pemuka agama Yahudi maka hal ini jelas

menunjukan apa yang saya sebut di atas sebagai ironi Upaya ini menunjukan bahwa

redaktur Matius menganggap kelompok status quo di Sinagoge tak lagi memiliki

legitimasi Hal tersebut didasarkan pada ironi kelompok status quo yang tidak benar-

benar memahami isi ajaran Yudaisme manakala mereka tak mengakui Yesus sebagai

Mesias padahal mereka ialah pemimpin agama

Perseteruan antara kelompok Matius dengan kelompok status quo tentang

pengakuan Yesus sebagai Mesias sebenarnya merupakan masalah yang sentral Bagi

kelompok status quo mengakui Yesus sebagai Mesias ialah sama dengan memberi

pengakuan akan kehadiran kelompok Yahudi yang menyimpang (Deviant Jews)49

Sedangkan pengkuan akan kelompok yang menyimpang ialah sama dengan membuka

celah bagi perubahan yang radikal dalam diri komunitas Yahudi Artinya memberikan

ruang secara sosio-politik bagi komunitas Matius untuk hidup ialah pilihan yang

membunuh kelompok status quo Maka tentu konsekuensi logisnya ialah dominasi atas

Yudaisme harus terus dilakukan

Persoalan semakin rumit sebab komunitas Matius tidak merasa dirinya ialah

bagian luar dari kelompok Yahudi Mereka tetap yakin jika dirinya merupakan bagian

dari kelompok itu Dalam kesadaran semacam ini mereka berpretensi melakukan

perubahan atas praktek lama yang tak benar Anthony Saldarini menegaskan apabila

komunitas Matius tidak sedang mencoba menciptakan sebuah masyarakat Agama Baru

tetapi tengah berupaya medelegitimasi kelompok status quo dengan membongkar

praktek Yudaisme mereka yang keliru50

Kekeliruan kelompok status quo sebenarnya bukan semata berkaitan dengan

persoalan perbedaan pandangan antara mereka dengan komunitas Matius mengenai

status Yesus sebagai Mesias Akan tetapi juga terletak pada persengkongkolan kelompok

status quo untuk menghancurkan komunitas Matius Sebab secara sosio-politik kehadiran

komunitas Matius ibarat duri dalam daging Maka daripada duri itu terus melukai diri

sendiri lebih baik segera disingkirkan Jejak ini muncul kuat disepanjang ayat 4 dan 7

pada narasi Tindakan Herodes Agung melakukan pertemuan terpisah dengan pemuka

49

Perihal telaah tentang Deviant Jews lihat Kai Ericson Wayward Puritans A Study in the Sociology of

Deviance (New York Wiley 1966) 3-5 50

Saldarini The Gospel 46-47

15

yahudi dan lalu melaksanakan pertemuan rahasia51

dengan para majus ialah bentuk

persengkongkolan demi dominasi status quo Poin yang redaktur Matius angkat ialah

pendekatan kelompok status quo identik dengan sikap penguasa yang manipulatif dan

menindas

Para majus setelah ayat 7 digambarkan sebagai pihak yang awalnya mengikuti

gerak manipulasi kekuasaan ala kelompok status quo dalam diri Herodes Agung Sang

raja yang seolah memberikan ruang pada para majus dan mendengarkan pendapat

mereka sebenarnya hanya tindakan manipulasi untuk menggali informasi guna

menghancurkan Yesus dan para majus sendiri Richard T France menyebut peran para

majus dalam ayat 7-9 sebagai alat spionase sang raja52

Artinya tujuan Herodes Agung

bertemu dengan para majus bukan pertama-tama demi mendengarkan apa yang para

majus itu inginkan tetapi justru untuk memperalat mereka

Ujaran Saldarini dan penjelasan France menurut saya sangat penting dalam

memahami posisi komunitas Matius dalam konteks tidak ingin mengganti Yudaisme

dengan suatu agama baru Melalui kisah kelahiran Yesus komunitas Matius menegaskan

bahwa bentuk dominasi dalam kehidupan bersama tidak dapat diterima Mereka tidak

sedang bicara ortodoksi Agama Yahudi Agama Yahudi yang dalam hal ini hanya

menjadi locus bagi suatu kehidupan bersama atau menjadi arena perebutan pengaruh

Dengan ketiadaan tendensi membentuk locus baru maka komunitas Matius sebenarnya

tengah mencoba mempertahankan diri sebagai bagian dari kesatuan komunitas Yahudi

umunya Akan tetapi dengan suatu harapan bahwa hidup bersama itu dilakukan tidak

dalam penindasan

Penolakan paham tentang dominasi ini menurut saya muncul dalam suatu

pernyataan teologis di sepanjang ayat 10-12 Hal yang sangat menarik ialah upaya

persekongkolan untuk memperalat para majus agar dominasi dapat dilanggengkan justru

digagalkan oleh Tuhan melalui mimpi para majus dan penyataan malaikat kepada Yusuf

Dalam kepolosanya para majus terjebak pada permainan kekuasaan Herodes Agung

tetapi permainan itu tidak sampai selesai sebab Tuhan menggagalkannya di tengah jalan

Pada titik ini saya menduga redaktur Matius menegaskan bahwa Tuhan justru tidak

menghendaki model dominasi status quo yang menghalalkan praktek kekuasaan

manipulatif seperti yang dipraktekan kelompok status quo dalam diri Herodes Agung

51

Ada dua kata kunci dalam pertemuan rahasia ini yaitu ldquoSecara rahasia (λά θρᾳ )rdquo dan ldquomemastikan secara

tepat (ἠ κρί βωζεν)rdquo Pertemuan ini terpisah dan tertutup bersifat rahasia antara Herodes Agung dengan para

majus apa tujuan pertemuan ini Untuk memastikan dengan tepat apakah Yesus Mesias Dalam hal ini untuk

memastikan dampak dari status Yesus sebagai Mesias 52

Frnce The Gospel Kindle Version

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 14: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

6

jalur-jalur darat yang menghubungkan Asia Kecil Mesir tak ketinggalan Eufrat15

Dewi

Tikhe (Fortuna Keberuntungan) dipercaya menguasai nasib semua kerajaan Helenis

menguasai kesuburan tanah dan menguasai keamanan kota atas banjir serta gempa

dijadikan dewi kota oleh penduduk di sana Anthiokhia ialah pusat intelektual yang besar

serta menjadi pusat perjalanan dan perdagangan yang sangat makmur serta merupakan

ibu kota Provinsi Romawi gabungan Suriah dan Kilikia sehingga pada jaman Romawi

mendapat perlindungan langsung dari Kaisar16

Seorang Gubernur Romawi menjadi perwakilan Kaisar memerintah atas

Anthiokhia Ia bertugas menegakan hukum dan memelihara ketertiban umum masyarakat

Namun ketertiban umum yang diupayakan berlangsung di Antiokhia berada dalam

bayang-bayang (1) tatanan masyarakat hirarkis17

dan (2) demografi penduduk yang

beragam budaya18

Dua hal ini sebenarnya membawa ancaman persoalan sosial bagi

Gubernur Romawi di Antokhia Pertama potensi ancaman terletak pada pola piramida

kekuasaan politik terpusat pada golongan elit yang jumlahnya lebih sedikit dibanding

masyarakat kebanyakan yang berada di luar golongan itu Golongan elit itu menguasai

sendi-sendi ekonomi hukum dan mengatur kesejaterahaan yang akibatnya sendi-sendi

itu (terutama politik) diatur menurut kepentingan mereka19

Dalam hal ini tercipta suatu

tatanan sosial dalam bentuk kelas sosial yang tidak adil golongan elit dan golongan

nonelit Persoalanya ialah kondisi sosial ini melahirkan rasa saling benci antara kedua

kelas sosial itu Kedua sebagai kota yang mempertemukan beragam identitas dan etnis

Anthiokhia menyimpan potensi gesekan sosial manakala terjadi pertemuan dua atau lebih

entitas yang saling bertolak belakang Ner Dah mengutip Streeter menyebut kondisi itu

sebagai ldquoAntagonisme Etnisrdquo yang mana kota itu diliputi ancaman kejahatan dan konflik

akibat percampuran orang-orang dari latar belakang etnis berbeda20

Akan tetapi meski menyimpan potensi konflik rupaya gubernur romawi mampu

mengatasi gesekan sosial tersebut Piramid kekuasaan itu menempatkan ia berada pada

puncak kelas sosial sedangkan dasar terendah ada pada golongan kecil termasuk budak

15

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013) 43 Bnd John Staumbaugh dan David

Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung Mulia 2008) 179 16

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial180 Bnd David J Bosch Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi

misi yang mengubah dan berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006) 67 Robert Coote dan Mary Coote Kuasa

Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004) 164 17

Warren Carter Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York Orbis Book

2000) 20 18

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial183 19

Carter Matthew amp The Margins 18 20

Streeter The Four Gospel dalam Ner Dah Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of

Myanmar PhD diss 2009 Menurut hemat saya apa yang dikemukakan Streeter tidak berlebihan sebab

masalah sosial itu kemudian termanifestasi dalam gerakan pembasmian orang Yahudi di Diaspora

7

Kekuasaan itu membuka peluang baginya untuk mendapatkan ldquodukunganrdquo dari golongan

di bawahnya demi tujuan yang ingin ia capai Cara gubernur romawi mengatasi

kerusuhan yang terjadi dikemudian hari khususnya berkaitan dengan isu sektarian di

Anthiokhia menunjukan betapa ldquotangan besirdquo romawi efektif meminimalisir konflik

terbuka21

Bersama para pejabat romawi dan anggota senat gubernur selain memimpin

legiun juga mendapat dukungan dari para imam di kuil para pegawai kekaisaraan

pengumpul pajak dll dalam relasi patron-klien22

Kenyataan itu menunjukan hubungan

transaksional yang sarat kepentingan politik sudah merupakan hal lumrah terjadi di

golongan masyarakat atas di Antiokhia Pola relasi yang sangat rapuh karena didasarkan

pada loyalitas semu yang dapat dibeli oleh kekuasaan

22 Komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Orang Yahudi yang telah tinggal di Anthiokhia sama tuanya dengan kota tersebut

hidup dalam situasi sosial masyarakat hirarkis Menurut Warren Carter argumen para ahli

menunjukan dimensi-dimensi penting yang menunjukan kelas sosial orang Yahudi di kota

ini seperti (1) pendapat Kingsbury bahwa bahasa Yunani yang digunakan penulis Matius

mengindikasikan masyarakat ini ialah komunitas urban (2) penggunaan kata Kota

dilakukan 26 kali dibandingkan Desa (3) jemaat Matius diasumsikan tidak asing dengan

kekayaan hal itu ditunjukan oleh misalnya letak perbandingan identitas Yusuf orang

Arimatea yang pada Markus dan Lukas ia dikenal sebagai anggota dewan tinggi namun

pada Matius ia disebut sebagai Si Orang Kaya (4) penggunaan sebutan emas perak dan

talenta dilakukan sebanyak 26 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan Markus yang

hanya sekali menyebut perak dan Lukas hanya empat kali lebih banyak dari Markus23

Argumen-argumen itu menguatkan dugaan bahwa komunitas Matius terdiri dari mereka

yang hidup kaya artinya ada jejak dari mereka berada pada golongan elit Akan tetapi

sebagai ganti keengganan Carter untuk secara deterministik menentukan kedudukan

orang Yahudi itu ia memberi anjuran yang secara probabilistik menempatkan orang

Yahudi ada di kedua kelas sosial (Cross section) sebab selain karakteristik teks

menunjukan nuansa orang terdidik (golongan elit) teks ini juga bernafaskan tindakan

untuk menjangkau orang-orang yang dimarjinalkan24

21

Upaya untuk merayakan Perbedaan Kultur dan Toleransi pernah dilakukan di Anthiokhia Lih Trudy Ring amp

Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London WIPIDE 1995) 40 22

Carter Matthew amp The Margins 19 23

Carter Matthew amp The Margins 25 24

Carter Matthew amp The Margins 26

8

Dugaan Carter tentang Cross section itu dapat diperkuat melalui laporan Josephus

bahwa orang Yahudi yang tinggal di Anthiokhia hidup tentram dan secara ekonomi cukup

kaya25

Menurut Staumbaugh dan Balch kunjungan Herodes Agung beberapa kali ke

Anthiokhia diduga kuat yang memicu naiknya gengsi pengaruh dan kedudukan orang

Yahudi di sana26

Laporan betapa kayanya orang Yahudi di Anthiokhia nampaknya bukan

hisapan jempol belaka Sebab berdasarkan catatan Josephus orang Yahudi di Anthiokhia

mampu mengirimkan persembahan yang mahal ke Yerusalem27

Tidak hanya itu pada

masa pemerintahan Klaudius tatkala Yudea dilanda kelaparan bantuan dari Anthiokhia

datang untuk menanggulangi bencana tersebut28

Lalu bagaimana dapat diandaikan bahwa selain jejak keberadaan orang Yahudi

dalam lingkaran elit terdapat pula informasi yang menunjukan bahwa ada orang Yahudi

hidup dalam kelas non elit Hal itu dapat dijelaskan melalui identifikasi pekerjaan

mereka Orang Yaudi nonelit di Antiokhia ada yang hidup bekerja sebagai tukang dan

budak yang mana secara kasat mata sudah cukup menunjukan bahwa mereka ialah

golongan kecil yang dimarjinalkan29

Mereka ialah kelompok yang hidup bekerja demi

memenuhi kesejaterahaan hidup para elit

Kondisi kehidupan yang baik dalam aspek sosial ekonomi religius bahkan akses

politik terhadap kekuasaan memang dinikmati oleh sebagian orang Yahudi di Anthiokhia

untuk kurun waktu yang cukup lama Sisanya meski dipinggirkan namun cukup untuk

melanjutkan kehidupan dengan bekerja bagi para elit Kehidupan yang tentram dan

mapan di Anthiokhia bahkan telah dinikmati orang Yahudi sejak jaman Hasmonean yang

dipicu oleh banyaknya orang baru yang hidup menyatu dengan penduduk tertarik masuk

ke dalam komunitas sinagoge30

Selain bahwa pengaruh Hasmonean yang mendahului

kunjungan Herodes Agung yang berdampak signifikan itu perilaku sosio-politik orang

Yahudi yang menunjukan loyalitas membuat mereka mendapatkan perlindungan31

Akan tetapi keadaan berbalik dan semakin memburuk bagi mereka sejak tahun 40

ZB Mulai saat itu hubungan sosio-politik antara orang Yahudi dengan orang Antiokhia

25

Josephus Jewish War 713 Bnd Walker In Steps 44 26

Nama besar Herodes Agung yang dikenal sebagai sekutu dekat Kaisar Agustus dan juga sebagai The Great

Builder lewat pembangunan luar biasa misalnya Bait Allah berbagai benteng hebat termasuk Masada kota-

kota Helenis seperti Sebaste dan Kaisera yang terkenal dengan pelabuhannya tersiar ke luar Yudea bahkan

sampai Anthiokhia Hal itu menempatkan Herodes Agung sebagai orang yang cukup penting sehingga tidak

heran apabila kunjungan tersebut membawa keuntungan bagi kedudukan sosio-politik orang Yahudi di

Anthiokhia Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial Bnd F F Bruce New Testament History (London

Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969) 27

Josephus Jewish War 745 28

Walker In Steps 47 29

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 181 30

Justin Taylor Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012) 156 31

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial49-51

9

berada dibawah ketegangan hebat Permusuhan yang timbul bahkan tidak bisa menahan

mereka untuk berhadapan dalam konflik terbuka yang berdarah-darah Sejak terjadi

pogrom32

dan dekrit Kaisar Kaligula yang memuat perintah penempatan patung dirinya di

Bait Allah di Yerusalem bentrok pecah di Antiokhia33

Pembunuhan terhadap orang

Yahudi di Anthiokhia terjadi dan sinagoge-sinagoge mereka dibakar Mulai saat itu

sentimen anti semit kian meninggi dan tak berhenti hingga kira-kira tahun 48 ZB Puncak

konflik terjadi tatkala pemberontakan Yudea melawan Romawi terjadi hingga tahun 70

ZB

Konflik di Yudea turut menyeret keterlibatan Anthiokhia karena kota itu menjadi

basis dukungan pasukan militer yang dikirim untuk menumpas pemberontakan di

Yudea34

Ketegangan perang itu merembes sampai ke Anthiokhia terutama bagi orang

Yahudi di sana Ikut terseretnya Antiokhia dalam tensi perang Yudea membuat beberapa

orang Yahudi di sana tidak mampu menahan diri Beberapa anggota dari penguasa

Yahudi merencanakan perlawanan Komunitas Yahudi di Anthiokhia dituduh

merencanakan membakar kota Akibatnya Gubernur Romawi menyerang mereka dan

mencabut hak-hak istimewa orang Yahudi

Penaklukan Yudea membawa dampak tidak saja pada memburuknya hubungan

sosial antara orang Yahudi dengan orang Anthiokhia dan sekaligus melemahkan pengaruh

32

Sebab terjadinya Pogrom diduga karena muncul kecemburuan sosial terhadap orang Yahudi yang melalui lobi

politik mendapat hak istimewa yang mana telah berlangsung sejak jaman Koresh lalu terus menguat ketika

Romawi menjadi sekutu keluarga Hasmonean Orang yahudi dibenci oleh orang Yunani-Romawi sebab mereka

dapat mengakses fasilitas dan hidup layak sama seperti orang Yunani-Romawi tanpa perlu melakukan

kewajiban yang sama Ditambah dengan kecenderungan Kaisar-kaisar Romawi yang meski berganti-ganti tetap

saja membela orang yahudi membuat kebencian orang yunani semakin menjadi-jadi Hak istimewa itu meliputi

diperbolehkan melaksanakan hukum Sabat tidak melakukan kegiataan keagamaan kekaisaraan boleh

membayar pajak kepada Bait Allah di Yerusalem dan bahkan mendapatkan otonomi terbatas untuk menegakan

hukum (politeuma) Yudaisme di Sinagoge Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 50-51

33 Bentrokan ini terjadi jelas dalam dua aspek yang berkaitan yaitu Sosio-politik dan Sosio-religius

Kecemburuan sosial nyata dalam pogrom dan resistensi keagamaan nampak dalam perlawanan dekrit Kaligula

yang sangat ldquomenyakitirdquo hati orang Yahudi Menurut saya motivasi perlawanan terhadap pogrom yang jelas

muncul sebagai reaksi mempertahankan ldquopemberian Romawirdquo sebagai keberhasilan lobi politik tentu berbeda

dengan perlawanan terhadap dekrit Kaligula Identitas keagamaan Yudaisme bukan ldquopemberian Romawirdquo

Namun resistensi itu juga bukan hanya soal ortodoksi Ia merupakan peneguhan kemerdekaan politik secara

religius yang saya kategorikan sebagai Hak Milik Mengapa hak milik kemerdekaan politik secara religius

sangat penting Sebab orang Yahudi begitu percaya bahwa YHWH tidak mengijinkan mereka dipimpin oleh

orang Kafir Penjajahan atas mereka hanyalah teguran YHWH karena mereka lalai menjalankan hukum Tuhan

Dalam pada itu kemerdekaan religius berkaitan erat dengan dinantikanya ldquoHari YHWHrdquo atau datangnya Mesias

untuk membebaskan mereka dari teguran Ortodoksi bukan tujuan pada dirinya sebab jika mereka tidak mampu

menjaga kemerdekaan religius maka sama saja melepaskan peluang hidup bebas untuk kembali mendirikan

kedigdayaan kerajaan Daud Gagasan untuk menjaga ortodoksi sebagai implikasi teguran YHWH itu sangat

ditekankan oleh golongan Parisi yang ternyata ialah pemimpin sinagoge Anthiokhia Bnd Jeffrey J Butz The

Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the Just to the founding fathers(Inner

TraditionBear amp Co 2009) 281 F F Bruce History Alan Richardson Political Christ (Philadelpia

Westminster Press 1973) 34

Walker In steps 44

10

mereka secara politik tetapi juga memberikan pengaruh kepada tatanan beragama dalam

komunitas mereka sendiri Melalui kejatuhan dengan demikian berakhir juga otoritas Bait

Allah di Yerusalem Pasca penghancuran yang dilakukan oleh Titus pada 70 ZB membuat

kekuasaan dalam urusan keagamaan komunitas Yahudi di diaspora menjadi wewenang

sektoral di masing-masing Sinagoge

Perlu dicatat bahwa pergeseran otoritas keagamaan ke sinagoge sesungguhnya

secara terbatas membuat mereka tetap memiliki kekuasaanya sendiri meskipun pada

masyarakat kota Anthiokhia mereka tidak lagi menikmati keleluasaan Atas otoritas itu

perselisihan dengan orang Yunani-Romawi di Anthiokhia terus berlanjut namun lebih

banyak terjadi di dalam sinagoge Perselisihan tersebut nampak ketika orang-orang

Yunani mulai masuk ke dalam komunitas Terjadi perdebatan apakah mereka harus

menjalankan hukum Yahudi terutama sunat dan makanan halal atau tidak Akan tetapi hal

terpenting dari pergeseran itu bukan terletak pada bagaimana orang Yahudi mulai

menerapkan standar tegas terhadap hukum mereka namun terletak pada apa motif dari

kekuasaan itu mereka pergunakan Merujuk pada Groenen ia menegaskan bahwa akibat

dari bergesernya otoritas keagamaan tersebut membawa dampak yang tidak

menyenangkan bagi orang Kristen di Antiokhia yaitu penindasan oleh Sinagoge terhadap

mereka35

3 Memahami Kembali Matius 21-18

Melalui bantuan pendekatan hermeneutik yang secara khusus menyoroti teks

dalam kerangka sosio-politiknya maka narasi Matius 21-18 memberikan sekurang-

kurangnya tiga pemahaman teologis yang memperluas horizon berpikir pembacanya

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan terhadap

dominasi status quo

Gelar Mesias yang redaktur Matius tempelkan pada mulut Herodes di ayat ke-4

menjadi kata kunci yang menunjukan posisi komunitas Matius yang berbeda dengan

kelompok status quo Yahudi Teks secara eksplisit menunjukan bahwa Para Majus

sebagai tokoh yang muncul pertama menyinggung perihal kelahiran Yesus (ayat 1-3)

justeru tak sekalipun menyebut gelar Sang Bayi sebagai Mesias (ayat 2) Sebutan dalam

ayat 2 yang para Majus berikan ialah ldquoRaja Orang Yahudi itu ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν

Ἰ οσδαί ωνrdquo (βαζιλεὺ ς menjadi penanda identitas khusus bayi Yesus)36

Istilah Mesias

35

Groenen Pengantar 90 36

Kalimat dalam ayat ini lengkapnya λέ γονηεςmiddot ποῦ ἐ ζηιν ὁ ηετθεὶ ς βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων εἴ δομεν

γὰ ρ αὐ ηοῦ ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ἐ ν ηῇ ἀ ναηολῇ καὶ ἤ λθομεν προζκσνῆ ζαι αὐ ηῷ LAI nampaknya keliru

11

sendiri baru kemudian muncul manakala Herodes menanyakan perihal kelahiran Yesus

kepada pemuka agama Yahudi (ayat 4)

Pemilihan gelar ὁ βαζιλεὺ ς yang ditempelkan ke mulut Para Majus oleh

redaktur Matius ialah jelas berbeda dengan ὁ τριζηὸ ς yang ditempelkan ke mulut

Herodes Agung meskipun merujuk pada subjek yang sama yaitu Yesus Terma ὁ

βαζιλεὺ ς ialah istilah Yunani bagi Raja tetapi tak memiliki nuansa berarti dalam

kosmologi Yudaisme Berkebalikan dari itu ὁ τριζηὸ ς37

justru memiliki makna spesifik

dan sarat nuansa dalam Yudaisme Ada hal penting yang coba disampaikan oleh redaktur

Matius dari distingsi ini

Yosephus memberikan catatan yang sangat berharga perihal gelar ldquoraja orang

Yahudi (ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων)rdquo Menurutnya gelar raja orang Yahudi ialah tanda

yang diberikan oleh Senat Romawi kepada Herodes Agung ketika mereka

mengangkatnya sebagai raja pada tahun 40 SZB38

Craig Evans menafsirkan bahwa

tindakan para majus menyebut Yesus sebagai raja orang yahudi (ayat 2) ialah tindakan

sewajarnya sebab mereka hanya ingin menanyakan perihal suksesi Herodes Agung39

Akan tetapi persoalan yang serius ialah narasi ini sulit dipercayai sungguh-sungguh

faktual secara historis40

Dengan memperhatikan distingsi antara gelar raja orang yahudi

dengan gelar mesias yang muncul dalam tokoh-tokoh pada teks maka saya justeru

melihat kencederungan lain Redaktur Matius secara sengaja ingin menunjukan bahwa

Herodes Agung bersama para Pemuka Agama Yahudi yang berhasil merumuskan perihal

identitas Yesus secara tepat sebagai Mesias merupakan personifikasi status quo Yahudi

Tidak hanya menjadikan Herodes Agung dan Pemuka Agama Yahudi sebagai

personifikasi kelompok status quo melalui narasi ini penulis Matius sekaligus

menyerang mereka

Gelar raja orang Yahudi seharusnya milik Herodes Agung tetapi dengan

munculnya gelar itu disebut oleh para majus maka hal ini menurut saya jelas merupakan

sebuah sinisme Hal tersebut saya argumentasikan sebab penulis Matius menempatkan

Herodes Agung dalam posisi yang sangat ironis Berdasarkan tafsir Evans maka Herodes

lah yang jelas-jelas bergelar raja orang Yahudi sehingga seharusnya ia dapat langsung

memberikan klarifikasi kepada para majus perihal suksesinya Tetapi yang nampak ialah

menerjemahkan λέ γονηεςmiddot dengan ldquobertanya-tanyardquo Kata yang sesuai dengan bahasa Yunani λέ γονηεςmiddot ialah

ldquoberkata (to speak) Maka sebenarnya para majus lebih cenderung mendeklarasikan kelahiran Raja Yahudi 37

Dalam terjemahan Ibraninya yaitu Mesias (Massiah dari bentuk Massah) keduanya berarti Yang Diurapi 38

Yosephus Jewish War 1282 39

Craig Evans Matthew (New York Cambridge University Press 2012) 53 40

R T France menegaskan bahwa tak ada laporan sekunder di luar injil yang dapat mengkonfirmasikan

historisitas kunjungan itu Lih R T France The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing

Co 2012) Kindle Version

12

justru Herodes Agung seperti seorang bodoh yang tak menyadari bahwa dia sendiri yang

adalah raja orang Yahudi itu Herodes Agung digambarkan seperti tak punya petunjuk

apakah benar ada pengganti dirinya yang baru saja lahir

Warren Carter mengajukan pendapat bahwa respon Herodes Agung yang begitu

saja rela mencarikan informasi lebih jauh bagi para majus (ayat 1-6) perlu dilihat dalam

kerangka pikir bahwa para majus ialah astrolog yang biasa diminta menjelaskan arti

kemunculan tanda alam (seperti bintang) dan relasinya dengan kekuasaan41

Pandangan

Carter itu bersesuaian dengan Craig Keneer yang secara eksplisit berani mengatakan

bahwa para majus ialah astrolog kerajaan Persia yang memiliki peran politik sangat

penting42

Ada tafsiran yang menyebut para majus ialah raja-raja yang bangsa kafir

sehingga dimengerti sebagai jalan soteriologi untuk menjangkau bangsa-bangsa di luar

Yahudi Namun tanda bahwa mereka melihat bintang ialah petunjuk lebih jelas mengenai

tujuan disebutkannya tokoh ini oleh redaktur Matius

Persoalanya apakah bintang raja orang Yahudi itu (ayat 2) ialah bintang per se

Anggapan tersebut dipersoalkan oleh Howard Clarke dengan mengatakan bahwa jika

benar bintang tersebut muncul lalu tidak masuk akal jika Herodes Agung tak

melihatnya43

Umumnya para pakar memandang bahwa bintang (ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ayat 2)

dikutip redaktur Matius dari Bilangan 2417 dan menautkan kisah penglihatan Bileam

tentang bintang Daud pada kisah kelahiran Yesus Hal ini menunjukan indikasi bahwa

terjadi pemenuhan dari apa yang dikisahkan dalam perjanjian lama

Namun hal yang saya catat ialah redaktur Matius sedang dalam perjuangan

mendapatkan pengaruh melawan pihak yang merasa secara yuridis berwenang atas

penetapan ajaran Yudaisme Pemenuhan kisah perjanjian lama dalam rentang waktu

ketika komunitas Matius hidup baru dapat dikonfirmasikan bukan oleh sekte ini tetapi

oleh otoritas Yahudi di Sinagoge yang notabene lawan mereka44

Maka dari itu saya

mengira bahwa redaktur Matius ingin menelanjangi posisi penguasa Sinagoge yang tak

benar-benar paham tradisi Yudaisme melalui upaya menegaskan status Yesus sebagai

Mesias45

41

Warren Carter Matthew and the Margins74 42

Craig S Keener A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2013) 100 43

Clarke The Gospel of Matthew 18 44

Pasca penghancuran Bait Allah ketika terjadi penumpasan pemberontakan Yerusalem otoritas Yudaisme

berpindah ke masing-masing Sinagoge Akan tetapi Saldarini menunjukan bahwa Komunitas Matius tidak

menerima otoritas itu bahkan menganggap bahwa model di masing-masing Sinagoge perlu diatur ulang Lih

Saldarini The Gospel 52 45

Masa pasca Bait Allah (Post Temple) ialah masa dimana para Rabi Yahudi di Sinagoge-sinagoge mulai

menafsir ulang Yudaisme agar sesuai dengan kondisi kehidupan mereka Dalam paham itu saya menduga bahwa

Redaktur Matius sedang berupaya sekuat tenaga melawan tafsir baru para Rabi (mungkin sekali dari Golonga

13

Dengan menautkan tradisi Yudaisme tentang kisah bintang Daud seperti yang

para ahli katakan dan dengan menempelkan gelar raja orang yahudi pada mulut para

majus maka apa yang saya sebut sebagai sinisme menjadi lebih jelas Redaktur Matius

menempatkan para majus yang ialah personifikasi komunitas Matius sebagai pihak di

luar status quo Sinagoge yang justru lebih ketat dan peka terhadap tradisi Yudaisme

dalam hal melihat pentingnya kehadiran Yesus yang sudah terjadi di dunia46

Perihal kelahiran Mesias ke bumi apabila merujuk pada teks rupanya bukanlah

suatu kabar gembira bagi kelompok status quo Pemilihan kata ἐ ηαρά τθη47

yang

muncul di ayat ke-3 oleh redaktur memberikan kesan kuat bahwa Yesus yang sudah lahir

ialah sebuah masalah bagi kelompok status quo Anggapan bahwa Yesus menimbulkan

masalah oleh kelompok status quo dipertegas melalui keengganan mereka untuk

mengakui bahwa Mesias telah lahir Redaktur Matius menggunakan kata γεννᾶ ηαι48

yang menunjukan kelompok status quo tak setuju dengan klaim kelompok Matius

tentang ke-mesias-an Yesus

Ketidaksetujuan itu juga nampak dari disebutkannya Bethlehem (ayat 1) sebagai

tempat kelahiran Yesus dan Yerusalem (ayat 3) sebagai tempat yang menolak kelahiran

Yesus Seisi Yerusalem menanggapi kabar bahwa Yesus Sang Mesias sudah hadir di

dunia sebagai masalah Yerusalem ialah pusat kekuasan atau dalam hal ini menjadi

lambang sistem kekuasaan status quo yang mana enggan mengakui bahwa Yesus benar

Mesias Melalui pengecekan tradisi Yudaisme dalam diri Herodes Agung dan para

pemuka agama Yahudi (4-6) redaktur Matius sekaligus menyerang mereka sebagai

pemegang otoritas keagamaan yang tidak paham mengenai tradisi Yudaisme itu sendiri

Pharisi) untuk menjadi pegangan bersama Komunitas Yahudi di Anthiokhia Tradisi tentang Midrash membantu

membentuk pemahaman ini Lih Brian M Nolan The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in

the Setting of the Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979) 52-58 Bnd Robert M Prince New

Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm diakses 8 November 2014 46

γεννηθέ νηος ialah kata kerja aoris geniitif pasif yang tak hanya menunjukan penegasan tetapi juga sekaligus

menujukan tindakan yang sudah pernah terjadi Artinya penegasan bahwa Raja orang Yahudi sudah pernah

dilahirkan Kata ini juga menjadi penegasan tentang status kemesiasan Yesus 47

Kata ἐ ηαρά τθη dari bentuk kata ηαρά ζζω kurang tepat jika diterjemahkan dengan ldquoterkejutrdquo Kata itu

berarti meresahkan mengacaukan menganggu atau menakutkan Terjemahan King James Version (KJV)

ldquotroubled (menyusahkan)rdquo menurut saya jauh lebih memadai dibandingkan terjemahan dalam TB-LAI Untuk

keperluan tulisan ini maka saya menggunakan kata ldquomengganggurdquo sebagai ganti kata ldquoterkejutrdquo 48

Kata γεννᾶ ηαι (kata kerja present indikatif pasif untuk orang ketiga tunggal dari bentuk γεννά ω) berarti

ldquosedang dilahirkanrdquo Dalam narasi Matius pasal 2 kata ini berbeda kasusnya dengan kata yang sama di ayat 1

Kata ini menunjukan pemahaman bahwa kegiatan Mesianik masa terus berlangsung Berbeda dengan kelompok

Matius yang percaya nubuatan mesianik sudah terjadi dalam diri Yesus kelompok Yahudi status quo

menunjukan bahwa mesias bukan seperti yang dipikirkan kelompok matius Saya menduga ini adalah jejak

tentang model kubu status quo mendukung teologi Millitary Mesiah sebab disekitar tahun 70-132 ZB model

Millitary Mesiah muncul kuat sebagai gerakan pemberontakan

14

Dengan menempatkan berturut-turut gelar mesias di mulut Herodes Agung

kontras antara Bethlehem dengan Yerusalem penyelidikan dan afirmasi perihal kelahiran

Mesias dari tradisi Yudaisme di mulut para pemuka agama Yahudi maka hal ini jelas

menunjukan apa yang saya sebut di atas sebagai ironi Upaya ini menunjukan bahwa

redaktur Matius menganggap kelompok status quo di Sinagoge tak lagi memiliki

legitimasi Hal tersebut didasarkan pada ironi kelompok status quo yang tidak benar-

benar memahami isi ajaran Yudaisme manakala mereka tak mengakui Yesus sebagai

Mesias padahal mereka ialah pemimpin agama

Perseteruan antara kelompok Matius dengan kelompok status quo tentang

pengakuan Yesus sebagai Mesias sebenarnya merupakan masalah yang sentral Bagi

kelompok status quo mengakui Yesus sebagai Mesias ialah sama dengan memberi

pengakuan akan kehadiran kelompok Yahudi yang menyimpang (Deviant Jews)49

Sedangkan pengkuan akan kelompok yang menyimpang ialah sama dengan membuka

celah bagi perubahan yang radikal dalam diri komunitas Yahudi Artinya memberikan

ruang secara sosio-politik bagi komunitas Matius untuk hidup ialah pilihan yang

membunuh kelompok status quo Maka tentu konsekuensi logisnya ialah dominasi atas

Yudaisme harus terus dilakukan

Persoalan semakin rumit sebab komunitas Matius tidak merasa dirinya ialah

bagian luar dari kelompok Yahudi Mereka tetap yakin jika dirinya merupakan bagian

dari kelompok itu Dalam kesadaran semacam ini mereka berpretensi melakukan

perubahan atas praktek lama yang tak benar Anthony Saldarini menegaskan apabila

komunitas Matius tidak sedang mencoba menciptakan sebuah masyarakat Agama Baru

tetapi tengah berupaya medelegitimasi kelompok status quo dengan membongkar

praktek Yudaisme mereka yang keliru50

Kekeliruan kelompok status quo sebenarnya bukan semata berkaitan dengan

persoalan perbedaan pandangan antara mereka dengan komunitas Matius mengenai

status Yesus sebagai Mesias Akan tetapi juga terletak pada persengkongkolan kelompok

status quo untuk menghancurkan komunitas Matius Sebab secara sosio-politik kehadiran

komunitas Matius ibarat duri dalam daging Maka daripada duri itu terus melukai diri

sendiri lebih baik segera disingkirkan Jejak ini muncul kuat disepanjang ayat 4 dan 7

pada narasi Tindakan Herodes Agung melakukan pertemuan terpisah dengan pemuka

49

Perihal telaah tentang Deviant Jews lihat Kai Ericson Wayward Puritans A Study in the Sociology of

Deviance (New York Wiley 1966) 3-5 50

Saldarini The Gospel 46-47

15

yahudi dan lalu melaksanakan pertemuan rahasia51

dengan para majus ialah bentuk

persengkongkolan demi dominasi status quo Poin yang redaktur Matius angkat ialah

pendekatan kelompok status quo identik dengan sikap penguasa yang manipulatif dan

menindas

Para majus setelah ayat 7 digambarkan sebagai pihak yang awalnya mengikuti

gerak manipulasi kekuasaan ala kelompok status quo dalam diri Herodes Agung Sang

raja yang seolah memberikan ruang pada para majus dan mendengarkan pendapat

mereka sebenarnya hanya tindakan manipulasi untuk menggali informasi guna

menghancurkan Yesus dan para majus sendiri Richard T France menyebut peran para

majus dalam ayat 7-9 sebagai alat spionase sang raja52

Artinya tujuan Herodes Agung

bertemu dengan para majus bukan pertama-tama demi mendengarkan apa yang para

majus itu inginkan tetapi justru untuk memperalat mereka

Ujaran Saldarini dan penjelasan France menurut saya sangat penting dalam

memahami posisi komunitas Matius dalam konteks tidak ingin mengganti Yudaisme

dengan suatu agama baru Melalui kisah kelahiran Yesus komunitas Matius menegaskan

bahwa bentuk dominasi dalam kehidupan bersama tidak dapat diterima Mereka tidak

sedang bicara ortodoksi Agama Yahudi Agama Yahudi yang dalam hal ini hanya

menjadi locus bagi suatu kehidupan bersama atau menjadi arena perebutan pengaruh

Dengan ketiadaan tendensi membentuk locus baru maka komunitas Matius sebenarnya

tengah mencoba mempertahankan diri sebagai bagian dari kesatuan komunitas Yahudi

umunya Akan tetapi dengan suatu harapan bahwa hidup bersama itu dilakukan tidak

dalam penindasan

Penolakan paham tentang dominasi ini menurut saya muncul dalam suatu

pernyataan teologis di sepanjang ayat 10-12 Hal yang sangat menarik ialah upaya

persekongkolan untuk memperalat para majus agar dominasi dapat dilanggengkan justru

digagalkan oleh Tuhan melalui mimpi para majus dan penyataan malaikat kepada Yusuf

Dalam kepolosanya para majus terjebak pada permainan kekuasaan Herodes Agung

tetapi permainan itu tidak sampai selesai sebab Tuhan menggagalkannya di tengah jalan

Pada titik ini saya menduga redaktur Matius menegaskan bahwa Tuhan justru tidak

menghendaki model dominasi status quo yang menghalalkan praktek kekuasaan

manipulatif seperti yang dipraktekan kelompok status quo dalam diri Herodes Agung

51

Ada dua kata kunci dalam pertemuan rahasia ini yaitu ldquoSecara rahasia (λά θρᾳ )rdquo dan ldquomemastikan secara

tepat (ἠ κρί βωζεν)rdquo Pertemuan ini terpisah dan tertutup bersifat rahasia antara Herodes Agung dengan para

majus apa tujuan pertemuan ini Untuk memastikan dengan tepat apakah Yesus Mesias Dalam hal ini untuk

memastikan dampak dari status Yesus sebagai Mesias 52

Frnce The Gospel Kindle Version

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 15: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

7

Kekuasaan itu membuka peluang baginya untuk mendapatkan ldquodukunganrdquo dari golongan

di bawahnya demi tujuan yang ingin ia capai Cara gubernur romawi mengatasi

kerusuhan yang terjadi dikemudian hari khususnya berkaitan dengan isu sektarian di

Anthiokhia menunjukan betapa ldquotangan besirdquo romawi efektif meminimalisir konflik

terbuka21

Bersama para pejabat romawi dan anggota senat gubernur selain memimpin

legiun juga mendapat dukungan dari para imam di kuil para pegawai kekaisaraan

pengumpul pajak dll dalam relasi patron-klien22

Kenyataan itu menunjukan hubungan

transaksional yang sarat kepentingan politik sudah merupakan hal lumrah terjadi di

golongan masyarakat atas di Antiokhia Pola relasi yang sangat rapuh karena didasarkan

pada loyalitas semu yang dapat dibeli oleh kekuasaan

22 Komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Orang Yahudi yang telah tinggal di Anthiokhia sama tuanya dengan kota tersebut

hidup dalam situasi sosial masyarakat hirarkis Menurut Warren Carter argumen para ahli

menunjukan dimensi-dimensi penting yang menunjukan kelas sosial orang Yahudi di kota

ini seperti (1) pendapat Kingsbury bahwa bahasa Yunani yang digunakan penulis Matius

mengindikasikan masyarakat ini ialah komunitas urban (2) penggunaan kata Kota

dilakukan 26 kali dibandingkan Desa (3) jemaat Matius diasumsikan tidak asing dengan

kekayaan hal itu ditunjukan oleh misalnya letak perbandingan identitas Yusuf orang

Arimatea yang pada Markus dan Lukas ia dikenal sebagai anggota dewan tinggi namun

pada Matius ia disebut sebagai Si Orang Kaya (4) penggunaan sebutan emas perak dan

talenta dilakukan sebanyak 26 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan Markus yang

hanya sekali menyebut perak dan Lukas hanya empat kali lebih banyak dari Markus23

Argumen-argumen itu menguatkan dugaan bahwa komunitas Matius terdiri dari mereka

yang hidup kaya artinya ada jejak dari mereka berada pada golongan elit Akan tetapi

sebagai ganti keengganan Carter untuk secara deterministik menentukan kedudukan

orang Yahudi itu ia memberi anjuran yang secara probabilistik menempatkan orang

Yahudi ada di kedua kelas sosial (Cross section) sebab selain karakteristik teks

menunjukan nuansa orang terdidik (golongan elit) teks ini juga bernafaskan tindakan

untuk menjangkau orang-orang yang dimarjinalkan24

21

Upaya untuk merayakan Perbedaan Kultur dan Toleransi pernah dilakukan di Anthiokhia Lih Trudy Ring amp

Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London WIPIDE 1995) 40 22

Carter Matthew amp The Margins 19 23

Carter Matthew amp The Margins 25 24

Carter Matthew amp The Margins 26

8

Dugaan Carter tentang Cross section itu dapat diperkuat melalui laporan Josephus

bahwa orang Yahudi yang tinggal di Anthiokhia hidup tentram dan secara ekonomi cukup

kaya25

Menurut Staumbaugh dan Balch kunjungan Herodes Agung beberapa kali ke

Anthiokhia diduga kuat yang memicu naiknya gengsi pengaruh dan kedudukan orang

Yahudi di sana26

Laporan betapa kayanya orang Yahudi di Anthiokhia nampaknya bukan

hisapan jempol belaka Sebab berdasarkan catatan Josephus orang Yahudi di Anthiokhia

mampu mengirimkan persembahan yang mahal ke Yerusalem27

Tidak hanya itu pada

masa pemerintahan Klaudius tatkala Yudea dilanda kelaparan bantuan dari Anthiokhia

datang untuk menanggulangi bencana tersebut28

Lalu bagaimana dapat diandaikan bahwa selain jejak keberadaan orang Yahudi

dalam lingkaran elit terdapat pula informasi yang menunjukan bahwa ada orang Yahudi

hidup dalam kelas non elit Hal itu dapat dijelaskan melalui identifikasi pekerjaan

mereka Orang Yaudi nonelit di Antiokhia ada yang hidup bekerja sebagai tukang dan

budak yang mana secara kasat mata sudah cukup menunjukan bahwa mereka ialah

golongan kecil yang dimarjinalkan29

Mereka ialah kelompok yang hidup bekerja demi

memenuhi kesejaterahaan hidup para elit

Kondisi kehidupan yang baik dalam aspek sosial ekonomi religius bahkan akses

politik terhadap kekuasaan memang dinikmati oleh sebagian orang Yahudi di Anthiokhia

untuk kurun waktu yang cukup lama Sisanya meski dipinggirkan namun cukup untuk

melanjutkan kehidupan dengan bekerja bagi para elit Kehidupan yang tentram dan

mapan di Anthiokhia bahkan telah dinikmati orang Yahudi sejak jaman Hasmonean yang

dipicu oleh banyaknya orang baru yang hidup menyatu dengan penduduk tertarik masuk

ke dalam komunitas sinagoge30

Selain bahwa pengaruh Hasmonean yang mendahului

kunjungan Herodes Agung yang berdampak signifikan itu perilaku sosio-politik orang

Yahudi yang menunjukan loyalitas membuat mereka mendapatkan perlindungan31

Akan tetapi keadaan berbalik dan semakin memburuk bagi mereka sejak tahun 40

ZB Mulai saat itu hubungan sosio-politik antara orang Yahudi dengan orang Antiokhia

25

Josephus Jewish War 713 Bnd Walker In Steps 44 26

Nama besar Herodes Agung yang dikenal sebagai sekutu dekat Kaisar Agustus dan juga sebagai The Great

Builder lewat pembangunan luar biasa misalnya Bait Allah berbagai benteng hebat termasuk Masada kota-

kota Helenis seperti Sebaste dan Kaisera yang terkenal dengan pelabuhannya tersiar ke luar Yudea bahkan

sampai Anthiokhia Hal itu menempatkan Herodes Agung sebagai orang yang cukup penting sehingga tidak

heran apabila kunjungan tersebut membawa keuntungan bagi kedudukan sosio-politik orang Yahudi di

Anthiokhia Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial Bnd F F Bruce New Testament History (London

Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969) 27

Josephus Jewish War 745 28

Walker In Steps 47 29

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 181 30

Justin Taylor Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012) 156 31

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial49-51

9

berada dibawah ketegangan hebat Permusuhan yang timbul bahkan tidak bisa menahan

mereka untuk berhadapan dalam konflik terbuka yang berdarah-darah Sejak terjadi

pogrom32

dan dekrit Kaisar Kaligula yang memuat perintah penempatan patung dirinya di

Bait Allah di Yerusalem bentrok pecah di Antiokhia33

Pembunuhan terhadap orang

Yahudi di Anthiokhia terjadi dan sinagoge-sinagoge mereka dibakar Mulai saat itu

sentimen anti semit kian meninggi dan tak berhenti hingga kira-kira tahun 48 ZB Puncak

konflik terjadi tatkala pemberontakan Yudea melawan Romawi terjadi hingga tahun 70

ZB

Konflik di Yudea turut menyeret keterlibatan Anthiokhia karena kota itu menjadi

basis dukungan pasukan militer yang dikirim untuk menumpas pemberontakan di

Yudea34

Ketegangan perang itu merembes sampai ke Anthiokhia terutama bagi orang

Yahudi di sana Ikut terseretnya Antiokhia dalam tensi perang Yudea membuat beberapa

orang Yahudi di sana tidak mampu menahan diri Beberapa anggota dari penguasa

Yahudi merencanakan perlawanan Komunitas Yahudi di Anthiokhia dituduh

merencanakan membakar kota Akibatnya Gubernur Romawi menyerang mereka dan

mencabut hak-hak istimewa orang Yahudi

Penaklukan Yudea membawa dampak tidak saja pada memburuknya hubungan

sosial antara orang Yahudi dengan orang Anthiokhia dan sekaligus melemahkan pengaruh

32

Sebab terjadinya Pogrom diduga karena muncul kecemburuan sosial terhadap orang Yahudi yang melalui lobi

politik mendapat hak istimewa yang mana telah berlangsung sejak jaman Koresh lalu terus menguat ketika

Romawi menjadi sekutu keluarga Hasmonean Orang yahudi dibenci oleh orang Yunani-Romawi sebab mereka

dapat mengakses fasilitas dan hidup layak sama seperti orang Yunani-Romawi tanpa perlu melakukan

kewajiban yang sama Ditambah dengan kecenderungan Kaisar-kaisar Romawi yang meski berganti-ganti tetap

saja membela orang yahudi membuat kebencian orang yunani semakin menjadi-jadi Hak istimewa itu meliputi

diperbolehkan melaksanakan hukum Sabat tidak melakukan kegiataan keagamaan kekaisaraan boleh

membayar pajak kepada Bait Allah di Yerusalem dan bahkan mendapatkan otonomi terbatas untuk menegakan

hukum (politeuma) Yudaisme di Sinagoge Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 50-51

33 Bentrokan ini terjadi jelas dalam dua aspek yang berkaitan yaitu Sosio-politik dan Sosio-religius

Kecemburuan sosial nyata dalam pogrom dan resistensi keagamaan nampak dalam perlawanan dekrit Kaligula

yang sangat ldquomenyakitirdquo hati orang Yahudi Menurut saya motivasi perlawanan terhadap pogrom yang jelas

muncul sebagai reaksi mempertahankan ldquopemberian Romawirdquo sebagai keberhasilan lobi politik tentu berbeda

dengan perlawanan terhadap dekrit Kaligula Identitas keagamaan Yudaisme bukan ldquopemberian Romawirdquo

Namun resistensi itu juga bukan hanya soal ortodoksi Ia merupakan peneguhan kemerdekaan politik secara

religius yang saya kategorikan sebagai Hak Milik Mengapa hak milik kemerdekaan politik secara religius

sangat penting Sebab orang Yahudi begitu percaya bahwa YHWH tidak mengijinkan mereka dipimpin oleh

orang Kafir Penjajahan atas mereka hanyalah teguran YHWH karena mereka lalai menjalankan hukum Tuhan

Dalam pada itu kemerdekaan religius berkaitan erat dengan dinantikanya ldquoHari YHWHrdquo atau datangnya Mesias

untuk membebaskan mereka dari teguran Ortodoksi bukan tujuan pada dirinya sebab jika mereka tidak mampu

menjaga kemerdekaan religius maka sama saja melepaskan peluang hidup bebas untuk kembali mendirikan

kedigdayaan kerajaan Daud Gagasan untuk menjaga ortodoksi sebagai implikasi teguran YHWH itu sangat

ditekankan oleh golongan Parisi yang ternyata ialah pemimpin sinagoge Anthiokhia Bnd Jeffrey J Butz The

Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the Just to the founding fathers(Inner

TraditionBear amp Co 2009) 281 F F Bruce History Alan Richardson Political Christ (Philadelpia

Westminster Press 1973) 34

Walker In steps 44

10

mereka secara politik tetapi juga memberikan pengaruh kepada tatanan beragama dalam

komunitas mereka sendiri Melalui kejatuhan dengan demikian berakhir juga otoritas Bait

Allah di Yerusalem Pasca penghancuran yang dilakukan oleh Titus pada 70 ZB membuat

kekuasaan dalam urusan keagamaan komunitas Yahudi di diaspora menjadi wewenang

sektoral di masing-masing Sinagoge

Perlu dicatat bahwa pergeseran otoritas keagamaan ke sinagoge sesungguhnya

secara terbatas membuat mereka tetap memiliki kekuasaanya sendiri meskipun pada

masyarakat kota Anthiokhia mereka tidak lagi menikmati keleluasaan Atas otoritas itu

perselisihan dengan orang Yunani-Romawi di Anthiokhia terus berlanjut namun lebih

banyak terjadi di dalam sinagoge Perselisihan tersebut nampak ketika orang-orang

Yunani mulai masuk ke dalam komunitas Terjadi perdebatan apakah mereka harus

menjalankan hukum Yahudi terutama sunat dan makanan halal atau tidak Akan tetapi hal

terpenting dari pergeseran itu bukan terletak pada bagaimana orang Yahudi mulai

menerapkan standar tegas terhadap hukum mereka namun terletak pada apa motif dari

kekuasaan itu mereka pergunakan Merujuk pada Groenen ia menegaskan bahwa akibat

dari bergesernya otoritas keagamaan tersebut membawa dampak yang tidak

menyenangkan bagi orang Kristen di Antiokhia yaitu penindasan oleh Sinagoge terhadap

mereka35

3 Memahami Kembali Matius 21-18

Melalui bantuan pendekatan hermeneutik yang secara khusus menyoroti teks

dalam kerangka sosio-politiknya maka narasi Matius 21-18 memberikan sekurang-

kurangnya tiga pemahaman teologis yang memperluas horizon berpikir pembacanya

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan terhadap

dominasi status quo

Gelar Mesias yang redaktur Matius tempelkan pada mulut Herodes di ayat ke-4

menjadi kata kunci yang menunjukan posisi komunitas Matius yang berbeda dengan

kelompok status quo Yahudi Teks secara eksplisit menunjukan bahwa Para Majus

sebagai tokoh yang muncul pertama menyinggung perihal kelahiran Yesus (ayat 1-3)

justeru tak sekalipun menyebut gelar Sang Bayi sebagai Mesias (ayat 2) Sebutan dalam

ayat 2 yang para Majus berikan ialah ldquoRaja Orang Yahudi itu ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν

Ἰ οσδαί ωνrdquo (βαζιλεὺ ς menjadi penanda identitas khusus bayi Yesus)36

Istilah Mesias

35

Groenen Pengantar 90 36

Kalimat dalam ayat ini lengkapnya λέ γονηεςmiddot ποῦ ἐ ζηιν ὁ ηετθεὶ ς βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων εἴ δομεν

γὰ ρ αὐ ηοῦ ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ἐ ν ηῇ ἀ ναηολῇ καὶ ἤ λθομεν προζκσνῆ ζαι αὐ ηῷ LAI nampaknya keliru

11

sendiri baru kemudian muncul manakala Herodes menanyakan perihal kelahiran Yesus

kepada pemuka agama Yahudi (ayat 4)

Pemilihan gelar ὁ βαζιλεὺ ς yang ditempelkan ke mulut Para Majus oleh

redaktur Matius ialah jelas berbeda dengan ὁ τριζηὸ ς yang ditempelkan ke mulut

Herodes Agung meskipun merujuk pada subjek yang sama yaitu Yesus Terma ὁ

βαζιλεὺ ς ialah istilah Yunani bagi Raja tetapi tak memiliki nuansa berarti dalam

kosmologi Yudaisme Berkebalikan dari itu ὁ τριζηὸ ς37

justru memiliki makna spesifik

dan sarat nuansa dalam Yudaisme Ada hal penting yang coba disampaikan oleh redaktur

Matius dari distingsi ini

Yosephus memberikan catatan yang sangat berharga perihal gelar ldquoraja orang

Yahudi (ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων)rdquo Menurutnya gelar raja orang Yahudi ialah tanda

yang diberikan oleh Senat Romawi kepada Herodes Agung ketika mereka

mengangkatnya sebagai raja pada tahun 40 SZB38

Craig Evans menafsirkan bahwa

tindakan para majus menyebut Yesus sebagai raja orang yahudi (ayat 2) ialah tindakan

sewajarnya sebab mereka hanya ingin menanyakan perihal suksesi Herodes Agung39

Akan tetapi persoalan yang serius ialah narasi ini sulit dipercayai sungguh-sungguh

faktual secara historis40

Dengan memperhatikan distingsi antara gelar raja orang yahudi

dengan gelar mesias yang muncul dalam tokoh-tokoh pada teks maka saya justeru

melihat kencederungan lain Redaktur Matius secara sengaja ingin menunjukan bahwa

Herodes Agung bersama para Pemuka Agama Yahudi yang berhasil merumuskan perihal

identitas Yesus secara tepat sebagai Mesias merupakan personifikasi status quo Yahudi

Tidak hanya menjadikan Herodes Agung dan Pemuka Agama Yahudi sebagai

personifikasi kelompok status quo melalui narasi ini penulis Matius sekaligus

menyerang mereka

Gelar raja orang Yahudi seharusnya milik Herodes Agung tetapi dengan

munculnya gelar itu disebut oleh para majus maka hal ini menurut saya jelas merupakan

sebuah sinisme Hal tersebut saya argumentasikan sebab penulis Matius menempatkan

Herodes Agung dalam posisi yang sangat ironis Berdasarkan tafsir Evans maka Herodes

lah yang jelas-jelas bergelar raja orang Yahudi sehingga seharusnya ia dapat langsung

memberikan klarifikasi kepada para majus perihal suksesinya Tetapi yang nampak ialah

menerjemahkan λέ γονηεςmiddot dengan ldquobertanya-tanyardquo Kata yang sesuai dengan bahasa Yunani λέ γονηεςmiddot ialah

ldquoberkata (to speak) Maka sebenarnya para majus lebih cenderung mendeklarasikan kelahiran Raja Yahudi 37

Dalam terjemahan Ibraninya yaitu Mesias (Massiah dari bentuk Massah) keduanya berarti Yang Diurapi 38

Yosephus Jewish War 1282 39

Craig Evans Matthew (New York Cambridge University Press 2012) 53 40

R T France menegaskan bahwa tak ada laporan sekunder di luar injil yang dapat mengkonfirmasikan

historisitas kunjungan itu Lih R T France The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing

Co 2012) Kindle Version

12

justru Herodes Agung seperti seorang bodoh yang tak menyadari bahwa dia sendiri yang

adalah raja orang Yahudi itu Herodes Agung digambarkan seperti tak punya petunjuk

apakah benar ada pengganti dirinya yang baru saja lahir

Warren Carter mengajukan pendapat bahwa respon Herodes Agung yang begitu

saja rela mencarikan informasi lebih jauh bagi para majus (ayat 1-6) perlu dilihat dalam

kerangka pikir bahwa para majus ialah astrolog yang biasa diminta menjelaskan arti

kemunculan tanda alam (seperti bintang) dan relasinya dengan kekuasaan41

Pandangan

Carter itu bersesuaian dengan Craig Keneer yang secara eksplisit berani mengatakan

bahwa para majus ialah astrolog kerajaan Persia yang memiliki peran politik sangat

penting42

Ada tafsiran yang menyebut para majus ialah raja-raja yang bangsa kafir

sehingga dimengerti sebagai jalan soteriologi untuk menjangkau bangsa-bangsa di luar

Yahudi Namun tanda bahwa mereka melihat bintang ialah petunjuk lebih jelas mengenai

tujuan disebutkannya tokoh ini oleh redaktur Matius

Persoalanya apakah bintang raja orang Yahudi itu (ayat 2) ialah bintang per se

Anggapan tersebut dipersoalkan oleh Howard Clarke dengan mengatakan bahwa jika

benar bintang tersebut muncul lalu tidak masuk akal jika Herodes Agung tak

melihatnya43

Umumnya para pakar memandang bahwa bintang (ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ayat 2)

dikutip redaktur Matius dari Bilangan 2417 dan menautkan kisah penglihatan Bileam

tentang bintang Daud pada kisah kelahiran Yesus Hal ini menunjukan indikasi bahwa

terjadi pemenuhan dari apa yang dikisahkan dalam perjanjian lama

Namun hal yang saya catat ialah redaktur Matius sedang dalam perjuangan

mendapatkan pengaruh melawan pihak yang merasa secara yuridis berwenang atas

penetapan ajaran Yudaisme Pemenuhan kisah perjanjian lama dalam rentang waktu

ketika komunitas Matius hidup baru dapat dikonfirmasikan bukan oleh sekte ini tetapi

oleh otoritas Yahudi di Sinagoge yang notabene lawan mereka44

Maka dari itu saya

mengira bahwa redaktur Matius ingin menelanjangi posisi penguasa Sinagoge yang tak

benar-benar paham tradisi Yudaisme melalui upaya menegaskan status Yesus sebagai

Mesias45

41

Warren Carter Matthew and the Margins74 42

Craig S Keener A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2013) 100 43

Clarke The Gospel of Matthew 18 44

Pasca penghancuran Bait Allah ketika terjadi penumpasan pemberontakan Yerusalem otoritas Yudaisme

berpindah ke masing-masing Sinagoge Akan tetapi Saldarini menunjukan bahwa Komunitas Matius tidak

menerima otoritas itu bahkan menganggap bahwa model di masing-masing Sinagoge perlu diatur ulang Lih

Saldarini The Gospel 52 45

Masa pasca Bait Allah (Post Temple) ialah masa dimana para Rabi Yahudi di Sinagoge-sinagoge mulai

menafsir ulang Yudaisme agar sesuai dengan kondisi kehidupan mereka Dalam paham itu saya menduga bahwa

Redaktur Matius sedang berupaya sekuat tenaga melawan tafsir baru para Rabi (mungkin sekali dari Golonga

13

Dengan menautkan tradisi Yudaisme tentang kisah bintang Daud seperti yang

para ahli katakan dan dengan menempelkan gelar raja orang yahudi pada mulut para

majus maka apa yang saya sebut sebagai sinisme menjadi lebih jelas Redaktur Matius

menempatkan para majus yang ialah personifikasi komunitas Matius sebagai pihak di

luar status quo Sinagoge yang justru lebih ketat dan peka terhadap tradisi Yudaisme

dalam hal melihat pentingnya kehadiran Yesus yang sudah terjadi di dunia46

Perihal kelahiran Mesias ke bumi apabila merujuk pada teks rupanya bukanlah

suatu kabar gembira bagi kelompok status quo Pemilihan kata ἐ ηαρά τθη47

yang

muncul di ayat ke-3 oleh redaktur memberikan kesan kuat bahwa Yesus yang sudah lahir

ialah sebuah masalah bagi kelompok status quo Anggapan bahwa Yesus menimbulkan

masalah oleh kelompok status quo dipertegas melalui keengganan mereka untuk

mengakui bahwa Mesias telah lahir Redaktur Matius menggunakan kata γεννᾶ ηαι48

yang menunjukan kelompok status quo tak setuju dengan klaim kelompok Matius

tentang ke-mesias-an Yesus

Ketidaksetujuan itu juga nampak dari disebutkannya Bethlehem (ayat 1) sebagai

tempat kelahiran Yesus dan Yerusalem (ayat 3) sebagai tempat yang menolak kelahiran

Yesus Seisi Yerusalem menanggapi kabar bahwa Yesus Sang Mesias sudah hadir di

dunia sebagai masalah Yerusalem ialah pusat kekuasan atau dalam hal ini menjadi

lambang sistem kekuasaan status quo yang mana enggan mengakui bahwa Yesus benar

Mesias Melalui pengecekan tradisi Yudaisme dalam diri Herodes Agung dan para

pemuka agama Yahudi (4-6) redaktur Matius sekaligus menyerang mereka sebagai

pemegang otoritas keagamaan yang tidak paham mengenai tradisi Yudaisme itu sendiri

Pharisi) untuk menjadi pegangan bersama Komunitas Yahudi di Anthiokhia Tradisi tentang Midrash membantu

membentuk pemahaman ini Lih Brian M Nolan The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in

the Setting of the Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979) 52-58 Bnd Robert M Prince New

Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm diakses 8 November 2014 46

γεννηθέ νηος ialah kata kerja aoris geniitif pasif yang tak hanya menunjukan penegasan tetapi juga sekaligus

menujukan tindakan yang sudah pernah terjadi Artinya penegasan bahwa Raja orang Yahudi sudah pernah

dilahirkan Kata ini juga menjadi penegasan tentang status kemesiasan Yesus 47

Kata ἐ ηαρά τθη dari bentuk kata ηαρά ζζω kurang tepat jika diterjemahkan dengan ldquoterkejutrdquo Kata itu

berarti meresahkan mengacaukan menganggu atau menakutkan Terjemahan King James Version (KJV)

ldquotroubled (menyusahkan)rdquo menurut saya jauh lebih memadai dibandingkan terjemahan dalam TB-LAI Untuk

keperluan tulisan ini maka saya menggunakan kata ldquomengganggurdquo sebagai ganti kata ldquoterkejutrdquo 48

Kata γεννᾶ ηαι (kata kerja present indikatif pasif untuk orang ketiga tunggal dari bentuk γεννά ω) berarti

ldquosedang dilahirkanrdquo Dalam narasi Matius pasal 2 kata ini berbeda kasusnya dengan kata yang sama di ayat 1

Kata ini menunjukan pemahaman bahwa kegiatan Mesianik masa terus berlangsung Berbeda dengan kelompok

Matius yang percaya nubuatan mesianik sudah terjadi dalam diri Yesus kelompok Yahudi status quo

menunjukan bahwa mesias bukan seperti yang dipikirkan kelompok matius Saya menduga ini adalah jejak

tentang model kubu status quo mendukung teologi Millitary Mesiah sebab disekitar tahun 70-132 ZB model

Millitary Mesiah muncul kuat sebagai gerakan pemberontakan

14

Dengan menempatkan berturut-turut gelar mesias di mulut Herodes Agung

kontras antara Bethlehem dengan Yerusalem penyelidikan dan afirmasi perihal kelahiran

Mesias dari tradisi Yudaisme di mulut para pemuka agama Yahudi maka hal ini jelas

menunjukan apa yang saya sebut di atas sebagai ironi Upaya ini menunjukan bahwa

redaktur Matius menganggap kelompok status quo di Sinagoge tak lagi memiliki

legitimasi Hal tersebut didasarkan pada ironi kelompok status quo yang tidak benar-

benar memahami isi ajaran Yudaisme manakala mereka tak mengakui Yesus sebagai

Mesias padahal mereka ialah pemimpin agama

Perseteruan antara kelompok Matius dengan kelompok status quo tentang

pengakuan Yesus sebagai Mesias sebenarnya merupakan masalah yang sentral Bagi

kelompok status quo mengakui Yesus sebagai Mesias ialah sama dengan memberi

pengakuan akan kehadiran kelompok Yahudi yang menyimpang (Deviant Jews)49

Sedangkan pengkuan akan kelompok yang menyimpang ialah sama dengan membuka

celah bagi perubahan yang radikal dalam diri komunitas Yahudi Artinya memberikan

ruang secara sosio-politik bagi komunitas Matius untuk hidup ialah pilihan yang

membunuh kelompok status quo Maka tentu konsekuensi logisnya ialah dominasi atas

Yudaisme harus terus dilakukan

Persoalan semakin rumit sebab komunitas Matius tidak merasa dirinya ialah

bagian luar dari kelompok Yahudi Mereka tetap yakin jika dirinya merupakan bagian

dari kelompok itu Dalam kesadaran semacam ini mereka berpretensi melakukan

perubahan atas praktek lama yang tak benar Anthony Saldarini menegaskan apabila

komunitas Matius tidak sedang mencoba menciptakan sebuah masyarakat Agama Baru

tetapi tengah berupaya medelegitimasi kelompok status quo dengan membongkar

praktek Yudaisme mereka yang keliru50

Kekeliruan kelompok status quo sebenarnya bukan semata berkaitan dengan

persoalan perbedaan pandangan antara mereka dengan komunitas Matius mengenai

status Yesus sebagai Mesias Akan tetapi juga terletak pada persengkongkolan kelompok

status quo untuk menghancurkan komunitas Matius Sebab secara sosio-politik kehadiran

komunitas Matius ibarat duri dalam daging Maka daripada duri itu terus melukai diri

sendiri lebih baik segera disingkirkan Jejak ini muncul kuat disepanjang ayat 4 dan 7

pada narasi Tindakan Herodes Agung melakukan pertemuan terpisah dengan pemuka

49

Perihal telaah tentang Deviant Jews lihat Kai Ericson Wayward Puritans A Study in the Sociology of

Deviance (New York Wiley 1966) 3-5 50

Saldarini The Gospel 46-47

15

yahudi dan lalu melaksanakan pertemuan rahasia51

dengan para majus ialah bentuk

persengkongkolan demi dominasi status quo Poin yang redaktur Matius angkat ialah

pendekatan kelompok status quo identik dengan sikap penguasa yang manipulatif dan

menindas

Para majus setelah ayat 7 digambarkan sebagai pihak yang awalnya mengikuti

gerak manipulasi kekuasaan ala kelompok status quo dalam diri Herodes Agung Sang

raja yang seolah memberikan ruang pada para majus dan mendengarkan pendapat

mereka sebenarnya hanya tindakan manipulasi untuk menggali informasi guna

menghancurkan Yesus dan para majus sendiri Richard T France menyebut peran para

majus dalam ayat 7-9 sebagai alat spionase sang raja52

Artinya tujuan Herodes Agung

bertemu dengan para majus bukan pertama-tama demi mendengarkan apa yang para

majus itu inginkan tetapi justru untuk memperalat mereka

Ujaran Saldarini dan penjelasan France menurut saya sangat penting dalam

memahami posisi komunitas Matius dalam konteks tidak ingin mengganti Yudaisme

dengan suatu agama baru Melalui kisah kelahiran Yesus komunitas Matius menegaskan

bahwa bentuk dominasi dalam kehidupan bersama tidak dapat diterima Mereka tidak

sedang bicara ortodoksi Agama Yahudi Agama Yahudi yang dalam hal ini hanya

menjadi locus bagi suatu kehidupan bersama atau menjadi arena perebutan pengaruh

Dengan ketiadaan tendensi membentuk locus baru maka komunitas Matius sebenarnya

tengah mencoba mempertahankan diri sebagai bagian dari kesatuan komunitas Yahudi

umunya Akan tetapi dengan suatu harapan bahwa hidup bersama itu dilakukan tidak

dalam penindasan

Penolakan paham tentang dominasi ini menurut saya muncul dalam suatu

pernyataan teologis di sepanjang ayat 10-12 Hal yang sangat menarik ialah upaya

persekongkolan untuk memperalat para majus agar dominasi dapat dilanggengkan justru

digagalkan oleh Tuhan melalui mimpi para majus dan penyataan malaikat kepada Yusuf

Dalam kepolosanya para majus terjebak pada permainan kekuasaan Herodes Agung

tetapi permainan itu tidak sampai selesai sebab Tuhan menggagalkannya di tengah jalan

Pada titik ini saya menduga redaktur Matius menegaskan bahwa Tuhan justru tidak

menghendaki model dominasi status quo yang menghalalkan praktek kekuasaan

manipulatif seperti yang dipraktekan kelompok status quo dalam diri Herodes Agung

51

Ada dua kata kunci dalam pertemuan rahasia ini yaitu ldquoSecara rahasia (λά θρᾳ )rdquo dan ldquomemastikan secara

tepat (ἠ κρί βωζεν)rdquo Pertemuan ini terpisah dan tertutup bersifat rahasia antara Herodes Agung dengan para

majus apa tujuan pertemuan ini Untuk memastikan dengan tepat apakah Yesus Mesias Dalam hal ini untuk

memastikan dampak dari status Yesus sebagai Mesias 52

Frnce The Gospel Kindle Version

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 16: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

8

Dugaan Carter tentang Cross section itu dapat diperkuat melalui laporan Josephus

bahwa orang Yahudi yang tinggal di Anthiokhia hidup tentram dan secara ekonomi cukup

kaya25

Menurut Staumbaugh dan Balch kunjungan Herodes Agung beberapa kali ke

Anthiokhia diduga kuat yang memicu naiknya gengsi pengaruh dan kedudukan orang

Yahudi di sana26

Laporan betapa kayanya orang Yahudi di Anthiokhia nampaknya bukan

hisapan jempol belaka Sebab berdasarkan catatan Josephus orang Yahudi di Anthiokhia

mampu mengirimkan persembahan yang mahal ke Yerusalem27

Tidak hanya itu pada

masa pemerintahan Klaudius tatkala Yudea dilanda kelaparan bantuan dari Anthiokhia

datang untuk menanggulangi bencana tersebut28

Lalu bagaimana dapat diandaikan bahwa selain jejak keberadaan orang Yahudi

dalam lingkaran elit terdapat pula informasi yang menunjukan bahwa ada orang Yahudi

hidup dalam kelas non elit Hal itu dapat dijelaskan melalui identifikasi pekerjaan

mereka Orang Yaudi nonelit di Antiokhia ada yang hidup bekerja sebagai tukang dan

budak yang mana secara kasat mata sudah cukup menunjukan bahwa mereka ialah

golongan kecil yang dimarjinalkan29

Mereka ialah kelompok yang hidup bekerja demi

memenuhi kesejaterahaan hidup para elit

Kondisi kehidupan yang baik dalam aspek sosial ekonomi religius bahkan akses

politik terhadap kekuasaan memang dinikmati oleh sebagian orang Yahudi di Anthiokhia

untuk kurun waktu yang cukup lama Sisanya meski dipinggirkan namun cukup untuk

melanjutkan kehidupan dengan bekerja bagi para elit Kehidupan yang tentram dan

mapan di Anthiokhia bahkan telah dinikmati orang Yahudi sejak jaman Hasmonean yang

dipicu oleh banyaknya orang baru yang hidup menyatu dengan penduduk tertarik masuk

ke dalam komunitas sinagoge30

Selain bahwa pengaruh Hasmonean yang mendahului

kunjungan Herodes Agung yang berdampak signifikan itu perilaku sosio-politik orang

Yahudi yang menunjukan loyalitas membuat mereka mendapatkan perlindungan31

Akan tetapi keadaan berbalik dan semakin memburuk bagi mereka sejak tahun 40

ZB Mulai saat itu hubungan sosio-politik antara orang Yahudi dengan orang Antiokhia

25

Josephus Jewish War 713 Bnd Walker In Steps 44 26

Nama besar Herodes Agung yang dikenal sebagai sekutu dekat Kaisar Agustus dan juga sebagai The Great

Builder lewat pembangunan luar biasa misalnya Bait Allah berbagai benteng hebat termasuk Masada kota-

kota Helenis seperti Sebaste dan Kaisera yang terkenal dengan pelabuhannya tersiar ke luar Yudea bahkan

sampai Anthiokhia Hal itu menempatkan Herodes Agung sebagai orang yang cukup penting sehingga tidak

heran apabila kunjungan tersebut membawa keuntungan bagi kedudukan sosio-politik orang Yahudi di

Anthiokhia Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial Bnd F F Bruce New Testament History (London

Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969) 27

Josephus Jewish War 745 28

Walker In Steps 47 29

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 181 30

Justin Taylor Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012) 156 31

Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial49-51

9

berada dibawah ketegangan hebat Permusuhan yang timbul bahkan tidak bisa menahan

mereka untuk berhadapan dalam konflik terbuka yang berdarah-darah Sejak terjadi

pogrom32

dan dekrit Kaisar Kaligula yang memuat perintah penempatan patung dirinya di

Bait Allah di Yerusalem bentrok pecah di Antiokhia33

Pembunuhan terhadap orang

Yahudi di Anthiokhia terjadi dan sinagoge-sinagoge mereka dibakar Mulai saat itu

sentimen anti semit kian meninggi dan tak berhenti hingga kira-kira tahun 48 ZB Puncak

konflik terjadi tatkala pemberontakan Yudea melawan Romawi terjadi hingga tahun 70

ZB

Konflik di Yudea turut menyeret keterlibatan Anthiokhia karena kota itu menjadi

basis dukungan pasukan militer yang dikirim untuk menumpas pemberontakan di

Yudea34

Ketegangan perang itu merembes sampai ke Anthiokhia terutama bagi orang

Yahudi di sana Ikut terseretnya Antiokhia dalam tensi perang Yudea membuat beberapa

orang Yahudi di sana tidak mampu menahan diri Beberapa anggota dari penguasa

Yahudi merencanakan perlawanan Komunitas Yahudi di Anthiokhia dituduh

merencanakan membakar kota Akibatnya Gubernur Romawi menyerang mereka dan

mencabut hak-hak istimewa orang Yahudi

Penaklukan Yudea membawa dampak tidak saja pada memburuknya hubungan

sosial antara orang Yahudi dengan orang Anthiokhia dan sekaligus melemahkan pengaruh

32

Sebab terjadinya Pogrom diduga karena muncul kecemburuan sosial terhadap orang Yahudi yang melalui lobi

politik mendapat hak istimewa yang mana telah berlangsung sejak jaman Koresh lalu terus menguat ketika

Romawi menjadi sekutu keluarga Hasmonean Orang yahudi dibenci oleh orang Yunani-Romawi sebab mereka

dapat mengakses fasilitas dan hidup layak sama seperti orang Yunani-Romawi tanpa perlu melakukan

kewajiban yang sama Ditambah dengan kecenderungan Kaisar-kaisar Romawi yang meski berganti-ganti tetap

saja membela orang yahudi membuat kebencian orang yunani semakin menjadi-jadi Hak istimewa itu meliputi

diperbolehkan melaksanakan hukum Sabat tidak melakukan kegiataan keagamaan kekaisaraan boleh

membayar pajak kepada Bait Allah di Yerusalem dan bahkan mendapatkan otonomi terbatas untuk menegakan

hukum (politeuma) Yudaisme di Sinagoge Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 50-51

33 Bentrokan ini terjadi jelas dalam dua aspek yang berkaitan yaitu Sosio-politik dan Sosio-religius

Kecemburuan sosial nyata dalam pogrom dan resistensi keagamaan nampak dalam perlawanan dekrit Kaligula

yang sangat ldquomenyakitirdquo hati orang Yahudi Menurut saya motivasi perlawanan terhadap pogrom yang jelas

muncul sebagai reaksi mempertahankan ldquopemberian Romawirdquo sebagai keberhasilan lobi politik tentu berbeda

dengan perlawanan terhadap dekrit Kaligula Identitas keagamaan Yudaisme bukan ldquopemberian Romawirdquo

Namun resistensi itu juga bukan hanya soal ortodoksi Ia merupakan peneguhan kemerdekaan politik secara

religius yang saya kategorikan sebagai Hak Milik Mengapa hak milik kemerdekaan politik secara religius

sangat penting Sebab orang Yahudi begitu percaya bahwa YHWH tidak mengijinkan mereka dipimpin oleh

orang Kafir Penjajahan atas mereka hanyalah teguran YHWH karena mereka lalai menjalankan hukum Tuhan

Dalam pada itu kemerdekaan religius berkaitan erat dengan dinantikanya ldquoHari YHWHrdquo atau datangnya Mesias

untuk membebaskan mereka dari teguran Ortodoksi bukan tujuan pada dirinya sebab jika mereka tidak mampu

menjaga kemerdekaan religius maka sama saja melepaskan peluang hidup bebas untuk kembali mendirikan

kedigdayaan kerajaan Daud Gagasan untuk menjaga ortodoksi sebagai implikasi teguran YHWH itu sangat

ditekankan oleh golongan Parisi yang ternyata ialah pemimpin sinagoge Anthiokhia Bnd Jeffrey J Butz The

Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the Just to the founding fathers(Inner

TraditionBear amp Co 2009) 281 F F Bruce History Alan Richardson Political Christ (Philadelpia

Westminster Press 1973) 34

Walker In steps 44

10

mereka secara politik tetapi juga memberikan pengaruh kepada tatanan beragama dalam

komunitas mereka sendiri Melalui kejatuhan dengan demikian berakhir juga otoritas Bait

Allah di Yerusalem Pasca penghancuran yang dilakukan oleh Titus pada 70 ZB membuat

kekuasaan dalam urusan keagamaan komunitas Yahudi di diaspora menjadi wewenang

sektoral di masing-masing Sinagoge

Perlu dicatat bahwa pergeseran otoritas keagamaan ke sinagoge sesungguhnya

secara terbatas membuat mereka tetap memiliki kekuasaanya sendiri meskipun pada

masyarakat kota Anthiokhia mereka tidak lagi menikmati keleluasaan Atas otoritas itu

perselisihan dengan orang Yunani-Romawi di Anthiokhia terus berlanjut namun lebih

banyak terjadi di dalam sinagoge Perselisihan tersebut nampak ketika orang-orang

Yunani mulai masuk ke dalam komunitas Terjadi perdebatan apakah mereka harus

menjalankan hukum Yahudi terutama sunat dan makanan halal atau tidak Akan tetapi hal

terpenting dari pergeseran itu bukan terletak pada bagaimana orang Yahudi mulai

menerapkan standar tegas terhadap hukum mereka namun terletak pada apa motif dari

kekuasaan itu mereka pergunakan Merujuk pada Groenen ia menegaskan bahwa akibat

dari bergesernya otoritas keagamaan tersebut membawa dampak yang tidak

menyenangkan bagi orang Kristen di Antiokhia yaitu penindasan oleh Sinagoge terhadap

mereka35

3 Memahami Kembali Matius 21-18

Melalui bantuan pendekatan hermeneutik yang secara khusus menyoroti teks

dalam kerangka sosio-politiknya maka narasi Matius 21-18 memberikan sekurang-

kurangnya tiga pemahaman teologis yang memperluas horizon berpikir pembacanya

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan terhadap

dominasi status quo

Gelar Mesias yang redaktur Matius tempelkan pada mulut Herodes di ayat ke-4

menjadi kata kunci yang menunjukan posisi komunitas Matius yang berbeda dengan

kelompok status quo Yahudi Teks secara eksplisit menunjukan bahwa Para Majus

sebagai tokoh yang muncul pertama menyinggung perihal kelahiran Yesus (ayat 1-3)

justeru tak sekalipun menyebut gelar Sang Bayi sebagai Mesias (ayat 2) Sebutan dalam

ayat 2 yang para Majus berikan ialah ldquoRaja Orang Yahudi itu ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν

Ἰ οσδαί ωνrdquo (βαζιλεὺ ς menjadi penanda identitas khusus bayi Yesus)36

Istilah Mesias

35

Groenen Pengantar 90 36

Kalimat dalam ayat ini lengkapnya λέ γονηεςmiddot ποῦ ἐ ζηιν ὁ ηετθεὶ ς βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων εἴ δομεν

γὰ ρ αὐ ηοῦ ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ἐ ν ηῇ ἀ ναηολῇ καὶ ἤ λθομεν προζκσνῆ ζαι αὐ ηῷ LAI nampaknya keliru

11

sendiri baru kemudian muncul manakala Herodes menanyakan perihal kelahiran Yesus

kepada pemuka agama Yahudi (ayat 4)

Pemilihan gelar ὁ βαζιλεὺ ς yang ditempelkan ke mulut Para Majus oleh

redaktur Matius ialah jelas berbeda dengan ὁ τριζηὸ ς yang ditempelkan ke mulut

Herodes Agung meskipun merujuk pada subjek yang sama yaitu Yesus Terma ὁ

βαζιλεὺ ς ialah istilah Yunani bagi Raja tetapi tak memiliki nuansa berarti dalam

kosmologi Yudaisme Berkebalikan dari itu ὁ τριζηὸ ς37

justru memiliki makna spesifik

dan sarat nuansa dalam Yudaisme Ada hal penting yang coba disampaikan oleh redaktur

Matius dari distingsi ini

Yosephus memberikan catatan yang sangat berharga perihal gelar ldquoraja orang

Yahudi (ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων)rdquo Menurutnya gelar raja orang Yahudi ialah tanda

yang diberikan oleh Senat Romawi kepada Herodes Agung ketika mereka

mengangkatnya sebagai raja pada tahun 40 SZB38

Craig Evans menafsirkan bahwa

tindakan para majus menyebut Yesus sebagai raja orang yahudi (ayat 2) ialah tindakan

sewajarnya sebab mereka hanya ingin menanyakan perihal suksesi Herodes Agung39

Akan tetapi persoalan yang serius ialah narasi ini sulit dipercayai sungguh-sungguh

faktual secara historis40

Dengan memperhatikan distingsi antara gelar raja orang yahudi

dengan gelar mesias yang muncul dalam tokoh-tokoh pada teks maka saya justeru

melihat kencederungan lain Redaktur Matius secara sengaja ingin menunjukan bahwa

Herodes Agung bersama para Pemuka Agama Yahudi yang berhasil merumuskan perihal

identitas Yesus secara tepat sebagai Mesias merupakan personifikasi status quo Yahudi

Tidak hanya menjadikan Herodes Agung dan Pemuka Agama Yahudi sebagai

personifikasi kelompok status quo melalui narasi ini penulis Matius sekaligus

menyerang mereka

Gelar raja orang Yahudi seharusnya milik Herodes Agung tetapi dengan

munculnya gelar itu disebut oleh para majus maka hal ini menurut saya jelas merupakan

sebuah sinisme Hal tersebut saya argumentasikan sebab penulis Matius menempatkan

Herodes Agung dalam posisi yang sangat ironis Berdasarkan tafsir Evans maka Herodes

lah yang jelas-jelas bergelar raja orang Yahudi sehingga seharusnya ia dapat langsung

memberikan klarifikasi kepada para majus perihal suksesinya Tetapi yang nampak ialah

menerjemahkan λέ γονηεςmiddot dengan ldquobertanya-tanyardquo Kata yang sesuai dengan bahasa Yunani λέ γονηεςmiddot ialah

ldquoberkata (to speak) Maka sebenarnya para majus lebih cenderung mendeklarasikan kelahiran Raja Yahudi 37

Dalam terjemahan Ibraninya yaitu Mesias (Massiah dari bentuk Massah) keduanya berarti Yang Diurapi 38

Yosephus Jewish War 1282 39

Craig Evans Matthew (New York Cambridge University Press 2012) 53 40

R T France menegaskan bahwa tak ada laporan sekunder di luar injil yang dapat mengkonfirmasikan

historisitas kunjungan itu Lih R T France The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing

Co 2012) Kindle Version

12

justru Herodes Agung seperti seorang bodoh yang tak menyadari bahwa dia sendiri yang

adalah raja orang Yahudi itu Herodes Agung digambarkan seperti tak punya petunjuk

apakah benar ada pengganti dirinya yang baru saja lahir

Warren Carter mengajukan pendapat bahwa respon Herodes Agung yang begitu

saja rela mencarikan informasi lebih jauh bagi para majus (ayat 1-6) perlu dilihat dalam

kerangka pikir bahwa para majus ialah astrolog yang biasa diminta menjelaskan arti

kemunculan tanda alam (seperti bintang) dan relasinya dengan kekuasaan41

Pandangan

Carter itu bersesuaian dengan Craig Keneer yang secara eksplisit berani mengatakan

bahwa para majus ialah astrolog kerajaan Persia yang memiliki peran politik sangat

penting42

Ada tafsiran yang menyebut para majus ialah raja-raja yang bangsa kafir

sehingga dimengerti sebagai jalan soteriologi untuk menjangkau bangsa-bangsa di luar

Yahudi Namun tanda bahwa mereka melihat bintang ialah petunjuk lebih jelas mengenai

tujuan disebutkannya tokoh ini oleh redaktur Matius

Persoalanya apakah bintang raja orang Yahudi itu (ayat 2) ialah bintang per se

Anggapan tersebut dipersoalkan oleh Howard Clarke dengan mengatakan bahwa jika

benar bintang tersebut muncul lalu tidak masuk akal jika Herodes Agung tak

melihatnya43

Umumnya para pakar memandang bahwa bintang (ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ayat 2)

dikutip redaktur Matius dari Bilangan 2417 dan menautkan kisah penglihatan Bileam

tentang bintang Daud pada kisah kelahiran Yesus Hal ini menunjukan indikasi bahwa

terjadi pemenuhan dari apa yang dikisahkan dalam perjanjian lama

Namun hal yang saya catat ialah redaktur Matius sedang dalam perjuangan

mendapatkan pengaruh melawan pihak yang merasa secara yuridis berwenang atas

penetapan ajaran Yudaisme Pemenuhan kisah perjanjian lama dalam rentang waktu

ketika komunitas Matius hidup baru dapat dikonfirmasikan bukan oleh sekte ini tetapi

oleh otoritas Yahudi di Sinagoge yang notabene lawan mereka44

Maka dari itu saya

mengira bahwa redaktur Matius ingin menelanjangi posisi penguasa Sinagoge yang tak

benar-benar paham tradisi Yudaisme melalui upaya menegaskan status Yesus sebagai

Mesias45

41

Warren Carter Matthew and the Margins74 42

Craig S Keener A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2013) 100 43

Clarke The Gospel of Matthew 18 44

Pasca penghancuran Bait Allah ketika terjadi penumpasan pemberontakan Yerusalem otoritas Yudaisme

berpindah ke masing-masing Sinagoge Akan tetapi Saldarini menunjukan bahwa Komunitas Matius tidak

menerima otoritas itu bahkan menganggap bahwa model di masing-masing Sinagoge perlu diatur ulang Lih

Saldarini The Gospel 52 45

Masa pasca Bait Allah (Post Temple) ialah masa dimana para Rabi Yahudi di Sinagoge-sinagoge mulai

menafsir ulang Yudaisme agar sesuai dengan kondisi kehidupan mereka Dalam paham itu saya menduga bahwa

Redaktur Matius sedang berupaya sekuat tenaga melawan tafsir baru para Rabi (mungkin sekali dari Golonga

13

Dengan menautkan tradisi Yudaisme tentang kisah bintang Daud seperti yang

para ahli katakan dan dengan menempelkan gelar raja orang yahudi pada mulut para

majus maka apa yang saya sebut sebagai sinisme menjadi lebih jelas Redaktur Matius

menempatkan para majus yang ialah personifikasi komunitas Matius sebagai pihak di

luar status quo Sinagoge yang justru lebih ketat dan peka terhadap tradisi Yudaisme

dalam hal melihat pentingnya kehadiran Yesus yang sudah terjadi di dunia46

Perihal kelahiran Mesias ke bumi apabila merujuk pada teks rupanya bukanlah

suatu kabar gembira bagi kelompok status quo Pemilihan kata ἐ ηαρά τθη47

yang

muncul di ayat ke-3 oleh redaktur memberikan kesan kuat bahwa Yesus yang sudah lahir

ialah sebuah masalah bagi kelompok status quo Anggapan bahwa Yesus menimbulkan

masalah oleh kelompok status quo dipertegas melalui keengganan mereka untuk

mengakui bahwa Mesias telah lahir Redaktur Matius menggunakan kata γεννᾶ ηαι48

yang menunjukan kelompok status quo tak setuju dengan klaim kelompok Matius

tentang ke-mesias-an Yesus

Ketidaksetujuan itu juga nampak dari disebutkannya Bethlehem (ayat 1) sebagai

tempat kelahiran Yesus dan Yerusalem (ayat 3) sebagai tempat yang menolak kelahiran

Yesus Seisi Yerusalem menanggapi kabar bahwa Yesus Sang Mesias sudah hadir di

dunia sebagai masalah Yerusalem ialah pusat kekuasan atau dalam hal ini menjadi

lambang sistem kekuasaan status quo yang mana enggan mengakui bahwa Yesus benar

Mesias Melalui pengecekan tradisi Yudaisme dalam diri Herodes Agung dan para

pemuka agama Yahudi (4-6) redaktur Matius sekaligus menyerang mereka sebagai

pemegang otoritas keagamaan yang tidak paham mengenai tradisi Yudaisme itu sendiri

Pharisi) untuk menjadi pegangan bersama Komunitas Yahudi di Anthiokhia Tradisi tentang Midrash membantu

membentuk pemahaman ini Lih Brian M Nolan The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in

the Setting of the Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979) 52-58 Bnd Robert M Prince New

Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm diakses 8 November 2014 46

γεννηθέ νηος ialah kata kerja aoris geniitif pasif yang tak hanya menunjukan penegasan tetapi juga sekaligus

menujukan tindakan yang sudah pernah terjadi Artinya penegasan bahwa Raja orang Yahudi sudah pernah

dilahirkan Kata ini juga menjadi penegasan tentang status kemesiasan Yesus 47

Kata ἐ ηαρά τθη dari bentuk kata ηαρά ζζω kurang tepat jika diterjemahkan dengan ldquoterkejutrdquo Kata itu

berarti meresahkan mengacaukan menganggu atau menakutkan Terjemahan King James Version (KJV)

ldquotroubled (menyusahkan)rdquo menurut saya jauh lebih memadai dibandingkan terjemahan dalam TB-LAI Untuk

keperluan tulisan ini maka saya menggunakan kata ldquomengganggurdquo sebagai ganti kata ldquoterkejutrdquo 48

Kata γεννᾶ ηαι (kata kerja present indikatif pasif untuk orang ketiga tunggal dari bentuk γεννά ω) berarti

ldquosedang dilahirkanrdquo Dalam narasi Matius pasal 2 kata ini berbeda kasusnya dengan kata yang sama di ayat 1

Kata ini menunjukan pemahaman bahwa kegiatan Mesianik masa terus berlangsung Berbeda dengan kelompok

Matius yang percaya nubuatan mesianik sudah terjadi dalam diri Yesus kelompok Yahudi status quo

menunjukan bahwa mesias bukan seperti yang dipikirkan kelompok matius Saya menduga ini adalah jejak

tentang model kubu status quo mendukung teologi Millitary Mesiah sebab disekitar tahun 70-132 ZB model

Millitary Mesiah muncul kuat sebagai gerakan pemberontakan

14

Dengan menempatkan berturut-turut gelar mesias di mulut Herodes Agung

kontras antara Bethlehem dengan Yerusalem penyelidikan dan afirmasi perihal kelahiran

Mesias dari tradisi Yudaisme di mulut para pemuka agama Yahudi maka hal ini jelas

menunjukan apa yang saya sebut di atas sebagai ironi Upaya ini menunjukan bahwa

redaktur Matius menganggap kelompok status quo di Sinagoge tak lagi memiliki

legitimasi Hal tersebut didasarkan pada ironi kelompok status quo yang tidak benar-

benar memahami isi ajaran Yudaisme manakala mereka tak mengakui Yesus sebagai

Mesias padahal mereka ialah pemimpin agama

Perseteruan antara kelompok Matius dengan kelompok status quo tentang

pengakuan Yesus sebagai Mesias sebenarnya merupakan masalah yang sentral Bagi

kelompok status quo mengakui Yesus sebagai Mesias ialah sama dengan memberi

pengakuan akan kehadiran kelompok Yahudi yang menyimpang (Deviant Jews)49

Sedangkan pengkuan akan kelompok yang menyimpang ialah sama dengan membuka

celah bagi perubahan yang radikal dalam diri komunitas Yahudi Artinya memberikan

ruang secara sosio-politik bagi komunitas Matius untuk hidup ialah pilihan yang

membunuh kelompok status quo Maka tentu konsekuensi logisnya ialah dominasi atas

Yudaisme harus terus dilakukan

Persoalan semakin rumit sebab komunitas Matius tidak merasa dirinya ialah

bagian luar dari kelompok Yahudi Mereka tetap yakin jika dirinya merupakan bagian

dari kelompok itu Dalam kesadaran semacam ini mereka berpretensi melakukan

perubahan atas praktek lama yang tak benar Anthony Saldarini menegaskan apabila

komunitas Matius tidak sedang mencoba menciptakan sebuah masyarakat Agama Baru

tetapi tengah berupaya medelegitimasi kelompok status quo dengan membongkar

praktek Yudaisme mereka yang keliru50

Kekeliruan kelompok status quo sebenarnya bukan semata berkaitan dengan

persoalan perbedaan pandangan antara mereka dengan komunitas Matius mengenai

status Yesus sebagai Mesias Akan tetapi juga terletak pada persengkongkolan kelompok

status quo untuk menghancurkan komunitas Matius Sebab secara sosio-politik kehadiran

komunitas Matius ibarat duri dalam daging Maka daripada duri itu terus melukai diri

sendiri lebih baik segera disingkirkan Jejak ini muncul kuat disepanjang ayat 4 dan 7

pada narasi Tindakan Herodes Agung melakukan pertemuan terpisah dengan pemuka

49

Perihal telaah tentang Deviant Jews lihat Kai Ericson Wayward Puritans A Study in the Sociology of

Deviance (New York Wiley 1966) 3-5 50

Saldarini The Gospel 46-47

15

yahudi dan lalu melaksanakan pertemuan rahasia51

dengan para majus ialah bentuk

persengkongkolan demi dominasi status quo Poin yang redaktur Matius angkat ialah

pendekatan kelompok status quo identik dengan sikap penguasa yang manipulatif dan

menindas

Para majus setelah ayat 7 digambarkan sebagai pihak yang awalnya mengikuti

gerak manipulasi kekuasaan ala kelompok status quo dalam diri Herodes Agung Sang

raja yang seolah memberikan ruang pada para majus dan mendengarkan pendapat

mereka sebenarnya hanya tindakan manipulasi untuk menggali informasi guna

menghancurkan Yesus dan para majus sendiri Richard T France menyebut peran para

majus dalam ayat 7-9 sebagai alat spionase sang raja52

Artinya tujuan Herodes Agung

bertemu dengan para majus bukan pertama-tama demi mendengarkan apa yang para

majus itu inginkan tetapi justru untuk memperalat mereka

Ujaran Saldarini dan penjelasan France menurut saya sangat penting dalam

memahami posisi komunitas Matius dalam konteks tidak ingin mengganti Yudaisme

dengan suatu agama baru Melalui kisah kelahiran Yesus komunitas Matius menegaskan

bahwa bentuk dominasi dalam kehidupan bersama tidak dapat diterima Mereka tidak

sedang bicara ortodoksi Agama Yahudi Agama Yahudi yang dalam hal ini hanya

menjadi locus bagi suatu kehidupan bersama atau menjadi arena perebutan pengaruh

Dengan ketiadaan tendensi membentuk locus baru maka komunitas Matius sebenarnya

tengah mencoba mempertahankan diri sebagai bagian dari kesatuan komunitas Yahudi

umunya Akan tetapi dengan suatu harapan bahwa hidup bersama itu dilakukan tidak

dalam penindasan

Penolakan paham tentang dominasi ini menurut saya muncul dalam suatu

pernyataan teologis di sepanjang ayat 10-12 Hal yang sangat menarik ialah upaya

persekongkolan untuk memperalat para majus agar dominasi dapat dilanggengkan justru

digagalkan oleh Tuhan melalui mimpi para majus dan penyataan malaikat kepada Yusuf

Dalam kepolosanya para majus terjebak pada permainan kekuasaan Herodes Agung

tetapi permainan itu tidak sampai selesai sebab Tuhan menggagalkannya di tengah jalan

Pada titik ini saya menduga redaktur Matius menegaskan bahwa Tuhan justru tidak

menghendaki model dominasi status quo yang menghalalkan praktek kekuasaan

manipulatif seperti yang dipraktekan kelompok status quo dalam diri Herodes Agung

51

Ada dua kata kunci dalam pertemuan rahasia ini yaitu ldquoSecara rahasia (λά θρᾳ )rdquo dan ldquomemastikan secara

tepat (ἠ κρί βωζεν)rdquo Pertemuan ini terpisah dan tertutup bersifat rahasia antara Herodes Agung dengan para

majus apa tujuan pertemuan ini Untuk memastikan dengan tepat apakah Yesus Mesias Dalam hal ini untuk

memastikan dampak dari status Yesus sebagai Mesias 52

Frnce The Gospel Kindle Version

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 17: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

9

berada dibawah ketegangan hebat Permusuhan yang timbul bahkan tidak bisa menahan

mereka untuk berhadapan dalam konflik terbuka yang berdarah-darah Sejak terjadi

pogrom32

dan dekrit Kaisar Kaligula yang memuat perintah penempatan patung dirinya di

Bait Allah di Yerusalem bentrok pecah di Antiokhia33

Pembunuhan terhadap orang

Yahudi di Anthiokhia terjadi dan sinagoge-sinagoge mereka dibakar Mulai saat itu

sentimen anti semit kian meninggi dan tak berhenti hingga kira-kira tahun 48 ZB Puncak

konflik terjadi tatkala pemberontakan Yudea melawan Romawi terjadi hingga tahun 70

ZB

Konflik di Yudea turut menyeret keterlibatan Anthiokhia karena kota itu menjadi

basis dukungan pasukan militer yang dikirim untuk menumpas pemberontakan di

Yudea34

Ketegangan perang itu merembes sampai ke Anthiokhia terutama bagi orang

Yahudi di sana Ikut terseretnya Antiokhia dalam tensi perang Yudea membuat beberapa

orang Yahudi di sana tidak mampu menahan diri Beberapa anggota dari penguasa

Yahudi merencanakan perlawanan Komunitas Yahudi di Anthiokhia dituduh

merencanakan membakar kota Akibatnya Gubernur Romawi menyerang mereka dan

mencabut hak-hak istimewa orang Yahudi

Penaklukan Yudea membawa dampak tidak saja pada memburuknya hubungan

sosial antara orang Yahudi dengan orang Anthiokhia dan sekaligus melemahkan pengaruh

32

Sebab terjadinya Pogrom diduga karena muncul kecemburuan sosial terhadap orang Yahudi yang melalui lobi

politik mendapat hak istimewa yang mana telah berlangsung sejak jaman Koresh lalu terus menguat ketika

Romawi menjadi sekutu keluarga Hasmonean Orang yahudi dibenci oleh orang Yunani-Romawi sebab mereka

dapat mengakses fasilitas dan hidup layak sama seperti orang Yunani-Romawi tanpa perlu melakukan

kewajiban yang sama Ditambah dengan kecenderungan Kaisar-kaisar Romawi yang meski berganti-ganti tetap

saja membela orang yahudi membuat kebencian orang yunani semakin menjadi-jadi Hak istimewa itu meliputi

diperbolehkan melaksanakan hukum Sabat tidak melakukan kegiataan keagamaan kekaisaraan boleh

membayar pajak kepada Bait Allah di Yerusalem dan bahkan mendapatkan otonomi terbatas untuk menegakan

hukum (politeuma) Yudaisme di Sinagoge Lih Staumbaugh dan Balch Dunia Sosial 50-51

33 Bentrokan ini terjadi jelas dalam dua aspek yang berkaitan yaitu Sosio-politik dan Sosio-religius

Kecemburuan sosial nyata dalam pogrom dan resistensi keagamaan nampak dalam perlawanan dekrit Kaligula

yang sangat ldquomenyakitirdquo hati orang Yahudi Menurut saya motivasi perlawanan terhadap pogrom yang jelas

muncul sebagai reaksi mempertahankan ldquopemberian Romawirdquo sebagai keberhasilan lobi politik tentu berbeda

dengan perlawanan terhadap dekrit Kaligula Identitas keagamaan Yudaisme bukan ldquopemberian Romawirdquo

Namun resistensi itu juga bukan hanya soal ortodoksi Ia merupakan peneguhan kemerdekaan politik secara

religius yang saya kategorikan sebagai Hak Milik Mengapa hak milik kemerdekaan politik secara religius

sangat penting Sebab orang Yahudi begitu percaya bahwa YHWH tidak mengijinkan mereka dipimpin oleh

orang Kafir Penjajahan atas mereka hanyalah teguran YHWH karena mereka lalai menjalankan hukum Tuhan

Dalam pada itu kemerdekaan religius berkaitan erat dengan dinantikanya ldquoHari YHWHrdquo atau datangnya Mesias

untuk membebaskan mereka dari teguran Ortodoksi bukan tujuan pada dirinya sebab jika mereka tidak mampu

menjaga kemerdekaan religius maka sama saja melepaskan peluang hidup bebas untuk kembali mendirikan

kedigdayaan kerajaan Daud Gagasan untuk menjaga ortodoksi sebagai implikasi teguran YHWH itu sangat

ditekankan oleh golongan Parisi yang ternyata ialah pemimpin sinagoge Anthiokhia Bnd Jeffrey J Butz The

Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the Just to the founding fathers(Inner

TraditionBear amp Co 2009) 281 F F Bruce History Alan Richardson Political Christ (Philadelpia

Westminster Press 1973) 34

Walker In steps 44

10

mereka secara politik tetapi juga memberikan pengaruh kepada tatanan beragama dalam

komunitas mereka sendiri Melalui kejatuhan dengan demikian berakhir juga otoritas Bait

Allah di Yerusalem Pasca penghancuran yang dilakukan oleh Titus pada 70 ZB membuat

kekuasaan dalam urusan keagamaan komunitas Yahudi di diaspora menjadi wewenang

sektoral di masing-masing Sinagoge

Perlu dicatat bahwa pergeseran otoritas keagamaan ke sinagoge sesungguhnya

secara terbatas membuat mereka tetap memiliki kekuasaanya sendiri meskipun pada

masyarakat kota Anthiokhia mereka tidak lagi menikmati keleluasaan Atas otoritas itu

perselisihan dengan orang Yunani-Romawi di Anthiokhia terus berlanjut namun lebih

banyak terjadi di dalam sinagoge Perselisihan tersebut nampak ketika orang-orang

Yunani mulai masuk ke dalam komunitas Terjadi perdebatan apakah mereka harus

menjalankan hukum Yahudi terutama sunat dan makanan halal atau tidak Akan tetapi hal

terpenting dari pergeseran itu bukan terletak pada bagaimana orang Yahudi mulai

menerapkan standar tegas terhadap hukum mereka namun terletak pada apa motif dari

kekuasaan itu mereka pergunakan Merujuk pada Groenen ia menegaskan bahwa akibat

dari bergesernya otoritas keagamaan tersebut membawa dampak yang tidak

menyenangkan bagi orang Kristen di Antiokhia yaitu penindasan oleh Sinagoge terhadap

mereka35

3 Memahami Kembali Matius 21-18

Melalui bantuan pendekatan hermeneutik yang secara khusus menyoroti teks

dalam kerangka sosio-politiknya maka narasi Matius 21-18 memberikan sekurang-

kurangnya tiga pemahaman teologis yang memperluas horizon berpikir pembacanya

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan terhadap

dominasi status quo

Gelar Mesias yang redaktur Matius tempelkan pada mulut Herodes di ayat ke-4

menjadi kata kunci yang menunjukan posisi komunitas Matius yang berbeda dengan

kelompok status quo Yahudi Teks secara eksplisit menunjukan bahwa Para Majus

sebagai tokoh yang muncul pertama menyinggung perihal kelahiran Yesus (ayat 1-3)

justeru tak sekalipun menyebut gelar Sang Bayi sebagai Mesias (ayat 2) Sebutan dalam

ayat 2 yang para Majus berikan ialah ldquoRaja Orang Yahudi itu ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν

Ἰ οσδαί ωνrdquo (βαζιλεὺ ς menjadi penanda identitas khusus bayi Yesus)36

Istilah Mesias

35

Groenen Pengantar 90 36

Kalimat dalam ayat ini lengkapnya λέ γονηεςmiddot ποῦ ἐ ζηιν ὁ ηετθεὶ ς βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων εἴ δομεν

γὰ ρ αὐ ηοῦ ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ἐ ν ηῇ ἀ ναηολῇ καὶ ἤ λθομεν προζκσνῆ ζαι αὐ ηῷ LAI nampaknya keliru

11

sendiri baru kemudian muncul manakala Herodes menanyakan perihal kelahiran Yesus

kepada pemuka agama Yahudi (ayat 4)

Pemilihan gelar ὁ βαζιλεὺ ς yang ditempelkan ke mulut Para Majus oleh

redaktur Matius ialah jelas berbeda dengan ὁ τριζηὸ ς yang ditempelkan ke mulut

Herodes Agung meskipun merujuk pada subjek yang sama yaitu Yesus Terma ὁ

βαζιλεὺ ς ialah istilah Yunani bagi Raja tetapi tak memiliki nuansa berarti dalam

kosmologi Yudaisme Berkebalikan dari itu ὁ τριζηὸ ς37

justru memiliki makna spesifik

dan sarat nuansa dalam Yudaisme Ada hal penting yang coba disampaikan oleh redaktur

Matius dari distingsi ini

Yosephus memberikan catatan yang sangat berharga perihal gelar ldquoraja orang

Yahudi (ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων)rdquo Menurutnya gelar raja orang Yahudi ialah tanda

yang diberikan oleh Senat Romawi kepada Herodes Agung ketika mereka

mengangkatnya sebagai raja pada tahun 40 SZB38

Craig Evans menafsirkan bahwa

tindakan para majus menyebut Yesus sebagai raja orang yahudi (ayat 2) ialah tindakan

sewajarnya sebab mereka hanya ingin menanyakan perihal suksesi Herodes Agung39

Akan tetapi persoalan yang serius ialah narasi ini sulit dipercayai sungguh-sungguh

faktual secara historis40

Dengan memperhatikan distingsi antara gelar raja orang yahudi

dengan gelar mesias yang muncul dalam tokoh-tokoh pada teks maka saya justeru

melihat kencederungan lain Redaktur Matius secara sengaja ingin menunjukan bahwa

Herodes Agung bersama para Pemuka Agama Yahudi yang berhasil merumuskan perihal

identitas Yesus secara tepat sebagai Mesias merupakan personifikasi status quo Yahudi

Tidak hanya menjadikan Herodes Agung dan Pemuka Agama Yahudi sebagai

personifikasi kelompok status quo melalui narasi ini penulis Matius sekaligus

menyerang mereka

Gelar raja orang Yahudi seharusnya milik Herodes Agung tetapi dengan

munculnya gelar itu disebut oleh para majus maka hal ini menurut saya jelas merupakan

sebuah sinisme Hal tersebut saya argumentasikan sebab penulis Matius menempatkan

Herodes Agung dalam posisi yang sangat ironis Berdasarkan tafsir Evans maka Herodes

lah yang jelas-jelas bergelar raja orang Yahudi sehingga seharusnya ia dapat langsung

memberikan klarifikasi kepada para majus perihal suksesinya Tetapi yang nampak ialah

menerjemahkan λέ γονηεςmiddot dengan ldquobertanya-tanyardquo Kata yang sesuai dengan bahasa Yunani λέ γονηεςmiddot ialah

ldquoberkata (to speak) Maka sebenarnya para majus lebih cenderung mendeklarasikan kelahiran Raja Yahudi 37

Dalam terjemahan Ibraninya yaitu Mesias (Massiah dari bentuk Massah) keduanya berarti Yang Diurapi 38

Yosephus Jewish War 1282 39

Craig Evans Matthew (New York Cambridge University Press 2012) 53 40

R T France menegaskan bahwa tak ada laporan sekunder di luar injil yang dapat mengkonfirmasikan

historisitas kunjungan itu Lih R T France The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing

Co 2012) Kindle Version

12

justru Herodes Agung seperti seorang bodoh yang tak menyadari bahwa dia sendiri yang

adalah raja orang Yahudi itu Herodes Agung digambarkan seperti tak punya petunjuk

apakah benar ada pengganti dirinya yang baru saja lahir

Warren Carter mengajukan pendapat bahwa respon Herodes Agung yang begitu

saja rela mencarikan informasi lebih jauh bagi para majus (ayat 1-6) perlu dilihat dalam

kerangka pikir bahwa para majus ialah astrolog yang biasa diminta menjelaskan arti

kemunculan tanda alam (seperti bintang) dan relasinya dengan kekuasaan41

Pandangan

Carter itu bersesuaian dengan Craig Keneer yang secara eksplisit berani mengatakan

bahwa para majus ialah astrolog kerajaan Persia yang memiliki peran politik sangat

penting42

Ada tafsiran yang menyebut para majus ialah raja-raja yang bangsa kafir

sehingga dimengerti sebagai jalan soteriologi untuk menjangkau bangsa-bangsa di luar

Yahudi Namun tanda bahwa mereka melihat bintang ialah petunjuk lebih jelas mengenai

tujuan disebutkannya tokoh ini oleh redaktur Matius

Persoalanya apakah bintang raja orang Yahudi itu (ayat 2) ialah bintang per se

Anggapan tersebut dipersoalkan oleh Howard Clarke dengan mengatakan bahwa jika

benar bintang tersebut muncul lalu tidak masuk akal jika Herodes Agung tak

melihatnya43

Umumnya para pakar memandang bahwa bintang (ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ayat 2)

dikutip redaktur Matius dari Bilangan 2417 dan menautkan kisah penglihatan Bileam

tentang bintang Daud pada kisah kelahiran Yesus Hal ini menunjukan indikasi bahwa

terjadi pemenuhan dari apa yang dikisahkan dalam perjanjian lama

Namun hal yang saya catat ialah redaktur Matius sedang dalam perjuangan

mendapatkan pengaruh melawan pihak yang merasa secara yuridis berwenang atas

penetapan ajaran Yudaisme Pemenuhan kisah perjanjian lama dalam rentang waktu

ketika komunitas Matius hidup baru dapat dikonfirmasikan bukan oleh sekte ini tetapi

oleh otoritas Yahudi di Sinagoge yang notabene lawan mereka44

Maka dari itu saya

mengira bahwa redaktur Matius ingin menelanjangi posisi penguasa Sinagoge yang tak

benar-benar paham tradisi Yudaisme melalui upaya menegaskan status Yesus sebagai

Mesias45

41

Warren Carter Matthew and the Margins74 42

Craig S Keener A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2013) 100 43

Clarke The Gospel of Matthew 18 44

Pasca penghancuran Bait Allah ketika terjadi penumpasan pemberontakan Yerusalem otoritas Yudaisme

berpindah ke masing-masing Sinagoge Akan tetapi Saldarini menunjukan bahwa Komunitas Matius tidak

menerima otoritas itu bahkan menganggap bahwa model di masing-masing Sinagoge perlu diatur ulang Lih

Saldarini The Gospel 52 45

Masa pasca Bait Allah (Post Temple) ialah masa dimana para Rabi Yahudi di Sinagoge-sinagoge mulai

menafsir ulang Yudaisme agar sesuai dengan kondisi kehidupan mereka Dalam paham itu saya menduga bahwa

Redaktur Matius sedang berupaya sekuat tenaga melawan tafsir baru para Rabi (mungkin sekali dari Golonga

13

Dengan menautkan tradisi Yudaisme tentang kisah bintang Daud seperti yang

para ahli katakan dan dengan menempelkan gelar raja orang yahudi pada mulut para

majus maka apa yang saya sebut sebagai sinisme menjadi lebih jelas Redaktur Matius

menempatkan para majus yang ialah personifikasi komunitas Matius sebagai pihak di

luar status quo Sinagoge yang justru lebih ketat dan peka terhadap tradisi Yudaisme

dalam hal melihat pentingnya kehadiran Yesus yang sudah terjadi di dunia46

Perihal kelahiran Mesias ke bumi apabila merujuk pada teks rupanya bukanlah

suatu kabar gembira bagi kelompok status quo Pemilihan kata ἐ ηαρά τθη47

yang

muncul di ayat ke-3 oleh redaktur memberikan kesan kuat bahwa Yesus yang sudah lahir

ialah sebuah masalah bagi kelompok status quo Anggapan bahwa Yesus menimbulkan

masalah oleh kelompok status quo dipertegas melalui keengganan mereka untuk

mengakui bahwa Mesias telah lahir Redaktur Matius menggunakan kata γεννᾶ ηαι48

yang menunjukan kelompok status quo tak setuju dengan klaim kelompok Matius

tentang ke-mesias-an Yesus

Ketidaksetujuan itu juga nampak dari disebutkannya Bethlehem (ayat 1) sebagai

tempat kelahiran Yesus dan Yerusalem (ayat 3) sebagai tempat yang menolak kelahiran

Yesus Seisi Yerusalem menanggapi kabar bahwa Yesus Sang Mesias sudah hadir di

dunia sebagai masalah Yerusalem ialah pusat kekuasan atau dalam hal ini menjadi

lambang sistem kekuasaan status quo yang mana enggan mengakui bahwa Yesus benar

Mesias Melalui pengecekan tradisi Yudaisme dalam diri Herodes Agung dan para

pemuka agama Yahudi (4-6) redaktur Matius sekaligus menyerang mereka sebagai

pemegang otoritas keagamaan yang tidak paham mengenai tradisi Yudaisme itu sendiri

Pharisi) untuk menjadi pegangan bersama Komunitas Yahudi di Anthiokhia Tradisi tentang Midrash membantu

membentuk pemahaman ini Lih Brian M Nolan The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in

the Setting of the Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979) 52-58 Bnd Robert M Prince New

Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm diakses 8 November 2014 46

γεννηθέ νηος ialah kata kerja aoris geniitif pasif yang tak hanya menunjukan penegasan tetapi juga sekaligus

menujukan tindakan yang sudah pernah terjadi Artinya penegasan bahwa Raja orang Yahudi sudah pernah

dilahirkan Kata ini juga menjadi penegasan tentang status kemesiasan Yesus 47

Kata ἐ ηαρά τθη dari bentuk kata ηαρά ζζω kurang tepat jika diterjemahkan dengan ldquoterkejutrdquo Kata itu

berarti meresahkan mengacaukan menganggu atau menakutkan Terjemahan King James Version (KJV)

ldquotroubled (menyusahkan)rdquo menurut saya jauh lebih memadai dibandingkan terjemahan dalam TB-LAI Untuk

keperluan tulisan ini maka saya menggunakan kata ldquomengganggurdquo sebagai ganti kata ldquoterkejutrdquo 48

Kata γεννᾶ ηαι (kata kerja present indikatif pasif untuk orang ketiga tunggal dari bentuk γεννά ω) berarti

ldquosedang dilahirkanrdquo Dalam narasi Matius pasal 2 kata ini berbeda kasusnya dengan kata yang sama di ayat 1

Kata ini menunjukan pemahaman bahwa kegiatan Mesianik masa terus berlangsung Berbeda dengan kelompok

Matius yang percaya nubuatan mesianik sudah terjadi dalam diri Yesus kelompok Yahudi status quo

menunjukan bahwa mesias bukan seperti yang dipikirkan kelompok matius Saya menduga ini adalah jejak

tentang model kubu status quo mendukung teologi Millitary Mesiah sebab disekitar tahun 70-132 ZB model

Millitary Mesiah muncul kuat sebagai gerakan pemberontakan

14

Dengan menempatkan berturut-turut gelar mesias di mulut Herodes Agung

kontras antara Bethlehem dengan Yerusalem penyelidikan dan afirmasi perihal kelahiran

Mesias dari tradisi Yudaisme di mulut para pemuka agama Yahudi maka hal ini jelas

menunjukan apa yang saya sebut di atas sebagai ironi Upaya ini menunjukan bahwa

redaktur Matius menganggap kelompok status quo di Sinagoge tak lagi memiliki

legitimasi Hal tersebut didasarkan pada ironi kelompok status quo yang tidak benar-

benar memahami isi ajaran Yudaisme manakala mereka tak mengakui Yesus sebagai

Mesias padahal mereka ialah pemimpin agama

Perseteruan antara kelompok Matius dengan kelompok status quo tentang

pengakuan Yesus sebagai Mesias sebenarnya merupakan masalah yang sentral Bagi

kelompok status quo mengakui Yesus sebagai Mesias ialah sama dengan memberi

pengakuan akan kehadiran kelompok Yahudi yang menyimpang (Deviant Jews)49

Sedangkan pengkuan akan kelompok yang menyimpang ialah sama dengan membuka

celah bagi perubahan yang radikal dalam diri komunitas Yahudi Artinya memberikan

ruang secara sosio-politik bagi komunitas Matius untuk hidup ialah pilihan yang

membunuh kelompok status quo Maka tentu konsekuensi logisnya ialah dominasi atas

Yudaisme harus terus dilakukan

Persoalan semakin rumit sebab komunitas Matius tidak merasa dirinya ialah

bagian luar dari kelompok Yahudi Mereka tetap yakin jika dirinya merupakan bagian

dari kelompok itu Dalam kesadaran semacam ini mereka berpretensi melakukan

perubahan atas praktek lama yang tak benar Anthony Saldarini menegaskan apabila

komunitas Matius tidak sedang mencoba menciptakan sebuah masyarakat Agama Baru

tetapi tengah berupaya medelegitimasi kelompok status quo dengan membongkar

praktek Yudaisme mereka yang keliru50

Kekeliruan kelompok status quo sebenarnya bukan semata berkaitan dengan

persoalan perbedaan pandangan antara mereka dengan komunitas Matius mengenai

status Yesus sebagai Mesias Akan tetapi juga terletak pada persengkongkolan kelompok

status quo untuk menghancurkan komunitas Matius Sebab secara sosio-politik kehadiran

komunitas Matius ibarat duri dalam daging Maka daripada duri itu terus melukai diri

sendiri lebih baik segera disingkirkan Jejak ini muncul kuat disepanjang ayat 4 dan 7

pada narasi Tindakan Herodes Agung melakukan pertemuan terpisah dengan pemuka

49

Perihal telaah tentang Deviant Jews lihat Kai Ericson Wayward Puritans A Study in the Sociology of

Deviance (New York Wiley 1966) 3-5 50

Saldarini The Gospel 46-47

15

yahudi dan lalu melaksanakan pertemuan rahasia51

dengan para majus ialah bentuk

persengkongkolan demi dominasi status quo Poin yang redaktur Matius angkat ialah

pendekatan kelompok status quo identik dengan sikap penguasa yang manipulatif dan

menindas

Para majus setelah ayat 7 digambarkan sebagai pihak yang awalnya mengikuti

gerak manipulasi kekuasaan ala kelompok status quo dalam diri Herodes Agung Sang

raja yang seolah memberikan ruang pada para majus dan mendengarkan pendapat

mereka sebenarnya hanya tindakan manipulasi untuk menggali informasi guna

menghancurkan Yesus dan para majus sendiri Richard T France menyebut peran para

majus dalam ayat 7-9 sebagai alat spionase sang raja52

Artinya tujuan Herodes Agung

bertemu dengan para majus bukan pertama-tama demi mendengarkan apa yang para

majus itu inginkan tetapi justru untuk memperalat mereka

Ujaran Saldarini dan penjelasan France menurut saya sangat penting dalam

memahami posisi komunitas Matius dalam konteks tidak ingin mengganti Yudaisme

dengan suatu agama baru Melalui kisah kelahiran Yesus komunitas Matius menegaskan

bahwa bentuk dominasi dalam kehidupan bersama tidak dapat diterima Mereka tidak

sedang bicara ortodoksi Agama Yahudi Agama Yahudi yang dalam hal ini hanya

menjadi locus bagi suatu kehidupan bersama atau menjadi arena perebutan pengaruh

Dengan ketiadaan tendensi membentuk locus baru maka komunitas Matius sebenarnya

tengah mencoba mempertahankan diri sebagai bagian dari kesatuan komunitas Yahudi

umunya Akan tetapi dengan suatu harapan bahwa hidup bersama itu dilakukan tidak

dalam penindasan

Penolakan paham tentang dominasi ini menurut saya muncul dalam suatu

pernyataan teologis di sepanjang ayat 10-12 Hal yang sangat menarik ialah upaya

persekongkolan untuk memperalat para majus agar dominasi dapat dilanggengkan justru

digagalkan oleh Tuhan melalui mimpi para majus dan penyataan malaikat kepada Yusuf

Dalam kepolosanya para majus terjebak pada permainan kekuasaan Herodes Agung

tetapi permainan itu tidak sampai selesai sebab Tuhan menggagalkannya di tengah jalan

Pada titik ini saya menduga redaktur Matius menegaskan bahwa Tuhan justru tidak

menghendaki model dominasi status quo yang menghalalkan praktek kekuasaan

manipulatif seperti yang dipraktekan kelompok status quo dalam diri Herodes Agung

51

Ada dua kata kunci dalam pertemuan rahasia ini yaitu ldquoSecara rahasia (λά θρᾳ )rdquo dan ldquomemastikan secara

tepat (ἠ κρί βωζεν)rdquo Pertemuan ini terpisah dan tertutup bersifat rahasia antara Herodes Agung dengan para

majus apa tujuan pertemuan ini Untuk memastikan dengan tepat apakah Yesus Mesias Dalam hal ini untuk

memastikan dampak dari status Yesus sebagai Mesias 52

Frnce The Gospel Kindle Version

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 18: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

10

mereka secara politik tetapi juga memberikan pengaruh kepada tatanan beragama dalam

komunitas mereka sendiri Melalui kejatuhan dengan demikian berakhir juga otoritas Bait

Allah di Yerusalem Pasca penghancuran yang dilakukan oleh Titus pada 70 ZB membuat

kekuasaan dalam urusan keagamaan komunitas Yahudi di diaspora menjadi wewenang

sektoral di masing-masing Sinagoge

Perlu dicatat bahwa pergeseran otoritas keagamaan ke sinagoge sesungguhnya

secara terbatas membuat mereka tetap memiliki kekuasaanya sendiri meskipun pada

masyarakat kota Anthiokhia mereka tidak lagi menikmati keleluasaan Atas otoritas itu

perselisihan dengan orang Yunani-Romawi di Anthiokhia terus berlanjut namun lebih

banyak terjadi di dalam sinagoge Perselisihan tersebut nampak ketika orang-orang

Yunani mulai masuk ke dalam komunitas Terjadi perdebatan apakah mereka harus

menjalankan hukum Yahudi terutama sunat dan makanan halal atau tidak Akan tetapi hal

terpenting dari pergeseran itu bukan terletak pada bagaimana orang Yahudi mulai

menerapkan standar tegas terhadap hukum mereka namun terletak pada apa motif dari

kekuasaan itu mereka pergunakan Merujuk pada Groenen ia menegaskan bahwa akibat

dari bergesernya otoritas keagamaan tersebut membawa dampak yang tidak

menyenangkan bagi orang Kristen di Antiokhia yaitu penindasan oleh Sinagoge terhadap

mereka35

3 Memahami Kembali Matius 21-18

Melalui bantuan pendekatan hermeneutik yang secara khusus menyoroti teks

dalam kerangka sosio-politiknya maka narasi Matius 21-18 memberikan sekurang-

kurangnya tiga pemahaman teologis yang memperluas horizon berpikir pembacanya

31 Mesias yang selamat dari pembantaian adalah tanda penolakan Tuhan terhadap

dominasi status quo

Gelar Mesias yang redaktur Matius tempelkan pada mulut Herodes di ayat ke-4

menjadi kata kunci yang menunjukan posisi komunitas Matius yang berbeda dengan

kelompok status quo Yahudi Teks secara eksplisit menunjukan bahwa Para Majus

sebagai tokoh yang muncul pertama menyinggung perihal kelahiran Yesus (ayat 1-3)

justeru tak sekalipun menyebut gelar Sang Bayi sebagai Mesias (ayat 2) Sebutan dalam

ayat 2 yang para Majus berikan ialah ldquoRaja Orang Yahudi itu ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν

Ἰ οσδαί ωνrdquo (βαζιλεὺ ς menjadi penanda identitas khusus bayi Yesus)36

Istilah Mesias

35

Groenen Pengantar 90 36

Kalimat dalam ayat ini lengkapnya λέ γονηεςmiddot ποῦ ἐ ζηιν ὁ ηετθεὶ ς βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων εἴ δομεν

γὰ ρ αὐ ηοῦ ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ἐ ν ηῇ ἀ ναηολῇ καὶ ἤ λθομεν προζκσνῆ ζαι αὐ ηῷ LAI nampaknya keliru

11

sendiri baru kemudian muncul manakala Herodes menanyakan perihal kelahiran Yesus

kepada pemuka agama Yahudi (ayat 4)

Pemilihan gelar ὁ βαζιλεὺ ς yang ditempelkan ke mulut Para Majus oleh

redaktur Matius ialah jelas berbeda dengan ὁ τριζηὸ ς yang ditempelkan ke mulut

Herodes Agung meskipun merujuk pada subjek yang sama yaitu Yesus Terma ὁ

βαζιλεὺ ς ialah istilah Yunani bagi Raja tetapi tak memiliki nuansa berarti dalam

kosmologi Yudaisme Berkebalikan dari itu ὁ τριζηὸ ς37

justru memiliki makna spesifik

dan sarat nuansa dalam Yudaisme Ada hal penting yang coba disampaikan oleh redaktur

Matius dari distingsi ini

Yosephus memberikan catatan yang sangat berharga perihal gelar ldquoraja orang

Yahudi (ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων)rdquo Menurutnya gelar raja orang Yahudi ialah tanda

yang diberikan oleh Senat Romawi kepada Herodes Agung ketika mereka

mengangkatnya sebagai raja pada tahun 40 SZB38

Craig Evans menafsirkan bahwa

tindakan para majus menyebut Yesus sebagai raja orang yahudi (ayat 2) ialah tindakan

sewajarnya sebab mereka hanya ingin menanyakan perihal suksesi Herodes Agung39

Akan tetapi persoalan yang serius ialah narasi ini sulit dipercayai sungguh-sungguh

faktual secara historis40

Dengan memperhatikan distingsi antara gelar raja orang yahudi

dengan gelar mesias yang muncul dalam tokoh-tokoh pada teks maka saya justeru

melihat kencederungan lain Redaktur Matius secara sengaja ingin menunjukan bahwa

Herodes Agung bersama para Pemuka Agama Yahudi yang berhasil merumuskan perihal

identitas Yesus secara tepat sebagai Mesias merupakan personifikasi status quo Yahudi

Tidak hanya menjadikan Herodes Agung dan Pemuka Agama Yahudi sebagai

personifikasi kelompok status quo melalui narasi ini penulis Matius sekaligus

menyerang mereka

Gelar raja orang Yahudi seharusnya milik Herodes Agung tetapi dengan

munculnya gelar itu disebut oleh para majus maka hal ini menurut saya jelas merupakan

sebuah sinisme Hal tersebut saya argumentasikan sebab penulis Matius menempatkan

Herodes Agung dalam posisi yang sangat ironis Berdasarkan tafsir Evans maka Herodes

lah yang jelas-jelas bergelar raja orang Yahudi sehingga seharusnya ia dapat langsung

memberikan klarifikasi kepada para majus perihal suksesinya Tetapi yang nampak ialah

menerjemahkan λέ γονηεςmiddot dengan ldquobertanya-tanyardquo Kata yang sesuai dengan bahasa Yunani λέ γονηεςmiddot ialah

ldquoberkata (to speak) Maka sebenarnya para majus lebih cenderung mendeklarasikan kelahiran Raja Yahudi 37

Dalam terjemahan Ibraninya yaitu Mesias (Massiah dari bentuk Massah) keduanya berarti Yang Diurapi 38

Yosephus Jewish War 1282 39

Craig Evans Matthew (New York Cambridge University Press 2012) 53 40

R T France menegaskan bahwa tak ada laporan sekunder di luar injil yang dapat mengkonfirmasikan

historisitas kunjungan itu Lih R T France The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing

Co 2012) Kindle Version

12

justru Herodes Agung seperti seorang bodoh yang tak menyadari bahwa dia sendiri yang

adalah raja orang Yahudi itu Herodes Agung digambarkan seperti tak punya petunjuk

apakah benar ada pengganti dirinya yang baru saja lahir

Warren Carter mengajukan pendapat bahwa respon Herodes Agung yang begitu

saja rela mencarikan informasi lebih jauh bagi para majus (ayat 1-6) perlu dilihat dalam

kerangka pikir bahwa para majus ialah astrolog yang biasa diminta menjelaskan arti

kemunculan tanda alam (seperti bintang) dan relasinya dengan kekuasaan41

Pandangan

Carter itu bersesuaian dengan Craig Keneer yang secara eksplisit berani mengatakan

bahwa para majus ialah astrolog kerajaan Persia yang memiliki peran politik sangat

penting42

Ada tafsiran yang menyebut para majus ialah raja-raja yang bangsa kafir

sehingga dimengerti sebagai jalan soteriologi untuk menjangkau bangsa-bangsa di luar

Yahudi Namun tanda bahwa mereka melihat bintang ialah petunjuk lebih jelas mengenai

tujuan disebutkannya tokoh ini oleh redaktur Matius

Persoalanya apakah bintang raja orang Yahudi itu (ayat 2) ialah bintang per se

Anggapan tersebut dipersoalkan oleh Howard Clarke dengan mengatakan bahwa jika

benar bintang tersebut muncul lalu tidak masuk akal jika Herodes Agung tak

melihatnya43

Umumnya para pakar memandang bahwa bintang (ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ayat 2)

dikutip redaktur Matius dari Bilangan 2417 dan menautkan kisah penglihatan Bileam

tentang bintang Daud pada kisah kelahiran Yesus Hal ini menunjukan indikasi bahwa

terjadi pemenuhan dari apa yang dikisahkan dalam perjanjian lama

Namun hal yang saya catat ialah redaktur Matius sedang dalam perjuangan

mendapatkan pengaruh melawan pihak yang merasa secara yuridis berwenang atas

penetapan ajaran Yudaisme Pemenuhan kisah perjanjian lama dalam rentang waktu

ketika komunitas Matius hidup baru dapat dikonfirmasikan bukan oleh sekte ini tetapi

oleh otoritas Yahudi di Sinagoge yang notabene lawan mereka44

Maka dari itu saya

mengira bahwa redaktur Matius ingin menelanjangi posisi penguasa Sinagoge yang tak

benar-benar paham tradisi Yudaisme melalui upaya menegaskan status Yesus sebagai

Mesias45

41

Warren Carter Matthew and the Margins74 42

Craig S Keener A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2013) 100 43

Clarke The Gospel of Matthew 18 44

Pasca penghancuran Bait Allah ketika terjadi penumpasan pemberontakan Yerusalem otoritas Yudaisme

berpindah ke masing-masing Sinagoge Akan tetapi Saldarini menunjukan bahwa Komunitas Matius tidak

menerima otoritas itu bahkan menganggap bahwa model di masing-masing Sinagoge perlu diatur ulang Lih

Saldarini The Gospel 52 45

Masa pasca Bait Allah (Post Temple) ialah masa dimana para Rabi Yahudi di Sinagoge-sinagoge mulai

menafsir ulang Yudaisme agar sesuai dengan kondisi kehidupan mereka Dalam paham itu saya menduga bahwa

Redaktur Matius sedang berupaya sekuat tenaga melawan tafsir baru para Rabi (mungkin sekali dari Golonga

13

Dengan menautkan tradisi Yudaisme tentang kisah bintang Daud seperti yang

para ahli katakan dan dengan menempelkan gelar raja orang yahudi pada mulut para

majus maka apa yang saya sebut sebagai sinisme menjadi lebih jelas Redaktur Matius

menempatkan para majus yang ialah personifikasi komunitas Matius sebagai pihak di

luar status quo Sinagoge yang justru lebih ketat dan peka terhadap tradisi Yudaisme

dalam hal melihat pentingnya kehadiran Yesus yang sudah terjadi di dunia46

Perihal kelahiran Mesias ke bumi apabila merujuk pada teks rupanya bukanlah

suatu kabar gembira bagi kelompok status quo Pemilihan kata ἐ ηαρά τθη47

yang

muncul di ayat ke-3 oleh redaktur memberikan kesan kuat bahwa Yesus yang sudah lahir

ialah sebuah masalah bagi kelompok status quo Anggapan bahwa Yesus menimbulkan

masalah oleh kelompok status quo dipertegas melalui keengganan mereka untuk

mengakui bahwa Mesias telah lahir Redaktur Matius menggunakan kata γεννᾶ ηαι48

yang menunjukan kelompok status quo tak setuju dengan klaim kelompok Matius

tentang ke-mesias-an Yesus

Ketidaksetujuan itu juga nampak dari disebutkannya Bethlehem (ayat 1) sebagai

tempat kelahiran Yesus dan Yerusalem (ayat 3) sebagai tempat yang menolak kelahiran

Yesus Seisi Yerusalem menanggapi kabar bahwa Yesus Sang Mesias sudah hadir di

dunia sebagai masalah Yerusalem ialah pusat kekuasan atau dalam hal ini menjadi

lambang sistem kekuasaan status quo yang mana enggan mengakui bahwa Yesus benar

Mesias Melalui pengecekan tradisi Yudaisme dalam diri Herodes Agung dan para

pemuka agama Yahudi (4-6) redaktur Matius sekaligus menyerang mereka sebagai

pemegang otoritas keagamaan yang tidak paham mengenai tradisi Yudaisme itu sendiri

Pharisi) untuk menjadi pegangan bersama Komunitas Yahudi di Anthiokhia Tradisi tentang Midrash membantu

membentuk pemahaman ini Lih Brian M Nolan The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in

the Setting of the Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979) 52-58 Bnd Robert M Prince New

Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm diakses 8 November 2014 46

γεννηθέ νηος ialah kata kerja aoris geniitif pasif yang tak hanya menunjukan penegasan tetapi juga sekaligus

menujukan tindakan yang sudah pernah terjadi Artinya penegasan bahwa Raja orang Yahudi sudah pernah

dilahirkan Kata ini juga menjadi penegasan tentang status kemesiasan Yesus 47

Kata ἐ ηαρά τθη dari bentuk kata ηαρά ζζω kurang tepat jika diterjemahkan dengan ldquoterkejutrdquo Kata itu

berarti meresahkan mengacaukan menganggu atau menakutkan Terjemahan King James Version (KJV)

ldquotroubled (menyusahkan)rdquo menurut saya jauh lebih memadai dibandingkan terjemahan dalam TB-LAI Untuk

keperluan tulisan ini maka saya menggunakan kata ldquomengganggurdquo sebagai ganti kata ldquoterkejutrdquo 48

Kata γεννᾶ ηαι (kata kerja present indikatif pasif untuk orang ketiga tunggal dari bentuk γεννά ω) berarti

ldquosedang dilahirkanrdquo Dalam narasi Matius pasal 2 kata ini berbeda kasusnya dengan kata yang sama di ayat 1

Kata ini menunjukan pemahaman bahwa kegiatan Mesianik masa terus berlangsung Berbeda dengan kelompok

Matius yang percaya nubuatan mesianik sudah terjadi dalam diri Yesus kelompok Yahudi status quo

menunjukan bahwa mesias bukan seperti yang dipikirkan kelompok matius Saya menduga ini adalah jejak

tentang model kubu status quo mendukung teologi Millitary Mesiah sebab disekitar tahun 70-132 ZB model

Millitary Mesiah muncul kuat sebagai gerakan pemberontakan

14

Dengan menempatkan berturut-turut gelar mesias di mulut Herodes Agung

kontras antara Bethlehem dengan Yerusalem penyelidikan dan afirmasi perihal kelahiran

Mesias dari tradisi Yudaisme di mulut para pemuka agama Yahudi maka hal ini jelas

menunjukan apa yang saya sebut di atas sebagai ironi Upaya ini menunjukan bahwa

redaktur Matius menganggap kelompok status quo di Sinagoge tak lagi memiliki

legitimasi Hal tersebut didasarkan pada ironi kelompok status quo yang tidak benar-

benar memahami isi ajaran Yudaisme manakala mereka tak mengakui Yesus sebagai

Mesias padahal mereka ialah pemimpin agama

Perseteruan antara kelompok Matius dengan kelompok status quo tentang

pengakuan Yesus sebagai Mesias sebenarnya merupakan masalah yang sentral Bagi

kelompok status quo mengakui Yesus sebagai Mesias ialah sama dengan memberi

pengakuan akan kehadiran kelompok Yahudi yang menyimpang (Deviant Jews)49

Sedangkan pengkuan akan kelompok yang menyimpang ialah sama dengan membuka

celah bagi perubahan yang radikal dalam diri komunitas Yahudi Artinya memberikan

ruang secara sosio-politik bagi komunitas Matius untuk hidup ialah pilihan yang

membunuh kelompok status quo Maka tentu konsekuensi logisnya ialah dominasi atas

Yudaisme harus terus dilakukan

Persoalan semakin rumit sebab komunitas Matius tidak merasa dirinya ialah

bagian luar dari kelompok Yahudi Mereka tetap yakin jika dirinya merupakan bagian

dari kelompok itu Dalam kesadaran semacam ini mereka berpretensi melakukan

perubahan atas praktek lama yang tak benar Anthony Saldarini menegaskan apabila

komunitas Matius tidak sedang mencoba menciptakan sebuah masyarakat Agama Baru

tetapi tengah berupaya medelegitimasi kelompok status quo dengan membongkar

praktek Yudaisme mereka yang keliru50

Kekeliruan kelompok status quo sebenarnya bukan semata berkaitan dengan

persoalan perbedaan pandangan antara mereka dengan komunitas Matius mengenai

status Yesus sebagai Mesias Akan tetapi juga terletak pada persengkongkolan kelompok

status quo untuk menghancurkan komunitas Matius Sebab secara sosio-politik kehadiran

komunitas Matius ibarat duri dalam daging Maka daripada duri itu terus melukai diri

sendiri lebih baik segera disingkirkan Jejak ini muncul kuat disepanjang ayat 4 dan 7

pada narasi Tindakan Herodes Agung melakukan pertemuan terpisah dengan pemuka

49

Perihal telaah tentang Deviant Jews lihat Kai Ericson Wayward Puritans A Study in the Sociology of

Deviance (New York Wiley 1966) 3-5 50

Saldarini The Gospel 46-47

15

yahudi dan lalu melaksanakan pertemuan rahasia51

dengan para majus ialah bentuk

persengkongkolan demi dominasi status quo Poin yang redaktur Matius angkat ialah

pendekatan kelompok status quo identik dengan sikap penguasa yang manipulatif dan

menindas

Para majus setelah ayat 7 digambarkan sebagai pihak yang awalnya mengikuti

gerak manipulasi kekuasaan ala kelompok status quo dalam diri Herodes Agung Sang

raja yang seolah memberikan ruang pada para majus dan mendengarkan pendapat

mereka sebenarnya hanya tindakan manipulasi untuk menggali informasi guna

menghancurkan Yesus dan para majus sendiri Richard T France menyebut peran para

majus dalam ayat 7-9 sebagai alat spionase sang raja52

Artinya tujuan Herodes Agung

bertemu dengan para majus bukan pertama-tama demi mendengarkan apa yang para

majus itu inginkan tetapi justru untuk memperalat mereka

Ujaran Saldarini dan penjelasan France menurut saya sangat penting dalam

memahami posisi komunitas Matius dalam konteks tidak ingin mengganti Yudaisme

dengan suatu agama baru Melalui kisah kelahiran Yesus komunitas Matius menegaskan

bahwa bentuk dominasi dalam kehidupan bersama tidak dapat diterima Mereka tidak

sedang bicara ortodoksi Agama Yahudi Agama Yahudi yang dalam hal ini hanya

menjadi locus bagi suatu kehidupan bersama atau menjadi arena perebutan pengaruh

Dengan ketiadaan tendensi membentuk locus baru maka komunitas Matius sebenarnya

tengah mencoba mempertahankan diri sebagai bagian dari kesatuan komunitas Yahudi

umunya Akan tetapi dengan suatu harapan bahwa hidup bersama itu dilakukan tidak

dalam penindasan

Penolakan paham tentang dominasi ini menurut saya muncul dalam suatu

pernyataan teologis di sepanjang ayat 10-12 Hal yang sangat menarik ialah upaya

persekongkolan untuk memperalat para majus agar dominasi dapat dilanggengkan justru

digagalkan oleh Tuhan melalui mimpi para majus dan penyataan malaikat kepada Yusuf

Dalam kepolosanya para majus terjebak pada permainan kekuasaan Herodes Agung

tetapi permainan itu tidak sampai selesai sebab Tuhan menggagalkannya di tengah jalan

Pada titik ini saya menduga redaktur Matius menegaskan bahwa Tuhan justru tidak

menghendaki model dominasi status quo yang menghalalkan praktek kekuasaan

manipulatif seperti yang dipraktekan kelompok status quo dalam diri Herodes Agung

51

Ada dua kata kunci dalam pertemuan rahasia ini yaitu ldquoSecara rahasia (λά θρᾳ )rdquo dan ldquomemastikan secara

tepat (ἠ κρί βωζεν)rdquo Pertemuan ini terpisah dan tertutup bersifat rahasia antara Herodes Agung dengan para

majus apa tujuan pertemuan ini Untuk memastikan dengan tepat apakah Yesus Mesias Dalam hal ini untuk

memastikan dampak dari status Yesus sebagai Mesias 52

Frnce The Gospel Kindle Version

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 19: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

11

sendiri baru kemudian muncul manakala Herodes menanyakan perihal kelahiran Yesus

kepada pemuka agama Yahudi (ayat 4)

Pemilihan gelar ὁ βαζιλεὺ ς yang ditempelkan ke mulut Para Majus oleh

redaktur Matius ialah jelas berbeda dengan ὁ τριζηὸ ς yang ditempelkan ke mulut

Herodes Agung meskipun merujuk pada subjek yang sama yaitu Yesus Terma ὁ

βαζιλεὺ ς ialah istilah Yunani bagi Raja tetapi tak memiliki nuansa berarti dalam

kosmologi Yudaisme Berkebalikan dari itu ὁ τριζηὸ ς37

justru memiliki makna spesifik

dan sarat nuansa dalam Yudaisme Ada hal penting yang coba disampaikan oleh redaktur

Matius dari distingsi ini

Yosephus memberikan catatan yang sangat berharga perihal gelar ldquoraja orang

Yahudi (ὁ βαζιλεὺ ς ηῶν Ἰ οσδαί ων)rdquo Menurutnya gelar raja orang Yahudi ialah tanda

yang diberikan oleh Senat Romawi kepada Herodes Agung ketika mereka

mengangkatnya sebagai raja pada tahun 40 SZB38

Craig Evans menafsirkan bahwa

tindakan para majus menyebut Yesus sebagai raja orang yahudi (ayat 2) ialah tindakan

sewajarnya sebab mereka hanya ingin menanyakan perihal suksesi Herodes Agung39

Akan tetapi persoalan yang serius ialah narasi ini sulit dipercayai sungguh-sungguh

faktual secara historis40

Dengan memperhatikan distingsi antara gelar raja orang yahudi

dengan gelar mesias yang muncul dalam tokoh-tokoh pada teks maka saya justeru

melihat kencederungan lain Redaktur Matius secara sengaja ingin menunjukan bahwa

Herodes Agung bersama para Pemuka Agama Yahudi yang berhasil merumuskan perihal

identitas Yesus secara tepat sebagai Mesias merupakan personifikasi status quo Yahudi

Tidak hanya menjadikan Herodes Agung dan Pemuka Agama Yahudi sebagai

personifikasi kelompok status quo melalui narasi ini penulis Matius sekaligus

menyerang mereka

Gelar raja orang Yahudi seharusnya milik Herodes Agung tetapi dengan

munculnya gelar itu disebut oleh para majus maka hal ini menurut saya jelas merupakan

sebuah sinisme Hal tersebut saya argumentasikan sebab penulis Matius menempatkan

Herodes Agung dalam posisi yang sangat ironis Berdasarkan tafsir Evans maka Herodes

lah yang jelas-jelas bergelar raja orang Yahudi sehingga seharusnya ia dapat langsung

memberikan klarifikasi kepada para majus perihal suksesinya Tetapi yang nampak ialah

menerjemahkan λέ γονηεςmiddot dengan ldquobertanya-tanyardquo Kata yang sesuai dengan bahasa Yunani λέ γονηεςmiddot ialah

ldquoberkata (to speak) Maka sebenarnya para majus lebih cenderung mendeklarasikan kelahiran Raja Yahudi 37

Dalam terjemahan Ibraninya yaitu Mesias (Massiah dari bentuk Massah) keduanya berarti Yang Diurapi 38

Yosephus Jewish War 1282 39

Craig Evans Matthew (New York Cambridge University Press 2012) 53 40

R T France menegaskan bahwa tak ada laporan sekunder di luar injil yang dapat mengkonfirmasikan

historisitas kunjungan itu Lih R T France The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing

Co 2012) Kindle Version

12

justru Herodes Agung seperti seorang bodoh yang tak menyadari bahwa dia sendiri yang

adalah raja orang Yahudi itu Herodes Agung digambarkan seperti tak punya petunjuk

apakah benar ada pengganti dirinya yang baru saja lahir

Warren Carter mengajukan pendapat bahwa respon Herodes Agung yang begitu

saja rela mencarikan informasi lebih jauh bagi para majus (ayat 1-6) perlu dilihat dalam

kerangka pikir bahwa para majus ialah astrolog yang biasa diminta menjelaskan arti

kemunculan tanda alam (seperti bintang) dan relasinya dengan kekuasaan41

Pandangan

Carter itu bersesuaian dengan Craig Keneer yang secara eksplisit berani mengatakan

bahwa para majus ialah astrolog kerajaan Persia yang memiliki peran politik sangat

penting42

Ada tafsiran yang menyebut para majus ialah raja-raja yang bangsa kafir

sehingga dimengerti sebagai jalan soteriologi untuk menjangkau bangsa-bangsa di luar

Yahudi Namun tanda bahwa mereka melihat bintang ialah petunjuk lebih jelas mengenai

tujuan disebutkannya tokoh ini oleh redaktur Matius

Persoalanya apakah bintang raja orang Yahudi itu (ayat 2) ialah bintang per se

Anggapan tersebut dipersoalkan oleh Howard Clarke dengan mengatakan bahwa jika

benar bintang tersebut muncul lalu tidak masuk akal jika Herodes Agung tak

melihatnya43

Umumnya para pakar memandang bahwa bintang (ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ayat 2)

dikutip redaktur Matius dari Bilangan 2417 dan menautkan kisah penglihatan Bileam

tentang bintang Daud pada kisah kelahiran Yesus Hal ini menunjukan indikasi bahwa

terjadi pemenuhan dari apa yang dikisahkan dalam perjanjian lama

Namun hal yang saya catat ialah redaktur Matius sedang dalam perjuangan

mendapatkan pengaruh melawan pihak yang merasa secara yuridis berwenang atas

penetapan ajaran Yudaisme Pemenuhan kisah perjanjian lama dalam rentang waktu

ketika komunitas Matius hidup baru dapat dikonfirmasikan bukan oleh sekte ini tetapi

oleh otoritas Yahudi di Sinagoge yang notabene lawan mereka44

Maka dari itu saya

mengira bahwa redaktur Matius ingin menelanjangi posisi penguasa Sinagoge yang tak

benar-benar paham tradisi Yudaisme melalui upaya menegaskan status Yesus sebagai

Mesias45

41

Warren Carter Matthew and the Margins74 42

Craig S Keener A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2013) 100 43

Clarke The Gospel of Matthew 18 44

Pasca penghancuran Bait Allah ketika terjadi penumpasan pemberontakan Yerusalem otoritas Yudaisme

berpindah ke masing-masing Sinagoge Akan tetapi Saldarini menunjukan bahwa Komunitas Matius tidak

menerima otoritas itu bahkan menganggap bahwa model di masing-masing Sinagoge perlu diatur ulang Lih

Saldarini The Gospel 52 45

Masa pasca Bait Allah (Post Temple) ialah masa dimana para Rabi Yahudi di Sinagoge-sinagoge mulai

menafsir ulang Yudaisme agar sesuai dengan kondisi kehidupan mereka Dalam paham itu saya menduga bahwa

Redaktur Matius sedang berupaya sekuat tenaga melawan tafsir baru para Rabi (mungkin sekali dari Golonga

13

Dengan menautkan tradisi Yudaisme tentang kisah bintang Daud seperti yang

para ahli katakan dan dengan menempelkan gelar raja orang yahudi pada mulut para

majus maka apa yang saya sebut sebagai sinisme menjadi lebih jelas Redaktur Matius

menempatkan para majus yang ialah personifikasi komunitas Matius sebagai pihak di

luar status quo Sinagoge yang justru lebih ketat dan peka terhadap tradisi Yudaisme

dalam hal melihat pentingnya kehadiran Yesus yang sudah terjadi di dunia46

Perihal kelahiran Mesias ke bumi apabila merujuk pada teks rupanya bukanlah

suatu kabar gembira bagi kelompok status quo Pemilihan kata ἐ ηαρά τθη47

yang

muncul di ayat ke-3 oleh redaktur memberikan kesan kuat bahwa Yesus yang sudah lahir

ialah sebuah masalah bagi kelompok status quo Anggapan bahwa Yesus menimbulkan

masalah oleh kelompok status quo dipertegas melalui keengganan mereka untuk

mengakui bahwa Mesias telah lahir Redaktur Matius menggunakan kata γεννᾶ ηαι48

yang menunjukan kelompok status quo tak setuju dengan klaim kelompok Matius

tentang ke-mesias-an Yesus

Ketidaksetujuan itu juga nampak dari disebutkannya Bethlehem (ayat 1) sebagai

tempat kelahiran Yesus dan Yerusalem (ayat 3) sebagai tempat yang menolak kelahiran

Yesus Seisi Yerusalem menanggapi kabar bahwa Yesus Sang Mesias sudah hadir di

dunia sebagai masalah Yerusalem ialah pusat kekuasan atau dalam hal ini menjadi

lambang sistem kekuasaan status quo yang mana enggan mengakui bahwa Yesus benar

Mesias Melalui pengecekan tradisi Yudaisme dalam diri Herodes Agung dan para

pemuka agama Yahudi (4-6) redaktur Matius sekaligus menyerang mereka sebagai

pemegang otoritas keagamaan yang tidak paham mengenai tradisi Yudaisme itu sendiri

Pharisi) untuk menjadi pegangan bersama Komunitas Yahudi di Anthiokhia Tradisi tentang Midrash membantu

membentuk pemahaman ini Lih Brian M Nolan The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in

the Setting of the Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979) 52-58 Bnd Robert M Prince New

Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm diakses 8 November 2014 46

γεννηθέ νηος ialah kata kerja aoris geniitif pasif yang tak hanya menunjukan penegasan tetapi juga sekaligus

menujukan tindakan yang sudah pernah terjadi Artinya penegasan bahwa Raja orang Yahudi sudah pernah

dilahirkan Kata ini juga menjadi penegasan tentang status kemesiasan Yesus 47

Kata ἐ ηαρά τθη dari bentuk kata ηαρά ζζω kurang tepat jika diterjemahkan dengan ldquoterkejutrdquo Kata itu

berarti meresahkan mengacaukan menganggu atau menakutkan Terjemahan King James Version (KJV)

ldquotroubled (menyusahkan)rdquo menurut saya jauh lebih memadai dibandingkan terjemahan dalam TB-LAI Untuk

keperluan tulisan ini maka saya menggunakan kata ldquomengganggurdquo sebagai ganti kata ldquoterkejutrdquo 48

Kata γεννᾶ ηαι (kata kerja present indikatif pasif untuk orang ketiga tunggal dari bentuk γεννά ω) berarti

ldquosedang dilahirkanrdquo Dalam narasi Matius pasal 2 kata ini berbeda kasusnya dengan kata yang sama di ayat 1

Kata ini menunjukan pemahaman bahwa kegiatan Mesianik masa terus berlangsung Berbeda dengan kelompok

Matius yang percaya nubuatan mesianik sudah terjadi dalam diri Yesus kelompok Yahudi status quo

menunjukan bahwa mesias bukan seperti yang dipikirkan kelompok matius Saya menduga ini adalah jejak

tentang model kubu status quo mendukung teologi Millitary Mesiah sebab disekitar tahun 70-132 ZB model

Millitary Mesiah muncul kuat sebagai gerakan pemberontakan

14

Dengan menempatkan berturut-turut gelar mesias di mulut Herodes Agung

kontras antara Bethlehem dengan Yerusalem penyelidikan dan afirmasi perihal kelahiran

Mesias dari tradisi Yudaisme di mulut para pemuka agama Yahudi maka hal ini jelas

menunjukan apa yang saya sebut di atas sebagai ironi Upaya ini menunjukan bahwa

redaktur Matius menganggap kelompok status quo di Sinagoge tak lagi memiliki

legitimasi Hal tersebut didasarkan pada ironi kelompok status quo yang tidak benar-

benar memahami isi ajaran Yudaisme manakala mereka tak mengakui Yesus sebagai

Mesias padahal mereka ialah pemimpin agama

Perseteruan antara kelompok Matius dengan kelompok status quo tentang

pengakuan Yesus sebagai Mesias sebenarnya merupakan masalah yang sentral Bagi

kelompok status quo mengakui Yesus sebagai Mesias ialah sama dengan memberi

pengakuan akan kehadiran kelompok Yahudi yang menyimpang (Deviant Jews)49

Sedangkan pengkuan akan kelompok yang menyimpang ialah sama dengan membuka

celah bagi perubahan yang radikal dalam diri komunitas Yahudi Artinya memberikan

ruang secara sosio-politik bagi komunitas Matius untuk hidup ialah pilihan yang

membunuh kelompok status quo Maka tentu konsekuensi logisnya ialah dominasi atas

Yudaisme harus terus dilakukan

Persoalan semakin rumit sebab komunitas Matius tidak merasa dirinya ialah

bagian luar dari kelompok Yahudi Mereka tetap yakin jika dirinya merupakan bagian

dari kelompok itu Dalam kesadaran semacam ini mereka berpretensi melakukan

perubahan atas praktek lama yang tak benar Anthony Saldarini menegaskan apabila

komunitas Matius tidak sedang mencoba menciptakan sebuah masyarakat Agama Baru

tetapi tengah berupaya medelegitimasi kelompok status quo dengan membongkar

praktek Yudaisme mereka yang keliru50

Kekeliruan kelompok status quo sebenarnya bukan semata berkaitan dengan

persoalan perbedaan pandangan antara mereka dengan komunitas Matius mengenai

status Yesus sebagai Mesias Akan tetapi juga terletak pada persengkongkolan kelompok

status quo untuk menghancurkan komunitas Matius Sebab secara sosio-politik kehadiran

komunitas Matius ibarat duri dalam daging Maka daripada duri itu terus melukai diri

sendiri lebih baik segera disingkirkan Jejak ini muncul kuat disepanjang ayat 4 dan 7

pada narasi Tindakan Herodes Agung melakukan pertemuan terpisah dengan pemuka

49

Perihal telaah tentang Deviant Jews lihat Kai Ericson Wayward Puritans A Study in the Sociology of

Deviance (New York Wiley 1966) 3-5 50

Saldarini The Gospel 46-47

15

yahudi dan lalu melaksanakan pertemuan rahasia51

dengan para majus ialah bentuk

persengkongkolan demi dominasi status quo Poin yang redaktur Matius angkat ialah

pendekatan kelompok status quo identik dengan sikap penguasa yang manipulatif dan

menindas

Para majus setelah ayat 7 digambarkan sebagai pihak yang awalnya mengikuti

gerak manipulasi kekuasaan ala kelompok status quo dalam diri Herodes Agung Sang

raja yang seolah memberikan ruang pada para majus dan mendengarkan pendapat

mereka sebenarnya hanya tindakan manipulasi untuk menggali informasi guna

menghancurkan Yesus dan para majus sendiri Richard T France menyebut peran para

majus dalam ayat 7-9 sebagai alat spionase sang raja52

Artinya tujuan Herodes Agung

bertemu dengan para majus bukan pertama-tama demi mendengarkan apa yang para

majus itu inginkan tetapi justru untuk memperalat mereka

Ujaran Saldarini dan penjelasan France menurut saya sangat penting dalam

memahami posisi komunitas Matius dalam konteks tidak ingin mengganti Yudaisme

dengan suatu agama baru Melalui kisah kelahiran Yesus komunitas Matius menegaskan

bahwa bentuk dominasi dalam kehidupan bersama tidak dapat diterima Mereka tidak

sedang bicara ortodoksi Agama Yahudi Agama Yahudi yang dalam hal ini hanya

menjadi locus bagi suatu kehidupan bersama atau menjadi arena perebutan pengaruh

Dengan ketiadaan tendensi membentuk locus baru maka komunitas Matius sebenarnya

tengah mencoba mempertahankan diri sebagai bagian dari kesatuan komunitas Yahudi

umunya Akan tetapi dengan suatu harapan bahwa hidup bersama itu dilakukan tidak

dalam penindasan

Penolakan paham tentang dominasi ini menurut saya muncul dalam suatu

pernyataan teologis di sepanjang ayat 10-12 Hal yang sangat menarik ialah upaya

persekongkolan untuk memperalat para majus agar dominasi dapat dilanggengkan justru

digagalkan oleh Tuhan melalui mimpi para majus dan penyataan malaikat kepada Yusuf

Dalam kepolosanya para majus terjebak pada permainan kekuasaan Herodes Agung

tetapi permainan itu tidak sampai selesai sebab Tuhan menggagalkannya di tengah jalan

Pada titik ini saya menduga redaktur Matius menegaskan bahwa Tuhan justru tidak

menghendaki model dominasi status quo yang menghalalkan praktek kekuasaan

manipulatif seperti yang dipraktekan kelompok status quo dalam diri Herodes Agung

51

Ada dua kata kunci dalam pertemuan rahasia ini yaitu ldquoSecara rahasia (λά θρᾳ )rdquo dan ldquomemastikan secara

tepat (ἠ κρί βωζεν)rdquo Pertemuan ini terpisah dan tertutup bersifat rahasia antara Herodes Agung dengan para

majus apa tujuan pertemuan ini Untuk memastikan dengan tepat apakah Yesus Mesias Dalam hal ini untuk

memastikan dampak dari status Yesus sebagai Mesias 52

Frnce The Gospel Kindle Version

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 20: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

12

justru Herodes Agung seperti seorang bodoh yang tak menyadari bahwa dia sendiri yang

adalah raja orang Yahudi itu Herodes Agung digambarkan seperti tak punya petunjuk

apakah benar ada pengganti dirinya yang baru saja lahir

Warren Carter mengajukan pendapat bahwa respon Herodes Agung yang begitu

saja rela mencarikan informasi lebih jauh bagi para majus (ayat 1-6) perlu dilihat dalam

kerangka pikir bahwa para majus ialah astrolog yang biasa diminta menjelaskan arti

kemunculan tanda alam (seperti bintang) dan relasinya dengan kekuasaan41

Pandangan

Carter itu bersesuaian dengan Craig Keneer yang secara eksplisit berani mengatakan

bahwa para majus ialah astrolog kerajaan Persia yang memiliki peran politik sangat

penting42

Ada tafsiran yang menyebut para majus ialah raja-raja yang bangsa kafir

sehingga dimengerti sebagai jalan soteriologi untuk menjangkau bangsa-bangsa di luar

Yahudi Namun tanda bahwa mereka melihat bintang ialah petunjuk lebih jelas mengenai

tujuan disebutkannya tokoh ini oleh redaktur Matius

Persoalanya apakah bintang raja orang Yahudi itu (ayat 2) ialah bintang per se

Anggapan tersebut dipersoalkan oleh Howard Clarke dengan mengatakan bahwa jika

benar bintang tersebut muncul lalu tidak masuk akal jika Herodes Agung tak

melihatnya43

Umumnya para pakar memandang bahwa bintang (ηὸ ν ἀ ζηέ ρα ayat 2)

dikutip redaktur Matius dari Bilangan 2417 dan menautkan kisah penglihatan Bileam

tentang bintang Daud pada kisah kelahiran Yesus Hal ini menunjukan indikasi bahwa

terjadi pemenuhan dari apa yang dikisahkan dalam perjanjian lama

Namun hal yang saya catat ialah redaktur Matius sedang dalam perjuangan

mendapatkan pengaruh melawan pihak yang merasa secara yuridis berwenang atas

penetapan ajaran Yudaisme Pemenuhan kisah perjanjian lama dalam rentang waktu

ketika komunitas Matius hidup baru dapat dikonfirmasikan bukan oleh sekte ini tetapi

oleh otoritas Yahudi di Sinagoge yang notabene lawan mereka44

Maka dari itu saya

mengira bahwa redaktur Matius ingin menelanjangi posisi penguasa Sinagoge yang tak

benar-benar paham tradisi Yudaisme melalui upaya menegaskan status Yesus sebagai

Mesias45

41

Warren Carter Matthew and the Margins74 42

Craig S Keener A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2013) 100 43

Clarke The Gospel of Matthew 18 44

Pasca penghancuran Bait Allah ketika terjadi penumpasan pemberontakan Yerusalem otoritas Yudaisme

berpindah ke masing-masing Sinagoge Akan tetapi Saldarini menunjukan bahwa Komunitas Matius tidak

menerima otoritas itu bahkan menganggap bahwa model di masing-masing Sinagoge perlu diatur ulang Lih

Saldarini The Gospel 52 45

Masa pasca Bait Allah (Post Temple) ialah masa dimana para Rabi Yahudi di Sinagoge-sinagoge mulai

menafsir ulang Yudaisme agar sesuai dengan kondisi kehidupan mereka Dalam paham itu saya menduga bahwa

Redaktur Matius sedang berupaya sekuat tenaga melawan tafsir baru para Rabi (mungkin sekali dari Golonga

13

Dengan menautkan tradisi Yudaisme tentang kisah bintang Daud seperti yang

para ahli katakan dan dengan menempelkan gelar raja orang yahudi pada mulut para

majus maka apa yang saya sebut sebagai sinisme menjadi lebih jelas Redaktur Matius

menempatkan para majus yang ialah personifikasi komunitas Matius sebagai pihak di

luar status quo Sinagoge yang justru lebih ketat dan peka terhadap tradisi Yudaisme

dalam hal melihat pentingnya kehadiran Yesus yang sudah terjadi di dunia46

Perihal kelahiran Mesias ke bumi apabila merujuk pada teks rupanya bukanlah

suatu kabar gembira bagi kelompok status quo Pemilihan kata ἐ ηαρά τθη47

yang

muncul di ayat ke-3 oleh redaktur memberikan kesan kuat bahwa Yesus yang sudah lahir

ialah sebuah masalah bagi kelompok status quo Anggapan bahwa Yesus menimbulkan

masalah oleh kelompok status quo dipertegas melalui keengganan mereka untuk

mengakui bahwa Mesias telah lahir Redaktur Matius menggunakan kata γεννᾶ ηαι48

yang menunjukan kelompok status quo tak setuju dengan klaim kelompok Matius

tentang ke-mesias-an Yesus

Ketidaksetujuan itu juga nampak dari disebutkannya Bethlehem (ayat 1) sebagai

tempat kelahiran Yesus dan Yerusalem (ayat 3) sebagai tempat yang menolak kelahiran

Yesus Seisi Yerusalem menanggapi kabar bahwa Yesus Sang Mesias sudah hadir di

dunia sebagai masalah Yerusalem ialah pusat kekuasan atau dalam hal ini menjadi

lambang sistem kekuasaan status quo yang mana enggan mengakui bahwa Yesus benar

Mesias Melalui pengecekan tradisi Yudaisme dalam diri Herodes Agung dan para

pemuka agama Yahudi (4-6) redaktur Matius sekaligus menyerang mereka sebagai

pemegang otoritas keagamaan yang tidak paham mengenai tradisi Yudaisme itu sendiri

Pharisi) untuk menjadi pegangan bersama Komunitas Yahudi di Anthiokhia Tradisi tentang Midrash membantu

membentuk pemahaman ini Lih Brian M Nolan The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in

the Setting of the Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979) 52-58 Bnd Robert M Prince New

Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm diakses 8 November 2014 46

γεννηθέ νηος ialah kata kerja aoris geniitif pasif yang tak hanya menunjukan penegasan tetapi juga sekaligus

menujukan tindakan yang sudah pernah terjadi Artinya penegasan bahwa Raja orang Yahudi sudah pernah

dilahirkan Kata ini juga menjadi penegasan tentang status kemesiasan Yesus 47

Kata ἐ ηαρά τθη dari bentuk kata ηαρά ζζω kurang tepat jika diterjemahkan dengan ldquoterkejutrdquo Kata itu

berarti meresahkan mengacaukan menganggu atau menakutkan Terjemahan King James Version (KJV)

ldquotroubled (menyusahkan)rdquo menurut saya jauh lebih memadai dibandingkan terjemahan dalam TB-LAI Untuk

keperluan tulisan ini maka saya menggunakan kata ldquomengganggurdquo sebagai ganti kata ldquoterkejutrdquo 48

Kata γεννᾶ ηαι (kata kerja present indikatif pasif untuk orang ketiga tunggal dari bentuk γεννά ω) berarti

ldquosedang dilahirkanrdquo Dalam narasi Matius pasal 2 kata ini berbeda kasusnya dengan kata yang sama di ayat 1

Kata ini menunjukan pemahaman bahwa kegiatan Mesianik masa terus berlangsung Berbeda dengan kelompok

Matius yang percaya nubuatan mesianik sudah terjadi dalam diri Yesus kelompok Yahudi status quo

menunjukan bahwa mesias bukan seperti yang dipikirkan kelompok matius Saya menduga ini adalah jejak

tentang model kubu status quo mendukung teologi Millitary Mesiah sebab disekitar tahun 70-132 ZB model

Millitary Mesiah muncul kuat sebagai gerakan pemberontakan

14

Dengan menempatkan berturut-turut gelar mesias di mulut Herodes Agung

kontras antara Bethlehem dengan Yerusalem penyelidikan dan afirmasi perihal kelahiran

Mesias dari tradisi Yudaisme di mulut para pemuka agama Yahudi maka hal ini jelas

menunjukan apa yang saya sebut di atas sebagai ironi Upaya ini menunjukan bahwa

redaktur Matius menganggap kelompok status quo di Sinagoge tak lagi memiliki

legitimasi Hal tersebut didasarkan pada ironi kelompok status quo yang tidak benar-

benar memahami isi ajaran Yudaisme manakala mereka tak mengakui Yesus sebagai

Mesias padahal mereka ialah pemimpin agama

Perseteruan antara kelompok Matius dengan kelompok status quo tentang

pengakuan Yesus sebagai Mesias sebenarnya merupakan masalah yang sentral Bagi

kelompok status quo mengakui Yesus sebagai Mesias ialah sama dengan memberi

pengakuan akan kehadiran kelompok Yahudi yang menyimpang (Deviant Jews)49

Sedangkan pengkuan akan kelompok yang menyimpang ialah sama dengan membuka

celah bagi perubahan yang radikal dalam diri komunitas Yahudi Artinya memberikan

ruang secara sosio-politik bagi komunitas Matius untuk hidup ialah pilihan yang

membunuh kelompok status quo Maka tentu konsekuensi logisnya ialah dominasi atas

Yudaisme harus terus dilakukan

Persoalan semakin rumit sebab komunitas Matius tidak merasa dirinya ialah

bagian luar dari kelompok Yahudi Mereka tetap yakin jika dirinya merupakan bagian

dari kelompok itu Dalam kesadaran semacam ini mereka berpretensi melakukan

perubahan atas praktek lama yang tak benar Anthony Saldarini menegaskan apabila

komunitas Matius tidak sedang mencoba menciptakan sebuah masyarakat Agama Baru

tetapi tengah berupaya medelegitimasi kelompok status quo dengan membongkar

praktek Yudaisme mereka yang keliru50

Kekeliruan kelompok status quo sebenarnya bukan semata berkaitan dengan

persoalan perbedaan pandangan antara mereka dengan komunitas Matius mengenai

status Yesus sebagai Mesias Akan tetapi juga terletak pada persengkongkolan kelompok

status quo untuk menghancurkan komunitas Matius Sebab secara sosio-politik kehadiran

komunitas Matius ibarat duri dalam daging Maka daripada duri itu terus melukai diri

sendiri lebih baik segera disingkirkan Jejak ini muncul kuat disepanjang ayat 4 dan 7

pada narasi Tindakan Herodes Agung melakukan pertemuan terpisah dengan pemuka

49

Perihal telaah tentang Deviant Jews lihat Kai Ericson Wayward Puritans A Study in the Sociology of

Deviance (New York Wiley 1966) 3-5 50

Saldarini The Gospel 46-47

15

yahudi dan lalu melaksanakan pertemuan rahasia51

dengan para majus ialah bentuk

persengkongkolan demi dominasi status quo Poin yang redaktur Matius angkat ialah

pendekatan kelompok status quo identik dengan sikap penguasa yang manipulatif dan

menindas

Para majus setelah ayat 7 digambarkan sebagai pihak yang awalnya mengikuti

gerak manipulasi kekuasaan ala kelompok status quo dalam diri Herodes Agung Sang

raja yang seolah memberikan ruang pada para majus dan mendengarkan pendapat

mereka sebenarnya hanya tindakan manipulasi untuk menggali informasi guna

menghancurkan Yesus dan para majus sendiri Richard T France menyebut peran para

majus dalam ayat 7-9 sebagai alat spionase sang raja52

Artinya tujuan Herodes Agung

bertemu dengan para majus bukan pertama-tama demi mendengarkan apa yang para

majus itu inginkan tetapi justru untuk memperalat mereka

Ujaran Saldarini dan penjelasan France menurut saya sangat penting dalam

memahami posisi komunitas Matius dalam konteks tidak ingin mengganti Yudaisme

dengan suatu agama baru Melalui kisah kelahiran Yesus komunitas Matius menegaskan

bahwa bentuk dominasi dalam kehidupan bersama tidak dapat diterima Mereka tidak

sedang bicara ortodoksi Agama Yahudi Agama Yahudi yang dalam hal ini hanya

menjadi locus bagi suatu kehidupan bersama atau menjadi arena perebutan pengaruh

Dengan ketiadaan tendensi membentuk locus baru maka komunitas Matius sebenarnya

tengah mencoba mempertahankan diri sebagai bagian dari kesatuan komunitas Yahudi

umunya Akan tetapi dengan suatu harapan bahwa hidup bersama itu dilakukan tidak

dalam penindasan

Penolakan paham tentang dominasi ini menurut saya muncul dalam suatu

pernyataan teologis di sepanjang ayat 10-12 Hal yang sangat menarik ialah upaya

persekongkolan untuk memperalat para majus agar dominasi dapat dilanggengkan justru

digagalkan oleh Tuhan melalui mimpi para majus dan penyataan malaikat kepada Yusuf

Dalam kepolosanya para majus terjebak pada permainan kekuasaan Herodes Agung

tetapi permainan itu tidak sampai selesai sebab Tuhan menggagalkannya di tengah jalan

Pada titik ini saya menduga redaktur Matius menegaskan bahwa Tuhan justru tidak

menghendaki model dominasi status quo yang menghalalkan praktek kekuasaan

manipulatif seperti yang dipraktekan kelompok status quo dalam diri Herodes Agung

51

Ada dua kata kunci dalam pertemuan rahasia ini yaitu ldquoSecara rahasia (λά θρᾳ )rdquo dan ldquomemastikan secara

tepat (ἠ κρί βωζεν)rdquo Pertemuan ini terpisah dan tertutup bersifat rahasia antara Herodes Agung dengan para

majus apa tujuan pertemuan ini Untuk memastikan dengan tepat apakah Yesus Mesias Dalam hal ini untuk

memastikan dampak dari status Yesus sebagai Mesias 52

Frnce The Gospel Kindle Version

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 21: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

13

Dengan menautkan tradisi Yudaisme tentang kisah bintang Daud seperti yang

para ahli katakan dan dengan menempelkan gelar raja orang yahudi pada mulut para

majus maka apa yang saya sebut sebagai sinisme menjadi lebih jelas Redaktur Matius

menempatkan para majus yang ialah personifikasi komunitas Matius sebagai pihak di

luar status quo Sinagoge yang justru lebih ketat dan peka terhadap tradisi Yudaisme

dalam hal melihat pentingnya kehadiran Yesus yang sudah terjadi di dunia46

Perihal kelahiran Mesias ke bumi apabila merujuk pada teks rupanya bukanlah

suatu kabar gembira bagi kelompok status quo Pemilihan kata ἐ ηαρά τθη47

yang

muncul di ayat ke-3 oleh redaktur memberikan kesan kuat bahwa Yesus yang sudah lahir

ialah sebuah masalah bagi kelompok status quo Anggapan bahwa Yesus menimbulkan

masalah oleh kelompok status quo dipertegas melalui keengganan mereka untuk

mengakui bahwa Mesias telah lahir Redaktur Matius menggunakan kata γεννᾶ ηαι48

yang menunjukan kelompok status quo tak setuju dengan klaim kelompok Matius

tentang ke-mesias-an Yesus

Ketidaksetujuan itu juga nampak dari disebutkannya Bethlehem (ayat 1) sebagai

tempat kelahiran Yesus dan Yerusalem (ayat 3) sebagai tempat yang menolak kelahiran

Yesus Seisi Yerusalem menanggapi kabar bahwa Yesus Sang Mesias sudah hadir di

dunia sebagai masalah Yerusalem ialah pusat kekuasan atau dalam hal ini menjadi

lambang sistem kekuasaan status quo yang mana enggan mengakui bahwa Yesus benar

Mesias Melalui pengecekan tradisi Yudaisme dalam diri Herodes Agung dan para

pemuka agama Yahudi (4-6) redaktur Matius sekaligus menyerang mereka sebagai

pemegang otoritas keagamaan yang tidak paham mengenai tradisi Yudaisme itu sendiri

Pharisi) untuk menjadi pegangan bersama Komunitas Yahudi di Anthiokhia Tradisi tentang Midrash membantu

membentuk pemahaman ini Lih Brian M Nolan The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in

the Setting of the Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979) 52-58 Bnd Robert M Prince New

Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm diakses 8 November 2014 46

γεννηθέ νηος ialah kata kerja aoris geniitif pasif yang tak hanya menunjukan penegasan tetapi juga sekaligus

menujukan tindakan yang sudah pernah terjadi Artinya penegasan bahwa Raja orang Yahudi sudah pernah

dilahirkan Kata ini juga menjadi penegasan tentang status kemesiasan Yesus 47

Kata ἐ ηαρά τθη dari bentuk kata ηαρά ζζω kurang tepat jika diterjemahkan dengan ldquoterkejutrdquo Kata itu

berarti meresahkan mengacaukan menganggu atau menakutkan Terjemahan King James Version (KJV)

ldquotroubled (menyusahkan)rdquo menurut saya jauh lebih memadai dibandingkan terjemahan dalam TB-LAI Untuk

keperluan tulisan ini maka saya menggunakan kata ldquomengganggurdquo sebagai ganti kata ldquoterkejutrdquo 48

Kata γεννᾶ ηαι (kata kerja present indikatif pasif untuk orang ketiga tunggal dari bentuk γεννά ω) berarti

ldquosedang dilahirkanrdquo Dalam narasi Matius pasal 2 kata ini berbeda kasusnya dengan kata yang sama di ayat 1

Kata ini menunjukan pemahaman bahwa kegiatan Mesianik masa terus berlangsung Berbeda dengan kelompok

Matius yang percaya nubuatan mesianik sudah terjadi dalam diri Yesus kelompok Yahudi status quo

menunjukan bahwa mesias bukan seperti yang dipikirkan kelompok matius Saya menduga ini adalah jejak

tentang model kubu status quo mendukung teologi Millitary Mesiah sebab disekitar tahun 70-132 ZB model

Millitary Mesiah muncul kuat sebagai gerakan pemberontakan

14

Dengan menempatkan berturut-turut gelar mesias di mulut Herodes Agung

kontras antara Bethlehem dengan Yerusalem penyelidikan dan afirmasi perihal kelahiran

Mesias dari tradisi Yudaisme di mulut para pemuka agama Yahudi maka hal ini jelas

menunjukan apa yang saya sebut di atas sebagai ironi Upaya ini menunjukan bahwa

redaktur Matius menganggap kelompok status quo di Sinagoge tak lagi memiliki

legitimasi Hal tersebut didasarkan pada ironi kelompok status quo yang tidak benar-

benar memahami isi ajaran Yudaisme manakala mereka tak mengakui Yesus sebagai

Mesias padahal mereka ialah pemimpin agama

Perseteruan antara kelompok Matius dengan kelompok status quo tentang

pengakuan Yesus sebagai Mesias sebenarnya merupakan masalah yang sentral Bagi

kelompok status quo mengakui Yesus sebagai Mesias ialah sama dengan memberi

pengakuan akan kehadiran kelompok Yahudi yang menyimpang (Deviant Jews)49

Sedangkan pengkuan akan kelompok yang menyimpang ialah sama dengan membuka

celah bagi perubahan yang radikal dalam diri komunitas Yahudi Artinya memberikan

ruang secara sosio-politik bagi komunitas Matius untuk hidup ialah pilihan yang

membunuh kelompok status quo Maka tentu konsekuensi logisnya ialah dominasi atas

Yudaisme harus terus dilakukan

Persoalan semakin rumit sebab komunitas Matius tidak merasa dirinya ialah

bagian luar dari kelompok Yahudi Mereka tetap yakin jika dirinya merupakan bagian

dari kelompok itu Dalam kesadaran semacam ini mereka berpretensi melakukan

perubahan atas praktek lama yang tak benar Anthony Saldarini menegaskan apabila

komunitas Matius tidak sedang mencoba menciptakan sebuah masyarakat Agama Baru

tetapi tengah berupaya medelegitimasi kelompok status quo dengan membongkar

praktek Yudaisme mereka yang keliru50

Kekeliruan kelompok status quo sebenarnya bukan semata berkaitan dengan

persoalan perbedaan pandangan antara mereka dengan komunitas Matius mengenai

status Yesus sebagai Mesias Akan tetapi juga terletak pada persengkongkolan kelompok

status quo untuk menghancurkan komunitas Matius Sebab secara sosio-politik kehadiran

komunitas Matius ibarat duri dalam daging Maka daripada duri itu terus melukai diri

sendiri lebih baik segera disingkirkan Jejak ini muncul kuat disepanjang ayat 4 dan 7

pada narasi Tindakan Herodes Agung melakukan pertemuan terpisah dengan pemuka

49

Perihal telaah tentang Deviant Jews lihat Kai Ericson Wayward Puritans A Study in the Sociology of

Deviance (New York Wiley 1966) 3-5 50

Saldarini The Gospel 46-47

15

yahudi dan lalu melaksanakan pertemuan rahasia51

dengan para majus ialah bentuk

persengkongkolan demi dominasi status quo Poin yang redaktur Matius angkat ialah

pendekatan kelompok status quo identik dengan sikap penguasa yang manipulatif dan

menindas

Para majus setelah ayat 7 digambarkan sebagai pihak yang awalnya mengikuti

gerak manipulasi kekuasaan ala kelompok status quo dalam diri Herodes Agung Sang

raja yang seolah memberikan ruang pada para majus dan mendengarkan pendapat

mereka sebenarnya hanya tindakan manipulasi untuk menggali informasi guna

menghancurkan Yesus dan para majus sendiri Richard T France menyebut peran para

majus dalam ayat 7-9 sebagai alat spionase sang raja52

Artinya tujuan Herodes Agung

bertemu dengan para majus bukan pertama-tama demi mendengarkan apa yang para

majus itu inginkan tetapi justru untuk memperalat mereka

Ujaran Saldarini dan penjelasan France menurut saya sangat penting dalam

memahami posisi komunitas Matius dalam konteks tidak ingin mengganti Yudaisme

dengan suatu agama baru Melalui kisah kelahiran Yesus komunitas Matius menegaskan

bahwa bentuk dominasi dalam kehidupan bersama tidak dapat diterima Mereka tidak

sedang bicara ortodoksi Agama Yahudi Agama Yahudi yang dalam hal ini hanya

menjadi locus bagi suatu kehidupan bersama atau menjadi arena perebutan pengaruh

Dengan ketiadaan tendensi membentuk locus baru maka komunitas Matius sebenarnya

tengah mencoba mempertahankan diri sebagai bagian dari kesatuan komunitas Yahudi

umunya Akan tetapi dengan suatu harapan bahwa hidup bersama itu dilakukan tidak

dalam penindasan

Penolakan paham tentang dominasi ini menurut saya muncul dalam suatu

pernyataan teologis di sepanjang ayat 10-12 Hal yang sangat menarik ialah upaya

persekongkolan untuk memperalat para majus agar dominasi dapat dilanggengkan justru

digagalkan oleh Tuhan melalui mimpi para majus dan penyataan malaikat kepada Yusuf

Dalam kepolosanya para majus terjebak pada permainan kekuasaan Herodes Agung

tetapi permainan itu tidak sampai selesai sebab Tuhan menggagalkannya di tengah jalan

Pada titik ini saya menduga redaktur Matius menegaskan bahwa Tuhan justru tidak

menghendaki model dominasi status quo yang menghalalkan praktek kekuasaan

manipulatif seperti yang dipraktekan kelompok status quo dalam diri Herodes Agung

51

Ada dua kata kunci dalam pertemuan rahasia ini yaitu ldquoSecara rahasia (λά θρᾳ )rdquo dan ldquomemastikan secara

tepat (ἠ κρί βωζεν)rdquo Pertemuan ini terpisah dan tertutup bersifat rahasia antara Herodes Agung dengan para

majus apa tujuan pertemuan ini Untuk memastikan dengan tepat apakah Yesus Mesias Dalam hal ini untuk

memastikan dampak dari status Yesus sebagai Mesias 52

Frnce The Gospel Kindle Version

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 22: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

14

Dengan menempatkan berturut-turut gelar mesias di mulut Herodes Agung

kontras antara Bethlehem dengan Yerusalem penyelidikan dan afirmasi perihal kelahiran

Mesias dari tradisi Yudaisme di mulut para pemuka agama Yahudi maka hal ini jelas

menunjukan apa yang saya sebut di atas sebagai ironi Upaya ini menunjukan bahwa

redaktur Matius menganggap kelompok status quo di Sinagoge tak lagi memiliki

legitimasi Hal tersebut didasarkan pada ironi kelompok status quo yang tidak benar-

benar memahami isi ajaran Yudaisme manakala mereka tak mengakui Yesus sebagai

Mesias padahal mereka ialah pemimpin agama

Perseteruan antara kelompok Matius dengan kelompok status quo tentang

pengakuan Yesus sebagai Mesias sebenarnya merupakan masalah yang sentral Bagi

kelompok status quo mengakui Yesus sebagai Mesias ialah sama dengan memberi

pengakuan akan kehadiran kelompok Yahudi yang menyimpang (Deviant Jews)49

Sedangkan pengkuan akan kelompok yang menyimpang ialah sama dengan membuka

celah bagi perubahan yang radikal dalam diri komunitas Yahudi Artinya memberikan

ruang secara sosio-politik bagi komunitas Matius untuk hidup ialah pilihan yang

membunuh kelompok status quo Maka tentu konsekuensi logisnya ialah dominasi atas

Yudaisme harus terus dilakukan

Persoalan semakin rumit sebab komunitas Matius tidak merasa dirinya ialah

bagian luar dari kelompok Yahudi Mereka tetap yakin jika dirinya merupakan bagian

dari kelompok itu Dalam kesadaran semacam ini mereka berpretensi melakukan

perubahan atas praktek lama yang tak benar Anthony Saldarini menegaskan apabila

komunitas Matius tidak sedang mencoba menciptakan sebuah masyarakat Agama Baru

tetapi tengah berupaya medelegitimasi kelompok status quo dengan membongkar

praktek Yudaisme mereka yang keliru50

Kekeliruan kelompok status quo sebenarnya bukan semata berkaitan dengan

persoalan perbedaan pandangan antara mereka dengan komunitas Matius mengenai

status Yesus sebagai Mesias Akan tetapi juga terletak pada persengkongkolan kelompok

status quo untuk menghancurkan komunitas Matius Sebab secara sosio-politik kehadiran

komunitas Matius ibarat duri dalam daging Maka daripada duri itu terus melukai diri

sendiri lebih baik segera disingkirkan Jejak ini muncul kuat disepanjang ayat 4 dan 7

pada narasi Tindakan Herodes Agung melakukan pertemuan terpisah dengan pemuka

49

Perihal telaah tentang Deviant Jews lihat Kai Ericson Wayward Puritans A Study in the Sociology of

Deviance (New York Wiley 1966) 3-5 50

Saldarini The Gospel 46-47

15

yahudi dan lalu melaksanakan pertemuan rahasia51

dengan para majus ialah bentuk

persengkongkolan demi dominasi status quo Poin yang redaktur Matius angkat ialah

pendekatan kelompok status quo identik dengan sikap penguasa yang manipulatif dan

menindas

Para majus setelah ayat 7 digambarkan sebagai pihak yang awalnya mengikuti

gerak manipulasi kekuasaan ala kelompok status quo dalam diri Herodes Agung Sang

raja yang seolah memberikan ruang pada para majus dan mendengarkan pendapat

mereka sebenarnya hanya tindakan manipulasi untuk menggali informasi guna

menghancurkan Yesus dan para majus sendiri Richard T France menyebut peran para

majus dalam ayat 7-9 sebagai alat spionase sang raja52

Artinya tujuan Herodes Agung

bertemu dengan para majus bukan pertama-tama demi mendengarkan apa yang para

majus itu inginkan tetapi justru untuk memperalat mereka

Ujaran Saldarini dan penjelasan France menurut saya sangat penting dalam

memahami posisi komunitas Matius dalam konteks tidak ingin mengganti Yudaisme

dengan suatu agama baru Melalui kisah kelahiran Yesus komunitas Matius menegaskan

bahwa bentuk dominasi dalam kehidupan bersama tidak dapat diterima Mereka tidak

sedang bicara ortodoksi Agama Yahudi Agama Yahudi yang dalam hal ini hanya

menjadi locus bagi suatu kehidupan bersama atau menjadi arena perebutan pengaruh

Dengan ketiadaan tendensi membentuk locus baru maka komunitas Matius sebenarnya

tengah mencoba mempertahankan diri sebagai bagian dari kesatuan komunitas Yahudi

umunya Akan tetapi dengan suatu harapan bahwa hidup bersama itu dilakukan tidak

dalam penindasan

Penolakan paham tentang dominasi ini menurut saya muncul dalam suatu

pernyataan teologis di sepanjang ayat 10-12 Hal yang sangat menarik ialah upaya

persekongkolan untuk memperalat para majus agar dominasi dapat dilanggengkan justru

digagalkan oleh Tuhan melalui mimpi para majus dan penyataan malaikat kepada Yusuf

Dalam kepolosanya para majus terjebak pada permainan kekuasaan Herodes Agung

tetapi permainan itu tidak sampai selesai sebab Tuhan menggagalkannya di tengah jalan

Pada titik ini saya menduga redaktur Matius menegaskan bahwa Tuhan justru tidak

menghendaki model dominasi status quo yang menghalalkan praktek kekuasaan

manipulatif seperti yang dipraktekan kelompok status quo dalam diri Herodes Agung

51

Ada dua kata kunci dalam pertemuan rahasia ini yaitu ldquoSecara rahasia (λά θρᾳ )rdquo dan ldquomemastikan secara

tepat (ἠ κρί βωζεν)rdquo Pertemuan ini terpisah dan tertutup bersifat rahasia antara Herodes Agung dengan para

majus apa tujuan pertemuan ini Untuk memastikan dengan tepat apakah Yesus Mesias Dalam hal ini untuk

memastikan dampak dari status Yesus sebagai Mesias 52

Frnce The Gospel Kindle Version

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 23: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

15

yahudi dan lalu melaksanakan pertemuan rahasia51

dengan para majus ialah bentuk

persengkongkolan demi dominasi status quo Poin yang redaktur Matius angkat ialah

pendekatan kelompok status quo identik dengan sikap penguasa yang manipulatif dan

menindas

Para majus setelah ayat 7 digambarkan sebagai pihak yang awalnya mengikuti

gerak manipulasi kekuasaan ala kelompok status quo dalam diri Herodes Agung Sang

raja yang seolah memberikan ruang pada para majus dan mendengarkan pendapat

mereka sebenarnya hanya tindakan manipulasi untuk menggali informasi guna

menghancurkan Yesus dan para majus sendiri Richard T France menyebut peran para

majus dalam ayat 7-9 sebagai alat spionase sang raja52

Artinya tujuan Herodes Agung

bertemu dengan para majus bukan pertama-tama demi mendengarkan apa yang para

majus itu inginkan tetapi justru untuk memperalat mereka

Ujaran Saldarini dan penjelasan France menurut saya sangat penting dalam

memahami posisi komunitas Matius dalam konteks tidak ingin mengganti Yudaisme

dengan suatu agama baru Melalui kisah kelahiran Yesus komunitas Matius menegaskan

bahwa bentuk dominasi dalam kehidupan bersama tidak dapat diterima Mereka tidak

sedang bicara ortodoksi Agama Yahudi Agama Yahudi yang dalam hal ini hanya

menjadi locus bagi suatu kehidupan bersama atau menjadi arena perebutan pengaruh

Dengan ketiadaan tendensi membentuk locus baru maka komunitas Matius sebenarnya

tengah mencoba mempertahankan diri sebagai bagian dari kesatuan komunitas Yahudi

umunya Akan tetapi dengan suatu harapan bahwa hidup bersama itu dilakukan tidak

dalam penindasan

Penolakan paham tentang dominasi ini menurut saya muncul dalam suatu

pernyataan teologis di sepanjang ayat 10-12 Hal yang sangat menarik ialah upaya

persekongkolan untuk memperalat para majus agar dominasi dapat dilanggengkan justru

digagalkan oleh Tuhan melalui mimpi para majus dan penyataan malaikat kepada Yusuf

Dalam kepolosanya para majus terjebak pada permainan kekuasaan Herodes Agung

tetapi permainan itu tidak sampai selesai sebab Tuhan menggagalkannya di tengah jalan

Pada titik ini saya menduga redaktur Matius menegaskan bahwa Tuhan justru tidak

menghendaki model dominasi status quo yang menghalalkan praktek kekuasaan

manipulatif seperti yang dipraktekan kelompok status quo dalam diri Herodes Agung

51

Ada dua kata kunci dalam pertemuan rahasia ini yaitu ldquoSecara rahasia (λά θρᾳ )rdquo dan ldquomemastikan secara

tepat (ἠ κρί βωζεν)rdquo Pertemuan ini terpisah dan tertutup bersifat rahasia antara Herodes Agung dengan para

majus apa tujuan pertemuan ini Untuk memastikan dengan tepat apakah Yesus Mesias Dalam hal ini untuk

memastikan dampak dari status Yesus sebagai Mesias 52

Frnce The Gospel Kindle Version

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 24: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

16

Tidak kembalinya para majus ke istana Herodes Agung lalu disambung pelarian

Yusuf yang membawa serta keluarganya ke Mesir (ayat 12-15) menjadi indikasi redaktur

Matius ingin menyampaikan bahwa apa yang telah diupayakan oleh kelompok status quo

mengalami kegagalan sebab tak dikehendaki oleh Tuhan Sambil memposisikan diri

sebagai komunitas yang mengupayakan tidak munculnya suatu locus hidup bersama

yang baru redaktur Matius mengetengahkan gagasan bahwa Tuhan menghendaki suatu

penyelenggaraan kekuasaan yang tak di dominasi oleh kubu yang tak lagi memahami

benar perintah Tuhan dan yang melakukan praktek memperalat kekuasaanya untuk

mendominasi sekaligus membungkam pihak yang berbeda Dengan luputnya Yesus sang

Mesias dari cengkraman sang penguasa Herodes Agung maka hal ini jelas ialah sindiran

redaktur Matius bahwa tidak ada basis moral religius lagi bagi dominasi kelompok status

quo sebab rencana brilian mereka untuk menegaskan kekuasaan telah digagalkan oleh

Tuhan sendiri

Pada cerita pembantaian anak-anak oleh Herodes Agung (ayat 16-18) redaktur

Matius menunjukan bahwa praktek dominasi status quo tak kunjung berakhir

Pembunuhan anak-anak dibawah dua tahun seperti yang Herodes Agung lakukan

merupakan tanda betapa sang raja tak siap memiliki rival dan bertindak untuk

menyingkirkanya53

Redaktur Matius dengan tepat meminjam tokoh Herodes Agung

yang memiliki karakter yang begitu cocok tentang ketidaksiapan penguasa menerima

adanya rival yang mengganggu dominasi mereka54

Tabiat Herodes Agung tersebut

benar-benar mewakili cibiran redaktur Matius terhadap sikap bebal kelompok status quo

dengan tetap ingin dominan meski secara moral religius mereka dinilai telah benar-benar

salah oleh redaktur Matius

32 Revolusi yang berdarah-darah bukanlah pilihan ideal dari perjuangan melawan

dominasi status quo

Sentralnya topik tentang Mesias pada narasi ini juga menunjukan bagaimana

gagasan tersebut digunakan dalam perjuangan kelompok Matius Ayat 15 dan 18 dalam

narasi merupakan kutipan dari Hosea 111 dan Yeremia 3115 Kutipan ini menurut saya

digunakan redaktur untuk mendramatisir teks yang sebenarnya merupakan puncak dari

pengantar mengenai pertentangan kelompok Matius dengan kelompok Status quo Cara

pengutipan semacam ini begitu populer oleh komunitas Yahudi pada masa pasca Bait

53

France Herod 105 54

Jika saya membuat semacam tipologi maka ada dua Kelompok dalam narasi ini (1) Para Majus Yesus dan

keluarga-Nya ialah personifikasi langsung dari komunitas Matius (2) Herodes Agung para pemuka agama

yahudi dan pasukan yang membantai anak-anak ialah kelompok status

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 25: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

17

Allah untuk tujuan menggambarkan situasi hidup mereka yang kerap kali dalam

kelompok Yahudi dikenal sebagai bentuk Midrash55

Richard T France yang secara spesifik meneliti narasi pembantaian anak-anak

menyebut bahwa kisah itu tak lebih dari sebuah folklore56

Cerita ini dikembangkan

terutama berada pada peran teks Yeremia 3115 yang dikutip oleh redaktur Matius

Beberapa penafsir menjelaskan bahwa pengutipan teks Yeremia 3115 ialah cara

menautkan Yesus dengan Musa Akan tetapi France membantah argumen tersebut Ia

berpendapat jika memang upaya Kristologi semacam itu dapat diterima maka ia

seharusnya juga muncul di injil lainya57

Richard T France sependapat dengan Jean

Dean Kingsbury bahwa ada dua kemungkinan besar yang melahirkan teks pembantaian

ini yaitu (1) alasan apologetis dan (2) alasan polemik58

Dengan memberi ruang kepada pendapat Saldarini tentang konflik antara

kelompok Matius dengan kelompok status quo maka saya memandang jika teks tentang

pembantaian anak-anak sebagai klimaks cerita antara rivalitas Yesus Kristus dengan

Herodes Agung terutama ditempatkan dalam tipologi Polemik seperti dalam teori France

Kedudukan teks yang lahir dari situasi problematis dan penuh polemik semacam itu

membuat peran sentral Mesias dalam narasi menjadi jelas Sebab jika tak begitu saya

melihat implikasi dari sentralnya Mesias dalam tulisan redaktur Matius sulit untuk

dipahami

Sebagai cerita yang lahir dari polemik alasan Herodes Agung membunuh anak-

anak setelah intensinya tak tercapai menjadi penting untuk ditelaah Apabila diperhatikan

dari teks maka penyebab dibantainya anak-anak seolah-olah oleh kemarahan Herodes

Agung karena diperdaya (ἐ νεπαί χθη) para majus (ayat 16) Menurut saya melampaui

kemarahan seperti disebutkan teks sebenarnya tindakan brutal Herodes Agung dipicu

bukan oleh ldquoketerperdayaanrdquo an sich melainkan tak tercapainya kalkulasi politik tentang

Mesias Meski Herodes Agung nampak begitu tertarik bahkan disebutkan ingin

menyembah Mesias (ayat 8) namun intensinya terhadap bayi Yesus sebenarnya ialah

jelas berkaitan dengan status Sang Bayi sebagai Mesias

F F Bruce menjelaskan dengan baik perihal makna Mesias dalam alam berpikir

orang Yahudi Mesias bukan hanya persoalan gelar semata namun melampui itu ia

adalah sebuah tanda pengharapan (the Messianic Hope) di mana terpenuhinya Hari

55

Pendapat bahwa narasi Matius ialah Midrash datang dari McNeile seperti dikutip Frederick D Bruner

Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2004) Kindle Version 56

R T France menjelaskan kemungkinan narasi pembantaian diambil dari model tradisi yang berkembang

umum dalam Komunitas Yahudi yaitu kisah hidup Musa Abraham dan Yakub Lih France Herod 105-108 57

France The Gospel Kindle Version 58

France The Gospel

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 26: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

18

YHWH dan sekaligus kebangkitan kembali kedaulatan kerajaan wangsa Daud59

Ada

beberapa jenis Pengharapan Mesias namun yang paling banyak berpengaruh di masa

penjajahan Romawi manakalah komunitas Matius diduga hidup ialah Millitary

Messiah60

Model Millitary Messiah banyak menginspirasi pemberontakan kelompok

Yahudi terhadap kekuasaan Romawi dengan melalukan perlawanan fisik (kerusuhan

perampokan bahkan perang) yang oleh Imperium Romanum sering dikategorikan sebagai

aksi teror Dibawah panji Pax Romana maka aksi teror semacam ini tidak akan

ditoleransi dan bahkan akan ditumpas habis melaui pedang Legiun61

Jika saya menganalisis narasi maka redaktur Matius cenderung menolak model

Millitary Messiah Saya menduga sebab penolakan itu karena pemberontakan a la

Millitary Messiah nyata-nyata menemui kegagalan besar manakala Yerusalem

dihancurkan oleh Jenderal Titus tahun 70 ZB Harga yang harus dibayar oleh bangsa

Yahudi atas pilihan untuk mendahulukan model Millitary Messiah sangat mahal Pasca

penghancuran Yerusalem beserta Bait Allah bangsa Yahudi diusir dari tanah mereka

sendiri dan dampaknya bagi mereka yang berada di diaspora ialah dicabutnya oleh

otoritas Romawi atas berbagai hak istimewa yang telah lama dinikmati

Munculnya Herodes Agung yang merasa Mesias ialah rivalnya (sepanjang ayat 1-

18) dapat memberikan jejak bagi pemahaman di atas Stefan Leeks menafisrkan bahwa

gelar orang Yahudi yang disebut para majus ialah untuk mengantipasi bahwa Yesus

Kritus tidak diterima penguasa62

Mengenai nyawa Yesus yang diincar Herodes Agung

(ayat 13-15) Leeks memberikan komentar yang sangat baik Ia menilai bahwa introduksi

pada genealogi Yesus sebagai keturunan Daud memberikan legitimasi kuat bahwa Ia

pewaris sah kerajaan Daud sehingga membuat Herodes Agung panik63

Artinya

mengikuti pola Messianic Hope maka Yesus ialah yang dapat dipercaya sebagai Mesias

yang akan menegakan kembali supremasi kerajaan Daud dari tangan Herodes Agung

Secara sosio-politik ini adalah tanda akan terjadinya Revolusi Mesias yang mana

membuat orang-orang Yahudi bangkit melawan Romawi melalui kelahiran Yesus

59

F F Bruce New Testament 116 60

(1) Davidic Messiah (muncul pasca pendudukan Babilonia yang mana berpusat pada janji bahwa kerajaan

Daud yang jatuh akan dibangun lagi dengan lebih hebat) (2) High-priesthood Messiah (muncul pada jaman

Hasmonean) (3) Priestly-Royal Messiah (diajukan oleh Komunitas Qumran) (4) Millitary Messiah (muncul

dan mendominasi sebagai ekstrim baru dari Davidic Messiah yang begitu mengharapkan keturunan Daud

memimpin ldquopelepasanrdquo umat Tuhan dari cengkraman Herodian atau Gubernur Romawi) dan (5) Spiritual

Messiah (model yang menurut Bruce sebenarnya dipilih oleh Yesus namun baru disadari pada abad pertama

Kekristenan) Lih F F Bruce New Testament 116-127 61

Benjamin Isaac The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998) 377-379 62

Leeks Tafsir 40 63

Leeks Tafsir 50

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 27: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

19

Akan tetapi fakta sejarah berkata berkebalikan sampai Yesus mati karena

disalibkan Ia tak melakukan Revolusi dalam paham Millitary Messiah Saya sepakat

bahwa sosok Yesus Kristus dalam narasi tak diterima oleh penguasa seperti yang Leeks

kemukakan Akan tetapi konsekuensi lebih jauh dari dampak garis keturunan Yesus

Putra Daud yang membuat penguasa Yahudi panik agaknya ahistoris Lagipula orang-

orang Yahudi ternyata tidak semua bersepakat atau satu suara perihal memaknai

keterjajahan mereka oleh bangsa-bangsa kafir dan termasuk memaknai perlawanan

terhadap penjajah64

Agaknya Leeks tidak melihat kecenderungan redaktur Matius

sengaja membedakan sebutan untuk Yesus ini dalam diri Herodes Agung dan para

majus Maka mengenai rivalitas itu saya lebih memilih untuk melihat peran terma Mesias

yang memiliki konsekuensi politik berkaitan dengan konteksnya pada polemik

komunitas Matius

Guna mengatasi celah historis terma Mesias dari rivalitas antara Herodes Agung

dengan Yesus maka saya mengusulkan untuk mencoba memahami posisi redaktur

Matius dalam perspektif penggunaan dua tokoh ini Menurut saya redaktur Matius ingin

mengecam tradisi dalam komunitas yahudi yang begitu fantatik terhadap model Millitary

Messiah namun disisi lain menerima berbagai keistimewaan dari penjajah Padahal

keistimewaan itu malah menjamin komunitas Yahudi untuk tidak menista Tuhan dengan

melanggar hukum mereka sendiri melalui kewajiban melakukan praktek-praktek kafir

yang ditetapkan Imperium Romanum bagi setiap wilayah kekaisaraan Akan tetapi karena

fanatisme terhadap Millitary Messiah mereka justru kehilangan dispensasi sosio-politik

itu

Komunitas Yahudi di Anthiokhia ikut terhisap dalam situasi perang di Yerusalem

yang akhirnya ditumpas tahun 70 ZB Komunitas Yahudi di Anthiokhia mengambil sikap

melakukan pembentorakan dan mengakibatkan kerusuhan Akibatnya Gubernur

Anthiokhia mengerahkan pasukan untuk membasmi kerusuhan itu Kecemburuan sosial

yang diterima orang Yahudi atas hak eksklusif mereka membuat komunitas ini bukan

meredam konflik malah makin kukuh dalam resistensi Millitary Messiah sehingga makin

menambah ketegangan dengan orang-orang kafir di Anthiokhia

Padahal menurut redaktur Matius terbebasnya Yesus Sang Mesias dari upaya

pembunuhan Herodes Agung yang takut kepada dampak Millitary Mesiah (mengikuti

tafsir Leeks pada konteks dalam teks) ialah tanda bahwa model itu bukan yang

64

Perihal perbedaan pandangan antar kelompok agama Yudaisme ini telah dijelaskan dengan sangat baik oleh

Gerd Theissen dalam karyanya ldquoAku disuruh Pilatusrdquo Lih Gerd Theissen Aku disuruh Pilatus Kisah

penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya (JakartaGunung Mulia1990)

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 28: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

20

diharapkan Herodes Agung secara faktual ialah kaki tangan Romawi dan orang dekat

Kaisar Dengan menempatkan seolah Yesus Sang Mesias ialah pemberontak yang

mencoba melawan otoritas Herodes Agung yang didukung Kaisar redaktur Matius

kembali lagi menggunakan model sinisme untuk mengecam baik Imperium Romanum

maupun kelompok Status quo Yahudi yang mendukung pemberontakan Dalam satu

pukulan redaktur Matius ingin menunjukan bahwa sosok Herodes Agung yang ialah

mewakili dua kelompok penguasa itu telah salah kaprah mengenai kehadiran Yesus

sebagai Mesias

Sikap Romawi yang tak lagi ramah pada orang Yahudi merupakan tindakan salah

kaprah bahwa seluruh kelompok Yahudi mendukung pemberontakan Redaktur Matius

ingin mengatakan bahwa Romawi salah memahami arti Mesias yaitu terbatas pada dan

identik dengan Millitary Mesiah Padahal model itu hanya ekstrim dari salah satu bentuk

penafsiran tradisi Yudaisme Dampak sosio-politik Millitary Mesiah tentu merupakan

dua hal yang berbeda dari keyakinan kepada Mesianic Hope Di bagian lain dari narasi

mengikuti Lukas dan Markus redaktur Matius menunjukan bahwa sikap umum kelompok

yahudi khususnya yang mengikuti ajaran Yesus ialah tak mendukung pemberontakan

(bnd Matius 2221)

Sedangkan kelompok status quo di Antiokhia yang masih mendukung paham

Mesias Sang Liberator disentil oleh redaktur sebagai penganut paham ekstrim yang salah

kaprah Yesus Kristus yang lolos dari pembantaian menunjukan bahwa model

perlawanan dengan kekerasan ialah tak realistis Bahkan Tuhan sendiri tak menghendaki

model pemberontakan berdarah-darah itulah sebabnya Yesus luput dari pembantaian

Maka posisi pemimpin Sinagoge Antiokhia yang cenderung mendukung agenda

pemberontakan di Yerusalem tengah dipersoalkan oleh redaktur Matius

Melalui teks pembantaian anak-anak (ayat 16-18) redaktur Matius menegaskan

bahwa kekerasan hati untuk mendukung pemberontakan hanya melahirkan pembunuhan

bagi orang Yahudi yang tak berdosa dan yang tak tahu menahu perihal pilihan politik

para pemimpin Yahudi Anak-anak yang dibantai oleh Herodes Agung ialah gambaran

karena kecerobohan pemimpin Yahudi65

membuat Imperium Romanum yang juga adalah

patron pemuka Yahudi sendiri membunuh orang-orang Yahudi yang tak bersalah dan

membawa kerugian bagi komunitas Sinagoge di Anthiokhia

Pengutipan Yeremia 3115 pada narasi pembantaian sebagai apa yang disebut R

T France floklore bukan untuk mengatakan bahwa kisah Yesus sama seperti Musa

65

Anak Imam Sinagoge yaitu M Anthiokhus di Anthiokhia ialah pemimpin kerusuhan yang akhirnya ditumpas

oleh Pasukan Gubernur Romawi Lih Staumbaugh amp Balch Dunia Sosia 181

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 29: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

21

Namun lebih kepada teknik mirip Midrash yang mengungkapkan penyelasan redaktur

Matius atas kehidupan komunitas Yahudi yang mana ia bagian dari dalamnya yang

tengah menderita pasca Perang Yerusalem

Penderitaan itu secara sosial jelas berat sebab dengan pilihan politik melawan

Imperium Romanum maka apa yang Yosephus sebut sebagai kondisi komunitas Yahudi

di Anthokhia hidup bahagia mapan dan cukup kaya raya karena mereka sebagian

merupakan anggota strata sosial tinggi tak lagi mereka nikmati seperti saat sebelum

perang Orang yahudi umumnya pasca perang Yerusalem dan kerusuhan dimusuhi oleh

warga kota Antiokhia bahkan pernah muncul petisi untuk mengusir mereka keluar dari

kota itu kepada Jenderal Titus manakala ia berkunjung ke sana pasca perang Yerusalem

Pada giliranya orang-orang Yahudi berada dalam pengawasan Gubernur Romawi yang

mana kedudukan politik mereka yang semula cukup baik kini tak ada nilai tawar lagi

33 Penolakan Tuhan melalui diri Mesias terhadap kekuasaan politik a la Status Quo

menubuh dalam sebuah pranata sosio-politik

Penyingkiran ke Mesir seperti yang muncul pada ayat 13-15 dalam narasi dapat

ditafsirkan sebagai sebuah alternatif atau jalan keluar66

Setelah muncul nuanasa tegang

dan upaya dominasi kelompok status quo terhadap komunitas Matius (ayat 1-12) lalu

kemudian adanya nada protes dan penyelasan atas sikap mendukung pikiran ekstrimis

maka redaktur Matius mencoba memberikan sebuah gagasan bagi kelompok Yahudi di

Anthiokhia secara umum Gagasan itu ialah sebuah pemahaman tentang Mesias Baru

yang menggantikan cara pandang Millitary Mesiah yang telah cukup membawa petaka

bagi seluruh orang Yahudi di Anthiokhia

Upaya redaktur Matius ini ialah sebuah kewajaran sebab P J Tierney

mengungkapkan bahwa pasca kejatuhan Yerusalem muncul upaya dalam komunitas

Yahudi untuk mengubah paradigma tentang Mesias sang liberator dengan menggesernya

dari model Mesias individual menjadi Mesias sebagai pranata sosial67

Menurut Tierney

jika sebelumnya sejak jaman Hasmonean hingga Yesus hidup penekanan pada model

seorang pejuang akan memimpin perang menjadi primadona di antara sebagian orang

Yahudi maka pasca Bait Allah para rabi menegaskan bahwa Mesias ialah seluruh bangsa

Israel itu sendiri68

Persoalanya apakah ide tentang mengembalikan kedigdayaan wangsa

66

Mesir ialah lambang yang sangat tepat sebab dalam tradisi Yahudi ia ialah tempat pelarian Lih Clarke The

Gospel 23-24 67

P J Tierney Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict Between

Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012) 111 68

Tierney Theocracy 112

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 30: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

22

Daud menghilang dalam kesadaran yang baru itu Sejarah menunjukan hasrat untuk

kembali menjadi kerajaan tak kunjung hilang69

Hal yang menjadi titik masalah umumnya orang-orang Yahudi masih tak

berterima dengan kondisi kekalahan perang Bahkan sejak perang tahun 70 ZB hingga

Bar Kobha ditumpas tahun 132 ZB muncul terus-menerus mesias-mesias yang

mengandalkan pemberontakan kepada Romawi John Staumbaugh dan David Balch

menulis bahwa pasca penghancuran Yerusalem Romawi mengadakan pengawasan ketat

terhadap potensi pemberontakan karena munculnya mesias-mesias dan bahkan seluruh

keturunan Daud diperiksa dan dianiaya oleh legiun70

Penolakan model pemberontakan terhadap pemerintah romawi oleh redaktur

Matius tak berarti ia sepakat pada penjajahan Romawi Ialah Warren Carter seorang

pakar yang secara baik meneliti perihal pergulatan sosio-politik redaktur Matius dan

responya terhadap imperialisme Romawi mengatakan bahwa ada kaitan erat antara

model narasi dengan respon Matius terhadap kekuasaan imperialis Carter menunjukan

inkonsistensi mendasar dalam propaganda visi sosial Imperium Romanum yang dilawan

oleh komunitas Matius71

Namun poin yang paling penting ialah catatan Carter bahwa

komunitas Matius tak dapat mengandalkan pemuka agama di Sinagoge sebab mereka

merupakan bagian dari struktur kekuasaan imperialis karena mereka mempraktekan cara-

cara the Rulling Class72

yang kontradiktif dengan agenda visi sosial Imperium Romanum

Dalam hal ini Carter menunjukan bahwa tak ada beda antara penjajah besar Romawi

dengan sikap para pemimpin agama Yahudi sebagai penjajah kecil yaitu hidup dalam

karakter the Rulling Class

Sebagai gantinya mengutip Michael Mann Luke Johson serta Rodney Stark

Carter mengemukakan pola gerakan komunitas Matius yang melawan arus73

Warren

Carter menegaskan bahwa redaktur Matius pada titik tertentu melalui ide utama

69

Hasrat untuk menegakan kembali kerajaan seperti masa Daud bahkan bertahan hingga tahun 132 saat

pemberontakan Simon bar-Koshiba (Bar Kobha-Sang Putra Bintang) ditumpas habis Legion Lih Staumbaugh

amp Balch Dunia Sosial 22 70

Staumbaugh amp Balch Dunia Sosial 21 71

Kekaisaran Romawi mengklaim universalisme dan kesederajatan dibawah Romawi di satu sisi namun di sisi

lain struktur sosialnya hirarkis eksklusif dan menolak orang dapat menjadi warga Romawi begitu saja Warren

Carter Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008) 50 72

The Rulling Class di Antiokhia ialah kelompok Aristokrat yang jumlahnya tak lebih dari 2 dari total

populasi Kelas ini menguasai hukum sumber produksi hidup hedonis namun tidak bekerja sebab berkuasa

secara sosial ekonomi keagamaan dan politik Lih Carter Matthew amp Empire 9-10 Bnd Carter Matthew amp

the Margins 19-23 73

Kelompok Matius mengusung praktek hidup bersama yang egaliter univeral mengalami desentralisasi

perduli pada mereka yang teralienasi kelaparan tak memiliki harta dan menjadi komunitas inklusif Lih

Carter Matthew amp Empire 50-51

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 31: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

23

Kedaulatan Allah74

menolak cara-cara dominasi penindasan dan tirani dalam struktur

hirarki sosio-politik Imperium Romanun dan kubu status quo Sinagoge Anthiokhia

Menurutnya redaktur Matius melawan visi sosial penuh dominasi yang menubuh dalam

pranata Pax Romana dan Aristokrasi Sinagoge itu melalui dua cara yaitu (1)

mengajukan visi sosial yang berbeda dengan mendasarkan diri pada hubungan antar

sesama dan komunitas (2) menentang model teologi status quo yang digunakan untuk

membenarkan model perjuangan dan penindasan baru yang tak beda dari hasrat berkuasa

serta menindas Romawi75

Berkaitan dengan gagasan di atas maka dua tafsiran pakar perjanjian baru

menjadi signifikan Tafsir De Heer terhadap narasi Matius 213-15 menegaskan bahwa

cerita ini secara dramatis merupakan bentuk penting dari perang antara kerajaan Allah

melawan kerajaan dunia yang mana penguasa dunia ingin mempertahankan kemuliaan

mereka sedangkan Allah menegaskan kebenaran dalam diri Mesias76

Sedangkan Leeks

mengartikan narasi ini sebagai tautan dari bentuk keluaran Israel baru seperti saat Israel

lama keluar dari Mesir Sebab Mesias yang lolos dari pembunuhan ialah model dari

pengalaman keluaran dari kondisi lama kepada keselamatan dalam diri Mesias sang juru

selamat77

Dua tafsiran ini begitu kuat mendukung distingsi antara model kehidupan

dalam kekuasaan duniawi dengan hidup selamat yang dibawa dalam kerajaan Allah

melalui diri Mesias

Dua distingsi antara model hidup penguasa duniawi dengan kekuasaan Allah

yang benar ialah tepat roh dari injil Matius Warren Carter menjelaskan bahwa ia sangat

yakin jika Matius ialah bentuk narasi yang melawan cara pikir yang umumnya diterima

dalam sebuah kehidupan sosial Alih-alih menyetujui imperalisme dan dominasi status

quo redaktur Matius justru mengajukan sebuah praksis hidup yang didasarkan pada

semangat kehidupan sosial yang egaliter adil saling bermurah hati inklusif dan saling

melayani satu sama lain sebab visi sosial semacam itulah yang menunjukan Kedaulatan

Allah78

Saya bersepakat dengan Leeks dan De Heer bahwa redaktur Matius menunjukan

bahwa Allah memenangkan perang atas perlawanan kekuasaan dunia Akan tetapi posisi

74

Narasi Matius perlu dilihat dalam kerangka keseluruhan Kitab bukan parsial pasal per pasal saja Satu injil ini

membentuk suatu ide yang secara keseluruhan bertumpu pada gagasan Kedaulatan Allah yang mana Allah

sebagai pusat kehidupan menghendaki kehidupan bersama yang tidak didasarkan pada dominasi satu atas yang

lain (Bnd Matius 41718-22) Lih Carter Matthew amp Empire 51-53 75

Carter Matthew amp Empire 53 76

De Heer Tafsir Alkitab 29 77

Leeks Tafsir Injil 53 78

Carter Matthew amp Empire 52

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 32: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

24

saya sama dengan Carter yaitu narasi ini tak semata-mata bicara urusan religius79

tentang

keselamatan seperti umumnya dimaknai dalam soteriologi Pelarian ke Mesir dan

intervensi Allah atas rivalitas Herodes Agung dengan Yesus Sang Mesias ialah sebuah

pengantar bagi keseluruhan kitab Matius tentang penolakan terhadap imperialisme

Romawi dan dominasi pemuka agama Yahudi Lebih jauh Mesias yang lolos dari

pembantaian yang menunjukan kemenangan Allah atas kekuasaan dunia ialah penegasan

redaktur Matius bahwa tak benar Millitary Messiah menjadi dasar teologi sosial melawan

Romawi Sedangkan praktek Pax Romana yang palsu karena ketidakonsistenanya ialah

sebuah visi sosial omong kosong Sebagai ganti keduanya maka Mesias yang

terselamatkan ialah model pranata sosio-politik yang baru yang menjadi alternatif visi

sosial dimana kesetaraan kasih dan keterbukaan antar semua manusia menjadi dasarnya

Visi sosial dalam diri Mesias ala kelompok Matius ini ialah sebuah pilihan berani

dan melawan arus utama Dengan mengatakan kesetaraan maka hirarki dalam

masyarakat Romawi harus diruntuhkan Maka relasi patron-klien yang berlaku umum

harus dihentikan Melalu ide keterbukaan maka praktek kepemilikan harta dan sumber-

sumber produksi yang secara curang dikuasai oleh the Rulling Class juga harus

ditinggalkan Model penyelenggaraan kekuasaan ala Aristokrasi Sinagoge dan Romawi

yang sarat dominasi dan penindasan serta penyelenggaraan hukum yang tak konsisten

tentu tak memadai dan tak sesuai dengan kasih yang Allah harapkan nyata di antara

manusia Lebih dari itu pilihan normatif ini juga tentu termasuk visioner karena

melampaui jaman tetapi sekaligus menantang bagi diri kelompok Matius sendiri (visi

sosial yang lama juga membawa kenikmatan bagi kelompok Matius yang kaya)

4 Relevansi Narasi Rivalitas Herodes Agung dan Yesus Sang Mesias bagi proses

Demokratisasi pasca Reformasi

41 Indonesia dalam 16 tahun Reformasi

Pasca lengsernya Suharto secara paksa oleh gerakan mahasiswa 98rsquo muncul

angan-angan kuat akan fajar baru kehidupan bangsa Indonesia Akan tetapi kurun 16

tahun secara faktual tak banyak perubahan dicapai oleh bangsa dan negara ini80

Korupsi

kian menggurita kisruh toleransi antar umat agama terus terjadi tak terungkapnya

79

Ada struktur kekuasaan politik yang menindas Lih Carter Matthew amp Empire 35 80

Berdasarkan survey BPS Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2013 mencapai angka 6368 dari skala 0-

100 atau stuck di kategori sedang Dengan rincian aspek kebebasan sipil mencatat angka rata-rata nasional

7900 naik 105 dibanding 2012 Aspek hak-hak politik tercatat 4625 turun sedikit dibanding tahun 2012 4633

Aspek lembaga demokrasi 7211 atau naik 283 poin dibanding tahun 2012 Kenaikan yang lambat dan sedikit

semacam ini jauh dari kata idealu mengingat bukan baru kemarin Demokrasi berlangsung Lih Republika 4 Juli

2014

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 33: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

25

pelanggaran HAM di masa lalu ialah contoh-contoh lambanya demokratisasi di

Indonesia

Faktanya kondisi Indonesia 16 tahun belakangan kian kompleks sehingga

menimbulkan kejenuhan Akibatnya rakyat (demos) sebagai sendi utama demokrasi

menjadi apatis terhadap demokratisasi negara di era pasca Reformasi Namun ada baiknya

menengok barang sebentar pandangan Claude Lefort agar geliat pembaharuan hidup

berbangsa dan bernegara di era pasca reformasi ini tak hilang Claude Lefort mengatakan

bahwa dalam masyarakat demokratis locus kekuasan menjadi ruang hampa sebab sosok

otokrat tak lagi memberi totalitas organis sehingga sesungguhnya masyarakat demokratis

ialah masyarakat kompleks tanpa tubuh81

Indonesia dewasa ini tengah bertumbuh

menjadi remaja pasca reformasi yang berada pada fase yang disebut Lefort Jika demikian

siapakah yang memberikan suatu totalitas organis bagi masyarakt kompleks itu Budi

Hardiman menjawab tegas itu adalah tugas demos (rakyat) yang tidak sekedar menjadi

voters dalam demokrasi sehingga malah menghasilkan pemerintahan yang Oligark82

Celakanya proses demokratisasi yang berjalan selama 16 tahun belakangan telah

tersandera oleh para oligark melalui dua skandal preferensi politik yaitu

fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama83

Jeffrey Wintter dengan tegas

menuliskan bahwa Indonesia ialah contoh baik tentang bagaimana demokrasi kriminal di

mana para oligark84

ikut teratur dalam PEMILU sambil menggunakan kekuataan

kekayaan-nya untuk mengalahkan sistem hukum melalui intimidasi dan bujukan85

Akibat

mengguritanya para oligark itu kehidupan demokrasi di Indonesia hanya demi memenuhi

imperatif pasar sekaligus menjadi ajang pencapaian agenda pada fundamentalis agama

untuk memaksakan satu ideologi yang mendasari kehidupan bersama terwujud yang

sialnya dua skandal itu kawin-mawin dibawah kekuataan modal para oligark

Tentu demokrasi pada dirinya terlalu terbuka untuk siapa pun termasuk untuk para

oligark para fundamentalis maupun para anggota partai yang sudah muncul layaknya

kartel Hal ini kerap disebut sebagai paradoks demokrasi yaitu semacam konsekuensi

logis dari demokrasi ialah menerima secara terbuka partisipasi semua lapisan masyarkat

81

Claude Lefort Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988) 17-18 82

Hardiman Dalam Moncong 9 83

Hardiman Dalam Moncong 24-60 84

Aristoteles menyebut bahwa Oligarki ialah Dekadensi daripada Aristokrasi Dalam konteks Indonesia dewasa

ini ada upaya untuk menegakan model Aristokrasi (yang sangat berpotensi menjadi Oligarki) melalui UU

Pilkada Tak Langsung 85

Jeffrey Winnters Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011) 210

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 34: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

26

termasuk para oligark itu Budi Hardiman menyebut kondisi paradoks itu sebagai inklusif

untuk yang eksklusif86

Menurut Budi Hardiman jalan keluar atas persoalan itu dapat di atas melalui

memahami kondisi tersebut sebagai upaya proses uncivil society menjadi civil society87

Para oligark dan seluruh pihak yang sebenarnya merusak demokrasi ialah mereka yang

berada pada kondisi uncivil society tersebut Melalui dua cara yaitu penguatan masyarakat

sipil dan penguatan sistem pemerintahan maka lambat laun uncivil society itu akan

dimoderasi melalui dua cara tersebut untuk berubah menjadi civil society

Gagasan normatif di atas hanya dimungkinkan jika pemerintah dan masyarakat

memiliki suatu kesadaran mendasar tentang apa arti hubungan antar sesama dan antar

komunitas Pembaca injil Matius yang hidup di Indonesia ialah termasuk demos seperti

yang disebut Budi Hardiman Sehingga pada titik ini tiga pokok teologis dari narasi

Matius 21-18 dapat memberikan nilai dasar yang dapat dipegang pembacanya untuk

mencapai terwujudnya masyarakat demokratis yang mengatasi paradoks dalam demokrasi

itu yaitu melihat manusia lain tak boleh didominasi demi alasan apapun apalagi demi

membentuk suatu kelompok status quo melalui suatu sistem politik

42 Visi Sosial Mesianik sebagai dasar melawan Oligarki bertopeng Demokrasi di

Indonesia

Kondisi demokrasi Indonesia yang tersandera Oligarki secara normatif sama

sekali tidak bersesuaian dengan prinsip teologis yang dikemukakan oleh narasi Matius

21-18 Pokok teologis yang pertama sudah tidak membenarkan implikasi dari skandal

fundamentalise beragama di Indonesia Dalam perspektif Mesianik pada Matius 21-18

dominasi sosio-politik dalam bentuk apapun tak dapat diterima Apalagi sikap

fundamentalis agama yang begitu fanatik dan menjadi ekstrimis ialah sikap yang meniru

tindakan para pemuka agama di Sinagoge yang memperalat Yudaisme untuk membentuk

teologi sosial Millitary Mesiah sikap yang dicibir oleh redaktur Matius

Lebih dari itu melalui pokok teologis tentang visi sosial Mesianik yang

mengedepankan kesetaraan keadilan bermurah hati saling menghasihi dan terbuka

(inklusif) antar sesama serta komunitas apapun tentu pembaca narasi Matius 21-18 tak

dapat menerima kondisi Oligarki bertopeng demokrasi itu sebab (1) skandal

fundamentalisme pasar di mana para segelintir pemilik modal mengendalikan seluruh

sistem kebijakan publik seturut hasrat privatnya (res privata) ialah sama persis dengan

86

Hardiman Dalam Moncong 38 87

Hardiman Dalam Moncong 39 Bnd Bob Hadiwinata ldquoFrom Hero to Troublemaker Civil Society and

Democracy in Indonesiardquo dalam Marco Bunte (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

279

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 35: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

27

kondisi the Rulling Class yang ditolak secara teologis oleh kelompok Matius Sebab hal

itu tidak sama sekali mengandaikan adanya keadilan dan keterbukaan malah justru

melanggengkan penindasan sesama melalui mekanisme ekonomi (2) fundamentalise

agama yang muncul dari gerakan Islam Politik dan Kristen-Heterophobia juga bertolak

belakang dengan visi sosial Mesianik bahwa sesama manusia dan komunitas apapun perlu

mendasarkan hubungan bersama secara sosio-politik dalam semangat dasar kesetaraan

satu sama lain saling mengasihi saling bermurah hati adil dan saling terbuka Sikap para

fundamentalis agama hanya akan melahirkan kesetaraan partikular keadilan parsial kasih

yang sempit kemurahaan hati yang tak universal serta eksklusivitas yang radikal Jika

demikian maka apabila secara kuantitatif suatu kelompok agama jumlahnya melebihi

agama lain maka terjadi dominasi sebab sebagai yang terbanyak ia akan mengeklusi yang

lainya maka terwujudlah dominasi dalam berbagai sendi kehidupan hal yang secara

teologis ditolak dalam Matius 21-18

Untuk itu secara teologis pembaca Matius 21-18 semestinya mendapat semacam

insight bahwa perjuangan menegaskan tiga pokok teologis itu rupanya menembus jaman

hingga dewasa ini Artinya sama seperti sikap tanggap situasi redaktur Matius yang

mencoba mengajukan keprihatinanya tentang kepalsuan Pax Romana dan dominasi Status

Quo di Sinagoge teks Matius 21-18 juga berimplikasi pada tuntutan praxis pembacanya

untuk memperkuat sistem demokrasi dalam konteks Indonesia Sebab hanya dengan

demokrasi (dan bukan Theokrasi)88

tiga prinsip teologis dalam visi sosial Mesianik

berdasarkan Matius 21-18 dapat diwujudkan

Yonky Karman menuliskan bahwa dalam konteks Israel khususnya ketika masih

menjadi keraajan Theokrasi memang model pemerintahan ideal sebab mereka ialah

negara-umat bukan negara-bangsa89

Model berpikir itu juga masih terlacak hingga

kepada redaktur matius manakala mengajukan ide besar tentang Kedautalan Allah Ide

Kedaulatan Allah ialah sendi dasar bagi visi sosial mesianik dalam Matius 21-18 Meski

begitu tak berarti bahwa Visi Sosial Mesianik ialah identik dan kaku dalam Theokrasi

John W de Grucy menjelaskan bahwa bentuk suatu tatanan masyarakat yang mana

keadilan kesetaran dan damai sejatera menjadi sendi utama masyarakat itu ialah persis

nafas dari harapan mesianik yang pada masa modern hadir dalam demokrasi90

Karman

juga mengingatkan bahwa ide mesianik ialah dasar teologis yang tepat bagi demokrasi

88

Untuk konteks Indonesia maka tak mungkin diberlakukan Theokrasi sebab cara itu hanya akan menimbulkan

dominasi satu kelompok agama tertentu atas kelompok agama lain 89

Yonky Karman Kristen-Protestan Kasus Kristen Protestan di Indonesia dalam S P L Tjahjadi (eds)

Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia(YogyakartaKanisius 2014) 133 90

John W De Gruchy Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang Adil

(JakartaGunung Mulia 2003) 8-10 45-61

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 36: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

28

karena ide mesianik ialah lebih kepada suatu visi sosial91

Maka dari itu praxis pembaca

Matius untuk mendukung perjuangan yang berorientasi pada komitmen menegakan

demokrasi di Indonesia ialah sama dengan menghadirkan spektrum-spektrum dari dalam

diri Mesias Sebab visi sosial mesianik telah inheren dalam ideal-ideal demokrasi

Lagipula visi sosial pada model mesianik dalam Matius 21-18 ialah nilai-nilai prinsip

yang sifatnya universal melampaui batas-batas primordialismenya sendiri Nilai itu adalah

cocok untuk diterapkan bagi manusia manapun melampaui budaya agama suku ras

golongan atau pun bangsa apapun sebab ia sesuai dengan prinsip martabat manusia

43 Landasan Biblis dalam hubungan sosio-politik dengan Sang Liyan

Gerrit Singgih ditahun 1998 pernah menuliskan sebuah essai yang menunjukan

salah satu batu sandungan bagi kehidupan di periode pasca reformasi khususnya yang

dihadapi orang kristen Indonesia Singgih menyebutnya sebagai sebuah cara pandang

orang kristen Indonesia terhadap the others (Sang Liyan) khususnya Islam ada dalam

bayang-bayang ketakutan Indonesia menjadi negara Islam92

Bagi Singgih pengalaman

panjang sejarah Kristen-Islam menyumbang baik bagi pembentukan paham yang keliru

tentang sang liyan tersebut Maka sudah sepantasnya penggalian kreatif sumber biblis dan

kontekstual untuk menggantikan cara berpikir lama yang keliru itu diketengahkan

Singgih menegaskan bahwa paradigma yang menempatkan sesama sudah selalu

antagonistik perlu ditinggalkan93

Narasi rivalitas antara Herodes Agung dengan Mesias ialah model yang cukup

baik untuk memberikan pemahaman tentang hubungan dalam modus vivendi antara dua

kelompok Sebagian orang kristen seperti kata Singgih hidup dalam islamophobia

sedangkan dalam gerakan Islam Politik sejak awal kemerdekaan memang ada upaya

mendirikan Indonesia dengan basis syariah Pasca kerusuhan atas nama agama beberapa

tahun yang lalu kini Indonesia memang belajar lebih baik dalam meningkatkan kesadaran

tentang keberlainan antar manusia Akan tetapi itu tak berarti sentimen saling benci dan

menolak keberlainan sudah benar-benar hilang Justru dengan masih adanya FPI misalnya

maka sesungguhnya bagi sebagian orang beragama di Indonesia hidup dalam modus

vivendi

Artinya apabila warga negara Indonesia dalam ruang keterbukaan berekspresi

seperti dijamin oleh sistem Demokrasi tidak diberikan landasan berpikir yang benar

tentang dirinya orang lain dan antar kelompok maka keterbukaan itu ibarat menyimpan

91

S P L Tjahjadi (ed) Agama dan Demokratitasi 134 92

Gerrit Singgih Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia 2004)17-20 23-

25 93

Singgih Iman amp Politik 24

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 37: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

29

baik-baik bom waktu konflik Bom itu bisa saja tiba-tiba meledak sebab tak ada yang tahu

bagaimana polarisasi hari demi hari meningkat dalam masyarakat majemuk di Indonesia

Budi Hadirman menegaskan bahwa orang kristen memiliki kecenderungan

fanatisme buruk yaitu heteropobhia Sikap ini lahir persis dari kekerasan hati dan

keenggangan melihat yang lain sebagai sesama manusia yang perlu diperlakukan penuh

cinta kasih dan setara Orang Kristen Indonesia dalam kehidupan demokratis ini perlu

memandang sang liyan dalam perspektif visi sosial mesianik Sebab jika tidak maka

sesama dari agama yang berbeda hanya akan ditempatkan sebagai musuh sebagaimana

yang sudah terjadi selama ini

5 Penutup

51 Kesimpulan

Tiga pokok teologis dari Matius 21-18 menjadi sumber inspirasi yang

menegaskan betapa pentingnya pranata Mesianik hadir bagi umat manusia Bertalian

dengan hal tersebut maka sesungguhnya segala bentuk kekuasaan dominan dalam segala

bentuk yang despotik absolut totalitarian bahkan diktator juga manipulasi dengan

memperalat pihak yang lemah sebagai kendaraan politik ialah tidak sesuai dengan iman

kristen yang memercayai kehadiran mesias disepanjang abad dan tempat Pranata yang

dilaksanakan dalam kebengisan dan manipulasi semacam itu hanya akan mendatangkan

campur tangan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang dalam bahaya

Redaktur Matius dengan jernih berani memahami kembali tradisi dan hukum

agamanya Ia juga mentranformasikan sumber-sumber Yudaisme sehingga tradisi lama

itu bicara untuk tatanan hidup kekinian yang lebih manusiawi Maka langkah yang ia

lakukan tidak hanya saja semata-mata berimplikasi politis dalam upayanya menentang

status quo namun melampaui itu juga telah hadir demi perbaikan kemanusiaan Perlu

disadari pula bahwa pranata mesianik yang mereka ajukan sama sekali bukan pranata

sosial yang populer kala itu

Dalam konteks NKRI maka pembaca Matius dan orang kristen Indonesia yang

hari ini hidup pada era pasca modern sesungguhnya belajar dari pengalaman komunitas

Matius yang menunjukan suatu model tanggungjawab iman yang perlu dinyatakan dalam

praxis Kristen Indonesia perlu untuk bergerak aktif dan tidak lagi memandang Mesias

semata-mata sebagai fenomena eskatologis belaka namun menyadari benar bahwa

spektrum-spektrum Mesias perlu secara sadar dalam upaya kreatif dihadirkan pada

aktivitas sosio-politik Indonesia Dengan kata lain kristen Indonesia harus berani tampil

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 38: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

30

untuk mendialektikakan tanggungjawab iman mereka dalam pranata mesianik dengan

kondisi riil dinamika sosio-politik Demokrasi di NKRI

Dengan modal Demokrasi Pasca Reformasi sebenarnya secara khusus orang

kristen Indonesia telah berada pada fase yang jauh lebih maju dan lebih beruntung jika

dibandingkan dengan era komunitas Matius Untuk itu partisipasi yang sistematis masif

dan terstruktur perlu dilakukan oleh orang kristen Indonesia dalam proses demokratisasi

NKRI Kecenderungan kristen Indonesia yang apolitik sudah seharusnya ditinggalkan dan

digantikan dengan terjunnya orang kristen Indonesia dalam dunia sosio-politik Indonesia

Keterlibatan itu sebagai bentuk pelaksanaan visi sosial Mesias dan sekaligus mengambil

tanggungjawab untuk bersama dengan sang liyan menciptakan kehidupan bersama tanpa

dominasi apapun

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 39: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

31

Daftar Pustaka

Balch David (eds) Social History of the Matthean Community Cross Disciplinary

Approaches (Minneapolis Fortress Press 1995)

Bosch David J Transformasi Misi Kristen Sejarah teologi misi yang mengubah dan

berubah (Jakarta Gunung Mulia 2006)

Bunte Marco (eds) Democratization Post-Suharto Indonesia (Oxon 2009)

Butz Jeffrey J The Secret Legacy of Jesus the Judaic teachings that passed from James the

Just to the founding fathers(Inner TraditionBear amp Co 2009)

Bruce F F New Testament History (London Thomas Nelson amp Sons Ltd 1969)

Bruner Frederick D Matthew A Commentary (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co

2004) Kindle Version

Carter Warren Matthew amp Empire (London TampT Clark 2008)

________ Matthew amp The Margnis A Sociopolitical and Religious Reading (New York

Orbis Book 2000)

Clarke Howard W The Gospel of Matthew and Its Reader a Historical Introduction to the

First Gospel (Indiana Indiana University Press 2008)

Coote Robert dan Mary Coote Kuasa Politik amp Proses pembuatan Alkitab Suatu

Pengantar (Jakarta Gunung Mulia 2004)

De Gruchy John W Agama Kristen dan Demokrasi Suatu Teologi bagi Tata Dunia yang

Adil (JakartaGunung Mulia 2003)

De Heer J Tafsir Alkitab Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta Gunung Mulia)

Drane John Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis (Jakarta Gunung

Mulia 2005)

Drewes B F Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta Gunung Mulia2000)

Ericson Kai Wayward Puritans A Study in the Sociology of Deviance (New York Wiley

1966)

Evans Craig Matthew (New York Cambridge University Press 2012)

France R T The Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans Publishing Co 2012)

Kindle Version

Groenen C Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta Kanisius 2006)

Hardiman Budi Di Dalam Moncong Oligark Skandal Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta

Kanisius 2014)

Isaac Benjamin The Near East Under Roman Rules (LeidenBrill 1998)

Keener Craig S A Commentary on the Gospel of Matthew (Michigan Wm B Eerdmans

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 40: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

32

Publishing Co 2013)

Leeks Stefan Tafsir Injil Matius (Yogyakarta Kanisius 2007)

Lefort Claude Democracy and Political Theory (Cambrigde Polity Press 1988)

Lendering Jona King Herod the Great Acient Warfare Magazine

Nolan Brian M The Roayal Son of God the Christology of Matthew 1-2 in the Setting of the

Gospel (Gottingen Universtaries Fribourg 1979)

Peter Walker In Steps of Saint Paul (Yogyakarta Kanisius 2013)

Richardson Alan Political Christ (Philadelpia Westminster Press 1973)

Ring Trudy amp Robert Salkin (ed) International Dictionary of Historic Places (London

WIPIDE 1995)

Schnackenburg Rudolf The Gospel of Matthew (Wm B Eerdmans Publishing Co

Michigan 2007)

Setyawan Yusak B Critical Approaches in New Testament Hermeneutics A Draft (Salatiga

Fakultas Teologi UKSW 2010)

Singgih Gerrit Iman amp Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta Gunung Mulia

2004

Stanislaus Surip Rahasia di Balik Kisah Natal 1 (Yogyakarta Kanisius 2012)

Staumbaugh John dan David Balch Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula (Jakarta Gunung

Mulia 2008

Taylor Justin Asal Usul Agama Kristen (Yogyakarta Kanisius 2012)

Theissen Gerd Aku disuruh Pilatus Kisah penelusuran jejak Yesus dan masa-Nya

(JakartaGunung Mulia1990)

Tierney P J Theocracy Can Democracy Survive Fundamentalism Resolving the Conflict

Between Fundamentalism and Pluralism (iUniverse 2012)

Tjahjadi S P L (eds) Agama dan Demokratitasi Kasus Indonesia (YogyakartaKanisius

2014)

Van Bruggen Jakob Kristus di Bumi Penuturan kehidupan-Nya oleh murid-murid dan oleh

penulis-penulis sezaman (Jakarta Gunung Mulia 2004)

Winnters Jeffrey Oligarki (Jakarta Gramedia Pustaka Utama 2011)

Yosephus Jewish War

Disertasi

Dah Ner Reading the Kingdom Teaching of Matthew from the Context of Myanmar PhD

diss 2009

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm

Page 41: Kekejaman Herodes Agung (Studi Sosio-politik terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9842/2/T1_712009038_Full... · Albert Josua Putra Maliogha . 71 2009 038 . ... utama

33

Jurnal

France R T ldquoHerod and The Children of Bethlehemrdquo Novum Testamentum VOL XXI No

2 (1979)

Website

Robert M Prince New Testament Narative as Old Testament Midrash dalam

httpwwwrobertmpricemindvendorcomart_midrash1htm