kelainan kongenital - surveillance, pencegahan dan tatalaksana
DESCRIPTION
- Apa itu Kelainan Kongenital- Fakta tentang Kelainan Kongenital- Kelainan Kongenital di Indonesia- Surveilans Kelainan Kongenital- Program Pencegahan- Pelayanan untuk penderita Kelainan KongenitalTRANSCRIPT
-
Kelainan Kongenital di Indonesia (Sumber : Riskesdas 2007) 5,7% dari total kelahiran terdapat kelainan kongenital Kelainan kongenital menyebabkan :
1,4% kematian neonatus umur 0-6 hari 19% kematian neonatus umur 7-28 hari
Kelainan Kongenital(Birth Defect)
Surveillance, Pencegahan dan Tatalaksana
Apa itu kelainan kongenital? Juga dikenal sebagai congenital anomalies, congenital disorders atau congenital
malformations.
ICBDSR (International Clearinghouse for Birth Defects, Surveillance and Research) kelainan struktural atau fungsional, termasuk kelainan metabolik, yang muncul
sejak lahir dan terjadi pada masa prenatal
Fakta tentang Kelainan kongenital
WHO memperkirakan: Setiap tahun 1 dari 33 bayi yang lahir menderita kelainan kongenital 3,2 juta penderita kelainan kongenital yang bertahan hidup mengalami
kecacatan mental, fisik, pendengaran dan penglihatan Setiap tahun 270 000 bayi yang lahir meninggal dalam periode 28 hari
kehidupannya oleh karena kelainan kongenital
Kelainan kongenital berdampak kepada kualitas hidup penderitanya, keluarga, sistem pelayanan kesehatan dan masyarakat
Pengontrolan faktor resiko kelainan Kongenital
Faktor yg dapat dikontrol
gaya hidup ibu
status gizi ibu
penyakit yang diderita oleh ibu/infeksi
faktor lingkungan (zat kimia, radiasi dll)
bahan teratogen
faktor sosio-ekonomi
usia ibu ketika hamil
Cara kontrol
vaksinasi
konsumsi asam folat dan iodium yang cukup
pemeriksaan antenatal yang cukup
Kelainan Kongenital dalam Rencana Aksi Nasional Kesehatan Neonatus
Program Pencegahan dan Tatalaksana
Talasemia
NTDs (Neural Tube Defects)
Sindroma Rubella Kongenital
Sindroma Sifilis Kongenital
Clubfoot/Talipes
Orofacial cleft
Hipotiroid Kongenital
Surveilens
Spina Bifida
Anensefali
Meningo/Ensefalokel
Hidrosefalus
Katarak Kongenital
Celah Langit-langit
Celah Bibir
Celah Bibir dan Langit-langit
Hipo/Epispadia
Talipes
Ompalokel
Gastroskisis
Reduksi Extrimitas
Atresia ani dengan/tanpa fistula
Kembar Siam
Teratoma
Kelainan Kongenital di Indonesia
Sepsis , 20.5
Malformasi kongenital , 18.1
Pnemonia , 15.4
Sindrom gawat pernafasan (RDS) , 12.8
Prematuritas , 12.8
Kuning , 2.6
Malformasi kongenitas , 1.4
Tetanus , 2.6
Defisiensi nitrisi , 2.6
Sindrom kematian bayi mendadak (Sudden infant death) , 2.5
Lain-lain, 7.5
Penyebab Kematian NeonatusUmur 7-28 Hari
Sepsis
Malformasi kongenital
Pnemonia
Sindrom gawat pernafasan (RDS)
Prematuritas
Kuning
Gangguan/kelainan pernafasan , 35.9
Prematuritas , 32.4
Sepsis , 12.0
Hipotermi , 6.3
Kelainan perdarahan dan
kuning , 5.6
Postmatur , 2.8
Malformasi kongenitas , 1.4 Lain-lain, 3.6
Penyebab Kematian NeonatusUmur 0-6 Hari
Gangguan/kelainan pernafasan
Prematuritas
Sepsis
Hipotermi
Kelainan perdarahan dan kuning
Postmatur
Malformasi kongenitas
Lain-lain
-
Surveilens Kelainan kongenital
Proses pengumpulan data secara berkelanjutan dan sistematis, analisa data dan interprestasinya untuk keperluan perencanaan, penerapan dan evaluasi program pencegahan dan tatakelola kelainan kongenital
Interpretasi dan penyebarluasan hasil surveilens sangat penting, terutama kepada pembuat keputusan dalam merumuskan kebijakan
Sistem surveilens untuk kelainan kongenital di Indonesia belum terbentuk
Untuk apa surveilens dilakukan?
Mengukur besaran masalah dan memonitor tren kelainan kongenital
Mengidentifikasi populasi beresiko tinggi
Mengidentifikasi faktor resiko
Mengidentifikasi kluster kelainan kongenital
Memberikan bukti dan informasi untuk kebijakan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan
Membuat hipotesis untuk penelitian epidemilogi dan pencegahan
Mengevaluasi efektifitas program pencegahan dan pengobatan/rehabilitasi
Untuk meningkatkan kemauan politik dan kehendak masyarakat
Program Pencegahan
Mengontrol faktor resiko
Pencegahan pernikahan kerabat (consanguineous marriages) > Talasemia, Syndroma Down
Skrining genetik dan konseling pra-nikah
Anjuran untuk mengatur usia kehamilan >17 tahun dan