kelarutan intrinsik obat 1

Upload: sitti-munawarah-ii

Post on 09-Oct-2015

58 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kelarutan obat

TRANSCRIPT

KELARUTAN INTRINSIK OBATA. TUJUAN

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperkenalkan konsep dan proses system kelarutan obat dan menentukan parameter kelarutan zat.

B. LANDASAN TEORI

Asam salisilat merupakan asam yang bersifat iritan local yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan sebagai obat luar, yang terbagai atas 2 kelas yaitu ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam organik, disamping itu jiga digunakan sebagai garam salisilat. Pada saat ini asam salisilat banyak digunakan sebagai aspirin. Asam salisilat merupakan turunan dari senyawa aldehid. Senyawa ini juga biasa disebut o-hodroksibensaldehid, o-formilfenol atau 2-formilfenol. Senyawa ini stabil, mudah terbakar dan tidak cocok dengan basa kuat, preduksi kuat, asam kuat dan pengoksidasi kuat (Wulandari, 2012).Asam salisilat adalah senyawa asam beta hydroxy yang diekstrak antara lain berasal dat pohon willow. Asam salisilat dapat digunakan untuk mengobati jerawat yang ringan sampai sedang seperti komedo atau jerawat tanpa radang. Asam salisilat terdapat dalam konsentrasi 0,5 %dan2%, sangat cukup untuk digunakan sekali dalam sehari untuk mengobatijerawat(Cynthiawiselle,2012).

Asam salisilat juga, dapat memacu proses pembentukan bunga dan akar pada beberapa tanaman sekai itu dapat mendorong kesehatan dari tanaman. Asam salisilat merupakan turunan dari fenolik, dimana fenolik tidak dapat menghambat biosintetis giberelin tetapi berantagonisdengangiberelin(Samanhudi,2007).

Kelarutan intrinsik merupakan kelarutan dari suatu senyawa dalam bentuk suatu obat pertama dilihat kelarutan obat di dalam 0,1 N HCl, 0,1 N NaOH dan air. Peningkatan kelarutan obat pada asam menyatakan obat tersebut basa lemah dan peningkatan kelarutan obat pada basa menyatakan obat tersebut asam lemah. Derajat terionnya suatu senyawa asam lemah ditentukan oleh suatu parameter yang disebut konstanta ionisasi yang dikenal dengan pKa. Nilai pKa merupakan suatu cara yang paling mudah untuk membandingkan kekuatan keasaman atau kebasaan senyawa-senyawa obat.Dalam formulasi sediaan obat berdasarkan nilaip Kanya, pH larutan dapat diatur untuk menjamin kelarutan maksimum senyawa obat dalam air dengan tetap mempertimbangkan kestabilan optimum dari senyawa obat (Novita, 2012).

Titik akhir titrasi dapat ditentukan dengan menggunakan indikator. Indikator yang digunakan harus memberikan perubahan warna yang Nampak disekitar pH titik ekivalen titrasi yang dilakukan sehingga titik akhirnya masih jatuh pada kesiran perubahan pH indikator. Bila suatu indikator digunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi, maka indikator harus berubah warnatepatpadasaattitranmenjadiekivalendengantitrat(Harjanti,2008).

F. PEMBAHASANKelarutan adalah kadar solute dalam sejumlah solven pada suhu tertentu yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solute atau solven yang telah terjadi dan membentuk dispersi molekuler yang homogen. Kelarutan intrinsik obat merupakan kelarutan dari suatu senyawa dalam bentuk suatu obat pertama. Peningkatan kelarutan obat pada asam menyatakan obat tersebut basa lemah dan peningkatan kelarutan obat pada basa menyatakan obat tersebut asam lemah. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Misal : terdispersi secara molekular dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu kelarutan intrinsik obat adalah sifat dari solute dan solven dimana jika solute yang polar akan larut pada solven yang polar pula begitupun sebaliknya, Selanjutnya yaitu Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Kemudian kelarutan, dimana zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Salting in adalah adanya zat terlarut tertentuyangmenyebabkankelarutanzatutamadalamsolventmenjadilebihbesar.Coselvensi adalah perisriwa kenaikkan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut`Pada percobaan kali ini yang akalan dilakukan adalah untuk menentukan kelarutan intrinsic obat pada asam salisilat. Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah metode titrasi dimana titrasi merupakan salah satu analisis secara kuantitatif yang dipergunakan untuk menentukan suatu konsentrasi suatu larutan, dimana penggunannya menggunakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya.Pada percobaan ini yang akan dilakukan adalah kelarutan intrinsik dari suatu obat. Dimana bahan yang digunakan adalah bedak salisilat yang mengandung asam salisilat,. Adapun bahan yang digunakan untuk melarutkan asam salisilat adalah aquades,alkohol, dan propilen glikol aquades dan propilen glikol. Pada percobaan ini dilakukanuntuk melarutkan asam salisilat sebanyak 7 tabung, dengan pelarut alkohol,aquades dan propilen glikol.

Pada tabung 1-7 dilarutkan asam salisilat, tetapi pada tabung pertama tidak ditamabahakan alkohol dan tabung 2-7 dilarutkan dengan aquades dan ditmabhakan alkohol dan juga propilen glikol. Kemudian asam salisilat yange telah ditambahkan denga larutan tadi, maka dilakukan pengocokan selama 10 menit, pengocokan ini bertujuan agar larutan teranpur secara homogen. Asam salisilat yang telah digocok disaring dengan menggunakan kertas saring, penyaringan yang bertujuan untuk melarutkan suatu zat yang tidak larut pada pelarut yang digunakan. Pentitrasian dilakukan dengan menggunakan larutan baku alkali NaOH O,1 N sebagai titrannya. Sebelum pentitrasian dilakukan pada asam salisilat yang ada di dalama7 tabung maka, ditambahkan indikator fenolftalein samapai adanya titik akhir titrasi dengan ditandai perubahan warna pada titratnya.Pada proses pentitrasian semakin banyak volume dari larutan NaOH yang digunakan maka nilai konsentrasi asam salisilat semakin kecil, begitu pula jika volume larutan NaOH yang digunakan pada proses pentitrasian maka semakin besar pula konsentrasi dari asam salisilat. Hal ini berkaitan pada kepolaran larutan asam salisilat, dimana jika meningkatnya nalai kepolaran dari suatu larutan maka nilai konsentrasinya akan meningkat pula.

Saat asam salisilat ditambahakan dengan aquades alkohol, maka volumenya semakin meningkat sedangkan saat asam salisilat ditambahkan dengan aquades,alkohol dan propilen glikol volume dari propilen glikol semakin menurun.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan yang berkaitan pada kosntanta dielektriknya yaitu pada grafik dan perhitungannya, konstanta dielektrik suatu pelarut campur, berbanding terbalik dengan konsentrasi dari asam salisilatnya, dimana jika semakin tinggi nilai konsentrasi asamnya maka nilai konstanta dielektriknya semakin kecil begitu pula sebaliknya sedangakan jika konsentrasi dari asam salisilat lebih rendah maka konstanta dielektriknya semakin tinggi.

Pada proses pentitrasian larutan mengalami perubahan warna dikarenakan akibat adanya penambahan indikator, di mana fungsi dari penambahan indikator fenolftalein pada percobaan kali ini yaitu untuk mengetahui titik akhir titrasi dalam proses penitrasian dengan ditandai terjadinya perubahan warna pada suatu larutan. Gugus polar dari asam salisilat adalah gugus -OH dan gugus nonpolar pada asam salisilat adalah gugus cincin benzen. Struktur tersebut menyebabkan asam salisilat dapat larut pada sebagian pelarut polar dan sebagian pada pelarut non polar. Namun, karena memiliki gugus polar dan non polar sekaligus dalam satu gugus, asam salislat sukar larut dengan sempurna pada pelarut polar saja atau pelarut non polar saja. Asam salisilat sukar larut pada air yang merupakan pelarut non polar, tetapi mudah larut pada etanol yangmerupakanpelarutsemipolar.

Hanya ada satu prinsip dalam pelarutan, yaitu like dissolved like. Larutan satu akan mampu bercampur sempurna dengan larutan lain apabila memiliki sifat (polaritas) yang sama atau tidak jauh berbeda. Bila pencampuran dilakukan antarlarutan yang memiliki tingkat polaritas yang berbeda, maka akan terbentuk lapisan antarmuka (interface) yang memisahkan kedua fase larutan. Peristiwa tersebut dapat kita lihat dengan nyata pada campuran air dan minyak. Salah satu hal yang dapat kita lakukan agar larutan yang tidak saling campur tersebut menjadi bercampur yaitu dengan mengatur temperatur campuran. Pengaturan temperatur dapat dilakukan dengan memanaskan atau mendinginkan campuran. Dengan begitu, campuran tersebut tidak akan terpisah lagi. Ada beberapa campuran yang membutuhkan suhu ekstrim (sangat tinggi atau sangat rendah) agar dapat saling bercampur satu sama lain.DAFTAR PUSTAKA

Cynthiawisiella, 2012, Manfaat Asam Salisilat Untuk Jerawat, http://cynthiawisiella.blog archive.manfaat asam salisilat untuk jerawat, diakses tanggaal 22 April 2013.

Harjanti, Sri Ratna, 2008, Pemungutan Kurkumin Dari Kenyut (Curcuma domestica val.) dan pemakainnya Sebagai Indikator Analisis Volumetri, Jurnal Rekayasa Proses, Volume 2 No. 2.

Novita, Gressy, Kamal Rullah, Anwar Syahadat, 2012, Studi Preformulasi Senyawa Sintesis Turunan Kalkon 3-(3-Nitrophenil)-1-Phenilprop-2-EN-1-ON : Kelarutan Intrinsik dan KonstantaIonisasi,JurnalScientia,Volume2No1.

Samanhudi, Ahmad Yunus, Amalia T Sakya, Reny Hartati 1986, Pengaruh Paklobutrazol Dan Aspirin Paklobutrazol Umbi Kenyang(Solanum tuberosum L.) Secaran In Vitro, Jurnal Fakultas UNS.

Wulandari, Asri, 2012, Asam Salisilat, http://andtahnks for visiting.html, diaksese tanggal 22 April2012.

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA IPERCOBAANKELARUTAN INTRINSIK OBAT

OLEH :NAMA

: BESTIANTI PURNASARI JIWA

NIM

: FIFI 12078

KELAS

: B

KELOMPOK : VASISTEN

: SEPTIANY FRANSISCA MARIAJURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2013G. KESIMPULANKesimpulan yang dapat diambil pada percobaan ini adalah kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Temperatur atau suhu tekanan dan pH larutan merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah asam salisilat yang terlarut. Hal ini dibuktikan dengan konsentrasi asam salisilat yang berbeda-beda masing-masing tabung.