kelayakan tepung kanji dan tepung terigu ...lib.unnes.ac.id/28384/1/5402412009.pdfkelayakan tepung...

53
KELAYAKAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG TERIGU SEBAGAI BAHAN PENGGANTI LATEKS DALAM PEMBUATAN MAKE UP KARAKTER Skripsi diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Tata Kecantikan Oleh Kiki Mujiyati NIM. 5402412009 JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Upload: duongthuy

Post on 19-Jun-2018

287 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

KELAYAKAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG TERIGU

SEBAGAI BAHAN PENGGANTI LATEKS DALAM

PEMBUATAN MAKE UP KARAKTER

Skripsi

diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Tata Kecantikan

Oleh

Kiki Mujiyati NIM. 5402412009

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

ii

iii

iv

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah (Lessing).

2. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al-Insyirah:6).

PERSEMBAHAN

1. Kepada kedua orang tua saya, Bapak Ahmad

Mukhibat dan Ibu Kusriyati, terimakasih atas

segala doa dan motivasinya, cinta dan kasih

sayang, serta nasehat yang beliau berikan.

2. Kepada keempat adik saya, Tiara, Rohman,

Dimas, dan Jauhar yang selalu memberikan doa,

dukungan dan motivasi.

3. Kepada teman-teman kos, Riski, Jee, Devi, Dini,

Anis, Rofi, Melinda yang selalu memberikan

dukungan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

4. Kepada teman-teman Prodi Pendidikan Tata

Kecantikan angkatan 2012.

vi

ABSTRAK

Kiki Mujiyati, 2016, Kelayakan Tepung Kanji dan Tepung Terigu sebagai Bahan

Pengganti Lateks dalam Pembuatan Make Up Karakter, Ade Novi Nurul Ihsani,

M.Pd., Dra. Marwiyah, M.Pd., Pendidikan Tata Kecantikan.

Lateks merupakan salah satu bahan kosmetik yang digunakan sebagai perekat

untuk membuat efek tiga dimensi pada make up karakter. Lateks masih sukar

diperoleh di sekitar kampus Unnes Sekaran dan harga lateks tergolong mahal yaitu

Rp.40.000/100 gram. Oleh karena itu diperlukan suatu bahan alternatif yang dapat

digunakan sebagai perekat untuk menciptakan efek tiga dimensi. Tepung kanji dan

tepung terigu mengandung zat amilopektin yang tinggi yang dapat dimanfaatkan

sebagai bahan alternatif pengganti lateks selain itu kedua jenis tepung ini mudah

diperoleh dan harga terjangkau. Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui cara

pembuatan produk adhesive dari tepung kanji dan tepung terigu sebagai bahan

pengganti lateks dalam pembuatan make up karakter, (2) untuk mengetahui kelayakan

produk adhesive dari tepung kanji dan tepung terigu sebagai bahan pengganti lateks

dalam pembuatan make up karakter.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen. Objek

dalam penelitian ini adalah produk adhesive dari tepung kanji dan tepung terigu.

Subjek dalam penelitian ini adalah 15 orang panelis agak terlatih yang bertindak

sebagai beauticiant untuk menilai kelayakan produk dari aspek warna, aroma,

ketahanan, kemudahan aplikasi dan sensitivitas. Metode analisis data menggunakan

rerata dan deskriptif persentase.

Hasil penelitan dari uji inderawi, diperoleh bahwa produk adhesive dari

tepung kanji dan tepung terigu memperoleh kriteria sangat baik dengan rata-rata total

3,5 dan data hasil uji kesukaan memperoleh persentase total 90% dengan kriteria

sangat suka. Simpulan dalam penelitian ini adalah (1) pembuatan produk adhesive

dari tepung kanji dan tepung terigu meliputi persiapan alat dan bahan, proses

pembuatan produk dan terakhir pengemasan produk, (2) Produk adhesive dari tepung

kanji dan tepung terigu memiliki warna putih tulang (krem), produk tidak berbau

sama sekali sehingga nyaman digunakan, mudah digunakan dalam praktik serta tidak

menimbulkan reaksi apapun pada kulit baik berupa gatal, kemerahan, perih atau

panas. Akan tetapi pada aspek ketahanan, produk terlihat mengelupas/daya rekatnya

sebagian menghilang dalam waktu kurang dari 2 jam, sehingga produk kurang efektif

apabila digunakan untuk make up panggung. Saran yang diberikan yaitu pembuatan

produk adhesive dari tepung kanji dan tepung terigu sebagai diversifikasi produk

lateks dalam make up karakter dilakukan dengan baik dan sesuai dengan prosedur

pembuatan.

Kata Kunci : Tepung kanji, Tepung terigu, Lateks, Make up karakter

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan

inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kelayakan

Tepung Kanji dan Tepung Terigu sebagai Bahan Pengganti Lateks dalam

Pembuatan Make up Karakter” ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini,

peneliti memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang telah memberi izin

dan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Universitas Negeri Semarang

yang telah memberi petunjuk dan saran.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Tata Kecantikan yang telah memberi petunjuk

dan saran.

4. Ibu Ade Novi Nurul Ihsani, M.Pd. Dosen pembimbing I dan Dra. Marwiyah,

M.Pd. Dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dengan sabar,

arahan, dan saran kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Maria Krisnawati, S.Pd., M.Sn Dosen penguji yang telah memberikan arahan

dan saran kepada peneliti.

6. Bapak Ibu dosen dan seluruh staff Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bekal ilmu

viii

yang tak ternilai harganya selama peneliti menempuh pendidikan di Universitas

Negeri Semarang.

7. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah

membantu terselesainya skripsi ini.

Semoga bantuan yang telah diberikan kepada peneliti mendapatkan balasan

dari Allah Yang Maha Pengasih. Peneliti menyadari bahwa masih terdapat

kekurangan dalam penelitian skripsi ini dan harapan peneliti semoga penelitian

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua.

Peneliti

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... iii

PENGESAHAN ................................................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v

ABSTRAK ..................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................... 3

1.3 Pembatasan Masalah .......................................................................... 4

1.4 Rumusan Masalah .............................................................................. 4

1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................ 4

1.6 Manfaat Penelitian .............................................................................. 5

1.7 Penegasan Istilah ................................................................................ 5

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 8

2.1 Kelayakan ............................................................................................ 8

2.2 Tinjauan Tepung Kanji ....................................................................... 8

2.3 Tinjauan Tepung Terigu ..................................................................... 11

2.4 Tinjauan Lateks .................................................................................. 12

2.4.1 Pengertian dan Karakteristik ........................................................ 12

2.4.2 Penggunaan Lateks dalam Make up Karakter .............................. 14

x

2.5 Make Up Karakter .............................................................................. 15

2.5.1 Pengertian .................................................................................. 15

2.5.2 Karakteristik Make up Karakter ................................................ 18

2.5.3 Jenis-Jenis Make up Karakter .................................................... 23

2.6 Pembuatan Produk Eksperimen .......................................................... 27

2.6.1 Aspek Warna ............................................................................. 28

2.6.2 Aspek Aroma ............................................................................. 28

2.6.3 Aspek Ketahanan ....................................................................... 29

2.6.4 Aspek Kemudahan Aplikasi ...................................................... 29

2.6.5 Aspek Sensitivitas...................................................................... 29

2.7 Kerangka Pikir .................................................................................... 30

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 32

3.1 Metode dan Desain Penelitian .......................................................... 32

3.2 Metode Penentuan Objek Penelitian ................................................. 33

3.2.1 Objek Penelitian ....................................................................... 33

3.2.2 Subjek Penelitian ...................................................................... 33

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 34

3.4 Variabel Penelitian ............................................................................ 34

3.5 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ....................................................... 34

3.5.1 Alat dan Bahan Eksperimen ..................................................... 34

3.5.2 Tahap-Tahap Pelaksanaan Eksperimen.................................... 37

3.6 Metode Pengumpulan data ................................................................ 38

3.6.1 Observasi .................................................................................. 38

3.6.2 Dokumentasi ............................................................................ 39

3.7 Instrumen Penelitian.......................................................................... 39

3.7.1 Uji Inderawi ............................................................................. 39

3.7.2 Uji Kesukaan ............................................................................ 41

3.8 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ................................................. 42

3.8.1 Validitas ................................................................................... 42

xi

3.8.2 Reliabilitas ............................................................................... 43

3.9 Teknik Analisis Data ......................................................................... 45

3.9.1 Penilaian Kualitas Inderawi ..................................................... 45

3.9.2 Penilaian Tingkat Kesukaan ..................................................... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 51

4.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 51

4.1.1 Cara Pembuatan Produk ........................................................... 51

4.1.1.1 Persiapan Alat dan Bahan ............................................ 51

4.1.1.2 Penimbangan Bahan-Bahan ......................................... 52

4.1.1.3 Proses Pembuatan Produk ............................................ 52

4.1.2 Penggunaan Produk untuk Make up Karakter .......................... 54

4.1.2.1 Persiapan Alat .............................................................. 54

4.1.2.2 Persiapan Bahan ........................................................... 55

4.1.2.3 Langkah-Langkah Make up Karakter Kambing ........... 56

4.1.3 Hasil Penilaian Uji Inderawi Produk........................................ 59

4.1.4 Hasil Penilaian Uji Kesukaan .................................................. 60

4.2 Pembahasan ....................................................................................... 61

4.2.1 Pembuatan Produk ................................................................... 61

4.2.2 Pembahasan Uji Inderawi Produk ............................................ 63

4.2.2.1 Aspek Warna ................................................................. 63

4.2.2.2 Aspek Aroma ................................................................. 63

4.2.2.3 Aspek Ketahanan ........................................................... 63

4.2.2.4 Aspek Kemudahan Aplikasi .......................................... 64

4.2.2.5 Aspek Sensitivitas.......................................................... 64

4.2.3 Pembahasan Uji Kesukaan Produk .......................................... 65

4.3 Keterbatasan Penelitian .................................................................... 66

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 67

5.1 Simpulan .......................................................................................... 67

5.2 Saran .................................................................................................. 68

xii

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 69

LAMPIRAN ..................................................................................................... 73

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Standar Kualitas Tepung Kanji ..................................................................... 9

2.2 Perbedaan Make up Karakter Dua Dimensi dan Tiga Dimensi .................... 26

3.1 Desain Eksperimen........................................................................................ 33

3.2 Alat-Alat Pembuatan Produk ........................................................................ 35

3.3 Bahan-Bahan Pembuatan Produk ................................................................. 36

3.4 Skor Penilaian Uji Inderawi .......................................................................... 41

3.5 Skor Penilaian Uji Kesukaan ........................................................................ 42

3.6 Reliabilitas Instrumen Uji Inderawi .............................................................. 44

3.7 Reliabilitas Instrumen Uji Kesukaan ............................................................ 44

3.8 Rentangan Rerata Skor Uji Inderawi ............................................................ 47

3.9 Persentase Kesukaan ..................................................................................... 49

4.1 Alat-Alat Merias Wajah Karakter Kambing ................................................. 55

4.2 Bahan-Bahan Merias Wajah Karakter Kambing........................................... 56

4.3 Data Hasil Uji Inderawi ................................................................................ 60

4.4 Data Hasil Uji Kesukaan ............................................................................... 60

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Tepung Kanji ................................................................................................. 10

2.2 Tepung Terigu ............................................................................................... 12

2.3 Liquid Latex .................................................................................................. 13

2.4 Tata Rias Wajah Karakter Antagonis ............................................................ 17

2.5 Make up Karakter Badut ............................................................................... 17

2.6 Make up Pohon Asem ................................................................................... 19

2.7 Rias Wajah Sesuai Suku Bangsa ................................................................... 20

2.8 Rias wajah Sesuai dengan Usia ..................................................................... 21

2.9 Rias Wajah Sesuai dengan Karakter Tokoh .................................................. 21

2.10 Rias Wajah Cacat ........................................................................................ 22

2.11 Rias Wajah dengan Karakter Sakit-Sakitan ................................................ 22

2.12 Make up Karakter Dua Dimensi .................................................................. 24

2.13 Make up Karakter Tiga Dimensi Raja Monyet ........................................... 26

2.14 Skema Kerangka Pikir................................................................................. 31

3.1 Bahan-Bahan Dicampur dan Dimasak .......................................................... 37

3.2 Proses Pengadukan ........................................................................................ 37

3.3 Hasil Jadi Produk .......................................................................................... 38

4.1 Bahan-Bahan Dicampur dan Dimasak .......................................................... 52

4.2 Proses Pengadukan ........................................................................................ 53

4.3 Hasil Jadi Produk .......................................................................................... 53

4.4 Pengemasan Produk ...................................................................................... 54

4.5 Desain Wajah ................................................................................................ 57

xv

4.6 Aplikasi Produk ............................................................................................. 57

4.7 Penempelan Kapas ........................................................................................ 58

4.8 Melukis Wajah dengan Body Painting .......................................................... 58

4.9 Hasil Akhir .................................................................................................... 59

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-Kisi Lembar Observasi Uji Inderawi ...................................................... 73

2. Lembar Observasi Penilaian Uji Inderawi ..................................................... 74

3. Rubrik Lembar Observasi Penilaian Uji Inderawi ......................................... 75

4. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Penilaian Uji Kesukaan .................................... 78

5. Lembar Penilaian Uji Kesukaan ..................................................................... 79

6. Rubrik Lembar Penilaian Uji Kesukaan ......................................................... 80

7. Tabel Hasil Perhitungan Validasi Instrumen .................................................. 83

8. Tabel Perhitungan Reliabilitas Instrumen Uji Inderawi ................................. 84

9. Tabel Perhitungan Reliabilitas Instrumen Uji Kesukaan ............................... 87

10. Tabel Perhitungan Data Hasil Uji Inderawi .................................................. 90

11. Tabel Perhitungan Data Hasil Uji Kesukaan ................................................ 92

12. Dokumentasi Hasil Pengaplikasian Produk .................................................. 93

13. Formulir Usulan Topik Skripsi ..................................................................... 97

14. Surat Usulan Pembimbing ............................................................................ 98

15. Surat Penetapan Dosen Pembimbing ............................................................ 99

16. Surat Validasi Instrumen I ............................................................................ 100

17. Surat Validasi Instrumen II ........................................................................... 101

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tata rias wajah adalah suatu proses atau langkah kerja untuk menutupi semua

kekurangan dan menonjolkan semua kelebihan yang ada pada wajah seseorang sesuai

dengan kesempatan dan tema yang akan diadakan serta sesuai dengan tujuan

(Sukri:2). Tata rias wajah terdapat beberapa macam diantaranya tata rias wajah

korektif, tata rias wajah karakter, dan tata rias wajah fantasi. Salah satu tata rias wajah

yang sering digunakan untuk acara teater atau acara televisi yaitu tata rias karakter

(Character Make up).

Character Make up atau tata rias karakter adalah suatu tata rias yang

diterapkan dengan tujuan mengubah penampilan seseorang dalam hal umur, sifat,

wajah, suku, dan bangsa sehingga sesuai dengan tokoh yang akan diperankan

(Paningkiran, 2013:11). Tata rias karakter dibagi menjadi dua jenis yaitu tata rias

karakter dua dimensi dan tata rias karakter tiga dimensi. Tata rias karakter dua

dimensi adalah suatu tata rias yang hasilnya hanya bisa dilihat dari bagian depan saja,

sedangkan tata rias karakter tiga dimensi adalah suatu tata rias yang hasilnya dapat

dilihat dari depan, samping atau atas.

Tata rias karakter memiliki ciri-ciri garis-garis rias wajah yang tajam, warna-

warna yang digunakan menyolok, serta alas bedak yang digunakan tebal (Kusantati,

2008:499). Proses dalam make up karakter membutuhkan bahan-bahan kosmetik

2

yang berfungsi sebagai penunjang hasil riasan. Bahan yang diperlukan dalam

pembuatan tata rias karakter salah satunya yaitu lateks.

Lateks adalah getah kental (mirip susu) yang dihasilkan oleh tumbuhan karet

dan bersifat lengket. Lateks digunakan sebagai bahan utama pembuatan lem bulu

mata, balon, ban dan lain-lain. Lateks dalam tata rias digunakan dalam pembuatan

berbagai efek tiga dimensi misalnya efek luka memar, luka bakar, penciptaan karakter

kambing, karakter monyet dan lain-lain.

Berdasarkan pengalaman peneliti, di sekitar kampus Unnes Sekaran, lateks

masih sukar didapatkan dengan harga Rp.40.000 dalam kemasan 100 gram. Hal ini

menjadikan mahasiswa prodi Pendidikan Tata Kecantikan Unnes membeli lateks dari

Jakarta untuk keperluan praktik atau menggunakan bahan lain sebagai pengganti

lateks, misalnya lem kertas untuk pembuatan make up karakter efek luka. Penggunaan

lem kertas terkadang menimbulkan efek panas bagi pengguna sehingga kurang aman.

Hal ini membuat peneliti mencoba alternatif lain dengan pemanfaatan tepung kanji

dan tepung terigu sebagai bahan pengganti lateks dalam pembuatan make up karakter.

Penggunaan tepung kanji dan tepung terigu sebagai bahan pengganti lateks

karena tepung kanji dan tepung terigu mengandung kadar amilopektin yang tinggi

sebesar 87% dan 72%, selain itu pada tepung terigu mengandung zat gluten yang

memberikan sifat lengket ketika dimasak. Pemanfaatan tepung kanji dan tepung

terigu selama ini banyak digunakan dalam pembuatan produk makanan, misalnya

tepung terigu digunakan sebagai bahan pembuatan kue, mie dan pasta. Tepung kanji

digunakan sebagai pengenyal pada produk makanan, dan pewarna putih alami. Oleh

3

karena itu dalam penelitian ini, peneliti akan membuat produk dari tepung kanji dan

tepung terigu sebagai bahan pengganti lateks yang digunakan sebagai perekat kapas

atau tissue pada pembuatan make up karakter dengan perbandingan komposisi bahan

1:1. Penggunaan tepung kanji dan tepung terigu sebagai bahan pengganti lateks

dalam pembuatan make up karakter karena kedua jenis tepung tersebut harganya

murah serta mudah diperoleh di sekitar kampus Unnes Sekaran.

Percobaan pra eksperimen, peneliti membuat produk dengan perbandingan

1:1, 1:½ dan ½:1, setelah itu produk diaplikasikan untuk membuat efek luka tiga

dimensi. Berdasarkan hasil pengaplikasian produk pada pembuatan efek luka tiga

dimensi, bahwa produk dengan perbandingan komposisi tepung kanji dan tepung

terigu 1:1 hasil make upnya terlihat lebih natural dari pada produk dengan

perbandingan komposisi yang berbeda. Sehingga dalam penelitian ini, dipilih produk

eksperimen yang memiliki perbandingan komposisi yang sama yaitu 1:1.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan meneliti lebih dalam

mengenai “Kelayakan Tepung Kanji dan Tepung Terigu sebagai Bahan Pengganti

Lateks dalam Pembuatan Make up Karakter”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka yang menjadi identifikasi

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Harga lateks tergolong mahal Rp.40.000 dalam kemasan 100 gram dan lateks

masih sukar diperoleh di sekitar kampus Unnes Sekaran.

4

2. Proses make up karakter membutuhkan bahan pengganti lateks yang mudah

didapatkan, harga terjangkau dan aman bagi kulit.

3. Tepung kanji dan tepung terigu belum dimanfaatkan sebagai pengganti lateks.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi penelitian

sebagai berikut :

1. Fungsi produk terbatas sebagai adhesive atau perekat kapas dan tissue.

2. Penelitian ini, produk diaplikasikan pada bagian wajah.

3. Produk diaplikasikan untuk pembuatan make up karakter wajah kambing.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana cara pembuatan produk adhesive dari tepung kanji dan tepung terigu

sebagai bahan pengganti lateks dalam pembuatan make up karakter?

2. Bagaimana kelayakan produk adhesive dari tepung kanji dan tepung terigu

sebagai bahan pengganti lateks dalam pembuatan make up karakter?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui cara pembuatan produk adhesive dari tepung kanji dan tepung terigu

yang digunakan sebagai bahan pengganti lateks dalam pembuatan make up

karakter.

5

2. Mengetahui kelayakan produk adhesive dari tepung kanji dan tepung terigu

sebagai bahan pengganti lateks dalam pembuatan make up karakter.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan, referensi, perbandingan

dan tambahan informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

kelayakan tepung kanji dan tepung terigu sebagai bahan pengganti lateks dalam

pembuatan make up karakter.

2. Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah teoritik dalam bidang tata

kecantikan sehingga dapat memberikan kontribusi positif untuk perkembangan

ilmu tata kecantikan.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kelayakan

tepung kanji dan tepung terigu sebagai bahan pengganti lateks dalam pembuatan

make up karakter.

4. Hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan untuk menambah wawasan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta sebagai bahan acuan perbandingan ataupun

literatur bagi peneliti yang melakukan penelitian relevan dimasa yang akan

datang.

1.7 Penegasan Istilah

Penegasan istilah ini diperlukan dalam memahami istilah-istilah yang

berkaitan dengan judul skripsi. Adapun istilah-istilah yang perlu ditegaskan adalah:

6

1. Kelayakan

Kelayakan merupakan suatu perihal layak (patut, pantas) suatu objek untuk

diteliti (KBBI, 2008:797). Kelayakan mempunyai definisi sebagai penelitian yang

mengkaji suatu kelayakan atau kepantasan suatu objek untuk dijadikan sesuatu yang

mempunyai kepantasan untuk daya pemakaian.

2. Tepung Kanji

Razif (2006) dan Astawan (2009) dalam Agustina (2011:6), tepung kanji

merupakan salah satu hasil olahan dari ubi kayu. Tepung kanji umumnya berbentuk

butiran pati yang banyak terdapat dalam sel umbi singkong. Pati dalam tepung kanji

terdiri atas zat amilosa dan amilopektin (Maryani, 2010:15).

3. Tepung Terigu

Tepung terigu adalah adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari bulir

gandum (Nofalina, 2013:15). Tepung terigu mengandung zat pati yang terdiri atas zat

amilosa dan amilopektin. Kandungan amilopektin pada tepung terigu sebesar 72%

sedangkan kandungan amilosa pada tepung terigu sebesar 28% (Pradipta, dkk,

2015:795). Tepung terigu juga mengandung gluten yang akan memberikan sifat lengket

ketika dimasak (Fitasari, 2009:18).

4. Bahan Pengganti Lateks

Menurut KBBI (2008:114), bahan merupakan barang yang akan dibuat

menjadi satu benda tertentu atau bahan merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai

atau diperlukan untuk tujuan tertentu. Pengganti dalam KBBI (2008:415) mempunyai

arti yang menjadi ganti (tentang barang). Bahan pengganti berarti suatu barang yang

7

akan dibuat menjadi suatu produk dengan tujuan menggantikan barang atau produk

lain.

Lateks berasal dari getah pohon karet. Lateks sering digunakan untuk

merekatkan benda (Paningkiran, 2013:96). Lateks dalam dunia tata rias merupakan

salah satu bahan kosmetika yang digunakan dalam tata rias karakter tiga dimensi.

Dalam penelitian ini tepung kanji dan tepung terigu akan dibuat menjadi suatu produk

adhesive/perekat sebagai bahan pengganti lateks dalam pembuatan make up karakter.

5. Make Up Karakter

Make up karakter adalah suatu make up yang diterapkan untuk mengubah

penampilan seseorang dalam hal umur, sifat, wajah, suku dan bangsa

sehingga sesuai dengan tokoh yang diperankan. Make up karakter dibagi

menjadi dua jenis yaitu make up karakter dua dimensi dan make up karakter

tiga dimensi. Make up karakter tiga dimensi adalah suatu make up yang

hasilnya dapat dilihat dari depan, samping atau atas. Bahan dan warna yang

digunakan untuk make up karakter tiga dimensi harus memenuhi standar

yaitu warna tidak boleh mudah pudar, bahan kosmetik harus memiliki

ketahanan terhadap panas yang ditimbulkan oleh efek lampu, sinar matahari,

dan gerakan pemain, bahan kosmetik yang digunakan juga harus sesuai

dengan kebutuhan cerita dan tidak berlebihan sehingga memudahkan pada

saat proses pengerjaan (Paningkiran, 2013:94-95).

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kelayakan

Kelayakan merupakan suatu perihal layak (patut, pantas) suatu objek untuk

diteliti (KBBI, 2008:797). Menurut Syarif (2011: 8-11) kelayakan berarti suatu

penelitian yang mangkaji tentang berhasil atau tidaknya, layak atau tidaknya suatu

usaha dengan memperhatikan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek

sumber daya manusia, aspek lingkungan ekonomi dan sosial politik serta aspek

keuangan. Studi kelayakan menurut Suliyanto dalam jurnal Lazuardi, dkk (2014:50)

merupakan penelitian yang mendalam terhadap suatu ide tentang layak atau tidak

layaknya ide tersebut untuk dilaksanakan.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, dalam penelitian ini kelayakan

mempunyai definisi sebagai penelitian yang mengkaji suatu kelayakan atau

kepantasan suatu objek untuk layak digunakan atau layak pakai. Layak pakai dapat

diartikan sebagai layak atau tidaknya sesuatu apabila dipakai atau diaplikasikan.

Layak pakai dalam penelitian ini juga berkaitan dengan suatu objek yang dipakai atau

diaplikasikan tidak menimbulkan kerugian bagi seseorang yang memakainya.

2.2 Tinjauan Tepung Kanji

Tepung tapioka atau tepung kanji adalah pati dari umbi singkong yang

dikeringkan dan dihaluskan. Tepung kanji yang baik berwarna putih bersih, lembut

dan licin serta tidak berbau (Suprapti, 2005:26-27). Adapun kualitas tepung kanji

9

ditentukan berdasarkan persyaratan standar yang ditetapkan oleh SII (Standar Industri

Indonesia) dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Standar Kualitas Tepung Kanji

No. Spesifikasi AAA

(Terbaik)

AA

(Baik)

A

(Sedang)

1. Tingkat keputihan

(BaSO4=100)

Min. 95,5 Min. 92 <92

2. Kekentalan (°Engler) 3-4 2,5-3 <2,5

3. Kadar air 12-15% 12-15% 12-15%

4. Tingkat kehalusan 100 mesh 100 mesh 100 mesh

5. Serat dan kotoran Negatif Negatif Negatif

Sumber: Suprapti (2005:28)

Tepung kanji mengandung amilum (zat pati) yang terdiri atas amilosa dan

amilopektin. Kandungan amilum sebesar lebih dari 70%. Amilum tidak larut dalam air

dingin, tetapi larut dalam air panas membentuk cairan yang sangat pekat seperti pasta

peristiwa ini disebut gelatinisasi. (Proverawati dan Erna, 2011: 11).

Kanji tersusun dari dua macam pati yang terdiri atas zat amilosa dan

amilopektin dalam komposisi yang berbeda-beda. Menurut Dziedzic and Kearsley

dalam Abidin, dkk (2013:98) tepung kanji mengandung komponen pati yang secara

umum terdiri dari 13% amilosa dan 87% amilopektin. Amilosa memberikan sifat

keras (pera) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. (Maryani, 2010:15),

selain itu menurut kristanto (2007) dalam Raharjo, dkk (2011:283) kanji memiliki

karakteristik viskositas rekat tinggi, kejernihan tinggi dan stabilitas pembekuan yang

tinggi.

10

Tepung kanji dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku ataupun

campuran/tambahan pada berbagai macam produk seperti pembuatan sirup glukosa,

dekstrin, bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pengikat pada industri makanan

(Murtiningsih dan Suyanti, 2011:34-35). Tepung tapioka juga dimanfaatkan untuk

perawatan kain panjang atau kain batik agar kain tetap kaku.

Berdasarkan karakteristik di atas, tepung kanji memiliki kandungan

karbohidrat polisakarida berupa pati (amilum) yang terdiri atas zat amilosa dan

amilopektin. Kandungan zat amilum pada kanji membuat kanji tidak larut dalam air

dingin, tetapi akan larut dengan cara memasak kanji dengan air. Kandungan

amilopektin yang tinggi pada kanji akan membuat kanji bersifat lengket dan lebih

pekat, selain itu kanji juga memiliki karakteristik viskositas rekat yang tinggi. Oleh

karena itu akan dibuat suatu produk perekat dari tepung kanji yang digunakan sebagai

bahan pengganti lateks dalam pembuatan make up karakter tiga dimensi.

Gambar 2.1

Tepung Kanji

Sumber:http://img.indonetwork.co.id/products/thumbs/600x600/2011/02/27/

0fed62d5ac2db42e7577a29b31867f7b.jpg

11

2.3 Tinjauan Tepung Terigu

Tepung terigu merupakan tepung/bubuk halus yang berasal dari biji

gandum dan digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mie, roti, dan

pasta. Tepung terigu berwarna putih dan tidak berbau. Kata terigu dalam

bahasa Indonesia diserap dari bahasa Portugis trigo yang berarti

gandum. Tepung terigu mengandung tinggi zat pati, yaitu karbohidrat

kompleks yang tidak larut dalam air. Tepung terigu juga mengandung

protein dalam bentuk gluten yang berperan dalam menentukan

kekenyalan makanan yang terbuat dari bahan terigu (Nofalina, 2013:15).

Gluten merupakan protein utama dalam tepung terigu yang terdiri dari

gliadin (20-25%) dan glutenin (35-40%). Proses pembuatan adonan

yang mengalami pemanasan, gluten memiliki kemampuan sebagai bahan

yang dapat membentuk adhesive (sifat lengket), cohesive mass (bahan-

bahan dapat menjadi padu), films, dan jaringan 3 dimensi. Penggunaan

gluten dalam industri makanan untuk memberi kekuatan pada adonan,

mampu menyimpan gas, membentuk struktur, dan penyerapan air.

Gluten juga digunakan untuk tujuan formulasi, binder, dan bahan pengisi

(Igoe and Hui, 1996 dalam Fitasari, 2009:18).

Tepung terigu mengandung pati yang terdiri atas zat amilosa dan amilopektin.

Kandungan pati pada tepung terigu berpengaruh pada pembentukan gelatinisasi.

Kandungan amilopektin pada tepung terigu sebesar 72%, sedangkan kandungan

amilosa pada tepung terigu sebesar 28%. Amilosa mempunyai sifat mudah menyerap

dan melepas air sedangkan amilopektin mempunyai sifat sulit menyerap air (Pradipta,

et.al., 2015:795).

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, menyatakan bahwa penggunaan

tepung terigu dalam pembuatan produk eksperimen karena tepung terigu mengandung

zat amilopektin sebesar 72%. Tepung terigu juga mengandung protein yang disebut

gluten. Gluten apabila dipanaskan akan membentuk suatu adonan yang bersifat

lengket (adhesive). Oleh karena itu tepung terigu juga digunakan sebagai bahan

dalam pembuatan produk eksperimen ini, agar produk yang dihasilkan memiliki daya

12

rekat yang baik sehingga dapat digunakan sebagai perekat kapas atau tissue dalam

pembuatan make up karakter. Jenis tepung terigu yang akan digunakan dalam

eksperimen yaitu tepung terigu protein rendah agar produk tidak terlalu pekat

sehingga mudah ketika diaplikasikan.

Gambar 2.2

Tepung Terigu

Sumber: https://ecs12.tokopedia.net/newimg/product-

1/2015/3/19/221665/221665_49aa6820-ce24-11e4-886a-509c4908a8c2.jpg

2.4 Tinjauan Lateks

2.4.1 Pengertian dan Karakteristik

“Lateks adalah cairan getah yang diperoleh dari bidang sadap pohon karet”

(Budiman, 2012:12). “Lateks merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein,

alkaloid, pati, gula, (poli) terpena, minyak, tanin, resin, dangom. Lateks biasanya

berwarna putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga, atau merah”

(Budiman, 2012:194-195).

“Lateks terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet yang terdispersi

dalam air. Lateks mengandung 25-40% bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-

75% serum yang terdiri dari air dan zat yang terlarut. Bahan karet mentah

13

mengandung 90-95% karet murni, 2-3% protein, 1-2% asam lemak, 0.2% gula, 0.5%

jenis garam dari Na, K, Mg, Cn, Cu,Mn dan Fe”( Budiman, 2012: 194).

Lateks merupakan suatu bahan berbentuk cairan susu yang berasal dari pohon

karet. Ada ribuan jenis tanaman yang menghasilkan berbagai jenis lateks, termasuk

pohon Chicle yang menghasilkan bahan baku untuk memproduksi karet. Lateks

bersifat tidak beracun baik dalam keadaan cair maupun padat. Lateks secara alami

akan mengering dan berwarna kuning. (Wikipedia, 2014).

“Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk

lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan

bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi seperti sarung tangan karet untuk

kesehatan.” (Budiman, 2012:14). Adapun manfaat lateks yang lain dapat digunakan

sebagai bahan untuk membuat ban kendaraan, pipa karet, lem perekat, balon, dan

lain-lain.

Gambar 2.3

Liquid Latex

Sumber: http://www.hobbycraft.co.uk/supplyimages/605615_1000_1_800.jpg

14

2.4.2 Penggunaan Lateks dalam Make up Karakter

“Lateks berasal dari getah pohon karet. Bahan tersebut biasa ditemukan di

toko busa dan toko kimia berfungsi untuk merekatkan benda. Hasil olahan lateks

diantaranya adalah lem bulu mata, kondom, balon, dan ban. Lateks yang digunakan

untuk kepentingan tata rias karakter tiga dimensi adalah jenis lateks untuk bahan

kondom” (Paningkiran, 2013:96).

Lateks yang digunakan dalam dunia tata rias mengandung lateks, air dan

ammonia. Lateks dalam dunia tata rias digunakan untuk keperluan make up

prosthetics. Prosthetics merupakan proses penciptaan efek dalam make up dengan

cara mencetak/pengaplikasian secara langsung/melukis. Make up prosthetics saat ini

banyak digunakan untuk menciptakan karakter efek luka, untuk mengubah bentuk

wajah atau untuk membuat wajah menjadi berbeda (Davis dan Mindy, 2008:180).

Lateks digunakan untuk menciptakan efek khusus pada make up seperti bekas

luka, luka bakar, atau prosthetic yang diciptakan menggunakan bahan-bahan seperti

kertas tissue dan kapas, atau dengan cara mengaplikasikan lateks secara langsung

pada kulit tergantung pada jenis luka yang ingin diciptakan. Lateks bersifat tidak

beracun, namun ada beberapa orang yang memiliki reaksi alergi terhadap penggunaan

lateks. Oleh karena itu sebelum menggunakan lateks, sebaiknya dilakukan tes alergi

pada kulit terlebih dahulu untuk menghindari adanya kecelakaan kerja.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, lateks berasal dari getah pohon

karet. Lateks untuk keperluan make up karakter adalah jenis lateks pekat yaitu jenis

lateks yang berbentuk cairan pekat yang terdiri atas lateks, air dan ammonia.

15

Penggunaan lateks dalam dunia tata rias digunakan untuk pembuatan efek-efek

khusus pada make up, misalnya pembuatan efek luka tiga dimensi yang diciptakan

dengan cara mengaplikasikan lateks secara langsung pada kulit atau sebagai perekat

kapas atau tissue. Kekurangan penggunaan lateks dalam pembuatan make up karakter

adalah lateks masih sukar diperoleh di sekitar kampus Unnes Sekaran dan harga

lateks mahal yaitu Rp.40.000/100gram, selain itu ada beberapa orang yang memiliki

reaksi alergi terhadap penggunaan lateks. Oleh karena itu dalam penciptaan efek-efek

khusus pada make up, diperlukan suatu bahan pengganti yang mempunyai daya lekat

yang baik, mudah diperoleh di sekitar kampus Unnes, harga murah serta aman bagi

kulit.

2.5 Make Up Karakter

2.5.1 Pengertian

“Character make up atau tata rias karakter adalah suatu tata rias yang

diterapkan untuk mengubah penampilan seseorang dalam hal umur, sifat, wajah,

suku, dan bangsa sehingga sesuai dengan tokoh yang diperankannya” (Paningkiran,

2013:11). Tata rias karakter biasanya digunakan untuk pertunjukkan/ pentas/ film dan

televisi. Tata rias karakter berfungsi untuk memberikan ekspresi pada wajah seorang

aktor/ aktris sesuai dengan watak yang diperankan.

Menurut Kusantati (2008:499) rias wajah karakter merupakan “seni tata rias yang

menggunakan bahan-bahan kosmetik tertentu untuk mewujudkan suatu peran atau tokoh

dengan pertimbangan penggunakan lighting dan jarak penonton.” Make up karakter

bertujuan untuk meniru karakter-karakter lain yang menghendaki adanya perubahan

16

seperti penambahan kumis, jenggot, bentuk mata, alis, dan hidung atau keperluan

lainnya sesuai dengan karakter yang diinginkan menggunakan berbagai bahan

kosmetika tertentu, misalnya foundation, body painting, dan lateks.

Menurut Narwastu dan Arita (2014:30) “Tata rias karakter adalah suatu tata

rias yang memberikan bantuan dengan cara memberikan dandanan atau perubahan-

perubahan pada orang yang dirias.” Pembuatan tata rias karakter berfungsi untuk

membentuk suatu keadaan peran yang wajar dan tidak terkesan kaku. Pembuatan rias

karakter, tidak hanya berusaha membuat orang terlihat cantik, tetapi juga membuat

orang menjadi jelek atau memiliki kekurangan fisik tertentu selama cerita atau

pertunjukan berlangsung. Sebuah pertunjukan dikatakan berhasil apabila cerita yang

dibawakan actor atau aktris sesuai dengan kenyataan, salah satu penunjang

keberhasilan itu melalui hasil riasan seorang penata rias. Hasil riasan diharapkan

tidak memunculkan kejanggalan yang pada akhirnya akan merusak cerita.

Menurut Sukri (Semnas Bosaris II:4) tata rias wajah karakter dibagi menjadi

dua bagian yaitu:

a. Tata rias wajah realistis. Riasan ini cirinya masih sederhana seperti pada rias wajah

sehari-hari tetapi sudah menggambarkan karakter tokoh aktor/aktris tersebut,

misalnya make up karakter wajah antagonis untuk acara drama televisi. Pembuatan

make up karakter realistis antagonis ini menggunakan teknik yang sama pada make

up wajah sehari-hari, perbedaannya terletak pada pembuatan garis-garis wajah.

Pembuatan garis wajah dibuat lebih tegas, alis dibuat warna hitam atau coklat tua,

17

pemberian eyeliner hitam pada kelopak bawah mata akan lebih menunjang karakter

tokoh tersebut.

Gambar 2.4

Tata Rias Wajah Karakter Antagonis

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2016

b. Tata rias wajah non realistis. Riasan ini merubah karakter aktor/aktris berdasarkan

karakter tokoh yang diinginkan. Dalam make up karakter ini aktor/aktris diubah mulai

dari bentuk tampilan wajah, sifat dan karakternya menjadi tokoh yang akan

diperankan sehingga karakter tokoh terlihat jelas secara visual. Salah satu contoh tata

rias wajah non realistis adalah rias wajah badut dengan karakter ceria. Karakter badut

ceria akan lebih diketahui secara jelas dan langsung pada saat penonton menyaksikan.

Gambar 2.5

Make Up Karakter Badut (Non Realistis)

Sumber : Richkinanda (Dokumentasi Praktik)

18

Proses make up menuntut seorang penata rias harus memiliki pengetahuan

tentang anatomi wajah, kosmetologi dan warna (Paningkiran, 2013:11). Pengetahuan

anatomi wajah diperlukan dalam pembuatan garis-garis wajah agar tidak terkesan

kaku, dengan mengetahui letak garis-garis wajah maka hasil make up akan terlihat

lebih halus (nyata). Pengetahuan tentang kosmetologi dibutuhkan untuk mengetahui

jenis kosmetika yang biasa digunakan, karena tidak semua kosmetika bisa dan cocok

digunakan oleh actor atau aktris sehingga reaksi alergi penggunaan kosmetik dapat

diminimalisir. Pengetahuan warna sangat penting bagi seorang penata rias dalam hal

pemilihan warna-warna yang kontras dan menyolok serta untuk blending warna body

painting.

2.5.2 Karakteristik Make up Karakter

Tim Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya (2001:1). Tata rias karakter

memiliki karakteristik sebagai berikut:

(a) Garis-garis rias wajah yang tajam. Tata rias karakter digunakan untuk

keperluan panggung atau televisi, dilihat dari jarak jauh serta dipengaruhi

oleh lighting. Oleh karena itu tata rias berfungsi untuk menegaskan garis-

garis wajah karakter, sehingga saat berekspresi muncul efek gerak yang

tegas dan dapat ditangkap oleh penonton dari jarak jauh. Fungsi garis

tidak hanya untuk menegaskan, tetapi juga untuk memaksimalkan

karakter sehingga terbentuk tampilan yang berbeda dengan wajah asli

pemain ; (b) Warna-warna yang dikenakan dipilih yang menyolok dan

kontras : hal ini bertujuan agar make up dapat dilihat dengan jelas oleh

penonton dari jarak jauh dan warna harus kontras dengan lighting artinya

warna dapat memperlihatkan perbedaan dengan aslinya sehingga akan

lebih diketahui karakter tokoh. Contoh warna-warna yang dapat

digunakan untuk make up karakter : merah, kuning, hijau, biru ; (c) Alas

bedak yang digunakan lebih tebal : sama halnya dengan pemakaian warna

yang menyolok, alas bedak yang digunakan untuk make up karakter juga

harus tebal, karena make up karakter digunakan untuk keperluan

panggung dengan jarak pandang yang jauh dari penonton.

19

Gambar 2.6

Make up Pohon Asem

Sumber : Anik M. dan Eris A. (Dokumentasi Gelar Karya, 2015)

Gambar di atas merupakan salah satu tata rias panggung. Berdasarkan gambar

dapat diamati bahwa penata rias menggunakan warna-warna body painting yang

menyolok seperti kuning, hijau dan coklat. Penggunaan warna-warna yang menyolok

berhubungan dengan jarak pandang penonton. Tata rias dilihat dari jarak jauh oleh

penonton sehingga warna yang digunakan harus jelas dan terang agar dapat diketahui

karakter yang sedang diperankan oleh aktris tersebut serta tidak terkesan kotor.

Penggunaan alas bedak juga harus lebih tebal dari pada tata rias sehari-hari

atau tata rias pengantin. Hal ini berhubungan dengan faktor lighting dan jarak

pandang penonton. Selain itu pada make up karakter menggunakan garis-garis rias

wajah yang tajam seperti penggunaan eyeliner bawah mata yang tebal, alis yang

tegas, dan garis bibir yang jelas. Penciptaan garis wajah yang tajam berfungsi untuk

menegaskan tampilan aktris dan untuk memaksimalkan karakter sampai terbentuk

tampilan yang berbeda dengan wajah asli pemain sehingga karakter aktris dapat

diketahui melalui jarak pandang yang jauh.

20

Menurut Kusantati (2008:499) gambaran watak atau karakter yang akan

dimainkan dalam suatu pertunjukan dapat diwujudkan dengan memperhatikan

delapan faktor yaitu :

(a) Ras dan suku bangsa, misalnya dari ras Indian, Mongolia, Aborigin

dan suku bangsa Asia, Afrika, Amerika, karena setiap ras atau suku

bangsa mempunyai ciri khas wajah yang berbeda. Pengetahuan tentang

berbagai sifat bangsa-bangsa, tipe dan watak sangat diperlukan untuk

keberhasilan penciptaan karakter. Aktor atau aktris yang berasal dari satu

bangsa harus melakukan peran sebagai seseorang dari bangsa lain,

misalnya aktris berkebangsaan Indonesia memerankan tokoh

berkebangsaan Jepang. Orang berkebangsaan Jepang memliki kulit yang

lebih putih, mata yang lebih sipit dan rambut yang lebih lurus dari orang

Indonesia. Tata rias bangsa dapat dilakukan dengan membuat wajah

aktris Indonesia menyerupai orang berkebangsaan Jepang dengan

berpatokan pada ciri-ciri orang Jepang tersebut, seperti pada gambar

berikut :

Gambar 2.7

Rias Wajah Sesuai Suku Bangsa

Sumber : Kusantati (2008:501)

(b) Umur pelaku panggung harus disesuaikan dengan umur yang

diperankan, misalnya tokoh yang akan diperankan nenek berusia 50 tahun,

maka pembuatan make up harus disesuaikan dengan tokoh yang akan

diperankan yaitu nenek berusia 50 tahun.

21

Gambar 2.8

Rias Wajah Sesuai dengan Usia

Sumber : Kusantati (2008:503)

(c) Kepribadian, misalnya tokoh yang diperankan berwatak : keras,

ramah, berwibawa, dan lucu

Gambar 2.9

Rias Wajah Sesuai dengan Karakter Tokoh

Sumber : Kusantati (2008:504)

Keterangan gambar :

1. Bentuk alis, untuk peran protagonis alis dibuat dengan lengkungan yang tidak

tajam sedangkan untuk peran antagonis alis dibentuk agak naik dan tajam.

2. Penggunaan eye shadow, untuk peran protagonis menggunakan eye shadow

dengan warna-warna lembut atau natural sedangkan untuk peran antagonis

menggunakan eye shadow dengan warna-warna gelap dan dibuat agak naik

pada sudut mata.

22

3. Bentuk wajah, untuk peran protagonis bentuk wajah dibuat mendekati bentuk

wajah lonjong sedangkan untuk peran antagonis dibuat mendekati bentuk

wajah persegi.

4. Bentuk bibir, untuk peran protagonis bentuk bibir dibuat agak naik pada sudut

bibir sedangkan untuk peran antagonis bentuk bibir dibuat agak menurun pada

sudut bibir.

(d) Kesempurnaan jasmaniah atau adanya cacat yang menonjol, misalnya

seorang tokoh yang mempunyai wajah dengan hidung yang bengkok,

bekas luka bakar dan lain sebagainya.

Gambar 2.10

Rias Wajah Cacat

Sumber : Tim Fakultas Teknik Unesa (2001:6)

(e) Kesehatan. Tokoh yang sering sakit-sakitan atau mengidap suatu

penyakit khusus akan berbeda riasan wajahnya dengan tokoh yang sehat.

Gambar 2.11

Rias Wajah dengan Karakter Tokoh Sakit-Sakitan

Sumber: Google.com

23

(f). Mode busana. Setiap masa ada mode tertentu yang menunjukkan ciri

tokoh yang akan ditampilkan. Mode ini menyangkut rias wajah, tata

rambut, busana, dan perlengkapannya yang sesuai. Jika isi cerita pada

zaman Majapahit, maka busana, rias wajah, dan rambut disesuaikan

dengan situasi pada zaman kerajaan Majapahit.

(g). Lingkungan. Seseorang yang hidup di daerah tropis tentu berbeda

dengan orang yang hidup di daerah subtropis, dari segi warna maupun

tekstur kulit, kulit orang yang tinggal di iklim panas biasanya lebih hitam

dari kulit orang yang tinggal di daerah dingin/es.

(h). Pendidikan. Seseorang yang berasal dari kalangan terpelajar akan

tampil berbeda dengan seseorang yang kurang terpelajar, baik dalam hal

tata rias wajah, rambut, maupun busana dan perlengkapannya.

2.5.3 Jenis-Jenis Make up Karakter

Menurut Paningkiran (2013: 52-95) make up karakter dibagi menjadi dua

jenis yaitu :

a. Make up Karakter Dua Dimensi

“Make up karakter dua dimensi adalah make up yang mengubah bentuk/wajah

penampilan seseorang dari hal umur, suku, bangsa, dengan cara dioleskan/disapukan

baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian sehingga hanya bisa dilihat dari

bagian depan saja” (Paningkiran, 2013:52). Kosmetika yang digunakan untuk make

up karakter dua dimensi biasanya terdiri atas eye shadow, krim body painting, stick

foundation dan pensil alis. Penggunaan bahan-bahan tersebut biasanya mudah luntur

atau kurang kuat jika berhadapan langsung dengan panasnya sinar lampu atau sinar

matahari yang akan membuat wajah mudah berkeringat, sehingga untuk

mempertahankan make up, seorang penata rias melakukan perbaikan berulang-ulang.

Menurut Paningkiran (2013:52), “teknik pembuatan make up karakter dua

dimensi dilakukan dengan pengecatan (painting) dari gelap terangnya warna

24

(blending)”. Make up karakter dua dimensi lebih mudah dibuat selain itu

membutuhkan bahan kosmetik yang mudah diperoleh dan harganya lebih murah.

Menurut Richard Corson dalam Paningkiran (2013:59) mengatakan bahwa tata rias

dua dimensi meliputi lima bagian pokok pada wajah yaitu dahi, mata, hidung, pipi,

dan rahang wajah. Berdasarkan pengertian tersebut, seorang penata rias yang akan

mulai terjun ke dunia make up panggung maupun televisi sebaiknya seorang penata

rias terlebih dahulu mempelajari ilmu tentang struktur anatomi wajah. Hal ini

bertujuan agar pada pembuatan garis-garis wajah tidak terkesan kaku sehingga hasil

make up akan terlihat nyata.

Gambar 2.12

Make Up Karakter Dua Dimensi

Sumber : Indah Luky S. dan Puput A. (Dokumentasi Gelar Karya, 2015)

b. Make up Karakter Tiga Dimensi

Menurut Paningkiran (2013: 94) menyatakan bahwa :

Make up karakter tiga dimensi adalah make up yang mengubah wajah atau

bentuk seseorang secara keseluruhan atau sebagian dengan menggunakan

bahan tambahan yang langsung dioleskan atau ditempelkan pada bagian

wajah sehingga dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Make up

karakter tiga dimensi merupakan suatu bentuk make up yang bergradasi,

tiap-tiap lekukan dan tonjolannya dapat diraba dengan jelas sehingga

hasilnya dapat dilihat dari depan, samping, atau atas. Make up karakter

25

tiga dimensi dengan bahan kosmetik berbentuk cair, krim, atau padat baik

yang langsung dioleskan atau yang perlu terlebih dahulu melalu proses

cetak kemudian ditempel harus sesuai dengan aslinya dalam hal warna dan

bentuk, contohnya efek luka.

Menurut Paningkiran (2013: 94-95) bahan kosmetika yang dapat digunakan

untuk make up karakter antara lain: (a) Warna tidak boleh mudah pudar karena

pengambilan gambar baik di dalam maupun di luar studio; (b) Bahan kosmetik harus

memiliki ketahanan terhadap panas, ini berarti bahan kosmetika yang dapat dipakai

untuk make up karakter harus mampu bertahan lama melekat pada kulit dari panas

yang ditimbulkan oleh efek lampu, sinar matahari, dan gerakan pemain; (c) Bahan

kosmetik yang digunakan memudahkan pada saat proses pengerjaan. Hal ini berarti

bahan kosmetika dalam pembuatan make up karakter tiga dimensi harus sesuai

dengan kebutuhan cerita dan tidak berlebihan. (d) Penggunaan bahan kosmetik juga

tidak boleh salah yang artinya bahwa bahan kosmetik tersebut digunakan sesuai

aturan yang tertera pada label serta aman bagi kulit aktor/aktris yang akan

menggunakan. Jika seorang penata rias belum mengetahui efek samping suatu bahan

alternatif atau pengganti terhadap kulit, sebaiknya penata rias tidak menggunakan

bahan tersebut.

Bahan kosmetik khusus yang sering digunakan dalam tata rias karakter tiga

dimensi yaitu lateks, gelatin, lem bulu mata dan crystal gel. Bahan kosmetik tersebut

digunakan untuk membuat efek-efek tiga dimensi atau digunakan sebagai perekat

kemudian ditambahkan kapas atau tissue untuk menjadikan efek make up terlihat

26

nyata. Seorang penata rias harus memiliki pengetahuan dalam menggunakan bahan-

bahan tersebut agar tidak terjadi kesalahan dalam aplikasi.

Gambar 2.13

Make up Karakter Tiga Dimensi Raja Monyet

Sumber : Novi A. dan Paramitha T.Y. (Dokumentasi Gelar Karya,2015)

Adapun perbedaan mengenai make up karakter dua dimensi dan make up

karakter tiga dimensi dapat dilihat dalam tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Perbedaan Make up Karakter Dua Dimensi dan Make up Karakter Tiga

Dimensi

No. Make up Karakter Dua Dimensi Make up Karakter Tiga Dimensi

1. Hanya menggunakan teknik painting Langsung dilekatkan ke wajah

2. Bahan mudah didapat Bahan sulit didapat

3. Mudah dalam pemakaian Lebih sulit dalam pemakaian

4. Kemungkinan kesalahan lebih kecil Kemungkinan kesalahan lebih besar

5. Biaya lebih murah Biaya lebih mahal

6. Waktu penggunaan lebih cepat Waktu penggunaan lebih lama

7. Tidak memerlukan peralatan khusus Memerlukan peralatan khusus

8. Lebih mudah dibersihkan Lebih sulit dibersihkan

9. Hanya dapat dilihat dari depan Bisa dilihat dari segala arah

10. Gradasi tidak tampak Gradasi lebih tampak

11. Hanya bisa dilihat Lekukan bisa dilihat dan dirasakan

12. Hasil kurang tampak Hasilnya lebih jelas Sumber : Paningkiran (2013:96)

27

2.6 Pembuatan Produk Eksperimen

Penggunaan bahan-bahan seperti lateks, crystal gel, gelatin masih sukar

diperoleh di sekitar daerah kota Semarang khususnya daerah kampus Unnes Sekaran,

sehingga pada saat praktik make up karakter tiga dimensi mahasiswa harus memesan

bahan tersebut ke luar kota seperti Jakarta, selain itu harga lateks juga mahal. Oleh

karena itu perlu adanya alternatif lain yang dapat digunakan sebagai bahan pengganti

lateks dalam pembuatan make up karakter. Alternatif bahan pengganti tersebut yaitu

berupa tepung kanji dan tepung terigu yang dimasak hingga pekat. Tepung kanji

memiliki viskositas rekat tinggi dan tepung terigu mengandung gluten yang

memberikan sifat lengket, selain itu tepung kanji dan tepung terigu sama-sama

mengandung zat amilopektin tinggi yang berpengaruh terhadap daya lekat, selain itu

kedua tepung tersebut mudah diperoleh dan harganya lebih murah dari pada lateks.

Pembuatan produk eksperimen terdiri atas tepung kanji, tepung terigu, dan air

aquadest yang dimasak dan diaduk secara kontinyu sampai membentuk suatu adonan

yang pekat. Pada percobaan pra eksperimen dibuat produk dengan perbandingan 1:1,

1:½ dan ½:1, setelah itu produk diaplikasikan untuk membuat efek luka tiga dimensi.

Berdasarkan hasil pengaplikasian produk pada pembuatan efek luka tiga dimensi,

bahwa produk dengan perbandingan komposisi tepung kanji dan tepung terigu 1:1

hasil make upnya terlihat lebih natural dari pada produk dengan perbandingan

komposisi yang berbeda. Sehingga dalam penelitian ini, dipilih produk eksperimen

yang memiliki perbandingan komposisi yang sama yaitu 1:1.

28

Pembuatan produk eksperimen akan ditambahkan pengawet untuk melindungi

produk dari mikroorganisme yang dapat mempercepat kerusakan pada produk. Jenis

pengawet yang akan digunakan yaitu nipagin atau methyl paraben atau methyl p-

hidroxybenzoat. Pengawet nipagin dapat ditambahkan ke dalam kosmetik dengan

kadar maksimal 0,4% (Permenkes RI, 1998:44).

Pembuatan produk eksperimen dalam penelitian ini berdasarkan pada aspek:

warna, aroma, ketahanan (berhubungan dengan daya lekat), kemudahan aplikasi serta

sensitivitas pada kulit.

2.6.1 Aspek Warna

Aspek yang akan diamati pada produk eksperimen yaitu warna. Menurut

kartika (1988:6), warna merupakan suatu sifat bahan yang dianggap berasal dari

penyebaran spektrum sinar. Timbulnya warna dibatasi oleh faktor terdapatnya

sumber. Warna dari tepung kanji dan tepung terigu sebelum dimasak yaitu putih,

namun warna juga bisa berubah karena terjadi proses pemanasan saat pembuatan

produk (Prihatiningrum, 2012:10)

2.6.2 Aspek Aroma

Aspek kedua yang akan diamati pada produk yaitu aroma. Aroma dapat

didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat diamati dengan indera pembau. Tepung

kanji dan tepung terigu tidak beraroma atau tidak berbau sama sekali. Menurut

Kartika (1988:10), aroma sukar untuk diukur sehingga biasanya menimbulkan

pendapat yang berlainan dalam menilai kualitas aroma. Perbedaan pendapat tersebut

disebabkan karena setiap orang memiliki intensitas penciuman yang tidak sama,

29

meskipun setiap orang dapat membedakan aroma, namun setiap orang mempunyai

kesukaan yang berlainan.

2.6.3 Aspek Ketahanan (Daya Lekat)

Aspek ketiga yaitu ketahanan (daya lekat). Menurut Paningkiran (2013:94),

bahan kosmetik yang dapat digunakan untuk make up karakter panggung atau televisi

harus memiliki ketahanan terhadap panas yang ditimbulkan oleh efek lampu, sinar

matahari, juga gerakan pemain. Pada aspek ketahanan, produk yang digunakan tidak

mengelupas/daya rekatnya tidak sebagian menghilang selama 2 jam (Narwastu dan

Arita, 2014:33).

2.6.4 Aspek Kemudahan Aplikasi

Aspek keempat yang diamati yaitu kemudahan aplikasi. Menurut Paningkiran

(2013:95), aspek kemudahan aplikasi yaitu bahan kosmetik yang digunakan tidak

berlebihan dan memudahkan pada saat proses pengerjaan. Menurut Narwastu dan

Arita (2014:32), aspek kemudahan aplikasi yaitu jika aplikasi warna body painting

atau eye shadow bisa langsung diaplikasikan pada kapas atau tissue tanpa

menggunakan alat bantu hairdryer atau toner karena produk cepat kering.

2.6.5 Aspek Sensitivitas

Aspek kelima yang diamati adalah aspek sensitivitas. Menurut pendapat

Dosen UNJ sekaligus praktisi ahli dalam make up karakter, berdasarkan hasil

wawancara pada tanggal 5 Januari 2016, bahwa sensitivitas adalah suatu reaksi yang

terjadi pada kulit akibat penggunaan suatu bahan kosmetik. Kosmetik yang baik

untuk make up karakter yaitu tidak menimbulkan reaksi apapun pada kulit. Reaksi

30

sensitivitas setiap orang tidak sama karena setiap orang memiliki tingkat kepekaan

yang berbeda. Reaksi yang terjadi pada kulit biasanya bisa berupa gejala gatal,

kemerahan, perih atau panas.

2.7 Kerangka Pikir

Make up karakter tiga dimensi adalah suatu bentuk make up yang bergradasi,

tiap lekukan dan tonjolannya dapat diraba dengan jelas sehingga hasilnya dapat

dilihat dari depan, samping, atau atas. Proses make up karakter tiga dimensi

membutuhkan bahan-bahan kosmetika tertentu yang akan membuat hasil riasan

terlihat nyata. Adapun salah satu bahan kosmetik yang sering digunakan dalam make

up karakter tiga dimensi yaitu lateks.

Lateks berasal dari getah pohon karet dan berfungsi sebagai perekat. Harga

lateks tergolong mahal dan lateks masih sukar diperoleh di sekitar kampus Unnes

Sekaran, sehingga diperlukan bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai

pengganti lateks dalam make up karakter yang mudah diperoleh dan harga murah.

Bahan yang akan digunakan yaitu tepung kanji dan tepung terigu. Penggunaan tepung

kanji dan tepung terigu karena kedua tepung tersebut memiliki kadar amilopektin

yang tinggi, tepung kanji memiliki viskositas rekat yang tinggi serta tepung terigu

mengandung gluten yang akan menjadikan terigu bersifat lengket apabila dipanaskan.

31

Gambar 2.

Gambar 2.14

Skema Kerangka Pikir

Mengandung zat

amilopektin yang tinggi,

mudah diperoleh, harga

murah

Penilaian

Uji Kelayakan

Make Up Karakter Tiga Dimensi

Lateks: harga mahal dan sulit

diperoleh

Bahan pengganti

Tepung Kanji dan Tepung

Terigu

Pembuatan produk meliputi:

warna, aroma, ketahanan,

kemudahan aplikasi dan

sensitivitas.

67

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis data hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

5.1.1 Pembuatan produk adhesive dari tepung kanji dan tepung terigu meliputi

tahap persiapan alat dan bahan. Persiapan alat meliputi kompor, timbangan, sendok

plastik, dan panci. Alat-alat disiapkan dalam kondisi bersih dan kering. Persiapan

bahan meliputi 10 gram tepung kanji, 10 gram tepung terigu, 200 ml air aquadest dan

0.4 gram pengawet nipagin.

Proses pembuatan dilakukan dengan mencampurkan semua bahan ke dalam

panci lalu dimasak dengan api kecil suhu 60-70°C sambil diaduk secara terus

menerus. Pengadukan ini bertujuan agar semua bahan menjadi homogen dan tidak

ada gumpalan kasar. Produk dimasak sampai mendidih selama 5 menit. Tahap

selanjutnya yaitu pengemasan. Produk dikemas dalam botol tube dengan tujuan agar

memudahkan pada saat pengaplikasian produk. Produk bisa langsung diaplikasikan

pada wajah sehingga tangan beauticiant tidak terasa lengket karena terkena produk.

5.1.2 Kelayakan produk dari tepung kanji dan tepung terigu dapat dilihat dari

pemakaian produk berdasarkan aspek warna, aroma, kemudahan aplikasi dan

sensitivitas. Produk memiliki warna putih tulang (krem), produk tidak berbau sama

sekali sehingga nyaman digunakan, mudah digunakan dalam praktik serta tidak

68

menimbulkan reaksi apapun pada kulit baik berupa gatal, kemerahan, perih atau

panas. Akan tetapi pada aspek ketahanan, produk terlihat mengelupas atau daya

rekatnya sebagian mengilang dalam waktu kurang dari 2 jam, sehingga produk ini

kurang efektif apabila digunakan untuk make up panggung. Adapun penilaian dari

model yaitu sangat menyukai produk pada aspek warna, aroma dan sensitivitas serta

menyukai produk dari aspek ketahanan.

5.2 Saran

Saran yang diberikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yaitu

sebagai berikut :

5.2.1 Penelitian yang dilakukan dapat menambah wawasan dan pengetahuan kepada

mahasiswa Prodi Pendidikan Tata Kecantikan Unnes bahwa tepung kanji dan tepung

terigu dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengganti lateks dalam pembuatan make up

karakter. Mahasiswa bisa membuat produk ini untuk kegiatan praktik make up

karakter tiga dimensi karena bahan-bahannya mudah diperoleh dan harganya murah.

5.2.2 Pembuatan produk dari tepung kanji dan tepung terigu sebagai diversifikasi

produk lateks dalam make up karakter dilakukan dengan baik dan sesuai dengan

prosedur pembuatan.

69

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, A.Z. 2013. Development of Wet Noodles Based on Cassava Flour. Journal

English Technology Science 45(1):98. (diperoleh dari

http://journal.itb.ac.id/download.php?file=B11010.pdf&id=806&up=2)

diunduh pada tanggal 15 Desember 2015 jam 19.00 WIB.

Agustina, Fransiska. 2011. Evaluasi Parameter Produksi Biogas dari Limbah Cair

Industri Tapioka dalam Bioreaktor Anaerobik 2 Tahap. Tesis. Program Pasca

Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang. (diperoleh dari

http://eprints.undip.ac.id/36635/) diunduh pada tanggal 16 Desember 2015 jam

19.05 WIB.

Ali, Muhammad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung.

Budiman, Haryanto. 2012. Budidaya Karet Unggul. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Davis, Gretchen dan Mindy Hall. 2008. The Make Up Artist Hand Book. Elsevier.

China.(diperoleh dari http://www.bokus.com/bok/9780240809410/the-makeup-

artist-handbook-techniques-for-film-television-photography-and-theatre/)

diunduh pada tanggal 9 Januari 2016 jam 20.00 WIB.

Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi IV.

PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Fitasari, Eka. 2009. Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Terigu terhadap Kadar

Air, Kadar Lemak, Kadar Protein, Mikrostruktur, dan Mutu Organoleptik Keju

Gaoda Olahan. Jurnal Imu dan Teknologi Hasil Ternak 4(2): 18. (diperoleh dari

http://www.jitek.ub.ac.id/index.php/jitek/article/viewFile/143/137) diunduh pada

tanggal 7 Februari 2016 jam 21.00 WIB.

Kartika, Bambang. dkk. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Pusat antar

Universitas Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta.

Kusantati, Herni. 2008. Tata Kecantikan Kulit Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah

Menengah Kejuruan. Jakarta.

Lazuardi, R.F. dkk. 2014. Analisis Kelayakan Usaha Mobile Carwash di Kota

Bandung. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional 1(3):50. (diperoleh dari

http://jurnalonline.itenas.ac.id/index.php/rekaintegra/article/viewFile/226/510)

diunduh pada tanggal 4 Februari 2016 jam 17.00 WIB.

70

Maryani. 2010. Pengaruh Faktor Jenis Kertas, Jenis Perekat dan Kerapatan Komposit

terhadap Kekuatan Impak pada Komposit Panel Serap Bising Berbahan Dasar

Limbah Kertas. Skripsi. Program Sarjana Universitas Sebelas Maret.

Surakarta.(diperoleh dari http://eprints.uns.ac.id/2006/) diunduh pada tanggal 1

Januari 2016 jam 20.00 WIB.

Murtiningsih dan Suyanti. 2011. Membuat Tepung Umbi dan Variasi Olahannya. PT.

Agromedia Pustaka. Jakarta.

Narwastu, Sarah dan Arita Puspitorini. 2014. Perbandingan Hasil Jadi Efek Luka

Bakar pada Tata Rias Karakter dengan Menggunakan Bahan Kosmetika Lem

Bulu Mata dan Gelatin. E-Journal Pendidikan Tata Rias 3 (3): 29-

37.(diperoleh dari ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-tata-rias/article)

diunduh pada tanggal 3 Januari 2016 jam 17.00 WIB.

Nofalina, Yesi. 2013. Pengaruh Penambahan Tepung Terigu terhadap Daya Terima,

Kadar Karbohidrat dan Kadar Serat Kue Prol Bonggol Pisang (Musa

Paradisiaca). Skripsi. Program Sarjana Universitas Jember. Jember. (diperoleh

dari http://repository.unej.ac.id/) diunduh pada tanggal 3 Januari 2016 jam

20.00 WIB.

Paningkiran, Halim. 2013. Make up Karakter untuk Televisi dan Film. PT. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 445 Tahun 1998 Bahan, Zat

Warna, Substratum, Zat Pengawet, dan Tabir Surya pada Kosmetika. Menteri

Kesehatan Indonesia. Jakarta. (diperoleh dari

http://jdih.pom.go.id/produk/peraturan%20menteri/PERMENKES_NO.445_Me

nkes_Per_V_1998_Tentang%20BAHAN,%20ZAT%20WARNA,%20SUB_19

98.pdf) diunduh pada tanggal 15 Januari 2016 jam 19.00 WIB.

Pradipta. dkk. 2015. Pengaruh Proporsi Tepung Terigu dan Tepung Kacang Hijau

serta Substitusi dengan Tepung Bekatul dalam Biskuit. Jurnal Pangan dan

Agroindustri 3(3):795. (diperoleh dari

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=309231&val=7350&title=

PENGARUH%20PROPORSI%20TEPUNG%20TERIGU%20DAN%20TEPU

NG%20KACANG%20HIJAU%20SERTA%20SUBTITUSI%20DENGAN%20

TEPUNG%20BEKATUL%20DALAM%20BISKUIT%20%20%5BIN%20PRE

SS%20JULI%202015%5D) diunduh pada tanggal 5 Januari 2016 jam 19.00

WIB.

71

Prihatiningrum. 2010. Pengaruh Komposit Tepung Kimpul dan Tepung Terigu

terhadap Kualitas Cookies Semprit. Food Science and Culinary Education

Journal 1(1):10. (diperoleh dari

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/fsce/article/download/295/344) diunduh

pada tanggal 5 Januari 2016 jam 20.00 WIB.

Proverawati, Atikah dan Erna Kusumawati. 2011. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan

Gizi Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta.

Raharjo, W.W. dkk. 2011. Pengaruh Rasio Pengepresan terhadap Sifat Mekanik dan

Fisik Komposit Tepung Kanji-Cangkang Melinjo. Jurnal Mekanika Universitas

Sebelas Maret 9(2):283. (diperoleh dari

http://jurnal.ft.uns.ac.id/index.php/mekanika/article/viewFile/71/65) diunduh

pada tanggal 5 Januari 2016 jam 20.05 WIB.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu.

Bandung.

Sastroasmoro, Sudigdo. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:

Binarupa Aksara.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan

R&D. CV Alfabeta. Bandung.

Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta.Yogyakarta.

Sukri, Ali. Rias Wajah Karakter. Seminar Nasional Bosaris II. Institut Seni

Indonesia. Padang Panjang: 4-8.(diperoleh dari

http://prosiding.unesa.ac.id/download/seminar-nasional-boga/266.pdf) diunduh

pada tanggal 1 Januari jam 19.00 WIB.

Suprapti, Lies. 2005. Tepung Tapioka Pembuatan dan Pemanfaatannya. Kanisius.

Yogyakarta.

Syarif, Kasman. 2011. Analisis Kelayakan Usaha Produk Minyak Aromatik Merek

Flosh. Skripsi. Program Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.(diperoleh dari

http://dosen.narotama.ac.id/wp-content/uploads/2012/03/Analisis-Kelayakan-

Usaha-Produk-Minyak-Aromatik-Merek-Flosh-Studi-Kasus-Di-UKM-Marun-

Aromaterapi.pdf) diunduh pada tanggal 7 Januari 2016 jam 17.00 WIB.

72

Tim Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya. 2001. Merias Karakter Cacat.

Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. (diperoleh dari

http://psbtik.smkn1cms.net/kecantikan/tata_kecantikan_kulit/merias_karakter

_cacat.pdf) diunduh pada tanggal 1 Januari 2016 jam 19.30 WIB.

__________. 2001. Merias Wajah Karakter Orang Tua. Departemen Pendidikan

Nasional. Surabaya. (diperoleh dari

http://psbtik.smkn1cms.net/kecantikan/tata_kecantikan_kulit/merias_wajah_ka

rakter_orang_tua.pdf) diunduh pada tanggal 1 Januari 2016 jam 19.15 WIB.

https://en.wikipedia.org/wiki/Liquid_latex. (diunduh pada tanggal 16 Desember 2015

jam 20:05)