kelompok 1 filsafat ilmu

48
Pengertian Filsafat Ilmu Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat Ilmu, yang disusun oleh Ismaun (2001) * Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual. * Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan) * A. Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan- praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.) * Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.) * May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and

Upload: zachary-pradana-goodbyenightmare

Post on 13-Dec-2014

137 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: kelompok 1 filsafat ilmu

Pengertian Filsafat Ilmu

Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat Ilmu, yang disusun oleh Ismaun (2001)

* Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.

* Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)

* A. Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)

* Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)

* May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral analysis, description, and clarifications of science.” (Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.

* Peter Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for science what philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything that may be offered as a ground for belief or action, including its own theories, with a view to the elimination of inconsistency and error.

(Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan.

* Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate

Page 2: kelompok 1 filsafat ilmu

the elements involved in the process of scientific inquiry observational procedures, patens of argument, methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical methodology and metaphysics”.(Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika).

Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti :

* Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)

* Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)

* Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun S. Suriasumantri, 1982)sumber : http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/08/pengertian-filsafat-ilmu.html

Page 3: kelompok 1 filsafat ilmu

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUPFILSAFAT ILMUOleh SalwinsahA. PendahuluanKonsep dasar filsafat ilmu adalah kedudukan, fokus, cakupan, tujuan dan fungsi serta kaitannya dengan implementasi kehidupan sehari-hari. Berikutnya dibahas pula tentang karakteristik filsafat, ilmu dan pendidikan serta jalinan fungsional antara ilmu, filsafat dan agama. Pembahasan filsafat ilmu juga mencakup sistematika, permasalahan, keragaman pendekatan dan paradigma (pola pikir) dalam pengkajian dan pengembangan ilmu dan dimensi ontologis, epistomologis dan aksiologis. Selanjutnya dikaji mengenai makna, implikasi dan implementasi filsafat ilmu sebagai landasan dalam rangka pengembangan keilmuan dan kependidikan dengan penggunaan alternatif metodologi penelitian, baik pendekatan kuantitatif dan kualitatif, maupun perpaduan kedua-duanya.Filsafat dan ilmu pada dasarnya adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial

Page 4: kelompok 1 filsafat ilmu

maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Filsafat telah merubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Perubahan pola pikir tersebut membawa perubahan yang cukup besar dengan ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi, baik yang berkaitan dengan makro kosmos maupun mikrokosmos. Dari sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya berkembang menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya. Filsafat sebagai induk dari segala ilmu membangun kerangka berfikir dengan meletakkan tiga dasar utama, yaitu ontologi, epistimologi dan axiologi. Maka Filsafat Ilmu menurut Jujun Suriasumantri merupakan bagian dari epistimologi (filsafat ilmu pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah). Dalam pokok bahasan ini akan diuraika pengertian filsafat ilmu, dan obyek yang menjadi cakupannya.1)B. Pembahasan1. Pengertian Filsafat IlmuIstilah filsafat bisa ditinjau dari dua segi, semantik dan praktis. Segi semantik perkataan filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, philosophia yang berarti philos = cinta, suka (loving) dan Sophia = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosopia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafah akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut philosopher dalam bahasa Arab disebut failasuf. Dari segi praktis filsafat berarti alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat maknanya berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. 2)Pengertian ilmu yang dikemukakan oleh Mohammad Hatta adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut hubungannya dari dalam.Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran mendefinikan ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia. Suatu cara menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…” 3)______________________________1. http://gurutrenggalek.blogspot.com2. H.A Mustofa, 2004, Filsafat Islam, hal. 93. http://filsafat-ilmu.blogspot.com

Menurut Robert Ackerman filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual. Lewis White Beck, memberi pengertian bahwa filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.Menurut A. Cornelius Benjamin filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual. Michael V. Berry berpendapat bahwa filsafat ilmu adalah penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori,

Page 5: kelompok 1 filsafat ilmu

yakni tentang metode ilmiah.Menurut May Brodbeck filsafat ilmu adalah analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu. Peter Caws Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan kesalahan. 4)_____________________________4. http: //areknarsis.dagdigdug.com

Filsuf adalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Ringkasnya filsafat adalah hasil akal seseorang manusia yang memikirkan dan mencari suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakekat kebenaran segala sesuatu.5)Stephen R. Toulmin mengemukana bahwa sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika.6)Dari uraian di atas akan diperoleh suatu gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)________________________5. H.A Mustofa, 2004, Filsafat Islam, hal. 96. http: //areknarsis.dagdigdug.com

Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ?

2. Obyek Filsafat IlmuImam Raghib al-Ashfahani mengatakan bahwa ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakekatnya. Ia terbagi dua, pertama mengetahui inti sesuatu itu, kedua menghukum adanya sesuatu pada sesuatu yang ada atau menafikan sesuatu yang tidak ada, maksudnya mengatahui

Page 6: kelompok 1 filsafat ilmu

hubungan sesuatu dengan sesuatu.7)Louis Kattsoff mengatakan bahasa yang dipakai dalam filsafat dan ilmu pengetahuan dalam beberapa hal saling melengkapi. Hanya saja bahasa yang dipakai dalam filsafat mencoba untuk berbicarakan mengenai ilmu pengetahuan dan bukannya dalam ilmu pengetahuan._________________________7. Yusuf Qardawi, 1998, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal danIlmu Pengetahuan, hal. 88

Namun apa yang harus dikatakan oleh seorang ilmuan mungkin penting pula bagi seorang filsuf.8)Dari sudut pandang lainnya Raghib al-Asfahani mengatakan bahwa ilmu dapat pula dibagi menjadi dua bagian yaitu ilmu rasional dan dokrinal. Ilmu rasional adalah ilmu yang didapat dengan akal dan penelitian, sedangkan ilmu dokrinal merupakan ilmu yang didapatkan dengan memberitakan wahyu dan nabi.9)Pada dasarnya setiap ilmu mempunyai dua macam obyek, yaitu obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh adalah obyek material ilmu kedokteran. Adapun obyek formalnya adalah metode untuk memahami obyek material tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif.Filsafat sebagai proses berfikir yang sistematis dan radikal juga memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material filsafat adalah segala yang ada, baik mencakup ada yang tampak maupun ada yang tidak tampak. Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedang ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosuf membagi obyek material filsafat atas tiga bagian, yaitu: yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam alam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun obyek formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.________________________8. H.A Mustofa, 2004, Filsafat Islam, hal. 149. Yusuf Qardawi, 1998, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal danIlmu Pengetahuan, hal. 88

Dalam perspektif ini dapat diuraikan bahwa filsafat ilmu pada prinsipnya memiliki dua obyek substantif dan dua obyek instrumentatif, yaitu:1. Obyek Subtantif, yang terdiri dari dua hala. Fakta (Kenyataan)Yaitu empiri yang dapat dihayati oleh manusia. Dalam memahami fakta (kenyataan ini ada beberapa aliran filsafat yang meberikan pengertian yang berbeda-beda, diantaranya adalah positivisme, –ia hanya mengakui penghayatan yang empirik dan sensual. Sesuatu sebagai fakta apabila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan yang sensual lainnya. Data empirik sensual tersebut harus obyektif tidak boleh masuk subyektifitas peneliti–. Fakta itu yang faktual ada phenomenology. Fakta bukan sekedar data empirik sensual, tetapi data yang sudah dimaknai atau diinterpretasikan, sehingga ada subyektifitas peneliti.Tetapi subyektifitas di sini tidak berarti sesuai selera peneliti, subyektif disini dalam arti tetap selektif sejak dari pengumpulan data, analisis sampai pada kesimpulan.. Data selektifnya mungkin berupa ide , moral dan lain-lain. Orang mengamati terkait langsung dengan perhatiannya dan juga terkait pada konsep-konsep yang dimiliki. Kenyataan itu terkonstruk dalam moral realism, sesuatu itu sebagai nyata apabila ada korespondensi dan koherensi antara

Page 7: kelompok 1 filsafat ilmu

empiri dengan skema rasional.Mataphisik sesuatu sebagai nyata apabila ada koherensi antara empiri dengan yang obyektif universal. Yang nyata itu yang riil exsist dan terkonstruk dalam kebenaran obyektif. Empiri bukan sekedar empiri sensual yang mungkin palsu, yang mungkin memiliki makna lebih dalam yang beragam. Empiri dalam realisme memang mengenai hal yang riil dan memang secara substantif ada. Dalam realisme metaphisik skema rasional dan paradigma rasional penting.Empiri yang substantif riil baru dinyatakan ada apabila ada koherensi yang obyektif universal. Pragmatis, yang ada itu yang berfungsi, sehingga sesuatu itu dianggap ada apabila berfungsi. Sesuatu yang tidak berfungsi keberadaannya dianggap tidak adaRasionalistik : Yang nyata ada itu yang nyata ada, cocok dengan akal dan dapat dibuktikan secara rasional atas keberadaanya.10)

b. KebenaranPositivisme, benar substantif menjadi identik dengan benar faktual sesuatu dengan empiri sensual. Kebenaran pisitivistik didasarkan pada diketemukannya frekwensi tinggi atau variansi besar. Bagi positivisme sesuatu itu benar apabila ada korespondensi antara fakta yang satu dengan fakta yang lain phenomenology, kebenaran dibuktikan berdasarkan diketemukannya yang esensial, pilah dari yang non esensial atau eksemplar dan sesuai dengan skema moral tertentu. Secara esensial dikenal dua teori kebenaran, yaitu teori kebenaran korespondensi dan teori kebenaran koherensi. Bagi phenomenologi, phenomena baru dapat dinyatakan benar setelah diuji korespondensinya dengan yang dipercaya. Realisme Metaphisik, ia mengakui kebenaran bila yang faktual itu koheren dengan kebenaran obyektif universal. Realisme, sesuatu itu benar apabila didukung teori dan ada faktanya. Realisme baru menuntut adanya konstruk teori (yang disusun deduktif probabilisti) dan adanya empiri terkonstruk pula. Islam, sesuatu itu benar apabila________________________10. http://gurutrenggalek.blogspot.com

yang empirik faktual koheren dengan kebenaran transenden berupa wahyu. Pragamatisme, mengakui kebenaran apabila faktual berfungsi. Rumusan substantif tentang kebenaran ada beberapa teori, menurut Michael Williams ada lima teori kebenaran, yaitu, Kebenaran Preposisi, yaitu teori kebenaran yang didasarkan pada kebenaran proposisinya baik proposisi formal maupun proposisi materialnya. Kebenaran Korespondensi, teori kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada adanya korespondensi antara pernyataan dengan kenyataan (fakta yang satu dengan fakta yang lain). Selanjutnya teori ini kemudian berkembang menjadi teori Kebenaran Struktural Paradigmatik, yaitu teori kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada upaya mengkonstruk beragam konsep dalam tatanan struktur teori (struktur ilmu/structure of science) tertentu yang kokoh untuk menyederhanakan yang kompleks atau sering Kebenaran Koherensi atau Konsistensi, yaitu teori kebenaran yang medasarkan suatu kebenaran pada adanya kesesuaian suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui kebenarannya. Kebenaran Performatif, yaitu teori kebenaran yang mengakui bahwa sesuatu itu dianggap benar apabila dapat diaktualisasikan dalam tindakan. Kebenaran Pragmatik, yaitu teori kebenaran yang mengakui bahwa sesuatu itu benar apabila

Page 8: kelompok 1 filsafat ilmu

mempunyai kegunaan praktis. Dengan kata lain sesuatu itu dianggap benar apabila mendatangkan manfaat dan salah apabila tidak mendatangkan manfaat.

2. Obyek Instrumentatif yang terdiri dari dua hal:a. KonfirmasiFungsi ilmu adalah untuk menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut dengan menggunakan landasan: asumsi, postulat atau axioma yang sudah dipastikan benar. Pemaknaan juga dapat ditampilkan sebagai konfirmi probabilistik dengan menggunakan metode induktif, deduktif, reflektif. Dalam ontologi dikenal pembuktian a priori dan a posteriori. Untuk memastikan kebenaran penjelasan atau kebenaran prediksi para ahli mendasarkan pada dua aspek: (1) Aspek Kuantitatif; (2) Aspek Kualitatif.Dalam hal konfirmasi, sampai saat ini dikenal ada tiga teori konfirmasi, yaitu, Decision Theory, menerapkan kepastian berdasar keputusan apakah hubungan antara hipotesis dengan evidensi memang memiliki manfaat aktual. Estimation Theory, menetapkan kepastian dengan memberi peluang benar – salah dengan menggunakan konsep probabilitas. Reliability Analysis, menetapkan kepastian dengan mencermati stabilitas evidensi (yang mungkin berubah-ubah karena kondisi atau karena hal lain) terhadap hipotesis.11)_________________________

11. http://gurutrenggalek.blogspot.com

b. Logika InferensiStudi logika adalah studi tentang tipe-tipe tata pikir. Pada mulanya logika dibangun oleh Aristoteles (384-322 SM) dengan mengetengahkan tiga prinsip atau hukum pemikiran, yaitu : Principium Identitatis (Qanun Dzatiyah), Principium Countradictionis (Qanun Ghairiyah), dan Principium Exclutii Tertii ((Qanun Imtina’). Logika ini sering juga disebut dengan logika Inferensi karena kontribusi utama logika Aristoteles tersebut adalah untuk membuat dan menguji inferensi. Dalam perkembangan selanjutnya Logika Aristoteles juga sering disebut dengan logika tradisional. 12)Dalam hubungan ini Harold H. Titus menerapkan ilmu pengetahuan mengisi filsafat dengan sejumlah besar materi aktual dan deskriptif yang sangat perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Banyak ilmuan yang juga filsuf. Para filosof terlatih dalam metode ilmiah dan sering pula menuntut minat khusus dalam beberapa disiplin ilmu.13)

3. Ruang Lingkup Filsafat IlmuPada dasarnya , setiap ilmu memiliki dua macam objek , yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan,seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran. Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis_________________________12. http://gurutrenggalek.blogspot.com13. H.A Mustofa, 2004, Filsafat Islam, hal. 14

dan adil juga memiliki objek material dan objek formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak.

Page 9: kelompok 1 filsafat ilmu

Objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan adapun, objek formal,dan rasional adalah sudut pandang yang menyeluruh, radiakl dan rasional tentang segala yang ada. Setelah berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan hal yang empiris semakain bercabang dan berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi dan menampakkan kegunaan yang peraktis.inilah peroses terbentuknya ilmu secara bersenambungan .Will Durant mengibaratkan filsafat bagaikan pasukan mariner yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. 14)Pada bagian lain dikatakan bahwa filsafat dalam usahanya mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pokok yang kita ajukan harus memperhatikan hasil-hasil ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam usahnya menemukan rahasia alam kodrat haruslah mengetahui anggapan kefilsafatan mengenai alam kodrat tersebut. Filsafat mempersoalkan istilah-istilah terpokok dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan.15)Karena itu filsafat oleh para filosofi disebut sebagai induk ilmu. Sebab,dari filsafat lah, ilmu-ilmu moderen dan kontemporer berkembang, sehingga manusia dapat menikmati ilmu dan sekaligus buahnya, yaitu_____________________________14. http://bebenbernadi.wordpress.com15. H.A Mustofa, 2004, Filsafat Islam, hal. 14

teknologi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan,tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya, filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu.Di sisi lain, perkembangan ilmu yang sangat cepat tidak saja membuat ilmu semakin jauh dari induknya,tetapi juga mendorong munculnay arogansi dan bahkan kompartementalisasi yang tidak sehat antara satu bidang ilmu dengan yang lain. Tugas filsafat di antaranya adalah menyatukan visi keilmuan itu sendiri agar tidak terjadi bentrokan antara berbagi kepentingan. Falsafat sepatutnya mengikuti alur filsafat, yaitu objek material yang didekati lewat pendekatan radikal, menyeluruh dan rasional dan begitu juga sifat pendekatan spekulatif dalm filsafat sepatutnya merupakan bagian dari ilmu. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memeahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.15)Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan,dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non-ilmiah.Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya mempertegas bahwa dalam persoalan sumberdan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan. Ilmu pada perinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematiskan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam_______________________15. http://bebenbernadi.wordpress.com

kehidupan sehari-hari. Ilmu dapat merupakan suatu metode berfikir secara objektif (objective thinking), tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual.pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat

Page 10: kelompok 1 filsafat ilmu

kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Pengetahuan mengandung beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan vertikal dan cara berhubungan dengan sesama manusia,yang sering juga disebut dengan hubungan horizontal.Dari sisi lain Raghib al-Asfahani juga membagi ilmu sebagai ilmu teoritis dan aplikatif. Ilmu teoritis berarti ilmu yang hanya membutuhkan pengetahuan tentangnya. Jika telah diketahui berarti telah sempurna, seperti ilmu tentang keberadaan dunia. Sedangkan ilmu aplikatif adalah ilmu yang tidak sempurna tanpa dipraktikkan, seperti ilmu tentang ibadah, akhlak dan sebagainya.16Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Dia memikirkan hal-hal baru, karena dia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu.manusia mengembangkan kebudayaan, manusia memberi makna kepada kehidupan, manusia” memanusiakan diri dalam hidupnaya” dan masih banyak lagi pernyataan semacam ini, semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu.________________________16. Yusuf Qardawi, 1998, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal danIlmu Pengetahuan, hal. 88

Dengan menjelaskan kesulitan-kesulitan yang terdapat dalam pikiran. Kesulitan tersebut adalah pendapat yang mengatakan bahwa tiap-tiap kejadian dapat diketahui hanya benar segi subjektif. Dengan jalan memberi pertimbangan-pertimbangan yang positif, menurut Rasjidi, umumnya orang beranggapan bahwa tiap-tiap benda mempunyai satu sebab. Contohnya apa yang menyebabkan Ahmad menjadi sakit.Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Pada setiap jenis pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena sifat dan watak pengetahuan itu berbeda. Pengetahuan tentang alam metafisika tentunya tidak sama dengan pengetahuan tentang alam fisik. Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran namun masalahnya tidak hanya sampai di situ saja. Problem kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya espistemologi.17)

C. KesimpulanFilsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada [realita] sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentuFilsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik dan intensif.______________________17. http://bebenbernadi.wordpress.com

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Filsafat telah merubah pola pemikiran

Page 11: kelompok 1 filsafat ilmu

bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Perubahan pola pikir tersebut membawa perubahan yang cukup besar dengan ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi, baik yang berkaitan dengan makro kosmos maupun mikrokosmos.Dari sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya berkembang menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya. Filsafat sebagai induk dari segala ilmu membangun kerangka berfikir dengan meletakkan tiga dasar utama, yaitu ontologi, epistimologi dan axiologi. Maka Filsafat Ilmu merupakan bagian dari epistimologi (filsafat ilmu pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah).

Referensi

• A. Mustofa, Filsafat Islam, 2004, Bandung: Pustaka Setia• Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu Sejarah & Ruang Lingkup Bahasan, 2004, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.• Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, 2005, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.• Yusuf Qardhawi, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, 1998, Jakarta: IKAPI• http://areknarsis.dagdigdug.com• http://bebenbernadi.wordpress.com• http://filsafat-ilmu.blogspot.com• http://gurutrenggalek.blogspot.com

sumber : http://salwintt.wordpress.com/artikel/kisah-islami/pengertian-dan-ruang-lingkup-filsafat-ilmu/

Page 12: kelompok 1 filsafat ilmu

Fungsi Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :

* Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.* Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.* Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.* Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan* Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Disarikan dari Agraha Suhandi (1989)

Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.Sumber : http://lingkaranilmu.blogspot.com/2009/08/fungsi-filsafat-ilmu.html

Page 13: kelompok 1 filsafat ilmu

 PENGETIAN FILSAFAT ILMU

            Secara etimologis, filsafat berasal dari beberapa bahasa, yaitu bahasa Inggris dan Yunani. Filsafat dalam bahasa Inggris yaitu philophy, sedangkan dalam bahasa Yunani, filsafat merupakan gabungan dua kata, yaitu philein yang berarti cinta atau philos yang berarti mencintai, menghormati, menikmati, dan sophia atau sofein yang aertinya kenikmatan,

Page 14: kelompok 1 filsafat ilmu

kebenaran, kebaikan, kebijaksanaan atau kejernihan. secara etimologis, berfilsafat atau filsafat berarti mencintai, menikmati, kebijaksanaan atau kebenaran. Hal ini sejalan dengan apa yang diucapkan ahli filsafat Yunani Kuno, Socrates bahwa filosof adalah orang yang mencintai atau mencari kebijaksanaan atau kebenaran. Jadi, filosof bukanlah orang yang berpengetahuan benar, melainkan orang yang sedang belajar dan mencari kebenaran atau kebijaksanaan. Dalam bahasa Indonesia, filsafat berasal dari bahasa Arab, filsafah yang juga berakar pada istilah Yunani.

            Dilihat dari arti praktisnya, filsafat adalah alam berpikir atau alam pikiran. Berfilsafat adalah berpikir. Langeveld, dalam bukunya "Pengantar pada Pemikiran Filsafat" (1959) menyatakan, bahwa filsafat adalah suatu perbincangan mengenai segala hal, sarwa sekalian alam secara sistematis sampai ke akar-akarnya. Filsafat adalah suatu wacana, atau perbincangan mengenai segala hal secara sistematis sampai konsekuensi terakhir dengan tujuan menemukan hakikatnya.

 beberapa ahli filsafat mendefinisikan filsafat, antara lain :

Plato menyatakan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang murni.

Aristoteles mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, seperti ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.

Descartes mendefinisikan filsafat sebagai kumpulan segala ilmu pengetahuan termasuk didalamnya Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.

Immanuel Kant menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya mencakup empat persoalan, yaitu apa yang dapat diketahui (metafisika), apa yang seharusnya diketahui (etika), sampai dimana harapan kita (agama), dan apa yang dinamakan dengan manusia (antropologi).

Hasbullah Bakri merumuskan definisi filsafat sebagai berikut. Ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikat ilmu filsafat dapat dicapai oleh akal manusia dan bagaimana seharusnya sikap manusia setelah mencapai pengetahuan itu.

Thomas Mautner (1999) mengemukakan adanya tiga pengertian filsafat yang paling umum diartikan dan digunakan, ialah sebagai berikut :

1.

Pandangan komprehensif mengenai realitas dan tempat manusia berada dalam pandangan itu.

2. Suatu teori yang lahir sebagai akibat dari dilakukannya pandalaman filosofis.

3.      Aktivitas intelektual yang dapat diartikan dalam berbagai pengertian, bergantung pada penekanannya, yaitu metode, masalah, serta tujuannya. Metode filsafat adalah pendalaman rasional. Sebagai materi atau masalah, metode filsafat merupakan hal biasa

Page 15: kelompok 1 filsafat ilmu

pada masa yang lalu. Lazimnya, metode ini digunakan filsafat pada saat mendalami berbagai masalah secara rasional.

PERMASALAHAN FILSAFAT, SISTEMATIKA FILSAFAT, ATAU FILSAFAT SISTEMATIS

 Permasalahan filsafat adalah materi yang dibahas dalam filsafat satu demi satu dan seluruhnya. Dan ini yang disebut dengan problematika filsafat, mengapa? karena dibahas menurut susunan tertentu (sistematika filsafat) dan dibahas dalam filsafat sistematis. Prof.Dr.Sutardjo A.Wiramihardja,Psi. memandang bahwa sistematika yang diajukan Langeveld (1959) merupakan sistematika yang dinilai cukup lengkap tetapi tidak terlalu banyak dan kompleks sehingga mudah dipahami. Menurut Langeveld, secara garis besarnya filsafat terdiri atas tiga hal utama, yaitu :

1. Masalah tahu, mengetahui, dan pengetahuan; 2. Metafisika, baik metafisika umum maupun metafisika khusus, dan 3. Nilai serta penilaian.

Masalah Tahu, Mengetahui, dan Pengetahuan

            Sebagian pihak berpendapat, bahwa inti kegiatan mengetahui atau tahu adalah adanya pemikiran mengenai hal tersebut, tanpa berpikir tentang sesuatu, tidak mungkin seseorang mengetahui sesuatu, sedangkan pihak lain berpendapat bahwa mengetahui atau tahu, berintikan pada sesuatu yang pernah dialaminya. Dalam masalah tahu, mengetahui da pengetahuan terdapat pula logika yang mengatur kelurusan berpikir, serta epistemologi yang mengatur hal kebenarannya.

1. Logika

            Logika adalah bagian filsafat yang memperbincangkan hakikat ketepatan, cara menyusun pikiran yang dapat menggambarkan ketepatan berpengetahuan. Tepat belum tentu benar, sedangkan benar selalu mempunyai dasar yang tepat. Logika tidak mempersoalkan kebenaran sesuatu yang dipikirkan, tetapi membatasi diri pada ketepatan susunan berpikir menyangkut pengetahuan. Jadi, logika memprasyaratkan kebenaran, bukan wacana kebenarannya. Secara etimologis, logika berasal dari bahasa Yunani, logos yang berarti "kata"atau"pikiran". Namun,

Page 16: kelompok 1 filsafat ilmu

pengertian dasarnya sering disebut sebagai ilmu barekta-kata atau ilmu berpikir benar, bukan tepat melainkan benar.

            Pada awal kelahiran, logika manusia itu sangat sederhana dan digunakan untuk mengahadapi hal-hal sederhana dengan hasil yang sederhana pula. Logika itu bersifat alami atau disebut logika naturalis yang berdasarkan kodrat atau fitrahnya saja. Sedangkan logika buatan atau hasil pengembangan yang disebut dengan logika artifisial.

 Logika dibagi atas dua hal, yaitu :

1. Logika Formal, adalah wacana atau argumentasi yang membicarakan hakikat hukum-hukum ketepatan susunan berpikir. HAl yang terpenting dalam logika ini adalah masalah pengaturannya, rumusan atau hukum-hukum bagi ketepatan susunan berpikir, isinya tidak dipermasalahkan juga masalah penggunaannya.

2. Logika Material, adalah wacana atau argumentasi mengenai hakikat penggunaan ketepatan susunan berpikir terhadap bidang-bidang kegiatan berpikir tertentu. Logika material ini disebut teori metodologi. Teori metodologi adalah wacana mengenai cara-cara menyusun pikiran yang tepat untuk bidang masalah tertentu.

Page 17: kelompok 1 filsafat ilmu

 Jenis logika ada tiga, yaitu :

1. Logika Induktif, merupakan hasil penelitian atau teori mengenai prinsip-prinsip kesimpulan dari berbagai kenyataan.

2. Logika Deduktif, merupakan hasil penelitian atau sistem mengenai prinsip-prinsip kesimpulan yang mengarah pada penggunaan suatu prinsip.

3. Logika Dialektis.

2. Epistemologi

            Epistemologi mempersoalkan kebenaran pengetahuan. Dalam epistemologi, Oleh sebagian orang, epistemologi disebut filsafat ilmu. Secara umum dan mendasar, terdapat perbedaan antara epistemologi dan filsafat ilmu. Secara umum, epistemologi mempersoalkan kebenaran pengetahuan, sedangkan filsafat ilmu, secara khusus mempersoalkan ilmu atau keilmuan pengetahuan. Dalam hal ini, terdapat empat jenis kebenaran yang secara umum dikenal orang, yaitu :

1. Kebenaran Religius, adalah kebenaran yang memenuhi atau dibagun berdasarkan kaidah-kaidah agama atau keyakinan tertentu disebut juga kebenaran mutlak yang tidak dapat dibantah lagi. Bentuk pemahamannya adalah dogmatis.

2. Kebenaran Filosofis, ialah kebenaran hasil perenungan dan pemikiran refleksi ahli filsafat yang disebut hakikat, meskipun bersifat subjektif dan relatif, namun mendalam karena penghayatan eksistensial bukan hanya karena pengalaman dan pemikaran intelektual semata. Inti filsafat adalah berpikir, sedangkan dasarnya adalah rasio.

3. Kebenaran Estetis, ialah kebenaran yang berdasarkan penilaian indah dan buruk, serta cita rasa estetis. Artinya keindahan yang berdasarkan harmoni dalam pengertian luas yang menimbulkan rasa senang, tenang dan nyaman.

4. Kebenaran Ilmiah, yang ditandai oleh terpenuhinya syarat-syarat ilmiah, terutama menyangkut adanya teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti. Kebenaran teoritis adalah kebenaran yang berdasarkan rasio, atau kebenaran rasional, berdasarkan teori-teori yang menunjangnya.

Segala Sesuatu yang Ada (Metafisika)                               

 Ada dua bagian penting dari metafisika, yaitu :

Page 18: kelompok 1 filsafat ilmu

1. Metafisika Umum atau Ontologi. Ontologi mempersoalkan adanya segala sesuatu yang ada. hal ini berbeda dengan metafisika khusus yang mempersoalkan hakikat yang ada.

2. Metafisika Khusus. Metafisika khusus mempersoalkan hakikat segala sesuatu yang ada. Secara umum, terdapat tiga kelompok atau hal yang berbeda menurut Langeveld. Oleh karena itu Langeveld mengemukakan bahwa dalam mempersoalkan hakikat segala sesuatu terdapat tiga bagian, yaitu:

1) Kosmologi adalah bagian metafisika khusus yang mempersoalkan hakikat alam semesta termasuk segala isinya, kecuali manusia.

2) Antropologi adalah bagian metafisika khusus yang mempersoalkan hakikat manusia.

3) Teologi adalah bagian metafisika khusus yang mempersoalkan hakikat Tuhan. hal-hal yang dibicarakan didalamnya menyangkut kebaikan, kesucian, kebenaran, keadilan dan sifat-  sifat baik Tuhan lainnya.

Aksiologi

 Aksiologi adalah bagian filsafat yang mempersoalkan penilaian, terutama berhubungan dengan masalah atau teori umum formal mengenai nilai. Aksiologi yang kita kenal dalam dua jenis, yaitu etika dan estetika.

1. Etika adalah bagian filsafat yang mempersoalkan penilaian atau perbuatan manusia dari sudut baik dan jahat. Etika dalam bahasa Yunani, ethos yang artinya kebiasaan, habit atau custom. Maksudnya hampir tidak ada orang yang tidak memiliki kebiasaan baik atau buruk. Istilah yang lebih tepat adalah etika baik dan etika jahat.

2. Estetika merupakan bagian filsafat yang mempersoalkan penilaian atas sesuatu dari sudut indah dan jelek. Secara umum, estetika disebut sebagai kajian filsafati mengenai apa yang membuat rasa senang. Tokoh paling terkenal dalam bidang ini ialah Alexander Baumgarten (1714-1762) dalam disertasinya pada 1735 yang justru dianggap awal diwacanakannya estetika.

Page 19: kelompok 1 filsafat ilmu
Page 20: kelompok 1 filsafat ilmu

RUJUKAN YANG DIGUNAKAN:

1. Ahmad Tafsir [2004] Filsafat Ilmu [mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengaetahun] : PT Remaja Rosda Karya Jakarta: 27-45

2. Alex Lanur OFM [1993] Hakikat Pengertahuan dan Cara Kerja Ilmu-ilmu : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta : 13:52

3. Alfon Taryadi [1989] Epistemologi Pemecahan Masalah[menurut Karl. R. Popper] : Penerbit PT Gramedia Jakarta : Bab V 107:151

4. Amsal Bakhtiar [2004] Filsafat Ilmu : PT Raja Grafindo Persada Jakartaà Bab IV 131:164

5. Jujun Suriamantri [2004] Ilmu Dalam Perpektif [Sebuah kumpulan karangan tentang hakikat ilmu] : Yayasan Obor Indonesia Jakarta : Bab I 1:40

6. --------------------- [2004] Filsafat Ilmu [Sebuah Pengantar Populer] : Yayasan Sinar Harapan Jakarta Bab III 63:91, Bab 101:141 ---------------------[2004] Ilmu Dalam Perpektif M

7. Sumber :Prof.Dr., Sutardjo A. Wiramihardja,Psi. 2006. Pengantar Filsafat......Bandung. PT.Refika Aditama

8. Sumber:Prof.Dr.,SutardjoA.Wiramihardja,Psi.2006.PengantarFilsafat......Bandung.PT.Refika Aditama

sumber : http://jawaposting.blogspot.com/2011/04/pengertian-filsafat-ilmupermasalahan.html

Page 21: kelompok 1 filsafat ilmu

Untuk mengenalkan berbagai wawasan ada dua alternatif yang dapat diketengahkan, yaitu: memperkenalkan aliran-aliran dominan dalarn filsafat i.lmu atau memperkenalkan berbagai pendekatan yang kini menonjol dalam pengembangan ilmu. Berpegang pada aliran-aliran penulis khawatir fungsi telaah berubah menjadi harus menjelaskan tuntas tentang sesuatu aliran. Agar studi filsafat ilmu tidak menjadi historis melainkan  sistematis sekaligus fungsional, maka penulis tempuh jalan lain. Dengan memperkenalkan berbagai pendekatan yang kini menonjol digunakan orang dalarn pengembangan ilmu, kita dapat lebih selektiffungsional memilih materi telaah yang akan membantu berkembangnya kemampuan memahami. memodifikasi, dan membangun teori-teori ilmiah. Atas alasan sama, yaitu agar telaah buku ini tidak menjadi studi

Page 22: kelompok 1 filsafat ilmu

historis, maka cara memilih pendekatan vane menonjol dalam filsafat ilmu vane dihekalkan kepada para mahasiswa ditempuh  dengan cara mencermati tampilan mu'takhir.

Pendekatan pertama yang dipilih adalah received view, yang secara klasik bertumnu pada aliran positivisme.. Tokoh mu'takhir received adalah: Carnap & Hempel; tokoh-tokoh sebelumnya: Reichenbach. Bergman, dan Duhen. Tokoh positivisme klasiknya: August Comte

Pendekatan kedua menampilkan diri dalam sosok rationat dengan tokoh-tokohnya Lakatos dan Shapere. Di Jermarrtampil dengan nama postpositivism. Aliran ini berupaya membuat kombinasi antara berfikir empirik dengan berfikir struktural dalam matematika.

Pendekatan ketiga adalah yang berbagai pendekatan yang landasan klasiknya terwadahi dalam pendekatan phenomenologik, dengan tokoh klasiknya:  Edmund Husserl.  Sedangkan tokoh implementasi metodologiknya adalah Strauss Glaser, Bogdan, Guba. dan Blamer Khusus di lingkungan sastra penganut phenomenologik• kita jumpai pada penganut strukturalisme sosial, semantik, dan dekonstruksi.

Pendekatan keempat yang dipilih adalah realisme metaphisik. v ang menggunakan weltanschauung approach. Tokohnva sekarang adalah Feyerabend, Toulmin, Kuhn, dan Hanson. Sedangkan tokoh perintisnya adalah Popper.

Pragmatisme memang buka,i pendekatan, tetapi menarik disajikan Tokohnya  Peirce, James, dan Dewey. Tokoh kini adalah   Dalmay. McCarthay, Rorty, Ricouer, dan Carey.

Sumber : http://paradigmakaumpedalaman.blogspot.com/2012/03/berbagai-pendekatan-dalam-filsafat-ilmu.html

Page 23: kelompok 1 filsafat ilmu

A.      Pengertian pendekatan dalam filsafat ilmu

Pendekatan dalam disiplin ilmu yang disebut filsafat ilmu akan lebih mudah di pahami arti pengertian bila diajukan pandangan Dewey tentang  pokok masalah, yaitu tentang permasalahan filsafat pendidikan yang berarti hubungan antara filsafat dan ilmu.

B. Berbagai metode pendekatan filsafat

1.      Pendekatan Deduktif

Pendekatan deduktif kerap dikontraskan dengan pendekatan induktif. Pendekatan Deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Dari segi bahasa, deduktif atau deduksi berasal dari Bahasa Inggris, yaitudeduction yang artinya penarikan kesimpulan-kesimpulan dari keadaan-keadaan umum atau menemukan yang khusus dari yang umum. Pendekatan deduktif juga diartikan sebagai cara berpikir dimana pernyataan yang bersifat umum ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan dalam pendekatan deduktif biasanya menggunakan pola pikir silogisme yang secara sederhana digambarkan dalam penyusunan dua buah pernyataan (premis mayor dan premis minor) dan sebuah kesimpulan.

2.      Pendekatan Induktif

Pendekatan Induktif merupakan pendekatan yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke hal umum. Hukum yang disimpulkan pada fenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Berpikir induktif adalah bentuk dari apa yang disebut generalisasi. Induksi (induction) adalah cara mempelajarai sesuatu yang bertolak dari hal-hal khusus untuk menentukan hukum atau hal yang bersifat umum. Metode berpikir induktif merupakan cara berpikir yang dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Oleh karena itu, penalaran

Page 24: kelompok 1 filsafat ilmu

induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang khusus dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.

3.      Pendekatan Rasionalisme

Rasionalisme merupakan suatu paham yang mengutamakan rasio. Paham ini beranggapan bahwa prinsip-prinsip dasar keilmuan bersumber dari rasio manusia, sehingga pengalaman empiris bergantung pada prinsip-prinsip rasio. Karena rasio itu ada pada subjek (manusia), maka asal pengetahuan harus dicari pada subjek. Rasio itu berpikir. Berpikir inilah ynag membentuk pengetahuan. Karena hanya manusia yang berpikir, maka hanya manusia yang mempunyai pengetahuan. Dengan pengetahuan inilah manusia berbuat dan menentukan tindakannya. Berbeda pengetahuan, berbeda pula laku perbuatan dan tindakannya. Rasionalisme juga bisa diartikan sebagai doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama.

4.      Pendekatan Empirisme

Empirisme merupakan suatu paham yang mengutamakan pengalaman. Secara harfiah, istilah empirisme berasal dari Bahasa Yunani, yaitu kata emperia yang berarti pengalaman. Pendekatan empiris melihat bahwa pengalaman, baik pengalaman lahiriyah maupun pengalaman batiniyah merupakan sumber utama pengenalan. Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan.

Page 25: kelompok 1 filsafat ilmu

KESIMPULAN

            Pendekatan dalam disiplin ilmu yang disebut filsafat pendidikan akan lebih mudah di

pahami arti pengertian bila diajukan pandangan Dewey tentang  pokok masalah, yaitu tentang

permasalahan filsafat pendidikan yang berarti hubungan antara filsafat dan pendidikan.

Pendekatan dalam filsafat ilmu menurut para ahliterbagi kedalam 4 metode pendekatan yaitu

deduktif, induktif, rasionalisme, dan empirisme.

Page 26: kelompok 1 filsafat ilmu

Daftar Pustaka

Amin Mudzakir. 2012. Karl Popper dan Masa Depan Masyarakat Terbuka.http://www.politik.lipi.go.id.

Anonim. 2010. Paradigma Ilmu Thomas Kuhn dan Karl Popper. http:// mhs.blog.ui.ac.id/andri.septian.

_________. 2009. Thomas Kuhn. http://jaringskripsi.wordpress.com.

_________. 2010. Revolusi Keilmuan menurut Thomas Samuel Kuhn.http://munzaro.blogspot.com.

_________. Rasionalisme. http://id.wikipedia.org/wiki/

_________. Empirisme. http://id.wikipedia.org/wiki/

_________. 2011. Asumsi-Asumsi Dasar Proses Keilmuan Manusia.http://tutorq.blogspot.com.

_________. 2010. Asumsi-Asumsi Dasar Proses Keilmuan. http://uzanck-area.blogspot.com.

_________. Pembuktian melalui Deduksi. http://id.wikipedia.org.

Page 27: kelompok 1 filsafat ilmu

 _________. Berfikir Logika Induktif Deduktif dan Silogisme pada Filsafat Ilmu. http://www.docstoc.com.

Sumber : http://tugaswaway.blogspot.com/2013/01/makalah-filsafat-ilmu-pendekatandalam.html

Page 28: kelompok 1 filsafat ilmu

PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU

Pada abad 15 - 16 di barat terjadi aufkarung yang berdampak dalam hal tidak terikat lagi

dengan adat dan ikatan gereja, tumbuh percaya diri dan sikap optimisme dalam ilmu. Akhirnya

lahirlah filsafat pengetahuan yang rasional, phenomenologi, positivisme dan sebagainya.

Melalui pengaruh politik, ilmu bersifat praktis, maka di abad 18 lahirlah pertanyaan

mengenai apa hakikat ilmu; sampai di mana batas-batas antara ilmu yang satu dengan yang

lain; sampai di mana etik dan moral ikut; apa kita sekarang telah mencapai

kesenangan/kebahagiaan.

Berikut lahir paham heuristic yaitu gejala yang muncul awal abad 19 dalam mana faktor

non ilmiah mempengaruhi perkembangan ilmu dan bahkan dapat melahirkan cabang-cabang

ilmu baru misalnya ilmu perdamaian, dan sebagainya, sehingga setiap zaman selalu timbul

cabang baru dari ilmu dan ini tidak ada yang benar tetapi itu merupakan realitas. Ilmu sebagai

produk teori bersifat sementara Kebenaran ilmiah hanya dapat dipertimbangkan sepanjang ia

diletakkan pada metode/asumsi yang dipakai. Kalau suatu cabang ilmu membicarakan atau

menyentuh harkat manusia, maka akan timbul filsafatnya, seperti ilmu hukum timbul filsafat

hukum, dan sebagainya.

Page 29: kelompok 1 filsafat ilmu

Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang membahas apakah ilmu itu, tidak perlu

didefinisikan tetapi dilihat dari sejarahnya (pendekatan historis). Apa sebabnya orang berbeda-

beda memberikan definisi tentang filsafat dan ilmu.

Filsafat sudah berjalan sekitar 28 abad, dimulai zaman Yunani Kuno (8 SM - 6 M), Abad

Pertengahan (6M -14/15 M) abad modern ( 15 M-19 M dan abad kontemporer (20 M).

Filsafat Barat yang lahir di Yunani (Asia Kecil) dekat dengan Athena yang diwariskan

kepada bangsa Romawi dan dengan filosof Arab, filsafat ini di bawa ke Eropah dan hingga

sekarang ini tersebar di seluruh dunia. Filsafat Barat menjadi sumber ilmu.

Sampai abad 20 (1920) ada perdebatan apakah Yunani yang melahirkan peletak dasar

filsafat dan ilmu pengetahuan. Menurut Drogenes Laerties diperkuat oleh Edward Zeller (1920)

menyatakan bahwa Yunani merupakan tempat kelahiran filsafat. Abad 8 SM terdapat suatu

masyarakat yang ekonominya begitu maju di Athena, ada keamanan dan ketenteraman. Dan

saat itu ada sekelompok kecil yang mempertanyakan alam semesta. Pertanyaan ini aktual

hingga sekarang ini, seperti  adanya keteraturan, keindahan, adanya mati dsb.

Dasar filsafat pada saat kelahirannya adalah mitos. Mulai abad ke 5 SM tidak lagi puas

dengan jawaban mitos itu, maka mulai lari kepada logos=akal, apakah archi atau asal mula dari

segala sesuatu itu?

Untuk menjawab hal itu lahirlah filosof I Thales (624 - 548 SM) yang menjawab bahwa

archi itu adalah air.

Dalam hal ini yang dihormati adalah keberanian dia menentang, disini timbul

kepercayaan kepada akal, yang penting adalah kehidupan dan apa yang menyebabkan

hidup ialah azas yang basah yaitu air

Kemudian lahirlah berturut-turut: Anaximander (610 - 540 SM), yang menyatakan archi

=apeiron = azas yang tidak mengalami perubahan

Page 30: kelompok 1 filsafat ilmu

Murid Tha1es yaitu Anaximines (590 - 518 SM), menyatakan bahwa archi = udara

yakni azas bernafas.

Pythagoras (580 - 500 SM) menyatakan bahwa archi = bilangan. Para ahli seni mereka

merasakan keseimbangan yang disimbolkan dengan angka Alam ini indah diibaratkan

dengan seni.

Herkleitos (535 - 2.75 SM) menyatakan bahwa archi = api, sedangkan Demokritos

(460 - 370 SM) menyatakan dengan nama atom.

Pendeknya segala yang ada dan yang mungkin ada dipertanyakan pada zaman

Yunani kuno itu. Dan puncak filsafat Yunani kuno berada pada tiga tokoh besar yakni:

a.    Socrates (469 - 399 SM) diteruskan oleh muridnya

b.    Plato (427 -347 SM) dan diteruskan oleh muridnya

c.    Arestoteles (384 -322 SM)

Menurut Aristoteles segala sesuatu yang dapat dipertanggungjawabkan oleh akal itulah

filsafat. Dan karena banyaknya karangan Arestoteles tersebut, maka ada pandangan bahwa

fisafat hari ini adalah pengulangan filsafatnya. Objeknya adalah segala yang ada dan yang

mungkin ada. Karyanya ada yang bersifat umum yang melahirkan metafisika, dan ada yang

bersifat khusus dan ini ada yang bersifat mutlak melahirikan teodise (Theodicae), dan yang

tidak mutlak menyangkut alam semesta melahirkan kosmologi dan menyangkut manusia

melahirkan antropologi. Yang menyangkut manusia ini lahir pula cabang-cabangnya yakni

logika, etika dan estetika. Melalui logika mencapai kebenaran atau truth, sedangkan melalui

etika menimbulkan kehendak untuk mencapai kesusilaan atau good dan melalui estetika

menimbulkan perasaan keindahan atau beautiful. Di zamannya pula lahir istilah philosophia.

philos = cinta/teman; sophia =wisdom yang artinya pintar dan arif, satrio pinandito. Orangnya

disebut phylosophos.

Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang telah di-Arabkan. Kata ini barasal dari dua kata

"philos" dan "shopia" yang berarti pecinta pengetahuan. Konon yang pertama kali

Page 31: kelompok 1 filsafat ilmu

menggunakan kata "philoshop" adalah Socrates. (dan masih konon juga) Dia menggunakan

kata ini karena dua alasan, Pertama, kerendah-hatian dia. Meskipun ia seorang yang pandai

dan luas pengetahuannya, dia tidak mau menyebut dirinya sebagai orang yang pandai. Tetapi

dia memilih untuk disebut pecinta pengetahuan.

Kedua, pada waktu itu, di Yunani terdapat beberapa orang yang menganggap diri mereka orang

yang pandai (shopis). Mereka pandai bersilat lidah, sehingga apa yang mereka anggap benar

adalah benar. Jadi kebenaran tergantung apa yang mereka katakan. Kebenaran yang riil tidak

ada. Akhirnya manusia waktu itu terjangkit skeptis, artinya mereka ragu-ragu terhadap segala

sesuatu, karena apa yang mereka anggap benar belum tentu benar dan kebenaran tergantung

orang-orang shopis. Dalam keadaan seperti ini, Socrates merasa perlu membangun

kepercayaan kepada manusia bahwa kebenaran itu ada dan tidak harus tergantung kepada

kaum shopis. Dia berhasil dalam upayanya itu dan mengalahkan kaum shopis. Meski dia

berhasil, ia tidak ingin dikatakan pandai, tetapi ia memilih kata philoshop sebagai sindiran

kepada mereka yang sok pandai.

Kemudian perjuangannya dilanjutkan oleh Plato, yang dikembangkan lebih jauh oleh

Aristoteles. Aristoteles menyusun kaidah-kaidah berpikir dan berdalil yang kemudian dikenal

dengan logika (mantiq) Aristotelian.

Pada mulanya kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia. Mereka

membagi filsafat kepada dua bagian yakni, filsafat teoritis dan filsafat praktis. Filsafat teoritis

mencakup: (1) ilmu pengetahuan alam, seperti: fisika, biologi, ilmu pertambangan dan

astronomi; (2) ilmu eksakta dan matematika; (3) ilmu tentang ketuhanan dan methafisika.

Filsafat praktis mencakup: (1) norma-norma (akhlak); (2) urusa rumah tangga; (3) sosial dan

politik. Filusuf adalah orang yang mengetahui semua cabang-cabang ilmu pengetahuan tadi.

(Filsafat Ilmu, Makalah Ust. Husein Al-Kaff dalam Kuliah  Filsafat Islam  di Yayasan Pendidikan

Islam Al-Jawad)

Setelah Arestoteles, filsafat Yunani mulai menghadapi kemunduran.

Sampai abad ke 6 M. filsafat identik dengan ilmu pengetahuan termasuk segala macam ilmu

pengetahuan kita sekarang ini. Dan pada abad ke 6 ini lahir kaum Peter =Pateristik yang

memadukan filsafat Yunani dengan Kristiani dan inilah yang disebut skolastik.  Akhirnya filsafat

berubah menjadi theologi.

Page 32: kelompok 1 filsafat ilmu

Di abad pertengahan dikenal Agustinus dan Thomas Aquino. Thomas Aquino mengembangkan

pandangan Arestoteles untuk mendukung ajaran Kristiani. Thomas dkk itu muncul berkat

adanya filosof Arab AI-Kindi, Al-Farabi (900 - 950), Ibnu Sina (980- 1037), Ibnu Rusyd (1126 -

1198) dan Al-Gazali (1059 -1111). Sementara di Eropah waktu itu masih barbar, sedangkan di

timur (Cina) sudah maju.

Abad tengah adalah kejayaan tahta suci (Roma), kemudian terjadi kemunduran agama dari segi

politik dan ekonomi, karena tanah dikuasai oleh gereja yang dijustifikasi oleh agama dan rakyat

hanya sebagai pekerja, maka timbul keinginan untuk melepaskan diri.

Zaman modern didahului oleh zaman renaissance (renascimento) atau kelahiran kembali.

Abad 15 -17, manusia bebas dari manusia yang dibelenggu oleh dogma agama yang dipakai

untuk membenarkan sistem ekonomi. Gerakan renaissance didukung oleh cita-cita lahirnya

manusia bebas yaitu manusia ala Yunani. Oleh karena itu karya-karya Arestoteles yang aseli

diambil kembali untuk dinilai kembali.

Manusia bebas dari segala ototritas - kebiasaan, gereja, sistem dan tradisi -, kecuali

otoritas diri sendiri. Semboyannya liberasi, emansipasi dan otonomi diri. Kemudian gerakan

kebebasan ini disusul oleh skularisasi yang melahirkan skularisme.

Adanya renaissance tersebut bernilai positif sebab melahirkan kepercayaan diri dan

optimisme. Agama dan gereja dipertanyakan dan menjadi bulan-bulanan

Renaisance melahirkan:

1.    Copernicus, 1473 -1543

2.    Bruno , 1548 – 1600

3.    Kepler, 1571- 1630 

4.    Galelei , 1564 1642

- Inti ajaran Copernicus adalah revolusi pengetahuan yang menyatakan bukan bumi

sebagai pusat alam semesta tetapi matahari, dan ini menentang dogma gereja yang

menyatakan bumi sebagai pusat.

Page 33: kelompok 1 filsafat ilmu

-  Bruno seorang pendeta yang mendukung Copernicus dan dihukum bunuh.

- Pada abad ke 18 timbul zaman Aufklarung atau enlighten=pencerahan, mendorong agar

manusia berpikir sendiri "Sapere Aude", berpikir sendiri yang mementingkan rasio.

Pada abad ke 18 dikenal revolusi industri, sebelumnya pada abad ke 17, filsafat

meninggalkan agama dan berjalan sendiri-sendiri. Agama berdasarkan kepercayaan

sedangkan filsafat berdasarkan akal dan pengetahuan. Mungkin saja antara agama dan filsafat

punya obyek yang sama misalnya moral, tuhan, dsb. Ini merupakan gejala periode II di samping

gejala sekuler

Gejala periode III yaitu melepaskan pengetahuan dari filsafat, orang tidak lagi berpikir dari

kitab suci atau deduksi, dengan adanya renaissance orang berpikir induksi.

Anak-anak renaissance melihat alam dari bagian, tidak menyeluruh seperti pandangan

filsafat, demikian pula manusia di lihat aspek-aspeknya.  Sejak renaissance, filsafat seolah-olah

menjadi kesepian dan seolah-olah hanya bagian dari metafisika. Manusia menjadi detotalisasi,

manusia dipotong-potong tidak dilihat secara keseluruhan dan inilah kenyataan sekarang.

Memang spesialisasi juga dibutuhkan.  Ilmu cabang mengembangkan metode sendiri untuk

mengetahui hal-hal yang paling detail dalam wawasannya sendiri. Pada saat ilmu cabang

memasuki spekulasi/teori yang fundamental, maka harus kembali ke filsafat. Filsafat menjadi

mahkota bagi ilmu-ilmu cabang.

          Di zaman Yunani – Arestoteles – pengetahuan dimanfaatkan bukan untuk mempermudah

kehidupan manusia, tetapi semata mata untuk pengenalan diri manusia, karena kehidupan

dianggap suatu yang telah ada (takdir) dari alam kodrat dan manusia diyakini tidak dapat

merubahnya. Akan tetapi pada peride lanjutan, sekali pengetahuan telah lahir, maka untuk

mengembangkannya timbullah eksprimen. Eksprimen memang diutuhkan baik untuk

memperoleh pengetahuan maupun untuk menguji pengetahuan, dan eksprimen tidak saja

berhubungan dengan alam yang sempit tetapi dengan alam yang semakin meluas dan untuk itu

tak bisa kcuali melalui pengetahuan.

         Pada saat terjadi pergeseran dari ilmu pengetahuan yang bersifat rasional-empiris menuju

ilmu pengetahuan  yang bersifat rasional-eksprimental telah mengakibatkan ditemukannya

kegunaan pengetahuan.

Page 34: kelompok 1 filsafat ilmu

          Ilmu alam sebagai ilmu pertama yang berubah menjdi pelayanan kepada teknik,

mengakibatkan pengetahuan semakin menampakkan nilai praksisnya. Memang ada pembagian

pengetahuan teoritis dan praktis tetapi kesemuanya hampir telah menjadi praksis.

           Van Melsen meskipun mengthui adanya tendensi pengetahuan ke arah kesatuan, tetapi

kenyatannya berlainan, bakan spesialisasi pengetahuan tak dapat dimengerti. Ini bukan

diakibatkan oleh objek materianya, tetapi akibat dari perbedaan objek formanya, tetapi akibat

dari perbedaan objek forma yakni perbedaan metodologi.

           Keyakinan akan kesatuan pengetahuan dan tumbuhnya spesialisasi justru harus timbul

supaya tendensi ilmu pengetahuan yang menjuniversalisir serta  menyatu dapat diwujudkan

dan supaya banyak gejala yang beraneka ragam itu dapat disentetisir. Kesatuan yang

didasarkan atas prinsip yang sungguh-sungguh universal hanya dapat diperoleh melalui

spesialisasi (p.18).

         Harapan ini hanya tinggal harapan hingga akhir abad ini karena berbagai ilmu dengan nilai

praksisnya telah semakin memperbesar spesialisasi. Melalui eksprimen timbul lagi yang

dahulunya belum terungkap spesialisasi baru.

         Demikian pula tak ada ilmu  yang menguasai realitas konkrit secara menyeluruh. Tetapi

apakah ilmu itu secara bersama-sama tidak dapat menguasai seluruh realitas?. Bahkan jika

seandainya hal itu mungkin, masih ada dua kesulitan:

1.            Tidak semua ilmu berkembang sama jauhnya, karena dalam perkembangannya

antara ilmu yang satu terikat dengan ilmu yang lain (teoritis-praktis; sosial-ilmu alam; biologi-

kimia).

2.            Karena ilmu berbeda dalam objek formanya, sebab tidak mudah untuk menyatukan

cara kerja dan pendekatan antara ilmu-ilmu itu (van Melsen:55).

          Ilmu pengetahuan memang sukar kembali kepada induknya filsafat, karena pradigmanya

telah begitu berbeda, tentunya filsafat yang bertujuan untuk mengerti tentang manusia dalam

mana pengetahan selalu diberi nafas oleh tujuan fundamental ini. Tetapi dewasa ini

pengetahuan didasarkan atas pradigma bagaimana manusia menjadi berkuasa. Penguasaaan

terhadap alam banyak membawa manusia lupa mengenali dirinya sehingga nilai-nilai pragmatis

Page 35: kelompok 1 filsafat ilmu

dan operasional menjadi semakin jelas. Bahkan menurut van Peursen hakikat manusia telah

tertindas oleh nilai praktis ilmu dan manusia sendiri dipandang tidak lebih dari hal-hal material

dan operasional (van Peursen, 1985: 112-117).   

Kelahiran filsafat ilmu pada abad ke 18 memberikan petunjuk bahwa ilmu-ilmu cabang

telah menyentuh nilai-nilai dasar/fundamental bagi umat manusia  menyentuh nilai-nilai moral

bagi kelangsungan umat manusia, filsafat ingin kembali memadukan.

Adapun yang dikerjakan oleh filsafat modern: l) Apa sarana untuk mencapai kebenaran,

dan 2) apakah kebenaran itu. Filsatat modern lebih identik dan menfokuskan dengan

epistemologi yakni pemikiran mengenai kenyataan dan kebenaran.

Abad modern diisi oleh diskusi antara lain:

1.   Rasionalisme

2.   Empirisme

Untuk mendamaikan adalah rasionalisme kritis (kritisime), juga didamaikan oleh phenomenologi. (Lihat Az Zuhruf: 33).

Sumber : http://junaidisyariahstain.blogspot.com/2012/02/perkembangan-filsafat-ilmu.html

Page 36: kelompok 1 filsafat ilmu

Fungsi dan Arah Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu diharapkan dapat mensistematiskan, meletakkan dasar, dan memberi arah kepada perkembangan sesuatu ilmu maupun usaha penelitian ilmuan untuk mengembangkan ilmu. Dengan filsafat ilmu, proses pendidikan, pengajaran, dan penelitian dalam suatu bidang ilmu menjadi lebih mantap dan tidak kehilangan arah. 

Secara umum, fungsi filsafat ilmu adalah untuk :

• Alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.

• Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.

• Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.

• Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan.

• Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan.

Sumber : http://gorontalo-education.blogspot.com/2012/10/fungsi-dan-arah-filsafat-ilmu.html#.UXfpV1L4K68