kelompok 2 induksi dan augmentasi persalinan

Upload: adhe-azeng

Post on 17-Jul-2015

2.173 views

Category:

Documents


97 download

TRANSCRIPT

INDUKSI DAN AUGMENTASI PERSALINAN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Obstetri Operatif

Disusun oleh : Kelompok 2 Cory Avianingsih Putri Fia Fegriana Rima Arianti Tita Nurlita Eulis N Juariah Kelas 6A 130103100011 130103100021 130103100025 130103100029 130103100034

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2012

INDUKSI DAN AUGMENTASI PERSALINAN

I. 1.1

Induksi Persalinan Definisi induksi persalinan Induksi adalah upaya menstimulus kontraksi spontan uterus yang belum muncul untuk mempersiapkan kelahiran.

Induksi persalinan adalah suatu upaya agar persalinan mulai berlangsung sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang (stimulasi) timbulnya HIS.

Induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik secara operatif maupun medicinal, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan. Induksi persalinan berbeda dengan akselerasi persalinan, di mana pada akselerasi persalinan tindakan-tindakan tersebut untuk wanita hamil yang sudah inpartu (3).

Induksi persalinan mengisyaratkan stimulasi kontraksi sebelum awitan spontan persalinan dengan atau tanpa pecah ketuban (2).

Persalinan induksi merupakan tindakan yang banyak dilakukan untuk mempercepat proses persalinan. Persalinan induksi dengan menambah kekuatan dari luar tidak boleh merugikan ibu dan janinnya dalam usaha menuju well born baby dan well health mother, sehingga diperlukan indikasi yang tepat, waktu yang baik, dan disertai evaluasi yang cermat. Disamping itu, untuk menanggapi atau menghadapi komplikasi dan tindakan lebih lanjut, induksi persalinan harus dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas tindakan operasi (4).

Dalam ilmu kebidanan ada kalanya sesuatu kehamilan terpaksa diakhiri

karena adanya sesuatu indikasi. Indikasi dapat datang dari sudut kepentingan hidup ibu dan atau janin. Hasil induksi partus bergantung pula pada keadaan serviks. Sebaiknya induksi partus dilakukan pada serviks yang sudah atau mulai matang dimana serviks sudah matang, dengan effacement sekurang-kurangnya 50% dan pembukaan serviks 1 jari (1).

1.2

Indikasi 1. Indikasi Ibu a. Penyakit hipertensi dalam kehamilan termasuk preeklamsi dan eklamsi (1,2,3,4). b. c. Kehamilan dengan diabetes miltus (3,4). Infeksi amnionitis (4).

2.

Indikasi janin a. b. c. d. e. f. g. h. i. Kehamilan lewat waktu (postmaturitas) (1,3,4). Ketuban pecah dini (2,3). Janin mati (3). Inkompatibilitas Rh (1). Gestasi pascamatur (2). Insufisiensi plasenta (4). IUFD (4). IUGR (4). Oligohidramnion (4).

3.

Indikasi Selektif a. b. c. Maturitas paru cukup Kontraksi uterus tak sempurna Atas permintaan yang bersangkutan

Pada usia kehamilan postmatur, di atas 10 hari lebih dari saat perkiraan partus, terjadi penurunan fungsi plasenta yang bermakna, yang dapat membahayakan kehidupan janin (gangguan sirkulasi uteroplasenta, gangguan oksigenasi janin) (1).

1.3

Kontraindikasi 1. 2. 3. Disproporsi sefalo-pelvik (1,3,4). Ibu menderita penyakit jantung berat (1). Hati-hati pada bekas-bekas operasi/uterus yang cacat seperti bekas SC, miomektomi yang luas dan ekstensif (1). 4. 5. 6. 7. 8. 9. Malposisi dan malpresentasi janin (3). Infusiensi plasenta (3). Cacat rahim, misalnya pernah mengalami seksio sesarea (3). Grande multipara (3). Gemeli (3,4). Distensi rahim yang berlebihan misalnya pada hidramnion (3).

10. Plasenta previa (2,3). 11. Makrosomia (2). 12. Hydrosefalus (2). 13. Beberapa penyakit , seperti herpes genetalis aktif (2).

1.4

Cara Induksi Persalinan Induksi partus dapat dilakukan dengan berbagai cara 1. Secara medis a. Infuse oksitosin Kemasan yang dipakai adalah pitosin, sintosinon. Syarat-syarat pemberian infuse oksitosin 1) Agar infuse oksitosin berhasil dalam menginduksi persalinan dan tidak memungkinkan penyulit baik pada ibu dan janin, maka diperlukan syarat-syarat berikutnya : a) Kehamilan aterm

b) Ukuran panggul normal c) Tidak ada CPD (disproposi antara pelvis dan janin). d) Janin dalam presentasi kepala e) Serviks sudah matang yaitu, porsio teraba lunak, mulai mendatar dan mulai membuka. 2) Untuk menilai serviks ini dapat juga dipakai skor bishop, yaitu bila nilai berlebih dari 8, induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil.

Teknik infuse oksitosin berencana 1) Semalam sebelum infuse oksitosin, hendaknya klien sudah tidur dengan nyenyak. 2) Pagi harinya penderita diberi pencahar (Kandung kemih dan rektum dikosongkan) 3) Infuse oksitosin hedaknya dikerjakan pada pagi hari dengan observasi yang baik. 4) Disiapkan cairan dextrose 5% 500 ml yang diisi dengan 5 unit oksitosin. 5) Cairan yang sudah disiapkan mengandung 5 U oksitosin ini dialirkan secara intravena melalui saluran infuse dengan jarum no 20 G. 6) Jarum suntik intravena dipasangkan di vena bagian volar lengan bawah 7) Tetesan permulaan kecepatan pertama 10 tetes/menit. 8) Timbulnya kontraksi rahim dinilai dalam setiap 15 menit. Bila dalam waktu 15 menit ini HIS tetap lemah, tetesan dapat dinaikan. Umumnya tetesan maksimal diperbolehkan sampai mencapai kadar oksitosin 30-40 tetes/menit, maka berapapun kadar oksitosin yang dinaikan tidak akan menimbulkan tambahan kekuatan kontraksi lagi. Sebaiknya infuse oksitosin dihentikan.

9) Penderita dengan infus oksitosin harus diamati secara cermat untuk kemungkinan timbulnya tetania uteri, tanda-tanda rupture uteri membakat, maupun tanda-tanda gawat janin 10) Bila kontraksi timbul secara teratur dan adekuat , maka kadar tetsan oksitosin dipertahankan. Sebaliknya bila tejadi kontraksi rahim yang sangat kuat, jumlah tetsan dapat dikurangi atau sementara dihentikan. 11) Infuse oksitosin ini hendaknya tetap dipertahankan sampai persalinan selasai yaitu sampai satu jam sesudah lahirnya plasenta. 12) Evaluasi kemajuan janin pembukaan serviks dapat dilakukan dengan periksa dalam bila HIS telah kuat dan adekuat. Pada waktu pemberian infuse oksitosin bila ternyata kemudian persalinan telah berlangsung, maka infuse oksitosin

dilanjutkan sampai pembukaan lengkap. Segera setelah kala II dimulai, maka tetesan infuse oksitosin dipertahankan dan ibu di pimpin mengejan atau dipimpin dengan persalinan buatan sesuai dengan indikasi yang ada pada waktu itu. Tetapi bila sepanjang pemberiaan infuse oksitosin timbul penyulit pada ibu maupun janin. Maka infuse oksitosin harus segera dihentikan dan kehamilan segera diselesaikan dengan seksio sesarea (3).

b.

Prostaglandin E2 Prostaglandin dapat merangsang otot-otot polos termasuk juga otototot rahim. Prostaglandin yang spesifik untuk merangsang otot rahim ialah PGE2 Dan PGF2 alpha. Untuk induksi persalinan prostaglandin dapat diberikan secara intravena, oral, vaginal, rectal, dan intra amnion. Pada kehamilan aterm, induksi persalinan dengan prostaglandin cukup efektif. Pengaruh sampingan dari pemberia prostaglandin ialah mual, muntah, diare (3).

TABEL 26-1 Skor bishop yang digunakan untuk menilai induksibilitas Skor Pembukaan cm 0 1 2 3 Stasion Tertutup 1-2 3-4 5 mencermikan Penipisan (%) 0-30 40-50 60-70 80 skala -3 -2 -1 +1,+2 -3 Factor Stasion Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak hingga Posisi serviks Posterior Tengah Anterior +3

sumber : dari bishop EH: pelvic scoring for elective induction. Obstet gynecol 24:266, 1964, dengan izin. Kemungkinan keberhasilan induksi persalinan, menurunkan

insidensi persalinan lama, dan mengurangi dosis oksitosin. Pada tahun 1992, food and drug administration menyetujui pemakaian gel prostaglandin E2 (prepidil) untuk mematangkan serviks pada wanita aterm atau menjelang aterm yang memiliki indikasi untuk di induksi. Gel tersedia dalam spuit 2,5 ml yang berisi 0,5mg dinoproston. Rute intra serviks memberikan keunggulan karena tidak banyak mempengaruhi aktifitas uterus dan sangat efektif untuk wanita dengan serviksyang belum matang.

Sisipan vaginal dinoproston 10 mg (cervidil) juga disetujui pada tahun 1995 untuk mematangkan serviks. Sisipan ini melepaskan obat secara lebih lambat (0,3 mg/jam) dibandingkn bentuk gel (2).

Pemberian Dianjurkan preparat ini diberikan pada saat atau menjelang tiba dikamar bersalin agar dapat dilakukan pemantauan kontinu terhadap aktifitas uterus dan denyut jantung janin. Mungkin perlu dilakukan pengamatan dengan periode berkisar dari 30 menit hingga 2 jam. Jika tidak terdapat perubahan dalam aktifitas uterus atau denyut jantung janin setelah peiode ini, pasien dapat dipindahkan atau dipulangkan. Jika muncul, kontraksi biasanya terjadi pada jam pertama dan memperlihatkan aktivitas puncak dalam 4 jam pertama. Jika tetap terjadi kontraksi yang teratur, pemantauan denyut jantung janin harus dilanjutkan dan tanda-tanda vital di catat.

Interval waktu aman minimal antara pemberian prostaglandin E2 dan permulaan pemberian oksitosin belum diketahui pasti. Menurut petunjuk pembuatannya, induksi oksitosin harus ditunda selama 6 hingga 12 jam (2).

Efek samping Angka hiperstimulasi uterus dilaporkan, didefinisikan sebagai 6 kontraksi atau lebih dalam 10 menit selama total 20 menit, adalah 1 persen untuk gel intraserviks (dosis 0,5 mg) dan 5% untuk gel intravagina (dosis 2 hingga 5 mg). karena dapat terjadi hiperstimulasi serius atau gangguan janin lebih lanjut,

prostaglandin biasanya tidak digunakan pada persalinan. Jika terjadi, hiperstimulasi biasanya dimulai dalam 1 jam setelah gel di

sisipan dimasukan. Irigasi serviks dan vagina untuk mengeluarkan gel serviks belum terbukti bermanfaat.

Salah satu kemungkinan keunggulan gel intravagina adalah bahwa pengeluaran sisipan ini dengan menariknya biasanya meredakan efek samping tersebut. Efek sistemik berupa demam, muntah, dan diare akibat prostaglandin E2 sangat jarang terjadi. Produsen obat ini menganjurkan kehati-hatian dalam pemakaian obat ini pada pasien dengan glaucoma, gangguan hati dan ginjal yang berat/asma(2)

.

c.

Misoprostol Misoprostol (cytotec) adalah prostaglandin E1 sintenik, dan saat ini tersedia berbagai tablet 100 mcg untuk mencegah ulkus peptic. Obat ini digunakan off-label (diluar indikasi resmi) untuk pematangan serviks prainduksi dan induksi persalinan. Misoprostol berharga murah, stabil pada suhu kamar, dan mudah diberikan peroral atau dengan memasukannya kevagina, tetapi tidak ke serviks (2).

d.

Misoprostol vagina Tablet misoprostol vagina dimasukan kedalam vagina setara dan mungkin lebih 25g. hipertensi dimulai uterus disertai perubahan denyut jantung janin perlu diperhatikan pada pemakaian obat ini. Dosis misoprostol intravagina yang lebih tinggi (50 g atau lebih) menyebabkan peningkatan bermakna takisistol uterus, pengeluaran dan aspirasi mekonium, dan sesar atas indikasi hiperstimulasi uterus. Laporan rupture uterus pada wanita dengan riwayat pembedahan dengan menyebabkan misoprostol tidak boleh digunakan pada para wanita tersebut (2).

e.

Misoprostol oral Afektivitas misoprostol oral, 100 g, serupa dengan misoprostol intravagina 25 g (2).

f.

Cairan hipertonik intrauterine 1) Pemberian cairan hipertonik cairan amnion dipakai untuk merangsang kontraksi rahim pada kehamilan dengan janin mati. Cairan hipertonik yang dipakai dapat berupa cairan garam hipertonik 20%, urea dan lain-lain, kadang-kadang pemakaian urea dicampur dengan prostaglandin untuk meperkuar rangsangan pada otot-otot rahim. Cara ini dapat menimbulkan penyulit yang cukup berbahaya, misalnya hipernatremia, infeksi gangguan pembekuan darah (3).

2.

Secara manipulative dengan tindakan Inisiasi pembukaan serviks dengan dilator serviks osmotic higroskopik telah lama diterima sebagai tindakan yang efektif sebelum terminasi kehamilan untuk meningkatkan efektivitas induksi persalinan jika serviks belum matang (2). a. Amniotomi Amniotomi atau pemecahan ketuban secara artificial di inggris juga disebut sebagai induksi bedah, sering

digunakan untuk menginduksi atau mempercepat persalinan. Indikasi umum lain untuk amniotomi antara lain adalah pematauan denyut jantung janin internal jika diantisipasi adanya gangguan janin dan penilaian intrauterus kontraksi jika persalinan belum memuaskan. Amniotomi elektif untuk mempercepat persalinan spontan/mendeteksi mekonium juga dapat diterima dan sering di praktikan (2).

Table 26.2 regimen oksitosin untuk stimulasi persalinan Regimen Dosis awal (Mu/menit) Peningkatan incremental (Mu/menit) Dosis rendah 0,5-1 1-2 Dosis tinggi 6 1 2 62,3,1 30-40 15 15-40 Interval dosis (Mu/menit) Dosis maksimal (Mu/menit) 20 40 42

Peningkatan bertahap dikurangi menjadi 3 mU/mnt jika terdapat hiperstimulasi rekuren. Sumber: dimodifikasi dari American college of obstetrians and

gynecologists: induction of labor. Technical bulletin No. 10, November 1999, dengan izin.

Hendaknya ketuban dipecahkan jika memenuhi syarat sbb: Serviks sudah matang/skor pelviks diatas 5. Pembukaan kira-kira 4-5 cm Kepala sudah memasuki PAP biasanya setelah 1-2 jam pemecahan ketuban diharapkan HIS akan timbul dan menjadi lebih kuat (3).

1) Amniotomi artifisialis dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik dibagian bawah depan dengan (fore water) maupun dibagian belakang (bind water) dengan suatu alat khusus (drewsmith catbeter macdonald klem). Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti bagaimana pengaruh amniotomi dalam merangsang timbulnya kontraksi rahim. 2) Beberapa teori mengemukakan bahwa a) Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40% sehingga tenaga kontraksi dapat lebih kuat untuk membuka serviks.

b) Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah didalam rahim kira-kira 40 menit setelah amniotomi dikerjakan, sehingga berkurangnya oksigenasi otot-otot rahim dan keadaan ini meningkatnya kepekaan otot rahim. c) Amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekan dinding serviks dimana didalamnya terdapat banyak syaraf-syaraf yang merangsang kontraksi rahim. 3) Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada tanda-tanda pemulaan persalinan, maka harus di ikuti dengan cara-cara lain untuk merangsang persalinan, misalnya dengan infuse oksitosin. 4) Pada amniotomi perlu diingat akan terjadinya penyulit-penyulit sebagai berikut a) Infeksi b) Prolapsus funikuli c) Gawat janin d) Tanda-tanda solusio plasenta (bila ketuban sangat banyak dan keluarnya secara tepat) (3).

Teknik amniotomi Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dimasukan kedalam jalan lahir sampai sedalam kanalis servikalis. Setelah kedua jari berada dalam kanalis servikalis, maka posisi jari berubah sedemikian rupa sehingga telapak tangan menghadap kearah atas. Tangan kiri kemudian memasukan pengait khusus kedalam jalan lahir dengan tutunan kedua jari yang telah ada didalam. Ujung pengait diletakan diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan yang ada didalam. Tangan yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus pengait tersebut untuk dapat masuk dan merobek selaput ketuban. Selain itu menusukan pengait ini dapat juga dilakukan dengan satu tangan, yaitu pengait dijepit diantara jari tengah dan jari telunjuk

tangan kanan, kemudian dimasukan kedalam jalan lahir sedalam kanalis servikalis. Pada waktu tindakan ini dikerjakan, seorang asisten menahan kepala janin kedalam pintu atas panggul. Stelah air ketuban mengalir keluar , pengait dikeluarkan leh tangan kiri, sedang jari tangan yang didalam memperlebar robekan selaput ketuban. Air ketuban dialirkan sedikit-demi sedikit untuk menjaga kemungkinan terjadinya prolaps tali pusat, bagian-bagian kecil janin, gawat janin dan solusio plasenta. Setelah selesai tangan penolong ditarik kluar dan kejalan lahir (3).

b.

Melepaskan selaput ketuban dari bagian bawah rahim (striping of the membrane). 1) Yang dimaksud denga striping of the membrane, ialah melepaskan ketuban dan dinding segmen bawah rahim secara menyeluruh setinggi mungkin dengan jari tangan. Cara ini dianggap cukup efektif dalam merangsang timbulnya his. 2) Beberapa hambatan yang dihadapi dalam melakukan tindakan ini, ialah a) Serviks yang belm dapat dilalui oleh jari b) Bila didapatkan persangkaan plasenta letak endah, tidak boleh dilakukan c) Bila kepala belum cukup turun dalam rongga panggul

c.

Pemakaian rangsangan listrik Dengan kedua electrode, yang satu diletakkan dalam serviks, sedang yang lain ditempelkan pada kulit dinding perut, kemudian dialirkan listrik yang akan memberkan rangsangan pada serviks untuk menimbulkan kontraksi rahim. Bentuk alat ini bermacammacam , bahkan ada yang ukurannya cukup kecil sehingga dapat di bawa-bawa dan ibu tidak perlu tinggal dirumah sakit. Pemakaian alat ini perlu dijelaskan dan disetujui oleh pasien (3).

1.5

Tanda-Tanda Induksi Baik 1. 2. Respons uterus berupa aktifitas kontraksi miometrium baik Kontraksi simetris, dominasi fundus, relaksasi baik (sesuai dengan tanda-tanda his yang baik / adekuat) 3. Nilai pelvik menurut Bishop (tabel) (1) Sebelum melakukan induksi hendaknya lakukan terlebih dahulu pemeriksaan dalam guna memberikan kesan tentang keadaan serviks, bagian terbawah janin dan panggul. Hasil pemerikasaan dicatat dan disimpulkan dalam satu tabel nilai pelvis. Selaanjutnya dapat kita ikuti ketentuan-ketentuan sbb: a. Apabila skor di atas 5, pertama-tama lakukanlah amniotomi. Bila 4 jam kemudian tidak ada kemajuan persalinan, berikan infus tetes oksitosin. b. Apabila skor dibawah 5, ketuban dibiarkan intak, berikan infus tetes oksitosin. Setelah beberapa lama berjalan, nilai kembali pelvis. Bila skor diatas 5 lakukan amniotomi. Bila skor dibawah 5, oksitosin tetes diulangi. Bila setelah 2-3 kali, serviks belum juga matang segera lakukan amniotomi.

No 1

Skor Pendataran serviks

0

1

2

Nilai

Stubuler Panjag 1 kali lipat dan bahwa operasi caesar meningkat 1,8> kali lipat. Ini mungkin karena kondisi yang menunjukkan induksi.

DAFTAR PUSTAKA

1. 2. 3.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid 2. Jakarta: EGC Leveno Knneth J, dkk. 2009. Obstetri williams edisi 21. Jakarta : EGC. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan edisi pertama, cetakan kelima. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

4.

Manuaba Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC

5.

American College of Obstetricians and Gynecologists. Induction of labor. ACOG Practice Bulletin # 10. American College of Obstetricians and Gynecologists, Washington DC 1999. (di akses dari

http://www.virtualmedicalcentre.com/treatment/induction-andaugmentation-of-labour/164 pada tanggal 3 maret 2012) 6. Fraser Diane M, Cooper Margaret A. 2009.Buku Ajar Bidan Myles.Jakarta : EGC. 7.http://www.rno.org/journal/index.php/online-journal/article/viewFile/3/170