kelompok pbl kel.3

13
Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa “PBL HALUSINASI” Disusun Oleh : Anis Khomariah (2012-11-002) Bonifasius S. Ehung (2012-11- 004) Elisabet Hadia (2012-11- 011) Maria Rosalin S. (2012-11-024) Mawar Oktaviani (2012-11-025) Nisa Apriani (2012-11-030) Priskila Pelita K. (2012-11- 032) Raphita Diorarta (2012-11-033)

Upload: boy-ehung

Post on 10-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kelompok PBL Kel.3

TRANSCRIPT

1

Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

PBL HALUSINASI

Disusun Oleh :

Anis Khomariah (2012-11-002)

Bonifasius S. Ehung (2012-11-004)

Elisabet Hadia

(2012-11-011)

Maria Rosalin S. (2012-11-024)

Mawar Oktaviani(2012-11-025)

Nisa Apriani

(2012-11-030)

Priskila Pelita K. (2012-11-032)

Raphita Diorarta (2012-11-033)

Veronika Sri W. (2012-11-041)

Yosef N. Nengko (2012-11-045)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus

S1 Keperawatan A Semester V

JAKARTA / 2014

Problem Based Learning

Tn. S (34 tahun), pendidikan sampai kelas 2 SD, putus sekolah karena tidak ada biaya. Klien sangat ingin melanjutkan pendidikan namun terbentur masalah biaya. Klien anak pertama dari empat bersaudara. Klien merasa sedih karena sering diejek temannya karena tidak bisa melanjutkan pendidikan. Orang tua klien bercerai saat klien masih kecil, menurut klien masih kelas 1 SD. Ibu klien telah menikah lagi dan memiliki 2 anak dari pernikahan kedua tsb. Hubungan klien dengan ayah tiri kurang harmonis karena klien sering dimarahi oleh ayah tirinya. Ayah tiri klien sering mabuk-mabukan dan sering marah-marah kepada klien dan adik kandungnya. Menurut klien, kasih sayang ayahnya hanya kepada adik tirinya saja. Klien juga merasa sedih karena ibu klien juga lebih sibuk mengurus adik tirinya. Klien merasa tidak berharga karena tidak bisa menjaga dan merawat adik-adiknya.

Setelah putus sekolah, klien sudah disuruh membantu ayah tirinya disawah. Klien tidak memiliki teman dan jarang bergaul karena harus membantu orang tuanya. Klien juga pernah ditolak cintanya karena pekerjaan tidak mapan. Hasil pengkajian diperoleh data bahwa klien pernah mengalami gangguan jiwa 5 tahun yang lalu, sudah dirawat 2 kali di RSJ, naman klien jarang kontrol dan tidak rutin minum obat. Paman ayahnya dan bibi klien mengalami gangguan jiwa. Pertama kali dirawat karena marah-marah dan merusak peralatan rumah tangga. Alasan dirawat kedua karena mendengar suara-suara yang menyuruh klien marah-marah.

Saat ini klien sudah menikah dan memiliki 2 orang anak. Istri klien adalah tetangga klien yang dijodohkan dengan klien. Klien mencintai istrinya dan sering merasa bersalah karena tidak bisa membahagiakan istrinya. Pekerjaan terakhir klien sebagai tukang becak dengan penghasilan paling banyak sehari Rp. 10.000. Istri klien bekerja sebagai tukang cuci namun penghasilan keluarga masih kurang. Klien sudah 3 minggu tidak minum obat karena obat sudah habis dan belum berobat lagi. Klien merasa curiga dengan istrinya, merasa istrinya selingkuh dengan pria lain namun klien tidak berani menanyakan langsung. Klien menjadi lebih sering diam dan mudah tersinggung. Saat ini klien terlihat sangat pasif, kontak mata jarang, klien mendengar suara-suara yang selalu menghina klien dan menyuruh klien marah-marah. Klien sering mengikuti isi halusinasi, yakni dengan marah-marah. Klien sering lupa, konsentrasi rendah dan kurang perhatian serta kurang peduli dengan lingkungan. Penampilan klien tampak kotor. Gigi tampak kuning, kulit kotor, terhidu bau yang khas. Klien sering bicara sendiri. Saat diajak interaksi klien cenderung menolak. Klien terlihat cemas dan takut.

A. Kata dan Istilah yang Sulit

1. Halusinasi Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya

rangsangan (stimulus) eksternal. (Stuart , 2009)Halusinasi adalah persepsi salah yang diterima panca indera dan berasal dari stimulus eksternal yang biasanya tidak diinterpretasikan ke dalam pengalaman. (Chris ,2008)B. Tugas Mahasiswa

1. Menurut anda, apakah bentuk gangguan yang dialami pada klien di atas? Berikan alasannya!

Jawaban:

Klien mengalami Halusinasi auditori atau pendengaran. Karena tampak klien sering bicara sendiri, klien terlihat cemas dan takut, klien sering lupa, kurang konsentrasi dan kurang perhatian, tidak dapat membedakan nyata dan tidak, klien merasa curiga dan sulit membuat keputusan, klien menjadi lebih sering diam dan mudah tersinggung, Klien mendengar suara-suara menghina, Klien bertindak merusak orang lain dan lingkungan, Ekspresi tegang dan kurang merawat diri

2. Apa faktor predisposisi pada klien di atas?

Jawaban:

Faktor predisposisi pada Klien adalaha. Psikoanalitik

1. Kekerasan saat kecil (child abuse)2. Fiksasi fase laten ( di suruh bekerja membantu ayah tiri bekerja di sawah)

b. Psikososial

1. Fiksasi tahap industry vs inferiority (>12 tahun ) 2. Perceraian kedua orangtuanya 3. Kemiskinan 4. Pendidikan rendah

5. Penghasilan rendah

6. Tidak memiliki teman dekat

c. Biologi

1. Riwayat gangguan jiwa2. Genetikd. Interpersonal1. Sering diejek teman

2. Kurang mendapat kasih sayang

3. Ibu tidak memperhatikan klien

4. Hubungan dengan ayah tiri tidak harmonis

5. Tidak pernah bergaul dengan teman sebaya

6. Cinta pernah ditolak

e. Eksistensi

1. Merasa tidak berharga 2. Gagal melakukan peran sebagai ayah dan suami3. Tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga

3. Apa faktor presipitasi pada klien?

Jawaban:

Yang menjadi pencetus atau persipitasi adalah Putus obat

4. Sebutkan tanda dan gejala klien yang mengalami halusinasi!

Jawaban:

DO: a. klien sering bicara sendirib. klien terlihat cemas dan takutc. klien sering lupa, kurang konsentrasi dan kurang perhatiand. tidak dapat membedakan nyata dan tidake. klien merasa curiga dan sulit membuat keputusan

f. klien menjadi lebih sering diam dan mudah tersinggung.

g. Klien bertindak merusak orang lain dan lingkungan h. Ekspresi tegang dan kurang merawat dirii. klien mondar-mandir, disorientasi waktuj. klien menyalahkan diri

k. klien sikap curiga dan bermusuhan, interaksi dengan orang lain terganggul. klien kadang-kadang mengalami gangguan berpikirm. klien mengalami reaksi emosional yang berlebihan atau berkurang, perilaku aneh dan tidak biasa.DS: a. Klien mendengar suara-suara menghina1. Tentukan tahap halusinasi yang dialami klien saat ini. Uraikan alasannya.

Jawaban:Klien mengalahi halusinasi pada tahap ke III (3) controlingDijelaskan hanya tahap 3Tahap III : kontrol

Pengalaman sensori menjadi penguasaLebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada menolaknya.(klien sering mengikuti isi halusinasi yakni dengan marah marah)Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.(tampak sangat pasif, kontak mata jarang, klien cenderung menolak saat diajak interaksi)Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.(kontak mata jarang)Gejala fisik dari ansietas berat, seperti berkeringat, tremor, ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.(cemas, dan takut)

2. Masalah Keperawatan apa saja yang mungkin terjadi.Jawaban :

Harga diri rendah

Isolasi sosial

Perubahan persepsi sensori halusinasi

Resiko pelaku kekerasan

Defisit perawatan diri

Regiment teraupetik

3. Buatlah pohon masalah pada klien ini.Jawaban:

Resti pelaku kekerasan

Gangguan halusinasi pendengaran regiment teraupetik ineffective

Risti infeksi

Isolasi sosial defisit perawatan diri gangguan intergritas kulit

HDR

4. Buatlah rancangan psikopatolow pada klien tersebut.Jawaban : terlampir5. Buatlah Rencana Tindakan Keperawatan pada klien di atas dan keluarga!Jawaban:

Rencana tindakan keperawatan pada klien:a. Membina Hubungan Saling Percayab. Membantu Pasien Mengenali HalusinasiUntuk membantu pasien mengenali halusinasi, perawat dapat melakukannya cara berdiskusi dengan pasien tentang ini halusinasi (apa yang didengar atau dilihat), waktu terjadinya halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan pasien saat halusinasi muncul.c. Klien mengetahui akibat halusinasid. Minta orang lain untuk menegur pasien jika mulai halusinasie. Melatih Pasien Mengontrol Halusinasi.Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi perawat dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi :1) Melatih Pasien Menghardik HalusinasiMenghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memerdulikan halusinasinya. Kalau ini bisa dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya. Tahapan tindakan meliputi :

a) Menjelaskan cara menghardik halusinasi

b) Memperagakan cara menghardik

c) Meminta pasien memperagakan ulang

d) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien.

2) Melatih Bercakap-cakap dengan Orang LainUntuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi, fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

3) Melatih Pasien Beraktivitas Secara Terjadwal

Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami halusinasi bisa membantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu. Tahapan intervensi sebagai berikut :

a) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi

b) Mendiskusikan aktivitas yang bisa dilakukan oleh pasien.

c) Melatih pasien melakukan aktivitas

d) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih.Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.

e) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberi penguatan terhadap perilaku pasien yang positif.

4.) Melatih Pasien Menggunakan Obat Secara Teratur

Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan. Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:a) Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa

b) Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program

c) Jelaskan akibat bila putus obat

d) Jelaskan cara mendapatkanm obat/ berobat

e) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5B (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, dan benar dosis).

Rencana tindakan keperawatan pada keluarga:

a. keluarga mendukung klien dalam mengontrol obat maupun pemberian obatb. diskusikan tentang tanda dan gejala halusinasi pada keluargac. minta keluarga untuk melibatkan klien dalam kegiatand. anjurkan keluarga untuk mengenal masalah klien

10. Rencanakan jenis terapi modalitas yang dapat diberikan pada klien diatas beserta tujuannya.

Jawaban:a. Psiko Farmakologi

b. terapi okupasi(sesuai kemampuan klien)c. terapi aktivitas kelompokd. terapi keluargae. Terapi kejang listrik atau Elektro Compulcive Therapy (ECT)DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Christ . 2008 . Ensiklopedia Keperawatan . Jakarta : EGC

Dalami,dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: TIM

Fortinash, C, M and Holloday, P.A (2007). Psychiatric Nursing Care Plan . St.Louis : Mosby Kaplan & Saddock. (2005). Comprehensive textbook of psychiatri (8th Ed). Lippincott: Williams & Wilkins

NANDA. (2009). Nanda nursing diagnosis definition and classification. PhiladelphiaStuart G. W (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby