kemampuan literasi dan teknik asesmen literasi

6
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 Pantiwati, Kemampuan Literasi dan Teknik KS-28 available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ KEMAMPUAN LITERASI DAN TEKNIK ASESMEN LITERASI Yuni Pantiwati Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Raya Tlogomas 246 Malang 65144 e-mail korespondensi: [email protected] ABSTRAK PISA 2015 mendefinisikan Literasi sains dalam tiga kompetensi yaitu: a) Menjelaskan fenomena secara ilmiah; b) Mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah; dan c) Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah.definisi literasi sains PISA 2015 dapat dicirikan terdiri dari empat aspek yang saling terkait yaitu kontek, kompetensi, pengetuhan dan sikap. Asesmen literasi sains tidak hanya berorientasi pada penguasaan materi sains, akan tetapi juga pada penguasaan kecakapan hidup, kemampuan berpikir, dan kemampuan dalam melakukan proses-proses sains pada kehidupan nyata. Penilaian literasi sains PISA 2015, fokus item berada pada situasi yang berkaitan dengan kelompok keluarga, keluarga dan teman sebaya (pribadi), masyarakat (lokal dan nasional), dan kehidupan di seluruh dunia (global). Kata kunci: asesmen, literasi, sains Literasi sains didefinisikan dalam Program for International Student Assessment (PISA, 2009) sebagai pengetahuan sains seseorang, dan penggunaan pengetahuan itu, untuk mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena sains dan menarik kesimpulan tentang sains yang berhubungan dengan isu- isu; pemahaman tentang cirri karakteristik dari ilmu sebagai bentuk pengetahuan manusia dan penyelidikan; kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk intelektual, lingkungan budaya; dan kesediaannya untuk terlibat dalam masalah yang terkait sains, serta dengan ide-ide pengetahuan tersebut bisa menjadi warga negara yang tanggap. Literasi sains dianggap suatu hasil belajar kunci dalam pendidikan pada usia 15 tahun bagi semua siswa, karena anak usia 15 tahun sudah seyogyanya menentukan pilihan karier dan ikut serta mengambil peran dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Rahmawati, 2012). PISA 2015 mendefinisikan Literasi sains dalam tiga kompetensi yaitu: a) Menjelaskan fenomena secara ilmiah; b) Mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah; dan c) Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah. Semua kompetensi ini membutuhkan pengetahuan untuk menjelaskan fenomena ilmiah dan teknologi, misalnya, menuntut pengetahuan tentang isi sains yang selanjutnya disebut pengetahuan konten. Kompetensi kedua dan ketiga, bagaimanapun, membutuhkan lebih dari sekedar pengetahuan tentang apa yang diketahui. Sebaliknya, bergantung pada pemahaman tentang bagaimana pengetahuan ilmiah terbentuk dan tingkat kepercayaan yang dimilii (Lederman, 2006; Millar & Osborne, 1998; National Research Council, 2012).Kompetensi memerlukan pengetahuan epistemis dan pemahaman tentang pemikiran untuk penyelidikan ilmiah, teori, hipotesis dan data. Pengetahuan prosedural dan epistemis diperlukan untuk mengidentifikasi pertanyaan yang sesuai dengan penyelidikan ilmiah, dan untuk menilai apakah prosedur yang tepat telah digunakan Dalam mengembangkan definisi literasi sainsbahwa individu perlu memperoleh pengetahuan, bukan melalui penyelidikan ilmiah, namun melalui penggunaan sumber daya seperti perpustakaan dan internet. Pengetahuan prosedural dan epistemis sangat penting untuk menentukan apakah pengetahuan telah diturunkan dengan menggunakan prosedur yang tepat dan diperlukan.Pengetahuan ini meliputi pengetahuan tentang fakta, konsep, gagasan dan teori (Millar, Lubben, Gott, & Duggan, 1995; Gott, Duggan, & Roberts, 2008). Pemahaman sains sebagai praktik juga membutuhkan "pengetahuan epistemik" yang mengacu pada pemahaman tentang peran konstruksi spesifik dan ciri khas yang penting bagi proses membangun pengetahuan dalam sains (Duschl, 2007). Pengetahuan epistemis mencakup pemahaman tentang fungsi yang diajukan oleh pertanyaan, pengamatan, teori, hipotesis, model, dan argumen dalam sains.Berbagai bentuk pengetahuan ilmiah dibutuhan untuk melakukan tiga kompetensi literasi ilmiah. Oleh karena itu, PISA 2015 berfokus untuk menilai sejauh mana anak berusia 15 tahun mampu menampilkan kompetensi ini secara tepat dalam konteks pribadi, lokal, nasional dan global. Perspektif ini berbeda dengan banyak program sains sekolah yang sering didominasi oleh pengetahuan konten.Sebaliknya, kerangka kerja ini didasarkan pada pandangan yang lebih luas tentang jenis pengetahuan sains yang dibutuhkan oleh anggota masyarakat kontemporer yang berpartisipasi. Selain itu, perspektif berbasis kompetensi juga mengakui bahwa ada elemen afektif terhadap tampilan siswa dari kompetensi ini (Schibeci, 1984). Hal ini yang menjadi pertimbangan terkait definisi literasi sains untuk PISA 2015, Literasi sains adalah kemampuan untuk terlibat dengan isu-isu sains, dan dengan gagasan sains, sebagai warga negara yang reflektif berwawasan sains dan teknologi yang membutuhkan kompetensi untuk: a) menjelaskan fenomena secara ilmiah, b) mengakui, menawarkan dan mengevaluasi penjelasan untuk berbagai fenomena alam dan teknologi, c) mengevaluasi dan

Upload: others

Post on 30-Nov-2021

43 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEMAMPUAN LITERASI DAN TEKNIK ASESMEN LITERASI

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Pantiwati, Kemampuan Literasi dan Teknik KS-28

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

KEMAMPUAN LITERASI DAN TEKNIK ASESMEN LITERASI

Yuni Pantiwati

Universitas Muhammadiyah Malang

Jl. Raya Tlogomas 246 Malang 65144

e-mail korespondensi: [email protected]

ABSTRAK PISA 2015 mendefinisikan Literasi sains dalam tiga kompetensi yaitu: a) Menjelaskan fenomena secara ilmiah; b)

Mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah; dan c) Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah.definisi literasi sains PISA 2015 dapat dicirikan terdiri dari empat aspek yang saling terkait yaitu kontek, kompetensi, pengetuhan

dan sikap. Asesmen literasi sains tidak hanya berorientasi pada penguasaan materi sains, akan tetapi juga pada

penguasaan kecakapan hidup, kemampuan berpikir, dan kemampuan dalam melakukan proses-proses sains pada

kehidupan nyata. Penilaian literasi sains PISA 2015, fokus item berada pada situasi yang berkaitan dengan kelompok keluarga, keluarga dan teman sebaya (pribadi), masyarakat (lokal dan nasional), dan kehidupan di seluruh dunia

(global).

Kata kunci: asesmen, literasi, sains

Literasi sains didefinisikan dalam Program for

International Student Assessment (PISA, 2009) sebagai

pengetahuan sains seseorang, dan penggunaan

pengetahuan itu, untuk mengidentifikasi pertanyaan,

memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena

sains dan menarik kesimpulan tentang sains yang

berhubungan dengan isu- isu; pemahaman tentang cirri

karakteristik dari ilmu sebagai bentuk pengetahuan

manusia dan penyelidikan; kesadaran bagaimana sains

dan teknologi membentuk intelektual, lingkungan budaya;

dan kesediaannya untuk terlibat dalam masalah yang

terkait sains, serta dengan ide-ide pengetahuan tersebut

bisa menjadi warga negara yang tanggap. Literasi sains

dianggap suatu hasil belajar kunci dalam pendidikan pada

usia 15 tahun bagi semua siswa, karena anak usia 15

tahun sudah seyogyanya menentukan pilihan karier dan

ikut serta mengambil peran dalam kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi (Rahmawati, 2012).

PISA 2015 mendefinisikan Literasi sains dalam

tiga kompetensi yaitu: a) Menjelaskan fenomena secara

ilmiah; b) Mengevaluasi dan merancang penyelidikan

ilmiah; dan c) Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah.

Semua kompetensi ini membutuhkan pengetahuan untuk

menjelaskan fenomena ilmiah dan teknologi, misalnya,

menuntut pengetahuan tentang isi sains yang selanjutnya

disebut pengetahuan konten. Kompetensi kedua dan

ketiga, bagaimanapun, membutuhkan lebih dari sekedar

pengetahuan tentang apa yang diketahui. Sebaliknya,

bergantung pada pemahaman tentang bagaimana

pengetahuan ilmiah terbentuk dan tingkat kepercayaan

yang dimilii (Lederman, 2006; Millar & Osborne, 1998;

National Research Council, 2012).Kompetensi

memerlukan pengetahuan epistemis dan pemahaman

tentang pemikiran untuk penyelidikan ilmiah, teori,

hipotesis dan data. Pengetahuan prosedural dan epistemis

diperlukan untuk mengidentifikasi pertanyaan yang sesuai

dengan penyelidikan ilmiah, dan untuk menilai apakah

prosedur yang tepat telah digunakan Dalam

mengembangkan definisi literasi sainsbahwa individu

perlu memperoleh pengetahuan, bukan melalui

penyelidikan ilmiah, namun melalui penggunaan sumber

daya seperti perpustakaan dan internet. Pengetahuan

prosedural dan epistemis sangat penting untuk

menentukan apakah pengetahuan telah diturunkan dengan

menggunakan prosedur yang tepat dan

diperlukan.Pengetahuan ini meliputi pengetahuan tentang

fakta, konsep, gagasan dan teori (Millar, Lubben, Gott, &

Duggan, 1995; Gott, Duggan, & Roberts, 2008).

Pemahaman sains sebagai praktik juga

membutuhkan "pengetahuan epistemik" yang mengacu

pada pemahaman tentang peran konstruksi spesifik dan

ciri khas yang penting bagi proses membangun

pengetahuan dalam sains (Duschl, 2007). Pengetahuan

epistemis mencakup pemahaman tentang fungsi yang

diajukan oleh pertanyaan, pengamatan, teori, hipotesis,

model, dan argumen dalam sains.Berbagai bentuk

pengetahuan ilmiah dibutuhan untuk melakukan tiga

kompetensi literasi ilmiah. Oleh karena itu, PISA 2015

berfokus untuk menilai sejauh mana anak berusia 15

tahun mampu menampilkan kompetensi ini secara tepat

dalam konteks pribadi, lokal, nasional dan global.

Perspektif ini berbeda dengan banyak program sains

sekolah yang sering didominasi oleh pengetahuan

konten.Sebaliknya, kerangka kerja ini didasarkan pada

pandangan yang lebih luas tentang jenis pengetahuan

sains yang dibutuhkan oleh anggota masyarakat

kontemporer yang berpartisipasi.

Selain itu, perspektif berbasis kompetensi juga

mengakui bahwa ada elemen afektif terhadap tampilan

siswa dari kompetensi ini (Schibeci, 1984). Hal ini yang

menjadi pertimbangan terkait definisi literasi sains untuk

PISA 2015, Literasi sains adalah kemampuan untuk

terlibat dengan isu-isu sains, dan dengan gagasan sains,

sebagai warga negara yang reflektif berwawasan sains

dan teknologi yang membutuhkan kompetensi untuk: a)

menjelaskan fenomena secara ilmiah, b) mengakui,

menawarkan dan mengevaluasi penjelasan untuk berbagai

fenomena alam dan teknologi, c) mengevaluasi dan

Page 2: KEMAMPUAN LITERASI DAN TEKNIK ASESMEN LITERASI

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Pantiwati, Kemampuan Literasi dan Teknik KS-29

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

merancang penyelidikan ilmiah, d) menggambarkan dan

menilai penyelidikan ilmiah dan mengusulkan cara untuk

menjawab pertanyaan secara ilmiah., e) menafsirkan data

dan bukti secara ilmiah, f) menganalisis dan mengevaluasi

data, klaim dan argumen dalam berbagai representasi dan

menarik kesimpulan ilmiah yang sesuai.

KEMAMPUAN LITERASI

Untuk tujuan penilaian, definisi literasi sains PISA

2015 dapat dicirikan terdiri dari empat aspek yang saling

terkait ( Gambar 1).

Gambar 1. Empat Aspek Literasi Sains

Konteks, Isu pribadi, lokal, nasional dan global,

baik saat ini maupun yang historis, dan menuntut

beberapa pemahaman tentang sains dan

teknologi.Pengetahuan, pemahaman akanfakta-fakta

utama, konsep dan teori penjelasan yang menjadi dasar

pengetahuan ilmiah. Pengetahuan semacam itu mencakup

pengetahuan tentang dunia alami dan artefak teknologi

(pengetahuan konten), pengetahuan tentang bagaimana

gagasan semacam itu dihasilkan (pengetahuan prosedural)

dan pemahaman tentang dasar pemikiran untuk prosedur

ini dan pembenaran untuk penggunaannya (pengetahuan

epistemis).Kompetensi, kemampuan untuk menjelaskan

fenomena ilmiah, mengevaluasi dan merancang

penyelidikan ilmiah, dan menafsirkan data dan bukti

secara ilmiah.Sikap, seperangkat sikap terhadap sains

yang ditunjukkan oleh ketertarikan pada sains dan

teknologi; Menilai pendekatan ilmiah untuk penyelidikan,

jika sesuai, dan persepsi dan kesadaran akan isu

lingkungan.

Asesmen literasi sains menilai pemahaman peserta

didik terhadap hakekat sains sebagai produk (prinsip,

teori, hukum-hukum sains) dan proses (penyelidikan

ilmiah) serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

(Wulan, 2009). Sesuai dengan pandangan tersebut,

penilaian literasi sains tidak semata-mata berupa

pengukuran tingkat pemahaman terhadap pengetahuan

sains, tetapi juga pemahaman terhadap berbagai aspek

proses sains serta kemampuan mengaplikasikan

pengetahuan dan proses sains dalam situasi nyata yang

dihadapi peserta didik, baik sebagai individu, anggota

masyarakat serta warga dunia (Firman, 2007). Asesmen

literasi sains tidak hanya berorientasi pada penguasaan

materi sains, akan tetapi juga pada penguasaan kecakapan

hidup, kemampuan berpikir, dan kemampuan dalam

melakukan proses-proses sains pada kehidupan nyata

(Wulan, 2009).

Asesmen literasi sains dapat difokuskan pada dua

dimensi yaitu dimensi konten dan dimensi

kognitif.Dimensi konten dalam literasi sains meliputi

materi yang terdapat dalam kurikulum dan materi yang

bersifat lintas kurikulum dengan penekanan pada

pemahaman konsep dan kemampuan untuk

Contexts Personal

Local/national

Global

Require

individuals

to display

Competencies Explain phenomena

scientifically

Evaluate and design

scientific enquiry

Interpret data and

evidence scientifically

How an

individual

does this is

influenced by

Knowledge Content

Procedural

Epistemic

Attitudes Interest in science

Valuing scientific

approaches to

enquiry

Environmental

awareness

Page 3: KEMAMPUAN LITERASI DAN TEKNIK ASESMEN LITERASI

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Pantiwati, Kemampuan Literasi dan Teknik KS-30

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

menggunakannya dalam kehidupan. Dimensi kognitif

meliputi beberapa kemampuan dalam: 1) menggunakan

pengetahuan atau konsep-konsep secara bermakna, 2)

mengidentifikasi masalah, 3) menganalisis dan

mengevaluasi data atau peristiwa, 4) merancang

penyelidikan, 5) menggunakan dan memanipulasi alat,

bahan atau prosedur; serta 6) memecahkan masalah dalam

rangka memahami fakta-fakta tentang alam dan

perubahan yang terjadi dalam kehidupan (Wulan, 2009).

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan

Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif)

merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap

pertumbuhan operasi formal (period of formal

operations).Pada periode ini, idealnya para remaja sudah

memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan

masalah-masalah yang kompleks dan

abstrak.Kemampuan berpikir para remaja berkembang

sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat

membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah

beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.Kapasitas

berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang

sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti

ilmuwan.

Shwartz et al. (2006) mengajukan 3 tingkatan

literasi sains, yakni: 1) Functional literacy, merujuk pada

kemampuan seseorang untuk menggunakan konsep dalam

kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan

kebutuhan dasar manusia seperti pangan, kesehatan, dan

perlindungan, 2) Civic literacy, merujuk pada kemampuan

seseorang untuk berpartisipasi sains secara bijak dalam

bidang sosial mengenai isu yang berkenaan dengan sains

dan teknologi, dan 3) Cultural literacy, mencakup

kesadaran pada usaha ilmiah dan persepsi bahwa sains

merupakan aktivitas intelektual yang utama. Holbrook

(1998) mengemukakan beberapa tingkatan dalam literasi

sains yang lebih cocok dinilai dan diterapkan selama

pembelajaran di sekolah karena kemudahannya untuk

diterapkan pada tujuan instruksional. Beberapa

tingkatan\yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Scientific lliteracy: siswa tidak dapat merelasikan atau

merespon berbagai pertanyaan sains yang memerlukan

alasan yang masuk akal dikarenakan siswa tidak

mempunyai pembendaharaan kata, konsep, konteks,

dan kemampuan kognitif untuk mengidentifikasi

pertanyaan secara ilmiah.

2. Nominal scientific literacy: siswa dapat mengenali dan

merelasikan konsep yang berhubungan dengan sains,

namun masih memungkinkan terjadinya miskonsepsi.

3. Functional scientific literacy: siswa dapat

menerangkan sebuah konsep dengan benar, tetapi

dengan keterbatasan pengetahuan mereka.

4. Conceptual scientific literacy: siswa mengembangkan

pengetahuan dari skema konseptual mereka dan

merelasikannya pada pengetahuan umum dari sains.

Kemampuan prosedur dan pemahaman tentang proses

penemuan sains dan teknologi termasuk juga

kedalamnya

5. Multidimensional scientific literacy: siswa memahami

sains lebih dari sekedar konsep sains dan prosedur

penelitian sains. Dengan kata lain siswa mengetahui

dimensi lain – yang mencakup filosofi, sejarah, sosial

– dari sains.

Menurut pengertian PISA, seorang individu tidak

bisa digolongkan menjadi seseorang yang “scientifically

literate” atau seseorang yang “scientifically illiterate”,

melainkan dengan istilah perkembangan literasi sains dari

“kurang berkembang” (less developed) menjadi “lebih

berkembang” (more developed). Siswa dengan

kemampuan literasi yang kurang berkembang mampu

menyelesaikan masalah pada situasi sederhana dan akrab,

sedangkan siswa yang memiliki kemampuan literasi lebih

berkembang mampu menyelesaikan masalah pada situasi

yang kompleks dan kurang akrab (Rahayu, 2014).

Berbeda dengan PISA, National Science Education

Standards (NSES) dalam National Research Council

(1996: 22) menggunakan istilah “scientifically literate”

dan “scientifically illiterate” . Gambaran tentang

seseorang yang “scientifically literate” atau orang yang

memiliki literasi sains dalam NSES, yaitu orang yang

mampu:

a. Read with undertanding articles about science in the

popular press

b. Engage in social conversation about validity of the

conclusions in such articles

c. Identify scientific issues underlying national and local

decisions and expresss opinions that are scientifically

and technologically informed

d. Evaluate the quality of scientific information on the

basis of its source and the methodes used to generate

it

e. Pose and evaluate arguments based on evidence and

to aplly conclusions from such argument

appropriately

Dalam Twenty First Century Science dinyatakan

bahwa seseorang yang berliterasi sains adalah orang yang:

a. Appreciate and undestrand the impact of science and

technology in everyday life

b. Take informed personal decisions about things that

involve science, such as health, diet, use of energy

resources

c. Read and understand the essential points of media

reports about matters that involve science

d. Reflect critically on the information included in, and

(often more important) omitted from, such reports

e. Take part confidently in discussions with others about

issues involving science.

Norris dan Philips dalam Holbrook & Rabbikmae

(2009) menambahkan komponen sikap dalam literasi

sains, yaitu: kemandirian dalam belajar IPA, kemampuan

untuk berpikir ilmiah, keingintahuan, dan kemampuan

Page 4: KEMAMPUAN LITERASI DAN TEKNIK ASESMEN LITERASI

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Pantiwati, Kemampuan Literasi dan Teknik KS-31

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

untuk berpikir kritis. Lebih jauh lagi, Graber dalam

Holrook & Rannikmae (2009: 278) menggambarkan

model literasi sains berbasis kompetensi yang merupakan

hasil persinggungan antara “what do people know” (terdiri

atas kompetensi sains dan kompetensi epistemologis),

“what do people value” (terdiri atas kompetensi

etika/moral), dan “what can people do” (terdiri dari

kompetensi belajar, kompetensi sosial, kompetensi

prosedural, dan kompetensi berkomunikasi).

Gambar 2. Model literasi sains berbasis kompetensi versi Graber

(Sumber: Holrook & Rannikmae, 2009).

KONTEKS UNTUK ITEM PENILAIAN

PISA 2015 menilai pengetahuan ilmiah penting

dengan menggunakan konteks yang mengangkat isu dan

pilihan yang relevan dengan kurikulum pendidikan sains

dari negara-negara peserta. Konteks ini tidak akan

dibatasi pada aspek umum kurikulum nasional peserta.

Sebaliknya, penilaian tersebut memerlukan bukti

keberhasilan penggunaan tiga kompetensi yang

diperlukan untuk keaksaraan ilmiah dalam situasi penting

yang mencerminkan konteks pribadi, lokal, nasional dan

global.

Item penilaian tidak terbatas pada konteks sains

sekolah. Dalam penilaian literasi sains PISA 2015, fokus

item berada pada situasi yang berkaitan dengan kelompok

keluarga, keluarga dan teman sebaya (pribadi),

masyarakat (lokal dan nasional), dan kehidupan di seluruh

dunia (global). Topik berbasis teknologi dapat digunakan

sebagai konteks umum. Juga, sesuai dengan beberapa

topik adalah konteks historis yang dapat digunakan untuk

menilai pemahaman siswa tentang proses dan praktik

yang terlibat dalam memajukan pengetahuan ilmiah.

Gambar 1 mencantumkan penerapan sains dan teknologi,

dalam pengaturan pribadi, lokal, nasional dan global yang

terutama digunakan sebagai konteks untuk item

penilaian.Penerapan dari berbagai situasi kehidupan dan

umumnya sesuai dengan bidang penerapan untuk literasi

sains dalam kerangka PISA sebelumnya. Konteks juga

akan dipilih mengingat relevansinya dengan minat dan

kehidupan siswa. Bidang penerapan meliputi kesehatan

dan penyakit, sumber daya alam, kualitas lingkungan,

bahaya, dan batas-batas sains dan teknologi.

Penilaian sains PISA, bukanlah penilaian

konteks tetapi menilai kompetensi dan pengetahuan dalam

konteks tertentu. Pemilihan konteks ini, berdasarkan

pengetahuan dan pemahaman yang mungkin dimiliki

siswa pada usia lima belas tahun.Sensitivitas terhadap

perbedaan linguistik dan budaya menjadi prioritas dalam

pengembangan dan seleksi item, tidak hanya untuk

kepentingan validitas penilaian, tetapi juga untuk

menghormati perbedaan di negara-negara yang

berpartisipasi. Dalam mengembangkan tes internasional,

tidak mungkin memasukkan perbedaan pengetahuan

tradisional dan lokal tentang fenomena alam yang ada di

antara negara-negara yang berpartisipasi.

Page 5: KEMAMPUAN LITERASI DAN TEKNIK ASESMEN LITERASI

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Pantiwati, Kemampuan Literasi dan Teknik KS-32

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Tabel 1. Konteks Literasi Sains

Pesonal Local/Nasional Global

Health & Disease

Pemeliharaan kesehatan,

kecelakaan, gizi

Pengendalian penyakit,

transmisi sosial, pilihan

makanan, kesehatan masyarakat

Epidemi, penyebaran

penyakit menular

Natural Resources

Konsumsi pribadi bahan

dan energi

Pemeliharaan populasi manusia,

kualitas hidup, keamanan,

produksi dan distribusi

makanan, pasokan energi

Sistem alam yang

terbarukan dan tidak

terbarukan, pertumbuhan

populasi, penggunaan

spesies secara

berkelanjutan

Environmental Quality

Tindakan ramah

lingkungan, penggunaan

dan pembuangan bahan

dan perangkat

Distribusi populasi,

pembuangan limbah, dampak

lingkungan

Keanekaragaman hayati,

kelestarian ekologis,

pengendalian pencemaran,

produksi dan hilangnya

tanah / biomassa

Hazards

Penilaian risiko terhadap

pilihan gaya hidup

Perubahan yang cepat (mis.,

Gempa bumi, cuaca buruk],

perubahan lambat dan progresif

(misalnya, erosi pantai,

sedimentasi), penilaian risiko

Perubahan iklim, dampak

komunikasi modern

Frontiers of Science

and Technology

Aspek ilmiah dari hobi,

teknologi personal,

musik dan aktivitas

olahraga

Bahan, perangkat dan proses

baru, modifikasi genetik,

teknologi kesehatan,

transportasi

Kepunahan spesies,

eksplorasi ruang, asal dan

struktur alam semesta

LITERACY ASSESSMENT TECHNIQUES

Tabel 2. Literacy assessment techniques (Cooper, 1997)

Teknik Penilaian Literasi

Teknik Tujuan Komentar

Observasi atau pemantauan

anak

Observasi secara lansgung prestasi siswa

pada situasi belajar

Prosedur penting bagi penilaian dan evaluasi kelas

yang baik

Checklists Panduan observasi Dapat digunakan untuk panduan observasi di bidang-

bidang yang berkaitan dengan pembelajaran literasi

Catatan kemandirian

membaca dan menulis

Memantau kemandirian membaca dan

menulis

Harus diterapkan di semua jenjang; memberi

pengetahuan tentang sikap dan kebiasaan siswa.

Mengulang penjelasan Memberi penilaian makna dan cara

berpikir

Salah satu prosedur terbaik untuk menilai makna dan

cara berpikir

Rencana awal (PREP) Menilai pengetahuan terdahulu Membantu Anda merencanakan kebutuhan siswa

Tanggap terhadap literatur Menilai makna dan cara berpikir, tingkat

pemikiran, dan penggunaan strategi

Memperlihatkan bagaimana siswa menggunakan apa

yang telah mereka baca dan mengintegrasikan gagasan

ke dalam pengalaman mereka sendiri

Evaluasi dirisendiri siswa Menunjukkan persepsi siswa tentang

bacaan dan tulisan mereka sendiri

Membantu siswa menguasai ilmunya

Proses wawancara Memperoleh gambaran tentang proses

metakognisi siswa

Prosedur individu yang harus digunakan secara

selektif

Sampel yang dipilih oleh

guru

Menilai makna dan cara berpikir, menilai

terstruktur, jika dilakukan secara lisan

Prosedur informal; Dapat dikumpulkan dan

dibandingkan dari waktu ke waktu.

Pengulangan literatur Menilai makna dan cara berpikir Mengintegrasikan instruksi dan penilaian

Mencatat ketertarikan Menentukan minat siswa Memberikan dasar untuk merencanakan kegiatan

Page 6: KEMAMPUAN LITERASI DAN TEKNIK ASESMEN LITERASI

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Pantiwati, Kemampuan Literasi dan Teknik KS-33

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Teknik Penilaian Literasi

Teknik Tujuan Komentar

belajar mengajar

Menulis skor menggunakan

rubrik

Evaluasi konstruksi makna melalui tulisan memberikan cara menilai tulisan dengan melihat

keseluruhan

Miscue analisis Kaji decoding dan penggunaan strategi Prosedur membutuhkan pelatihan terperinci

Menyediakan bacaan informal

Menilai makna cara berpikir dan decoging Prosedur membutuhkan pelatihan terperinci. Gunakan dengan bijaksana.

Catatan keseharian Menilai penggunaan strategi decoding. Prosedur membutuhkan pelatihan terperinci.

Penilaian kinerja Menilai penerapan semua strategi,

ketrampilan, dan pengetahuan

Membuat penilaian merupakan bagian instruksi yang

tidak terpisahkan

Prosedur penilaian yang

menyertai materi yang

dipublikasikan

Bervariasi menurut penerbit Sebaiknya digunakan secara selektif

DAFTAR RUJUKAN

Amri, U., Yennita, Ma’ruf, Z. 2013. Pengembangan

Instrumen Penilaian Literasi Sains Fisika Siswa

Pada Aspek Konten, Proses, dan Konteks.

Pekanbaru: Laboratorium Pendidikan Fisika,

Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau,

ARG. 2002. Assessment for Learning: 10 Principles.

University of Cambridge: Assessment Reform

Group.

Cooper, J.D. 1997, Helping Children Contruct

Meaning (3rd ed., p. 559), by Boston:

Houghton Mifflin Company. Copyright © 1997

by Houghton Mifflin Company. Used with

permission.

Firman, H. 2007. Analisis Literasi Sains Berdasarkan

Hasil PISA Nasional Tahun 2006. Jakarta:

Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang

Depdiknas.

Liliasari. 2011. Membangun Masyarakat Melek Sains

Berkarakter Bangsa Melalui Pembelajaran.

Makalah disampaikan pada seminar nasional

UNNES 2011.

O'Malley, J M & Pierce, L. V. 1996. Authentic

assessment for English Language Learners:

Practical approaches for teachers.

freshNewYork: Addison-Wesley, pp. 268.

Pantiwati, Yuni. 2011. Pengaruh Jenis Asesmen Biologi

dalam Pembelajaran TPS terhadap

Kemampuan Kognitif, Kritis, dan Kreatif.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan

Asesmen Otentik dalm Implementasi

Pembelajaran Aktif dan Kreatif. Bandar

Lampung, Januari, 29-30 2011.

Pantiwati, Yuni. 2013. Profil Sistem Penilaian dalm

Pembeljaran Biologi. Prosiding Seminar

Nasional Pendidikan Sains. Iperan Sains dalam

Abad 21. Surabaya, Januari, 2013.

Rahmawati, Dewi. 2012, Analisis Literasi Sains Siswa

SMP Dalam Pembelajaran IPA Terpadu Pada

Tema Penerapan Bioteknologi Konvensional.

Skripsi tidak diterbitkan. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia.

Rustaman, Nuryani; Harry Firman, dan Kardiawarman.

Literasi Sains Anak Indonesia dalam PISA

2000. Laporan Studi PISA Puspendik

Balitbang Depdiknas.

Rustaman, et al,. 2004. Ringkasan Eksekutif : Analisa

PISA Bidang Literasi Sains. Puspendik.

Shwartz, Y. et al,. 2006. “The Use Of Scientific Literacy

Taxonomy For Assessing The Development Of

Chemical Literacy Among High-School

Students”. Chemical Educational Research and

Practice. 7. (4). 203-225

Wulan, A.R. 2009. Asesmen Literasi Sains. Makalah team

Hibah Pasca sarjana. UPI; bandung. :

http://www.unjabisnis.com/2010/06/kualitas-

mengajar