kementerian kesehatan republik indonesia …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/skripsi nurfia...

59
PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN WIDAL MENGGUNAKAN REAGEN YANG DISIMPAN DI SUHU RUANGAN DENGAN SUHU LEMARI ES PADA PENDERITA SUSPEKS TYPOID DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan Oleh : NURFIA P00320013126 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEHNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2016

Upload: dodan

Post on 27-Apr-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN WIDAL MENGGUNAKAN REAGENYANG DISIMPAN DI SUHU RUANGAN DENGAN SUHU LEMARI ES

PADA PENDERITA SUSPEKS TYPOID DI RUMAH SAKITUMUM DAERAH KOTA KENDARI

SULAWESI TENGGARA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan

Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

Jurusan Analis Kesehatan

Oleh :

NURFIAP00320013126

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEHNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN ANALIS KESEHATAN2016

Page 2: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan
Page 3: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan
Page 4: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan
Page 5: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

Riwayat Hidup

A. Identitas Diri

Nama : Nurfia

NIM : P00320013126

Tempat, dan Tgl Lahir : Kabangka, 26 April 1994

Suku / Bangsa : Buton / Indonesia

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

B. Pendidikan

1. SD Negeri Katukobari, tamat tahun 2007

2. SLTP Negeri 2 Mawasangka, tamat tahun 2010

3. SMA Negeri 1 Mawasangka Tengah, tamat tahun 2013

4. Sejak tahun 2013 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan

Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan

Page 6: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

MOTTO

Bersegeralah kepada kebijakan selagi engkau mampu untuk melakukannyakarena sesungguhnya hidup itu bagaikan sungai yang terus mengalir

dan kelak akan menjumpai muaranya yaitu kematianiringilah kemungkaran dengan kebijakan

Niscaya kemungkaran itu akan terhapuskantidaklah allah SWT menciptakan hidup dan mati kecuali untuk menguji

siapakah diantara hambanya yang paling baik amalnnyaolehnya itu…………………..

Manfaatkanlah lima perkasa sebelum datangnya lima perkaramasa mudahmu sebelum datangnya masa tuamu

waktu lapangmu sebelum datangnya masa sempitmumasa kayamu sebelum datangnya miskinmu

waktu sehatmu sebelum datangnya sakitmu danhidupmu sebelum datangnya matimu

Kupersembahkan karyatulisku ini untuk KeduaOrang Tuaku, Agamaku almaterku, Bangsa dan

Negaraku sebagai ungkapan rasa terimah kasihku

Page 7: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

ABSTRAK

Nurfia (P00320013126) Perbandingan Hasil Pemeriksaan Widal MenggunakanReagen yang Disimpan di Suhu Ruangan dengan Suhu Lemari Es pada PenderitaSuspek Typoid di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Sulawesi Tenggara.Yang di bimbing oleh Masrif Bahrun dan Muhaimin Saranani, (vii + 29 halaman+ 6 lampiran + 5 tabel). Uji widal tes seriologi suatu uji serum darah denganaglutinasi untuk mendiagnosi demam typoid. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui perbedaan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen yangdisimpan di suhu ruangan dengan suhu lemari es pada penderita suspek typoid.Variabel penelitian ini yaitu suhu ruangan dengan lemari es. Jenis penelitian iniadalah penelitian Deskriptif Analitik, penelitian ini dilakukan pada 27 – 28 Juni2016. Populasi pada penelitian ini berjumlah 37 pasien. Sampel penelitianberjumlah 37 orang yang diambil secara total sampling. Data diperoleh dari dataprimer berupa data hasil pemeriksaan uji widal menggunakan reagen yangdisimpan di suhu ruagan dengan suhu lemari es dan data sekunder berupadokumentasi mengenai hasil pemeriksaan uji widal. Data dianalisis, menggunakananalisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa sebagian besar atau sekitar64,9% pasien positif typoid pada suhu lemari es dan sebagian besar atau sekitar91,9% positif typoid pada suhu ruangan. Hasil analisi statistik menggunakan ujistatistik Chi-Square diperoleh nilai x2hitung >x2tabel (7,97 > 3,841), sehinggadapat disimpulkan bahwa ada perbedaaan hasil uji widal menggunakan reagenyang disimpan di suhu ruangan dengan suhu lemari es pada penderita suspektypoid. Oleh karena itu disarankan kepada pihak Rumah Sakit agar lebihmeningkatkan tentang pemeriksaan widal menggunakan reagen yang disimpan disuhu ruangan dengan suhu lemari es pada penderitasuspek typoid typoid.

Kata Kunci : Uji Widal, Penyimpanan Suhu Ruagan dengan SuhuLemari Es

Daftar Pustaka : 17 buah (2004-2015)

Page 8: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang

telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Perbandingan Hasil Pemeriksaan Widal

Menggunakan Reangen Yang Disimpan Pada Suhu Ruangan Dan Suhu Lemari Es

Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun

sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program studi D-

III Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari.

Rasa Hormat, terima kasih dan penghargaan yang sebasar-besarnya kepada

orang tua saya, La Daeyangu dan ibu Wa Hami atas bantuan moril maupun

materil, motivasi, dukungan, dan cinta kasih yang tulus, serta doanya demi

kesuksesan penulis yang menjalani selama menuntut ilmu sampai selsainya Karya

Tulis Ilmiah ini.

Proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini telah melewati perjalanan panjang,

dan penulis banyak mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada

bapak Masrif Bahrun, SKM.,M.Kes selaku pembimbing I dan bapak Muhaimin

Saranani,S,Kp.Ns.M.Sc sealaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, kesabaran dalam membimbing dan atas segala pengorbanan waktu

dan pikiran selama menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

Proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini telah melewati perjalanan panjang

dalam penyusunannya yang tentunya tidak lepas dari bantuan moril dan materil

pihak lain. Karena itu sudah sepatutnya penulis dengan segala kerendahan hati

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Petrus, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari

2. Kepala Kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin penelitian

kepada penulis dalam penelitian ini.

Page 9: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

3. Ibu Ruth Mongan BSc,S.Pd,M.Pd selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan

Poltekkes Kemenkes Kendari.

4. Tim penguji (Anita Rosanty, SST.,M.Kes, Ruth Mongan, B.Sc.,S.M.Kes,

Supiati, STP.,MPH).

5. Seluruh Dosen, staf dan karyawan Poltekkes Kemenkes Kendari

jurusan Analis Kesehatan atas segalah fasilitas dan pelayanan akademik

yang diberikan selama penulis menuntut ilmu.

6. Teristemewa penulis ucapkan terimah kasih kepada Kakak tercinta, Masirun,

Nusi, Doni, dan Samrin,

7. Sahabat-Sahabat (Habibi, Jumiati, Mely, Wafik, Lakaran, Halima,

Ya’qub, Handayani, Dan Mirna) serta sahabat-sahabat (Yo’ae).

8. Seluruh teman di politeknik kesehatan kemenkes kendari jurusan analis

kesehatan angkatan 2013 atas persahabatan yang tulus, pengalaman

berharga dan kenangan yang tak terlupakan selama penulis menuntut ilmu.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat kekurangan

dan kekeliruan, karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat

diharapkan. Demikian Karya Tulis Ilmiah ini, semoga bermanfaat bagi semua

pihak yang membacanya.

Kendari, Juli 2016

Peneliti

Page 10: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................iv

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................................v

MOTTO ....................................................................................................................vi

ABSTRAK ................................................................................................................vii

KATA PENGANTAR .............................................................................................viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................x

DAFTAR TABEL ....................................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 4C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Typoid ................................................................................. 6B. Tinjauan Tentang Uji Widal............................................................................ 8C. Tinjauan Tentang Suhu Reagen Widal.......................................................... 13

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran ............................................................................................. 15B. Kerangka Konsep ........................................................................................... 16C. Variabel Penelitian ......................................................................................... 16D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif ................................................... 17E. Hipotesis Penelitian........................................................................................ 18

Page 11: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian............................................................................................... 19B. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................... 19C. Populasi dan Sampel ..................................................................................... 19D. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................................... 20E. Instrument Penelitian...................................................................................... 20F. Jenis Data ....................................................................................................... 21G. Pengolahan Data ............................................................................................ 21H. Analisa Data ................................................................................................... 22I. Penyajian Data ............................................................................................... 22J. Etika Penelitian ............................................................................................. 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .............................................................................................. 23B. Pembahasan .................................................................................................... 28

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................... 30B. Saran............................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 :Distribusi Sampel menurut Umur............. ...................................... 24

Tabel 2 :Distribusi Sampel menurut Jenis Kelamin ...................................... 24

Tabel 3 :Distribusi Hasil Pemeriksaan Widal Menggunakan Reagen Pada

Suhu Ruangan................................................................................... 25

Tabel 4 :Distribusi Hasil Pemeriksaan Widal Menggunakan Reagen Pada

Suhu Lemari Es................................................................................. 25

Tabel 5 :Perbedaan Hasil Pemeriksaan Widal Menggunakan Reagen

Yang Disimpan Pada Suhu Ruangan Dan Suhu Lemari Es

Pada Penderita Typoid...................................................................... 26

Page 13: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

1

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Poltekkes KemenkesKendari

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari Litbang KendariLampiran 3. Surat Keterangan Telah Melakukan PenelitianLampiran 4. Tabel penelitianLampiran 5. Master Tabel Pengumpulan DataLampiran 6. Pengolahan hasil penelitianLampiran 7. Dokumentasi penelitian

Page 14: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

2

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Demam typoid merupakan penyakit infeksi yang masuk melalui

saluran cerna kemudian menyebar keseluruh tubuh melalui darah. Demam

typoid disebabkan oleh bakteri yang disebut Salmonella serovarian dan

paarathypi. Terdapat ratusan jenis bakteri Salmonella, tetapi hanya 4 jenis

yang dapat mengakibatkan penyakit demam typoid yaitu Salmonella

serovarian typhii, parathypi A, parathypi B, parathypi C (Anonim, 2010).Di

Indonesia typoid merupakan penyakit endemis yang berarti kasusnya selalu

ada sepanjang tahun.Umumnya penderita typoid meningkat terutama pada

musim kemarau. Pada saat kemarau terjadi kekurangan air bersih dan sumber

air yang mudah tercemar. Setiap tahun penderita typoid di daerah perkotaan

di Indonesia mencapai angka 700-800 kasus per 100.000 penduduk (Mandal

dan Wilkins, 2011).

Di Indonesia sendiri, penyakit ini bersifat endemik dengan insiden

1.6% dan terbanyak pada usia 5-14 tahun Provinsi Sulawesi Tenggara

insiden typoid sebesar 1.1% (Riskesdas, 2013).

Demam typoid atau thypus abdominalis merupakan penyakit

infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi (Zulkoni, 2011).

Demam typoid ditandai dengan demam berkepanjangan, nyeri perut, diare,

delirium, splenomegali, serta kadang-kadang disertai komplikasi perdarahan

dan perforasi usus (Maarist, 2014). Penyakit ini masih menjadi penyebab

kematian di dunia khususnya negara-negara tropis perti Indonesia,

seberdasarkan data WHO (World Health Orgnization) memperkirakan

angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

600.000 orang meninggal karena demam typoid dan 70% kematiannya

terjadi di Asia (Depkes RI, 2013).

Berdasarkan data pada dari RSUD Kota Kendari terdapat 206 pasien

yang terserang penyakit typoid dengan total pasien laki laki 91 orang dan

pasien perempuan 115 orang dan paling banyak menyerang usia 15 – 24

Page 15: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

3

tahun dengan uraian sebagai berikut jumlah pasien untuk laki laki 18 pasien

dan perempuan 40 pasien, umur 5 -14 dengan jumlah pasien untuk laki - laki

27 pasien dan perempuan 26 orang, umur 25 – 44 tahun dengan jumlah pasien

laki laki 22 orang dan l perempuan 19 orang, umur 45 – 64 tahun dengan

jumlah pasien laki laki 10 orang pasien perempuan 10 orang, dan pada umur

1 – 4 tahun dengan jumlah pasien laki – laki 6 orang dan pasien perempuan

16 orang, pada umur diatas 65 tahun dengan jumlah pasien laki – laki 6 orang

dan pasien perempuan 1 orang. Serta pada umur 28 bulan – 1 tahun dengan

jumlah pasien laki laki 2 orang dan pasien perempuan 3 orang.

Berdasarkan data dari RSUD Kota Kendari tahun 2016 periode januari

– maret tercatat jumlah pasien typoid sebanyak 248 orang dengan uraian

sebagai berikut: pada bulan januari terdapat 27 pasien, pada bulan februari

terdapat 18 pasien dan pada bulan maret mengalami peningkatan dengan

jumlah 203 pasien (data RSUD Kota Kendari. 2016).

RSUD Kota Kendari awalnya terletak di kota kendari, tepatnya di

kelurahan kandai kecamatan kendari dengan luas lahan 3.527 M2 dan luas

bangunan 1.800 M2. RSUD Kota Kendari merupakan bangunan atau gedung

peninggalan pemerintah hindia belanda yang didirikan pada tahun 1927 dan

telah mengalami perubahan beberapa kali hingga pada tahun 2008, oleh

pemerintah kota kendari telah membebaskan lahan seluas 13.000 ha untuk

relokasi rumah sakit, yang di bangun secara bertahap dengan menggunakan

dana APBD, TP, DAK, dan DPPIPD. Dan bedasarkan SK walikota kendari

no 16 tahun 2015 tanggal 13 mi 2015 di kembalikan namanya menjadi RSUD

Kota Kendari sesuai PRDA Kota Kndari No. 17 tahun 2001.

RSUD Kota Kendari saat ini mmiliki sarana dan gedung sebagai

berikut : gedung antrium (kantor), gedung bougrnville (poliklink), gedung

IGD, gedung matahari (radiologi), gedung crysant (kamar operasi), gedung

asoka (ICU), Gedung teratai (obgyn – ponek), gedung lavender (rawat inap

penyakit dalam), gedung mawar (rawat inap anak), gedung melati (rawat inap

bedah), gedung tulip (rawat inap saraf dan THT), Gedung anggrek (rawat

inap VIP, kelas I dan kelas II), Gedung instalasi gizi, gedung laundry, gedung

Page 16: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

4

laboratorium, gedung kamar jenazah, gedung VIP serta gedung PMCC.

Tenaga medis yang ada di RSUD Kota Kendari terdiri dari 294 PNS, 244

Non PNS dan 13 PNS Mou dengan total 451 orang.

Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya RSUD kota kendari

mempunyai visi yaitu rumah sakit pilihan masyarakat dan misi berikut:

meningkatkan pelayanan kesehatan dengan menciptakan pelayanan yang

bermutu, cepat, tepat serta terjangkau oleh masyarakat, mendorong

masyarakat untuk memanfaatkan RSUD kota kendari menjadi RS mitra

keluarga, meningkatkan SDM, sarana dan prasarana medis serta non medis

serta penunjang medis, agar tercipta kondisi yang aman dan nyaman bagi

petugas, pasien dan keluarganya serta masyarakat pada umumnya.

Demam typoid atau yang sering thypus terjadi bila seseorang

terinfeksi kuman Salmonella, yang pada umumnya melalui makanan dan

minuman yang tercemar. Apabila kuman yang masuk kedalam tubuh sangat

banyak dan mampu menembus dinding usus serta dapat masuk kealiran darah

hingga menyebar keseluruh tubuh. Maka hal ini akan dapat menimbulkan

infeksi pada organ tubuh lain diluar saluran cerna. Pada hari pertama,

seringkali kesulitan membedakan apakah demam yang timbul disebabkan

oleh thypus atau penyebab demam lain seperti demam berdarah umumnya

meningkat mendadak dengan suhu sangat tinggi, dan demam akan tururn

secara cepat dihari ke 5-6.

Bila demam sudah berlangsung lebih dari 7 hari, maka sangat

memungkinkan demam tersebut disebabkan oleh typoid bukan karena demam

berdarah. Gejala lain yang sering menyertai adalah gejala pada pencernaan

seperti mual, muntah, sembelit, atau diare. Salah satu pemeriksaan

laboratorium yang sering dilakukan untuk mendiagnosa penyakit typoid

adalah pemeriksaan widal (Anonim, 2010).

Untuk mengidentifikasi kejadian penyakit typoid dilakukan dengan

pemeriksaan laboratorium darah. Pemeriksaan laboratorium yang paling

sering digunakan adalah pemeriksaan serologis, diantaranya adalah

pemeriksaan Widal. Prinsip pemeriksaannya adalah reaksi aglutinasi antara

Page 17: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

5

antigen kuman Salmonella typhi dengan antibodi yang disebut

aglutinin.Pemeriksaan widal relatif murah dan mudah untuk dikerjakan, tetapi

pemeriksaan ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, sehingga spesifitas

dan sensitivitasnya hanya berkisar 60 – 80 % (Sudoyo, 2010). Tes Widal

dengan menggunakan antigen O dan H merupakan tes sederhana tetapi

memiliki keterbatasan dengan adanya hasil positif dan negatif palsu.Sampai

saat ini Widal masih merupakan tes serologik yang paling sering digunakan

untuk menunjang diagnosistypoid.Kesulitan untuk menginterpretasi hasil tes

Widal disebabkan karena pemeriksaan titer aglutinin O atau H harus

dilakukan dua kali dengan jangka waktu 5-7 hari. Bila terdapat kenaikan titer

sebesar empat kali maka hasil uji ini mempunyai nilai diagnostik untuk febris

(Handojo, 2004).

Secara umum pada tes widal, reagen yang digunakan disimpan di

suhu ruangan (suhu 22-260C) dengan suhu lemari es (2-40C). Mengingat tes

ini merupakan tes yang paling sering digunakan, maka peneliti merasa

tertarikuntuk melakukan penelitian tentang “Perbandingan Hasil Pemeriksaan

Widal Menggunakan Reagen Yang Disimpan Di Suhu Ruangan Dengan Suhu

Lemari Es Pada Penderita Typoid Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Kendari Sulawesi Tenggara”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada perbedaan

hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen yang disimpan di suhu ruangan

dengan suhu lemari es pada penderita suspek typoid di Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Kendari Sulawesi Tenggara?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen yang

disimpan di suhu ruangan dengan suhu lemari es pada penderita suspek

typoid di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Sulawesi Tenggara.

Page 18: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

6

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen di suhu

ruangan.

b. Mengetahui hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen di suhu

lemari es.

c. Mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen

yang disimpan di suhu ruangan dengan suhu lemari es pada penderita

suspek typoid.

D. Manfaat Penelitian

1.Manfaat Teoritis

Sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan untuk mengetahui

perbandingan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen yang

disimpan di suhu ruanga dengan suhu lemari es pada penderita suspek

typoid.

2. Manfaat Praktisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi

bahan masukan bagi instansi terkait dalam menentukan kebijakan dan

perencanaan program dalam menangani masalah typoid.

3. Manfaat Peneliti

Bagi penulis, penelitian ini sebagai bentuk aplikasi ilmu yang

diperoleh selama menempuh pendidikan, dan sebagai salah satu syarat

dalam menyelesaikan pendidikan di Poltekkes Kendari Jurusan Analis.

Page 19: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Typoid

1. Pengertian

Demam typoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang

disebabkan oleh Salmonella thypi, ditandai dengan demam yang

berkepanjangan (lebih dari satu minggu), gangguan saluran cerna dan

gangguan kesadaran.

Salmonella adalah bakteri gram negative berbentuk batang dan

terdiri dari famili enterobacteriaceae. Salmonella Thypi merupakan

penyebab penyakit thypoid fever yang juga disebut demam typoid atau

demam enteric. Salmonella thypi adalah bakteri pathogen yang khusus

menyerang manusia dan dalam perkembangannya demam thypoid telah

menyebabkan kematian diseluruh dunia, terutama pada Negara

berkembang seperti Indonesia (KLotchko, 2011).

2. Marfologi

Salmonella Thypi merupakan bakteri gram negative, yang tidak

memiliki spora, bergerak dengan flagel peritrik, bersifat intraselular

fakultatif dan anaerob fakultatif. Ukurannya berkisar antara 0,7-1,5 x 2-

5µm, memiliki antigen somatik (O), antigen flagel (H) dengan 2 fase

antigen kapsul (Vi). Salmonella berbentuk batang bergerak yang khas

memfermentasikan glukosa dan monosa tanpa membentuk gas tetapi

tidak memfermentasikan laktosa dan sukrosa. Salmonella menghasilan

H2S (Jawetz et al.,2006).

3. Epidemiologi

Salmonella thypi merupakan flora normal dalam usus dimana

infeksi terjadi akibat kontaminasi makanan dan minuman yang

mengakibatkan bakteri masuk kedalam tubuh. Sebagian besar pebderita

thypoid merupakan sebagai agen pembawa (carier) yang terletak pada

Page 20: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

7

kandung empedu, saluran empedu, dan sebagian pada usus atau saluran

kemih (Jawetz et al.,2006).

Di Indonesia, typoid tidak dijumpai scara endemis namun sering

dijumpai pada kota-kota besar. Kejadian pada kasus pria dan wanita tidak

terdapat perbedaaan namun angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia

remaja. Data yang ditemukan pada rumah sakit menunjukan peningkatan

jumlah penderita tiap tahunnya sekitar 500/100.000 penduduk dimana

angka kematian yaitu 0,6-5%. Terjadinya kematian tersebut akibat

terlambatnya penanganan, pengobatan dan tingginya biaya pengobatan

(Keputusan Mentri Kesehatan RI, 2006).

4. Pathogenesis dan gejala klinik

Salmonella typoid dapat hidup didalam tubuh manusia. Manusia

yang terinfeksi bakteri Salmonella thypi dapat mengekresikan melalui

sekret saluran nafas, urindan tinja dalam jangka waktu yang bervariasi.

Pathogenesis demam thypoid melibatkan 4 proses mulai dari penempelan

bakteri kelumen usus, bakteri bermultiplikasi di makrofak Peyer’s patch,

bertahan hidup dialiran darah dan mengahsilkan enterotoksin yang

menyebabkan keluarnya elektrolit dan air kelumen intestinal. Bakteri

Salmonella thypi bersama makanan atau minuman masuk kedalam tubuh

melalui mulut.Pada saat melewati lambung pada suasana asam banyak

bakteri yang mati. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus,

melkat padasel mukosa kemudian menginfasi dan menembus dinding

usus tepatnya di ileum dan yeyunum sel. Sel M, sel epitel yang melapisi

Peyer’s patch merupakan tempat bertahan hidup dan multiplikasi

Salmonella thypi.

5. Diagnosa laboratorium

Pemeriksaan laboratorium untuk membantuk menegakan

diagnosis demam typoid dapat berupa pemeriksaan darah tepi, uji

serologis, dan kultur atau biakan. Uji serologi digunakan untuk

membantu menegakan diagnosis demam typoid dengan medeteksi

antibody spesifik terhadap komponen antigen Salmonella thypi maupun

Page 21: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

8

mendetekis antigen itu sendiri. Beberapa uji serologis yang digunakan

pada demam typoid ini meliputi uji widal, Gall culture, tes tubex, metode

Enzyne immune assay (EIA), metode Enzyne-linked, imunosorbad assay

(ELISA), dan pemeriksaan dipstick (Septiawan, 2013).

6. Penatalaksanaan demam typoid

WHO menyarankan untuk manajemen umum, tindakan dukungan

penting dalam pengelolaan demam typhoid adalah pemberian oral atau

hidrasi intravena, penggunaan anti piretik, dan pemberian nutrisi yang

tepat dan juga indikasi tranfusi darah yang sesuai. Lebih dar 90% pasien

dapat ditangani dirumah dengan pemberian antibiotic secara oral, dengan

perawatan dapat diandalkan, dan juga tidak lanjut dilakukan untuk

mencegah komplikasi atau kegagalan terhadap terapi. Namun, pasien

dengan muntah terus menerus, diare berat dan distensi abdomen mungkin

memerlukan rawat inap dan terapi antibiotic parenteral.

Seterusnya untuk pemberian antibiotic, obat fluroquinolone

adalah lebih cepat dan efektif dibandingkan dengan golongan obat ini

pertama yakni kloramfenikol, ampisilin, amoxilin, dan trimetoptim

sufametoksazol Fluroquinolone. Sebagian besar isolate yang masih

sensitive, Fluroquinolone mencapai penetrasi jaringan yang sampai baik,

dan dapat membunuh intraseluler S.typhi dalam monosit atau makrofag

(WHO, 2012).

B. Tinjaun Tentang Uji Widal

Uji widal merupakan tes seriologi suatu uji serum darah dengan

aglutinasi untuk mendiagnosa demam typoid. Untuk melacak kenaikan titer

dilakukan dengan cara menentukan titer aglutinasi O dan H dengan uji widal

yang telah dipakai sejak tahun 1896. Walaupun diketahui bahwa uji Widal

memiliki banyak kelemahan, tetapi sampai saat ini uji Widal merupakan uji

serologi yang paling banyak dipakai untuk menunjang diagnosis demam

typoid di klinik (Senewiratne et al, 2010).

Page 22: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

9

Uji Widal ada dua macam yaitu uji Widal tabung yang membutuhkan

waktu inkubasi semalam dan uji Widal peluncuran yang hanya membutuhkan

waktu inkubasi 1 menit saja. Umumnya sekarang lebih banyak di gunakan uji

Widal cara meluncurkan, karena merupakan uji serologis yang cepat dan

mudah dalam melaksanakannya. Sensitifitas dan terutama spesifisitas tes ini

amat di penggaruhi oleh jenis antigen yang digunakan. Menurut beberapa

peneliti uji Widal yang menggunakan antigen yang di buat dari jenis strain

kuman asal daerah endemis (lokal) memberikan sensitifitas dan spesifisitas

yang secara bermakna lebih tinggi dari pada bila di pakai antigen yang

berasal dari strain kuman asal luar daerah endemis (impor).

Uji Widal sampai sekarang masih digunakan secara luas terutama di

Negara berkembang termaksud Indonesia. Walaupun mempunyai banyak

keterbatasan dan penafsiran uji Widal, untuk menegakan diagnosis typoid

harus hati-hati karena beberapa factor yang dapat mempengaruhi hasil

pemeriksaannya. Yaitu antara lain keadaan gizi, saat pemeriksaan,

pengobatan antibiotica yang mendahuluinya, daerah endemis, status

imunologis, vaksinasi, penggunaan obat imunosupresif, reaksi silang serta

teknik pemeriksaan (Senewiratne et al, 2010).

Prinsip dasar uji widal yaitu suatu uji aglutinasi yang memakai

sebagai antigen, suspensi kuman yang dikreasikan dengan antibodi spesifik

terhadap kuman tersebut yang ada di dalam serum penderita (Handojo, 2004).

Kegunaan uji Widal untuk diagnosis demam typoid masih

controversial diantara parah ahli karena hasil yang berbeda-beda. Senewiratne

et al. (2010) menyatakan bahwa uji Widal bernilai diagnosis yang tinggi

untuk typoid (94,3%), asalkan dapat di ketahui titer antibodi di orang normal

dan penderita non typoid. Pang dan puthucheary mengatakan bahwa uji Widal

masih merupakan pilihan cara yang praktis sehubunggan kesulitan dalam

memeriksa bakteri di Negara berkembang. Hampir semua ahli sepakat bahwa

kenaikan titer agglutinin 4 kali terutama aglutinin O atau aglutini H dalam

jangka waktu 5-7 hari bernilai diagnostic amat penting untuk demam typoid.

Sebaliknya peningkatan titer agglutinin yang tinggi pada satu kali

Page 23: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

10

pemeriksaan Widal terutama agglutinin H tidak memiliki arti diagnostik yang

penting untuk demam typoid. Namun demikian, masih dapat membantu

menegakan diagnostic typoid di penderita dewasa yang berasal dari

nonendemik atau anak umur kurang dari 10 tahun dari daerah

endemik.Sebabdikelompok penderita ini kemungkinan terkena s.typhi dalam

dosis subterinfeksi masih amat kecil.

Kelemahan uji widal yaitu antigen strain s.tiphi yang di pakai amat

berpengaruh pada uji widal, dan kadar aglutinasi dalam serum yang amat

tinggi dapat menimbulkan fenomena prozone sehingga dapat menyebabkan

kesalahan dalam pembacaan uji widal, cara pembacaan uji widal di lakukan

dengan mata telanjang sehingga dapat memberikan ketidak sesuwaian hasil

pembacaan yang cukup besar dan warna aglutinan pada umumnya tidak

berwana sehingga dapat menyukarkan pembacaan uji widal (Handojo, 2004).

Di orang dewasa atau anak di atas 10 tahun yang bertempat tingal di

daerah endemic kemungkinan untuk menelan s.thypi dalam dosis

subterinfeksi lebih besar, sehingga uji Widal dapat memberikan ambang atas

titer rujukan yang berbeda-beda antara daerah endemic yang satu dengan

yang lainnya. Bergantung dari derajat endemisnya dan juga perbedaan

keadaan antara anak di bawah umur 10 tahun dan orang dewasa. Di dasari hal

tersebut di atas, bila uji Widal masih di perlukan untuk menunjang

diagnosisdemam typoid, ambang atas titer rujukannya baik anak maupun

orang dewasa perlu di tentukan.

Besar titer antibodi yang bermakna untuk diagnosisdemam typoid di

Indonesia belum terdapat kesesuian.Dari hasil beberapa penelitian

menunjukan bahwa kegunaan uji widal untuk diagnosis typoid bergantung

prosedur yang digunakan di masing-masing rumah sakit atau laboratorium.

Menurut penelitian Loho et al. uji widal dianggap positive bila titer antibodi

1/80, baik aglutinin O maupun H dengan kriteria diagnositik tunggal atau

gabungan. Bila dipakai kriteria tunggal maka agglutinin O lebih bernilai

diagnostic dari pada aglutinin H.

Macam - macam reagen yang digunakan dalam uji widal

Page 24: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

11

1. Antigen O

Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar

tubuhkuman.Strukturkimianya terdiri dari lipopoli sakarida. Antigen ini

tahan terhadap pemanasan 100oc selama 2-5 jam, alcohol dan asam yang

encer.

2. Antigen H

Antigen H merupakan antigen yang terletak diflagela, fibriae atau fili

S.thypi berstruktur kimia protein. S thypi mempunyai antigen H phase 1

tunggal yang juga memiliki beberapa salmonella lain. Antigen ini tidak

aktif apada pemanasan diatas suhu 60oc dan pada pemberian alkohol atau

asam.

3. Antigen Vi

Antigen Vi terletak dilapisan terluar S. thypi (kapsul) yang melindungi

kuman dari fagositosis dengan struktur kimia glikolipid akan rusak bila

dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60oc, dengan pemberian asam dan

fenol. Antigen ini digunakan untuk mengetahui adannya karier.

4. Outer Membrane protein (OMP)

Antigen OMP salmonella thypi merupakan bagian dinding sel yang

terletak diluar membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang

membatasi sel terhadap lingkungan sekitanya. OMP ini terdiri dari 2

bagian yaitu protein porin dan protein non porin. Porin merupakan

komponen utama OMP C, OMP D, OMP D, OMP F dan merupakan

saluran hidrofilik yang berfungsi untuk difusi solut dengan BM < 6000.

Sifatnya resisten terhadap proteolisis dan dena turasi pada suhu 85-100oc.

protein nonporin terdiri atas protein OMP A, protein a dan lipoprotein,

bersifat sensitif terhadap protease, tetapi fungsinya masih belum

diketahui dengan jelas. Beberapa peneliti menemukan antigen OMP S

thipy yang sangat spesifik yaitu antigen protein 50 kDa/52 kDa.

Adapun karakteristik uji widal antara lain validitas, kepraktisan

dan biaya pemeriksaan cukup murah dan masih terjangkau oleh

masyarakat kita (Handojo, 2004).

Page 25: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

12

Uji widal merupakan salah satu metode yang memanfaatkan

imunologi untuk membantu diagnosis febris, dengan kriteria :

a. Positif : jika ada aglutinasi

b. Negatif : jika tidak ada aglutinasi (Sabir, 2011).

Prosedur Kerja Uji Widal

1. Pra Analitik

a. Persiapan pasien : tidak memerlukan pasien khusus

b. Persiapan alat : alat yang digunakan dalam penelitian ini seperti

tabung reaksi dan slide pemeriksaan dibersihkan dan dikeringkan.

c. Persiapan sampel

1) Pengambilan darah

a) Tangan pasien diletakan diatas meja dengan telapak

tangan menghadap keatas

b) Lengan diikat dengan cukup erat dengan tourniquit

untuk membendung aliran darah, tetapi tidak boleh

terlalu kencang sebab dapat merusak pembuluh darah.

c) Dibersihkan lokasih penusukan dengan kapas alkohol

70% dan biarkan kering

d) Jarum ditusuk kedalam vena dengan posisi jarum

menghadap keatas dengan sudut 450

e) Isap darah sampai volume yang dibutuhkan, sementara

itu minta pasien untuk membuka kepalan tangannya

f) Jarum ditarik berlahan-lahan, diplester bagian vena dan

lepas setelah 15 menit

g) Darah dipindahkan dari spoit kedalam tabung dan

dialirankan lewat dinding tabung yang tersediah

2) Cara pengolahan serum

a) Disediakan tabung sentrifuge yang bersih dan kering

b) Darah dialirkan lewat dinding tabung sebanyak 1 ml,

kemudian diamkan beberapa menit lalu dimasukkan

Page 26: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

13

dalam sentrifuge putar selama 10 menit dengan

kecepatan 3000 rpm

c) Tabung dikeluarkan dari sentrifuge, cairan kuning yang

terdapat dibagian atas yang digunakan sebagai bahan

pemerikaan

2. Analitik

a. Siapkan alat dan bahan

b. Serum dipipet sebanyak 20 µl, 10 µl, 5 µl

c. Serum diteteskan diatas papan pemeriksaan

d. Tambahkan reagen tydal tiap lingkaran sebanyak 40 µl, maka

pengencerannya adalah 1/80, 1/160, dan 1/320

e. Campur reagen tydal dan serum sehingga homogen dengan

menggunakan batang pengaduk

f. Kemudian baca hasil dengan melihat adanya aglutinasi dalam

waktu 1 menit

3. Pasca Analitik

Bila terjadi aglutinasi, dikatakan reaksi widal positif yang

berarti serum tersebut mempunyai antibody tarhadap salmonella

typhi dan bila tidak terjadi aglutinasi maka dikatakan serum

seseorang tidak mempunyai antibody terhadap salmonella typhi.

N

o

Sampel µl Reagen µl Titer

1 20 40 1/80

2 10 40 1/160

3 5 40 1/320

C. Tinjauan Tentang Suhu Reagent Widal

Reagen yang diperlukan disesuaikan dengan metode yang digunakan

untuk tiap pemeriksaan di Laboratorium Puskesmas tersebut. Penanganan dan

penyimpanan reagen harus sesuai persyaratanantara lain:

1. Perhatikan tanggal kadaluwarsa, suhu penyimpanan.

Page 27: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

14

2. Pemakaian reagen dengan metode First in–First out (sesuaiurutan

penerimaan).

3. Sisa pemakaian reagen tidak diperbolehkan dikembalikan kedalam

sediaan induk.

4. Perhatikan perubahan warna, adanya endapan, kerusakanyang terjadi

pada sediaan reagen.

5. Segera tutup kembali botol sediaan reagen setelah digunakan.

6. Lindungi label dari kerusakan.

7. Tempatkan reagen dalam botol berwarna gelap dan lemari supaya tidak

kena cahaya matahari langsung.

8. Reagen harus terdaftar di Kementerian Kesehatan.

a. Penyimpanan dan Stabilitas Reagen

Semua reagen (Suspensi antigen S. typhi O, Suspensi antigen S.

typhi H, Suspensi antigen S. paratyphi „AH‟, dan Suspensi antigen S.

paratyphi „BH‟) yang siap digunakan disimpan di lemari Es dengan

temperatur 20C-40C sampai jika akan digunakan. Lemari pendingin

(refrigerator). Fungsinya adalah untuk menyimpan reagen dan

sampel, volume sesuai kebutuhan reagen dan sampel disimpan dalam

lemari pendinginyang terpisah

b. Penggunaan reagen widal

Semua reagen (Suspensi antigen S. typhi O, Suspensi antigen S.

typhi H, Suspensi antigen S. paratyphi „AH‟, dan Suspensi antigen S.

paratyphi „BH‟) yang akan digunakan terlebih dahulu di stabil pada suhu

ruagan yaitu 220C – 260C untuk mencegah penggumpalan reagen

sehingga reagen tidak homogeny yang dapat mengakibatkan terjadi

kesalahan dalam pemeriksaan widal. Namun Suhu ruangan tidak boleh

panas, dengan sirkulasi udara yang baik maka disarankan suhu

dipertahankan antara 220C s/d260C.

Page 28: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

15

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran

Demam typoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang di sebabkan

oleh salmonella thypi, ditandai dengan demam yang berkepanjangan (lebih

dari satu minggu), gangguan saluran cerna dengan gangguan kesadaran

(Inawati, 2011)

Untuk mengidentifikasi kejadian penyakit typoid dilakukan dengan

pemeriksaan laboratorium darah. Pemeriksaan laboratorium yang paling

sering digunakan adalah pemeriksaan serologis, diantaranya adalah

pemeriksaan Widal.

Tes Widal dengan menggunakan antigen O dan H merupakan tes

sederhana tetapi memiliki keterbatasan dengan adanya hasil positif dan

negative. Kesulitan untuk menginterpretasi hasil tes Widal disebabkan karena

pemeriksaan titer aglutinin O atau H harus dilakukan dua kali dengan jangka

waktu 5-7 hari. Bila terdapat kenaikan titer sebesar empat kali maka hasil uji

ini mempunyai nilai diagnostik untuk typoid. Adapun hasil pemeriksaan uji

widal disimpan d suhiu ruangan dengan suhu lemari es (Handojo, 2004).

Page 29: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

16

Alur penelitian

Pasien

Pengambilan sampel darah2 ml

centrifuge

Pemipetan serum

Reagent widal yaitu : O, H,AH, BH.

Reagent dengansuhu kamar

Tahap uji

Reagent dengansuhu ruangan

Titer hasilpemeriksaan widal

Titer hasilpemeriksaan widal

Page 30: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

17

B. Kerangka Konsep

Berdasarkan dasar pemikiran, maka di buatkan kerangka konsep sebagai

berikut :

Keterangan :

: variabel bebas

: variabel terikat

C. Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri atas satu variabel

yakni pemeriksaan widal dengan menggunakan dua reagen yang berbeda

yakni reagen suhu ruangan dengan suhu lemari es.

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Uji widal merupakan salah satu metode yang memanfaatkan imunologi

untuk membantu diagnosis demam typoid, dengan kriteria :

a. Positif : jika ada aglutinasi

b. Negatif : jika tidak ada aglutinasi (Sabir, 2011).

2. Demam typoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang di sebabkan

oleh salmonella thypi, ditandai dengan demam yang berkepanjangan

(lebih dari satu minggu), gangguan saluran cerna dengan gangguan

kesadaran (Inawati, 2011).

3. Suhu yang di anjurkan untuk penggunaan reagent widal adalah suhu

reagen yang di biarkan mencapai suhu ruangan dengan criteria objektif:

Suhu ruangan

Suhu lemari es

Hasilpemeriksaan

widal

Page 31: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

18

a. Semua reagen (Suspensi antigen S. typhi O, Suspensi antigen S. typhi

H, Suspensi antigen S. paratyphi „AH‟, dan Suspensi antigen S.

paratyphi „BH‟) yang akan digunakan terlebih dahulu di stabil pada

suhu ruagan yaitu 220C – 260C, dikatakan positif jika ada aglutinasi

(titer 1/80, 1/160 dan 1/320) dan dikatakan negatif jika tidak ada

aglutinasi (titer 0).

4. Suhu penyimpanan reagent widal yang baik adalah menggunakan suhu

Lemari Es dengan criteria objektif yaitu :

a. Semua reagen (Suspensi antigen S. typhi O, Suspensi antigen S. typhi

H, Suspensi antigen S. paratyphi „AH‟, dan Suspensi antigen S.

paratyphi „BH‟) yang siap digunakan disimpan pada lemari Es

dengan temperatur 20C - 40C, dikatakan positif jika ada aglutinasi

(titer 1/80, 1/160 dan 1/320) dan dikatakan negatif jika tidak ada

aglutinasi (titer 0).

E. Hipotesis Penelitian

Perbandingan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen yang

disimpan di suhu ruangan (220C-260C) dengan suhu lemari es (20C-40C) dapat

dihitung dengan menggunakan hipotesis :

H0: tidak ada perbedaan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen yang

disimpan di suhu ruangan dengan suhu lemari es pada penderita suspek

typoid di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Sulawesi Tenggara,

jika nilai p < 0,05

Ha : Ada perbedaan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen yang

disimpan di suhu ruangan dengan suhu lemari es pada penderita suspek

typoid di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Sulawesi Tenggara,

jika nilai p > 0,05

Menggunakan rumus Chi-Square yaitu :

X2 = Ʃ (fo – fe)2

fe

Page 32: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

19

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik

yaitu untuk melihat perbedaan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen

yang disimpan di suhu ruangan dengan suhu lemari es pada penderita suspek

typoid.

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2016.

2. Tempat

Tempat penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Kota

Kendari Sulawesi Tenggara.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian dari semua elemen

yang ada dalam penelitian (Nursalam. 2006).

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan dan rawat inap di

rumah sakit umum daerah Kota Kendari Sulawesi tenggara. Dengan

jumlah 37 Pasien suspek typoid

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini seluruh penderita demam typoid yang

rawat inap di Rumah Sakit Umum Kota Kendari Sulawesi Tenggara pada

saat penelitian, sehingga metode penarikan sampel menggunakan metode

total sampling, dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut

a. Kritria Inklusi

1) Pasien susped typoid yang melakukan rawat inap di RSUD Kota

Kendari dan bersedia dijadikan sampel dalam penelitian.

Page 33: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

20

b. Kriteria Eklusi

1) Pasien susped typoid yang menjalani rawat jalan di RSUD Kota

Kendari

D. Prosedur Pengumpulan Data

Adapun bagan prosedur pengumpulan data :

E. Instrument PenelitianAdapun instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Alat yang di gunakan yaitu :

a) Mikropipet

b) Objek glass

c) Tabung EDTA

d) Tips kuning

e) Centrifuge

f) Tabung centrifuge

g) Tourniquit

2. Bahan yang di gunaka yaitu :

a) Serum

b) Kapas alkohol 70%

Lembar permintaan pemeriksaan

Buku reka medik

Pemisahan data

Pengumpulan data

pemeriksaan

Hasil pemeriksaan widal

Page 34: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

21

c) Spoit

d) Batang pengaduk

e) Reagen salmonella typhi O

f) Reagensalmonella typhi H

g) Reagen salmonella typhi AH

h) Reagen salmonella typhi BH

F. Jenis Data

Adapun jenis data yang dikumpul dalam penelitian ini adalah data

primer dan sekunder. Data primer berupa data hasil pemeriksaan uji widal

menggunakan reagen yang disimpan pada suhu lemari es dan suhu ruangan.

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti melalui data atau

dokumentasi mengenai hasil pemeriksaan uji widal.

G. Pengolahan Data

1. Memeriksa Data (Editing)

Editing adalah langkah atau kegiatan yang dilakukan dengan maksud

memeriksa data, menghindari yang salah dari data yang telah

dikumpulkan, serta memperjelas data yang diperoleh.

2. Member Kode (Koding)

Koding adalah kegiatan mengkalifikasikan data menurut kategori dan

jenisnya masing-masing untukmemudahkan dalam pengolahan data maka

setiap kategori diberi kode.

3. Memasukan Data (Entry Data)

Entry Data adalah kegiatan memasukan data sesuai dengan variable-

variabel yang telah ada.

4. Menyusun Data (Tabulating)

Tabulating adalah kegiatan untuk merinkas data yang di peroleh kedalam

table-tabel yang telah dipersiapkan.Data yang diperolek kemudian di

kelompokkan dan diproses dengan menggunakan table tertentu menurut

sifat dan kategorinya.

Page 35: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

22

H. Analisis Data

1. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan secara deskritif dari masing-masing variabel

dengan tabel distribusi frekuensi dengan rumusp = 100%Keterangan :

P: presentase

F: Frekuensi

N: Jumlah (Budiarto. 2002).

2. Analisis bivariat

Analisi bivariat dilakukan untuk melihat perbandingan hasil pemeriksaan

uji widal dengan reagen di suhu ruangan dengan suhu lemari es, kemudian

dilakukan uji Chi-Square dengan rumus :

X2 = Ʃ (fo – fe)2

fe

Keterangan :

X2 = chi kuadrat

fo = frekuensi yang diobservasi

fe = frekuensi yang diharapkan

I. PenyajianData

Data yang telah diolah disajikan secara deskriptif dalam bentuk narasi

dan tabel yang disertai penjelasan.

J. Etika Penelitian

Adapun etika penelitian yaitu :

1. Menyertakan surat pengantar dari fakultas yang ditujukan kepada tempat

penelitian sebagai bentuk permohonan izin untuk melakukan penelitian.

2. Menjamin kerahasiaan semua data yang ada pada rekam medik sehingga

tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang kami lakukan.

Page 36: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

23

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran umum lokasi penelitian

a. Letak Geografis

RSUD Kota Kendari terletak di Jl. Brigjen Z.A Sugianto No : 39

Kel. Kambu Kec Kota Kendari. Pada tahun 2008, oleh pemerintak Kota

Kendari telah memunyai lahan seluas 13.000 ha.

Batas wilayah RSUD Kota Kendari

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Mandonga.

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Poasia.

3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Mokoau.

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Wua-wua.

b. Sejarah Berdirinya RSUD Kota Kendari

RSUD Kota Kendari merupakan bangunan atau gedung

peninggalan pemerintah Hindia Belanda didirikan pada tahun 1927 dan

telah mengalami beberapa kali perubahan yaitu Dibangun oleh

Pemerintah Belanda pada tahun 1927, dilakukan rehabilitas oleh

pemerintah Jepang pada tahun 1942-1945, menjadi rumah sakit tentara

pada tahun 1945-1960, menjadi RSU Kabupaten Kendari pada tahun

1960-1989, menjadi Puskesmas Gunung Jati pada tahun 1989-2001,

menjadi RUS Kota Kendari pada tahun 2001 berdasarkan Perda Kota

Kendari No. 17 Tahun 2001.

Diresmikan penggunaannya sebagai RSUD Abunawas Kota

Kendari oleh bapak Walikotaa tanggal 9 Desember 2011 Rumah Sakit

Umum Daerah Abunawas Kota Kendari resmi menempati Gedung baru

yang terletak di Jl. Brigjen Z.A Sugianto No : 39 Kel. Kambu Kec.

Kambu Kota Kendari. Pada tanggal 12-14 Desember 2012 telah

divisitasi oleh TIM Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS), dan

berhasil terakreditasi penuh sebanyak 5 pelayanan ( Administrasi dan

Page 37: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

24

Manajemen, Rekam Medik, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Medik,

IGD ). Berdasarkan SK Walikota Kendari No. 16 Tahun 2015 tanggal

13 Mei 2015 dikembalikan namanya menjadi RSUD Kota Kendari

sesuai PERDA Kota Kendari No. 17 Tahun 2001.

c. Sarana dan Prasarana Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Kendari

Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari terbagi

atas beberapa bagian ruang, yaitu:

1) Ruang Administrasi;

2) Ruang Tunggu Pasien;

3) Ruang Sampling;

4) Ruang Pengolahan Sampel, terbagi atas:

a) Ruang Kimia;

b) Ruang Hematologi, Serologi dan Urinalisa;

c) Ruang Bakteri dan Parasit.

5) Toilet, terbagi atas :

a) Toilet Pasien;

b) Toilet Petugas Laboratorium

6) Ruang Istrahat;

7) Ruang Ganti;

8) Ruang Penyimpanan Alat Gelas dan Reagen.

Dalam menunjang pelayanan kesehatan, Laboratorium Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Kendari dilengkapi dengan pemeriksaan

laboratorium yang terdiri dari Pemeriksaan Hematologi ( Darah

Rutin menggunakan alat Hematologi Analyzer yang pemeriksaannya

meliputi Hematologi (Hb), Leukosit, Eritrosit, Hematokrit, MCV,

MCH, MCHC, Trombosit, Laju Endap Darah (LED) (meliputi

pemeriksaan CT, BT, Hitung Jenis) pemeriksaan Kimia Darah

(Glukosa : GDS, GDP, GD 2 Jam PP, SGOT, SGPT, Protein Total,

Albumin, Globulin, Bilirubin Total, Chol LDL, Trigliserida.

Pemeriksaan Urinalisis ( Kimia Urin (Carik Celup/Strip), Sedimen

Page 38: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

25

Urin. pemeriksaan Bakteriologi (Basil Tahan Asam(BTA)).

Pemeriksaan Parasitologi (DPR Malaria,Feaces,jamur). pemeriksaan

Immunologi/Serologi (Plano Test (tes kehamilan), Widal Test, Test

Narkoba, Golongan Darah, HbsAg, Anti Hbs, HIV.

d. Tenaga Labolatorium

Tenaga Labolatorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari

berjumlah 16 terdiri dari 1 kepala Labolatorium, 1 administrasi, 1

penanggung jawab Kimia Klinik ,1 penanggung jawab hematologi ,1

penanggung jawab Mikrobiologi,1

2. Karakteristik Responden

Tabel 5.1Distribusi Hasil Pemeriksaan Widal Pada Penderita Suspek

Typoid Menurut Umur

Umur (Tahun) N %

13 – 19

20 – 35

36 – 40

13

22

2

35,1

59,5

5,4

Jumlah 37 100

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar (59,5%) pasien

berumur 20 – 35 tahun dan sebagian kecil (5,4%) pasien berumur 36 –

40 tahun

Tabel 5.2Distribusi Hasil Pemeriksaan Widal Pada Penderita Suspek

Typoid Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N %

Laki-laki

Perempuan

17

20

45,9

54,1

Jumlah 37 100

Page 39: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

26

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar (54,1%) pasien

berjenis kelamin perempuan dan sebagian kecil (45,9%) pasien berjenis

kelamin perempuan.

3. Analisis Univariat

a. Hasil Pemeriksaan Widal Menggunakan Reagen di Suhu

Ruangan

Tabel 5.3Distribusi Hasil Pemeriksaan Widal Pada Penderita Suspek

Typoid Menggunakan Reagen di Suhu Ruangan

Hasil Uji Widal Pada Suhu

Ruangann %

Positif

Negatif

34

3

91,9

8,1

Total 37 100

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 37 pasien sebagian besar

atau sekitar 91,9% (n = 34) menderita demam typoid dan 8,1% (n=3)

tidak menderita demam typoid.

b. Hasil Pemeriksaan Widal Menggunakan Reagen di Suhu Lemari

Es

Tabel 5.4Distribusi Hasil Pemeriksaan Widal Pada Penderita Suspek

Typoid Menggunakan Reagen di Lemari Es

Hasil Uji Widal Pada Suhu

Lemari Esn %

Positif

Negatif

24

13

64,9

35,1

Total 37 100

Page 40: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

27

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 37 pasien sebagian besar

atau sekitar 64,9% (n = 24) menderita demam typoid dan 35,1%

(n=13) tidak menderita demam typoid.

4. Analisis Bivariat

Tabel 5.5Perbedaan Hasil Pemeriksaan Widal Menggunakan Reagen Yang

Disimpan di Suhu Ruangan Dengan Suhu Lemari EsPada Penderita Typoid

N

o

Hasil test

widal

Suhu

ruangan

Suhu

lemari es

Tot

al%

1 Positif 34 24 58 78,4

2 Negatif 3 13 16 21,6

Total 37 37 74 100

x2 hitung 7,97

x2 tabel 3,841

Keteranganx2 hitung > x2

tabel

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 37 sampel pada uji widal

dengan reagen yang disimpan pada suhu ruangan sebanyak 34 pasien

positif menderita demam typoid dan pada uji widal dengan reagen yang

disimpan pada suhu lemari es sebanyak 24 pasien positif menderita

demam typoid.

Analisis statistik menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai

x2hitung > x2tabel (7,97 > 3,841), sehingga dapat disimpulkan bahwa

ada perbedaan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen yang

disimpan pada suhu ruangan dan suhu lemari es pada penderita typoid.

Page 41: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

28

B. Pembahasan

1. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Widal Menggunakan Reagen Yang

Disimpan Pada Suhu Ruangan Dan Suhu Lemari Es Pada Penderita

Typoid

Hasil penelitian sebagaimana disajikan tabel 5.5 diketahui bahwa

dari 37 sampel pada uji widal dengan reagen yang disimpan pada suhu

ruangan sebanyak 34 pasien positif menderita demam typoid dan pada uji

widal dengan reagen yang disimpan pada suhu lemari es sebanyak 24

pasien positif menderita demam typoid.

Analisis statistik menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai

x2hitung > x2tabel (7,97 > 3,841), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen yang disimpan

pada suhu ruangan dan suhu lemari es pada penderita typoid. Adanya

perbedaan hasil yang signifikan antara kedua reagen ini kemungkinan

diakibatkan oleh faktor waktu penyimpanan reagen yang digunakan di

lemari es.

Tes Widal umumnya menunjukan hasil positif pada hari ke 5 atau

lebih setelah terjadinya infeksi bakteri Salmonella enterica serotype typhi.

Oleh karena itu bila infeksi baru berlangsung beberapa hari sering kali

hasil tes Widal menunjukan hasil negatif dan menjadi positif bilamana

pemeriksaan diulang beberapa hari kedepan. Dengan demikian hasil tes

Widal negatif terutama pada beberapa hari pertama demam belum dapat

menyingkirkan kemungkinan terjadinya demam typhoid. Tes Widal

memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang rendah. Selain itu tes Widal

dapat menyebabkan hasil positif-palsu dalam mendiagnosis demam

typhoid karena Salmonella enterica serotype typhi sama-sama memiliki

antigen O dan antigen H dengan Salmonella serotype lainnya dan memiliki

reaksi silang epitope dengan Enterobacteriace (WHO, 2011).

Page 42: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

29

Penyimpanan semua reagen (Suspensi antigen S. typhi O,

Suspensi antigen S. typhi H, Suspensi antigen S. paratyphi „AH‟, dan

Suspensi antigen S. paratyphi „BH‟) yang siap digunakan disimpan pada

lemari Es dengan temperatur -20C- 40C sampai jika akan digunakan.

Lemari pendingin (refrigerator) fungsinya adalah untuk menyimpan

reagen dan sampel, volume sesuai kebutuhan reagen dan sampel disimpan

dalam lemari pendingin yang terpisah.

Sedangkan penggunaan reagen widal (Suspensi antigen S. typhi

O, Suspensi antigen S. typhi H, Suspensi antigen S. paratyphi „AH‟, dan

Suspensi antigen S. paratyphi „BH‟) yang akan digunakan terlebih dahulu

di stabil pada suhu kamar yaitu 220C – 260C untuk mencegah

penggumpalan reagen sehingga reagen tidak homogeny yang dapat

mengakibatkan terjadi kesalahan dalam pemeriksaan widal. Namun Suhu

ruangan tidak boleh panas, dengan sirkulasi udara yangbaik maka

disarankan suhu dipertahankan antara 220C s/d 260C.

Page 43: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

30

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Ada perbedaan hasil uji widal dengan reagen di suhu ruangan dengan suhu

lemari es pada penderita suspek typoid.

2. Hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen pada suhu ruangan sebesar

(91,9%) tergolong positif.

3. Hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen pada suhu lemari es

sebagian besar (64,9%) tergolong positif.

4. Hasil Pemeriksaan widal menggunakan reagen yang disimpan pada suhu

ruangan diperoleh hasil (78,4%) tergolong positif dan suhu lemari es pada

penderita typoid diperoleh hasil (21,6) tergolong negatif.

B. Saran

1. Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari agar

lebih meningkatkan tentang pemeriksaan widal menggunakan reagen yang

disimpan pada suhu ruangan dan suhu lemari es pada penderita demam

typoid.

2. Dapat dijadikan sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan untuk

mengetahui perbandingan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen

yang disimpan pada suhu kamar dan suhu lemari es pada penderita typoid.

3. Untuk peneliti selanjutnya bisa mengganti variabel penelitian dengan

menggunakan uji widal tabung.

Page 44: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2013. Sistematika Pedoman Pengendalian Penyakit typoid. Jakarta:Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan.

Handojo, Indro, 2004. Imunoasai Terapan Pada Beberapa Penyakit Infeksi. PT.Airlangga University Press.Surabaya.

Huda dan Kusuma, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan DiagnosaMedis. PT. Mediaction. Yogyakarta.

Kusuma, 2010. Penyuluhan Pengenalan Dan Pemahaman Typoid SertaPertolongan Pertamanya Melalui Pemanfaatan Potensi Tumbuhan Obat DiDesa Pasir Jambu Kecamatan Pasir Jambu Kabupaten Bandung.Universitas Padjadjaran Bandung.

Kemenkes RI. 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Jakarta

Mandal dan Wilkins, 2011. Penyakit Infeksi. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Mulyawan Sylvia, Surjawidjaja Julius. Tinjauan Ulang Peranan Uji WidalSebagai Alat Diagnostik Penyakit Demam Typhoid Di Rumah Sakit. Jakarta:2004. p. 14-6. accessed 7 januari 2011

Munandar, A. dan Tjandra Leksana. 2010. Pedoman Pengobatan. cet. I . Jakarta:Medipress.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 037 Tahun 2012 Tentang PenyelenggaraanLaboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013. Badan Penelitian danPengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

Sabir, 2011. Perbandingan Tes Serologi Dipstik Dengan WidalUntuk DiagnosisDemam Tifoid.Jurnal PenelitianFakultas Kedokteran UniversitasHasanuddin Makasar. Vol.22 No.3.

Sudoyo, W.A., 2010. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, Buku Ajar Edisi KeempatFakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Fakultas KedokteranUnversitas Indonesia.

Sulistia, 2011. Farmakologi dan Terapi. edisi IV. Jakarta : FK UI.

Senewiratne, B., Chir, B., Senewiratno, K., 2010, Reassesmentof the Widal test inthe diagnosis of typhoid. Gastroenterology.

Waspadji, Sarwono, et al. 2010. Ilmu Penyakit Dalam. edisi I. Jakarta : FKUI.

Page 45: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

WHO, 2011. Low Birth Weight. New York

Widodo D. Demam Tifoid. In : Sudhoyo AW, Setiyo B, Alwi I (eds). Buku AjarIlmu Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit DalamFKUI; 2006. p. 1752-57

Page 46: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

Lampiran :

Uji statistik menggunakan uji chi-square

perbedaan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen yang disimpan disuhu ruangan dengan suhu lemari es pada penderita suspek typoid di Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Kendari sulawesi tenggara

No Hasil test

widal

Suhu

ruangan

Suhu

lemari es

Jumlah

1 Positif 34 24 58

2 Negatif 3 13 16

Total 37 37 74

Rumus Chi-Square :

X2 = Ʃ (o – e)2

E

Keterangan : e = total baris x total kolomgrand total

(Ʃfk) (Ʃfb)fe =

ƩN

e1 = 37 x 58 = 2974

e2 = 37 x 16 = 874

e1 = 37 x 58 = 2974

e2 = 37x 16 = 874

Page 47: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

o E o – e (o – e)2 o – e2

e34 29 5 25 0,863 8 -5 25 3,12524 29 5 25 0,8613 8 -5 25 3,125

X2 hitung 7,97

x2 tabel pada α 0,05 dengan db (b-1) (k-1)

db = (2-1) (2-1) = 1x1 = 1

x2 tabel pada db 1 dengan α 0,05 = 3,841

Jika x2 hitung > x2 tabel maka ada perbedaan

Jika x2 hitung < x2 tabel maka tidak ada perbedaan

Hasil perhitungan :

x2 hitung = 7,97

x2 tabel = 3,841

Berarti x2 hitung > x2 tabel, jadi ada perbedaan hasil pemeriksaan uji widal

dengan reagen di suhu ruangan dengan suhu lemari es.

Page 48: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

30

MASTER TABEL PENGUMPULAN DATA PENELITIANPERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN WIDAL MENGGUNAKAN REAGEN YANG DISIMPAN DI SUHU

RUANGAN DENGAN SUHU LEMARI ES PADA PENDERITA SUSPEK TYPOID DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHKOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA

NoKode

SampelNama

Responden

Umur Jenis Kelamin Pemeriksaan Widal

13 - 19 20 - 35 36 - 40 L PSuhu Ruangan Suhu Lemari Es+ - + -

1 D1 DI √ √ √ √2 R2 RA √ √ √ √3 P3 PU √ √ √ √4 N4 NU √ √ √ √5 I5 IR √ √ √ √6 A6 AN √ √ √ √7 N7 NI √ √ √ √8 S8 SI √ √ √ √9 N9 NU √ √ √ √

10 N10 MA √ √ √ √11 A11 AS √ √ √ √12 F12 FI √ √ √ √13 L12 LI √ √ √ √14 A14 AI √ √ √ √15 L15 LI √ √ √ √16 R16 RO √ √ √ √17 F17 FA √ √ √ √

Page 49: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

18 E18 EP √ √ √ √19 E19 DE √ √ √ √20 R20 RI √ √ √ √21 A21 AS √ √ √ √22 S22 SI √ √ √ √23 R23 RE √ √ √ √24 I24 IS √ √ √ √25 N25 NO √ √ √ √26 M26 MA √ √ √ √27 E27 ER √ √ √ √28 S28 SU √ √ √ √29 R29 RO √ √ √ √30 W30 WA √ √ √ √31 N31 NA √ √ √ √32 L32 WI √ √ √ √33 L33 LI √ √ √ √34 E34 EF √ √ √ V35 A35 AN √ √ √ √36 I36 IF √ √ √ √37 N37 MU √ √ √ √

Jumlah 13 22 2 17 20 34 3 24 13

Page 50: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI

LABORATORIUM

Jl.Z.A. Sugianto No.39 Kota Kendari Tlp.(0401) 33359171

TABEL HASIL PENELITIANPERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN WIDAL MENGGUNAKAN REAGEN YANG DISIMPAN DI SUHU

RUANGAN DENGAN SUHU LEMARI ES PADA PENDERITA SUSPEK TYPOID DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHKOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA

No Kode Sampel Nama Responden Umur Jenis KelaminHasil Pemeriksaan Uji Widal

Suhu Lemari Es Suhu Ruangan1 D1 DI 20 L 1/80 1/160

2 R2 RA 19 L 1/80 1/160

3 P3 PU 22 L 1/320 1/320

4 N4 NU 20 P - -

5 I5 IR 21 P 1/80 1/160

6 A6 AN 21 L 1/320 1/320

7 N7 NI 26 L 1/80 1/160

8 S8 SI 16 P 1/320 1/320

9 N9 NU 18 P 1/160 1/320

10 N10 MA 26 P 1/160 1/80

11 A11 AS 20 L 1/160 1/80

Page 51: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

12 F12 FI 27 L 1/160 1/320

13 L12 LI 19 L - 1/80

14 A14 AI 29 L - 1/80

15 L15 LI 22 L 1/320 1/320

16 R16 RO 17 L 1/80 1/160

17 F17 FA 18 P 1/80 1/160

18 E18 EP 38 P - 1/80

19 E19 DE 35 L 1/80 1/160

20 R20 RI 21 L 1/320 1/320

21 A21 AS 36 L - 1/80

22 S22 SI 28 P 1/160 1/80

23 R23 RE 35 P 1/160 1/80

24 I24 IS 30 P - 1/80

25 N25 NO 17 L - -

26 M26 MA 20 P 1/320 1/320

27 E27 ER 19 L 1/80 1/160

28 S28 SU 14 L 1/80 1/160

29 R29 RO 16 P - 1/80

30 W30 WA 26 P 1/320 1/320

31 N31 NA 15 P 1/320 1/320

32 L32 WI 19 P 1/320 1/320

33 L33 LI 20 P - -

34 E34 EF 18 P - 1/80

35 A35 AN 22 P - 1/80

Page 52: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

36 I36 IF 23 P - 1/80

37 N37 MU 20 P - 1/80

Peneliti

NurfiaNIM. P00320013126

Page 53: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

30

Page 54: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan
Page 55: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan
Page 56: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

NoTaraf Signifikansi

50% 30% 20% 10% 50% 1%1 0,455 1,074 1,642 2,706 3,841 6,6352 1,386 2,408 3,219 4,605 5,991 9,2103 2,366 3,665 4,642 6,251 7,815 11,3414 3,357 4,878 5,989 7,779 9,488 13,2775 4,351 6,064 7,289 9,236 11,070 15,0866 5,348 7,231 8,558 10,645 12,592 16,8127 6,346 8,383 9,803 12,017 14,067 18,4758 7,344 9,524 11,030 13,362 15,507 20,0909 8,343 10,656 12,242 14,684 16,919 21,66610 9,342 11,781 13,442 15,987 18,307 23,20611 10,341 12,899 14,631 17,275 19,675 24,72512 11,340 14,011 15,812 18,549 21,026 26,21713 12,340 15,119 16,985 19,812 22,362 27,68814 13,339 16,222 18,151 21,064 23,985 29,14115 14,339 17,322 19,311 22,307 24,996 30,57816 15,338 18,418 20,465 23,542 26,296 32,00017 16,338 19,511 21,615 24,769 27,587 33,40918 17,338 20,601 22,760 25,989 28,869 34,80519 18,338 21,689 23,900 27,204 30,114 37,56620 19,337 22,775 25,038 28,412 31,410 38,93221 20,337 23,858 26,171 29,615 32,671 38,93222 21,337 24,939 27,301 30,813 33,924 40,28923 22,337 26,018 28,429 32,007 35,172 41,63824 23,337 27,096 29,553 33,196 35,415 42,98025 24,337 28,172 30,675 34,382 37,652 44,31426 25,336 29,246 31,795 35,563 38,885 45,64227 26,336 30,319 32,912 36,741 40,113 46,96328 27,336 31,391 34,027 37,916 41,337 48,27829 28,336 32,461 35,139 39,087 42,557 49,58830 29,336 33,530 36,250 40,256 43,773 50,892

Page 57: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

LAMPIRAN 8DOKUMENTASI PENELITIAN

Tip Kuning Mikro Pipet

Batang Pengaduk Sentrifuge

Page 58: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

Reagen Papan Slide

Tabung Tahap Sentrifige Darah

Page 59: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/SKRIPSI NURFIA FIX.pdf · angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan

Tahap Pemimpetan Serum Tahap uji Widal

Tahap penentuan hasil