kementerian kesehatan republik indonesia …repository.poltekkes-kdi.ac.id/248/1/skripsi nurfia...
TRANSCRIPT
PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN WIDAL MENGGUNAKAN REAGENYANG DISIMPAN DI SUHU RUANGAN DENGAN SUHU LEMARI ES
PADA PENDERITA SUSPEKS TYPOID DI RUMAH SAKITUMUM DAERAH KOTA KENDARI
SULAWESI TENGGARA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Jurusan Analis Kesehatan
Oleh :
NURFIAP00320013126
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEHNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN2016
Riwayat Hidup
A. Identitas Diri
Nama : Nurfia
NIM : P00320013126
Tempat, dan Tgl Lahir : Kabangka, 26 April 1994
Suku / Bangsa : Buton / Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
B. Pendidikan
1. SD Negeri Katukobari, tamat tahun 2007
2. SLTP Negeri 2 Mawasangka, tamat tahun 2010
3. SMA Negeri 1 Mawasangka Tengah, tamat tahun 2013
4. Sejak tahun 2013 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan
MOTTO
Bersegeralah kepada kebijakan selagi engkau mampu untuk melakukannyakarena sesungguhnya hidup itu bagaikan sungai yang terus mengalir
dan kelak akan menjumpai muaranya yaitu kematianiringilah kemungkaran dengan kebijakan
Niscaya kemungkaran itu akan terhapuskantidaklah allah SWT menciptakan hidup dan mati kecuali untuk menguji
siapakah diantara hambanya yang paling baik amalnnyaolehnya itu…………………..
Manfaatkanlah lima perkasa sebelum datangnya lima perkaramasa mudahmu sebelum datangnya masa tuamu
waktu lapangmu sebelum datangnya masa sempitmumasa kayamu sebelum datangnya miskinmu
waktu sehatmu sebelum datangnya sakitmu danhidupmu sebelum datangnya matimu
Kupersembahkan karyatulisku ini untuk KeduaOrang Tuaku, Agamaku almaterku, Bangsa dan
Negaraku sebagai ungkapan rasa terimah kasihku
ABSTRAK
Nurfia (P00320013126) Perbandingan Hasil Pemeriksaan Widal MenggunakanReagen yang Disimpan di Suhu Ruangan dengan Suhu Lemari Es pada PenderitaSuspek Typoid di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Sulawesi Tenggara.Yang di bimbing oleh Masrif Bahrun dan Muhaimin Saranani, (vii + 29 halaman+ 6 lampiran + 5 tabel). Uji widal tes seriologi suatu uji serum darah denganaglutinasi untuk mendiagnosi demam typoid. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui perbedaan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen yangdisimpan di suhu ruangan dengan suhu lemari es pada penderita suspek typoid.Variabel penelitian ini yaitu suhu ruangan dengan lemari es. Jenis penelitian iniadalah penelitian Deskriptif Analitik, penelitian ini dilakukan pada 27 – 28 Juni2016. Populasi pada penelitian ini berjumlah 37 pasien. Sampel penelitianberjumlah 37 orang yang diambil secara total sampling. Data diperoleh dari dataprimer berupa data hasil pemeriksaan uji widal menggunakan reagen yangdisimpan di suhu ruagan dengan suhu lemari es dan data sekunder berupadokumentasi mengenai hasil pemeriksaan uji widal. Data dianalisis, menggunakananalisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa sebagian besar atau sekitar64,9% pasien positif typoid pada suhu lemari es dan sebagian besar atau sekitar91,9% positif typoid pada suhu ruangan. Hasil analisi statistik menggunakan ujistatistik Chi-Square diperoleh nilai x2hitung >x2tabel (7,97 > 3,841), sehinggadapat disimpulkan bahwa ada perbedaaan hasil uji widal menggunakan reagenyang disimpan di suhu ruangan dengan suhu lemari es pada penderita suspektypoid. Oleh karena itu disarankan kepada pihak Rumah Sakit agar lebihmeningkatkan tentang pemeriksaan widal menggunakan reagen yang disimpan disuhu ruangan dengan suhu lemari es pada penderitasuspek typoid typoid.
Kata Kunci : Uji Widal, Penyimpanan Suhu Ruagan dengan SuhuLemari Es
Daftar Pustaka : 17 buah (2004-2015)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Perbandingan Hasil Pemeriksaan Widal
Menggunakan Reangen Yang Disimpan Pada Suhu Ruangan Dan Suhu Lemari Es
Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program studi D-
III Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari.
Rasa Hormat, terima kasih dan penghargaan yang sebasar-besarnya kepada
orang tua saya, La Daeyangu dan ibu Wa Hami atas bantuan moril maupun
materil, motivasi, dukungan, dan cinta kasih yang tulus, serta doanya demi
kesuksesan penulis yang menjalani selama menuntut ilmu sampai selsainya Karya
Tulis Ilmiah ini.
Proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini telah melewati perjalanan panjang,
dan penulis banyak mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada
bapak Masrif Bahrun, SKM.,M.Kes selaku pembimbing I dan bapak Muhaimin
Saranani,S,Kp.Ns.M.Sc sealaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, kesabaran dalam membimbing dan atas segala pengorbanan waktu
dan pikiran selama menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
Proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini telah melewati perjalanan panjang
dalam penyusunannya yang tentunya tidak lepas dari bantuan moril dan materil
pihak lain. Karena itu sudah sepatutnya penulis dengan segala kerendahan hati
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Petrus, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari
2. Kepala Kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin penelitian
kepada penulis dalam penelitian ini.
3. Ibu Ruth Mongan BSc,S.Pd,M.Pd selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Kendari.
4. Tim penguji (Anita Rosanty, SST.,M.Kes, Ruth Mongan, B.Sc.,S.M.Kes,
Supiati, STP.,MPH).
5. Seluruh Dosen, staf dan karyawan Poltekkes Kemenkes Kendari
jurusan Analis Kesehatan atas segalah fasilitas dan pelayanan akademik
yang diberikan selama penulis menuntut ilmu.
6. Teristemewa penulis ucapkan terimah kasih kepada Kakak tercinta, Masirun,
Nusi, Doni, dan Samrin,
7. Sahabat-Sahabat (Habibi, Jumiati, Mely, Wafik, Lakaran, Halima,
Ya’qub, Handayani, Dan Mirna) serta sahabat-sahabat (Yo’ae).
8. Seluruh teman di politeknik kesehatan kemenkes kendari jurusan analis
kesehatan angkatan 2013 atas persahabatan yang tulus, pengalaman
berharga dan kenangan yang tak terlupakan selama penulis menuntut ilmu.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat kekurangan
dan kekeliruan, karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat
diharapkan. Demikian Karya Tulis Ilmiah ini, semoga bermanfaat bagi semua
pihak yang membacanya.
Kendari, Juli 2016
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................iv
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................................v
MOTTO ....................................................................................................................vi
ABSTRAK ................................................................................................................vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................x
DAFTAR TABEL ....................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 4C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Typoid ................................................................................. 6B. Tinjauan Tentang Uji Widal............................................................................ 8C. Tinjauan Tentang Suhu Reagen Widal.......................................................... 13
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran ............................................................................................. 15B. Kerangka Konsep ........................................................................................... 16C. Variabel Penelitian ......................................................................................... 16D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif ................................................... 17E. Hipotesis Penelitian........................................................................................ 18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian............................................................................................... 19B. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................... 19C. Populasi dan Sampel ..................................................................................... 19D. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................................... 20E. Instrument Penelitian...................................................................................... 20F. Jenis Data ....................................................................................................... 21G. Pengolahan Data ............................................................................................ 21H. Analisa Data ................................................................................................... 22I. Penyajian Data ............................................................................................... 22J. Etika Penelitian ............................................................................................. 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .............................................................................................. 23B. Pembahasan .................................................................................................... 28
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................... 30B. Saran............................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 :Distribusi Sampel menurut Umur............. ...................................... 24
Tabel 2 :Distribusi Sampel menurut Jenis Kelamin ...................................... 24
Tabel 3 :Distribusi Hasil Pemeriksaan Widal Menggunakan Reagen Pada
Suhu Ruangan................................................................................... 25
Tabel 4 :Distribusi Hasil Pemeriksaan Widal Menggunakan Reagen Pada
Suhu Lemari Es................................................................................. 25
Tabel 5 :Perbedaan Hasil Pemeriksaan Widal Menggunakan Reagen
Yang Disimpan Pada Suhu Ruangan Dan Suhu Lemari Es
Pada Penderita Typoid...................................................................... 26
1
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Poltekkes KemenkesKendari
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari Litbang KendariLampiran 3. Surat Keterangan Telah Melakukan PenelitianLampiran 4. Tabel penelitianLampiran 5. Master Tabel Pengumpulan DataLampiran 6. Pengolahan hasil penelitianLampiran 7. Dokumentasi penelitian
2
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Demam typoid merupakan penyakit infeksi yang masuk melalui
saluran cerna kemudian menyebar keseluruh tubuh melalui darah. Demam
typoid disebabkan oleh bakteri yang disebut Salmonella serovarian dan
paarathypi. Terdapat ratusan jenis bakteri Salmonella, tetapi hanya 4 jenis
yang dapat mengakibatkan penyakit demam typoid yaitu Salmonella
serovarian typhii, parathypi A, parathypi B, parathypi C (Anonim, 2010).Di
Indonesia typoid merupakan penyakit endemis yang berarti kasusnya selalu
ada sepanjang tahun.Umumnya penderita typoid meningkat terutama pada
musim kemarau. Pada saat kemarau terjadi kekurangan air bersih dan sumber
air yang mudah tercemar. Setiap tahun penderita typoid di daerah perkotaan
di Indonesia mencapai angka 700-800 kasus per 100.000 penduduk (Mandal
dan Wilkins, 2011).
Di Indonesia sendiri, penyakit ini bersifat endemik dengan insiden
1.6% dan terbanyak pada usia 5-14 tahun Provinsi Sulawesi Tenggara
insiden typoid sebesar 1.1% (Riskesdas, 2013).
Demam typoid atau thypus abdominalis merupakan penyakit
infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi (Zulkoni, 2011).
Demam typoid ditandai dengan demam berkepanjangan, nyeri perut, diare,
delirium, splenomegali, serta kadang-kadang disertai komplikasi perdarahan
dan perforasi usus (Maarist, 2014). Penyakit ini masih menjadi penyebab
kematian di dunia khususnya negara-negara tropis perti Indonesia,
seberdasarkan data WHO (World Health Orgnization) memperkirakan
angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan
600.000 orang meninggal karena demam typoid dan 70% kematiannya
terjadi di Asia (Depkes RI, 2013).
Berdasarkan data pada dari RSUD Kota Kendari terdapat 206 pasien
yang terserang penyakit typoid dengan total pasien laki laki 91 orang dan
pasien perempuan 115 orang dan paling banyak menyerang usia 15 – 24
3
tahun dengan uraian sebagai berikut jumlah pasien untuk laki laki 18 pasien
dan perempuan 40 pasien, umur 5 -14 dengan jumlah pasien untuk laki - laki
27 pasien dan perempuan 26 orang, umur 25 – 44 tahun dengan jumlah pasien
laki laki 22 orang dan l perempuan 19 orang, umur 45 – 64 tahun dengan
jumlah pasien laki laki 10 orang pasien perempuan 10 orang, dan pada umur
1 – 4 tahun dengan jumlah pasien laki – laki 6 orang dan pasien perempuan
16 orang, pada umur diatas 65 tahun dengan jumlah pasien laki – laki 6 orang
dan pasien perempuan 1 orang. Serta pada umur 28 bulan – 1 tahun dengan
jumlah pasien laki laki 2 orang dan pasien perempuan 3 orang.
Berdasarkan data dari RSUD Kota Kendari tahun 2016 periode januari
– maret tercatat jumlah pasien typoid sebanyak 248 orang dengan uraian
sebagai berikut: pada bulan januari terdapat 27 pasien, pada bulan februari
terdapat 18 pasien dan pada bulan maret mengalami peningkatan dengan
jumlah 203 pasien (data RSUD Kota Kendari. 2016).
RSUD Kota Kendari awalnya terletak di kota kendari, tepatnya di
kelurahan kandai kecamatan kendari dengan luas lahan 3.527 M2 dan luas
bangunan 1.800 M2. RSUD Kota Kendari merupakan bangunan atau gedung
peninggalan pemerintah hindia belanda yang didirikan pada tahun 1927 dan
telah mengalami perubahan beberapa kali hingga pada tahun 2008, oleh
pemerintah kota kendari telah membebaskan lahan seluas 13.000 ha untuk
relokasi rumah sakit, yang di bangun secara bertahap dengan menggunakan
dana APBD, TP, DAK, dan DPPIPD. Dan bedasarkan SK walikota kendari
no 16 tahun 2015 tanggal 13 mi 2015 di kembalikan namanya menjadi RSUD
Kota Kendari sesuai PRDA Kota Kndari No. 17 tahun 2001.
RSUD Kota Kendari saat ini mmiliki sarana dan gedung sebagai
berikut : gedung antrium (kantor), gedung bougrnville (poliklink), gedung
IGD, gedung matahari (radiologi), gedung crysant (kamar operasi), gedung
asoka (ICU), Gedung teratai (obgyn – ponek), gedung lavender (rawat inap
penyakit dalam), gedung mawar (rawat inap anak), gedung melati (rawat inap
bedah), gedung tulip (rawat inap saraf dan THT), Gedung anggrek (rawat
inap VIP, kelas I dan kelas II), Gedung instalasi gizi, gedung laundry, gedung
4
laboratorium, gedung kamar jenazah, gedung VIP serta gedung PMCC.
Tenaga medis yang ada di RSUD Kota Kendari terdiri dari 294 PNS, 244
Non PNS dan 13 PNS Mou dengan total 451 orang.
Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya RSUD kota kendari
mempunyai visi yaitu rumah sakit pilihan masyarakat dan misi berikut:
meningkatkan pelayanan kesehatan dengan menciptakan pelayanan yang
bermutu, cepat, tepat serta terjangkau oleh masyarakat, mendorong
masyarakat untuk memanfaatkan RSUD kota kendari menjadi RS mitra
keluarga, meningkatkan SDM, sarana dan prasarana medis serta non medis
serta penunjang medis, agar tercipta kondisi yang aman dan nyaman bagi
petugas, pasien dan keluarganya serta masyarakat pada umumnya.
Demam typoid atau yang sering thypus terjadi bila seseorang
terinfeksi kuman Salmonella, yang pada umumnya melalui makanan dan
minuman yang tercemar. Apabila kuman yang masuk kedalam tubuh sangat
banyak dan mampu menembus dinding usus serta dapat masuk kealiran darah
hingga menyebar keseluruh tubuh. Maka hal ini akan dapat menimbulkan
infeksi pada organ tubuh lain diluar saluran cerna. Pada hari pertama,
seringkali kesulitan membedakan apakah demam yang timbul disebabkan
oleh thypus atau penyebab demam lain seperti demam berdarah umumnya
meningkat mendadak dengan suhu sangat tinggi, dan demam akan tururn
secara cepat dihari ke 5-6.
Bila demam sudah berlangsung lebih dari 7 hari, maka sangat
memungkinkan demam tersebut disebabkan oleh typoid bukan karena demam
berdarah. Gejala lain yang sering menyertai adalah gejala pada pencernaan
seperti mual, muntah, sembelit, atau diare. Salah satu pemeriksaan
laboratorium yang sering dilakukan untuk mendiagnosa penyakit typoid
adalah pemeriksaan widal (Anonim, 2010).
Untuk mengidentifikasi kejadian penyakit typoid dilakukan dengan
pemeriksaan laboratorium darah. Pemeriksaan laboratorium yang paling
sering digunakan adalah pemeriksaan serologis, diantaranya adalah
pemeriksaan Widal. Prinsip pemeriksaannya adalah reaksi aglutinasi antara
5
antigen kuman Salmonella typhi dengan antibodi yang disebut
aglutinin.Pemeriksaan widal relatif murah dan mudah untuk dikerjakan, tetapi
pemeriksaan ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, sehingga spesifitas
dan sensitivitasnya hanya berkisar 60 – 80 % (Sudoyo, 2010). Tes Widal
dengan menggunakan antigen O dan H merupakan tes sederhana tetapi
memiliki keterbatasan dengan adanya hasil positif dan negatif palsu.Sampai
saat ini Widal masih merupakan tes serologik yang paling sering digunakan
untuk menunjang diagnosistypoid.Kesulitan untuk menginterpretasi hasil tes
Widal disebabkan karena pemeriksaan titer aglutinin O atau H harus
dilakukan dua kali dengan jangka waktu 5-7 hari. Bila terdapat kenaikan titer
sebesar empat kali maka hasil uji ini mempunyai nilai diagnostik untuk febris
(Handojo, 2004).
Secara umum pada tes widal, reagen yang digunakan disimpan di
suhu ruangan (suhu 22-260C) dengan suhu lemari es (2-40C). Mengingat tes
ini merupakan tes yang paling sering digunakan, maka peneliti merasa
tertarikuntuk melakukan penelitian tentang “Perbandingan Hasil Pemeriksaan
Widal Menggunakan Reagen Yang Disimpan Di Suhu Ruangan Dengan Suhu
Lemari Es Pada Penderita Typoid Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari Sulawesi Tenggara”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada perbedaan
hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen yang disimpan di suhu ruangan
dengan suhu lemari es pada penderita suspek typoid di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kendari Sulawesi Tenggara?
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen yang
disimpan di suhu ruangan dengan suhu lemari es pada penderita suspek
typoid di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Sulawesi Tenggara.
6
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen di suhu
ruangan.
b. Mengetahui hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen di suhu
lemari es.
c. Mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen
yang disimpan di suhu ruangan dengan suhu lemari es pada penderita
suspek typoid.
D. Manfaat Penelitian
1.Manfaat Teoritis
Sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan untuk mengetahui
perbandingan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen yang
disimpan di suhu ruanga dengan suhu lemari es pada penderita suspek
typoid.
2. Manfaat Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi
bahan masukan bagi instansi terkait dalam menentukan kebijakan dan
perencanaan program dalam menangani masalah typoid.
3. Manfaat Peneliti
Bagi penulis, penelitian ini sebagai bentuk aplikasi ilmu yang
diperoleh selama menempuh pendidikan, dan sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan pendidikan di Poltekkes Kendari Jurusan Analis.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Typoid
1. Pengertian
Demam typoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang
disebabkan oleh Salmonella thypi, ditandai dengan demam yang
berkepanjangan (lebih dari satu minggu), gangguan saluran cerna dan
gangguan kesadaran.
Salmonella adalah bakteri gram negative berbentuk batang dan
terdiri dari famili enterobacteriaceae. Salmonella Thypi merupakan
penyebab penyakit thypoid fever yang juga disebut demam typoid atau
demam enteric. Salmonella thypi adalah bakteri pathogen yang khusus
menyerang manusia dan dalam perkembangannya demam thypoid telah
menyebabkan kematian diseluruh dunia, terutama pada Negara
berkembang seperti Indonesia (KLotchko, 2011).
2. Marfologi
Salmonella Thypi merupakan bakteri gram negative, yang tidak
memiliki spora, bergerak dengan flagel peritrik, bersifat intraselular
fakultatif dan anaerob fakultatif. Ukurannya berkisar antara 0,7-1,5 x 2-
5µm, memiliki antigen somatik (O), antigen flagel (H) dengan 2 fase
antigen kapsul (Vi). Salmonella berbentuk batang bergerak yang khas
memfermentasikan glukosa dan monosa tanpa membentuk gas tetapi
tidak memfermentasikan laktosa dan sukrosa. Salmonella menghasilan
H2S (Jawetz et al.,2006).
3. Epidemiologi
Salmonella thypi merupakan flora normal dalam usus dimana
infeksi terjadi akibat kontaminasi makanan dan minuman yang
mengakibatkan bakteri masuk kedalam tubuh. Sebagian besar pebderita
thypoid merupakan sebagai agen pembawa (carier) yang terletak pada
7
kandung empedu, saluran empedu, dan sebagian pada usus atau saluran
kemih (Jawetz et al.,2006).
Di Indonesia, typoid tidak dijumpai scara endemis namun sering
dijumpai pada kota-kota besar. Kejadian pada kasus pria dan wanita tidak
terdapat perbedaaan namun angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia
remaja. Data yang ditemukan pada rumah sakit menunjukan peningkatan
jumlah penderita tiap tahunnya sekitar 500/100.000 penduduk dimana
angka kematian yaitu 0,6-5%. Terjadinya kematian tersebut akibat
terlambatnya penanganan, pengobatan dan tingginya biaya pengobatan
(Keputusan Mentri Kesehatan RI, 2006).
4. Pathogenesis dan gejala klinik
Salmonella typoid dapat hidup didalam tubuh manusia. Manusia
yang terinfeksi bakteri Salmonella thypi dapat mengekresikan melalui
sekret saluran nafas, urindan tinja dalam jangka waktu yang bervariasi.
Pathogenesis demam thypoid melibatkan 4 proses mulai dari penempelan
bakteri kelumen usus, bakteri bermultiplikasi di makrofak Peyer’s patch,
bertahan hidup dialiran darah dan mengahsilkan enterotoksin yang
menyebabkan keluarnya elektrolit dan air kelumen intestinal. Bakteri
Salmonella thypi bersama makanan atau minuman masuk kedalam tubuh
melalui mulut.Pada saat melewati lambung pada suasana asam banyak
bakteri yang mati. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus,
melkat padasel mukosa kemudian menginfasi dan menembus dinding
usus tepatnya di ileum dan yeyunum sel. Sel M, sel epitel yang melapisi
Peyer’s patch merupakan tempat bertahan hidup dan multiplikasi
Salmonella thypi.
5. Diagnosa laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk membantuk menegakan
diagnosis demam typoid dapat berupa pemeriksaan darah tepi, uji
serologis, dan kultur atau biakan. Uji serologi digunakan untuk
membantu menegakan diagnosis demam typoid dengan medeteksi
antibody spesifik terhadap komponen antigen Salmonella thypi maupun
8
mendetekis antigen itu sendiri. Beberapa uji serologis yang digunakan
pada demam typoid ini meliputi uji widal, Gall culture, tes tubex, metode
Enzyne immune assay (EIA), metode Enzyne-linked, imunosorbad assay
(ELISA), dan pemeriksaan dipstick (Septiawan, 2013).
6. Penatalaksanaan demam typoid
WHO menyarankan untuk manajemen umum, tindakan dukungan
penting dalam pengelolaan demam typhoid adalah pemberian oral atau
hidrasi intravena, penggunaan anti piretik, dan pemberian nutrisi yang
tepat dan juga indikasi tranfusi darah yang sesuai. Lebih dar 90% pasien
dapat ditangani dirumah dengan pemberian antibiotic secara oral, dengan
perawatan dapat diandalkan, dan juga tidak lanjut dilakukan untuk
mencegah komplikasi atau kegagalan terhadap terapi. Namun, pasien
dengan muntah terus menerus, diare berat dan distensi abdomen mungkin
memerlukan rawat inap dan terapi antibiotic parenteral.
Seterusnya untuk pemberian antibiotic, obat fluroquinolone
adalah lebih cepat dan efektif dibandingkan dengan golongan obat ini
pertama yakni kloramfenikol, ampisilin, amoxilin, dan trimetoptim
sufametoksazol Fluroquinolone. Sebagian besar isolate yang masih
sensitive, Fluroquinolone mencapai penetrasi jaringan yang sampai baik,
dan dapat membunuh intraseluler S.typhi dalam monosit atau makrofag
(WHO, 2012).
B. Tinjaun Tentang Uji Widal
Uji widal merupakan tes seriologi suatu uji serum darah dengan
aglutinasi untuk mendiagnosa demam typoid. Untuk melacak kenaikan titer
dilakukan dengan cara menentukan titer aglutinasi O dan H dengan uji widal
yang telah dipakai sejak tahun 1896. Walaupun diketahui bahwa uji Widal
memiliki banyak kelemahan, tetapi sampai saat ini uji Widal merupakan uji
serologi yang paling banyak dipakai untuk menunjang diagnosis demam
typoid di klinik (Senewiratne et al, 2010).
9
Uji Widal ada dua macam yaitu uji Widal tabung yang membutuhkan
waktu inkubasi semalam dan uji Widal peluncuran yang hanya membutuhkan
waktu inkubasi 1 menit saja. Umumnya sekarang lebih banyak di gunakan uji
Widal cara meluncurkan, karena merupakan uji serologis yang cepat dan
mudah dalam melaksanakannya. Sensitifitas dan terutama spesifisitas tes ini
amat di penggaruhi oleh jenis antigen yang digunakan. Menurut beberapa
peneliti uji Widal yang menggunakan antigen yang di buat dari jenis strain
kuman asal daerah endemis (lokal) memberikan sensitifitas dan spesifisitas
yang secara bermakna lebih tinggi dari pada bila di pakai antigen yang
berasal dari strain kuman asal luar daerah endemis (impor).
Uji Widal sampai sekarang masih digunakan secara luas terutama di
Negara berkembang termaksud Indonesia. Walaupun mempunyai banyak
keterbatasan dan penafsiran uji Widal, untuk menegakan diagnosis typoid
harus hati-hati karena beberapa factor yang dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaannya. Yaitu antara lain keadaan gizi, saat pemeriksaan,
pengobatan antibiotica yang mendahuluinya, daerah endemis, status
imunologis, vaksinasi, penggunaan obat imunosupresif, reaksi silang serta
teknik pemeriksaan (Senewiratne et al, 2010).
Prinsip dasar uji widal yaitu suatu uji aglutinasi yang memakai
sebagai antigen, suspensi kuman yang dikreasikan dengan antibodi spesifik
terhadap kuman tersebut yang ada di dalam serum penderita (Handojo, 2004).
Kegunaan uji Widal untuk diagnosis demam typoid masih
controversial diantara parah ahli karena hasil yang berbeda-beda. Senewiratne
et al. (2010) menyatakan bahwa uji Widal bernilai diagnosis yang tinggi
untuk typoid (94,3%), asalkan dapat di ketahui titer antibodi di orang normal
dan penderita non typoid. Pang dan puthucheary mengatakan bahwa uji Widal
masih merupakan pilihan cara yang praktis sehubunggan kesulitan dalam
memeriksa bakteri di Negara berkembang. Hampir semua ahli sepakat bahwa
kenaikan titer agglutinin 4 kali terutama aglutinin O atau aglutini H dalam
jangka waktu 5-7 hari bernilai diagnostic amat penting untuk demam typoid.
Sebaliknya peningkatan titer agglutinin yang tinggi pada satu kali
10
pemeriksaan Widal terutama agglutinin H tidak memiliki arti diagnostik yang
penting untuk demam typoid. Namun demikian, masih dapat membantu
menegakan diagnostic typoid di penderita dewasa yang berasal dari
nonendemik atau anak umur kurang dari 10 tahun dari daerah
endemik.Sebabdikelompok penderita ini kemungkinan terkena s.typhi dalam
dosis subterinfeksi masih amat kecil.
Kelemahan uji widal yaitu antigen strain s.tiphi yang di pakai amat
berpengaruh pada uji widal, dan kadar aglutinasi dalam serum yang amat
tinggi dapat menimbulkan fenomena prozone sehingga dapat menyebabkan
kesalahan dalam pembacaan uji widal, cara pembacaan uji widal di lakukan
dengan mata telanjang sehingga dapat memberikan ketidak sesuwaian hasil
pembacaan yang cukup besar dan warna aglutinan pada umumnya tidak
berwana sehingga dapat menyukarkan pembacaan uji widal (Handojo, 2004).
Di orang dewasa atau anak di atas 10 tahun yang bertempat tingal di
daerah endemic kemungkinan untuk menelan s.thypi dalam dosis
subterinfeksi lebih besar, sehingga uji Widal dapat memberikan ambang atas
titer rujukan yang berbeda-beda antara daerah endemic yang satu dengan
yang lainnya. Bergantung dari derajat endemisnya dan juga perbedaan
keadaan antara anak di bawah umur 10 tahun dan orang dewasa. Di dasari hal
tersebut di atas, bila uji Widal masih di perlukan untuk menunjang
diagnosisdemam typoid, ambang atas titer rujukannya baik anak maupun
orang dewasa perlu di tentukan.
Besar titer antibodi yang bermakna untuk diagnosisdemam typoid di
Indonesia belum terdapat kesesuian.Dari hasil beberapa penelitian
menunjukan bahwa kegunaan uji widal untuk diagnosis typoid bergantung
prosedur yang digunakan di masing-masing rumah sakit atau laboratorium.
Menurut penelitian Loho et al. uji widal dianggap positive bila titer antibodi
1/80, baik aglutinin O maupun H dengan kriteria diagnositik tunggal atau
gabungan. Bila dipakai kriteria tunggal maka agglutinin O lebih bernilai
diagnostic dari pada aglutinin H.
Macam - macam reagen yang digunakan dalam uji widal
11
1. Antigen O
Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar
tubuhkuman.Strukturkimianya terdiri dari lipopoli sakarida. Antigen ini
tahan terhadap pemanasan 100oc selama 2-5 jam, alcohol dan asam yang
encer.
2. Antigen H
Antigen H merupakan antigen yang terletak diflagela, fibriae atau fili
S.thypi berstruktur kimia protein. S thypi mempunyai antigen H phase 1
tunggal yang juga memiliki beberapa salmonella lain. Antigen ini tidak
aktif apada pemanasan diatas suhu 60oc dan pada pemberian alkohol atau
asam.
3. Antigen Vi
Antigen Vi terletak dilapisan terluar S. thypi (kapsul) yang melindungi
kuman dari fagositosis dengan struktur kimia glikolipid akan rusak bila
dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60oc, dengan pemberian asam dan
fenol. Antigen ini digunakan untuk mengetahui adannya karier.
4. Outer Membrane protein (OMP)
Antigen OMP salmonella thypi merupakan bagian dinding sel yang
terletak diluar membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang
membatasi sel terhadap lingkungan sekitanya. OMP ini terdiri dari 2
bagian yaitu protein porin dan protein non porin. Porin merupakan
komponen utama OMP C, OMP D, OMP D, OMP F dan merupakan
saluran hidrofilik yang berfungsi untuk difusi solut dengan BM < 6000.
Sifatnya resisten terhadap proteolisis dan dena turasi pada suhu 85-100oc.
protein nonporin terdiri atas protein OMP A, protein a dan lipoprotein,
bersifat sensitif terhadap protease, tetapi fungsinya masih belum
diketahui dengan jelas. Beberapa peneliti menemukan antigen OMP S
thipy yang sangat spesifik yaitu antigen protein 50 kDa/52 kDa.
Adapun karakteristik uji widal antara lain validitas, kepraktisan
dan biaya pemeriksaan cukup murah dan masih terjangkau oleh
masyarakat kita (Handojo, 2004).
12
Uji widal merupakan salah satu metode yang memanfaatkan
imunologi untuk membantu diagnosis febris, dengan kriteria :
a. Positif : jika ada aglutinasi
b. Negatif : jika tidak ada aglutinasi (Sabir, 2011).
Prosedur Kerja Uji Widal
1. Pra Analitik
a. Persiapan pasien : tidak memerlukan pasien khusus
b. Persiapan alat : alat yang digunakan dalam penelitian ini seperti
tabung reaksi dan slide pemeriksaan dibersihkan dan dikeringkan.
c. Persiapan sampel
1) Pengambilan darah
a) Tangan pasien diletakan diatas meja dengan telapak
tangan menghadap keatas
b) Lengan diikat dengan cukup erat dengan tourniquit
untuk membendung aliran darah, tetapi tidak boleh
terlalu kencang sebab dapat merusak pembuluh darah.
c) Dibersihkan lokasih penusukan dengan kapas alkohol
70% dan biarkan kering
d) Jarum ditusuk kedalam vena dengan posisi jarum
menghadap keatas dengan sudut 450
e) Isap darah sampai volume yang dibutuhkan, sementara
itu minta pasien untuk membuka kepalan tangannya
f) Jarum ditarik berlahan-lahan, diplester bagian vena dan
lepas setelah 15 menit
g) Darah dipindahkan dari spoit kedalam tabung dan
dialirankan lewat dinding tabung yang tersediah
2) Cara pengolahan serum
a) Disediakan tabung sentrifuge yang bersih dan kering
b) Darah dialirkan lewat dinding tabung sebanyak 1 ml,
kemudian diamkan beberapa menit lalu dimasukkan
13
dalam sentrifuge putar selama 10 menit dengan
kecepatan 3000 rpm
c) Tabung dikeluarkan dari sentrifuge, cairan kuning yang
terdapat dibagian atas yang digunakan sebagai bahan
pemerikaan
2. Analitik
a. Siapkan alat dan bahan
b. Serum dipipet sebanyak 20 µl, 10 µl, 5 µl
c. Serum diteteskan diatas papan pemeriksaan
d. Tambahkan reagen tydal tiap lingkaran sebanyak 40 µl, maka
pengencerannya adalah 1/80, 1/160, dan 1/320
e. Campur reagen tydal dan serum sehingga homogen dengan
menggunakan batang pengaduk
f. Kemudian baca hasil dengan melihat adanya aglutinasi dalam
waktu 1 menit
3. Pasca Analitik
Bila terjadi aglutinasi, dikatakan reaksi widal positif yang
berarti serum tersebut mempunyai antibody tarhadap salmonella
typhi dan bila tidak terjadi aglutinasi maka dikatakan serum
seseorang tidak mempunyai antibody terhadap salmonella typhi.
N
o
Sampel µl Reagen µl Titer
1 20 40 1/80
2 10 40 1/160
3 5 40 1/320
C. Tinjauan Tentang Suhu Reagent Widal
Reagen yang diperlukan disesuaikan dengan metode yang digunakan
untuk tiap pemeriksaan di Laboratorium Puskesmas tersebut. Penanganan dan
penyimpanan reagen harus sesuai persyaratanantara lain:
1. Perhatikan tanggal kadaluwarsa, suhu penyimpanan.
14
2. Pemakaian reagen dengan metode First in–First out (sesuaiurutan
penerimaan).
3. Sisa pemakaian reagen tidak diperbolehkan dikembalikan kedalam
sediaan induk.
4. Perhatikan perubahan warna, adanya endapan, kerusakanyang terjadi
pada sediaan reagen.
5. Segera tutup kembali botol sediaan reagen setelah digunakan.
6. Lindungi label dari kerusakan.
7. Tempatkan reagen dalam botol berwarna gelap dan lemari supaya tidak
kena cahaya matahari langsung.
8. Reagen harus terdaftar di Kementerian Kesehatan.
a. Penyimpanan dan Stabilitas Reagen
Semua reagen (Suspensi antigen S. typhi O, Suspensi antigen S.
typhi H, Suspensi antigen S. paratyphi „AH‟, dan Suspensi antigen S.
paratyphi „BH‟) yang siap digunakan disimpan di lemari Es dengan
temperatur 20C-40C sampai jika akan digunakan. Lemari pendingin
(refrigerator). Fungsinya adalah untuk menyimpan reagen dan
sampel, volume sesuai kebutuhan reagen dan sampel disimpan dalam
lemari pendinginyang terpisah
b. Penggunaan reagen widal
Semua reagen (Suspensi antigen S. typhi O, Suspensi antigen S.
typhi H, Suspensi antigen S. paratyphi „AH‟, dan Suspensi antigen S.
paratyphi „BH‟) yang akan digunakan terlebih dahulu di stabil pada suhu
ruagan yaitu 220C – 260C untuk mencegah penggumpalan reagen
sehingga reagen tidak homogeny yang dapat mengakibatkan terjadi
kesalahan dalam pemeriksaan widal. Namun Suhu ruangan tidak boleh
panas, dengan sirkulasi udara yang baik maka disarankan suhu
dipertahankan antara 220C s/d260C.
15
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Demam typoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang di sebabkan
oleh salmonella thypi, ditandai dengan demam yang berkepanjangan (lebih
dari satu minggu), gangguan saluran cerna dengan gangguan kesadaran
(Inawati, 2011)
Untuk mengidentifikasi kejadian penyakit typoid dilakukan dengan
pemeriksaan laboratorium darah. Pemeriksaan laboratorium yang paling
sering digunakan adalah pemeriksaan serologis, diantaranya adalah
pemeriksaan Widal.
Tes Widal dengan menggunakan antigen O dan H merupakan tes
sederhana tetapi memiliki keterbatasan dengan adanya hasil positif dan
negative. Kesulitan untuk menginterpretasi hasil tes Widal disebabkan karena
pemeriksaan titer aglutinin O atau H harus dilakukan dua kali dengan jangka
waktu 5-7 hari. Bila terdapat kenaikan titer sebesar empat kali maka hasil uji
ini mempunyai nilai diagnostik untuk typoid. Adapun hasil pemeriksaan uji
widal disimpan d suhiu ruangan dengan suhu lemari es (Handojo, 2004).
16
Alur penelitian
Pasien
Pengambilan sampel darah2 ml
centrifuge
Pemipetan serum
Reagent widal yaitu : O, H,AH, BH.
Reagent dengansuhu kamar
Tahap uji
Reagent dengansuhu ruangan
Titer hasilpemeriksaan widal
Titer hasilpemeriksaan widal
17
B. Kerangka Konsep
Berdasarkan dasar pemikiran, maka di buatkan kerangka konsep sebagai
berikut :
Keterangan :
: variabel bebas
: variabel terikat
C. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri atas satu variabel
yakni pemeriksaan widal dengan menggunakan dua reagen yang berbeda
yakni reagen suhu ruangan dengan suhu lemari es.
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Uji widal merupakan salah satu metode yang memanfaatkan imunologi
untuk membantu diagnosis demam typoid, dengan kriteria :
a. Positif : jika ada aglutinasi
b. Negatif : jika tidak ada aglutinasi (Sabir, 2011).
2. Demam typoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang di sebabkan
oleh salmonella thypi, ditandai dengan demam yang berkepanjangan
(lebih dari satu minggu), gangguan saluran cerna dengan gangguan
kesadaran (Inawati, 2011).
3. Suhu yang di anjurkan untuk penggunaan reagent widal adalah suhu
reagen yang di biarkan mencapai suhu ruangan dengan criteria objektif:
Suhu ruangan
Suhu lemari es
Hasilpemeriksaan
widal
18
a. Semua reagen (Suspensi antigen S. typhi O, Suspensi antigen S. typhi
H, Suspensi antigen S. paratyphi „AH‟, dan Suspensi antigen S.
paratyphi „BH‟) yang akan digunakan terlebih dahulu di stabil pada
suhu ruagan yaitu 220C – 260C, dikatakan positif jika ada aglutinasi
(titer 1/80, 1/160 dan 1/320) dan dikatakan negatif jika tidak ada
aglutinasi (titer 0).
4. Suhu penyimpanan reagent widal yang baik adalah menggunakan suhu
Lemari Es dengan criteria objektif yaitu :
a. Semua reagen (Suspensi antigen S. typhi O, Suspensi antigen S. typhi
H, Suspensi antigen S. paratyphi „AH‟, dan Suspensi antigen S.
paratyphi „BH‟) yang siap digunakan disimpan pada lemari Es
dengan temperatur 20C - 40C, dikatakan positif jika ada aglutinasi
(titer 1/80, 1/160 dan 1/320) dan dikatakan negatif jika tidak ada
aglutinasi (titer 0).
E. Hipotesis Penelitian
Perbandingan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen yang
disimpan di suhu ruangan (220C-260C) dengan suhu lemari es (20C-40C) dapat
dihitung dengan menggunakan hipotesis :
H0: tidak ada perbedaan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen yang
disimpan di suhu ruangan dengan suhu lemari es pada penderita suspek
typoid di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Sulawesi Tenggara,
jika nilai p < 0,05
Ha : Ada perbedaan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen yang
disimpan di suhu ruangan dengan suhu lemari es pada penderita suspek
typoid di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Sulawesi Tenggara,
jika nilai p > 0,05
Menggunakan rumus Chi-Square yaitu :
X2 = Ʃ (fo – fe)2
fe
19
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik
yaitu untuk melihat perbedaan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen
yang disimpan di suhu ruangan dengan suhu lemari es pada penderita suspek
typoid.
B. Waktu Dan Tempat Penelitian
1. Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2016.
2. Tempat
Tempat penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Kota
Kendari Sulawesi Tenggara.
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian dari semua elemen
yang ada dalam penelitian (Nursalam. 2006).
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan dan rawat inap di
rumah sakit umum daerah Kota Kendari Sulawesi tenggara. Dengan
jumlah 37 Pasien suspek typoid
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini seluruh penderita demam typoid yang
rawat inap di Rumah Sakit Umum Kota Kendari Sulawesi Tenggara pada
saat penelitian, sehingga metode penarikan sampel menggunakan metode
total sampling, dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut
a. Kritria Inklusi
1) Pasien susped typoid yang melakukan rawat inap di RSUD Kota
Kendari dan bersedia dijadikan sampel dalam penelitian.
20
b. Kriteria Eklusi
1) Pasien susped typoid yang menjalani rawat jalan di RSUD Kota
Kendari
D. Prosedur Pengumpulan Data
Adapun bagan prosedur pengumpulan data :
E. Instrument PenelitianAdapun instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Alat yang di gunakan yaitu :
a) Mikropipet
b) Objek glass
c) Tabung EDTA
d) Tips kuning
e) Centrifuge
f) Tabung centrifuge
g) Tourniquit
2. Bahan yang di gunaka yaitu :
a) Serum
b) Kapas alkohol 70%
Lembar permintaan pemeriksaan
Buku reka medik
Pemisahan data
Pengumpulan data
pemeriksaan
Hasil pemeriksaan widal
21
c) Spoit
d) Batang pengaduk
e) Reagen salmonella typhi O
f) Reagensalmonella typhi H
g) Reagen salmonella typhi AH
h) Reagen salmonella typhi BH
F. Jenis Data
Adapun jenis data yang dikumpul dalam penelitian ini adalah data
primer dan sekunder. Data primer berupa data hasil pemeriksaan uji widal
menggunakan reagen yang disimpan pada suhu lemari es dan suhu ruangan.
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti melalui data atau
dokumentasi mengenai hasil pemeriksaan uji widal.
G. Pengolahan Data
1. Memeriksa Data (Editing)
Editing adalah langkah atau kegiatan yang dilakukan dengan maksud
memeriksa data, menghindari yang salah dari data yang telah
dikumpulkan, serta memperjelas data yang diperoleh.
2. Member Kode (Koding)
Koding adalah kegiatan mengkalifikasikan data menurut kategori dan
jenisnya masing-masing untukmemudahkan dalam pengolahan data maka
setiap kategori diberi kode.
3. Memasukan Data (Entry Data)
Entry Data adalah kegiatan memasukan data sesuai dengan variable-
variabel yang telah ada.
4. Menyusun Data (Tabulating)
Tabulating adalah kegiatan untuk merinkas data yang di peroleh kedalam
table-tabel yang telah dipersiapkan.Data yang diperolek kemudian di
kelompokkan dan diproses dengan menggunakan table tertentu menurut
sifat dan kategorinya.
22
H. Analisis Data
1. Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan secara deskritif dari masing-masing variabel
dengan tabel distribusi frekuensi dengan rumusp = 100%Keterangan :
P: presentase
F: Frekuensi
N: Jumlah (Budiarto. 2002).
2. Analisis bivariat
Analisi bivariat dilakukan untuk melihat perbandingan hasil pemeriksaan
uji widal dengan reagen di suhu ruangan dengan suhu lemari es, kemudian
dilakukan uji Chi-Square dengan rumus :
X2 = Ʃ (fo – fe)2
fe
Keterangan :
X2 = chi kuadrat
fo = frekuensi yang diobservasi
fe = frekuensi yang diharapkan
I. PenyajianData
Data yang telah diolah disajikan secara deskriptif dalam bentuk narasi
dan tabel yang disertai penjelasan.
J. Etika Penelitian
Adapun etika penelitian yaitu :
1. Menyertakan surat pengantar dari fakultas yang ditujukan kepada tempat
penelitian sebagai bentuk permohonan izin untuk melakukan penelitian.
2. Menjamin kerahasiaan semua data yang ada pada rekam medik sehingga
tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang kami lakukan.
23
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran umum lokasi penelitian
a. Letak Geografis
RSUD Kota Kendari terletak di Jl. Brigjen Z.A Sugianto No : 39
Kel. Kambu Kec Kota Kendari. Pada tahun 2008, oleh pemerintak Kota
Kendari telah memunyai lahan seluas 13.000 ha.
Batas wilayah RSUD Kota Kendari
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Mandonga.
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Poasia.
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Mokoau.
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Wua-wua.
b. Sejarah Berdirinya RSUD Kota Kendari
RSUD Kota Kendari merupakan bangunan atau gedung
peninggalan pemerintah Hindia Belanda didirikan pada tahun 1927 dan
telah mengalami beberapa kali perubahan yaitu Dibangun oleh
Pemerintah Belanda pada tahun 1927, dilakukan rehabilitas oleh
pemerintah Jepang pada tahun 1942-1945, menjadi rumah sakit tentara
pada tahun 1945-1960, menjadi RSU Kabupaten Kendari pada tahun
1960-1989, menjadi Puskesmas Gunung Jati pada tahun 1989-2001,
menjadi RUS Kota Kendari pada tahun 2001 berdasarkan Perda Kota
Kendari No. 17 Tahun 2001.
Diresmikan penggunaannya sebagai RSUD Abunawas Kota
Kendari oleh bapak Walikotaa tanggal 9 Desember 2011 Rumah Sakit
Umum Daerah Abunawas Kota Kendari resmi menempati Gedung baru
yang terletak di Jl. Brigjen Z.A Sugianto No : 39 Kel. Kambu Kec.
Kambu Kota Kendari. Pada tanggal 12-14 Desember 2012 telah
divisitasi oleh TIM Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS), dan
berhasil terakreditasi penuh sebanyak 5 pelayanan ( Administrasi dan
24
Manajemen, Rekam Medik, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Medik,
IGD ). Berdasarkan SK Walikota Kendari No. 16 Tahun 2015 tanggal
13 Mei 2015 dikembalikan namanya menjadi RSUD Kota Kendari
sesuai PERDA Kota Kendari No. 17 Tahun 2001.
c. Sarana dan Prasarana Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari
Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari terbagi
atas beberapa bagian ruang, yaitu:
1) Ruang Administrasi;
2) Ruang Tunggu Pasien;
3) Ruang Sampling;
4) Ruang Pengolahan Sampel, terbagi atas:
a) Ruang Kimia;
b) Ruang Hematologi, Serologi dan Urinalisa;
c) Ruang Bakteri dan Parasit.
5) Toilet, terbagi atas :
a) Toilet Pasien;
b) Toilet Petugas Laboratorium
6) Ruang Istrahat;
7) Ruang Ganti;
8) Ruang Penyimpanan Alat Gelas dan Reagen.
Dalam menunjang pelayanan kesehatan, Laboratorium Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Kendari dilengkapi dengan pemeriksaan
laboratorium yang terdiri dari Pemeriksaan Hematologi ( Darah
Rutin menggunakan alat Hematologi Analyzer yang pemeriksaannya
meliputi Hematologi (Hb), Leukosit, Eritrosit, Hematokrit, MCV,
MCH, MCHC, Trombosit, Laju Endap Darah (LED) (meliputi
pemeriksaan CT, BT, Hitung Jenis) pemeriksaan Kimia Darah
(Glukosa : GDS, GDP, GD 2 Jam PP, SGOT, SGPT, Protein Total,
Albumin, Globulin, Bilirubin Total, Chol LDL, Trigliserida.
Pemeriksaan Urinalisis ( Kimia Urin (Carik Celup/Strip), Sedimen
25
Urin. pemeriksaan Bakteriologi (Basil Tahan Asam(BTA)).
Pemeriksaan Parasitologi (DPR Malaria,Feaces,jamur). pemeriksaan
Immunologi/Serologi (Plano Test (tes kehamilan), Widal Test, Test
Narkoba, Golongan Darah, HbsAg, Anti Hbs, HIV.
d. Tenaga Labolatorium
Tenaga Labolatorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari
berjumlah 16 terdiri dari 1 kepala Labolatorium, 1 administrasi, 1
penanggung jawab Kimia Klinik ,1 penanggung jawab hematologi ,1
penanggung jawab Mikrobiologi,1
2. Karakteristik Responden
Tabel 5.1Distribusi Hasil Pemeriksaan Widal Pada Penderita Suspek
Typoid Menurut Umur
Umur (Tahun) N %
13 – 19
20 – 35
36 – 40
13
22
2
35,1
59,5
5,4
Jumlah 37 100
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar (59,5%) pasien
berumur 20 – 35 tahun dan sebagian kecil (5,4%) pasien berumur 36 –
40 tahun
Tabel 5.2Distribusi Hasil Pemeriksaan Widal Pada Penderita Suspek
Typoid Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin N %
Laki-laki
Perempuan
17
20
45,9
54,1
Jumlah 37 100
26
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar (54,1%) pasien
berjenis kelamin perempuan dan sebagian kecil (45,9%) pasien berjenis
kelamin perempuan.
3. Analisis Univariat
a. Hasil Pemeriksaan Widal Menggunakan Reagen di Suhu
Ruangan
Tabel 5.3Distribusi Hasil Pemeriksaan Widal Pada Penderita Suspek
Typoid Menggunakan Reagen di Suhu Ruangan
Hasil Uji Widal Pada Suhu
Ruangann %
Positif
Negatif
34
3
91,9
8,1
Total 37 100
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 37 pasien sebagian besar
atau sekitar 91,9% (n = 34) menderita demam typoid dan 8,1% (n=3)
tidak menderita demam typoid.
b. Hasil Pemeriksaan Widal Menggunakan Reagen di Suhu Lemari
Es
Tabel 5.4Distribusi Hasil Pemeriksaan Widal Pada Penderita Suspek
Typoid Menggunakan Reagen di Lemari Es
Hasil Uji Widal Pada Suhu
Lemari Esn %
Positif
Negatif
24
13
64,9
35,1
Total 37 100
27
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 37 pasien sebagian besar
atau sekitar 64,9% (n = 24) menderita demam typoid dan 35,1%
(n=13) tidak menderita demam typoid.
4. Analisis Bivariat
Tabel 5.5Perbedaan Hasil Pemeriksaan Widal Menggunakan Reagen Yang
Disimpan di Suhu Ruangan Dengan Suhu Lemari EsPada Penderita Typoid
N
o
Hasil test
widal
Suhu
ruangan
Suhu
lemari es
Tot
al%
1 Positif 34 24 58 78,4
2 Negatif 3 13 16 21,6
Total 37 37 74 100
x2 hitung 7,97
x2 tabel 3,841
Keteranganx2 hitung > x2
tabel
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 37 sampel pada uji widal
dengan reagen yang disimpan pada suhu ruangan sebanyak 34 pasien
positif menderita demam typoid dan pada uji widal dengan reagen yang
disimpan pada suhu lemari es sebanyak 24 pasien positif menderita
demam typoid.
Analisis statistik menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai
x2hitung > x2tabel (7,97 > 3,841), sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada perbedaan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen yang
disimpan pada suhu ruangan dan suhu lemari es pada penderita typoid.
28
B. Pembahasan
1. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Widal Menggunakan Reagen Yang
Disimpan Pada Suhu Ruangan Dan Suhu Lemari Es Pada Penderita
Typoid
Hasil penelitian sebagaimana disajikan tabel 5.5 diketahui bahwa
dari 37 sampel pada uji widal dengan reagen yang disimpan pada suhu
ruangan sebanyak 34 pasien positif menderita demam typoid dan pada uji
widal dengan reagen yang disimpan pada suhu lemari es sebanyak 24
pasien positif menderita demam typoid.
Analisis statistik menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai
x2hitung > x2tabel (7,97 > 3,841), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen yang disimpan
pada suhu ruangan dan suhu lemari es pada penderita typoid. Adanya
perbedaan hasil yang signifikan antara kedua reagen ini kemungkinan
diakibatkan oleh faktor waktu penyimpanan reagen yang digunakan di
lemari es.
Tes Widal umumnya menunjukan hasil positif pada hari ke 5 atau
lebih setelah terjadinya infeksi bakteri Salmonella enterica serotype typhi.
Oleh karena itu bila infeksi baru berlangsung beberapa hari sering kali
hasil tes Widal menunjukan hasil negatif dan menjadi positif bilamana
pemeriksaan diulang beberapa hari kedepan. Dengan demikian hasil tes
Widal negatif terutama pada beberapa hari pertama demam belum dapat
menyingkirkan kemungkinan terjadinya demam typhoid. Tes Widal
memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang rendah. Selain itu tes Widal
dapat menyebabkan hasil positif-palsu dalam mendiagnosis demam
typhoid karena Salmonella enterica serotype typhi sama-sama memiliki
antigen O dan antigen H dengan Salmonella serotype lainnya dan memiliki
reaksi silang epitope dengan Enterobacteriace (WHO, 2011).
29
Penyimpanan semua reagen (Suspensi antigen S. typhi O,
Suspensi antigen S. typhi H, Suspensi antigen S. paratyphi „AH‟, dan
Suspensi antigen S. paratyphi „BH‟) yang siap digunakan disimpan pada
lemari Es dengan temperatur -20C- 40C sampai jika akan digunakan.
Lemari pendingin (refrigerator) fungsinya adalah untuk menyimpan
reagen dan sampel, volume sesuai kebutuhan reagen dan sampel disimpan
dalam lemari pendingin yang terpisah.
Sedangkan penggunaan reagen widal (Suspensi antigen S. typhi
O, Suspensi antigen S. typhi H, Suspensi antigen S. paratyphi „AH‟, dan
Suspensi antigen S. paratyphi „BH‟) yang akan digunakan terlebih dahulu
di stabil pada suhu kamar yaitu 220C – 260C untuk mencegah
penggumpalan reagen sehingga reagen tidak homogeny yang dapat
mengakibatkan terjadi kesalahan dalam pemeriksaan widal. Namun Suhu
ruangan tidak boleh panas, dengan sirkulasi udara yangbaik maka
disarankan suhu dipertahankan antara 220C s/d 260C.
30
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Ada perbedaan hasil uji widal dengan reagen di suhu ruangan dengan suhu
lemari es pada penderita suspek typoid.
2. Hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen pada suhu ruangan sebesar
(91,9%) tergolong positif.
3. Hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen pada suhu lemari es
sebagian besar (64,9%) tergolong positif.
4. Hasil Pemeriksaan widal menggunakan reagen yang disimpan pada suhu
ruangan diperoleh hasil (78,4%) tergolong positif dan suhu lemari es pada
penderita typoid diperoleh hasil (21,6) tergolong negatif.
B. Saran
1. Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari agar
lebih meningkatkan tentang pemeriksaan widal menggunakan reagen yang
disimpan pada suhu ruangan dan suhu lemari es pada penderita demam
typoid.
2. Dapat dijadikan sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan untuk
mengetahui perbandingan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen
yang disimpan pada suhu kamar dan suhu lemari es pada penderita typoid.
3. Untuk peneliti selanjutnya bisa mengganti variabel penelitian dengan
menggunakan uji widal tabung.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2013. Sistematika Pedoman Pengendalian Penyakit typoid. Jakarta:Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan.
Handojo, Indro, 2004. Imunoasai Terapan Pada Beberapa Penyakit Infeksi. PT.Airlangga University Press.Surabaya.
Huda dan Kusuma, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan DiagnosaMedis. PT. Mediaction. Yogyakarta.
Kusuma, 2010. Penyuluhan Pengenalan Dan Pemahaman Typoid SertaPertolongan Pertamanya Melalui Pemanfaatan Potensi Tumbuhan Obat DiDesa Pasir Jambu Kecamatan Pasir Jambu Kabupaten Bandung.Universitas Padjadjaran Bandung.
Kemenkes RI. 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Jakarta
Mandal dan Wilkins, 2011. Penyakit Infeksi. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Mulyawan Sylvia, Surjawidjaja Julius. Tinjauan Ulang Peranan Uji WidalSebagai Alat Diagnostik Penyakit Demam Typhoid Di Rumah Sakit. Jakarta:2004. p. 14-6. accessed 7 januari 2011
Munandar, A. dan Tjandra Leksana. 2010. Pedoman Pengobatan. cet. I . Jakarta:Medipress.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 037 Tahun 2012 Tentang PenyelenggaraanLaboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013. Badan Penelitian danPengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Sabir, 2011. Perbandingan Tes Serologi Dipstik Dengan WidalUntuk DiagnosisDemam Tifoid.Jurnal PenelitianFakultas Kedokteran UniversitasHasanuddin Makasar. Vol.22 No.3.
Sudoyo, W.A., 2010. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, Buku Ajar Edisi KeempatFakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Fakultas KedokteranUnversitas Indonesia.
Sulistia, 2011. Farmakologi dan Terapi. edisi IV. Jakarta : FK UI.
Senewiratne, B., Chir, B., Senewiratno, K., 2010, Reassesmentof the Widal test inthe diagnosis of typhoid. Gastroenterology.
Waspadji, Sarwono, et al. 2010. Ilmu Penyakit Dalam. edisi I. Jakarta : FKUI.
WHO, 2011. Low Birth Weight. New York
Widodo D. Demam Tifoid. In : Sudhoyo AW, Setiyo B, Alwi I (eds). Buku AjarIlmu Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit DalamFKUI; 2006. p. 1752-57
Lampiran :
Uji statistik menggunakan uji chi-square
perbedaan hasil pemeriksaan widal menggunakan reagen yang disimpan disuhu ruangan dengan suhu lemari es pada penderita suspek typoid di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Kendari sulawesi tenggara
No Hasil test
widal
Suhu
ruangan
Suhu
lemari es
Jumlah
1 Positif 34 24 58
2 Negatif 3 13 16
Total 37 37 74
Rumus Chi-Square :
X2 = Ʃ (o – e)2
E
Keterangan : e = total baris x total kolomgrand total
(Ʃfk) (Ʃfb)fe =
ƩN
e1 = 37 x 58 = 2974
e2 = 37 x 16 = 874
e1 = 37 x 58 = 2974
e2 = 37x 16 = 874
o E o – e (o – e)2 o – e2
e34 29 5 25 0,863 8 -5 25 3,12524 29 5 25 0,8613 8 -5 25 3,125
X2 hitung 7,97
x2 tabel pada α 0,05 dengan db (b-1) (k-1)
db = (2-1) (2-1) = 1x1 = 1
x2 tabel pada db 1 dengan α 0,05 = 3,841
Jika x2 hitung > x2 tabel maka ada perbedaan
Jika x2 hitung < x2 tabel maka tidak ada perbedaan
Hasil perhitungan :
x2 hitung = 7,97
x2 tabel = 3,841
Berarti x2 hitung > x2 tabel, jadi ada perbedaan hasil pemeriksaan uji widal
dengan reagen di suhu ruangan dengan suhu lemari es.
30
MASTER TABEL PENGUMPULAN DATA PENELITIANPERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN WIDAL MENGGUNAKAN REAGEN YANG DISIMPAN DI SUHU
RUANGAN DENGAN SUHU LEMARI ES PADA PENDERITA SUSPEK TYPOID DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHKOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA
NoKode
SampelNama
Responden
Umur Jenis Kelamin Pemeriksaan Widal
13 - 19 20 - 35 36 - 40 L PSuhu Ruangan Suhu Lemari Es+ - + -
1 D1 DI √ √ √ √2 R2 RA √ √ √ √3 P3 PU √ √ √ √4 N4 NU √ √ √ √5 I5 IR √ √ √ √6 A6 AN √ √ √ √7 N7 NI √ √ √ √8 S8 SI √ √ √ √9 N9 NU √ √ √ √
10 N10 MA √ √ √ √11 A11 AS √ √ √ √12 F12 FI √ √ √ √13 L12 LI √ √ √ √14 A14 AI √ √ √ √15 L15 LI √ √ √ √16 R16 RO √ √ √ √17 F17 FA √ √ √ √
18 E18 EP √ √ √ √19 E19 DE √ √ √ √20 R20 RI √ √ √ √21 A21 AS √ √ √ √22 S22 SI √ √ √ √23 R23 RE √ √ √ √24 I24 IS √ √ √ √25 N25 NO √ √ √ √26 M26 MA √ √ √ √27 E27 ER √ √ √ √28 S28 SU √ √ √ √29 R29 RO √ √ √ √30 W30 WA √ √ √ √31 N31 NA √ √ √ √32 L32 WI √ √ √ √33 L33 LI √ √ √ √34 E34 EF √ √ √ V35 A35 AN √ √ √ √36 I36 IF √ √ √ √37 N37 MU √ √ √ √
Jumlah 13 22 2 17 20 34 3 24 13
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI
LABORATORIUM
Jl.Z.A. Sugianto No.39 Kota Kendari Tlp.(0401) 33359171
TABEL HASIL PENELITIANPERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN WIDAL MENGGUNAKAN REAGEN YANG DISIMPAN DI SUHU
RUANGAN DENGAN SUHU LEMARI ES PADA PENDERITA SUSPEK TYPOID DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHKOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA
No Kode Sampel Nama Responden Umur Jenis KelaminHasil Pemeriksaan Uji Widal
Suhu Lemari Es Suhu Ruangan1 D1 DI 20 L 1/80 1/160
2 R2 RA 19 L 1/80 1/160
3 P3 PU 22 L 1/320 1/320
4 N4 NU 20 P - -
5 I5 IR 21 P 1/80 1/160
6 A6 AN 21 L 1/320 1/320
7 N7 NI 26 L 1/80 1/160
8 S8 SI 16 P 1/320 1/320
9 N9 NU 18 P 1/160 1/320
10 N10 MA 26 P 1/160 1/80
11 A11 AS 20 L 1/160 1/80
12 F12 FI 27 L 1/160 1/320
13 L12 LI 19 L - 1/80
14 A14 AI 29 L - 1/80
15 L15 LI 22 L 1/320 1/320
16 R16 RO 17 L 1/80 1/160
17 F17 FA 18 P 1/80 1/160
18 E18 EP 38 P - 1/80
19 E19 DE 35 L 1/80 1/160
20 R20 RI 21 L 1/320 1/320
21 A21 AS 36 L - 1/80
22 S22 SI 28 P 1/160 1/80
23 R23 RE 35 P 1/160 1/80
24 I24 IS 30 P - 1/80
25 N25 NO 17 L - -
26 M26 MA 20 P 1/320 1/320
27 E27 ER 19 L 1/80 1/160
28 S28 SU 14 L 1/80 1/160
29 R29 RO 16 P - 1/80
30 W30 WA 26 P 1/320 1/320
31 N31 NA 15 P 1/320 1/320
32 L32 WI 19 P 1/320 1/320
33 L33 LI 20 P - -
34 E34 EF 18 P - 1/80
35 A35 AN 22 P - 1/80
36 I36 IF 23 P - 1/80
37 N37 MU 20 P - 1/80
Peneliti
NurfiaNIM. P00320013126
30
NoTaraf Signifikansi
50% 30% 20% 10% 50% 1%1 0,455 1,074 1,642 2,706 3,841 6,6352 1,386 2,408 3,219 4,605 5,991 9,2103 2,366 3,665 4,642 6,251 7,815 11,3414 3,357 4,878 5,989 7,779 9,488 13,2775 4,351 6,064 7,289 9,236 11,070 15,0866 5,348 7,231 8,558 10,645 12,592 16,8127 6,346 8,383 9,803 12,017 14,067 18,4758 7,344 9,524 11,030 13,362 15,507 20,0909 8,343 10,656 12,242 14,684 16,919 21,66610 9,342 11,781 13,442 15,987 18,307 23,20611 10,341 12,899 14,631 17,275 19,675 24,72512 11,340 14,011 15,812 18,549 21,026 26,21713 12,340 15,119 16,985 19,812 22,362 27,68814 13,339 16,222 18,151 21,064 23,985 29,14115 14,339 17,322 19,311 22,307 24,996 30,57816 15,338 18,418 20,465 23,542 26,296 32,00017 16,338 19,511 21,615 24,769 27,587 33,40918 17,338 20,601 22,760 25,989 28,869 34,80519 18,338 21,689 23,900 27,204 30,114 37,56620 19,337 22,775 25,038 28,412 31,410 38,93221 20,337 23,858 26,171 29,615 32,671 38,93222 21,337 24,939 27,301 30,813 33,924 40,28923 22,337 26,018 28,429 32,007 35,172 41,63824 23,337 27,096 29,553 33,196 35,415 42,98025 24,337 28,172 30,675 34,382 37,652 44,31426 25,336 29,246 31,795 35,563 38,885 45,64227 26,336 30,319 32,912 36,741 40,113 46,96328 27,336 31,391 34,027 37,916 41,337 48,27829 28,336 32,461 35,139 39,087 42,557 49,58830 29,336 33,530 36,250 40,256 43,773 50,892
LAMPIRAN 8DOKUMENTASI PENELITIAN
Tip Kuning Mikro Pipet
Batang Pengaduk Sentrifuge
Reagen Papan Slide
Tabung Tahap Sentrifige Darah
Tahap Pemimpetan Serum Tahap uji Widal
Tahap penentuan hasil