kendala-kendala yang dihadapi mahasiswa praktikan program studi pendidikan teknik bangunan jurusan...
DESCRIPTION
Kendala-Kendala yang Dihadapi Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam Malaksanakan Pengelolaan KelasTRANSCRIPT
i
KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPIMAHASISWA PRAKTIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNANJURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANGDALAM MELAKSANAKAN PENGELOLAAN KELAS
DI SEKOLAH-SEKOLAH LATIHANTAHUN 2004
SKRIPSIUntuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Universitas Negeri Semarang
OlehWigiarto
NIM 5114000037Pendidikan Teknik BangunanJURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 26 Juli 2005
Panitia UjianKetua Sekretaris
Drs. Lashari, M.T. Drs. SupriyonoNIP. 131471402 NIP. 131571560
Pembimbing Penguji
Pembimbing I Penguji I
Drs. Supriyono Drs. SupriyonoNIP. 131571560 NIP. 131571560
Pembimbing II Penguji II
Drs. Sumiyadi, M.T. Drs. Sumiyadi, M.T.NIP. 131287400 NIP. 131287400
Penguji III
Drs. Harijadi GBW, M.Pd. NIP. 131404318
Mengetahui,Dekan Fakultas Teknik
Prof. Dr. Soesanto, M.Pd.NIP. 130875753
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Berani Hidup, Berani Mati”
PERSEMBAHAN
untuk ibu bapakku tercinta,
untuk keluarga dan saudara-saudaraku tercinta,
untuk (Alm.) kakek nenekku tercinta,
untuk sahabatku Imam dan Badru,
untuk keluarga besar kos Tut Wuri Handayani ,
untuk rekan-rekan mahasiswa PTB.
iv
SARI
Wigiarto. 2005. Kendala-Kendala yang Dihadapi Mahasiswa Praktikan ProgramStudi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas TeknikUniversitas Negeri Semarang dalam Malaksanakan Pengelolaan Kelas diSekolah-Sekolah Latiahan Tahun 2004. Skripsi. Program Studi PendidikanTeknik Bangunan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas NegeriSemarang. Pembimbing I: Drs. Supriyono, Pembimbing II: Drs. Sumiyadi.
Kata kunci: Kendala-Kendala, Mahasiswa Praktikan, Pengelolaan Kelas.
Peningkatan kualitas Praktik Pengalaman Lapangan merupakan salah satulangkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kualitas lulusannya. Berkaitandengan hal itu, agar PPL berkualitas maka diperlukan adanya perbaikan-perbaikandan pembinaan-pembinaan seperlunya sesuai masalah di lapangan, salah satunyamengenai kemampuan dalam mengelola kelas. Masalah yang dikaji dalam penelitianini adalah kendala-kendala apa yang dihadapi mahasiswa praktikan dalammelaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan tahun 2004. Tujuan daripenelitian ini adalah untuk mengetahui kendala-kendala apa yang dihadapimahasiswa praktikan dalam melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolahlatihan tahun 2004.Dalam penelitian ini subyek yang menjadi populasi adalah semuamahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik UNNES Semarang, yang telah melaksanakan atau menempuhPraktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada tahun 2004, yaitu sebanyak 76 orang.Teknik yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini adalah teknikkuesioner (angket) dan teknik dokomentasi. Analisa data yang digunakan adalahanalisis deskriptif persentase.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pelaksanaan pengelolaan kelas darimahasiswa dalam kriteria cukup menjadi kendala dengan tingkat persentase sebesar67.42%. Sikap siswa di dalam kelas kelas dalam kriteria cukup menjadi kendaladengan tingkat persentase sebesar 60.48%. Fasilitas keadaan ruang kelas dalamkriteria menjadi kendala dengan tingkat persentase sebesar 55.68%. Fasilitas buku-buku pelajaran dalam kriteria cukup menjadi kendala dengan tingkat persentasesebesar 65.15%. Fasilitas media pengajaran dalam kriteria cukup menjadi kendaladengan tingkat persentase sebesar 63.92%. Bimbingan dan bantuan guru pamongdalam kriteria cukup menjadi kendala dengan tingkat persentase sebesar 65.91%.Bimbingan dan bantuan dosen pembimbing dalam kriteria menjadi kendala dengantingkat persentase sebesar 47.73%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, saran yang dapat diberikan adalahMahasiswa praktikan hendaknya lebih siap dalam melaksanakan kegiatan belajarmengajar baik dari segi materi maupun metode yang digunakan dalam proses belajarmengajar sehingga tercipta kondisi kelas yang optimal. Dalam rangka meningkatkansikap positif siswa terhadap mahasiswa praktikan, hendaknya mahasiswa praktikanberusaha meningkatkan hubungan dan kerjasama dengan siswa melalui sistempengajaran yang efektif Bagi pihak-pihak sekolah latihan hendaklah mengusahakanmenambah atau menyempurnakan berbagai fasilitas yang dimiliki, baik mengenai
v
fasilitas keadaan ruang kelas, buku-buku pelajaran, maupun media pengajaransehingga dapat menunjang proses belajar mengajar yang efektif. Bagi guru pamongdalam membimbing mahasiswa praktikan hendaknya lebih intensif dalam prosesbimbingan terutama dalam hal pengelolaan kelas. Bagi dosen pembimbinghendaknya dalam proses bimbingan juga lebih intensif dan peka terhadappermasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa praktikan terutama apabila ada masalahyang harus dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Penelitian ini masih terbataspada deskriptif kendala-kendala dalam pelaksanaan pengelolaan kelas, oleh karenaitu perlu adanya penelitian lebih lanjut lagi pada masalah-masalah yang dihadapioleh mahasiswa praktikan dalam melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan(PPL).
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, pencipta seluruh alam
semesta, karena dengan segala karunia-Nya skripsi ini telah selesai disusun.
Dalam penyusunan skripsi yang berjudul Kendala-Kendala yang Dihadapi
Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam Melaksanakan
Pengelolaan Kelas di Sekolah-Sekolah Latihan Tahun 2004 ini penulis mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis sampaikan
banyak terima kasih kepada :
1. Dr. Ari Tri Soegito, S.H, M.M. Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Prof. Dr. Soesanto, M.Pd. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
3. Drs. Supriyo, M.Pd. Kepala UPT PPL Universitas Negeri Semarang.
4. Drs. Lashari, M.T. Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang.
5. Drs. Supriyono. Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan
dan petunjuk sehingga tersusunnya skripsi ini.
6. Drs. Sumiyadi, M.T. Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan
bimbingan dan petunjuk sehingga tersusunnya skripsi ini.
7. Drs. Harijadi GBW, M.Pd. Dosen Penguji.
Penyusunan skripsi ini masih jauh dari sepurna dan masih banyak
kekurangan pada isi maupun tata tulisnya, oleh karena itu pada kesempatan ini pula
penulis minta maaf yang sebesar-besarnya. Saran dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan agar tercipta karya tulis sejenis yang lebih baik.
vii
Penulis berharap mudah-mudahan hasil dalam penelitian ini dapat
memberikan sumbangan yang berarti dan berguna bagi perkembangan pendidikan
pada umumnya dan peningkatan kualitas pelaksanaan PPL pada khususnya.
Semarang, Juli 2005
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................................ iii
SARI.................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Permasalahan ...................................................................................... 3
1.3 Penegasan Istilah................................................................................. 4
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
1.6 Sitematika Skripsi ............................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengelolaan Kelas ............................................................................... 9
2.1.1 Pengertian Pengelolaan............................................................... 9
2.1.2 Pengertian Kelas ........................................................................ 9
2.1.3 Pengertian Pengelolaan Kelas ..................................................... 10
2.2 Fungsi Guru dalam Pengelolaan Kelas................................................. 12
2.3 Kepribadian Guru dalam Pengelolaan Kelas......................................... 13
ix
2.4 Disiplin Kelas...................................................................................... 13
2.5 Kondisi dan Situasi Proses Belajar Mengajar ....................................... 14
2.5.1 Kondisi Emosional ..................................................................... 15
2.5.2 Kondisi Fisik .............................................................................. 20
2.6 Media/sumber Pengajaran ................................................................... 21
2.7 Praktik Pengalaman Lapangan............................................................. 23
2.7.1 Pengertian Praktik Pengalaman Lapangan................................... 23
2.7.2 Tujuan Praktik Pengalaman Lapangan ........................................ 24
2.7.3 Fungsi Praktik Pengalaman Lapangan......................................... 24
2.7.4 Sasaran Praktik Pengalaman Lapangan....................................... 24
2.7.5 Status Praktik Pengalaman Lapangan ......................................... 25
2.8 Kerangka Berpikir............................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi............................................................................................ 28
3.2 Sampel.............................................................................................. 29
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................ 30
3.4 Rancangan Penelitian ........................................................................ 31
3.5 Teknik Pengambilan Data.................................................................. 32
3.5.1 Metode Dokumentasi ............................................................... 33
3.5.2 Metode Angket ........................................................................ 33
3.6 Prosedur Penelitian ........................................................................... 34
3.6.1 Persiapan Penelitian.................................................................. 34
3.6.2 Proses Penelitian ...................................................................... 35
x
3.6.3 Tahap Akhir Penelitian ............................................................. 38
3.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi Penelitian..................................... 39
3.8 Analisis Data..................................................................................... 39
3.8.1 Editing ..................................................................................... 40
3.8.2 Skoring .................................................................................... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 43
4.1.1 Variabel Mahasiswa ................................................................. 44
4.1.2 Variabel Siswa ......................................................................... 48
4.1.3 Variabel Fasilitas ...................................................................... 51
4.1.4 Variabel Pembimbing................................................................ 59
4.2 Pembahasan Penelitian ...................................................................... 67
4.2.1 Pelaksanaan Pengelolaan Kelas................................................. 68
4.2.2 Sikap Siswa di Dalam Kelas ..................................................... 70
4.2.3 Fasilitas di Sekolah Latihan ...................................................... 71
4.2.4 Bimbingan di Sekolah Latihan .................................................. 73
4.2.5 Faktor Dominan ....................................................................... 76
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan........................................................................................... 77
5.2 Saran ................................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 82
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Deskriptif Faktor Pelaksanaan Pengelolaan Kelas ................................. 44
Tabel 4.2. Indikator Kelancaran Praktikan dalam Menyampaikan Materi Pelajaran 45
Tabel 4.3. Indikator Tipe kepemimpinan yang Praktikan Terapkan dalam
Pelaksanaan PBM ................................................................................. 46
Tabel 4.4. Indikator Tindakan yang Diambil Praktikan dalam Mengatasi Siswa yang
Mengganggu Kelas.............................................................................. 47
Tabel 4.5. Indikator Usaha Praktikan dalam Menciptakan Suasana Humor............ 47
Tabel 4.6. Deskriptif Faktor Sikap Siswa Di Dalam Kelas..................................... 48
Tabel 4.7. Indikator Sikap Siswa Di Sekolah Latihan Apabila Diberi Kesempatan
untuk Bertanya.................................................................................... 49
Tabel 4.8. Indikator Perhatian Siswa Di Sekolah Latihan Terhadap Praktikan dalam
Melaksanakan KBM............................................................................ 50
Tabel 4.9. Indikator Siswa yang Membuat Gaduh di Dalam Kelas atau Mengganggu
Siswa Lain ......................................................................................... 51
Tabel 4.10. Deskriptif Faktor Keadaan Ruang kelas.............................................. 51
Tabel 4.11. Indikator Pencahayaan Ruang Kelas dalam Menunjang Pelaksanaan
PBM ................................................................................................. 52
Tabel 4.12. Indikator Kemampuan Praktikan dalam Memperhatikan Setiap Individu
(Siswa) dalam KBM.......................................................................... 53
Tabel 4.13. Deskriptif Faktor Buku-buku Pelajaran .............................................. 54
Tabel 4.14. Indikator Buku Paket yang Disediakan Sekolah untuk Siswa.............. 55
xii
Tabel 4.15. Indikator Penggunaan Sumber atau Literatur Lain Selain Buku Paket
dalam PBM ...................................................................................... 55
Tabel 4.16. Deskriptif Faktor Media Pengajaran ................................................... 56
Tabel 4.17. Indikator Kesulitan Praktikan dalam Mendapatkan Media Pengajaran. 57
Tabel 4.18. Indikator Penyediaan Media Pengajaran oleh Sekolah dalam Menunjang
Pelaksanaan PBM .............................................................................. 58
Tabel 4.19. Indikator Penggunaan Media Lain Selain Papan Tulis......................... 58
Tabel 4.20. Indikator Manfaat Media Pengajaran dalam Memperlancar Komunikasi
antara Praktikan dengan Siswa dalam Pelaksanaan PBM.................... 59
Tabel 4.21. Deskriptif Faktor Bimbingan dan Bantuan Guru Pamong.................... 60
Tabel 4.22. Indikator Kesempatan Observasi Pelaksanaan KBM yang Diberikan
Guru Pamong pada Praktikan............................................................ 61
Tabel 4..23. Indikator Bantuan Guru Pamong kepada Praktikan dalam Menghadapi
Siswa yang Mengganggu PBM......................................................... 61
Tabel 4.24. Indikator Bimbingan yang Dilaksanakan Guru Pamong pada Praktikan
......................................................................................................... 62
Tabel 4..25. Indikator Saran Khusus Guru Pamong pada Praktikan dalam
Menghadapi Problem Siswa yang Mengganggu di Kelas .................. 63
Tabel 4.26. Indikator Konsultasi dengan Guru Pamong yang Praktikan Laksanakan
........................................................................................................ 63
Tabel 4.27. Indikator Jumlah Partisipasi Mengajar yang Ditunggu Guru Pamong .. 64
Tabel 4.28. Deskriptif Faktor Bimbingan dan Bantuan Dosen Pembimbing ........... 64
xiii
Tabel 4.29. Indikator Bimbingan yang Dilakukan Dosen Pembimbing Setelah
Praktikan Berpartisipasi Mengajar ..................................................... 65
Tabel 4.30. Indikator Saran Khusus yang Diberikan Dosen Pembimbing kepada
Praktikan dalam Menghadapi Problem Siswa..................................... 66
Tabel 4.31. Indikator Jumlah Konsultasi Praktikan dengan Dosen Pembimbing..... 67
Tabel 4.32. Indikator Jumlah Partisipasi Mengajar yang Ditunggu Dosen
Pembimbing ...................................................................................... 67
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Mahasiswa PPL Tahun 2004 .................................................. 83
Lampiran 2. Kisi-kisi Angket ................................................................................ 86
Lampiran 3. Lembar Pengantar Kuesioner Penelitian ............................................ 88
Lampiran 4. Kuesioner (Angket) Penelitian........................................................... 89
Lampiran 5. Hasil Ujicoba Instrument................................................................... 97
Lampiran 6. Perhitungan Validitas Angket............................................................ 98
Lampiran 7. Perhitungan Reliabilitas Angket......................................................... 105
Lampiran 8. Penentuan Kriteria pada Analisis Deskriptif Persentase...................... 107
Lampiran 9. Distribusi Jawaban Responden .......................................................... 114
Lampiran 10 Hasil Penelitian. ............................................................................... 115
Lampiran 11. Harga Interpretasi Nilai r ................................................................ 117
Lampiran 12. Harga Kritik dari r Product Moment ............................................... 118
Lampiran 13. Surat Penetapan Dosen Pembimbing ............................................... 119
Lampiran 14. . Surat Permohonan Ijin Penelitian................................................... 120
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Praktik Pengalaman Lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus
dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang
diperoleh dalam semester-semester sebelumnya, sesuai dengan persyaratan yang
telah ditetapkan agar mereka memperoleh pengalaman dan ketrampilan lapangan
dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah atau di tempat
latihan lainnya.
Tugas-tugas yang harus dilaksanakan mahasiswa praktikan dalam
melaksanakan PPL harus mendapat perhatian yang sungguh-sungguh, karena
kesiapan calon pendidik dapat dilihat dari tingkat keberhasilan mahasiswa dalam
melaksanakan PPL.
Kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan meliputi : praktik mengajar, praktik
administrasi, praktik bimbingan dan konseling serta kegiatan yang bersifat
kokurikuler dan/atau ekstra kurikuler yang berlaku di sekolah/tempat latihan (UPT
PPL 2004:3).
Masalah pokok yang dihadapi guru baik pemula maupun yang sudah
berpengalaman adalah kemampuan dalam mengelola kelas. Aspek pengajaran yang
paling sering didiskusikan oleh pakar pendidikan dan para pengajar adalah
mengelola kelas. Mengapa demikian? Jawabannya sederhana, pengelolaan kelas
merupakan masalah tingkah laku kompleks dan guru menggunakannya untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga siswa
2
dapat mencapai tuntutan pengajaran secara efektif dan memungkinkan mereka dapat
belajar. Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi
pengajaran yang efektif. Tugas utama bagi guru yang paling sulit adalah mengelola
kelas. Oleh karena itu, mahasiswa praktikan sebagai calon guru dituntut harus dapat
menguasai pengelolaan kelas dalam proses belajar mengajar yang efektif.
Mahasiswa praktikan dalam melaksanakan pengajaran terutama dalam
mengelola kelas di sekolah latihan masih mendapat beberapa kendala karena masih
kurangnya pengalaman di lapangan dan persiapan sebelum melaksanakan praktik
mengajar Hal ini dirasakan oleh sebagian besar mahasiswa Program Studi
Pendidikan Teknik Banguinan yang telah melaksanakan Praktik Pengalaman
Lapangan di sekolah latihan.
Walaupun pada kenyataannya mahasiswa sudah dibekali dengan berbagai
persiapan dini sebelum melaksanakan praktik baik materi maupun kesiapan lainnya,
praktikan masih juga mendapat kendala-kendala dalam mengelola kelas sehingga
pengalaman yang didapatkan dalam praktik mengajar tidak dapat diperoleh secara
maksimal.
Peningkatan kualitas Praktik Pengalaman Lapangan merupakan salah satu
langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kualitas lulusannya. Berkaitan
dengan hal itu, agar PPL berkualitas maka diperlukan adanya perbaikan-perbaikan
dan pembinaan-pembinaan seperlunya sesuai masalah lapangan, salah satunya
mengenai kemampuan mengelola kelas. Untuk itulah masalah tersebut sangat
penting untuk diteliti sebagai usaha membantu mencari jalan keluar memecahkan
masalah yang ada.
3
Penelitian mengenai pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan yang telah
dilakukan masih belum dapat menjawab permasalahan pokok yang sebenarnya
dihadapi oleh mahasiswa praktikan yaitu dalam mengelola kelas. Hal ini disebabkan
pembatasan masalah yang terlalu luas sehingga tidak dapat mengungkap masalah
pokok yang menjadi tujuan penelitian tersebut. Untuk itulah penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi mahasiswa praktikan dalam
mengelola kelas dengan pembatasan masalah yang cukup representatif.
Berdasarkan asumsi dan pandangan tersebut di atas serta rencana populasi ini,
maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian. Penulis mengambil judul
“Kendala-Kendala yang Dihadapi Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan
Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang dalam Melaksanakan Pengelolaan Kelas di Sekolah-Sekolah Latihan
Tahun 2004."
1.2 PERMASALAHAN
Permasalahan yang peneliti ajukan adalah;
Kendala-kendala apa yang dihadapi mahasiswa praktikan Program Studi Pendidikan
Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang dalam melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan tahun
2004 ?
4
1.3 PENEGASAN ISTILAH
Istilah-istilah yang dipakai dalam penelitian yang berjudul ” Kendala-kendala
yang dihadapi mahasiswa praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam
melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan tahun 2004”, adalah
sebagai berikut:
a. Kendala-kendala artinya halangan-halangan atau rintangan-rintangan
(Poerwodarminta 1984:474).
Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah halangan-halangan atau rintangan-
rintangan yang dihadapi mahasiswa praktikan Program Studi Pendidikan Teknik
Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
dalam melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan tahun 2004
pada saat melaksanakan PPL.
b. Mahasiswa praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang adalah mahasiswa
Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang yang melaksanakan atau telah menempuh
PPL tahun 2004.
c. Melaksanakan yaitu mengerjakan, melakukan, menjalankan (rancangan),
mempraktikan (teori), menyampaikan harapan atau cita-cita (Poerwodarminta
1984:553).
Jadi melaksanakan adalah mengerjakan sesuatu perbuatan sengaja yang terdiri
dari beberapa komponen yang saling berhubungan. Yang dimaksud dalam
5
penelitian ini adalah mahasiswa praktikan Program Studi Pendidikan Teknik
Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
yang mengerjakan, melakukan, menjalankan, mempraktikan pengelolaan kelas di
sekolah-sekolah latihan tahun 2004.
d. Pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas
dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang
seluas-luasnya kepada setiap personel untuk melakukan kegiatan kreatif yang
terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien
untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas (Nawawi, 1986: 2).
Dalam penelitian ini adalah pengelolaan kelas yang dilaksanakan oleh mahasiswa
praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang di sekolah-sekolah latihan tahun
2004.
e. Sekolah-sekolah latihan yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang
merupakan lembaga pendidikan sekolah menengah kejuruan yang dipakai
mahasiswa praktikan program studi Pendidikan Teknik Bangunan dalam
melaksanakan kegiatan PPL.
f. Universitas Negeri Semarang adalah lembaga pendidikan tinggi yang salah satu
misi utamanya menyiapkan tenaga terdidik untuk siap bertugas dalam bidang
pendidikan, baik sebagai guru maupun tenaga kependidikan lainnya yang
tugasnya bukan sebagai tenaga pengajar (UPT PPL 2004:ii).
Berdasarkan pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan Kendala-
Kendala yang Dihadapi Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan Teknik
6
Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam
Melaksanakan Pengelolaan Kelas di Sekolah-Sekolah Latihan Tahun 2004 pada
penelitian tersebut adalah halangan-halangan atau rintangan-rintangan yang dihadapi
mahasiswa praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang melaksanakan atau telah
menempuh PPL tahun 2004 dalam mengerjakan, melakukan, menjalankan,
mempraktikan pengelolaan kelas di Sekolah Menengah Kejuruan yang digunakan
sebagai sekolah latihan.
Untuk mempermudah proses penelitian ini, maka masalah yang ada dibatasi
mengenai Pengelolaan kelas yaitu kepemimpinan atau ketatalaksanaan guru atau
guru praktikan dalam mengurus kelasnya. Hal ini mencakup kegiatan-kegiatan
menciptakan dan memelihara kondisi-kondisi yang optimal bagi terselenggaranya
proses belajar mengajar yang efektif.
Aspek-aspek pengelolaan kelas yang dimaksud di sini adalah dikuasainya
situasi mengajar yang baik, sehingga dapat dikuasainya situasi belajar mengajar yang
lebih baik, memperhatikan suasana kelas sehingga jalannya pelajaran tidak terganggu
dengan cara menjaga ketertiban dan disiplin siswa, menciptakan suasana emosional
yang lebih baik, dengan menunjukkan sikap dan perhatian kelas dan anak, pada
umumnya belum dilaksanakan mahasiswa dengan baik (Purnomo 1988/1989:40).
Dalam pengelolaan kelas ini memperhatikan faktor mahasiswa praktikan,
siswa, fasilitas dan pembimbing dalam lingkup proses kegiatan belajar mengajar di
kelas.
7
1.4 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui kendala-kendala apa yang dihadapi mahasiswa praktikan Program
Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang dalam melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-
sekolah latihan tahun 2004.
1.5 MANFAAT PENELITIAN
Secara akademik hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai:
a. Bahan pertimbangan bagi guru dan calon guru, agar selalu berusaha
meningkatkan kemampuan profesionalnya terutama mengenai kemampuan
mengelola kelas, sehingga akan memperlancar pelaksanaan tugasnya.
b. Bahan pertimbangan bagi guru pamong maupun dosen pembimbing PPL dalam
rangka melaksanakan tugasnya melakukan bimbingan PPL secara efektif dan
berkualitas.
1.6 SISTEMATIKA SKRIPSI
Sistematika dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: Bagian pengantar
skripsi, meliputi: halaman judul, halaman pengesahan, motto dan persembahan, sari,
kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran, serta isi skripsi yang terdiri
dari lima bab yaitu:
Bab I Pendahuluan , yang berisi tentang latar belakang, permasalahan,
penegasan istilah/batasan masalah , tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan skripsi.
8
Bab II Landasan Teori, yang terdiri dari kajian pustaka yang merupakan dasar
penting bagi penulisan dalam menerapkan teori-teori yang digunakan untuk
menyusun skripsi sehingga penelitian yang dilakukan mempunyai landasan yang
kuat. Sumber landasan teori adalah buku-buku referensi, kamus, maupun hasil
penelitian yang relevan. Pada intinya landasan teori dalam penelitian ini
membicarakan tentang pengelolaan kelas, yaitu meliputi pengelolaan kelas, fungsi
guru dalam pengelolaan kelas, kepribadian guru dalam pengelolaan kelas, disiplin
kelas, kondisi dan situasi belajar mengajar, media/sumber pengajaran, Praktik
Pengalaman Lapangan (PPL).
Bab III Metode Penelitian, yang berisi tentang penjelasan mengenai metode
yang akan diterapkan dalam penelitian, yang terdiri dari populasi dan sampel
penelitian, variabel penelitian, rancangan penelitian, teknik pengambilan data,
prosedur penelitian, dan analisa data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang berisi tentang hasil
perhitungan data dan pembahasan tentang hasil penelitian.
Bab V Penutup, yang terdiri dari simpulan dan saran. Yang berisi tentang
simpulan dari hasil penelitian dan saran-saran penelitian yang terkait dengan hasil
penelitian.
Selain itu juga disertakan daftar pustaka pada bagian akhir skripsi dan
lampiran-lampiran yang mendukung pembahasan skripsi.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengelolaan Kelas
2.1.1 Pengertian Pengelolaan
Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata management. Istilah Inggris
tersebut lalu dibahasa Indonesiakan menjadi manajemen atau menejemen.
Pengelolaan berarti penyelenggaraan (Poerwodarminta 1984:412).
Pengelolaan adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar segala sesuatu
yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien (Soekarno 1996:81).
Jadi pengelolaan dapat pula diartikan sebagai kemampuan atau ketrampilan
untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-
kegiatan orang lain.
2.1.2 Pengertian Kelas
Kelas dalam arti tradisional, menunjukkan suatu ruang (dibatasi empat
dinding) atau tempat siswa belajar. Tiap bangunan sekolah dibagi atas ruangan-
ruangan kelas yang sekaligus menunjukkan urutan tingkatannya. Kelas dalam arti
luas dapat diartikan sebagai kegiatan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada
siswa-siswa dalam suatu ruangan untuk suatu tingkat tertentu pada waktu atau jam
tertentu (Ametembun 1981:2).
Kelas dapat pula diartikan sebagai ruangan di sekolah yang digunakan untuk
interaksi belajar mengajar antara siswa dengan guru (Nurbahri 1986:2).
10
Dalam dikdaktik terkandung suatu pengertian umum mengenai kelas, yaitu
sekelompok siswa pada waktu sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang
sama. Dari batasan pengertian tersebut, maka ada persyaratan untuk menjadikan
kelas. Syaratnya yaitu adanya sekelompok siswa pada waktu yang sama bersama-
sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama, yang dimaksud disini
adalah kelas dengan sistem pengajaran klasikal dalam pelaksanaan pengajaran secara
tradisional (Suharsimi 1992:17-18).
Kelas adalah suatu kelompok siswa yang melakukan kegiatan belajar bersama
yang mendapat pengajaran dari seorang guru. Sebagai suatu kelompok sosial kelas
pada hakekatnya adalah suatu unit sosial yang bersama-sama memiliki tujuan dan
terbentuk secara formal yang berada di bawah satu pimpinan, yaitu guru.
2.1.3 Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas yaitu kepemimpinan atau ketatalaksanaan guru dalam
menyelenggarakan kelasnya. Hal ini mencakup kegiatan-kegiatan menciptakan dan
memelihara kondisi-kondisi yang optimal bagi terselenggaranya proses belajar
mengajar yang efektif. Pengelolaan yang efektif merupakan persyaratan mutlak bagi
terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif (Ametembun 1981:3).
Manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan
guru/wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan
yang seluas-luasnya kepada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tesedia dapat dimanfaatkan secara
efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum
dan perkembangan siswa. (Nurbahri 1986:1).
11
Pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas.
Oleh karena itu, kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang
keberhasilan proses belajar mengajar. Maka, agar memberikan dorongan dan
rangsangan terhadap siswa dalam belajar, kelas perlu dikelola sebaik-baiknya.
Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab
kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar tercapai kondisi
yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar yang diharapkan (Suharsimi
1992:57-58).
Pengelolaan kelas menunjuk kepada berbagai kegiatan yang sengaja
dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Dalam kaitan ini termasuk
juga kegiatan mengatur orang dan tingkah lakunya., mengatur ruangan dan benda-
benda untuk mencapai berbagai kemudahan dalam belajar (Joni 1990:3-4).
Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar, dengan kata lain adalah kegiatan-kegiatan
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terselenggaranya
proes belajar mengajar (Usman 1989:88).
Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok
kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat
sesuai dengan kemampuannya. Kemudian dengan mengelola kelas produksinya
harus sesuai dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pengelolaan kelas
pada hakekatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan
12
pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan
belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
2.2 Fungsi Guru Dalam Pengelolaan Kelas
Fungsi guru dalam praktik penyelenggaraan kelasnya yaitu:
a. Fungsi Instruksional
Sepanjang sejarah keguruan, tugas dan fungsi guru adalah mengajar, sedang
fungsi instruksional guru yaitu: (1) menyampaikan sejumlah keterangan-
keterangan dan fakta-fakta kepada siswa-siswanya, (2) memberikan tugas kepada
siswa, (3) memeriksa atau mengoreksi pekerjaan siswa (Ametembun 1981:4).
b. Fungsi Educational
Fungsi educational ini harus merupakan fungsi sentral guru. Dalam fungsi ini
setiap guru Indonesia harus berusaha mendidik siswa-siswanya menjadi manusia
dewasa yang pancasilais (Ametembun 1981:4)
c. Fungsi Managerial
Fungsi managerial guru adalah guru yang sanggup memimpin kelasnya
(Ametembun 1981:5).
Guru yang setiap hari berhubungan dengan siswa-siswanya mengemban tugas
sebagai pendidik yang berkewajiban membantu pertumbuhan dan perkembangan
siswa mewujudkan kedewasaan masing-masing. Bantuan itu tidak sekedar mengenai
aspek intelektual, akan tetapi berkenaan juga dengan aspek sikap, minat,
perkembangan emosi, dan perkembangan sosial. Ilmu pengetahuan berupa materi
pelajaran adalah alat dan bukan tujuan didalam proses pendidikan siswa. Di
lingkungan sekolah siswa-siswa harus dibantu agar dapat memanfaatkan materi
13
pengetahuan itu bagi kehidupannya baik sebagai individu , maupun sebagai anggota
masyarakat, bangsa dan negara.
2.3 Kepribadian Guru dalam Pengelolaan Kelas
Dalam rangka mengelola kelas, kepribadian seorang guru yang berdiri di
depan kelas sangatlah dominan. Justru karena kelas merupakan wadah perpaduan
dari berbagai sifat pribadi yang berbeda-beda ada yang agresif, tenang, sabar,
pendiam, dan sebagainya. Guru dapat menciptakan integritas kelas yaitu dapat
menjalin persatuan dan kesatuan kelas secara harmonis, dan ini justru harus
memancar dari kepribadian guru sebagai suri tauladan bagi siswa-siswanya. Jadi
beberapa sifat guru yang perlu dimiliki dan perlu dikembangkan demi efektifitas
pekerjaan sebagai guru adalah tampang yang simpatik, hubungan manusiawi yang
baik, dan kepercayaan pada diri (Ametembun 1981: 313).
Dalam karya profesi keguruan terutama dalam rangka mengelola kelas,
kepribadian merupakan faktor penting bahkan sangat menentukan kesuksesan atau
kegagalan seorang guru. Bagaimanapun lengkap dan modernnya alat-alat
perlengkapan kelas namun faktor manusialah yang menentukan.
2.4 Disiplin Kelas
Masalah disiplin kelas merupakan suatu problema yang penting dalam
pengelolaan kelas seorang guru. Bahkan ia merupakan suatu kriteria penting dalam
menilai kualitas kepemimpinan seorang guru. Disiplin adalah suatu keadaan tertib di
mana orang-orang yang bergabung dalam suatu organisasi tunduk kepada peraturan-
peraturan (tata tertib) yang telah ditetapkan dengan senang hati. Jadi disiplin kelas
14
adalah keadaan tertib dimana guru dan siswa-siswa yang tergabung dalam suatu
kelas tunduk kepada peraturan-peraturan (tata tertib) yang telah ditetapkan dengan
senang hati. Seorang guru harus menyadari bahwa suasana yang tertib dalam suatu
kelas merupakan prasyarat mutlak bagi proses belajar mengajar yang efektif
(Ametembun 1981:9).
Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan atau
kemerdekaan siswa, tetapi sebaliknya ingin memberikan kebebasan yang lebih
kepada siswa dalam batas-batas kemampuannya. Akan tetapi jika kebebasan siswa
terlampau dikurangi, dikekang dengan peraturan maka siswa akan berontak,
mengalami frustasi dan kecemasan. Di sekolah, disiplin banyak digunakan untuk
mengontrol tingkah laku siswa yang dikehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat
berjalan dengan optimal (Joni 1980:21).
Dengan demikian disiplin yang berdaya guna untuk menumbuhkan ketertiban
di dalam kelas bukanlah disiplin yang kaku dan statis. Disiplin kelas bukanlah
sekedar pemberian hukuman atau paksaan agar siswa melaksanakan tata tertib kelas
yang ditetapkan oleh guru dan peraturan sekolah. Disiplin dalam hal ini adalah usaha
membina secara terus menerus kesadaran dalam bekerja atau belajar dengan baik
dalam arti setiap orang menjalankan fungsinya secara efektif.
2.5 Kondisi dan Situasi Proses Belajar Mengajar
Salah satu faktor yang dapat mendorong berlangsungnya proses belajar
mengajar secara lebih baik adalah penyediaan kondisi dan situasi yang
menguntungkan. Kondisi yang dimaksud bisa berupa kondisi emosional dan kondisi
fisik.
15
2.5.1 Kondisi Emosional
Suasana emosional di dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup
besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektifitas tercapainya
tujuan belajar.
2.5.1.1 Tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan guru atau administrator akan mewarnai suasana
emosional di dalam kelas. Bila seorang guru menerapkan tipe kepemimpinan yang
otoriter, maka akan menghasilkan sikap siswa yang apatis. Tapi dipihak lain juga
akan menumbuhkan sifat yang agresif. Tipe kepemimpinan yang otoriter siswa hanya
akan aktif kalau ada guru dan kalau guru tidak mengawasi maka semua aktifitas akan
menjadi menurun. Aktifitas proses belajar mengajar akan sangat bergantung pada
guru dan menuntut banyak perhatian dari guru.
Tipe kepemimpinan yang cenderung pada laizerfaire (bebas terbatas), tipe
kepemimpinan ini biasanya tidak produktif, walaupun ada pemimpin. Kalau guru ada
siswa lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan. Dalam tipe
kepemimpinan ini, biasanya aktifitas siswa lebih produktif kalau gurunya tidak ada.
Tipe ini paling cocok bagi siswa yang aktif, penuh kemauan, berinisiatif dan tidak
selalu menunggu pengarahan.
Tipe kepemimpinan guru yang lebih menekankan pada sikap demokratis,
yang lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan siswa dengan
dasar saling memahami dan saling percaya. Sikap ini dapat membantu menciptakan
suasana yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi proses belajar mengajar yang
optimal. Siswa akan belajar secara produktif baik pada saat diawasi guru maupun
16
tanpa diawasi guru. Dalam kondisi semacam ini biasanya problem pengelolaan kelas
bisa dibatasi sedikit mungkin (Joni 1980: 7-8).
Seorang guru yang melaksanakan kepemimpinan demokratis di lingkungan
kelasnya , pada umumnya lebih berhasil dalam menciptakan suasana emosional yang
baik di dalam kelas. Daripada seorang guru yang menerapkan tipe kepemimpinan
yang otoriter dan tipe kepemimpinan yang laizerfaire. Dewasa ini tipe
kepemimpinan yang otoriter murni sulit untuk diterima di lingkungan bidang
pendidikan, karena mengakibatkan lembaga pendidikan termasuk juga kelas sebagai
unit kerja akan berlangsung secara statis dan tidak memungkinkan anak-anak
berkembang secara maksimal sesuai dengan bakat minat dan kemampuan masing-
masing anak. Sedangkan tipe kepemimpinan laizerfaire kurang dapat diwujudkan di
lingkungan suatu kelas untuk menciptakan dinamika kelas yang positif karena setiap
personal tidak bergerak kearah tujuan yang sama.
2.5.1.2 Sikap Guru
Menunjukkan sikap tanggap, guru yang menunjukkan sikap tanggap, sikap
tanggap ini bisa ditunjukkan dengan berbagai cara, misalnya memandang secara
seksama, cara ini dapat mengundang dan melibatkan siswa dalam kontak pandang
serta interaksi secara pribadi yang dapat ditampakkan dalam pendekatan guru untuk
bercakap-cakap, bekerjasama dan menunjukkan rasa persahabatan.
a. Gerak mendekati, gerak guru dalam posisi mendekati kelompok kecil atau
individu menandakan kesiagaan, minat dan perhatian guru yang diberikan
terhadap tugas serta aktifitas siswa. Gerak mendekati hendaknya dilakukan
17
secara wajar, bukan untuk menakut-nakuti, mengancam, atau memberikan
kritikan dan hukuman (Usman 1989:91).
b. Kewajiban guru di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah
bertanggungjawab dan memperhatikan semua siswa dan dalam segala
kesempatan. Perlu diusahakan agar guru dapat memperhatikan apa yang sedang
dilakukan oleh semua siswa. Tidak seharusnya bagi guru untuk terlalu terlibat
pada kegiatan seorang atau beberapa orang siswa saja. Apabila diperlukan guru
hendaknya menjauhi tempat duduknya sendiri dengan menghabiskan waktunya
untuk keliling melihat bagaimana siswa bekerja dan memperhitungkan kecepatan
kemajuannya. Dengan demikian maka guru tidak terlibat dalam kegiatan siswa,
akan tetapi selalu siap membantu bila diperlukan (Popham dan Eva 1981:123).
c. Memberi reaksi terhadap gangguan dan ketidak acuhan siswa. Apabila ada siswa
yang menimbulkan gangguan atau menunjukkan ketidak acuhan, guru dapat
memberikan reaksi dalam bentuk teguran.(Usman 1981:124).
d. Teknik mendekati. Bila seorang siswa mulai bertingkah, satu teknik yang
biasanya efektif yaitu teknik mendekatinya. Kehadiran guru dapat membuatnya
takut dan karena itu dapat menghentikannya dari perbuatan yang melanggar
disiplin tersebut, tanpa perlu menegur (Popham dan Eva 1981:123).
e. Memberikan isyarat. Apabila siswa berbuat kenakalan kecil, guru dapat
memberinya isyarat bahwa ia sedang diawasi. Isyarat itu dapat berupa petikan
jari, pandangan tajam, atau lambaian tangan. Isyarat-isyarat ini akan membuat si
pelanggar untuk menghentikan perbuatannya (Popham dan Eva 1981:124).
18
f. Tidak mengacuhkan. Untuk menerapkan cara ini guru harus luwes tidak perlu
menghukum setiap pelanggaran yang diketahuinya. Dalam kasus-kasus tertentu,
tidak mengacuhkan kenakalan justru dapat membawa hasil yang baik. Misalnya
apabila guru mengira bahwa siswa itu minta diperhatikannya. Jika menurut
perkiraan masalah itu tidak menggangu kelas, maka sebaiknya diabaikan saja.
Tetapi jika ada kemungkinan teman-teman terganggu atau tergoda oleh situasi
tersebut, maka guru perlu bertindak (Popham dan Eva 1981:124).
g. Menggunakan teknik yang keras, guru dapat menggunakan teknik ini, apabila
dihadapkan pada perilaku siswa yang jelas tidak dapat dikendalikan. Contoh yang
paling terkenal yaitu situasi dimana para remaja, biasanya gadis-gadis terkikih-
kikih. Hal semacam itu sering menular dan berlangsung terus walaupun si
pelanggar sendiri bermaksud sendiri menghentikannya. Tindakan yang efektif
dengan mempersilahkan seorang siswa yang tidak terkendalikan itu pergi keluar.
Jangan berniat mengusir selamanya, cukuplah bila ia diperkenankan
mengendalikan dirinya diluar lalu boleh kembali ke kelas (Popham dan Eva
1981:125).
2.5.1.3 Sikap Siswa yang Mengganggu Kelas
a. Menarik perhatian orang lain. Tingkah laku siswa yang mencari perhatian
misalnya suka pamer, melawak dan membuat onar.
b. Mencari kekuasaan. Sikap siswa yang selalu mencari pertentangan pendapat, tak
mau diperintah, berbohong atau tidak mau berbuat apapun sama sekali (Soekarno
1996:83).
19
Berhubung dengan hal tersebut ada teknik sederhana untuk mengenali sikap
siswa yang menggangu kelas, yaitu:
a. Jika guru merasa terganggu dengan tingkah laku seorang siswa, ini tanda bahwa
siswa tersebut mencari perhatian.
b. Jika guru merasa terancam / dikalahkan, itu berarti tingkah laku siswa mencari
kekuasaan (Soekarno 1996:83).
Di dalam kelas guru dituntut menyelenggarakan Proses Belajar Mengajar
(PBM) dengan situasi yang hidup dan produktif. Guru harus mengusahakan
persaingan yang positif dan mencegah konflik yang merugikan. Sebagai pengelola di
dalam kelas guru harus mampu menguasai dan memahami masalah-masalah
pengelolaan kelas (yang mengganggu disiplin kelas).
2.5.1.4 Pembinaan Raport
Sekali lagi ditekankan bahwa pembinaan hubungan baik dengan siswa dalam
masalah pengelolaan kelas sangat penting. Dengan hubungan baik antara guru dan
siswa, diharapkan senantiasa siswa gembira, penuh gairah dan semangat bersikap
optimistik dalam belajar yang sedang dilakukan. Misalnya guru yang berusaha
menciptakan suasana humor. Rasa humor guru dalam hubungan dengan siswa akan
mempunyai pengaruh yang positif dalam pengelolaan kelas, sepanjang rasa humor
itu berstruktur dengan baik. Rasa humor ini pun dapat merupakan saluran dari
berbagai tekanan emosional (Joni 1980:9).
Guru harus berusaha menciptakan suasana emosional yang baik di dalam
kelas. Sehingga terbentuk hubungan yang baik antara guru dengan siswa. Di sini
20
guru adalah fungsi pembentukan hubungan pribadi itu. Jadi peranan guru adalah
menciptakan hubungan pribadi yang sehat.
2.5.2 Kondisi Fisik
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh terhadap perbuatan
belajar. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal
mendukung meningkatkan intensitas proses perbuatan belajar siswa dan mempunyai
pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran.
a. Ruang tempat berlangsungnya proses belajar mengajar.
Ruangan tempat belajar harus memungkinkan siswa bergerak leluasa tidak
berdesak-desakan dan saling mengganggu antara siswa yang satu dengan siswa yang
lainnya pada saat melaksanakan kegiatan belajar.
b. Penataan tempat duduk siswa.
Keadaan tempat duduk yang dipergunakan oleh siswa dapat mempengaruhi
proses belajar. Kalau tempat duduknya bagus, dalam arti siswa dapat duduk dengan
tenang dan nyaman, maka siswa dapat belajar dengan tenang pula. Akan tetapi kalau
tempat duduk sudah rusak tidak ada sandarannya maka proses belajar siswa akan
mendapat hambatan (Sukewi 1989:75).
Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan
terjadinya tatap muka, dimana dengan demikian guru dapat mengontrol tingkah laku
siswa. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran proses belajar
mengajar. Beberapa pengaturan tempat duduk antara lain yaitu berbaris berbanjar,
pengelompokan terdiri dari 8 sampai 10 siswa, setengah lingkaran atau membentuk
21
lingkaran, individu yang biasa terjadi di ruangan praktik, laboratorium (Joni
1980:120).
c. Ventilasi dan pengaturan cahaya.
Ruang belajar yang pengap akan menyebabkan kebosanan bekerja
(melaksanakan kegiatan belajar), apalagi kalau ruangan itu gelap (Wijaya dan
Rusyan 1991:120).
Maka sangatlah wajar apabila para guru mengetahui tentang fasilitas-fasilitas
fisik yang dibutuhkan untuk situasi kelas yang baik. Misalnya ruangan kelas yang
cerah atau terang dengan udara yang segar dan bunyi atau suara tidak menggema
(Ametembun 1981:77).
Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa, jendela harus cukup besar,
sehingga memungkinkan hangat sinar matahari masuk. Dengan ventilasi yang baik
memungkinkan siswa belajar dengan baik yaitu siswa dapat melihat tulisan dengan
jelas, baik tulisan di papan tulis maupun di buku bacaan, cahaya harus datang dari
kanan, tidak menyilaukan.
2.6 Media/sumber Pengajaran
Media atau sumber-sumber pengajaran ialah segala macam alat atau situasi
yang memperkaya atau memperjelas pemahaman siswa terhadap apa yang
dipelajarinya, yang memperkaya pengalaman mereka (Soelaiman 1979:265).
Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa.
a. Berkenaan dengan media pengajaran bagi siswa antara lain:
(a) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
22
(b) Bahkan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami
oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
(c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan
guru tidak kehabisan tenaga apabila guru mengajar untuk setiap mata
pelajaran.
(d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga beraktifitas lain, seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan dan lainnya.
b. Berkenaan dengan taraf berfikir siswa
Taraf berfikir siswa mengikuti perkembangan dimulai dari taraf berfikir
kongkrit menuju berfikir kompleks. Melalui media pengajaran hal-hal yang
kompleks dapat disederhanakan.
Penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar dibedakan
menjadi beberapa jenis, yaitu:
(a) Media grafik/media dua dimensi seperti gambar, foto, bagan, poster, kartu dan
lain-lain.
(b) Media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model pahat, model
penampang, model susun, model kerja dan lain-lain.
(c) Model proyeksi seperti slide, film strip, dengan OHP.
Untuk dapat menggunakan media/sumber pengajaran dengan baik, perlu
memperhatikan hal-hal atau langkah-langkah sebagai berikut:
(a) Mengenal, memilih dan menggunakan sesuatu media.
23
(b) Membuat alat bantu pekerjaan yang sederhana, dengan maksud agar mudah
didapat dan tidak menimbulkan berbagai penafsiran yang berbeda,
(c) Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar
mengajar, misalnya untuk kegiatan penelitian, eksperimen dan lain-lain.
(d) Menggunakan buku pegangan atau buku sumber.
(e) Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar.
(f) Kemampuan menggunakan micro teaching unit dalam program pengalaman
lapangan (Wijaya dan Rusyan 1991:136).
2.7 Praktik Pengalaman Lapangan
Salah satu kelompok pengetahuan yang memberikan pada pendidikan guru
ialah kelompok pengetahuan profesional, yang bertujuan memberi kualifikasi
profesional kepada calon guru, demikian Soelaiman berpendapat. Kelompok ini
terdiri dari dua macam program yaitu mengenai teori pendidikan untuk membekali
pengetahuan teori dan praktik mengajar yang membekali calon guru dengan
pengalaman praktis untuk menjadi guru. Sedangkan Rokhman mengemukakan
bahwa pada umumnya program pendidikan guru dibagi atas dua bagian yaitu ilmu
keguruan dan praktik keguruan. Tujuan dari praktik keguruan tersebut adalah untuk
menyiapkan calon guru agar mampu dan siap menerima serta menjalankan tugasnya
sebagai seorang guru yang baik (Soelaiman 1979:330).
2.7.1 Pengertian Praktik Pengalaman Lapangan
Praktik Pengalaman Lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus
dilaksanakan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori
24
yang diperoleh dalam semester-semester sebelumnya, sesuai dengan persyaratan
yang telah ditetapkan agar mereka memperoleh pengalaman dan ketrampilan
lapangan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di sekolah atau di
tempat latihan lainnya.
Kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan meliputi: praktik mengajar, praktik
administrasi, praktik bimbingan dan konseling serta kegiatan yang bersifat
kokurikuler dan/atau ekstra kurikuler yang berlaku di sekolah/tempat latihan (UPT
PPL 2004:3).
2.7.2 Tujuan Praktik Pengalaman Lapangan
Praktik Pengalam Lapanagn bertujuan membentuk mahasiswa praktikan agar
menjadi calon tenaga kependidikan yang profesional, sesuai dengan prinsip-prinsip
pendidikan berdasarkan kompetensi, yang meliputi kompetensi profesional,
kompetensi personal, dan kompetensi kemasyarakatan (UPT PPL 2004:4).
2.7.3 Fungsi Praktik Pengalaman Lapangan
Praktik Pengalaman Lapangan berfungsi memberikan bekal kepada
mahasiswa praktikan agar mereka memiliki kompetensi profesional, kompetensi
personal, dan kompetensi kemasyarakatan (UPT PPL 2004:4).
2.7.4 Sasaran Praktik Pengalaman Lapangan
Praktik Pengalaman Lapanagn mempunyai sasaran agar mahasiswa praktikan
memiliki seperangkat pengetahuan sikap dan ketrampilan yang dapat menunjang
tercapainya penguasaan kompetensi profesional, kompetensi personal, dan
kompetensi kemasyarakatan.
25
2.7.5 Status Praktik Pengalaman Lapangan
Mata kuliah Praktik Pengalaman Lapangan merupakan bagian integral dari
kurikulum pendidikan tenaga kependidikan berdasarkan kompetensi yang termasuk
di dalam struktur program kurikulum Universitas Negeri Semarang. Oleh karena itu
Praktik Pengalaman Lapangan wajib dilaksanakan oleh mahasiswa Program
Kependidikan Universitas Negeri Semarang (UPT PPL 2004:5).
2.8 Kerangka Berpikir
Praktik Pengalaman Lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus
dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang
diperoleh dalam semester-semester sebelumnya, sesuai dengan persyaratan yang
telah ditetapkan agar mereka memperoleh pengalaman dan ketrampilan lapangan
dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di sekolah atau di tempat latihan
lainnya.
Masalah pokok yang dihadapi guru baik pemula maupun yang sudah
berpengalaman adalah kemampuan dalam mengelola kelas. Pengelolaan kelas
merupakan masalah tingkah laku kompleks dan guru menggunakannya untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga siswa
dapat mencapai tuntutan pengajaran secara efektif dan memungkinkan mereka dapat
belajar. Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi
pengajaran yang efektif. Tugas utama bagi guru yang paling sulit adalah pengelolaan
kelas.
Pengelolaan kelas yaitu kepemimpinan atau ketatalaksanaan guru dalam
menyelenggarakan kelasnya. Hal ini menyangkut kegiatan-kegiatan menciptakan dan
26
memelihara kondisi yang optimal bagi terselenggaranya proses belajar mengajar
yang efektif. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan syarat mutlak bagi
terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif.
Aspek-aspek pengelolaan kelas yang dimaksud di sini adalah dikuasainya
situasi mengajar yang baik, sehingga dapat dikuasainya situasi belajar mengajar yang
lebih baik, memperhatikan suasana kelas sehingga jalannya pelajaran tidak terganggu
dengan cara menjaga ketertiban dan disiplin siswa, menciptakan suasana emosional
yang lebih baik, dengan menunjukkan sikap dan perhatian kelas dan anak pada
umumnya belum dilaksanakan mahasiswa dengan baik, serta pemanfaatan fasilitas
yang ada guna mendukung proses kegiatan belajar mengajar.
Peningkatan kualitas Praktik Pengalaman Lapangan merupakan salah satu
langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kualitas lulusannya. Berkaitan
dengan hal itu, agar PPL berkualitas maka diperlukan adanya perbaikan-perbaikan
dan pembinaan-pembinaan seperlunya sesuai masalah lapangan, salah satunya
mengenai pengelolaan kelas.
27
Masalah
Input Data
v Tidak menjadi kendala
v Cukup menjadi kendala
v Menjadi kendala
v Sangat menjadi kendala
Gbr.1.1. Bagan Sistem Alur Kerangka Berpikir
Tabulasi danAnalisa Data
PengelolaanKelas
Variabel:MahasiswaSiswaFasilitasPembimbing
PembahasanMasalah
KriteiaKendala-Kendala
Perbaikan dan PembinaanKualitas Mahasiswa
Praktikan
Kendala-kendalaMahasiswaPraktikan
PeningkatanKualitas Mahasiswa
Praktikan
28
BAB III
METODE PENELITIAN
Suatu metode atau cara yang tepat sangat diperlukan dalam setiap tindakan
untuk melaksanakan arah atau rencana yang telah ditentukan. Hal ini ditujukan agar
segala rencana tersebut dapat dilaksanakan secara tepat dan berdaya guna. Demikian
pula yang telah dilakukan dalam suatu penelitian senantiasa ditujukan untuk
memecahkan masalah-masalah secara ilmiah, dan sebagai hasil penelitian tersebut
dapat diuji dan dibuktikan secara ilmiah. Hasil penelitian dipandang memiliki bobot
ilmiah apabila dalam pelaksanaan penelitian ilmiah tesebut mempergunakan metode
dan langkah yang tepat serta benar disesuaikan dengan kerangka penelitian ilmiah.
Mengenai bobot ilmiah sutu penelitian dikemukakan oleh seorang ahli dalam bidang
penelitian yaitu “….tinggi rendahnya suatu hasil dari research tidak diukur besar
kecilnya pembiayaan melainkan terutama tergantung dari aspek-aspek metodologi
dan hasilnya” (Hadi 2001:51).
Adapun aspek-aspek yang akan dibahas dalam metode penelitian ini adalah
sebagai berikut :
3.1 Populasi
Dalam bahasa penelitian seluruh sumber data yang memungkinkan,
memberikan informasi yang berguna bagi masalah penelitian disebut populasi atau
univers. Jika seluruh sumber data atau populasi diteliti atau diungkap informasinya,
kesimpulan yang diperoleh dapat dipercaya, akan tetapi peluangnya sangat kecil
29
mengingat keterbatasan waktu, tenaga, biaya dan lain-lain (Sudjana dan Ibrahim
2001:84).
Dalam penelitian ini subyek yang menjadi populasi adalah semua mahasiswa
Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
UNNES Semarang, yang telah melaksanakan atau menempuh Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) pada tahun 2004, yaitu sebanyak 76 orang, (Lampiran 1 halaman
83).
Mengingat jumlah mahasiswa yang menjadi populasi penelitian ini terbatas
dan relatif kecil, sehingga dapat dijangkau oleh kemampuan peneliti. Maka seluruh
populasi dijadikan sampel penelitian, oleh karena itu penelitian ini merupakan
penelitian populasi. Teknik sampling yang dipergunakan adalah teknik total
sampling, yaitu mengambil semua populasi sebagai teknik penelitian.
3.2 Sampel
Dalam pengambilan sampel penelitian, apabila subjeknya kurang dari 100,
lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi
(Suharsimi 1998:120).
Karena populasi dalam penelitian ini jumlahnya kurang dari 100 orang maka
subjek atau populasinya diambil semua, sehingga penggambilan sampel penelitian
menggunakan tehnik total sampling.
30
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah obyek yang sedang di teliti atau diselidiki (Hadi
2001:4). Menurut ahli yang lain, menyebutkan bahwa variabel penelitian adalah
gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian (Suharsimi 1998:111).
Jadi variabel penelitian menurut penulis adalah segala sesuatu yang dijadikan
sebagai obyek pengambilan data di dalam suatu penelitian.
Berdasarkan pada permasalahan yang akan di ungkap, maka variabel yang
menjadi obyek dalam penelitian ini adalah Kendala-Kendala yang Dihadapi
Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam Melaksanakan
Pengelolaan Kelas di Sekolah-Sekolah Latihan Tahun 2004.
Selanjutnya variabel dalam penelitian ini diidentifikasi untuk memperoleh
variabel yang lebih kecil dengan cara memecah-mecah variabel menjadi sub variabel.
Memecah-mecah variabel menjadi sub variabel ini juga disebut kategorisasi
yakni memecah variabel menjadi kategori-kategori data yang harus dikumpulkan
oleh peneliti. Kategori-kategori ini dapat diartikan sebagai indikator penelitian
(Suharsimi 1998:104).
Kategori, indikator, sub variabel dalam penelitian ini disusun berdasarkan
teori yang relevan dengan menyesuaikan terhadap permasalahan yang akan
diungkap.
Dari kategorisasi tersebut maka dalam penelitian ini diperoleh variabel-
variabel yaitu: variabel mahasiswa, variabel siswa, variabel fasilitas dan variabel
pembimbing.
31
Variabel-variabel tersebut selanjutnya diperinci menjadi sub-sub variabel
yang lebih kecil yaitu:
a. Variabel mahasiswa, mencakup:
Pelaksanaan pengelolaan kelas
b. Variabel siswa, mencakup:
Sikap siswa di dalam kelas
c. Variabel fasilitas, meliputi:
1) Keadaan ruang kelas
2) Buku-buku pelajaran
3) Media pengajaran
d. Variabel pembimbing, meliputi:
1) Bimbingan dan bantuan guru pamong
2) Bimbingan dan bantuan dosen pembimbing
Indikator-indikator tersebut akan digunakan untuk mengungkapkan
informasi tentang Kendala-Kendala yang Dihadapi Mahasiswa Praktikan Program
Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang dalam Melaksanakan Pengelolaan Kelas di Sekolah-
Sekolah Latihan Tahun 2004 yang di akan disusun dalam item-item pertanyaan
yang terdapat pada instrumen penelitian ini yaitu angket atau kuesioner.
3.4 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan metode survei. Metode survei adalah penelitian yang diadakan
32
untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-
keterangan secara faktual dalam suatu kelompok atau daerah.
Survei adalah cara mengumpulkan data dari sejumlah unit atau individu
dalam waktu atau jangka waktu yang bersamaan dan jumlahnya biasanya besar.
Dalam metode survei juga dikerjakan dalam menangani situasi atau masalah yang
serupa dan hasilnya dapat digunakan dalam pembuatan rencana (Suharsimi 1998:92).
Penelitian deskriptif biasanya mempunyai dua tujuan, yaitu untuk mengetahui
perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi terjadinya suatu aspek fenomena
sosial tertentu, umpamanya interaksi sosial, dan lain-lain (Singarimbun 1985:4).
Penelitian semacam ini, tidak untuk menguji hipotesis. Dan biasanya
berusaha untuk mengungkapkan jawaban melalui pertanyaan apa, bagaimana, berapa
dan bukan pertanyaan mengapa. Tujuan utamanya adalah mengumpulkan informasi
tentang variabel, bukan informasi tentang individu-individu.
Dengan demikian pertanyaan-pertanyaanya disusun untuk memberikan
informasi tentang variabel-variabel dan bukan untuk menghubungkan satu variabel
dengan variabel yang lainnya. Sekalipun informasi tersebut mengandung dan
menunjukkan adanya hubungan antara variabel. Pertanyaan lebih bersifat
memancing informasi untuk pemecahan masalah (Sudjana dan Ibrahim 2001:75).
3.5 Teknik Pengambilan Data
Tehnik yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini terdiri
dari 2 bagian yaitu :
a. Metode dokumentasi
b. Metode Angket.
33
3.5.1 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penelitian ini sifatnya hanya membantu
melengkapi saja, yaitu untuk memperoleh informasi tentang daftar peserta PPL yang
dijadikan populasi, nama dan lokasi sekolah latihan yang dipergunakan untuk
mengetahui lokasi sekolah latihan.
3.5.2 Metode Angket
Kuesioner atau angket sebagai alat pengumpul data di gunakan untuk
mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan, persepsi,
keinginan, keyakinan dan lain-lain dari individu atau responden. Caranya, melalui
pertanyaan-pertanyaan yang sengaja diajukan kepada individu atau responden oleh
peneliti (Sudjana dan Ibrahim 2001:102).
Ahli lain menyebutkan bahwa “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui” (Suharsimi 1998:140).
Angket memiliki keuntungan dan kelemahan sebagai alat pengumpul data
dalam suatu penelitian. Keuntungan angket adalah tidak memerlukan hadirnya
peneliti, dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden, dapat
dijawab oleh responden dengan tidak ada batas waktu, dapat dibuat anonim
sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab, dan dapat di
buat standar sehingga semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar
sama.
Sedangkan kelemahan angket yaitu kadang responden kurang teliti dalam
menjawab pertanyaan sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab,
34
sehingga sukar dicari validitasnya, walaupun dibuat anonim, kadang-kadang
responden sengaja memberikan jawaban tidak betul atau kurang jujur, sering tidak
kembali terutama jika dikirimkan lewat pos dan waktu kembalinya tidak bersamaan
bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat (Suharsimi
1998:141-142 ).
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner
langsung tertutup dengan menggunakan pilihan ganda. Kuesioner tertutup adalah
apabila item pertanyaan dalam angket tersebut sudah tersedia jawabannya dan
responden tinggal memilihnya (Suharsimi 1998:141).
Adapun alasan menggunakan metode kuesioner langsung adalah sebagai
berikut :
a. Bahwa subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri .
b. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah
sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.
c. Bahwa apa yang dikatakannya benar dan dapat dipercaya.
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Persiapan Penelitian
3.6.1.1 Penyusunan Instrumen Penelitian
Langkah-langkah penyusunan instrumen dalam penelitian adalah
mengadakan pembatasan materi yang digunakan untuk menyusun instrumen yang
mengacu pada ruang lingkup tentang Kendala-Kendala yang Dihadapi Mahasiswa
Praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas
35
Teknik Universitas Negeri Semarang dalam Melaksanakan Pengelolaan Kelas di
Sekolah-Sekolah Latihan Tahun 2004. Dalam tahap ini kuesioner yang telah disusun
akan diungkap tentang faktor-faktornya, antara lain :
a. Variabel mahasiswa, mencakup:
- Pelaksanaan pengelolaan kelas
b. Variabel siswa, mencakup:
- Sikap siswa di dalam kelas
c. Variabel fasilitas, meliputi:
- Keadaan ruang kelas
- Buku-buku pelajaran
- Media pengajaran
d. Variabel pembimbing, meliputi:
- Bimbingan dan bantuan guru pamong
- Bimbingan dan bantuan dosen pembimbing
3.6.2 Proses Penelitian
Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan yang meliputi hal-hal sebagai
berikut :
3.6.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
3.6.2.1.1 Validitas
Untuk menguji tingkat validitas dan reliabilitas instrumen maka dilakukan
kegiatan uji coba dengan sasaran sebagai sampel penelitian. Validitas adalah suatu
36
ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen
(Suharsimi 1998:160).
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan serta dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Validitas yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah validitas logis, artinya
dalam menyusun instrumen sesuai teori, seperti dengan cara memecah variabel
menjadi sub-sub variabel, baru kemudian menyusun pertanyaan (Suharsimi
1996:159). Untuk mencari validitas masing-masing faktor angket digunakan rumus
korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson:
( ) ( )( ){ } ( ){ }2222 YYNXXN
YXXYNrXY∑−∑×∑−∑×
∑×∑−∑×=
Keterangan:
rXY = koefisien korelasi X dan Y
X = skor faktor
Y = skor total faktor (Arikunto 1998:171).
Analisis validitas angket menggunakan rumus korelasi product moment,
dimana pengujian validitas dilakukan dengan cara menentukan validitas faktor.
Untuk menentukan valid tidaknya instrumen suatu faktor adalah dengan
mengkorelasikan hasil perhitungan koefisien korelasi (r) pada taraf signifikan 5 %
atau taraf kepercayaan 95 %.
Dari uji validitas instrumen dengan 10 responden didapatkan harga rXY
masing-masing faktor > harga r tabel. Apabila rXY > rtabel maka angket tersebut valid.
Pada α = 5% dengan n = 10 diperoleh rtabel = 0,632. karena rXY > rtabel, maka dapat
37
disimpulkan bahwa angket tersebut memiliki tingkat validitas tinggi. Dengan
demikian instrumen tersebut dapat mengukur dan mengungkap data yang
diinginkan..
3.6.2.1.2 Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen
tersebut sudah baik (Suharsimi 1998:170).
Sehingga dapat dikatakan disini bahwa reliabilitas menunjuk pada tingkat
keterandalan atau keampuhan instrumen.
Dalam penelitian ini digunakan reliabilitas internal yaitu reliabilitas yang
diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan (Suharsimi
1998 :152).
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha yaitu :
Σ−
−= 2
2
11 11 t
f
kkr
σ
σ
dimana :
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya faktor
Σσf2 = Jumlah varians faktor
σt2 = Varians total. (Suharsimi 1998:193).
Dari uji reliabilitas instrumen dengan 10 responden didapatkan harga r11 = 0.939.
Selanjutnya adalah mengkonsultasikan pada harga r tabel. Apabila r11 > rtabel maka
angket tersebut reliabel. Pada α = 5% dengan n = 10 diperoleh rtabel = 0,632. Karena
38
r11 > rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa angket tersebut reliabel. Untuk
mengetahui tingkat reliabilitas, nilai r11 dikonsultasikan dengan tabel harga
interpretasi nilai r (lampiran 13 hal.122). Berdasarkan tabel harga interpretasi nilai r,
tingkat reliabilitas angket berada pada rentang 0,800 – 1 berarti instrumen tersebut
mempunyai reliabilitas tinggi.
Sehingga angket tersebut mempunyai tingkat kepercayaan tinggi untuk dapat
digunakan sebagai alat pengumpul data.
Karena dalam mengisi angket uji coba, responden tidak mengalami kesulitan
dan setelah diuji validitas dan reliabilitasnya memenuhi syarat untuk dijadikan
sebagai alat pengumpul data, maka angket tersebut dapat langsung ditindak lanjuti
untuk digunakan sebagai kuesioner penelitian.
3.6.2.2 Tahap Penyebaran dan Penarikan Kuesioner
Tahap ini dilakukan setelah instrumen selesai diuji cobakan, kuesioner
disebarkan secara langsung dengan cara mendatangi dan secara langsung bertemu
dengan responden. Pemberian jawaban terhadap kuesioner diberikan secara langsung
dihadapan peneliti, dengan alasan agar jawaban yang diinginkan benar-benar berasal
dari responden tanpa ada pengaruh dari pihak lain. Setelah selesai kuesioner
langsung dikembalikan kepada peneliti.
3.6.3 Tahap Akhir Penelitian
Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan analisis data, data yang diperoleh
dari responden setelah terkumpul diteliti yang kemudian dimasukkan dalam
penskoringan. Data yang terkumpul berupa data kuantitatif yaitu data yang berupa
39
angka-angka atau bilangan-bilangan. Setelah selesai dilakukan pengklasifikasian
terhadap hasil skoring maka dilakukan pembahasan untuk mengungkap persentase
dari masing-masing faktor kuesioner.
3.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penelitian
Selama proses melakukan penelitian ini banyak faktor yang sangat
mempengaruhi jalannya penelitian, faktor-faktor tersebut antara lain adalah :
a. Penyebaran angket memakan banyak waktu, karena angket harus ditunggu dan
langsung dikembalikan. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa angket harus
dijawab berdasarkan pemahaman yang dimiliki responden pada saat itu.
Sehingga jawaban yang diinginkan benar-benar murni sesuai dengan
pemahaman yang mereka miliki dan keaslian jawaban dapat terjamin.
b. Kesibukan, baik responden maupun peneliti memberikan pengaruh yang besar
tehadap penyelesaian penyebaran angkat secara cepat.
3.8 Analisis Data
Analisis data atau pengolahan data merupakan salah satu langkah yang
terpenting dalam suatu penelitian, apabila analisis salah, maka dalam pengambilan
kesimpulan tentu akan salah juga. Untuk menganalisis data diperlukan tehnik analisis
yang sesuai dengan data yang akan dianalisis.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabel
frekuensi, karena data-data yang akan di analisis berupa frekuensi, maka cara
menganalisisnya dapat menggunakan teknik statistik (Hadi 2002:315).
40
Menurut seorang ahli dalam bidang penelitian menyebutkan bahwa data yang
bersifat kuantitatif, yang berwujud angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran
diproses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan
dan diperoleh persentase. Pencarian persentase dilaksanakan untuk mengetahui status
sesuatu yang dipersentasekan dalam kalimat yang bersifat kualitatif (Suharsimi
1998:246).
Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah kegiatan pendahuluan dari analisis
kuantitatif yang meliputi :
3.8.1 Editing
Merupakan suatu proses yang dilakukan setelah semua kuesioner
dikembalikan dan terkumpul semua, kemudian dikoreksi apakah jawaban–jawaban
dalam kuesioner tersebut telah terisi semua atau belum. Proses editing dapat
dilakukan juga setelah kuesioner selesai di jawab responden langsung pada saat itu
juga.
3.8.2 Skoring
Merupakan kegiatan berupa pemberian nilai atau skor pada item jawaban
dalam daftar pertanyaan atau angket, untuk memperoleh data kuantitatif yang
kemudian dianalisis dengan tujuan untuk mengetahui keadaan atau kategori dari tiap-
tiap aspek atau variabel.
Untuk keperluan analisis ini terlebih dahulu jawaban yang akan diberikan
oleh responden diberi skor, dengan pedoman sebagai berikut :
a. Jawaban a. diberi skor 4
b. Jawaban b. diberi skor 3
41
c. Jawaban c. diberi skor 2
d. Jawaban d. diberi skor 1
Penggunaan analisis data statistik ini dengan pertimbangan bahwa dengan
menggunakan analisis ini akan lebih efektif dalam mengerjakannya dan bentuknya
lebih sederhana, sehingga mudah dipahami dan diketahui oleh orang lain yang
membacanya.
Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan Deskriptif Persentase
(%) atau disebut prosentages corection. Adapun rumus Deskriptif Persentase adalah
sebagai berikut :
%100xNnDP =
Keterangan :
DP = Deskriptif Persentase (%)
n = Skor empirik (Skor yang diperoleh)
N = Skor Ideal / Jumlah total nilai responden (Ali 1993:186).
Untuk menentukan kategori/jenis Deskriptif Persentase yang diperoleh
masing-masing komponen dalam variabel, dari perhitungan Deskriptif Persentase
kemudian ditafsirkan kedalam kalimat.
Cara menentukan tingkat kriteria adalah sebagai berikut :
a. Menentukan angka persentase tertinggi
%100xalSkormaksimalSkormaksim
b. Menentukan angka persentase terendah
%100min xalskormaksim
imalskor
42
c. Menentukan rentang persentase
d. Menentukan interval kelas persentase
Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor yang diperoleh
(dalam %) dengan analisis deskriptif persentase dikonsultasikan dengan kriteria
deskriptif persentase (Lampiran 8 hal.107).
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pengolahan data hasil penelitian dari jawaban yang diperoleh dari responden
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang tertuang dalam kuesioner tentang indikator
Kendala-Kendala yang Dihadapi Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan
Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang dalam Melaksanakan Pengelolaan Kelas di Sekolah-Sekolah Latihan
Tahun 2004 berupa data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-
angka atau bilangan-bilangan.
Selanjutnya data yang bersifat kuantitatif, yang berwujud angka-angka hasil
perhitungan dari jawaban responden terhadap pertanyaan tentang indikator Kendala-
Kendala yang Dihadapi Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan Teknik
Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam
Melaksanakan Pengelolaan Kelas di Sekolah-Sekolah Latihan Tahun 2004 dihitung
dengan menggunakan analisis data statistik dengan rumus deskriptif persentase.
Hasil analisis data disajikan dengan cara dijumlahkan dan dibandingkan dengan
jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase. Hasil persentase tersebut
kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Hal ini dimaksudkan
untuk mempermudah dalam memahami hasil akhir dalam mengkualifikasikan hasil
penelitian tersebut.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendeskripsikan variabel
Kendala-Kendala yang Dihadapi Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan
44
Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang dalam Melaksanakan Pengelolaan Kelas di Sekolah-Sekolah Latihan
Tahun 2004 berdasarkan data yang diperoleh dari masing-masing indikator pada
variabel yang ada.
4.1.1 Variabel Mahasiswa
Berdasarkan hasil analisis deskriptif persentase Kendala-Kendala yang Dihadapi
Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam Melaksanakan
Pengelolaan Kelas di Sekolah-Sekolah Latihan Tahun 2004 pada variabel mahasiswa
dihitung secara parsial tiap indikator yang ada.
4.1.1.1 Pelaksanaan Pengelolaan Kelas
Data pelaksanaan pengelolaan kelas dijaring dengan menggunakan 4 butir
pertanyaan, yaitu butir 1 sampai butir 4, perolehan hasil seperti pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Deskriptif Faktor Pelaksanaan Pengelolaan KelasKeteranganNo.
ButirSoal
IndikatorSkor %
1
2
3
4
Kelancaran praktikan dalam menyampaikanmateri pelajaranTipe kepemimpinan yang praktikan terapkandalam pelaksanaan PBMTindakan yang diambil praktikan dalammengatasi siswa yang mengganggu kelasUsaha praktikan dalam menciptakan suasanahumor
202
183
180
147
19.13 %
17.33 %
17.05 %
13.92 %
712 67.42 %Kriteria Cukup menjadi kendala
45
Hasil perhitungan data pelaksanaan pengelolaan kelas diperoleh skor sebesar
712. Skor tersebut mencapai 67.42 % dari skor maksimal sebesar 1056, berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan setelah dikonsultasikan termasuk kategori cukup
menjadi kendala. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mahasiswa praktikan
dalam melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan tahun 2004 cukup
mendapatkan kendala dari faktor pelaksanaan pengelolaan kelas dari mahasiswa.
Hal ini tertuang dalam pertanyaan butir 1, yang mengungkap apakah pada
saat melaksanakan proses belajar mengajar, praktikan mampu menyampaikan materi
pelajaran dengan lancar, sehingga akan memperlancar jalannya pengelolaan kelas ?
Jawaban dari 66 praktikan (responden) adalah 25.76% menyatakan ya lancar, karena
sudah mempersiapkan diri, 54.54% menyatakan kadang-kadang tidak lancar karena
belum terbiasa berbicara di depan kelas, 19.70% menyatakan kurang lancar karena
kurang persiapan diri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Kelancaran Praktikan dalam Menyampaikan Materi PelajaranNo. Kelancaran praktikan dalam menyampaikan
materi pelajaranJumlah
Responden%
ab
c
d
Ya Lancar, karena sudah mempersiapkan diri.Kadang-kadang tidak lancar karena belumterbiasa berbicara di depan kelas.Kurang lancar karena kurang mempersiapkandiri.Sering tidak lancar karena sering gugup dangemetar.
1736
13
0
25.76%54.54%
19.70%
0.00%
Jumlah 66 100,00%
Pertanyaan butir 2 mengungkap tipe kepemimpinan apa yang praktikan
terapkan di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan
46
pengelolaan kelas) untuk menumbuhkan suasana emosional yang baik di dalam kelas
dari praktikan (responden) adalah 24.24% menyatakan menerapkan tipe
kepemimpinan yang demokratis, 30.30% menerapkan tipe kepemimpinan yang
berdisiplin, 43.94% menerapkan tipe kepemimpinan yang bersifat laizerfaire, dan
1.52% menerapkan tipe kepemimpinan yang bersifat otoriter. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat seperti pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Tipe kepemimpinan yang Praktikan Terapkan dalam Pelaksanaan PBMNO. Tipe kepemimpinan yang praktikan terapkan
dalam pelaksanaan PBMJumlah
Responden%
abcd
Tipe kepemimpinan yang demokratis.Tipe kepemimpinan yang berdisiplin.Tipe kepemimpinan yang bersifat laizerfaire.Tipe kepemimpinan yang bersifat otoriter
1620291
24.24%30.30%43.94%1.52%
Jumlah 66 100,00%
Pertanyaan butir 3, mengungkap tindakan apa yang diambil praktikan bila ada
siswa yang mengganggu ketertiban kelas, misalnya ada siswa yang membuat gaduh
di dalam kelas atau mengganggu siswa lain? Jawaban dari praktikan adalah 12.12%
menyatakan dengan menggunakan pesan non verbal baik berupa isyarat tangan,
bahu, kepala, alis dsb, 51.52% menyatakan dengan cara mendekati siswa tersebut,
33.33% menyatakan dengan cara menegur atau memberi ceramah tentang kesalahan
pada waktu itu, dan 3.03% menyatakan dengan menyuruhnya keluar kelas Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel 4.4.
47
Tabel 4.4 Tindakan yang Diambil Praktikan dalam Mengatasi Siswa yangMengganggu Kelas
NO. Tindakan yang diambil praktikan dalammengatasi siswa yang mengganggu kelas
JumlahResponden
%
a
bc
d
dengan menggunakan isyarat non verbal, baikberupa isyarat tangan, bahu, kepala, alis dsbdengan cara mendekati siswa tersebutdengan cara menegur atau memberi ceramahtentang kesalahan pada waktu itudengan menyuruhnya keluar kelas
8
3422
2
12.12%
51.52%33.33%
3.03%Jumlah 66 100,00%
Pertanyaan butir 4, mengungkap usaha praktikan dalam mempertahankan
kondisi kelas yang optimal di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar (dalam arti
pelaksanaan pengelolaan) apakah praktikan berusaha menciptakan suasana humor ?
Jawaban dari praktikan adalah 6.06% menyatakan selalu, agar siswa tidak bosan
dalam mengikuti pelajaran, 21.21% menyatakan sering agar siswa tidak bosan dalam
mengikuti pelajaran, 62.12% menyatakan kadang-kadang bila diperlukan, dan
10.61% menyatakan jarang karena hanya mengganggu saja. Untuk lebih jelasnya
dapa dilihat seperti pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Usaha Praktikan dalam Menciptakan Suasana HumorNO. Usaha praktikan dalam menciptakan suasana
humorJumlah
Responden%
a
b
cd
Selalu, agar siswa tidak bosan mengikutipelajaranSering, agar siswa tidak tegang dalammengikuti pelajaranKadang-kadang bila diperlukanJarang karena hanya mengganggu saja
4
14
417
6.06%
21.21%
62.12%10.61%
Jumlah 66 100,00%
48
4.1.2 Variabel Siswa
Berdasarkan hasil analisis deskriptif persentase Kendala-Kendala yang Dihadapi
Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam Melaksanakan
Pengelolaan Kelas di Sekolah-Sekolah Latihan Tahun 2004 pada variabel siswa
dihitung secara parsial tiap indikator yang ada.
4.1.2.1 Sikap Siswa di dalam Kelas
Data sikap siswa di dalam kelas dijaring dengan menggunakan 3 butir
pertanyaan, yaitu butir 5 sampai butir 7, perolehan hasil seperti pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Deskriptif Faktor Sikap Siswa Di Dalam KelasKeteranganNo.
ButirSoal
IndikatorSkor %
5
6
7
Sikap siswa di sekolah latihan apabila diberikesempatan untuk bertanyaPerhatian siswa di sekolah latihan terhadappraktikan dalam melaksanakan KBMSiswa yang membuat gaduh di dalam kelasatau mengganggu siswa lain
169
165
145
21,34 %
20,83 %
18,31 %
479 60,48 %Kriteria Cukup menjadi kendala
Hasil perhitungan data sikap siswa di dalam kelas memperoleh skor sebesar
479. Skor tersebut mencapai 63,61 % dari skor maksimal 792, berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan setelah dikonsultasikan termasuk kategori cukup menjadi
kendala. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap siswa di dalam kelas cukup
menjadi kendala bagi mahasiswa praktikan dalam melaksanakan pengelolaan kelas di
sekolah-sekolah latihan.
49
Hal ini tertuang dalam pertanyaan butir 5 yang mengungkap bagaimana sikap
siswa di dalam kelas di sekolah latihan apakah mendukung dilaksanakiannya proses
belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas) misalnya bila diberi
kesempatan untuk bertanya? Jawaban dari praktikan (responden) adalah 6.06%
menyatakan siswa memberikan respon aktif bertanya, 43.94% menyatakan sebagian
siswa menggunakan kesempatan bertanya, dan 50.00% menyatakan hanya sedikit
siswa yang menggunakan kesempatan bertanya. Untuk lebih jelasnya dapa dilihat
seperti pada tabel 4.7.
Tabel 4.7. Sikap Siswa Di Sekolah Latihan Apabila Diberi Kesempatan untukBertanya
NO. Sikap siswa di sekolah latihan apabila diberikesempatan untuk bertanya
JumlahResponden
%
ab
cd
Siswa memberi respon aktif bertanya.Sebagiab besar siswa menggunakankesempatan bertanya.Hanya sedikit siswa yang bertanyaSiswa diam saja
429
330
6.06%43.94%
50.00%0.00%
Jumlah 66 100,00%
Pertanyaan butir 6 mengungkap, bagaimana perhatian siswa di sekolah
latihan, ketika praktikan melaksanakan proses belajar mengajar? Jawaban dari
praktikan (responden) adalah 7.58% menyatakan siswa sangat memperhatikan dan
selalu aktif bertanya, 48.48% menyatakan siswa cukup memperhatikan dan siswa
selalu menulis materi pelajaran yang praktikan sampaikan, 30.30% menyatakan
siswa kurang memperhatikan dan ada beberapa siswa yang mengantuk dan 13.64%
menyatakan siswa jarang memperhatikan dan mereka berbicara sendiri. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel 4.8.
50
Tabel 4.8. Perhatian Siswa Di Sekolah Latihan Terhadap Praktikan dalamMelaksanakan KBM
NO. Perhatian siswa di sekolah latihan terhadap
praktikan dalam melaksanakan KBM
Jumlah
Responden
%
a
b
c
d
Siswa sangat memperhatikan dan selalu
aktif bertanya.
Siswa cukup memperhatikan dan selalu
menulis materi pelajaran
Siswa kurang memperhatikan dan ada yang
mengantuk
Siswa jarang yang memperhatikan dan
mereka berbicara sendiri.
5
32
20
9
7.58%
48.48%
30.30%
13.64%
Jumlah 66 100,00%
Pertanyaan butir 7 mengungkap selama praktikan melaksanakan proses
belajar mengajar (dalam arti melaksanakan pengelolaan kelas) apakah ada siswa
yang membuat gaduh di dalam kelas atau mengganggu siswa lain? Jawaban dari
responden adalah 4.54% menyatakan tidak ada siswa yang membuat gaduh di dalam
kelas, 22.73% menyatakan jarang siswa yang membuat gaduh di dalam kelas dan
60.61% menyatakan kadang-kadang ada siswa yang membuat gaduh di dalam kelas
dan 12.12% menyatakan sering ada siswa yang membuat gaduh di dalam kelas.
Untuk lebih jelasnya seperti pada tabel 4.9.
51
Tabel 4.9. Siswa yang Membuat Gaduh di Dalam Kelas atau Mengganggu SiswaLain
NO. Siswa yang membuat gaduh di dalamkelas atau mengganggu siswa lain
JumlahResponden
%
a
b
c
d
tidak ada siswa yang membuat gaduh didalam kelasjarang siswa yang membuat gaduh didalam kelaskadang-kadang ada siswa yang membuatgaduh di dalam kelassering ada siswa yang membuat gaduh didalam kelas
3
15
39
8
4.54%
22.73%
60.61%
12.12%
Jumlah 66 100,00%
4.1.3 Variabel Fasilitas
Berdasarkan hasil analisis deskriptif persentase Kendala-Kendala yang
Dihadapi Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam Melaksanakan
Pengelolaan Kelas di Sekolah-Sekolah Latihan Tahun 2004 pada variabel fasilitas
dihitung secara parsial tiap indikator yang ada.
4.1.3.1 Keadaan ruang kelas
Data keadaan ruang kelas dijaring dengan menggunakan 2 butir pertanyaan,
yaitu pertanyaan butir 8 dan butir 9, perolehan hasil seperti pada tabel 4.10.
Tabel 4.10. Deskriptif Faktor Keadaan Ruang kelasKeteranganNo.
ButirSoal
IndikatorSkor %
8
9
Pencahayaan ruang kelas dalam menunjangpelaksanaan PBMKemampuan praktikan dalam memperhatikansetiap individu (siswa) dalam KBM
180
114
34.09 %
21.59 %
294 55.68 %Kriteria Menjadi kendala
52
Hasil perhitungan data keadaan ruang kelas diperoleh skor sebesar 295. Skor
tersebut mencapai 55.68% dari skor maksimal 528. Berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan setelah dikonsultasikan termasuk kategori menjadi kendala. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa keadaan ruang kelas menjadi kendala bagi
mahasiswa praktikan dalam melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah – sekolah
latihan tahun 2004.
Hal ini tertuang dalam pertanyaan butir 8, yang mengungkap tentang
pencahayaan ruang kelas apakah menunjang untuk dilaksanakannya proses belajar
mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas)? Jawaban dari praktikan
(responden) adalah 10.61% menyatakan sangat menunjang karena ventilasi baik,
54.54% menyatakan cukup menunjang karena ventilasi cukup baik, 31.82%
menyatakan kurang menunjang karena ventilasi kurang baik, dan 0.03% menyatakan
tidak menunjang karena ventilasi tidak baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
seperti pada tabel 4.11.
Tabel 4.11. Pencahayaan Ruang Kelas dalam Menunjang Pelaksanaan PBMNO. Pencahayaan ruang kelas dalam menunjang
pelaksanaan PBMJumlah
Responden%
ab
c
d
sangat menunjang karena ventilasi baikcukup menunjang karena ventilasi cukupbaikkurang menunjang karena ventilasi kurangbaikkurang menunjang karena ventilasi tidakbaik
736
21
2
10.61%54.54%
31.82%
3.03%
Jumlah 66 100,00%
Pertanyaan butir 9 mengungkap tentang keadaan fisik ruang kelas. Ditinjau
dari lingkungan fisik ruang kelas apakah praktikan dalam melaksanakan proses
53
belajasr mengajar mampu memusatkan perhatian pada setiap individu ? Jawaban dari
praktikan (responden) adalah 3.03% menyatakan ya, mampu karena tempat duduk
guru memakai kursi yang tinggi, 7.58% menyatakan ya, mampu karena di depan
kelas lantainya lebih tinggi (seperti panggung), 48.48% menyatakan ya, mampu
karena tempat duduk guru sejajar dengan tempat duduk siswa, dan 40.91%
menyatakan kurang, karena di depan kelas lantainya tidak tinggi. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel 4.12.
Tabel 4.12. Kemampuan Praktikan dalam Memperhatikan Setiap Individu (Siswa)dalam KBMNO. Kemampuan Praktikan dalam
Memperhatikan Setiap Individu (siswa)dalam KBM
JumlahResponden
%
a
b
c
d
Ya, mampu karena tempat duduk gurumemakai kursi yang tinggi.Ya, mampu karena di depan kelaslantainya lebih tinggi (seperti panggung).Ya, mampu karena tempat duduk gurusejajar dengan tempat duduk siswa.Kurang, karena di depan kelas lantainyatidak tinggi
2
5
32
27
3.03%
7.58%
48.48%
40.91%Jumlah 66 100,00%
4.1.3.2 Buku-buku Pelajaran
Data buku-buku pelajaran di jaring dengan menggunakan 2 butir pertanyaan,
yaitu pertanyaan butir 10 dan pertanyaan butir 11, perolehan hasil seperti pada tabel
4.13.
54
Tabel 4.13. Deskriptif Faktor Buku-buku PelajaranKeteranganNo.
ButirSoal
IndikatorSkor %
10
11
Buku paket yang disediakan sekolahuntuk siswaPenggunaan sumber atau literatur lainselain buku paket dalam PBM
149
195
28.22%
36.93%
344 65.15%Kriteria Cukup Menjadi kendala
Hasil perhitungan data buku-buku pelajaran diperoleh skor sebesar 344. Skor
tersebut mencapai 65.15% dari skor maksimal sebesar 528, berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan setelah dikonsultasikan termasuk kategori cukup menjadi kendala.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa buku-buku pelajaran cukup menjadi
kendala bagi mahasiswa praktikan dalam melaksanakan pengelolaan kelas pada
sekolah-sekolah latihan tahun 2004.
Hal ini tertuang dalam pertanyaan butir 10 yang mengungkap apakah buku
paket untuk siswa yang disediakan oleh sekolah memadai untuk dilaksanakannya
proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas)? Jawaban dari
praktikan (responden) adalah 12,12% menyatakan ya, sangat memadai karena semua
siswa mendapat buku, 22.73% menyatakan ya, cukup memadai karena sebagian
besar siswa yang mendapat buku paket, 43.94% menyatakan kurang memadai,
karena hanya sebagian saja siswa yang mendapat buku paket, dan 21.21%
menyatakan tidak memadai karena sekolah tidak menyediakan. Untuk lebih lebih
lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel 4.14.
55
Tabel 4.14. Buku Paket yang Disediakan Sekolah untuk SiswaNO. Buku paket yang disediakan sekolah untuk
siswaJumlah
Responden%
a
b
c
d
Memadai karena semua siswa mendapatbuku paket.Cukup memadai karena sebagian siswamendapat bukuKurang memadai karena hanya sebagiansiswa yang mendapat buku paket.Tidak memadai karena sekolah tidakmenyediakan
8
15
29
14
12.12%
22.73%
43.94%
21.21%
Jumlah 66 100,00%
Pertanyaan butir 11 mengungkap, dalam mempertahankan kondisi kelas yang
optimal, selain menggunakan buku paket apakah praktikan selalu menggunakan
sumber atau literatur lain? Jawaban dari praktikan (responden) adalah 31.82%
menyatakan selalu, agar siswa lebih memperhatikan dalam mengikuti pelajaran,
31.82% menyatakan sering, agar siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti
pelajaran, 36.36% menyatakan kadang-kadang sesuai dengan kebutuhan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel 4.15.
Tabel 4.15. Penggunaan Sumber atau Literatur Lain Selain Buku Paket dalam PBMNO.
Penggunaan sumber atau literatur lain selainbuku paket dalam PBM
JumlahResponden
%
a
b
cd
Selalu, agar siswa lebih memperhatikan dalammengikuti pelajaranSering agar siswa tidak bosan dalam mengikutipelajaran.Kadang-kadang sesuai dengan kebutuhanTidak pernah karena sudah cukup dengan bukupaket
21
21
240
31.82%
31.82%
36.36%0.00%
Jumlah 66 100,00%
56
4.1.3.3 Media Pengajaran
Data media pengajaran dijaring dengan menggunakan 4 butir pertanyaan,
yaitu pertanyaan butir 12 sampai butir 15, perolehan hasil seperti pada tabel 4.16.
Tabel 4.16. Deskriptif Faktor Media PengajaranKeteranganNo.
ButirSoal
IndikatorSkor %
12
13
1415
Kesulitan praktikan dalam mendapatkanmedia pengajaranPenyediaan media pengajaran oleh sekolahdalam menunjang pelaksanaan PBMPenggunaan media lain selain papan tulisManfaat media pengajaran dalammemperlancar komunikasi antara praktikandengan siswa dalam pelaksanaan PBM
161
168
146200
15.25 %
15.91 %
13.83 %18.94 %
675 63,92 %Kriteria Cukup Menjadi kendala
Hasil perhitungan data media pengajaran memperoleh skor sebesar 675. skor
tersebut mencapai 63.92% dari skor maksimal sebesar 1056. Berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan setelah dikonsultasikan termasuk kategori cukup menjadi
kendala. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa media pengajaran cukup menjadi
kendala bagi mahasiswa praktikan dalam melaksanakan pengelolaan kelas pada
sekolah-sekolah latihan tahun 2004.
Hal ini tertuang dalam pertanyaan butir 12 yang mengungkap apakah
praktikan merasa kesulitan dalam mendapatkan media pengajaran yang dibutuhkan
(yang menunjang proses belajar mengajar atau pelaksanaan pengelolaan kelas)?
Jawaban dari praktikan (responden) adalah 28.79% menyatakan tidak merasa
kesulitan, karena sekolah sudah menyediakan, 10.61% menyatakan tidak merasa
kesulitan karena bisa membuat sendiri, 36.36% menyatakan agak sulit karena
memakan banyak waktu dan biaya dalam pembuatannya, dan 24.24% menyatakan
57
sulit karena sekolah tidak menyediakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti
pada tabel 4.17.
Tabel 4.17. Kesulitan Praktikan dalam Mendapatkan Media PengajaranNO. Kesulitan praktikan dalam mendapatkan
media pengajaranJumlah
Responden)%
a
b
c
d
Tidak merasa kesulitan karena sekolahsudah menyediakan.Tidak merasa kesulitan karena bisamembuat sendiriAgak sulit karena memakan banyak waktudan biaya dalam pembuatannyaSulit karena sekolah tidak menyediakan
19
7
24
16
28.79%
10.61%
36.36%
24.24%Jumlah 66 100,00%
Pertanyaan butir 13 mengungkap apakah media atau alat pengajaran yang
disediakan oleh sekolah jumlahnya menunjang untuk dilaksanakannya proses belajar
mengajar sehingga akan memperlancar jalannya pengelolaan kelas? Jawaban dari
praktikan (responden) adalah 4.55% menyatakan menunjang karena semua media
pengajaran sudah tersedia, 48.48% menyatakan cukup menunjang karena sebagian
besar media pengajaran sudah tersedia, 43.94% menyatakan kurang menunjang
karena hanya sebagian saja media pengajaran yang sudah tersedia dan 3.03%
menyatakan tidak menunjang karena sekolah tidak menyediakan media pengajaran.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel 4.18.
58
Tabel 4.18. Penyediaan Media Pengajaran oleh Sekolah dalam MenunjangPelaksanaan PBM
NO. Penyediaan media pengajaran oleh sekolahdalam menunjang pelaksanaan PBM
JumlahResponden
%
a
b
c
d
Menunjang karena semua mediapengajaran yang sudah tersediaCukup menunjang karena sebagian besarmedia pengajaran sudah tersediaKurang menunjang karena hanya sebagianmedia pengajaran yang sudah tersediaTidak menunjang karena sekolah tidakmenyediakan media pengajaran
3
32
29
2
4.55%
48.48%
43.94%
3.03%
Jumlah 66 100,00%
Pertanyaan butir 14 mengungkap, di dalam mempertahankan kondisi kelas
yang optimal, dalam pelaksanaan proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan
pengelolaan kelas) apakah praktikan menggunakan media lain selain papan tulis?
Jawaban dari praktikan (responden) adalah 7.58% menyatakan selalu agar siswa
lebih memperhatikan dalam mengikuti pelajaran, 12.12% menyatakan sering agar
siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran, 72.24% menyatakan kadang-
kadang, sesuai dengan kebutuhan, dan 6.06% menyatakan tidak pernah karena sudah
cukup dengan papan tulis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel 4.19.
Tabel 4.19. Penggunaan Media Lain Selain Papan TulisNO. Penggunaan media lain selain papan tulis Jumlah
Responden%
a
b
cd
Selalu agar siswa lebih memperhatikandalam mengikuti pelajaranSering agar siswa tidak bosan dalammengikuti pelajaranKadang-kadang, sesuai dengan kebutuhanTidak pernah karena sudah cukup denganpapan tulis
5
8
494
7.58%
12.12%
74.24%6.06%
Jumlah 66 100,00%
59
Pertanyaan butir 15 mengungkap apakah dengan media pengajaran tersebut
pelaksanaan proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas)
yang praktikan laksanakan (komunikasi antara praktikan dengan siswa) menjadi
efektif? Jawaban dari praktikan (responden) adalah 24.24% menyatakan ya karena
siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran, 54.55% menyatakan ya, karena
memperlancar komunikasi dengan para siswa dan 21.21% menyatakan ya, karena
suasana menjadi hangat dan bersahabat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti
pada tabel 4.20.
Tabel 4.20. Manfaat Media Pengajaran dalam Memperlancar Komunikasi antaraPraktikan dengan Siswa dalam Pelaksanaan PBM
NO. Manfaat media pengajaran dalammemperlancar komunikasi antara praktikandengan siswa dalam pelaksanaan PBM
JumlahResponden
%
a
b
cd
Siswa lebih bersemangat dalam mengikutipelajaranMemperlancar komunikasi dengan parasiswaSuasana menjadi hangat dan bersahabatMenggunakan media, walaupun banyakmemakan waktu dan bertele-tele
16
36
140
24.24%
54.55%
21.21%0.00%
Jumlah 66 100,00%
4.1.4 Variabel Pembimbing
Berdasarkan hasil analisis deskriptif persentase Kendala-Kendala yang
Dihadapi Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam Melaksanakan
Pengelolaan Kelas di Sekolah-Sekolah Latihan Tahun 2004 pada variabel - variabel
dihitung secara parsial tiap indikator yang ada.
60
4.1.4.1 Bimbingan dan Bantuan Guru Pamong
Data bimbingan dan bantuan Dosen Pembimbing dijaring dengan
menggunakan 6 butir pertanyaan, yaitu pertanyaan butir 16 sampai butir 21,
perolehan hasil seperti pada tabel 4.21.
Tabel 4.21. Deskriptif Faktor Bimbingan dan Bantuan Guru PamongKeteranganNo.
ButirSoal
IndikatorSkor %
16
17
18
19
20
21
Kesempatan observasi pelaksanaan KBMyang diberikan guru pamong pada praktikanBantuan guru pamong kepada praktikandalam menghadapi siswa yang menggangguPBMBimbingan yang dilaksanakan guru pamongpada praktikanSaran khusus guru pamong pada praktikandalam menghadapi problem siswa yangmengganggu di kelasKonsultasi dengan guru pamong yangpraktikan laksanakanJumlah partisipasi mengajar yang ditungguguru pamong
178
183
169
165
212
137
11.24 %
11.55 %
10.67 %
10.42 %
13.38 %
8.65 %
1044 65.91%Kriteria Cukup Menjadi kendala
Hasil perhitungan data bimbingan dan bantuan guru pamong diperoleh skor
sebesar 1044. Skor tersebut mencapai 65.91% dari skor maksimal sebesar 1584.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan setelah dikonsultasikan termasuk kategori
cukup menjadi kendala. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelaksanaan
pengelolaan kelas mahasiswa praktikan pada sekolah-sekolah latihan cukup menjadi
kendala dalam hal bimbingan dan bantuan guru pamong.
Hal ini tertuang dalam pertanyaan butir 16 yang mengungkap, apakah
praktikan diberi kesempatan oleh guru pamong untuk mengadakan observasi
61
pelaksanaan proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas)
yang dilakukan teman praktikan? Jawaban dari praktikan (responden) adalah 12.12%
menyatakan ya, setiap kali teman praktikan mengajar, 56.06% menyatakan pernah
beberapa kali, 21.21% menyatakan pernah satu kali, dan 10.61% menyatakan tidak
pernah. Untuk lebih jelasnya dapat diliaht seperti pada tabel 4.22.
Tabel 4.22. Kesempatan Observasi Pelaksanaan KBM yang Diberikan GuruPamong pada Praktikan
NO. Kesempatan observasi pelaksanaan KBMyang diberikan Guru Pamong pada praktikan
JumlahResponden
%
abcd
Setiap kali teman praktikan mengajarPernah beberapa kaliPernah satu kaliTidak pernah
837147
12.12%56.06%21.21%10.61%
Jumlah 66 100,00%
Pertanyaan butir 17 mengungkap, bila praktikan menghadapi problem siswa
yang mengganggu pelaksanaan proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan
pengelolaan kelas) apakah guru pamong memberikan bantuan untuk
menyelesaikannya? Jawaban dari praktikan (responden) adalah 6.06% menyatakan
ya, setiap kali ada siswa yang mengganggu, 68.18% menyatakan ya, pernah beberapa
kali, 22.73% menyatakan ya, pernah satu kali dan 3.03% menyatakan tidak pernah.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel 4.23 sebagai berikut.
Tabel 4.23. Bantuan Guru Pamong kepada Praktikan dalam Menghadapi Siswayang Mengganggu PBM
NO. Bantuan Guru Pamong kepada praktikan dalammenghadapi siswa yang mengganggu PBM
JumlahResponden
%
abcd
Setiap kali teman praktikan mengajarPernah beberapa kaliPernah satu kaliTidak pernah
445152
6.06%68.18%22.73%3.03%
Jumlah 66 100,00%
62
Pertanyaan butir 18 mengungkap, setelah praktikan melaksanakan proses
belajar mengajar apakah guru pamong mengadakan bimbingan? Jawaban dari
praktikan (responden) adalah 12.12% menyatakan guru pamong selalu memberikan
saran perbaikan serta pengarahan, 37.88% menyatakan guru pamong sering
memberikan saran perbaikan serta pengarahan, 43.94% menyatakan kadang-kadang
memberi saran perbaikan dan pengarahan, dan 6.06% menyatakan jarang memberi
saran perbaikan dan pengarahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel
4.24 berikut ini.
Tabel 4.24. Bimbingan yang Dilaksanakan Guru Pamong pada PraktikanNO. Bimbingan yang dilaksanakan Guru
Pamong pada praktikanJumlah
Responden%
a
b
c
d
Selalu memberikan saran perbaikan danpengarahanSering memberi saran perbaikan danpengarahanKadang-kadang memberi saran perbaikandan pengarahanJarang memberi saran perbaikan danpengarahan
8
25
29
4
12.12%
37.88%
43.94%
6.06%
Jumlah 66 100,00%
Pertanyaan butir 19 mengungkap, apakah guru pamong di sekolah latihan
memberi saran khusus, yang membantu kesuksesan praktikan dalam melaksanakan
proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas) misalnya bila
menghadapi problem siswa yang suka membuat gaduh di dalam kelas atau
mengganggu siswa lain? Jawaban dari praktikan (responden) adalah 13.64%
menyatakan selalu memberikan saran dan pengarahan serta cara mengatasinya,
27.27% menyatakan guru pamong sering memberikan saran dan pengarahan serta
cara mengatasinya, 54.55% menyatakan Kadang-kadang memberikan saran dan
63
pengarahan serta cara mengatasinya, dan 4.54% menyatakan Jarang memberikan
saran dan pengarahan serta cara mengatasinya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
seperti pada tabel 4.25.
Tabel 4.25. Saran Khusus Guru Pamong pada Praktikan dalam Menghadapi ProblemSiswa yang Mengganggu di Kelas
NO. Saran khusus Guru Pamong pada praktikandalam menghadapi problem siswa yangmengganggu di kelas
JumlahResponden
%
a
b
c
d
Selalu memberikan saran dan pengarahanserta cara mengatasinyaSering memberikan saran dan pengarahanserta cara mengatasinyaKadang-kadang memberikan saran danpengarahan serta cara mengatasinyaJarang memberikan saran dan pengarahanserta cara mengatasinya
9
18
36
3
13.64%
27.27%
54.55%
4.55%
Jumlah 66 100,00%
Pertanyaan butir 20 mengungkap, berapa kali konsultasi dengan guru pamong
yang praktikan laksanakan? Jawaban dari praktikan (responden) adalah 36.36%
menyatakan setiap kali penampilan, 50.00% menyatakan setiap dua kali penampilan,
12.12% menyatakan berkonsultasi dengan guru pamong setiap tiga kali penampilan,
dan 1.52% menyatakan setiap empat kali penampilan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat seperti pada tabel 4.26.
Tabel 4.26. Konsultasi dengan Guru Pamong yang Praktikan LaksanakanNO. Konsultasi dengan Guru Pamong yang
praktikan laksanakanJumlah
Responden%
abcd
Setiap kali penampilanSetiap 2 kalli penampilanSetiap 3 kali penampilanSetiap 4 kali penampilan
243381
36.36%50.00%12.12%1.52%
Jumlah 66 100.00%
64
Pertanyaan butir 21 mengungkap berapa jumlah partisipasi mengajar yang
ditunggu guru pamong? Jawaban dari praktikan (responden) adalah 16.67%
menyatakan 8 kali atau lebih, 6.06% menyatakan 6-7 kali penampilan, 45.45%
praktikan menyatakan 4-5 kali penampilan, dan 31.82% menyatakan 3 kali
penampilan atau kurang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel 4.27.
Tabel 4.27. Jumlah Partisipasi Mengajar yang Ditunggu Guru PamongNO. Jumlah Partisipasi Mengajar yang
Ditunggu Guru PamongJumlah
Responden%
abcd
8 kali atau lebih6-7 kali penampilan4-5 kali penampilan3 kali penampilan atau kurang
114
3021
16.67%6.06%
45.45%31.82%
Jumlah 66 100.00%
4.1.4.2 Bimbingan dan Bantuan Dosen Pembimbing
Data bimbingan dan bantuan dosen pembimbing dijaring dengan
menggunakan 4 butir pertanyaan, yaitu pertanyaan butir 22 sampai butir 25 dan
perolehan hasil seperti pada tabel 4.28.
Tabel 4.28. Deskriptif Faktor Bimbingan dan Bantuan Dosen PembimbingKeteranganNo.
ButirSoal
IndikatorSkor %
22
23
24
25
Bimbingan yang diadakan dosen pembimbingsetelah praktikan berpartisipasi mengajarSaran khusus yang diberikan dosenpembimbing kepada praktikan dalammenghadapi problem siswaJumlah konsultasi praktikan dengan dosenpembimbingJumlah partisipasi mengajar yang ditunggudosen pembimbing
125
126
145
108
11.84 %
11.93 %
13.73 %
10.23 %
504 47.73 %Kriteria Menjadi kendala
65
Hasil perhitungan data bimbingan dan bantuan dosen pembimbing diperoleh
skor 504. skor tersebut mencapai 47.73% dari skor maksimal 1056. berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan setelah dikonsultasikan termasuk kategori menjadi
kendala. Dengan demimkian dapat dikatakan bahwa mahasiswa praktikan dalam
melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan tahun 2004 tidak
mendapat kendala dalam hal bimbingan dan bantuan dosen pembimbing.
Hal ini tertuang dalam pertanyaan butir 22 mengungkap, apakah setelah
praktikan melaksanakan partisipasi mengajar dosen pembimbing selalu mengadakan
bimbingan? Jawaban dari praktikan ( responden) adalah 6.06% menyatakan dosen
pembimbing selalu memberikan saran perbaikan dan pengarahan, 12.12%
menyatakan dosen pembimbing sering memberikan saran perbaikan dan pengarahan,
46.97% menyatakan dosen pembimbing kadang-kadang memberikan perbaikan dan
pengarahan, dan 34.85% menyatakan dosen pembimbing jarang memberikan saran
perbaikan dan pengarahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel 4.29.
Tabel 4.29. Bimbingan yang Dilakukan Dosen Pembimbing Setelah PraktikanBerpartisipasi Mengajar
NO. Bimbingan yang dilakukan Dosen Pembimbingsetelah praktikan berpartisipasi mengajar
JumlahResponden
%
a
b
c
d
Selalu memberikan saran perbaikan danpengarahanSering memberikan saran perbaikan danpengarahanKadang-kadang memberikan perbaikan danpengarahanJarang memberikan saran perbaikan danpengarahan
4
8
31
23
6.06%
12.12%
46.97%
34.85%
Jumlah 66 100.00%Pertanyaan butir 23 mengungkap, apakah dosen pembimbing memberikan
saran khusus yang membantu kesuksesan praktikan dalam melaksanakan proses
66
belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas) misalnya dalam
menghadapi problem siswa yang suka membuat gaduh di dalam kelas atau
mengganggu siswa lain? Jawaban dari praktikan (responden) adalah 9.09%
menyatakan selalu memberikan saran pengarahan dan cara mengatasinya, 9.09%
menyatakan dosen pembimbing sering memberikan saran dan pengarahan serta cara
mengatasinya, 45.46% menyatakan Kadang-kadang memberikan saran pengarahan
dan cara mengatasinya, dan 36.36% menyatakan jarang memberikan saran
pengarahan dan cara mengatasinya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada
tabel 4.30.
Tabel 4.30. Saran Khusus yang Diberikan Dosen Pembimbing kepada Praktikandalam Menghadapi Problem Siswa
NO. Saran Khusus yang diberikan DosenPembimbing kepada praktikan dalammenghadapi problem siswa
JumlahResponden
%
a
b
c
d
Selalu memberi saran pengarahan dan caramengatasinyaSering memberikan saran pengarahan dancara mengatasinyaKadang-kadang memberikan saranpengarahan dan cara mengatasinyaJarang memberikan saran pengarahan dancara mengatasinya
6
6
30
24
9.09%
9.09%
45.46%
36.36%
Jumlah 66 100.00%
Pertanyaan butir 24 mengungkap, berapa kali praktikan berkonsultasi dengan
dosen pembimbing? Jawaban dari praktikan (responden) adalah 9.09% menyatakan
empat kali atau lebih, 22.73% menyatakan tiga kali, 46.97% menyatakan sebanyak
dua kali, dan 21.21% menyatakan satu kali atau tidak pernah. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat seperti pada tabel 4.31.
67
Tabel 4.31. Jumlah Konsultasi Praktikan dengan Dosen PembimbingNO. Jumlah konsultasi praktikan dengan dosen
pembimbingJumlahResponden
%
abcd
Empat kali atau lebihTiga kaliDua kaliSatu kali atau tidak pernah
6153114
9.09%22.73%46.97%21.21%
Jumlah 66 100.00%
Pertanyaan butir 25 mengungkap tentang jumlah partisipasi mengajar yang
ditunggu dosen pembimbing? Jawaban dari praktikan adalah 4.54% menyatakan
empat kali atau lebih, 6.06% menyatakan tiga kali, 37.88% menyatakan dua kali, dan
51.52% menyatakan satu kali atau tidak pernah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
seperti pada tabel 4.32.
Tabel 4.32. Jumlah Partisipasi Mengajar yang Ditunggu Dosen PembimbingNO. Jumlah Partisipasi Mengajar yang
Ditunggu Dosen PembimbingJumlah
Responden%
abcd
Empat kali atau lebihTiga kaliDua kaliSatu kali atau tidak pernah
34
2534
4.54%6.06%
37.88%51.52%
Jumlah 66 100.00%
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka dapat diketahui bahwa
pelaksanaan pengelolaan kelas, sikap siswa siswa di dalam kelas, buku-buku
pelajaran, media pengajaran, bimbingan dan bantuan guru pamong termasuk kategori
62.50%-81.25% dalam kriteria cukup mendapat kendala. Sedangkan keadaan ruang
kelas, bantuan dan bimbingan dosen pembimbing termasuk kategori 43.75%-62.50%
dalam kriteria mendapat kendala.
68
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pengelolaan kelas
mahasiswa praktikan program studi Pendidikan Teknik Bangunan jurusan Teknik
Sipil FT UNNES di sekolah-sekolah latihan tahun 2004 cukup mendapat kendala
baik dari mahasiswa, sikap siswa di dalam kelas, fasilitas buku-buku pelajaran,
fasilitas media pengajaran maupun bantuan dan bimbingan guru pamong.
Mahasiswa praktikan mendapat kendala dari fasilitas keadaan ruang kelas dan dari
bantuan dan bimbingan dosen pembimbing.
4.2.1 Pelaksanaan Pengelolaan Kelas
Pelaksanaan pengelolaan kelas memperoleh persentase jawaban sebesar
67.42% dalam kategori cukup menjadi kendala.
Pada waktu melaksanakan proses belajar mengajar dalam menyampaikan
materi pelajaran, praktikan rata-rata menyatakan kadang-kadang lancar, karena
belum terbiasa berbicara di depan kelas sehingga pelaksanaan pengelolaan kelas
cukup terganggu. Kalau sekarang masih ada penilaian dari pihak tertentu yang
mengatakan penguasaan materi pelajaran kurang, mungkin merupakan kasus dan
bukan rata-rata atau kriteria yang mereka gunakan adalah kriteria guru yang sudah
berpengalaman selam lima tahun.
Upaya dalam menumbuhkan suasana emosional yang baik di dalam kelas,
praktikan rata-rata menerapkan tipe kepemimpinan yang bersikap laizerfaire. Tipe
kepemimpinan yang cenderung pada laizerfaire (bebas terbatas), tipe kepemimpinan
ini biasanya tidak produktif, walaupun ada pemimpin. Kalau guru ada siswa lebih
banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan. Dalam tipe
kepemimpinan ini, biasanya aktifitas siswa lebih produktif kalau gurunya tidak ada.
69
Tipe ini paling cocok bagi siswa yang aktif, penuh kemauan, berinisiatif dan tidak
selalu menunggu pengarahan. Tipe kepemimpinan laizerfaire kurang dapat
diwujudkan di lingkungan suatu kelas untuk menciptakan dinamika kelas yang
positif karena setiap personal tidak bergerak kearah tujuan yang sama
Tindakan yang praktikan lakukan bila ada siswa yang mengganggu ketertiban
kelas, rata-rata praktikan dengan cara mendekati siswa. Tindakan ini dilakukan jika
dengan menggunakan isyarat non-verbal siswa masih membuat gaduh. Teknik
mendekati ini biasanya cukup efektif bila seorang siswa mulai bertingkah. Kehadiran
guru dapat membuatnya takut, dan akan menghentikan dari perbuatan mengganggu
ketertiban kelas, tanpa perlu menegur. Namun apabila siswa tetap tidak
menghiraukan, tindakan yang dilakukan praktikan selanjutnya adalah dengan cara
menegur atau memberi ceramah tentang kesalahan yang dibuat pada saat itu.
Usaha dalam mempertahankan kondisi kelas yang optimal di dalam
melaksanakan proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas)
praktikan rata-rata kadang-kadang berusaha menciptakan suasana humor bila
diperlukan. Rasa humor guru dalam hubungan dengan siswa akan berpengaruh
positif dalam pengelolaan kelas. Sepanjang rasa humor tersebut berstruktur dengan
baik. Rasa humor inipun dapat merupakan saluran dari berbagai tekanan emosional.
Dengan demikian mahasiswa praktikan mahasiswa praktikan Program Studi
Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang dalam melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan
tahun 2004 cukup mendapat kendala pada faktor pelaksanaan penyelenggaraan kelas.
70
4.2.2 Sikap Siswa di Dalam Kelas
Sikap siswa di dalam kelas memperoleh persentase jawaban sebesar 63,61%
dalam kategori cukup mendapat kendala. Praktikan rata-rata menyatakan sikap siswa
di dalam kelas (dalam proses belajar mengajar) bila diberi kesempatan bertanya,
hanya sedikit siswa yang memberikan respon aktif bertanya atau jarang siswa yang
memberikan respon aktif bertanya.
Selama praktikan melaksanakan praktik mengajar, pada umumnya siswa
cukup memperhatikan dan siswa selalu menulis materi pelajaran yang disampaikan
praktikan.
Selama praktikan melaksanakan proses belajar menagajar, rata-rata praktikan
menyatakan kadang-kadang ada siswa yang membuat gaduh di dalam kelas. Ini bisa
dimaklumi, karena mahasiswa praktikan baru pertama kali melaksanakan kegiatan
belajar mengajar yang sesungguhnya. Sehingga belum begitu mampu menghadapi
sikap siswa yang melanggar disiplin kelas. Di dalam kelas guru dituntut
menyelengarakan proses belajar mengajar dengan situasi yang hidup dan produktif.
Guru harus mengusahakan persaingan yang positif dan mencegah konflik yang
merugikan sehingga tecipta suasana kelas yang kondusif.
Dengan demikian faktor sikap siswa di dalam kelas cukup menjadi kendala
bagi mahasiswa praktikan mahasiswa praktikan Program Studi Pendidikan Teknik
Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam
melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan tahun 2004.
71
4.2.3 Fasilitas di Sekolah latihan
4.2.3.1 Fasilitas Keadaan Ruang kelas
Fasilitas keadaan ruang kelas memperoleh persentase jawaban sebesar
55.68% dalam kriteria mendapat kendala. Ditinjau dari pencahayaan ruang kelas,
rata-rata praktikan menyatakan cukup menunjang karena ventilasi cukup baik. Tapi
sebagian siswa juga menyatakan bahwa pencahayaan ruang kelas di sekolah latihan
kurang menunjang karena ventilasi kurang baik. Ventilasi harus cukup menjamin
kesehatan siswa, jendela harus cukup besar, sehingga memungkinkan hangat sinar
matahari masuk. Dengan ventilasi yang baik memungkinkan siswa belajar dengan
baik yaitu siswa dapat melihat tulisan dengan jelas, baik tulisan di papan tullis
maupun di buku bacaan, cahaya harus datang dari kanan, tidak menyilaukan.
Praktikan rata-rata menyatakan mampu memusatkan perhatian pada setiap
siswa, karena tempat duduk guru sejajar dengan tempat duduk siswa. Ada sebagian
praktikan menyatakan, bahwa praktikan kurang mampu memusatkan perhataian pada
setiap siswa karena di depan kelas lantainya tidak tinggi. Hal ini menyebabkan
praktikan mengalami kesulitan dalam mengontrol tingkah laku siswa di dalam kelas.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor keadaan ruang kelas menjadi
kendala bagi mahasiswa praktikan mahasiswa praktikan Program Studi Pendidikan
Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang dalam melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan tahun
2004.
72
4.2.3.2 Fasilitas Buku-buku Pelajaran
Fasilitas buku-buku pelajaran memperoleh persentase 65.15% dalam kriteria
cukup menjadi kendala. Dikatakan demikian karena buku-buku yang disediakan oleh
sekolah kurang memadai, sehingga proses belajar mengajar berjalan kurang efektif.
Siswa jarang yang memiliki buku pegangan sendiri sehingga siswa hanya mencatat
materi pelajaran yang disampaikan oleh praktikan.
Rata-rata praktikan selain menggunakan buku-buku paket, mereka juga
menggunakan sumber atau literatur lain yang berhubungan dengan materi yang
disampaikan. Hal ini dilakukan karena materi yang ada pada buku paket tidak
sepenuhnya dapat melengkapi materi yang ada.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa fasilitas buku-buku pelajaran cukup
menjadi kendala bagi mahasiswa praktikan mahasiswa praktikan Program Studi
Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang dalam melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan
tahun 2004.
4.2.3.3 Fasilitas Media Pengajaran
Fasilitas media pengajaran memperoleh persentase jawaban sebesar 63.92%
dalam kriteria cukup menjadi kendala.
Dikatakan demikian karena media pengajaran yang disediakan oleh sekolah
kurang memadai, sehingga kurang menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar
(dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas). Rata-rata praktikan menyatakan bahwa
media pengajaran yang dibutuhkan cukup sulit didapatkan karena di sekolah kurang
memadai.
73
Rata-rata prakttikan juga menyatakan bahawa media atau alat yang
disediakan oleh sekolah jumlahnya kurang menunjang karena hanya sebagian saja
media pengajaran yang sudah tersedia. Di dalam usaha mempertahankan kondisi
kelas yang optimal, dalam pelaksanaan proses belajar mengajar (dalam arti
pelaksanaan pengelolaan kelas), praktikan rata-rata menyatakan kadang-kadang
menggunakan media lain selain papan tulis sesuai dengan kebutuhan.
Dengan media pengajaran yang praktikan gunakan, praktikan rata-rata
menyatakan bahwa pengajaran menjadi lebih efektif karena memperlancar
komunikasi dengan para siswa.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mahasiswa praktikan Program Studi
Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang dalam melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan
tahun 2004 cukup mendapat kendala dalam hal penyediaan media pengajaran.
4.2.4 Bimbingan di Sekolah Latihan
4.2.4.1 Bimbingan dan Bantuan Guru Pamong
Bimbingan dan bantuan guru pamong memperoleh persentase jawaban
sebesar 65.91% dalam kriteria cukup mendapat kendala.
Praktikan rata-rata diberi kesempatan beberapa kali oleh guru pamong untuk
mengadakan observasi pelasanaan proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan
pengelolaan kelas) yang dilakukan oleh praktikan lain. Hal ini dimaksudkan agar
praktikan dapat belajar dari pengalaman mengajar praktikan lainnya sekaligus
sebagai studi banding dalam praktik mengajar oleh praktikan.
74
Apabila praktikan menghadapi problem siswa yang mengganggu proses
belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas), praktikan rata-rata
menyatakan bahwa guru pamong pernah beberapa kali memberikan bantuan untuk
menyelesaikannya.
Guru pamong juga sering memberikan saran perbaikan dan pengarahan
setelah praktikan melaksanakan partisipasi mengajar sebagai bentuk bimbingan
apakah ada koreksi dan perbaikan terhadap praktik mengajar yang telah
dilaksanakan.
Sebagian praktikan menyatakan bahwa guru pamong kadang-kadang
memberikan saran dan pengarahan serta cara mengatasinya apabila dalam
menghadapi problem siswa yang membuat gaduh di dalam kelas atau mengganggu
siswa lain sehingga dapat membantu kesuksesan praktikan dalam melaksanakan
proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas).
Sebagian praktikan rata-rata menyatakan mengadakan konsultasi dengan guru
pamong setiap dua kali penampilan, bahkan sebagian juga mengadakan konsultasi
pada setiap kali penampilan mengajar. Dengan semakin banyak intensitas konsultasi
atau bimbingan yang dilakukan oleh praktikan pada guru pamong maka kesulitan
maupun kendala yang dihadapi dapat mudah diatasi.
Sedangkan jumlah partisipasi mengajar yang ditunggu guru pamong,
praktikan rata-rata menyatakan 1 sampai 5 kali penampilan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mahasiswa praktikan Program Studi
Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
75
Negeri Semarang dalam melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan
tahun 2004 cukup mendapat kendala pada bimbingan dan bantuan guru pamong.
4.2.4.2 Bimbingan dan Bantuan Dosen Pembimbing
Bimbingan dan bantuan dosen pembimbing memperoleh persentase jawaban
sebesar 47.73% dalam kriteria mendapat kendala. Setelah praktikan melaksanakan
partisipasi mengajar, dosen pembimbing kadang-kadang memberikan saran
perbaikan dan pengarahan.
Sebagian praktikan menyatakan bahwa dosen pembimbing kadang-kadang
memberikan saran dan pengarahan serta cara mengatasinya apabila dalam
menghadapi problem siswa yang membuat gaduh di dalam kelas atau mengganggu
siswa lain sehingga dapat membantu kesuksesan praktikan dalam melaksanakan
proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas).
Sebagian praktikan menyatakan berkonsultasi dengan dosen pembimbing
rata-rata dua kali. Sedangkan jumlah partisipasi mengajar yang ditunggu dosen
pembimbing adalah satu kali atau bahkan tidak pernah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mahasiswa praktikan mahasiswa
praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang dalam melaksanakan pengelolaan kelas di
sekolah-sekolah latihan tahun 2004 mendapat kendala pada bimbingan dan bantuan
dosen pembimbing.
76
4.2.5 Faktor Dominan
Berdasarkan hasil penelitian, faktor praktikan dalam melaksanakan
pengelolaan kelas, faktor sikap siswa di dalam kelas, faktor fasilitas buku-buku
pelajaran, faktor fasilitas media pengajaran, dan faktor bimbingan dan bantuan guru
pamong dalam kriteria cukup menjadi kendala. Sedangkan faktor fasilitas keadaan
ruang kelas dan faktor bimbingan dan bantuan dosen pembimbing dalam kriteria
menjadi kendala.
Faktor bimbingan dan bantuan dosen pembimbing memperoleh persentase
skor terkecil dengan kriteria menjadi kendala. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa faktor ini merupakan faktor dominan yang menjadi kendala dalam
melaksanakan pengelolaan kelas oleh mahasiswa praktikan pada sekolah-sekolah
latihan.
77
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah bahwa kendala-
kendala yang dihadapi mahasiswa praktikan dalam melaksanakan pengelolaan kelas
di sekolah-sekolah latihan tahun 2004 adalah faktor praktikan dalam melaksanakan
pengelolaan kelas, faktor sikap siswa di dalam kelas, faktor fasilitas buku-buku
pelajaran, faktor fasilitas media pengajaran, dan faktor bimbingan dan bantuan guru
pamong dalam kriteria cukup menjadi kendala. Sedangkan faktor fasilitas keadaan
ruang kelas dan faktor bimbingan dan bantuan dosen pembimbing dalam kriteria
menjadi kendala. Secara terperinci adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan pengelolaan kelas dari mahasiswa dengan tingkat persentase sebesar
67.42%.
b. Sikap siswa di dalam kelas kelas dengan tingkat persentase sebesar 60.48%.
c. Fasilitas keadaan ruang kelas dengan tingkat persentase sebesar 55.68%.
d. Fasilitas buku-buku pelajaran dengan tingkat persentase sebesar 65.15%.
e. Fasilitas media pengajaran dengan tingkat persentase sebesar 63.92%.
f. Bimbingan dan bantuan guru pamong dengan tingkat persentase sebesar 65.91%.
g. Bimbingan dan bantuan dosen pembimbing dengan tingkat persentase sebesar
47.73%.
78
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan tersebut maka saran yang dapat diberikan dari hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa praktikan hendaknya lebih siap dalam penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar baik dari segi materi maupun metode yang digunakan dalam
proses belajar mengajar sehingga tercipta kondisi kelas yang optimal.
b. Dalam rangka meningkatkan sikap positif siswa terhadap mahasiswa praktikan,
hendaknya mahasiswa praktikan berusaha meningkatkan hubungan dan
kerjasama dengan siswa melalui sistem pengajaran yang efektif. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengoptimalkan fungsi guru dalam pengelolaan kelas,
menciptakan kondisi emosional dan kondisi fisik yang menguntungkan di dalam
kelas, serta mengoptimalkan fungsi media pengajaran dengan baik.
c. Bagi pihak-pihak sekolah latihan hendaklah mengusahakan menambah atau
menyempurnakan berbagai fasilitas yang dimiliki, baik mengenai fasilitas
keadaan ruang kelas, buku-buku pelajaran, maupun media pengajaran sehingga
dapat menunjang proses belajar mengajar yang efektif.
d. Bagi guru pamong dalam membimbing mahasiswa praktikan hendaknya lebih
intensif dalam proses bimbingan terutama dalam hal pengelolaan kelas.
e. Bagi dosen pembimbing hendaknya dalam proses bimbingan juga lebih intensif
dan peka terhadap permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa praktikan
terutama apabila ada masalah yang harus dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing.
79
f. Penelitian ini masih terbatas pada deskriptif kendala-kendala dalam pelaksanaan
pengelolaan kelas, oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut lagi pada
masalah-masalah yang dihadapi oleh mahasiswa praktikan dalam melaksanakan
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL).
80
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohamad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa
Ametembun, N.A. 1981. Guru dan Administrasi Sekolah. Bandung: FIP IKIPBandung.
---------------------- 1981. Managemen Kelas. Bandung : FIP IKIP Bandung.
Hadi, Sutrisno. 2001. Statistik Jilid 1. Yogyakarta: ANDI
-----------------. 2002. Metodologi research Jilid 1. Yogyakarta: ANDI
Joni, Raka T. 1980. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Proyek Pembinaan Pendidikan Guru(P3G) Depdikbud.
Nawawi, Handari. 1986. Organisasi Kelas dan Pengelolaan Kelas Sebagai LembagaPendidikan. Jakarta: Gunung Agung.
Nurbahri. 1986. Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar PMP. Jakarta:Depdikbud Universitas Terbuka.
Poerwodarminta. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Popham, W, James dan Eva L Baker. 1981. Bagaimana Mengajar Secara Sistimatis.Yogyakarta: Yayasan Kanisius.
Purnomo, Daniel. 1988/1989. Identifikasi Pengembangan Ketrampilan MengajarMahasiswa Program Diploma IKIP Semarang Dalam Kelas Praktik TahunAjaran 1988/1989. Semarang: FIP IKIP Semarang.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1985. Metode Penelitian Survei. Jakarta:LP3ES.
Soekarno, Thomas. 1996. Manajemen Kelas dan Interaksi Manusiawi dalam ProsesBelajar Mengajar. Semarang: IKIP Semarang PRESS.
Sugiyanto dan Sudjarwo. 1993. Materi Pokok Perkembangan dan Belajar Gerak.Jakarta: Depdikbud, Universitas Terbuka.
Soelaiman, Darwis A. 1979. Pengantar Pada Teori dan Praktik Pengajaran.Semarang: IKIP Semarang PRESS.
Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:Sinar Baru Algensindo.
81
Suharsimi, Arikunto. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: Rajawali.
------------------------. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.
Sukewi. 1989. Pengelolaan Kelas. Semarang: IKIP Semarang PRESS.
UPT PPL. 2004. Pedoman PPL Universitas Negeri Semarang. Semarang: DepdiknasUNNES UPT PPL
Usman, Moh, Uzer. 1990. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wijaya, Cece dan Rusyan Tabrani. 1991. Kemapuan Dasar Guru Dalam ProsesBelajar Mengajar. Bandung : Rosdakarya.
82
88
LEMBAR PENGANTAR
KUESIONER PENELITIAN
Dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul“Kendala-Kendala yang
Dihadapi Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam
Melaksanakan Pengelolaan Kelas pada Sekolah-Sekolah Latihan Tahun 2004.",
maka saya membutuhkan bantuan anda.
Bantuian yang saya maksud adalah kesediaan anda untuk menjawab seperti
terlampir berikut ini.
Oleh karena itu saya mohon agar jawaban anda benar-benar sesuai dengan
keadaan yang sebenar-benarnya, sehingga jawaban anda dapat saya gunakan untuk
analisa data denagan tepat dan obyektif.
Atas bantuan dan kesediaan anda saya ucapkan banyak terima kasih
Hormat saya
WigiartoNIM.5114000037
Lampiran 3
89
KUESIONER PENELITIAN
Judul Penelitian: “Kendala-Kendala yang Dihadapi Mahasiswa Praktikan Program
Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam
Melaksanakan Pengelolaan Kelas pada Sekolah-Sekolah
Latihan Tahun 2004."
IDENTITAS RESPONDEN
NIM :
Petunjuk pengisian:
Ø Pilih salah satu alternatif jawaban yang paling tepat dengan cara
memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c, dan d pada setiap butir
pertanyaan sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Ø Identitas dan jawaban responden dijaga kerahasiaannya oleh peneliti.
Pertanyaan-pertanyaan :
I. Kuesioner untuk variabel mahasiswa
Ø Pelaksanaan pengelolaan kelas
1. Pada waktu anda melaksanakan proses belajar mengajar apakah anda mampu
menyampaikan materi pelajaran dengan lancar, sehingga akan memperlancar
jalannya pengelolaan kelas ?
a. ya, lancar karena sudah mempersiapkan diri
b. kadang-kadang lancar, karena belum terbiasa berbicara di depan kelas
c. kurang lancar karena kurang mempersiapkan diri
d. sering tidak lancar, karena sering gugup dan gemetar
Lampiran 4
90
2. Untuk menumbuhkan suasana emosional yang baik di dalam kelas, tipe
kepemimpinan apa yang anda terapkan ?
a. tipe kepemimpinan guru yang bersikap demokratis
b. tipe kepemimpinan guru yang bersikap berdisiplin
c. tipe kepemimpinan guru yang bersikap laizerfaire*
d. tipe kepemimpinan guru yang bersikap otoriter
3. Selama anda melaksanakan proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan
pengelolaan kelas) tindakan apa yang anda lakukan bila ada siswa yang
mengganggu ketertiban kelas, misalnya ada siswa yang membuat gaduh di
dala m kelas atau mengganggu siswa lain ?
a. dengan menggunakan isyarat non verbal, baik berupa isyarat tangan, bahu,
kepala, alis dsb
b. dengan cara mendekati siswa tersebut
c. dengan cara menegur atau memberi ceramah tentang kesalahan pada waktu
itu
d. dengan menyuruhnya keluar kelas
4. Di dalam usaha mempertahankan kondisi kelas yang optimal dalam
pelaksanaan pengelolaan kelas, apakah anda berusaha menciptakan suasana
humor ?
a. selalu, agar siswa tidak bosan dalam mengikuti pelajaran
b. sering, agar siswa tidak merasa tegang dalam mengikuti pelajaran
c. kadang-kadang bila diperlukan
d. jarang karena hanya mengganggu saja
*Laizerfaire : bebas terbatas
91
II. Kuesioner untuk variabel siswa
Ø Sikap siswa di dalam kelas
5. Bagaimana sikap siswa di sekolah latihan anda, apakah mendukung
dilaksanakannya proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan
kelas) misalnya bila diberi kesempatan untuk bertanya ?
a. siswa memberikan respon aktif bertanya
b. sebagian siswa menggunakan kesempatan untuk bertanya
c. hanya sedikit siswa yang bertanya
d. siswa diam saja
6. Bagaimana perhatian siswa di sekolah latihan anda, ketika anda melaksanakan
praktik mengajar ?
a. sangat memperhatikan dan selalu aktif bertanya
b. cukup memperhatikan dan siswa selalu menulis materi pelajaran yang saya
sampaikan
c. kurang memperhatikan dan ada beberapa siswa yang mengantuk
d. jarang yang memperhatikan dan mereka berbicara sendiri (membuat
gaduh)
7. Selama anda melaksanakan proses belajar mengajar (dalam arti pengelolaan
kelas), apakah ada siswa yang membuat gaduh di dalam kelas atau
mengganggu siswa lain ?
a. tidak ada siswa yang membuat gaduh di dalam kelas
b. jarang siswa yang membuat gaduh di dalam kelas
c. kadang-kadang ada siswa yang membuat gaduh di dalam kelas
d. sering ada siswa yang membuat gaduh di dalam kelas
92
III. Kuesioner untuk variabel faslitas
A. Keadaan ruang kelas
8. Ditinjau dari pencahayaan ruang kelas, apakah menunjang untuk
dilaksanakannya proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan
kelas)?
a. sangat menunjang karena ventilasi baik
b. cukup menunjang karena ventilasi cukup baik
c. kurang menunjang karena ventilasi kurang baik
d. kurang menunjang karena ventilasi tidak baik
9. Ditinjau dari lingkungan fisik ruang kelas, apakah anda mampu memusatkan
perhatian pada setiap individu ?
a. ya, karena tempat duduk guru memakai kursi yang tinggi
b. ya, karena di depan kelas lantainya lebih tinggi (seperti panggung)
c. ya, karena tempat duduk guru sejajar dengan tempat duduk siswa
d. kurang, karena di depan kelas lantainya tidak tinggi
B. Buku-buku pelajaran
10. Apakah buku paket untuk siswa yang disediakan sekolah memadai /
menunjang untuk dilaksanakannya proses belajar mengajar (dalam arti
pelaksanaan pengelolaan kelas) ?
a. ya, memadai karena semua siswa mendapat buku paket
b. ya, cukup memadai karena sebagian besar siswa mendaat buku paket
c. kurang memadai, karena hanya sebagian siswa yang mendapatkan buku
paket
d. tidak memadai, karena sekolah tidak menyediakan buku paket
93
11. Dalam mempertahankan kondisi kelas yang optimal selain menggunakan buku
paket, apakah anda selalu menggunakan sumber atau literatur lain ?
a. selalu, agar siswa lebih memperhatikan dalam mengikuti pelajaran
b. sering, agar siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran
c. kadang-kadang sesuai dengan kebutuhan
d. tidak pernah karena sudah cukup dengan buku paket saja.
C. Media pengajaran
12. Apakah anda merasa kesulitan untuk mendapatkan media pengajaran yang
anda butuhkan ?
a. tidak, karena sekolah sudah menyediakan
b. tidak, karena biasa membuat sendiri
c. agak sulit karena banyak memakan waktu dan biaya dalam pembuatannya
d. ya, sulit karena sekolah tidak menyediakan.
13. Apakah dengan media atau alat pengajaran yang disediakan oleh sekolah
jumlahnya menunjang untuk dilaksanakannya proses belajar mengajar,
sehingga akan memperlancar jalannya pengelolaan kelas ?
a. ya, menunjang karena semua media pengajaran sudah tersedia
b. ya, cukup menunjang karena sebagian besar media pengajaran yang sudah
tersedia
c. kurang menunjang karena hanya sebagian saja media pengajaran yang
sudah tersedia
d. tidak menunjang karena sekolah tidak menyediakan media pengajaran
94
14. Di dalam usaha mempertahankan kondisi kelas yang optimal, dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar ( dalam arti pelaksanaan pengelolaan
kelas) apakah anda menggunakan media lain selain papan tulis ?
a. selalu, agar siswa tidak bosan dalam mengikuti pelajaran
b. sering, agar siswa lebih memperhatikan dalam mengikukti pelajaran
c. kadang-kadang sesuai dengan kebutuhan
d. tidak pernah karena sudah cukup dengan buku paket saja
15. Apakah dengan media pengajaran yang anda gunakan, pengajaran anda
(komunikasi anda dengan siswa) menjadi lebih efektif ?
a. ya, karena siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran
b. ya, karena memperlancar komunikasi dengan para siswa
c. ya, karena suasana menjadi hangat dan bersahabat
d. ya, walaupun banyak memakan waktu dan bertele-tele.
IV. Kuesioner untuk variabel pembimbing
A. Bimbingan dan bantuan guru pamong
16. Apakah anda diberi kesempatan oleh guru pamong untuk mengadakan
observasi pelaksanaan proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan
pengelolaan kelas) yang dilakukan teman anda ?
a. ya, setiap kali teman saya mengajar
b. ya, pernah beberapa kali
c. ya, pernah satu kali
d. tidak pernah
17. Bila anda menghadapi problem siswa yang menggangu proses belajar
mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas) apakah guru pamong
anda memberikan bantuan untuk menyelesaikannya ?
a. ya, setiap kali ada siswa yang mengganggu
b. ya, pernah beberapa kali
c. ya, pernah satu kali
d. tidak pernah
95
18. Apakah setelah anda melaksanakan partisipasi mengajar guru pamong
mengadakan bimbingan ?
a. selalu memberikan saran perbaikan dan pengarahan
b. sering memberikan saran perbaikan dan pengarahan
c. kadang-kadang memberikan saran perbaikan dan pengarahan
d. jarang memberikan saran perbaikan dan pengarahan
19. Apakah guru pamong anda memberikan saran khusus, yang membantu
kesuksesan anda dalam melaksanakan proses belajar mengajar (dalam arti
pelaksanaan pengelolaan kelas) misalnya dalam menghadapi problem siswa
yang membuat gaduh di dalam kelas atau menggangu siswa lain ?
a. selalu memberikan saran dan pengarahan serta cara mengatasinya
b. sering memberikan saran dan pengarahan serta cara mengatasinya
c. kadang-kadang memberikan saran dan pengarahan serta cara mengatasinya
d. jarang memberikan saran dan pengarahan
20. Berapa kalikah konsultasi dengan guru pamong yang anda laksanakan?
a. setiap kali penampilan
b. setiap dua kali penampilan
c. setiap tiga kali penampilan
d. setiap empat kali penampilan
21. Jumlah partisipasi mengajar yang ditunggu guru pamong?
a. 8 kali penampilan atau lebih
b. 6-7 kali penampilan
c. 4-5 kali penampilan
d. 1-3 kali penampilan
96
B. Bimbingan dan bantuan dosen pembimbing
22. Apakah setelah anda melaksanakan partisipasi mengajar dosen pembimbing
mengadakan bimbingan ?
a. ya, selalu memberi saran perbaikan dan pengarahan
b. ya, sering memberikan saran perbaikan dan pengarahan
c. kadang-kadang memberikan saran perbaikan dan pengarahan
d. jarang memberikan saran perbaikan dan pengarahan
23. Apakah dosen pembimbing anda memberikan saran khusus yang membantu
kesuksesan anda dalam melaksanakan proses belajar mengajar (dalam arti
pelaksanaan pengelolaan kelas) misalnya bila menghadapi problem siswa yang
membuat gaduh di dalam kelas atau mengganggu siswa lain?
a. selalu memberikan saran dan pengarahan serta cara mengatasinya
b. sering memberikan saran dan pengarahan serta cara mengatasinya
c. kadang-kadang memberikan saran dan pengarahan serta cara
mengatasinya
d. jarang memberikan saaran dan perbaikan
24. Berapa kali anda berkonsultasi dengan dosen pembimbing ?
a. empat kali atau lebih
b. tiga kali
c. dua kali
d. satu kali atau tidak pernah
25. Jumlah partisipasi mengajar yang ditunggu dosen pembimbing adalah ?
a. empat kali atau lebih
b. tiga kali
c. dua kali
d. satu kali atau tidak pernah
120
Harga Interpretasi Nilai r
Besarnya nilai r InterpelasiAntara 0,800 sampai dengan 1,00Antara 0,600 sampai dengan 0,800Antara 0,400 sampai dengan 0,600Antara 0,200 sampai dengan 0,400Antara 0,000 sampai dengan 0,200
TinggiCukupAgak RendahRendahSangat rendah (tak berkorelasi)
(Arikunto 1998:260)
Lampiran 11. Harga Interpretasi Nilair
Harga Kritik dari r Product Moment
Sumber: (Suharsimi, 1997: 366)
Interval Kepercayaan Interval Kepercayaan Interval KepercayaanN
(1) 95%(2)
99%(3)
N
(1) 95%(2)
99%(3)
N
(1) 95%(2)
99%(3)
345678910111213141516171819202122232425
0,9970,9500,8780,8110,7540,7070,6660,6320,6020,5760,5530,5320,5140,4970,4820,4680,4560,4440,4330,4230,4130,4040,396
0,9990,9900,9590,9170,8740,8740,7980,7650,7350,7080,6840,6610,6410,6230,6060,5900,5750,5610,5490,5370,5260,5150,505
26272829303132333435363738394041424344454647484950
0,3880,3810,3740,3670,3610,3550,3490,3440,3390,3340,3290,3250,3200,3160,3120,3080,3040,3010,2970,2940,2910,2880,2840,2810,297
0,4960,4870,4780,4700,4630,4560,4490,4420,4360,4300,4240,4180,4130,4080,4030,3960,3930,3890,3840,3800,2760,3720,3680,3640,361
5560657075808590951001251501752003004005006007008009001000
0,2660,2540,2440,2350,2270,2200,2130,2070,2020,1950,1760,1590,1480,1380,1130,0980,0880,0800,0740,0700,0650,062
0,3450,3300,3170,3060,2960,2860,2780,2700,2630,2560,2300,2100,1940,1810,1480,1280,1150,1050,0970,0910,0860,081
Lampiran 12
98
Perhitungan Validitas Angket
1. Perhitungan Validitas Faktor 1
No. X Y X2 Y2 XY
1 14 88 196 7744 1232
2 15 88 225 7744 1320
3 15 83 225 6889 1245
4 12 80 144 6400 960
5 15 79 225 6241 1185
6 12 71 144 5041 852
7 11 69 121 4761 759
8 8 62 64 3844 496
9 8 50 64 2500 400
10 8 50 64 2500 400
118 720 1472 53664 8849
Rumus yang digunakan:
( )( )( ){ } ( ){ }2222 YYNXXN
YXXYNrXY∑−∑∑−∑
∑∑−∑=
Dari tabel perhitungan Validitas faktor 1 diketahui:
N = 10
X = 118
Y = 720
X2 = 1472
Y2 = 53664
XY = 8849
( )( )( ){ } ( ){ }22 7205366410118147210
720118884910
−×−×
−×=XYr = 0.926
Dari hasil perhitungan diperoleh XYr = 0.926 sedang tabelr =0.632 dengan
taraf signifikansi 5%. Jadi XYr > tabelr
Berarti faktor 1 valid
Lampiran 6
99
2. Perhitungan Validitas Faktor 2
No. X Y X2 Y2 XY
1 10 88 100 7744 880
2 11 88 121 7744 968
3 10 83 100 6889 830
4 8 80 64 6400 640
5 9 79 81 6241 711
6 8 71 64 5041 568
7 9 69 81 4761 621
8 9 62 81 3844 558
9 6 50 36 2500 300
10 6 50 36 2500 300
86 720 764 53664 6376
Rumus yang digunakan:
( )( )( ){ } ( ){ }2222 YYNXXN
YXXYNrXY∑−∑∑−∑
∑∑−∑=
Dari tabel perhitungan Validitas faktor 2 diketahui:
N = 10
X = 86
Y = 720
X2 = 764
Y2 = 53664
XY = 6376
( )( )( ){ } ( ){ }22 72053664108676410
72086637610
−×−×
−×=XYr = 0.872
Dari hasil perhitungan diperoleh XYr = 0.872sedang tabelr =0.632 dengan taraf
signifikansi 5%. Jadi XYr > tabelr
Berarti faktor 2 valid
100
3. Perhitungan Validitas Faktor 3
No. X Y X2 Y2 XY
1 8 88 64 7744 704
2 7 88 49 7744 616
3 6 83 36 6889 498
4 8 80 64 6400 640
5 6 79 36 6241 474
6 6 71 36 5041 426
7 5 69 25 4761 345
8 6 62 36 3844 372
9 4 50 16 2500 200
10 4 50 16 2500 200
60 720 378 53664 4475
Rumus yang digunakan:
( )( )( ){ } ( ){ }2222 YYNXXN
YXXYNrXY∑−∑∑−∑
∑∑−∑=
Dari tabel perhitungan Validitas faktor 3 diketahui:
N = 10
X = 60
Y = 720
X2 = 7378
Y2 = 53664
XY = 4475
( )( )( ){ } ( ){ }22 720536641060737810
72060447510
−×−×
−×=XYr = 0.855
Dari hasil perhitungan diperoleh XYr = 0.855 sedang tabelr =0.632 dengan
taraf signifikansi 5%. Jadi XYr > tabelr
Berarti faktor 3 valid
101
4. Perhitungan Validitas Faktor 4
No. X Y X2 Y2 XY
1 6 88 36 7744 528
2 8 88 64 7744 704
3 6 83 36 6889 498
4 6 80 36 6400 480
5 7 79 49 6241 553
6 6 71 36 5041 426
7 5 69 25 4761 345
8 4 62 16 3844 248
9 4 50 16 2500 200
10 4 50 16 2500 200
56 720 330 53664 4182
Rumus yang digunakan:
( )( )( ){ } ( ){ }2222 YYNXXN
YXXYNrXY∑−∑∑−∑
∑∑−∑=
Dari tabel perhitungan Validitas faktor 4 diketahui:
N = 10
X = 56
Y = 720
X2 = 330
Y2 = 53664
XY = 4182
( )( )( ){ } ( ){ }22 72053664105633010
72056418210
−×−×
−×=XYr = 0.867
Dari hasil perhitungan diperoleh XYr = 0.867sedang tabelr =0.632 dengan taraf
signifikansi 5%. Jadi XYr > tabelr
Berarti faktor 4 valid
102
5. Perhitungan Validitas Faktor 5
No. X Y X2 Y2 XY
1 13 88 169 7744 1144
2 13 88 169 7744 1144
3 14 83 196 6889 1162
4 14 80 196 6400 1120
5 12 79 144 6241 948
6 11 71 121 5041 781
7 12 69 144 4761 828
8 10 62 100 3844 620
9 8 50 64 2500 400
10 8 50 64 2500 400
115 720 1367 53664 8547
Rumus yang digunakan:
( )( )( ){ } ( ){ }2222 YYNXXN
YXXYNrXY∑−∑∑−∑
∑∑−∑=
Dari tabel perhitungan Validitas faktor 5 diketahui:
N = 10
X = 115
Y = 720
X2 = 1367
Y2 = 53664
XY = 8547
( )( )( ){ } ( ){ }22 7205366410115136710
720115854710
−×−×
−×=XYr = 0.937
Dari hasil perhitungan diperoleh XYr = 0.937 sedang tabelr =0.632 dengan taraf
signifikansi 5%. Jadi XYr > tabelr
Berarti faktor 5 valid
103
6. Perhitungan Validitas Faktor 6
No. X Y X2 Y2 XY
1 24 88 576 7744 2112
2 22 88 484 7744 1936
3 19 83 361 6889 1577
4 21 80 441 6400 1680
5 19 79 361 6241 1501
6 18 71 324 5041 1278
7 17 69 289 4761 1173
8 15 62 225 3844 930
9 12 50 144 2500 600
10 12 50 144 2500 600
179 720 3349 53664 13387
Rumus yang digunakan:
( )( )( ){ } ( ){ }2222 YYNXXN
YXXYNrXY∑−∑∑−∑
∑∑−∑=
Dari tabel perhitungan Validitas faktor 6 diketahui:
N = 10
X = 179
Y = 720
X2 = 3349
Y2 = 53664
XY = 13387
( )( )( ){ } ( ){ }22 7205366410179334910
7201791338710
−×−×
−×=XYr = 0.971
Dari hasil perhitungan diperoleh XYr = 0.971 sedang tabelr =0.632 dengan
taraf signifikansi 5%. Jadi XYr > tabelr
Berarti faktor 6 valid
104
7. Perhitungan Validitas Faktor 7
No. X Y X2 Y2 XY
1 13 88 169 7744 1144
2 12 88 144 7744 1056
3 13 83 169 6889 1079
4 11 80 121 6400 880
5 11 79 121 6241 869
6 10 71 100 5041 710
7 10 69 100 4761 690
8 10 62 100 3844 620
9 8 50 64 2500 400
10 8 50 64 2500 400
106 720 1152 53664 7848
Rumus yang digunakan:
( )( )( ){ } ( ){ }2222 YYNXXN
YXXYNrXY∑−∑∑−∑
∑∑−∑=
Dari tabel perhitungan Validitas faktor 7 diketahui:
N = 10
X = 106
Y = 720
X2 = 1152
Y2 = 53664
XY = 7848
( )( )( ){ } ( ){ }22 7205366410106115210
720106784810
−×−×
−×=XYr = 0.949
Dari hasil perhitungan diperoleh XYr = 0.949sedang tabelr =0.632 dengan taraf
signifikansi 5%. Jadi XYr > tabelr
Berarti faktor 7 valid
105
Perhitungan Reliabilitas Angket
Rumus
∑
−
−= 2
2
11 11 t
f
kkr
σ
σ
Kriteria
Apabila 11r > tabelr , maka angket tersebut reliabel.
Perhitungan
1. Varians total
( )
NNYY
t
22
2
∑−∑
=σ
( )400,182
1010
720536642
2 =−
=tσ
2. Varians faktor
( )
NNXX
f
22
2
∑−∑
=σ
( )960,7
1010
11814722
21 =
−=fσ
( )440,2
101084764
2
22 =
−=fσ
( )800,1
101060378
2
23 =
−=fσ
( )640,1
101056330
2
24 =
−=fσ
Lampiran 7
106
( )450,4
1010
11513672
25 =
−=fσ
( )490,14
1010
17933492
26 =
−=fσ
( )840,2
1010
10611522
27 =
−=fσ
27
26
25
2.4
23
22
21
2ffffffff σσσσσσσσ ++++++=∑
620,35840,2490,14450,4800,1440,2960,72 =+++++=∑ fσ
3. Koefisien reliabilitas
939,0400,182620,351
177
11 =
−
−=r
Pada = 5% dengan N = 10 diperoleh rtabel = 0,632
Karena 11r > tabelr , maka dapat disimpulkan bahwa angket tersebut reliabel.
Kisi-kisi Angket
Variabel Penelitian Indikator Nomorpertanyaan
1. Variabel MahasiswaØ Pelaksanaan
pengelolaan kelas
2. Variabel SiswaØ Sikap siswa di dalam
kelas
3. Variabel fasilitasa. Keadaan ruang kelas
b. Buku-buku pelajaran
c. Media pengajaran
v Kelancaran praktikan dalam menyampaikan materi pelajaranv Tipe kepemimpinan yang praktikan terapkan dalam pelaksanaan PBMv Tindakan yang diambil praktikan dalam mengatasi siswa yang mengganggu
kelasv Usaha praktikan dalam menciptakan suasana humor
v Sikap siswa di sekolah latihan apabila diberi kesempatan untuk bertanyav Perhatian siswa di sekolah latihan terhadap praktikan dalam melaksankan
KBMv Siswa yang membuat gaduh di dalam kelas atau mengganggu siswa lain
v Pencahayaan ruang kelas dalam menunjang pelaksanaan PBMv Kemampuan praktikan dalam memperhatikan setiap individu (siswa) dalam
KBM
v Buku paket yang disediakan sekolah untuk siswav Penggunaan sumber atau literatur lain selain buku paket dalam PBM
v Kesulitan praktikan dalam mendapatkan media pengajaran
123
4
5
67
89
1011
12
Lampiran 2
Variabel Penelitian Indikator Nomorpertanyaan
4. Variabel pembimbinga. Bimbingan dan
bantuan guru pamong
b. Bimbingan danbantuan dosenpembimbing
v Penyediaan media pengajaran oleh sekolah dalam menunjang pelaksanaanPBM
v Penggunaan media lain selain papan tulisv Manfaat media pengajaran dalam memperlancar komunikasi antara praktikan
dengan siswa dalam pelaksanaan PBM
v Kesempatan observasi pelaksanaan KBM yang diberikan guru pamong padapraktikan
v Bantuan guru pamong kepada praktikan dalam menghadapi siswa yangmengganggu PBM
v Bimbingan yang dilaksanakan guru pamong pada praktikanv Saran khusus guru pamong pada praktikan dalam menghadapi problem siswa
yang mengganggu di kelasv Konsultasi dengan guru pamong yang praktikan laksanakanv Jumlah partisipasi mengajar yang ditunggu guru pamong
v Bimbingan yang diadakan dosen pembimbing setelah praktikan berpartisipasimengajar
v Saran khusus yang diberikan dosen pembimbing kepada praktikan dalammenghadapi problem siswa
v Jumlah konsultasi praktikan dengan dosen pembimbingv Jumlah partisipasi mengajar yang ditunggu dosen pembimbing
13
1415
16
17
1819
2021
22
23
2425
85
DAFTAR PENEMPATAN MAHASISWA PPL TAHUN 2004
PROGRAM STUDI PEND. TEKNIK BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
No. Nama Mahasiswa NIM Sekolah Latihan
1 OKTA PRASETYA 5114000030 SMK NEGERI 3 SEMARANG
2 JUNAIDY ABDILLAH 5114000021 SMK NEGERI 3 SEMARANG
3 NURUL H 5114000032 SMK NEGERI 3 SEMARANG
4 WAHYUNI 5114000045 SMK NEGERI 3 SEMARANG
5 EDI SUGIHARTO 5114000042 SMK NEGERI 3 SEMARANG
6 PUJI HANDOKO 5114000011 SMK NEGERI 3 SEMARANG
7 ANDI W 5114000040 SMK NEGERI 3 SEMARANG
8 ARI SUTRIYONO 5114000052 SMK NEGERI 3 SEMARANG
9 NOVITA K S 5119000001 SMK NEGERI 4 SEMARANG
10 WIGIARTO 5114000037 SMK NEGERI 4 SEMARANG
11 ENY MIRAWATI 5114000026 SMK NEGERI 4 SEMARANG
12 M. TASDIK 5114000010 SMK NEGERI 4 SEMARANG
13 ISMONO HADI P 5114000023 SMK NEGERI 4 SEMARANG
14 SUGIARSO 5114000012 SMK NEGERI 4 SEMARANG
15 FAIX NAZARUDIN 5114000013 SMK NEGERI 5 SEMARANG
16 ARIES GUNANTO 5114000001 SMK NEGERI 5 SEMARANG
17 HARRY PURWOKO 5114000020 SMK NEGERI 5 SEMARANG
18 AHMAD MALIK 5114000050 SMK NEGERI 5 SEMARANG
19 ROBY RAFIA ALAM 5114000033 SMK NEGERI 5 SEMARANG
20 SONY WIDYATMOKO 5114000006 SMK NEGERI 5 SEMARANG
21 MUSTARIYADI 5114000049 SMK NEGERI 5 SEMARANG
22 ARI SUDARMADJI 5114000041 SMK NEGERI 5 SEMARANG
23 ALEX ARIANTO 5114000039 SMK NEGERI 7 SEMARANG
24 HASAN UDIN 5114000029 SMK NEGERI 7 SEMARANG
25 AGUS DWI B 5114000017 SMK NEGERI 7 SEMARANG
Lampiran 1
86
No. Nama Mahasiswa NIM Sekolah Latihan
26 SUPARNO 5114000043 SMK NEGERI 7 SEMARANG
27 GATOT HARSONO 5114000014 SMK NEGERI 7 SEMARANG
28 YUTI 5114000031 SMK NEGERI 7 SEMARANG
29 LUKMAN W 5114990023 SMK NEGERI 7 SEMARANG
30 URIP WIDODO 5114000008 SMK 1 ADIWERNA TEGAL
31 PRIMA EMIRIANTI 5114000028 SMK 1 ADIWERNA TEGAL
32 AGUNG HANDOKO 5114981978 SMK 1 ADIWERNA TEGAL
33 SYAIFUL HUDA 5114000025 SMK 1 ADIWERNA TEGAL
34 FREDI IRMAWAN 5114000003 SMK 1 ADIWERNA TEGAL
35 DWI PUJI R 5114000002 SMK 1 NEGERI MAGELANG
36 SASI AGUSTUS S 5114000004 SMK 1 NEGERI MAGELANG
37 ADE IMAM T 5114000036 SMK 1 NEGERI MAGELANG
38 ARIF FITRIANTO 5114000024 SMK 1 NEGERI MAGELANG
39 M. NUR IKHSAN S 5114000005 SMK 1 NEGERI MAGELANG
40 PURWO D 5114000044 SMK 1 NEGERI MAGELANG
41 ANDOYO 5101401020 SMK NEGERI 3 SEMARANG
42 EKO YUNIANTO 5101401033 SMK NEGERI 3 SEMARANG
43 MUH IBNU BUDI S 5101401032 SMK NEGERI 3 SEMARANG
44 EKAMAI YANAWATI 5101401005 SMK NEGERI 3 SEMARANG
45 ARTHA CAROLINA 5101401022 SMK NEGERI 3 SEMARANG
46 ARI NUGRAHENI AM 5101401035 SMK NEGERI 3 SEMARANG
47 EKO WARDOYO 5101401022 SMK NEGERI 4 SEMARANG
48 ENDANG S 5101401005 SMK NEGERI 4 SEMARANG
49 MUH FERI A 5101401026 SMK NEGERI 4 SEMARANG
50 HERLAMBANG JA 5101401008 SMK NEGERI 4 SEMARANG
51 OWI W 5101401031 SMK NEGERI 4 SEMARANG
52 FAJAR EKO W 5101401004 SMK NEGERI 4 SEMARANG
53 AZHAR FARIDH 5101401012 SMK NEGERI 5 SEMARANG
87
No. Nama Mahasiswa NIM Sekolah Latihan
54 ADHI KURNIAWAN 5101401002 SMK NEGERI 5 SEMARANG
55 ANDRIAN S 5101401018 SMK NEGERI 5 SEMARANG
56 KASNO 5101401014 SMK NEGERI 5 SEMARANG
57 IDA NURMAWATI 5101401027 SMK NEGERI 5 SEMARANG
58 MUHAMMAD S 5101401019 SMK NEGERI 5 SEMARANG
59 ALI WARDONO 5101401017 SMK NEGERI 7 SEMARANG
60 ZAENAL ABIDIN 5101401015 SMK NEGERI 7 SEMARANG
61 RIMANG JATMIKO A 5101401042 SMK NEGERI 7 SEMARANG
62 SUPRIYADI 5101401024 SMK NEGERI 7 SEMARANG
63 HASTONO ELISSA 5101401030 SMK NEGERI 7 SEMARANG
64 BAYU W 5114000034 SMK NEGERI 7 SEMARANG
65 EDI PURMANTO 5101401025 SMK 1 ADIWERNA TEGAL
66 DWI IRYANI 5101401023 SMK 1 ADIWERNA TEGAL
67 TOHARI 5101401003 SMK 1 ADIWERNA TEGAL
68 DIANA W 5101401039 SMK 1 ADIWERNA TEGAL
69 OVAN YUDHA S 5101401011 SMK 1 ADIWERNA TEGAL
70 HERY JUNIANTO 5101401010 SMK 1 ADIWERNA TEGAL
71 AHMAD HARUN 5101401036 SMK 1 NEGERI MAGELANG
72 AMIN S 5101401007 SMK 1 NEGERI MAGELANG
73 AGUS P 5101401029 SMK 1 NEGERI MAGELANG
74 MAHMUDATUS S 5101401041 SMK 1 NEGERI MAGELANG
75 NURYATNO 5101401038 SMK 1 NEGERI MAGELANG
76 SRIYATMI 5101401007 SMK 1 NEGERI MAGELANG