kepemimpinan dan kekuasaan

7
MUHAMMAD MARWAN TASDIR ILMU PEMERINTAHAN FISIP UNHAS E12112258 PAPERS MATA KULIAH KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN KEPMIMPINAN DAN KEKUASAAN Kekuasaan ”Power is not an institution, and not a structure; neither is it a certain strength we are endwed with; it it the name that one attributes to a complex strategical situation in a particular society” Michel Foucault Hampir semua orang membutuhkan kekuasaaan. Sekecil apapun, sadar atau tidak sadar, kekuasaaan selalu dicari, diperebutkan. Dengan kekuasaan, orang dapat memerintahkan kemauanya dan mengontrol kepatuhan orang lain. Dengan kekuasaaan perubahan dapat diciptakan sehingga pemimpin dapat mewujudkan visi dan obsesinya. Namun dengan kekuasaan pula orang dapat membangun dan sekaligus merusak. Kekuasaan mengandung paradoks, tergantung pada siapa yang akan melakukan . 1. Konsep Kekuasaan Menurut Rosinski, kekuasaan merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan esensi manusia, yaitu sebagai karakteristik yang khas dalam posisinya terhadap alam. Menuruynya, keberadaan manusia merupakan suatu mahkluk yang spesifik karena meskipun dia dilengkapi dengan kemampuan-kemampuan biologis, tetapi kehidupan manusia tidak seluruhnya diprogram oleh keberadaan biologisnya. Dalam pandangan ini manusia mempunyai kemampuan untuk bertindak (action). Dan manusia sebagai homo agent; yaitu manusia mempunyai self programming. Memalui action manusia dapat menentukan posisinya di alam ini. Dimana potensi-potensi ini membuat manusia dapat melakukan sesuatu yang berbeda dengan yang lain, juga membuat manusia itu lain dari alamnya. Dengan pengertian yang luas, kekuasaan (power) merupakan kemampuan manusia untuk berbuat sesuatu yang lain dari yang lainnya serta manusia itu menentukan keterbatasaannya dalam menempatkan diri di dunia ini. Pandangan ini juga relevan dengan apa yang dikemukakan oleh Poggi, bahwa kekuasaan merupakan sifat yang kritis dalam hubungan antara manusia dengan alam. Dari sini dapat kita lihat, bahwa kekuasaan merupakan sifat yang hakiki dari manusia dalam arti menyimpan dan menggunakan energi yang ada dalam dirinya sendiri untuk membuat sesuatu yang berbeda dengan

Upload: marwan

Post on 17-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Power is not an institution, and not a structure; neither is it a certain strength we are endwed with; it it the name that one attributes to a complex strategical situation in a particular society

TRANSCRIPT

MUHAMMAD MARWAN TASDIRILMU PEMERINTAHAN FISIP UNHAS E12112258PAPERS MATA KULIAH KEPEMIMPINAN PEMERINTAHANKEPMIMPINAN DAN KEKUASAANKekuasaanPower is not an institution, and not a structure; neither is it a certain strength we are endwed with; it it the name that one attributes to a complex strategical situation in a particular society Michel FoucaultHampir semua orang membutuhkan kekuasaaan. Sekecil apapun, sadar atau tidak sadar, kekuasaaan selalu dicari, diperebutkan. Dengan kekuasaan, orang dapat memerintahkan kemauanya dan mengontrol kepatuhan orang lain. Dengan kekuasaaan perubahan dapat diciptakan sehingga pemimpin dapat mewujudkan visi dan obsesinya. Namun dengan kekuasaan pula orang dapat membangun dan sekaligus merusak. Kekuasaan mengandung paradoks, tergantung pada siapa yang akan melakukan .

1. Konsep KekuasaanMenurut Rosinski, kekuasaan merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan esensi manusia, yaitu sebagai karakteristik yang khas dalam posisinya terhadap alam. Menuruynya, keberadaan manusia merupakan suatu mahkluk yang spesifik karena meskipun dia dilengkapi dengan kemampuan-kemampuan biologis, tetapi kehidupan manusia tidak seluruhnya diprogram oleh keberadaan biologisnya. Dalam pandangan ini manusia mempunyai kemampuan untuk bertindak (action). Dan manusia sebagai homo agent; yaitu manusia mempunyai self programming. Memalui action manusia dapat menentukan posisinya di alam ini. Dimana potensi-potensi ini membuat manusia dapat melakukan sesuatu yang berbeda dengan yang lain, juga membuat manusia itu lain dari alamnya. Dengan pengertian yang luas, kekuasaan (power) merupakan kemampuan manusia untuk berbuat sesuatu yang lain dari yang lainnya serta manusia itu menentukan keterbatasaannya dalam menempatkan diri di dunia ini. Pandangan ini juga relevan dengan apa yang dikemukakan oleh Poggi, bahwa kekuasaan merupakan sifat yang kritis dalam hubungan antara manusia dengan alam.Dari sini dapat kita lihat, bahwa kekuasaan merupakan sifat yang hakiki dari manusia dalam arti menyimpan dan menggunakan energi yang ada dalam dirinya sendiri untuk membuat sesuatu yang berbeda dengan lingkungannya. Seseorang yan tunduk pada kekuasaan adalah dia yang memilih sendiri tindakannya untuk self determinition. Poggi mengikuti pemikiran Max Weber dalam terori kekuasaan sosial (social power). Dimana dikatakan Weber Powe is probability, weithin social relationship, of realizing ones own will even against resistance, regardless of the basis on which this probability rest Yaitu kekuasaan sebagai suatu kemungkinan dalam rangka hubungan-hubungan sosial untuk melaksanakan keinginan seseorang, sungguhpun terdapat tantangan, dan tidak tergantung pada dasar-dasar dari kemungkinan-kemungkinan tersebut.[8]Namun, secara umum Miriam Budiharjo menganggap kekuasaa sebagai kemampuan pelaku untuk mempengaruhi tingkah laku pelaku lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku pelaku terakhir menjadi sesuai dengan keinginan pelaku yang mepunyai kekuasaan.[9]Tentang hal ini, mari kita telaah Sallie Westwood, dalam Power and The Sosial. Dalam karya tersebut, dia mencoba menelusuri geneologi gagasan tentang kekuasaan telah diperbincangkan di masa lampau samapi era mutikhir. Tema kekuasaan telah diperbincangkan oleh banyak filsuf masa lampau, mulai dari pemikir Yunani, para penyusun epos Mahabarata, Bharata Yuda, dan Ramayana di India, samapai Ibnu Khaldun. Di era modern, muncul para pemikir barat, seperti Thomas Hobbes (1588-1679), Lock (1632-1704), dan Niccolo Machiavelli (1469-1527). Ketiga pemikir terakhir memposisikan manusia sebagai rational action, maka konsepsi kekuasaan yang rasionallah yang mengemuka.[10]Karena kekuasaan selalu terkait dengan konteks sosial, interaksi dan konfigurasi sosial dan politik yang menyertainya sangat penting. Maka pernyataan bahwa semua relasi sosial adalah relasi kekuasaan itu sendiri sangatlah relevan.Dari penjabaran Sallie ada beberapa hal penting, yaitu: (1) kekuasaan dipandang secara zero sum (tumpas kelor) dengan penekanan pada dua kata kunci, yakni repression (represi) dan coercion. Konsep zero sum game ini mempertentangkan antara yang powerful dan powerless; (2) kekuasaan dipandang sebagai konsekuensi dari gagasan hegemoni dan kontra-hegemoni; (3) kekuasaan dipandang sebagai manipulasi dan strategi; (4) kekuasaan terkait dengan pengetahuan (knowledge), disiplin dan governance; (5) kekuasaan performative merupakan produk dari pelanggaran (transgressions) dan gangguan (disruptions).Pendapat Robert A. Dahl, menjelaskan bahwa suppose there are only two people in a system, A and B. A influences B to the extent that the changes Bs actions or predispositions in some way. Dalam hal ini, si A memiliki kekuasaan atas B apabila si A dapat mempengaruhi B untuk melakukan sesuatu yang yang sebenarnya tidak dikehendaki si B. Sebaliknya, apabila si A mempengaruhi B untuk melakukan sesuatu yang juga sesuai dengan kehendak B, maka hal ini bukan kategori kekuasaan.Dalam konteks ini, kamus Concise Dictionary of Politics meringkas definisi power tersebut, yaitu bahwa A berkuasa atas B apabila:(1) A memiliki (effec) atas pilihan dan tindakan B(2) A memiliki kapasitas untuk menggerakkan pilihan dan langkah B sesuai dengan kehendak A(3) A memiliki kapasitas untuk mengesampingkan perlawanan B(4) Hubungan A dan B sebagaimana disebut dalam (1), (2), dan (3) adalah bagian dari struktur sosial dan cenderung terus berlangsung.

Konsep kekuasaan menurut Antonio Gramsci (1891-1937), seorang Marxis dari Italia yang sangat terkenal dengan pemikirannya tentang kekuasaan yang ditulisnya pada waktu di penjara.[11] Masalah yang dikemukakan oleh Gramsci adalah mengapa dan bagaimana negara modern bisa mendapatkan konsensus dan kekuasaan dari masyarakat. Pemikiran yang mengemuka ini dikenal dengan sebutan hegemoni. Hegemoni adalah kondisi sosial dalam semua aspek kenyataan sosial yang didominasi atau disokong oleh kelas tertentu.[12]Kepemimpinan sebagai hubungan kekuasaanFrench (1956) mendefinisikan kepemimpinan dalam kerangka pembedaan hubungan kekuasaan antara anggota dan kelompok. Gerth dan Molls (1953) kepemimpinan dipandang secara umum adalah hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin dimana pemimpin lebih banyak mempengaruhi daripada dipengaruhi karena sebagai suatu hubungan kekuasaan.Kekuasaan dipandang sebagai suatu bentuk dari dari hubungan saling pengaruh-mempengaruhi. Dalam hal ini dapat diobservasi bahwa pemimpin cenderung untuk mentransformasikan leadership opportunity ke dalam hubungan yang terbuka.

KEPEMIMPINAN DAN KEPUTUSAN Menurut George R. Terry pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada. Kemudian, menurut Sondang P. Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat.Selanjutnya, menurut James A. F. Stoner pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan itu adalah suatu cara yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan cara / tehnik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak.

JENIS-JENIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :1. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.2. Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.2. Pengambilan Keputusan RasionalKeputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui saat itu.3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan FaktaAda yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan PengalamanSering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip penhambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul.5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan WewenangBanyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang(authority) yang dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain :banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih permanent sifatnya.Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.Dan ada juga jenis keputusan lain yaitu Jenis keputusan dalam sebuah organisasi dapat digolongkan berdasarkan banyaknya waktu yang diperlukan untuk mengambil keputusan tersebut, bagian mana organisasi harus dapat melibatkan dalam mengambil keputusan dan pada bagian organisasi mana keputusan tersebut difokuskan.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSANMenurut Terry (1989) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan sebagai berikut:1. FisikDidasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.2. EmosionalDidasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.3. RasionalDidasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.4. PraktikalDidasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.5. InterpersonalDidasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.6. StrukturalDidasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.

IMPLIKASI MANAJERIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSANProses Pengambilan Keputusan dalam partisipatif dalam organisasi sekolah Manajerial yang baik. Rendahnya kemapuan kepala sekolah akan berpengaruh terhadap perolehan dukungan dari masyarakat khususnya dukungan dalam mengambilan keputusan yang dikeluarkan sekolah terkait dengan kebijakan dan rencana program pengembangan sekolah.1.Gaya pengambilan keputusan2.Gaya Direktif (Pengarahan)adalah Suatu gaya pengambilan keputusan dengan ambiguitas/ketidakjelasan yang rendah dan cara berpikirnya yang rasional3.Gaya Analitisadalah suatu gaya pengambilan keputusan dengan toleransi yang tinggi terhadap ambiguitas/ketidakjelasan dan cara berpikirnya rasional4.Gaya Konseptualadalah suatu gaya pengambilan keputusan dengan toleransi yang tinggi untuk ambiquitas /ketidakjelasan dan cara berpikir intuitif yang tinggi juga5. Gaya Perilakuadalah suatu gaya pengambilan keputusan dengan toleransi yang rendah untuk ambiquitas/ketidakjelasan dengan cara berpikir intuitif yang tinggi