keragaan produksi ikan patin pasupati (pangasius … · aerasi dengan bentuk pipa mikropori yang ....

29
KERAGAAN PRODUKSI IKAN PATIN PASUPATI (Pangasius sp.) PADA MEDIA PEMELIHARAAN MENGGUNAKAN AERASI DENGAN BENTUK PIPA MIKROPORI YANG BERBEDA ACHMAD BAYU PRASETYA DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Upload: truongduong

Post on 17-Mar-2019

239 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

KERAGAAN PRODUKSI IKAN PATIN PASUPATI (Pangasius

sp.) PADA MEDIA PEMELIHARAAN MENGGUNAKAN

AERASI DENGAN BENTUK PIPA MIKROPORI YANG

BERBEDA

ACHMAD BAYU PRASETYA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keragaan Produksi

Ikan Patin Pasupati (Pangasius sp). pada Media Pemeliharaan Menggunakan

Aerasi dengan Bentuk Pipa Mikropori yang Berbeda adalah benar karya saya

dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

Achmad Bayu Prasetya

NIM C14120049

ABSTRAK

ACHMAD BAYU PRASETYA. Keragaan Produksi Ikan Patin Pasupati

(Pangasius sp). pada Media Pemeliharaan Menggunakan Aerasi Dengan Bentuk

Pipa Mikropori yang Berbeda. Dibimbing oleh DADANG SHAFRUDDIN dan

ANI WIDIYATI.

Ikan patin pasupati tergolong ikan yang tidak toleran pada kadar oksigen

terlarut rendah. Oksigen terlarut rendah dapat membuat produktivitas menurun.

Upaya peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan penambahan aerasi.

Tujuan penelitian ini menentukan tipe pipa areasi mikropori yang menghasilkan

produktivitas yang tinggi berdasarkan parameter sintasan, pertumbuhan dan

efisiensi pakan. Ikan patin pasupati dengan panjang rata-rata awal 18 cm

dipelihara di dalam bak fiber yang berdiameter 160 cm dan tinggi 40 cm sebanyak

12 ekor setiap bak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produktivitas ikan di

dalam bak yang dilengkapi dengan pipa aerasi mikropori. lebih tinggi dibanding

yang dilengkapi batu aerasi. Diantara tipe-tipe pipa aerasi mikropori, pipa

mikropori berbentuk linier memperlihatkan produksi yang terbaik

Kata kunci: Ikan patin pasupati, pipa mikropori, produksi

ABSTRACT

ACHMAD BAYU PRASETYA. Production Performance of Pasupati Pangasius

Pangasius sp rearing tank aerated with different micro-pore diffuser. Supervised

by DADANG SHAFRUDDIN and ANI WIDIYATI.

Pasupati pangasius classified as fish that are intolerant of low dissolved

oxygen. Water with low dissolved oxygen level makes the productivity decreasing.

The way to elevate the productivity could be done by the aeration enhancement.

The study aimed to determine the type of micro-pore diffuser aerator that could

achieve the highest fish rearing productivity based on survival rate, growth and

feed efficiency parameters. The treatments were linear micro-pore diffuser,

parallel micro-pore diffuser, circular micro-pore diffuser and stone air diffuser

(as control). The pangasius with average lenght 18 cm reared in 12 tanks that

repectivelly has diameter of 160 cm and 40 cm height at stocking density of 12

fish each tank. The result showed that the fish productivity of the tank equipped

with micro-pore diffuser aerator was higher than that equipped with the air stone.

Among the types of micro-pore diffuser, the linear micro-pore diffuser had the

best production performance.

Keyword : channel catfish, micro-pore diffuser, production

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

KERAGAAN PRODUKSI IKAN PATIN PASUPATI (Pangasius

sp.) PADA MEDIA PEMELIHARAAN MENGGUNAKAN

AERASI DENGAN BENTUK PIPA MIKROPORI YANG

BERBEDA

ACHMAD BAYU PRASETYA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keragaan Produksi

Ikan Patin Pasupati (Pangasius sp.) pada Media Pemeliharaan Menggunakan

Aerasi dengan Bentuk Pipa Mikropori yang Berbeda”. Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan Januari hingga Maret 2016 di Instalasi Penelitian dan Pengembangan

Lingkungan dan Toksikologi Perikanan Air Tawar Cibalagung Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar besarnya

atas bantuan yang telah diberikan berbagai pihak khususnya kepada Ir. Dadang

Shafruddin, M.Si selaku pembimbing I, Ibu Dr. Ir. Ani Widiyati, M.Si selaku

pembimbing II dan Pembimbing akademik Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si yang telah

memberikan banyak saran dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian dan

penyusunan tugas akhir ini.

Kedua orang tua, Bapak Budi Sukmayadi dan Ibu Nyoman Raswati Saputri

yang selalu mencurahkan kasih sayangnya, do’a dan dukungan yang tiada henti.

Maya Sari Lanita, GKA(Geng Kostan Andre), dan Genggong yang senantiasa

memberikan motivasi, nasihat dan semangat kepada penulis.

Teman-teman dan sahabat seperjuangan BDP 49 atas semangat, motivasi,

kebersamaan, dan kenangan. Keluarga besar Departemen Budidaya Perairan, BDP

47, BDP 48, BDP 50, dan BDP 51. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis,

ilmu pengetahuan, masyarakat, dan seluruh pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2016

Achmad Bayu Prasetya

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2

METODOLOGI 2 Waktu dan Tempat 2 Rancangan Penelitian 2 Prosedur Penelitian 2

Parameter Pengamatan 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Hasil 6 Pembahasan 10

SIMPULAN DAN SARAN 12 Simpulan 12 Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13 LAMPIRAN 14

RIWAYAT HIDUP 19

DAFTAR TABEL

1 Rancangan penelitian 2 2 Alat dan metode pengukuran kualitas air 4 3 Kisaran kualitas air selama 60 hari pemeliharaan ikan patin pasupati

pada perlakuan yang berbeda. 9 4 Analisis biaya pembesaran patin pasupati dibuat berdasarkan hasil

penelitian yang didapatkan 9

DAFTAR GAMBAR

1 Laju Pertumbuhan Spesifik ikan patin pasupati pada akhir penelitian 6 2 Produksi ikan patin pasupati pada akhir penelitian 6

3 Efisiensi Pakan ikan patin pasupati pada akhir penelitian 7 4 Pertumbuhan panjang ikan patin pasupati pada akhir penelitian 8 5 Sintasan ikan patin pasupati pada akhir pemeliharaan 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis statistik parameter uji 15 2 Foto kematian ikan 17 3 Gambar perlakuan penelitian 18

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan patin adalah komoditas yang berprospek cerah, rasa dagingnya yang

lezat dan gurih sehingga harga jualnya tinggi (Susanto dan Amri 2005). Menurut

KKP (2014) capaian sementara volume produksi ikan patin tahun 2014 sebesar

403.132,80 ton. Jenis ikan patin yang telah diproduksi melalui kegiatan budidaya

diantaranya adalah ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) yang saat ini

mendominasi produk patin di pasaran (Praseno et al. 2010). Salah satu kelemahan

yang dimiliki patin siam adalah dagingnya berwarna kekuning-kuningan sehingga

kurang sesuai dengan permintaan konsumen luar negeri yang menghendaki daging

ikan berwarna putih (Ditjen Perikanan Budidaya 2005).

Menurut Suhardak (1988) Berdasarkan kandungan protein dan lemaknya,

daging sapi digolongkan sebagai daging merah, dimana kandungan lemaknya

tinggi dengan kandungan proteinnya relatif rendah, apabila dibandingkan dengan

daging ikan yang tergolong sebagai daging putih, dimana memiliki kandungan

protein yang tinggi dengan kandungan lemak yang relatif rendah. Daging sapi

memiliki kandungan protein 18,80 g, lemak 14,00 g (Sudarisman dan Elvina

1996), sedangkan daging ikan mas memiliki protein 16,00 g dan lemak 2,00 g,

ikan kakap memiliki protein 20,00 g dan lemak 0,7 g, ikan kembung memiliki

protein 22,00 g dan lemak 1,00 g (Wibowo 1997).

Upaya untuk memproduksi ikan patin berdaging putih sebagai komoditas

ekspor terus dilakukan, diantaranya adalah dengan melakukan persilangan antara

jenis ikan patin. Ikan patin pasupati merupakan ikan hasil silangan antara betina

patin siam dengan jantan patin jambal dan telah dirilis ke publik oleh Kementerian

Kelautan dan Perikanan pada agustus 2006. Nilai lebih dari ikan patin pasupati

antara lain karakter daging berwarna putih, memiliki kandungan protein tinggi,

rendah lemak, pertumbuhan cepat, serta memungkinkan untuk diproduksi secara

massal dan kontinu sehingga menjadikan komoditas ikan air tawar yang sangat

menjanjikan di masa mendatang. Beberapa pembudidaya ikan patin melakukan

pemeliharaan kurang sesuai dengan teknik yang dianjurkan sehingga tidak

mendapatkan hasil produksi seperti yang diharapkan (Praseno et al. 2010). Hal ini

diduga patin pasupati dalam budidayanya tidak tahan terhadap oksigen rendah.

Oleh karena itu harus dilakukan teknik maupun sistem budidaya yang sesuai agar

dapat memenuhi permintaan pasar akan patin pasupati.

Menurut BSNI (2009) ikan patin pasupati memerlukan oksigen terlarut

(DO) diatas 3 mg/L. Pernyataan tersebut sesuai dengan Slembrouck et al. (2005),

bahwa selama pendederan, larva patin membutuhkan konsentrasi oksigen terlarut

> 3 mg/L. Kebutuhan oksigen ikan patin pasupati dapat dipenuhi dengan

penggunaan aerasi. Aerasi merupakan istilah lain dari tranfer gas, lebih

dikhususkan pada transfer oksigen atau proses penambahan oksigen ke dalam air.

Pipa mikropori untuk aerasi (micro-pore diffuser) adalah pipa/selang yang

terbuat dari serpihan karet yang disatukan dengan teknologi press, dengan

permukaan berpori. Pipa dapat dibentuk berbagai macam, diantaranya bentuk

linear, sirkular, dan paralel. Prinsip kerja pipa mikropori hampir sama dengan

batu aerasi, yaitu sebagai pembuat gelembung. Gelembung yang dihasilkan dapat

mensuplai oksigen ke dalam air sehingga diharapkan kebutuhan oksigen ikan

2

dapat terpenuhi (Ali 2003). Pipa mikropori menghasilkan gelembung yang lebih

kecil daripada batu aerasi yang sudah umum digunakan. Penggunaan pipa berpori

(mikropori) biasa diaplikasikan untuk aerasi pada pengelolaan limbah. Pipa

berpori (mikropori) berpotensi juga digunakan dalam budidaya ikan sebagai

aerasi. Penggunan pipa berpori sebagai aerasi berpotensi berpengaruh terhadap

kelarutan oksigen, kualitas air media, pemeliharaan ikan dan berujung pada

produktivitas budidaya ikan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan bentuk pipa aerasi mikropori

yang menghasilkan produktifitas yang tinggi berdasarkan parameter sintasan,

pertumbuhan dan efisiensi pakan pada pembesaran ikan patin pasupati.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2016 - Maret 2016 di

Instalasi Penelitian dan Pengembangan Lingkungan dan Toksikologi Perikanan

Air Tawar Cibalagung Bogor, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air

Tawar.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4

perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu (A) Kontrol

menggunakan batu aerasi (B) pipa mikropori bentuk linear (C) pipa mikropori

bentuk sirkular, dan (D) pipa mikropori bentuk paralel (Lampiran 4). Perlakuan

selengkapnya sebagai berikut :

Tabel 1. Rancangan penelitian

Perlakuan 1

Ulangan

2

3 (A) Batu aerasi (kontrol) A1 A2 A3

(B) pipa mikropori bentuk linear B1 B2 B3

(C) pipa mikropori bentuk sirkular C1 C2 C3

(D) pipa mikropori bentuk parallel D1 D2 D3

Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah

Bak pemeliharaan menggunakan bak fiber berukuran diameter 160 cm dan

tinggi 40 cm sebanyak 12 buah. Seluruh peralatan dan bak dicuci bersih dengan

pembilasan menggunakan air. Kemudian bak didesinfeksi dengan menggunakan

klorin 10 mg/L setinggi 30 cm. Setelah diberi klorin lalu didiamkan selama tujuh

hari dan diberi aerasi. Air klorin bekas desinfeksi dibuang, kemudian bak di bilas

kembali dan di isi air setinggi 30 cm. Setelah bak terisi air kemudian pasang

instalasi aerasi sesuai dengan perlakuan penelitian.

3

Penebaran Ikan

Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan patin pasupati. Panjang

rata-rata awal sebesar 18±1,85 cm dan bobot rata rata awal sebesar 80±3,07g. Ikan

di tebar dengan kepadatan 12 ekor/bak.

Pemeliharaan Ikan

Pemeliharaan ikan patin pasupati berlangsung selama 60 hari. Selama

pemeliharaan dilakukan pengamatan terhadap tingkat kematian ikan. Apabila

terdapat kematian pada ikan, ikan mati ditimbang untuk mengetahui bobotnya.

Pemberian Pakan

Setiap hari ikan diberi pakan komersial berupa pelet apung berkadar

protein 31-33%. Pemberian pakan diberikan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari

secara at satiation.

Penimbangan ikan

Setiap dua minggu sekali dilakukan pengambilan contoh ikan sebanyak 30%

dari kepadatan ikan. Ikan yang tertangkap dipingsankan terlebih dahulu

menggunakan obat bius dengan dosis 1 ml/2 L air. Selanjutnya dilakukan

pengukuran panjang baku dan bobot ikan.

Pengelolaan Kualitas Air

Selama penelitian parameter kualitas air yang dimonitoring yaitu suhu,

oksigen terlarut dan pH yang dilakukan setiap dua hari sekali sedangkan amonia

yang dilakukan setiap dua minggu. Pergantian air sebanyak 10% dilakukan setiap

dua minggu sekali.

Parameter Pengamatan

Sintasan

Sintasan yaitu persentase jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan

dibandingkan dengan jumlah ikan yang ditebar. Persamaan yang digunakan untuk

menghitung tingkat kelangsungan hidup adalah(Zonneveld et al. 1991):

Sintasan = (Nt/N0) x 100%

Keterangan : Sintasan = Kelangsungan hidup benih (%)

Nt = Jumlah yang hidup di akhir pemeliharaan (ekor)

N0 = Jumlah yang hidup di awal pemeliharaan (ekor)

Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju pertumbuhan spesifik adalah laju pertumbuhan harian ikan, yang dihitung

menggunakan rumus Zonneveld et al. (1991):

Laju Pertumbuhan Spesifik =[√

] (Zonneveld et al. 1991)

4

Keterangan : SGR = Pertumbuhan spesifik

Wt = bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (g)

Wo = bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (g)

t = waktu pemeliharaan (hari)

Produksi

Produksi adalah laju pertumbuhan biomassa. Produksi dihitung menggunakan

rumus:

Produksi =[(Bt-Bo)/t]

Keterangan : Bt = Biomassa benih pada waktu ke-t pemeliharaan (g)

Bo = Biomassa benih pada waktu ke-t pemeliharaan (g)

t = Waktu pemeliharaan (hari)

Pertumbuhan Panjang Mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak adalah perubahan panjang rata-rata individu

pada tiap perlakuan dari awal hingga akhir pemeliharaan, dengan rumus:

Pm= Ĺt - Ĺ0

Keterangan :

Pm = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)

Ĺt = Panjang rata-rata pada waktu ke-t pemeliharaan (cm)

Ĺ0 = Panjang rata-rata pada awal pemeliharaan (cm) (Effendie, 1979).

Efisisensi Pakan

Efisiensi pakan adalah pertambahan bobot per jumlah konsumsi akan

persatuan unit. Efisiensi pakan digunakan untuk membandingkan jumlah

konsumsi pakan terhadap pertambahan bobot (Watanabe 1988) :

( ) ( )

( )

Kualitas air

Pengukuran kualitas air dilakukan selama pemeliharaan. Alat dan metode

yang digunakan untuk mengukur kualitas air terdapat pada tabel berikut.

Tabel 2. Alat dan metode pengukuran kualitas air

Parameter Satuan Metode/alat Waktu pengukuran

Suhu oC DO-meter Dua hari sekali

DO mg/L DO-meter Dua hari sekali

pH - pH-meter Dua hari sekali

Amonia mg/L Spektrofotometer 14 hari sekali

Analisa data

Data yang didapatkan kemudian ditabulasi dan dianalisis menggunakan

Microsoft Excel 2010 dan Minitab 16. Data di analisis melalui analisis ragam

(Anova) dengan uji F untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh nyata

5

atau tidak. Apabila berpengaruh nyata, untuk melihat perbedaan antar perlakuan

akan di uji lanjut dengan menggunakan uji beda nyata terkecil (LSD).

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Laju Pertumbuhan Spesifik

Kisaran laju pertumbuhan spesifik pada penelitian ini yaitu 1,25-1,55%.

Berdasarkan analisis ragam nilai laju pertumbuhan spesifik perlakuan kontrol

berbeda nyata (p<0,05) dengan semua perlakuan, sedangkan mikropori linear

berbeda nyata (p<0,05) dengan kontrol dan mikropori sirkular (Lampiran 1). Nilai

tertinggi Laju Pertumbuhan Spesifik ikan patin pasupati didapat pada perlakuan

mikropori linear sebesar 1,55±0,05% dan nilai terendah terdapat pada perlakuan

kontrol sebesar 1,25±0,00% (Gambar 1).

Gambar 1. Laju Pertumbuhan Spesifik ikan patin pasupati pada akhir penelitian.

Huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata (p<0,05)

Produksi

Kisaran produksi pada penelitian ini yaitu 14,98-23,13g/hari. Berdasarkan

analisis ragam nilai produksi perlakuan mikropori linear dan mikropori paralel

berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan kontrol, sedangkan perlakuan mikropori

sirkular tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan semua perlakuan (Lampiran 1). Nilai

tertinggi produksi ikan patin pasupati didapat pada perlakuan mikropori linear

sebesar 23,13±1,80 g/hari dan nilai terendah terdapat pada perlakuan kontrol

sebesar 14,98±0.00 g/hari (Gambar 2).

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

1.80

Kontrol MikroporiLinear

MikroporiSirkular

MikroporiParalel

Lau

pe

rtu

mb

uh

an s

pe

sifi

k (%

)

Perlakuan

1,25±0,00c

1,55±0,05a

1,46±0,04b 1,52±0,04ab

7

Gambar 2. Produksi ikan patin pasupati pada akhir penelitian. Huruf yang berbeda

menunjukkan beda nyata (p<0,05)

Efisiensi Pakan

Kisaran efisiensi pakan pada penelitian ini yaitu 65,63-84,59%.

Berdasarkan analisis ragam nilai efisiensi pakan perlakuan mikropori sirkular

berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan kontrol dan mikropori linear, sedangkan

perlakuan mikropori paralel tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan semua

perlakuan (Lampiran 1). Nilai tertinggi Efisiensi Pakan (EP) ikan patin pasupati

didapat pada perlakuan mikropori sirkular sebesar 84,59±6,93% dan nilai terendah

terdapat pada perlakuan kontrol sebesar 65,63±0,00% (Gambar 3).

Gambar 3. Efisiensi Pakan ikan patin pasupati pada akhir penelitian. Huruf yang

berbeda menunjukkan beda nyata (p<0,05)

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

Kontrol L S P

Pro

du

ksi (

g/h

ari)

Perlakuan

14,98±0,00b

23,13±1,80a

19,05±3,75ab 22,23±1,14a

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

Kontrol MikroporiLinear

MikroporiSirkular

MikroporiParalel

Efis

ien

si p

akan

(%

)

Perlakuan

65,63±0,00b

74,61±2,76b

84,59±6,93a

76,67±4,31ab

8

Pertumbuhan Panjang

Kisaran pertumbuhan panjang pada penelitian ini yaitu 4,0-4,3cm.

Berdasarkan analisis ragam nilai pertumbuhan panjang tidak berbeda nyata

(p>0,05) pada tiap perlakuan (Lampiran 1). Nilai tertinggi Pertumbuhan Panjang

(PP) ikan patin pasupati didapat pada perlakuan mikropori linear dan mikropori

sirkular sebesar 4,30±0,58cm, 4,30±0,79cm dan nilai terendah terdapat pada

perlakuan kontrol sebesar 4,00±0,00cm (Gambar 4).

Gambar 4. Pertumbuhan panjang ikan patin pasupati pada akhir penelitian. Huruf

yang berbeda menunjukkan beda nyata (p<0,05)

Sintasan

Kisaran sintasan pada penelitian ini yaitu 91,67-97,22%. Sintasan ikan

patin pasupati pada penelitian ini dari awal pemeliharaan hingga hari ke-28 masih

sangat baik dan tidak terdapat kematian. Namun sampai hari ke-42 terdapat

kematian masal pada perlakuan kontrol yang menyebabkan perlakuan kontrol

tinggal satu ulangan. Berdasarkan analisis ragam nilai sintasan perlakuan kontrol,

mikropori linear, mikropori sirkular, dan mikropori paralel tidak berbeda nyata

(P>0,05) (Lampiran 1). Nilai tertinggi sintasan ikan patin pasupati didapat pada

perlakuan mikropori linear dan mikropori paralel sebesar 97,22±4,81% dan nilai

terendah terdapat pada perlakuan kontrol dan mikropori sirkular sebesar 91,67

±8,33% (Gambar 5).

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

Kontrol MikroporiLinear

MikroporiSirkular

MikroporiParalel

Pe

rtu

mb

uh

an p

anja

ng

(cm

)

Perlakuan

4,0a

4,3a 4,3a

4,2a

9

Gambar 5. Sintasan ikan patin pasupati pada akhir penelitian. Huruf yang berbeda

menunjukkan beda nyata (p<0,05)

Nilai Kualitas Air selama Penelitian

Nilai kualitas air yang diukur selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Nilai suhu perlakuan yang didapat berkisar 25-29°C, nilai oksigen terlarut 3,70-

7,56, nilai pH sebesar 6,30-8,83 mg/L, Nilai Amoniak 0,03-0,08 mg/L.

Tabel 3. Kisaran kualitas air selama 60 hari pemeliharaan ikan patin pasupati pada

perlakuan yang berbeda

Parameter Kontrol Mikropori

Linear

Mikropori

Sirkular

Mikropori

Paralel

Standar

Baku

(Sularto et

al. 2007)

Suhu(°C) 25,00-29,00 25,00-29,50 25,00-29,10 25,00-29,20 28,00-32,00

DO(mg/L) 3,00-6,50 5,10-7,00 5,20-7,5 4,40-7,60 5,00-7,00

pH 6,75-8,46 6,36-8,63 6,30-8,60 6,76-8,83 6,00-8,50

Amonia

(mg/L)

0,03-0,07 0,04-0,07 0,03-0,06 0,04-0,07 < 0,20

Hasil Perhitungan Biaya Keuntungan usaha pembesaran ikan patin pasupati

Tabel 4. Analisis biaya pembesaran patin pasupati dibuat berdasarkan hasil

penelitian yang didapatkan

Analisis Biaya

Keterangan Kontrol Pipa

mikropori

Linear

Pipa

mikropori

Sirkular

Pipa

mikropori

Paralel

Jumlah bak fiber 1 3 3 3

Jumlah ikan awal (per 80g) 12 36 36 36

Harga beli ikan 1500 1500 1500 1500

Biaya total beli ikan 18000 54000 54000 54000

Sintasan (%) 91.67 97.22 91.67 97.22

Jumlah ikan akhir Rata-rata

Biomassa /bak (g)

11

1859

35

2348

33

2103

35

2299.5

Total biomasa (g) 1859 7044 6309 6898.5

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

Kontrol MikroporiLinear

MikroporiSirkular

MikroporiParalel

Sin

tasa

n (

%)

Perlakuan

91,67±8,33a

91,67±0,00a

97,22±4,81a 97,22±4,81a

10

Harga jual ikan /kg 25000 25000 25000 25000

Hasil penjualan ikan (Rp) 46475 176100 157725 172463

Rata-rata Jumlah Konsumsi

Pakan /bak (g)

1612.92 1924.18 1722.77 1851.88

Total jumlah konsumsi

pakan (g)

1612.92 5772.54 5168.31 5555.64

Harga Pakan /kg 9000 9000 9000 9000

Biaya pakan (Rp) 14516 51953 46515 50001

Instalasi (Rp) 18000 52800 52800 52800

Keuntungan (Rp)

Keuntungan /bak (Rp)

-4041

-4041

17347

5783

4410

1470

15662

5221

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan analisis ragam nilai laju

pertumbuhan spesifik perlakuan kontrol berbeda nyata dengan semua perlakuan,

sedangkan mikropori linear berbeda nyata dengan kontrol dan mikropori sirkular. Nilai laju pertumbuhan spesifik pada perlakuan kontrol, mikropori linear, mikropori

sirkular, dan mikropori paralel masing-masing sebesar 1,25±0,00%/hari,

1,55±0,05%/hari, 1,46±0,04%/hari, 1,52±0,04%/hari (Gambar 2). Hasil

pengamatan terhadap pertumbuhan ikan patin pasupati yang diuji di tambak

memperlihatkan laju pertumbuhan spesifik terbaik mencapai 3,17%/hari (Praseno et

al. 2010 ). Laju pertumbuhan spesifik ikan sangat dipengaruhi oleh kondisi atau

sistem dan teknologi pemeliharaan, dan kondisi lingkungan. Hasil laju pertumbuhan

spesifik penelitian ini lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan spesifik patin

pasupati yang dipelihara di tambak karena kondisi lingkungan yang berbeda.

Tingginya laju pertumbuhan spesifik ikan patin pasupati di tambak dibandingkan di

bak air tawar ini sangat berkaitan dengan ketersediaan pakan alami. Ketersediaan

pakan alami di tambak lebih berlimpah dibandingkan di kolam. (Praseno et al. 2010).

Berdasarkan analisis ragam nilai pertumbuhan panjang tidak berbeda nyata

pada tiap perlakuan. Nilai pertumbuhan panjang pada perlakuan kontrol,

mikropori linear, mikropori sirkular, dan mikropori paralel masing-masing sebesar

4,00±0,00 cm, 4,30±0,58 cm, 4,30±0,79 cm, 4,20±0,39 cm (Gambar 5).

Perbedaan respon antara pertumbuhan bobot dengan panjang berkaitan dengan

penentu pada pertumbuhan tersebut. Panjang berkaitan dengan pertumbuhan

tulang yang lebih rendah kecepatannya dibanding pertumbuhan daging. Sehingga

perbedaan selama pemeliharaan ini perbedaan pertumbuhan panjang belum

terlihat nyata.

Berdasarkan analisis ragam nilai efisiensi pakan perlakuan mikropori

sirkular berbeda nyata dengan perlakuan kontrol dan mikropori linear, sedangkan

perlakuan mikropori paralel tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan. Nilai

efisiensi pakan pada perlakuan kontrol, mikropori linear, mikropori sirkular, dan

mikropori paralel masing-masing sebesar 65,53±0,00 %, 74,61±2,76 %, 84,59±6,93

%, 76,67±4,31 % (Gambar 4). Nilai efisiensi pakan pada perlakuan kontrol

terendah diduga karena kualitas air yang menurun. Zonneveld et al. (1991)

menyatakan bahwa berkurangnya kandungan oksigen di air dapat menurunkan tingkat

konsumsi pakan ikan, karena oksigen sangat dibutuhkan jaringan tubuh, aktivitas

pergerakan dan aktivitas pengolahan makanan. Kelarutan oksigen pada perlakuan

kontrol memiliki range 3,70-6,53 mg/L, sedangkan menurut Sularto et al. (2007)

kelarutan oksigen optimal untuk ikan patin pasupati 5-7 mg/L (Tabel 3). Hasil ini

11

sesuai pada kontrol yang menghasilkan tingkat efisiensi pakan terendah yaitu

65,53% (Gambar 4).

Produksi merupakan fungsi dari pertumbuhan dan sintasan. Faktor

sintasan dan pertumbuhan lebih merupakan faktor penentu dalam keberhasilan

produksi. Berdasarkan analisis ragam nilai produksi perlakuan mikropori linear

dan mikropori paralel berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Bahkan 2 ulangan

perlakuan kontrol mati. Sedangkan perlakuan mikropori sirkular tidak berbeda

nyata dengan semua perlakuan yang masih ada ikannya. Nilai produksi pada

perlakuan kontrol, mikropori linear, mikropori sirkular, dan mikropori paralel

masing-masing sebesar 14,98±0,00 g/hari, 23,13±1,80 g/hari, 19,05±3,75 g/hari,

22,3±1,14 g/hari (Gambar 3). Produksi tertinggi dimiliki oleh perlakuan mikropori

linear sebesar 23,13±1,80 g/hari, hasil produksi ikan patin pasupati sesuai dengan

perlakuan mikropori linear yang memiliki hasil sintasan tertinggi pada perlakuan

mikropori linear sebesar 97,22±4,81% (Gambar 1). Produksi dan biomassa yang

meningkat dipengaruhi oleh parameter pertumbuhan bobot dan sintasan. Semakin

tinggi tingkat pertumbuhan dan sintasan maka semakin tinggi pula produksi dan

biomassa benih (Najamuddin 2008).

Berdasarkan analisis ragam nilai sintasan tidak berbeda nyata pada tiap

perlakuan. Nilai sintasan pada perlakuan kontrol, mikropori linear, mikropori

sirkular, dan mikropori paralel masing-masing sebesar 91,67 ±0,00%, 97,22±4,81%,

91,67±8,33%, 97,22±4,81% (Gambar 1). Penelitian ini menggunakan kontrol dengan

satu ulangan. Pemeliharaan ikan patin pada hari ke-28 menuju hari ke-42 terdapat

kematian massal pada dua ulangan yang terdapat pada perlakuan kontrol, namun satu

ulangan perlakuan kontrol memiliki sintasan tinggi. Menurut Boyd (1990),

kelarutan oksigen merupakan faktor pembatas dalam budidaya ikan intensif.

Kelarutan oksigen pada perlakuan kontrol memiliki range 3,00-6,50 mg/L,

sedangkan menurut Sularto et al. (2007) kelarutan oksigen optimal untuk ikan

patin pasupati 5-7 mg/L (Tabel 3). Jadi diduga pada kualitas air yang menurun,

kemudian diikuti dengan nafsu makan yang rendah dan kemudian timbulnya

penyakit sehingga terjadi kematian massal pada kedua ulangan kontrol.

Munculnya penyakit diduga berasal dari bakteri Aeromonas hydrophilla dengan

ciri-ciri adanya pendarahan pada perut, sirip dan rusaknya sirip (Lampiran 2).

Dugaan ini sesuai Rahmaningsih (2012) bahwa gejala klinis yang timbul pada

ikan yang terserang bakteri Aeromonas hydrophilla adalah gerakan ikan lamban,

ikan cenderung diam di dasar, luka atau borok pada daerah yang terinfeksi,

pendarahan pada bagian pangkal sirip ekor dan sirip punggung, perut bagian

bawah terlihat buncit dan terjadi pembengkakan.

Dalam budidaya ikan, kualitas air merupakan faktor yang menentukan

keberhasilan suatu usaha budidaya. Dari hasil pengukuran kualitas air terlihat

bahwa nilai kualitas air mengalami perubahan seiring dengan waktu

pemeliharaan. Sularto et al. (2007), menyatakan suhu optimal untuk ikan patin

pasupati yaitu 28-32°C. Suhu pada penelitian ini berkisar antara 25-29,5°C (Tabel

3). Menurut Effendi (2003), perubahan suhu melebihi 3-4° C akan menyebabkan

perubahan metabolisme yang mengakibatkan kejutan suhu, meningkatkan

toksisitas kontaminan yang terlarut, menurunkan DO, dan kematian pada ikan.

Diduga fluktuasi suhu pada penelitian ini yang dapat menyebabkan kematian pada

ikan patin pasupati. Menurut Sularto et al. (2007), pH yang cocok untuk ikan

patin pasupati berkisar 6-8,5. Dalam penelitian ini nilai pH berkisar 6,30-8,83 yang

12

berarti masih sesuai dan cocok untuk kehidupan ikan patin pasupati (Tabel 3). Kandungan oksigen selama pemeliharan berkisar 3 mg/L-7,6 mg/L. Sularto

et al. (2007), menyatakan DO optimal untuk ikan patin pasupati yaitu 5-7 mg/L (Tabel 3). Nilai oksigen 3 mg/L merupakan kisaran oksigen yang masih dapat ditoleransi oleh ikan. Namun, nilai kelarutan oksigen tersebut tidak semua ikan dapat memanfaatkan dengan cukup. Kisaran konsentrasi amonia pada penelitian ini yaitu 0,0336-0,0773 mg/L. Sularto et al. (2007), menyatakan amonia optimal untuk ikan patin pasupati yaitu <0,2 mg/L (Tabel 3). Kisaran tersebut masih dalam kisaran optimal untuk pemeliharaan ikan patin pasupati.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pembesaran ikan patin pasupati dengan media pemeliharaan menggunakan pipa mikropori berbentuk linear merupakan perlakuan terbaik menghasilkan laju pertumbuhan spesifik 1,55%, produksi 23,13 g/hari, pertumbuhan panjang 4,3 cm dan sintasan 97,22%.

Saran

Perlu dilakukan penelitian pemeliharaan ikan patin pasupati menggunakan pipa mikropori pada padat penebaran yang lebih tinggi dan secara outdoor agar mendapatkan hasil produksi ikan patin pasupati yang lebih tinggi.

13

DAFTAR PUSTAKA

Ali SA. 2003. Utilization Of Leaky Pipes As Aeration System For Aquaculture. Paper. Benha University. Egypt.

Boyd CE. 1990. Water Quality in Pond Aquaculture. Birmingham(AL): Birmingham Publising Co. 482 hlm.

[BSNI] Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2009. Produksi ikan patin pasupati (Pangasius sp.) kelas pembesaran di kolam. SNI 7551.2009.

[DJPB] Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2005. Kebijakan dan program prioritas than 2006 pembangunan perikanan budidaya. Rakernas Dept. Kelautan dan Perikanan, Jakarta(ID). 31 hlm.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta(ID). 258 hlm.

Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor(ID). 112 hal.

Effendie. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama: Yogyakarta(ID). 163 hal.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Laporan Kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta Kementerian Kelautan dan Perikanan. Tersedia di http://www.kkp.go.id [12 April 2016].

Najamuddin M. 2008. Pengaruh Penambahan Dosis Karbon yang Berbeda Terhadap Produksi Benih Ikan Patin (Pangasius Sp.) pada Sistem Pendederan Intensif [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Praseno O, Azwar ZI, Tahapari E, Sularto. 2010.Pembesaran Ikan Patin Pasupati pada Lahan Tambak Bersalinitas Rendah di Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.

Rahmaningsih S. 2012. Pengaruh Ekstrak Sidawayah dengan Konsentrasi yang Berbeda untuk Mengatasi Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophyla pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan.

Slembrouck J, Komarudin O, Maskur, Legendre M. 2005. Petunjuk Teknis Pembenihan Ikan Patin Indonesia, Pangasius djambal. IRD, BRPBAT, BRPB, BRKP. IRD-BRKP Edisi 2005. Jakarta.

Sudarisman T dan Elvina AR. 1996. Petunjuk Memilih Produk Ikan dan Daging. Jakarta(ID): Penebar Swadaya.

Suhardak. 1988. Hasil Olahan Daging, Telur, Susu dan ikan. Yogyakarta(ID). Gadjah Mada University Press.

Sularto, Hafsaridewi R, dan Tahapari E. 2007. Petunjuk Teknis Pembenihan Ikan Pasupati. LRPTBPAT Sukamandi. Subang-Jawa Barat(ID). 2 hlm.

Susanto H dan Amri K. 1996. Budidaya lkan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta(ID). Watanabe T. 1988. Fish Nutriotion And Mariculture. Kanagawa International

Fisheries Training Centre Japan International Cooperation Agency (JJICA). Wibowo S. 1997. Pembuatan Bakso Ikan dan Bakso Daging. Cetakan III.

PT.Penebar Swadaya, Jakarta(ID). Zonneveld N, Huisman EA, Boon JH. 1991. Prinsip-prinsip budidaya ikan.

Terjemahan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta(ID). 336 h.

14

LAMPIRAN

15

Lampiran 1 . Analisis statistik parameter uji 1. Analisis statistik parameter sintasan terhadap perlakuan aerasi dengan bentuk pipa mikropori yang berbeda. Anova

DF SS MS F P Perlakuan 3 74,1 24,7 0,64 0,617 Sisa 6 231,5 38,6 Total 9 305,5 Perlakuan N Rata-rata Kelompok 4 3 97,222 A 2 3 97,222 A 1 1 91,670 A 3 3 91,667 A 2. Analisis statistik parameter laju pertumbuhan spesifik (SGR) terhadap perlakuan aerasi dengan bentuk pipa mikropori yang berbeda. Anova DF SS MS F P Perlakuan 3 0,07222 0,02407 12,52 0,005 Sisa 6 0,01154 0,00192 Total 9 0,08375 Perlakuan N Rata-rata Kelompok 2 3 1,54970 A 4 3 1,51507 AB 3 3 1,46066 B 1 1 1,25000 C 3. Analisis statistik parameter laju pertumbuhan biomassa terhadap perlakuan aerasi dengan bentuk pipa mikropori yang berbeda. Anova DF SS MS F P Perlakuan 3 66,34 22,11 3,56 0,087 Sisa 6 37,23 6,21 Total 9 103,58 Perlakuan N Rata-rata Kelompok 2 3 23,133 A 4 3 22,325 A 3 3 19,050 AB 1 1 14,980 B 4. Analisis statistik parameter efisiensi pakan (EP) terhadap perlakuan aerasi dengan bentuk pipa mikropori yang berbeda.

16

Anova DF SS MS F P Perlakuan 3 320,7 106,9 4,32 0,061 Sisa 6 148,5 24,7 Total 9 469,2 Perlakuan N Rata-rata Kelompok 3 3 84,588 A 4 3 76,675 AB 2 3 74,614 B 1 1 65,530 B 5. Analisis statistik parameter produksi terhadap perlakuan aerasi dengan bentuk pipa mikropori yang berbeda. Anova DF SS MS F P Perlakuan 3 238700 79567 3,56 0,087 Sisa 6 134039 22340 Total 9 372738 Perlakuan N Rata-rata Kelompok 2 3 2348,0 A 4 3 2299,5 A 3 3 2103,0 AB 1 1 1859,0 B 6. Analisis statistik parameter pertumbuhan panjang (PP) terhadap perlakuan aerasi dengan bentuk pipa mikropori yang berbeda. Anova DF SS MS F P Perlakuan 3 0,091 0,030 0,08 0,967 Sisa 6 2,222 0,370 Total 9 2,313 Perlakuan N Rata-rata Kelompok 3 3 4,3258 A 2 3 4,2667 A 4 3 4,1833 A 1 1 4,0000 A

17

Lampiran 2. Foto kematian ikan

18

Lampiran 3. Gambar perlakuan penelitian

A. Batu Aerasi B.Pipa Mikropori Linear

C. Pipa Mikropori Sirkular D. Pipa Mikropori Paralel

19

RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Achmad Bayu Prasetya, dilahirkan di Jakarta pada

tanggal 28 November 1993. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari Bapak Budi Sukmayadi dan Ibu Nyoman Raswati Saputri. Tahun 2012, penulis lulus dari SMA Negeri 67 Jakarta dan diterima di Institut Pertanian Bogor dengan mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama masa perkuliahan penulis pernah menjadi asisten praktikum dalam mata kuliah Dasar-Dasar Akuakultur dan Ikan Hias dan Akuaskap. Penulis juga pernah aktif menjabat sebagai Kepala Divisi Bidang Olahraga dan Seni di Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) periode 2014-2015. Penulis pernah mengikuti praktek lapang akuakultur di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias Depok. Selain itu penulis juga pernah magang di Balai Budidaya Air Payau Situbondo. Penulis juga memiliki pengalaman kepanitian untuk mengorganisir acara di bawah naungan BEM FPIK IPB seperti PORIKAN (Pekan Olahraga Perikanan) tahun 2014. Selain itu penulis pernah bergabung di tim futsal putra FPIK tahun 2014 dan 2015 mendapatkan juara 2 dalam ajang Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI). Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, penulis melakukan penelitian yang berjudul “Keragaan Produksi Ikan Patin Pasupati (Pangasius sp.) Menggunakan Aerasi Dengan Bentuk Pipa Mikropori Yang Berbeda”. Dibimbing oleh Ir. Dadang Shafruddin, MS dan Dr. Ir. Ani Widiyati, M.Si.