keragaman jenis bambu dan pemanfaatannya di taman nasional alas purwo

16
Keragaman Jenis Bambu…… Anita Mayasari & Ady Suryawan 139 KERAGAMAN JENIS BAMBU DAN PEMANFAATANNYA DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO The Diversity of Bambu Types And Its Utilization in Alas Purwo National Park Anita Mayasari dan Ady Suryawan Balai Penelitian Kehutanan Manado Jl. Raya Adipura, Kima Atas, Mapanget, Manado Email : [email protected] ABSTRACT Bambu is monocotil and has reached 1000 types of diversity; it has been widely used since thousands of years ago. Alas Purwo National Park is a conservation area with high potential of bambu ecosystem; it has also been encroached. This research aims to inventorizebthese kinds of bambu, how they are used by people, and their further use. Data were collected through exploration, interviews, and literature study. There are at least 13 species of bambu in the TNAP, four of them (Bambusa spinosa, Schizostachyum blumei, Gigantochloa nigrocillata kurz, and Gigantochloa apuz kurz havebeen widely utilized by the community. Bamboo. The pattern of utilization of bamboo by the real impact / disturbance ecology in the management of bamboo so we need other forms of bamboo utilization by the public needs to be done in order to maintain the sustainability of the National Park Alas Purwo sustainability as one conservation area in Indonesia. Key words: diversity, bambu, Alas Purwo National Park ABSTRAK Bambu merupakan salah satu tumbuhan monokotil yang memiliki keragaman mencapai 1.000 jenis dan telah banyak dimanfaatkan sejak ribuan tahun lalu. Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) merupakan kawasan konservasi dengan ekosistem bambu yang cukup tinggi dan telah mengalami perambahan. Penelitian ini bertujuan untuk inventarisasi jenis-jenis bambu dan yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat hutan. Pengambilan data dilakukan secara eksplorasi, wawancara dan studi pustaka. Hasil penelusuran literatur sedikitnya ada 13 jenis bambu di TNAP dan 4 diantaranya yaitu Bambusa spinosa, Schizostachyum blumei, Gigantochloa nigrocillata Kurz dan Gigantochloa apus Kurz telah dimanfaatkan masyarakat untuk kehidupan. Ada sembilan macam pola pemanfaatan yang dilakukan masyarakat yaitu untuk pembuatan bethek, congkok, lanjaran, bagang, usuk, reng, gedhek, tampah, dan rebung. Pola pemanfaatan bambu oleh

Upload: ristiyaadiwiratama

Post on 10-Dec-2015

60 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

pemanfaatan jenis bambu

TRANSCRIPT

Page 1: Keragaman Jenis Bambu Dan Pemanfaatannya Di Taman Nasional Alas Purwo

Keragaman Jenis Bambu……

Anita Mayasari & Ady Suryawan

139

KERAGAMAN JENIS BAMBU DAN PEMANFAATANNYA DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

The Diversity of Bambu Types And Its Utilization in Alas Purwo National Park

Anita Mayasari dan Ady Suryawan

Balai Penelitian Kehutanan Manado Jl. Raya Adipura, Kima Atas, Mapanget, Manado

Email : [email protected]

ABSTRACT

Bambu is monocotil and has reached 1000 types of diversity; it has been widely

used since thousands of years ago. Alas Purwo National Park is a conservation area

with high potential of bambu ecosystem; it has also been encroached. This research

aims to inventorizebthese kinds of bambu, how they are used by people, and their

further use. Data were collected through exploration, interviews, and literature

study. There are at least 13 species of bambu in the TNAP, four of them (Bambusa

spinosa, Schizostachyum blumei, Gigantochloa nigrocillata kurz, and Gigantochloa

apuz kurz havebeen widely utilized by the community. Bamboo. The pattern of

utilization of bamboo by the real impact / disturbance ecology in the management

of bamboo so we need other forms of bamboo utilization by the public needs to be

done in order to maintain the sustainability of the National Park Alas Purwo

sustainability as one conservation area in Indonesia.

Key words: diversity, bambu, Alas Purwo National Park

ABSTRAK

Bambu merupakan salah satu tumbuhan monokotil yang memiliki keragaman

mencapai 1.000 jenis dan telah banyak dimanfaatkan sejak ribuan tahun lalu.

Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) merupakan kawasan konservasi dengan

ekosistem bambu yang cukup tinggi dan telah mengalami perambahan. Penelitian

ini bertujuan untuk inventarisasi jenis-jenis bambu dan yang telah dimanfaatkan

oleh masyarakat hutan. Pengambilan data dilakukan secara eksplorasi, wawancara

dan studi pustaka. Hasil penelusuran literatur sedikitnya ada 13 jenis bambu di

TNAP dan 4 diantaranya yaitu Bambusa spinosa, Schizostachyum blumei,

Gigantochloa nigrocillata Kurz dan Gigantochloa apus Kurz telah dimanfaatkan

masyarakat untuk kehidupan. Ada sembilan macam pola pemanfaatan yang

dilakukan masyarakat yaitu untuk pembuatan bethek, congkok, lanjaran, bagang,

usuk, reng, gedhek, tampah, dan rebung. Pola pemanfaatan bambu oleh

Page 2: Keragaman Jenis Bambu Dan Pemanfaatannya Di Taman Nasional Alas Purwo

Info BPK Manado Volume 2 No 2, Desember 2012

140

masyarakat secara nyata menimbulkan dampak/gangguan ekologi pada bambu

sehingga perlu dilakukan pengelolaan bentuk-bentuk pemanfaatan bambu oleh

masyarakat demi menjaga keberlanjutan kelestarian Taman Nasional Alas Purwo

sebagai salah satu kawasan konservasi di Indonesia.

Kata kunci : keragaman, bambu, Taman Nasional Alas Purwo

I. PENDAHULUAN

Bambu merupakan salah satu tumbuhan berkeping satu (monokotil)

dan masuk dalam keluarga rumput-rumputan family Poaceae. Menurut

Krisdianto et al. (2007) jenis bambu di dunia mencapai lebih dari 1.000 jenis

yang terdiri atas 80 genus. Alamendah (2011) mengatakan jenis bambu

mencapai 1.250 jenis, dimana 159 jenis terdapat di Indonesia dan 88 jenis

diantaranya merupakan endemik Indonesia.

Husnil (2009) mengatakan bahwa bambu mampu tumbuh tinggi

dengan kecepatan 15-18 cm per hari dan mencapai tinggi maksimum dalam

waktu 4 – 6 bulan. Menurut Dransdield dan Widjaja dalam Krisdianto 2007,

batang bambu terdiri dari 50% parenkin, 40% serat dan 10% sel

penghubung (pembuluh dan sieve tuber), sifat kimiawi bambu menurut

Liese 1992 dalam Husnil 2009 tersusun dari 50-70% holoselulosa, 30%

pentose dan 20-25% lignin. Hasil pengujian sifat kimia yang dilakukan

Widnyana 2011 kandungan kadar selulosa berkisar 42,4%-53,6% , kadar

lignin 19,8% - 26,6%, kadar abu 1,24%-3,77%, kadar silica 0,10%-1,78%,

kadar ekstraktif (larut air dingin) 4,5%-9,9%, ekstraktif larut air panas 5,3%-

11,8% dan larut alcohol benzene 0,9%-6,9%.

Bambu di Indonesia pada habitat alam tumbuh secara berkelompok

karena perkembangbiakannya melalui tunas. Menurut Husnil 2009 bambu

adalah tanaman yang mampu menggunakan ruang tumbuh secara

maksimal .Produktivitas biomasa bambu per satuan luas lebih tinggi

dibanding dengan sebagian besar jenis tanaman lainnya, sehingga banyak

negara yang memilih bambu sebagai sumber energi baru yang terbarukan.

Menurut Widnyana 2011, masyarakat Indonesia tidak terlepas dari bambu

karena sifatnya yang ulet, lurus, rata, keras mudah diolah, mudah dibentuk

dan dikerjakan serta ringan. Selain itu bambu relatif lebih murah, sehingga

Page 3: Keragaman Jenis Bambu Dan Pemanfaatannya Di Taman Nasional Alas Purwo

Keragaman Jenis Bambu……

Anita Mayasari & Ady Suryawan

141

banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan rumah, perabotan

rumah tangga, alat angkut, kerajinan, produk-produk yang menggunakan

teknologi tinggi seperti papan bambu laminasi, pulp dan kertas serta masih

banyak lagi.

Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) merupakan salah satu kawasan

konservasi yang memiliki potensi hutan bambu. Menurut Balai TNAP 1999

kawasan konservasi yang dimiliki sebesar 43.420 Ha, 17.000 Ha atau 40%

nya adalah hutan bambu. Secara ekologi, menurut Widnyana 2011 akar

rimpang bambu akan mampu menjaga sistem hidrologis sebagai pengikat

tanah dan air, sehingga dapat digunakan sebagai tanaman konservasi.

Kondisi hutan bambu sangat memungkinkan adanya berbagai organisme

dapat berkembang bersama dan saling bersimbiosis. Nawari 2004

menjelaskan bahwa masyarakat sekitar hutan TNAP telah banyak

melakukan pemanfaatan bambu dari dalam kawasan konservasi hingga

banyak mengakibatkan kerusakan. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui keragaman jenis-jenis bambu yang dimanfaatkan oleh

masyarakat sekitar TNAP.

II. METODE PENELITIAN

Unit analisis penelitian berupa masyarakat Desa Kalipait dan Kaliasri.

Desa-desa ini dipilih dengan pertimbangan letak geografis yang berdekatan

dengan kawasan TNAP dan diasumsikan memiliki intensitas interaksi yang

tinggi dengan kawasan.

Data yang diperlukan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

primer terdiri dari data bentuk-bentuk pemanfaatan bambu dan intensitas

pemanfaatan bambu (jenis, jumlah, frekuensi, dan pihak yang

memanfaatkan). Data sekunder terdiri dari data Rencana Pengelolaan TNAP

periode 1999-2014, peta situasi daerah penyangga TNAP skala 1:250.000,

peta distribusi dan kelimpahan bambu di TNAP (Supriyadi dan Hatma

Suryatmojo, 2008), dan informasi penunjang lainnya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

penelitian studi kasus. Pengumpulan data dan sumber bukti dilakukan

Page 4: Keragaman Jenis Bambu Dan Pemanfaatannya Di Taman Nasional Alas Purwo

Info BPK Manado Volume 2 No 2, Desember 2012

142

dengan observasi, wawancara mendalam, studi pustaka dan dokumentasi

data terkait.

Wawancara dilakukan secara mendalam semi terstruktur dengan

menggunakan pedoman wawancara (interview guide) yang berisi daftar

pertanyaan yang disesuaikan dengan posisi/status pihak informan.

Pedoman wawancara ini bertujuan agar pembicaraan, tidak keluar dari

topik penelitian dengan tidak menutup kemungkinan pengembangan

pertanyaan untuk memperoleh informasi yang lebih detil. Wawancara

dilakukan pada waktu-waktu dan tempat yang fleksibel. Observasi

dilakukan untuk memperoleh informasi yang sifatnya terselubung, yang

mungkin tidak dapat diperoleh dari wawancara.

Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung objek

penelitian, sekaligus untuk mengkonfirmasi/mengkroscek informasi yang

telah diperoleh. Dalam penelitin ini dilakukan dengan mengunjungi lokasi

kawasan bambu, lokasi pengambilan bambu, lokasi pengolahan bambu, dan

lokasi peruntukan bambu.

Studi pustaka dan dokumentasi data terkait dilakukan melalui

penelusuran arsip Balai TNAP, buku-buku, jurnal, laporan-laporan

penelitian, profil desa, peta wilayah dan berbagai informasi dari dokumen

penunjang lainnya.

Data dianalisis secara deskriptif dengan langkah-langkah reduksi,

display, dan mengambil kesimpulan/verifikasi (Miles dan Huberman, 1992).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sebaran dan Keragaman Jenis Bambu di TNAP

Menurut Supriyadi dan Suryaatmaja (2008) kawasan TNAP memiliki

luas sebesar 43.420 ha didominasi oleh hutan bambu seluas 7.496 ha atau

17,26% dari luas kawasan. Sebaran kawasan hutan bambu digambarkan

dalam peta berikut.

Page 5: Keragaman Jenis Bambu Dan Pemanfaatannya Di Taman Nasional Alas Purwo

Keragaman Jenis Bambu……

Anita Mayasari & Ady Suryawan

143

Keterangan (note): warna kuning adalah hutan bamboo (Yellow area indicated bamboo

forest) Sumber (Source): Supriyadi dan Suryatmojo 2008.

Gambar (Figure) 1. Peta sebaran hutan bambu di kawasan Taman Nasional Alas Purwo (Distribution map of bamboo in Alas Purwo

National Park area)

Gambar 1 menunjukkan sebaran hutan bambu di kawasan TNAP pada

zona rimba hingga zona inti. Ketinggian TNAP antara 0 – 322 mdpl dengan

jenis tanah mediteran coklat, reusol, grumusol kelabu dan alluvial

hidromorf. Kondisi iklim termasuk tipe Iklim E dengan besar Q rata-rata 100

- 167%, curah hujan 1.000 – 1.500 mm/thn, suhu rata-rata 22o – 31o C,

kelembaban 40-85% dan dipengaruhi oleh angin musim serta musim hujan

pada bulan Nopember hingga Maret. Informasi ini menjelaskan bahwa

bambu mampu tumbuh pada berbagai tipe tanah dan beriklim kering.

Menurut berbagai catatan beberapa jenis bambu mampu tumbuh di

ketinggian sampai 1000 mdpl.

Dari informasi Balai TNAP (1998) dan Supriyadi dan Suryatmojo (2008)

terdapat 13 (tiga belas) jenis bambu yang tumbuh di TNAP yang dapat

dilihat pada Table 1.

190000 mT

190000 mT

200000

200000

210000

210000

220000

220000

230000

230000

240000 mT

240000 mT

90

30

000

mU

90

30

000

mU

90

40

000

904

00

00

90

50

000

905

00

00

90

60

000

mU

90

60

000

mU

PETA DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN BAMBU

DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

4 0 4 Km

N

EW

S

Skala 1 : 250.000

Legenda :

: Batas Kawasan Taman Nasional Alas Purwo

: Kawasan Bambu

: Zone Rimba

: Zone Inti

: Zone Pemanfaatan

: Tranverse MercatorSistem Proyeksi

Sistem Grid : Universal Tranverse Mercator

Zone UTM : 50 S

Kerjasama antara :

: Balai Taman Nasional Alas Pu rwo

: Fakultas Keh utanan, Un iversitas Gadjah Mad a

7°4

9'4

5"

LS 7

°4

9'4

5" L

S

6°3

9'3

0" L

S 6°3

9'3

0" L

S

111°10'15" B T

111°10'15" B T

113°30'45"

113°30'45"

114°41'00" B T

114°41'00" B T

112°20'30"

112°20'30"

Su mber data :

1. Citra d igital Lan dsat ETM+ path/row 177 /66 d aerah Semen anjung Blam bang an dan sekitarnya,

perekaman tan ggal 28 m ei 2002

2. Fo to udara pankromatik h itam pu tih sk ala 1 : 50.000, su mber data: BAKOSURTANAL, Tah un 1994 .

Seluruh daerah penelitian terdiri dari 3 5 foto , ter susun dalam mosaik foto udara

3. Peta Ru pa B umi In donesia skala 1 : 25 .000, sum ber data : BAKOSURTANAL, tahun 2 001,

te rdiri dari delapan lembar peta , yaitu : Lem bar Sum berluhur, Pantai Plengk ung, Tg. Sem bulungan ,

G. Linggaman is, Teluk Banyub iru, Tg. Pon dokwaru , Tg. Kucur, dan Tg. Bantenan

4. Cek lapang an (ground check)

PETA INSET Propinsi Jawa T im ur

K aw asan

T. N . A las Pu rwo

Page 6: Keragaman Jenis Bambu Dan Pemanfaatannya Di Taman Nasional Alas Purwo

Info BPK Manado Volume 2 No 2, Desember 2012

144

Tabel (Table) 1. Jenis bambu yang ada di TNAP (Bamboo species in TNAP)

No Nama Lokal Nama Ilmiah BTNAP

(1998)

Supriyadi dan

Suryatmojo

(2008)

1 Bambu Apus Gigantochloa apus

2 Bambu Ampel Bambusa vulgaris

3 Bambu Jawa Gigantochloa verticillata

4 Bambu Jalar Dinochloa scandens

5 Bambu Jajang Gigantochloa nigrocillata

6 Bambu Jabal

7 Bambu Gesing Bambusa spinosa

8 Bambu Kuning Phyllostachys aureal

9 Bambu Petung Dendrocalamus asper

10 Bambu Rampal Schizostachyum

branchyladum

11 Bambu Wuluh Schizostachyum blumei

12 Bambu Wulung Gigantochloa atroviolacea

13 Bambu Manggong Gigantochloa manggong

Sumber (source) : BTNAP 1998; Supriyadi dan Suryatmojo 2008

Berdasarkan Tabel 1 di atas, diketahui bahwa TNAP memiliki potensi

bambu yang cukup besar. Bahkan disebutkan dalam laporan Balai TNAP

(1998) bahwa 40 % dari hutan yang ada di kawasan Taman Nasional Alas

Purwo didominasi oleh bambu. Namun terdapat perbedaan jumlah jenis-

jenis yang terindentifikasi antara tahun 1998 dan 2008. Terjadi penurunan

keragaman jenis-jenis bambu di kawasan TNAP yang cukup signfikan.

Sebanyak 8 (delapan) jenis bambu yang tidak dijumpai lagi yaitu: bambu

jawa (G.verticillata), bambu jalar (D. scandens), bambu jabal, bambu kuning

(P. aureal), bambu petung (D. asper), bambu rampal (S. branchyladum),

bambu wulung (G. atroviolacea) dan bambu manggong (G. manggong).

bambu Manggong (Gigantochloa manggong) diyakini oleh masyarakat dan

pihak Balai Taman Nasional Alas Purwo sebagai jenis endemik kawasan

Page 7: Keragaman Jenis Bambu Dan Pemanfaatannya Di Taman Nasional Alas Purwo

Keragaman Jenis Bambu……

Anita Mayasari & Ady Suryawan

145

Taman Nasional Alas Purwo. Meskipun sampai saat ini identifikasi

biologinya masih menjadi perdebatan.

Jenis-jenis bambu yang tidak ditemukan sebagian merupakan jenis

bambu yang banyak diminati masyarakat seperti bambu kuning, bambu

wulung dan bambu manggong. Penurunan ini kemungkinan disebabkan

oleh adanya pemanfaatan yang berlebihan dari jenis-jenis tersebut,

sehingga tidak dijumpai lagi pada tahun 2008.

B. Bentuk-bentuk pemanfaatan bambu oleh masyarakat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di sekitar Taman

Nasional Alas Purwo memanfaatkan bambu dalam berbagai penggunaan.

Secara umum penggunaan bambu oleh masyarakat disajikan dalam Tabel 2.

Tabel (Table) 2. Penggunaan bambu oleh Masyarakat (The utilization of

bamboo by community)

No

Penggu-

naan (Utilizati-

on)

Jenis bambu yg digunakan (Bamboo species which

utilized) Fungsi

(Function)

Kebutuhan

(needs) Nama lokal (local

name)

Nama ilmiah (latin name)

1 Bethek Gesing Bambusa spinosa Pagar kebun jeruk

110 lembar untuk lahan seluas ¼ bahu (1/4 bahu=1770 m

2)

2 Congkok Gesing Bambusa spinosa Penyangga tanaman jeruk

3000-3500 batang congkok untuk lahan seluas ¼ bahu

3 Lanjaran Wuluh Schizostachyum blumei

Penyangga tanaman horikultura

3500 batanglanjaran untuk lahan seluas ¼ bahu

4 Bagang Gesing Bambusa spinosa Perangkap ikan

120-200 batang bambu bulat untuk 1 bagang

5 Usuk Gesing Bambusa spinosa Konstruksi atap rumah

Dijual per ikat, 1 ikat berisi 20-30 batang bambu bulat

Page 8: Keragaman Jenis Bambu Dan Pemanfaatannya Di Taman Nasional Alas Purwo

Info BPK Manado Volume 2 No 2, Desember 2012

146

6 Reng Gesing Bambusa spinosa Konstruksi atap rumah

Dijual per ikat, 1 ikat berisi 20 batang bambu bulat

7 Gedhek Wuluh Apus Jajang

Schizostachyum blumei Gigantochloa apus Gigantochloa nigrocillata

Dinding, plafon rumah

5 batang bambu bulat untuk membuat 1 lembar gedhek

8 Tompo, tampah

Apus

Gigantochloa apus

Wadah serbaguna

Berasal dari bambu di desa

9 Rebung Gesing Bambusa spinosa Bahan makanan

Tidak terukur

Sumber: Data primer (2008)

Dari kelima jenis yang telah ditemukan oleh Supriyadi dan Suryatmojo

2008 hanya empat jenis yang ternyata dimanfaatkan masyarakat sekitar

TNAP, sedangkan bambu yang tidak dimanfaatkan adalah bambu ampel (B.

vulgaris).

Gambar (Figure) 2. Empat jenis bambu yang dimanfaatkan masyarakat Desa Kalipait dan Kedungasri (Four bamboo species which

used by community from Desa Kalipait dan Kedung Asri)

Sumber: Data Primer (2008)

B. spinosa S. blumei G. apus G. nigrocillata

Page 9: Keragaman Jenis Bambu Dan Pemanfaatannya Di Taman Nasional Alas Purwo

Keragaman Jenis Bambu……

Anita Mayasari & Ady Suryawan

147

Gambar (Figure) 3. Jenis-jenis pemanfaatan bambu dari dalam kawasan TNAP oleh masyarakat (the utilization of bamboo which

taken inside Alas Purwo National Park by society)

Berdasarkan bentuk penggunaan bambu oleh masyarakat maka dapat

dirumuskan menurut keperluan tertentu antara lain :

1. Bidang pertanian antara lain sebagai : Bethek, Congkok dan

Lanjaran

2. Bidang Perikanan antara lain sebagai : Bagang

3. Bahan Konstruksi rumah antara lain sebagai : Usuk, Reng, Gedhek

4. Bahan Makanan antara lain sebagai : Sayur rebung

5. Bahan baku perkakas : Tompo dan Tampah

6. Pendapatan uang tunai : Penjualan Bambu Mentah

Bambu memenuhi kebutuhan pokok hingga kebutuhan sekunder

masyarakat. Dalam bidang pertanian, penggunaan bambu dalam bentuk

bethek, congkok dan lanjaran telah dilakukan oleh masyarakat sejak dahulu

Gedhek Reng dan Usuk Lanjaran

Bagang Bethek Congkok

Sumber: Data Primer (2008)

Page 10: Keragaman Jenis Bambu Dan Pemanfaatannya Di Taman Nasional Alas Purwo

Info BPK Manado Volume 2 No 2, Desember 2012

148

untuk mendukung produktivitas pertanian, khususnya untuk kebun jeruk

dan tanaman hortikultura. Masyarakat sekitar Taman Nasional Alas Purwo

lebih memilih menggunakan bambu, meskipun sudah ada alternatif lain

berupa pagar hidup dari tanaman randu, batang kayu, dan ranting Pohon

Jati. Masyarakat lebih memilih menggunakan bambu karena keunggulan

sifat-sifat bambu, mudah diperoleh dan harganya yang murah.

Dalam bidang perikanan, penggunaan bambu sebagai bagang untuk

saat ini tidak dapat tergantikan. Bambu masih dibutuhkan oleh nelayan

sekitar Taman Nasional Alas Purwo sebagai satu-satunya alat penangkap

ikan. Bambu juga digunakan oleh masyarakat sekitar sebagai bahan

konstruksi rumah, bahan baku perkakas rumah tangga, dan bahan

makanan. Bagi sebagian masyarakat bambu dijual untuk memperoleh

pendapatan tunai, baik dalam bentuk olahan maupun mentah. Besarnya

peranan yang diberikan bambu menyebabkan masyarakat begitu

bergantung pada bambu.

Bagi masyarakat sekitar Taman Nasional Alas Purwo, bambu

merupakan tanaman dengan manfaat besar untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari. Hal ini menyebabkan masyarakat memiliki

ketergantungan terhadap bambu. Bambu merupakan tanaman serbaguna

terutama bagi masyarakat pedesaan (Krisdiyanto et al., 2006). Hal ini

diperkuat oleh Awang (2006), bahwa bentuk ketergantungan lain

masyarakat dengan hutan, berkaitan dengan kebutuhan lahan pertanian

dan perkebunan untuk peningkatan dan pengembangan ekonomi keluarga.

Masyarakat desa sekitar kawasan Taman Nasional Alas Purwo

memanfaatkan bambu dari dalam kawasan taman nasional, baik secara

langsung maupun tidak langsung dapat dikategorikan menjadi tiga seperti

dalam Tabel 4.

Page 11: Keragaman Jenis Bambu Dan Pemanfaatannya Di Taman Nasional Alas Purwo

Keragaman Jenis Bambu……

Anita Mayasari & Ady Suryawan

149

Tabel (Table) 4. Pola pemanfaatan bambu oleh masyarakat sekitar Taman Nasional Alas Purwo (Patterns of bamboo utilization by society

around Alas Purwo National Park)

No. Pelaku (subject)

Aktivitas (activity)

Frekuensi (Frequency)

Lokasi (Location)

1. Pengambil dan Pengguna Langsung

Mengambil bambu dari dalam hutan

2 – 3 hari dalam seminggu

Utara Pantai Payaman, Luk Caluk (zona rimba)

2. Pengepul/pedagang bambu

Menjual bambu dari pengambil

setiap hari, khususnya pada bulan besar dan musim tanam

Pasar Sumberayu

3. Pembeli Membeli bambu

hari-hari tertentu, khususnya pada bulan besar dan musim tanam

Pasar Sumberayu

Sumber : Data Primer, 2008

1. Pengambil dan Pengguna Langsung

Pengambil dan Pengguna Langsung adalah mereka yang mengambil

bambu dari dalam hutan, baik untuk dipakai sendiri maupun dijual untuk

mendapatkan penghasilan. Mengambil bambu dari dalam hutan dilakukan

secara rutin 2 sampai dengan 3 kali dalam satu minggu. Pengambil

berangkat pukul 04.00 sampai 05.00 WIB dengan mengendarai sepeda

kayuhnya dan tiba di lokasi setelah 3 jam perjalanan. Salah seorang

pengambil bambu menuturkan lokasi pengambilan bambu sekarang

semakin jauh, mereka tidak lagi dapat menemukan bambu di lokasi yang

dekat. Mereka baru kembali pulang menjelang malam pukul 16.00 sampai

18.00 WIB. Mengambil bambu merupakan satu-satunya keahlian yang

dimiliki oleh masyarakat ini. Mereka tidak memiliki lahan untuk dikerjakan.

Masyarakat memahami Taman Nasional Alas Purwo sebagai hutan yang

harus dilindungi. Tapi karena tuntutan kebutuhan hidup mereka terpaksa

berangkat ke hutan dan mengambil bambu dengan sembunyi-sembunyi

agar tidak tertangkap petugas.

Page 12: Keragaman Jenis Bambu Dan Pemanfaatannya Di Taman Nasional Alas Purwo

Info BPK Manado Volume 2 No 2, Desember 2012

150

2. Pengepul/Pedagang Bambu

Pengepul/Pedagang Bambu adalah mereka yang mendapatkan bambu

dari para pengambil bambu yang datang menyetorkan bambu yang

diperoleh dari hutan, kemudian menjualnya pada konsumen. Pengepul

bambu di sekitar kawasan Taman Nasional Alas Purwo dibedakan menjadi

dua yaitu pengepul/pedagang bambu skala kecil dan pengepul/pedagang

bambu skala besar. Menjual bambu adalah mata pencaharian masyarakat

ini yang sudah ditekuni selama bertahun-tahun. Pengepul juga mengetahui

kalau salah satu bahan baku produknya berasal dari dalam Taman Nasional

Alas Purwo. Mereka juga mengetahui mengambil bambu dari kawasan

dilarang.

3. Pembeli/Pengguna Bambu

Pembeli/Pengguna Bambu adalah mereka yang membeli bambu

langsung dari pihak pengambil atau pun dari pihak pengepul bambu.

Masyarakat ini ada yang membeli bambu untuk keperluan kebun jeruk dan

hortikultura mereka, ada juga yang membeli bambu untuk keperluan

konstruksi bangunan rumahnya.

Bambu telah menjadi sumber matapencaharian bagi pengambil dan

pengepul/pedagang bambu. Mengambil bambu, menjual bambu dan

menggunakan bambu telah dilakukan selama bertahun-tahun dan menjadi

suatu kebiasaan masyarakat. Menurut Zain (1998), masyarakat lokal yang

bermukim di dalam dan sekitar hutan memiliki sikap, pola pikir dan

tindakan yang masih berpegang pada adat kebiasaan yang ada secara turun

temurun.

Pengambilan bambu oleh masyarakat dilatarbelakangi persoalan

keterbatasan keahlian dan keterbatasan lahan. Artinya, tidak ada alternatif

mata pencaharian lain, sehingga masyarakat ini secara tidak langsung

terpaksa masuk ke dalam hutan untuk mengambil bambu demi

mempertahankan hidupnya. (Soetrisno dalam Cristiana, 2002) menyatakan

bahwa masyarakat yang ada di dalam maupun di tepi hutan, kehidupan

ekonomi, sosial, budaya mereka sangat tergantung pada hutan atau dengan

kata lain ketahanan pangan mereka sangat tergantung pada hutan.

Page 13: Keragaman Jenis Bambu Dan Pemanfaatannya Di Taman Nasional Alas Purwo

Keragaman Jenis Bambu……

Anita Mayasari & Ady Suryawan

151

C. Dampak Pemanfaatan Bambu oleh Masyarakat

Pola pemanfaatan bambu oleh masyarakat secara nyata menimbulkan

dampak/gangguan ekologi pada bambu. Berdasarkan hasil pengamatan di

kawasan Luk Caluk memang terlihat ada kerusakan dan bekas-bekas

tebangan pada rumpun bambu. Menurut informasi dari masyarakat, areal

sekitar Pancur dulu banyak ditumbuhi jenis Bambu Jajang, tetapi ketika

dilakukan peninjauan, hanya dijumpai sisa-sisa rumpun bambu saja.

Supriyadi dan Suryaatmaja (2008) menegaskan bahwa di beberapa lokasi

kawasan hutan bambu TNAP ditemukan kerusakan parah dan beberapa

rumpun sudah rusak dan tidak bisa tumbuh lagi permudaannya. Bahkan ada

lokasi yang dulu diketahui sebagai habitat bambu namun sudah tidak

ditemukan lagi adanya rumpun bambu yang tumbuh. Kerusakan ini terjadi

terutama di wilayah yang berbatasan langsung dengan kawasan kegiatan

pertanian/perkebunan masyarakat yang berada di dalam zona penyangga

dan wilayah yang berbatasan langsung dengan laut memiliki aksesibilitas

jauh lebih mudah karena transportasi bambu dilakukan dengan perahu dan

pengawasan petugas yang rendah, sehingga pengambilan bambu sangat

intensif (20 - 25 batang ditebang dalam satu rumpun. Perambahan bambu

oleh masyarakat sudah masuk kedalam zona rimba dan zona inti.

Pengambilan bambu telah merambah zona rimba dan zona inti dengan

cara mengambil, menebang dan memotong, serta membawa keluar dari

wilayah taman nasional. Berdasarkan peraturan pengelolaan taman

nasional yaitu PP No. 68 /1998 pasal 19, PP No. 68 Tahun 1998 Pasal 44,

dan UU No. 41 Tahun 1999 Pasal 24, pemanfaatan bambu oleh masyarakat

selama ini merupakan bentuk tindakan illegal atau pelanggaran dalam

pengelolaan taman nasional. Namun seperti yang sudah dijelaskan bahwa

baik itu masyarakat pengambil, pengepul/pedagang, dan pengguna

sebenarnya mengetahui bahwa mengambil, menjual, dan membeli bambu

dari hutan Taman Nasional Alas Purwo dilarang. Namun masyarakat ini

tetap melakukan kegiatannya.

Bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan masyarakat terkait

pemanfaatan bambu menunjukkan lemahnya penegakan hukum dalam

Page 14: Keragaman Jenis Bambu Dan Pemanfaatannya Di Taman Nasional Alas Purwo

Info BPK Manado Volume 2 No 2, Desember 2012

152

pengelolaan Taman Nasional Alas Purwo. Penegakan hukum dalam

pengelolaan taman nasional merupakan hal yang sangat penting

diaksanakan, khususnya untuk memonitor pemanfaatan bambu oleh

masyarakat.

Pengambilan bambu oleh masyarakat dilakukan di dalam kawasan

taman nasional. Masyarakat mengambil bambu dari dalam hutan Taman

Nasional Alas Purwo dan memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan

hidup. Mengambil bambu menjadi satu-satunya mata pencaharian para

pengambil, menjual bambu menjadi mata pencaharian bagi

pengepul/pedagang, dan pengguna membeli bambu untuk kebutuhan

perkebunan/pertaniannya. Melihat bentuk-bentuk pemanfaatan bambu

oleh masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Alas Purwo,

menunjukkan besarnya ketergantungan masyarakat terhadap bambu dari

dalam kawasan. Setiyadi, dkk. (2006) menyatakan bahwa dalam banyak

kasus taman nasional merupakan daerah di mana masyarakat

menggantungkan hidupnya atas sumberdaya lahan/komoditi tertentu di

dalam taman nasional.

Oleh karena itulah pemanfaatan bambu oleh masyarakat ini perlu

untuk dikaji lebih jauh lagi demi menemukan upaya pengelolaan yang

sesuai dan diusahakan untuk menekan seminimal mungkin kerugian baik

pada pihak masyarakat yang memanfaatkan bambu maupun bagi

kelestarian ekologi bambu. Bentuk-bentuk pemanfaatan yang tidak dikelola

dengan baik justru akan mengancam kelestarian dari bambu. Pengelolaan

bentuk-bentuk pemanfaatan bambu oleh masyarakat perlu dilakukan demi

menjaga keberlanjutan kelestarian Taman Nasional Alas Purwo sebagai

salah satu kawasan konservasi di Indonesia.

IV. Kesimpulan

Keanekaragaman jenis bambu di Taman Nasional Alas Purwo pada

tahun 1999 ada 13 jenis bambu yaitu Gigantochloa apus, Gigantochloa

verticillata, Gigantochloa nigrocillata, Gigantochloa atroviolaceae,

Gigantochloa manggong, Bambusa vulgaris, Bambusa spinosa, Dinochloa

scandens, Phyllostachys aurel, Schizostachyum branchyladum,

Page 15: Keragaman Jenis Bambu Dan Pemanfaatannya Di Taman Nasional Alas Purwo

Keragaman Jenis Bambu……

Anita Mayasari & Ady Suryawan

153

Schizostachyum blumei dan Bambu Jabal.Jenis bambu yang dimanfaatkan

masyarakat antara lain Bambusa spinosa, Schizostachyum blumei,

Gigantochloa nigrocillata Kurz dan Gigantochloa apus Kurzdengan potensi

sekitar 46.357 batang per hektar. Pemanfaatannya antara lain untuk

pembuatan bethek, congkok, lanjaran, bagang, usuk, reng, gedhek, tampah,

dan rebung. Pola pemanfaatan bambu oleh masyarakat secara nyata

menimbulkan dampak/gangguan ekologi pada bambu sehingga perlu

dilakukan pengelolaan bentuk-bentuk pemanfaatan bambu oleh

masyarakat perlu dilakukan demi menjaga keberlanjutan kelestarian Taman

Nasional Alas Purwo sebagai salah satu kawasan konservasi di Indonesia

Page 16: Keragaman Jenis Bambu Dan Pemanfaatannya Di Taman Nasional Alas Purwo

Info BPK Manado Volume 2 No 2, Desember 2012

154

Daftar Pustaka

Alamendah. 2011. Jenis-jenis bambu di Indonesia. Website: http://alamendah.wordpress.com/2011/01/28/jenis-jenis-bambu-di-indonesia/.

Balai TNAP, 1998. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Alas Purwo 1999-2024.

Departemen Kehutanan. Dirjen PHPA. Balai Taman Nasional Alas Purwo. Banyuwangi.

Faida, L.R.W dan Wianti, K.F. 2007. Potensi Sosial Ekonomi Desa-desa Penyangga

Taman Nasional Alas Purwo. Program Penelitian Pengembangan Potensi Kerjasama Fakultas Kehutanan UGM dengan Balai Taman Nasional Alas Purwo.

Husnil, Y. A. 2009. Perlakuan gelombang mikro dan hidrolisis enzimatik pada bambu

untuk pembuatan bioetanol. Fakultas Teknik UI. Departemen Teknik Kimia. Jakarta. Website: http://eprints.lib.ui.ac.id/3718/1/122682-T%2025899-Perlakuan%20gelombang-Pendahuluan.pdf.

Mayasari, A. dan Faida, L.R.W. 2008 Interaksi antara taman nasional alas purwo

dengan masyarakat sekitar dalam pemanfaatan bambu. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Nawari, 2004. Analisis Pihak-Pihak Terkait (Stakeholdes Analysis) dalam

Pengelolaan Taman Nasional Alas Purwo.Skripsi S1. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.

Supriyadi dan Suryatmojo, H. 2008. Distribusi dan Kelimpahan Bambu di Taman

Nasional Alas Purwo. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.