keragaman seni rupa terapan mancanegara
TRANSCRIPT
MACAM – MACAM SENI KRIYA MANCANEGARA
1. Keramik Cina
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu bentuk dari
tanah liat yang telah mengalkeramik sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk
menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin, dan
sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian
keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat.
(Yusuf, 1998:2).
Umumnya senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan kimia dibandingkan
elemennya. Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah felspard, ball clay, kwarsa,
kaolin, dan air. Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan
mineral bawaannya. Oleh karena itu sifat keramik juga tergantung pada lingkungan geologi
dimana bahan diperoleh. Secara umum strukturnya sangat rumit dengan sedikit elektron-
elektron bebas.
Kurangnya beberapa elektron bebas keramik membuat sebagian besar bahan keramik secara
kelistrikan bukan merupakan konduktor dan juga menjadi konduktor panas yang jelek. Di
samping itu keramik mempunyai sifat rapuh, keras, dan kaku. Keramik secara umum
mempunyai kekuatan tekan lebih baik dibanding kekuatan tariknya.ami proses pembakaran.
Keramik industri dibuat dari bubuk yang telah diberi tekanan sedemikian rupa kemudian
dipanaskan pada temperatur tinggi. Keramik tradisional seperti porcelain, ubin (keramik
WISNU DWI PRASETYO
lantai) dan tembikar dibuat dari bubuk yang terdiri dari berbagai material seperti tanah liat
(lempung), talc, silika dan faldspar. Akan tetapi, sebagian besar keramik industri dibentuk
dari bubuk kimia khusus seperti silikon karbida, alumina dan barium titanate.
Material yang digunakan untuk membuat keramik ini biasanya digali dari perut bumi dan
dihancurkan hingga menjadi bubuk. Produsen seringkali memurnikan bubuk ini dengan
mencampurkannya dengan suatu larutan hingga terbantuk endapan pengotor. Kemudian
endapan tadi disaring dan bubuk material keramik dipanaskan untuk menghilangkan impuritis
dan air.
Setelah pemurnian, sedikit wax (lilin) biasanya ditambahkan untuk meekatkan bubuk
keramik dan menjadikannya mudah dibentuk. Plastik juga dapat ditambahkan untuk
mendapatkan kelenturan dan kekerasan tertentu. Bubuk tersebut dapat menjadi bentuk yang
berbeda-beda dengan beragam proses pembentukan (molding). Proses pembentukan ini
diantaranya adalah slip casting, pressure casting, injection molding, dan extruction. Setelah
dibentuk, keramik kemudian dipanaskan dengan proses yang dikenal dengan nama
densifikasi (densification) agar material yang terbantuk lebih kuat dan padat.
Proses densifikasi menggunakan panas yang tinggi untuk menjadikan sebuah keramik
menjadi produk yang keras dan padat. Setelah dibentuk, keramik dipanaskan pada tungku
(furnace) dengan temperatur antara 1000 sampai 1700 C. Pada proses pemanasan, partikel-
partikel bubuk menyatu dan memadat. Proses pemadatan ini menyebabkan objek keramik
menyusut hingga 20 persen dari ukuran aslinya. Tujuan dari proses pemanasan ini adalah
untuk memaksimalkan kekerasan keramik dengan mendapatkan struktur internal yang
tersusun rapih dan sangat padat
Proses densifikasi menggunakan panas yang tinggi untuk menjadikan sebuah keramik
menjadi produk yang keras dan padat. Setelah dibentuk, keramik dipanaskan pada tungku
(furnace) dengan temperatur antara 1000 sampai 1700 C. Pada proses pemanasan, partikel-
partikel bubuk menyatu dan memadat. Proses pemadatan ini menyebabkan objek keramik
menyusut hingga 20 persen dari ukuran aslinya. Tujuan dari proses pemanasan ini adalah
untuk memaksimalkan kekerasan keramik dengan mendapatkan struktur internal yang
tersusun rapih dan sangat padat
WISNU DWI PRASETYO
Proses densifikasi menggunakan panas yang tinggi untuk menjadikan sebuah keramik
menjadi produk yang keras dan padat. Setelah dibentuk, keramik dipanaskan pada tungku
(furnace) dengan temperatur antara 1000 sampai 1700 C. Pada proses pemanasan, partikel-
partikel bubuk menyatu dan memadat. Proses pemadatan ini menyebabkan objek keramik
menyusut hingga 20 persen dari ukuran aslinya. Tujuan dari proses pemanasan ini adalah
untuk memaksimalkan kekerasan keramik dengan mendapatkan struktur internal yang
tersusun rapih dan sangat padat.
2. Kain Sari – India
Sari adalah pakaian wanita di Subbenua India. Sari adalah sehelai kain yang tidak
dijahit, berlingkungan dari empat ke sembilan meter pada panjangnya yang ditabir ke atas
badan dalam pelbagai gaya. Gaya yang terumum adalah dengan membalut sari di keliling
pinggang, dengan satu hujung menabir ke atas bahu mendedahkan bahagian torso dekat
pinggang.[1]
Sari biasanya dipakai ke atas petticoat (pavada/pavadai di selatan, dan shaya di timur
India), dengan blaus digelarkan choli atau ravika membentukkan pakaian di atas. Choli
mempunyai lengan pendek dan leher rendah dan biasanya cropped, dan sebarangnya
WISNU DWI PRASETYO
khususnya sesuai dengan memakai musim panas yang panas dan lembap di Asia Selatan.
Choli mungkinnya "tidak berbelakang" atau of a halter neck style. Ini biasanya lebih bergaya
pakaian dengan banyak penghiasan seperti cermin atau sulaman dan dapat dipakai pada
perayaan khas. Wanita dalam tentera, apabila memakai seragam sari, mengenakan baju
setengah lengan disisipkan di pinggang. Sari dilahirkan di India Selatan dan Utara dan kini
suatu tanda untuk keseluruhan India.
Perkataan 'sari' berpunca dari perkataan Prakrit 'sattika' seperti disebutkan dalam
sastera agama Jain dan Buddha awal.
Sejarah pakaian India dapat mengesan sari kembali ke Tamadun Lembah Indus, yang
berkembang sewaktu 2800-1800 SM di sekitar bahagian barat Subbenua India. Gambaran
terawal dikenali pada sari di subbenua India adalah sebuah patung paderi lembah Indus
memakai tabir.
Sajak Tamil silam, seperti Silappadhikaram dan Kadambari oleh Banabhatta,
menjelaskan wanita dalam tabiran atau sari indah. Dalam tradisi India purba dan Natya
Shastra (sebuah perjanjian India silam menjelaskan tarian dan pakaian silam), pusat Makhluk
Tinggi dianggapkan sumber hidup dan daya cipta, oleh itu bahagian torso dekat pinggang
dintinggalkan terdedah dengan sari.
Sesetengah sejarawan mempercayai bahawa dhoti lelaki, yang pakaian tabirnya tertua
India, adalah pelopor sari. Mereka berkata bahawa hingga abad ke-14, dhoti telah dipakai
oleh lelaki dan wanita.
Seni arca dari sekolah Gandhara, Mathura dan Gupta (abad 1-ke-6 AM) menunjukkan
dewi-dewi dan para penari memakai apanya kelihatan balutan dhoti, dalam versi "ekor ikan"
yang meliputi kakai secara longgar dan kemudian mengalir ke suatu tabiran berhaisan yang
panjang di hadapan kaki. Tiada badan baju telah ditunjuk.
Sumber-sumber lain mengatakan pakaian seharian terdiri dari dhoti atau lungi
(sarong), digabung dengan suatu selendang dada atau balutan yang dapat digunakan untuk
menutup bahagian atas badan atau kepala. Kerala mundum neryathum dua keping (mundu,
dhoti atau sarong, neryath, iaitu selendang, dalam Malayalam) adalah pengekalan gaya
WISNU DWI PRASETYO
pakaian India silam, sari satu keping atau inovasi moden, dicipta dengan menggabungkan dua
keping mundum neryathum.
Ia secara umum diterima bahawa balutan pakaian semacam sari, selendang, dan
tudung telah dipakai oleh wanita India untuk masa yang lama, dan bahawa mereka dipakai
pada bentuk kininya selama beratus-ratus tahun.
Satu sudut kontroversi khusus adalah sejarah choli, atau balus sari, dan petticoat.
Sesetengah penyelidik menyatakan bahawa ini tidak diketahui sebelum ketibaan British di
India, dan bahawa mereka diperkenalkan untuk memuaskan gagasan zaman Victoria pada
pakaian sopan. Terdahulunya, wanita hanya memakai satu tabiran kain dan secara kasual
mendedahkan badan dan dada. Para sejarawan lain menunjukkan pada tekstual mendalam dan
bukti kesenian untuk pelbagai bentuk selendang dada dan selendang bahagian atas badan.
Di Kerala dan Tamil Nadu, ia sudah tentu didokumenkan bahawa wanita dari banyak
masyarakat memakai hanya sari dan mendedahkan bahagian atas badan hingga kurun ke-20.
Rujukan sajak dari karya-karya seperti Shilappadikaram menandakan bahawa sewaktu zaman
sangam di Tamil Nadu purba, sehelai pakaian telah berkhidmat sebagai pakaian penutupan
bahagian bawah dan penutup kepala, meninggalkan dada dan bahagian bahagian torso dekat
pinggang keseluruhannya tidak ditutup. Di Kerala ada banyak rujukan pada wanita mendedah
dada, termasuk banyak gambar oleh Raja Ravi Varma. Walaupun ke hari ini, wanita dalam
sesetengah kawasan perkampungan tidak memakai choli.
WISNU DWI PRASETYO
3. Kimono – Jepang
Kimono, tidak mendapat pengaruh dari pakaian tradisional Korea. Namun, kimono
mengambil inspirasi dari pakaian tradisional Cina, “Hanfu” (Hanfu = han (suku han) fu
(pakaian) -> hanfu = pakaian suku han). Kimono modern seperti yang kita lihat pada zaman
sekarang sudah mulai dilihat sejak zaman Heian (sekitar tahun 800).
Kimono biasanya dibuat dari sutera jepang yang di-print dengan teknik “Yuzen”.
“Yuzen” maksudnya teknik cetak berulang – jadi, pattern dari kimono itu sebenarnya
diulang2 (sejenis monogram). Banyak orang yang mengira bahwa kimono itu dilukis dan satu
kimono itu mengandung satu lukisan, tapi sebenernya salah.
Menurut beberapa sumber, Kimono pada zaman dahulu harus dilepaskan bagian per
bagian untuk dicucinya dan dijahit dan disambung kembali waktu mau dipakai, tapi
perkembangan zaman telah mengeliminasi kebutuhan ini.
WISNU DWI PRASETYO
4. Bumerang – Australia
Benda yang terbuat dari kayu ini identik dengan Australia, karena memang orang-
orang Aborigin-lah yang lebih dikenal sebagi penciptanya. Walaupun bumerang tertua yang
diperkirakan berumur 20 ribu tahun ditemukan di pegunungan Carpathian di Polandia. Dulu
alat ini tidak hanya digunakan untuk berburu binatang, tetapi juga sebagai alat musik dan
pencetus api. Sekarang fungsinya bertambah menjadi alat olahraga. Di Australia ada
beberapa kontes olahraga dengan menggunakan bumerang.
Namun selain punya sederet fungsi, bumerang juga indah untuk dijadikan pajangan.
Jangan salah, bentuk, material, dan ukuran bumerang sangat variatif, bukan hanya yang
berbentuk siku 150 derajat. Ada juga yang berbentuk V, yang ‘bersayap, tiga dan empat.
Semakin menarik kerena selain polos, ada juga bumerang yang dihiasi lukisan khas Aborigin
dengan warna-warna yang menarik.
WISNU DWI PRASETYO
WISNU DWI PRASETYO