kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa...

111

Click here to load reader

Upload: dinhtruc

Post on 05-Mar-2019

293 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MENURUT PERSEPSI APOTEKER PENGELOLA APOTEK YANG TERGABUNG DALAM APOTEK JARINGAN

DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN KEFARMASIAN

SKRIPSI

Ditujukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Albert Basuki Sasongko NIM : 028114089

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MENURUT PERSEPSI APOTEKER PENGELOLA APOTEK YANG TERGABUNG DALAM APOTEK JARINGAN

DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN KEFARMASIAN

SKRIPSI

Ditujukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Albert Basuki Sasongko NIM : 028114089

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MENURUT PERSEPSI APOTEKER PENGELOLA APOTEK YANG TERGABUNG DALAM APOTEK JARINGAN

DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN KEFARMASIAN

disusun oleh :

Albert Basuki Sasongko NIM : 028114089

telah disetujui oleh :

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MENURUT PERSEPSI APOTEKER PENGELOLA APOTEK YANG TERGABUNG DALAM APOTEK JARINGAN

DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN KEFARMASIAN

Oleh:

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

Another journey have been done, Another chapter has been closed,

BUT Another challenge have awaken…

Another paper have waited… By Albert Song

ADISTYAWAN YOGA WICAKSONO * ADRIANUS ARINAWA YULIANTA * ARDHYAN PURWANTOKO, S. Farm. * Aria Sanjaya * Arry Hariadi, S. Farm. * BENNY SUGIENTORO, S. Farm. * Bernadetta Wenni Sukma W., S. Farm. * Candra, S. Farm. * Carla Kuntari * Christophorus Aditya N., S. Farm. * DANIEL SANTOSO HARSONO * Danu Kusuma * EDI SUGIANTO, S. Farm. * Emanuel Broto Hartanto, S. Farm. * EMA NILLAFITA PUTRI K., S. Farm. * Fanny Feryane Rahardjo * FERRY MAHARDIKA * GIAN WAHYUDI * GRACE NATALI, S. Farm. * Handoyo * Hendra Tri Pramono, S. Farm. * HERIBERTUS DWI HARTANTO * Herbudi Kurniawan * I Made Arya Sutama, S. Farm. * Karina Listyani Dewi, S. Farm. * Linda Rostiana Subastian, S. Farm. * MARDONI, S. Farm. * MARIA IVANA GUNAWAN, S. Farm. * Maria Vini Pertiwi, S. Farm. * Meilly Kurniaty, S. Farm. * Meta Anggarini, S. Farm. * Nadia Belinda Suwanto, S. Farm. * Purnama Dewi Yuli Astuti, S. Farm. * RICKA INDRIYANI WIJAYANTI, S. Farm. * RITA, S. Farm. * ROBBYONO, S. Farm. * Robby Wijaya, S. Farm. * STEFANUS HARDJANTO ARIO S. * Thomas Aquino Aditya W., S. Farm. * Tjun Liong, S. Farm. * Valentino Dhiyu Asmoro, S. Farm. * VICKY ARIESTYA CHANDRA * VIENNA GUNAWAN WIJAYA, S. Farm. * VINCENTIUS ANJAR T. * Wibowo Hadi Goutomo * YANUAR HIMAWAN * YOHANES PRABOWO, S. Farm. * Yuda Kristaman * YUSUF FIRMANTA *

“Anggaplah hidup sebagai impian, sulapan, pelembungan busa, pajangan, embun atau kilat. Maka hidup akan mengalir indah.” - Rattana Sutra 32

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

PRAKATA

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul

“Kerjasama Apotek Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Menurut Persepsi

Apoteker Pengelola Apotek Yang Tergabung Dalam Apotek Jaringan Dalam

Rangka Peningkatan Pelayanan Kefarmasian” dapat terselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini tentunya tidak akan berhasil dengan baik tanpa

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu tidak lupa penulis ucapkan

terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma.

2. Drs. Sulasmono, Apt selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia

membimbing, memberi kritik dan saran selama persiapan usulan penelitian,

pelaksanaan penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Bapak Edi Joko Santoso, S.Si., Apt. yang telah bersedia membantu, dan

memberi kritik dan saran selama persiapan usulan penelitian hingga

terselesaikannya daftar pertanyaan yang digunakan selama penelitian.

4. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen penguji yang bersedia untuk

memberikan masukan yang berguna demi peningkatan hasil karya tulis ini.

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

5. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang bersedia untuk

memberikan masukan yang berguna demi peningkatan hasil karya tulis ini.

6. Apoteker Pengelola Apotek di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang telah

bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

7. Ketua ISFI Proponsi DIY beserta pengurus yang telah bersedia untuk

membantu proses validasi dan reliabilitas pertanyaan, serta memberikan surat

rekomendasi Apoteker Pengelola Apotek yang dapat dikunjungi.

8. Gubernur DIY c.q. BAPEDA DIY, untuk ijin yang diberikan dalam

melakukan penelitian ini.

9. Walikota Yogyakarta c.q. Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, untuk ijin yang

diberikan dalam melakukan penelitian ini.

10. Bupati Kabupaten Sleman c.q. BAPPEDA Kabupaten Sleman, untuk ijin yang

diberikan dalam melakukan penelitian ini.

11. Bupati Kabupaten Bantul c.q. BAPPEDA Kabupaten Bantul, untuk ijin yang

diberikan dalam melakukan penelitian ini

12. Papa, Mamaku, dan saudara-saudaraku atas doa dan semangat yang diberikan.

13. Ricka Indiryani Wijayanti, S.Farm. selaku kakak seperguruan yang banyak

membantu dalam skripsi ini.

14. Rita, S. Farm. yang telah banyak membantu penulis dari segi emosi, moral,

mental dan spiritual selama penyusunan skripsi ini.

15. Edi Sugianto S. Farm. yang telah banyak membantu penulis dari segi emosi,

mental dan memacu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini secepatnya.

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

16. Edi Sugianto, S. Farm., Junaidi (a.k.a. A-Fu), Mardoni, S. Farm., Paskalis

Handie, dan Yulius yang menemani penulis selama pengetikan, penyusunan

skripsi ini, dan telah memberi tempat di kos selama penyusunan skripsi ini.

17. Adrianus Arinawa Y., Ema Nillafitaputri K., Heribertus Dwi H., Hendra Tri

Pramono, Stefanus Hardjanto Ario S.; selaku saudara seperguruan yang telah

bersama-sama saling membantu dalam menyusun skripsi.

18. Adrianus Arinawa Y., Adistyawan Yoga Wicaksono, Benny Sugientoro, S.

Farm., Edi Sugianto, S. Farm., Ferry Mahardika, Florentina Dewi ’05,

Hartono Kobero, Heribertus Dwi H., Junaidi (a.k.a. A-Fu), Mardoni, S. Farm.,

Ricka Indiryani Wijayanti, S.Farm., Rita, S. Farm., Stefanus Hardjanto Ario

S., Susanto, Vicky Ariestya C., Yosephine; yang telah hadir dan membantu

proses ujian terbuka dan tertutup penulis sehingga dapat berjalan lancar.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih membalas semua kebaikan-kebaikan

yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai

pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah

pengetahuan dan wawasan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 29 Januari 2007

Penulis

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

INTISARI

Misi praktek farmasi menurut buku Standar Kompetensi Farmasis Indonesia adalah menyediakan obat dan alat-alat kesehatan lain dan memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk menggunakan obat maupun alat kesehatan dengan cara yang benar. Ide penelitian berasal dari pernyataan Ketua BPD – ISFI DKI Jakarta Azwar Daris yang berjudul Peranan Farmasis (Apoteker) Menuju Indonesia Sehat 2010. Pernyataan yang menjadi topik penelitian adalah untuk Apoteker Pengelola Apotek diharapkan melakukan kerjasama yang baik dengan apotek sekitarnya dalam rangka meningkatkan pelayanan pada pasien. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian observasional dengan rancangan penelitian deskriptif. Data diperoleh dari kuisioner yang diisi atau dijawab oleh Apoteker Pengelola Apotek yang apoteknya termasuk dalam suatu apotek jaringan di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sebanyak 25 responden bersedia menjadi responden. Data dianalisis secara statistik deskriptif dalam bentuk persentase, jawaban yang sama dikelompokkan dan dihitung persentasenya serta ditampilkan dalam bentuk gambar dan tabel.

Dari penelitian diperoleh 36 % responden mendefinisikan apotek jaringan sebagai apotek di mana segala sesuatunya terkoordinir dengan suatu sistem kinerja, visi, misi, tujuan yang sama serta mempunyai suatu ciri khas yang menunjukkan identitas jaringannya. Mayoritas responden (76%) merasa tidak diperlukan peraturan tersendiri dalam hukum untuk mengatur apotek jaringan. Jawaban ini berhubungan dengan definisi apotek jaringan dimana apotek jaringan bukan bentuk apotek yang baru tetapi merupakan suatu sistem kerjasama atau bisnis. Sebanyak 92% responden yakin adanya hubungan antara apotek jaringan dengan peningkatan pelayanan kefarmasian. Kata kunci: apotek jaringan, dan peningkatan pelayanan kefarmasian

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

ABSTRACT

Pharmacy’s mission acording to Standar Kompetensi Farmasis Indonesia book’s is to provide drugs and other medical tools and give service to society for using drugs or medical tools with correct way. The idea of research comes from ISFI DKI Jakarta chairman Azwar Daris that announce a paper with the title Peranan Farmasis (Apoteker) Menuju Indonesia Sehat 2010. A line that becomes research topic is for apoteker pengelola apotek was hoped to working together to the others pharmacies in society for increasing service to the patient.

This research is observational studies through descriptive research as the main method. Data obtained from questionnaires filled or answered by apoteker pengelola apotek which his/her pharmacy is a part of networking pharmacy in Daerah Istimewa Yogyakarta, 25 respondents agree to become respondents. Data was analyzed descriptively, as percentage, and presented in diagrams and tables.

From this research, it has been discovered that there were 36 % respondent that define networking pharmacy as a pharmacy where everything coordinated with same system, vision, mission, purpose and have uniqueness that show the identity of the network. Most respondent (76 %) feels didn’t need new regulations to rule networking pharmacy. This answer was connected with networking pharmacy definition where networking pharmacy was not a new model of pharmacy but a working together or business system. Most respondent (92%) sure there is connection between networking pharmacy with the pharmacy service increasing. Key words: networking pharmacy, and pharmacy service increasing

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL……………..…………………………..……………... ii

HALAMAN PERSETUJUAN...……………………………..……………... iii

HALAMAN PENGESAHAN………..…………………………..…............. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN..……………………………..…….............. v

PRAKATA………………………………………………..……………........ vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………..………………… ix

INTISARI………………………………………………..………….............. x

ABSTRACT ................................................................................................... xi

DAFTAR ISI…………………………………….…….……………............. xii

DAFTAR TABEL………………………………..…………………............. xvi

DAFTAR GAMBAR……………………………….…………………......... xvii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………..…………………............. xviii

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang……………………………………………….…….......... 1

1. Permasalahan………………………………………….………........ 2

2. Keaslian penelitian.…………………………………………........... 4

3. Manfaat penelitian………………………….…………………........ 4

B. Tujuan Penelitian………………………………………….……….......... 4

1. Tujuan umum ……………………………………………………… 4

2. Tujuan khusus ................................................................................... 5

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

A. Apotek ............................................……………….…………….............. 7

B. Apoteker ..............................................................….…………....………. 8

C. Apoteker Sebagai Profesi .......................................................................... 9

D. Kode Etik ................................................................................................... 13

E. Pelayanan Kefarmasian Menurut Peraturan Perundang-undangan ............ 15

F. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek ................................................ 17

G. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia ................................................... 19

H. Kesalahan Pelayanan ………………………………………………….… 25

I. Keterangan Empiris ……………………………………………….……… 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian……………………………..…………... 29

B. Definisi Operasional…………………………………….......................... 30

C. Bahan Penelitian……………………………………………..….............. 30

D. Alat Pengumpulan Data……………………………………..…………... 31

E. Tatacara Pengumpulan Data………………………………….…............. 31

F. Analisis Data……………….………………………………..................... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden .......................……………………................... 37

1. Kesediaan APA rekomendasi ISFI-DIY untuk menjadi responden.. 37

2. Jenis kelamin responden ................................................................... 39

3. Pengalaman bekerja sebagai apoteker sebelum bergabung dengan

apotek jaringan .................................................................................

40

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

4. Lama bekerja sebagai APA di apotek jaringan ................................ 41

B. Kerjasama Apotek di Propinsi DIY Menurut Persepsi APA Yang

Tergabung Dalam Apotek Jaringan ......................................................... 42

1. Apotek yang responden kelola tergabung dalam suatu apotek

jaringan .............................................................................................

42

2. Definisi dari apotek jaringan............................................................. 44

3. Peraturan tersendiri dalam hukum untuk mengatur apotek jaringan. 45

4. Persyaratan utama untuk dapat bergabung dalam jaringan .............. 47

5. Sanski-sanksi pada apotek jaringan .................................................. 49

6. Alasan untuk bergabung atau bekerja pada suatu apotek jaringan ... 50

7. Terjadinya peningkatan pelayanan kefarmasian dengan adanya

apotek jaringan .................................................................................

51

8. Kerjasama apotek-apotek dalam satu jaringan ................................. 52

9. Kerjasama dalam jaringan yang dapat meningkatkan pelayanan

kefarmasian ....................................................................................... 54

10. Kelebihan apotek jaringan ................................................................ 55

11. Kekurangan apotek jaringan ............................................................. 56

12. Keidealan jaringan tempat apotek responden bergabung ................. 57

13. Bentuk apotek jaringan yang paling ideal atau paling diharapkan

oleh para responden .......................................................................... 58

C. Masa Depan Apotek Jaringan .................................................................... 60

D. Kesesuaian Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di bidang Apotek

dengan Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia dan Peraturan

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

Perundang-undangan Apotek ................................................................... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan…………………………………………..………….............. 65

B. Saran……………………………………………….………………......... 68

DAFTAR PUSTAKA …………………………..……...……...................... 69

LAMPIRAN ……………………………………………...……................... 72

BIOGRAFI PENULIS ……………………………….……...………......... 93

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel I. Alasan APA rekomendasi ISFI Yogyakarta menolak menjadi

responden ................................................................................ 38

Tabel II. Definisi dari apotek jaringan ................................................... 44

Tabel III. Alasan perlu dan tidak perlunya peraturan tersendiri dalam

hukum untuk mengatur apotek jaringan................................... 46

Tabel IV. Persyaratan utama tiap-tiap jaringan ....................................... 48

Tabel V. Sanksi tiap-tiap jaringan .......................................................... 49

Tabel VI. Alasan bergabung atau bekerja pada suatu apotek jaringan .... 50

Tabel VII. Alasan terjadinya atau tidak terjadinya peningkatan

pelayanan kefarmasian dengan adanya apotek jaringan ......... 52

Tabel VIII. Jenis kerjasama apotek-apotek dalam satu jaringan ................ 53

Tabel IX. Kerjasama dalam jaringan yang dapat meningkatkan

pelayanan kefarmasian ............................................................ 54

Tabel X. Kelebihan apotek jaringan ....................................................... 56

Tabel XI. Kekurangan apotek jaringan .................................................... 57

Tabel XII. Alasan keidealan atau tidak idealnya jaringan ........................ 58

Tabel XIII. Bentuk apotek jaringan yang paling ideal ............................... 59

Tabel XIV. Kesesuaian Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di

bidang Apotek dengan Kode Etik Apoteker/Farmasis

Indonesia dan Peraturan Perundang-undangan Apotek .......... 62

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 1. Kesediaan APA rekomendasi ISFI untuk menjadi

responden.................................................................................. 37

Gambar 2. Jenis kelamin responden .......................................................... 39

Gambar 3. Pengalaman bekerja sebagai apoteker sebelum bergabung

dengan apotek jaringan …........................................................ 40

Gambar 4. Lama bekerja sebagai APA di apotek jaringan ....................... 41

Gambar 5. Apotek yang responden kelola tergabung dalam suatu apotek

jaringan .................................................................................... 42

Gambar 6. Presentase kepemilikan apotek jaringan di DIY ..................... 43

Gambar 7 Peraturan tersendiri dalam hukum untuk mengatur apotek

jaringan .................................................................................... 46

Gambar 8. Terjadinya peningkatan pelayanan kefarmasian dengan

adanya apotek jaringan ............................................................ 51

Gambar 9. Kerjasama apotek-apotek dalam satu jaringan ........................ 53

Gambar 10. Keidealan jaringan tempat apotek responden bergabung ........ 57

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Lampiran 1. Surat Rekomendasi ISFI DIY ……………..........…… 72

Lampiran 2. Surat Izin BAPEDA DIY ……………………………. 75

Lampiran 3. Surat Izin Dinas Perizinan Kota Yogyakarta ................. 76

Lampiran 4. Surat Izin BAPPEDA Kabupaten Sleman ...................... 77

Lampiran 5. Surat Izin BAPPEDA Kabupaten Bantul ....................... 78

Lampiran 6. Surat Keterangan Pergantian Pengurus dan Kegiatan

WIPA ke KOPASFI .......................................................

79

Lampiran 7. Surat Ajakan KOPASFI Kepada Seluruh Apotek di

DIY Untuk Bergabung Dengan KOPASFI ....................

81

Lampiran 8. Surat Pernyataan Peranan Farmasis (Apoteker) Menuju

Indonesia Sehat 2010 .....................................................

83

Lampiran 9. Surat Pengantar Kuisioner Penelitian ………………… 88

Lampiran 10. Kusioner Penelitian …………………………………… 89

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Standar kompetensi farmasis Indonesia menyebutkan bahwa peran

farmasis diharapkan tidak hanya menjual obat seperti yang selama ini terjadi,

tetapi lebih kepada menjamin tersedianya obat yang berkualitas, mempunyai

efikasi, jumlah yang cukup, aman, nyaman bagi pemakainya, dan harga yang

wajar serta pada saat pemberiannya disertai informasi yang cukup memadai,

diikuti pemantauan pada saat penggunaan obat dan akhirnya dilakukan evaluasi.

(Anonim, 2004b)

Filosofi profesi farmasi menurut standar kompetensi farmasis Indonesia

adalah “Pharmaceutical Care”, yang perlu diterjemahkan ke dalam misi, visi, dan

seterusnya. Misi dari praktek farmasi adalah menyediakan obat dan alat-alat

kesehatan lain dan memberikan pelayanan yang membantu orang atau masyarakat

untuk menggunakan obat maupun alat kesehatan dengan cara yang benar.

Pernyataan yang diberi judul peranan farmasis (Apoteker) menuju

Indonesia sehat 2010 telah disebarluaskan di internet. Pernyataan sebanyak 4

lembar tersebut telah diperinci secara jelas, satu persatu perhatian utama atau

fokus tiap-tiap apoteker di manapun dia bertugas. Apoteker Pengelola Apotek

pada poin f, secara tertulis diharapkan: melakukan kerjasama yang baik dengan

apotek sekitarnya dalam rangka meningkatkan pelayanan pada pasien (Daris,

2004).

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

2

Kode etik apoteker / farmasis Indonesia berdasarkan keputusan kongres

nasional XVII ISFI nomor: 007/KONGRES XVII/ISFI/2005 pada tanggal 18 Juni

2005. Pada bab I pasal 5 mengingatkan kepada setiap apoteker / farmasis harus

menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata. Pada bab III pasal 12

telah menganjurkan setiap apoteker / farmasis harus mempergunakan setiap waktu

yang ada untuk meningkatkan kerjasama. (Anonim, 2005a)

Apotek jaringan muncul sebagai suatu sistem kerjasama antar apotek yang

mulai populer dewasa ini. Beberapa apotek jaringan di Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY) berdasarkan rekomendasi ISFI-DIY adalah K-24, JAPISFI,

KIMIA FARMA, dan WIPA. Nama-nama jaringan tersebut merupakan contoh

dari sekian banyak jaringan yang ada.

Dari beberapa latar belakang yang telah disebutkan di atas; muncullah

beberapa permasalahan yang dirasa menarik untuk diteliti dan ditelusuri lebih

dalam oleh peneliti.

1. Permasalahan

Pada penelitian ini timbul beberapa masalah yang akan diteliti; msalah-masalah

tersebut antara lain:

a. apakah para Apoteker Pengelola Apotek (APA) di Propinsi DIY mengetahui

bahwa apotek yang mereka kelola tergabung pada suatu jaringan?

b. apakah definisi dari apotek jaringan menurut para APA?

c. apakah diperlukan suatu peraturan tersendiri dalam hukum untuk mengatur

apotek jaringan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

3

d. apakah ada peraturan atau persyaratan utama tertentu yang perlu dipenuhi

untuk dapat bergabung dalam jaringan tersebut?

e. apakah ada sanksi yang diberlakukan pada anggota jaringan tersebut?

f. apakah yang membuat para APA tertarik untuk bergabung atau bekerja pada

suatu apotek jaringan?

g. apakah dengan adanya apotek jaringan maka dapat meningkatkan pelayanan

kefarmasian?

h. apakah dalam satu jaringan pernah dilakukan suatu kerjasama dalam berbagai

hal?

i. apakah bentuk kerjasama dalam satu jaringan yang dapat meningkatkan

pelayanan kefarmasian?

j. apakah ada kelebihan yang terdapat dalam jaringan tersebut?

k. apakah ada kekurangan yang terdapat dalam jaringan tersebut?

l. apakah jaringan tersebut sudah cukup ideal bagi para APA di Propinsi DIY

yang tergabung di apotek jaringan?

m. bentuk apotek jaringan seperti apakah yang paling ideal atau yang diharapkan

oleh para APA di propinsi DIY yang tergabung di apotek jaringan?

Perkembangan apotek yang semula berdiri sendiri lalu menjadi satu

dibawah suatu jaringan atau sengaja berkumpul beberapa apotek untuk

membentuk jaringan ini apakah juga diikuti dengan meningkatnya pelayanan

kefarmasian pada pasien? apakah jaringan-jaringan ini tetap mengutamakan

pelayanan kefarmasian yang mengacu ke pasien?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

4

2. Keaslian penelitian

Penelitian yang serupa atau sama dengan judul penelitian yang telah

dibabarkan belum pernah dilakukan sebelumnya, begitu juga penelitian dengan

topik penelitian yang sama juga belum pernah dilakukan sebelumnya. Dengan

demikian penyusun dapat memberikan jaminan kepada siapapun untuk keaslian

penelitian ini.

3. Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan oleh peneliti adalah:

a. mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tiap-tiap apotek jaringan yang ada

di DIY,

b. mengetahui bentuk apotek jaringan yang paling ideal atau yang paling

diharapkan oleh para APA, dan

c. dapat dikembangkan apotek jaringan untuk meningkatkan pelayanan terhadap

masyarakat bukan hanya sebagai konsumen semata tetapi juga sebagai pasien.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kerjasama

apotek-apotek yang berada dalam satu jaringan dengan peningkatan pelayanan

kefarmasian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

5

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui apabila Apoteker yang apoteknya tergabung dalam suatu

jaringan di Propinsi DIY tergabung dalam suatu apotek jaringan.

b. Mengetahui definisi dari apotek jaringan menurut para APA.

c. Mengetahui perlu tidaknya suatu peraturan tersendiri dalam hukum untuk

mengatur apotek jaringan.

d. Mengetahui peraturan atau persyaratan utama tertentu yang perlu dipenuhi

untuk dapat bergabung dalam jaringan tersebut.

e. Mengetahui sanksi-sanksi yang diberlakukan pada jaringan tersebut.

f. Mengetahui yang membuat para APA tertarik untuk bergabung atau

bekerja pada suatu apotek jaringan.

g. Mengetahui ada tidaknya peningkatan pelayanan kefarmasian dengan

adanya apotek jaringan.

h. Mengetahui pernah atau tidak pernahnya apotek-apotek dalam satu

jaringan melakukan kerjasama.

i. Mengetahui bentuk kerjasama dalam satu jaringan yang dapat

meningkatkan pelayanan kefarmasian.

j. Mengetahui kelebihan yang terdapat dalam jaringan tersebut.

k. Mengetahui kekurangan yang terdapat dalam jaringan tersebut.

l. Mengetahui jaringan tersebut sudah cukup ideal atau tidak bagi para APA

di propinsi DIY yang tergabung di apotek jaringan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

6

m. Mengetahui bentuk apotek jaringan yang paling ideal atau yang paling

diharapkan oleh para APA di propinsi DIY yang tergabung di apotek

jaringan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Apotek

Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/MENKES/SK/IX/

2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek; apotek adalah tempat

tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi,

perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Anonim, 2004a).

Menurut Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1980 tentang Perubahan atas

Peraturan Pemerintah No.26 tahun 1965 tentang apotek disebutkan dalam pasal 1

bahwa apotek merupakan suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan

kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat. Selanjutnya dalam pasal 2

disebutkan bahwa tugas dan fungsi apotek adalah:

1. tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah

jabatan;

2. sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat;

3. sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang

diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu

sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat,

pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,

serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional (Anonim, 1992),

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

8

dengan demikian jelaslah bahwa apotek bukan sekedar tempat penjualan obat atau

tempat untuk menebus obat yang telah diresepkan oleh dokter, tapi juga

merupakan tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan

farmasi dan atau alat kesehatan termasuk penyerahan obat keras tanpa resep

dokter oleh apoteker.

B. Apoteker

Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/MENKES/SK/IX/

2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek; apoteker adalah sarjana

farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah

berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan

pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker (Anonim, 2004a). Apoteker

Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek

(SIA). Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping

Apoteker Pengelola Apotek dan atau menggantikannya pada jam-jam tertentu

pada hari buka apotek. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan

Apoteker Pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak

berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah memiliki surat

izin kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain

(Anonim, 2002). Asisten apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian

sebagai asisten apoteker. Asisten apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di

apotek di bawah pengawasan Apoteker (Anonim, 1990).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

9

C. Apoteker Sebagai Profesi

Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan

kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi

kebutuhan yang rumit dari manusia, didalamnya pemakaian dengan cara yang

benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan

dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup

sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya; serta adanya

disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang

menyandang profesi tersebut (Basuki,2001).

Sebagai pekerjaan profesi terdapat hubungan khusus diantara sesama

pelaku profesi yang diatur melalui praktek organisasi profesi serta mempunyai

kode etik dan etika profesi, peraturan perundang-undangan, serta mengucapkan

sumpah. Kode etik adalah aturan yang disusun oleh suatu kelompok profesi bagi

kelompok itu sendiri sebagai pedoman perilaku dan panduan dalam bertindak

sehingga terhindar dari perbuatan tercela dan merugikan kelompok profesi

tersebut. Etika profesi yaitu suatu aturan yang mengatur suatu pekerjaan itu boleh

atau tidak dilakukan oleh pelaku profesi sewaktu menjalankan praktek profesinya.

International Pharmaceutical Federation mengidentifikasikan profesi

sebagai suatu kemauan individu apoteker untuk melakukan praktek kefarmasian

sesuai syarat untuk melakukan praktek kefarmasian sesuai syarat legal minimum

yang berlaku serta mematuhi standar profesi dan etika kefarmasian.

Profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. memiliki tubuh pengetahuan yang berbatas jelas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

10

2. pendidikan khusus berbasis “keahlian” pada jenjang pendidikan tinggi

3. memberikan pelayanan kepada masyarakat, praktek dalam bidang

keprofesiannya.

4. memiliki perhimpunan dalam bidang keprofesian yang bersifat otonom

5. memiliki dan memberlakukan kode etik keprofesian

6. memiliki motivasi altruisik (tidak mementingkan diri sendiri,

mendahulukan kepentingan orang lain) dalam memberikan pelayanan

7. proses pembelajaran seumur hidup

8. mendapatkan jasa profesi (Anonim, 2004b)

Goode (1960) dalam buku Sociology For Pharmacists An Introduction

yang ditulis oleh Harding, dkk (1993) merangkumkan ciri-ciri profesi dalam trait

theory.

1. Profesi dapat menentukan standar pendidikan dan pelatihannya sendiri.

2. Calon profesi menjalani masa pendidikan yang intensif dan

membutuhkan proses sosialisasi.

3. Pekerjaan keprofesian dikenal secara legal dengan adanya lisensi.

4. Anggota organisasi profesi harus memiliki lisensi dan mendapat

pengakuan dari masyarakat.

5. Sebagian besar hukum yang mengatur profesi dibuat sendiri oleh

organisasi profesi yang bersangkutan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

11

6. Profesi dapat mengalami peningkatan pendapatan, kekuatan dan status,

dan juga dapat meningkatkan permintaan terhadap pelajar yang

memiliki kecakapan atau kemampuan yang tinggi.

7. Profesi biasanya relatif bebas dari evaluasi masyarakat.

8. Norma yang mengatur profesi dalam menjalankan pekerjaannya

biasanya lebih mengikat daripada hukum yang berlaku.

9. Anggota profesi memiliki rasa pengertian yang kuat antar individu dan

pekerjaannya dalam satu kelompok profesi.

10. Profesi memiliki kesamaan dengan pekerjaan yang seumur hidup.

Apoteker dapat digolongkan sebagai suatu profesi karena menunjukkan

beberapa ciri khusus seperti yang digambarkan dalam ciri-ciri profesi.

1. Monopoli pekerjaan (Monopoly of Practice).

Monopoli pekerjaan yang dilakukan profesi dijamin dan dilindungi oleh

negara. Dengan kata lain, seseorang yang tidak mempunyai pekerjaan sebagai

profesi tidak diperbolehkan untuk melakukan pekerjaan keprofesian. Sejak

1954, apoteker telah mempunyai monopoli ini dengan sedikit pengecualian,

misalnya berinteraksi dengan dokter, legitimasi negara tentang monopoli

selama peracikan dan pembuatan obat. Dewasa ini, apoteker telah memiliki

monopoli hingga penyebaran obat.

2. Memiliki pengetahuan khusus dan pelatihan dalam jangka waktu yang

lama (Specialised knowledge and lengthy training).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

12

Untuk diterima menjadi profesi, seseorang harus menjalani pendidikan

intensif. Masa pendidikan tersebut bervariasi dengan spesialisasi tinggi.

Sedangakan untuk menjadi lulusan farmasi membutuhkan masa pendidikan

tiga sampai empat tahun yang diikuti dengan satu tahun pendidikan profesi.

Pada saat menempuh masa pendidikan, apoteker akan dibekali dengan

pengetahuan dan kemampuan khusus yang disesuaikan dengan tugasnya

dalam mempersiapkan dan menerapkan penggunaan obat secara klinis.

3. Berorientasi pada pelayanan (Service Orientations).

Pernyataan ini menandakan bahwa profesi harus bekerja sebaik-baiknya untuk

memenuhi keinginan client. Profesi tidak diperbolehkan untuk memaksa client

dengan maksud untuk memenuhi kebutuhannya pribadi. Apoteker

dipersiapkan untuk melakukan pelayanan kefarmasian termasuk di dalamnya

menyediakan obat-obatan dan perlengkapannya, membantu terapi pada

penyakit ringan, dan memberikan informasi tentang kesehatan.

4. Pengaturan diri (Self-regulation).

Dewasa ini untuk mengatur pekerjaan, suatu profesi memantau atau

mengawasinya sendiri. Organisasi profesi diperbolehkan untuk mengatur

sistem pendidikan, memutuskan seseorang yang memenuhi persyaratan untuk

menjadi anggota profesi dan memperkirakan seseorang yang berkompeten

dalam menjalankan pekerjaannya

(Harding,1993).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

13

D. Kode Etik

Isi kode etik apoteker/farmasis Indonesia berdasarkan keputusan kongres

nasional XVII ISFI nomor : 007/KONGRES XVII/ISFI/2005 pada tanggal 18

Juni 2005.

KODE ETIK APOTEKER / FARMASIS INDONESIA

MUKADIMAH

Bahwasanya seorang Apoteker/Farmasis di dalam menjalankan tugas kewajibannya serta dalam mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan keridhaan Tuhan Yang Maha Esa Apoteker/Farmasis di dalam pengabdiannya kepada nusa dan bangsa serta di dalam mengamalkan keahliannya selalu berpegang teguh kepada sumpah/janji Apoteker/Farmasis. Menyadari akan hal tersebut Apoteker/Farmasis di dalam pengabdian profesinya berpedoman pada satu ikatan moral yaitu:

KODE ETIK APOTEKER / FARMASIS INDONESIA

BAB I KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1 Sumpah/Janji

Setiap Apoteker/Farmasis harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Apoteker/Farmasis

Pasal 2 Setiap Apoteker/Farmasis harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia

Pasal 3 Setiap Apoteker/Farmasis harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker/Farmasis Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya

Pasal 4 Setiap Apoteker/Farmasis harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya

Pasal 5 Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker/Farmasis harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertantangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

14

Pasal 6 Seorang Apoteker/Farmasis harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain

Pasal 7 Seorang Apoteker/Farmasis harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya

Pasal 8 Seorang Apoteker/Farmasis harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perunddang-undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.

BAB II KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PENDERITA

Pasal 9 Seorang Apoteker/Farmasis dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asasi penderita dan melindungi makhluk hidup insani

BAB III

KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT Pasal 10

Setiap Apoteker/Farmasis harus memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan

Pasal 11 Sesama Apoteker/Farmasis harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan Kode Etik

Pasal 12 Setiap Apoteker/Farmasis harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker/Farmasis di dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.

BAB IV KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS KESEHATAN

LAINNYA Pasal 13

Setiap Apoteker/Farmasis harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati sejawat petugas kesehatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

15

Pasal 14 Setiap Apoteker/Farmasis hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lainnya (Anonim, 2005a).

BAB V PENUTUP

Pasal 15 Setiap Apoteker/Farmasis bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan kode etik Apoteker/Farmasis Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Jika seorang Apoteker/Farmasis baik dengan sengaja maupun tidak sengaja melanggar atau tidak mematuhi kode etik Apoteker/Farmasis Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya (ISFI) dan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

E. Pelayanan Kefarmasian Menurut Peraturan Perundang-undangan

Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek,

bab III pelayanan, disebutkan 3 hal yang harus dilakukan dalam pelayanan di

Apotek:

1. Pelayanan resep. 1.1. Skrining resep

Apoteker melakukan skrining resep meliputi: 1.1.1. persyaratan administratif:

a. Nama, SIP dan alamat dokter. b. Tanggal penulisan resep. c. Tanda tangan /paraf dokter penulis resep. d. Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien. e. Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang minta. f. Cara pemakaian yang jelas. g. Informasi lainnya.

1.1.2. Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,

inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

1.1.3. Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

16

Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan dengan dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.

1.2. Penyiapan obat.

1.2.1. Peracikan. Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.

1.2.2. Etiket Etiket harus jelas dan dapat dibaca. 1.2.3. Kemasan obat yang diserahkan.

Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya.

1.2.4. Penyerahan obat. Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.

1.2.5. Informasi obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis,bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

1.2.6. Konseling. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya,sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau pengguna salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC, astma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

17

1.2.7. Monitoring penggunaan obat. Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC, astma, dan penyakit kronis lainnya.

2. Promosi dan Edukasi.

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya.

3. Pelayanan residensial (Home Care).

Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

(Anonim, 2004a)

F. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek,

disebutkan pada bab I pendahuluan, bahwa pelayanan kefarmasian pada saat ini

telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan

kefarmasian (pharmacutical care). Pelayanan kefarmasian yang semula hanya

berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang

komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (product

oriented menjadi patient oriented).

Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya

kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan. Oleh sebab itu

apoteker dalam menjalankan praktik harus sesuai standar yang ada untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

18

menghindari terjadinya hal tersebut. Apoteker harus mampu berkomunikasi

dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung

penggunaan obat yang rasional (Anonim, 2004a).

Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek,

medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat

selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah

(Anonim, 2004a). Menurut World Health Organization (WHO) dan Council Of

Europe Patient and Medication Safety, medication error adalah semua kegiatan

yang dapat dicegah yang mungkin dapat menyebabkan atau menuju ke

penggunaan medis yang tidak pantas atau penderitaan pasien yang didapatkan

selama medikasi di bawah pengawasan profesional kesehatan; medication error

juga bisa dikarenakan oleh profesional kesehatan; produk kesehatan; prosedur

kerja; sistem-sistem yang tidak jelas, termasuk peresepan; komunikasi; label

produk, kemasan produk, nama produk; peracikan obat; distribusi; jalur

pemejanan; pendidikan; pengawasan; dan penggunaan (Anonim, 2005b)

Standar pelayanan kefarmasian di apotek disusun sebagai pedoman

praktek apoteker dalam menjalankan profesi, untuk melindungi masyarakat dari

pelayanan yang tidak profesional, dan melindungi profesi dalam menjalankan

praktek kefarmasian (Anonim, 2004a).

Pengelolaan Apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

244/MENKES/SK/V/1990 (pasal 10) meliputi:

a. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

19

b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya

c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi.

Pelayanan informasi yang dimaksud meliputi: informasi tentang obat dan

perbekalan farmasi lainnya yang diberikan serta pengamatan dan pelaporan

informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan atau mutu obat dan

perbekalan farmasi lainnya (Anonim, 1990).

G. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia

Ruang lingkup pelayanan kefarmasian meliputi lingkup kegiatan,

tanggung jawab, kewenangan, dan hak. Seluruh ruang lingkup pelayanan

kefarmasian harus dilaksanakan dalam kerangka sistem pelayanan kesehatan yang

berorientasi pada masyarakat. Berikut disebutkan Standard Operating Procedurs

farmasis di apotek:

1. Kompetensi A: asuhan kefarmasian a) Memberikan pelayanan obat kepada pasien atas permintaan dari dokter,

dokter gigi, atau dokter hewan baik verbal maupun non verbal. Tujuan: 1) menjamin bahwa seluruh proses terapi obat pasien yang diberikan

merupakan terapi yang tepat, efektif, aman dan nyaman bagi pasien. 2) mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat mengganggu tujuan

terapi. 3) mencegah timbulnya masalah-masalah dalam terapi obat yang akan

menurunkan kualitas hidup penderita di masa mendatang. 4) memecahkan masalah obat yang aktual maupun potensial. 5) mencapai tujuan terapi sesuai kondisi medis penderita dan sesuai

keinginan penderita. 6) menjamin bahwa kemajuan terapi obat penderita mengarah ke tujuan

terapi. 7) mengatasi masalah baru yang timbul dalam terapi obat dan mencegah

timbulnya masalah lain di masa yang akan datang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

20

b) Memberikan pelayanan kepada pasien atau masyarakat yang ingin melakukan pengobatan mandiri

Tujuan: 1) masyarakat mampu membuat keputusan dalam mengobati gejala

penyakit yang ringan secara aman dan efektif. 2) tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap faktor-faktor yang

perlu diperhatikan dalam pengobatan mandiri. 3) masyarakat mampu mencegah, mengantisipasi dan mengambil

tindakan jika terjadi masalah dalam pengobatan mandiri. 4) meningkatkan efisiensi biaya kesehatan masyarakat.

c) Memberikan pelayanan informasi obat

Tujuan: 1) tersedianya informasi obat yang memadai, terpercaya, relevan,

jelas, pada saat diperlukan. 2) tersedianya sarana pelayanan informasi obat. 3) terpenuhinya kebutuhan penderita dan profesi kesehatan lain akan

informasi obat. 4) peningkatan status kesehatan masyarakat dalam hubungannya

dengan penggunaan obat dan perbekalan kesehatan lain.

d) Memberikan konsultasi obat Tujuan:

1) meningkatkan kepatuhan penderita terhadap regimen pengobatan. 2) mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan yang berkaitan

dengan terapi obat.

e) Melakukan monitoring efek samping obat Tujuan:

1) tersedianya informasi efek samping akibat penggunaan obat. 2) mencegah, meminimalkan dan mengatasi timbulnya efek samping

obat.

f) Melakukan evaluasi penggunaan obat Tujuan:

1) menjamin bahwa terapi obat sesuai dengan standar terapi baik lokal, regional, nasional maupun internasional.

2) membuat pedoman/kriteria penggunaan obat yang tepat. 3) meningkatkan tanggung jawab/akuntabilitas farmasis dalam proses

penggunaan obat. 4) mengontrol biaya obat. 5) identifikasi masalah penggunaan obat yang spesifik.

2. Kompetensi B: akuntabilitas praktek farmasi

a) Menjamin praktek kefarmasian berbasis bukti ilmiah dan etika profesi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

21

Tujuan: tercapainya pengobatan yang rasional dari aspek farmasi berdasarkan bukti ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mendukung meningkatnya kualitas pelayanan.

b) Merancang, melaksanakan, memonitor dan evaluasi dan mengembangkan standar kerja sesuai arahan pedoman yang berlaku. Tujuan: tercapainya standar kerja yang bersifat dinamis yang mendukung profesionalisme farmasis.

c) Bertanggungjawab terhadap setiap keputusan profesional yang diambil. Tujuan: terciptanya praktek kefarmasian yang dapat dipertanggungjawab-kan secara moral, etik, ilmiah dan profesional.

d) Melakukan kerjasama dengan pihak lain yang terkait atau bertindak mandiri dalam mencegah kerusakan lingkungan akibat obat. Tujuan: terhindarnya lingkungan dan umat manusia dari dampak buruk obat.

e) Melakukan perbaikan mutu pelayanan secara terus-menerus dan berkelanjutan untuk memenuhi kepuasan “stakeholder”. Tujuan: terpenuhinya mutu terbaik pelayanan dan untuk memenuhi kepuasan stakeholder.

3. Kompetensi C: manajemen praktis farmasi

a) Merancang, membuat, mengetahui, memahami dan melaksanakan regulasi dibidang farmasi. Penjabaran dari kompetensi tersebut adalah dengan menampilkan semua kegiatan operasional kefarmasian di apotek berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku dari tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional. Tujuan: 1) praktek kefarmasian yang dilakukan memiliki kekuatan hukum. 2) terlindunginya profesi farmasi apabila terjadi tuntutan hukum. 3) terciptanya bentuk praktek kefarmasian yang berpihak kepada pasien

dan masyarakat.

b) Merancang, membuat, melakukan pengelolaan apotek yang efektif dan efisien. Penjabaran kompetensi diatas adalah dengan mendefinisikan falsafah asuhan kefarmasian, visi, misi, isu-isu pengembangan, penetapan strategi, kebijakan, program dan menerjemahkannya ke dalam rencana kerja (Plan of Action). Tujuan: 1) tercapainya tujuan praktek kerfarmasian berdasarkan falsafah asuhan

kefarmasian yaitu meningkatkan dan menjaga kualitas hidup pasien melalui hasil pelayanan asuhan kefarmasian di apotek yang positif.

2) terbentuknya pola pikir farmasi yang stratejik dan mampu mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

22

3) terselenggaranya praktek kefarmasian yang berbasis stratejik.

c) Merancang, membuat, melakukan pengelolaan obat di apotek yang efektif dan efisien. Penjabaran dari kompetensi diatas adalah dengan melakukan seleksi, perencanaan, penganggaran, pengadaan, produksi, penyimpanan, pengamanan persediaan, perancangan dan melakukan dispensing serta evaluasi penggunaan obat dalam rangka pelayanan kepada pasien yang terintegrasi dalam asuhan kefarmasian dan sistem jaminan mutu pelayanan. Tujuan: 1) tersusunnya daftar obat berdasarkan analisis farmakologi, farmako-

epidemiologi dan farmakoekonomi sehingga dapat menjamin kualitas, ketersediaan, keamanan, dan efektifitas penggunaan obat.

2) terciptanya sistem pengadaan yang efisien sehingga dapat menjamin ketersediaan obat yang tepat, dalam jumlah cukup, dengan harga wajar, dan dengan standar kualitas yang telah dikenal dari sumber resmi dan dapat dipertanggungjawabkan.

3) terciptanya sistem penyimpanan dan pengamanan persediaan yang menjamin perpindahan obat dari sumber pemasok sampai ke pengguna dengan proses yang cost-effectiveness dan terpercaya, terhindar dari pemborosan, kerusakan, dan kehilangan, serta menjamin stabilitas / kualitas obat.

4) terciptanya sistem dispensing yang menjamin efektifitas penggunaan obat, dalam dosis dan jumlah yang sesuai dengan yang diresepkan, dengan intruksi yang jelas dan dalam bentuk kemasan yang menjaga potensi obat.

5) tersedianya data yang dapat menggambarkan pola penggunaan obat, memecahkan masalah-masalah penggunaan obat yang spesifik, dan memonitor penggunaan obat dari waktu ke waktu.

6) Terbentuknya sistem informasi yang menjamin bahwa setiap aktifitas kegiatan pengelolaan obat dilakukan secara bertanggung jawab dan menghasilkan keluaran sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan.

d) Merancang organisasi kerja yang meliputi: arah dan kerangka organisasi,

sumber daya manusia, fasilitas, keuangan, termasuk sistem informasi manajemen. Tujuan: 1) terciptanya gambaran yang jelas mengenai falsafah, visi, misi, isu-isu

pengembangan, tujuan, kebijakan, program dan sasaran organisasi, serta penganggaran dan cara evaluasi kegiatan organisasi tempat dilaksanakannya praktek kefarmasian.

2) terbentuknya sistem pengelolaan sumber daya manusia yang efektif yang mendukung tujuan akhir organisasi.

3) tersedianya fasilitas yang memperlancar proses kegiatan dan mendukung jalannya organisasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

23

4) terciptanya sistem akuntasi manajemen yang baik serta dapat digunakan dalam pengambilan keputusan manajemen dan menilai kinerja keuangan organisasi.

5) terbentuknya sistem informasi manajemen yang handal dan bisa dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan, penilaian kenerja organisasi, dan mampu mendeteksi permasalahan yang terjadi.

e) Merancang, melaksanakan, memantau dan menyesuaikan struktur harga

berdasarkan kemampuan bayar dan kembalian modal serta imbalan jasa praktek kefarmasian. Tujuan: terciptanya struktur harga yang rasional dengan mempertimbang-kan perubahan sosial, ekonomi dan politik baik regional, nasional maupun internasional meliputi kemampuan bayar untuk kepuasan konsumen, kemajuan institusi pemberi pelayanan, penghargaan terhadap profesi, pengembalian investasi dan prinsip-prinsip efisiensi dan aspek-aspek lain.

f) Memonitor dan evaluasi penyelenggaraan seluruh kegiatan operasional mencakup aspek manajemen maupun asuhan kefarmasian yang mengarah pada kepuasan konsumen. Tujuan: digunakannya hasil evaluasi sebagai gambaran situasi untuk alat perumusan strategi dan pengambilan keputusan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan secara berkesinambungan.

4. Kompetensi D: komunikasi farmasi a) Memantapkan hubungan profesional antara farmasis dengan pasien dan

keluarganya dengan sepenuh hati dalam suasana kemitraan untuk menyelesaikan masalah terapi obat pasien. Tujuan: 1) tercipta komunikasi yang efektif dan etis dengan pasien dan atau

dengan keluarganya sehingga tujuan terapi dapat tercapai. 2) terhindar dari kesalahpahaman komunikasi yang berakibat pada tidak

tercapainya tujuan terapi dan ketidakpuasan konsumen serta turunnya citra profesi.

b) Memantapkan hubungan profesional antara farmasis dengan tenaga

kesehatan lain dalam rangka mencapai keluaran terapi yang optimal khususnya dalam aspek obat. Tujuan: 1) meningkatnya kualitas keputusan farmakoterapi yang tercermin dalam

pola penulisan resep yang rasional dan evaluasi efektifitas pengobatan. 2) meningkatnya kemampuan perawat dalam memberikan obat kepada

pasien secara tepat. 3) terciptanya profil farmasis yang profesional sebagai bagian dari tenaga

kesehatan yang ahli dalam bidang obat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

24

c) Memantapkan hubungan dengan semua tingkat atau lapisan manajemen dengan bahasa manajemen berdasarkan atas semangat asuhan kefarmasian. Tujuan: 1) terciptanya hubungan yang harmonis dengan semua tingkat

manajemen dalam kerangka pencapaian visi dan misi bersama atau institusi.

2) tercapainya persepsi yang sama tentang visi, misi, tujuan asuhan kefarmasian dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan.

d) Memantapkan hubungan dengan sesama farmasis berdasarkan saling

menghormati dan mengakui kemampuan profesi demi tegaknya martabat profesi. Tujuan: tercipta suasana harmonis dalam hubungan kolegial antar farmasis sehingga terhindar dari pebuatan tercela dan tercapai kepuasan stakeholder secara optimal.

5. Kompetensi E: pendidikan dan pelatihan farmasi

a) Memotivasi, mendidik dan melatih farmasis lain dan mahasiswa farmasi dalam penerapan asuhan kefarmasian Tujuan: tertanamnya rasa tanggung jawab dan kesadaran pada setiap diri farmasis untuk ikut mengembangkan pendidikan dan pelatihan bagi farmasis generasi mendatang.

b) Merencanakan dan melakukan aktivitas pengembangan staf, bagi teknisi di bidang farmasi, pekerja, dan juru resep dalam rangka peningkatan efiseinsi dan kualitas pelayanan farmasi yang diberikan. Tujuan: meningkatnya kualitas sumber daya insan farmasi yang berkelanjutan dalam kerangka peningkatan kualitas pelayanan farmasi.

c) Berpartisipasi aktif dalam pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas diri dan kualitas praktek kefarmasian. Tujuan: terciptanya farmasis yang berpikir kritis dan memiliki aksesibilitas tinggi terhadap perubahan di pelayanan kesehatan pada umumnya dan praktek kefarmasian pada khususnya, serta terhadap temuan-temuan baru di bidang pelayanan kesehatan termasuk praktek kefarmasian.

d) Mengembangkan dan melaksanakan program pendidikan dalam bidang

kesehatan umum, penyakit dan manajemen terapi kepada pasien, profesi kesehatan dan masyarakat. Tujuan: 1) terbentuknya pasien dan masyarakat yang terdidik perihal kesehatan

secara umum, dan khususnya terlatih dalam hal pengelolaan pengobatan untuk diri sendiri atau keluarganya.

2) terciptanya kerjasama yang kolegial dengan profesi kesehatan lain dalam berbagi informasi bidang kesehatan umum dan obat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

25

6. Kompetensi F: penelitian dan pengembangan farmasi a) Melakukan penelitian dan pengembangan, mempresentasikan dan

mempublikasikan hasil penelitian dan pengembangan kepada masyarakat dan profesi kesehatan lainnya. Tujuan: 1) tumbuhnya semangat, kreativitas dan inovasi untuk melakukan

penelitian dan pengembangan sebagai upaya pengembangan dan perbaikan praktek kefarmasian.

2) terciptanya dan terlaksananya suatu sistem penelitian dan pengembangan obat yang sesuai dengan standar yang telah dikenal serta dapat dipresentasikan dan dipublikasikan secara ilmiah.

b) Menggunakan hasil penelitian dan pengembangan sebagai dasar dalam

pengambilan keputusan dan peningkatan mutu praktek kefarmasian. Tujuan: terciptanya budaya untuk selalu menggunakan data dan hasil penelitian dan pengembangan dalam pengambilan keputusan serta pengembangan dan peningkatan praktek kefarmasian.

(Anonim, 2004b)

H. Kesalahan Pelayanan

Menurut Elu (2005) kesalahan dari pelayanan kesehatan yang ada di

Indonesia hampir serupa dengan yang melanda Amerika Serikat. Perkembangan

terakhir tentang persaingan pelayanan kesehatan yang tidak terkendali di Amerika

Serikat dikemukakan oleh Michael Porter dan Elizabeth Olmsted Teisberg dalam

Redefining Competition in Helath Care (Harvard Business Review, Juni 2004),

dalam artikel tersebut disebutkan ada 8 kesalahan kompetisi pelayanan kesehatan,

yaitu:

1. level persaingan;

2. sasaran;

3. bentuk persaingan;

4. wilayah pemasaran;

5. strategi dan struktur;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

26

6. informasi;

7. pemilik sarana; dan

8. motivasi karyawan.

Sistem pelayanan kesehatan yang berbasis nilai akan berkembang atau

menyusut, tergantung dari sumber daya manusianya dalam menjalankan fungsi

profesionalnya. Sumber daya manusia yang dimaksudkan, tidak lain adalah

farmasis atau apoteker. Peran farmasis yang digariskan oleh WHO yang dikenal

dengan istilah “seven stars pharmacist” meliputi:

1. care-giver. Farmasis sebagai pemberi pelayanan dalam bentuk pelayanan

klinis, analitis, teknis, sesuai peraturan perundang-undangan. Dalam

memberikan pelayanan, farmasis harus berinteraksi dengan pasien secara

individu maupun kelompok, farmasis harus mengintegrasikan pelayanannya

pada sistem pelayanan kesehatan secara berkesinambungan dan pelayanan

farmasi yang dihasilkan harus bermutu tinggi.

2. decision-maker. Farmasis mendasarkan pekerjaannya pada kecukupan, ke-

efikasian dan biaya yang efektif dan efisien terhadap seluruh penggunaan

sumber daya misalnya sumber daya manusia, obat, bahan kimia, peralatan,

prosedur, pelayanan dan lain-lain. Untuk mencapai tujuan tersebut

kemampuan dan ketrampilan farmasis perlu diukur untuk kemudian hasilnya

dijadikan dasar dalam penentuan pendidikan dan pelatihan yang diperlukan.

3. comunicator. Farmasis mempunyai kedudukan penting dalam berhubungan

dengan pasien maupun profesi kesehatan yang lain, oleh karena itu harus

mempunyai kemampuan berkomunikasi yang cukup baik. Komunikasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

27

tersebut meliputi komunikasi verbal, nonverbal, mendengar dan kemampuan

menulis, dengan menggunakan bahasa sesuai dengan kebutuhan.

4. leader. Farmasis diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.

Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan

yang empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan

mengelola hasil keputusan.

5. manager. Farmasis harus efektif dalam mengelola sumber daya (manusia,

fisik, anggaran) dan informasi, juga harus dapat dipimpin dan memimpin

orang lain dalam tim kesehatan. Lebih jauh lagi farmasis mendatang harus

tanggap terhadap kemajuan teknologi informasi dan bersedia berbagi

informasi mengenai obat dan hal-hal lain yang berhubungan dengan obat.

6. life-long leaner. Farmasis harus senang belajar sejak dari kuliah dan semangat

belajar harus selalu dijaga walaupun sudah bekerja untuk menjamin bahwa

keahlian dan ketrampilannya selalu baru (up-date) dalam melakukan praktek

profesi. Farmasis juga harus mempelajari cara belajar yang efektif.

7. teacher. Farmasis mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan melatih

famasis generasi mendatang. Partisipasinya tidak hanya dalam berbagi ilmu

pengetahuan baru satu sama lain, tetapi juga kesempatan memperoleh

pengalaman dan peningkatan ketrampilan.

(Anonim,2004b)

Hamel dan Prahalad (1998) mengemukakan bahwa kompetisi inti memiliki tiga

kriteria untuk dapat berkembang, yaitu:

1. memberikan keuntungan riil bagi konsumen,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

28

2. sulit untuk ditiru, dan

3. dapat mengakses berbagai tekanan pasar.

Pelayanan yang berbasis sistem nilai berpandangan bahwa kepuasan bagi

konsumen berasal dari:

1. informasi yang diperoleh, bukan siasat penjualan,

2. hubungan antar subjek, bukan hanya transaksi, dan

3. kualitas, bukan banyaknya pilihan yang ditawarkan.

(Knox & Makalan, 1998)

Elu (2005) mengemukakan bahwa pandangan konsumen masih dianggap

sebagai pembeli produk jasa dan bukan sebagai salah satu penentu pasar sekaligus

investor keuangan bagi perusahaan adalah suatu kesalahan terbesar dalam

pelayanan kesehatan. Begitu juga dengan hilangnya kendali pemerintah terhadap

kebijakan obat nasional (Konas) yang memuat syarat-syarat registrasi dan

pengawasan harga, sehingga harga eceran tertinggi obat untuk tiap-tiap daerah

atau bahkan tiap-tiap apotek sangat bervariatif dan dapat mempengaruhi

pelayanan kesehatan.

I. Keterangan Empiris

Penelitian yang dilakukan pada dasarnya ingin mengetahui bentuk apotek

jaringan yang dirasa paling ideal dan dapat meningkatkan pelayanan kefarmasian

oleh para APA yang tergabung dalam suatu apotek jaringan dan berada di propinsi

DIY.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian dengan judul “Kerjasama Apotek Di Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta Menurut Persepsi Apoteker Pengelola Apotek Yang Tergabung

Dalam Apotek Jaringan Dalam Rangka Peningkatan Pelayanan Kefarmasian” ini

termasuk jenis penelitian observasional dengan rancangan penelitian deskriptif

non-analitik. Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan

dengan sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti. Arti luas observasi

sebenarnya tidak terbatas pada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Pengamatan tidak langsung misalnya melalui kuisioner

dan test (Hadi,2004). Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang berusaha

untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data,

jadi penelitian ini juga menyajikan data yang ada dilapangan. Penelitian survei

biasanya termasuk dalam penelitian ini. Penelitian deskriptif bertujuan untuk

pemecahan masalah secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-

sifat populasi (Narbuko, 2005). Penelitian dengan sifat non-analitik terbatas pada

usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana

adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta. Hasil penelitian

ditekankan pada penggambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari

obyek yang diselidiki (Nawawi, 1998).

29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

30

B. Definisi Operasional Penelitian

1. Apotek yang dimaksud adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan

kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

kepada masyarakat di propinsi DIY yang masih aktif sampai saat ini dan

tergabung dalam suatu apotek jaringan.

2. Apoteker Pengelola Apotek (APA) yaitu adalah apoteker yang telah diberi

Surat Izin Apotek (SIA) dan yang mengelola apotek-apotek di propinsi DIY

yang masih aktif sampai saat ini dan tergabung dalam suatu Apotek jaringan.

3. Apotek jaringan adalah gabungan apotek-apotek yang direkomendasikan oleh

ISFI-DIY dalam surat ISFI-DIY No:42/ISFI-DIY/B/IV/06 (Lampiran 1).

4. Pelayanan kefarmasian adalah suatu bentuk pelayanan dan tanggungjawab

langsung profesi apoteker kepada pasien di apotek untuk meningkatkan

kualitas hidup pasien.

5. Pasien adalah semua masyarakat yang menggunakan jasa apoteker di apotek-

apotek di DIY.

C. Bahan Penelitian

Bahan pada penelitian ini adalah data-data yang terkumpul dari hasil

pengisian kuisioner yang dilakukan oleh seluruh APA di Propinsi DIY pada bulan

Maret-Juni 2006.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

31

D. Alat Pengumpul Data

Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data berupa kuisioner yang

berisi tentang:

1. karakteristik responden

2. kerjasama apotek-apotek di Propinsi DIY menurut persepsi APA yang

tergabung dalam Apotek jaringan.

Pertanyaan tentang karakteristik responden berjumlah 4 pertanyaan. Pertanyaan

mengenai kerjasama apotek-apotek di Propinsi DIY menurut persepsi APA yang

tergabung dalam Apotek jaringan berjumlah 13 pertanyaan.

E. Tatacara Pengumpulan Data

1. Membuat angket atau kuisioner

Kuisioner adalah usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan

sejumlah pertanyaan tertulis, untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden

(Nawawi, 1998). Kuisioner pada penelitian ini termasuk kuisioner langsung dan

tipe isian-terbuka. Kuisioner langsung adalah kuisioner yang daftar pertanyaan

dikirmkan langsung kepada responden untuk mengisi sesuai pendapat tiap-tiap

responden. Kuisioner tipe isian-terbuka adalah kuisioner yang menyediakan

kesempatan bagi responden untuk menjawab pertanyaan sebebas-bebasnya, tanpa

disediakan pilihan-pilihan jawaban untuk tiap-tiap pertanyaan (Hadi, 2004).

a. Penyusunan kuisioner

Dalam membuat pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner penulis

dibantu oleh dosen pembimbing. Kuisioner yang dibuat berisi 13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

32

pertanyaan yang akan diserahkan kepada APA yang tergabung dalam

suatu Apotek jaringan yang berada di Propinsi DIY untuk diisi.

b. Uji validitas isi

Validitas berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat

ukur dalam melaksanakan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrument

pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat

tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang

sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2003b).

Pada prakteknya tidak tersedia kriteria obyektif untuk mengecek

validitas alat pengukur yang baru disusun untuk suatu riset. Dalam

keadaan ini peneliti dapat bekerja-sama dengan orang-orang yang

dipandang memiliki kompetensi untuk mengadakan penilaian terhadap

obyek atau gejala yang hendak diteliti dan menggunakannya sebagai

kriteria validasi (Hadi, 2004). Uji validitas isi dilakukan bersama dengan

dosen pembimbing dan diujikan kepada 5 APA yang berada di luar sampel

tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan responden dan bersedia

untuk mengisi kuisioner. Uji ini dilakukan dengan melihat kesesuaian isi

kuisioner dengan kawasan isi obyek yang diukur dengan berpedoman pada

undang-undang, peraturan pemerintah, standar kompetensi farmasis

Indonesia dan kode etik apoteker. Tujuan dilakukannya uji ini adalah

untuk melihat kesesuaian pertanyaan dengan tujuan yang akan dicapai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

33

c. Uji reliabilitas isi

Reliabilitas adalah suatu istilah yang dipakai untuk menunjukkan

sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran

diulangi dua kali atau lebih (Masri, 1989). Suatu pertanyaan (alat ukur)

dikatakan tepat apabila pertanyaan tersebut mudah dimengerti dan

terperinci. Suatu alat ukur dikatakan homogen apabila pertanyaan yang

dibuat untuk mengukur suatu karakteristik mempunyai kaitan yang erat

satu sama lain (Adi, 2004).

Menurut Azwar (2003a), reliabilitas suatu kuisioner tidak perlu

diuji lagi karena pertanyaan dalam angket atau kuisioner berupa

pertanyaan langsung terarah pada informasi mengenai data yang hendak

diungkap. Data yang termaksud berupa fakta atau opini yang menyangkut

diri responden. Reliabilitas hasil angket terletak pada terpenuhinya asumsi

bahwa responden akan menjawab dengan jujur seperti apa adanya.

Uji reliabilitas angket atau kuisioner ini dilakukan dengan

mengadakan survei awal, yaitu dengan mengujikan kuisioner kepada 5

APA yang berada di luar sampel tetapi memiliki karakteristik yang sama

dengan responden dan bersedia untuk mengisi kuisioner.

2. Menentukan besarnya populasi

Walpole (1988) mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan yang

menjadi perhatian. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut

ukuran populasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

34

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari

manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test, atau

peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu

dalam suatu penelitian (Nawawi, 1998). Populasi pada penelitian ini adalah

seluruh APA yang mengelola apotek-apotek, di mana Apotek tersebut tergabung

dalam suatu Apotek Jaringan, berada di Propinsi DIY dan masih aktif sampai saat

ini serta bersedia melakukan wawancara.

Penentuan populasi selama penelitian dibantu oleh ISFI-DIY, di mana

ISFI-DIY memberikan rekomendasi kepada peneliti nama-nama jaringan beserta

APA-nya yang dapat bekerjasama dalam penelitian. Terdapat 4 jaringan yang

direkomendasikan, dan 35 APA yang terbagi ke dalam 4 jaringan tersebut. Dari

ke-35 APA yang direkomendasikan, hanya 25 APA yang bersedia mengisi

kuisioner. Penelitian ini tidak memakai sampel, melainkan memakai seluruh

populasi sebagai sampel penelitian.

3. Penyebaran angket atau kuisioner

Cara yang dilakukan untuk menyebarkan angket atau kuisioner adalah

secara langsung kepada APA yang merupakan responden dalam penelitian ini.

Peneliti menjelaskan terlebih dahulu kepada APA maksud dari angket atau

kuisioner dan pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalamnya. Peneliti juga

memberikan dua pilihan pengisian angket kepada APA.;

a. Mengisi kuisoner langsung di depan peneliti sambil wawancara, terdapat 3

APA yang memilih cara ini. Wawancara adalah proses tanya-jawab dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

35

penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih

bertatap muka mendengarkan dan atau mencatat secara langsung

informasi-informasi atau keterangan-keteranan yang diberikan.

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini bersifat terpimpin, yang

berarti wawancara dilakukan dengan menggunakan panduan dari daftar

pertanyaan kuisioner sebagai pedoman untuk memimpin jalannya

wawancara, selain itu wawancara dengan metode ini memungkinkan juga

bagi pihak yang ditanya untuk mempelajari daftar isi pertanyaan yang

diajukan terlebih dahulu sehingga waktu wawancara berlangsung proses

tanya-jawab dapat berjalan dengan lebih lancar (Narbuko,2005).

b. Meninggalkan kuisoner kepada APA dan menjelaskan kepadanya semua

pertanyaan dan memberikan batas waktu untuk mengisi kuisoner tersebut;

terdapat 22 APA yang memilih cara ini.

4. Pengumpulan kuisioner

Kuisioner sedapat mungkin dikumpulkan pada saat penyebaran

kuisioner sehingga diharapkan jumlah kuisioner yang dikumpulkan sama

dengan jumlah kuisioner yang dibagikan. Bila ada kemungkinan responden

tidak dapat mengisi kuisioner yang diberikan maka kuisioner ditinggal selama

beberapa hari kemudian diambil lagi pada hari yang sudah ditentukan. Waktu

penyebaran hingga pengumpulan kuisioner dilakukan pada bulan Maret-Juni

2006.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

36

5. Melakukan pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan cara melakukan pengelompokan

jawaban dan perhitungan jumlah dari masing-masing jawaban kuisioner yang

telah diisi oleh responden, kemudian dilakukan interpretasi data hasil

penelitian dengan melihat persentase jawaban responden.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif yaitu dengan

persentase. Data ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Data responden yang didapatkan selama proses pengambilan data

meliputi: kesediaan Apoteker Pengelola Apotek (APA) rekomendasi ISFI-DIY

yang bersedia menjadi responden, jenis kelamin responden, pengalaman bekerja

sebagai apoteker sebelum bergabung dengan apotek jaringan, lama bekerja

sebagai APA di apotek jaringan.

1. Kesediaan APA rekomendasi ISFI-DIY untuk menjadi responden

Terdapat 4 jaringan yang direkomendasikan oleh ISFI-DIY; yaitu

JAPISFI, WIPA, Kimia Farma, dan K-24. Diketahui terdapat 35 APA yang

masing-masing tergabung dalam salah satu dari ke-4 jaringan diatas. Dari 35 APA

yang direkomendasikan ISFI-DIY hanya 25 APA yang bersedia menjadi

responden dan 10 APA menolak, hasilnya dapat dilihat pada gambar 1.

Kesediaan APA Rekomendasi ISFI-DIY Untuk Menjadi Responden

71%

29%

BersediaMenolak

Gambar 1. Kesediaan APA rekomendasi ISFI-DIY untuk menjadi responden

37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

38

Adapun alasan beberapa APA hasil rekomendasi ISFI DIY yang menolak

menjadi responden dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel I. Alasan APA rekomendasi ISFI-DIY menolak menjadi responden Alasan Presentase

1. Tidak aktif di jaringan 40 % 2. Belum ada ijin dari pengelola jaringan 20 % 3. APA sudah lebih dari 2 bulan tidak ke Apotek 20 % 4. Dalam proses mengundurkan diri dari jaringan tersebut 10 % 5. Hanya memakai nama jaringan 10 %

Data dari responden menunjukkan sebanyak 4 APA (40%) menyatakan

bahwa mereka sudah tidak aktif lagi di jaringan di mana apotek mereka tergabung,

sehingga mereka taku memberikan jawaban yang tidak benar mengenai jaringan

tersebut. Dua APA (20%) yang sudah 2 bulan tidak pernah hadir ke apotek, hal ini

diketahui peneliti setelah ditanyakan kepada orang yang diserahi untuk mengurus

Apotek tersebut. Dua APA (20%) lainnya menolak menjadi responden

dikarenakan belum ada ijin dari pengelola jaringan untuk menjadi responden

sampai batas tanggal ijin penelitian dari Bapeda DIY sehingga mereka menolak

utuk dijadikan responden. Satu APA (10%) menolak menjadi responden,

dikarenakan sedang dalam proses mengundurkan diri dari jaringan, maka dia

merasa bukan lagi bagian dari responden penelitian sehingga menolak mengisi

kuisioner. Satu APA yang menolak menjadi responden dikarenakan hanya nama

dan ciri apotek-nya saja yang sama dengan jaringan tersebut tetapi untuk

pengelolaan dan lainnya dikelola tersendiri atau sama sekali tidak berhubungan

dengan jaringan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

39

2. Jenis kelamin responden

Dari penelitian terhadap 25 responden, diketahui bahwa sebanyak 44 %

(11 orang) APA yang bersedia menjadi responden berjenis kelamin laki-laki,

sementara sebnyak 56 % (14 orang) APA yang bersedia menjadi responden

berjenis kelamin perempuan.

Jenis Kelamin Responden

44%

56%

laki-lakiperempuan

Gambar 2. Jenis kelamin responden

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa perbandingan jumlah APA yang

berjenis kelamin laki-laki dan perempuan di apotek jaringan di DIY hampir

merata, bahkan condong lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan. Terdapat

dugaan karena jam kerja di apotek yang tidak begitu terikat dan peluang pekerjaan

yang lebih banyak dibandingkan dengan bidang industri dan bidang rumah sakit,

sehingga lebih banyak perempuan yang memilih untuk bekerja sebagai APA

daripada kerja di bidang industri dan bidang rumah sakit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

40

3. Pengalaman bekerja sebagai Apoteker sebelum bergabung dengan

Apotek Jaringan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui seluruh responden

mempunyai pengalaman bekerja sebagai apoteker. Sebanyak 72 % (18 APA)

mempunyai pengalaman sebagai apoteker lebih dari 4 tahun sebelum bergabung

atau menjadi APA di Apoteknya saat ini, 28 % (7 APA) mempunyai pengalaman

sebagai apoteker kurang dari 4 tahun. Dipilihnya 4 tahun sebagai patokan oleh

peneliti, karena disesuaikan dengan salah satu jaringan yang mensyaratkan

pengalaman bekerja sebagai apoteker minimal 4 tahun untuk dapat menjadi APA

salah satu apotek di jaringan tersebut.

Pengalaman bekerja sebagai Apoteker sebelum bergabung dengan Apotek Jaringan

28%

72%

< 4 tahun> 4 tahun

Gambar 3. Pengalaman bekerja sebagai apoteker sebelum bergabung

dengan apotek jaringan

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa sebanyak 72 % responden sudah

memiliki minimal pengalaman sebagai apoteker selama 4 tahun sebelum

responden menjadi APA di Apotek Jaringan tempat mereka bekerja saat ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

41

4. Lama bekerja sebagai APA di Apotek Jaringan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak (6 APA) responden sudah

bekerja lebih dari 6 tahun bekerja sebagai APA di apotek jaringan, sebanyak (12

APA) sudah bekerja antara 4-6 tahun sebagai sebagai APA di apotek jaringan dan

sebanyak (7 APA) sudah bekerja kurang dari 4 tahun sebagai APA di Apotek

Jaringan.

Lama Bekerja Sebagai APA di Apotek Jaringan

28%

48%

24%< 4 tahun4-6 tahun> 6 tahun

Gambar 4. Lama bekerja sebagai APA di Apotek Jaringan

Dari data tersebut dapat dilihat sebanyak 48 % responden sudah memiliki

pengalaman sebagai APA di apotek jaringan sebanyak 4-6 tahun, diduga kuat

bahwa Apotek Jjaringan di DIY sudah layak dan dapat memberikan bantuan

kepada para APA yang masih baru di bidang apotek jaringan dari pengalaman

mereka. Pada waktu yang akan datang diharapkan jaringan-jaringan yang ada di

DIY dapat berkembang seiring bertambahnya anggota dan terjadi pengurangan

terhadap apotek yang tutup, dikarenakan APA-nya tidak memiliki pengalaman

dan belum siap untuk menghadapai berbagai kendala di apotek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

42

B. Kerjasama Apotek di Propinsi DIY Menurut Persepsi APA Yang

Tergabung Dalam Apotek Jaringan

1. Apotek yang responden kelola tergabung dalam suatu Apotek Jaringan

Hasil 100 % menunjukkan seluruh responden menyadari sepenuhnya

bahwa apotek yang dikelola merupakan anggota jaringan. Berikut pada gambar 5,

diperlihatkan bentuk diagramnya:

Apotek Yang Responden Kelola Tergabung Dalam Suatu Apotek Jaringan

100%

0%

YaTidak

Gambar 5. Apotek yang responden kelola tergabung dalam suatu apotek

jaringan

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa seluruh responden sadar betul

bahwa apotek yang dikelolanya merupakan bagian dari suatu jaringan. Hal ini

juga menunjukkan bahwa tidak ada responden yang tidak sesuai dengan definisi

operasional penelitian, dimana pada definisi operasional penelitian disebutkan

bahwa APA yang menjadi responden mengelola apotek-apotek di propinsi DIY

dan masih aktif sampai saat ini serta tergabung ke dalam apotek jaringan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

43

Pada gambar 6 di bawah ini ditunjukkan presentase kepemilikan apotek

jaringan di DIY. 64 % apotek jaringan yang ada di DIY dimiliki oleh APA,

sementara 36 % sisanya dimiliki oleh non-APA. Pada jaringan JAPISFI, semua

anggotanya yang bersedia menjadi responden merupakan pemilik sarana apotek

(PSA) sekaligus APA masing-masing apotek. Pada jaringan WIPA, memiliki PSA

yang sama untuk semua anggotanya yang bersedia menjadi responden, dimana

PSA-nya juga merupakan APA. Pada jaringan K-24 dan Kimia Farma, memiliki

PSA yang non – APA; jaringan K-24 yang ada di DIY dimiliki oleh seorang

dokter, sementara jaringan Kimia Farma merupakan milik negara.

Presentase Kepemilikan Apotek Jaringan di DIY

64%

36%

PSA = APA PSA = Non - APA

Gambar 6. Presentase kepemilikan apotek jaringan di DIY

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

44

2. Definisi dari Apotek Jaringan

Pada tabel II akan disajikan definisi dari apotek jaringan menurut para

responden. Dapat dilihat bahwa 36 % responden mendefinisikan apotek jaringan

sebagai apotek dimana segala sesuatunya terkoordinir dengan suatu sistem

kinerja, visi, misi, tujuan yang sama serta mempunyai suatu ciri khas yang

menunjukkan identitas jaringannya. 24 % responden mendefinisikannya sebagai:

salah satu bentuk bisnis apotek yang dikelola secara otonom dengan mekanisme

kerja tertentu yang terikat, kolektif untuk mencapai tujuan profesionalisme

apoteker, efisiensi apotek dan menambah keeratan hubungan antar apotek.

Tabel II. Definisi dari apotek jaringan Definisi Presentase

1. Apotek di mana segala sesuatunya terikat dengan suatu sistem kinerja, visi, misi, tujuan yang sama serta mempunyai suatu ciri khas yang menunjukkan identitas jaringannya.

36 %

2. Salah satu bentuk bisnis apotek yang dikelola secara otonom dengan mekanisme kerja tertentu yang terikat, kolektif untuk mencapai tujuan profesionalisme apoteker, efisiensi apotek dan menambah keeratan hubungan antar apotek.

24 %

3. Suatu bentuk kebijakan manajemen dalam mengelola beberapa apotek. 12 %

4. Apotek yang saling kerjasama satu sama lain. 12 % 5. Kumpulan beberapa apotek yang mempunyai sistem, dan tujuan

sama dimana pada pengelolaannya terdapat salah satu apotek yang dijadikan koordinator.

8 %

6. Suatu bentuk kerjasama antar apotek yang efektif dan saling menguntungkan.

8 %

Sebagian besar jawaban sudah mengacu ke standar kompetensi farmasis

Indonesia, kompetensi C: manajemen praktis farmasi poin (b) yang tertulis

merancang, membuat, melakukan pengelolaan apotek yang efektif dan efisien.

Penjabaran kompetensi di atas adalah dengan mendefinisikan falsafah asuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

45

kefarmasian, visi, misi, isu-isu pengembangan, penetapan strategi, kebijakan,

program dan menerjemahkannya ke dalam rencana kerja (Plan of Action). Apotek

jaringan yang didefinisikan oleh sebagian besar responden sudah sesuai dengan

prinsip standar kompetensi farmasi Indonesia, dan apotek jaringan bukan bentuk

apotek baru melainkan merupakan suatu sistem kerjasama atau bisnis antar apotek

yang terorganisir menjadi satu kesatuan.

Masyarakat sebagai konsumen dan pasien dari apotek jaringan hendaknya

juga diberi pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang definisi dari apotek

jaringan. Pada jangka pendek perlu juga diperhatikan harapan dari masyarakat

terhadap adanya apotek jaringan, sehingga timbul suatu hubungan yang saling

menguntungkan dari apotek jaringan ke masyarakat.

3. Peraturan tersendiri dalam hukum untuk mengatur Apotek Jaringan

Apotek jaringan sampai saat ini belum ada peraturan tersendiri dalam

hukum yang mengatur segala sesuatunya tentang apotek jaringan. Satu-satunya

peraturan khusus yang ada sampai saat ini hanya dapat diambil dari peraturan

tentang waralaba. Gambar 7 menunjukkan sebanyak 76 % responden menyatakan

tidak perlu adanya peraturan tersendiri dalam hukum untuk mengatur apotek

jaringan, sementara sisanya (24 % responden) menyatakan perlu adanya peraturan

tersendiri dalam hukum untuk mengatur apotek jaringan. Pada gambar 7 akan

dilihat pembagiannnya secara jelas, sementara untuk alasan-alasannya dapat

dilihat selengkapnya pada tabel III.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

46

Peraturan Tersendiri Dalam Hukum Untuk Mengatur Apotek Jaringan

24%

76%

PerluTidak Perlu

Gambar 7. Peraturan tersendiri dalam hukum untuk mengatur apotek

jaringan

Tabel III. Alasan perlu dan tidak perlunya peraturan tersendiri dalam hukum untuk mengatur apotek jaringan

Jawaban Alasan Presentase1. Perlu batasan pasti yang membedakan antara

apotek jaringan dengan apotek biasa pada umumnya.

66,67 %

2. Untuk mengatasi masalah-masalah yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang dan memerlukan peraturan perundang-undangan sebagai acuan atau perlindungan

16,67 %

Perlu

3. Peraturan perundang-undangan tetap diperlukan sebagai acuan atau panduan untuk perkembangan selanjutnya

16,67 %

1. Apotek jaringan pada umumnya tidak jauh berbeda dengan apotek pada umumnya. 47,37 %

2. Peraturan perundang-undangan dan kode etik yang ada sudah banyak dan bagus, tidak perlu ditambah. 42,11 %

Tidak Perlu 3. Peraturan perundang-undangan yang ada dan kode

etik bila sudah dapat dilaksanakan dengan baik dan benar sudah cukup untuk memayungi dan melindungi apotek jaringan

10,53 %

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

47

Mayoritas responden (76%) merasa tidak diperlukan peraturan tersendiri

dalam hukum untuk mengatur apotek jaringan. Jawaban ini berhubungan atau

dapat dikatakan sesuai dengan definisi apotek jaringan dimana apotek jaringan

bukan merupakan bentuk apotek yang baru tetapi merupakan suatu sistem

kerjasama atau bisnis antar apotek yang terorganisir menjadi satu, sehingga

peraturan perundang-undangan tentang Apotek, kode etik farmasis, dan standar

kompetensi farmasis Indonesia yang ada sudah dirasa cukup oleh para responden

untuk diterapkan pada apotek jaringan, dan tidak diperlukan lagi suatu peraturan

tersendiri dalam hukum untuk mengatur apotek jaringan. Beberapa responden

yang merasa tidak memerlukan peraturan tersendiri dalam hukum untuk mengatur

apotek jaringan juga mengemukakan bahwa peraturan perundang-undangan dan

kode etik yang ada sudah banyak dan bagus, tidak perlu ditambah..

4. Persyaratan utama untuk dapat bergabung dalam jaringan

Persyaratan-persyaratan untuk dapat bergabung dalam jaringan yang

disebutkan oleh responden pada tabel IV adalah persyaratan utama yang mutlak

dipenuhi oleh apotek-apotek yang ingin bergabung ke dalam salah satu dari

apotek jaringan-jaringan tersebut. Jumlah tiap-tiap persyaratan tidak sama, karena

disesuaikan dengan jumlah jawaban responden dari tiap-tiap jaringan.

Persyaratan-persyaratan tersebut dapat dilihat pada tabel IV, dan disajikan sesuai

dengan jaringannya masing-masing.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

48

Tabel IV. Persyaratan utama tiap-tiap jaringan Jaringan Persyaratan Utama

1. Lokasi apotek tersebut strategis atau masuk dalam rencana pengembangan wilayah Kimia Farma.

2.Standar kerja apoteker dan karyawan sesuai dengan standar kerja Kimia Farma atau lebih baik.

Kimia Farma 3. Bersedia diambil alih secara manajemen dan dikelola oleh

pihak Kimia Farma, serta memakai nama Kimia Farma untuk apoteknya.

1. Lokasi apotek tidak terlalu dekat dengan apotek-apotek anggota WIPA yang sudah ada.

WIPA 2. Bersedia mengantar obat yang diminta oleh apotek lain dalam satu jaringan dengan surat pesanan dan bersedia menuruti aturan lainnya dalam jaringan.

1. Membeli brand name dengan harga yang sudah disepakati untuk jangka waktu 5 tahun.

K-24 2. Mau bekerja keras dan wajib mengikuti pelatihan-pelatihan

yang diadakan oleh pihak pusat. 1. APA merupakan Pemilik Sarana Apotek (P.S.A.) atau paling

tidak memiliki hak untuk mengatur Apotek yang dijalankan secara penuh (minimal untuk mengatur tersedianya obat yang ada di apotek).

2. Mampu menjalankan praktek kefarmasian dengan benar.

JAPISFI

3. Bersedia bekerjasama untuk menjunjung martabat profesi.

Dapat dilihat 3 dari 4 jaringan memiliki orientasi untuk kepentingan bisnis

bila ada apotek yang hendak bergabung terhadap jaringan tersebut. Hal ini tidak

sesuai dengan tugas dan fungsi apotek yang tertera pada Peraturan Pemerintah

No.25 tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.26 tahun

1965; bahwa apotek bukan sekedar tempat penjualan obat atau tempat untuk

menebus obat yang telah diresepkan oleh dokter, tapi juga merupakan tempat

dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi dan atau alat

kesehatan termasuk penyerahan obat keras tanpa resep dokter oleh apoteker.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

49

5. Sanksi-sanksi pada Apotek Jaringan

Responden jaringan Kimia Farma mengatakan bahwa pada jaringan

mereka terdapat 3 tahap sanksi; tahap pertama sanksi berupa peringatan atau

teguran (maksimal 3 kali), tahap kedua sanksi berupa admisnistratif atau skorsing,

dan tahap ketiga atau terakhir dimana merupakan sanksi terberat yaitu dipecat dari

Kimia Farma. Responden jaringan WIPA mengatakan bahwa mereka tidak

memiliki sanksi yang diberlakukan pada jaringan mereka, dikarenakan mereka

merasa hukum dan undang-undang yang sudah ada tentang apotek sudah cukup.

Responden jaringan K-24 mengatakan sanksi yang ada pada jaringan mereka

berupa pencabutan hak penggunaan segala sesuatu yang berkaitan dengan nama

PT. K-24. Responden jaringan JAPISFI mengatakan sanksi yang mereka

berlakukan ada 2 tahap; tahap pertama berupa peringatan atau teguran maksimal 3

kali, dan tahap kedua berupa dikeluarkan dari keanggotaan jaringan JAPISFI.

Bentuk-bentuk sanksi tiap jaringan tersebut dapat dilihat juga pada tabel V,

dibawah ini.

Tabel V. Sanksi tiap-tiap jaringan Nama Jaringan Sanksi

Kimia Farma

1. Peringatan atau teguran (maksimal 3 kali). 2. Administratif atau skorsing. 3. Dipecat.

WIPA Tidak ada

K-24 Pencabutan hak penggunaan segala sesuatu yang berkaitan dengan nama PT. K-24

JAPISFI 1. Peringatan atau teguran (maksimal 3 kali). 2. Dikeluarkan dari keanggotaan jaringan JAPISFI.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

50

6. Alasan untuk bergabung atau bekerja pada suatu Apotek Jaringan

Berdasarkan pengamatan sebelum penelitian yang dilakukan peneliti

terlihat ada beberapa kegelisahan dan persepsi tentang Apotek Jaringan yang

muncul dari beberapa APA yang tidak tergabung dengan Apotek Jaringan dengan

adanya Apotek Jaringan. Kegelisahan tentang Apotek Jaringan juga sempat

dikatakan oleh beberapa mahasiswa profesi Apoteker, disamping kegelisahan-

kegelisahan tersebut terdapat beberapa alasan responden untuk bergabung atau

bekerja pada suatu apotek jaringan.

Tabel VI menunjukkan bahwa para responden pada umumnya (40 %)

bergabung dengan apotek jaringan untuk meningkatkan efisiensi, profesionalisme,

posisi tawar-menawar (bargaining power), dan rasa sepenanggungan antar sesama

profesi.

Tabel VI. Alasan bergabung atau bekerja pada suatu apotek jaringan Alasan Presentase

1. Untuk meningkatkan efisiensi, profesionalisme, posisi tawar-menawar, dan rasa sepenanggungan. 40%

2. Minim pengalaman dan pengetahuan di bidang apotek. 24% 3. Dimiliki oleh pemerintah. 16% 4. Tidak memerlukan modal dan pemikiran terlalu banyak untuk

membuka apotek. 12%

5. Untuk meningkatkan citra profesi apoteker yang tidak bisa dilakukan sendirian.

8%

Alasan-alasan tersebut sesuai pada buku standar kompetensi farmasis

Indonesia, kompetensi D: komunikasi farmasi poin (d) yang tertulis memantapkan

hubungan dengan sesama farmasis berdasarkan saling menghormati dan mengakui

kemampuan profesi demi tegaknya martabat profesi. Secara tidak langsung apotek

jaringan membuat komunikasi dan hubungan sesama farmasis menjadi lebih erat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

51

7. Terjadinya peningkatan pelayanan kefarmasian dengan Adanya Apotek

Jaringan

Sebanyak 88 % responden menyatakan yakin dengan adanya apotek

jaringan maka akan terjadi peningkatan pelayanan kefarmasian. Sementara

sisanya (12 % responden) menyatakan tidak yakin dengan adanya apotek jaringan

maka akan terjadi peningkatan pelayanan kefarmasian. Hal ini dapat dilihat pada

gambar 8.

Terjadinya Peningkatan Pelayanan Kefarmasian Dengan Adanya Apotek

Jaringan

88%

12%

YakinTidak Yakin

Gambar 8. Terjadinya peningkatan pelayanan kefarmasian dengan adanya

apotek jaringan

Dari responden yang yakin dengan adanya apotek jaringan maka akan

terjadi peningkatan pelayanan kefarmasian, sebanyak 56 % dari 88 % responden

yang yakin menyatakan alasan keyakinan mereka dikarenakan jaringan mereka

selalu mengadakan evaluasi minimal satu bulan satu kali untuk meningkatkan

pelayanan kefarmasian di tiap-tiap apotek anggota jaringan. Sementara sisanya

(36 % dari 88% responden yang yakin) menyatakan yakin akan terjadinya

peningkatan pelayanan kefarmasian dengan adanya apotek jaringan, dikarenakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

52

adanya Standard Operating Procedur (SOP), atau standar kerja jaringan di mana

pelayanan kefarmasian merupakan salah satu hal yang diprioritaskan pada

jaringan mereka. Untuk alasan selengkapnya dari tiap-tiap responden yang yakin

ataupun tidak yakin dengan adanya apotek jaringan maka akan terjadi peningkatan

pelayanan kefarmasian dapat dilihat pada tabel VII.

Tabel VII. Alasan terjadinya atau tidak terjadinya peningkatan pelayanan kefarmasian dengan adanya apotek jaringan

Jawaban Alasan Presentase1. Jaringan selalu mengadakan evaluasi minimal satu

bulan satu kali untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian di tiap-tiap apotek anggota jaringan.

56%

Yakin 2. Jaringan memiliki Standard Operating Procedur (SOP), atau standar kerja dimana pelayanan kefarmasian merupakan salah satu hal yang diprioritaskan.

36 %

1. Pelayanan kefarmasian tidak tergantung langsung kepada apotek, melainkan kepada apoteker. 4%

Tidak Yakin 2. Apotek jaringan yang ada dan berkembang selama

ini lebih untuk kepentingan apoteker-nya dari pada pengembangan pelayanan kefarmasian.

4%

8. Kerjasama Apotek-Apotek dalam satu jaringan

Sebanyak 96 % responden menyatakan bahwa mereka pernah melakukan

kerjasama antar apotek dalam jaringan mereka. Sementara sisanya (4%) belum

pernah sama sekali melakukan kerjasama antar apotek dalam jaringan mereka,

dikarenakan apotek tersebut baru saja bergabung ke dalam jaringan tersebut. Hal

ini dapat dilihat pada gambar 9.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

53

Kerjasama Apotek-Apotek Dalam Satu Jaringan

96%

4%

PernahBelum Pernah

Gambar 9. Kerjasama apotek-apotek dalam satu jaringan

Tabel VIII. Jenis kerjasama apotek-apotek dalam satu jaringan Jenis Kerjasama Apotek-Apotek Dalam Satu Jaringan Presentase

1. Pengadaan obat bersama 36,36% 2. Pertukaran pegawai 20,46% 3. Pengalihan resep 15,90% 4. Pembelian obat di apotek lain dalam satu jaringan 15,90% 5. Penitipan obat yang hampir kadaluarsa ke anggota jaringan 11,38%

Pada tabel VIII, dapat dilihat bahwa jenis kerjasama terbanyak (36,36 %

responden) yang pernah dilakukan oleh apotek-apotek dalam satu jaringan adalah

pengadaan obat bersama. Elu (2005) dalam artikel pemikiran ulang pelayanan

kesehatan mengemukakan besarnya variasi harga obat pada tiap-tiap apotek dapat

mempengaruhi pelayanan kesehatan. Dengan adanya pengadaan obat bersama

dalam satu jaringan, maka variasi harga obat tiap-tiap apotek dapat dikurangi atau

dengan kata lain harga obat tiap-tiap apotek menjadi sama, dikarenakan harga beli

suatu obat dalam apotek-apotek satu jaringan sama, sehingga tiap-tiap apotek

dapat lebih berkonsentrasi untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian terhadap

konsumen daripada bersaing dengan harga obat untuk menarik konsumen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

54

9. Kerjasama dalam jaringan yang dapat meningkatkan pelayanan

kefarmasian

Sebanyak 32,5 % responden menyatakan bahwa kerjasama yang dapat

meningkatkan pelayanan kefarmasian adalah pertukaran informasi. Knox dan

Makalan (1998) berpendapat bahwa kepuasan yang diperoleh oleh konsumen

berasal dari informasi yang didapatnya tentang produk yang dibelinya bukan

berasal dari harga obat yang murah. Hal ini berarti sebagian besar responden

(32,5%) telah menyadari pentingnya informasi terbaru yang didapat dan diberikan

kepada konsumen dalam peningkatkan pelayanan kefarmasian. Kode etik

Apoteker / Farmasis Indonesia pada bab I pasal 7 juga mengemukakan bahwa

setiap Apoteker / Farmasis harus menjadi sumber informasi sesuai dengan

profesinya; ini berarti sebanyak 32,5 % responden juga telah melaksanakan kode

etik tersebut. APA yang melakukan pertukaran informasi berarti juga telah

menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya. Jenis kerjasama yang dapat

meningkatkan pelayanan kefarmasian selengkapnya dapat dilihat pada tabel IX

dibawah ini.

Tabel IX. Kerjasama dalam jaringan yang dapat meningkatkan pelayanan kefarmasian

Jenis Kerjasama Presentase1. Pertukaran informasi 32,5% 2. Standarisasi harga, distribusi obat, pelayanan di apotek 25% 3. Pelatihan dalam bidang “pharmaceutical care” 17,5% 4. Pengalihan resep 17,5% 5. Terhubung secara on line 7,5%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

55

Dua puluh lima persen responden menyatakan standarisasi harga, sistem

distribusi obat, dan sistem pelayanan di apotek dapat meningkatkan kualitas

pelayanan kefarmasian. Sementara 17,5 % responden menyatakan pelatihan dalam

bidang “pharmaceutical care” dapat meningkatkan pelayanan kefarmasian.

Sebanyak 17,5 % responden lainnya menyatakan pengalihan resep dapat

meningkatkan pelayanan kefarmasian, hal ini mungkin terkait dengan jarak rumah

konsumen ke apotek yang lebih dekat dalam satu jaringan.

10. Kelebihan Apotek Jaringan

Pada tabel X, dapat dilihat kelebihan yang dimiliki oleh tiap-tiap jaringan

yang bersedia menjadi responden. Responden jaringan Kimia Farma menyatakan

kelebihan mereka terutama terletak pada jaringan mereka yang sudah berskala

nasional. Responden jaringan WIPA menyatakan kelebihan yang mereka miliki

adalah sistem pengantaran dan pembelian obat yang jelas dalam satu jaringan.

Responden jaringan K-24 menyatakan kelebihan jaringan mereka yang paling

utama adalah adanya SOP yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan

kefarmasian. Responden jaringan JAPISFI menyatakan kelebihan jaringan mereka

adalah mengutamakan profesionalisme apoteker untuk setiap apotek yang

dikelolanya; dalam artian tiap apoteker diberi kebebasan untuk mengembangkan

apotek yang mereka kelola sebebas-bebasnya selama tidak melanggar peraturan

yang berlaku. Kelebihan-kelebihan lainnya dari tiap-tiap jaringan dapat dilihat

pada tabel X.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

56

Tabel X. Kelebihan tiap-tiap apotek jaringan Nama Jaringan Kelebihan

Kimia Farma

1. Memiliki bidang-bidang yang berbeda-beda untuk tiap-tiap kepengurusan yang berbeda.

2. Jangkauan pengembangan sudah sampai tahap nasional. 3. Selalu mengadakan pertemuan rutin wajib untuk tiap-tiap

APA seminggu sekali

WIPA 1. Memiliki pengantaran dan pembelian obat yang jelas dalam satu jaringan.

2. Dapat saling membagikan obat yang mau kadaluarsa.

K-24 1. Memiliki SOP yang bertujuan meningkatkan pelayanan

kefarmasian. 2. Bisa melakukan pengadaan barang secara bersama-sama.

JAPISFI

1. Memiliki 1 apotek sebagai koordinator. 2. Memiliki harga khusus untuk anggota jaringan. 3. Mengutamakan profesionalisme apoteker untuk setiap

apotek yang dikelolanya

11. Kekurangan Apotek Jaringan

Pada tabel XI dapat dilihat kekurangan yang dimiliki oleh tiap-tiap

jaringan yang bersedia menjadi responden. Responden jaringan Kimia Farma

menyatakan ketergantungannya kepada pusat dalam berbagai hal sebagai

kekurangan dari jaringan Kimia Farma. Responden jaringan WIPA menyatakan

kurangnya anggota jaringan dan daerah penyebaran anggotanya merupakan

kekurangan utama dari jaringan tersebut. Responden jaringan K-24 menyatakan

kurang profesionalnya sistem manajemen dan admisnistrasi dalam jaringan

tersebut merupakan kekurangan utama dari jaringan K-24. Responden jaringan

JAPISFI menyatakan bahwa anggapan atau tindakan sebagian anggotanya yang

menganggap pekerjaan di apotek merupakan pekerjaan sampingan merupakan

suatu kekurangan dari jaringan ini, karena hal tersebut juga mencerminkan tidak

samanya visi dan misi oleh sebagian anggota. Kekurangan-kekurangan tiap-tiap

jaringan yang selengkapnya dapat dilihat pada tabel XI.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

57

Tabel XI. Kekurangan apotek jaringan

Nama Jaringan Kekurangan Kimia Farma 1. Semua kegiatan tergantung dari keputusan pusat.

2. Komunikasi antar bidang sangat kurang.

WIPA 1. Anggota jaringan masih kurang, dilihat dari segi jumlah

dan daerah yang ada. 2. Kekurangan tenaga untuk menjalankan sistem distribusi.

K-24

1. Pengurusan manajemen dan administrasi kurang profesional.

2. Semua kegiatan tergantung dari keputusan pusat. 3. Kesejahteraan karyawan kurang diperhatikan.

JAPISFI

1. Apotek merupakan pekerjaan sampingan bagi sebagian besar anggota.

2. Visi dan misi yang tidak sama. 3. Modal yang dipunya tiap-tiap apotek sangat bervariasi. 4. AD-ART masih dalam penyusunan.

12. Keidealan jaringan tempat apotek responden bergabung

Sebanyak 56 % responden menyatakan bahwa jaringan tempat mereka

bergabung belumlah ideal, sementara 44 % responden menyatakan bahwa

jaringan tempat mereka bergabung sudah ideal bagi mereka. Hal tersebut dapat di

gambarkan seperti gambar 10.

Keidealan Jaringan Tempat Apotek Responden Bergabung

44%

56%

Sudah IdealBelum Ideal

Gambar 10. Keidealan jaringan tempat apotek responden bergabung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

58

Dari jawaban responden yang menyatakan bahwa jaringan tempat mereka

bergabung sudah ideal; sebanyak 28 % dari total responden menyatakan bahwa

mereka menganggap jaringan tersebut sudah ideal dikarenakan sudah terdapat

pembagian tugas yang jelas untuk tiap-tiap bidangnya, termasuk di dalamnya

pelayanan kefarmasian terhadap konsumen, sedangkan 24 % dari total responden

menyatakan tidak adanya standarisasi dalam berbagai hal yang dapat digunakan

untuk menyamakan tingkatan tiap-tiap apotek membuat jaringan tersebut tidak

ideal. Alasan yang lain dari tiap-tiap responden baik yang merasa jaringannya

sudah ideal maupun belum ideal dapat dilihat selengkapnya pada tabel XII di

bawah ini.

Tabel XII. Alasan keidealan atau tidak idealnya jaringan Jawaban Alasan Presentase

1. Jika dilihat secara umum, dari segi pembagian tugas dan pelayanan kepada konsumen. 28 %

Sudah Ideal 2. Dapat membimbing dan mengayomi anggota baru 16% 1. Tidak ada standarisasi dalam berbagai hal yang

dapat digunakan untuk menyamakan tingkatan tiap-tiap apotek

24%

2. Pharmaceutical Care yang diprioritaskan hanya sekedar prioritas, tanpa pelaksanaan yang pasti.

16%

3. Masih kekurangan anggota 8%

Belum Ideal

4. Banyak anggota yang tidak aktif. 8%

13. Bentuk Apotek Jaringan yang paling ideal atau paling diharapkan oleh

para responden

Responden dari jaringan Kimia Farma menyatakan bahwa bentuk jaringan

yang ideal adalah jaringan yang memiliki manajemen profesional, jelas dan

terbuka serta dapat memenuhi keinginan konsumen tiap-tiap daerah. Responden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

59

jaringan WIPA menyatakan bahwa jaringan yang ideal adalah jaringan yang

tersebar merata di DIY. Responden jaringan K-24 menyatakan bahwa jaringan

yang ideal adalah jaringan yang memiliki program atau perencanaan jangka

panjang dan jangka pendek serta memiliki SOP yang jelas dan dilaksanakan

sepenuhnya. Responden jaringan JAPISFI menyatakan bahwa jaringan yang ideal

adalah jaringan yang mampu membangun kesejahteraan anggota, di mana

diaharapkan APA juga merupakan PSA dan juga membantu kesejahteraan

masyarakat serta memiliki aturan dan pengelolaan yang baik dan jelas.

Pada tabel XIII dapat dilihat selengkapnya bentuk jaringan ideal sesuai

dengan jaringan masing-masing responden.

Tabel XIII. Bentuk apotek jaringan yang paling ideal Nama Jaringan Bentuk Apotek Jaringan

Kimia Farma

1. Memiliki manajemen yang profesional, jelas, dan terbuka. 2. Tersebar lebih merata sampai tingkatan desa. 3. Dapat memenuhi keinginan konsumen tiap-tiap daerah.

WIPA

1. Tersebar merata di tiap-tiap kabupaten / kota di DIY. 2. Dapat menguntungkan pihak apotek dan konsumen.

K-24

1. Memiliki program atau perencanaan jangka panjang dan jangka pendek.

2. Memiliki SOP yang jelas dan dilaksanakan sepenuhnya. 3. Mampu meningkatkan SDM yang dimiliki.

JAPISFI

1. APA juga merupakan PSA. 2. Mampu membangun kesejahteraan anggota dan masyarakat 3. Memiliki aturan dan pengelolaan yang baik dan jelas. 4. APA dapat bekerja penuh di apotek.

Tabel XIII secara tidak langsung telah memberi gambaran tentang bentuk Apotek

Jaringan yang paling ideal di DIY menurut persepsi para responden penelitian.

Apotek Jaringan saat ini tidak hanya ada di DIY, tetapi sudah ada di beberapa kota

besar, bahkan akan terdapat banyak model dari Apotek Jaringan yang berbeda-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

60

beda untuk masing-masing daerah atau kota dan pada tiap-tiap kota tersebut juga

akan dijumpai bentuk-bentuk Apotek Jaringan yang ideal lainnya menurut

persepsi tiap-tiap anggotanya.

C. Masa Depan Apotek Jaringan

Apotek Jaringan yang ada di DIY saat ini secara keseluruhan telah

mempunyai dampak positif terhadap peningkatan pelayanan kefarmasian. Pada

saat ini memang dampak Apotek Jaringan belum begitu terasa manfaatnya,

dikarenakan beberapa Apotek Jaringan yang ada DIY saat ini masih berfokus

utama kepada kesejahteraan anggotanya.

Pada saat ini beberapa pengurus dan anggota dari jaringan JAPISFI

bergabung dengan jaringan WIPA untuk membentuk jaringan baru yang bernama

KOPASFI tehitung mulai 1 Oktober 2006. Hal ini merupakan suatu

perkembangan positif bagi JAPISFI dan WIPA; dikarenakan jaringan JAPISFI

setelah bencana gempa telah kehilangan apotek yang ditunjuk sebagai

koordinator, dan penyusunan AD-ART yang sedang berlangsung tidak kunjung

selesai, dan bagi jaringan WIPA sendiri dengan masuknya beberapa anggota baru

dari jaringan JAPISFI juga membuat jaringan WIPA lebih berkembang dari segi

jumlah anggota dan luas daerah cakupan jaringan yang selama ini menjadi

masalah atau kekurangan utama jaringan WIPA, dan maka dari itu pula sejak

tanggal tersebut jaringan WIPA telah berganti nama sebagai jaringan KOPASFI.

Jaringan KOPASFI membuat dua macam surat yang diberikan kepada

seluruh anggotanya dan beberapa Apotek di DIY (lampiran 6 dan lampiran 7).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

61

Surat pertama (lampiran 6) berisi tentang keterangan pindahnya aktifitas jaringan

WIPA ke KOPASFI terhitung sejak 1 Juni 2006. Sedangkan pada surat yang

kedua (lampiran 7) KOPASFI menegaskan bahwa pada 1 Oktober 2006 Jaringan

KOPASFI resmi berdiri dan mengajak semua apotek yang ada di DIY untuk

bergabung ke jaringan KOPASFI. Surat tersebut juga mengajak para anggota dan

apotek lainnya untuk melakukan oerder bersama. Pada surat tersebut dijelaskan

pula mekanisme oerder bersama; seperti: komoditi, harga, sistem pembayaran,

pengiriman, fasilitas lain, dan aturan-aturan lainnya yang diperlukan untuk

ketertiban semua anggota jaringan dalam pemesanan.

Apotek Jaringan merupakan suatu bentuk kerjasama apotek yang

memberikan harapan dan masa depan yang bagus bagi para apotek kecil dan

apotek-apotek baru. Apotek Jaringan dapat menjamin kelengkapan obat yang ada

di tiap-tiap apotek anggotanya tanpa harus membeli semua obat yang ada,

sehingga juga dapat meningkatkan pelayanan di apotek; dengan adanya pembelian

obat bersama dalam satu jaringan juga akan membuat harga beli obat lebih murah

dikarenakan pembelian obat dilakukan bersama-sama sehingga harga yang harus

dibayarkan masyarakat juga akan lebih murah dan dapat membuat daya beli obat

masyarakat lebih terjangkau.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

62

D. Kesesuaian Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di bidang Apotek

dengan Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia dan Peraturan

Perundang-undangan Apotek

Tabel XIV. Kesesuaian Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di bidang Apotek dengan Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia dan Peraturan Perundang-undangan Apotek

Kompetensi (Kegiatan) Kode Etik

Peraturan Perundang-undangan

1. Kompetensi A : Asuhan Kefarmasian

a. Memberikan pelayanan obat kepada pasien atas permintaan dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan baik verbal maupun non verbal.

√ Permenkes No.922/MENKES/PER/1993; Pasal 15

b. Memberikan pelayanan kepada pasien atau masyarakat yang ingin melakukan pengobatan mandiri.

√ Kepmenkes No.1027/MENKES/SK/IX/2004; Bab III, 1.2.5

c. Memberikan pelayanan informasi obat. √ Permenkes No.922/MENKES/PER/1993; Pasal 15

d. Memberikan konsultasi obat. √ Kepmenkes No.1027/MENKES/SK/IX/2004; Bab III, 1.2.6

e. Melakukan monitoring efek samping obat.

√ Kepmenkes No.1027/MENKES/SK/IX/2004; Bab III, 1.2.7

f. Melakukan evaluasi penggunaan obat. √ Permenkes No.26/MENKES/PER/1/1981; Pasal 4

2. Kompetensi B : Akuntabilitas Praktek Farmasi

a. Menjamin praktek kefarmasian berbasis bukti ilmiah dan etika profesi.

Permenkes No.922/MENKES/PER/1993; Pasal 12

b. Merancang, melaksanakan, memonitor dan evaluasi dan mengembangkan standar kerja sesuai arahan pedoman yang berlaku.

----- Kepmenkes No.1027/MENKES/SK/IX/2004

c. Bertanggungjawab terhadap setiap keputusan profesional yang ambil.

√ Permenkes No.244/MENKES/SK/V/1990; Pasal 16

d. Melakukan kerjasama dengan pihak lain yang terkait atau bertindak mandiri dalam mencegah kerusakan lingkungan akibat obat.

----- -----

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

63

e. Melakukan perbaikan mutu pelayanan secara terus menerus dan berkelanjutan untuk memenuhi kepuasan stakeholder.

----- -----

3. Kompetensi C : Manajemen Praktis Farmasi

a. Merancang, membuat, mengetahui, memahami, dan melaksanakan regulasi dibidang farmasi.

√ Permenkes No.184/MENKES/PER/II/1995; Pasal 18

b. Merancang, membuat, melakukan pengelolaan apotek yang efektif dan efisien.

√ Permenkes No.26/MENKES/PER/1/1981; Bab III

c. Merancang, membuat, melakukan pengelolaan obat di apotek yang efektif dan efisien.

√ Permenkes No.26/MENKES/PER/1/1981; Pasal 3

d. Merancang organisasi kerja yang meliputi; arah dan kerangka organisasi, sumber daya manusia, fasilitas, keuangan, termasuk sistem informasi manajemen.

----- Permenkes No.26/MENKES/PER/1/1981; Pasal 2

e. Merancang, melaksanakan, memantau, dan menyesuaikan struktur harga, berdasarkan kemampuan bayar dan kembalian modal serta imbalan jasa praktek kefarmasian.

√ Kepmenkes No.280/MENKES/SK/V/1981; Pasal 24

f. Memonitor dan evaluasi penyelenggaraan seluruh kegiatan operasional mencakup aspek manajemen maupun asuhan kefarmasian yang mengarah pada kepuasan konsumen

√ Kepmenkes No.1027/MENKES/SK/IX/2004

4. Kompetensi D : Komunikasi Farmasi a. Memantapkan hubungan profesional

antara apoteker dengan pasien dan keluarganya dengan sepenuh hati dalam suasana kemitraan untuk menyelesaikan masalah terapi obat pasien.

√ Kepmenkes No.1027/MENKES/SK/IX/2004

b. Memantapkan hubungan profesional antara apoteker dengan pasien dan keluarganya dengan sepenuh hati dalam suasana kemitraan untuk menyelesaikan masalah terapi obat pasien.

√ Kepmenkes No.1027/MENKES/SK/IX/2004

c. Memantapkan hubungan profesional antara apoteker dengan tenaga kesehatan lain dalam rangka mencapai keluaran terapi yang optimal khususnya dalam aspek obat.

√ Kepmenkes No.1027/MENKES/SK/IX/2004; Bab II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

64

d. Memantapkan hubungan dengan semua tingkat/lapisan manajemen dengan bahasa manajemen berdasarkan atas semangat asuhan kefarmasian.

√ -----

e. Memantapkan hubungan dengan sesama apoteker berdasarkan saling menghormati dan mengakui kemampuan profesi demi tegaknya martabat profesi.

√ Kepmenkes No.1027/MENKES/SK/IX/2004

5. Kompetensi E : Pendidikan dan Pelatihan Farmasi a. Memotivasi, mendidik, dan melatih

apoteker lain dan mahasiswa farmasi dalam penerapan asuhan kefarmasian.

√ Kepmenkes No.1027/MENKES/SK/IX/2004; Bab II

b. Merencanakan dan melakukan aktivitas pengembangan staf, bagi teknisi di bidang farmasi, pekarya, dan juru resep dalam rangka peningkatan efisiensi dan kualitas pelayanan farmasi yang diberikan.

√ Kepmenkes No.1027/MENKES/SK/IX/2004; Bab II

c. Berpartisipasi aktif dalam pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas diri dan kualitas praktek kefarmasian.

√ Kepmenkes No.1027/MENKES/SK/IX/2004; Bab I

d. Mengembangkan dan melaksanakan program pendidikan dalam bidang kesehatan umum, penyakit dan manajemen terapi kepada pasien, profesi kesehatan dan masyarakat.

√ Kepmenkes No.1027/MENKES/SK/IX/2004; Bab II

6. Kompetensi F : Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian a Melakukan penelitian dan

pengembangan, mempresentasikan dan mempublikasikan hasil penelitian dan pengembangan kepada masyarakat dan profesi kesehatan lain.

√ Kepmenkes No.1027/MENKES/SK/IX/2004; Bab II

b Menggunakan hasil penelitian dan pengembangan sebagai dasar dalam pengembilan keputusan dan peningkatan mutu praktek kefarmasian.

√ Kepmenkes No.1027/MENKES/SK/IX/2004; Bab II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu responden pada

umumnya mempunyai persepsi sebagai berikut:

1. Responden 100 % mengetahui bahwa apotek yang mereka kelola

tergabung di suatu jaringan.

2. Responden sebanyak 36 % mendefinisikan apotek jaringan sebagai apotek

dimana segala sesuatunya terkoordinir dengan suatu sistem kinerja, visi,

misi, tujuan yang sama serta mempunyai suatu ciri khas yang

menunjukkan identitas jaringannya.

3. Responden sebanyak 76 % menyatakan tidak perlu peraturan tersendiri

dalam hukum untuk apotek jaringan. Alasan responden yaitu apotek

jaringan tidak berbeda dengan apotek pada umumnya (36%).

4. Tiga dari empat jaringan yang menjadi responden memiliki orientasi

untuk kepentingan bisnis bila ada apotek yang hendak bergabung terhadap

jaringan tersebut.

5. Tiga dari empat jaringan yang menjadi responden memiliki sanksi yang

diberlakukan bagi anggota jaringannya.

6. Responden sebanyak 40 % menyatakan alasan bergabung dengan apotek

jaringan adalah untuk meningkatkan efisiensi, profesionalisme, posisi

tawar-menawar, dan rasa sepenanggungan antar sesama profesi.

65

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

66

7. Responden sebanyak 88 % yakin adanya apotek jaringan maka akan

terjadi peningkatan pelayanan kefarmasian. Alasan responden yaitu

jaringan selalu mengadakan evaluasi minimal satu bulan satu kali untuk

meningkatkan pelayanan kefarmasian (56 %).

8. Responden sebanyak 96 % menyatakan pernah melakukan kerjasama

antar apotek dalam satu jaringan. Jenis kerjasama yang pernah dilakukan

oleh responden adalah pengadaan obat bersama (36,36%).

9. Responden sebanyak 32,5 % menyatakan bahwa kerjasama yang dapat

meningkatkan pelayanan kefarmasian adalah pertukaran informasi terbaru.

10. Responden jaringan Kimia Farma menyatakan kelebihan mereka adalah

jaringan mereka sudah berskala nasional. Responden jaringan WIPA

menyatakan kelebihan mereka adalah sistem distribusi obat yang jelas.

Responden jaringan K-24 menyatakan kelebihan jaringan mereka adalah

adanya SOP yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian.

Responden jaringan JAPISFI menyatakan kelebihan jaringan mereka

adalah mengutamakan profesionalisme apoteker untuk setiap apotek.

11. Responden jaringan Kimia Farma menyatakan ketergantungan kepada

pusat dalam berbagai hal sebagai kekurangan dari jaringan Kimia Farma.

Responden jaringan WIPA menyatakan kurangnya anggota jaringan dan

daerah penyebaran sebagai kekurangan jaringan WIPA. Responden

jaringan K-24 menyatakan kurang profesionalnya sistem manajemen dan

admisnistrasi sebagai kekurangan jaringan K-24. Responden jaringan

JAPISFI menyatakan tindakan sebagian anggotanya yang menganggap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

67

pekerjaan di apotek merupakan pekerjaan sampingan merupakan

kekurangan jaringan JAPISFI.

12. Responden sebanyak 56 % menyatakan bahwa jaringan tempat mereka

bergabung belumlah ideal. Alasan yang disebutkan responden yaitu tidak

ada standarisasi dalam berbagai hal yang dapat digunakan untuk

menyamakan tingkatan tiap-tiap apotek (24%).

13. Responden jaringan Kimia Farma menyatakan jaringan yang ideal adalah

jaringan yang memiliki manajemen profesional, jelas dan terbuka serta

dapat memenuhi keinginan konsumen tiap-tiap daerah. Responden

jaringan WIPA menyatakan jaringan yang ideal adalah jaringan yang

tersebar merata di DIY. Responden jaringan K-24 menyatakan bahwa

jaringan yang ideal adalah jaringan yang memiliki program atau

perencanaan jangka panjang dan jangka pendek serta memiliki SOP yang

jelas dan dilaksanakan sepenuhnya. Responden jaringan JAPISFI

menyatakan jaringan yang ideal adalah jaringan yang APAnya juga

merupakan PSA.

14. Adanya kerjasama apotek dalam Apotek Jaringan yang ada di DIY saat ini

secara keseluruhan telah mempunyai dampak positif terhadap peningkatan

pelayanan kefarmasian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

68

B. Saran

Dari hasil penelitian disarankan agar:

1. dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai harapan dan pemahaman

masyarakat terhadap apotek jaringan.

2. dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai persepsi APA yang tidak tergabung

dalam suatu jaringan terhadap keberadaan apotek jaringan.

3. dilakukan penelitian lebih lanjut dengan topik penelitian yang sama tetapi

daerah penelitian yang berbeda, misalnya DKI- Jakarta, Surabaya, dan lain-

lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

69

DAFTAR PUSTAKA

Adi, R., 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, 79-82, Granit, Jakarta

Anief, M., 1996, Ilmu Meracik Obat – Teori dan Praktik, cetakan 6, Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Anonim, 1990, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 244/MENKES/SK/V/1990 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1992, Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan, http://www.tempointeraktif.com/hg/peraturan/2004/ 04/06/prn,20040406-13,id.html, diakses 8 Oktober 2006

Anonim, 2002, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/MENKES/SK/X/ 2002 sebagai perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/ MENKES/PER/X/1992, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 2004a, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/IX/ 2004, tanggal 15 September 2004 – Himpunan Peraturan Perundang-undangan Bidang Kesehatan 2001-2004, 1032-1041, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 2004b, Standar Kompetensi Farmasis Indonesia, 1-19, 143-163, 165-185, Badan Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta

Anonim, 2005a, Kode Etik Apoteker / Farmasis Indonesia, Keputusan Kongres Nasional XVII / 2005 Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia Nomor: 007/KONGRES XVII/ISFI/ 2005, 35-39, ditetapkan di Kongres Nasional XVII ISFI di Denpasar, Bali pada 18 Juni 2005

Anonim, 2005b, Glossary of terms related to patient and medication safety, www. who.int/entity/patientsafety/highlights/COE_patient_and_medication_safety_gl.pdf, diakses tanggal 8 Oktober 2006

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

70

Azwar, S., 2003a, Penyusunan Skala Psikologi, 5-7, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Azwar, S., 2003b, Reliabilitas Dan Validitas, 4-8, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Basuki, Sulistyo, 2001, Kode Etik Dan Organisasi Profesi, http://www.consal.org.sg/webupload/forum/attachments/2270.doc Diakses tanggal 21 Juni 2005

Daris, A., 2004, Peranan Farmasis (Apoteker) Menuju Indonesia Sehat 2010, http://www.yanfar.go.id/yanfar/detil.asp?m=4&s=2&i=265, akses tanggal 20 Mei 2006

Elu, B., 2005, Pemikiran Ulang Pelayanan Kesehatan, Medika Jurnal Kedokteran dan Farmasi, 567-569, 570, No. 09 Vol. XXXI, September

Hadi, 2004, Metodologi Research Jilid 2 edisi ke-2, 133, 151, 178-179 ANDI, Yogyakarta

Hamel, G., Prahald, C.K., Thomas, H., dan O’Neal, D., 1998, Strategic Flexibility Managing in a Turbulent Environment, John Wiley & Sons, England

Harding, G., Sarah Nettleton and Kevin Taylor, 1993, Sociology For Pharmacists An Introduction, 73-83, The Macmillan Press, LTD, London

Knox, S. dan Maklan, S., 1998, Competing on Value: Bridging the Gap Between Brand and Customer Value, Pitman Publishing, London, England

Masri, S. dan Sofian E., 1989, Metode Penelitian Survei, 152, 122-123, LP3ES, Jakarta

Narbuko, C., dan Achmadi, H. A., 2005, Metodologi Penelitian, 44, 83-84, Bumi Aksara, Jakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

71

Nawawi, H., 1998, Metode Penelitian Bidang Sosial, 31, 117,141, Gadjah Mada Univercity Press, Yogyakarta

Walpole, R. E., 1988, Pengantar Statistika Edisi ke-3, 232 – 234, terj. Ir. Bambang Sumantri, PT. Gramedia, Jakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

72

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Rekomendasi ISFI DIY

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

73

KIMIA FARMA GROUP

No. Nama Apotek Alamat

01. Kimia Farma 21 Jl. Malioboro 123, Yogyakarta

02. Kimia Farma 20 Jl. Malioboro 179, Yogyakarta

03. Kimia Farma 64 Jl. HOS Cokroaminoto,Yogyakarta

04. Kimia Farma 70 Jl. Laksda Adisucipto, Sleman

05. Kimia Farma 207 JL. Tamansiswa 152, Yogyakarta

06. Kimia Farma 225 Jl. Godean Km. 5, Sleman

07. Kimia Farma 275 Jl. Kaliurang Km. 6, Sleman

08. Kimia Farma Sardjito RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta

WIPA GROUP

01. Apotek Wipa Jl. Mantrigawen Lor 30, Yogyakarta

02. Apotek Husada Jl. Laksda Adisucipto, Sleman

03. Apotek Mentari Jl. Imogiri Barat 138, Bantul

K 24 GROUP

01. Apotek K 24 Jl. Magelang 162, Yogyakarta

02. Apotek K 24 Jl. Kaliurang Km 5 no. 94, Yogyakarta

03. Apotek K 24 Jl. Gejayan 19, Yogyakarta

04. Apotek K 24 Jl. Brigjend Katamso 117, Yogyakarta

JAPISFI

01. Apotek Astuti Jl. Kaliurang Km.6, Sleman

02. Apotek UGM Jl. Prof Dr. Sardjito 25, Yogyakarta

03. Apotek Pandega Jl. Kaliurang Km. 5,7 no. 16, Sleman

04. Apotek Insaan Farma Jl. Kapt. Haryadi 11 A, Sleman

05. Apotek Buana Persada Jl. Monjali 30, Sleman

06. Apotek Widuri Jl. HOS Cokroaminoto 45, Batnul

07. Apotek Umi Eva Jl. Godean Km 8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

74

08. Apotek Sewon Jl. Parangtritis Sewon, Bantul

09. Apotek Prasojo Jl. Juminahan 9, Yogyakarta

10. Apotek Demangan Jl. Munggur 73, Yogyakarta

11. Apotek Klajuran Jl. Godean Km.8 Sidokarto, Sleman

12. Apotek Kedaton Terminal Jombor, Sleman

13. Apotek Wonokromo Jl. Imogiri Timur Km 10, Plered-Bantul

14. Apotek Rayhan Farma Jl. Godean Km. 4 No.230, Kasihan-Bantul

15. Apotek Az Zahra Jl. Piyungan – Prambanan, Bantul

16. Apotek Rachma Husada Jl. Parangtritis Km. 11, Manding - Bantul

17. Apotek Japisfi Jl. Bantul Km. 5 Kweni, Bantul

18. Apotek UII Farma Jl. Kaliurang Km 14,5, Sleman

19. Apotek UAD Jl. Cendana no. 9 / Yogyakarta

20. Apotek Gulon Sejahtera Jl. Raya Gulon

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

75

Lampiran 2. Surat Izin BAPEDA DIY

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

76

Lampiran 3. Surat Izin Dinas Perizinan Kota Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

77

Lampiran 4. Surat Izin BAPPEDA Kabupaten Sleman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

78

Lampiran 5. Surat Izin BAPPEDA Kabupaten Bantul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

79

Lampiran 6. Surat Keterangan Pergantian Pengurus dan Kegiatan WIPA ke

KOPASFI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

80

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

81

Lampiran 7. Surat Ajakan KOPASFI Kepada Seluruh Apotek di DIY Untuk

Bergabung Dengan KOPASFI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

82

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

83

Lampiran 8. Surat Pernyataan Peranan Farmasis (Apoteker) Menuju Indonesia Sehat 2010

Senin, 8 November 2004

PERANAN FARMASIS ( APOTEKER ) MENUJU INDONESIA SEHAT 2010

Sehat adalah kondisi badan atau jiwa yang bebas dari penyakit.

Sehat merupakan idaman setiap orang dan merupakan hak azasi setiap

manusia.

Indonesia sehat 2010 adalah visi dari Departemen Kesehatan RI yang ditetapkan

pada tahun 1999, merupakan gambaran masyarakat Indonesia pada tahun 2010

yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata serta memiliki

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Untuk mencapai visi dilakukan gerakan yang namanya misi, yaitu :

1. Menggerakan pembangunan yang berwawasan kesehatan

2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,

merata dan terjangkau

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan

masyarakat beserta lingkungannya

Untuk mencapai visi dan melaksanakan misi dirumuskan :

a. SASARAN

b. STRATEGI

c. PROGRAM

d. INDIKATOR

SASARAN Sasaran pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah :

1. Perilaku hidup sehat

2. Lingkungan sehat

3. Upaya Kesehatan

4. Manajemen Pembangunan Kesehatan

5. Derajat Kesehatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

84

Diantara sasaran tersebut yang sangat relevan dengan peran farmasis

adalah Upaya Kesehatan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan.

Upaya Kesehatan , meningkatnya secara bermakna :

1. Sarana kesehatan yang bermutu

2. Jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan

3. Penggunaan obat generik dalam pelayanan kesehatan

4. Penggunaan obat secara rasional

5. Pemanfaatan pelayanan promotif dan preventif

6. Biaya kesehatan yang dikelola secara efisien

7. Ketersediaan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan

Manajemen Pembangunan Kesehatan

Meningkatnya secara bermakna ;

1. Sistem informasi pembangunan kesehatan

2. Kemampuan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi pembangunan

kesehatan

3. Kepemimpinan dan manajemen kesehatan

4. Peraturan perundang-undangan yang mendukung pembangunan kesehatan

5. Kerjasama lintas program dan sektor

Pada Manajemen Pembangunan Kesehatan peran farmasis (apoteker) lebih

berhubungan dengan kepemimpinan dan manajemen kesehatan serta Peraturan

Perundang-undangan yang mendukung pembangunan kesehatan.

Siapapun dan dimanapun orang / pimpinan organisasi profesi berbicara dalam

masalah kefarmasian, intinya tidak lain adalah pelaksanaan “Pharmaceutical

Care” (PC).

PC ada yang mengartikan “Asuhan Kefarmasian”, bisa juga “Perhatian

Kefarmasian” atau “Kepedulian Kefarmasian”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

85

Pharmaceutical Care adalah tanggungjawab farmako-terapi dari seorang

farmasis untuk mencapai dampak tertentu dalam meningkatkan kualitas hidup

pasien.

PC diimplementasikan (dilaksanakan) dengan “ Good Pharmacy Practice “ (Cara

Praktik di Apotek yang Baik) (CPAB).

Dalam pelaksanaan CPAB diperlukan :

1. Keterlibatan langsung farmasis (apoteker) dalam segala segi pelayanan

kebutuhan pasien (obat-obatan dan alat kesehatan)

2. Aktifitas utama apotek adalah :

• Menyalurkan obat-obatan dan alat kesehatan dengan mutu yang

terjamin.

• Memberikan informasi obat yang tepat.

• Monitoring efek dari obat / alat kesehatan tersebut

3. Kontribusi apoteker yang menyeluruh dalam penggunaan obat yang tepat

dan peresepan yang rasional serta ekonomis

4. Setiap orang / petugas di apotek sudah diberitahu bahwa tugas setiap

pelayanan apotek sangat penting dan saling berhubungan satu dengan

lainnya.

Untuk itu diperlukan pelayanan yang profesional yaitu pelayanan yang :

• Dilaksanakan dengan kemampuan dan disiplin yang tinggi.

• Mengamalkan kode etik dan standar profesi.

• Taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku

Untuk mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata serta

memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Mencapai Indonesia Sehat

2010) semua apoteker dimanapun bertugas harus memiliki perhatian utama

(focus) pada kesejahteraan / keselamatan pasien dan anggota masyarakat

lainnya antara lain :

A. Kepada apoteker yang bekerja hanya sebagai apoteker pengelola apotek (

APA ) difokuskan perannya kepada :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

86

a. Menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang

mutu dan keabsahannya terjamin.

b. Melayani dan mengawasi peracikan dan penyerahan obat

c. Memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat, baik

dengan resep dokter maupun penjualan bebas

d. Melaksanakan semua peraturan kefarmasian tentang apotek

e. Tidak terlibat konspirasi penjualan obat keras ke dokter praktek, toko

obat, dan sarana lainnya yang tidak berhak

f. Melakukan kerjasama yang baik dengan apotek sekitarnya dalam

rangka meningkatkan pelayanan pada pasien

B. Kepada apoteker yang bekerja di industri farmasi / marketing pabrik farmasi

diminta perannya dalam :

a. Mentaati peraturan tentang penyaluran sediaan farmasi utamanya

obat keras

b. Tidak membuat kebijakan marketing yang merugikan pasien

(konsumen) dengan membuat perjanjian tertentu yang meningkatkan

harga obat yang dipikul pasien (konsumen)

C. Kepada apoteker pada dinas kesehatan Kab / Kotamadya / SudinKes

Kotamadya diharapkan perannya :

a. Meningkatkan pelaksanaan tugas pengaturan dan pembinaan pada

sarana kefarmasian

b. Menindak-lanjuti secara adil pelanggaran yang dilakukan oleh toko

obat, apotek dan praktek profesi lainnya yang menyimpang dari

peraturan yang berlaku

D. Kepada apoteker di Badan POM atau Balai POM provinsi diharapkan

perannya :

a. Melakukan pemeriksaan atas penyaluran obat-obatan dari industri

dan jika ditemukan penyimpangan, segera melaporkannya pada

Menteri Kesehatan untuk ditindak lanjuti

b. Melakukan pembinaan dan peningkatan pada sarana pengawasan

obat di daerah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

87

c. Meningkatkan pengawasan peredaran sediaan farmasi palsu dan

tidak absah

d. Melakukan desentralisasi pengawasan

E. Kepada apoteker yang berada pada Departemen Kesehatan / Dirjen

Pelayanan Kefarmasian dan Komunitas diharapkan perannya :

a. Menyiapkan peraturan yang mengharuskan keberadaan apoteker di

apotek selama ada pelayanan kefarmasian demi meningkatkan

pelayanan kepada pasien / masyarakat

b. Menyiapkan peraturan yang mengharuskan adanya 2 apoteker jika

apotek melayani masyarakat lebih dari 8 jam dan 3 apoteker jika

apotek melayani masyarakat 24 jam

c. Menyiapkan sanksi administratif pada sarana industri farmasi yang

melakukan pelanggran peraturan menteri kesehatan atas laporan

Badan POM / Balai POM

d. Menyusun dan mengusulkan adanya Badan yang mengevaluasi dan

mengendalikan harga obat nama dagang yang beredar di Indonesia

demi melindungi masyarakat banyak dan agar Indonesia ini tidak lebih

liberal dari negara liberal

e. Menyiapkan dan menegaskan kembali peraturan mengenai

pemisahan yang jelas tugas masing-masing profesi dalam lingkungan

kesehatan

Jika semua apoteker berperan untuk meningkatkan pelayanannya dan

mempunyai niat baik untuk memperbaiki situasi kefarmasian, maka harkat dan

martabat apoteker bisa diraih kembali.

Azwar Daris, Ketua BPD – ISFI DKI Jakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

88

Lampiran 9. Surat Pengantar Kuisioner Penelitian

Kepada

Yth. Apoteker Pengelola Apotek

di tempat Dengan hormat,

Dalam rangka penyelesaian jenjang S1, saya Albert Basuki Sasongko,

mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, bermaksud

mengadakan penelitian yang berjudul ”KERJASAMA APOTEK-APOTEK DI

PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DI MATA APOTEKER

PENGELOLA APOTEK YANG TERGABUNG APOTEK JARINGAN

DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN KEFARMASIAN”.

Sehubungan dengan hal tersebut, dan juga mempertimbangkan kesibukan

Anda saya menawarkan 2 pilihan untuk mendapatkan informasi bagi penelitian

saya; yaitu:

1. Melakukan wawancara langsung, dengan membuat janji terlebih dahulu.

2. Mengisi langsung daftar pertanyaan yang saya berikan dan memberikan

nomor telepon dan waktu yang bisa dihubungi oleh saya jika dalam

jawaban ada hal-hal yang kurang jelas bagi saya. Mohon kesediaannya untuk meluangkan waktu menjawab pertanyaan dalam

daftar pertanyaan yang terlampir sesuai dengan pendapat/penilaian Anda. Jawaban

yang diberikan tidak mendapat penilaian benar atau salah. Segala informasi yang

Anda berikan akan dijaga kerahasiaannya demi kepentingan ilmiah.

Atas bantuan yang Apoteker Pengelola Apotek berikan, saya ucapkan

terimakasih.

Hormat saya,

Albert B. Sasongko

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

89

Lampiran 10. Kusioner Penelitian

A. Karakteristik Responden

1. Kesediaan menjadi responden : (a) Bersedia (b) Tidak

Bersedia 2. Jenis kelamin : (a) Laki-laki

(b) Perempuan 3. Pengalaman sebagai apoteker sebelum bergabung

dengan apotek jaringan : (a) < 4 th

(b) > 4 th 4. Pengalaman sebagai APA di apotek jaringan : (a) < 4th

(b) 4-6 th

(c) > 6 th

B. Daftar Pertanyaan 1. Apakah anda tahu bahwa apotek yang anda kelola merupakan suatu apotek

jaringan?

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

2. Apakah definisi dari apotek jaringan menurut anda?

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

3. Menurut anda apakah apotek jaringan memerlukan suatu peraturan tersendiri

dalam hukum? Mengapa?

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

90

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

4. Adakah aturan-aturan tertentu dari jaringan apotek anda ataukah persyaratan

tertentu yang harus dipenuhi sebelum dapat bergabung? Bisakah diberikan

syarat utamanya?

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

5. Adakah sanksi yang diberlakukan dalam jaringan apotek anda? Berupa apa?

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

6. Kenapa anda memutuskan untuk bergabung / bekerja dalam suatu apotek

jaringan, terutama jaringan yang saat ini anda tergabung didalamnya?

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

7. Apakah anda yakin dengan adanya apotek jaringan maka peningkatan

pelayanan kefarmasian dapat tercapai? Mengapa?

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

91

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

8. Pernahkah anda melakukan kerjasama dengan apotek lainnya dalam satu

jaringan?

• Jika pernah, bisakah disebutkan kerjasama seperti apa yang pernah

dilakukan?

........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

• Jika belum pernah, bisakah dijelaskan kenapa?

........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

9. Kerjasama antar apotek (dalam satu jaringan) seperti apakah menurut anda

yang dapat meningkatkan pelayanan kefarmasian?

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

10. Menurut anda kelebihan apa yang terdapat dalam jaringan apotek yang anda

ikuti?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

92

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

11. Menurut anda kekurangan apa yang terdapat dalam jaringan apotek yang anda

ikuti?

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

12. Apakah jaringan apotek yang anda ikuti ini sudah termasuk ideal bagi anda?

Kenapa?

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

13. Apotek jaringan seperti apakah yang menurut anda paling ideal atau yang

paling anda harapkan?

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: KERJASAMA APOTEK DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA … · kerjasama apotek di propinsi daerah istimewa yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek

93

Penulis lahir 12 Juli 1984 di Yogyakarta. Ayah bernama

Eddy Sugandhi, Ibu bernama Listyawati Gunawan,

memiliki kakak laki-laki bernama Martin Basuki

Sasongko, dan adik laki-laki bernama Steven Basuki

Sasongko. Penulis menyelesaikan masa studinya di TK

Tarakanita Yogyakarta, SD Tarakanita Yogyakarta,

SLTP Stella Duce I Yogyakarta, SMU Kolese de Britto

Sleman dan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis mempunyai pengalaman dalam kepanitian Lomba Cerdas Cermat Bidang

Kimia Tingkat SMA se-DIY (2004), Seminar Ilmiah Nasional Hasil Penelitian

Farmasi (2004), Tiga Hari Temu Akrab Farmasi (2004), Pharmacy Event Cup

(2004), dan aktif sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi

pada tahun 2004 dan 2005. Prestasi tertinggi dalam bidang akademis yang pernah

dicapai adalah sebagi salah satu peserta International Competitions for Junior

High School 1997 (Science – Biology) yang diadakan oleh Universitas New South

Wales, Australia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI