kesanggupan kardiovaskuler

33
LAPORAN PRAKTIKUM FAAL SISTEM KARDIOVASKULER KELOMPOK B4 Anggota : Nagusman Danil (1102009199) Nandika Nurfitria (1102009201) Nanda Rizky (1102009200) Risa Rilanda (1102009251) Rizweta Destin (1102009253) Roni Fajri (1102009254) Soraya Muchlisa (1102009272) Sofia Putri Nirmala (1102009271) 1

Upload: rizweta-destin

Post on 02-Jan-2016

238 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Kesanggupan Kardiovaskuler

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

SISTEM KARDIOVASKULER

KELOMPOK B4

Anggota : Nagusman Danil (1102009199)

Nandika Nurfitria (1102009201)

Nanda Rizky (1102009200)

Risa Rilanda (1102009251)

Rizweta Destin (1102009253)

Roni Fajri (1102009254)

Soraya Muchlisa (1102009272)

Sofia Putri Nirmala (1102009271)

Try Setiawardana (1102007279)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

TAHUN 2010 – 2011

1

Page 2: Kesanggupan Kardiovaskuler

Pengukuran Secara Tidak Langsung Tekanan Darah Arteri pada Manusia

Tujuan

1. Mengukur tekanan darah arteri brachialis dengan cara auskultasi dengan penilaian

menurut metode lama dan metode baru “The American Heart Association (AHA)”

2. Mengukur tekanan darah arteri brachialis dengan cara palpasi

3. Menerangkan perbedaan hasil pengukuran cara auskultasi dengan cara palpasi

4. Membandingkan hasil pengukuran tekanan darah A.brachialis pada sikap berbaring,

duduk dan berdiri

5. Menguraikan pelbagai factor penyebab perubahan hasil pengukuran tekanan darah

pada ketiga sikap tersebut diatas

6. Membandingkan hasil pengukuran darah A.brachialis sebelum dan sesudah kerja oto

7. Menjelaskan pelbagai factor penyebab perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah

kerja otot.

Alat yang diperlukan:

1. Sfigmomanometer

2. Stetoskop

Tata kerja

A. Pengukuran tekanan darah a. Brachialis pada sikap berbaring, duduk dan

berdiri

Berbaring telentang:

1. Suruhlah orang percobaan (op) berbaring telentang dengan tenang selama 10 menit

2. Selama menunggu, pasalnglah manset sfigmomanometer pada lengan OP

Pertanyaan : apa yang harus diperhatikan pada waktu memasang manset?

Jawaban :

Ukuran manset yang digunakan harus sesuai

Jika pemasangan manset dilakukan diatas lengan baju yang tidak

dilipat, maka hasil pengukuran akan lebih tidak bisa dipercaya

2

Page 3: Kesanggupan Kardiovaskuler

Pemasangan manset terletak tiga jari di atas regio cubiti di atas arteri

brachialis di siku.. Biasanya dipasang pada tangan kiri.

Harus memperhatikan posisi o.p pda saat dilakukan pengukuran

tekanan darah.

3. carilah dengan cara palpasi denyut a.brachialis pada fossa cubit dan denyut a.radialis

pada pergelangan tangan kanan

Pertanyaan : mengapa kita harus meraba letak denyut a.brachialis dan a.radialis op?

Jawaban : Pada saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah dengan metode

auskultasi, sebaiknya dilakukan juga perabaan denyut arteri radialis

ketika memompa manset. Saat tekanan manset diturunkan, bunyi

korotkoff kadang-kadang menghilang pada saat tekanan jauh melebihi

tekanan diastolik, kemudian muncul lagi pada tekanan yang lebih

rendah. Bila manset semula dipompa sampai denyut radialis menghilang,

pemeriksa dapat yakin bahwa tekanan manset melebihi tekanan sistolik

dan hasil pengukuran yang lebih rendah daripada sebenranya dapat

dihindari

4. setelah op berbaring 10 menit,tetapkanlah kelima fase Korotkoff dalam pengukuran

tekanan darah op tersebut

Pertanyaan : 1. Tindakan apa yang saudara lakukan secara berturut-turut untuk

mengukur tekanan darah ini?

2. Sebutkan kelima fase korotkoff. Bagaimana menggunakan fase

Korotkoff tersebut dalam pengukuran tekanan darah dnegan penilaian

menurut metode lama dan baru?

Jawaban : 1. Tindakan untuk mengukur tekanan darah :

Memasang manset dengan benar

Memompa manset sampai besar tekanan di dalamnya melebihi

tekanan sistolik di arteri brachialis. Arteri dioklusi oleh manset

dan tidak ada suara yang terdengar melalui stetoskop.

Tekanan pada manset kemudian diturunkan perlahan-lahan.

Pada saat tekanan sistoliki arteri tepat melampaui tekanan

manset, akan terdengar bunyi detak di bawah manset akibat

3

Page 4: Kesanggupan Kardiovaskuler

semburan drah yang melewati arteri. Tekanan ini disebut

tekanan sistolik.

Saat suara bunyi detak menghilang atau menjadi perlahan,

tekanan pada saat ini disebut tekanan diastolik.

2. Fase korotkoff :

a. Fase I : timbulnya dengan tiba-tiba suatu bunyi mengetuk yang

jelas dan makin lama makin keras sewaktu tekanan menurun 10-14

mmHg berikutnya. Ini disebut pula nada letupan. 

b. Fase II : bunyi berubah kualitasnya menjadi bising selama

penurunan tekanan 15-20 mmHg berikutnya.

c. Fase III : bunyi sedikit berubah dalam kualitas, tetapi menjadi jelas

dan keras selama penurunan tekan 5-7 mmHg berikutnya.

d. Fase IV : bunyi meredam (melemah) selama penurunan 5-6 mmHg

berikutnya. Setelah itu bunyi menghilang.

e. Fase V : titik dimana bunyi menghilang.

Fase korotkoff pada saat dalam pengukuran tekanan dengan metode

lama dan baru berbeda pada saat fase korotkoff digunakan pada saat

pengukuran tekanan darah dengan metode auskultasi.

5. Ulangi pengukuran sub.4 sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan

catatlah hasilnya.

Pertanyaan : Apa yang harus diperhatikan bila kita ingin mengulangi pengukuran

tekanan darah? Apa sebabnya?

Jawaban : Sebaiknya ditunggu beberapa saat dahulu agar aliran darah stabil dan

aktivitas memompa jantung juga stabil. Karena jika tidak akan terjadi

penekanan pembuluh darah yang akan menyebabkan pecahnya pembuluh

darah. Jika pembuluh darah pecah maka hematokrit darah akan

meningkat, sehingga viskositas darah akan meningkat sehingga aliran

4

Page 5: Kesanggupan Kardiovaskuler

darah akan menjadi lebih lambat. Tekanan darah akan sangat dipengaruhi

oleh hal ini.

Duduk:

6. Tanpa melepaskan manset op disuruh duduk. Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi

tekanan darah a.brachialisnya dengan cara yang sama. Ulangi pengukuran sebanyak 3

kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.

Pertanyaan : Sebutkan 5 faktor yang menentukan besar tekanan darah arteri.

Jawaban : faktornya yaitu :

Volume darah

Viskositas

Elastisitas pembuluh darah

Gerakan memompa jantung

Tolakan periferal

Berdiri:

7. Tanpa melepaskan manset op disuruh berdiri. Setelah berdiri. Setelah ditunggu 3

menit ukurlah lagi tekanan darah a.brachialisnya dengan cara yang sama. Ulangi

pengukuran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.

Pertanyaan : Mengapa pengukuran dilakukan beberapa saat setelah berdiri?

Jawaban : Agar aliran darah menjadi lebih stabil dan membuat kerja jantung

menjadi lebih normal.

8. Bandingkanlah hasil pengukuran tekanan darah op pada ketiga sikap yang berbeda

diatas.

B. Pengukuran tekanan darah sesudah kerja otot

1. Ukurlah tekanan darah a. Brachialis op dengan penilaian menurut metode baru pada

sikap duduk (op tidak perlu sama seoerti pada sub.I)

5

Page 6: Kesanggupan Kardiovaskuler

2. Tanpa melepaskan manset suruhlah op berlari ditempat dengan frekuensi 120

loncatan/menit selama 2 menit. Segera setelah selesai, op disuruh duduk dan ukurlah

tekanan darahnya.

3. Ulangi pengukuran tekanan darah ini tiap menit sampai tekanan darahnya kembali

seperti semula. Catatlah hasil pengukuran terserbut.

Pertanyaan : Bagaimana tekanan darah seseorang segera setelah melakukan kerja

otot?

Jawaban : Tekanan darah meningkat setelah kerja otot karena pada saat melakukan

kerja, otot membutuhkan oksigen yang lebih banyak untuk menghasilkan

ATP sehingga darah yang diperlukan juga banyak. Sehingga aliran darah

semakin cepat untuk mengkompensasi kebutuhan oksigen tersebut.

Aktivitas memompa jantung pun meningkat.

C. Pengukuran tekanan darah a.brachialis dengan cara palpasi

1. Ukurlah tekanan darah a.brachialis op pada sikap duduk dengan cara auskultasi

(Sub.I)

2. Ukurlah tekanan darah a. Brachialis sdr. Melakukan pengukuran tekanan darah cara

palpasi

Pertanyaan : Bagaimana saudara melakukan pengukuran tekanan darah cara palpasi?

Jawaban : Menentukan tekanan sistolik dengan memompa manset pada tangan dan

kemudian membiarkan tekanan menurun sambil menentukan tekanan saat denyut

arteri radialis pertama kali teraba. Biasanya 2 – 5 mmHg lebih rendah dibandingkan

dengan metode auskultasi.

6

Page 7: Kesanggupan Kardiovaskuler

Dasar Teori

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-

anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa.

Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat

melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga

berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat seseorang yang memeriksa tekanan darah

dengan menggunakan alat yang sering disebut tensimeter. Dari pengukuran tekanan darah ini

kemudian didapatkan hasil, misalnya 120/80 mmHg yaitu tekanan darah sitole per diastole.

Naik turunnya gelembung tekanan darah seirama dengan pemompaan jantung untuk

mengalirkan darah di pembuluh arteri. Tekanan darah memuncak pada saat jantung

memompa, ini dinamakan “sistole", dan menurun sampai pada tekanan terendah yaitu saat

jantung tidak memompa (relaxes) ini disebut “Diastole” Kemudian timbul pertanyaan dalam

benak kita bagaimana cara menentukan angka-angka tersebut, atau adakah hal yang

mempengaruhi sehingga tekanan darah setiap orang berbeda-beda dan bagaimana

pengaruhnya terhadap keadaan fisiologis seseorang. Masalah-masalah tersebut akan

dipraktikkan dan dipelajari dalam praktikum ini.

Tekanan darah adalah hal vital dalam hidup. Tekanan darah memungkinkan untuk

darah bersirkuasi ke seluruh tubuh kita. Dengan setiap gerakan jantung, darah di pompa

keluar dari jantung ke pembuluh-pembuluh darah. Darah merupakan pembawa oksigen dan

makanan ke organ-organ vital seperti otak, jantung dan ginjal sehingga mereka bisa bekerja.

Tekanan darah adalah kekuatan darah terhadap didnding pembuluh darah.

Tekanan darah arteri adalah kekuatan darah ke didinding pembuluh darah yang

menampung , mengakibatkan tekanan ini berubah-ubah pada setiap siklus jantung. Pada saat

ventrikel kiri memaksa darah masuk ke aorta ,tekanan naik sampai puncak yang disebut

tekanan sistolik. Pada waktu diastole tekanan turun sampai mncapai titik terendah yag disebut

tekanan diastole (Guyton,2007).

Tekanan darah dinilai dalam dua nilai, sebuah tekanan tinggi sistolik yang

menandakan kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah diastolik atau tekanan istirahat.

Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada lengan

tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan

denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa.

7

Page 8: Kesanggupan Kardiovaskuler

Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong darah ke jaringan.

Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus

cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup, tanpa tekanan ini, otot dan

jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat seberapapun penyesuaian lokal

mengenai resistensi arteriol ke organ-organ tersebut dilakukan. Kedua, tekanan tidak boleh

telalu tinggi sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningktkan

resiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan lupturnya pembuluh-pembuluh halus

(Sherwood, 2005).

Pusat integritas yang menerima impuls aferen menegenai status tekanan arteri adalah

pusat control kardiovaskuler, yang terletak pada medulla di batang otak. Sebagai jalur aferen

adalah system saraf otonom. Jika karena suatu hal tekanan arteri meningkat di atas normal,

baroreseptor sinus karotis dan lengkung aorta meningkatkan kecepatan pembentukan

potensial aksi di neuron aferen. Setelah mendapatkan informasi bahwa tekanan arteri terlalu

tinggi oleh peningkatan potensial tersebut, pusat control kardiovaskuler berespons dengan

mengurangi aktivitas simpatis dan meningkatkan aktivitas parasimpatis ke system

kardiovaskuler. Sinyal-sinyal eferen ini menurunkan kecepatan denyut jantung, menurunkan

volume sekuncup, dan menimbulkan vasodilatasi arteriol dan vena, yang pada gilirannya

menurunkan curah jantung dan resistensi perifer total, sehingga tekanan darah kembali ke

tingkat normal (Sherwood, 2005).

Tekanan darah di aorta dan di brakial dan arteri besar lainnya pada orang dewasa

tekanan sitolik berkisar 120 mmHg selama siklus jantung dan turun menjadi minimum

(tekanan diastole) sekitar 70 mmHg. Takanan darah arteri biasanya ditulis dengan tekanan

systole per tekanan diastole, 120/70 mmHg. Tekanan nadi, berbeda antara tekanan sistole dan

diastole, normalnya sekitar 50 mmHg. Tekanan rata-rata adalah tekanan rata-rata seluruh

siklus jantung. Karena systole lebih singkat daripada diastole, tekanan rata-rata merupakan

nilai tengah antara tekanan systole dan diastole. Hal ini sebenarnya bisa hanya ditentukan

oleh luas integritas dari kurva tekanan, bagaimanapun sabagai perkiraan, tekanan rata-rata

sebanding dengan tekanan diastole ditambah satu-tiga dari tekanan nadi (Ganong, 2000).

Dua faktor utama yang mempengaruhi tekanan nadi, yaitu:

1. curah volume sekuncup dari jantung

2. komplians dari sistem arteri

8

Page 9: Kesanggupan Kardiovaskuler

Volume sekuncup jantung adalah jumlah darah yang dipompa dari tiap-tiap ventrikel

pada setiap denyut jantung, dalam keadaan normal volume sekuncup sekitar 70 ml, tetapi

dalam keadaan yang sesuai dengan kehidupan ,volume sekuncup dapat turun sampai

beberapa milimeter per denyut dan dapat meningkat sampai sekitar 140 ml per denyut pada

jantung normal dan sampai lebih lebih dari 200 ml/ denyut pada orang dengan jantung yang

sangat besar, seperti pada beberapa atlit. (Guyton,2007)

Pada umumnya semakin besar curah volume sekuncup semakin besar jumlah darah

yang harus ditampung di sistem arteri pada setiap denyut jantung dan karena itu semakin

besar peningkatan dan penurunan tekanan selama diastol dan sistol ,jadi menyebabkan

semakin besar tekanan nadi. Sebaliknya semakin kecil komplians sistem arteri maka makin

besar tekanan yang akan terjadi pada volume sekuncup darah tertentu yang dipompa ke

dalam arteri. Kadang-kadang tekanan nadi meningkat sebanyak dua kali normal pada orang

lanjut usia karena arteri menjadi lebih kaku akibat arterioskolosis dan karena itu tidak

fleksibel.Kemudian sebagai akibatnya tekanan nadi ditentukan kurang lebih oleh rasio curah

volume sekuncup terhadap komlians arteri. Setiap kondisi sirkulasi yang mempengaruhi satu

atau kedua faktor tersebut akan juga mempengaruhi tekanan nadi. (Guyton, 2007)

Fisiologi dari system sirkulsi sangat kompleks. Dapat dikatakan, ada banyak factor

yang dapat mempengaruhi tekanan arteri. Diantaranya bisa dipengaruhi oleh factor fisiologi,

seperti diet, kegiatan fisik, sakit, obat-obatan atau alcohol, obesitas, keelbihan berat dan dan

seterusnya.

Faktor-faktor yang dapat mempertahan aliran darah adalah sebagai berikut, (1)

Kekuatan jantung memompakan darah membuat tekanan yang dilakukan jantung sehingga

darah bisa beredar ke seluruh bagian tubuh dan darah dapat kembali lagi ken jantung, (2)

Visikositas atau kekentalan darah,disebabkan oleh protein plasma dan jumlah sel darah ang

beredar dalam aliran darah, (3) elastisitas dinding aliran darah. Didalam arteri tekanan lebih

besar darip[ada di dalam vena sebab otot yang membungkus arteri lebih elastis dari pada

vena, (4) tahanan tepi. Tahanan yang dikeluarkan oleh darah mengalir dalam pembuluh darah

dalam sirkulasi darah besar yang berda dalam arterial. Turunnya tekanan mengakibatkan

denyut jantung pada kapiler dan vena tidak teraba.(Guyton,2007)

Hingga saat sekarang alat ukur yang masih terandalkan untuk mengukur tekanan

darah secara tidak langsung ialah sfigmomanometer air raksa. Kadang-kadang dijumpai

sfigmomanometer dengan pipa air raksa yang letaknya miring terhadap bidang horisontal

9

Page 10: Kesanggupan Kardiovaskuler

(permukaan air) dengan maksud untuk memudahkan pembacaan hasil pengukuran oleh

pemeriksa. Untuk sfigmomanometer semacam ini perlu dilakukan koreksi skala ukurannya

karena seharusnya pipa air raksa tegak lurus terhadap permukaan air. Manset yang digunakan

dapat berbeda lebarnya bergantung kepada lingkar lengan. Secara garis besar American Heart

Association menganjurkan penggunaan lebar manset sebagai berikut: di bawah 1 tahun 2.5

cm ,1 -- 4 tahun 5 atau 6 cm, 4 -- 8 tahun 8 atau 9cm, dewasa 12.5 cm, dewasa obese 14 cm.

Menurut laporan WHO yang panting ialah lebar kantong udara dalam manset harus

cukup lebar untuk menutupi 2/3 panjang lengan atas. Demikian pula panjang manset harus

cukup panjang untuk menutupi 2/3 lingkar lengan atas. Ukuran manset yang tertentu tersebut

bertujuan agar tekanan udara dalam manset yang ditera dengan tinggi kolom air raksa, benar-

benar seimbang dengan tekanan sisi pembuluh darah yang akan diukur.

a. Metode Palpasi

Nilai minimum dari systole dapat dihitung secara kasar tanpa perlatan dengan cara

palpasi yang pada umumnya dipakai dalam keadaan darurat. Palpasi dari arteri radial indikasi

tekanan darahnya yaitu 80 mmHg, arteri femuralis paling rendah 70 mmHg, dan nadi karotis

minimal 60 mmHg

b. Metode Auskultasi

Untuk melakukan pengukuran tekanan secara rutin pada penderita, tidaklah mungkin

untuk menggunakan bermacam-macam pencatatan tekanan yang mengaharuskan jarum

masuk kedalam arteri,walaupun cara tersebut kadang-kadang diperlukan pada penelitian

khusus. Sebagai gantinya para klinisi menetukan tekanan sistolik dan diastolik deengan cara

tidak lansung bisanya dengan menggunakan cara auskultasi. .(Guyton, 2007)

Cara metode auskultasi, yaitu sebuah stetoskop diletakkan pada arteri antecubiti, dan

disekeliling lengan atasdipasang sebuah manset tekanan darah yang digembungkan. Selama

manset mnekan lengan dengan sedikit sekali tekanan sehingga arteri tetap terdistensi dengan

darah, tidak ada bunyi yang terdengar melalui stetoskop ,walaupun sebenarnya darah alam

arteri tetap berdenyut . bila tekanan dalam manset itu cukup besar untuk menutup arteri

selama sebagian siklus tekanan arteri, pada setiapa denyutan akan terdengar bunyi. Bunyi-

bunyi ini di sebut bunyi korotkoff. (Guyton, 2007)

10

Page 11: Kesanggupan Kardiovaskuler

Auskultasi adalah metode yang menggunakan stetoskop dan sphygmomanometer. Ini

terdiri dari sebuah inflatable (riva rocci) spontan ditempatkan di sekitar lengan atas di sekitar

yang sama vertikal tinggi sebagai jantung, terlampir ke air raksa atau aneroid manometer.

The raksa manometer, dianggap sebagai standar baku untuk pengukuran tekanan arterial,

mengukur ketinggian kolom dari air raksa, memberikan hasil yang mutlak tanpa perlu untuk

kalibrasi, dan akibatnya tidak tunduk pada kesalahan dan penyimpangan dari kalibrasi yang

mempengaruhi metode lain. Penggunaan air raksa manometers sering diperlukan dalam

percobaan klinik dan untuk pengukuran klinis hipertensi pada pasien berisiko tinggi, seperti

ibu hamil (http://en.wikipedia.org, 2008).

Dalam menentukan tekanan darah dengan cara auskultasi ,tekanan dalam manset

mula-mula dinaikkan sampai tekanan diatas arteri sistolik. Selama tekanan ini lebih tinggi

daripada tekanan sistolik ,arteri brakialis tetap kolaps dan tidak ada darah yang mengalir

kedalam arteri yang lebih distal sepanjang bagian siklus tekanan yang manapun .oleh karena

itulah, tidak akan terdenga bunyi korotkoff dibagian arteri yang lebih distal. Namun

kemudian tekanan dalam manset secara bertahap dikurangi. Begitu tekanan dalam manset

menurun dibawah tekanan sistolik akan ada darah yang mengalir melalui arteri yang terletak

dibawah manset elama puncak tekanan sistolik dan kita mulai mendegar bunyi berdetak

dalam arteri antecubiti yang sinkron dengan denyut jantung. Begitu bunyi terdengar , nilai

tekanan yang ditunjukkan oleh manometer yang dihubungkan dengan manset kira-kira sama

dengan tekanan sistolik.(Guyton, 2007).

Bila tekanan dalam manset diturunkan lebih lanjut ,terjadi perubahan kualitas bunyi

berdetaknya menjadi berkurang namun lebih berirama dan bunyinya lebih kasar.

Kemudian,akhirnya sewaktu tekanan dalam manset turun sampai sama dengan tekanan

diastolik ,arteri tersebut tidak tersumbat lagi , yang berarti bahwa faktor dasar yang

menimbulkan terjadinya bunyi dalah pancaran darah melewati arteri yang tertekan tidak ada

lagi. Oleh karena itu bunyi tersebut mendadak berubah menjadi meredam dan biasanya

menghilang seluruhnya setelah tekanan dalam manset turun lagi sebanyak 10 sampai 10

milimeter. Kita catat tekanan pada manometer ketika bunyi korotkoff berubah menjadi

meredam,dan tekanan ini kurang lebih sama dnga tekanan diastolik. .(Guyton, 2007)

11

Page 12: Kesanggupan Kardiovaskuler

Hasil Praktikum

A. Pengukuran tekanan darah a. Brachialis pada sikap berbaring, duduk dan

berdiri

Nama OP : Sofi

a. Berbaring terlentangNilai rata – rata tekanan darah :- Untuk fase korotkof 1 adalah 100

- Untuk fase korotkof 2 adalah 90

- Untuk fase korotkof 3 adalah 80

- Untuk fase korotkof 4 adalah 70

- Untuk fase korotkof 5 adalah 60b. Duduk

Nilai rata – rata tekanan darah :- Untuk fase korotkof 1 adalah 110

- Untuk fase korotkof 1 adalah 100

- Untuk fase korotkof 1 adalah 90

- Untuk fase korotkof 1 adalah 70

- Untuk fase korotkof 1 adalah 60c. Berdiri

- Untuk fase korotkof 1 adalah 120

- Untuk fase korotkof 1 adalah 110

- Untuk fase korotkof 1 adalah 100

- Untuk fase korotkof 1 adalah 80

- Untuk fase korotkof 1 adalah 70

B. Pengukuran tekanan darah sesudah kerja otot

Nama OP : Nandika

Sebelum melakukan 90/60

Setelah melakukan 134/60

Setelah 1 menit 130/70

Setelah 2 menit 126/70

Setelah 3 menit 120/70

C. Pengukuran tekanan darah a. brachialis dengan cara palpasi

Nama OP : Roni

Pada sikap duduk dengan cara auskultasi 110/60

Pada sikap duduk dengan cara palpasi 110 untuk sistolik nya.

12

Page 13: Kesanggupan Kardiovaskuler

Kesimpulan Hasil Praktikum

A. Pengukuran tekanan darah a. Brachialis pada sikap berbaring, duduk dan

berdiri

Tekanan darah OP tertinggi pada posisi berdiri (120/70 mmHg) dan tekanan darah OP

terendah pada posisi berbaring (110/60 mmHg)

B. Pengukuran tekanan darah sesudah kerja otot

Tekanan darah OP meningkat setelah melakukan aktivitas (90/60 menjadi 135/60) dan

berangsur-angsur menurun setelah beberapa menit melakukan aktivitas

C. Pengukuran tekanan darah a. brachialis dengan cara palpasi

Pada pemeriksaan OP, hasil tekanan sistolik pada pengukuran tekanan darah dengan

cara palpasi sama dengan hasil pengukuran tekanan darah dengan auskultasi yaitu

sitolik 110 mmHg

13

Page 14: Kesanggupan Kardiovaskuler

Kesanggupan Kardiovaskuler

Tujuan :

1. Mengukur tekanan darah arteri brachialis pada sikap berbaring

2. Memberikan rangsang pendinginan pada tangan selama satu menit

3. Mengukur tekanan darah arteri brachialis selama perangsangan pada sub. 2

4. Menetapkan waktu pemulihan tekanan darah arteri brachialis

5. Menggolongkan orang percobaan dalam golongan hiperreaktor

6. Melakukan percobaan naik-turun bangku

7. Menetapkan indeks kesanggupan badan manusia dengan cara lambat dan cara cepat

8. Menilai indeks kesanggupan badan manusia berdasarkan hasil sub. 7

Alat yang diperlukan:

1. Sfigmomanometer dan stetoskop

2. Ember kecil berisi air es dan termometer kimia

3. Pengukur waktu (arloji atau stopwatch)

4. Bangku setinggi 19 inchi

5. Metronom (frekuensi 120x/menit)

Tata kerja

A. Tes Peninggian Tekanan Darah dengan Pendinginan (Cold Pressure Test)

1. Suruh OP berbaring telentang dengan tenang selama 20 menit.

Pertanyaan : mengapa OP harus berbaring selama 20 menit?

Jawaban : Agar aliran darah menjadi lebih stabil dan kerja jantung kembali

seperti normal.

2. Selama menunggu pasanglah manset spigmomanometer pada lengan kanan atas

OP

3. Setelah OP berbaring 20 menit, tetapkanlah tekanan darahnya setiap 5 menit

sampai terdapat hasil yang sama 3 kali berturut-turut (tekanan basal)

14

Page 15: Kesanggupan Kardiovaskuler

Pertanyaan : apa kontraindikasi untuk melakukan cold pressure test ?

Jawaban : Orang yang mengalami hipertensi, karena akan sangat berbahaya

efeknya yaitu kompensasi vasokonstriksi dari pembuluh darah yang

akan mengakibatkan tekanan darah meningkat.

4. Tanpa membuka manset, suruhlah OP memasukkan tangan kirinya kedalam air es

(4oC) sampai pergelangan tangan.

5. Pada detik ke 30 dan detik ke 60 pendinginan, tetapkan tekanan sistolik dan

diastoliknya

Pertanyaan : 1. Bagaimana cara supaya saudara dapat mengukur tekanan darah

OP dengan cepat?

2. apa yang diharapkan terjadi pada tekanan darah OP selama

pendinginan, terangkan mekanismenya.

Jawaban :1. Dengan menggunakan cara palpasi

2. Terjadinya hiperreaksi dari jantung yang menyebabkan tekanan

darah akan semakin meningkat. Pada saat dilakukan pendinginan

terjadi vasokonstriksi darah yang nantinya akan membutuhkan

aliran dengan tekanan yang lebih tinggi agar darah tetap dapat

menyebar sampai ke ujung kapiler.

6. Catatlah hasil pengukuran tekanan darah OP selama pendinginan. Bila pada

pendinginan tekanan sistolik naik lebih besar dari 20 mmHg dan tekanan diastolik

lebih dari 30 mmHg dari tekanan basal, maka OP termasuk golongan

hiperreaktor. Bila kenaikan tekanan darah OP masih dibawah angka-angka

tersebut diatas, maka Optermasuk golongan hiporeaktor.

Pertanyaan : apa gunanya kita mengetahui bahwa seseorang termasuk golongan

hiperreaktor atau hiporeaktor?

Jawaban : Jika orang tersebut hiperreaktor, maka ia akan mempunyai

kecenderungan untuk terserang hipertensi.

7. Suruhlah OP segera mengeluarkan tangan kirinya dari es dan tetapkanlah tekanan

sistolik dan diastolik setiap 2 menit sampai kebali ke tekanan darah basal

8. Bila terdapat kesukaran pada waktu mengukur tekanan sistolik dan diastolik pada

dtik ke 30 dan detik ke 60 pendinginan, percobaan dapat dilakukan dua kali. Pada

15

Page 16: Kesanggupan Kardiovaskuler

percobaan pertama hanya dilakukan penetapan tekanan sistolik pada detik ke 30

dan detik ke 60 pendinginan. Suruhlah OP segera mengeluarkan tangan kkirinya

dari es dan tetapkan tekanan sistolik dan diastoliknya setiap 2 menit sampai

kembali ke tekanan darah basal. Setelah tekanan darah kembali ke tekanan basal,

lakukan percobaan yang kedua untuk menetapkan tekanan diastolik pada detik ke

30 dan detik ke 60 pendinginan.

B. Percobaan Naik Turun Bangku (Havard Step Test)

1. Suruhlah OP berdiri menghadap bangku setinggi 19 inchi sambil mendengarkan

deakan sebuah metronome dengan frekuensi 120 kali per menit

2. Suruh OP menempatkan salah satu kakinya di bangku, tepat pada suatu detakan

metronome

3. Pada detakan berikutnya (dianggap sebagai detakan kedua) kaki lainnya

dinaikkan ke bangku sehingga OP berdiri tegak diatas bangku

4. Pada detakan ketiga, kaki yang pertama kali naik diturunkan

5. Pada detakan keempat, kaki yang masih diatas bangku diturunkan sehingga OP

berdiri tegak lagi didepan bangku

6. Siklus tersebut diulang terus menerus sampai OP tidak kuat lagi tetapi tidak lebih

dari 5 menit. Catat berapa lama percobaan tersebut dilakukan dengan

menggunakan stopwatch

7. Segera setelah itu, OP disuruh duduk. Hitunglah dan catatlah frekuensi denyut

nadinya selama 30 detik sebanyak 3 kali masing-masing dari 1’-1’30”, dari 2’-

2’30” dan dari 3’-3’30”.

8. Hitunglah indeks kesanggupan o.p serta berikan peniilainnya menurut 2 cara

berikut ini :

a. Cara lambat

Indeks kesanggupan badan = lama naik turun bangku (dlm detik) x 100

2 x jumlah ketiga denyut nadi tiap 30”

Penilaian : < 55 = kesanggupan kurang

55-64 = kesanggupan sedang

16

Page 17: Kesanggupan Kardiovaskuler

65-79 = kesanggupan cukup

80-89 = kesanggupan baik

>90 = kesanggupan amat baik

b. Cara cepat

Indeks kesanggupan badan = lama naik turun bangku (dlm detik) x 100

5,5 x denyut nadi selama 30” pertama

Pertanyaan : hitung indeks kesanggupan badan seseorang dengan cara lambat

dan dengan cara cepat dengan data sebagai berikut :

Lama naik turun bangku : 4’

Denyut nadi : 1’-1’30” : 75

2’-2’30” : 60

3’-3’30” : 40

Jawaban :

Perhitungan cara lambat :

Indeks kesanggupan = lama naik turun bangku   x         100

                                     2 x jumlah ketiga denyut nadi tiap 30’

= (4 x 60) x 100

2 x (75 + 60 + 40)

= 240 x 100

2 x 175

= 24000

350

= 68, 57 ( kesanggupan cukup )

Perhitungan cara cepat :

Indeks kesanggupan badan = lama naik turun bangku x             100

                                     5,5 x denyut nadi selama 30’ pertama

17

Page 18: Kesanggupan Kardiovaskuler

= (4 x 60) x 100

5,5 x 75

= 24000

412,5

= 58,18

18

Page 19: Kesanggupan Kardiovaskuler

Dasar Teori

Tekanan darah pada pembuluh darah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor dasar

yang mempengaruhinya adalah cardiac output, total tahanan perifer pembuluh darah di

arteriola, volume darah, dan viskositas darah. Dengan faktor tersebut, tubuh kita melakukan

kontol agar tekanan darah menjadi normal dan stabil. Pengaturan pembuluh darah yang

bekerja dalam mengontrol tekanan darah yaitu pengaturan lokal, saraf dan hormonal.

            Kontol lokal (intrinsik) adalah perubahan-perubahan di dalam suatu jaringan yang

mengubah jari-jari pembuluh, sehingga alirah darah ke jaringan tersebut berubah melalui efek

terhadap otot polos arteriol jaringan. Kontrol lokal sangat penting bagi otot rangka dan

jantung, yaitu jaringan-jaringan yang aktivitas metabolik dan kebutuhan akan pasokan

darahnya sangat bervariasi, dan bagi otak, yang aktivitas metabolic keseluruhannya dan

kebutuhan akan pasokan darah tetap konstan. Pengaruh-pengaruh lokal dapat bersifat

kimiawi atau fisik.

 

I. Tes peninggian tekanan darah dengan pendinginan (Cold-presor test)

Perubahan temperatur lingkungan menjadi dingin merupakan salah satu contoh

pengaruh fisik lokal pada otot, sehingga tekanan darah dapat berubah. Bila pada

pendinginan, tekanan sistolik naik lebih besar dari 20 mmHg dan tekanan diastolik

lebih dari 30 mmHg dibandingkan dengan tekanan basal, maka o.p tergolong

hiperreaktor. Bila kenaikan tekanan darah o.p masih di bawah angka-angka tersebut,

o.p tergolong hiporeaktor.

 

II.                 Percobaan naik turun bangku (Harvard Step Test)

 

Saat berolahraga, terjadi peningkatan metabolisme dalam tubuh. Hal ini

mempengaruhi tekanan darah, dan termasuk sebagai pengaruh lokal kimiawi. Sebab

olahraga menyebabkan:

a.       Penurunan O2 oleh karena sel-sel yang aktif melakukan metabolism menggunakan

lebih banyak O2 untuk fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP.

b.      Peningkatan CO2 sebagai produk sampingan fosforilasi oksidatif

c.       Peningkatan asam – lebih banyak asam karbonat yang dihasilkan dari

peningkatan produksi CO2 akibat peningkatan aktivitas metabolic. Juga terjadi

19

Page 20: Kesanggupan Kardiovaskuler

penimbunan asam laktat apabila yang digunakan untuk menghasilkan ATP

adalah jalur glikolitik.

d.      Peningkatan K+ -- potensial aksi yang terjadi berulang-ulang dan mengalahkan

kemampuan pompa Na+ untuk mengembalikan gradient konsentrasi istirahat,

menyebabkan peningkatan K+ di cairan jaringan.

e.       Peningkatan osmolaritas ketika metabolism sel meningkat karena meningkatnya

pembentukan partikel-partikel yang secara osmotis aktif.

f.       Pengeluaran adenosin sebagai respon terhadap peningkatan aktivitas metabolism

atau kekurangan O2, terutama di otot jantung.

g.      Pengeluaran prostaglandin

Tekanan sistolik dan diastolik dalam keadaan istirahat dan dalam keadaan setelah

beraktivitas (misalnya : olahraga) akan berbeda karena saat olahraga terjadi

peningkatan aliran balik vena.

Efek aktivitas otot rangka selama berolahraga adalah salah satu cara untuk

mengalirkan simpanan darah di vena ke jantung. Penekanan vena eksternal ini

menurunkan kapasitas vena dan meningkatkan tekanan vena. Peningkatan aktivitas

otot mendorong lebih banyak  darah keluar dari vena dan masuk ke jantung.

Pada Harvard Step Test menggunakan parameter waktu lama kerja dan frekuensi

denyut nadi, Denyut nadi dapat diketahui dengan menghitung denyut arteri radialis,

suara detak jantung, atau dengan bantuan eleftrokardiogram. Dengan memakai kedua

factor tersebut dapat dihitung indeks kesanggupan badan, yang dibedakan antara

kesanggupan kurang sampai kesanggupan amat baik.

20

Page 21: Kesanggupan Kardiovaskuler

Hasil Praktikum

A. Tes Peninggian Tekanan Darah dengan Pendinginan (Cold Pressure Test)

Nama OP : Soraya

Saat berbaring terlentang 100/70

Setelah 30 detik direndam air dingin 110/80

Setelah 60 detik direndam air dingin 120/90

B. Percobaan Naik Turun Bangku (Havard Step Test)

Nama OP : Daniel

Lama naik turun bangku : 5’

Denyut nadi : 1’ – 1’30” : 62

2’ – 2’30” : 55

3’ – 3’30” : 52

Perhitungan cara lambat :

Indeks kesanggupan = lama naik turun bangku   x         100

                                    2 x jumlah ketiga denyut nadi tiap 30’

= (5 x 60) x 100

2 x (62 + 55 +52)

= 300 x 100

2 x 172

= 30000

344

= 87, 21 ( kesanggupan baik )

21

Page 22: Kesanggupan Kardiovaskuler

Perhitungan cara cepat :

Indeks kesanggupan badan = lama naik turun bangku x             100

                                     5,5 x denyut nadi selama 30’ pertama

= (5 x 60) x 100

5,5 x 62

= 30000

341

= 87,9

Kesimpulan Hasil Praktikum

A. Tes Peninggian Tekanan Darah dengan Pendinginan (Cold Pressure Test)

Pada pemeriksaan, tekanan darah OP meningkat 20 mmHg pada tekanan sistol dan

meningkat 20 mmHg menandakan bahwa OP merupakan golongan hiporreaktor.

B. Percobaan Naik Turun Bangku (Havard Step Test)

OP memiliki indeks kesanggupan baik ( 87,21)

22