kesesuaian guna lahan kawasan rawan gempa bumi …

12
JURNAL TEKNIK SIPIL Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 84 KESESUAIAN GUNA LAHAN KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI PROPINSI PAPUA Faizah 1 , Jenny Ernawati 2 , Gunawan Prayitno 3 1. Mahasiswa PPS Perencanaan Wilayah dan Kota, Teknik Sipil, FT UB email:[email protected] 2. Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur, FT UB Malang 3. Staf Pengajar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, FT UB Malang Abstraksi Banyaknya korban jiwa yang timbul akibat bencana alam yang terjadi setidaknya telah memberikan pelajaran berharga kepada kita semua terhadap pentingnya keberadaan ruang yang aman. Undang-undang 26 tahun 2007 merupakan undang-undang yang dibuat dengan salah satu didasari bahwa wilayah Indonesia merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap bencana, sehingga dalam setiap penyusunan rencana tata ruang wilayah harus berbasiskan pada upaya mitigasi bencana sebagai upaya keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan. Kepmen PU 21 tahum 2007 yaitu pedoman penataan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi. Dimana pedoman ini juga ditujukan untuk memberi acuan bagi pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota dalam melaksanakan penataan ruang kawasan rawan gempa bumi. Propinsi Papua adalah salah satu propinsi di Indonesia yang sering mengalami bencana gempa bumi. Peranan sistem informasi geografis dalam kesesuaian guna lahan kawasan rawan gempa bumi dapat digunakan alat bantu pengambilan tindakan terhadap kawasan yang rawan terhadap gempa bumi untuk mengurangi risiko dari bencana gempa bumi. Kelas kestabilan wilayah rawan gempa bumi adalah penilaian tingkat kestabilan wilayah terhadap gempa bumi. Propinsi Papua memiliki kawasan yang tidak stabil seluas 85.339 ha (0,2%), kawasan yang kurang stabil seluas 4.902.407 ha (15,53%) dan kawasan yang stabil seluas 26.585.898 ha (84,20 ha). Kesesuaian lahan ini tebagi menjadi 6 zona tipologi pada kawasan rawan gempa bumi berdasarkan jumlah skor yaitu zona A, B, C, D, E dan F dimana 6 zona ini adalah wilayah dalam katagori kurang stabil dan wilayah tidak stabil rawan gempa bumi, sedangan untuk wilayah stabil adalah masuk dalam kategoi zona aman terhadap gempa bumi. Kata Kunci: Gempa Bumi, Sistem Informasi Geografis, Kesesuaian Guna Lahan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa bumi adalah terjadinya goncangan pada bumi yang disebabkan oleh aktivitas tektonik. Sedangkan kawasan rawan gempa bumi adalah kawasan yang pernah atau berpotensi mengalami kerusakan akibat gempa bumi. Terjadinya dampak yang disebabkan oleh gempa bumi adalah patahan di permukaan, goncangan tanah, pelulukan atau pencairan tanah, tsunami, retakan tanah permukaan, longsoran/gerakan tanah, dan amblesan. Gempa bumi merupakan fenomena alam yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua, karena seringkali diberitakan adanya suatu wilayah dilanda gempa bumi, baik yang ringan maupun yang sangat dahsyat, menelan banyak korban jiwa dan harta, meruntuhkan bangunan-bangunan dan fasilitas umum lainnya. Hal ini cukup memprihatinkan karena peristiwa yang terjadi dalam waktu yang relatif cukup singkat dapat menghancurkan bangunan dan infrastruktur yang merupakan hasil pembangunan selama puluhan tahun. Banyaknya korban jiwa yang timbul akibat bencana alam yang terjadi setidaknya telah memberikan pelajaran berharga kepada kita semua terhadap pentingnya keberadaan ruang yang aman. Ketahanan ruang terhadap ancaman bencana alam memang tidak akan secara mutlak menghindarkan manusia dari bahaya maut, tetapi setidaknya akan mengurangi jumlah korban yang menderita akibat dampak bencana tersebut. Pemerintah sendiri telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan

Upload: others

Post on 29-Oct-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KESESUAIAN GUNA LAHAN KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 84

KESESUAIAN GUNA LAHAN KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI PROPINSI PAPUA

Faizah1, Jenny Ernawati

2, Gunawan Prayitno

3

1. Mahasiswa PPS Perencanaan Wilayah dan Kota, Teknik Sipil, FT UB

email:[email protected]

2. Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur, FT UB Malang

3. Staf Pengajar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, FT UB Malang

Abstraksi

Banyaknya korban jiwa yang timbul akibat bencana alam yang terjadi setidaknya telah memberikan

pelajaran berharga kepada kita semua terhadap pentingnya keberadaan ruang yang aman. Undang-undang 26 tahun

2007 merupakan undang-undang yang dibuat dengan salah satu didasari bahwa wilayah Indonesia merupakan

wilayah yang sangat rentan terhadap bencana, sehingga dalam setiap penyusunan rencana tata ruang wilayah harus

berbasiskan pada upaya mitigasi bencana sebagai upaya keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan.

Kepmen PU 21 tahum 2007 yaitu pedoman penataan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan

rawan gempa bumi. Dimana pedoman ini juga ditujukan untuk memberi acuan bagi pemerintah daerah provinsi dan

kabupaten/kota dalam melaksanakan penataan ruang kawasan rawan gempa bumi. Propinsi Papua adalah salah satu

propinsi di Indonesia yang sering mengalami bencana gempa bumi. Peranan sistem informasi geografis dalam

kesesuaian guna lahan kawasan rawan gempa bumi dapat digunakan alat bantu pengambilan tindakan terhadap

kawasan yang rawan terhadap gempa bumi untuk mengurangi risiko dari bencana gempa bumi. Kelas kestabilan

wilayah rawan gempa bumi adalah penilaian tingkat kestabilan wilayah terhadap gempa bumi. Propinsi Papua

memiliki kawasan yang tidak stabil seluas 85.339 ha (0,2%), kawasan yang kurang stabil seluas 4.902.407 ha

(15,53%) dan kawasan yang stabil seluas 26.585.898 ha (84,20 ha). Kesesuaian lahan ini tebagi menjadi 6 zona

tipologi pada kawasan rawan gempa bumi berdasarkan jumlah skor yaitu zona A, B, C, D, E dan F dimana 6 zona

ini adalah wilayah dalam katagori kurang stabil dan wilayah tidak stabil rawan gempa bumi, sedangan untuk

wilayah stabil adalah masuk dalam kategoi zona aman terhadap gempa bumi.

Kata Kunci: Gempa Bumi, Sistem Informasi Geografis, Kesesuaian Guna Lahan

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gempa bumi adalah terjadinya goncangan pada bumi yang disebabkan oleh aktivitas tektonik.

Sedangkan kawasan rawan gempa bumi adalah kawasan yang pernah atau berpotensi mengalami

kerusakan akibat gempa bumi. Terjadinya dampak yang disebabkan oleh gempa bumi adalah patahan di

permukaan, goncangan tanah, pelulukan atau pencairan tanah, tsunami, retakan tanah permukaan,

longsoran/gerakan tanah, dan amblesan.

Gempa bumi merupakan fenomena alam yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua, karena

seringkali diberitakan adanya suatu wilayah dilanda gempa bumi, baik yang ringan maupun yang sangat

dahsyat, menelan banyak korban jiwa dan harta, meruntuhkan bangunan-bangunan dan fasilitas umum

lainnya. Hal ini cukup memprihatinkan karena peristiwa yang terjadi dalam waktu yang relatif cukup

singkat dapat menghancurkan bangunan dan infrastruktur yang merupakan hasil pembangunan selama

puluhan tahun.

Banyaknya korban jiwa yang timbul akibat bencana alam yang terjadi setidaknya telah memberikan

pelajaran berharga kepada kita semua terhadap pentingnya keberadaan ruang yang aman. Ketahanan

ruang terhadap ancaman bencana alam memang tidak akan secara mutlak menghindarkan manusia dari

bahaya maut, tetapi setidaknya akan mengurangi jumlah korban yang menderita akibat dampak bencana

tersebut. Pemerintah sendiri telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan

Page 2: KESESUAIAN GUNA LAHAN KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 85

penanggulangan bencana tersebut. Salah satu instrument yang dinilai cukup strategis perannya dalam

upaya meminimalisasi korban bencana tersebut adalah penataan ruang

Undang-undang 26 tahun 2007 merupakan undang-undang yang dibuat dengan salah satu didasari

bahwa wilayah Indonesia merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap bencana, sehingga dalam

setiap penyusunan rencana tata ruang wilayah harus berbasiskan pada upaya mitigasi bencana sebagai

upaya keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan.

Di samping untuk melengkapi pedoman bidang penataan ruang yang telah ada, Kepmen PU 21

tahum 2007 yaitu pedoman penataan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan

gempa bumi. Dimana pedoman ini juga ditujukan untuk memberi acuan bagi pemerintah daerah provinsi

dan kabupaten/kota dalam melaksanakan penataan ruang kawasan rawan gempa bumi. Dengan mengacu

pedoman ini dapat meminimalkan kerugian yang terjadi akibat gempa bumi, baik korban jiwa maupun

materi, yang dilakukan melalui penataan ruang kawasan rawan gempa bumi sehingga dapat dipertahankan

konsistensi kesesuaian antara pelaksanaan pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang kawasan

dimaksud.

Kawasan timur Indonesia yang memang dikenal sebagai daerah dengan seismotektonik aktif dan

komplek memiliki daerah rawan bencana gempa bumi. Kawasan ini merupakan tempat aktivitas lempeng

pasifik yang relatif bergerak ke arah barat daya. Beberapa daerah yang rawan termasuk Papua,

Manokwari, Manado, Gorontalo, Mamuju, Majene, Palu, Poso, Halmahera, laut banda, Sumba, Flores,

Ende Larantuka. Kondisi geologi wilayah Papua memiliki tingkat kerawanan bencana gempa bumi yang

cukup tinggi. Sudah seringkali kita dengar bencana gempa bumi menimpa Propinsi Papua. Pada tanggal

26 Nopember 2004 Kabupaten Nabire, Propinsi Papua, telah jatuh sejumlah korban akibat gempa bumi

berkekuatan 7,1 skala Richter, kemudian tercatat sekitar 5 kali gempa susulan berkekuatan 5-6 skala

Richter yang terjadi hingga tanggal 28 November 2004.

Jumlah gempa bumi pada tahun 2009 sebanyak 60 kali, lebih banyak dibandingkan pada tahun

2008 (13 kali). Bulan Januari, gempa yang dirasakan sampai 18 kali. Pada bulan Juni tidak ada gempa

yang dirasakan, namun pada bulan-bulan yang lain minimal ada sekali gempa yang dirasakan oleh

masyarakat. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, jumlah gempa tahun 2009 meningkat hampir lima kali.

Pada tahun 2008, gempa yang dirasakan oleh masyarakat sebanyak 13 kali.(BPS Propinsi Papua).

Propinsi Papua adalah salah satu propinsi di Indonesia yang sering mengalami bencana gempa bumi.

Fenomena ini telah mengakibatkan banyaknya korban jiwa dan harta.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik fisik dasar kawasan rawan gempa bumi Propinsi Papua?

2. Bagaimana tipologi kawasan rawan gempa bumi Propinsi Papua?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi karakteristik fisik dasar kawasan rawan gempa bumi Propinsi Papua

2. Menentukan tipologi kerawanan gempa bumi Propinsi Papua

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan agar dapat dijadikan acuan dari penilitan adalah:

1. Memberikan masukan untuk perencanaan tata ruang kawasan rawan gempa bumi pada umumnya.

Penelitian ini menggambarkan pentingnya aspek kebencanaan gempa bumi dalam penataan ruang.

Kebijakan penanganan bencana gempa bumi melalui penataan ruang akan sangat penting dilakukan

guna menghindari terjadinya kerusakan yang lebih parah akibat terjadinya gempa bumi yang dahsyat.

2. Bagi peneliti diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai analisa spasial dalam

rencana tata ruang, khususnya yang berkaitan dengan kawasan gempa bumi. Studi ini juga diharapkan

dapat menjadi masukan bagi peneliti lain yang mempunyai minat yang sama atau sejenis dengan

lokasi dan konsentrasi pembahasan yang berbeda.

Page 3: KESESUAIAN GUNA LAHAN KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 86

3. Bagi kalangan Pemerintah Kota khususnya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda),

diharapkan studi ini bisa menjadi pertimbangan dalam rencana tata ruang yang berbasis kebencanaan,

khususnya yang terkait dengan kawasan rawan gempa

1.5 Batasan Masalah

Sesuai dengan tujuan, lingkup materi dalam penelitian ini dibatasai dalam materi sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi karakteristik kawasan rawan gempa bumi untuk mengetahui bagaimana kondisi fisik

dasar geologis (peta geologi, peta kelerengan, peta seismoteknik dan peta wilayah rawan bencana

gempa bumi) di Propinsi Papua.

2. Menentukan tipologi kawasan rawan gempa bumi adalah penetapan tipe kawasan rawan gempa bumi

ditentukan berdasarkan tingkat risiko gempa yang didasarkan pada informasi geologi (peta geologi,

peta kelerengan, peta seismoteknik dan peta wilayah rawan bencana gempa bumi), dimana hal ini

mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.21/PRT/M/2007, dimana akan dihasilkan peta

tingkat kerawanan gempa bumi.

3. Pola ruang kawasan merupakan distribusi peruntukan ruang dalam suatu kawasan yang meliputi

peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Dimana

peruntukan lahan kawasan rawan gempa bumi mengacu pada tipologi kawasan Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum No.21/PRT/M/2007, yang mana akan menghasilkan kesesuaian guna lahan kawasan

rawan gempa bumi.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi,

patahan aktif aktivitas gunung api atau runtuhan batuan. Kekuatan gempa bumi akibat aktivitas gunung

api dan runtuhan batuan relatif kecil sehingga kita akan memusatkan pembahasan pada gempa bumi

akibat tumbukan antar lempeng bumi dan patahan aktif. (Sumber Daya Energi dan Sumber Daya

Mineral).

Untuk menentukan tipologi suatu kawasan yang rawan terhadap bencana gempa bumi berdasarkan

acuan Undang-Undang No.24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, Undang-Undang No. 26

Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2007

Tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Gempa Bumi.

Penentapan kawasan rawan gempa bumi didasarkan pada hasil pengkajian terhadap daerah yang

diindikasikan berpotensi bencana atau lokasi yang diperkirakan akan terjadi bencana atau dampak

bencana.

Pengkajian untuk menetapkan apakah suatu kawasan dinyatakan rawan terhadap gempa bumi

membutuhkan data pendukung kondisi fisik lahan seperti jenis batuan, struktur geologi, kemiringan

lereng dan kemantapan tanah.

Dewasa ini peranan data spasial dalam berbagai kegiatan perencanaan cukup penting, dalam hal

penanggulangan bencana gempa bumi, teknologi pengolah data spasial telah memberi kontribusi luar

biasa dengan hadirnya teknologi Sistem Informasi geografis (SIG). Sistem Informasi Geografis (SIG)

adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi

informasi-informasi geografis. Sistem Informasi Geografis dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan,

dan menganalisis objek-objek dan fenomena di mana lokasi geografi merupakan karakteristik yang

penting atau kritis untuk dianalisis.

SIG dapat mempresentasikan real world (dunia nyata) di atas monitor komputer sebagaimana

lembaran peta dapat mempresentasikan dunia nyata di atas kertas. Akan tetapi SIG mempunyai kekuatan

lebih dan fleksibilitas dari pada lembaran peta kertas (Prahasta, 2009).

Page 4: KESESUAIAN GUNA LAHAN KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 87

3. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Studi

Provinsi Papua terletak antara 2025‟ – 90 Lintang Selatan dan 1300 -1410 Bujur Timur. Provinsi

Papua yang memiliki luas 31.571.605 ha merupakan provinsi dengan wilayah terluas di Indonesia. Pada

tahun 2009, Papua dibagi menjadi 28 kabupaten dan 1 kota. Papua di bagian utara dibatasi Samudra

Pasifik, sedangkan di bagian selatan berbatasan dengan Laut Arafuru. Sebelah barat berbatasan dengan

Laut Seram, Laut Banda, Provinsi Maluku, dan sebelah timur berbatasan dengan Papua New Guinea.

Wilayah Papua terletak pada ketinggian antara 0 – 3.000 meter dari permukaan laut. Puncak Jaya

merupakan kabupaten/kota tertinggi dengan ketinggian 2.980 mdpl, sedangkan Kota Jayapura merupakan

kabupaten terendah, yaitu 4 mdpl.

Berdasarkan informasi dari Badan Pertanahan Nasional, sebagian besar wilayah Papua (60,1 persen

dari luas Papua) berada di kelas kemiringan 0 - 15 persen, 32,4 persen pada kelas kemiringan diatas 40

persen, dan 7,5 persen pada kelas kemiringan 15 - 40 persen.

3.2 Data- data yang Diperlukan

Dalam menyusun studi ini diperlukan data-data yang mendukung untuk menyelesaikan studi ini

adalah sebagai berikut:

1. Peta Geologi/batuan Propinsi Papua yang berisikan tentang jenis batuan dimana sumber datanya dari

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

2. Peta Kelerengan/Kemiringan Lereng Propinsi Papua, dimana sumber datanya dari hasil olahan data

topografi.

3. Peta Seismoteknik/Struktur Geologi yang menggambarkan adanya sesar/patahan, sumber datanya dari

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

4. Peta Wilayah Rawan Gempa Bumi/Kegempaan, dimana sumber datanya dari Pusat Vulkanologi dan

Mitigasi Bencana Geologi.

5. Tabel Kegempaan, sumber data dari Pedoman Penataan Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan

Kawasan Rawan Gempa Bumi.

6. Kriteria Tipologi Rawan Gempa Bumi, sumber data dari Pedoman Penataan Kawasan Rawan Letusan

Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi.

3.3 Peralatan

Alat- alat yang harus dipersiapkan dalam penelitian baik alat bagi kebutuhan pengumpulan data

maupun proses pengolahan data analisisnya, dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Perangkat keras (hardware)

Berupa seperangkat komputer, yang sangat berperan dalam melakukan pemasukan, penyimpanan,

manipulasi dan analisa, serta penyajian data.

2. Perangkat lunak (software)

Untuk membantu pengolahan data dan tahapan analisis. Perangkat lunak (software) yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu menggunakan ArcView 3.3.

3.4 Metode Analisa Data

Metode analisis merupakan alat untuk mewujudkan dan membahas sasaran yang ingin diwujudkan,

sebagai upaya dalam memaparkan secara rinci dan jelas bagian per bagian permasalahan yang menjadi

subjek dari penelitian mengenai studi arahan peruntukan lahan kawasan rawan gempa bumi Propinsi

Papua.

1. Analisa Deskriptif

Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan menganalisis variabel-

variabel yang telah ditentukan. Analisis deskriptif kualitatif ditujukan untuk mengidentifikasi

karakteristik fisik geologis kawasan rawan gempa bumi.

Page 5: KESESUAIAN GUNA LAHAN KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 88

Variabel karakteristik fisik geologis kawasan rawan gempa bumi berupa: sifat fisik batuan (peta

geologi/batuan), kemiringan lereng (peta kelerengan), kegempaan (peta wilayah rawan bencana gempa

bumi, dengan skala MMI) dan struktur geologi (peta seismoteknik).

2. Analisis Sistem Informasi Geografis

Untuk analisis yang menggunakan SIG terdiri dari analisia menentukan tipologi kawasan rawan

gempa bumi berdasarkan informasi geologi, analisa guna lahan kawasan gempa bumi.

3. Analisa Tipologi Kawasan Rawan Gempa Bumi

Jenis metode yang digunakan dalam analisa ini adalah metode kualitatif evaluatif, dengan

menggunakan sistim skoring dan overlay, dengan tujuan untuk menghasilkan sebuah zonifikasi tingkat

kerawanan di wilayah studi. Data-data yang diperlukan dalam analisa ini adalah data spasial yang

menginterpretasikan kondisi fisik dasar di wilayah studi. Dengan menggunakan parameter dari Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum No.21/PRT/M/2007 dalam mengukur varian kerentanan dihasilkan sebuah

klasifikasi daerah rawan gempa bumi. Selain data spasial juga diperlukan data atribut (non spasial) yaitu

tipologi kawasan rawan gempa bumi.

Beberapa data spasial yang digunakan dalam menyusun analisa tipologi kawasan rawan gempa bumi

di wilayah studi adalah:

1) Sifat Fisik Batuan (Peta Geologi/batuan)

2) Kemiringan Lereng (Peta Kelerengan)

3) Kegempaan (Peta Wilayah Rawan Bencana Gempa Bumi, dengan skala MMI)

4) Struktur Geologi (Peta Seismoteknik)

Adapun langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Informasi dari keempat peta (Peta Geologi, Peta Wilayah Rawan Bencana Gempa, Peta Struktur

Geologi, dan Peta Kemiringan Lereng) dipindahkan/digambarkan di Peta Dasar dengan membuat

deliniasi untuk masing-masing kelas dalam satu variabel.

b) Setelah keempat variabel tersebut digambarkan pada setiap lembar peta dasar, selanjutnya dilanjutkan

dengan penampalan (superimpose/overlay) keempat peta/layer secara berurutan yaitu dari variabel 1

ditampalkan dengan varibel 2 kemudian diikuti dengan variabel 3 dan variable 4. Sebelum dilakukan

penampalan setiap nilai dari kelas lahan dari masing-masing variable dikalikan dengan bobot dari

variabel tersebut.

c) Pada waktu penampalan dari variabel 1 (Geologi) ditampalkan dengan variabel 2 (kemiringan lahan),

skor yang dimiliki setiap titik dari kawasan perencanaan untuk masing-masing varibel dijumlahkan.

d) Nilai yang diperoleh dicocokkan dengan nilai skor masing-masing tipologi kerawanan bencana

gempa bumi yaitu:

Tipe A jika skor akhir 31-35

Tipe B jika skor akhir 35-40

Tipe C jika skor akhir 41-45

Tipe D jika skor akhir 46-50

Tipe E jika skor akhir 51-55

Tipe F jika skor akhir 56-60

e) Hasil yang diperoleh dari analisa topologi kawasan rawan gempa bumi adalah berupa peta kerawanan

bencana gempa bumi yang terdiri dari 3 kelas yaitu wilayah tidak stabil, kurang stabil dan stabil

seperti Tabel 1 dan Tabel 2.

Page 6: KESESUAIAN GUNA LAHAN KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 89

Tabel 1. Matrik Pembobotan Untuk Kestabilan Wilayah Terhadap Kawasan Rawan Gempa Bumi

No Informasi

Geologi Kelas Informsi

Nilai Bobot Skor

Kemampuan

1 Geologi (sifat

fisik dan

dan keteknikan

batuan)

Andesit, granit, diorit, metaamort, breksi

volkanik, 1

3

3

algomerat, breksi sedimen, konglomerat

Batu pasir, tufa kasar, batu lanau, arkose, 2 6

greywacke, batu gamping

Pasir, lanau, batu lumpur, napal, tufa

halus, serpih 3 9

Lempung, lumpur, lempung organik,

gambut 4 12

2 Kemiringan

Lereng

Datar - Landai (0 - 7 %) 1

3

3

Miring - Agak Curam (7 - 30 %) 2 6

Curam - Sangat Curam (30 - 140 %) 3 9

Terjal (> 140 %) 4 12

3

Kegempaan

MMI α Richter

5

I, ii,

iii, iv,

v

< 0,05

g < 5

1 5

vi, vii

0,05 -

0,15 g 5 - 6,0 2 10

viii

0,15 -

0,30 g 6 - 6,5 3 15

ix, x,

xi, xii

> 0,30

g > 6,5 4 20

4

Struktur Geologi

Jauh dari zona sesar 1

4

4

Dekat dengan zona sesar (100 - 1000 m

dari zona sesar) 2 8

Pada zona sesar (<100 m dari zona sesar) 4 16 Sumber : Permen PU no.21/PRT/M/2007

Tabel 2. Rentang Nilai Kelas

Tidak Stabil Kurang Stabil Stabil

Kelas Kestabilan

Wilayah

Total Skor 60 55 50 45 40 35 30 15

Zona Tipologi

Kerawanan

F E D C B A

Zona

Aman

Sumber : Permen PU no.21/PRT/M/2007

4. Analisa Guna Lahan Kawasan Rawan Gempa Bumi

Pada dasarnya pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi

peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

Peruntukan ruang untuk fungsi lindung yaitu kawasan lindung.

Page 7: KESESUAIAN GUNA LAHAN KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 90

Kawasan Lindung:

Kawasan rawan gempa bumi tipologi D

Kawasan rawan gempa bumi tipologi E.

Kawasan rawan gempa bumi tipologi F.

Kawasan rawan gempa bumi yang memiliki fungsi lindung lainnya

Kawasan rawan gempa bumi yang tidak memiliki fungsi lindung Kawasan budidaya di:

A. Perkotaan:

o Permukiman

o Perdagangan & perkantoran

o Industri

B. Perdesaan

o Permukiman

o Perdagangan & perkantoran

o Lahan usaha pertanian

o Pariwisata

Tahapan analisa guna lahan kawasan rawan gempa bumi dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Pemasukan dan penggabungan data (joint item).

Data yang dimasukkan dan digunakan dalam analisa ini adalah data spasial yaitu peta kerawanan

bencana gempa bumi, dan data atribut yaitu data atribut dari peta kerawanan gempa bumi dan atribut

dari unsur peruntukan ruang.

b) Hasil yang diperoleh dari analisa guna lahan kawasan rawan gempa bumi adalah kesesuaian guna

lahan kawasan rawan gempa bumi berdasarkan tipologi kawasan, dimana ada kawasan fungsi lindung

dan kawasan fungsi budidaya.

c) Hasil dari kesesuaian guna lahan kawasan rawan gempa bumi berdasarkan tipologi kawasan ini akan

dijadikan dasar untuk arahan guna lahan kawasan rawan gempa bumi di Propinsi Papua.

Tabel 3. Matrik kesesuaian peruntukan ruang kawasan rawan gempa bumi berdasarkan tipologi

kawasan

Peruntukan Ruang

Tipologi Kawasan

A B C D E F Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa

Hutan Produksi x √ x √ x √ x x x x x x

Hutan Kota √ x √ x √ x √ x √ x √ x

Hutan Rakyat x √ x √ x √ x x x x x x

Pertanian Sawah x √ x √ x √ x x x x x x

Pertanian Semusim x √ x √ x √ x x x x x x

Perkebunan x √ x √ x √ x x x x x x

Peternakan x √ x √ x √ x x x x x x

Perikanan x √ x √ x √ x x x x x x

Pertambangan x √ x √ x √ x x x x x x

Industri √ x √ x √ x √ √ x x x x

Pariwisata √ √ √ √ √ x √ √ x x x x

Permukiman √ √ √ √ √ √ x x x x x x

Perdagangan dan

Perkantoran √ √ √ √ √ √ x x x x x x

Keterangan : √ dapat dibangun dengan syarat

x tidak layak untuk dibangun Sumber : Permen PU no.21/PRT/M/2007.2

Page 8: KESESUAIAN GUNA LAHAN KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 91

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Fisik Dasar Kawasan Rawan Gempa Bumi

Propinsi Papua sebagian besar jenis batuan (geologi) adalah batuan sedimen tua paleozoik sebesar

15,21 % yaitu seluas 4.803.319 ha, batuan malihan berumur tersier sebesar 15,00 % atau seluas

4.735.309 ha, sedangkan endapan pantai sebesar 14,27 % atau seluas 4.504.463 ha, dan Alluvial seluas

3.552.224 ha atau 11,25%.

Gambar 2. Peta Geologi Propinsi Papua

Peta Geologi

digital

Peta Kelerengan

digital

Peta Wilayah rawan

bencana gempa

digital

Peta Seismoteknik

digital

Nilai Skor

Overlay

+

Penjumlahan Skor

Kriteria tipologi rawan

gempa bumi

Peta Kerawanan Bencana Gempa Bumi

Stabil

Kurang Stabil

Tidak stabil

Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor

Joint item

Matriks Kesesuaian Peruntukan Ruang Kawasan

Rawan Gempa Bumi Berdasarkan Tipologi

kawasan

Joint item

Kesesuaian Guna Lahan Kawasan Rawan Gempa Bumi

Page 9: KESESUAIAN GUNA LAHAN KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 92

Kondisi kelerengan yang ada di Propinsi Papua yang terluas yaitu dengan kemiringan > 60% yang

dalam kategori terjal mencapai 34,50 % dari luas Propinsi Papua yaitu seluas 10.890.723 ha, sedangkan

kondisi lereng yang sangat curam dengan kemiringan 40-60% seluas 2.841.545 ha. Sedangkan untuk

kemiringan 0-8 % atau dalam katagori datar mencapai luas 14.442.600 ha²hampir setengah dari luas

Propinsi Papua yaitu sebesar 45,75%.

Gambar 3. Peta Kemiringan Lereng Propinsi Papua

Kejadian gempa di Propinsi Papua dari tahun 1988 – 2008 sebayak 2.853 dimana yang terbanyak gempa

dengan kekekuatan 2,5 – 4,9 sebanyak 2.442. Gempa kekuatan 5,0-5,9 terjad1 362 kali, 6,0-6,9 sebanyak

44 kali, 7-79 sebanyak 4 ali dan gempa di atas 8 maghnitude terjadi hanya satu kali.

Untuk luas wilayah kegempaan di Propinsi Papua yang terluas yaitu gempa dengan kekuatan < 5 yang

lebih dari 50% yaitu seluas 21.106.141 ha, sedangkan untuk gempa dengan kekuatan 5 - 6 magnitude

sebesar 25,79% dari luas Propinsi Papua atau 8.142.442 ha, gempa 6-6,5 seluas 1.404.419 dan >6,5 seluas

918.603.

Gambar 4. Peta Sebaran Gempa Propinsi Papua

Sesar yang ada di Propinsi Papua ada 686 sesar, dimana sesar yang terbanyak adalah sesar turun/

normal yaitu sebanyak 569 sesar atau sebesar 76,72% dari sesar yang ada dengan mencampai panjang

10.978 km. Sedangkan sesar yang menduduki nomor dua yaitu sesar naik/anjak yang mencapai panjang

3.200km atau 22,36% dari sesar yang ada dimana sesar naik ini ada 114 sesar. Untuk sesar

mendatar/geser hanya kecil yaitu ada 3 sesar dengan panjang 131 km atau sebesar 0,92% dari jumlah

sesar yang ada di propinsi Papua.

Page 10: KESESUAIAN GUNA LAHAN KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 93

Gambar 5. Peta Stuktur Geologi Propinsi Papua

Luas zona yang yang jauh dari sesar yaitu 28.652.867 ha, yang dekat dengan zona sesar seluas

2.630.854 dan yang pada zona sesar 287.884 ha.

Gambar 6. Peta Zona Struktur Geologi Propinsi Papua

4.2 Analisa Kestabilan Kawasan Rawan Gempa Bumi

Analisa kelas kestabilan wilayah rawan gempa bumi adalah penilaian tingkat kestabian wilayah

terhadap gempa bumi. Wilayah yang memiliki kondisi tidak stabil seluas 85.339 ha (0,2%), wilayah yang

kurang stabil seluas 4.902.407 ha (15,53%) dan wilayah yang stabil seluas 26.585.898 ha (84,20 ha).

Gambar 7. Peta Kerawanan Bencana Gempa Bumi Propinsi Papua

Page 11: KESESUAIAN GUNA LAHAN KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 94

4.3 Analisa Kesesuian Lahan Kawasan Rawan Gempa Bumi

Untuk analisa kesesuaian lahan ini akan dibagi menjadi 6 zona tipologi pada kawasan rawan gempa

bumi berdasarkan jumlah skor yaitu zona A, B, C, D, E dan F dimana 6 zona ini adalah wilayah dalam

katagori kurang stabil dan wilayah tidak stabil rawan gempa bumi, sedangan untuk wilayah stabil adalah

masuk dalam kategoi zona aman terhadap gempa bumi. Dalam analisis ini akan dihasilkan jumlah luas

lahan dalam setiap zona tipologi rawan gempa bumi, dimana diap zona tipologi ini mepunyai kesesuaian

lahan sesuai dengan Permen PU no.21/PRT/M/2007, dimana untuk zona F, zona E dan Zona D

merupakan kawasan lindung atau konservasi. Sedangkan untuk zona C, zona B dan zona A merupakan

kawasan untuk fungsi lindung yang lain atau untuk dibudidayakan.

Tabel 4. Hasil Perhitungan Nilai Variabel Zona Tipologi Wilayah Rawan Gempa Bumi Propinsi Papua

Zona Tipologi Jumah Skor Luas (ha) Prosentase

Zona Aman 0 - 30 26.584.268 84,20%

A 31 - 35 3.141.246 9,95%

B 36 - 40 1.459.476 4,62%

C 40 - 45 301.280 0,95%

D 46 - 50 70.671 0,22%

E 51 - 55 12.538 0,04%

F 55 - 60 2.126 0,01%

31.571.605 100,00%

Gambar 8. Peta Kesesuaian Guna Lahan Propinsi Papua Berdasarkan Tipologi Kawasan Rawan Gempa

Bumi

5. KESIMPULAN

1. Dengan alat bantu sistem informasi geografis maka akan didapatkan analisis spasial yang akurat dan

teliti, hal ini akan sangat mebantu untuk mengambil suatu keputusan yang tepat dan akurat.

2. Propinsi Papua memiliki kawasan rawan gempa bumi seluas 4.987.746 ha, yang mana kawasan tidak

stabil 85.339 ha dan kawasan kurang stabil terhadap gempa bumi 4.902.407 ha.

3. Kawasan tidak stabil merupakan zona tipologi F, E dan D yang mempunyai fungsi lindung dan

kawasan kurang stabil merupakan zona tipologi C, B dan A yang mempunyai fungsi lindung lainnya

dan budidaya.

Page 12: KESESUAIAN GUNA LAHAN KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 95

6. DAFTAR PUSTAKA

Badan Geologi Pusat Sumber Daya Air Tanah Geologi Lingkungan Kementrian Energy dan Sumber

Daya Mineral. Serangkaian Gempa bumi Melanda Wamena. http://www.dgtl.esdm.go.id (diunduh

tanggal 5 Pebruari 2011)

Badan Metreologi, Klimatologi dan Geofisika, Gempa Bumi. http://www.bmkg.go.id (diunduh tanggal 5

Pebruari 2011)

Badan Pusat Statistik, 2010. Propinsi Papua Dalam Angka. http://papua.bps.go.id. (diunduh tanggal 5

Pebruari 2011)

BMKG, BNPB, Antara, TV One. 2010. Gempa Beruntun Melanda Biak Papua. http://fpbi-

siaga.blogspot.com (diunduh tanggal 6 Pebruari 2011)

BNPB. 2009. Propinsi Papua. http://geospasial.bnpb.go.id (diunduh tanggal 10 Pebruari 2011)

Bawangun T. S., 2009. Identifikasi Lahan Kritis Terhadap Bahaya Erosi dan Arahan Penggunaan Lahan

Berbasis SIG Di DAS Essang Pulau Karakelang Kabupaten Kepulauan Talaud Propinsi Sulawesi

Utara. Universitas Brawijaya, Malang

Handoyo.S, 1997, Modul Sistem Informasi Geografi, Institut Teknologi Nasional, Malang.

Hasan, Iqbal M.2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia

Ihsan Mohammad. 2008. Analisa Ketahanan Gempa. Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Jakarta.

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2007. Tentang Pedoman Penataan Ruang

Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Gempa Bumi.

Makalah Teknik Gempa. 2010. Studi Mekanik Gempa Bumi Dengan Menggunakan Global Positioning

System (GPS). http://yuli.blog.uns.ac.id (diunduh tanggal 23 Pebruari 2011)

Mario Sapto. S, 2009. Pengembangan Struktur Tata Ruang Sebagai Penanggulangan Bencana Alam

Longsor (Studi Kasus Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten malang). Universitas Brawijaya,

Malang.

Noor Djauhari. 2011. Geologi Untuk Perencanaan. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Pantimena.L, 1997, Diktat Sistem Informasi Geografi, Institut Teknologi Nasional, Malang.

Prahasta, Edi. 2009. Sitem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar. Bandung: Informatika.

Puspita D.A., 2004. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Untuk Identifikasi Daerah Rawan

Kekeringan (Studi Kasus kabupaten Lombok Tengah). Institut Teknologi Nasional, Malang

Soefaat, 1997. Kamus Tata Ruang. Jakarta, Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum

Swástica, P.I et.al. 2005. Sistem Informasi Geografis Potensi Bahaya Gempa Bumi Di Propinsi Bali.

Pertemuan Ilmiah Mapin XIV, Surabaya

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007. Tentang Penataan Ruang.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007. Tentang Penanggulangan Bencana.

Wikipedia. Gempa Bumi. http://id.wikipedia.org (diunduh tanggal 25 Pebruari 2011)

…... 2004. Bantuan Darurat Pemerintah Jepang Bagi Para korban Gempa Bumi Di Propinsi Papua. http://www.id.emb-japan.go.jp /news04_43.html (diunduh tanggal 24 Pebruari 2011)

…. 2007. Kekuatan Gempa Papua Capai 6,2 Skala Richter. http://www.bencana.net (diunduh tanggal 24 Pebruari 2011)

.... Pengenalan Gempa Bumi. www.esdm.go.id (diunduh tanggal 25 Pebruari 2011)