kesimpulan -...
TRANSCRIPT
BAB V
KESIMPULAN
5.1 ANALISA ASPEK MANUSIA & RUMAH SUSUN
5.1.1 Analisa Pelaku Kegiatan
1. Penghuni Rumah Susun :
• Lajang, pekerja yang belum menikah (sendiri);
• Dwiwarga, pekerja yang sudah menikah namun belum memiliki anak (2
orang);
• Triwarga, pekerja yang sudah menikah dan sudah memiliki 1 anak (3
orang);
• Caturwargga, pekerja yang sudah menikah dan sedah memiliki 2 anak
(4 orang).
2. Pengelola Rumah Susun (tidak menetap) :
• Kepala Pengelola
• Petugas Kebersihan
• Petugas Keamanan
5.1.2 Analisa Jumlah Pekerja di Kota Bontang
Jumlah pekerja yang ada di kota Bontang berdasarkan data dari Badan
Pusat Statistik Kota Bontang & Provinsi Kalimantan Timur (SAKERNAS) yang
dihimpun pada tahun 2012 adalah sebagai berikut :
• Penduduk usia kerja (di atas 15 tahun) : 105.286
• Total angkatan kerja (sudah bekerja) : 59.809
• Pekerja lajang : 10.108
• Pekerja menikah 1 anak : 25.180
• Pekerja menikah 2 anak : 16.448
• Pekerja menikah lebih dari 2 anak : 8.074
Berdasarkan data di atas maka jumlah pekerja yang termasuk dalam
klasifikasi penghuni rumah susun berjumlah 51.736 jiwa karena pekerja yang dapat
menghuni rumah susun adalah pekerja yang maksimal memiliki 2 orang anak saja.
Sehingga jika dipersentase maka jumlah pekerja yang masih lajang sejumlah
19,5%, pekerja yang menikah dengan/tanpa 1 anak sejumlah 48,7%, dan pekerja
yang menikah dengan 2 anak sejumlah 31,8%.
59
5.1.3 Analisa Jenis Kegiatan
Tabel 5.1 Jenis Kegiatan pada Rumah Susun
ti-
dur
man-
di
buang
air
ma-
sak
ma-
kan
be-
ker-
ja
ber-
main
olah
raga
men-
cuci
Pekerja v v v v v v
Istri v v v v v v v v
Anak v v v v v v
Pengelola v v v v Sumber : Analisa Penulis
5.1.4 Analisa Kebutuhan Ruang
Tabel 5.2 Kebutuhan Ruang Rumah Susun
Pengguna Ruang Jenis Kegiatan Kebutuhan Ruang Sifat Ruang
Penghuni Rusun Tidur
Mandi
Buang air
Memasak
Makan
Bermain
Mencuci
Berusaha
Kmr tidur
Kmr mandi
Toilet
Dapur
R. Makan
R. Bermain
R. Cuci Jemur
Niaga/Warung
Privat
Privat
Privat
Service
Service
SemiPublik
Service
Publik
Pengelola Rusun Bekerja
Buang air
R. Kerja
Toilet
Privat
SemiPublik
Semua Datang
Bersantai
Olahraga
Acara
Bercocoktanam
Beribadah
Parkir
Hall/Lobby
R. Komunal
Lapangan
R. Serbaguna
R. Cocoktanam
Mushola
Parkiran
Publik
SemiPublik
Publik
Publik
SemiPublik
Publik
Publik
60
Service Mengatur listrik
Mengawasi M&E
Mengurus sampah
R. Panel
R. Teknisi
Penampung sampah
Service
Service
Service Sumber : Analisa Penulis
5.1.5 Analisa Tipe Unit
Tipe unit hanya dibagi ke dalam 3 tipe berdasarkan jumlah anggota
keluarga pekerja :
• Tipe 18 : Untuk pekerja yang belum menikah (lajang)
• Tipe 27 : Untuk pekerja yang sudah menikah dan maksimal memiliki 1 anak
• Tipe 36 : Untuk pekerja yang sudah menikah dan maksimal memiliki 2 anak
5.1.6 Analisa Skema Hubungan Ruang Makro
Gambar 5.1 Skema Hubungan Ruang Makro
Sumber : Analisa Penulis
5.1.7 Analisa Skema Hubungan Ruang Mikro
Lobby/Hall menghubungkan entrance dan tempat parkir dengan ruang-ruang yang
ada di lokasi rumah susun. Ruang penunjang adalah ruang-ruang yang berfungsi
menunjang kegiatan ekstra baik pengelola maupun penghuni rumah susun,
diantaranya adalah ruang bermain untuk tempat bermain anak – anak, ruang
bercocoktanam untuk mewadahi pengelola atau penghuni yang ingin
bercocoktanam, dan warung atau toko untuk mewadahi penghuni yang ingin
berjualan atau berusaha.
61
Gambar 5.2 Skema Hubungan Ruang Mikro
Sumber : Analisa Penulis
5.1.8 Analisa Program Ruang
1. Kebutuhan Luas Ruang Dalam Rumah Susun (Bukan Hunian) Tabel 5.3 Kebutuhan Luas Ruang Dalam Rumah Susun
Program Ruang Jumlah Ukuran Akumulasi Luas (m2) Sumber*
R. Serbaguna 1 300m2 300x1 300 SNI
Kantor Pengelola
- R. Manajer 1 18m2 18x1 18 NAD
- R. Pemasaran 1 6-9m2 9x1 9 NAD
- R. Administrasi 1 6-9m2 9x1 9 NAD
- Toilet 2 1,5m2 1,5x2 3 TSS
Pos Keamanan 1 18m2 18x1 18 SNI
R. Panel 6 18m2 18x6 108 Asumsi
TPS 1 18m2 18x1 18 Asumsi
Toilet Umum 36 1,5m2 1,5x36 54 TSS
R. Bermain 1 75-180m2 180x1 180 SNI
R. Komunal 12 18m2 18x12 216 Asumsi
R. Urban Farming 24 9m2 9x24 216 Asumsi
R. Cuci Jemur 6 18m2 18x6 108 Asumsi
R. Niaga 12 18m2 18x12 216 Asumsi
R. Klinik 1 min. 30m2 30x1 30 SNI
Mushola 6 36m2 36x6 216 SNI
Gudang 24 9m2 9x24 216 Asumsi
Subtotal 1635
Sirkulasi (30% x Subtotal) 490
TOTAL 2125
*Keterangan : SNI = Standar Nasional Indonesia NAD = Neufert Architect Data
TSS = Time Saver Standard
Sumber : Analisa Penulis
62
Berdasarkan tabel di atas, maka total lahan yang akan terbangun sebesar
2.125m2 atau sekitar 33% dari total luasan site yang sebesar 6.428m2. Luasan
tersebut jika seluruhnya dibangun pada lantai dasar maka masih di bawah batas
KDB site yang sebesar 40% sehingga memungkinkan untuk dibangun.
Tabel 5.4 Kebutuhan Luas Unit Tipe 18
Ruangan Sifat Luas (m2)
R. Tidur Privat 12
R. Tamu SemiPrivat 6
Total 18 Sumber : Asumsi Penulis
Tabel 5.5 Kebutuhan Luas Unit Tipe 27
Ruangan Sifat Luas (m2)
R. Tidur Privat 15
R. Tamu SemiPrivat 9
Toilet Privat 3
Total 27 Sumber : Asumsi Penulis
Tabel 5.6 Kebutuhan Luas Unit Tipe 36
Ruangan Sifat Luas (m2)
R. Tidur Privat 19,5
R. Tamu SemiPrivat 9
Toilet Privat 3
Teras Privat 4,5
Total 36 Sumber : Asumsi Penulis
2. Kebutuhan Jumlah Unit Tiap Tipe
Jika diasumsikan dari total luas ruang dalam rumah susun yang sebesar 2.125m2
sebagai lantai dasar, atas dasar pertimbangan efektifitas bangunan dan batas
maksimal ketinggian bangunan yang dapat dibangun dengan sirkulasi tangga
adalah 4 lantai sehingga luas untuk hunian adalah 3 kali dari luas lantai dasar
63
(Lantai dasar tidak ada hunian). Dari data tersebut maka dapat ditentukan jumlah
unit tiap tipe sebagai berikut (total luasan untuk unit : 3 x 2.125 = 6.375m2) :
• Tipe 18 : 19,5% x 6.375m2 / 18m2 = maksimal 69 unit
• Tipe 27 : 48,7% x 6.375m2 / 27m2 = maksimal 115 unit
• Tipe 36 : 31,8% x 6.375m2 / 36m2 = maksimal 56 unit
3. Kebutuhan Luas Tempat Parkir
Karena rumah susun ini ditargetkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah,
sehingga kapasitas untuk parkir mobil penulis asumsikan tiap 6 orang atau unit
adalah 1 mobil. Jadi total maksimal mobil yang dapat ditampung adalah
(69+115+56)/6 = 40 mobil. Sedangkan untuk sepeda motor berdasarkan SNI
tiap 3 pekerja memiliki 1 sepeda motor, jadi total ada 80 motor. Jadi total luasan
untuk tempat parkir adalah :
Tabel 5.7 Kebutuhan Luasan Tempat Parkir
Jenis Kendaraan Jumlah Kebutuhan
Parkir (m2)
Subtotal (m2)
Motor 80 2/motor 160
Mobil 40 12,5/mobil 500
TOTAL 660 (maksimal) Sumber : Analisa dan Asumsi Penulis
5.2 ANALISA ASPEK LOKASI (SITE)
Gambar 5.3 Dimensi Site Terpilih
Sumber : wikimapia.org
64
1. Luasan
Site memiliki panjang sisi - sisinya dimulai dari sisi yang bersinggungan
dengan jalan Kapal Layar yaitu 108m, 60m, 86m, dan 75m. Sehingga total
luas site adalah -+ 6.428m2.
2. Batas – Batas
Sebelah Utara : Pepohonan
Sebelah Barat : Jalan Pupuk Raya
Sebelah Selatan : Jalan Kapal Layar
Sebelah Timur : Perumahan Harmony Green Village
3. Aksesibilitas
Gambar 5.4 Peta Fasilitas Penting di Sekitar Site Terpilih
Sumber : wikimapia.org
Peta di atas menunjukkan fasilitas – fasilitas atau lokasi penting yang berada di
sekitar site terpilih, berikut penjabaran dan jaraknya :
1) SMAN 3 Bontang : 620 meter
2) SMPN 5 Bontang : 770 meter
3) Pusat Kelurahan Loktuan : 1.490 meter
4) Pelabuhan Kota Bontang : 2.075 meter
5) Rumah Sakit Pupuk Kaltim : 1.650 meter
6) Kawasan Industri KIE : 2.080 meter
65
4. Kondisi Tapak dan Lingkungan
• Tapak berbentuk trapesium (segiempat tak beraturan)
• Tapak tidak berkontur (datar)
• Terdapat banyak pepohonan di sekitar tapak
5. SWOT
A. Strength
Kekuatan (strength) dari lokasi ini adalah letaknya yang berada di
kelurahan Loktuan yang sudah umum menjadi kawasan tempat tinggal
para pekerja/buruh yang bekerja di kawasan industri KIE karena
kelurahan tersebut yang letaknya paling dekat dengan kawasan industri
KIE sehingga kelurahan ini yang paling memungkinkan untuk didirikan
rumah susun bagi pekerja.
Selain itu lokasi untuk rumah susun pekerja tersebut terletak di
persimpangan jalan yang akan memberi lebih dari satu akses untuk ke
perusahaan – perusahaan tempat para buruh bekerja. Jalan Pupuk Raya
juga merupakan jalur yang umum dilalui oleh bis – bis fasilitas dari
perusahaan – perusahaan industri yang difungsikan untuk menjemput para
pekerjanya.
B. Weakness
Jika dibandingkan dengan pemukiman yang sudah ada di kelurahan
Loktuan, lokasi ini memang lebih jauh untuk mencapai kawasan industri
KIE tempat para pekerja/buruh banyak bekerja.
C. Opportunity
Karena makin terbatasnya lahan yang dapat didirikan di kelurahan
Loktuan, maka lokasi ini dapat menjadi alternatif lain bagi para
pekerja/buruh sebagai tempat tinggal mengingat makin kumuhnya
kawasan pemukiman di kelurahan Loktuan.
D. Threat
Wilayah kelurahan Loktuan masih sering terjadi pemadaman listrik
bergilir serta kekurangan pasokan air bersih.
6. Analisa Arah Matahari dan Angin
Jika dilihat dari letak geografis kota Bontang berdasarkan posisi garis lintang
utara dan selatan (0’01’ - 0’12’ Lintang Utara) maka posisi kota Bontang bisa
66
dikatakan tepat berada di bawah garis khatulistiwa (0’) yang menyebabkan kota
ini dapat terpapar matahari sepanjang tahunnya. Sedangkan berdasarkan
kondisi demografi kota Bontang yang merupakan dataran yang datar (minim
bukit dan tidak ada gunung) maka angin akan bergerak sesuai dengan
pergerakan angin muson yang bergerak dengan orientasi utara – selatan atau
sebaliknya.
Gambar 5.5 Arah Matahari dan Angin Pada Site
Sumber : Analisa Penulis
7. Analisa View
Tak ada view yang cukup baik ke luar site karena site hanya dikelilingi oleh
jalan raya dan pepohonan sehingga perlu dibuat view yang lebih ke dalam site.
Gambar 5.6 Analisa View Site
Sumber : Analisa Penulis
67
8. Analisa Kebisingan
Kebisingan yang ada pada site ini hanya berasal dari jalan raya yang ada di
sekitar site yaitu pada sisi selatan (Jln. Kapal Layar) dan sisi barat (Jln. Pupuk
Raya). Namun sisi sebelah barat lebih menimbulkan kebisingan karena
merupakan jalan 2 arah yang lebih besar dari Jln. Kapal Layar yang umum
dilewati kendaraan serta bisa dan truk.
Gambar 5.7 Kebisingan Sekitar Site
Sumber : Analisa Penulis
Gambar 5.8 View Dalam dan Luar Site (a) View ke Dalam Site (b) View Arah Utara,
Pepohonan (c) View Arah Timur, Perumahan, (d) View Arah Barat, Hutan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
5.3 KONSEP RUMAH SUSUN
68
5.3.1 Konsep Zoning Horizontal
Gambar 5.9 Konsep Zoning Horizontal
Sumber : Desain Penulis
Zona Vegetasi diletakkan di sisi luar site selain sebagai sempadan jalan,
namun juga berfungsi meredam polusi udara dan suara yang dihasilkan oleh jalan
raya di sekitar site. Sedangkan untuk area drop off bis pekerja diletakkan pada sisi
jalan Pupuk Raya karena pada jalan tersebut lah yang dilalui oleh bis – bis antar-
jemput pekerja/buruh.
Zona Retail dan area Parkir diletakkan setelah zona terbuka hijau karena
kedua zona ini sifatnya zona publik dan zona semi-publik sehingga harus dapat
diakses dengan mudah dan lansung dari luar.
Zona rumah susun yang merupakan inti dari desain ini diletakkan menjauhi
kedua sisi jalanan untuk mengurangi dampak dari polusi udara dan suara dari kedua
jalan tersebut. Selain itu pada zonasi ini terdapat fasilitas – fasilitas umum
pendukung kegiatan penghuni rumah susun dan vegetasi buatan seperti taman,
urban farming, serta innercourt untuk menambah nilai estetika, view ke dalam site,
dan nilai ekologis.
5.3.2 Konsep Orientasi Massa Rumah Susun
Berdasarkan analisa – analisa yang dibahas sebelumnya, menghasilkan
beberapa alternatif untuk orientasi masa bangunan : Tabel 5.8 Alternatif Orientasi Massa Bangunan
69
Keuntungan Kelemahan
Alternatif 1
Orientasi Utara-Selatan
- tidak ada bagian
yang terkena paparan
sinar matahari lansung
pada bagian barat -
timur
Alternatif 2
Orientasi ke dalam
- dapat membuat view
sendiri
- bentuk lebih
bervariasi
- ada bagian yang
terkena paparan
matahari lansung di
bagian barat - timur
Sumber : Analisa Penulis
• Penulis memilih alternatif 1 sebagai tanggap terhadap ilmu ekologi agar beban
energi bangunan tidak terlalu besar. Selain itu dengan bentuk sederhana dapat
meminimalisir biaya pembangunan, bentuk yang monoton dapat diatasi dengan
membuat bentuk massa bangunan dan fasad lebih atraktif.
5.3.3 Konsep Bentuk Bangunan
Berikut ini merupakan bentuk – bentuk dasar bangunan menurut Francis
D.K. Ching dalam buku “Arsitektur, Bentuk, Ruang, dan Susunannya” :
Tabel 5.9 Macam – macam Bentuk Dasar Bangunan
Bentuk Kelebihan Kekurangan
Persegi
- Mudah dikembangkan
- Orientasi ruang jelas
- Layout ruang mudah
- Efisiensi ruang tinggi
- Bentuk statis
- Orientasi statis
Segitiga - Bentuk stabil dan
karakter kuat
- Kurang efisien
- Fleksibilitas kurang
70
- Orientasi ruang pada
tiap sudut
- Mudah digabungkan
menjadi bentuk baru
- Layour ruang sulit
pada sudutnya
Lingkaran
- Bentuk dinamis
- Orientasi ruang
memusat
- Memiliki nilai estetika
lebih
- Fleksibilitas tinggi
- Sulit dikembangkan
- Sulit digabungkan
dengan bentuk lain
- Layout ruang sulit
Sumber : Buku “Arsitektur, Bentuk, Ruang, dan Susunannya”
• Penulis memilih bentuk persegi berdasarkan pertimbangan efektifitas
bentuk agar dalam pembangunan rumah susun nanti tidak memakan banyak
biaya karena pengerjaan yang mudah. Selain ini dengan bentuk persegi
dapat mendukung nilai ekologis yang diinginkan oleh penulis.
5.3.4 Konsep Sirkulasi Horizontal
Sirkulasi horizontal yang dipilih adalah jenis sirkulasi linier yang memiliki
kelebihan jelas dan terarah, mudah disesuaikan dengan tapak, mudah dalam
pencapaian bangunan. Sedangkan kelemahan dari sirkulasi linier adalah banyak
membutuhkan ruang.
5.3.5 Konsep Sirkulasi Vertikal
Sirkulasi vertikal rumah susun hanya menggunakan tangga karena nilai
ekonomis dan aturan ketinggian bangunan yang hanya berjumlah 3 lantai.
Kelemahan jenis sirkulasi ini adalah kurang ramah kepada penyandang disable.
5.3.6 Konsep Gubah dan Tata Massa Bangunan
Bentuk persegi memiliki sifat kemotonan dalam pengaplikasiannya, maka
dari itu penulis sedikit memodifikasi bentuk tersebut agar lebih memiliki nilai
estetika dan atraktif tanpa mengurangi nilai ekologis dari yang dapat dihasilkan
oleh bentuk tersebut dan tetap memperhatikan kefisienan dalam pembangunan.
71
Gambar 5.10 Transformasi Massa Bangunan
Sumber : Desain Penulis
Gambar 5.11 Konsep Tata Massa Bangunan
Sumber : Desain Penulis
5.3.7 Konsep Koridor Bangunan
Koridor yang akan digunakan adalah sistem Koridor Satu Sisi (Single
Corridor Type). Koridor ini bersifat linier dan terdapat bukaan sehingga dapat
direncanakan untuk mendapatkan kenyamanan thermal, audio, serta visual.
Gambar 5.12 Ilustrasi Koridor Satu Sisi
Sumber : Desain Penulis
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, kelebihan dari jenis koridor tipe ini
dapat banyak memberikan nilai ekologis pada bangunan seperti penanaman
vegetasi yang memungkinkan pada koridor karena terkenan paparan sinar matahari
72
dan yang utama dapat mendukung sistem cross ventilation sebagai penghawaan
alami hunian rumah susun.
Sedangkan kekurangan dari jenis koridor tipe ini diantaranya fleksibilitas
pemanfaatan ruang yang kurang, ini dapat diselesaikan dengan memanfaatkan
ruang tersebut sebagai ruang bercocok tanam (vertical farming). Selain itu
kurangnya fleksibilitas koridor sebagai ruang komunal dapat diselesaikan dengan
membuat ruang tambahan sebagai ruang komunal atau ruang produktif.
5.3.8 Konsep Zoning Vertikal
Gambar 5.13 Konsep Zoning Vertikal
Sumber : Desain Penulis
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bangunan rumah susun yang
penulis desain memiliki ketinggian 4 lantai. Pada lantai dasar adalah ruang – ruang
penunjang yang sifatnya ruang semipublik seperti ruang bermain dan ruang
serbaguna. Lalu 3 lantai di atasnya secara garis besar adalah lantai tipikal yang
berisi unit hunian, ruang urban farming, dan ruang komunal yang dilengkapi oleh
sirkulasi vertikal berupa tangga dan ruang service.
5.3.9 Konsep Vegetasi
Kondisi existing site yang telah memiliki banyak pepohonan di dalamnya
dapat dimanfaatkan dengan membiarkan vegetasi tersebut tumbuh pada zona yang
dikhususkan untuk ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau juga bisa ditambahkan
dengan membuat vegetasi buatan pada zona rumah susun seperti membuat taman,
innercourt, dll. Adapun vegetasi – vegetasi tersebut dapat berfungsi sebagai :
Estetika, menambah nilai keindahan view ke dalam site;
73
Pembatas antara zona satu dengan lainnya;
Pengarah, sirkulasi hidup;
Pengurang polutan baik udara maupun suara.
Gambar 5.14 Rencana Vegetasi
Sumber : Analisa Penulis
5.3.10 Konsep Sistem Struktur
1. Sub-struktur
Sistem sub-struktur yang akan digunakan adalah sistem bored pile. Sistem ini
dipilih karena sistem ini dalam pemasangannya tidak berdampak bagi
lingkungan, memiliki kekuatan yang cukup untuk bangunan tinggi, cocok untuk
segala jenis tanah. Kelemahan sistem ini adalah waktu pengerjaan yang lama
dan membutuhkan biaya yang besar;
2. Upper-struktur
Sistem upper-struktur yang akan digunakan adalah bahan beton bertulang.
Sistem tersebut memiliki kelebihan kuat, kokoh, dan dapat dibentuk menjadi
bentuk apapun. Kelemahan dari sistem ini adalah waktu pengerjaan yang lama
dan proses konstruksi yang rumit;
3. Struktur Atap
Sistem struktur atap yang akan digunakan adalah atap dak beton dimana sistem
ini memiliki kelebihan pengerjaan yang mudah, kuat, bentuk fleksibel, serta
pada bagian atas dapat digunakan seperti pemanfaatan utilitas, green roof, urban
farming, dll. Kelemahan dari sistem ini adalah tidak cocok untuk bentang lebar
karena sering terjadi kebocoran.
74
5.3.11 Konsep Penggunaan Material
1. Dinding
Menggunakan beton ringan yang memiliki kelebihan lebih ringan dari bata serta
memiliki ukuran yang cocok dengan modul struktur yang diinginkan;
2. Lantai
Material untuk lantai adalah material yang umum digunakan yaitu
menggunakan semen dengan finshing lalu dilapisi dengan keramik;
3. Plafon
Plafon yang digunakan menggunakan material Gypsum Board yang tahan api,
mudah dibentuk, pemasangan mudah, dan tahan rayap.
5.3.12 Konsep Utilitas
1. Sistem Air Bersih
Gambar 5.15 Konsep Down Feed System
Sumber : Materi Mata Kuliah Utilitas
Sumber air bersih utama untuk rumah susun ini berasal dari PDAM dengan
tambahan dari pemanenan air hujan. Dengan down feed system untuk distribusi
air bersih lebih efisien karena tidak membutuhkan energi listrik yang besar
untuk tenaga pemompaan karena penyebaran air memanfaatkan gravitasi
bumi. Dalam setiap satu massa rusun terdapat satu sistem air bersih.
2. Sistem Air Kotor
Single stack system dipilih dengan pertimbangan kemudahan pemisahan
saluran untuk air tinja dan air sabun dalam mengontrol pembuangannya.
75
Gambar 5.16 Konsep Single Stack System
Sumber : Materi Mata Kuliah Utilitas
3. Sistem Jaringan Listrik
Gambar 5.17 Konsep Jaringan Listrik
Sumber : Materi Mata Kuliah Utilitas
Sumber listrik utama berasal dari daya PLN ditambah dengan listrik yang akan
dihasilkan oleh panel surya dengan pembagian waktu pemakaian. Ruang
kontrol untuk listrik dari PLN akan dibedakan dengan ruang kontrol untuk
listrik dari panel surya.
4. Sistem Pencahayaan
Dengan bentuk bangunan yang memungkinkan bangunan mendapatkan
paparan sinar matahari yang cukup maka hunian dapat mengandalkan
pencahayaan alami untuk menerangi pada waktu pagi hingga sore hari. Namun
pada malam hari akan mengunakan pencahayaan buatan seperti lampu hemat
energi.
76
5. Sistem Pengudaraan
Konsep pengudaraan yang akan digunakan hanya menggunakan pengudaraan
alami yaitu bukaan – bukaan seperti jendela, lubang angin, pintu, dll dengan
sistem cross ventilation. Alasan penggunaaan sistem ini karena tidak boros
dalam penggunaan listrik dan tidak perlu perawatan khusus. Sedangkan
kelemahan dari sistem ini adalah kenyamanan thermal tergantung cuaca dan
terkadang ikut membawa debu dan kotoran.
6. Sistem Transportasi
Untuk transportasi secara horizontal yang dipilih adalah jenis sirkulasi linier
yang memiliki kelebihan jelas dan terarah, mudah disesuaikan dengan tapak,
mudah dalam pencapaian bangunan. Sedangkan kelemahan dari sirkulasi linier
adalah banyak membutuhkan ruang.
Sedangkan untuk sistem sirkulasi vertikal rumah susun menggunakan tangga
atas pertimbangan ekonomis dan aturan ketinggian bangunan dengan
ketinggian 4 lantai. Kelemahan jenis sirkulasi ini adalah kurang ramah kepada
penyandang disable. Persyaratan tangga antara lain agar memenuhi standar
adalah :
• Lebar tangga minimal 120cm;
• Lebar bordes minimal 120cm;
• Lebar injakan anak tangga minimal 22,5cm;
• Pagar pengaman dengan ketinggian minimal 110cm;
• Pembuatan railing yang berbentuk lubang memanjang jarak antara sisi
- sisinya maksimal 10 cm.
Selain itu terdapat tangga darurat pada tiap ujung bangunan sebagai tanggap
terhadap kemungkinan bencana kebakaran.
7. Sistem Fire Protection
Sebagai tanggap terhadap antisipasi kemungkinan bahaya kebakaran
bangunan ini juga akan dilengkapi oleh smoke detector, heat detector, dan
hydrant yang disediakan pada tiap massa dan lantai bangunan.
8. Sistem Pembuangan Sampah
Sampah – sampah terlebih dahulu dipilah berdasarkan sampah organik dan
sampah non-organik pada tempat - tempat sampah yang telah disediakan.
Sampah – sampah tersebut lalu akan dibawa ke tempat pembuangan sampah
77
yang terpisah dari bangunan hunian rumah susun untuk selanjutnya akan
diangkut oleh truk pengangkut sampah ke tempat pembuangan akhir.
9. Sistem Penangkal Petir
Untuk sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem faraday karena
walaupun kurang memiliki nilai secara estetika, namun sistem ini memiliki
jangkauan yang luas dan cocok untuk bangunan tinggi.
5.4 KONSEP PENERAPAN TEKNOLOGI PENDUKUNG EKO-ARSITEKTUR
5.4.1 Solar Fotovoltaik (PV)
Solar PV pada rumah susun ini digunakan sebagai sumber listrik sekunder
karena sumber utama tetap berasal dari Perushaaan Listrik Negara (PLN). Pada
aplikasinya listrik yang dihasilkan oleh Solar PV ini dapat dijadikan cadangan saat
PLN mengalami gangguan atau mengatur waktu penggunaan listrik dari Solar PV
dan PLN (contoh : Solar PV digunakan saat siang hari).
Untuk pemasangannya Solar PV ini akan dipasang pada atap bangunan
rumah susun yang berupa dak beton dengan menghadap ke barat dan timur
sehingga dapat memaksimalkan penangkapan cahaya matahari. Listrik yang
dihasilkan akan diteruskan dan diatur pada ruang kontrol di lantai dasar bangunan
yang berbeda dengan ruang kontrol untuk listrik PLN.
5.4.2 Rainwater Harvest
Air yang didapat dari pemanenan air hujan ini digunakan untuk penggunaan
yang berbeda dari penggunaan air bersih pada umumnya. Contohnya untuk irigasi,
mencuci, mandi, dsb. Pemanenan air hujan ini hanya bersifat pendukung kebutuhan
air, sumber utama air untuk rumah susun ini tetap berasal dari sumur mengingat
curah hujan yang tak menentu di lokasi rumah susun.
Jenis Panen Air Hujan yang digunakan adalah panen air hujan dengan
sistem penampungan di kolam buatan (di atas tanah). Dari kolam ini air dapat
disebar dengan pompa seperti sistem upper tank.
5.4.3 Urban Farming
Urban Farming yang penulis maksud disini adalah kegiatan bercocok
tanam yang dapat diaplikasikan tidak hanya di atap bangunan namun juga dapat
dilakukan di tiap lantai bangunan (verticultur).
Kegunaan urban farming ini selain untuk memberi fasilitas bagi penghuni
rumah susun untuk ruang aktif bercocok tanam berbagai tanaman sayur-sayuran
78
atau obat-obatan, juga untuk memanfaatkan adanya sudut – sudut ruang yang tak
terpakai sehingga rumah susun ini memiliki nilai lebih dalam hal produktif.
Gambar 5.18 Konsep Penerapan Teknologi Eko-Arsitektur
Sumber : Desain Penulis
79