keslehatan lingkungan kerja - pengantar gizi kerja

60
MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PENGANTAR GIZI KERJA Dosen Pembimbing: Dr. Qomariyatus Sholihah, Dipl.hyp, ST., M.Kes 19780420 200501 2 002 Disusun Oleh: Ignatius Caesar Baritoni Parapat H1E112209 Ilman Sahbani H1E112043 Indra Triyanto H1E112046 M. Ravie Azemy Hernasri H1E112031 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Upload: yamatotakeru

Post on 18-Nov-2015

54 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

MAKALAHKESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

PENGANTAR GIZI KERJA

Dosen Pembimbing:Dr. Qomariyatus Sholihah, Dipl.hyp, ST., M.Kes19780420 200501 2 002

Disusun Oleh:Ignatius Caesar Baritoni ParapatH1E112209Ilman SahbaniH1E112043Indra TriyantoH1E112046M. Ravie Azemy HernasriH1E112031

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATFAKULTAS TEKNIKPROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGANBANJARBARU2014

35

KATA PENGANTARPuji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya makalah Pengantar Gizi Kerja ini dapat diselesaikan tepat waktu. Paper ini diajukan sebagai tugas mata kuliah Kesehatan Lingkungan Kerja. Dalam makalah ini Penulis memaparkan Pengantar Gizi Kerja, seperti pengertian, tujuan, sasaran Gizi Kerja, serta studi kasus yang terkait dengan Gizi Kerja. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi Penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Banjarbaru, Nopember 2014

Penulis

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR iDAFTAR ISIiiBAB IPENDAHULUAN1.1. Latar Belakang11.2. Rumusan Masalah21.3. Tujuan2BAB IIISI2.1. Macam-Macam Gizi32.2. Gizi Kerja72.2.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Gizi Kerja72.2.2. Kebutuhan dan Kecukupan Gizi Kerja82.2.3. Angka Kecukupan Gizi Kerja 102.2.4. Pengukuran Gizi Kerja132.3. Produktivitas152.3.1. Kondisi Kesehatan Penyebab Rendahnya Produktivitas Kerja182.3.2. Pengukuran Produktivitas Kerja192.3.3. Program dan Usaha Perusahaan Dalam Ahli Gizi Kerja21BAB III PEMBAHASAN3.1. Studi Kasus Gizi Kerja243.2. Tingkat Kecukupan Gizi Karyawan Dan Penyelenggaraan Makanan Di Pangansari Utama Catering Tambang Senakin, Kalimantan Selatan24BAB IV PENUTUP4.1. Kesimpulan304.2. Saran30DAFTAR PUSTAKA31LAMPIRAN33

1

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangManusia untuk kehidupannya membutuhkan energi, hal ini demi berlangsungnya proses-proses dalam tubuhnya, seperti berlangsungnya proses peredaran/sirkulasi darah, denyut jantung, pernapasan, pencernaan, proses-proses fisiologis lainnya, selanjutnya untuk melakukan berbagai kegiatan atau melakukan pekerjaan fisik. Energi dalam tubuh manusia dapat dihasilkan dari pembakaran karbohidrat, protein dan lemak, dengan demikian agar manusia selalu tercukupi energinya diperlukan pemasukan zat-zat makanan yang cukup pula ke dalam tubuhnya. Manusia yang kurang makan akan lemah baik daya kegiatan, pekerjaan-pekerjaan fisik maupun daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima tubuhnya yang dapat menghasilkan energi. Dan orang tidak dapat bekerja dengan energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari makanan kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energi dalam tubuh, namun kebiasaan meminjam ini akan dapat mengakibatkan keadaan yang gawat, yaitu kurang gizi khususnya energi (Marsetyo & Kartasapoetra, 1991). Salah satu upaya yang mempunyai dampak cukup penting terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi masyarakat. Status gizi masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan produktivitas kerja. Zat gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi, mempunyai nilai yang sangat penting (tergantung dari macam-macam bahan makanannya) untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari bagi para pekerja. Termasuk dalam memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yaitu penggantian sel-sel yang rusak dan sebagai zat pelindung dalam tubuh (dengan cara menjaga keseimbangan cairan tubuh). Proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terpelihara dengan baik akan menunjukkan baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang. Seseorang yang sehat tentunya memiliki daya pikir dan daya kegiatan fisik sehari-hari yang cukup tinggi (Marsetyo & Kartasapoetra, 1991).Tubuh manusia memerlukan sejumlah pangan dan gizi secara tetap, sesuai dengan standar kecukupan gizi, namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat terpenuhi. Penduduk yang miskin tidak mendapatkan pangan dan gizi dalam jumlah yang cukup. Mereka menderita lapar pangan dan gizi, mereka menderita gizi kurang. Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak akan dijumpai penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul konsekuensi fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang tidak disadari kalau hal tersebut karena faktor gizi (Agung, 2008).Kekurangan zat gizi, khususnya energi dan protein, pada tahap awal menimbulkan rasa lapar dalam jangka waktu tertentu berat badan menurun yang disertai dengan kemampuan (produktivitas) kerja. Kekurangan yang berlanjut akan mengakibatkan keadaan gizi kurang dan gizi buruk. Bila tidak ada perbaikan konsumsi energi dan protein yang mencukupi akhirnya akan mudah terserang infeksi (penyakit) (Drajat, 1992). Maka dari itu gizi pada pekerja mempunyai peran penting, baik bagi kesejahteraan maupun dalam rangka meningkatkan disiplin dan produktivitas.

1.2. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:1. Apa yang dimaksud dengan gizi kerja? 2. Apa tujuan dari gizi kerja?3. Siapa yang menjadi sasaran gizi kerja?4. Bagaimana pembahasan studi kasus gizi kerja?

1.3. TujuanAdapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:1. Memahami apa yang dimaksud dengan gizi kerja.2. Mengetahui tujuan dari gizi kerja. 3. Mengetahui siapa saja yang menjadi sasaran gizi kerja.4. Memahami pembahasan studi kasus gizi kerja.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Macam-Macam GiziGizi berasal dari bahasa Arab yaitu ghidza yang berarti makanan mulai dari proses digesti (Masuk), absorbsi (penyerapan), transportasi, penyimpanan, metabolisme maupun proses eksresi. yang berfungsi untuk pertambahan, pertumbuhandan fungsi normal untuk menghasilkan energi. Gizi adalah segala asupan yang diperlukan agar tubuh menjadi sehat. Gizi diperoleh dari asupan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral (Sholihah, 2012).Zat Gizi adalah bahan dasar yang menyusun bahan makanan. Zat gizi yang dikenal ada lima, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ada kelompok yang memasukkan air sebagai zat gizi dengan alasan zat tersebut digunakan dalam proses metabolisme dalam tubuh, namun pendapat tersebut belum diterima oleh semua ahli gizi. Kelompok yang tidak setuju air dimasukkan sebagai kelompok zat gizi beralasan karena zat tersebut mudah didapat dan merupakan zat tunggal. Sementara zat gizi lain merupakan kelompok ikatan yang berbeda, namun dianggap mempunyai fungsi yang sama dari pandangan sudut Ilmu Gizi (Sudiarti & Indrawani, 2007). Makanan adalah bahan-bahan makanan yang dapat digolongkan menurut makanan pokok (nasi, roti), lauk-pauk, sayur-mayur, buah-buahan, dan susu. Bahan-bahan ini mengandung zat yang diperlukan oleh tubuh, seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air. Adapun macam-macam gizi, antara lain:1. KarbohidratKarbohidrat adalah zat-zat gizi yang diperoleh dari makanan. Fungsi dari karbohidrat adalah sebagai sumber tenaga yang paling mudah untuk diurai, juga sebagai zat pengahasil tenaga utama dalam tubuh. Oleh karena fungsinya yang sedemikian penting maka jumlah asupan karbohidrat paling besar diantara zat-zat gizi lainnya, yaitu 50-55%. Karbohidrat dapat dibagi menjadi 2, yaitu Karbohidrat Kompleks (tepung, mie, roti, nasi, buah-buahan segar, dll) dan Karbohidrat Sederhana (gula, sirup, permen, coklat, dll). Cadangan karbohidrat dalam tubuh disimpan dalam bentuk glikogen otot. Apabila saat beraktifitas cadangan glikogen otot menurut akibat kekurangan karbohidrat, hal ini akan menyebabkan mempercepat timbulnya kelelahan. Semakin berat bentuk aktifitas/olahraga yang dilakukan, maka semakin besar pula kebutuhan karbohidrat.2. ProteinProtein berfungsi untuk proses tumbuh kembang, mengganti sel tubuh yang rusak, serta untuk perkembangan otot selama pembinaan latihan. Selain itu protein dapat berfungsi sebagai sumber tenaga ketika cadangan karbohidrat berkurang. Kebutuhan akan protein berkisar antara 15-20%. Sedangkan untuk atlit yang berolahraga ringan 1,0 gram/kg BB/hari, dan berolahraga strength/endurance 1,2-1,6 gram/kg BB/hari. Asupan protein yang seimbang akan menjaga kesehatan dan kekuatan tubuh, namun apabila asupannya berlebihan akan menambah beban fungsi hati dan ginjal.3. LemakKomponen dasar lemak adalah trigliserida (gliserol + asam lemak) lemak dapat dibagi menjadi 3, yaitu lemak yang terlihat (mentega, lemak hewan), lemak yang tidak terlihat ( lemak daging, keju) dan bahan makanan rendah lemak (susu skim, yoghurt). Sedangkan asam lemak dapat dibagi menjadi 2, yaitu : Lemak Nabati (asam lemak tak jenuh)Terkandung dalam minyak wijen, minyak jagung, minyak zaitun, minyak kacang, dll. Lemak Hewani(asam lemak jenuh/Kolesterol)Terkandung dalam kuning telur, daging, dll. Konsumsi makanan yang mengandung asam lemak jenuh dengan berlebihan akan memperbesar resiko mengidap penyakit jantung koroner dan kanker.Kandungan energi pada lemak 2 kali lebih besar daripada pada karbohidrat dan protein, namun lebih sukar untuk diuraikan. Asupan per harinya berkisar antara 20-30%. Lemak memberi rasa, bentuk dan aroma pada makanan, serta melarutkan vitamin (vitamin A,D,E dan K).

4. Vitamina. vitamin ASumber vitamin A adalah hati, telur, susu (didalam lemaknya) dan mentega. Vitamin A berperan dalam berbagai fungsi faal tubuh, yaitu: 1) Kesehatan MataVitamin ini membantu menyalurkan objek yang diterima oleh retina mata ke otak sebagai sebuah gambar. Senyawa yang berperan dalam hal ini adalah retinol.2) AntioksidanSalah satu bentuk Vitamin A yang dikenal dengan Beta Karoten, merupakan senyawa dengan aktifitas antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas. Baik radikal bebas yang berasal dari oksidasi tubuh mupun polusi dari luar.3) Sistem ImunVitamin A juga berfungsi sebagai sistem inum eksternal yang melindungi tubuh dari radikal bebas, virus, bakteri, jamur dan patogen. Mencukupi asupan vitamin A harian berarti meningkatkan kekebalan tubuh.4) Mencegah KankerVitamin A mampu melawan kanker dengan menekan pertumbuhan DNA dalam sel-sel kanker.5) Penyembuhan LukaVitamin A dapat membantu menjaga kesehatan jaringan di dalam tubuh kita. Sehingga dapat membantu mempercepat proses penyembuhan luka.6) PertumbuhanVitamin A juga sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan embrio pada janin, dan menentukan gen pada proses pembentukan organ-organ perkembangan embrio.b. Tiamin, Riboflavin, Niasin Angka kecukupan tiamin (Vitamin B1, riboflavin, vitamin B2), dan niasin rata-rata yang dinjurkan dinyatakan dalam microgram. Kecukupan ketiga macam vitamin tersebut terkait hubungannya dengan penggunaan energy oleh tubuh sehingga kecukupannya juga tergantung dari kecukupan energy, yakni 0,4 mg tiamin, 0,5 mg riboflavin, dan 4,4 mg niasin untuk 1000 kalori.c. Vitamin CNama lain Vitamin Cyaitu asam askorbat. Manfaat vitamin C bagi kesehatan tubuh kita. Diantara yaitu berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan penyokong organ lain. Selain itu Vitamin C merupakan antioksidan alami yang bisa menangkal berbagai radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh kita sehingga meminimalisir risiko terjadinya berbagai penyakit degenaratif, seperti kanker Servik, kanker payudara dan berbagai jenis penyakit degeneratif lain.5. MineralMineral adalah senyawa anorganik yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit. Fungsinya adalah untuk pembentukan jaringan tubuh dan pengendali proses-proses fisiologik. Mineral dapat dibagi menjadi 2, yaitu Macromineral (Kalsium, Posfor, Potassium, Chloride, Sodium, magnesium, Sulfur) dan Mecromineral (Zat besi, Cu, Zinc, Selenium, Chromium). Jenis mineral yang penting bagi atlet adalah Fe/zat besi ( pembentuk hemoglobin) dan Kalsium (pembentukan tulang).6. Zat BesiBerguna membentuk pigmen merah di dalam darah yang mengangkut oksigen ke dalam sel dan mengeluarkan karbondioksida dari sel, mencegah anemia, dan meningkatkan kebugaran tubuh. Sumber zat besi biasanya terdapat bayam, kangkung, daging merah, hati, ikan. Kekurangan zat besi menyebabkan penyakit anemia, dengan ciri-ciri : lemah, letih dan lesu, bagian dalam kelopak mata pucat.7. Energi Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam bahan makanan (Almatsier, 2005). Energi dalam tubuh manusia dapat timbul karena adanya pembakaaran karbohidrat, protein, dan lemak sehingga manusia membutuhkan zat-zat makanan yang cukup memenuhi kecukupan energinya.

2.2. Gizi Kerja2.2.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Gizi KerjaGizi kerja adalah gizi yang diterapkan pada tenaga kerja atau nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan jenis dan tempat kerja dengan tujuan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya. Istilah gizi kerja berarti nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan. Sebagai suatu aspek dari ilmu gizi pada umumnya, maka gizi kerja ditujukan kepada kesehatan dan daya kerja tenaga kerja yang setinggi-tingginya. Tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja pada pengusaha dangan menerima upah. Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun lingkungan agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal. Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal, menciptakan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional, memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteran. Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi baik secara kuantitas maupun kualitas, sedangkan secara tidak langsung dipengaruhi oleh jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, kurang baiknya kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Sebagai pokok masalah di masyarakat adalah rendahnya pendidikan, pengetahuan dan keterampilan serta tingkat pendapatan masyarakat. Dalam kaitan dengan gizi kerja, nutrisi atau zat makanan yang diperlukan oleh tenaga kerja tidak berbeda dengan nutrisi yang dibutuhkan oleh orang lain (Anies, 2005).Karbohidrat, lemak, juga protein, merupakan bahan bakar, maka zat-zat ini dapat dibakar oleh tubuh sebagai sumber tenaga dalam bekerja. Vitamin dan mineral berlaku sebagai pengatur tubuh dengan jalan melancarkan proses oksidasi, memelihara fungsi normal otot dan saraf, dan vitalitas jaringan. Bagi proses-proses tersebut diperlukan pula air dan oksigen (Anies, 2005). Kebutuhan kalori orang dewasa dipengaruhi oleh metabolisme basal, kegiatan tubuh atau aktivitas fisik, efek makanan (Spesific Dynamic Action/SDA), dan kerja otot. Gizi kerja merupakan upaya promotif, syarat penting untuk meningkatkan derajat kesehatan dan produktivitas kerja. Penerapan gizi kerja di perusahaan menjadi keharusan investasi yang rasional bagi perbaikan kualitas tenaga kerja. Di samping aspek kesehatan, dalam gizi kerja juga terkandung aspek kesejahteraan dan pengembangan sumber daya (Anies, 2005).Penyelenggaraan gizi kerja di perusahaan dapat dilaksanakan oleh perusahaan sendiri, pengusaha boga atau kafetaria yang diorganisasi oleh perusahaan. Namun menyelenggarakan gizi kerja yang baik bukan sekedar memenuhi kewajiban memberikan makanan dengan standar tertentu kepada tenaga kerja. Tidak kurang penting adalah fungsi pengawasan, agar pelaksanaannya sesuai harapan (Anies, 2005).Secara garis besar kebutuhan gizi untuk pekerja sama dengan kebutuhan setiap orang seharinya, tetapi di rinci dengan perbedaan pada kebutuhan jenis aktivitasnya dan lama kegiatan tersebut dilakukan. Apabila aktivitas seseorang normal seperti pegawai bagian administrasi perkantoran atau bekerja ringan sampai sedang dapat dirata-rata sesuai anjuran kecukupan gizi rata-rata (Wardhani, 2008).2.2.2. Kebutuhan dan Kecukupan Gizi KerjaFaktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan kecukupan gizi kerja adalah ukuran tubuh (tinggi dan berat badan), usia, jenis kelamin, kegiatan seharihari (ringan, sedang, berat) yang merupakan suatu beban kerja, kondisi tubuh tertentu, dan lingkungan kerja. Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi keadaan gizi tenaga kerja yaitu:1. Jenis kegiatanMaksud pemberian makanan di perusahaan adalah untuk meningkatkan dan mempertahankan kemampuan kerja para tenaga kerja. Makanan yang diberikan harus berkualitas baik, menu seimbang, bervariasi, pelayanannya cepat, bersifat ringan, dan berfungsi untuk menambah kalori. Makanan yang berlebihan bahkan dapat menurunkan produktivitas kerja karena adanya pembebanan pencernaan. Dalam hubungan dengan pekerjaan, bahan makanan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja adalah memenuhi kalori untuk bekerja (Winarni, 2000). Secara garis besar kebutuhan kalori sehari bagi tenaga kerja (Sumamur, 1996) dapat digolongkan sebagai berikut:Tabel 1. Kebutuhan Kalori Laki-lakiWanita

Jenis PekerjaanKebutuhan Kalori per hariJenis PekerjaanKebutuhan Kalori per hari

RinganSedangBera240026003000RinganSedangBerat200024002600

Tabel 2. Penggolongan Kegiatan KerjaPekerjaan RinganPekerjaan SedangPekerjaan Berat

menulis, mengetik merokok, makan kerja kantor pekerjaan tanpa menggunakan alat memutar baut menggergaji mendongkrak menempa besi menyeterika membatik mengepel mendorong kereta mengangkat barang berat mencangkul balap sepeda kerja dalam tambang, hutan kerja mamakai alat dan gerak dalam waktu lama

2. Faktor tenaga kerjaa. Ketidaktahuanb. Jenis kelaminc. Umurd. Hamil/menyusuie. Kebiasaan makan yang kurang baikf. Tingkat kesehatan karena tingginya penyakit parasit dan infeksig. Kesejahteraan yang tinggi tanpa perhatian gizi dapat mengakibatkan terjadinya salah gizih. Disiplin, motivasi dan dedikasi3. Faktor lingkungan kerjaa. Faktor fisikSering dihubungkan dengan iklim kerja (lingkungan kerja panas dan dingin)b. Bahan kimiaBahan-bahan kimia (gas, uap, debu, dan lain-lain) bilamana terpapar dalam jumlah yang cukup dapat menyebabkan keracunan kronis. Beberapa bahan kimia dapat mengganggu proses metabolisme tubuh, sebagian lainnya berakibat berkurangnya nafsu makan, tidak berfungsinya pencernaan dengan gejala penurunan berat badan. Dalam hal demikian, higiene perorangan dan pemakaian alat pelindung diri perlu diperhatikan. Alat pelindung diri perlu dipakai selama jam kerja, dikarenakan tenaga kerja dapat mengalami keracunan bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh selain tertelan kemungkinan juga terhirup sehingga fungsi paru terganggu yang berakibat terganggunya penyerapan oksidasi makanan dalam tubuh.c. BiologiKurang baiknya higiene perseorangan dan sanitasi lingkungan menyebabkan infeksi bakteri kronis pada saluran pencernaan dan terganggunya penyerapan usus terhadap zat-zat gizi oleh parasit tersebut.d. Faktor psikisKetegangan akibat ketidakserasian emosi, hubungan dalam pekerjaan yang kurang baik, problem keluarga, dan sosial lainnya akan menurunkan berat badan, terjadinya penyakit dan tidak produktifnya tenaga kerja (Winarni, 2000).2.2.3. Angka Kecukupan Gizi KerjaKeadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu cukup lama. Keadaan gizi dapat bermanifestasi kurang atau lebih. Oleh karena itu, untuk mencapai kesehatan yang optimal perlu disusun Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) sesuai untuk rata-rata penduduk di daerah tertentu. Kebutuhan berbagai zat gizi tergantung pada beberapa faktor, seperti umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, genetika, iklim, aktivitas fisik dan keadaan fisiologis, seperti hamil dan menyusui. AKG digunakan sebagai standar untuk mencapai status gizi yang optimal. Berbeda dengan angka kebutuhan gizi yang menggambarkan banyaknya zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status gizi baik, sehingga ada angka kebutuhan gizi yang rendah dan ada yang tinggi (Sudiarti & Utari, 2007).Kecukupan pangan dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif. Parameter kualitatif meliputi nilai sosial, ragam jenis bahan makanan, dan cita rasa, sedangkan parameter kuantitatif adalah komposisi zat gizi. Berbagai zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak maupun kelompok zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral merupakan komponen bahan makanan (Sudiarti & Utari, 2007).Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG) atau Recommended Dietary Allowances (RDA) adalah tingkat konsumsi zat-zat gizi esensial yang dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi hampir semua orang sehat di suatu negara. AKG untuk Indonesia didasarkan atas patokan berat badan untuk masing-masing kelompok menurut umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan kondisi khusus (sakit, ibu hamil dan menyusui) yang ditetapkan secara berkala melalui survei penduduk. AKG digunakan sebagai standar untuk mencapai status gizi optimal bagi penduduk dalam hal penyediaan pangan secara nasional dan regional serta penilaian kecukupan gizi penduduk golongan masyarakat tertentu yang diperoleh dari konsumsi makanannya (Almatsier, 2005).Kebutuhan energi ditentukan oleh komponen utama, yaitu angka metabolisme basal (AMB) atau Basal Metabolisme Rate (BMR) dan Aktivitas fisik. AMB dipengaruhi oleh umur, gender, berat badan, dan tinggi badan. Berikut rumus perhitungan AMB menurut Harris Benedict (1919) dalam Alamister (2004).

Keterangan:AMB: Angka Metabolismme Basal (kkal/hari)BB: Berat badan (kg)TB: Tinggi badan (cm)U: Umur (tahun)Tingkat kecukupan zat gizi dapat menggambarkan konsumsi pangan. Hal tersebut dikarenakan tingkat kecukupan zat gizi dihitung dengan membadingkan konsumsi zat gizi dan kecukupan zat gizi. Tingkat kecukupan gizi yang rendah menunjukkkan bahwa zat gizi yang dikonsumsi juga rendah. Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk wanita adalah sebagai berikut:Tabel 3. Kecukupan Energi Dan Zat Gizi Wanita

Kecukupan Gizi Tenaga Kerja dalam sehari, antara lain:1. EnergiMenggunakan Tabel AKG 2004 bagi orang Indonesia.a. Untuk 8 jam kerja di perusahaan perlu disediakan makan dan minum paling sedikit 2/5 (40%) dari kecukupan energi selama 24 jam atau 30% makan lengkap + 10% selingan.b. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 608/MEN/1989 untuk perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerjanya sembilan jam per hari, perusahaan wajib menyediakan makanan dan minum 1400 kalori. Untuk shift malam hari perlu diberikan makanan tambahan dengan memperhitungkan kebiasaan makan dan kecukupan energi per hari.2. Hidrat arang, berdasarkan prinsip gizi seimbang untuk orang Indonesia kurang lebih sebesar 60% - 70% dari total energi sehari.3. Protein, sangat tergantung berat badan tenaga kerja dan nilai biologi dari protein yang dimakan. Di dalam menu, menghitung kebutuhan energi yang berasal dari protein kurang lebih 10% - 15% dari total energi per hari.4. Lemak, kebutuhan lemak sangat tergantung dari kebutuhan energi, kurang lebih 20% - 25% dari total per hari atau minimal 15% dan maksimal 30%.5. Vitamin dan mineral, penggunaan bahan makanan yang tinggi vitamin, garam-garam, vitamin B1, zat besi dan asam folat, natrium, kalium dan mineral lainnya.6. Pada pekerja di lingkungan panas dan kerja berat perlu disediakan minimal 2,8 liter dan bekerja ringan 1,9 liter.2.2.4. Pengukuran Gizi KerjaSeperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa gizi kerja adalah gizi yang diterapkan pada tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan jenis dan tempat kerja dengan tujuan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya. Sedangkan zat gizi yang dikenal ada lima yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Pada penelitian ini pengukuran gizi kerja dikaitkan dengan kecukupan energi. Makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, dan protein digunakan sebagai sumber energi untuk mempertahankan hidup guna menunjang proses pertumbuhan dan melakukan aktivitas harian. Dasar perhitungan energi makanan adalah reaksi karbohidrat, lemak, dan protein yang akan mengalami oksidasi dengan oksigen menghasilkan air, karbon dioksida dan sejumlah energi.O2

Karbohidrat/Lemak/Protein CO2 + H2O + Energi (Panas)Oksidasi

Energi inilah yang digunakan untuk melakukan aktivitas harian. Energi secara umum dinyatakan dengan istilah kalori, sedangkan satu kilokalori adalah sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air seberat 1 kg sebesar 1C. Istilah kilokalori digunakan untuk menyatakan jumlah kilokalori (Sudiarti & Indrawani, 2007). Terdapat beberapa metode untuk memperkirakan kebutuhan kalori, empat di antaranya adalah sebagai berikut:1. Penggunaan RDA (Recommended Dietary Allowances) yang merupakan penjumlahan dari kebutuhan minimal sehari atau Minimal Daily Requirement (MDR) dengan nilai tambah atau batas kemaknaan. Nilai RDA bagi masing-masing negara berbeda karena batas kemaknaan yang berbeda.Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya batas kemaknaan adalah:a. Tingkat kesehatan gizi masyarakat yang ingin dicapaib. Tingkat ekonomi masyarakat yang menentukan daya belic. Umur kelompokd. Jenis kelamine. Kondisi fisik, misalnya hamil, menyusui, tingkat kegiatan kerja RDA adalah suatu istilah yang digunakan di Amerika yang merupakan standar berisi kebutuhan rata-rata zat gizi per hari yang dianjurkan sehingga suatu masyarakat dapat hidup sehat. Di Canada RDA dikenal dengan istilah Recommended Nutrient Intakes (RNI). Sementara di Indonesia dikenal dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang ditetapkan melalui Kongres Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) (Sudiarti & Utari, 2007).Dalam AKG tahun 2004 menyebutkan bahwa rata-rata kecukupan energi per orang per hari adalah 2200 Kkal dan 50 gram protein (16 18 tahun), 1900 Kkal dan 50 gram protein (19 29 tahun), 1800 Kkal dan 50 gram protein (30 49 tahun), kemudian 1750 Kkal dan 50 gram protein (50 64 tahun).2. Penggunaan rumus untuk memperkirakan kebutuhan kalori berdasarkan pada pengeluaran energi basal (BEE = Basal Energy Expenditure).a. BEE mencakup energi yang diperlukan untuk kebutuhan dasar dari kehidupan, seperti pernapasan, fungsi jantung, mempertahankan suhu tubuh.Wanita: BEE = 655 + (9,6 x BB) + (1,7 x TB0 (4,7 x U)Laki-laki: BEE = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) (6,8 x U)BB = Berat badan (kg) TB = Tinggi badan (cm) U = umur (tahun)b. Sekali BEE ditetapkan, maka kebutuhan energi harian untuk orang sehat dapat ditentukan, yaitu dengan cara dikalikan dengan faktor aktivitas.Tabel 4. Kebutuhan Energi HarianMacam AktivitasPeningkatan Jumlah Kalori yang dibutuhkan (%)Mengalikan BEE dengan

TidurAktivitas ringanAktivitas sedangAktivitas berat20304050 atau lebih1,21,31,41,5 atau lebih

3. Menggunakan Canadian Dietary Standard, hanya berlaku untuk kelompok usia di atas 13 tahun dan dibedakan menurut jenis kelamin (Sudiarti & Utari, 2007).

Tabel 5. Canadian Dietary Standard Umur (tahun)L (kkal/kg BB)P (kkal/kg BB)

13 1516 1819 2425 4950 74> 75575142363129464036322923

4. Pengukuran pengeluaran energi istirahat (REE = resting energy expenditure) dengan kalorimetri tidak langsung.Status gizi dari populasi besar dapat dinilai cepat (diukur) dengan merekam pengukuran antropometri yaitu., tinggi, berat badan, lingkar pinggang dan pinggul, dari survei diet dan penilaian klinis. Jadi jika seseorang memiliki status gizi yang baik maka antropometri (tinggi, berat badan, lingkar pinggang dan pinggul) pada diri seseorang itu juga akan berkembang dengan baik dan dapat dikatakan bahwa orang itu sehat (Tiwari & Babel, 2013).

2.3. Produktivitas Gizi KerjaPada dasarnya produktivitas mencakup sikap mental patriotik yang memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada keyakinan diri bahwa kehidupan hari ini adalah lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah lebih baik dari hari ini. Sikap ini mutlak diperlukan oleh bangsa Indonesia untuk menjawab berbagai tantangan yang bersifat ekonomis maupun non ekonomis. Tantangan ekonomis misalnya kelangkaan modal, langkanya ketrampilan sumber daya manusia, langkanya teknologi yang dikuasai, harus dapat diatasi dengan sikap mental yang optimis sehingga setiap insan pembangunan akan terus mencari berbagai metode dan sistem untuk mengatasinya. Dengan keyakinan, ketekunan, dan usaha yang sungguh-sungguh tantangan itu akan terjawab tanpa kesukaran yang berarti. Sedangkan tantangan non ekonomis misalnya lebih banyak berkaitan pada sikap dan kemauan pemerintah, sikap budaya bangsa, faktor keamanan dan ketertiban, dan tekad bersama semua lapisan masyarakat untuk menciptakan kemajuan. Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif yaitu suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masuk atau output per input. Masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai (Sinungan, 2005).Didasari bahwa penilaian produktivitas tenaga kerja memang tidak mudah,mengingat banyak faktor yang berpengaruh, termasuk faktor-faktor non fisik seperti keinginan para tenaga kerja untuk mendapat imbalan uang sebanyak-banyaknya karena terdesak kebutuhan, masalah organisasi kerja, masalah manajemen, baik buruknya pemasaran hasil produk perusahaan yang bersangkutan, dan sebagainya (Anies, 2005).Pengertian produktivitas dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:1. Rumusan tradisional bagi keseluruhan produktivitas yang tidak lain adalah rasio dari apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang digunakan (input).2. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik daripada kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.3. Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor esensial, yakni: investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset; manajemen; dan tenaga kerja (Sinungan, 2005).Produktivitas kerja adalah suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitan antara hasil kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk. Seorang tenaga kerja dikatakan produktif jika ia mampu menghasilkan keluaran (output) yang lebih banyak dari tenaga kerja lain untuk satuan waktu yang sama. Jadi bila seorang karyawan mampu menghasilkan produk sesuai dengan standar yang telah ditentukan dalam satuan waktu yang lebih singkat, maka karyawan tersebut menunjukkan tingkat produktivitas yang lebih baik atau lebih tinggi.Produktivitas kerja pada hakekatnya ditentukan oleh banyak faktor, faktor manusia dan faktor di luar diri manusia. Faktor manusia dapat dibagi dalam faktor fisik dan faktor non fisik, sedangkan faktor di luar diri manusia dapat berupa tekno-struktur yang dipakai dalam bekerja, sistem manajemen perusahaan, dan lain-lain. Upaya perbaikan kesejahteraan tenaga kerja secara menyeluruh secara jelas dicakup dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, 1988 pada Kebijaksanaan di bidang perlindungan tenaga kerja yang ditujukan pada perbaikan upah, syarat kerja, kondisi kerja, hubungan kerja, keselamatan dan kesehatan kerja.Dalam kesehatan kerja tercakup tiga aspek penting yaitu mengenai kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja dimana tujuannya adalah agar masyarakat dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya. Gizi dalam hati ini merupakan salah satu faktor penentu kapasitas kerja. Masukan gizi yang cukup kualitas dan kuantitasnya sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan pembangunan fisik maupun mental. Dari berbagai penelitian yang dilakukan ternyata bahwa gizi mempunyai kaitan dengan produktifitas kerja. Hal ini terbukti dari hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa secara umum kurang gizi akan menurunkan daya kerja serta produktifitas kerja. Dalam melakukan pekerjaannya, perlu disadari bahwa masyarakat pekerja yang sehat akan bekerja dengan giat, tekun, produktif dan teliti sehingga dapat mencegah kecelakaan yang mungkin terjadi selama bekerja. Dapat dibayangkan apabila pekerja mengalami kurang gizi, hal ini paling tidak akan mengurangi konsentrasi bekerja ataupun ketelitiannya dalam melakukan kerja, kondisi ini tentunya sangat membahayakan keselamatannya apalagi kalau pekerja tersebut bekerja dengan menggunakan alat-alat yang dalam penggunaannya sangat membutuhkan konsentrasi dan perhatian yang tinggi karena kalau tidak berhati-hati dapat menimbulkan kecelakaan.Berbagai penelitian baik yang dilakukan di luar negeri maupun di Indonesia menunjukkan bahwa keadaan gizi kurang dapat menghambat aktivitas kerja yang akan menurunkan produktivitas kerja. Hal ini disebabkan karena kemampuan kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh jumlah energi yang tersedia, dimana energi tersebut diperoleh dari makanan sehari-hari dan bilamana jumlah makanan sehari-hari tak memenuhi kebutuhan tubuh, maka energi didapat dari cadangan tubuh (Agung, 2008). Pada dasarnya zat gizi yang dibutuhkan oleh seseorang sangat ditentukan oleh aktifitas yang dilakukannya sehari-hari. Makin berat aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan zat gizi akan meningkat pula terutama energi. Tujuan utama dalam usaha-usaha gizi kerja adalah meningkatkan produktivitas ( (Sholihah, 2012). Pengaruh berbagai faktor terhadap produktivitas dalam dilihat dari skema berikut:

Gambar 1. Pengaruh berbagai faktor terhadap produktivitas2.3.1. Kondisi Kesehatan Penyebab Rendahnya Produktivitas KerjaKondisi-kondisi kesehatan yang menyebabkan rendahnya produktivitas kerja antara lain (Sumamur, 1996):1. Penyakit UmumBaik pada sektor pertanian, pertambangan, industri, dan lain-lain, penyakit yang paling banyak terdapat adalah penyakit infeksi, penyakit endemic dan penyakit parasit. Penyakit pada alat pernapasan seperti flu dan bronchitis merupakan bagian terbanyak (30 40% dari seluruh penyakit umum), penyakit perut 15 20% dan TBC paru sekitar 3,5 8%. Penyakit oleh karena parasite seperti cacing masih merupakan gangguan yang besar terutama di sector pertanian dan pertambangan. Selain itu penyakit epidemi pun masih menghinggapi tenaga kerja antara lain cacar. Perlu diketahui bahwa biasanya efek penyakit umum dapat diperburuk lagi oleh faktor-faktor pekerjaan yang tidak memenuhi syarat-syarat higiene dan kesehatan.2. Penyakit akibat kerjaPenyakit seperti pneumokonioses, dermatoses akibat kerja, keracunan bahan kimia, gangguan mental psikologi akibat kerja, dan lain-lain memang terdapat pada tenaga kerja. Hanya saja penyakit-penyakit akibat kerja ini jumlahnya masih nampak seolah-olah sedikit, oleh karena disebabkan tidakadanya laporan atau tidak dibuatnya diagnosa ke arah penyakit tersebut. Namun begitu, kadang-kadang gangguan kepada pekerjaan sangat besar. Efek kronis tidak dipahami oleh majikan ataupun buruh secara jelas, walaupun pada berbagaikeadaan di perusahaan kadang-kadang terdapat kesadaran tentang adanyakesehatan yang memburuk akibat makin lamanya bekerja.3. Keadaan gizi pada buruhMenurut pengamatan yang pernah dijalankan sering tidak menguntungkan ditinjau dari sudut produktivitas kerja. Adapun keadaan gizi kurang dapat dikarenakan penyakit-penyakit endemis dan parasit, kurangnya pengertian tentang gizi, pengupahan yang rendah, dan beban kerja yang terlalu besar.4. Lingkungan kerja kurang membantu untuk produktivitas optimal tenaga kerjaKeadaan suhu, kelembaban, dan gerak udara memberikan suhu efektif di luar kenikmatan kerja. Faktor penerangan untuk melakukan kerja seringkali diabaikan dengan akibat kelelahan mata yang besar dan menurunnya efisiensi. Intensitas bunyi lebih dari 85 dB(A) bukan saja mengganggu produktivitas tapi juga mulai pada taraf membahayakan. Hal lain adalah lingkungan kerja yang seringkali penuh debu, uap, gas, dan lain-lain yang dapat mengganggu produktivitas dan juga kesehatan.5. Perencanaan atau pemikiran tentang penserasian manusia dan mesin serta perbaikan cara kerja sesuai dengan modernisasi yang berprinsip sedikit energi tapi outputnya tinggi pada umumnya belum diketahui.6. Segi mental psikologisPada umumnya belum diketahui bahwa kebudayaan kerja yang harus dimiliki adalah harus diisi dengan usaha-usaha yang menimbulkan kegairahan serta kenikmatan kerja ke arah dedikasi yang sempurna.7. Kesejahteraan tenaga kerja yang sering kurang baik dikarenakan pengupahan yang rendah, diperburuk lagi oleh tidak dipraktekkannya usaha keluargaberencana di perusahaan-perusahaan.8. Pengusaha dan buruh atau pihak lain sering belum memahami adanya hubungan di antara kondisi kesehatan dan tinggi rendahnya produktivitas.9. Fasilitas kesehatan yang ada di perusahaan jauh belum memenuhi harapan.10. Perundang-undangan mengenai higiene, kesehatan dan keselamatan kerja cukup banyak, tetapi implementasinya sering mengalami kesulitan, karena terbatasnya jumlah tenaga pengawasan, kurangnya skill untuk pengenalan dan evaluasi gangguan pada tempat, cara dan lingkungan kerja.2.3.2. Pengukuran Produktivitas KerjaPengukuran produktivitas kerja pada dasarnya menyangkut pengukuran terhadap produk yang dihasilkan (out put) dan (in put) pengorbanan yang dikeluarkan untuk menghasilkan out put tersebut Kriteria produktivitas kerja antara lain adalah kualitas, kuantitas, dan waktu yang dipakai. Untuk memudahkan pengukuran produktivitas kerja, pekerjaan dapat dibagi menjadi dua jenis, pertama, pekerjaan produksi yang hasilnya dapat langsung dihitung dan mutunya dapat dinilai melalui pengujian hasil (quality control) sehingga standar yang obyektif dapat dibuat secara kuantitatif. Kedua, pekerjaan yang non produktif yang hasilnya hanya diperoleh melalui pertimbangan-pertimbangan subyektif misalnya melalui penilaian atasan, teman, dan diri sendiri (Nurmawati, 1996).Menurut Barnes dalam Nurmawati (1996), cara pengukuran produktivitas kerja secara individual adalah atas dasar isi, cara kerja, dan waktu yang digunakan untuk menghasilkan per unit barang. Cara pertama yaitu jumlah dan mutu out put sebagai standar. Cara ini didasarkan pada jumlah unit barang yang dihasilkan dalam suatu interval waktu tertentu, oleh karenanya jumlah out put berkaitan langsung dengan kualitas atau kecermatan kerja. Kedua, produksi rata-rata sebagai standar, cara ini digunakan bila tugas-tugas yang dilakukan pekerja sama atau hampir sama. Ketiga, kinerja karyawan yang dipilih secara khusus sebagai standar. Cara ini dilakukan dengan memilih orang-orang yang secara umum mempunyai kemampuan yang lebih baik dari pada pekerja lain untuk dijadikan contoh atau standar bagi karyawan lain. Keempat, time study yang ditujukan untuk menentukan jumlah waktu yang digunakan oleh karyawan dengan kualifikasi tertentu dan bekerja secara normal untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu. Kelima, tes contoh pekerjaan sebagai standar yang digunakan apabila penggunaan out put sebagai pengukuran produktivitas kerja sukar dilakukan. Keenam, lama kerja sebagai standar, dengan asumsi bahwa lama kerja mungkin menunjukkan kemampuan pekerja untuk menyesuaikan diri dengan kondisi kerjanya dalam kurun waktu tertentu, kemampuan untuk bekerja sama dengan teman sekerja, juga kepuasan terhadap pekerjaan, dan lain sebagainya. Ketujuh, lamanya melakukan pekerjaan sebagai standar yang digunakan atau indeks produktivitas kerja, dalam arti bahwa pekerja yang membutuhkan waktu yang singkat dianggap lebih baik dari pada karyawan yang membutuhkan waktu lebih lama dengan beban kerja yang sama. Kedelapan, penilaian dari atasan sebagai standar, dapat dilakukan oleh manajer mandor, atau orang lain yang mempunyai level jabatan yang lebih tinggidapat merupakan tolok ukur bagi produktivitas kerja meskipun sifatnya subyektif.Pada penelitian ini yang dimaksud dengan produktivitas kerja adalah suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitan antara hasil kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk. Seorang tenaga kerja dikatakan produktif jika ia mampu menghasilkan keluaran (output) yang lebih banyak dari tenaga kerja lain untuk satuan waktu yang sama. Jadi bila seorang karyawan mampu menghasilkan produk sesuai dengan standar yang telah ditentukan dalam satuan waktu yang lebih singkat, maka karyawan tersebut menunjukkan tingkat produktivitas yang lebih baik atau lebih tinggi.

Pengukuran waktu kerja berhubungan dengan usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Pengukuran kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan waktu baku. Dengan kata lain waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu elemen pekerjaan dan data yang dihasilkan digunakan untuk mengukur produktivitas kerja (Wardhani, 2008). Pengukuran waktu kerja dengan jam pengukur waktu (stop watch time study) diperkenalkan pada abad 19 oleh Frederick W. Taylor. Metode ini baik diaplikasikan untuk pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang. Pengukuran kerja dengan menggunakan stop watch merupakan cara pengukuran yang obyektif karena waktu ditetapkan berdasarkan fakta yang terjadi dan tidak hanya sekedar diestimasi secara subyektif (Wardhani, 2008).2.3.3. Program dan Usaha Perusahaan Dalam Ahli Gizi KerjaProgram dan usaha perusahan dalam ahli kerja, antara lain (Sholihah, 2012):1. Pendidikan giziPendidikan gizi di industri ini merupakan salah satu penatalaksanaan dalam penanganan kelebihan berat badan, dnegan menyeimbangkankan keluar masuknya energi dan mengubah/modifikasi pola hidup. Sesudah proses pendidikan gizi selama 6 bulan terhadap subjek pekerja dengan kelebihan berat badan menghasilkan penurunan persentil IMT pada kedua grup dan TKE grup kelompok2. Peran pola makan vegetarian bagi pekerja industriVegetarian adalah orang yang hidup dari mengkonsumsi produk nabati dengan atau tanpa susu dan telur, tetapi menghindari konsusmsi daging, unggas dan hewan laut. Vegetarian yang hanya mengkonsumsi makanan nabati disebut Vegan, sedangkan vegetarian yang mengkonsusmsi makanan nabati, susu dan produk olahannya disebut Vegetarian lakto. Vegetarian yang mengkonsumsi makanan nabati, susu dan telur serta produk olahannya disebut Vegetarian lakto ovo.3. Makanan yang disediakan perusahaanPerusahaan pada umumnya akan membuat menu selama tujuh hari untuk penyediaan makan siang karyawan, namun menu yang direncanakan dapat berubah seusai dengan tersedianya bahan pangan di pasar. Variasi menu yang dibuat oleh perusahaan biasanya sudah cukup baik karenan menu yang disajikan tidak berulang pada hari yang yang berdekatan. Menurut Matulessy dan Rachmat (1997), menu 10 hari merupakan anjuran yang paling baik untuk menghindari kebosanan dan variasi yang banyak. Namun hal tersebut terkadang masih sulit untuk dilakukan. Hidangan, jenis makanan, dan rata-rata konsumsi energy serta zat gizi makanan yang disediakan perusahaan disajikan pada table berikut:Tabel 6. Hidangan, Jenis Makanan, Dan Rata-Rata Konsumsi Energi Serta Zat Gizi Makanan Yang Disediakan Perusahaan

Pada hari kerja, umumnya kebutuhan energi dan zat gizi pekerja akan lebih banyak terpenuhi pada saat di tempat kerja, terutama pada siang hari. Oleh karena itu, pemberian fasilitas berupa kantin atau penyediaan makan bagi pekerja sangat diperlukan untuk memenuhi sebagian kebutuhan energi dan zat gizi tenaga kerja. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal, amak gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktivitas. Pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi pending beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini sangat bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh. Total konsumsi protein dan energy berdasarkan waktu makan adalah sebagai berikut:Tabel 7. Total Konsumsi Protein Dan Energi Berdasarkan Waktu Makan

Agar semua pekerja dapat bekerja dengan produktif maka perusahaan sendiri juga perlu membuat program untuk menjamin kesehatan dari para pekerjanya. untuk itu perlu perhatian khusus dari pemerintah dan semua lapisan masyarakat untuk menjaga pola makan dan supan gizi agar status gizi masyarakat dan produktifitas para pekerja semakin meningkat sehingga kita dapat mencapai tujuan pembangunann nasional (Sholihah, 2012).

BAB IIIPEMBAHASAN3.1. Studi Kasus Gizi KerjaStatus kesehatan masyarakat pekerja di indonesia pada umumnya belum memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40% masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal. Rahmariza (2012) di dalam skripsinya yang berjudul Tingkat Kecukupan Gizi Karyawan Dan Penyelenggaraan Makanan Di Pangansari Utama Catering Tambang Senakin, Kalimantan Selatan, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat kecukupan gizi karyawan dan penyelenggaraan makanan di Pangansari Utama Catering Tambang Senakin, Kalimantan Selatan. Hasil penelitian ini memberikan gambaran tingkat kecukupan gizi karyawan dan penyelenggaraan makan pada tempat tersebut.

3.2. Tingkat Kecukupan Gizi Karyawan Dan Penyelenggaraan Makanan Di Pangansari Utama Catering Tambang Senakin, Kalimantan SelatanRahmariza (2012) di dalam skripsinya tersebut, menggunakan desain studi cross-sectional yang dilakukan di Pangansari Utama Catering Tambang Senakin. Studi cross-sectional adalah sebuah studi dari sekelompok orang pada satu titik waktu untuk menentukan apakah paparan berkaitan dengan terjadinya penyakit. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, tidak menyimpang dari ciri-ciri sampel yang ditetapkan. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April-Mei 2011. Contoh dalam penelitian ini adalah karyawan PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin. Contoh yang diambil berjumlah 62 orang. Pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer meliputi data penyelenggaraan makanan, higiene dan sanitasi, praktik higiene dan sanitasi pekerja penyelenggaraan makanan, karakteristik contoh, banyaknya makanan per porsi yang disajikan, dan daya terima contoh terhadap makanan yang disajikan.Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi adalah tersedianya pangan. Makanan yang dikonsumsi oleh contoh selama di perusahaan berasal dari makanan yang disediakan oleh Pangansari Utama Catering Tambang Senakin. Ketersediaan makanan dilihat berdasarkan banyaknya jumlah makanan yang disediakan oleh pihak Pangansari Utama Catering Tambang Senakin untuk memenuhi kebutuhan zat gizi contoh.Tabel 8. Ketersediaan Makanan yang disediakan oleh Pangansari Utama Catering Tambang Senakin

Ketersediaan energi dan protein paling tinggi terdapat pada hari ketiga. dimana salah satu menu yang disediakan adalah nasi goreng dan cumi-cumi. Nasi goreng memberikan kontribusi energi yang cukup tinggi yaitu sebesar 750 kkal dalam 300g dan cumi-cumi memberikan kontribusi protein yang tinggi yaitu 265 dalam 100g. Pengamatan terhadap menu selama tujuh hari dapat dilihat pada Tabel 9.Tabel 9. Pengamatan Menu Selama Tujuh HariHari ke-Waktu Makan

PagiSiangMalam

1

Nasi uduk, semur telor, susu, jus buah

Nasi putih, ayam rica-rica, ikan bumbu merah, tempe goreng tepung, sayur asam, apel, roti Nasi putih, rendang daging, telur dadar, cah sayur sayuran, cenil, semangka

2

Nasi kuning, ikan bumbu bali, susu, jus buahNasi putih, daging bumbu pedas, ikan goreng, mie goreng, sayur santan kacang panjang+kol, jeruk, roti Nasi putih, ikan asam pedas, tempe goreng, tumis sayuran, black forrest cake, melon.

3Nasi goreng, sarden cabe hijau, susu, jus buah

Nasi putih, opor ayam, cah cumi-cumi cabe hijau, sambal goreng hati, sup sayuran, apel, roti Nasi putih, ayam goreng ketumbar, bihun goreng,sayur santan pedas, sus, semangka

4Nasi kuning, telor bumbu bali, susu, jus buah

Nasi putih, sambal goreng hati ayam, ikan rica-rica, dadar sayuran, tumis sayuran, apel, roti Nasi putih, cumi goreng tepung, ikan asin, sayur bening, mocca cake, pepaya

5Lontong sayur, bakwan, susu, jus buah

Nasi putih, semur ayam pedas, ikan goreng tepung, tahu bumbu kecap, cah sayuran, jeruk, roti Nasi putih, sop iga, bakwan sayur, sup macaroni, pais pisang, melon

6Nasi putih, sardenes in tomato sauce, susu, jus buah Nasi putih, ikan acar kuning, kalio ayam, sambel goreng tempe, sayur bening, apel, roti Nasi putih, ikan bakar, sate ayam, capcay, klepon, semangka

7Nasi kuning, telur bumbu bali, susu, jus buah

Nasi putih, ayam bumbu rendang, ikan goreng, tahu gimbal, tumis kangkung, jeruk, roti Nasi putih, ikan goreng dabu-dabu, tumis sayuran, lumpia, pepaya

Konsumsi contoh merupakan konsumsi selama 7 hari dengan rata-rata konsumsi energi dan protein adalah 1603179 kkal/hari dan 58.38.4 g/hari. Kecukupan energi dan protein contoh yaitu 2455253 kkal/hari dan 59.71.8 g/hari. Kebutuhan, konsumsi, dan tingkat kecukupan energi dan protein contoh dapat dilihat pada Tabel 10.Tabel 10. Kecukupan, Konsumsi, dan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Contoh Berdasarkan hasil pengamatan selama tujuh hari, rata-rata konsumsi energi dan protein paling tinggi terdapat pada hari ketujuh. Hal ini dapat disimpulkan bahwa menu pada hari ketujuh disukai oleh contoh. Rata-rata konsumsi energi dan protein contoh per hari dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Rata-Rata Konsumsi Energi dan Protein Contoh per Hari

Pendekatan untuk peningkatan kesehatan dan status gizi, makanan dan pengetahuan gizi pekerja harus dilakukan untuk mendidik para pekerja pada fundamental gizi menekankan peran nutrisi yang baik dalam meningkatkan kapasitas kerja. Upaya pendidikan untuk mendorong pilihan makanan murah bergizi, pendidikan kesehatan yang lebih baik dan mencegah penggunaan alkohol juga diperlukan. Hal ini agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun lingkungan agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (Mishra & Mohanty, 2009).Tingkat kecukupan energi didapatkan dari perbandingan total konsumsi energi sehari dengan kecukupan energi berdasarkan Pedoman Pemenuhan Kecukupan Gizi Pekerja Selama Bekerja. Tingkat kecukupan dikategorikan berdasarkan Depkes (1996) menjadi defisit tingkat berat (