kesultanan bugis

Upload: faizalpd

Post on 05-Apr-2018

281 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    1/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    BAGIAN I

    PENDAHULUAN

    Kesultanan Riau-Lingga adalah Kesultanan Islam di Kepulauan Lingga, Riau, Indonesiayang merupakan pecahan dari Kesultanan Johor. Kesultanan ini dibentuk berdasarkan

    perjanjian antara Britania Raya dan Belanda pada tahun 1824 dengan Sultan Abdul Rahman

    Muadzam Syah sebagai sultan pertamanya. Kesultanan ini dihapuskan oleh pemerintah

    kolonial Belanda pada 3 Februari1911.

    Kesultanan ini memiliki peran penting dalam perkembanganbahasa Melayu hingga menjadi

    bentuknya sekarang sebagai bahasa Indonesia. Pada masa kesultanan ini bahasa Melayu

    menjadi bahasa standar yang sejajar dengan bahasa-bahasa besar lain di dunia, yang kaya

    dengan susastra dan memiliki kamus ekabahasa. Tokoh besar di belakang perkembangan

    pesat bahasa Melayu ini adalah Raja Ali Haji, seorang pujangga dan sejarawan keturunan

    Melayu-Bugis.

    Dalam Laporan ini akan kami paparkan tentang :

    1. Kilasan Sejarah : Keturunan Raja-raja Melayu dan Bugis

    2. Hasil Studi Tour

    3. Rekonstruksi Istana Kota Piring di Biram Dewa

    Dalam laporan ini kami menyajikan isi laporan berdasarkan 2 sistem pelaporan :

    1. Penyajian isi laporan berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Pemandu wisata.

    Namun hal ini tidak lah menjadi acuan sepenuhnya, karena apa yang disampaikan oleh

    pemandu wisata belum tentu semuanya benar. Untuk itu kami melakukan pengumpulan

    data dengan sistem yang berikutnya.

    2. Sistem kedua dalam pengumpulan informasi tentang sejarah Kesultanan Riau Lingga

    kami lakukan dengan Studi Literatur. Hal ini lebih dapat menjamin kepastian

    data/informasi tentang sejarah Kesultanan Riau-Lingga.

    Dalam proses penyelesaian laporan ini, kami membagi tugas pada setiap anggota baik

    selama proses studi tour berlangsung maupun setelah proses studi tour berakhir. Adapun

    tugas yang dibagikan kepada para anggota dapat kami rinci sebagai berikut :

    1. Pencatatan informasi yang diberikan oleh Pemandu wisata.

    2. Pngambilan gambar obyek yang di kunjungi.

    3. Mencari referensi / buku yang berhubungan dengan Kesultanan Riau Lingga.

    4. Penyortiran informasi baik dari informasi yang diberikan oleh pemandu wisata

    maupun dari buku.

    5. Pengetikan

    6. Editing

    7. Penjilidan.

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 1 dari 30

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Islamhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kepulauan_Lingga&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Riauhttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Johorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Britania_Rayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Belandahttp://id.wikipedia.org/wiki/1824http://id.wikipedia.org/wiki/3_Februarihttp://id.wikipedia.org/wiki/1911http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Melayuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Raja_Ali_Hajihttp://id.wikipedia.org/wiki/Melayuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bugishttp://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Islamhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kepulauan_Lingga&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Riauhttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Johorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Britania_Rayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Belandahttp://id.wikipedia.org/wiki/1824http://id.wikipedia.org/wiki/3_Februarihttp://id.wikipedia.org/wiki/1911http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Melayuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Raja_Ali_Hajihttp://id.wikipedia.org/wiki/Melayuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bugis
  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    2/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    Perihal pembagian tugas kepada masing-masing anggota akan kami lampirkan pada daftar

    lampiran di akhir laporan ini.

    Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi mahasiswa yang ingin

    belajar Sejarah, maupun masyarakat umum yang ingin mengetahui lebih dalam tentang

    Kesultanan Riau Lingga.

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 2 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    3/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    BAGIAN II

    KILASAN SEJARAH

    HUBUNGAN KETURUNAN RAJA-RAJA MELAYU DAN BUGIS

    Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa Upu Tandru Daeng Rilaka mempunyai 5 orang

    putra yang berasal dari Negeri Luwuk ( Wa Jo ) lalakaja, yaitu :

    1. Daeng Perani

    2. Daeng Menambun (Hijrah ke Mempawah)

    3. Daeng Merewah

    4. Daeng Celak

    5. Daeng Kemasi

    Kelima panglima laut ini dengan orang tuanya berlayar menuju ke Pulau Jawa (betawi)

    untuk menemui saudaranya yang bernama Upu Daeng Biasa yang menjadi Mayor Betawi,

    kemudian dari sana mereka membeli sebuah kapal untuk berlayar ke Melaka. Oleh karena

    sesuatu hal kapal layar tersebut kandas di Pulau Siantan, tetapi tidak ada kerusakan terhadap

    kapal tersebut. Setelah beberapa bulan di Pulau Siantan barulah mereka dapat berlayar

    menuju Negeri Melaka, kemudian ke Negeri Kemboja, kemudian kembali lagi ke Pulau

    Siantan untuk bertemu dengan nakhoda Alang yang berasal dari bugis juga. Disanalah

    Daeng Perani memperoleh anak yang bernama Daeng Kemboja setelah menikahi anak

    Nakhoda Alang yaitu Encik Fatimah. Ketika berada di Pulau Siantan, Upu Upu tersebut

    mendapat kabar dari Sultan Abdul jalil Ryat Syah IV sedang berperang dengan Raja Kecik

    dari Siak sehingga beliau terpaksa mundur ke Kuala Pahang dan terbunuh disana. Oleh

    karena itu lima bersaudara dari bugis ini segera memburu musuh dari Siak untuk menolong

    putra Sultan Abdul Jalil yang bernama Sulaiman dan dibawanya putra Sultan Abdul Jalil

    tersebut untuk diselamatkan dan kemudian Sulaiman dilantik menjadi sultan dengan gelar

    Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah I. Sebagai balas jasa kepada kakak beradik dari bugis

    ini, maka Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah I mengangkat Daeng Merewah sebagai Yang

    Dipertuan Muda Riau ke I dengan gelar Kelana Jaya.

    Sejak itulah pengaruh bugis sangat besar dalam Kesultanan Riau karena jabatan Yang

    Dipertuan Muda memegang kekuasaan dalam pemerintahan sedangkan sultan hanyalahsebagai Raja di Negeri Riau. Yang sebelum adanya jabatan Yang Dipertuan Muda Riau

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 3 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    4/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    maka yang berkuasa atas roda pemerintahan adalah sultan dibantu oleh Bendahara dan

    Temenggung. Setelah masuknya Bugis di Riau, bendahara pindah ke Pahang dan

    Temenggung pindah ke Johor, dan orang-orang besar melayu di Bintan sudah membaur

    dengan keturunan bugis sehingga diberi gelar Penggawa Suluatang. Maka tersebutlah

    bahwa Yang Dipertuan Muda Riau I (Daeng Merewah) beristrikan Cik Ewa saudara dari

    Sultan Sulaiman (putri dari Sultan Abdul Jalil). Dari pernikahan Daeng Merewa dengan Cik

    Ewa ini, beliau di karuniai 2 orang anak yaitu :

    1. Raja Fatimah, yang menjadi istri Daeng Kemboja Yang Dipertuan Muda Riau III

    yang bergelar Sultan Alaudin.

    2. Kelana Cik Umun, bersuamikan Salaudin, Sultan Selangor yang pertama.

    Daeng Celak (Daeng Pali) diangkat menjadi Yang Dipertuan Muda Riau ke-II (mangkat

    pada tahun 1745) beristrikan Tengku Mandak binti Sultan Abdul Jalil (saudara dari Sultan

    Sulaiman) dan mempunyai 2 orang anak yaitu :

    1. Tengku Putih, bersuamikan Sultan Abdul jalil V (raja dibaroh) yang mangkat pada

    tahun 1760 dan almarhum mempunyai putra bernama Raja Ahmad yang mangkat

    pada waktu masih kecil.

    2. Tengku Hitam, bersuamikan Tuan Syed Hussin dan mempunyai putra : Tengku

    Syarifah yang bersuamikan Engku Syed Muhammad Zain Al-Qudsidan dan

    dikaruniai beberapa orang anak, yaitu Tengku Andak, Tengku Ngah, Tengku Ni,

    Tengku Irang, Tengku Luk dan Tengku Nung.

    Adapun Sultan Mahmud Syah III pindah ke Lingga tahun 1792 dan mempunyai 2 putra,

    yaitu :

    1. Husin Syah yang menjadi Sultan di Tumasik (singapura)

    2. Abdurrahman, yang menjadi Sultan di Lingga, selanjutnya Sultan Abdurrahman I ini

    mempunyai 2 orang putra, yaitu :

    a. Sultan Mahmud, beliau mempunyai putra bernama Sultan Mahmud IV

    marhum Pahang.

    b. Sultan Sulaiman II

    Sistem Pemerintahan Dalam Kesultanan

    Pemegang pemerintahan dalam Kesultanan yang ditaklukkan oleh Sultan pada masa itu

    bergelar Sultan Sri Paduka Dipertuan Besar dan sebelum Bugis masuk ke Riau kesultananmasih dipegang oleh yang berdarah melayu. Untuk memudahkan mengawasi Kesultanan-

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 4 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    5/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    Kesultanan itu maka diangkatlah Sultan yang ada hubungan darah atau hubungan keluarga

    dengan Sultan Kemaharajaan Melayu. Dengan sistem keluarga ini, Kemaharajaan Melayu

    pada masa itu persatuan dan kesatuan kemaharajaan melayu dapat bertahan dan kekal.

    Susunan pemerintahan dalam Kesultanan tersebut dapat dipertahankan sampai tahun 1723

    dan setelah itu terjadi perubahan-perubahan struktur Pemerintahan Kesultanan, seperti :

    1. Sultan : disamping keturunan Sultan sebelumnya, dapat pula menjadi sultan asal ada

    darah melayu dengan gelar Sultan Sri Paduka Yang Dipertuan Besar.

    2. Yang Dipertuan Muda : adalah orang kedua dari sultan yang tidak ada Datuk

    Bendahara lagi, tapi Yang Dipertuan Muda yang berasal dari keturunan Bugis.

    Disamping itu terdapat juga jabatan Laksemana dan Datuk Bendahara serta Hulubalang

    Kesultanan.

    Berikut ini adalah Sultan-Sultan yang pernah memangku jabatan Sultan di

    Kesultanan Riau, Johor dan Pahang :

    1. Sultan Mahmud Syah I 1513 1528

    2. Sultan Ali Gelar Sultan Alaudin Riyat Syah 1530 1528

    3. Sultan Muzafar Syah II 1564 1571

    4. Sultan Abdul Jalil Syah I 1571 1580

    5. Sultan Ali Jalla Abdul Jalil Syah II 1580 1597

    6. Sultan Alauddin Riyat Syah III 1597 1615

    7. Sultan Abdul Jalil Muayat Syah 1615 1623

    8. Sultan Abdul Jalil Syah III 1623 1677

    9. Sultan Ibrahim Syah 1677 1685

    10. Sultan Mahmud Syah II 1685 1699

    11. Sultan Abdul Jalil Riyat Syah 1699 1719

    12. Sultan Abdul Lalil Rahmat Syah 1719 1722

    13. Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah 1722 1761

    14. Sultan Mahmud Syah III 1761 1812

    15. Sultan Abdur Rahman Muazam Syah 1812 1832

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 5 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    6/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    Berikut ini adalah Jabatan Yang Dipertuan Muda Riau yang kebanyakan berasal

    dari keturunan Bugis yang sudah lama membaur dalam Kesultanan Riau Lingga

    dan Johor, yaitu :

    1. Yang Dipertuan Muda Riau I (Daeng Merewah) 1721 - 1728

    2. Yang Dipertuan Muda Riau II (Daeng Celak) 1728 1745

    3. Yang Dipertuan Muda Riau III (Daeng Kemboja) 1745 1777

    4. Yang Dipertuan Muda Riau IV (Raja Haji) 1777 1784

    5. Yang Dipertuan Muda Riau V (Raja Ali) 1784 1806

    6. Yang Dipertuan Muda Riau VI (Raja Jafar) 1806 1833

    7. Yang Dipertuan Muda Riau VII (Raja Abdurrahman)1834 1845

    8. Yang Dipertuan Muda Riau VIII (Raja Ali II) 1845 1857

    9. Yang Dipertuan Muda Riau IX (Raja Abdullah) 1857 1858

    10. Yang Dipertuan Muda Riau X (Raja Muhammad Yusuf) 1858 - 1900

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 6 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    7/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    BAGIAN III

    STUDI TOUR : SEKILAS SEJARAH KESULTANAN MELAYU RIAU

    A. DESKRIPSI RUTE PERJALANAN STUDI TOUR

    Perjalanan studi tour kali ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 1 Juni

    2008 dari jam 08.00 Wib sampai dengan 16.00 Wib. Adapun tema dari

    pelaksanaan studi tour ini adalah : Melalui studi tour kita tingkatkan

    wawasan dan cinta Budaya Melayu. Rute perjalanan yang dilalui dalam

    studi tour ini adalah sebagai berikut :

    WAKTU TEMPAT YANG DIKUNJUNGI

    08.00 08.20

    Berangkat dari Kantor Tourist Information Center, Dinas

    Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang menuju

    Pelantar Kuning.

    08.20 09.10Perjalanan diteruskan dengan Pompong menuju situs

    sejarah Makam Daeng Merewah di Hulu Sungai Riau.

    09.20 10.00

    Berada di Makam Daeng Merewah dan mendengarkan

    penjelasan dari Pemandu Wisata tentang sepak terjang

    Daeng Merewah yang menjadi Yang Dipertuan Muda

    Riau I.

    10.00 10.15Perjalanan dilanjutkan ke situs sejarah kedua yaitu Makam

    Daeng Celak

    10.15 10.45Berada di makam Daeng Celak yang merupakan Yang

    Dipertuan Muda Riau II.

    10.45 11.20 Perjalanan dilanjutkan ke Pulau Penyengat

    11.20 11.50Mengunjungi Kompleks makam Engku Putri Raja Ali

    Haji.

    11.50 12.30Perjalanan dilanjutkan ke Masjid Sultan Riau untuk

    melaksanakan Sholat Zuhur.

    12.30 13.45

    Kunjungan berikutnya adalah Balai Adat. Aktivitas yang

    dilakukan di Balai Adat adalah Makan siang danmendengarkan penjelasan dari Pemandu wisata dengan

    posisi berkumpul secara kelompok yang telah ditetapkan

    sebelumnya.

    13.45 14.00 Situs selanjutnya adalah mengunjungi makam Raja

    Jafar. Disini Pemandu Wisata menceritakan suatu tarekat

    yang ada di Pulau Penyengat yaitu Tarekat Nasabandiyah

    dan sekilas tentang sejarah hidup Raja Jafar, Yang

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 7 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    8/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    Dipertuan Muda Riau VI. Disamping Kompleks makam

    Raja Jafar ini terdapat bangunan yang dinamakam

    Gedung Engku Bilik.

    14.00 14.45Perjalanan dilanjutkan ke Kompleks makam Raja Haji

    Fisabilillah, Yang Dipertuan Muda Riau IV.

    14.45 15.20 Kunjungan di Pulau Penyengat diakhiri dengan kunjungan

    ke Situs Benteng Bukit Kursi.

    15.20 15.30Kembali ke Pelabuhan Penyengat untuk melanjutkan

    perjalanan ke Pelantar Kuning di Tanjungpinang.

    15.30 16.00Tiba di Pelantar Kuning Tanjungpinang dan studi tour

    berakhir.

    B. Peta Rute Perjalanan Studi Tour

    Rute perjalanan tersebut dapat tergambar pada peta perjalanan berikut ini :

    Gambar : Rute Perjalanan 1

    Peta rute perjalanan di Pulau Penyengat :

    Gambar : Rute perjalanan di Pulau Penyengat

    C. Sekilas Sejarah hasil kunjungan Studi Tour

    1. Makam Daeng Merewah, YDM RIAU I

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 8 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    9/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    Upu Daeng Merewa adalah anak ketiga dari Upu Daeng Rilaka. Setelah Upu Daeng

    Merewah diangkat menjadi Yang Dipertuan Muda Riau I barulah beliau beristrikan

    Encik Ayu (Encik Ewa) anak dari Temenggung Johor. Dari pemikiran beliau dengan

    Temenggung Johor, maka dikaruniai tiga orang anak, yaitu :

    a. Raja Said

    b. Kelana Encik Enok

    c. Raja Fatimah

    Setelah beliau diangkat menjadi Yang Dipertuan Muda Riau I, tak lama kemudian

    datanglah kabar dari Negeri Kedah bahwa Raja Kedah meminta bantuan kepada lima

    orang Upu dari Bugis untuk mengamankan kerusuhan yang terjadi di Negeri Kedah.

    Kerusuhan ini adalah kerusuhan di dalam lingkungan keluarga istana sendiri, yaitu

    pertikaian antar anggota keluarga Kesultanan untuk saling berkuasa di Kesultanan

    Kedah. Hal ini tentu merusak citra Negeri Kedah yang semula dalam keadaan

    tentram dan aman.

    Dengan kedatangan lima orang Upu dari Bugis ini, tak lama kemudian Negeri Kedah

    dapat diamankan dari pertikaian antar anggota keluarga Kesultanan. Raja Kedah

    yang lama dinobatkan kembali menjadi Yang Dipertuan Muda Kedah dan para Upu

    kembali ke Riau dengan membawa hadiah dari Raja Kedah.

    Daeng Merewah memerintah Kesultanan

    Riau pada tahun 1722 sampai dengan

    1728. Beliau dikenal juga dengan gelar

    Kelana Jaya Putra Beliau meninggal di

    Pusat Pemerintahan Kesultanan

    Kesultanan Riau di Hulu Sungai Riau (Sungai

    Carang). Beliau dimakamkan di Hulu sungai

    Riau atau saat ini orang lebih mengenal Hulu

    Sungai Riau tersebut dengan

    nama Sungai Carang.

    2. Daeng Celak

    Daeng Celak dikenal jugadengan gelar Daeng Pali atau

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 9 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    10/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    Raja Muda. Gelar ini diberikan kepada beliau ketika beliau masih berumur belia.

    Beliau adalah putra ke empat dari lima bersaudara yang merantau ke Kesultanan

    Riau. Daeng Celak adalah putra dari Upu Daeng Rilaka.

    Daeng Celak menjabat sebagai Yang Dipertuan Muda Riau II dari tahun 1728

    sampai 1745. Beliau juga dikenal dengan gelar Sultan Alauddin ibnu Upu dan

    disebut juga Marhum Mangkat di Kota.

    Daeng Celak beristrikan Tengku Mandak (saudara Sultan Sulaiman, Raja Johor).

    Dari hasil pernikahannya dengan Tengku Mandak, beliau dikaruniai 2 orang putra

    dan 4 orang putri. Berikut ini adalah putra dan putri Daeng Celak dari hasil

    pernkahannya dengan Tengku Mandak, :

    a. Raja Haji Fi Sabilillah ( Marhum Mangkat di Teluk Ketapang )

    b. Marhum Salleh ( Raja Selangor Pertama )

    c. Tengku Putih (Istri Marhum Abdul jalil )

    d. Raja Hitam (Istri Tengku Syed Hussin )

    e. Raja Aminah (Istri Arung Lenga)

    f. Raja Halimah (Istri Sultan Johor)

    Semasa Daeng Celak memerintah Kesultanan Riau, beliau sering berulang alik ke

    Selangor bersama istrinya Tengku Mandak. Dinegeri Selangor beliau memperistri

    anak raja Bugis Arong Pala yang bernama Daeng Maasik yang kemudian beliau

    membawa istrinya tersebut ke Kesultanan Riau.

    Beliau juga pernah diminta bantuan oleh Raja Selangor untuk mengatasi kerusuhan

    akibat hasutan Raja Kecik dari Siak kepada Daeng Mateko. Usaha beliau mengatasi

    kerusuhan ini berhasil dengan gemilang, Raja Kecik kembali ke negerinya Siak

    karena kalah melawan pasukan Daeng Celak.

    Pada masa pemerintahannya, perekonomian Kesultanan Riau maju pesat. Ini

    tergambar dari banyaknya aktivitas perdagangan di Hulu sungai Riau. Banyak kapal-

    kapal asing masuk ke Kesultanan Riau untuk melakukan perdagangan.

    Komoditi andalan yang diperdagangkan oleh Kesultanan Riau pada masa ini adalahgambir. Daeng Celak mendatangkan bibit gambir dari wilayah sumatra (sumatera

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 10 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    11/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    utara) untuk di tanam di wilayah Kesultanan Riau. Beliau juga mendatangkan

    pekerja-pekerja perkebunan gambir dari Cina. Oleh beliau pekerja-pekerja gambir ini

    di tempatkan di daerah Senggarang. Karenanya, di Senggarang terdapat kelenteng

    tua peninggalan pekerja gambir tersebut.

    Daeng Celak mangkat di Kota Pusat Kesultanan Riau dan dimakamkan

    berdampingan dengan istrinya Tengku Mandak tidak jauh dari pusat Kesultanan

    yaitu di Hulu sungai Riau atau masyarakat saat ini lebih mengenal sungai ini dengan

    nama Sungai Carang.

    3. Engku Puteri Raja Hamidah

    Raja Hamidah atau yang

    lebih dikenal dengan nama

    Engku Puteri adalah anak

    dari Raja Haji Fi Sabilillah

    dengan istri bernama Raja

    Perak binti Daeng Kemboja.Tidak diketahui secara pasti

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 11 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    12/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    tanggal kelahirannya, namun pada saat perang Riau mulai berkobar, sosok Engku

    Puteri diperkirakan memasuki usia remaja. Beliah dilahirkan di Hulu Sungai Riau,

    tepatnya di Istana Kota Piring, Biram Dewa.

    Setelah ayahandanya wafat di Teluk ketapang (1784), Raja Hamidah beserta

    saudara-saudaranya dibawa oleh sepupu Raja Ali, Yang Dipertuan Muda Riau V

    menyingkir ke Sekudana (Kalimantan barat) akibat tekanan politik yang dilakukan

    oleh J.V. Van Bram. Setelah itu beliau juga lama menetap di Siantan dan sering

    berulang alik ke Selangor. Baru sepuluh tahun kemudian beliah kembali ke Riau

    setelah Inggris memulihkan Kesultanan Riau secara de facto kepada Sultan Mahmud

    Syah III.

    Kemudian pada tahun 1803 Raja Hamidah dilamar oleh Sultan Mahmud Syah III.

    Oleh Sultan Mahmud Syah III, Raja Hamidah diberikan Pulau Penyengat sebagai

    mas kawin. Segera setelah perkawinan itu berlangsung, Pulau Penyengat yang

    sebelumnya hanya merupakan kubu pertahanan dijadikan tempat kediaman Raja

    Hamidah beserta saudara-saudaranya.

    Pada saat saudara laki-laki Raja Hamidah yaitu Raja Jafar dilantik sebagai Yang

    Dipertuan Muda Riau VI, maka Pulau Penyengat dijadikan sebagai pusat

    pemerintahan Yang Dipertuan Muda Riau. Sedangkan adiknya Raja Ahmad Engku

    Haji Tua (ayahanda Raja Ali Haji) diangkat sebagai Penasehat Kesultanan.

    Gelar Engku Puteri diperoleh setelah beliau menikah dan Raja Hamidah termasuk

    diantara istri sultan yang Gahara karena tidak mendapatkan keturunan. Setelah

    pemberian gelar itu orang lebih mengenalnya dengan gelar Engku Puteri.

    Dalam Kesultanan Riau

    Lingga, peranan Engku

    Puteri sangat penting, tidak

    hanya dikalangan

    pembesar Kesultanan

    tetapi juga sangat

    diperhitungkan olehPemerintah Hindia

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 12 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    13/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    Belanda. Hal ini dikarenakan, di tangan beliau diamanahkan Regilia Kesultanan.

    Sultan Mahmud Syah III memilih Engku Puteri untuk memegang Regilia

    dikarenakan beliau memiliki kharisma yang dipandang tinggi. Pentingnya

    kedudukan Engku Puteri pada masa itu karena Regilia Kesultanan adalah alat-alat

    kebesaran Kesultanan yang wajib dipakai pada saat penobatan Sultan atau Yang

    Dipertuan Muda Riau. Hal ini juga bermakna bahwa setiap pergantian Sultan atau

    Yang Dipertuan Muda Riau harus mendapat restu dari pemegang Regilia

    Kesultanan. Tanpa restu pemegang Regilia Kesultanan, maka status kesultanan atau

    Yang Dipertuan Muda Riau dianggap tidak syah atau tidak bermakna apa-apa.

    Diantara Regilia Kesultanan itu adalah sebuah cogan bernama sirih besar yang

    terbuat dari emas dan bertulang perak. Cogan ini sempat diperebutkan oleh Belanda

    dan Inggris, karena masing-masing pihak menjagokan calon masing-masing untuk

    menjadi Sultan atau Yang Dipertuan Besar Riau menggantikan Sultan Mahmud Syah

    III yang mangkat pada tahun 1812.

    Pihak Inggris mendukung Tengku Husein untuk menjadi Yang Dipertuan Besar

    Riau, sementara itu Belanda menjagokan Tengku Abdul Rahman yaitu adik dari

    Tengku Husein. Semula Engku Puteri ingin merestui Tengku Husein namu niat ini

    urung dilakukan karena pihak Inggris bermaksud menyuap beliau dengan 50 ribu

    ringgit. Engku Hamidah tidak menerima tindakan Inggris tersebut, karena dengan

    tindakan Inggris itu telah menurunkan marwah melayu.

    Akhirnya Belanda mengambil paksa alat-alat kebesaran (regilia) Kesultanan dari

    tangan Engku Puteri dan melantik Tengku Abdul Rahman sebagai Yang Dipertuan

    Besar Riau. Inilah kali pertama pelantikan Sultan tidak dilakukan secara murni

    menurut adat melayu dan tidak pula mendapat restu dari pemegang regilia yang sah,

    sehingga pelantikan ini dianggap tidak memiliki makna berarti bagi Kesultanan

    Riau.

    Sosok Engku Puteri selalu disebut sebagai tokoh budaya fikir di kalangan perempuan

    Melayu di zamannya.

    Beliau mewariskan

    pemikiran bernas yang

    masih bermanfaat danrelevan hingga masa

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 13 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    14/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    kini. Diantara warisan budaya fikir beliau adalah pikiran tentang perempuan.

    Taarifnya tentang istilah perempuan, nilai-nilai perempuan, sifat semula jadi

    perempuan, mengenai kecantikan, kesehatan dan keterampilan perempuan Melayu

    baik secara realitas maupun secara analog yang sampai saat ini masih relevan dengan

    situasi dan kondisi yang selalu berkembang tiada henti.

    Engku Puteri kembali kerahmatullah pada 28 Rajab 1260 H, bersamaan dengan

    tanggal 7 Juli 1844. Beliau dimakamkan di Pulau Penyegat berdampingan dengan

    makam madu beliau. Inilah tonggak sejarah yang memberitahukan bahwa wanita

    memegang peranan atau posisi penting di Kesultanan Riau pada masa itu.

    4. Raja Ali Haji

    Raja Ali Haji dilahirkan di Pulau

    Penyengat Indera Sakti pada tahun

    1808, meninggal dunia pada tahun

    1873 dan dikebumikan di Kompleks

    Pemakaman Engku Puteri Raja

    Hamidah di Pulau Penyengat.

    Beliau adalah anak dari pasangan Raja Haji Ahmad

    dengan Encik Hamidah. Raja Ali Haji dikenal sebagai

    seorang cendikia, ulama, pujangga dan budayawan.

    Jasanya yang paling monumental bagi bangsa Indonesia

    adalah di bidang bahasa.

    Raja Ali Haji berupaya untuk menjaga dan mengawal

    kemurnian bahasa Melayu yakni dengan melalui karya

    tulis. Pada tanggal 16 April 1685 Kesultanan Johor mengadakan perjanjian dengan

    VOC. Sejak saat itu penggunaan bahasa melayu mulai terjadi perbedaan baik dalam

    kata-kata maupun arti. Hal ini sangat merisaukan Raja Ali Haji. Beliau sadar bahwa

    kesultanan-kesultanan Riau sejak dikalahkan oleh Belanda setelah terjadi peperangan

    besar antara Belanda dengan Yang Dipertuan Muda Riau IV Raja Haji Fi Sabilillahdalam kurun waktu 1777-1784, mestilah diperjuangkan terus tidak hanya melalui

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 14 dari 30

    Makam Raja Ali Haji

    Makam Ra a Ahmad

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    15/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    kekuatan fisik. Maka beliau berupaya membangkitkan cinta tanah air melalui karya

    tulis khususnya bahasa dan sastra. Melalui bahasa yang sama, yakni bahasa Melayu

    Riau, persatuan dan kesatuan bangsa akan terwujud. Beliaupun memanfaatkan media

    tulis untuk menyebarluaskan karya-karyanya yang penuh semangat kemerdekaan dan

    tidak hidup dalam kungkungan penjajah.

    Raja Ali Haji menulis, kemudian dikirimkannya kepada majalah Tjidschriff voor

    Nederlanddisch Indie. Tulisannya yang berjudul Syair Abdul Muluk dimuat di

    majalah tersebut pada tahun 1847. Melalui karyanya ini, nama Raja Ali Haji dikenal

    luas di dalam dan di luar negeri. Karya-karyanya terus dipublikasikan antara tahun

    1847 1850. Karya-karyanya penuh semangat kebangsaan, sehingga bangsa

    penjajah tidak menyukainya.

    Raja Ali Haji terus berjuang melalui bahasa. Beliau sadar bahwa penggunaan bahasa

    Melayu Riau yang semakin tidak teratur akan mengarah kepada bahasa rendah (tidak

    bermutu). Akhirnya hal itu membuat Raja Ali Haji terpanggil dan bekerja keras

    menyusun panduan atau acuan Bahasa Melayu Riau yang telah dipergunakan sebagai

    bahasa lingua franca di Nusantara. Acuan tersebut berupa buku Pelajaran Tata

    Bahasa, yakni Bustabul Al-Katibin (1850) dan Kitab Pengetahuan Bahasa (1858).

    Dengan dua buku itu, Raja Ali Haji menjadi orang pertama (putra pribumi) yang

    menulis kamus bahasa (kamus monolingual).

    Dengan kemampuannya, beliau telah menghasilkan beberapa karya monumental

    sebagai pengabdian dan perjuangannya kepada bangsa dan negara. Yang merupakan

    mahakarya beliau yang terkenal adalah Gurindam duabelas, yang mampu memukau

    dunia dalam bidang kesusastraan. Berikut ini adalah karya-karya Raja Ali Haji yang

    disenaraikan oleh E. Ulrich Kratz pada tahun 1996 berdasarkan tahun tulis dan tahun

    terbitnya, yaitu sebagai berikut :

    J U D U LTAHUN

    TULIS

    TAHUN

    TERBIT

    Gurindam duabelas 1847 1853

    Bustanul katibin 1857 1857

    Mukaddimah fi intizam wazaif

    Haji al malik

    1857 1887

    Kitab pengetahuan bahasa 1857 1886

    Silsilah Melayu dan Bugis 1859 1886

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 15 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    16/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    Tuhfat al nafis 1865 1911

    Syair kitab/hukum al-nikah syair suluh pegawai 1865 1932

    Syair Siti Sianah / Jawhrat al makmunah 1866 1923

    Syair sinar gemala mestika alam - 1893

    Syair hukum faraid - 1893

    Syair awai - 1863

    Atas jasa jasa beliau dibidang bahasa dan kesusastraan, pada tanggal 6 November

    2004, Pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan Gelar Pahlawan Nasional

    atas jasa beliau sebagai Tokoh Pemurnian Bahasa Melayu Riau Menjadi

    Bahasa Indonesia.

    5. Masjid Raya Sultan Riau

    a) Sejarah Pembangunan

    Masjid yang menjadi

    kebanggaan orang Melayu ini

    didirikan pada tanggal 1 Syawal

    1249 H (1832 M), atas prakarsa

    Raja Abdurrahman, Yang

    Dipertuan Muda Riau VII.

    Pelaksanaan pembangunannya

    melibatkan seluruh lapisan masyarakat di Kesultanan Riau, yang bekerja siangdan malam secara bergiliran.

    Didalam Masjid tersimpan kitab-kitab kuno (terutama yang menyangkut Agama

    Islam), bekas koleksi perpustakaan yang didirikan oleh Raja Muhammad Yusuf

    Al Ahmadi, Yang Dipertuan Muda Riau X. Benda menarik lainnya yang terdapat

    dalam masjid adalah mimbar indah dan kitab suci Al-Quran yang ditulis dengan

    tangan.

    b) Lokasi

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 16 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    17/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    Masjid ini terletak di Pulau Penyengat Indera Sakti, Kecamatan Tanjungpinang

    Barat, Kepulauan Riau, Indonesia. Pulau Penyengat berukuran 2 x 1 km, berjarak

    sekitar 2 km dari Tanjungpinang dengan jarak tempuh sekitar 15 menit dengan

    perahu motor (pompong).

    Masjid ini terletak di pelataran. Kemungkinan lokasi ini adalah bekas bukit kecil

    yang diratakan, dengan tinggi sekitar tiga meter dari permukaan jalan. Untuk

    naik masjid ini dibuat tangga yang cukup tinggi.

    c) Luas

    Masjid ini berukuran 18 x 19,80 meter sementara luas lahan yang digunakan

    untuk masjid ini adalah berukuran 55 x 33 meter.

    d) Arsitektur

    Dalam kompleks

    Masjid, dari tangga

    hingga mihrab

    terdapat unit

    bangunan yang

    terpisah-pisah,

    masing-masing dalam posisi simetris. Dari tangga terdapat

    jalan setapak dari sumbu tengan dari unit bangunan simetris tersebut. Dihalaman

    kiri dan kanan masjid terdapat bangunan berdinding beratap limasan batu.

    Masyarakat setempat menyebut bangunan kembar tersebut dengan nama sotoh.

    Tempat ini berfungsi sebagai tempat permusyawaratan para cendekiawan dan

    ulama pada masa itu.

    Selain itu, terdapat juga bangunan kembar disisi

    kiri dan kanan, masing-masing berbentuk

    persegi empat panjang. Sisi terpanjang sejajar

    dengan arah kiblat. Kedua bangunan ini

    semacam gardu, tapi besar, panjang dan tidak

    berdinding, mempunyai kolong dan terbuat dari

    konstruksi kayu.

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 17 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    18/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    Pintu utama masuk masjid berada di tengah, menjorok ke depan seperti beranda

    dan diatapi kubah. Disetiap sudut terdapat pilaster. Denah dan semua elemen

    yang ada dalam masjid berada dalam susunan simetris.

    Atap ruang utama sangat unik dan menunjukkan adanya pengaruh india, dimana

    arsiteknya berasal. Keunikan ini berupa deretan melintang dan membujur dari

    kubah-kubah.

    Kubah berbentuk bawang berbaris empat mengarah kiblat dan berbaris tiga

    dengan arah melintang. Secara keseluruhan kubahnya berjumlah 12 dan jika

    ditambah dengan kubah diatas beranda depan pintu masuk utama maka

    jumlahnya menjadi 13 kubah.

    Masjid ini memiliki 4 buah menara, posisinya berada disetiap sudut ruang utama

    sholat dengan bentuk yang hampir sama. Puncak menara berbentuk sangat

    runcing seperti pensil. Tampaknya menara-menara ini dipengaruhi oleh menara-

    menara masjid di Turki, yang sebenarnya berasal dari gaya arsitektur Bizantium.

    Hal yang sedikit membedakan bahwa menara masjid di Turki runcing, tinggi dan

    ramping, sementara menara masjid Sultan Riau di Penyengat hanya runcing,

    namun tidak tinggi dan tidak ramping.

    e) Perencana

    Berdasarkan cerita turun temurun masyarakat setempat, konon arsitek masjid ini

    adalah seorang keturunan india yang bermukim di Singapura. Namun tidak ada

    yang mengetahui dengan pasti siapa nama arsitek dimaksud.

    6. Balai Adat Indera Perkasa

    Gedung dengan arsitektur

    tradisional Melayu Kepulauan ini

    dijadikan Balai Adat untuk

    memperagakan berbagai bentuk

    upacara adat Melayu. Letaknya

    di tepi pantai menghadap laut

    lepas, amatlah mempesona.

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 18 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    19/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    Di dalam gedung ini dapat dilihat tata ruangan dan beberapa benda kelengkapan adat

    Resam Melayu atau beberapa atraksi kesenian yang diadakan untuk menghormati

    tamu tertentu.

    7. Raja Jafar

    Raja Jafar - Yang

    Dipertuan Muda Riau VI -

    adalah putra Raja Haji

    Sahid Fisabilillah

    Marhum Teluk Ketapang.

    Raja Jafar menjadi Yang

    Dipertuan Muda Riau VItahun 1806-1833. Ketika

    mangkatnya digelar

    Marhum Kampung Ladi.

    Kompleks makam almarhum Raja Jafar seluruhnya

    dibuat dari beton, indah dan kokoh. Pada makam ini

    terdapat pilar-pilar, kubah-kubah dari beton yang

    dihiasi ornamen yang menarik. Sebelumnya

    bangunan ini berfungsi sebagai mushalla yang sering

    digunakan oleh Raja Jafar untuk ber-itikaf. Di luar

    cungkup makam ini, dalam kompleks makam terdapat pula kolam air yang dilengkapi

    tangga batu tempat berwuduk. Di kompleks makam ini terdapat pula makam-makam

    keluarga bangsawan lainnya.

    Di sebelah kompleks makam Raja Jafar ini

    berdiri dengan megah gedung yang disebut

    Gedung Tengku Bilik. Bangunan ini

    bertingkat dua, dan sudah direnovasi oleh

    pemerintah daerah. Bangunan ini belum

    dibuka untuk umum karena proses renovasi

    dan penataan interior belum selesai. Bentuk

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 19 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    20/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    bangunannya merupakan ciri-ciri kesukaan para bangsawan Melayu akhir abad XIX,

    karena seni bangunan seperti itu masih ditemui di Singapura (istana Kampung

    Gelam), di Johor dan tempat-tempat lain di semenanjung Malaysia. Bangunan ini

    masih ditempati sampai masa Perang Dunia II dan sekarang masih menarik

    pengunjung yang datang ke pulau Penyengat.

    8. Raja Haji Fi Sabilillah

    Raja Haji-Yang Dipertuan Muda Riau IV-

    adalah pahlawan Melayu yang amat

    termashur. Beliau berperang melawan

    penjajah Belanda sejak berusia muda sampai

    akhir hayatnya dalam peperangan hebat di

    Teluk Ketapang tahun 1784.

    Raja Haji yang hidup antara tahun

    1725-1784 itu telah membuktikan

    dirinya sebagai pemimpin,

    hulubalang dan ulama. Para penulis

    sejarah mencatat, terutama pada

    tahun 1782-1784 cukup

    berpengaruh terhadap stabilitas

    sosial politik dan ekonomi di

    wilayah Nusantara dan negeri-negeri Belanda yang sangat tergantung terhadap sumber

    perekonomiannya di Timur. Beliau menjabat sebagai Yang Dipertuan Muda Riau IV

    dari tahun 1777 sampai dengan 1784.

    Pihak Belanda bahkan menganggap bahwa perang yang dipimpin Raja Haji adalah

    peperangan yang cukup besar dan sempat menggoncangkan kedudukan Belanda di

    Nusantara. Karena kepahlawanannya itulah, Raja Haji diagungkan masyarakat

    Melayu, disebut dengan gelar Raja Haji Fisabilillah

    Marhum Teluk Ketapang.

    Ketika beliau mangkat dalam peperangan hebat di

    Teluk Ketapang, jenazahnya kemudian dibawa keKilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 20 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    21/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    Malaka dan dikebumikan disana. Baru beberapa tahun kemudian jenazah beliau

    dibawa ke pulau Penyengat dan disemayamkan dalam makam yang terletak di Bukit

    Selatan pulau Penyengat, bersebelahan dengan makam Habib Syekh, seorang ulama

    terkemuka di Kesultanan Riau-Lingga.

    9. Benteng Bukit Kursi

    Benteng Bukit kursi ini hanyalah salah

    satu benteng yang dijadikan kubu

    pertahanan untuk menghalau musuh

    Kesultanan Riau. Benteng pertahanan

    ini mulai di bangun di Pulau Penyengat

    oleh Yang Dipertuan Muda Riau IV Raja Haji Fi Sabilillah. Benteng

    ini digunakan oleh Raja Haji Fi Sabilillah untuk melindungi Kesultanan Riau dari

    serangan musuh terutama Belanda selama Perang Riau yang berkecamuk dari tahun

    1782 sampai 1784. Saat ini masih dapat kita jumpai meriam-meriam tua peninggalan

    Kesultanan Riau semasa perang tersebut.

    Sebelum sampai di Benteng Bukit Kursi kita akan

    melihat satu bangunan yang dibangun dengan beton

    tebal. Gedung yang dimaksud adalah gedung Mesiu

    yang digunakan untuk menyimpan bubuk mesiu.

    Tak jauh dari Gedung Mesiu juga terdapat makam Raja Abdurrahman. Raja

    Abdurrakhman - Yang Dipertuan Muda Riau

    VII - ketika mangkatnya digelar Marhum

    Kampung Bulang. Raja Abdurrakhman

    menjadi Yang Dlpertuan Muda Riau tahun

    1832-1844. Beliau terkenal aktif dalam

    menggalakkan pembangunan di pulau ini,

    serta taat beribadah. Salah satu hasil upaya beliau yang utama adalah pembangunan

    Mesjid Raya Penyengat. Karena jasanya itutah, ketika beliau meninggal dunia

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 21 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    22/30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    23/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    ditumbuhkan kesadaran untuk tidak menambah luasan dan merubah konstruksi

    bangunannya yang akan berdampak pada rusaknya artifak yang berada di bawah

    bangunan.

    Tahapan pelaksanaan penyelamatan situs bersejarah Istana Kota Piring meliputi

    hal-hal sebagai berikut :

    1. Merancaang tindakan teknis yang terkait dengan kegiatan ekskavasi

    (pembukaan) bagian bawah permukaan tanah.

    2. memeriksa peninggalan yang ada di situs

    3. melakukan pendokumentasian data

    4. menilai data secara arkeologis

    5. mengemas temuan arkeologis untuk dasar pelaksanaan penelitian lanjutan.6. menentukan batas wilayah konservasi

    Penyelamatan situs Istana Kota Piring telah dimulai sejak adanya perjanjian antara

    Kesultanan Riau dan VOC pada tahun 1899. Dari surat-surat perjanjian tersebut

    dapat diketahui bahwa .......kedua pulau kecil Beram Dewa, Kampung

    Melayu ......tidak boleh diduduki tanpa seijin pemerintah negeri di Tanjungpinang

    dan Raja-raja...... Peraturan khusus tersebut telah melestarikan Pulau Biram

    Dewa yang terdiri dari pulau tempat Istana Kota Piring berada dan pulau kecil yang

    berada di depannya. Keberadaan Kampung Melayu Kota Piring menegaskan letak

    Kampung Melayu telah lama berada di sekitar Pulau Biram Dewa.

    Kegiatan ekskavasi merupakan penelitian lapangan yang membutuhkan waktu yang

    cukup lama. Pembukaan situs pada bagian-bagian yang diperkirakan terdapat

    lanjutan lajuran pondasi akan menghadapi kendala apabila diatasnya terdapat

    rumah tinggal berkonstruksi permanen.

    B. Rekonstruksi Istana Kota Piring

    Untuk dapat merekonstruksi Istana Kota Piring sebagaimana kondisinya pada masa

    kejayaan pemerintahan Kesultanan Melayu Johor-Pahang-Riau dibawah

    kepemimpinan Yang Dipertuan Besar (Sultan) Mahmud Syah dan Yang Dipertuan

    Muda IV (Perdana Menteri) Raja Haji Fi Sabilillah pada tahun 1777 1784

    memerlukan penelitian berkelanjutan, meliputi kegiatan ekskavasi dan penelitian

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 23 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    24/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    arsitektur yang berkaitan dengan sistem konstruksi dan tata ruang bangunan-

    bangunan yang ada di kompleks Istana Kota Piring.

    Temuan petak pondasi di situs Istana Kota Piring, dan dengan melihat bentuk

    bangunan tradisional Melayu di Johor dan Pahang, menunjukkan di atasnya akan

    terdapat bangunan penting berkonstruksi panggung. Apabila dikaitkan dengan

    bentuk bangunan rumah bumbung panjang melayu yang terdiri dari bangunan induk

    yang disebut dengan rumah ibu, dan bangunan dibelakangnya yang disebut dengan

    rumah dapur, memiliki denah berbentuk segi empat panjang. Sementara temuan

    pondasi petak di situs Istana Kota Piring berbentuk bujur sangkar. Kenyataan

    tersebut mengarah pada dugaan adanya bagian bangunan Istana Kota Piring

    berbentuk bangunan panggung yang pilar-pilar kayunya ditancapkan ke dalam

    tanah. Karenanya untuk menguak bagian artifak yang masih tersembunyi perlu

    diadakan ekskavasi lahan atau situs tersebut.

    C. Gambar Rekonstruksi Istana Kota Piring

    Gambar berikut adalah gambar rekonstruksi dan pemetaan Situs Istana Kota Piring

    di Pulau Biram Dewa. Rancangan gambar ini merupakan hasil riset dan

    perbandingan dengan bangunan-bangunan istana sejenis di beberapa Kesultanan

    melayu yang berhubungan dengan Kesultanan Riau.

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 24 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    25/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    Peta Lokasi keberadaan Situs Istana Kota Piring, Biram Dewa

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 25 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    26/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    Tipe Rumah Kepala Kampung Melaka pada abad ke-15

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 26 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    27/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    Rumah Bumbung Panjang Melaka

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 27 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    28/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    BAGIAN V

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 28 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    29/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    PENUTUP

    Seorang sejarahwan yang bernama DR. Anhar Gong Gong dalam suatu kesempatan pernah

    mengatakan bahwa peninggalan sejarah berupa fisik, baik itu makam, bangunan ataupun

    peninggalan lainnya, jika tidak dilihat secara dinamis maka peninggalan sejarah tersebuthanya merupakan batu atau bangunan yang tidak bermakna. Sama halnya seperti batu atau

    bangunan lainnya. Akan tetapi kalau dilihat bagaimana prosesnya atau peristiwa yang ada

    disebalik benda peninggalan sejarah itu, barulah peninggalan itu bermaknya. Ada nilai-nilai

    berharga yang dapat kita petik dari sana.

    Nilai-nilai berharga tersebut tentulah dapat diketahui melalui peristiwa sejarah yang melekat

    pada benda peninggalan sejarah yang ada. Sementara peristiwa-peristiwa sejarah selalu

    dipakai sebagai tonggak bagi perkembangan awal suatu kawasan sehingga di dalam

    penelusurannya, suatu peristiwa yang terjadi dapat ditetapkan sebagai hari jadinya kawasan

    tersebut atau hal-hal lain yang diperlukan oleh suatu kawasan.

    Menziarahi makam-makam dan tempat-tempat bersejarah tidak saja bermaksud sekedar

    melakukan ritual keagamaan, melainkan sejalan dengan itu adalah untuk mengenang jasa-

    jasa atas perjuangan yang telah dilakukan untuk negeri ini. Pemahaman terhadap nilai-nilai

    perjuangan pada pendahulu negeri tentu dimaksudkan sebagai evaluasi terhadap apa yang

    sudah dapat kita perbuat untuk perkembangan daerah ini saat ini dan di masa depan. Kita

    usahakan daerah Kepulauan Riau dapat berjaya seperti halnya pada zaman Kesultanan Riau

    dahulu, dimana daerah ini pernah menjadi pusat perdagangan yang sangat ramai selain

    Melaka.

    Kilas Sejarah Kesultanan Melayu Riau Studi Tour 1 Juni2008

    Halaman 29 dari 30

  • 7/31/2019 Kesultanan Bugis

    30/30

    Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara

    Daftar Pustaka

    Tarhusin, Wan.Kedatangan Upu Tandru Daeng Rilaka Ke Riau.CV Mitra Utama.2002.

    Tanjungpinang.

    Roesmanto, Totok. Rekonstuksi Arsitektur Istana Kota Piring.

    http//:puslit.petra.ac.id.2004.Jakarta.

    Junus, Hasan. Raja Ali HajiBudayawan Di Gerbang Abad XX.UNRI

    Press.2002.Pekanbaru.

    Sulaiman, R.M. Yamin.Kesuma Bahari Perjuangan Raja Haji Fi Sabilillah.CV. Milas

    Grafika.2007.Tanjungpinang.

    Tim Penyusun.Lintas Ziarah Budaya Hari Jadi Kota Tanjungpinang.Pemko

    Tanjungpinang.Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.2007.Tanjungpinang.

    Administrator, Masjid Sultan Riau, Pulau Penyengat. http//:melayu.online.com. 2008.

    Jakarta.