ketahanan plastik tipis terhadap bahan – bahan kimia.doc
TRANSCRIPT
JURNAL TEKNOLOGI PENGEMASAN
KETAHANAN PLASTIK TIPIS TERHADAP BAHAN – BAHAN KIMIA
Oleh
KELOMPOK I
DHARMA AMANDA TAMBUNAN 1104310034
AGUNG SATRIA 1104310005
WIRI ARIA NINGRUM 1104310046
HERMA EFENDI 1104310006
HARTATI 1204310002
GUSNI REZQI 1204310007
LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARAMEDAN
2013
ABSTRAK
Penemuan dan pembuatan plastik, pertama kali dilaporkan oleh Dr.Montgomerie pada tahun 1843, yaitu oleh penduduk Malaya dengan cara memanaskan getah karet kemudian dibentuk dengan tangan dan dijadikan sebagai gagang pisau. Cetakan ini kemudian digunakan secara luas untuk membentuk bahan-bahan plastik yang terdiri dari campuran getah karet dengan berbagai bahan pengisi, humektan dan pemplastik.
Bahan pembuat plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam perkembangannya digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan ekstruksi.Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer, yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar.
Kemasan plastik dapat berbentuk kemasan kaku maupun kemasan yang mudah dibentuk atau fleksibel. Untuk mengemas produk padat dan tidak memerlukan perlindungan khusus maka digunakan plastik yang fleksibel.Contoh produk yang dikemas menggunakan plastik fleksibel yaitu keripik, tahu, tempe dan lain-lain. Sedangkan untuk mengemas produk yang memerlukan perlindungan seperti produk yang berbentuk cair atau pasta maka digunakan plastik yang kaku namun bisa dibentuk, misalnya kemasan dalam bentuk botol, kotak atau jerigen plastik.
Kemasan plastik banyak digunakan dengan pertimbangan bahan tersebut mudah dibentuk sesuai dengan keinginan, tidak bersifat korosif (mudah berkarat), tidak memerlukan penanganan khusus. Dalam dunia perdagangan dikenal ada plastik khusus untuk mengemas bahan pangan (food grade) dan plastik untuk mengemas bahan bukan pangan (non-food grade). Oleh karena itu bila akan memilih plastik untuk mengemas bahan dan produk pangan maka harus dipilih yang food grade.
Kata kunci : kemasan plastik, kemasan kaku, kemasan fleksibel.
Tujuan Praktikum :
Untuk mengetahui ketahanan plastik tipis terhadap bahan - bahan kimia.
Tanggal Praktikum :
- Mulai : 9 Desember 2013
- Selesai : 16 Desember 2013
PENDAHULUAN
Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan,
dan merupakan salah satu cara pengawetan bahan hasil pertanian, karena
pengemasan dapat memperpanjang umur simpan bahan. Pengemasan adalah
wadah atau pembungkus yang dapat membantu mencegah atau mengurangi
terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas / dibungkusnya.
Sebelum dibuat oleh manusia, alam juga telah menyediakan kemasan untuk bahan
pangan, seperti jagung dengan kelobotnya, buah-buahan dengan kulitnya, buah
kelapa dengan sabut dan tempurung, polong-polongan dengan kulit polong dan
lain-lain. Manusia juga menggunakan kemasan untuk pelindung tubuh dari
gangguan cuaca, serta agar tampak anggun dan menarik. Dalam dunia moderen
seperti sekarang ini, masalah kemasan menjadi bagian kehidupan masyarakat
sehari-hari, terutama dalam hubungannya dengan produk pangan. Sejalan dengan
itu pengemasan telah berkembang dengan pesat menjadi bidang ilmu dan
teknologi yang makin canggih ( anonymous,2011 ). Industri bahan kemasan di
Indonesia juga sudah semakin banyak, seperti industri penghasil kemasan karton,
kemasan gelas, kemasan plastik, kemasan laminasi yang produknya sudah mengisi
kebutuhan masyarakat dan dunia industri.
Di samping itu hingga saat ini di pedesaan masih banyak dijumpai
masyarakat yang hidup dari bahan pengemas tradisional, seperti penjual daun
pembungkus (daun pisang, daun jati, daun waru dan sebagainya), atau untuk
tingkat industry rumah tangga terdapat pengrajin industri keranjang besek, kotak
kayu, anyaman serat, wadah dari tembikar dan lain-lain. Industri kemasan di
negara-negara maju telah lama berkembang menjadi perusahaan - perusahaan
besar yang bergerak dalam usaha produksi bahan atau produk pengemas seperti
kaleng (American Can Co), karton (Pulp and Paper Co), plastik (Clearpack),
botol plastik PET (Krones), kemasan kotak laminasi (Tetrapak, Combibloc),
gelas, kertas lapis, kertas alumunium dan lain-lain yang produknya diekspor ke
berbagai belahan dunia. Industri lain yang berkaitan dengan pengemasan adalah
industri penutup kemasan seperti penutup botol (Bericap), industri sealer
meachine dan industri pembuat label dan kode pada kemasan ( anonymous,2010).
Melindungi bahan pangan dari kontaminasi berarti melindunginya terhadap
mikroorganisme dan kotoran serta terhadap gigitan serangga atau binatang. Pada
bagian luar kemasan biasanya dilengkapi dengan etiket (label) dan hiasan
(dekorasi) yang bertujuan untuk: memberikan kemudahan dalam
mengidentifikasikan produk yang dikemas, seperti jenis dan kuantitasnya,
memberikan informasi tentang merek dagang dan kualitasnya, menarik perhatian
pembeli, memberikan keterangan pada pembeli tentang cara menggunakan produk
yang dikemas.
TINJAUAN LITERATUR
Kemasan plastik memiliki beberapa keunggulan yaitu sifatnya kuat tapi
ringan, inert, tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat seal) serta dapat diberi
warna. Kelemahan bahan ini adalah adanya zat-zat monomer dan molekul kecil
lain yang terkandung dalam plastik yang dapat melakukan migrasi ke dalam bahan
makanan yang dikemas. Berbagai jenis bahan kemasan lemas seperti misalnya
polietilen, polipropilen, nilon poliester dan film vinil dapat digunakan secara
tunggal untuk membungkus makanan atau dalam bentuk lapisan dengan bahan
lain yang direkatkan bersama. Kombinasi ini disebut laminasi. Sifat-sifat yang
dihasilkan oleh kemasan laminasi dari dua atau lebih film dapat memiliki sifat
yang unik. Contohnya kemasan yang terdiri dari lapisan kertas/ polietilen/
aluminium foil/polipropilen baik sekali untuk kemasan makanan kering. Lapisan
luar yang terdiri dari kertas berfungsi untuk cetakan permukaan yang ekonomis
dan murah. Polietilen berfungsi sebagai perekat antara aluminium foil dengan
kertas. Sedangkan polietilen bagian dalam mampu memberikan kekuatan dan
kemampuan untuk direkat atau ditutupi dengan panas. Dengan konsep laminasi,
masing-masing lapisan saling menutupi kekurangannya menghasilkan lembar
kemasan yang bermutu tinggi (Winarno,F,G 1987).
Bahan pembuat plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam
perkembangannya digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh
sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan
ekstruksi. Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah
monomer, yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari
beberapa monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai
tersebut dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak, menyerupai
tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin
dengan sifat yang lebih keras dan tegar (Syarief, et al., 1989).
Pada kemasan plastik, perubahan fisiko kimia pada wadah dan
makanannya sebenarnya tidak mungkin dapat dihindari. Industri pangan hanya
mampu menekan laju perubahan itu hingga tingkat minimum sehingga masih
memenuhi syarat konsumen. Banyak ragam kemasan plastik untuk makanan dan
minuman, beberapa contoh misalnya: polietilen, polipropilen, polistiren,
poliamida, polisulfon, poliester, poliuretan, polikarbonat, polivinilklorida,
polifenilinoksida, polivinilasetat, poliakrilonitril dan melamin formaldehid.
Plastik diatas dapat digunakan dalam bentuk lapis tunggal, ganda maupun
komposit,dengan demikian kombinasi dari berbagai ragam plastik dapat
menghasilkan ratusan jenis kemasan. Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas
mempunyai keunggulan dibanding bahan pengemas lain karena sifatnya yang
ringan, transparan, kuat, termoplatis dan selektif dalam permeabilitasnya terhadap
uap air, O2, CO2. Sifat permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara
menyebabkan plastik mampu berperan memodifikasi ruang kemas selama
penyimpanan. (Crompton, 1979).
Plastik merupakan bahan pengemas yang berkembang pesat pada saat ini.
Plastik digunakan untuk mengemas berbagai macam jenis makanan. Jenis plastik
bermacam-macam, jenis plastik tersebut dapat dibedakan berdasarkan senyawa-
senyawa penyusunnya. Plastik memiliki berbagai macam keunggulan yakni
fleksibel (dapat mengikuti bentuk produk), transparan (tembus pandang), tidak
mudah pecah, bentuk laminasi (dapat dikombinasikan dengan bahan kemasan
lain), tidak korosif dan harga relatif murah. Di samping memiliki beberapa
kelebihan dari bahan kemasan lainnya, plastik juga memiliki kelemahan yakni,
tidak tahan panas, dapat mencemari produk (migrasi komponen monomer),
sehingga mengandung resiko keamanan dan kesehatan konsumen, dan plastik
termasuk bahan yang tidak dapat dihancurkan dengan cepat dan alami (non-
biodegradable) (peleg, 1985).
Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebut
polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun
sambung menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Dalam plastik juga
berisi beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisiko kimia
plastik itu sendiri. Kemasan plastik lemas memiliki kelemahan khususnya
terhadap daya permeabilitas (barrier) terhadap beberapa jenis gas dan uap air
sehingga memungkinkan terjadinya perpindahan molekul-molekul gas baik dari
luar plastik (udara) maupun sebaliknya dari makanan ke luar melalui lapisan
plastik. Adanya perpindahan senyawa-senyawa tersebut dapat menimbulkan
berbagai penyimpangan organoleptik (Winarno, 1982).
BAHAN DAN METODE
BAHAN
Jeruk
Kiwi
Aquadest
Larutan amilum
NaOH
Iodium
ALAT
Plastik hitam
Plastik putih
Biuret
Enlemeyer
Timbangan analitik
Mortal
Hantratometer
Beaker glass
Pipet tetes
METODE
1. Buah di cuci dengan air mengalir
2. Setelah itu buah di lap menggunakan lap yang bersih
3. Kemudian buah di kemas menggunakan plastik,buah jeruk menggunakan
kemasan plastik hitam dan buah kiwi menggunakan plastik putih.
4. Setelah di kemas buah di letakkan kedalam inkubasi dan di biarkan selama
satu minggu.
5. Setelah satu minggu buah yang di kemas di lakukan analisa TSS,total
asam,dan vitamin C.
Menghitung Vitamin C
1) Timbang buah sebanyak 10 gram.
2) Hancurkan buah yang telah ditimbang dengan mortal hingga halus.
3) Buah yang telah halus masukkan kedalam beker gelas dan tambahkan
dengan aquades hingga 100 ml
4) Saring larutan tersebut dengan kertas saring didalam erlemeyer.
5) Larutan yang telah disaring masukkan dalam gelas bekar 80 ml sebanyak
10 ml untuk dititrasi.
6) Larutan 10 ml ditambah dengan indikator amylum sebanyak 2-3 tetes.
7) Kemudian lakukan titrasi dengan larutan iodium 0,01 N hingga
membentuk warna biru yang tidak stabil.
8) Catat ml iodium saat terbentuknya warna tersebut.
Menghitung Total Asam
1) Timbang buah sebanyak 10 gram.
2) Hancurkan buah yang telah ditimbang dengan mortal hingga halus.
3) Buah yang telah halus masukkan kedalam beker gelas dan tambahkan
dengan aquades hingga 100 ml
4) Saring larutan tersebut dengan kertas saring didalam erlemeyer.
5) Larutan yang telah disaring masukkan dalam gelas bekar 80 ml sebanyak
10 ml untuk dititrasi.
6) Larutan 10 ml ditambah dengan indikator PP sebanyak 2-3 tetes.
7) Kemudian lakukan titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga membentuk
merah muda yang tidak stabil.
8) Catat ml NaOH saat terbentuknya warna tersebut.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Buah jeruk dengan plastik hitam
Dik : ml iodium : 0,5 ml
Ml NaOH : 0,05 ml
BM As. Dominan : 192
FP : 10
Berat Sampel : 10 gr
Dit : Vitamin C……..?
: Total Asam…...?
= 4,4 mg/100gr
= 96 %
TSS = 1o brix
Buah kiwi dengan plastik putih
Dik : ml iodium : 0,1 ml
Ml NaOH : 0,2 ml
BM As. Dominan : 441
FP : 10
Berat Sampel : 10 gr
Dit : Vitamin C……..?
: Total Asam…...?
= 8,8 mg/100gr
= 19,2 %
TSS = 2,2o brix
Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, bahwa TSS yang paling
tinngi terdapat pada buak kiwi, Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui
proses yang disebabkan polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah
monomer, yang tersusun sambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk
polimer menurut pendapat (Winarno, 1982). Plastik merupakan bahan pengemas
yang berkembang pesat pada saat ini. Plastik digunakan untuk mengemas berbagai
macam jenis makanan. Jenis plastik bermacam-macam, jenis plastik tersebut dapat
dibedakan berdasarkan senyawa-senyawa penyusunnya. Pada kemasan plastik,
perubahan fisiko kimia pada wadah dan makanannya sebenarnya tidak mungkin
dapat dihindari. Industri pangan hanya mampu menekan laju perubahan itu hingga
tingkat minimum sehingga masih memenuhi syarat konsumen. Banyak ragam
kemasan plastik untuk makanan dan minuman, beberapa contoh misalnya:
polietilen, polipropilen, polistiren, poliamida, polisulfon, poliester, poliuretan,
polikarbonat, polivinilklorida, polifenilinoksida, polivinilasetat, poliakrilonitril
dan melamin formaldehid.
KESIMPULAN
1. Adanya perbedaan kandungan vitamin c dan total asam.
2. Kandungan Vitamin C yang tertinggi pada ketahanan plastik tipis terhadap
bahan – bahan kimia terdapat pada buah kiwi = 8,8 mg/100 g
3. Kandungan total asam pada ketahanan plastik tipis terhadap bahan –
bahan kimia, plastik putih = 19,2% dan plastik hitam = 96%.
4. Pengemasan adalah wadah atau pembungkus yang dapat membantu
mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan
yang dikemas / dibungkusnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2010.KemasanKertas.http://ocw.usu.ac.id/course/download/3130000081-teknologi pengemasan/thp_407_handout_kemasan_kertas.pdf. Diakses 14 desembaer 2013.
Anonymous.2011.Pembungkus /Pengemas Kertas.http://www.mesinpacking.com. Diakses 14 desember 2013.
Crompton, T.R. 1979. Additive Migration from Plastic into Food. Pergamon Press. Oxford
Peleg. K. 1985. Produce Handling Packaging and Distribution. The AVI Publishing. Co. Inc. Westport. Connecticut.
Syarief.R., S. Santausa dan Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor.
Winarno, F.G. dan Jennie. 1982. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara Pencegahannya. Ghalia Indonesia. Jakarta
Winarno, F.G. 1987. Mutu, Daya Simpan, Transportasi dan Penanganan Buah-buahan dan Sayuran. Konferensi Pengolahan Bahan Pangan dalam Swasemba da Eksport. Departemen Pertanian. Jakarta