keterampilan menyimak dan berbicara bahasa bali

60
BAB I Teori Keterampilan Menyimak dan Berbicara A. Keterampilan Menyimak 1. Pengertian Menyimak Dalam kehidupan sehari-hari kata simak sering kita jumpai, dipakai di dalam ucapan sehari-hari. Pada orang tua sering kita dengar memberi nasihat kepada putra- putrinya. “Kalau orang tua sedang menasihati, jangan hanya mendengar saja, masuk dari telinga kiri dan keluar dari telinga kanan, tetapi simaklah baik-baik, masukkan ke dalam hati”. Demikian juga antara muda-mudi sering terdengar main-main, tetapi sebenarnya bermakna dalam, yaitu “Jangan permainkan saya Bung, simaklah apa yang saya ucapkan, jangan hanya mendengarkan saja!” Dari dua contoh di atas sudah menggambarkan kepada kita bahwa: 1) digunakan kata dengar dan mendengar 2) digunakan kata simak dan menyimak 3) kedua kata itu, dengar dan simak, atau mendengar, mendengarkan atau menyimak, jelas mempunyai arti yang berbeda. Jika dikaji maka didapatkan pengertian sebagai berikut. Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd 38

Upload: i-wayan-jatiyasa

Post on 22-Jun-2015

3.838 views

Category:

Education


19 download

DESCRIPTION

Materi Kuliah

TRANSCRIPT

Page 1: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

BAB I

Teori Keterampilan Menyimak dan Berbicara

A. Keterampilan Menyimak

1. Pengertian Menyimak

Dalam kehidupan sehari-hari kata simak sering kita jumpai, dipakai di

dalam ucapan sehari-hari. Pada orang tua sering kita dengar memberi nasihat

kepada putra-putrinya. “Kalau orang tua sedang menasihati, jangan hanya

mendengar saja, masuk dari telinga kiri dan keluar dari telinga kanan, tetapi

simaklah baik-baik, masukkan ke dalam hati”. Demikian juga antara muda-mudi

sering terdengar main-main, tetapi sebenarnya bermakna dalam, yaitu “Jangan

permainkan saya Bung, simaklah apa yang saya ucapkan, jangan hanya

mendengarkan saja!”

Dari dua contoh di atas sudah menggambarkan kepada kita bahwa:

1) digunakan kata dengar dan mendengar

2) digunakan kata simak dan menyimak

3) kedua kata itu, dengar dan simak, atau mendengar, mendengarkan atau

menyimak, jelas mempunyai arti yang berbeda.

Jika dikaji maka didapatkan pengertian sebagai berikut.

1. Mendengar , yaitu proses mendengarkan tidak dengan disengaja.

2. Mendengarkan, yaitu proses mendengarkan dengan sengaja, tetapi tidak

sampai memahami, hanya sebatas tahu.

3. Menyimak , yaitu proses mendengarkan dengan penuh pemahaman,

apresiasi dan evaluasi.

Definisi lain tentang menyimak juga dikemukakan oleh beberapa tokoh,

yaitu sebagai berikut.

1. Menyimak menurut Tarigan, adalah suatu proses kegiatan

mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 2: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,

menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang disampaikan

oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

2. Underwood mendefinisikan menyimak adalah kegiatan

mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan

orang, menangkap dan memahami makna dari apa yang didengar. Jadi

dengan demikian menyimak adalah keterampilan dalam mencari

makna dari bunyi-bunyi dan pola-pola kalimat yang sampai ke telinga.

3. Bauer mengemukakan menyimak adalah kemampuan seseorang

untuk menyimpulkan makna suatu wacana lisan yang didengar tanpa

harus menerjemahkan kata demi kata.

4. Urbana mengatakan menyimak adalah suatu proses penulisan bahasa

yang dimaknai ke dalam pikiran (Listening the process by which

spoken language is converted to meaning in the mind). Jika demikian,

maka menyimak adalah proses bahasa yang terdiri dari bunyi-bunyi

yang dimaknai atau dipahami yang diproses lewat pikiran atau syaraf

pendengaran seseorang.

2. Pengertian Keterampilan Menyimak Bahasa Bali

Keterampilan menyimak merupakan keterampilan menangkap bunyi-

bunyi bahasa yang diucapkan atau yang dibacakan orang lain dan diubah menjadi

bentuk makna untuk terus dievaluasi, ditarik kesimpulan dan ditanggapi. Hal ini

sudah jelas merupakan salah satu kegiatan komunikasi (berbahasa) untuk sanggup

dan mampu atau terampil menerima sejumlah informasi dari orang lain. Dalam

kaitannya dengan bahasa Bali, maka keterampilan menyimak bahasa Bali

merupakan keterampilan untuk mendengar dan memahami pembicaraan

berbahasa Bali dari orang lain.

3. Unsur-Unsur Menyimak

Adapun unsur-unsur menyimak tersebut adalah sebagai berikut.

1) Pembicara, yaitu orang yang menyampaikan pesan berupa informasi

yang dibutuhkan oleh penyimak melalui bahasa lisan.

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 3: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

2) Penyimak, yaitu orang yang menerima pesan berupa informasi dari

pembicara melalui bahasa lisan.

3) Bahan simakan, yaitu pesan yang disampaikan pembicara kepada

penyimak melalui bahasa lisan.

4. Tahap-tahap Menyimak

Dalam kegiatan menyimak ada tahapan yang harus dilakukan oleh

penyimak agar penyimak benar-benar memahami informasi yang disimaknya.

Dalam buku Developing Language Skills karya Harry A. Greene dan Walter T.

Petty (1959: 153, Boston: Allyn and Bacon), empat langkah proses/tahapan

menyimak itu adalah (1) mendengar, (2) mengerti, (3) mengevaluasi, dan (4)

menanggapi.

5. Tujuan Menyimak

Tujuan utama menyimak menurut Tarigan adalah untuk memperoleh

informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak

disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran. Tujuan yang bersifat umum

tersebut dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek

tertentu yang ditekankan. Adapun tujuan menyimak menurut klasifikasinya adalah

sebagai berikut.

1. Mendapatkan fakta

Mendapatkan fakta dapat dilakukan melalui penelitian, riset, eksperimen,

dan membaca. Cara lain yang dapat dilakukan adalah menyimak melalui

radio, TV, dan percakapan.

2. Menganalisis fakta

Fakta atau informasi yang telah terkumpul dianalisis. Kaitannya harus jelas

pada unsur-unsur yang ada, sebab akibat yang terkandung di dalamnya.

Apa yang disampaikan penyimak harus dikaitkan dengan pengetahuan dan

pengalaman penyimak dalam bidang yang sesuai.

3. Mendapatkan inspirasi

Dapat dilakukan dalam pertemuan ilmiah atau jamuan makan. Tujuannya

adalah untuk mendapatkan ilham. Penyimak tidak memerlukan fakta baru.

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 4: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

Mereka yang datang diharapkan untuk dapat memberikan masukan atau

jalan keluar berkaitan dengan masalah yang dihadapi.

4. Menghibur diri

Para penyimak yang datang untuk menghadiri pertunjukkan sandiwara,

musik untuk menghibur diri. Mereka itu umumnya adalah orang yang

sudah jenuh atau lelah sehingga perlu menyegarkan fisik, mental agar

kondisinya pulih kembali.

6. Jenis-jenis Menyimak

Menurut Dawson dalam Tarigan, jenis menyimak dapat diklasifikasikan

menjadi dua bagian, yaitu: (1) menyimak ekstensif, dan (2) menyimak intensif.

1. Menyimak Ekstensif

Menyimak ekstensif merupakan kegiatan menyimak yang berhubungan

dengan hal-hal yang umum dan bebas terhadap suatu bahasa. Dalam prosesnya di

sekolah tidak perlu langsung di bawah bimbingan guru. Pelaksanaannya tidak

terlalu dituntut untuk memahami isi bahan simakan. Bahan simakan perlu

dipahami secara sepintas, umum, garis besarnya saja atau butir-butir yang penting

saja.

Jenis menyimak ekstensif dapat dibagi empat, yaitu sebagai berikut.

a. Menyimak sekunder

Menyimak sekunder adalah sejenis mendengar secara kebetulan,

maksudnya menyimak dilakukan sambil mengerjakan sesuatu.

b. Menyimak estetik

Dalam menyimak estetik penyimak duduk terpaku menikmati suatu

pertunjukkan misalnya, lakon drama, cerita, puisi, baik secara langsung

maupun melalui radio. Secara imajinatif penyimak ikut mengalami,

merasakan karakter dari setiap pelaku.

c. Menyimak pasif

Menyimak pasif merupakan penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar

yang biasanya menandai upaya penyimak pada saat belajar dengan teliti.

Misalnya, seseorang mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam

kurun waktu dua atau tiga tahun berikutnya orang itu sudah dapat

berbahasa daerah tersebut.

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 5: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

d. Menyimak sosial

Menyimak ini berlangsung dalam situasi sosial, misalnya orang

mengobrol, bercengkrama mengenai hal-hal menarik perhatian semua

orang dan saling menyimak satu dengan yang lainnya, untuk merespon

yang pantas, mengikuti bagian-bagian yang menarik dan

memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang dikemukakan

atau dikatakan orang.

2. Menyimak Intensif

Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus dilakukan

dengan sungguh-sungguh, penuh konsentrasi untuk menangkap makna yang

dikehendaki. Menyimak intensif ini memiliki ciri-ciri yang harus diperhatikan,

yakni: (a) menyimak intensif adalah menyimak pemahaman, (b) menyimak

intensif memerlukan konsentrasi tinggi, (c) menyimak intensif ialah memahami

bahasa formal, (d) menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan.

Adapun yang tergolong menyimak intensif ada lima, yaitu sebagai berikut.

a. Menyimak kritis

Menyimak dengan cara ini bertujuan untuk memperoleh fakta yang

diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, dan informasi dari pembicara.

b. Menyimak konsentratif

Menyimak konsentratif merupakan kegiatan untuk menelaah

pembicaraan/hal yang disimaknya. Hal ini diperlukan konsentrasi penuh

dari penyimak agar ide dari pembicara dapat diterima dengan baik.

c. Menyimak kreatif

Menyimak kreatif mempunyai hubungan erat dengan imajinasi seseorang.

Penyimak dapat menangkap makna yang terkandung dalam puisi dengan

baik karena ia berimajinasi dan berapresiasi terhadap puisi itu.

d. Menyimak interogatif

Menyimak interogatif merupakan kegiatan menyimak yang menuntut

konsentrasi dan selektivitas, pemusatan perhatian karena penyimak akan

mengajukan pertanyaan setelah selesai menyimak.

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 6: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

e. Menyimak eksploratori

Menyimak eksploratori atau menyimak penyelidikan adalah sejenis

menyimak dengan tujuan menemukan;

1) hal-hal baru yang menarik,

2) informasi tambahan mengenai suatu topik,

3) isu, pergunjingan atau buah bibir yang menarik.

7. Faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk menyimak

Untuk dapat menyimak dengan baik hendaknya si penyimak

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Alat dengar si penyimak dan alat bicara si pembicara harus baik. Artinya

alat dengar sebagai alat penerima bunyi, dan alat bicara sebagai sumber

bunyi itu harus baik. Tidak mungkin orang yang alat dengarnya rusak (tuli)

mampu manyimak. Atau sebaliknya betapapun baiknya alat dengar si

penyimak, tetapi kalau bunyi bahasa yang disimaknya tidak jelas, tidak

menentu, tetap tidak akan dapat disimak dengan baik.

2) Situasi dan lingkungan pembicaraan itu harus baik. Dengan kata lain

ekologi bahasa harus baik. Sebab, mana mungkin kita dapat menyimak

dengan baik, seandainya disekeliling kita sangat gaduh, menimbulkan

ekologi bahasa yang kurang baik. Kita tidak akan dapat menyimak dengan

baik, seandainya bunyi-bunyi bahasa yang sedang kita simak sangat

tersaingi oleh bunyi-bunyi lain yang membuat kebisingan.

3) Konsentrasi penyimak kepada pembicaraan. Konsentrasi dalam artian

pemusatan pikiran ke arah pikiran pembicaraan. Konsentrasi yang terus-

menerus, tidak terputus sehingga alur pikiran pembicaraan pun tidak

terputus diterimanya. Konsentrasi atau pemusatan pikiran dari awal sampai

akhir dan tidak terpengaruh oleh kemungkinan kurang teraturnya pokok-

pokok pikiran pembicaraan.

4) Pengenalan tujuan pembicaraan, artinya kita akan lebih mudah menyimak

itu, seandainya pembicaraan sudah diketahui sebelumnya. Tujuan

pembicaraan ini mungkin secara langsung dikemukakan oleh si pembicara,

ataupun secara intuitif oleh si penyimak itu sendiri.

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 7: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

5) Pengenalan paragraf atau bagian pembicaraan dan pengenalan kalimat-

kalimat inti pembicaraan. Paragraf merupakan ungkapan atau gagasan

yang mengandung satu pokok pikiran, yang mengandung satu kebulatan

ide, dan mengandung satu tema. Kita sebagai penyimak bukan merupakan

kaset rekorder yang akan merekam seluruh isi pembicaraan. Melainkan

kita sebagai manusia yang mampu menyimak. Yang kita simak bukanlah

seluruh kata-kata si pembicara, melainkan seluruh pokok-pokok pikiran

yang kita pahami, dan pokok-pokok pikiran ini terdapat di dalam tiap-tiap

paragraf yang diucapkan si pembicara.

6) Kesanggupan menarik kesimpulan dengan tepat. Mungkin kesimpulan ini

secara eksplisit diucapkan si pembicara, atau mungkin juga kesimpulan itu

harus dirumuskan oleh si penyimak dengan kata-kata sendiri.

7) Mempunyai intelegensi yang baik. Keseluruhan, 1 sampai 6 di atas, baru

dapat dicapai dengan baik andai kata si penyimak itu mampu berbahasa

dengan baik, didukung dengan kemampuan berbahasa yang memadai serta

mempunyai intelegensi yang cukup baik. hal ini dapat kita pahami, sebab

mana mungkin kita dapat menyimak pembicaraan seseorang seandainya

bahasa pengantar yang dipakai pembicaraan tidak kita pahami. Demikian

pula mana mungkin mampu menyimak dengan baik seandainya integensi

penyimak itu sangat rendah, termasuk kelompok debil, idiot, dan

sebagainya.

8) Faktor lain, yaitu latihan yang cukup. Kita selalu ingat bahwa menyimak

merupakan keterampilan, yakni keterampilan berbahasa. Mana mungkin

keterampilan tanpa didukung dengan latihan yang memadai.

8. Faktor yang Mempengaruhi Menyimak

Faktor yang mempengaruhi menyimak menurut Hunt dalam Tarigan(1990:

97) adalah: sikap, motivasi, pribadi, situasi kehidupan, dan peranan dalam

masyarakat.

Sementara Logan (dalam Tarigan 1990: 98) mengemukakan bahwa yang

mempengaruhi menyimak adalah faktor lingkungan, fisik, psikologios, dan

pengalaman.

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 8: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

Selain itu, Webb (Tarigan 1990: 97) menambahkan bahwa perbedaan jenis

kelamin juga mempengaruhi menyimak.

Jadi faktor yang mempengaruhi menyimak adalah sikap, motivasi, pribadi,

situasi kehidupan, peranan dalam masyarakat, faktor lingkungan, fisik, psikologis,

pengalaman, dan perbedaan jenis kelamin.

9. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Menyimak

Menurut (Tarigan, 1989: 34) ada empat faktor untuk menentukan

keberhasilan menyimak yaitu:

1. Faktor Pembicara

Ada enam tuntutan yang harus dipenuhi pembicara yaitu sebagai beikut:

a. Penguasaan materi

Pembicara harus menguasai materi yang akan disampaikan. Pembicara

dalam menyampaikan materi harus menguasai, memahami, menghayati

apa yang disampaikan pada penyimak.

b. Berbahasa baik dan benar

Pembicara dalam menyampaikan isi pembicaraan harus menggunakan

ucapan yang jelas, intonasi yang tepat, kalimat yang sederhana dan

istilah yang tepat. Selain itu isi pembicaraan harus sesuai dengan tarap

penyimaknya.

c. Percaya diri

Pembicara harus percaya diri, tampil dengan mantap serta menyakinkan

penyimak.

d. Berbicara sistematis

Pembicaraan yang disampaikan harus sistematis dan bahan yang

disampaikan mudah dipahami.

e. Gaya menarik

Pembicara harus tampil menarik dan simpatik, tidak bertingkah laku

berlebihan karena akan membuat penyimak beralih dari isi pesan ke

tingkah laku yang dianggap aneh.

f. Kontak dengan penyimak

Dalam berbicara, pembicara harus kontak dengan penyimak dan

menghargai, menghormati serta menguasai para penyimak.

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 9: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

2. Faktor Pembicaraan

a. Aktual

Pembicaraan yang disampaikan harus baru atau hangat, karena ini akan

menarik dan diminati oleh penyimaknya.

b. Bermakna

Pembicaraan yang disampaikan harus bermakna dan berguna bagi

penyimaknya Dalam hal ini setiap materi yang disampaikan tidaklah

semua bermakna bagi penyimaknya, ini tergantung dari kebutuhan

penyimaknya.

c. Sistematis

Dalam berbicara, pembicaraan yang disampaikan harus sistematis agar

mudah dipahami oleh penyimaknya.

d. Seimbang

Taraf kesukaran pembicaraan harus seimbang dengan taraf kemampuan

Penyimak yaitu mudah dipahami dan berguna bagi penyimaknya.

3. Situasi

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam situasi proses menyimak.

a. Ruangan

Dalam menyimak, ruangan perlu diperhatikan yaitu ruangan yang

memenuhi persyaratan. Misalnya penerangan, tempat duduk, tempat

pembicara, luas ruangan dan alat-alatnya.

b. Waktu

Waktu sangat penting dalam menyimak karena ini akan mempengaruhi

si penyimak. Pilihlah waktu yang tepat misalnya; pada pagi hari saat

menyimak masih segar dan rilek.

c. Tenang

Suasana dan lingkungan yang tenang serta nyaman sangat

mempengaruhi proses menyimak. Apabila suasana kurang tenang, maka

proses penyimakan pun kurang berhasil dengan baik.

d. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam menyimak harus mudah dioperasikan

karena kalau tidak dapat digunakan dan tidak baik akan mengganggu

penyimak.

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 10: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

4. Penyimak

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan menyangkut diri si penyimak.

a. Kondisi

Dalam menyimak, kondisi dan mental penyimak harus baik karena ini

sangat menunjang dalam menyimak.

b. Konsentrasi

Penyimak harus memusatkan perhatian terhadap bahan simakan.

Hindari hal-hal yang mengganggu konsentrasi penyimak.

c. Bertujuan

Dalam menyimak, penyimak harus mempunyai tujuan agar dalam

merumuskan tujuan secara tegas mempunyai arah dan keinginan dalam

menyimak.

d. Berminat

Penyimak dalam menyimak harus berminat atau berusaha meminati.

Bahan yang disimak dikembangkan melalui bimbingan dan latihan

yang intensif.

10. Teknik Pembelajaran Menyimak

Untuk meningkatkan pembelajaran keterampilan menyimak dan agar

pembelajarannya menarik, ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam

proses belajar mengajar. Teknik-teknik itu antara lain sebagai berikut ini.

1. Simak Ulang-Ucap

Teknik simak-ulang ucap digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa

dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas. Guru dapat mengucapkan atau

memutar rekaman buyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom,

semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa

menirukan. Teknik ini dapat dilakukan secaea individual, kelompok, dan klasikal.

2. Identifikasi Kata Kunci

Untuk menyimak kalimat yang panjang siswa perlu mencari kalimat

intinya. Kalimat inti itu dapat dicari melalui beberapa kata kunci. Kata kunci

itulah yang mewakili pengertian kalimat.

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 11: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

3. Parafrase

Guru menyiapkan sebuah puisi dan dibacakan atau diperdengarkan.

Setelah menyimak siswa diharapkan dapat menceritakan kembali isi puisi tadi

dengan kata-katanya sendiri.

4. Merangkum

Guru menyiapkan bahan simakan yang cukup panjang. Materi itu

disampaikan secara lisan kepada siswa dan siswa menyimak. Setelah selesai

menyimak siswa disuruh membuat rangkuman.

5. Identifikasi Kalimat Topik

Setiap paragraf dalam wacana minimal mengandung dua unsur yaitu:

(a) kalimat tipok, (b) kalimat pengembang. Posisi kalimat topik dapat di awal,

tengah, dan akhir. Setelah menyimak paragraf siswa disuruh mencari kalimat

topiknya.

6. Menjawab Pertanyaan

Untuk memahami simakan yang agak panjang, guru dapat mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang dapat menggali pemahaman siswa.

7. Bisik Berantai

Suatu pesan dapat dilakukan secara berantai. Mulai dari guru membisikkan

pesan kepada siswa pertama dan dilanjutkan kepada siswa berikutnya sampai

siswa terakhir. Siswa terakhir harus mengucapkannya dengan nyaring. Tugas guru

adalah menilai apakah yang dibisikkan tadi sudah sesuai atau belum. Jika belum

sesuai, bisikan dapat diulangi, jika sudah sesuai bisikan dapat diganti dengan

topik yang lain.

8. Menyelesaikan Cerita

Guru memperdengarkan suatu cerita sampai selesai. Setelah siswa selesai

menyimak, guru menyuruh seseorang untuk menceritakan kembali dengan kata-

katanya sendiri. Sebelum selesai bercerita, guru menghentikan cerita siswa tadi

dan menggantikan dengan siswa lain yang bertugas menyelesaikan.

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 12: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

11. Ciri-ciri Penyimak yang Baik

Setiap manusia yang lahir dalam keadaan yang normal tentu sudah

mempunyai potensi yang baik untuk menyimak. Potensi ini perlu dipupuk dan

dikembangkan melalui bimbingan dan latihan yang intensif. Tetapi kebiasaan

menyimak yang baik hendaknya dipahami oleh seorang penyimak, sehingga dapat

menghilangkan kebiasaan-kebiasaan tidak baik yang mereka lakukan dalam

proses menyimak. Adapun ciri-ciri penyimak yang baik menurut Anderson adalah

sebagai berikut.

1) Siap fisik dan mental

Penyimak yang baik ialah penyimak yang betul-betul mempersiapkan diri

untuk menyimak. Ia memiliki kesiapan fisik dan mental misalnya, dalam

kondisi yang sehat, tidak lelah, mental stabil, dan pikiran jernih.

2) Konsentrasi

Penyimak yang baik dapat memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap

apa yang disimak. Bahkan ia dapat menghubungkan bahan yang disimak

dengan apa yang sudah diketahui.

3) Bermotivasi

Penyimak yang baik mempunyai motivasi atau mempunyai tujuan tertentu.

Misalnya; ingin menambah pengetahuan, ingin mempelajari sesuatu. Ada

tujuan atau motivasi ini tentunya untuk memotivasi penyimak untuk

sungguh-sungguh menyimak.

4) Objektif

Penyimak yang baik adalah penyimak yang selalu tahu tentang apa yang

sedang dibicarakan dan sebaiknya penyimak selalu menghargai pembicara,

walaupun pembicara kurang menarik penampilannya atau sudah dikenal

oleh penyimak.

5) Menyimak secara utuh (menyeluruh)

Penyimak yang baik akan menyimak secara utuh atau keseluruhan. Si

penyimak tidak hanya menyimak yang disukai tetapi menyimak secara

keseluruhan.

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 13: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

6) Selektif

Penyimak yang baik dapat memilih bagian-bagian yang dianggap penting

dari bahan simakan. Tidak semua bahan simakan diterima begitu saja,

tetapi ia dapat menentukan bagian yang dianggap penting.

7) Tidak mudah terganggu

Penyimak yang baik tidak mudah terganggu oleh suara-suara yang lain di

luar bunyi yang disimaknya. Andaikata ada gangguan yang membedakan

perhatiannya, dengan cepat ia kembali kepada bahan yang disimaknya.

8) Menghargai pembicara

Penyimak yang baik adalah penyimak yang menghargai pembicara.

Penyimak tidak boleh menganggap remeh terhadap pembicara.

9) Cepat menyesuaiakan diri dan kenal arah pembicaraan

Penyimak yang baik dapat dengan cepat menduga ke arah mana

pembicaraan bahkan mungkin ia dapat menduga garis besar isi

pembicaraan.

10) Tidak emosi

Penyimak yang baik dapat menyimak dengan baik terhadap pokok

pembicaraan serta dapat mengendalikan emosinya dan tidak mencela

pembicara.

11) Kontak dengan pembicara

Penyimak yang baik mencoba mengadakan kontak dengan pembicara.

Misalnya dengan memperhatikan pembicara, memberikan dukungan

kepada pembicara melalui mimik, gerak atau ucapan tertentu.

12) Merangkum

Penyimak yang baik dapat menangkap isi pembicaraan atau bahan

simakan. Misalnya dengan membuat rangkuman dan menyajikan atau

menyampaikannya sesudah selesai menyimak. Namun perlu diingat,

selama menyimak jangan hanya asyik membuat catatan-catatan. Apabila

mencatat semua yang diucapkan atau semua yang disampaikan pembicara,

sehingga pesan pembicara tidak lagi dapat dipahami.

13) Menilai

Penyimak yang baik ialah proses penilaian terhadap materi yang

disampaikan. Pada saat ini penyimak mulai menimbang, memeriksa,

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 14: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

membandingkan apakah pokok-pokok pikiran yang dikemukakan si

pembicara dikaitkan atau dihubungkan dengan pengalaman atau

pengetahuan si penyimak, sehingga ia dapat menilai kekuatan bahan

simakan tersebut.

14) Mendengarkan tanggapan

Bagian terakhir dari proses menyimak ialah mengevaluasi bahan simakan.

Penyimak mengemukakan tanggapan atau reaksi misalnya, dengan

mengemukakan komentar. Reaksi akan terlihat dalam bentuk bahasa dan

terpancar dari ucapan-ucapan yang pendek seperti; wah, menarik sekali,

bagus, setuju, sependapat dan sebagainya.

12. Kendala dalam Menyimak

Menurut Russel dan Black dalam Tarigan (1990: 82-86), menyatakan

bahwa ada beberapa kendala dalam menyimak, yaitu sebagai berikut.

1. Keegosentrisan

2. Keengganan ikut terlibat

3. Ketakutan akan perubahan

4. Keinginan menghindari pertanyaan

5. Puas terhadap penampilan eksternal

6. Pertimbangan yang prematur

7. Kebingungan semantik.

13. Cara Meningkatkan Prilaku Menyimak

Menurut Mc. Cabe dan Bender dalam Tarigan, ada beberapa langkah

untuk meningkatkan keterampilan menyimak, yaitu sebagai berikut.

a. Menerima keanehan sang pembicara

Penyimak rela atau mau menerima keanehan atau keganjilan yang terdapat

pada penampilan pembicara.

b. Memperbaiki sikap

Penyimak tidak berpura-pura menyimak pikirannya telah melayang ke

mana-mana.

c. Memperbaiki lingkungan

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 15: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

Pilihlah tempat yang memungkinkan untuk menyimak lebih baik, jangan

memilih tempat duduk dekat pintu tempat para partisipan keluar masuk.

d. Meningkatkan pembuatan catatan

Dalam menyimak sebaiknya apa yang disimak harus dicatat inti-intinya

saja. Catatan yang baik dan bermutu tidak tergantung pada panjangnya

catatan, tetapi pada ketepatan memilih butir-butir gagasan yang penting

dalam kalimat.

e. Menyaring tujuan menyimak yang spesifik

Menetapkan tujuan khusus dalam menyimak akan membantu kita

memusatkan perhatian pada kegiatan menyimak. Andaikata kita menyimak

mempunyai tujuan menangkap garis besar argumen utama sang pembicara,

maka sebaiknya kita memusatkan perhatian ke arah yang dituju.

f. Memanfaatkan waktu secara bijaksana

Kecepatan dalam menyimak jauh lebih cepat daripada kecepatan

berbicara. Oleh karena itu perlu direncanakan penggunaan waktu secara

diferensial. Arahakanlah penyimakan kepada sang pembicara dan

ramalkanlah ide-idenya yang baru. Gunakanlah waktu semaksimal

mungkin untuk menyimak pembicaraan yang sedang berlangsung.

g. Menyimak secara rasional

Dalam menyimak harus disadari kadangkala kita mereaksi emosional, ini

dapat mempengaruhi kegiatan menyimak. Oleh sebab itu kita harus

menahan emosi dengan cara memusatkan perhatian pada pembicaraan

yang sedang berlangsung.

h. Berlatih menyimak bahan-bahan yang sulit

Dalam menyimak biasakanlah berlatih menyimak bahan atau materi sulit

yang diutarakan pembicara. Perluaslah wawasan dengan menerima

tantangan karena dengan tantangan maka pengetahuan akan bertambah.

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 16: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

B. Keterampilan Berbicara

1. Pengertian Berbicara

Seperti telah kita ketahui bahwa dalam kegiatan menyimak aktivitas kita

awali dengan mendengarkan dan diakhiri dengan memahami atau menanggapi.

Kegiatan berbicara tidak demikian. Kegiatan berbicara diawali dari suatu pesan

yang harus dimiliki pembicara yang akan disampaikan kepada penerima pesan

agar penerima pesan dapat menerima atau memahami isi pesan itu. Manusia

sebagai makhluk sosial memerlukan hubungan dan kerja sama dengan manusia

lain. Hubungan dengan manusia lainnya itu antara lain berupa menyampaikan isi

pikiran dan perasaan, menyampaikan suatu informasi, ide atau gagasan serta

pendapat atau pikiran dengan suatu tujuan. Dalam menyampaikan pesan

seseorang menggunakan suatu media atau alat yaitu bahasa, dalam hal ini bahasa

lisan. Seorang yang akan menyampaikan pesan tersebut mengharapkan agar

penerima pesan dapat memahaminya. Pemberi pesan disebut juga pembicara dan

penerima pesan disebut penyimak atau pendengar. Peristiwa proses penyampaian

pesan secara lisan seperti itu disebut berbicara. Untuk lebih rincinya, dapat dilihat

beberapa pendapat di bawah ini.

Berbicara adalah beromong, bercakap, berbahasa, mengutarakan isi

pikiran, melisankan sesuatu yang dimaksudkan (KBBI, 2005: 165).

Menurut Tarigan (tanpa tahun: 15), menjelaskan bahwa berbicara adalah

kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk

mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan

perasaan. Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat

didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan

sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan

gagasan-gagasan atau ide yang dikombinasikan. 

Menurut Djago Tarigan, dkk (1998: 34), menjelaskan bahwa berbicara

adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.

Menurut Suhendar dan Supinah (1992: 16), berbicara merupakan suatu

peristiwa penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan, perasaan) seseorang

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 17: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan (ujaran) sehingga

maksud tersebut dipahami orang lain.

Kesimpulan:

Berbicara merupakan suatu peristiwa mengekspresikan, mengutarakan,

menyatakan, serta menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan perasaan

dengan menggunakan bahasa lisan (ujaran) kepada orang lain.

Kalau diamati dalam kehidupan sehari-hari, banyak didapati orang yang

berbicara. Namun tidak semua orang didalam berbicara itu memiliki kemampuan

yang baik di dalam menyampaikan isi pesannya kepada orang lain sehingga dapat

dimengerti sesuai dengan keinginannya, dengan kata lain, tidak semua orang

memiliki kemampuan yang baik didalam menyelaraskan atau menyesuaikan

dengan detail yang tepat antara apa yang ada dalam pikiran atau perasaannya

dengan apa yang diucapkannya sehingga orang lain yang mendengarkannya dapat

memiliki pengertian dan pemahaman yang pas dengan keinginan si pembicara.

Untuk penyampaian hal-hal yang sederhana mungkin bukanlah suatu

masalah, akan tetapi untuk menyampaikan suatu ide/gagasan, pendapat,

penjelasan terhadap suatu permasalahan, atau menjabarkan suatu tema sentral,

biasanya memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi bagi seorang pembicara

yang belum terbiasa, bahkan tidak semua orang mampu melakukannya dengan

baik. Dibutuhkan suatu keterampilan atau kecakapan dengan proses latihan yang

secukupnya untuk dapat tampil dengan baik menjadi seorang pembicara yang

handal.

Keterampilan berbicara pada dasarnya harus dimiliki oleh semua orang

yang didalam kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik yang sifatnya satu arah

maupun yang timbal balik ataupun keduanya. Keterampilan berbicara menunjang

keterampilan bahasa lainnya. Pembicara yang baik mampu memberikan contoh

agar dapat ditiru oleh penyimak yang baik. Pembicara yang baik mampu

memudahkan penyimak untuk menangkap pembicaraan yang disampaikan.

Kehidupan manusia setiap hari dihadapkan dalam berbagai kegiatan yang

menuntut keterampilan berbicara. Contohnya dalam lingkungan keluarga, dialog

selalu terjadi, antara ayah dan ibu, orang tua dan anak, dan antara anak-anak itu

sendiri.

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 18: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

Di luar lingkungan keluarga juga terjadi pembicaraan antara tetangga

dengan tetangga, antar teman sepermainan, rekan kerja, teman perkuliahan dan

sebagainya. Terjadi pula pembicaraan di pasar, di swalayan, di pertemuan-

pertemuan, bahkan terkadang terjadi adu argumentasi dalam suatu forum. Semua

situasi tersebut menuntut agar kita mampu terampil berbicara.

2. Pengertian Keterampilan Berbicara Bahasa Bali

Keterampilan berbicara bahasa Bali berarti mempunyai kemampuan untuk

mengekspresikan, mengutarakan, menyatakan, serta menyampaikan ide, gagasan,

pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa Bali yang baik dan benar. Baik,

dalam arti menggunakan pilihan kata-kata (diksi) yang indah dan mampu memikat

hati orang yang mendengar. Benar, dalam arti tepat dalam penempatan kata-kata

sesuai dengan anggah-ungguhing basa Bali.

3. Unsur Dasar Berbicara

Di dalam kegiatan berbicara terdapat lima unsur yang terlibat yaitu:

a. pembicara

b. isi pembicaraan

c. saluran

d. penyimak, dan

e. tanggapan penyimak

4. Konsep Dasar Berbicara

Kemampuan berbicara setiap orang berbeda-beda tergantung dari

karakteristik dan latar belakang lingkungannya. Sehubungan dengan hal tersebut

pengajaran berbicara pun harus berlandaskan konsep dasar berbicara sebagai

sarana berkomunikasi.

Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan

hal, yakni:

a. berbicara dan menyimak adalah suatu kegiatan resiprokal,

b. berbicara adalah proses individu berkomunikasi,

c. berbicara adalah ekspresi kreatif,

d. berbicara adalah tingkah laku,

e. berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari,

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 19: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

f. berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman,

g. berbicara sarana memperluas cakrawala,

h. kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat,

i. berbicara adalah pancaran kepribadian (Logan dkk., 1972:104-

105).

5. Tujuan berbicara

Seorang pembicara dalam menyampaikan pesan kepada orang lain pasti

mempunyai tujuan, ingin mendapatkan respons atau reaksi. Respons atau reaksi

itu merupakan suatu hal yang menjadi harapan. Tujuan atau harapan pembicaraan

sangat tergantung dari keadaan dan keinginan pembicara.

Secara umum tujuan pembicaraan adalah sebagai berikut:

a. mendorong atau menstimulasi,

b. meyakinkan,

c. menggerakkan,

d. menginformasikan, dan

e. menghibur.

Tujuan suatu uraian dikatakan mendorong atau menstimulasi apabila

pembicara berusaha memberi semangat dan gairah hidup kepada penyimak.

Reaksi yang diharapkan adalah menimbulkan inpirasi atau membangkitkan emosi

para penyimak. Misalnya, sambutan Ketua Porsenijar Karangasem di hadapan

peserta yang akan berlomba di Denpasar bertujuan agar peserta Porsenijar

memiliki semangat berlomba yang tinggi dalam rangka menjaga nama baik

Karangasem.

Tujuan suatu uaraian atau ceramah dikatakan meyakinkan apabila

pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan, pendapat atau sikap para

penyimak. Alat yang paling penting dalam uraian itu adalah argumentasi. Untuk

itu diperlukan bukti, fakta, dan contoh konkret yang dapat memperkuat uraian

untuk meyakinkan penyimak. Reaksi yang diharapkan adalah adanya persesuain

keyakinan, pendapat atau sikap atas persoalan yang disampaikan.

Tujuan suatu uraian disebut menggerakkan apabila pembicara

menghendaki adanya tindakan atau perbuatan dari para penyimak. Misalnya,

berupa seruan persetujuan atau ketidaksetujuan, pengumpulan dana,

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 20: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

penandatanganan suatu resolusi, mengadakan aksi sosial. Dasar dari tindakan atau

perbuatan itu adalah keyakinan yang mendalam atau terbakarnya emosi.

Tujuan suatu uraian dikatakan menginformasikan apabila pembicara ingin

memberi informasi tentang sesuatu agar para penyimak dapat mengerti dan

memahaminya. Misalnya: seorang guru menyampaikan pelajaran di kelas, seorang

dokter menyampaikan masalah kebersihan lingkungan, seorang polisi

menyampaikan masalah tertib berlalu lintas, dan sebagainya.

Tujuan suatu uraian dikatakan menghibur, apabila pembicara bermaksud

menggembirakan atau menyenangkan para penyimaknya. Pembicaraan seperti ini

biasanya dilakukan dalam suatu resepsi, ulang tahun, pesta, atau pertemuan

gembira lainnya. Humor merupakan alat yang paling utama dalam uraian seperti

itu. Reaksi atau respons yang diharapkan adalah timbulnya rasa gembira, senang,

dan bahagia pada hati pendengar. Misalnya, dialog dalam kegiatan sendratari,

drama, wayang kulit, dan lain sebagainya.

6. Jenis-jenis Kegiatan Berbicara

Berbicara bahasa Bali dibedakan menjadi dua, yaitu:

(1) berbicara formal (resmi), dan

(2) berbicara informal (tidak resmi).

Dengan adanya perbedaan kegiatan berbicara tersebut, maka menyebabkan

adanya dua jenis bahasa, yaitu basa pakraman dan basa pasuitrayan. Basa

Pakraman adalah bahasa Bali yang digunakan untuk berbicara di dalam

pertemuan-pertemuan resmi seperti di dalam peparuman adat, di dalam upacara

agama, dan pengajaran bahasa Bali di kelas. Dalam lingkup ini ada aturan tertentu

yang relatif lebih ketat, misalnya pakaian, situasi, tema, kosa kata,

dan gaya berbicara dikemas dalam lingkup resmi.

Adapun bentuk berbicara dengan menggunakan basa pakraman (resmi)

tersebut adalah sebagai berikut.

(1) Pidarta (pidato);

(2) Sambrama Wacana (sambutan);

(3) Dharma Wacana (ceramah/kotbah);

(4) Atur Piuning (laporan);

(5) Dharma Tula (diskusi);

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 21: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

(6) Widya Tula (diskusi tentang ilmu pengetahuan); dan

(7) Pakeling (pengumuman).

Basa Pasuitrayan adalah bahasa Bali yang digunakan untuk berbicara di

dalam pergaulan sehari-hari atau tidak resmi (informal). Kegiatan berbicara

informal lebih banyak kelonggarannya. Situasinya lebih familier, bahasanya

bebas, pakaiannya tidak diatur, demikian pula format dan gaya pembicaraannya.

Berbicara informal meliputi bertukar pikiran, percakapan, penyampaian berita,

bertelepon, dan memberi petunjuk.

7. Metode Berbicara

Ada empat cara atau teknik yang dapat atau biasa digunakan orang dalam

menyampaikan pembicaraan (H.G. Tarigan), yaitu sebagai berikut.

(a) Metode Impromptu ‘Serta Merta’

Dalam hal ini pembicara tidak melakukakan persiapan lebih dulu sebelum

berbicara, tetapi secara serta merta atau mendadak berbicara berdasarkan

pengetahuan dan pengalamannya. Pembicara menyampaikan pengetahuannya

yang ada, dihubungkan dengan situasi dan kepentingan saat itu.

(b) Metode Menghafal

Pembicara sebelum melakukan kegiatannya melakukan persiapan secara

tertulis, kemudian dihafal kata demi kata, kalimat demi kalimat. Dalam

penyampaiannya pembicara tidak membaca naskah. Ada kecenderungan

pembicara berbicara tanpa menghayati maknanya, berbicara terlalu cepat. Hal itu

dapat menjemukan, tidak menarik perhatian penyimak. Mungkin juga ada

pembicara yang berhasil dengan metode ini. Metode ini biasanya digunakan oleh

pembicara pemula atau yang masih belum biasa berbicara di depan orang banyak.

(c) Metode Naskah

Pada metode ini pembicara sebelum berbicara terlebih dulu menyiapkan

naskah. Pembicara membacakan naskah itu di depan para penyimaknya. Hal ini

dapat kita perhatikan pada atur piuning (laporan) ketua panitia pelaksanaan

kegiatan pasraman remaja kepada Bapak bupati Karangasem. Pembicara harus

memiliki kemampuan menempatkan tekanan, nada, intonasi, dan ritme. Cara ini

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 22: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

sering kurang komunikatif dengan penyimaknya karena mata dan perhatian

pembicara selalu ditujukan ke naskah. Oleh karena itu, apabila akan menggunakan

metode harus melakukan latihan yang intensif.

(d) Metode Ekstemporan

Dalam hal ini pembicara sebelum melakukan kegiatan berbicara terlebih

dahulu mempersiapkan diri dengan cermat dan membuat catatan penting atau

catatan kecil tentang topik pembicaraan. Catatan itu digunakan sebagai pedoman

pembicara dalam melakukan pembicaraannya. Dengan pedoman itu pembicara

dapat mengembangkannya secara bebas.

      

8. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara seseorang, sangat dipengaruhi oleh dua faktor

penunjang utama, yaitu internal dan eksternal.

Faktor internal adalah segala sesuatu potensi yang ada di dalam diri orang

tersebut, baik fisik maupun non fisik (psykhis). Faktor pisik adalah menyangkut

dengan kesempurnaan organ-organ tubuh yang digunakan didalam berbicara

misalnya, pita suara, lidah, gigi, dan bibir, sedangkan faktor non fisik diantaranya

adalah: kepribadian (kharisma), karakter, temparamen, bakat (talenta), cara

berfikir dan tingkat intelegensi.

Faktor eksternal misalnya tingkat pendidikan, kebiasaan, dan lingkungan

pergaulan. Namun demikian, kemampuan atau keterampilan berbicara tidaklah

secara otomatis dapat diperoleh atau dimiliki oleh seseorang, walaupun ia sudah

memiliki faktor penunjang utama baik internal maupun eksternal yang baik.

Kemampuan atau keterampilan berbicara yang baik dapat dimiliki dengan jalan

mengasah dan mengolah serta melatih seluruh potensi yang ada.

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 23: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

BAB II

Anggah-Ungguhing Basa Bali

Basa Bali sinalih tunggil basa daérahé ring Indonésia sané maderbé

wangun masor singgih. Sor singgih basa Baliné, mangkin kawastanin Anggah-

ungguhing Basa Bali (parinama manut Pasamuhan Agung Basa Bali, warsa 1974

ring Singaraja). J. Kersten S. V. D., maosang antuk istilah Warna-warna Bahasa

Bali. Taler wénten sané maosang antuk “Unda-usuk Basa Bali” olih Tim Peneliti

Fakultas Sastra Unud warsa 1978/1979, miwah “Sor Singgih Basa” olih I Nengah

Tinggen. Uratian ngeninin indik basa Bali taler nudut kayun Ida Bagus Udara

Narayana makarya skripsi sane mamurda “Anggah-ungguhing Basa Bali dalam

Kehidupan Masyarakat Bali” duk warsa 1983.

Kawéntenan anggah-ungguhing basa sajeroning basa Bali taler nganutin

pakibeh jagat Baliné, sané kantos mangkin kantun manggeh mawit sangkaning

kawéntenan palapisan masyarakat Bali minakadi palapisan masyarakat Bali Purwa

(tradisional) miwah masyarakat Bali Anyar (modérn).

Palapisan masyarakat Bali Purwa (tradisional) metu saking pamijilan

utawi (keturunan). Sangkaning pamijilan krama Baliné, wénten Tri Wangsa

miwah Wangsa Jaba. Sané kabaos Tri Wangsa inggih punika tetiga wangsané

sané kabaos sang singgih, minakadi; Brahmana, Ksatria, miwah Wésia. Raris sané

kabaos Wangsa Jaba saha kabaos sang sor wantah sameton Baliné sané mawit

saking Sudra Wangsa. Salanturnyané sajeroning palapisan masyarakat Bali Anyar

(modérn) wénten Sang Singgih sané kabaos prakanggé utawi prayayi minakadi

sang maraga guru wisésa (pejabat), majikan, direktur, manajer, réktor, dosén,

guru, bendésa, sulinggih miwah sané lianan. Sané kabaos Sang Sor inggih punika

anaké sané madué linggih soran ring prakanggéné i wawu minakadi: tukang sapu,

sopir, tukang ketik surat, pegawai, buruh, murid, mahasisia, parekan, panyroan

(pembantu), miwah sané lianan.

Majalaran ring kawéntenan pabinayan linggih punika raris metu tata krama

mabebaosan sané waluyané pinaka uger-uger sajeroning mabaos Bali, sakadi

puniki.

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 24: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

1) Wangsa Jaba ri kalaning mabaos utawi maatur-atur ring sang maraga

Tri Wangsa kapatutang nganggén basa Alus.

Upami: I Madé ring Ida Bagus matur (Bs.alus)

I Dolar ring Gusti Patih matur (Bs. Alus)

2) Tri Wangsa ri kalaning mabebaosan ring sang maraga Wangsa Jaba

kangkat mabaos Andap (mabasa biasa, nénten Alus).

Upami: Raja Tua ring I Dadab mabaos (Bs. Andap)

Ida Bagus ring I Madé mabaos (Bs. Andap)

3) Para pegawé utawi jadma sané linggihnyané soran, ri kalaning mabaos

ring sang maraga prakanggé utawi prayayi patut mabaos Alus.

Upami: sopir ring Réktor matur (Bs. Alus)

Pegawai ring Bupati matur (Bs. Alus)

4) Prakanggé utawi prayayi , ri kalaning mabaos ring sang sané soran

kangkat mabaos ngangén basa Andap utawi basa Biasa.

Upami: Diréktur ring nupekon mabaos (Bs. Andap)

Majikan ring buruh mabaos (Bs. Andap)

A. Wirasan Kruna Basa Bali

Malarapan antuk kawéntenan linggih krama Baliné punika, metu kruna-

kruna basa Bali sané taler maderbé wirasa matios-tiosan. Manut wirasannyané,

kruna-kruna basa Baliné kapalih dados pitung soroh, inggih punika: (1) kruna

andap, (2) kruna mider, (3) kruna alus mider (Ami), (4) kruna alus madia (Ama),

(5) kruna alus singgih (Asi), (6) kruna alus sor (Aso), lan (7) kruna kasar.

1) Kruna Andap

Duké nguni, kruna andap puniki kawastanin kruna lepas hormat

utawi Kruna Kapara, inggih punika kruna-kruna sané wirasan basannyané

andap (éndép), nénten alus miwah nénten kasar. Kruna-kruna puniki

kanggén mabaos antuk anaké sané sesamén wangsa, sesamén linggih

utawi olih sang singgih ring sang sor.

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 25: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

Conto Kruna Andap:

2) Kruna Mider

Kruna Mider inggih punika kruna-kruna basa Baliné sané maderbé

wangun wantah asiki, nénten maderbé wangun alus, nénten maderbé

wangun tiosan, mawinan dados maideran sajeroning bebaosan. Binanipun

ring kruna alus mider; alus mider maderbé wangun andap, nanging kruna

mider nénten maderbé wangun andap utawi wangun sané tiosan. Sapunika

taler, Kruna Mider matiosan ring Kruna Andap. Yéning Kruna Mider

nénten maderbé wangun tiosan, nanging Kruna Andap maderbé wangun

alus.

Conto Kruna Mider:

3) Kruna Alus Mider (Ami)

Kruna Alus Mider inggih punika kruna-kruna basa Bali alus sané

wirasan basannyané madué wiguna kekalih, dados kanggén nyinggihang

sang maraga singgih, sapunika taler dados kanggén ngasorang sang

maraga sor. Tiosan ring punika kruna alus mider taler madué wangun

andap.

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

suba - teka - ngencehmara - payu - madaardingeh - aba - batisngigel - jemak - kemupanak - beli - baangeda - alih - tunden

kija - tembok - laptopnyongkok - celana - kabelspidol - radio - abulihbunter - gilik - akudasendeh - galak - angkidsepatu - pulpen - msl

Page 26: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

Conto Kruna Alus Mider (Ami):

4) Kruna Alus Madia (Ama)

Kruna Alus Madia inggih punika kruna-kruna basa Bali alus sané

wirasan basannyané manengah. Kruna Alus Madia puniki makanten

pinaka variasi kruna alus tiosan (Bagus, 1979: 179). Tiosan ring puniki,

kamulan wénten kruna-kruna sané rasa basannyané alus madia, kruna alus

sané kirang becik yéning kanggén mabebaosan sane alus.

Conto Kruna Alus Madia:

5) Kruna Alus Singgih (Asi)

Kruna Alus Singgih inggih punika kruna-kruna basa Bali alus sané

kanggén nyinggihang sang singgih. Kruna alus singgih puniki pinaka

panegep Kruna Alus Mider, santukan Kruna Alus Singgih nénten maderbé

wangun Alus Mider.

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Kruna Andap Kruna Aminawang - uningteka - rauhsuba - sampuninget - élingmeli - numbasngadep - ngadoluli - sakingkrana - duaning

Kruna Andap Kruna Ama Kruna Ami

ené, ento - niki nika - puniki, punikasuba - ampun - sampuniang - tiang - titiangnah - nggih - inggihkéto - kénten - sapunikatusing - ten - nénten

Page 27: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

Conto Kruna Alus Singgih:

6) Kruna Alus Sor (Aso)

Kruna Alus Sor inggih punika kruna-kruna basa Baliné sané

mawirasa alus, kanggén ngasorang raga utawi ngasorang anaké tiosan sané

linggihnyané sor utawi andap.

Conto Kruna Alus Sor:

7) Kruna Kasar

Kruna Kasar inggih punika kruna-kruna basa Baliné sané wirasan

basannyané kaon, saha ketah kanggén ri kalaning brangti, ri kalaning

marebat utawi mamisuh.

Conto Kruna Kasar:

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Kruna Andap Kruna Kasar

mati - bangkamadaar - nidik, ngléklék, ngamah, manteticang - akécai/nyai - iba, nanisirep - medem, mamelud

Kruna Andap Kruna Asi Kruna Aso

mati - séda, lina, - padem ndéwata, lebar

beling - mobot - abotIa - Ida, Dané - ipunnepukin - manggihin - ngantenangmadan - mapeséngan - mawasta

padidian - ngraga - néwék

Kruna Andap Kruna Aso Kruna Asi

ngenceh - mabanyu - mawarihningeh - miragi - mirengkeneh - manah - kayunngomong - mapajar, matur - mabaos, ngandikangamaang- ngwéhin, ngaturin - ngicéninbaan - antuk - olih

Page 28: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

B. Wirasan Lengkara Basa Bali

Lengkara inggih punika pupulan kruna sané madué teges sampun

jangkep. Kawéntenan lengkara basa Baliné majanten kawangun antuk

kruna-kruna sané masor-singgih sakadi sané sampun kabaos ring ajeng.

Duaning asapunika lengkara-lengkara sané metu taler madué wirasa

matios-tiosan manut ring kruna-kruna sané ngwangun lengkara punika.

Malarapan antuk rasa basannyané punika, lengkara sajeroning basa Bali

kaepah dados nenem, inggih punika: (1) lengkara alus singgih, (2)

lengkara alus madia, (3) lengkara alus sor, (4) lengkara alus mider,

(5) lengkara andap, miwah (6) lengkara kasar. Mungguing sané kanggén

minayang soang-soang lengkara basa Baliné punika, inggih punika saking

kruna pangentos sané kanggén sajeroning lengkara punika, sakadi:

- Ida, Dané (alus singgih);

- Titiang, ipun (alus sor);

- Tiang, jero (alus madia);

- Iraga, druéné (alus mider);

- Icang, cai/nyai, ia (andap); lan

- Iba, siga, nani, kola, waké (kasar).

1) Lengkara Alus Singgih

Lengkara alus singgih madué wirasa alus sané kanggén

nyinggihang sang singgih, yadiastun nénten makasami kruna-

krunannyané saking kruna alus singgih. Lengkara alus singgih sering

kawangun antuk kruna-kruna: alus singgih, kruna alus mider, miwah kruna

mider.

Upami:

a. Ida kari makarya panggul.

(asi, ami, ami, mider)

b. Dané Gusti Patih nénten mireng baos okanné.

(asi, ami, asi, asi, asi)

c. Pak Bupati sampun lunga ka Jakarta.

(asi, ami, ami, mider, mider)

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 29: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

d. Pak Gama pinaka ketua STKIP.

(asi, ami, mider, mider)

2) Lengkara Alus Madia

Lengkara alus madia inggih punika lengkara Bali alus sané

maderbé wirasa makanten kirang alus utawi kantun madia. Lengkara alus

madia puniki akeh nganggén kruna-kruna alus madia. Sajaba punika taler

maweweh kruna alus mider, kruna alus sor, kruna mider, miwah kruna

andap.

Upami:

a) Tiang nunasang antuk linggih jeroné?

(ama, aso, aso, ami, ama)

b) Tiang ten uning unduké nika.

(ama, ama, ami, andap, ama)

c) Tiang kantun ngalap ron.

(ama, ami, andap, mider)

d) Pak saking Abang, nggih?

(ama, ami, mider, ama)

3) Lengkara Alus Sor

Lengkara alus sor inggih punika lengkara sané ngwetuang wirasa

alus saha kanggén ngasorang raga utawi ngasorang anaké sané patut

kasorang duaning linggihnyané pinaka sang sor. Lengkara alus sor puniki

kawangun antuk kruna-kruna alus sor, alus mider, andap, miwah kruna

mider.

Upami:

a) Titiang manyama sareng lelima.

(aso, andap, ami, mider)

b) Ipun kantun numbas celana ring Hardy’s.

(aso, ami, ami, mider, ami, mider)

c) Bapak titiangé wawu rauh saking bangket.

(aso, ami, ami, ami, ami)

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 30: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

d) Pekak titiange sampun padem.

(aso, ami, aso)

4) Lengkara Alus Mider

Lengkara alus mider inggih punika lengkara alus sané kanggén

mabaos antuk sang mabaos masarengan sang kairing mabaos. Lengkara

alus mider puniki akéhan kawangun antuk kruna-kruna alus mider

maweweh kruna mider. Lengkara alus mider sering nganggén kruna

pangentos (kata ganti) iraga utawi druéné, duaning kanggén maosang

indik kawéntenan sang mabaos miwah sang kairing mabaos (bahasa

bersama/mengajak/persuasif).

Upami:

a) Ngiring iraga sareng-sareng ngastiti Ida Hyang Widhi Wasa!

(ami, ami, ami, ami, asi)

b) Ida-dané sareng sami ngiring mangkin kawitin paruman

druéné!

(asi, ami, ami, ami, ami, ami, ami, ami)

c) Dumogi iraga sareng sami mangguh karahajengan.

(ami, ami, ami, ami, ami, ami)

d) Parikrama puniki prasida labda karya antuk utsaha druéné.

(ami, ami, ami, ami, ami, ami, ami)

5) Lengkara Andap

Lengkara andap inggih punika lengkara basa Baliné sané

wirasannyané biasa, nénten kasar taler nénten alus. Lengkara andap puniki

kawangun antuk kruna-kruna sané andap miwah kruna mider.

Upami:

a) Ia mara majalan ngabaang sampinné padang.

(andap, andap, andap, andap, mider)

b) Nyén adan timpal caine?

(andap, andap, andap, andap)

c) Icang lakar mayah montor ka dealer malu.

(andap, andap, andap, mider, mider, mider, andap)

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 31: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

d) Dija tongos mayah listrik jani?

(mider, andap, andap, mider, andap)

6) Lengkara Kasar

Lengkara kasar inggih punika lengkara sané madué wirasa sané

kaon. Yadiastun asapunika nénten ja makasami kruna-kruna sané

ngwangun lengkara kasar punika saking kruna kasar. Taler maweweh

kruna andap miwah kruna mider.

Upami:

a) Yén suba betek basangné pragat suba mamelud di pedemanné.

(andap, andap, kasar, andap, andap, andap, kasar, andap, kasar)

b) Depang suba pang bangka polonné.

(andap, andap, andap, kasar, kasar)

c) Men cai, ngléklék di sanggah ngae WC!

(andap, andap, kasar, andap, andap, andap, mider)

d) Mula bungut ibane galir, data-data petang iba!

(andap, kasar, kasar, mider, andap, kasar, kasar)

C. Wirasan Basa Bali

Sané kabaos basa ring paplajahan puniki inggih punika bebaosan sané

kawangun antuk pupulan kruna-kruna sané panjang, lintangan ring napi sané

kabaos lengkara. Yéning mirengang anak mabaos, bebaosan punika pacang

makanten sor-singgih, wénten sané alus, wénten sané madia, wénten sané andap,

taler wénten sané ,mawirasa kasar.

Punika sami wantah sangkaning linggih sang sané mabaos, sapasira sané

kairing mabaos miwah sapasira sané kabaosang. Malarapan ring wirasannyané,

basa Baliné kapalih dados: (1) basa kasar, (2) basa andap, (3) basa basa madia,

miwah (4) basa alus.

1. Basa Kasar

Basa kasar inggih punika basa Baliné sané wirasannyané kaon, sering

kanggén marebat miwah mamisuh. Kanggén mabaos antuk anaké ri sedek duka,

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 32: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

brangti, wiroda (jengah), miwah kroda. Basa kasar kapalih malih dados kekalih:

(1) basa kasar pisan, miwah (2) basa kasar jabag.

(1) Basa Kasar Pisan

Basa kasar pisan inggih punika basa Baliné sané wirasannyané yukti-yukti

kaon, saha sering kanggén marebat utawi mamisuh.

Conto Basa Kasar Pisan:

“Ih cicing, delikang matan ibané! Apa léklék iba mai ah? Awak beduda pangkah nagih nandingin geruda. Yén awak beduda, kanggoang to soroh tainé urek! Mai iba nuké anyud, patigrépé polon ibané mai ngalih somah timpal. Dasar ibi cicing bengil, pongah ngentut. Tuh kelik-kelik matan ibané, waluya matan buaya, matan sundel. Magedi iba uli dini! Yén sing nyak iba magedi, to cicing borosané lakar nyétsét clekotokan ibané!”

(2) Basa Kasar Jabag

Basa kasar jabag inggih punika basa Baliné sané kawangun antuk basa

andap, taler ring asapunapiné maweweh kruna-kruna alus madia, nanging

kanggén mabaos ring sang singgih utawi kanggén maosang indik sang

singgih. Dadosnyané, basa andap sané kanggén mabaos ring sang singgih

miwah kanggén maosang sang singgih punika sané kabaos basa kasar

jabag. Conto Basa Kasar Jabag:

“Ih Désak, payu malali bin mani? Yén Sak kal payu milu, ingetang liunang ngaba bekel nah! Saya sing kal ngaba apa. Désak kar cagerang. Yén Sak sing ngelah pis, Aku kal meliang malu. Kala ingetang nyen kamu ngulihang nah!”

2. Basa Andap

Basa andap inggih punika basa Baliné sané wirasannyané biasa, nénten

kasar taler nénten halus. Basa andapé puniki kanggén mabebaosan antuk

anake sané linggihnyané pateh utawi papadan (sesamén wangsa), miwah

antuk anaké sané linggihnyané singgihan ring sang sané soran.

Minakadi:

Reraosan I bapa sareng I mémé,

Bebaosan ida aji sareng Ida biang,

Raos I bapa miwah I mémé ring pianaknyané,

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 33: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

Raos embok/beli ring adinipun,

Raos bapak/ibu guru ring muridnyané,

Baos raja ring patih, panyroan, parekan,

Baos patih ring parekan/panyroan,

Baos majukan ring buruh,

Baos pejabat ring pegawénnyané,

Baos sang triwangsa ring wangsa jaba.

Conto Basa Andap:

“Luh ……. Luh Sunari. Tegarang ja tolih i padang, liglig ia kameranan, angajap-ajap kritisan ujan ané marupa tresnan luhé. Bedak layah ia ngulatiang sukalegan idep luhé apanga ia sida nu maurip dini di guminé. Tan péndah ia i tuké anyud, patigrépé ngalih paenjekan. Tulya i tabia dakep ané nyaratang tungguhan apanga sida nu idup di guminé”.

Puniki raos I Wayan Duria ring tunanganipun Luh Sunari.

Conto Basa Andap Tiosan:

Pupuh Ginada

Eda ngadén awak bisa,

depang anaké ngadanin,

geginané buka nyampat,

anak sai tumbuh luu,

ilang luu buké katah,

yadin ririh,

liu enu paplajahan.

3. Basa Madia

Basa madia inggih punika basa Baliné sané makanten sakadi basa alus,

nanging wirasannyané kantun madia, santukan akéh kawangun antuk

kruna-kruna alus madia. Basa madia puniki pinih akéh katemuang ring

bebaosan Bali sajeroning pagubugan maparajana. Sapatutnyané maosang

sampun, kabaos ampun, patutnyané maosang inggih kabaos nggih,

patutnyané maosang nénten kabaos ten, miwah selanturnyané. Sajaba

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 34: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

punika, basa madiané puniki sering kanggén mabebaosan antuk sameton

Baliné sané durung pada kenal, sané ketah mabaos matiang-jero.

Pinaka conto basa madia pacang kaunggahang kekalih lagu pop

Bali ring sor puniki, inggih punika lagu Pop Bali Rajapala miwah Bungan

Sandat.

RAJAPALA

Jero-jero …

anak lanang bagus genjing,

wantah titiang widiadari,

Kén Sulasih parab titiang.

Napi wénten …

ngambil busanan tiangé,

titiang nyadia mangentosin,

antuk jinah mas tur mirah.

Rajapala parab titiang truna lara,

yéning suéca pakayunan makronan,

ratu ayu sareng titiang truna lara.

Mangkin wénten …

pinunas tiang ring beli,

yéning wénten putra adiri,

titiang mapamit ring beli.

BUNGAN SANDAT

Yen gumanti bajang

Tan bina ia pucuk nedeng kembang

Disubane layu tan ada ngrunguang

ngemasin makutang

Becik malaksana

da gumanti dadi kembang bintang

mentik di rurunge

makejang mangempok raris kaentungang

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 35: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

Ia i bungan sandat

salayu-layu layunne miik

‘to ia nyandang tulad

sauripe malaksana becik

Para truna-truni

mangda saling asah asih asuh

manyama braya ‘to kukuhin

rahayu kapanggih

4. Basa Alus

Basa Bali alus inggih punika basa Baliné sané wirasannyané alus utawi

nyinggihang. Manut tata krama mabaos Bali, basa alusé puniki kanggén

mabebaosan antuk anaké sané linggihnyané sor ring sang singgih.

Minakadi:

atur parekan ring raja,

atur panyroan ring patih,

atur murid ring guru,

atur pegawé ring pejabat,

atur buruh ring majikan , msl.

Basa Baliné sané wirasannyané alus puniki malih kapalih dados tigang

soroh, inggih punika: (1) basa alus singgih, (2) basa alus sor lan (3) basa alus

mider.

(1) Basa Alus Singgih

Basa alus singgih inggih punika basa Baliné sané wirasannyané alus saha

kanggén nyinggihang sang singgih sané kairing mabaos utawi sané sedek

kabaosang. Wangsa jaba sané mabaos ring tri wangsa utawi maosang indik

tri wangsa patut nganggén basa alus singgih.

Conto Basa Alus Singgih:

“Ratu déwa agung, makadi pranagata, nadak sara cokoridéwa ngeséngin sikian titiang mangda titiang pedek tangkil rahinané mangkin. Samaliha sapamedal cokoridéwa makanten ucem remrem tatwadana druéné, tan péndah kadi sekar pucuké kaulet. Punapi manawi wénten sané sungsutang cokoridéwa ring sajeroning pikayunan? Inggih durus-durus cokoridéwa mawecana, mabaos ring panjaké sami!”

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 36: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

(2) Basa Alus Sor

Basa alus sor inggih punika basa Baliné sané mawirasa alus,

kanggén ngasorang raga utawi ngasorang sang sané patut kasorang. Sang

sapasira ugi sané sedek mabebaosan ring bebaosan pakraman (resmi)

kapatutang ngasorang raga nganggén basa alus sor.

Conto basa alus sor:

“Ida Dané sané baktinin titiang, sadurung titiang nglantur matur ring Ida Dané sareng sami, lugrayang riin titiang nyinahang déwék. Mungguing wastan titiang I Wayan Jatiyasa. Titiang wit saking Banjar Tumingal, Désa Tiyingtali, Abang, Karangasem. Titiang manyama sareng lelima samaliha durung maderbé somah”

Ring conto punika, titiang matur ring sang sareng akéh, minakadi

pamilet penataran. Titiang ngasorang raga nganggén basa alus sor. Titiang

nénten maosang mapeséngan, nanging mawasta. Titiang nénten maosang

angga, nanging déwék. Titiang nénten maosang masameton, nanging

manyama. Taler nénten maosang durung madué rabi, nanging durung

maderbé somah.

Conto basa alus sor sané tiosan

Pupuh Sinom

Titiang jadma suniantara,

nista lacur manumadi,

malarapan suka legawa,

catur bekel titiang pasti,

suka duka lara pati,

nika wantah titiang tikul,

titiang mawasta I Tamtam,

nyadia titiang tangkil mangkin,

ring Sang Ayu,

sané telas tunas titiang.

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 37: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

Punika atur I Tamtam majeng ring Diah Adnyasuari, putrining

jagat Mesir. Duaning I Tamtam madéwék Jaba, ipun matur ring Sang Ayu

Adnyasuari nganggén basa alus sor, kaanggén ngasorang déwék ipuné.

(3) Basa Alus Mider

Basa alus mider inggih punika basa Baliné sané mawirasa alus, sering

kanggén mabebaosan sajeroning peparuman, matur-atur ring sang sareng

akéh. Bebaosan punika ngeninin sang mabaos miwah sang sané kairing

mabaos. Kruna pangentos sané kanggén lumrahnyané kruna iraga utawi

druéné.

Conto basa alus mider kadi ring sor puniki:

“Inggih Ida Dané krama banjar sané dahat wangiang titiang, duaning panamayané sampun nepek ring sané kacumawisang, ngiring mangkin kawitin paparuman druéné. Sakéwanten sadéréngé, ngiring sinarengan ngastiti bakti ring Ida Sang Hyang Widhi Wasa, nunas pasuécan Ida mangda asung ngicénin iraga karahajengan, gumanti punapa-punapi sané pacang kabaosang malih ajebos prasida sidaning don miwah labda karya. Ngiring sinarengan nyakupang kara kalih saha ngojarang pangastungkara, Om Swastiastu”

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38

Page 38: Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

DAFTAR PUSTAKA

Bagus, I Gusti Ngurah. 1979. Perubahan Pemakaian Bentuk Hormat dalam Masyarakat Bali. Sebuah Pendekatan Etnografi Berbahasa. Jakarta.

Balai Bahasa Denpasar, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin. Denpasar.

http://colinawati.blog.uns.ac.id/2010/05/10/9.html .

http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2010/04/ keterampilan - menyimak .html

http://ngomongo.blogspot.com.html . http://prabareta.blogspot.com/2009/01/ keterampilan - menyimak .html .

http://www.slideshare.net/NASSuprawoto/ pembelajaran-berbicara .html . Suwija, I Nyoman dan Manda, I Gede. 2009. Widia Sari. Basa lan Sastra Bali 3.

Sebuah Buku Pelajaran Bahasa Bali Kelas XII SLTA. Denpasar.

Suwija, I Nyoman. 2007. Pupulan Pidarta Basa Bali Alus. Denpasar: Pelawa Sari.

Suwija, I Nyoman. 2007. Kamus Anggah-ungguhing Basa Bali. Denpasar: Sanggar Ayu Suara.

Suhendar, M.E dan Supinah, Pien. 1992. Bahasa Indonesia. Pengajaran dan Ujian Keterampilan Menyimak & Keterampilan Berbicara. Bandung: CV. Pionir Jaya.

Tarigan, Henry Guntur. 1987. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tinggen, I Nengah. Sor Singgih Basa Bali. Singaraja: Rhika Dewata.

Yuwono, Trisno dan Abdulah, Pius. 1994. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia

Praktis. Surabaya: Arkola.

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd

38