ketersediaan perumahan formal di semarang studi kasus rumah-susun-sederhana-pekunden

5
Ketersediaan Perumahan Formal di Kota Semarang Solusi permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah salah satunya adalah dengan membangun rusunawa. Rusunawa dilatarbelakangi minimnya lahan untuk membangun landed house dan mahalnya biaya pembangunan. Salah satu rusunawa yang ada di Kota Semarang adalah Rusunawa Pekunden. Berikut adalah penjabaran rusun Pekunden sebagai salah satu contoh permukiman formal yang tersedia untuk MBR di Kota Semarang: I. DESKRIPSI RUMAH SUSUN PEKUNDEN Rusun Pekunden terdiri dari 4 lantai, lantai 1 digunakan sebagai Ruang bersama seperti Pasar Krempyeng, Aula, Rumah pintar, tempat parkir dan tempat usaha. Sedangkan lantai 2,3, dan 4 sebagai hunian warga. Unit hunian Rusun: Tipe 27 sebanyak 72 buah, Tipe 54 sebanyak 10 buah dan Tipe 81 sebanyak 5 buah. Terdapat 5 blok Rusun,yakni Blok A,B,C,D, dan E. Tiap blok dihubungkan dengan selasar penghubung. Pada perencanaan awal 1 RT merupakan 1 blok dari lantai 2 hingga 4. Namun pelaksanaannya Alamat: Jl. Pekunden,Semarang Batas-batas: - Utara : Jl. Inspeksi - Timur : Jl. Pekunden - Selatan : Jl. Batan Selatan Barat : DP Mall Semarang Gb. Situasi di salah satu rumah Tipe 27 Gb. Blok-blok Rusun Gb. Selasar lantai 2

Upload: dorojatun-ikhwan-lazuardi-hernowo

Post on 27-Sep-2015

65 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Rumah Formal

TRANSCRIPT

Ketersediaan Perumahan Formal di Kota Semarang Solusi permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah salah satunya adalah dengan membangun rusunawa. Rusunawa dilatarbelakangi minimnya lahan untuk membangun landed house dan mahalnya biaya pembangunan. Salah satu rusunawa yang ada di Kota Semarang adalah Rusunawa Pekunden. Berikut adalah penjabaran rusun Pekunden sebagai salah satu contoh permukiman formal yang tersedia untuk MBR di Kota Semarang:I. DESKRIPSI RUMAH SUSUN PEKUNDEN

Alamat: Jl. Pekunden,Semarang

Batas-batas: Utara: Jl. Inspeksi Timur: Jl. Pekunden Selatan: Jl. Batan Selatan Barat: DP Mall Semarang

Rusun Pekunden terdiri dari 4 lantai, lantai 1 digunakan sebagai Ruang bersama seperti Pasar Krempyeng, Aula, Rumah pintar, tempat parkir dan tempat usaha. Sedangkan lantai 2,3, dan 4 sebagai hunian warga. Unit hunian Rusun: Tipe 27 sebanyak 72 buah, Tipe 54 sebanyak 10 buah dan Tipe 81 sebanyak 5 buah.

Gb. Situasi di salah satu rumah Tipe 27 Gb. Blok-blok Rusun Gb. Selasar lantai 2

Terdapat 5 blok Rusun,yakni Blok A,B,C,D, dan E. Tiap blok dihubungkan dengan selasar penghubung. Pada perencanaan awal 1 RT merupakan 1 blok dari lantai 2 hingga 4. Namun pelaksanaannya warga memilih 1 RT terdiri dari blok A,B,C,D dan E di lantai yang sama. Awal pembangunan (September 1992) jumlah penghuni sebanyak 72 KK, saat ini berjumlah 108 KK karena terdapat 1 unit rumah yang diisi lebih dari 1 KK. Masing-masing rumah memiliki Kamar mandi dan Ruang dapur sendiri-sendiri sehingga privacy antar warga tetap terjaga. Meteran Listrik terdapat di masing-masing rumah sehingga warga membayar biaya listrik sesuai pemakaian. Sedangkan untuk air bersih digunakan sumur artetis yang setiap bulannya dipungut biaya Rp 15.000,00. Berdasarkan statusnya terdapat 2 jenis rumah, yaitu Rusunami dan Rusunawa. Rusunami singkatan dari Rumah Susun Hak Milik. Rusunami ini dimiliki oleh warga yang dahulu tanahnya tergusur akibat pembangunan Rusun ini. Rusunami berjumlah 50 unit yang terletak di seluruh lantai 2 dan beberapa di lantai 3 dan 4. Rusunawa singkatan dari Rumah Susun Sederhana Sewa yakni rumah susun yang disewakan kepada penghuni. Rusunawa di lantai 3 harga sewa per unit sebesar Rp 60.000,00 sedangkan untuk Rusunawa di lantai 4 harga sewa per unit sebesar Rp 40.000,00. Saat ini jumlah Rusunawa sebanyak 37 unit. Terdapat fasilitas penunjang berupa shaft air kotor dan shaft sampah yang terdapat di tiap lantai bangunan. Tiap pagi sampah tersebut diambil oleh tukang sampah.

Gb. Aktivitas penghuni Rusun Gb. Pasar Krempyeng Gb. Shaft Sampah

Untuk pengamanan di setiap lantai terdapat balustrade yang selalu dirawat dan dicat sehingga tetap aman dan kokoh. Rusun Pekunden didesain dengan sistem Free Maintenance Building.

II. KELEBIHAN Rusun Pekunden dibandingkan dengan Rusun yang lain seperti Rusun Bandarharjo dan Kaligawe merupakan Rusun dengan desain terbaik. Sebelum Rusun ini dibangun diadakan diskusi dengan warga sehingga aspirasi dan keinginan warga dapat diakomodasi dengan baik di dalam desain Rusun. Pembuatan dapur dan kamar mandi di masing-masing unit hunian adalah permintaan warga dan hal tersebut diwujudkan dalam desain Rusun Pekunden. Rusun Pekunden terletak di tengah kota sehingga mudah dijangkau dan letaknya strategis. Sarana transportasi menuju Rusun tersedia dengan baik. Adanya beragam fasilitas penunjang seperti shaft air kotor dan sampah. Pasar Krempyeng di lantai 1 memudahkan warga yang ingin berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari. Selain itu keberadaan tempat usaha warga di lantai 1 yang menyediakan beragam usaha seperti warung makan Padang, Toko Kelontong, Tukang potong rambut, dll menjadi fasilitas penunjang tersendiri. Dengan letaknya yang strategis dan di tengah kota, tempat usaha tersebut dapat berkembang dengan baik. Adaptasi dan toleransi warga penghuni Rusun terjalin dengan baik sehingga kerukunan dan persatuan antar warga di dalam rusun terjaga.

III. KEKURANGAN Perawatan Rusun terkendala oleh kekurangan biaya karena biaya sewa yang murah. Dikarenakan mayoritas warga yang tinggal merupakan kalangan masyarakat berpenghasilan rendah sehingga warga tidak mampu apabila perawatan Rusun dibebankan kepada mereka sepenuhnya. Akhirnya pengurus Rusun harus banting tulang untuk mencukupi kebutuhan biaya perawatan yakni dengan mendirikan toilet umum, mengelola pasar krempyeng dan menjual air PAM. Akibat kurang terawatnya kondisi Rusun menyebabkan Rusun nampak sedikit kumuh dan banyak kerusakan fasilitas yang tidak dapat ditangani dengan baik. Contohnya kebocoran tandon Air dan lapuknya kayu-kayu tritisan. Ketidakpedulian Pemkot terhadap kondisi Rusun. Tercatat sejak dibangun pada tahun 1992, Pemkot baru 2 kali memberikan bantuan, yakni tahun 1999 untuk pengecetan dinding luar Rusun dan tahun 2010 untuk pembetulan tritisan yang rusak. Padahal pengurus sudah berulang kali mengajukan permintaan bantuan kepada pemkot.

IV. KETERJANGKAUAN UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAHBerdasarkan wawancara dengan warga pada tanggal 20 Maret 2015, dapat diperoleh informasi sebagai berikut: TabelRekap Wawancara Warga Rusun PekundenRusun Pekunden Jawaban Responden

Peny (30 tahun) Sapari (75 tahun)

Harga LahanTidak tahu Tidak bisa diperkirakan karena tidak ada lagi yang hanya menjual tanah. Seluruh lahan telah terbangun. Jika ingin membeli sekalian dengan rumah.

Harga SewaKontrak di lantai dasar dengan harga Rp. 1.500.000,00 per tahun = Rp. 120.000,00 per bulan Tidak membayar karena sebelumnya merupakan warga asli sebelum dibangun rusun tahun 1992. Jadi memiliki sertifikat hak milik sebgaai ganti rugi.

PekerjaanTukang parkir Berjualan bensin di belakang Balai Kota

PendapatanRp. 2.000.000,00 per bulan 80 liter x untung Rp. 600/liter = 50.000/hari = 1.500.000/bulan

Biaya hidupRp. 1.500.000,00 per bulan Rp. 700.000,00 dengan rincian biaya makan (20.000 x 30) + listrik, air, sampah dan lain lain (100.000)

Jumlah penghuni (KK dan orang)5 orang dengan 3 anak yang belum sekolah 2 orang (beliau dan isteri)

Pembayaran listrik air dll (bayar sendiri atau dibayarin)Membayar listrik dan air sendiri (Rp. 50.000 per bulan) Listrik bayar sendiri (50.000 per bulan); air dan sampah 10.000

Pengeluaran untuk perumahan Sewa + Listrik +Air = 120.000 + 50.000 = 170.000 per bulan Hanya membayar Listrik + Air + Sampah = 60.000 per bulan

Keterjangkauan perumahan = (Pengeluaran untuk perumahan/Pendapatan per bulan) x 100% (170.000/2.000.000) x 100% = 8,5% (60.000/1.500.000) x 100% = 4%

Sumber: Wawancara Kelompok 9B Perumahan dan Permukiman, 2015

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua responden sampel mengeluarkan biaya kurang dari 30% untuk pembiayaan rumah tinggal, jadi dapat dikatakan bahwa rusun Pekunden terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Sumber: Laporan Studi Ekskursi Mata Kuliah Perumahan Jurusan Arsitektur Undip 2011 dilengkapi dengan survey primer tanggal 20 Maret 2015.