ketika un masih menjadi penentu kelulusan _ tentang pendidikan

Upload: fuadhs2nd

Post on 30-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Ketika UN Masih Menjadi Penentu Kelulusan _ Tentang PENDIDIKAN

TRANSCRIPT

  • 5/6/13 Ketika UN Masih menjadi Penentu Kelulusan | tentang PENDIDIKAN

    akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/04/21/ketika-ujian-nasional-masih-menjadi-penentu-kelulusan/ 1/3

    tentang PENDIDIKAN

    Makalah dan Artikel Pendidikan

    21 April 2013 / AKHMAD SUDRAJAT

    Ketika UN Masih menjadi Penentu Kelulusan

    Artikel Pendidikan, Opini, Pendidikan, Pendidikan Indonesia, Penilaian Hasil Belajar Siswa

    Jika ada pertanyaan kebijakan pendidikan apa yang paling kontroversial di Indonesia saat ini? Tampaknya sebagian besar

    orang akan menunjuk pada dua kata yaitu Ujian Nasional. Memang, sejak kelahiranya tahun 2005, di masyarakat

    (umum, praktisi maupun teoritisi pendidikan), kebijakan Ujian Nasional senantiasa menjadi bahan perdebatan yang tajam.

    Di satu sisi, ada sebagian pihak yang mendukung dan sebagian lagi ada yang jelas-jelas menentang kehadiran, tentu

    dengan argumentasinya masing-masing.

    Kelompok pendukung ujian nasional pada umumnya menganggap bahwa ujian nasional masih diperlukan, terutamauntuk kepentingan pengendalian mutu pendidikan secara nasional dan penegakan akuntabilitas pengelola dan

    penyelenggara pendidikan. Sementara, dari pihak yang menolak kehadiran Ujian Nasional menganggap bahwa

    kehadiran Ujian Nasional sebagai penentu kelulusan telah banyak madlaratnya dari pada manfaatnya, baik dilihat dari sisi

    psikologis, ekonomis, yuridis dan terutama pedagogis. [lihat tulisan ini: Kemdikbud, lakukan reposisi terhadap Ujian

    Nasional! (http://www.change.org/id/petisi/kemdikbud-lakukan-reposisi-terhadap-ujian-nasional)]

    Berdasarkan hasil survey yang dilakukan PGRI pada tahun 2012 menunjukkan bahwa sebagian besar guru, kepala

    sekolah, dan pengawas sekolah menganggap kebijakan ujian nasional (UN) tidak tepat. Sebanyak 28,57 persen, guru

    menganggap UN sebagai kebijakan yang tidak tepat, dan 42,86 persen sangat tidak tepat. Kepala sekolah menganggap

    kebijakan UN tidak tepat 26,15 persen, dan 49.23 persen menganggap kebijakan UN sangat tidak tepat. Adapunpengawas sekolah sebanyak 27 persen menganggap kebijakan UN tidak tepat dan sangat tidak tepat 41,77 persen.

    Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI), Sulistiyo, bahwa munculnya

    pesepsi dari ketiga unsur praktisi pendidikan tersebut disebabkan karena Ujian Nasional tidak berhasil meningkatkansemangat belajar, menimbulkan kecurangan, menimbulkan ketegangan murid, dan menanamkan mental koruptif pada

    anak. (Kompas.com

    (http://edukasi.kompas.com/read/2013/04/16/14562696/Guru.dan.Kepala.Sekolah.Nilai.Kebijakan.UN.Sangat.Tidak.Tepat),

    16-04-2013).

    Untuk meredusir polemik dan masalah yang berkaitan dengan penyelenggaraan Ujian Nasional ini, sejak tahun 2011

    pemerintah telah berkompromi dengan menetapkan sharing kontribusi penentuan kelulusan siswa menggunakanformulasi : 40% nilai sekolah dan 60% nilai ujian nasional. Tetapi ketentuan ini tampaknya belum menjadi obat mujarab,

    malah beresiko memunculkan masalah baru dalam bentuk praktik penggelembungan (bubble) nilai siswa, yang tidak

    menggambarkan kemampuan sebenarnya.

    Dalam pandangan saya, ketika sekolah memaksakan dan dipaksakan (oleh para pemaksa) untuk fokus pada ujiannasional dan menjadikan ujian nasional sebagai tujuan, maka secara langsung atau tidak langsung di sana akan terjadi

    pengikisan keutuhan makna pendidikan. Proses pendidikan tidak lagi dipandang sebagai proses pemanusiaan manusia,

    tetapi sudah tergelincir dan terjebak pada proses dehumanisasi dan domistikasi guna mencapai target keberhasilan kognitif

    semata atau mungkin target di luar kepentingan pendidikan itu sendiri. Lebih parah lagi, ketika ujian nasional masih selalu

    diwarnai dengan berbagai kecurangan yang sistemik dan disengaja [lihat tulisan ini, Oh, UN itu Begini?

    (http://ninokeyiz.wordpress.com/2013/04/19/oh-un-itu-begini/)], maka anak-anak kita sesungguhnya telah kehilangandua hal penting dalam hidupnya, yaitu intelektual sekaligus moralnya.

    Tahun 2013 ini puteri bungsu saya tercatat sebagai peserta Ujian Nasional SMA. Saya berusaha meyakinkan anak saya

    untuk tidak tergoda menyontek. Saya katakan kepada dia, bahwa saya adalah orang yang lebih percaya pada proses

    ketimbang hasil. Kewajiban dia adalah berusaha belajar dengan sebaik mungkin dan mengisi soal-soal ujian nasional sesuai

    dengan kemampuan yang dimilikinya. Persoalan hasil (lulus atau tidak lulus), itu adalah urusan Tuhan, bukan menjadi

    kewajiban dia. Saya tegaskan pula, sebagai orang tua, saya tetap bangga, kalau nanti hasil ujiannya tidak sesuai denganharapan, yang penting sudah berusaha sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya.

    Begitulah refleksi saya terkait dengan hiruk pikuknya pelaksanaan Ujian Nasional 2013. Bagaimana menurut Anda?

    Meski kita belum mampu menyediakan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak kita tetapi paling tidak berikanlah

    mereka pendidikan yang tepat dan benar.

  • 5/6/13 Ketika UN Masih menjadi Penentu Kelulusan | tentang PENDIDIKAN

    akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/04/21/ketika-ujian-nasional-masih-menjadi-penentu-kelulusan/ 2/3

    Download Putusan Mahkamah Agung tentang Ujian Nasional

    (http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2013/04/putusan-ma-tehntang-un.pdf)

    Materi terkait:Pembelajaran Monyet

    Anda mungkin pernah melihat atraksi ronggeng monyet atau topeng monyet, dimana seekor monyet dapat

    memperagakan Baca selengkapnya (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/23/pembelajaran-

    monyet/)

    Guru dan Siswa yang TerintimidasiLes Parsons dalam bukunya yang berjudul Bullied Teacher Bullied Student mengupas tentang perilaku

    intimidasi di sekolah, Baca selengkapnya (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/09/11/guru-dan-

    siswa-yang-terintimidasi/)

    Perilaku Nyontek dalam Pendidikan

    Menyontek atau cheating memang bukan hal baru dalam dunia pendidikan, yang biasanya dilakukan oleh

    seorang atau sekelompok siswa/mahasiswa Baca selengkapnya (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/02/perilaku-nyontek-dalam-pendidikan/)

    Pendidikan Holistik

    Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa padadasarnya Baca selengkapnya (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/26/pendidikan-holistik/)

    Mencegah Kecemasan Siswa di SekolahKecemasan atau anxiety merupakan salah satu bentuk emosi individu yang berkenaan dengan adanya rasa

    terancam. Baca selengkapnya (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/01/upaya-mencegah-kecemasan-siswa-di-sekolah/)

    Aplikasi Teori Maslow di Sekolah

    Pemikiran Maslow tentang Teori Hierarki Kebutuhan Individu sudah dikenal luas, namun aplikasinya untukkepentingan pendidikan siswa di sekolah tampaknya . Baca selengkapnya

    (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/24/aplikasi-teori-kebutuhan-maslow-di-sekolah/)

    Disimpan dalam Makalah Manajemen Pendidikan

    tinggalkan sebuah komentar

    1. Constantinus Djara / Apr 30 2013 14:53Saya sangat berterima kasih atas pemikiran anda, yang sangat memperkaya teori maupun praktek pendidikan

    2. ardadiansyah / Apr 30 2013 09:26suruh mundur saja, pejabat yang tak berkompeten

    3. nuris / Apr 29 2013 20:18UN pemaksaan anak untuk mengikuti pelajaran ipa mengesampingkan ips untuk anak smp suatu ketidakadilan untukbakat dan minat anak

    4. abu aisy / Apr 29 2013 09:14un..?yang penting setiap ada kebijakan di laksanakan sebaik-baiknya,dan penuh tanggung jawab.

    5. evakasih / Apr 27 2013 09:21aset yang paling berharga dalam diri kita adalah karakter kita

    6. SUPRIJADI / Apr 26 2013 16:12

    Kalau UN yg sekarang ini tidak dapat dipergunakan untuk mengukur atau memetakan tingkat daya serap siswa,karena jadwalnya saja sudah tidak bersamaan, apalagi, sepertinya UN ini dipaksakan hanya karena PROYEK yg

    nilaianya milyaran rupiah. Sehingga perlunya lembaga yang terkait dengan hukum segera turun untuk mengauditkeberadaan Kementerian yang menangani UN, dan kalau perlu dibentuklah TIIM INVESTIGASI YG INDEPENDEN.

    Karena kalau sudah berorientasi pada kepentingan proyek, maka hasilnya ujung-ujungnya adalah keuntungan atauprovit, sedangkan dalam hal ini sangat bertentangan dengan prinsip-2 pendidikan yang bukan berorieantasi padakeuntungan semata.

    7. ari sudono / Apr 26 2013 10:52tujuan UN sebagai standar kelulusan sangat baik, tapi mbok ya persiapannya dibikin semateng mungkin, Untuk acara

    UN ini kita sebagai masyarakat lho yang mendanainya

    27 Komentar

  • 5/6/13 Ketika UN Masih menjadi Penentu Kelulusan | tentang PENDIDIKAN

    akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/04/21/ketika-ujian-nasional-masih-menjadi-penentu-kelulusan/ 3/3

    Tema: Paperpunch oleh The Theme Foundry. Blog pada WordPress.com.